Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa Bumi Susulan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    1/78

    METODE-METODE PERHITUNGAN GEMPA SUSULAN

    UNTUK MEMPERKIRAKAN BERAKHIRNYA AKTIVITAS

    GEMPA BUMI SUSULAN

    Disusun oleh:

    Siti Neli Habibati

    103097029848

    PROGRAM STUDI FISIKA

    JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2008 M / 1429 H

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    2/78

    METODE-METODE PERHITUNGAN GEMPA SUSULAN

    UNTUK MEMPERKIRAKAN BERAKHIRNYA AKTIVITAS

    GEMPA BUMI SUSULAN

    Siti Neli Habibati

    PROGRAM STUDI FISIKA

    JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2008 M / 1429 H

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    3/78

    ABSTRAK

    Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana gempa bumi, halini karena indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng yang lempengnya

    saling bergerak yang menyebabkan terjadinya gempa bumi. Setiap gempa bumi

    yang terjadi biasanya menimbulkan gempa bumi susulan, untuk itu telah

    dilakukan penelitian untuk gempa yang terjadi di Yogyakarta dengan pusat

    gempa berada pada koordinat 8,26 LS dan 110,33 BT pada kedalaman 33

    kilometer, gempa Padang yang terjadi pada 6 Maret 2007 dengan pusat gempa

    berada pada 0,55 LS dan 100,47 BT pada kedalaman 33 kilometer, gempa

    Bengkulu yang terjadi pada 12 September 2007 pada kedalaman 10 Km.

    Dari gempa utama biasanya akan terjadi gempa susulan, lamanya gempa

    susulan tidak sama dalam setiap gempa bumi, untuk memperkirakan berakhirnya

    aktivitas gempa susuan diperlukan suatu parameter dengan menggunakanbeberapa metode, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    Omori, Mogi I, Mogi II, dan Utsu. Dari metode tersebut diperoleh nilai koefisien

    korelasi yang mendekati 1 atau -1, interpretasi dari koefisien korelasi adalah

    frekuensi gempa bumi susulan menurun terhadap waktu berkaitan dengan proses

    untuk mencapai kesetimbangan baru.

    Dari analisa diperoleh nilai koefisien korelasi gempa susulan Yogyakarta

    sebesar -0.9943 menggunakan metode Mogi 2, -0.9825 untuk gempa bumi

    susulan Padang menggunakan metode Mogi I dan -0.8695 untuk gempa

    Bengkulu menggunakan metode Mogi 2.

    Kata Kunci: Gempa Susulan, Omori, Mogi I, Mogi 2 dan Utsu .

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    4/78

    ABSTRACT

    Indonesia represent state wich is gristle to earthquake disaster, this

    matter because Indonesia located at the convergence of three tectonic plate, each

    other causing the happening of earthquake. Every earthquake that happened

    usually followed by aftershock, for that have been conducted by reseach for the

    earthquake of that happened in Yogyakarta located at 8,26 N and 110,33 E of 33

    Km depth, Padang earthquake that happened at March 6, 2007 with Epicenter at

    0,55 N and 100,47 E of 33 Km depth and Bengkulu that happened at September

    12, 2007 of 10 Km.

    From mainshock usually will happened aftershock the durationaftershock different in earthquake, to estimate activity aftershock finish needed a

    parameter by using some method, wich is used in this reseach is Omori, Mogi I,

    Mogi II, and Utsu. From the method obtained by coefficient correlation value

    coming near 1 or -1, interpretation from coefficient correlation representative

    frequency occurrence of aftershock decay to process new balance.

    From analysis obtained at aftershock Yogyakarta coefficient correlation -

    0.9943, Padang - 0.9825and Bengkulu - 0.8695.

    Key Word: Aftershock, Omori, Mogi I, Mogi II and Utsu.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    5/78

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmaanirrahiim.

    Tiada kata yang pantas diucapkan selain ungkapan segala puja serta puji syukur

    kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang

    tiada terhingga hingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

    Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan

    mendalam kepada:

    1.

    kedua orang tuaku Bapak H. Maluf Amin, S.Pd dan Ibu Hj. Muajah yang

    selalu memberikan supportnya dalam bentuk materi, immateri moral

    spiritual sehingga penulis dapat meneyelesaikan karya tulis ini, semoga

    Allah mengabulkan doa-doanya dan memberikan kasih sayang dan

    keridhoan-Nya pada mereka serta mengampuni dosa-dosa keduanya.

    2. Keluargaku yang lain, kakaku Zaki dan K Nana, adiku Kamal, Abdur dan

    Fairuz yang memberikan suport agar karya tulis ini dapat segera

    terselesaikan.

    3.

    Bapak Drs. Riyadi, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Sutrisno,

    M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan

    bimbingannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

    4.

    Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains

    dan Teknologi.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    6/78

    5. Bapak Suharjono selaku Kepala Bidang Gempa Bumi BMG Pusat

    Jakarta yang telah memberikan kesempatan dalam pengambilan data

    dalam menyelesailkan tugas akhir ini.

    6. Bapak Bayu dan staf Bidang Gempa Bumi BMG Pusat Jakarta yang tidak

    bisa penulis sebut satu persatu, yang telah banyak membantu penulis

    dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

    7. Seluruh Staf pengajar Prodi Fisika Jurusan MIPA UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta

    pikiran dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama penulis

    kuliah di UIN Jakarta.

    8.

    Pemimpin Perpustakaan dan Petugasnya dalam memberikan fasilitas dan

    kemudahan untuk menyelesaikan karya tulis ini.

    9.

    Ibu Nunung selaku Kepala Lab. Geofisika yang selalu memberikan

    bimbingan dan arahannya kepada penulis sehingga penulis bisa

    menyelesaikan tugas akhir ini.

    10.Nunu, Rida, Iin, Sari, semoga tali ukhuwah diantara kita tak pernah putus.

    Terima kasih untuk hangatnya persahabatan selama ini.

    11.

    Teman-teman fisika angkatan 2003, yang tidak dapat disebut satu persatu,

    temen-temen kos: K Ref, Mba Fahim untuk pinjaman komputer dan

    Flashdisknya, Lina yang menjadi teman sharing, K Mae terima kasih atas

    pengertiannya.

    12.

    Mas Ai, yang berusaha meluangkan waktu dan tenaganya, serta dukungan

    dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    7/78

    Bagaimanapun penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih

    banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis akan sangat berterima kasih

    atas saran dan kritik yang membangun dari pembaca, besar harapan penulis

    agar karya tulis ini dapat bermanfaat.

    Akhirnya, hanya pada Allah SWT penulis memohon semoga bagi

    mereka semua dilimpakan pahala yang berlipat ganda dan segala bantuan

    yang telah diberikan dicatat sebagai ibadah di sisi-Nya.

    Jakarta, Maret 2008

    Penulis

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    8/78

    DAFTAR ISI

    Halaman judul ......................................................................................... i

    Kata pengantar ........................................................................................ ii

    Daftar Isi ................................................................................................. iv

    DAFTAR TABEL................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii

    DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1

    Latar Belakang ............................................................................ 1

    1.2Perumusan Masalah .................................................................... 3

    1.3Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

    1.4Batasan Masalah ......................................................................... 4

    1.5

    Sistematika penulian ................................................................... 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Umum Gempa Bumi...................................................... 7

    2.2 Karakteristik Gempa Bumi ......................................................... 11

    2.3 Gempa Bumi Susulan.................................................................. 16

    2.4 Mekanisme Gempa Bumi Susulan.............................................. 19

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    9/78

    2.5 Hubungan Frekuensi Gempa Bumi Susulan dengan Waktu ....... 21

    2.6 Metode Least Square................................................................... 23

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Lokasi Daerah Penelitian ......................................................... 28

    3.2 Data .......................................................................................... 33

    3.3 Metode Pengolahan Data Gempa Yogyakarta ......................... 33

    3.4 Analisa Gempa Padang ........................................................... 48

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data Historis Gempa Yogyakarta ............................................ 50

    4.2 lokasi Gempa Bumi Padang..................................................... 51

    4.3 Survey Pasca Gempa Bumi...................................................... 52

    4.4 Hasil Pengolahan Data ............................................................. 54

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan .............................................................................. 57

    5.2 Saran......................................................................................... 58

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    10/78

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Jaringan Monitoring Gempa Susulan Yogyakarta....................... 61

    Lampiran 2. Up Dating Data Gempa Yogyakarta............................................ 62

    Lampiran 3. Peta Isoseismal Gempa Padang................................................... 63

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    11/78

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    3.1 Interval dan Frekuensi Gempa Susulan Yogyakarta............................. 33

    3.2 Perhitungan Regresi linier Metode Omori ............................................ 35

    3.3 Interval dan Frekuensi Gempa Suuslan ................................................. 39

    3.4 Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi I .......................................... 39

    3.5 Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi II......................................... 43

    3.6 Perhitungan Regresi Linier Metode Utsu .............................................. 46

    3.7 Interval Frekuensi Gempa Susulan Padang ........................................... 49

    4.1 Historis Gempa Yogyakarta .................................................................. 50

    4.4 Hasil Pengolahan Gempa Yogya .......................................................... 54

    4.4 Hasil Pengolahan Gempa Padang ......................................................... 56

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    12/78

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1.1Peta Tektonik Indonesia.................................................................... 2

    2.1 Perbatasan Lempeng Dunia .............................................................. 8

    2.2 Compresive stress, Tensile Stress, Shear Stress................................ 12

    3.1 Patahan-patahan Gempa Yogyakarta ............................................... 29

    4.1 Peta Pusat Gempa Yogyakarta.......................................................... 51

    4.2 Peta Pusat Gempa Padang ................................................................... 52

    4.3 Grafik Distibusi Gempa Susulan....................................................... 53

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    13/78

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    14/78

    Aaustralia dan lempeng Pasifik. Arah pergerakan lempeng Eurasia adalah ke

    arah timur, lempeng Indo-Australia ke arah utara dan lempeng pasifik ke arah

    barat. Gempa bumi yang terjadi di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan

    Maluku bagian selatan secara umum disebabkan oleh aktivitas subduksi

    (penyusupan), yaitu dengan adanya pergerakan relatif (penunjaman) lempeng

    Indo-Australia yang mengarah ke utara menunjam ke bawah lempeng Eurasia.

    Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia

    Gempa bumi kuat yang terjadi di daerah subduksi sering dirasakan

    sampai ke daerah utara pulau Jawa sehingga dapat mengakibatkan kerusakan

    pada beberapa bangunan. Umumnya gempa bumi yang besar disebabkan oleh

    pemecahan batuan di dalam bumi yang segera diikuti oleh usaha

    pengembalian ke kedudukan setimbang (Teori pantulan elastis; H.F Reid,

    1911). Pelepasan tenaga di dalam bumi inilah yang kemudian dirambatkan ke

    permukaan sebagai gelombang gempa dan tenaga potensial yang ada telah

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    15/78

    diubah menjadi tenaga gerak. Sedang adanya goncangan susulan (after shock)

    menunjukan bahwa usaha pengembalian ke bentuk setimbang tidak dapat

    dipenuhi seketika, melainkan secara bertahap.

    Dengan kata lain gempa bumi susulan adalah gempa bumi yang timbul

    setelah terjadi gempa yang besar. Hal ini disebabkan pada saat gempa bumi

    yang besar terjadi belum semua energi yang tersisa dilepaskan, maka

    pelepasan energi yang tersisa inilah yang menjadi penyebab gempa bumi

    susulan terjadi

    Secara umum gempa susulan mempunyai karakteristik menurun

    jumlahnya terhadap waktu. Pola penurunan ini dapat dianalisa dengan

    pendekatan metode statistik dengan menggunakan data gempa susulan selama

    beberapa hari. Dari penurunan gempa susulan secara statistik dapat diketahui

    perkiraan berakhirnya aktivitas gempa susulan.

    Beberapa metode pendekatan statistik yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode Omori, Mogi I, Mogi II, dan Utsu. Gempa

    susulan dapat menghancurkan bangunan-bangunan yang rusak dikarenakan

    gempa utama.

    1.2Perumusan Masalah

    Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan kapan gempa susulan

    akan berakhir dengan cara menganalisa dan menelaah metode-metode yang

    dipakai melalui pendekatan statistik, sehingga peneliti dapat mengetahui

    kapan aktivitas gempa susulan berakhir

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    16/78

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode yang paling baik

    (mendekati kenyataan) yang kemudian dapat digunakan bagi pengguna atau

    petugas survey lapangan dalam memperkirakan kapan berakhirnya gempa

    susulan dihitung sejak gempa utama terjadi. Sehingga dapat memberikan

    informasi lebih cepat kepada instansi terkait untuk dijadikan pedoman dalam

    mengambil keputusan langkah selanjutnya.

    Informasi perkiraan kapan gempa akan berakhir atau keadaan aman

    akan terjadi, yang akan dibutuhkan oleh pemerintah daerah setempat untuk

    memperkirakan sarana, kebutuhan yang diperlukan masyarakat dalam

    pengungsian selama keadaan darurat terjadi.

    Untuk memprediksikan apakah gempa utama bisa menimbulkan

    tsunami atau tidak menimbulkan tsunami.

    1.4Batasan Masalah

    Data yang digunakan untuk menghitung menggunakan metode tersebut

    adalah:

    a.

    Gempa bumi Yogyakarta tanggal 27 Mei 2006 dengan parameter gempa

    utama sebagai berikut:

    Origin time : 05.53.58 WIB

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    17/78

    Lokasi : 8,26 LS 110,33 BT

    Kedalaman : 33 km

    Magnitude : 5,9 Skala Richter

    b. Gempa bumi yang terjadi di Padang (Sumatera Barat), hari selasa

    tanggal 6 Maret 2007, dengan parameter gempa sebagai berikut:

    Origin Time : 10. 49. 41 WIB

    Lokasi : 0,55 LS 100, 47 BT

    Kedalaman : 33 km

    Magnitudo : 5,8 Skala Richter

    a.

    Metode pendekatan statistik yang digunakan adalah metode kuadrat

    terkecil (least square) yang dimasukan dalam metode-metode perhitungan

    peluruhan gempa berikut ini:

    1.

    Metode Omori

    2. Metode Mogi I

    3. Metode Mogi II

    4. Metode Utsu.

    1.5Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

    BAB I: PENDAHULUAN

    Bab ini berisi tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan

    Penelitian, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    18/78

    BAB II: LANDASAN TEORI

    Bab ini menjelaskan tentang kondisi seismisitas di Indonesia,

    membahas tentang konsep umum gempa bumi, teori tektonik

    lempeng, teori dasar tentang gempa susulan, kemudian metode yang

    digunakan untuk perhitungan peluruhan gempa.

    BAB III: METODE PENELITIAN

    Bab ini menjelaskan tentang data dan metode pengolahan yang

    menguraikan tentang waktu dan lokasi penelitian, peralatan yang

    digunakan, pengumpulan data hasil team survey, pengolahan data

    Omori, Mogi 1, Mogi 2, Utsu, sedangkan metode statistik yang

    digunakan ialah metode regresi linier untuk perhitungan secara

    manual.

    BAB IV: HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

    Hasil pengolah data, analisa aktivitas gempa susulan, dan

    interpretasi data dari metode-metode yang digunakan.

    BAB V: PENUTUP

    Merupakan kesimpulan dari hasil-hasil penelitian dan saran untuk

    penelitian selanjutnya

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    19/78

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Umum Gempa Bumi

    2.1.1 Teori Lempeng Tektonik

    Model Geodinamika dikenal sebagai tektonik bulat dunia baru atau lempeng

    tektonik yang telah berkembang dalam waktu 30 tahun terakhir ini. Hampir

    seluruh permukaan bumi terletak pada lempeng tektonik baik lempeng tektonik

    lautan (oceanic crust) maupun lempeng tektonik benua (continental crust). Model

    ini mewakili suatu tinjauan bahwa bumi ini bergerak berdasarkan terapungnya

    continental dan terapungnya lantai samudera (oceanic floor spreading) dan aliran

    konveksi dalam selimut bumi (mantel) sebagai motor penggeraknya.

    Dalam seismologi thermal dikenal dua jalur tektonik utama yaitu jalur

    mediterania dan jalur circum pasifik. Daerah-daerah yang terletak pada dua jalur

    utama tersebut merupakan daerah yang rawan gempa bumi tektonik, termasuk

    Indonesia. Biasanya jalur-jalur tersebut merupakan daerah pertemuan antara dua

    tektonik lempeng atau lebih.

    Daerah pertemuan antara dua lempeng tektonik terjadi dalam tiga bentuk:

    1.

    Daerah pemekaran (divergen) masing-masing lempeng bergerak saling

    menjauh

    2. Daerah pertemuan bisa dalam bentuk tumbukan atau penunjaman

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    20/78

    3. Daerah yang saling bergerak satu sama lain saling berpapasan (sesar

    transform).

    2.1.2 Jalur Gempa Bumi Indonesia

    Bumi ini terdiri dari dua lempeng yaitu lempeng benua dan lempeng

    samudra, pertemuan antara dua lempeng ini bisa bermacam bentuknya, yang

    dikenal sebagai daerah subduction zone. Di Indonesia terlihat di sepanjang pesisir

    barat Sumatera, selatan Jawa sampai ke Laut Banda. Lempeng samudera dan

    benua yang dimaksud adalah Lempeng Australia yang menunjam ke bawah

    Lempeng Eurasia (Eropa dan Asia, di mana Indonesia bagian barat termasuk di

    dalamnya).

    Pada gambar 2.1 di bawah ini, subduction zoneditandai dengan simbol

    segitiga. Segitiga yang menghadap ke arah Indonesia maksudnya adalah

    menggambarkan Lempeng Australia yang masuk menunjam ke bawah Lempeng

    Eurasia, bisa dilihat bahwa pesisir barat Sumatera, selatan Jawa sampai ke Laut

    Banda adalah jalur subduction. Artinya sepanjang daerah itu adalah daerah rawan

    gempa.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    21/78

    Gambar 2.1 Perbatasan Lempeng Dunia

    Jalur gempa bumi dunia (benioff zone) akan mengikuti jalur

    subductionkarena memang gempa bumi adalah salah satu produk dari jalur

    tersebut selain jalur gunung api, juga hasil tambang bumi. Jadi kesimpulan umum

    dari subduction zone adalah tidak hanya menghasilkan gempa bumi saja, tetapi

    juga bisa memberikan fenomena alam yang menakjubkan dan kekayaan hasil

    bumi yang menguntungkan secara ekonomi karena daerah yang dilalui jalur

    tersebut memiliki hasil tambang bumi.

    2.1.3 Mekanisme Terjadinya Gempa Bumi

    Lempeng samudra yang menunjam akan bergesekan dengan lempeng benua

    selama dia menunjam, dua lempeng ini mempunyai daya elastis, analoginya

    adalah penggaris plastik yang bisa dilengkungkan, pada saat daya elastisnya sudah

    melewati batas, maka dia akan melepaskan energi, demikian juga lempeng

    tektonik yang akan menghasilkan energi berupa gempa bumi. Gempa bumi di

    wilayah Indonesia yang sering menimbulkan kerugian dan korban adalah gempa

    bumi tektonik.

    Gempa bumi (Earthquake) terjadi akibat adanya lempeng tektonik menderita

    stress (tegangan) yang terakumulasi secara terus menerus dimana lempeng

    samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan dengan lempeng

    benua di zona tumbukkan (subduksi) akan menyusup ke bawah. Gerakan lempeng

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    22/78

    itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi. Perlambatan

    gerak itu menyebabkan penumpukan energi di zona subduksi dan zona patahan.

    Akibatnya di zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Pada saat batas

    elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh

    lepasnya energi secara tiba-tiba dan akan menggetarkan permukaan bumi dan

    bangunan-bangunan yang ada di atasnya. Proses ini menimbulkan getaran partikel

    ke segala arah, dan jika sampai di permukaan bumi akan terasakan sebagai gempa

    bumi.

    Jenis gempa bumi berdasarkan terjadinya:

    a.

    Gempa Vulkanik

    Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas gunung berapi (vulkanik),

    yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.

    b. Gempa Tektonik

    Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran

    lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang

    sangat kecil hingga sangat besar.

    c. Gempa Runtuhan

    Gempa yang terjadi karena aktivitas penambangan di gua-gua kapur dan

    gua-gua tempat pertambangan lainnya.

    d. Gempa Buatan

    Gempa yang ditimbulkan oleh adanya peledakan nuklir dan dinamit.

    Jalur utama terjadinya gempa bumi, terdiri atas:

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    23/78

    1. Jalur gempa bumi Circum pasifik

    2.

    Jalur ini dimulai dari Amerika Tengah (Aldilleras de Los Andes, Chili,

    Equador dan Carribia), Mexiko, California, British Colombia, Alaska,

    Aulation Island, Kamachatka, Jepang, Taiwan, Philipina, Indonesia

    (Sulawesi Utara, Irian) Malenasia, Polinesia dan berakhir di New Zealand.

    3. Jalur gempa bumi Mediteran (Tran Asiatic)

    4. Jalur gempa bumi Mid Atlantic

    2.2Karakteristik Gempa Bumi

    Getaran-getaran gempa terjadi dalam berbagai frekuensi. Proses perpecahan

    bisa saja terjadi dalam berbagai frekuensi. Proses perpecahan bisa saja terjadi

    dalam hitungan beberapa detik hingga satu menit untuk satu gempa bumi yang

    besar. Gelombang seismik yang digerakan oleh retakan dapat berlangsung dari

    beberapa detik sampai dengan beberapa menit.

    2.2.1 Teori Gelombang Elastisitas

    Teori elastisitas yang dikembangkan pada awal abad ke-19 merupakan

    bagian dari mekanika medium kontinu yang dimungkinkan dapat diabaikannya

    struktur molekul dari materi dan melukiskan fenomena makroskopis yang terjadi

    dengan metode analisis matematika. Cauchy danNaviermula-mula menganggap

    bahwa benda padat adalah suatu sistem yang terdiri dari partikelpartikel medium.

    Gelombang elastis disebut juga gelombang seismik karena menjalar pada medium

    elastik (bumi). Osilasi partikel-partikel medium terjadi akibat interaksi antara

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    24/78

    gaya gangguan (gradient stress)melawan gaya elastik. Dalam teori elastisitas,

    tegangan yang bekerja pada suatu medium kontinyu akan mengakibatkan

    regangan (strain)pada medium itu.

    Parameter-parameter dari gelombang elastisitas adalah sebagai berikut:

    1. Stress

    Stress yaitu gaya persatuan luas

    T = A

    F

    (2.1)

    Dimana:

    F adalah gaya, dan A adalah luas

    Tipe-tipe stress:

    a.

    Tensile stress / compressive stress yaitu bila gaya tegak lurus dengan luas,

    tensile sress ini akan menambah panjang internal sedangkan compressive

    stress menambah pendek material

    b. Shear stress yaitu bila gaya sejajar dengan luas, menghasilkan deformasi

    geser.

    Gamabar 2.2 a). Compressive stress

    b). Tensile stress

    c). Shear stress

    l

    (a) (b) (c)

    l l F

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    25/78

    2. Strain (regangan) ialah perbandingan antara pertambahan panjang atau

    pemendekan ()

    dengan panjang semula ()

    Sifat penjalaran gelombang seismik terdiri atas:

    1. Gelombang badan (body waves), yaitu gelombang yang menjalar melalui

    bagian dalam bumi, gelombang ini terdiri dari:

    a. Gelombang Longitudinal atau Gelombang P (gelombang primer), yaitu

    gelombang yang arah gerak partikelnya sejajar dengan arah penjalarannya.

    b.

    Gelombang Transversal atau gelombang S (Sekunder), yaitu gelombang

    yang arah gerak partikelnya tegak lurus dengan arah penjalarannya.

    2. Gelombang Permukaan (surface waves), yaitu gelombang yang menjalar di

    sepanjang permukaan bumi. Gelombang ini terdiri dari:

    a.

    Gelombang Love (L) dan Gelombang Rayleigh (R). Gelombang love

    merupakan gelombang yang partikelnya sama dengan gelombang SH

    (Transversal Longitudinal). Gelombang Rayleigh yaitu gelombang yang

    gerakan partikelnya merupakan elips dimana bidang elips ini berdiri

    vertikal dan berimpit dengan arah menjalarnya dan gerak partikelnya ke

    belakang (bawah, maju, atas, mundur).

    b. Gelombang Stonely, seperti gelombang Rayleigh, tetapi menjalar melalui

    batas dua lapisan di dalam bumi.

    c. Gelombang Channel, adalah gelombang yang menjalar melalui lapisan

    yang berkecepatan rendah di dalam bumi.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    26/78

    Berdasarkan kecepatan penjalaran gelombangnya, maka kecepatan

    gelombang terbesar adalah kecepatan gelombang primer, kemudian

    sekunder, love dan rayleigh. Getaran tanah disebabkan oleh gelombang

    badan (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave). Gelombang

    badan terdiri dari gelombang P dan S yang menembus tubuh kerak bumi,

    yang bergetar dengan cepat. Gelombang P menjalar dengan kecepatan

    kira-kira 6 km perjam, membuat goncangan awal dan mengakibatkan

    bangunan-bangunan bergoyang dalam gerak naik turun. Sedangkan

    gelombang S yang menjalar pada kecepatan 4 km perdetik dalam satu

    gerakan seperti sebuah lecutan, menyebabkan gerakan yang tajam dan

    akan menggoyangkan bangunan-bangunan menyamping dan tentunya

    akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Gelombang S ini biasanya

    yang paling merusak karena dilihat dari arah penjalarannya yang searah

    dengan medium perambatannya.

    Gelombang permukaan akan menggetarkan tanah secara horizontal

    dan vertikal. Gelombang ini berdurasi sangat lama dan akan menyebabkan

    bangunan-bangunan tinggi bergoyang dan menimbulkan gerakan

    gelombang ringan dalam perairan bahkan dalam jarak yang jauh dari

    episenter.

    Kedalaman pusat gempa merupakan faktor terpenting dalam

    menentukan karakteristik gelombang dan kerusakan yang akan

    ditimbulkan. Kedalaman ini bisa sangat dalam (dari 300-700 km),

    menengah (60-300 km), dan yang dangkal (kurang dari 60 km).

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    27/78

    Gempa bumi dengan pusat yang dalam jarang menimbulkan

    kerusakan yang besar karena energi gelombang akan melemah ketika

    mencapai permukaan. Sehingga gempa dengan pusat yang dangkal lebih

    umum dan sangat merusak karena sangat dekat dengan permukaan.

    2.2.2. Skala-Skala Gempa Bumi

    1. Magnitudo

    Magnitudo (kekuatan) gempa bumi merupakan jumlah energi yang

    dilepaskan di pusatnya dan diukur dengan satuan Skala Richter. Skala ini

    dikembangkan oleh seorang ahli seismologi bernama Charles Richter. Dalam

    penentuannya skala ini dapat dikonversi dari jarak episenter. Peningkatan satu

    satuan skala sebanding dengan peningkatan 30 kali energi yang dilepaskan di

    pusatnya. Dapat dibayangkan jika satu gempa bumi dengan magnitudo 7,5 Skala

    Richter akan melepaskan 30 kali lebih banyak energi dibandingkan dengan satu

    gempa dengan magnitudo 6,5 Skala Richter. Magnitudo yang paling kecil yang

    masih bisa dirasakan oleh manusia adalah 3,5 Skala Richter.

    Jenis gempa berdasarkan kekuatan gempa (magnitudo), terdiri atas:

    a.

    Gempa sangat besar (great earthquake), yaitu gempa bumi dengan

    magnitudo > 8 Skala Richter.

    b. Gempa besar (major earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo

    7 sampai dengan 8 Skala Richter.

    c.

    Gempa sedang (moderate earthquake), yaitu gempa bumi dengan

    magnitudo antara 5 sampai 7 Skala Richter.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    28/78

    d. Gempa kecil (small earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo 3

    sampai 5 Skala Richter .

    e.

    Gempa mikro (micro earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo

    antara 1 sampai 3 Skala Richter.

    2. Intensitas

    Intensitas gempa bumi merupakan skala kedua yang dipakai dalam

    menyatakan sebuah gempa bumi. Skala intensitas menunjukan tingkat kerusakan

    di permukaan bumi. Skala ini dikembangkan oleh Mercalli pada tahun 1902

    seorang ahli seismologi dari Italia dan sekarang lebih dikenal dengan skala

    Mercalli yang dimodifikasi digunakan untuk menggambarkan intensitas pengaruh

    gempa bumi terhadap manusia, bangunan dan permukaan bumi dalam satuan

    angka dari I sampai XII. Skala lain yaitu Medvedev - Sponhever - Karnik yang

    lebih familiar digunakan di Eropa. Berdasarkan kedalaman sumber gempa, di

    Indonesia terdiri dari:

    a. Gempa dangkal (shallow earthquake), yaitu gempa bumi dengan

    kedalaman 0-65 km.

    b.

    Gempa menengah (intermediete earthquake), yaitu gempa bumi dengan

    kedalaman 66-450 km.

    c. Gempa dalam (deep earthquake), yaitu gempa bumi dengan kedalaman >

    450 km.

    2.3. Gempa Bumi Susulan

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    29/78

    Suatu masalah yang hampir selalu muncul jika terjadi bencana gempa bumi

    tektonik adalah masalah gempa bumi susulan (aftershock). Tak ada gempa bumi

    yang diramalkan dan ditetapkan dalam pengertian waktunya, lokasinya dan energi

    yang dikeluarkannya .

    Sampai saat ini memang belum ada kesepakatan di antara para ahli gempa

    bumi mengenai definisi yang eksak untuk gempa bumi tersebut. Namun demikian

    secara umum dapat dikatakan bahwa gempa bumi susulan adalah serentetan

    gempa bumi yang terjadi setelah gempa bumi besar yang pada umumnya

    menimbulkan bencana. Gempa bumi besar (Magnitudo > 5,5 Skala Richter) yang

    tidak menimbulkan bencana dan diikuti oleh gempa susulan juga sering terjadi,

    peristiwa demikian kurang menarik perhatian karena tidak ada dampak langsung

    yang dirasakan manusia.

    Daerah terjadinya gempa susulan ialah di sekitar lokasi terjadi sumber

    gempa bumi utama. Lokasi penyebaran gempa bumi susulan berkaitan langsung

    dengan luas bidang sesar gempa utama (Abe 1979, Kanamori, 1977). Rentetan

    gempa bumi susulan tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme untuk mencapai

    keadaan setimbang di tempat dimana gempa bumi utama setelah terjadinya

    pelepasan energi yang sangat besar dalam waktu singkat. Setelah mengalami

    gempa kuat, tanah hampir berada dalam keadaan terus bergerak mulai dari gempa

    susulan hingga beberapa jam kemudian. Hal yang sering terjadi di daerah gempa

    bumi adalah kepanikan yang terjadi yang disebabkan adanya isu gempa susulan

    yang berkepanjangan dengan kekuatan yang lebih besar.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    30/78

    Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu diberikan informasi yang baik

    untuk gempa bumi susulan dengan melalui perhitungan dengan menggunakan

    beberapa metode, kemudian kita pilih mana metode yang terbaik yang kita

    gunakan untuk mendapatkan pengukuran dengan kenyataan di lapangan.

    2.3 Pola Aktivitas Gempa Bumi Susulan

    Peneliti-peneliti terdahulu telah memprediksikan gempa bumi memiliki tipe-

    tipe tertentu, menurut Mogi (1967) berdasarkan urutan waktu tejadinya gempa

    dibagi menjadi tiga jenis. Yaitu:

    a. Main Shock - Aftershock

    Yakni gempa bumi utama yang diikuti aktivitas gempa bumi susulan yang

    menurun terhadap waktu. Gejala ini terjadi pada daerah pusat gempa dengan

    struktur batuan yang homogen dan tegangan mekanis yang tersebar merata.

    b. Foreshock Mainshock Aftershock

    Yaitu gempa bumi utama (Mainshock) yang diawali aktivitas gempa bumi

    pendahuluan (foreshock) dan diikuti oleh gempa susulan. Jumlah gempa bumi

    pendahuluan tersebut meningkat menjelang terjadinya gempa bumi utama,

    sedangkan aktivitas gempa bumi susulan menurun terhadap waktu. Gejala ini

    terjadi pada daerah pusat gempa dengan struktur batuan yang tidak homogen dan

    distribusi tegangan mekanis yang tidak merata.

    c. Earthquakeswarm

    Yakni aktivitas gempa bumi dengan kekuatan kecil yang berkepanjangan

    tanpa gempa bumi utama. Gejala ini terjadi pada daerah pusat gempa bumi dengan

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    31/78

    struktur batuan yang sangat tidak homogen di bawah pengaruh tegangan mekanis

    yang sangat tidak merata. Jumlah gempa bumi susulan dapat mencapai ratusan

    kali dalam sehari, jumlah ini akan menurun terhadap waktu secara cepat atau

    perlahan tergantung pada struktur batuan dan distribusi tegangan mekanis di

    sekitar sumber gempa bumi utama.

    2.4 Mekanisme Gempa Bumi Susulan

    Gempa bumi yang mempunyai frekuensi banyak dapat dikatakan sebagai

    deretan gempa bumi susulan. Gempa bumi susulan yang dapat dirasakan dapat

    dikatakan sebagai patahan lokal dari pada lapisan permukaan bumi. Bila dimulai

    dengan patahan besar pada kedalaman tertentu di permukaan bumi, bagian yang

    terbanyak mengumpulkan tegangan energi pada saat pelepasan energi tersebut

    akan menjadi gempa utama.

    Tempat dimana energi tersebut dilepaskan disebut sebagai episenter gempa

    dan akan terjadi patahan, karena banyak sekali tegangan energi yang tertinggal di

    dalam dan di sekitar daerah patahan tersebut dan juga konsentrasi tegangan yang

    tinggi di sekitarnya maka akan terjadi bentuk-bentuk rekahan dan patahan-

    patahan.

    Meskipun tegangan rata-rata di daerah ini menurun akibat terjadinya gempa

    utama dan konsentrasi tegangan setempat menjadi tidak stabil karena ada yang

    tegangannya bertambah secara tiba-tiba setelah gempa utama terjadi yang ini

    akan menyebabkan terjadinya patahan-patahan.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    32/78

    Tegangan elastis yang keluar menurut Beniof (1951) merupakan bagian

    yang terpenting dalam pemakaian tegangan sisa. Meskipun mekanisme gempa

    bumi susulan ini agak berbeda dengan pendapat Beniof pada beberapa ketentuan.

    Dalam model Beniof model gempa bumi susulan disebabkan oleh

    pergerakan patahan yang sama yang ditimbulkan oleh gempa bumi utama. Pada

    model lain gempa susulan tidak selalu terjadi pada patahan yang sama dan

    biasanya terjadi di dalam daerah patahan yang luas yang mengelilingi gempa bumi

    utama. Sifat-sifat mekanisme gempa bumi susulan dapat disebutkan sebagai

    berikut:

    1.

    Gempa bumi susulan terjadi pada daerah yang terangkat naik pada

    waktu timbulnya gempa bumi utama (Ishomoto, 1937) daerah ini

    bersesuaian dengan daerah patahan karena volume daerah ini

    bertambah akibat suatu proses patahan.

    2.

    Konstanta b dalam hubungan magnitudo dengan frekuensi dari gempa

    susulan lebih besar dari pada gempa bumi normal lainnya. Kecuali

    gempa bumi pendahuluan (Mogi 1963; Sajehiro 1964). Nilai b lebih

    besar menunjukkan keadaan patahan dari pada daerah-daerah gempa

    bumi susulan.

    3. Gempa bumi susulan terjadi pada daerah yang luas dan sering terjadi

    pada satu sisi patahan disekeliling gempa bumi utama (Matuzawa,

    1962). Sedangkan distribusi yang tidak serupa dari model patahan

    sebagai akibat dari sifat struktur patahan yang peka.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    33/78

    4. Gempa bumi susulan jarang terjadi pada gempa dalam (Matuzawa,

    1954; Mogi, 1963). Hal ini disebabkan kondisi batuan dalam yang

    berbeda dengan di permukaan terutama tekanan dan suhu tinggi.

    5. Bagian terpenting dari fenomena gempa bumi susulan yaitu distribusi

    waktu tertentu.

    2.5.Hubungan Frekuensi Gempa Bumi Susulan Dengan Waktu

    Hubungan antara banyaknya gempa susulan (frekuensi) dengan interval

    waktu dimana interval waktu ini bisa dalam hitungan jam atau hari. Oleh beberapa

    ahli gempa telah dipelajari ada hubungan konkrit pelepasan tegangan energi

    gempa dengan waktu. Dimana Mogi, Omori dan Utsu telah merumuskan

    hubungan tersebut.

    Menurut Omori (1894), tingkat aktivitas gempa bumi susulan dalam

    hubungan antara frekuensi dan waktu adalah:

    n (t) =ct

    K

    + ..(2.2)

    Dimana n (t) = frekuensi gempa

    t = waktu gempa bumi susulan (hari )

    K, c = konstanta

    Proses terjadinya patahan tergantung pada tingkat konsentrasi tegangan

    energi dan homogenitas dari patahan itu sendiri dimana kurva yang merupakan

    fungsi frekuensi gempa dan waktu dari gempa bumi pada daerah yang elastis yang

    disertai patahan-patahan lokal di bawah tegangan konstan yang diperkirakan

    merupakan suatu eksponensial.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    34/78

    Mogi (1962) sesuai dengan percobaan di laboratorium, kurva frekuensi

    gempa bumi elastis di bawah beban konstan dinyatakan dengan fungsi

    eksponensial, maka di daerah gempa susulan yang mempunyai tekanan konstan

    diharapkan kurvanya juga merupakan kurva eksponensial.

    Dengan mengambil rumus dari Mogi I untuk gempa susulan yang terjadi

    lebih dari 100 hari, hubungan antara frekuensi dan waktu adalah sebagai berikut:

    n (t) = a . t h .(2.3)

    Dimana

    n (t) = frekuensi gempa bumi susulan

    t = waktu gempa susulan (hari)

    a, h = adalah konstanta

    Mogi juga menghitung untuk gempa bumi susulan dengan interval waktu

    sampai dengan 100 hari.

    Rumus Mogi 2 digunakan untuk menghitung hubungan frekuensi gempa susulan

    dengan waktu untuk 100 hari.

    Rumus:

    n (t) = a. e pt (2.4)

    Dimana:

    n (t) = frekuensi gempa susulan

    t = waktu (hari gempa susulan)

    a, p = konstanta

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    35/78

    Utsu juga menghitung gempa susulan untuk interval < 100 hari. Menurut

    Utsu (1957) bahwa tingkat aktivitas gempa bumi susulan dengan t < 100 hari

    dalam hubungan antara frekuensi terhadap waktu, adalah:

    Rumus:

    N (t) =p)ct(

    K

    + ..(2.5)

    dimana :

    n(t) = frekuensi gempa susulan

    t = waktu gempa bumi susulan (hari)

    K, p, c= adalah konstanta

    Menurut pendapat Utsu, nilai c mempunyai jangkauan 0,01 sampai 1,5,

    untuk Indonesia harga c yang dipakai adalah 0,01 tegangan energi berkurang

    dengan cepat setelah terjadi gempa besar dan berangsur-angsur mendekati

    kestabilan lagi.

    Untuk mendapatkan nilai-nilai konstanta dari persamaan (2.2), (2.3), (2.4),

    (2.5) pada hubungan antara frekuensi dan waktu biasanya ditentukan dengan

    metode kuadrat terkecil (least square), dimana hubungan antara frekuensi dan

    waktu pada 4 persamaan di atas dapat dianggap sebagai suatu hubungan linier

    dimana nantinya koefisien-koefisien persamaan dapat dicari dalam persamaan:

    Y (i) = a + b * X (i)

    Dimana: Y (i) = adalah frekuensi gempa susulan

    X (i) = adalah waktu

    2.6 Metode Least Square

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    36/78

    Apabila ada dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai

    variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk memprediksikan atau

    menaksir Y. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan atau taksiran mengenai

    terjadinya suatu kejadian.

    Variabel Y yang nilainya akan diramalkan disebut variabel tidak bebas

    (dependent variabel), sedangkan variabel X yang nilainya dipergunakan untuk

    meramalkan nilai Y disebut variabel bebas (independent variabel) atau variabel

    peramal (predictor) dan seringkali disebut variabel yang menerangkan

    (explanatory).

    Dalam penggunaan rumus-rumus peluruhan gempa bumi susulan ini maka

    bentuk persamaan harus dipermudah dengan cara mengubah persamaan Omori,

    Mogi 1, Mogi 2, Utsu kedalam bentuk persamaan kuadrat terkecil atau least

    square dimana akan didapatkan:

    OMORI : n (t) =cT

    K

    +

    kk

    c

    tn

    1

    )(

    1+=

    Y A B X

    MOGI 1 : n (t) = a. t-b

    ; t > 100 hari

    Log n (t) = log a - b log t

    t

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    37/78

    Y A B x

    MOGI 2 : n (t) = a e-bt

    ; t < 100 hari

    Ln n (t) = ln a - b t

    Y A B x

    UTSU: n(t) =( )bct

    a

    +

    N (t) = a. (t + 0,01)b

    Log n (t) = Log a b log t+0.01

    Y A B X

    Metode persamaan kuadrat terkecil (least square) mempunyai bentuk umum

    Regresi Linier:

    Q =2i

    n

    i

    e = n

    i

    ii BxAy2)(

    i = 1, 2, 3.n

    e = error

    A, B = Konstanta

    Penurunan parsial positif pada A dan B, maka diperoleh nilai minimum Q, yaitu:

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    38/78

    0)(2 ==

    in

    i

    i BxAyA

    Q..1

    BAyB

    Q n

    i

    i = (2 x i ) = 0 .2

    Diperoleh persamaan normal, yaitu :

    nA + B =n

    i

    i

    n

    i

    i yx .1

    A i

    n

    i

    i

    n

    i

    i

    n

    i

    i yxxBx =+2 2

    Persamaan 1 didapat :

    A = i

    i

    n

    i

    i xnn

    Byn

    11

    A = xBy

    Hasil ini disubstitusikan pada persamaan 2, didapat:

    ( ) in

    i

    i

    n

    i

    i

    n

    i

    i yxxBxxBy =+ 2

    B =

    n

    i

    ii

    n

    i

    i

    n

    i

    i

    n

    i

    i xyyxxxx2

    B =

    ii

    iii

    xxx

    xyyx2

    r =

    ( ){ } ( ){ }

    2222 ..

    ..

    yynxxn

    yxxyn

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    39/78

    Dimana: n = banyak data

    r = koefisien korelasi

    Keterangan :

    1.

    Bila nilai r mendekati -1, maka hubungan antara variabel y dan x adalah:

    negatif sangat kuat.

    2.

    Bila nilai r mendekati 1, maka hubungan antara variabel y dan x adalah:

    positif sangat kuat.

    3.

    Bila nilai r mendekati nol, maka tidak ada hubungan antara variabel y dan x.

    -1 1 r

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    40/78

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Lokasi Daerah Penelitian

    3.1.1 Geologi Gempa Bumi Yogyakarta

    Adapun lokasi penelitian yaitu daerah Yogyakarta dan Padang, dimana

    daerah Yogyakarta terletak pada koordinat -07 48 LS' 110 21' BT,

    pemantauan stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta,

    mencatat gempa tektonik yang berkekuatan 5,9 skala Richter (SR) ini terjadi pada

    pukul 05.53.58 WIB di lepas pantai Samudera Hindia. Posisi episentrum terletak

    pada koordinat 8,26 LS dan 110,33 BT atau pada jarak 38 kilometer selatan

    Yogyakarta pada kedalaman 33 kilometer. Melihat perspektif terjadinya gempa

    yang menimpa daerah Bantul dan Yogyakarta. Menurut para ahli seismologi,

    pusat gempa terletak di sekitar Pantai Parangtritis. Lalu apakah yang

    menyebabkan terjadinya gempa bumi di daerah Bantul, Yogya dan sekitarnya?

    Benarkah ada patahan bumi di daerah Bantul? Bila kita berjalan dari Imogiri ke

    arah Parangtritis, maka kita melihat pemandangan yang menakjubkan. Di sebelah

    kanan terdapat Sungai Opak, sedangkan di sebelah kiri terdapat barisan perbukitan

    yang memanjang dari Imogiri sampai ke Parangtritis.

    Jika dilihat dari peta, barisan perbukitan tersebut adalah relatif lurus,

    apalagi kalau dilihat dari satelit atau foto udara barisan perbukitan tersebut adalah

    suatu tanda awal adanya patahan bumi, di daerah Pantai Parangtritis terdapat

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    41/78

    sumber air panas padahal letaknya jauh dari Gunung Merapi. Sumber air panas

    ini menunjukkan bahwa adanya aktivitas magma di bawah permukaan yang

    memanasi akuifer air tanah di daerah Parangtritis. Adanya magma yang sampai

    naik ke dekat permukaan bumi juga menunjukkan bahwa ada rekahan dalam bumi

    dimana magma bisa naik. Kemudian di barisan perbukitan tersebut akan terlihat

    tumpukan longsoran batuan yang berbentuk segitiga. Secara geologi, ini disebut

    triangular facet yang mencirikan adanya patahan bumi. Patahan seperti ini

    biasanya disebut patahan turun (normal faulting), dimana perbukitan merupakan

    bagian blok patahan yang relatif naik dan dataran Sungai Opak merupakan blok

    patahan yang turun. Untuk selanjutnya kita sebut patahan ini adalah patahan

    Opak. Sedangkan di Sungai Progo juga terlihat kelurusan dari satelit yang

    menunjukkan patahan turun, ini disebut patahan Progo, di mana blok di sebelah

    timur relatif turun terhadap blok di sebelah barat.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    42/78

    Gambar. 3.1 Patahan-patahan gempa Yogya

    Secara geologi daerah dataran Bantul merupakan sebuah terban (graben),

    dibatasi oleh patahan Opak di sebelah timur dan patahan Progo di sebelah barat.

    Terban Bantul ini terbentuk sudah lama dan sekarang sudah tertutupi oleh

    endapan dari letusan Gunung Merapi sehingga menjadi lahan yang subur. Patahan

    Opak ini teraktifkan kembali sehingga terjadi gempa bumi yang melanda Bantul

    dan Yogyakarta. Banyak kerusakan yang terjadi di daerah Bantul, karena

    memang Bantul merupakan terban. Sehingga bisa dibayangkan bila terban

    tersebut bergerak, maka akibatnya sangat dahsyat. Gempa utama yang menjadi

    pusat gempa bumi terjadi di Parangtritis. Setelah itu, juga terjadi dua gempa

    susulan yang tercatat di usgs.gov, dengan pusat gempa di daerah Klaten. Gempa

    susulan ini terjadi karena pergerakan patahan Opak yang besar ini memicu

    bergeraknya patahan lainnya (synthetic fault) di daerah Klaten. ketiga pusat

    gempa tersebut terbentuk oleh patahan yang berbeda. Kalau patahan Opak ini

    teraktifkan kembali, maka gempa yang ditimbulkan akan lebih dahsyat.

    Setelah trauma dengan gempa yang menimbulkan tsunami di Aceh tahun

    2004. Tentunya kepanikan warga adalah kemungkinan terbentuknya tsunami.

    Berdasarkan studi dari kejadian tsunami besar di dunia, ada benang merah yang

    menghubungkannya, Sebagian besar tsunami terjadi karena berasosiasi dengan

    terjadinya longsoran bawah laut yang besar. Longsoran bawah laut yang besar

    dimungkinkan terjadi karena dipicu oleh gempa bumi. Dengan demikian, gempa

    bumi yang tidak memicu longsoran bawah laut tidak menimbulkan tsunami.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    43/78

    Sedangkan di Aceh, gempa bumi tersebut memicu terjadinya longsoran bawah

    laut yang besar sehingga terjadi tsunami yang dahsyat. Seperti kita ketahui,

    longsoran bawah laut rawan terjadi pada lereng dasar laut. Lereng dasar laut ini

    terdapat di sepanjang pantai Samudera Hindia, dari Aceh sampai ke Pulau Timor.

    Profil bawah laut ini adalah laut dangkal sampai kira-kira kedalaman 200 meter

    kemudian terdapat lereng bawah laut (continental slope) yang sangat terjal sampai

    ke palung laut yang dalamnya >2000 meter, lereng bawah laut inilah yang rawan

    longsor yang mungkin menimbulkan tsunami. Berbagai studi dan simposium telah

    membahas tentang proses terjadinya tsunami.

    Studi tersebut mencakup tsunami-tsunami yang besar seperti di Aceh,

    pantai utara Papua Nugini, Hawai, pantai California, pantai timur dan barat

    Kanada, sunami tidak terjadi sewaktu gempa di Yogyakarta tetapi kita tidak boleh

    lengah dan harus tetap waspada. Salah satu cara untuk mengetahui potensi longsor

    bawah laut adalah dengan memetakan dasar laut (bathymetric mapping) terutama

    di bagian lerengnya. Dari pemetaan bawah laut, bisa diketahui apakah ada potensi

    longsor atau tidak. Untuk itu diperlukan pemetaan bawah laut mulai dari pantai

    Aceh Timur sampai selatan pulau Timor, dengan adanya data yang vital ini,

    mudah-mudahan bisa mengantisipasi terjadinya tsunami di kemudian hari. Karena

    selain adanya ancaman gunung berapi, kita juga menghadapi ancaman tsunami.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    44/78

    3.1.2 Penyebab Gempa Bumi Padang

    Pada pukul 10:49:41 WIB gempa mengguncang wilayah Padang,

    Sumatera Barat. Menurut informasi dari BMG, gempa berkekuatan 5,8 Skala

    Richter dengan pusat gempa bumi berada pada koordinat 0,55 LS dan 100,47

    BT, pada kedalaman 33 km dan berjarak 16 km barat daya Batusangkar, Sumatera

    Barat. Gempa bumi ini tidak menimbulkan tsunami, karena terjadi di darat.

    Sementara menurut pusat pengamatan gempa bumi USGS Amerika

    Serikat, pusat gempa berkekuatan 6,3 pada Skala Richter berada pada koordinat

    0,536 LS dan 100, 498 BT pada kedalaman 30 km, berjarak 50 km timur laut

    Padang Sumatera Barat. Guncangan gempa terasa di Riau dengan intensitas III-IV

    MMI (Modified Mercalli Intensity) bahkan hingga Singapura dan Malaysia.

    Menurut informasi dari Kepala Badan Geologi DESDM Bambang Dwiyanto,

    M.Sc, penyebab terjadinya gempa bumi di darat ini adalah aktifitas sesar besar

    Sumatera yang berarah relatif barat laut-tenggara. Sementara itu daerah sekitar

    pusat gempa bumi tersusun oleh endapan Kuarter berupa alluvial sungai, endapan

    alluvial pantai, endapan rombakan gunung api serta endapan batu gamping Tersier

    yang terlapukkan dengan kuat, bersifat urai dan belum terkonsolidasi sehingga

    rentan terhadap guncangan gempa bumi.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    45/78

    3.2 Data

    Data historis gempa yang diperoleh dengan menggunakan beberapa sumber

    data. Sumber data yang dipakai di Indonesia yaitu:

    ISS : International Seismologycal Summary

    USGS : Prelimenery Determination of Epicenter, program yang dilakukan oleh

    United States of Coast and Geodetic Survey

    G-R : Gutenberg B and Richter C.F Seismicity of The Earth and Assiciated

    Phenomena, Princeton University Press, 1949.

    MET : Record of The Meteorogical and Geophysical Institute, Jakarta.

    Dalam karya tulis ini penulis menggunakan data gempa bumi dari PGN (Pusat

    Gempa Nasional) Jakarta dan BMG Padang.

    3.3 METODE PENGOLAHAN DATA

    Dari catatan hasil survey gempa bumi Yogyakarta di Badan Meteorologi

    dan Geofisika Pusat Jakarta, diperoleh data selama 6 hari setelah gempa utama,

    sebagai berikut:

    Tabel 3.1 Interval dan Frekuensi Gempa Susulan

    Interval (t)

    hari

    1 2 3 4 5 6

    Frek 431 268 152 109 46 31

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    46/78

    gempa n(t)

    Dimana:

    t : interval dalam hari

    n (t) : frekuensi gempa susulan perhari

    n : lama pengambilan data atau banyaknya interval, dimana terlihat

    n = 6

    Tabel di atas adalah hasil pengumpulan data dari pembacaan seismogram yang

    merupakan banyaknya gempa susulan perhari setelah gempa utama terjadi.

    3.3.1 Analisa Manual Metode Omori

    Analisa pertama adalah pendekatan dengan model Omori dimana rumus

    yang digunakan adalah:

    ct

    ktn

    +=)(

    Rumus ini dalam perhitungan dan untuk memudahkan analisa harus dirubah

    dengan pendekatan metode statistik regresi linier.

    Dengan metode regresi linier didapatkan perubahan persamaan menjadi:

    )(

    1

    tn= t

    kk

    c 1+

    Persamaan umum dari regresi linier adalah:

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    47/78

    Y= A + B.x

    Dari data di atas dibuat sebuah tabel yang merupakan fungsi dari persamaan

    diatas.

    )(

    1

    tn :Y : frekuensi gempa

    k

    c :A : konstanta

    k

    1 :B : konstanta

    t : x : interval waktu

    Dimana n = 6 yang merupakan lama pengambilan data.

    Tabel 3.2 Perhitungan regresi Linier Metode Omori

    NO n (t) Y X X.Y X2 Y2

    1 431 0.002320 1 0.002320 1 0.00005383

    2 268 0.003731 2 0.00746 4 0.00001392

    3 152 0.006578 3 0.0197 9 0.00004328

    4 109 0.009174 4 0.03669 16 0.00008416

    5 46 0.00217 5 0.10869 25 0.0004725

    6 31 0.00322 6 0.19354 36 0.001040

    Total 1037 0.07580 21 0.36843 91 0.0016592

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    48/78

    Dari tabel di atas diperoleh hasil untuk masing-masing kolom adalah:

    =y 0.07580 01263.0=y

    = 21x 5.3=x

    36843.0=xy

    912 = x 0016592.02 =y

    ( ) 00574.02

    =y ( ) 4412

    =x

    Dengan demikian konstanta A dan B sudah dapat dihitung dengan menggunakan

    rumus:

    B = ) )xxxxyxy */*2

    B = (0.36843-0.01263*21)/(91-3.5*21)

    B = 0.00589

    Dengan demikian diperoleh konstanta b = 0.00589

    B =k

    1

    k = 169.77

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    49/78

    Untuk perhitungan konstanta A dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

    A = )xby *

    A = 0.01263 - 0.00589 * 3.5

    = 0.02359

    Dengan demikian konstanta A didapat = 0.02359

    Konstanta c mempunyai hubungan dengan A sebagai berikut :

    A =k

    c

    Maka

    C = A* k

    C = 0.02359* 169.77

    C = 4.0048

    Dengan demikian didapat konstanta sebesar

    C = 4.0048

    Coefisien korelasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

    r = ( n * xy - x * y)/sqrt ((n * x2 (x)2* (n * y2 (y)2)

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    50/78

    Jika harga setiap satuan dimasukan, maka akan diperoleh persamaan sebagai

    berikut:

    r = (6* 0.36843 21 * 0.07580)/ sqrt ((6 * 91- 441) * (6 * 0.0016592

    0.00574))

    r = 0.6178 / 0.6656

    r = 0.9296

    Omori merumuskan:

    n (t) =)( Ct

    k

    +

    Jika harga masing-masing dimasukan akan didapat:

    n (t) =)004874.4(

    77.169

    +t

    Untuk n(t) = 1

    1 = 169.77/ (t + 4.004874)

    t + 4.004874 = 169.77

    t = 169.77 - 4.004874

    t = 165.76

    Dengan didapatnya harga t = 165.76 maka dengan menggunakan metode Omori

    akan diperoleh bahwa gempa susulan akan berakhir pada hari ke 166.

    3.3.2 Analisa Manual Metode Mogi 1

    Mogi menyatakan hubungan antara frekuensi gempa susulan dan waktu

    dapat dirumuskan:

    n (t) = a * t

    -b

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    51/78

    Dalam perhitungan rumus Mogi I ini harus dikonversikan dulu kemetode regresi

    linier yang mempunyai rumus pokok:

    Y= A + B .X

    Maka rumus mogi I ini harus dilinearkan dulu dengan cara dilog kan sehingga

    akan mempunyai bentuk:

    Log n (t) = Log a b Log t

    Diamana persamaan diatas didapat dengan memisalkan:

    Y = Log n(t) log a = A

    b = B log t = x

    dengan menggunakan tabel yang sama dengan Omori akan diperoleh hubungan:

    Tabel 3.3 Interval dan frekuensi Gempa Susulan

    Interval (t)

    hari

    1 2 3 4 5 6

    Frek

    gempa n(t)

    431 268 152 109 46 31

    Dari rumus peluruhan gempa susulan Mogi I yang telah dikonversikan ke metode

    regresi linier, maka dibuat tabel untuk memudahkan perhitungan.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    52/78

    Tabel 3.4 Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 1

    NO n (t) Log n(t) =

    y

    Log t = x X*Y X2 Y2

    1. 431 2.6344 0.0 0.0 0.0 6.940063

    2. 268 2.4281 0.30103 0.73093 0.09062 5.8956

    3. 152 2.1818 0.4771 1.04093 0.2276 4.76025

    4. 109 2.0374 0.6021 1.22671 0.3625 4.15099

    5. 46 1.6627 0.6989 1.16206 0.4886 2.7645

    6. 31 1.4913 0.77815 1.160455 0.6055 2.2239

    Total 1037 12.4357 2.85728 5.321085 1.77482 26.7253

    Dari tabel di atas didapatkan hasil untuk masing-masing kolom adalah:

    =y 12.4357 0726.2=y

    x = 2.85728 4762.0=x

    xy = 5.321085

    ( ) 64.1542 =y ( ) 1640.82 =x

    77482.12 = x 7253.262 =y

    Jika harga satuan dimasukkan maka akan diperoleh nilai konstanta b

    B = ( ) ( )xxxxyxy */* 2

    B = -1.4508

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    53/78

    Dengan demikian diperoleh harga b = -1.4508

    Harga a bisa dicari degan memasukkan harga ke

    A = ( )*xby

    Akan menjadi :

    A = 2.0726 + 1.4508 * 0.4762

    A = 2.7634

    Maka diperoleh harga A = 2.7634dari permisalan didapat:

    Log a = A

    Maka

    a= 102.7634

    a = 579.962

    Korelasi r dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

    r = ( n * xy - x * y)/sqrt ((n * x2 (x)

    2* (n * y

    2 (y)

    2)

    Jika harga-harga di atas dimasukkan, maka akan diperoleh nilai:

    r = -0.9521

    Dari hasil perhitungan di atas, didapat harga r = -0.9521

    Dari rumus Mogi I dibawah ini

    n (t) = a * t-b

    Jika harga a dan b dimasukkan diperoleh

    n (t) = 579.962 * t-b

    Untuk n(t) = 1

    1= 579.962 * t-1.45

    Log (1) = log 579.962 + (-1.45 log t)

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    54/78

    0 = log 579.962 1.45 log t

    1.45 log t = log 579.962

    1.45 log t = 2.7633

    Log t = 2.7633/ 1.45

    Log t = 1.9057

    t = 80.42

    Dari perumusan Mogi I di atas didapat t = 80.42yang berarti gempa susulan

    diperkirakan berakhir pada hari ke 80 setelah gempa utama terjadi, jadi menurut

    metode Mogi I gempa susulan akan berakhir setelah 80 hari.

    3.3.3 Analisa Manual Metode Mogi 2

    Mogi 2 menyatakan hubungan antara frekuensi gempa susulan dan waktu

    dapat dirumuskan

    n (t) = a * e-bt

    Dalam perhitungan rumus Mogi 2 ini harus dikonversikan ke metode regresi linier

    yang mempunayi rumus pokok:

    Y = A + B * x

    Maka rumus Mogi 2 ini harus dilinearkan dulu dengan cara di In kan sehingga

    akan mempunyai bentuk

    Ln n(t) = ln a b* t

    Dimana persamaan diatas didapat dengan memisalkan:

    Ln n(t) = y ln a = A

    b = B t = x

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    55/78

    n = 6

    Dengan melihat hasil konversi rumus Mogi 2 kebentuk linier, maka dapat dibuat

    tabel perhitungan untuk Mogi 2.

    Tabel 3.5 Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 2

    NO n (t) Ln (t) = Y T = X X * Y X2 Y2

    1. 431 6.06610 1 6.06610 1 36.797569

    2. 268 5.59098 2 11.1819 4 31.259057

    3. 152 5.02388 3 15.07164 9 25.23937

    4. 109 4.69135 4 18.7654 16 22.008764

    5. 46 3.82864 5 19.1432 25 19.1432

    6. 31 3.43399 6 20.60394 36 11.792287

    Total 1037 28.63494 21 90.83224 91 146.24024

    =y 28.63494 77249.4=y

    x = 21 5.3=x

    xy = 90.83224

    ( ) 95.8192 =y ( ) 4412 =x

    912 = x 240.1462 =y 24

    Dengan didapatnya hasil perhitungan tabel Mogi 2 maka komponen komponen

    tersebut dipakai untuk menghitung konstanta yang diperlukan.

    Konstanta b dapat dihitung dengan rumus:

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    56/78

    B = ) )xxxxyxy */* 2

    Jika harga masing-masing dimasukkan akan didapat perhitungan B sebagai

    berikut:

    B = (90.83224 4.7724 * 21)/ (91 3.5 * 21)

    B = -0.5365

    Maka didapat harga b sebesar -0.5365

    Harga konstanta A dapat dihitung dengan menggunakan rumus

    A = ( )*xby

    Jika harga masing-masing dimasukkan harga konstanta A akan didapat

    A = 4.7724 + 0.5365 * 3.5

    A = 6.65024

    Maka didapat harga A = 6.65024

    Dari permisalan diatas diketahui bahwa

    Ln a = A

    Maka konstanta a Mogi 2 dapat dicari dengan

    Ln a = 6.65024

    a = 772.969

    maka besar harag a = 772.969

    koefisien korelasi r dapat dicari dengan rumus

    r = ( n * xy - x * y)/sqrt ((n * x2 (x)2* (n * y2 (y)2)

    Jika harga komponen dimasukkan, akan didapat

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    57/78

    r = (6 * 90.83224 21* 28.63494)/ sqrt ((6 * 91 441) (6* 141.7557

    819.95))

    r = -0.9943522

    Dengan demikian harga r didapat -0.9943522

    Kembali kepersamaan Mogi 2, bahwa hubungan antara frekuensi dan interval

    adalah

    n (t) = a * e-bt

    Dengan memasukkan harga masing-masing didapat

    n (t) = 772.969 * e-0.536 t

    Bila n (t) = 1 maka

    0.53 t = 6.65024

    t = 6.65024/ 0.53

    t = 12.54

    Dengan demikian jika menggunakan persamaan metode Mogi 2 akan didapat

    bahwa gempa susulan diperkirakan akan berakhir pada hari ke 13 setelah gempa

    utama terjadi.

    3.3.4 Analisa Manual Perhitungan Metode Utsu

    Analisa metode ke 4 adalah menggunakan rumus dari Utsu, model dari Utsu

    ini hampir sama dengan model dari Mogi I hanya Utsu memasukkan konstanta c

    pada t seperti terlihat dibawah ini

    n (t) =b

    ct

    a

    )( +

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    58/78

    Konversi rumus Utsu kedalam metode regresi linier akan didapat dengan

    logaritmik, dimana didapat:

    Log n (t) = log a b * log (t + 0.01)

    Rumus dari regresi linier

    Y = A + B * x

    Dengan permisalan sebagai berikut:

    Log n (t) = y log a = A

    b = B X = Log (t + 0.01)

    Sampel yang kita gunakan masih sama, dengan lama pengambilan data selama 6

    hari.

    Tabel 3.6 Perhitungan Regresi Linier Metode Utsu

    NO n (t) Log n (t) = y Log (t +

    0.01) = X

    X*Y X2 Y

    2

    1. 431 2.6344 0.004321 0.01114 0.00001867 6.940063

    2. 268 2.4281 0.3032 0.736199 0.09193 5.8956

    3. 152 2.1818 0.4786 1.0442094 0.22906 4.76025

    4. 109 2.0374 0.6031 1.228755 0.3637 4.15099

    5. 46 1.6627 0.6998 1.1635594 0.4897 2.7645

    6. 31 1.4913 0.7789 1.161573 0.6067 2.2239

    Total 1037 12.4357 2.867921 6.38965 1.781108 26.7353

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    59/78

    Dari tabel di atas didapat harga-harga untuk tiap komponen adalah sebagai berikut

    =y 12.4357 0726.2=y

    x = 2.867921 4779.0=x

    xy = 6.38965

    ( ) 64.1542 =y ( ) 22497.82 =x

    7811.12 = x 7353.262 =y

    Harga b dari regresi linier akan di hitung dengan rumus

    B = ) )xxxxyxy */* 2

    Dengan memasukkan masing - masing nilai akan didapat persamaan

    b= -1.458431

    Harga konstanta A dapat dicari dengan rumus persamaan sebagi berikut:

    A = ( )*xby

    Dengan memasukkan harga masing-masing komponen didapat persamaan

    A = 2.0726 +1.458431 * 0.47798

    A = 2.0726 +0.697115433

    A = 2.76978

    Log a = A

    a = 588.54

    Maka konstanta a didapat = 588.54

    Perhitungan koefisien korelasi dapat dilakukan dengan rumus:

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    60/78

    r = ( n * xy - x * y)/sqrt ((n * x2 (x)2* (n * y2 (y)2)

    Dengan memasukkan harga masing-masing didapat persamaan

    r = -0.9529

    Kembali ke rumus Utsu bahwa

    n (t) =b

    ct

    a

    )( +

    Jika dimasukkan harga masing-masing akan didapat:

    n (t) =45.1)01.0(

    77.35

    +t

    Jika n (t) = 1 didapat persamaan

    1 =45.1

    )01.0(

    547.588

    +t

    (t + 0.01)1.45 = 588.547

    1.45 log (t + 0.01) = log 588.547

    1.45 log (t + 0.01) = 2.769781434

    Log (t + 0.01) = 1.910194092

    t + 0.01 = 81.31938629

    t = 81.30938629

    Dengan demikian menggunakan rumus Utsu didapat bahwa gempa diperkirakan

    akan berakhir setelah 81 hari sejak gempa utama terjadi.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    61/78

    3.4 Metode Pengolahan dan Analisa Manual Gempa Padang

    Analisa gempa ini adalah gempa bumi Padang yang terjadi pada tanggal 6

    Maret 2007, dari data yang ada di BMG Padang, diperoleh data selama 10 hari

    setelah gempa utama. Seperti pada tabel 3.7 di bawah ini.

    Tabel 3.7 Interval Frekuensi Gempa Bumi Susulan Padang

    Tabel di atas adalah hasil pengumpulan data dari pembacaan seismogram

    yang merupakan banyaknya gempa susulan perhari setelah gempa utama terjadi.

    Untuk tahap selanjutnya adalah analisa data dengan menggunakan metode Omori,

    Mogi 1, Mogi 2, dan Utsu. Setelah melakukan pengolahan data dan mencobanya

    seperti pada cara gempa Yogyakarta, maka diperoleh:

    Metode Omori : dengan menggunakan metode ini diperkirakan gempa susulan

    Padang akan berakhir pada hari ke 74.

    Interval(t) hari

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Frekgempa

    n (t)

    468 355 114 69 31 22 21 14 13 12

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    62/78

    Metode Mogi 1 : dengan cara yang sama seperti pada gempa Yogyakarta, gempa

    susulan diperkirakan akan berakhir pada hari ke 37.

    Metode Mogi 2 : dengan cara yang sama seperti pada gempa Yogyakarta, gempa

    susulan diperkirakan akan berakhir pada hari ke 9.

    Metode Utsu : dengan menggunakan metode ini gempa susulan Padang akan

    diperkirakan akan berakhir pada hari ke 84.

    3.5 Metode Pengolahan Gempa Bengkulu

    Di bawah ini adalah data banyaknya gempa susulan selama 10 hari

    Tabel 3.8 interval frekuensi gempa susulan Bengkulu

    Interval

    (t)

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Frek.

    Gempa

    12 41 8 7 6 5 7 4 2 1

    Tabel di atas adalah banyaknya gempa susulan dalam tiap hari selama 10 hari,

    untuk tahap selanjutnya adalah analisa data menggunakan metode Omori, Mogi 1,

    Mogi 2, dan Utsu. Dengan cara yang sama seperti pengolahan data gempa

    Yogyakarta diperoleh sebagai berikut:

    1. Metode Omori : diperkirakan gempa susulan berakhir di hari ke 15.

    2. Metode Mogi 1 : diperkirakan gempa susulan berakhir di hari ke 13.

    3. Metode Mogi 2 : diperkirakan gempa susulan berakhir di hari ke 12.

    4. Metode Utsu : diperkirakan gempa susulan berakhir di hari ke 13.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    63/78

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data Historis Gempa Yogyakarta

    Sejak tahun 1800 sudah tercatat 6 gempa merusak seperti yang ditampilkan

    pada tabel 4.1. Gempa yang terjadi pada hari Sabtu tanggal 27 Mei 2006, jam 5:53

    WIB pagi adalah gempa yang berasosiasi dengan patahan Opak yang membujur

    dari selatan Parangtritis sampai ke Klaten.

    Tabel 4.1 historis gempa Yogyakarta

    No. Tanggal Dampak Intensitas

    1 10/07/1867 Sejumlah 372 rumah roboh di Jogyakarta dan Surakarta,dan 5 orang korban meninggal.

    VIII-IX

    27/09/19372

    8,7S-110,8E

    Terasa sampai ke Lombok. 2200 rumah roboh di Klaten,pipa dalam tanah putus, 326 rumah roboh di Prambanan.

    Banyak rumah yang rusak di Jogyakarta, seorangmeninggal

    VIII-IX

    23/07/19433

    8,6S-109,9E

    Kerusakan terjadi di pantai selatan Jawa Tengah, antaraGarut dan Surakarta. 213 korban meniggal, 2096 lukaberat dan 2800 rumah rusak berat

    VIII

    12/10/1957

    18:57:13

    8,3S-110,3E

    4

    h=87, M6,4

    Dirasakan di Yogyakarta VII

    13/03/1981

    23:22:35

    8,8S-110,4E

    5

    h=51, M5,6

    Terasa di Jogyakarta, beberapa rumah mengalami

    keretakan, termasuk hotel Ambarukmo Jogyakarta

    VII

    26/05/2006

    22:54:00.4

    8,03S-110,32E

    6

    h=11.87, M5,9

    Di Bantul, Prambanan, Klaten dan Jogyakarta. 4.772orang meninggal dan 17.772 luka berat dan ringan,

    kerusakan bangunan 204.831 rumah roboh. Di JawaTengah 1.010 orang meninggal dan 18.527 luka berat

    dan ringan, kerusakan bangunan 185.246 rumah roboh,*)

    IX

    *) Sumber Data Satkorlak Yogyakarta Update data tgl 05 Juni 2006 jam 16:00 W

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    64/78

    Di bawah ini adalah lokasi gempa utama yang terjadi di Yogyakarta

    4.2. Lokasi Gempa Bumi Padang

    Telah dijelaskan sebelumnya bahwa gempa besar yang mengguncang

    padang dan sekitarnya dipicu oleh pelepasan energi di patahan Sumatera (sesar

    semangko) yang melalui segmen singkarak.Patahan Sumatera yang memanjang

    di sepanjang Pulau Sumatera bergerak sekitar 1 centimeter setiap tahun akibat

    desakan lempeng Indo Australia kepada lempeng Eurasia. Bagian barat bergerak

    ke selatan dan bagian timur bergerak ke utara. Jika lama tidak terjadi gempa besar

    berarti sedang terjadi pengumpulan energi dipatahan. Sementara itu, sudah 60

    tahunan tidak terjadi gempa besar di segmen Singkarak yang meliputi wilayah di

    sekitar Danau Singkarak, Sumatera Barat, dimana gempa besar sebelumnya terjadi

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    65/78

    tahun 1926 dan 1943, menurut penelitian segmen sudah bergerak sekitar 60

    centimeter sehingga cukup kuat untuk memicu gempa besar. Di bawah ini adalah

    lokasi episenter gempa bumi utama dan gempa susulan.

    4.3 SURVEI PASCA GEMPA BUMI

    Data gempa bumi susulan merupakan informasi yang penting karena :

    1. Dapat menunjukkan zona sesar yang merupakan daerah yang

    mengalami deformasi pada saat gempa bumi utama.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    66/78

    2. Dapat digunakan untuk memprediksi waktu peluruhan gempa bumi

    susulan yang terjadi, setelah hasil rekaman gempa bumi jumlahnya

    mencukupi (minimal 3 hari).

    Secara alami gempa bumi besar selalu diikuti oleh gempa-gempa susulan yang

    akan berkurang frekuensi maupun kekuatannya terhadap waktu. Untuk memonitor

    gempa bumi susulan harus dipasang peralatan seismograph di sekitar lokasi

    gempa bumi utama.

    Rekaman gempa bumi susulan dari tiap-tiap stasiun dianalisa untuk

    menentukan lokasi dan magnitudenya. Informasi gempa susulan dilaporkan ke

    Gubernur dan tembusannya disampaikan kepada Bupati dan Walikota melalui

    Satlak masing-masing setiap hari. Informasi ini juga disebarkan kepada mass

    media dan masyarakat yang menginginkan secara langsung.

    4.3.1 Grafik Peluruhan Frekuensi Gempa Susulan

    Hasil analisa data gempabumi susulan selama 13 hari dengan pengelompokan

    tiap hari, diperoleh hasil sebagai berikut :

    Jumlah gempa bumi susulan berkurang secara eksponensial, dan diperkirakan

    gempa bumi susulan akan berakhir setelah (11 3) hari, setelah gempa utama

    terjadi. Grafik gempa bumi susulan Yogyakarta hingga tanggal 29 Mei 2006

    seperti terlihat dibawah ini.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    67/78

    Distribusi Gempa Susulan menurut Magnitudonya (per 12 jam)

    sampai dengan tanggal 10 Juni 2006 (pukul 06.00 WIB)

    103

    150

    130

    103

    68

    60

    55

    37

    27

    11

    16

    10 1013 15

    5 5 6 3 4 5 46 6

    36 7 5

    113

    2225

    8

    16

    5

    12

    57

    1 23

    86 4 4 3 4 2 2 3 3 2 3 1

    41

    23

    10

    1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    Magnitude dan Waktu

    J

    um

    lah

    Gem

    pa

    27 MEI 28 MEI 29 MEI 30 MEI 31 MEI 01 JUNI 02 JUNI

    1 - 2 SR

    2 - 3 SR

    3 - 4 SR

    > 4 SR

    LEGENDA:

    BMG

    03 JUNI 04JUNI 05 JUNI 06 JUNI 07 JUNI 08 JUNI 09 JUNI

    4.4 Hasil pengolahan data

    4.4.1 Analisa Gempa susulan Yogyakarta

    Dari pengolahan data untuk setiap metode yang digunakan diperoleh hasil

    masing-masing nilai koefisien korelasi yang menggambarkan hubungan frekuensi

    gempa dan waktu. Dibawah ini adalah tabel hasil pengolahan data gempa susulan

    Yogyakarta.

    METODE t (hari) r t (pembulatan)

    OMORI 165,76 -0.9296 166 hari

    MOGI1 80.42 -0.9521 80 hari

    MOGI2 12.54 -0.9943 13 hari

    UTSU 81,30 -0,9529 27 hari

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    68/78

    Dari tabel di atas terlihat adanya perbedaan hasil dari masing-masing metode

    hal ini memberikan gambaran bahwa dengan menggunakan rumus Omori yang

    memiliki nilai korelasi r = -0.9296, diperkirakan gempa susulan berakhir pada hari

    ke 166 setelah genpa utama terjadi. Sedangkan dengan menggunakan metode

    Mogi 1 yang memiliki nilai korelasi r = -0.9251 gempa susulan diperkirakan akan

    berakhir pada hari ke 80, dan metode Mogi 2 dengan nilai koefisien korelasi r = -

    0,9943 diperkirakan gempa susulan akan berakhir pada hari ke 13 dan metode

    Utsu dengan nilai koefisien korelasi -0.9529 diperkirakan gempa susulan akan

    berakhir pada hari ke 81, dari beberapa metode yang digunakan dapat dilihat

    bahwa nilai koefisien korelasi metode Omori dan metode Mogi 1 kurang

    mendekati 1 atau -1, hal inilah yang menyebabkan ke 2 metode ini kurang

    menunjukan kesesuaian perhitungan untuk memperkirakan berakhirnya gempa

    bumi susulan untuk daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Interpretasi dari koefisien

    korelasi adalah frekuensi gempa bumi susulan menurun terhadap waktu berkaitan

    dengan proses untuk mencapai kesetimbangan yang baru.

    4.4.2 Analisa Gempa Susulan Padang

    Dalam analisa ini metode yang digunakan masih sama yakni metode Omori,

    Mogi 1, Mogi 2 dan Utsu, dari pengolahan data yang telah dilakukan pada Bab 3

    sebelumnya diperoleh hasil sebagai berikut:

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    69/78

    METODE t (hari) r t (pembulatan)

    OMORI 100,931 0.98322 101 hari

    MOGI 1 36.69 -0.9825 37 hari

    MOGI 2 14,44 -0.9505 14 hari

    UTSU 36.887 -0.9795 37 hari

    Dari hasil perhitungan tersebut dapat kita lihat bahwa metode yang paling

    mendekati yaitu yang memiliki koefisien korelasi -1 adalah Mogi 1, dengan nilai

    koefisien korelasi sebesar -0.9825 sedangkan metode yang lainnya yaitu metode

    Omori, Mogi 2 dan Utsu kurang menunjukan kesesuaian dengan perhitungan,

    artinya bahwa metode yang cocok untuk memprediksikan gempa susulan Padang

    berakhir yaitu metode yang hasil perhitungannya mendekati kenyataan dilapangan

    adalah metode Mogi 1.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    70/78

    BAB V

    PENUTUP

    1. Kesimpulan

    Dari studi kegempaan dan perhitungan distribusi peluruhan gempa bumi

    susulan daerah Yogyakarta dan Padang dapat diambil kesimpulan sebagai

    berikut:

    1. Distribusi gempa susulan daerah Yogyakarta berarah membujur tenggara-

    timur laut dari daerah Sanden (kab. Bantul) sampai dengan Tulung (kab.

    Klaten). Peta isoseismal (skala intensitas) menunjukan orientasi arah

    dampak gempa yang membujur sejajar dengan garis sesar Opak.

    Sedangkan distribusi gempa susulan Padang berarah bagian tenggara

    yang sejajar dengan sesar semangko.

    2. Metode yang sesuai dan mendekati kenyataan dilapangan untuk daerah

    gempa bumi Yogyakarta adalah metode Mogi 2 yang memiliki nilai

    koefisien korelasi yang baik yaitu -0.9943 dengan kata lain bahwa

    terjadinya penurunan frekuensi gempa bumi susulan akan mendekati nol

    bersesuaian dengan bertambahnya waktu.

    3. Metode yang sesuai untuk memperkirakan berakhirnya gempa bumi

    susulan Padang adalah metode Mogi 1 dengan nilai koefisien korelasi -

    0.9825, dan untuk gempa Bengkulu metode yang baik yaitu Mogi 2

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    71/78

    dengan nilai r = -0.8695 gempa susulan diperkirakan berakhir pada hari ke

    12.

    4. Gempa bumi susulan Padang diperkirakan akan berakhir pada hari ke 37

    setelah gempa bumi utama.

    5. Gempa bumi susulan Yogyakarta diperkirakan akan berakhir pada hari ke

    13 setelah gempa bumi utama.

    6. Saran

    Guna pemetaan gempa susulan lebih rinci untuk identifikasi sesar yang

    menyebabkan gempa, diletakkan penempatan sensor seismik untuk mendapatkan

    data yang valid. Berdasarkan analisa statik sejarah kegempaan di Padang dan

    sekitarnya, ada peluang terjadinya gempa merusak setiap kurang lebih 60 tahun.

    Dengan data dan teori yang sama penelitian ini dapat dikembangkan dengan

    metode yang lebih cepat dan akurat. Disarankan agar rencana tata ruang daerah

    mempertimbangkan aspek kegempaan ini guna memperkecil bencana yang

    mungkin timbul diwaktu mendatang.

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    72/78

    DAFTAR PUSTAKA

    Alzwar Muzir, et al. Pengantar Dasar Ilmu Gunung Api.(Bandung: Nova, 1987)

    Amir Harsono, Analisa Pola Aktivitas Gempa Bumi Susulan Menggunakan

    Program Visual Basic. [skripsi]. Jakarta: Universitas Athohiriah,

    Fak. Teknik Informatika; 2006

    Arum Sari, SR. Penentuan Percepatan Maksimum Tanah Permukaan di Daerah

    Bandung dan Sekitarnya dengan menggunakan metode Mc. Guire

    R.K [Skripsi]. Jakarta: UIN, Fakultas MIPA; 2006.

    Fakultas MIPA UIN, Pedoman Penulisan Skripsi(Jakarta: UIN Press, 2004)

    Fakultas Teknik, Jur Geologi.Diktat Geologi. ( Jakarta: Universitas Trisakti )

    George D. Garland. Intrudoction to Geophysics Mantle Core and Crust.(London:

    Toppan Company lmited, 1971)

    Harjadi Prih P.J, Gunawan Taufik, Sulaeman & Weniza. Spatial and Temporal

    analysis of after shock distribution of Aceh earthquake, Desember

    26, 2004.Jurnal Meteorologi dan Geofisika;2007; 7 :1-6

    L. Don & Florence Leet, Gempa Bumi Penjelasan Ilmiah dan sederhana

    Yogyakarta: Kreasi Wacana

    Mogi K. On time distribution of aftershock accompaniying the recent major

    earthquakes in near japan. Bull earthquakes (Res. Inst Vol 40; 1963)

    Omori, F. On the aftershock of earthquake. Jour. Coll. (Univ. of Tokyo Vol 7;

    1894)

    Supranto, J. Statistik Teori dan Aplikasi, Ed Ke 6. (Jakarta: Erlangga, 2000)

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    73/78

    Http://id. Wikipedia. Org/wiki/Gempa_Susulan, 25 April 2007, pk. 08.30 WIB

    Http://www.seis.nagoya-u.ac.ip/~irwan/jogjaeq/jogjaeq.html , 25 April 2007, pk

    08:36

    http://volcano.und.nodak.edu/, 2mei 2007, pk. 11.20

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    74/78

    LAMPIRAN I

    Jaringan Monitoring Gempa Susulan Yogyakarta

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    75/78

    LAMPIRAN 2Up dating Data Gempa Yogyakarta

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    76/78

    LAMPIRAN 3

    Peta Isoseismal Gempa Padang

    VIII-IX

    VII-VIII

    VI-VII

    V-VI

    V-VI

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    77/78

    1822

    1926 (~7)

    1984 (6.4(

    1987 (6.6)

    1921191619841987

    1892

    1822

    1943

    19091995

    1952

    1926

    1942

    1893

    1900

    193319941908

    1990

    1997

    1936

    1964

    19671893

    1892 (7.7)

    1900

    1908

    1916

    1933 (7.5)

    1942 (7.3)

    1936 (7.2)

    1952 (6.8)

    1979 (6.6)

    1943 (7.3)

    1990 (6.5)

    1997 (6.5)

    1964 (6.5)

    1921 ( >7)

    1994 (6.9)

    1995 (7.0)

    1909 (7.6)

    1967 (6.8)

    Historical Earthquakes along The Sumatran Fault Zone

    2000

    Seismic Gap?

    23 destructive events in the past 200 years or

    1-2 large earthquakes occur every decade

    6 March 2007

    (M6.3 & 6.1)

  • 7/24/2019 Digital_94683-Metode Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa B

    78/78