Upload
nurmadella-karobiyyun-w
View
134
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Deodorant adalah produk yang digunakan untuk mengatasi bau badan yang disebabkan oleh
bakteri yang bercampur dengan keringat.
Ada 2 prinsip kerja produk deodorant :
Antiperspirant : mengurangi keluarnya keringat dengan cara mengecilkan pori-pori
kulit. Bahan yang biasa digunakan adalah Aluminum Chlorohydrate (ACH) pada roll
on dan Aluminium Zirconium Tetrachlorohydrex Gly pada powder stick.
Deodorant : mengurangi bau badan dengan cara :
o Mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab bau badan. Formula anti bakteri
yang sangat efektif untuk mengurangi bau badan adalah o-Cymen-5-OL dan
Triclosan.
o Tambahan pewangi tubuh yang berfungsi menutupi bau badan.
Jenis-jenis Deodorant
BEDAK
Bentuknya bubuk berwarna putih. Lebih banyak dikemas dalam bentuk sachet.
STICK BIASA
Bentuk padat transparan berwarna. Wangi kuat, terasa dingin saat digunakan dikulit. Dikemas dalam botol plastik.
AEROSOL
Bentuk cair, dikemas dalam kaleng aluminium. Wangi kuat. Biasanya disebut juga Deodorant Perfume Spray.
ROLL-ON
Bentuk cair, biasanya berwarna putih. Dikemas dalam kemasan botol plastik ataupun kaca. Wanginya kuat. Bola roll-on sebagai media pengoles. Cara pakai : Oleskan di ketiak.
STICK POWDER
Isi padat berwarna putih. Wangi lembut. Dikemas dalam botol plastik.
LOTION
Bentuk krim lotion, biasanya berwarna putih, dikemas dalam sachet. Wangi lembut.
http://www.mandom.co.id/yourlook.php?lang=&cat=1000467
TOKOFEROL
Tokoferol (vitamin E) selama in hanya dikenal sebagai obat awet muda untuk menambah cantik
dan ganteng. Padahal, tokoferol berfungsi hampir sama seperti betakaroten, yaitu pencegah penyakit
degeneratif. Perbaikan sistem kekebalan tubuh dapat dihasilkan oleh khadiran tokoferol, sel limposit,
dan mononuklear di dalam tubuh sehingga akan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas.
Tokoferol mampu mengatasi pembentukan karsinogen atau menghambat karsinogen sel sasaran
sehingga akan dapat menghambat terjadinya kasus kanker.
Tokoferol juga dapat menurunkan kolesterol LDL jahat dan meningkatkan HDL. Hasil uji klinis
menunjukkan bahwa penderita penyakit jantung maupun stroke merasakan ada perubahan seperti
respirasi lebih lancar serta tekanan darah dan detak jantung lebih normal.
Fungsi tokoferol diibaratkan seperti pemadam kebakaranm yaitu akan mematikan serbuan
radikal bebas dan menetralisir kolesterol dalam darah. Jika sebuan radikal bebas tidak dapat dihalau
dan kolestreol dalam darah tidak dapat dinetralisir maka akan timbul efek yang sangat berbahaya
karena hal tersebut merupakan pemicu kematian secara mendadak. Kondisi ini umumnya dialami
sebagian besar masyarakat yang bermukim di daerah perkotaan (gizi salah).
http://heryardyansyah.tripod.com/buah_merah.htm
Asam stearat
Sinonim : Crosterene, hystrene, Pristerene
Rumus empiric : C18H36O2
Berat Molekul : 284,47
Struktur : CH3(CH2)16COOH
Fungsi : pengemulsi, solubilizing agent
Ointments/ krim : 1-20%
Pemerian : kristal atau serbuk putih atau kuning, bau lemah
Kelarutan : benzen larut,etanol larut, propilen glikol larut, air praktis tidak larut
OTT : agen pengoksidasi
Gliserin
Sinonim : trihidroxypropane glycerol
Rumus empiric : C3H8O3
Berat molekul : 92,09
Struktur : CH2 OH
CH OH
CH2 OH
Fungsi : - Antimikroba>20%
- Emolient up to 30
- Humektan up to 30
- Plasticizer
- Solvent
- Pemanis
- Agen pengion
Pemerian : larutan bening tidak berwarna, tidak berbau, kental, larutan higroskopis, rasa
manis seperti sukrosa.
Kelarutan : etanol 95% mudah larut, minyak praktis tidak larut, air mudah larut.
OTT : agen pengoksidasi seperti potasium klorat atau potasium permanganat.
Borax/ Natrium tetraborat
Rumus molekul : Na2B4O7.10H2O
Berat molekul : 381,37
Pemerian : hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak bebrbau,
rasa asin dan basah, dalam udara kering merapuh.
Kelarutan : etanol 96% tidak larut, gliserol 1:1 mudah larut, air mudah larut.
Fungsi : antiseptikum extern.
Triethanolamine (TEA)
Rumus empiris : C6H15NO3
Berat molekul : 149,19
Struktur formula : N(CH2CH2OH)3
Fungsi : agen pengalkali,agen pengemulsi
Pemerian : cairan bening tidak berwarna sampai kuning pucat, bau amoniak lemah
Kelarutan : etanol 95% larut, metanol larut, water larut
OTT : golongan amin dan hidroksi
Nipagin/ Methylparaben
Sinonim : Solbrol M, Tegosept M, Nipagin M.
Rumus empirik : C8H8O3
Berat molekul : 152,15
Fungsi : antimikroba untuk sediaan topikal 0,02%-0,3%
Pemerian : kristal putih, tidak berbau, panas
Kelarutan : etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400,
OTT : besi, mengalami hidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat.
Cethyl alkohol
Sinonim : n- hexadecyl alcohol, palmityl alcohol
Rumus empirik : C16H34O
Berat molekul : 242,44
Struktur : CH3(CH2)14CH2OH
Fungsi : pembasah 5%, pengemulsi 2-5%, stiffening 2-10%, emolient 2-5%.
Pemerian : bentuknya seperti lilin, lapisan putih, granul, bau lemah.
OTT : pengoksidasi kuat.
Butylated Hydroxytoluene (BHT)
Sinonim : Sustane, Tenox BHT, Tropanol, Vianol.
Rumus empiris : C15H24O
Berat molekul : 220,35
Fungsi : antioksidan untuk sediaan topikal 0,0075-0,1%
Pemerian : kristal putih atau kuning pucat, bau lemah.
OTT : pengoksidasi kuat seperti peroksida dan permanganat.
Natrium Hidroksida (NaOH)
Berat molekul : 40
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur/keping, kering, keras, rapuh serta
menunjukkan susunan hablur putih, mudah meleleh, basah, sangat
alkalis dan korosif, segera menyerap karbondioksida
Kelarutan : etanol 96% dan air sangat mudah larut
Fungsi : zat tambahan yang bersifat basa.
VI. PROSEDUR KERJA
Cara 1:
1. Fase minyak (minyak dan bahan yang bercampur atau larut dengan minyak)
dipanaskan diatas penangas air hingga suhu 700 C hingga semua bahan lebur.
2. Pada saat yang sama fase air(bahan yang bercampur atau larut dengan aquades)
dilarutkan dalam air panas yang kira-kira memiliki suhu 700 C hingga semua bahan
larut.
3. Fase minyak dan fase air dicampurkan didalam lumpang dan digerus hingga terbentuk
massa cream. Setelah itu baru tambahkan sedikit demi sedikit air panas ad 50 ml.
4. Pada formulasi B ditambahkan parfum setelah suhu cream turun hingga 350C, digerus
kembali hingga homogen, dan dibiarkan hingga dingin.
5. Evaluasi cream dilakukan setelah krim selesai dibuat (homogenitas, viskositas,
stabilitas dan penampilan cream).
6. Krim yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah (pot obat) dan diberi etiket.
7. Selama satu minggu diamati kembali homogenitas, viskositas, stabilitas dan
penampilan sediaan krim tersebut.
Cara 2:
1. Fase minyak (minyak dan bahan yang bercampur atau larut dengan minyak) dan fase
air (aquades dan bahan yang bercampur atau larut dengan aquades) dicampurkan ke
dalam cawan penguap.
2. Campuran dari kedua fase dipanaskan diatas penangas air hingga suhu 700C ad semua
bahan lebur.
3. Campuran bahan yang telah lebur dituang ke dalam lumpang dan digerus hingga
terbentuk massa cream.
4. Pada formulasi B ditambahkan parfum setelah suhu cream turun hingga 350 C dan
diaduk hingga homogen, dibiarkan hingga dingin.
5. Evaluasi cream dilakukan setelah krim selesai dibuat (homogenitas, viskositas,
stabilitas dan penampilan cream).
6. Krim yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah (pot obat) dan diberi etiket.
7. Selama satu minggu diamati kembali homogenitas, viskositas, stabilitas dan
penampilan sediaan krim tersebut.
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kosmetologi ini kami membuat sediaan krim pelembab dengan
menggunakan bahan utama Coconut oil. Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan
kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari
berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut,
berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air
sehingga kulit menjadi lebih kering. Pelembab yang kami buat merupakan sediaan dengan
basis vanishing cream, dimana dalam basis ini terdapat lebih banyak fase air daripada fase
minyak. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air
dalam minyak atau minyak dalam air, dan termasuk dalam sediaan setengah padat berupa
emulsi kental yang mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakain
luar. Sedangkan yang biasa disebut dengan vanishing cream pada dasarnya berupa emulsi
minyak dalam air (M/A), mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat.
Setelah pemakaian krim air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang
tipis. Vanishing cream lebih mudah dibersihkan dan menguapnya air dapat menyegarkan
jaringan. Vanishing cream terkesan menghilang dan nyaman dipakai setelah dioleskan
dipermukaan kulit.
Kami membuat dua formula sediaan krim pelembab dengan bahan tambahan yang
berbeda, masing-masing formula dibuat variasi konsentrasi bahan utamanya (Coconut oil),
yaitu 15%, 10%, dan 5%. Berat krim pelembab dalam satu formula yang kami buat adalah 50
gram.
Bahan tambahan yang kami gunakan dalam formula pertama (formula A) adalah asam
stearat yang berfungsi sebagai pengemulsi, gliserin sebagai emolient, borax dan nipagin yang
berfungsi sebagai pengawet atau antimikroba, TEA sebagai pengemulsi, dan terakhir ad air
50 gram. Sedangkan, formula B menggunakan bahan tambahan sebagai berikut, asam stearat
sebagai pengemulsi, cetyl alkohol dan gliserin sebagai emolient, BHT sebagai antioksidan,
TEA sebagai pengemulsi, nipagin sebagai pengawet, NaOH sebagai larutan penambah sifat
alkali sediaan, dan ditambah oleum rosae sebanyak 3 tetes sebagai pengharum untuk
memperbaiki bau sediaan.
Bahan utama pembuatan krim pelembab kami adalah coconut oil yang merupakan
minyak nabati. Minyak nabati cenderung lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih
mampu menembus sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat
daripada minyak mineral, seperti paraffin liquid. Coconut oil termasuk ke dalam fase minyak,
selain itu fase minyak juga berisi bahan tambahan yang larut dalam minyak, seperti asam
stearat dan BHT. Sedangkan bahan yang larut dalam fase air, yaitu gliserin, boraks, TEA,
nipagin, cetyl alkohol, dan NaOH.
Pembuatan krim dapat dilakukan dengan dua metode berbeda. Metode pertama yaitu
bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase minyak) dilebur bersama di atas penangas air
pada suhu 700C sampai semua bahan lebur, dan bahan-bahan yang larut dalam air (fase air)
dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas juga pada suhu 700C sampai semua bahan larut,
kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai terbentuk massa krim. Sedangkan dengan
metode kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun fase air dicampurkan untuk dilebur di
atas penangas air sampai lebur, baru kemudian langsung digerus sampai terbentuk massa
krim. Baik metode pertama maupun metode kedua, sama-sama menghasilkan sediaan krim
yang stabil, bila proses penggerusan dilakukan dengan cepat dan kuat dalam mortar yang
panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi dengan metode kedua, kita dapat menggunakan
peralatan yang lebih sedikit daripada metode pertama.
Namun setelah dilakukan pengamatan kembali pada minggu berikutnya setelah
praktikum, krim A3 cenderung tidak stabil bila dilihat secara fisik. Pada bagian atasnya
terlihat seperti ada pemisahan berupa 2 lapisan yang sangat tipis, krim terlihat ’pecah’
meskipun hanya dibagian atasnya saja. Sementara krim A1 dan A2 terlihat lebih stabil secara
fisik, tidak terlihat adanya pemisahan pada sediaan. Pemisahan seperti yang ditunjukkan oleh
krim A3 merupakan salah satu dari fenomena ketidakstabilan emulsi (krim = emulsi kental),
yaitu flokulasi dan creaming. Kedua fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang
disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan semata. Emulsi masih dapat diperbaiki
dengan pengocokkan karena lapisan film antar permukaannya (lapisan monomolekuler)
masih ada. Flokulasi adalah peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang
letaknya tidak beraturan dalam suatu emulsi. Creaming adalah peristiwa terjadinya lapisan-
lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda dalam suatu emulsi.
Sementara untuk formula B, nilai viskositas formula B1 sangat kental dibandingkan 2
formula lainnya, sehingga krim yang dihasilkan menjadi keras. Hal ini karena, konsentrasi
coconut oil yang digunakan hanya 5%, sehingga sediaan lebih bersifat vanishing cream, lebih
mudah menembus lapisan stratum corneum. Untuk dua formula lainnya menggunakan
konsentrasi coconut oil sebanyak 10%, dan itu berarti akan membuat krim menjadi lebih
lengket dan viskositasnya lebih rendah, sehingga krim yang dihasilkan lebih encer dari
formula B1. Semakin besar konsentrasi coconut oil yang digunakan, maka krim tersebut
sebenarnya sangat baik sebagai kosmetik pelembab, karena minyak akan menutup permukaan
kulit dan mencegah penguapan air dari sel kulit. Perbedaan nilai viskositas yang terjadi antara
krim B2 dan B3 meski keduanya memiliki formula yang sama disebabkan pada proses
pengerjaannya, yaitu saat penambahan air ad 50 gram bisa jadi terlalu berlebih pada krim B3,
dan ini menyebabkan krim B3 menjadi ’sangat encer’. Krim B2 juga bukan yang terbaik dari
ketiga formula krim yang kami buat. Karena krim B2 ini, cenderung lebih tidak homogen.
Ketidakhomogenan krim bisa terlihat pada saat dioleskan pada permukaan kulit. Pada krim
B2 masih terdapat butiran partikel yang tidak larut. Butiran partikel ini disebabkan dari
kristal-kristal nipagin yang belum larut sempurna dalam fase air. Sementara untuk nilai
stabilitas, bila dilihat secara visual ketiga krim ini memiliki stabilitas yang baik. Tidak terjadi
flokulasi dan creaming, apalagi sampai koelesen atau demulsifikasi baik setelah krim selesai
dibuat, maupun setelah pengamatan satu minggu berikutnya.
Kedua formula pelembab yang kami buat dengan basis vanishing cream ini, masih
belum sempurna, sehingga perlu latihan kembali. Dengan variasi konsentrasi coconut oil
yang digunakan, formula dengan konsentrasi coconut oil yang paling besarlah yang baik
sebagai kosmetik pelembab, karena minyak dapat menutup permukaan kulit, sehingga
penguapan air dari sel kulit dapat dicegah, dan kulit menjadi lebih lembab.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat dibuat kesimpulan:
1. Krim dibuat dari campuran minyak dengan air yang didispersikan homogen dengan
bantuan emulgator sebagai bahan pengemulsi. Krim yang nyaman digunakan (tidak
lengket dan mudah meresap ke dalam kulit) adalah krim yang mengandung fase air
lebih besar daripada fase minyak (M/A) atau dikenal dengan basis vanishing cream.
2. Krim dapat dibuat dengan dua metode berbeda, yaitu metode pertama fase minyak dan
fase air dipisah, dan keduanya dipanaskan pada suhu 700C. Sedangkan metode kedua
fase minyak dan fase air dicampur, dilebur bersama di atas penangas pada suhu 70 0C,
baru kemudian digerus sampai terbentuk massa krim.
3. Dengan variasi konsentrasi coconut oil yang digunakan, maka formula dengan
konsentrasi coconut oil yang paling besarlah yang paling baik sebagai kosmetik
pelembab, karena minyak dapat menutup permukaan kulit, sehingga penguapan air dari
sel kulit dapat dicegah, dan kulit menjadi lebih lembab.
4. Evaluasi sediaan yang dilakukan antara lain homogenitas, viskositas, stabilitas, dan
penampilan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.
Anief, Muhammad. 1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM press.
Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI press.
Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress.
Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen
Kesehatan RI.
- Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight edition.
London : The Pharmaseutical Press.
Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Exipients. Second
edition. Washington : American Pharmaseutical Association