13
364 Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012 DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif Permasalahan Pengadaan Buku Sekolah) DIGITIZING SCHOOL BOOKS (Procurement Issues Alternative Solutions for School Books) Ika Kurniawati Pustekkom Kemdikbud Jl. RE. Martadinata, Ciputat-Tangerang Selatan, Banten ([email protected]) Abstrak: Berbagai permasalahan terkait perbukuan nasional, mulai dari sering bergantinya buku pelajaran di sekolah, mahalnya harga buku sebagai akibat bahan baku kertas yang mahal, maraknya penjualan buku di sekolah yang menimbulkan berbagai kontroversi setidaknya beban biaya sekolah yang harus ditanggung orang tua menjadi cukup besar, serta keterbatasan layanan perpustakaan di sekolah menyebabkan pemerintah mengambil terobosan baru dengan mendigitalkan buku sekolah. Digitalisasi buku sekolah terkait juga dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan publikasi berbagai informasi dalam bentuk elektronik tidak hanya cetak. Tujuan penulis membahas tema ini agar dapat memecahkan permasalahan bagi semua pihak baik itu pemerintah, masyarakat sebagai pengguna, serta pihak yang terlibat dalam industri perbukuan yang banyak mengalami dampak terkait digitalisasi buku khususnya buku sekolah seperti BSE. Terobosan pemerintah mendigitalkan buku sekolah melalui program BSE ternyata dapat menjadi alternatif solusi dalam memecahkan permasalahan buku pelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil pembahasan, BSE akan efisien kalau dicetak secara kolektif bukan pribadi. Implementasi program ini akan efisien dan efektif apabila didukung oleh berbagai pihak. Selain dukungan pemerintah, perlu ada dukungan dari masyarakat baik itu sebagai pengguna maupun masyarakat sebagai penyedia layanan pencetakan buku. Kata Kunci: Digitalisasi, Buku Sekolah Elektronik Abstract: National of Books related issues, ranging from frequent alternation in school textbooks, the high price of the book as a result of the expensive raw material for paper, the rampant sale of books at school that raises various controversies at least the burden of school fees to be borne by the parents to be quite large, and limited library services in schools led to the government taking a new breakthrough digitize textbooks. Digitizing textbooks also related to the advancement of information and communication technologies that allow the publication of information in electronic form not just print. Purpose of the author discusses this theme in order to solve the problem for all stakeholders, the government, society as a user, as well as those involved in the industry a lot of Books that have been affected by digitizing books specifically related to school books as BSE. Breakthrough government schools through a program to digitize books of BSE was found to be an alternative solution to solve problems in school textbooks. Based on the discussion, BSE will be printed collectively efficient if not personal. Implementation of this program will be efficient and effective if it is supported by various parties. In addition to government support, there needs to be support from the community either as users or the public as a provider of printing services. Keywords: Digitization, Electronic School Book Diterima tanggal: 15/08/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal:23/08/2012; Disetujui tanggal: 03/09/2012

DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

364

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

DIGITALISASI BUKU SEKOLAH(Sebagai Solusi Alternatif Permasalahan Pengadaan Buku Sekolah)

DIGITIZING SCHOOL BOOKS(Procurement Issues Alternative Solutions for School Books)

Ika KurniawatiPustekkom Kemdikbud

Jl. RE. Martadinata, Ciputat-Tangerang Selatan, Banten([email protected])

Abstrak: Berbagai permasalahan terkait perbukuan nasional, mulai dari sering bergantinya buku pelajarandi sekolah, mahalnya harga buku sebagai akibat bahan baku kertas yang mahal, maraknya penjualanbuku di sekolah yang menimbulkan berbagai kontroversi setidaknya beban biaya sekolah yang harusditanggung orang tua menjadi cukup besar, serta keterbatasan layanan perpustakaan di sekolahmenyebabkan pemerintah mengambil terobosan baru dengan mendigitalkan buku sekolah. Digitalisasibuku sekolah terkait juga dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkanpublikasi berbagai informasi dalam bentuk elektronik tidak hanya cetak. Tujuan penulis membahastema ini agar dapat memecahkan permasalahan bagi semua pihak baik itu pemerintah, masyarakatsebagai pengguna, serta pihak yang terlibat dalam industri perbukuan yang banyak mengalami dampakterkait digitalisasi buku khususnya buku sekolah seperti BSE. Terobosan pemerintah mendigitalkanbuku sekolah melalui program BSE ternyata dapat menjadi alternatif solusi dalam memecahkanpermasalahan buku pelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil pembahasan, BSE akan efisien kalaudicetak secara kolektif bukan pribadi. Implementasi program ini akan efisien dan efektif apabila didukungoleh berbagai pihak. Selain dukungan pemerintah, perlu ada dukungan dari masyarakat baik itu sebagaipengguna maupun masyarakat sebagai penyedia layanan pencetakan buku.

Kata Kunci: Digitalisasi, Buku Sekolah Elektronik

Abstract: National of Books related issues, ranging from frequent alternation in school textbooks, the highprice of the book as a result of the expensive raw material for paper, the rampant sale of books at school thatraises various controversies at least the burden of school fees to be borne by the parents to be quite large,and limited library services in schools led to the government taking a new breakthrough digitize textbooks.Digitizing textbooks also related to the advancement of information and communication technologies thatallow the publication of information in electronic form not just print. Purpose of the author discusses thistheme in order to solve the problem for all stakeholders, the government, society as a user, as well as thoseinvolved in the industry a lot of Books that have been affected by digitizing books specifically related toschool books as BSE. Breakthrough government schools through a program to digitize books of BSE wasfound to be an alternative solution to solve problems in school textbooks. Based on the discussion, BSE willbe printed collectively efficient if not personal. Implementation of this program will be efficient and effective ifit is supported by various parties. In addition to government support, there needs to be support from thecommunity either as users or the public as a provider of printing services.

Keywords: Digitization, Electronic School Book

Diterima tanggal: 15/08/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal:23/08/2012; Disetujui tanggal: 03/09/2012

Page 2: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

365

No. Jenis Buku Jumlah

1. Buku Sekolah 65%

2. Buku Perguruan Tinggi 15%

3. Buku Agama 15%

4. Buku lainnya 5%

Tabel 1Persentase jenis buku yang diterbitkan

PendahuluanTidak dapat dipungkiri lagi bahwa buku merupakansalah satu kebutuhan pokok bagi mereka yangbersekolah, bahkan di beberapa sekolah buku masihdijadikan satu-satunya sumber belajar disamping gurutentunya. Tidak salah kiranya ungkapan buku adalahjendela dunia. Dengan banyak membaca buku,seseorang seolah-olah telah menggemgam dunia.Banyak ilmu dan pengetahuan yang dapat diserapmelalui membaca buku.

Begitu pentingnya arti buku di sekolah sehinggabanyak penerbit yang menerbitkan buku untukkepentingan sekolah. Kalau dilihat persentase bukuyang diterbitkan oleh penerbit berdasarkan dokumendari Kongres Perbukuan tahun 1995, adalah sebagaiberikut:

kepada pihak sekolah asal sekolah yang bersangkutanmenggunakan buku tersebut. Untuk tahun berikutnyaseiring pergantian tahun pelajaran sekolah tersebutakan didatangi kembali oleh tenaga marketing bolehjadi dari penerbit yang berbeda yang menawarkankomisi yang lebih tinggi daripada tenaga marketingsebelumnya.

Hal inilah yang menjadi penyebab seringbergantinya buku pelajaran yang digunakan olehsekolah. Buku sekolah tidak lagi dapat dimanfaatkanturun temurun mulai dari kakak sampai adik. Padahalkalau diteliti buku yang diterbitkan oleh penerbit yangsama setiap tahun secara isi tidak banyak mengalamiperubahan, paling-paling hanya ada sedikit perubahanhalaman. Permasalahan yang muncul guru terkadangdalam mengajar hanya mengacu pada satu buku,bahkan dalam memberikan tes/ulangan benar-benardiambil dari satu buku dimana siswa terkadang tidakboleh salah titik komanya. Dengan kondisi seperti ini,pasti peserta didik hanya akan menggunakan bukuyang digunakan oleh gurunya.

Sering bergantinya buku menyebabkan beberapaorang tua merasa terbebani dengan biaya buku tiaptahunnya. Apakah memang peserta didik harusmembeli buku pelajaran baru tiap tahunnya? Lalu,dimana peran perpustakaan? Kalau pemanfaatanbuku sekolah tidak harus berganti tiap tahunnya,peserta didik dapat meminjam buku sekolah kepadasaudaranya (kakak) yang telah naik kelas atau lulus,bisa meminjam kepada tetangga, atau bahkan keperpustakaan.

Banyaknya penerbit yang menerbitkan bukukhususnya buku sekolah waktu itu dipengaruhi olehkebijakan pemerintah dimana pada era tahun 1990-an pemerintah menyerahkan pola pengelolaan bukukepada mekanisme pasar yang mendorong adanyakompetisi yang adil bagi para penerbit. Kebijakanpemerintah terkait perbukuan dapat dilihat pada tabelberikut:

Dari komposisi tersebut nampak bahwa buku yangbanyak diterbitkan adalah buku sekolah. Komposisiini tidak banyak berubah sampai dengan tahun 2003(Pusbuk, 2010).

Dengan banyaknya buku sekolah yang diterbitkan,maka banyak bermunculan pihak marketing dari parapenerbit yang membantu penjualan buku tersebut.Para penerbit tidak hanya mengandalkan toko buku,bahkan beberapa tenaga marketing mereka langsungmendatangi sekolah. Beberapa tenaga marketingtersebut ada yang menjanjikan dan memberikan komisi

Ika Kurniawati: Digitalisasi Buku Sekolah

Page 3: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

366

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

buku agar dapat dibagikan secara gratis kepadapeserta didik. Namun strategi ini kurang berjalan opti-mal karena terjadi krisis terkait naiknya harga minyakdunia (Setiawan, 2008:12).

Selanjutnya pemerintah mengeluarkanPermendiknas Nomor 2 dan Nomor 12 Tahun 2008tentang buku. Melalui Permendiknas ini Depdiknasmembeli hak cipta dari penulis dan distribusinyaberdasarkan ketentuan yang ditetapkan olehDepdiknas. Ada salah seorang penulis buku PPKnuntuk SD kelas IV menyatakan bahwa buku yang iatulis dihargai sebesar Rp. 100.000.000,- belumtermasuk potong pajak.

Buku-buku yang telah dibeli hak ciptanya olehDepdiknas ini dapat digandakan, dialih mediakanbahkan diperdagangkan baik secara perseoranganatau kelompok dengan harga yang telah ditentukanbatas maksimalnya oleh Depdiknas. Agar masyarakatluas memiliki akses terhadap buku ini, pemerintahmenelorkan program BSE (Buku Sekolah Elektronik).BSE merupakan upaya pemerintah untukmendigitalkan buku sekolah agar dapat menjangkauseluruh masyarakat dengan harga yang relatif murah.Kebijakan pemerintah ini ternyata memicu kontroversiantara lain: 1) Karena BSE menggunakan aksesinternet, masih banyak masyarakat yang tidak dapatmendownloadnya dengan berbagai alasan diantaranyakapasitas bandwidth yang belum memadai. Kalaupunbisa mendownload, prosesnya lama. 2) Prosespencetakan buku dari hasil download ini apabiladilakukan secara individu biaya yang dikeluarkan

Dengan dihapuskannya peran Balai Pustaka,dimana tata niaga buku diserahkan sepenuhnya padamekanisme pasar menyebabkan sering bergantinyabuku dengan harga yang relatif mahal. Hal ini jelasberdampak pada beban biaya sekolah yang harusditanggung oleh orang tua. Beban orang tua sangatterasa pada setiap tahun ajaran baru. Sebagai contohsatu kasus yang dialami orang tua murid di kawasanCiputat-Pamulang. Untuk memasukkan anak merekapada sekolah jenjang SD saja dia harus mengeluarkanbiaya buku sebesar antara Rp. 400.000,- s.d Rp.600.000,- belum lagi beban biaya lainnya di luar buku.Beberapa permasalahan lain yang muncul terkaitkebijakan pemerintah tersebut antara lain: 1) Umurbuku pelajaran yang relatif tidak berumur panjang,rata-rata hanya berumur setahun, tergantikan denganedisi yang terbaru walaupun secara isi tidak banyakperbedaan; 2) Maraknya jual beli buku di sekolah,bahkan terkesan sekolah banyak mengambil untung;3) Semakin mahalnya harga buku karena harga kertasyang mengalami kenaikan. Belum lagi kita dihadapkannantinya bahan baku kertas akan semakin langka.Berkenaan dengan permasalahan tersebut,pemerintah mengeluarkan Permen No. 11 tahun 2005tentang larangan praktek jual beli buku di sekolahsekaligus menetapkan buku berstandarisasi nasionalyang diatur oleh PP No. 19/2005 pasal 43. Masaberlaku buku ditetapkan selama 5 tahun.

Untuk mendukung peraturan ini, strategi yangditempuh oleh pemerintah antara lain mengeluarkankebijakan BOS yang dapat digunakan untuk pembelian

<1990 Ditentukan PN.Balai PustakaPemerintah

1993-1999 Depdiknas Penerbit yang lolos Seleksi

1999-2005 Pusbuk Penerbit yang bukunya dinilai layak

2005 > BSNP Penerbit yang bukunya dinilai layak

Tabel 2Kebijakan Pengelolaan Buku

Periode Pengelolaan Dasar HukumPenggandaan/DistribusiIsi Buku

PP 19/2005Permendiknas No 02/2008Permendiknas No 12/2008

Page 4: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

367

Ika Kurniawati: Digitalisasi Buku Sekolah

jatuhnya lebih mahal. 3) Pengaruhnya ternyata sangatdirasakan oleh industri perbukuan, karena banyakpenerbit merumahkan bagian marketing untuk bukusekolah. Terhitung hingga bulan Mei 2009 ada sekitar7000-an karyawan yang dirumahkan alias di PHK (BinaMahardika.com;2011).

Langkah pemerintah ini dengan mendigitalkan bukusekolah melalui program BSE dapat dibilang maju,apalagi di era teknologi digital serta semakin mahalnyabahan baku kertas. Beberapa hal yang perludiperhatikan barangkali, yaitu:

Apakah terobosan dari pemerintah ini benar-benarmenjadi alternatif solusi dalam memecahkanpermasalahan buku pelajaran di sekolah? Mengingatimplementasi di lapangan juga banyak mengalamikendala. Bagaimana seharusnya program inidiimplementasikan agar efisien dan efektif.Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskanpermasalahan sebagai berikut: 1) Apakah terobosanpemerintah mendigitalkan buku sekolah melalui pro-gram BSE benar-benar menjadi alternatif solusi dalammemecahkan permasalahan buku pelajaran di sekolah?2) Bagaimana seharusnya program inidiimplementasikan agar efisien dan efektif? 3)Bagaimana upaya pemerintah mensukseskandigitalisasi buku sekolah melalui BSE? Apa saja yangharus disiapkan baik dari sisi kebijakan, SDM, konten,maupun sarana prasarana? Bagaimana dengan perandinas pendidikan kabupaten/kota? 4) Dari sisipengguna, apa saja yang harus mereka persiapkan?Bagaimana seharusnya mereka memanfaatkan BSE?5) Bagaimana kelangsungan industri perbukuan terkaitdigitalisasi buku sekolah yang kedepannya mungkinhal ini menjadi suatu keharusan seiring dengankemajuan teknologi informasi dan komunikasi?

Berdasarkan hal tersebut, penulis mengangkattema digitalisasi buku sekolah sebagai salah satusolusi alternatif pengadaan buku sekolah. Tujuanpenulis membahas tema ini agar dapat memecahkanpermasalahan bagi semua pihak baik itu pemerintah,masyarakat sebagai pengguna, serta pihak yang terlibatdalam industri perbukuan yang banyak mengalamidampak terkait digitalisasi buku khususnya bukusekolah seperti BSE.

KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASANBuku Sekolah Sebagai Salah Satu SumberBelajarSeperti telah dinyatakan sebelumnya bahwa bukumerupakan salah satu kebutuhan pokok bagi merekayang bersekolah, bahkan di beberapa sekolah bukumasih dijadikan satu-satunya sumber belajar disampingguru tentunya. Berkenaan dengan buku yang digunakandi sekolah, pemerintah mengeluarkan kebijakan yangtertuang dalam Permendiknas Republik IndonesiaNomor 11 Tahun 2005 tentang buku teks pelajaran.

Dalam Permendiknas ini dinyatakan bahwa bukuteks pelajaran adalah buku acuan wajib untukdigunakan di sekolah yang memuat materipembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan danketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuanpenguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dankesehatan yang disusun berdasarkan standar nasionalpendidikan.

Buku teks pelajaran ini digunakan sebagai acuanwajib oleh guru dan peserta didik dalam prosespembelajaran. Selain buku teks pelajaran, guru dapatmenggunakan buku panduan pendidik dan dapatmenggunakan buku pengayaan, serta buku referensidalam proses pembelajaran. Untuk menambahpengetahuan dan wawasan peserta didik, guru dapatmenganjurkan peserta didik untuk membaca bukupengayaan dan buku referensi. Dengan demikianbuku yang digunakan di sekolah, meliputi: a) Bukuteks pelajaran seperti dijelaskan sebelumnya sebagaiacuan wajib. b) Buku panduan pendidik yang memuatprinsip, prosedur, deskripsi materi pokok, dan modelpembelajaran yang akan digunakan oleh pendidik. c)Buku pengayaan, yaitu buku yang memuat materi yangdapat memperkaya buku teks pendidikan dasar,menengah, dan perguruan tinggi d) Buku referensi,yaitu buku yang dapat digunakan untuk memperolehinformasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni.

Penggunaan buku teks pelajaran dalam satuanpendidikan dasar dan menengah mengacu padapermendiknas ini dipilih melalui rapat guru denganpertimbangan Komite Sekolah dari buku-buku tekspelajaran yang telah ditetapkan oleh Mendiknas. Bukuteks pelajaran yang akan digunakan tidak berasal dari

Page 5: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

368

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

satu penerbit. Bagaimana implementasi di lapangan?Apakah penentuan buku teks pelajaran yang akandigunakan telah melalui mekanisme seperti ini?

Sementara itu, terkait mata pelajaran muatan lokalbuku teks pelajaran yang digunakan ditetapkan olehGubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenanganmasing-masing dengan berpedoman pada standarbuku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri.

Guru dapat menganjurkan (berarti tidak memaksa)kepada peserta didik yang mampu untuk memiliki bukuteks pelajaran yang dapat dibeli oleh orang tua/walinyadi pasar bukan di sekolah yang selama ini terjadi padamasyarakat. Untuk membantu peserta didik yang tidakmampu memiliki akses ke buku teks pelajaran, satuanpendidikan wajib menyediakan paling sedikit 10(sepuluh) eksemplar buku teks pelajaran untuk setiapmata pelajaran pada setiap kelas agar dapat dijadikankoleksi perpustakaan.

Buku teks pelajaran selain diupayakan oleh orangtua/wali murid bagi yang mampu, pihak sekolah jugawajib menyediakan buku teks pelajaran tersebutsebagai koleksi perpustakaan dan membantu pesertadidik yang tidak mampu membeli buku teks pelajaran.

Standarisasi BSNP terkait Perbukuan NasionalSalah satu upaya pemerintah untuk menjaminketersediaan buku teks pelajaran yang bermutu sesuaipasal 43 ayat 5 Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005tentang Standar Nasional Pendidikan, Badan StandarNasional Pendidikan (BSNP) dan Pusat Perbukuantelah melakukan penilaian buku teks pelajaran padasatuan pendidikan sekolah dasar, sekolah menengahpertama, dan sekolah menengah atas. BerdasarkanPermendiknas ini, BSNP bersama Pusat Perbukuanbertugas melakukan penilaian terhadap kelayakanbuku teks pelajaran sebelum diterbitkan.

Sebagai tindak lanjut dari hasil pekerjaan yangdilakukan oleh BSNP dan Pusat Perbukuan, Depdiknaspada waktu itu mengeluarkan Permendiknas Nomor46 Tahun 2007 dan Nomor 12 Tahun 2008 tentangPenetapan Buku Teks Pelajaran yang memenuhi syaratkelayakan digunakan dalam proses pembelajaran disekolah.

Kelayakan buku teks pelajaran antara lain meliputikelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian,

dan kelayakan kegrafikaan. (Bahan Sosialisasi BSNP,Standar Penilaian Buku Teks Pelajaran)a. Kelayakan isi• Buku teks pelajaran yang baik seharusnya berisi

materi yang mendukung tercapainya SK (standarkompetensi) dan KD (kompetensi dasar) dari matapelajaran tersebut.

• Kelayakan isi buku teks pelajaran dapat dinilai darikelengkapan materi, keluasan, dan kedalaman.

• Uraian materi yang ada di dalam buku secara implisitmemuat materi yang mendukung tercapainyaminimum SK-KD yang lengkap (nilai 4) denganketentuan sebagai berikut:• KD <= 20, KD tidak ada maksimum 1 KD• 21 ? KD ? 40, KD tidak ada maksimum 2 KD• 40 ? KD ? 60, KD tidak ada maksimum 3 KD• Dan jika tidak memenuhi ketentuan di atas nilai 1

• SK-KD tidak dituliskan secara eksplisit di dalambuku teks

• Kedalaman materi: uraian materi mendukungtercapainya minimum KD dan sesuai dengan tingkatpendidikan peserta didik.

• Keluasan materi: materi yang disajikanmencerminkan jabaran yang mendukungpencapaian semua Kompetensi Dasar (KD) dansesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik.

b. Kelayakan bahasa• Ditulis mengikuti kaidah Bahasa Indonesia dan

peristilahan yang benar dan jelas.• Sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Jenjang

Pendidikan Peserta Didik;• Komunikatif,• Runtut dan memiliki kesatuan Gagasanc. Kelayakan penyajianKelayakan penyajian, meliputi:• Organisasi penyajian umum,• Organisasi penyajian per bab,• Mempertimbangkan kebermaknaan dan

kebermanfaatan,• Melibatkan siswa secara aktif• Mengembangkan proses pembentukan

pengetahuan.Selain itu:• Variasi dalam cara penyampaian informasi,• Kemampuan meningkatkan kualitas pembelajaran,

Page 6: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

369

Ika Kurniawati: Digitalisasi Buku Sekolah

• Memperhatikan kode etik dan hak ciptad. Kelayakan kegrafikaan.

Berdasarkan kriteria kelayakan buku yangditetapkan BSNP, tentunya kita berharap buku-bukuteks pelajaran yang telah melalui penilaian BSNP danditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang dapatdipergunakan dalam proses pembelajaran benar-benarlayak dimanfaatkan, sehinga sangat disayangkan kalaubuku-buku tersebut tidak dimanfaatkan.

Rasional Digitalisasi Buku SekolahDalam penyelenggaraan pendidikan formal dannonformal, buku menjadi sumber belajar utama disamping guru. Bahkan di daerah yang kebutuhan akanguru belum terpenuhi atau mutu guru belum sepertiyang diharapkan, buku pelajaran menjadi sumberutama dan terutama. Kelangkaan atau ketiadaan bukupelajaran sering menjadi alasan proses dan hasilbelajar-membelajarkan tidak memenuhi standar yangdiperlukan. Tidak jarang pula terjadi, rendahnyapartisipasi anak usia sekolah dan tingginya angkaputus sekolah karena ketidakmampuan orangtua/siswa membeli buku pelajaran. Untuk mengatasikelangkaan buku pelajaran, beberapa negara sepertiCina dan India membuat buku murah dalam jumlahbanyak sehingga kesempatan memperolehpendidikan semakin merata di negeri itu (BP. Sitepu,2011).

Berbagai permasalahan terkait perbukuan nasional,mulai dari sering bergantinya buku pelajaran di sekolah,mahalnya harga buku sebagai akibat bahan baku kertasyang mahal, maraknya penjualan buku di sekolah yangmenimbulkan berbagai kontroversi setidaknya bebanbiaya sekolah yang harus ditanggung orang tua menjadicukup besar, serta keterbatasan layanan perpustakaandi sekolah (tidak semua sekolah khususnya jenjangSD memiliki perpustakaan, meskipun ada buku yangtersedia terbatas) menyebabkan pemerintah mengambilterobosan baru dengan mendigitalkan buku sekolah.

Digitalisasi buku sekolah terkait juga dengankemajuan teknologi informasi dan komunikasi yangmemungkinkan publikasi berbagai informasi dalambentuk elektronik tidak hanya cetak. Penggunaanteknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam industribuku mempengaruhi tata penulisan naskah,penerbitan, pencetakan, pendistribusian, danperdagangan buku. Buku dalam tampilan elektronik (e-book) dapat terbit dan tersebar mendahului versicetaknya. Dengan berkembangnya penerbitan bukuelektronik ini definisi buku yang selama ini mengacupada hasil cetak perlu dikaji kembali agar mencakupdidalamnya juga buku elektronik.(BP. Sitepu, 2011).Dengan kemajuan TIK mengubah paradigmaperbukuan seperti tabel 3 berikut ini:

Tabel 3Perbandingan Paradigma Perbukuan

Hak Cipta Penulis/Penerbit Kemdikbud, Penerbit buku digitalPencetak Penerbit Buku Siapa sajaMedia Pengganda Mesin Cetak Offset Komputer + Printer/ Mesin Cetak DigitalSarana Distribusi Transportasi Darat, Laut dan Udara Intranet, internet globalKecepatan Distribusi 1 minggu - 1 bulan 1 jam - 1 hariHarga Eceran Relatif mahal Relatif terjangkauFleksibilitas Dicetak - jilid per buku Dicetak perbab, dibaca online

Indikator Kenvensional Digital (e-book)

Buku Sekolah Elektronik (BSE) Salah Satu BentukDigitalisasi BukuBuku Sekolah Elektronik (BSE) sebagai salah satubentuk digitalisasi buku sekolah yang ditempuh olehpemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahanbuku nasional seperti umur buku yang kebanyakan

hanya berlangsung 1 tahun, maraknya penjualan bukudi sekolah, serta relatif mahalnya harga buku.Tujuan utama BSE ini: a) menyediakan sumber belajaralternatif bagi siswa, b) merangsang siswa untukberpikir kreatif dengan bantuan teknologi informasi dankomunikasi, c) memberi peluang kebebasan untuk

Page 7: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

370

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Tabel 4Rincian Buku Sekolah Elektronik

1. SD : 502 Penjasorkes, IPS, IPA, Seni Budaya dan Keterampilan, Bhs. Indonesia,Kewarganegaraan, Matematika

2. SMP : 238 TIK, Seni Rupa, Seni Teater, Tari, Musik, Penjasorkes, IPA,Bhs.Indonesia, Kewarganegaraan, IPS, Bahasa Inggris

3. SMA : 338 TIK, Seni Tari, Kimia, Fisika, Biologi, Bhs. Indonesia, Ekonomi,Sosiologi, Geografi, Sejarah

4. SMK : 222 Struktur Bangunan, Otomotif, Grafis, Pertanian, Teknik Mesin, Seni Rupa,Agribisnis, Matematika, Fisika, Kimia, Kelistrikan, Seni Budaya

5. 2 buku Bahasa

No Jenjang dan Jumlah Buku Mata Pelajaran/Topik

Total Jumlah Buku: 1331

Harga cetak buku ini diharapkan tidak melampaui Rp. 8.000,- perbuku.

menggandakan, mencetak, memfotocopy,mengalihmediakan, dan/atau memperdagangkanBSE tanpa prosedur perijinan, dan bebas biaya royaltisesuai dengan ketentuan yang diberlakukan Menteri.d) memberi peluang bisnis bagi siapa saja untukmenggandakan dan memperdagangkan denganproyeksi keuntungan 15% sesuai dengan ketentuanyang diberlakukan Menteri.

BSE merupakan salah satu reformasi di bidangperbukuan dimana pemerintah membeli hak ciptadari penulis dan distribusinya berdasarkan ketentuanyang telah ditetapkan. Regulasi dari BSE ini tertuangdalam Permendiknas Nomor 2 dan Nomor 12 Tahun2008.

Dalam Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008antara lain pasal-pasalnya mengatur tentangketentuan umum buku teks, penulisan buku,penilaian buku teks, pemilihan buku teks di satuanpendidikan, penggunaan buku di satuan pendidikan,penggandaan, penerbitan, dan pendistribusian buku.Disamping itu diatur juga masa pakai dari buku tekstersebut. Intinya bahwa penjualan buku di sekolahtidak diperkenankan. Peserta didik diminta membelibuku teks langsung ke pengecer, bukan di sekolah.Justru sekolah diminta agar meminjamkan buku tekskepada peserta didik melalui perpustakaan sekolah

bagi peserta didik yang tidak mampu membeli buku.Terkait masa pakai buku teks dalam PermendiknasNomor 2 Tahun 2008 disebutkan bahwa masa pakaibuku teks sesingkat-singkatnya adalah 5 tahun,kecuali ada kasus-kasus tertentu seperti adanyaperubahan dalam standar isi atau standar kelulusan,peredaran buku tersebut dilarang oleh kejaksaankarena mungkin mengandung hal-hal negatif.Melalui Permendiknas Nomor 12 Tahun 2008,Depdiknas membeli hak cipta dari penulis dandistribusinya berdasarkan ketentuan yang ditetapkanoleh Depdiknas. Dalam permen ini juga dinyatakanbahwa buku teks yang hak ciptanya dibeli olehDepdiknas tersebut dapat digandakan baik oleh or-ang perseorangan, kelompok orang, atau badanhukum. Selanjutnya buku teks tersebut dimuat dalamwebsite Depdiknas yang dilaksanakan oleh PusatTeknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom)Depdiknas.

Konten BSE dapat didownload di websiteKemdikbud dengan alamat bse.kemdiknas.go.id.BSE dilaunching oleh Presiden Susilo BambangYudhoyono pada tanggal 20 Agustus 2008. Saat initelah tersedia total jumlah buku sebanyak 1331 bukudengan rincian sebagaimana tabel 4 berikut:

Sumber: bse.kemdikbud.go.id

Page 8: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

371

Ika Kurniawati: Digitalisasi Buku Sekolah

Kontroversi BSEImplementasi BSE di lapangan ternyata banyakberdampak pada penerbit. Seperti dijelaskan padabagian pendahuluan, banyak penerbit merumahkanbagian marketing khususnya untuk buku sekolah.Belum lagi keluhan dari pengguna yang merasakesulitan mendownload BSE. Proses pencetakanbuku dari hasil download apabila dilakukan secaraindividu biaya yang dikeluarkan jatuhnya lebihmahal.

Berikut sebagian keluhan dari pengguna seputarBSE yang berhasil penulis ambil dari milis. MenurutBapak Asep Suhendar ia mengalami kesulitansetiap mendonwload buku pelajaran MatematikaSMP setelah mengisikan identitas yang keluarcuma menu kembali. Ia sudah mencobanyabeberapa kali tetapi hasilnya tetap sama.

Komentar senada disampaikan oleh BapakPhilip Rekdale, hari pertama ia mencoba masuk kebse.depdiknas.go.id beberapa kali gagal. Ia mengirainternet atau server jadi lambat. Bapak Philipsepertinya kurang tertarik dengan sistem e-bookkarena khawat i r buku onl ine hanya akanmembesarkan jarak antara yang punya dan yangtidak punya.

Apa yang dialami Bapak Asep, Bapak Philip jugadialami oleh Bapak Yakoeb. Ia mengalami kejadianyang sama, sampai ia mencoba mengakses BSEdi warnet mungkin speedy di rumah lambat.Hasilnya tetap sama. Permasalahan yang munculterkait implementasi BSE bisa jadi karena padasaat itu web bse.kemdiknas.go.id masih dalamtahap pengembangan. Persyaratan minimum yangharus dimi l ik i o leh pengguna agar dapatmendownload file BSE antara lain: a) Browser: IE6, Mozilla Firefox 2.b) OS: Windows XP, Linux. c) Processor: PentiumIII, Celeron. d) Bandwidth: 56 Kbps, idealnya viaJardiknas. d) Aplikasi: Adobe Acrobat Reader 6,Flash Player termutakhir).

Sementara itu IKAPI (Ikatan Penerbit Indone-sia), seperti dikutip Kompas edisi 19 Mei 2009meminta pemerintah mengeluarkan aturan tentanglarangan menggandakan atau memperbanyak isimateri dari BSE atau e-book. Menurut Ketua Umum

IKAPI Pusat Setia Dharma Madjid pemerintahmeskipun sudah membeli copyright isi atau materiyang di tampi lkan dalam BSE di larangmenggandakan is inya karena termasukpembajakan buku. J ika pemerintahmemperbolehkan masyarakat memperbanyak isimateri pada BSE, maka akan berdampak terhadapmenurunnya kreativitas penulis, tidak adanya tokoyang menjual buku pelajaran, dan banyak penerbityang gulung tikar. Pimpinan IKAPI ini memintaseharusnya pemerintah bekerjasama denganpenerbit untuk membuatkan buku pelajaran dengansistem pembel ian harga diskon, sehinggamenunjang kemajuan pemerintah, masyarakat danindustry penerbit buku dimana penerbit buku yangtergabung dalam IKAPI mencapai 920 industri.(www.kompas.com, Selasa 19 Mei 2009).

Apa yang disampaikan oleh Pimpinan IKAPI inimendapat tanggapan yang beragam, seperti dimuatdalam kompas.com dari bulan Mei-Desember 2009.a) Bapak anzious menyatakan bahwa guru-gurumasih bingung dengan standar isi BSE. Hal inimenyebabkan banyak buku BSE sampai sekaranghanya disimpan di perpustakaan sekolah. b) BapakAnto menyatakan dengan pemerintah membelicopyright buku-buku tersebut bukankah untukmenghargai karya kreatif para penulisnya? Merekadapat terus berkarya dan menawarkan kepemerintah untuk dibeli hak ciptanya. IKAPIseharusnya bisa tetap profit karena buku pelajarankhan hanya satu jenis dari berbagai macam buku.Apakah selama ini keuntungannya besar dari bukusekolah karena ada main dengan oknum sekolah?c) Menurut Bapak Amin, untuk IKAPI dananggotanya sekarang diwajibkan CSR untuk setiapperusahaan. Gunakan CSR ini untuk membuat bukudengan harga murah. d) Bapak Adi menyatakanbahwa jaman sudah canggih, jika pemerintahmenetapkan penerbitan e-book penerbit seharusnyalebih kreatif.

Mencermati kontroversi ini sebaiknya masing-masing pihak tidak mementingkan kepentingansendiri. Yang perlu diutamakan adalah bagaimanakontribusi masing-masing pihak dalam memajukanpendidikan di negeri ini. Dari sisi pemangku

Page 9: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

372

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

kebijakan jelas dengan memberikan solusi bukumurah melalui BSE diharapkan memudahkan aksesmasyarakat terhadap buku.

Kalau kita kaji tujuan utama dari BSE inisedik i tnya dapat mengurangi kontroversiimplementasi BSE di lapangan. BSE merupakansumber belajar alternatif dengan berbantuan TIKdiharapkan dapat merangsang siswa untuk berpikirkreatif. Tujuan lainnya memberikan peluangkebebasan kepada siapa saja untukmenggandakan, mencetak, memfotokopi ,mengal ihmediakan, dan ataumemperdagangkannya tanpa prosedur biayaperijinan. Maksud siapa saja bisa menggandakanini tidak bisa langsung kita pahami setiap orang(dalam pengertian individu) mendownload danmenggandakannya sendiri. Kalau hal ini dilakukanakan mahal dari sisi biaya, bahkan jatuhnya lebihmahal dari buku cetak yang biasanya. Perbandingandari sisi biaya akan dibahas pada bagian berikutnya.

BSE juga memberikan peluang bagi penerbit,d imana mereka dapat menggandakan danmenjualnya kembali dengan proyeksi keuntungan15% sesuai ketentuan yang diberlakukan olehMenteri. Masih banyak sebenarnya yang bisadilakukan oleh penerbit. Penerbit belum menggarapbuku-buku asing yang seharusnya diupayakanterjemahannya.

Perbandingan Buku Sekolah Cetak dan DigitalPada bagian sebelumnya telah dikemukakan bahwabuku yang dipergunakan di sekolah antara lain bukuteks pelajaran sebagai buku acuan wajib, bukupengayaan, dan buku referensi. Yang wajibdiusahakan kepemilikannya adalah buku tekspelajaran.

Selama ini pengadaan buku teks pelajaransering dibebankan kepada orang tua/wali muridkarena keterbatasan sekolah menyediakan bukuteks pelajaran melalui layanan perpustakaansekolah. Biaya yang dibebankan kepada orang tuabervariasi. Untuk buku teks pelajaran jenjang SDbiaya yang dikeluarkan antara Rp. 300.000,- – Rp.400.000,-; jenjang SMP berkisar antara Rp.

500.000,- – Rp. 600.000,- dan jenjang SMA berkisarantara Rp. 600.000,- – Rp. 800.000,-

Dengan adanya BSE dalam versi digitaldiharapkan akan diperoleh buku dengan kualitasbagus dan harga relatif murah dibandingkan denganbuku sekolah cetak yang biasanya dengan catatanBSE didownload dan digandakan menggunakanstrategi yang tepat. Mengapa BSE menjadi murahkarena dapat menekan biaya distibusi. Strategitepat yang dimaksud di sini:a) BSE (buku digital) hendaknya didownload,dicetak, dan digandakan oleh penerbit setempat(bisa bekerjasama dengan Pemda Kabupaten/Kota). Kalau daerah setempat belum ada penerbitdan percetakan bisa penerbit daerah yang terdekat.Bisa saja penerbitan dan pencetakannya dilakukandi tingkat propinsi. b) Biaya pencetakan BSE dapatditekan apabila jumlah yang dicetak minimal 3000eksemplar. Kalau dibawah 3000 eksemplar,jatuhnya biaya percetakan beda tipis dari hargapagu tertinggi yang ditetapkan sehingga keuntunganyang diraih tidak banyak bahkan cenderung merugikarena belum dipotong biaya macam-macam.

Memang kalau dilihat sepintas pemanfaatanbuku teks pelajaran yang biasanya bisa langsungdimanfaatkan daripada BSE yang harus didownloadterlebih dahulu. Namun kedepannya BSE dapatdijadikan alternatif pengadaan buku teks pelajaran,karena kalau pencetakannya secara kolektifternyata harga buku lebih murah dibandingkandengan buku teks pelajaran lainnya. Perbandingandari sisi biaya antara buku teks pelajaran yangbiasa dan buku digital (BSE) dapat dilihat pada tabel5 berikut.

Page 10: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

373

Ika Kurniawati: Digitalisasi Buku Sekolah

Tabel 5Perbandingan dari sisi biaya Buku Teks Pelajaran (versi cetak lama) dengan BSE (Buku Digital)

berdasarkan kajian lapangan

Download kolektif di sekolahdengan akses internet sekolah(schoolnet) atau memanfaatkansource BSE digital yang tersediadi Pustekkom sehargaRp. 15.000,-

Sangat menguntungkan kalaudicetak dalam jumlah > 3000buku.Buku dengan HET Rp. 15.000,-biaya cetak dengan jumlah 3000buku adalah Rp. 9.000.-Total biaya cetak+akses=Rp. 9.000,- + Rp. 1.000,- =Rp. 10.000,-Dengan tambahan biaya lain-lainbuku dapat dijual sehargaRp. 12.000,-

Buku Teks Pelajaran(versi cetak lama)

BSE (Buku Cetak Digital)

Cetak Pribadi Cetak Kolektif

SD : rata-rata harga Rp.25.000 – Rp. 40.000,-SMP - SMA: rata-rata hargabuku Rp. 30.000,- – Rp.50.000,-

1. Download dengan aksesinternet di rumah

- Biaya akses Rp. 250.000,-/bulan: waktu download 1buku 4 jam= Rp 1.500,-

- Cetak 200 halaman (rata-rata jumlah halaman 1buku) = Rp.125,- x 200 =Rp.25.000,-

- Hardcover = Rp. 14.000,-- Total biaya: Rp. 1.500,- +

Rp.25.000,- + Rp.14.000,-= Rp. 40.500,-

2. Download di warnet- Biaya cetak (Rp.25.000,- +

Rp.14.000,-)= Rp.39.000,-- Biaya warnet = 4 jam x

Rp. 3.000,- = Rp. 12.000,-- Total biaya: Rp. 39.000 +

Rp.12.000,-= Rp.51.000,-

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa BSEakan efisien kalau dicetak secara kolektif bukan pribadi.Harga jual buku diperoleh Rp. 12.000,- hampir 50%lebih murah dari buku teks pelajaran versi cetak lama.Pemanfaatan buku dijamin tidak akan selalu bergantitiap tahunnya. Apabila dicetak pada kertas sepertikertas koran, harga 1 buku bisa mencapai hanya Rp.5000,-

Peran Pemerintah dan Masyarakat dalamImplementasi BSEPemerintah tidak tinggal diam terkait berbagai keluhanpengguna dalam mengakses BSE. Beberapa upayayang dilakukan oleh Kemdikbud melalui Pustekkomsesuai Permendiknas No. 12 Tahun 2008 antara lain:

a) Menyediakan aplikasi e-book (bse.depdiknas.go.id)b) Menyediakan akses dan koneksi internet danintranet baik kepada dinas pendidikan propinsi, dinaspendidikan kabupaten/kota, serta koneksi internet ke25.000 sekolah yang tersebar ke seluruh wilayah In-donesia. c) Menyediakan server khusus konten BSEserta memberikan bantuan server untuk konten kedinas pendidikan kabupaten/kota serta ke beberapasekolah yang tersebar di 250 kota. d) Menerima danmengolah materi dari Pusbuk yang sudah dalam bentukPDF. e) Mengkompres dan meng-upload konten BSE.f) Mensosialisasikan BSE ke daerah baik kepada pihakdinas pendidikan kabupaten/kota serta ke sekolahlangsung. Dalam sosialisasi selain mendemokan carapemanfaatan BSE juga membagi-bagikan DVD berisi

Page 11: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

374

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

konten BSE yang sudah dipilah berdasarkan jenjangpendidikan. g) Mengusahakan variasi skema perolehandan distribusi buku. Penggandaan dapat dilakukansecara komersial maupun non komersial. Penggandaankomersial dengan cara memperoleh source digitaldengan kualitas percetakan dari Pusbuk selanjutnyadigandakan dan dijualbelikan dengan harga di bawahHET. Penggandaan non komersial dengan cara down-load, cetak dan fotocopi untuk didistribusikan ke siswa,atau download untuk kebutuhan sendiri. h) Untukpendistribusiannya dengan cara mengunduh daribse.depdiknas.go.id. Kemudian source BSE disimpandi server intranet Dinas Pendidikan dan sekolah. Gurumaupun siswa dapat mendownload secara kelompokatau pribadi. Source BSE dapat disimpan juga di WANKota, selanjutnya didistribusikan ke sekolah sekitaryang terhubung secara nirkabel.

Yang masih belum tampak perannya disini adalahDinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Seharusnya DinasPendidikan Kabupaten/Kota dapat banyak berperanaktif antara lain mendistribusikan konten yang sudahtersimpan di server konten yang telah dibagikan olehKemdiknas kepada sekolah-sekolah di wilayahnya.Bisa juga membagikan DVD yang berisi konten BSEkepada sekolah-sekolah. Pihak dinas dapat jugamencetak buku BSE dengan biaya murah untukdibagikan kepada sekolah. Salah satu contohkerjasama seperti yang dilakukan Dinas PendidikanKota Surabaya yang bekerjasama dengan penerbitJawa Pos untuk mencetak BSE serta dijual denganharga yang relatif tidak mahal.

Sekolah-sekolah yang sudah mendapatkan serverkonten seharusnya ikut berperan aktif dalam mensharekonten BSE ke sekolah sekitar yang terdekat. Sekolahdapat juga mencetak BSE untuk lingkup sekolahnya,seperti yang dilakukan oleh MAN 2 Ciamis. Yangterpenting adalah dari pihak pengguna dalam hal inisekolah, terutama guru maupun siswa maumemanfaatkan BSE ini sehingga apa yang telahdiupayakan pemerintah tidak sia-sia.

Posisi dan Peran Industri Perbukuan dalam EraDigitalTidak dapat dipungkiri digitalisasi buku khususnyabuku sekolah cukup berdampak pada penerbit dalam

industri perbukuan. Beberapa penerbit telahmerumahkan banyak tenaga marketing khusus bukusekolah. Digitalisasi buku memang tidak dapatdihindari seiring dengan perkembangan TIK. Pihakpenerbit seharusnya mengubah strategi mereka.

Penerbit seharusnya tidak hanya menerbitkan bukudalam bentuk cetakan tetapi juga dalam bentuk digital(e-book). Dalam memperdagangkannya juga perlumemanfaatkan jaringan maya (e-commerce). Bukuyang diterbitkan tidak hanya didominasi oleh bukusekolah.Penerbit hendaknya aktif juga menterjemahkanbuku-buku terbitan luar negeri yang banyak diperlukanoleh peguruan tinggi. Dengan mengubah strategimereka, insya Allah industri perbukuan nasional tetapeksis untuk menghasilkan buku-buku yang berkualitas.

Simpulan dan SaranSimpulanBerbagai permasalahan terkait perbukuan nasional,mulai dari sering bergantinya buku pelajaran di sekolah,mahalnya harga buku sebagai akibat bahan baku kertasyang mahal, maraknya penjualan buku di sekolah yangmenimbulkan berbagai kontroversi setidaknya bebanbiaya sekolah yang harus ditanggung orang tua menjadicukup besar, serta keterbatasan layanan perpustakaandi sekolah (tidak semua sekolah khususnya jenjangSD memiliki perpustakaan, meskipun ada buku yangtersedia terbatas) menyebabkan pemerintah mengambilterobosan baru dengan mendigitalkan buku sekolah.

Terobosan pemerintah mendigitalkan buku sekolahmelalui program BSE ternyata dapat menjadi alternatifsolusi dalam memecahkan permasalahan bukupelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil pembahasan,BSE akan efisien kalau dicetak secara kolektif bukanpribadi. Harga jual buku diperoleh Rp. 12.000,- hampir50% lebih murah dari buku teks pelajaran versi cetaklama. Pemanfaatan buku dijamin tidak akan selaluberganti tiap tahunnya. Apabila dicetak pada kertasseperti kertas koran, harga 1 buku bisa mencapaihanya Rp. 5.000,-

Implementasi program ini akan efisien dan efektifapabila didukung oleh berbagai pihak. Selain dukunganpemerintah, perlu ada dukungan dari masyarakat baikitu sebagai pengguna maupun masyarakat sebagaipenyedia layanan pencetakan buku. Digitalisasi buku

Page 12: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

375

Ika Kurniawati: Digitalisasi Buku Sekolah

sekolah terkait juga dengan kemajuan teknologiinformasi dan komunikasi yang memungkinkanpublikasi berbagai informasi dalam bentuk elektroniktidak hanya cetak. Dengan digitalisasi buku sekolahsecara tidak langsung dapat menghemat anggaranuntuk biaya cetak seiring dengan naiknya bahan bakukertas. Bagi sekolah-sekolah yang belum memilikiperpustakaan karena keterbatasan ruangan dan bukuyang dimiliki sekolah, dapat menciptakan perpustakaandigital. Buku-buku pelajaran dapat mereka downloadsendiri untuk selanjutnya dimasukkan ke serversekolah.

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untukmensukseskan digitalisasi buku sekolah melalui BSEsesuai Permendiknas No. 12 Tahun 2008 antara lain:menyediakan aplikasi e-book (bse.depdiknas.go.id);menyediakan akses dan koneksi internet dan intranetbaik kepada dinas pendidikan propinsi, dinaspendidikan kabupaten/kota, serta koneksi internet ke25.000 sekolah yang tersebar ke seluruh wilayah In-donesia; menyediakan server khusus konten BSE;menerima dan mengolah materi dari Pusbuk yangsudah dalam bentuk PDF; mengkompres dan meng-upload konten BSE; mensosialisasikan BSE ke daerah;mengusahakan variasi skema perolehan dan distribusibuku. Instansi yang masih belum tampak perannyadisini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.Seharusnya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapatbanyak berperan aktif antara lain mendistribusikankonten yang sudah tersimpan di server konten yangtelah dibagikan oleh Kemdikbud kepada sekolah-sekolah di wilayahnya.Dari sisi pengguna, perlu mempersiapkan fasilitas yangmemungkinkan mereka dapat mengakses BSE, sepertikomputer dan layanan internet. Pengguna dapatmengakses langsung melalui webbse.kemdikbud.go.id, atau memanfaatkannya dalambentuk DVD yang disediakan oleh Kemdikbud. Apabilapengguna ingin mencetaknya akan lebih efektifapabila dilakukan secara kolektif.

Berkenaan dengan kelangsungan industriperbukuan terkait digitalisasi buku sekolah, tidak dapatdipungkiri digitalisasi buku khususnya buku sekolahcukup berdampak pada penerbit dalam industriperbukuan. Beberapa penerbit telah merumahkan

banyak tenaga marketing khusus buku sekolah.Digitalisasi buku memang tidak dapat dihindari seiringdengan perkembangan TIK. Pihak penerbit seharusnyamengubah strategi mereka. Penerbit seharusnya tidakhanya menerbitkan buku dalam bentuk cetakan tetapijuga dalam bentuk digital (e-book). Dalammemperdagangkannya juga perlu memanfaatkanjaringan maya (e-commerce).

SaranSaran yang dapat diajukan disini adalah saran kepadapenyedia layanan, pengguna layanan, dan penerbityang sedikit banyak mendapatkan dampak dengandigitalisasi buku sekolah. Pemerintah dalam hal iniKemdikbud sebagai salah satu penyedia layanan bukudigital (BSE) mengusahakan agar file dalam BSEmudah didownload dengan menyempurnakan aplikasimaupun kontennya. Di samping itu, dinas pendidikanmaupun sekolah yang telah mendapatkan bantuanakses internet gratis serta server konten agardioptimalkan dalam mensukseskan implementasiBSE di lapangan dengan ikut menyebarluaskankonten BSE yang ada di server mereka kepadasekolah-sekolah sekitar yang tidak mendapatkankesempatan memperoleh bantuan server.

Kemdikbud melalui Pustekkom hendaknyamengoptimalkan jaringan intranet melalui Jardiknasdalam mengakses BSE agar proses download file tidakmemakan waktu lama dibandingkan dengan internet.Pihak Kemdikbud sebagai penyedia layananhendaknya menambah konten BSE agarmenyediakan sumber bacaan yang lebih variatif baikdari sisi jumlah maupun jenis mata pelajaran, karenatidak semua mata pelajaran ada versi digitalnya. DinasPendidikan Kabupaten/Kota hendaknya lebih berperandalam menyebarkan konten BSE baik dalam bentuksoftcopy maupun hardcopy dengan harga yang relatifterjangkau.

Sekolah sebagai pengguna setidaknya denganmemanfaatkan dana BOS dapat mengupayakanperangkat minimum agar dapat mendownload BSEserta buku digital lainnya. Sekolah juga dapatmencetak sendiri konten BSE untuk lingkup internal.Untuk efisiensi pencetakan dan penggandaan, BSEsebaiknya dicetak dan digandakan oleh penerbit

Page 13: DIGITALISASI BUKU SEKOLAH (Sebagai Solusi Alternatif

376

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

*******

setempat (bisa bekerjasama dengan Pemda setempat).Apabila di daerah setempat belum ada penerbit danpercetakan, bisa memanfaatkan penerbit daerahterdekat. Bisa juga hal ini diupayakan oleh Pemda diTingkat Propinsi.

Saran bagi penerbit dengan adanya digitalisasibuku sekolah (contohnya BSE), dapat ikut berperanmenerbitkan dan menggandakannya dengan hargayang telah ditetapkan pagu tertingginya. Disamping itupenerbit seharusnya tidak hanya menerbitkan bukudalam bentuk cetakan tetapi juga dalam bentuk digital(e-book). Dalam memperdagangkannya juga perlumemanfaatkan jaringan maya (e-commerce). Bukuyang diterbitkan tidak hanya didominasi oleh bukusekolah. Penerbit hendaknya aktif juga

Pustaka Acuanbse.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 5 November 2012.B.P Sitepu. 2011. Urgensi Undang Undang Perbukuan (Bahan Makalah Seminar Masa Depan Buku Digital).ebookbrowse.com. BSNP: Bahan Sosialisasi Standar Penilaian Buku Teks Pelajaran. Diakses tanggal 10 Februari2012.Jurnal Bina Mahardika.com,2011. Diakses tanggal 12 Februari 2012.Kemdikbud. 2005. Permendiknas RI Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Perbukuan. Jakarta: Kemdikbud.Kemdikbud. 2005. Permendiknas RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Perbukuan. Jakarta: Kemdikbud.Kemdikbud. 2007. Permendiknas RI Nomor 46 Tahun 2007 Tentang Perbukuan. Jakarta: Kemdikbud.Kemdikbud. 2008. Permendiknas RI Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perbukuan. Jakarta: Kemdikbud.Kemdikbud. 2008. Permendiknas RI Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perbukuan. Jakarta: Kemdikbud.Pusbuk Balitbang Kemdikbud. (2010), Buku Sekolah Elektronik. Jakarta: Kemdikbud.Pustekkom, 2008. BSE (Bahan Sajian Sosialisasi BSE).Setiawan, Benni, Agenda Pendidikan Nasional, 2008, Jogyakarta: Arruz Media.www.kompas.com 2011, edisi Selasa 19 Mei 2009.

menterjemahkan buku-buku terbitan luar negeri yangbanyak diperlukan oleh peguruan tinggi. Denganmengubah strategi mereka, insya Allah industriperbukuan nasional tetap eksis untuk menghasilkanbuku-buku yang berkualitas.

Pemerintah hendaknya mengupayakan regulasi UUPerbukuan khususnya buku digital karena rentanpenyalahgunaan. Kepada Pemerintah melaluiKementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebaiknyaProgram BSE kedepannya tetap dilanjutkan denganmenambah konten serta menyempurnakan aplikasipendukungnya. Jangan sampai program ini hanyamenjadi booming sesaat, setelah itu ditinggalkanbegitu saja.