Upload
monica-sukmaningtyas
View
298
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mengenai penyakit diabetes melitus beserta asuhan keperawatan mengenai diabetes melitus
Citation preview
MAKALAH SISTEM ENDOKRIN
DIABETES MELITUS
Disusun Oleh Kelompok 1A :
1. Khristina Damayanti (201111065)
2. Maria Valenzya (201111073)
3. Marieta (201111075)
4. Monica Sukmaningtyas (201111080)
5. Petrus Ganggu (201111085)
6. Tiyastutik (201111108)
7. Yolanda Dias (201111118)
S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SANTA ELISABETH
SEMARANG
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
atas berkat dan campur tangan-Nyalah, maka kami dapat menyelesaikan makalah
sistem endokrin “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit diabetes melitus
“ ini dengan baik. Semoga apa yang kami tulis dan kami paparkan dalam makalah ini
dapat dimengerti dan di pahami dengan baik oleh pembaca sehingga dapat
bermanfaat bagi pembaca dalam menjaga dan meningkatkan status kesehatan dalam
kehidupan sehari – hari.
Penulis menyadari bahwa makalah asuhan keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 21 Mei 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
BAB II PENYAKIT DIABETES MELITUS
2.1 Anatomi dan Fungsi kelenjar Pankreas…………………………………
2.2 Mekanisme umpan balik kelenjar pancreas…………………………….
2.3 Peranan pancreas dalam mengatur metabolism glukosa……………….
2.4 Metabolisme glukosa dalam tubuh……………………………………..
2.5 Patofisiologi diabetes mellitus………………………………………….
2.6 Pemeriksaan diagnostic diabetes mellitus…………………………….
2.7 Diet untuk DM I, II, III dan implikasi keperawatannya…………………
2.8 Farmakologi anti diabet, hormone insulin
dan implikasi keperawatannya…………………………………………..
2.9 Penatalaksanaan Diabetes mellitus : suntik insulin……………………..
2.10 Askep diabetes mellitus…………………………………………………
2.11 Keterampilan memberikan suntik insulin……………………………..
2.12 Pendidikan kesehatan: perawatan kaki diabet:
(senam kaki, perawatan kuku) dan diet DM……………………………
2.13 Keterampilan cek GDS dan reduksi urine…………………………….
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………
3.2 Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Diabetes Melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit
ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan. Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes melitus (DM) dapat timbul secara
perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti
minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil ataupun berat badan yang
menurun. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan,
sampai kemudian orang tersebut pergi kedokter dan diperiksa kadar glukosa
darahnya.
Penyakit DM terkadang pula gambaran klinisnya tidak jelas, asimtomatik
dan diabetes baru ditemukan pada saat pemeriksaan penyaringan atau
pemeriksaan untuk penyakit lain. Dari sudut pasien diabetes mellitus sendiri, hal
yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian
didiagnosis sebagai diabetes mellitus dengan keluhan yaitu terjadi kelainan pada
kulit seperti gatal-gatal, bisulan. Selain itu juga terjadi kelainan ginekologis
seperti keputihan dan lain-lain
Gejala-gejala pada DM merupakan akibat dari adanya ketidak seimbangan
dalam metabolisme hidrat arang, protein, lemak dengan produksi ataupun fungsi
horman insulin.
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinik yang terdiri dari
peningkatan kadar gula darah, ekkresi gula melalui air seni dan gangguan
mekanisme kerja hormon insulin. Kelainan tersebut timbul secara bertahap dan
bersifat menahun.
Penyakit Diabetes Melitus (DM) ini terjadi akibat terjadinya gangguan
mekanisme kerja hormon insulin, sehingga gula darah yang ada di dalam tubuh
tidak dapat dinetralisir. Gizi juga dapat menunjukkan peranannya dalam
terjadinya Diabetes Mellitus dalam dua arah yang berlawanan. Gizi lebih yang
merupakan petunjuk umum peningkatan taraf kesejahteraan perorangan,
memperbesar kemungkinan manifestasi DM, terutama pada mereka yang memang
dilahrikan dengan bakat tersebut. Pada keadaan yang demikian gejala DM dapat
di atasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam
tubuh dengan masukan zat gizi melalui makanan.
1.2 Tujuan
1.2.1 agar mahasiswa mengatahui anatomi dan fisiologi kelenjar
pancreas
1.2.2 agar mahasiswa mengetahui metabolism glukosa dalam tubuh
1.2.3 agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan keperawatan klien
dengan penyakit diabetes mellitus
1.2.4 agar mahasiswa mengetahui keterampilan keperawatan untk pasien
dengan diabetes mellitus
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa mengatahui anatomi dan fisiologi kelenjar pancreas
1.3.2 Mahasiswa mengetahui metabolism glukosa dalam tubuh
1.3.3 Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan keperawatan klien dengan
penyakit diabetes mellitus
1.3.4 Mahasiswa mengetahui keterampilan keperawatan untk pasien
dengan diabetes mellitus
BAB II
PENYAKIT DIABETES MELITUS
2.1 Anatomi dan Fungsi kelenjar Pankreas
Pankreas adalah suatu organ lonjong dari kira-kira 15 cm, yang terletak
di belakang lambung dan sebagian di belakang hati. Organ ini terdiri dari 98%
sel-sel dengan sekresi ekstern, yang memproduksi enzim-enzim cerna yang
disalurkan ke duodenum. Sisanya terdiri dari kelompok sel (pulau Langerhans)
dengan sekresi intern, yakni hormon-hormon yang disalurkan langsung ke
aliran darah. Dalam pankreas terdapat empat jenis sel endokrin, yakni:
Sel-alfa, yang memproduksi hormon glukagon yang merangsang hati
memproduksi glukosa; bekerja berlawanan dengan insulin.
Sel-beta dengan banyak granula berdekatan membran selnya, yang berisi
insulin (Lat. insula= pulau). Setiap hari dieksresikan k.l. 2 mg (= 50 UI)
insulin, yang dengan aliran darah diangkut ke hati. Kira-kira 50% dari
hormon ini dirombak di sini, sisanya diuraikan dalam ginjal.
Sel-D memproduksi somatostatin (antagonis somatropin).
Sel-PP memproduksi PP (pancreatic polypeptide), yang mungkin
berperan pada penghambatan sekresi endokrin dan empedu
FUNGSI
1. Glukagon hormone
fungsi utama : meningkatkan kadar gula darah
sekresi distimulasi oleh kadar gula darah
Organ target : hepar / peningkatan glikogenolisis
metabolisme lemak : peningkatan lipolisis
dalam kead. Tertentu (lapar, sakit) : peningkatan glikoneogenesis/asam aminop
menjadi glukosa
2. Insulin hormone
fungsi utama : menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan difusi
glukosa dalam sel
efek anabolik insulin :
terhadap hepar : meningkatkan sintesa dan penyimpanan glikogen,
m’hambat glikogenolisis, glikoneogenesis, ketogenesis, meningkatkan
trigliserida
terhadap otot : m’ningkatkan sintesa protein, meningkatkan transpor as.
Amino, meningkatkan glikogenesis
Gambar Pankreas
2.2 Mekanisme umpan balik kelenjar pancreas
Keterangan
1. Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yang sangat penting yaitu bila
glukosa darah meningkat ke konsentrasi sangat tinggi setelah makan dan
kecepatan sekresi insulin juga meningkat, sebanyak 2/3 glukosa yang diabsorpsi
dari usus hampir segera disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen.
Kemudian, selama jam berikutnya jika konsentrasi glukosa darah dan kecepatan
sekresi insullin turun hati melepaskan glukosa kembalike dalam darah.
2. Fungsi insulin dan glukagon sebagai sistem umpan balik terpisah dan penting
untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah yang normal. Jika konsentrasi
meningkat sampai kadar yang sangat tinggi maka insulin disekresikan sebaliknya
insulin menyebabkan konsentrasi glukosa darah menurun ke arah normal.
Sebaliknya penurunan glukosa darah merangsang sekresi glukagon kemudian
glukagon berfungsi dalam arah sebaliknya untuk meningkatkan glukosa ke arah
normal.
3. Pada hipoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah atas hipotalamus
merangsang susunan saraf simpatis sebaliknya epinefrine yang disekresi oleh
kelenjar adrenal, masih menyebabkan pelepasan glukosa lebih lanjut dari hati.
4. Hormon pertumbuhan (STH dan ACTH) dan kortisol disekresikan dalam respon
terhadap hipoglikemia yang berkepanjangan dan mereka menurunkan kecepatan
penggunaan glukosa oleh bagian terbesar sel-sel tubuh
2.3 Peranan pancreas dalam mengatur metabolisme glukosa
Karbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk, termasuk gula sederhana atau
monosakarida, dan unit kimia yang kompleks, seperti disakarida dan
polisakarida. Karbohidrat yang sudah ditelan akan dicerna menjadi
monosakarida dan diabsorbsi, terutama dalam duodenum dan jejunum
proksimal. Sesudah diabsorbsi, kadar glukosa darah akan meningkat untuk
sementara waktu dan akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula. Pengaturan
fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar bergantung pada hati yang :
1. mengekstraksi glukosa
2. menyintesis glikogen
3. melakukan glukogenolisis
Dalam jumlah yang lebih sedikit, jaringan perifer otot dan adiposa juga
dipergunakan ekstrak glukosa sebagai sumber energi sehingga jaringan-jaringan
ini ikut berperan dalam mempertahankan kadar glukosa darah.
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati yang digunakan oleh
jaringan-jaringan perifer bergantung pada keseimbangan fisiologis beberapa
hormon yaitu:
1. hormon yang merendahkan kadar glukosa darah
2. hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah
Insulin merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah, dibentuk oleh sel-
sel beta beta pulau Lengerhans pankreas. Hormon yang meningkatkan kadar
glukosa darah, antara lain:
1. glukagon yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau Lengerhans
2. epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin
lain
3. glukokortikoid yang disekresi oleh korteks adrenal
4. growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
Glukagon, epinefrin, glukokortikoid dan growth hormon, membentuk suatu
pelawan mekanisme regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat
pengaruh insulin.
2.4 Metabolisme glukosa dalam tubuh
Karbohidrat (dengan bantuan enzim amilase)
Monosakarida(glukosa)
Glukosa dalam darah
Sebagian disimpan di dalam hati dan otot2 tulang sbg glikogen (menghendaki kerja
insulin)
Digunakan saat aktivitas otot dan diisi kembali dengan glukosa darah
Proses pembakaran
CO2 sbg hsl buangan, diekskresikan mll : paru2 (air,CO2),kulit (keringat), ginjal
(urine)
Kelebihannya
Disimpan sebagai lemak, BB
Jika kadar glukosa darah dalam batas normal ® sebagian besar jaringan
menggunakan glukosa sebagai sumber energi.
Kelebihan glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Sintesis glikogen dari
glukosa disebut glikogenesis.
Simpanan glikogen terbatas sehingga kelebihan glukosa yang lain diubah
menjadi lemak (lipogenesis).
Jika kadar glukosa darah turun, tubuh mengubah glikogen kembali menjadi
glukosa (glikogenolisis)
Dengan menyeimbangkan metabolisme oksidatif, sintesis glikogen,
pemecahan glikogen, dan sintesis lemak, tubuh dapat mempertahankan kadar
glukosa darah dalam batas normal.
Jika homeostasis gagal dan glukosa darah melebihi kadar kritis (pada diabetes
mellitus), kelebihan glukosa akan diekskresi dalam urin.
Ekskresi glukosa dalam urin hanya terjadi jika ambang ginjal untuk reabsorbsi
glukosa terlampaui.
2.5 Patofisiologi diabetes mellitus
Pengertian
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang
mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.
(Barbara C. Long)
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan
gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner
dan Sudart)
Diabetes melitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan
oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).
Diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompk kelaianan heterogen yang
ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah /hiperglikemi (Suzzane C.
Smeltzer, 1996 : 1220)
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron. (Arif Mansjoer, 1999 : 580)
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat (Sylvia A Price and Lorraiene M. Wilson, 1995 : 1111)
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
Diabetes Melitus (DM) merupakan syndrom gangguan metabolisme secara
genetis dan klinis termasuk heterogen akibat defisiensi sekresi insulin atau
berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah.
Jenis Diabetes Melitus dikelompokkan menurut sifatnya :
Diabetes melitus tergantung insulin
Diabetes melitus tidak tergantung insulin, terdiri penderita gemuk dan kurus
Diabetes melitus terkait malnutrisi
Diabetes melitus yang terkait keadaan atau gejala tertentu seperti penyakit pankreas,
penyakit hormonal, obat-obatan / bahan kimia, kelainan insulin / reseptornya,
sindrom genetik dll
Faktor Penyebab Diabetes melitus
Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi
insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena
kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui
Type Diabetes Melitus
1. Diabetes Tipe I ( IDDM )
Diabetes yang disebabkan oleh faktor autoimun, dimana terjadi kerusakan
pada sel beta yang memproduksi insulin. Faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan kerusakan autoimun tersebut diantaranya adalah virus
(Campak, Rubella, coxsackievirus ).
2. Diabetes Tipe II ( NIDDM )
Penyebabnya belum diketahui secara jelas. Tipe ini bukan merupakan
penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan akibat dari kondisi
yang menyebabkan hiperglikemi. Kondisi abnormal tersebut seperti
produksi glukosa yang berlebihan pada hepar, kerusakan produksi insulin,
dan terjadi resistensi insulin pada perifer yang dimulai pada hepar,
jaringan adiposa, serta otot
3. Diabetes Melitus Sekunder
Diabetes melitus yang terjadi akibat gangguan yang spesifik seperti
kerusakan pankreas,gangguan endorin dan faktor genetik yang
dihubungkan dengan intoleransi terhadap glukosa atau juga diabetes
yang dibangkitan oleh zat-zat kimia atau obat-obat seperti
kortikosteroid.
Gejala Penderita Diabetes Mellitus
Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes. Yaitu:
banyak minum,
banyak kencing,
berat badan turun.
Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya,
kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila keinginan minum kita
terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus. Berat badan yang pada awalnya
terus melejit naik lalu tiba-tiba turun terus tanpa diet. Tetangga saya ibu Ida juga tak
pernah menyadari kalau menderita diabet ketika badannya yang gemuk tiba-tiba terus
menyusut tanpa dikehendaki. Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa
kesemutan terutama di malam hari, gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan
atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan
keputihan pada perempuan.
Gejala:
Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru
diketahui sesudah adanya pemeriksaan laboratorium.
Pada tahap lanjut gejala yang muncul antara lain :
Rasa haus
Banyak kencing
Berat badan turun
Rasa lapar
Badan lemas
Rasa gatal
Kesemutan
Mata kabur
Kulit Kering
Gairah sex lemah
Komplikasi:
Penglihatan kabur
Penyakit jantung
Penyakit ginjal
Gangguan kulit dan syaraf
Pembusukan
Gairah sex menurun
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa
menimbulkan berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabet jangan sampai lengah
untuk selalu mengukur kadar gula darahnya, baik ke laboratorium atau gunakan alat
sendiri. Bila tidak waspada maka bisa berakibat pada gangguan pembuluh darah a.l.
gangguan pembuluh darah otak (stroke),
pembuluh darah mata (gangguan penglihatan),
pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta
pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).
Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran
kemih.
2.6 Pemeriksaan diagnostic diabetes mellitus
a. Kadar gula darah plasma waktu puasa > 140 mg/dl
b. Tes toleransi glukosa : pemberian larutan karbohidrat sederhana
c. Hemoglobin glikosilasi : pada saat gula darah meningkat, sel-sel glukosa
disambung dengan Hb (disatukan) waktu biasanya 2-4 bulan
d. Pemeriksaan insulin untuk glukosa
e. Pemeriksaan urine untuk keton
f. Pemantauan kadar glukosa darah mandiri
2.7 Diet untuk DM I, II, III dan implikasi keperawatannya
Diit yang tepat pada pasien DM
Protein
Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang
asupan protein orang dengan diabetes. ADA pada saat ini menganjurkan
mengkonsumsi 10% sampai 20% energy dari protein total. Menurut konsensus
pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006 kebutuhan protein untuk
penyandang diabetes juga 10%-20% energi.
Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg berat badan perhari atau
10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan
65% hendaknya bernilai biologic tinggi.
Total Lemak
Asupan lemak dianjurkan 7lt;7% energy dari lemak jenuh dan tidak
jennuh 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal. Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energy.
Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet
disiplin diet dislipidemia tahap II yaitu 1000 mg/dl mungkin perlu penurunan
semua tipe lemak makanan untuk menurunkan kadar lemak plasma dalam bentuk
kilomikron.
Lemak Jenuh dan Kolesterol
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol adalah
untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu < 7% asupan
energy sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan kolesterol makanan
hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.
Karbohidrat dan Pemanis
Rekomendari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total
karbohidrat daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah
dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada
sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan
mempunyai respon glikemik yang berbeda,prioritas hendaknya lebih pada jumlah
total karbohidrat yang dikonsumsi daripada sumber karbohidrat. Anjuran
konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 45-65%
energy.
Sukrosa
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari
perencanaan makan tidak memperburuk control glukossa darah pada individu
dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa
harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak
hanya dengan menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan
subtitusi ini kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan
kandugan zat gizi lain dari makanan yang mengandung sukrosa harus
dipertimbangkan, seperti lemak yang sering ada bersama sukrosa dalam
makanan. Mengkonsumsi makanan yang bervariasi memberikan lebih banyak zat
gizi dari pada makanan dengan sukrosa sebagai satu-satunya zat gizi.
Pemanis
Fluktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan
kebanyakan karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat
memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun
demikian, karena pengaruh dalam jumlah besar (20% energy) potensial
merugikan pada kolesterol dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan
sebagai bahan pemanis untuk orang dengan diabetes. Penderita disiplemia
hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun
tidak ada alas an untuk menghindari makanan seperti buah-buahan dan sayuran
yang mengandung fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang makanan
yang mengandung pemanis fruktosa. Sorbitol, manitoldan xylitol adalah gula
alcohol biasa (polyols) yang menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada
sukrosa dan karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut secara berlebihan
dapat mempunyai pengaruh laksatif. Sakarin, aspartame, acesulfame k adalah
pemanis tak bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderita
DM.
Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk
orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat
makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah
kira-kira 25 gr/1000 kalori/ hari dengan mengutamakan serat larut.
Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa
yaitu tidak lebih dari 3000 mgr, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan
sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari.
Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan
masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak
terpengaruh oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes
terkendali dengan baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada
mereka yang menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu sebaiknya hanya
diminum pada saat makan. Bagi orang dengan diabetes yang mempunyai masalah
kesehatan lain seperti pancreatitis, dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu
anjuran untuk mengurangi atau menghindari alkohol. Asupan kalori dari alkohol
diperhitungkan sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai penukar lemak
(1 minuman alcohol sama dengan 2 penukar lemak). Anjuran bagi orang diabetes
yang tidak dapat meninggalkan alkohol adalah sebagai berikut :
- Alkohol tidak boleh dikonsumsi apabila :
- kadar glukosa darah belum terkendali
- Kadar trigleserida darah meningkat
- Menggunakan obat diabetes sulfonylurea generasi pertama karena
dapat memberikan efek samping.
- Menderita penyakit gastritis, pankreatis, tipe tertentu penyakit
ginjal dan jantung. Alkohol mengandung kalori tinggi sehingga
tidak baik bagi yang kegemukan.
- Tidak diminum bila peut kosong karena dapat menyebabkan
hipoglikemia.
- Alkohol mengganggu kesadaran sehingga dapat membuat
perencanaan makan kurang bisa dipatuhi.
- Batasi tidak lebih dari 1-2 minuman saja, tidak lebih dari 2x
seminggu. Untuk yang menggunakan insulin, tidak lebih dari 2
minuman alkohol (1 minuman alkohol setara dengan 340 gr bir,
140 gr anggur atau 42 distilled spirits).
Mikronutrien
Vitamin dan Mineral
Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah suplementasi vitamin
dan mineral. Walaupun ada alas an teoritis untuk memberikan suplemen anti
oksidan, pada saat ini, hanya sedikit bukti yang menunjang bahwa terapi tersebut
menguntungkan.
Pemberian kromium menguntungkan pengendalian glikemik bagi mereka yang
kekurangan kromium sebagai akibat nutrisi parenteral. Kebanyakan orang dengan
diabetes agaknya tidak kekurangan kromium oleh karena itu suplementasi
kromium tidak bermanfaat. Walaupun kekurangan magnesium dapat berperan
pada resistansi insulin, intoleransi karbohidrat dan hipertensi, data yang ada
menyarankan bahwa evaluasi rutin kadar magnesium serum dianjurkan pada
pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita devisiensi magnesium.
Suplementasi kalium mungkin diperrlukan bagi pasien yang kehilangan kalium
kerena menggunakan diuretik. Hiperkalimea dapat terjadi pada pasien dengan
insufiensi ginjal atau hipoaldosteronisme hiporeninemik atau pasien rawat inap
yang minum angiotensin converting enzyim inhibitor, dalam hal ini dapat
dilakukan pembatasan kalium dalam diet pasien.
Prinsip Perencanaan Makan bagi Penyandang Diabetes
Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Kompisisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein dan 20-25%
dari lemak.
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang dengan
diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhankalori
basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung
pada beberapa factor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, kehamilan/laktasi, adanya
komplikasi dan berat badan.
Cara lain adalah seperti table I. cara yang lebih gampang lagi adalah dengan
pegangan kasar yaitu untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100 kalori,
dan gemuk 1300-1500 kalori.
Tabel I. Kebutuhan kalori penyandang diabetes
Kalori/kg BB ideal
Status Gizi Kerja santai sedang berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
Perhitungan berat badan idaman dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah
sebagai berikut
Berat badan idaman = 90% x (TB dalam cm- 100 cm)x 1 kg
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus
modifikasi menjadi : Berat badan ideal = (TB dalam cm – 100) x 1 kg. Sedangkan
menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kg),tinggi badan (m2).
Adalah sebagai berikut :
Berat normal : IMT = 18,5 – 22,9 kg/m2
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori :
1. Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini dapat dipakai angka
25 kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/ kg BB untuk pria.
2. Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB.
Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-
anak lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.
Penurunan kebutuhan kalori di atas 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap decade
antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, di atas 70
tahun dikurangi 20%.
3. Aktivitas Fisik atau pekerjaan
Jenis aktivitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktivitas
dikelompokkan sebagai berikut :
Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%
Ringan : pegawai kantor, pegawai took, guru, ahli hokum, ibu rumah tangga dan lain-
lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
Sedang : pegawai di industry ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang,
kebutuan dinaikkan menjadi 30% dari basal.
Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah
40%.
Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah 50%
dari basal.
4. Kehamilan / laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/ hari dan ada trimester II
dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550
kalori/hari.
5. Adanya komplikasi
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan
tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius.
6. Berat badan
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung kepada
tingkat kegemukan/kerusakannya.
Gula
Gula dan produk lain dari gula dikurangi, kecuali pada keadaan tertentu, misalnya
pasien dengan diet rendah protein dan yang mendapat makanan cair, gula boleh
diberikan untuk mencukupi kebutuhan kalori, dalam jumlah terbatas. Penggunaan
gula sedikit dalam bumbu diperbolehkan sehingga memungkinkan pasien dapat
makan makanan keluarga. Anjuran penggunaan gula untuk orang dengan DM sama
dengan untuk orang-orang normal yaitu tidak lebih dari 5% kebutuhan kalori total.
Sumber Diet Diabetes Melitus
Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berapa kebutuhan
bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk Penukar (P). lihat
lampiran I. berdasarkan pola makan pasien tersebut dan Daftar Bahan Makanan
Penukar, dapat disusun menu makanan sehari-hari.
Daftar Bahan Makanan Penukar
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan
ukuran tertentu dan dikeompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan
hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang
kurang lebih sama.
Dikelompokkan menjadi 8 kelompok bahan makanan yaitu :
Golongan I : bahan makanan sumber karbohidrat.
Golongan II : bahan makanan sumber protein hewani
Golongan III : bahan makanan sumber protein nabati
Golongan IV : sayuran
Golongan V : buah-buahan
Golongan VI : susu
Golongan VII : minyak
Golongan VIII : makanan tanpa kalori
Diambil dari Penatalaksanaan Gizi Pada Diabetes Melitus.
Di Tulis oleh : Kartini Sukardji pada Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu edisi kedua tahun 2009. Bab V
Macam Diet I II III IV V VI VII VIII
Energi (kal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein (gr) 50 55 60 65 70 80 85 90
Lemak (gr) 30 35 40 45 50 55 65 65
Hidrataran (gr) 160 195 225 260 300 325 350 390
MACAM MACAM DIET
- Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuK
- Diet IV s/d V : diberikan kepada penderita yang mempunyai berat badan normal
- Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita yang kurus, diabetes remaja atau
juvenille diabetes serta diabetes dengan komplikasi.
2.8 Farmakologi anti diabet, hormone insulin dan implikasi keperawatannya
Obat-obat anti diabetes
Golongan nama generik nama dagang dosis
Sulfonylurea chlorpropamid
e
diabenese 250-500
mg
glibenclamide daonil,euglucon 2,5-15
mg
gliquidone glurenorm 30-120
mg
gliclazide diamicron 20-320
mg
glipizide minidiab,glicotrol 2,5-20
mg
glipmepride amaryl 1-8 mg
Biguanides metformin glucophage,diabe
x
0,5-3 mg
alpha glucosidase
inhibitor
acarbose glucobay 50-600
mg
Meglitinides nateglinides starlix 180-540
mg
repaglinides novonorm 0,5-16
mg
Tiazolidinediones pioglitazone actos 15-30
mg
rosiglitazone avandia 4-8 mg
Contoh obat :
• Diabenese (klorpropamid) 250mg.
- Indikasi : diabetes melitus tanpa komplikasi tipe nonketotik ringan, sedang
atau parah.
- KI: diabetes melitus tipe remaja dan pertumbuhan, diabetes parah atau tidak
stabil, diabetes terkomplikasi dengan ketosis dan asidosis, koma diabetik.
- ES: erupsi kulit, eritema
• Daonil (glibenklamid) 5mg
- Indkasi : diabetes melitus pada orang dewasa.
- KI: diabetes melitus Tipe I, diabetes penguraian metabolik, koma diabetik,
gangguan ginjal parah, kehamilan dan menyusui.
- Dosis : awal, sehari 2,5mg, dinaikan 2,5mg dengan interval 3-5 hari sampai
metabolik tercapai.
• Glucobay (akarbose) 50mg, 100mg
- Indikasi : terapi penambah untuk diet, penderita diabetes mellitus
- KI: hipersensitif, gangguan intenstinal kronis berkaitan dengan absorbsi dan
pencernaan, gangguan ginjal berat dan kehamilan.
- ES: gangguan pencernaan seperti kembung, diare, nyeri saluran cerna.
- Dosis : awali dengan 50mg, kemudian ditingkatkan hingga 100-200mg 3X
sehari. Dosis dapat ditingkatkan setelah 4-8 minggu.
• Clamega (glibenklamid) 5mg
- I : diabetes melitus ringan atau sedang.
- KI: diabetes militus dengan komplikasi dan ginjal parah.
- ES : reaksi hipoglikemia, reaksi alergi kulit
- DS : ½ tablet perhari bersama makan pagi, dosis dapat di tingkatkan hingga 1
tablet, maksimum 3 tablet per hari
Mekanisme Kerja Obat Anti Diabet
1. SULFONYLUREA
Obat Golongan ini digunakan Untuk menurunkan glukosa darah, obat
inimerangsang sel beta dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Jadi
syarat pemakaian obat ini adalah apabila pankreas masih baik untuk membentuk
insulin, sehingga obat ini hanya bisa dipakai pada diabetes tipe 2.
Efek Samping : Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia, terutama bila dipakai
dalam 3 – 4 bulan pertama pengobatan akibat perubahan diet dan pasien mulai
sadar berolahraga serta minum obat. Apabila ada gangguan fungsi ginjal atau hati,
dosis perlu diperhatikan karena lebih mudah timbul hipoglikemia. Namun secara
umum obat ini baik untuk menurunkan glukosa darah.
2. BIGUANIDES
Obat biguanides memperbaiki kerja insulin dalam tubuh, dengan cara
mengurangi resistensi insulin. Pada diabetes tipe 2, terjadi pembentukan glukosa
oleh hati yang melebihi normal. Biguanides menghambat proses ini, sehingga
kebutuhan insulin untuk mengangkut glukosa dari darah masuk ke sel berkurang, dan
glukosa darah menjadi turun.
- Efek Samping : Metformin biasanya jarang memberikan efek
samping. Tetapi pada beberapa orang bisa timbul keluhan terutama pada saluran
cerna, misalnya :
- Gangguan pengecapan
- Nafsu makan menurun
- Mual, muntah
3. ALPHA-GLUCOSIDASE INHIBITORS
Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna,
sehingga pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di
usus menjadi berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah penyerapan
glukosa ke darah menjadi lambat, dan glukosa darah sesudah makan tidak cepat naik.
Efek Samping : Obat ini umumnya aman dan efektif, namun ada efek samping yang
kadangmengganggu, yaitu perut kembung, terasa banyak gas, banyak kentut,
bahkan diare. Keluhan ini biasanya timbul pada awal pemakaian obat, yang kemudian
berangsur bisa berkurang
4. MEGLITINIDES
Golongan Obat ini menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas secaracepat
dan dalam waktu singka.Termasuk golongan obat ini adalah Repaglinide (Novonorm)
dan Nateglinide (Starlix). Efek Samping Meskipun sama seperti sulfonylurea,
efek samping hipoglikemia boleh dikatakan jarang terjadi, hal ini disebabkan oleh
efek rangsangan pelepasan insulin hanya terjadi pada saat glukosa darah tinggi.
5. THIAZOLIDINEDIONES
Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi insulin, karena
bekerja dengan merangsang jaringan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap
insulin, sehingga insulin bisa bekerja dengan lebih baik, glukosa darahpun akan
lebih banyak diangkut masuk ke dalam sel, dan kadar glukosa darah akan
turun. Selain itu, obat thiazolidinediones juga menjaga hati agar tidak
banyak memproduksi glukosa. Efekmenguntungkan lainnya adalah obat ini
biasa menurunkan trigliserida darah.
Efek Samping : Beberapa efek merugikan yang mungkin timbul adalah bengkak,
berat badan naik, dan rasa capai. Efek serius yang jarang terjadi adalah gangguan
hati.
2.9 Penatalaksanaan Diabetes mellitus : suntik insulin
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan/
mengurangi keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan jangka panjangnya
adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara
menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah
tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan
pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri. Kriteria pengendalian
DM dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kriteria pengendalian diabetes melitus 4
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah plasma vena (mg/dl)
- Puasa
- 2 jam
80-109
110-159
110-139
160-199
>140
>200
HbA1c (%) 4-6 6-8 >8
Kolesterol total (mg/dl) <200>240
Kolesterol LDL
- tanpa PJK
- dengan PJK
<130>159
>129
Kolesterol HDL (mg/dl) >45 35-45 <35>250
>200
- BMI/IMT
perempuan
laki-laki
18,9-23,9
20 -24,9
23-25
25-27
>25 atau <18,5>27 atau <20>160/95
Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang
mayoritas diderita anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak
insulin. Terapi DM tipe 1 lebih tertuju pada pemberian injeksi insulin.
Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase akut/ketoasidosis
koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki
keseimbangan asam basa, elektrolit dan pemakaian insulin.
2. Fase subakut/ transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll,
stabilisasi penyakit dengan insulin, menyusun pola diet, dan penyuluhan
kepada penyandang DM/keluarga mengenai pentignya pemantauan
penyakitnya secara teratur dengan pemantauan glukosa darah, urin,
pemakaian insulin dan komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan
jasmani.
3. Fase pemeliharaan
Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status
metabolik dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi
Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam
penatalaksanaan penyandang DM tipe 1, diantaranya :
- Bebas dari gejala penyakit
- Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya
- Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya,
yaitu diusahakan supaya anak-anak :
- Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
- Mengalami perkembangan emosional yang normal
- Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa
darah serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala
hipoglikemia
- Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu
berpartisipasi dalam kegiatan fisik maupun sosial yang ada
- Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM,
keluarga, maupun oleh lingkungan
- Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM
untuk mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan
intelegensinya
Keadaan ideal yang ingin dicapai ialah penyandang DM tipe 1
dalam keadaan asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat
berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang diinginkannya serta
mampu menghilangkan rasa takut terhadap terjadinya komplikasi.
Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh sebagian besar penyandang DM
maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan prinsip-
prinsip penatalaksanaan diabetes. 1-4
Untuk mencapai tujuan ini penatalaksanaan dibagi menjadi
1. Pemberian insulin
2. Penatalaksanaan dietetic
3. Latihan jasmani
4. Edukasi
5. Home monitoring (pemantauan mandiri )
Pemberian Insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas
tidak dapat memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya
pasien harus mendapatkan terapi insulin untuk mengatasi glukosa
darah yang tinggi. Penghentian suntikan akan menimbulkan
komplikasi akut dan bisa fatal akibatnya.
Suntikan insulin untuk pengobatan diabetes dinamakan terapi insulin.
Tujuan terapi ini terutama untuk :
1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau
mendekati normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada
diabetes.
Keberhasilan terapi insulin juga tergantung terhadap gaya
hidup seperti program diet dan olahraga secara teratur.
Sebelum membahas mengenai cara kerja pompa insulin pada
pengobatan diabetes melitus tipe 1, akan dijelaskan mengenai cara
kerja dan jenis insulin
Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa
terutama bersumber dari karbohidrat walaupun protein dan lemak juga
bisa menaikan glukosa. Karbohidrat dipecah menjadi glukosa dan
masuk ke peredaran darah, dan glukosa darah dapat meningkat. Secara
terus menerus pankreas melepaskan insulin pada saat makan atau
tidak. Setelah makan, glukosa meningkat di dalam peredaran darah
dan pengeluaran insulin oleh pankreas juga meningkat. Tugas pokok
insulin adalah mengatur pengangkutan atau masuknya glukosa dari
darah ke dalam sel sehingga glukosa darah bisa turun. Jadi, insulin
berperan dalam mengatur kestabilan glukosa di dalam darah. Insulin
juga bekerja di hati. Setelah makan, kadar insulin meningkat dan
membantu penimbunan glukosa di hati. Pada saat tidak makan, insulin
turun. Maka hati akan memecah glikogen menjadi glukosa dan masuk
ke darah sehingga glukosa darah dipertahankan tetap dalam kadar
yang normal.1-4
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses
pencernaan sehingga insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau
pil. Satu-satunya jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan, bisa
suntikan di bawah kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot
(intramuscular/im), atau suntukan ke dalam pembuluh vena
(intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus dengan
pompa (insulin pump/CSII) atau sistem tembak (tekan semprot) ke
dalam kulit (insulin medijector).
Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama
kerja insulin tersebut, yakni :
1. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)
2. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
3. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
4. Mixed Insulin
5. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
6. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)
Tabel 4. Insulin yang Tersedia dan yang Akan Tersedia di
Indonesia
- Tipe Insulin Mulai Kerja Puncak Lama Kerja
Ultra Short Acting (Quick-Acting, Rapid Acting)
Insulin Analogues
Insulin Aspart (NovoRapid, Novolog)
Insulin Lispro (Humalog) 15-30 min 60-90 min 3-5 hr
Short-Acting (Soluble, Neutral)
Insulin Reguler, Actrapid, Humulin R 30-60 min 2-4 hr
6-8 hr
Intermediate-Acting (Isophane)
Insulatard, Humulin N, NPH 1-2
hr 4-8 hr 16-24 hr
Long-Acting Insulin (Zinc-based)Monotard, Humulin
Lente, Humulin Zn 1-3 hr 4-12 hr 16-24 hr
Very Long Acting Insulin
Insulin Glargine (Lantus)
Insulin Detemir (Levemir) 2-4 hr 4-24hr (nopeak) 24-
36 hr
Mixed Insulin (Short + Intermedidiate-Acting Insulin)
Mixtard 30/70, NovoMix, Humulin 30/70 30 min 2-8 hr
24 hr
Terapi Pompa Insulin pada pasien Diabetes Melitus Tipe 1
Pompa insulin merupakan suatu alat yang tampak seperti pager yang
digunakan untuk mengelola masuknya insulin ke dalam tubuh pasien diabetes.
Sebuah pompa insulin terdiri dari sebuah tabung kecil (Syringe) yang
berisikan insulin dan microcomputer yang membantu pasien untuk
menentukan berapa banyak insulin yang diperlukan. Insulin dipompakan
melalui selang infus yang terpasang dengan sebuah tube plastic ramping yang
disebut cannula, yang dipasang pada kulit subkutan perut pasien. Selang infus
harus diganti secara teratur setiap minggunya. Di Indonesia, alat ini masih
jarang digunakan walaupun sudah ada distributornya. Akan tetapi di negara
lain seperti Amerika, penggunaan alat ini kini menjadi favorit pasien diabetes
karena keefektifan penggunaanya. 5
Indikasi penggunaan terapi insulin harus memenuhi kriteria di bawah
ini :
- Menggunakan insulin lebih dari 3 kali sehari
- Kadar glukosa darah sering tidak teratur
- Lelah menggunakan terapi injeksi insulin
- Ingin mengurangi resiko hipoglikemi
- Ingin mengurangi resiko komplikasi yang berkelanjutan
- Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel
Ketika seseorang memutuskan untuk menggunakan terapi pompa
insulin, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni :
1. Mengecek kadar glukosa darah ( setidaknya 4 hari sekali, sebelum makan)
untuk mengetahui berapa dosis insulin yang diperlukan untuk mengontrol
kadar glukosa darah tubuh
2. Mulai memahami makanan yang anda makan. Apakah makanan tersebut
membuat kadar glukosa darah tinggi atau tidak.
3. Perhatikan secara teratur ( setiap setelah makan) pompa insulin untuk
meminimalisir kerusakan.
Menurut studi yang dilakukan National Institute of Health
selama 10 tahun terhadap 1000 penderita diabetes melitus tipe 1, didapatkan
bahwa penggunaan terapi insulin yang intensif, seperti contohnya menggunakan
pompa insulin, dapat mengurangi komplikasi diabetes secara efektif. Studi ini
menunjukan bahwa terapi insulin intensif :
- Mengurangi komplikasi kebutaan 76 %
- Mengurangi komplikasi amputasi 60 %
- Mengurangi resiko terkena penyakit ginjal 54 %
Sebelum adanya pompa insulin, satu cara yang bisa digunakan untuk
memasukan insulin ke dalam tubuh yakni dengan menyuntikan insulin secara
terus menerus ke tubuh setiap harinya. Pompa insulin bekerja seperti pankreas
dan telah diprogram secara otomatis untuk memasukan insulin ke dalam tubuh
kapan pun diperlukan.
Terapi pompa insulin atau yang dikenal dengan sebutan Continuous
Subcutaneous Insulin Infusion (CSII) merupakan terapi yang paling menyerupai
metode fisiologi tranfer insulin ke dalam tubuh. Insulin yang dipergunakan dalam
pompa insulin adalah insulin “prandial” (short atau rapid acting insulin), sehingga
dosis basal akan tertutupi oleh dosis prandial “bolus” yang diberikan secara
intensif selama 24 jam.
Menurut studi retrospektif yang dilakukan Nimri, penggunaan pompa
insulin terbukti menunjukan perbaikan kontrol glikemik terhadap anak yang
menderita diabetes tipe 1. Kemajuan ini diikuti dengan penurunan insiden
hipoglikemia dan penambahan berat badan terhadap anak-anak tersebut yakni
36.5 menjadi 11.1 kejadian per 100 pasien-tahun. 6-8
Keuntungan penggunaan pompa insulin yakni :
1. Terbebas dari penggunan multiple daily injection insulin
2. Penurunan kadar HbA1C yang terkontrol
3. Mengurangi frekuensi terkena hipoglikemia
4. Mengurangi variasi kadar glukosa darah
5. Meningkatkan fleksibilitas dan manajemen diabetes
Kekurangan Penggunaan pompa insulin yakni :
1. Ada resiko infeksi jika tidak mengganti insertion site pada cannula secara
teratur
2. Pemeriksaan gula darah yang lebih sering
3. Memiliki resiko terkena hiperglikemi yang dapat mengakibatkan diabetic
ketoacidosis yang lebih besar jika tidak mempergunakan pompa dalam
jangka waktu yang lama.
Di Indonesia sendiri, insiden diabetes melitus tipe 1 sangat jarang. Sehingga
penggunaan pompa insulin pun masih jarang digunakan. Walaupun alatnya
sudah ada di Indonesia, akan tetapi harganya relatif mahal. Inilah yang
membuat para dokter jarang merekomendasikan terapi pompa insulin kepada
pasiennya yang menderita DM tipe 1 maupun tipe 2.
2.10 Askep diabetes mellitus
Tn. Aris(58th) datang ke RS dengan KU : Sakit berat, kesadaran: somnolent. Dari
hasil pengkajian didapatkan data: pasien sesak nafas, nafas kusmaull, nafas bau
aseton, hasil TTV S: 37, N: 90, RR : 40, TD: 90/60, GDS : 380, BB : 60 kg, TB: 150
cm. Hasil lab BGA : PCO2 50, PH : 7,2, HCO3 : 18, HBA1C 7, SaO2 93 %, Chol
250, HDL 60, Albumin 3,0, Na 125, Kalium 3,0, Klorida 90 pada hasil lab urin
glukosa positif, urin protein 35, keton 7, reduksi urin +3, terpasang 02 masker 7 liter.
Pasien tampak lemah dan kelelahan, punya riwayat DM, tidak punya riwayat penyakit
pankreas. Pasien sudah 5 hari di rawat di RS, hasil pengkajian akhir KU sakit sedang,
kesadaran CM, pasien mengeluh sesak nafas berkurang, mual, muntah, nyeri
abdomen, kulit kering, gatal-gatal pada kulit, mata kabur, pada ibu jari kaki terdapat
ulcus kehitaman, terpasang O2 nasal 3 liter, SaO2 96 % , S : 36, N : 88 ,RR : 30, TD :
100/60, jumlah urin 3000 cc, hasil GDS : 290, pasien punya kebiasaan olah raga
senam lansia, pasien mendapat diet DM. Pasien mendapat injeksi Hum N 4 unit jam
20.00, terapi oral Amaryl 1x1 mg pagi, injeksi ca gluconas 1x10 mg.
Kata sulit :
Nafas kusmaull: cepat dan dangkal
Nafas bau aseton: nafas berbau seperti buah-buahan/manis/aroma terapi
Ulcus: kerusakan lokal permukaan organ/jaringan ditimbulkan oleh terkelupasnya
jar. Nekrotik radang
HBA1C : pemeriksaan untuk mengetahui glukosa dalam tubuh seseorang <3bln
yang lalu
HDL : lipoprotein densitas tinggi
GDS : gula darah sewaktu
Somnolent : kesadaran dimana mudah tertidur walau diajak bicara
Pengkajian
Pola gordon
1. Pola pemeliharaan kesehatan.
Pasien mengatakan punya kebiasaan olahraga senam lansia.
2. Pola nutrisi dan metabolik.
Pasien mengatakan mual dan muntah, BB 60 kg, pasien mendapat diit DM
3. Pola eliminasi.
Jumlah urin pasien 3000 cc.
4. Pola aktivitas dan latihan.
Pasien mengatakan sesak nafas.
5. Pola tidur dan istirahat.
Tidak terkaji
6. Pola kognitif dan sensori
Pasien merasa nyeri pada perut, gatal-gatal dikulit, pandangan kabur
7. Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terkaji
8. Pola peran dan hubungan
Tidak terkaji
9. Pola seksual dan reproduksi
Tidak terkaji
10. Pola koping dan toleransi terhadap stress
Tidak terkaji
11. Pola nilai dan kepercayaan
Tidak terkaji
I. PEMERIKSAAN FISIK
KU : pasien tampak sakit sedang
TTV : TD : 100/60 mmHg, N : 88x/mnt, RR : 30x/nmt, S : 360 C,
SPO2
96%, GDS 209
II. Hasil Pemeriksaaan Diagnostik
DATA LAB.
BGA: PCO2: 50, Ph: 7,2, HCO3: 18, HBA1C 7, SaO2 93%, chol 250,
HDL 60, albumin 3,0, Na 125, kalium 3,0, klorida 90, pada hsl lab urine
glukosa (+), urine protein 35, keton 7, reduksi urin (+) 3.
Hasil rontgen :-
III. Program Terapi.
Tgl/jam Jenis terapi Rrute terapi dosis Indikasi
terapi
1-06-2010
jam 20:00
jam 8:00
jam 8:00
Hum N
amaryl
Ca Gluconas
Parenteral
Oral
Parenteral
4 unit
1x1 mg
1x10 mg
ANALISA DATA
DATA PROBLEM ETIOLOGY
DS :
-pasien mengeluh sesak nafas
berkurang
-Nyeri abdomen
DO :
- BGA : asidosis respiratorik
terkompensasi sebagian
-SaO2 96%
-RR : 30 x/menit
Gangguan pertukaran gas Perubahan membrane
alveolar-kapiler
DS :
DO :
-jumlah urine 3000
-Mual
Defisit volume cairan Kehilangan volume cairan
aktif
-Muntah
-Kulit kering
-TD : 100/60 mmHg
DO :
pada ibu jari terdapat ulcus
kehitaman
gatal-gatal pada kulit
mata kabur
GDS :260 g/dl
Resiko cedera Internal (Hipoksia jaringan,
Fisik)
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar
kapiler ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas berkurang, Nyeri
abdomen. SaO2 96%, RR : 30 x/menit, BGA: asidosis respiratorik
terkompensasi sebagian
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
ditandai dengan jumlah urine : 3000 cc, mual, muntah, kulit kering,
TD :100/60 mmHg
3. Resiko cedera berhubungan dengan internal (hipoksia jaringan, fisik) ditandai
dengan pada ibu jari terdapat ulcus kehitaman, gatal-gatal pada kulit, mata
kabur, GDS : 209 g/dl
PERENCANAAN
TGL/
JAM
NO DP Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi Rasional
1. Gangguan
pertukaran
gas setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
5x24jam
dengan
kriteria hasil
:
-Tidak
terpasang
O2 nassal 3
1. Monitor
TTV
2. Monitor
saturasi
O2
3. Monitor
1. Pasien dengan DM
dapat terjadi
peningkatan RR
karena adanya
kompensasi tubuh
akibat terbentuknya
badan-badan keton.
2. Kondisi
hiperglikemia dapat
mempegaruhi kadar
oksigen dalam darah
3. Klien dengan
gangguan
pertukaran gas BGA
ltr
-RR : 16-20
x/menit
-Pasien tidak
mengeluh
sesak nafas
-pH 7,35-
7,45
- hco3 21-28
-pco2 35-45
BGA
4. Monitor
pola
pernafasa
n
5. Berikan
posisi
semi
fowler
6. Berikan
teknik
relaksasi
7. Lanjutkan
pemberia
n terapi
O2
3L/menit
8. Kolaboras
i dalam
pemberia
n obat
analgesik
nya tidak normal
4. Terbentuknya
badan-badan keton
mempengaruhi pola
pernafasan pasien
DM
5. Dapat meningkatkan
ekspansi paru,
memperlanjacaralira
ndarah.
6. Merileksasikan
pikiran serta otot
abdomen,
dapatmengurangi
rasa nyeri
7. Memenuhi kadar
oksigen dalam
tubuh
8. Mengurangi nyeri
abdomen.
2. Defisit
volume
cairan
teratasi
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
5x24jam
dengan
1. Monitor
kelembap
an
membran
mukosa,
kulit,turg
or kulit,
cap.refill
2. Monitor
hasil
lab.elektr
1. Mengetahui tanda-
tanda dehidrasi
karena pada pasien
dengan DM dapat
terjadi poliuri
2. Pasien dengan DM
dapat terjadi
pengeluaran
elektrolit melalui
urine.
kriteria hasil
:
jumlah urine
3000 cc/hari
Mual (-)
Muntah (-)
Kulit lembab
TD : 120/80
mmHg
olit
3. Monitor
mual,
muntah
4. Berikan
air minum
2400-
3000cc/ha
ri
5. Hitung
balance
cairan
6. Kolaboras
i dalam
pemberia
n terapi
infus
3. Dapat meningkatkan
asam lambung yg
seterusnya berakibat
ke asidosis.
4. Mencegah dehidrasi
karena pada pasien
DM dapat terjadi
poliuri dan
polidipsi.
5. Mengetahui
keseimbangan
intake dan output
6. Poliuri
mengakibatkan
sejumlah cairan
dalam tubuh
terbuang, pemberian
infus dapat
memenuhi
keb.cairan tubuh
serta mencegah
dehidrasi.
3
.
Cedera tidak
terjadi
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
6x24jam
setelah
dilakukan
tindakan
1. Monitor
keadaan
kulit
2. Bantu
dalam
pemenuha
n ADL.
1. Mengetahui
perkembangan pada
ulkus apakah
berkurang/tidak.
2. Pasien dengan mata
kabur dapat terjadi
peningkatan resiko
cedera
3. Banyak istirahat
dapat
keperawatan
:
pada ibu jari
tidak
terdapat
ulcus
kehitaman
gatal-gatal
pada kulit (-)
mata kabur
berkurang
GDS : g/dl
3. Anjurkan
pasien
untuk
banyak
istirahat
4. Beri
penghalan
g tempat
tidur.
5. Berikan
sikat gigi
yang
berbuluh
halus.
6. Posisikan
lingkunga
n kamar
nyaman
dan
terang.
7. Lanjutkan
diet
pasien
DM
meminimalkan
resiko cedera
4. Meminimalkan
resiko cedera
5. Mencegah
terjadinya luka di
gusi, karena pasien
DM proses
penyembuhan luka
dapat lama karena
sel-sel untuk
penyembuhan
kurang nutrisi
(glukosa)
6. Memberikan rasa
nyaman pada pasien
7. Kadar glukosa
dalam darah
meningkat, diet DM
dimaksudkan untuk
menyeimbangkan
kembali kadar
glukosa dalam darah
8. Lanjutkan
pemberia
n obat
Hum N 4
unit pada
jam 20.00
9. Lanjutkan
pemberia
n terapi
obat
amaryl
1x1 mg
pagi,
injeksi Ca
Gluconas
1x10 mg.
8. Kondisi
hipoekskresi insulin.
9. Merupakan
pengobatan pada
pasien DM untuk
menyeimbangkan
kadar gula dalam
darah
2.11 Keterampilan memberikan suntik insulin
Sifat-Sifat Insulin :
Ada empat sifat insulin :
4. Cara kerja insulin : Insulin dikelompokan menjadi massa kerja cepat,
masa kerja sedang,dan massa kerja lambat.
5. Kekuatan insulin : sediaan insulin memiliki kadar unit insulin yang
berbeda beda dalam satu ml volume. Insulin 100-U yang paling sering
digunakan. Sedangkan yang paling kecil menggunakan insulin U-40,
hal yang penting untuk menghindari kesalahan dalam pemberian dosis
yang tepat ialah dengan selalu mencocokan kadar insulin dan kalibrasi
semprit dalam satuan unit / ml.
6. Sumber insulin : Sifat antigenesitas insulin dapat menurunkan aktivitas
reseptor-reseptor insulin. Dahulu sediaan insulin yang dipakai berasal
dari kombinasi pankreas sapi dan babi. Suatu insulin jenis tunggal
yang berasal dari babi diperuntukan pasen alergi, kedua jenis insulin
diatas menyerupai insulin manusia dan ada teknik buatan rekombinan
DNA secara bakteriologis.
7. Kemurnian insulin : Insulin standar dapat mengandung subtansi
subtansi yang mirip pro insulin dan antigenik lainnya
(glukagon,polipeptida pankreas ) dalam jumlah kecil.
Cara Pemberian Insulin
- Intravena: bekerja sangat cepat yakni dalam 2-5 menit akan terjadi
penurunan glukosa darah.
- Intra muskuler : penyerapannya lebih cepat 2 kali lipat daripada subkutan.
- Subcutan : penyerapanya tergantung lokasi penyuntikan, pemijatan,
kedalaman, konsentrasi. Lokasi abdomen lebih cepat dari paha maupun
lengan.
Cara Penyuntikan Insulin :
7. Gunakan spuid insulin yang dikalibrasi sama dengan unit insulin
8. Pilihlah insulin sesuai dengan tipe, kekuatan, jenis, dan merek dagang
yang disebutkan dalam resep.
9. Putarlah atau kocoklah dengan perlahan botol. Untuk setiap jenis insulin
yang bukan reguler atau globin insulin.
10. Jangan memberikan insulin yang dingin, biarkan sampai mencapai suhu
kamar
11. Periksalah kekeruhan pial intermediet dan long acting insulin jangan
digunakan bila tidak keruh
12. Periksalah dan buanglah gelembung udara setelah insulin disedot kedalam
semprit.
13. Jika mencampur insulin, dengan melakukan urutan dengan cara menyedot
dua jenis insulin dalam satu semprit yang sama
14. Lakukan penyuntikan pada tempat yang belum digunakan pada bulan
sebelumnya
15. Tusukan jarum kedalam jaringan lemak lebih mendekati otot dari pada
kulit, jika hanya terdapat sedikit jaringan subkutan, cubitlah kulit tersebut
kemudian tusukan jarum dengan sudut 4 5 Derajat dengan kedalaman 3/8
atau ½ panjang jarum, tusukan dengan sudut 90 derajat jika jaringan
lemaknya tebal.
Perhitungan Pemberian Insulin.
Contoh :
Bila dalam vial insulin terdapat 40 unit,dengan dosis 12 ml,dan diberikan
dengan 100 ml maka dosis yang harus diberikan kepada pasien sebanyak 30 ml
Cara perhitungan : 12 / 40 X 100 = 30 ml
2.12 Pendidikan kesehatan: perawatan kaki diabet: (senam kaki, perawatan
kuku) dan diet DM
Senam kaki
Berikut ini beberapa Gerakan Senam Kaki Diabetes yang dapat dilakukan
oleh pasien DM secara teratur dengan sendiri atau bersama-sama :
16. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak
diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai
17. Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan
keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak
10 kali
18. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke
atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit
kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan
kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.
19. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan
buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.
20. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
21. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan
turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak
10 kali.
22. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
23. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan
kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.
24. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki kedepan dan kebelakang
25. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki ,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara
bergantian.
26. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola
dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran
seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya
sekali saja
- Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian
koran.
- Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan
kedua kaki
- Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua
kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang
utuh
- Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola
-
Perawatan Kuku klien Diabetes Melitus
A. FASE PRA INTERAKSI
1. Verifikasi data
2. Persiapan alat
Air matang
Makanan cair/obat
Corong
Spuit/10 cc
Perlak/pengalas
Bengkok
Saung tangan bersih
Servet makan
B. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuam tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menanyakan kesiapan klien
C. FASE KERJA
1. Mencuci tangan
2. Memeriksa kaki pasien setia hari, apakah ada kulit retak, melepuh,
luka, perdarahan
3. Membersihkan kaki setiap hari pada ketika mandi dengan sabun dan
air bersih
4. Menggunakan sikat lunak atau batu apung jika perlu
5. Mengeringkan kaki dengan handuk bersih, lembut, yakinkan sela-sela
jari kaki dalam keadaan kering
6. Memberikan pelembab atau lation pada daerah kaki yang kering tidak
pada sels-sela jari kaki
7. Menggunti kuku kaki urus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak
terlalu pendek atau terlalu dekat denan kulit, kemudian kikir agar kuku
tidak tajam
8. Bila kuku keras sulit dipotng rendam kaki dengan air hangat kuku (37˚
C) kurang lebih 5 menit
9. Memakai alas kaki sepatu atau sendal untuk melindungi kaki agar
tidak terjadi terluka
10. Menggunakan sepatu atau sendal yang sesuai dengan ukuran dan enak
untuk dipakai
11. Melepas sepati tiap 4-6 jam serta gerakan pergelangan dan jari-jari
kaki agar sirkulasi darah tetap baik
12. Mengobati luka jika terjadi luka kecil
D. FASE TERMINASI
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Merapikan alat
6. Mencuci tangan
E. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan
2. Melakukan komunikasi terapetik
3. Ketelitian selam tindakan
4. Keamanan klien selama tindakan
Keamanan perawat selama tindakan
Diabetes melitus menaikkan risiko terjadinya pengerasan pembuluh nadi besar
atau arteri yang dapat manimbulkan serangan jantung atau stroke serta melemahnya
sirkulasi darah ke kaki. Risiko ini semakin meninght pada perokok maupun penderita,
yang memiliki kelebihan berat badan.
Adanya perubahan maupun luka sekecil apa pun harus diwaspadai meskipun tidak
merasakan sakit. Hal ini karena sirkulasi darah yang kurang menjadikan penderita
rnati rasa.Akan tetapi luka sekecil apapun memungkinkan kuman dapat menginfeksi
dan menyebar lebih cepat karena pasokan darah yang buruk.Oleh karena itu
dibutuhkan perawatan kaki secara teratur. Perawatan kaki pada penderita diabetes
melitus sebagai berikut. Seiring dengan pertambahan usia, pasokan darah ke kaki juga
semakin buruk. Perubahan ini mengakibatkan berkurangnya suplai darah.
Apabila sirkulasi terhambat pembuluh darah. Mencuci kaki dengan air hangat (suam-
suam kuku), jangan sekali Kaki penderita diabetes yang kali menggunakan air panas,
karena penderita tidak dapat merasakan apabila kakinya telah melepuh. Periksa
terlebih dahulu suhu air menggunakan tangan. Mencuci kaki menggunakan sabun
yang lembut. Keringkan kaki yang telah dicuci hingga benar benar leering dengan
cermat terutama di sela-sela jari. Hindari menggosok kulit dengan keras karena dapat
menyebabkan kulit mengelupas dan terluka. Pemotongan kuku dilakukan setelah
mandi. Potong ujung-ujung kaki mengikuti bentuk jari dan jangan memotong terlalu
pendek. Hindari menggunakan alas pemotong kuku yang terlalu tajam untuk
membersihkan pinggiran maupun cekungan kuku. Hindari memotong kuku terlalu
pendek, dan perlu berhati-hati ketik memotong cekungan kuku.
Memakai sepatu yang ukurannya sesuai, sebaiknya bagian atas bertali dan lembut.
Menggunakan kaos kaki yang kering dan bersih. Kaos kaki tiap hari harus diganti
yang bersih. Hindari penggunaan kaos kaki yang terlalu kecil dan sempit
Lakukan :
Cuci kaki setiap hari : Menggunakan sabun ringan dan air hangat, cuci kaki anda
dipagi hari atau sebelum tidur setiap malam. Keringkan hati-hati dengan handuk
lembut, terutama antara jari kaki, dan debu kaki anda dengan bedak untuk menjaga
kelembaban. Jika kulit kering gunakan krim pelembab yang baik setiap hari, tapi
hindari krim itu diantara jari kaki.
Periksa kaki dan jari-jari setiap hari : Periksa kaki anda setiap hari apakah ada
luka, memar, luka atau perubahan pada kuku, seperti penebalan atau perubahan
warna. Jika usia atau faktor lain menghambat untuk melihat meminta seseorang
untuk membantu anda atau menggunakan cermin.
Menurunkan berat badan : Orang dengan diabetes umumnya kelebihan berat
badan, yang hampir dua kali lipat resiko komplikasi.
Kenakan kaos kaki lembut yang tebal : Kaos kaki yang terbuat dari campuran
akrilik cocok, tapi hidari kaos kaki atau yang diperbaiki dengan jahitan, yang bisa
menggosok menyebabkan lepuh atau luka kulit lainnya.
Berhenti merokok : Tembakau dapat berkontribusi untuk masalah peredaran
darah, yang dapat mengganggu pada pasien dengan diabetes.
Potong kuku kaki dengan hati-hati : Jangan pernah memeotong kearah sudut
kuku, dan jangan berbentuk lancip, yang dapat memicu kuku tumbuh kedalam.
Jika kuku anda sulit dipotong, mintalah bantuan ahli perawat atau tenaga medis
anda.
Latihan fisik :Sebagai sarana untuk menjaga berat badan turun dan meningkatkan
sirkulasi, berjalan merupakan salah satu dari semua sekitar latihan terbaik untuk
pasien diabetes. Berjalan merupakan juga olah raga yang sangat baik untuk kaki
anda. Pastikan untuk memakai sepatu atau alas olahraga yang tepat saat berolah
raga. Tanyakan pada tenaga medis anda olahraga apa yang ter baik bagi anda dan
alas apa yang tepat untuk anda.
Gunakan ukuran yang pas setiap kali anda membeli sepatu baru : Sepatu paling
penting bagi penderita diabetes karena sepatu yang dipasang buruk terlibat dalam
setengah dari masalah yang mengarah pada amputasi. Karena ukuran kaki dan
bentuk dapat berubah dari waktu kewaktu, setiap orang harus memiliki ukuran
kaki, mereka diukur oleh tukang sepatu yang berpengalaman setiap kali mereka
membeli sepasang sepatu baru. Sepatu baru harus nyaman, sepatu harus memiliki
bagian atasnya kulit atau kanvas, sesuai panjang dan lebar kaki supaya bila
digerakkan bebas dan empuk serta kokoh.
Jangan lakukan !!!!!
Bertelanjang kaki : Jangan bertelanjang kaki bahkan dirumah anda sendiri
apalagi jika berjalan diluar. Hal ini sangat berbahaya karena kemungkinan luka,
jatuh dan infeksi. Dan ketika dirumah pun disarankan untuk pakai sandal, jangan
lupa pergi harus pakai sandal.
Jangan menggunakan sepatu hak tinggi, sandan dan sepatu dengan ujung runcing
: Jenis alas kaki ini dapat memberikan tekanan berlebihan pada bagian kaki dan
berkontribusi untuk tulang dan gangguan sendi, serta ulkus diabetes. Selain itu,
sepatu dan sandal berujung terbuka dengan tali diantara dua jari pertama juga
harus dihindari.
Jangan minum alkohol : Alkohol dapat menyebabkan neuropati (kerusakan saraf)
yang merupakan salah satu konsekuensi diabetes. Alkohol dapat mempercepat
kerusakan terkait dengan penyakit, menghilangkan saraf lebih dan meningkatkan
kemungkinan menghadap memotong tapaknya kecil atau cidera.
Jangan memakai apapun yang terlalu ketat disekitar kaki : Stoking dapat
menyempitkan sirkulasi ke kaki dan kai.
Jangan pernah mencoba untuk menghapus kapalan jagung atau kutil sendiri : Hal
ini harus dihindari karena jika tidak tepat dapat menyebabkan kerukan tak
tergantikan pada kaki penderita diabetes. Jangan pernah mencoba untuk
memotong kapalan dengan pisau cukur atau alat lain karena memotong sendiri
menyebabkan resiko tinggi, dan luka itu seperti itu sering dapat menyebabkan luka
lebih serius
2.13 Keterampilan cek GDS dan reduksi urine
Melakukan pemeriksaan glukosa dengan glucometer
A. FASE PRA INTERAKSI
1. Verifikasi data
2. Persiapan alat
Sarung tangan bersih
Alcohol swab/cairan antiseptik
Jarum steril
Glukometer
Reagent strips glukosa darah
B. FASE OERIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuam tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menanyakan kesiapa klien
C. FASE KERJA
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan bersih
3. memberi posisi klien yang nyaman duduk dikursi atau semi fowler
ditempat tidur
4. Mengambil reagent strip dari tempatnya dan pasang pada glukometer
5. Menekan tombol ‘ON’
6. Memilih lokasi diujung jari klien
7. Melakukan massage jari jari yang dipilih pada lokasi yang akan ditusuk
8. Membersihkan lokasi dengan antiseptik dan tunggu sampai kering
9. Mengambil blood letting yang sudsh berisi jarum steril
10. Meletakkan blood letting diujung permukaan jari dan tekan sehingga
jarum menembus kulit
11. Menghapus darah pertama yang keluar dengan kapas bulat kering
12. Tempelkan ; reagent strip pada lokasi penusukan sehingga sejumlah darah
masuk jangan hanya hapusan darah
13. Menunggu hasil, tekan lokasi penusukan
14. Membaca hasil pada layar
15. Menekan tombol ‘OFF’. Lepaskan strip test dan jarum
16. Melpaskan sarung tangan dan measukan dalam kantong kotor
17. Memberitahu hasil pada klien
D. FASE TERMINASI
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Merapikan alat
6. Mencuci tangan
E. PENAMPILAN
1. Ketenangan
2. Melakukan komunikasi terapetik
3. Ketelitian selam tindakan
4. Keamanan klien selama tindakan
5. Keamanan perawat selama tindakan
Melakukan pemeriksaan glukosa dalam urin
A. FASE PRAINTERAKSI
1. Verifikasi data
2. Persiapan alat :
Sarung tangan bersih
Botol urin tidak steril
Glukotest
Sarung tangan bersih
B. FASE OERIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuam tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menanyakan kesiapan klien
C. FASE KERJA
1. Mencuci tangan
2. Menganjukan klien untuk berkemih, spesimen diambil 10-20 menit
setelah berkemih yang petama kali
3. Memakai sarung tangan setelah memegang urine
4. Mengambil spesimen urine , dalam tempat yang telah disediakan
5. Memasukkan satu buah gloko test kedalm urin selama 30 detik(sesuai
petunjuk pemakaian diastik)
6. Mengangkat gluko test diamkan selama 30 detik-1 menit, amati perubahan
warna yang timbul
7. Membaca hasilnya : bandingkan perubahan warna pada glukotest dengan
warna standar pada tabung glukotest
D. FASE TERMINASI
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Merapikan alat
6. Mencuci tangan
E. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan
2. Melakukan komunikasi terapetik
3. Ketelitian selam tindakan
4. Keamanan klien selama tindakan
5. Keamanan perawat selama tindakan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes melitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan
oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).
Diabetes merupakan penyakit yang dihubungkan dengan penurunan
produksi insulin dan kerusakan pada reseptor insulin. Insulin merupakan
hormone yang dihasilkan oleh sel Beta di pulau Langerhans pancreas. Insulin
memegang peranan penting dalam menunjang sel untuk menggunakan dan
menyimpan glukosa, lemak serta protein. Insulin juga diketahui menyebabkan
perubahan permiabilitas membrane sel. Pada penderita diabetes dapat dilakukan
penatalaksanaan medis seperti memberikan terapi insulin, memberikan diit
khusus untuk pasien DM, selain itu juga dapat dilakukan senam kaki dan
perawatan kuku sebagai tindakan pencegahan risiko cidera untuk pasien
diabetes mellitus.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini daharapkan mahasiswa keperawatan dapat
mengerti anatomi dan fungsi system endokrin terutama pancreas dan dapat
mengetahui penatalaksanaan untuk pasien diabetes mellitus serta dapat
mengimplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai perawat yang
professional.
DAFTAR PUSTAKA
Nathan, David M. dan Linda M. Delahanty. 2005. Menaklukan Diabetes. Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Populer.
Brunner & suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Alih
Bahasa : Kuncara dkk, Jakarta, EGC
Endang Lanywati. 2001. Diabetes Mellitus Penyakit kencing Manis. Yogyakarta,
Kanisius
Tandra, Hans. 2007. Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Diabetes.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Tandra, Hans. 2009. Diabetes Mellitus. Alex Media
http://www.lkc.or.id/2011/10/26/senam-kaki-untuk-penderita-diabetes-melitus/
http://baitulherbal.com/edukasi/cara-perawatan-kaki-pada-penderita-diabetes/