Upload
mika-febryati
View
9
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MMMMM
Citation preview
Antidiabetes Melitus
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di zaman era globalisasi saat ini ditemukan berbagai macam
penyakit yang mematikan. Salah satu penyakit yang sering dijumpai
yaitu diabetes melitus yang dapat menyerang segala macam
kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang tua, bahkan pada
orang lansia sekalipun. Diabetes melitus umumnya lebih banyak
diderita oleh kaum wanita terutama bagi mereka yang memiliki
masalah pada berat badannya.
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah akibat dari
rusaknya sel betha pangkreas yang menyebabkan defisiensi insulin
baik secara relatif ataupun secara absolut.
Dalam keadaan normal, kira-kira 50 % glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air 5% diubah
menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada
diabetes melitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak
dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi terutama di peroleh dari
metabolisme protein dan lemak.
Pengobatan diabetes dapat dilakukan dengan cara pemberian
insulin ataupun obat-obat hipoglikemik oral seperti golongan
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
sulfonilurea contohnya glibenclamid® dan golongan biguanid seperti
metformin®.
Disamping pengobatan dengan obat modern diabetes dapat
pula diobati dengan obat tradisional yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, hewan, maupun mineral. Pengobatan secara tradisional
memiliki efek samping yang kurang dibanding obat modern.
Dalam percobaan ini akan dibandingkan efek antidiabetes dari
obat golongan sulfonilurea (glibenclamid®) dengan obat golongan
biguanid (metformin®) serta Na-CMC sebagai kontrol, hal inilah yang
menjadi latar belakang sehingga percobaan ini dilakukan.
I.2. Maksud percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah agar mahasiswa
mengetahui dan memahami efek dari obat antidiabetes golongan
sulfonilurea (glibenclamid®), obat golongan biguanid (metformin®),
dan infus sarang semut terhadap hewan coba tikus (Rattus
novergicus).
I.3. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui pengaruh obat – obat antidiabetes seperti
glibenclamid®, metformin® dan infuse sarang semut terhadap kadar
gula darah hewan coba tikus (Rattus novergicus).
I.4 Prinsip Percobaan
Tikus yang telah dipuasakan 8-12 jam, diberi larutan glukosa
per oral dan pada awal percobaan sebelum pemberian obat – obat
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
antidiabetes seperti glibenclamid®, metformin® dan infuse sarang
semut, dilakukan pengambilan cuplikan darah sebagai kadar glukosa
awal. Pengambilan cuplikan darah diulangi setelah pemberian obat
(perlakuan) pada waktu-waktu tertentu. Keadaan hiperglikemia pada
uji toleransi glukosa hanya berlangsung beberapa jam setelah
pemberian glukosa sebagai diabetogen.
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Diabetes militus, penyakit gula atau kencing manis adalah
suatu gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme
hidratarang (glukosa) di dalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan
protein juga terganggu (Lat. Diabetes = penerusan, mellitus = manis
madu). Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang
berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan
mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam
darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa
digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat
dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun
dan berasa lelah (Tjay, 2002).
Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan
hormon peptide insulin, glukagon dan somatostatin, dan suatu
kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan. Hormon
peptide diskeresikan dari sel-sel yang berlokasi dalam pulau-pulau
Langerhans (A atau sel-B yang menghasilkan insulin , atau sel-A
yang menghasilkan glukogen, dan , atau sel-D yang menghasilkan
somatostatin). Hormon-hormon ini memegang peranan penting
dalam pengaturan aktivitas metabolic tubuh, dan dengan demikian,
membantu memelihara homestosis glukosa darah. Hiperinsulinemia
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
(misalnya, disebabkan oleh suatu insulinoma) dapat menyebabkan
hipoglikemia berat. Umumnya, kekurangan insulin relatif ataupun
absolut (seperti pada diabetes mellitus) dapat menyebabkan
hiperglikemia berat. Pemberian preparat insulin atau obat-obat
hipoglikemia dapat mencegah morbiditas dan mengurangi mentalitas
yang berhubungan dengan diabetes (Mycek, 2001).
Pankreas adalah organ lonjong kira-kira 15 cm, yang terletak
dibelakang hati. Organ ini terdiri dari 98% sel-sel dengan sekresi
ekstren, yang memproduksi enzim-enzim cerna (pankreatin) yang
disalurkan keduodenum dengan sekresi intern, yakni hormon-
hormon insullin dan glukagon yang disalurkan langsung kealiran
darah (Tjay, 2002).
Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai
polieptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Sekresi insulin
diatur tidak hanya diatur oleh kadar glukosa darah tetapi juga
hormon lain dan mediator autonomik. Sekresi insulin umumnya
dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi
dalam sel pankreas. Insulin umumnya diisolasi dari pankreas sapi
dan babi, namun insulin manusia juga dapat menggantikan hormon
hewan untuk terapi. Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus E.
Coli yang telah diubah secara genetik mengandung gen untuk insulin
manusia. Insulin babi paling mendekati struktur insulin manusia,
yang dibedakan hanya oleh satu asam amino. Gejala hipoglikemia
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
merupakan reaksi samping yang paling umum dan serius dari
kelebihan dosis insulin. Reaksi samping lainnya berupa lipodistropi
dan reaksi alergi.Diabetes militus ialah suatu keadaan yang timbul
karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul
karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta
metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50%
glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi
CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40%
diubah menjadi lemak (Sherwood, 2001).
Proinsulin disintesis dalam elemen poliribosom reticulum
endoplasmic sel ß pancreas. Prohormon tersebut ditransfer kesistem
reticulum endoplasmic dan kemudian ke kompleks Golgi. Ditempat
terakhir ini terjadi perubahan proinsulin menjadi insulin. Granula yang
mengandung insulin, proinsulin dalalm jumlah kecil dan peptide-C
kemudian terlepas dari apparatus Golgi (Ganiswarna, 2007).
Diabetes militus ialah suatu keadaan yang timbul karena
defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena
penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya
diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang
dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air,
5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi
lemak. Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu,
glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya
hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali
hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang
nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat
diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai
hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya
dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak
diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha
mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan
4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi. Polifagia
timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh
kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu (Ganiswarna, 2007).
Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu,
glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama
diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya
hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali
hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang
nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat
diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai
hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya
dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak
diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha
mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi. Polifagia
timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh
kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu (Ganiswarna, 2007).
Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang
berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan
mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam
darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa
digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat
dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun
dan berasa lelah (Tjay, 2002).
Diabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes merupakan
suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai
dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi
insullin relatif atau absolut. Pelepasan insullin yang tidak adekuat
diperberat oleh glukagon yang berlebihan. Diabetes menimpa kira-
kira 10 ribu individu atau kira-kira 5% populasi Amerika Serikat, dan
seperdelapan penyebab kematian di negara ini. Diabetes dapat
dibagi menjadi dua grop berdasarkan kebutuhan atas insullin :
diabetes melitus tergantung insullin (IDDM atau tipe I) dan diabetes
melitus tidak tergantung insullin (NIDDM atau tipe II). Kira-kira satu
sampai dua juta pasien menderita IDDM : sisanya 80 samapai 90%
penderita NIDDM (Mycek, 2001).
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di
Amerika Serikat : Sekretagog insulin (sulfonylurea, meglitinide),
biguanide, thiazolidinedione, dan penghambat glucosidase-alfa.
Sulfonylurea dan biguanide yang tersedia paling lama dan secara
tradisional merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe II.
Golongan insulin sekretagog dengan kerja cepat yang baru,
meglitinide, merupakan alternatif terhadap sulfonyurea golongan
tolbutamide dengan masa kerja pendek. Thiazolidinedione, yang
sedang dalam perkembangan sejak awal tahun 1980-an, adalah
agen yang sangat efektif untuk menurunkan resistensi insulin (Sylvia,
2006).
Diabetes Melitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran
basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer,
2000).
Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu di
antara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di
masa datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman
utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO membuat
perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25
tahun kenudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak
menjadi 300 juta orang (Sudoyo, 2007).
Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel
terhambat serta metabolismenya di ganggu. Dalam keadaan normal,
kira-kira 50 % glukosa yang di makan mengalami metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air 5% diubah menjadi glikogen dan kira-
kira 30-40% di menjadi lemak. Pada diabetes melitus semua proses
tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga energi terutama di peroleh dari metabolisme protein dan
lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya,
kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap
cairan intrsel yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang
timbul,karena glukoosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis
sangat meningkat di sertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada
penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi,
maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum
(polidipsia). Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu maka
di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu
(Ganiswarna, 1995).
Diabetes melitus adalah gangguan metabollisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen degan manifestasi berupa
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara
klinis, maka diabetes melitus di tandai dengan hiperglikemia puasa
transpor glukosa menembus membran sel. Pada pasien-pasien
dengan diabetes tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Kelainan ini dapat di sebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor pada membran sel yang selnya responsif
terhadap insulin intrinsik. Akibatnya,terjadi penggabungan abnormal
antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transpor glukosa
(Ganiswarna, 1995).
Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau Diabetes
Melitus Tergantung Insulin ( DMTI ) disebabkan oleh destruksi sel
beta pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( NIDDM ) atau Diabetes Melitus
Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel
beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin (Mansjoer, 2000).
Diagnosis klinis diabetes umumnya akan dipikirkan bila ada
gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (Mansjoer, 2000).
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
Gejala lain yang mungkin dikeluhkan adalah lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria. Kadar
glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
digunakan sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM. Bila
didapatkan kadar glukosa darah sewaktu kurang lebih 200 mg/dI dan
kadar glukosa darah puasa kurang lebih 126 mg/dI sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus (Sudoyo, 2007).
Pada saat makanan masuk ke dalam tubuh kita, glukosa akan
diabsorbsi oleh darah. Kemudian oleh kerja insulin glukosa dibawa
ke hati untuk disimpan dalam bentuk glikogen. Akan tetapi pada
kondisi diabetes melitus terjadi gangguan fungsi insulin sehingga
glukosa banyak menumpuk di dalam darah. Keadaan ini disebut
sebagai hiperglikemi (Guyton dan Hall, 1996).
II.2 Uraian Bahan
1. Air Suling (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Air suling, aquadest
RM/BM : H2O / 18,02
Rumus bangun : H – O – H
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
2. Glukosa (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : Glucosum
Nama Lain : Glukosa
Rumus molekul : C6H12O22H2O
Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau
butiran putih, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut
dalam air mendidih, agak sukar larut dalam
etanol 95 % p mendidih, sukar larut dalam
etanol 95% p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Induksi pada tikus
3. Na-CMC (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama lain : Natrium karboksimetil selullosa
Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning
gading; tidak berbau atau hampir tidak
berbau hidrofobik .
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, tidak larut
dalam etanol (95%) eter P dan pelarut
organik lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Kontrol
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
II.3 Uraian Obat
1. Glibenclamid® tablet
Nama sediaan : Tablet
Nama paten : Daonil®, Euglucon®, Prodiabet®, Prodiamel®
Indikasi : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(Type II, maturity onset diabetes) yang tidak
responsif dengan diaet saja
Kemasan : Glibenklamid® 5 mg, botol 100 captab
Glibenklamid® 5 mg, kotak 10 strip @ 10
captab
Produksi : Indofarma
No. Reg : GKL 9520904004 A1
Kontraindikasi : Glibenklamida tidak boleh diberikan pada
diabetes mellitus juvenil, prekoma dan koma
diabetes, gangguan fungsi ginjal berat,
gangguan fungsi hati serta gangguan berat
fungsi tiroid atau adrenal. Penderita yang
hipersensitif terhadap Glibenklamida
Efek samping : Kadang-kadang terjadi gangguan saluran
pencernaan, seperti mual, muntah dan nyeri
apigastrik, sakit kepal, demam, reaksi alergi
pada kulit.
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
2. Metformin® tablet
Nama sediaan : Tablet
Nama paten : Eraphage®, Glucophage®, Glucotica®
Indikasi : a. Pengobatan penderita diabetes yang baru
terdiagnosis setelah dewasa, dengan atau
tanpa jelebihanberat badan dan bila diet
taidak berhasil
b. Sebagai kombinasi terapi pada penderita
yang tidak responsif terhadap terapi
tunggal sulfonilurea baik primer maupun
sekunder
c. Sebagai obat pembantu untuk
mengurangi dosis insulin apabila
dibutuhkan
Kemasan : Metformin® 500 : Kotak, 10 strip @ 10 tablet
salut selaput, Metformin® 850 : Kotak, 10
strip @ 10 tablet salut selaput
Produksi : Dexa medica
No. Reg : GKL 9805024917 A1
Kontra indikasi : Penderita kardiovaskuler, gagal ginjal, gagal
hati, dehidrasi dan peminum alkohol., koma
diabetik, ketoasidosis, infark miokardial,
keadaan kronik akut yang berhubungan
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
dengan asidosis laktat seperti syok,
insufisiensi pulmonar, riwayat asidosis laktat
Efek samping : Efek samping bersifat reversibel pada
saluran cerna termasuk anoreksia, gangguan
perut, mual, muntah, rasa logam pada mulut
dan diare. Dapat menyebabkan asidosis
laktat tetapi kematian akibat insiden ini lebih
rendah dari kasusu hipoglikemia yang
disebabkan oleh glibenklamid/sulfonilurea.
II.4 Uraian Tanaman
II.4.1 Klasifikasi
Sarang semut (Myrmecomedia tuberosa)
(www.plantamor.com)
Regnum : Plantae
Subdivisi : Traceheobionta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Family : Rubiaceae
Genus : Myrmecomedia
Spesies : Myrmecomedia tuberosa
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
II.4.2 Morfologi (www.wikipedia.com)
Tumbuhan perdu, parasit, berumur panjang (perenial),
tinggi 30-45 cm. Batang berkayu, silindris, tidak bercabang,
pangkal menggelembung membentu bulatan yang kadang
hingga abu-abu, permukaan dipenuhi duri-duri tajam, bagian
dalam berbentuk rongga bersekat-sekat dan biasa dan biasa
dijadikan tempat tinggal koloni semut. Daun tunggal,
bertangkai, tersusun menyebar namun lebih banyak terkumpul
diujung batang, warna hijau, bentuk jorong, panjang 20-40 cm,
lebar 5-7 cm, helaian daun agak tebal – lunak, ujung tumpul
(obtusus), pangkal meruncing, tepi rata, permukaan halus,
tulang berwarna putih. Bunga berwarna putih buah beri, bulat
berwarna oranye perbanyaan generatif (biji).
II.5 Uraian Hewan Coba
Klasifikasi (Jasin, 1992)
Kingdom : Animalia
Phylum : Cordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus Novergicus
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat Yang digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1. Batang pengaduk
2. Gelas kimia
3. Glukometer
4. Kandang tikus
5. Kanula
6. Sendok tanduk
7. Spoit 5 ml
8. Sarung tangan
9. Timbangan analitik
III.2 Bahan Yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1. Air suling
2. Betadine®
3. Glibenklamid®
4. Infus sarang semut 9%
5. Metformin®
6. Na-CMC 1%
7. Tissue
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Pemilihan Hewan Coba
1. Disiapkan hewan uji yaitu tikus
2. Ditimbang dan diberi tanda hewan uji tersebut
3. Dihitung volume pemberian glukosanya
III.3.2 Pembuatan Bahan
Pembuatan Na-CMC 1%
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Ditimbang Na-CMC sebanyak 1 g
c. Na-CMC dilarutkan dengan 100 ml air hangat sambil
diaduk hingga jernih dan homogen
d. Na-CMC tersebut disimpan pada wadah dan siap untuk
digunakan setelah didiamkan selama 1 x 24 jam dalam
kulkas
Pembuatan Glukosa 10%
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Ditimbang glukosa sebanyak 10 g, kemudian dilarutkan
dalam 100 ml air panas
c. Diaduk hingga homogen, setelah itu didinginkan dan
disimpan dalam lemari es
Pembuatan Obat
1. Suspensi Glibenclamid®
a) Disiapkan alat dan bahan
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
b) Ditimbang Glibenclamid® sebanyak 0,0726 g
c) Dilarutkan dengan Na-CMC
d) Dicukupkan volumenya hingga 100 ml
e) Glibenclamid® siap digunakan
2. Suspensi Metformin®
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Ditimbang Metformin® sebanyak 0,1932 g
c) Dilarutkan dengan Na-CMC
d) Dicukupkan volumenya hingga 100 ml
e) Metformin® siap digunakan
3. Infus Sarang Semut 9%
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Ditimbang sarang semut sebanyak 9 g
c) Dipanaskan air sebanyak 100 ml dengan
menggunakan penangas air
d) Dimasukkan sarang semut dan dipanaskan hingga
suhunya mencapai 90o C
e) Didinginkan, infus sarang semut 9% siap digunakan
III.3.3 Perlakuan Hewan Coba
1. Diukur kadar glukosa awal tikus
2. Diinduksi dengan larutan glukosa 10% sebanyak 5 ml
selama 4 hari
3. Diukur kadar glukosa darah setelah induksi selama 4 hari
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
4. Diberi masing-masing tikus
a) Tikus I diberikan larutan Na-CMC sebanyak 5 ml
b) Tikus II diberikan Glibenclamid® sebanyak 5 ml
c) Tikus III diberikan metformin® sebanyak 4,75 ml
d) Tikus IV diberi infus sarang semut 9 % sebanyak 4,75
ml
e) Tikus V diberi infuse sarang semut 9% sebanyak 5 ml
5. Diukur kadar glukosa darah pada hari praktikum
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
IV.1.1 Tabel Pengamatan
No
Perlakuan Vp (ml) Awal Induksi Akhir% P
enurunan
1Glib
enklamid® 4,25 353 273 328 -20,15
2 Metformin® 5 218 119 149 -25,21
3Infus sarang
semut5 131 91 45 50,5
4Infus sarang
semut3,9 419 421 597 -41,81
IV.1.2 Perhitungan % penurunan
Tikus 1 (Glibenklamid®)
Kadar darah Induksi – kadar darah akhirRumus = X 100 %
Kadar darah Induksi
273 - 328 = X 100 %
273
= -20,15 %
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
Tikus 2 (Metformin®)
Kadar darah Induksi – kadar darah akhirRumus = X 100 %
Kadar darah Induksi
119 - 149 = X 100 %
119
= -25,21%
Tikus 3 (Infus sarang semut)
Kadar darah Induksi – kadar darah akhirRumus = X 100 %
Kadar darah Induksi
91 - 45 = X 100 %
91
= 50,5 %
Tikus 4 (Infus sarang semut)
Kadar darah Induksi – kadar darah akhirRumus = X 100 %
Kadar darah Induksi
421 - 597 = X 100 %
421
= -41,81 %
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
BAB V
PEMBAHASAN
Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua
gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh
defisiensi insulin relative atau absolute.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kadar gula darah pada tikus.
dengan memakai alat glukometer yang merupakan alat yang dipakai untuk
mengukur kadar gula darah. Pertama-tama diukur kadar gula darah awal
dari tikus, setelah kadar gula darah awal tikus diketahui, diinduksi dengan
pemberian sediaan glukosa 10% dibiarkan selama 4 hari kemudian diukur
kadar gula darahnya tikus pertama diberi Glibenklamid®, tikus kedua diberi
metformin® dan tikus ketiga diberi sarang semut 9% dantikus ke empat di
beri sarang semut 9%.
Untuk tikus yang diberi glibenklamid®, setelah diberi obat, kadar
gulanya terus meningkat. Sesuai dengan literatur obat glibenklamid®
merupakan obat turunan sulfonylurea yang dapat merangsang sekresi
insulin. Sehingga obat ini termasuk obat anti diabetika. Obat-obat
golongan ini berguna dalam pengobatan pasien diabetes tidak tergantung
insulin (NIDDM) yang tidak dapat diperbaiki hanya dengan diet.
Mekanisme kerja glibenklamid yaitu merangsang sekresi insulin
dari granul ses-sel β langerhans pankreas. Ransangannya melalui
interaksinya dengan ATP-sensitif K chanel pada membran sel – sel β yang
menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca2+ akan masuk sel-β
merangsang granula yang berisui insulin dan akan terjadi sekresi insulin
dengan jumlah ang euivalen dengan peptida – C. Kecauli itu sulfonilurea
dapat mengurangi klirens insulin di hepar.
Pada pemberian obat Metformin®, setelah diberi obat, kadar
gulanya terus meningkat. Sesuai dengan literetur obat metformin®
merupakan obat turunan biguanida yang tidak dapat merangsang sekresi
insulin. Sehingga obat ini digolongkan sebagai obat antihipoglikemi.
Sehingga ada kemungkinan seandainya pengukuran kadar gula darah
dilanjutkan pada praktikum ini darah akan terus naik sampai glukosa yang
diinduksi ketubuh mencit habis bereaksi dengan insulin baru kadar gula
darah kembali pada kadar gula awal atau normal.
Mekanisme kerja metformin® yaitu berdaya mengurangi resisten
insulin, meningkatkan sensitivitas jaringan perifer untuk insulin.
Pada pemberian obat sarang semut, setelah diberi obat, kadar
gulanya menurun. Sesuai dengan literatur, didalam sarang semut terdapat
kandungan polifenol, antioksidan, glikosida yang dapat menurunkan kadar
glukosa dalam darah.
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
BAB VI
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan pada praktikum antidiabetes
maka dapat disimpulkan bahwa obat yang paling bagus digunakan
adalah sarang semut dimana sarang semut memberikan reaksi yang
cepat untuk menurunkan kadar gula pada tikus.
V.2 Saran
Diharapkan supaya setiap asisten kelompok mendampingi
praktikan ketika praktikum.
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi III. Universitas Muslim Indonesia: Makassar
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI. Jakarta
Ganiswarna, 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. UI-Press. Jakarta
Guyton AC, Hall EJ., 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor : Setiawan I, EGC : Jakarta
H.T.Tan., & Raharja.K. 2008. Obat-Obat Penting Edisi VI, PT.Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta
Malole, 1989. Penanganan Hewan Coba. Depkes RI. Jakarta
Mansjoer, A., 2001. Kapita Selecta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta
Mutschler, E,. 1991. Dinamika Obat Edisi III. ITB. Bandung
Mycek, J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika. Jakarta
Sudoyo AW, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI : Jakarta
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
LAMPIRAN
1. Skema Kerja
PERHITUNGAN DOSIS
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
4 ekor tikus
Diukur kadar glukosa awal
Infus sarang semut
Na-CMC 1%Metmorfin®
Diukur kadar glukosa akhir
Glibenklamid®
Di induksi glukosa 9 %
Diukur kadar glukosa induksi
Pemberian obat
Antidiabetes Melitus
2. Perhitungan Dosis untuk Tikus
a. Glibenklamid®
Dosis : 5 mg
Berat etiket : 5 mg
Berat rata-rata : 0,2018 mg
Dosis untuk tikus 200 g = Dosis x fk
= 5 mg x 0,018
= 0,09 mg
100 gDosis untuk tikus 100g = x 0,09 mg
200 g
= 0,045 mg
Larutan stok 100 ml Larutan stok yang dicari = x Dosis max
Vp maksimal
100 ml= x 0,09 g
5 ml
= 1,8 g / 100 ml
Larutan stokBYD = x Berat rata-rata
BE
1,8= x 0,2018 g
5
= 0,0726 g
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
b. Metformin®
Dosis : 500 mg
Berat etiket : 500 mg
Berat rata-rata : 0,5367 mg
Dosis untuk tikus 200 g = Dosis x fk
= 500 mg x 0,018
= 9 mg
100 gDosis untuk tikus 100g = x 9 mg
200 g
= 4,5 mg
Larutan stok 100 ml Larutan stok yang dicari = x Dosis max
Vp maksimal
100 ml= x 9 mg
5 ml
= 180 g / 100 ml
Larutan stokBYD = x Berat rata-rata
BE
180= x 0,5367 g
500
= 0,1932 g
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296
Antidiabetes Melitus
3. Perhitungan Volume Pemerian Tikus
Berat tikusVolume Pemberian = x Volume maksimal
Berat max tikus
a. Untuk tikus I (170 g)
170 gVolume Pemberian = x 5 ml
200 g
= 4,25 ml
b. Untuk Tikus II (298 g)
c. Untuk tikus III (233 g)
d. Untuk Tikus IV (157 g)
157 gVolume Pemberian = x 5 ml
200 g
= 3,93 ml
Catatan : Untuk tikus III dan IV melebihi berat maksimal, jadi
volume pemberiannya sama dengan volume pemberian
maksimal yaitu 5 ml.
Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296