22
DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GEOMETRI DI TINJAU DARI PERBEDAAN GENDER JURNAL Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: SHELA WAHYUNI 202013057 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS ......Penelitian Lin & Hyde (Santrock, 2010: 198) di peroleh bahwa anak laki-laki lebih baik dalam perhitungan sains dan olahraga; anak perempuan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 0

    DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP PADA

    MATERI GEOMETRI DI TINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

    JURNAL

    Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh:

    SHELA WAHYUNI

    202013057

    PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2017

  • 1

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

    DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP PADA

    MATERI GEOMETRI DI TINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

    Shela Wahyuni1)

    Tri Nova Hasti Yunianta2)

    Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 57-60 Salatiga 1)

    Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email : [email protected] 2)

    Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email : [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi kemampuan komunikasi matematis di tinjau

    dari perbedaan gender pada siswa smp di SMP Negeri 1 Salatiga. Penelitian ini merupakan

    penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini terdapat 2 siswa yang terdiri dari 1 siswa laki-

    laki dan 1 siswa perempuan. Subjek ditentukan berdasarkan rekomendasi dari guru bidang

    kurikulum serta subjek juga telah memenuhi kecukupan pengetahuan dan ketrampilan yang

    didasarkan pada keluasan dan kedalaman materi matematika tentang bangun ruang sisi datar.

    Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama yang di pandu oleh

    lembar tes kemampuan komunikasi matematis, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian ini

    menunjukkan adanya perbedaan cara subjek dalam menjawab tes kemampuan komunikasi

    matematis. Subjek perempuan lebih rapi dalam hal menggambar; kurang spesifik dalam menjawab

    pertanyaan secara lisan; lebih suka membuat soal yang menggunakan rumus; penjelasan secara

    lisan lebih runtut; menulis jawaban secara singkat; kurang teliti dalam membaca; perlu

    pengulangan dalam pemahaman; perlu catatan untuk mengingat. Subjek laki-laki kurang rapi dalam

    hal menggambar; lebih spesifik dalam menjawab pertanyaan secara lisan; lebih suka membuat soal

    yang simpel; penjelasan secara lisan kurang runtut; menulis jawaban dengan panjang; teliti dalam

    membaca; tidak perlu pengulangan dalam pemahaman; tidak menulis catatan, hanya diingat.

    Kata Kunci: komunikasi matematis, gender.

    PENDAHULUAN

    Komunikasi matematis merupakan kegiatan atau aktivitas seseorang untuk

    menyatakan suatu ide, konsep, gagasan matematika baik secara lisan maupun tulisan

    dalam bentuk simbol, gambar, data, grafik, atau tabel dengan orang lain (Rias dkk, 2013 :

    4). Definisi komunikasi secara umum terdapat penyampaian komunikasi matematika yang

    dilakukan dalam 2 tipe yaitu lisan dan tulis. Kevin (Sulthani 2012 : 2) berpendapat bahwa

    inti dari menulis adalah komunikasi, karena dengan menulis kita sedang menyampaikan

    pesan untuk orang lain atau untuk diri kita sendiri. Kemampuan komunikasi tulis dapat

    berupa kemampuan penulisan bentuk simbol, sistematika cara menulis hingga menemukan

    hasil akhir, dan menggunakan simbol sesuai fungsi. Within (Herdian, 2010 : 67)

    menyatakan kemampuan komunikasi matematis menjadi penting ketika dilakukan diskusi

    antar siswa, sebagaimana siswa diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan,

  • 2

    menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerjasama sehingga dapat membawa

    siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. Kemampuan komunikasi

    matematis yang lemah akan berakibat pada lemahnya kemampuan-kemampuan

    matematika yang lain (Qohar, 2011: 65). Kemampuan komunikasi matematis seseorang

    mempunyai tingkatan yang berbeda, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

    satunya berdasarkan gender.

    Gender merupakan jenis kelamin yang mengacu pada dimensi sosial budaya

    seseorang sebagai laki-laki atau perempuan. Konsep gender adalah sifat yang melekat

    pada kaum laki-laki atau perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial dan budaya

    Santrock (2008). Friedman dan Schustack (2008) menyebutkan perbedaan laki-laki dan

    perempuan, salah satunya dalam kemampuan spasial dan verbal. Eisenberg dkk (Santrock,

    2010: 198) juga mengatakan bahwa laki-laki lebih unggul di dalam bidang matematika

    dibandingkan dengan perempuan. Umumnya laki-laki memiliki kemampuan spasial yang

    lebih baik dibandingkan dengan perempuan, sedangkan perempuan lebih unggul dalam

    kemampuan verbal dibandingkan dengan laki-laki.

    Hasil tes yang dilakukan kepada siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas VIII-C

    SMP Negeri 4 Salatiga, dimana kedua siswa tersebut memiliki nilai rata-rata pada ujian

    akhir semester yang tidak jauh berbeda. Kedua siswa tersebut memiliki beberapa

    perbedaan pada jawaban tes tertulis yang telah dilakukan. Hal ini terlihat pada hasil tes

    tertulis yang dilakukan terhadap dua siswa yang dipilih secara acak. Siswa laki-laki

    cenderung menulis jawaban dengan singkat, sedangkan siswa perempuan cenderung

    menulis jawaban dengan lengkap dan sesuai langkah-langkah. Hal tersebut terlihat pada

    Gambar 1 (a) dan 1 (b):

    (a) Siswa Laki-laki

    Gambar 1. Hasil Tes Tertulis Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan

    (b) Siswa Perempuan

  • 3

    Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan dua siswa kelas VIII-C SMP Negeri 4

    Salatiga, pada saat dikonfirmasi kedua siswa tersebut juga memiliki beberapa perbedaan

    pada kemampuan menjawab soal secara lisan (verbal). Hal ini terlihat pada hasil

    wawancara yang dilakukan terhadap dua siswa, dimana siswa laki-laki mengkonfirmasi

    jawabannya secara singkat dan seperlunya saja. Adapun siswa perempuan dapat

    mengkonfirmasi jawabannya dengan baik, namun jawaban yang tertulis pada lembar

    jawab belum tertata rapi dan tidak sesuai dengan langkah-langkah pengerjaan soal. Hal

    tersebut terlihat dari hasil transkrip wawancara pada Gambar 2:

    P : Nah kalo soal nomor 3. Sekarang masuk

    kepertanyaan yang a, manakah

    variabelnya?

    S

    : Jadi dimisalkan bukunya itu x dan

    pulpennya itu y. Jadi variabelnya x dan y

    P : Untuk soal b, darimana kamu dapat

    memperoleh dan menuliskan model itu?

    S : Dari yang dimisalkan di soal a itu terus

    dimasukin ke yang diketahui disoal jadi

    dapetnya 2x + 3y = 10.200 sama 3x + 4y

    = 14.400

    Gambar 2. Hasil Transkrip Wawancara Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azizah (2014) di peroleh bahwa laki-laki lebih

    unggul dalam menggambar matematis dan mengekspresikan ide matematis, sedangkan

    perempuan unggul dalam membaca dan menulis matematis, serta mengintrepetasikan ide

    matematis. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, dapat diketahui bahwa peran

    gender memiliki perbedaan dalam mengkomunikasikan penyelesaian suatu masalah,

    kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan komunikasi matematis. Oleh sebab itu

    perlu diadakannya penelitian lebih lanjut tentang kemampuan komunikasi matematis siswa

    SMP yang ditinjau dari perbedaan gender. Harapan dalam penelitian ini adalah untuk

    mengetahui perbedaan komunikasi matematis antara siswa laki-laki dan siswa perempuan.

    Kemampuan Komunikasi Matematis

    Zuliana (2008: 3) berpendapat bahwa komunikasi matematis adalah suatu kejadian

    saling hubung atau dialog yang terjadi di dalam lingkungan kelas sehingga terjadi

    pengalihan pesan, pesan tersebut berisi tentang materi matematika yang di pelajari di

    kelas. Senada dengan itu, Azizah (2014: 4) mengatakan bahwa komunikasi matematis

    merupakan kesanggupan seseorang dalam menyampaikan ide-ide ataupun gagasan yang

    (a) Siswa Laki-laki

    P : Yang nomor 3 ya. Kalau ditanya

    manakah variabelnya. Yang mana

    variabelnya?

    S : Buku dan pulpen

    P : Yangb.Buatlah model matematikanya.

    Ini kenapa kamu bisa menjawab

    seperti ini?(sambil menunjuk jawaban

    siswa)

    S : Dua buku di tambah tiga pulpen

    harganya 10.200

    Tiga buku ditambah empat pulpen

    harganya 14.400

    (b) Siswa Perempuan

  • 4

    meyakinkan melalui bahasa matematik secara akurat berupa simbol-simbol dan dapat

    digunakan dalam menyelesaikan sebuah masalah.

    Menurut Sumarmo (2006 : 5), indikator kemampuan komunikasi matematis adalah

    sebagai berikut:

    1) menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika;

    2) menyatakan peristiwa sehari–hari dalam bahasa atau simbol matematika;

    3) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;

    4) membuat konjektur (dugaan), menyusun argumen, merumuskan definisi, dan argumentasi;

    5) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata,

    grafik dan diagram;

    6) menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari;

    7) membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

    Gender

    Santrock (2010: 194) berpendapat bahwa gender adalah dimensi sosiokultural dan

    psikologis dari laki-laki dan perempuan. Istilah gender dibedakan dari jenis kelamin

    (seks). Seks berhubungan dengan dimensi biologis antara laki-laki dan perempuan. Gender

    berperan sebagai ekspektasi sosial yang merumuskan bagaimana laki-laki dan perempuan

    seharusnya berpikir, merasa dan berbuat. Sependapat dengan itu, Handayani (2002: 6)

    menyatakan bahwa gender merupakan konsep sosial yang di bedakan menurut kedudukan,

    fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

    Beberapa penelitian menemukan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

    Penelitian Lin & Hyde (Santrock, 2010: 198) di peroleh bahwa anak laki-laki lebih baik

    dalam perhitungan sains dan olahraga; anak perempuan lebih bagus dalam perhitungan

    yang berhubungan dengan tugas tradisional perempuan, seperti memasak dan menjahit.

    Senada dengan hasil yang diperoleh penelitian sebelumnya, pada National Assessment of

    Educational Progres (2001) diperoleh bahwa laki-laki lebih baik daripada perempuan

    didalam bidang sains.

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan dalam

    penelitian ini berupa tulisan-tulisan, rekaman dan dokumentasi yang diperoleh dari hasil

    pengerjaan tugas oleh subjek dan hasil wawancara. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa ditinjau dari perbedaan gender.

    Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Salatiga. Subjek

  • 5

    ditentukan berdasarkan rekomendasi dari guru bidang kurikulum dan berdasarkan

    kurikulum 2013, subjek telah memenuhi kecukupan pengetahuan dan ketrampilan yang

    didasarkan pada keluasan dan kedalaman materi matematika tentang himpunan.

    Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu

    teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013: 68). Bahan

    yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan sampel adalah subjek yang sesuai dengan

    tujuan yang akan dicapai dalam penelitian. Berikut beberapa pertimbangan yang

    didasarkan pada tujuan penelitian: 1) subjek merupakan kategori siswa yang sudah belajar

    mengenai bangun ruang sisi datar; 2) subjek memiliki rata-rata kemampuan matematika

    yang sama; 3) subjek terdiri dari 2 siswa, yaitu 1 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan;

    4) kesediaan subjek untuk terlibat dalam penelitian; 5) subjek mampu berkomunikasi

    secara lisan maupun tulisan dengan baik; 6) persetujuan pihak sekolah untuk melakukan

    penelitian kepada subjek.

    Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes tertulis dan

    wawancara. Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan dengan maksud untuk

    mengamati kondisi kelas secara lebih dekat sebelum dilakukan tes tertulis, sedangkan tes

    tertulis digunakan untuk melihat hasil kemampuan matematika siswa yang kemudian dari

    hasil tes tertulis tersebut dijadikan acuan untuk dilakukan wawancara kepada masing-

    masing subjek guna memperkuat hasil tes tersebut dan menggali informasi yang mungkin

    tidak tertulis di dalam lembar jawab tes.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kedua subjek pada penelitian ini terdiri dari subjek 1 yang kemudian disebut subjek

    perempuan dan subjek 2 yang kemudian disebut subjek subjek laki-laki. Kedua subjek

    tersebut kemudian diberikan soal tes komunikasi matematis yang terdiri dari 7 butir soal.

    Ketujuh butir soal yang diajukan tersebut kemudian dilihat hasilnya untuk dilakukan

    analisis terhadap jawaban subjek pada masing-masing butir soal. Setelah dilakukan

    analisis maka masing-masing subjek diwawancarai untuk mencari informasi yang

    mungkin belum tertera secara tertulis pada jawaban subjek pada lembar jawab. Adapun

    pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini menggunakan teknik Triangulasi dengan

    sumber. Berdasarkan indikator kemampuan komunikasi matematis secara lisan dan terlulis

    diperoleh klasifikasi subyek seperti berikut:

    1. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam Menghubungkan

    Benda Nyata, Gambar, dan Diagram Ke Dalam Ide Matematika

  • 6

    a. Subjek Perempuan

    1) Nomor 1 bagian 3

    Gambar 3. Hasil Tes Soal Nomor 1 bagian 3 Subjek perempuan

    Berdasarkan hasil tes tertulis subjek perempuan, subjek dalam mengerjakan soal

    nomor 1 bagian 3 dapat menentukan nama benda nyata ke dalam nama bangun ruang.

    Subjek juga dapat menggambar bangun ruang dari benda nyata secara benar.

    Berdasarkan hasil tes lisan subjek perempuan, subjek dapat menjawab nama bangun

    ruang dari benda nyata secara benar dan tepat. Subjek juga dapat menjelaskan cara

    menggambar bangun ruang secara rinci dan dapat menjelaskan perbedaan garis lurus

    dengan garis putus-putus secara tepat dan lugas. Berdasarkan uraian di atas, dapat

    disimpulkan bahwa subjek perempuan secara lisan dan tulis memenuhi indikator yang

    pertama, yaitu menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide

    matematika

    b. Subjek Laki-laki

    1. Nomor 1 bagian 3

    Gambar 4. Hasil Tes Soal Nomor 1 bagian 3 Subjek Laki-laki

  • 7

    Berdasarkan hasil tes tertulis subjek laki-laki, subjek dalam mengerjakan soal nomor

    1 bagian 3 dapat menentukan nama benda nyata ke dalam nama bangun ruang. Subjek

    mengalami kesalahan dalam menggambar bangun ruang dari benda nyata, ada beberapa

    kesalahan dalam penggambaran bangun ruang, seperti sisi belakang prisma segitiga

    yang seharusnya di gambar dengan garis putus-putus, namun subjek menggambar

    dengan garis lurus. Berdasarkan hasil tes lisan subjek laki-laki, subjek dapat menjawab

    nama bangun ruang dari benda nyata secara benar dan tepat. Subjek dalam menjelaskan

    cara menggambar bangun ruang sudah rinci namun masih ragu-ragu. Subjek juga dapat

    memperbaiki kesalahan yang terdapat pada lembar jawabnya, seharusnya sisi yang

    belakang di gambar dengan garis putus-putus. Subjek juga memperbaiki gambarnya

    yang seharusnya diberi tanda sisi sama panjang pada beberapa sisinya. Berdasarkan

    uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek laki-laki secara lisan dan tulis

    memenuhi indikator yang pertama, yaitu menghubungkan benda nyata, gambar, dan

    diagram ke dalam ide matematika namun ada beberapa kekurangan.

    Perbedaan yang dapat di simpulkan dari hasil tes lisan dan tulisan yang dilakukan

    oleh kedua subjek tersebut adalah subjek perempuan dalam mengerjakan soal nomor 1

    sudah benar dan rapi dalam menjawab ataupun menggambar bangun ruang. Subjek

    laki-laki dalam mengerjakan soal nomor 1 sudah benar dalam menjawab, namun dalam

    menggambar ada dua bangun ruang yang salah dan kurang rapi.

    2. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam Menjelaskan Ide,

    Situasi, dan Relasi Matematika Secara Lisan atau Tulisan, dengan Benda Nyata,

    Grafik dan Diagram

    a. Subjek Perempuan

    Gambar 5. Hasil Tes Soal Nomor 2 Subjek Perempuan

    Berdasarkan hasil tes tertulis subjek perempuan, subjek dalam mengerjakan soal

    nomor 2 dapat menggambar bangun kubus, namun subjek perempuan salah dalam

    menamai kubus. Subjek perempuan menamai kubus dengan sembarang, seharusnya

    penamaan kubus harus sejajar dan dimulai dari atas. Subjek juga dapat menyebutkan

    benda yang menyerupai kubus yaitu dadu dan kardus makanan yang berbentuk kubus.

  • 8

    Berdasarkan hasil tes lisan subjek perempuan, subjek dalam menemai kubus mengalami

    kesalahan seperti pada tes tertulis. Subjek menamai kubus dari bagian sisi depan kubus

    namun penamaannya tidak teratur dan tidak sejajar. Subjek juga dapat menyebutkan

    benda yang menyerupai kubus yaitu dadu dan kardus makanan yang berbentuk kubus.

    Subjek juga dapat menjelaskan dengan jelas alasan mengapa benda-benda tersebut

    menyerupai kubus. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek

    perempuan secara lisan dan tulis memenuhi indikator kelima, yaitu menjelaskan ide,

    situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, grafik dan

    diagram.

    b. Subjek Laki-laki

    Gambar 6. Hasil Tes Soal Nomor 2 Subjek Laki-laki

    Berdasarkan hasil tes tertulis subjek laki-laki, subjek dalam mengerjakan soal nomor

    dua dapat menggambar bangun kubus, namun subjek laki-laki kurang tepat dalam

    menamai kubus. Subjek laki-laki menamai kubus secara sejajar, namun dimulai dari

    bawah sehingga hanya terbalik penempatannya. Subjek juga dapatmenyebutkan benda

    yang menyerupai kubus yaitu dadu dan rubrik. Berdasarkan hasil tes lisan subjek laki-

    laki, subjek dalam menemai kubus mengalami sedikit kesalahan seperti pada tes

    tertulis. Subjek menamai kubus dari bagian bawah kubus sehingga sudah sejajar,

    namun hanya terbalik penempatannya. Subjek juga dapat menyebutkan benda yang

    menyerupai kubus yaitu dadu dan rubrik. Subjek juga dapat menjelaskan dengan jelas

    alasan mengapa benda-benda tersebut menyerupai kubus. Berdasarkan uraian di atas,

    dapat disimpulkan bahwa subjek laki-laki secara lisan dan tulis memenuhi indikator

    kelima, yaitu menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan,

    dengan benda nyata, grafik dan diagram.

    Perbedaan subjek perempuan dengan subjek laki-laki dalam analisis soal nomor dua

    terdapat pada cara menamai kubus. Subjek perempuan dan laki-laki memang tidak ada

    yang tepat dalam menamai kubus, namun subjek laki-laki lah yang paling mendekati

  • 11

    di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek laki-laki secara tulis dan lisan memenuhi

    indikator keenam, yaitu menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah

    dipelajari.

    Pada analisis soal nomor empat, tidak di temukan perbedaan pada jawaban tulisan,

    namun pada jawaban lisan subjek perempuan menjawab dengan kalimat yang runtut,

    sedangkan subjek laki-laki menjawab dengan kalimat yang tidak runtut.

    5. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam Menyatakan

    Peristiwa Sehari–Hari dalam Bahasa atau Simbol Matematika dan Membaca

    dengan Pemahaman Suatu Presentasi Matematika Tertulis

    a. Subjek Perempuan

    Gambar 11. Hasil Tes Soal Nomor 5 Subjek Perempuan

    Berdasarkan hasil tes tertulis subjek perempuan, subjek dalam mengerjakan soal

    nomor lima dapat menggambar tumpukan balok sesuai dengan perintah pada soal.

    Subjek perempuan juga dapat menjawab bangun yang terbentuk dari tumpukkan ketiga

    balok tersebut, namun saat menjawab ukuran dari bangun ruang yang terbentuk subjek

    perempuan hanya menjawab dengan “ukuran bangun yang terbentuk = ukuran balok

    penyusunnya dikali 3”. Jawaban dari subjek perempuan tersebut kurang jelas dan bisa

    bermagna ambigu. Berdasarkan hasil tes lisan subjek perempuan, subjek dapat

    membaca soal dengan baik, namun subjek perempuan kurang teliti dalam membaca

    soal sehingga subjek perempuan salah menafsirkan soal dan salah menjawab pada tes

    lisan.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek perempuan secara tulis

    memenuhi indikator kedua dan ketujuh, yaitu menyatakan peristiwa sehari–hari dalam

    bahasa atau simbol matematika dan membaca dengan pemahaman suatu presentasi

    matematika tertulis, namun secara lisan subjek perempuan tidak memenuhi indikator

    kedua dan ketujuh.

  • 12

    b. Subjek Laki-laki

    Gambar 12. Hasil Tes Soal Nomor 5 Subjek laki-laki

    Berdasarkan hasil tes tertulis subjek laki-laki, subjek dalam mengerjakan soal nomor

    5 dapat menggambar tumpukan balok sesuai dengan perintah pada soal. subjek laki-laki

    juga dapat menjawab bangun yang terbentuk dari tumpukkan ketiga balok tersebut serta

    dapat menjawab ukuran dari bangun ruang yang terbentuk secara benar. Berdasarkan

    hasil tes lisan subjek laki-laki, subjek dapat membaca soal dengan baik dan teliti

    sehingga tidak salah dalam menafsirkan soal. Subjek laki-laki juga dapat menyebutkan

    dengan benar tentang apa yang diketahui dan ditanya pada soal. Subjek laki-laki

    mengatakan bahwa ukuran tinggi yang terbentuk adalah tiga kali tinggi kotak susu bayi,

    sedangkan ukuran panjang dan lebar balok yang terbentuk tetap sama dengan panjang

    dan lebar kotak susu bayi karena kotak disusun keatas bukan kesamping jadi yang

    berubah hanya tingginya saja. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

    subjek laki-laki secara tulis dan lisan memenuhi indikator kedua dan ketujuh, yaitu

    menyatakan peristiwa sehari–hari dalam bahasa atau simbol matematika dan membaca

    dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis .

    Perbedaan subjek perempuan dan laki-laki pada analisis soal nomor lima terdapat

    pada cara menuliskan keterangan ukuran pada gambar bangun ruang. Subjek

    perempuan memberikan keterangan secara singkat mengenai ukuran dari bangun yang

    terbentuk, namun subjek laki-laki memberikan keterangan yang jelas mengenai

    ukuran dari bangun yang terbentuk. Perbedaan juga terdapat pada jawaban lisan, subjek

    perempuan dalam membaca kurang teliti sehingga salah dalam menjawab pertanyaan.

    Subjek laki-laki dalam membaca soal sudah teliti sehingga benar dalam menjawab.

    6. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam Membuat Konjektur

    (Dugaan), Menyusun Argumen, Merumuskan Definisi, dan Argumentasi.

    a. Subjek Perempuan

  • 15

    sedangkan subjek laki-laki hanya sekali pembacaan instruksi. Subjek perempuan juga

    mencatat instruksi yang dibacakan namun subjek laki-laki hanya mengingatnya saja.

    Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Masing-Masing Subjek

    Penelitian ini dilakukan melalui tahap tes dan wawancara terhadap masing-masing

    subjek. Berdasarkan hasil tes dan wawancara tersebut diperoleh informasi mengenai

    kemampuan komunikasi matematis subjek dalam menyelesaikan soal tes. Hasil tes dan

    wawancara selanjutnya dianalisis untuk memperoleh informasi tentang kemampuan

    komunikasi matematis masing-masing subjek. Data hasil analisis kemampuan

    komunikasi matematis siswa adalah sebagai berikut.

    Tabel 4.1 Hasil Analisis Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

    INDIKATOR SUBJEK TERTULIS LISAN

    1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika

    Perempuan √ √

    Laki-Laki √ √

    2. Menyatakan peristiwa sehari–hari dalam bahasa atau simbol matematika

    Perempuan √ -

    Laki-Laki √ √

    3. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

    Perempuan √ -

    Laki-Laki √ √

    4. Membuat konjektur (dugaan), menyusun argumen, merumuskan definisi, dan argumentasi

    Perempuan √ √

    Laki-Laki - √

    5. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata,

    grafik dan diagram

    Perempuan √ √

    Laki-Laki √ √

    6. Menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari

    Perempuan √ √

    Laki-Laki √ √

    7. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis

    Perempuan √ -

    Laki-Laki √ √

    PENUTUP

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kedua orang subjek kelas IX-A SMP

    Negeri 1 Salatiga yang mengenai kemampuan komunikasi matematis menurut gender, dapat

    disimpulkan bahwa: 1) kedua subjek memiliki kemampuan matematis yang sama, hanya cara

    menjawab dan menyelesaikan persoalan matematika berbeda-beda; 2) subjek perempuan

    memenuhi beberapa indikator yang ada baik lisan maupun tulisan. Subjek perempuan lebih

    rapi dalam hal menggambar; kurang spesifik dalam menjawab pertanyaan secara lisan; lebih

    suka membuat soal yang menggunakan rumus; penjelasan secara lisan lebih runtut; menulis

    jawaban secara singkat; kurang teliti dalam membaca; perlu pengulangan dalam pemahaman;

    perlu catatan untuk mengingat; 3) subjek laki-laki memenuhi beberapa indikator yang ada

    baik lisan maupun tulisan. Subjek laki-laki kurang rapi dalam hal menggambar; lebih spesifik

    dalam menjawab pertanyaan secara lisan; lebih suka membuat soal yang simpel; penjelasan

  • 16

    secara lisan kurang runtut; menulis jawaban dengan panjang; teliti dalam membaca; tidak

    perlu pengulangan dalam pemahaman; tidak menulis catatan, hanya diingat.

    Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan beberapa saran agar tujuan

    dapat tercapai. Saran tersebut diantaranya adalah: 1) guru hendaknya melakukan tes

    kemampuan komunikasi matematis pada siswa guna mengetahui dan meningkatkan

    kemampuan komunikasi matematis siswa; 2) perlu adanya penelitian lebih lanjut karena

    penelitian ini hanya dilakukan pada dua orang subjek yang memiliki kemampuan matematika

    yang sama di kelas IX A SMP Negeri 1 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017.

    DAFTAR PUSTAKA

    Azizah, Siti. 2014. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Laki-laki dan

    Siswa Perempuan. Jurnal Pendidikan Matematika, FMIPA Universitas Negeri

    Gorontalo.

    Elida, Nunun. 2012. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Menengah

    Pertama Melalui Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Jurnal Ilmiah Program

    Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol. 1 (2): hal. 178-185

    Handayani Tri & Sugiarti. 2002. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: Universitas

    Muhammadiyah Malang

    Haerudin. 2013. Pengaruh Pendekatan Savi Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan

    Penalaran Matematikserta Kemandirian Belajar Siswa SMP. Jurnal Ilmiah Program

    Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013 : hal 185-

    193

    Majid, Abdul & Chaerul Rochman. 2013. Pendekatan Ilmiah: dalam Implementasi

    Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

    Moleong, Lexy J. 2008. Motodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

    Moleong, Lexy J. 2010. Motodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

    Pinanti, Rosi Dwi. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Dalam Pemecahan Masalah

    Matematika Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin. Jurnal Ilmiah Pendidikan

    Matematika Vol 3 No 3 Tahun 2014. Pendidikan Matematika FMIPA UNESA

    Prayitno, Sudi, dkk. 2013. Komunikasi Matematis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal

    Matematika Berjenjang Ditinjau dari Perbedaan Gender. Prosiding ISBN : 978-979-

    16353-9-4 : hal 565-572. Yogyakarta: FMIPA UNY

    Rias, U Rois dkk. 2013. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Materi Kubus dan

    Balok. Jurnal Pendidikan Matematika, Program Studi SI. Pend. Matematika.

    Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo.

    Rohim, H. Syaiful. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: PT

    Asdi Mahasatya

    Santoso, Edi & Mite. 2012. Teori Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu

    Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Fajar Interpratama Offset

  • 17

    Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

    Sumarmo. 2006. Berfikir Matematik Tingkat Tinggi. Makalah pada Seminar Pendidikan

    Matematika UNPAD, Bandung.

    Sulthani,N.A. Zavy. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Unggulan dan

    Siswa Kelas Reguler Kelas X SMA Panjura Malang pada Materi Logika Matematika.

    Jurnal Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas

    Negeri Malang

    Zuliana, Eka. 2008. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Peserta Didik Kelas

    VIII MTSN Kudus Melalui Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Berbantuan

    Kartu Masalah Materi Kubus dan Balok. SI PGSD UMK