21
DERMATO-TERAPI PENDAHULUAN Penyakit kulit dapat diobati dengan ber-macam-macam cara, antara lain : 1. Topical 2. Sistemik 3. Intralesi. Kalau cara pengobatan di atas ini belum memadai, maka masih dapat dipergunakan cara-cara lain, yaitu: radiotherapi sinar ultraviolet pengobatan Lasers kemotherapi Bedah listrik bedah skalpel. Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian adalah kemajuan dalam bidang pengobatan topikal yang berupa perubahan dari cara pengobatan nonspesifik dan empirik menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional. 1 . PENGOBATAN TOPIKAL Kegunaan dan khasiat pengobatan topikal didapat dari penqaruh fisik dan kimiawi obat-obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara lain ialah mengeringkan, membasahi (hidrasi), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi (proteksi) dari pe- ngaruh buruk dari luar. Semua hal itu bermaksud untuk mengadakan homeostasis, yaitu mengembalikan kulit yang sakit 1

Dermatoterapi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemilihan obat dalam tatalaksana penyakit kulit

Citation preview

Page 1: Dermatoterapi

DERMATO-TERAPI

PENDAHULUAN

Penyakit kulit dapat diobati dengan ber-macam-macam cara, antara lain :

1. Topical2. Sistemik 3. Intralesi.

Kalau cara pengobatan di atas ini belum memadai, maka masih dapat dipergunakan cara-cara lain, yaitu:

radiotherapi sinar ultraviolet pengobatan Lasers kemotherapi Bedah listrik bedah skalpel.

Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian adalah kemajuan dalam bidang pengobatan topikal yang berupa perubahan dari cara pengobatan nonspesifik dan empirik menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional.1

.

PENGOBATAN TOPIKAL

Kegunaan dan khasiat pengobatan topikal didapat dari penqaruh fisik dan kimiawi obat-obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara lain ialah mengeringkan, membasahi (hidrasi), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi (proteksi) dari pengaruh buruk dari luar. Semua hal itu bermaksud untuk mengadakan homeostasis, yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitarnya ke keadaan fisiologik stabil secepat-cepatnya. Disamping itu untuk menghilangkan gejala-gejala yang mengganggu, misalnya rasa gatal dan panas.1,2

Dalam jangka waktu 20 tahun terakhir ini telah dikembangkan preparat-preparat topikal yang mempunyai khasiat kimiawi yang spesifik terhadap organisme di kulit atau terhadap kulit itu sendiri. Secara ideal maka pemberian obat topikal harus berkhasiat fisis maupun kimiawi. Kalau obat topikal digunakan secara rasional, maka hasilnya juga

1

Page 2: Dermatoterapi

optimal, sebaliknya kalau digunakan secara salah obat topikal menjadi tidak efektif dapat renyebabkan penyakit iatrogenik. Prinsip obat topical secara umum terdiri atas 2 bagian1,2:

a. bahan dasar (vehiculum)b. bahan aktif

A. BAHAN DASAR (VEHIKULUM)

Memilih bahan dasar (vehikulum obat topikal merupakan langkah awal dan terpenting yang harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai pegangan ialah pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang cair/basah, misalnya kompres; dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar padat/kering, misalny salap. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi (lihat gambar 49-1) 1,2,3

1. Cairan. 2. Bedak 3. Salap.

Di samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu :

4. Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cairan dan bedak.5. krim, yaitu campuran cairan dan salap.6. Pasta, yaitu campuran salap dan bedak.7. Linimen (pasta pendingin), yaitu campuran, cairan, bedak, dan salep.

Cairan

Cairan terdiri atas:

a. solusio-artinya larutan dalam air

b. tingtura artinya larutan dalam alcohol.

Solusio dibagi dalam:

1. kompres

2. rendam (bath), misalnya rendam kaki, rendam tangan

3. mandi (full bath)

2

Page 3: Dermatoterapi

Prinsip pengobatan cairan ialah, membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai. Di samping itu terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel. bula, dan pustula. Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang.membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parestesi oleh bermacam-macam dermatosis.2

Harus dilngat bahwa pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara teliti, kalau keadaan sudah mulai kering pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu dihentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainnya. Cara kompres lebih disukai dari pada cara rendam dan mandi, karena pada kompres terdapat pendinginan dengan adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses maserasi.1,4

Bahan aktif yang dipakai dalam kompres galah biasanya bersifat astringen dan antimikrobial. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein.

Dlkenal 2 macam cara kompres, yaitu :

a. Kompres terbuka

Dasar

Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi eksudat atau pus.

Indikasi

Dermatosis mardidans infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erisipelas ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.

Efek pada kulit '

- kulit yang semula eksudatif menjadi kering

• permukaan kulit menjadi dingin

- vasokonstriksi

- eritema berkurang.

Cara

3

Page 4: Dermatoterapi

Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan noniritasi serta tidak terlalu tebal (3 lapis). Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril, dan jangan menggunakan kapas karena lekat dan menghambat penguapan.1

Kasa dicelup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu dibalutkan dan didiamkan, biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan sampai terjadi maserasi. Bila kering dibasahkan lagi. Daerah yang dikompres luasnya 1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi pendinginan.1

b. Kompres tertutup

Sinonim

Kompres impermeabel.

Dasar

Vasodilatasi, bukan untuk penguapan.

Indikasi

Keiainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium.

Cara

Digunakan pembalut tebal dan ditutup dengan bahan impermeabel, misalnya setofan atau plastik.

2. Bedak

Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali.

Efek bedak ialah:

- mendinginkan

- antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi

- anti-pruritus lemah

- mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat (intertrigo)

- proteksi mekanis.

Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah talkum venetum. Biasanya bedak dicampur dengan seng

4

Page 5: Dermatoterapi

oksida, sebab zat ini bersifat mengabsorpsi air dan sebum, astringen, antiseptik lemah dan antipruritus lemah.1,2

Indikasi pemberian bedak ialah :

1. dermatosis yang kering dan superfisial

2. mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varisela dan herpes zoster.

Kontralndikasi

Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.

Salap

Salap ialah bahan berlemak atau se-perti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak.

Indikasi pemberian salap ialah :

a. dermatosis yang kering dan kronikb. dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap

paling kuat jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya.c. dermatosis yang bersisik dan berkrus-ta.

Kontralndikasi ialah : dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang berambut, penggunaan salap tidak dianjurkan dan salap jangan dipakai di seluruh tubuh.1,2

4. Bedak kocok

Bedak kocok terdiri atas cam dan bedak, yang biasanya ditambah de-ngan gliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan tidak cepat menjadi kering, maka jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10-15%. Hal ini berarti bila beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka persentase ter-sebut jangan dilampaui.1,4

Indikasi bedak kocok ialah :

1. dermatosis yang kering, superfisialis dan agak luas, yang diinginkan ialah sediklt penetrasi.

2. pada keadaan subakut.

Kontralndikasi:

1. dermatitis madidans

5

Page 6: Dermatoterapi

2. daerah badan yang berambut

5. Krim1

Krim ialah campuran W (water, air), O (oil, minyak) dan emulgator.

Krim ada 2 jenis:

Krim W/O: air merupakan fase dalam dan minyak fase luar.

Krim O/W: minyak merupakan fase dalam dan air fase luar.

Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah bahan pengawet, misalnya paraben dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat dimasukkan di dalam krim.

Indikasi penggunaan krim ialah :

1. indikasi kosmetik

2. dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar daripada bedak kocok.

3. krim boleh digunakan di daerah yang berambut.

Kontralndikasi ialah dermatitis madidans.

6. Pasta

Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat, protektif dan mengeringkan. Indikasi penggunaan pasta ialah dermatosis yang agak basah. Kontraindikasi : dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.1,4

7. Linimen

Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak, dan salap. Indikasi: dermatosis yang subakut. Kontraindikasi: dermatosis madidans.1,4

6

Page 7: Dermatoterapi

B. BAHAN AKTIF

Memilih obat topikal seiain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang dimasukkan ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topikal. Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi oleh keadaan fisiko-kimia permukaan kulit, di samping komposisi formulasi zat yang dipakai.1,3,4

Di dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat berinteraksi satu sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita campurkan itu dapat tercampurkan atau tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya O.T.T. (= obat tidak tercampurkan).1

Asam salisilat, misalnya dapat dicampur dengan asam lainnya, contohnya asam benzoat atau dengan ter, resorsinol tidak tercampurkan dengan yodium, garam, besi atau bahan yang bersifat oksidator.1

Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk konsentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas, dan efek vehikulum terhadap kulit.1

Bahan aktif yang digunakan di antaranya ialah1:

1. Aluminium asetat

Contohnya ialah larutan Burow yang mengandung aluminium asetat 5%. Efek-nya ialah astringen dan antiseptik ringan. Jika hendak digunakan sebagai kompres diencerkan 1 :10.

2. Asam asetat

Dipakai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptik untuk infeksi Pseudomonas.

3. Asam benzoat

Mempunyai sifat antiseptik terutama fungisidal. Digunakan dalam salap, contohnya dalam salap Whitfield dengan konsentrasi 5%. Menurut British Pharmaceutical Codex susunannya demikian: R/ Acidi benzoici 5

Acidi salicylici 3

Petrolati 28

7

Page 8: Dermatoterapi

Olei cocos 64

Modifikasi salap tersebut ialah A.A.V. II yang di bagian kami digunakan untuk penyakit jamur superfisial. Salap tersebut berisi asam salisilat 6% dan asam benzoat 12%. Sedangkan salap lain ialah A.A.V. I berisi asam salisilat 3% dan asam benzoat 6%, jadi konsentrasi bahan aktif hanya separuhnya.

4. Asam borat

Konsentrasinya 3%, tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau dalam salap berhubung efek antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik, terutama pada kelainan yang luas dan erosif terlebih-lebih pada bayi.

5. Asam salisilat

Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topikal. Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu. Pada konsentrasi rendah (1 - 2%) mempunyai efek keratoplestik, yaitu menunjang pembentukan keratin yang baru. Pada konsentrasi tinggi (3 - 20%) bersifat keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada konsentrasi sangat tinggi (40%) dipakai untuk kelainan-kelainan yang dalam, misalnya kalus dan veruka plantaris. Aaam salisil dalam konsentrasi 1 % dipakai sebagai kompres, bersifat antiseptik. Penggunaannya, misalnya untuk dermatitis eksudatif, asam salisil 3%-5% juga bersifat mempertinggi absorbsi perkutan zat-zat aktif.

6. asam undesilenat

Bersifat antimikotik dengan konsentrasi 5% dalam salap atau krim, Dicampur dengan garam seng (Zn undecylenic) 2O%.

7. Asam vit A (tretinoin, asam retinoat)

Efek

Memperbaiki keratinisasi menjadi normal, jika terjadi gangguan Meningkatkan sintesa DNA dalam epitelium germinatif Meningkatkan laju mitosis Menebalkan stratum granulosum Menormalkan parakeratosis

Indikasi

8

Page 9: Dermatoterapi

Penyakit dengan sumbatan folikular Penyakit dengan hiperkeratosis Pada proses menua kulit akibat sinar matahari

8. benzokain

Bersifat anestesia. Konsentrasinya 1/2 - 5%, tidak larut dalam air, lebih larut dalam minyak (1:35), dan iebih larut lagi alkohol. Dapat digunakan dalam vehikulum yang lain, Sering menyebabkan sensitisasi.

9. Banzil banzoat

Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai emulsi dengan konsentrasi 20 atau 25%.

10. Campora

Konsentrasinya 1-2 %. Bersifat antipruritus berdasarkan penguapan zat tersebut sehingga terjadi pendinginan. Dapat dimasukan ke dalam bedak atau bedak kocok yang mengandung alkohol agar dapat larut. Juga dapat dipakai dalam salap dan krim.

11. Kortikosteroid topikal

Pada tahun 1952 SULZBERGER dan WITTEN memperkenalkan hidrokortison dan hidrokortison asatat sebagai obat topikal pertama dan golongan kortikosteroid (K.S.). Hal ini merupakan kemajuan yang sangat basar dalam pengobatan penyakit kulit topikal karena KS mempunyai khasiat yang aangat luas, yaitu: anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti mitotik dan vasokonstriksi. Pada penyelidikan temyata bahwa kortison dan Adreno-Cortico-Trophic Hormone (A.C.T.H.) tidak efektif sebagai obat topical.1,2,4

Pada perkembangan selanjutnya, pada tahun 1960 diperkenalkan KS yang lebih poten daripada hidrokortison, yaitu KS yang bersenyawa halogen yang dikenal sebagai fluorinated corticosteroid. Penambahan 1 atom F pada posisi 6 dan 9 dan satu rarrtai samping pada posisi 16 dan 17, menghasilkan bentuk yang mempunyai potensi tinggi, Zat-zat ini pada konsentrasi 0,025% sampai 0,1% memberikan pengaruh anti inflamasi yang kuat, yang termasuk dalam golongan ini ialah, antara lain : betametaaon, betametaaon valerat, betametason benzoat, fluosinolon asetonid, dan triamsinolon asetonid.

Penggolongan1

Korlikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan besar, di antaranya berdasarkan antiinflamasi dan anti mitotik (lihat tabel 49-1).

9

Page 10: Dermatoterapi

Golongan I yang paling kuat daya antiinflamasi dan ainti mitotiknya (superpoten). Sebaliknya golongan VII yang terlemah (potensi lemah).

TABEL 49-1. Penggolongan kortikosteroid topikal berdasarkan potensi klinis

Klasifikasi Nama dagang Nama generikGolongan I: (super poten)

Diprolene ointmentDiprolene AF cream Psorcon ointment Temovate ointment Temovate cream Ultravate ointment Ultravate cream

0.05% betamethasone diproplonate

0.05% diflorasone diacetate 0.05% clobetasol proprionate

0.05% halobetasd proprionate

Golongan II: (potensi tinggi)

Cyclocort ointment Diprosone ointment Elocon ointment Florone ointment Halog ointment Halog cream Halog solution Lidex ointment Lidex cream Lidex gel Lidex solution Maxiflor ointment Maxivate ointment Maxivate cream Topicort ointment Topicort cream Topicort gel

0.1% amcinonide0.05% betamethasone diproprionate 0.01% mometasone fuorate 0.05% diflorasone diacetate 0.01% halcinonide

0.05% fluocinonide

0.05% diflorasone diacetate 0.05% betamethasone diproprionate

0.25% desoximetasone

0.05% desoximetasoneGolongan III: (potensi tinggi)

Aristocort A ointment Cutivate ointment Cyclocort cream Cyclocort lotion Diprosone cream Flurone cream Lidex E cream Maxiflor cream Maxivate lotion

0.1% triamcinolone acetonide 0.005%fluticasone propionate 0.1% amcinonide

0.05% betamethasone dipropionate 0.05% diflorosone diacetate 0.05% fluocinonide 0.05% diflorosone diacetate 0.05% betamethasone

10

Page 11: Dermatoterapi

Topicort LP cream Valisone ointment

dipropionate 0.05% desoximetasone 0.01% betamethasone valerate

Golongan IV : (potensi medium)

Aristocort ointment Cordran ointment Elocon cream Elocon lotion Kenalog ointment Kenalog cream Synalar ointment Westcort ointment

0.1% triamcinolone acetoninide 0.05% flurandrenolide 0.1% mometasone furoate

0.1% triamcinolone acetonide

0.025% fluocinolone acetonide 0.2% hydrocortisone valerate

Golongan V: (potensil medium)

Cordran cream Cutivate cream Dermatop cream Diprosone lotion Kenalog lotion Locoid ointment Locoid cream Synalar cream Tridesilon ointment Valisone cream Westcort cream

0.05% flurandrenolide 0.05% fluticasone propionate 0.1% prednicarbate 0.05% betamethasone dipropionate 0.1% triamcinolone acetonide 0.1% hydrocortisone butyrate

0.025% fluocinolone acetonide 0.05% desonide 0.1% betamethasone valerate 0.2% hydrocortisone valerate

Golongan VI: (potensi medium)

Aclovate ointment Alcovate cream Aristocort cream DesOwen cream Kenalog cream Kenalog lotion Locoid solution Synalar cream Synalar solution Tridesllon cream Valisone lotion

0.05% aclometasone

0.1% triamcinolone acetonide0.05% desonide0.025% triamcinolone acetonide

0.1% hydrocortisone butyrate 0.01% fluocinolone acetonide

0.05% desonide0.1% betamethasone valerate

Golongan VII: (potensi lemah)

Obat topikal dengan hidrokortison, deksametason, glumetalon, prednisolon, dan metilprednisolon

'

11

Page 12: Dermatoterapi

Indikasi1

K.T. dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit (MARKS, 1985). Hams selalu diingat bahwa K.T. bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal.

Dermatosis yang responsif dengan K.T. ialah: psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis kontak, dermatitis seboroik, neurodermatitis sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis stasis, dermatitis venenata, dermatitis intertriginosa, dan dermatitis Solaris (fotodermatitis).

Dermatosis yang kurang responsif ialah lupus eritematosus diskoid, psoriasis di telapak tangan dan kaki, nekrobiosis lipoidika diabetikorum, vitiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid, eksantema fikstum.

Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid intralesi ialah keloid, jaringan parut hipertrofik, alopesia areata, akne berkista, prurigo nodularis, morfea, dermatitis dengan likenifikasi, liken amiloidosis, dan vitiligo (sebagian responsif).

Di samping K.T. tersebut ada pula kortikosteroid yang disuntikan intralesi, misalnya triamsinolon asetonid.

Pemilihan Jenis K.T1

Dipilih K.T. yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga murah; di samping itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit, luas/tidaknya lesi, da-lam/dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi. Perlu juga dipertimbangkan umur penderita.

Aplikasi klinis

a. Cara aplikasi

Pada umumnya dianjurkan pemakaian salap 2-3 x/hari sampai penyakit tersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis ialah menurunnya respons kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang-ulang; berupa toleransi akut yang berarti efek vasokonstriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan beberapa hari efek vasokonstriksi akan timbul

12

Page 13: Dermatoterapi

kembali dan akan menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.

b. Lama pemakaian steroid topikal

Lama pemakaian steroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.

Sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh sebagai berikut1,4:

1. Psoriasis

Penyakit psoriasis dengan skuama tebal berupa plakat, memerlukan steroid yang poten (golongan I) dengan vehikulum salap atau krim.

2. Dermatitis atopik

Pada anak diperlukan steroid topikal yang lemah mengingat umur anak, lokalisasi penyakit dan kulit pada anak masih halus dan tipis. Dipilih bentuk krim. Pada dewasa diperlukan K.T. yang poten dalam bentuk salap.

3. Dermatitis kontak alergik

Pemakaian steroid dengan potensi sedang biasanya cukup untuk mengatasi penyakit ini. Zat penyebab harus dihindari.

4. Dermatitis dishidrotik

Dermatitis ini memerlukan steroid yang poten dalam bentuk salap, sebab kulit di daerah itu tebal.

5. Dermatitis numular

Lesi biasanya multipel dan memerlukan K.T. yang poten.

6. Dermatitis seboroik

Dermatitis ini cukup sensitif terhadap K.T. dan memerlukan steroid potensi sedang.

7. Dermatitis intertriginosa

Dermatitis ini memerlukan K.T. dengan potensi sedang untuk menghilangkan gejala gatal dan rasa panas.

13

Page 14: Dermatoterapi

Efek samping1

Efek samping terjadi bila:

1. penggunaan K.T. yang lama dan berlebihan

2. penggunaan K.T. dengan potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan secara oklusif.

Harus diingat bahwa makin tinggi potensi K.T., makin cepat terjadinya efek samping.

Gejala efek samping.

1. Atrofi.2. Strie atrofise.3. Telangiektasis.4. Purpura.5. Dermatosis akneformis6. Hipertrikosis setempat.7. Hipopigmentasi.8. Dermatitis perioral.9. Menghambat penyembuhan ulkus.10. Infeksi mudah terjadi dan meluas.11. Gambaran Minis penyakit infeksi men-jadi kabur.

Dermatofitosis yang diobati dengan K.T. gambaran klinisnya menjadi tidak khas karena efek anti-inflamasinya. Piggir yang eritematosa dan ber-batas tegas menjadi kabur dan meluas dikenal sebagai tinea incognito.

Pencegahan efek samping1

Efek samping sistemik jarang sekali terjadi, agar aman dosis yang dianjurkan ialah jangan melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi.

Pada bayi kulit masih tipis, hendak-nya dipakai K.T. yang lemah. Pada kelainan akut dipakai pula K.T. yang lemah. Pada kelainan subakut digunakan K.T. sedang. jika kelainan kronis dan tebal dipakai K.T. kuat. Bila telah membaik pengolesan dikurangi, yang semula dua kali sehari menjadi sekali sehari atau diganti dengan K.T. sedang/lemah untuk mencegah efek samping.

Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan pemakaiannya terbatas pada lesi yang resisten.Pada daerah lipatan (inguinal, ketiak) dan wajah digunakan K.T. lemah/sedang. K.T.

14

Page 15: Dermatoterapi

jangan digunakan untuk infeksi bakterial, infeksi mikotik, infeksi virus, dar skabies.

Di sekitar mata hendaknya berhati-hati untuk menghindari timbulnya glaukor dan katarak.

Terapi intralesi dibatasi 1 mg padc satu tempat, sedangkan dosis maksimur per kali 10 mg.

12. Mentol

Bersifat antipruritik seperti camphora. Pemakaiannya seperti pada camphora, konsentrasinya 1/4 - 2%.

13 Podofilin

Damar podofilin digunakan dengna konsentrasi 25 % sebagai tingtur untuk kondiloma akuminatum. Setelah 4-6 jam hendaknya dicuci.

14. Selenium disulfide

Digunakan sebagai sampo 1 % untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea versikolor, keungkinan terjadinya efek toksik rendah.

15. Sulfur

Merupakan unsure yang telah digunakan selama berabad abad dalam dermatologi. Bersifat antiseboroik, anti akne, antiskabies, antibakteripositif, gram dana anti jamur. Yang digunakan adalah sulfur denagan tingkat terhalus, yaitu sulfur presipitatum (belerang endap) berupa bubuk kuning kehijauan. Biasanya diapakai dalam konsentrasi 4 – 20 %. Dapat digunakan dalam pasta krim, salap, dan bedak kocok, contoh dalam salap ialah salap 2-4 yang mengandung asam salisilat 2% dan sulfur presipitatum 4%, sedangkan contoh dalam bedak kocok ialah losio kummerfeldi yang dipakai untuk acne.

16. Ter

Preparat golongan ini didapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara, kayu dan fosil. Yang bersal dari batubara misalnya liantral dan likuor karbonis detergens. Yang berasal dari kayu, misalnya oleu kadini dan oleum ruski. Contoh yang berasal dari fosil ialah iktiol.

Preparat ter yang sering digunakan ialah likuor karbonis detergens karenatidak berwarna hitam seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Konsentrasi 2-5 % efeknya antipruritus, anti radang, antiekzem,

15

Page 16: Dermatoterapi

antiakantosis keratoplastik, dapat digunakan untuk psoriasi dan dermatitis kronik dalam salap. Jika terdapat lesi yang universal, misalnya pada psoriasis, tidak boleh dioleskan diseluruh lesi karena akan diabsorbsi dan memberi efek toksik terhadap ginjal. Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari 1; kepala dan ekstremitas atas, hari 2 : batang tubuh dan hari 3 ekstremitas bawah.

Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi fototoksik, pada ter yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Efek karsinogen ter batubara dapat terjadi pada pemakaian yang lama. Pada pemakaian yang singkat efek samping ini tidak pernah terjadi.

17. Tiosulfas natrikus

Kristal mudah larut dalam air. Bersifat antimikotik untuk tinea versikolor dengan larutan 25%.

18. Urea

Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sabagai emolien, dapat dipakai untuk iktiosis dan xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein

19. Zat antiseptik

Zat yang bersifat antiseptic dan/atau bakteriostatik. Zat zat antiseptic lebih disukai dalam bidang dermatologi daripada zat antibotik, sebab dengan memakai zat antiseptic persoalan resistensi terhadap antibiotik dapat dihindarkan.

Golongan antiseptic : alcohol, fenol, halogen, zat-zat pengoksidasi, senyawa logam berat, zat warna.

16

Page 17: Dermatoterapi

DAFTAR PUSTAKA

1. Hamzah, Mochtar. Dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam.

Hal. 342-352. Jakarta: FKUI. 2013,

2. Nurharini, Firdausi. Dermato Terapi. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

RSU Haji Surabaya. 2010.

3. Maren E. S. Cotes, Robert A. Swerlick. Practical guidelines for the use

of steroid-sparing agents in the treatment of chronic pruritus

Dermatologic Therapy. Special Issue: Understanding and Treating Itch

Volume 26, Issue 2, pages 120–134, March/April 2013.

4. Eichenfield, L.F. (2004). Consensus guidelines in diagnosis and treatment

of atopic dermatitis. Allergy, 59 (Suppl. 78), 86–2.

17