53
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare sebagai kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi 3 kali atau lebih selama 1 hari atau lebih. Definisi ini lebih menekankan pada konsistensi tinja daripada frekuensinya. Jika frekuensi BAB meningkat namun konsistensi tinja padat, maka tidak disebut sebagai diare. Diare paling sering menyerang anak-anak usia 6 bulan sampai 2 tahun. Penyebab diare antara lain infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau infeksi parasit, malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi. Virus penyebab utama diare adalah Rotavirusdan Adenovirus yang merupakan agen etiologi sebanyak 70% kasus diare akut pada anak-anak sedangkan infeksi karena bakteri hanya 8,4%. 1,2 Penyakit diare merupakan salah satu dari penyakit yang dikenal sebagai Water Borne Disease. 1,3,4 Penggunaan sumber air bersih yang masih rendah mengakibatkan pajanan masyarakat terhadap sumber air yang tercemar masih tetap tinggi. Selain itu, pencemaran sumber air juga diperburuk oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup yang bersih dan sehat misalnya masyarakat masih tidak menggunakan jamban sehat dan masih bergantung pada air sungai untuk kegiatan sehari- hari. 4 Selain sanitasi perorangan dan lingkungan yang buruk, 1

Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare sebagai kejadian buang air

besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi 3 kali atau lebih selama 1

hari atau lebih. Definisi ini lebih menekankan pada konsistensi tinja daripada frekuensinya.

Jika frekuensi BAB meningkat namun konsistensi tinja padat, maka tidak disebut sebagai

diare. Diare paling sering menyerang anak-anak usia 6 bulan sampai 2 tahun. Penyebab diare

antara lain infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau infeksi parasit, malabsorpsi,

alergi, keracunan, imunodefisiensi. Virus penyebab utama diare adalah Rotavirusdan

Adenovirus yang merupakan agen etiologi sebanyak 70% kasus diare akut pada anak-anak

sedangkan infeksi karena bakteri hanya 8,4%.1,2

Penyakit diare merupakan salah satu dari penyakit yang dikenal sebagai Water Borne

Disease.1,3,4 Penggunaan sumber air bersih yang masih rendah mengakibatkan pajanan

masyarakat terhadap sumber air yang tercemar masih tetap tinggi. Selain itu, pencemaran

sumber air juga diperburuk oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup

yang bersih dan sehat misalnya masyarakat masih tidak menggunakan jamban sehat dan

masih bergantung pada air sungai untuk kegiatan sehari-hari.4 Selain sanitasi perorangan dan

lingkungan yang buruk, terdapat juga faktor lain seperti keadaan gizi, kependudukan,

pendidikan, dan keadaan sosio-ekonomi.1,5,6

Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang tidak tepat baik di rumah

maupun di sarana kesehatan. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi

memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan atau menghentikan diare dan

mencegah angka kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare,

Untuk menurunkan angka kematian karena diare perlu tatalaksana yang cepat dan tepat

Kementrian Kesehatan telah menyusun Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE),

yaitu rehidrasi menggunakan cairan oralit osmolaritas rendah, zinc diberikan selama 10 hari

berturut-turut, teruskan pemberian ASI dan makanan, antibiotik selektif, dan nasihat kepada

orang tua atau pengasuh.1

1

Page 2: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke

tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian

kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Menurut World Health Organisation

(WHO), di negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal

karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur kurang dari dua tahun. Rata-rata anak

usia kurang dari tiga tahun di negara berkembang mengalami episode diare tiga kali dalam

setahun.1

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang banyak penderitanya,

bahkan di beberapa daerah dengan kondisi tertentu dapat timbul dalam bentuk Kejadian Luar

Biasa (KLB) dan disertai angka kematian yang tinggi.2,3 Kematian diare pada anak balita 75,3

per 100.000 balita dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur (hasil SKRT,

2001). Diare merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2%) pada semua umur dalam

kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor satu pada bayi

postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (hasil Riskesdes, 2007). Walaupun angka

kematian karena diare telah menurun, namun angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik

di negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia, dilaporkan bahwa tiap anak

mengalami diare sebanyak 1,3 episode per tahun (Depkes, 2003).Hasil survei Subdit diare,

angka kesakitan diare semua umur pada tahun 2003 adalah 374 per 1000 penduduk, tahun

2006 adalah 423 per 1000 penduduk, dan pada tahun 2010 adalah 411 per 1000 penduduk.1,2

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang

seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei

morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d

2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000

penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423

/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. 7

Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan

kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun

ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di

Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik

2

Page 3: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata

laksana yang cepat dan tepat. 7

Pada tingkat Kabupaten Karawang, penemuan penderita diare pada tahun 2011

meningkat kepada 79.522 orang berbanding tahun 2009 yaitu 73.857 orang. Diare termasuk

dalam 10 besar penyakit yang ditemukan di Balai Pengobatan Umum Puskesmas

Kecamatan Pedes. Oleh karena masih banyaknya penemuan kasus diare di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Pedes, maka diperlukan evaluasi terhadap keberhasilan “Progam

Pengendalian Penyakit Diare” di Puskesmas Kecamatan Pedes periode Tahun 2012. 8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1.2.1 Diare masih merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi

pada anak, terutama pada anak berumur kurang dari lima tahun (balita) dan

merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2%) pada semua umur dalam

kelompok penyakit menular.

1.2.2 Berdasarkan hasil survei Subdit diare, angka kesakitan diare pada semua umur

meningkat dari tahun ke tahun dan ditemukan pada tahun 2010 angka kesakitan diare

semua umur adalah 411 per 1000 penduduk.

1.2.3 Masyarakat di Indonesia masih belum sepenuhnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat.

1.2.4 Masih tingginya kasus diare pada Puskesmas yang berada di Provinsi Jawa Barat,

yaitu 150.000 kasus setiap tahunnya dan di Puskesmas Kecamatan Pedes termasuk 10

penyakit terbanyak di Balai Pengobatan Umum.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat keberhasilan program pengendalian penyakit diare dan

masalah yang ditemukan serta terselesainya masalah yang ada pada perlaksanaan

3

Page 4: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Program Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Kecamatan Pedes periode Tahun

2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1Diketahuinya cakupan penemuan kasus diare secara pasif di Puskesmas

Kecamatan Pedes periode Tahun 2012.

1.3.2.2Diketahuinya penegakan diagnosis penyakit diare di Puskesmas Kecamatan Pedes

periode Tahun 2012

1.3.2.3Diketahuinya cakupan pengobatan terhadap penyakit diare yang sesuai SOP di

Puskesmas Kecamatan Pedes periode Tahun 2012.

1.3.2.4Diketahuinya cakupan surveilans diare di Puskesmas Kecamatan Pedes periode

Tahun 2012.

1.3.2.5Diketahuinya cakupan distribusi logistik oralit, zink, dan antibiotik di Puskesmas

Kecamatan Pedes periode Tahun 2012.

1.3.2.6Diketahuinya cakupan kegiatan pojok oralit di Puskesmas Kecamatan Pedes

periode Tahun 2012.

1.3.2.7Diketahui pelatihan para kader khusus penanganan diare di Puskesmas Kecamatan

Pedes periode Tahun 2012.

1.3.2.8Diketahuinya cakupan frekuensi penyuluhan perorangan atau kelompok yang

dilaksanakan ditujukan kepada masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) dan tentang diare di Puskesmas Kecamatan Pedes periode Tahun

2012.

1.3.2.9Diketahuinya data-data mengenai angka kesakitan dan kematian diare, angka

pengobatan diare, data demografi dan data geografi di Puskesmas Kecamatan

Pedes periode Tahun 2012.

1.3.2.10 Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Kecamatan Pedes

periode Tahun 2012.

1.4 Manfaat Evaluasi

1.4.1 Bagi Evaluator

4

Page 5: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

1.4.1.1Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan

membandingkan dengan keadaan sebenarnya di dalam masyarakat.

1.4.1.2Mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program

pemberantasan penyakit diare di Puskesmas di wilayah kerjanya.

1.4.1.3Mengembangkan kemampuan minat dan bakat dalam mengevaluasi program

Puskesmas dan berpikir secara ilmiah.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi

1.4.2.1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,

penelitian dan pengabdian bagi masyarakat.

1.4.2.1Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang

kesehatan.

1.4.3 Bagi Puskesmas

1.4.3.1Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program Puskesmas dan

pemecahan masalahnya.

1.4.3.2Memperoleh masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat

khususnya pada program pemberantasan diare.

1.4.4 Bagi Masyarakat

1.4.4.1Mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari Puskesmas.

1.4.4.2Memperoleh pelayanan dan pembinaan mengenai program pemberantasan

penyakit diare sehingga meningkatkan peran serta masyarakat dan ikut

melaksanakan program pemberantasan penyakit diare.

1.4.4.3Sebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi tentang diare

1.5 Sasaran

Seluruh penduduk dari semua golongan umur terutama balita di wilayah kerja Puskesmas Pedes

periode Tahun 2012

5

Page 6: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Bab II

Materi dan Metoda

2.1 Materi

Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan bulanan puskesmas

mengenai Program Pengendalian Penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Pedes periode Tahun 2012 yang terdiri dari:

1) Penemuan kasus penderita diare secara pasif.

2) Penentuan diagnosis.

3) Pengobatan kasus diare.

4) Surveilans diare

5) Distribusi logistik.

6) Penyuluhan baik perorangan dan kelompok.

7) Pelatihan kader.

8) Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral).

9) Pencatatan dan pelaporan.

2.2 Metode

Evaluasi program ini dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan, pengolahan,

analisis, dan intepretasi data yang didapatkan di Puskesmas Kecamatan Pedes periode Tahun

2012, terhadap tolok ukur yang ditetapkan dengan melakukan pengumpulan data, analisis data,

dan interpretasi data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga ditemukan masalah pada

program pengendalian penyakit diare kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan

masalah yang ditemukan berdasarkan penyebab dari masing-masing unsur keluaran pada

pendekatan sistem.

6

Page 7: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Bab III

Kerangka Teoritis

3.1 Pendekatan Sistem

Bagan 1.0 Skematik pendekatan sistem dengan eleman-elemen saling berhubungan

Gambar di atas menerangkan sistem menurut Ryan. Sistem adalah gabungan dari elemen-

elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu

kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.

Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu :

3.1.1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan metode (method),

yang dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem.

3.1.2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan

(actuating), dan pemantauan (controlling), yang berfungsi untuk mengubah masukan

menjadi keluaran yang direncanakan.

3.1.3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari

berlangsungnya proses dalam sistem.

3.1.4. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran

dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam sistem tersebut.

7

Page 8: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

3.1.5. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.

3.2 Tolok Ukur Keberhasilan

Tolak ukur keberhasilan terdiri atas variabel-variabel yaitu masukan, proses, keluaran,

umpan balik, lingkungan, dan dampak yang digunakan sebagai pembanding atau target yang

harus dicapai dalam Program Pengendalian Penyakit Diare. (Lampiran I).

8

Page 9: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Bab IV

Penyajian Data

4.1 Sumber Data

Data yang digunakan merupakan data yang berasal dari :

1. Wawancara dengan dokter, Koordinator P2M dan perawat Puskesmas Pedes.

2. Laporan Bulanan Puskesmas Pedes periode Tahun 2012.

3. Profil Puskesmas Pedes tahun 2012.

4. Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Pedes tahun 2012

5. Laporan Pembangunan Kesehatan Puskesmas Pedes tahun 2012.

6. Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas Pedes

periode Tahun 2012.

4.2 Data Umum

4.2.1 Geografi

1. Lokasi Puskesmas

Gedung UPTD Puskesmas Pedes Karawang terletak di Jl Raya Sungai Buntu, No 1,

Kecamatan Pedes Karawang, Jawa Barat.

2. Bangunan

Gedung UPTD Puskesmas Pedes Karawang adalah gedung konkrit 1 lantai.

3. Batas wilayah kerja

Batas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pedes Karawang:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kecamatan Kutawaluya

Sebelah Barat : Kecamatan Jayakerta dan Kecamatan Cibuaya

Sebelah Timur : Kecamatan Kertamukti

4. Luas wilayah kerja

9

Page 10: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Luas wilayah kerja Kecamatan Pedes adalah 6117 Ha. Secara administratif UPTD

Puskesmas Pedes termasuk dalam wilayah Kecamatan Pedes. Jumlah desa di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Pedes adalah 12 desa meliputi 72 RW, 160 RT dan 72 RW.

Kedua belas desa tersebut adalah :

1. Desa Sungaibuntu

2. Desa Puspasari

3. Desa Dongkal

4. Desa Kendaljaya

5. Desa Payungsari

6. Desa Labanjaya

7. Desa Rangdumulya

8. Desa Karangjaya

9. Desa Malangsari

10. Desa Kertamulya

11. Desa Kertaraharja

12. Desa Jatimulya

Jarak terjauh ke Puskesmas adalah 5 km dan jarak terdekat adalah 500 m dengan

waktu tempuh terlama adalah 15 menit dan waktu tempuh tercepat 5 menit dengan

kendaraan umum atau sepeda motor. Dengan demikian dapat dikatakan bahawa seluruh

desa di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes relatif terjangkau. Sedangkan jarak antara

Puskesmas Pedes ke pusat kota Karawang adalah ± 45 km sehingga membutuhkan

hampir 1 jam akibat jalan yang agak sempit.

4.2.2 Demografi

1. Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes pada tahun 2012 adalah

75902 jiwa.

2. Klasifikasi penduduk di Kecamatan Pedes pada tahun 2012 adalah laki-laki sebanyak

37.287 jiwa, dan perempuan sebanyak 38.615 jiwa.

10

Page 11: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

3. Klasifikasi tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes

pada tahun 2012 yang tertinggi adalah tamat SD yaitu 30,26% manakala yang

terendah adalah tamat perguruan tinggi yaitu 1,08%.

4. Klasifikasi jenis pekerjaan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes pada tahun 2012

adalah PNS/Polisi/Tentara sebanyak 17,64%, petani 14,17%, Perternakan 0,05%,

Perdagangan 0,33%, Buruh Pabrik 4,65 %, Nelayan 0,32%, Bangunan/Kontuksi

0,09% dan lain–lain 26,39%.

4.2.3. Data fasilitas pelayanan kesehatan

4.2.3.1. Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang antara lain: 2 Pustu, 5 Polindes plus, 2

Poskesdes, 9 Puskesmas Keliling (Pusling), 10 Pos Bindu, 52 Posyandu, 1

Balai Pengobatan 24 jam, 3 Klinik Bersalin, BP sore (Dokter Umum: 2,

Perawat: 4, Bidan: 5), 1 laboratorium, tidak terdapat Toko Obat dan 2 Apotek.

4.2.4. Data Penyakit Diare

Data penderita Diare di UPTD Puskesmas Pedes periode Tahun 2012 terdapat

1.515 penderita, dengan jumlah penderita Diare terbanyak pada bulan Juli 2012 sebanyak

144 penderita.

4.3 Data Khusus

4.3.1 Masukan

a. Tenaga

Dokter Umum : 1 Orang

Bidan PNS : 10 Orang

Bidan PTT : 8 Orang

Bidan Sukwan : 5 Orang

Asisten Apoteker : 1 Orang

Petugas Apotek : 1 Orang

11

Page 12: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Petugas Administrasi : 1 Orang

Petugas Laboratorium : 1 Orang

Sopir Ambulans : 1 Orang

Kader Kesehatan : 60 orang

b. Dana

APBD : Cukup

Dana Retribusi : Cukup

c. Sarana

1. Medis

Tensimeter : 1 buah

Stetoskop : 1 buah

Termometer : 1 buah

Timbangan berat badan bayi : 1 buah

Timbangan berat badan dewasa : 3 buah

Antibiotik :

- Kotrimosakzol : Ada

- Amoksisilin : Ada

- Kloramphenikol : Ada

- Tetrasiklin : Ada

- Ampisilin : Ada

Oralit : Ada

Obat Anti Diare : Ada

- Diaform : Ada

- Papaverin : Ada

Zinc : Tidak ada data

Cairan Infuse (NaCl) : Ada

2. Non-Medis

Alat penyuluhan (poster, pamlet, brosur, papan tulis, mikrofon) : Ada

12

Page 13: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Ruang tunggu : Ada

Ruang periksa : Ada

Tempat tidur : Ada

Ruang obat : Ada

Rak obat : Ada

Kartu status, buku, alat tulis : Ada

Tempat sampah, sabun, toilet : Ada

Ruang pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral) : Tidak Ada

SOP penatalaksanaan diare : Ada

d. Metoda

1. Penemuan kasus penderita diare secara pasif.

Merencanakan penemuan kasus oleh petugas kesehatan di loket registrasi

puskesmas dan oleh kader terlatih di Posyandu, Posbindu dan Pusling.

2. Diagnosa

Berdasarkan SOP diare yang menjelaskan bahwa seseorang buang air besar

dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air dan frekuensinya lebih

sering (tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Berlangsung dalam beberapa jam sampai 14

hari diare akut dan lebih dari 14 hari untuk diare kronis.

3. Pengobatan

Dilaksanakan dengan tepat sesuai SOP mengenai penanganan diare (Lampiran VIII):

- Diare tanpa dehidrasi (Rencana Terapi A)

- Diare dengan dehidrasi ringan dan sedang, (Rencana Terapi B)

- Diare dengan dehidrasi berat (Rencana Terapi C)

4. Surveilans

Pengumpulan data atau informasi untuk menentukan tindakan atau pengumpulan data

epidemiologi diare secara terus menerus tidak dilakukan. Data tidak dikumpulkan dan

dilaporkan rutin baik kepada puskesmas maupun kepada Dinas Kesehatan.

13

Page 14: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

5. Distribusi logistik

- Tidak memberikan oralit di untuk minimal 6 sachet untuk tiap penderita

- Menyediakan oralit pada setiap kader minimal 10 sachet.

- Tersedia antibiotik, obat anti diare, tablet zink 20mg, cairan infus, dan antibiotik di

Puskesmas.

6. Penyuluhan perorangan/ kelompok

Memberikan penyuluhan perorangan kepada penderita diare yang berobat di BPU

Puskesmas tiap hari kerja. Merencanakan penyuluhan kepada masyarakat dan ibu-ibu di

Posyandu setiap bulan mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) sebanyak 12

x/ tahun.

7. Pelatihan kader

Pelatihan kader mengenai penanganan diare melalui kegiatan penataran Kader

Posyandu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan untuk meningkatkan kemampuan

para kader dalam mengatasi secara dini penderita diare. Tidak direncanakan pelatihan

kader dalam penanganan diare 1x/ tahun.

8. Pencatatan dan pelaporan

- Pencatatan : Register pasien yang datang berobat ke puskesmas kemudian hasil

penemuan kasus diare dicatat dalam formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Terpadu Puskesmas (SP2TP) yang dilakukan setiap hari kerja pada jam kerja oleh

petugas.

- Pelaporan : Hasil pencatatan tidak dilaporkan ke Dinas Kesehatan tiap bulannya

dalam bentuk laporan bulanan.

4.3.2 Proses

a. Perencanaan pengendalian penyakit diare

1. Penemuan kasus penderita diare secara pasif.

14

Page 15: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Merencanakan penemuan kasus oleh petugas kesehatan di loket registrasi

puskesmas dan oleh kader terlatih di Posyandu, Posbindu dan Pusling. Tidak terdapat

MTBS.

2. Diagnosa

Menentukan bahwa diagnosis dilakukan berdasarkan SOP diare yang menjelaskan bahwa

seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek dengan frekuensi lebih dari 3 kali

sehari atau dapat berbentuk cair saja selama kurang dari 14 hari untuk diare akut dan

lebih dari 14 hari untuk diare kronis.

Diagnosis diare akan dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh petugas

kesehatan di BPU Puskesmas dan dilakukan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur),

dilakukan setiap hari kerja (08.00 – 14.00 WIB)

Penentuan diagnosis berdasarkan

a. Anamnesis

Diare akut: BAB cair dengan frekuensi lebih sering dari biasa

umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan atau tanpa lendir dan darah

berlangsung kurang dari 14 hari.

Disentri: kumpulan gejala diare dengan lendir dan darah dalam feses

terkadang disertai tenesmus.

Diare persisten: diare akut yang berlanjut sampai lebih dari 14

hari.

Gejala penyerta: sakit perut, demam, lemas, mual, muntah, tidak

nafsu makan, anak menjadi rewel, nafas cepat, tidak mau

minum, perut kembung.

b. Pemeriksaan fisik

Berat badan: Ditimbang tanpa alas kaki dan pakaian seringan

mungkin, dalam satuan kilogram.

15

Page 16: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Tekanan darah (dewasa): Menggunakan sfigmomanometer,

satuan mmHg.

Bising usus: Pemeriksaan auskultasi abdomen menggunakan

stetoskop, Hasil: normal atau meningkat.

Keadaan umum pasien: Tampak sakit ringan, sedang, berat.

Tanda- tanda dehidrasi

3. Pengobatan

Menentukan bahwa pengobatan dilaksanakan dengan tepat sesuai SOP mengenai

penanganan diare (Lampiran VIII ):

- Diare tanpa dehidrasi (Rencana Terapi A)

- Diare dengan dehidrasi ringan dan sedang, (Rencana Terapi B)

- Diare dengan dehidrasi berat (Rencana Terapi C)

Prinsip pengobatan diare adalah dengan mencegah dehidrasi, mengobati dehidrasi,

pemberian ASI atau makanan, pemberian antibiotik pada kasus tersangka disentri (tinja

mengandung lendir atau darah). Pengobatan kasus diare dilakukan setiap hari dan waktu

kerja di Puskesmas

4. Surveilans

Adanya pengumpulan data kasus diare secara terus menerus, yang di dapat dari

laporan harian, dimana pencatatan dilakukan setiap saat terhadap penderita diare yang

datang berobat di BPU Puskesmas setiap hari kerja dan dilaporkan ke Puskesmas

Kecamatan dalam laporan mingguan tidak dilakukan

5. Distribusi logistik

- Tidak diberikan oralit untuk tiap penderita di Puskesmas sebanyak 6 sachet ,

- Tidak tersedianya oralit untuk tiap kader minimal 10 sachet

- Tersedianyaa antibiotik ,obat anti diare dan zinc di Puskesmas

16

Page 17: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

6. Penyuluhan perorangan/ kelompok

Memberikan penyuluhan perorangan kepada penderita diare yang berobat di BPU

Puskesmas tiap hari kerja. Merencanakan penyuluhan kepada masyarakat dan ibu-ibu di

Posyandu setiap bulan mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) sebanyak 12

x/ tahun.

7. Pelatihan kader

Tidak dilakukan pelatihan kader dalam penanganan diare 1x/ tahun.

8. Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral)

Bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (sudut ruang tunggu pasien) dengan 1-2

meja kecil dan seorang petugas puskesmas dapat mempromosikan usaha rehidrasi oral

(URO) kepada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk suatu pemeriksaan bila

seseorang memerlukan URO, maka penderita tersebut dapat duduk di kursi dibantu oleh

ibu/keluarganya untuk melarutkan dan meminum oralit selama waktu observasi 3 jam.

Dijalankan oleh petugas kesehatan setiap hari kerja. Namun tidak diadakan dan tidak ada

penjadwalan petugas kesehatan di pojok URO.

9. Pencatatan dan pelaporan

- Pencatatan: Tidak dilakukan pengisian Formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Terpadu Puskesmas (SP2TP) setiap hari kerja

- Pelaporan: Pelaporan kasus diare ke Dinas Kesehatan tidak dilakukan setiap

minggunya.

b. Pengorganisasian

Tidak terdapat struktur organisasi khusus dalam pengendalian penyakit diare.

c. Pelaksanaan

1. Penemuan kasus penderita diare secara pasif.

17

Page 18: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Tidak dilakukan penemuan kasus oleh petugas kesehatan di loket registrasi

puskesmas dan oleh kader terlatih di Posyandu, Posbindu dan Pusling.

2. Diagnosa

Penetapan diagnosis sesuai SOP

Anamnesis: Dilakukan oleh dokter atau perawat sesuai pedoman diare setiap

hari kerja pukul 08.00- 14.00 WIB.

Pemeriksaan fisik: Dilakukan oleh dokter atau perawat sesuai pedoman diare

setiap hari kerja pukul 08.00- 14.00 WIB.

Tidak terdapat MTBS bagi balita

3. Pengobatan

Dilaksanakan tidak sesuai SOP mengenai penanganan diare (Lampiran VIII)

Untuk seluruh penderita diare :

- Tidak dilaksanakan dengan pemberian oralit sesuai SOP dan tidak dilakukan

pemberian zinc pada pasien.

- Pemberian antibiotik jika merupakan tersangka disentri atau kolera.

- Pengobatan berdasarkan rencana terapi A, B dan C.

4. Surveilans

Dilakukan setiap hari kerja namun tidak dicatat di formulir SP2TP dan tidak

dilaporkan.

Tidak terdapat laporan adanya KLB selama Januari 2012 sampai Desember

2012

5. Distribusi logistik

- Terdapat persediaan oralit, zinc, anti diare, dan antibiotik di Puskesmas

- Tidak dilakukan pemberian Zinc di Puskesmas

- Tidak diberikan oralit pada setiap kader minimal 10 sachet.

6. Penyuluhan perorangan/ kelompok

18

Page 19: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Penyuluhan perorangan kepada semua penderita diare yang datang berobat di

BPU oleh dokter, perawat atau bidan yang memeriksa dan penyuluhan kelompok kepada

masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu tentang PHBS setiap bulan.

7. Pelatihan kader

Pelatihan kader 0 kali tiap tahun.

8. Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral)

Tidak aktif dan tidak ada jadwal pelaksanaan Pojok URO

9. Pencatatan dan pelaporan

- Tidak mengisi Formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas

(SP2TP) setiap hari kerja

- Tidak melaporkan kasus diare ke Dinas Kesehatan secara rutin.

d. Pengawasan

- Pertemuan Bulanan : 12 kali/ tahun

4.3.3 Keluaran

1. Penemuan kasus pasif

Perkiraan Penderita Diare Semua Umur

= 411/1000 x Jumlah Penduduk

=411/1000 x 75.902

= 31.195,7 31.196 (dibulatkan)

Jumlah penderita diare semua umur yang dilayani (sarana kesehatan)

dalam satu tahun = 1515 orang

Cakupan pelayanan diare semua umur

Jumlah Penderita Diare Semua Umur yang Ditemukandalam 1TahunTarget Penemuan Pendrita Diare Semua Umur

X 100 %

19

Page 20: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

= 15153119

x100 %

= 48,5 %

Jumlah penderita diare Balita = 10% x jumlah penduduk

= 10% x 75.902

= 7590 Balita

Perkiraan penderita diare balita yang datang ke sarana kesehatan

= 20% x perkiraan penderita

= 20% x 9867

= 1973 Balita

Jumlah penderita diare anak balita yang dilayani (sarana kesehatan) dalam

satu tahun = 1026 anak Balita

Cakupan pelayanan diare anak Balita

Jumlah Penderita Diare Anak Balita yang Ditemukan dalam1 TahunTarget Penemuan Penderita Diare Anak Balita

x100 %

= 1206/ 1973 x 100%

= 61%

Angka kesakitan diare Semua umur

Jumlah Penderita Diare Semua UmurJumlah Penduduk pada Tempat danWaktu yangsama

x1000

= 1515

75.902¿

¿ x 1000 20 per 1000 penduduk.

Angka kesakitan diare Balita

Jumlah Penderita Diare BalitaJumlah Penduduk balita padaTempat dan Waktu yang sama

x1000

= 1206

7504¿

¿ x 1000 160 per 1000 penduduk.

CFR (Case Fatality Rate) Semua Umur

Jumlah Penderita yang Mati Akibat DiareJumlah Pnderita Diare

x100 %

20

Page 21: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

¿ 01515

x100 %

= 0 %

2. Cakupan diagnosis penyakit yang sesuai SOP di UPTD Puskesmas Pedes periode Januari

2012 sampai dengan Desember 2012 = 0%

3. Cakupan pengobatan terhadap penyakit diare yang sesuai SOP di UPTD Puskesmas Pedes

periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 = 0 %

4. Surveilans diare di Puskesmas Pedes periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

tidak terlaksana dengan baik.

5. Cakupan distribusi logistik oralit periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

Cakupan distribusi logistik oralit di Puskesmas Pedes periode Januari

2012 sampai dengan Desember 2012

= JumlahOralit yang Diberikan Selama1 Tahun

Jumlah penderita Diare x6 Sachet Oralitx 100 %

= 4277

1515 x 6100 %

= 4277/9090 x 100 %

= 46,5 %

Cakupan distribusi Zinc di puskesmas Pedes periode Januari 2012 sampai

Desember 2012 tidak ada data

- 46,5 % cakupan distribusi oralit .

- Tersedia tablet Zinc.

- Tersedia antibiotik di Puskesmas.

- Tidak tersedia oralit pada masing-masing kader.

.

6. Penyuluhan

- Perorangan 100% dilakukan penyuluhan perorangan kepada setiap penderita atau

orangtua penderita sewaktu di balai pengobatan

- Kelompok 100% dilakukan penyuluhan kelompok (12 kali per tahun)

21

Page 22: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

7. Pelatihan kader khusus penanganan diare

- 0 % dilakukan pelatihan kader (tidak ada data kegiatan)

8. Pojok URO

- 0 % ( tidak ada data kegiatan)

9. Pencatatan dan pelaporan

- Angka kematian diare : 0 per 1000 penduduk

- Angka kesakitan diare semua umur : 20 per 1000 penduduk

- Angka kesakitan diare balita : 160 per 1000 penduduk

- Sistem pencatatan dan pelaporan tidak dilakukan dengan baik. Karena data yang

dilaporkan hanya data bulan Juli dan Desember. Bulannya lainnya tidak ada data.

4.3.4 Lingkungan

Fisik

1. Lokasi : Strategis

2. Transportasi : Mudah dan murah

3. Fasilitas dana sarana kesehatan : Bekerja sama dengan Puskesmas untuk

: melakukan kegiatan P2 diare

4. Sumber air bersih : 41,2 % memiliki sumber air bersih

5. Pengguna jamban : tidak ada data

6. PHBS : tidak ada data

7. Sarana pembuangan air limbah (SPAL) : tidak ada data

Non fisik

1. Tingkat pendidikan : 30,26 % berpendidikan rendah.

2. Sosio ekonomi : 26,39 % penduduk bekerja sebagai lain-lain

22

Page 23: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

4.3.5 Umpan balik

1. Adanya pencatatan dan pelaporan setiap bulan.

2. Adanya rapat atau pertemuan bulanan antara kepala puskesmas dengan ksoordinator P2

Diare, dam pelaksana harian.

4.3.6 Dampak

1. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat diare serta tidak terjadinya KLB: belum

dapat dinilai.

2. Peningkatan derajat kesehatan sesuai paradigma sehat: belum dapat dinilai.

23

Page 24: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Bab V

Pembahasan

Tabel 5.1 Masalah menurut variabel keluaran

Masalah menurut variabel keluaran

No. Variabel Tolok Ukur Cakupan Masalah

1. Cakupan Pelayanan Diare

Balita

100% 61 % + 39%

2. Surveilans 100 % dilakukan

setiap hari kerja

dan dilaporkan

setiap minggu.

Belum

terlaksana

dengan baik

+

3. Cakupan distribusi oralit

penderita

100% 46,5 % +, 53,5 %

4. Cakupan distribusi oralit di

Kader

100% Tidak ada data +

5. Cakupan Penyuluhan

Kelompok

100% Tidak ada data +

6. Pelatihan Kader 100 % Tidak ada data +

7. Pojok Oralit Ada, terlaksana

optimal

Tidak ada +, 100%

24

Page 25: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

5.2. masalah menurut variabel proses

Masalah menurut variabel proses

No. Variabel Tolok Ukur Cakupan Masalah

1. Perencanaan:

pelaksanaan

penyuluhan

kelompok

Dilakukan penjadwalan

penyuluhan kelompok

kepada masyarakat dan ibu-

ibu di posyandu, Posbindu

dan pengajian setiap bulan

mengenai PHBS dan Diare.

Dilakukan

penjadwalan

penyuluhan

kelompok kepada

masyarakat dan ibu-

ibu di posyandu,

Posbindu dan

pengajian setiap

bulan mengenai

PHBS dan Diare.

+

2. Perencanaan: pojok

oralit (URO)

Dilakukan perencenaan

penyediaan pojok oralit,

penjadwalan petugas

Belum ada

perencanaan

penyediaan pojok

oralit, penjadwalan

petugas.

+

3. Pelaksanaan:

Surveilans penderita

Terlaksananya

pengumpulan data kasus

diare yang terapat dari

laporan harian setiap hari

kerja dan dibuat laporan

mingguan.

Belum

terlaksananya

pengumpulan data

kasus diare yang

terapat dari

laporan harian

setiap hari kerja

dan dibuat laporan

mingguan.

+

4. Pelaksanaan:

Distribusi oralit

Diberikan oralit untuk

penderita sebanyak 6

Diberikan oralit

untuk

+:

25

Page 26: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

sachet.

Diberikan oralit untuk

tiap kader 10 sachet.

penderita

dengan jumlah

3 sachet

Diberikan oralit

untuk tiap

kader dengan

jumlah yang

tidak

diketahui.

+

5. Pelaksanaan:

Penyuluhan

kelompok

Penyuluhan kelompok

kepada masyarakat dan

ibu- ibu Posyandu,

Posbindu dan pengajian

tentang PHBS Rumah

Tangga diare 12 kali

setahun.

Penyuluhan

kelompok

kepada

masyarakat

dan ibu- ibu

Posyandu,

Posbindu dan

pengajian

tentang PHBS

Rumah

Tangga diare

dengan jumlah

yang tidak

diketahui.

+

6. Pelaksanaan Pojok

URO

Ada dan aktif Tidak ada +

7. Pengawasan Rapat bulanan 12x/tahun Tidak ada data

pasti mengenai

telah

diadakannya

+

26

Page 27: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

rapat bulanan.

Tabel 5.3 Masalah menurut variabel masukan

Masalah menurut variabel masukan

No. Variabel Tolok Ukur Cakupan Masalah

1. Tenaga: Kader/ posyandu 5 orang.

posyandu

1-3

orang/posyandu

+

Sarana Medis: ketersedian

tablet zinc

Ada Tidak ada data

mengenai

ketersediaan

tablet zinc

+

Sarana Non Medis: Kartu

Status

Ada Tidak ada +

Sarana Non Medis: Ruang

Pojok URO

Ada Tidak ada +

Tabel 5.4 Masalah menurut variabel lingkungan

Masalah menurut variabel lingkungan fisik

No. Variabel Tolok Ukur Cakupan Masalah

Fisik

1. Transportasi dan Lokasi Mudah dan

Murah

Mudah dan

murah

+

2. Pengguna Jamban 75% keluarga

memiliki akses

Tidak ada data +

27

Page 28: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

jamban

3. PHBS 75% rumah

tercapai

Tidak ada data +

4. Inspeksi SPAL 80% rumah

memiliki sistem

air limbah

Tidak ada data

sistem air limbah

+

5. Tempat Pembuangan Sampah Ada Tidak ada +

Masalah menurut variabel lingkungan- Non Fisik

No. Variabel Tolok ukur Cakupan Masalah

1.

2.

Pendidikan

Perilaku masyarakat

Mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun.

Menggunakan jamban sehat

Tidak

menghambat

program

80 %

80%

Sebagian besar

memiliki tingkat

pendidikan

rendah adalah

30,26%

Tidak ada data

39,74 %

+

+

+

28

Page 29: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Bab VI

Perumusan Masalah

Dari hasil pembahasan Evaluasi Program Pemberantasan Diare di UPTD Puskesmas Pedes

periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 didapatkan beberapa masalah sebagai

berikut:

6.1 Masalah pada keluaran

Cakupan pelayanan diare balita 60,1% dari tolak ukur 100%

Kegiatan surveilans bermasalah.

Cakupan distribusi oralit tiap penderita 46,5 % dari tolak ukur 100%

Cakupan distribusi oralit tiap kader bermasalah.

Pelatihan kader bermasalah.

Pojok oralit belum terlaksana.

6.2 Masalah pada proses

Belum ada perencanaan tertulis mengenai semua program.

Pelaksanaan surveilans tidak berjalan dengan baik.

Pelaksanaan distribusi oralit dengan cakupan 71 % untuk penderita

Tidak ada distribusi oralit untuk kader.

Tidak ada data mengenai Pelaksanaan penyuluhan kelompok mengenai PHBS Rumah

Tangga dan Diare.

Pojok Oralit tidak berjalan

29

Page 30: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Pengawasan: Tidak ada data pasti mengenai telah diadakannya rapat bulanan di

puskesmas.

6.3 Masalah pada masukan

Tenaga: jumlah kader 1-3 tiap Posyandu.

Tidak tersedia ruang Pojok URO.

6.4 Masalah pada lingkungan

Masalah pada lingkungan fisik

41,2 % rumah tangga memiliki akses air bersih

Tidak ada data rumah tangga memiliki akses jamban sehat

Tidak ada data rumah tercapai rumah tangga yang ber- PHBS

Tidak ada data rumah tangga yang memiliki SPAL yang baik

Masalah pada lingkungan non fisik

Secara keseluruhan penduduk wilayah kerja Puskesmas Pedes yang mempunyai

pendidikan rendah 30,26%

Perilaku masyarakat: hanya 70,50 % masyarakat yang mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun, dan 39,74% masyarakat yang menggunakan jamban sehat.

30

Page 31: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Bab VII

Prioritas Masalah

7.1 Keterangan Masalah

7.1.1 Cakupan pelayanan diare balita 61% dari tolok ukur 100%

7.1.2 Kegiatan surveilans bermasalah.

7.1.3 Cakupan distribusi oralit tiap penderita 71 % dari tolok ukur 100%

7.1.4 Cakupan distribusi oralit tiap kader bermasalah

7.1.5 Pelatihan kader bermasalah.

7.1.6 Pojok oralit belum terlaksana.

Prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode sederhana:

No. Parameter A B C D E F

1. Besarnya

masalah

3 3 4 4 3 3

2. Berat ringanya

akibat yang

ditimbulkan

3 3 4 4 4 4

3. Keuntungan

sosial yang

diperlukan

3 3 3 3 4 5

31

Page 32: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

4. Teknologi yang

tersedia

4 4 5 4 3 5

5. Sumber dana

yang tersedia

4 3 3 3 3 4

JUMLAH 17 16 19 18 17 21

Keterangan :

A : Cakupan pelayanan diare balita 61% dari tolok ukur 100%.

B : Kegiatan surveilans bermasalah.

C : Cakupan pemberian oralit tiap penderita 46,5 % dari tolok ukur 100%

D : Cakupan distribusi oralit tiap kader bermasalah

E : Pelatihan kader bermasalah.

F : Pojok oralit belum terlaksana

5 : Sangat penting

4 : Penting

3 : Cukup penting

2 : Kurang penting

1 : Tidak penting

7.2. Dua masalah yang menjadi prioritas adalah:

A. 0% adanya Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral)

B. 53,5 % cakupan kebutuhan oralit tidak terpenuhi.

32

Page 33: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Bab VIII

Penyelesaian Masalah

Masalah I : Cakupan kegiatan Pojok Oralit/ Upaya Rehidrasi Oral (URO)sebanyak 0% dari

target 100%.

Penyebab Masalah:

1. Tidak disediakan ruangan untuk dibuat Pojok Oralit.

2. Tidak direncanakanya program untuk kegiatan Pojok Oralit.

3. Tidak ada struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam pembagian tugas

untuk melakukan kegiatanPojok Oralit.

Penyelesaian Masalah:

1. Memanfaatkan ruangan yang terdapat dalam Puskesmas dengan baik dan efisien supaya

dapat digunakan untuk Pojok Oralit.

2. Dibuatnya perencanaan untuk dilaksanakannya kegiatan Pojok Oralit di Puskesmas Batu

jaya dan mengaktifkan kegiatan pojok oralit yang ada di puskesmas karena hal itu

merupakan sarana informasi yang efektif dimana ketika pasien datang berobat, ia akan

mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai penanganan diare.

3. Menyusun pembagian tugas yang jelas dan tertulis mengenai petugas yang

bertanggungjawab dalam pelaksanaan pojok oralit, rincian tugasnya masing-masing serta

membuat jadwal tugas petugas-petugas di Pojok Oralit secara teratur.

4. Kegiatan Pojok Oralit dilakukan oleh petugas yang dipertanggungjawabkan dan

dilakukan pemantauan terhadap berjalannya kegiatan Pojok Oralit oleh Kepala

Puskesmas atau koordinator P2M.

33

Page 34: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

5. Pojok oralit adalah suatu ruangan di Puskesmas (sudut ruang tunggu pasien) dengan 1-2

meja kecil dan seorang petugas puskesmas dapat mempromosikan usaha rehidrasi oral

(URO). Bila seseorang memerlukan URO, maka penderita tersebut dapat duduk di kursi

dibantu oleh ibu/keluarganya untuk melarutkan dan meminum oralit selama waktu

observasi 3 jam. Dijalankan oleh petugas kesehatan setiap hari kerja dengan adanya

penjadwalan petugas kesehatan di pojok URO.

6. Dapat dilakukan demostrasi membuat oralit dan pengetahuan mengenai diare melaui

video yang diputar diruang tunggu.

Masalah II: 53,5 % cakupan kebutuhan oralit tidak terpenuhi.

Penyebab masalah dari unsur proses adalah pemberian oralit kepada masyarakat di

puskesmas kurang dari jumlah yang ditetapkan SOP sebanyak 6 bungkus menjadi 3 bungkus.

Penyelesaian masalahnya adalah dengan memberi saran kepada kepala puskesmas,

petugas BPU dan petugas obat untuk memberi oralit sesuai ketentuan di SOP yaitu 6 bungkus

setiap pasiennya. Dan pelaksanaannya distribusi oralit diawasi petugas P2M , dokter puskesmas

dan kepala puskesmas.

34

Page 35: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Bab IX

Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Dari hasil penilaian program pengendalian penyakit diare yang dilakukan dengan

pendekatan sistem di Puskesmas Pedes periode tahun 2012 didapatkan bahwa program

pengendalian penyakit diare kurang berhasil karena masih ditemukan beberapa masalah yang

mempengaruhi keberhasilan program ini, yaitu:

Cakupan pelayanan kasus diare semua umur sebesar 48,5% .

Cakupan pelayanan kasus diare Balita sebesar 61%.

Cakupan diagnosis penyakit diare yang sesuai SOP sebesar 100% .

Cakupan pengobatan terhadap penyakit diare yang sesuai Standar Operasional

Prosedur (SOP) sebesar 0% .

Surveilans diare bermasalah.

Cakupan distribusi oralit tiap penderita 46,5 % dari tolok ukur 100%

Cakupan distribusi oralit tiap kader bermasalah.

Cakupan penyuluhan kelompok bermasalah.

Cakupan pelatihan kader bermasalah.

Pojok oralit belum terlaksana.

Cakupan pencatatan dan pelaporan kasus diare sebesar 100%

Dari cakupan kegiatan, didapatkan kegiatan yang tidak berhasil dilaksanakan dan

dibuat menjadi 2 prioritas masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu yaitu :

35

Page 36: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Cakupan distribusi oralit.

Pojok oralit belum terlaksana.

Masalah tersebut disebabkan oleh (1). Tidak ada struktur organisasi yang jelas

dan pembagian tugas yang jelas dan tertulis mengenai siapa yang bertanggung jawab dalam

memberikan penyuluhan. (2). Tidak ada pemantauan dari dokter dan koordinator P2M

terhadap petugas kesehatan dan kader dalam pengobatan menurut SOP diare. (3). Tidak

tersedianya oralit yang mencukupi (4). Tidak ada pelatihan kader khusus penanganan diare

setiap tahun..

Masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan langkah-langkah seperti yang telah

dikemukakan di atas. Dampak positif yang diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan

diare, angka kematian diare, serta terhindarnya Kejadian Luar Biasa penyakit Diare di

Puskesmas Pedes.

2. Saran

Saran yang di ajukan berupa : (1). Melakukan pemantauan terhadap penggunaan SOP

diare dalam mengobati penderita diare. (2). Mengadakan penyuluhan pentingnya pemberian

tablet Zinc kepada petugas kesehatan dan masyarakat. (3). Menyusun pembagian tugas

secara jelas dan tertulis mengenai petugas yang bertanggung jawab dalam memilih dan

motivasi kader untuk mengikuti pelatihan, pelaksanaan penyuluhan, rincian tugasnya

masing-masing serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur. (4). Mengadakan pelatihan-

pelatihan kepada kader dalam hal penanganan diare. (5). Mengadakan pojok URO (Upaya

Rehidrasi Oral) dalam bentuk penyuluhan video di ruang tunggu pasien. (6). Menyarankan

penambahan pemberian oralit supaya mencukupi..

Bila saran-saran yang diajukan ini dapat dilaksanakan di Puskesmas Pedes dan

diharapkan masalah yang sama tidak terulang pada periode berikutnya.

36

Page 37: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

Bab X

Daftar Pustaka

1. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Bakti Husada;

2011: hal.1-69.

2. Situasi Diare di Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Bakti Husada,

Kementerian Kesehatan RI, Triwulan II; 2011, hal 1-2, 26-8, 33.

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1216/Menkes/SK/XI/2001

Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, edisi ke 4, 2005, Departemen Kesehatan

RI, Direktorat Jenderal PPM&PL, hal 1, 15-7.

4. Anonim. Pengendalian diare di Indonesia. Dalam: Situasi diare di Indonesia. Subdit

Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Cerna Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta, 2011. Diunduh dari

http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf, pada 3 Mei 2013.

5. Marcellus SK, Daldiyono. Diare akut. Dalam: Gastroenterologi. Sudoyo AW, Setyohadi B,

Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi 4. Jakarta:

Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006.hlm.408-13.

6. Winlar W. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak kurang dua tahun di

kelurahan Turangga. Fakultas kedokteran Kristen Maranatha. Diunduh dari

http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/diare/faktor.pdf, pada 3 Mei 2013.

7. Data Kesehatan di Kabupaten Karawang tahun 2009 dan 2010, diunduh dari

http://www.karawangkab.go.id/informasi-umum/data-hasil-pembangunan/kesehatan.html,

diakses pada 4 Mei 2013.

37

Page 38: Diare Sudah Revisi Siap Kirim

38