Diagnosis Laboratorium Infeksi Hiv

Embed Size (px)

Citation preview

  • DIAGNOSIS LABORATORIUM INFEKSI HIV

    dr. Agustyas Tjiptaningrum, SpPK

  • Infeksi HIV (2-3 minggu)

    Sindroma retroviral akut (2-3 minggu)

    Gejala menghilang dan

    timbul serokonversi

    Infeksi kronis HIV asimptomatik (rerata berlangsung 8 tahun, di

    negara berkembang lebih pendek)

    HIV/AIDS simptomatik

    Kematian

    PERJALANAN PENYAKIT

  • PROSES SEROKONVERSI INFEKSI HIV

    Merupakan perubahan dari tidak ada antibodi (antibodi negatif) menjadi terdapatnya antibodi (antibodi positif).

    Antibodi HIV mulai dapat dideteksi pada minggu ke-4 hingga ke-7infeksi dan bertahan seumur hidup

    Masa antara masuknya infeksi HIV dengan timbulnya antibodi dalam tubuh disebut WINDOW PERIODE

    Pada masa window periode antibodi HIV negatif sedangkan virus sudah ada dalam darah

    Untuk deteksi pada masa ini dapat digunakan pemeriksaan antigen p24

    1. Rubbert A, Behrens G, Ostrowski M. HIV medicine 2006. In: Hoffmann C, Rockstroh JK, Kamps BS, editors.: Flying Publisher; 2006. 2. 3World Health Organization. Guidelines for HIV diagnosis and monitoring of antiretroviral therapy. New Delhi: WHO regional office for South-East Asia; 2004.

  • World Health Organization. Guidelines for HIV diagnosis and monitoring of antiretroviral therapy. New Delhi: WHO regional office for South-East Asia; 2004.

  • PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS HIV/AIDS

    Untuk diagnosis infeksi HIV dapat dilakukan dengan mendeteksi:

    1. Antibodi terhadap HIV

    2. Antigen p24 HIV

    3. Asam nukleat HIV (RNA atau DNA) PCR

    World Health Organization. Guidelines for HIV diagnosis and monitoring of antiretroviral therapy. New Delhi: WHO regional office for South-East Asia; 2004.

  • DETEKSI ANTIBODI HIV

    3 Sasaran Utama Pemeriksaan Antibodi anti HIV :

    1. Untuk tujuan pengamanan darah transfusi atau pencangkokan organ

    Ujing saring darah

    Uji saring produk darah dan serum dari donor darah

    Uji saring jaringan tubuh, organ tubuh, sperma, dan ovum

    2. Untuk surveilans

    Memantau prevalensi dan kecenderungan infeksi HIV secara berkala dan berkesinambungan

    Pemeriksaan sukarela dalam suatu penelitian

    3. Untuk diagnosis infeksi United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)-WHO. Weekly epidemiological record. Geneva: World Health Organization; 1997 27th March 1997.

  • DETEKSI ANTIBODI HIV

    Antibodi HIV muncul 4-8 minggu setelah terpapar (serokonversi)

    Untuk pelaksanaan tes berdasarkan strategi WHO.

    Strategi ini terdiri dari 3 berdasarkan obyek tes dan prevalensi HIV/AIDS

    World Health Organization. Guidelines for HIV diagnosis and monitoring of antiretroviral therapy. New Delhi: WHO regional office for South-East Asia; 2004.

  • DETEKSI ANTIBODI HIV

    World Health Organization. Guidelines for HIV diagnosis and monitoring of antiretroviral therapy. New Delhi: WHO regional office for South-East Asia; 2004.

  • DETEKSI ANTIBODI HIV

  • DETEKSI ANTIGEN HIV p24

    Untuk mendeteksi antigen p24 di inti HIV

    Positif pada stadium awal penyakit (1-2 minggu pertama sejak onset penyakit) dan sebelum antibodi anti p24 muncul dalam serum

    Bila antibodi anti p24 sudah terbentuk maka antigen p24 tidak akan terdeteksi lagi

    Pada pasien yang sudah masuk stadium akhir atau AIDS antibodi anti p24 menurun antigen p24 muncul kembali

  • METODE UJI KONFIRMASI HIV

    WESTERN BLOT Merupakan tes konfirmasi untuk menegakkan

    diagnosis HIV Mendeteksi antibodi terhadap antigen campuran dari

    HIV Lebih sensitif untuk mendeteksi anti p24 dibandingkan

    anti gp41

  • POSITIF : hasil WB mengandung 2 atau 3 pita utama untuk diagnosis yaitu anti gp 160/120, anti gp41, dan anti p24

    NEGATIF : hasil tes WB tidak menunjukkan adanya pita spesifik HIV-1 INDETERMINATE: hasil tes WB menunjukkan 1 atau lebih pita spesifik virus tapi

    bukan yang menunjukkan hasil positif. Hasil indeterminate harus diulang lagi bila tetap menunjukkan hasil yang sama maka tes diulang 2-3 bulan kemudian

    INTERPRETASI HASIL WESTERN BLOT

  • KLASIFIKASI INFEKSI HIV PADA DEWASA MUDA DAN DEWASA BERDASARKAN CDC

    Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus (HIV):AIDS and related disorders. In: Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, editors. Harrison's principle of internal medicine. New York: MacGraw Hill Inc; 2001.

  • Category A: Consists of one or more of the conditions listed below in an adolescent or adult (>13 years) with documented HIV infection. Conditions listed in categories B and C must not have occurred. Asymptomatic HIV infection Persistent generalized lymphadenopathy Acute (primary) HIV infection with accompanying illness or history of acute HIV infection

    Category B: Consists of symptomatic conditions in an HIV-infected adolescent or adult that are not included among conditions listed in clinical category C and that meet at least one of the following criteria: (1) The conditions are attributed to HIV infection or are indicative of a defect in cell-mediated immunity; or (2) the conditions are considered by physicians to have a clinical course or to require management that is complicated by HIV infection. Examples include, but are not limited to, the following: Bacillary angiomatosis Candidiasis, oropharyngeal (thrush) Candidiasis, vulvovaginal; persistent, frequent, or poorly responsive to therapy Cervical dysplasia (moderate or severe)/cervical carcinoma in situ Constitutional symptoms, such as fever (38.5C) or diarrhea lasting >1 month

    Hairy leukoplakia, oral Herpes zoster (shingles), involving at least two distinct episodes or more than one dermatome Idiopathic thrombocytopenic purpura Listeriosis Pelvic inflammatory disease, particularly if complicated by tuboovarian abscess Peripheral neuropathy

    a Added in the 1993 expansion of the AIDS surveillance case definition. SOURCE: MMWR 42(No. RR-17), December 18, 1992.

  • Category C: Conditions listed in the AIDS surveillance case definition. Candidiasis of bronchi, trachea, or lungs Candidiasis, esophageal Cervical cancer, invasivea Coccidioidomycosis, disseminated or extrapulmonary Cryptococcosis, extrapulmonary Cryptosporidiosis, chronic intestinal (>1 month's duration) Cytomegalovirus disease (other than liver, spleen, or nodes) Cytomegalovirus retinitis (with loss of vision) Encephalopathy, HIV-related Herpes simplex: chronic ulcer(s) (>1 month's duration); or bronchitis, pneumonia, or esophagitis Histoplasmosis, disseminated or extrapulmonary Isosporiasis, chronic intestinal (>1 month's duration) Kaposi's sarcoma Lymphoma, Burkitt's (or equivalent term) Lymphoma, primary, of brain Mycobacterium avium complex or M. kansasii, disseminated or extrapulmonary Mycobacterium tuberculosis, any site (pulmonarya or extrapulmonary) Mycobacterium, other species or unidentified species, disseminated or extrapulmonary Pneumocystis carinii pneumonia Pneumonia, recurrenta Progressive multifocal leukoencephalopathy Salmonella septicemia, recurrent Toxoplasmosis of brain Wasting syndrome due to HIV

    a Added in the 1993 expansion of the AIDS surveillance case definition. SOURCE: MMWR 42(No. RR-17), December 18, 1992.

  • PEMERIKSAAN LABORATORIUM TERKAIT HIV/AIDS

    Pemeriksaan laboratorium tidak hanya untuk mendiagnosis HIV/AIDS tapi juga untuk melihat penyulit atau penyakit penyerta pada HIV/AIDS dan memantau perjalanan penyakit

    Pemeriksaan tersebut antara lain: 1. Pemeriksaan darah lengkap biasanya onset AIDS

    ditandai dengan penurunan Hb, peningkatan LED, leukopeni dengan limfopenia. Neutropenia dan trombositopeni bisa terjadi. Anemia terjadi karena infeksi kronis atau inflamasi

    2. Pemeriksaan kimia Albumin biasanya hipoalbuminemia Pemeriksaan fungsi hati untuk melihat gangguan

    hati Pemeriksaan fungsi ginjal Ureum, kreatinin

  • PEMERIKSAAN LABORATORIUM TERKAIT HIV/AIDS

    Pemeriksaan tersebut antara lain: 3. Pemeriksaan urinalisis 4. Pemeriksaan feses lengkap diare kronik 5. Pemeriksaan cairan otak infeksi cryptococcus 6. Pemeriksaan CD4 pemantauan terapi dan

    penyakit HIV/AIDS

  • PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK INISIASI TERAPI ARV

    Tujuan terapi ARV adalah untuk menurunkan viral load dan meningkatkan kemampuan imun tubuh

    Rekomendasi WHO untuk dimulainya terapi ARV :

    World Health Organization. Guidelines for HIV diagnosis and monitoring of antiretroviral therapy. New Delhi: WHO regional office for South-East Asia; 2004.

  • STADIUM GAMBARAN KLINIS SKALA AKTIFITAS I 1. Asimptomatik

    2. Limfadenopati generalisata

    II 1. BB menurun < 10% 2. Kelainan kulit dan mukosa ringan seperti

    dermatitis seboroik,prurigo,onikomikosis,ulkus oral rekuren, kheilitis angularis

    3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir 4. Infeksi saluran nafas bagian atas seperti

    sinusitis bakterialis

    Catatan: HIV wasting syndrome adalah penurunan BB > 10% ditambah dengan

    diare kronis > 1 bulan atau demam > 1bulan yang tidak disebabkan oleh penyakit lainnya

    Encefalopati HIV merupakan gangguan kognitif dan atau disfungsi motorik yang mengganggu aktifitas hidup sehari-hari dan bertambah buruk dalam beberapa minggu atau bulan yang tidak disertai oleh penyakit penyerta lain selain HIV

  • STADIUM GAMBARAN KLINIS SKALA AKTIFITAS

    III 1. BB menurun > 10% 2. Diare kronis > 1 bulan 3. Demam berkepanjangan > 1 bulan 4. Kandidiasis orofaringeal 5. Oral hairy leukoplaki 6. TB paru dalam tahun terakhir 7. Infeksi bacterial berat seperti pneumonia,

    piomiositis

    Catatan: HIV wasting syndrome adalah penurunan BB > 10% ditambah dengan

    diare kronis > 1 bulan atau demam > 1bulan yang tidak disebabkan oleh penyakit lainnya

    Encefalopati HIV merupakan gangguan kognitif dan atau disfungsi motorik yang mengganggu aktifitas hidup sehari-hari dan bertambah buruk dalam beberapa minggu atau bulan yang tidak disertai oleh penyakit penyerta lain selain HIV

  • STADIUM GAMBARAN KLINIS SKALA

    AKTIFITAS IV 1. HIV wasting syndrome seperti yang didefinisikan oleh

    CDC 2. Pneumoia Pneumocystis carinii 3. Toksoplasmosis otak 4. Diare kriptosporidiosis > 1 bulan 5. Retinitis CMV 6. Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan 7. Kriptokokosis ekstrapulmonar 8. Leukoensefalopati multifokal progresif 9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis 10. Kondidiasis esofagus, trakea, bronkus, dan paru 11. Mikobakteriosis atipikal diseminata 12. Septisemia salmonelosis non tifoid 13. TBC ekstrapulmonar 14. Limfoma 15. Sarkoma Kaposi 16. Encefalopati HIV

    Catatan: HIV wasting syndrome adalah penurunan BB > 10% ditambah dengan diare kronis > 1 bulan atau demam

    > 1bulan yang tidak disebabkan oleh penyakit lainnya Encefalopati HIV merupakan gangguan kognitif dan atau disfungsi motorik yang mengganggu aktifitas

    hidup sehari-hari dan bertambah buruk dalam beberapa minggu atau bulan yang tidak disertai oleh penyakit penyerta lain selain HIV

  • PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MONITORING TERAPI ARV

    Tujuan terapi ARV adalah untuk menurunkan viral load dan meningkatkan kemampuan imun tubuh

    World Health Organization. Guidelines for HIV diagnosis and monitoring of antiretroviral therapy. New Delhi: WHO regional office for South-East Asia; 2004.