Upload
trandat
View
260
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU POP
D’MASIV
SKRIPSI
Oleh:
Praja Aribawa
X1206041
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU POP
D’MASIV
Oleh:
Praja Aribawa
X1206041
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Purwadi. NIP 195401031981031003
Dra. Sumarwati, M.Pd. NIP 196004131987022001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua : Drs. Slamet Mulyono, M.Pd.
Sekretaris : Drs. Suyitno, M.Pd.
Anggota 1 : Drs. Purwadi.
Anggota 2 : Dra. Sumarwati, M.Pd.
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 196007271987021001
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Praja Aribawa. X120604. DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU POP D’MASIV. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemakaian diksi dan gaya bahasa pada lirik lagu Pop d’Masiv. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah analisis isi. Sumber data adalah dokumen yang berupa lirik lagu Pop d’Masiv (album perubahan). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat, karena sumber datanya berupa teks. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teori yaitu secara penelitian terhadap topik yang sama dengan menggunakan teori yang berbeda dalam menganalisa data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis mengalir, yang meliputi tiga komponen yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penarikan simpulan. Analisis model mengalir mempunyai tiga komponen yang saling terjalin dengan baik, yaitu sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan pengumpulan data. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) berdasarkan hasil analisis diksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu d’Masiv terdapat dua diksi yaitu diksi yang bermakna denotatif dan diksi yang bermakna konotatif, hal ini terlihat dari 252 data terdapat 177 data atau 70,2% diksi yang bermakna denotatif dan 75 data atau 29,8% diksi yang bermakna konotatif. Tujuan pemakaian diksi yang bermakna denotatif dalam lirik lagu d’Masiv adalah agar pesan yang disampaikan mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat; (2) berdasarkan hasil analisis gaya bahasa dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu d’Masiv terdapat beberapa gaya bahasa. Gaya bahasa tersebut antara lain: hiperbola, hipalase, misodipolis, litotes, metafora, repetisi, paradox, pars prototo, metonimia, ironi, aliterasi, personifikasi, pleonasme. Gaya bahasa yang paling dominan dalam llirik lagu d’Masiv adalah gaya bahasa metafora dengan hasil 18,1% yaitu 8 data ditemukan dari 66 data. Tujuan pemakaian gaya bahasa metafora dalam lirik lagu d’Masiv yaitu agar dapat menimbulkan suasana yang sesuai dengan isi lagu.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,”
maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan
Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al Mujadalah: 11)
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Keluargaku tercinta (Bapak, Ibu, Adik Rois),
terima kasih atas semangat, doa, dan
segalanya yang kalian berikan kepada saya.
2. Semua penghuni kos Islah (Tejo, Andri,
Anton, Totok, Budi) yang telah memberikan
senyum kebahagiaan selama bersama kalian.
3. Yuli Suryani yang selalu menjadi semangat
bagi saya.
4. Rekan-rekan seperjuangan Bastind’06,
terimakasih kalian telah memberikan
pengalaman yang luar biasa dan tidak
terlupakan.
5. Almamater.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan,
karunia, rahmat, dan hidayah-Nya kepada kita semua, terutama penulis dan
keluarga. Hanya kepada-Nya kembali segala sanjungan, kepada-Nya kami
memohon pertolongan dan ampunan, dan atas ridhonya sehingga penulis mampu
menyusun skripsi ini dengan baik, yang merupakan persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja
seorang diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Maka atas
terselesaikannya skripsi ini, penulis meyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
izin penulisan skripsi ini.
2. Drs. Suparno, M. Pd., ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin penulisan skripsi ini.
3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan selaku pembimbing akademik, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penulisan skripsi ini.
4. Drs. Purwadi., sebagai pembimbing skripsi I yang senantiasa dengan sabar dan
perhatian membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Dra. Sumarwati M.Pd., selaku pembimbing skripsi II yang selalu sabar
memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah memberikan bekal ilmu kepada penulis.
7. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi
ini serta tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya
dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia.
Surakarta, Desember 2010
Penulis
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN.......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iv
ABSTRAK..................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO.................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... vii
KATA PENGANTAR................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. . xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka............................................................................... 7
1. Bahasa dalam Lagu...................................................................... 7
a. Karakteristik Bahasa dalam Lagu.......................................... 7
b. Ekonomi Bahasa.................................................................... 9
2. Diksi............................................................................................. 11
a. Pengertian Diksi..................................................................... 11
b. Jenis-Jenis Makna.................................................................. 14
3. Gaya Bahasa................................................................................. 16
a. Pengertian Gaya Bahasa......................................................... 16
b. Jenis-Jenis Gaya Bahasa....................................................... 25
B. Penelitian Relevan........................................................................... 31
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
C. Kerangka Berpikir.......................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 34
B. Bentuk dan Strategi Penelitian........................................................ 34
C. Sumber Data..................................................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 35
E. Validitas Data................................................................................... 35
F. Analisis Data..................................................................................... 35
G. Prosedur Penelitian........................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diksi dalam Lirik Lagu Pop d’Masiv............................................... 38
B. Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu pop d’Masiv .................................. 82
BAB V PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................... 99
B. Implikasi......................................................................................... 99
C. Saran............................................................................................... 100
DAFTARPUSTAKA..................................................................................... 101
LAMPIRAN
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Kerangka Berpikir................................................................................. 33
2. Model Analisis Mengalir...................................................................... 36
3. Skema Prosedur Penelitian................................................................... 37
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Jadwal Kegiatan Penelitian..................................................................... 34
2. Distribusi Frekuensi dan Presentase Penggunaan Diksi dalam Lirik Lagu
D’Masiv.................................................................................................. 81
3. Distribusi Frekuensi dan Presentase Penggunaan Gaya Bahasa dalam
Lirik Lagu D’Masiv............................................................................... 96
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Cover depan CD/Kaset Grup Band d’Masiv....................................... 104
2. Biografi Grup Band d’Masiv................................................................ 105
3. Lirik lagu d’Masiv (album perubahan) ................................................ 107
4. Lain-lain
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepanjang usia peradaban manusia, musik selalu termasuk di dalamnya.
Ada yang berpendapat bahwa musik bukan murni ‘milik’ manusia, mungkin
musik sudah ada sebelum manusia itu ada. Terlepas dari itu, sadar atau tidak,
percaya atau tidak, langsung atau tidak, musik selalu ada dalam hidup kita. Musik
mempunyai peran dan kekuatan yang tidak kecil dalam kehidupan manusia.
Musik mempunyai banyak fungsi yaitu komunikasi, ekspresi, dokumentasi,
identitas, dan hiburan. Bahkan di budaya yang mentabukan beberapa praktik
musikpun nyata bahwa musik berperan penting dalam kehidupan masyarakatnya
(Regelski, 2006: 3).
Musik merupakan salah satu cabang yang sangat digemari oleh masyarakat
yang telah sedemikian merasuknya ke dalam kehidupan masyarakat. Musik telah
mengibarkan bendera-benderanya di panggung kesenian, konser musik, televisi,
toko, pusat-pusat perbelanjaan, di rumah, dan di kantor-kantor pada saat jam
istirahat. Musik senantiasa menemani kegiatan manusia. Begitu juga dengan
perkembangan teknologi rekaman dan alat-alat yang lebih canggih, yang
menyebabkan semua orang dapat lebih mudah menikmati musik. Musik dapat
didefinisikan sebagai sebuah ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan
secara teratur dalam bentuk bunyi (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2001: 413).
Bunyi-bunyi tersebut diorganisasikan sedemikian rupa sehingga tidak merupakan
bunyi atau tataran asal-asalan saja.
(Tarigan, 1986: 23) mendefinisikan musik sebagai: (1) ilmu atau seni
menyusun nada atau suara diurutkan, dikombinasi, dan hubungan temporal untuk
menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan keseimbangan;
(2) nada dan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama,
lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat). Dari kedua definisi
itu dapat dilihat bagaimana suatu perasaan atau pengalaman jiwa disampaikan
dengan kiasan atau bunyi-bunyian yang indah.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Penelitian tentang lagu (Yayah. B. Lumintaintang, 2004) membuktikan
bahwa lagu terutama lagu klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ
(Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak yang sejak kecil
terbiasa mendengarkan lagu akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan
intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan lagu. Yang
dimaksud lagu di sini adalah lagu yang memiliki irama teratur dan nada-nada
yang teratur, bukan nada-nada “miring”. Tingkat kedisiplinan anak yang sering
mendengarkan lagu juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang
mendengarkan lagu.
Grace Sudargo (dalam Fillamenta, 2008: 2) berpendapat bahwa seorang
musisi dan pendidik mengatakan “dasar-dasar lagu klasik secara umum berasal
dari ritme denyut nadi manusia sehingga berperan besar dalam perkembangan
otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia”.
Lagu yang bagus biasanya dapat dinikmati melalui vokal penyanyi dan
irama musiknya. Kata-kata indah dan puitis dalam lagu mampu membangkitkan
emosi penikmatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa lagu tidak mampu mewakili
perasaan manusia, di bimbing dan dilatih kemampuannya untuk mengembangkan
bahasanya secara jujur sehingga dapat berbahasa dengan baik dan benar, dan juga
dapat mempelajari atau menentukan kosa kata yang baru. Karena semua orang
mulai belajar berbicara dengan mempelajari kata-kata secara individual (Keraf,
2000: 64).
Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang disusun
oleh jalinan kata-kata itu. Istilah diksi bukan saja dipergunakan untuk menyatakan
kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi
juga meliputi persoalan gaya bahasa. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi
bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang
memiliki nilai artistik yang tinggi (Keraf, 2000: 22-23).
Dalam menulis lagu pengarang menggunakan bahasa yang indah sehingga
lagu yang diciptakan mempunyai nilai lebih yang bisa dilihat dari bahasanya.
Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah karya sastra.
Nurgiyantoro (2002: 272) berpendapat bahwa bahasa dalam seni sastra dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
disamakan dengan cat warna keduanya merupakan unsur bahan, alat, dan sarana
yang mengandung nilai lebih untuk dijadikan sebuah karya. Sebagai salah satu
unsur terpenting tersebut, bahasa berperan sebagai sarana pengungkapan dan
penyampaian pesan dalam sastra.
Gaya bahasa termasuk salah satu unsur pembangun nilai kepuitisan dalam
puisi, gaya bahasa juga ikut menentukan keindahan puisi dalam segi makna
maupun segi keindahan bunyi. Gaya bahasa mengandung kiat penyair untuk
mengungkapkan perasaannya atau menggambarkan pemikirannya dalam
perasannya atau kata-kata pada bait-bait puisi maupun lirik lagu, salah satunya
dengan menggunakan bahasa kias atau gaya bahasa.
Gaya bahasa dan penulisan merupakan salah satu unsur yang menarik
dalam sebuah puisi. Setiap penulis mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam
menuangkan setiap ide tulisannya. Setiap tulisan yang dihasilkan mempunyai
gaya penulisan yang dipengaruhi oleh penulisnya, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa, watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya yang
ditulisnya. Pratikno (1984: 50) mengemukakan bahwa sifat, tabiat atau watak
seseorang itu berbeda-beda.
Sekawan (2007: 146) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah Penggunaan
kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk mengungkapkan perasaan dan
pikiran dengan maksud tertentu. Gaya bahasa berguna untuk menimbulkan
keindahan dalam karya sastra atau dalam berbicara, setiap orang atau pengarang
memiliki cara tersendiri dalam memilih dan menggunakan gaya bahasa.
Beracuan dari pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa bahasa
adalah ucapan, tulisan, pikiran, dan perasaan manusia yang berupa lambang bunyi
suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia digunakan untuk berkomunikasi,
bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Penyair dengan penguasaan
bahasa yang dimiliki, kecermatan, dan ketepatan penggunannya dapat
menghasilkan puisi biasa dan dapat berupa puisi lirik lagu. Untuk menuliskan
puisi lirik lagu penyair memilih kata-kata yang tepat dan bermakna kias, sangat
dalam, dan bergaya bahasa sehingga tuntutan estetika penyair dapat terpenuhi.
Penyair menciptakan puisi menggunakan bahasa yang baku dan indah agar dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
diterangkan melalui kata konkrit dan majas atau gaya bahasa. Sejalan dengan
pengertian tersebut dikemukakan Efendi (dalam Waluyo, 1987: 24) dalam ’puisi’
terdapat bentuk permukaan yang berupa larik, bait, dan pertalian makna larik dan
bait. Penyair berusaha mengkonkritkan pengertian-pengertian konsep dan abstrak
dengan menggunakan pengimajinasian, pengiasan, dan perlambangan. Gaya
bahasa merupakan bentuk retorika, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara
dan menulis untuk meyakinkan dan mempengaruhi penyimak atau pembaca.
Puisi tidak dapat dilepaskan dari bahasa kias, pengimajinasian, dan
perlambangan atau gaya bahasa. Penggunaan gaya bahasa dalam puisi terutama
puisi lirik lagu banyak digemari oleh penyair dalam hal ini pencipta lirik lagu,
karena dapat menimbulkan kesan indah sekaligus banyak makna seperti karya
grup band d’Masiv, banyak ditemukan penggunaan gaya bahasa dan cara
pengungkapannya yang berbeda dengan penyair lain. Kiat penyair untuk
mengungkapkan perasaannya atau menggambarkan pemikirannya dalam
rangkaian kata-kata pada bait-bait puisi maupun lirik lagu, salah satunya dengan
menggunakan bahasa kias atau gaya bahasa. Sejalan dengan pengertian tersebut
(Moeliono, 1998: 63) mengemukakan bahwa kiasan berarti bahasa yang
mempergunakan kata-kata yang susunan dan artinya sengaja disimpangkan,
dengan maksud agar memperoleh kesegaran dan kekuasaan ekspresi. Dalam
menulis lagu pada umumnya pengarang menggunakan bahasa yang indah atau
bahasa yang khas, sehingga lagu yang diciptakan mempunyai nilai lebih yang bisa
dilihat dari bahasanya. Pengarang menggunakan bahasa yang mudah dipahami
dan diterima sehingga isi karangan dalam sebuah lagu mudah untuk diketahui
maksudnya.
D'Masiv merupakan salah satu grup musik asal Indonesia yang saat ini
sedang melambung namanya dan dibentuk pada tanggal 3 Maret 2003. Grup ini
terdiri dari lima orang, nama d'Masiv berasal dari bahasa Inggris "massive"
sebagai semacam pengharapan agar bisa meraih hasil sebaik mungkin di kancah
musik nasional. Nama mereka mulai melambung setelah berhasil memenangkan
kompetisi musik A Mild Live Wanted pada tahun 2007. D'Masiv akhirnya merilis
album pertama pada tahun 2008 dengan lagu "Cinta Ini Membunuhku" sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
lagu andalannya. Lagu ini sangat populer sehingga semakin melambungkan nama
mereka dalam musik nasional.
Album d’Masiv berisi kumpulan syair lagu Pop yang sangat indah. Lagu-
lagu dalam grup band d’Masiv hingga sekarang masih sering ditampilkan dan
dinikmati oleh pencinta musik pop. Seperti puisi, lagu juga mengandung unsur
gaya bahasa yang merupakan cara pengungkapan perasaan penyair. Secara umum,
gaya bahasa lagu terdiri dari tema, diksi, dan majas. Sayuti (2002: 28)
menjelaskan bahwa: (1) tema merupakan ide yang mendasari atau
melatarbelakangi sebuah karya; (2) diksi merupakan teknik pemilihan kata-kata
yang indah dan mampu mewakili perasaan penyair; (3) majas merupakan
pemberian kata-kata yang mempunyai makna tambahan yang lebih dalam, lebih
halus, bahkan didramatisir untuk mencapai maksud yang sebenarnya. Djohan
(2003: 16) berpendapat bahwa setiap lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang
ingin disampaikan kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lagu berisi barisan
kata-kata yang dirangkai secara baik dengan gaya bahasa yang menarik oleh
komposer dan dibawakan dengan suara indah penyanyi. Penelitian ini
menganalisis lirik lagu-lagu d’Masiv karena memiliki ketertarikan liriknya yang
bervariasi. Penemuan diksi dan gaya bahasa dalam syair lagu ini dirumuskan
melalui identifikasi paparan tiap bait dalam setiap syair lagu.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti terdorong
untuk menganalisis diksi dan gaya bahasa pada lirik lagu Pop d’Masiv (album
perubahan). Analisis terhadap lirik lagu pop d’Masiv ini peneliti membatasi pada
segi diksi dan gaya bahasa. Pada segi diksi peneliti akan meninjau dari makna
denotatif dan konotatifnya, adapun dari segi bahasa penulis akan menganalisis
gaya bahasa yang terdapat dalam lirik lagu pop d’Masiv (album perubahan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diketahui rumusan
masalah yang timbul dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pemakaian diksi yang terdapat dalam lirik lagu Pop d’Masiv
ditinjau dari makna denotatif dan konotatifnya?
2. Bagaimanakah pemakaian gaya bahasa dalam lirik lagu Pop d’Masiv ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
untuk.
1. Mendeskripsikan pemakaian diksi yang terdapat dalam lirik lagu Pop d’Masiv
ditinjau dari makna denotatif dan konotatifnya.
2. Mendeskripsikan pemakaian gaya bahasa dalam lirik lagu Pop d’Masiv .
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
a. Untuk memperkaya perbendaharaan pengetahuan tentang diksi dan gaya
bahasa.
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan serta dapat memberikan kontribusi untuk pembaca.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai diksi dan gaya bahasa
yang terdapat pada lirik lagu Pop d’Masiv.
b. Sebagai tinjauan pustaka dan bahan penelitian-penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Bahasa dalam Lagu
a. Karakteristik Bahasa dalam Lagu
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi negara.
Sebagai bahasa resmi negara, kedudukan bahasa Indonesia telah diatur dalam
UUD 1945 pasal 36. Bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia dituntut untuk
mampu menjadi bahasa pembangunan yakni memantapkan peranan bahasa
Indonesia sebagai sarana pembangunan bangsa dan sarana pembinaan
kehidupan budaya bangsa. Bahasa Indonesia merupakan pendukung
kebudayaan bangsa Indonesia. Semakin tinggi kebudayaan bangsa Indonesia
semakin tinggi bahasa Indonesia. Lagu merupakan suatu hasil dari
kebudayaan. Lagu atau lirik menggunakan bahasa untuk menyampaikan
maksud atau tujuan dari penyanyi kepada pendengar.
Bahasa merupakan objek linguistik karena pada hakikatnya bahasa
merupakan seperangkat bunyi yang langsung kita dengar dari penutur bahasa,
yang dimaksud dengan bunyi adalah bunyi bahasa. Lagu merupakan unsur-
unsur bunyi bahasa yang dilantunkan penyanyi berdasarkan tinggi rendahnya
suara (not), sehingga bunyi bahasa itu lebih nikmat untuk didengar.
Perkembangan lagu-lagu yang liriknya berbahasa Indonesia dewasa ini cukup
menggembirakan, tidak terlepas dari peranan bahasa Indonesia, baik dalam
perbendaharaan kosa katanya yang dapat mewakili tujuan-tujuan atau ide-ide
dari penyanyi.
Bahasa mempunyai bentuk yang baku atau standar. Bahasa baku atau
bahasa standar ialah salah satu diantara beberapa dialek suatu bahasa yang
dipilih dan ditetapkan sebagai bahasa resmi yang digunakan dalam semua
keperluan resmi (Badudu, 1992: 42). Bahasa Indonesia yang baku adalah
bahasa tulis. Berbahasa lisan yang baku adalah berbahasa seperti bentuk dan
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
susunan tulis. Penggunaan bahasa Indonesia dalam lirik lagu mempunyai ciri
khas tersendiri sebab lirik lagu mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Lagu pada dasarnya ungkapan perasaan, luapan
hati dari penyanyi itu sendiri, oleh karena itu lagu (nyanyian) bisa membuat
orang terhibur, terpesona, dan bahkan terlena apabila lirik-lirik lagu yang
dilantunkan penyanyi mengena di hati pendengar.
Melalui bahasa manusia dapat mengekspresikan apa yang telah
dirasakan atau dipikirkan. Pikiran dan perasaan tersebut direalisasikan dalam
bentuk ragam bahasa verbal dan non verbal. Rakhmat (1994: 35)
mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional,
bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan
gagasan. Menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami
bila ada kesepakatan diantara anggota-anggota kelompok sosial untuk
menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat
yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap
bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan
dirangkaikan supaya memberi arti.
Purwitasari (2009: 57), berpendapat bahwa Bahasa dapat membantu
kita untuk memiliki kemampuan memahami dan menggunakan simbol,
khususnya simbol verbal dalam pemikiran dan berkomunikasi. Bahasa terbagi
menjadi bahasa verbal dan non verbal. Kata “verbal” sendiri berasal dari
bahasa Latin, verbalis, verbum yang sering pula dimaksudkan dengan ‘berarti’
atau ‘bermakna melalui kata-kata’, atau yang berkaitan dengan ‘kata’ yang
digunakan untuk menerangkan fakta, ide, atau tindakan yang lebih sering
berbentuk percakapan lisan daripada tulisan. Komunikasi verbal adalah
bahasa, kata-kata dengan aturan tata bahasa, baik secara lisan maupun secara
tertulis.
Tata bahasa meliputi tiga unsur yaitu: (1) fonologi; (2) sintaksis; dan
(3) semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam
bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat.
Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Larry L. Barker (dalam Mulyana, 2005 : 7) berpendapat bahwa bahasa
mempunyai tiga fungsi yaitu: (1) penamaan (naming atau labeling); (2)
interaksi; dan (3) transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk
pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut
namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Dalam fungsinya sebagai
sarana hiburan bahasa lagu (lirik) mempunyai sasaran informasi yang tepat,
enak didengar dan dimengerti oleh pendengar sehingga apa yang diinginkan
oleh penyanyi sampai kepada pendengar. Bahasa lagu atau lirik haruslah
sederhana, mudah dipahami, teratur, dan efektif. Bahasa sederhana
mengandung pengertian bahasa yang strukturnya tidak rumit, terutama
struktur lirik lagunya. Kata-kata dalam lirik lagu tidak hanya dimengerti oleh
penyanyi tetapi juga harus dimengerti dan dipahami oleh pendengar.
Bahasa dalam lirik lagu sebaiknya teratur, artinya dalam lirik lagu di
tempatkan pada urutan strukturnya sehingga lagu tersebut nikmat untuk
didengar dan tidak sulit memahami maknanya. Bahasa dalam lirik lagu harus
efektif dan efisien tidak bartele-tele, tetapi juga tidak terlalu hemat dengan
kata-kata sehingga maknanya tidak jelas dan mempunyai makna yang kabur
atau makna ambigu. Bahasa dalam lagu sebaiknya mempunyai pengertian
yang dapat diterima dan logis, sehingga ide yang diungkapkan melalui bahasa
itu dapat diterima oleh pendengar.
b. Ekonomi Bahasa
Dalam semua bahasa di dunia, penutur-penutur berusaha untuk
menghemat tenaga dalam pemakaian bahasa dan memperpendek tuturan-
tuturannya, sejauh hal itu tidak menghambat komunikasi, dan tidak
bertentangan dengan budaya tempat bahasa tersebut dipakai. Sifat “hemat” itu
dalam bahasa lazim disebut “ekonomi bahasa” (Verhaar, 2006: 85).
Bahasa yang efektif adalah bahasa yang menyampaikan informasi
secara tepat, efisien, serta jelas, dan tidak berlebih-lebihan. Unsur yang selalu
menggunakan, kata-kata yang berlebihan disebut sifat Dekonatis (mubazir).
Bahasa lagu sangat penting memperhatikan ekonomi bahasa sebab dapat
menimbulkan pengertian yang rancu sehingga lagu yang dilantunkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
mengandung unsur-unsur pengertian yang rancu, menyebabkan pendengar
mengalami kesulitan mencerna makna dari lagu yang dilantunkan.
Prinsip ekonomi bahasa menekankan bahwa setiap pengguna bahasa
selalu berusaha menghemat tenaga dalam kegiatan berbahasa. Penghematan
ini diaplikasikan melalui berbagai cara, karena bahasa itu ada yang berbentuk
bahasa lisan dan tulisan, penghematan antara kedua bentuk tersebut serupa
tapi tidak sama. Dalam bahasa lisan, bentuk ekonomi bahasa tampak pada
bentuk-bentuk singkatan atau abreviasi, seperti singkatan (gelar, nama
lembaga, atau istilah), akronim, dan inisial. Penyingkatan-penyingkatan ini
bertujuan menghemat tenaga ketika menulis karena bentuk singkatan tentunya
mengurangi jumlah huruf yang harus dituliskan. Apapun bentuknya yang
jelas, prinsip ekonomi bahasa berarti pengguna bahasa selalu berusaha
semudah dan seminim mungkin menggunakan tenaga ketika berbahasa. Selain
itu, perubahan-perubahan yang utamanya berupa penghilangan itu selalu
bersifat tidak mengubah makna tuturan.
Penghilangan fonem umumnya terjadi dan produktif pada ragam
bahasa nonstandar atau nonformal sebab hanya pada ragam inilah bahasa
dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan dan kehendak pengguna selama tidak
berubah total dan menjadi suatu bahasa baru. Penghilangan fonem dalam
tuturan ragam formal atau ragam baku tidak seproduktif ragam nonformal
karena ragam ini bersifat kaku, tidak mudah berubah, dan tetap karena
menjadi standar bahasa yang bersangkutan. Penghilangan fonem dalam
tuturan ragam formal sebatas terjadi pada abreviasi dan pembakuan kata yang
mengalami gejala penambahan fonem seperti protesis, epentesis, atau paragog
pada bentuk nonbakunya.
Bahasa dalam lirik lagu menggunakan struktur bahasa yang baik
sehingga tidak menimbulkan kesalahan seperti penggunaan kata-kata yang
mubazir. Bahasa lagu yang liriknya berbahasa Indonesia sebaiknya
menghindari pengaruh dari bahasa daerah dan bahasa asing yang berlebihan,
sebab kosa kata dalam bahasa Indonesia masih mampu mewakili keadaan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
situasi yang ingin diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak
menimbulkan salah kaprah bagi pendengarnya.
2. Diksi
a. Pengertian Diksi
Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang
dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan
untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu
ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan
ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan
atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk
ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa bagian dari diksi bertalian dengan
ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki
nilai artistik yang tinggi (Keraf, 2000: 22-23).
Diksi merupakan salah satu unsur yang ikut membangun keberadaan
karya sastra berarti pemilihan kata yang dilakukan oleh pengarang untuk
mengekspresikan gagasan dan perasaan yang bergejolak dan menggejala
dalam dirinya. Pemahaman terhadap penggunaan diksi menjadi salah satu
pemandu pembaca menuju pemahaman makna karya sastra secara baik dan
menyeluruh (Sayuti, 2002: 143).
Pengarang sangat cermat dalam memilih kata-kata sebab kata-kata
yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima
dan irama, kedudukan kata ditengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata
dalam keseluruhan lirik lagu, disamping memilih kata yang tepat, pengarang
mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya magis dari kata-
kata tersebut. Kata-kata diberi makna baru dan tidak bermakna diberi makna
menurut kehendak pengarang (Waluyo, 1995: 72). Begitu pentingnya pilihan
kata dalam karya sastra sehingga ada yang menyatakan bahwa diksi
merupakan esensi penulisan karya sastra. Bahkan, ada yang menyebutnya
sebagai dasar bangunan setiap karya sastra sehingga dikatakan bahwa diksi
merupakan faktor penentu seberapa jauh seorang pengarang mempunyai daya
cipta yang asli. Pernyataan tersebut tidak berlebihan karena kesan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pengertian pembaca diperoleh melalui diksi. Pilihan kata yang tepat dan
cermat yang dilakukan pengarang dalam mengukuhkan pengalamannya dalam
karya sastra, membuat kata-kata tersebut terkesan tidak hanya merekat dan
menempel, tetapi dinamis dan bergerak serta memberikan kesan yang hidup.
Kata-kata semacam itu tidak hanya sekadar menjadi tanda tertentu, sekaligus
menjadi sebuah dunia karya sastra itu sendiri. Oleh karena itu untuk
memahami dan menikmati karya sastra, pembaca atau penikmat tidak boleh
mengabaikan unsur diksi. Seperti kosakata, bahasa kiasan, bangunan citra, dan
sarana retorika (Sayuti, 2002: 143-144).
Jika diamati secara cermat terdapat sejumlah pengarang yang
mempergunakan kata-kata yang mempunyai makna konotatif yang bersifat
umum dan konvensional. Akan tetapi banyak pengarang yang
mempergunakan kata-kata konotatif ciptaannya sendiri yang bersifat pribadi,
dan inkonvensional. Pengarang ada yang gemar memilih dan menggunakan
bentuk-bentuk kata dasar, dan ada pula yang lebih menyukai kata-kata yang
sudah mengalami proses morfologis, semuanya diorientasikan pada
kepentingan ekspresi (Sayuti, 2002: 144). Dalam karya sastra penempatan
kata-kata sangat penting artinya dalam rangka menumbuhkan suasana puitik
yang akan membawa pembaca kepada penikmatan dan pemahaman yang
menyeluruh dan total. Beberapa pengarang senang mempergunakan kata-kata
biasa, yakni kata-kata sederhana yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Kata-kata semacam ini dengan cepat dan tidak terlalu sukar dimengerti oleh
pembaca, karena kata-kata tersebut menampilkan efek kejelasan bersifat
langsung.
Dalam kehidupan sehari-hari ditemukan orang-orang yang sulit
mengungkapkan maksudnya dan sangat miskin variasi bahasanya, tetapi ada
orang-orang yang sangat boros dan mewah mengobralkan perbendaharaan
katanya, namun tidak ada isi yang tersirat di balik kata-kata itu, setiap anggota
masyarakat harus mengetahui bagaimana pentingnya peranan kata dalam
komunikasi sehari-hari sehingga tidak terjebak kedalam dua ekstrim tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Syarat-syarat komunikasi masyarakat kontemporer harus menguasai
sejumlah besar kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat
bahasanya, serta mampu menggerakkan kekayaannya itu menjadi jaringan-
jaringan kalimat yang jelas dan efektif, sesuai dengan kaidah-kaidah sintaksis
yang berlaku, untuk menyampaikan rangkaian pikiran dan perasaannya kepada
anggota-anggota masyarakat. Mereka yang luas kosa katanya memiliki
kemampuan yang tinggi untuk memilih kata yang harmonis untuk mewakili
maksud atau gagasannya. Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan
pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat
diterima atau tidak merusak suasana yang ada.
Perbedaan pengarang, zaman, latar belakang sosial budaya, pendidikan
dan agama, memberi warna terhadap perbedaan dalam pemilihan kata.
Pengarang dari Jawa dengan bahasa Jawa kurang puas menggunakan istilah
bahasa Indonesia untuk kata-kata khas Jawa yang padan. Pengarang
hendaknya mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan tepat, seperti
yang dialami oleh batinnya. Pemilihan kata dalam hal itu disebut dengan diksi.
Keraf (2002: 76) berpendapat bahwa ”pilihan kata merupakan hasil yang
diperoleh para leksigraf yang berusaha merekam sebuah kata, bukannya
menentukan makna sebuah kata supaya digunakan para pemakainya”.
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang
dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat karya fiksi (sastra) adalah
dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata.
Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu
untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro, 1998: 290).
Champan (dalam Nurgiyantoro 1998: 290) berpendapat bahwa
pemilihan kata dapat melalui pertimbangan-pertimbangan formal tertentu
yaitu: (1) pertimbangan fonologis, misalnya kepentingan alitrasi, irama, dan
efek bunyi tertentu; (2) pertimbangan dari segi metode, bentuk, dan makna
yang dipergunakan sebagai sarana mengkonsentrasikan gagasan.
Dalam hal ini, faktor personal pengarang untuk memilih kata-kata
yang paling menarik perhatiannya berperan penting. Pengarang dapat memilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kata atau ungkapan tertentu sebagai siasat untuk mencapai efek yang
diinginkan. Persoalan diksi dan pilihan kata bukanlah persoalan yang
sederhana. Ketepatan pemilihan kata atau diksi untuk mengungkapkan suatu
gagasan diharapkan fungsi yang diperoleh akan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Keraf (2002: 23) mengungkapkan bahwa istilah diksi digunakan
untuk menyatakan kata-kata yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide
atau gagasan, yang meliputi persoalan, fraseologi, gaya bahasa dan ungkapan.
Dengan demikian, persoalan diksi sebenarnya jauh lebih luas dari apa yang
dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu, karena tidak sekedar untuk memilih
kata-kata yang dipilih untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi
menyangkut masalah frase, gaya bahasa dan ungkapan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, (1) pilihan kata atau
diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan
suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat
atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya yang paling baik
digunakan dalam situasi; (2) pilihan kata atau diksi adalah kemampuan
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok)
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar;
(3) pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan
yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah
keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
b. Jenis-jenis Makna
Bentuk kata lazim dibicarakan dalam tatabahasa setiap bahasa.
Bagaimana bentuk sebuah kata dasar, bagaimana menurunkan kata baru dari
bentuk kata dasar atau gabungan dari bentuk-bentuk dasar biasanya
dibicarakan secara terperinci dalam tatabahasa, yang sering diabaikan masalah
makna kata. Ketepatan pilihan kata atau kesesuaian pilihan kata tergantung
pula pada makna yang didukung oleh bermacam-macam bentuk itu (Keraf,
2004: 35).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Makna kata dibedakan atas makna yang bersifat denotatif dan makna
kata yang bersifat konotatif (Keraf, 2004: 28).
1) Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.
Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif
adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif.
Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual, makna
denotasional atau makna kognitif karena dilihat dari sudut pandang yang
lain. Pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna
denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan
hasil menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau
pengalaman lainnya.
Denotatif adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat
pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting
di dalam ujaran (Zgusta, 1971: 208). Dalam beberapa buku pelajaran,
makna denotatif sering juga disebut makna dasar, makna asli, atau makna
pusat.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa makna denotatif adalah makna sebenarnya dan apa adanya. Kata
yang mengandung makna denotatif mudah dipahami karena tidak
mengandung makna yang rancu walaupun masih bersifat umum. Makna
yang bersifat umum ini maksudnya adalah makna yang telah diketahui
secara jelas oleh semua orang.
2) Makna Konotatif
Makna konotatif sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok
masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain, sesuai
dengan pandangan hidup dan norma-norma penilaian kelompok
masyarakat tersebut. Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke
waktu.
Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu
mempunyai “nilai rasa”, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotatif, tetapi dapat disebut
berkonotatif netral, positif dan negatifnya nilai rasa sebuah kata seringkali
juga terjadi sebagai akibat digunakannya referen kata itu sebagai sebuah
perlambang. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang positif maka
bernilai rasa yang positif; dan jika digunakan sebagai lambang sesuatu
yang negatif maka akan bernilai rasa negatif.
Zgusta (1971: 38) berpendapat bahwa makna konotatif adalah
makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar
yang biasanya berfungsi menandai. Kridalaksana (1983: 91) berpendapat
bahwa aspek makna sebuah kata atau sekelompok kata yang didasarkan
atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara
(penulis) dan pendengar (pembaca).
Beracuan dari pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa
makna konotatif adalah suatu makna stimulus dan respon yang
mengandung nilai-nilai emosional. Nilai-nilai tersebut dapat berupa nilai
rasa positif ataupun nilai rasa negatif.
3. Gaya Bahasa
a. Pengertian Gaya Bahasa
Sebelum dijabarkan lebih lanjut tentang gaya bahasa, terlebih dahulu
akan dijelaskan secara singkat mengenai stilistika. Secara etimologis stylistics
berkaitan dengan style (gaya), dengan demikian stylistics dapat diterjemahkan
dengan ilmu tentang gaya yang erat hubungannya dengan linguistik. Tuner
(dalam Pradopo, 2005: 161) mengemukakan bahwa.
Linguistik merupakan ilmu yang berupaya memberikan bahasa dan menunjukkan bagaimana cara kerjanya, sedangkan stylistics merupakan bagian dari linguistik yang memusatkan perhatiannya pada variasi penggunaan bahasa, yang walaupun tidak secara eksklusif, terutama pemakaian bahasa dalam sastra. Gaya dalam ini tentu saja mengacu pada pemakaian atau penggunaan
bahasa dalam karya sastra (Pradopo, 2005: 161). Sebelum ada stilistika,
bahasa karya sastra sudah memiliki gaya yang memiliki keindahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gaya adalah segala sesuatu yang “menyimpang” dari pemakaian biasa. Penyimpangan tersebut bertujuan untuk keindahan. Keindahan ini banyak muncul dalam karya sastra, karena sastra memang syarat dengan unsur estetik. Segala unsur estetik ini menimbulkan manipulasi bahasa, plastik bahasa dan kado bahasa sehingga mampu membungkus rapi gagasan penulis (Endraswara, 2003: 71). Dapat dikatakan bahwa setiap karya sastra hanyalah seleksi beberapa
bagian dari suatu bahasa tertentu (Pradopo, 2005: 162). Hubungan antara
bahasa dan sastra sering bersifat dialektis. Sastra sering mempengaruhi
bahasa sementara itu sastra juga tidak mungkin diisolasi dari pengaruh sosial
dan intelektualitas.
Analisis stilistika digunakan untuk menemukan suatu tujuan estetika
umum yang tampak dalam sebuah karya sastra dari keseluruhan unsurnya.
Dengan demikian, analisis stilistika dapat diarahkan untuk membahas isi.
Penelitian stilistika berdasarkan asumsi bahwa sastra mempunyai tugas mulia
(Endraswara, 2003: 72). Lebih lanjut, Suwardi menambahkan bahwa bahasa
memiliki pesan keindahan dan sekaligus membawa makna. Gaya bahasa
sastra berbeda dengan gaya bahasa sehari-hari. Gaya bahasa sastra digunakan
untuk memperindah teks sastra.
Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa Latin
stilus dan mengandung arti leksikal "alat untuk menulis" (Aminuddin, 2009:
72). Aminuddin juga menjelaskan bahwa dalam karya sastra istilah gaya
mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya
dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu
menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan
emosi pembaca. Sedangkan Scharbach (dalam Aminuddin, 2009: 72)
menyebut gaya sebagai hiasan, sebagai sesuatu yang suci, sebagai sesuatu
yang indah dan lemah gemulai serta sebagai perwujudan manusia itu sendiri.
Bagaimana seorang pengarang mengungkapkan gagasannya dalam wacana
ilmiah dengan cara pengarang dalam kreasi cipta sastra, dengan demikian
akan menunjukkan adanya perbedaan meskipun dua pengarang itu berangkat
dari satu ide yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Secara umum, gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah
melalui bahasa, tingkah laku, dan sebagainya (Keraf 1984: 113). Dengan
demikian, segala perbuatan manusia dapat dipergunakan untuk mengetahui
siapakah dia sebenarnaya atau segala perbuatan dapat memberikan gambaran
sendiri. Dalam hubungan dengan karya sastra, terdapat berbagai pengertian
atau pendapat tentang gaya yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
pengertian tersebut. Istilah gaya berpadanan dengan istilah stylus
(Aminuddin, 1995:1).
Secara umum makna stylus adalah bentuk arsitektur, yang memiliki
ciri sesuai dengan karaktristik ruang dan waktu. Semantara itu kata stylus
bermakna alat untuk menulis sesuai dengan cara yang digunakan oleh
penulisnya. Terdapat dimensi bentuk dan cara tersebut menyebabkan istilah
style selain dikatagorikan sebagai nomina juga dikatagorikan sebagai verbal.
Secara etimologis stylistics berhubungan dengan kata style, artinya gaya,
sedangkan stylistics dapat diterjemahkan ilmu tentang gaya.
Cunningham (1966: 15) menyebutkan bahwa gaya ialah cara
pengungkapan dalam tulisan atau ujaran, penyeleksian ungkapan yang khas,
cara yang khas dalam menggungkapkan pikiran melalui kata-kata yang runtut
atau kiasan yang berbeda kesannya bila diungkapkan dengan cara yang lain.
Pendapat ini lebih tegas, karena Cunningham lebih menekankan pada
pengolahan bahasa sebagai media yang akan berubah menjadi karya sastra.
Enkvist (dalam Aminudin, 1995: 28) memberikan definisi style, antara lain:
(1) bungkus yang membungkus inti pemikiran atau pertanyaan yang telah ada
sebelumnya; (2) pilihan antara berbagai pernyataan yang mungkin, (3)
sekumpulan ciri pribadi; (4) penyimpangan dari pada norma atau kaidah dan;
(5) hubungan antar satuan bahasa yang dinyatakan dalam teks yang lebih luas
dari pada sebuah ayat.
Pada masa Renaissance style diartikan sebagai cara menyusun dan
menggambarkan sesuatu secara tepat dan mendalam sehingga dapat
menampilkan nilai keindahan tertentu sesuai dengan impresi dan tujuan
pemaparannya (Aminuddin 1995: 31).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pada masa neoklasik, style diartikan sebagai bentuk penggungkapan
ekspresi kebahasaan sesuai dengan kedalaman emosi dan sesuatu yang ingin
di refleksikan pengarang secara tidak langsung. Dalam karya sastra istilah
gaya atau style mengandung pengertian cara seorang pengarang
menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah
dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat
menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin, 2009: 72).
Salbach dalam (Aminuddin, 2009: 72) berpendapat bahwa "gaya sebagai
hiasan, sebagai sesuatu yang suci, sebagai sesuatu yang indah dan lemah
gemulai serta sebagai perwujudan manusia itu sendiri". Sebenarnya gaya
bahasa, secara intitutif pada umumnya telah dimengerti. Akan tetapi, sukar
membuat batasan dan merumuskan pengertiannya tentang gaya bahasa. Ada
bermacam-macam batasan dan pengertian mengenai gaya bahasa. Gaya
bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk
mendapatkan fungsi tertentu. Dalam karya sastra yang efektif tentu ada
fungsi estetik yang menyebabkan karya yang bersangkutan bernilai seni.
Nilai seni dalam karya sastra disebabkan oleh adanya gaya bahasa dan fungsi
lain yang menyebabkan karya sastra menjadi indah seperti adanya gaya
bercerita atau pun penyusunan alurnya. Dalam mempergunakan bahasa untuk
melantunkan gagasannya, penyair tentu saja memiliki pertimbangan di dalam
mendayagunakan gaya bahasa. Dengan demikian, penyair mestinya
mempunyai tujuan tertentu dalam hal itu. Penyair mempergunakan gaya
bahasa tertentu, bisa jadi merupakan suatu upaya guna menguatkan maksud
yang disampaikanya. Kemampuan dalam mengolah dan mendayagunakan
gaya bahasa menentukan berhasil tidaknya suatu karya sastra.
Gaya bahasa merupakan penggunaan bahasa secara khusus untuk
mendapatkan nilai seni. Hartoko dan Rahmanto (1986: 137) berpendapat
bahwa gaya bahasa adalah cara yang khas dipakai seseorang untuk
mengungkapkan diri (gaya pribadi). Sebagaimana dikemukakan oleh
Mulyana (2005 : 12) bahwa gaya bahasa itu susunan perkataan yang terjadi
karena perasaan dalam hati pengarang dengan sengaja atau tidak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca, gaya bahasa itu
selalu subjektif dan tidak akan objektif.
Gaya bahasa adalah cara mengekspresikan bahasa dalam prosa
ataupun puisi. Gaya bahasa adalah bagaimana seorang penulis berkata
mengenai apa pun yang dikatakan (Abram, 1981: 190). Sejalan dengan
pengertian tersebut (Kridalaksana, 1983: 49-50) salah satu pengertiannya
adalah pemanfaatannya atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur
atau menulis; lebih khusus adalah pemakaian ragam bahasa tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu, dan lebih luasnya gaya bahasa itu merupakan
keseluruan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra". Gaya bahasa dalam
arti umum adalah penggunaan bahasa sebagai media komunikasi secara
khusus, yaitu penggunaan bahasa secara beragam dengan tujuan untuk
ekspresivitas, menarik perhatian atau untuk membuka pesona (Pradopo,
1990: 139).
Tarigan (1986: 5) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah bahasa
indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal lain yang
lebih umum. Penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta
menimbulkan konotasi tertentu. Dale (dalam Tarigan 1986: 5). Gaya bahasa
adalah penggunaan bahasa yang khas dan dapat diidentifikasi melalui
pemakaian bahasa yang menyimpang dari penggunaan bahasa sehari-hari
atau yang lebih dikenal sebagai bahasa khas dalam wacana sastra.
Penyimpangan penggunaan bahasa biasanya berupa penyimpangan terhadap
kaidah bahasa, banyaknya pemakaian bahasa daerah, pemakaian bahasa
asing, pemakaian unsur-unsur daerah dan unsur-unsur asing.
Gaya bahasa atau style menjadi bagian dari diksi atau pilihan kata
yang mempersoalkan cocok atau tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa
tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Persoalan gaya bahasa meliputi
semua hirarki keabsahan, pilihan kata secara individual, frasa, klausa dan
kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Gaya
bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya,
semakin baik pula penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa
seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan kepadanya (Keraf, 2004).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan gaya adalah tatanan
yang bersifat lugas, jelas, dan menjauhkan unsur-unsur gaya bahasa yang
mengandung makna konotatif. Sedangkan pengarang dalam wacana sastra
justru akan menggunakan pilihan kata yang mengandung makna padat,
reflektif, asosiatif, dan bersifat konotatif. Selain itu, tatanan kalimat-
kalimatnya juga menunjukkkan adanya variasi dan harmoni sehinnga mampu
menuansakan keindahan dan bukan hanya nuansa makna tertentu saja. Oleh
sebab itu masalah gaya dalam sastra akhirnya juga berkaitan erat dengan
masalah gaya dalam bahasa itu sendiri.
Sudjiman (1998: 13) berpendapat bahwa sesungguhnya gaya bahasa
dapat digunakan dalam segala ragam bahasa baik ragam lisan, tulis,
nonsastra, dan ragam sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan
bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu.
Akan tetapi, secara tradisional gaya bahasa selalu ditautkan dengan teks
sastra, khususnya teks sastra tertulis. Gaya bahasa mencakup diksi atau
pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan, pola rima, matra yang
digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
Ratna (2009: 84) berpendapat bahwa gaya bahasa bukan sekedar saluran,
tetapi alat yang menggerakkan sekaligus menyusun kembali dunia sosial itu
sendiri. Gaya bahasa baik bagi penulis maupun pembaca berfungsi untuk
mengeksplorasi kemampuan bahasa khususnya bahasa yang digunakan.
Stilistika dengan demikian memperkaya cara berpikir, cara pemahaman, dan
cara perolehan terhadap substansi kultural pada umumnya.
Retorika merupakan penggunaan bahasa untuk memperoleh efek
estetis yang diperoleh melalui kreativitas pengungkapan bahasa, yaitu
bagaimana seorang pengarang menyiasati bahasa sebagai sarana untuk
mengungkapkan gagasannya. Pengungkapan bahasa dalam sastra
mencerminkan sikap dan perasaan pengarang yang dapat digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mempengaruhi sikap dan perasaan pembaca. Bentuk pengungkapan bahasa
harus efektif dan mampu mendukung gagasan secara tepat yang memiliki
segi estetis sebagai sebuah karya. Kekhasan, ketepatan, dan kebaruan
pemilihan bentuk-bentuk pengungkapan yang berasal dari imajinasi dan
kreatifitas pengarang dalam pengungkapan bahasa dan gagasan sangat
menentukan keefektifan wacana atau karya yang dihasilkan. Hal ini bisa
dikatakan bahwa bahasa akan menentukan nilai kesastraan yang akan
diciptakan.
Karya sastra adalah sebuah wacana yang memiliki kekhasan
tersendiri. Seorang pengarang dengan kreativitasnya mengekspresikan
gagasannya dengan menggunakan bahasa dengan memanfaatkan semua
media yang ada dalam bahasa. Gaya berbahasa dan cara pandang seorang
pegarang dalam memanfaatkan dan menggunakan bahasa tidak akan sama
satu sama lain dan tidak dapat ditiru oleh pengarang lain karena hal ini sudah
menjadi bagian dari pribadi seorang pengarang. Kalaupun ada yang meniru
pasti akan dapat ditelusuri sejauh mana persamaan atau perbedaan antara
karya yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat diketahui mana karya
yang hanya sebuah jiplakan atau imitasi.
Pemilihan bentuk bahasa yang digunakan pengarang akan berkaitan
fungsi dan konteks pemakaiannya. Pemakaian gaya dalam sastra selalu
dikaitkan dengan konteks yang melatarbelakangi pemilihan dan pemakaian
bahasa. Semua gaya bahasa itu berkaitan langsung dengan latar sosial dan
kehidupan di mana bahasa itu digunakan.
Bahasa sastra adalah bahasa khas (Endraswara, 2003: 72). Khas
karena bahasanya telah direkayasa dan dioles sedemikian rupa. Dari polesan
itu kemudian muncul gaya bahasa yang manis. Seharusnya pemakaian gaya
bahasa harus didasari penuh oleh pengarang, bukan hanya suatu kebetulan
gaya diciptakan oleh pengarang demi keistimewaan karyanya. Jadi dapat
dikatakan jika pengarang pandai bersilat bahasa, kaya, dan mahir dalam
menggunakan stilistika maka karyanya akan semakin mempesona dan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
lebih berbobot. Stilstik adalah penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam
karya sastra yang akan membangun aspek keindahan karya sastra.
Pradopo (dalam Endraswara, 2003: 72) berpendapat bahwa nilai seni
sastra ditentukan oleh gaya bahasanya. Gaya bahasa dapat dikatakan sebagai
keahlian seorang pengarang dalam mengolah kata-kata. Jangkauan gaya
bahasa sangat luas, tidak hanya menyangkut masalah kata tetapi juga
rangkaian dari kata-kata tersebut yang meliputi frasa, klausa, kalimat, dan
wacana secara keseluruhan (Keraf, 2004: 112). Termasuk kemahiran
pengarang dalam memilih ungkapan yang menentukan keberhasilan,
keindahan, dan kemasuk akalan suatu karya yang merupakan hasil ekspresi
diri (Sayuti, 2002: 110). Sejalan dengan pengertian tersebut, Endraswara
(2003: 73) berpendapat bahwa gaya bahasa merupakan seni yang dipengaruhi
oleh nurani. Melalui gaya bahasa sastrawan menuangkan idenya.
Bagaimanapun perasaan saat menulis, jika menggunakan gaya bahasa, karya
yang dihasilkan akan semakin indah. Jadi, dapat dikatakan gaya bahasa
adalah pembungkus ide yang akan menghaluskan teks sastra.
Melalui gaya bahasa pembaca dapat menilai kepribadian dan
kemampuan pengarang, semakin baik gaya bahasa yang digunakan, semakin
baik pula penilaian terhadapnya. Sering dikatakan bahwa bahasa adalah
pengarang yang terekam dalam karya yang dihasilkannya. Oleh sebab itu
setiap pengarang mempunyai gaya masing-masing.
Musicologists and linguists have often suggested that the prosody of a
culture’s spoken language can influence the structure of its
instrumental music. However, empirical data supporting this idea
have been lacking. This has been partly due to the difficulty of
developing and applying comparable quantitative measures to melody
and rhythm in speech and music… (Ahli musik dan ahli bahasa sering
menyarankan bahwa prosodi bahasa lisan budaya bisa mempengaruhi
struktur musik instrumentalnya. Namun, data empiris yang
mendukung ide ini telah kurang. Ini telah sebagian karena kesulitan
mengembangkan dan menerapkan ukuran kuantitatif sebanding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dengan melodi dan irama dalam pidato dan musik).(Patel AD, Daniele
JR, 2002).
Dengan kata lain, objek tersebut adalah untuk mengetahui nilai-nilai
tematik dan estetika yang dihasilkan oleh linguistik bentuk, nilai-nilai yang
menyampaikan visi penulis, nada dan sikap, yang bisa meningkatkan afektif
atau kekuatan emotif pesan yang memberikan sumbangan untuk karakterisasi
dan membuat fiksi realitas fungsi lebih efektif dalam kesatuan tematik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian gaya bahasa atau majas adalah cara khas dalam menyatakan
pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya
bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung
menyatakan makna yang sebenarnya.
Keraf (2004: 113) menyebutkan Syarat-syarat yang diperlukan untuk
membedakan suatu gaya bahasa yang baik dari gaya bahasa yang buruk
sebagai berikut.
1) Kejururan
Kejujuran adalah suatu pengorbanan, karena kadang-kadang kejujuran
meminta kita melaksanakan sesuatu yang tidak menyenangkan diri kita
sendiri. Kejujuran dalam bahasa berarti kita mengikuti aturan-aturan, kaidah-
kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Bahasa adalah alat untuk kita
bertemu dan bergaul. Sebab itu, bahasa harus digunakan pula secara tepat
dengan memperhatikan sendi kejujuran.
2) Sopan-santun
Sopan santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang
yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Rasa hormat dalm
gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan. Kejelasan
diukur dalam beberapa butir kaidah berikut.
a) kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan kalimat;
b) kejelasan dalam korespondensi dengan fakta yamg diungkapkan
melalui kata-kata atau kalimat tadi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c) kejelasan dalam pengurutan ide secara logis;
d) kejelasan dalam penggunaan kiasan dan perbandingan.
3) Menarik
Kejujuran, kejelasan serta kesingkatan harus merupakan langkah
dasar dan langkah awal. Bila seluruh gaya bahasa hanya mengandalkan kedua
(atau ketiga) kaidah tersebut diatas maka bahasa yang digunakan masih terasa
tawar, tidak menarik. Sebab itu, sebuah gaya yang menarik dapat diukur
melalui beberapa komponen variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik,
tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi).
b. Jenis-Jenis Gaya Bahasa
Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur Bahasa dapat dibedakan
berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan dengan jenis-jenis
bahasa sebagai berikut:
1) Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan: gaya
bahasa resmi (bukan bahasa resmi), gaya bahasa tak resmi dan gaya
bahasa percakapan. Gaya bahasa dalam tingkatan bahasa nonstandar
tidak akan dibicarakan di sini, karena tidak akan berguna dalam tulisan-
tulisan ilmiah atau ilmiah popular (Tarigan, 1986 : 144).
a) gaya bahasa resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap,
gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya
yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan
mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Amanat
kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk
rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius atau
esei yang memuat subyek-subyek yang penting, semuanya
dibawakan dengan gaya bahasa resmi. (Tarigan, 1986: 144).
b) gaya bahasa tidak resmi
Gaya bahasa tidak resmi juga merupakan gaya bahasa yang
dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Bentuknya tidak
terlalu konservatif. Gaya ini biasanya dipergunakan dalam karya-
karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau
bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, kolumnis, dan
sehagainya. Singkatnya gaya bahasa tidak resmi adalah gaya bahasa
yang umum dan normal bagi kaum terpelajar (Tarigan, 1986: 144).
c) gaya bahasa percakapan
Sejalan dengan kata-kata dalam percakapan, terdapat juga gaya
bahasa percakapan. Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah
kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Namun di sini harus
ditambahkan segi-segi morfologis dan sintaksis, yang secara
bersama-sama membentuk gaya bahasa percakapan ini. Biasanya
segi-segi sintaksis tidak terlalu diperhatikan, demikian pula segi-
segi morfologis yang biasa diabaikan sering dihilangkan. Kalau
dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi,
maka gaya bahasa percakapan ini dapat diumpamakan sebagai
bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya masih lengkap
untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-
kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan
dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan tak resmi (Tarigan,
1986: 145).
2) Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana
Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang
dipancarkan dan rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah
wacana. Sering kali sugesti ini akan lebih nyata kalau diikuti dengan
sugesti suara dan pembicara, bila sajian yang dihadapi adalah bahasa
lisan (Tarigan, 1986: 145).
Gaya bahasa dilihat dari sudut nada yang terkandung dalam
sebuah wacana, dibagi atas: (1) gaya yang sederhana; (2) gaya mulia dan
bertenaga; (3) gaya menengah (Tarigan, 1986: 145).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a) gaya sederhana
Gaya ini biasanya cocok untuk memberi instruksi, perintah,
pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya.
b) gaya mulia dan bertenaga
Sesuai dengan namanya, gaya ini penuh dengan vitalitas dan
energi, dan biasanya dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu.
Menggerakkan sesuatu tidak saja dengan mempergunakan tenaga
dan vitalitas pembicara, tetapi juga dapat mempergunakan nada
keagungan dan kemuliaan. Tampaknya hal ini mengandung
kontradiksi, tetapi kenyataannya memang demikian. Nada yang
agung dan mulia akan sanggup menggerakkan emosi setiap
pendengar, dalam keagungan, terselubung sebuah tenaga yang halus
tetapi secara aktif ia meyakinkan bekerja untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Khotbah tentang kemanusiaan dan keagamaan,
kesusilaan dan ketuhanan biasanya disampaikan dengan nada yang
agung dan mulia. Tetapi di balik keagungan dan kemuliaan itu
terdapat tenaga penggerak yang luar biasa, tenaga yang benar-benar
mampu menggetarkan emosi para pendengar atau pembaca.
c) gaya menengah
Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha
untuk menimbulkan suasana senang dan damai. Karena tujuannya
adalah menciptakan suasana senang dan damai, maka nadanya juga
bersifat lemah-lembut, penuh kasih sayang, dan mengandung humor
yang sehat. Pada kesempatan-kesempatan khusus seperti pesta,
pertemuan, dan rekreasi, orang lebih menginginkan ketenangan dan
kedamaian. Akan ganjil rasanya, atau akan timbul ketidak
harmonisan kalau dalam suatu pesta pernikahan ada orang yang
memberi sambutan berapi-api, mengerahkan segala emosi dan
tenaga untuk menyampaikan sepatah kata. Para hadirin yang kurang
waspada akan turut terombang-ambing dalam permainan emosi
semacam itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk
menciptakan gaya bahasa, yang dimaksud dengan struktur kalimat disini
adalah kalimat bagaimana sebuah unsur kalimat yang dipentingkan
dalam kalimat tersebut. Berdasarkan dengan sifatnya periodik, kalimat
yang bersifat kendur, dan kalimat yang bersifat berimbang (Tarigan,
1986: 147).
Berdasarkan struktur kalimat yang sifatnya periodik, kalimat
yang bersifat kendur dan kalimat yang bersifat berimbang maka dapat di
peroleh gaya bahasa sebagai berikut:
a) klimaks
Gaya bahasa klimaks diturunkan dan kalimat yang bersifat
periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat
kepentingannya dan gagasan-gagasan sebelumnya. Klimaks disebut
juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang
sebenamya merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi. Bila
klimaks itu terbentuk dan beberapa gagasan yang berturut-turut
semakin tinggi kepentingannya, maka ia disebut anabasis.
b) antiklimaks
Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur
mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu
acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dan yang terpenting
berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks sering
kurang efektif karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal
kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi memberi
perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu.
c) paralelisme
Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha
mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa
yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sama. Kesejajaran tersebut dapat pula berbentuk anak kalimat yang
bergantung pada sebuah induk kalimat yang sama.
d) antitesis
Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung
gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-
kata atau kelompok kata yang berlawanan.
e) repetisi
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian
kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam
sebuah konteks yang sesuai. Dalam bagian ini hanya akan
dibicarakan repetisi yang berbentuk kata atau frasa atau klausa.
Karena nilainya dianggap tinggi, maka dalam oratori timbullah
bermacam-macam variasi repetisi.
Repetisi, seperti halnya dengan paralelisme dan antitesis, lahir
dan kalimat yang berimbang. Karena nilainya dalam oratori
dianggap tinggi, maka para orator menciptakan bermacam-macam
repetisi yang pada prinsipnya didasarkan pada tempat kata yang
diulang dalam baris, klausa, atau kalimat. Yang penting di antaranya
adalah.
(1) epizeuksis: repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang
dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut;
(2) tautotes: repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam
sebuah konstruksi;
(3) anafora: repetisi yang berwujud perulangan kata pertama
pada tiap baris atau kalimat berikutnya;
(4) epistrofa: repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa
pada akhir baris atau kalimat berurutan;
(5) simploke (symploehe): simploke adalah repetisi pada awal
dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut;
(6) mesodiplosis: repetisi di tengah baris-baris atau beberapa
kalimat berurutan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(7) epanalepsis: pengulangan yang berwujud kata terakhir dan
baris, klausa atau kalimat, mengulang kata pertama;
(8) anadiplosis: kata atau frasa terakhir dan suatu klausa atau
kalimat menjadi kata atau frasa pertama dan klausa atau
kalimat berikutnya.
4) Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya
makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna
denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Gaya bahasa berdasarkan
ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut sebagai trope atau figure
of speech. Tarigan (1986: 181) berpendapat bahwa gaya bahasa yang
disebut trope atau figure of speech dalam uraian ini dibagi atas dua
kelompok yaitu:
a) gaya bahasa retoris
Macam-macam Gaya bahasa retoris yaitu sebagai berikut: (1)
aliterasi; (2) asonansi; (3) anastrof; (4) apofasis atau preterisio; (5)
apostrof; (6) asindeton; (7) polisindeton; (8) kiasmus; (9) elipsis;
(10) eufe mismus; (11) litotes; (12) histeron Proteron; (13)
plenasma; (14) tautologi; (15) perifrasis; (16) prolepsisi atau
antisipasi; (17) erotesis atau pertanyaan retoris; (18) silepsis dan
zeugmen; (19) koreksio atau epanortosis; (20) hiperbola; (21)
paradoks; dan (22) oksimoron.
b) gaya bahasa kiasan
Macam-macam gaya bahasa kiasan yaitu sebagai berikut: (1)
Persamaan atau smile; (2) metafora; (3) alegori; (4) parabel; (5)
fabel; (6) personifikasi atau prosopopoeia; (7) alusio; (8) eponim;
(9) epitet; (10) sinekdoke; (11) metonimia; (12) antonomasia; (13)
hipalase; (14) ironi; (15) sinisme; (16) sarkosme; (17) sutire; (18)
inuendo; (19) antifrasis; dan (20) pun atau paranomasia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
B. Penelitian Relevan
Hasil penelitian sebelumnya yang relavan dan dapat dijadikan acuan serta
masukan pada penelitian ini adalah:
1. Fitri Wulan Sari dalam penelitian berjudul Penggunaan Diksi dan Gaya
Bahasa Pada Lirik Lagu Religi Karya Ainur Rofik Lil Firdaus. 2006. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan Diksi dan Gaya Bahasa pada
Lirik Lagu Religi Ainur Rofik Lil Firdaus, menunjukan terdapat pemakaian
diksi dan gaya bahasa. Penggunaan diksi meliputi, pemakaian bahasa Arab,
pemakaian bahasa Jawa, pemakaian serapan bahasa Arab, penggunaan idiom
dan kata majemuk. Dan gaya bahasa yang terdapat pada lirik lagu tersebut
antara lain, gaya bahasa perumpamaan atau simile, gaya bahasa metafora,
gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa hiperbola, gaya bahasa klimaks, gaya
bahasa sinekdok, gaya bahasa eponim, dan gaya bahasa repetisi. Dalam lirik
lagu religi karya Opick nilai-nilai keagamaan dikategorikan sebagai berikut:
nilai taubat, rasa syukur, hidayah, dan cinta rasul
2. Diana Yusuf dalam skripsinya yang berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa dalam
Antologi Geguritan Medhitasi Alang-alang karya Widodo Basuki (Kajian
Stilistika) 2005. Masalah yang dibahas adalah bagaimana penggunaan diksi
dan gaya bahasa dalam antologi geguritan medhitasi Alang-alang karya
Widodo Basuki. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam antologi
geguritan ternyata tidak hanya terbatas dalam pembahasan gaya/style
kebahasaan seorang pengarang, namun juga dibahas mengenai diksi atau
makna kata.
3. Elisa Nugraheni dalam skripsinya yang berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa lirik
lagu Ebiet. G. Ade” 2004. Dalam penelitian ini di bahas mengenai pemakaian
bentuk gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Ebiet G. Ade dan makna
gaya bahasa yang terdapat dalam lirik lagu Ebiet G. Ade. Dalam penelitian ini
banyak dijumpai penggunaan gaya bahasa dan berbeda cara pengungkapannya
dengan penyair lain. Dari sinilah banyak masalah yang perlu diteliti oleh ahli
bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4. Ermi Adriani M dalam penelitiannya yang berjudul “Gaya Bahasa Dalam
Lirik Lagu-Lagu Ungu” 2008. Penelitian ini meneliti mengenai gaya bahasa
yang terkandung pada lirik lagu-lagu Ungu ditinjau dari kajian stilistika.
Penelitian ini ditinjau dari kajian stilistika yang berkaitan dengan gaya yang
meliputi konsep-konsep tentang pilihan leksikal seperti pengunaan bahasa
daerah, bahasa asing, mengenai ungkapan dan majas. Hasil dari penelitian ini
adalah menganalisis wujud gaya bahasa dari lirik lagu-lagu Ungu dengan
mendeskripksikan fakta berupa liriknya dan mengidentifikasi gaya bahasa
yang sesuai.
5. Keith J. Petrie dan James W. Pennebaker dalam penelitiannya yang berjudul
“Things We Said Today: A Linguistic Analysis of the Beatles” 2008. Penelitian
ini meneliti mengenai Kelompok musik The Beatles yang memiliki dampak
besar pada budaya Barat selama mereka bersama antara tahun 1960 dan 1970.
Ketiga penulis lagu, John Lennon, Paul McCartney, dan George Harrison,
bersama-sama dan berkembang secara terpisah dalam gaya liris mereka dari
waktu ke waktu. Menggunakan generasi baru dari teks komputer analisis, lirik
The Beatles dianalisis untuk mengatasi bagaimana kelompok berubah sebagai
satu unit dari waktu ke waktu, bagaimana berbagai anggota berubah dalam
gaya mereka menulis, dan tumpang tindih dalam gaya liris dari satu komponis
ke yang berikutnya. Secara keseluruhan, lirik The Beatles menjadi lebih gelap,
lebih psikologis jauh, dan kurang segera dari waktu ke waktu. gaya liris Paul
McCartney terbukti lebih variabel dan luas mulai dari baik Lennon atau
Harrison. Analisis semantik laten Menggunakan, lirik Harrison lebih
dipengaruhi oleh Lennon selain dengan McCartney, akhirnya lirik bersama-
sama ditulis oleh Lennon dan McCartney adalah matematis lebih mirip dengan
gaya linguistik Lennon dari McCartney.
C. Kerangka Berpikir
Dalam lirik lagu d’Masiv terdapat dua segi yang akan penulis analisis,
yaitu: diksi dan gaya bahasa yang terdapat di dalamnya. Untuk mengetahui pilihan
kata yang digunakan pengarang dalam album d’Masiv maka diperlukan analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
diksi. Diksi bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang
dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi
persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Diksi yang terdapat dalam lirik
lagu d’Masiv berupa makna denotatif dan makna konotatif. Gaya bahasa adalah
cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan.
Kekhasan dari gaya bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak
secara langsung menyatakan makna yang sebenarnya. Syarat-syarat yang
diperlukan untuk membedakan suatu gaya bahasa yang baik dari gaya bahasa
yang buruk adalah kejujuran, sopan santu dan menarik. Gaya bahasa dalam lirik
lagu d’Masiv antara lain: (1) hiperbola; (2) simile; (3) eufemisme; (4) hipalase;
(5) asonansi; (6) kiasmus; (7) metafora; dan (8) ironi.
Hasil analisis tersebut mampu menjelaskan diksi dan gaya bahasa yang
digunakan dalam lirik lagu d’Masiv. Pemakaian diksi dalam lirik lagu d’Masiv
bertujuan agar pesan yang disampaikan mudah dipahami oleh semua lapisan
masyarakat. Sedangkan pemakaian gaya bahasa dalam lirik lagu d’Maiv bertujuan
agar dapat menimbulkan suasana yang sesuai dengan isi lagu.
.
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Lagu Pop d’Masiv
Diksi dan Gaya bahasa
Diksi dalam lirik lagu d’Masiv a. Makna Denotatif b. Makna Konotatif
Gaya Bahasa dalam lirik lagu d’Masiv
a. Hiperbola b. Simile c. Eufimisme d. Hipalase e. Asonansi f. Kiasmus g. Metafora h. Ironi
Lirik lagu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian tidak terkait pada satu tempat karena objek yang dikaji
berupa naskah (teks), yaitu lirik lagu pop d’Masiv (album perubahan). Penelitian
ini bukan penelitian lapangan yang analisisnya bersifat statis melainkan sebuah
analisis yang dinamis yang dapat terus dikembangkan. Adapun penelitian
dilaksanakan selama delapan bulan yaitu bulan Juli sampai Desember 2010.
Tabel 1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No
BULAN Juli Agustus September Oktober November Desember
KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul
2. Pengajuan
Proposal
3. Perijinan
Penelitian
4. Pengumpulan
Data
5. Analisis Data
6. Penyusunan
Laporan
7. Ujian Skripsi
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode
conten analysis atau analisis isi. Penelitian ini mendeskripsikan atau
menggambarkan apa yang menjadi masalah, kemudian menganalisis dan
menafsirkan data yang ada. Metode conten analysis atau analisis isi yang
digunakan untuk menganalisis isi dari suatu dokumen, dalam penelitian ini
dokumen yang dimaksud adalah lirik lagu pop d’Masiv (album perubahan).
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen.
Dokumen yang digunakan adalah lirik lagu pop d’Masiv (album perubahan).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ádalah
teknik catat, karena data-datanya berupa teks. Adapun langkah-langkah dalam
pengumpulan data sebagai berikut: (1) membaca lirik lagu pop d’Masiv (album
perubahan) secara berulang-ulang; (2) mencatat kalimat-kalimat yang berkaitan
dengan diksi dan gaya bahasa.
E. Validitas Data
Validitas atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari proses
penelitian. Dalam mendapatkan data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan
triangulasi. Adapun triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teori, yaitu
secara penelitian terhadap topik yang sama dengan menggunakan teori yang
berbeda dalam menganalisa data.
F. Analisis Data
Teknik análisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
análisis mengalir, yang meliputi tiga komponen, yaitu: (1) reduksi data; (2)
penyajian data; (3) penarikan simpulan. Analisis model mengalir mempunyai tiga
komponen yang saling terjalin dengan baik, yaitu sebelum, selama dan sesudah
pelaksanaan pengumpulan data. Berikut penjelasannya
1. Reduksi data
Pada langkah ini data yang diperoleh dicatat dalam uraian yang
terperinci. Dari data-data yang sudah di catat tersebut, kemudian dilakukan
penyederhanaan data. Data-data yang dipilih hanya data-data yang
berkaitan dengan masalah yang akan di analisis, dalam hal ini tentang
diksi dan gaya bahasa lirik lagu pop d’masiv (album perubahan) informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
yang mengacu pada masalah-masalah itulah yang menjadi data dalam
penelitian ini.
2. Sajian data
Pada langkah ini data-data yang sudah ditetapkan kemudian
disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami data-data
tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang diksi
dan gaya bahasa yang digunakan kejelasan makna dari diksi dan gaya
bahasa tersebut.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Pada tahap ini dibuat kesimpulan tentang hasil dari data yang
diperoleh sejak awal penelitian. Kesimpulan ini masih memerlukan adanya
verivikasi (penelitian kembali tentang kebenaran laporan) sehingga hasil
yang diperoleh benar-benar valid.
Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan dilakukan secara
terus menerus mulai dari awal, saat penelitian berlangsung, sampai akhir
penelitian.
Adapun proses analisis mengalir sebagai berikut:
Gambar 2. Model Analisis Mengalir
(Miles, Mattew B. & Huberman, A. Michael, 1992: 18)
REDUKSI DATA
Antisipasi Selama Pasca
PENYAJIAN DATA
Selama Pasca
Selama Pasca
PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI
ANALISIS PENYAJIAN DATA
REDUKSI DATA
Antisipasi Selama Pasca
Selama Pasca
Selama Pasca
PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI
ANALISIS PENYAJIAN DATA
REDUKSI DATA
Antisipasi Selama Pasca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti terdiri dari beberapa tahap
sebagai berikut.
1. Pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data berupa kutipan-kutipan yang
menunjukkan diksi dan gaya bahasa yang terdapat dalam lirik lagu d’Masiv.
2. Penyeleksian data
Data-data yang telah dikumpulkan, kemudian diseleksi serta dipilah-pilah
mana saja yang akan dianalisis termasuk kategori diksi (denotatif dan
konotatif) dan gaya bahasa.
3. Menganalisis data dalam tabel.
4. Menyimpulkan data.
Laporan penelitian merupakan tahap akhir dari serangkaian proses.
Merupakan tahap penyampaian data-data yang telah dianalisis, dirumuskan,
dan ditarik kesimpulan. Kemudian dilakukan konsultasi dengan pembimbing.
Tulisan yang sudah baik disusun menjadi laporan penelitian, disajikan dan
diperbanyak.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada skema prosedur penelitian berikut:
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian
Pengumpulan data
Penyeleksian data
Klasifikasi data
Menyimpulkan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diksi dalam Lirik Lagu pop d’Masiv
Diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu.
Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang
dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi
persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan
kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-
cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Penelitian diksi yang dipakai
dalam lirik lagu D’Masiv setelah dilakukan teknik analisis dokumen data yang
diperoleh sebanyak 252 data, berupa kalimat yang mengandung diksi yang terdiri
dari 2 jenis diksi yaitu diksi yang bermakna konotatif dan diksi yang bermakna
denotatif. Adapun analisisnya sebagai berikut :
1. Judul lagu ”aku percaya kamu”
Aku percaya kamu Melebihi apa yang orang katakan kepadamu Aku percaya kamu Tak peduli apa yang orang katakan tentang kamu Yang ku tahu kau slalu sejukkan hatiku Reff: Yang ku tahu kau slalu ada di saat ku membutuhkanmu Kau selalu ada di saat kau rapuh, disaat ku jatuh Aku percaya kamu Hidup ini tak kan berarti tanpa kau disisiku Aku percaya kamu Kau tak kan pernah berhenti tuk slalu mencintaiku
a. Aku percaya kamu. (penyanyi/orang pertama percaya kepada
kekasihnya). Kata aku merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata saya. Kata aku memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata saya yang memiliki nilai rasa lebih halus.
Sedangkan kata percaya kamu merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata percaya padamu. Kata percaya kamu
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata percaya
padamu yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
b. Melebihi apa yang orang katakan kepadamu. (penyanyi/orang pertama
sangat percaya kepada kekasihnya melebihi apa yang dikatakan orang-
orang kepada kekasihnya itu). Kata melebihi apa yang orang katakan
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata melebihi apa yang orang bilang. Sedangkan kata melebihi apa yang
orang katakan memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata
melebihi apa yang orang bilang yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
Kata kepadamu merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata kepada kamu. Kata kepadamu memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata kepada kamu yang memiliki nilai
rasa lebih halus.
c. Aku percaya kamu. (penyanyi/orang pertama percaya kepada
kekasihnya). Kata aku merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata saya. Kata aku memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata saya yang memiliki nilai rasa lebih halus.
Sedangkan kata percaya kamu merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata percaya padamu. Kata percaya kamu
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata percaya
padamu yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
d. Tak peduli apa yang orang katakan tentang kamu. (penyanyi/orang
pertama tidak mempercayai perkataan orang lain tentang kekasihnya).
Kata tak peduli merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata tidak peduli. Kata tak peduli memiliki nilai rasa lebih
kasar dibandingkan dengan kata tidak peduli yang memiliki nilai rasa
lebih halus. Sedangkan kata apa yang orang katakan tentang kamu
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata apa yang orang bicarakan tentang kamu. Kata apa yang orang
katakan tentang kamu memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
apa yang orang bicarakan tentang kamu yang memiliki nilai rasa lebih
kasar.
e. Yang ku tahu kau slalu sejukkan hatiku. (Penyanyi/orang pertama hanya
tahu dialah kekasihnya itu yang selalu bisa menyejukkan hatinya). Kata
yang ku tahu kau slalu merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata yang aku tahu kamu selalu. Kata yang ku tahu
kau slalu mempunyai nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
yang aku tahu kamu selalu yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata
sejukkan hatiku juga merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata senangkan hatiku. Kata sejukkan hatiku
memiliki nilai lebih kasar dibandingkan dengan kata senangkan hatiku
yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata sejukkan hatiku biasanya
dipakai untuk udara bukan untuk hati.
f. Yang ku tahu kau slalu ada di saat ku membutuhkanmu. (penyanyi/ orang
pertama menganggap hanya dialah yang dapat menemaninya disaat dia
membutuhkan). Kata yang ku tahu kau slalu ada merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata yang aku tahu
kamu selalu hadir. Kata yang ku tahu kau slalu ada memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata yang aku tahu kamu selalu hadir
yang memiliki nilai rasa lebih halus. Sedangkan kata disaat ku
membutuhkanmu merupakan bentuk makna kata denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata di saat ku menginginkanmu. Kata disaat ku
membutuhkanmu memiliki nilai lebih halus dibandingkan dengan kata di
saat ku menginginkanmu yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
g. Kau selalu ada di saat kau rapuh, disaat ku jatuh. (penyanyi/orang
pertama sangat kagum kepada kekasihnya karena walaupun dia tak
berdaya tapi tetap selalu ada disaat penyanyi itu rapuh). Kata kau selalu
ada merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata kau selalu hadir. Kata disaat kau rapuh juga
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata disaat ku butuh. Kata disaat ku butuh memiliki nilai rasa lebih halus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dibandingkan kata disaat ku rapuh yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
Kata rapuh biasanya digunakan untuk benda mati. Sedangkan kata disaat
ku jatuh merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata disaat ku hancur. Kata disaat ku jatuh memiliki nilai
rasa lebih halus dibandingkan kata disaat ku hancur yang memiliki nilai
rasa lebih kasar.
h. Aku percaya kamu. (penyanyi/orang pertama percaya kepada
kekasihnya).Kata aku merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata saya. Kata aku memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata saya yang memiliki nilai rasa lebih halus.
Sedangkan kata percaya kamu merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata percaya padamu. Kata percaya kamu
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata percaya
padamu yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
i. Hidup ini tak kan berarti tanpa kau disisiku. (penyanyi/orang pertama
merasa hidupnya tidak berarti kalau kekasihnya itu tidak disampingnya).
Kata hidup ini tak kan berarti merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata hidup ku tidak akan berarti. Kata hidup
ini tak kan berarti memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan
kata hidup ku tidak akan berarti yang memiliki nilai rasa lebih halus.
Sedangkan kata tanpa kau disisiku merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata tanpa kau disampingku. Kata
tanpa kau disisiku memiliki nilai lebih halus dibandingkan kata tanpa
kau disampingku yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
j. Aku percaya kamu. (penyanyi/orang pertama percaya bahwa kekasihnya
itu akan selalu mencintainya). Kau tak kan pernah berhenti tuk slalu
mencintaiku. Kata aku merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata saya. Kata aku memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata saya yang memiliki nilai rasa lebih halus.
Sedangkan kata percaya kamu merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata percaya padamu. Kata percaya kamu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata percaya
padamu yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata kau tak kan pernah
berhenti merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata kau tidak akan pernah berhenti. Kata kau tak kan
pernah berhenti memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
kau tidak akan pernah berhenti yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata
tuk slalu mencintaiku merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata untuk selalu mencintai aku. Kata tuk slalu
mencintaiku memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
untuk selalu mencintai aku yang memiliki nilai rasa lebih halus.
Berdasarkan analisis diksi lagu d’Masiv ”Aku Percaya Kamu” di atas
dapat disimpulkan bahwa dalam lagu tersebut banyak digunakan diksi yang
bermakna denotatif.
2. Judul lagu ”cinta sampai disini”
Mencoba tuk pahami mencari celah hatimu Bila harus menangis aku kan menangis Namun air mata ini telah habis Reff: Segalanya telah ku berikan Tapi kau tak pernah ada pengerti Mungkin kita harus jalani Cinta memang cukup sampai disini Mencoba tuk rasuki menyentuh palung jiwamu Bila harus mengiba aku kan mengiba Namun rasa ini telah sampai di ujung lelahku
a. Mencoba tuk pahami mencari celah hatimu. (penyanyi/orang pertama
ingin memahami isi hati kekasihnya). Kata mencoba tuk pahami
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata mencoba tuk mengerti. Kata mencoba tuk pahami memiliki nilai rasa
lebih halus dibandingkan dengan kata mencoba tuk mengerti yang
memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata celah hatimu merupakan bentuk
makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata isi hatimu. Kata
celah hatimu memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan kata isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
hatimu yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata celah biasanya
digunakan untuk benda mati bukan untuk hati.
b. Bila harus menangis aku kan menangis. (penyanyi/orang pertama akan
menangis bila itu dibutuhkan untuk mengetahui isi hati kekasihnya). Kata
bila harus menangis merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata bila harus bersedih. Kata bila harus menangis
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan kata bila harus bersedih
yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata aku kan mempunyai makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku akan. Kata aku kan
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata aku akan yang
memiliki nilai rasa lebih halus. Kata menangis merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata bersedih. Kata menangis
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata bersedih yang
memiliki nilai rasa lebih kasar.
c. Namun air mata ini telah habis. (pengarang/orang pertama air matanya
telah habis karena setiap hari terus menangis untuk memahami
kekasihnya). Kata namun air mata ini merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata tapi air mata ini. Kata
namun air mata ini memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan
kata tapi air mata ini yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata telah
habis merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata sudah habis. Kata sudah habis memiliki nilai rasa
lebih halus dibandingkan dengan kata sudah yang memiliki nilai rasa
lebih kasar.
d. Segalanya telah ku berikan. (pengarang/orang pertama sudah
memberikan semua yang ia miliki kepada kekasihnya). Kata segalanya
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
makna kata semuanya. Kata segalanya memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata semuanya yang memiliki nilai rasa lebih
kasar. Kata telah kuberikan mempunyai makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata sudah kuberikan. Kata telah kuberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata sudah
diberikan yeng memiliki nilai rasa lebih kasar.
e. Tapi kau tak pernah ada pengertian. (tetapi kekasihnya itu tidak pernah
ada pengertian kepada penyanyi/orang pertama). Kata tapi kau tak
pernah merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata tetapi kamu tidak pernah. Kata tapi kau tak pernah
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata tetapi kamu
tidak pernah yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata ada pengertian
merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata mengerti. Kata ada pengertian memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata mengerti yang memiliki nilai rasa lebih halus.
f. Mungkin kita harus jalani. (penyanyi/orang pertama putus asa terhadap
kekasihnya itu). Kata mungkin kita merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata mungkin kami. Kata mungkin kita
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata mungkin kami
yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata harus jalani merupakan bentuk
makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata harus
menjalaninya. Kata harus jalani memiliki nirai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata harus menjalaninya yang memiliki nilai rasa
lebih halus.
g. Cinta memang cukup sampai disini. (penyanyi/orang pertama mengakhiri
hubungannya dengan kekasihnya). Kata cinta memang merupakan
bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata cinta
mungkin. Kata cinta memang memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata cinta mungkin yang memiliki nilai rasa lebih
halus. Kata cukup sampai disini merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata sudah sampai disini. Kata cukup sampai
disini memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan kata sudah sampai
disini yang memiliki nilai rasa lebih halus.
h. Mencoba tuk rasuki menyentuh palung jiwamu. (penyanyi/orang pertama
berusaha kembali untuk mendapatkan kekasihnya itu). Kata mencoba tuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
rasuki merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata mencoba tuk masuki. Kata mencoba tuk rasuki
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata mencoba tuk
masuki yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata menyentuh palung
jiwamu merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata menyentuh isi hatimu. Kata menyentuh palung
jiwamu memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan kata menyentuh isi
hatimu yang memiliki nilai rasa lebih halus.
i. Bila harus mengiba aku kan mengiba. (penyanyi/orang pertama akan
selalu mengiba kepada kekasihnya itu supaya bisa kembali kepadanya).
Kata bila harus mengiba merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata bila harus merasa iba. Kata bila harus mengiba
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata bila harus
merasa iba yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata aku kan mengiba
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata aku akan merasa iba. Kata aku kan mengiba memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan kata aku akan merasa iba yang memiliki nilai
rasa lebih halus.
j. Namun rasa ini telah sampai di ujung lelahku. (penyanyi/orang pertama
sudah putus asa karena kekasihnya tidak menanggapinya). Kata namun
rasa ini merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata namun perasaan ini. Kata namun rasa ini memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata namun perasaan ini yang
memiliki nilai rasa lebih halus. Kata telah sampai diujung lelahku
mempunyai makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata sudah
berakhir. Kata telah sampai diujung lelahku memiliki nilai rasa lebih
kasar dibandingkan kata sudah berakhir yang memiliki nilai rasa lebih
halus.
Diksi lirik lagu d’Masiv yang berjudul ”Cinta Sampai Disini” banyak
menggunakan makna denotatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3. Judul lagu “ diantara kalian”
Ku akui ku sangat sangat menginginkanmu Tapi kusadar ku diantara kalian Aku tak mengerti ini semua harus terjadi Ku akui ku sangat sangat mengharapkanmu Tapi kini ku sadar Ku tak akan bisa Aku tak mengerti ini Semua harus terjadi Reff Lupakan aku kembali padanya Aku bukan siapa-siapa untukmu Ku harus memilikimu slamanya
a. Ku akui ku sangat menginginkanmu.(penyanyi/orang pertama
menginginkan seorang perempuan). Kata ku akui merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku mengakui.
Kata ku akui memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
aku mengakui yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata ku sangat
menginginkanmu mempunyai makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata aku sangat membutuhkanmu. Kata ku sangat
menginginkanmu memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan kata aku
sangat membutuhkanmu yang memiliki nilai rasa lebih halus.
b. Tapi kusadar ku diantara kalian. (Penyanyi/orang pertama menyadari
kalau perempuan yang di sukainya sudah memiliki kekasih). Kata tapi
kusadar merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata tetapi aku menyadari. Kata tapi kusadar memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata tetapi aku menyadari
yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata ku diantara kalian mempunyai
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku diantara
kamu dan dia. Kata ku diantara kalian memiliki nilai lebih halus
dibandingkan kata aku diantara kamu dan dia yang memiliki nilai rasa
lebih kasar. Kata kalian sudah mewakili kata kamu dan dia..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
c. Aku tak mengerti ini semua harus terjadi. (penyanyi /orang pertama tidak
percaya mengapa terjadi pada dirinya). Kata aku tak mengerti
mempunyai makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku
tidak tahu. Kata aku tak mengerti memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata aku tidak tahu yang memiliki nilai rasa lebih
kasar. Kata ini semua harus terjadi merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata ini semua mesti terjadi. Kata ini
semua harus terjadi memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan
kata semua ini mesti terjadi yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
d. Ku akui ku sangat sangat mengharapkanmu. (penyanyi/orang pertama
sangat mengharapkan kekasihnya). Kata ku akui ku sangat merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku akui
aku sangat. Kata ku akui ku sangat memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata aku akui aku sangat yang memiliki nilai rasa
lebih halus. Kata mengharapkanmu merupakan bentuk makna kata
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata menginginkanmu. Kata
mengharapkanmu memiliki nilai lebih halus dibandingkan dengan kata
menginginkanmu yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
e. Tapi kini ku sadar. (penyanyi/orang pertama telah menyadarinya). Kata
tapi kini merupakan bentuk makna kata konotasi yang dipilih untuk
menggantikan kata tetapi sekarang. Kata tapi kini memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata tetapi sekarang yang memiliki
nilai rasa lebih halus. Kata ku sadar merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata aku menyadari. Kata ku sadar
mempunyai nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata aku sadar
yang memiliki nilai rasa lebih halus.
f. Ku tak akan bisa. (penyanyi/orang pertama tidak akan bisa). Kata ku tak
akan merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata aku tidak akan. Kata ku tak akan memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata aku tidak akan yang memiliki nilai
rasa lebih halus. Kata bisa merupakan bentuk makna denotatif yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dipilih untuk menggantikan kata sanggup. Kata bisa memiliki nilai rasa
lebih halus dibandingkan dengan kata sanggup yang memiliki nilai rasa
lebih kasar.
g. Aku tak mengerti ini. (penyanyi/orang pertama tidak mengetahui). Kata
aku tak merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata aku tidak. Kata aku tak memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata aku tidak yang memiliki nilai rasa lebih halus.
Kata mengerti ini merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata tahu ini. Kata mengerti ini memiliki nilai rasa lebih
halus dibandingkan dengan kata tahu ini yang memiliki nilai rasa lebih
kasar.
h. Semua harus terjadi. (penyanyi/orang pertama semua harus terjadi pada
dirinya). Kata semua merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata segalanya. Kata semua memiliki nilai rasa
lebih halus dibandingkan dengan kata segalanya yang memiliki nilai rasa
lebih kasar. Kata harus terjadi merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata meski terjadi. Kata harus terjadi
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata meski terjadi
yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
i. Lupakan aku kembali padanya. (penyanyi/orang pertama menyuruh
kekasihnya kembali kepada selingkuhannya). Kata lupakan aku
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata lupakanlah saya. Kata lupakan aku memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata lupakanlah saya yang memiliki nilai rasa lebih
kasar. Kata kembali padanya merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata kembali pada dia. Kata kembali
padanya memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
kembali pada dia yang memiliki nilai rasa lebih halus.
j. Aku bukan siapa-siapa untukmu. (penyanyi/orang pertama merasa bukan
siapa-siapa untuk kekasihnya itu). Kata aku bukan siapa-siapa
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kata aku bukan seseorang yang berarti. Kata aku bukan siapa-siapa
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata aku bukan
seseorang yang berarti yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata
untukmu merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata bagimu. Kata untukmu memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata bagimu yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
k. Kucintaimu tak berarti bahwa, Ku harus memilikimu slamanya.
(penyanyi/orang pertama sangat mencintai kekasihnya tetapi tidak berarti
penyanyi/orang pertama harus memilikinya untuk selama-lamanya). Kata
ku cintaimu merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata kumencintaimu. Kata kucintaimu memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata ku mencintaimu yang memiliki
nilai rasa lebih halus. Kata tak berarti bahwa merupakan bentuk makna
konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata bukan berarti bahwa.
Kata tak berarti bahwa memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan
dengan kata bukan berarti bahwa yang memiliki nilai rasa lebih halus.
Diksi dari lirik lagu d’Masiv yang berjudul ”Diantara Kalian” banyak
menggunakan makna denotatif.
4. Judul lagu “dilema”
Aku masih termenung ditengah kesepian Berharap sesuatu yang tak pasti Engkau sangat menjeratku Sungguh ku hanya inginkan hatiku yang tlah termiliki Reff Iblis didalam dada ini trus mengusik keyakinanku Ku bertanya apakah kau bisa memiliki hatinya Aku merasa tenang saat kau mencoba Untuk selalu membayangkan wajahmu a. Aku masih termenung ditengah kesepian, Berharap sesuatu yang tak pasti.
(penyanyi/orang pertama melamun ditengah malammengharapkan sesuatu
yang tidak pasti). Kata aku masih termenung mempunyai makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata aku masih diam. Kata aku masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
termenung memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata aku
masih diam yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata ditengah kesepian
merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata
didalam kesendirian. Kata ditengah kesepian memiliki nilai rasa lebih
kasar dibandingkan dengan kata didalam kesendirian yang memiliki nilai
rasa lebih halus. Kata berharap sesuatu yang tak pasti merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata berharap sesuatu
yang sia-sia. Kata berharap sesuatu yang tak pasti memiliki nilai rasa
lebih halus dibandingkan dengan kata berharap sesuatu yang sia-sia yang
memiliki nilai rasa lebih kasar.
b. Engkau sangat menjeratku. (kekasihnya sangat menjerat
penyanyi/pengarang) Kata engkau sangat menjeratku merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata engkau sangat
menggangguku. Kata engkau sangat menjeratku memiliki nilai rasa lebih
kasar dibandingkan dengan kata engkau sangat menggangguku yang
memiliki nilai rasa lebih halus.
c. Sungguh ku hanya inginkan hatiku yang tlah termiliki. (penyanyi/orang
pertama hanya ingin hatinya memiliki kekasihnya itu). Kata sungguh ku
hanya inginkan melupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata sungguh aku hanya menginginkan. Kata sungguh ku
hanya inginkan memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
sungguh aku hanya menginginkan yang memiliki nilai rasa lebih halus.
Kata hatiku yang tlah termiliki merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata hatiku yang telah dimiliki. Kata hatiku
yang tlah termiliki mempunyai nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan
kata hatiku yang telah dimiliki yang mempunyai nilai rasa lebih halus.
d. Iblis didalam dada ini trus mengusik keyakinanku. (penyanyi/orang
pertama terusik hatinya karena ada iblis yang menggodanya). Kata iblis
didalam hati ini merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata iblis di dalam hati ini. Kata iblis di dalam dada ini
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata iblis disalam hati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
ini yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata mengusik keyakinanku
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata
mengganggu hatiku. Kata mengusik keyakinanku mempunyai nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata mengganggu hatiku yang
mempunyai nilai rasa lebih halus.
e. Ku bertanya apakah kau bisa memiliki hatinya. (penyanyi/orang pertama
bertanya kepada orang ke dua apakah dirinya bisa memiliki kekasihnya
itu). Kata ku bertanya apakah kau bisa merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata ku bertanya apakah kau dapat. Kata
ku bertanya apakah kau bisa memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan
dengan kata ku bertanya apakah kau dapat yang memiliki nilai rasa lebih
halus. Kata memiliki hatinya merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata mendapatkan hatinya. Kata memiliki
hatinya memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata
mendapatkan hatinya yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
f. Aku merasa tenang saat kau mencoba. (penyanyi/orang pertama merasa
senang ketika dirinya telah mencoba). Kata aku merasa tenang merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku merasa
nyaman. Kata aku merasa tenang memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata aku merasa nyaman yang memiliki nilai rasa
lebih kasar. Kata saat kau mencoba merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata disaat kau coba. Kata saat kau
mencoba memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata disaat
kau coba yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
g. Untuk selalu membayangkan wajahmu. (penyanyi/orang pertama
membayangkan wajah kekasihnya). Kata untuk selalu merupakan bentuk
makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata akan selalu. Kata
untuk selalu memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata
akan selalu yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata membayangkan
wajahmu merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata ingat kamu. Kata membayangkan wajahmu memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata ingat kamu yang memiliki
nilai rasa lebih kasar.
Diksi dari lirik lagu d’Masiv yang berjudul ”Dilema” banyak
menggunakan makna denotatif.
5. Judul lagu “lukaku”
Sebenarnya ku tak pernah ada rasa cinta Aku tak mengerti Seolah ku beri harapan yang pasti Membuatku dengan penuh keindahan Tanpa didasari cinta itu hadir Dan aku tak sanggup menghindari Kau berikan aku kesejukan Yang tak pernah aku rasakan sebelumnya Reff Tapi ternyata kau ada yang memiliki Sungguh kau buatku kecewa Aku terluka melihatmu dengannya Sungguh ku ingin menyadari Ingin aku untuk melupakan bayanganmu Beerhenti untuk mengejarmu
a. Sebenarnya ku tak pernah ada rasa cinta. (penyanyi/orang pertama
sudah tidak ada rasa dengan kekasihnya itu). Kata sebenarnya
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata sebetulnya. Kata sebenarnya memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan kata sebatulnya yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata
ku tak pernah ada rasa cinta merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata aku tak pernah ada perasaan apa-apa.
Kata ku tak pernah ada rasa cinta memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan aku tak pernah ada perasaan apa-apa yang
memiliki nilai rasa lebih kasar.
b. Aku tak mengerti. (penyanyi/orang pertama tiidak mengetahuinya). Kata
aku tak merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata aku tidak. Kata aku tak memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan Kata mengerti merupakan bentuk makna denotatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
yang dipilih untuk menggantikan kata tahu. Kata mengerti memiliki nilai
rasa lebih halus dibandingkan dengan kata tahu yang memiliki nilai rasa
lebih kasar.
c. Seolah ku beri harapan yang pasti. (penyanyi/orang pertama seakan-akan
memberikan harapan yang pasti). Kata seolah ku beri merupakan bentuk
makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata seakan aku
memberi. Kata seolah ku beri memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata seakan aku memberi yang memiliki nilai rasa
lebih halus. Kata harapan yang pasti merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata harapan yang sesungguhnya.
Kata harapan yang pasti memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan
dengan kata harapan yang sesungguhnya yang memiliki nilai rasa lebih
kasar.
d. Membuatku dengan penuh keindahan. (membuat penyanyi/orang pertama
dengan penuh keindahan). Kata membuatku dengan penuh merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata membuat
aku seperti. Kata membuatku dengan penuh memiliki nilai rasa lebih
halus dibandingkan dengan kata membuat aku seperti yang memiliki nilai
rasa lebih kasar. Kata keindahan merupakan bentuk makna konotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata kesenangan. Kata keindahan
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata kesenangan
yang memiliki nilai rasa lebih halus. Keindahan biasanya untuk suatu
suasana.
e. Tanpa didasari cinta itu hadir. (tanpa disadari penyanyi/orang pertama
tiba-tiba cinta itu hadir) Kata tanpa didasari merupakan bentuk makna
konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata tanpa disengaja. Kata
tanpa didasari memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata
tanpa disengaja yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata cinta itu hadir
merupakan bentuk makna konotasi yang dipilih untuk menggantikan kata
cinta itu ada. Kata cinta itu hadir memiliki nilai rasa lebih kasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dibandingkan dengan kata cinta itu ada yang memiliki nilai rasa lebih
halus.
f. Dan aku tak sanggup menghindari. (penyanyi/orang pertama tidak
sanggup menghindarinya). Kata dan aku tak sanggup merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata dan aku tidak
bisa. Kata dan aku tak sanggup memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata dan aku tidak bisa yang memiliki nilai rasa
lebih halus. Kata menghindari merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata menjauhi. Kata menghindari memiliki
nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata menjauhi yang memiliki
nilai rasa lebih kasar.
g. Kau berikan aku kesejukan. (kekasihnya memberikan kesejukan atau
ketentraman penyanyi/orang pertama). Kata kau berikan aku merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata kau
memberiku. Kata kau berikan aku memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata kau memberiku yang memiliki nilai rasa lebih
kasar.Kata kesejukan merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata kesenangan. Kata kesejukan memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata kesenangan yang memiliki nilai
rasa lebih halus. Kesejukan biasanya untuk suatu suasana.
h. Yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. (yang belum pernah dirasakan
penyanyi/orang pertama sebelumnya). Kata yang tak pernah aku
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata yang belum tentu aku. Kata yang tak pernah aku memiliki nilai rasa
lebih halus dibandingkan dengan kata yang belum tentu aku yang
memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata rasakan sebelumnya merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata merasakan
sebelumnya. Kata rasakan sebelumnya memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata merasakan sebelumnya yang memiliki nilai
rasa lebih kasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
i. Tapi ternyata kau ada yang memiliki. Tetapi kekasihnya itu ada yang
memiliki). Kata tapi ternyata kau merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata tetapi ternyata kamu. Kata tetapi
ternyata kau memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata
tetapi ternyata kau yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata memiliki
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata punya. Kata memiliki mempunyai nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata punya yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
j. Sungguh kau buatku kecewa. (kekasihnya membuat kecewa
penyanyi/orang pertama). Kata sungguh kau merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata kau telah. Kata sungguh
kau memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata kau telah
yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata buatku kecewa merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata
membuatku kecewa. Kata buatku kecewa mempunyai nilai rasa lebih
kasar dibandingkan dengan kata membuatku kecewa yang memiliki nilai
rasa lebih halus.
k. Aku terluka melihatmu dengannya. (penyanyi/orang pertama terluka
kalau kekasihnya itu pergi dengan orang lain). Kata aku terluka
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata aku sakit hati. Kata aku terluka memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata aku sakit hati yang memiliki nilai rasa lebih
halus. Kata terluka biasanya dipakai untuk orang yang sakit. Kata
melihatmu dengannya merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata mengetahui hubunganmu dengan dia. Kata
melihatmu dengannya memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan
dengan kata mengetahui hubunganmu dengan dia yang memiliki nilai
rasa lebih kasar.
l. Sungguh ku ingin menyadari. (penyanyi/orang pertama ingin
menyadarinya). Kata sungguh ku ingin merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata ku ingin benar-benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Kata sungguh ku ingin memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan
dengan kata ku ingin benar-benar yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
Kata menyadari merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata sadari. Kata menyadari memiliki nilai rasa lebih
halus dibandingkan dengan kata sadari yang memiliki nilai rasa lebih
kasar.
m. Ingin aku untuk melupakan bayanganmu. (penyanyi/orang pertama ingin
melupakan kekasihnya itu). Kata ingin aku untuk merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku sungguh-
sungguh. Kata ingin aku untuk memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata aku sungguh-sungguh yang memiliki nilai rasa
lebih kasar. Kata melupakan bayanganmu memiliki makna konotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata melupakan dirimu. Kata
melupakan bayanganmu memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan
dengan kata melupakan dirimu yang memiliki nilai rasa lebih halus.
n. Berhenti untuk mengejarmu. (penyanyi/orang pertama akan berhenti
mengejar kekasihnya itu). Kata berhenti untuk melupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata sudah cukup. Kata
berhenti untuk memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata
sudah cukup yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata mengejarmu
merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata mencintaimu. Kata mengejarmu memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata mencintaimu yang memiliki nilai rasa lebih
halus.
Diksi dari lirik lagu d’Masiv yang berjudul ”Lukaku” banyak
menggunakan makna denotatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
6. Judul lagu “sebelah mata”
Mungkin aku tak berarti di hidupmu Kau selalu memandangku dengan sebelah matamu Kau memang pernah membuatku berdecak kagum Tapi kelakuanmu itu buatku hilang selera A…a…..a….tak ada harganya lagi dimataku u…u…uuu A…a….aaa…menyesal itu yang engkau dapatkan Ref Aku hanya ingin kamu bisa mengerti Ku tak kan tinggal diam menyikapi apa yang telah kau perbuat Selalu rendahkan aku
a. Mungkin aku tak berarti di hidupmu. (penyanyi/orang pertama tidak
berarti untuk kekasihnya). Kata mungkin aku tak berarti merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku tidak
ada artinya. Kata mungkin aku tak berarti memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata aku tidak ada artinya yang memiliki nilai rasa
lebih kasar. Kata dihidupmu merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata dimatamu. Kata dihidupmu memiliki
nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata dimatamu yang memiliki
nilai rasa lebih kasar.
b. Kau selalu memandangku dengan sebelah matamu. (penyanyi/orang
pertama selalu dipandang sebelah mata oleh kekasihnya). Kata kau selalu
memandangku merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata kau selalu melihatku. Kata kau selalu memandangku
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata kau selalu
melihatku yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata dengan sebelah
matamu merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata dari sisi luarku saja. Kata dengan sebelah matamu
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata dari sisi luarku
saja yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
c. Kau memang pernah membuatku berdecak kagum. (kekasihnya itu
pernah membuat kagum penyanyi/orang pertama). Kata kau memang
pernah membuatku merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
untuk menggantikan kata kau selalu. Kata kau memang pernah
membuatku memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata kau
selalu yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata berdecak kagum
mempunyai makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata
terpesona. Kata berdecak kagum memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata terpesona yang memiliki nilai rasa lebih halus.
d. Tapi kelakuanmu itu buatku hilang selera. (dengan kelakuan kekasihnya
yang sering mempermainkannya maka penyanyi/orang pertama sangat
membencinya). Kata tapi kelakuanmu itu buatku merupakan bentuk
makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata tingkah lakumu
telah membuatku. Kata tapi kelakuanmu itu buatku memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata tingkah lakumu telah membuatku
yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata hilang selera mempunyai
makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata malas. Kata
hilang selera memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
malas yang memiliki nilai rasa lebih halus.
e. A…a…..a….tak ada harganya lagi dimataku u…u…uuu. (kekasihnya itu
sudah tidak ada harganya lagi di mata penyanyi/orang pertama). Kata tak
ada harganya lagi mempunyai makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata tak ada artinya. Kata tak ada harganya memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata tak ada artinya yang
memiliki nilai rasa lebih halus. Kata dimataku merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata dihidupku. Kata
dimataku memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
dihidupku yang memiliki nilai rasa lebih halus.
f. A…a….aaa…menyesal itu yang engkau dapatkan. (yang didapat
kekasihnya hanya penyesalan). Kata menyesal itu mempunyai makna
konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata penyesalan itu. Kata
menyesal itu memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
penyesalan itu yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata yang engkau
dapatkan merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
menggantikan kata yang selalu ada. Kata yang engkau dapatkan
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata yang selalu ada
yang memiliki bilai rasa lebih kasar.
g. Aku hanya ingin kamu bisa mengerti. (penyanyi/orang pertama hanya
ingin kekasihnya itu bisa mengerti). Kata aku hanya ingin kamu
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata aku harap kau selalu. Kata aku hanya ingin kamu memiliki nilai
rasa lebih halus dibandingkan dengan kata aku harap kau selalu yang
memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata bisa mengerti merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata bisa tahu. Kata
bisa mengerti memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata
bisa tahu yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
h. Ku tak kan tinggal diam menyikapi apa yang telah kau perbuat.
(penyanyi/orang pertama tidak akan tinggal diam setelah apa yang telah
diperbuat oleh kekasihnya itu). Kata ku tak kan tinggal diam mempunyai
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata kau tidak peduli.
Kata kau tak kan tinggal diam memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata kau tidak peduli yang memiliki nilai rasa lebih
halus. Kata menyikapi merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata tanggung jawab. Kata menyikapi memiliki nilai
rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata tanggungjawab yang memiliki
nilai rasa lebih halus. Kata apa yang telah kau lakukan merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata apa yang
telah kau lakukan. Kata apa yang telah kau perbuat memiliki nilai rasa
lebih halus dibandingkan kata apa yang telah kau lakukan yang memiliki
nilai rasa lebih kasar.
i. Selalu rendahkan aku. (selalu merndahkan penyanyi/orang pertama).
Kata selalu rendahkan aku merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata selalu remehkan aku. Kata selalu
rendahkan aku memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata
selalu remehkan aku yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Diksi dari lirik lagu d’Masiv yang berjudul ”Sebelah Mata” banyak
menggunakan makna denotatif.
7. Judul lagu “cinta ini membunuhku”
Kau membuat ku berantakan Kau membuat ku tak karuan Kau membuat ku tak berdaya Kau menolakkku acuhkan diriku Bagaimana caranya untuk Meruntuhkan kerasnya hatimu Ku sadari ku tak sempurna Ku tak seperti yang kau inginkan Reff Kau hancurkan aku dengan sikapmu Tak sadarkah kau telah menyakitiku Lelah hati ini meyakinkanmu Cinta ini membunuhku
a. Kau membuat ku berantakan. (kekasihnya membuat penyanyi/orang
pertama berantakan). Kata kau membuat ku merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata kau telah bikin aku. Kata
kau telah membuatku memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan
dengan kata kau telah bikin aku yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
Kata berantakan merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata hancur. Kata berantakan memiliki nilai rasa lebih
kasar dibandingkan dengan kata hancur yang memiliki nilai rasa lebih
halus.
b. Kau membuat ku tak karuan. (kekasihnya membuat penyanyi/orang
pertama tidak karuan). Kata kau membuat ku merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata kau telah bikin aku. Kata
kau telah membuatku memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan
dengan kata kau telah bikin aku yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
Kata tak karuan merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata hancur. Kata tak karuan memiliki nilai rasa lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
kasar dibandingkan dengan kata hancur yang memiliki nilai rasa lebih
halus.
c. Kau membuat ku tak berdaya. (kekasihnya membuat penyanyi/orang
pertama tidak mampu berbuat apa-apa). Kata kau membuat ku
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata kau telah bikin aku. Kata kau telah membuatku memiliki nilai rasa
lebih halus dibandingkan dengan kata kau telah bikin aku yang memiliki
nilai rasa lebih kasar. Kata tak berdaya merupakan bentuk makna
konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata lemah. Kata tak berdaya
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata lemah yang
memiliki nilai rasa lebih halus.
d. Kau menolakkku acuhkan diriku. (orang yang di senangi penyanyi/orang
pertama menolak dan mengacuhkannya). Kata kau menolakku
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata kau menghinaku. Kata kau menolakku memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata kau menghinaku yang memiliki nilai rasa lebih
kasar. Kata acuhkan diriku merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata tinggalkan diriku Kata acuhkan diriku
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata tinggalkan
diriku yang memiliki nilai rasa lebih halus.
e. Bagaimana caranya untuk Meruntuhkan kerasnya hatimu. (bagaimana
caranya meruntuhkan kerasnya hati kekasihnya itu). Kata meruntuhkan
merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata mengehentikan. Kata meruntuhkan memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata menghentikan yang memiliki nilai rasa lebih
halus.
f. Ku sadari ku tak sempurna. (penyanyi/orang pertama menyadari dirinya
tidak sempurna). Kata ku sadari merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata ku menyadari. Kata ku sadari memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata ku menyadari yang
memiliki nilai rasa lebih halus. Kata ku tak sempurna merupakan bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata ku tak berharga.
Kata ku tak sempurna memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan
dengan kata ku tak berharga yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
g. Ku tak seperti yang kau inginkan. (penyanyi/orang pertama tiidak seperti
yang diinginkan kekasihnya itu). Kata ku tak seperti merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku tidak sama
dengan. Kata aku tak seperti memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan
dengan kata aku tidak sama dengan yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
Kata yang kau inginkan merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata yang kau harapkan. Kata yang kau inginkan
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata yang kau
harapkan yang memiliki nilai rasa lebih halus.
h. Kau hancurkan aku dengan sikapmu. (kekasihnya menyakiti
penyanyi/orang pertama dengan sikapnya yang tidak disenangi
penyanyi/orang pertama). Kata kau hancurkan aku merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata kau sakiti aku.
Kata kau hancurkan aku memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan
dengan kata kau sakiti aku yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata
dengan sikapmu merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata dengan kelakuanmu. Kata dengan sikapmu memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata dengan kelakuanmu yang
memiliki nilai rasa lebih halus.
i. Tak sadarkah kau telah menyakitiku. Kekasihnya tidak menyadari kalau
dia telah menyakiti hati penyanyi/orang pertama). Kata tak sadarkah
merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata tak mengertikah. Kata tak sadarkah memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata tak mengertikah yang memiliki nilai rasa lebih
halus. Kata kau telah menyakitiku merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata kau telah melukaiku. Kata kau
telah menyakitiku memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan
kata kau telah melukaiku yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
j. Lelah hati ini meyakinkanmu. (penyanyi/orang pertama sangat lelah
menyakinkan hati kekasihnya itu). Kata lelah hati ini merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata capek hati ini.
Kata lelah hati ini memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan
kata capek hati ini yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata
meyakinkanmu merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata menjelaskan padamu. Kata meyakinkanmu memiliki
nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata menjelaskan padamu
yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
k. Cinta ini membunuhku. (cinta telah membunh penyanyi/orang pertama).
Kata cinta ini membunuhku merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata cinta ini sudah menyakitiku Kata cinta
ini membunuhku memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan
kata cinta ini sudah menyakitiku yang memiliki nilai rasa lebih halus.
Diksi dari lirik lagu d’Masiv yang berjudul ”Cinta ini Membunuhku”
banyak menggunakan makna denotatif.
8. Judul lagu “dan kamu”
Rasa gundah yang kini melanda perlahan pergi Rasa sakit yang terus menghujam perlahan sirna Ku rasa tenang saat ku bayangkan wajahmu Reff Dan kamu mengisi hatiku yang kosong Dan kamu warnai hidupku yang sepi Rasa perih yang dulu menyiksa perlahan hilang Rasa Bahagia yang kurasakan saat mengenalmu
a. Rasa gundah yang kini melanda perlahan pergi. (rasa gundah yang telah
melanda penyanyi/orang pertama sekarang telah pergi). Kata rasa
gundah merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata rasa rindu Kata rasa gundah memiliki nilai rasa lebih
kasar dibandingkan dengan kata rasa rindu yang memiliki nilai rasa
lebih halus. Kata yang kini melanda merupakan bentuk makna konotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata yang sekarang hadir. Kata yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
kini melanda memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
yang sekarang hadir yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata perlahan
pergi merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata perlahan-lahan hilang. Kata perlahan pergi memiliki
nilai rasa yang lebih kasar dibandingkan dengan kata pelan-perlahan-
lahan hilang yang memiliki nilai rasa lebih halus.
b. Rasa sakit yang terus menghujam perlahan sirna. (rasa sakit yang terus
menghujam penyanyi/orang pertama telah sirna). Kata rasa sakit yang
terus menghujam merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata rasa sakit yang terus menyiksa Kata rasa sakit yang
terus menghujam memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan
kata rasa sakit yang terus menyiksa yang memiliki nilai rasa lebih halus.
Kata perlahan sirna merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata perlahan-lahan hilang. Kata perlahan sirna
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata perlahan-lahan
pergi yang memiliki nilai rasa lebih halus.
c. Ku rasa tenang saat ku bayangkan wajahmu. (penyanyi/orang pertama
merasa tenang saat membayangkan wajah kekasihnya). Kata ku rasa
tenang merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata aku merasa damai. Kata ku rasa tenang memiliki
nilai rasa lebih halus dibandingkan kata aku merasa damai yang
memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata saat ku bayangkan wajahmu
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata saat aku ingat dirimu. Kata saat ku bayangkan wajahmu memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata saat aku ingat dirimu
yang memiliki nilai rasa lebih halus.
d. Dan kamu mengisi hatiku yang kosong. (kekasihnya telah mengisi hati
penyanyi/orang pertama yang kosong). Kata dan kamu mengisi
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata kamu yang menghiasi. Kata dan kamu mengisi memiliki nilai rasa
lebih halus dibandingkan dengan kata kamu yang menghiasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
memiliki nilai rasa yang lebih kasar. Kata hatiku yang kosong merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata hatiku
yang sepi Kata hatiku yang kosong memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata hatiku yang sepi yang memiliki nilai rasa lebih
halus.
e. Dan kamu warnai hidupku yang sepi. (kekasihnya telah mewarnai hidup
penyanyi/orang pertama yang sepi). Kata dan kamu warnai merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata dan kamu
penuhi. Kata dan kamu warnai memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata dan kamu penuhi yang memiliki nilai rasa
lebih kasar. Kata hidupku yang sepi merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata hidupku yang kosong. Kata
hidupku yang sepi memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan kata
hidupku yang kosong yang memiliki nilai rasa lebih halus.
f. Rasa perih yang dulu menyiksa perlahan hilang. (rasa perih yang
menyiksa penyanyi/orang pertama perlahan hilang). Kata rasa perih
merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata rasa sakit Kata rasa perih memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata rasa sakit yang memiliki nilai rasa lebih
halus. Kata yang dulu menyiksa merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata yang dulu ada. Kata yang dulu menyiksa
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata yang dulu ada
yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata perlahan hilang merupakan
bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata perlahan-
lahan hilang. Kata perlahan hilang memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata perlahan-lahan hilang yang memiliki nilai
rasa lebih halus.
g. Rasa Bahagia yang kurasakan saat mengenalmu. (rasa bahagia yang
penyanyi/orang pertama rasakan saat mengenal kekasihnya). Kata rasa
bahagia merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata rasa senang. Kata rasa bahagia mempunyai nilai rasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
lebih halus dibandingkan kata rasa senang yang memiliki nilai rasa lebih
kasar. Kata yang kurasakan saat mengenalmu merupakan makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata yang kurasakan saat
pertama kali kita bertemu. Kata yang kurasakan saat mengenalmu
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata yang kurasakan
saat pertama kali kita bertemu yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
Diksi dari lirik lagu d’Masiv yang berjudul ”Dan Kamu” banyak
menggunakan makna denotatif.
9. Judul lagu “diam tanpa kata”
Kau diam tanpa kata Kau seolah jenuh padaku Ku ingin kau bicara Katakan saja apa salahku Sungguh aku tak mengerti apa yang telah terjadi Dan ku tak ingin engkau pergi jauh dari hidupku Reff Kau tak kan pernah sadari Betapa ku mencintaimu Kau yang selalu aku banggakan Ku ingin kau bicara Katakan saja apa maumu Lihat aku coba kau mengerti ini semua bisa teratasi Resapilah semua yang pernah kita lakukan Reff Kau tak kan pernah sadari (mengerti) Betapa ku mencintaimu (menyayangimu) Kau yang selalu aku banggakan (inginkan)
a. Kau diam tanpa kata. (kekasihnya diam tanpa kata). Kata kau diam
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata kau tak bersuara. Kata kau diam memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata kau tak bersuara yang memiliki nilai rasa
lebih kasar. Kata tanpa kata merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata tanpa suara Kata tanpa kata memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata tanpa suara yang
memiliki nilai rasa lebih halus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
b. Kau seolah jenuh padaku. (seolah-olah jenus kepada penyanyi/orang
pertama). Kata kau seolah jenuh padaku merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata kau seakan bosan
padaku. Kata kau seolah jenuh padaku memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata kau seakan bosan padaku yang memiliki nilai
rasa lebih kasar.
c. Ku ingin kau bicara. (Peyanyi/orang pertama ingin kekasihnya itu
bicara). Kata kuingin merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata aku harap. Kata ku ingin memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata aku harap yang memiliki nilai rasa
lebih halus. Kata kau bicara merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata kau katakan Kata kau bicara memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata kau katakan yang
memiliki nilai rasa lebih halus.
d. Katakan saja apa salahku. (katakan saja apa salah penyanyi/orang
pertama). Kata katakan saja merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata bicara saja. Kata katakan saja memiliki
nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata bicara saja yang
memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata apa salahku merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata apakah
kesalahanku. Kata apa salahku memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata apakah salahku yang memiliki nilai rasa lebih
halus.
e. Sungguh aku tak mengerti apa yang telah terjadi, Dan ku tak ingin
engkau pergi jauh dari hidupku. (Peyanyi/orang pertama tidak mengerti
apa yang telah terjadi dan ingin kekasihnya pergi jauh dari hidupnya).
Kata sungguh aku tak mengerti merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata aku benar-benar tidak tahu. Kata
sungguh aku tak mengerti memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan
dengan kata aku benar-benar tidak tahu yang memiliki nilai rasa lebih
kasar. Kata apa yang telah terjadi merupakan bentuk makna konotatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
yang dipilih untuk menggantikan kata apa yang sudah terjadi. Kata apa
yang telah terjadi memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan
kata apa yang sudah terjadi yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata
dan ku tak ingin merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata dan aku tidak mau. Kata dan ku tak ingin memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata dan aku tidak mau. Kata
engkau pergi jauh dari hidupku merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata engkau meninggalkan aku. Kata engkau
pergi jauh dari hidupku memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan
dengan kata engkau meninggalkan aku yang memiliki nilai rasa lebih
halus.
f. Kau tak kan pernah sadari. (kekasihnya itu tak kan pernah menadari).
Kata kau tak kan merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata kamu tidak akan. Kata kau tak kan memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata kamu tidak akan yang memiliki
nilai rasa lebih halus .Kata pernah sadari merupakan bentuk makna
konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata pernah menyadari Kata
pernah sadari memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
pernah menyadari yang memiliki nilai rasa lebih halus.
g. Betapa ku mencintaimu. (betapa penyanyi/orang pertama sangat
mencintainya). Kata betapa ku merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata aku sangat. Kata betapa ku memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata aku sangat yang
memiliki nilai rasa lebih halus. Kata mencintaimu merupakan bentuk
makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata mencintai kamu.
kata mencintaimu memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan
kata mencintai kamu yang memiliki nilai rasa lebih halus.
h. Kau yang selalu aku banggakan. (kekasihnya itu yang selalu
penyanyi/orang pertama banggakan). Kata kau yang selalu merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata kau yang
sering. Kata kau yang selalu memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dengan kata kau yang sering yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata
aku banggakan merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata aku puja-puja. Kata aku banggakan memiliki nilai
rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata aku puja-puja yang memiliki
nilai rasa lebih halus.
i. Ku ingin kau bicara . (penyanyi/orang pertama ingin kekasihnya bicara)
Kata kuingin merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata aku harap. Kata ku ingin memiliki nilai rasa lebih
kasar dibandingkan dengan kata aku harap yang memiliki nilai rasa lebih
halus. Kata kau bicara merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata kau katakan Kata kau bicara memiliki nilai
rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata kau katakan yang memiliki
nilai rasa lebih halus.
j. Katakan saja apa maumu. (mengatakan apa kemauan penyanyi/orang
pertama). Kata katakan saja merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata bilang saja. Kata katakan saja memiliki
nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata bilang saja yang
memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata apa maumu merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata apa keinginanmu.
Kata apa maumu memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan
kata apa keinginanmu yang memiliki nilai rasa lebih halus.
k. Lihat aku coba kau mengerti ini semua bisa teratasi. (penyanyi/orang
pertama ingin kekasihnya mengerti). Kata lihat aku merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata pandang aku.
Kata lihat aku memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata
pandang aku yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata coba kau
mengerti merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata cobalah kamu tahu. Kata coba kau mengerti memiliki
nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata cobalah kamu tahu yang
memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata ini semua bisa teratasi merupakan
bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata ini semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
ada jalan keluarnya. Kata ini semua bisa teratasi memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata ini semua ada jalan keluarnya
yang memiliki nilai rasa lebih halus.
l. Resapilah semua yang pernah kita lakukan. (meresapi yang pernah di
lakukan penyanyi/orang pertama dan kekasihnya lakukan). Kata
resapilah semua merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata bayangkanlah semua. kata resapilah semua memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata bayangkanlah semua
yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata yang pernah kita lakukan
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata yang telah kita jalani Kata yang pernah kita lakukan memiliki nilai
rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata yang telah kita jalani yang
memiliki nilai rasa lebih halus.
m. Kau tak kan pernah sadari (mengerti) . (kekasihnya tak kan pernah
sadar). Kata kau tak kan merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata kamu tidak akan. Kata kau tak kan memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata kamu tidak akan yang
memiliki nilai rasa lebih halus. Kata pernah sadari merupakan bentuk
makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata pernah
menyadari Kata pernah sadari memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata pernah menyadari yang memiliki nilai rasa
lebih halus.
n. Betapa ku mencintaimu (menyayangimu). (betapa penyanyi/orang
pertama mencintai kekasihnya). Kata betapa ku merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku sangat. Kata
betapa ku memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata aku
sangat yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata mencintaimu
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata mencintai kamu. kata mencintaimu memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata mencintai kamu yang memiliki nilai rasa lebih
halus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
o. Kau yang selalu aku banggakan (inginkan). (kekasihnya yang selalu
penyanyi/orang pertama banggakan). Kata kau yang selalu merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata kau yang
sering. Kata kau yang selalu memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan
dengan kata kau yang sering yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata
aku banggakan merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata aku puja-puja. Kata aku banggakan memiliki nilai
rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata aku puja-puja yang memiliki
nilai rasa lebih halus.
Diksi dari lirik lagu d’Masiv yang berjudul ”Diam Tanpa Kata” banyak
menggunakan makna denotatif.
10. Judul lagu “ilfil (manusia tak berharga)”
Kau buat dirimu akan paling sempurna Dan kau tak tahu apa yang kau pikirkan, yang kau inginkan Dan akhirnya sgalanya telah terungkap semua Kau tak lebih dari manusia tak berharga aku terluka Reff Nafas benci ku terlahir Saat kemunafikan dirimu terungkapkan Jangan pikir aku akan bersedih Meski kau tlah khianati cintaku yang terdalam Kau sakiti aku, khianati aku
a. Kau buat dirimu akan paling sempurna. (kekasihnya merasa orang yang
paling sempurna). Kata kau buat dirimu merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata kau membuatmu. Kata
kau buat dirimu memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
kau membuatmu yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata akan paling
sempurna merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata yang paling baik Kata akan paling sempurna
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata yang paling
baik yang memiliki nilai rasa lebih halus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
b. Dan kau tak tahu apa yang kau pikirkan, yang kau inginkan. (kekasihnya
pun tahu apa yang dipikirikan, yang diinginkannya). Kata dan kau tak
tahu merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata dan kau tidak mengerti. kata dan kau tak tahu
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata dan kau tidak
mengerti yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata apa yang kau
pikirkan merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata yang ada dipikiranmu. Kata apa yang kau pikirkan
memiliki nilai rasa lebih haluskasar dibandingkan dengan kata yang ada
dipikiranmu yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata yang kau inginkan
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata yang kau harapkan. Kata yang kau inginkan memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata yang kau harapkan yang memiliki
nilai rasa lebih halus.
c. Dan akhirnya sgalanya telah terungkap semua. (akhirnya semuanya
terungkap). Kata dan akhirnya merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata dan kemudian. Kata dan akhirnya
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata dan kemudian
yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata segalanya merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata semuanya. Kata
segalanya memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
semuanya yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata telah terungkap
semua merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata telah terbukti semua. Kata telah terungkap semua
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata telah terbukti
semua yang memiliki nilai rasa lebih halus.
d. Kau tak lebih dari manusia tak berharga aku terluka. (kekasihnya tak
lebih dari manusia biasa penyanyi/orang pertama terluka). Kata kau tak
lebih dari merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata kamu sama saja. Kata kau tak lebih dari memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata kamu sama saja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
memiliki nilai rasa lebih halus. Kata manusia tak berharga merupakan
bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata orang
yang tak berguna. Kata manusia tak berharga memiliki nilai rasa lebih
halus dibandingkan dengan kata orang yang tak berguna yang memiliki
nilai rasa lebih halus. Kata aku terluka merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku sakit hati. Kata aku
terluka memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata aku
sakit hati yang memiliki nilai rasa lebih halus.
e. Nafas benci ku terlahir. (rasa benci pengarang terlahir). Kata nafas benci
ku merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata rasa benci ku. Kata nafas benci ku memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata rasa benci ku yang memiliki nilai rasa lebih
halus. Kata terlahir merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata muncul. Kata terlahir memiliki nilai rasa lebih
kasar dibandingkan dengan kata muncul yang memiliki nilai rasa lebih
halus.
f. Saat kemunafikan dirimu terungkapkan. (disaat kemunafikan kekasihnya
terungkap). Kata saat kemunafikan dirimu merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata saat kejahatan dirimu .
Kata saat kemunafikan dirimu memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata saat kejahatan dirimu yang memiliki nilai rasa
lebih kasar. Kata terungkapkan merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata diketahui. Kata terungkapkan memiliki
nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata diketahui yang memiliki
nilai rasa lebih kasar.
g. Jangan pikir aku akan bersedih. (Penyanyi/orang pertama tak kan
bersedih). Kata jangan pikir merupakan bentuk makna konotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata jangan harap. Kata jangan pikir
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata jangan harap
yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata aku akan bersedih merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
menangis. kata aku akan bersedih memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata aku akan menangis yang memiliki nilai rasa
lebih kasar.
h. Meski kau tlah khianati cintaku yang terdalam. (meski kekasihnya telah
menghianati cinta penyanyi/orang pertama yang terdalam). kata meski
kau tlah merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata meskipun dirimu telah. Kata mesti kau tlah memiliki
nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata meskipun kamu telah
yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata khianati merupakan bentuk
makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata kecewakan. Kata
khianati memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
kecewakan yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata cintaku yang
terdalam merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata cintaku yang tulus dan suci. Kata cintaku yang
terdalam memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata
cintaku yang tulus dan suci yang memiliki nilai rasa lebih halus.
i. Kau sakiti aku, khianati aku. (kekasihnya telah menyakiti dan
menghianati penyanyi/orang pertama). Kata kau sakiti aku merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata saat kau
menyakiti hatiku. Kata saat kau sakiti aku memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata saat kau menyakiti hatiku yang memiliki nilai
rasa lebih kasar. Kata khianati aku merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata kecewakan aku. Kata khianati aku
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata kecewakan aku
yang memiliki nilai rasa lebih halus.
Diksi dari lirik lagu d’Masiv yang berjudul ”Ilfil Manusia tak berharga”
banyak menggunakan makna denotatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
11. Judul lagu “merindukanmu”
Saat kau tertawa di atas semua Saat kau menangisi kesedihanku Aku ingin engkau selalu ada Aku ingin engkau aku kenang Reff Selama aku masih bisa bernafas Masih sanggup berjalan Ku kan selalu memujamu Meski ku tak tahu lagi Engkau ada dimana Dengarkan aku Kumerindukanmu Saat aku mencoba Merubah segalanya Saat aku meratapi Kekalahanku
a. Saat kau tertawa di atas semua. (saat kekasihnya tertawa diatas semua).
Kata saat kau tertawa merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata saat kau menertawakan. Kata saat kau tertawa
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata saat kau
menertawakan yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata di atas semua
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata di atas penderitaanku. Kata di atas semua memiliki nilai rasa lebih
kasar dibandingkan dengan kata di atas penderitaanku yang memiliki
nilai rasa lebih halus.
b. Saat kau menangisi kesedihanku. (saat kekasihnya menangisi kesedihan
penyanyi/orang pertama). Kata saat kau menangisi merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata saat kau
menyesali. Kata saat kau menangisi memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata saat kau menyesali yang memiliki nilai rasa
lebih kasar. Kata kesedihanku merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata kekecewaanku. Kata kesdihanku
memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata kekecewaanku
yang memiliki nilai rasa lebih halus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
c. Aku ingin engkau selalu ada. (penyanyi/orang pertama ingin kekasihnya
itu selalu ada). Kata akuingin merupakan bentuk makna konotasi yang
dipilih untuk menggantikan kata aku harap. Kata aku ingin memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata aku harap yang memiliki
nilai rasa lebih halus. Kata engkau merupakan bentuk makna konotasi
yang dipilih untuk menggantikan kata kamu. Kata engkau memiliki nilai
rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata kamu yang memiliki nilai rasa
lebih halus. Kata selalu ada merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata setiap saat. Kata selalu ada memiliki
nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata setiap saat yang
memiliki nilai rasa lebih kasar.
d. Aku ingin engkau aku kenang. (penyanyi/orang pertama ingin mengenang
kekasihnya). Kata aku ingin merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata aku harap. Kata aku ingin memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata aku harap yang memiliki
nilai rasa lebih halus. Kata engkau merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata kamu. Kata engkau memiliki nilai
rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata kamu yang memiliki nilai rasa
lebih halus. Kata kenang merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata ingat. Kata kenang memiliki nilai rasa lebih
halus dibandingkan dengan kata ingat yang memiliki nilai rasa lebih
kasar.
e. Selama aku masih bisa bernafas. (selama penyanyi/orang pertama masih
hidup). Kata selama aku masih merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata selama dapat. Kata selama masih bisa
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata selama dapat
yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata bisa bernafas merupakan
bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata bisa
hidup. Kata bisa bernafas memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan
dengan kata bisa hidup yang memiliki nilai rasa lebih halus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
f. Masih sanggup berjalan. (masih bisa berjalan). Kata masih sanggup
berjalan merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata masih bisa berjalan. Kata masih sanggup berjalan
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata masih bisa
berjalan yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
g. Ku kan selalu memujamu. (penyanyi/orang pertama akan selalu memuja
kekasihnya). Kata ku kan selalu merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata aku akan tetap. Kata ku kan selalu
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata ku kan tetap
yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata memujamu merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata menyanjungmu.
Kata memujamu memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan
kata menyanjungmu yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
h. Meski ku tak tahu lagi. (meskipun penyanyi/orang pertama tidak tahu
lagi). Kata meski ku merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata walaupun aku. Kata meski ku memiliki nilai
rasa lebih halus dibandingkan dengan kata walaupun aku yang memiliki
nilai rasa lebih kasar. Kata tak tahu lagi merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata tidak mengerti lagi. Kata
tak tahu lagi memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
tidak mengerti lagi yang memiliki nilai rasa lebih halus.
i. Engkau ada dimana. (kekasihnya berada dimana). Kata engkau ada
dimana merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata kamu ada dimana. Kata engkau ada dimana memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata kamu ada dimana yang
memiliki nilai rasa lebih halus.
j. Dengarkan aku. (penyanyi/orang pertama menyuruh kekasihnya untuk
mendengarkannya). Kata dengarkan aku merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata dengarkan saya. Kata
dengarkan aku memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
dengarkan saya yang memiliki nilai rasa lebih halus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
k. Kumerindukanmu, Saat aku mencoba. (penyanyi/orang pertama
merindukan kekasihnya setelah mencoba merindukannya). Kata
kumerindukanmu merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata aku rindu kamu. Kata kumerindukanmu memiliki
nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata aku rindu kamu yang
memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata saat aku mencoba merupakan bentuk
makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata saat ku coba. Kata
saat aku mencoba memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan
kata saat ku coba yang memiliki nilai rasa lebih halus.
l. Merubah segalanya. (merubah sermuanya). Kata merubah segalanya
merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata merubah semuanya. Kata merubah segalanya memiliki nilai rasa
lebih kasar dibandingkan dengan kata merubah semuanya yang memiliki
nilai rasa lebih halus
m. Saat aku meratapi kekalahanku. (saat penyanyi/orang pertama meratapi
kesalahannya). Kata saat aku merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata pada saat aku. Kata saat aku memiliki
nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata pada saat aku yang
memiliki nilai rasa lebih halus. Kata meratapi merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata merasakan. Kata
meratapi memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
merasakan yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata kekalahanku
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata penderitaanku. Kata kekalahanku memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata penderitaanku yang memiliki nilai rasa lebih
kasar.
Diksi dari lirik lagu d’Masiv yang berjudul ”Merindukanmu” banyak
menggunakan makna konotatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
12. Judul lagu “tak pernah rela”
Terlambat aku masuki kehidupanmu Saat kau terjebak komersialnya nafsu Memang tak berguna untuk sesali yang tlah terjadi Reff Sekali lagi aku katakana ku tak pernah rela Biarkan tubuh dijamah mereka Sekali lagi aku katakan ku tak pernah rela Tapi kuterima kau apa adanya
a. Terlambat aku masuki kehidupanmu. (penyanyi/orang pertama terlambat
memasuki kehidupan kekasihnya itu). Kata terlambat aku masuki
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata sudah tak ada tempat lagi. Kata terlambat aku masuki memiliki nilai
rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata sudah tidak ada tempat lagi
yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata kehidupanmu merupakan
bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata hatimu.
Kata kehidupanmu memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan
kata hatimu yang memiliki nilai rasa lebih halus
b. Saat kau terjebak komersialnya nafsu. (saat kekasihnya terjebak
komersialnya nafsu). Kata saat kau merupakan bentuk makna denotatif
yang dipilih untuk menggantikan kata pada saat kau. Kata saat kau
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata pada saat kau
yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata terjebak merupakan bentuk
makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata masuk. Kata
terjebak memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata masuk
yang memiliki nilai rasa lebih halus
c. Memang tak berguna untuk sesali yang tlah terjadi.( tak ada gunanya
menyesali apa yang telah terjadi). Kata memang tak berguna merupakan
bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata memang
tak ada gunanya. Kata memang tak berguna memiliki nilai rasa lebih
kasar dibandingkan dengan kata memang tak ada gunanya yang memiliki
nilai rasa lebih halus. Kata untuk sesali merupakan bentuk makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata untuk menyesali Kata
untuk sesali memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata
untuk menyesali yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata yang tlah
terjadi merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk
menggantikan kata yang tlah kita lakukan. Kata yang tlah terjadi
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata yang tlah kita
lakukan yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
d. Sekali lagi aku katakan ku tak pernah rela. (penyanyi/orang pertama
tidak pernah rela). Kata sekali lagi aku katakan merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata sekali lagi aku bilang.
Kata sekali lagi aku ucapkan memiliki nilai rasa lebih halus
dibandingkan dengan kata sekali lagi aku ucapkan yang memiliki nilai
rasa lebih halus. Kata ku tak kan pernah rela merupakan bentuk makna
denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku tak kan bisa ikhlas.
Kata ku tak kan pernah rela memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan
dengan kata ku tak kan bisa ikhlas yang memiliki nilai rasa lebih kasar.
e. Biarkan tubuh dijamah mereka. (membiarkan tubuhnya dijamah orang
lain). Kata biarkan tubuh merupakan bentuk kata konotatif yang dipilih
untuk menggantikan kata biarkan diri ini. Kata biarkan tubuh memiliki
nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata biarkan diri ini yang
memiliki nilai rasa lebih halus. Kata dijamah mereka merupakan bentuk
makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan kata dihina mereka.
Kata dijamah mereka memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan
dengan kata dihina mereka yang memiliki nilai rasa lebih halus
Sekali lagi aku katakan ku tak pernah rela. (sekali lagi penyanyi/orang
pertama katakan kalau tak kan pernah rela). Kata sekali lagi aku katakan
merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata sekali lagi aku bilang. Kata sekali lagi aku ucapkan memiliki nilai
rasa lebih halus dibandingkan dengan kata sekali lagi aku ucapkan yang
memiliki nilai rasa lebih halus. Kata ku tak kan pernah rela merupakan
bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata aku tak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
kan bisa ikhlas. Kata ku tak kan pernah rela memiliki nilai rasa lebih
halus dibandingkan dengan kata ku tak kan bisa ikhlas yang memiliki
nilai rasa lebih kasar.
g. Tapi kuterima kau apa adanya. (tapi pengarang terima kekasihnya itu apa
adanya). Kata tapi ku terima merupakan bentuk makna denotatif yang
dipilih untuk menggantikan kata tapi ku mencintai. Kata tapi ku terima
memiliki nilai rasa lebih halus dibandingkan dengan kata tapi ku
mencintai yang memiliki nilai rasa lebih kasar. Kata apa adanya
merupakan bentuk makna konotatif yang dipilih untuk menggantikan
kata sepenuhnya. Kata apa adanya memiliki nilai rasa lebih kasar
dibandingkan dengan kata sepenuhnya yang memiliki nilai rasa lebih
halus.
Diksi dari lirik lagu d’Masiv yang berjudul ”Tak Pernah Rela” banyak
menggunakan makna denotatif.
� Hasil analisis diksi di atas dapat dilihat dengan jelas melalui tabel
berikut ini.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi dan Presentase Penggunaan diksi dalam lirik
lagu d’Masiv
No Gaya Bahasa Frekuensi
Penggunaan
Data
(x)
Frekuensi
Relatif
Frekuensi
Absolut/
Presentase
x 100 %
1 Makna Konotatif 75 0,298 29,8%
2 Makna Denotatif 177 0,702 70,2%
252 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Keterangan
x = Banyaknya pemunculan jenis gaya bahasa dalam data
∑x = Total keseluruhan munculnya gaya bahasa
Terlihat dalam tabel di atas, bahwa penggunaan diksi yang bermakna
denotatif dalam lirik lagu d’Masiv sangat menonjol. Dari 252 data terdapat diksi
yang bermakna konotatif sebanyak 75 dan diksi yang bermakna denotatif
sebanyak 177. Diksi yang paling dominan adalah diksi yang bermakna denotatif
yaitu sebanyak 70,2%.
Hasil analisis liril lagu d’Masiv di atas menunjukkan bahwa dalam lirik-
lirik lagu tersebut banyak menggunakan diksi yang bermakna denotatif. Hal itu
terbukti bahwa yang paling dominan dipakai dalam lirik lagu d’Masiv tersebut
adalah diksi yang bermakna denotatif dengan hasil 70,2% yaitu 177 data yang
ditemukan dari 252 data. Tujuan pemakaian diksi yang bermakna lirik lagu pop
d’Masiv adalah agar pesan yang disampaikan mudah dipahami oleh semua lapisan
masyarakat. Hal ini selaras dengan landasan teori bahwa diksi merupakan salah
satu unsur yang ikut membangun keberadaan karya sastra berarti pemilihan kata
yang dilakukan oleh pengarang untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan
yang bergejolak dan menggejala dalam dirinya. Pemahaman terhadap penggunaan
diksi menjadi salah satu pemandu pembaca menuju pemahaman makna karya
sastra secara baik dan menyeluruh.
B. Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Pop d’Masiv
Gaya bahasa atau style menjadi bagian dari diksi atau pilihan kata yang
mempersoalkan cocok atau tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu
untuk menghadapi situasi tertentu. Persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki
keabsahan, pilihan kata secara individual, frasa, klausa dan lirik, bahkan
mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Gaya bahasa memungkinkan
kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang yang
mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
penilaian orang terhadapnya, semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin
buruk pula penilaian diberikan kepadanya.
Gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang merupakan gaya bahasa yang
tidak resmi. Gaya bahasa tidak resmi merupakan gaya bahasa yang dipergunakan
dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak
formal. Bentuknya tidak terlalu konservatif. Gaya ini biasanya dipergunakan
dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau
bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, kolumnis, dan sebagainya.
Singkatnya gaya bahasa tidak resmi adalah gaya bahasa yang umum dan normal
bagi kaum terpelajar. Menurut sifatnya, gaya bahasa tidak resmi dapat
memperlihatkan suatu jangka variasi, mulai dari bentuk informal yang paling
tinggi (yang sudah bercampur dan mendekati gaya resmi) hingga gaya bahasa
tidak resmi yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa percakapan kaum
terpelajar. Gaya bahasanya santai, sederhana dan mengalir. Pendengar di
tempatkan sebagai seolah-oleh si pelaku dalam lirik lagu tersebut. Oleh sebab itu
pendengar lebih mudah menangkap pesan yang terkandung di dalamnya. Dalam
kajian jenis-jenis gaya bahasa berikut ini akan diketahui majas-majas apa yang
terdapat di dalam lirik lagu Pop d’Masiv dalam Album Perubahan.
Penelitian gaya bahasa yang dipakai dalam lirik lagu D’Masiv setelah
dilakukan teknik analisis dokumen data yang diperoleh sebanyak 44 data, berupa
kalimat yang mengandung diksi yang terdiri dari 13 jenis gaya bahasa yang
dianalisis sebagai berikut.
1. Judul lagu ”aku percaya kamu”
Aku percaya kamu Melebihi apa yang orang katakan kepadamu Aku percaya kamu Tak peduli apa yang orang katakan tentang kamu Yang ku tahu kau slalu sejukkan hatiku Yang ku tahu kau slalu ada di saat ku membutuhkanmu Kau selalu ada di saat kau rapuh, disaat ku jatuh Aku percaya kamu Hidup ini tak kan berarti tanpa kau disisiku Aku percaya kamu Kau tak kan pernah berhenti tuk slalu mencintaiku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
a. Melebihi apa yang orang katakan kepadamu. Kalimat tersebut dapat
dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena perkataannya terlalu
dilebih-lebihkan.
b. Yang ku tahu kau selalu sejukkan hatiku. Kalimat tersebut dapat
dikategorikan sebagai gaya bahasa hipalase karena yang sejuk itu
biasanya udara bukan hati. Maksud kalimat di atas ”yang kutahu kau
selalu menyenangkan hatiku”.
c. Kau selalu ada disaat kau rapuh, disaat ku jatuh. Kalimat tersebut dapat
dikategorikan sebagai gaya bahasa mesodiplosis yaitu pengulangan kata
”disaat” di tengah-tengah kalimat pada kalimat yang berurutan.
d. Hidup ini tak kan berarti tanpa kau disisiku. Kalimat tersebut
dikategorikan sebagai gaya bahasa litotes karena kalimat “ Hidup ini tak
kan berarti tanpa kau disisiku” merupakan penggambaran seseorang
dalam merendahkan diri. Pengarang kalimat di atas merasa bahwa tanpa
kekasihnya hidupnya tidak ada artinya.
e. Aku percaya kamu. Kau tak kan pernah berhenti tuk slalu mencintaiku.
Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora karena
menyatakan sebab akibat. Sebabnya kekasihnya tidak akan pernah
berhenti mencintai pengarang dan akibatnya pengarang menjadi percaya
kepada kekasihnya.
Analisis gaya bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
asonansi terdapat pada baris 1-6 dan pada baris 8-11 dengan ditandai huruf “u”
karena ada pengulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris. Gaya
bahasa asonansi juga terdapat pada baris ke-7 dengan ditandai kata ”uh”. Gaya
bahasa hiperbola terdapat pada baris ke-2 yang melebih-lebihkan suatu ucapan.
Gaya bahasa hipalase terdapat pada baris ke-5 pada kata sejukkan hatiku, karena
yang sejuk itu biasanya udara bukan hati. Gaya bahasa simploke terdapat pada
baris ke-5 dan 6 “yang ku tahu kau slalu... .” karena terjadi pengulangan kata yang
sama pada awal baris. Gaya bahasa mesodiplosis terdapat pada baris no 7 yaitu
perulangan kata disaat ditengah-tengah kalimat pada kalimat yang berurutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gaya bahasa litotes terdapat dalam kalimat hidup ini tak kan berarti tanpa kau
disisiku di baris ke-9 yang merupakan penggambaran orang yang merendahkan
diri.
2. Judul lagu ”cinta sampai disini”
Mencoba tuk pahami mencari celah hatimu Bila harus menangis aku kan menangis Namun air mata ini telah habis Segalanya telah ku berikan Tapi kau tak pernah ada pengerti Mungkin kita harus jalani Cinta memang cukup sampai disini Mencoba tuk rasuki menyentuh palung jiwamu Bila harus mengiba aku kan mengiba Namun rasa ini telah sampai di ujung lelahku
a. Mencoba tuk pahami mencari celah hatimu. Kalimat tersebut
dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora karena kata celah hatimu
menggambarkan isi hati kekasihnya.
b. Bila aku menangis aku kan menangis. Kalimat tersebut dikategorikan
sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yang dianggap
penting yang memberi penekanan pada sebuah konteks yang nyata yaitu
kata “menangis”.
c. Namun air mata ini telah habis. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai
gaya bahasa hiperbola karena terasa melebih-lebihkan seakan-akan air
matanya sudah habis.
d. Mencoba tuk rasuki palung jiwamu. Kalimat tersebut dikategorikan
sebagai gaya bahasa Pleonasne atau Tautologi karena kata palung jiwamu
dirasa berlebihan yang berarti masuk ke dalam hatinya.
e. Bila harus mengiba aku kan mengiba. Kalimat tersebut dikategorikan
sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yang dianggap
penting yang memberi penekanan pada sebuah konteks yang nyata yaitu
kata “mengiba”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
f. Namun rasa ini telah sampai di ujung lelahku. Kalimat tersebut
dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena kata “diujung
lelahku” dirasa terlalu berlebihan seakan-akan pengarang sudah capek.
Analisis gaya bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
metafora terdapat pada baris ke-1 pada kata celah hatimu. Gaya bahasa repetisi
terdapat pada baris ke-2 dan baris ke-9 terdapat pada perulangan kata menangis
dan mengiba. Gaya bahasa hiperbola terdapat pada barus ke-3 yang terasa
melebih-lebihkan seakan-akan air matanya sudah habis. Gaya bahasa hiperbola
juga terdapat pada baris ke-10 yang melebih-lebihkan seakan-akan pengarang
sudah capek. Gaya bahasa Pleonasne atau Tautologi terdapat pada barus ke-8
karena kata palung jiwamu dirasa berlebihan yang berarti masuk ke dalam
hatinya. Gaya bahasa asonansi terdapat pada baris 5-7 dengan ditandai huruf “i”
karena ada pengulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris.
3. Judul lagu “diantara kalian”
Ku akui ku sangat sangat menginginkanmu Tapi kusadar ku diantara kalian Aku tak mengerti ini semua harus terjadi Ku akui ku sangat sangat mengharapkanmu Tapi kini ku sadar Ku tak akan bisa Aku tak mengerti ini Semua harus terjadi Lupakan aku kembali padanya Aku bukan siapa-siapa untukmu Ku harus memilikimu slamanya
a. Tapi ku sadar ku diantara kalian. Kalimat tersebut dapat dikategorikan
sebagai gaya bahasa mesodiplosis yaitu pengulangan kata ”ku” di tengah-
tengah kalimat pada kalimat yang berurutan.
Berdasarkan analisis gaya bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa simploke terdapat pada baris ke-1, 4, 7, dan 12 “ku... .” karena terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
pengulangan kata yang sama pada awal baris. Gaya bahasa mesodiplosis terdapat
pada baris ke-1 dan ke-4 yaitu pengulangan kata ”ku” di tengah-tengah kalimat
pada kalimat yang berurutan. Gaya bahasa asonansi terdapat pada baris ke-1, 5
dan 11 dengan ditandai huruf “u” karena ada pengulangan bunyi vokal yang sama
pada akhir tiap baris.
4. Judul lagu ”dilema”
Aku masih termenung ditengah kesepian Berharap sesuatu yang tak pasti Engkau sangat menjeratku Sungguh ku hanya inginkan hatiku yang tlah termiliki Iblis didalam dada ini trus mengusik keyakinanku Ku bertanya apakah kau bisa memiliki hatinya Aku merasa tenang saat kau mencoba Untuk selalu membayangkan wajahmu
a. Engkau sangat menjeratku. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya
bahasa ironi. Kalimat ”engkau sangat menjeratku” menyatakan sebuah
sindiran yang ditujukan kepada kekasihnya.
b. Iblis didalam dada ini trus mengusik keyakinanku. Kalimat tersebut
dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena dirasa berlebihan
dengan menyebut iblis dalam hatinya telah mengusik keyakinannya.
Analisis gaya bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa ironi
terdapat pada baris ke-3 pada kalimat engkau sangat menjeratku yang menyatakan
sindiran pada kekasihnya. Gaya bahasa hiperbola terdapat pada baris ke-5 karena
dirasa berlebihan dengan menyebut iblis dalam hatinya telah mengusik
keyakinannya. Gaya bahasa simploke terdapat pada baris ke-1 dan 7 “Aku... .”
karena terjadi pengulangan kata yang sama pada awal baris. Gaya bahasa asonansi
terdapat pada baris ke-3, 5 dan 8 dengan ditandai huruf “u” karena ada
pengulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
5. Judul lagu “lukaku”
Sebenarnya ku tak pernah ada rasa cinta Aku tak mengerti Seolah ku beri harapan yang pasti Membuatku dengan penuh keindahan Tanpa didasari cinta itu hadir Dan aku tak sanggup menghindari Kau berikan aku kesejukan Yang tak pernah aku rasakan sebelumnya Tapi ternyata kau ada yang memiliki Sungguh kau buatku kecewa Aku terluka melihatmu dengannya Sungguh ku ingin menyadari Ingin aku untuk melupakan bayanganmu Berhenti untuk mengejarmu
a. Kau berikan aku kesejukan. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya
bahasa aliterasi karena adanya pemanfaatan bunyi yang sama pada kata
“berikan” dan “kesejukan”
b. Sungguh kau buatku kecewa. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai
gaya bahasa ironi yang menyatakan sebuah sindiran dengan maksud
kekasihnya telah membuat pengarang kecewa.
c. Aku terluka melihatmu dengannya. Kalimat tersebut dikategorikan
sebagai gaya bahasa metonimia karena susunan kalimat tersebut
menyatakan sebab akibat. Sebabnya melihat kekasihnya dengan orang
lain, akibatnya pengarang menjadi terluka.
d. Ingin aku melupakan bayangmu. Kalimat di atas dikategorikan sebagai
gaya bahasa pars pro toto karena kata “bayangmu” sudah mewakili
keseluruhan yaitu kata “kamu (kekasih pengarang)”.
e. Berhenti untuk mengejarmu. Kalimat tersebut dapat dikategorikan
sebagai gaya bahasa litotes karena kalimat “berhenti untuk mengejarmu”
merupakan penggambaran seseorang yang merendahkan diri. Pengarang
merasa sudah putus asa.
Analisis gaya bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
aliterasi terdapat pada baris ke-7 karena ada pemanfaatan bunyi yang sama pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
kata ”berikan” dan “kesejukan”. Gaya bahasa ironi terdapat pada baris ke-10
yang menyatakan sebuah sindiran dengan maksud kekasihnya telah membuat
pengarang kecewa. Gaya bahasa metonimia terdapat pada baris ke-11 karena
susunan kalimat tersebut menyatakan sebab akibat. Sebabnya melihat kekasihnya
dengan orang lain, akibatnya pengarang menjadi terluka. gaya bahasa pars pro
toto terdapat pada baris ke-13 karena kata “bayangmu” sudah mewakili
keseluruhan yaitu kata “kamu (kekasih pengarang)”. gaya bahasa litotes terdapat
pada baris ke-14 karena kalimat “berhenti untuk mengejarmu” merupakan
penggambaran seseorang yang merendahkan diri. Pengarang merasa sudah putus
asa.
6. Judul lagu “sebelah mata”
Mungkin aku tak berarti di hidupmu Kau selalu memandangku dengan sebelah matamu Kau memang pernah membuatku berdecak kagum Tapi kelakuanmu itu buatku hilang selera A…a…..a….tak ada harganya lagi dimataku u…u…uuu A…a….aaa…menyesal itu yang engkau dapatkan Aku hanya ingin kamu bisa mengerti Ku tak kan tinggal diam menyikapi apa yang telah kau perbuat Selalu rendahkan aku
a. Mungkin aku tak berarti dihidupmu. Kalimat tersebut dikategorikan
sebagai gaya bahasa litotes karena kalimat “mungkin aku tak berarti di
hidupmu” merupakan penggambaran seseorang dalam merendahkan diri.
Pengarang dalah kalimat tersebut merasa bahwa dia tak ada artinya di
mata kekasihnya.
b. Kau selalu memandangku dengan sebelah matamu. Kalimat tersebut
dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora. Sebelah mata berarti
memandang dari sisi luarnya saja. Bukan dari hatinya.
c. A…a…a…tak ada harganya lagi dimataku u…u…uuu. Kalimat tersebut
dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa litotes karena kalimat
“a…a…a…tak ada harganya lagi dimataku u…u…uuu” merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
penggambaran seseorang yang merendahkan diri. Maksud kalimat
tersebut adalah kekasihnya tak ada harganya lagi dimata pengarang.
Analisis gaya bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa litotes
terdapat pada baris ke-1 karena kalimat “mungkin aku tak berarti di hidupmu”
merupakan penggambaran seseorang dalam merendahkan diri. Pengarang dalah
kalimat tersebut merasa bahwa dia tak ada artinya di mata kekasihnya. gaya
bahasa metafora terdapat pada baris ke-2 kata Sebelah mata berarti memandang
dari sisi luarnya saja. Bukan dari hatinya. gaya bahasa litotes terdapat pada baris
ke-5 karena kalimat “a…a…a…tak ada harganya lagi dimataku u…u…uuu”
merupakan penggambaran seseorang yang merendahkan diri. Maksud kalimat
tersebut adalah kekasihnya tak ada harganya lagi dimata pengarang.
7. Judul lagu “cinta ini membunuhku”
Kau membuat ku berantakan Kau membuat ku tak karuan Kau membuat ku tak berdaya Kau menolakkku acuhkan diriku Bagaimana caranya untuk Meruntuhkan kerasnya hatimu Ku sadari ku tak sempurna Ku tak seperti yang kau inginkan Kau hancurkan aku dengan sikapmu Tak sadarkah kau telah menyakitiku Lelah hati ini meyakinkanmu Cinta ini membunuhku
a. Kau membuat ku berantakan. Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya
bahasa metonomia karena menyatakan sebab akibat. Yang berarti
kekasihnya yang menyebabkan hidup pengarang berantakan.
b. Kau membuat ku tak karuan. Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya
bahasa metonomia karena menyatakan sebab akibat. Yang berarti
kekasihnya yang menyebabkan hidup pengarang tak karuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
c. Meruntuhkan kerasnya hatimu. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai
gaya bahasa metafora karena kata kerasnya hatimu menggambarkan
orang yang tidak mau mengalah.
d. Kau hancurkan aku dengan sikapmu. Kalimat tersebut dikategorikan
sebagai gaya bahasa ironi karena kalimat tersebut menyinsir kekasihnya
kalau dia telah menghandurkan hidup pengarang.
e. Lelah hati ini meyakinkanmu. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai
gaya bahasa hiperbola karena melebih-lebihkan seakan-akan hatinya
sudah lelah.
f. Cinta ini membunuhku. Kalimat tersebut di atas dapat dikategorikan
sebagai gaya bahasa hiperbola karena cinta tidak akan bisa membunuh.
Analisis gaya bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
metonomia terdapat pada baris ke-1 dan ke-2 karena menyatakan sebab akibat.
Yang berarti kekasihnya yang menyebabkan hidup pengarang berantakan dan tak
karuan. gaya bahasa metafora terdapat pada baris ke-5 karena kata kerasnya
hatimu menggambarkan orang yang tidak mau mengalah. gaya bahasa ironi
terdapat pada baris ke-9 karena kalimat tersebut menyindir kekasihnya kalau dia
telah menghandurkan hidup pengarang. gaya bahasa hiperbola terdapat pada baris
ke-11 karena cinta tidak akan bisa membunuh.
8. Judul lagu “dan kamu”
Rasa gundah yang kini melanda perlahan pergi Rasa sakit yang terus menghujam perlahan sirna Ku rasa tenang saat ku bayangkan wajahmu Dan kamu mengisi hatiku yang kosong Dan kamu warnai hidupku yang sepi Rasa perih yang dulu menyiksa perlahan hilang Rasa Bahagia yang kurasakan saat mengenalmu
a. Rasa gundah yang kini melanda perlahan pergi. Kalimat tersebut
dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena perlahan pergi
menggambarkan benda mati yang tidak bernyawa tetapi memiliki sifat
kemanusiaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
b. Rasa sakit yang terus menghujam perlahan sirna. Kalimat tersebut dapat
dikategorikan sebagai gaya bahasa hipalase karena pada kata rasa sakit
yang menghujam, biasanya yang menghujam adalah belati atau senjata
tajam.
c. Ku rasa tenang saat ku bayangkan wajahmu. Kalimat tersebut
dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata
yang dianggap penting yang memberi penekanan pada sebuah konteks
yang nyata yaitu kata “ku”.
d. Dan kamu mengisi hatiku yang kosong. Kalimat tersebut dikategorikan
sebagai gaya bahasa personifikasi karena kosong biasanya pada ruangan.
Sehingga pada hatiku yang kosong merupakan bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati.
e. Dan kamu warnai hatiku yang sepi. Kalimat tersebut dikategorikan
sebagai bahasa personifikasi yang diwarnai seharusnya bukan hatiku
namun kertas.
f. Rasa perih yang dulu menyiksa perlahan hilang. Kalimat tersebut
dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena mengulang pengunaan
kata atau kelompok kata tertentu.
Analisis gaya bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
personifikasi terdapat pada baris ke-1 dan baris ke-2 hipalase karena pada kata
rasa sakit yang menghujam, biasanya yang menghujam adalah belati atau senjata
tajam. Gaya bahasa repetisi terdapat pada baris ke-3 karena ada perulangan kata
yang dianggap penting yang memberi penekanan pada sebuah konteks yang nyata
yaitu kata “ku”. gaya bahasa metafora terdapat pada baris ke-4. Personifikasi pada
baris ke-5 dan 6, karena kosong biasanya pada ruangan. Sehingga pada hatiku
yang kosong merupakan bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati.
Dan kamu warnai hatiku yang sepi. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai bahasa
personifikasi yang diwarnai seharusnya bukan hatiku namun kertas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
9. Judul lagu ”diam tanpa kata”
Kau diam tanpa kata Kau seolah jenuh padaku Ku ingin kau bicara Katakan saja apa salahku Sungguh aku tak mengerti apa yang telah terjadi Dan ku tak ingin engkau pergi jauh dari hidupku Kau tak kan pernah sadari Betapa ku mencintaimu Kau yang selalu aku banggakan Ku ingin kau bicara Katakan saja apa maumu Lihat aku coba kau mengerti ini semua bisa teratasi Resapilah semua yang pernah kita lakukan Kau tak kan pernah sadari (mengerti) Betapa ku mencintaimu (menyayangimu) Kau yang selalu aku banggakan (inginkan) a. Kau diam tanpa kata. Kalimat tersebut dapat dikategorikan sebagai gaya
bahasa metafora bahasa kiasan sejenis perbandingan namun tidak
menggunakan kata pembanding. Di sini perbandingan dilakukan secara
langsung tanpa kata sejenis bagaikan, ibarat, laksana, dan semacamnya.
b. Resapilah semua yang pernah kita lakukan. Kalimat tersebut
dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora karena kata resapilah
menggantikan kata bayangkan. Pengarang menyuruh kekasihnya untuk
membayangkan semua yang pernah terjadi antara pengarang dan
kekasihnya.
Analisis gaya bahasa pada lirik lagu di atas menunjukkan bahwa gaya
bahasa Anastrof terdapat pada baris ke-1 karena penekanan makna dilakukan
dengan pembalikan susunan yang lazim dipakai dalam tanpa kalimat. Seorang
yang diam memang tidak mengeluarkan kata-kata. gaya bahasa metafora terdapat
pada baris ke-13 karena kata resapilah menggantikan kata bayangkan. Pengarang
menyuruh kekasihnya untuk membayangkan semua yang pernah terjadi antara
pengarang dan kekasihnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
10. Judul lagu ”ilfil (manusia tak berharga)”
Kau buat dirimu akan paling sempurna Dan kau tak tahu apa yang kau pikirkan, yang kau inginkan Dan akhirnya sgalanya telah terungkap semua Kau tak lebih dari manusia tak berharga aku terluka Nafas benci ku terlahir Saat kemunafikan dirimu terungkapkan Jangan pikir aku akan bersedih Meski kau tlah khianati cintaku yang terdalam Kau sakiti aku, khianati aku a. Kau buat dirimu akan paling sempurna. Kalimat tersebut dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena bahasa kiasan sejenis
perbandingan namun tidak menggunakan kata pembanding. Di sini
pengarang mganggap kekasihnya bagaikan orang yang sempurna.
b. Kau tak lebih dari manusia biasa aku terluka. Kalimat tersebut
dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora karena kau dibandingkan
dengan manusia biasa. Manusia biasa dapat diartikan seorang yang
biasa.
c. Nafas benci ku terlahir. Kalimat tersebut dapat dikategorikan sebagai
gaya bahasa hipalase karena yang yang merasa benci adalah hati bukan
nafas.
Gaya bahasa metafora terdapat pada baris ke-3 dan ke-4 lagu D’Masiv
yang berjudul ”Ilfil Manusia Tak Berharga” karena kata terungkap
menggambarkan semuanya telah terbukti dan karena kata kau dibandingkan
dengan manusia biasa. Manusia biasa dapat diartikan seorang yang biasa. gaya
bahasa hipalase terdapat pada baris ke-5 karena yang yang merasa benci adalah
hati bukan nafas.
11. Judul lagu ”merindukanmu”
Saat kau tertawa di atas semua Saat kau menangisi kesedihanku Aku ingin engkau selalu ada Aku ingin engkau aku kenang Selama aku masih bisa bernafas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Masih sanggup berjalan Ku kan selalu memujamu Meski ku tak tahu lagi Engkau ada dimana Dengarkan aku Kumerindukanmu Saat aku mencoba Merubah segalanya Saat aku meratapi Kekalahanku a. Saat kau tertawa diatas semua. Kalimat tersebut dapat dikategorikan
sebagai gaya bahasa ironi yang menyatakan sindiran telah menertawakan
kondisi pengarang.
b. Saat aku meratapi kekalahanku. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai
gaya bahasa paradoks karena kalimat “saat aku meratapi kekalahanku”
karena pernyataan tersebut mengandung kontras/pertentangan, namun
ternyata mengandung kebenaran, hal ini menggambarkan pengarang
benar-benar sedih atas kekalahannya.
Analisis gaya bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa ironi
terdapat pada baris ke-1 yang menyatakan sindiran telah menertawakan pengarang
di depan orang banyak. gaya bahasa paradoks terdapat pada baris ke-14 pada
kalimat “saat aku meratapi kekalahanku” karena pernyataan tersebut
mengandung kontras/pertentangan, namun ternyata mengandung kebenaran.
12. Judul lagu ”tak pernah rela”
Terlambat aku masuki kehidupanmu Saat kau terjebak komersialnya nafsu Memang tak berguna untuk sesali yang tlah terjadi Sekali lagi aku katakana ku tak pernah rela Biarkan tubuh dijamah mereka Sekali lagi aku katakan ku tak pernah rela Tapi kuterima kau apa adanya a. Terlambat aku masuki kehidupanmu. Kalimat tersebut dikategorikan
sebagai gaya bahasa litotes karena kalimat ”terlambat aku masuki
kehidupanmu” merupakan penggambaran seseorang yang menyesali diri.
Sudah tidak ada ruang di hati kekasihnya untuk pengarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
b. Saat kau terjebak komersialnya nafsu. Kalimat tersebut termasuk gaya
bahasa hiperbola karena terlalu membesar-besarkan. Seakan-akan tidak
bisa keluar dari nafsu yang tinggi.
c. Biarkan tubuh dijamah mereka. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai
gaya bahasa litotes yeng menggambarkan seseorang yang diri. Dalam
kalimat diatas pengarang tidak peduli kalau dihina orang banyak.
Analisis gaya bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa litotes
terdapat pada baris no-1 pada kalimat ”terlambat aku masuki kehidupanmu”
karena merupakan penggambaran seseorang yang merendahkan diri. Sudah tidak
ada ruang di hati kekasihnya untuk pengarang. gaya bahasa hiperbola terdapat
pada baris ke-2 karena terlalu membesar-besarkan. Seakan-akan tidak bisa keluar
dari nafsu yang tinggi. gaya bahasa litotes terdapat pada baris ke-5 yeng
menggambarkan seseorang yang merendahkan diri. Dalam kalimat tersebut
pengarang tidak peduli kalau dihina orang banyak.
� Hasil analisis gaya bahasa di atas dapat dilihat dengan jelas melalui
tabel berikut ini.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi dan Presentase Penggunaan Gaya Bahasa dalam
Lirik Lagu D’Masiv
No Gaya Bahasa Frekuensi Penggunaan Data
(x)
Frekuensi Relatif
Frekuensi Absolut/
Presentase x 100 %
1 Hiperbola 7 0,159 15,9%
2 Hipalase 3 0,068 6,8%
3 Mesodiplosis 2 0,045 4,5%
4 Litotes 6 0,136 13,6%
5 Metafora 8 0,181 18,1%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
6 Repetisi 4 0,090 9%
7 Pleonasme 1 0,022 2,2%
8 Pars Prototo 1 0,022 2,2%
9 Metonimia 3 0,068 6,8%
10 Ironi 4 0,090 9%
11 Aliterasi 1 0,022 2,2%
12 Personifikasi 3 0,068 6,8%
13 Paradoks 1 0,022 2,2%
44 100%
Keterangan
x = Banyaknya pemunculan jenis gaya bahasa dalam data
∑x = Total keseluruhan munculnya gaya bahasa
Berdasarkan tabel di atas, gaya bahasa yang paling menonjol adalah gaya
bahasa metafora. Dari 44 data terdapat 7 hiperbola, 3 hipalase, 2 mesodiplosis, 6
litotes, 8 metafora, 4 repetisi, 1 pleonasme, 1 pars prototo, 3 metonimia, 4 ironi, 1
aliterasi, 3 personifikasi dan 1 paradoks. Gaya bahasa yang paling dominan dalam
lirik lagu D’Masiv adalah gaya bahasa metafora yaitu sebanyak 18,1%.
Hasil analisis lirik lagu D’Masiv di atas menunjukkan bahwa banyak
digunakan gaya bahasa metafora pada lirik lagu tersebut. Hal ini terbukti bahwa
yang paling dominan dipakai dalam lirik lagu tersebut adalah gaya bahasa
metafora dengan hasil 18,1% yaitu 8 data ditemukan dari 44 data. Tujuan
pemakaian gaya bahasa metafora dalam lirik lagu D’Masiv yaitu agar dapat
menimbulkan suasana yang sesuai dengan isi lagu. Hal ini selaras dengan kajian
teori bahwa gaya bahasa metafora adalah bahasa kiasan yang memperlihatkan
gejala bahsa suatu arti tertentu dialihkan kepada suatu hal yang lain. Peralihan arti
itu dapat terjadi bila apa yang dikatakan dan apa yang sebetulnya dimaksudkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
dapat dikaitkan satu dengan yang lain. Selain itu perbandingan dalam metafora
tidak disertai dengan kemunculan kata-kata penghubung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan kajian teori, hasil analisis dan pembahasan yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis diksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam lirik
lagu D’Masiv digunakan dua diksi yaitu diksi yang bermakna konotatif dan
diksi yang bermanka denotatif. Diksi yang paling dominant dipakai dalam
lirik lagu D’Masiv adalah diksi yang bermakna denotatif. Hal ini terlihat dari
252 data terdapat 177 data atau 70,2% diksi yang bermakna denotatif dan 75
data atau 29,8% diksi yang bermakna konotatif. Tujuan pemakaian diksi yang
bermakna dalam lagu pop D’Masiv adalah agar pesan yang disampaikan
mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat.
2. Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa dapat disimpulkan bahwa dalam lirik
lagu D’Masiv digunakan beberapa gaya bahasa. Gaya bahasa tersebut antara
lain : hiperbola, hipalase, mespdiplosis, litotes, metafora, repetisi, pleonasme,
pars prototo, metonimia, ironi, aliterasi, personifikasi dan paradoks. Gaya
bahasa yang paling dominan dipakai dalam lirik lagu tersebut adalah gaya
bahasa metafora dengan hasil 18,1% yaitu 8 data ditemukan dari 66 data.
Tujuan pemakaian gaya bahasa metafora dalam lirik lagu D’Masiv yaitu agar
dapat menimbulkan suasana yang sesuai dengan isi lagu.
B. Implikasi
Penelitian ini memiliki implikasi terhadap aspek lain yang relevan dan
memiliki hubungan positif. Implikasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Implikasi teoretis
a. Membuka wawasan yang berkaitan dengan pendalaman materi diksi dan
gaya bahasa khususnya lirik lagu.
b. Membuka peluang dilakukannya penelitian-penelitian tentang diksi dan
gaya bahasa.
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
2. Implikasi praktis
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
penelitian diksi dan gaya bahasa, sehingga peneliti lain akan termotifasi untuk
melakukan penelitian tentang diksi dan gaya bahasa pada lirik lagu.
C. Saran
1. Pengarang lagu hendaknya lebih kreatif dalam membuat lirik lagu sehingga
akan diperoleh diksi dan gaya bahasa yang lebih bervariasi dan pesan yang
disampaikan dalam lagu mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat.
2. Pengarang lagu hendaknya menggunakan variasi gaya bahasa yang lebih
kreatif sehingga lirik lagu yang dihasilkan lebih baik dan tidak monoton.