62
LAPORAN KASUS DIARE AKUT PADA ANAK Disusun oleh : Muhammad Angga Permata Pembimbing : dr. H. Eny Rachmawati, Sp. A

diaresadsasasd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asdassadsada

Citation preview

LAPORAN KASUS DIARE AKUT PADA ANAK

Disusun oleh : Muhammad Angga PermataPembimbing : dr. H. Eny Rachmawati, Sp. A

No. Rekam Medis

Nama

Umur

Jenis Kelamin

Tgl dan jam masuk

IDENTITAS PASIEN

Alamat

An. RP

31 Agustus 2015 jam 19.00 WIB

Laki – laki

5 bulan

481380

Kp Cicatih Rt 1/ Rw 1, Bangbayang, Cicurug,

Sukabumi

Kp Cicatih Rt 1/ Rw 1, Bangbayang, Cicurug,

Sukabumi

IBU

Ny. IL

SLTP

Ibu Rumah Tangga

IDENTITAS ORANGTUA

Kp Cicatih Rt 1/ Rw 1, Bangbayang, Cicurug,

Sukabumi

AYAH

Tn. MS

SLTA

Wiraswasta

ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA

Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat Penyakit Dahulu

Mencret – mencret

Mencret sejak hari ini, sudah lebih dari 7 kali dengan banyaknya sekitar ½ gelas. Warna kuning kehijauan. Tanpa lendir dan darah. Berbau asam. Muntah setiap diberi ASI dan makanan. Makan dan minum tidak mau. BAK terakhir jam 5, sedikit.

Sebelumnya pernah dirawat di RS dengan gejala tipes dan DBD.

i

PEMERIKSAAN FISIKKEADAAN

UMUM

• Tampak sakit sedang

KESADARAN

• Compos mentis

TANDA

VITAL

• TD : -, Nadi : - BB: 6,2 kg• Suhu : 37,1’c RR : -

STATUS GENERALISKepala :

Tidak ditemukan konjungtiva anemis.Tidak ditemukan sklera ikterik.Tidak ditemukan mata cekung.Air mata ada.Ubun – ubun tidak teraba cekung.

Leher:Pemeriksaan JVP : normalPemeriksaan KGB : normalPemeriksaan Tiroid : normal

Thorak:

Jantung : BJ1 & BJ 2 teratur, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru :

VBS normal terdengar di kedua lapang paru

Tidak ditemukan suara tambahan wheezing / ronkhi / dll.

Abdomen:

Nampak perut cembung dengan keadaan turgor kulit yang baik. Bising usus terdengar normal sebanyak 8 kali. Nyeri tekan tidak

ditemukan.

Ekstermitas : Hangat, CRT < 2 dtk,

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 31 Agustus 2015

DPL dan Widal

Penatalaksanaan

IVFD RL 500cc dalam 5 jam

Zinc 1x20 mg

Paracetamol 3x70 mg

Ondansentron 3x0,6 mg

L Bio 2x1

PEMBAHASAN

Dasar Diagnosis

Pasien dengan diare akut biasanya datang dengan keluhan sudah mengalami buang air besar yang cair (mencret) sebanyak 4 kali atau lebih dalam jangka waktu satu hari. Dimana selain terjadinya perubahan konsistensi feses, dapat ditemukan keluhan buang air besar yang disertai lendir, darah, dan aroma yang tidak seperti biasanya.

Bila buang air besar dengan konsistensi cair ini terjadi pada bayi dengan intensitas per harinya hingga 3 – 4 kali per hari, belum bisa disebut diare. Namun lebih cenderung disebabkan intoleransi laktosa yang terjadi sementara dikarenakan belum sempurnanya pekembangan saluran cerna. Sedangkan bila terjadi pada anak besar, meski buang air besar per hari kurang dari 3 kali, namun dengan konsistensi cair, keadaan ini sudah disebut diare.

DIAGNOSIS

Umumnya pasien dengan diare akut datang ke Rs mengeluhkan:

1. Perubahan konsistensi feses yang disertai keluhan lain baik jangka waktu terjadinya perubahan konsistensi feses tersebut hingga disertai ada atau tidak feses bercampur lendir, darah, warna, dan bau yang tidak seperti biasanya.

2. Dapat menunjukan gejala berkurangnya intensitas urin.

3. Tanda – tanda inflamasi yang dapat dinilai langsung oleh ibu.

4. Dapat disertai munculnya tanda – tanda dehidrasi.

Anamnesis

Pasien datang sendiri menuju UGD

Aloanamnesa dengan : Orang tua pasien

Tanggal/jam : 31 Agustus 2015 jam 19.00 WIB

Keluhan utama : Mencret – mencret.

Riwayat penyakit sekarang :

Os datang dengan keluhan mencret yang dimulai sejak hari ini. Mencret sudah lebih dari 7 kali. Setiap kali mencret, diperkirakan sebanyak setengah gelas aqua dan masih ditemukan ampas.. Warna feses kuning kehijauan tanpa ditemukan lendir dan darah serta aroma feses tercium berbau asam.

Timbulnya mencret juga disertai dengan muntah – muntah, sudah lebih dari 3 kali hari ini dengan muntah yang pertama sejak tadi pagi sebelum masuk rumah sakit. Muntah diukur sebanyak setengah gelas aqua. Muntah ditemukan cair bercampur ASI. Pada muntah tidak ditemukan adanya bercak darah.

Os sejak timbulnya keluhan mencret dan muntah, menjadi tidak mau makan dan minum. Os nampak lemas namun masih mampu untuk menangis kuat.

Orangtua OS menyangkal adanya demam, batuk, dan pilek pada anak. Hanya saja os pernah batuk namun beberapa minggu yang lalu.

Orang tua Os mengaku Os jarang BAK, air kemih sedikit yang keluar, terakhir berkemih sekitar pukul 5 sore sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya tidak pernah ada gejala atau keluhan serupa, hanya saja os pernah dirawat karena tipes dan DBD

 Riwayat kehamilan dan persalinan

Riwayat Antenatal :

Saat hamil ibu selalu memeriksakan kandungan ke bidan klinik, tidak ada keluhan berarti pada saat hamil.

Riwayat Postnatal :

Spontan/tidak spontan : Spontan

Nilai APGAR : -

Berat badan lahir : 3300 gram

Panjang badan lahir : Ibu tidak tahu

Lingkar kepala : Ibu tidak tahu

Penolong : Bidan

Tempat : Klinik

Riwayat Neonatal : Setelah lahir anak langsung menangis, kulit kemerahan, gerak aktif.

Riwayat perkembangan

Menurut ibu, perkembangan anaknya di usia 6 bulan sudah mampu duduk sendiri tanpa dipegang dan mau makan sendiri.

Riwayat Psikososial

Pasien merupakan anak Ke 2 dari 2 bersaudara. Anak tinggal di rumah bersama orang tua berempat dengan anak pertama

dan ayah ibu. Pasien tinggal di lingkungan yang bersih dan termasuk lingkungan menengah kebawah.

Menurut pengakuan ibu, anak masih minum ASI tapi belakangan diberikan kue dan bubur. Semenjak sakit sudah tidak mau makan dan minum, bila dipaksa langsung muntah.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran : komposmentis

Antropometri

Berat Badan : 6,2 kilogram

Tinggi Badan : Tidak diukur

Tanda Vital

Tekanan darah : Tidak diperiksa

Pernapasan : Tidak diperiksa

Nadi : Tidak diperiksa

Suhu : 37,1 oC

Kepala

Ubun – ubun cekung

Normocephal

-/-

Mata

Mata cekung

Air mata

Konjungtiva anemis

Sklera ikterik

 

-/-

+/+

-/-

-/-

Mulut

Mukosa mulut kering

 

-

Thorax

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

 

 

Dalam batas normal

 

Abdomen

Inspeksi

Auskultasi

Turgor kulit

Nyeri tekan

 

Kembung

Bising usus meningkat

Baik

-

Ekstremitas

Akral

Sianosis

CRT

Udem

 

Hangat

(-)

<2detik

-

Status neurologis

Tanda rangsang meningeal

:

- Kaku kuduk

- Kernig

- Brudzinski I

- Brudzinski

 

 

(-)

(-)

(-)

(-)

 

Pemeriksaan penunjang pertama kali

Pemeriksaan Darah Rutin tanggal 31 Agustus 2015

Nilai normal:

Lekosit (4000 – 11000)

Hb (13 – 16)

Trombosit (150.000 - 400.000)

Hematokrit (40 – 45)

Jenis

Pemeriksaan

Nilai

Leukosit (per mm3) 6.900

Hb (gr%) 10,5%

Hematoktrit (%) 41

Trombosit ( per mm3) 409.000

Widal O H

S. Thypi - -

S. Parathypi B - -

Diferensial Diagnosis

Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa dehidrasi

Intoleransi laktosa tanpa dehidrasi

Working Diagnosis

Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa dehidrasi

Penatalaksanaan

non medikamentosa:

Lakukan terapi rehidrasi oral dengan jumlah cairan yang diberikan 10ml/kgBB atau untuk anak usia dibawah 1 tahun sejumlah 50 – 100 ml, dengan metode pemberian satu sendok tiap 2 – 3 menit, dihentikan dulu 10 menit bila muntah, kemudian lanjutkan kembali sampai diare berhenti. Makanan dalam bentuk pisang dapat diberikan sedikit – sedikit.

Bila terapi rehidrasi oral gagal, atau terjadi diare yang bertambah berat disertai mengarah pada dehidrasi ringan sedang, dilakukan metode pengobatan dehidrasi ringan sedang.

Medikamentosa:

Cairan maintenance post rehidrasi RL 20 cc/jam

Zinc 1x20 mg

Paracetamol 3x70 mg

Ondansentron 3x0,6 mg

L Bio 2x1

HASIL FOLLOW UP

1 September 2015

S: Mencret 5 kali, ada ampas, muntah 4 kali. Tidak ada demam.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallopPulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukanAbdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

A: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi

P: RL : 20cc/jamZinc : 1x20 mgL-Bio : 3x1Paracetamol : 3x70 mgOndansentron : 3x0,6 mg

HASIL FOLLOW UP

2 September 2015

S: Mencret 5 kali, ada ampas, sudah tidak muntah lagi. Tidak ada demam. Kemerahan di pantat dan anus bayi.

O: CM,

Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallopPulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukanAbdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianal

A: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi dengan eksoriasi rg perianal

P: RL : 20cc/jam

HASIL FOLLOW UP

2 September 2015

S: Mencret 5 kali, ada ampas, sudah tidak muntah lagi. Tidak ada demam. Kemerahan di pantat dan anus bayi.

O: CM, Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallopPulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukanAbdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianalA: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi dengan eksoriasi rg perianalP: RL : 20cc/jam

Zinc : 1x20 mgL-Bio : 3x1Paracetamol : 3x70 mgOndansentron : 3x0,6 mgGentamicin salep 0.1%

HASIL FOLLOW UP

3 September 2015

S: Mencret 5 kali, ada ampas, sudah tidak muntah lagi. Tidak ada demam. Kemerahan di pantat dan anus bayi.

O: CM, Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallopPulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukanAbdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianalA: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi dengan eksoriasi rg perianal

P: Observasi intake dan outputTerapi dilanjutkan sesuai instruksi dokter spesialis

HASIL FOLLOW UP

4 September 2015

S: Mencret 3 kali, ada ampas sudah banyak, sudah tidak muntah lagi. Tidak ada demam. Kemerahan di pantat dan anus bayi masih ada.O: CM, Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallopPulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukanAbdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianalA: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi dengan eksoriasi rg perianalP: Observasi intake dan output

Boleh pulang bila sampai sore mencret hanya 3 kali dan tanpa muntah. 

HASIL FOLLOW UP4 September 2015

(sore)

S: Mencret 4 kali, ada ampas sudah banyak, muntah 3 kali campur susu. Tidak ada demam. Kemerahan di pantat dan anus

bayi masih ada.O: CM, Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallopPulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukanAbdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianalA: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi dengan eksoriasi rg perianalP: Observasi intake dan output.

Lanjutkan terapi.Oralit 100cc tiap muntah / bab cair.

HASIL FOLLOW UP

5 September 2015

S: Mencret 4 kali, ada ampas sudah banyak, muntah 2 kali campur susu. Tidak ada demam. Kemerahan di pantat dan anus bayi masih ada.O: CM, Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallopPulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukanAbdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkatEksoriasi rg perianalA: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi dengan eksoriasi rg perianalP: Observasi intake dan output.

Oralit 100cc tiap muntah / bab cair.Ranitidin 2 x 6 mgIVFD Kaen 3A 20 cc/jamOndansentron 3x0,6 mg IV

HASIL FOLLOW UP

6 September 2015

S: Mencret 5 kali, ada ampas, muntah 2 kali campur susu. Tidak adademam. Bayi nampak eneg. Kemerahan di anus masih ada.

O: CM, Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallopPulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukanAbdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianalA: Diare akut non disentri ec rotavirus dengan dehidrasi ringan sedang disertai eksoriasi rg perianalP: Observasi intake dan output.

Oralit 100cc tiap muntah / bab cair.Lanjutkan terapi

HASIL FOLLOW UP

7 September 2015

S: Mencret 3 kali, ada ampas, muntah 1 kali campur susu. Tidak adademam. Kemerahan di anus masih ada.

O: CM, Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallopPulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukanAbdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianalA: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi disertai eksoriasi rg perianalP: Observasi intake dan output.

Oralit 100cc tiap muntah / bab cair.Lanjutkan terapi

HASIL FOLLOW UP

8 September 2015

S: Mencret 2 kali, ada ampas, muntah 1 kali campur susu. Tidak adademam.Kemerahan di anus masih ada.

O: CM, Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallopPulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukanAbdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus meningkat

Eksoriasi rg perianalA: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi disertaieksoriasi rg perianalP: Observasi intake dan output.

Oralit 100cc tiap muntah / bab cair.Lanjutkan terapiBesok boleh pulang bila mencret hanya 2 kali.

HASIL FOLLOW UP

9 September 2015

S: Mencret 2 kali, ada ampas, muntah 1 kali campur susu. Tidak adademam.Kemerahan di anus masih ada.

O: CM, Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallopPulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukanAbdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus normal

Eksoriasi rg perianalA: Diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi disertai eksoriasi rg perianalP: Observasi intake dan output.

Oralit 100cc tiap muntah / bab cair.Lanjutkan terapiBoleh pulang bila mencret hanya 2 kali, lepas infus siang.

HASIL FOLLOW UP

10 September 2015

S: Mencret 2 kali, ada ampas, sudah tidak muntah lagi. Tidak ada demam. Kemerahan di anus masih ada.O: CM, Cor : BJ1 dan BJ2 regular tidak ada suara mur-mur dan gallopPulmonal : Ronchi tidak ditemukan, whezzing tidak ditemukanAbdomen : Cembung, turgor kulit baik, bising usus normal

Eksoriasi rg perianalA: Post diare akut non disentri ec rotavirus tanpa dehidrasi disertai

eksoriasi rg perianalP: Boleh pulang

Lanjutkan terapi oral di rumahKontrol rawat jalan

RESUME

Nama : An. R

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 5 bulan

Berat badan : 6,2 kilogram

Keluhan utama : Mencret - mencret

Os datang dengan keluhan mencret – mencret yang banyak sekitar 4 kali sejak pagi sebelum masuk rumah sakit dengan volume setiap kali mencret bila dihitung sekitar setengah gelas aqua. Tidak ditemukan adanya lendir dan darah di feses, namun tercium aroma bau asam yang berbeda dengan BAB anak biasanya. Terdapat sedikit ampas diantara feses yang konsistensinya menjadi cair.

Orangtua anak juga mengeluhkan adanya muntah – muntah yang bercampur asi yang sudah dialami anak sejak tadi pagi dengan intensitas sering terutama setiap habis diberi makan atau minum susu. Muntah hanya bercampur asi, tidak nampak ada warna merah sebagai tanda adanya perdarahan. Dan sebagian besar muntah dalam bentuk asi, bkn cairan bening.

Selain mencret dan muntah, ibu anak menceritakan anaknya yang kondisinya lemas namun masih dapat menangis keras pada saat dilakukan pemeriksaan fisik. Anak juga semenjak sakit nampak enggan untuk makan dan minum. Tidak ada keluhan demam, batuk, dan pilek pada anak.

Sebelum sakit ini, ibu menyangkal anak pernah sakit dengan gejala yang sama, hanya saja beberapa bulan lalu pernah tipes dan DBD.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Tekanan darah : Tidak diperiksa

Kepala : normochepal, lingkar kepala : tidak diperiksa

Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/- , Air mata (+),

Mulut : Bibir kering (-), Mukosa mulut kering (-)

Thorax : dalam batas normal

Abdomen : Kembung (+), Bising usus meningkat (-), Turgor kulit normal

Status neurologis : Tanda rangsang meningeal (-), reflex patologis (-)

KESIMPULAN

Pada kasus ini, seorang anak berusia 5 bulan datang ke rumah sakit SEKARWANGI. Berdasarkan alloanamnesa dengan orangtua penderita, dan setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan :

Keluhan utama berupa mencret – mencret.

Mencret sudah terjadi sejak pagi hari sebelum masuk rumah sakit dgn konsistensi cair dengan sedikit ampas serta intensitas mencret sudah 4 kali dan berbau asam tanpa lendir dan darah.

Mencret disertai muntah setiap kali diberikan ASI sejak tadi pagi sebelum masuk rumah sakit.

Tidak ada demam, batuk, dan pilek

Berdasarkan hal diatas diagnosa sementara yang dapat ditegakkan adalah diare.

Anamnesis

Diare

  Pemeriksaan Fisik 

Konsistensi Cair bercampur

ampas

Tanda dehidrasi Tidak

ditemukan

Intensitas >3 kali sehari Tanda anemis Tidak

ditemukan

Warna Kuning kehijauan Abdomen Nampak

cembung

Bau Berbau asam Turgor kulit Baik

Lendir Tidak ditemukan

lendir

Bising usus Meningkat

Untuk lebih memastikannya maka dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisiknya, yakni sebagai berikut:

Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik ini mendukung untuk ditegakkannya diagnosa diare. Dengan intensitas diare yang lebih dari 3 kali pada usia 5 bulan, disertai perubahan warna dan bau pada feses, disertai dengan hasil pemeriksaan fisik lainnya, diagnosa diare dapat disempurnakan menjadi Diare akut non disentri tanpa dehidrasi.

Penyebab utama terjadinya diare pada anak dengan usia dibawah satu tahun, umumnya disebabkan karena adanya intoleransi laktosa dikarenakan sistem pencernaan anak masih belum sempurna. Namun apabila diare tersebut terjadi dengan perubahan warna, bau dan konsistensi yang mengarah pada infeksi, diagnosa intoleransi laktosa dapat disingkirkan.

Pada anak ini tidak dilakukan pemeriksaan lab karena dengan memperhatikan gejala klinis dan bentuk fesesnya, dapat diambil kesimpulan penyebab diare adalah rotavirus. Untuk memastikan diagnosa lebih dalam lagi, dapat dilakukan pemeriksaan feses laboratorium, namun mengingat untuk mengurangi biaya pasien dan efisiensi, pemeriksaan lab tidak dilakukan, hanya lebih memfokuskan pada terapi selanjutnya dalam proses perbaikan keadaan umum pasien.

Diare pada kasus ini memiliki diagnosa banding intoleransi laktosa karena memiliki gejala klinis yang menyerupai diare akut, yang membedakannya hanya pada intoleransi laktosa tidak ditemukan adanya perubahan konsistensi feses berupa perubahan warna dan aroma feses, pada kasus anak ini, perubahan konsistensi feses mengarah pada etiologi infeksi yang disebabkan rotavirus.

Pasien anak ini dirawat inap selama 11 hari dan dilanjutkan dengan rawat jalan. Hal ini dilakukan karena secara klinis mencret dan muntah sudah berkurang, keadaan umum anak yang sudah lebih baik daripada hari pertama masuk rumah sakit, serta pertimbangan untuk perawatan di rumah dapat dilakukan oleh orangtua. Untuk perawatan di rumah, anak tetap diberikan makan seperti biasa, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kekurangan energi dan mempercepat perbaikan.

Penatalaksanaan pada kasus ini diutamakan untuk mencegah dan mengobati bila terjadinya dehidrasi, yaitu dengan diberikan terapi cairan baik oral. Pada anak usia dibawah 6 bulan dianjurkan untuk diberikan oralit yang diteruskan hingga diare berhenti dengan acuan tergantung pada tingkat dehidrasinya.

Pada kasus ini, kondisi anak mengalami diare tanpa dehidrasi, oleh sebab itu penatalaksanaan cairan dapat dilakukan rencana terapi A (terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi), dengan diberikan cairan 5-20 ml/kgBB setiap diare cair.

Bila anak tidak dapat menerima cairan oralit per oral, dipertimbangkan lakukan pemberian cairan infus sebanyak 70 ml/kgBB cairan RL (bisa diganti NaCl bila RL tidak ada) yang diberikan setiap 5 jam sambil di observasi seberapa banyak cairan yang keluar yang diakibatkan oleh mencret dan muntah pada anak tersebut. Kemudian dapat diberikan tablet zinc dan L-bio. Apabila anak masih diberikan ASI, lanjutkan pemberian ASI untuk mencegah kekurangan gizi.

PEMBAHASAN DIARE AKUT

Diare akut adalah kondisi dimana terjadinya buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari.

Diare merupakan penyebab kematian pada bayi dengan angka prevalensi sebesar 42% dan 25,2% pada anak dengan usia 1 – 4 tahun.

DIAGNOSIS

Anamnesis

Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja, lendir / darah di dalam tinja.

Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.

Jumlah cairan yang masuk selama diare.

Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan yang tidak biasa.

Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital

Tanda utama: 

Keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah / letargi / koma, rasa haus, turgor kulit abdomen normal / menurun.

Tanda tambahan: 

Ubun - ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut, dan lidah

Berat badan

Tanda gangguan keseimbangan asam, basa dan elektrolit, seperti napas cepat dalam, kembung, kejang.

Derajat dehidrasi

Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan)

Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan.

Keadaan umum baik, sadar.

Ubun ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada , mukosa mulut dan bibir basah.

Turgor abdomen baik, bising usus normal

Akral hangat

Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5 – 10% berat badan).

Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan

Keadaan umum gelisah atau cengeng

Ubun – ubun besar, sedikit cekung, air mata kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering.

Turgor kurang, akral hangat

Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10%berat badan)

Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan tanda tambahan lain.

Keadaan umum lemah, letargi atau koma

Ubun –ubun sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering.

Turgor sangat kurang dan akral dingin

Pasien harus rawat inap

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis

Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja :

Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau

Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri

Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)

Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut

Analisis gas darah dan elektrolit bila dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

Tata Laksana

Lintas Diare

Cairan

Seng

Nutrisi

Antibiotik yang tepat

Edukasi

Tanpa dehidrasi

Cairan rehidrasi oralit diberikan 5 – 10 ml/kgBB setiap diare cair atau diberikan berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50 – 100 mL, umur 1 – 5 tahun sebanyak 100 mL, dan umur diatas 5 tahun sebanyak anak ingin minum. ASI tetap diberikan terutama pada bayi yang masih menyusui.

Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali bila terdapat komplikasi lain ( tidak mau minum, muntah terus menerus, diare terus menerus)

Dehidrasi ringan – sedang .

Cairan rehidrasi oral (CRO) hipo osmolar diberikan sebanyak 75 mL / kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5 – 10 mL/ kgBB setiap diare cair.

Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik.

Diberikan cairan ringer laktat atau cairan KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala.

Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari

Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari

Berat badan > 15 kg  : 135 mL/kgBB/hari

Pasien dipantau di Puskesmas / Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua.

Dehidrasi berat Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan cairanringer laktat atau

dengan ringer asetat 100 mL/kgBB dengan cara pemberian:

Umur kurang dari 12 bulan: 

30 mL / kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan dengan 70 mL / kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 ml / kgBB dalam 5 jam selanjutnya.

Umur di atas 12 bulan: 

30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70 mL / kgBB dalam 2, 5 jam berikutnya.

Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5 mL / kgBB selama proses rehidrasi.

Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Hipernatremia (Na >155 mEq/L)

Koreksi penurunan Natrium dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrose 5% ½ salin.

Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan edema otak

Hiponatremia (Na <130 mEq/L)

Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, 

Apabila masih dijumpai hiponatremia, dilakukan dilakukan koreksi sbb:

Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 –kadar Na serum x 0.6 x berat badan; diberikan dalam 24 jam

Hiperkalemia (K >5 mEq/L)

Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% sebanyak 0.5-1 ml / kgBB i.v secara perlahan – lahan dalam 5 – 10 menit, sambil di monitor irama jantung dengan EKG.

Hipokalemia (K <3,5 mEq/L)

Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium.

Kadar K 2,5 – 3, 5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kg BB per hari dibagi 3 dosis.

Kadar K <2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena dengan dosis:

3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam pertama

3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20 jam berikutnya.

Seng

Seng terbukti secara ilmiah dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

Seng / Zink elemental diberikan selama 10 – 14 hari meskipun anak tidak mengalami diare lagi, dengan dosis pemberian sebagai berikut:

Umur di bawah 6 bulan: 10 mg per hari

Umur di atas 6 bulan: 20 mg per hari 

Nutrisi

ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang.

Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit – sedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah – buahan diberikan terutama pisang.

Medikamentosa

Tidak boleh diberikan obat anti diare

Antibiotik

Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus yang dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh yang menyebabkan diare sulit disembuhkan.

Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik. Untuk disentri disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai dengan data sensitivitas setempat, bila tidak memungkinkan dapat mengacu pada data publikasi yang dipakai saat ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama, kemudian sebagai lini kedua.

Bila kedua antibiotik tersebut sudah resisten maka lini ketiga adalah sefiksim.

Antiparasit

Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan untuk amuba vegetatif.

Edukasi

Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut:

Demam

Tinja berdarah

Makan atau minum sedikit

Sangat haus

Diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. 

Orangtua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.

Langkah promotif/preventif :  ASI tetap diberikan

Kebersihan perorangan

Cuci tangan sebelum makan

Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban,

Immunisasi campak

Memberikan makanan penyapihan yang benar.

Penyediaan air minum yang bersih

Selalu memasak makanan.