Upload
regyna-susanti
View
168
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare sebagai kejadian buang air
besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi 3 kali atau lebih selama 1
hari atau lebih. Definisi ini lebih menekankan pada konsistensi tinja daripada frekuensinya.
Jika frekuensi BAB meningkat namun konsistensi tinja padat, maka tidak disebut sebagai
diare. Diare paling sering menyerang anak-anak usia 6 bulan sampai 2 tahun. Penyebab diare
antara lain infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau infeksi parasit, malabsorpsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi. Virus penyebab utama diare adalah Rotavirusdan
Adenovirus yang merupakan agen etiologi sebanyak 70% kasus diare akut pada anak-anak
sedangkan infeksi karena bakteri hanya 8,4%.1,2
Penyakit diare merupakan salah satu dari penyakit yang dikenal sebagai Water Borne
Disease.1,3,4 Penggunaan sumber air bersih yang masih rendah mengakibatkan pajanan
masyarakat terhadap sumber air yang tercemar masih tetap tinggi. Selain itu, pencemaran
sumber air juga diperburuk oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup
yang bersih dan sehat misalnya masyarakat masih tidak menggunakan jamban sehat dan
masih bergantung pada air sungai untuk kegiatan sehari-hari.4 Selain sanitasi perorangan dan
lingkungan yang buruk, terdapat juga faktor lain seperti keadaan gizi, kependudukan,
pendidikan, dan keadaan sosio-ekonomi.1,5,6
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan atau menghentikan diare dan
mencegah angka kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare,
Untuk menurunkan angka kematian karena diare perlu tatalaksana yang cepat dan tepat
Kementrian Kesehatan telah menyusun Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE),
yaitu rehidrasi menggunakan cairan oralit osmolaritas rendah, zinc diberikan selama 10 hari
berturut-turut, teruskan pemberian ASI dan makanan, antibiotik selektif, dan nasihat kepada
orang tua atau pengasuh.1
1
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke
tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian
kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Menurut World Health Organisation
(WHO), di negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal
karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur kurang dari dua tahun. Rata-rata anak
usia kurang dari tiga tahun di negara berkembang mengalami episode diare tiga kali dalam
setahun.1
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang banyak penderitanya,
bahkan di beberapa daerah dengan kondisi tertentu dapat timbul dalam bentuk Kejadian Luar
Biasa (KLB) dan disertai angka kematian yang tinggi.2,3 Kematian diare pada anak balita 75,3
per 100.000 balita dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur (hasil SKRT,
2001). Diare merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2%) pada semua umur dalam
kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor satu pada bayi
postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (hasil Riskesdes, 2007). Walaupun angka
kematian karena diare telah menurun, namun angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik
di negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia, dilaporkan bahwa tiap anak
mengalami diare sebanyak 1,3 episode per tahun (Depkes, 2003).Hasil survei Subdit diare,
angka kesakitan diare semua umur pada tahun 2003 adalah 374 per 1000 penduduk, tahun
2006 adalah 423 per 1000 penduduk, dan pada tahun 2010 adalah 411 per 1000 penduduk.1,2
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d
2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000
penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423
/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. 7
Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan
kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun
ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di
Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik
2
di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata
laksana yang cepat dan tepat. 7
Pada tingkat Kabupaten Karawang, penemuan penderita diare pada tahun 2011
meningkat kepada 79.522 orang berbanding tahun 2009 yaitu 73.857 orang. Diare termasuk
dalam 10 besar penyakit yang ditemukan di Balai Pengobatan Umum Puskesmas
Kecamatan Pedes. Oleh karena masih banyaknya penemuan kasus diare di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pedes, maka diperlukan evaluasi terhadap keberhasilan “Progam
Pengendalian Penyakit Diare” di Puskesmas Kecamatan Pedes periode Tahun 2012. 8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1.2.1 Diare masih merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi
pada anak, terutama pada anak berumur kurang dari lima tahun (balita) dan
merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2%) pada semua umur dalam
kelompok penyakit menular.
1.2.2 Berdasarkan hasil survei Subdit diare, angka kesakitan diare pada semua umur
meningkat dari tahun ke tahun dan ditemukan pada tahun 2010 angka kesakitan diare
semua umur adalah 411 per 1000 penduduk.
1.2.3 Masyarakat di Indonesia masih belum sepenuhnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat.
1.2.4 Masih tingginya kasus diare pada Puskesmas yang berada di Provinsi Jawa Barat,
yaitu 150.000 kasus setiap tahunnya dan di Puskesmas Kecamatan Pedes termasuk 10
penyakit terbanyak di Balai Pengobatan Umum.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan program pengendalian penyakit diare dan
masalah yang ditemukan serta terselesainya masalah yang ada pada perlaksanaan
3
Program Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Kecamatan Pedes periode Tahun
2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1Diketahuinya cakupan penemuan kasus diare secara pasif di Puskesmas
Kecamatan Pedes periode Tahun 2012.
1.3.2.2Diketahuinya penegakan diagnosis penyakit diare di Puskesmas Kecamatan Pedes
periode Tahun 2012
1.3.2.3Diketahuinya cakupan pengobatan terhadap penyakit diare yang sesuai SOP di
Puskesmas Kecamatan Pedes periode Tahun 2012.
1.3.2.4Diketahuinya cakupan surveilans diare di Puskesmas Kecamatan Pedes periode
Tahun 2012.
1.3.2.5Diketahuinya cakupan distribusi logistik oralit, zink, dan antibiotik di Puskesmas
Kecamatan Pedes periode Tahun 2012.
1.3.2.6Diketahuinya cakupan kegiatan pojok oralit di Puskesmas Kecamatan Pedes
periode Tahun 2012.
1.3.2.7Diketahui pelatihan para kader khusus penanganan diare di Puskesmas Kecamatan
Pedes periode Tahun 2012.
1.3.2.8Diketahuinya cakupan frekuensi penyuluhan perorangan atau kelompok yang
dilaksanakan ditujukan kepada masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dan tentang diare di Puskesmas Kecamatan Pedes periode Tahun
2012.
1.3.2.9Diketahuinya data-data mengenai angka kesakitan dan kematian diare, angka
pengobatan diare, data demografi dan data geografi di Puskesmas Kecamatan
Pedes periode Tahun 2012.
1.3.2.10 Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Kecamatan Pedes
periode Tahun 2012.
1.4 Manfaat Evaluasi
1.4.1 Bagi Evaluator
4
1.4.1.1Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan
membandingkan dengan keadaan sebenarnya di dalam masyarakat.
1.4.1.2Mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program
pemberantasan penyakit diare di Puskesmas di wilayah kerjanya.
1.4.1.3Mengembangkan kemampuan minat dan bakat dalam mengevaluasi program
Puskesmas dan berpikir secara ilmiah.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1.4.2.1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian bagi masyarakat.
1.4.2.1Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
1.4.3 Bagi Puskesmas
1.4.3.1Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program Puskesmas dan
pemecahan masalahnya.
1.4.3.2Memperoleh masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
khususnya pada program pemberantasan diare.
1.4.4 Bagi Masyarakat
1.4.4.1Mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari Puskesmas.
1.4.4.2Memperoleh pelayanan dan pembinaan mengenai program pemberantasan
penyakit diare sehingga meningkatkan peran serta masyarakat dan ikut
melaksanakan program pemberantasan penyakit diare.
1.4.4.3Sebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi tentang diare
1.5 Sasaran
Seluruh penduduk dari semua golongan umur terutama balita di wilayah kerja Puskesmas Pedes
periode Tahun 2012
5
Bab II
Materi dan Metoda
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan bulanan puskesmas
mengenai Program Pengendalian Penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Pedes periode Tahun 2012 yang terdiri dari:
1) Penemuan kasus penderita diare secara pasif.
2) Penentuan diagnosis.
3) Pengobatan kasus diare.
4) Surveilans diare
5) Distribusi logistik.
6) Penyuluhan baik perorangan dan kelompok.
7) Pelatihan kader.
8) Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral).
9) Pencatatan dan pelaporan.
2.2 Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan, pengolahan,
analisis, dan intepretasi data yang didapatkan di Puskesmas Kecamatan Pedes periode Tahun
2012, terhadap tolok ukur yang ditetapkan dengan melakukan pengumpulan data, analisis data,
dan interpretasi data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga ditemukan masalah pada
program pengendalian penyakit diare kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan
masalah yang ditemukan berdasarkan penyebab dari masing-masing unsur keluaran pada
pendekatan sistem.
6
Bab III
Kerangka Teoritis
3.1 Pendekatan Sistem
Bagan 1.0 Skematik pendekatan sistem dengan eleman-elemen saling berhubungan
Gambar di atas menerangkan sistem menurut Ryan. Sistem adalah gabungan dari elemen-
elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu
kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu :
3.1.1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan metode (method),
yang dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem.
3.1.2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pemantauan (controlling), yang berfungsi untuk mengubah masukan
menjadi keluaran yang direncanakan.
3.1.3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
3.1.4. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam sistem tersebut.
7
3.1.5. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
3.2 Tolok Ukur Keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan terdiri atas variabel-variabel yaitu masukan, proses, keluaran,
umpan balik, lingkungan, dan dampak yang digunakan sebagai pembanding atau target yang
harus dicapai dalam Program Pengendalian Penyakit Diare. (Lampiran I).
8
Bab IV
Penyajian Data
4.1 Sumber Data
Data yang digunakan merupakan data yang berasal dari :
1. Wawancara dengan dokter, Koordinator P2M dan perawat Puskesmas Pedes.
2. Laporan Bulanan Puskesmas Pedes periode Tahun 2012.
3. Profil Puskesmas Pedes tahun 2012.
4. Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Pedes tahun 2012
5. Laporan Pembangunan Kesehatan Puskesmas Pedes tahun 2012.
6. Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas Pedes
periode Tahun 2012.
4.2 Data Umum
4.2.1 Geografi
1. Lokasi Puskesmas
Gedung UPTD Puskesmas Pedes Karawang terletak di Jl Raya Sungai Buntu, No 1,
Kecamatan Pedes Karawang, Jawa Barat.
2. Bangunan
Gedung UPTD Puskesmas Pedes Karawang adalah gedung konkrit 1 lantai.
3. Batas wilayah kerja
Batas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pedes Karawang:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kecamatan Kutawaluya
Sebelah Barat : Kecamatan Jayakerta dan Kecamatan Cibuaya
Sebelah Timur : Kecamatan Kertamukti
4. Luas wilayah kerja
9
Luas wilayah kerja Kecamatan Pedes adalah 6117 Ha. Secara administratif UPTD
Puskesmas Pedes termasuk dalam wilayah Kecamatan Pedes. Jumlah desa di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pedes adalah 12 desa meliputi 72 RW, 160 RT dan 72 RW.
Kedua belas desa tersebut adalah :
1. Desa Sungaibuntu
2. Desa Puspasari
3. Desa Dongkal
4. Desa Kendaljaya
5. Desa Payungsari
6. Desa Labanjaya
7. Desa Rangdumulya
8. Desa Karangjaya
9. Desa Malangsari
10. Desa Kertamulya
11. Desa Kertaraharja
12. Desa Jatimulya
Jarak terjauh ke Puskesmas adalah 5 km dan jarak terdekat adalah 500 m dengan
waktu tempuh terlama adalah 15 menit dan waktu tempuh tercepat 5 menit dengan
kendaraan umum atau sepeda motor. Dengan demikian dapat dikatakan bahawa seluruh
desa di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes relatif terjangkau. Sedangkan jarak antara
Puskesmas Pedes ke pusat kota Karawang adalah ± 45 km sehingga membutuhkan
hampir 1 jam akibat jalan yang agak sempit.
4.2.2 Demografi
1. Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes pada tahun 2012 adalah
75902 jiwa.
2. Klasifikasi penduduk di Kecamatan Pedes pada tahun 2012 adalah laki-laki sebanyak
37.287 jiwa, dan perempuan sebanyak 38.615 jiwa.
10
3. Klasifikasi tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes
pada tahun 2012 yang tertinggi adalah tamat SD yaitu 30,26% manakala yang
terendah adalah tamat perguruan tinggi yaitu 1,08%.
4. Klasifikasi jenis pekerjaan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes pada tahun 2012
adalah PNS/Polisi/Tentara sebanyak 17,64%, petani 14,17%, Perternakan 0,05%,
Perdagangan 0,33%, Buruh Pabrik 4,65 %, Nelayan 0,32%, Bangunan/Kontuksi
0,09% dan lain–lain 26,39%.
4.2.3. Data fasilitas pelayanan kesehatan
4.2.3.1. Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang antara lain: 2 Pustu, 5 Polindes plus, 2
Poskesdes, 9 Puskesmas Keliling (Pusling), 10 Pos Bindu, 52 Posyandu, 1
Balai Pengobatan 24 jam, 3 Klinik Bersalin, BP sore (Dokter Umum: 2,
Perawat: 4, Bidan: 5), 1 laboratorium, tidak terdapat Toko Obat dan 2 Apotek.
4.2.4. Data Penyakit Diare
Data penderita Diare di UPTD Puskesmas Pedes periode Tahun 2012 terdapat
1.515 penderita, dengan jumlah penderita Diare terbanyak pada bulan Juli 2012 sebanyak
144 penderita.
4.3 Data Khusus
4.3.1 Masukan
a. Tenaga
Dokter Umum : 1 Orang
Bidan PNS : 10 Orang
Bidan PTT : 8 Orang
Bidan Sukwan : 5 Orang
Asisten Apoteker : 1 Orang
Petugas Apotek : 1 Orang
11
Petugas Administrasi : 1 Orang
Petugas Laboratorium : 1 Orang
Sopir Ambulans : 1 Orang
Kader Kesehatan : 60 orang
b. Dana
APBD : Cukup
Dana Retribusi : Cukup
c. Sarana
1. Medis
Tensimeter : 1 buah
Stetoskop : 1 buah
Termometer : 1 buah
Timbangan berat badan bayi : 1 buah
Timbangan berat badan dewasa : 3 buah
Antibiotik :
- Kotrimosakzol : Ada
- Amoksisilin : Ada
- Kloramphenikol : Ada
- Tetrasiklin : Ada
- Ampisilin : Ada
Oralit : Ada
Obat Anti Diare : Ada
- Diaform : Ada
- Papaverin : Ada
Zinc : Tidak ada data
Cairan Infuse (NaCl) : Ada
2. Non-Medis
Alat penyuluhan (poster, pamlet, brosur, papan tulis, mikrofon) : Ada
12
Ruang tunggu : Ada
Ruang periksa : Ada
Tempat tidur : Ada
Ruang obat : Ada
Rak obat : Ada
Kartu status, buku, alat tulis : Ada
Tempat sampah, sabun, toilet : Ada
Ruang pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral) : Tidak Ada
SOP penatalaksanaan diare : Ada
d. Metoda
1. Penemuan kasus penderita diare secara pasif.
Merencanakan penemuan kasus oleh petugas kesehatan di loket registrasi
puskesmas dan oleh kader terlatih di Posyandu, Posbindu dan Pusling.
2. Diagnosa
Berdasarkan SOP diare yang menjelaskan bahwa seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air dan frekuensinya lebih
sering (tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Berlangsung dalam beberapa jam sampai 14
hari diare akut dan lebih dari 14 hari untuk diare kronis.
3. Pengobatan
Dilaksanakan dengan tepat sesuai SOP mengenai penanganan diare (Lampiran VIII):
- Diare tanpa dehidrasi (Rencana Terapi A)
- Diare dengan dehidrasi ringan dan sedang, (Rencana Terapi B)
- Diare dengan dehidrasi berat (Rencana Terapi C)
4. Surveilans
Pengumpulan data atau informasi untuk menentukan tindakan atau pengumpulan data
epidemiologi diare secara terus menerus tidak dilakukan. Data tidak dikumpulkan dan
dilaporkan rutin baik kepada puskesmas maupun kepada Dinas Kesehatan.
13
5. Distribusi logistik
- Tidak memberikan oralit di untuk minimal 6 sachet untuk tiap penderita
- Menyediakan oralit pada setiap kader minimal 10 sachet.
- Tersedia antibiotik, obat anti diare, tablet zink 20mg, cairan infus, dan antibiotik di
Puskesmas.
6. Penyuluhan perorangan/ kelompok
Memberikan penyuluhan perorangan kepada penderita diare yang berobat di BPU
Puskesmas tiap hari kerja. Merencanakan penyuluhan kepada masyarakat dan ibu-ibu di
Posyandu setiap bulan mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) sebanyak 12
x/ tahun.
7. Pelatihan kader
Pelatihan kader mengenai penanganan diare melalui kegiatan penataran Kader
Posyandu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan untuk meningkatkan kemampuan
para kader dalam mengatasi secara dini penderita diare. Tidak direncanakan pelatihan
kader dalam penanganan diare 1x/ tahun.
8. Pencatatan dan pelaporan
- Pencatatan : Register pasien yang datang berobat ke puskesmas kemudian hasil
penemuan kasus diare dicatat dalam formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas (SP2TP) yang dilakukan setiap hari kerja pada jam kerja oleh
petugas.
- Pelaporan : Hasil pencatatan tidak dilaporkan ke Dinas Kesehatan tiap bulannya
dalam bentuk laporan bulanan.
4.3.2 Proses
a. Perencanaan pengendalian penyakit diare
1. Penemuan kasus penderita diare secara pasif.
14
Merencanakan penemuan kasus oleh petugas kesehatan di loket registrasi
puskesmas dan oleh kader terlatih di Posyandu, Posbindu dan Pusling. Tidak terdapat
MTBS.
2. Diagnosa
Menentukan bahwa diagnosis dilakukan berdasarkan SOP diare yang menjelaskan bahwa
seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek dengan frekuensi lebih dari 3 kali
sehari atau dapat berbentuk cair saja selama kurang dari 14 hari untuk diare akut dan
lebih dari 14 hari untuk diare kronis.
Diagnosis diare akan dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh petugas
kesehatan di BPU Puskesmas dan dilakukan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur),
dilakukan setiap hari kerja (08.00 – 14.00 WIB)
Penentuan diagnosis berdasarkan
a. Anamnesis
Diare akut: BAB cair dengan frekuensi lebih sering dari biasa
umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan atau tanpa lendir dan darah
berlangsung kurang dari 14 hari.
Disentri: kumpulan gejala diare dengan lendir dan darah dalam feses
terkadang disertai tenesmus.
Diare persisten: diare akut yang berlanjut sampai lebih dari 14
hari.
Gejala penyerta: sakit perut, demam, lemas, mual, muntah, tidak
nafsu makan, anak menjadi rewel, nafas cepat, tidak mau
minum, perut kembung.
b. Pemeriksaan fisik
Berat badan: Ditimbang tanpa alas kaki dan pakaian seringan
mungkin, dalam satuan kilogram.
15
Tekanan darah (dewasa): Menggunakan sfigmomanometer,
satuan mmHg.
Bising usus: Pemeriksaan auskultasi abdomen menggunakan
stetoskop, Hasil: normal atau meningkat.
Keadaan umum pasien: Tampak sakit ringan, sedang, berat.
Tanda- tanda dehidrasi
3. Pengobatan
Menentukan bahwa pengobatan dilaksanakan dengan tepat sesuai SOP mengenai
penanganan diare (Lampiran VIII ):
- Diare tanpa dehidrasi (Rencana Terapi A)
- Diare dengan dehidrasi ringan dan sedang, (Rencana Terapi B)
- Diare dengan dehidrasi berat (Rencana Terapi C)
Prinsip pengobatan diare adalah dengan mencegah dehidrasi, mengobati dehidrasi,
pemberian ASI atau makanan, pemberian antibiotik pada kasus tersangka disentri (tinja
mengandung lendir atau darah). Pengobatan kasus diare dilakukan setiap hari dan waktu
kerja di Puskesmas
4. Surveilans
Adanya pengumpulan data kasus diare secara terus menerus, yang di dapat dari
laporan harian, dimana pencatatan dilakukan setiap saat terhadap penderita diare yang
datang berobat di BPU Puskesmas setiap hari kerja dan dilaporkan ke Puskesmas
Kecamatan dalam laporan mingguan tidak dilakukan
5. Distribusi logistik
- Tidak diberikan oralit untuk tiap penderita di Puskesmas sebanyak 6 sachet ,
- Tidak tersedianya oralit untuk tiap kader minimal 10 sachet
- Tersedianyaa antibiotik ,obat anti diare dan zinc di Puskesmas
16
6. Penyuluhan perorangan/ kelompok
Memberikan penyuluhan perorangan kepada penderita diare yang berobat di BPU
Puskesmas tiap hari kerja. Merencanakan penyuluhan kepada masyarakat dan ibu-ibu di
Posyandu setiap bulan mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) sebanyak 12
x/ tahun.
7. Pelatihan kader
Tidak dilakukan pelatihan kader dalam penanganan diare 1x/ tahun.
8. Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral)
Bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (sudut ruang tunggu pasien) dengan 1-2
meja kecil dan seorang petugas puskesmas dapat mempromosikan usaha rehidrasi oral
(URO) kepada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk suatu pemeriksaan bila
seseorang memerlukan URO, maka penderita tersebut dapat duduk di kursi dibantu oleh
ibu/keluarganya untuk melarutkan dan meminum oralit selama waktu observasi 3 jam.
Dijalankan oleh petugas kesehatan setiap hari kerja. Namun tidak diadakan dan tidak ada
penjadwalan petugas kesehatan di pojok URO.
9. Pencatatan dan pelaporan
- Pencatatan: Tidak dilakukan pengisian Formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas (SP2TP) setiap hari kerja
- Pelaporan: Pelaporan kasus diare ke Dinas Kesehatan tidak dilakukan setiap
minggunya.
b. Pengorganisasian
Tidak terdapat struktur organisasi khusus dalam pengendalian penyakit diare.
c. Pelaksanaan
1. Penemuan kasus penderita diare secara pasif.
17
Tidak dilakukan penemuan kasus oleh petugas kesehatan di loket registrasi
puskesmas dan oleh kader terlatih di Posyandu, Posbindu dan Pusling.
2. Diagnosa
Penetapan diagnosis sesuai SOP
Anamnesis: Dilakukan oleh dokter atau perawat sesuai pedoman diare setiap
hari kerja pukul 08.00- 14.00 WIB.
Pemeriksaan fisik: Dilakukan oleh dokter atau perawat sesuai pedoman diare
setiap hari kerja pukul 08.00- 14.00 WIB.
Tidak terdapat MTBS bagi balita
3. Pengobatan
Dilaksanakan tidak sesuai SOP mengenai penanganan diare (Lampiran VIII)
Untuk seluruh penderita diare :
- Tidak dilaksanakan dengan pemberian oralit sesuai SOP dan tidak dilakukan
pemberian zinc pada pasien.
- Pemberian antibiotik jika merupakan tersangka disentri atau kolera.
- Pengobatan berdasarkan rencana terapi A, B dan C.
4. Surveilans
Dilakukan setiap hari kerja namun tidak dicatat di formulir SP2TP dan tidak
dilaporkan.
Tidak terdapat laporan adanya KLB selama Januari 2012 sampai Desember
2012
5. Distribusi logistik
- Terdapat persediaan oralit, zinc, anti diare, dan antibiotik di Puskesmas
- Tidak dilakukan pemberian Zinc di Puskesmas
- Tidak diberikan oralit pada setiap kader minimal 10 sachet.
6. Penyuluhan perorangan/ kelompok
18
Penyuluhan perorangan kepada semua penderita diare yang datang berobat di
BPU oleh dokter, perawat atau bidan yang memeriksa dan penyuluhan kelompok kepada
masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu tentang PHBS setiap bulan.
7. Pelatihan kader
Pelatihan kader 0 kali tiap tahun.
8. Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral)
Tidak aktif dan tidak ada jadwal pelaksanaan Pojok URO
9. Pencatatan dan pelaporan
- Tidak mengisi Formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP) setiap hari kerja
- Tidak melaporkan kasus diare ke Dinas Kesehatan secara rutin.
d. Pengawasan
- Pertemuan Bulanan : 12 kali/ tahun
4.3.3 Keluaran
1. Penemuan kasus pasif
Perkiraan Penderita Diare Semua Umur
= 411/1000 x Jumlah Penduduk
=411/1000 x 75.902
= 31.195,7 31.196 (dibulatkan)
Jumlah penderita diare semua umur yang dilayani (sarana kesehatan)
dalam satu tahun = 1515 orang
Cakupan pelayanan diare semua umur
Jumlah Penderita Diare Semua Umur yang Ditemukandalam 1TahunTarget Penemuan Pendrita Diare Semua Umur
X 100 %
19
= 15153119
x100 %
= 48,5 %
Jumlah penderita diare Balita = 10% x jumlah penduduk
= 10% x 75.902
= 7590 Balita
Perkiraan penderita diare balita yang datang ke sarana kesehatan
= 20% x perkiraan penderita
= 20% x 9867
= 1973 Balita
Jumlah penderita diare anak balita yang dilayani (sarana kesehatan) dalam
satu tahun = 1026 anak Balita
Cakupan pelayanan diare anak Balita
Jumlah Penderita Diare Anak Balita yang Ditemukan dalam1 TahunTarget Penemuan Penderita Diare Anak Balita
x100 %
= 1206/ 1973 x 100%
= 61%
Angka kesakitan diare Semua umur
Jumlah Penderita Diare Semua UmurJumlah Penduduk pada Tempat danWaktu yangsama
x1000
= 1515
75.902¿
¿ x 1000 20 per 1000 penduduk.
Angka kesakitan diare Balita
Jumlah Penderita Diare BalitaJumlah Penduduk balita padaTempat dan Waktu yang sama
x1000
= 1206
7504¿
¿ x 1000 160 per 1000 penduduk.
CFR (Case Fatality Rate) Semua Umur
Jumlah Penderita yang Mati Akibat DiareJumlah Pnderita Diare
x100 %
20
¿ 01515
x100 %
= 0 %
2. Cakupan diagnosis penyakit yang sesuai SOP di UPTD Puskesmas Pedes periode Januari
2012 sampai dengan Desember 2012 = 0%
3. Cakupan pengobatan terhadap penyakit diare yang sesuai SOP di UPTD Puskesmas Pedes
periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 = 0 %
4. Surveilans diare di Puskesmas Pedes periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012
tidak terlaksana dengan baik.
5. Cakupan distribusi logistik oralit periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012
Cakupan distribusi logistik oralit di Puskesmas Pedes periode Januari
2012 sampai dengan Desember 2012
= JumlahOralit yang Diberikan Selama1 Tahun
Jumlah penderita Diare x6 Sachet Oralitx 100 %
= 4277
1515 x 6100 %
= 4277/9090 x 100 %
= 46,5 %
Cakupan distribusi Zinc di puskesmas Pedes periode Januari 2012 sampai
Desember 2012 tidak ada data
- 46,5 % cakupan distribusi oralit .
- Tersedia tablet Zinc.
- Tersedia antibiotik di Puskesmas.
- Tidak tersedia oralit pada masing-masing kader.
.
6. Penyuluhan
- Perorangan 100% dilakukan penyuluhan perorangan kepada setiap penderita atau
orangtua penderita sewaktu di balai pengobatan
- Kelompok 100% dilakukan penyuluhan kelompok (12 kali per tahun)
21
7. Pelatihan kader khusus penanganan diare
- 0 % dilakukan pelatihan kader (tidak ada data kegiatan)
8. Pojok URO
- 0 % ( tidak ada data kegiatan)
9. Pencatatan dan pelaporan
- Angka kematian diare : 0 per 1000 penduduk
- Angka kesakitan diare semua umur : 20 per 1000 penduduk
- Angka kesakitan diare balita : 160 per 1000 penduduk
- Sistem pencatatan dan pelaporan tidak dilakukan dengan baik. Karena data yang
dilaporkan hanya data bulan Juli dan Desember. Bulannya lainnya tidak ada data.
4.3.4 Lingkungan
Fisik
1. Lokasi : Strategis
2. Transportasi : Mudah dan murah
3. Fasilitas dana sarana kesehatan : Bekerja sama dengan Puskesmas untuk
: melakukan kegiatan P2 diare
4. Sumber air bersih : 41,2 % memiliki sumber air bersih
5. Pengguna jamban : tidak ada data
6. PHBS : tidak ada data
7. Sarana pembuangan air limbah (SPAL) : tidak ada data
Non fisik
1. Tingkat pendidikan : 30,26 % berpendidikan rendah.
2. Sosio ekonomi : 26,39 % penduduk bekerja sebagai lain-lain
22
4.3.5 Umpan balik
1. Adanya pencatatan dan pelaporan setiap bulan.
2. Adanya rapat atau pertemuan bulanan antara kepala puskesmas dengan ksoordinator P2
Diare, dam pelaksana harian.
4.3.6 Dampak
1. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat diare serta tidak terjadinya KLB: belum
dapat dinilai.
2. Peningkatan derajat kesehatan sesuai paradigma sehat: belum dapat dinilai.
23
Bab V
Pembahasan
Tabel 5.1 Masalah menurut variabel keluaran
Masalah menurut variabel keluaran
No. Variabel Tolok Ukur Cakupan Masalah
1. Cakupan Pelayanan Diare
Balita
100% 61 % + 39%
2. Surveilans 100 % dilakukan
setiap hari kerja
dan dilaporkan
setiap minggu.
Belum
terlaksana
dengan baik
+
3. Cakupan distribusi oralit
penderita
100% 46,5 % +, 53,5 %
4. Cakupan distribusi oralit di
Kader
100% Tidak ada data +
5. Cakupan Penyuluhan
Kelompok
100% Tidak ada data +
6. Pelatihan Kader 100 % Tidak ada data +
7. Pojok Oralit Ada, terlaksana
optimal
Tidak ada +, 100%
24
5.2. masalah menurut variabel proses
Masalah menurut variabel proses
No. Variabel Tolok Ukur Cakupan Masalah
1. Perencanaan:
pelaksanaan
penyuluhan
kelompok
Dilakukan penjadwalan
penyuluhan kelompok
kepada masyarakat dan ibu-
ibu di posyandu, Posbindu
dan pengajian setiap bulan
mengenai PHBS dan Diare.
Dilakukan
penjadwalan
penyuluhan
kelompok kepada
masyarakat dan ibu-
ibu di posyandu,
Posbindu dan
pengajian setiap
bulan mengenai
PHBS dan Diare.
+
2. Perencanaan: pojok
oralit (URO)
Dilakukan perencenaan
penyediaan pojok oralit,
penjadwalan petugas
Belum ada
perencanaan
penyediaan pojok
oralit, penjadwalan
petugas.
+
3. Pelaksanaan:
Surveilans penderita
Terlaksananya
pengumpulan data kasus
diare yang terapat dari
laporan harian setiap hari
kerja dan dibuat laporan
mingguan.
Belum
terlaksananya
pengumpulan data
kasus diare yang
terapat dari
laporan harian
setiap hari kerja
dan dibuat laporan
mingguan.
+
4. Pelaksanaan:
Distribusi oralit
Diberikan oralit untuk
penderita sebanyak 6
Diberikan oralit
untuk
+:
25
sachet.
Diberikan oralit untuk
tiap kader 10 sachet.
penderita
dengan jumlah
3 sachet
Diberikan oralit
untuk tiap
kader dengan
jumlah yang
tidak
diketahui.
+
5. Pelaksanaan:
Penyuluhan
kelompok
Penyuluhan kelompok
kepada masyarakat dan
ibu- ibu Posyandu,
Posbindu dan pengajian
tentang PHBS Rumah
Tangga diare 12 kali
setahun.
Penyuluhan
kelompok
kepada
masyarakat
dan ibu- ibu
Posyandu,
Posbindu dan
pengajian
tentang PHBS
Rumah
Tangga diare
dengan jumlah
yang tidak
diketahui.
+
6. Pelaksanaan Pojok
URO
Ada dan aktif Tidak ada +
7. Pengawasan Rapat bulanan 12x/tahun Tidak ada data
pasti mengenai
telah
diadakannya
+
26
rapat bulanan.
Tabel 5.3 Masalah menurut variabel masukan
Masalah menurut variabel masukan
No. Variabel Tolok Ukur Cakupan Masalah
1. Tenaga: Kader/ posyandu 5 orang.
posyandu
1-3
orang/posyandu
+
Sarana Medis: ketersedian
tablet zinc
Ada Tidak ada data
mengenai
ketersediaan
tablet zinc
+
Sarana Non Medis: Kartu
Status
Ada Tidak ada +
Sarana Non Medis: Ruang
Pojok URO
Ada Tidak ada +
Tabel 5.4 Masalah menurut variabel lingkungan
Masalah menurut variabel lingkungan fisik
No. Variabel Tolok Ukur Cakupan Masalah
Fisik
1. Transportasi dan Lokasi Mudah dan
Murah
Mudah dan
murah
+
2. Pengguna Jamban 75% keluarga
memiliki akses
Tidak ada data +
27
jamban
3. PHBS 75% rumah
tercapai
Tidak ada data +
4. Inspeksi SPAL 80% rumah
memiliki sistem
air limbah
Tidak ada data
sistem air limbah
+
5. Tempat Pembuangan Sampah Ada Tidak ada +
Masalah menurut variabel lingkungan- Non Fisik
No. Variabel Tolok ukur Cakupan Masalah
1.
2.
Pendidikan
Perilaku masyarakat
Mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun.
Menggunakan jamban sehat
Tidak
menghambat
program
80 %
80%
Sebagian besar
memiliki tingkat
pendidikan
rendah adalah
30,26%
Tidak ada data
39,74 %
+
+
+
28
Bab VI
Perumusan Masalah
Dari hasil pembahasan Evaluasi Program Pemberantasan Diare di UPTD Puskesmas Pedes
periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 didapatkan beberapa masalah sebagai
berikut:
6.1 Masalah pada keluaran
Cakupan pelayanan diare balita 60,1% dari tolak ukur 100%
Kegiatan surveilans bermasalah.
Cakupan distribusi oralit tiap penderita 46,5 % dari tolak ukur 100%
Cakupan distribusi oralit tiap kader bermasalah.
Pelatihan kader bermasalah.
Pojok oralit belum terlaksana.
6.2 Masalah pada proses
Belum ada perencanaan tertulis mengenai semua program.
Pelaksanaan surveilans tidak berjalan dengan baik.
Pelaksanaan distribusi oralit dengan cakupan 71 % untuk penderita
Tidak ada distribusi oralit untuk kader.
Tidak ada data mengenai Pelaksanaan penyuluhan kelompok mengenai PHBS Rumah
Tangga dan Diare.
Pojok Oralit tidak berjalan
29
Pengawasan: Tidak ada data pasti mengenai telah diadakannya rapat bulanan di
puskesmas.
6.3 Masalah pada masukan
Tenaga: jumlah kader 1-3 tiap Posyandu.
Tidak tersedia ruang Pojok URO.
6.4 Masalah pada lingkungan
Masalah pada lingkungan fisik
41,2 % rumah tangga memiliki akses air bersih
Tidak ada data rumah tangga memiliki akses jamban sehat
Tidak ada data rumah tercapai rumah tangga yang ber- PHBS
Tidak ada data rumah tangga yang memiliki SPAL yang baik
Masalah pada lingkungan non fisik
Secara keseluruhan penduduk wilayah kerja Puskesmas Pedes yang mempunyai
pendidikan rendah 30,26%
Perilaku masyarakat: hanya 70,50 % masyarakat yang mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun, dan 39,74% masyarakat yang menggunakan jamban sehat.
30
Bab VII
Prioritas Masalah
7.1 Keterangan Masalah
7.1.1 Cakupan pelayanan diare balita 61% dari tolok ukur 100%
7.1.2 Kegiatan surveilans bermasalah.
7.1.3 Cakupan distribusi oralit tiap penderita 71 % dari tolok ukur 100%
7.1.4 Cakupan distribusi oralit tiap kader bermasalah
7.1.5 Pelatihan kader bermasalah.
7.1.6 Pojok oralit belum terlaksana.
Prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode sederhana:
No. Parameter A B C D E F
1. Besarnya
masalah
3 3 4 4 3 3
2. Berat ringanya
akibat yang
ditimbulkan
3 3 4 4 4 4
3. Keuntungan
sosial yang
diperlukan
3 3 3 3 4 5
31
4. Teknologi yang
tersedia
4 4 5 4 3 5
5. Sumber dana
yang tersedia
4 3 3 3 3 4
JUMLAH 17 16 19 18 17 21
Keterangan :
A : Cakupan pelayanan diare balita 61% dari tolok ukur 100%.
B : Kegiatan surveilans bermasalah.
C : Cakupan pemberian oralit tiap penderita 46,5 % dari tolok ukur 100%
D : Cakupan distribusi oralit tiap kader bermasalah
E : Pelatihan kader bermasalah.
F : Pojok oralit belum terlaksana
5 : Sangat penting
4 : Penting
3 : Cukup penting
2 : Kurang penting
1 : Tidak penting
7.2. Dua masalah yang menjadi prioritas adalah:
A. 0% adanya Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral)
B. 53,5 % cakupan kebutuhan oralit tidak terpenuhi.
32
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Masalah I : Cakupan kegiatan Pojok Oralit/ Upaya Rehidrasi Oral (URO)sebanyak 0% dari
target 100%.
Penyebab Masalah:
1. Tidak disediakan ruangan untuk dibuat Pojok Oralit.
2. Tidak direncanakanya program untuk kegiatan Pojok Oralit.
3. Tidak ada struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam pembagian tugas
untuk melakukan kegiatanPojok Oralit.
Penyelesaian Masalah:
1. Memanfaatkan ruangan yang terdapat dalam Puskesmas dengan baik dan efisien supaya
dapat digunakan untuk Pojok Oralit.
2. Dibuatnya perencanaan untuk dilaksanakannya kegiatan Pojok Oralit di Puskesmas Batu
jaya dan mengaktifkan kegiatan pojok oralit yang ada di puskesmas karena hal itu
merupakan sarana informasi yang efektif dimana ketika pasien datang berobat, ia akan
mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai penanganan diare.
3. Menyusun pembagian tugas yang jelas dan tertulis mengenai petugas yang
bertanggungjawab dalam pelaksanaan pojok oralit, rincian tugasnya masing-masing serta
membuat jadwal tugas petugas-petugas di Pojok Oralit secara teratur.
4. Kegiatan Pojok Oralit dilakukan oleh petugas yang dipertanggungjawabkan dan
dilakukan pemantauan terhadap berjalannya kegiatan Pojok Oralit oleh Kepala
Puskesmas atau koordinator P2M.
33
5. Pojok oralit adalah suatu ruangan di Puskesmas (sudut ruang tunggu pasien) dengan 1-2
meja kecil dan seorang petugas puskesmas dapat mempromosikan usaha rehidrasi oral
(URO). Bila seseorang memerlukan URO, maka penderita tersebut dapat duduk di kursi
dibantu oleh ibu/keluarganya untuk melarutkan dan meminum oralit selama waktu
observasi 3 jam. Dijalankan oleh petugas kesehatan setiap hari kerja dengan adanya
penjadwalan petugas kesehatan di pojok URO.
6. Dapat dilakukan demostrasi membuat oralit dan pengetahuan mengenai diare melaui
video yang diputar diruang tunggu.
Masalah II: 53,5 % cakupan kebutuhan oralit tidak terpenuhi.
Penyebab masalah dari unsur proses adalah pemberian oralit kepada masyarakat di
puskesmas kurang dari jumlah yang ditetapkan SOP sebanyak 6 bungkus menjadi 3 bungkus.
Penyelesaian masalahnya adalah dengan memberi saran kepada kepala puskesmas,
petugas BPU dan petugas obat untuk memberi oralit sesuai ketentuan di SOP yaitu 6 bungkus
setiap pasiennya. Dan pelaksanaannya distribusi oralit diawasi petugas P2M , dokter puskesmas
dan kepala puskesmas.
34
Bab IX
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil penilaian program pengendalian penyakit diare yang dilakukan dengan
pendekatan sistem di Puskesmas Pedes periode tahun 2012 didapatkan bahwa program
pengendalian penyakit diare kurang berhasil karena masih ditemukan beberapa masalah yang
mempengaruhi keberhasilan program ini, yaitu:
Cakupan pelayanan kasus diare semua umur sebesar 48,5% .
Cakupan pelayanan kasus diare Balita sebesar 61%.
Cakupan diagnosis penyakit diare yang sesuai SOP sebesar 100% .
Cakupan pengobatan terhadap penyakit diare yang sesuai Standar Operasional
Prosedur (SOP) sebesar 0% .
Surveilans diare bermasalah.
Cakupan distribusi oralit tiap penderita 46,5 % dari tolok ukur 100%
Cakupan distribusi oralit tiap kader bermasalah.
Cakupan penyuluhan kelompok bermasalah.
Cakupan pelatihan kader bermasalah.
Pojok oralit belum terlaksana.
Cakupan pencatatan dan pelaporan kasus diare sebesar 100%
Dari cakupan kegiatan, didapatkan kegiatan yang tidak berhasil dilaksanakan dan
dibuat menjadi 2 prioritas masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu yaitu :
35
Cakupan distribusi oralit.
Pojok oralit belum terlaksana.
Masalah tersebut disebabkan oleh (1). Tidak ada struktur organisasi yang jelas
dan pembagian tugas yang jelas dan tertulis mengenai siapa yang bertanggung jawab dalam
memberikan penyuluhan. (2). Tidak ada pemantauan dari dokter dan koordinator P2M
terhadap petugas kesehatan dan kader dalam pengobatan menurut SOP diare. (3). Tidak
tersedianya oralit yang mencukupi (4). Tidak ada pelatihan kader khusus penanganan diare
setiap tahun..
Masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan langkah-langkah seperti yang telah
dikemukakan di atas. Dampak positif yang diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan
diare, angka kematian diare, serta terhindarnya Kejadian Luar Biasa penyakit Diare di
Puskesmas Pedes.
2. Saran
Saran yang di ajukan berupa : (1). Melakukan pemantauan terhadap penggunaan SOP
diare dalam mengobati penderita diare. (2). Mengadakan penyuluhan pentingnya pemberian
tablet Zinc kepada petugas kesehatan dan masyarakat. (3). Menyusun pembagian tugas
secara jelas dan tertulis mengenai petugas yang bertanggung jawab dalam memilih dan
motivasi kader untuk mengikuti pelatihan, pelaksanaan penyuluhan, rincian tugasnya
masing-masing serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur. (4). Mengadakan pelatihan-
pelatihan kepada kader dalam hal penanganan diare. (5). Mengadakan pojok URO (Upaya
Rehidrasi Oral) dalam bentuk penyuluhan video di ruang tunggu pasien. (6). Menyarankan
penambahan pemberian oralit supaya mencukupi..
Bila saran-saran yang diajukan ini dapat dilaksanakan di Puskesmas Pedes dan
diharapkan masalah yang sama tidak terulang pada periode berikutnya.
36
Bab X
Daftar Pustaka
1. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Bakti Husada;
2011: hal.1-69.
2. Situasi Diare di Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Bakti Husada,
Kementerian Kesehatan RI, Triwulan II; 2011, hal 1-2, 26-8, 33.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1216/Menkes/SK/XI/2001
Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, edisi ke 4, 2005, Departemen Kesehatan
RI, Direktorat Jenderal PPM&PL, hal 1, 15-7.
4. Anonim. Pengendalian diare di Indonesia. Dalam: Situasi diare di Indonesia. Subdit
Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Cerna Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta, 2011. Diunduh dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf, pada 3 Mei 2013.
5. Marcellus SK, Daldiyono. Diare akut. Dalam: Gastroenterologi. Sudoyo AW, Setyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi 4. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006.hlm.408-13.
6. Winlar W. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak kurang dua tahun di
kelurahan Turangga. Fakultas kedokteran Kristen Maranatha. Diunduh dari
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/diare/faktor.pdf, pada 3 Mei 2013.
7. Data Kesehatan di Kabupaten Karawang tahun 2009 dan 2010, diunduh dari
http://www.karawangkab.go.id/informasi-umum/data-hasil-pembangunan/kesehatan.html,
diakses pada 4 Mei 2013.
37
38