Upload
trinhdung
View
275
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
i
DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI HAFIDZ DI
PONDOK PESANTREN MADROSATUL QUR’ANIL AZIZIYAH
BRINGIN NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Ilmu Tarbiyah
Oleh :
BAHRUDIN NIM :3104164
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009
ii
ABSTRAK
Bahrudin (NIM:3104164), Deskriptif Jaudah Tahfidz Al-Qur’an Santri Hafidz al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah Bringin Ngaliyan Semarang Tahun 2008/2009. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana pelaksanaan tahfidz al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah Bringin Ngaliyan Semarang, (2) bagaimana upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah Bringin Ngaliyan Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan tahfidzu al-Qur’an di PPMQA tahun 2008/2009 sudah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak pengasuh, yaitu membentuk seorang hafidz yang berkualitas, mulai dari kegiatan menghafal al-Qur’an, mekanisme menghafal al-Qur’an, cara menghafal, metode menghafal al-Qur’an, sampai evaluasi dalam menghafal al-Qur’an. Waktu kegiatan menghafal al-Qur’an di PPMQA : selesai shalat ashar untuk mengulang hafalan (muraja’ah), selesai shalat maghrib untuk mudarrasah sendiri, setelah shalat shubuh untuk menambah hafalan (setoran). Ada beberapa cara menghafal al-Qur’an di PPMQA, antara lain : penggunaan al-Qur’an pojok, upaya membuat target hafalan setiap hari, memperdengarkan hafalannya, berusaha membenarkan ucapan dan bacaan. Metode yang digunakan : metode musyafahah (face to face), metode resitasi, metode takrir, metode mudarrosah, dan metode tes. Semua metode tersebut memberi kesempatan pada santri untuk mengulang hafalan yang telah diperoleh. Pelaksanaan evalusai di PPMQA menggunakan dua macam tes, yaitu tes formatif dan tes sumatif, selain itu tekhnik non tes juga dilakukan, yaitu wawancara dan pengamatan. Peningkatan mutu hafalan di PPMQA dilakukan oleh pengasuh/ustadz dan oleh santri itu sendiri. Pertama, oleh pengasuh/ustadz antara lain : tes tajwid dan makharijul hurufnya, mewajibkan memakai Qur’an pojok, mengadakan muroja’ah, mengadakan tes / sima’an mingguan, mengadakan sima’an 30 juz setiap bulan, pada waktu setoran, bacaan wajib tartil / pelan dalam membaca, mewajibkan mudarrosah pada jadwal yang ditentukan, memperbolehkan mengikuti lomba hafalan al-Qur’an, mengajak sima’an al-Qur’an pada acara di luar pondok, mewajibkan sekolah diniyah kecuali para ustadz, mengadakan do’a bersama. Kedua oleh santri, antara lain : sikap semangat dan niat yang ikhlas, kontinyu dalam bertakrir, sima’an atau takrir dengan teman pondok, takrir di dalam shalat, tanya jawab atau tebak-tebakan ayat, berusaha mudarrosah dengan tartil / pelan, berusaha mudarrosah dengan suara yang keras, istirahat yang teratur, dan berdo’a.
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Tanggal Tanda Tangan
Ridwan, M.Ag _______________ _________________ Ketua Hj. Nur Asiyah, MSI _______________ ________________ Sekretaris D. Hj. Sukasih M.Pd _______________ __________________ Anggota I Dra. Siti Mariam, M.Pd _______________ _________________ Anggota II
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (empat) eks Hal : Naskah Skripsi a.n. Sdr. Bahrudin
Assalamu’alaikum wr. Wb. Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini kami kirim naskah skripsi saudara: NAMA : Bahrudin NIM : 3104146 JUDUL :Deskriptif Jaudah Tahfidz Al-Qur’an Santri Hafid Al-Qur’an
Di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anol Aziziyah Bringin Ngaliyan Semarang Tahun 2008/2009.
Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 23 januari 2010 Pembimbing I Pembimbing II
Alis Asikin, MA Ridwan, M.Ag
v
MOTTO
“dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka
Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S AL- Qamar : 17)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, dengan senang hati buah karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
1. Ibu dan ayah tercinta yang selalu sabar dan memberikan ridhonya
kepada ananda untuk terus menuntut ilmu hingga sekarang 2. KH. M. Sholeh Mahali, AH beserta keluarga yang selalu ditunggu-
tunggu fatwa dan nasihatnya. 3. Bapak Arif Rosidi yang selalu memberikan motivasi. 4. Kang mas lan mbak-mbakku terimakasih, buat segala bantuan dan
dorangannya buat adikmu yang selalu merepotkan ini”. 5. Teman-teman kelas PAI B angkatan tahun 2004. 6. Anak-anak pondok PPMQA yang tak bisa disebut namanya satu
persatu. 7. Tak lupa pula kepada Bose (Suratman, AH) yang selalu
memberikan saran dan kritiknya. 8. Semua teman yang selalu mendo’akan dan membantuku.
vii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
infirmasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 6 Desember 2009 BAHRUDIN NIM. 3104164
viii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmah, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam Allah senantiasa pula tercurahkan kepada beliau junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya dengan harapan semoga mendapat syafaatnya dihari kiamat kelak.
Skripsi berjudul “DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI HAFIDZ AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MADROSATUL QUR’ANIL AZIZIYAH BRINGIN NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2008/2009” ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata satu (S1) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Dengan selesainya penulisan ini, dengan segala kerendahan hati peneliti hanya bisa menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya khususnya kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M.Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo. 2. Alis Asikin, MA dan Ridwan, M.Ag selaku Dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Dewan penguji dan dosen serta staf karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
4. Semua pengurus, ustads di PPMQA yang telah memberikan izin, membantu mengarahkan dan memberikan saran berharga dalam penelitian skripsi ini.
5. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan karya tulis ini.
Akhirnya, tiada yang dapat peneliti berikan sebagai imbalan selain untaian
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT membalas segala amal baik dan mendapat pahala yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin Ya Rabbal 'Alamin.
Semarang, 6 Desember 2009 Peneliti
BAHRUDIN NIM. 3104164
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………… .............. i
NOTA PEMBIMBING……………………………………………... ii
PENGESAHAN……………………………………………............... iii
ABSTRAK ………………………………………………………. iv
DEKLARASI ………………………………………………............. v
MOTTO…………………………………………………………… vi
PERSEMBAHAN ………………………………………… …….. vii
KATA PENGANTAR ……………………………………............... viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………….. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………… 1
B. Penegasan Istilah…………………………………… 4
C. Rumusan Masalah………………………………….. 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………… 6
E. Kajian Pustaka……………………………………… 6
F. Metode Penelitian…………………………………… 7
BAB II TAHFIDZ AL-QUR’AN
A. Tahfidz Al-Qur’an…………………………………… 11
1. Pengertian Pengertian Tahfidz al-Qur’an………... 10
2. Dasar dan Hikmah Menghafal al-Al-Qur’an…… 14
3. Syarat Menghafal Al-Qur’an…………………… 19
4. Adab-adab penghafal al-Qur’an……………… 21
5. Metode Menghafal Al-Qur’an………………… 23
B. Jaudah Tahfidz Al-Qur’an…………………………… 26
C. Peningkatan Jaudah Tahfidz Al-Qur’an…………... 27
BABIII UPAYA MENINGKATKAN JAUDAH TAHFIDZ AL
QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MADROSATUL
x
QUR’ANIL AZIZIYAH BRINGIN NGALIYAN
SEMARANG
A. Tinjauan Umum Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah…
30
1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya…………………… 30
2. Nama dan Letak Geografis……………………… 33
3. Struktur Kepengurusan…………………………… 34
B. Kegiatan Santri di PPMQA………………………....... 35
1. Jadwal Kegiatan………………………………… 36
a. Kegiatan Harian……………………………… 36
b. Kegiatan Mingguan……………………….... 37
c. Kegiatan Bulanan……………………….……. 37
d. Kegiatan Tahunan………………………...….. 37
2. Bimbingan dan Penyuluhan……………………… 37
C. Jaudah Tahfidz al-Qur’an
1. Segi kelebihan hafalan al-Qur’an santri................... 38
2. Segi kelemahan hafalan al-Qur’an santri………… 38
D. Pelaksanaan Tahfidz Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Madrosatul Qur’anil Aziziyah
1. Persyaratan Sebelum Menghafal…………………. . 39
2. Persiapan Menghafal Al-Qur’an………………..... 39
3. Pelaksanaan Tahfidz Al-Qur’an…………………. 40
4. Upaya Meningkatkan Jaudah tahfidz Al-Qur’an... 43
5. Evaluasi Tahfidz Al-Qur’an…………………….. 47
BABIV ANALISIS PELAKSANAAN TAHFIDZ AL-QUR’AN
DAN PENINGKATANNYA
A. Analisis Tentang Pelaksanaan Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah...………… 49
B. Analisis Tentang Upaya Meningkatkan Jaudah tahfidz Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah …… 53
BAB V PENUTUP……………………………………………… 59
xi
A. Kesimpulan ………………………………………… 59
B. Saran……………………………………………….. 60
C. Penutup…………………………………………….. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
xii
PEDOMAN WAWANCARA
1. Ditujukan kepada pengasuh
a. Bagaimana sejarah PPMQA berdiri ?
b. Apa tujuan berdirinya pesantren ?
1. Ditujukan kepada ustadz
a. Apa saja syarat-syarat untuk menghafal al-Qur’an di PPMQA ?
b. Bagaimana mekanisme setoran kepada ustadz ?
c. Adakah kendala-kendala dalam menghafal al-Qur’an dan bagaimana cara
mengatasinya ?
d. Bagaimana upaya pesantren dalam meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an
?
e. Bagaimana evaluasi tahap akhir dalam menghafal al-Qur’an ?
2. Ditujukan kepada santri
a. Dalam sehari berapa halaman yang kamu setorkan pada ustadz ?
b. Berapa halaman yang kamu setorkan saat muraja’ah ?
c. Kapan yang biasa kamu gunakan untuk menghafal al-qur’an ?
d. Bagaimana upaya kamu dalam meningkatkan mutu hafalan al-qur’an ?
xiii
PEDOMAN OBSERVASI
1. Lingkungan Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah.
2. Keadaan sarana dan prasarana
3. Kegiatan para santri
4. Proses menghafal al-Qur’an
5. Proses evaluasi menghafal al-Qur’an
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah firman Allah yang tidak terdapat kebatilan di
dalamnya, dan al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar dan kekal bagi
Rasullulah SAW. Allah SWT sudah memerintahkan agar menjaganya dari
perubahan dan penggantian.1 Allah swt berfirman : )9:احلجر(إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S Al-hijr : 9)2 Al-Qur’an yang ada sekarang ini masih asli dan murni sesuai
dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para
sahabatnya, hal itu karena Allah-lah yang menjaga. Penjagaan Allah
kepada al-Qur’an bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-fase
penulisan al-Qur’an, tetapi Allah melibatkan para hamba-Nya untuk ikut
menjaga al-Qur’an.3 Dari ayat tersebut yang membuat banyak umat islam
yang ingin menghafalkan al-Qur’an demi keutuhan al-Qur’an itu sendiri.
Menghafal al-Qur’an boleh dikatakan sebagai langkah awal dalam
suatu proses penelitian akbar yang dilakukan oleh para penghafal al-
Qur’an dalam memahami kandungan ilmu-ilmu al-Qur’an, tentunya
setelah proses dasar membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, akan
tetapi ada juga yang sebaliknya, yaitu belajar isi kandungan al-Qur’an
1Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung : Sinar Baru, 1991),
Cet.1, hlm, 1-2. 2Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Toha Putra, t. th)
hlm 391. 3Ahsin Sakho Muhammad, Kiat-Kiat Menghafal Al-Qur’an, (Jawa Barat : Badan
Koordinasi TKQ-TPQ-TQA, t.th), hlm, 3.
2
terlebih dahulu kemudian menghafalnya.4 Progam pendidikan menghafal
al-Qur’an adalah program menghafal al-Qur’an dengan mutqin (hafalan
yang kuat) terhadap lafadz-lafadz al-Qur’an dan menghafal makna-
maknanya dengan kuat yang memudahkan untuk menghadirkannya setiap
menghadapi berbagai masalah kehidupan, karena al-Qur’an senantiasa ada
dan hidup di dalam hati sepanjang waktu, sehingga memudahkan untuk
menerapkan dan mengamalkannya.5
Menghafal al-Qur’an tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Kerumitan di dalamnya yang menyangkut ketepatan membaca dan
pengucapan tidak bisa diabaikan begitu saja, sebab kesalahan sedikit saja
adalah suatu dosa. Apabila hal tersebut dibiarkan dan tidak diproteksi
secara ketat maka kemurnian al-Qur’an menjadi tidak terjaga dalam setiap
aspeknya.6
Sudah dimaklumi bersama dan sudah sangat jelas, bahwa
menghafal al-Qur’an bukanlah tugas yang mudah, sederhana, serta bisa
dilakukan kebanyakan orang tanpa meluangkan waktu khusus,
kesungguhan mengerahkan kemampuan dan keseriusan7, karena
menghafal al-Qur’an merupakan tugas yang sangat agung dan besar. Tidak
ada yang sanggup yang melakukannya selain Ulul ‘Azmi, yakni orang-
orang yang bertekad kuat dan bulat serta keinginan membaja.8 Kiranya
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa menghafal al-Qur’an itu berat dan
melelahkan. Hal ini dikarenakan banyak problematika yang harus dihadapi
para penghafal al-Qur’an untuk mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah
4Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000),
hlm, 19. 5Khalid bin Abdul Karim Al-Lahim, Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an,
(Surakarta : Daar An-Naba’, 2008), hlm, 19. 6Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, (Bandung:
Syaamil Cipta Media, 2004), Cet. 4, hlm. 40 7Raghib As-Sirjani, Cara Cerdas Hafal Al-Qur'an, (Solo : Aqwam, 2007), Cet. 1,
hlm. 53. 8M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Gema Insani,
1998), hlm 63.
3
SWT. Mulai dari pengembangan minat, penciptaan lingkungan,
pembagian waktu sampai kepada metode menghafal itu sendiri.9
Para penghafal al-Qur’an juga banyak yang mengeluh bahwa
menghafal itu susah. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan-
gangguan, baik gangguan-gangguan kejiwaan maupun gangguan
lingkungan.10 Masing-masing di antara umat Islam tentu saja bercita-cita
untuk menghafal al-Qur’an. Setiap orang juga merasakan semangat dan
merasakan bahwa sebenarnya mampu menghafalnya dengan cara
konsisten, menghafal surat demi surat, juz demi juz. Namun setelah itu,
mulailah berbagai bisikan dan gangguan batin membuat orang tersebut
malas dan semangat semakin mengendor dengan alasan banyak surat yang
mirip, kata-kata yang sulit, waktu sempit, dan banyak kesibukan.11
Menghafal al-Qur’an berbeda dengan menghafal buku atau kamus.
Al-Qur’an adalah kalamullah, yang akan mengangkat derajat mereka yang
menghafalnya12, oleh karena itu para penghafal al-Qur’an perlu
mengetahui hal-hal atau upaya agar mutu hafalannya tetap terjaga dengan
baik.
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an :
”Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar :17).13
Maksudnya, Allah akan memberi kemudahan kepada orang-orang yang
ingin menghafalnya. Jika ada di kalangan manusia yang berusaha untuk
9Ahsin W., Op-Cit, hlm. 41 10Muhaimin Wazin Zenha, Pedoman Pembinaan Tahfidzul Qur;an, (Jakarta : Proyek
Penerangan, Bimbingan dan da’wah/Khutbah Agama Islam Pusat Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji Depag RI, 1982), hlm, 43.
11Haya Ar-Rasyid dan Shalih bin Fauzan, Keajaiban Belajar Al-Qur’an, (Solo : Al-Qowam, 2007), hlm, 47
12Abdul Aziz Abdul Rauf, Op-Cit, hlm, 55 13Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Op-Cit, hlm, 879.
4
menghafalnya, maka Allah akan memberi pertolongan dan kemudahan
baginya.14 Proses menghafal al-Qur'an adalah mudah dari pada
memeliharanya. Banyak penghafal al-Qur'an yang mengeluh karena semula
hafalannya baik dan lancar, tetapi pada suatu saat hafalan tersebut hilang dari
ingatannya. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada pemeliharaan. Oleh karena
itu untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an harus mempunyai cara-cara yang
tepat, sehingga hafalan al-Qur’an tersebut akan bertambah lebih baik.
Setelah melihat uraian latar belakang di atas penulis mencoba
meneliti tentang jaudah (mutu) hafalan al-Qur’an , dengan judul :
Deskriptif Jaudah Tahfidz Al-Qur’an Santri Hafidz Al-Qur’an Di Pondok
Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah Bringin Ngaliyan Semarang
Tahun 2008/2009.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan
judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah kunci sebagai
berikut:
1. Deskriptif
Deskriptif adalah pemaparan/penggambaran dengan kata-kata
secra jelas dan terinci. Selanjutnya yang dimaksud dengan studi
deskriptif dapat di artikan sebagai kajian atau penelitian yang
menggambarkan pereistiwa dilapangan.15
2. Jaudah tahfidz
Jaudah berasal dari bahsa Arab yang berarti mutu,16 kemudian
arti mutu sendiri adalah kualitas17. sedangkan arti tahfidz adalah
14Hasan bin Ahmad bin Hasan Hamam, Menghafal al-Qur’an Itu Mudah, (Jakarta :
At-Tazkia, 2008), hlm, 13. 15Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1990), Cet., III, hlm. 201. 16Mahmud Yunus, Kamus Arab - Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990),
Cet. 8. hlm, 301. 17Pius Partanto, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya : Arkola, t.th), hlm, 505
5
hafalan. Yang dimaksud mutu oleh penulis dalam penelitian ini adalah
mutu hafalan al-Qur’an.
3. Santri
Santri adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang
beribadat, orang yang sholeh.18 Santri di sini adalah sebagai obyek
penelitian
4. Hafalan
Kata hafalan berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa
Arab dikatakan al-hifdz dan memiliki arti ingat.19 Maka kata hafalan
dapat diartikan dengan mengingat atau menjaga ingatan.
5. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang ditulis dalam muhaf. Lebih jelas disebutkan
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Nabi
Muhammad SAW untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia.20
Setelah melihat definisi kata kunci pada judul skripsi di atas,
maka dapat didefinisikan bahwa yang dimaksud deskriptif jaudah
tahfidz al-Qur’an adalah pemaparan/penggambaran kualitas menjaga
ingatan (hafalan) kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Nabi
Muhammad SAW untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia yang
dilaksanakan santri (orang yang mendalami Islam) di Pondok
Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas terdapat permasalahan yang
dikaji dalam penelitian ini, yaitu :
18Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm.
374 19Mahmud Yunus, Op-Cit, hlm, 301. 20Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran, (Bandung : PT Pustaaka Setia,
1997), Hlm, 11.
6
1. Bagaimana pelaksanaan hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren
Madrosatul Qur’anil Aziziyah ?
2. Bagaimana upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an di Pondok
Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pelaksanaan hafalan al-Qur’an di Pondok
Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah.
b. Untuk mengetahui upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an
di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah.
2. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan solusi dan masukan
mengenai pelaksanaan peningkatan hafalan al-Qur’an.
b. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi satu acuan
bagi santri tahfidz lembaga tahfizh yang lain dalam rangka
peningkatan hafalan al-Qur’an.
E. Kajian Pustaka
Sebelum penulis mengadakan penelitian studi tentang Peningkatan
Mutu Hafalan di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah Bringin
Ngaliyan Semarang, penulis dengan segala kemampuan yang ada berusaha
menelusuri dan menelaah berbagai hasil kajian antara lain:
Penelitian yang ditulis Iffah Alawiyah (3100191) Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo tahun 2004. Skripsi tersebut berjudul Efektifitas
Penghafalan Al-Qur’an (Studi Kasus di Pesantren Anak-Anak Yambu’ Al-
Qur’an Krandon Kudus Jawa Tengah), Hasil skripsi tersebut lebih
memfokuskan pada efektifitas penghafalan al-Qur’an di kalangan anak-
anak.
7
Hasil penelitian yang ditulis oleh Dzikrotun Nafisah (3199082)
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tahun 2004, berjudul studi Penerepan
Metode Takrir dalam Menghafal Al-Qur’an di PP Roudhatul Jannah
Kudus,dalam skripsi tersebut hanya membahas tentang penerapan metode
takrir.Skripsi tersebut menemukan cara-cara menerapkan takrir yang
efektif.
Buku yang berjudul 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’an yang di
tulis oleh Sa’dulloh, terbitan tahun 2008. Buku ini berisi tentang cara
memelihara hafalan al-Qur’an.
Setelah menelaah berbagai karya tulis berupa hasil penelitian yang
ada dan buku-buku yang sudah diterbitkan, penulis berkeyakinan bahwa
penelitian tentang Peningkatan Mutu Hafalan di Pondok Pesantren
Madrosatul Qur’anil Aziziyah Bringin Ngaliyan Semarang memang
benar-benar belum pernah diteliti pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Karena fokus dalam penelitian ini adalah upaya Pondok Pesantren
Madrosatul Qur’anil Aziziyah di desa Bringin Ngaliyan Semarang dalam
meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam hal ini penulis menggunakan deskriptif kualitatif yaitu
mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan
bukan angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan
lapangan, dokumen dan sebagainya kemudian dideskripsikan sehingga
dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas.21 Dalam
buku Encyclopaedia of Social Research dijelaskan bahwa descriptive
research : it describes what is, it is concerned with describing,
recording, analyzing, and interpreting the existing
21Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1997), hlm. 66.
8
conditions.22Artinya, penelitian deskriptif mendiskripsikan isu
penelitian, penelitian ini membahas mengenai penggambaran,
pencatatan pengkajian dan penafsiran keadaan yang ada.. 2. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek
dari mana data diperoleh.23 Untuk memperjelas sumber data, maka
perlu dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
a. Person, sumber data berupa orang. Yaitu sumber data yang bisa
memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau
tertulis melalui angket. Dalam wawancara penelitian ini melibatkan
pengasuh pesantren, santri dan ustadz.
b. Place, sumber data berupa tempat. Yaitu sumber data yang
menyajikan tampilam berupa keadaan diam dan bergerak. Diam,
misalnya ruangan, alat, wujud benda dan lainnya. Bergerak seperti
kinerja, kegiatan, aktivitas dan lain-lain. Keduanya merupakan objek
untuk penggunaan observasi.
c. Paper, sumber data berupa symbol. Yaitu sumber data berupa huruf,
angka, gambar dan symbol lainnya yang cocok untuk penggunaan
metode dokumentasi.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Observasi
Observasi atau disebut pula dengan pengamatan meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indera.24 Metode ini digunakan untuk
mengamati secara langsung terhadap upaya peningkatan mutu
22Laxmi Devi (eds), Encyclopaedia of Social Research, (New Delhi : Mehra Offset
Press, 1997), hlm, 14. 23Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, hlm. 107 24Ibid., hlm. 146
9
hafalan al-Qur’an, serta keadaan umum di Pondok Pesantren
Madrosatul Qur’anil Aziziyah.
b. Interview
Interview adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh info dari terwawancara
(interviewee).25 Metode ini digunakan untuk memperoleh data
tentang upaya untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data
otentik yang bersifat dokumentasi, baik data ini berupa catatan
harian, memori dan catatan penting. Dokumentasi ini dimaksudkan
adalah semua data yang tertulis.26 Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan topik kajian yang
berasal dari dokumen-dokumen Pondok Pesantren Madrosatul
Qur’anil Aziziyah.
4. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain, sedangkan untuk
meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan
berupaya mencari makna (meaning).27
Data yang telah terkumpul dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif kemudian dianalisis dengan langkah-langkah :
a. Menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber.
25Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali, 1987), hlm.
126. 26Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Cet. VII, (Jakarta :
Sarasin, 1996), hlm. 104 27Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin,
1996), Cet. 7, hlm. 124.
10
b. Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi
yaitu usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-
pernyataan yang perlu.
c. Menyusun data dalam satuan-satuan atau mengorganisasikan
pokok-pokok pikiran tersebut dengan cara cakupan fokus
penelitian dan mengujikannuya dengan deskriptif.
d. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data atau memberi makna
pada hasil penelitian dengan cara menghubungkan teori.
e. Mengambil kesimpulan.28
Untuk itu dalam analisis kualitatif deskriptif ini penulis
gunakan untuk menganalisis tentang pelaksanaan dan upaya untuk
meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren
Madrosatul Qur’anil Aziziyah dari hasil observasi lapangan,
wawancara, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan obyek
penelitian.
28Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2001), hlm, 190.
BAB II TAHFIDZ AL-QUR’AN
A. Tahfidz Al-Qur’an
1. Pengertian tahfidz al-Qur’an
Tahfidz al-Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfidz dan al-
Qur’an, yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda. Pertama
tahfidz yang berarti menghafal, menghafal dari kata dasar hafal yang dari
bahasa arab hafidza – yahfadzu - hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu
selalu ingat dan sedikit lupa.1
Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Ra’uf definisi menghafal
adalah “proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau
mendengar”. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal.”2
Menurut Ibnu Madzkur yang dikutip dalam buku Teknik
Menghafal al-Qur’an karangan Abdurrab Nawabudin berkata bahwa
menghafal adalah orang yang selalu menekuni pekerjaannya3, pernyataan
ini merujuk pada al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 238 :
”Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.” (QS : Al-Baqarah : 238)4
1Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1990), hlm,
105. 2Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah, (Bandung :
PT Syaamil Cipta Media, 2004), Cet, 4, hlm, 49. 3Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal al-Qur’an, (Bandung : Sinar Baru, 1991),
cet, 1, hlm 23. 4Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Toha Ptra, t. th) hlm
400.
12
Maksudnya, shalatlah tepat pada waktunya. Menghafal sesuatu, yaitu
mengungkapkan satu demi satu dengan tepat.5
Kata-kata hifdz dalam al-Qur’an dapat berarti banyak hal, sesuai
dengan pemahaman konteks, sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf
: 65 :
⌧
⌧
”Kami akan dapat memelihara saudara Kami, dan Kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta.” (QS : Yusuf : 65)6
di sini berarti menahan diri yang tidak dihalalkan Allah swt.
Dalam surat al-Anbiya’ ayat 32 Allah berfirman :
☺
”Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara , sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.”. (QS : Al-Anbiya’ : 32)7
Hafidzh di sini artinya mengangkat atau menggantung
Banyaknya makna al-Hifdz dalam al-Qur’an pada dasarnya
terletak pada konteks apa makna tersebut yang digunakan, yaitu seperti
contoh ayat di atas yang maknanya berbeda-beda, ada yang bermakna
menjaga, menahan menggantung, dan lain-lain sesuai dengan konteks
kalimatnya.
Jika arti bahasa hafal tidak berbeda dengan arti istilah dari segi
membaca di luar kepala, maka penghafal al-Qur’an berbeda dengan
penghafal hadits, sya’ir, hikmah dan lain-lainnya dalam 2 pokok :
a. Hafal seluruh al-Qur’an serta mencocokannya dengan sempurna
Tidak bisa disebut al-hafidz bagi orang yang hafalannya
setengah atau sepertiganya secara rasional. Karena jika yang hafal
5Abdurrab Nawabudin, Op-Cit, hlm, 23-24 6Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Op-Cit hlm, 876. 7Ibid, hlm 789.
13
setengah atau sepertiganya berpredikat al-hafidz, maka bisa dikatakan
bahwa seluruh umat Islam berpredikat al-hafidz, sebab semuanya
mungkin telah hafal surat al-fatihah, karena surat al-Fatih merupakan
salah satu rukun shalat dari kebanyakan madzhab. Maka istilah al-
hafidz (orang yang berpredikat hafal Qur’an) adalah mutlak bagi yang
hafal keseluruhan dengan mencocokan dan menyempurnakan
hafalannya menurut aturan-aturan bacaan serta dasar-dasar tajwid yang
masyhur.
b. Senantiasa terus menerus dan sungguh-sungguh dalam menjaga hafalan
dari lupa
Seorang hafidz harus hafal al-Qur’an seluruhnya. Maka apabila
ada orang yang telah hafal kemudian lupa atau lupa sebagian atau
keseluruhan karena lalai atau lengah tanpa alasan seperti ketuaan atau
sakit, maka tidak dikatakan hafidz dan tidak berhak menyandang
pedikat”penghafal al-Qur’an”.8
Kedua kata al-Qur’an, menurut bahasa al-Qur’an berasal dari
kata qa-ra-a yang artinya membaca9, para ulama’ berbeda pendapat
mengenai pengertian atau definisi tentang al-Qur’an. Hal ini terkait
sekali dengan masing-masing fungsi dari al-Qur’an itu sendiri.
Menurut Asy-Syafi’i, lafadz al-Qur’an itu bukan musytaq, yaitu
bukan pecahan dari akar kata manapun dan bukan pula berhamzah,
yaitu tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya. Sehingga membaca
lafazh al-Qur’an dengan tidak membunyikan ”a”. Oleh karena itu,
menurut Asy-syafi’i lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam
pengertian kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.10
Berarti menurut pendapatnya bahwa lafazh al-Qur’an bukan berasal dari
akar kata qa-ra-a yang artinya membaca. Sebab kalau akar katanya
8Abdu al-Rabb Nawabudin, Metode Efektif Menghafal al-Qur’an, (Jakarta : CV Tri
Daya Inti, 1988), hlm, 17 9Mahmud Yunus, Op-Cit, hlm, 305. 10Adnan Mahmud Hamid Laonso, Ulumul Qur’an, (Jakarta : Restu Ilahi,2005),
hlm,1.
14
berasal dari kata qa-ra-a yang berarti membaca, maka setiap sesuatu
yang dibaca dapat dinamakan al-Qur’an.
Sedangkan menurut Caesar E. Farah, Qur’an in a literal sense
means” recitation,”reading,”.11 Artinya , Al-Qur’an dalam sebuah
ungkapan literal berarti ucapan atau bacaan.
Sedangkan menurut Mana’ Kahlil al-Qattan sama dengan
pendapat Caesar E. Farah, bahwa lafazh al-Qur’an berasal dari kata qa-
ra-a yang artinya mengumpulkan dan menghimpun, qira’ah berarti
menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya
ke dalam suatu ucapan yang tersusun dengan rapi. Sehingga menurut al-
Qattan, al-Qur’an adalah bentuk mashdar dari kata qa-ra-a yang artinya
dibaca.12 Kemudian pengertian al-Quran menurut istilah adalah kitab
yang diturunkan kepada Rasulullah saw, ditulis dalam mushaf, dan
diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.13
Setelah melihat definisi menghafal dan al-Qur’an di atas dapat
disimpulkan bahwa menghafal al-Qur’an adalah proses untuk memelihara,
menjaga dan melestarikan kemurnian al-Qur’an yang diturunkan kepada
Rasulullah saw di luar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan
serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun
sebagiannya.
2. Dasar dan hikmah menghafal al-Qur’an
Secara tegas banyak para ulama’ mengatakan, alasan yang
menjadikan sebagai dasar untuk menghafal al-Qur’an adalah sebagai
berikut :
a. Jaminan kemurnian al-Qur’an dari usaha pemalsuan.
Sejarah telah mencatat bahwa al-Qur’an telah dibaca oleh jutaan
manusia sejak zaman dulu sampai sekarang. Para penghafal al-Qur’an
adalah orang-orang yang di pilih Allah untuk menjaga kemurnian al-
11Caesar E. Farah, Islam Belief and Observances, (Amerika : Barron’s education
Series, 1987), hlm, 80. 12Ibid, hlm, 2. 13Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2004), hlm, 31.
15
Qur’an dari usaha-usaha pemalsuannya, sesuai dengan jaminan Allah
dalam kitab suci al-Qur’an :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-hijr ayat 9)14
b. Menghafal al-Qur’an adalah fardhu kifayah.
Melihat dari surat al-Hijr ayat 9 bahwa penjagaan Allah
terhadap al-Qur’an bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-
fase penulisan al-Qur’an, tetapi Allah melibatkan para hamba-Nya
untuk ikut menjaga al-Qur’an. Melihat dari ayat di atas banyak ahli
Qur’an yang mengatakan bahwa hukum menghafal al-Qur’an adalah
fardhu kifayah, diantaranya adalah :
Ahsin Sakho Muhammad menyatakan bahwa hukum
menghafal al-Qur’an adalah fardhu kifayah atau kewajiban bersama.
Sebab jika tidak ada yang hafal al-Qur’an dikhawatirkan akan terjadi
perubahan terhadap teks-teks al-Qur’an.15
Ahsin W juga mengatakan bahwa hukum menghafal al-Qur’an
adalah fardhu kifayah. Ini berati bahwa orang yang menghafal al-
Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan
ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-
ayat suci al-Qur’an.16
Kemudian menurut Abdurrab Nawabudin bahwa apabila Allah
telah menegaskan bahwa Dia menjaga al-Qur’an perubahan dan
penggantian, maka menjaganya secara sempurna seperti telah
diturunkan kepada hati Nabi-Nya, maka sesungguhnya menghafalnya
14Departemen Agama RI, Op- Cit, hlm, 345. 15Abdul Aziz Abdul Rauf, Op-Cit, hlm 4 16Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, Jakarta : Bumi Aksara,
2005),cet, 3, hlm, 24.
16
menjadi fardhu kifayah baik bagi suatu umat maupun bagi keseluruhan
kaum muslimin.17
Setelah melihat dari pendapat para ahli Qur’an di atas dapat
disimpulkan bahwa hukum menghafal al-Qur’an adalah fardhu kifayah,
yaitu apabila diantara kaum ada yang sudah melaksanakannya, maka
bebaslah beban yang lainnya, tetapi sebaliknya apabila di suatu kaum
belum ada yang melaksanakannya maka berdosalah semuanya.
Allah menurunkan al-Qur’an dan menjadikannya sebagai kitab
yang mulia, di dalam al-Qur’an disebutkan :
⌧
“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh).” 18
Jadi wajar jika manusia yang berinteraksi dengan al-Qur’an
menjadi sangat mulia, baik di sisi manusia apalagi di sisi Allah, di dunia
dan di akhirat. Kemudian berikut ini ada beberapa hikmah menghafal
Qur’an :
a. Al-Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi
penghafalnya.
Rasulullah saw, bersabda :
حدثنا حجاج بن منهال حدثنا شعبه قال اخربين علقمه بن مرتد مسعت سعد بن عبيدةعن ايب عبد الرمحن السلمي عن عثمان رضي اهللا
خريكم من تعلم القران : عنه عن النيب صلى اهللا عليه و سلم قال )رواه البخارى( 19وعلمه
“Diceritakan hajjaj bin Minhal, diceritakan Syu’bah, ia berkata : diceritakan kepadaku ’Aqamatu bin Martsad saya
17Abdurrab Nawabudin, Op-Cit, hlm 19. 18Fadhal A. R, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Mekar, 2004), hlm. 567. 19Al Imam Abi Abdilah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Mughirah bin Bard
Dzabah al-Bukhari al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Jus V, (Singapura : Sulaiman Mara’i, t.th), Hlm, 323.
17
mendengar Sa’dah bin Ubaidah dari abi Abdurrahman al-Sulamiyi, dari Usman. Ra dari nabi SAW berkata : sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an.(H. R. Bukhari)
b. Hafidz Qur’an merupakan ciri orang yang diberi ilmu
Allah telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Ankabut ayat
49 :
☺
” Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim”.20
c. Fasih dalam berbicara dan ucapannya.21
Allah SWT berfirman :
☺
“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,”(QS As-Syura’ : 193-194)22
d. Al-Qur’an memuat 77.439 kalimat. Jika seluruh penghafal al-Qur’an
memahami seluruh arti kalimat tersebut berarti dia sudah banyak sekali
menghafal kosa kata bahasa arab yang seakan-akan ia menghafal kamus
bahas arab.
20Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 678. 21Abdurrab Nawabudin, Op-Cit, hlm, 21. 22Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 476.
18
e. Dalam al-Qur’an banyak terdapat kata-kata hikmah yang sangat
berharga bagi kehidupan. Secara menghafal al-Qur’an berarti banyak
menghafal kata-kata hikmah.23
f. Hafidz Qur’an sering menjumpai kalimat-kalimay uslub atau ta’bir
yang sangat indah. Bagi seseorang yang ingin memperoleh rasa sastra
yang tinggi dan fasih untuk kemudian bisa menikmati karya sastra Arab
atau menjadi satrawan Arab perlu banyak menghafal kata-kata atau
uslub Arab yang indah seperti syair dan amtsar (perumpamaan) yang
tentunya banyak terdapat di al-Qur’an.
g. Mudah menemukan contoh-contoh nahwu, sharaf, dan juga balaghah
dalam al-Qur’an.
h. Dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat hukum, dengan demikian secara
tidak langsung seorang penghafal al-Qur’an akan menghafal ayat-ayat
hukum. Yang demiakian ini sangat penting bagi orang yang ingin terjun
di bidang hukum.
i. Orang yang menghafal al-Qur’an akan selalu mengasah hafalannya.
Dengan demikian otaknya akan semakin kuat untuk menampung
berbagai macam informasi.24
j. Bertambah imannya ketika membacanya.25
Allah swt berfirman :
☺ ☺
☺
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
24Ahsin Sakho Muhammad, Kiat-kiat Menghafal al-Qur’an, (Jawa Barat : Badan Koordinasi TKQ-TPQ-TQA, tth), hlm 8-9.
25M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal al-Qur’an, (Jakarta : Gema, 1998), hlm, 41.
19
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal ayat 2)
k. Penghafal al-Qur’an adalah orang yang akan mendapatkan untung
dalam perdagangannya dan tidak akan merugi.
Allah swt, menjelaskan dalam kitab suci al-Qur’an :
⌧ ☺
⌧
⌦ ⌧ ⌦ ⌧
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”(QS. Faathir :29-30)26
l. Al-Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi para penghafal al-
Qur’an.
NAbi Muhammad SAW bersabda :
قال مسعت رسول اهللا صل اهللا عليه : عن ايب امامة رضي اهللا عنه إقرأو القران فإنه يائتى يوم القيامة شفيعا ألصحابه: وسلم يقول
)27 رواه مسلم (
26Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 443. 27Imam Muslim, Shahih Muslim, (Singapura : Sulaiman Mara’I, t.th), Juz 1, hlm,
321.
20
“Dari Abu Umamah r.a., ia berkata, “aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,”bacalah olehmu al-Qur’an , sesungguhnya a akan menjadi pemberi syafa’a pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafal)” (HR. Imam Muslim).
3. Syarat menghafal al-Qur’an
Menghafal al-Qur’an adalah pekerjaan yang sangat mulia. Akan
tetapi menghafal al-Qur’an tidaklah mudah seperti membalikan telapak
tangan, oleh karena itu ada hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum
menghafal agar dalam proses menghafal tidak begitu berat.
Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang
memasuki periode menghafal al-Qur’an ialah :
a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori,
atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan mengganggunya.
Mengosongkan pikiran lain yang sekiranya mengganggu dalam
proses menghafal merupakan hal yang penting. Dengan kondisi yang
seperti ini akan memepermudah dalam proses menghafal al-Qur’an
karena benar-benar fokus pada hafalan al-Qur’an.
b. Niat yang ikhlas.
Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam
masalah hafalan al-Qur’an. Sebab, apabila seseorang melaukan sebuah
perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan Allah semata, maka
amalannya hanya akan sia-sia belaka.
c. Sabar
Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang sangat
penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal al-Qur’an. Hal
ini disebabkan karena dalam proses menghafal al-Qur’an akan banyak
sekali ditemui berbagai macam kendala.
d. Istiqamah
Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten, yaitu tetap
menjaga keajekan dalam menghafal al-Qur’an. Dengan perkataan lain
penghafal harus senantiasa menjaga kontinuitas dan efisiensi terhadap
waktu untuk menghafal al-Qur’an.
21
e. Menjauhkan diri dari maksiat dan perbuatan tercela.
Perbuatan maksiat dan perbuatan tercela merupakan sesuatu
perbuatan yang harus dijauhi bukan saja oleh orang yang sedang
menghafal al-Qur’an, tetapi semua kaum muslim umumnya. Karena
keduanya mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa dan mengusik
ketenangan hati, sehingga akan menghancurkan istiqamah dan
konseantrasi yang telah terbina dan terlatih sedemikian bagus.
f. Izin dari orang tua, wali atau suami.
Walaupun hal ini tidak merupakan keharusan secara mutlak,
namun harus ada kejelasan, karena hal demikian akan menciptakan
saling pengertian antara kedua belah pihak, yakni antara anak dan orang
tua, antara suami dan istri, antara wali dengan pihak yang berada
diperwaliannya.
g. Mampu membaca dengan baik.
Sebelum penghafal al-Qur’an memulai hafalannya, hendaknya
penghafal mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, baik
dalam Tajwid maupun makharij al-hurufnya, karena hal ini akan
mempermudah penghafal untuk melafadzkannya dan
menghafalkannya.28
h. Tekad yang kuat dan bulat
Tekad yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantar
seseorang ke tempat tujuan, dan akan membentengi atau menjadi perisai
terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya.29
4. Adab-adab penghafal al-Qur’an
a. Menghindarkan diri dari perbuatan menjadikan al-Qur’an sebagai
sumber penghasilan pekerjaan dalam kehidupannya.
Imam Abu Sulaiman Al-Khatabi menceritakan larangan
mengambil upah atas pembacaan al-Qur’an dari sejumlah ulama’,
diantaranya Az-Zuhri dan Abu Hanifah. Sejumlah ulama’ mengatakan
28Ahsin W, OP-Cit, hlm, 48-54. 29Raghib al-Sirjani, Cara Cerdas Menghafal al-Qur’an, (Aqwam : Solo, 2007), hlm,
63.
22
boleh mengambil upah bila tidak mensyaratkannya, yaitu pendapat Ibnu
Sirin, Hasan Bashri, dan sya’bi. Imam atha’, Imam Syafi’i, Imam Malik
dan lainnya berpendapat boleh mengambil upah, jika disyaratkan dan
dengan akad sewa yang benar
b. Memelihara bacaannya.30
Ulama’ salaf mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang berbeda
dalam jangka waktu pengkhataman al-Qur’an. Ibnu Abi Dawud
meriwayatkan dari sebagian ulama salaf bahwa mereka mengkhatamkan
al-Qur’an dalam setiap bulan, ada juga yang khatam setiap sepuluh hari,
ada juga yang hanya seminggu mengkhatamkan al-Qur’an, bahkan ada
juga yang khatam al-Qur’an yang hanya ditempuh sehari semalam.
Diantara yang mengkhatamkan al-Qur’an dalam sehari
semalam adalah Utsman bin Affan r.a, Tammim Ad-Daari Said bin
Jubair, MUjahid, As-Syafi’i dan lainnya.
Diantara yang mengkhatamkan al-Qur’an dalam tiga hari
adalah Sali bin Umar r.a. Qadhi mesir di masa pemerintahan muawiyah.
Diriwayatkan oleh As-Sayid yang mulia Ahmad Ad-Dauraqi
dengan isnadnya dari Manshur bin Zaadzanr r.a. Seorang tabiin yang
ahli ibadah bahwa ia mengkhatamkan al-Qur’an diantara waktu dzuhur
dan ashar dan mengkhatamkannya pula antara waktu maghrib dan
isya’di bulan Ramadhan dua kali. Mereka mengakhirkan shalat isya’ di
bulan Ramadhan lewat seperempat malam.
c. Khusu’
Orang yang menghafal al-Qur’an adalah pembaca panji-panji
Islam. Tidak selayaknya ia bermain bersama orang-orang yang suka
bermain, tidak mudah lengah bersama orang-orang yang lengah dan
tidak suka berbuat yang sia-sia bersama orang-orang yang suka berbuat
sia-sia. Yang demikian itu adalah demi mengagungkan al-Qur’an.
d. Memperbanyak membaca dan shalat malam31
30ImamAn-Nawawi, Adab dan Tata Cara Menjaga Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka
Amani, 2001), hlm, 58-60.
23
Allah berfirman dalam kitab suci al-Qur’an :
☺
Artinya : di antara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus[221], mereka membaca ayat-ayat allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). (QS. Ali-Imran : 113)
5. Metode menghafal al-Qur’an
Metode berasal dari bahasa Yunani (Greeca) yaitu “Metha” dan
“Hados”, “Metha” berarti melalui/melewati, sedangkan “Hados” berarti
jalan/cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.32
Menghafal al-Qur’an merupakan harta simpanan yang sangat
berharga yang diperebutkan oleh oleh orang yang bersungguh-sungguh.
Hal ini karena al-Qur’an adalah kalam Allah yang bisa menjadi syafa’at
bagi pembacanya kelak dihari kiamat. Menghafal al-Qur’an untuk
memperoleh keutamaan-keutamaannya memiliki berbagai cara yang
beragam.33
Metode atau cara sangat penting dalam mencapai keberhasilan
menghafal, karena berhsail tidaknya suatu tujuan ditentukan oleh metode
yang merupakan bagian integral dalam sistim pembelajaran. Lebih jauh
lagi Peter R. Senn mengemukakan, “ metode merupakan suatu prosedur
atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang
sistimatis.”34
Namun dengan memahami metode menghafal al-Qur’an yang
efektif, pasti kekurangan-kekurangan yang ada akan diatasi. Ada beberapa
31Ahsin. W, Op-Cit, hlm, 95. 32Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993), hlm, 66. 33Abdul Muhsin, Kunci-Kunci Surga, (Solo : Aqwam, 2007), hlm, 205. 34Mujamil Qomar, Epistomologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Erlangga, 1995), Hlm,
20.
24
metode menghafal al-Qur’an yang sering dilakukan oleh para penghafal,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Metode Wahdah
Yang dimaksud metode ini, yaitu menghafal satu persatu
terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan
awal, setiap ayat dapat dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali
atau lebih, sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam
bayangannya.
b. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain
dari pada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulu
menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah
disediakan untuk dihafal. Kemudian ayat tersebut dibaca sampai lancar
dan benar, kemudian dihafalkannya.
c. Metode Sima’i
Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud metode ini adalah
mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan
Sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat extra,
terutama bagi penghafal yang tuna netra atau anak-anak yang masíh
dibawah umur yang belum mengenal baca tulis al-Qur’an. Cara ini bisa
mendengar dari guru atau mendengar melalui kaset.
d. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode wahdah dan
kitabah. Hanya saja kitabah disini lebih mempunyai fungsional sebagai
uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Prakteknya yaitu
setelah menghafal kemudian ayat yang telah dihafal ditulis, sehingga
hafalan akan mudah diingat.
e. Metode Jama’
Cara ini dilakukan dengan kolektif, yakni ayat-ayat yang
dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh
25
instruktur. Pertama si instruktur membacakan ayatnya kemudian santri
atau siswa menirukannya secara bersama-sama.35
Sedangkan menurut Sa’dulloh macam-macam metode menghafal
adalah sebagai berikut :
a. Bi al-Nadzar
Yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat al-Qur’an yang akan
dihafal dengan melihat mushaf secara berulang-ulang.
b. Tahfidz
Yaitu menghafal sedikit demi sedikit al-Qur’an yang telah
dibaca secara berulang-ulang tersebut.
c. Talaqqi
Yaitu menyetorkan atau mendengarkan hafalan yang baru
dihafal kepada seorang guru.
d. Takrir
Yaitu mengulang hafalan atau menyima’kan hafalan yang
pernah dihafalkan/sudah disima’kan kepada guru.
e. Tasmi’
Yaitu mendengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada
perseorangan maupun kepada jamaah.36
Pada prinsipnya semua metode di atas baik semua untuk dijadikan
pedoman menghafal al-Qur’an, baik salah satu diantaranya, atau dipakai
semua sebagai alternatif atau selingan dari mengerjakan suatu pekerjaan
yang terkesan monoton, sehingga dengan demikian akan menghilangkan
kejenuhan dalam proses menghafal al-Qur’an.
Kemudian untuk membantu mempermudah membentuk kesan
dalam ingatan terhadap ayat-ayat yang dihafal, maka diperlukan strategi
menghafal yang baik, adapun strategi itu antara lain :
a. Strategi pengulangan ganda
35Ahsin W, Op-Cit, hlm, 63-66 36Sakdulloh, 9 Cara Praktis Mengafal al-Qur'an, (Jakarta : Gema Insani, 2008), hlm,
52-54.
26
b. Tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal
benar-benar hafal.
c. Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan
jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya.
d. Menggunakan satu jenis mushaf.
e. Memahami ayat-ayat yang dihafalnya.
f. Memperhatikan ayat-ayat yang serupa.
g. Disetorkan pada seorang pengampu.37
Strategi di atas juga berfungsi untuk meningkatkan mutu atau
kualitas hafalan al-Qur’an.
B. Jaudah Tahfidz Al-Qur’an
Semua pekerjaan atau kegiatan pasti menginginkan hasil dan mutu
yang baik, begitu pula dengan menghafal al-Qur’an. Agar seorang penghafal
benar-benar menjadi hafidzul qur’an yang representatif, dalam arti ia mampu
memproduksi kembali ayat-ayat yang telah dihafalnya pada setiap saat
diperlukan, maka ayat-ayat yang telah dihafal harus dimantapkan sehingga
benar-benar melekat dalam ingatannya.38 Melekat dalam iangatannya disini
tentunya mencakup ketepatan dalam hal tajwid dan ketepatan dalam
pengucapannya. Adapun kriteria hafalan al-Qur’an yang baik adalah sebagai
berikut :
1. Tajwid yang benar
Ibnu al-Jauzi berkata dalam syairnya (At-Tayyibah fi al-Qira’ah
al-Asyr) : “menggunakan tajwid adalah ketentuan yang lazim, barang siapa
yang mengabaikan maka ia berdosa”. Makna tajwid adalah memperhatikan
hukum-hukum yang ada dalam kitab-kitab tajwid, seperti idgham, ikhfa’,
ghunah dan mad serta memperhatikan makharij al-hurufnya.39
2. Membaca dengan tartil
37Ahsin W, Op-Cit, hlm, 72. 38 Ahsin W, Op-Cit, hlm, 80. 39Hasan bin Ahmad bin Hasan Hamam, Menghafal al-Qur’an Itu Mudah, (Jakarta :
Pustaka at-Tazkia, 2008), hlm, 23-24.
27
Yang dimaksud dengan tartil adalah baik sebutan hurufnya, baik
mengucapkan kalimatnya, baik waqaf ibtidahnya, dan baik murajaahnya.40
Allah berfirman dalam al-Qur’an al-Karim :
⌧ "atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan." (QS : Al-Muzamil : 4)41
Allah berfirman dalam al-Qur’an al-Karim :
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (QS : Al-Qiyamah : 16)42
3. Lancar membaca
Kelancaran membaca adalah hal yang paling utama dalam
menghafal al-Qur’an. Lancar disini tidak berarti tanpa lupa, karena
manusia tidak luput dari lupa, apalagi menghafal al-Qur’an yang begitu
tebal kitabnya. Kelancaran memabaca dapat memberikan semangat
tersendiri bagi si penghafal untuk selalu mentakrir hafalannya, sehingga
hafalan al-Qur’annya akan selalu terjaga.
C. Peningkatan Jaudah Tahfidz Al-Qur’an
Peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang mempunyai arti;
proses, cara, perbuatan (usaha dan kegiatan) meningkatkan.43 Yang dimaksud
peningkatan oleh penulis dalam penelitian ini adalah segala proses, cara,
metode dan segala kegiatan serta usaha untuk meningkatkan mutu hafalan al-
Qur’an.
40Muhaiman Zenha, Pedoman Pembinaan Tahfidzul Qur’an, (Jakarta : Proyek Penerangan, 1983), hlm, 96.
41Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 567 42Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 437 43Ibid., hlm. 1060.
28
Mutu hafalan al-Qur’an dikatakan baik apabila bacaannya sesuai
dengan Tajwid, Fasih, dan lancar bacaannya. Untuk mencapai hasil yang
seperti itu, tentunya tidak bisa lepas dari cara untuk memelihara hafalan al-
Qur’an. Adapun cara untuk memelihara hafalan atau meningkatkan mutu
hafalan al-Qur’an adalah sebagai berikut :
1. Takhmis al-Qur’an, yaitu mengkhatamkan al-Qur’an setiap lima hari
sekali.
2. Tasbi’ al-Qur’an, maksudnya adalah mengkhatamkan al-Qur’an setiap
seminggu sekali.
3. Mengkhatamkan setiap 10 hari sekali.
4. Mengkhususkan dan mengulang-ulang (mengkhususkan satu juz dan
mengulang-ulangnya selama seminggu), sambil melakukan murajaah
secara umum.
5. Mengkhatamkan murajaah hafalan al-Qur’an setiap sebulan sekali.
6. Takrir dalam shalat.
7. Konsentrasi melakukan murajaah terhadap lima juz terlebih dahulu dan
mengulang-ulangnya pada waktu yang ditentukan.44
Adapun cara untuk memelihara hafalan atau meningkatkan mutu
hafalan al-Qur’an menurut Sa’dulloh adalah sebagai berikut :
1. Cara memelihara hafalan bagi yang belum khatam 30 juz
a. Takrir sendiri
Seseorang yang menghafal al-Qur’an harus memanfaatkan
waktu untuk takrir atau untuk menambah hafalan. Hafalan yang baru
harus selalu di-takrir minimal setiap hari dua kali dalam jangka waktu
satu minggu. Sedangkan hafalan yang lama harus di-takrir setiap hari
atau dua hari sekali. Artinya, semakin banyak hafalan harus semakin
banyak pula waktu yang dipergunakan untuk takrir.
b. Takrir dalam shalat
44Amjad Qosim, Hafal al-Qur’an Dalam Sebulan, (Solo, Qiblat Press, 2008), hlm,
141-142.
29
Seorang yang menghafal al-Qur’an hendaknya bisa
memanfaatkan hafalannya sebagai bacaan dalam shalat, baik sebagai
imam atau untuk shalat sendiri. Selain untuk menambah keutamaan
shalat, cara demikian juga akan menambah kemantapan hafalan al-
Qur’an.
c. Takrir bersama
Seseorang yang menghafal al-Qur’an perlu melakukan takrir
bersama dengan dua teman atau lebih. Dalam takrir ini setiap orang
membaca materi takrir yang ditetapkan secara bergantian, dan ketika
seorang membaca, maka yang lain mendengarkan.
d. Takrir dihadapan guru
Seseorang yang menghafal al-Qur’an harus selalu menghadap
guru untuk takrir hafalan yang sudah diajukan. Materi takrir yang
dibaca harus lebih banyak dari materi hafalan baru, yaitu satu banding
sepuluh, artinya apabila seseorang penghafal sanggup mengajukan
hafalan baru setiap hari dua halaman, maka harus diimbangi dengan
takrir dua puluh halaman (satu juz) setiap hari.45
2. Cara memelihara hafalan bagi yang sudah khatam 30 juz
a. Istiqamah takrir al-Qur’an di dalam shalat
Yang dimaksud disini adalah istiqamah takrir di dalam shalat
wajib maupun sunah selalu memakai ayat-ayat al-Qur’an dari surah al-
Baqarah sampai Surah an-Nas secara berurutan sesuai dengan mushaf
al-Qur’an.
b. Istiqamah takrir al-Qur’an di luar shalat
Membaca al-Qur’an di luar shalat berarti membaca Qur’an tidak
dalam waktu shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunah. Takrir bisa
dilaksanakan pada waktu sebelum tidur, bangun tidur, dan pada waktu tengah
malam setelah shalat tahajud.46
45Sa'dullah, Op-Cit, hlm, 68. 46Ibid, hlm, 69-78.
30
Adapun takaran dalam takrir tersebut adalah sebagai berikut
menurut kemampuannya :
a. Khatam seminggu sekali
b. Khatam 2 (dua) minggu sekali
c. Khatam sebulan sekali
Selain itu penghafal al-Qur’an harus sering mengikuti kegiatan
sebagai berikut :
a. Sering mengikuti acara sima’an
b. Mengikuti perlombaan musabaqah hifdzi al- Qur’an
30
BAB III
UPAYA MENINGKATKAN JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI DI
PONDOK PESANTREN MADROSATUL QUR’ANIL AZIZIYAH
BRINGIN NGALIYAN SEMARANG
A. Tinjauan Umum Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah
1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya PPMQA
a. Sejarah
Berdirinya Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah
atau yang sering disingkat PPMQA ini dilatarbelakangi oleh niat
pengasuh pondok dan masyarakat desa Bringin untuk mendirikan
lembaga pendidikan yang mampu menampung generasi-generasi
qur'ani atau mencetak seorang hafidz Qur’an, karena pengasuh pondok
mengkhawatirkan akan punahnya orang yang hafal Qur’an di negeri
Indonesia ini.
Adanya keinginan dari pengasuh dan masyarakat tersebut maka
didirikanlah pondok pesantren ini yang dipelopori oleh K. H. M.
Sholeh Mahali pada 20 maret 1990 M bertepatan 23 Sya’ban 1410 H
dengan 5 orang santri putri. Semula ponpes ini khusus menerima santri
putri, atau sering disebut pondok putri, itu pun belum ada gedung yang
layak, sehingga 5 santri putri tersebut singgah di kediaman K. H. M.
Sholeh Mahali. Kemudian semakin banyaknya santri yang ingin
belajar bersama beliau, akhirnya pada tahun 1991 dibentuk yayasan
yang bernama “Madrosatul Qur’an”. Dengan terbentuknya yayasan
tersebut pesantren PPMQA semakin berkembang sampai akhirnya
mendirikan gedung khusus untuk santri putri dengan dua lantai, lantai
bawah untuk aula dan lantai atas dibuat kamar untuk para santri putri.
Kemudian pada tahun 1997, pondok ini menerima santri putra.
Pada akhirnya pengasuh membuat gubuk untuk tempat bersinggah
santri putra, tetapi dengan kerja keras pengasuh akhirnya pesantren
menambah gedung lagi khusus untuk santri putra pada tahun 2002
31
dengan satu lantai, satu lantai tersebut dibuat empat kamar tidur, dua
kamar mandi, dan sebuah aula. Kemudian pada tahun 2006 pondok
putra tersebut dikembangkan menjadi dua lantai sampai tahun 2009
sekarang. Adapun luas tanah keseluruhan 968 m2 dan luas bangunan
488 m2 dengan jumlah santri putra sebanyak 54 dan santri putri
sebanyak 76 yang berasal dari berbagai penjuru kota, bahkan ada yang
dari tetangga Negara kita, yaitu Malaysia. Dari banyaknya santri
tersebut tidak semua melaksanakan hafalan al-Qur’an 30 juz, karena
santri yang maíz melaksanakan pendidikan formal seperti SD dan SMP
tiddak diwajibkan menghafl al-Qur’an 30 juz, akan tetapi santri
tersebut diwajibkan menghafal juz ‘Amma. Sedangkan santri yang
sedang melaksanakan pendidikan formal tingkat SMA atas dan santri
yang hanya mukim di pesantrn diwajibkan menghafal al-Qur’an 30
juz. Pondok ini sudah banyak mencetak seorang hafidzul Qur’an,
walaupun diantara salah satunya ada yang tuna netra.1
b. Tujuan
Pondok pesantren (PP) Madrosatul Qur’anil Aziziyah sebagai
salah satu lembaga pendidikan keagamaan ingin berperan aktif dalam
usaha-usaha memajukan bangsa. Hal ini dilakukan dengan
memberikan pendidikan ilmu-ilmu al-Qur’an, terutama bagaimana
cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, yaitu mengetahui
hukum-hukum bacaan al-Qur’an (tajwid) dan fasih dalam
pengucapannya (makhariju al-huruf), hingga menghafalkan al-Qur’an
(Tahaffudz al-Qur’an) suatu tingkat tertinggi dalam bidang qira’ah al-
Qur’an serta mengamalkannya. Selain itu, pondok juga memberikan
pendidikan ilmu-ilmu keislaman, mulai dari Nahwu, Sharaf, Fiqih, dan
akhlak berikut pengamalannya. Pendidikan ini diberikan kepada para
santri, baik yang tinggal di dalam pomdok maupun putra putri dari
1Wawancara dengan pengasuh pondok (KH. M. Sholeh Mahali), tanggal 5 Maret
2009 danSumber Dokumentasi PPMQA.
32
lingkungan sekitar yang ikut belajar di PP Madrosatul Qur’anil
Aziziyah.
Adapun tujuan didirikannya ponpes “Madrosatul Qur’anil
Aziziyah” adalah mencetak generasi huffadz, para penghafal al-Qur’an
yang akan menjadi penguat barisan dakwah Islam. Sehingga kegiatan
sehari-hari dititikberatkan pada proses menghafal al-Qur’an. Bahkan
sebagian besar waktu para santri dihabiskan untuk kegiatan ini, mulai
dari menghafal, mentadarus,dan menyetorkan hafalan. Namun sebagai
penunjang intelektualitas para santri, ponpes menyelenggarakan
kegiatan kajian kitab kuning, terutama untuk bidang-bidang fiqih dan
gramatika bahasa Arab.
Selain dengan membekali santri dengan hafalan al-Qur’an dan
kajian kitab kuning, para santri diberikan bekal latihan pengabdian
masyarakat dengan memberikan pengajaran baca tulis al-Qur’an pada
anak-anak di Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) ponpes “Madrosatul
Qur’anil Aziziyah”. Setiap hari para santri yang telah memiliki
kapabilitas cukup di bidang al-Qur’an mengajar anak-anak usia
sekolah dasar ketrampilan baca tulis al-Qur’an. Disini mereka dididik
untuk memberikan kontribusi intelektual bagi umat.
Tujuan lain dari ponpes ini adalah dakwah. Dakwah tersebut
adalah berupa kegiatan muqaddaman atau sima’an, yaitu pembacaan
al-Qur’an 30 juz secara kolektif untuk keperluan-keperluan tertentu
dari masyarakat dan dilanjutkan dengan ma’idzah hasanah dari
pengasuh pondok. Misalnya seseorang ingin menikahkan
putra/putrinya, atau ingin memperingati hari kematian anggota
keluarganya, biasanya mereka meminta do’a restu pengasuh pondok
dengan barokah dan fadhilah bacaan al-Qur’an. Pengasuh kemudian
mengajak beberapa santri untuk membacakan al-Qur’an di tempat
yang telah ditentukan. Ini merupakan syi’ar dakwah yang senantiasa
dilakukan oleh Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah.
33
Pada tahun ajaran 2008/2009 ini, ponpes merencanakan
program pengembangan potensi para santri dalm bidang life skill
(ketrampilan hidup), yaitu memberikan pelatihan dan pembinaan
berupa ilmu pengaetahuan praktis dan ketrampilan yang bersifat tepat
guna, yang dapat dijadikan sebagai bekal hidup ketika para santri telah
menyelesaikan studinya di pesantren. Dan juga diharapkan tumbuh
pada diri santri jiwa entrepreneurship (kewirausahaan).
Program life skill terseabut adalah Agrobisnis Budidaya
Tanaman Hias. Tujuan diberikannya pengetahuan dan ketrampilan
tersebut adalah agar santri :
1. Memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan di bidang budidaya
tanaman hias.
2. Tumbuh rasa percaya diri kemandirian serta keuletan dalam hidup
dan kehidupan.
3. Agar menjadi manusia yang cinta terhadap alam dan
lingkungannya.
4. Memiliki jiwa kewirausahaan bidang agrobisnis tanaman hias.2
2. Nama dan letak geografis
Nama pondok pesantren ini adalah pondok pesantren
“Madrosatul Quranil Aziziyah” yang sering disingkat PPMQA, yang
artinya “Sekolah Qur’an Aziziyah”. Sebelum menamai pondok ini,
pengasuh terlebih dahulu izin kepada gurunya. Sebelumnya pondok ini
akan dinamai dengan nama Ponpes Tahfidzul Qur’an, akan tetapi nama
tersebut tidak diizinkan oleh guru K. H. M. Sholeh Mahali dikarenakan
nama tersebut hanya berfokus kepada hafalan al-Qur’an. Pada akhirnya
nama itu diganti dengan nama “Madrosatul Qur’ani Aziziyah”. Menurut
guru beliau nama ini tidak hanya difokuskan menghafal al-Qur’an, tetapi
dimungkinkan juga untuk santri yang akan belajar membaca al-Qur’an dan
ilmu lainnya, seperti ilmu fiqih dan akhlaq. Adapun “Aziziyah” diambil
dari nama istri pengasuh pondok.
2Dokumentasi PPMQA.
34
Dengan nama tersebut diharapkan ponpes ini benar-benar
menjadi sumber mata airnya ilmu-ilmu al-Qur’an, sehingga santri yang
menimba ilmu di pondok itu ibarat memanfaatkan fungsi sebuah mata air
sebagai tempat untuk menimba diri, mengembangkan potensi menjadi
orang yang ahli dalam al-Qur’an dan berilmu pengetahuan.3
Lokasi pondok cukup kondusif bagi kegiatan belajar mengajar.
Lingkungan yang agamis, cuaca yang teduh, dan kedekatan pondok secara
geografis dengan Kampus IAIN, menjadikan PPMQA memiliki harapan
besar untuk dapat membantu mengembangkan dakwah Islam dan
mendidik generasi muda secara Qur’ani.
Adapun batas wilayah yang berbatasan dengan wilayah desa
bringin adalah sebagai berikut : sebelah utara desa Gondoriyo, sebelah
selatan desa Tambak Aji, sebelah barat desa Wonosari, dan sebelah timur
adalah kelurahan Ngaliyan.
3. Struktur Kepengurusan4
STRUKTUR PENGURUS PONDOK PESANTREN MADROSATUL
QUR’ANIL AZIZIYAH TAHUN 2008 / 2009
a. Pengurus pondok putra
Pengasuh : K. H M. Sholeh Mahali
Ketua I : Lukman Nur Amin Lc.
Wakil ketua : Mukhlisin
Sekertaris I : Abdullah Kurniawan
Sekertaris II : Ari Setiono
Bendahara I : Fatkhul ‘ulum
Bendahara II : Qori
Seksi pendidikan : 1. Suratman
2. Mukhlasin
3. Maksum
Seksi keamanan : 1. Masruri
3Ibid 4Dokumentasi PPMQA, Op-Cit
35
2. Reza Puraiza
Seksi kebersihan : 1. Saiful Anwar
2. Sajidun
b. Pengurus pondok putri
Pengasuh : Hj. Nur Aziziyah
Ketua I : Azylina
Wakil ketua : Fadhilatussalisa
Sekertaris I : Ririn Yuni Wahyuni
Sekertaris II : Naila Duri Nafi’a
Bendahara I : Saidarofa
Bendahara II : Rizka
Seksi pendidikan : 1. Eni Rihanah
2. Uswatun Hasanah
3. Siti Wahyuni
Seksi Keamanan : 1. Ernawati
2. Maryatul Qibtiyah
3. Sofiyatun
Seksi kebersihan : 1. Rohimah
2. Umi Khabibah
3. Alif Bidayah
4. Evi
B. Kegiatan Santri di PPMQA
Setelah calon santri mendaftarkan diri untuk menjadi santri di
PPMQA dan telah mendapat izin dari pengasuh, maka calon santri tersebut
telah sah menjadi santri PPMQA. Seluruh santri pondok diwajibkan tinggal
di dalam pondok pesantren dan mengikuti seluruh kegiatan pondok.
Dengan diwajibkannya santri tinggal di pondok, maka akan lebih
mudah bagi pelaksana pondok untuk mencetak santri yang bertitel Hafidz
Qur’an dengan ilmu tajwid yang baik dan memahami pokok-pokok dari al-
Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
36
1. Jadwal Kegiatan5
a. Kegiatan harian
No Waktu Nama kegiatan
1 04. 00 – 04. 30 Bangun tidur, persiapan shalat jamaah
subuh.
2 04. 30 – 04. 45 Shalat berjamaah subuh
3 04. 45 – 07. 00 KBM al-Qur’an bi al- nadhar
4 07. 00 – 07. 25 KBM al-Qur’an bi al-ghaib
5 07. 25 – 12. 00 Mandi, makan , mudarasah sendiri
6 12.00 – 14. 00 Shalat berjamaah dzuhur, tidur siang
7 14. 00 – 15. 00 Mudarasah persiapan muraja’ah
8 15. 00 – 15. 30 Shalat berjamah shalat ashar
9 15. 30 – 17. 00 Muraja’ah
10 17. 00 – 17. 30 Istirahat, mandi
11 17. 30 – 17. 50 Persiapan shalat jamaah maghrib
12 17. 50 – 18. 25 Jamaah maghrib
13 18. 25 – 19. 15 Jam wajib mudarasah
14 19. 15 – 19. 45 Shalat jamaah isya’
15 19. 45 – 20. 00 Makan malam
16 20. 00 – 21. 30 Sekolah diniyah
17 21. 30 – 04. 00 Tidur malam atau mudarasah / membuat
hafalan
b. Kegiatan mingguan
1) Tahlilan
2) Berzanzi
3) Mudarasah
4) Yasinan
5) Mujahadahan
5Ibid
37
6) Hiburan TV
7) Main bola
8) Kerja bakti
c. Kegiatan bulanan
1) Sima’an Minggu pon (bulanan)
2) Kerja bakti massal
d. Kegiatan tahunan
1) Acara maulid Nabi Muhammad SAW
2) Santunan anak yatim
3) Peringatan 17 agustus
4) Kepanitiaan qurban
5) Ziarah
6) Acara Isra’ Mi’raj sekaligus khatmil Qur’an
7) Kegiatan ramadhan
8) Liburan akhir tahun
2. Bimbingan dan penyuluhan6
Seperti keterangan di atas bahwa santri diwajibkan tinggal di dalam
pondok dan mengikuti kegiatan pondok. Apabila ada salah satu santri yang
melanggar peraturan pondok, maka santri tersebut akan mendapatkan
bimbingan dan penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan
berupa hal-hal sebagai berikut :
1. Memberi teguran langsung
2. Pengarahan dan peringatan setelah shalat berjamaah
3. Bimbingan rohani setiap malam jumat
4. Peringatan tertulis di papan tulis
5. Diberi hukuman, misalnya : membersihkan halaman pondok atau WC
6. Pemanggilan wali santri
7. Dicukur gundul bagi pelanggar berat
8. Dihadapkan ke pengasuh pondok untuk mendapatkan nasehat dan
peringatan ataupun hukuman langsung dari beliau
6Ibid
38
9. Diberi tugas, misalnya, menghafal surat atau beristighfar 1000 kali
C. Jaudah Tahfidz Al-Qur’an Santri PPMQA
Menurut ustadz murajaah di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil
Aziziyah (PPMQA) bahwa jaudah tahfidz al-Qur’an atau mutu hafalan al-
Qur’an santri di PPMQA tidak jauh berbeda dengan santri penghafal al-
Qur’an lainnya, yaitu semua ada kelebihan dan kekurangannya, diantara
kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut :
1. Segi kelebihan hafalan al-Quran santri PPMQA
a. Tajwidnya
Santri PPMQA dalam hafalan al-Qur’an tajwid sangat
diperhatikan. penerapan tajwid oleh santri cukup baik karena sebelum
memulai hafalan al-Qur’an santri terlebih dahulu ditashih tajwidnya
oleh pengasuh pondok pesantren, karena kefasihan dalam membaca al-
Qur’an akan berpengaruh pada baik buruknya hafalan al-Qur’an.
b. Ketartilannya
Diantara salah satu kelebihan hafalan santri PPMQA adalah
ketertartilannya, karena pengasuh pondok pesantren mewajibkan
membaca tartil ketika menyetorkan hafalan al-Quran
c. Makharij huirufnya
Pengasuh PPMQA juga mentashih makharij huruf sebelum
santri memulai hafalan al-Qur’an, jadi saat santri hafalan al-Quran
mulai menghafal al-Quran akan mudah mengucapkan huruf hijaiyah
dengan fasih.
2. Segi kelebihan hafalan al-Quran santri PPMQA
a. Mudahnya lupa
Santri PPMQA tidak sedikit yang hafalannya masih kurang
baik, contohnya seperti hal lupa, lupa disini meliputi lafadz, ayat, dan
syakalnya, tetapi hal seperti itu tidak membuat santri jadi patah
semangat untuk menghafalkan al-Qur’an, justru dengan adanya sifat
lupa itu santri jadi tambah akrab dengan kitab suci al-Qur’an, karena
39
bagaimanapun seandaianya ada hafalan yang lupa pasti santri akan
membuka al-Qur’an kembalai guna memngingat-ingat hafalan yang
sempat lupa.
b. Sulit membedakan ayat yang mirip
Diantara kendala santri untuk memperbaiki hafalan al-
Qur’annya adalah sulitnya membedakan ayat-ayat yang hampir mirip,
karena di dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang hampir sama akan
tetapi sebenarnya ada perbedaan sedikit dalam huruf atau lafadznya.
D. Pelaksanaan Tahfidz al-Qur’an Di Pondok Pesantren Madrosatul
Qur’anil Aziziyah
1. Persyaratan Santri Sebelum Menghafal
Santri di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah
sebelum memulai untuk menghafal terlebih dahulu harus memenuhi
persyaratan yang diberikan oleh pengasuh. Syarat tersebut bertujuan agar
santri di dalam proses menghafal tidak terlalu sulit dan akan menghasilkan
mutu hafalan yang baik. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Izin dari orang tua
b. Menguasai ilmu tajwid
c. Menguasai ilmu musykilat
d. Baik makharij al-hurufnya
e. Khatam al-Qur’an bi al-nadzar
Santri yang belum menguasai ilmu tajwid, musykilat dan belum
baik makharij al-hurufnya akan dibimbing langsung oleh pengasuh
terlebih dahulu dengan belajar kitab yang berhubungan dengan ilmu-ilmu
tersebut, setelah menguasai ilmu-ilmu tersebut santri belajar membaca al-
Qur’an bi al-nadzar dan selanjutnya bisa langsung menghafal al-Qur’an.7
2. Persiapan Menghafal al-Qur’an
Adapun persiapan menghafal al-Quran di PPMQA adalah sebagai
berikut :
7Wawancara dengan kepala pondok putar (Lukman Nur Amin), tanggal 5 Maret 2009.
40
a. Niat yang kuat untuk menghafal al-Qur’an
b. Puasa yang diperintahkan langsung oleh pengasuh
c. Menyiapkan al-Qur’an pojok
d. Target hafalan
e. Waktu (untuk mentakrir hafalan).
3. Pelaksanaan tahfidz al-Qur’an
a. Kegiatan tahfidz al-Qur’an
Pendidikan al-Qur’an merupakan program utama dari
pesantren ini, maka dari itu pondok tersebut menginginkan santri yang
lulus dari pondok tersebut menjadi seorang hafidz yang fasih dalam
bacaan al-Qur’annya. Dari keinginan tersebut pesantren melaksanakan
pentashihan, pentashihan tersebut meliputi tashih makhraj, tashih
huruf, tashih tajwid, dan tashih tahfidz.
Materi tersebut terutama meteri-materi tahfidz dilaksanakan
dalam beberapa kegiatan yaitu :
1) Kegiatan harian
a) Selesai shalat ashar : mengulang hafalan (murajaah)
b) Selesai shalat maghrib : mudarasah sendiri
c) Setelah shalat shubuh : menambah hafalan (setoran)
2) Kegiatan mingguan
a) Hari sabtu jam 9 pagi : Sima’an Qur’an (putri)
b) Setelah shalat jumat : Sima’an Qur’an (putra)
c) Setelah shalat maghrib malam jumat : Kegiatan rutinan
3) Kegiatan bulanan
Setiap hari minggu pertama pada tiap bulannya diadakan
sima’an 30 juz yang dibaca oleh santri secara bergilir. Santri
membaca al-Qur’an bi al-ghaib secara bergilir menurut juz yang
sudah ditentukan oleh sexy pendidikan.
4) Kegiatan tahunan
41
Pada setiap bulan Rajab tanggal 27 dilaksanakan khatmil
Qur’an dan dibacakan al-Qur’an 30 juz bi al-ghaib oleh peserta
khatmil Qur’an dan diteruskan dengan pengajian akbar.
b. Mekanisme menghafal al-Qur’an
Ada beberapa tahapan kegiatan setoran kepada ustadz, yaitu :
1. Meyetorkan halaman baru
Dalam meyetorkan hafalan baru, biasanya santri
menyetorkan hafalan sebanyak satu halaman atau lebih tergantung
pada kemampuan santri yang dilaksanakan setelah shalat subuh.
2. Mengulang hafalan yang telah diperoleh
Hafalan yang telah diperoleh harus didengarkan kembali
kepada ustadz, jumlah hafalan yang diperdengarkan kembali
minimal lima halaman.
c. Cara menghafal al-Qur’an
Sebelum memulai hafalan al-Qur’an, maka terlebih dahulu
para santri memeperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Penggunaan al-Qur’an pojok
2) Yaitu pada setiap halaman diakhiri dengan ayat dan setiap juz
terdapat 20 halaman
3) Upaya membuat target hafalan setiap hari
4) Setiap hari para santri membuat target hafalan, biasanya sebanyak
satu halaman.
5) Memperdengarkan hafalannya
6) Untuk menjaga hafalan maka para santri selalu mendengarkan
hafalannya kepada orang lain, sebelum disetorkan kepada ustadz.
7) Berusaha membenarkan ucapan dan bacaan
Hal ini dilakukan agar dalam membaca al-Qur’an sesuai
dengan kaidah ilmu tajwid, serta fasih dalam membacanya.
d. Metode menghafal al-Qur’an
Dalam mengajarkan menghafal al-Qur’an tidaklah sama dan
semudah mengajarkan pelajaran yang lain. Oleh karena itu digunakan
42
berbagai metode yang tepat sehingga santri akan mempermudah dalam
menghafal al-Qur’an, metode tersebut antara lain :
1) Metode musyafahah (face to face)
Pada prinsipnya metode ini bisa dilakukan dengan tiga,
diantara tiga cara tersebut adalah sebagai berikut :
a) Guru membaca, santri mendengarkan dan sebaliknya
b) Guru membaca dan santri hanya mendengarkan
c) Santri membaca dan guru mendengarkan.
Dari ketiga cara di atas yang sering digunakan dalam
pesantren tersebut adalah cara yang ketiga, yaitu santri membaca
dan guru mendengarkan.
2) Metode resitasi
Guru memberi tugas kepada santri untuk menghafal
beberapa ayat atau halaman sampai hafal betul, kemudian santri
membaca halamannya di muka guru.
3) Metode takrir
Arti takrir adalah mengulang, yaitu santri mengulang-ulang
hafalannya, kemudian membaca hafalannya di hadapan guru.
4) Metode mudarasah
Maksud dari metode ini adalah semua santri menghafal
secara bergantian dan berurutan secara bergantian dan yang lain
mendengarkan atau menyima’nya. Dalam praktiknya mudarasah ini
ada tiga cara :
a) Mudarasah perhalaman (pojokan)
Yaitu santri membaca satu halaman kemudian dilanjutkan
oleh santri lainnya.
b) Mudarasah lembaran
Yaitu santri membaca satu lembar atau dua halaman
kemudian dilanjutkan oleh santri lainnya.
c) Mudarasah perempatan
43
Yaitu setiap santri membaca ¼ (seperempat) juz atau lima
halaman, kemudian diteruskan oleh santri lainnya. Dan apabila
telah lancar bacaannya dapat dilanjutkan mudarasah setengah
juz dan seterusnya.
5) Metode tes
Metode ini digunakan untuk mengetahui ketepatan dan
kelancaran hafalan santri dengan menyetor juz tertentu kepada
seorang guru atau yang ditunjuk sebagai tim penyima’ atau penguji.
4. Upaya Meningkatkan Jaudah Tahfidz al-Qur’an
Hafalan al-Qur’an tentunya tidak mudah, karena sesungguhnya
hafalan al-Qur’an itu mudah, akan tetapi mudah pula untuk lepas hafalan
itu. Oleh karena itu di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah ada
cara-cara untuk meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an, terutama dari pihak
pengasuh/ustadz, karena ustadz sebagai pihak yang paling berperan dalam
aktivitas menghafal al-Qur’an. Akan tetapi bukan hanya ustadz saja yang
menjadikan hafalan tersebut kuat, santri sendiri juga sangat berperan
dalam membentuk hafalan al-Qur’an yang kuat. Adapun upaya-upaya
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an oleh pengasuh / ustadz
1) Tes tajwid dan makharij al-huruf.
Sebelum santri memulai proses penghafalan al-Qur’an,
terlebih dahulu santri dites ilmu tajwidnya dan makhorijul
khurufnya. Upaya ini dilakuakan agar di dalam melafadzkan bacaan
al-Qur’an bisa benar dan fasih dalam pengucapannya.
2) Mewajibkan memakai mushaf khusus (al-Qur’an pojok)
Hal ini sangat penting dilakukan oleh penghafal al-Qur’an,
karena dengan digunakannya Qur’an pojok akan mempermudah si
penghafal mengingat ayat selanjutnya pada halaman berikutnya.
3) Mengadakan muraja’ah
Ustadz mengadakan muraja’ah, yaitu untuk menyetorkan
hafalannya yang sudah disetorkan kepada pengasuh. Dalam
44
mengulang hafalan minimal 5 halaman dan maksimal satu juz atau
20 halam. Hal ini bertujuan untuk memperlancar hafalan.
4) Mengadakan tes / sima’an mingguan
Sima’an ini dilaksanakan guna memperlancar hafalan juga
untuk meneliti bagian hafalan yang salah dan hafalan yang belum
lancar, sehingga dari kesalahan itu akan mudah diperbaiki santri
menjadi benar dan lancar.
5) Mengadakan sima’an 30 juz setiap bulan
Kegiatan ini rutin setiap bulan diadakan, biasanya setiap
santri dapat bagian sendiri-sendiri guna menghafal al-Qur’an dan di
simak oleh para santri lainnya. Kegiatan ini berguna untuk
meningkatkan hafalan dan mempertebal mental dalam membaca al-
Qur’an pakai pengeras suara dan disimak orang banyak.
6) Pada waktu setoran, bacaan wajib pelan dalam membaca
Membaca al-Qur’an dengan pelan termasuk usaha untuk
memperkuat hafalan, karena dengan membaca seperti itu akan
memepermudah penyimak dalam meneliti bacaannya, sehingga
santri akan mudah dalam mengingat huruh-huruf yang keliru.
7) Mewajibkan mudarasah pada jadwal yang ditentukan
Kegiatan ini dilakukan setiap shalat maghrib. Tujuan
kegiatan ini untuk memperlancar bacaan.
8) Mentakrir dalam shalat tarawih
Setiap bulan ramadhan para santri melaksanakan shalat
tarawi secara berjamaah. Dalam shalat tarawih tersebut bacaan
suratnya dimulai dari surat al-Baqarah sampai khatam. Biasanya
setiap malam dibaca sampai satu setengah juz, sehingga pada hari
ke-20 ramadhan sudah khatam 30 juz. Setiap malamnya imam
dikasih giliran.
9) Memperbolehkan mengikuti lomba hafalan al-Qur’an
45
Pengasuh memperbolehkan santrinya untuk mengikuti
lomba hafalan al-Qur’an, karena dengan mengikuti lomba hafalan
santri akan selalu dijaga kelancaran hafalannya dan kefasihannya.
10) Mengajak sima’an al-Qur’an pada acara di luar pondok
Kegiatan sima’an ini dilaksanakan pada waktu-waktu
tertentu di luar pondok, biasanya seorang warga yang masih
mempunyai hajat seperti pernikahan atau khitanan meminta kepada
penagasuh pondok untuk membacakan al-Qur’an bi al-ghaib
bersama para santrinya. Kegiatan ini sangat berguna sekali bagi
santri untuk memperlancar hafalannya.
11) Mewajibkan sekolah diniyah kecuali para ustadz
Salah satu materi dari sekolah diniyah ini adalah nahwu
shorof. Nahwu sharaf sangat penting untuk dikuasi, karena bisa
mempermudah santri untuk membedakan syakal al-Qur’an, seperti
fathah, kasrah dan dhamah.
12) Mengadakan do’a bersama
Do’a bersama ini dilaksanakan setiap seminggu sekali di
aula pondok putra lantai dua setelah shalat subuh hari jum’at yang
dipimpin oleh pengasuh pondok pesantren, sebelum berdo’a terlebih
dahulu melaksanakan dzikir bersama yang berisi bacaan istghfar,
tahmid, tahlil, dan takbir. Kegiatan ini bertujuan untuk memohon
kepada Allah agar semua hajat para santri bisa terkabul, khususnya
hajat dalam hal menghafal Qur’an agar diberi kemudahan,
kelancaran, dan istiqamah dalam mentadarusnya serta mengamalkan
isi al-Qur’an.
a. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an oleh santri
Untuk meningkatkan mutu hafalan tidak hanya pengasuh atau
ustadz yang mempunyai peran penting, tetapi santri juga menentukan
bagaimana mutu hafalan al-Qur’annya. Berikut ini adalah upaya
peningkatan mutu hafalan yang dilakukan oleh santri PPMQA.
1) Sikap semangat dan niat yang ikhlas
46
Sikap semangat dan niat yang ikhlas adalah modal yang
paling utama untuk menggapai cita-cita hafalan yang kuat, karena
tanpa sikap tersebut proses hafalan dan peningkatan hafalannya akan
kurang maksimal.
2) Kontinyu dalam bertakrir
Maksud dari kontinyu adalah ketetapannya di dalam
mentadarus al-Qur’an. Walaupun sedikit dalam mentadarus al-
Qur’an akan tetapi apabila di dalam bertadarus selalu istiqamah
hasilnya pasti akan kelihatan. Yang dimaksud dengan istiqamah
adalah konsisten, yaitu tetap menjaga keajekan dalam menghafal al-
Qur’an. Dengan perkataan lain penghafal harus senantiasa menjaga
kontinuitas dan efisiensi terhadap waktu. Biasanya santri mentakrir
hafalannya setiap habis shalat fardu kecuali setelah shalat subuh,
karena setelah shalat subuh mempersiapkan setoran hafalan yang
baru.
3) Sima’an atau takrir dengan teman
Santri di dalam meningkatkan kelancaran hafalan saling
menyimak antara santri satu dengan santri lainnya, hal ini bermaksud
untuk saling meneliti kalau ada bacaan yang salah atau kurangnya
kelancaran di dalam membaca.
4) Takrir di dalam shalat
Ada beberapa santri yang di dalam usahanya untuk
meningkatkan ketajaman hafalannya dengan bertakrir di dalam
shalat, biasanya dilakukan didalm waktu shalat sunah malam, yaitu
shalat tahajud.
5) Tanya jawab atau tebak-tebakan ayat
Tanya jawab disini biasanya dilakukan oleh dua santri atau
lebih, santri satu memberikan pertanyaan kepada santri lainnya untuk
menebak surat apa dan juz berapa, terus santri yang diberi
pertayanyaan menjawab dan membunyikan ayatnya. Hal ini sangat
47
berguna sekali pada ketajaman hafalan, karena santri selalu berfikir
dan penasaran dengan ayat yang dipertanyakan.
6) Berusaha membaca al-Qur’an dengan tartil
Santri berusaha bermudarasah dengan tartil atau pelan,
karena dengan membaca dengan pelan akan mudah meneliti
bacaannya sendiri.
7) Berusaha mudarasah dengan suara lantang
Disamping membaca dengan tartil atau pelan, santri juga
membaca dengan suara yang keras, fungsi ini sama dengan membaca
dengan tartil, yaitu mempermudah meneliti yang sedang dibaca.
8) Istirahat yang teratur
Istirahat adalah hal yang penting bagi para penghafal al-
Qur’an, karena dengan istirahat yang teratur akan memepermudah
santri dalam proses menghafal dan memeliharanya. Dengan energi
yang fit otak juga akan bekerja dengan maksimal, oleh karena itu
istirahat hal yang tidak boleh disepelekan oleh para penghafal al-
Qur’an.
9) Berdo’a
Seorang penghafal al-Qur’an pasti akan mendambakan
hafalan yang kuat, disamping berusaha di dalam meningkatkan mutu
hafalannya dengan perbuatan, santri juga berdo’a kepada Tuhan sang
pencipta, santri berharap agar di dalam hafalannya terjaga dengan
baik dan bisa mentadarus al-Qur’an dengan istiqamah. Allah berjanji
barang siapa yang berdo’a kepada-Nya, niscaya Allah akan
mengabulkan do’a itu.8
5. Evaluasi Tahfidz al-Qur’an
Evaluasi mutlak dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
santri telah berkembang, tidak hanya dari hafalan santri, tetapi juga
8Wawancara dengan santri PPMQA, tanggal 6 Maret 2009.
48
berilaku sehari-hari santri. Evaluasi di pondok ini antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Tes formatif
Tes ini berupa mudarasah mingguan atau sima’an mingguan
yang dilaksanakan pada hari Jum’at setelah shalat Jum’at Tes ini
berfungsi untuk mengulang yang telah diperoleh santri dan sima’ oleh
para santri yang bertugas untuk meneliti bacaannya. Mengulang hafalan
juga dilakukan setiap selesai shalat ashar kecuali hari Jum’at dihadapan
ustadz muraja’ah.
c. Tes sumatif
Tes ini dilaksanakan apabila seorang santri akan mengikuti
khataman al-Qur’an, tes ini dilakukan dengan cara santri tersebut
disima’ (diperdengarkan bacaan) keseluruhan dari juz 1 sampai juz 30
oleh masyarakat setempat dan dewan penguji dalam waktu satu hari.9
9Ibid
49
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN TAHFIDZ AL-QUR’AN DAN UPAYA
MENINGKATKAN JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN
A. Analisis Tentang Pelaksanaan Tahfidz Al-Quran di Pondok Pesantren
Madrosatul Qur’anil Aziziyah
Setelah dipaparkan data hasil penelitian pada Bab III, maka tiba
saatnya penulis ingin memberikan analisis pelaksanaan hafalan al-Qur’an di
Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah. Bentuk penelitian ini adalah
menggunakan deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Data yang berasal
dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokumen dan sebagainya kemudian
dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau
realitas.
Sebelum menganalisis, penulis terlebih dahulu akan memaparkan
tentang pelaksanaan hafalan al-Qur'an pondok pesantren itu sendiri.
Pelaksanaan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah manajemen.
sebuah pondok pesantren tidak akan berjalan tanpa adanya pelaksanaan dari
rencana program-program yang menjadi tujuan pondok pesantren.
Pondok Pesantren Madrosatul Qur'anil Aziziyah adalah sebuah
pesantren yang bertujuan mencetak para santri menjadi hafidz dan hafidzah
hingga mampu menghafal al-Qur'an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid,
menghayati dan mengamalkan ajaran al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.
Dari data bab III penulis dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan
hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah, dari
data tersebut penulis akan menganalisa pelaksanaan hafalan al-Qur'an di
Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah.
1. Metode tahfidz al-Qur'an
Proses menghafal al-Qur’an pada pondok pesantren ini dilakukan
dengan proses menghafal terlebih dahulu walaupun kadang ada santri yang
belum mengetahui seluk beluk ulumul Qur’an, gaya bahasa atau makna
50
terkandung di dalamnya. Penghafal mengandalkan kecermatan,
memperhatikan bunyi ayat-ayat yang hendak dihafalkan. Artinya asal
sudah bisa membaca dengan baik sesuai dengan tajwid mulailah ia
menghafal al-Qur’an. Proses hafalan seperti ini harus langsung bertatap
muka dengan guru.
Seorang guru mempunyai peranan penting, antara lain :
a. Sebagai penjaga kemurnian al-Qur’an
b. Sebagai sanad yang menyambungkan mata rantai sanad hingga
bersambung kepada Rasulullah saw
c. Menjaga dan mengembangkan minat menghafal santri
d. Sebagai pentashih hafalan
e. Mengikuti dan mengevaluasi perkembangan hafalan santri.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses menghafal santri
adalah penggunaan metode hafalan yang tepat. Di pesantren tersebut
metode yang digunakan antara lain : metode mushafahah, metode resitasi,
metode takrir, metode mudarrasah, dan metode tes.
Kelima metode tersebut sebenarnya memberikan kesempatan
kepada santri untuk mengulang hafalan yang telah diperolehnya. Karena
untuk melekatkan hafalan perlu pengulangan yang cukup banyak. Khusus
metode resitasi memberikan kesempatan kepada santri yang mempunyai
kemampuan lebih untuk cepat khatam hafalannya.
2. Kegiatan tahfidz al-Qur'an
Keterampilan mengatur waktu adalah hal yang sangat penting
bagi para penghafal, kerena disiplin waktu merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam menghafal al-Qur’an. Adapun pengaturan waktu untuk
menghafal al-Qur’an ditetapkan oleh pondok pesantren. Pengaturan ini
bertujuan untuk menjaga suasana yang kondusif agar para santri memiliki
disiplin dalam menghafal al-Qur’an. Adapun waktu kegiatan menghafal al-
Qur’an di PPMQA adalah sebagai berikut :
Selesai shalat ashar : mengulang hafalan (dengan guru)
Selesai shalat maghrib : mengulang hafalan (sendiri)
51
Selesai shalat subuh : menambah hafalan (dengan guru)
Waktu-waktu yang ditetapkan di atas sesuai dengan waktu-waktu
yang dianggap sesuai dan baik untuk menghafal al-Qur’an. Menurut Ahsin
W. al-Hafidz, waktu yang baik untuk kegiatan menghafal al-Qur’an adalah
sebagai berikut :
a. Waktu sebelum terbit fajar
b. Sebelum fajar hingga terbitnya matahari
c. Setelah bangun tidur
d. Setelah shalat
e. Waktu diantara maghrib dan isya’
Menurut penulis, bahwa dua waktu dalam kegiatan menghafal
santri PPMQA sudah cukup baik, yaitu setoran hafalan pada waktu pagi
(setelah subuh) dan untuk mengulang hafalan pada sore hari (setelah
ashar). Kedua waktu tersebut baik untuk kegiatan menghafal al-Qur'an,
alasan pertama, karena pada waktu pagi pikiran masih fresh atau belum
ada kegiatan-kegiatan yang akan dipikirkan, sehingga dalam proses
menghafal akan lebih fokus dan hafalan akan mudah diingat dalam otak.
Kedua, setelah shalat ashar, wakktu itu juga cukup baik untuk kegiatan
menghafal al-Qur'an, karena di PPMQA ada waktu qailulah (istirahat
siang), berarti pada waktu setelah ashar santri cukup bugar dan fit untuk
menghafal al-Qur'an atau mengulang hafalan.
Menurut penulis, dari waktu kelima di atas, tidak berarti bahwa
selain waktu tersebut tidak baik untuk menghafal al-Qur’an, yang paling
penting setiap waktu yang mendorong munculnya ketenangan dan
terciptanya konsentrasi adalah baik untuk menghafal. Semua waktu di atas
juga tidak akan efektif juga tidak dibarengi dengan sikap niat ikhlas dan
istiqamah santri dalam menghafal al-Qur'an, karena istiqamah dalam
menghafal al-Qur'an merupakan salah satu syarat utama dalam meraih
kesuksesan menghafal al-Qur'an. Pendapat ini juga dikatakan oleh
Sa'dulloh yang juga merupakan ahlu al-Qur'an. menurut beliau syarat-
syarat menghafal al-Qur'an adalan sebagai berikut :
52
a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori,
atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan
mengganggunya.
b. Niat yang ikhlas.
c. Merasakan keagungan al-Qur’an.
d. Istiqamah
f. Izin dari orang tua, wali atau suami.
g. Mampu membaca dengan baik.
3. Evaluasi tahfidz al-Qur'an
Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan santri
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan di dalam sebuah program.
Evaluasi sangat penting dilaksanakan, karena dengan evaluasi dapat
diketahui apakah tujuan belajar yang telah ditentukan dapat tercapai
dengan baik atau tidak.
Pelaksanaan evaluasi di PPMQA menggunakan dua macam tes,
yaitu tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif dan tes sumatif adalah hal
yang harus dilakukan dalam pembelajaran (hafalaan al-Qur’an), karena
sesungguhnya menghafal al-Qur’an memerlukan ketelitian yang sangat
teliti di dalam bacaannya, baik dari segi tajwid, makhraj, dan
ketartilannya. Dari berdirinya PPMQA sampai tahun sekarang pesantren
tersebut sudah mencetak hafidz yang cukup banyak, hampir setiap tahun
dari tahun 1993 pesantren tersebut mewisudakan seorang hafidz, akan
tetapi penulis hanya menemukan data jumlah santri yang telah khatam al-
Qur’an bi al-ghaib dari tahun 2003/2004 sampai 2008/2009. Adapun data
tersebut adalah sebagai berikut :
No Tahun Khatam bi al-ghaib
1 2003/2004 8 santri
2 2004/2005 6santri
3 2005/2006 5 santri
53
4 2006/2007 7santri
5 2007/2008 4 santri
6 2008/2009 4 santri
Jumlah 34 santri
Melihat fakta di atas dapat diketahui keseriusan PPMQA dalam
membina dan mencetak hafidz Qur’an serta mengupayakan mutu hafalan
al-Qur’an santri agar menjadi lebih baik. Dari jumlah khataman yang ada
di atas membuktikan bahwa pesantren tersebut tidak menitik beratkan pada
banyknya atau kecepatan hafalan santri untuk mengkhatamkan al-Qur’an,
akan tetapi pesantren tersebut menitikberatkan pada mutu hafalan al-
Qur’an yang baik, sesuai dengan tujuan berdirinya pesantren.
B. Analisis Tentang Upaya Meningkatkan Jaudah Tahfidz Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah
Setelah melihat dari pelaksanaan hafalan al-Qur’an di PPMQA,
langkah selanjutnya penulis akan menganalisis tentang upaya meningkatkan
jaudah tahfidz al-Qur’an di PPMQA. sebelum penulis menganalisis jaudah
tahfidz al-Qur’an, terlebih dahulu penulis memaparkan jaudah tahfidz al-
Qur’an santri PPMQA, yaitu hafalan al-Qur’an santri PPMQA ada kelebihan
dan kekurangannya. Kelebihannya antara lain tajwidnya, ketartilannya, dan
makharij hurufnya, sedangkan kekurangannya antara lain lupa dan sulit
membedakan ayat-ayat yang mirip.
Tidak dapat dipungkuri lagi bahwa menghafal al-Qur’an bukanlah
pekerjaan yang mudah, butuh kesabaran, ketekunan dan juga waktu khusus.
Seseorang yang memutuskan menghafal al-Qur’an secara tidak langsung dia
telah berjanji kepada dirinya dan juga kepada Allah untuk menjalankan hidup
sesuai dengan ajaran-ajaran al-Qur’an.
Untuk meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an di Pondok Pesantren
Madrosatul Qur’anil Aziziyyah tersebut, maka dari pihak ustadz atau
pengasuh memberikan cara-cara terbaik untuk meningkatkan jaudah tahfidz
54
al-Qu’ran, karena dari pihak ustadz atau pengasuh yang mempunyai peran
secara langsung dalam aktivitas menghafal al-Qur’an para santri. Hal ini
disebabkan perhatian para ustadz atau pengasuh pada santri yang bisa
mendorong untuk meningkatkan semangat para santri dalam menghafal al-
Qur’an maupun dalam menjaganya. Akan tetapi baik buruknya hafalan al-
Qur’an tergantung pada diri santri, karena menghafal al-Qur’an kalau tidak
dibarengi dengan semangat yang tinggi maka hasil hafalannya akan kurang
maksimal, sebaliknya kalau menghafal al-Qur’an dibarengi dengan semengat
yang tinggi, maka hasil hafalan al-Qur’annya akan maksimal. Adapun
pelaksanaan peningkatan mutu hafalan al-Qur’an di PPMQA adalah sebagai
berikut :
1. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an oleh pengasuh/ustadz.
Di dalam PPMQA ada beberapa cara untuk menimgkatkan mutu
hafalan al-Qur’an yang dilakukan oleh pengasuh/ustadz, diantaranya
adalah dengan berupa tes tajwid dan makharij al-huruf sebelum proses
menghafal al-Qur’an, setoraran hafalan baru setiap setelah shalat subuh,
mewajibkan menggunakan al-Qur’an pojok, mengadakan muraja’ah setiap
setelah shalat ashar, mengadakan jam wajib takrir sendiri setiap setelah
shalat maghrib, mengadakan tes / sima’an mingguan, mengadakan
sima’an 30 juz setiap bulan, pada waktu setoran hafalan al-Qur’an, bacaan
wajib pelan dalam membaca, mewajibkan tadarus al-Qur’an pada jadwal
yang ditentukan, mengadakan sekolah diniyah, memperbolehkan
mengikuti lomba hafalan al-Qur’an, mengajak sima’an al-Qur’an pada
acara di luar pondok, dan mengadakan do’a bersama.
Dari cara-cara untuk meningkatkan mutu hafalan al-Qur'an di
atas bisa dikatakan sesuai dengan teori bab II, cara-cara tersebut antara
lain sebagai berikut : Takhmis al-Qur’an, yaitu mengkhatamkan al-Qur’an
setiap lima hari sekali. Tasbi’ al-Qur’an, maksudnya adalah
mengkhatamkan al-Qur’an setiap seminggu sekali, mengkhatamkan setiap
10 hari sekali, mengkhususkan dan mengulang-ulang (mengkhususkan
satu juz dan mengulang-ulangnya selama seminggu), sambil melakukan
55
murajaah secara umum, mengkhatamkan murajaah hafalan al-Qur’an
setiap sebulan sekali, takrir dalam shalat, konsentrasi melakukan murajaah
terhadap lima juz terlebih dahulu dan mengulang-ulangnya pada waktu
yang ditentukan, takrir sendiri, takrir bersama, takrir dihadapan guru, takrir
dalam shalat. Juga sesuai dengan strategi untuk menghafal al-Qur’an yang
fungsinya juga untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an.
Semua upaya-upaya di atas sudah sesuai dengan kebutuh santri
yang hafalannya masih ada kekurangannya. Upaya meningkatkan jaudah
tahfidz al-Qur’an di atas juga sesuai dengan tujuan untuk membentuk
hafalan al-Qur’an yang berkualitas, karena hafalan al-Qur'an tidak hanya
sebatas lancar bacaannya, akan tetapi ilmu tajwid, kefasihan, ketartilan,
dan memperbagus makhariju al-hurufnya sangat penting dalam menghafal
al-Qur'an. Seperti dikatakan oleh Ibnu Al-Jauzi dalam syairnya (At-
Tayyibah fi al-Qira’ah al-Asyr) : “menggunakan tajwid adalah ketentuan
yang lazim, barang siapa yang mengabaikan maka ia berdosa”. Allah juga
berfirman pada dalam al-Qur'an surat Al-Muzamil ayat 4 :
⌧ "atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan." (QS : Al-Muzamil : 4)1 Allah juga berfirman dalam al-Qur’an al-Karim :
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (QS : Al-Qiyamah : 16)2
Menurut penulis, dari semua peningkatan mutu hafalan di atas
dititikberatkan pada keistiqamahannya dalam mentakrir hafalan al-Qur’an,
1Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Toha Putra, t. th) hlm
391. 2Departemen Agama RI, Op-Cit, hlm 437
56
upaya tersebut juga sama sebagaimana yang dijelaskan oleh Amjad Qosim
dan Sa’dulloh yang juga merupakan ahlu al-Qur’an, bahwa upaya
peningkatan mutu hafalan sesungguhnya adalah bagaimana banyaknya
seorang penghafal al-Qur’an tersebut dalam mentakrir hafalan al-
Qur’annya. Adapun upaya-upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur’an
menurut beliau adalah sebagai berikut :
a. Takhmis al-Qur’an, yaitu mengkhatamkan al-Qur’an setiap lima hari
sekali.
b. Tasbi’ al-Qur’an, maksudnya adalah mengkhatamkan al-Qur’an setiap
seminggu sekali.
c. Mengkhatamkan setiap 10 hari sekali.
d. Mengkhususkan dan mengulang-ulang 9mengkhususkan satu juz dan
mengulang-ulangnya selama seminggu), sambil melakukan murajaah
secara umum.
e. Mengkhatamkan murajaah hafalan al-Qur’an setiap sebulan sekali.
f. Takrir dalam shalat.
g. konsentrasi melakukan murajaah terhadap lima juz terlebuih dahulu
dan mengulan-ulangnya pada waktu yang ditentukan.
Adapun cara untuk memelihara hafalan atau meningkatkan mutu
hafalan al-Qur’an menurut Sa’dulloh adalah sebagai berikut :
a. Cara memelihara hafalan bagi yang belum khatam 30 juz
1) Takrir sendiri
2) Takrir dalam shalat
3) Takrir bersama
4) Takrir dihadapan guru
b. Cara memelihara hafalan bagi yang sudah khatam 30 juz
1) Istiqamah takrir al-Qur’an di dalam shalat
2) Istiqamah takrir al-Qur’an di luar shalat
Adapun takaran dalam takrir tersebut adalah sebagai berikut
menurut kemampuannya :
a. Khatam seminggu sekali
57
b. Khatam 2 (dua) minggu sekali
c. Khatam sebulan sekali
Selain itu penghafal al-Qur’an harus sering mengikuti
kegiatan sebagai berikut :
a. Sering mengikuti acara sima’an
b. Mengikuti perlombaan musabaqah hifdzi al- Qur’an
Dari semua peningkatan mutu hafalan al-Qur’an yang dilakukan
oleh pengasuh memang sangat berpengaruh sekali terhadap mutu hafalan
al-Qur’an santri, akan tetapi dari semua peningkatan di atas belum
sepenuhnya menuju ketujuan pondok pesantren tersebut terutama tujuan
dalam menghayati dan mengamalakan isi al-Qur’an, karena di dalam
pesantren tersebut tidak ada pengajian tafsir al-Qur’an yang notabene
untuk menghayati isi al-Quran dan jalan untuk menuju mengamalkan isi-
isi al-Qur’an, karena bagaimana mungkin mengamalkan keseluruhan isi al-
Qur’an kalau tidak mengerti isi al-Qur’an itu sendiri. Berarti di pondok
pesantren tersebut berarti dititikberatkan pada kelancaran hafalan al-
Qur’an saja, akan tetapi usaha agar santri mengerti dan mengamalkan isi
al-Quran belum terlakasana.
Penulis menambahi, berhasil atau tidaknya upaya peningkatan
hafalan al-Qur'an di atas tergantung pada bagaimana kedisiplinan santri
itu sendiri didalam melaksanakan upaya peningkatan mutu hafalan al-
Qur'an yang diberikan oleh pengasuh/ustadz.
Dengan adanya upaya-upaya yang ditawarkan dari para ustadz
atau pengasuh , diharapkan mutu hafalan al-Qur’an bisa meningkat.
Sebagai santri yang sedang menghafal al-Qur’an atau menjaga hafalannya
harus sabar dan tabah serta semangat dalam menghadapi semua masalah
yang sekiranya dapat mengganggu konsentrasi menghafal al-Qur’an dan
menjaganya. Tetapi, asalkan santri tersebut rajin dalam tadarus al-Qur’an,
banyak berdo’a, semangat, dan berpikir positif insya Allah apa yang
hendak capai dan raih akan berhasil dan dipermudah dalam meraih
keberhasilan dalam menghafal al-Qur’an yang mutqin.
58
2. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an oleh santri.
Upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur'an oleh santri yang
berupa sikap semangat dan niat yang ikhlas, kontinyu dalam bertakrir,
sima’an atau takrir dengan teman pondok, takrir di dalam shalat, tanya
jawab atau tebak-tebakan ayat, berusaha tadarus dengan bacaan yang tartil
dan pelan, berusaha tadarus dengan suara yang keras, istirahat yang
teratur, dan berdo’a.
Menurut penulis, upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an
yang dilakukan oleh santri sendiri merupakan kepandaian dari masing-
masing santri didalam membagi waktu dan cerdik dalam mensetrategi agar
mutu hafalan al-Qur'annya akan menjadi baik dan melekat pada otak,
sehingga hafalannya tidak akan mudah lupa dalam ingatan. Penulis juga
berpendapat bahwa hal yang paling penting dalam memelihara hafalan al-
Quran santri adalah memperbanyak mengulang (mentakrir) dan
keistiqamahannya dalam menghafal al-Qur’an.
Penulis juga menganalisa bahwa santri di pesantren tersebut
belum bisa menghayati isi-isi al-Qur’an, karena di dalam pesantren
tersebut santri hanya menghafal teks al-Qur’an tidak sampai menghayati
isinya, hal tersebut dikarenakan di pesantren tersebut belum ada pengajian
yang bisa menghayati isi ayat-ayat al-Qur’an yaitu tafsir al-Qur’an, santri
hanya bisa melihat terjemah al-Qur’an yang penjelasan isi ayatnya yang
masih kurang dimengerti.
Setelah menganalisis pelaksanaan hafalan al-Qur’an dan upaya-
upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an yang dilakukan oleh
pengasuh/ustadz maupun oleh santri Pondok Pesantren Madrosatul
Qur’anil Aziziyah, penulis dapat mengatakan bahwa pelaksanaan hafalan
al-Qur’ann serta upaya-upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur’an yang
dilakukan oleh pengasuh/ustadz maupun santri PPMQA yang bertujuan
untuk meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai oleh pihak pengasuh atau dari pihak pesantren, yaitu
mencetak seorang penghafal al-Qur’an yang berkualitas. Jadi dengan
59
adanya pelaksanaan hafalan al-Qur’an di PPMQA cukup baik untuk
dicontoh lembaga tahfidz lainnya. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-
Qur’an yang dilakukan oleh pengasuh/ustadz serta santri juga sangat
membantu santri dalam meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasrkan hasil penelitian penulis skripsi dengan judul
peningkatan mutu hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrosatul
Qur’anil Aziziyah Bringin Ngaliyan tahun 2008/2009, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan tahfidz al-Qur’an di PPMQA tahun 2008/2009 sudah sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak pengasuh, yaitu
membentuk seorang hafidz yang berkualitas, mulai dari kegiatan
menghafal al-Qur’an, mekanisme menghafal al-Qur’an, cara menghafal,
metode menghafal al-Qur’an, sampai evaluasi dalam menghafal al-Qur’an.
Waktu kegiatan menghafal al-Qur’an di PPMQA adalah
sebagai berikut : selesai shalat ashar untuk mengulang hafalan
(muraja’ah), selesai shalat maghrib untuk mudarrasah sendiri, setelah
shalat shubuh untuk menambah hafalan (setoran).
Ada beberapa cara menghafal al-Qur’an di PPMQA, antara lain
: penggunaan al-Qur’an pojok, upaya membuat target hafalan setiap hari,
memperdengarkan hafalannya, berusaha membenarkan ucapan dan bacaan
Metode yang digunakan antara lain : metode musyafahah (face
to face), metode resitasi, metode takrir, metode mudarrosah, dan metode
tes. Semua metode tersebut memberi kesempatan pada santri untuk
mengulang hafalan yang telah diperoleh.
Pelaksanaan evalusai di PPMQA menggunakan dua macam
tes, yaitu tes formatif dan tes sumatif, selain itu tekhnik non tes juga
dilakukan, yaitu wawancara dan pengamatan.
2. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an di PPMQA
Upaya meningkatkan jaudah tahfidz di PPMQA dilakukan oleh
pengasuh/ustadz dan oleh santri itu sendiri. Pertama, oleh pengasuh/ustadz
antara lain : tes tajwid dan makharijul hurufnya, mewajibkan memakai
61
Qur’an pojok, mengadakan muroja’ah, mengadakan tes / sima’an
mingguan, mengadakan sima’an 30 juz setiap bulan, pada waktu setoran,
bacaan wajib tartil / pelan dalam membaca, mewajibkan mudarrosah pada
jadwal yang ditentukan, memperbolehkan mengikuti lomba hafalan al-
Qur’an, mengajak sima’an al-Qur’an pada acara di luar pondok,
mewajibkan sekolah diniyah kecuali para ustadz, mengadakan do’a
bersama. Kedua oleh santri, antara lain : sikap semangat dan niat yang
ikhlas, kontinyu dalam bertakrir, sima’an atau takrir dengan teman pondok,
takrir di dalam shalat, tanya jawab atau tebak-tebakan ayat, berusaha
mudarrosah dengan tartil / pelan, berusaha mudarrosah dengan suara yang
keras, istirahat yang teratur, dan berdo’a.
B. Saran
Berdasrkan hasil kajian teori dan penelitian di lapangan, ada
beberapa saran yang dapat dikemukakan menyangkut penelitian yang penulis
lakukan, yaitu :
1. Untuk meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an di Pondok Pesantren
Madrosatul Qur’anil Aziziyah hendaknya ustadz muraja’ah harus lebih
meningkatkan tugasya, baik dalam keaktifannya maupun didalam
meneliti bacaan sipenyetor hafalan, karena disamping pengasuh pondok,
ustadz muraja’ah sangat berperan dalam menjadikan kualitas hafalan
santri agar menjadi lebih baik terutama pada kelancarannya, karena
penulis berpendapat bahwa memelihara lebih berat dari pada membuat
hafalan baru.
2. Untuk meningkatkan jaudah tahfidz santri, hendaknya si santri tidak
mengandalkan kegiatan yang ada dalam pesantren, akan tetapi santri
harus pintar dalam mensiasati agar hafalan al-Qur’annya akan lebih baik
dan berkualitas.
62
C. Penutup
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, skripsi ini selesai disusun. Berkat izin
dan ridlha Allah penulisannya dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Karena tiada
gading yang tak retak, sebab itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
sangat saya harapkan. Semoga karya ini bermanfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Nawabudin, Abdurrab, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung : Sinar Baru, 1991), Cet.1.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Toha Putra, t. th) hlm 391.
Muhammad, Ahsin Sakho, Kiat-Kiat Menghafal Al-Qur’an, (Jawa Barat : Badan Koordinasi TKQ-TPQ-TQA, t.th).
Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000).
Al-Lahim, Khalid bin Abdul Karim, Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an, (Surakarta : Daar An-Naba’, 2008).
Abdul Rauf, Abdul Aziz, Kiat Sukses menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2004), Cet. 4.
As-Sirjani, Raghib, Cara Cerdas Hafal Al-Qur'an, (Solo : Aqwam, 2007), Cet. 1.
Qori, M. Taqiyul Islam, Cara Mudah Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Gema Insani, 1998).
Zenha, Muhaimin Wasit, Pedoman Pembinaan Tahfizdul Qur’an, (Jakarta : Proyek Penerangan, Bimbingan dan Da’wah/Khubah Agama Islam Pusat Ditjen Bimas Islam dan Urusan Hají Depag RI, 1982).
Ar-Rasyid, Haya, Keajaiban Belajar Al-Qur’an, (Solo : Al-Qowam, 2007).
Hasan, Menghafal al-Qur’an Itu Mudah, (Jakarta : At-Tazkia, 2008).
Partanto, Pius, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya : Arkola, t.th)
Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990), Cet. 8.
Syadali, Ahmad, Ulumul Quran, (Bandung : PT Pustaaka Setia, 1997).
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997).
Hasan, M. Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), Cet. 12.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali, 1987).
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Cet. VII, (Jakarta : Sarasin, 1996).
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996), Cet. 7.
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001).
Abdu al-Rabb Nawabudin, Metode Efektif Menghafal al-Qur’an, (Jakarta : CV Tri Daya Inti, 1988).
Adnan Mahmud Hamid Laonso, Ulumul Qur’an, (Jakarta : Restu Ilahi,2005).
Caesar E. Farah, Islam Belief and Observances, (Amerika : Barron’s education Series, 1987).
Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2004).
Fadhal A. R, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Mekar, 2004).
Muhammad, Al Imam Abi Abdilah bin Isma’il bin Ibrahim bin Mughirah bin Bard Dzabah al-Bukhari al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Jus V, (Singapura : Sulaiman Mara’i, t.th), Hlm, 323.
M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal al-Qur’an, (Jakarta : Gema, 1998).
Muslim, Imam, Shahih Muslim, (Singapura : Sulaiman Mara’I, t.th), Juz 1, hlm, 321.
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993).
Abdul Muhsin, Kunci-Kunci Surga, (Solo : Aqwam, 2007), Mujamil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Erlangga, 1995).
Amjad Qosim, Hafal al-Qur’an Dalam Sebulan, (Solo, Qiblat Press, 2008).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : BAHRUDIN Tmpt/Tgl. Lahir : Pemalang, 18 Mei 1985 Alamat Asal : Ujunggede RT 04/07 Ampelgading Pemalang A. Jenjang Pendidikan
1. Pendidikan Formal a. SDN 2 Ujunggede Kecamatan Ampelgading lulus Tahun 1999 b. SMP Negeri 2 Comal Pemalang lulus tahun 2002 c. MAN 2 Pekalongan Lulus 2004 d. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang lulus tahun 2009
2. Pendidikan Non Formal a. MDA Nurul Islam Ujunggede Ampelagading Pemalang b. Pondok Pesantren Raudhatul Athfal Pekalongan c. Pondok pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah Semarang
B. Pengalaman Organisasi
a. PMI Walisongo b. PMII Rayon Tarbiyah c. WSC d. Ikatan Alumni Pon-Pes Ribatul Muta’alimin Pekalongan
Semarang, 6 Desember 2009 Hormat saya
BAHRUDIN 3104164