16
Deodorant adalah produk yang digunakan untuk mengatasi bau badan yang disebabkan oleh bakteri yang bercampur dengan keringat. Ada 2 prinsip kerja produk deodorant : Antiperspirant : mengurangi keluarnya keringat dengan cara mengecilkan pori-pori kulit. Bahan yang biasa digunakan adalah Aluminum Chlorohydrate (ACH) pada roll on dan Aluminium Zirconium Tetrachlorohydrex Gly pada powder stick. Deodorant : mengurangi bau badan dengan cara : o Mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab bau badan. Formula anti bakteri yang sangat efektif untuk mengurangi bau badan adalah o-Cymen-5-OL dan Triclosan. o Tambahan pewangi tubuh yang berfungsi menutupi bau badan. Jenis-jenis Deodorant BEDAK Bentuknya bubuk berwarna putih. Lebih banyak dikemas dalam bentuk sachet. STICK BIASA Bentuk padat transparan berwarna. Wangi kuat, terasa dingin saat digunakan dikulit. Dikemas dalam botol plastik. AEROSOL

Deodorant

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Deodorant

Deodorant adalah produk yang digunakan untuk mengatasi bau badan yang disebabkan oleh

bakteri yang bercampur dengan keringat.

Ada 2 prinsip kerja produk deodorant :

Antiperspirant : mengurangi keluarnya keringat dengan cara mengecilkan pori-pori

kulit. Bahan yang biasa digunakan adalah Aluminum Chlorohydrate (ACH) pada roll

on dan Aluminium Zirconium Tetrachlorohydrex Gly pada powder stick.

Deodorant : mengurangi bau badan dengan cara :

o Mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab bau badan. Formula anti bakteri

yang sangat efektif untuk mengurangi bau badan adalah o-Cymen-5-OL dan

Triclosan.

o Tambahan pewangi tubuh yang berfungsi menutupi bau badan.

Jenis-jenis Deodorant

BEDAK  

Bentuknya bubuk berwarna putih. Lebih banyak dikemas dalam bentuk sachet.

   

STICK BIASA

Bentuk padat transparan berwarna. Wangi kuat, terasa dingin saat digunakan dikulit. Dikemas dalam botol plastik.

   

AEROSOL  

Bentuk cair, dikemas dalam kaleng aluminium. Wangi kuat. Biasanya disebut juga Deodorant Perfume Spray.

   

ROLL-ON  

Page 2: Deodorant

Bentuk cair, biasanya berwarna putih. Dikemas dalam kemasan botol plastik ataupun kaca. Wanginya kuat. Bola roll-on sebagai media pengoles. Cara pakai : Oleskan di ketiak.

   

STICK POWDER

Isi padat berwarna putih. Wangi lembut. Dikemas dalam botol plastik.

   

LOTION  

Bentuk krim lotion, biasanya berwarna putih, dikemas dalam sachet. Wangi lembut.

http://www.mandom.co.id/yourlook.php?lang=&cat=1000467

TOKOFEROL

Tokoferol (vitamin E) selama in hanya dikenal sebagai obat awet muda untuk menambah cantik

dan ganteng. Padahal, tokoferol berfungsi hampir sama seperti betakaroten, yaitu pencegah penyakit

degeneratif. Perbaikan sistem kekebalan tubuh dapat dihasilkan oleh khadiran tokoferol, sel limposit,

dan mononuklear di dalam tubuh sehingga akan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas.

Tokoferol mampu mengatasi pembentukan karsinogen atau menghambat karsinogen sel sasaran

sehingga akan dapat menghambat terjadinya kasus kanker.

Tokoferol juga dapat menurunkan kolesterol LDL jahat dan meningkatkan HDL. Hasil uji klinis

menunjukkan bahwa penderita penyakit jantung maupun stroke merasakan ada perubahan seperti

respirasi lebih lancar serta tekanan darah dan detak jantung lebih normal.

Page 3: Deodorant

Fungsi tokoferol diibaratkan seperti pemadam kebakaranm yaitu akan mematikan serbuan

radikal bebas dan menetralisir kolesterol dalam darah. Jika sebuan radikal bebas tidak dapat dihalau

dan kolestreol dalam darah tidak dapat dinetralisir maka akan timbul efek yang sangat berbahaya

karena hal tersebut merupakan pemicu kematian secara mendadak. Kondisi ini umumnya dialami

sebagian besar masyarakat yang bermukim di daerah perkotaan (gizi salah).

http://heryardyansyah.tripod.com/buah_merah.htm

Asam stearat

Sinonim : Crosterene, hystrene, Pristerene

Rumus empiric : C18H36O2

Berat Molekul : 284,47

Struktur : CH3(CH2)16COOH

Fungsi : pengemulsi, solubilizing agent

Ointments/ krim : 1-20%

Pemerian : kristal atau serbuk putih atau kuning, bau lemah

Kelarutan : benzen larut,etanol larut, propilen glikol larut, air praktis tidak larut

OTT : agen pengoksidasi

Gliserin

Sinonim : trihidroxypropane glycerol

Rumus empiric : C3H8O3

Berat molekul : 92,09

Struktur : CH2 OH

Page 4: Deodorant

CH OH

CH2 OH

Fungsi : - Antimikroba>20%

- Emolient up to 30

- Humektan up to 30

- Plasticizer

- Solvent

- Pemanis

- Agen pengion

Pemerian : larutan bening tidak berwarna, tidak berbau, kental, larutan higroskopis, rasa

manis seperti sukrosa.

Kelarutan : etanol 95% mudah larut, minyak praktis tidak larut, air mudah larut.

OTT : agen pengoksidasi seperti potasium klorat atau potasium permanganat.

Borax/ Natrium tetraborat

Rumus molekul : Na2B4O7.10H2O

Berat molekul : 381,37

Pemerian : hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak bebrbau,

rasa asin dan basah, dalam udara kering merapuh.

Kelarutan : etanol 96% tidak larut, gliserol 1:1 mudah larut, air mudah larut.

Fungsi : antiseptikum extern.

Page 5: Deodorant

Triethanolamine (TEA)

Rumus empiris : C6H15NO3

Berat molekul : 149,19

Struktur formula : N(CH2CH2OH)3

Fungsi : agen pengalkali,agen pengemulsi

Pemerian : cairan bening tidak berwarna sampai kuning pucat, bau amoniak lemah

Kelarutan : etanol 95% larut, metanol larut, water larut

OTT : golongan amin dan hidroksi

Nipagin/ Methylparaben

Sinonim : Solbrol M, Tegosept M, Nipagin M.

Rumus empirik : C8H8O3

Berat molekul : 152,15

Fungsi : antimikroba untuk sediaan topikal 0,02%-0,3%

Pemerian : kristal putih, tidak berbau, panas

Kelarutan : etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400,

OTT : besi, mengalami hidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat.

Cethyl alkohol

Sinonim : n- hexadecyl alcohol, palmityl alcohol

Rumus empirik : C16H34O

Page 6: Deodorant

Berat molekul : 242,44

Struktur : CH3(CH2)14CH2OH

Fungsi : pembasah 5%, pengemulsi 2-5%, stiffening 2-10%, emolient 2-5%.

Pemerian : bentuknya seperti lilin, lapisan putih, granul, bau lemah.

OTT : pengoksidasi kuat.

Butylated Hydroxytoluene (BHT)

Sinonim : Sustane, Tenox BHT, Tropanol, Vianol.

Rumus empiris : C15H24O

Berat molekul : 220,35

Fungsi : antioksidan untuk sediaan topikal 0,0075-0,1%

Pemerian : kristal putih atau kuning pucat, bau lemah.

OTT : pengoksidasi kuat seperti peroksida dan permanganat.

Natrium Hidroksida (NaOH)

Berat molekul : 40

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur/keping, kering, keras, rapuh serta

menunjukkan susunan hablur putih, mudah meleleh, basah, sangat

alkalis dan korosif, segera menyerap karbondioksida

Kelarutan : etanol 96% dan air sangat mudah larut

Fungsi : zat tambahan yang bersifat basa.

VI. PROSEDUR KERJA

Page 7: Deodorant

Cara 1:

1. Fase minyak (minyak dan bahan yang bercampur atau larut dengan minyak)

dipanaskan diatas penangas air hingga suhu 700 C hingga semua bahan lebur.

2. Pada saat yang sama fase air(bahan yang bercampur atau larut dengan aquades)

dilarutkan dalam air panas yang kira-kira memiliki suhu 700 C hingga semua bahan

larut.

3. Fase minyak dan fase air dicampurkan didalam lumpang dan digerus hingga terbentuk

massa cream. Setelah itu baru tambahkan sedikit demi sedikit air panas ad 50 ml.

4. Pada formulasi B ditambahkan parfum setelah suhu cream turun hingga 350C, digerus

kembali hingga homogen, dan dibiarkan hingga dingin.

5. Evaluasi cream dilakukan setelah krim selesai dibuat (homogenitas, viskositas,

stabilitas dan penampilan cream).

6. Krim yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah (pot obat) dan diberi etiket.

7. Selama satu minggu diamati kembali homogenitas, viskositas, stabilitas dan

penampilan sediaan krim tersebut.

Cara 2:

1. Fase minyak (minyak dan bahan yang bercampur atau larut dengan minyak) dan fase

air (aquades dan bahan yang bercampur atau larut dengan aquades) dicampurkan ke

dalam cawan penguap.

2. Campuran dari kedua fase dipanaskan diatas penangas air hingga suhu 700C ad semua

bahan lebur.

3. Campuran bahan yang telah lebur dituang ke dalam lumpang dan digerus hingga

terbentuk massa cream.

4. Pada formulasi B ditambahkan parfum setelah suhu cream turun hingga 350 C dan

diaduk hingga homogen, dibiarkan hingga dingin.

5. Evaluasi cream dilakukan setelah krim selesai dibuat (homogenitas, viskositas,

stabilitas dan penampilan cream).

6. Krim yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah (pot obat) dan diberi etiket.

7. Selama satu minggu diamati kembali homogenitas, viskositas, stabilitas dan

penampilan sediaan krim tersebut.

Page 8: Deodorant

VIII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kosmetologi ini kami membuat sediaan krim pelembab dengan

menggunakan bahan utama Coconut oil. Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan

kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari

berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut,

berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air

sehingga kulit menjadi lebih kering. Pelembab yang kami buat merupakan sediaan dengan

basis vanishing cream, dimana dalam basis ini terdapat lebih banyak fase air daripada fase

minyak. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air

dalam minyak atau minyak dalam air, dan termasuk dalam sediaan setengah padat berupa

emulsi kental yang mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakain

luar. Sedangkan yang biasa disebut dengan vanishing cream pada dasarnya berupa emulsi

minyak dalam air (M/A), mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat.

Setelah pemakaian krim air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang

tipis. Vanishing cream lebih mudah dibersihkan dan menguapnya air dapat menyegarkan

jaringan. Vanishing cream terkesan menghilang dan nyaman dipakai setelah dioleskan

dipermukaan kulit.

Kami membuat dua formula sediaan krim pelembab dengan bahan tambahan yang

berbeda, masing-masing formula dibuat variasi konsentrasi bahan utamanya (Coconut oil),

yaitu 15%, 10%, dan 5%. Berat krim pelembab dalam satu formula yang kami buat adalah 50

gram.

Bahan tambahan yang kami gunakan dalam formula pertama (formula A) adalah asam

stearat yang berfungsi sebagai pengemulsi, gliserin sebagai emolient, borax dan nipagin yang

berfungsi sebagai pengawet atau antimikroba, TEA sebagai pengemulsi, dan terakhir ad air

50 gram. Sedangkan, formula B menggunakan bahan tambahan sebagai berikut, asam stearat

sebagai pengemulsi, cetyl alkohol dan gliserin sebagai emolient, BHT sebagai antioksidan,

TEA sebagai pengemulsi, nipagin sebagai pengawet, NaOH sebagai larutan penambah sifat

alkali sediaan, dan ditambah oleum rosae sebanyak 3 tetes sebagai pengharum untuk

memperbaiki bau sediaan.

Bahan utama pembuatan krim pelembab kami adalah coconut oil yang merupakan

minyak nabati. Minyak nabati cenderung lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih

Page 9: Deodorant

mampu menembus sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat

daripada minyak mineral, seperti paraffin liquid. Coconut oil termasuk ke dalam fase minyak,

selain itu fase minyak juga berisi bahan tambahan yang larut dalam minyak, seperti asam

stearat dan BHT. Sedangkan bahan yang larut dalam fase air, yaitu gliserin, boraks, TEA,

nipagin, cetyl alkohol, dan NaOH.

Pembuatan krim dapat dilakukan dengan dua metode berbeda. Metode pertama yaitu

bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase minyak) dilebur bersama di atas penangas air

pada suhu 700C sampai semua bahan lebur, dan bahan-bahan yang larut dalam air (fase air)

dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas juga pada suhu 700C sampai semua bahan larut,

kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai terbentuk massa krim. Sedangkan dengan

metode kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun fase air dicampurkan untuk dilebur di

atas penangas air sampai lebur, baru kemudian langsung digerus sampai terbentuk massa

krim. Baik metode pertama maupun metode kedua, sama-sama menghasilkan sediaan krim

yang stabil, bila proses penggerusan dilakukan dengan cepat dan kuat dalam mortar yang

panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi dengan metode kedua, kita dapat menggunakan

peralatan yang lebih sedikit daripada metode pertama.

Namun setelah dilakukan pengamatan kembali pada minggu berikutnya setelah

praktikum, krim A3 cenderung tidak stabil bila dilihat secara fisik. Pada bagian atasnya

terlihat seperti ada pemisahan berupa 2 lapisan yang sangat tipis, krim terlihat ’pecah’

meskipun hanya dibagian atasnya saja. Sementara krim A1 dan A2 terlihat lebih stabil secara

fisik, tidak terlihat adanya pemisahan pada sediaan. Pemisahan seperti yang ditunjukkan oleh

krim A3 merupakan salah satu dari fenomena ketidakstabilan emulsi (krim = emulsi kental),

yaitu flokulasi dan creaming. Kedua fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang

disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan semata. Emulsi masih dapat diperbaiki

dengan pengocokkan karena lapisan film antar permukaannya (lapisan monomolekuler)

masih ada. Flokulasi adalah peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang

letaknya tidak beraturan dalam suatu emulsi. Creaming adalah peristiwa terjadinya lapisan-

lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda dalam suatu emulsi.

Sementara untuk formula B, nilai viskositas formula B1 sangat kental dibandingkan 2

formula lainnya, sehingga krim yang dihasilkan menjadi keras. Hal ini karena, konsentrasi

coconut oil yang digunakan hanya 5%, sehingga sediaan lebih bersifat vanishing cream, lebih

mudah menembus lapisan stratum corneum. Untuk dua formula lainnya menggunakan

Page 10: Deodorant

konsentrasi coconut oil sebanyak 10%, dan itu berarti akan membuat krim menjadi lebih

lengket dan viskositasnya lebih rendah, sehingga krim yang dihasilkan lebih encer dari

formula B1. Semakin besar konsentrasi coconut oil yang digunakan, maka krim tersebut

sebenarnya sangat baik sebagai kosmetik pelembab, karena minyak akan menutup permukaan

kulit dan mencegah penguapan air dari sel kulit. Perbedaan nilai viskositas yang terjadi antara

krim B2 dan B3 meski keduanya memiliki formula yang sama disebabkan pada proses

pengerjaannya, yaitu saat penambahan air ad 50 gram bisa jadi terlalu berlebih pada krim B3,

dan ini menyebabkan krim B3 menjadi ’sangat encer’. Krim B2 juga bukan yang terbaik dari

ketiga formula krim yang kami buat. Karena krim B2 ini, cenderung lebih tidak homogen.

Ketidakhomogenan krim bisa terlihat pada saat dioleskan pada permukaan kulit. Pada krim

B2 masih terdapat butiran partikel yang tidak larut. Butiran partikel ini disebabkan dari

kristal-kristal nipagin yang belum larut sempurna dalam fase air. Sementara untuk nilai

stabilitas, bila dilihat secara visual ketiga krim ini memiliki stabilitas yang baik. Tidak terjadi

flokulasi dan creaming, apalagi sampai koelesen atau demulsifikasi baik setelah krim selesai

dibuat, maupun setelah pengamatan satu minggu berikutnya.

Kedua formula pelembab yang kami buat dengan basis vanishing cream ini, masih

belum sempurna, sehingga perlu latihan kembali. Dengan variasi konsentrasi coconut oil

yang digunakan, formula dengan konsentrasi coconut oil yang paling besarlah yang baik

sebagai kosmetik pelembab, karena minyak dapat menutup permukaan kulit, sehingga

penguapan air dari sel kulit dapat dicegah, dan kulit menjadi lebih lembab.

IX. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat dibuat kesimpulan:

1. Krim dibuat dari campuran minyak dengan air yang didispersikan homogen dengan

bantuan emulgator sebagai bahan pengemulsi. Krim yang nyaman digunakan (tidak

lengket dan mudah meresap ke dalam kulit) adalah krim yang mengandung fase air

lebih besar daripada fase minyak (M/A) atau dikenal dengan basis vanishing cream.

2. Krim dapat dibuat dengan dua metode berbeda, yaitu metode pertama fase minyak dan

fase air dipisah, dan keduanya dipanaskan pada suhu 700C. Sedangkan metode kedua

fase minyak dan fase air dicampur, dilebur bersama di atas penangas pada suhu 70 0C,

baru kemudian digerus sampai terbentuk massa krim.

Page 11: Deodorant

3. Dengan variasi konsentrasi coconut oil yang digunakan, maka formula dengan

konsentrasi coconut oil yang paling besarlah yang paling baik sebagai kosmetik

pelembab, karena minyak dapat menutup permukaan kulit, sehingga penguapan air dari

sel kulit dapat dicegah, dan kulit menjadi lebih lembab.

4. Evaluasi sediaan yang dilakukan antara lain homogenitas, viskositas, stabilitas, dan

penampilan.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.

Anief, Muhammad. 1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM press.

Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI press.

Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress.

Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen

Kesehatan RI.

- Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI.

Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight edition.

London : The Pharmaseutical Press.

Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Exipients. Second

edition. Washington : American Pharmaseutical Association