93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN Search Solve Create Share (SSCS) DAN Experimenting Demonstrating Information (EDI) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Oleh : NOVI HENDRASTUTI NIM K 3302528 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

  • Upload
    dangque

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN Search Solve Create Share (SSCS)

DAN Experimenting Demonstrating Information (EDI) DENGAN MEMPERHATIKAN

SIKAP ILMIAH SISWA SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN

NON ELEKTROLIT

Oleh :

NOVI HENDRASTUTI

NIM K 3302528

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Kimia Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Tri Redjeki, M.S. Endang Susilowati,S.Si., M.Si.

NIP. 19510601 197603 2 004 NIP. 19700117 200003 2 001

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Pada :

Hari :...................................

Tanggal : ..................................

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra.Hj. Kus Sri Martini, M.Si. …………....

Sekretaris : Drs. H. Sugiharto, A.Pt, M.S. ……………

Anggota I : Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S .…………....

Anggota II : Endang Susilowati, S.Si, M.Si. ……………

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

ABSTRAK

Novi Hendrastuti, PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN Search Solve Create Share (SSCS) dan Experimenting Demonstrating Information (EDI) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT, Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. April 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh penerapan model pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS) dan model pembelajaran Experimenting Demonstrating Information (EDI) terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit (2) Model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran SSCS (3) Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, (4) Interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ceper. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XC dan XD SMAN Ceper tahun pelajaran 2006/2007. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode tes untuk aspek kognitif siswa, sedangkan metode angket untuk sikap ilmiah, aspek afektif dan aspek psikomotor. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, dilanjutkan uji komparasi rerata pasca analisis variansi dengan metode Scheeffe. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI, nilai aspek kognitif Fhitung = 7,9077 > Ftabel = 3,98, aspek afektif fhitung= 23,1735 > Ftabe l= 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 24,5182 > Ftabel = 3,98. (2) model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit dari pada model pembelajaran SSCS. (3) Sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Larutan elektrolit dan non elektrolit, aspek kognitif Fhitung = 8,8697 > Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 9,6111 > Ftabel = 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 7,7825 > Ftabel = 3,98. (4) tidak ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, aspek kognitif Fhitung = 0,0049 < Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 0,0410 < Ftabel =3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 0,0174 < Ftabel = 3,98.

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

ABSTRACT Novi Hendrastuti, THE EFFECT OF SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) AND EXPERINTING DEMONSTRATING INFORMATION (EDI) LEA RNING MODEL APPLICATION BY CONSIDERING THE SENIOR HIGH SC HOOL STUDENT’S SCIENTIFIC ATTITUDE ON THE LEARNING ACHIE VEMENT IN THE ELECTROLYTE AND NON ELECTROLYTE SOLUTION SUB JECT MATTER , Thesis: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, April 2010.

The objective of this research are to find out: (1) the effect of Search Solve

Create Share (SSCS) and Experimenting Demonstrating Information (EDI) learning model application on the student learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, (2) EDI learning model gives better effects on the student learning achievement than the SSCS model does (3) the effect of scientific attitude on the students learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, and (4) Interaction between SSCS and EDI learning models, and the scientific attitude on the students learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter.

This research was taken place in SMA Negeri 1 Ceper. This research was done using experimental method with a 2x2 factorial design. The sample employed in this research was XC and XD graders of SMAN Ceper in the school year of 2006/2007. The sampling technique used was cluster random sampling. The data collection was done using test method for the student cognitive aspect, while questionnaire method was used for the scientific attitude, affective and psychomotor aspects. Technique of analyzing data used was a two-way anava with different cell frequency, followed by the average comparative test after the variance analysis using Scheeffe method.

Considering the result of research, it can be concluded that: (1) there is an effect difference of SSCS and EDI learning model use, the cognitive aspect value Fstatistic = 7.9077 > Ftable = 3.98, affective aspect Fstatistic = 23.1733 > Ftable = 3.98 and psychomotor aspect Fstatistic = 24.5182 > Ftable = 3.98. (2) the EDI learning model give better effect than the SSCS does. (3) Student scientific attitude affects the improvement of the student learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, the cognitive aspect value Fstatistic = 8.8697 > Ftable = 3.98, affective aspect Fstatistic = 9.6111 > Ftable = 3.98 and psychomotor aspect Fstatistic = 7.7825 > Ftable = 3.98. (4) there is no interaction between SSCS and EDI learning models, and the low scientific attitude, the cognitive aspect value Fstatistic = 0.0049 < Ftable = 3.98, affective aspect Fstatistic = 0.0410 < Ftable = 3.98 and psychomotor aspect Fstatistic = 0.0174 < Ftable = 3.98.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

MOTTO

“Keberhasilan bukan hanya sekedar pencapaian dari apa yang mau dicapai, tetapi

justru usaha mencapainya”.

(Andre Gide)

“Berharga atau tidak, hanya kita yang mampu membuatnya berbeda”

( Novv )

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan tulisan ini untuk:

• Ayah yang telah memberikan segala yang

terbaik untuk anak-anaknya

• (Almh) Ibuku di Peristirahatan abadinya.

• Adikku, Sang Nyawa Hidupku

• Sahabat sekaligus saudaraku: Duix,Kris,

Tiwi, Prily, Himagifo FC.

• Kimia 2002

• Almamater

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-

Nya, penelitian dan penulisan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Sekecil tulisan ini banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam

penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak

akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala

bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin penelitian.

2. Dra. Tri Redjeki, M.S., selaku ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

yang telah memberikan ijin dan selaku Pembimbing I atas waktu, bimbingan

dan petunjuk selama penyusunan dan penyelesaian keseluruhan skripsi ini.

3. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M. Si., selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian.

4. Endang Susilowati, S.Si., M.si., selaku Pembimbing II atas sumbangan

pemikiran yang berharga selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Drs.Sri Harjana, M.M, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ceper yang

telah memberikan ijin penelitian untuk skripsi ini.

6. Sinder Prasetyo, S.Pd., selaku guru kimia SMA Negeri 1 Ceper atas

bimbingan dan petunjuknya dalam melaksanakan penelitian.

7. Siswa-siswi IPA 1, X C dan X D, atas kerjasamanya dalam penelitian ini.

8. Ayah yang selalu memberi dukungan dan bimbingan,(almh) Ibu yang doa-

doanya selalu bersamaku hingga saat terakhirnya. Adiku,kekuatan yang

membuatku bertahan sampai saat ini.

9. Dwi PDH, Kris, Tiwi, Prily yang telah memberiku semangat,bantuan dan

senantiasa disampingku disaat tersulitku.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

10. Teman-teman kimia '02

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan

dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan

langsung dan tidak langsung dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia

pendidikan pada umumnya dan bidang kimia pada khususnya.

Surakarta, April 2010

Penulis

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................. iv

ABSTRACT ........................................................................................... v

HALAMAN MOTTO ............................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHN ................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................ 5

C. Pembatasan Masalah ........................................................... 5

D. Perumusan Masalah ........................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ............................................................... 6

F. Manfaat Penelitian .............................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................. 9

A. Tinjauan Pustaka ................................................................ 9

1. Belajar ........................................................................ 9

2. Model Pembelajaran .................................................... 10

3. Model SSCS (Search, Solve, Create, Share) ................ 11

4. Model EDI (Experimenting, Demonstrating, Information) 20

5. Sikap Ilmiah ................................................................ 23

6. Prestasi Belajar ............................................................ 24

7. Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit .. 27

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

B. Kerangka Berpikir ............................................................. 33

C. Hipotesis ........................................................................... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 37

1. Tempat penelitian ....................................................... 37

2. Waktu Penelitian ......................................................... 37

B. Metode Penelitian ............................................................. 37

C. Populasi dan Sampel ......................................................... 38

D. Variabel Penelitian ............................................................ 39

1. Variabel Bebas ............................................................ 39

2. Variabel Terikat .......................................................... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 39

F. Instrumen Penelitian ......................................................... 40

1. Instrumen Penilaian Kognitif ...................................... 40

a. Taraf Kesukaran Suatu Item .................................. 41

b. Taraf pembeda Soal .............................................. 42

c. Validitas Instrumen Penelitian .............................. 43

d. Reliabilitas Instrumen ............................................ 44

2. Instrumen Penilaian Afektif ........................................ 45

3. Instrumen Penilaian Psikomotor .................................. 48

4. Instrumen Sikap Ilmiah................................................ . 49

G. Teknik Analisis Data........................................................... 50

1. Uji keseimbangan.......................................................... 50

2. Uji Prasyarat.................................................................. 51

3. Uji Hipotesis.................................................................. 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 56

A. Deskripsi Data .................................................................. 56

1. Data Skor Sikap Ilmiah Siswa........................................ 56

2. Data Prestasi Kognitif Siswa......................................... 58

3. Data Prestasi Afektif Siswa......................................... . 59

4. Data prestasi Psikomotor Siswa................................... . 60

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

B. Hasil Penelitian dan Prasyarat Analisis ............................. 63

1. Uji Keseimbangan......................................................... 63

2. Uji Normalitas ............................................................ 64

3. Uji Homogenitas ......................................................... 65

C. Hasil Pengujian Hipotesis ................................................. 66

1. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama.................... 66

2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan.............. 67

D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 70

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................... 74

A. Kesimpulan ....................................................................... 74

B. Implikasi ........................................................................... 75

C. Saran ................................................................................ 75

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 76

LAMPIRAN .......................................................................................... 78

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbandingan sifat larutan elektrolit dan non elektrolit ........... 28

Tabel 2. Pengelompokan larutan berdasarkan jenisnya ......................... 30

Tabel 3. Rancangan Penelitian ............................................................. 37

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen

Penilaian Kognitif .................................................................. 42

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji taraf Pembeda Soal Instrumen

Penilaian Kognitif ................................................................... 43

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif . 44

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Penilaian Kognitif.. ................................................................. 45

Table 8. Skor Penilaian Afektif ............................................................. 46

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen

Penilaian Afektif .................................................................... 47

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Penilaian Afektif ..................................................................... 48

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen

Angket Sikap Ilmiah ............................................................... 49

Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Sikap Ilmiah ........................................................................... 50

Tabel 13. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah

Tinggi dan Rendah .................................................................. 56

Tabel 14. Distribusi Skor Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas

Eksperimen SSCS (eksperimen-1) dengan Kelas Eksperimen

EDI (eksperimen-2) ............................................................... 57

Tabel 15. Rerata Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit

dan Non Elektrolit .................................................................. 58

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

Metode SSCS (eksperimen-1) ................................................ 59

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan

larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI

(eksperimen- 2) ...................................................................... 60

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model SSCS

(eksperimen-1) ........................................................................ 61

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI

(eksperimen-1) ........................................................................ 62

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Kelas SSCS

(eksperimen-1) dan Kelas EDI (eksperimen-2) ....................... 63

Tabel 21. Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Siswa Pada

Aspek Kognitif ....................................................................... 64

Tabel 22. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa Pada

Aspek Afektif ......................................................................... 64

Tabel 23. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa pada Aspek

Psikomotor ............................................................................ 65

Tabel 24. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif ....... 65

Tabel 25. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai afektif ...................... 65

Table 26. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Psikomotor ............... 65

Tabel 27. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Sikap Ilmiah ..................... 65

Tabel 28. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif

Ditinjau dari Sikap Ilmiah ....................................................... 66

Tabel 29. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek

Kognitif .................................................................................. 66

Tabel 30. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek

Afektif ................................................................................... 66

Tabel 31. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek

Psikomotor ............................................................................ 66

Tabel 32. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

Aspek Kognitif ....................................................................... 68

Tabel 33. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom

Aspek Kognitif ....................................................................... 68

Tabel 34. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris

Aspek Afektif ........................................................................ 68

Tabel 35. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom

Aspek Afektif ........................................................................ 69

Tabel 36. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris

Aspek psikomotor .................................................................... 69

Tabel 37. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom

Aspek Psikomotor..................................................................... 69

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Siklus SSCS ......................................................................... 12

Gambar 2. Menguji Konduktivitas Larutan Elektrolit dan

Non Elektrolit ...................................................................... 28

Gambar 3. Proses Daya Hantar listrik Larutan Elektrolit ........................ 29

Gambar 4. Menguji Konduktivitas Larutan Elektrolit Kuat,

Elektrolit Lemah, dan Non Elektrolit ................................... 31

Gambar 5. Proses Pelarutan Garam Dapur ............................................. 32

Gambar 6. Histogram Perbandingan Skor Sikap Ilmiah Siswa Antara

Kelas Eksperimen SSCS dan Kelas Eksperimen EDI ........... 58

Gambar 7. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model SSCS ...... 59

Gambar 8. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model EDI ........ 60

Gambar 9. HistogramPrestasi Afektif Siswa Dengan Model SSCS ........ 61

Gambar 10. Histogram Prestasi Afektif Siswa dengan Model EDI ........ 62

Gambar 11. Histogram Selisih Prestasi Psikomotor Kelas SSCS

(eksperimen-1) dan Kelas EDI (eksperimen-2)........................... 63

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus ............................................................................... 75

Lampiran 2. Satuan Pelajaran ................................................................. 78

Lampiran 3. Skenario Model Pembelajaran SSCS dan EDI .................... 89

Lampiran 4. Kisi- Kisi Instrumen Pokok Bahasaan Larutan Elektrolit dan

Non Elektrolit .................................................................... 93

Lampiran 5. Hubungan Indikator, Soal dan Jenjang Kemampuan

Kognitif ............................................................................. 94

Lampiran 6. Instrumen Kognitif ............................................................. 95

Lampiran 7. Instrumen Afektif ............................................................... 106

Lampiran 8. Instrumen Sikap Ilmiah ...................................................... 111

Lampiran 9. Daftar Cek Skala Unjuk Kerja ............................................ 114

Lampiran 10. Lembar Kegiatan Siswa Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit 118

Lampiran 11. Petunjuk Praktikum Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit 121

Lampiran 12. Data Induk Penelitian ....................................................... 123

Lampiran 13. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat

Kesukaran Soal Kognitif .................................................. 125

Lampiran 14. Uji Validitas dan Reliabilitas Penilaian Afektif ............... 127

Lampiran 15. uji Validitas dan Reliabilitas penilaian Psikomotor ........... 128

Lampiran 16. Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap Ilmiah ....................... 129

Lampiran 17. Uji Normalitas.................................................................. 131

Lampiran 18. Uji Keseimbangan (Uji-t Dua Pihak) Pretest kognitif

Kelas EDI dan SSCS ....................................................... 160

Lampiran 19. Uji Homogenitas Pretest Kognitif ..................................... 161

Lampiran 20. Uji homogenitas Posttest Kognitif ................................... 162

Lampiran 21. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif ................................... 163

Lampiran 22. Uji Homogenitas Prestasi Afektif ..................................... 164

Lampiran 23. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor .............................. 165

Lampiran 24. Uji Homogenitas Sikap Ilmiah ......................................... 166

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xviii

Lampiran 25. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari

Sikap Ilmiah ..................................................................... 167

Lampiran 26. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Antar Sel .................... 168

Lampiran 27. Uji Homogenitas Prestasi Afektif Ditinjau dari

Sikap Ilmiah .................................................................... 169

Lampiran 28. Uji Homogenitas Prestasi Afektif Antar Sel...................... 170

Lampiran 29. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor Ditinjau dari

Sikap Ilmiah ................................................................... 171

Lampiran 30. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor Antar Sel ............... 172

Lampiran 31. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak Sama

Prestasi Kognitif .............................................................. 173

Lampiran 32. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi 2 Jalan

Prestasi Kognitif .............................................................. 177

Lampiran 33. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak sama Prestasi Afektif ... 178

Lampiran 34. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Prestasi Afektif .......... 182

Lampiran 35. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak Sama

Prestasi Psikomotor ......................................................... 183

Lampiran 36. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi 2 Jaln Sel Tak Sama

Prestasi Psikomotor ......................................................... 187

Lampiran 37. Jurnal Internasional .......................................................... 188

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari hasil beberapa kajian masih banyak ditemui berbagai masalah yang

berkaitan dengan masalah implementasi pembelajaran. Salah satunya disebabkan

padatnya materi pembelajaran sehingga dapat mengakibatkan munculnya

kecenderungan pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Situasi

belajar seperti ini mengakibatkan berkurangnya kreativitas siswa dan guru selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi demikian dapat menyebabkan

siswa menjadi pasif dan cenderung untuk menghafal konsep tanpa disertai

pemahaman yang memadai,karena mereka tidak dididik untuk berfikir

kritis,berlatih menemukan konsep atau prinsip maupun untuk mengembangkan

kreativitasnya.

Paradigma semacam itu harus bergeser ke arah pembelajaran yang

berorientasi pada pemberdayaan kreativitas siswa. Agar tujuan pemberdayaan

kreativitas tersebut dapat tercapai,maka peran guru perlu dialihkan dari peran

dominan sebagai fasilisator di kelas sehingga siswa merasa terlibat dalam proses

pembelajaran dan memperoleh sesuatu dari proses belajarnya.

Dalam proses pembelajaran,guru hendaknya menggunakan model

pembelajaran yang memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa

untuk melakukan eksplorasi sederhana, menguasai konsep-konsep sains dan

dalam aspek kecakapan berfikir rasional. Hal ini sesuai dengan jurnal Dilek Isik &

Kamuran Tarim (2009: 464) tentang peran guru dalam konsep konstruktivisme,

yang menyatakan:

“As constructivist approach suggest, the teacher is a facilitator or coach who oversees the student’s learning process. Students are active learners who play a critical role in their own learning as they create projects, work with others, and use their own learning styles to succed”.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu model pembelajaran

yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar seperti

yang diharapkan secara maksimal. Yaitu model pembelajaran yang memuat

kecakapan hidup dan melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

pada materi pembelajaran. Seperti yang disebutkan dalam jurnal Marian Mahat

(2008: 83) bahwa tujuan belajar sekarang ini berkembang meliputi aspek

multidimensi.

“ The purpose of the present study was to develop a multidimensional instrument that cuould effectively measure affective, cognitive and behavioural aspect of attitudes within the real of inclisive education that includes physical, social and curicular inclusion. While a number of studies have attempted to include one or the other”.

Pada penelitian ini ada dua macam model pembelajaran yang digunakan

yaitu model pembelajaran SSCS ( search, solve, create, share ) dan model

pembelajaran EDI ( Experimenting, Demonstrating, Information ).

Model pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create Share) merupakan

model pembelajaran dengan sistem pemecahan masalah yang menekankan pada

penggunaan metode ilmiah atau berfikir sistematis, logis, teratur dan teliti.

Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif,untuk

memecahkan masalah rasional, lugas dan tuntas. Model pembelajaran SSCS ini

melibatkan siswa dalam penelitian sains, sehingga siswa menjadi terlibat secara

aktif dalam penerapan isi, konsep, dan ketrampilan berfikir menjadi lebih tinggi.

Mereka dirangsang untuk menjadi seorang eksplorer, mencari penemuan terbaru,

inventor mengembangkan ide/gagasan dan pengujian-pengujian baru yang

inovatif, desainer mengkreasi rencana dan model terbaru, pengambil keputusan

berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana dan sebagai komunikator

mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan berinteraksi

(Edward L.Pizzini, 1991: 6).

Model pembelajaran EDI (Experimenting Demonstrating Information)

merupakan kombinasi dari metode eksperimen, demonstrasi dan ceramah.

Tekanan utama dari ketiga metode ini terletak pada metode eksperimen dan

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

demonstrasi, sedangkan metode ceramah digunakan dalam upaya menjelaskan

hakekat bahan pelajaran (sebagai pengantar) sebelum melakukan demonstrasi dan

eksperimen. Melalui eksperimen siswa diharapkan mampu mencari dan

menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan yang dihadapinya dengan

melakukan percobaan/eksperimen sendiri. Dengan eksperimen siswa dapat

menemukan bukti kebenaran dari teori tentang sesuatu yang dipelajarinya

(Roestiyah, N.K., 1991: 80).

Melalui demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan

berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik.

Penggunaan demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang jalannya

proses atau kerja suatu hal.( Roestiyah, N.K., 1991: 83).

Penggunaan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan

merangsang siswa untuk membelajarkan diri mereka sendiri. Mereka akan

berusaha mengaktualisasikan dan mendayagunakan seluruh potensi yang dimiliki

secara maksimal untuk mempelajari materi pelajaran/pelatihan yang tengah

dihadapinya. Dengan demikian diharapkan siswa akan mampu mencapai prestasi

belajar yang optimal.

Pembelajaran kimia harus sesuai dengan karakteristik konsep kimia yang

menekankan pada ketrampilan proses. Agar pembelajaran kimia di SMA lebih

bermakna perlu diupayakan peningkatan mutu pendidikan yaitu diterapkannya

model pembelajaran yang memberikan tekanan pada keterlibatan siswa dalam

proses yang aktif.

Proses mengajar di SMA Negeri 1 Ceper umumnya guru masih banyak

menggunakan metode yang didominasi metode konvensional yang menjadikan

guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered). Hal ini menyebabkan siswa

menjadi kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa umumnya

hanya mendengarkan, membaca, dan menghafal informasi yang diperoleh,

sehingga konsep yang tertanam tidak kuat. Dengan metode mengajar seperti ini

hasil yang dicapai kurang maksimal dan keaktifan siswa serta potensi yang ada

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pada siswa kurang terekplorasi secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan

model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif sehingga mereka

akan berusaha meneksplorasi seluruh potensi yang dimilikinya secara maksimal

untuk menghadapi atau mempelajari materi yang dihadapinya.

Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut

siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah pokok bahasan larutan

elektrolit dan non elektrolit. Pembelajaran materi ini harus disesuaikan dengan

karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses.

Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan

model pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk

menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam

pembelajarannya perlu digunakan model pembelajaran yang memberikan

kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembentukan

konsep sehingga dapat meninggkatkan pencapaian hasil belajar.

Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan adalah model

pembelajaran SSCS dan EDI dimana dengan model pembelajaran SSCS siswa

diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dan merangsang siswa untuk

membelajarkan dirinya. Dengan demikian mereka akan berusaha

menndayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya untuk mempelajari materi

yang sedang dipelajarinya. Sedangkan model pembelajaran EDI diharapkan

proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan terkesan secara mendalam

melalui proses demonstrasi dan juga siswa mampu mencari dan menemukan

jawaban atas permasalahan yang dihadapiny dengan melakukan eksperimen,

sehingga diharapkan siswa akan memperoleh prestasi belajar yang optimal.

Siswa yang memiliki sikap ilmiah juga akan memiliki sikap positif

terhadap kegiatan ilmiah. Sikap positif ini akan mendorong siswa untuk terlibat

aktif baik secara fisik maupun mental dalam kegiatan ilmiah, seperti melakukan

percobaan di laboratorium dan menganalisis data percobaan, sehingga sikap

ilmiah membuat siswa selalu ingin tahu, kritis, jujur, teliti, dan hati-hati dalam

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

bertindak, tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti dan sanggup menerima

saran dan gagasan-gagasan baru dari orang lain.

Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran

SSCS dan model pembelajaran EDI pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non

elektrolit, maka dilakukan penelitian dengan judul:

“ Pengaruh Penenrapan Model Pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create, Share)

dan EDI (Experimenting Demonstrating, Information) dengan Memperhatikan

Sikap Ilmiah Siswa SMA terhadap Prestasi Belajar Pokok Bahasan Larutan

Elektrolit dan Non Elektrolit.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat berbagai

masalah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam

pembelajaran kimia di SMA. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dapat

digunakan dalam pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit

dan non elektrolit?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI

dalam pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non

elektrolit dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?

3. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa

dengan model SSCS dan model pembelajaran EDI pada pokok bahasan

larutan elektrolit dan non elektrolit?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran (SSCS dan EDI) dengan

sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan larutan

elektrolit dan non elektrolitt?

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat lebih terarah,maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran SSCS

(Search, Solve, Create, Share) dan model pembelajaran EDI (Experimenting,

Demonstrating, Information).

2. Objek penelitian ini adalah siswa kelas XC dan XD semester 2 SMAN 1

Ceper tahun pelajaran 2006/2007.

3. Pokok bahasan yang dipilih dalam pembelajaran kimia pada penelitian ini

adalah larutan elektrolit dan non elektrolit.

4. Prestasi belajar yang dinilai meliputi tiga aspek yaitu: aspek kognitif, afektif

dan psikomotor.

5. Sikap ilmiah dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi sikap ilmiah tinggi

dan sikap ilmiah rendah.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model

pembelajaran EDI terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan larutan

elektrolit dan non elektrolit?

2. Apakah model pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang lebih baik

terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran EDI?

3. Apakah terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar pada pokok

bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit?

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model

pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada

pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dalam penelitian

ini,tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model

pembelajaran EDI terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan

elektrolit dan non elektrolit.

2. Apakah model pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang lebih baik

terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran EDI?

3. Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

larutan elektrolit dan non elektrolit.

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model

pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada

pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,antara lain:

1. Bagi Siswa

a. Dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran

b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berfikir siswa dalam proses

pembelajaran.

c. Menumbuhkan minat siswa terhadap mata pelajaran kimia.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2. Bagi guru:

a. Sebagai bahan kajian dan acuan dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran.

b. Mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai

dengan kondisi siswa.

c. Menambah kreativitas dalam menentukan model pembelajaran.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan yang dapat dikembangkan dalam

pembelajaran pada mata pelajaran lain.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi dalam diri seseorang yang

melibatkan aktivitas berfikir. Hingga saat ini pengertian belajar masih sangat

kompleks, sehingga tidak dapat dikatakan secara pasti apa sebenarnya belajar itu.

Beberapa ahli telah mencoba merumuskan tentang arti belajar. Namun rumusan

yang dihasilkan berbeda satu dengan yang lainnya.

Sebagai landasan peruraian mengenai apa yang dimaksud dengan

belajar,Ngalim Purwanto (1990: 84) mengutip beberapa definisi sebagai berikut:

a. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan,

“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap

situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam

situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan- keadaan

seseorang.”

b. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:

“Belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance)

berubah dari waktu sebelumnya ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia

mengalami situasi tadi.”

c. Morgan, Dalam buku Introduction to Psycology (1978) mengemukakan :

“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

d. Witherington dalam bukunya Educational Psycology mengemukakan,” Belajar

adalah perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu

pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian

atau suatu pengertian.”

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata,

proses tersebut terjadi dalam diri seseorang dalam usahanya memperoleh

hubungan-hubungan baru. Belajar menurut teori psikologi Gestalt terjadi jika ada

pengertian (insight). Pengertian atau insight ini muncul apabila seseorang setelah

beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba muncul suatu

kejelasan. Dengan belajar dapat memahami atau mengerti hubungan antara

pengetahuan dengan pengalaman di dalam belajar, pribadi atau organisme

memegang peranan yang paling sentral. Belajar dilakukan secara sadar,bermotif

dan bertujuan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman dan latihan dalam interaksi dengan

lingkungannya.

2. Model Pembelajaran

Dalam belajar mengajar terdapat berbagai macam penyajian agar proses

belajar mengajar berjalan dengan baik, efektif, dan efisien yang disebut dengan

metode mengajar. Menurut Mulyati Arifin (1995: 107) metode mengajar

menyangkut permasalahan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga

kemampuan intelektualnya dapat berkembang dan belajar dapat berjalan dengan

efisien dan bermakna bagi siswa, sedangkan menurut Mulyani S dan Johar P

(2001 : 114) mengatakan : “ metode mengajar adalah cara-cara yang ditempuh

guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan

mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak

yang memuaskan”.

Dari dua pengertian metode mengajar diatas, maka dapat disimpulkan

metode mengajar adalah cara yang ditempuh guru untuk mencapai tujuan

mengajar, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh murid dalam kegiatan

belajar. Agar proses belajar mengajar mencapai tujuan yang diharapkan maka

seorang guru hendaknya memiliki pengertian mengenai sifat, baik mengenai

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

kelebihan dan kekurangan sehingga dapat menentukan pemilihan terhadap metode

yang paling tepat dipakai pada pengajaran.

3. Model Pembelajaran SSCS (Search,Solve,Create and Share)

a. Pengertian Model Search Solve Create Share (SSCS)

Metode Search Solve Create Share (SSCS) merupakan suatu metode

pemecahan masalah yang menekankan pada penggunaan metode ilmiah atau

berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Metode SSCS merupakan model

strategi pemecahan masalah yang valid, karena dapat mengembangkan

pengetahuan yang ada dengan program melibatkan siswa di dalam suatu

penyelidikan. model SSCS, siswa dapat berpartisipasi aktif dan mereka dapat

bekerjasama untuk menyelidiki (search) pertanyaan, memecahkan (solve)

pertanyaan ini, kreasi (create) yang berarti mengkomunikasikan apa yang mereka

dapatkan dan berbagi (share) kesimpulan mereka.

Model SSCS didesain untuk mengembangkan dan mempraktekkan konsep

ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Dengan menggunakan model ini

membantu guru dalam meningkatkan pemikiran kreatif siswa. Metode SSCS

melibatkan siswa di dalam menyelidiki situasi yang baru, memikirkan sejumlah

pertanyaan-pertanyaan, dan memecahkan masalah secara realistis. Dengan

menggunakan model SSCS, siswa dapat menjadi aktif terlibat dalam

mengaplikasikan materi, konsep dan ketrampilan berfikir yang lebih tinggi.

Model pembelajaran SSCS ini menuntut siswa untuk berfikir dan

bertindak kritis dan kreatif. Dengan menggunakan strategi pemecahan masalah

SSCS, siswa akan lebih bebas di dalam mengemukakan pendapat. Mereka dapat

menggali penyelidikan pada penemuan baru dan mengembangkan penemuan baru

tersebut, dengan mendesain kekreatifan rencana dan model baru, membuat

keputusan praktis yang bijaksana dan suatu metode untuk mengembangkan

komunikasi siswa sehingga dapat berkomunikasi dan berinteraksi.

Model pemecahan masalah SSCS didesain untuk mengembangkan dan

mempraktekkan konsep ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Dengan

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

menggunakan model ini membantu guru dalam meningkatkan pemikiran kreatif

siswa. Model SSCS melibatkan siswa menyelidiki situasi baru,memikirkan

sejumlah pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah secara realistis.

Langkah-langkah model pembelajaran SSCS :

1) Siswa menyelidiki (search) pada suatu pertanyaan topik yang ada dan

menyelidiki dengan cara mereka sendiri.

2) Siswa mendesain dan mengimplementasikan penyelidikan untuk dipecahkan

sesuai dengan hasil penyelidikan.

3) Siswa menganalisis dan mengimpretasikan data dan mereka mengkreasikan

jawaban untuk mengkomunikasikan yang mereka dapatkan.

4) Siswa berbagi hasil jawaban dan mengevaluasi penyelidikan mereka.

Gambar 1. Siklus SSCS

Model SSCS menyediakan kerangka berfikir (framework) guru untuk:

1) Membuka luas minat siswa.

2) Mencurahkan ketrampilan berfikir.

3) Mengaktifkan seluruh siswa untuk berperan serta di dalam belajar.

4) Meningkatkan pengetahuan tentang keterikatan ilmu pengetahuan, teknologi

dan sosial (Pizzini, 1991: 6).

SEARCH

SOLVE

CREATE

SHARE

Finding Fact

Skill Learning

(Pizzini, 1991: 5)

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

b. Siklus Model SSCS

Model SSCS didesain untuk mengembangkan dan mempraktekkan

konsep ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Siklus SSCS adalah

sebagai berikut :

1) Search (Penyelidikan)

a) Mencari fakta: Membuat daftar informasi yang diketahui dan yang

berhubungan dengan situasinya.

b) Menganalisis fakta: Mengobservasi dan menganalisis informasi yang

diketahui, merumuskan pertanyaan dan mencari jawaban yang

berhubungan dengan permasalahan. Mengumpulkan data tambahan jika

dirasakan penting.

c) Merumuskan Masalah.

d) Brainstorm (tukar pendapat). Dalam brainstorm diusahakan membuat

bermacam-macam ide yang luas dan kreatif. (Pizzini, 1991: 7).

2) Solve (Pemecahan)

a) Mendeterminasi kriteria. Mengidentifikasikan dan mendaftar kriteria yang

digunakan dalam seleksi alternatif yang terbaik (solusi).

b) Memilih alternatif. Menggunakan sistem mengikat (grid) untuk

menimbang alternatif yang tak sesuai kriteria.

c) Menyelidiki solusi dan prosedur. Memikirkan terus solusinya, mencoba

memprediksi kesulitan apa yang harus diatasi.

d) Menetapkan rencana. Menanyakan kepada diri anda sendiri rencananya,

menempatkan kedalam perhitungan informasi baru yang telah diterima.

Rencana tersebut harus termasuk solusinya bahan yang dibutuhkan orang-

orang yang akan terlibat dalam pelaksanaan perlangkah masalah-masalah

beserta solusinya yang harus diatasi dan informasi yang tepat . Kumpulan

data dan organisasi harusnya diakhiri dalam tahap ini (Pizzini, 1991: 8).

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3) Create (Kreasi)

a) Mengimplementasikan rencana. Menyatakan masalah anda dan solusi anda

seperti seorang penemu, desainer, penjelajah, si pembuat keputusan atau

komunikator.

b) Mengucapkan pikiran anda. Komunikasikan kepada anda sendiri misalnya

: mengapa anda melakukan hal itu, apa yang sedang anda lakukan.

c) Menampilkan data dan menganalisis.

d) Memilih audience untuk share (ambil bagian).

e) Memilih cara presentasi untuk share.

f) Persiapan Create (Pizzini, 1991: 9).

4) Share (ambil bagian/berbagi)

a) Mempromosikan solusi anda.

b) Menampilkan solusi anda.

c) Mengkomunikasikan solusi anda secara verbal (lisan atau tulisan) dan atau

secara visual (menggunakan gambar/model).

d) Mengevaluasi umpan balik dari orang lain.

e) Merefleksikan pada keefektifan anda sebagai pemecah masalah

(Pizzini, 1991: 9).

c. Peran Guru di dalam SSCS

Ketika mengimplementasikan model SSCS, guru mengerjakan berbagai

peran yang membantu memudahkan peningkatan pengalaman siswa dalam

belajar. Peranan guru berikut direkomendasikan untuk digunakan bersama model

SSCS di dalam ruangan kelas:

a) Model strategi untuk penggunaan siswa.

b) Mengecek kepemilikan rencana investigasi siswa.

c) Memonitor kemajuan siswa.

Menantang siswa secara remain non jugmental untuk menemukan cara

memperbaiki ide mereka, keterangan, desain dan penyelesaian.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

d. Peran Guru untuk Masing-masing Siklus

Pada penerapan metode SSCS guru mengerjakan berbagai peran yang

membantu memudahkan peningkatan pengalaman siswa dalam belajar. Peran

guru pada masing-masing siklus adalah sebagai berikut :

1) Search

a) Menciptakan suasana yang beresiko rendah.

b) Memberikan pengalaman untuk membangkitkan pertanyaan.

c) Memimpin dan memastikan tersedianya catatan selama brainstorming (tukar

pendapat).

d) Membuat dan memelihara lingkungan yang tanpa prasangka.

e) Membantu menjelaskan dan menyempurnakan pertanyaan.

2) Solve

a) Menyediakan berbasai macam bantuan yang berhubugan dengan

keselamatan, sumber- sumber dan waktu.

b) Memberikan pertanyaan untuk membantu menjelaskan observasi siswa,

pemikiran, dan membantu mereka memikirkan alternatif.

c) Membimbing siswa dalam menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka

dengan ide- ide.

d) Menyediakan instruksi dalam penggunaan alat-alat baru serta teknik-tekniknya.

e) Membimbing siswa dalam mengembangkan metode untuk pengumpulan data

dan pencatatan hasil.

f) Memfasilitasi siswa untuk memperoleh tambahan informasi dan data.

3) Create

a) Menyarankan hasil dan kemungkinan yang ada.

b) Menyediakan instruksi dalam analisa data dan teknik penyampaian.

c) Memberikan instruksi dalam persiapan produk.

4) Share

a) Menekankan suasana yang beresiko rendah.

b) Memfasilitasi interaksi antara khalayak dengan penyaji.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

c) Membimbing dalam menemukan metode evaluasi penyelidikan dan

pengujiannya (Pizzini, 1991: 13).

e. Implementasi Model SSCS

a) SEARCH

a) Pengkatalisasian pertanyaan

Pertanyaan siswa merupakan masalah.perlu menyediakan iklim untuk

pemodelan pertanyaan siswa secara terus (secara teratur guru memberikan

pertanyaan ilmiah) dan penerimaan (menghargai keingintahuan siswa). Situasi

yang bervariasi mampu membuat siswa menggenerasikan pertanyaan, melalui :

1) Kejadian yang tak sesuai.

2) Koran dan majalah.

3) Penggalan alat ilmiah yang baru.

4) Bab dari buku teks atau umum.

5) Kejasian-kejadian khusus seperti rapat, kerja lapangan, atau pidato.

6) Topografi.

7) Investigasi laboratorium.

b) Strategi pengajaran untuk menggeneralisasikan pertanyaan.

1) Sebelum memulai unit baru, guru membantu siswa tentang apa yang mereka

ketahui mengenai topic yang baru dan apakah mereka ingin mencari tahu.

2) Sesion perumusan masalah berguna dalam menyusun ide yang dapat diteliti.

a) Semakin banyak semakin baik

b) Ide yang dirasa aneh tetap baik.

c) Piggybacking (pengembangan masing-masing ide yang lain) tetap bagus.

d) Menghormati pendapat sampai selesai sesi perumusan.

Beberapa ide menejemen yang dicoba guru untuk perumusan masalah termasuk:

a) Perumusan masalah dalam kelompok kecil, kemudian kelompok besar.

b) Menyuruh masing-masing siswa mencatat ide-ide yang terdengar menarik

(ini akan membantu di kemudian hari).

c) Meminta siswa secara individual menulis beberapa ide sebelum sesi

kelompok dimulai.

d) Mencatat semua ide.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

e) Mengelilingi kelas dan ambil bagian.

f) Contoh model pertanyaan yang dapat diteliti oleh guru.

g) Pengumuman topik berikutnya pada sesi perumusan masalah yang lebih

sulit.

h) Memberi semangat kelompok individual, atau seluruh kelas untuk membuat

jaringan seputar topik yang khas

(Pizzini,1991 : 22)

c) Meringkas Daftar

1) Menyuruh siswa mernyusun daftar.

(a) Menghilangkan duplikat.

(b) Menyelesaikan item yang tidak selesai.

(c) Mengkombinasikan ide-ide.

(d) Menambahkan ide-ide baru.

(e) Mengkategorikan ide-ide tersebut.

2) Siswa dapat meringkas topik-topik dengan memfokuskan pada 1 bagian.

3) Memulai mengevaluasi daftar.

(a) Membuat pertanyaan yang tidak resertabel.

(b) Membuang pertanyaan yang tidak mungkin dibahas pada waktu itu.

(c) Menyeleksi pertanyaan yang mengudang minat yang tinggi

(Pizzini, 1991:23).

d) Penyeleksian Permasalahan-permasalahan Terakhir.

Penggunaan kriteria membantu para siswa dalam penyelesaian

masalah akhir terbaik mereka. Para siswa harus menyeleksi dan menggunakan

kriteria yang relevan dengan topik yang sedang diinvestigasi.

Kriteria yang mungkin untuk pemilihan permasalahan:

1) Minat

2) Fasilitas dan peralatan

3) Waktu

4) Keamanan

5) Kepraktisan

6) Tujan atau relevansi

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

7) Pengetahuan dari narasumber

8) Latar belakng peneliti/ ketrampilan peneliti

9) Keetersediaan literatur

e) Penyempurnaan Pertanyaan.

1) Pernyataan permasalahan harus jelas, sederhana dan ringkas.

2) Pernyataan tersebut harus menjelaskan secara pasti apa yang peneliti

inginkan untuk diketahui.

3) Semua kondisi dan parameter yang penting dikhususkan.

4) Semua istilah yang tidak jelas harus didefinisikan (Pizzini,1991:2).

b) SOLVE

a. Tipe Investigasi

Pertanyaan-pertanyaan dapat diinvestigasikan dengan menggunakan

variasi metode penelitian. Tiga metode penelitian akan dijabarkan sebagai

berikut:

1) Penelitian deskriptif berarti pengukuran sampel secara sistematik.

Contoh : survey, studi observasi, interview.

2) Penelitian korelasional melibatkan perbandingan 2 set pengukuran

sampel untuk menentukan jika terdapat hubungan antar variabel

(contohnya hubungan antara tinggi dan berat, ukuran dan angka

kecepatan jantung atau merokok dan lamanya hidup).

3) Penelitian eksperimental meneliti sebab akibat. Variabelnya harus benar-

benar dikontrol.

b. Pengembangan rencana

1) Merumuskan semua kemungkinan cara untuk memecahkan masalah.

2) Menulis langkah demi lamgkah.

3) Menyerahkan rencana guru untuk persetujuan.

4) Menyerahkan rencana untuk kelompok lain untuk dikritik.

5) Mengembangkan rencana kelas, kemudian diselesaikan secara

kelompok kecil.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

c. Penemuan perlengkapan kebutuhan

Masing-masing kelompok harus:

1) Membuat permintaan peralatan sebelum memulai tahap solve.

2) Membuat daftar kebutuhan bahan secara tertulis untuk tahap solve.

3) Mengindikasikan item untuk disuplay oleh guru dan masing-masing

anggota kelompok.

4) Menunjuk salah satu anggota kelompok yang berwenang untuk

memperbaiki dan mengemblikan bahan untuk penyediaa tempat

diruang kelas.

d. Pengumpulan data dan organisasi

Siswa harus:

1) Memprediksi hasil sebelum menyimpulkan data.

2) Mendesain data sebelum mengumpulkannya

3) Menyerahkan desain untuk mendapat perdsetujuan guru atau kritik

dari kelompok lain

4) Menanyakan kepada diri sendiri, “apakah hasil tersebut memberikan

perubahan?”

5) Siswa mungkin membutuhkan bantuan dalam menjaga jarak

investigasi (Pizzini, 1991:27).

c) CREATE

a. Menganalisis data dan mendispaly

1) Mengukur tendensi sentral

2) Mengukur variable

3) Korelasi (hubungan)

4) Memilih audience untuk presentasi

5) Memilih tempat untuk presentasi

6) Menyiapkan presentasi (Pizzini, 1991:30).

d) SHARE

a) Praktek

1) Ketika siswa pada tahap create, dia dapat memulai praktek di depan

audience/ siswa.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

2) Siswa harus berkonsentrasi pada presentator ketika mempresentasikan

3) Siswa harus menyatakan /mengeluarkan pendapat pada session ini dan

mengkritik.

b) Presentasi

1) Guru melihat kelakuan/perbuatan dan mengevaluasi pada kelompok yang

presentasi

2) Guru memberi semangat kepada presenter untuk membawa serta

audience dengan:

a) Menyimulasikan penyelidikan

b) Menanyakan pada audience untuk memprediksi kesimpulan

c) Membuat pre test/pos test

3) Setelah presentasi, guru memberi waktu untuk berdiskusi dengan cara:

a). Memberi komentar positif tentang presentasinya dan investigasi

b) Menghubungkan pertanyaan dengan yang di investigasi

4) Evaluasi topik yang dipresentasikan dan mengambil keputusan

(Pizzini,1991:36).

4. Model Pembelajaran EDI

(Experimenting, Demonstrating, Information)

Model pembelajaran EDI merupakan kombinasi dari metode eksperimen,

demonstrasi dan ceramah. Tekanan utama dari ketiga metode ini terletak pada

metode eksperimen dan demonstrasi, sedangkan metode ceramah digunakan

dalam upaya menjelaskan hakekat bahan pelajaran (sebagai pengantar) sebelum

melakukan demonstrasi dan eksperimen.

a. Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah salah satu cara mengajar dimana siswa

melakukan suatu percobaan, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil

percobaannya, kemudian hasil pengamatannya itu disampaikan ke kelas dan di

evaluasi oleh guru. Penggunaan metode eksperimen ini mempunyai tujuan agar

siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan

yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Dengan eksperimen

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

siswa menemukan bukti kebenaran dari teori tentang sesuatu yang sedang

dipelajarinya.. (Roestiyah,N.K.,1991: 80).

1) Kelebihan metode eksperimen:

Menurut Mulyati Arifin (1995: 111), keuntungan menggunakan metode

eksperimen adalah sebagai berikut :

a) Dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa

b) Siswa dapat mengamati proses

c) Siswa dapat mengembangkan ketrampilan inkuiri

d) Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah

e) Membantu guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang lebih efektif dan

efisien.

2) Kelemahan metode eksperimen

a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik mendapat

kesempatan untuk mengadakan eksperimen

b) Eksperimen kadang memerlukan waktu yang relative lama

c) Kurangnya persiapan dan pengalaman anak didik akan menimbulkan

kesulitan dadalam melakukan eksperimen.

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi ialah metode yang digunakan untuk memperlihatkan

sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran

(Syiful Bahri Djamarah,2000:201). Metode ini digunakan bila ingin

memperlihatkan bagaimana sesuatu harus terjadi dengan cara yang paling baik.

Demonstrasi dapat juga diartikan sebagai cara mengajar dimana seorang

instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses sehingga

seluruh siswa dalam kelas dapat mengamati, melihat, mendengar mungkin

meraba- raba dan merasakan proses yang diperlihatkan oleh guru tersebut (

Roestiyah,N.K.,1991: 83).

Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan

berkesan secara mendalam, sehingga membentuk penertian dengan baik dan

sempurna. Penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

memehami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu, dengan demonstrasi

siswa dapat mengamati bagian- bagian dari benda atau alat.

1) Kelebihan metode demonstrasi:

a) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau

kerja suatu benda

b) Memudahkan berbagai jenis penjelasan, penggunaan bahasa dapat lebih

terbatas. Hal ini dengan sendirinya dapat mengurangi verbalisme pada

anak didik

c) Kesalahan- kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki

melalui pengamatan dan contoh kongkrit, dengan menghadirkan objek

sebenarnya.

2) Kelemahan metode demonstrasi :

a) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda atau cara kerja

yang akan dipertunjukkan

b) Tidak semua benda dapat diperlihatkan

c) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai

apa yang didemonstrasikan ( Syaiful Bahri Djamarah, 2000: 201).

c. Metode Informasi ( Ceramah )

Metode mengajar ceramah menekankan penjelasan guru kepada

siswa atau penjelasan siswa kepada siswa lain dalam membahas bahan

pelajaran. Tumpuan metodologi ada pada metode ceramah dan Tanya jawab (

Nana Sudjana, 1996: 79).

Dalam metode ini aktivitas ditekankan pada guru, maka guru harus

pandai memilih kata- kata sedemikian rupa sehingga dengan suara yang cukup

jelas dapat dimengerti dan menarik perhatian siswa. Disini siswa bersikap

pasif mendengarkan dengan teliti dan mencatat agar dapat mengambil

kesimpulan tanpa memikirkan bahwa ada masalah dalam pelajaran itu.

1) Kelebihan metode ceramah :

a) Guru mudah menguasai kelas

b) Mudah dilaksanakan

c) Dapat diikuti dengan jumlah anak didik yang besar

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

d) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran dengan baik.

2) Kekurangan metode ceramah :

a) Mudah menjadi verbalisme ( pengertian kata- kata belaka)

b) Bila terlalu lama bias membosankan

c) Guru sukar sekali menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik

pada ceramahnya

d) Siswa memberi pengertian lain pada ucapan guru

e) Menyenbabkan anak menjadi pasif

f) Tidak memberi kesempatan berkembangnya self activity, self

expression, dan self selection

g) Murid berkecenderungan menghafal ( Roestiyah, N.K,,1991:69).

5. Sikap Ilmiah

a. Definisi Sikap Ilmiah

Menurut Berkowitz (1972) dalam Saifuddin Azwar (1987:5)

didefinisikan sebagai respon evaluatif. Respon itu sendiri hanya timbul apabila

individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi

individual. Sikap sebagi respon evaluatif merupakan sikap yang didasari oleh

proses dalam individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap suatu stimulus

dalam bentuk baik atau buruk, positif atu negatif, menyenangkan atau tidak

menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi

reaksi terhadap suatu obyek sikap. Potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam

individu pada situasi bebas akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan

sikap yang sebenarnya.

Sikap ilmiah biasa dikatkan dengan keilmuan, sehingga sikap ilmiah

dapat didefinisikan sebagai sikap yang diujudkan dalam bentuk perilaku aktual

yang bersifat keilmuan terhadap suatu stimulus tertentu.

a. Aspek sikap ilmiah

Winner Harlen dalam Margono, dkk (1994:150), mengemukakan ada

sembilan aspek ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak yakni:

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

1) Sikap ingin tahu (curiosity)

2) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)

3) Sikap kerjasama (cooperative)

4) Sikap tidak putus asa (perseverance)

5) Sikap tidak berprasangka (open mindedness)

6) Sikap mawas diri (self awareness)

7) Sikap bertanggungjawab (responsibility)

8) Sikap berfikir bebas (independence in thinking)

9) Sikap kedisiplinan (discipline)

Carin dan Sund dalam bukunya teaching Science Through Discovery,

seperti yang dikutip oleh Margono mengemukakan aspek sikap ilmiah yaitu:

1). Sikap ingin tahu (curiosity)

2). Kerendahan hati (humility)

3). Ketidakpercayaan (scepticism)

4). Tidak fanatik (avoidance of dogmatism or gullibility)

5). Tidak berprasangka (open midedness)

6). Pendekatan positif pada kegagalan (a positive approach to failure)

Pendapat lain tentang aspek ilmiah adalah seperti yang dikemukakan oleh

Gega dalam Saifuddin Azwar (1987):

1. Sikap ingin tahu (curiosity)

2. Menciptakan sesuatu yang baru (anvestiveness)

3. Berpikir kritis (critical thinking)

4. Ketekunan (persistence)

Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat diambil aspek sikap ilmiah

yang penting yakni keingintahuan, tidak berprasangka, daya cipta dan ketekunan.

6. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari kata prestasi dan belajar. Menurut Zainal Arifin

(1989:2-3) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “prestatie” kemudian dalam

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

bahasa indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar

adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988:700) Dalam hal ini yang telah dilakukan

adalah belajar. Prestasi yang dimaksud meliputi kemampuan, ketrampilan, dan

sikap dalam menyelesaikan suatu hal. Biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau

nilai yang diberikan guru.

Prestasi belajar merupakan tolok ukur keberhsilan belajar, dengan

demikian proses belajar mengajar selalu berkaitan dengan prestasi belajar.

Menurut Zainal Arifin (1990: 3-4), prestasi belajar memiliki beberapa fungsi

utama,antara lain:

1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak

didik.

2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi

bahwa para ahli psikologi biasanya menyebutkan prestasi sebagai tendensi

keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk

kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.

3) Sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa

prestai belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik untuk meningkatkan

ilmu pengetahuan dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan

mutu pendidikan.

4) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

5) Sebagai indikator terhadap daya serap siswa.

Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan (hasil belajar) sesuai

dengan tuntutan penerapan kuurikulum berbasis kompetensi yang mencakup tiga

ranah yaitu:

1) Ranah kognitif

Berhubungan dengan kemampuan berfikir,termasuk di dalamnya

kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,

mensintesis dan kemampuan mengevaluasi.(Depdiknas 2003: 1)

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2) Ranah Afektif

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,

emosi dan nilai.( Depdiknas 2003:1 )

3) Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik.

(Depdiknas 2003:1)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut W.S. Winkel (1983: 309), pencapaian prestasi belajar

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : faktor yang berasal dari diri siswa sendiri dan

faktor dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi faktor

psikis yang terdiri dari faktor psikis yang intelektual dan faktor psikis yang non

intelektual. Faktor psikis yang intelektual misalnya taraf intelegensi, kemampuan

belajardan cara belajarnya. Faktor psikis non intelektual misalnya motivasi

belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, kondisi keadaan sosial dan juga

kultural. Faktor lain yang berasal dari diri siswa adalah faktor fisik, yaitu kondisi

fisik dari siswa itu sendiri dalam usahanya belajar.

Faktor yang berasal dari diri siswa yaitu faktor lingkungan sekolah yang

meliputi faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar di sekolah, misalnya

kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, efektivitas guru pengajar, fasilitas belajar

dan pengelompokan siswa. Faktor lingkungan sekolah yang kedua adalah faktor

sosial sekolah, misalnya hubungan antara siswa, guru, dan sekolah. Faktor

lingkungan sekolah yang terakhir adalah faktor situasional sekolah, misalnya

keadaan politik ekonomi, waktu dan tempat serta musim dan iklim.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 238), prestasi belajar dipengaruhi

oleh faktor intern dan faktor ekstern.

1) Faktor intern meliputi:

Sikap siswa terhadap belajar, kreativitas, konsentrasi belajar, kemampuan

mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar,

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

kemampuan menggali hasil belajar yang telah tersimpan, kemampuan

berprestasi, rasa percaya diri siswa, intelegensi, kebiasaan belajar.

2) Faktor ekstern antara lain :

Guru pembimbing belajar siswa, sarana dan prasarana belajar, kondisi

pembelajaran, kebijakan penilaian, kurikulum yang diterapkan, lingkungan

sosial siswa.

Menurut Ngalim Purwanto (1990: 102), prestasi belajar dipengaruhi oleh

faktor individu, dan faktor sosial.

1) Faktor individu adalah faktor yang ada dalam diri individu. Misalnya:

kematangan, kecerdasan, motivasi, kesiapan belajar dan faktor pribadi.

2) Faktor sosial adalah faktor yang ada di luar diri individu. Misalnya: keluarga,

metode mengajar dan motivasi sosial.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

merupakan kecakapan nyata sebagai hasil dari pengalaman belajar yang dapat

diukur secara langsung dan dapat dihitung hasilnya selama periode tertentu.

7. Pokok Bahasan larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit mulai diajarkan di

Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X semester II. Berdasarkan pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) disebutkan bahwa kompetensi dasar

pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit adalah “mengidentifikasi

sifat larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan data hasil percobaan”.

a. Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi dua

macam, yaitu: Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit

adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non

elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit dapat dilakukan

dengan pengujian menggunakan rangakaian listrik sederhana seperti gambar di

bawah ini.

Gambar 2. Menguji konduktivitas larutan elektrolit dan non elektrolit

Berdasarkan pengujian, jika elektroda dicelupkan ke dalam larutan elektrolit

maka lampu akan menyala. Ini menandakan bahwa larutan tersebut

menghantarkan arus listrik. Tetapi jika elektroda dicelupkan ke dalam larutan non

elektrolit, maka lampu tidak menyala. Ketidakmampuan larutan tersebut untuk

menyalakan lampu menandakan bahwa larutan tersebut tidak dapat

menghantarkan arus listrik. Hal lain yang dapat diamati untuk membedakan

larutan elektrolit dan non elektrolit adalah ada tidaknya gelembung gas pada saat

pengujian menggunakan rangkaian listrik sederhana. Larutan elektrolit

bergelembung sedangkan larutan non elektrolit tidak menghasilkan

gelembung.(Muchtaridi dan Sandri justiana, 2006:216).

b. Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2 golongan

yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

Tabel 1. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit

Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit

1. Dapat menghantarkan listrik.

2. Terjadi proses ionisasi (terurai

1. Tidak dapat menghantarkan listrik

2. Tidak terjadi proses ionisasi

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

menjadi ion-ion)

3. Lampu dapat menyala terang atau redup dan ada gelembung gas

Contoh :

Garam dapur (NaCl), Cuka dapur (CH3COOH), Air accu (H2SO4)

Garam magnesium (MgCl2)

3. Lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung gas

Contoh :

Larutan gula (C12H22O11)

Larutan urea (CO(NH2)2)

Alkohol /etanol (C2H5OH)

Pada saat elektroda yang terhubung dengan rangkaian listrik dicelupkan ke

dalam larutan elektrolit, ion- ion yang bergerak bebas akan menuju ke elektroda

bermuatan. Ion- ion positif akan menuju elektroda negatif (katoda) dan ion- ion

negatif akan menuju elektroda positif (anoda). Proses daya hantar listrik suatu

larutan elektrolit dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 3. Proses daya hantar listrik larutan elektrolit

Sebagai contoh, jika larutan dalam bejana di atas adalah larutan HCl, maka

dalam larutan akan terjadi reaksi sebagai berikut :

Reaksi di katoda : 2H+(aq) + 2e → H2(g)

Reaksi di anoda : 2Cl-(aq)→Cl2(g) + 2e

Total reaksi : 2H+(aq) + 2Cl-(g) → H2(g) + Cl2 (g)

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Larutan HCl di dalam air terurai menjadi kation (H+) dan anion (Cl-).

Terjadinya hantaran listrik pada larutan HCl disebabkan ion H+ menangkap

elektron pada katoda dengan membebaskan gas Hidrogen. Sedangkan ion-ion Cl-

melepaskan elektron pada anoda dengan menghasilkan gas klorin.

Proses di atas akan terus berjalan sehingga terbentuk aliran elektron (arus

listrik) dari anoda ke katoda. Aliran listrik ini akan terhenti jika semua ion dalam

larutan telah berubah menjadi partikel netral. Artinya, tidak ada lagi ion negatif

yang dapat memberikan elektron dan ion positif yang dapat menerima elektron.

c. Pengelompokkan Larutan Berdasarkan Jenisnya

Tabel 2. Pengelompokan Larutan Berdasarkan Jenisnya

Jenis Larutan

Sifat dan Pengamatan Lain

Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi

Elektrolit kuat

-terionisasi sempurna -menghantarkan arus listrik listrik -lampu menyala terang -terdapat gelembung gas

NaCl, HCl, NaOH dan H2SO4 KCl

NaCl → Na+ + Cl- NaOH → Na+ + OH-

H2SO4→ 2H+ + SO4 2-

KCl → K+ + Cl-

Elektrolit lemah

-terionisasi sebagian -menghantarkan arus listrik -lampu menyala redup -terdapat gelembung gas

CH3COOH, HCN dan Al(OH)3

CH3COOH → H++ CH3COO- HCN→ H+ + CN- Al(OH)3 → Al3+ + 3OH-

Non elektrolit

-tidak terionisasi -tidak menghantarkan arus listrik -lampu tidak menyala -tidak terdapat gelembung gas

C6H12O6, C12H22O11, CO(NH2)2 dan C2H5OH

C6H12O6, C12H22O11 CO(NH2)2,,C2H5OH

Membedakan larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah juga dapat

dilakukan dengan pengujian menggunakan rangkaian listrik sederhana seperti

gambar di berikut:

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Gambar 4. Menguji konduktivitas larutan elektolit kuat ,elektrolit lemah

dan non elektrolit

d. Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah

Jenis dan konsentrasi (kepekatan) suatu larutan dapat berpengaruh

terhadap daya hantar listriknya. Untuk menunjukkan kekuatan elektrolit

digunakan derajat ionisasi yaitu jumlah ion bebas yang dihasilkan oleh suatu

larutan. Makin besar harga α, makin kuat elektrolit tersebut.

1) Reaksi Ionisasi Elektrolit Kuat

Larutan yang dapat memberikan lampu terang, gelembung gasnya

banyak, maka larutan ini merupakan elektrolit kuat. Umumnya elektrolit kuat

adalah larutan garam. Dalam proses ionisasinya, elektrolit kuat menghasilkan

banyak ion. Elektrolit kuat ada beberapa dari asam dan basa.

Contoh :

NaCl (aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)

KI (aq) → K+(aq) + I- (aq)

Ca(NO3)2(aq) → Ca2+(aq) + NO3-(aq)

Kation : Na+, Li+, K+, Mg2+ , Ca2+ , Sr2+ , Ba2+ , NH4+

Anion : Cl-, Br-, I-, SO42- , NO3

-, ClO4-, HSO4

-, CO32- , HCO3

-

2) Reaksi Ionisasi Elektrolit Lemah

Larutan yang dapat memberikan nyala redup ataupun tidak menyala,

tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya maka larutan ini

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

merupakan elekrtolit lemah. Daya hantarnya buruk dan memiliki α (derajat

ionisasi) kecil, karena sedikit larutan yang terurai (terionisasi). Makin sedikit yang

terionisasi, makin lemah elektrolit tersebut.

Contoh :

CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+ (aq)

NH4OH(aq) NH4+ (aq) + OH- (aq)

e. Senyawa Ion

NaCl adalah senyawa ion, jika dalam keadaan kristal sudah sebagai ion-

ion, tetapi ion-ion itu terikat satu sama lain dengan rapat dan kuat, sehingga tidak

bebas bergerak. Jadi dalam keadaan kristal (padatan) senyawa ion tidak dapat

menghantarkan listrik, tetapi jika garam yang berikatan ion tersebut dalam

keadaan lelehan atau larutan, maka ion-ionnya akan bergerak bebas, sehingga

dapat menghantarkan listrik. Pada saat senyawa NaCl dilarutkan dalam air, ion-

akan menyusup di sela-sela butir-butir ion tersebut (proses hidrasi) yang akhirnya

akan terlepas satu sama lain dan bergerak bebas dalam larutan.

Reaksi: NaCl (s) + air → Na+ (aq) + Cl- (aq)

Proses ionisasi padatan natrium klorida (garam dapur) dapat dilihat pada

gambar di bawah.

Gambar 5. Proses pelarutan garam dapur

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

f. Senyawa Kovalen

Senyawa kovalen terbagi menjadi senyawa kovalen non polar misalnya :

F2, Cl2,Br2, I2, CH4 dan kovalen polar misalnya : HCl, HBr, HI, NH3. Dari hasil

percobaan, hanya senyawa yang berikatan kovalen polarlah yang dapat

menghantarkan arus listrik. HCl merupakan senyawa kovalen diatom bersifat

polar, pasangan elektron ikatan tertarik ke atom Cl yang lebih elektro negatif

dibanding dengan atom H. Sehingga pada HCl, atom H lebih positif dan atom Cl

lebih negatif.

Struktur lewis HCl.

Jadi walaupun molekul HCl bukan senyawa ion, jika dilarutkan ke dalam air maka

larutannya dapat menghantarkan arus listrik karena menghasilkan ion-ion yang

bergerak bebas, reaksinya sebagai berikut:

HCl (aq) + H2O (l) → H3O+ (aq) + Cl- (aq) atau HCl (aq) → H+ (aq) + Cl- (aq)

Dalam keadaan murni HCl tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena

HCl dalam keadaan murni berupa molekul-molekul tidak mengandung ion-ion,

maka cairan HCl murni tidak dapat menghantarkan arus listrik.

(Unggul Sudarmo,2007:119)

B. KERANGKA BERPIKIR

1. Perbedaan Prestasi Belajar Kimia pada Siswaz dengan model Pembelajaran

SSCS dan Model Pembelajaran EDI

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari hasil yang telah

dicapai dari apa yang telah dilakukan. Dalam hal ini yang telah dilakukan adalah

belajar. Prestasi belajar dapat berupa penilaian kognitif, afektif dan psikomotor.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah model

pembelajaran.

Pada model pembelajaran SSCS siswa dapat berpartisipasi aktif dan

mereka dapat bekerja sama untuk menyeliki (search) untuk menyelidiki

pertanyaan, memecahkan (solve) pertanyaan yang muncul, kreasi (create) yang

berati merumuskan dan mengkomunikasikan pemecahan masalah tersebut dan

berbagi (share) kesimpulan yang mereka dapatkan dari proses ini. Penggunaan

model pembelajaran SSCS melibatkan siswa secara aktif dan dapat merangsang

siswa untuk membelajarkan dirinya sendiri sehingga mereka akan berusaha

mengeksplorasi seluruh potensi yang dimiliki secara maksimaluntuk mempelajari

materi yang sedang dihadapinya.

Model pembelajaran EDI merupakan kombinasi dari metode

eksperimen, demonstrasi dan informasi, dalam hal ini adalah metode ceramah.

Tekanan utama dari ketiga metode ini terletak pada metode eksperimen dan

demonstrasi, sedangkan metode ceramah digunakan sebagai pengantar dalam

upaya menerangkan bahan pelajaran sebelum melakukan demonstrasi dan

eksperimen. Melalui eksperimen siswa mampu menemukan jawaban dari

persoalan yang dihadapi dengan melakukan percobaan/ eksperimen sendiri.

Dengan eksperimen siswa dapat menemukan bukti kebenaran dari teori tentang

sesuatu yang dipelajarinya. Dengan demonstrasi proses penerimaan siswa

terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam sehingga membentuk

pengertian dengan baik. Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan

pemahaman siswa tentang jalannya proses atau kerja suatu hal.

Dari uraian diatas, diprediksikan siswa SMA yang menerima

pembelajaran dengan model EDI akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik

dari pada siswa yang menerima pembelajaran dengan model SSCS.

2. Pengaruh Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar Kimia Siswa

Sikap ilmiah adalah sikap sebagai respon evaluatif terhadap stimulus

tertentu yang diwujudkan dalam bentuk perilaku aktual yang bersifat keilmuan.

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Siswa yang memiliki sikap ilmiah juga akan memiliki sikap positif terhadap

kegiatan belajar yang mendorong siswa untuk terlibat aktif baik secara fisik

maupun mental dalam kegiatan ilmiah, seperti melakukan kegiatan laboratorium

dan menganalisis dat percobaan. Sikap ilmiah yang dimiliki siswa dapat membuat

siswa tersebut selalu ingin tahu, kritis, teliti dan hati- hati dalam bertindak dan

tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti dan sanggup menerima gagasan baru

dari orang lain. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan memperoleh

prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, baik

diberikan pengajaran dengan model SSCS dan model pembelajaran EDI.

3. Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Sikap Ilmiah Siswa terhadap

Prestasi Belajar.

Bertolak dari uraian sebelumnya yaitu kemungkinan siswa yang

menerima pembelajaran dengan model pembelajaran EDI memiliki prestasi

belajar yang lebih baik dari pada dengan model pembelajaran SSCS dan siswa

yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari

pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, serta dilihat dari karakteristik

kedua model pembelajaran yang mana sikap ilmiah memiliki peran yang sama

dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga dimungkinkan apapun model

pembelajaran yang diterapkan, baik SSCS maupun EDI, siswa yang memiliki

sikap ilmiah tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa

yang memiliki sikap ilmiah rendah.Sebaliknya berapapun tingkat sikap ilmiah

siswa, baik tinggi ataupun rendah yang menerima pembelajaran dengan model

pembelajaran EDI akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada dengan

model pembelajaran SSCS sehingga tidak terjadi interaksi antara model

pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

C. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat diajukan hipotesis sebagai

berikut :

1. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran

EDI terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non

Elektrolit.

2. Model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap

prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran SSCS.

3. Sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar pada

pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.

4. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan sikap ilmiah siswa

terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non

Elektrolit.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1) Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ceper.

Sebagai objek penelitian diambil kelas X semester 2 tahun pelajaran 2006/ 2007.

2) Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2006/ 2007.

Pengambilan data dimulai pada bulan Mei 2007.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen dengan rancangan

penelitian adalah rancangan faktorial 2 x 2 dari data selisih nilai pre test dan post test

( gain score ). Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3. Rancangan Penelitian

Metode Pengajaran Sikap ilmiah

Tinggi ( B1) Rendah (B2)

SSCS (A1) A1B1 A1B2

EDI (A2) A2B1 A2B2

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Keterangan :

A : Model pengajaran

A1 : Model pengajaran SSCS

A2 : Model pengajaran EDI

B : Sikap ilmiah

B1 : Sikap ilmiah tinggi

B2 : Sikap ilmiah rendah

A1B1 : Kelompok siswa yang diajar dengan model SSCS yang memiliki sikap ilmiah

tinggi.

A1B2 : Kelompok siswa yang diajar dengan model SSCS yang memiliki sikap

ilmiah rendah.

A2B1 : Kelompok siswa yang diajar dengan model EDI yang memiliki sikap ilmiah

tinggi.

A2B2 : Kelompok siswa yang diajar dengan model EDI yang memiliki sikap ilmiah

rendah.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh sumber data yang memungkinkan memberikan

informasi. (Nana Sudjana dan Ibrahim,1989:84).

Populasi yang ditetapkan mempunyai kesempatan yang sama menjadi sampel.

Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989:84),”Sampel adalah sebagian dari seluruh

populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama dengan populasi sehingga betul-

betul mewakili populasinya”.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester 2 SMAN 1 Ceper tahun

ajaran 2006/2007.

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random

sampling dengan menggunakan dua kelas dari delapan kelas yang ada, yaitu kelas X-

C dan kelas X-D. Untuk menentukan kelas eksperimenn satu dan dua dilakukan

dengan cara pengundian.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

D. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Variabel bebas

Variabel bebas adalah kondisi yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka

menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah Model Pembelajaran SSCS dan EDI.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah kondisi yang menunjukkan akibat atau pengaruh yang

dikarenakan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi

belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan berupa data tentang prestasi belajar siswa pada

pembelajaran kimia pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Prestasi

belajar siswa yang ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Adapun sumber data penelitian ini diperoleh dengan teknik metode tes dan

metode angket.

a. Metode Tes

Metode ini dimaksudkan untuk mengungkap sampai sejauh mana penguasan

siswa terhadap konsep-konsep dalam pokok bahasan larutan elektrolit dan non

elektrolit dan untuk mendapatkan nilai prestasi belajar. Data tes berupa nilai kognitif

siswa pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit, dengan menggunakan

perangkat tes berupa tes objektif dengan 5 pilihan jawaban.

b. Metode Angket

Metode angket merupakan metode pengumpulan data yang dilaksanakan

dengan cara mengajukan sejumlah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh

responden. Metode angket digunakan untuik memperoleh data tentang sikap ilmiah.

Data yang diperoleh berupa skor hasil pengisisan angket dari responden.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Pemberian skor untuk angket sikap ilmiah digunakan skala 1 sampai 5, untuk

item yang mengarah jawaban positif, pemberian skornya sebagai berikut :

Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju

Skor 4 untuk jawaban Setuju

Skor 3 untuk jawaban Netral

Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju

Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju

Item yang mengarah jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut :

Skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju

Skor 2 untuk jawaban Setuju

Skor 3 untuk jawaban Netral

Skor 4 untuk jawaban Tidak Setuju

Skor 5 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju

F. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto ( 1997:36) instrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaan lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga

lebih mudah untuk diolah.

Sebelum digunakan sebagai alat pengumpulan data,angket harus memenuhi

persyaratan meliputi: validitas, reliabilitas,taraf kesukaran soal dan daya pembeda

soal yang dilakukan dengan cara mengadakan try out (uji coba).

Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas tiga instrumen yaitu instrumen

penilaian kognitif, afektif dan psikomotor.

1. .Instrumen Penilaian Kognitif

Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes obyektif. Sebelum

digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih

dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba soal ditujukan untuk mengetahui

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

tentang taraf kesukaran, taraf pembeda item soal, validitas dan reliabilitas dari suatu

soal.

a. Taraf Kesukaran Suatu Item

Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang

menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan indeks

yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil

perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang

seharusnya diperoleh dari suatu item.

maksimalskor N

B IK

×=

Keterangan :

IK :Indeks Kesukaran

B :Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item

N :Kelompok siswa

Skor maksimal : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari suatu

item

N x skor maksimal : Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu

item.

Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :

0,81 – 1,00 : Mudah Sekali (MS)

0,61 – 0,80 : Mudah (Md)

0,41 – 0,60 : Sedang atau cukup (Sd)

0,21 – 0,40 : Sukar (Sk)

0,00 – 0,20 : Sukar Sekali (SS)

(Masidjo, 1995:189- 192 )

Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang dilakukan

terangkum dalam tabel 4.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian

Kognitif

Variabel Jumlah

Soal

Kriteria

SM M Sd S SS

Soal-soal Pokok Bahasan

Larutan Elektrolit dan Non

Elektrolit

34 3 11 11 5 -

Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat

dilihat pada lampiran 13

b. Taraf Pembeda Soal

Taraf pembeda soal adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban benar

dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa

yang tergolong kelompok bawah (bodoh). Perbedaan jawaban benar dari siswa

yang tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID)

maksimalSkor nKBatau nKA

KB -KA ID

×=

Keterangan :

ID : Indeks Diskriminasi

KA : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa kelompok atas

K : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa kelompok bawah

NKA atau nKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau bawah.

Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :

0,80 – 1,00 : Sangat Membedakan (SM)

0,60 – 0,79 : Lebih Membedakan (LM)

0,40 – 0,59 : Cukup Membedakan (CM)

0,20 – 0,39 : Kurang Membedakan (KM)

negatif – 0,19 : Sangat kurang membedakan (SKM)

(Masidjo, 1995: 201)

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Hasil uji taraf pembeda soal instrumen penilaian kognitif yang dilakukan

terangkum pada tabel 5.

Tabel 5. Rangkuman hasil uji taraf pembeda Soal Instrumen Penilaian Kognitif

Variabel Jumlah

Soal

Kriteria

SM LM CM KM SKM

Soal-soal Pokok Bahasan

Larutan Elektrolit dan

Non Elektrolit

34 - - 14 16 -

Hasil uji taraf pembeda soal instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat

di lihat pada lampiran 13.

c. Validitas Instrumen Penelitian

Yang dimaksud dengan validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana

suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas item adalah

menggunakan Korelasi Product Moment,sebagai berikut :

{ }{ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑=

2222xyY)(- YNX)(- XN

Y)X)(( - XYN r

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara item dengan skor total.

N : banyaknya subyek

x : skor item

y : skot total

Item dikatakan valid jika rhitung > rtotal

Kriteria validitas suatu soal (rxy) adalah sebagai berikut:

0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)

0,71 – 0,90 : Tinggi (T)

0,41 – 0,70 : Cukup (C)

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

0,21 – 0,40 : Rendah (R)

Negatif – 0,20 : Sangat Rendah (SR)

(Masidjo, 1995:243-246)

Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum

dalam Tabel 6.

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif.

Variabel `Jumlah

Soal

Kriteria

Valid Drop

Soal- soal pokok Bahasan Larutan

Elektrolit dan Non Elektrolit

34 30 4

Hasil uji coba instrumen lebih rinci dapat dilihat di lampiran 13.

d. Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek

yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada

waktu yang sama.

Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk obyektif digunakan

rumus KR 20 yaitu sebagai berikut :

= ∑t

2

t11 S

PQ- S

1-n

n r

Keterangan :

r11 : Koefisien reliabilitas

n : Jumlah item

S : deviasi standar

P : indeks kesukaran

Q : 1 – P

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Kriteria reliabilitas

0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi

0,71 – 0,90 : Tinggi

0,41 – 0,70 : Cukup

0,21 – 0,40 : Rendah

Negatif – 0,20 : Sangat Rendah

(Masidjo, 1995:209-233)

Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum

dalam tabel 7.

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas instrumen Penilaian Kognitif

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Soal-soal Pokok bahasan Larutan

Elektrolit dan Non Elektrolit

34 0,845 Tinggi

Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat

pada lampiran 13.

2. Instrumen Penilaian Afektif

Instrumen penilaian afektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa

angket sksla sikap. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan

sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan

jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.

Sebelum menyusun angket terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang

mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep

selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan

penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman

dalam menyusun item-item angket.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya dibenarkan

dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.

Tabel 8. Skor Penilaian Afektif

Skor untuk aspek yang dinilai Nilai

SS Sangat setuju

S Setuju

N Netral

TS Tidak setuju

STS Sangat tidak setuju

5

4

3

2

1

Keterangan:

Jumlah nilai ≥ 72 sangat baik (A)

Jumlah nilai 54-71 baik (B)

Jumlah nilai 36-53 cukup (C)

Jumlah nilai < 35 kurang (D)

(Depdiknas, 2003: 91)

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji

terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item

angket.

a. Uji Validitas Angket

Pengujian Validitas angket menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan

Pearson yang dikenal Korelasi Produk Momen sebagai berikur:

{ }{ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑=

2222xyY)(- YNX)(- XN

Y)X)(( - XYN r

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara item dengan skor total.

N : banyaknya subyek

x : skor item

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

y : skot total

Item dikatakan valid jika rhitung > rtotal

Kriteria validitas suatu soal (rxy) adalah sebagai berikut:

0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)

0,71 – 0,90 : Tinggi (T)

0,41 – 0,70 : Cukup (C)

0,21 – 0,40 : Rendah (R)

Negatif – 0,20 : Sangat Rendah (SR)

(Masidjo, 1995:243-246)

Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang dilakukan terangkum

dalam Tabel 9.

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif

variabel Jumlah Soal Kriteria

Soal- Soal Larutan Elektrolit dan Non

Elektrolit

16 Valid Drop

16 -

Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada

lampiran 14.

b. Uji Reliabilitas Angket

Untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus alpha.Rumus Alpha

digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0 atau

1,misalnya angket atau soal bentuk uraian.

Keterangan ;

r11 : koefisien reliabilitas suatu tes

n : jumlah item

∑Si2 : jmlah kuadrat S dari masing-masing item

St2 : kuadrat dari S total keseluruhan item

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Adapun acuan penilaian reliabilitas suatu butir soal atau item adalah sebagai

berikut:

0,91 – 1,00 : sangat tinggi (ST)

0,71 – 0,90 : tinggi (T)

0,41 – 0,70 : cukup (C)

0,2 – 0,40 : rendah (R)

Negatif – 0,20 : sangat rendah ( SR)

(Masidjo, 1995: 209)

Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian afektif yang dilakukan

terangkum dalam tabel 10.

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Afektif

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Soal-soal Pokok Bahasan Larutan

Elektrolit dan Non Elektrolit

16 0,79 Cukup

Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat dilihat

pada lampiran 14.

3. Instrumen Penilaian Psikomotor

Instrumen penilaian psikomotor berupa lembar penilaian observasi kinerja

(Perfomance Assesment). Bentuk instrumen ini digunakan untuk kompetensi yang

berhubungan dengan praktek. Perangkat tes ini diisi oleh guru atau asisten

laboratorium sesuai dengan kriteria skor untuk tiap-tiap aspek yang dinilai, secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

Analisis instrumen penilaian psikomotor menggunakan analisis kuantitatif.

Analisis kuantitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun

keahlian yang sama, dosen pembimbing skripsi atau para ahli. Tujuannya adalah

untuk menilai materi, kontruksi dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi

pedoman dan bisa dipahami oleh siswa.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

4. Instrumen Sikap Ilmiah

Pernyataan dalam angket sikap ilmiah diberikan nilai sebagai berikut:

a. Jawaban sangat setuju : 5

b. Jawaban setuju : 4

c. Jawaban netral : 3

d. Jawaban tidak setuju : 2

e. Jawaban sangat tidak setuju : 1

Kriteria penilaian sikap ilmiah :

1. Jumlah nilai ≥ 72 : sangat baik (A)

2. Jumlah nilai 54 – 71 : baik (B)

3. Jumlah nilai 36 – 53 : cukup (C)

4. Jumlah nilai < 35 : kurang (D)

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji

terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item

angket.

a. Uji Validitas

Hasil uji validitas instrumen penilaian angket sikap ilmiah yang dilakukan

terangkum dalam tabel 11.

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Sikap Ilmiah

Variabel Jumlah Soal Kriteria

Valid Drop

Soal-soal Pokok Bahasan Larutan

Elektrolit dan Non Elektrolit

23 23 -

Hasil uji validitas instrumen angket sikap ilmiah yang lebih rinci dapat dilihat di

lampiran 15.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

b. Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian sikap ilmiah yang dilakukan

terangkum dalam tabel 12.

Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Sikap Ilmiah

Variabel Jumlah Soal reliabilitas kriteria

Soal-soal Pokok Bahasan Larutan

Elektrolit dan Non elektrolit

23 0,862 Cukup

Hasil uji reliabilitas angket sikap ilmiah yang lebih rinci dapat dilihat pada

lampiran 12.

G. Teknik Analisis Data

Data pretes yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t dua pihak. Kemudian

data prestasi belajar perlu memenuhi uji prasyarat analisisnya, yaitu uji normalitas

dengan menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji

Bartlet. Selanjutnya data prestasi belajar dianalisis dengan menggunakan analisis

variansi dua jalan dengan isi sel tak sama.

1. Uji Keseimbangan

Untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal

dari kelas yang memiliki kemampuan yang seimbang atau tidak, maka digunakan uji

t- dua pihak dengan rumus sebagai berikut:

T =

21

21

11

nnS

XX

+

S2 =2

)1()1(

21

222

211

−+−+−

nn

SnSn

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Keterangan :

1X : nilai rata-rata tes kelas eksperimen 1

2X : nilai rata-rata tes kelas eksperimen 2

n1 : jumlah sampel pada kelas eksperimen 1

n2 : jumlah sampel pada kelas eksperimen 2

S : simpangan baku

S12 : varians kelas eksperimen 1

S22 : varians kelas eksperimen 2

Dengan kriteria sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ2, tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai pretes siswa kelas

eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

H1 : µ1 ≠ µ2, ada perbedaan rata-rata nilai pretes siswa kelas eksperimen1 dan

kelas eksperimen 2.

Kriteria pengujian:

a. Jika – tt < thitung < +tt maka hipotesis nol diterima.

b. Jika thitung < -tt atau + tt maka hipotesis nol ditolak.

( Sudjana, 1996: 243)

2. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari

populasi yang normal atau tidak. Di sini digunakan metode Liliefors dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Hipotesis

Ho = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1= sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Dipilih = α = 0,05

3. Statistik uji

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

L = Maks )()( ziSziF −

Dengan :

`Z berdistribusi N (0,1)

F (zi) = P(z <zi)

S ( zi) proporsi cacah z < zi terhadap seluruh zi

4. Daerah Kritik (DK)

DK = { L/ L o ≥ L α ;n }

5. Keputusan Uji

Kriteria : Ho diterima jika Lo< Ltabel.

(Sudjana, 1996: 466-469)

b. Uji Homogenitas.

Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel penelitian

berasal dari poopulasi yang homogen. Untuk mengetahui homogenitas variansi

digunakan “Uji Bartlett” dengan rumus :

}S log )1- (n-{B 2,3026

}S log )1- (n - {B 10)(ln X2

i1

2i1

2

∑∑

=

=

)1(n )S (log B 2 −= ∑ i

∑∑

−=

1)(n

S 1)-(n S

i

2ii2

Hipotesis yang akan diuji adalah :

=== δ δ Ho 22

21 kedua populasi mempunyai varian yang sama

=== δ δ Ho 22

21 paling sedikit satu tanda sama tidak berlaku

Adapun langkah-langkah pengujian homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett

sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis

δ δ Ho 22

21 ==

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

δ δ H 22

211 ==

2. Menghitung varians masing-masing sampel (Si2) dengan rumus :

1n

X)-(X Si

2i2

−=

3. Menghitung varian gabungan dari semua sampel (S2) dengan rumus :

∑∑

−=

1)n(

1)S-(n S

i

2ii2

4. Menghitung harga satuan

∑ −= )1(n)S (log B i2

5. Menghitung Chi_kuadrat )(χ 2 , dengan rumus :

∑ −= }logS )1(n-{B 10)(ln χ 2ii

2

6. Menghitung 2χ dari tabel distribusi Chi-kuadrat pada taraf signifikan 5%

7. Kriteria uji.

Ho diterima, apabila 2χ hitung < 2χ tabel, yang berarti sampel homogen.

(Sudjana, 1996: 261-263)

3. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan:

a. Analisis Variansi (ANAVA) 2x2 dengan frekuensi pengamatan sel tak sama

Langkah – langkah dalam analisis adalah sebagai berikut :

1. Komponen jumlah kuadrat

(1) = pg

G 2

(2) = ∑ij

ijSS

(3) = ∑i

i

q

A 2

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

(4) = ∑j

i

p

B 2

(5) = ∑IJ

IJBA 2

2. Jumlah kuadrat

JKA = n h{(3)-(1)}

JKB = n h {(4)-(1)}

JKAB = n h {(1)+(5)-(3)-(4)}

JKG = (2)

JKT = JKA + JKB + JKAB +JKB

3. Derajat kebebasan

dkA = p - 1

dkB = q - 1

dkAB = (p-1) (q-1)

dkG = N - pq

dkT = N - 1

4. Rerata kuadrat

RKA = JKA/dkA

RKB = JKB/dkB

RKAB = JKAB/dkAB

RKG = JKG/dkG

5. Daerah kritik

Fa = {F│F > Fα : p -1,N-pq} = (F│F > F0,05:1,70)

Fb = {F│F > Fα : r -1,N-pq} = (F│F > F0,05:1,70)

Fab = {F│F > Fα : (p-q)(q-1) -1,N-pq} = (F│F > F0,05:1,70)

6. Statistik uji

Fa = RKA/RKG

Fb = RKB/RKG

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Fab = RKAB/RKG

b. Uji Lanjut ANAVA ( Uji Scheffe)

Sebagai tidak lanjut dari analisis variansi dua jalan adalah menggunakan

Uji Scheffe untuk uji rerata. Tujuan dari Uji Scheffe adalah untuk melakukan

pelacakan terhadap perbedaan rerata setiap pasangan kolom, baris dan setiap

pasangan sel. Rumus metode Scheffe adalah :

Fi-j =

+

ji

ji

nnRKG

XX

11

)( 2

Keterangan :

FI-J : nilai Fobs pada perbandingan perlakuan ke-i

X i : rataan pada sampel ke-i

X j : rataan pada sampel ke-j

RKG : rataan galat kuadrat

ni : ukuran sampel ke-i

nj : ukuran sampel ke-j

(Budiyono, 2004 : 211-214)

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah siswa dan

nilai prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non

elektrolit. Data diperoleh dari 79 siswa kelas X SMA Negeri 1 Ceper Tahun

Pelajaran 2006/2007, dengan perincian 39 siswa kelas X diberi pembelajaran

dengan model SSCS sebagai kelas eksperimen 1 dan 40 siswa kelas X diberi

pembelajaran dengan model EDI sebagai kelas eksperimen 2.

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data skor sikap ilmiah

siswa, data nilai kognitif dan data nilai afektif dan data psikomotor. Secara rinci

data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Skor Sikap Ilmiah Siswa

Data tentang sikap ilmiah siswa diperoleh dengan cara angket. Kemudian

dikelompokkan dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pengelompokan

kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa yang mempunyai

skor sama dengan skor rata-rata atau di atasnya termasuk kategori tinggi, dan

siswa yang mempunyai skor di bawah rata-rata termasuk kategori rendah. Dengan

menggunakan kriteria tersebut dari 79 siswa yang terdiri dari 39 siswa kelas

eksperimen 1 dan 40 siswa kelas eksperimen 2, terdapat 38 siswa mempunyai

sikap ilmiah tinggi dan 41 siswa mempunyai sikap ilmiah rendah. Secara rinci

disajikan dalam Tabel 13 berikut:

Tabel 13. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah.

Sikap Ilmiah

Kelas XC (Eksperimen-1) Kelas XD (Eksperimen-2)

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Rendah 23 58,88% 18 45% Tinggi 16 41,02% 22 55% Jumlah 39 100% 40 100%

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

a. Skor Sikap Ilmiah Siswa pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non

Elektrolit kelas eksperimen Model SSCS

Dari data yang terkumpul, skor terendah pada kelas eksperimen SSCS

yang dicapai siswa adalah 41 dan skor tertinggi adalah 72. Pada kelas eksperimen

SSCS terdapat 16 siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan 23 siswa yang

mempunyai sikap ilmiah rendah. Deskripsi data skor sikap ilmiah siswa dan

kriterianya untuk kelas SSCS dapat dilihat pada Lampiran 12.

b. Skor Sikap Ilmiah Siswa pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non

Elektrolit kelas eksperimen Model EDI

Dari data yang terkumpul, skor terendah pada kelas eksperimen EDI yang

dicapai siswa adalah 41 dan skor tertinggi adalah 73. Pada kelas eksperimen EDI

terdapat 22 siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan 18 siswa yang

mempunyai sikap ilmiah rendah. Deskripsi data skor sikap ilmiah dapat dilihat

pada Lampiran 12.

Perbandingan distribusi frekuensi skor sikap ilmiah siswa untuk kelas

eksperimen SSCS dan kelas eksperimen EDI pada Tabel 14 dan histogramnya

dapat dilihat pada Gambar 6.

Tabel 14. Distribusi Skor Sikap Ilmiah Siswa Antara Kelas Eksperimen SSCS (eksperimen-1) dengan Kelas Eksperimen EDI.(eksperimen-2)

No Interval Nilai Tengah

Frekuensi Eksp. I Prosentase Eksp. II Prosentase

1 41 – 46 43,5 6 15,4 % 10 25 % 2 47 – 52 49,5 8 20,5 % 6 15 % 3 53 – 58 55,5 10 25,6 % 5 12,5 % 4 59 – 64 61,5 3 7,7 % 5 12,5 % 5 65 – 70 67,5 8 20,5 % 10 25 % 6 71 – 76 73,5 4 10,3 % 4 10 %

Jumlah 39 100% 40 100%

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Gambar 6. Histogram Perbandingan Skor Sikap Ilmiah Siswa Antara Kelas

Eksperimen SSCS dan Kelas Eksperimen EDI.

2. Data Prestasi Kognitif Siswa

Data kemampuan kognitif siswa atau data prestasi belajar kognitif pokok

bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit yang di analisis adalah data selisih

nilai pretest dan posttest. Untuk memperjelas gambaran dari masing-masing data,

maka akan disajikan gambaran mengenai prestasi belajar siswa dalam tabel

berikut :

Tabel 15. Rerata Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Uraian SSCS EDI

Rata-rata pretest kognitif 46,24 45,67 Rata-rata posttest kognitif 59,32 62,75 Rata-rata prestasi afektif 39,77 45,65 Rata-rata sikap ilmiah 55,46 57,58 Rata-rata selisih prestasi kognitif 13,08 17,08

Data siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model SSCS pada

pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit diperoleh selisih nilai tertinggi

prestasi kognitif mencapai 26,67 sedangkan selisih nilai terendah prestasi kognitif

mencapai 3,33. Sedangkan untuk siswa yang dikenai pembelajaran dengan model

EDI, mempunyai selisih nilai tertinggi 26,67 dan selisih nilai terendah 6,67 dapat

6

10

8

6

10

5

3

5

8

10

4 4

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Frekuensi

41 - 46 47 - 52 53 - 58 59 - 64 65 - 70 71 - 76

Kelas Interval

SSCS EDI

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

dilihat pada Lampiran 12. Untuk dapat lebih membandingkan selisih nilai prestasi

belajar kognitif pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit yang diperoleh

siswa pada kelas yang diberi pembelajaran dengan model SSCS dan model EDI,

maka kedua data tersebut dapat dijadikan satu dalam sebuah distribusi frekuensi

seperti pada tabel 16 berikut.

Tabel 16.Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model SSCS (eksperimen-1).

No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi Prosentase

1. 40 – 46 44 6 15,4 %

2. 47 – 53 50 8 20,5 %

3. 54 – 60 57 7 17,9 %

4. 61 – 67 64 7 17,9 %

5. 68 – 74 71 6 15,4 %

6. 75 - 81 78 5 12,8 %

Jumlah 39 100 %

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas secara grafik dengan model

SSCS dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model SSCS

6

8

7 7

6

5

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Frekuensi

40 - 46 47 - 53 54 - 60 61 - 67 68 - 74 75 - 81

Kelas Interval

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI (eksperimen-2).

No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi Prosentase

1. 40 – 47 44,5 8 20 %

2. 48 – 55 51,5 4 10 %

3. 56 – 63 59,5 11 27,5 %

4. 64 – 71 68,5 5 12,5 %

5. 72 – 79 75,5 7 17,5 %

6. 80 – 87 83,5 5 12,5 %

Jumlah 40 100 %

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas secara grafik dengan model

EDI dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model EDI.

8

4

11

5

7

5

0

2

4

6

8

10

12

Frekuensi

40 - 47 48 - 55 56 - 63 64 - 71 72 - 79 80 - 87

Kelas Interval

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

3. Data Prestasi Afektif Siswa

Data prestasi afektif siswa diperoleh melalui angket skala sikap. Data

afektif untuk kelas dengan dengan model SSCS (eksperimen-1) dan model EDI

(eksperimen-2) dapat dilihat pada Lampiran 12.

Distribusi frekuensi prestasi afektif siswa kelas eksperimen-1 dan kelas

eksperimen-2 disajikan dalam Tabel 18 dan histogramnya dapat dilihat pada

Gambar 9.

Tabel 18.Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model SSCS (eksperimen-1).

No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi Prosentase

1. 30 – 32 30,5 3 7,7 %

2. 33 – 35 33,5 6 15,4 %

3. 36 – 38 36,5 8 20,5 %

4. 39 – 41 39,5 7 17,9 %

5. 42 – 44 42,5 7 17,9 %

6. 45 - 47 45,5 8 20,5 %

Jumlah 39 100 %

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas secara grafik dengan model

SSCS dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Histogram Prestasi Afektif Siswa dengan Model SSCS

3

6

8 7 7

8

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Frekuensi

30 - 32 33 - 35 36 - 38 39 - 41 42 - 44 45 - 47

Kelas Interval

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI (eksperimen-2).

No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi Prosentase

1. 34 – 37 35, 5 2 5 %

2. 38 – 41 39, 5 7 17,5 %

3. 42 – 45 43, 5 13 32,5 %

4. 46 – 47 47, 5 6 15 %

5. 48 – 51 49, 5 3 7,5 %

6. 52 – 55 53, 5 9 22,5 %

Jumlah 40 100 %

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas secara grafik dengan model

SSCS dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Histogram Prestasi Afektif Siswa dengan Model EDI. 4. Data Prestasi Psikomotor Siswa

Data prestasi psikomotor siswa diperoleh melalui penilaian observasi

kinerja. Data psikomotor untuk kelas dengan dengan model SSCS (eksperimen-1)

dan model EDI (eksperimen-2) dapat dilihat pada Lampiran 12.

2

7

13

6

3

9

0

2

4

6

8

10 12 14

Frekuensi

34 - 37 38 - 41 42 - 45 46 - 47 48 - 51 52 - 55

Kelas Interval

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Distribusi frekuensi prestasi psikomotor siswa kelas eksperimen-1 dan

kelas eksperimen-2 disajikan dalam Tabel 20 dan histogramnya dapat dilihat pada

Gambar 11.

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Kelas SSCS (eksperimen-1) dan kelas EDI (eksperimen-2).

No Interval Nilai

Tengah Frekuensi

Eksp. I Prosentase Eksp. II Prosentase 1 13 – 14 13,5 8 20,5 % 1 2,5 % 2 15 – 16 15,5 10 25,6 % 8 20 % 3 17 – 18 17,5 9 23,1 % 13 32,5 % 4 19 – 20 19,5 5 12,8 % 12 30 % 5 21 – 22 21,5 4 10,3 % 6 15 % 6 23 - 24 23,5 3 7,6 % 0 0 %

Jumlah 39 100% 39 100%

Gambar 11. Histogram Selisih Prestasi Psikomotor Kelas SSCS (eksperimen-1) dan kelas EDI (eksperimen-2).

B. Hasil Penelitian dan Prasyarat Analisis

1. Uji Keseimbangan

Uji keseimbangan ini diambil dari nilai pretest kelas X SMA Negeri 1

Ceper tahun pelajaran 2006/2007 untuk mata pelajaran kimia kelas eksperimen

SSCS dan EDI. Untuk kelas X (kelas SSCS) dengan jumlah siswa 39 diperoleh

8

1

10

89

13

5

12

4

6

3

00

2

4

6

8

10

12

14

Frekuensi

13-14 15-16 17-18 19-20 21-22 23-24

Kelas Interval

SSCS EDI

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

rata-rata 46,24 dan variansi 103,03. Sedangkan untuk kelas X (kelas EDI) dengan

jumlah siswa 40 diperoleh rata-rata 45,67 dan variansi 127,76.

Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji t diperoleh thit = -0,2424

dengan -t0,975 = -1,96 atau –t0,975 < thit < t0,975, maka dapat disimpulkan bahwa kelas

eksperimen 1 (kelas SSCS) dan kelas eksperimen 2 (kelas EDI) mempunyai rata-

rata kemampuan awal yang sama atau kedua kelas tersebut dalam keadaan

seimbang (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18).

2. Uji Normalitas

Salah satu syarat agar teknis analisis variansi dapat diterapkan maka harus

normal pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat sudah

terpenuhi maka dilakukan uji Lilliefors. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki

apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi normal atau tidak. Uji

normalitas selisih nilai siswa pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit

untuk setiap kelompok siswa pada taraf signifikansi 5 % tertera pada lampiran

untuk penilaian kognitif dan afektif. Rangkuman hasil uji normalitas selisih nilai

siswa sebagai berikut:

a. Uji normalitas Aspek Kognitif

Tabel 21. Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Siswa Pada Aspek Kognitif. Faktor Kategori Lo Ltabel Kesimpulan Model

Pembelajaran (A) Eksperimen-1 (a1) 0,1091 0,1419 Normal Eksperimen-2 (a2) 0,1302 0,1401 Normal

Sikap Ilmiah(B) Tinggi 0,1255 0,1437 Normal Rendah 0,1364 0,1384 Normal

b. Uji Normalitas Aspek Afektif

Tabel 22. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa Pada Aspek Afektif No Kelas N Harga L Kesimpulan

Berdistribusi Hitung Tabel 1. Eksperimen-1 39 0,0761 0,1419 Normal 2. Eksperimen-2 40 0,1131 0,1401 Normal

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

c. Uji Normalitas Aspek Psikomotor

Tabel 23. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa Pada Aspek Psikomotor No Kelas N Harga L Kesimpulan

Berdistribusi Hitung Tabel 1. Eksperimen-1 39 0,0988 0,1419 Normal 2. Eksperimen-2 40 0,1272 0,1401 Normal

Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal bila Lo maks. (L.

hitung) < Lotab 0,05. Berdasarkan hasil tersebut di atas, terlihat bahwa untuk

masing-masing kelompok siswa diperoleh harga Lo maks. < dari L tabel pada

taraf signifikansi α = 0,05. Dengan demikian maka sampel berasal dari populasi

yang berdistribusi normal.

3. Uji Homogenitas

Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi adalah

varians populasi harus homogen. Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini

digunakan metode Bartlett.

Hasil uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan tingkat

signifikansi 0,05 dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut:

Tabel 24. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif S2 B χ

2Hitung χ

2Tabel Kesimpulan

32,4902 116,4049 0,4149 3,84 Homogen

Tabel 25. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Afektif S2 B χ

2Hitung χ

2Tabel Kesimpulan

26,7795 109,9408 0,3268 3,84 Homogen

Tabel 26. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Psikomotor S2 B χ

2Hitung χ

2Tabel Kesimpulan

3,4593 41,5025 2,4027 3,84 Homogen Tabel 27. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Sikap Ilmiah

S2 B χ2

Hitung χ2

Tabel Kesimpulan 95,8813 152,5691 2,3257 3,84 Homogen

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Tabel 28. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif Ditinjau dari Sikap Ilmiah

S2 B χ2

Hitung χ2

Tabel Kesimpulan 32,1108 116,0121 0,5417 3,84 Homogen

Tampak dari Tabel-tabel di atas bahwa harga statistik uji χ2 tidak

melampaui harga kritik χ2, dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel pada

penelitian ini berasal dari populasi yang homogen.

C. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan

pada Tabel berikut:

Tabel 29. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Kognitif Sumber JK dk RK Fobs F Keputusan

Model Pembelajaran (A) Sikap Ilmiah (B) Interaksi (AB) Galat

235,8212 264,5097 0,1476

2236,6322

1 1 1 75

235,8212 264,5097 0,1476 29,8218

7,9077 8,8697 0,0049

-

3,98 3,98 3,98

-

H0A Ditolak H0B Ditolak H0AB Diterima -

Total 2737,1106 78 - - - -

Tabel 30. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Afektif. Sumber JK dk RK Fobs F Keputusan

Model Pembelajaran (A) Sikap Ilmiah (B) Interaksi (AB) Galat

564,2417 234,0163 0,9973

1826,1402

1 1 1 75

564,2417 234,0163 0,9973 29,8218

23,1735 9,6111 0,0410

-

3.98 3.98 3.98

-

H0A Ditolak H0B Ditolak H0AB Diterima -

Total 26253955 78 - - - -

Tabel 31. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Psikomotor.

Sumber JK dk RK Fobs F Keputusan Model Pembelajaran (A) Sikap Ilmiah (B) Interaksi (AB) Galat

78,8546 25,0299 0,0560

241,2120

1 1 1 75

78,8546 25,0299 0,0560

241,2120

24,5182 7,7825 0,0174

-

3.98 3.98 3.98

-

H0A Ditolak H0B Ditolak H0AB Diterima -

Total 345,1525 78 - - - -

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Berdasarkan Tabel 28,29 dan 30 menunjukkan bahwa :

1. Pada efek utama (A), H0 ditolak.

Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan model

pembelajaran SSCS dan model EDI terhadap prestasi belajar siswa aspek

kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor pada pokok bahasan larutan

elektrolit dan non elektrolit, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji

komparasi ganda.

2. Pada efek utama (B), H0 ditolak.

Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah siswa pada

kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif,

aspek afektif, dan aspek psikomotor pada pokok bahasan larutan elektrolit dan

non elektrolit, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda.

3. Pada efek utama interaksi (AB), H0 diterima.

Hal ini berarti tidak ada interaksi bersama antara penggunaan model

pembelajaran SSCS dan model EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar siswa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor

pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, maka tidak dilakukan

uji pasca anava.

(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31)

2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan

Analisis variansi mempunyai keuntungan dan kelemahan. Untuk menutupi

kelemahan-kelemahan itu, maka perlu dilakukan uji lanjut anava yaitu uji

komparasi ganda. Hal ini diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel

bebas dan variabel terikat.

Dalam penelitian ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis

pertama dan kedua. Pada hipotesis ketiga tidak diperlukan uji komparasi ganda,

karena keputusan H0 diterima. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 32).

H0A ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda untuk mengetahui

perbedaan rerata setiap pasangan baris. Hasil perhitungan uji lanjut anava untuk

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

aspek kognitif disajikan dalam Tabel 29 (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 32).

H0B ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda untuk mengetahui

perbedaan rerata setiap pasangan kolom. Hasil perhitungan uji lanjut anava aspek

kognitif disajikan dalam Tabel 32. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 32).

Tabel 32. Rangkuman Uji Komparasi Ganda antar Baris Aspek Kognitif Komparasi F Kritik Keputusan µ1 vs µ2 33,5544 3,98 Ditolak

µ1 = Nilai prestasi kelas SSCS

µ2 = Nilai prestasi kelas EDI

Tabel 33. Rangkuman Uji Komparasi Ganda antar Kolom Aspek Kognitif Komparasi F Kritik Keputusan µ1 vs µ2 37,6140 3,98 Ditolak

µ1 = Nilai prestasi kelas SSCS

µ2 = Nilai prestasi kelas EDI

Dari rangkuman Tabel 32 tersebut dapat disimpulkan bahwa : H0 ditolak

karena Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa

kelas SSCS sikap ilmiah tinggi dan siswa kelas EDI sikap ilmiah tinggi terhadap

prestasi belajar kognitif siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 32 ). Dari rangkuman Tabel 33 dapat disimpulkan bahwa : H0 ditolak

karena Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara antara

siswa kelas SSCS sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah dan siswa kelas

EDI sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah, terhadap prestasi belajar kognitif

siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32).

Hasil perhitungan uji lanjut anava untuk aspek afektif disajikan dalam

Tabel 34 dan Tabel 35.

Tabel 34. Rangkuman Uji Komparasi Ganda antar Baris Aspek Afektif Komparasi F Kritik Keputusan µ1 vs µ2 98,3314 3,98 Ditolak

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

µ1 = Nilai prestasi kelas SSCS

µ2 = Nilai prestasi kelas EDI

Tabel 36. Rangkuman Uji Komparasi Ganda antar Kolom Aspek Afektif Komparasi F Kritik Keputusan µ1 vs µ2 40,7582 3,98 Ditolak

µ1 = Nilai prestasi kelas SSCS

µ2 = Nilai prestasi kelas EDI

Dari rangkuman Tabel 34 tersebut dapat disimpulkan bahwa : H0 ditolak

karena Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa

kelas SSCS sikap ilmiah tinggi dan siswa kelas EDI sikap ilmiah tinggi terhadap

prestasi belajar afektif siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 33 ). Dari rangkuman Tabel 35 disimpulkan bahwa : H0 ditolak karena

Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas

SSCS sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah dan siswa kelas EDI sikap

ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar afektif siswa.

(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33).

Hasil perhitungan uji lanjut anava untuk aspek psikomotor disajikan

dalam Tabel 36 dan Tabel 37.

Tabel 36. Rangkuman Uji Komparasi Ganda antar Baris Aspek psikomotor Komparasi F Kritik Keputusan µ1 vs µ2 104,0373 3,98 Ditolak

µ1 = Nilai prestasi kelas SSCS

µ2 = Nilai prestasi kelas EDI

Tabel 37. Rangkuman Uji Komparasi Ganda antar Kolom Aspek Psikomotor Komparasi F Kritik Keputusan µ1 vs µ2 33,0037 3,98 Ditolak

µ1 = Nilai prestasi kelas SSCS

µ2 = Nilai prestasi kelas EDI

Dari rangkuman Tabel 36 tersebut dapat disimpulkan bahwa : H0 ditolak

karena Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

kelas SSCS sikap ilmiah tinggi dan siswa kelas EDI sikap ilmiah tinggi terhadap

prestasi belajar psikomotor siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 35). Dari rangkuman Tabel 37 disimpulkan bahwa : H0 ditolak karena

Fhitung > Ftabel . Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas

SSCS sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah dan siswa kelas EDI sikap

ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar psikomotor siswa.

(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35).

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar yang

lebih tinggi pada pembelajaran kimia pokok bahasan larutan elektrolit dan non

elektrolit antara yang menggunakan model SSCS dan EDI yang ditinjau dari sikap

ilmiah siswa terhadap prestasi belajar.

Dalam penelitian ini terdapat tiga hipotesis. Hasil analisis variansi dua

jalan, diperoleh dua hipotesis yang diajukan ditolak dan satu hipotesis yang

diterima. Analisis dilakukan dengan taraf signifikansi 0,05, derajat kebebasan 1

dan jumlah sampel 79 siswa didapatkan :

1. Pengujian hipotesis pertama

Untuk menguji hipotesis yang pertama pembelajaran kimia dengan model

SSCS dan EDI memberi pengaruh terhadap prestasi belajar pada materi pokok

larutan elektrolit dan non elektrolit, digunakan analisis variansi dua jalan sel tak

sama. Dari anava dua jalan dengan sel tak sama aspek kognitif diperoleh Fhit =

7,9077 > 3,98 = Ftab. Hal ini berarti pembelajaran dengan mengunakan model

SSCS dan model EDI memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar

kognitif siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Untuk aspek

afektif diperoleh Fhit = 23,1735 > 3,98 = Ftab. Hal ini berarti pembelajaran dengan

mengunakan model SSCS dan model EDI memberikan perbedaan pengaruh

terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non

elektrolit. Untuk aspek psikomotor diperoleh Fhit = 24,5182 > 3,98 = Ftab. Hal ini

berarti pembelajaran dengan mengunakan model SSCS dan model EDI

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar psikomotor siswa pada

pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit

Berdasarkan analisis data, ternyata terdapat perbedaan selisih prestasi

belajar yaitu antara kelompok siswa yang dikenai pembelajaran dengan model

SSCS dan model EDI. Rerata nilai prestasi belajar pokok bahasan larutan

elektrolit dan non elektrolit pada kelas yang dikenai pembelajaran dengan model

EDI lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang dikenai pembelajaran dengan

model SSCS. Pada prestasi belajar kognitif siswa, kelas yang dikenai dengan

model EDI memperoleh prestasi rata-rata = 17,08 lebih tinggi dibanding dengan

kelas yang dikenai pembelajaran dengan model SSCS yang mempunyai rata-rata

= 13,08. Sedangkan untuk prestasi belajar afektif siswa, kelas yang dikenai

dengan model EDI memperoleh prestasi rata-rata = 45,65 lebih tinggi dibanding

dengan kelas yang dikenai pembelajaran dengan model SSCS yang mempunyai

rata-rata = 39,77. Untuk prestasi belajar psikomotor siswa, kelas yang dikenai

dengan model EDI memperoleh prestasi rata-rata = 18,10 lebih tinggi dibanding

dengan kelas yang dikenai pembelajaran dengan model SSCS yang mempunyai

rata-rata = 15,92. Tingginya rata-rata prestasi aspek kognitif, rata-rata prestasi

aspek afektif maupun rata-rata prestasi aspek psikomotor yang dikenai

pembelajaran dengan model EDI menunjukkan bahwa model EDI memberikan

hasil yang lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif, aspek

afektif maupun aspek psikomotor pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non

elektrolit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

mengunakan model SSCS dan model EDI memberikan pengaruh terhadap prestasi

belajar kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit dimana

pembelajaran model EDI memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan

model SSCS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Penggunaan model pembelajaran EDI ternyata memberikan hasil yang

lebih baik. Hal ini dikarenakan pada model EDI merupakan kombinasi dari

metode eksperimen, demonstrasi dan ceramah. Dalam model ini, dengan

kombinasi metode eksperimen dan demonstrasi siswa dapat melihat gambaran

yang kongkrit tentang suatu peristiwa, mengamati proses, mengembangkan

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

ketrampilan inkuiri, ditambah dengan metode ceramah guru mudah menerangkan

bahan pelajaran dan juga menguasai kelas dengan baik. Untuk model SSCS siswa

memang dituntut untuk lebih mandiri dan aktif dalam berpikir sesuai kreativitas

mereka, tetapi siswa harus menemukan sendiri permasalahan, mencari pemecahan

sendiri dimana masih sulit dilakukan sebagian besar siswa.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Pada pengujian hipotesis yang kedua menyatakan bahwa sikap ilmiah

siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar pada pokok bahasan

larutan elektrolit dan non elektrolit. Hasil pengujian menunjukkan untuk aspek

kognitif bahwa Fhitung = 8,8697 > Ftabel 3,98 yang berarti Ho ditolak dan H1

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa memberikan pengaruh

terhadap prestasi belajar kognitif. Untuk aspek afektif diperoleh Fhit = 9,6111 >

3,98 = Ftab. Hal ini menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa memberikan pengaruh

terhadap prestasi belajar afektif. Untuk aspek psikomotor diperoleh Fhit = 7,7825 >

3,98 = Ftab Hal ini berarti terdapat pengaruh antara sikap ilmiah terhadap prestasi

belajar psikomotor siswa.

Hasil anava menunjukkan bahwa kelas SSCS pada kelompok siswa

dengan sikap ilmiah tinggi mempunyai rerata selisih nilai prestasi aspek kognitif

15,2075 dan kelompok siswa dengan sikap ilmiah rendah memiliki rerata selisih

nilai prestasi kognitif 11,5952, untuk aspek afektif rerata nilainya 41,6875 dengan

sikap ilmiah kategori tinggi dan 38,4348 untuk sikap ilmiah kategori rendah.

Untuk aspek psikomotor rerata nilainya 16,5625 dengan sikap ilmiah kategori

tinggi dan 15,4783 untuk sikap ilmiah kategori rendah. Sedangkan pada kelas EDI

pada kelompok siswa dengan sikap ilmiah tinggi mempunyai rerata selisih nilai

prestasi aspek kognitif 18,7882 dan kelompok siswa dengan sikap ilmiah rendah

memiliki rerata selisih nilai prestasi kognitif 15,0011, untuk aspek afektif rerata

nilainya 47,3182 dengan sikap ilmiah kategori tinggi dan 43,6111 untuk sikap

ilmiah kategori rendah. Untuk aspek psikomotor rerata nilainya 18,6364 dengan

sikap ilmiah kategori tinggi dan 17,4444 untuk sikap ilmiah kategori rendah Hal

ini berarti siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi baik kognitif,

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

afektif maupun psikomotor yang lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang

memiliki sikap ilmiah rendah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah siswa berpengaruh

terhadap peningkatan prestasi belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan

non elektrolit dimana siswa yang mempunyai sikap ilmiah kategori tinggi

menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan sikap

ilmiah kategori rendah.

Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi cenderung memiliki rasa ingin

tahu yang lebih, belajar dengan penuh percaya diri, bertanggungjawab dan

mempunyai ketekunan terhadap tugas-tugas dan selalu berusaha memperoleh

prestasi belajar yang lebih baik. Keyakinan dan keingintahuan yang kuat terhadap

pengetahuan baru merupakan modal dasar bagi siswa dalam meraih prestasi

belajar yang lebih baik. Untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah

cenderung bersikap pasif, kurang memiliki rasa ingin tahu, mudah menyerah pada

kondisi, tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk memperoleh prestasi belajar

yang lebih baik.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan sel

tak sama aspek kognitif diperoleh Fhit = 0,0049 < 3,98 = Ftab , sehingga Fhit

anggota daerah kritik. Untuk aspek afektif diperoleh Fhit = 0,0410 < 3,98 = Ftab ,

sehingga Fhit anggota daerah kritik. Untuk aspek psikomotor diperoleh Fhit =

0,0174 < 3,98 = Ftab , sehingga Fhit anggota daerah kritik. Hal ini berarti tidak ada

interaksi antara penggunaan model pembelajaran SSCS dan model EDI dengan

sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor.

Perubahan prestasi belajar siswa dikarenakan oleh model pembelajaran

yang diterapkan bukan karena sikap ilmiah tinggi atau rendah, dengan kata lain

model pembelajaran dan sikap ilmiah tidak saling mempengaruhi atau tidak

berinteraksi.

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran SSCS dan EDI

terhadap prestasi belajar kimia pokok bahasan larutan elektrolit dan non

elektrolit. Hal ini dapat diketahui dari aspek kognitif Fhitung = 7,9077 >

Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 23,1735 > Ftabel = 3,98 dan aspek

psikomotor Fhitung = 24,5182 > Ftabel = 3,98.

2. Model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap

prestasi belajar siswa dari pada model pembelajaran SSCS pada pokok

bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal ini dapat diketahui rerata

nilai prestasi belajar kelas EDI untuk aspek kognitif: 17,08, aspek afektif:

45,65, aspek psikomotor: 18,10. Sedangkan kelas SSCS untuk aspek

kognitif: 13,08, aspek afektif: 39,77, aspek psikomotor: 15,92.

3. Terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap peningkatan prestasi

belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal ini

dapat diketahui dari aspek kognitif Fhitung = 8,8697 > Ftabel = 3,98, aspek

afektif Fhitung = 9,6111 > Ftabel = 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung =

7,7825 > Ftabel = 3,98.

4. Tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan model SSCS dan model

EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pokok bahasan

larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal ini dapat diketahui dari aspek

kognitif Fhitung = 0,0049 < Ftabel = 3,98, aspek afektif Fhitung = 0,0410

< Ftabel = 3,98 dan aspek psikomotor Fhitung = 0,0174 < Ftabel = 3,98.

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/3035/1/178232511201104051.pdf · Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P MIPA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

B. Implikasi

Bertitik tolak dari kesimpulan di atas, implikasi yang dapat disampaikan

dalam upaya peningkatan prestasi belajar kimia siswa kelas X semester 2 SMA

Negeri 1 Ceper, antara lain :

1. Model pembelajaran EDI dapat diterapkan pada pokok bahasan larutan

elektrolit dan non elektrolit, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

siswa.

2. Pada pembelajaran kimia pokok bahasan larutan elektrolit dan non

elektrolit perlu memperhatikan sikap ilmiah siswa. Karena siswa yang

mempunyai sikap ilmiah tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih

baik dibandingkan dengan sikap ilmiah rendah.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis

mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Dalam penyampaian mata pelajaran kimia pokok bahasan larutan elektrolit

dan non elektrolit sebaiknya digunakan Model pembelajaran EDI dalam

upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Apabila ada 2 model pembelajaran yang dipakai, yaitu model

pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI, maka model

pembelajaran EDI dapat dipilih untuk digunakan dalam proses

pembelajaran dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

3. Sikap ilmiah siswa memberikan dampak yang berbeda terhadap prestasi

belajar pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, maka guru

perlu memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap

ilmiah dalam menyampaikan materi pelajaran khususnya pokok bahasan

larutan elektrolit dan non elektrolit siswa sehingga dapat memberikan hasil

yang maksimal pada prestasi belajar siswa.

4. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh

terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru

dalam upaya meningkakan prestasi belajar siswa.