Upload
truongtruc
View
222
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Determinan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
(Studi pada Pamong Desa di Wilayah Kabupaten Kebumen)
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Siti Khusniyatun
7211412060
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
1. “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Tuhan-ku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan)
kalimat-kalimat Tuhan-ku meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak
itu (pula)” (QS. Al-Kahfi:109)
2. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 6)
3. Never, ever should a man consider it lost (Raimundo Arruda Sobrinho)
Persembahan
Dengan segenap rasa syukur kepada
Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, skripsi ini penulis
persembahkan untuk:
1. Mama dan Bapak tercinta yang
senantiasa memberikan doa, kasih
sayang, dukungan dan motivasi
dalam kondisi apapun.
2. M. Khusaeni, M. Furqoni, M.
Fahmi Ikhwani, M. Khaeroni, M.
Sofroni dan Afni Mubarokah,
saudara tercinta yang selalu
mendukung, mendoakan dan
menjadi inspirasi penulis.
3. Akuntansi A 2012 serta Akuntansi
S1 dan D3 2012.
4. Almamater Universitas Negeri
Semarang.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Determinan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa (Studi pada Pamong
Desa di Wilayah Kabupaten Kebumen)”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Strata 1 (S1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
(SE) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Penyusunan skripsi dapat terlaksana dengan baik atas bantuan, bimbingan serta
kerjasama dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, dalam kesempatan
yang baik ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi
di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Wahyono, M.M., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang telah mengesahkan skripsi ini.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Program Strata I
(SI) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
4. Kiswanto, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi
pengarahan, bimbingan, ide dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini
hingga akhir.
vii
5. Linda Agustina, S.E., M.Si., selaku Dosen Wali Rombongan Belajar
(rombel) Akuntansi A Angkatan tahun 2012 Program Strata 1 (S1)
Universitas Negeri Semarang yang telah membimbing sejak awal
perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu Dosen pengampu yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
7. Keluarga Sahara kos, Mutiara kos dan Nabila kos.
8. Teman seperjuangan Hanip, Kaqi, Nining, Wija, Dhini, Dessi dan Novia.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas bantuanya
selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dari semua
pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, Mei 2016
Penulis
(Siti Khusniyatun)
viii
SARI
Khusniyatun, Siti. 2016. “Determinan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Desa (Studi pada Pamong Desa di Wilayah Kabupaten Kebumen)”.Skripsi.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing Kiswanto, S.E., M.Si.
Kata kunci : Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa, Bimbingan Teknis,
Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi dalam Organisasi,
Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa.
Kebijakan pemerintah memberikan dana dalam jumlah besar kepada desa
memiliki tujuan untuk memberikan keleluasaan desa dalam mempergunakan dana
desa untuk pemberdayaan desa tersebut. Dana desa yang diperoleh harus dapat
dipertanggungjawabkan oleh masing-masing desa, oleh karena itu pemerintah
desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata pemerintahannya,
khususnya dalam pengelolaan keuangan dana desa tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui determinan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik purposive
sampling. Populasi yang digunakan adalah pamong desa yang berada di
Kabupaten Kebumen yang terlibat dalam pengelolaan keuangan desa, sedangkan
sampel yang berhasil memenuhi kriteria penelitian berjumlah 107 pamong desa
dari 38 desa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa
kuesioner yang diberikan kepada pamong desa, sedangkan untuk pengukuran
variabel semua data diukur menggunakan skala Likert. Model analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Hasil analisis uji regresi linear berganda menunjukkan adanya pengaruh
simultan bimbingan teknis, pemahaman tugas pokok dan fungsi dalam organisasi
serta pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa, sedangkan pengaruh secara parsial menunjukkan
bahwa variabel bimbingan teknis tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas
pengelolaaan keuangan desa, sedangkan variabel pemahaman tugas pokok dan
fungsi dalam organisasi serta pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan
desa berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.
Saran bagi penelitian selanjutnya dengan menggunakan variabel yang sama yaitu
menambahkan variabel lain untuk memperkaya penelitian mengenai akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa.
ix
ABSTRACT
Khusniyatun, Siti. 2016. “Determinants of Financial Management Accountability
of the Village (Study on Rural Government in Territory of Kebumen)”. Final
Project. Accounting Department, Economy Faculty. Semarang State University.
Advisor Kiswanto, S.E., M.Si.
Key word: Financial Management Accountability of the Village, Technical
Guidance, Understanding the Main Duties and Functions in the
Organization, Understanding Mechanisms of Financial
Administration of the Village.
Government policies provide substantial funds to the village has a goal to
provide flexibility of the village in the use of village funds to village
empowerment. Village funds obtained should be accountable by each village,
therefore the village government should be able to apply the principle of
accountability in its governance, especially for financial management of village
fund. This study aims to know the determinant of financial management
accountability of the village.
This research is a quantitative study with purposive sampling technique.
The population used was the village located in Kebumen involved in the
management of village finances, while samples were successfully met the study
criteria device totaled 107 apparatus of the village from 38 villages. The data used
in this study are primary data in the form of questionnaires to the apparatus of the
village, whereas for all variable measurement data is measured using a Likert
scale. The analysis model used is multiple linear regression analysis.
The results of the analysis of multiple linear regression tests indicated the
presence of simultaneous technical guidance, understanding the main duties and
functions in the organization and understanding mechanisms financial
administration of the village to the accountability of the financial management of
the village, while the partial effect indicates that the variable technical guidance
does not affect the accountability of financial management of the village, while
variable understanding of main duties and functions in the organization and
understanding the mechanism of financial administration of the village significant
effect on financial management accountability of the village. Suggestions for
further research using the same variables that added other variables to enrich
research on accountability in financial management of the village.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................... iii
PERNYATAAN ..................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................ v
PRAKATA ............................................................................................. vi
SARI ................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................ ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................... 14
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................... 15
1.4. Kegunaan Penelitian...................................................... 15
1.4.1. Bagi pengembangan Ilmu (teoritis) ................... 15
1.4.2. Bagi Kepentingan Praktis .................................. 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori .............................................................. 17
xi
2.1.1. Stewardship Theory ........................................... 17
2.1.2. Teori Pendidikan dan Pelatihan ......................... 18
2.1.3. Teori Kompetensi .............................................. 20
2.1.4. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa ....... 21
2.1.5. Bimbingan Teknis ............................................. 29
2.1.6. Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi
dalam Organisasi ............................................... 34
2.1.7. Pemahaman Mekanisme Penatausahaan
Keuangan Desa .................................................. 38
2.2. Penelitian Terdahulu ..................................................... 42
2.3. Kerangka Berpikir ......................................................... 47
2.4. Pengembangan Hipotesis Penelitian ............................. 48
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ........................................... 53
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..... 54
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 55
3.3.1. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa ....... 56
3.3.2. Bimbingan Teknis ............................................. 57
3.3.3. Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi dalam
Organisasi .......................................................... 58
3.3.4. Pemahaman Mekanisme Penatausahaan
Keuangan Desa .................................................. 59
3.4. Metode Pengumpulan Data ........................................... 60
xii
3.5. Metode Analisis Data .................................................... 61
3.5.1. Statistik Deskriptif ............................................. 62
3.5.2. Uji Kualitas Data ............................................... 66
3.5.3. Uji Normalitas ................................................... 68
3.5.4. Uji Asumsi Klasik ............................................. 68
3.5.5. Analisis Regresi Berganda ................................ 70
3.5.6. Uji Hipotesis ...................................................... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................... 74
4.2. Hasil Penelitian ............................................................. 75
4.2.1. Statistik Deskriptif ............................................. 75
4.2.1.1.Analisis Deskriptif Responden .......................... 77
4.2.1.2.Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ............. 78
4.2.2. Uji Kualitas Data ............................................... 87
4.2.2.1.Uji Reliabilitas .................................................. 87
4.2.2.2.Uji Validitas ...................................................... 88
4.2.3. Uji Normalitas ................................................... 89
4.2.4. Uji Asumsi Klasik ............................................. 92
4.2.4.1. Uji Multikolinearitas ........................................ 92
4.2.4.2 Uji Heteroskedastisitas. .................................... 93
4.2.5. Analisis Regresi Berganda ................................ 95
4.2.6. Pengujian Hipotesis Penelitian .......................... 96
4.2.6.1.Uji F ................................................................. 96
xiii
4.2.6.2.Uji Parsial (Uji t) ............................................... 97
4.2.6.3.Uji Koefisien Determinasi................................. 99
4.3. Pembahasan ................................................................... 101
4.3.1. Pengaruh Bimbingan Teknis Terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa ........ 101
4.3.2. Pengaruh Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi
(Tupoksi) dalam Organisasi Terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa ......... 104
4.3.3.Pengaruh Pemahaman Mekanisme Penatausahaan
Keuangan Desa Terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Desa .............................. 107
BAB V PENUTUP
5.1.Simpulan ..................................................................................... 109
5.2. Saran .............................................................................. 109
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 111
LAMPIRAN ........................................................................................... 116
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu .......................................... 43
Tabel 3.1. Penentuan Jumlah Sampel ................................................... 55
Tabel 3.2. Kategori Variabel Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Desa ...................................................................................... 64
Tabel 3.3. Kategori Variabel Bimbingan Teknis .................................. 64
Tabel 3.4. Kategori Variabel Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi
(Tupoksi) dalam Organisasi ................................................. 65
Tabel 3.5. Kategori Variabel Pemahaman Mekanisme Penatausahaan
Keuangan Desa .................................................................. 66
Tabel 4.1. Tingkat Pengembalian Kuesioner ........................................ 76
Tabel 4.2. Daftar Desa yang Menjadi Sampel Penelitian .................... 76
Tabel 4.3. Deskripsi Karakteristik Responden ...................................... 77
Tabel 4.4. Deskripsi Frekuensi Indikator Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa .................................................................... 78
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Indikator Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa..................................................................... 80
Tabel 4.6. Deskripsi Frekuensi Indikator Bimbingan Teknis ............... 81
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Variabel Bimbingan Teknis ................ 82
Tabel 4.8. Deskripsi Frekuensi Indikator Pemahaman Tugas Pokok
dan Fungsi (Tupoksi) dalam Organisasi ............................... 82
xv
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Variabel Pemahaman Tugas Pokok
dan Fungsi (Tupoksi) dalam Organisasi ............................... 84
Tabel 4.10. Deskripsi Frekuensi Indikator Pemahaman Mekanisme
Penatausahaan Keuangan Desa ............................................ 85
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Variabel Pemahaman Mekanisme
Penatausahaan Keuangan Desa ............................................ 86
Tabel 4.12. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................ 87
Tabel 4.13. Hasil Uji Validitas ................................................................ 88
Tabel 4.14. Hasil Uji Normalitas ............................................................ 90
Tabel 4.15. Hasil Uji Multikolinearitas................................................... 92
Tabel 4.16. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................... 95
Tabel 4.17. Hasil Uji F ............................................................................ 97
Tabel 4.18. Hasil Uji t ............................................................................ 98
Tabel 4.19. Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis .......................................... 99
Tabel 4.20. Hasil Uji Koefisien Determinasi .......................................... 100
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Alur Pengelolaan Keuangan Desa ...................................... 28
Gambar 2.2. Kerangka Bimbingan Teknis .............................................. 31
Gambar 2.3. Kerangka pemikiran teoritis ............................................... 47
Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas Grafik P-Plot .................................... 91
Gambar 4.2. Hasil Uji Heterokedastisitas Scatterplot ............................ 94
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian ..................................................... 117
LAMPIRAN 2 Tabulasi Hasil Jawaban Responden .............................. 124
LAMPIRAN 3 Output SPSS 21 Uji Reliabilitas dan Validitas ............. 137
LAMPIRAN 4 Statistik Deskriptif ........................................................ 140
LAMPIRAN 5 Uji Normalitas ............................................................... 142
LAMPIRAN 6 Uji Asumsi Klasik ......................................................... 144
LAMPIRAN 7 Output SPSS 21 Regresi Linear Berganda .................... 145
LAMPIRAN 8 Surat Ijin Penelitian ....................................................... 146
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pemerintah Indonesia telah menerbitkan peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan sistem keuangan pemerintah daerah. Implementasi
perundang-undangan ini kemudian dikeluarkan aturan pelaksanaan dalam bentuk
Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri).
Paket peraturan perundang-undangan ini dimaksudkan untuk mengawal
pengelolaan keuangan daerah yang banyak mengalami perubahan dan perbaikan
seiring semangat reformasi manajemen keuangan pemerintah (Warisno, 2009: 2
dalam Oktaviyah, 2014). Perwujudan sistem manajemen keuangan pemerintah
yang transparan dan akuntabel sangat perlu didukung oleh penyelenggaraan yang
merata sampai pada tingkat pemerintahan terendah. Sesuai dengan pengertian asas
desentralisasi, pemerintah desa sebagai pemerintahan tingkat terendah diberi
kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahannya (Oktaviyah, 2014).
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 24 menjelaskan
bahwa asas penyelenggaraan pemerintahan desa adalah kepastian hukum, tertib
penyelenggaraan pemerintahan, tertib kepentingan umum, keterbukaan,
proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efektivitas/efisiensi, kearifan lokal,
keberagaman dan partisipatif. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
Pasal 71 menyebutkan bahwa keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban
desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang
yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan
pengelolaan keuangan desa, pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa beserta Peraturan
pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
memberikan amanat kepada desa untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya
masyarakat, serta mandiri dalam mengelola pemerintahan dan berbagai sumber
daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya pengelolaan keuangan dan
kekayaan milik desa. Semua urusan yang terkait dengan keuangan dilaksanakan
berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau APBDesa. APBDesa
terdiri atas bagian pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa. APBDesa
merupakan keseluruhan gambaran keuangan desa. APBDesa dikelola oleh
pemerintah desa. Pengelolaan keuangan desa meliputi serangkaian kegiatan
3
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, sampai
pertanggungjawaban.
Pamong desa dalam menyelenggarakan kewenangannya berdasarkan
Undang-Undang Desa, tentu dalam pelaksanaanya membutuhkan dana yang tidak
sedikit. Permasalahan terkait kesenjangan penerimaan antar desa selalu menjadi
topik utama di kalangan pemerintah desa. Alasannya, tingkat kemampuan tiap-
tiap desa dalam mengupayakan sumber penerimaan pun berbeda-beda, sementara
Undang-Undang Desa memperlakukan hal yang sama terhadap semua desa, baik
desa yang berada di daerah perkotaan maupun daerah terpencil, baik desa dengan
kemampuan sumber daya manusia yang memadai ataupun desa dengan
kemampuan sumber daya manusia yang kurang memadai. Berangkat dari
permasalahan tersebut, melalui Undang-undang Desa ini, pemerintah memberikan
jaminan bahwa setiap desa akan menerima dana melalui anggaran negara dan
daerah yang jumlahnya jauh lebih besar di atas jumlah yang selama ini tersedia
dalam anggaran desa. Penambahan penerimaan desa tersebut, diharapkan dapat
menjadi solusi atas permasalahan kesenjangan penerimaan antar desa dan
akhirnya semua desa dapat meningkatkan kesejahteraan desa serta kualitas hidup
masyarakatnya.
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membuktikannya
dengan mengeluarkan kebijakan yakni menganggarkan Dana Desa secara nasional
dalam APBN setiap tahun yang dimulai pada tahun 2015. Dana desa yang
dianggarkan untuk tahun 2015 sejumlah Rp 20,7 triliun berdasarkan Rincian
Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam Peraturan Presiden Nomor
4
162 Tahun 2014 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2015. Dana desa ini ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota
dan disalurkan secara langsung kepada 74.093 desa di seluruh Indonesia, sehingga
paling tidak setiap desa menerima dana desa sekitar Rp 270 juta, dan akan
meningkat di tahun 2016. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar pertama
dalam sejarah APBN yang dialokasikan untuk desa.
Desa yang berada di Indonesia menerima dana desa secara langsung dari
APBN, selain itu desa juga menerima sumber pendapatan lainnya yang tidak
kalah besarnya, yaitu berasal dari transfer dana pusat melalaui APBD
Kabupaten/Kota yang dikenal dengan Alokasi Dana Desa (ADD). Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa, formulasi perhitungan Alokasi
Dana Desa adalah paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota dalam APBD setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Apabila
menggunakan data Rincian Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam
Peraturan Presiden Nomor 162 Tahun 2014 tentang Rincian Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, maka terdapat potensi antara Rp 30-40 triliun dana yang
mengalir ke desa dengan menggunakan mekanisme ADD. Dibandingkan dengan
kondisi yang ada sebelum UU No 6 Tahun 2014 berlaku, penambahan alokasi
dana untuk desa tersebut tentu sangat meningkatkan jumlah penerimaan desa,
belum lagi ditambah dengan sumber penerimaan lainnya seperti dari Pendapatan
Asli Desa (PAD), bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
Kabupaten/Kota, bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD
5
Kabupaten/Kota, hibah atau sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga,
dan lain-lain pendapatan desa yang sah.
Kebijakan pemerintah memberikan dana dalam jumlah besar kepada desa
tentu bukan serta merta tanpa tujuan. Seperti diterangkan dalam artikel Dana Desa
pada warta Badan Pemeriksaan Kuangan (BPK) bulan Juni 2015, bahwa “Tujuan
dikucurkannya dana desa adalah memberikan keleluasaan desa untuk
mempergunakan dana desa untuk pemberdayaan desa, baik pembangunan
infrastruktur maupun pemberdayaan masyarakat desa, tetapi apabila salah urus
atau bahkan rawan penyimpangan, maka tujuan yang baik itu justru akan
membawa sengkarut.” Semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan keuangan
desa ini harus bekerja sama dan bersinergi agar Dana Desa dan Alokasi Dana
Desa ini dikelola dengan efektif dan efisien, transparan dan akuntabel. Pihak yang
harus bekerja ekstra tidak hanya pemerintah desa namun juga pemerintah daerah
bahkan pemerintah pusat. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan pengelolaan
keuangan desa tidak salah urus dan tidak mencederai kepercayaan masyarakat.
Begitu besar peran yang diterima oleh desa, tentunya disertai dengan
tanggung jawab yang besar pula. Oleh karena itu, pemerintah desa harus bisa
menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata pemerintahannya, dimana semua
akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan.
Akuntabilitas ini merupakan satu langkah menuju perwujudan good governance,
Good Governance diartikan sebagai tata kepemerintahan yang baik. Tata kelola
pemerintahan yang baik merupakan salah satu tuntutan masyarakat yang harus
6
dipenuhi, sedangkan akuntabilitas merupakan salah satu pilar tata kelola yang
selalu menjadi perhatian utama publik.
Akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap
rakyatnya yakni apa yang dikerjakan dan apa yang tidak dikerjakan oleh
pemerintah dalam rangka memenuhi janji terhadap mandat yang diberikan oleh
rakyat melalui konstitusi negara (Istianto, 2011: 95). Menurut Putro (2013) teori
stewardship mengasumsikan hubungan yang kuat antara kesuksesan organisasi
dengan kepuasan pemilik. Pemerintah desa yaitu pamong desa akan berusaha
secara maksimal dalam menjalankan pemerintahan desa untuk mencapai tujuan
pemerintah yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Putro juga menjelaskan
apabila tujuan ini mampu tercapai maka rakyat selaku pemilik akan merasa puas
dengan kinerja pemerintah. Pemerintah desa akan berperilaku sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan oleh perundang-undangan. Akuntabilitas merujuk
pada bagaimana pemerintah mempertanggungjawabkan penggunaan dana publik,
dan memastikan apakah sumber daya yang ada dimanfaatkan secara ekonomis,
efisien dan efektif, dimana masyarakat atau publik selalu menuntut pemerintahan
yang bersih, bertanggung jawab, dan transparan terhadap akuntabilitas keuangan
pemerintah. Tuntutan ini diarahkan pada semua tingkatan pemerintahan, mulai
dari pemerintah pusat hingga ke pemerintah desa.
Menurut Nordiawan (2006) akuntabilitas adalah mempertanggung
jawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik. Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin
7
bahwa tiap-tiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintahan desa dapat
dipertanggungjawabkan kepada seluruh lapisan masyarakat secara terbuka.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban keuanagan desa.
Cita-cita mewujudkan akuntabilitas pengelolan keuangan desa tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Berdasarkan Laporan Kajian Sistem
Pengelolaan Keuangan Desa: Alokasi Dana Desa dan Dana Desa oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dilakukan di lima sampel pada tahun 2015,
yaitu Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Klaten Provinsi Jawa
Tengah, kabupaten Kampar Provinsi Riau, Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi
Selatan, dan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah, diperoleh hasil bahwa
akuntabilitas keuangan di desa masih rendah. KPK menemukan sejumlah temuan
yang mengakibatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa di kelima sampel
menjadi rendah. Temuan tersebut adalah potensi masalah regulasi, tata laksana,
pengawasan, dan SDM.
Berbagai penjelasan dan laporan kajian KPK di atas, diketahui Sumber
Daya Manusia (SDM) yaitu dalam hal ini pemerintah desa, dimana pemerintah
desa inilah yang mengelola keuangan desa yang dimulai dari proses perencanaan,
kemudian ada pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan sampai pada proses
pertanggungjawaban memiliki peran yang sangat penting. Berlakunya Undang-
undang Desa menuntut SDM pemerintah desa harus memiliki kemampuan yang
8
lebih dalam mengelola keuangan desa, mengingat semakin kompleksnya
keuangan desa saat ini. Pengembangan SDM memerlukan upaya terarah dan
terencana salah satunya dengan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,
menurut Oemar Hamalik (2007:11) pelatihan diberikan dalam bentuk pemberian
bantuan. Bantuan dalam hal ini dapat berupa pengarahan, bimbingan, fasilitas,
penyampaian informasi, latihan keterampilan, pengorganisasian suatu lingkungan
belajar, yang pada dasarnya peserta telah memiliki potensi dan pengalaman,
motivasi untuk melaksanakan sendiri kegiatan latihan dan memperbaiki dirinya
sendiri sehingga mampu membantu dirinya sendiri, bimbingan teknis merupakan
salah satu proses bantuan yang diberikan kepada individu. Bimbingan teknis
adalah bentuk kegiatan yang di dalamnya mengandung pendidikan dan pelatihan
untuk meningkatkan kompetensi pemerintah desa. Kompetensi merupakan suatu
kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang
dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang
dituntut oleh pekerjaan tersebut.
Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo saat menghadiri Wisuda Praja
IPDN di kampus IPDN, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Minggu,
14 Juni 2015, menyatakan pihaknya telah melatih secara terpadu para aparat desa.
Pelatihan tersebut dikoordinasikan dengan Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. “Utamanya tentang tata kelola dan
sistematika dalam membuat laporan penggunaan keuangan desa dengan benar,”
ucapnya. Pelatihan tersebut diharapkan para aparatur desa tahu mekanisme,
9
aturan dan penggunaan anggaran desa dengan benar. “Pokoknya harus efektif
untuk menekan potensi korupsi,” jelas Tjahjo ucapnya (Warta BPK, 2015).
Diselenggarakannya berbagai bimbingan teknis terkait pengelolaan
keuangan desa adalah upaya pemerintah mendorong terwujudnya akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa. Bimbingan teknis dilakukan dalam rangka untuk
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
pemerintah desa yang sudah dimiliki agar kemampuan pemerintah desa semakin
baik. Diskusi panel yang dilaksanakan pada Jumat, 5 Juni 2015 dengan tema
“Mengawal dana Desa” Wakil Ketua DPD, Farouk Muhammad menyatakan
bahwa, “Kemampuan perangkat desa dalam mengelola dana desa menjadi hal
yang sangat strategis ke depan. Dana desa yang seharusnya menjadi berkah jangan
sampai berubah menjadi bencana akibat salah urus dan berbagai penyimpangan
(korupsi), sehingga kesiapan administrasi dan sumber daya pengelolaan keuangan
desa menjadi mutlak. Pelatihan, pendampingan, dan penguatan kapasitas harus
dilakukan berkesinambungan, sistematis dan terarah” (Warta BPK, 2015).
Pemahaman pemerintah desa mengenai tugas pokok dan fungsinya dalam
organisasi juga menjadi salah satu faktor penentu akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa. Pemerintahan desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah
pusat yang memiliki peran strategis untuk mengatur masyarakat yang ada di
pedesaan demi mewujudkan pembangunan pemerintah (Sujarweni, 2015).
Berdasarkan perannya tersebut, maka diterbitkanlah peraturan-peraturan atau
undang-undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang
pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal.
10
Segala hal yang berkaitan dengan desa telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
pasal 23, pemerintahan desa diselenggarakan oleh pemerintah desa. Pemerintah
desa yaitu kepala desa sebagai pemegang jabatan tertinggi pada penyelenggaraan
pemerintahan desa dan Pelaksana Teknis Pegelolaan Keuangan Desa (PTPKD)
Setiap jabatan dalam pemerintahan desa memiliki tugas pokok dan fungsi
yang berbeda-beda. Tugas pokok dan fungsi masing-masing jabatan telah diatur
berdasarkan peraturan yang berlaku. Kemampuan pemerintah desa dalam
mengerti serta memahami masing-masing tugas, dan fungsinya, membantu
kelancaran dalam pengelolaan keuangan desa. Hal ini dikarenakan setiap
pemerintah desa telah paham dengan fungsi serta job descriptionnya, sehingga
tidak akan terjadi ketimpangan tugas. Mengenai pengelolaan keuangan dalam
akuntansi sektor publik, menatausahakan semua penerimaan dan pengeluaran
yang berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan di desa merupakan salah satu
bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik, sehingga pemahaman mekanisme
penatausahaan adalah hal yang harus dimiliki oleh pemerintah desa. Pemahaman
memadai yang dimiliki oleh pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa
(PTPKD) diharapkan dapat memperlancar mekanisme penatusahaan pengelolaan
keuangan desa sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kepala desa sebagai
pemegang kekuasaan pengelola keuangan desa memiliki kewenangan menetapkan
bendahara desa untuk melaksanakan penatausahaan keuangan desa. Bendahara
11
adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh kepala desa bertugas untuk menerima,
menyimpan, kemudian menyetorkan atau membayar, menatausahakan, serta
mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran
pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa (Permendagri 113/2014,
pasal 7). Bendahara sebagai penanggung jawab dalam seluruh proses
penatausahaan keuangan di pemerintahan desa sampai pada penyusunan laporan
pertanggungjawaban keuangan dihadapkan pada keharusan untuk memiliki
pengetahuan yang memadai di bidang keuangan desa. Interpretasi bendahara
terhadap aturan yang menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya
berpengaruh pada hasil laporan pertanggungjawabannya. Pemahaman tugas pokok
dan fungsinya dalam organisasi serta pemahaman mekanisme penatausahaan
keuangan desa ini merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh pamong desa.
Kompetensi didefinisikan sebagai kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa
membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan
dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang
diharapkan. Ketika pamong desa memiliki pemahaman tugas pokok dan fungsinya
serta pemahaman penatausahaan keuangan desa, diharapakan pekerjaan yang
diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan dapat mencapai hasil
yang diharapakan.
Studi menunjukkan masih ada pemerintah desa yang tidak mampu
mewujudkan akuntabilitas keuangan ini, meskipun tuntutan terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan semakin tinggi. Studi yang dilakukan oleh
Setyoko (2010) yang melakukan penelitian mengenai Akuntabilitas Administrasi
12
Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Purbalingga menemukan
bahwa kegagalan mewujudkan akuntabilitas vertikal dan horizontal administrasi
keuangan ADD menunjukkan pengelolaan keuangan negara pada tingkat desa
belum berhasil. Sistem dan mekanisme pelaporan keuangan yang telah disusun
dengan baik dan rinci oleh pemerintah kabupaten, ternyata tidak dapat
dilaksanakan dengan baik oleh aparat pemerintah desa. Kegagalan ini disebabkan
oleh rendahnya kemampuan administratif aparat pemerintah desa, tidak adanya
sanksi yang tegas dari pemerintah kabupaten terkait dengan dengan ketertiban
administrasi keuangan ADD, serta masyarakat pedesaan yang kurang peduli
terhadap persoalan akuntabilitas administrasi keuangan ADD. Sejalan dengan
studi Setyoko (2010), studi Furqoni (2010) yang dilakukan di Desa Kalimo
Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep juga menunjukkan hasil yang sama,
yakni belum terwujudnya akuntabilitas pada desa. Studi Furqoni menyatakan
transparansi terjadi hanya ketika perencanaan saja. Hampir semua proses tidak
memenuhi prinsip tanggung jawab karena ada beberapa hal dalam proses yang
tidak sesuai dengan Permendagri Nomor 37/2007. Sementara akuntabilitas sangat
rendah karena tanggung jawab tidak melibatkan BPD (Badan Permusyawaratan
Desa).
Berbeda dari penelitian Setyoko (2010) dan Furqoni (2010), studi yang
dilakukan oleh Irma (2014) dan Romatis (2015) memperoleh hasil bahwa desa
berhasil mewujudkan akuntabilitas keuangan. Studi yang dilakukan oleh Irma
(2014) memperoleh hasil bahwa akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa di
wilayah Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi dilihat dari tahap perencanaan,
13
pelaksanaan dan pertanggungjawaban baik secara teknis maupun administrasi
sudah berjalan dengan baik, namun dalam hal pertanggungjawaban administrasi
keuangan kompetensi sumber daya manusia pengelola masih memerlukan
pendampingan dari aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi. Studi Romantis
(2015) mengenai Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kecamatan
Panarukan Kabupaten Situbondo Tahun 2014, menerangkan bahwa pada ketiga
tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban sudah
memenuhi asumsi akuntabilitas. Tahap perencanaan ADD di 8 (delapan) desa
telah menerapkan prinsip partisipasi dan transparansi. Hal ini dibuktikan dengan
antusiasme masyarakat dalam forum musyawarah desa. Tahap pelaksanaan sudah
menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, dilihat dengan adanya
informasi mengenai jadwal pelaksanaan fisik yang didanai ADD dan akuntabilitas
sudah terlakasana sepenuhnya karena pertanggungjawaban secara fisik dan
administrasinya sudah selesai dan lengkap, pada tahap pertanggungjawaban ADD
baik secara teknis maupun administrasi sudah baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari dkk (2014) yang berjudul
Membedah Akuntabilitas Praktik Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman
Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali
menemukan bahwa proses akuntabilitas pengelolaan keuangan desa Pakraman
Kubutambahan telah berlangsung secara konsisten setiap bulan dengan
menggunakan sistem akuntansi sederhana. Studi lainnya yang berkaitan dengan
pengelolaan dana desa yaitu Subroto (2009) menyatakan dalam hasil
penelitiannya mengenai akuntabilitas pengelolaan dana desa menunjukkan bahwa
14
untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan alokasi dana desa, sudah
menampakkan adanya pengelolaan yang akuntabel dan transparan, sedangkan
dalam pertanggungjawaban dilihat secara hasil fisik sudah menunjukkan
pelaksanaan yang akuntabel dan transparan, namun dari sisi administrasi masih
diperlukan adanya pembinaan lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai
dengan ketentuan.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk mengetahui akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa di Kabupaten Kebumen, maka peneliti mengambil judul penelitian
“Determinan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa (Studi pada Pamong
Desa di Wilayah Kabupaten Kebumen)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil uraian pada latar belakang menunjukkan bahwa
akuntabilitas pegelolaan keuangan desa masih perlu ditingkatkan untuk setiap
desa yang telah menerima alokasi dana desa.
Secara rinci dalam permasalahan penelitian ini dapat diajukan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1) Apakah bimbingan teknis berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa ?
2) Apakah pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi
berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa ?
3) Apakah pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa berpengaruh
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa ?
15
1.3. Tujuan Penelitian
Menurut latar belakang dan rumusan masalah yang telah telah dijelaskan,
maka dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1) Pengaruh bimbingan teknis terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa
2) Pengaruh pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa
3) Pengaruh mekanisme penatausahaan keuangan desa terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan ataupun
manfaat bagi pengembangan ilmu (teoritis) dan bagi kepentingan praktis.
1.4.1. Bagi Pengembangan Ilmu (teoritis)
Kegunaan teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan dan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya di samping
sebagai sarana untuk menambah wawasan mengenai pelaksanaan pengelolaan
keuangan pemerintahan desa.
1.4.2. Bagi Kepentingan Praktis
Manfaat praktis bagi peneliti, penelitian ini menjadi media untuk
mengaplikasikan berbagai teori yang dipelajari. Selain itu, dengan melakukan
penelitian ini maka peneliti mendapatkan tambahan pengetahuan dan wawasan
keilmuan mengenai sistem pengelolaan keuangan pemerintah khususnya
keuangan pemerintahan desa. Kegunaan bagi pemerintah desa adalah hasil
16
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam penerapan
peraturan yang berkaitan dengan penatausahaan keuangan di pemerintahan desa.
Manfaat lain dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di pemerintahan desa.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. StewardshipTheory
Teori stewardship diperkenalkan sebagai teori yang berdasarkan tingkah
laku, perilaku manusia (behavior), pola manusia (model of man), mekanisme
psikologis (motivasi, identifikasi dan kekuasaan) dalam sebuah organisasi yang
mempraktikan kepemimpinan sebagai aspek yang memainkan peranan penting
bagi sebuah pencapaian tujuan (Ikhsan dan Suprapto, 2008: 84).
Stewardship (suatu sikap melayani), merupakan suatu pandangan baru
tentang mengelola dan menjalankan organisasi yang bergeser dari konsep
kepemimpinan dan manajemen yang mengendalikan (control) dan mengarahkan,
ke arah konsep pengaturan, kemitraan, dan kepemilikan secara bersama oleh
anggota organisasi, yang merasa organisasi menjadi sesuatu miliknya ataupun satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari diri sendiri.
Menurut Donaldson dan Davis (1991) menggambarkan bahwa teori
stewardship didefinisikan sebagai situasi di mana para steward (pengelola) tidak
mempunyai kepentingan pribadi tetapi lebih mementingkan kepentingan principal
(pemilik) (Ikhsan dan Suprapto, 2008: 85). Kondisi ini didasari sikap melayani
yang demikian besar dibangun oleh steward. Sikap melayani sebagai suatu sikap
yang menggantikan kepentingan pribadi dengan pelayanan sebagai landasan bagi
pemilikan dan penggunaan kekuasaan (power). Mengintegrasikan kembali
18
pengurusan pekerjaan, pemberdayaan, kemitraan, dan penggunaan kekuasaan
dengan benar, maka tujuan individu secara otomatis terpenuhi dengan sendirinya.
Steward (pengelola) percaya bahwa kepentingan mereka akan disejajarkan dengan
kepentingan organisasi dan principal (pemilik).
Berdasarkan teori stewardship, diasumsikan pemerintah desa sebagai
pengelola meluruskan tujuan sesuai dengan tujuan pemerintah daerah dan
pemerintah pusat serta keinginan dan kebutuhan masyarakat selaku principal.
Pemerintah desa akan berperilaku sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh
perundang-undangan, ketika terjadi benturan antara kepentingan dua pihak
tersebut, pemerintah desa sebagai Steward akan berusaha bekerja sama dari pada
menentangnya, karena pemerintah desa merasa kepentingan bersama menjadi
lebih utama dan berperilaku sesuai dengan aturan pemerintah daerah dan pusat
serta sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat merupakan pertimbangan yang
rasional karena pemerintah desa lebih melihat pada usaha untuk mencapai tujuan
organisasi dan bukan pada tujuan individu.
2.1.2. Teori Pendidikan dan Pelatihan
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan. Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan dan pelatihan adalah
merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk
mengembangkan intelektual dan kepribadian manusia. Sedangkan menurut
Hasibuan (2003) pendidikan dan pelatihan merupakan proses peningkatan
19
keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial. Pendidikan berorientasi pada
teori, dilakukan dalam kelas, berlangsung lama dan biasanya menjawab why.
Sedangkan pelatihan berorientasi di lapangan, berlangsung singkat dan biasanya
menjawab how. Pendapat ahli lainnya yaitu dari Simamora (2004) menyatakan
bahwa pendidikan dan pelatihan pegawai adalah suatu persyaratan pekerjaan yang
dapat ditentukan dalam hubungannya dengan keahlian dan pengetahuan
berdasarkan aktivitas yang sesungguhnya dilaksanakan pada pekerjaan.
Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai baru adalah mengenal dan menguasi
pekerjaanya sedangkan bagi pegawai lama meningkatkan hasil pekerjaan baik
sekarang maupun di masa datang. Pendidikan dan pelatihan tidak hanya berlaku
bagi pegawai baru akan tetapi juga bagi pegawai lama yang juga sudah
berpengalaman karena masih perlu belajar menyesuaikan dengan organisasi,
orang-orangnya, kebijaksnaan-kebijaksanaannya dan prosedur-prosedurnya.
Menurut Oemar Hamalik (2007:11) pelatihan diberikan dalam bentuk
pemberian bantuan. Bantuan dalam hal ini dapat berupa pengarahan, bimbingan,
fasilitas, penyampaian informasi, latihan keterampilan, pengorganisasian suatu
lingkungan belajar, yang pada dasarnya peserta telah memiliki potensi dan
pengalaman, motivasi untuk melaksanakan sendiri kegiatan latihan dan
memperbaiki dirinya sendiri sehingga mampu membantu dirinya sendiri,
bimbingan merupakan salah satu proses bantuan yang diberikan kepada individu.
Menurut Moegiadi (2004) bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan
atau pertolongan kepada individu dalam memahami diri sendiri, menghubungkan
pemahaman tentang dirinya dengan lingkungan, memilih, menentukan dan
20
menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan dari lingkungan.
Kesimpulan dari berbagai penjelasan di atas adalah bahwa pendidikan dan
pelatihan pegawai merupakan suatu persyaratan pekerjaan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan, keahlian dan pengetahuan berdasarkan
aktivitas kerja yang sesungguhnya terinci dan rutin agar dapat menjalankan dan
meyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Bimbingan teknis yang
diberikan pada apratur pemerintah desa merupakan salah satu bentuk pelatihan
yang bertujuan agar aparatur desa dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai
dengan peraturan yang ada.
2.1.3. Teori Kompetensi
Menurut Boyatzis (1982) kompetensi didefinisikan sebagai kapasitas yang
ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa
yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi
tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan. Hutapea dan Thoha (2008:28),
mengungkapkan bahwa ada tiga komponen utama pembentukan kompetensi yaitu
pengetahuan yang dimiliki seseorang, kemampuan dan perilaku individu.
1. Pengetahuan (Knowledge) adalah informasi yang dimilki seseorang untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan bidang yang
digelutinya (tertentu). Pengetahuan seseorang turut menentukan berhasil
tidaknya pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya, seseorang yang
mempunyai pengetahuan yang cukup akan meningkatkan efisiensi
21
pekerjaannya. Namun bagi seseorang yang belum mempunyai pengetahuan
cukup, maka akan bekerja tersendat-sendat.
2. Keterampilan (skill) merupakan suatu upaya untuk melaksanakan tugas dan
tanggungjawab yang diberikan instansi atau organisasi kepada seorang
karyawan atau pegawai dengan baik dan maksimal.
3. Sikap (attitude) merupakan pola tingkah laku seorang karyawan atau pegawai
di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan
yang ada. Apabila karyawan atau pegawai mempunyai sifat yang mendukung
pencapaian tujuan organisasi, maka secara otomatis segala tugas yang
dibebankan kepadanya akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Berhasil tidaknya pelaksanaan suatu sistem pengelolaan keuangan daerah
sangat tergantung dari kompetensi para pengelolanya (Warisno, 2009:3).
Pengelola keuangan desa, khususnya dalam hal ini yaitu bendahara desa harus
dapat memahami penatusahaan keuangan desa dengan baik dan benar karena
suatu pemerintahan desa yang baik diperlukan sistem pengelolaan keuangan desa
yang baik, transparan, akuntabel dan berkeadilan (Maryunani, 2006:6).
Pengelolaan keuangan desa yang baik tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan
ekonomi desa yang kuat dan mandiri
2.1.4. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia
sekarang ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga
publik, baik di pusat maupun daerah. Stanbury (2003) mengartikan akuntabilitas
22
sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang
dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006). Pemerintah, baik pusat
maupun daerah, harus dapat menjadi subjek pemberi informasi dalam rangka
pemenuhan hak-hak publik yaitu hak untuk tahu, hak untuk diberi informasi, dan
hak untuk didengar aspirasinya. Tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait
dengan perlunya dilakukan transparansi dan pemberian informasi kepada publik
dalam rangka pemenuhan hak-hak publik.
Akuntabilitas publik sendiri adalah kewajiban pihak pemegang amanah
(agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tangggung jawabnya
kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri atas dua
macam, yaitu : (1) akuntabilitas vertikal (vertical accountability) dan (2)
akuntabilitas horisontal (horizontal accountability). Pertanggungjawaban vertikal
(vertical accountability) adalah pertanggungjawaban pengelolaan dana kepada
otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban bendahara desa terhadap
kepala desa, pertanggungjawaban dari unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah
daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat dan
pemerintah pusat kepada MPR. Pertanggungjawaban horizontal (horizontal
accountability) adalah pertanggunjawaban kepada masyarakat luas.
23
Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor
publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor
publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horisontal (horizontal
accountability) bukan hanya pada pertanggungjawaban vertikal (vertical
accountability). Tuntutan yang kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan
keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga sektor publik.
Akuntabilitas pemerintahan yang ada di desa dalam pengelolaan keuangan desa
merupakan pelaporan yang menggambarkan kinerja lembaga sektor publik
tersebut.
Empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor
publik menurut Ellwood (1993) dalam (Mardiasmo, 2009: 20) meliputi:
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity
and legality)
Akuntabilitas kejujuran (accountability for probity) terkait dengan
penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan
akuntabilitas hukum (legal accountability) terkait dengan jaminan adanya
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam
penggunaan sumber dana publik.
2. Akuntabilitas proses (process accountability)
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi.
Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik
24
yang cepat, responsif, dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan
terhadap pelaksanaan akuntabilitas proses dapat dilakukan, misalnya dengan
memeriksa ada tidaknya mark up dan pungutan-pungutan lain di luar yang
ditetapkan, serta sumber inefisiensi dan pemborosan yang mnyebabkan
mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan dalam pelayanan.
Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait dengan
pemeriksaan terhadap proses tender untuk melaksanakan proyek-proyek
publik, yang harus dicermati dalam pemberian kontrak tender adalah apakah
proses tender telah dilakukan secara fair melalui Compulsory Competitive
Tendering (CCT), ataukah dilakukan melalui pola Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN).
3. Akuntabilitas Program ( Program Accountability)
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan
alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang
minimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan (policy accountability)
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik
pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah
terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai
integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. Sasaran pertanggungjawaban ini adalah laporan keuangan yang
25
disajikan dan peraturan perundangan yang berlaku yang mencakup penerimaan,
penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintahan (BPKP, 2000).
Jenis-jenis akuntabilitas antara lain akuntabilitas finansial, akuntabilitas manfaat,
dan akuntabilitas prosedural. Penelitian ini lebih menekankan pada akuntabilitas
finansial.
Menurut Mahmudi (2007) Akuntabilitas Finansial merupakan pertanggung
jawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan dana publik secara
ekonomi, efisien, dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta
korupsi. Akuntabilitas finansial menjadi penting karena pengelolaan keuangan
publik akan menjadi perhatian utama masyarakat.
Pengertian keuangan desa menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014
tentang Desa Pasal 71 adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban tersebut
menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam
pengelolaan keuangan desa yang baik. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 113 Tahun 2014 Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa, dengan periodisasi 1 (satu) tahun anggaran,
terhitung mulai tanggal 1 januari sampai dengan 31 Desember.
Akuntabilitas pengelolaan keuangan desa adalah pertanggungjawaban
mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan mengenai keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
26
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa.
Pelaksana kekuasaan pengelolaan keuangan desa adalah kepala desa, selanjutnya
menguasakan sebagian kekuasaannya kepada pamong desa. Adapun akuntabilitas
finansial dalam pengelolaan keuangan desa, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Keakuratan
Menurut Mahmudi (2007) keakuratan adalah teliti, tepat, cermat, dan bebas
dari kesalahan. Pengelolaan keuangan desa khususnya dalam pembuatan dan
penyelesaian laporan-laporan keuangan dan laporan pertanggungjawaban harus
dikerjakan dengan teliti, tepat, dan bebas dari kesalahan sehingga informasi-
informasi dari laporan keuangan dan pertanggungjawaban tersebut jelas
maksudnya.
2. Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan mengenai APBDesa yang memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluasnya-
luasnya tentang keuangan desa (Riyanto, 2015). Transparansi menjadi sangat
penting dalam pengelolaan keuangan desa dikarenakan agar pihak Pemerintah
Desa kepada masyarakat desa mengenai dana-dana desa yang telah
teranggarkan dapat dipertanggungjawabkan dengan terbuka kepada masyarakat
Desa.
3. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu adalah laporan pertanggungjawaban dapat diselesaikan tepat
waktu atau suatu hasil kerja dapat dacapai tepat waktu (Riyanto, 2015).
27
4. Validitas
Menurut Pasolong (2012) validitas adalah sejauh mana ketepatan, kesesuaian,
atau kecocokkan suatu alat untuk mengukur apa yang akan diukur. Dalam
pengelolaan keuangan desa, terutama dana desa harus diprioritaskan untuk
kebutuhan masyarakat Desa.
5. Relevansi
Menurut Pasolong (2012) relevansi adalah kesesuaian sesuatu hasil yang
diinginkan. Pengelolaan keuangan desa harus benar-benar sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan masyarakat Desa, secara umum sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Desa.
6. Keandalan Informasi
Menurut Mahmudi (2007) keandalan informasi adalah konsistensi dari
serangkaian pengukuran atau alat ukur yang sama. Pengelolaan keuangan desa
menjelaskan bahwa dana desa yang telah diperoleh dapat dipertanggung
jawabkan keabsahannya.
28
Berikut ini adalah gambaran alur pengelolaan keuangan desa:
Gambar 2.1. Alur Pengelolaan Keuangan Desa
Sumber : TIM : Eks. Faskeu PNPM-MPd. Jawa Timur dalam pemaparan
Kesiapan dan Penyiapan Pengelolaan Keuangan Desa (dalam Kerangka No. 6
tahun 2014)
Tahapan dalam alur pengelolaan keuangan desa di atas, memiliki aturan-
aturan yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan baik. Keuangan desa harus
dikelola berdasarkan asas-asas yang baik sebagaimana tertuang dalam
Permendagri No 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 2.
Asas-asas pengelolaan keuangan desa tersebut adalah transparan, akuntabel,
partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
Sujarweni (2015) mengungkapkan bahwa transparan adalah prinsip yang
menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi
tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses
29
pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai, sedangkan
partisipatif adalah prinsip di mana bahwa setiap warga desa pada desa yang
bersangkutan mempunyai hak untuk terlibat dalam setiap pengambilan keputusan
pada setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa di mana
mereka tinggal. Darise (2006) menyatakan bahwa akuntabel berarti suatu
perwujudan kewajiban seseorang atau satuan kerja dalam pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Tertib dan disiplin anggaran adalah pengelolan
keuangan desa harus mengacu pada aturan dan pedoman yang melandasinya,
dalam hal ini yaitu mengacu pada APBDesa.
2.1.5. Bimbingan Teknis
Program bimbingan teknis atau pelatihan-pelatihan dilakukan guna
mengembangkan serta meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan
dari anggota organisasi agar kemamampuan yang telah dimiliki semakin membaik.
Pendidikan formal ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan
pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang
terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja, sedangakan
bimbingan teknis atau pelatihan ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk
melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini (Windiastuti, 2013).
Bimbingan teknis adalah suatu kegiatan yang diperuntukkan untuk
memberikan bantuan yang pada umumnya berupa nasehat dan tuntutan untuk
30
menyelesaikan persoalan atau masalah yang bersifat teknis. Tujuan bimbingan
teknis adalah untuk menyelesaikan masalah atau kasus yang terjadi dan dihadapi
oleh para pegawai/pejabat sehingga penyelesainnya dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Asistensi ataupun
bimbingan teknik pengelolaan keuangan desa secara berkesinambungan atas
bendahara desa dapat menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan
kemampuan para bendahara desa, tidak saja bimbingan teknik bagi bendahara
desa, tetapi juga bagi para Kepala Desa, Sekretaris Desa sehingga diharapkan
akan ada pemahaman yang sama atas pengelolaan keuangan desa yang tentunya
dapat membantu kelancaran pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.
Pengelola keuangan desa yang terdiri dari Kepala Desa dan PTPKD
(Pelaksana Teknis Pengelolaan Keangan Desa) juga memerlukan bimbingan
teknis untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam melakukan pengelolaan
keuangan desa. Bimbingan teknis yang diperlukan adalah bimbingan teknis yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggung jawaban.
31
Berikut ini adalah kerangka bimbingan teknis untuk pengelolaan keuangan desa:
Gambar 2.2. Kerangka Bimbingan Teknis
Sumber: Eks. Faskeu PNPM-MPD Jawa Timur, 2015
Program pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia seperti adanya
pelaksanaan bimbingan teknis memberikan dampak yang baik terhadap kinerja
pegawai tersebut sebagai individu. Hal ini nantinya akan membawa peningkatan
terhadap kinerja organisasi apabila pelatihan dan pengembangan pegawai
dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Pengelolaan keuangan yang
baik dengan melaksanakan program bimbingan teknis (Bimtek) bagi pemerintah
desa akan membantu pemerintah desa untuk lebih memahami cara serta
penyususunan laporan-laporan yang harus dibuat sebagai pertanggungjawaban
dari penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa BAB XIV pasal 112 ayat 1 menjelaskan tentang pembinaan
32
dan pegawasan menyebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota membina dan mengawasi penyelenggaraan
pemerintahan desa.
Ruang lingkup bimbingan teknis pengelolaan keuangan desa terdiri dari
bimbingan teknis umum, bimbingan teknis inti, dan bimbingan teknis penunjang.
Bimbingan teknis umum terdiri dari 4 (empat) pokok materi bimbingan yaitu:
1. Bina Suasana
a. Perkenalan, membangun motivasi, dan kerjasama
b. Pengungkapan harapan
c. Pembentukan kepengurusan kelas dan tata tertib latihan
d. Tes penjajakan/ pre test
e. Tujuan dan alur proses latihan
2. Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Desa
a. Dasar hukum/regulasi pengelolaan keuangan desa
b. Pengertian keuangan dan pengelolaan keuangan desa
c. Azas pengelolaan keuangan desa
d. Cakupan kegiatan pengelolaan keuangan desa
3. Pengelola Keuangan Desa
a. Unsur pengelola keuangan desa
b. Kewenangan dan tanggung jawab pengelola
4. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
a. Komponen APBDesa
b. Mengisi form APBDesa
33
Bimbingan teknis inti terdiri dari 4 (empat) pokok materi bimbingan yaitu
sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Penyusunan APBDesa
b. Evaluasi rancangan APBDesa
c. Penetapan rancangan APBDesa
2. Pelaksanaan dan Simulasi
a. Pokok-pokok pelaksanaan pengelolaan keuangan desa
b. Rancangan Anggaran Biaya (RAB), pengajuan surat Permintaan
Pembayaran (SPP), Buku Kas Pembantu Kegiatan, pengadaan Barang dan
Jasa, perubahan APBDesa.
c. Simulasi soal transaksi keuangan dan analisa transaksi Pajak Pertambahan
Nilai (PPn) dan Pajak Penghasilan (PPh).
d. Kelengkapan bukti-bukti transaksi (nota, kwitansi, bukti pembayaran,
pengarsipan & penggolongan bukti transasksi).
3. Penatausahaan
a. Pengertian dan cakupan kegiatan penatausahaan
b. Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank
4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban
a. Pengertian, prinsip, tujuan, dan jenis pelaporan
b. Ketentuan dan tata cara pelaporan
c. Tugas dan kewajiban pengelola
d. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban
34
Bimbingan teknis penunjang terdiri dari 2 (dua) pokok materi bimbingan
yaitu:
1. Pemeriksaan Keuangan
a. Pengertian dan jenis audit
b. Audit oleh auditor negara
c. Audit partisipatif
2. Rencana Aksi
a. Penilaian kesenjangan
b. Aspek-aspek pokok penyusunan rencana aksi
c. Menyusun rencana aksi
2.1.6. Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi (tupoksi) dalam Organisasi
Tugas merupakan salah satu elemen penting dalam organisasi. Demi
tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan efisien, maka tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawab pemerintah desa harus dirancang dengan benar dan juga
dapat dijabarkan secara jelas. Pelaksanaan tugas–tugas atau pekerjaan tersebut
berdasar pada tugas pokok dan fungsi (tupoksi) organisasi. Tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) adalah kesatuan pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh
para pegawai yang memiliki aspek khusus serta saling berkaitan satu sama lain
menurut sifat atau pelaksanaannya untuk mencapai tujuan tertentu dalam sebuah
organisasi (Rivani, 2012).
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 BAB III pasal 3 sampai dengan pasal 7.
35
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dipegang oleh Kepala Desa. Namun
demikian dalam pelaksanaannya, kekuasaan tersebut sebagian dikuasakan kepada
pamong desa sehingga pelaksanaan pengelolaan keuangan dilaksanakan secara
bersama-sama oleh Kepala Desa dan Pelaksana Teknis Pengelolaan
Keuangan Desa (PTPKD).
Dalam siklus pengelolaan keuangan desa, tanggung jawab dan tugas dari
Kepala Desa dan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa. PTPKD
terdiri dari Sekretaris Desa, Kepala Seksi dan Bendahara Desa.
1) Kepala Desa
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Kepala
Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan mewakili
pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan.
Kepala Desa memiliki kewenangan:
a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa;
b. Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD);
c. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa;
d. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa;
e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
APBDesa.
Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung tanggal
pelantikan dan dapat menjabat paling lama 3 (tiga) kali masa jabatan
secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. Dalam melaksanakan
36
kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa menguasakan
sebagian kekuasaannya kepada pamong desa.
2) Sekretaris Desa
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Sekretaris
Desa selaku Koordinator PTPKD membantu Kepala Desa dalam
melaksanakan Pengelolaan Keuangan Desa, dengan tugas:
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDesa;
b. Menyusun rancangan peraturan desa mengenai APBDesa, perubahan
APBDesa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa;
c. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah
ditetapkan dalam APBDesa;
d. Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa;
e. Melakukan verifikasi terhadap Rencana Anggaran Belanja (RAB),
bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APBDesa (SPP).
Sekretaris Desa mendapatkan pelimpahan kewenangan dari Kepala Desa
dalam melaksanakan Pengelolaan Keuangan Desa, dan bertanggungjawab
kepada Kepala Desa.
3) Kepala Seksi
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Kepala
Seksi merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang bertindak sebagai
pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya. Sesuai PP Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 64
37
dinyatakan bahwa desa paling banyak terdiri dari 3 (tiga) seksi. Kepala Seksi
mempunyai tugas:
a. Menyusun RAB kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya;
b. Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan
Desa yang telah ditetapkan di dalam APBDesa;
c. Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran
belanja kegiatan;
d. Mengendalikan pelaksanaan dengan melakukan pencatatan dalam Buku
Pembantu Kas Kegiatan;
e. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa;
f. Mengajukan SPP dan melengkapinya dengan bukti-bukti pendukung
atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.
4) Bendahara Desa
Bendahara Desa merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang dijabat
oleh kepala/staf urusan keuangan dan memiliki tugas untuk membantu
Sekretaris Desa. Bendahara Desa mengelola keuangan desa yang meliputi
penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran/pembiayaan dalam rangka
pelaksanaan APBDesa. Penatausahaan dilakukan dengan menggunakan Buku
Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank. Penatausahaan
yang dilakukan antara lain meliputi :
a. Menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar;
b. Memungut dan menyetorkan PPh dan pajak lainnya;
38
c. Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta
melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib;
d. Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.
2.1.7. Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa
Penatausahaan keuangan desa adalah kegiatan pencatatan yang khususnya
dilakukan oleh bendahara desa (Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa: 90).
Penatausahaan keuangan desa diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 113 Tahun 2014 BAB V pasal 35 dan 36. Beberapa aturan dalam
penatausahaan keuangan desa adalah sebagai berikut:
1. Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa
2. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran
serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib
3. Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
pertanggungjawaban
4. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa
dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
5. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran menggunakan buku kas umum,
buku kas pembantu pajak dan buku bank
Menurut Hamzah (2015) kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan
keuangan desa harus menetapkan bendahara desa. Penetapan bendahara desa
harus dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan
berdasarkan keputusan kepala desa. Bendahara adalah perangkat desa yang
39
ditunjuk oleh kepala desa untuk menerima, menyimpan menyetorkan
menatausahakan, membayar dan mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam
rangka pelaksanaan APBDes. Bendahara desa wajib melakukan pencatatan
terhadap seluruh transaksi yang ada berupa penerimaan dan pengeluaran.
Bendahara desa melakukan pencatatan secara sistematis dan kronologis atas
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi.
Penatausahaan, baik penerimaan kas maupun pengeluaran kas, bendahara
desa menggunakan buku kas umum, buku kas pembantu pajak dan buku bank.
Bendahara desa melakukan pencatatan atas seluruh penerimaan dan pengeluaran
dalam buku kas umum untuk yang bersifat tunai. Sedangkan transaksi penerimaan
dan pengeluaran yang melalui bank/transfer dicatat dalam buku bank. Buku kas
pembantu pajak digunakan oleh bendahara desa untuk mencatat penerimaan uang
yang berasal dari pungutan pajak dan mencatat pengeluaran berupa penyetoran
pajak ke kas negara. Khusus untuk pendapatan dan pembiayaan, terdapat buku
pembantu berupa buku rincian pendapatan dan buku rincian pembiayaan.
Penatausahaan keuangan desa meliputi :
1. Penatausahaan Penerimaan Desa
Penerimaan yang bersifat tunai yang diterima oleh bendahara desa dibuatkan
bukti kuitansi tanda terima dan dicatat oleh bendahara desa pada buku kas
umum. Sedangkan untuk penerimaan yang bersifat transfer, bendahara desa
akan mendapat informasi dari bank berupa nota kredit atas dana-dana yang
masuk ke dalam rekening kas desa. Berdasarkan nota kredit ini selanjutnya
bendahara desa melakukan pencatatan ke dalam buku bank. Pencatatan
40
penerimaan baik kas maupun transfer harus disertai dengan bukti yang
lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib. Selain pencatatan pada
buku kas umum atau buku bank, bendahara desa juga membukukan realisasi
pendapatan ke dalam buku rincian pendapatan. Pencatatan dalam buku rincian
pendapatan berguna untuk mengklasifikasi rincian dari realisasi pendapatan
yang diterima agar dapat dilapokan ke dalam laporan realisasi APBDesa.
Pencatatan seluruh penerimaan tersebut dilakukan secara benar dan tertib.
2. Penatausahaan Belanja Desa
Belanja kegiatan yang bersifat tunai yang dikeluarkan oleh bendahara desa
dibuatkan bukti kuitansi pengeluaran dan dicatat oleh bendahara desa pada
buku kas umum. Sedangkan untuk belanja yang bersifat transfer langsung ke
pihak ketiga, bendahara desa melakukan pencatatan ke dalam buku bank (tidak
dicatat di buku kas umum karena buku kas umum untuk transaksi tunai).
Pencatatan penerimaan baik kas maupun transfer harus disertai dengan bukti
yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib. Selain pencatatan
transaksi pada buku kas umum atau buku bank, bendahara desa juga mencatat
kewajiban perpajakan yang dipotong/dipungut atas transaksi belanja yang
dilakukan, atas pemotongan/pungutan pajak yang dilakukan, bendahara desa
mencatat dalam buku pajak pada kolom penerimaan. Nilai potongan/pungutan
pajak didasarkan pada bukti kuitansi sebagaimana telah dibahas sebelumnya.
Ketika bendahara desa melakukan penyetoran ke kas negara dengan batasan
waktu yang diatur dalam ketentuan perpajakan melalui form Surat Setoran
Pajak (SSP) maka bendahara desa mencatat dalam buku pembantu pajak pada
41
kolom pengeluaran. Khusus untuk pungutan pajak daerah disesuaikan dengan
kondisi daerah masing-masing dan jika memang diberlakukan kepada desa
maka dalam peraturan kepala daerah tersebut harus terdapat pemberian
kewenangan pemungutan pajak daerah kepada bendahara desa. Jika hal
tersebut tidak disebutkan maka bendahara desa tidak boleh, melakukan
pemungutan karena tidak ada kewenangan.
3. Penatausahaan Pembiayaan Desa
Seperti halnya pencatatan pendapatan pada buku kas umum/buku bank, untuk
membukukan realisasi pembiayaan, baik penerimaan pembiayaan maupun
pengeluaran pembiayaan dicatat dalam buku rincian pembiayaan. Pencatatan
dalam buku rincian pembiayaan berguna untuk mengklasifikasi rincian dari
realisasi pembiayaan. Pencatatan ini diperlukan agar dapat dilaporkan ke dalam
laporan realisasi APBDesa. Pencatatan seluruh penerimaan pembiayaan
maupun pengeluaran pembiayaan tersebut dilakukan secara benar dan tertib.
4. Dokumen Penatausahaan oleh Bendahara Desa
Bendahara desa tidak menggunakan buku pembantu lain berupa buku
pembantu panjar dan buku pembantu rincian objek belanja, karena telah
dilaksanakan oleh fungsi yang lain. Buku pembantu panjar secara sederhana
telah digantikan dengan buku pembantu kegiatan yang dikelola pelaksana
kegiatan. Buku pembantu rincian objek belanja yang menggambarkan
akumulasi realisasi belanja dapat dilihat pada dokumen SPP terakhir yang
didokumentasikan oleh pelaksana kegiatan. Buku pembantu kas tunai tidak ada
karena telah digantikan dengan buku kas umum.
42
5. Laporan Bendahara Desa
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113 Tahun 2014 pasal 35,
bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
pertanggungjawaban. Laporan pertanggunjawaban ini disampaikan setiap
bulan kepada kepala desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutya.
Sebelumnya, bendahara desa melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara
tertib, meliputi buku kas umum, buku bank, buku pajak dan buku rincian
pendapatan. Penutupan buku ini dilakukan bersama dengan kepala desa.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai akuntabilitas pengelolaan keuangan desa dilakukan
oleh Subroto (2009) yang berjudul “Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi
Kasus Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan
Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008)”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Alokasi Dana
Desa, sudah menampakkan adanya pengelolaan yang akuntabel dan transparan,
sedangkan dalam pertanggungjawaban dilihat secara hasil fisik sudah
menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel dan transparan, namun dari sisi
administrasi masih diperlukan adanya pembinaan lebih lanjut, karena belum
sepenuhnya sesuai dengan ketentuan. Kendala utamanya adalah belum efektifnya
pembinaan aparat pemerintahan desa dan kompetensi sumber daya manusia,
sehingga masih memerlukan pendampingan dari aparat pemerintah daerah secara
berkelanjutan.
43
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Hasil
1 Ayu
Komang
Dewi
Lestari,
Anantawikr
ama
Tungga
Atmadja, I
Made
Pradana
Adiputra,
2014
Membedah
Akuntabilitas Praktik
Pengelolaan
Keuangan Desa
Pakraman
Kubutambahan,
Kecamatan
Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng,
Provinsi Bali
(Sebuah Studi
Interpretif Pada
Organisasi Publik
Non Pemerintahan)
1) Proses pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan di Desa Pakraman Kubutambahan
tidak melibatkan seluruh Krama Desa
Pakramannya melainkan hanya melalui
perwakilan.
2) Akuntabilitas pengelolaan keuangan
berlangsung secara konsisten setiap bulan
dengan menggunakan sistem akuntansi
sederhana (sistem tiga kolom, yaitu debet,
kredit dan saldo).
3) Dengan adanya modal sosial khususnya
kepercayaan, Pengurus Desa Pakraman
Kubutambahan menyadari bahwa akuntansi
merupakan instrumen akuntabilitas dan
transparansi dalam pengelolaan keuangan di
Desa Pakraman.
2 Ade Irma
(2014)
Akuntabilitas
Pengelolaan Alokasi
Dana
Desa (ADD) Di
Kecamatan Dolo
Selatan
Kabupaten Sigi
Akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana
Desa di wilayah Kecamatan Dolo Selatan
Kabupaten Sigi dilihat dari tahap
perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban baik secara teknis
maupun administrasi sudah berjalan dengan
baik, namun dalam hal pertanggung jawaban
administrasi keuangan kompetensi sumber daya
manusia pengelola masih merupakan kendala
44
No Penulis Judul Hasil
utama, sehingga masih memerlukan
pendampingan dari aparat Pemerintah Daerah
Kabupaten Sigi.
3 Agus
Subroto,
2009
Akuntabilitas
Pengelolaan Dana
Desa (Studi Kasus
Pengelolaan Alokasi
Dana Desa Di Desa-
Desa Dalam
Wilayah Kecamatan
Tlogomulyo
Kabupaten
Temanggung Tahun
2008)
Perencanaan dan pelaksanaan program ADD
(Alokasi Dana Desa) di Kecamatan
Tlogomulyo telah menerapkan prinsip-prinsip
partisipatif, responsif, transparan.Walaupun
penerapan prinsip akuntabilitas pada tahap ini
masih sebatas pertanggungjawaban fisik,
sedangkan sisi administrasi masih belum
sepenuhnya dilakukan dengan sempurna.
Pertanggungjawaban ADD baik secara teknis
maupun administrasi sudah baik, namun dalam
hal pertanggungjawaban administrasi keuangan
kompetensi sumber daya manusia pengelola
merupakan kendala utama, sehingga masih
memerlukan pendampingan dari aparat
Pemerintah Daerah guna penyesuaian
perubahan aturan setiap tahun.
4 Ketrin
Surya,
Yoseph
Thomas,
Bambang
Genjik,
2013
Evaluasi Penerapan
Kebijakan Kepala
Desa Dalam
Pengelolaan
Administrasi
Keuangan Desa
Empunak Tapang
Keladan
Evaluasi Penerapan Kebijakan Kepala Desa
dalam Pengelolaan Administrasi Keuangan
Desa Empunak Tapang Keladan Kecamatan
Ketungau Hulu Kabupaten Sintang berikut:
(1)Perencanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDesa) belum sepenuhnya
melaksanakan penerapan dari Azas Umum
Pengelolaan Keuangan Desa. (2) Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) dalam pengawasan belum terlaksana
45
No Penulis Judul Hasil
secara baik masih terlihat beberapa kejanggalan
dalam bidang pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah desa (3) Laporan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dalam
penyampaian laporan Penggunaan APBDes
kepada pemerintah tingkat atasnya dilakukan
melalui sistem pelaporan yang dilakukan secara
periodik. (4) Pertanggungjawaban APBDesa
baik secara teknis maupun administrasi
keuangan belum sesuai dengan ketentuan azas
umum pengelolaan keuangan Desa
5 Hendro
Pujo
Sasongko
Adi, 2013
Implementasi
Pengelolaan Dan
Penatausahaan
Keuangan Desa
Berdasarkan Perda
No 16 Tahun 2007
Tentang Keuangan
Desa Di Desa
Mulawarman
Kecamatan
Tenggarong
Seberang Kabupaten
Kutai Kartanegara
Implementasi Pengelolaan dan Penatausahaan
Keuangan Desa berdasarkan Perda Nomor 16
Tahun 2007 Tentang Keuangan Desa di Desa
Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara terlaksana
dengan baik dan beberapa hal inti dari isi Perda
tersebut dipaparkan di bawah ini yang terdiri
dari: Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan
Desa (PTPK Desa), Penetapan Bendahara Desa
dan Petugas Penatausahaan Keuangan Desa
(PPK Desa) serta tugas pokok dan fungsinya
juga tertuang dalam surat keputusan Kepala
Desa, Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan
Desa Mulawarman meliputi penerimaan dari
dana CD (Community Defelopment), PAD
(Pendapatan Asli Desa), dan ADD (Alokasi
Dana Desa).
46
No Penulis Judul Hasil
6 Paulus
Israwan
Setyoko
(2010)
Akuntabilitas
Administrasi
Keuangan Alokasi
Dana Desa (ADD)
Kegagalan mewujudkan akuntabilitas vertikal
dan horizontal administrasi keuangan ADD
menunjukkan pengelolaan keuangan negara
pada tingkat desa belum berhasil. Sistem dan
mekanisme pelaporan keuangan yang telah
disusun dengan baik dan rinci oleh pemerintah
kabupaten, ternyata tidak dapat dilaksanakan
dengan baik oleh aparat pemerintah desa. Oleh
karenanya, untuk meningkatkan keberhasilan
program ADD, maupun program pembangunan
perdesaan lainnya, peningkatan kemampuan
administratif aparat pemerintah desa,
tersedianya sistem sanksi yang tegas atas setiap
pelanggaran, dan peningkatan kepedulian
masyarakat dalam pengawasan keuangan
sangat dibutuhkan.
Peningkatan kemampuan administratif ini dapat
dilakukan dengan memberikan pelatihan teknis
terkait dengan sistem dan mekanisme
pelaksanaan program, serta pendampingan oleh
pemerintah kabupaten.
7 Misbahul
Anwar,
Bambang
Jatmiko,
2015
Kontribusi Dan
Peran Pengelolaan
Keuangan Desa
Untuk Mewujudkan
Anggaran
Pendapatan Dan
Belanja Desa Yang
Transparan Dan
Kesimpulan atas dasar hasil perhitungan
korelasi disimpulkan bahwa: Hubungan Equity
(X9) dengan Efficiency dan Efectiveness (X10)
nilai r sebesar 0.786 artinya hubungan
dikatakan cukup kuat, peneliti dapat
menjelaskan bahwa pemerintahan desa telah
memperhatikan kesejahteraan desa serta dalam
memperlakukan keseluruh masyarakat
47
No Penulis Judul Hasil
Akuntabel (Survey
Pada Perangkat Desa
Di Kecamatan
Ngaglik, Sleman,
Yogyakarta)
dilakukan secara adil dan bijak, sedangkan
hubungan antara Efficiency dan Effectiveness
(X10) dengan Equity (X9) nilai r sebesar 0.786
(cukup kuat) artinya pemerintahan desa telah
melakukan kegiatan pembangunan desa secara
efisien dan efektif serta tetap memanfaatkan
keuangan secara tepat
2.3. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan penelitian yang mendasari penelitian ini,
maka penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah bimbingan teknis (X1),
pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi (X2), dan
pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa (X3) berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa (Y). Adapun kerangka pemikiran dari
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3. Kerangka pemikiran teoritis
48
2.4. Pengembangan Hipotesis Penelitian
2.4.1. Pengaruh Bimbingan Teknis Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengamanatkan
pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintah dan berbagai
sumber daya alam yang dimiliki, termasuk didalamnya pengelolaan keuangan dan
kekayaan milik desa. Peran besar yang diterima desa, tentunya juga diimbangi
dengan tanggungjawab yang besar pula, oleh karena itu pemerintah desa harus
bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata pemerintahannya, di mana
semua akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan.
Namun demikian, peran dan tanggungjawab yang diterima oleh desa
belum diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Sebagaimana diamanatkan dalam UU Desa, pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota turut membantu
memberdayakan masyarakat desa dengan pendampingan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan pembangunan desa, sehingga diperlukan suatu
bimbingan teknis pengelolaan keuangan desa baik guna meningkatkan
pemahaman bagi aparatur pemerintah desa dalam pengelolaan keuangan desa,
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
meningkatkan kualitas laporan keuangan dan tata kelola sehingga akan terwujud
suatu akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.
49
Penelitian Anwar (2015) dari kuisioner yang disebarkan ke 5 desa di
Kecamatan Ngaglik peneliti menjelaskan bahwa hanya 2 desa yang memahami
laporan keuangan desa, atas dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa masih
sedikitnya desa yang memiliki SDM memadai, sehingga Bimbingan teknis terkait
pengelolaan keuangan desa masih sangat diperlukan. Penelitian Akang (2015)
menyebutkan bahwa komunikasi telah dilakukan dengan baik melalui sosialisasi,
pembekalan dan pelatihan terhadap perwakilan perangkat desa yang berpengaruh
pada siapnya desa Landungsari dalam implementasi kebijakan program ADD
sesuai dengan UU Nomor 6 Tahun 2014. Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwa
adanya pengaruh bimbingan teknis melalui sosialisasi, pelatihan, maupun
pembekalan yang intensif akan mendukung Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
desa.
H1 : Bimbingan Teknis Berpengaruh Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa
2.4.2. Pengaruh Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi (tupoksi) dalam
Organisasi Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Pemahaman tugas pokok dan fungsi berarti masing-masing dari orang-
orang yang ada dalam organisasi memahami tugas dan perannya dalam
mewujudkan tujuan organisasi. Pemahaman fungsi di sini menjadi penting karena
dengan memahami fungsinya dalam organisasi diharapkan tidak akan ada
ketimpangan dalam melaksanakan pekerjaan juga mengurangi kemungkinan
terjadinya kecurangan karena perannya yang lebih dari 1 bidang pekerjaan.
50
Pemahaman fungsi aparatur desa akan berpengaruh pada tugas-tugas dan
kewenangannya dalam organisasi. Ketika aparatur desa telah memahami tugas
dan kewenangannya dalam organisasi maka diharapkan ia dapat melaksanakan
tugasnya dengan efektif dan efisien sehingga akan mendukung terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan yang baik serta pertanggungjawaban atas
penyelenggaraan pemerintahan tersebut.
Penelitian Rahmawati (2015) memberikan saran hendaknya kepala desa
tidak memegang kendali penuh pada pengelolaan keuangan desa, namun
dilaksanakan sesuai peraturan dan job description yang ada, dalam hal ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa pemahaman akan fungsi dalam organisasi memiliki
pengaruh penting dalam pengelolaan keuangan desa. Hal ini berarti semakin
paham aparatur desa akan fungsinya dalam pemerintahan desa maka akan
berpengaruh pada semakin terwujudnya akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan desa.
H2 : Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi (tupoksi) dalam Organisasi
Berpengaruh Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
2.4.3. Pengaruh Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa
Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Adanya alokasi dana dari pusat menimbulkan kewajiban bagi pemerintah
desa di Kabupaten Kebumen untuk melaporkan pertanggungjawaban penggunaan
dana tersebut. Pertanggungjawaban penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD)
terintegrasi dengan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
51
(APBDesa) dilaporkan oleh pemerintah desa secara berkala. Bentuk
pertanggungjawabannya adalah pertanggungjawaban APBDesa. Kewajiban untuk
melaporkan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa ini menuntut kepala
desa dan pamong desa untuk mampu menginterpretasikan peraturan-peraturan
yang mengikat dalam proses pertanggungjawaban tersebut. Kepala desa sebagai
pemegang kekuasaan pengelola keuangan desa memiliki kewenangan menetapkan
bendahara desa untuk melaksanakan penatausahaan keuangan desa. Bendahara
adalah pamong desa yang ditunjuk oleh kepala desa untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan atau membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka
pelaksanaan APBDesa (Permendagri No 113 Tahun 2014).
Penelitian terdahulu berkaitan dengan pengelolaan dana desa yaitu Subroto
(2009) menyatakan dalam hasil penelitiannya mengenai akuntabilitas pengelolaan
dana desa menunjukkan bahwa untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
alokasi dana desa, sudah menampakkan adanya pengelolaan yang akuntabel dan
transparan, sedangkan dalam pertanggungjawaban dilihat secara hasil fisik sudah
menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel dan transparan, namun dari sisi
administrasi masih diperlukan adanya pembinaan lebih lanjut, karena belum
sepenuhnya sesuai dengan ketentuan. Akutabilitas dalam pengelolaan keuangan
desa sangat rendah karena tidak adanya keterlibatan antara masyarakat dan BPD
(Badan Permusyarawatan Desa).
Besarnya peran bendahara dalam penatausahaan keuangan desa
menuntutnya untuk memiliki keahlian dan kemampuan dalam melaksanakan
52
pengelolaan keuangan pemerintahan desa. Bendahara desa wajib
menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran
desa, dengan menggunakan sistem akuntansi yang berterima umum sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) (Subroto, 2009:13). Proses penerimaan
dan pengeluaran uang wajib dipertanggungjawabkan oleh bendahara desa melalui
laporan pertanggungjawaban keuangan desa. Mulai dari siklus pengelolaan
keuangan desa inilah bendahara desa menjadi bagian yang cukup penting,
terutama pada tahap penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban (Sejati,
2012).
Bendahara sebagai penanggungjawab dalam seluruh proses penatausahaan
keuangan yang ada di pemerintahan desa sampai pada penyusunan laporan
pertanggungjawaban keuangan dihadapkan pada keharusan untuk memiliki
pengetahuan yang memadai di bidang keuangan desa. Pengelola keuangan desa,
khususnya dalam hal ini yaitu bendahara desa harus dapat memahami
penatusahaan keuangan desa dengan baik dan benar karena suatu pemerintahan
desa yang baik diperlukan sistem pengelolaan keuangan desa yang baik,
transparan, akuntabel dan berkeadilan (Maryunani, 2006). Pengelolaan keuangan
desa yang baik tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan ekonomi desa yang kuat
dan mandiri. Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh
pemahaman mekanisme penatausahaan akan mendukung Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan desa.
H3 : Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa Berpengaruh
Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
53
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
hypothesis testing study, untuk menguji pengaruh antar variabel yang
dihipotesiskan dalam penelitian. Penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian
yang menggunakan pendekatan positivism, eksperimental, dan empiris.
Pendekatan tersebut digunakan dalam penelitian yang menekankan pada
pengujian-pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian
dalam angka (Quantitative) dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik
dan atau permodelan matematis (Efferin, dkk, 2004:34). Penelitian kuantitatif
melihat hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan
akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan
dependen. Setelah variabel tersebut ditentukan selanjutnya dicari seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2012:11).
Penelitian ini menggunakan pendekatan statistik inferensial. Menurut
Sugiyono (2012:148) Statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif
atau statistik probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini
cocok digunakan apabila sampel diambil dari populasi yang jelas dan teknik
pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random.
54
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pamong desa yang berada di
Kabupaten Kebumen yang terlibat dalam pengelolaan keuangan desa. Pengelolaan
keuangan desa dilaksanakan oleh kepala desa dan Pelaksana Teknis Pengelolaan
Keuangan Desa (PTPKD) yang terdiri atas sekretaris desa, bendahara desa, dan
kepala seksi. Pamong desa yang mengisi kuesioner terdiri dari kepala desa,
bendahara desa dan sekretaris desa, namun pada saat penyebaran kuesioner posisi
sekretaris desa ada yang kosong maka kuesioner untuk sekretaris desa diisi oleh
kepala seksi pemerintahan atau PLT Sekdes.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013). Pertama, populasi dalam penelitian ini
dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan letak geografisnya yang terdiri dari
5 (lima) kecamatan dimana Kecamatan Alian mewakili daerah utara Kabupaten
Kebumen, Kecamatan Buluspesantren mewakili daerah selatan Kabupaten
Kebumen, Kecamatan Karanganyar mewakili daerah barat Kabupaten Kebumen,
Kecamatan Kuthowinangun mewakili daerah timur Kabupaten Kebumen dan
Kecamatan Kebumen mewakili daerah tengah (pusat) dari Kabupaten Kebumen,
kemudian dari setiap kecamatan yang terpilih diambil beberapa desa untuk
dijadikan sampel dalam penelitian ini. Kabupaten Kebumen memiliki 26
kecamatan, 449 desa dan jumlah elemen (desa) yang akan dijadikan sebagai
sampel adalah sebanyak 38 desa. Pemilihan 38 desa yang dijadikan sampel
55
berdasarkan pada akses yang mudah untuk dijangkau. Tabel 3.1 menampilkan
jumlah sampel yang diambil berdasarkan teknik Purposive Sampling.
Tabel 3.1.
Penentuan Jumlah Sampel
No Kecamatan Jumlah sampel
1. Kecamatan Alian 9
2. Kecamatan Buluspesantren 8
3. Kecamatan Karanganyar 4
4. Kecamatan Kuthowinangun 7
5. Kecamatan Kebumen 10
Total 38
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa variabel penelitian adalah suatu
atribut atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk selanjutnya dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Definisi operasional variabel adalah bagaimana menentukan dan
mengukur variabel-variabel tersebut dilapangan dengan merumuskan secara
singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan atau
pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan Skala Likert yaitu suatu skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi, seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Jawaban dari responden bersifat kualitatif yang dikuantitatifkan,
dimana jawaban diberi skor dengan menggunakan 5 (lima) poin Skala Likert,
56
yaitu 1 untuk Sangat Tidak Setuju (STS), 2 untuk Tidak Setuju (TS), 3 untuk
Ragu-Ragu (RR), 4 untuk Setuju (S), dan 5 untuk Sangat Setuju (SS).
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa, dan 3 (tiga) variabel independen yaitu
Bimbingan Teknis, Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) dalam
Organisasi dan Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa.
Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian terdahulu, pendekatan operasional
variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.3.1. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
keuangan desa, sedangkan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa adalah
pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan mengenai keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggung
jawaban keuangan desa.
Indikator variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan desa dalam
penelitian ini adalah :
1. Keakuratan = Teliti, tepat, cermat, dan bebas dari kesalahan (Mahmudi, 2007)
57
2. Transparansi = Keterbukaan mengenai APBDesa yang memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya
tentang keuangan desa (Riyanto, 2015)
3. Validitas = Sejauh mana ketepatan, kesesuaian atau kecocokan suatu alat untuk
mengukur apa yang diukur
4. Relevansi = Menurut Pasolong (2012) relevansi adalah kesesuaian sesuatu
hasil yang diinginkan, dalam hal ini keuangan desa harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat desa secara umum
5. Keandalan Informasi = Keandalan informasi adalah konsistensi dari
serangkaian pengukuran atau alat ukur yang sama, dalam pengelolaan
keuangan desa dana desa harus dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya
Pengukuran variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan desa
menggunakan 5 (lima) poin Skala Likert, yaitu :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju
3.3.2. Bimbingan Teknis
Program bimbingan teknis atau pelatihan-pelatihan dilakukan guna
mengembangkan serta meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan
dari anggota organisasi agar kemamampuan yang telah dimiliki semakin membaik.
Pendidikan formal ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan
pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang
58
terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja, sedangakan
bimbingan teknis atau pelatihan ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk
melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini (Windiastuti, 2013). Bimbingan
teknis (bimtek) merupakan kegiatan pelatihan dan pengembangan pengetahuan
serta kemampuan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh setiap individu maupun institusi tertentu sehingga, dengan
mengikuti bimtek diharapkan setiap individu maupun institusi, dapat mengambil
sebuah manfaat dengan berorientasi pada kinerja.
Indikator variabel bimbingan teknis dalam penelitian ini adalah :
1. Bimbingan teknis mengenai pengelolaan keuangan desa yang diselenggarakan
oleh pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten.
2. Pembinaan dan/atau pendampingan pengelolaan keuangan desa.
Pengukuran variabel bimbingan teknis menggunakan 5 (lima) poin Skala
Likert, yaitu :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju
3.3.3. Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) dalam Organisasi
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pemahaman adalah sesuatu hal
yang kita pahami dan kita mengerti. Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) adalah
kesatuan pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh para pegawai yang
memiliki aspek khusus serta saling berkaitan satu sama lain menurut sifat atau
59
pelaksanaannya untuk mencapai tujuan tertentu dalam sebuah organisasi (Rivani,
2012).
Indikator variabel pemahaman tugas pokok dan fungsi dalam organisasi
dalam penelitian ini adalah:
1. Tingkat pemahaman terhadap tugas pokok masing-masing jabatan.
Tugas pokok merupakan tugas yang paling pokok dari suatu jabatan. Tugas
pokok memberikan gambaran tentang ruang lingkup atau kompleksitas jabatan
tersebut.
2. Tingkat pemahaman terhadap fungsi masing-masing jabatan.
Hal yang harus diperhatikan mengenai pemahaman terhadap fungsi di sini
adalah pemahaman terhadap Job Description dan pemahaman terhadap
pemisahan tugas dari masing-masing jabatan.
Pengukuran variabel pemahaman tugas pokok dan fungsi dalam organisasi
menggunakan 5 (lima) poin Skala Likert, yaitu :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju
3.3.4. Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa
Penatausahaan keuangan desa adalah seluruh kegiatan pencatatan yang
khususunya dilakukan oleh bendahara desa. Bendahara desa wajib melakukan
pencatatan terhadap seluruh transaksi yang berupa penerimaan dan pengeluaran
(Juklak Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa, BPKP 2015).
60
Pemerintah desa yaitu kepala desa dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan
Keuangan Desa (PTPKD) yang merupakan pamong desa yang ditunjuk oleh
kepala desa harus memahami mekanisme penatausahaan keuangan desa ini,
sehingga pengelolaan keuangan desa dapat berjalan lancar sesuai dengan
peraturan yang telah ditentukan.
Indikator variabel pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa
dalam penelitian ini adalah:
1. Tingkat pemahaman mengenai pencatatan akuntansi serta pihak yang
malakukan pencatatan
2. Tingkat pemahaman mengenai waktu dalam melaksanakan penatausahaan
sesuai peraturan yang ada (Permendagri No 113 Tahun 2014)
Pengukuran variabel pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan
desa menggunakan 5 (lima) poin Skala Likert, yaitu :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (primary
data). Data primer (primary data) adalah data yang bersumber langsung dari
sumber data tanpa melalui perantara (Wahyudin, 2015: 111). Penelitian ini
mengambil data secara langsung berupa kuesioner yang diberikan kepada
pengelola keuangan desa. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
61
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015:199). Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu,
kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar atau tersebar
di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup
atau terbuka, dapat diberikan secara langsung atau dikirim melalui pos atau
internet.
Sumber data diperoleh dari jawaban responden yang terdiri dari Kepala
Desa, Sekretaris Desa, dan Bendahara Desa sebagai pengelola keuangan desa.
Data ini berupa kuesioner yang telah diisi oleh pengelola keuangan desa yang
terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Kuesioner diberikan langsung kepada
responden. Kuesioner untuk variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan desa,
pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi dan pemahaman
mekanisme penatausahaan keuangan desa bersifat tertutup, sedangkan kuesioner
untuk variabel bimbingan teknis bersifat semi terbuka.
3.5. Metode Analisis Data
Data yang sudah terkumpul, selanjutnya diolah untuk mengetahui hasil
penelitian. Data diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS ver.21. Peneliti
menganalisis bagaimana pengaruh bimbingan teknis, pemahaman tugas pokok
dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi dan pemahaman mekanisme penatausahaan
keuangan desa terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa. Berdasarkan
62
permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian serta memperhatikan sifat-
sifat data yang dikumpulkan, maka analisis data dalam penelitian ini dijabarkan
sebagai berikut:
3.5.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2015: 208).
3.5.1.1. Analisis Deskriptif Responden
Analisis deskriptif responden digunakan untuk memberikan gambaran
atau deskripsi empiris atas data yang dikumpulkan (Ferdinand, 2014: 229).
Analisis ini dilakukan untuk memberikan informasi demografi responden.
Informasi ini berupa identitas (nama), jabatan, dan latar pendidikan responden.
Data diperoleh melalui isian data responden yang dibagikan.
3.5.1.2. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis (puncak distribusi) dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2013). Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
data pada penelitian ini yang terdiri dari bimbingan teknis (X1), pemahaman tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi (X2), pemahaman mekanisme
penatausahaan keuangan desa (X3), dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa
63
(Y). Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel
yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel
penelitian. Alat analisis statistik deskriptif selain rata-rata, standar deviasi, range,
sum, skewness, dan kurtosis adalah tabel frekuensi. Tabel frekuansi merupakan
tabel yang menggambarkan profil nilai suatu variabel yang menunjukkan nilai
frekuensi satuan data secara keseluruhan (Wahyudin, 2015: 120).
Analisis statistik deskriptif digunakan dengan memberi skor jawaban
kuesioner yang telah diisi oleh responden. Hasil dari penjumlahan masing-masing
item pernyataan dikategorikan dalam beberapa jenjang kategori variabel.
Kategori deskriptif variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan desa,
ditentukan dengan cara membuat tabel kategori yang disusun dengan perhitungan
sebagai berikut:
1. Menetapkan skor maksimum = 5 (jumlah pernyataan) x 5 (skor maks) = 25
2. Menetapkan skor minimum = 5 (jumlah pernyataan) x 1 (skor min) = 5
3. Menetapkan rentang kelas = 25 (skor maks) – 5 (skor min) = 20
4. Menetapkan banyaknya kelas = jumlah skala Likert yang digunakan = 5
5. Panjang kelas interval
, maka
( )
Menurut perhitungan tersebut, maka panjang kelas interval variabel
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa adalah 4,2 dan dibulatkan menjadi 5.
Jenjang kategori yang digunakan ditampilkan dalam Tabel 3.2.
64
Tabel 3.2
Kategori Variabel Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
No. Interval Kategori
1 5 – 9 Sangat Rendah
2 10 – 14 Rendah
3 15 – 19 Sedang
4 20 – 24 Tinggi
5 25 – 29 Sangat Tinggi
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Kategori deskriptif variabel bimbingan teknis ditentukan dengan cara
membuat tabel kategori yang disusun dengan perhitungan sebagai berikut:
1. Menetapkan skor maksimum = 4 (jumlah pernyataan) x 5 (skor maks) = 20
2. Menetapkan skor minimum = 4 (jumlah pernyataan) x 1 (skor min) = 4
3. Menetapkan rentang kelas = 20 (skor maks) – 4 (skor min) = 16
4. Menetapkan banyaknya kelas = jumlah skala Likert yang digunakan = 5
5. Panjang kelas interval
,maka
( )
Menurut perhitungan di atas diperoleh panjang kelas interval variabel
bimbingan teknis adalah 3,4 dan dibulatkan menjadi 4. Jenjang kategori yang
digunakan ditampilkan dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kategori Variabel Bimbingan Teknis
No. Interval Kategori
1 4 – 7 Sangat Tidak Memadai
2 8 – 11 Tidak Memadai
3 12 – 15 Sedang
4 16 - 19 Memadai
5 20 – 23 Sangat Memadai
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
65
Kategori deskriptif variabel pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
dalam organisasi ditentukan dengan cara membuat tabel kategori yang disusun
dengan perhitungan sebagai berikut:
1. Menetapkan skor maksimum = 7 (jumlah pernyataan) x 5 (skor maks) = 35
2. Menetapkan skor minimum = 7 (jumlah pernyataan) x 1 (skor min) = 7
3. Menetapkan rentang kelas = 35 (skor maks) – 7 (skor min) = 28
4. Menetapkan banyaknya kelas = jumlah skala Likert yang digunakan = 5
5. Panjang kelas interval
, maka
( )
Menurut perhitungan tersebut diperoleh panjang kelas interval variabel
pemahaman tugas pokok dan fungsi dalam organisasi adalah 5,8 dan dibulatkan
menjadi 6. Jenjang kategori yang digunakan ditampilkan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kategori Variabel Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) dalam
Organisasi
No. Interval Kategori
1 7 – 12 Sangat Tidak Paham
2 13 – 18 Tidak Paham
3 19 – 24 Sedang
4 24 – 30 Paham
5 31 – 36 Sangat Paham
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
66
Kategori deskriptif variabel pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan
desa ditentukan dengan cara membuat tabel kategori yang disusun dengan
perhitungan sebagai berikut:
1. Menetapkan skor maksimum = 5 (jumlah pernyataan) x 5 (skor maks) = 25
2. Menetapkan skor minimum = 5 (jumlah pernyataan) x 1 (skor min) = 5
3. Menetapkan rentang kelas = 25 (skor maks) – 5 (skor min) = 20
4. Menetapkan banyaknya kelas = jumlah skala Likert yang digunakan = 5
5. Panjang kelas interval
, maka
( )
Menurut perhitungan tersebut diperoleh panjang kelas interval variabel
pemahaman mekanisme pelaksanaan pengelolaan keuangan desa adalah 4,2 dan
dibulatkan menjadi 5. Jenjang kategori yang digunakan ditampilkan dalam Tabel
3.5.
Tabel 3.5
Kategori Variabel Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa
No. Interval Kategori
1 5 – 9 Sangat Tidak Paham
2 10 – 14 Tidak Paham
3 15 – 19 Sedang
4 20 – 24 Paham
5 25 – 29 Sangat Paham
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
3.5.2. Uji Kualitas Data
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian.
Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrumen dalam
kuesioner harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh dengan
67
uji reliabilitas dan uji validitas. Uji realibilitas dan uji validitas dilakukan untuk
mengetahui ketepatan alat ukur dalam mengukur objek yang diteliti.
3.5.2.1. Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2013: 47). Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan coefficient cronbach’s alpha.
Cronbach’s alpha merupakan teknik pengujian konsistensi reliabilitas antar item
yang paling popular dan merupakan indeks konsistensi reliabilitas yang cukup
sempurna, semakin tinggi koefisien alpha, berarti semakin baik pengukuran suatu
instrumen.
Kriteria pengujian uji reliabilitas menurut Ghozali (2013) adalah sebagai
berikut:
1. Alpha > 0,7 konstruk (variabel) memiliki reliabilitas.
2. Alpha < 0,7 konstruk (variabel) tidak memiliki reliabilitas.
3.5.2.2. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2013: 52). Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan
68
validitas konstruk (construct validity), yaitu dengan melakukan korelasi antar skor
butir pernyataan dengan total skor konstruk atau variabel. Pengujian
menggunakan dua sisi dengan taraf signifikansi 5% dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Jika rhitung > rtabel (uji 2 sisi dengan signifikansi 5%) maka instrumen atau item-
item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
2. Jika rhitung < rtabel (uji 2 sisi dengan signifikansi 5%) maka instrumen atau item-
item pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan
tidak valid).
3.5.3. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil (Ghozali, 2013). Ada 2 (dua) cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan cara analisis grafik dan uji
statistik.
3.5.4. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini
juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang
69
digunakan tidak terdapat multikolinieritas dan heteroskedastisitas. Pengujian
asumsi klasik dilakukan agar nilai parameter model penduga yang digunakan
dinyatakan valid.
3.5.4.1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2013:
105). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Jika variabel independen saling berkorelasi maka variabel-variabel
ini tidak ortogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai
korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Pengujian multikolonieritas dapat dilihat dari Tolerance Value atau
Variance Inflation Factor (VIF), sebagai berikut:
1. Jika nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak
terdapat multikolonieritas pada penelitian tersebut.
2. Jika nilai Tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan bahwa terdapat
multikolonieritas pada penelitian tersebut.
3.5.4.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2013: 139). Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
70
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Deteksi yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot (Scatterplot) antara nilai
prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot
menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar kemudian
menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika
tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5.5. Analisis Regresi Berganda
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi
linier berganda dengan alat bantu SPSS 21 (Statistical Packages for Social
Science). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa sebagai variabel dependen dengan
variabel independen bimbingan teknis, pemahaman tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) dalam organisasi dan pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan
desa. Persamaan regresi dapat dituliskan sebagai berikut:
AKT = α + β1BT + β2PF + β3PN+ e
Dimana:
AKT = Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa (Y)
α = Konstanta
β1-β3 = Koefisien regresi masing-masing variabel independen
BT = Bimbingan Teknis (X1)
71
PF = Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi dalam Organisasi (X2)
PN = Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa (X3)
e = Standar error
3.5.6. Uji Hipotesis
3.5.6.1. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013: 98). Uji
simultan digunakan untuk menguji besarnya pengaruh variabel independen
(bimbingan teknis, pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi
dan pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa) secara bersama-sama
atau simultan terhadap variabel dependen (akuntabilitas pengelolaan keuangan
desa). Uji F dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai F kritis (F tabel)
dengan F hitung yang terdapat pada tabel analysis of variance.
Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% sehingga untuk
mengetahui nilai F tabel kriteria yang digunakan adalah :
1. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima maka artinya secara statistik dapat
dibuktikan bahwa variabel independen (bimbingan teknis, pemahaman tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi dan pemahaman mekanisme
penatausahaan keuangan desa) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
(akuntabilitas pengelolaan keuangan desa).
72
2. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha (hipotesis alternatif) diterima
maka artinya secara simultan dapat dibuktikan bahwa semua variabel
independen (bimbingan teknis, pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
dalam organisasi dan pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa)
berpengaruh terhadap variabel dependen (akuntabilitas pengelolaan keuangan
desa).
3.5.6.2. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2013: 98). Uji t digunakan untuk menentukan apakah variabel
independen (bimbingan teknis, pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
dalam organisasi dan pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa)
secara individu atau parsial berpengaruh terhadap variabel dependen
(akuntabilitas pengelolaan keuangan desa).
Pengujian dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-
masing koefisien regresi dengan nilai ttabel dengan tingkat signifikansi 5% dengan
derajat kebebasan (df) sama dengan n-k-1, dimana n adalah jumlah sampel dan k
adalah jumlah variabel. Kriteria yangdigunakan adalah:
1) Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima artinya variabel independen
(bimbingan teknis, pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam
organisasi dan pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa) tidak
73
berpengaruh terhadap variabel dependen (akuntabilitas pengelolaan keuangan
desa).
2) Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan menerima Ha artinya variabel
independen (bimbingan teknis, pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
dalam organisasi dan pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa)
berpengaruh terhadap variabel dependen (akuntabilitas pengelolaan keuangan
desa).
3.5.6.3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:
97). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kabupaten Kebumen merupakan kabupaten yang terletak di bagian selatan
Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Purworejo di sebelah
timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, Kabupaten Cilacap dan Banyumas di
sebelah barat serta Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara di sebelah utara.
Secara geografis Kabupaten Kebumen terletak pada 7°27' - 7°50' Lintang Selatan
dan 109°22' - 109°50' Bujur Timur. Kabupaten Kebumen secara administratif
terdiri dari 26 kecamatan dengan luas wilayah sebesar 128.111,50 hektar atau
1.281,115 km², dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan
perbukitan, sedangkan sebagian besar merupakan dataran rendah (Kebumen
dalam Angka 2014).
Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 kecamatan yang terbagi menjadi 11
kelurahan dan 449 desa. Tahun 2013 jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 1.930
RW dan dibagi menjadi 7.127 RT. Secara agregat penduduk Kabupaten Kebumen
pada tahun 2014 tercatat 1.176.662 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten
Kebumen sebesar 918/km² (Kebumen dalam Angka 2014).
Peneliti memilih Kabupaten Kebumen sebagai lokasi penelitian berdasarkan
beberapa alasan, yang antara lain adalah sebagai berikut:
1) Kabupaten Kebumen merupakan kabupaten yang menerima dana desa terbesar
nomor 2 di Provinsi Jawa Tengah.
75
2) Kabupaten Kebumen telah melaksanakan pemilihan kepala desa pada tahun
2013 yang artinya para pengelola keuangan desa telah menjabat kurang lebih 3
(tiga) tahun sehingga pengelola keuangan desa di Kabupaten Kebumen telah
paham mengenai tugas pokok dan fungsinya masing-masing dan telah
mengikuti beberapa bimbingan teknis yang telah diselenggarakan oleh
pemerintah provinsi maupun oleh pemerintah kabupaten.
4.2. Hasil Penelitian
Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini, diolah menggunakan
bantuan alat bantu Microsoft Excel dan program statistik IBM SPSS Statistics 21.
4.2.1. Statistik Deskriptif
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (primary data).
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dalam pengumpulan data.
Penyebaran kuesioner dilakukan secara personal survey atau peneliti mendatangi
secara langsung pengelola keuangan desa. Pengelola keuangan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah kepala desa, sekretaris desa, dan bendahara
desa sehingga masing-masing desa yang menjadi sampel akan mendapat tiga
kuesioner. Kuesioner disebar ke 38 desa di Kabupaten Kebumen. Keseluruhan
kuesioner yang disebar kepada responden berjumlah 114 kuesioner. Kuesioner
yang dapat diterima kembali adalah sebanyak 107 kuesioner dan dari jumlah
tersebut keseluruhannya memenuhi syarat untuk diolah.
Tingkat pengembalian kuesioner disajikan dalam Tabel 4.1 dan daftar 38
desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.2.
76
Tabel 4.1
Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang disebar 114 100%
Kuesioner yang tidak kembali (7) 6,14%
Kuesioner yang kembali 107 93,86%
Pengisian kuesioner yang tidak lengkap (0) 0%
Kuesioner yang dapat diolah 107 93,86%
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Tabel 4.2
Daftar Desa yang Menjadi Sampel Penelitian
No. Nama Kecamatan Nama Desa
1 Kecamatan Kebumen Desa Kembaran
2 Desa Kalijirek
3 Desa Kawedusan
4 Desa Jemur
5 Desa Karangsari
6 Desa Kuthosari
7 Desa Gemeksekti
8 Desa Muktirejo
9 Desa Muktisari
10 Desa Bandung
11 Kecamatan Alian Desa Kambangsari
12 Desa Jatimulyo
13 Desa Karangkembang
14 Desa Bojongsari
15 Desa Kalirancang
16 Desa Sawangan
17 Desa Seliling
18 Desa Surotrunan
19 Desa Tanuharjo
20 Kecamatan Kuthowinangun Desa Jlegiwinangun
21 Desa Tanjungsari
22 Desa Pesalakan
23 Desa Karangsari
24 Desa Lumbu
25 Desa Lundong
26 Desa Babadsari
27 Kecamatan Buluspesantren Desa Tanjungsari
28 Desa Rantewringin
29 Desa Tanjungrejo
77
No. Nama Kecamatan Nama Desa
30 Desa Banjurmukadan
31 Desa Tambakrejo
32 Desa Sidomoro
33 Desa Bocor
34 Desa Waluyo
35 Kecamatan Karanganyar Desa Wonorejo
36 Desa Karangkemiri
37 Desa Grenggeng
38 Desa Sidomulyo
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
4.2.1.1. Analisis Deskriptif Responden
Deskripsi karakteristik responden ini dimaksudkan untuk menjelaskan
latar belakang responden dalam penelitian ini. Deskripsi mengenai karakteristik
responden dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Deskripsi Karakteristik Responden
Keterangan Jumlah Presentase
Jabatan:
Kepala Desa 34 31,78%
Sekretaris Desa 37 34,58%
Bendahara Desa 36 33,64%
Total 107 100%
Pendidikan:
SD 1 0,93%
SMP/Setara SMP 5 4,67%
SMA/Setara SMA 80 74,77%
Diploma (D1, D2, dan
D3)
7 6,54%
Sarjana (S1) 14 13,08%
Total 107 100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan pengelola
keuangan desa sebagian besar adalah lulusan SMA/setara SMA yaitu ada 80
responden (74,77%), kemudian disusul dengan lulusan sarjana (S1) 14 responden
78
(13,08%), untuk lulusan diploma (D1, D2, D3) ada 7 responden (6,54%),
kemudian lulusan SMP ada 5 responden (4,67%) dan yang terakhir adalah
pengelolaan keuangan desa yang merupakan lulusan SD ada 1 responden (0,93%).
4.2.1.2. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis deskriptif variabel digunakan untuk mendeskripsikan variabel
yang dependen maupun variabel independen yang ada dalam penelitian ini. Hal
ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang
berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
Penelitian ini analisis deskriptif variabelnya menggunakan minimum, maksimum,
mean, standar deviasi, dan frekuensi sebagai pengukuran deskriptif dari masing-
masing variabel penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari akuntabilitas pengelolaan keuangan desa (AKT), bimbingan teknis (BT),
pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi (PF), dan
pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa (PN).
1. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa disajikan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Deskripsi Frekuensi Indikator Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Indikator N Frekuensi Skor Min Max Rerata St.dev
1 2 3 4 5
AKT1 107 0 0 0 42 65 4 5 4,61 0,491
AKT2 107 0 0 0 50 57 4 5 4,53 0,501
AKT3 107 0 1 0 67 39 2 5 4,35 0,534
AKT4 107 0 1 0 54 52 2 5 4,47 0,555
79
Indikator N Frekuensi Skor Min Max Rerata St.dev
1 2 3 4 5
AKT5 107 0 1 0 52 54 2 5 4,49 0,556
Total Jumlah 22,45 2,637
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa skor yang paling banyak
dipilih oleh responden adalah skor 5 untuk masing-masing item indikator
akuntabilitas. Skor rata-rata jawaban responden untuk masing-masing indikator
sebesar 4,49. Skor maksimum yang dipilih oleh responden untuk masing masing
indikator adalah 5, sedangkan skor minimum yang dipilih adalah 4 untuk
indikator Akuntabilitas 1 dan Akuntabilitas 2, serta skor 2 untuk Akuntabilitas 3,
Akuntabilitas 4, dan Akuntabilitas 5.
Nilai rata-rata tertinggi untuk masing-masing indikator adalah indikator
Akuntabilitas 1 yang mengindikasikan bahwa pengelola keuangan desa di
Kabupaten Kebumen telah melaksanakan prinsip validitas yang ditunjukkan
dengan pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran desa telah didukung dengan
bukti yang lengkap dan sah serta ditandatangani oleh Kepala Desa dan Bendahara
Desa yaitu dengan nilai rata-rata 4,61, sedangkan rata-rata terendah adalah
indikator Akuntabilitas 3 yaitu indikator relevansi yang mengindikasikan bahwa
laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa di Kabupaten
Kebumen terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan yaitu dengan nilai
rata-rata 4,35. Nilai rata-rata total skor jawaban responden terhadap keseluruhan
indikator akuntabilitas sebesar 22,45. Sementara itu rata-rata standar deviasi
bernilai 0,527. Tabel 4.5 menyajikan frekuensi responden terhadap variabel
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa secara keseluruhan.
80
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Variabel Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori
1 5 – 9 0 0% Sangat Rendah
2 10 – 14 0 0% Rendah
3 15 – 19 3 2,80% Sedang
4 20 – 24 77 71,96% Tinggi
5 25 – 29 27 25,24% Sangat Tinggi
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Tabel 4.5 menyajikan data seberapa tinggi akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa dilihat dari total skor jawaban responden. Sebanyak 77 responden
(71,96%) skor maksimum pada interval 20-24 yang artinya 77 responden tersebut
menyatakan bahwa akuntabilitas pengelolaan desa di Kabupten Kebumen tinggi.
Sebanyak 27 responden (25,24%) memiliki skor maksimum pada interval 25-29
yang artinya 27 responden tersebut menyatakan bahwa akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa di Kabupaten Kebumen sangat tinggi, sedangkan responden yang
menjawab “Ragu-ragu” dalam kuesioner sebanyak 3 responden (2,80%) memiliki
skor maksimum pada interval 15-19. Jawaban pada skala “Ragu-ragu”
menunjukkan bahwa responden menyatakan bahwa akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa di Kabupaten Kebumen sedang. Berdasarkan keterangan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas pengelolaan keuangan desa di
Kabupaten Kebumen tinggi.
2. Bimbingan Teknis
Hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel Bimbingan Teknis disajikan
dalam Tabel 4.6.
81
Tabel 4.6
Deskripsi Frekuensi Indikator Bimbingan Teknis
Indikator N Frekuensi Skor Min Max Rerata St.dev
1 2 3 4 5
BT1 107 0 0 0 37 70 4 5 4,65 0,478
BT2 107 0 0 0 34 73 4 5 4,68 0,468
BT3 107 0 0 0 34 73 4 5 4,68 0,468
BT4 107 0 0 0 34 73 4 5 4,68 0,468
Total Jumlah 18,69 1,882
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa skor yang paling banyak
dipilih oleh responden adalah skor 5 untuk masing-masing item indikator
bimbingan teknis. Skor rata-rata jawaban responden untuk masing-masing
indikator sebesar 4,67. Skor maksimum yang dipilih oleh responden untuk masing
masing indikator adalah 5, sedangkan skor minimum yang dipilih adalah 4.
Nilai rata-rata tertinggi untuk masing-masing indikator adalah 4,68 yaitu
bimbingan teknis 2, bimbingan teknis 3, dan bimbingan teknis 4 yang
mengindikasikan bahwa kebutuhan akan ketersediaan pembinaan dan/atau
pendampingan dalam pengelolaan keuangan desa tinggi, sedangkan bimbingan
teknis 1 mengindikasikan bahwa ketersediaan bimbingan teknis mengenai
pengelolaan keuangan desa yang diselenggarakan pemerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten tinggi. Nilai rata-rata terendah adalah bimbingan teknis 1
dengan nilai rata-rata 4,65. Nilai rata-rata total skor jawaban responden terhadap
keseluruhan indikator bimbingan teknis adalah sebesar 18,69. Sementara itu rata-
rata standar deviasi bernilai 0,470. Tabel 4.7 menyajikan frekuensi responden
terhadap variabel bimbingan teknis secara keseluruhan.
82
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Variabel Bimbingan Teknis
No. Interval Frekuensi Presentase Kategori
1 4 – 7 0 0% Sangat Tidak Memadai
2 8 – 11 0 0% Tidak Memadai
3 12 – 15 0 0% Sedang
4 16 - 19 56 52,34% Memadai
5 20 – 23 51 47,66% Sangat Memadai
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Tabel 4.7 menyajikan data seberapa tingginya bimbingan teknis yang
diselenggarakan dilihat dari total skor jawaban responden. Sebanyak 56
responden (52,34%) memiliki skor maksimum pada interval 16-19 yang artinya
56 responden tersebut menyatakan bahwa bimbingan teknis yang diselenggarakan
sudah memadai. Sebanyak 51 responden (47,66%) memiliki skor maksimum
pada interval 20-23 yang artinya 51 responden tersebut menyatakan bahwa
bimbingan teknis yang diselenggarakan sudah sangat memadai. Berdasarkan
keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan teknis yang
diselenggarakan di Kabupaten Kebumen telah memadai.
3. Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) dalam Organisasi
Hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel Pemahaman Tugas Pokok dan
Fungsi (Tupoksi) dalam Organisasi disajikan dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Deskripsi Frekuensi Indikator Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi
(Tupoksi) dalam Organisasi
Indikator N Frekuensi Skor Min Max Rerata St.dev
1 2 3 4 5
PF1 107 0 1 0 53 53 2 5 4,48 0,555
PF2 107 0 1 0 64 42 2 5 4,36 0,481
PF3 107 0 0 0 65 42 4 5 4,37 0,541
PF4 107 0 0 0 69 38 3 5 4,43 0,551
83
Indikator N Frekuensi Skor Min Max Rerata St.dev
1 2 3 4 5
PF5 107 0 1 0 58 48 4 5 4,39 0,491
PF6 107 0 0 11 64 32 2 5 4,20 0,606
PF7 107 0 0 12 57 38 3 5 4,24 0,642
Total Jumlah 30,47 3,867
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa skor yang paling banyak
dipilih oleh responden adalah skor 4 untuk masing-masing item indikator
pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi. Skor rata-rata
jawaban responden untuk masing-masing indikator sebesar 4,35. Skor maksimum
yang dipilih oleh responden untuk masing masing indikator adalah 5. Skor
minimum yang dipilih adalah 2 untuk indikator tupoksi 1, tupoksi 2, dan tupoksi 6
serta 3 untuk indikator tupoksi 4 dan tupoksi 7, sedangkan skor minimum untuk
indikator tupoksi 3 dan tupoksi 5 adalah 4.
Nilai rata-rata tertinggi untuk masing-masing indikator adalah tupoksi 1
yang mengindikasikan bahwa pengelola keuangan desa di Kabupaten Kebumen
telah memahami fungsi dari masing-masing jabatan yang ditunjukkan dengan
pernyataan bahwa Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan desa dengan nilai rata-rata 4,48. Rata-rata terendah adalah indikator
tupoksi 6 yaitu dengan nilai rata-rata 4,20 yang mengindikasikan bahwa pengelola
keuangan desa di Kabupaten Kebumen memiliki pemahaman mengenai tugas
pokok jabatan masing-masing yang ditunjukkan dengan pernyataan bahwa Kepala
seksi mempunyai tugas menyiapkan dokumen anggaran, melakukan tindakan
pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dan
melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa. Nilai rata-
84
rata total skor jawaban responden terhadap keseluruhan indikator akuntabilitas
sebesar 30,47. Sementara itu rata-rata standar deviasi bernilai 0,552. Tabel 4.9
menyajikan frekuensi responden terhadap variabel pemahaman tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) dalam organisasi.
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Variabel Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi
(Tupoksi) dalam Organisasi
No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori
1 7 – 12 0 0% Sangat Tidak Paham
2 13 – 18 0 0% Tidak Paham
3 19 – 24 0 0% Sedang
4 24 – 30 59 55,14% Paham
5 31 – 36 48 44,86% Sangat Paham
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Tabel 4.9 menyajikan data seberapa pahamnya pengelola keuangan desa
mengenai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi dilihat dari total skor
jawaban responden. Sebanyak 59 responden (55,14%) memiliki skor maksimum
pada interval 24-30 yang artinya 59 responden tersebut menyatakan bahwa
mereka paham mengenai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi.
Sebanyak 48 responden (44,86%) memiliki skor maksimum pada interval 31-36
yang artinya 48 responden tersebut menyatakan mereka sangat paham mengenai
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi. Berdasarkan keterangan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengelola keuangan desa di Kabupaten
Kebumen memiliki pemahaman yang tinggi mengenai tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) dalam organisasi.
85
4. Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa
Hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel Pemahaman Mekanisme
Penatausahaan Keuangan Desa disajikan dalam Tabel 4.10
Tabel 4.10
Deskripsi Frekuensi Indikator Pemahaman Mekanisme Penatausahaan
Keuangan Desa
Indikator N Frekuensi Skor Min Max Rerata St.dev
1 2 3 4 5
PN1 107 0 0 0 47 60 4 5 4,56 0,499
PN2 107 0 0 2 54 51 3 5 4,46 0,537
PN3 107 0 1 0 59 47 2 5 4,42 0,550
PN4 107 0 2 0 59 46 2 5 4,39 0,595
PN5 107 0 0 5 67 35 4 5 4,28 0,546
Total Jumlah 22,11 2,727
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa skor yang paling banyak
dipilih oleh responden adalah skor 4 untuk masing-masing item indikator
pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa. Skor rata-rata jawaban
responden untuk masing-masing indikator sebesar 4,42. Skor maksimum yang
dipilih oleh responden untuk masing masing indikator adalah 5. Skor minimum
yang dipilih adalah 2 untuk indikator penatausahaan 3, penatausahaan 4, serta 3
untuk indikator penatausahaan 2. Skor minimum untuk indikator penatausahaan 1
dan 5 adalah 4.
Nilai rata-rata tertinggi untuk masing-masing indikator adalah
penatausahaan 1 sebesar 4,56 yang mengindikasikan bahwa pengelola keuangan
desa di Kabupaten Kebumen telah memahami pencatatan akuntansi mengenai
pengelolaan keuangan desa yang ditunjukkan dengan pernyataan bahwa
bendahara desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran
kas secara tertib. Rata-rata terendah adalah indikator penatausahaan 5 yaitu
86
dengan nilai rata-rata 4,28 yang mengindikasikan bahwa pengelola keuangan desa
di Kabupaten Kebumen memiliki pemahaman mengenai waktu pelaporan
pertanggungjawaban keuangan yang ditunjukkan dengan pernyataan bahwa
laporan pertanggungjawaban yang telah disusun oleh bendahara disampaikan
setiap bulan kepada kepala desa, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Nilai
rata-rata total skor jawaban responden terhadap keseluruhan indikator
akuntabilitas sebesar 30,82. Sementara itu rata-rata standar deviasi bernilai 0,545.
Tabel 4.11 menyajikan frekuensi responden terhadap variabel pemahaman
mekanisme pelaksanaan pengelolaan keuangan desa secara keseluruhan.
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Variabel Pemahaman Mekanisme Penatausahaan
Keuangan Desa
No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori
1 5 – 9 0 0% Sangat Tidak Paham
2 10 – 14 0 0% Tidak Paham
3 15 – 19 6 5,61% Sedang
4 20 – 24 72 67,29% Paham
5 25 – 29 29 27,10% Sangat Paham
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Tabel 4.11 menyajikan data seberapa pahamnya pengelola keuangan desa
mengenai mekanisme penatausahaan keuangan desa dilihat dari total skor jawaban
responden. Sebanyak 72 responden (67,29%) memiliki skor maksimum pada
interval 20-24 yang artinya 72 responden tersebut menyatakan bahwa mereka
paham mengenai mekanisme penatausahaan keuangan desa. Sebanyak 29
responden (27,10%) memiliki skor maksimum pada interval 25-29 yang artinya
29 responden tersebut menyatakan mereka sangat paham mengenai mekanisme
penatausahaan keuangan desa. Sebanyak 6 responden (5,61%) memiliki skor
maksimum pada interval 15-19 yang artinya 6 responden tersebut menyatakan
87
bahwa pemahaman mereka mengenai mekanisme penatausahaan keuangan desa
adalah sedang. Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pengelola keuangan desa di Kabupaten Kebumen memiliki pemahaman yang
tinggi mengenai mekanisme penatausahaan keuangan desa.
4.2.2. Uji Kualitas Data
4.2.2.1. Uji Reliabilitas
Uji realibilitas instrumen penelitian dilaksanakan dengan melihat
konsistensi koefisien Cronbach Alpha untuk semua variabel. Suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,7 (Ghozali,
2013: 48). Adapun hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nilai Alpha Keterangan
X1 (Bimbingan Teknis) 0,834 Reliabel
X2 (Pemahaman Fungsi dalam Organisasi) 0,883 Reliabel
X3 (Pemahaman Mekanisme Penatausahaan) 0,882 Reliabel
Y (Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa) 0,843 Reliabel
Sumber : Data Primer yang diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.12 terlihat bahwa variabel bimbingan teknis,
pemahaman tugas pokok dan fungsi dalam organisasi, pemahaman mekanisme
penatausahaan keuangan desa serta akuntabilitas pengelolaan keuangan desa
memiliki status reliabel. Hal ini dikarenakan nilai Alpha Cronbach variabel
tersebut lebih besar dari 0,70. Kondisi ini juga memberikan arti bahwa seluruh
variabel tersebut dapat digunakan pada analisis selanjutnya.
88
4.2.2.2. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2013: 52). Uji validitas dilakukan dengan analisis bivariate yakni
melihat korelasi antara masing-masing indikator dengan total skor konstruk.
Dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of
freedom (df) = n-2, dalam hal ini adalah jumlah sampel. Jumlah sampel (n) dalam
penelitian ini adalah 107, sehingga besarnya df yaitu 107-2 = 105, dengan
signifikansi 5% didapat r tabel = 0,1900. Apabila nilai r hitung lebih besar dari r
tabel maka dapat dikatakan semua indikator variabel adalah valid. Tabel 4.13
menunjukkan hasil dari uji validitas dengan menggunakan SPSS ver. 21.
Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas
Variabel/Indikator r hitung r tabel Keterangan
Bimbingan Teknis (X1)
Pernyataan 1 0,564 0, 190 Valid
2 0,743 0, 190 Valid
3 0,698 0, 190 Valid
4 0,655 0, 190 Valid
Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi
dalam Organisasi (X2)
Pernyataan 1 0,618 0, 190 Valid
2 0,756 0, 190 Valid
3 0,71 0, 190 Valid
4 0,69 0, 190 Valid
5 0,725 0, 190 Valid
6 0,617 0, 190 Valid
7 0,55 0, 190 Valid
89
Variabel/Indikator r hitung r tabel Keterangan
Pemahaman Mekanisme Penatausahaan
(X3)
Pernyataan 1 0,696 0, 190 Valid
2 0,718 0, 190 Valid
3 0,748 0, 190 Valid
4 0,751 0, 190 Valid
5 0,675 0, 190 Valid
Akuntabilitas pengelolaan Keuangan
Desa (Y)
Pernyataan 1 0,65 0, 190 Valid
2 0,696 0, 190 Valid
3 0,585 0, 190 Valid
4 0,564 0, 190 Valid
5 0,751 0, 190 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah, 2016
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan untuk
mengukur semua variabel dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item yang valid.
Diperoleh bahwa dari indikator-indikator variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, semuanya memiliki nilai r hitung lebih besar dari 0,190 yaitu r tabel
untuk sampel sebanyak 107.
4.2.3. Uji Normalitas
Uji normalitas pada dasarnya bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya telah
terdistribusi secara normal atau tidak. Suatu model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui
normalitas nilai residual, maka penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov di mana kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai ρ
yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang sudah ditentukan yaitu 0,05. Agar
90
berdistribusi normal maka variabel residual harus memiliki nilai signifikansi >
0,05.
Setelah melakukan uji normalitas menunjukkan hasil Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,897 dengan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,397. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai signifikansi di atas 0,05 (ρ > 0,05), artinya data yang
diuji normal. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Hasil pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
disajikan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 107
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
1,15264546
Most Extreme
Differences
Absolute ,087
Positive ,087
Negative -,051
Kolmogorov-Smirnov Z ,897
Asymp. Sig. (2-tailed) ,397
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : data primer yang diolah, 2016
Selain menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov ada pula cara lain yaitu
dengan analisis grafik dengan melihat penyebaran data (titik) pada garis diagonal
P Plot of Regression Standardized Residual. Berikut ini merupakan hasil uji
91
normalitas data dengan analisis grafik Normal Probability Plot yang disajikan
pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Grafik P-Plot
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Grafik P-Plot di atas menunjukkan titik-titik menyebar di sekitar garis
diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Grafik ini
menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali,
2013: 163).
92
4.2.4. Uji Asumsi Klasik
4.2.4.1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat
dari perhitungan nilai tolerance serta Varian Inflation Factor (VIF). Menurut
Ghozali (2013), suatu model regresi dikatakan tidak memiliki kecenderungan
adanya gejala multikolinearitas adalah apabila memiliki nilai VIF yang lebih kecil
dari 10 dan Tolerance lebih besar dari 0,10. Hasil pengujian model regresi
diperoleh nilai-nilai VIF untuk masing-masing variabel ini dapat dilihat dari Tabel
4.15.
Tabel 4.15
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficien
ts
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Toleran
ce
VIF
1
(Constant) 2,579 1,511 1,707 ,091
TOTALBT ,157 ,088 ,117 1,793 ,076 ,708 1,413
TOTALPF ,178 ,056 ,253 3,171 ,002 ,474 2,111
TOTALPN ,520 ,071 ,566 7,367 ,000 ,511 1,956
a. Dependent Variable: TOTALAKT
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas
yang mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,10. Hal ini berarti tidak ada
korelasi antar variabel bebas. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan hal
93
yang sama, di mana tidak ada variabel yang memiliki nilai VIF lebih besar dari 10.
Menurut hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas
antar variabel bebas, sehingga model regresi layak untuk digunakan.
4.2.4.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2013), model regresi yang baik adalah
yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskesdatisitas.
Metode deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan
melihat grafik Plot (Scatterplot) antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED)
dengan residual (SRESID), jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik yang
bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan
bahwa telah terjadi heteroskedastisitas, apabila tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas. Adapun gambar Scatterplot uji heterokedastisitas
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
94
Gambar 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Grafik Scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik secara acak dan tidak
membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk
memprediksi akuntabilitas pengelolaan keuangan desa berdasarkan masukan
variabel bimbingan teknis, pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam
organisasi dan pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa.
95
4.2.5. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda berguna untuk menganalisis hubungan
antara dua variabel independen atau lebih dengan satu variabel dependen.
AKT = α + β1BT + β2PF + β3PN + e
Hasil perhitungan regresi berganda dengan program IBM SPSS Statistics
21 dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2,579 1,511 1,707 ,091
TOTALBT ,157 ,088 ,117 1,793 ,076
TOTALPF ,178 ,056 ,253 3,171 ,002
TOTALPN ,520 ,071 ,566 7,367 ,000
a. Dependent Variable: TOTALAKT
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dirumuskan persamaan regresi berganda
sebagai berikut:
AKT = 2,579 + 0,157BT + 0,178PF + 0,520PN + e
Persamaan tersebut mengandung makna bahwa:
1. Konstanta sebesar 2,579 menunjukkan nilai akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa sebesar 2,579 apabila bimbingan teknis, pemahaman tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi dan pemahaman mekanisme
penatausahaan keuangan desa sebesar nol dengan asumsi variabel lainnya
konstan.
96
2. Koefisen regresi variabel bimbingan teknis sebesar 0,157 menyatakan bahwa
setiap peningkatan bimbingan teknis sebesar satu satuan maka akan
menyebabkan peningkatan atau kenaikan akuntabilitas pengelolaan keuangan
desa sebesar 0,157 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.
3. Koefisen regresi variabel pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam
organisasi sebesar 0,178 menyatakan bahwa setiap peningkatan pemahaman
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi sebesar satu satuan maka
akan menyebabkan peningkatan atau kenaikan akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa sebesar 0,178 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya
konstan.
4. Koefisen regresi variabel pemahaman mekanisme penatusahaan keuangan desa
sebesar 0,520 menyatakan bahwa setiap peningkatan mekanisme
penatausahaan pengelolaan keuangan desa sebesar satu satuan maka akan
menyebabkan peningkatan atau kenaikan akuntabilitas pengelolaan keuangan
desa sebesar 0,520 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.
4.2.6. Pengujian Hipotesis Penelitian
4.2.6.1. Uji F
Pengujian hipotesis secara simultan dilakukan untuk mengetahui
signifikansi pengaruh antara variabel independen (bimbingan teknis, pemahaman
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi dan pemahaman mekanisme
penatausahaan keuangan desa) terhadap variabel dependen (akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa. Berikut hasil uji F disajikan dalam Tabel 4.17.
97
Tabel 4.17
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 311,524 3 103,841 75,947 ,000b
Residual 140,831 103 1,367
Total 452,355 106
a. Dependent Variable: TOTALAKT
b. Predictors: (Constant), TOTALPN, TOTALBT, TOTALPF
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa dari uji ANOVA atau F-test
didapat nilai Fhitung adalah sebesar 75,947 yang artinya lebih besar dari Ftabel yaitu
2,69 serta nilai signifikansi 0,000 yang artinya lebih kecil dari α = 0,05. Karena
Fhitung > Ftabel dan sig < 0,05 maka dapat diartikan bahwa variabel independen
(bimbingan teknis, pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi
dan pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa) secara bersama sama
berpengaruh terhadap variabel dependen (akuntabilitas pengelolaan keuangan
desa).
4.2.6.2. Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu (parsial)
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan
atau tidak. Penelitian ini ditentukan oleh tingkat kepercayaan = 95% atau (α) =
0,05. Derajat kebebasan (df) = n-k-1 = 107-3-1 = 103, serta pengujian dua sisi
maka diperoleh nilai ttabel = 1,983. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila
nilai thitung lebih tinggi dibandingkan dengan ttabel atau nilai signifikansi lebih kecil
98
dari 0,05 maka hipotesis diterima. Hasil uji t yang dilakukan dengan bantuan
program SPSS ver.21 disajikan dalam Tabel 4.18.
Tabel 4.18
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2,579 1,511 1,707 ,091
TOTALBT ,157 ,088 ,117 1,793 ,076
TOTALPF ,178 ,056 ,253 3,171 ,002
TOTALPN ,520 ,071 ,566 7,367 ,000
a. Dependent Variable: TOTALAKT
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Hasil pengujian signifikansi variabel bebas secara parsial dapat dilihat
pada pembahasan sebagai berikut :
1. Hasil uji t untuk bimbingan teknis (X1) diperoleh thitung sebesar 1,793 yang
artinya lebih kecil dari ttabel yaitu 1,983 serta nilai signifikansi 0,076 yang
artinya lebih besar dari α = 0,05. Karena thitung < ttabel dan sig > 0,05 maka H1
ditolak. Hal ini berarti bahwa bimbingan teknis (X1) tidak berpengaruh
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa (Y).
2. Hasil uji t untuk pemahaman tugas pokok dan fungsi dalam organisasi (X2)
diperoleh thitung sebesar 3,171 yang artinya lebih besar dari ttabel yaitu 1,983
serta nilai signifikansi 0,002 yang artinya lebih kecil dari α = 0,05. Karena
thitung > ttabel dan sig < 0,05 maka H2 diterima. Hal ini berarti bahwa
pemahaman tugas pokok dan fungsi dalam organisasi (X2) berpengaruh
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa (Y).
99
3. Hasil uji t untuk pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa (X3)
diperolah thitung sebesar 7,367 yang artinya lebih besar dari ttabel yaitu 1,983
serta nilai signifikansi 0,000 yang artinya lebih kecil dari α = 0,05. Karena
thitung > ttabel dan sig < 0,05 maka H3 diterima. Hal ini berarti bahwa
pemahaman mekanisme penatusahaan keuangan desa (X3) berpengaruh
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa (Y). Secara ringkas dapat
dilihat pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19
Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
4.2.6.3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti
No. Hipotesis Uji t Kesimpulan
T Sig
1 Bimbingan teknis
berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa.
1,793 < 1,983 0,076 > 0,05 Hipotesis
Ditolak
2 Pemahaman tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) dalam
organisasi berpengaruh
terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa
3,171 >1,983 0,002 < 0,05 Hipotesis
Diterima
3 Pemahaman mekanisme
penatausahaan keuangan desa
berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa.
7,367 >1,983 0,000 < 0,05 Hipotesis
Diterima
100
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Menurut Ghozali (2013), nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Berikut ini adalah hasil
uji koefisien determinasi yang disajikan dalam Tabel 4.20.
Tabel 4.20
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,830a ,689 ,680 1,169
a. Predictors: (Constant), TOTALPN, TOTALBT, TOTALPF
Sumber : Data yang diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.20 nilai koefisien determinasi ( adjusted R square)
sebesar 0,680. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen yaitu
bimbingan teknis, pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dan pemahaman
mekanisme penatausahaan keuangan desa dapat menjelaskan akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa sebesar 68 %, sedangkan sisanya sebesar 32 %
(100 %-68 %) dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variabel independen
tersebut.
101
4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Bimbingan Teknis Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa
Bimbingan teknis (bimtek) adalah suatu kegiatan yang diperuntukkan untuk
memberikan bantuan yang pada umumnya berupa nasehat dan tuntutan untuk
menyelesaikan persoalan/masalah yang bersifat teknis. Tujuan bimbingan teknis
adalah untuk menyelesaikan masalah/kasus yang terjadi dan dihadapi oleh para
pegawai/pejabat sehingga penyelesainnya dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bimbingan teknis dalam
penelitian ini menguji mengenai seberapa memadainya bimbingan teknis yang
diselenggarakan oleh pemerintah provinsi maupun oleh pemerintah kabupaten dan
juga untuk menguji seberapa memadainya ketersediaan tenaga pendamping dalam
melakukan pembinaan pengelolaan keuangan desa.
Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa bimbingan
teknis (X1) tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa
(Y) yang dibuktikan nilai thitung adalah sebesar 1,793 yang artinya lebih kecil dari
ttabel yaitu 1,983 serta nilai signifikansi 0,076 yang artinya lebih besar dari α =
0,05. Hal yang dimungkinkan menjadi indikasi penyebab tidak berpengaruhnya
bimbingan teknis terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan adalah kurang
maksimalnya bimbingan teknis yang telah diselenggarakan oleh pemerintah
provinsi maupun oleh pemerintah kabupaten. Hal ini diketahui dari kuesioner
untuk bimbingan teknis yang bersifat semi terbuka dimana responden tidak hanya
menjawab berdasarkan kategori yang disediakan (Sangat Setuju, Setuju, Ragu-
102
ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju) tetapi juga responden diberi
pertanyaan yang jawabannya berupa isian. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di Kabupaten Purbalingga yang dilakukan oleh Setyoko
(2010) yang berjudul Akuntabilitas Administrasi Keuangan Program Alokasi
Dana Desa (ADD) yang menunjukkan bahwa meskipun pemerintah Kabupaten
Purbalingga telah memberikan pelatihan pengelolaan dan penyusunan laporan
keuangan program Alokasi Dana Desa (ADD) kepada Tim Pelaksana Desa (TPD),
berdasarkan catatan Bapernas Kabupaten Purbalingga, banyak desa yang tidak
mampu menyerahkan laporan keuangan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan jawaban yang terdapat dalam kuesioner yang telah diisi
diketahui bahwa responden masih memerlukan banyak bimbingan teknis terkait
pengelolaan keuangan yaitu pada proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban. Bimbingan teknis yang dibutuhkan oleh
pengelola keuangan desa di Kabupaten Kebumen antara lain mengenai
peningkatan kapabilitas dari pamong desa dalam melakukan pengelolaan
keuangan desa, penyusunan APBDesa, RPJMDesa, RKPDesa, SPP dan RAB.
Saat melaksanakan pembukuan, administrasi dan pengarsipan dalam pengelolaan
keuangan desa, serta penyusunan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) dan pelaporan
untuk realisasi APBDesa masih memerlukan adanya pendampingan, bimbingan
teknis lain yang masih dibutuhkan adalah adanya pelatihan komputer dan internet
serta pendampingan keuangan desa untuk tahun 2016.
103
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Subroto (2009) yang berjudul
“Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus Pengelolaan Alokasi Dana
Desa Di Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten
Temanggung Tahun 2008)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk
perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban kegiatan Alokasi Dana Desa,
sudah menampakkan adanya pengelolaan yang akuntabel dan transparan, namun
dari sisi administrasi masih diperlukan adanya pembinaan lebih lanjut, karena
belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan. Kendala utamanya adalah belum
efektifnya pembinaan aparat pemerintahan desa dan kompetensi sumber daya
manusia, sehingga masih memerlukan pendampingan dari aparat Pemerintah
Daerah secara berkelanjutan.
Penelitian lain yang juga menemukan hal yang sama adalah penelitian
yang dilakukan oleh Irma (2014) yang berjudul Akuntabilitas Pengelolaan
Alokasi Dana Desa di Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi menemukan
bahwa akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa di Wilayah Kecamatan
Dolo Selatan Kabupaten Sigi dilihat dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban baik secara teknis maupun administrasi sudah berjalan
dengan baik, namun dalam hal pertanggungjawaban administrasi keuangan,
kompetensi sumber daya manusia pengelola masih merupakan kendala utama,
sehingga masih memerlukan pendampingan dari aparat Pemerintah Daerah
Kabupaten Sigi.
104
4.3.2. Pengaruh Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) dalam
Organisasi Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) adalah kesatuan pekerjaan atau kegiatan
yang dilaksanakan oleh para pegawai yang memiliki aspek khusus serta saling
berkaitan satu sama lain menurut sifat atau pelaksanaannya untuk mencapai tujuan
tertentu dalam sebuah organisasi (Rivani, 2012). Pemahaman tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) dalam organisasi dalam penelitian ini menguji tingkat
pemahaman pengelola keuangan desa mengenai Job Description masing-masing
jabatan dan tingkat pemahaman pengelola keuangan desa tingkat pemahaman
mengenai pemisahan tugas masing-masing jawaban.
Hasil pengujian hipotesis ke dua (H2) menunjukkan bahwa pemahaman
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi (X2) berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa (Y) yang dibuktikan dengan nilai thitung
adalah sebesar 3,171 yang artinya lebih besar dari ttabel yaitu 1,983 serta nilai
signifikansi 0,002 yang artinya lebih kecil dari α = 0,05. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Lestari dkk (2014) yang berjudul Membedah
Akuntabilitas Praktik Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Kubutambahan,
Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali (Sebuah Studi Inte
rpretif Pada Organisasi Publik Non Pemerintahan) yang menunjukkan bahwa
pengurus Desa Pakraman Kubutambahan selaku agen dalam pengelolaan
keuangan dan Krama Desa Pakraman sebagai principal telah memegang teguh
peranan modal-modal social khusunya kepercayaan dalam membentuk hubungan
akuntabilitasnya.
105
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumiarti
(2015) yang berjudul Pengelolaan Alokasi Dana Desa Ngatabaru Kecamatan Sigi
Biromaru Kabupaten Sigi yang menunjukkan bahwa pengorganisasian yang
dilakukan oleh pemerintah Desa Ngatabaru belum berjalan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya masing-masing karena faktor kompetensi sumber daya
manusia yang tidak memadai, sehingga mempengaruhi dalam pelaksanaan
pengelolaan Alokasi Dana Desa yang berjalan kurang baik.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pemahaman tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) dalam organisasi sudah baik hal ini dibuktikan dengan jumlah
seluruh jawaban dari setiap pernyataan tentang pemahaman pemahaman tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi untuk kategori sangat setuju sebesar
39,10%, kategori setuju sebesar 57,01%, kategori ragu-ragu sebesar 3,58%, dan
jawaban tidak setuju sebesar 0,31%, tidak ada satupun responden yang menjawab
sangat tidak setuju dari keseluruhan pernyataan tentang pemahaman tugas pokok
dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi.
Jawaban untuk indikator tingkat pemahaman Job Description untuk
masing-masing jabatan yang termasuk dalam kategori sangat paham sebesar
42,68%, kategori paham sebesar 56,70%, dan kategori tidak paham sebesar 0,62%.
Hasil ini menunjukkan bahwa pengelola keuangan desa di Kabupaten Kebumen
memiliki tingkat pemahaman yang tinggi mengenai Job Description untuk
masing-masing jabatan, seperti yang diketahui bahwa pengertian dari deskripsi
pekerjaan (Job Description) adalah pernyataan faktual yang menyangkut tugas
106
dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan. Job Description ini memiliki beberapa
manfaat yang antara lain adalah sebagai berikut:
1) Job Description membantu menghindari adanya kebingungan dan memberikan
pemahaman dalam melaksanakan pekerjaan;
2) Deskripsi pekerjaan penting dalam perencanaan perubahan organisasi dan
reorganisasi sesuai perkembangan keadaan;
3) Memberi arahan tentang pengalaman yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan;
4) Untuk memperbaiki administrasi dan pengendalian pekerjaan.
Jawaban untuk indikator tingkat pemahaman pengelola keuangan desa
mengenai pemisahan tugas untuk masing-masing jabatan pengelolaan keuangan
desa yang termasuk kategori sangat paham sebesar 36,45%, kategori paham
57,95%, kategori ragu-ragu sebesar 5,37%, dan kategori tidak paham sebesar
0,23%. Hasil ini menunjukkan bahwa pengelola keuangan desa di Kabupaten
Kebumen memiliki tingkat pemahaman yang tinggi mengenai pemisahan tugas
untuk masing-masing jabatan. Pemahaman mengenai pemisahan tugas untuk
masing-masing jabatan memiliki manfaat untuk menghindari tumpang tindih
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas serta untuk menghindari adanya
double job dalam pelaksanaan tugas.
107
4.3.3. Pengaruh Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa
Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa pemahaman
mekanisme penatausahaan keuangan desa (X3) berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa (Y) yang dibuktikan nilai thitung adalah
sebesar 7,367 yang artinya lebih besar dari ttabel yaitu 1,983 serta nilai signifikansi
0,000 yang artinya lebih kecil dari α = 0,05. Hasil analisis deskriptif menunjukkan
bahwa pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa sudah baik yang
dibuktikan dengan jumlah seluruh jawaban dari setiap pernyataan tentang
pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa untuk kategori sangat
setuju sebesar 44,67%, kategori setuju sebesar 53,46%, kategori ragu-ragu sebesar
1,31%, dan jawaban tidak setuju sebesar 0,56%, tidak ada responden yang
menjawab sangat tidak setuju dari keseluruhan pernyataan tentang pemahaman
mekanisme penatausahaan keuangan desa.
Pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa pada penelitian ini
menguji tingkat pemahaman pengelola keuangan desa mengenai pencatatan
akuntansi serta pihak yang malakukan pencatatan dan tingkat pemahaman
pengelola keuangan desa mengenai waktu dalam melaksanakan penatausahaan
sesuai peraturan yang ada (Permendagri No 113 Tahun 2014). Jawaban untuk
indikator tingkat pemahaman pencatatan akuntansi serta pihak yang malakukan
pencatatan yang termasuk dalam kategori sangat paham sebesar 49,22%, kategori
paham sebesar 49,84%, kategori ragu-ragu sebesar 0,62%, dan kategori tidak
paham sebesar 0,31%, sedangkan jawaban untuk indikator tingkat pemahaman
108
mengenai waktu dalam melaksanakan penatausahaan sesuai peraturan yang ada
(permendagri no 113 tahun 2014) yang termasuk kategori sangat paham sebesar
37,85%, kategori paham 58,88%, kategori ragu-ragu sebesar 2,34%, dan kategori
tidak paham sebesar 0,93%. Hasil ini menunjukkan bahwa pengelola keuangan
desa di Kabupaten Kebumen memiliki tingkat pemahaman yang tinggi mengenai
waktu dalam melaksanakan penatausahaan sesuai peraturan yang ada.
Hasil ini menunjukkan bahwa pengelola keuangan desa di Kabupaten
Kebumen memiliki tingkat pemahaman yang tinggi mengenai pencatatan
akuntansi dan tingkat pemahaman mengenai waktu dalam melaksanakan
penatausahaan sesuai peraturan yang ada (Permendagri No 113 tahun 2014). Hasil
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dkk (2014) yang berjudul
Membedah Akuntabilitas Praktik Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman
Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali
(Sebuah Studi Interpretif Pada Organisasi Publik Non Pemerintahan) yang
menunjukkan bahwa pengurus Desa Pakraman Kubutambahan memahami bahwa
akuntansi merupakan instrumen akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan
keuangan di Desa Pakraman. Sejalan dengan hal tersebut, proses akuntabilitas
pengelolaan keuangan Desa Pakraman Kubutambahan telah berlangsung secara
konsisten setiap bulan dengan menggunakan sistem akuntansi sederhana. Proses
pengelolaan keuangan Desa Pakraman Kubutambahan juga telah memenuhi
prinsip-prinsip pengelolaan yang baik serta prinsip-prinsip akuntabilitas publik.
109
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian mengenai determinan
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Bimbingan teknis tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa.
2. Pemahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam organisasi berpengaruh
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.
3. Pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan desa berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.
4. Bimbingan teknis, pemahahaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam
organisasi dan pemahaman mekanisme penatausahaan keuangan secara
bersama-sama berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.
5.2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan di atas, saran yang dapat diberikan
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan bimbingan teknis yang diselenggarakan pemerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten harus ada tindak lanjut yang jelas seperti pendampingan,
pembinaan, sampai kepada pengawasan pengelolaan keuangan desa. Hal ini
dikarenakan pengelola keuangan desa masih membutuhkan bimbingan teknis
110
terkait pengelolaan keuangan desa, seperti jawaban dari responden yang
merupakan pengelola keuangan Desa Karangkembang Kecamatan Alian.
Bimbingan teknis yang mereka butuhkan adalah mengenai administrasi dan
pengarsipan, karena masih banyak pamong desa yang masih melakasanakan
penatausahaan keuangan desa belum sesuai ketetapan yang ada.
2. Penyelenggaraan bimbingan teknis mengenai peningkatan kapabilitas pamong
desa dalam melakukan pengelolaan keuangan desa, pelatihan komputer dan
internet, serta adanya pendampingan pengelolaan keuangan desa untuk tahun
2016 perlu diselenggarakan oleh pemerintah provinsi ataupun pemerintah
kabupaten.
3. Bagi peneliti selanjutnya, apabila melakukan penelitian dengan topik yang
sama dapat menggunakan referensi, baik dari buku maupun jurnal tentang
pengelolaan keuangan daerah kemudian dapat dikembangkan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menggunakan variabel selain yang diteliti jika
akan melakukan penelitian dengan topik yang sama. Sesuai hasil penelitian,
pada variabel bimbingan teknis masih memerlukan pengawasan serta
pendampingan oleh pihak pemerintah pusat maupun pemerintah kabupaten.
Variabel lain yang dapat ditambahkan yaitu variabel aksesibilitas laporan
keuangan.
111
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Hendro Pujo Sasongko. 2013. “Implementasi Pengelolaan Dan
Penatausahaan Keuangan Desa Berdasarkan Perda No 16 Tahun 2007
Tentang Keuangan Desa Di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong
Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara”. Dalam e-Journal Ilmu
Pemerintahan, 2013, 1 (4):1375-1385 ISSN 2338-3615, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman.
Agus, Puji SST dan Widyaiswara Madya. 2015. “Pengelolaan Keuangan Desa:
Sistem Dan Prosedur Penatausahaan Keuangan Desa”. Kementerian
Keuangan.
Anwar, Misbahul dan Bambang Jatmiko. 2013. “Kontribusi dan Peran
Pengelolaan Keuangan Desa Untuk Mewujudkan Anggaran Pendapatan
Dan Belanja Desa Yang Transparan Dan Akuntabel (Survey Pada
Perangkat Desa Di Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta)”. Hal 387-
410. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen. 2015. Kebumen Dalam Angka 2014.
Kebumen: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kebumen
bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik:Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Crowe, Jessica. 2011. “New Challengers for Leadership and Accountability in
Local Public Services in England”. International Journal of Leadership in
Public Services, Vol. 7 Iss 3 pp. 206 – 217.
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah. 2015. Petunjuk
Pelaksanaan Bimbingan & Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa.
Jakarta: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Diani, Dian Irma. 2014. “Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Pemanfaatan Sistem
Informasi Akuntansi Keuangan Daerah Dan Peran Internal Audit
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Pariaman)”. Artikel Ilmiah.
Faultas Ekonomi. Universitas Negeri Padang.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan. 2015. Laporan kajian Sistem
Pengelolaan Keuangan Desa: Alokasi Dana Desa dan Dana Desa.
Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi.
112
Efferin, Sujoko., Stevanus Hadi Darmadji, dan Yuliawati Tan. 2004. Metode
Penelitian Untuk Akuntansi Sebuah Pendekatan Praktis. Malang:
Banyumedia Publishing.
Fajri, Rahmi., Endah Setyowati, dan Siswidiyanto. 2015. “Akuntabilitas
Pemerintah Desa Pada Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) (Studi
Pada Kantor Desa Ketindan, Kecamatan Lawing, Kabupaten Malang)”.
Dalam Jurnal Administrasi Publik (JAP), Volume 3 No. 7. Hal 1099-1104.
Malang: Universitas Brawijaya.
Furqoni, Astri. 2010. “Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Mewujudkan Good
Governance (Studi Pada Pemerintahan Desa Kalimo Kecamatan Kalianget
Kabupaten Sumenep)”. Tesis. Jawa Timur: UPN.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.
Ikhsan, Arfan dan Herkulanus Bambang Suprapto. 2008. Teori Akuntansi & Riset
Multiparadigma. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Irma, Ade. 2015. “Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di
Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi”. Dalam e-Jurnal Katalogis,
volume 3 Nomor 1.Universitas Tadulako.
Kiswanto dan Hasan Mukhibad. 2011. “Analisis Budaya Islam dan Akuntabilitas”.
Dalam Jurnal Dinamika Akuntansi Volume 3 No. 2, Hal 77-89 ISSN
2085-4277. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Lestari, Ayu Komang Dewi. 2014. “Membedah Akuntabilitas Praktik Pengelolaan
Keuangan Desa Pakraman Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali (Sebuah Studi Interpretif pada
Organisasi Publik Non Pemerintahan”. Dalam e-Jurnal S1 Ak Jurusan
Akuntansi Program S1 Vol: 2 No:1. Universitas Pendidikan Ganesha.
Lestari, Eka Rini. 2015. “Implementasi Kebijakan Otonomi Desa Di Desa
Pilanjau Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau”. Dalam eJournal
Administrasi Negara, Volume 3, No. 2. Hal 466-479. Universitas
Mulawarman.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: CV Andi Offset.
113
Mustofa, Anies Iqbal. 2012. “Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan
Keuangan tehadap Akuntabilitas pengelolaan Keuangan Kabupaten
Pemalang”. Dalam Accounting Analysis Journal ISSN 2252-6765.
Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Oktaviyah, Nurafni. 2014. ”Interpretasi Bendahara Desa terhadap Penatausahaan
Keuangan dan Implikasinya pada Penyajian Laporan Pertanggungjawaban
Penatausahaan Keuangan Desa di Kab. Sinjai”. Dalam Skripsi. Universitas
Hasanuddin.
Peraturan Bupati Kebumen Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan
Keangan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa.
Peraturam Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana
Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2015 Tentang Rincian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 162 Tahun 2014 Tentang Rincian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015.
Rahmawati, Hesti Irna. 2015. “Analisis Kesiapan Desa Dalam Implementasi
Penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Pada Delapan
Desa Di Kabupaten Sleman)”. Dalam The 2nd
University Research
Colloquium, ISSN 2407-9189. Hal 305-313. Yogyakarta: Universitas
Cokroaminoto.
Romantis, Puteri Ainurrohma. 2015. “Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana
Desa Di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Tahun 2014”.
Skripsi. Jember: Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Sande, Peggy. 2013. “Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan dan Aksesibilitas
Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah
(Studi Empiris Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat)”. Skripsi.
Padang: Fakultas Ekonomi Universitas Padang.
114
Setyoko, Paulus Israwan. 2011. “Akuntabilitas Administrasi Keuangan Program
Alokasi Dana Desa (ADD)”. Dalam Jurnal Ilmu Administrasi Negara,
Volume 11 No. 1. Hal 14-24. Banyumas: Universitas Jenderal Soedirman.
Subroto, Agus. 2009. “Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa ( Kasus Pengelolaan
Alokasi Dana Desa di Desa-Desa dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo
Kabupaten Temanggung Tahun 2008). Tesis. Semarang : Program Studi
Magister Sains Akuntansi, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V Wiratna. 2015. Akuntansi Desa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sumiarti. 2015. “Pengelolaan Alokasi Dana Desa pada Desa Ngatabaru
Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi”. Dalam e-Journal Katalogis,
Volume 3 Nomor 2 Halaman 135 – 142 ISSN 230-2019. Palu: Universitas
tadulako.
Surya, Ketrin, dkk. 2013. “Evaluasi Penerapan Kebijakan Kepala Desa Dalam
Pengelolaan Administrasi Keuangan Desa Empunak Tapang Keladan
(Ketrin Surya, Yoseph Thomas, Bambang Genjik)”. Artikel. Pontianak :
Universitas Tanjungpura
Tarmudji, Tarsis. 2012. Mengenal Statistika. Semarang: Satuhati Media.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Wahyudin, Agus. 2015. Metode Penelitian Bisnis dan Pendidikan. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Negeri Semarang.
Windiastuti, Ruri. 2013. “Pengaruh Sumber Daya Manusia Bidang Akuntansi Dan
Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan
Aset Daerah Kota Bandung)”. Skripsi. Bandung: Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama.
Yuliani, safrida, dkk. 2010. “Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Pemanfaatan
Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah Dan Peran Internal Audit
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada
Pemerintah Kota Banda Aceh)”. Dalam Jurnal Telaah & Riset Akuntansi,
Volume 3, No. 2. Hal. 206-220. Aceh: Universitas Syiah Kuala.
115
116
LAMPIRAN
117
LAMPIRAN 1
Kuesioner Penelitian
Determinan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
(Studi pada Pemerintah Desa di Wilayah Kabupaten Kebumen)
KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI
Oleh
Siti Khusniyatun
7211412060
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
118
Kepada Yth :
Bapak/Ibu Responden
di
tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi tugas skripsi saya pada Universitas Negeri
Semarang Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, maka dengan segala kerendahan
hati saya sangat menghargai tanggapan Bapak/Ibu terhadap bebrapa pernyataan
yang tersedia dalam kuesioner ini mengenai “Determinan Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Desa (Studi pada Pemerintah Desa di Wilayah
Kabupaten Kebumen)”. Pengumpulan data ini semata-mata hanya akan
digunakan untuk maksud penyusunan skripsi.
Kesediaan dan kerja sama yang Bapak/Ibu berikan dalam bentuk informasi
yang benar dan lengkap akan sangat mendukung keberhasilan penelitian ini.
Selain itu, jawaban yang Bapak/Ibu berikan juga merupakan masukkan yang
sangat berharga bagi saya.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu yang telah meluangkan waktunya dalam
pengisian kuesioner ini.
Hormat saya,
Siti Khusniyatun
NIM 7211412060
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
119
KUESIONER PENELITIAN
BAGIAN PENDAHULUAN
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ……………………………………………..
Nama Desa : ……………………………………………..
……………………………………………..
Jabatan : ……………………………………………..
Pendidikan Terakhir : SD Paket C S1
SMP D1 S2
SMA D2 S3
Paket A D3
Paket B D4
(Bidang/Jurusan: …………………………..)
120
BAGIAN ISI
Petunjuk : Mohon Bapak/ Ibu memberikan tanda cek list (√) pada salah satu
pilihan jawaban sesuai dengan pendapat Bapak/ Ibu mengenai pernyataan yang
diberikan.
Pilihan jawaban : SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR : Ragu-Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
BIMBINGAN TEKNIS
NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten
turut membantu memberdayakan pemerintah
desa dengan pendampingan dalam pengelolaan
keuangan desa, misalnya bimbingan teknis.
Sebutkan bimbingan teknis yang pernah saudara ikuti:
.…………………………………..………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
2 Perlunya pembinaan peningkatan kapasitas
Kepala Desa dan perangkat desa.
Sebutkan bimbingan teknis dalam bidang apa yang saudara perlukan:
………………………...…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
121
BIMBINGAN TEKNIS
NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
3 Perlunya pembinaan dalam administrasi dan
pengelolaan keuangan desa.
4 Perlunya pembinaan dalam komputerisasi untuk
Kepala Desa dan perangkat desa.
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus
didukung oleh bukti yang lengkap dan sah serta
ditandatangani oleh Kepala Desa dan
Bendahara Desa.
2 Bendahara Desa tidak diperkenankan
mengajukan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) kepada Kepala Desa sebelum barang atau
jasa diterima.
3 Semua kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
desa harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat desa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4 Rancangan peraturan desa tentang APBDesa
disepakati bersama BPD palinng lambat bulan
oktober tahun berjalan.
5 Laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan,
belanja, dan pembiayaan.
6 Dalam tahap perencanaan dan penganggaran,
pemerintah desa harus melibatkan BPD,
sehingga program kerja dan kegiatan yang
122
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
disusun sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan masyarakat desa.
7 Bendahara desa wajib melakukan pencatatan
setiap penerimaan dan pengeluaran serta
melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara
tertib.
PEMAHAMAN MEKANISME PENATAUSAHAAN
NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan
setiap penerimaan dan pengeluaran kas secara
tertib.
2 Dalam pentausahaan yang baik, penerimaan
dan pengeluaran kas menggunakan buku kas
umum, buku kas pembantu pajak dan buku
bank.
3 Pencatatan penerimaan dan pengeluaran baik
tunai maupun transfer harus disertai bukti
transaksi yang lengkap dan sah.
4 Bendahara Desa wajib melakukan tutup buku
setiap akhir bulan secara tertib.
5 Laporan pertanggungjawaban yang telah
disusun oleh bendahara disampaikan setiap
bulan kepada Kepala Desa, paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.
123
PEMAHAMAN FUNGSI DALAM ORGANISASI
NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan desa.
2 Kepala Desa mempunyai kewenangan
menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan
APBDesa.
3 Sekretaris Desa bertindak selaku koordinator
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.
4 Sekretaris Desa mempunyai tugas menyusun
Rancangan Peraturan tentang APBDesa,
perubahan APBDesa dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBDesa.
5 Bendahara adalah unsur staf sekretariat desa
yang membidangi urusan administrasi
keuangan untuk menatausahakan keuangan
desa.
6 Kepala Seksi mempunyai tugas menyiapkan
dokumen anggaran dan melakukan tindakan
pengeluaran yang menyebabkan atas beban
anggaran belanja kegiatan
7 Kepala Seksi selaku penanggung jawab
pelaksana kegiatan mempunyai tugas
melaporkan perkembangan pelaksanaan
kegiatan kepada Kepala Desa
124
LAMPIRAN 2
Tabulasi Hasil Jawaban Responden
Berikut disajikan tabulasi hasil jawaban dari 107 responden beserta
karakteristik responden yang terdiri dari nama desa responden, jabatan responden,
dan jenjang pendidikan terakhir dari responden.
Keterangan:
Kolom Jabatan : 1 = Kepala Desa Kolom Pendidikan : 1 = SD
2 = Sekretaris Desa 2 = SMP
3 = Bendahara Desa 3 = SMA
4 = D1/D2/D3
5 = S1
Kolom Jawaban Responden: 1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Ragu-ragu
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
125
1. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa (Y)
No. Identitas Responden Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Desa Jabatan Pendidikan Akt1 Akt2 Akt3 Akt4 Akt5 Jumlah
1 Jlegiwinangun 2 3 4 4 4 4 4 20
2 1 3 4 4 4 4 4 20
3 3 3 4 4 4 4 4 20
4 Tanjungsari 1 3 5 5 5 5 5 25
5 2 3 5 5 5 5 5 25
6 3 3 5 5 5 5 5 25
7 Karangsari 1 3 4 4 4 4 4 20
8 2 3 4 4 4 4 4 20
9 3 3 4 4 4 4 4 20
10 Pesalakan 1 3 4 4 4 4 5 21
11 2 3 4 4 4 4 4 20
12 3 3 5 5 5 4 5 24
13 Babadsari 1 5 5 5 5 5 5 25
14 2 3 5 5 5 5 5 25
15 3 3 5 5 5 5 5 25
16 Lumbu 1 5 4 5 4 4 4 21
17 2 5 4 4 4 4 4 20
18 3 2 4 4 4 4 4 20
19 Lundong 1 3 4 4 4 4 4 20
20 2 3 4 4 4 4 4 20
21 3 3 4 4 4 5 4 21
22 Tanjungrejo 1 3 4 4 4 5 4 21
23 3 3 5 4 4 4 4 21
24 2 3 4 4 4 4 4 20
25 Rantewringin 1 5 4 5 4 4 5 22
26 2 3 4 4 4 5 4 21
27 3 3 4 4 4 4 4 20
28 Waluyo 1 3 5 5 4 4 5 23
29 2 3 4 4 4 4 4 20
30 3 3 4 4 4 4 4 20
31 Tanjungsari 3 3 5 4 2 4 4 19
32 1 2 4 5 4 4 4 21
33 2 3 4 5 5 4 4 22
34 Banjurmukadan 3 3 5 5 5 4 5 24
35 1 3 5 5 5 4 5 24
126
No. Identitas Responden Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Desa Jabatan Pendidikan Akt1 Akt2 Akt3 Akt4 Akt5 Jumlah
36 2 3 4 5 4 5 5 23
37 Tambakrejo 3 3 5 4 4 4 4 21
38 1 3 5 5 4 4 4 22
39 2 3 5 5 4 5 4 23
40 Sidomoro 2 3 5 5 5 5 5 25
41 3 5 5 4 5 5 4 23
42 1 2 4 4 4 4 2 18
43 Bocor 1 3 5 5 5 5 5 25
44 2 3 5 5 5 5 5 25
45 3 3 5 5 5 5 5 25
46 Murtirejo 1 3 5 5 4 5 5 24
47 2 5 5 5 5 5 5 25
48 3 3 5 4 5 4 5 23
49 Muktisari 1 3 4 4 4 5 4 21
50 2 5 4 4 4 5 4 21
51 3 3 4 4 4 5 4 21
52 Surotrunan 2 3 5 5 4 4 4 22
53 3 3 5 5 4 4 5 23
54 1 3 5 5 4 4 4 22
55 Seliling 3 2 5 5 4 5 4 23
56 1 4 5 5 4 5 4 23
57 2 3 5 5 5 5 5 25
58 Sawangan 1 3 5 5 5 5 5 25
59 3 3 5 5 4 5 5 24
60 2 4 5 5 5 5 5 25
61 Tanuharjo 3 3 5 4 5 4 5 23
62 2 3 5 5 5 5 5 25
63 1 4 5 5 5 5 5 25
64 Karangkembang 3 3 4 5 4 4 4 21
65 1 3 5 5 4 5 5 24
66 2 3 5 5 5 5 5 25
67 Kambangsari 1 3 5 4 4 5 4 22
68 3 5 5 5 5 5 5 25
69 2 5 5 5 5 5 5 25
70 Jatimulyo 2 3 5 4 4 4 4 21
71 3 5 5 5 5 4 5 24
72 1 3 4 4 4 4 4 20
127
No. Identitas Responden Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Desa Jabatan Pendidikan Akt1 Akt2 Akt3 Akt4 Akt5 Jumlah
73 Kalirancang 2 3 5 4 4 4 5 22
74 3 3 5 4 4 4 4 21
75 1 5 5 5 4 5 5 24
76 Bojongsari 2 1 5 4 4 4 4 21
77 3 5 5 4 4 4 4 21
78 Wonorejo 1 3 4 4 4 4 4 20
79 3 3 4 4 4 4 4 20
80 2 3 4 5 4 5 5 23
81 Karangkemiri 1 2 4 4 4 4 4 20
82 3 3 5 4 5 5 5 24
83 2 3 5 5 5 5 5 25
84 Sidomulyo 2 3 5 5 5 4 5 24
85 Grenggeng 3 3 4 4 4 2 4 18
86 Kembaran 1 3 5 5 4 5 5 24
87 3 4 4 4 4 4 4 20
88 2 4 5 4 4 4 4 21
89 Kawedusan 1 4 5 5 5 5 5 25
90 3 3 5 5 5 5 5 25
91 2 3 5 5 5 5 5 25
92 Jemur 2 5 5 5 5 5 5 25
93 3 3 5 5 4 5 5 24
94 1 3 5 5 4 5 5 24
95 Kalijirek 1 3 5 5 4 4 5 23
96 2 4 4 4 4 4 4 20
97 3 3 4 4 4 4 4 20
98 Karangsari 1 3 5 5 4 5 5 24
99 3 3 4 4 4 4 4 20
100 2 3 5 5 4 5 5 24
101 Kuthosari 2 3 5 5 5 5 5 25
102 3 5 5 5 5 5 5 25
103 1 3 5 5 5 5 5 25
104 Bandung 2 3 5 4 5 5 5 24
105 Gemeksekti 1 3 4 4 4 5 5 22
106 3 3 4 4 5 4 4 21
107 2 3 4 4 4 4 4 20
128
2. Bimbingan Teknis ( X1)
No. Identitas Responden Bimbingan Teknis
Desa Jabatan Pendidikan Bt1 Bt2 Bt3 Bt4 Jumlah
1 Jlegiwinangun 2 3 5 5 5 5 20
2 1 3 5 5 5 5 20
3 3 3 5 5 5 5 20
4 Tanjungsari 1 3 4 5 5 5 19
5 2 3 4 5 5 5 19
6 3 3 4 5 5 5 19
7 Karangsari 1 3 5 5 5 5 20
8 2 3 5 5 5 5 20
9 3 3 5 5 5 5 20
10 Pesalakan 1 3 5 5 5 5 20
11 2 3 4 4 4 4 16
12 3 3 5 5 5 4 19
13 Babadsari 1 5 5 5 5 4 19
14 2 3 5 5 5 4 19
15 3 3 5 5 5 4 19
16 Lumbu 1 5 4 5 4 4 17
17 2 5 4 4 5 4 17
18 3 2 4 4 5 4 17
19 Lundong 1 3 4 4 4 4 16
20 2 3 4 4 4 4 16
21 3 3 4 4 4 4 16
22 Tanjungrejo 1 3 4 4 4 4 16
23 3 3 5 4 4 4 17
24 2 3 4 4 4 4 16
25 Rantewringin 1 5 5 5 5 5 20
26 2 3 4 5 5 5 19
27 3 3 4 5 5 5 19
28 Waluyo 1 3 5 5 5 5 20
29 2 3 4 4 5 5 18
30 3 3 5 4 5 4 18
31 Tanjungsari 3 3 4 4 4 4 16
32 1 2 4 4 4 4 16
33 2 3 4 5 5 5 19
34 Banjurmukadan 3 3 4 5 5 5 19
35 1 3 5 5 5 5 20
129
No. Identitas Responden Bimbingan Teknis
Desa Jabatan Pendidikan Bt1 Bt2 Bt3 Bt4 Jumlah
36 2 3 5 5 5 5 20
37 Tambakrejo 3 3 4 5 4 5 18
38 1 3 5 5 5 5 20
39 2 3 5 5 4 5 19
40 Sidomoro 2 3 5 5 5 5 20
41 3 5 5 5 5 5 20
42 1 2 4 4 5 5 18
43 Bocor 1 3 5 5 5 5 20
44 2 3 5 5 5 5 20
45 3 3 5 5 5 5 20
46 Murtirejo 1 3 4 5 5 5 19
47 2 5 5 5 5 5 20
48 3 3 5 5 5 5 20
49 Muktisari 1 3 4 4 4 4 16
50 2 5 4 4 4 4 16
51 3 3 4 4 4 4 16
52 Surotrunan 2 3 5 5 5 5 20
53 3 3 5 5 5 5 20
54 1 3 5 5 5 5 20
55 Seliling 3 2 5 4 4 5 18
56 1 4 5 4 4 4 17
57 2 3 5 4 4 5 18
58 Sawangan 1 3 5 5 5 5 20
59 3 3 5 5 5 5 20
60 2 4 5 5 5 4 19
61 Tanuharjo 3 3 5 5 4 4 18
62 2 3 5 5 5 5 20
63 1 4 5 5 5 5 20
64 Karangkembang 3 3 4 5 4 5 18
65 1 3 5 5 5 5 20
66 2 3 5 5 5 5 20
67 Kambangsari 1 3 5 4 5 4 18
68 3 5 5 5 5 5 20
69 2 5 5 5 5 5 20
70 Jatimulyo 2 3 4 4 4 4 16
71 3 5 5 5 4 5 19
72 1 3 4 4 4 4 16
130
No. Identitas Responden Bimbingan Teknis
Desa Jabatan Pendidikan Bt1 Bt2 Bt3 Bt4 Jumlah
73 Kalirancang 2 3 5 5 4 4 18
74 3 3 5 4 5 5 19
75 1 5 5 5 5 5 20
76 Bojongsari 2 1 5 5 5 5 20
77 3 5 5 5 5 5 20
78 Wonorejo 1 3 4 5 4 5 18
79 3 3 5 4 4 5 18
80 2 3 5 5 5 5 20
81 Karangkemiri 1 2 4 4 4 4 16
82 3 3 4 4 4 5 17
83 2 3 5 5 5 5 20
84 Sidomulyo 2 3 5 5 5 5 20
85 Grenggeng 3 3 4 4 4 4 16
86 Kembaran 1 3 5 5 5 5 20
87 3 4 5 4 4 5 18
88 2 4 5 5 5 5 20
89 Kawedusan 1 4 5 5 5 5 20
90 3 3 5 5 5 5 20
91 2 3 5 5 5 5 20
92 Jemur 2 5 5 5 5 5 20
93 3 3 5 5 5 5 20
94 1 3 5 5 5 5 20
95 Kalijirek 1 3 5 5 5 5 20
96 2 4 4 5 5 5 19
97 3 3 4 4 4 4 16
98 Karangsari 1 3 4 4 4 4 16
99 3 3 4 4 4 4 16
100 2 3 4 4 4 4 16
101 Kuthosari 2 3 5 5 5 5 20
102 3 5 5 5 5 5 20
103 1 3 5 5 5 5 20
104 Bandung 2 3 5 5 5 5 20
105 Gemeksekti 1 3 5 4 5 4 18
106 3 3 5 5 5 5 20
107 2 3 5 5 5 5 20
131
3. Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi dalam Organisasi (X2)
No. Identitas Responden Pemahaman (Tupoksi) dalam Organisasi
Desa Jabatan Pendidikan Tpf1 Tpf2 Tpf3 Tpf4 Tpf5 Tpf6 Tpf7 Jumlah
1 Jlegiwinangun 2 3 4 4 4 4 4 4 4 28
2 1 3 4 4 4 4 4 4 4 28
3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 28
4 Tanjungsari 1 3 4 4 5 5 4 5 5 32
5 2 3 4 4 5 5 4 5 5 32
6 3 3 4 4 5 5 4 5 5 32
7 Karangsari 1 3 5 5 4 4 4 5 4 31
8 2 3 5 4 4 4 4 4 4 29
9 3 3 5 5 4 4 4 5 4 31
10 Pesalakan 1 3 4 4 4 4 4 4 4 28
11 2 3 4 2 4 4 4 2 4 24
12 3 3 5 5 4 5 5 4 5 33
13 Babadsari 1 5 5 5 5 5 5 5 5 35
14 2 3 5 5 5 5 5 5 5 35
15 3 3 5 5 5 5 5 5 5 35
16 Lumbu 1 5 5 4 4 5 4 4 4 30
17 2 5 4 4 4 4 4 4 4 28
18 3 2 4 4 4 4 4 4 4 28
19 Lundong 1 3 4 4 4 4 4 4 4 28
20 2 3 4 4 4 4 4 4 4 28
21 3 3 4 4 4 4 4 4 4 28
22 Tanjungrejo 1 3 4 4 4 4 4 4 4 28
23 3 3 4 5 4 4 4 4 4 29
24 2 3 4 4 4 4 4 4 4 28
25 Rantewringin 1 5 5 5 4 5 4 4 5 32
26 2 3 5 5 4 4 4 4 4 30
27 3 3 4 4 4 4 4 4 4 28
28 Waluyo 1 3 4 4 4 4 4 4 4 28
29 2 3 4 4 4 3 4 4 3 26
30 3 3 5 4 4 4 4 4 4 29
31 Tanjungsari 3 3 5 4 4 5 4 4 4 30
32 1 2 4 4 4 4 4 4 4 28
33 2 3 5 4 4 4 4 4 4 29
34 Banjurmukadan 3 3 4 5 4 4 5 5 4 31
35 1 3 4 4 5 5 4 5 5 32
36 2 3 5 4 5 5 5 4 5 33
132
No. Identitas Responden Pemahaman (Tupoksi) dalam Organisasi
Desa Jabatan Pendidikan Tpf1 Tpf2 Tpf3 Tpf4 Tpf5 Tpf6 Tpf7 Jumlah
37 Tambakrejo 3 3 4 4 4 4 4 4 4 28
38 1 3 5 5 5 5 5 5 5 35
39 2 3 4 4 4 3 4 4 3 26
40 Sidomoro 2 3 5 5 5 4 5 5 4 33
41 3 5 5 5 5 5 5 5 4 34
42 1 2 2 4 4 4 4 4 4 26
43 Bocor 1 3 5 5 5 5 5 5 5 35
44 2 3 5 5 5 5 5 5 5 35
45 3 3 5 5 5 5 5 5 5 35
46 Murtirejo 1 3 5 5 4 5 5 5 4 33
47 2 5 5 5 4 5 5 5 4 33
48 3 3 4 4 4 5 4 5 4 30
49 Muktisari 1 3 4 4 4 4 4 4 4 28
50 2 5 4 4 4 4 4 4 4 28
51 3 3 4 4 4 4 4 4 4 28
52 Surotrunan 2 3 4 4 4 4 4 5 4 29
53 3 3 4 4 4 4 4 5 4 29
54 1 3 4 4 4 4 4 5 4 29
55 Seliling 3 2 4 4 4 4 4 4 4 28
56 1 4 4 4 4 3 4 4 4 27
57 2 3 5 5 5 3 5 5 5 33
58 Sawangan 1 3 5 5 5 5 5 5 5 35
59 3 3 5 5 5 5 5 5 5 35
60 2 4 5 5 5 5 5 5 5 35
61 Tanuharjo 3 3 5 5 5 4 4 4 4 31
62 2 3 4 4 5 4 4 4 4 29
63 1 4 5 5 5 5 4 5 5 34
64 Karangkembang 3 3 4 4 4 4 4 4 4 28
65 1 3 5 5 5 5 5 5 5 35
66 2 3 4 4 4 4 4 4 4 28
67 Kambangsari 1 3 5 4 4 3 4 4 3 27
68 3 5 5 5 5 3 5 5 3 31
69 2 5 5 4 5 3 4 4 3 28
70 Jatimulyo 2 3 4 4 4 4 4 4 4 28
71 3 5 5 5 5 3 5 5 3 31
72 1 3 4 4 4 5 4 5 4 30
73 Kalirancang 2 3 4 4 4 4 4 4 4 28
74 3 3 5 4 5 4 5 4 4 31
133
No. Identitas Responden Pemahaman (Tupoksi) dalam Organisasi
Desa Jabatan Pendidikan Tpf1 Tpf2 Tpf3 Tpf4 Tpf5 Tpf6 Tpf7 Jumlah
75 1 5 5 4 5 4 5 4 5 32
76 Bojongsari 2 1 5 4 4 4 4 5 4 30
77 3 5 5 5 4 4 5 4 4 31
78 Wonorejo 1 3 4 4 4 4 4 4 4 28
79 3 3 4 4 4 5 4 5 4 30
80 2 3 4 4 4 4 4 4 4 28
81 Karangkemiri 1 2 4 4 4 4 4 4 4 28
82 3 3 5 5 5 5 5 5 5 35
83 2 3 5 5 5 5 5 5 5 35
84 Sidomulyo 2 3 5 5 5 4 4 5 4 32
85 Grenggeng 3 3 4 4 4 4 4 4 3 27
86 Kembaran 1 3 5 5 5 5 5 5 5 35
87 3 4 4 4 4 3 4 4 3 26
88 2 4 4 4 4 4 4 4 4 28
89 Kawedusan 1 4 5 5 5 3 5 5 3 31
90 3 3 5 5 5 3 5 5 3 31
91 2 3 5 5 5 3 5 5 3 31
92 Jemur 2 5 5 5 5 5 5 5 5 35
93 3 3 5 5 5 5 5 5 5 35
94 1 3 5 5 5 5 5 5 5 35
95 Kalijirek 1 3 5 4 5 5 5 5 5 34
96 2 4 4 4 4 4 4 4 4 28
97 3 3 4 4 4 4 4 4 4 28
98 Karangsari 1 3 4 4 4 4 4 4 4 28
99 3 3 4 4 4 4 4 4 4 28
100 2 3 4 4 4 4 4 4 4 28
101 Kuthosari 2 3 5 5 5 5 5 5 5 35
102 3 5 5 5 5 5 5 5 5 35
103 1 3 5 5 5 5 5 5 5 35
104 Bandung 2 3 5 5 5 5 5 5 5 35
105 Gemeksekti 1 3 5 4 4 4 4 4 4 29
106 3 3 4 4 4 4 4 4 4 28
107 2 3 4 4 4 4 4 4 4 28
134
4. Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa (X3)
NO Identitas Responden
Pemahaman Mekanisme
Penatausahaan Keuangan Desa
Desa Jabatan Pendidikan Pn1 Pn2 Pn3 Pn4 Pn5 Jumlah
1 Jlegiwinangun 2 3 4 4 4 4 4 20
2 1 3 4 4 4 4 4 20
3 3 3 4 4 4 4 4 20
4 Tanjungsari 1 3 5 5 5 5 5 25
5 2 3 5 5 5 5 5 25
6 3 3 5 5 5 5 5 35
7 Karangsari 1 3 4 4 4 4 4 20
8 2 3 4 4 4 4 4 20
9 3 3 4 4 4 4 4 20
10 Pesalakan 1 3 5 4 4 5 5 23
11 2 3 4 4 4 4 4 20
12 3 3 5 5 4 5 4 23
13 Babadsari 1 5 5 5 5 5 5 25
14 2 3 5 5 5 5 5 25
15 3 3 5 5 5 5 5 25
16 Lumbu 1 5 4 4 5 4 4 21
17 2 5 4 4 4 4 4 20
18 3 2 4 4 4 4 4 20
19 Lundong 1 3 4 4 4 4 4 20
20 2 3 4 4 4 4 4 20
21 3 3 4 4 4 4 4 20
22 Tanjungrejo 1 3 4 4 4 4 4 20
23 3 3 4 4 4 4 4 20
24 2 3 4 4 4 4 4 20
25 Rantewringin 1 5 4 5 4 5 4 22
26 2 3 5 3 4 4 4 20
27 3 3 4 4 4 4 4 20
28 Waluyo 1 3 4 4 4 4 4 20
29 2 3 5 5 5 5 4 24
30 3 3 4 4 4 4 4 20
31 Tanjungsari 3 3 4 5 2 4 4 19
32 1 2 5 4 4 4 4 21
33 2 3 4 4 4 4 4 20
34 Banjurmukadan 3 3 5 5 5 4 5 24
35 1 3 5 5 5 5 5 25
36 2 3 4 4 5 5 4 22
135
NO Identitas Responden
Pemahaman Mekanisme
Penatausahaan Keuangan Desa
Desa Jabatan Pendidikan Pn1 Pn2 Pn3 Pn4 Pn5 Jumlah
37 Tambakrejo 3 3 4 4 4 3 3 20
38 1 3 5 5 5 5 5 25
39 2 3 5 4 4 4 4 21
40 Sidomoro 2 3 5 5 4 4 3 21
41 3 5 4 5 5 5 4 23
42 1 2 4 4 4 2 3 17
43 Bocor 1 3 5 5 5 5 4 24
44 2 3 5 5 5 5 5 25
45 3 3 5 5 5 5 5 25
46 Murtirejo 1 3 5 5 5 5 4 24
47 2 5 5 5 5 4 4 23
48 3 3 5 4 5 5 4 23
49 Muktisari 1 3 4 4 4 5 4 20
50 2 5 4 4 4 4 4 20
51 3 3 4 4 4 4 4 20
52 Surotrunan 2 3 4 4 4 4 3 19
53 3 3 4 4 4 4 3 19
54 1 3 4 4 4 4 3 19
55 Seliling 3 2 5 5 4 5 5 23
56 1 4 5 5 4 4 5 23
57 2 3 5 5 5 5 5 25
58 Sawangan 1 3 5 5 5 5 5 25
59 3 3 5 5 5 5 5 25
60 2 4 5 5 5 5 5 25
61 Tanuharjo 3 3 4 4 4 4 4 20
62 2 3 5 4 4 4 4 21
63 1 4 5 5 5 5 4 24
64 Karangkembang 3 3 5 4 4 4 4 21
65 1 3 5 5 5 5 5 25
66 2 3 5 5 5 5 5 25
67 Kambangsari 1 3 5 5 5 5 5 25
68 3 5 5 5 5 5 5 25
69 2 5 5 5 5 5 5 25
70 Jatimulyo 2 3 5 5 5 5 5 25
71 3 5 5 5 5 5 5 25
72 1 3 5 4 5 4 4 22
73 Kalirancang 2 3 4 5 4 4 4 21
136
NO Identitas Responden
Pemahaman Mekanisme
Penatausahaan Keuangan Desa
Desa Jabatan Pendidikan Pn1 Pn2 Pn3 Pn4 Pn5 Jumlah
74 3 3 4 4 4 4 4 20
75 1 5 5 5 5 5 5 25
76 Bojongsari 2 1 4 5 5 4 4 22
77 3 5 4 4 4 4 4 20
78 Wonorejo 1 3 4 4 4 4 4 20
79 3 3 4 4 5 4 4 20
80 2 3 5 3 4 5 4 22
81 Karangkemiri 1 2 4 4 4 4 4 20
82 3 3 5 5 5 5 4 24
83 2 3 5 5 5 5 4 24
84 Sidomulyo 2 3 5 5 5 5 4 24
85 Grenggeng 3 3 4 4 4 4 4 20
86 Kembaran 1 3 5 5 5 5 5 25
87 3 4 4 4 4 4 4 20
88 2 4 4 4 4 4 4 20
89 Kawedusan 1 4 5 5 5 5 5 25
90 3 3 5 5 5 5 5 25
91 2 3 5 5 5 5 5 25
92 Jemur 2 5 5 5 5 5 5 25
93 3 3 5 5 5 5 5 25
94 1 3 5 5 5 5 5 25
95 Kalijirek 1 3 5 4 4 4 5 22
96 2 4 4 4 4 4 4 20
97 3 3 4 4 4 4 4 20
98 Karangsari 1 3 5 4 4 4 4 21
99 3 3 4 4 4 4 4 20
100 2 3 5 4 4 4 4 21
101 Kuthosari 2 3 5 5 5 5 5 25
102 3 5 5 5 5 5 4 24
103 1 3 5 5 5 5 5 25
104 Bandung 2 3 5 5 5 4 4 23
105 Gemeksekti 1 3 5 4 4 2 4 19
106 3 3 4 4 4 4 4 20
107 2 3 5 5 5 5 4 24
137
LAMPIRAN 3
Output SPSS 21 Uji Reliabilitas dan Validitas
1. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa (Y)
a. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items
N of
Items
,842 ,843 5
b. Uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
AKT1 17,83 2,934 ,650 ,445 ,809
AKT2 17,91 2,840 ,696 ,509 ,797
AKT3 18,09 2,916 ,585 ,362 ,826
AKT4 17,97 2,895 ,564 ,322 ,833
AKT5 17,95 2,611 ,751 ,574 ,779
2. Bimbingan Teknis (X2)
a. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items
N of Items
,834 ,834 4
138
a. Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
BT1 14,05 1,479 ,564 ,327 ,834
BT2 14,02 1,339 ,743 ,568 ,754
BT3 14,02 1,377 ,698 ,497 ,774
BT4 14,02 1,415 ,655 ,467 ,794
3. Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi dalam Organisasi
a. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items
N of Items
,876 ,883 7
b. Uji Validitas
Inter-Item Correlation Matrix
PF1 PF2 PF3 PF4 PF5 PF6 PF7
PF1 1,000 ,667 ,657 ,464 ,588 ,308 ,281
PF2 ,667 1,000 ,718 ,593 ,723 ,439 ,360
PF3 ,657 ,718 1,000 ,721 ,579 ,350 ,306
PF4 ,464 ,593 ,721 1,000 ,626 ,395 ,422
PF5 ,588 ,723 ,579 ,626 1,000 ,500 ,353
PF6 ,308 ,439 ,350 ,395 ,500 1,000 ,823
PF7 ,281 ,360 ,306 ,422 ,353 ,823 1,000
139
4. Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa
a. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items
N of Items
,882 ,882 5
b. Uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
PN1 17,55 3,514 ,696 ,499 ,862
PN2 17,65 3,360 ,718 ,531 ,856
PN3 17,69 3,272 ,748 ,575 ,849
PN4 17,72 3,128 ,751 ,581 ,848
PN5 17,83 3,405 ,675 ,479 ,866
140
LAMPIRAN 4
Statistik Deskriptif
1. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa (Y)
2. Bimbingan Teknis (X1)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
AKT1 107 4 5 4,61 ,491
AKT2 107 4 5 4,53 ,501
AKT3 107 2 5 4,35 ,534
AKT4 107 2 5 4,47 ,555
AKT5 107 2 5 4,49 ,556
Valid N
(listwise)
107
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
BT1 107 4 5 4,65 ,478
BT2 107 4 5 4,68 ,468
BT3 107 4 5 4,68 ,468
BT4 107 4 5 4,68 ,468
Valid N
(listwise)
107
141
3. Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi dalam Organisasi (X2)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
PF1 107 2 5 4,48 ,555
PF2 107 4 5 4,36 ,481
PF3 107 2 5 4,37 ,541
PF4 107 2 5 4,43 ,551
PF5 107 4 5 4,39 ,491
PF6 107 3 5 4,20 ,606
PF7 107 3 5 4,24 ,642
Valid N
(listwise)
107
4. Pemahaman Mekanisme Penatausahaan Keuangan Desa (X3)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
PN1 107 4 5 4,56 ,499
PN2 107 3 5 4,46 ,537
PN3 107 2 5 4,42 ,550
PN4 107 2 5 4,39 ,595
PN5 107 3 5 4,28 ,546
Valid N
(listwise)
107
142
LAMPIRAN 5
Uji Normalitas
143
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 107
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
1,15264546
Most Extreme
Differences
Absolute ,087
Positive ,087
Negative -,051
Kolmogorov-Smirnov Z ,897
Asymp. Sig. (2-tailed) ,397
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
144
LAMPIRAN 6
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 2,579 1,511 1,707 ,091
TOTALBT ,157 ,088 ,117 1,793 ,076 ,708 1,413
TOTALPF ,178 ,056 ,253 3,171 ,002 ,474 2,111
TOTALPN ,520 ,071 ,566 7,367 ,000 ,511 1,956
a. Dependent Variable: TOTALAKT
2. Uji Heteroskedastisitas
145
LAMPIRAN 7
Output SPSS 21 Regresi Linear Berganda
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 311,524 3 103,841 75,947 ,000b
Residual 140,831 103 1,367
Total 452,355 106
a. Dependent Variable: TOTALAKT
b. Predictors: (Constant), TOTALPN, TOTALBT, TOTALPF
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,830a ,689 ,680 1,169
a. Predictors: (Constant), TOTALPN, TOTALBT, TOTALPF
b. Dependent Variable: TOTALAKT
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2,579 1,511
1,707 ,091
TOTALBT ,157 ,088 ,117 1,793 ,076
TOTALPF ,178 ,056 ,253 3,171 ,002
TOTALPN ,520 ,071 ,566 7,367 ,000
a. Dependent Variable: TOTALAKT
146
LAMPIRAN 8
Surat Ijin Penelitian