4
PANTI ASUHAN DAN PANTI WERDA I. LATAR BELAKANG Semakin berkembangnya suatu kota tidak lepas dari berbagai macam masalah sosial. Dan kota Manado sebagai salah satu kota berkembang di Indonesia Timur tidak luput dari  berbagai macam masalah sosial yang timbul. Salah satunya adalah anak terlantar. Menurut hasil survey Dinas Sosial Kota Manado menyatakan bahwa munculnya anak- anak terlantar di jalanan karena ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, baik itu dikarenakan kematian(yatim piatu), ataupun karena ketidakmampuan ekono mi orang tua untuk membiayai hidup sang anak. Kedua yakni karena anak tersebut merupakan anak dari keluarga broken home, sehingga lebih memilih untuk hidup di jalanan dari pada hidup dengan salah satu orang tua ataupun hidup dengan kerabat dekatnya. Sedangkan dari hasil survey ke beberapa panti asuhan selain dikarenakan karena anak tersebut menjadi anak yatim, kebanyakan anak-anak yang berada di panti asuhan dikarenakan orang tua yang meninggalkan sang anak karena tidak mampu untuk membiayai kehidupan sang anak. Namun, ada yang dikarenakan sang anak merupakan anak yang dari seorang wanita korban perkosaan, sehingga orang tua yang takut untuk menerima  penilaian dari mas yarakat maka sang anak ditinggalkan di panti asuhan. Selain anak-anak yang terlantar di jalanan beberapa permasalahan yang perlu dicermati adalah masalah ekspolitasi anak. Yakni masalah anak-anak di jadikan pengemis, pekerja bahkan tindak kekerasan, kendati anak-anak merupakan tulang punggung dan generasi dari bangsa yang nanti akan melanjutkan kehidupan suatu bangsa dalam hal ini bangsa Indonesia. Sosok anak merupakan karunia dari Tuhan yang lemah dan belum dapat melindungi dirinya sendiri secara fisik maupun psikologis. Selain itu dalam lingkup negara Indonesia, negara menghormati dan menjamin hak anak tanpa diskriminasi dalam wilayah Republik Indonesia. Hal ini terdapat dalam UUD 1945 pasal 34. Sedangkan kekerasan terhadap anak yang merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan hak anak diatur dalam Konvensi Hak-Hak Anak yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres  No. 39/1990.Sehingg a untuk menjamin kebutuhan anak menggantikan peran orang tua maka dibutuhkan suatu wadah yang representatif menjamin perkembangan sang anak dalam lingkungan sosial. Selain dari pada anak yang membutuhkan perlindungan, orang tua pun membutuhkan  perlindungan. Lebih tepatnya orang tua yang telah lanjut usia. Lanjut usia atau yang disingkat lansia dikonotasikan sebagai orang yang secara fisik telah mengalami berbagai  penurunan kemampuan seiring dengan pertambahan usianya, sehingga juga mempengaruhi psikologinya. Menurut Stanley (2002) di negara maju, masyarakat lanjut usia memiliki posisi yang tinggi, sedangkan di negara yang belum maju, masa lanjut usia merupakan waktu pengasingan dan rasa tidak aman. Menurut sumber www.depsos.go.id lansia dalam masyarakat Indonesia memiliki kedudukan yang tinggi. Permasalahan tentang kedudukan lanjut usia akan timbul ketika masyarakat seperti di Indonesia perlahan-lahan ataupun secara cepat menuju perkembangan seperti negara maju. Dinyatakan oleh Hawari (2007), di negara maju lanjut usia memiliki permasalahan seperti depresi hingga bunuh diri disebabkan keterasingan, isolasi sosial dan kesepian. Demikian juga dengan panti-panti werdha di negara maju menjadi semakin dibutuhkan. Sehingga timbul arti penting bagi negara mempersiapkan wadah untuk memberikan  peluang bagi para lansia tetap sejahtera tinggal di dalamnya. Ini didukung dengan adanya UU Nomor 13 tahun 1998, tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Kategori lansia menurut UU Nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2, lanjut usia atau yang dikenal dengan singkatan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke atas. Melalui

Deskripsi Usulan Judul Panti Asuhan dan Panti Werda di Manado

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Usulan Judul Tugas Akhir

Citation preview

PANTI ASUHAN DAN PANTI WERDAI. LATAR BELAKANGSemakin berkembangnya suatu kota tidak lepas dari berbagai macam masalah sosial. Dan kota Manado sebagai salah satu kota berkembang di Indonesia Timur tidak luput dari berbagai macam masalah sosial yang timbul. Salah satunya adalah anak terlantar. Menurut hasil survey Dinas Sosial Kota Manado menyatakan bahwa munculnya anak-anak terlantar di jalanan karena ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, baik itu dikarenakan kematian(yatim piatu), ataupun karena ketidakmampuan ekonomi orang tua untuk membiayai hidup sang anak. Kedua yakni karena anak tersebut merupakan anak dari keluarga broken home, sehingga lebih memilih untuk hidup di jalanan dari pada hidup dengan salah satu orang tua ataupun hidup dengan kerabat dekatnya. Sedangkan dari hasil survey ke beberapa panti asuhan selain dikarenakan karena anak tersebut menjadi anak yatim, kebanyakan anak-anak yang berada di panti asuhan dikarenakan orang tua yang meninggalkan sang anak karena tidak mampu untuk membiayai kehidupan sang anak. Namun, ada yang dikarenakan sang anak merupakan anak yang dari seorang wanita korban perkosaan, sehingga orang tua yang takut untuk menerima penilaian dari masyarakat maka sang anak ditinggalkan di panti asuhan. Selain anak-anak yang terlantar di jalanan beberapa permasalahan yang perlu dicermati adalah masalah ekspolitasi anak. Yakni masalah anak-anak di jadikan pengemis, pekerja bahkan tindak kekerasan, kendati anak-anak merupakan tulang punggung dan generasi dari bangsa yang nanti akan melanjutkan kehidupan suatu bangsa dalam hal ini bangsa Indonesia.Sosok anak merupakan karunia dari Tuhan yang lemah dan belum dapat melindungi dirinya sendiri secara fisik maupun psikologis. Selain itu dalam lingkup negara Indonesia, negara menghormati dan menjamin hak anak tanpa diskriminasi dalam wilayah Republik Indonesia. Hal ini terdapat dalam UUD 1945 pasal 34. Sedangkan kekerasan terhadap anak yang merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan hak anak diatur dalam Konvensi Hak-Hak Anak yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 39/1990.Sehingga untuk menjamin kebutuhan anak menggantikan peran orang tua maka dibutuhkan suatu wadah yang representatif menjamin perkembangan sang anak dalam lingkungan sosial.Selain dari pada anak yang membutuhkan perlindungan, orang tua pun membutuhkan perlindungan. Lebih tepatnya orang tua yang telah lanjut usia. Lanjut usia atau yang disingkat lansia dikonotasikan sebagai orang yang secara fisik telah mengalami berbagai penurunan kemampuan seiring dengan pertambahan usianya, sehingga juga mempengaruhi psikologinya. Menurut Stanley (2002) di negara maju, masyarakat lanjut usia memiliki posisi yang tinggi, sedangkan di negara yang belum maju, masa lanjut usia merupakan waktu pengasingan dan rasa tidak aman. Menurut sumber www.depsos.go.id lansia dalam masyarakat Indonesia memiliki kedudukan yang tinggi.Permasalahan tentang kedudukan lanjut usia akan timbul ketika masyarakat seperti di Indonesia perlahan-lahan ataupun secara cepat menuju perkembangan seperti negara maju. Dinyatakan oleh Hawari (2007), di negara maju lanjut usia memiliki permasalahan seperti depresi hingga bunuh diri disebabkan keterasingan, isolasi sosial dan kesepian. Demikian juga dengan panti-panti werdha di negara maju menjadi semakin dibutuhkan. Sehingga timbul arti penting bagi negara mempersiapkan wadah untuk memberikan peluang bagi para lansia tetap sejahtera tinggal di dalamnya. Ini didukung dengan adanya UU Nomor 13 tahun 1998, tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Kategori lansia menurut UU Nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2, lanjut usia atau yang dikenal dengan singkatan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke atas. Melalui ketersediaan wadah yang memadai maka kenyamanan para lanjut usia selama beraktifitas akan lebih terjamin.

II. PROSPEK DAN FISIBILITASa. PROSPEKProspek dari pengembangan Panti Asuhan dan Panti Werda adalah: Diharapkan mampu meredam banyaknya anak terlantar dan anak yatim berada di jalanan. Mengurangi tingkat eksploitasi terhadap anak. Sebagai shelter kaum marjinal terutama para orang tua lanjut usia yang kemampuannya kognitif sudah menurun.b. FISIBILITAS Pengembangan panti asuhan dan panti werda nantinya mampu untuk menunjang program pemerintah dalam memenuhi kewajiban negara terhadap UU Pasal 34 ayat 1.

III. ASOSIASI LOGIS OBJEK DAN TEMA A. PEMAHAMAN OBJEK PANTI ASUHAN DAN PANTI WERDAa. PANTIMenurut Kamus besar bahasa Indonesia adalah rumah; tempat (kediaman).b. PANTI ASUHANMenurut Kamus besar bahasa Indonesia adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu dsb.c. PANTI WERDAMenurut Kamus besar bahasa Indonesia adalah rumah tempat mengurus dan merawat orang jompo/ tua sekali dan sudah lemah fisiknya; tua renta; uzur.B. PEMAHAMAN TEMA THE DOUBLE-FUNCTIONING ELEMENT ROBERT VENTURITema yang diambil merupakan salah satu dari pemikiran posmodernisme arsitektur Venturi. The double functioning-element (elemen dengan fungsi ganda), saling berkaitan dengan konsep both and. Tapi terdapat perbedaan diantara keduanya. Both and berkaitan dengan bagian terhadap keseluruhan (part of whole), sedangkan double function element berkaitan dengan kegunaan elemen tertentu dan struktur.Elemen fungsi ganda yang jarang sekali digunakan dalam arsitektur modern. Dimana arsitektur modern mendorong pemisahan dan pengkhususan dalam semua skala, baik material, struktur, program, dan juga ruang.Arsitektur modern tidak menyukai pernyataan yang implisit, tidak pasti dan ambigu antara bentuk dan fungsi, demikian pula terhadap bentuk dan struktur. Dimana arsitektur modern menganjurkan pemisahan antara frame (rangka) dan curtain wall (dinding penutup), atau antara struktur dan shelter (pelingkup).Contoh penggunaan elemen fungsi ganda adalah Brise-Soleil pada Unite dhabitation di Marseilles, yang merupakan struktur sekaligus sun screen. Contoh lainnya, balok-balok terbuka (open beams) pada Richard Medical Centre karya Kahn, selain berfungsi sebagai struktur, juga memberikan ruang tambahan. Prinsip form follow function digantikan follows structural function.

Unite dhabitation di Marseilles

Balok terbuka (open beams) pada Richard Medical Centre

C. ASOSIASI LOGISPanti asuhan dan panti werda ini direncanakan dengan maksud mampu menyelaraskan sebuah elemen panti dengan dua fungsi yang pertama asuhan(untuk anak-anak) dan kedua, werda(untuk orang dewasa). Sesuai dengan tema yang digunakan yakni; Penerapan Konsep The Double-Functioning Element Robert Venturi Sebagai Strategi Transformasi. Selain itu dalam perancangan ruang nantinya akan dibuat suatu ruangan yang mampu mewadahi aktifitas dari 2 jenis karakter(anak-anak dan dewasa) penggunanya. Dan dalam perancangan penempatan tema nantinya contoh; struktur, selain sebagai penopang bangunan struktur juga mampu untuk berfungsi sebagai pemberi ruang tambahan ataupun sebagai pencipta bayangan sebagai peneduh dari sinar matahari.

IV. TINJAUAN PUSTAKA1. Complexity And Contradiction In Architecture, Robert Venturi, Times Mirror Company, 1977.2. Menggali Pemikiran Posmodernisme dalam Arsitektur, Ikhwanuddin, Gadjah Mada University Press, 2005.3. Sejahtera di Usia Senja Dimensi Psikoreligi pada Lanjut Usia (Lansia), Dadang Hawari, Balai Penerbit FKUI. 20074. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed. 2, Mickey Stanley dan Patricia Gauntlett Beare, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002