Upload
erni-meilina
View
366
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
WOOD LAMP
I. PENDAHULUAN
Wood lamp adalah alat diagnostik yang digunakan dalam dermatologi dimana cahaya
ultraviolet yang bersinar (pada panjang gelombang 365 nanometer sekitar) ke kulit pasien.
Teknik untuk menghasilkan sumber sinar ultraviolet dirancang oleh Robert Williams Wood
pada tahun 1903 menggunakan " kaca Wood ", itu tidak sampai 1925 bahwa teknik ini
digunakan dalam dermatologi oleh Margarot dan Deveze untuk mendeteksi infeksi jamur
dari rambut. Wood lamp mempunyai banyak kegunaan, baik dalam membedakan kondisi
neon dari kondisi lain dan dalam menemukan batas-batas yang tepat dari kondisi tersebut.
Wood lamp juga membantu dalam diagnosis infeksi jamur dan bakteri :
infeksi jamur ( Microsporum audouini ). Beberapa bentuk tinea , seperti
Trichophyton tonsurans , tidak berpendar. [1]
bakteri infeksi ( Corynebacteriium minutissimum adalah karang merah,
Pseudomonas kekuningan-hijau) [2]
Propionibacterium acnes , bakteri yang terlibat dalam jerawat penyebab,
pameran cahaya yang oranye di bawah lampu Wood. [3]
Sebuah lampu Wood dapat digunakan untuk secara cepat menilai apakah subjek
menderita keracunan etilen glikol sebagai konsekuensi dari antibeku konsumsi. Produsen
etilena glikol yang mengandung antifreezes umumnya menambahkan fluorescein , yang
menyebabkan urin pasien untuk bersinar di bawah Lampu Wood. [4]Lampu Wood berguna
dalam mendiagnosa kondisi seperti tuberous sclerosis [5] dan erythrasma . [6] Selain itu,
deteksi Porphyria cutanea tarda kadang-kadang dapat dibuat jika urin berubah warna
menjadi pink pada pencahayaan dengan lampu Wood. [7] Woods lampu juga telah digunakan
untuk membedakan dari depigmentasi hipopigmentasi seperti dengan Vitiligo . Kulit dari
seorang pasien Vitiligo akan muncul kuning-hijau atau biru di bawah lampu hutan. [8]
Penggunaannya dalam mendeteksi melanoma telah dilaporkan. [9]
II. KLASIFIKASI PENYAKIT
Terdapat beberapa klasifikasi penyakit yang membutuhkan sinar wood sebagai
pembantu diagnosis, diantaranya adalah :
1. VITILIGO
Vitiligo adalah kelainan spesifik yang didapat, berbentuk makula berwarna putih
susu tidak mengandung melanosit, berbatas tegas dan sering bersifat heriditer.
Predisposisi genetik (herediter : 30% kasus), faktor-faktor predisposisi ; setelah sakit
berat, terbakar sinar matahari, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan,
kecelakaan, setelah trauma fisik (30%).
Penyakit yang sering menyertai vitiligo :
kelainan-kelainan endokrin (tiroid, DM, Addison)
anemia perniciosa
kelainan-kelainan pada mata (iritis)
Gejala klinis
Dapat timbul pada semua umur, tetapi 50% timbul pada usia kurang dari 20
tahun. Makula berwarna putih susu tidak mengandung melanosit dan berbatas tegas.
Distribusi :
Fokus : satu/beberapa makula
Segmental : unilateral, distribusi, menurut dermatom stabil, pengobatan kurang
berarti.
Generalisata : beberapa/banyak makula, sering simetris
Diagnosis
Diagnosa vitiligo generalisat umumnya mudah. Pada pemeriksaan lampu Wood
biasanya tampak makula pada tempat-tempat yang tidak terpapar sinar matahari dan
pada orang berkulit putih.
Teori neural pada vitiligo :
1. Teori saraf perifer .
Bahwa melanosit yang memproduksi melaninmengalami penurunan kemampuan,
karena alasan peningkatan saraf perifer kimia, sehingga mengganggu aktivitas
tirosinase. Dalam keadaan normal, penghambatan saraf perifer, akan
menyebabkan perubahan dalam pigmentasi kulit. Tapi pada kulit pasien dengan
vitiligo, fungsi ujung saraf perifer menjadi lebih aktif, sehingga meningkatkan
pelepasan hormon dansubstansi zat lainnya, sehingga kapasitas melanosit untuk
mengurangisintesis melanin menjadi berkurang.
2. Teori parsial saraf
Beberapa orang berpikir bahwa vitiligo terjadi padacedera saraf parsial, karena
rangsangan langsung dari berbagai cederasaraf parsial.Hipotesis ini mengatakan
bahwa mediator neurokimiawiseperti asetilkolin, epinefrin dan norepinefrin yang
dilepaskan oleh ujung-ujung saraf perifer merupakan bahan neurotoksik yang
dapat merusak melanosit ataupun menghambat produksi melanin.Bila zat-zat
tersebutdiproduksi berlebihan, maka sel melanosit di dekatnya akan
rusak .Secaraklinis dapat terlihat pada vitiligo segmental satu atau dua
dermatom, danseringkali timbul pada daerah dengan gangguan saraf seperti pada
daerah paraplegia, penderita polineuritis berat.
Pemeriksaan fisik vitiligo
Diagnosis ditegakkan terutama berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis, dan
ditunjang oleh pemeriksaan histopatologik serta pemeriksaan denganlampu Wood.
Pemeriksaan histopatologi lesi vitiligo menunjukkan tidak dijumpainya melanosit dan
granul melanin di epidermis; pewarnaan perak ataureaksi dopa, memberi hasil negatif
Pada pemeriksaan dengan mikroskop elektronterlihat hilangnya melanosit, sedangkan
pada tepi lesi sering dijumpai melanosit yang besar dengan prosesus dendritikus yang panjang, beberapa
penulis menjumpai infiltrat limfositik di dermis. Pada lesi awal atau tepi lesi masih dapatdijumpai
beberapa melanosit dan granul melanin. Pada pemeriksaan denganlampu Wood, lesi makula
vitiligo tampak putih berkilau dan hal ini berbedadengan kelainan hipopigmentasi lainnya.
Hubungan Gangguan emosional dan vitiligo
Walaupun vitiligo biasanya tidak berbahaya secara medis dan tidak menyebabkan rasa
sakit fisik, namun efek emosional dan psikologis bisa sangat parah.
Bahkan, di India, individu dengan penyakit ini, khususnya perempuan,kadang-kadang
didiskriminasi dalam perkawinan.
Vitiligo yang diketahui setelahmenikah bisa menjadi dasar untuk perceraian. Terlepas dari ras
dan budaya, bercak putih vitiligo dapat mempengaruhiemosional, psikologis, kesejahteraan dan
harga diri.
Orang dengan vitiligo dapatmengalami stres emosional, terutama jika kondisi tersebut terjadi
di daerah yangterlihat dari tubuh (seperti wajah, tangan, lengan, dan kaki) atau pada alatkelamin.
Remaja, yang sangat peduli tentang penampilan, bisa down oleh vitiligoyang luas. Beberapa orang
yang telah menderita vitiligo merasa malu, depresi,atau khawatir tentang bagaimana orang lain akan
bereaksi.
Terapi dipegmentasi untuk vitiligo
Lebih dari 50% pasien yang mulai terapi depigmentasi dapat menjadi totalvitiligo
(vitiligo universal) yaitu dengan depigmentasi lengkap.
Depigmentasiadalah pemberian secara topikal krim yang mengandung eter monobenzyl
darihydroquinone, antioksidan, yang memiliki generik nama monobenzone.
Produk paten yang paling banyak digunakan adalah disebut Benoquin yang berisi
20%monobenzone.
Senyawa lain seperti hidroquinon saja tidak berefek/bekerja. Eter monobenzyl
hydroquinone (monobenzone) adalah agen hanya tersedia di AmerikaSerikat dan Eropa untuk
kulit normal depigmentasi sisa pada pasien dengan vitiligo. Monobenzone ekstensif adalah zat yang
menghancurkan melanosit fenolik epidermis setelah penggunaan monobenzone berkepanjangan
sehingga dapatmenghasilkan keadaan depigmentasi yang lengkap secara kosmetik lebih
diterima bagi banyak pasien yang kontras antara skin.monobenzone normal dan tidak . Monobenzone
tersedia sebagai bentuk krim 20% dan dapat dinaikkan padakonsentrasi hingga 40%.
Terapi dengan PUVA topikal pada vitiligo
Topikal atau oral 8 methoxypsoralen dikombinasikan dengan UVA (320-400 nm) pada
radiasi dengan (PUVA) efektif untuk mengobati vitiligo. Penggunaan dosis pada vitiligo, adalah
tepat dimulai dengan dosis yang lebihrendah UVA dosis 0'1J/cm2, dan kemudian ditingkatkan,
sedangkan dosis UVAyang lebih tinggi direkomendasikan untuk mengobati kulit yang lebih
tebal yaitu pada daerah palmoplantar .
Protokol untuk topikal 8-methoxypsoralen PUVA (8-methyoxypsoralen emulsi) 0,15%
(dapatdiencerkan1:10 jika eritema terjadi pada dosis terendahUVA). Oleskan 15 menit sebelum
pajanan UVA. Dosis awal UVA: baik 40% dari MPD, atau 0'5 ±1 J/cm2 (tergantunglokasi)
Penambahan dosis UVA: 0'5 ± 2 J/cm2 (tergantung lokasi).
Frekuensi: dilakukan dua kali seminggu. Terapi dengan PUVA oral pada vitiligo
Menggunakan obat oral 5-methoxypsoralen (5-MOP) atau dengan 8-MOPdiberikan 2 jam
sebelum paparan UVA. Frekuensi pengobatan; dua kali per minggu. Dosis awal paparan ; 0,5 J / cm ²
Dosis inkremental ; 0,25J/cm² meningkat pada setiap kunjunganhingga dosis ddengan
pengobatan sampai menetap dan mengurangi kedosis sebelumnya, dan kemudian dosis
penggunaan dari 0,1-0,25 J / cm ², jika tidak ada eritema.
Diagnosis banding Vitililigo generalisata :
Leukoderma karena bahan kimia
Hipomelanosis pasca keradangan
P. Alba
T. Versicolor
Lepra
Vitiligo segmental
N. Depigmentosus
Tuberosklerosis.
Penatalaksanaan
1. “Reassurance” dan penerangan tentang penyakitnya.
2. Kosmetika : termasuk tabir surya dan cat.
3. Usaha-usaha untuk mengadakan repigmentasi :
Kortikosteroid topikal : 0,1% betametason valerate atau 0,05% Oklobetasol
proprionate.
PUVA topikal : vitiligo fokal/segmental.
oral : segmental / generalisata.
Dosis : 0,6 mg/kg diberikan 2 j. sejumlah dilakukan penyinaran. Sebaiknya
penyinaran dilakukan.
1. DERMATOFITOSIS (TINEA)
Dermatofitosis
adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin),misalnya
pada stratum korneum epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh
jamur Dermatofita.
Klasifikasi Tinea:
a. Tinea Kapitis : dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut.
b. Tinea Barbe : dermatofitosis pada dagu dan janggut
c. Tinea Kruris : dermatofitosis pada daerah genikokrural, sekitar anus, bokong, dankadang-
kadang sampai bawah perut.
d. Tinea Pedis et Manum :dermatofitosis pada kaki dan tangan.
e. Tinea Unguinum : dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki.
f. Tinea Korporis : dermatofitosis pada bagian lainnya selain diatas, seperti facialis,
dan pada daerah badan.
Etiologi:
Dermatogita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur
ini mempunyai sifat mencernakan keratin.
Dermatofita termasuk kelas fungiimperfecti yang terbagi dalam tiga genus, yaitu; Microsporum ,
Trichophyton , dan Epidermophyton.
Faktor resiko :
Lembab dan panas dari lingkungan
Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk
Keseimbangan flora normal tubuh terganggu karena pemakaian antibiotik atauhormonal
dalam jangka panjang.
Kehamilan dan menstruasi (pada kedua kondisi ini terjadi ketidakseimbangan
hormondalam tubuh sehingga rentan terhadap jamur)
Penyakit tertentu seperti HIV/AIDS dan diabetes
Kebersihan tubuh tidak terjaga
Kontak langsung/tak langsung dengan penderita atau dermatofita.
Pemeriksaan penunjang pada TINEA :
1. Pemeriksaan Lampu Wood
Prinsip:Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan berat molekul
metabolit organisme penyebab, sehinggamenimbulkan indeks bias berbeda, dan menghasilkan
pendaran warnatertentu.
Alat : Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya
Cara :
Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah mungkin.
Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkanterlebih dahulu karena
dapat memberikan hasil positif palsu.
Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar perbedaan warna
lebih kontras.
Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa ±10-15cm
Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling besar/jelas.
Interpretasi
Tinea kapitis ( M canis M . audouinii, M .rivalieri, M . distortum,M . ferrugineum dan M
gypseum) : hijau terang.
Pitiriasis versikolor : putih kekuningan, orange tembaga, kuningkeemasan, atau putih kebiruan
(metabolit koproporfirin).
Tinea favosa (Trichophyton schoenleinii) : biru suram / hijau suram(akibat metabolit
pteridin).
Eritrasma (C orynebacterium minutissimum): merah koral (metabolit porfirin).
Infeksi pseudomonas : hijau (metabolit pioverdin atau fluoresein).
Hasil positif palsu :
salep dan krim di kulit atau eksudat : biru - jingga
tetrasiklin, asam salisilat dan petrolatum : kuning.
2. Pemeriksaan KOH
Cara pengambilan spesimen :
a) Kulit tidak berambut :Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke bagian
tengahdengan pisau tumpul steril. Menggunakan larutan KOH10%.
b) Kulit yang berambut :Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset.Kulit di
daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik kulitnya.Gunakan KOH 20%untuk rambut,
KOH10% untuk kulit.
c) Kuku .Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan daerahhiperkeratotik dan
penebalan dasar kuku di bagian proksimalkutikula atau lipatan kuku proksimal. Gunakan
larutan KOH 40%
Teknik pemeriksaan preparat KOH :
Teteskan setetes larutan KOH10-30% di atas kaca obyek bersih.
Tambahkan sejumlah spesimen yang akan diperiksa.
Tutup dengan kaca penutup.
Panaskan hati-hati dengan melewatkan di atas api bunsen beberapakali, tetapi jangan
sampai mendidih (biasanya 2-4 kali).
Tekan kaca penutup perlahan-lahan agar sediaan yang sudah lisismenipis dan rata.
Periksa dibawah mikroskop cahaya menggunakan pembesaran10kali lalu dikonfirmasi
dengan pembesaran 40 kali.
Jika diperlukan (preparat belum jernih), dapat dipanaskan kembalisehingga visualisasi
menjadi lebih baik
Interpretasi
Dermatofitosis: hifa panjang bersepta, bercabang-cabang danartrospora
Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita : Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks).
Jamur di dalam batang rambut(endotriks)
Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan memilikiindeks bias berbeda
dengan sekitarnya, pada jarak tertentu dipisahkanoleh sekat dan dijumpai butir butir
bersambung seperti rantai(artrospora).
Pitiriasis versikolor : spora bulat berdinding tebal, berkelompok denganmiselium kasar dan terputus-
putus/ pendek-pendek ( sphaghetti and meatballs)
Kandidosis : tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat, blastospora(sel ragi bertunas) dan
pseudohifa.
TINEA CAPITIS
Ciri-ciri case:
Botak/allopecia (rambut mudah patah)
Rambut kusam, rapuh, tidak mengkilat
Kulit bersisik abu-abu (gray patch type)
Papul yang eritem
Ada faktor resiko (kontak dengan teman, hewan, dll)
DiagnosisKerja
Tinea Capitis : kelainan pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh dermatofita.
Etiologi biasanya disebabkan oleh dermatofita jenis Microsporum dan Trichophyton .
Epidemiologi paling sering terjadi pada anak-anak umur 3-14 tahun, dan perempuan lebih banyak
menderita penyakit ini.
Faktor resiko:
Kebersihan/higienis tubuh kurang
Daerah padat penduduk
Malnutrisi dan sistem imun menurun
Penularan, melalui ; kontak langsung dengan penderita, dan kontak tak langsung(melalui sisir, kursi
bioskop, bantal).
Ada 3 bentuk Tinea Capitis berdasarkan manifestasi klinisnya, yaitu:
1. Bentuk Gray patch :
a. inflamasi ringan /minimal
b. kulit kepala bersisik, rambut mudah putus, warna rambut menjadi abu-abu,mudah
dicabut dari akarnya, kemudian terjadi alopesia.
c. Kadang terdapat keluhan adanya papul merah dan gatal
d. Biasa disebabkan oleh Microsporum audouinii dan Microsporum canis
yang bersifat antropofilik ektotrik.
2. Bentuk Black Dot ringworm :
a. tampak alopesia dengan titik-titik hitam di tengahnya, yang terdiri dari
batangrambut yang patah tepat pada permukaan kulit atau di bawah permukaan kulit kepala.
b. Biasa disebabkan oleh Trichophyton tonsuran danTrychophyton
violaceu, bersifatantropofilik endotrik
3. Bentuk Kerion Selsi :
a. Dimulai dengan ruam eritematosa, skuama, papul, disertai rambut yang putus,dapat disertai
peradangan akut berupa indurasi yang mengeluarkan pus,keadaan ini disebut sebagai
kerion selsi.
b. Reaksi peradangan berat, dam pada penyembuhan akan menimbulkan jaringan parut serta
alopecia yang permanen.
c. Biasa disebabkan oleh Microsporum canis dan Microsporum cani, bersifatzoofili
atau geofilik.
TINEA KRURIS
Ciri-ciri kasus: Gatal, dan sensari terbakar pada daerah inguinal, lipatan paha, anus,
bawah perut.
Diagnosis Banding :
1. Dermatitis Seboroik : peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat
kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak
berwarnakekuningan, dan batasnya tidak tegas.
2. Erythrasma batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, pada fluoresensi berwarnamerah bata
yang khas dengan sinar Wood.
3. Candidiasis lesi relativ lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit
4. Psoriasis skuama lebih tebal dan berlapis-lapis
Diagnosis Kerja
Tinea Cruris : inflamasi yang disebabkan jamur dermatofita pada superfisial terutama
didaerah inguinal, gluteal, dan suprapubik. Etiologi T. rubrum, T. mentagrophytes,E. floccosum
Epidemiologi:
Pada10-20% pasien dermatofita
Laki:perempuan = 3:1
Lebih sering pada dewasa dan pada daerah yang lembab
Faktor Resiko:
Orang yang gemuk dan atlet yang banyak berkeringat
Kontak langsung atau tak lanfsung melalui pakaian
Orang-orang yang berpakaian ketat
Riwayat DM atau HIV/AIDS
Manifestasi klinis
Lesi pada genitokrural saja, atau meluas ke anus, gluteal, atau perut bagian bawah
Gatal dan rasa terbakar pada lesi
Biasanya kulit berwarna lebih terang
Lesi berbatas tegas dan inflamasi pada bagian tepi lebih nyata
Jika lesi menahun, tampak bercak hitam disertai sisik
Erosi dan cairan bisa keluar akibat garukan
3. MELASMA
Adalah hipermelanosis didapat yang umumnya simetris berupa makula
yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan
sinar ultra violet dengan tempat predileksi pada pipi, hidung, dan dagu.
Epidemiologi
Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang tinggal di daerah
tropis. Melasma treutama di jumpai pada wanita, meskipun didapat pula pada pria
(10%). Di Indonesia perbandingan kasus wanita dan pria 24: 1. Terutama tampak pada
wanita usia subur dengan riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari. Insidens
terbanyak pada usia 30-44 tahun.
Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita pemakai pil kontrasepsi,
pemakai kosmetik, pemakai obat, dan lain-lain.
Etiologi
Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahuipasti. Faktor kausatif sampai
saat ini dianggap berperan pada patogenesis melasma adalah :
1. Sinar ultraviolet. Spektrum sinar matahari ini merusak gugus sulfihidril di
epidremis yang merupakan penghambat enzim tirosinase dengan cara mengikat
ion Cu dari enzim tersebut. Sinar ultraviolet menyebabkan enzim tirosinase tidak
dihambat lagi sehingga memacu proses melanogenesis.
2. Hormon. Misalnya esterogen, progesteron, dan MSH (Melanin Stimulating
Hormone) berperan pada terjadinya melasma. Pada kehamilan, melasma
biasanya meluas pada trimester ke-3. Pada pemakai pil kontrasepsi, melasma
tampak dalam 1 bulan sampai 2 tahun setelah dimulai pemakai pil tersebut.
3. Obat. Misalnya difenil hidantoin, mesantoin, klorpromasin, sitostatik, dan
minosiklin dapt menyebabkan timbulnya melasma. Obat ini ditimbun dilapisan
dermis bagian atas dan secara kumulatif dapt merangsang melanogenesis.
4. Genetik. Dilaporkan adanya kasus keluarga sekitar 20-70%.
5. Ras. Melasma banyak dijumpai pada golongan kulit berwrna gelap.
6. Kosmetika. Pemakaian kosmetika yang mengandung parfum, zat pewarna, atau
bahan-bahan tertentu dapat menyebabkan fotosensitivitas yang dapat
mengakibatkan timbulnya hiperpigmentasi pada wajah, jika terpajan sinar
matahari.
7. Idiopatik
Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis melasma ditinjau dari gambaran klinis, pemeriksaan
histopatologik, dan pemeriksaan dengan sinar Wood. Melasma dapat dibedakan
berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan dengan sinar
wood
Berdasarkan gambaran klinis.
1. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial, bawah
hidung, serta dagu (63%).
2. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%).
3. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%)
Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar Wood
1. Tipe epidermal, melasma tampak lebih je;as denagn sinar Wood dibandingkan
dengan sinar biasa.
2. Tipe dermal, dengan senar Wood tak tampak warbna kontras dibanding dengan
sinar biasa.
3. Tipe campuran, tamoak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya tidak jelas.
4. Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar Wood lesi
menjadi tidak jelas, sedangkan dengan seinar biasa jelas terlihat. Perbedaan tipe-
tipe ini sangat berarti pada pemberian terapi, tipe dermal lebih sulit diobati
dibanding tipe epidermal.
Berdasarkan pemeriksaan histopatologik
1. Melasma tipe epidermal, umumnya berwarna coklat, melanin terutama terdapat
pada lapisan basal dan suprabasal, kadang-kadang diseluruh stratum korneum
dan stratum spinosum.
2. Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan, terdapat makrofag bermelanin
disekitar pembuluh darah di sekitar pembuluh darah di dermis bagian atas dan
bawa, pada dermis bagian atas terdapat fokus-fokus infiltrat.
PATOGENESIS
Masih banyak yang belum diketahui. Banyak faktor yang menyangkut proses ini,
antara lain :
a. Peningkatan produksi melanosom karena hormon maupun karena sinar
ultraviolet. Kenaikan melanosom ini juga dapat desebabkan karena bahan
farmakologik seperti perak dan psoralen
b. Penghambatan dalam Malphigian cell turnover, keadaan ini dapat terjadi karena
obat sitostatik.
GEJALA KLINIS
Lesi melasma berupa makula berwarna coklat muda atu coklat tua berbatas tegas
dengan tepi tidak teratur, sering pada pipi, dan hidung yang disebut pola malar. Pola
mandibular terdapat pada dagu, sedangakan pola sentrofasial di pelipis,dahi, alis, dan
bibir atas. Warna keabu-abuan atau kebiru-biruan terutama pada tipe dermal.
PEMBANTU DIAGNOSIS
a. Pemeriksaan Histopatologik
Terdapat 2 tipe hipermelanosis :
1. Tipe epidermal : melanin terutama terdapat di lapisan basal dan suprabasal,
kadang-kadang diseluruh stratum spinosum samopai stratum korneum; sel-sel
yang padat mengandung melanin adalah melanosit, sel-sel lapisan basal, dan
supra basal, juga terdapat pada keratinosit dan sel-sel stratum korneum.
2. Tipe demal : terdapat makrofag bermalanin disekitar pembuluh darah dalam
epidermis bagian atas dan bawah; pada dermis bagian atas terdapat fokus-
fokus infiltrat.
b. Pemeriksaan mikroskop elektron
Gambaran ultrastruktur melanosit dalam lapisan basal memberi kesan aktivitas
melanosit meningkat.
c. Pemeriksaan dengan sinar Wood
1. Tipe epidermal :
Warna lesi tampak lebih kontras
2. Tipe dermal :
Warna lesi tidak bertambah kontras
3. Tipe campuran :
Lesi ada yang bertambah kontras ada yang tidak
4. Tipe tidak jelas
Dengan sinar Wood lesi menjadi tidak jelas sedangkan dengan sinar
biasa jelas terlihat
DIAGNOSIS
Diagnosis melasma ditegakkan hnaya dengan pemeriksan klinis. Untuk
menentukan tipe melasma dilakukan pemeriksaan histopatologik hanya dilakukan
pada kasus-kasus tertentu.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama, kontrol yang
teratur serta kerja sama yang yang baik antara penderia dan dokter yang
menanganinya. Kebanyakan penderita berobat untu alasan kosmetik. Pengobatan
dan peratan kulit harus dilakukan secara tertur dan sempurna karena melasma
bersifat kronis residitif, pengobatan yang sempurna adalhpengobatan yang kausal,
maka penting dicari etiologinya.
PENCEGAHAN
a. Pencegahan terhadap timbulnya atau bertambah berat serta kambuhnya
melasnma adalah perlindungan terhadap sinar matahari. Penderita diharuskan
menghindari pajanan langsung sinrar ultra violet terutama antara pukul 09.00-
15.00. sebaiknya jika keluar rumah menggunakan payung atau topi yang lebar.
Melindungi kulit dengan memakai tabir surya yang tepat, baik mengenai bahan
maupun cara pemakainnya. Tanpa pemakaian tabir surya setiap hari pengobatan
kulit berhasi. Pemakaian tabir surya dianjurkan 30 menit sebelum terkena
pajanan sinar maatahari. Ada 2 macam tabir surya yang dapat dikenal yaitu tabir
surya fisis dan tabir surya kimiawi. Tabir surya fisis adalah bahan yang dapat
memantulkan/menghanburkan ultrviolet, misalnya : titanium dioksida, seng
oksida, kaolin; sedang tabir surya kimiawi adalah bahan yang menyerap ultra
violet. Tabir surya kimiawi ada 2 jenis:
Yang mengandung PABA ( Para Amino Benzoic Acid) atau derivatnya,
misalnya octil PABA.
Yang tidak mengandung PABA (non-PABA), misalnya : bensofenon,
sinamat, salisilat, dan antranilat
b. Menghilangkan faktor yang merupakan penyebab melasma misalnya
menghentikan pemakaian pil kontrasepsi , menghentikan pemakain kosmetika
yang berwarna atau m,engandung parfum, mencegah obat contohnya hidantoin,
sitostatika, obat anti malaria, dan minosiklin.
PENGOBATAN
1. Pengobatan topikal
a. Hidrokinon
Hidrokinon dipakai dengan konsentrasi 2-5%. Krim tersebut
dipakai pada malam hari disertai pemakaian tabir surya pada sinag
hari. Umumnya tampak perbaikan dalm 6-8 minggu dan dilanjutkan
sampai 6 bulan. Efek samping adalah dermatitis kontak iritrn atau
alergik. Setelah penghentian penggunaan hidrokuion sering terjadi
kekambuhan
b. Asam retinoat (retinoic acid/tretinoin)
Asam retinoat 0.1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan atau
terapi kombinasi. Krim tersebut juga dipakai pada siang hari dapat
terjadi fotodegradasi. Kini asam retinoat dipakai sebagai monoterapi,
dan didapatkan perbaikan klinis secara bermakna, meskipun
berlangsung agal lambat. Efek samping berupa eritema, deskuamasi,
dan fotosensitisasi.
c. Asam azeleat
Asam azeleat merupakan obat yang aman untuk dipakai. Pengobatan
dengan asam azeleat 20% selama 6 bulan memberikan hasil yang baik.
Efek sampimngnya rasa panas dan gatal.
2. Pengobatan sistemik
Asam askorbat/vitamin C
Vitamin C mempunyai efek merubah melanin bentuk oksidasi
menjadi melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan
mencegah pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinon
menjadi DOPA.
Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sulfihidril (SH) yang
berpotensi menghambat pembentukan melanin dengan jalan
bergabung dengan Cuprum dari tirosinase.
3. Tindakan Khusus
a. Pengelupasan kimiawi
Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan
hiperpigmentassi. Pengelupasan kimiawi dilakukan dengan
mengoleskan asam glikolat 50-70% selama 4 sampai 6 menit
dilakukan setiap 3 minggu sekali selama 6 kali. Sebelum dilakukan
pengelupasan kimiawi diberiakan krim asam glikolat 10% selama 14
hari.
b. Bedah laser
Bedah laser dengan menggunakan laser Q-Switched Ruby dan Laser
Argon kekambuhan dapat juga terjadi.
4. ERITRASMA
Adalah salah satu penyakit bakteri yang selama lebih dari 100 tahun dianggap
sebagai penyalit jamur. BURCHARD melukiskan penyakit ini sebagai penyakit ini
sebagai penyakit kulit yang disebabkan oleh Actinomycetes, Nocardia minitussima
berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan sediaan langsung dengan ditemukan
susunan struktur semacam hifa halus pada th.1859. Baru pada tahun 1962 SARKANI
dkk, menemukan Corynevacterium sebagai etiologi berdasarkan penelitian pada biakan.
Penyakit ini bersifat universal, namun lebih banyak terlihat di daerah tropik.
Erirasma ialah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh
Corynebacterium minitussismum, ditandi dengan adanya lesi berupa eritema dan
skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha.
GEJALA KLINIS
Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi eritroskuamosa,
berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklat-coklatan. Variasi ini
rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita.
Tempat predilieksi di daerah ketiak dan lipat paha. Kadang-kadang berlokasi di daerah
interginosa lain terutama pada penderita gemuk.
Perluasan lesi terlihta pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa. Lesi tidak
menimbul dan tidak terlihat vesikulosi. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan
pada perabaan tersa berlemak.
Beberapa penulis beranggapan ada hubungan erat antara eritrasma dan diabetes
melitus. Penyakit ini terutama menyerang pria dewasa dan dianggap tidak begitu
menular, berdasarkan observasi pada pasangan suami-isteri yang biasanya tidak
terserang penyakit tersebut secara bersama-sama. Ertrasma tidak menimbulkan keluhan
subyektif, kecuali bila terjadi ekzematisasi oleh karena penderita berkeringat banyak
atau terjadi maserasi pada kulit.
PEMBANTU DIAGNOSIS
Pemeriksaan pembantu terdiri atas pemeriksaan dengan lampu Wood dan sedian
langsung.
Pada pemeriksaan dengan lampu Wood, lesi terlihat berfluoresensi merah
membara (coral red).
Bahan untuk sediaan langsung dengan cara mengerok. Lesi dikerok dengan
skalpel tumpul atau pinggir gelas obyek. Bahan kerokan kulit ditambah satu tetes eter,
dibiarkan menguap. Bahan tersebut yang lemaknya sudah dilarutkan dan kering
ditambah biru metilen atau biru laktofenol, ditutup dengan gelas penutup dan dilihat di
bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 100. Bila sudah ditambah biru laktofenol,
susunan benang halus belum terlihat nyata, sediaan dapat dipanaskan sebentar di atas api
kecil dan gelas penutup ditekan, sehingga preparat menjadi tipis.
Organisme terlihat sebagai batang pendek halus, bercabang, berdiameter 1 u atau
kurang, yang mudah putus sebagai bentuk basil kecil atau difteroid. Pemeriksaan halus
teliti untuk melihat bentuk terakhit ini. Kultur biasanya tidak diperlukan.
DIAGNOSIS BANDING
Kelainan kulit kronoik, non-inflamasi pada daerah intertriginosa, yang berwarna
merah kecoklatan, dilapisi skuama dengan halus merupakan tanda
eritrasma.Pemeriksaan dengan lampu Wood dan sediaan langsung KOH dapat
menentukan diagnosis.Pitiriasis versikolor biasanya tidak terbatas pada daerah
interiginosa. Pemeriksaan dengan lampu Wood dan sediaan langsung dapat
membedakan kedua penyakit tersebut. Tinea kruris dan dermatitis seboroik maupun
dermatitis kontak lebih nyata tanda radangnya, apalagi bila terlihat vesikulasi.
PENGOBATAN
Eritromisin merupakan obat pilihan. Satu gram sehari (4x250 mg)
KESIMPULAN
Wood lamp adalah alat diagnostik yang digunakan dalam dermatologi dimana cahaya
ultraviolet yang bersinar (pada panjang gelombang 365 nanometer sekitar) ke kulit pasien.
Pemeriksaan dengan sinar Wood dapat membantu diagnosis berbagi penyakit