100
KARYA AKHIR DETEKSI SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITYRIASIS VERSIKOLOR DAN DERMATITIS SEBOROIK DENGAN MENGGUNAKAN NESTED-PCR DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO DAN RS JEJARING DI MAKASSAR TAHUN 2018 DETECTION OF MALASSEZIA SPECIES IN PATIENTS OF PITYRIASIS VERSICOLOR AND SEBORRHEIC DERMATITIS USING NESTED-PCR IN DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO GENERAL HOSPITAL AND ITS NETWORK HOSPITAL MAKASSAR IN 2018 A.NURHANA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 (Sp.1) PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

KARYA AKHIR

DETEKSI SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITYRIASISVERSIKOLOR DAN DERMATITIS SEBOROIK DENGAN

MENGGUNAKAN NESTED-PCRDI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

DAN RS JEJARING DI MAKASSAR TAHUN 2018

DETECTION OF MALASSEZIA SPECIES IN PATIENTS OFPITYRIASIS VERSICOLOR AND SEBORRHEIC DERMATITIS

USING NESTED-PCRIN DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO GENERAL HOSPITAL AND ITS

NETWORK HOSPITAL MAKASSAR IN 2018

A.NURHANA

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 (Sp.1)PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2018

Page 2: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

DETEKSI SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITYRIASISVERSIKOLOR DAN DERMATITIS SEBOROIK DENGAN MENGGUNAKAN

NESTED-PCR DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO DANRS JEJARING DI MAKASSAR TAHUN 2018

Karya Akhir

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Spesialis

Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis

Disusun dan diajukan oleh

A.NURHANA

Kepada

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 (Sp.1)DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2018

Page 3: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

KARYA AKHIR

DETEKSI SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITYRIASIS VERSIKOLORDAN DERMATITIS SEBOROIK DENGAN MENGGUNAKAN NESTED-PCR

DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO DAN RS JEJARINGDI MAKASSAR TAHUN 2018

Disusun dan diajukan oleh :

A.NURHANA

Nomor Pokok : C111213202

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

Pada tanggal 10 April 2018

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui:

Komisi Penasehat,

Dr.dr.NURELLY N WASPODO ,Sp.KK, FINSDV Dr.dr.SISWANTO WAHAB Sp.KK(K),FINSDV,FAADV

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ketua KPPS Pendidikan Dokter Spesialis Dekan,Fakultas Kedokteran Unhas Fakultas Kedokteran Unhas

Dr. dr. SYAFRI KAMSUL ARIF, Sp.An-KIC-KAKV Prof. Dr. BUDU,Ph.D, Sp.M(K),M.MED.ED

Page 4: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : A.NurhanaNo.Stambuk : C 111213202Program Studi : Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis inibenar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakanpengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hariterbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis inihasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatantersebut.

Makassar, April 2018

Yang menyatakan

A.Nurhana

Page 5: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi

Allah SWT atas seluruh berkah dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat

selesai. Saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

berperan sehingga saya dapat menempuh Pendidikan Dokter Spesialis I

sampai tersusunnya tesis ini.

Kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan

Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis I Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Makassar, saya mengucapkan banyak terima kasih

atas izin dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan dokter spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr.dr.Siswanto Wahab,

SpKK(K), FINSDV, FAADV selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Kulit

dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin sekaligus selaku

pembimbing II tesis saya, juga kepada yang terhormat Ketua Program Studi

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Dr.dr.Khairuddin Djawad, SpKK(K), FINSDV, FAADV

atas segala curahan perhatian, bimbingan, arahan, didikan, kebaikan,

nasehat serta masukan selama saya menempuh pendidikan.

Kepada yang terhormat Dr.dr.Nurelly N Waspodo, Sp.KK, FINSDV

selaku pembimbing I tesis saya, atas segala kebaikan, nasehat, dan

bimbingannya sehingga tersusun tesis ini. Serta kepada yang terhormat Dr. dr.

Ilham Jaya Patellongi, M.Kes sebagai pembimbing statistik/metode penelitian

saya, atas segala ajaran, kebaikan, didikan, serta masukannya sehingga tesis

ini dapat selesai. Kepada yang terhormat penguji tesis saya, Prof.dr.Muh.

Nasrum Massi, Ph.D dan dr.Safruddin Amin, Sp.KK(K),MARS, FINSDV,

FAADV atas segala masukan, kebaikan, didikan, arahan, inspirasi, dan umpan

Page 6: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

balik yang disampaikan selama penyusunan tesis ini. Semoga segala kebaikan

pembimbing dan penguji tesis ini dibalas dengan kebaikan dan berlimpah

keberkahan dari Allah SWT.

Kepada yang terhormat seluruh Staf pengajar dan guru-guru saya di

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin, terima kasih atas segala bimbingan dan kesabaran

dalam mendidik sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan

lancar, semoga ilmu yang telah diberikan dapat menjadi bekal dalam

menghadapi era globalisasi mendatang.

Terima Kasih yang dalam kepada orang tuaku tercinta, ibunda Hj. Andi

Hasnah Patappari atas segala cinta, kasih sayang, doa, dukungan baik moril

maupun materil, semangat, pengorbanan, dan nasehat sehingga saya dapat

menyelesaikan pendidikan ini. Kupanjatkan doa kepada Sang Maha Kuasa

agar mereka senantiasa dilimpahkan keberkahan, kesehatan, rezeki yang

baik, dan kebaikan yang tak pernah putus. Kepada saudara-saudaraku

tersayang A.Nurhadi, A.Nuryadin dan A.Fitriani serta keluarga besar saya

yang telah mendampingi saya serta memberikan semangat dan dukungan

doa serta ketulusan, kesabaran dan kasih sayang yang begitu berarti dalam

menyelesaikan pendidikan ini. Semoga Allah SWT menghimpun segala

kebaikan dan menyimpannya di tengah keluarga yang sakinah mawaddah

warrahmah.

Penghargaan dan terima kasih kepada suamiku dr.Rahmat A.Ridwan

Pangeran,Sp.M,M.Kes dan anakku tercinta A.Ratu Lestari atas kasih sayang,

pengorbanan, kesabaran, pengertian, kesetiaan, dukungan, material dan

doanya selama saya menjalani pendidikan ini. Doa dan cinta selalu

tercurahkan untuk kebaikan dan keberkahan dari Allah SWT.

Page 7: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

Kepada seluruh teman-teman Peserta Program Pendidikan

Spesialisasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin terima kasih atas segala bantuan, dorongan dan

pengertian teman-teman selama bersama-sama menjalani pendidikan ini.

Terkhusus kepada sahabat-sahabat saya dr. Rani, dr. Andy Manggabari, dr.

Nur Putri Nuzul Iryani, dr. Karlina Novianti dan dr. Eman Arif Rahman serta

teman-teman sekalian atas segala perhatian, dukungan, semangat,

persahabatan, dan masukan sehingga memudahkan saya menyelesaikan

tesis ini.

Terima kasih kepada semua pihak yang namanya tidak tercantum tapi

telah membantu dalam proses pendidikan penulis dan telah menjadi inspirasi

dan pelajaran berharga bagi penulis. Doa terbaik terpanjatkan agar kiranya

Allah SWT memberi balasan berkali-kali lipat untuk setiap amalan dan input

dalam proses pendidikan ini.

Semoga Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

selalu melimpahkan berkah dan karunia-Nya bagi kita.

Makassar, April 2018

A.Nurhana

Page 8: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

ABSTRAK

A.NURHANA. Deteksi Spesies Malassezia pada Pasien Pityriasis Versikolordan Dermatitis Seboroik Dengan Menggunakan Nested-PCR di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS Jejaring di Makassar Tahun 2018 (dibimbingoleh Nurelly N W dan Siswanto Wahab).

Malassezia merupakan jamur dimorfik lipofilik yang tergolong floranormal dari kulit manusia yang dapat menyebabkan mikosis superfisial padamanusia berupa pityriasis versikolor dan dapat menyertai dermatitis seboroik.Dermatitis seboroik dapat mengenai dewasa dan bayi yang kaya akankelenjar sebasea seperti wajah, dada, punggung dan area kepala.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan jenis spesiesMalassezia yang ditemukan pada pityriasis versikolor dan dermatitis seboroikdi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit jejaring di Makassartahun 2018.

Dilakukan studi potong lintang pada 29 pasien pityriasis versikolor dan40 pasien dermatitis seboroik yang datang berobat di RSUP Dr. WahidinSudirohusodo dan rumah sakit jejaring di Makassar dengan pemeriksaanNested PCR dari specimen skuama yang dikerok dari kedua kelompokpasien dengan masing-masing primer untuk mengidentifikasi jenis spesiesMalassezia. Dilakukan uji distribusi frekuensi dengan uji fisher’s exact test.

Hasil penelitian menunjukkan 29 pasien pityriasis versikolor dan 40pasien dermatitis seboroik. Dari 3 spesies Malassezia (M.globosa, M.furfur,M.restricta) dengan pemeriksaan Nested PCR hanya ditemukan 14 orangM.restricta pada pasien pityriasis versikolor (48,3%) dan 31 orang padadermatitis seboroik (77,5%). M.furfur dan M.globosa tidak ditemukan padakedua kelompok penderita.

Sebagian besar pada dermatitis seboroik ditemukan M.restricta danlebih besar dari temuan pityriasis versikolor. Sebaiknya pada pasiendermatitis seboroik perlu dipertimbangkan pemberian antijamur.

Kata kunci: Dermatitis Seboroik; Malassezia; Nested-PCR; PityriasisVersikolor.

Page 9: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

ABSTRACT

A.NURHANA. Detection of Malassezia Species in Patients of Pityriasis Versicolorand Seborrheic Dermatitis using Nested-PCR In Dr. Wahidin Sudirohusodo GeneralHospital and its Network Hospital Makassar in 2018 (Supervised by Nurelly N W danSiswanto Wahab).

Malassezia is a lipophilic dimorphic fungus belonging to the normal flora ofhuman skin which might cause superficial mycosis on humans in the form ofpityriasis versicolor and may accompany seborrheic dermatitis. Seborrheic dermatitismay affect adults and infants at the rich in sebaceous glands areas such as face,chest, back and head area.

This study aims to describe the species of Malassezia species found inpityriasis versicolor and seborrheic dermatitis in Dr. Wahidin Sudirohusodo generalhospital and its network hospitals Makassar in 2018.

Cross-sectional study was performed on 29 patients of pityriasis versicolorand 40 patients with seborrheic dermatitis who came for treatment at Dr. WahidinSudirohusodo general hospital and its network hospital in Makassar by Nested PCRexamination of scale specimens scraped from both groups of patients with eachprimer to identify species of Malassezia species. Frequency distribution test wasthen conducted by fisher's exact test.

The results showed 29 patients pityriasis versicolor and 40 patientsseborrheic dermatitis. Of the 3 species of Malassezia (M.globosa, M.furfur,M.restricta), with Nested PCR examination only 14 cases of M. restricta were foundin pityriasis versicolor patients (48.3%) and 31 cases of seborrheic dermatitis (77.5%). M. furfur and M.globosa were not found in both groups of patients.

M.restricta was found on seborrheic dermatitis and its prevalence is greaterthan its finding on pityriasis versicolor. Therefore, antifungals should be consideredto be given to patients with seborrheic dermatitis.

Keywords: Seborrheic Dermatitis; Malassezia; Nested-PCR; Pityriasis Versicolor.

Page 10: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

i

DAFTAR ISI

Daftar Isi i

Daftar Tabel v

Daftar Gambar vi

Daftar Lampiran vii

Daftar Arti lambang dan singkatan viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 6

1. Tujuan Umum 6

2. Tujuan Khusus 6

D. Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pityriasis Versikolor 8

1. Definisi 8

2. Epidemiologi 8

3. Etiopatogenesis 9

4. Gambaran Klinis 10

Page 11: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

ii

B. Dermatitis Seboroik 11

1. Definisi 11

2. Epidemiologi 11

3. Etiopatogenesis 12

4. Gambaran Klinis 13

C. Malassezia 14

1. Sejarah dan Taksonomi 14

2. Struktur, fisiologi dan biokimia spesies Malassezia 16

3. Malassezia sebagai Jamur Komensal 18

4. Malassezia sebagai Jamur Patogen 20

D. Polymerase Chain Reaction (PCR) 21

1. Denaturasi 23

2. Annealing (Penempelan Primer) 24

3. Pemanjangan Primer (Extention) 24

E. Nested-PCR 25

F. Landasan Teori 26

G. Kerangka Teori 28

H. Kerangka Konsep 30

BAB III METODE PENELITIAN 31

A. Rancangan Penelitian 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian 31

Page 12: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

iii

C. Populasi dan Sampel Penelitian 31

1. Populasi penelitian 31

2. Sampel penelitian 32

3. Kriteria sampel 32

a. Kriteria inklusi 32

b. Kriteria eksklusi 32

4. Perkiraan besar sampel 33

D. Izin penelitian dan Ethical Clearance 33

E. Alat dan Bahan Penelitian 34

1. Alat 34

2. Bahan 35

F. Prosedur Penelitian 36

1. Persiapan 36

2. Penjelasan dan penandatanganan Informed Consent 37

3. Teknik Pelaksanaan 37

4. Ekstraksi DNA sampel skuama Metode Geneaid 38

5. Proses PCR 39

6. Elektroforesis Hasil PCR 42

G. Alur Penelitian 44

H. Identifikasi Variabel 46

I. Definisi Operasional 46

J. Analisis Data 47

Page 13: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

iv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48

A. Hasil penelitian 48

B. Pembahasan 53

BAB V PENUTUP 60

A. Kesimpulan 60

B. Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN

Page 14: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

vDAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Karakteristik pasien dermatitis seboroik dan pityriasis versikolor 49

2. Temuan spesies Malassezia pada pasien dermatitis seboroik dan

pityriasis versikolor 49

3. Perbedaan distribusi temuan spesies M.restricta antara pasien

dermatitis seboroik dan pityriasis versikolor 50

Page 15: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Teori 28

2. Kerangka Konsep 30

3. Alur Penelitian 44

4. Hasil pemeriksaan Nested PCR 51

Page 16: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir persetujuan

Lampiran 2. Kuisioner penelitian

Lampiran 3. Keterangan kelayakan etik (Ethical Clearance)

Lampiran 4. Data dan hasil pemeriksaan Nested-PCR

Page 17: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

viii

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome

DNA Deoxyribonucleic Acid

dNTP Deoksiribonukleotida trifosfat

HIV Human Immunodeficiency Virus

IL Interleukin

INF Interferon

KOH Kalium Hidroksida

PCR Polymerase Chain Reaction

PV Pityriasis Versicolor

RS Rumah Sakit

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

SPSS Statistical Package for School Science

RNA Ribonucleic Acid

Page 18: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Malassezia merupakan flora normal yang berada dalam kulit,

namun dalam beberapa kasus Malassezia dapat berproduksi dalam

jumlah besar dan dalam keadaan itulah dapat menyebabkan penyakit.

Malassezia termasuk kelompok lipofilik dan atau tergantung lipid. Habitat

ragi ini adalah kulit manusia dan hewan berdarah hangat lainnya.

Ditemukan pada 90% kulit orang sehat dewasa, dapat mengubah

keadaan saprofit menjadi patogen di bawah pengaruh faktor predisposisi,

misalnya perubahan mikroflora kulit dan atau perubahan dalam

pertahanan host (Mahmoudabadi et al.,2014)

Spesies Malassezia dapat menyebabkan pityriasis versikolor dan

berkaitan dengan gangguan patogenesis kulit seperti dermatitis seboroik,

dermatitis atopik, dan informasi terbaru menunjukkan keterlibatan dalam

terjadinya psoriasis. Pityriasis versikolor pertama diamati pada tahun 1801

oleh willan. Pada tahun 1889, Baillon menyarankan bahwa genus

Malassezia adalah penyebab pityriasis versikolor (Gaitanis et al.,2013)

Page 19: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

2

Pada tahun 1996 Gemmer dkk berdasarkan urutan gen 28S rRNA

mengklasifikasikan genus Malassezia menjadi tujuh spesies. 14 spesies

dari genus Malassezia telah diidentifikasi berdasarkan gambaran fenotipik

dan metode molekuler. Genus Malassezia termasuk spesies: Malassezia

furfur, M. globosa, M. restricta, M. obtuse, M. sympodialis, M. slooffiae,

M.pachydermatis, M. dermatis, M. japonica, M. nana, M. yamatoensis, M.

equina, M. capra and M. cuniculi (Gonzales et al.,2016)

Pada penelitian sebelumnya di Ahvaz Iran, sebagian besar spesies

pada pityriasis versikolor dan dermatitis seboroik ditemukan M. furfur

(51.3%) dan M. restricta (65.2%), species lain M. globosa (35.2%) dan M.

restricta (13.5%) pada pityriasis versicolor , dan M. globosa (26.1%), M.

furfur (8.7%) pada dermatitis seboroik. Pada penelitian ini tidak

menemukan spesies yang lainnya (Mahmoudabadi et al.,2014)

Pitiriasis versikolor (PV) merupakan infeksi jamur superfisial, yang

disebabkan oleh ragi dan jamur lipofilik dari genus Malassezia ditandai

dengan bercak bersisik halus (pitiriasis), dapat hipokromik atau

hiperkromik (versikolor) yang biasanya terdapat pada leher, badan dan

lengan. Dapat meluas ke wajah, pangkal paha dan paha.(Bonifaz et al.,

2010)

Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, prevalensi di United States

antara 2-8% dari jumlah populasi (Kundu dan Amil.,2012) dan lebih sering

meningkat di daerah tropis dengan temperatur yang hangat dan

Page 20: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

3

kelembaban tinggi. (Muhammad et al., 2009) Oleh karena itu, pada

daerah tropis prevalensinya mencapai 30-40% dan frekuensi menjadi

lebih tinggi pada musim panas. Di Indonesia PV menempati posisi kedua

dermatomikosis yang tersering setelah dermatofitosis. (Krisanty et al.,

2009)

Penelitian beberapa ahli di berbagai tempat mengenai kolonisasi

spesies Malassezia pada pasien PV, menunjukkan hasil yang bervariasi.

Hal ini diduga adanya variasi secara geografis terhadap prevalensi

spesies Malassezia yang berbeda pada pasien pitiriasis

versikolor.(Chaudhary et al., 2010)

Dermatitis seboroik adalah merupakan papuloskumosa kronik yang

umum terjadi dan dapat mengenai orang dewasa dan bayi. Ditemukan di

daerah tubuh dengan konsentrasi folikel sebasea yang tinggi dan kelenjar

sebasea yang aktif, termasuk daerah wajah, kulit kepala, bagian atas

badan, dan daerah lipatan (inguinal, inframamaria, dan aksila). Gambaran

klinis tampak berwarna merah muda sampai eritem, plak dan bercak

superfisial dengan skuama kekuningan, dan kadang berminyak. Dermatitis

seboroik sering terdapat pada pasien dengan infeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome

(AIDS) juga pada kelainan neurologis, seperti penyakit Parkinson (Collins

dan Hivnor., 2012).

Page 21: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

4

Prevalensi dermatitis seboroik di seluruh dunia sebesar 1-5% pada

populasi imunokompeten dan meningkat pada populasi imunokompromais

(James., 2009), dan 3%-5% dari populasi usia muda (Collins dan Hivnor.,

2012)

Patogenesis dari dermatitis seboroik belum dapat dijelaskan

sepenuhnya, namun berhubungan dengan jamur Malassezia,

abnormalitas imunologi, aktivitas kelenjar sebasea dan kerentanan

individu. Banyak pasien dengan jumlah Malassezia dalam batas normal di

kulitnya, namun mempunyai respon imun yang abnormal, sehingga

menghasilkan penekanan respon sel T-helper. Malassezia sp. juga

berperan penting dalam respon inflamasi dengan stimulasi dari jalur

komplemen alternatif. Gangguan pada respon imun selular limfositik

terhadap Malassezia menghasilkan peningkatan interleukin (IL)-10 serta

penurunan dari IL-2 dan interferon-γ (Collins and Hivnor,2012).

(Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah suatu metode enzimatis

untuk amplifikasi DNA dengan cara in vitro. Pada proses PCR diperlukan

beberapa komponen utama, yaitu DNA cetakan, Oligonukleotida primer,

Deoksiribonukelotida trifosfat (dNTP), Enzim DNA Polimerase, dan

Komponen pendukung lain adalah senyawa buffer (Yusuf., 2010). Nested-

PCR adalah suatu teknik perbanyakan (replikasi) sampel DNA

menggunakan bantuan enzim DNA polymerase yang menggunakan dua

pasang primer untuk mengamplifikasi fragmen. Dengan menggunakan

Nested-PCR, jika ada fragmen yang salah diamplifikasi maka

Page 22: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

5

kemungkinan bagian tersebut diamplifikasi untuk kedua kalinya oleh

primer yang kedua. Lim et al, tahun 2008, menggunakan Nested-PCR

untuk mengidentifikasi spesies Malassezia pada pasien dermatitis

seboroik (Lim et al, 2008). Studi terbaru di Ahvaz, Iran, mengidentifikasi

spesies dominan pada pasien pityriasis versicolor dan dermatitis seboroik

dengan uji Nested-PCR didapatkan hasil spesies Malassezia dominan

adalah M. furfur disusul M. restricta. (Mahmoudabadi et al, 2014).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran temuan species Malassezia pada pasien

Pityriasis versikolor di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS

jejaring di Makassar.

2. Bagaimana gambaran temuan species Malassezia pada pasien

Dermatitis seboroik di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS

jejaring di Makassar.

3. Bagaimana gambaran species Malasezia pada pasien Pityriasis

versikolor dan Dermatitis seboroik di RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo dan RS jejaring di Makassar berdasarkan teknik

Nested PCR.

Page 23: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

6

I.3. Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi spesies Malassezia dengan teknik Nested PCR

untuk menggambarkan spesies Malassezia yang ditemukan pada pasien

pityriasis versikolor dan dermatitis seboroik di RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo dan RS jejaring di Makassar tahun 2018.

I.3.2 Tujuan Khusus

a. Menggambarkan temuan spesies Malassezia pada pesien

pityriasis versikolor dengan teknik Nested PCR di RSUP

Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS jejaring di Makassar tahun

2018.

b. Menggambarkan spesies Malassezia pada penderita

dermatitis seboroik dengan teknik Nested-PCR di RSUP

Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS jejaring di Makassar

tahun 2018.

I.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui spesies Malassezia yang terlibat pada

pasien pityriasis versikolor di Makassar.

2. Ingin memeberikan informasi mengenai keterlibatan spesies

Malassezia pada pasien dermatitis seboroik di Makassar.

Page 24: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

7

3. Diharapkan dapat meningkatkan kualitas penatalaksanaan

pasien dermatitis seboroik di masa mendatang bila terbukti

spesies Malassezia terkait pada etiopatogenesis dermatitis

seboroik.

4. Memberikan alternatif pemeriksaan spesies Malassezia pada

pasien dermatitis seboroik karena pemeriksaan dengan

Kalium Hidroksida (KOH) sulit dilakukan pada pasien

dermatitis seboroik, sementara pengobatan pasien dermatitis

seboroik akan berbeda bila disertai adanya Malassezia.

Page 25: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Pityriasis Versikolor

II.1.1. Definisi

Pityriasis versikolor (PV) adalah penyakit jamur superfisial ringan

akibat infeksi kronis kulit oleh jamur lipofilik genus Malassezia. Manifestasi

klinis khas bentuk bercak diskret atau konfluens dengan perubahan warna

yang tertutup skuama halus, terutama pada badan bagian atas dan

ekstremitas proksimal (Radiono et al.,2013)

II.1.2. Epidemiologi

PV merupakan penyakit universal, dilaporkan terdapat pada 30-

40% populasi penduduk di daerah tropis. PV lebih banyak dijumpai pada

kelompok usia dewasa muda baik laki-laki terbanyak pada usia 21-25

tahun, sedangkan pada perempuan terbanyak dijumpai pada usia 26-30

tahun. Hal ini dihubungkan dengan peningkatan aktivitas kelenjar

sebasea. Penyakit ini diasumsikan lebih sering terjadi pada pasien kulit

berpigmen, meskipun hal ini mungkin karena kesempatan yang lebih

tinggi setelah deteksi perubahan pigmen. Distribusi penyakit sama antara

pria dan wanita. (Bonifaz et al., 2010) Dalam penelitian yang dilakukan di

rumah sakit di Venezuela, PV ditemukan sekitar 28,5% dari semua

dermatomikosis. (Cermeño et al., 2005) Pitiriasis versicolor juga banyak

Page 26: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

9

dijumpai pada individu immunokompromais misalnya pasien sindrom

cushing dan pasien dengan defek imunitas yang parah (Radiono et

al.,2013)

II.1.3. Etiopatogenesis

PV disebabkan oleh organisme normal pada kulit berupa ragi

lipofilik yang dahulu disebut sebagai Pityrosporum orbiculare dan

Pityrosporum ovale, tetapi saat ini diklasifikasikan sebagia genus

Malassezia (Radiono et al.,2013)

Malassezia merupakan flora normal di kulit dan menjadi patogen

dengan pengaruh beberapa keadaan seperti kondisi lingkungan hangat

dan lembab. (Ashbee., 2007) Di bawah pengaruh faktor prediposisi, terjadi

perubahan bentuk ragi menjadi miselia. (He et al., 2007), dimana hal ini

dipengaruhi faktor predisposisi berupa faktor eksogen dan endogen.

Faktor eksogen yang berperan seperti temperatur tinggi dan lembab,

aplikasi minyak atau krim yang mengandung minyak di badan,

penggunaan kortikosteroid, dan pemakaian pakaian yang ketat. (Bonifaz

et al., 2010)

Faktor endogen berupa malnutrisi, hiperhidrosis, diabetes,

kehamilan dan predisposisi genetik dimana pasien PV dengan riwayat

keluarga menderita PV lebih mudah mengalami rekurensi dan durasi yang

lebih panjang dibandingkan pasien tanpa riwayat keluarga menderita PV

(Mendez-Towar, 2010, He et al., 2007).

Page 27: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

10

Lesi Hipopigmentasi yang terjadi di duga terjadi karena peran asam

azeleat, satu asam dekarboksilat metabolit Malassezia spp. Yang bersifat

menghambat tirosinase dalam alur produksi melanin (Radiono et

al.,2013). Selain itu depigmentasi yang tampak pada pasien PV disertai

adanya pembentukan peroksida lipid, dimana peroksida lipid ini memiliki

efek toksik terhadap melanosit. (Mayser and Gaitanis, 2010)

Lesi hiperpigmentasi diduga timbul akibat peningkatan ukuran

melanosome dan penebalan stratum korneum. Selain itu sebukan sel

radang yang lebih padat pada lesi hiperpigmentasi menunjukkan

peradangan yang relatif lebih berat pada tipe ini, diduga memicu stimulasi

melanosis yang berakhir dengan pembentukan pigmen. Lesi eritematosa

dihubungkan dengan respons hiperemis akibat inflamasi (Radiono et

al.,2013).

II.1.4.Gambaran Klinis

Pasien PV umumnya mengeluh makula hipopigmentasi atau

hiperpigmentasi yang tidak gatal, terkadang gatal ringan yang disertai

skuama pada area tubuh tertentu seperti dada, punggung, perut dan

ekstremitas proksimal. (Bonifaz et al., 2010, Framil et al., 2010) Makula

hipopigmentasi atau hiperpigmentasi berukuran lentikular, numular dan

sering berkonfluensi atau tersebar membentuk lesi plakat dengan skuama

halus diatasnya. Untuk menunjukkan adanya skuama, lesi yang kering

dapat di gores dengan ujung kuku sehingga batas lesi nampak lebih jelas

Page 28: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

11

(finger nail sign). Pada anak-anak predileksi utama adalah wajah diikuti

dada dan lengan. Predileksi yang jarang terjadi di aksilla, fossa poplitea,

ekstremitas bawah dan genitalia (Radiono et al.,2013)

II.2.Dermatitis Seboroik

II.2.1. Definisi

Dermatitis seboroik (DS) merupakan dermatosis papuloskuamosa

yang kronis dan sering dijumpai pada bayi dan dewasa. Khususnya terjadi

pada area tubuh yang memiliki konsentrasi folikel sebasea yang tinggi dan

kelenjar sebasea yang aktif (daerah seboroik) diantaranya wajah, kulit

kepala, telinga, trunkus superior dan fleksura, termasuk inguinal,

inframamma dan aksilaris (Collins and Hivnor, 2012)

II.2.2.Epidemiologi

Dermatitis seboroik mengenai sekitar 3-5% populasi, dengan

kecenderungan terjadi pada laki-laki dan dewasa muda dan 1-5% pada

populasi umum. Dapat terjadi juga pada bayi dalam 3 bulan pertama

kehidupan dan dekade keempat dan ketujuh kehidupan. Pada penderita

dengan status imunokompromais, seperti pada penderita HIV dan AIDS,

insiden meningkat menjadi 40-80% (Collins and Hivnor, 2012).

Page 29: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

12

II.2.3. Etiopatogenesis

Meskipun banyak teori yang ada, penyebab dermatitis seboroik

masih belum diketahui pasti dan masih belum jelas, namun ada beberapa

faktor yang berkaitan dengan munculnya dermatitis seboroik, yaitu jamur

Malassezia, abnormalitas imunologis, aktivitas sebasea, dan kerentanan

individu (Collins and Hivnor, 2012).

Malassezia membutuhkan lipid sebagai “sumber makanan” untuk

tumbuh dan berproliferasi. Jamur ini mendegradasi sebum (trigliserida)

dengan bantuan enzim lipase menjadi berbagai asam lemak. Namun

Malassezia hanya mengkonsumsi asam lemak yang sangat spesifik, yaitu

saturated fatty acid untuk pertumbuhannya, sedangkan unsaturated fatty

acid ditinggalkan dipermukaan kulit (In Ro B and Dawson , 2005). Bentuk

metabolit unsaturated fatty acid yang paling banyak dijumpai adalah asam

oleat, dan metabolit inilah yang diduga berperan pada pembentukan

skuama pada DS (Dengelis, 2005).

Spesies Malassezia juga mempunyai peranan pada proses

inflamasi dengan jalan stimulasi melalui jalur komplemen alternatif.

Terganggunya respon imun seluler limfositik terhadap Malassezia yang

menyebabkan peningkatan level IL-10, penurunan IL-2 dan INF-γ. Pada

pasien dermatitis seboroik, level antibodi terhadap Malassezia bisa

normal, bisa juga meningkat. Malassezia bisa menyebabkan inflamasi

pada kulit karena produk metabolit yang dihasilkan dan melalui aktivasi

Page 30: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

13

komplemen melalui jalur langsung dan alternatif (Collins and Hivnor,

2012).

Produksi sebum terbesar pada kulit kepala, wajah, dada, dan

punggung. Produksinya dikontrol oleh hormone androgen. Pada penderita

dermatitis seboroik, trigliserida dan kolesterol meningkat, namun squalene

dan asam lemak bebas kadarnya menurun dibandingkan orang normal.

Asam lemak bebas terbentuk dari trigliserid melalui aktivitas lipase yang

diproduksi oleh P.acnes, dan bakteri ini jumlahnya sedikit pada dermatitis

seboroik. Hal ini menandakan bahwa terdapat ketidakseimbangan

microbial dan penyimpangan komposisi lipid pada permukaan kulit (In Ro

B and Dawson, 2005).

Beberapa faktor lain yang berhubungan dengan dermatitis

seboroik, diantaranya faktor fisik, obat-obatan, abnormalitas

neurotransmitter, proliferasi epidermis yang tidak normal, kelainan nutrisi,

faktor genetik (Collins and Hivnor, 2012).

II.2.4. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis berupa eritem, skuama berminyak yang agak

kekuningan dengan batas kurang tegas, yang dapat dilihat pada kulit

kepala, pelipis, glabella dan juga dapat dijumpai pada lipatan nasolabial,

lipatan retroauricular, meatus akustikus externa, daerah dada dan juga

pada punggung. Pada pasien juga akan didapati keluhan gatal pada lesi,

Page 31: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

14

terutama pada bagian kulit kepala dan juga pada bagian telinga (Burns et

al., 2010).

Gambaran lesi dermatitis seboroik bervariasi sesuai lokasinya.

Pada wajah, lesi tampak merah, dengan atau tanpa skuama putih

diatasnya, atau mungkin terlihat sebagai bercak-bercak berminyak

kekuningan. Erupsi dermatitis seboroik cenderung memiliki distribusi

bilateral simetrik. Di kulit kepala, dermatitis seboroik dapat berkisar dari

eritem ringan dan skuama, hingga plak-plak tebal, yang kadang sulit

dibedakan dari psoriasis. Jika terbentuk di lipatan tubuh (inframamma,

ketiak, lipat paha, lipat intragluteal, daerah perianal, dan umbilikus), maka

lesi cenderung berupa plak-plak merah terang berbatas tegas yang dapat

membentuk fisura. Jika terbentuk fisura di lipatan tubuh dan umbilicus,

maka lesi dapat terasa seperti terbakar, gatal, mengeluarkan cairan, dan

nyeri (Goodheart., 2013).

II.3. Malassezia

II.3.1. Sejarah & Taksonomi

Malassezia (dahulu disebut sebagai Pityrosporum) merupakan

organisme lipofilik dihubungkan dengan ragi/yeast, yang secara alamiah

terdapat pada kulit manusia dan hewan, serta menjadi penyebab penyakit

kulit tertentu (Ashbee, 2007 ; Hay and Midgley, 2010). Jamur Malassezia

ditemukan pertama kali pada abad ke-19 pada pasien dermatitis seboroik,

yang kemudian diberi nama oleh ilmuwan perancis Louis Charles

Page 32: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

15

Malassez pada tahun 1874. Pada tahun 1904 Raymond JA Sabouraud

mengusulkan nama genus Pityrosporum untuk spora jamur pada kulit

manusia. Malassezia yang berbentuk dimorfik yakni fase ragi/yeast dan

miselium, dan hal ini dapat membingungkan sebab banyak yang meyakini

bahwa ragi dan miselium adalah organisme yang berbeda. Hal ini

tercermin dengan dimasukkannya kedua fase ini dalam dua genus

terpisah yaitu Pityrosporum untuk bentuk yeast dan Malassezia untuk

bentuk miselium (Ashbee, 2006; Levin and Delano, 2011; Cafarchia et al,

2011).

Pityrosporum kemudian direklasifikasikan menjadi dua spesies

yakni P.ovale yang merupakan lipid dependent dan hanya ditemukan

pada manusia, serta P.pachydermatis yang bersifat lipofilik, tetapi tidak

lipid dependent, dan ditemukan pada sebagian besar binatang (Ashbee,

2007). Selain itu, bentuk sel yeast bervariasi dan dapat dibagi dalam dua

spesies terpisah. Pityrosporum orbiculare yang memiliki bentuk sel bulat

yang ditemukan pada kulit sehat dan Pityrosporum ovale yang berbentuk

lonjong sebagai agen penyebab pitiriasis versikolor (Cafarchia et al, 2011;

Ashbee, 2006; Levin and Delano, 2011). Berdasarkan hal tersebut maka

kedua fase tersebut disatukan dalam satu istilah yakni Malassezia

(Ashbee, 2006; Levin and Delano, 2011).

Genus Malassezia awalnya terdiri atas sembilan spesies jamur

lipofilik yakni M. furfur, M. pachydermatis, M. sympodialis, M. globosa, M.

restricta, M. slooffiae, M. obtusa, M. dermatis, dan M. equi. Pada awalnya

Page 33: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

16

Malassezia spp hanya terdiri atas M. furfur, M. pachydermatis, dan M.

sympodialis. Kemudian berkembang klasifikasi taksonomi berdasarkan

morfologi, struktur dan biologi molekuler, sehingga bertambah spesies

lainnya. Saat ini telah diidentifikasi spesies lainnya yakni M. japonica, M.

nana, dan M. yamatoensis, M. caprae sehingga menjadi 13 spesies.

Empat spesies dihubungkan dengan kelainan kulit pada binatang (zoofilik)

yakni M. pachydermatis, M. nana, M. equi, dan M. caprae, sedangkan

yang lainnya pada manusia (antropofilik) (Cafarchia et al, 2011; Janik and

Heffernan, 2008; Gonzales et al, 2009; Cabanes et al, 2007).

Spesies Malassezia yang telah dikenal terdapat 13 spesies yakni

Malassezia furfur (tahun 1889), Malassezia pachydermatis (tahun 1925),

Malassezia sympodialis (1990), Malassezia globosa (1996), Malassezia

obtusa (1996), Malassezia slooffiae (1996), Malassezia restricta (1996),

Malassezia dermatis (2002), Malassezia japonica (2003), Malassezia

nana (2004), Malassezia yamatoensis (2004), Malassezia caprae (2007),

dan Malassezia equina (2007) (Hay and Midgley, 2010).

II.3.2 Struktur, fisiologi dan biokimia spesies Malassezia

Malassezia spp merupakan ragi oportunistik yang ditemukan

dalam flora normal kulit manusia dan dapat dihubungkan dengan kelainan

kulit yang berbeda. (Gonzales et al., 2009) Malassezia tidak dapat

membentuk asam lemak rantai panjang karena hambatan pada sintesis

miristic acid de novo yang berfungsi sebagai prekursor asam lemak rantai

Page 34: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

17

panjang, sehingga memerlukan penambahan asam lemak dari luar untuk

pertumbuhannya (Xu et al, 2007; Mayser and Gaitanis, 2010).

Malassezia memproduksi lipase, memperlihatkan aktivitas lipolitik in

vivo maupun in vitro. Brunke dan Hube melaporkan kloning dan

karakterisasi gen pertama yang mengkode sekresi lipase oleh M. Furfur

(Brunke and Hube, 2006). Malassezia juga menghasilkan fosfolipase yang

menyebabkan pelepasan asam arakidonat dari hep 2 cell line, hal ini

menunjukkan bahwa Malassezia dapat menginduksi terjadinya

peradangan. Malassezia juga menghasilkan enzim dengan aktivitas

lipooksigenase seperti yang ditunjukkan oleh kemampuannya melepas

oksida bebas dan esterifikasi asam lemak bebas, skualen dan kolesterol.

Sebagai hasil akhir, produksi lipoperoksidase menyebabkan rusaknya

membran sel sehingga terjadi gangguan aktivitas selular yang dapat

menyebabkan gangguan pigmentasi pada penampakan klinis PV (Xu et

al, 2007; Mayser and Gaitanis, 2010). Menurut Ro dan Dawson, aktivitas

lipase spesies Malassezia merupakan hal mendasar pada perkembangan

dermatitis seboroik dan ketombe, dimana Malassezia menghidrolisis

trigliserida pada sebum manusia dan melepaskan asam lemak bebas

yang menyebabkan iritasi pada individu yang rentan (Ro and Dawson,

2005). Pengamatan dengan mikroskopis elektron menunjukkan bahwa

Malassezia memiliki dinding sel yang tebal dan berlapis-lapis dengan

tunas yang terbentuk berturut-turut dari lokus tunggal pada sel induk.

Komponen utama dinding sel adalah protein mannan (75-80%), lipid (15-

Page 35: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

18

20%) dan kitin (1-2%). Lipid pada dinding sel berperan penting dalam

respons imunologis. Malassezia bereproduksi secara aseksual, sel induk

membentuk tunas enteroblastik monopolar pada sisi tubuhnya, sel anak

berturut-turut tunas melepaskan diri pada tempat tersebut dan

meninggalkan skar atau kolaret. Spora dapat berbentuk seperti botol,

globosa, ovoid maupun silindris. Tunas dapat terletak pada sisi luas

maupun sisi sempit sel induk (Hay and Midgley, 2010).

Dinding sel Malassezia secara umum sangat tebal dibandingkan

dengan yeast lainnya dan membentuk 26% sampai 37% dari volume sel.

Selubung sel M. furfur terdiri dari 3 lapisan: lapisan luar pada lamelar

permukaan, indentasi lapisan dalam yang melekat erat pada membran

plasma dan "membrane-like" elektron-transparan lapisan tengah, yang

dikelilingi oleh dua elektron-lapisan padat. Lapisan luar, yang tampaknya

berada ekuivalen dengan kapsul, adalah struktur unik dari Malassezia dan

diperkirakan mengandung komponen lemak. Terdapat inkonsisten yang

terlihat antara zona yang memisahkan lapisan utama. Lapisan utama

dapat lebih berlamella sehingga memperlihatkan substruktur berlapis-lapis

(Kim et al, 2009).

II.3.3. Malassezia sebagai jamur komensal

Malassezia spp memiliki kemampuan yang bertentangan yakni

meningkatkan atau menekan kekebalan tubuh, dimana hal ini menjadi

kunci dalam memahami sifat Malassezia sebagai komensal dan patogen

(Ashbee, 2006).

Page 36: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

19

Malassezia merupakan jamur dimorfik yang tergolong flora normal

kulit. Lee melaporkan jumlah Malassezia spp yang berbeda berdasarkan

bagian tubuh dengan menggunakan metode kultur, diperoleh spesies M.

restricta dominan pada dahi dan M. globosa pada dada (Lee et al, 2006).

Sugita melaporkan jumlah spesies Malassezia yang dominan pada wajah

dan leher adalah M. restricta dan M. globosa dengan menggunakan

metode non kultur (Sugita et al, 2006). Akaza dkk melakukan penelitian

untuk melihat perbedaan mikrobiota Malassezia spp pada kulit subyek

sehat berdasarkan jenis kelamin, bagian tubuh dan musim. Sampel

dikumpulkan dari dahi, pipi, dada dan punggung pada 20 pria sehat dan

20 wanita sehat (usia rata-rata 32 tahun) pada saat musim panas dan

musim dingin. DNA Malassezia dianalisis menggunakan real-time PCR.

Spesies yang dominan adalah M. restricta pada wajah pria, M. globosa

dan M. dermatis pada trunkus atas pria, M. globosa dan M. sympodialis

pada trunkus atas perempuan. Penelitian ini menjelaskan bahwa

mikrobiota spesies Malassezia pada kulit subyek sehat berbeda

berdasarkan jenis kelamin, bagian tubuh dan musim (Akaza et al, 2010).

Melalui metode kultur spesies Malassezia didapatkan hasil yang sama

penyebaran spesies pada bagian tubuh yang berbeda pada pria dan

wanita serta pada metode non kultur tidak ada perbedaan yang signifikan

jumlahnya pada wajah dan trunk atas. M. restricta menunjukkan proporsi

yang tinggi pada wajah laki-laki (Akaza et al, 2009).

Page 37: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

20

Melalui metode kultur dan non kultur didapatkan tidak terdapat

perbedaan antara wajah dan trunkus atas dalam jumlah spesies

Malassezia pada pria, sedangkan pada wanita jumlah spesies Malassezia

pada trunkus atas lebih besar dibandingkan di muka. Selain itu komposisi

sebum di tiap area tubuh mempengaruhi distribusi geografis mikrobiota

Malassezia. Namun tidak terdapat laporan terperinci mengenai komposisi

sebum di setiap area tubuh, sehingga dapat dilakukan penelitian lebih

lanjut. (Akaza et al., 2010) Perkembangan penyakit ini berhubungan

dengan peningkatan jumlah sel Malassezia hidup pada musim panas.

Terdapat laporan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam

jumlah sebum dengan musim di Jepang (Takada et al, 2006). Hal ini

menjelaskan bahwa jumlah sel Malassezia hidup di musim panas

meningkat oleh pengaruh suhu, kelembaban atau keringat. Hal yang

berbeda, M. dermatis dan M. sympodialis meningkat pada musim dingin

dibandingkan pada musim panas (Akaza et al, 2010).

II.3.4. Malassezia sebagai jamur patogen

Jamur Malassezia dihubungkan dengan beberapa penyakit yang

menyerang kulit manusia seperti pitiriasis versikolor, pitirosporum

follikulitis, dermatitis seboroik, dermatitis atopi, dan psoriasis dan sedikit

dihubungkan dengan beberapa kelainan kulit seperti papillomatosis

konfluen, onikomikosis, dan dermatosis akantolitik transien. (Erchiga and

Hay, 2010) Malassezia spp juga dikaitkan dengan penyakit sistemik pada

Page 38: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

21

pasien imunokompromais termasuk folikulitis, dermatitis seboroik,

fungemia yang terkait penggunaan kateter dan berbagai infeksi invasif

lainnya (Tragiannidis et al, 2009)

Malassezia folikulitis biasanya muncul pada pasien yang

imunosupresi akibat diabetes, keganasan hematologis, transplantasi

sumsum tulang, AIDS dan transplantasi organ (Ashbee, 2007).

Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit yang sering

mengalami kekambuhan ditandai adanya plak bersisik kemerahan dan

berminyak dengan predileksi pada area yang kaya sebum yang terjadi

pada sekitar 2-5% dari populasi yang sehat namun kejadian yang jauh

lebih tinggi pada pasien imunokompromais terutama dengan AIDS yakni

mulai dari 30% sampai 80% (Ashbee, 2007).

Malassezia spp juga dapat menyebabkan infeksi invasif pada bayi

berat badan lahir rendah dengan penyakit kritis. Spektrum klinis berkisar

dari infeksi asimtomatik hingga sepsis yang membahayakan jiwa dan

penyakit diseminata, dengan faktor utama kateter intravaskular dan

pemberian suplemen lipid dilengkapi nutrisi parenteral. (Tragiannidis et al,

2009).

II.4. Polymerase Chain Reaction (PCR)

Reaksi berantai polymerase (Polymerase Chain Reaction,PCR)

adalah suatu metode enzimatis untuk amplifikasi DNA dengan cara in

vitro. PCR ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1985 oleh Kary B.

Page 39: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

22

Mullis. DNA pada PCR dapat dicapai bila menggunakan primer

oligonukleotida yang disebut amplimers. Primer DNA suatu sekuens

oligonukleotida pendek berfungsi mengawali sintesis rantai DNA. PCR

memungkinkan dilakukannya pelipatgandaan suatu fragmen DNA.

Umumnya primer yang digunakan pada PCR terdiri dari 20-30 nukleotida.

DNA template (cetakan) yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan

dan berasal dari spesimen klinik. Enzim DNA polymerase merupakan

enzim termostabil Taq dari bakteri termofilik Thermus aquaticus.

Deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP) menempel pada ujung 3’ primer

ketika proses pemanjangan dan ion magnesium menstimulasi aktivasi

polymerase (Yuwono,2006, Yusuf, Z. 2010).

Pada proses PCR diperlukan beberapa komponen utama, yaitu

(Yuwono,2006) :

a. DNA cetakan. Adalah fragmen DNA yang akan

dilipatgandakan. DNA cetakan yang digunakan

sebaiknya berkisar antara 105-106 molekul. Dua

hal penting tentang cetakan adalah kemurnian dan

kuantitas.

b. Oligonukleotida primer. Adalah suatu sekuen

oligonukleotida pendek (18-28 basa nukleotida)

yang digunakan untuk mengawali sintesis rantai

DNA. Dan mempunyai kandungan G + C sebesar

50-60%.

Page 40: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

23

c. Deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP). Terdiri dari

dATP, dCTP, dGTP, dTTP. dNTP mengikat ion

Mg2+ sehingga dapat mengubah konsentrasi efektif

ion. Ini yang diperlukan untuk reaksi polimerasi.

d. Enzim DNA Polimerase. Adalah enzim yang

melakukan katalisis reaksi sintesis rantai DNA.

e. Senyawa buffer.

Pada proses PCR menggunakan alat termosiklus.

Sebuah mesin yang memiliki kemampuan untuk

memanaskan sekaligus mendinginkan tabung

reaksi dan mengatur temperature untuk tiap

tahapan reaksi. Ada tiga tahapan penting dalam

proses PCR yang selalu terulang dalam 30-40

siklus dan berlangsung dengan cepat yaitu :

(Yuwono,2006)

II.4.1. Denaturasi

Di dalam proses PCR, denaturasi awal dilakukan sebelum enzim

Tag polimerasi ditambahkan ke dalam tabung reaksi. Denaturasi DNA

merupakan proses pembukaan DNA untai ganda menjadi DNA untai

tunggal. Ini biasanya berlangsung sekitar 3 menit, untuk meyakinkan

bahwa molekul DNA terdenaturasi menjadi DNA untai tunggal. Denaturasi

yang tidak lengkap mengakibatkan DNA mengalami renaturasi

(membentuk DNA untai ganda lagi) secara cepat, dan ini mengakibatkan

Page 41: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

24

gagalnya proses PCR. Adapun waktu denaturasi yang terlalu lama dapat

mengurangi aktifitas enzim Tag polymerase. Aktifitas enzim tersebut

mempunyai waktu paruh lebih dari 2 jam, 40 menit, 5 menit masing-

masing pada suhu 92,5, 95 dan 97,5oC.

II.4.2. Annealing (penempelan primer)

Kriteria yang umum digunakan untuk merancang primer yang baik

adalah primer sebaiknya berukuran 18-25 basa, mengandung 50-60% G +

C dan untuk kedua primer tersebut sebaiknya sama. Sekuens DNA

masing-masing primer itu sendiri juga sebaiknya tidak saling

berkomplemen, karena hal ini akan mengakibatkan terbentuknya struktur

sekunder pada primer tersebut dan mengurangi efisiensi PCR. Waktu

annealing yang biasa digunakan dalam PCR adalah 30-45 detik. Semakin

panjang ukuran primer, semakin tinggi temperaturnya. Kisaran

temperature penempelan yang digunakan antara 36oC sampai dengan

72oC, namun suhu yang biasa dilakukan adalah 50-60oC.

II.4.3. Pemanjangan Primer (Extention)

Selama tahap ini Taq polymerase memulai aktifitasnya

memperpanjang DNA primer dari ujung 3’. Kecepatan penyusunan

nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72oC diperkirakan 35-100

nukleotida/detik, bergantung pada buffer, Ph, konsentrasi garam dan

molekul DNA target. Dengan demikian untuk produk PCR dengan panjang

2000 pasang basa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk tahap

Page 42: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

25

perpanjangan primer ini. Biasanya diakhir siklus PCR waktu yang

digunakan untuk tahap ini diperpanjang sampai 5 menit sehingga produk

PCR diharapkan terbentuk DNA untai ganda.

Reaksi-reaksi tersebut di atas diulangi lagi dari 25-30 kali (siklus)

sehingga pada akhir siklus akan diperoleh molekul-molekul DNA rantai

ganda yang baru, yang merupakan hasil polymerase dalam jumlah yang

jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah DNA cetakan yang

digunakan. Banyaknya siklus amplifikasi tergantung pada konsentrasi

DNA target dalam campuran reaksi.

Produk PCR dapat diidentifikasi melalui ukurannya dengan

menggunakan elektroforesis gel agarosa. Metode ini terdiri atas

memasukkan DNA ke dalam gel agarosa dan menyatukan gel tersebut

dengan listrik. Hasilnya untai DNA kecil pindah dengan cepat dan untai

yang besar diantara gel menunjukkan hasil positif. Teknik PCR dapat

dimodifikasi ke dalam beberapa jenis, salah satunya Nested-PCR.

(Yuwono,2006, Yusuf, Z. 2010).

II.4.4. Nested-PCR

Proses ini memungkinkan untuk mengurangi kontaminasi pada

produk selama amplifikasi dari penyatuan primer yang tidak diperlukan.

Dua set primer digunakan untuk mendukung metode ini, set kedua

mengamplifikasi target kedua selama proses pertama berlangsung.

Sekuens DNA target dari satu set primer yang disebut primer inner

Page 43: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

26

disimpan di antara sekuens target set kedua dari primer yang disebut

sebagai outer primer. Pada prakteknya, reaksi pertama dari PCR

menggunakan outer primer, lalu reaksi PCR kedua dilakukan dengan

inner primer atau nested primer menggunakan hasil dari produk reaksi

yang pertama sebagai target amplifikasi. Nested primer akan menyatu

dengan produk PCR yang pertama dan menghasilkan produk yang lebih

pendek daripada produk yang pertama (Yuwono, 2006, Yusuf, Z. 2010).

Keunggulan PCR dikatakan sangat tinggi. Hal ini didasarkan atas

spesifitas, efisiensi dan keakuratannya. Spesifitas PCR terletak pada

kemampuannya mengamplifikasi sehingga menghasilkan produk melalui

sejumlah siklus. Keakuratan yang tinggi karena DNA polymerase mampu

menghindari kesalahan pada amplifikasi produk. Masalah yang berkenaan

dengan PCR yaitu biaya PCR yang masih tergolong tinggi.

(Yuwono,2006).

II.5. Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut di atas, maka pokok pikiran

yang dijadikan landasan untuk menilai peranan spesies Malassezia pada

dermatitis seboroik dan pitiriasis versikolor adalah sebagai berikut :

1. Salah satu patogenesis dermatitis seboroik yang

diduga sangat berperan adalah jamur spesies

Malassezia.

Page 44: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

27

2. Patogenesis pityriasis versikolor yang berperan ialah

spesies Malassezia

3. Bentuk metabolit unsaturated fatty acid yang paling

banyak dijumpai adalah asam oleat, dan metabolit

inilah yang diduga berperan pada pembentukan

skuama pada dermatitis seboroik.

4. Spesies Malassezia dapat diidentifikasi dengan

menggunakan teknik Nested-PCR.

Page 45: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

28

II.6. Kerangka Teori

Dermatitis Seboroik

Faktor lain :

faktor fisik,gangguan nutrisidan obat-obatan

GambaranKlinis

Lokasi lesi

-kulit kepala-wajah-batang tubuh-generalisata

MalasseziaKelainanimunologi

Aktivitassebasea

Kerentananindividu

Mendegradasi sebum (trigliserida) dengan bantuan enzim lipase menjadi asamlemak bebas → asam lemak bebas dan radikal oksigen reaktif menghasilkan

suatu antibakterial yang mengganggu flora normal kulit

Page 46: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

29

Pityriasis Versikolor

faktor lain:lingkungan panas,lembab, kadar CO2yang ↑padakeadaan oklusif,hyperhidrosis,penggunaankortikosteroidsistemik,imunosupresif danmalnutrisi

GambaranKlinis

Bercak putih ataukecoklatan yangtidak gatal

Malasseziaspp

Penurunanrespon

imunitasseluler

Makula berbatastegas, tertutupskuama halus

- Asam azeleat- Senyawa indol :

Pityriacitrin Malassezin Pityriarubins Indirubin

↑ peningkatanukuran melanosomedan penebalanstratun korneum

Lokasi lesi

-dada-punggung atas-bahu-lengan atas-wajah(anak)

Page 47: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

30

II.7. Kerangka Konsep

Variabel Populasi Variasi

PenderitaPityriasis Versikolor dan

Dermatitis Seboroik

Teknik Identifikasi(Nested-PCR)

Jenis SpesiesMalassezia

M.Furfur

M.Globosa

M.Restricta

Page 48: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

31

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan

dengan pendekatan potong lintang, untuk mengetahui species Malassezia

dari pasien pityriasis versikolor dan dermatitis seboroik.

III.2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS Jejaring di Makassar Tahun

2018 meliputi penentuan klinik pityriasis versikolor dan dermatitis

seboroik. Pemeriksaan Nested-PCR dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

III.3. Populasi dan sampel penelitian

III.3.1 Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah pasien pityriasis versikolor dan pasien

dermatitis seboroik yang berobat di Poliklinik Kulit dan Kelamin, rawat inap

RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS jejaring di Makassar Tahun

2018.

Page 49: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

32

III.3.2. Sampel penelitian

Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara total sampling

selama 3 bulan. Sampel penelitian adalah semua penderita yang

dinyatakan menderita pityriasis versikolor dan dermatitis seboroik yang

didiagnosis secara klinis dan laboratorium yang memenuhi kriteria

penerimaan sampel penelitian.

III.3.3. Kriteria sampel

III.3.3.1. Kriteria inklusi

a. Pasien di diagnosis pityriasis versikolor dan dermatitis seboroik.

b. Pasien pityriasis versikolor dan dermatitis seboroik yang belum

pernah di terapi.

c. Pasien pityriasis versikolor yang hasil pemeriksaan KOH positif dan

negatif.

d. Bersedia mengikuti penelitian.

III.3.3.2. Kriteria eksklusi

a. Pasien dermatitis seboroik dan pityriasis versikolor yang

mendapat terapi topikal kortikosteroid dan atau antijamur

b. Data hilang saat penelitian.

Page 50: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

33

III.3.4. Perkiraan besar sampel

Sampel penelitian adalah seluruh populasi terjangkau yang

memenuhi kriteria inklusi, bersedia mengikuti penelitian dengan

menandatangani informed consent. Perkiraan besar sampel untuk

estimasi proporsi pada populasi terbatas dengan menggunakan rumus :

n = Z2 α/2 ӿ p (1-p) N

d 2 (N-1) + Z2 α/2 ӿ p (1-p)

dimana, n : besar sampel

Z2 α/2: nilai Z pada derajat kepercayaan 1α/2

p : proporsi hal yang diteliti

d : presisi

N : jumlah populasi

Maka besar sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 40

sampel untuk dermatitis seboroik dan 29 sampel untuk pityriasis

versikolor.

III.4. Izin Penelitian dan Ethical Clearance

Permintaan izin dari pasien untuk dijadikan sampel penelitian, serta

persetujuan Komisi Etik Penelitian Biomedis pada sampel isolat, Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin. Ethical clearance tidak memberi

Page 51: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

34

kerugian pada subyek penelitian, kerahasiaan data tetap dijaga, dan

dilakukan informed consent sebelum pengambilan isolat.

III.5. Alat dan bahan penelitian

A. Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :

1. Lembar persetujuan penelitian

2. Skalpel tumpul

3. Lampu spiritus

4. Kaca objek

5. Swab alkohol

6. Sarung tangan

7. Mesin PCR

8. Gel DOC

9. Mesis elektroforesis

10. Mesin sentrifugasi

11.Waterbath

12. Laminal Flow

13. BSC tipe II

14. Mikropipet (1000 ul, 100 ul, 20 ul, 10ul)

15. Cetakan agarosa

16. Tips (1000 ul, 100 ul, 20 ul, 10 ul)

17. Tabung efendorf

Page 52: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

35

18. Tabung PCR

19. Erlenmeyer

20. Gelas ukur

21. Rak Tabung

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :

1. Spesimen skuama dermatitis seboroik

2. NaCl 0,9%

3. KIT Ekstraksi Jaringan (GENEAID)

4. TBE 0,5 ; Loading Dey

5. Agarosa

6. RNAse Free Water

7. DNA leader / Marker 100 bp

8. Ethidium Bromida

9. Enzim PCR

10. Primer ITS spesifik Malassezia species :

ITS1F-N GGATCATTAGTGATTGCCTTTATA

berpasangan dengan ITS1-R

TCCTCCGCTTATTGATATG.

11. Primer M. furfur 230 bp : M. f-F

CTACTCGCGTACAACGTCTCTG

Page 53: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

36

berpasangan dengan 5.8S-R

TTCGCTGCGTTCTTCATCGA

12. Primer M. globosa 270 bp : M.gl-F

CAATAAGTGTGTCTCTGCGG

berpasangan dengan 5.8S-R

TTCGCTGCGTTCTTCATCGA

13.Primer M. restricta 320 bp :

M. rt-F

CTTGGTTGGACCGTCACTG

berpasangan dengan M. rt-R

AGGCGGATGCAAAGTGTCTC

(Mahmoudabadi AZ, Zarrin M, Azish M, 2014).

III.6. Prosedur penelitian

III.6.1. Persiapan

- Peneliti diberi surat ijin untuk melaksanakan penelitian oleh Bagian

Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RS.

Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar.

- Rancangan penelitian diajukan ke Komite Etik Penelitian RS. Dr.

Wahidin Sudirohusodo untuk mendapatkan persetujuan (ethical

clearance). Informed consent akan diberikan pada penderita yang

hanya akan dilaksanakan bila telah diperoleh ijin tertulis dari

penderita/wali.

Page 54: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

37

III.6.2. Penjelasan dan penandatanganan Informed consent

Subjek penelitian atau wali diberi penjelasan mengenai penelitian

yang akan dilakukan, bila bersedia ikut dalam penelitian, maka diminta

untuk menandatangani Informed consent. Pada penelitian ini dilakukan

anamnesis kemudian dilakukan pengambilan kerokan kulit (skuama) pada

lesi PV dan DS serta dilakukan identifikasi spesies Malassezia.

III.6.3. Teknik pelaksanaan

- Seleksi pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

- Subjek yang memenuhi kriteria sampel penelitian dikelompokkan

menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok PV dan DS

- Melakukan pengambilan spesimen kerokan kulit (skuama)

penderita, yaitu setelah lesi kulit dibersihkan dengan swab alkohol,

dilakukan kerokan kulit menggunakan pisau/skalpel tumpul untuk

memperoleh skuama. Skuama ditampung pada kaca objek yang

sudah dilidahapikan diatas api spiritus.

- Selanjutnya spesimen akan dilakukan pemeriksaan KOH

- Setelah dari hasil KOH yang positif ataupun negatif dilanjutkan

dengan isolasi DNA-Malassezia untuk diuji dengan Nested-PCR.

Page 55: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

38

III.6.4. Ekstraksi DNA Sampel (Skuama) Metode Geneaid

Cara kerja :

1. Masukkan sampel (skuama) ke dalam tabung efendorf 1,5 ml sebanyak

± 25 mg tambahkan 200 ul larutan GST Buffer dan 20 ul Proteinase K

( sebelumnya ditambahkan ddH2O add 1 ml ),vortex selama 10

detik.Inkubasi pada suhu 60 º C selama semalam ( Sampai semua

skuama lisis ) . Kemudian sentrifuge dengan kecepatan 14.000 –

16.000 ( 15.000 ) X g selama 2 menit. Ambil supernatannya masukkan

ke dalam tabung efendorf 1,5 ul yang baru. Tambahkan larutan GSB

Buffer sebanyak 200 ul vortex selama 10 detik.

2. Tambahkan 200 ul Ethanol Absolut campur selama 10 detik.Transfer

semuanya kedalam GD Column in 2 ml collection tube sentrifuge

dengan kecepatan 14.000 – 16.000 ( 15.000 ) X g selama 1 menit.

Buang collection tube,ganti dengan 2 ml collection tube yang baru.

3. Tambahkan 400 ul W1 Buffer kedalam GD column,sentrifuge dengan

kecepatan 14.000 – 16.000 ( 15.000 ) X g selama 30 detik, buang

cairan yang terdapat pada collection tube.Tambahkan 600 ul Wash

Buffer ( sebelumnya ditambahkan Ethanol add 100 ml ) sentrifuge

dengan kecepatan 14 .000 – 16.000 ( 15.000 ) X g selama 30

detik.Buang cairan yang terdapat pada collection tube sentrifuge

dengan kecepatan 14.000 – 16.000 ( 15.000 ) X g selama 3 menit.

4. Pindahkan GD column ke dalam tabung ependorf 1,5 ml ,tambahkan

100 ul Elution Buffer yang sebelumnya telah dipanaskan,diamkan

Page 56: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

39

selama 3 menit, sentrifuge dengan kecepatan 14.000 – 16.000 ( 15.000

) X g selama1 menit. Buang GD column ,cairan yang terdapat pada

tabung ependorf 1,5 ml merupakan DNA produk dari sampel yang telah

diekstraksi dan siap untuk di PCR.

III.6.5. Proses PCR

a. Urutan Primer Yang digunakan :

Species and PrimersSequence (5ʹ 3ʹ) DNA FragmentSize,

bp

First PCR untuk tiga spesies Malassezia

ITS1F-N GGATCATTAGTGATTGCCTTTATA

ITS4-R TCCTCCGCTTATTGATATG

Second PCR untuk masing-masing spesies Malassezia

M. furfur 230

M. f-F CTACTCGCGTACAACGTCTCTG

5.8S-R TTCGCTGCGTTCTTCATCGA

M. globosa 270

M.gl-F CAATAAGTGTGTCTCTGCGG

5.8S-R TTCGCTGCGTTCTTCATCGA

M. restricta 320

Page 57: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

40

M. rt-F CTTGGTTGGACCGTCACTG

M. rt-R AGGCGGATGCAAAGTGTCTC

b. Mix dan siklus PCR

1.1 .First PCR untuk tiga spesies Malassezia

Master Mix Green : 12,5ul

Primer Forward : 0,5 ul

Primer Reverse : 0,5 ul

Nuclease Free water : 6,5 ul

DNA Produk : 5 ul

Total Volume : 25,0 ul

1.2. Siklus PCR First PCR untuk tiga spesies Malassezia

Cycle 1 (1x) : 94o C selama 5

menit

Cycle 2 (30x), Step 1 : 94o C selama 30

detik

Step 2 : 57o C selama 1

menit

Step 3 : 72o C selama 50

detik

Cycle 3 (1X) : 72o C selama 10

menit.

Page 58: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

41

2.1. Second PCR untuk tiga spesies Malassezia

Master Mix Green : 12,5ul

Primer Forward M. furfur : 0,5 ul

Primer Reverse M. furfur : 0,5 ul

Primer Forward M. globosa : 0,5 ul

Primer Forward M. globosa : 0,5 ul

Primer Forward M. restricta : 0,5 ul

Primer Forward M. restricta : 0,5 ul

Nuclease Free water : 4,5 ul

DNA Produk : 5 ul

Total Volume : 25,0 ul

2.2. Siklus Second PCR untuk tiga spesies Malassezia

Cycle 1 (1x) : 94o C selama 3

menit

Cycle 2 (30x), Step 1 : 94o C selama 30

detik

Step 2 : 62o C selama 1

menit

Step 3 : 72o C selama 40

detik

Page 59: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

42

Cycle 3 (1X) : 72o C selama 10

menit.

III.6.6. Elektroforesis hasil PCR

A. Buat gel

1. Ditimbang 2 gr agarose dan dilarutkan dalam 100 ml TAE Buffer

0,5x untuk mendapatkan larutan agarose 2 %

2. Campuran agarose dan TAE 0,5x dipanaskan hingga larut

kemudian ditunggu hingga agak dingin kemudian ditambah 5μl

Ethidium Bromida

3. Larutan agarose dituang kedalam cetakan dan ditunggu hingga

beku.

B. Pembuatan DNA Marker

1. Sebanyak 25 µl DNA 100 bp ladder dimasukkan ke dalam tube

berisi 1 ml Blue Juice Loading Dye, dan dicampur untuk marker

2. Laber tube dicopot dan diganti menjadi marker

C. Persiapan Running Elektroforesis

1. Gel yang telah beku dimasukkan ke dalam elektroforesis dan

direndam dalam larutan TAE 0,5x

2. Sebanyak 8 μl amplicon hasil PCR/ PCR Produk ( kontrol positif,

kontrol negatif, sampel ) ditambah dengan 2 μl Blue Juice

Loading Dye (tanpa marker), dicampur dan dimasukkan ke

dalam sumur-sumur gel sebanyak 10 μl.

Page 60: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

43

3. Pada lubang pertama tambahkan 10 ul DNA leader 100 bp

dimasukkan ke dalam sumur di dekat kontrol positif

D. Running Elektroforesis

1. Elektroforesis dihidupkan dan dijalankan dari muatan negative

(katode) ke muatan positif (anode) pada 100 A dan 40 menit

2. Setelah elektroforesis dilihat pita yang terbentuk. Apabila pita

sejajar dengan control positif berarti hasil positif.

E. Prosedur Kerja Gel Doc

Cara menggunakan alat Gel Doc dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :

1. Menyalakan Alat Gel Doc

2. Mengatur Posisi Gel

3. Mengatur Gambar

4. Save dan Print Gambar

Page 61: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

44

III.7. Alur penelitian

Pasien Pityriasis Versikolor

Penentuan diagnosis klinisPityriasis Versikolor

Pengambilan spesimendengan kerokan kulit

Memenuhi kriteria

Uji Nested-PCR

Identifikasi spesiesMalassezia

Laporan hasil penelitian

Analisis data

Periksa KOH

Positif Negatif

Page 62: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

45

Penentuan diagnosis klinisDermatitis Seboroik

Pengambilan spesimendengan kerokan kulit

Memenuhi kriteria

Uji Nested-PCR

Identifikasi spesiesMalassezia

Laporan hasil penelitian

Analisis data

Pasien Dermatitis Seboroik

Page 63: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

46

III.8. Identifikasi Variabel

1. Variabel tergantung adalah species malassezia

2. Variabel bebas adalah pityriasis versikolor dan dermatitis

seboroik.

III.9. Definisi operasional

1. Pityriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial, yang disebabkan

oleh ragi dan jamur lipofilik dari genus Malassezia. Ditandai dengan

bercak bersisik halus (pitiriasis), dapat hipokromik atau hiperkromik

(versikolor) yang biasanya terdapat pada leher, badan dan lengan serta

dapat meluas ke wajah, pangkal paha dan paha.

2. Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit dimana terjadi peradangan

pada area yang banyak mengandung kelenjar minyak (sebasea), seperti

wajah, kulit kepala, telinga, tubuh (dada dan punggung), lipatan

(selangkangan, bawah payudara dan ketiak) yang di tandai dengan kulit

kemerahan yang ditutupi sisik halus sampai adanya peninggian kulit

disertai rasa gatal.

3. Manifestasi klinis adalah keluhan yang dirasakan pasien dan dilihat oleh

pemeriksa pada saat kunjungan.

4. Malassezia merupakan jamur dimorfik lipofilik yang tergolong flora

normal dan dapat diisolasi dari kerokan kulit yang berasal dari hampir

Page 64: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

47

seluruh area tubuh terutama di area yang kaya kelenjar sebasea seperti

dada, punggung dan area kepala.

5. Nested-PCR adalah suatu ternik perbanyakan (replikasi) sampel DNA

menggunakan bantuan enzim DNA polymerase yang menggunakan dua

pasang primer untuk mengamplifikasikan fragmen.

6. Rumah Sakit jejaring adalah semua rumah sakit yang memiliki kerja

sama dengan bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di kota Makassar

III.10. Analisis data

Data dalam penelitian ini akan diolah dengan perangkat lunak statistik

komputer menggunakan SPSS versi 20. Untuk uji hipotesis analisis

dengan menggunakan uji Chi-square test. Hipotesis diterima bila nilai P <

0,05 dengan interval kepercayaan 95%.

Page 65: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Makassar, Sulawesi Selatan dengan

jumlah sampel sebanyak 69 orang yang terdiri dari 40 orang penderita

dermatitis seboroik dan 29 orang penderita pityriasis versikolor yang

memenuhi kriteria inklusi dari Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo dan

Rumah Sakit jejaring lainnya. Pemeriksaan dilakukan dengan

memperhatikan manifestasi klinis untuk menentukan diagnosis secara

klinis. Pengambilan spesimen skuama diambil dengan pengerokan

skuama pada lesi dermatitis seboroik dan pityriasis versikolor, kemudian

dilakukan pemeriksaan Nested-PCR untuk mengidentifikasi spesies

Malassezia di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit UNHAS Makassar.

Penelitian ini bertujuan mengetahui seberapa besar frekuensi atau insiden

ditemukannya spesies Malassezia pada penderita dermatitis seboroik dan

pityriasis versikolor. Adapun karakteristik subyek penelitian dapat dilihat

pada tabel 1

Page 66: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

49

Tabel 1. Karakteristik pasien dermatitis seboroik dan pityriasisversikolor

Karakteristik

DermatitisSeboroik

(n=40)

PityriasisVersikolor

(n=29) Nilai p

Usia(tahun)

Min/Max 29/68 4/56 <0,0001

Mean(SD) 45,88(9,32) 28,69(13,96)

JenisKelamin

Laki-laki; n(%)

27 (67,5%) 21(72,4%) 0,863

Perempuan;n (%)

13 (32,5%) 8(27,6%)

*independent sample t test; Continuity correction X2 test

Dari tabel 1 diatas menunjukkan bahwa ada perbedaan usia

penderita dermatitis seboroik dengan pityriasis versikolor secara

bermakna (p<0,05). Penderita pityriasis versikolor ditemukan pada usia

yang lebih muda (28,69±13,96 vs 45,88±9,32). Tidak ditemukan

perbedaan distribusi jenis kelamin (p>0,05); Ditemukan laki-laki lebih

banyak pada kedua kelompok penderita.

Tabel 2. Temuan spesies Malassezia pada pasien dermatitis seboroikdan pityriasis versikolor

SpesiesMalassezia

Dermatitis Seboroik(n=40)

Pityriasis Versikolor(n=29)

N % n %

M.furfur 0 0,0% 0 0,0%

M.globosa 0 0,0% 0 0,0%

M.restricta 31 77,5% 14 48,3%

Page 67: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

50

Tabel 2 menunjukkan bahwa ditemukan spesies M.restricta pada kedua

kelompok, tetapi tidak ditemukan spesies M.furfur dan M.globosa pada

kedua kelompok penderita.

Tabel 3. Perbedaan distribusi temuan spesies M.restricta antara

pasien dermatitis seboroik dan pityriasis versikolor

Diagnosis klinis

M.restricta

Nilai pPositif (n=45) Negatif n=24)

Dermatitis

seboroik

31 77,5% 9 22,5% 0,024

Pityriasis

versikolor

14 48,3% 15 51,7%

*Continuity Correction X2 test

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji X2 menunjukkan adanya perbedaan

temuan M.restricta yang bermakna (p<0,05) antara penderita dermatitis

seboroik dengan Pityriasis Versikolor. Temuan M.restricta pada dermatitis

Seboroik lebih banyak dari temuan M.restricta pada Pityriasis Versikolor

(77,5% vs 48,3%).

Elektroforesis produk PCR pada kelompok sampel penderita

dermatitis seboroik dan pityriasis versikolor menunjukkan dominasi positif

terdeteksi M. restricta pada target band 320 bp dengan forward primer

Page 68: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

51

CTTGGTTGGACCGTCACTG dan reverse primer

AGGCGGATGCAAAGTGTCTC. (Gambar 1)

Gambar 1. Hasil pemeriksaan Nested-PCR

Page 69: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

52

Page 70: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

53

B. Pembahasan

Dermatitis seboroik merupakan suatu kondisi kulit dengan inflamasi

sub-akut atau kronis, yang ditandai dengan pruritus, plak eritematosa

berminyak, skuama berwarna abu-abu kekuningan yang tampak pada

daerah yang kaya akan glandula sebasea, seperti wajah, kepala, dada

bagian atas dan punggung. Dermatitis seboroik mengenai sekitar 3-5%

populasi dewasa, dengan kecenderungan terjadi pada laki-laki. (Collins

and Hivnor, 2012., (Naldi and Rebora, 2009)

Penyebab dermatitis seboroik belum diketahui pasti, beberapa

faktor berperan dalam etiopatogenesis, salah satunya adalah spesies

Malassezia. (Gupta et al.,2004) Beberapa penelitian klinis menunjukkan

peningkatan kepadatan Malassezia memiliki peran penting pada

patogenesis dermatitis seboroik. (Hedayati et al., 2010)

Page 71: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

54

Spesies Malassezia merupakan organisme lipofilik dan bagian dari

flora normal manusia, khususnya pada kulit berminyak. Semua spesies

Malassezia (kecuali M. pachydermatis) mampu menghancurkan lemak

pada sebum dan merubah saturated fatty acid, trigliserida menjadi

unsaturated fatty acid (asam lemak bebas) dan digliserid. Asam lemak

bebas ini akan menyebabkan peningkatan kepadatan spesies Malassezia

dan menyebabkan proses inisiasi inflamasi. (DeAngelis et al., 2005)

Pada kepustakaan dikatakan, dermatitis seboroik umumnya terjadi

pada masa remaja atau dewasa muda, dengan insiden meningkat pada

pasien berumur lebih dari 50 tahun. (Gupta and Bluhm, 2004) Pada

pasien dengan usia lanjut memiliki daya tahan tubuh yang sudah

berkurang sehingga lebih rentan terhadap berbagai macam penyakit

salah satunya seperti dermatitis seboroik. Di indonesia untuk hasil

penelitian retrospektif dari Malak, et al tahun 2016 di Manado didapatkan

kelompok usia 45-64 tahun merupakan kelompok yang mempunyai

distribusi tertinggi untuk dermatitis seboroik. (Malak et al., 2016)

Dari penelitian ini, distribusi kasus dermatitis seboroik berdasarkan

jenis kelamin diperoleh jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan

perempuan. Jumlah laki-laki sebanyak 27 kasus (67,5%) dan perempuan

sebanyak 13 kasus (32,5%). Hal ini sama dengan penelitian sebelumnya

oleh Malak et al tahun 2016 di Manado, laki-laki merupakan pasien

terbanyak yaitu 61 kasus (67,0%) dan perempuan 30 kasus (33,0%).

Penelitian lain juga di lakukan oleh N R Jumiaty et al tahun 2017 di

Page 72: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

55

Makassar, ditemukan jumlah pada laki-laki 17 kasus (56,7%) dan

perempuan 13 kasus (43,3%). (N R Jumiaty et al, 2017). Hal ini

kemungkinan berhubungan dengan stimulasi hormon androgen yang

lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan dimana hormon ini

memiliki fungsi untuk menghasilkan sebum dan aktivitas sebum yang

merupakan salah satu penyebab terjadinya dermatitis seboroik. (Malak et

al, 2016)

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa ditemukan spesies

M.restricta pada kedua kelompok, tetapi tidak ditemukan spesies M.furfur

dan M.globosa pada kedua kelompok penderita. Spesies Malassezia yang

terdeteksi pada sampel positif dermatitis seboroik, yaitu M. restricta.

Menurut kepustakaan, sebagian besar studi di seluruh dunia menunjukkan

M. restricta sebagai spesies dominan pada penderita dermatitis seboroik.

Penelitian yang dilakukan oleh Lim et al, pada tahun 2008 menggunakan

metode Nested-PCR, dan Lee et al, pada tahun 2011 menggunakan

metode PCR-RFLP, untuk mengidentifikasi spesies Malassezia pada

penderita dermatitis seboroik di Korea, mendapatkan hasil spesies

dominan adalah M. restricta (47%) dan M. furfur (27%). (Lim et al., 2008,

Lee et al., 2011) Dengan demikian hasil penelitian ini sama dengan

peneliti sebelumnya.

Distribusi kasus pityriasis versikolor berdasarkan jenis kelamin

diperoleh jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Jumlah

laki-laki sebanyak 21 kasus (72,4%) dan perempuan sebanyak 8 kasus

Page 73: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

56

(27,6%). Hasil demikian juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan

sebelumnya oleh C Romano et al tahun 2013 di Siena Italy, laki-laki 43

kasus dan wanita 31 kasus dengan usia rata-rata 39,5 ± 15,2 tahun

(kisaran 17–76, median 38 tahun). Usia dengan frekuensi tertinggi adalah

antara 30 dan 39 tahun. (C Romano et al, 2013). Berdasarkan studi B

Tarazooie et al tahun 2004 di Tehran Iran, peran jenis kelamin dalam

kecenderungan untuk pengembangan PV masih tidak jelas, beberapa

penelitian menemukan bahwa PV lebih umum terjadi pria dibanding

wanita. Meskipun spesies Malassezia dianggap mikroflora normal kulit

manusia, ragi lipofilik ini terkait dengan banyak gangguan kulit khususnya

PV dalam beberapa keadaan. Dipercaya secara luas bahwa faktor

endogen seperti pemberian kortikosteroid, malnutrisi dan peningkatan

kadar kortisol plasma menengahi perkembangan PV.( B Tarazooie et al,

2004). Archana et al di Karnataka India tahun 2015 juga menemukan

insiden PV lebih sering terjadi pada laki-laki (73%) dari pada wanita

(27%). Gosh et al., Rao et al. dan Krishnan et al juga menemukan

dominan pada laki-laki mungkin dipengaruhi oleh aktifitas luar pada laki-

laki.( Archana et al, 2015)

Berdasarkan temuan Malassezia pada pasien dermatitis seboroik

dan pityriasis versikolor pada penelitian ini menunjukkan bahwa

ditemukan spesies M.restricta pada kedua kelompok, tetapi tidak di

temukan spesies M.furfur dan M.globosa pada kedua kelompok penderita.

Pada pasien dermatitis seboroik sebanyak 40 kasus, didapatkan 31 kasus

Page 74: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

57

(77,5%) positif M.restricta dan 9 kasus (22,5%) yang negatif. Sedangkan

pada pasien pityriasis versikolor sebanyak 29 kasus, didapatkan 14 kasus

(48,3%) positif M.restricta dan 15 kasus (51,7%) yang negatif. Dari

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mahmoudabadi AZ et al tahun

2014 di Ahvaz Iran, menunjukkan bahwa pada kelompok pasien dermatitis

seboroik ditemukan spesies yang lebih banyak ialah M.restricta sebanyak

15 kasus (65,2%), M.globosa 6 kasus (26,1%) dan M.furfur 2 kasus (8,7%)

dari 30 kasus dermatitis seboroik yang di teliti. Sedangkan pada kelompok

pityriasis versikolor ditemukan spesies yang lebih banyak ialah M.furfur 19

kasus (51,3%), M.globosa 13 kasus (35,2%) dan M.restricta 5 kasus

(13,5%) dari 45 kasus pityriasis versikolor yang di teliti. ( Mahmoudabadi

AZ et al,2014)

Berdasarkan kepustakaan bahwa dalam sebagian besar studi

epidemiologis di dunia, M.Globosa lebih banyak ditemukan daripada

spesies Malassezia lainnya pada pasien dengan pityriasis versikolor.

Sedangkan dalam penelitian di Ahvaz Iran, M. furfur adalah spesies

dominan pada pasien pityriasis versikolor dan pada hasil penelitian ini

hanya didapatkan spesies M.restricta. Perbedaan hal ini dengan studi

sebelumnya mungkin disebabkan oleh penyebaran spesies Malassezia di

berbagai wilayah geografis, prevalensi spesies dan juga perbedaan dalam

metode yang digunakan untuk mengidentifikasi spesies, kebersihan

subyek, iklim dan gaya hidup. ( Mahmoudabadi AZ et al,2014)

Page 75: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

58

Selain itu, Gupta AK et al menemukan M.sympodialis dari kasus PV

di daerah beriklim sedang dan M. globosa adalah spesies utama di daerah

tropis. Laporan pertama ditemukan M. restricta, M. pachydermatis, dan M.

Obtusa pada pasien PV yaitu di Mesir dengan menggunakan PCR-RFLP

untuk identifikasi spesies Malassezia. Hasil ini menunjukkan bahwa

spesies Malassezia tersebut adalah spesies patogen untuk pasien PV di

Mesir. ( Elshabrawy WO et al, 2017)

Malassezia yang menjadi penyebab utama spesies PV tampaknya

berbeda di antara geografis. M. globosa telah dilaporkan lebih lazim

banyak di negara-negara dengan iklim suhu sedang dan Mediterania

seperti Spanyol, Jepang, Israel, India utara, Iran, Tunisia, Italia dan

Bosnia-Hercegovina. M. sympodialis lebih umum di subtropis negara

Argentina, Brasil dan India Selatan kecuali di Kanada yang memiliki iklim

sedang. M. furfur telah menunjukkan dominasi yang jelas di negara tropis

seperti Indonesia, Thailand, Brasil dan Venezuela.( P. U. Ibekwe et al,

2015).

Pada penelitian ini didapatkan 4 kasus pityriasis versikolor yang

memiliki hasil pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH) 10% positif, yaitu

ditemukannya “spaghetti and meatballs” namun pada pemeriksaan

Nested-PCRnya tidak ditemukan DNA Malassezia Spesies, hal ini dapat

disebabkan oleh karena pada pemeriksaan Nested-PCR ini primer yang

digunakan yang spesifik terhadap M.furfur, M.globosa dan M. restricta

Page 76: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

59

yang dengan kata lain bahwa bisa saja ditemukan jenis DNA Malassezia

yang lain tetapi tidak diketahui jenis spesies Malassezianya.

Page 77: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari pemeriksaan Nested PCR untuk mengidentifikasi 3 spesies

Malassezia (M.furfur, M.globosa dan M.restricta) pada pasien pityriasis

versikolor dan dermatitis seboroik di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo dan

RS jejaring di Makassar tahun 2018 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada pasien pityriasis versikolor hanya ditemukan spesies

Malassezia restricta sebesar 48,3%, M.furfur dan M.globosa

tidak ditemukan.

2. Pada pasien dermatitis seboroik hanya ditemukan spesies

Malassezia restricta sebesar 77,5%, M.furfur dan M.globosa

tidak ditemukan.

B. SARAN

1. Pada pengobatan dermatitis seboroik perlu dipertimbangkan obat

antijamur terutama pada pasien yang rekuren.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperluas jenis

primer yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis malassezia

yang lain dengan jumlah sampel yang sesuai.

Page 78: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

61

DAFTAR PUSTAKA

Akaza, N., Akamatsu, H., Sasaki, Y., Takeoka, S., Kishi, M., Mizutani, H.,

Sano, A., Hirokawa, K., Nakata, S. & Matsunaga, K. 2010.

Cutaneous Malassezia microbiota of healthy subjects differ by sex,

body part and season. J of Dermatol, 37, 1-7.

Archana BR, Beena PM. 2015. Study of the Distribution of Malassezia

Species in Patients with Pityriasis Versicolor in Kolar Region,

Karnataka. Indian J Dermatol. 1-4.

Ashbee, H. 2007. Update on the genus Malassezia. Med Mycol, 45, 287-

303.

Bonifaz, a., Gomez-daza, f., Paredes, v. & ponce, r. (2010) Tinea

versicolor, tinea nigra, white piedra, and black piedra. J Clin

Dermatol, 28, 140-5.

Brunke, S., Hube, B. 2006. MfLIP1, a gene encoding an extracellular

lipase of the lipid-dependent fungus Malassezia furfur. Microbiol,

152, 547-54.

Burns, T., Breathnach, S., Cox, N., Griffiths, C. 2010. Rook’s Text book of

dermatology. 8th. U.K: Blackwell publishing

Cabanes, F., Theelan, B. & Castella, G. 2007. Two new lipid-dependent

Malassezia species from domestic animals. FEMS Yeast Res, 7,

1064-76.

Page 79: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

62

Cafarchia, C., Gasser, R.B., Figueredo, L.A., Latrofa, M.S., Otrando, D.

2011. Advances in the identification of Malassezia. Mol Cell Probes.

25(1) , 1-7.

Cermeño, j., Hernandez, i. & godoy, g. (2005) mycoses at hospital

universitario “ruiz y paez”, ciudad bolivar, venezuela 2002. Invest

clin, 46, 37-42.

Chaudhary, R., Singh, S., Banerjee, T. & Tilak, R. (2010) Prevalence of

different

Malassezia species in pityriasis versicolor in central India. Indian J

Dermatol Venereol Leprol, 76,159-64.

Collins, C.D., Hivnor, C. 2012. Seborrheic Dermatitis. In: Wolf, K., Kartz,

S., Gilchrest, B., Paller, A., Leffell, D. (eds.) Fitzpatrick's

Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: Mc Graw Hill.

C. Romano et al. 2013. Identification of Malassezia species isolated from

patients with extensive forms ofpityriasis versicolor in Siena, Italy .

Rev Iberoam Micol. 30(4), 231–234.

Deangelis. 2005. Three etiologic facets of dandruff and seborrheic

dermatitis : Malassezia fungi, sebaceous lipids, and individual

sensitivity. J Investing Dermatol Symp Proc. 10, 295-7.

Elshabrawy WO, Saudy N, Sallam M. 2017. Molecular and Phenotypic

Identification and Speciation of Malassezia Yeasts Isolated from

Egyptian Patients with Pityriasis Versicolor. Journal of Clinical and

Diagnostic Research. 11(8): 12-17.

Page 80: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

63

Framil, v., Szeszs, m. & Zaits, c. (2010) pityriasis versicolor circinata:

isolation of malassezia sympoidalis-case report. An bras dermatol,

85, 227-8.

Gaitanis,G et al. 2013. Skin diseases associated with Malassezia yeast:

Facts and controversies. Clinical in Dermatology 31, 455-463.

Gonzales, A., Sierra, R. & Cardenas, M. 2009. Physiological and

molecular characterization of atypical isolates of Malassezia furfur.

J of Clin Microbiol, 47, 48-53.

Goodheart, H.P. 2009. Diagnosis fotografik dan penatalaksanaan penyakit

kulit. Edisi 3. Terjemahan oleh Brahm U. Pendit. 2013. Jakarta :

EGC.

Gupta, A. K., Nicol, K. & Batra, R. 2004. Role of antifungal agents in the

treatment of seborrheic dermatitis. American journal of clinical

dermatology, 5, 417-422.

Hay, R. & Midgley, G. 2010. Introduction: Malassezia yeasts from a

historical perspective. In: Boekhout, T., Gueho-Kellermann, E.,

Mayser, P. & Velegraki, A. (eds.) Malassezia and the skin. Berlin:

Springer-Verlag.

He, s., du, w. & yang, s. (2007) the genetic epidemiology of tinea

versicolor in china. Mycoses, 51, 55-62.

Hedayati, M., Hajheydari, Z., Hajjar, F., Ehsani, A., Shokohi, T. &

Mohammadpour, R. 2010. Identification of Malassezia species

Page 81: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

64

isolated from Iranian seborrhoeic dermatitis patients. Eur Rev Med

Pharmacol Sci, 14, 63-8.

Ibekwe P U, Ogunbiyi A O, Besch R, Ruzicka T, Sardy M. 2015. The

spectrum of

Malassezia species isolated from students with pityriasis vesicolor

in Nigeria. Mycoses, 203–208

Janik, M. & Heffernan, M. 2008. Yeast infection: candidiasis and tinea

(pityriasis) versicolor. In: Wolf, K., Kartz, S., Gilchrest, B., Paller, A.,

Leffell , D. (eds.) Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 7th

ed. New York: Mc Graw Hill.

Krisanty, R.,Bramono, K & Wisnu,I. 2009. Identification of Malasezia

species from pityriasis versicolor in Indonesia and its relationship

with clinical characteristics. Mycoses, 52, 257-62

Kundu R., Garg, A. 2012. Yeast Infections: Candidiasis, Tinea (Pityriasis)

Versicolor, and Malassezia (Pityrosporum) Folliculitis. In: Wolf, K.,

Kartz, S., Gilchrest, B., Paller, A., Leffell, D. (eds.) Fitzpatrick's

Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: Mc Graw Hill.

Lee, Y., Yim, S., Lim, S., Choe, Y., Ahn, K. 2006. Quantitative

investigation on the distribution of Malassezia species on healthy

human skin in korea. Mycoses, 49, 405-10.

Levin, N., Delano, S. 2011. Evaluation and treatment of Malassezia-

related skin disorders. Cosmetic Dermatol, 24, 137-45.

Page 82: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

65

Lim, S. W., Shin, M. G., Lim, J. Y., Yun, S. J., Kim, S. J., Lee, S. C., Won,

Y. H. & Lee, J. B. 2008. Nested PCR for detection of Malassezia

species from patient skin scales and clinical strains. Korean Journal

of Dermatology, 46, 446-452.

Mahmoudabadi, A.Z., Zarrin, M., Azish, M. (2014). Detection of

Malassezia species isolated from patients with pityriasis versicolor

and seborrheic dermatitis using Nested-PCR. Jentashapir J Health

Res. 5(6) : e26683.

Mayser, P., Gaitanis, G. 2010. Physiology and biochemistry. In: Boekhout,

T., Gueho-Kellermann, E., Mayser, P. & Velegraki, A. (eds.)

Malassezia and the skin. Berlin: Springer-Verlag.

Mendez-Towar, l. (2010) Pathogenesis of dermatophytosis and tinea

versicolor. J clin dermatol, 28, 185-9.

Muhammad, N., Kamal, M., Islam, T., Islam, n. & Shafiquzzaman, m.

(2009) A study to evaluate the efficacy and safety of oral

fluconazole in the treatment of tinea versicolor. Mymensingh Med J,

18, 31-5.

Naldi, L. & Rebora, A. 2009. Seborrheic dermatitis. New England Journal

of Medicine, 360, 387-396.

N R Jumiaty. 2017. Identification of Malassezia Species in Seborrheic

Dermatitis Patients Using Nested-pcr. International Journal of

Sciences: Basic and Applied Research, 36, 2, 323-330.

Page 83: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

66

Radiono S, Suyoso S, Bramono K. 2013. Pitiriasis Versikolor.

Dermatomikosis Superfisialis.,24-32.

Ro, B. & Dawson, T. 2005. The role of sebaceous gland activity and scalp

microfloral metabolism in the etiology of seborrheic dermatitis and

dandruff. J Invest Dermatol Symp Proc, 10, 194-7.

S.K Lwanga and S. Lemeshow. 1999. Sample size determination in health

studies. Massachusetts: USA.

Sugita, T., Tajima, M. & Tsubuku, H. 2006. Quantitative analysis of

cutaneous Malassezia in atopic dermatitis patients using real-time

PCR. Mikrobiolo Immunol, 50, 549-52

Takada et al. 2006. Effects of seasonal change or menstrual cycle on

human facial pores. J Jpn Cosmet Sci Soc, 30, 1-4.

Tarazooie B, Kordbaceh F, 2004. Study of the distribution of Malassezia

species in

patients with pityriasis versicolor and healthy individuals in Tehran,

Iran. BMC Dermatology. 1-6

Tragiannidis, A., Bisping, G., Koehler, G., Groll, A. 2009. Malassezia

infections in immunocompromised patients. Mycoses, 53, 187-95.

Xu, J., Saunders, C., Hu, P. 2007. Dandruff-associated Malassezia

genomes reveal convergent and divergent virulence traits shared

with plant and human fungal pathogens. Proc Natl Acad Sci USA,

104, 18730-5.

Page 84: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

67

Yowono, T. 2006. Teori dan Aplikasi PCR. Yogyakarta : Andi.Yusuf, Z.

2010. Polymerase Chain Reaction (PCR), Gorontalo. 5, 6, 1-6.

Page 85: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERANKOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN

Sekretariat : Lantai 3 Gedung Laboratorium TerpaduJL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar. Telp. (0411)5780103,

Fax (0411) 581431.Contact person dr. Agussalim Bukhari,M.Med,PhD,SpGK (HP. 081241850858),

email: agussalimbukhari @ yahoo.com

Lampiran 2FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

SETELAH MENDAPAT PENJELASAN

Setelah membaca informasi penelitian serta mendengar penjelasan dan menyadari pentingnya

penelitian:

Deteksi Species Malassezia Pada Pasien Pityriasis Versikolor Dan Dermatitis Seboroik Dengan

Menggunakan Nested-PCR

Maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Alamat :

Saya bersedia untuk dilakukan pengambilan sampel skuama. Saya mengerti sepenuhnya

bahwa sampel skuama yang diambil tidak akan mempengaruhi kondisi kesehatan saya dan hal

ini semata-mata dilakukan untuk kepentingan penelitian. Saya mengetahui bahwa saya berhak

untuk menolak ikut serta dalam penelitian ini tanpa kehilangan hak saya untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan yang seharusnya saya peroleh.

Page 86: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

Semua biaya pemeriksaan dan biaya pengobatan bila terjadi keluhan apapun sehubungan

dengan penilitian ini, ditanggung oleh peneliti.

Bila masih ada hal yang masih belum saya mengerti atau saya ingin mendapatkan

penjelasan lebih lanjut, saya bisa mendapatkannya dari dokter peneliti. Demikian persetujuan ini

saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Saksi 1 ……………………. ………………………………. ………………

Saksi 2 ……………………. ………………………………. ………………

Penanggung Jawab PenelitianNama : dr. Andi NurhanaAlamat : Jl. Sunu Kompleks UNHAS Baraya Blok B4, Makassar

Penanggung Jawab MedisNama : Dr. dr. Nurelly NW, Sp.KKAlamat : Jl. Monginsidi No 126, Makassar

DISETUJUI OLEH KOMISIETIK PENELITIANKESEHATAN FAK.

KEDOKTERAN UNHAS.Tgl:……………..2017

Page 87: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

FORMULIR KUESIONER PENELITIAN

DETEKSI SPECIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITYRIASIS VERSIKOLOR DAN DERMATITIS SEBOROIKDENGAN MENGGUNAKAN NESTED-PCR

Makassar,………………………………………………2017No.Urut : ……………

IDENTITAS

Nama :…………………………………….Umur :……...tahun ………… bulanJenis kelamin : a. Laki-laki b. PerempuanPekerjaan :…………………………………….Pendidikan terakhir :…………………………………….Status perkawinan :…………………………………….Alamat :…………………………………….

Status Dermatologi :Kepala :Wajah :Dada :Punggung :

Berilah tanda silang (V) pada jawaban yang sesuai karakteristik anda

NoPertanyaan Jawaban

Ya TidakRiwayat Penyakit1 Apakah keluhan ini dirasakan sudah lebih 6 bulan?

Jika YA, sebutkan……………………………..2 Apakah keluhan ini baru pertama kali dialami?

Jika Tidak, sebutkan (berapa kali)………………..3 Apakah keluhannya terasa gatal?4 Apakah gatalnya bertambah bila beraktifitas?5 Apakah sering berkeringat lebih walaupun tidak beraktifitas?6 Apakah keluhan muncul atau bertambah saat anda stress?7 Apakah ada keluarga dengan keluhan yang sama?

Jika YA, sebutkan………………………………..8 Apakah ada riwayat penyakit sistemik (penyakit ginjal, diabetes

mellitus, penyakit tiroid?Jika YA, sebutkan……………………………….

9 Apakah keluhan ini sudah pernah di obati?Jika YA, sebutkan……………………………….

Page 88: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September
Page 89: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

Pasien Dermatitis Seboroik

No Nama Pasien Umur JK Hasil Nested PCR KesimpulanM.furfur M.globosa M.restricta

1 Lili 46 P Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

2 Wardiyanto 34 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

3 Nani 31 P Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

4 Aidin 35 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

5 Abd.Rahman 53 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

6 XK.Tissue 31 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

7 Abd.HafidSyam

51 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

8 Idam 48 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

9 Marlina 43 P Negatif Negatif Positif Ditemukan

Page 90: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

Jamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

10 Nirma 52 P Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

11 Suryani 54 P Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

12 SuharniNengsih

38 P Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

13 Yuliana 68 P Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

14 Paulina 49 p Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

15 A.Nursiah 51 P Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

16 Abd.Kadir 46 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

17 Sala 56 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

Page 91: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

18 Syaripuddin 49 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

19 Barantjing 34 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

20 Pinda Hasrun 59 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

21 Mustafa 47 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

22 Elizabeth 49 P Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

23 Jainuddin 50 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

24 Ny.Zulmaawinah

33 P Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

25 Hatta ( DS ) 61 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

26 Rustam 49 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast dan

Page 92: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

DNA jamurM.restricta

27 Tn.Bactiar( DS )

51 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

28 M.Dayya 50 L Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

29 Halim/NN 45 L Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

30 Evi 31 P Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

31 M,Halim 57 L Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

32 Tn.Djufri 45 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restrcita

33 Tn.Supriyadi 40 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

34 Tn.Andarias 51 L Negatif Negatif Positif Ditemukan

Page 93: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

Jamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

35 Tn.BasoSuprianto

49 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

36 Natsir Ibrahim 50 L Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

37 Kun 31 L Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

38 Yanti S 39 P Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

39 Tn.Baskar 29 L Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

40 Abd.Syukur 50 L Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

Page 94: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

Pasien Pityriasis Versikolor

No Nama Pasien Umur JK HasilKOH

Hasil Nested PCR KesimpulanM.furfur M.globosa M.restricta

1 MuharramDg.Naba( PV )

26 L + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

2 Baharuddin 46 L + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

3 Badanang 52 L Negatif

Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

4 Novi ( PV ) 30 P + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

5 Jihanuddin( BV )

39 L + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

6 Zainuddin 44 L Negatif

Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

7 RendilAnandito

17 L Negatif

Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

Page 95: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

8 Vilda Arjumi 19 P Negatif

Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

9 Yusran Yusuf 17 L Negatif

Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

10 John SansriNibel

28 L Negatif

Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

11 Rahmat 14 L + Negatif Negatif Negatif Ditemukanmalassaziasp.bentukhifa/sporadalampemeriksaanKOH

12 Hilda 13 P Negatif

Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

13 Titin 44 P + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

14 Irfan 26 L Negatif

Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalassezia

Page 96: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

Spesies15 Lasang

Dg.Tiro56 L + Negatif Negatif Positif Ditemukan

Jamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

16 Dg.Jarre 28 L + Negatif Negatif Negatif Ditemukanmalassaziasp.bentukhifa/sporadalampemeriksaanKOH

17 Ramadan 25 L + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

18 Aspar 16 L + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

19 Ronni 31 L + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

20 Sahib 15 L + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

21 Indar 17 P + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast dansDNA jamurM.restricta

22 AbdulrahmanRahim

12 L + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

23 Hasyim 50 L Negatif

Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA dan

Page 97: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

bentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

24 Rangga 16 L + Negatif Negatif Negatif Ditemukanmalassaziasp.bentukhifa/sporadalampemeriksaanKOH

25 Rustam 45 L Negatif

Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

26 Kalila 4 P + Negatif Negatif Negatif Ditemukanmalassaziasp.bentukhifa/sporadalampemeriksaanKOH

27 Elensulastri 30 P + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

28 Isa Hamza 30 P Negatif

Negatif Negatif Negatif TdkDitemukanDNA danbentuk yeast /hifa JamurMalasseziaSpesies

29 Hadonang 42 L + Negatif Negatif Positif DitemukanJamur bentukyeast danDNA jamurM.restricta

Page 98: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September

Gambar Hasil PCR

Page 99: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September
Page 100: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Dermatitis Seboroik dengan menggunakan Nested-PCR 2 Tanggal Vérs" TanggaJ Versi 25 September 2017 25 September