80
i DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI HAFIDZ DI PONDOK PESANTREN MADROSATUL QUR’ANIL AZIZIYAH BRINGIN NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2008/2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Ilmu Tarbiyah Oleh : BAHRUDIN NIM :3104164 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009

DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

i

DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI HAFIDZ DI

PONDOK PESANTREN MADROSATUL QUR’ANIL AZIZIYAH

BRINGIN NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2008/2009

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Ilmu Tarbiyah

Oleh :

BAHRUDIN NIM :3104164

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2009

Page 2: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

ii

ABSTRAK

Bahrudin (NIM:3104164), Deskriptif Jaudah Tahfidz Al-Qur’an Santri Hafidz al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah Bringin Ngaliyan Semarang Tahun 2008/2009. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana pelaksanaan tahfidz al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah Bringin Ngaliyan Semarang, (2) bagaimana upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah Bringin Ngaliyan Semarang.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan tahfidzu al-Qur’an di PPMQA tahun 2008/2009 sudah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak pengasuh, yaitu membentuk seorang hafidz yang berkualitas, mulai dari kegiatan menghafal al-Qur’an, mekanisme menghafal al-Qur’an, cara menghafal, metode menghafal al-Qur’an, sampai evaluasi dalam menghafal al-Qur’an. Waktu kegiatan menghafal al-Qur’an di PPMQA : selesai shalat ashar untuk mengulang hafalan (muraja’ah), selesai shalat maghrib untuk mudarrasah sendiri, setelah shalat shubuh untuk menambah hafalan (setoran). Ada beberapa cara menghafal al-Qur’an di PPMQA, antara lain : penggunaan al-Qur’an pojok, upaya membuat target hafalan setiap hari, memperdengarkan hafalannya, berusaha membenarkan ucapan dan bacaan. Metode yang digunakan : metode musyafahah (face to face), metode resitasi, metode takrir, metode mudarrosah, dan metode tes. Semua metode tersebut memberi kesempatan pada santri untuk mengulang hafalan yang telah diperoleh. Pelaksanaan evalusai di PPMQA menggunakan dua macam tes, yaitu tes formatif dan tes sumatif, selain itu tekhnik non tes juga dilakukan, yaitu wawancara dan pengamatan. Peningkatan mutu hafalan di PPMQA dilakukan oleh pengasuh/ustadz dan oleh santri itu sendiri. Pertama, oleh pengasuh/ustadz antara lain : tes tajwid dan makharijul hurufnya, mewajibkan memakai Qur’an pojok, mengadakan muroja’ah, mengadakan tes / sima’an mingguan, mengadakan sima’an 30 juz setiap bulan, pada waktu setoran, bacaan wajib tartil / pelan dalam membaca, mewajibkan mudarrosah pada jadwal yang ditentukan, memperbolehkan mengikuti lomba hafalan al-Qur’an, mengajak sima’an al-Qur’an pada acara di luar pondok, mewajibkan sekolah diniyah kecuali para ustadz, mengadakan do’a bersama. Kedua oleh santri, antara lain : sikap semangat dan niat yang ikhlas, kontinyu dalam bertakrir, sima’an atau takrir dengan teman pondok, takrir di dalam shalat, tanya jawab atau tebak-tebakan ayat, berusaha mudarrosah dengan tartil / pelan, berusaha mudarrosah dengan suara yang keras, istirahat yang teratur, dan berdo’a.

Page 3: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Tanggal Tanda Tangan

Ridwan, M.Ag _______________ _________________ Ketua Hj. Nur Asiyah, MSI _______________ ________________ Sekretaris D. Hj. Sukasih M.Pd _______________ __________________ Anggota I Dra. Siti Mariam, M.Pd _______________ _________________ Anggota II

Page 4: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eks Hal : Naskah Skripsi a.n. Sdr. Bahrudin

Assalamu’alaikum wr. Wb. Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini kami kirim naskah skripsi saudara: NAMA : Bahrudin NIM : 3104146 JUDUL :Deskriptif Jaudah Tahfidz Al-Qur’an Santri Hafid Al-Qur’an

Di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anol Aziziyah Bringin Ngaliyan Semarang Tahun 2008/2009.

Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 23 januari 2010 Pembimbing I Pembimbing II

Alis Asikin, MA Ridwan, M.Ag

Page 5: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

v

MOTTO

“dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka

Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S AL- Qamar : 17)

Page 6: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, dengan senang hati buah karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

1. Ibu dan ayah tercinta yang selalu sabar dan memberikan ridhonya

kepada ananda untuk terus menuntut ilmu hingga sekarang 2. KH. M. Sholeh Mahali, AH beserta keluarga yang selalu ditunggu-

tunggu fatwa dan nasihatnya. 3. Bapak Arif Rosidi yang selalu memberikan motivasi. 4. Kang mas lan mbak-mbakku terimakasih, buat segala bantuan dan

dorangannya buat adikmu yang selalu merepotkan ini”. 5. Teman-teman kelas PAI B angkatan tahun 2004. 6. Anak-anak pondok PPMQA yang tak bisa disebut namanya satu

persatu. 7. Tak lupa pula kepada Bose (Suratman, AH) yang selalu

memberikan saran dan kritiknya. 8. Semua teman yang selalu mendo’akan dan membantuku.

Page 7: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

vii

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali

infirmasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 6 Desember 2009 BAHRUDIN NIM. 3104164

Page 8: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmah, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam Allah senantiasa pula tercurahkan kepada beliau junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya dengan harapan semoga mendapat syafaatnya dihari kiamat kelak.

Skripsi berjudul “DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI HAFIDZ AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MADROSATUL QUR’ANIL AZIZIYAH BRINGIN NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2008/2009” ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata satu (S1) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Dengan selesainya penulisan ini, dengan segala kerendahan hati peneliti hanya bisa menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya khususnya kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M.Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo. 2. Alis Asikin, MA dan Ridwan, M.Ag selaku Dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Dewan penguji dan dosen serta staf karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

4. Semua pengurus, ustads di PPMQA yang telah memberikan izin, membantu mengarahkan dan memberikan saran berharga dalam penelitian skripsi ini.

5. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan karya tulis ini.

Akhirnya, tiada yang dapat peneliti berikan sebagai imbalan selain untaian

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT membalas segala amal baik dan mendapat pahala yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin Ya Rabbal 'Alamin.

Semarang, 6 Desember 2009 Peneliti

BAHRUDIN NIM. 3104164

Page 9: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………… .............. i

NOTA PEMBIMBING……………………………………………... ii

PENGESAHAN……………………………………………............... iii

ABSTRAK ………………………………………………………. iv

DEKLARASI ………………………………………………............. v

MOTTO…………………………………………………………… vi

PERSEMBAHAN ………………………………………… …….. vii

KATA PENGANTAR ……………………………………............... viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………….. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………… 1

B. Penegasan Istilah…………………………………… 4

C. Rumusan Masalah………………………………….. 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………… 6

E. Kajian Pustaka……………………………………… 6

F. Metode Penelitian…………………………………… 7

BAB II TAHFIDZ AL-QUR’AN

A. Tahfidz Al-Qur’an…………………………………… 11

1. Pengertian Pengertian Tahfidz al-Qur’an………... 10

2. Dasar dan Hikmah Menghafal al-Al-Qur’an…… 14

3. Syarat Menghafal Al-Qur’an…………………… 19

4. Adab-adab penghafal al-Qur’an……………… 21

5. Metode Menghafal Al-Qur’an………………… 23

B. Jaudah Tahfidz Al-Qur’an…………………………… 26

C. Peningkatan Jaudah Tahfidz Al-Qur’an…………... 27

BABIII UPAYA MENINGKATKAN JAUDAH TAHFIDZ AL

QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MADROSATUL

Page 10: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

x

QUR’ANIL AZIZIYAH BRINGIN NGALIYAN

SEMARANG

A. Tinjauan Umum Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah…

30

1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya…………………… 30

2. Nama dan Letak Geografis……………………… 33

3. Struktur Kepengurusan…………………………… 34

B. Kegiatan Santri di PPMQA………………………....... 35

1. Jadwal Kegiatan………………………………… 36

a. Kegiatan Harian……………………………… 36

b. Kegiatan Mingguan……………………….... 37

c. Kegiatan Bulanan……………………….……. 37

d. Kegiatan Tahunan………………………...….. 37

2. Bimbingan dan Penyuluhan……………………… 37

C. Jaudah Tahfidz al-Qur’an

1. Segi kelebihan hafalan al-Qur’an santri................... 38

2. Segi kelemahan hafalan al-Qur’an santri………… 38

D. Pelaksanaan Tahfidz Al-Qur’an Di Pondok Pesantren

Madrosatul Qur’anil Aziziyah

1. Persyaratan Sebelum Menghafal…………………. . 39

2. Persiapan Menghafal Al-Qur’an………………..... 39

3. Pelaksanaan Tahfidz Al-Qur’an…………………. 40

4. Upaya Meningkatkan Jaudah tahfidz Al-Qur’an... 43

5. Evaluasi Tahfidz Al-Qur’an…………………….. 47

BABIV ANALISIS PELAKSANAAN TAHFIDZ AL-QUR’AN

DAN PENINGKATANNYA

A. Analisis Tentang Pelaksanaan Tahfidz Al-Qur’an di Pondok

Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah...………… 49

B. Analisis Tentang Upaya Meningkatkan Jaudah tahfidz Al-Qur’an di

Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah …… 53

BAB V PENUTUP……………………………………………… 59

Page 11: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

xi

A. Kesimpulan ………………………………………… 59

B. Saran……………………………………………….. 60

C. Penutup…………………………………………….. 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

Page 12: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

xii

PEDOMAN WAWANCARA

1. Ditujukan kepada pengasuh

a. Bagaimana sejarah PPMQA berdiri ?

b. Apa tujuan berdirinya pesantren ?

1. Ditujukan kepada ustadz

a. Apa saja syarat-syarat untuk menghafal al-Qur’an di PPMQA ?

b. Bagaimana mekanisme setoran kepada ustadz ?

c. Adakah kendala-kendala dalam menghafal al-Qur’an dan bagaimana cara

mengatasinya ?

d. Bagaimana upaya pesantren dalam meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an

?

e. Bagaimana evaluasi tahap akhir dalam menghafal al-Qur’an ?

2. Ditujukan kepada santri

a. Dalam sehari berapa halaman yang kamu setorkan pada ustadz ?

b. Berapa halaman yang kamu setorkan saat muraja’ah ?

c. Kapan yang biasa kamu gunakan untuk menghafal al-qur’an ?

d. Bagaimana upaya kamu dalam meningkatkan mutu hafalan al-qur’an ?

Page 13: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

xiii

PEDOMAN OBSERVASI

1. Lingkungan Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah.

2. Keadaan sarana dan prasarana

3. Kegiatan para santri

4. Proses menghafal al-Qur’an

5. Proses evaluasi menghafal al-Qur’an

Page 14: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

xiv

Page 15: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah firman Allah yang tidak terdapat kebatilan di

dalamnya, dan al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar dan kekal bagi

Rasullulah SAW. Allah SWT sudah memerintahkan agar menjaganya dari

perubahan dan penggantian.1 Allah swt berfirman : )9:احلجر(إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S Al-hijr : 9)2 Al-Qur’an yang ada sekarang ini masih asli dan murni sesuai

dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para

sahabatnya, hal itu karena Allah-lah yang menjaga. Penjagaan Allah

kepada al-Qur’an bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-fase

penulisan al-Qur’an, tetapi Allah melibatkan para hamba-Nya untuk ikut

menjaga al-Qur’an.3 Dari ayat tersebut yang membuat banyak umat islam

yang ingin menghafalkan al-Qur’an demi keutuhan al-Qur’an itu sendiri.

Menghafal al-Qur’an boleh dikatakan sebagai langkah awal dalam

suatu proses penelitian akbar yang dilakukan oleh para penghafal al-

Qur’an dalam memahami kandungan ilmu-ilmu al-Qur’an, tentunya

setelah proses dasar membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, akan

tetapi ada juga yang sebaliknya, yaitu belajar isi kandungan al-Qur’an

1Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung : Sinar Baru, 1991),

Cet.1, hlm, 1-2. 2Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Toha Putra, t. th)

hlm 391. 3Ahsin Sakho Muhammad, Kiat-Kiat Menghafal Al-Qur’an, (Jawa Barat : Badan

Koordinasi TKQ-TPQ-TQA, t.th), hlm, 3.

Page 16: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

2

terlebih dahulu kemudian menghafalnya.4 Progam pendidikan menghafal

al-Qur’an adalah program menghafal al-Qur’an dengan mutqin (hafalan

yang kuat) terhadap lafadz-lafadz al-Qur’an dan menghafal makna-

maknanya dengan kuat yang memudahkan untuk menghadirkannya setiap

menghadapi berbagai masalah kehidupan, karena al-Qur’an senantiasa ada

dan hidup di dalam hati sepanjang waktu, sehingga memudahkan untuk

menerapkan dan mengamalkannya.5

Menghafal al-Qur’an tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Kerumitan di dalamnya yang menyangkut ketepatan membaca dan

pengucapan tidak bisa diabaikan begitu saja, sebab kesalahan sedikit saja

adalah suatu dosa. Apabila hal tersebut dibiarkan dan tidak diproteksi

secara ketat maka kemurnian al-Qur’an menjadi tidak terjaga dalam setiap

aspeknya.6

Sudah dimaklumi bersama dan sudah sangat jelas, bahwa

menghafal al-Qur’an bukanlah tugas yang mudah, sederhana, serta bisa

dilakukan kebanyakan orang tanpa meluangkan waktu khusus,

kesungguhan mengerahkan kemampuan dan keseriusan7, karena

menghafal al-Qur’an merupakan tugas yang sangat agung dan besar. Tidak

ada yang sanggup yang melakukannya selain Ulul ‘Azmi, yakni orang-

orang yang bertekad kuat dan bulat serta keinginan membaja.8 Kiranya

tidak berlebihan jika dikatakan bahwa menghafal al-Qur’an itu berat dan

melelahkan. Hal ini dikarenakan banyak problematika yang harus dihadapi

para penghafal al-Qur’an untuk mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah

4Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000),

hlm, 19. 5Khalid bin Abdul Karim Al-Lahim, Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an,

(Surakarta : Daar An-Naba’, 2008), hlm, 19. 6Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, (Bandung:

Syaamil Cipta Media, 2004), Cet. 4, hlm. 40 7Raghib As-Sirjani, Cara Cerdas Hafal Al-Qur'an, (Solo : Aqwam, 2007), Cet. 1,

hlm. 53. 8M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Gema Insani,

1998), hlm 63.

Page 17: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

3

SWT. Mulai dari pengembangan minat, penciptaan lingkungan,

pembagian waktu sampai kepada metode menghafal itu sendiri.9

Para penghafal al-Qur’an juga banyak yang mengeluh bahwa

menghafal itu susah. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan-

gangguan, baik gangguan-gangguan kejiwaan maupun gangguan

lingkungan.10 Masing-masing di antara umat Islam tentu saja bercita-cita

untuk menghafal al-Qur’an. Setiap orang juga merasakan semangat dan

merasakan bahwa sebenarnya mampu menghafalnya dengan cara

konsisten, menghafal surat demi surat, juz demi juz. Namun setelah itu,

mulailah berbagai bisikan dan gangguan batin membuat orang tersebut

malas dan semangat semakin mengendor dengan alasan banyak surat yang

mirip, kata-kata yang sulit, waktu sempit, dan banyak kesibukan.11

Menghafal al-Qur’an berbeda dengan menghafal buku atau kamus.

Al-Qur’an adalah kalamullah, yang akan mengangkat derajat mereka yang

menghafalnya12, oleh karena itu para penghafal al-Qur’an perlu

mengetahui hal-hal atau upaya agar mutu hafalannya tetap terjaga dengan

baik.

Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an :

”Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar :17).13

Maksudnya, Allah akan memberi kemudahan kepada orang-orang yang

ingin menghafalnya. Jika ada di kalangan manusia yang berusaha untuk

9Ahsin W., Op-Cit, hlm. 41 10Muhaimin Wazin Zenha, Pedoman Pembinaan Tahfidzul Qur;an, (Jakarta : Proyek

Penerangan, Bimbingan dan da’wah/Khutbah Agama Islam Pusat Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji Depag RI, 1982), hlm, 43.

11Haya Ar-Rasyid dan Shalih bin Fauzan, Keajaiban Belajar Al-Qur’an, (Solo : Al-Qowam, 2007), hlm, 47

12Abdul Aziz Abdul Rauf, Op-Cit, hlm, 55 13Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Op-Cit, hlm, 879.

Page 18: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

4

menghafalnya, maka Allah akan memberi pertolongan dan kemudahan

baginya.14 Proses menghafal al-Qur'an adalah mudah dari pada

memeliharanya. Banyak penghafal al-Qur'an yang mengeluh karena semula

hafalannya baik dan lancar, tetapi pada suatu saat hafalan tersebut hilang dari

ingatannya. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada pemeliharaan. Oleh karena

itu untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an harus mempunyai cara-cara yang

tepat, sehingga hafalan al-Qur’an tersebut akan bertambah lebih baik.

Setelah melihat uraian latar belakang di atas penulis mencoba

meneliti tentang jaudah (mutu) hafalan al-Qur’an , dengan judul :

Deskriptif Jaudah Tahfidz Al-Qur’an Santri Hafidz Al-Qur’an Di Pondok

Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah Bringin Ngaliyan Semarang

Tahun 2008/2009.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan

judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah kunci sebagai

berikut:

1. Deskriptif

Deskriptif adalah pemaparan/penggambaran dengan kata-kata

secra jelas dan terinci. Selanjutnya yang dimaksud dengan studi

deskriptif dapat di artikan sebagai kajian atau penelitian yang

menggambarkan pereistiwa dilapangan.15

2. Jaudah tahfidz

Jaudah berasal dari bahsa Arab yang berarti mutu,16 kemudian

arti mutu sendiri adalah kualitas17. sedangkan arti tahfidz adalah

14Hasan bin Ahmad bin Hasan Hamam, Menghafal al-Qur’an Itu Mudah, (Jakarta :

At-Tazkia, 2008), hlm, 13. 15Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta : Balai Pustaka, 1990), Cet., III, hlm. 201. 16Mahmud Yunus, Kamus Arab - Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990),

Cet. 8. hlm, 301. 17Pius Partanto, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya : Arkola, t.th), hlm, 505

Page 19: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

5

hafalan. Yang dimaksud mutu oleh penulis dalam penelitian ini adalah

mutu hafalan al-Qur’an.

3. Santri

Santri adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang

beribadat, orang yang sholeh.18 Santri di sini adalah sebagai obyek

penelitian

4. Hafalan

Kata hafalan berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa

Arab dikatakan al-hifdz dan memiliki arti ingat.19 Maka kata hafalan

dapat diartikan dengan mengingat atau menjaga ingatan.

5. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang ditulis dalam muhaf. Lebih jelas disebutkan

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Nabi

Muhammad SAW untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia.20

Setelah melihat definisi kata kunci pada judul skripsi di atas,

maka dapat didefinisikan bahwa yang dimaksud deskriptif jaudah

tahfidz al-Qur’an adalah pemaparan/penggambaran kualitas menjaga

ingatan (hafalan) kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Nabi

Muhammad SAW untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia yang

dilaksanakan santri (orang yang mendalami Islam) di Pondok

Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas terdapat permasalahan yang

dikaji dalam penelitian ini, yaitu :

18Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm.

374 19Mahmud Yunus, Op-Cit, hlm, 301. 20Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran, (Bandung : PT Pustaaka Setia,

1997), Hlm, 11.

Page 20: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

6

1. Bagaimana pelaksanaan hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren

Madrosatul Qur’anil Aziziyah ?

2. Bagaimana upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an di Pondok

Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan hafalan al-Qur’an di Pondok

Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah.

b. Untuk mengetahui upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an

di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah.

2. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan solusi dan masukan

mengenai pelaksanaan peningkatan hafalan al-Qur’an.

b. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi satu acuan

bagi santri tahfidz lembaga tahfizh yang lain dalam rangka

peningkatan hafalan al-Qur’an.

E. Kajian Pustaka

Sebelum penulis mengadakan penelitian studi tentang Peningkatan

Mutu Hafalan di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah Bringin

Ngaliyan Semarang, penulis dengan segala kemampuan yang ada berusaha

menelusuri dan menelaah berbagai hasil kajian antara lain:

Penelitian yang ditulis Iffah Alawiyah (3100191) Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo tahun 2004. Skripsi tersebut berjudul Efektifitas

Penghafalan Al-Qur’an (Studi Kasus di Pesantren Anak-Anak Yambu’ Al-

Qur’an Krandon Kudus Jawa Tengah), Hasil skripsi tersebut lebih

memfokuskan pada efektifitas penghafalan al-Qur’an di kalangan anak-

anak.

Page 21: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

7

Hasil penelitian yang ditulis oleh Dzikrotun Nafisah (3199082)

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tahun 2004, berjudul studi Penerepan

Metode Takrir dalam Menghafal Al-Qur’an di PP Roudhatul Jannah

Kudus,dalam skripsi tersebut hanya membahas tentang penerapan metode

takrir.Skripsi tersebut menemukan cara-cara menerapkan takrir yang

efektif.

Buku yang berjudul 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’an yang di

tulis oleh Sa’dulloh, terbitan tahun 2008. Buku ini berisi tentang cara

memelihara hafalan al-Qur’an.

Setelah menelaah berbagai karya tulis berupa hasil penelitian yang

ada dan buku-buku yang sudah diterbitkan, penulis berkeyakinan bahwa

penelitian tentang Peningkatan Mutu Hafalan di Pondok Pesantren

Madrosatul Qur’anil Aziziyah Bringin Ngaliyan Semarang memang

benar-benar belum pernah diteliti pada penelitian-penelitian sebelumnya.

Karena fokus dalam penelitian ini adalah upaya Pondok Pesantren

Madrosatul Qur’anil Aziziyah di desa Bringin Ngaliyan Semarang dalam

meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam hal ini penulis menggunakan deskriptif kualitatif yaitu

mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan

bukan angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan

lapangan, dokumen dan sebagainya kemudian dideskripsikan sehingga

dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas.21 Dalam

buku Encyclopaedia of Social Research dijelaskan bahwa descriptive

research : it describes what is, it is concerned with describing,

recording, analyzing, and interpreting the existing

21Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

1997), hlm. 66.

Page 22: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

8

conditions.22Artinya, penelitian deskriptif mendiskripsikan isu

penelitian, penelitian ini membahas mengenai penggambaran,

pencatatan pengkajian dan penafsiran keadaan yang ada.. 2. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek

dari mana data diperoleh.23 Untuk memperjelas sumber data, maka

perlu dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

a. Person, sumber data berupa orang. Yaitu sumber data yang bisa

memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau

tertulis melalui angket. Dalam wawancara penelitian ini melibatkan

pengasuh pesantren, santri dan ustadz.

b. Place, sumber data berupa tempat. Yaitu sumber data yang

menyajikan tampilam berupa keadaan diam dan bergerak. Diam,

misalnya ruangan, alat, wujud benda dan lainnya. Bergerak seperti

kinerja, kegiatan, aktivitas dan lain-lain. Keduanya merupakan objek

untuk penggunaan observasi.

c. Paper, sumber data berupa symbol. Yaitu sumber data berupa huruf,

angka, gambar dan symbol lainnya yang cocok untuk penggunaan

metode dokumentasi.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Observasi

Observasi atau disebut pula dengan pengamatan meliputi

kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan

menggunakan seluruh alat indera.24 Metode ini digunakan untuk

mengamati secara langsung terhadap upaya peningkatan mutu

22Laxmi Devi (eds), Encyclopaedia of Social Research, (New Delhi : Mehra Offset

Press, 1997), hlm, 14. 23Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :

Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, hlm. 107 24Ibid., hlm. 146

Page 23: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

9

hafalan al-Qur’an, serta keadaan umum di Pondok Pesantren

Madrosatul Qur’anil Aziziyah.

b. Interview

Interview adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh info dari terwawancara

(interviewee).25 Metode ini digunakan untuk memperoleh data

tentang upaya untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data

otentik yang bersifat dokumentasi, baik data ini berupa catatan

harian, memori dan catatan penting. Dokumentasi ini dimaksudkan

adalah semua data yang tertulis.26 Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data yang berkaitan dengan topik kajian yang

berasal dari dokumen-dokumen Pondok Pesantren Madrosatul

Qur’anil Aziziyah.

4. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain, sedangkan untuk

meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan

berupaya mencari makna (meaning).27

Data yang telah terkumpul dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif kemudian dianalisis dengan langkah-langkah :

a. Menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber.

25Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali, 1987), hlm.

126. 26Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Cet. VII, (Jakarta :

Sarasin, 1996), hlm. 104 27Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin,

1996), Cet. 7, hlm. 124.

Page 24: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

10

b. Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi

yaitu usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-

pernyataan yang perlu.

c. Menyusun data dalam satuan-satuan atau mengorganisasikan

pokok-pokok pikiran tersebut dengan cara cakupan fokus

penelitian dan mengujikannuya dengan deskriptif.

d. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data atau memberi makna

pada hasil penelitian dengan cara menghubungkan teori.

e. Mengambil kesimpulan.28

Untuk itu dalam analisis kualitatif deskriptif ini penulis

gunakan untuk menganalisis tentang pelaksanaan dan upaya untuk

meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren

Madrosatul Qur’anil Aziziyah dari hasil observasi lapangan,

wawancara, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan obyek

penelitian.

28Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,

2001), hlm, 190.

Page 25: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

BAB II TAHFIDZ AL-QUR’AN

A. Tahfidz Al-Qur’an

1. Pengertian tahfidz al-Qur’an

Tahfidz al-Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfidz dan al-

Qur’an, yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda. Pertama

tahfidz yang berarti menghafal, menghafal dari kata dasar hafal yang dari

bahasa arab hafidza – yahfadzu - hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu

selalu ingat dan sedikit lupa.1

Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Ra’uf definisi menghafal

adalah “proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau

mendengar”. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal.”2

Menurut Ibnu Madzkur yang dikutip dalam buku Teknik

Menghafal al-Qur’an karangan Abdurrab Nawabudin berkata bahwa

menghafal adalah orang yang selalu menekuni pekerjaannya3, pernyataan

ini merujuk pada al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 238 :

”Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.” (QS : Al-Baqarah : 238)4

1Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1990), hlm,

105. 2Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah, (Bandung :

PT Syaamil Cipta Media, 2004), Cet, 4, hlm, 49. 3Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal al-Qur’an, (Bandung : Sinar Baru, 1991),

cet, 1, hlm 23. 4Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Toha Ptra, t. th) hlm

400.

Page 26: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

12

Maksudnya, shalatlah tepat pada waktunya. Menghafal sesuatu, yaitu

mengungkapkan satu demi satu dengan tepat.5

Kata-kata hifdz dalam al-Qur’an dapat berarti banyak hal, sesuai

dengan pemahaman konteks, sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf

: 65 :

”Kami akan dapat memelihara saudara Kami, dan Kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta.” (QS : Yusuf : 65)6

di sini berarti menahan diri yang tidak dihalalkan Allah swt.

Dalam surat al-Anbiya’ ayat 32 Allah berfirman :

”Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara , sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.”. (QS : Al-Anbiya’ : 32)7

Hafidzh di sini artinya mengangkat atau menggantung

Banyaknya makna al-Hifdz dalam al-Qur’an pada dasarnya

terletak pada konteks apa makna tersebut yang digunakan, yaitu seperti

contoh ayat di atas yang maknanya berbeda-beda, ada yang bermakna

menjaga, menahan menggantung, dan lain-lain sesuai dengan konteks

kalimatnya.

Jika arti bahasa hafal tidak berbeda dengan arti istilah dari segi

membaca di luar kepala, maka penghafal al-Qur’an berbeda dengan

penghafal hadits, sya’ir, hikmah dan lain-lainnya dalam 2 pokok :

a. Hafal seluruh al-Qur’an serta mencocokannya dengan sempurna

Tidak bisa disebut al-hafidz bagi orang yang hafalannya

setengah atau sepertiganya secara rasional. Karena jika yang hafal

5Abdurrab Nawabudin, Op-Cit, hlm, 23-24 6Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Op-Cit hlm, 876. 7Ibid, hlm 789.

Page 27: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

13

setengah atau sepertiganya berpredikat al-hafidz, maka bisa dikatakan

bahwa seluruh umat Islam berpredikat al-hafidz, sebab semuanya

mungkin telah hafal surat al-fatihah, karena surat al-Fatih merupakan

salah satu rukun shalat dari kebanyakan madzhab. Maka istilah al-

hafidz (orang yang berpredikat hafal Qur’an) adalah mutlak bagi yang

hafal keseluruhan dengan mencocokan dan menyempurnakan

hafalannya menurut aturan-aturan bacaan serta dasar-dasar tajwid yang

masyhur.

b. Senantiasa terus menerus dan sungguh-sungguh dalam menjaga hafalan

dari lupa

Seorang hafidz harus hafal al-Qur’an seluruhnya. Maka apabila

ada orang yang telah hafal kemudian lupa atau lupa sebagian atau

keseluruhan karena lalai atau lengah tanpa alasan seperti ketuaan atau

sakit, maka tidak dikatakan hafidz dan tidak berhak menyandang

pedikat”penghafal al-Qur’an”.8

Kedua kata al-Qur’an, menurut bahasa al-Qur’an berasal dari

kata qa-ra-a yang artinya membaca9, para ulama’ berbeda pendapat

mengenai pengertian atau definisi tentang al-Qur’an. Hal ini terkait

sekali dengan masing-masing fungsi dari al-Qur’an itu sendiri.

Menurut Asy-Syafi’i, lafadz al-Qur’an itu bukan musytaq, yaitu

bukan pecahan dari akar kata manapun dan bukan pula berhamzah,

yaitu tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya. Sehingga membaca

lafazh al-Qur’an dengan tidak membunyikan ”a”. Oleh karena itu,

menurut Asy-syafi’i lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam

pengertian kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.10

Berarti menurut pendapatnya bahwa lafazh al-Qur’an bukan berasal dari

akar kata qa-ra-a yang artinya membaca. Sebab kalau akar katanya

8Abdu al-Rabb Nawabudin, Metode Efektif Menghafal al-Qur’an, (Jakarta : CV Tri

Daya Inti, 1988), hlm, 17 9Mahmud Yunus, Op-Cit, hlm, 305. 10Adnan Mahmud Hamid Laonso, Ulumul Qur’an, (Jakarta : Restu Ilahi,2005),

hlm,1.

Page 28: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

14

berasal dari kata qa-ra-a yang berarti membaca, maka setiap sesuatu

yang dibaca dapat dinamakan al-Qur’an.

Sedangkan menurut Caesar E. Farah, Qur’an in a literal sense

means” recitation,”reading,”.11 Artinya , Al-Qur’an dalam sebuah

ungkapan literal berarti ucapan atau bacaan.

Sedangkan menurut Mana’ Kahlil al-Qattan sama dengan

pendapat Caesar E. Farah, bahwa lafazh al-Qur’an berasal dari kata qa-

ra-a yang artinya mengumpulkan dan menghimpun, qira’ah berarti

menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya

ke dalam suatu ucapan yang tersusun dengan rapi. Sehingga menurut al-

Qattan, al-Qur’an adalah bentuk mashdar dari kata qa-ra-a yang artinya

dibaca.12 Kemudian pengertian al-Quran menurut istilah adalah kitab

yang diturunkan kepada Rasulullah saw, ditulis dalam mushaf, dan

diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.13

Setelah melihat definisi menghafal dan al-Qur’an di atas dapat

disimpulkan bahwa menghafal al-Qur’an adalah proses untuk memelihara,

menjaga dan melestarikan kemurnian al-Qur’an yang diturunkan kepada

Rasulullah saw di luar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan

serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun

sebagiannya.

2. Dasar dan hikmah menghafal al-Qur’an

Secara tegas banyak para ulama’ mengatakan, alasan yang

menjadikan sebagai dasar untuk menghafal al-Qur’an adalah sebagai

berikut :

a. Jaminan kemurnian al-Qur’an dari usaha pemalsuan.

Sejarah telah mencatat bahwa al-Qur’an telah dibaca oleh jutaan

manusia sejak zaman dulu sampai sekarang. Para penghafal al-Qur’an

adalah orang-orang yang di pilih Allah untuk menjaga kemurnian al-

11Caesar E. Farah, Islam Belief and Observances, (Amerika : Barron’s education

Series, 1987), hlm, 80. 12Ibid, hlm, 2. 13Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2004), hlm, 31.

Page 29: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

15

Qur’an dari usaha-usaha pemalsuannya, sesuai dengan jaminan Allah

dalam kitab suci al-Qur’an :

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-hijr ayat 9)14

b. Menghafal al-Qur’an adalah fardhu kifayah.

Melihat dari surat al-Hijr ayat 9 bahwa penjagaan Allah

terhadap al-Qur’an bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-

fase penulisan al-Qur’an, tetapi Allah melibatkan para hamba-Nya

untuk ikut menjaga al-Qur’an. Melihat dari ayat di atas banyak ahli

Qur’an yang mengatakan bahwa hukum menghafal al-Qur’an adalah

fardhu kifayah, diantaranya adalah :

Ahsin Sakho Muhammad menyatakan bahwa hukum

menghafal al-Qur’an adalah fardhu kifayah atau kewajiban bersama.

Sebab jika tidak ada yang hafal al-Qur’an dikhawatirkan akan terjadi

perubahan terhadap teks-teks al-Qur’an.15

Ahsin W juga mengatakan bahwa hukum menghafal al-Qur’an

adalah fardhu kifayah. Ini berati bahwa orang yang menghafal al-

Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan

ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-

ayat suci al-Qur’an.16

Kemudian menurut Abdurrab Nawabudin bahwa apabila Allah

telah menegaskan bahwa Dia menjaga al-Qur’an perubahan dan

penggantian, maka menjaganya secara sempurna seperti telah

diturunkan kepada hati Nabi-Nya, maka sesungguhnya menghafalnya

14Departemen Agama RI, Op- Cit, hlm, 345. 15Abdul Aziz Abdul Rauf, Op-Cit, hlm 4 16Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, Jakarta : Bumi Aksara,

2005),cet, 3, hlm, 24.

Page 30: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

16

menjadi fardhu kifayah baik bagi suatu umat maupun bagi keseluruhan

kaum muslimin.17

Setelah melihat dari pendapat para ahli Qur’an di atas dapat

disimpulkan bahwa hukum menghafal al-Qur’an adalah fardhu kifayah,

yaitu apabila diantara kaum ada yang sudah melaksanakannya, maka

bebaslah beban yang lainnya, tetapi sebaliknya apabila di suatu kaum

belum ada yang melaksanakannya maka berdosalah semuanya.

Allah menurunkan al-Qur’an dan menjadikannya sebagai kitab

yang mulia, di dalam al-Qur’an disebutkan :

“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh).” 18

Jadi wajar jika manusia yang berinteraksi dengan al-Qur’an

menjadi sangat mulia, baik di sisi manusia apalagi di sisi Allah, di dunia

dan di akhirat. Kemudian berikut ini ada beberapa hikmah menghafal

Qur’an :

a. Al-Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi

penghafalnya.

Rasulullah saw, bersabda :

حدثنا حجاج بن منهال حدثنا شعبه قال اخربين علقمه بن مرتد مسعت سعد بن عبيدةعن ايب عبد الرمحن السلمي عن عثمان رضي اهللا

خريكم من تعلم القران : عنه عن النيب صلى اهللا عليه و سلم قال )رواه البخارى( 19وعلمه

“Diceritakan hajjaj bin Minhal, diceritakan Syu’bah, ia berkata : diceritakan kepadaku ’Aqamatu bin Martsad saya

17Abdurrab Nawabudin, Op-Cit, hlm 19. 18Fadhal A. R, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Mekar, 2004), hlm. 567. 19Al Imam Abi Abdilah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Mughirah bin Bard

Dzabah al-Bukhari al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Jus V, (Singapura : Sulaiman Mara’i, t.th), Hlm, 323.

Page 31: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

17

mendengar Sa’dah bin Ubaidah dari abi Abdurrahman al-Sulamiyi, dari Usman. Ra dari nabi SAW berkata : sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an.(H. R. Bukhari)

b. Hafidz Qur’an merupakan ciri orang yang diberi ilmu

Allah telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Ankabut ayat

49 :

” Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim”.20

c. Fasih dalam berbicara dan ucapannya.21

Allah SWT berfirman :

“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,”(QS As-Syura’ : 193-194)22

d. Al-Qur’an memuat 77.439 kalimat. Jika seluruh penghafal al-Qur’an

memahami seluruh arti kalimat tersebut berarti dia sudah banyak sekali

menghafal kosa kata bahasa arab yang seakan-akan ia menghafal kamus

bahas arab.

20Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 678. 21Abdurrab Nawabudin, Op-Cit, hlm, 21. 22Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 476.

Page 32: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

18

e. Dalam al-Qur’an banyak terdapat kata-kata hikmah yang sangat

berharga bagi kehidupan. Secara menghafal al-Qur’an berarti banyak

menghafal kata-kata hikmah.23

f. Hafidz Qur’an sering menjumpai kalimat-kalimay uslub atau ta’bir

yang sangat indah. Bagi seseorang yang ingin memperoleh rasa sastra

yang tinggi dan fasih untuk kemudian bisa menikmati karya sastra Arab

atau menjadi satrawan Arab perlu banyak menghafal kata-kata atau

uslub Arab yang indah seperti syair dan amtsar (perumpamaan) yang

tentunya banyak terdapat di al-Qur’an.

g. Mudah menemukan contoh-contoh nahwu, sharaf, dan juga balaghah

dalam al-Qur’an.

h. Dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat hukum, dengan demikian secara

tidak langsung seorang penghafal al-Qur’an akan menghafal ayat-ayat

hukum. Yang demiakian ini sangat penting bagi orang yang ingin terjun

di bidang hukum.

i. Orang yang menghafal al-Qur’an akan selalu mengasah hafalannya.

Dengan demikian otaknya akan semakin kuat untuk menampung

berbagai macam informasi.24

j. Bertambah imannya ketika membacanya.25

Allah swt berfirman :

☺ ☺

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka

24Ahsin Sakho Muhammad, Kiat-kiat Menghafal al-Qur’an, (Jawa Barat : Badan Koordinasi TKQ-TPQ-TQA, tth), hlm 8-9.

25M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal al-Qur’an, (Jakarta : Gema, 1998), hlm, 41.

Page 33: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

19

(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal ayat 2)

k. Penghafal al-Qur’an adalah orang yang akan mendapatkan untung

dalam perdagangannya dan tidak akan merugi.

Allah swt, menjelaskan dalam kitab suci al-Qur’an :

⌧ ☺

⌦ ⌧ ⌦ ⌧

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”(QS. Faathir :29-30)26

l. Al-Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi para penghafal al-

Qur’an.

NAbi Muhammad SAW bersabda :

قال مسعت رسول اهللا صل اهللا عليه : عن ايب امامة رضي اهللا عنه إقرأو القران فإنه يائتى يوم القيامة شفيعا ألصحابه: وسلم يقول

)27 رواه مسلم (

26Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 443. 27Imam Muslim, Shahih Muslim, (Singapura : Sulaiman Mara’I, t.th), Juz 1, hlm,

321.

Page 34: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

20

“Dari Abu Umamah r.a., ia berkata, “aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,”bacalah olehmu al-Qur’an , sesungguhnya a akan menjadi pemberi syafa’a pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafal)” (HR. Imam Muslim).

3. Syarat menghafal al-Qur’an

Menghafal al-Qur’an adalah pekerjaan yang sangat mulia. Akan

tetapi menghafal al-Qur’an tidaklah mudah seperti membalikan telapak

tangan, oleh karena itu ada hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum

menghafal agar dalam proses menghafal tidak begitu berat.

Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang

memasuki periode menghafal al-Qur’an ialah :

a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori,

atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan mengganggunya.

Mengosongkan pikiran lain yang sekiranya mengganggu dalam

proses menghafal merupakan hal yang penting. Dengan kondisi yang

seperti ini akan memepermudah dalam proses menghafal al-Qur’an

karena benar-benar fokus pada hafalan al-Qur’an.

b. Niat yang ikhlas.

Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam

masalah hafalan al-Qur’an. Sebab, apabila seseorang melaukan sebuah

perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan Allah semata, maka

amalannya hanya akan sia-sia belaka.

c. Sabar

Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang sangat

penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal al-Qur’an. Hal

ini disebabkan karena dalam proses menghafal al-Qur’an akan banyak

sekali ditemui berbagai macam kendala.

d. Istiqamah

Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten, yaitu tetap

menjaga keajekan dalam menghafal al-Qur’an. Dengan perkataan lain

penghafal harus senantiasa menjaga kontinuitas dan efisiensi terhadap

waktu untuk menghafal al-Qur’an.

Page 35: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

21

e. Menjauhkan diri dari maksiat dan perbuatan tercela.

Perbuatan maksiat dan perbuatan tercela merupakan sesuatu

perbuatan yang harus dijauhi bukan saja oleh orang yang sedang

menghafal al-Qur’an, tetapi semua kaum muslim umumnya. Karena

keduanya mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa dan mengusik

ketenangan hati, sehingga akan menghancurkan istiqamah dan

konseantrasi yang telah terbina dan terlatih sedemikian bagus.

f. Izin dari orang tua, wali atau suami.

Walaupun hal ini tidak merupakan keharusan secara mutlak,

namun harus ada kejelasan, karena hal demikian akan menciptakan

saling pengertian antara kedua belah pihak, yakni antara anak dan orang

tua, antara suami dan istri, antara wali dengan pihak yang berada

diperwaliannya.

g. Mampu membaca dengan baik.

Sebelum penghafal al-Qur’an memulai hafalannya, hendaknya

penghafal mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, baik

dalam Tajwid maupun makharij al-hurufnya, karena hal ini akan

mempermudah penghafal untuk melafadzkannya dan

menghafalkannya.28

h. Tekad yang kuat dan bulat

Tekad yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantar

seseorang ke tempat tujuan, dan akan membentengi atau menjadi perisai

terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya.29

4. Adab-adab penghafal al-Qur’an

a. Menghindarkan diri dari perbuatan menjadikan al-Qur’an sebagai

sumber penghasilan pekerjaan dalam kehidupannya.

Imam Abu Sulaiman Al-Khatabi menceritakan larangan

mengambil upah atas pembacaan al-Qur’an dari sejumlah ulama’,

diantaranya Az-Zuhri dan Abu Hanifah. Sejumlah ulama’ mengatakan

28Ahsin W, OP-Cit, hlm, 48-54. 29Raghib al-Sirjani, Cara Cerdas Menghafal al-Qur’an, (Aqwam : Solo, 2007), hlm,

63.

Page 36: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

22

boleh mengambil upah bila tidak mensyaratkannya, yaitu pendapat Ibnu

Sirin, Hasan Bashri, dan sya’bi. Imam atha’, Imam Syafi’i, Imam Malik

dan lainnya berpendapat boleh mengambil upah, jika disyaratkan dan

dengan akad sewa yang benar

b. Memelihara bacaannya.30

Ulama’ salaf mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang berbeda

dalam jangka waktu pengkhataman al-Qur’an. Ibnu Abi Dawud

meriwayatkan dari sebagian ulama salaf bahwa mereka mengkhatamkan

al-Qur’an dalam setiap bulan, ada juga yang khatam setiap sepuluh hari,

ada juga yang hanya seminggu mengkhatamkan al-Qur’an, bahkan ada

juga yang khatam al-Qur’an yang hanya ditempuh sehari semalam.

Diantara yang mengkhatamkan al-Qur’an dalam sehari

semalam adalah Utsman bin Affan r.a, Tammim Ad-Daari Said bin

Jubair, MUjahid, As-Syafi’i dan lainnya.

Diantara yang mengkhatamkan al-Qur’an dalam tiga hari

adalah Sali bin Umar r.a. Qadhi mesir di masa pemerintahan muawiyah.

Diriwayatkan oleh As-Sayid yang mulia Ahmad Ad-Dauraqi

dengan isnadnya dari Manshur bin Zaadzanr r.a. Seorang tabiin yang

ahli ibadah bahwa ia mengkhatamkan al-Qur’an diantara waktu dzuhur

dan ashar dan mengkhatamkannya pula antara waktu maghrib dan

isya’di bulan Ramadhan dua kali. Mereka mengakhirkan shalat isya’ di

bulan Ramadhan lewat seperempat malam.

c. Khusu’

Orang yang menghafal al-Qur’an adalah pembaca panji-panji

Islam. Tidak selayaknya ia bermain bersama orang-orang yang suka

bermain, tidak mudah lengah bersama orang-orang yang lengah dan

tidak suka berbuat yang sia-sia bersama orang-orang yang suka berbuat

sia-sia. Yang demikian itu adalah demi mengagungkan al-Qur’an.

d. Memperbanyak membaca dan shalat malam31

30ImamAn-Nawawi, Adab dan Tata Cara Menjaga Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka

Amani, 2001), hlm, 58-60.

Page 37: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

23

Allah berfirman dalam kitab suci al-Qur’an :

Artinya : di antara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus[221], mereka membaca ayat-ayat allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). (QS. Ali-Imran : 113)

5. Metode menghafal al-Qur’an

Metode berasal dari bahasa Yunani (Greeca) yaitu “Metha” dan

“Hados”, “Metha” berarti melalui/melewati, sedangkan “Hados” berarti

jalan/cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.32

Menghafal al-Qur’an merupakan harta simpanan yang sangat

berharga yang diperebutkan oleh oleh orang yang bersungguh-sungguh.

Hal ini karena al-Qur’an adalah kalam Allah yang bisa menjadi syafa’at

bagi pembacanya kelak dihari kiamat. Menghafal al-Qur’an untuk

memperoleh keutamaan-keutamaannya memiliki berbagai cara yang

beragam.33

Metode atau cara sangat penting dalam mencapai keberhasilan

menghafal, karena berhsail tidaknya suatu tujuan ditentukan oleh metode

yang merupakan bagian integral dalam sistim pembelajaran. Lebih jauh

lagi Peter R. Senn mengemukakan, “ metode merupakan suatu prosedur

atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang

sistimatis.”34

Namun dengan memahami metode menghafal al-Qur’an yang

efektif, pasti kekurangan-kekurangan yang ada akan diatasi. Ada beberapa

31Ahsin. W, Op-Cit, hlm, 95. 32Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993), hlm, 66. 33Abdul Muhsin, Kunci-Kunci Surga, (Solo : Aqwam, 2007), hlm, 205. 34Mujamil Qomar, Epistomologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Erlangga, 1995), Hlm,

20.

Page 38: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

24

metode menghafal al-Qur’an yang sering dilakukan oleh para penghafal,

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Metode Wahdah

Yang dimaksud metode ini, yaitu menghafal satu persatu

terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan

awal, setiap ayat dapat dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali

atau lebih, sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam

bayangannya.

b. Metode Kitabah

Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain

dari pada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulu

menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah

disediakan untuk dihafal. Kemudian ayat tersebut dibaca sampai lancar

dan benar, kemudian dihafalkannya.

c. Metode Sima’i

Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud metode ini adalah

mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan

Sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat extra,

terutama bagi penghafal yang tuna netra atau anak-anak yang masíh

dibawah umur yang belum mengenal baca tulis al-Qur’an. Cara ini bisa

mendengar dari guru atau mendengar melalui kaset.

d. Metode Gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode wahdah dan

kitabah. Hanya saja kitabah disini lebih mempunyai fungsional sebagai

uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Prakteknya yaitu

setelah menghafal kemudian ayat yang telah dihafal ditulis, sehingga

hafalan akan mudah diingat.

e. Metode Jama’

Cara ini dilakukan dengan kolektif, yakni ayat-ayat yang

dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh

Page 39: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

25

instruktur. Pertama si instruktur membacakan ayatnya kemudian santri

atau siswa menirukannya secara bersama-sama.35

Sedangkan menurut Sa’dulloh macam-macam metode menghafal

adalah sebagai berikut :

a. Bi al-Nadzar

Yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat al-Qur’an yang akan

dihafal dengan melihat mushaf secara berulang-ulang.

b. Tahfidz

Yaitu menghafal sedikit demi sedikit al-Qur’an yang telah

dibaca secara berulang-ulang tersebut.

c. Talaqqi

Yaitu menyetorkan atau mendengarkan hafalan yang baru

dihafal kepada seorang guru.

d. Takrir

Yaitu mengulang hafalan atau menyima’kan hafalan yang

pernah dihafalkan/sudah disima’kan kepada guru.

e. Tasmi’

Yaitu mendengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada

perseorangan maupun kepada jamaah.36

Pada prinsipnya semua metode di atas baik semua untuk dijadikan

pedoman menghafal al-Qur’an, baik salah satu diantaranya, atau dipakai

semua sebagai alternatif atau selingan dari mengerjakan suatu pekerjaan

yang terkesan monoton, sehingga dengan demikian akan menghilangkan

kejenuhan dalam proses menghafal al-Qur’an.

Kemudian untuk membantu mempermudah membentuk kesan

dalam ingatan terhadap ayat-ayat yang dihafal, maka diperlukan strategi

menghafal yang baik, adapun strategi itu antara lain :

a. Strategi pengulangan ganda

35Ahsin W, Op-Cit, hlm, 63-66 36Sakdulloh, 9 Cara Praktis Mengafal al-Qur'an, (Jakarta : Gema Insani, 2008), hlm,

52-54.

Page 40: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

26

b. Tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal

benar-benar hafal.

c. Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan

jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya.

d. Menggunakan satu jenis mushaf.

e. Memahami ayat-ayat yang dihafalnya.

f. Memperhatikan ayat-ayat yang serupa.

g. Disetorkan pada seorang pengampu.37

Strategi di atas juga berfungsi untuk meningkatkan mutu atau

kualitas hafalan al-Qur’an.

B. Jaudah Tahfidz Al-Qur’an

Semua pekerjaan atau kegiatan pasti menginginkan hasil dan mutu

yang baik, begitu pula dengan menghafal al-Qur’an. Agar seorang penghafal

benar-benar menjadi hafidzul qur’an yang representatif, dalam arti ia mampu

memproduksi kembali ayat-ayat yang telah dihafalnya pada setiap saat

diperlukan, maka ayat-ayat yang telah dihafal harus dimantapkan sehingga

benar-benar melekat dalam ingatannya.38 Melekat dalam iangatannya disini

tentunya mencakup ketepatan dalam hal tajwid dan ketepatan dalam

pengucapannya. Adapun kriteria hafalan al-Qur’an yang baik adalah sebagai

berikut :

1. Tajwid yang benar

Ibnu al-Jauzi berkata dalam syairnya (At-Tayyibah fi al-Qira’ah

al-Asyr) : “menggunakan tajwid adalah ketentuan yang lazim, barang siapa

yang mengabaikan maka ia berdosa”. Makna tajwid adalah memperhatikan

hukum-hukum yang ada dalam kitab-kitab tajwid, seperti idgham, ikhfa’,

ghunah dan mad serta memperhatikan makharij al-hurufnya.39

2. Membaca dengan tartil

37Ahsin W, Op-Cit, hlm, 72. 38 Ahsin W, Op-Cit, hlm, 80. 39Hasan bin Ahmad bin Hasan Hamam, Menghafal al-Qur’an Itu Mudah, (Jakarta :

Pustaka at-Tazkia, 2008), hlm, 23-24.

Page 41: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

27

Yang dimaksud dengan tartil adalah baik sebutan hurufnya, baik

mengucapkan kalimatnya, baik waqaf ibtidahnya, dan baik murajaahnya.40

Allah berfirman dalam al-Qur’an al-Karim :

⌧ "atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan." (QS : Al-Muzamil : 4)41

Allah berfirman dalam al-Qur’an al-Karim :

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (QS : Al-Qiyamah : 16)42

3. Lancar membaca

Kelancaran membaca adalah hal yang paling utama dalam

menghafal al-Qur’an. Lancar disini tidak berarti tanpa lupa, karena

manusia tidak luput dari lupa, apalagi menghafal al-Qur’an yang begitu

tebal kitabnya. Kelancaran memabaca dapat memberikan semangat

tersendiri bagi si penghafal untuk selalu mentakrir hafalannya, sehingga

hafalan al-Qur’annya akan selalu terjaga.

C. Peningkatan Jaudah Tahfidz Al-Qur’an

Peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang mempunyai arti;

proses, cara, perbuatan (usaha dan kegiatan) meningkatkan.43 Yang dimaksud

peningkatan oleh penulis dalam penelitian ini adalah segala proses, cara,

metode dan segala kegiatan serta usaha untuk meningkatkan mutu hafalan al-

Qur’an.

40Muhaiman Zenha, Pedoman Pembinaan Tahfidzul Qur’an, (Jakarta : Proyek Penerangan, 1983), hlm, 96.

41Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 567 42Fadhal A. R, Op-Cit, hlm 437 43Ibid., hlm. 1060.

Page 42: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

28

Mutu hafalan al-Qur’an dikatakan baik apabila bacaannya sesuai

dengan Tajwid, Fasih, dan lancar bacaannya. Untuk mencapai hasil yang

seperti itu, tentunya tidak bisa lepas dari cara untuk memelihara hafalan al-

Qur’an. Adapun cara untuk memelihara hafalan atau meningkatkan mutu

hafalan al-Qur’an adalah sebagai berikut :

1. Takhmis al-Qur’an, yaitu mengkhatamkan al-Qur’an setiap lima hari

sekali.

2. Tasbi’ al-Qur’an, maksudnya adalah mengkhatamkan al-Qur’an setiap

seminggu sekali.

3. Mengkhatamkan setiap 10 hari sekali.

4. Mengkhususkan dan mengulang-ulang (mengkhususkan satu juz dan

mengulang-ulangnya selama seminggu), sambil melakukan murajaah

secara umum.

5. Mengkhatamkan murajaah hafalan al-Qur’an setiap sebulan sekali.

6. Takrir dalam shalat.

7. Konsentrasi melakukan murajaah terhadap lima juz terlebih dahulu dan

mengulang-ulangnya pada waktu yang ditentukan.44

Adapun cara untuk memelihara hafalan atau meningkatkan mutu

hafalan al-Qur’an menurut Sa’dulloh adalah sebagai berikut :

1. Cara memelihara hafalan bagi yang belum khatam 30 juz

a. Takrir sendiri

Seseorang yang menghafal al-Qur’an harus memanfaatkan

waktu untuk takrir atau untuk menambah hafalan. Hafalan yang baru

harus selalu di-takrir minimal setiap hari dua kali dalam jangka waktu

satu minggu. Sedangkan hafalan yang lama harus di-takrir setiap hari

atau dua hari sekali. Artinya, semakin banyak hafalan harus semakin

banyak pula waktu yang dipergunakan untuk takrir.

b. Takrir dalam shalat

44Amjad Qosim, Hafal al-Qur’an Dalam Sebulan, (Solo, Qiblat Press, 2008), hlm,

141-142.

Page 43: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

29

Seorang yang menghafal al-Qur’an hendaknya bisa

memanfaatkan hafalannya sebagai bacaan dalam shalat, baik sebagai

imam atau untuk shalat sendiri. Selain untuk menambah keutamaan

shalat, cara demikian juga akan menambah kemantapan hafalan al-

Qur’an.

c. Takrir bersama

Seseorang yang menghafal al-Qur’an perlu melakukan takrir

bersama dengan dua teman atau lebih. Dalam takrir ini setiap orang

membaca materi takrir yang ditetapkan secara bergantian, dan ketika

seorang membaca, maka yang lain mendengarkan.

d. Takrir dihadapan guru

Seseorang yang menghafal al-Qur’an harus selalu menghadap

guru untuk takrir hafalan yang sudah diajukan. Materi takrir yang

dibaca harus lebih banyak dari materi hafalan baru, yaitu satu banding

sepuluh, artinya apabila seseorang penghafal sanggup mengajukan

hafalan baru setiap hari dua halaman, maka harus diimbangi dengan

takrir dua puluh halaman (satu juz) setiap hari.45

2. Cara memelihara hafalan bagi yang sudah khatam 30 juz

a. Istiqamah takrir al-Qur’an di dalam shalat

Yang dimaksud disini adalah istiqamah takrir di dalam shalat

wajib maupun sunah selalu memakai ayat-ayat al-Qur’an dari surah al-

Baqarah sampai Surah an-Nas secara berurutan sesuai dengan mushaf

al-Qur’an.

b. Istiqamah takrir al-Qur’an di luar shalat

Membaca al-Qur’an di luar shalat berarti membaca Qur’an tidak

dalam waktu shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunah. Takrir bisa

dilaksanakan pada waktu sebelum tidur, bangun tidur, dan pada waktu tengah

malam setelah shalat tahajud.46

45Sa'dullah, Op-Cit, hlm, 68. 46Ibid, hlm, 69-78.

Page 44: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

30

Adapun takaran dalam takrir tersebut adalah sebagai berikut

menurut kemampuannya :

a. Khatam seminggu sekali

b. Khatam 2 (dua) minggu sekali

c. Khatam sebulan sekali

Selain itu penghafal al-Qur’an harus sering mengikuti kegiatan

sebagai berikut :

a. Sering mengikuti acara sima’an

b. Mengikuti perlombaan musabaqah hifdzi al- Qur’an

Page 45: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

30

BAB III

UPAYA MENINGKATKAN JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI DI

PONDOK PESANTREN MADROSATUL QUR’ANIL AZIZIYAH

BRINGIN NGALIYAN SEMARANG

A. Tinjauan Umum Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah

1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya PPMQA

a. Sejarah

Berdirinya Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah

atau yang sering disingkat PPMQA ini dilatarbelakangi oleh niat

pengasuh pondok dan masyarakat desa Bringin untuk mendirikan

lembaga pendidikan yang mampu menampung generasi-generasi

qur'ani atau mencetak seorang hafidz Qur’an, karena pengasuh pondok

mengkhawatirkan akan punahnya orang yang hafal Qur’an di negeri

Indonesia ini.

Adanya keinginan dari pengasuh dan masyarakat tersebut maka

didirikanlah pondok pesantren ini yang dipelopori oleh K. H. M.

Sholeh Mahali pada 20 maret 1990 M bertepatan 23 Sya’ban 1410 H

dengan 5 orang santri putri. Semula ponpes ini khusus menerima santri

putri, atau sering disebut pondok putri, itu pun belum ada gedung yang

layak, sehingga 5 santri putri tersebut singgah di kediaman K. H. M.

Sholeh Mahali. Kemudian semakin banyaknya santri yang ingin

belajar bersama beliau, akhirnya pada tahun 1991 dibentuk yayasan

yang bernama “Madrosatul Qur’an”. Dengan terbentuknya yayasan

tersebut pesantren PPMQA semakin berkembang sampai akhirnya

mendirikan gedung khusus untuk santri putri dengan dua lantai, lantai

bawah untuk aula dan lantai atas dibuat kamar untuk para santri putri.

Kemudian pada tahun 1997, pondok ini menerima santri putra.

Pada akhirnya pengasuh membuat gubuk untuk tempat bersinggah

santri putra, tetapi dengan kerja keras pengasuh akhirnya pesantren

menambah gedung lagi khusus untuk santri putra pada tahun 2002

Page 46: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

31

dengan satu lantai, satu lantai tersebut dibuat empat kamar tidur, dua

kamar mandi, dan sebuah aula. Kemudian pada tahun 2006 pondok

putra tersebut dikembangkan menjadi dua lantai sampai tahun 2009

sekarang. Adapun luas tanah keseluruhan 968 m2 dan luas bangunan

488 m2 dengan jumlah santri putra sebanyak 54 dan santri putri

sebanyak 76 yang berasal dari berbagai penjuru kota, bahkan ada yang

dari tetangga Negara kita, yaitu Malaysia. Dari banyaknya santri

tersebut tidak semua melaksanakan hafalan al-Qur’an 30 juz, karena

santri yang maíz melaksanakan pendidikan formal seperti SD dan SMP

tiddak diwajibkan menghafl al-Qur’an 30 juz, akan tetapi santri

tersebut diwajibkan menghafal juz ‘Amma. Sedangkan santri yang

sedang melaksanakan pendidikan formal tingkat SMA atas dan santri

yang hanya mukim di pesantrn diwajibkan menghafal al-Qur’an 30

juz. Pondok ini sudah banyak mencetak seorang hafidzul Qur’an,

walaupun diantara salah satunya ada yang tuna netra.1

b. Tujuan

Pondok pesantren (PP) Madrosatul Qur’anil Aziziyah sebagai

salah satu lembaga pendidikan keagamaan ingin berperan aktif dalam

usaha-usaha memajukan bangsa. Hal ini dilakukan dengan

memberikan pendidikan ilmu-ilmu al-Qur’an, terutama bagaimana

cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, yaitu mengetahui

hukum-hukum bacaan al-Qur’an (tajwid) dan fasih dalam

pengucapannya (makhariju al-huruf), hingga menghafalkan al-Qur’an

(Tahaffudz al-Qur’an) suatu tingkat tertinggi dalam bidang qira’ah al-

Qur’an serta mengamalkannya. Selain itu, pondok juga memberikan

pendidikan ilmu-ilmu keislaman, mulai dari Nahwu, Sharaf, Fiqih, dan

akhlak berikut pengamalannya. Pendidikan ini diberikan kepada para

santri, baik yang tinggal di dalam pomdok maupun putra putri dari

1Wawancara dengan pengasuh pondok (KH. M. Sholeh Mahali), tanggal 5 Maret

2009 danSumber Dokumentasi PPMQA.

Page 47: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

32

lingkungan sekitar yang ikut belajar di PP Madrosatul Qur’anil

Aziziyah.

Adapun tujuan didirikannya ponpes “Madrosatul Qur’anil

Aziziyah” adalah mencetak generasi huffadz, para penghafal al-Qur’an

yang akan menjadi penguat barisan dakwah Islam. Sehingga kegiatan

sehari-hari dititikberatkan pada proses menghafal al-Qur’an. Bahkan

sebagian besar waktu para santri dihabiskan untuk kegiatan ini, mulai

dari menghafal, mentadarus,dan menyetorkan hafalan. Namun sebagai

penunjang intelektualitas para santri, ponpes menyelenggarakan

kegiatan kajian kitab kuning, terutama untuk bidang-bidang fiqih dan

gramatika bahasa Arab.

Selain dengan membekali santri dengan hafalan al-Qur’an dan

kajian kitab kuning, para santri diberikan bekal latihan pengabdian

masyarakat dengan memberikan pengajaran baca tulis al-Qur’an pada

anak-anak di Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) ponpes “Madrosatul

Qur’anil Aziziyah”. Setiap hari para santri yang telah memiliki

kapabilitas cukup di bidang al-Qur’an mengajar anak-anak usia

sekolah dasar ketrampilan baca tulis al-Qur’an. Disini mereka dididik

untuk memberikan kontribusi intelektual bagi umat.

Tujuan lain dari ponpes ini adalah dakwah. Dakwah tersebut

adalah berupa kegiatan muqaddaman atau sima’an, yaitu pembacaan

al-Qur’an 30 juz secara kolektif untuk keperluan-keperluan tertentu

dari masyarakat dan dilanjutkan dengan ma’idzah hasanah dari

pengasuh pondok. Misalnya seseorang ingin menikahkan

putra/putrinya, atau ingin memperingati hari kematian anggota

keluarganya, biasanya mereka meminta do’a restu pengasuh pondok

dengan barokah dan fadhilah bacaan al-Qur’an. Pengasuh kemudian

mengajak beberapa santri untuk membacakan al-Qur’an di tempat

yang telah ditentukan. Ini merupakan syi’ar dakwah yang senantiasa

dilakukan oleh Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah.

Page 48: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

33

Pada tahun ajaran 2008/2009 ini, ponpes merencanakan

program pengembangan potensi para santri dalm bidang life skill

(ketrampilan hidup), yaitu memberikan pelatihan dan pembinaan

berupa ilmu pengaetahuan praktis dan ketrampilan yang bersifat tepat

guna, yang dapat dijadikan sebagai bekal hidup ketika para santri telah

menyelesaikan studinya di pesantren. Dan juga diharapkan tumbuh

pada diri santri jiwa entrepreneurship (kewirausahaan).

Program life skill terseabut adalah Agrobisnis Budidaya

Tanaman Hias. Tujuan diberikannya pengetahuan dan ketrampilan

tersebut adalah agar santri :

1. Memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan di bidang budidaya

tanaman hias.

2. Tumbuh rasa percaya diri kemandirian serta keuletan dalam hidup

dan kehidupan.

3. Agar menjadi manusia yang cinta terhadap alam dan

lingkungannya.

4. Memiliki jiwa kewirausahaan bidang agrobisnis tanaman hias.2

2. Nama dan letak geografis

Nama pondok pesantren ini adalah pondok pesantren

“Madrosatul Quranil Aziziyah” yang sering disingkat PPMQA, yang

artinya “Sekolah Qur’an Aziziyah”. Sebelum menamai pondok ini,

pengasuh terlebih dahulu izin kepada gurunya. Sebelumnya pondok ini

akan dinamai dengan nama Ponpes Tahfidzul Qur’an, akan tetapi nama

tersebut tidak diizinkan oleh guru K. H. M. Sholeh Mahali dikarenakan

nama tersebut hanya berfokus kepada hafalan al-Qur’an. Pada akhirnya

nama itu diganti dengan nama “Madrosatul Qur’ani Aziziyah”. Menurut

guru beliau nama ini tidak hanya difokuskan menghafal al-Qur’an, tetapi

dimungkinkan juga untuk santri yang akan belajar membaca al-Qur’an dan

ilmu lainnya, seperti ilmu fiqih dan akhlaq. Adapun “Aziziyah” diambil

dari nama istri pengasuh pondok.

2Dokumentasi PPMQA.

Page 49: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

34

Dengan nama tersebut diharapkan ponpes ini benar-benar

menjadi sumber mata airnya ilmu-ilmu al-Qur’an, sehingga santri yang

menimba ilmu di pondok itu ibarat memanfaatkan fungsi sebuah mata air

sebagai tempat untuk menimba diri, mengembangkan potensi menjadi

orang yang ahli dalam al-Qur’an dan berilmu pengetahuan.3

Lokasi pondok cukup kondusif bagi kegiatan belajar mengajar.

Lingkungan yang agamis, cuaca yang teduh, dan kedekatan pondok secara

geografis dengan Kampus IAIN, menjadikan PPMQA memiliki harapan

besar untuk dapat membantu mengembangkan dakwah Islam dan

mendidik generasi muda secara Qur’ani.

Adapun batas wilayah yang berbatasan dengan wilayah desa

bringin adalah sebagai berikut : sebelah utara desa Gondoriyo, sebelah

selatan desa Tambak Aji, sebelah barat desa Wonosari, dan sebelah timur

adalah kelurahan Ngaliyan.

3. Struktur Kepengurusan4

STRUKTUR PENGURUS PONDOK PESANTREN MADROSATUL

QUR’ANIL AZIZIYAH TAHUN 2008 / 2009

a. Pengurus pondok putra

Pengasuh : K. H M. Sholeh Mahali

Ketua I : Lukman Nur Amin Lc.

Wakil ketua : Mukhlisin

Sekertaris I : Abdullah Kurniawan

Sekertaris II : Ari Setiono

Bendahara I : Fatkhul ‘ulum

Bendahara II : Qori

Seksi pendidikan : 1. Suratman

2. Mukhlasin

3. Maksum

Seksi keamanan : 1. Masruri

3Ibid 4Dokumentasi PPMQA, Op-Cit

Page 50: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

35

2. Reza Puraiza

Seksi kebersihan : 1. Saiful Anwar

2. Sajidun

b. Pengurus pondok putri

Pengasuh : Hj. Nur Aziziyah

Ketua I : Azylina

Wakil ketua : Fadhilatussalisa

Sekertaris I : Ririn Yuni Wahyuni

Sekertaris II : Naila Duri Nafi’a

Bendahara I : Saidarofa

Bendahara II : Rizka

Seksi pendidikan : 1. Eni Rihanah

2. Uswatun Hasanah

3. Siti Wahyuni

Seksi Keamanan : 1. Ernawati

2. Maryatul Qibtiyah

3. Sofiyatun

Seksi kebersihan : 1. Rohimah

2. Umi Khabibah

3. Alif Bidayah

4. Evi

B. Kegiatan Santri di PPMQA

Setelah calon santri mendaftarkan diri untuk menjadi santri di

PPMQA dan telah mendapat izin dari pengasuh, maka calon santri tersebut

telah sah menjadi santri PPMQA. Seluruh santri pondok diwajibkan tinggal

di dalam pondok pesantren dan mengikuti seluruh kegiatan pondok.

Dengan diwajibkannya santri tinggal di pondok, maka akan lebih

mudah bagi pelaksana pondok untuk mencetak santri yang bertitel Hafidz

Qur’an dengan ilmu tajwid yang baik dan memahami pokok-pokok dari al-

Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Page 51: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

36

1. Jadwal Kegiatan5

a. Kegiatan harian

No Waktu Nama kegiatan

1 04. 00 – 04. 30 Bangun tidur, persiapan shalat jamaah

subuh.

2 04. 30 – 04. 45 Shalat berjamaah subuh

3 04. 45 – 07. 00 KBM al-Qur’an bi al- nadhar

4 07. 00 – 07. 25 KBM al-Qur’an bi al-ghaib

5 07. 25 – 12. 00 Mandi, makan , mudarasah sendiri

6 12.00 – 14. 00 Shalat berjamaah dzuhur, tidur siang

7 14. 00 – 15. 00 Mudarasah persiapan muraja’ah

8 15. 00 – 15. 30 Shalat berjamah shalat ashar

9 15. 30 – 17. 00 Muraja’ah

10 17. 00 – 17. 30 Istirahat, mandi

11 17. 30 – 17. 50 Persiapan shalat jamaah maghrib

12 17. 50 – 18. 25 Jamaah maghrib

13 18. 25 – 19. 15 Jam wajib mudarasah

14 19. 15 – 19. 45 Shalat jamaah isya’

15 19. 45 – 20. 00 Makan malam

16 20. 00 – 21. 30 Sekolah diniyah

17 21. 30 – 04. 00 Tidur malam atau mudarasah / membuat

hafalan

b. Kegiatan mingguan

1) Tahlilan

2) Berzanzi

3) Mudarasah

4) Yasinan

5) Mujahadahan

5Ibid

Page 52: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

37

6) Hiburan TV

7) Main bola

8) Kerja bakti

c. Kegiatan bulanan

1) Sima’an Minggu pon (bulanan)

2) Kerja bakti massal

d. Kegiatan tahunan

1) Acara maulid Nabi Muhammad SAW

2) Santunan anak yatim

3) Peringatan 17 agustus

4) Kepanitiaan qurban

5) Ziarah

6) Acara Isra’ Mi’raj sekaligus khatmil Qur’an

7) Kegiatan ramadhan

8) Liburan akhir tahun

2. Bimbingan dan penyuluhan6

Seperti keterangan di atas bahwa santri diwajibkan tinggal di dalam

pondok dan mengikuti kegiatan pondok. Apabila ada salah satu santri yang

melanggar peraturan pondok, maka santri tersebut akan mendapatkan

bimbingan dan penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan

berupa hal-hal sebagai berikut :

1. Memberi teguran langsung

2. Pengarahan dan peringatan setelah shalat berjamaah

3. Bimbingan rohani setiap malam jumat

4. Peringatan tertulis di papan tulis

5. Diberi hukuman, misalnya : membersihkan halaman pondok atau WC

6. Pemanggilan wali santri

7. Dicukur gundul bagi pelanggar berat

8. Dihadapkan ke pengasuh pondok untuk mendapatkan nasehat dan

peringatan ataupun hukuman langsung dari beliau

6Ibid

Page 53: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

38

9. Diberi tugas, misalnya, menghafal surat atau beristighfar 1000 kali

C. Jaudah Tahfidz Al-Qur’an Santri PPMQA

Menurut ustadz murajaah di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil

Aziziyah (PPMQA) bahwa jaudah tahfidz al-Qur’an atau mutu hafalan al-

Qur’an santri di PPMQA tidak jauh berbeda dengan santri penghafal al-

Qur’an lainnya, yaitu semua ada kelebihan dan kekurangannya, diantara

kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut :

1. Segi kelebihan hafalan al-Quran santri PPMQA

a. Tajwidnya

Santri PPMQA dalam hafalan al-Qur’an tajwid sangat

diperhatikan. penerapan tajwid oleh santri cukup baik karena sebelum

memulai hafalan al-Qur’an santri terlebih dahulu ditashih tajwidnya

oleh pengasuh pondok pesantren, karena kefasihan dalam membaca al-

Qur’an akan berpengaruh pada baik buruknya hafalan al-Qur’an.

b. Ketartilannya

Diantara salah satu kelebihan hafalan santri PPMQA adalah

ketertartilannya, karena pengasuh pondok pesantren mewajibkan

membaca tartil ketika menyetorkan hafalan al-Quran

c. Makharij huirufnya

Pengasuh PPMQA juga mentashih makharij huruf sebelum

santri memulai hafalan al-Qur’an, jadi saat santri hafalan al-Quran

mulai menghafal al-Quran akan mudah mengucapkan huruf hijaiyah

dengan fasih.

2. Segi kelebihan hafalan al-Quran santri PPMQA

a. Mudahnya lupa

Santri PPMQA tidak sedikit yang hafalannya masih kurang

baik, contohnya seperti hal lupa, lupa disini meliputi lafadz, ayat, dan

syakalnya, tetapi hal seperti itu tidak membuat santri jadi patah

semangat untuk menghafalkan al-Qur’an, justru dengan adanya sifat

lupa itu santri jadi tambah akrab dengan kitab suci al-Qur’an, karena

Page 54: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

39

bagaimanapun seandaianya ada hafalan yang lupa pasti santri akan

membuka al-Qur’an kembalai guna memngingat-ingat hafalan yang

sempat lupa.

b. Sulit membedakan ayat yang mirip

Diantara kendala santri untuk memperbaiki hafalan al-

Qur’annya adalah sulitnya membedakan ayat-ayat yang hampir mirip,

karena di dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang hampir sama akan

tetapi sebenarnya ada perbedaan sedikit dalam huruf atau lafadznya.

D. Pelaksanaan Tahfidz al-Qur’an Di Pondok Pesantren Madrosatul

Qur’anil Aziziyah

1. Persyaratan Santri Sebelum Menghafal

Santri di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah

sebelum memulai untuk menghafal terlebih dahulu harus memenuhi

persyaratan yang diberikan oleh pengasuh. Syarat tersebut bertujuan agar

santri di dalam proses menghafal tidak terlalu sulit dan akan menghasilkan

mutu hafalan yang baik. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Izin dari orang tua

b. Menguasai ilmu tajwid

c. Menguasai ilmu musykilat

d. Baik makharij al-hurufnya

e. Khatam al-Qur’an bi al-nadzar

Santri yang belum menguasai ilmu tajwid, musykilat dan belum

baik makharij al-hurufnya akan dibimbing langsung oleh pengasuh

terlebih dahulu dengan belajar kitab yang berhubungan dengan ilmu-ilmu

tersebut, setelah menguasai ilmu-ilmu tersebut santri belajar membaca al-

Qur’an bi al-nadzar dan selanjutnya bisa langsung menghafal al-Qur’an.7

2. Persiapan Menghafal al-Qur’an

Adapun persiapan menghafal al-Quran di PPMQA adalah sebagai

berikut :

7Wawancara dengan kepala pondok putar (Lukman Nur Amin), tanggal 5 Maret 2009.

Page 55: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

40

a. Niat yang kuat untuk menghafal al-Qur’an

b. Puasa yang diperintahkan langsung oleh pengasuh

c. Menyiapkan al-Qur’an pojok

d. Target hafalan

e. Waktu (untuk mentakrir hafalan).

3. Pelaksanaan tahfidz al-Qur’an

a. Kegiatan tahfidz al-Qur’an

Pendidikan al-Qur’an merupakan program utama dari

pesantren ini, maka dari itu pondok tersebut menginginkan santri yang

lulus dari pondok tersebut menjadi seorang hafidz yang fasih dalam

bacaan al-Qur’annya. Dari keinginan tersebut pesantren melaksanakan

pentashihan, pentashihan tersebut meliputi tashih makhraj, tashih

huruf, tashih tajwid, dan tashih tahfidz.

Materi tersebut terutama meteri-materi tahfidz dilaksanakan

dalam beberapa kegiatan yaitu :

1) Kegiatan harian

a) Selesai shalat ashar : mengulang hafalan (murajaah)

b) Selesai shalat maghrib : mudarasah sendiri

c) Setelah shalat shubuh : menambah hafalan (setoran)

2) Kegiatan mingguan

a) Hari sabtu jam 9 pagi : Sima’an Qur’an (putri)

b) Setelah shalat jumat : Sima’an Qur’an (putra)

c) Setelah shalat maghrib malam jumat : Kegiatan rutinan

3) Kegiatan bulanan

Setiap hari minggu pertama pada tiap bulannya diadakan

sima’an 30 juz yang dibaca oleh santri secara bergilir. Santri

membaca al-Qur’an bi al-ghaib secara bergilir menurut juz yang

sudah ditentukan oleh sexy pendidikan.

4) Kegiatan tahunan

Page 56: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

41

Pada setiap bulan Rajab tanggal 27 dilaksanakan khatmil

Qur’an dan dibacakan al-Qur’an 30 juz bi al-ghaib oleh peserta

khatmil Qur’an dan diteruskan dengan pengajian akbar.

b. Mekanisme menghafal al-Qur’an

Ada beberapa tahapan kegiatan setoran kepada ustadz, yaitu :

1. Meyetorkan halaman baru

Dalam meyetorkan hafalan baru, biasanya santri

menyetorkan hafalan sebanyak satu halaman atau lebih tergantung

pada kemampuan santri yang dilaksanakan setelah shalat subuh.

2. Mengulang hafalan yang telah diperoleh

Hafalan yang telah diperoleh harus didengarkan kembali

kepada ustadz, jumlah hafalan yang diperdengarkan kembali

minimal lima halaman.

c. Cara menghafal al-Qur’an

Sebelum memulai hafalan al-Qur’an, maka terlebih dahulu

para santri memeperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Penggunaan al-Qur’an pojok

2) Yaitu pada setiap halaman diakhiri dengan ayat dan setiap juz

terdapat 20 halaman

3) Upaya membuat target hafalan setiap hari

4) Setiap hari para santri membuat target hafalan, biasanya sebanyak

satu halaman.

5) Memperdengarkan hafalannya

6) Untuk menjaga hafalan maka para santri selalu mendengarkan

hafalannya kepada orang lain, sebelum disetorkan kepada ustadz.

7) Berusaha membenarkan ucapan dan bacaan

Hal ini dilakukan agar dalam membaca al-Qur’an sesuai

dengan kaidah ilmu tajwid, serta fasih dalam membacanya.

d. Metode menghafal al-Qur’an

Dalam mengajarkan menghafal al-Qur’an tidaklah sama dan

semudah mengajarkan pelajaran yang lain. Oleh karena itu digunakan

Page 57: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

42

berbagai metode yang tepat sehingga santri akan mempermudah dalam

menghafal al-Qur’an, metode tersebut antara lain :

1) Metode musyafahah (face to face)

Pada prinsipnya metode ini bisa dilakukan dengan tiga,

diantara tiga cara tersebut adalah sebagai berikut :

a) Guru membaca, santri mendengarkan dan sebaliknya

b) Guru membaca dan santri hanya mendengarkan

c) Santri membaca dan guru mendengarkan.

Dari ketiga cara di atas yang sering digunakan dalam

pesantren tersebut adalah cara yang ketiga, yaitu santri membaca

dan guru mendengarkan.

2) Metode resitasi

Guru memberi tugas kepada santri untuk menghafal

beberapa ayat atau halaman sampai hafal betul, kemudian santri

membaca halamannya di muka guru.

3) Metode takrir

Arti takrir adalah mengulang, yaitu santri mengulang-ulang

hafalannya, kemudian membaca hafalannya di hadapan guru.

4) Metode mudarasah

Maksud dari metode ini adalah semua santri menghafal

secara bergantian dan berurutan secara bergantian dan yang lain

mendengarkan atau menyima’nya. Dalam praktiknya mudarasah ini

ada tiga cara :

a) Mudarasah perhalaman (pojokan)

Yaitu santri membaca satu halaman kemudian dilanjutkan

oleh santri lainnya.

b) Mudarasah lembaran

Yaitu santri membaca satu lembar atau dua halaman

kemudian dilanjutkan oleh santri lainnya.

c) Mudarasah perempatan

Page 58: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

43

Yaitu setiap santri membaca ¼ (seperempat) juz atau lima

halaman, kemudian diteruskan oleh santri lainnya. Dan apabila

telah lancar bacaannya dapat dilanjutkan mudarasah setengah

juz dan seterusnya.

5) Metode tes

Metode ini digunakan untuk mengetahui ketepatan dan

kelancaran hafalan santri dengan menyetor juz tertentu kepada

seorang guru atau yang ditunjuk sebagai tim penyima’ atau penguji.

4. Upaya Meningkatkan Jaudah Tahfidz al-Qur’an

Hafalan al-Qur’an tentunya tidak mudah, karena sesungguhnya

hafalan al-Qur’an itu mudah, akan tetapi mudah pula untuk lepas hafalan

itu. Oleh karena itu di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah ada

cara-cara untuk meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an, terutama dari pihak

pengasuh/ustadz, karena ustadz sebagai pihak yang paling berperan dalam

aktivitas menghafal al-Qur’an. Akan tetapi bukan hanya ustadz saja yang

menjadikan hafalan tersebut kuat, santri sendiri juga sangat berperan

dalam membentuk hafalan al-Qur’an yang kuat. Adapun upaya-upaya

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an oleh pengasuh / ustadz

1) Tes tajwid dan makharij al-huruf.

Sebelum santri memulai proses penghafalan al-Qur’an,

terlebih dahulu santri dites ilmu tajwidnya dan makhorijul

khurufnya. Upaya ini dilakuakan agar di dalam melafadzkan bacaan

al-Qur’an bisa benar dan fasih dalam pengucapannya.

2) Mewajibkan memakai mushaf khusus (al-Qur’an pojok)

Hal ini sangat penting dilakukan oleh penghafal al-Qur’an,

karena dengan digunakannya Qur’an pojok akan mempermudah si

penghafal mengingat ayat selanjutnya pada halaman berikutnya.

3) Mengadakan muraja’ah

Ustadz mengadakan muraja’ah, yaitu untuk menyetorkan

hafalannya yang sudah disetorkan kepada pengasuh. Dalam

Page 59: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

44

mengulang hafalan minimal 5 halaman dan maksimal satu juz atau

20 halam. Hal ini bertujuan untuk memperlancar hafalan.

4) Mengadakan tes / sima’an mingguan

Sima’an ini dilaksanakan guna memperlancar hafalan juga

untuk meneliti bagian hafalan yang salah dan hafalan yang belum

lancar, sehingga dari kesalahan itu akan mudah diperbaiki santri

menjadi benar dan lancar.

5) Mengadakan sima’an 30 juz setiap bulan

Kegiatan ini rutin setiap bulan diadakan, biasanya setiap

santri dapat bagian sendiri-sendiri guna menghafal al-Qur’an dan di

simak oleh para santri lainnya. Kegiatan ini berguna untuk

meningkatkan hafalan dan mempertebal mental dalam membaca al-

Qur’an pakai pengeras suara dan disimak orang banyak.

6) Pada waktu setoran, bacaan wajib pelan dalam membaca

Membaca al-Qur’an dengan pelan termasuk usaha untuk

memperkuat hafalan, karena dengan membaca seperti itu akan

memepermudah penyimak dalam meneliti bacaannya, sehingga

santri akan mudah dalam mengingat huruh-huruf yang keliru.

7) Mewajibkan mudarasah pada jadwal yang ditentukan

Kegiatan ini dilakukan setiap shalat maghrib. Tujuan

kegiatan ini untuk memperlancar bacaan.

8) Mentakrir dalam shalat tarawih

Setiap bulan ramadhan para santri melaksanakan shalat

tarawi secara berjamaah. Dalam shalat tarawih tersebut bacaan

suratnya dimulai dari surat al-Baqarah sampai khatam. Biasanya

setiap malam dibaca sampai satu setengah juz, sehingga pada hari

ke-20 ramadhan sudah khatam 30 juz. Setiap malamnya imam

dikasih giliran.

9) Memperbolehkan mengikuti lomba hafalan al-Qur’an

Page 60: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

45

Pengasuh memperbolehkan santrinya untuk mengikuti

lomba hafalan al-Qur’an, karena dengan mengikuti lomba hafalan

santri akan selalu dijaga kelancaran hafalannya dan kefasihannya.

10) Mengajak sima’an al-Qur’an pada acara di luar pondok

Kegiatan sima’an ini dilaksanakan pada waktu-waktu

tertentu di luar pondok, biasanya seorang warga yang masih

mempunyai hajat seperti pernikahan atau khitanan meminta kepada

penagasuh pondok untuk membacakan al-Qur’an bi al-ghaib

bersama para santrinya. Kegiatan ini sangat berguna sekali bagi

santri untuk memperlancar hafalannya.

11) Mewajibkan sekolah diniyah kecuali para ustadz

Salah satu materi dari sekolah diniyah ini adalah nahwu

shorof. Nahwu sharaf sangat penting untuk dikuasi, karena bisa

mempermudah santri untuk membedakan syakal al-Qur’an, seperti

fathah, kasrah dan dhamah.

12) Mengadakan do’a bersama

Do’a bersama ini dilaksanakan setiap seminggu sekali di

aula pondok putra lantai dua setelah shalat subuh hari jum’at yang

dipimpin oleh pengasuh pondok pesantren, sebelum berdo’a terlebih

dahulu melaksanakan dzikir bersama yang berisi bacaan istghfar,

tahmid, tahlil, dan takbir. Kegiatan ini bertujuan untuk memohon

kepada Allah agar semua hajat para santri bisa terkabul, khususnya

hajat dalam hal menghafal Qur’an agar diberi kemudahan,

kelancaran, dan istiqamah dalam mentadarusnya serta mengamalkan

isi al-Qur’an.

a. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an oleh santri

Untuk meningkatkan mutu hafalan tidak hanya pengasuh atau

ustadz yang mempunyai peran penting, tetapi santri juga menentukan

bagaimana mutu hafalan al-Qur’annya. Berikut ini adalah upaya

peningkatan mutu hafalan yang dilakukan oleh santri PPMQA.

1) Sikap semangat dan niat yang ikhlas

Page 61: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

46

Sikap semangat dan niat yang ikhlas adalah modal yang

paling utama untuk menggapai cita-cita hafalan yang kuat, karena

tanpa sikap tersebut proses hafalan dan peningkatan hafalannya akan

kurang maksimal.

2) Kontinyu dalam bertakrir

Maksud dari kontinyu adalah ketetapannya di dalam

mentadarus al-Qur’an. Walaupun sedikit dalam mentadarus al-

Qur’an akan tetapi apabila di dalam bertadarus selalu istiqamah

hasilnya pasti akan kelihatan. Yang dimaksud dengan istiqamah

adalah konsisten, yaitu tetap menjaga keajekan dalam menghafal al-

Qur’an. Dengan perkataan lain penghafal harus senantiasa menjaga

kontinuitas dan efisiensi terhadap waktu. Biasanya santri mentakrir

hafalannya setiap habis shalat fardu kecuali setelah shalat subuh,

karena setelah shalat subuh mempersiapkan setoran hafalan yang

baru.

3) Sima’an atau takrir dengan teman

Santri di dalam meningkatkan kelancaran hafalan saling

menyimak antara santri satu dengan santri lainnya, hal ini bermaksud

untuk saling meneliti kalau ada bacaan yang salah atau kurangnya

kelancaran di dalam membaca.

4) Takrir di dalam shalat

Ada beberapa santri yang di dalam usahanya untuk

meningkatkan ketajaman hafalannya dengan bertakrir di dalam

shalat, biasanya dilakukan didalm waktu shalat sunah malam, yaitu

shalat tahajud.

5) Tanya jawab atau tebak-tebakan ayat

Tanya jawab disini biasanya dilakukan oleh dua santri atau

lebih, santri satu memberikan pertanyaan kepada santri lainnya untuk

menebak surat apa dan juz berapa, terus santri yang diberi

pertayanyaan menjawab dan membunyikan ayatnya. Hal ini sangat

Page 62: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

47

berguna sekali pada ketajaman hafalan, karena santri selalu berfikir

dan penasaran dengan ayat yang dipertanyakan.

6) Berusaha membaca al-Qur’an dengan tartil

Santri berusaha bermudarasah dengan tartil atau pelan,

karena dengan membaca dengan pelan akan mudah meneliti

bacaannya sendiri.

7) Berusaha mudarasah dengan suara lantang

Disamping membaca dengan tartil atau pelan, santri juga

membaca dengan suara yang keras, fungsi ini sama dengan membaca

dengan tartil, yaitu mempermudah meneliti yang sedang dibaca.

8) Istirahat yang teratur

Istirahat adalah hal yang penting bagi para penghafal al-

Qur’an, karena dengan istirahat yang teratur akan memepermudah

santri dalam proses menghafal dan memeliharanya. Dengan energi

yang fit otak juga akan bekerja dengan maksimal, oleh karena itu

istirahat hal yang tidak boleh disepelekan oleh para penghafal al-

Qur’an.

9) Berdo’a

Seorang penghafal al-Qur’an pasti akan mendambakan

hafalan yang kuat, disamping berusaha di dalam meningkatkan mutu

hafalannya dengan perbuatan, santri juga berdo’a kepada Tuhan sang

pencipta, santri berharap agar di dalam hafalannya terjaga dengan

baik dan bisa mentadarus al-Qur’an dengan istiqamah. Allah berjanji

barang siapa yang berdo’a kepada-Nya, niscaya Allah akan

mengabulkan do’a itu.8

5. Evaluasi Tahfidz al-Qur’an

Evaluasi mutlak dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

santri telah berkembang, tidak hanya dari hafalan santri, tetapi juga

8Wawancara dengan santri PPMQA, tanggal 6 Maret 2009.

Page 63: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

48

berilaku sehari-hari santri. Evaluasi di pondok ini antara lain adalah

sebagai berikut :

a. Tes formatif

Tes ini berupa mudarasah mingguan atau sima’an mingguan

yang dilaksanakan pada hari Jum’at setelah shalat Jum’at Tes ini

berfungsi untuk mengulang yang telah diperoleh santri dan sima’ oleh

para santri yang bertugas untuk meneliti bacaannya. Mengulang hafalan

juga dilakukan setiap selesai shalat ashar kecuali hari Jum’at dihadapan

ustadz muraja’ah.

c. Tes sumatif

Tes ini dilaksanakan apabila seorang santri akan mengikuti

khataman al-Qur’an, tes ini dilakukan dengan cara santri tersebut

disima’ (diperdengarkan bacaan) keseluruhan dari juz 1 sampai juz 30

oleh masyarakat setempat dan dewan penguji dalam waktu satu hari.9

9Ibid

Page 64: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

49

BAB IV

ANALISIS PELAKSANAAN TAHFIDZ AL-QUR’AN DAN UPAYA

MENINGKATKAN JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN

A. Analisis Tentang Pelaksanaan Tahfidz Al-Quran di Pondok Pesantren

Madrosatul Qur’anil Aziziyah

Setelah dipaparkan data hasil penelitian pada Bab III, maka tiba

saatnya penulis ingin memberikan analisis pelaksanaan hafalan al-Qur’an di

Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah. Bentuk penelitian ini adalah

menggunakan deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Data yang berasal

dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokumen dan sebagainya kemudian

dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau

realitas.

Sebelum menganalisis, penulis terlebih dahulu akan memaparkan

tentang pelaksanaan hafalan al-Qur'an pondok pesantren itu sendiri.

Pelaksanaan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah manajemen.

sebuah pondok pesantren tidak akan berjalan tanpa adanya pelaksanaan dari

rencana program-program yang menjadi tujuan pondok pesantren.

Pondok Pesantren Madrosatul Qur'anil Aziziyah adalah sebuah

pesantren yang bertujuan mencetak para santri menjadi hafidz dan hafidzah

hingga mampu menghafal al-Qur'an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid,

menghayati dan mengamalkan ajaran al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.

Dari data bab III penulis dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan

hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah, dari

data tersebut penulis akan menganalisa pelaksanaan hafalan al-Qur'an di

Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah.

1. Metode tahfidz al-Qur'an

Proses menghafal al-Qur’an pada pondok pesantren ini dilakukan

dengan proses menghafal terlebih dahulu walaupun kadang ada santri yang

belum mengetahui seluk beluk ulumul Qur’an, gaya bahasa atau makna

Page 65: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

50

terkandung di dalamnya. Penghafal mengandalkan kecermatan,

memperhatikan bunyi ayat-ayat yang hendak dihafalkan. Artinya asal

sudah bisa membaca dengan baik sesuai dengan tajwid mulailah ia

menghafal al-Qur’an. Proses hafalan seperti ini harus langsung bertatap

muka dengan guru.

Seorang guru mempunyai peranan penting, antara lain :

a. Sebagai penjaga kemurnian al-Qur’an

b. Sebagai sanad yang menyambungkan mata rantai sanad hingga

bersambung kepada Rasulullah saw

c. Menjaga dan mengembangkan minat menghafal santri

d. Sebagai pentashih hafalan

e. Mengikuti dan mengevaluasi perkembangan hafalan santri.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses menghafal santri

adalah penggunaan metode hafalan yang tepat. Di pesantren tersebut

metode yang digunakan antara lain : metode mushafahah, metode resitasi,

metode takrir, metode mudarrasah, dan metode tes.

Kelima metode tersebut sebenarnya memberikan kesempatan

kepada santri untuk mengulang hafalan yang telah diperolehnya. Karena

untuk melekatkan hafalan perlu pengulangan yang cukup banyak. Khusus

metode resitasi memberikan kesempatan kepada santri yang mempunyai

kemampuan lebih untuk cepat khatam hafalannya.

2. Kegiatan tahfidz al-Qur'an

Keterampilan mengatur waktu adalah hal yang sangat penting

bagi para penghafal, kerena disiplin waktu merupakan salah satu kunci

keberhasilan dalam menghafal al-Qur’an. Adapun pengaturan waktu untuk

menghafal al-Qur’an ditetapkan oleh pondok pesantren. Pengaturan ini

bertujuan untuk menjaga suasana yang kondusif agar para santri memiliki

disiplin dalam menghafal al-Qur’an. Adapun waktu kegiatan menghafal al-

Qur’an di PPMQA adalah sebagai berikut :

Selesai shalat ashar : mengulang hafalan (dengan guru)

Selesai shalat maghrib : mengulang hafalan (sendiri)

Page 66: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

51

Selesai shalat subuh : menambah hafalan (dengan guru)

Waktu-waktu yang ditetapkan di atas sesuai dengan waktu-waktu

yang dianggap sesuai dan baik untuk menghafal al-Qur’an. Menurut Ahsin

W. al-Hafidz, waktu yang baik untuk kegiatan menghafal al-Qur’an adalah

sebagai berikut :

a. Waktu sebelum terbit fajar

b. Sebelum fajar hingga terbitnya matahari

c. Setelah bangun tidur

d. Setelah shalat

e. Waktu diantara maghrib dan isya’

Menurut penulis, bahwa dua waktu dalam kegiatan menghafal

santri PPMQA sudah cukup baik, yaitu setoran hafalan pada waktu pagi

(setelah subuh) dan untuk mengulang hafalan pada sore hari (setelah

ashar). Kedua waktu tersebut baik untuk kegiatan menghafal al-Qur'an,

alasan pertama, karena pada waktu pagi pikiran masih fresh atau belum

ada kegiatan-kegiatan yang akan dipikirkan, sehingga dalam proses

menghafal akan lebih fokus dan hafalan akan mudah diingat dalam otak.

Kedua, setelah shalat ashar, wakktu itu juga cukup baik untuk kegiatan

menghafal al-Qur'an, karena di PPMQA ada waktu qailulah (istirahat

siang), berarti pada waktu setelah ashar santri cukup bugar dan fit untuk

menghafal al-Qur'an atau mengulang hafalan.

Menurut penulis, dari waktu kelima di atas, tidak berarti bahwa

selain waktu tersebut tidak baik untuk menghafal al-Qur’an, yang paling

penting setiap waktu yang mendorong munculnya ketenangan dan

terciptanya konsentrasi adalah baik untuk menghafal. Semua waktu di atas

juga tidak akan efektif juga tidak dibarengi dengan sikap niat ikhlas dan

istiqamah santri dalam menghafal al-Qur'an, karena istiqamah dalam

menghafal al-Qur'an merupakan salah satu syarat utama dalam meraih

kesuksesan menghafal al-Qur'an. Pendapat ini juga dikatakan oleh

Sa'dulloh yang juga merupakan ahlu al-Qur'an. menurut beliau syarat-

syarat menghafal al-Qur'an adalan sebagai berikut :

Page 67: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

52

a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori,

atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan

mengganggunya.

b. Niat yang ikhlas.

c. Merasakan keagungan al-Qur’an.

d. Istiqamah

f. Izin dari orang tua, wali atau suami.

g. Mampu membaca dengan baik.

3. Evaluasi tahfidz al-Qur'an

Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan santri

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan di dalam sebuah program.

Evaluasi sangat penting dilaksanakan, karena dengan evaluasi dapat

diketahui apakah tujuan belajar yang telah ditentukan dapat tercapai

dengan baik atau tidak.

Pelaksanaan evaluasi di PPMQA menggunakan dua macam tes,

yaitu tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif dan tes sumatif adalah hal

yang harus dilakukan dalam pembelajaran (hafalaan al-Qur’an), karena

sesungguhnya menghafal al-Qur’an memerlukan ketelitian yang sangat

teliti di dalam bacaannya, baik dari segi tajwid, makhraj, dan

ketartilannya. Dari berdirinya PPMQA sampai tahun sekarang pesantren

tersebut sudah mencetak hafidz yang cukup banyak, hampir setiap tahun

dari tahun 1993 pesantren tersebut mewisudakan seorang hafidz, akan

tetapi penulis hanya menemukan data jumlah santri yang telah khatam al-

Qur’an bi al-ghaib dari tahun 2003/2004 sampai 2008/2009. Adapun data

tersebut adalah sebagai berikut :

No Tahun Khatam bi al-ghaib

1 2003/2004 8 santri

2 2004/2005 6santri

3 2005/2006 5 santri

Page 68: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

53

4 2006/2007 7santri

5 2007/2008 4 santri

6 2008/2009 4 santri

Jumlah 34 santri

Melihat fakta di atas dapat diketahui keseriusan PPMQA dalam

membina dan mencetak hafidz Qur’an serta mengupayakan mutu hafalan

al-Qur’an santri agar menjadi lebih baik. Dari jumlah khataman yang ada

di atas membuktikan bahwa pesantren tersebut tidak menitik beratkan pada

banyknya atau kecepatan hafalan santri untuk mengkhatamkan al-Qur’an,

akan tetapi pesantren tersebut menitikberatkan pada mutu hafalan al-

Qur’an yang baik, sesuai dengan tujuan berdirinya pesantren.

B. Analisis Tentang Upaya Meningkatkan Jaudah Tahfidz Al-Qur’an di

Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah

Setelah melihat dari pelaksanaan hafalan al-Qur’an di PPMQA,

langkah selanjutnya penulis akan menganalisis tentang upaya meningkatkan

jaudah tahfidz al-Qur’an di PPMQA. sebelum penulis menganalisis jaudah

tahfidz al-Qur’an, terlebih dahulu penulis memaparkan jaudah tahfidz al-

Qur’an santri PPMQA, yaitu hafalan al-Qur’an santri PPMQA ada kelebihan

dan kekurangannya. Kelebihannya antara lain tajwidnya, ketartilannya, dan

makharij hurufnya, sedangkan kekurangannya antara lain lupa dan sulit

membedakan ayat-ayat yang mirip.

Tidak dapat dipungkuri lagi bahwa menghafal al-Qur’an bukanlah

pekerjaan yang mudah, butuh kesabaran, ketekunan dan juga waktu khusus.

Seseorang yang memutuskan menghafal al-Qur’an secara tidak langsung dia

telah berjanji kepada dirinya dan juga kepada Allah untuk menjalankan hidup

sesuai dengan ajaran-ajaran al-Qur’an.

Untuk meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an di Pondok Pesantren

Madrosatul Qur’anil Aziziyyah tersebut, maka dari pihak ustadz atau

pengasuh memberikan cara-cara terbaik untuk meningkatkan jaudah tahfidz

Page 69: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

54

al-Qu’ran, karena dari pihak ustadz atau pengasuh yang mempunyai peran

secara langsung dalam aktivitas menghafal al-Qur’an para santri. Hal ini

disebabkan perhatian para ustadz atau pengasuh pada santri yang bisa

mendorong untuk meningkatkan semangat para santri dalam menghafal al-

Qur’an maupun dalam menjaganya. Akan tetapi baik buruknya hafalan al-

Qur’an tergantung pada diri santri, karena menghafal al-Qur’an kalau tidak

dibarengi dengan semangat yang tinggi maka hasil hafalannya akan kurang

maksimal, sebaliknya kalau menghafal al-Qur’an dibarengi dengan semengat

yang tinggi, maka hasil hafalan al-Qur’annya akan maksimal. Adapun

pelaksanaan peningkatan mutu hafalan al-Qur’an di PPMQA adalah sebagai

berikut :

1. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an oleh pengasuh/ustadz.

Di dalam PPMQA ada beberapa cara untuk menimgkatkan mutu

hafalan al-Qur’an yang dilakukan oleh pengasuh/ustadz, diantaranya

adalah dengan berupa tes tajwid dan makharij al-huruf sebelum proses

menghafal al-Qur’an, setoraran hafalan baru setiap setelah shalat subuh,

mewajibkan menggunakan al-Qur’an pojok, mengadakan muraja’ah setiap

setelah shalat ashar, mengadakan jam wajib takrir sendiri setiap setelah

shalat maghrib, mengadakan tes / sima’an mingguan, mengadakan

sima’an 30 juz setiap bulan, pada waktu setoran hafalan al-Qur’an, bacaan

wajib pelan dalam membaca, mewajibkan tadarus al-Qur’an pada jadwal

yang ditentukan, mengadakan sekolah diniyah, memperbolehkan

mengikuti lomba hafalan al-Qur’an, mengajak sima’an al-Qur’an pada

acara di luar pondok, dan mengadakan do’a bersama.

Dari cara-cara untuk meningkatkan mutu hafalan al-Qur'an di

atas bisa dikatakan sesuai dengan teori bab II, cara-cara tersebut antara

lain sebagai berikut : Takhmis al-Qur’an, yaitu mengkhatamkan al-Qur’an

setiap lima hari sekali. Tasbi’ al-Qur’an, maksudnya adalah

mengkhatamkan al-Qur’an setiap seminggu sekali, mengkhatamkan setiap

10 hari sekali, mengkhususkan dan mengulang-ulang (mengkhususkan

satu juz dan mengulang-ulangnya selama seminggu), sambil melakukan

Page 70: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

55

murajaah secara umum, mengkhatamkan murajaah hafalan al-Qur’an

setiap sebulan sekali, takrir dalam shalat, konsentrasi melakukan murajaah

terhadap lima juz terlebih dahulu dan mengulang-ulangnya pada waktu

yang ditentukan, takrir sendiri, takrir bersama, takrir dihadapan guru, takrir

dalam shalat. Juga sesuai dengan strategi untuk menghafal al-Qur’an yang

fungsinya juga untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an.

Semua upaya-upaya di atas sudah sesuai dengan kebutuh santri

yang hafalannya masih ada kekurangannya. Upaya meningkatkan jaudah

tahfidz al-Qur’an di atas juga sesuai dengan tujuan untuk membentuk

hafalan al-Qur’an yang berkualitas, karena hafalan al-Qur'an tidak hanya

sebatas lancar bacaannya, akan tetapi ilmu tajwid, kefasihan, ketartilan,

dan memperbagus makhariju al-hurufnya sangat penting dalam menghafal

al-Qur'an. Seperti dikatakan oleh Ibnu Al-Jauzi dalam syairnya (At-

Tayyibah fi al-Qira’ah al-Asyr) : “menggunakan tajwid adalah ketentuan

yang lazim, barang siapa yang mengabaikan maka ia berdosa”. Allah juga

berfirman pada dalam al-Qur'an surat Al-Muzamil ayat 4 :

⌧ "atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan." (QS : Al-Muzamil : 4)1 Allah juga berfirman dalam al-Qur’an al-Karim :

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (QS : Al-Qiyamah : 16)2

Menurut penulis, dari semua peningkatan mutu hafalan di atas

dititikberatkan pada keistiqamahannya dalam mentakrir hafalan al-Qur’an,

1Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Toha Putra, t. th) hlm

391. 2Departemen Agama RI, Op-Cit, hlm 437

Page 71: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

56

upaya tersebut juga sama sebagaimana yang dijelaskan oleh Amjad Qosim

dan Sa’dulloh yang juga merupakan ahlu al-Qur’an, bahwa upaya

peningkatan mutu hafalan sesungguhnya adalah bagaimana banyaknya

seorang penghafal al-Qur’an tersebut dalam mentakrir hafalan al-

Qur’annya. Adapun upaya-upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur’an

menurut beliau adalah sebagai berikut :

a. Takhmis al-Qur’an, yaitu mengkhatamkan al-Qur’an setiap lima hari

sekali.

b. Tasbi’ al-Qur’an, maksudnya adalah mengkhatamkan al-Qur’an setiap

seminggu sekali.

c. Mengkhatamkan setiap 10 hari sekali.

d. Mengkhususkan dan mengulang-ulang 9mengkhususkan satu juz dan

mengulang-ulangnya selama seminggu), sambil melakukan murajaah

secara umum.

e. Mengkhatamkan murajaah hafalan al-Qur’an setiap sebulan sekali.

f. Takrir dalam shalat.

g. konsentrasi melakukan murajaah terhadap lima juz terlebuih dahulu

dan mengulan-ulangnya pada waktu yang ditentukan.

Adapun cara untuk memelihara hafalan atau meningkatkan mutu

hafalan al-Qur’an menurut Sa’dulloh adalah sebagai berikut :

a. Cara memelihara hafalan bagi yang belum khatam 30 juz

1) Takrir sendiri

2) Takrir dalam shalat

3) Takrir bersama

4) Takrir dihadapan guru

b. Cara memelihara hafalan bagi yang sudah khatam 30 juz

1) Istiqamah takrir al-Qur’an di dalam shalat

2) Istiqamah takrir al-Qur’an di luar shalat

Adapun takaran dalam takrir tersebut adalah sebagai berikut

menurut kemampuannya :

a. Khatam seminggu sekali

Page 72: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

57

b. Khatam 2 (dua) minggu sekali

c. Khatam sebulan sekali

Selain itu penghafal al-Qur’an harus sering mengikuti

kegiatan sebagai berikut :

a. Sering mengikuti acara sima’an

b. Mengikuti perlombaan musabaqah hifdzi al- Qur’an

Dari semua peningkatan mutu hafalan al-Qur’an yang dilakukan

oleh pengasuh memang sangat berpengaruh sekali terhadap mutu hafalan

al-Qur’an santri, akan tetapi dari semua peningkatan di atas belum

sepenuhnya menuju ketujuan pondok pesantren tersebut terutama tujuan

dalam menghayati dan mengamalakan isi al-Qur’an, karena di dalam

pesantren tersebut tidak ada pengajian tafsir al-Qur’an yang notabene

untuk menghayati isi al-Quran dan jalan untuk menuju mengamalkan isi-

isi al-Qur’an, karena bagaimana mungkin mengamalkan keseluruhan isi al-

Qur’an kalau tidak mengerti isi al-Qur’an itu sendiri. Berarti di pondok

pesantren tersebut berarti dititikberatkan pada kelancaran hafalan al-

Qur’an saja, akan tetapi usaha agar santri mengerti dan mengamalkan isi

al-Quran belum terlakasana.

Penulis menambahi, berhasil atau tidaknya upaya peningkatan

hafalan al-Qur'an di atas tergantung pada bagaimana kedisiplinan santri

itu sendiri didalam melaksanakan upaya peningkatan mutu hafalan al-

Qur'an yang diberikan oleh pengasuh/ustadz.

Dengan adanya upaya-upaya yang ditawarkan dari para ustadz

atau pengasuh , diharapkan mutu hafalan al-Qur’an bisa meningkat.

Sebagai santri yang sedang menghafal al-Qur’an atau menjaga hafalannya

harus sabar dan tabah serta semangat dalam menghadapi semua masalah

yang sekiranya dapat mengganggu konsentrasi menghafal al-Qur’an dan

menjaganya. Tetapi, asalkan santri tersebut rajin dalam tadarus al-Qur’an,

banyak berdo’a, semangat, dan berpikir positif insya Allah apa yang

hendak capai dan raih akan berhasil dan dipermudah dalam meraih

keberhasilan dalam menghafal al-Qur’an yang mutqin.

Page 73: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

58

2. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an oleh santri.

Upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur'an oleh santri yang

berupa sikap semangat dan niat yang ikhlas, kontinyu dalam bertakrir,

sima’an atau takrir dengan teman pondok, takrir di dalam shalat, tanya

jawab atau tebak-tebakan ayat, berusaha tadarus dengan bacaan yang tartil

dan pelan, berusaha tadarus dengan suara yang keras, istirahat yang

teratur, dan berdo’a.

Menurut penulis, upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an

yang dilakukan oleh santri sendiri merupakan kepandaian dari masing-

masing santri didalam membagi waktu dan cerdik dalam mensetrategi agar

mutu hafalan al-Qur'annya akan menjadi baik dan melekat pada otak,

sehingga hafalannya tidak akan mudah lupa dalam ingatan. Penulis juga

berpendapat bahwa hal yang paling penting dalam memelihara hafalan al-

Quran santri adalah memperbanyak mengulang (mentakrir) dan

keistiqamahannya dalam menghafal al-Qur’an.

Penulis juga menganalisa bahwa santri di pesantren tersebut

belum bisa menghayati isi-isi al-Qur’an, karena di dalam pesantren

tersebut santri hanya menghafal teks al-Qur’an tidak sampai menghayati

isinya, hal tersebut dikarenakan di pesantren tersebut belum ada pengajian

yang bisa menghayati isi ayat-ayat al-Qur’an yaitu tafsir al-Qur’an, santri

hanya bisa melihat terjemah al-Qur’an yang penjelasan isi ayatnya yang

masih kurang dimengerti.

Setelah menganalisis pelaksanaan hafalan al-Qur’an dan upaya-

upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an yang dilakukan oleh

pengasuh/ustadz maupun oleh santri Pondok Pesantren Madrosatul

Qur’anil Aziziyah, penulis dapat mengatakan bahwa pelaksanaan hafalan

al-Qur’ann serta upaya-upaya peningkatan mutu hafalan al-Qur’an yang

dilakukan oleh pengasuh/ustadz maupun santri PPMQA yang bertujuan

untuk meningkatkan mutu hafalan al-Qur’an sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai oleh pihak pengasuh atau dari pihak pesantren, yaitu

mencetak seorang penghafal al-Qur’an yang berkualitas. Jadi dengan

Page 74: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

59

adanya pelaksanaan hafalan al-Qur’an di PPMQA cukup baik untuk

dicontoh lembaga tahfidz lainnya. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-

Qur’an yang dilakukan oleh pengasuh/ustadz serta santri juga sangat

membantu santri dalam meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an.

Page 75: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasrkan hasil penelitian penulis skripsi dengan judul

peningkatan mutu hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrosatul

Qur’anil Aziziyah Bringin Ngaliyan tahun 2008/2009, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan tahfidz al-Qur’an di PPMQA tahun 2008/2009 sudah sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak pengasuh, yaitu

membentuk seorang hafidz yang berkualitas, mulai dari kegiatan

menghafal al-Qur’an, mekanisme menghafal al-Qur’an, cara menghafal,

metode menghafal al-Qur’an, sampai evaluasi dalam menghafal al-Qur’an.

Waktu kegiatan menghafal al-Qur’an di PPMQA adalah

sebagai berikut : selesai shalat ashar untuk mengulang hafalan

(muraja’ah), selesai shalat maghrib untuk mudarrasah sendiri, setelah

shalat shubuh untuk menambah hafalan (setoran).

Ada beberapa cara menghafal al-Qur’an di PPMQA, antara lain

: penggunaan al-Qur’an pojok, upaya membuat target hafalan setiap hari,

memperdengarkan hafalannya, berusaha membenarkan ucapan dan bacaan

Metode yang digunakan antara lain : metode musyafahah (face

to face), metode resitasi, metode takrir, metode mudarrosah, dan metode

tes. Semua metode tersebut memberi kesempatan pada santri untuk

mengulang hafalan yang telah diperoleh.

Pelaksanaan evalusai di PPMQA menggunakan dua macam

tes, yaitu tes formatif dan tes sumatif, selain itu tekhnik non tes juga

dilakukan, yaitu wawancara dan pengamatan.

2. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an di PPMQA

Upaya meningkatkan jaudah tahfidz di PPMQA dilakukan oleh

pengasuh/ustadz dan oleh santri itu sendiri. Pertama, oleh pengasuh/ustadz

antara lain : tes tajwid dan makharijul hurufnya, mewajibkan memakai

Page 76: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

61

Qur’an pojok, mengadakan muroja’ah, mengadakan tes / sima’an

mingguan, mengadakan sima’an 30 juz setiap bulan, pada waktu setoran,

bacaan wajib tartil / pelan dalam membaca, mewajibkan mudarrosah pada

jadwal yang ditentukan, memperbolehkan mengikuti lomba hafalan al-

Qur’an, mengajak sima’an al-Qur’an pada acara di luar pondok,

mewajibkan sekolah diniyah kecuali para ustadz, mengadakan do’a

bersama. Kedua oleh santri, antara lain : sikap semangat dan niat yang

ikhlas, kontinyu dalam bertakrir, sima’an atau takrir dengan teman pondok,

takrir di dalam shalat, tanya jawab atau tebak-tebakan ayat, berusaha

mudarrosah dengan tartil / pelan, berusaha mudarrosah dengan suara yang

keras, istirahat yang teratur, dan berdo’a.

B. Saran

Berdasrkan hasil kajian teori dan penelitian di lapangan, ada

beberapa saran yang dapat dikemukakan menyangkut penelitian yang penulis

lakukan, yaitu :

1. Untuk meningkatkan jaudah tahfidz al-Qur’an di Pondok Pesantren

Madrosatul Qur’anil Aziziyah hendaknya ustadz muraja’ah harus lebih

meningkatkan tugasya, baik dalam keaktifannya maupun didalam

meneliti bacaan sipenyetor hafalan, karena disamping pengasuh pondok,

ustadz muraja’ah sangat berperan dalam menjadikan kualitas hafalan

santri agar menjadi lebih baik terutama pada kelancarannya, karena

penulis berpendapat bahwa memelihara lebih berat dari pada membuat

hafalan baru.

2. Untuk meningkatkan jaudah tahfidz santri, hendaknya si santri tidak

mengandalkan kegiatan yang ada dalam pesantren, akan tetapi santri

harus pintar dalam mensiasati agar hafalan al-Qur’annya akan lebih baik

dan berkualitas.

Page 77: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

62

C. Penutup

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, skripsi ini selesai disusun. Berkat izin

dan ridlha Allah penulisannya dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Karena tiada

gading yang tak retak, sebab itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca

sangat saya harapkan. Semoga karya ini bermanfaat. Amin.

Page 78: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

DAFTAR PUSTAKA

Nawabudin, Abdurrab, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung : Sinar Baru, 1991), Cet.1.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Toha Putra, t. th) hlm 391.

Muhammad, Ahsin Sakho, Kiat-Kiat Menghafal Al-Qur’an, (Jawa Barat : Badan Koordinasi TKQ-TPQ-TQA, t.th).

Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000).

Al-Lahim, Khalid bin Abdul Karim, Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an, (Surakarta : Daar An-Naba’, 2008).

Abdul Rauf, Abdul Aziz, Kiat Sukses menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2004), Cet. 4.

As-Sirjani, Raghib, Cara Cerdas Hafal Al-Qur'an, (Solo : Aqwam, 2007), Cet. 1.

Qori, M. Taqiyul Islam, Cara Mudah Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Gema Insani, 1998).

Zenha, Muhaimin Wasit, Pedoman Pembinaan Tahfizdul Qur’an, (Jakarta : Proyek Penerangan, Bimbingan dan Da’wah/Khubah Agama Islam Pusat Ditjen Bimas Islam dan Urusan Hají Depag RI, 1982).

Ar-Rasyid, Haya, Keajaiban Belajar Al-Qur’an, (Solo : Al-Qowam, 2007).

Hasan, Menghafal al-Qur’an Itu Mudah, (Jakarta : At-Tazkia, 2008).

Partanto, Pius, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya : Arkola, t.th)

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990), Cet. 8.

Syadali, Ahmad, Ulumul Quran, (Bandung : PT Pustaaka Setia, 1997).

Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997).

Page 79: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

Hasan, M. Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), Cet. 12.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali, 1987).

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Cet. VII, (Jakarta : Sarasin, 1996).

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996), Cet. 7.

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001).

Abdu al-Rabb Nawabudin, Metode Efektif Menghafal al-Qur’an, (Jakarta : CV Tri Daya Inti, 1988).

Adnan Mahmud Hamid Laonso, Ulumul Qur’an, (Jakarta : Restu Ilahi,2005).

Caesar E. Farah, Islam Belief and Observances, (Amerika : Barron’s education Series, 1987).

Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2004).

Fadhal A. R, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Mekar, 2004).

Muhammad, Al Imam Abi Abdilah bin Isma’il bin Ibrahim bin Mughirah bin Bard Dzabah al-Bukhari al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Jus V, (Singapura : Sulaiman Mara’i, t.th), Hlm, 323.

M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal al-Qur’an, (Jakarta : Gema, 1998).

Muslim, Imam, Shahih Muslim, (Singapura : Sulaiman Mara’I, t.th), Juz 1, hlm, 321.

Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993).

Abdul Muhsin, Kunci-Kunci Surga, (Solo : Aqwam, 2007), Mujamil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Erlangga, 1995).

Amjad Qosim, Hafal al-Qur’an Dalam Sebulan, (Solo, Qiblat Press, 2008).

Page 80: DESKRIPTIF JAUDAH TAHFIDZ AL-QUR’AN SANTRI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · i deskriptif jaudah tahfidz al-qur’an santri hafidz di pondok pesantren

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : BAHRUDIN Tmpt/Tgl. Lahir : Pemalang, 18 Mei 1985 Alamat Asal : Ujunggede RT 04/07 Ampelgading Pemalang A. Jenjang Pendidikan

1. Pendidikan Formal a. SDN 2 Ujunggede Kecamatan Ampelgading lulus Tahun 1999 b. SMP Negeri 2 Comal Pemalang lulus tahun 2002 c. MAN 2 Pekalongan Lulus 2004 d. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang lulus tahun 2009

2. Pendidikan Non Formal a. MDA Nurul Islam Ujunggede Ampelagading Pemalang b. Pondok Pesantren Raudhatul Athfal Pekalongan c. Pondok pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyah Semarang

B. Pengalaman Organisasi

a. PMI Walisongo b. PMII Rayon Tarbiyah c. WSC d. Ikatan Alumni Pon-Pes Ribatul Muta’alimin Pekalongan

Semarang, 6 Desember 2009 Hormat saya

BAHRUDIN 3104164