44
Antidiabetes Melitus BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di zaman era globalisasi saat ini ditemukan berbagai macam penyakit yang mematikan. Salah satu penyakit yang sering dijumpai yaitu diabetes melitus yang dapat menyerang segala macam kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang tua, bahkan pada orang lansia sekalipun. Diabetes melitus umumnya lebih banyak diderita oleh kaum wanita terutama bagi mereka yang memiliki masalah pada berat badannya. Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah akibat dari rusaknya sel betha pangkreas yang menyebabkan defisiensi insulin baik secara relatif ataupun secara absolut. Dalam keadaan normal, kira-kira 50 % glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt 150 2011 0296

Diabetes Melitus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MMMMM

Citation preview

Antidiabetes Melitus

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Di zaman era globalisasi saat ini ditemukan berbagai macam

penyakit yang mematikan. Salah satu penyakit yang sering dijumpai

yaitu diabetes melitus yang dapat menyerang segala macam

kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang tua, bahkan pada

orang lansia sekalipun. Diabetes melitus umumnya lebih banyak

diderita oleh kaum wanita terutama bagi mereka yang memiliki

masalah pada berat badannya.

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang ditandai

dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah akibat dari

rusaknya sel betha pangkreas yang menyebabkan defisiensi insulin

baik secara relatif ataupun secara absolut.

Dalam keadaan normal, kira-kira 50 % glukosa yang dimakan

mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air 5% diubah

menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada

diabetes melitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak

dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi terutama di peroleh dari

metabolisme protein dan lemak.

Pengobatan diabetes dapat dilakukan dengan cara pemberian

insulin ataupun obat-obat hipoglikemik oral seperti golongan

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

sulfonilurea contohnya glibenclamid® dan golongan biguanid seperti

metformin®.

Disamping pengobatan dengan obat modern diabetes dapat

pula diobati dengan obat tradisional yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan, hewan, maupun mineral. Pengobatan secara tradisional

memiliki efek samping yang kurang dibanding obat modern.

Dalam percobaan ini akan dibandingkan efek antidiabetes dari

obat golongan sulfonilurea (glibenclamid®) dengan obat golongan

biguanid (metformin®) serta Na-CMC sebagai kontrol, hal inilah yang

menjadi latar belakang sehingga percobaan ini dilakukan.

I.2. Maksud percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah agar mahasiswa

mengetahui dan memahami efek dari obat antidiabetes golongan

sulfonilurea (glibenclamid®), obat golongan biguanid (metformin®),

dan infus sarang semut terhadap hewan coba tikus (Rattus

novergicus).

I.3. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui pengaruh  obat – obat antidiabetes seperti

glibenclamid®, metformin® dan infuse sarang semut terhadap kadar

gula darah hewan coba tikus (Rattus novergicus).

I.4 Prinsip Percobaan

Tikus yang telah dipuasakan 8-12 jam, diberi larutan glukosa

per oral dan pada awal percobaan sebelum pemberian obat – obat

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

antidiabetes seperti glibenclamid®, metformin® dan infuse sarang

semut, dilakukan pengambilan cuplikan darah sebagai kadar glukosa

awal. Pengambilan cuplikan darah diulangi setelah pemberian obat

(perlakuan) pada waktu-waktu tertentu. Keadaan hiperglikemia pada

uji toleransi glukosa hanya berlangsung beberapa jam setelah

pemberian glukosa sebagai diabetogen.

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Diabetes militus, penyakit gula atau kencing manis adalah

suatu gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme

hidratarang (glukosa) di dalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan

protein juga terganggu (Lat. Diabetes = penerusan, mellitus = manis

madu). Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang

berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan

mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam

darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa

digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat

dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun

dan berasa lelah (Tjay, 2002).

Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan

hormon peptide insulin, glukagon dan somatostatin, dan suatu

kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan. Hormon

peptide diskeresikan dari sel-sel yang berlokasi dalam pulau-pulau

Langerhans (A atau sel-B yang menghasilkan insulin , atau sel-A

yang menghasilkan glukogen, dan , atau sel-D yang menghasilkan

somatostatin). Hormon-hormon ini memegang peranan penting

dalam pengaturan aktivitas metabolic tubuh, dan dengan demikian,

membantu memelihara homestosis glukosa darah. Hiperinsulinemia

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

(misalnya, disebabkan oleh suatu insulinoma) dapat menyebabkan

hipoglikemia berat. Umumnya, kekurangan insulin relatif ataupun

absolut (seperti pada diabetes mellitus) dapat menyebabkan

hiperglikemia berat. Pemberian preparat insulin atau obat-obat

hipoglikemia dapat mencegah morbiditas dan mengurangi mentalitas

yang berhubungan dengan diabetes (Mycek, 2001).

Pankreas adalah organ lonjong kira-kira 15 cm, yang terletak

dibelakang hati. Organ ini terdiri dari 98% sel-sel dengan sekresi

ekstren, yang memproduksi enzim-enzim cerna (pankreatin) yang

disalurkan keduodenum dengan sekresi intern, yakni hormon-

hormon insullin dan glukagon yang disalurkan langsung kealiran

darah (Tjay, 2002).

Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai

polieptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Sekresi insulin

diatur tidak hanya diatur oleh kadar glukosa darah tetapi juga

hormon lain dan mediator autonomik. Sekresi insulin umumnya

dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi

dalam sel pankreas. Insulin umumnya diisolasi dari pankreas sapi

dan babi, namun insulin manusia juga dapat menggantikan hormon

hewan untuk terapi. Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus E.

Coli yang telah diubah secara genetik mengandung gen untuk insulin

manusia. Insulin babi paling mendekati struktur insulin manusia,

yang dibedakan hanya oleh satu asam amino. Gejala hipoglikemia

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

merupakan reaksi samping yang paling umum dan serius dari

kelebihan dosis insulin. Reaksi samping lainnya berupa lipodistropi

dan reaksi alergi.Diabetes militus ialah suatu keadaan yang timbul

karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul

karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta

metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50%

glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi

CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40%

diubah menjadi lemak (Sherwood, 2001).

Proinsulin disintesis dalam elemen poliribosom reticulum

endoplasmic sel ß pancreas. Prohormon tersebut ditransfer kesistem

reticulum endoplasmic dan kemudian ke kompleks Golgi. Ditempat

terakhir ini terjadi perubahan proinsulin menjadi insulin. Granula yang

mengandung insulin, proinsulin dalalm jumlah kecil dan peptide-C

kemudian terlepas dari apparatus Golgi (Ganiswarna, 2007).

Diabetes militus ialah suatu keadaan yang timbul karena

defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena

penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya

diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang

dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air,

5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi

lemak. Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu,

glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya

hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali

hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang

nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat

diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai

hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya

dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak

diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha

mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan

4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi. Polifagia

timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh

kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu (Ganiswarna, 2007).

Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu,

glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama

diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya

hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali

hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang

nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat

diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai

hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya

dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak

diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha

mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi. Polifagia

timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh

kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu (Ganiswarna, 2007).

Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang

berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan

mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam

darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa

digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat

dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun

dan berasa lelah (Tjay, 2002).

Diabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes merupakan

suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai

dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi

insullin relatif atau absolut. Pelepasan insullin yang tidak adekuat

diperberat oleh glukagon yang berlebihan. Diabetes menimpa kira-

kira 10 ribu individu atau kira-kira 5% populasi Amerika Serikat, dan

seperdelapan penyebab kematian di negara ini. Diabetes dapat

dibagi menjadi dua grop berdasarkan kebutuhan atas insullin :

diabetes melitus tergantung insullin (IDDM atau tipe I) dan diabetes

melitus tidak tergantung insullin (NIDDM atau tipe II). Kira-kira satu

sampai dua juta pasien menderita IDDM : sisanya 80 samapai 90%

penderita NIDDM (Mycek, 2001).

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di

Amerika Serikat : Sekretagog insulin (sulfonylurea, meglitinide),

biguanide, thiazolidinedione, dan penghambat glucosidase-alfa.

Sulfonylurea dan biguanide yang tersedia paling lama dan secara

tradisional merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe II.

Golongan insulin sekretagog dengan kerja cepat yang baru,

meglitinide, merupakan alternatif terhadap sulfonyurea golongan

tolbutamide dengan masa kerja pendek. Thiazolidinedione, yang

sedang dalam perkembangan sejak awal tahun 1980-an, adalah

agen yang sangat efektif untuk menurunkan resistensi insulin (Sylvia,

2006).

Diabetes Melitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-

duanya disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan

hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,

ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran

basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer,

2000).

Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu di

antara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di

masa datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman

utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO membuat

perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25

tahun kenudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak

menjadi 300 juta orang (Sudoyo, 2007).

Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel

terhambat serta metabolismenya di ganggu. Dalam keadaan normal,

kira-kira 50 % glukosa yang di makan mengalami metabolisme

sempurna menjadi CO2 dan air 5% diubah menjadi glikogen dan kira-

kira 30-40% di menjadi lemak. Pada diabetes melitus semua proses

tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel,

sehingga energi terutama di peroleh dari metabolisme protein dan

lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya,

kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap

cairan intrsel yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang

timbul,karena glukoosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis

sangat meningkat di sertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah

yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada

penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi,

maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum

(polidipsia). Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu maka

di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu

(Ganiswarna, 1995).

Diabetes melitus adalah gangguan metabollisme yang secara

genetis dan klinis termasuk heterogen degan manifestasi berupa

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara

klinis, maka diabetes melitus di tandai dengan hiperglikemia puasa

transpor glukosa menembus membran sel. Pada pasien-pasien

dengan diabetes tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin

dengan reseptor. Kelainan ini dapat di sebabkan oleh berkurangnya

jumlah tempat reseptor pada membran sel yang selnya responsif

terhadap insulin intrinsik. Akibatnya,terjadi penggabungan abnormal

antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transpor glukosa

(Ganiswarna, 1995).

Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau Diabetes

Melitus Tergantung Insulin ( DMTI ) disebabkan oleh destruksi sel

beta pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non

Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( NIDDM ) atau Diabetes Melitus

Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel

beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya

kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh

jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.

Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini

sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin (Mansjoer, 2000).

Diagnosis klinis diabetes umumnya akan dipikirkan bila ada

gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (Mansjoer, 2000).

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

Gejala lain yang mungkin dikeluhkan adalah lemah,

kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria. Kadar

glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik

digunakan sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM. Bila

didapatkan kadar glukosa darah sewaktu kurang lebih 200 mg/dI dan

kadar glukosa darah puasa kurang lebih 126 mg/dI sudah cukup

untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus (Sudoyo, 2007).

Pada saat makanan masuk ke dalam tubuh kita, glukosa akan

diabsorbsi oleh darah. Kemudian oleh kerja insulin glukosa dibawa

ke hati untuk disimpan dalam bentuk glikogen. Akan tetapi pada

kondisi diabetes melitus terjadi gangguan fungsi insulin sehingga

glukosa banyak menumpuk di dalam darah. Keadaan ini disebut

sebagai hiperglikemi (Guyton dan Hall, 1996).

II.2 Uraian Bahan

1. Air Suling (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air suling, aquadest

RM/BM : H2O / 18,02

Rumus bangun : H – O – H

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

2. Glukosa (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : Glucosum

Nama Lain : Glukosa

Rumus molekul : C6H12O22H2O

Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau

butiran putih, tidak berbau, rasa manis

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut

dalam air mendidih, agak sukar larut dalam

etanol 95 % p mendidih, sukar larut dalam

etanol 95% p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Induksi pada tikus

3. Na-CMC (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

Nama lain : Natrium karboksimetil selullosa

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

gading; tidak berbau atau hampir tidak

berbau hidrofobik .

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, tidak larut

dalam etanol (95%) eter P dan pelarut

organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Kontrol

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

II.3 Uraian Obat

1. Glibenclamid® tablet

Nama sediaan : Tablet

Nama paten : Daonil®, Euglucon®, Prodiabet®, Prodiamel®

Indikasi : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(Type II, maturity onset diabetes) yang tidak

responsif dengan diaet saja

Kemasan : Glibenklamid® 5 mg, botol 100 captab

Glibenklamid® 5 mg, kotak 10 strip @ 10

captab

Produksi : Indofarma

No. Reg : GKL 9520904004 A1

Kontraindikasi : Glibenklamida tidak boleh diberikan pada

diabetes mellitus juvenil, prekoma dan koma

diabetes, gangguan fungsi ginjal berat,

gangguan fungsi hati serta gangguan berat

fungsi tiroid atau adrenal. Penderita yang

hipersensitif terhadap Glibenklamida

Efek samping : Kadang-kadang terjadi gangguan saluran

pencernaan, seperti mual, muntah dan nyeri

apigastrik, sakit kepal, demam, reaksi alergi

pada kulit.

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

2. Metformin® tablet

Nama sediaan : Tablet

Nama paten : Eraphage®, Glucophage®, Glucotica®

Indikasi : a. Pengobatan penderita diabetes yang baru

terdiagnosis setelah dewasa, dengan atau

tanpa jelebihanberat badan dan bila diet

taidak berhasil

b. Sebagai kombinasi terapi pada penderita

yang tidak responsif terhadap terapi

tunggal sulfonilurea baik primer maupun

sekunder

c. Sebagai obat pembantu untuk

mengurangi dosis insulin apabila

dibutuhkan

Kemasan : Metformin® 500 : Kotak, 10 strip @ 10 tablet

salut selaput, Metformin® 850 : Kotak, 10

strip @ 10 tablet salut selaput

Produksi : Dexa medica

No. Reg : GKL 9805024917 A1

Kontra indikasi : Penderita kardiovaskuler, gagal ginjal, gagal

hati, dehidrasi dan peminum alkohol., koma

diabetik, ketoasidosis, infark miokardial,

keadaan kronik akut yang berhubungan

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

dengan asidosis laktat seperti syok,

insufisiensi pulmonar, riwayat asidosis laktat

Efek samping : Efek samping bersifat reversibel pada

saluran cerna termasuk anoreksia, gangguan

perut, mual, muntah, rasa logam pada mulut

dan diare. Dapat menyebabkan asidosis

laktat tetapi kematian akibat insiden ini lebih

rendah dari kasusu hipoglikemia yang

disebabkan oleh glibenklamid/sulfonilurea.

II.4 Uraian Tanaman

II.4.1 Klasifikasi

Sarang semut (Myrmecomedia tuberosa)

(www.plantamor.com)

Regnum : Plantae

Subdivisi : Traceheobionta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Family : Rubiaceae

Genus : Myrmecomedia

Spesies : Myrmecomedia tuberosa

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

II.4.2 Morfologi (www.wikipedia.com)

Tumbuhan perdu, parasit, berumur panjang (perenial),

tinggi 30-45 cm. Batang berkayu, silindris, tidak bercabang,

pangkal menggelembung membentu bulatan yang kadang

hingga abu-abu, permukaan dipenuhi duri-duri tajam, bagian

dalam berbentuk rongga bersekat-sekat dan biasa dan biasa

dijadikan tempat tinggal koloni semut. Daun tunggal,

bertangkai, tersusun menyebar namun lebih banyak terkumpul

diujung batang, warna hijau, bentuk jorong, panjang 20-40 cm,

lebar 5-7 cm, helaian daun agak tebal – lunak, ujung tumpul

(obtusus), pangkal meruncing, tepi rata, permukaan halus,

tulang berwarna putih. Bunga berwarna putih buah beri, bulat

berwarna oranye perbanyaan generatif (biji).

II.5 Uraian Hewan Coba

Klasifikasi (Jasin, 1992)

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus Novergicus

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat Yang digunakan

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

1. Batang pengaduk

2. Gelas kimia

3. Glukometer

4. Kandang tikus

5. Kanula

6. Sendok tanduk

7. Spoit 5 ml

8. Sarung tangan

9. Timbangan analitik

III.2 Bahan Yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

1. Air suling

2. Betadine®

3. Glibenklamid®

4. Infus sarang semut 9%

5. Metformin®

6. Na-CMC 1%

7. Tissue

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

III.3 Cara Kerja

III.3.1 Pemilihan Hewan Coba

1. Disiapkan hewan uji yaitu tikus

2. Ditimbang dan diberi tanda hewan uji tersebut

3. Dihitung volume pemberian glukosanya

III.3.2 Pembuatan Bahan

Pembuatan Na-CMC 1%

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Ditimbang Na-CMC sebanyak 1 g

c. Na-CMC dilarutkan dengan 100 ml air hangat sambil

diaduk hingga jernih dan homogen

d. Na-CMC tersebut disimpan pada wadah dan siap untuk

digunakan setelah didiamkan selama 1 x 24 jam dalam

kulkas

Pembuatan Glukosa 10%

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Ditimbang glukosa sebanyak 10 g, kemudian dilarutkan

dalam 100 ml air panas

c. Diaduk hingga homogen, setelah itu didinginkan dan

disimpan dalam lemari es

Pembuatan Obat

1. Suspensi Glibenclamid®

a) Disiapkan alat dan bahan

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

b) Ditimbang Glibenclamid® sebanyak 0,0726 g

c) Dilarutkan dengan Na-CMC

d) Dicukupkan volumenya hingga 100 ml

e) Glibenclamid® siap digunakan

2. Suspensi Metformin®

a) Disiapkan alat dan bahan

b) Ditimbang Metformin® sebanyak 0,1932 g

c) Dilarutkan dengan Na-CMC

d) Dicukupkan volumenya hingga 100 ml

e) Metformin® siap digunakan

3. Infus Sarang Semut 9%

a) Disiapkan alat dan bahan

b) Ditimbang sarang semut sebanyak 9 g

c) Dipanaskan air sebanyak 100 ml dengan

menggunakan penangas air

d) Dimasukkan sarang semut dan dipanaskan hingga

suhunya mencapai 90o C

e) Didinginkan, infus sarang semut 9% siap digunakan

III.3.3 Perlakuan Hewan Coba

1. Diukur kadar glukosa awal tikus

2. Diinduksi dengan larutan glukosa 10% sebanyak 5 ml

selama 4 hari

3. Diukur kadar glukosa darah setelah induksi selama 4 hari

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

4. Diberi masing-masing tikus

a) Tikus I diberikan larutan Na-CMC sebanyak 5 ml

b) Tikus II diberikan Glibenclamid® sebanyak 5 ml

c) Tikus III diberikan metformin® sebanyak 4,75 ml

d) Tikus IV diberi infus sarang semut 9 % sebanyak 4,75

ml

e) Tikus V diberi infuse sarang semut 9% sebanyak 5 ml

5. Diukur kadar glukosa darah pada hari praktikum

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan

IV.1.1 Tabel Pengamatan

No

Perlakuan Vp (ml) Awal Induksi Akhir% P

enurunan

1Glib

enklamid® 4,25 353 273 328 -20,15

2 Metformin® 5 218 119 149 -25,21

3Infus sarang

semut5 131 91 45 50,5

4Infus sarang

semut3,9 419 421 597 -41,81

IV.1.2 Perhitungan % penurunan

Tikus 1 (Glibenklamid®)

Kadar darah Induksi – kadar darah akhirRumus = X 100 %

Kadar darah Induksi

273 - 328 = X 100 %

273

= -20,15 %

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

Tikus 2 (Metformin®)

Kadar darah Induksi – kadar darah akhirRumus = X 100 %

Kadar darah Induksi

119 - 149 = X 100 %

119

= -25,21%

Tikus 3 (Infus sarang semut)

Kadar darah Induksi – kadar darah akhirRumus = X 100 %

Kadar darah Induksi

91 - 45 = X 100 %

91

= 50,5 %

Tikus 4 (Infus sarang semut)

Kadar darah Induksi – kadar darah akhirRumus = X 100 %

Kadar darah Induksi

421 - 597 = X 100 %

421

= -41,81 %

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

BAB V

PEMBAHASAN

Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua

gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh

defisiensi insulin relative atau absolute.

Pada praktikum kali ini dilakukan uji kadar gula darah pada tikus.

dengan memakai alat glukometer yang merupakan alat yang dipakai untuk

mengukur kadar gula darah. Pertama-tama diukur kadar gula darah awal

dari tikus, setelah kadar gula darah awal tikus diketahui, diinduksi dengan

pemberian sediaan glukosa 10% dibiarkan selama 4 hari kemudian diukur

kadar gula darahnya tikus pertama diberi Glibenklamid®, tikus kedua diberi

metformin® dan tikus ketiga diberi sarang semut 9% dantikus ke empat di

beri sarang semut 9%.

Untuk tikus yang diberi glibenklamid®, setelah diberi obat, kadar

gulanya terus meningkat. Sesuai dengan literatur obat glibenklamid®

merupakan obat turunan sulfonylurea yang dapat merangsang sekresi

insulin. Sehingga obat ini termasuk obat anti diabetika. Obat-obat

golongan ini berguna dalam pengobatan pasien diabetes tidak tergantung

insulin (NIDDM) yang tidak dapat diperbaiki hanya dengan diet.

                       Mekanisme kerja glibenklamid yaitu merangsang sekresi insulin

dari granul ses-sel β langerhans pankreas. Ransangannya melalui

interaksinya dengan ATP-sensitif K chanel pada membran sel – sel β yang

menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca2+ akan masuk sel-β

merangsang granula yang berisui insulin dan akan terjadi sekresi insulin

dengan jumlah ang euivalen dengan peptida – C. Kecauli itu sulfonilurea

dapat mengurangi klirens insulin di hepar.

Pada pemberian obat Metformin®, setelah diberi obat, kadar

gulanya terus meningkat. Sesuai dengan literetur obat metformin®

merupakan obat turunan biguanida yang tidak dapat merangsang sekresi

insulin. Sehingga obat ini digolongkan sebagai obat antihipoglikemi.

Sehingga ada kemungkinan seandainya pengukuran kadar gula darah

dilanjutkan pada praktikum ini darah akan terus naik sampai glukosa yang

diinduksi ketubuh mencit habis bereaksi dengan insulin baru kadar gula

darah kembali pada kadar gula awal atau normal.

Mekanisme kerja metformin® yaitu berdaya mengurangi resisten

insulin, meningkatkan sensitivitas jaringan perifer untuk insulin.

Pada pemberian obat sarang semut, setelah diberi obat, kadar

gulanya menurun. Sesuai dengan literatur, didalam sarang semut terdapat

kandungan polifenol, antioksidan, glikosida yang dapat menurunkan kadar

glukosa dalam darah.

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

BAB VI

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan pada praktikum antidiabetes

maka dapat disimpulkan bahwa obat yang paling bagus digunakan

adalah sarang semut dimana sarang semut memberikan reaksi yang

cepat untuk menurunkan kadar gula pada tikus.

V.2 Saran

Diharapkan supaya setiap asisten kelompok mendampingi

praktikan ketika praktikum.

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi III. Universitas Muslim Indonesia: Makassar

Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI. Jakarta

Ganiswarna, 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. UI-Press. Jakarta

Guyton AC, Hall EJ., 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor : Setiawan I, EGC : Jakarta

H.T.Tan., & Raharja.K. 2008. Obat-Obat Penting Edisi VI, PT.Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta

Malole, 1989. Penanganan Hewan Coba. Depkes RI. Jakarta

Mansjoer, A., 2001. Kapita Selecta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta

Mutschler, E,. 1991. Dinamika Obat Edisi III. ITB. Bandung

Mycek, J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika. Jakarta

Sudoyo AW, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI : Jakarta

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

LAMPIRAN

1. Skema Kerja

PERHITUNGAN DOSIS

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

4 ekor tikus

Diukur kadar glukosa awal

Infus sarang semut

Na-CMC 1%Metmorfin®

Diukur kadar glukosa akhir

Glibenklamid®

Di induksi glukosa 9 %

Diukur kadar glukosa induksi

Pemberian obat

Antidiabetes Melitus

2. Perhitungan Dosis untuk Tikus

a. Glibenklamid®

Dosis : 5 mg

Berat etiket : 5 mg

Berat rata-rata : 0,2018 mg

Dosis untuk tikus 200 g = Dosis x fk

= 5 mg x 0,018

= 0,09 mg

100 gDosis untuk tikus 100g = x 0,09 mg

200 g

= 0,045 mg

Larutan stok 100 ml Larutan stok yang dicari = x Dosis max

Vp maksimal

100 ml= x 0,09 g

5 ml

= 1,8 g / 100 ml

Larutan stokBYD = x Berat rata-rata

BE

1,8= x 0,2018 g

5

= 0,0726 g

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

b. Metformin®

Dosis : 500 mg

Berat etiket : 500 mg

Berat rata-rata : 0,5367 mg

Dosis untuk tikus 200 g = Dosis x fk

= 500 mg x 0,018

= 9 mg

100 gDosis untuk tikus 100g = x 9 mg

200 g

= 4,5 mg

Larutan stok 100 ml Larutan stok yang dicari = x Dosis max

Vp maksimal

100 ml= x 9 mg

5 ml

= 180 g / 100 ml

Larutan stokBYD = x Berat rata-rata

BE

180= x 0,5367 g

500

= 0,1932 g

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296

Antidiabetes Melitus

3. Perhitungan Volume Pemerian Tikus

Berat tikusVolume Pemberian = x Volume maksimal

Berat max tikus

a. Untuk tikus I (170 g)

170 gVolume Pemberian = x 5 ml

200 g

= 4,25 ml

b. Untuk Tikus II (298 g)

c. Untuk tikus III (233 g)

d. Untuk Tikus IV (157 g)

157 gVolume Pemberian = x 5 ml

200 g

= 3,93 ml

Catatan : Untuk tikus III dan IV melebihi berat maksimal, jadi

volume pemberiannya sama dengan volume pemberian

maksimal yaitu 5 ml.

Abd. Rahman Munir Bayu Putra, S.Farm, Apt150 2011 0296