27
1.1 DESKRIPSI BATUAN BEKU Batuan beku dapat dipisahkan menjadi batuan beku non fragmental dan batuan fragmental. Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku intrusif ataupun aliran lava yang tersususn atas kristal-kristal mineral. batuan beku fragmental juga dikenal dengan batuan piroklastik (pyro=api, clastics= butiran/pecah) yang merupakan bagian dari batuan volkanik. Sebagai catatan, pada tulisan ini akan lebih menekankan pembahasana pada batuan beku non fragmental. Secara umum yang utama harus diperhatikan dalam deskripsi batuan adalah: 1. Warna Batuan 2. Struktur Batuan 3. Tekstur Batuan 4. Bentuk Batuan 5. Komposisi Mineral Batuan 1. Warna Batuan Menurut Subroto (1984), yang diperhatikan pertama kali dalam deskripsi batauan beku adalah warna. Warna dari sampel batuanbeku dapat menentukan komposisi kimia batuan tersebut. Ada empat kelompok warna dalam batuan beku: a.Warna Cerah Warna cerah menunjukkan batuan beku tersebut bersifat asam. b. Warna Gelap-Hitam Batuan beku warna gelap-hitam termasuk atau memiliki sifat intermediet (menengah) c. Warna Hitam Kehijauan Batuan Dengan warna hitam kehijauan mempunyai sifat kimia basa. d. Warna Hijau Kelam

deskripsi batuan.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: deskripsi batuan.docx

1.1

DESKRIPSI BATUAN BEKU

Batuan beku dapat dipisahkan menjadi batuan beku non fragmental dan batuan fragmental. Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku intrusif ataupun aliran lava yang tersususn atas kristal-kristal mineral. batuan beku fragmental juga dikenal dengan batuan piroklastik (pyro=api, clastics= butiran/pecah) yang merupakan bagian dari batuan volkanik.  Sebagai catatan, pada tulisan ini akan lebih menekankan pembahasana pada batuan beku non fragmental. Secara umum yang utama  harus diperhatikan dalam deskripsi batuan adalah:

1. Warna Batuan2. Struktur Batuan3. Tekstur Batuan4. Bentuk Batuan5. Komposisi Mineral Batuan

1. Warna Batuan

Menurut Subroto (1984), yang diperhatikan pertama kali dalam deskripsi batauan beku adalah warna. Warna dari sampel batuanbeku dapat menentukan komposisi kimia batuan tersebut. Ada empat kelompok warna dalam batuan beku:

a.Warna Cerah

Warna cerah menunjukkan batuan beku tersebut bersifat asam.

b. Warna Gelap-Hitam

Batuan beku warna gelap-hitam termasuk atau memiliki sifat intermediet (menengah)

c. Warna Hitam Kehijauan

Batuan Dengan warna hitam kehijauan mempunyai sifat kimia basa.

d. Warna Hijau Kelam

Warna batuan beku yang hijau kelam termasuk dalam batuan ultra basa.

2. Struktur Batuan

Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala besar. Seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), lava bongkah, struktur aliran dan lain-lain. Suatu bentuk dari struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya (Graha, 1987).

Pada batuan beku, struktur yang sering ditemukan adalah:

a. Masif

Page 2: deskripsi batuan.docx

Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas.

b. Jointing

Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan. Kenampakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.

c. Vasikuler

Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas. Struktur ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu:

1. Skoriaan, bila lubang gas tidak saling berhubungan.2. Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan.3. Aliran, bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang-lubang gas.

d. Amigdaloidal

Bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder.

e. Struktur Aliran

Semua batuan beku seharusnya ada berawal dari adanya aliran ke suatu tempat. Struktur aliran adalah bagian dari magma atau lava yang berdekatan pada pendinginan secara cepat pada kontak langsung, dan oleh karena itu batas ketercapaiannya pada viskositas yang relatif tinggi dan diakhiri dengan konsolidasi. Lebih dahulu bagian dalam yang lebih jauh terbentuk menjadi badan keras (Lahee,1961).

f. Struktur Bantal

Struktur bantal (pillow structure) adalah struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa yang berbentuk bantal. Dimana ukuran dari bentuk lava ini pada umumnya antara 30-60 cm (Graha, 1987).

3. Tekstur Batuan

Menurut Sapiie (2006), eberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:

1. Gelas (Glassy) – tidak berbutir atau tidak mempunyai kristal (amorf).2. Afanitik (aphanitic) – (fine grain texture)3.  berbutir sangat halus, hanya dapat dilihat dengan mikroskop.4. Faneritik (phaneritic) – ( coarse grain texture)5. Berbutir cukup besar, dapat dilihat tanpa mikroskop.6. Porfiritik (porphyritik) – mempunyai dua ukuran kristal yang dominan.7. Piroklastik (pyroklastik) – mempunyai fragmen material volkanik.

Beberapa hal utama yang diperhatikan mengenai tekstur dalam deskripsi batuan :

 Komposisi Mineral dan Deskripsi Batuan Beku

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam dentifikasi mineral yaitu:

Page 3: deskripsi batuan.docx

a. Warna mineralb. Kilap, yaitu kenampakan mineral jika dikenai cahaya. Dalam mineralogi dikenal kilap logam dan non logam. Kilap non logam terbagi lagi atas

Kilap intan Kilap tanah, contoh : kaolin, dan limonit. Kilap kaca, contoh : kalsit, kuarsa. Kilap mutiara, contoh : opal, serpentin. Kilap dammar, contoh : spharelit. Kilap sutera, contoh : asbes.

c.    Kekerasan, yaitu tingkat resistansi mineral terhadap goresan, umumnya ditentukan dengan skala Mohs.

d.    Cerat, yaitu warna mineral dalam bentuk serbuk.

e.    Belahan, yaitu kecenderungan mineral untuk membelah pada satu atau lebih arah tertentu sebagai bidang dengan permukaan rata.

f.     Pecahan, jika kecenderungan untuk arah tak beraturan. Macamnya :

Concoidal :  seperti pecahan botol, contoh: kuarsa. Fibrous : kenampakan berserat, contoh: asbes, augit. Even: bidang pecahan halus, contoh: mineral-mineral lempung Uneven  : bidang pecahan kasar, contoh: magnetit, garnet. Hackly  : bidang pecahan runcing-runcing, contoh: mineral-mineral logam.

Komposisi mineral penyusun batuan beku dibedakan menjadi:

a. Mineral Primer: Merupakan mineral hasil pertama dari proses pembentukan batuan beku,  terdiri atas:

Mineral Utama (essential minerals) : yaitu mineral yang jumlahnya cukup banyak (>10%). Mineral ini sangat penting untuk dikenali karena menentukan nama batuan.

Mineral tambahan (accessory minerals) : yaitu mineral-mineral yang jumlahnya sedikit (<10% ) dan tak menentukan nama batuan.

b. Mineral Sekunder:  Merupakan mineral hasil ubahan (alterasi) dari mineral primer.

Mineral yang pada umumnya sebagai penyusun batuan beku, yaitu:

a. Mineral-mineral yang tersusun dari unsur silika dan alumina dengan warna yang cerah dan biasa disebut sebagai mineral asam kecuali (Ca-Plagioklas), yaitu:

Kuarsa : jernih, putih susu seperti gelas kadang kelabu, tanpa belahan. Muskovit : jernih hingga coklat muda, belahan satu arah, sehingga terlihat seperti

lembaran. Ortoklas : putih, merah daging (pink), belahan dua arah saling tegak lurus. Plagioklas : putih abu-abu (Na), abu-abu gelap (Ca), terdapat striasi pada bidang

belah.

Page 4: deskripsi batuan.docx

b. Mineral-mineral yang tersusun dari unsur-unsur besi, magnesium dan kalsium, warna gelap dan biasa disebut sebagi mineral basa yaitu:

Olivin : kuning kehijauan, kristal kecil menyerupai gula pasir. Piroksen (augit) : hijau tua, hitam suram, pendek, belahan 2 arah tegak lurus. Amfibole/ Hornblende : hitam mengkilat – hijau, panjang, belahan 2 arahmembentuk

sudut 60 derajat sampai 120 derajat. Biotit : hitam, belahan satu arah, sehingga terlihat seperti lembaran-lembaran.

1.2Tingkat Kristalisasi

Merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dan massa gelas dalam batuan. Dikenal 3 kelas derajat kristalisasi yaitu

1. Holokristalin, apabila batuan tersususn seluruhnya oleh massa kristal.2. Hipokristalin, apabila batuan tersususun oleh massa gelas dan massa kristal.3. Holohyalin, apabila batuan seluruhnya tersusun oleh massa gelas.

Granularitas

Merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku. Dikenal 2 kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

1. Afanitik: Kelompok ini mempunyai kristal-kristal yang sangat halus, sehingga antara mineral satu dengan lainya sulit dibedakan dengan mata biasa, ataupun dengan pertolongan lup atau kaca pembesar.

2. Fanerik: Kristal-kristalnya terlihat jelas sehingga dapat dibedakan satu dengan yang lainnya secara megaskopis. Kristal fanerik dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu:

Halus, ukuran diameter butir (d) >1 mm Sedang, 1 mm < d < 5 mm Kasar, 5 mm < d < 30 mm Sangat Kasar, d > 30 mm

Relasi

Merupakan hubungan antara kristal satu dengan kristal yang lain atau dengan gelas. Terdapat beberapa kenampakan:

1. Equigranular, yaitu jika ukuran butir sama besar atau seragam. Apabila mineral yang seragam dapat terlihat jelas dengan mata dan mineral penyusunnya dapat dibedakan dengan maka disebut dengan fanerik. Sedangkan mineral yang seragam tetapi tidak dapat dibedakan mineral penyusunnya dengan mata maka disebut afanitik

2. Inequigranular, yaitu jika ukuran dari masing-masing kristal tidak sama besar(tidak seragam). Inequigranular dibedakan menjadi 2 yaitu:

Faneroporfiritik, yaitu jika  fenokris (mineral besar) terdapat diantara massa dasar kristal-kristal yang faneritik (terlihat dengan mata telanjang).

Porfiroafanitik, yaitu jika fenokris (mineral besar) terdapat diantara massa dasar kristal-kristal yang Afanitik ( tidak terlihat dengan mata telanjang).

Page 5: deskripsi batuan.docx

1.4 Bentuk Kristal

Untuk kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat kesempurnaan  bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi:

1. Euhedral: Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang jelas.

2. Subhedral: Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi bidang-bidang kristal

3. Anhedral: Apabila bidang batas kristal tidak jelas

 

Batuan Beku Fragmental (sedikit pembahasan)

Batuan beku fragmental juga dikenal dengan batuan piroklastik (pyro=api, clastics= butiran/pecah) yang merupakan bagian dari batuan volkanik. Batuan fragmental ini secara khusus terbentuk oleh proses vulkanik yang eksplosif (letusan). Bahan-bahan yang dikeluarkan dari pusat erupsi kemudian mengalami lithifikasi sebelum atau sesudah mengalami perombakan oleh air dan es.

Secara genetik batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi 4 tipe utama, yaitu:

1. Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastik fall deposits)2. Endapan Aliran Piroklastik (pyroklastik flow deposits)3. Pyroclastik Surge Deposits4. Lahar

Page 6: deskripsi batuan.docx

1.5

GAMBAR BATUAN BEKU

No. Deskripsi Warna Struktur44 Abu-abu Masif

TEKSTURA. DerajatKristalisasi : HiprokristalinB. Granularitas : FenerikhalusC. Bentuk Kristal : AnhedralD. Hub. Antar Kristal : AlotreomorfikE. Kemas/Fabrik : EkuigranularF. Komposisi Mineral : 30% kuarsa, 20% biotit, 50% masa dasar

NAMA BATUAN : BatuandesitGenesis : Terbentuk di sekitar dekat permukaan.

Termasuk batuan beku intermeditGambar/SketsaBatuan

GAMBAR BATUAN BEKU

No. Deskripsi Warna Struktur49 Hitam Vesikuler

TEKSTURA. DerajatKristalisasi : HiprokristalinB. Granularitas : FenerikhalusC. Bentuk Kristal : AnhedralD. Hub. Antar Kristal : Alotriomorfik granularE. Kemas/Fabrik : EkuigranularF. Komposisi Mineral : Kuarsa 10%

NAMA BATUAN : Batu scoriaGenesis : Terbentukdari lava basltik

Gambar/SketsaBatuan

Page 7: deskripsi batuan.docx

GAMBARI BATUAN BEKU

No. Deskripsi Warna Struktur16 Abu-abukecoklatan Masif

TEKSTURA. DerajatKristalisasi : HiprokristalinB. Granularitas : FenerikasarC. Bentuk Kristal : SubhedralD. Hub. Antar Kristal : Hipidiomorfik granularE. Kemas/Fabrik : EkuigranularF. Komposisi Mineral : 40% plagioklas, 10% biotit, 50% massa dasar

NAMA BATUAN : BatudasitGenesis : Terbentuk jauh dari permukaan,

Termasukbatuan beku intrusip dan Batuanbeku asamGambar/SketsaBatuan

GAMBAR BATUAN BEKU

No. Deskripsi Warna Struktur19 Abu-abu Vesikuler pumice

TEKSTURA. DerajatKristalisasi : HolohialinB. Granularitas : -C. Bentuk Kristal : -D. Hub. Antar Kristal : -E. Kemas/Fabrik : -F. Komposisi Mineral : Gelas/masadasar

NAMA BATUAN : BatuapungGenesis : Hasil erupsi gunung berapi yang

Terlontar dari magma yang bersifat asamGambar/SketsaBatuan

II

Page 8: deskripsi batuan.docx

1.6PENGERTIAN UMUM BATUAN SEDIMEN DAN KLASIFIKASINYA

A. Batuan Sedimen di Bumi

Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis darim0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).

Total volume dan massa dari batuan-batuan sedimen di bumi memiliki perkiraan yang berbeda-beda, termasuk juga jalan untuk mengetahui jumlah yang tepat. Beberapa ahli dalam bidangnya telah mencoba untuk mengetahui ketebalan rata-rata dari lapisan batuan sedimen di seluruh muka bumi. Clarke (1924) pertama sekali memperkirakan ketebalan sedimen di paparan benua adalah 0,5 kilometer. Di dalam cekungan yang dalam, ketebalan ini lebih tinggi, lapisan tersebut selalu bertambah ketebalannya dari hasil alterasi dari batuan beku, oksidasi, karonasi dan hidrasi. Ketebalan tersebut akan bertambah dari hasil rombakan di benua sehinngga ketebalan akan mencapai 2.200 meter. Volume batuan sedimen hasil perhitungan dari Clarke adalah 3,7 x 108  kilometer kubik (Clarke ,1924).

B. Pengertian Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan ( Pettijohn, 1975 ).

Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% ( Pettijohn, 1975 )..

Berdasarkan ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2 macam :

1. Batuan Sedimen Klastik; Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesa.

2. Batuan Sedimen Non Klastik; Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses transportasi. Pembentukannya adalah kimiawi dan organis.

Page 9: deskripsi batuan.docx

Sifat – sifat utama batuan sedimen :

1. Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses sedimentasi.

2. Sifat klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada golongan detritus.

3. Sifat jejak adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil).4. Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan

rijing.

1.7 C. Penggolongan Dan Penamaan Batuan Sedimen

Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh para ahli, baik berdasarkan genetis maupun deskriptif. Secara genetik disimpulkan dua golongan ( Pettijohn, 1975 ).

C.1. Batuan Sedimen Klastik

Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. ( Pettjohn, 1975).

Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam ( Pettjohn, 1975)..

Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan ( Pettjohn, 1975 ).

Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn, 1975).

Proses diagenesa antara lain :

1. Kompaksi Sedimen

Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.

2. Sementasi

Page 10: deskripsi batuan.docx

Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.

3. Rekristalisasi

Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.

4.   Autigenesis

Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dll.

5.  Metasomatisme

Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal.

C.2. Batuan Sedimen Non Klastik

Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (Pettjohn, 1975).

Gambar Klasifikasi Batuan Sedimen Berdasarkan Koesoemadinata (1981)

Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :

1.Golongan Detritus Kasar

Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.

Page 11: deskripsi batuan.docx

2. Golongan Detritus Halus

Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.

3. Golongan Karbonat

Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya.

4. Golongan Silika

Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.

5. Golongan Evaporit

Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat  memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.

6. Golongan Batubara

Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.

Page 12: deskripsi batuan.docx

1.7 GAMBAR BATUAN SEDIMEN

No.DESKRIPSI : 16WARNA : Abu-abuSTRUKTUR : MasifKOMPOSISI

A. Fragmen : Kuarsa, batuanbeku basalt, baturijangB. Matrik : Pasirkasar – sangatkasarC. Semen : Karbonat

TEKSTURA. Granularitas : Dari Silt – Kerakal (2 – 64mm)B. Sortasi : TerpilahsedangC. Roundness : MembulatD. Porositas : Jelek

GENESA BATUAN : Hasildarirombakanbatuanasam(sedimenklastik)

NAMA BATUAN : KonglomeratGambar / SketsaBatuan

BATUAN SEDIMEN

No.DESKRIPSI : 22WARNA : MasifSTRUKTUR : -KOMPOSISI

D. Fragmen : LempungE. Matrik : KarbonatF. Semen : Karbonat

TEKSTURE. Granularitas : LempungF. Sortasi : BaikG. Roundness : Membulat tanggungH. Porositas : Baik

GENESA BATUAN : Terendapkan dan terbentuk di laut Digunakan untuk campuran asam

NAMA BATUAN :

Gambar / SketsaBatuan

Page 13: deskripsi batuan.docx

GAMBAR BATUAN SEDIMEN

No.DESKRIPSI : 1WARNA : Merah hatiSTRUKTUR : MasifKOMPOSISI

G. Fragmen : -H. Matrik : Pasir-pasir kasarI. Semen : Karbonat

TEKSTURI. Granularitas : Pasir (1/4 – 1mm)J. Sortasi : Terpilah sedangK. Roundness : Menyudut tanggungL. Porositas : Sedang

GENESA BATUAN : Terendapkan dan terbentuk di laut dangkal

NAMA BATUAN : Batu gamping merah

Gambar / SketsaBatuan

Page 14: deskripsi batuan.docx

1.8

PROSES PEMBENTUKAN BATUAN METAMORF SERTA TIPE-TIPE METAMORFISME

A. Proses Pembentukan Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers and Blatt, 1982).

Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa melalui fase cair (Diktat Praktikum Petrologi, 2006).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah perubahan temperatur, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas (Huang, 1962).

Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu 1500 C +  500C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg – carpholite, Glaucophane, Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-11000C, tergantung pada jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994).

Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi dasarnya. Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaan yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar (Bucher & Frey, 1994).

Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir batuan, mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan hidroflorik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis (Huang WT, 1962).

1.9

B. Tipe-Tipe Metamorfosa

Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Metamorfosa regional / dinamothermal

Page 15: deskripsi batuan.docx

Metamorfosa  regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).

Metamorfosa Orogenik

Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.

Metamorfosa Burial

Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.

Metamorfosa Dasar dan Samudera

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.

2. Metamorfosa Lokal

Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :

Metamorfosa Kontak

Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir halus.

Page 16: deskripsi batuan.docx

1.9 Gambar Metamorfisme Kontak dan Mineral Penyusun Batuan

Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.

Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.

Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik

Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan dan sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit.

Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme

Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.

Metamorfosa Impact

Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya dengan pab\nas bumi (geothermal).

Metamorfosa Retrogade/Diaropteris

Page 17: deskripsi batuan.docx

Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).

2.0 Gambar Lokasi dan Tipe Metamorfisme

Page 18: deskripsi batuan.docx

2.1GAMBAR BATUAN METAMORF

No. DESKRIPSI WARNA STRUKTUR70 Putih Non foliasi

TEKSTUR : GranoblastikKOMPOSISI MINERAL : Kuarsa

NAMA BATUAN : KuarsitGENESA BATUAN : Terbentuk dari batu pasir kuarsa yangterkena temperature tinggi

Gambar / SketsaBatuan

GAMBAR BATUAN METAMORF

No. DESKRIPSI WARNA STRUKTUR23 Hijaukehitaman Masif

TEKSTUR : LepidoblastikKOMPOSISI MINERAL : Serpentin

NAMA BATUAN : SerpentinitGENESA BATUAN : Terbentuk dari batuan peridotit yang kaya unsur olivine yang terkena suhu tinggiGambar / SketsaBatuan

Page 19: deskripsi batuan.docx

GAMBAR BATUAN METAMORF

No. DESKRIPSI WARNA STRUKTUR65 Hijaukemerahan Foliasi gneissose

TEKSTUR : GranoblastikKOMPOSISI MINERAL : Feldspar, kuarsa

NAMA BATUAN : Batu GneissGENESA BATUAN : Terbentuk dari batuan beku granit

yangTerkena suhu dan tekanan tinggi

Gambar / SketsaBatuan

Page 20: deskripsi batuan.docx

TUGAS

MINERALOGI & PETROLOGI

KLASIFIKASI BATUAN

OLEH

NAMA : CHRISTOPER REYNOLDS ERONG

NPM : 11.2014.1.00492

Page 21: deskripsi batuan.docx

KLASIFIKASI BATUAN

SIKLUS BATUAN

BATUAN

BEKU

SEDIMEN

METAMORF

SEDIMEN

MAGMA

BATUAN BEKU METAMORF

TEKANAN DAN SUHU TINGGIPELAPUKAN

PELEBURAN (AKTIFITAS LEMPENG)

PENDINGINAN

TEKANAN DAN SUHU TINGGI

PELAPUKAN