Upload
trinhxuyen
View
242
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DEIKSIS DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA TENTANG
AKSI ANCAMAN TERORISME DI INDONESIA
SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SMP
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Malissa Rizqi
1111013000041
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
DEIKSIS DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA TENTANG
AKSI ANCAMAN TERORISME DI INDONESIA SERTA
PEMANFAATANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI SMP
i
ABSTRAK
Malissa Rizqi (NIM: 1111013000041). Deiksis Dalam Surat Kabar Republika
Tentang Aksi Ancaman Terorisme di Indonesia Serta Pemanfaatannya Terhadap
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi penggunaan
deiksis dalam surat kabar Republika tentang aksi ancaman terorisme di Indonesia
edisi Mei 2018 dan pemanfaatannya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMP. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni teknik dokumen. Sumber data
dalam penelitian ini diperoleh dari 7 edisi Koran republika bulan mei tahun 2018.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 76 Deiksis Persona . Meliputi
bentuk saya, kita, kami, ia, dia, dan mereka. Bentuk deiksis wacana terdapat 24 yang
terbagi atas anafora dan katafora. Deiksis sosial menunjukkan bahwa terdapat 93 data
berupa kata dan frasa. Bentuk deiksis ruang tempat 49 yaitu bentuk ini dan itu.
Bentuk deiksis waktu 9 data. Penelitian ini diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa
Indonesia siswa SMP kelas VIII semester satu, standar kompetensi mengidentifikasi
unsur-unsur berita yang di dengar dan dibaca. Menelaah struktur dan kebahasaan teks
berita, menyajikan informasi dalam bentuk teks berita secara tulis dan lisan dengan
memperhatikan struktur, kebahasaan, atau aspek lisan. Melalui hasil penelitian ini,
guru dapat menerapkan pendekatan pragmatik untuk melatih siswa Menyajikan
informasi dalam bentuk teks berita secara tulis yang baik dan menggunakan dieksis
yang tepat.
Kata Kunci: Pragmatik, Deiksis, Berita, Republika.
ii
ABSTRACT
Malissa Rizqi (NIM: 1111013000041 ). Deiksis In Republika's Newspaper
About Terrorism Threat Action in Indonesia and Its Utilization of Indonesian
Language Learning in Middle School.
This study aims to describe the form and function of the use of deixis in
the Republika newspaper about terrorism threats in Indonesia in the May 2018
edition and their use of Indonesian language learning in junior high schools.
This study uses descriptive method with qualitative approach. Data collection
techniques used are document techniques. Data sources in this study were
obtained from 7 editions of Republika Newspaper in May 2018.
The results show that there are 76 Deiksis Persona. Covering my form,
we, us, he, he, and them. There are 24 forms of discourse deixis which are
divided into anaphora and katafora. Social deixis shows that there are 93 data
in the form of words and phrases. The form of the deixis of the space in which
the form is and that. Form deixis time 9 data. This study was implicated in the
Indonesian language learning for junior high school students of the first
semester VIII, the competency standard to identify the elements of the news
that was heard and read. Reviewing the structure and language of the news
text, presenting information in the form of written and oral news texts with
attention to structure, language, or oral aspects. Through the results of this
study, the teacher can apply a pragmatic approach to train students. Presenting
information in the form of good news text in writing and using the right
exisses.
Keywords: Pragmatics, Deixis, News, Republika.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb.
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang
melimpahkan rahmat dan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan
kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta
pengikutnya yang diharapkan akan mendapatkan syafaatnya di dunia maupun
akhirat.
Skripsi yang dibuat penulis tidak luput dari kesalahan, masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan, namun berkat motivasi, dorongan dan
bantuan orang-orang terdekat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Selama penyusunan skripsi ini banyak yang membantu memberikan ilmu,
waktu dan tenaganya serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas dan Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Makyun Subuki, M.Hum., selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan motivasi,
pengarahan agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi.
3. Dr. Siti Nuri Nurhaidah, MA., dosen pembimbing yang sudah banyak
meluangkan waktunya, tidak henti-hentinya membimbing, memberi motivasi,
arahan kepada penulis dengan luar biasa.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu, membimbing
dengan penuh kesabaran tanpa kenal lelah selama mengikuti perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu karyawan/i Perpustakan Utama, Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan pelayanan dan pinjaman buku untuk penyusunan skripsi penulis.
6. Teristimewa untuk orang tua ku Ibu Musriatun , Mama Musriah, Papa Krisma
Dermaki, Mbah Sofa’i yang selalu membimbing, memberi motivasi dan
iv
mendoakan tanpa kenal lelah. suami ku Akbar Resto Gustino dan anak ku
Khalif Faizan Syarif yang selalu memberikan kasih sayang sehingga penulis
selalu semangat. Adik-adik ku Resqi Yantoro dan Jimbaran Rizqi yang selalu
memberikan semangat, saudara ku Desrinna Noer Lailitsani dan Maya
Ramadhani terimakasih sudah menyemangati ku untuk menyelesaikan skripsi
ini.
7. Kawan-kawan PBSI angkatan 2011 khususnya PBSI-B, khususnya Shely
Eplianty, Endah SR, Rahma Rahayu M, Dinny Laras S yang selalu yang
senantiasa memberikan kebahagiaan selama masa-masa kuliah, memberikan
informasi, saling membantu, dan saling menyemangati dalam menyelesaikan
skripsi.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini, semoga amal baik semuanya dapat diterima di sisi Allah SWT, dan
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan
umumnya bagi setiap pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 27 Juni 2018
Malissa Rizqi
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................................. i
ABSTRACT .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 3
C. Batasan Masalah .................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ................................................................. 4
E. Tujuan.................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian................................................................. 4
G. Metodologi Penelitian ......................................................... . 5
1. Metode Penelitian ......................................................... .. 5
2. Sumber Data ................................................................. .. 5
3. Teknik Pengumpulan Data ........................................... .. 6
4. Teknik Analisis Data .................................................... .. 6
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Hakikat Semiotika Sastra ...................................................... 7
B. Pengertian Makna .................................................................. 10
C. Hakikat Drama ...................................................................... 11
1. Pengertian Drama .......................................................... . 12
2. Naskah Drama ............................................................... . 13
3. Unsur Instriksik Drama .................................................. 14
vi
a. Penokohan dan Perwatakan .................................... .. 15
b. Alur ........................................................................... 17
c. Latar dan Ruang ..................................................... .. 21
d. Penggarapan Bahasa ................................................ . 22
e. Tema (Premisse) dan Amanat ................................. . 23
D. Pembelajaran Sastra Indonesia .............................................. 24
E. Penelitian yang Relevan ........................................................ 25
BAB III PEOFIL ARIFIN C. NOER
A. Biografi Arifin C. Noer ......................................................... 29
B. Karya Arifin C. Noer ............................................................. 30
C. Pemikiran Arifin C. Noer ...................................................... 32
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Unsur Instrinsik Naskah Drama Tengul Karya Arifin C. Noer 37
1. Tokoh dan Penokohan ................................................... . 37
2. Alur ................................................................................. 54
3. Latar .............................................................................. . 62
4. Gaya Bahasa .................................................................. . 70
5. Tema (Premisse) dan Amanat ....................................... . 76
B. Analisis Makna Tokoh dalam Naskah Drama Tengul Karya
Arifin C. Noe dengan pendekatan Semiotik ......................... 78
C. Implikasi naskah drama Tengul terhadap pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SMA ................................................ 91
BAB V PENUTUP
A. Simpulan................................................................................ 94
B. Saran ......................................................................................
vii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Tabel 2.1 Deiksis Persona .............................................................................. 20
Tabel 2.2 Leksem Ruang Pronomina Demontratif dan Verba ....................... 22
Tabel 4.1 Wujud Deiksis Persona 1 ............................................................... 44
Tabel 4.2 Wujud Deiksis Persona 2 ............................................................... 46
Tabel 4.3 Wujud Deiksis Persona 3 ............................................................... 48
Tabel 4.4 Wujud Deiksis Persona 4 ............................................................... 50
Tabel 4.5 Wujud Deiksis Persona 5 ............................................................... 52
Tabel 4.6 Wujud Deiksis Persona 6 ............................................................... 54
Tabel 4.7 Wujud Deiksis Persona 7 ............................................................... 60
Tabel 4.8 Fungsi Deiksis Pembeda 1 ............................................................. 64
Tabel 4.9 Fungsi Deiksis sosial 2 ................................................................... 68
Tabel 4.10 Fungsi Deiksis sosial 3 ................................................................. 70
Tabel 4.11 Fungsi Deiksis sosial 4 ................................................................. 73
Tabel 4.12 Fungsi Deiksis sosial 5 ................................................................. 76
Tabel 4.13 Fungsi Deiksis sosial 6 ................................................................. 81
Tabel 4.14 Fungsi Deiksis sosial 7 ................................................................. 84
Tabel 4.15 Deiksis wacanaKapolri Bagi Resep Penanganan Terorisme ....... 87
Tabel 4.16 Deiksis wacana “Presiden: Jangan Beri Celah Terorisme”. ........ 89
Tabel 4.17 Deiksis wacana “SUROBOYO WANI!” ..................................... 90
Tabel 4.18. “Cermat bahas revisi UU Antiterorisme” ................................... 91
Tabel 4.19 “Revisi UU Antiterorisme Bisa Langsung Tuntas. ......................
Tabel 4.20 “Sepekan, Sepekan, 74 Terduga Teroris Ditangkap”. ................. 92
Tabel 4.21 Deiksis Ruang berita utama “Kapolri Bagi Resep Penanganan
Terorisme” ..................................................................................... 95
Tabel 4.22 Deiksis Ruang berita utama “Presiden: Jangan Beri
Celah Terorisme” ........................................................................... 96
Tabel 4.23 Deiksis Ruang berita utama SUROBOYO WANI! .................... 97
Tabel 4.24 Deiksis Ruang berita utama “Pemerintah Tancap Gas RUU
Antiterorisme”. .............................................................................. 98
Tabel 4.25 Deiksis Ruang berita utama “Cermat Bahas Revisi UU
Antiterorisme”. .............................................................................. 99
Tabel 4.26 Deiksis Ruang berita utama “Revisi UU Antiterorisme Bisa
Langsung Tuntas”. ......................................................................... . 100
Tabel 4.27 Deiksis Ruang berita utama “Sepekan, 74 Terduga Teroris
Ditangkap”. .................................................................................... 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial, untuk berinteraksi dengan manusia
lainnya dibutuhkan bahasa sebagai perantara untuk mempermudah komunikasi,
karena fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa
biasanya digunakan oleh suatu masyarakat tertentu untuk bekerja sama,
berinteraksi dengan tujuan mendapatkan pemahaman yang diinginkan. Dengan
demikian, setiap masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat
komunikasi sosial, tidak ada masyarakat tanpa bahasa dan tidak ada pula bahasa
tanpa masyarakat, manusia dan bahasa adalah dua unsur yang tidak dapat
dipisahkan karena keduanya saling berkaitan. Melalui bahasa seseorang dapat
mengungkapkan ide, gagasan, pikiran serta keinginan.
Bentuk bahasa yang dipergunakan biasanya dipengaruhi oleh sejumlah
faktor yang disebut sebagai faktor penentu, misalnya faktor siapa penutur dan
siapa lawan tuturnya, apa tujuan pembicaraan, masalah apa yang dibicarakan serta
situasi pembicara pada saat berbicara. Kajian mengenai penggunaan bahasa yang
dipengaruhi faktor penentu tersebut merupakan salah satu kajian bidang
pragmatik yaitu deiksis.
Deiksis berhubungan erat dengan cara menggramatikalisasikan ciri-ciri
konteks ujaran atau peristiwa ujaran yang berhubungan pula dengan interpretasi
tuturan yang sangat bergantung pada konteks tuturan itu sendiri. Dalam
pragmatik, kajian deiksis dibagi menjadi lima, yaitu: deiksis orang, deiksis
tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Penggunaan deiksis
dapat ditemui dalam dua ragam bahasa yaitu bahasa lisan dan tulis. Percakapan
secara lisan atau langsung dapat dideskripsikan secara pragmatik dengan adanya
situasi penutur dan lawan tutur, sedangkan bahasa tulis atau tidak langsung dilihat
melalui deskripsi dari pengarang.
Berita merupakan salah satu bagian dari media massa cetak yang mudah
dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat. Seiring perkembangan zaman,
2
masyarakat dapat menikmati berita di setiap waktu, di setiap tempat melalui
televisi bahkan telepon genggam. Hal ini menunjukkan berita merupakan hal yang
penting dalam kehidupan karena berita menyajikan kejadian berupa opini atau
fakta yang memberikan informasi terhadap pembacanya. Akan tetapi, dalam
perkembangan media massa cetak merupakan salah satu akses terpenting dalam
menyampaikan informasi karena melalui berita seseorang dapat mengetahui
seluruh informasi dalam negeri dan dunia.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
akan mengidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Sebagai makhluk sosial manusia menggunakan bahasa sebagai alat untuk
berkomunikasi.
2. Surat kabar mengandung deiksis yang menjadi bagian dari
penceritaannya.
3. Kurangnya pengetahuan terhadap penggunaan deiksis akan sulit untuk
memahami isi berita dalam surat kabar.
4. Impliksi deiksis pada surat kabar dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
SMP.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifiaksi masalah yang telah diuraikan, agar penelitian ini
lebih terarah dan tidak terlalu luas, maka permasalahan harus dibatasi. Peneliti
memfokuskan penelitian hanya akan menganalisis deiksis pada kalimat yang
terdapat dalam surat kabar Republika tentang aksi ancaman terorisme di Indonesia
edisi Mei 2018 dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah,
rumusan penelitian ini yaitu.
3
1. Bagaimana bentuk deiksis dalam surat kabar Republika tentang aksi
ancaman terorisme di Indonesia edisi Mei 2018?
2. Bagaimana pemanfaatan deiksis dalam surat kabar Republika tentang aksi
ancaman terorisme di Indonesia edisi Mei 2018 sebagai bahan ajar
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP?
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Mendeskripsikan penggunaan deiksis dalam surat kabar Republika tentang
aksi ancaman terorisme di Indonesia edisi Mei 2018.
2. Mendeskripsikan pemanfaatan deiksis dalam surat kabar Republika
tentang aksi ancaman terorisme di Indonesia edisi Mei 2018 sebagai
bahan ajar pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis, yaitu.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
dalam studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, khususnya
pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan pengetahuan, terutama dalam identifikasi bentuk-bentuk
deiksis yang terdapat pada surat kabar.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi peneliti lain, yaitu sebagai uji coba dan menambah
wawasan tentang penggunaan deiksis sebagai dasar dalam meneliti
lebih lanjut dan mengaplikasikannya ke dalam pembelajaran menulis.
b. Manfaat bagi guru bahasa Indonesia untuk menerapkan cara-cara
mengidentifikasi penggunaan deiksis dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, sehingga prestasi belajar siswa meningkat.
4
c. Manfaat bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memahami
cara penggunaan deiksis dalam surat kabar, sehingga mudah untuk
mengetahui isi berita tersebut.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Pragmatik
Pragmatik merupakan disiplin ilmu bahasa yang mengkaji makna yang
erat kaitannya dengan penutur/pemakai bahasa dan atau lawan tuturnya,
keadaan/situasi, serta konteks yang melatar belakangi peristiwa tuturan tersebut.
Nadar mengungkapkan bahwa pragmatik merupakan cabang linguistik yang
mempelajari bahasa untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu.1 Sementara itu,
Leech menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna dalam
hubungannya dengan situasi-situasi ujar(speech situations).2
Pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa, yaitu bagaimana bahasa
digunakan oleh penutur bahasa itu di dalam situasi interaksi yang sebenarnya,
bukan di dalam situasi yang diabstraksikan, yang direka-reka oleh linguis.3
Pragmatik mengkaji keterkaitan antara bahasa dengan konteks yang penting sekali
untuk penjelasan dan pemahaman bahasa.4 Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian
bahasa berkaitan dengan konteks pemakaiannya. Makna bahasa tersebut dapat
dimengerti bila diketahui konteksnya dan batasan pragmatik adalah aturanaturan
pemakaian bahasa mengenai bentuk dan makna yang dikaitkan dengan maksud
pembicara, konteks, dan keadaan.
Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-
beda.Misalnya, Yule menyebutkan “ada empat ruang lingkup yang tercakup
dalam pragmatik, yaitu (1) Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur.
(2)Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. (3)Pragmatik adalah studi
1F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h. 2
2Geoffery Leech, Prinsip-Prinsip Pragmatik, (Jakarta : Universitas Indonesia, 2011), h.8
3 Asim Gunarwan, Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara, (Jakarta: Universitas Atma
Jaya, 2007), h.1. 4 F.X, Nandar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
h.54.
6
tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.
(4) “pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan.”5
Pragmatik adalah studi makna yang disampaikan oleh penutur (atau
penulis) dan ditafsirkan oleh lawan tutur (atau pembaca). Sebagai akibatnya
pragmatik lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang
dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya, daripada dengan makna terpisah
dari kata atau frase yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik perlu
melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu
konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang
dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur
mengatur apa yang ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan orang yang
mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Cara lawan tutur
dapat menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu
interpretasi makna yang dimaksudkan oleh penutur, yaitu dengan mengkaji lebih
banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang disampaikan.
Keakraban, baik keakraban fisik, sosial, atau konseptual, menyiratkan adanya
pengalaman yang sama. Pada asumsi seberapa dekat atau jauh jarak lawan tutur,
penurut menuturkan seberapa banyak kebutuhan yang dituturkan.
Lavinson dalam Nababan menjelaskan dua pengertian dari pragmatik,
pengertian “pertama pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan
konteks yang mendasari pengertian/pemahaman bahasa.kedua pragmatik adalah
kajian tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan kalimat-kalimat dengan
konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu.”6Maksud dari
pengertian/pemahaman bahasa adalah untuk mengerti suatu ujaran/ungkapan
bahasa diperlukan pengetahuan di luar makna kata dan hubungannya dengan
konteks pemakainya. Selanjutnya pengertian pragmatik adalah “telaah mengenai
hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasikan atau disandikan
5George Yule, Pragmatik, terj. Mustajab Rombe. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006),
Cet I, h. 3-4 6P.W.J Nababan Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya.(Jakarta: Departemen
Pendidikan & Kebudayaan,1987), h. 2.
7
dalam struktur suatu bahasa.”7 Maksud pernyataantersebut bahwa pragmatik
adalah hubungan bahasa dan konteks yang sudah mengalami gramatisasi dalam
struktur bahasa.
Pragmatik membawa pengkajian bahasa lebih jauh ke dalam keterampilan
menggunakan bahasa untuk komunikasi praktis dalam segala situasi yang
mendasari interaksi kebahasaan antara manusia sebagai anggota masyarakat. Lain
halnya dengan Gazdar dalam Nadar yang menjelaskan bahwa“pragmatik adalah
kajian antara lain mengenai deiksis, implikatur, presuposisi, tindak tutur, dan
aspek-aspek struktur wacana.”8 Dari kelima kajian pragmatik tersebut, penelitian
pragmatik ini mengambil kajian tentang deiksis.
B. Hakikat Konteks
Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey “sebagai situasi lingkungan
dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi,
dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami.”9 Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Kridalaksana bahwa “konteks adalah pengetahuan yang sama-
sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang
dimaksud pembicara.”10
Selain itu, ada istilah konteks situasi, konteks situasi
adalah lingkungan nonlinguistik ujaran yang merupakan alat untuk memperinci
ciri-ciri situasi yang diperlukan untuk memahami makna ujaran. Dalam teori ini
makna merupakan hubungan yang kompleks antara ciri linguistis dari ujaran dan
ciri situasi sosial.
Konteks juga berhubungan dengan situasi berbahasa (Speech Situation).
Dalam situasi ujian yang dilangsungkan diruangan tertentu, pada umumnya para
partisipan tidak melakukan suatu pembicaraan dengan partisipan lain. Hal itu
sangat berbeda dengan situasi pesta, beberapa bentuk percakapan dapat
7 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pragmatik, (Bandung: Angkasa, Edisi Revisi,
2009), h. 30. 8 F X Nadar, Pragmatik & penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), Cet II,
h. 5. 9Ibid. h. 3.
10 Harimusti kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2009),Cet II, h. 134.
8
berlangsung secara bersama-sama pada pesta yang sama, masing-masing
dikarenakan adanya satu peristiwa bahasa (Speech Event) atau lebih. Peristiwa
bahasa ialah satuan struktur linguistik terbesar yang ditentukan oleh norma dan
kaidah tertentu.
Dalam sebuah tuturan terdapat beberapa aspek situasi tuturan atau konteks.
Leech berpendapat bahwa konteks sebagai suatu persamaan pengetahuan dan latar
belakang yang dimiliki oleh peserta tuturan.11
Imam Syafi'e dalam Hamid Hasan
Lubis mengatakan konteks terbagi menjadi empat macam. Yaitu; (1) Konteks
Fisik (Physical Context) berkaitan dengan tempat, objek, dan tindakan saat
pemakaian bahasa berlangsung; (2) Konteks Epistemis (Epistemic Context)
berkaitan dengan kesamaan latar belakang dan pengetahuan yang dimiliki
pembaca atau pendengar; (3) Konteks Linguistik (Lingustic Context) berkaitan
dengan kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; (4) Konteks
Sosial (Sosial Context) berkaitan dengan relasi dan pentutur.12
Jadi, konteks
berkaitan dengan hal-hal fisik dan psikis yang terjadi saat peristiwa tuturan, kedua
hal tersebut mempermudah pentutur dan penutur saat berkomunikasi.
Moeliono dan Soenjonodalam Fatimah Djajasudarma mengatakan
“konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur seperti situasi, pembicara,
pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa bentuk amanat, kode dan
saluran.”13
Unsur-unsur ini berhubungan pula dengan unsur-unsur yang terdapat
dalam setiap komunikasi bahasa, antara lain yang dikemukakan oleh Hymes
(1974) unsur-unsur itu adalah sebagai berikut:
1. Latar (Setting dan Scane) ini mengacu pada tempat (ruang-space) dan
waktu atau tempo (time) terjadinya percakapan.
2. Peserta (Participants) mengacu kepada peserta percakapan, yakni
pembicara (penutur) dan pendengar atau kapan bicara (lawan tutur).
3. Hasil (Ends) mengacu pada hasil percakapan dan tujuan percakapan.
11
Geofrey Leech, Prinsip-prinsip Pragmatik, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2011), h.
20. 12
A. Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 2011), h. 87. 13
Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik, (Bandung: Refika Aditama, 2012),
h.25.
9
4. Amanat (Message) mengacu pada bentuk dan isi amanat. Bentuk amanat
dapat berupa surat, esai, iklan, dan pengumuman.
5. Cara (Key) mengacu pada semangat melaksanakan percakapan, misalnya
„dengan cara bersemangat’, ‘menyala-nyala’, atau ‘dengan cara santai’,
‘tenang meyakinkan’.
6. Sarana (Instrument) mengacu pada apakah pemakaian bahasa dilaksanakan
secara lisan atau tulisan, dan mengacu pula pada variasi bahasa yang
digunakan.
7. Norma (Norms)mengacu pada perilaku peserta, perilaku percakapan,
misalnya, diskusi yang cenderung dua arah, setiap peserta memberikan
tanggapan (argumentasi), dengan demikian, ada norma diskusi.
8. Jenis (Genre) mengacu pada kategori, seperti sajak, teka-teki, kuliah, dan
doa.
Kedelapan unsur konteks wacana tersebut dapat membedakan wacana.
Selain itu, situasi ujaran dapat menentukan makna konteks. Unsur-unsur
pembicara, pendengar dan benda atau situasi (keadaan, peristiwa, dan proses)
yang menjadi acuan di dalam konteks wacana dapat dirinci. Rincian dapat
memberi keterangan bagi eksistensi,dan hubungannya dengan penutur yang
memperkenalkannya pada percakapan tersebut. Setiap penutur memiliki cara
untuk memperkenalkannya sesuai konteks. Ciri-ciri penutur dapat diperjelas
acuannya, misalnya dengan ciri fisik (luar) atau dengan uraian yang agak
emosional, bahkan dapat pula dinyatakan dengan perbuatan yang sedang
dilakukan penutur tersebut, antara lain (a) rincian ciri luar (fisik); (b) rincian
emosional; (c) rincian perbuatan; (d) rincian campuran.14
a) Rincian fisik (ciri luar) dapat melibatkan ciri-ciri yang dimiliki oleh
manusia, benda, binatang secara fisik, atau ciri luar yang menyangkut
milik atau ciri luar bagian dari tubuh yang menonjol secara fisik.
b) Rincian emosional di dalam konteks wacana yang menyangkut masalah
perasaan (emosi).
14
Fatimah Djajasudarma, Wacana (Pemahaman dan Hubungan antar Unsur), (Bandung:
Refika Aditama, 2010), Cet III, h. 3.
10
c) Rincian perbuatan yang menyangkut upaya ragam tindakan yang
dilakukan atau mengalami oleh penutur dan lawan tutur di dalam konteks
wacana.
d) Rincian campuran mengacu pada rincian emosional dan perbuatan, fisik
dan perbuatan, atau fisik emosional.
Konteks adalah “satu situasi yang terbentuk karena terdapat setting,
kegiatan,dan relasi.Jika terjadi interaksi tiga komponen itu, maka terbentuklah
konteks.”15
Konteks muncul jika terjadi interaksi berbahasa, misalnya, mahasiswa
mengucapkan “selamat pagi” dan dosen menjawab “selamat pagi” atau dosen
senyum saja dan sebagainya. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa konteks
berperan penting dalam menafsirkan suatu wacana.
C. Hakikat Deiksis
Sebuah kalimat ada kata-kata yang mempunyai makna atau memiliki
rujukan tidak tetap bahkan ada yang tidak memiliki rujukan. Kata-kata yang
rujukannya tidak tetap, dapat berpindah dari satu rujukan kepada rujukan lain
kata-kata seperti inilah yang disebut deiksis.
Contoh
(1) “Ada empat orang di kebun. Mereka sedang menanam jagung.”
Dalam kalimat 1) “mereka” merupakan deiksis, karena “mereka” merujuk
kepada “empat orang”. Perujukan seperti itu menghindarkan pengulangan suatu
kata yang telah di pakai sebelumnya.
Purwo dan Marker dalamF X Nadar memaparkan bahwa “deiksis berasal
dari kata Yunani deiktikos yang berarti „hal penunjukan secara langsung‟. Sebuah
kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-
ganti tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu.”16
Referen yang
dimaksud adalah rujukan yang merujuk sebuah kata yang telah disebutkan atau
15
D.J Parera.Teori Semantik: Edisi Kedua.(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), Cet VII,
h. 227. 16
F X Nadar,Pragmatik & penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), Cet II,
h. 54.
11
akan disebutkan. Hal ini sejalan dengan Nababan yang menjelaskan bahwa
“deiksis adalah rujukan atau sering disebut referensi, yaitu kata atau frase yang
menunjuk kepada kata,frase, atau ungkapan yang telah dipakai atau yang akan
diberikan.”17
Menurutnya,kata atau frase yang dikatakan deiksis yaitu kata atau
frase yang referennya ada dalam kalimat sebelum atau sesudahnya.
Kata seperti saya, kini, sekarang adalah kata yang deiksis, kata-kata
seperti ini tidak memiliki referen yang tetap. Berbeda halnya dengan kata seperti
kursi, rumah, kertasyang memiliki referen yang tetap, artinya kata kursi, rumah,
kertas bukan merupakan kata yang deiksis. Siapa pun yang mengucapkan kata
kursi, rumah, kertas, di tempat mana pun, pada waktu kapan pun, referen yang
diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya, kini, sekarang barulah
dapatdiketahui jika diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan
kata-kata itu diucapkan.
Deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal
mendasar yang kita lakukan dengan tuturan.Deiksis berarti „penunjukan‟ melalui
bahasa.”18
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa deiksis adalah kata atau
frase yang digunakan sebagai penunjuk yang terkait dengan konteks penutur.
Penunjuk di sini ada yang dekat penutur dan jauh dari penutur. Sementara
Djajasudarma berpendapat bahwa “fenomena deiksis merupakan cara yang paling
jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks di dalam
struktur bahasa itu sendiri.”19
Deiksis berdasarkan protetipe adalah penggunaan
pronominal demonstratif, pronominal persona I dan II, Kala, temporal khusus dan
lokasi (misalnya sekarang, di sini) dan termasuk ciri-ciri gramatikal yang terikat
langsung di dalam situasi tuturan.
Lyons dalam F X Rahyono menjelaskan bahwa “deiksis berkenaan dengan
identifikasi „referen‟ orang (penutur), objek, peristiwa, proses, atau aktivitas yang
dibicarakan dalam tuturan dan kaitannya dengan konteks ruang dan waktu.
17
P.W.J Nababan, Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya, (Jakarta:Departemen
Pendidikan & Kebudayaan,1987), h. 40. 18
George Yule, penerjemah Mustajab Rombe, Pragmatik.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), Cet VI, h. 13. 19
Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik, (Bandung: Refika Aditama, 2012),
h. 50.
12
Konteks itu dibangun dalam tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dan lawan
tutur di tempat dan pada saat tuturan itu dilakukan.”20
Maksud pernyataan Lyons
di atas adalah seseorang dapat memahami deiksis jika situasi pembicaraannya
jelas. Artinya antara penutur dan lawan tutur sudah jelas objek pembicaraannya,
serta ruang dan waktu pembicaraannya. Selanjutnya Purwo menjelaskan bahwa
“sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau
berganti-ganti tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung
pada saat dan tempat dituturkannya kata itu.”21
Seorang penutur yang berbicara dengan lawan tuturnya seringkali
menggunakan kata-kata yang menunjuk baik pada orang (aku, kamu, mereka)
waktu maupun tempat. Kata-kata yang lazim disebut dengan deiksis tersebut
berfungsi menunjukkan sesuatu, sehingga keberhasilan suatu interaksi antara
penuturan dan lawan tutur sedikit banyak akan tergantung pada pemahaman
deiksis yang dipergunakan oleh seorang penutur.
Makna kata atau frase yang bersifat deiksis disesuaikan dengan konteks,
artinya makna tersebut berubah bila konteksnya berubah. Berdasarkan beberapa
definisi deiksis di atas dapat disimpulkan bahwa deiksis adalah kata atau frase
yang rujukannya dapat berpindah-pindah sesuai dengan siapa yang menjadi
penutur, waktu, dan tempat dituturkannya satuan bahasa tersebut.
D. Jenis - Jenis Deiksis
Nababan mengatakan“dalam kajian pragmatik dikenal lima macam deiksis
yakni deiksis orang, dieksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis
sosial.”22
Sementara Rahyono berpendapat “deiksis dapat di klasifikasikan
setidaknya ke dalam tiga katagori, yakni deiksis orang, deiksis ruang, dan deiksis
waktu.”23
Pendapat Rahyono tersebut sama halnya dengan Yule yang
20
F X Rahyono, Studi Makna, (Jakarta: Penaku,2012), Cet I, h. 249 21
Bambang Kaswanti Purwo, Deiksis Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1984), Cet I, h. 1. 22
P.W.J Nababan, Op, Cit., h. 40. 23
F X Rahyono, Op, Cit., h. 249.
13
menyebutkan bahwa deiksis dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu
deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu.24
1. Deiksis Persona (orang)
Leksem-leksem yang menjadi bahan pembahasan dalam deiksis
persona adalah bentuk-bentuk nominal dan pronominal.25
Lyons (1977) dalam
Purwo menjelaskan “Kata latin Persona ini merupakan terjemahan dari kata
Yunani prosopon yang artinya „topeng‟ (topeng yang dipakai oleh seorang
pemain sandiwara)yang berarti atau watak yang dibawakan oleh pemain
drama.Pemilihan istilah ini disebabkan adanya kemiripan antara peristiwa
bahasa dan permainan sandiwara.”26
Maksudnya adalah referen yang ditunjuk
oleh kata ganti persona tergantung pada peranan yang dibawakan oleh
pesertatindak ujar. Orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang
disebut persona pertama. Apabila tidak berbicara lagi, dan kemudian menjadi
pendengar maka ia berganti menjadi persona kedua. Orang yang tidak hadir
dalam tempat terjadinya pembicaraan (tetapi menjadi bahan pembicaraan),
atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan (tetapi tidak terlibat dalam
pembicaraan itu sendiri secara aktif) maka disebut persona ketiga.
Selanjutnya deiksis persona (orang) menurut Rahyono “merupakan
kategori deiksis yang paling tinggi kadar kedeiktisannya jika dibandingkan
dengan deiksis ruang dan deiksis waktu. Semua pronominal persona bersifat
deiktik. Penutur merupakan pusat orientasi deiksis yang menentukan referen
yang ditunjukan oleh penutur.”27
Contoh.
(2) A :“saya tidak akan ketempatmu pagi ini. Nanti sore saja saya”
ke Situ
B :“Pagi ini saya pergi. Nanti sore kamu bisa ke sini.”
24
George Yule, Op,Cit,.h. 13. 25
F X Nadar, Pragmatik & penelitian Pragmatik.Yogyakarta: Graha Ilmu,2013), Cet II, h.
57. 26
Bambang Kaswanti Purwo, Op cit., h. 22. 27
F X Rahyono, Studi Makna, (Jakarta: Penaku, 2012), Cet I, h. 250.
14
Pronomina persona pertama saya yang digunakan dalam tuturan A dan
B menunjukan referen yang berbeda. Pada tuturan A referen kata saya yang
dimaksudkan A adalah si penutur A, demikian juga sebaliknya yang ada pada
tuturan B. morfem {-mu} yang merupakan penanda posesif persona kedua
tunggal dan pronominal kedua tunggal kamu pada tuturan B menunjuk pada
referen yang berbeda. Pada tuturan A referen yang ditunjuk {-mu} adalah B,
sebaliknya pada tuturan B referen yang di tunjuk kamu adalah A. Dalam
situasi tindak tutur yang demikian, referen yang sebelumnya ditunjuk oleh
orang pertama saya, pada kesempatan berikutnya ditunjuk oleh penutur yang
berganti dengan pronominal persona kedua kamu.
Dalam kategori deiksis orang, yang menjadi kriteria ialah
pemeran/peserta dalam peristiwa bahasa itu. Dibedakan tiga macam peran
dalam kegiatan berbahasa itu, yakni kategori “orang pertama”, “orang kedua”,
dan “orang ketiga”. Dalam sistem ini, orang pertama ialah kategori rujukan
penutur kepada dirinya sendiri; orang kedua ialah kategori rujukan penutur
kepada seorang (atau lebih) pendengar atau si alamat; dan orang ketiga ialah
kategorisasi rujukan kepada orang atau benda yang bukan pembicara dan
bukan pendengar/alamat ungkapan itu. Rujukan pada deiksis orang ialah
dengan “kata ganti orang”: saya, engkau, kamu, dia, mereka, dan sebagainya.
Kata ganti persona dapat direduplikasikan. Bentuk reduplikasi ini
dipergunakan untuk memberikan warna emosi negatif (seperti kejanggalan,
kejemuan), atau depresiatif.Kalau warna emosi negatif itu tidak ada, maka
bentuk reduplikasi itu tidak gramatikal.
Contoh.
(3) “Kami-kami ini yang selalu kena tegor terus, yang lain tidak
pernah”
(4) “Kamu-kamu itu yang tidak punya aturan, bukan kami.”
Yule menerapkan dengan jelas “tiga pembagian dasar deiksis persona
yaitu kata ganti pertama (saya), orang kedua (kamu), dan orang ketiga (dia
15
laki-laki, dia perempuan, atau dika barang/sesuatu).”28
Sehubungan dengan
ketepatan pemilihan bentuk deiksis persona, maka harus diperhatikan fungsi
bentuk-bentuk kata ganti persona dalam bahasa Indonesia. Ada tiga bentuk
kata ganti persona, yaitu (1) kata ganti persona pertama, (2) kataganti persona
kedua, dan (3) kata ganti persona ketiga. Bentuk ini masih dibedakan atas
bentuk tunggal dan bentuk jamak.
a. Kata Ganti Persona Pertama
Kata ganti persona pertama ialah kategori rujukan penutur kepada
dirinya sendiri.Ada dua bentuk kata ganti persona pertama tunggal: aku dan
saya, masing-masing memiliki perbedaan dalam pemakaian. Kata aku hanya
dapat dipakai dalam situasi informal, misalnya diantara penutur dan lawan
tutur yang saling mengenal atau sudah akrab hubungannya.Kata saya dapat
dipergunakan dalam situasi formal (misalnya, dalam suatu ceramah, kuliah,
atau diantara penutur dan lawan tutur yang belum saling mengenal), katasaya
dapat dipergunakan dalam konteks pemakaian yang “sama” dengan kata
aku.Namun kata saya dan aku berbeda dalam hal bahwa kata saya tidak
bermarkah (unmarked), sedangkan kata aku bermarkah keintiman (marked for
intimaty). Oleh karena itu, seseorang yang sedang mempelajari bahasa
Indonesia akan merasa “aman” apabila selalu mempergunakan saya dalam
situasi formal atau informal.
Kata aku merupakan bentuk kata ganti persona pertama asli dalam
bahasa Indonesia tampak dalam kefleksibelannya yang tidak dimiliki oleh
bentuk saya (aku mempunyai bentuk terikat; lekat kanan –ku dan lekat kiri
ku-, sedangkan saya tidak). Bentuk yang lekat kanan dapat pula ditemukan
pada kata ganti persona yang menduduki fungsi objek dan berperan objektif.
Contoh.
(5) Ali memukulku
menendangku
28
George Yule, OP, Cit,.h. 15.
16
Bentuk terikat kiri hanya dapat berupa persona pertama dan kedua
saja, dan hanya berada dalam rangkaian dengan verba, mengisi gatra untuk
konstituen pelaku.
Contoh.
(6) Buku itu sudah kuambil
kauambil
Selain bentuk kata ganti persona, digunakan pula nama diri untuk
menunjuk persona pertama tunggal. Dan juga seorang anak cenderung
memakai nama diri (sampai pada usia tertentu) sebagai kata ganti saya/aku.
Contoh.
(7)“Habibi mau ke masjid, pak.”
(8) “saya/aku mau ke masjid, pak.”
Kata Habibi pada kalimat (7) atau pengganti saya/aku pada kalimat
(8) tidak lagi berfungsi sebagai kata sapaan tetapi sebagai nama acuan.
Nama acuan bentuknya dapat sama dengan sapaan, yakni nama diri, dan
nama tingkat kekerabatan.
Bentuk persona pertama jamak kami merupakan bentuk yang bersifat
ekslusif (gabungan antara persona pertama dan ketiga) dengan kata lain
bentuk persona tersebut merujuk pada pembicara atau penulisdan orang lain
dipihaknya, akan tetapi tidak mencakup orang lain dipihak lawan bicaranya.
Selain itu, bentuk kami juga sering digunakan dalam pengertian tunggal
mengacu kepada pembicara dalam situasi formal (misalnya dalam
pidatoatau khotbah). Dengan demikian, kedudukan kami dalam hal ini
sebagai kata gantipersona pertama tunggal, yaitu saya. Hal ini berhubungan
dengan sikap pemakai bahasa yang sopan mengemukakandirinya dan
karenanya menghindari bentuk saya.Sebaliknya dengan bentuk kita, bentuk
ini bersifat inklusif (gabungan antara persona pertama dan kedua)
artinyabentuk pronominal tersebut merujuk kepada pihak lain. Oleh karena
17
itu, bentukkita biasanya digunakan oleh pembicara sebagai usaha untuk
mengakrabkan ataumengeratkan hubungan dengan lawan bicara.
b. Kata Ganti Persona Kedua
Kata ganti persona kedua ialah kategori rujukan penutur kepada
lawan tutur (atau lebih) pendengar atau si alamat.Bentuk persona kedua
tunggal yaitu engkaudan kamu, engkau dan kamuhanya dapat digunakan di
antara peserta ujaran yang sudah akrab hubungannya, atau dipakai oleh
orang yang mempunyai status sosial lebih tinggi untuk menyapa lawan
bicara yang berstatus sosial lebih rendah. Kedua bentuk kata ganti persona
kedua tunggal tersebut masing-masing mempunyai bentuk variasi –mu
(bentuk terikat lekat kiri) dan kau- (bentuk terikat lekan kanan). Penutur
bahasa Indonesia yang berbahasa pertama bahasa Batak akan cenderung
memilih memakai engkau di antara peserta ujaran yang akrab hubungannya
karena dalam bahasa Batak bentuk kamu merupakan sebuah ketakziman
untuk persona kedua.
Contoh.
(9)“Eh Ka, kamu belanja ya? Belanja untuk siapa?”
(10) “kaumalu bekerja sebagai pemulung?”
Kata ganti kamu pada kalimat (9) merujuk pada orang yang lebih
dewasa dari si penutur yang sudah mempunya hubungan yang akrab
dengan lawan tutur. Dengan pada kalimat (10) kata ganti kau ditujukan
kepada lawan tutur yang kedudukan sosialnya lebih rendah dari penutur.
Sebuah ketakziman untuk persona kedua dalam bahasa Indonesia
ada banyak bentuk ragamnya, di antaranya anda, saudara, leksem
kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak, dan leksem jabatan seperti dokter,
mantri.Pemilihan bentuk mana yang harus dipakai ditentukan oleh aspek
sosiolingual.Pronomina anda dipakai dalam hubungan yang tidak pribadi
sehingga anda tidak diarahkan kepada satu orang khusus, dan juga dalam
hubungan bersemuka, tetapi pembicara tidak ingin bersikap terlalu formal
ataupun terlalu akrab.
18
Contoh.
(11)“Pakailah obat ini, batuk anda akan segera sembuh.”
(12) “Apakah anda memiliki saran?”
Penggunaan kata ganti anda pada kalimat (11) ditujukan penutur
tidak terarahkan pada satu lawan tutur secara khusus, melainkan kepada
pihak lain juga yang menjadi lawan tutur. Dan penggunaan kata ganti anda
pada kalimat (12) tujuan penutur tidak ingin terlalu bersikap formal
ataupun terlalu akrab.
Leksem bapak, ibu, kakak, dan leksem jabatan seperti dokter,
mantri dapat digunakan sebagai penunjuk persona kedua tetapi bentuk
singkatannya tidak dapat digunakan, kecuali kalau diikuti nama diri.
Contoh.
Bapak
(13) Apakah *Pak setuju?
Pak Dul
Ibu?
(14) Kapan saya dapat menghadap *Bu?
Bentuk jamak persona kedua dalam bahasa Indonesia
dinyatakan dengan kamu sekalian (tidak ada bentuk *engkau sekalian),
atau kalian. Kata sekalian juga dapat dirangkaikan dengan mereka:
mereka sekalian. Meskipun kalian tidak terikat pada tata krama sosial,
orang muda atau orang yang berstatus sosialnya lebih rendah
umumnya tidak memakai bentuk itu terhadap orang yang lebih tua atau
orang yang memiliki status sosial lebih tinggi.
Contoh.
(15)“kaliansedang apa di situ?”
(16) “kamu sekalian jangan main di sini.”
19
c. Kata Ganti Persona ketiga
Kata ganti persona ketiga adalah kategorisasi rujukan kepada
orang yang bukan pembicara dan bukan pendengar/alamat ungkapan
itu. Bentuk kata ganti persona ketiga merujuk pada orangyang tidak
berada dalam pihak penutur ataupun lawan tutur. Sama sepertibentuk
persona pertama dan kedua, bentuk persona ketiga memiliki dua
macam,yaitu bentuk persona ketiga tunggal dan bentuk persona ketiga
jamak. Bentukpersona ketiga tunggal terdiri atas ia, dia dan beliau
(kata beliau dipakai dalam bentuk ketakziman), sedangkan bentuk
persona ketiga jamak adalah mereka. Bentuk dia berbeda dengan
bentuk ia, karena bentuk dia dapat membawakan ciri penegasan atau
penekanan.Dan bentuk dia dapat dirangkai dengan partikel –lah dan
kata yang.
Contoh.
(19) Dialah yang salah, bukan Ali.”
*ialah
(20) Entah kamu entah dia yang mengerjakan
*ia tidak masalah bagi saya
Bentuk dia dan ia dalam pemakaiannya berbeda dengan bentuk
beliau. Bentuk dia dan ia umumya digunakan oleh pembicara tanpa
ada maksud untuk menghormati orang yang dirujuk, berbeda dengan
bentuk beliau digunakan oleh penutur untuk merujuk kepada orang
lain yang patut untuk dihormati meskipun lebih muda dari penutur.
Contoh.
(21) “Kini dia telah lulus kuliah.”
(22) “Ia marah-marah merasa dibohongi adiknya”
20
Tabel 2.1
Deiksis Persona
Deiksis Persona Bentuk Deiksis Keterangan
Persona Pertama Aku, daku, saya Bentuk bebas
Ku- Bentuk terikat lekat kiri
-ku Bentuk terikat lekat kanan
Persona pertama
dengan persona kedua
Kita Bentuk bebas
Persona pertama tanpa
persona kedua
Kami Bentuk bebas
Persona Kedua Engkau, dikau, kamu,
anda
Bentuk bebas
Kau- Bentuk terikat lekat kiri
-mu Bentuk terikat lekat kanan
Persona kedua lebih
dari satu
Kamu (sekalian), kalian Bentuk bebas
Persona ketiga Ia, dia, beliau Bentuk bebas
-nya Bentuk terikat lekat kanan
Persona ketiga lebih
dari satu
Mereka Bentuk bebas
2. Deiksis Ruang
Leksem yang menjadi pembahasan dalam deiksis ruang adalah leksem
verbal dan adjektiva. Deiksis ruang merupakan katagori deiksis yang
menunjuk tempat lokasi objek atau referen berada, untuk menentukan lokasi
sebuah objek diperlukan titik pusat orientasi ruang di tempat lokasi penutur
berada. Lokasi sebuah objek yang ditunjukan oleh sebuah kata deiksis
ditentukan berdasarkan lokasi tempat si penutur yang mengujarkan kata
deiksis tersebut.29
Lokasi tempat “yang dekat kepada penutur” (di sini), dan
29
F X Rahyono, Op, Cit., h. 255.
21
“yang bukan dekat kepada penutur dan lawan tutur” (di situ dan di sana).30
Dalam memahami jarak ruang yang dinyatakan dengan kata-kata deiksis,
lawan tutur harus berbijak pada maksud penutur dalam memilih leksem ruang
serta konteks tuturan.Sebuah lokasi yang dinyatakan “dekat” dipahami
berdasarkan ukuran kedekatan yang dimaksud oleh penutur melaui leksem
ruang yang digunakan.
Leksem ruang seperti dekat, jauh, tinggi, pendek, bersifat deiktis
apabila dirangkaikan dengan bentuk persona.
Contoh.
(23) “Menurut saya si Dul itu pendek, tetapi menurut si Yen
tinggi”.
Dalam kalimat (23) kata pendek merupakan deiksis, karena pendek
merujuk kepada “si dul”, dan begitu juga kata tinggiyang merujuk kepada “si
dul”, dan leksem ruang seperti kanan dan kiri bersifat deiktis apabila
dirangkaikan dengan benda tidak bernyawa.
Contoh.
(24) “Benda apa itu yang bersinar di sebelah kanan pohon
cemaraitu?”
Demi memahami apa yang dimaksud dengan kata kanan pada contoh
(24) kita perlu mengetahui tempat penutur berdiri waktu mengucapkan kalimat
itu. Syarat lain ialah bahwa lawan tutur dan penutur harus memiliki orientasi
yang sama dalam menghadapi benda yang dibicarakan itu.
Hal ruang, seperti yang dapat ditunjukkan oleh proposisi dalam bahasa
Indonesia, dapat bersifat statis (menggambarkan hal yang diam), dan dapat
bersifat dinamis (menggambarkan hal yang bergerak). Proposisi di
menggambarkan hal yang diam, sedangkan proposisi ke dandari
menggambarkan hal yang bergerak; ke merupakan “pengantar tempat yang
30
P.W.J Nababan, Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya, (Jakarta:Departemen
pendidikan& kebudayaan,1987), h. 41.
22
dituju” dari “pengantar tempat yang ditinggalkan”. Proposisi di, ke, atau dari
masing-masing dapat dirangkaikan dengan kata penunjuk tempat sini, situ
sana.
sini sini sini
Di situ ke situ dari situ
sana sana sana
Sistem pronominademonstratif dalam bahasa Indonesia tidak paralel
dengan kata penunjuk tempat; hanya dikenal adanya dua perbedaan
pronominal demonstrativeini untuk menunjuk pada benda (tempat) yang dekat
dengan persona pertama, dan itu untuk menunjuk pada benda (tempat) yang
jauh dari persona pertama, atau yang dekat dengan persona kedua. Kata ini
dan itu memiliki kesamaan titik labuh dengan kata pronominalsini dan situ
(secara berturut-turut).
Mengacu pada pusat orientasi deiksis dalam bahasa Indonesia terdapat
leksem ruang berikut.31
Tabel 2.2
Leksem Ruang Pronomina Demontratif dan Verba
Letak dalam Ruang Bahasa Indonesia
A. Menunjuk objek
1. Dekat dengan penutur. Ini
2. Tidak dekat dengan penutur atau dekat dengan
lawan tutur.
Itu
3. Jauh dari penutur dan lawan tutur -
B. Menunjuk lokasi
1. Tempat penutur berada Sini
2. Tidak dekat dengan penutur atau di tempat lawan
tutur berada
Situ
3. Jauh dari tempat penutur dan lawan tutur Sana
31
F X Rahyono, Studi Makna, (Jakarta: Penaku, 2012),Cet I, h. 256.
23
C. Menunjuk arah gerakan
1. Menunjuk kepenutur Ke sini
2. Menjauhi penutur atau menuju ke lawan tutur Ke situ
3. Menjauhi penutur dan lawan tutur Ke sana
Sumber: Rahyono 2012
3. Deiksis Waktu
Leksem yang menjadi pembahasan dalam deiksis waktu adalah leksem
adverbia. Deiksis waktu adalah kategori deiksis yang digunakan untuk
menunjuk waktu seperti yang dimaksudkan dalam tuturan. Berbeda dengan
deiksis ruang yang memiliki tiga dimensi ruang, yaitu dekat-tidak dekat-jauh,
deiksis waktu hanya berdimensi tunggal dan searah.32
Leksem ruang seperti depan, belakang, panjang, pendek yang dipakai
dalam pengertian waktu memeberikan kesan seolah-olah waktu merupakan hal
yang diam, sedangkan leksem ruang seperti datang, lalu, tiba mendekat dalam
pengertian waktu memberikan kesan bahwa waktulah yang bergerak melewati
kita.
Kata depan dipergunakan untuk menyatakan futur. Seperti berikut ini.
a. minggu
b. kamis
c. bulan.
d. april depan
e. tahun
f. *1981
Bagi sebagian orang rangkaian seperti (d) masih terasa aneh atau
janggal, namun hal ini telah banyak dipergunakan dalam surat kabar dan
majalah.
(25) “Maka juli depan, tim ekspedisi Gelanggang Samudra
32
Ibid, h.257.
24
akan berangkat lagi ke [….] (tempo 3 Juni‟78, 38)”
Seperti Kamis Depan berarti hari kamis berikutnya, atau tepat tujuh
hari sesudahnya. Minggu depan dapat berarti tujuh hari setelah saat tuturan,
dapat pula menunjuk pada hari dalam jangkauan waktu tujuh hari itu. Begitu
pula bulan depan, menunjuk jangkauan waktu paling banyak 30 (31) hari
setelah satu tuturan.
Tahun depan bertitik labuh pada tahun sesudah berakhirnya satu
tuturan. Akan tetapi, apabila nama tahun disebutkan, maka nama tahun itu
tidak dapat dirangkaikan dengan kata depan. Nama hari dan nama bulan dapat
dirangkaikan dengan kata depan karena bersiklus (cyclic); dalam pertuturan
waktu setiap kali dapat berulang lagi. Beberapa leksem waktu seperti pagi,
siang, sore (petang),dan malam tidak bersifat deiksis karena berbedaan
masing-masing leksem itu ditentukan berdasarkan patokan posisi planet bumi
terhadap matahari. Leksem waktu bersifat deiksis apabila yang menjadi
patokan adalah penutur. Kata sekarang bertitik labuh pada saat penutur
mengucapkan kata itu (dalam kalimat), atau yang disebut saat tuturan. Kata
kemarin bertitik labuh pada satu hari sebelum saat tuturan,dan kata besok
bertitik labuh pada satu hari sesudah saat tuturan.
Dalam bahasa Indonesia ada kata yang menggambarkan untuk
menyebutkan satu hari sebelum kemarin dipergunakan frase kemarin dulu, dan
untuk menyebutkan satu hari sesudah besok dipakai (hari) lusa. Kalau
menentukan kata kemarin dan besok terhadap sekarang adalah tertentu karena
perhitungannya berdasarkan ukuran satuan kalender (satu hari, dua hari),
penentuan leksem deiksis seperti dulu, tadi, nanti, kelak tidak tertentu dan
relatif. Kata dulu dan tadi bertitik labuh pada waktu sebelum saat tuturan; dulu
menunjuk lebih jauh ke belakang daripada tadi. Kata nanti dan kelak bertitik
labuh pada waktu sesudah saat tuturan; kedua kata ini dapat sama-sama
menunjuk jauh kedepan.
Contoh.
(7) “Kalau sudah besar, mau menjadi apa nanti? kelak
25
4. Deiksis Wacana
Deiksis wacana adalah rujukan kepada bagian-bagian tertentu
dalam wacana yang telah diberikan dan/atau yang sedangdikembangkan.
Dalam tata bahasa ini disebut anafora (merujukkepada yang sudah disebut)
dan katafora (merujuk kepada yangakan disebut). Bentuk-bentuk yang
termasuk dalam deiksiswacana adalah kata/frase ini, itu, yang terdahulu,
yang berikut,yang pertama disebut, begitulah, dan sebagainya.33
Berikut adalah contoh anafora dan katafora dalam deiksis
wacana:
(1) Paman datang dari desa kemarin dengan membawahasil palawijanya.
(2) Karena aromanya yang khas, mangga itu banyak dibeli.
Dari kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa –nya pada kalimat (1)
mengacu ke Paman yang sudah disebut sebelumnya, sedangkan contoh (2)
mengacu ke mangga yang disebutkemudian.34
Dalam deiksis wacana ungkapan linguistik digunakan
untukmengacu pada suatu bagian tertentu dari wacana yang lebih luas(baik
teks tertulis maupun/ataupun teks lisan) tempat terjadinyaungkapan-
ungkapan ini. Hal tersebut berupa adanya aspek-aspekruang dan waktu,
maka sudah biasa bila deiksis wacana harusdiungkapkan melalui banyak
unsur linguistik yang sama yangdigunakan untuk mengungkapkan ruang
deiksis ruang danwaktu35
.
Deiksis wacana berkaitan dengan bagian-bagian tertentu dalam
wujud kebahasaan yang merujuk pada suatu wacana tertentu. Bahasan
deiksis wacana yang lebih luas juga dikarenakan di dalamnya melibatkan
aspek orang, ruang, dan waktu yang dirujuk dengan sebutan anafora dan
katafora.
33
P.W.J. Nababan, Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya), (Jakarta :
DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, 1987), h. 42 34
Bambang Yudi Cahyono, Kristal-Kristal Ilmu Bahasa, (Surabaya : AirlanggaUniversity
Press, 1995), h. 219 35
Louise Cummings, Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2007), h. 40
26
5. Dieksis Sosial
Deiksis sosial ialah rujukan yang dinyatakan berdasarkanperbedaan
kemasyarakatan yang mempengaruhi peran pembicaradan pendengar.
Perbedaan itu dapat ditunjukkan dalam pemilihankata. Dalam masyarakat
Jawa pada umumnya digunakan etiketbahasa, yaitu pemilihan tingkatan
bahasa yang menurutkedudukan sosial pembicara, pendengar, atau orang
yangdibicarakan. Sebagai contoh bentuk sapaan yang sepadan dengan
anda dapat dinyatakan dengan kowe, sampeyan, panjenengan,
yang bertentangan dari tingkatan kesopanan berbahasa dari paling rendah
hingga paling tinggi.36
Deiksis mencakup ungkapan-ungkapan dari kategorigramatikal
yang memiliki keragaman sama banyaknya sepertikata ganti dan kata
kerja, menerangkan berbagai entitas dalam konteks sosial,linguistik, atau
ruang-waktu ujaran yang lebihluas.37
Deiksis sosial mencakup rujukan
yang biasanya dikaitkan dengan konteks sosial di masyarakat, sehingga
wujudnya bisaberagam dan banyak. Berikut adalah contoh kalimat
yangmengandung deiksis sosial:
“Kepada Prof. Dr. Fadly Syamil, M.Pd. selaku Wakil Rektor
dipersilakan untuk memberikan sambutan”
Kalimat di atas menunjukan bahwa terdapat adanya rasa
ketakziman terhadap seorang yang status sosialnya lebih tinggi, yakni
adanya sebutan gelar. Kalimat tersebut dapat diungkapkankarena
pembicara telah mengetahui konteks yang terkait dalampembicaraanya.
Jadi, deiksis sosial mengungkapkan adanyaperbedaan-perbedaan dalam
masyarakat yang terwujud dalam peristiwa berbahasa.
36
Cahyono, Op.Cit., h. 219 37
Louise Cummings, Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta :Pustaka
Pelajar, 2007), h. 31
27
E. Hakikat Jurnalistik
1. Fungsi-Fungsi Jurnalistik
Penyajian berita dalam segala bentuk dan momentum dalam
jurnalistik bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada publik. Jika
ditinjau berdasarkan fungsinya ada empat fungsi jurnalistik menurut F.
Fraser Bond (1961):38
To inform: untuk menginformasikan. Jurnalistik merupakan
sarana untuk penyampaian informasi berupa fakta dan
peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupan manusia dan patut
diketahui publik.
To interpret: untuk menginterpretasikan. Jurnalistik merupakan
sarana untuk memberikan tafsiran atau interpretasi terhadap
fakta dan peristiwa yang terjadi sehingga publik dapat
memahami dampak dan konsekuensi dari berita yang disajikan.
To guide: untuk mengarahkan. Jurnalistik merupakan acuan
untuk mengarahkan atau memberi petunjuk salam menyikapi
suatu fakta dan peristiwa yang disajikan dalam berita sehingga
dapat menjadi pedoman bagi publik dalam memberi
komentar/pendapat atau dalam mengambil keputusan.
To entertain: untuk menghibur. Jurnalistik merupakan sarana
yang bersifat menghibur, yang menyegarkan dan
menyenangkan pembacanya dengan menyajikan berita atau
informasi yang ringan dan rileks sesuai dengan kebutuhan gaya
hidup manusia.
Tak hanya itu, fungsi jurnalistik pun terus mengalami
perkembangan.Dalam kontek kekinian, fungsi jurnalistik telah
38
Syarifudin Yunus, Jurnalistik terapan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 20.
28
berkembang lebih banyak lagi seiring ekspektasi public
terhadap jurnalistik. Beberapa fungsi lain:39
To educate: untuk mendidik. Jurnalistik merupakan sarana
untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai dan norma social,
di samping budaya yang patut menjadi perhatian masyarakat.
To mediate: untuk mediasi. Jurnalistik merupakan alat mediasi
atau penghubung dalam mempertemukan ketidaksepahaman
tentang fakta atau peristiwa yang menjadi berita dari berbagai
sudut pandang, di samping dapat menjadi wahana yang
mempertemukan orang-orang yang berbeda pendapat atau
opini tentang suatu hal.
To promote: untuk mempromosikan. Jurnalistik merupakan
sarana pilihan dalam mempromosikan keunggulan dan
kelebihan suatu produk dan karya agar dapat dipahami secara
proposional oleh publik.
To influence: untuk mempengaruhi. Jurnalistik merupakan
sarana untuk mempengaruhi pendapat dan pikiran orang lain
tentang fakta dan peristiwa yang menjadi topic pembicaraan.
2. Karakter Bahasa Jurnalistik.
Bahasa dalam media cetak ibarat roh atau nyawa. Tanpa bahasa,media
cetak tidak akan bermakna apa-apa. Dalam UU Pokok Pers nomor 40 tahun 1999,
wartawan memiliki kebiasaan dalam bebahasa. Akantetapi, karena keterbatasan
media cetak, jurnalistik harus mempunyai ciri-ciri,antara lain:40
1) Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindaripenjelasan
yang panjang dan bertel-tele.
39
Ibid, hlm. 21 40
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam pemberitaan, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, Edisi 1,
2005), hlm. 88.
29
2) Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah
mampumenyampaikan informasi yang lengkap. Semua
yangdiperlukan pembaca sudah tertampung di
dalamnya.Menerapkan prinsip 5W+1H, pembuangan kata-kata
adalah mubazir dan lebih baik menerapkan ekonomi kata.
3) Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan
pengertian atau makna informasi secara langsung,
denganmenghindari bahasa yang berbunga-bunga.
4) Menarik, artinya menggunakan pilihan kata yang masih
hidup,tumbuh, dan berkembang. Hindari kata-kata yang sudah
mati(tak pernah lagi digunakan dalam masyarakat).
5) Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis denganmudah
dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca).Struktur
kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan ataupengertian
makna yang berbeda, menghindari ungkapanbersayap atau
bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu,sepantasnya bahasa
jurnalistk menggunakan kata-katabermakna denotatif (makna
sebenarnya).
Tujuh belas ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk semua media
massa yang dikemukakan oleh Sumadiria dalam bukunya. Berikut perincian
penjelasannya41
,
a. Sederhana
Mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak
diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat
heterogen.
41
As Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 14-21
30
b. Singkat
Langsung pada pokok masalah, tidak bertele-tele, tidak
memboroskan waktu pembaca, pesan yang disampaikan tidak
boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan karakteristik pers.
c. Padat
Menyajikan kalimat dan paragraf secara padat namun memuat
banyak informasi penting dan menarik.
d. Lugas
menghindari kalimat ambigu atau memungkinkan multitafsir
terhadap arti dan makna kata.
e. Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya.Jelas disini yaitu jelas
artinya, jelas susunan kataatau kalimatnya sesuai dengan kaidah
subjek-objek-predikat-keterangan, jelas sasaran atau maksudnya.
f. Jernih
Transparan, jujur, tidak menyembunyikan sesuatu yang bersifat
negatif seperti prasangka atau fitnah.
g. Menarik
Mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak untuk
memotivasi membaca.
h. Demokratis
Bahasa jurnalis tidak mengkastakan pembaca melainkan
memperlakukan dengan siapapun secara sama.
31
i. Populis
Bahasa yang digunkan harus merakyat, dapat diterima disemua
lapisan masyrakat.
j. Logis
Bahasa yang disajikan dapat diterima oleh akal sehat.
k. Gramatikal
Kata, istilah, atau kalimat apapun yang dipakai dan dipilih dalam
bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku.
l. Menghindari kata tutur
Kata tutur merupakan kata yang digunakan dalam percakapan
seharisehari secara informal.
m. Menghindari kata dan istilah asing
Berita yang dibaca atau didengar harus diketahui arti dan
maknanya.
n. Pilihan kata (diksi) yang tepat
Menekankan efektivitas, kata yang dipilih tepat dan akurat sesuia
dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada
khalayak.
o. Mengutamakan kalimat aktif
Kalimat aktif mempermudah pengertian dan memperjelas
pemahaman.
p. Menghindari kata atau istilah teknis
Menghindari kata tau istilah teknis yang hanya berlaku untuk
kelompok atau komunitas tertentu yang relatif homogen.
32
q. Tunduk kepada kaidah etika
Pers berkualitas menjaga reputasi dan wibawa martabatnya di
masyarakat dengan menghindari kalimat vulgar, cacian, hujatan,
sumpah dan sejenisnya.
F. Hakikat Media Massa Cetak
1. Pengertian Surat Kabar
Surat kabar yaitu media komunikasi yang berisikan informasi actual
dari berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, criminal, seni,
olahraga, luar negeri, dalam negeri, dan sebagainya.Surat kabar lebih
menitikberatkan pada penyebaran informasi (fakta maupun peristiwa)
agar diketahui publik.42
2. Pengertian Berita
Berita ialah apa yang dianggap sebagai berita oleh redaksi.Turner
Cathledge dari New York Times mengatakan berita ialah segala
sesuatu yang tidak anda ketahui pada hari kemarin. Mitchel V.
Chantley menjelaskan “Berita adalah laporan yang tepat waktu
mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting
atau kedua-duanya bagi masyarakat luas”. Freda Morris (1996) dalam
bukunya Broadcast Journalism Techniques mengemukakan “ News is
immediate, the important, the things that have impact on our lives.”
Artinya berita adalah sesuatu yang baru, penting yang dapat
memberikan dampak dalam kehidupan manusia.Terdiri dari unsur
baru, penting, dan bermanfaat bagi manusia.43
42
Syarifudin Yunus, Jurnalistik terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 29 43
Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Produksi Televisi Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, documenter, dan teknik Editing, hlm. 47
33
G. Hubungan Deiksis dengan Berita dalam Surat Kabar
Bahasa merupakan suatu sistem tanda arbitrer yang konvensional. Ilmu
tentang bahasa memiliki banyak lingkupnya antara lain semantik, sintaksis,
pragmatik, dan sosiolinguistik. Deiksis adalah salah satu kajian dari pragmatik
yang mengkaji kata atau frase yang rujukannya dapat berpindah-pindah sesuai
dengan siapa yang menjadi penurut, waktu, dan tempat dituturkannya satuan
bahasa tersebut. Hubungan antara deiksis dengan berita dalam surat kabar yang
merupakan sumber data dalam penelitian ini, karena berita dalam surat kabar
didalamnya memuat hasil wawancara oleh wartawan terhadap narasumber terkait
dengan peristiwa yang sedang hangat diberitakan di masyarakat. untuk
menceritakan suatu peristiwa yang terjadi dari dialog yang ada dalam berita surat
kabar terdapat jenis-jenis deiksis, dan deiksis tersebut tidak dapat diketahui bila
tidak memperhatikan konteksnya. Sumber data dalam penelitian ini ialah kalimat-
kalimat dalam suratkabar Republika, dalam surat kabar ini terdapat jenis-jenis
deiksis, seperti deiksis persona, deiksis ruang,deiksis waktu, deiksis wacana, dan
deiksis sosial.Penggunaan deiksis yang digunakan oleh pengarang apabila tidak
dipahami oleh pembaca tentu akan membuat pembaca sulit untuk memahami isi
berita yang dibaca.
34
H. Hakikat Bahan Ajar
1. Pengertian Bahan Ajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam
sebuah interaksi untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah disepakati antara guru dan peserta didik diperlukan
bahan pelajaran sebagai medianya. Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi
pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan pengajar dan peserta
didik dalam proses pembelajaran.44
Sama dengan Yaumi yang menjelaskan bahan
pembelajaran adalah “seperangkat bahan yang disusun secara sistematis untuk
kebutuhan pebelajaran.”45
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa bahan ajar
adalah bahan yang sudah disusun oleh pengajar untuk kebutuhan proses
pembelajaran, yang dimaksud bahan di sini yaitu bahan cetak, alat bantu visual,
audio, multimedia, dan animasi.
Bahan ajar harus mempunyai struktur dan aturan yang sistematis,
menjelaskan tujuan intruksional yang akan dicapai, memotivasi peserta didik
untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar, memberikan kesempatan latihan
untuk peserta didik, secara umum berorientasi pada peserta didik secara
individual, dan bahan ajar bersifat mandiri. Selanjutnya bahan ajar menurut
Suharsimi Arikunto dalam Fatturrohman & Sutikno “merupakan unsur ini yang
ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pembejaran itulah
yang diupayakan untuk dikuasai oleh peserta didik.”46
Sementara Majid berpendapat bahwa bahan ajar adalah “segala bentuk
bahan yang digunakan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.”47
Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak
44
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat: UIN Press, 2015), Cet I, h.125. 45
Muhamad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana,
2013),Cet II, h. 244. 46
Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar
(StrategiMewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep
Islami).(Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet I, h. 14. 47
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Pengembangan Standar Kompetensi Guru).
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet I, h. 173.
35
tertulis.Bahan ajar merupakan informasi, alat dan materi yang diperlukan
guruuntuk merencanakan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah segala sesuatu berupa informasi,
alat, dan materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah
direncanakan dengan penerapan dalam pembelajaran. Penggunaan bahan ajar,
memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar
secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua
kompetensi secara utuh atau terpadu. Secara umum bahan ajar pada dasarnya
merupakan segala bahan (baik itu informasi, alat, maupun teks) yang disusun
secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetisi yang akan dikuasai
peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk
merencanakan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
2. Jenis Bahan Ajar
Bentuk bahan ajar dapat dikelompokan menjadi empat macam.
a. Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar
kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.
b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact
diskdan Film.
d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti
compact disk interaktif.
3. Fungsi Bahan Ajar
Ada dua klasifikasi utama pembagian fungsi bahan ajar, yaitu:
Pertama, menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar, dan dua, menurut
strategi pembelajaran yang digunakan.
Pertama, menurut pihak yang memanfaatkan bahanajar.Berdasarkan
pihak-pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi bahan ajar dapat digunakan
menjadi dua macam fungsi bagi mendidik dan fungsi bagi peserta didik.
36
a. Fungsi bahan ajar bagi pendidik
1) menghemat waktu pendidik dalam mengajar
2) mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi
seorang fasilitator
3) meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan
interaktif
4) pedoman pagi pendidik yang akan mengarahkan aktivitasnya
dalam proses pembelajaran dan merupakan subtansi kompetensi
yang semestinya diajarkan kepada peserta didik.
5) alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.
b. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik
1) peserta didik dapat belajar tanpa harus pendidik atau teman
peserta didik lain
2) peserta didik dapat belajar kapan saja dan di mana saja ia
kehendaki
3) peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-
masing
4) peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya
sendiri
5) membantu potensi peserta didik untuk menjadi
pelajar/mahasiswa yang mandiri
6) pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan subtansi
kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasai.
Kedua, menurut strategi pembelajaran yang digunakan.
Berdasarkan strategi yang digunakan fungsi bahan ajar dapat dibedakan
menjadi tiga macam yaitu: dalam pembelajaran klasik, individual, dan
kelompok.
37
a. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasik
1) sebagai satu-satunya sumber informasi dan pengawas serta
pengendali proses pembelajaran. Peserta didik pasif dan
belajar sesuai dengan kecepatan pendidik dalam mengajar
2) sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang
diselenggarakan.
b. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual
1) media utama dalam proses pembelajaran
2) alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses
peserta didik memperoleh informasi
3) penunjang media pembelajaran individual lainnya.
c. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok
1) bersifat sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar
kelompok, dengan cara memberikan informasi latar belakang
materi, informasi tentang peran orang-orang yang terlibat
dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses
pembelajaran kelompoknya sendiri
2) sebagai bahan pendukung bahan belajar utama serta dan jika
dirancang sedemikian rupa dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik.
38
I. Penelitian Relevan
Penelitian-penelitan yang relevan dengan skripsi peneliti berhasil
dirangkum dalam penelitian yang dilakukan oleh empat orang berikut ini.
1. Iqlima Monica Wardani (2012) mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia dan Daerah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Dalam
penelitiannya yang berjudul “KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS PADA
SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER 2012”. Penelitian ini
membahas bentuk pemakaian deiksis dan distribusi deikis pada surat kabar
Solopos edisi Oktober 2012. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa
Distribusi deiksis lebih banyak terletak di awal kalimat, sedangkan untuk
deiksis yang berada di tengah dan di akhir hanya sebagian yang ditemukan.
Dengan demikian, distribusi deiksis pada surat kabar Solopos edisi
Oktober 2012 tidak merata.
2. Reni Damayanti (2016) mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Sanata Dharma. Dalam penelitiannya yang berjudul “Fenomena
deiksis pada rubric opini di harian Koran Tempo edisi September – Desember
2015”. Penelitian ini bertujuan membahas fenomena deiksis pada rubric
opini di harian Koran Tempo edisi September-Desember 2015. Maksud
deiksis dalam penelitian ini, ditentukan oleh jenis deiksis dan konteks
tuturan yang dapat ditemukan melalui latarbelakang pengetahuan peneliti
dan peristiwa/kejadian yang memiliki kaitan dengan isi tuturan.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian.
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif
menekankan analisis proses dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan
dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa
menggunakan logika ilmiah.1 Maksud berpikir secara induktif adalah analisis
berpijak pada data.
Pendekatan metodologis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan dan Taylor mencoba untuk memberikan
definisi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Kirk dan Miller merumuskan definisi penelitian kualitatif
sebagai suatu tradisi dalam ilmu-ilmu sosial yang secara fundamental bergantung
pada pengamatan langsung atas manusia di lingkungan hidup mereka yang nyata.2
Dezin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian “kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode
yang ada. Dari segi pengertian ini, para penulis masih tetap mempersoalkan latar
alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan
fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah berbagai
macam metode penelitian. Selanjutnya Penelitian kualitatif menurut Strauss dan
Corbin dalam Syamsuddin juga dimaksudkan “sebagai jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
1Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013),Cet I,h. 80. 2 Aminuddin, Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra,
(Malang: Yayasan Asih Asah Asuh, 1990) hlm. 14.
40
lainnya.”3 Maksud dari pernyataan tersebut penelitian kualitatif menganalisis
suatu realita yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
Megan dan Taylor dalam V Wiratna Sujarweni menjelaskan bahwa
“penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa ucapan-ucapan atau tulisan dan prilaku orang-orang yang
diamati.”4
B. Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah teks berita utama dalam
surat kabar Republika. Penulis menggunakan berita mengenai aksi ancaman
terorisme di indonesia karena ingin meneliti penggunaan deiksis persona, ruang,
waktu, wacana dan sosial.
C. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik simak catat
karena yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks berita utama dalam surat
kabar Republika dengan menggunakan teknik simak catat, peneliti mengumpulkan
data, mempelajari data, dan menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan
cara menyimak dan mencatat hasil analisis data yang kemudian di jadikan tabel
dan dideskripsikan sesuai dengan hasil analisis. Ancangan penelitian yang
digunakan oleh peneliti adalah ancangan pragmatik, dikarenakan teori deiksis
persona, ruang, waktu, wacana, dan sosial merupakan ruang lingkup kajian
pragmatik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif
dan menggunakan teknik pengumpulan data yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian.
Analisis data kualitatif menurut Bodgan & Biklen dalam Lexy J. Moleong
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
3Syamsuddin & Vismaia S. Damaianti.Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2006), Cet I, h. 73. 4 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Lengkap, Praktif, dan Mudah Dipahami),
(Yogyakarta: Pustakabarupress, 2014), Cet I, h. 6.
41
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
yang dapat diceritakan kepada orang lain.5 Maksud pernyataan di atas adalah
analisis data kualitatif dimulai dari mengumpulkan data yang sesuai dengan yang
akan dianalisis, memisahkan data sesuai dengan kategorinya, selanjutnya di
analisis dengan cara diuraikan secara rinci.
Setelah mendapatkan data melalui teknik pengumpulan data, langkah
selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Setelah kata yang termasuk deiksis
terkumpul, peneliti membaca, memahami dan mengelompokan data penggunaan
deiksis Persona, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis wacaa dan deiksis sosial
pada tiap-tiap kalimat. Selanjutnya, peneliti menguraikan secara rinci dan
mendalam mengenai temuan-temuan penggunaan deiksis persona; persona
pertama, persona kedua, dan persona ketiga, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis
wacana dan deiksis sosial.
D. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan-tahapan atau aturan-aturan
yang harus dilaksanakan dalam suatu penelitian. Tahapan-tahapan pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Peneliti mengumpulkan bahan-bahan pustaka yang berisi teori-teori
deiksis.
2. Peneliti membaca dengan teliti berita yang mengenai aksi ancaman
terorisme di Indonesia pada surat kabar Repubika.
3. Peneliti membaca ulang berita yang mengenai aksi ancaman terorisme di
Indonesia pada surat kabar Repubika untuk menemukan bentuk-bentuk
deiksis persona, ruang, waktu, wacana dan sosial yang digunakan dalam
kalimat-kalimat dalam berita dan memanfaatkannya sebagai bahan ajar
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.
5 Lexy J. Moleong, Op Cit, h. 248.
42
4. Peneliti mengumpulkan data bentuk-bentuk deiksis persona, ruang,
waktu, wacana dan sosial
5. Peneliti mengelompokan data yang diperoleh kedalam beberapa bentuk
deiksis persona, ruang, waktu, wacana dan sosial .
6. Peneliti mendeskripsikan salah satu sampel data pada setiap bentuk deiksis
yang ditemukan dengan memperhatikan konteks tuturan.
7. Peneliti menyimpulkan hasil penelitian.
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Surat Kabar Republika
Republika adalah sebuah koran nasional yang lahir dari kalangan
komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Republika berdiri sejak 1992 dan
pertama kalia menerbitkan korn pada 1993 oleh Yayasan Abdi Bangsa dan
didukung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Kini harian
Republika diterbitkan oleh PT. Republika Media Mandiridan menjadi harian
umum.
Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi presiden dan seiring dengan surutnya
kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada
akhir 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media.
PT Abdi Bangsa kemudian menjadi perusahaan induk, dan Republika
berada di bawah bendera PT Republika Media Mandiri, salah satu anak
perusahaan PT Abdi Bangsa. Di bawah bendera Mahaka Media, kelompok ini
juga menerbitkan Majalah Golf Digest Indonesia, Majalah Parents Indonesia,
stasiun radio Jak FM, Gen FM, Delta FM, FeMale Radio, Prambors, Jak tv, dan
Alif TV.
Meski berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi
maupun misi. Namun ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya.
Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi lebih kuat.
Di samping itu, Republika juga mempunyai portal berita yang diberi nama
Republika Online (ROL). ROL hadir sejak 17 Agustus 1995. ROl adalah portal
berita yang menyajikan informasi melalui teks, audio dan video berdasar
teknologi hipermedia dan hiperteks. ROL hadir dalam dua bahasa yakni Inggris
dan Indonesia.1
1ViscardineAudinovic, ProfilRepublika, diunduhpada 30 Mei 2018
(htpp://profil.merdeka.com/Indonesia/r/republika)
44
B. Analisis Data Penggunaan Deiksis pada surat Kabar Republika
tentang Aksi Ancaman Terorisme di Indonesia.
Dalam pembahasan penulis menganalisis Data yang diambil dari 7 edisi
Koran Republika mengenai aksi ancaman terorisme diambil secara acak dalam
edisi sebulan. Koran Republika yang diteliti terdiri dari wacana 1) Republika, 09 Mei
2018Kapolri Bagi Resep Penanganan Terorisme 2) Jumat, 11 Mei 2018, Presiden: Jangan
Beri Celah Terorisme, 3) Republika, Senin, 14 Mei 2018, Suroboyo Wani! 4)
Republika, 16 Mei 2018 Pemerintah Tancap Gas RUU Antiterorisme 5) Senin, 21
Mei 2018, Cermat Bahas Revisi UU Antiterorisme 6) Selasa, 22 Mei 2018, Revisi
UU Antiterorisme Bisa Langsung Tuntas 7)Rabu, 23 Mei 2018, Sepekan, 74
Terduga Teroris Ditangkap.
1. Deiksis Persona
Berdasarkan berita utama yang berjudul “Kapolri Bagi Resep Penanganan
Terorisme” di temukan deiksis persona kedua tunggal
Tabel 4.1
Wujud Deiksis Persona 1
No
Wujud
Deiksis
Persona Teks
1 2 3
1. √
Menurut dia, strategi penanganan terorisme di Indonesia
dengan metode hard approach yang mengedepankan
penegak hukum yang di dukung oleh militer.
2. √
Indonesia, lanjut dia, merupakan sau-satunya negara di
dunia yang memberantas teroris melalui proses
persidanganan dengan hasil selama 2002-2018, pelaku
yang ditangkap 1.441 orang dan 1.035 yang dihukum
serta empat orang di vonis hukuman mati.
3 √ √ Indonesia kebetulan punya pengalaman masalah itu
45
sehingga kami akan sharing dengan mereka," ujar
Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius, Senin (7/5).
4 √
"Ini men jadi ancaman tersendiri karena mereka sudah
radikal sehingga kalau tidak dimonitor dan di perhatikan
bisa menjadi ancaman
5 √
Mereka tetap ditangani secara intensif bersama
pemangku kepentingan lain, seperti Kementerian Sosial
dan kepolisian, agar tidak merasa di marginalkan.
6 √
"Artinya, mereka harus disentuh dan terus dilakukan
upaya untuk mereduksi tingkat radikal mereka sehingga
nantinya bisa kembali di tengah masyarakat," katanya.
Jumlah
1 0 6
1) Persona Jamak Bentuk kami
Bentuk kami digunakan oleh penutur apabila orang yang dimaksudkan
adalah dirinya dan orang yang mewakilinya. Dari data di atas terdapat kata
kami yang merujuk pada BNPT. Berdasarkan konteks yang ada, tuturan
tersebut dituturkan oleh Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius pada
workshop GTCF Nusa Dua, Bali. Alius merasa bahwa Indonesia punya
pengalaman dalam mengatasi permasalahan terorisme.
Darisampel data di atas, diketahui bahwa pengarang menggunakan deiksis
persona untuk menggambarkan tokoh yang ada dalam cerita.Jadi,
keberadaan deiksis persona dalam surat kabar sangatlah penting karena
deiksis persona berfungsi untuk memudahkan pembaca mengetahui kepada
tokoh siapakah pronomina persona merujuk.
2) Persona ketiga Tunggal Bentuk dia
46
Bentuk dia merupakan deiksis persona orang ketiga tunggal karena
merujuk kepada orang yang berada di luar tuturan. Dari data di atas
terdapat kata dia pada tabel nomor urut 1 dan 2 yang merujukpada Tito
sebagai pembicara dalam Middle East Special Operations Commander
3) Persona Ketiga Jamak Bentuk Mereka
Bentuk mereka merupakan deiksis persona orang ketiga jamak karena
merujuk kepada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita namun di luar tuturan.
Dari data di atas di ketahui bahwa data nomor 3 kata mereka merujuk pada
negara-negara yang termasuk dalam anggota GCTF. Sedangkan pada tabel
nomor 4, 5, dan 6 kata mereka merujuk kepada lebih dari 600 returness
FTF dan keluarganya yang kembali dari Suria.
Berdasarkan berita utama yang berjudul “Presiden: Jangan Beri Celah Terorisme”
di temukan
Tabel 4.2
Wujud Deiksis Persona 2
No
Wujud Deiksis
Persona Teks
1 2 3
1. √
Perlu saya tegaskan bahwa negara dan seluruh rakyat
tidak pernah takut dan tidak akan pernah memberikan
peluang sedikit pun pada terorisme," ujar Jokowi di
Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/5).
2. √
Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum
dan HAM, Sri Puguh Budi Utami, mengatakan, mereka
akan ditempatkan di hunian kamar dengan sistem satu
sel untuk seorang.
3.
√
Ia menegaskan, hal ini bukan merupakan upaya
negosiasi.
47
4. √
."Yang menjadi bagian evaluasi kita memang Rutan
Brimob ini sebetulnya tidak layak jadi rutan teroris.
5. √
Ia menjelaskan, lima anggota yang tersandera adalah tim
pemberkasan yang bertugas di sebuah ruangan di Mako
Brimob di mana senjata sitaan dari para napiter juga
disimpan.
3 0 2
Pesona Pertama Tunggal Bentuk Saya
bentuk saya biasanya digunakan dalam situasi formal.Dalam situasi formal
penggunaan bentuk sayaterjadi antara bawahan dan atasan, sedangkan situasi
nonformal penggunaan bentuk sayaterjadi karena penutur dan lawan tutur belum
saling mengenal. Dari data tabel di atas kata “saya” di gunakan oleh Presiden
Jokowi saat di wawancarai oleh pihak wartawan.
Persona Jamak Pertama Bentuk kita
Persona pertama kita bersifat ekslusif, artinya pronominal ini mencakup orang lain
dipihak penutur/penulis tetapi tidak mencakupi orang lain dipihak lawan
tutur/pembaca. Data mengenai bentuk kita dalam tabel di atas merujuk pada aparat
kepolisian. Di jelaskan pada tabel tersebut Tito sebagai pembicara merasa bahwa
Rutan Brimob sudah tidak layak jadi rutan teroris.
Persona ketiga Tunggal Bentuk ia
Bentuk ia merupakan deiksis persona orang ketiga tunggal karena merujuk kepada
orang yang berada diluar tuturan. Ia merupakan variasi dari bentuk dia. Dari data di
atas terdapat kata iapada tabel nomor 3merujuk pada Wakapolri Komjen
syafrudin.Berdasarkan konteks yang ada, tuturan tersebut dituturkan oleh
Syafruddin saat di wawancarai wartawan di Mako Brimob setelah insiden
Jumlah
48
penyanderaan yang dilakukan teroris terhadap Polisi. Pada tabel nomor 5 kata ia
merujuk kepada Tito.
Persona Ketiga Jamak Bentuk Mereka
Bentuk mereka merupakan deiksis persona orang ketiga jamak karena merujuk
kepada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita namun di luar tuturan. Pada tabel di
atas kata “mereka” merujuk pada para tahanan Teroris.
Berdasarkan berita utama yang berjudul “SUROBOYO WANI!” di temukan
Tabel 4.3
Wujud Deiksis Persona 3
No
Wujud Deiksis
Persona Teks
1 2 3
1. √
Hanya dengan upaya bersama seluruh bangsa terorisme
dapat kita berantas.
2. √
Kita harus bersatu melawan terorisme," kata Presiden
Joko Widodo selepas meninjau lokasi pengeboman di
Surabaya, kemarin
3. √
Ia juga mengajak masyarakat memerangi ekstremisme
yang bertentangan dengan dengan nilai-nilai agama dan
nilai-nilai luhur rakyat Indonesia.
4. √
Di Vatikan, sebelum memimpin doa di Lapangan
Basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus ikut
menyampaikan doa bagi komunitas Kristiani di
Indonesia, terutama para korban dan keluarga mereka.
5. √
"Jangan takut semuanya, ini bagian kita untuk melawan
terorisme yang menghancurkan negara kita ini.
49
6. √
Ia mengajak seluruh warga Indonesia bersatu, tak
terprovokasi, serta menggalang solidaritas dan menolak
kekerasan.
5 0 1
Persona Jamak Pertama Bentuk kita
Persona pertama kita bersifat ekslusif, artinya pronominal ini mencakup orang
lain dipihak penutur/penulis tetapi tidak mencakupi orang lain dipihak lawan
tutur/pembaca. karena merujuk kepada penutur yang lebih dari satu.Berdasarkan
konteks yang ada, diketahui bahwa kata kita pada tabel nomor 1 dan 2 merujuk
pada rakyat Indonesia. Tuturan tersebut di ucapkan oleh Presiden Jokowi selepas
meninjau lokasi pengeboman di Surabaya.
Persona ketiga Tunggal Bentuk ia
Bentuk ia merupakan deiksis persona orang ketiga tunggal karena merujuk kepada
orang yang berada diluar tuturan. Ia merupakan variasi dari bentuk dia. Dari data di
atas terdapat kata ia pada tabel nomor 3 merujuk pada Jokowi. Hal tersebut terlihat
dari percakapan sebelumnya. Kata ia pada tabel nomor 6 berdasarkan konteks yang
ada, tuturan tersebut dituturkan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj yang menghimbau agar warga Indonesia
bersatu, tidak terprovokasi, serta menggalang solidaritas dan menolak kekerasan.
Persona Ketiga Jamak Bentuk Mereka
Bentuk mereka merupakan deiksis persona orang ketiga jamak karena merujuk
kepada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita namun di luar tuturan. Pada tabel di
atas kata “mereka” merujuk pada keluarga para korban pengeboman.
Berdasarkan berita utama yang berjudul “Pemerintah Tancap Gas RUU
Antiterorisme!” di temukan
Jumlah
50
Tabel 4.4
Wujud Deiksis Persona 4
No
Wujud Deiksis
Persona Teks
1 2 3
1. √
Ia menuturkan, pemerintah tidak pernah menghalang-
halangi agar RUU ini atau memintanya diendapkan
terlebih dahulu.
2. √
Meski begitu, dia tidak menampik bahwa belakangan ini
ada dinamika yang terjadi di tubuh pemerintah dan DPR
3. √
Ia mengungkapkan, Polri keberatan dengan definisi
terorisme yang diinginkan beberapa fraksi di Pansus
DPR.
4. √
√
"Mereka (Polri) katakan bahwa setiap penanganan
terorisme itu kami pasti gali, motif jaringannya itu
meski nggak ada di UU, kita gali sebagai
pengembangan kasus.
5. √
Jadi, tanpa ada itu pun sudah kami lakukan," ujar Arsul.
6. √
Kita boleh panas hati dan sedih, tapi pikiran harus
jernih.
7. √
Ia mengatakan, untuk kepentingan pemberantasan
terorisme, tidak masalah UU Anti terorisme direvisi.
8. √ Supaya tidak tumpang- tindih kepentingan," kata dia.
9. √
Menurut dia, salah satu yang perlu dicermati dari
rancangan revisi ada pada pasal 43A yang kerap disebut
Pasal Guantanamo merujuk pada penjara ekstrayudisial
milik AS terkait terorisme di wilayah Kuba.
3 0 7
Persona ketiga Tunggal Bentuk ia
Jumlah
51
Bentuk ia merupakan deiksis persona orang ketiga tunggal karena merujuk kepada
orang yang berada diluar tuturan. Ia merupakan variasi dari bentuk dia. Dari data di
atas terdapat kata ia merujuk pada Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly saat
di Istana Negara. Pada tabel nomor urut dua kata ia merujuk pada Arsul Sani. Pada
nomor urut tujuh kata ia merujuk pada Haris Abu Ulya selaku pengamat aksi
terorisme.
Persona ketiga Tunggal Bentuk dia
Bentuk dia merupakan deiksis persona orang ketiga tunggal karena merujuk
kepada orang yang berada diluar tuturan. Dari data di atas terdapat kata dia pada
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly. Nomor delapan dan nomor sembilan
kata dia merujuk kepada Haris Abu Ulya.
Persona Ketiga Jamak Bentuk Mereka
Bentuk mereka merupakan deiksis persona orang ketiga jamak karena merujuk
kepada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita namun di luar tuturan. Dari data di atas
di ketahui bahwa kata mereka merujuk kepada Polri.
Persona Jamak Bentuk kami
Bentuk kami digunakan oleh penutur apabila orang yang dimaksudkan adalah
dirinya dan orang yang mewakilinya. Dari data di atas terdapat kata kami yang
merujuk pada Polri. Berdasarkan konteks yang ada, tuturan tersebut dituturkan oleh
Arsul selaku anggota pansus revisi UU antiterorisme dari fraksi PPP.
Dari sampel data di atas, diketahui bahwa pengarang menggunakan deiksis persona
untuk menggambarkan tokoh yang ada dalam cerita. Jadi, keberadaan deiksis
persona dalam surat kabar sangatlah penting karena deiksis persona berfungsi
untuk memudahkan pembaca mengetahui kepada tokoh siapakah pronomina
persona merujuk.
Persona Jamak Pertama Bentuk kita
52
Persona pertama kita bersifat ekslusif, artinya pronominal ini mencakup orang lain
dipihak penutur/penulis tetapi tidak mencakupi orang lain dipihak lawan
tutur/pembaca. Data mengenai bentuk kita dalam tabel di atas merujuk pada DPR
dan Polisi.
Berdasarkan berita utama yang berjudul “Cermat Bahas Revisi UU
Antiterorisme!” di temukan
Tabel 4.5
Wujud Deiksis Persona 5
No
Wujud Deiksis
Persona Teks
1 2 3
1. √
Ia mengungkapkan, dalam catatan ICJR, masih banyak
persoalan-persoalan yang masih harus diselesaikan.
2. √
Namun, dia menegaskan, tujuan ICJR adalah demi
keadilan serta penegakan hukum yang akuntabel dan
transparan.
3. √
"Ini untuk semua warga di Indonesia tanpa membeda-
bedakan status sosial, pandangan politik, agama, warna
kulit, jenis kelamin, asal-usul, dan kebangsaan," kata
dia.
4. √
Selain itu, ia juga menilai keterlibatan TNI dalam
pemberantasan terorisme harus berada di bawah
kepolisian.
53
5. √
Menurut dia, itu perlu agar tidak ada gesekan dan
konflik kelembagaan yang dapat menimbulkan
kebijakan tidak produktif.
6. √
Ia berharap nantinya perincian tugas dan wewenang
lembaga independen tersebut harus konkret dan diisi
oleh orang-orang kredibel yang memiliki kemampuan
agar proyek kontraterorisme bisa komprehensif,
objektif, dan mengedepankan humanisme.
7. √
"Itu kan bahaya kalau masih ada. Kita berharap itu tidak
ada,"ujarnya.
8. √
Menurut dia, jangan sampai orang yang hanya
menggagas atau menyebarkan pemikiran radikal
dianggap benih-benih terorisme.
9. √
Definisi ini memang harus karena dengan definisi kita
tahu sasarannya apa.
10. √
Kita enggak mau itu menyasar ke kelompok-kelompok
tertentu," ujar Supiadin dalam diskusi di Jakarta, Sabtu
(19/5).
6 0 4
Persona ketiga Tunggal Bentuk ia
Bentuk ia merupakan deiksis persona orang ketiga tunggal karena merujuk kepada
orang yang berada diluar tuturan. Ia merupakan variasi dari bentuk dia. Dari data di
atas terdapat kata ia pada tabel nomor 1 merujuk pada Direktur Eksekutif lembaga
HAM.. Pada tabel nomor 4 kata ia merujuk kepada peneliti senior LIPI
Syamsuddin Haris. Dan pada tabel nomor 6 kata ia merujuk pada Direktur CIIA
Harits Abu Ulya.
Jumlah
54
Persona ketiga Tunggal Bentuk dia
Bentuk dia merupakan deiksis persona orang ketiga tunggal karena merujuk
kepada orang yang berada diluar tuturan. Dari data di atas terdapat kata dia pada
tabel nomor urut 2 dan 3 yang merujuk pada Anggara. Tabel nomor urut 5 kata dia
menuju kepada peneliti senior LIPI Syamsuddin Haris. Nomor 8 kata dia merujuk
pada direktur CIIA Harits Abu Ulya.
Persona Jamak Pertama Bentuk kita
Persona pertama kita bersifat ekslusif, artinya pronominal ini mencakup orang lain
dipihak penutur/penulis tetapi tidak mencakupi orang lain dipihak lawan
tutur/pembaca. Data mengenai bentuk kita dalam tabel di atas merujuk pada wakil
ketua panitia khusus revisi UU antiterorisme Supiadin Aries.
Berdasarkan berita utama yang berjudul “Revisi UU Antiterorisme Bisa Langsung
Tuntas” di temukan
Tabel 4.6
Wujud Deiksis Persona 6
No
Wujud Deiksis
Persona Teks
1 2 3
1. √
Pada prinsipnya, kata dia, baik pemerintah maupun DPR
sudah satu suara.
2. √
√
"Karena ini menyangkut persoalan bangsa dan negara
kita," lanjut dia.
3. √
Ya , itu yang kita harapkan.
4. √
Rabu ka nmasih pembukaan masa sidang, tapi langsung
kita akan komunikasikan," katanya.
5. √
Jadi, rabu nanti pembahasan kita tunggal, untuk
menyikapi apa itu terorisme, tidak ada yang lain," kata
Syafii di Kompleks Parlemen Senayan, Senin.
55
6. √
√
"Semua satu suara tentang itu, makanya kita heran kalau
kemudian dalam rapat pansus itu pihak Densus
(Antiterorisme 88) menolak, ada apa?" ujar dia.
7. √
Karena, di negara hukum aparat penegak hukum pada
dasarnya tidak ada kewenangan apa pun kecuali yang
diberikan oleh hukum itu sendiri," kata dia.
8. √
Mantan menteri hukum dan HAM Yusril Ihza Mahendra
menyebutkan, ia hanya butuh waktu satu minggu ketika
menyusun Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perppu) Terorisme pada 2002 yang menjadi
dasar UU Nomor 15/2003.
9. √
Kendati demikian, ia mengklaim sangat berhati-hati
dalam membentuk peraturan tersebut dan sengaja tidak
memasukkan definisi terorisme.
10. √
Tahun 2002 sampai hari ini belum pernah ada proyeksi
dan saya pikir itu sebenarnya sudah cukup baik ya," ujar
Yusril menerangkan saat ditemui di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi Jakarta, Senin (21/5).
11. √
Saya sendiri sengaja tidak membuat definisi
(terorisme)," katanya menambahkan.
12. √
Ia menilai, mendefinisikan sesuatu hanya untuk
kepentingan akademik saja tidak bisa kemudian
dijadikan suatu definisi dalam merumuskan suatu
perbuatan pidana
13. √
Karena itu, kata Yusril, dia dulu mengatakan, barang
siapa meledakkan bom di tempat terbuka, maka
tindakan itu adalah terorisme, pada saat menyerang
kepentingan umum itu terorisme, menyerang menara di
bandara juga sebagai tindakan terorisme.
14. √
Ia mengingatkan, ada sejumlah hal yang perlu
diperhatikan para penyusun revisi.
56
15. √
"Bahwa hanya perlu melibatkan TNI, itu saya setuju
saja dilibatkan sekarang.
16. √
Tahun 2002 kami tak mau melibatkan TNI karena pada
waktu itu kanmemang situasinya itu awal reformasi ya,"
katanya.
10 0 9
Persona ketiga Tunggal Bentuk dia
Bentuk dia merupakan deiksis persona orang ketiga tunggal karena merujuk
kepada orang yang berada diluar tuturan. Dari data di atas terdapat kata dia pada
tabel nomor urut 1 dan 2 yang merujuk pada Tito sebagai pembicara dalam
Middle East Special Operations Commander
Persona Jamak Pertama Bentuk kita
Persona pertama kita bersifat ekslusif, artinya pronominal ini mencakup orang lain
dipihak penutur/penulis tetapi tidak mencakupi orang lain dipihak lawan
tutur/pembaca. Data mengenai bentuk kita dalam tabel di atas merujuk pada aparat
kepolisian. Di jelaskan pada tabel tersebut Tito sebagai pembicara merasa bahwa
Rutan Brimob sudah tidak layak jadi rutan teroris.
Persona ketiga Tunggal Bentuk ia
Bentuk ia merupakan deiksis persona orang ketiga tunggal karena merujuk kepada
orang yang berada diluar tuturan. Ia merupakan variasi dari bentuk dia. Dari data di
atas terdapat kata ia pada tabel nomor 3 merujuk pada Wakapolri Komjen
syafrudin. Berdasarkan konteks yang ada, tuturan tersebut dituturkan oleh
Syafruddin saat di wawancarai wartawan di Mako Brimob setelah insiden
penyanderaan yang dilakukan teroris terhadap Polisi. Pada tabel nomor 5 kata ia
merujuk kepada Tito.
Pesona Pertama Tunggal Bentuk Saya
bentuk saya biasanya digunakan dalam situasi formal. Dalam situasi formal
penggunaan bentuk saya terjadi antara bawahan dan atasan, sedangkan situasi
Jumlah
57
nonformal penggunaan bentuk saya terjadi karena penutur dan lawan tutur belum
saling mengenal. Dari data tabel di atas kata “saya” di gunakan oleh Presiden
Jokowi saat di wawancarai oleh pihak wartawan.
Persona Jamak Bentuk kami
Bentuk kami digunakan oleh penutur apabila orang yang dimaksudkan adalah
dirinya dan orang yang mewakilinya. Dari data di atas terdapat kata kami yang
merujuk pada BNPT. Berdasarkan konteks yang ada, tuturan tersebut dituturkan
oleh Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius pada workshop GTCF Nusa Dua,
Bali. Alius merasa bahwa Indonesia punya pengalaman dalam mengatasi
permasalahan terorisme.
Dari sampel data di atas, diketahui bahwa pengarang menggunakan deiksis persona
untuk menggambarkan tokoh yang ada dalam cerita. Jadi, keberadaan deiksis
persona dalam surat kabar sangatlah penting karena deiksis persona berfungsi
untuk memudahkan pembaca mengetahui kepada tokoh siapakah pronomina
persona merujuk.
Berdasarkan berita utama yang berjudul “Sepekan, 74 Terduga Teroris
Ditangkap” di temukan
Tabel 4.7
Wujud Deiksis Persona 7
No
Wujud Deiksis
Persona Teks
1 2 3
1. √
Ia juga mengungkapkan, sebanyak 14 di antara para
terduga teroris tewas dalam sejumlah penangkapan dan
penyerangan pasca teror di Jawa Timur.
2. √
Iqbal mengklaim, mereka tewas ditembak karena
melawan petugas ataupun karena tindakan yang mereka
lakukan sendiri.
3. √
Total yang meninggal dalam insiden itu sejauh ini
adalah 25 orang, terdiri atas 13 pelaku dan keluarga
58
mereka serta 12 lainnya aparat dan warga sipil.
4. √
Begitu pula dengan tetangga mereka, Julian.
5. √
Kepulangan Budi disambut hangat keluarga dan
tetangga yang memenuhi rumah mereka.
6. √
Mereka ingin mendengar langsung cerita penangkapan
Budi hingga penahanannya di Mako Brimob Polda
Sumut, Medan, selama tujuh hari.
7. √ Mereka mengaku dari kepolisian.
8. √
Menangkap saya karena saya diduga melakukan tindak
kriminal, yakni membuat bom untuk aksi terorisme,"
kata Budi, Selasa (22/5).
9. √
Dia pun akhirnya dibebaskan setelah sempat ditahan
selama 24 jam karena tidak terlibat sama sekali dengan
kelompok teroris manapun.
10. √ Dia berharap aparat keamanan dapat merehabilitasi
namanya.
11. √ "Saya ingin nama saya dibersihkan," kata Budi.
12. √ Mereka pun mendapat perawatan di RS Bhayangkara
Medan.Syaiful dikabarkan dalam kondisi kritis.
13. √
Menurut dia, langkah ini merupakan bagian dari
pendekatan soft power, selain program deradikalisasi
kepada mantan narapidana terorisme.
14. √
Ia menilai, peristiwa tersebut menandakan ideologi
radikalisme telah masuk hingga keluarga dan dunia
pendidikan.
15. √
Saatnya kita seimbangkan dengan soft power,"kata
Presiden.
3 0 12 Jumlah
59
Persona ketiga Tunggal Bentuk dia
Bentuk dia merupakan deiksis persona orang ketiga tunggal karena merujuk
kepada orang yang berada diluar tuturan. Dari data di atas terdapat kata dia pada
tabel nomor urut 1 dan 2 yang merujuk pada Tito sebagai pembicara dalam
Middle East Special Operations Commander
Persona Jamak Pertama Bentuk kita
Persona pertama kita bersifat ekslusif, artinya pronominal ini mencakup orang lain
dipihak penutur/penulis tetapi tidak mencakupi orang lain dipihak lawan
tutur/pembaca. Data mengenai bentuk kita dalam tabel di atas merujuk pada aparat
kepolisian. Di jelaskan pada tabel tersebut Tito sebagai pembicara merasa bahwa
Rutan Brimob sudah tidak layak jadi rutan teroris.
Persona ketiga Tunggal Bentuk ia
Bentuk ia merupakan deiksis persona orang ketiga tunggal karena merujuk kepada
orang yang berada diluar tuturan. Ia merupakan variasi dari bentuk dia. Dari data di
atas terdapat kata ia pada tabel nomor 3 merujuk pada Wakapolri Komjen
syafrudin. Berdasarkan konteks yang ada, tuturan tersebut dituturkan oleh
Syafruddin saat di wawancarai wartawan di Mako Brimob setelah insiden
penyanderaan yang dilakukan teroris terhadap Polisi. Pada tabel nomor 5 kata ia
merujuk kepada Tito.
Persona Ketiga Jamak Bentuk Mereka
Bentuk mereka merupakan deiksis persona orang ketiga jamak karena merujuk
kepada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita namun di luar tuturan. Dari data di atas
di ketahui bahwa data nomor 3 kata mereka merujuk pada negara-negara yang
termasuk dalam anggota GCTF. Sedangkan pada tabel nomor 4, 5, dan 6 kata
mereka merujuk kepada lebih dari 600 returness FTF dan keluarganya yang
kembali dari Suria.
60
Pesona Pertama Tunggal Bentuk Saya
bentuk saya biasanya digunakan dalam situasi formal. Dalam situasi formal
penggunaan bentuk saya terjadi antara bawahan dan atasan, sedangkan situasi
nonformal penggunaan bentuk saya terjadi karena penutur dan lawan tutur belum
saling mengenal. Dari data tabel di atas kata “saya” di gunakan oleh Presiden
Jokowi saat di wawancarai oleh pihak wartawan.
2. Deiksis sosial
Deiksis Sosial pada berita utama yang berjudul “Kapolri Bagi Resep Penanganan
Terorisme” Republika edisi 09 Mei 2018
Tabel 4.8 Fungsi Deiksis Pembeda 1
No
Wujud
Deiksis
Sosial
Bentuk
Deiksis
Sosial
Fungsi
Deiksis
Pembeda
Teks
1. Kapolri
Jenderal
Polisi
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Kapolri Jenderal Polisi Muhammad
Tito Karnavian memaparkan
strategi Indonesia dalam menangani
terorisme yang berada di dalam
negeri
2. Jamaah Kata Pembeda
identitas
sosial
".Ia menjelaskan, organisasi teroris
di Indonesia saat ini terbagi dua,
yaitu Jamaah Islamiyah afiliasi
terhadap Alqaidah dan Jamaah
Ansharoh Tauhid yang berafiliasi
dengan ISIS.
3. ISIS Kata Mengefekt
ifkan
Kalimat
4. Penegak
Hukum
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Menurut dia, strategi penanganan
teroris di Indonesia dengan metode
hard approach yang
mengedepankan penegak hukum
yang didukung oleh militer.
5. Militer Kata Sosial
61
6. Pelaku Kata Pembeda
tingkat
sosial
Indonesia, lanjut dia, merupakan
satu-satunya negara di dunia yang
memberantas teroris melalui proses
persidangan dengan hasil selama
2002-2018, pelaku yang ditangkap
1.441 orang dan 1.035 yang
dihukum serta empat orang di vonis
hukuman mati.
7. Brigadir
Jendra
Polisi
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Kepala Biro Penerangan Masya
rakat Polri Brigadir Jenderal Polisi
Mohammad Iqbal mengata kan,
dalam acara tersebut, Tito juga
merupakan satu-satunya pembicara
yang berasal dari kepolisian di
mana pembicara lainnya
merupakan pejabat yang berlatar
belakang militer.
8. Pejabat Kata Pembeda
tingkat
sosial
9. Militer Kata Sosial
10. Jendral Kata Pembeda
tingkat
sosial
Sudah menjadi rahasia umum jika
jenderal Tito Karnavian punya
peran besar dalam melakukan
pemberantasan radikalisme dan
terorisme di Indonesia
11. Presiden Kata Pembeda
tingkat
sosial
Sebelum ditunjuk Presiden Jokowi
menjadi kapolri, Kapolri Tito
pernah menjadi Kepala Densus 88
Antiteror dan Kepala BNPT," kata
Iqbal.
12. Kapolri Kata Efektifitas
kalimat
13. Kepala
Densus
88
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
14. BNPT Kata Efektifitas
62
kalimat.
15. Mendagr
i
Yordania
Frasa Efektifitas
Kalimat
Di sela-sela konferensi, Tito
bertemu dengan Menteri Dalam
Negeri (Mendagri) Yordania, Samir
Mubaidin, di kantor Kemendagri,
Amman, Senin (7/5). Dalam
pertemuan ini, Tito mengharapkan
kerja sama dengan Yordania dalam
hal penegakan hukum lintas negara.
16. Penegak
Hukum
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
17. Pelaku
Usaha
Kata Identitas
sosial
Selain itu, dalam konteks
mendukung peningkatan hubungan
ekonomi dan per dagangan kedua
negara, Tito mengusulkan
pengamanan sektor dan pelaku
usaha sebagai bagian dari bidang
kerja sama ke polisian kedua
negara.
18. MoU Kata Efektifitas
kalimat
Polri telah mengusulkan rancangan
MoU kepada Kemendagri Yordania
untuk dibahas dan ditandatangani
kedua pihak pada waktunya.
19. Komjen
Pol Frasa
Indonesia kebetulan punya
pengalaman masalah itu sehingga
kami akan sharing dengan mereka,"
ujar Kepala BNPT Komjen Pol
Suhardi Alius.
Dari berita utama berjudul “Kapolri Bagi Resep Penanganan Terorisme”
ditemukan 19 deiksis sosial, 7 deiksis sosial berbentuk frasa dan 12 deiksis sosial
berbentuk kata. 1) frasa Kapolri Jendral Polisi bermakna sebagai kepala
63
kepolisian Republik Indonesia dengan pangkat sebagai jendral. Fungsi deiksis
sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 2) Kata jamaah
bermakna sebagai kumpulan atau yang tergabung dalam suatu kegiatan yang
sama. Fungsi deiksis sosial jamaah sebagai pembeda identitas sosial berdasarkan
golongannya. 3) Kata ISIS merupakan singkatan dari Islamic State in Iraq and
Syria, termasuk sebagai suatu organisasi. Fungsi deiksis sosial ISIS sebagai
mengefeksifitas kalimat. 4) Frasa penegak hukum bermakna sebagai aparat yang
melaksanakan proses upaya untuk tegaknya hukum secara nyata. Fungsi deiksis
sosial penegak hukum sebagai pembeda tingkat sosial. 5) Kata Militer bermakna
sebagai angkatan bersenjata dari suatu negara, kata tersebut bermaksud sebagai
dukungan lembaga terhadap penegak hukum. Fungsi deiksis sosial militer sebagai
pembeda tingkat sosial. 6) Kata pelaku bermakna sebagai yang melakukan
sesuatu. Fungsi deiksis sosial sebagai pembeda tingkat sosial. 7) Frasa Brigadir
Jendral Polisi bermakna sebagai tingkata pangkat keanggotaan polisi. Termasuk
dalam fungsi deiksis sosial pembeda tingkat sosial. 8) Kata pejabat bermakna
sebagai seseorang yang diberikan kewenangan atas suatu hal. Fungsi deiksis
sosial pejabat sebagai pembeda tingkat sosial. 9) Kata Militer bermakna sebagai
angkatan bersenjata dari suatu negara, kata tersebut bermaksud sebagai dukungan
lembaga terhadap penegak hukum. Fungsi deiksis sosial militer sebagai pembeda
tingkat sosial. 10) Kata Jendral bermakna sebagai pangkat seseorang dalam
militer. Fungsi deiksis sosial jendral sebagai pembeda tingkat sosial. 11) Kata
presiden bermakna sebagai jabat suatu kepala negara. Fungsi deiksis soial
presiden sebagai pembeda tingkat sosial. 12) Kata Kapolri bermakna sebagai
kepala kepolisian Republik Indonesia. Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda
tingkat sosial berdasarkan jabatan. 13) Frasa Kepala Densus 88 bermakna sebagai
kepala suatu lembaga. Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial.
14) Kata BNPT bermakna badan nasional penanggulangan terorisme. Termasuk
dalam deiksis sosial efektifitas kalimat. 15) Frasa Mendagri Yordania bermakna
kementrian dalam negeri yang diobjekkan pada negara Yordania. Fungsi deiksis
sosial mendagri yordania sebagai efektifitas kalimat. 16) Frasa penegak hukum
bermakna sebagai aparat yang melaksanakan proses upaya untuk tegaknya
hukum secara nyata. Fungsi deiksis sosial penegak hukum sebagai pembeda
64
tingkat sosial. 17) Frasa pelaku usaha bermakna sebagai sekolompok yang
berkecimpung dalam kegiatan usaha. Fungsi deiksis sosial pelaku usaha sebagai
pembeda tingkat sosial. 18) Kata Mou bermakna memorandum of understanding.
Fungsi deiksis sosialnya sebagai efektifitas kalimat. 19) Frasa Komjen Pol
bermakna komisaris jendral polisi. Fungsi deiksis sosial Komjen Pol sebagai
efektifitas kaliamat.
Deiksis Sosial pada berita utama yang berjudul “Presiden: Jangan Beri Celah
Terorisme” Republika edisi 11 Mei 2018
Tabel 4.9 Fungsi Deiksis sosial 2
No
Wujud
Deiksis
Sosial
Bentuk
Deiksis
Sosial
Fungsi
Deiksis
Pembeda
Teks
1. Presiden Kata Pembeda
tingkat
sosial
DEPOK -- Insiden
kericuhan dan penyanderaan di
Rumah Tahanan (Rutan) Salemba
cabang Mako Brimob, Kelapa Dua,
Depok, akhirnya berhasil disudahi
setelah berlangsung sekitar 38 jam
hingga Kamis (10/5).Presiden Joko
Widodo (Jokowi) menegaskan,
kejadian itu meneguhkan tekad
pemerintah memberantas terorisme.
2. Pemerint
ah
Kata Pembeda
tingkat
sosial.
3. Wakapol
ri
Komjen
Frasa Pembeda
tingkat
sosial.
Jokowi kemudian memerintahkan
kepada Wakapolri Komjen
Syafruddin untuk menaikkan
pangkat luar biasa kepada lima
prajurit Polri yang gugur.
4. Prajurit
Polri
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
5. Rakyat Kata Pembeda
identitas
"Atas nama rakyat, bangsa, dan
negara saya sampaikan rasa duka
65
sosial mendalam atas gugurnya lima
anggota Polri dalam melaksanakan
tugas dari negara dan semoga
keluarga yang ditinggalkan
diberikan ketabahan menghadapi
cobaan ini,"kata Presiden.
6. Bangsa Kata Pembeda
identitas
sosial
7. Negara Kata Pembeda
identitas
sosial
8. Narapida
na
Kata Pembeda
tingkat
sosial.
Sementara itu, para narapidana
langsung dipindahkan ke Lapas
Nusa kambangan, Cilacap, Jawa
Tengah, selepas operasi
pembebasan kemarin.
9. Napi
Teroris
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
"Saat ini napi teroris semua sedang
dalam perjalanan ke
Nusakambangan," kata Kabiro
Penmas Divisi Humas Polri Brigjen
M Iqbal di Mako Brimob, Kamis
(10/5).
10 Kabiro
Penmas
Divisi
Humas
Polri
Brigjen
Frasa Pembeda
tingkat
sosial.
11 Direktur
Jenderal Frasa
Pembeda
tingkat
sosial
Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan HAM, Sri
Puguh Budi Utami, mengata kan,
mereka akan ditempatkan di hunian
kamar dengan sistem satu sel untuk
seorang.
66
12 sandera Kata
Pembeda
tingkat
sosial.
Sedangkan, Wakapolri Komjen
Syafruddin memastikan, petugas
keamanan telah menyelesaikan
operasi pembebasan sandera pada
Kamis (10/5) pagi.
13 Briptu Kata
Pembeda
tingkat
sosial.
Sejauh ini, kepolisian belum
memerinci tuntutan para napi dalam
penyanderaan tersebut. Bagai mana
pun, lima di antara para petugas,
yakni empat anggota Detasemen
Khusus Antiteror (Densus 88),
yakni Briptu Wahyu Catur
Pamungkas, Briptu Syukron Fadhil,
Iptu Yudi Rospuji Siswanto, dan
Brigpol Fandi Setyo Nugroho; dan
satu anggota bertugas di Polda
Metro Jaya, yakni Aipda Denny
Setiadi, gugur dalam penyanderaan.
14 Iptu Kata
Pembeda
tingkat
sosial.
15 Brigpol Kata
Pembeda
tingkat
sosial.
16 Kapolri
Jenderal Kata
Pembeda
tingkat
sosial.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian
yang sedang berada di Yordania
saat kejadian bermula menuturkan
evaluasi sementara dari kejadian
itu.
Dari berita utama berjudul “Presiden: Jangan Beri Celah Terorisme”
ditemukan 16 deiksis sosial, 6 deiksis sosial berbentuk frasa dan 10 deiksis sosial
berbentuk kata. 1) Kata presiden bermakna sebagai jabat suatu kepala negara.
Fungsi deiksis soial presiden sebagai pembeda tingkat sosial. 2) Kata pemerintah
bermakna organisasi yang memiliki kekuasaan dalam suatu negara. Fungsi deiksis
sosial pemerintah sebagai pembeda tingkat sosial. 3) Frasa Wakapolri Komjen
bermakna sebagai wakil kepala kepolisian Republik Indonesia dengan pangkat
67
sebagai komisaris jendral. Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial
berdasarkan jabatan. 4) Frasa Prajurit Polri bermakna golongan pangkat pada
kepolisian. Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial. 5) Kata
rakyat bermakna seluruh orang yang berada dalam negara. Fungsi deiksis sosial
rakyat sebagai pembeda tingkat sosial. 6) Kata Bangsa bermakna sekumpulan
orang dengan jiwa nasionalisme yang sama. Fungsi deiksis sosialnya sebagai
pembeda tingkat sosial. 7) Kata negara bermakna suatu wilayah yang mempunyai
kedaulatan hukum. Fungsi deiksis sosial negara sebagai pembeda tingkat sosial.
8) Kata Narapidana bermakna terpidana yang hilang kemerdekaannya dalam
masyarakat. Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial. 9) Frasa
Napi Terorisme bermakna terpidana kasus tindak terorisme. Termasuk dalam
deiksis sosial pembeda tingkat sosial. 10) Frasa Kabiro Penmas Divisi Humas
Polri Brigjen bermakna sebagai kepala suatu lembaga dalam lingkungan
kepolisian. Termasuk dalam deiksis sosial pembeda tingkat sosial. 11) Kata
Ditrektur Jendral bermakna sebagai pangkat seseorang dalam suatu lembaga.
Fungsi deiksis sosial direktur jendral sebagai pembeda tingkat sosial. 12) Kata
sandera bermakna seseorang yang ditawan. Fungsi deiksis sosial sandera sebagai
pembeda tingkat sosial. 13) Kata briptu bermakna sebagai pangkat seseorang
dalam militer. Fungsi deiksis sosial briptu sebagai pembeda tingkat sosial. 14)
Kata Iptu bermakna sebagai pangkat seseorang dalam militer. Fungsi deiksis
sosial iptu sebagai pembeda tingkat sosial. 15) Kata brigpol bermakna sebagai
brigadir polisi, yang merupakan pangkat seseorang dalam militer. Fungsi deiksis
sosial brigpol sebagai pembeda tingkat sosial. 16) frasa Kapolri Jendral
bermakna sebagai kepala kepolisian Republik Indonesia dengan pangkat sebagai
jendral. Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan
jabatan.
68
Deiksis Sosial pada berita utama yang berjudul Suroboyo Wani! Republika edisi
14 Mei 2018.
Tabel 4.10 Fungsi Deiksis sosial 3
No.
Wujud
Deiksis
Sosial
Bentuk
Deiksis
Sosial
Fungsi
Deiksis
Pembeda
Teks
1 Masyarakat Kata Identitas
sosial
Masyarakat juga diminta tak
tenggelam dalam ketakutan
menghadapi aksi tak
berperikemanusiaan tersebut.
2 Terorisme
Kata Pembeda
tingkat
sosial
"Hanya dengan upaya
bersama seluruh bangsa
terorisme dapat kita
berantas.Kita harus bersatu
melawan terorisme," kata
Presiden Joko Widodo
selepas meninjau lokasi
pengeboman di Surabaya,
kemarin.
3 Presiden Kata Pembeda
tingkat
sosial
4 Paus
Fransiskus
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Di Vatikan, sebelum
memimpin doa di Lapangan
Basilika Santo Petrus, Paus
Fransiskus ikut
menyampaikan doa bagi
komunitas Kristiani di
Indonesia, terutama para
korban dan keluarga mereka.
5 Gubernur Frasa Pembeda Sementara, warga Surabaya
69
Jawa Timur tingkat
sosial
membuat perlawanan di
dunia maya dengan tanda
pagar #SuraboyoWani.Sikap
itu ditegaskan Gubernur Jawa
Timur Soekarwo.
6 Sekretaris
Umum
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
"Sekretaris Umum PP
Muhammadiyah Abdul Mu'ti
menyampaikan, aksi kemarin
tidak dibenarkan ajaran
agama apa pun.
7 Ketua Umum Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Hal serupa disampaikan
Ketua Umum Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU)
KH Said Aqil Siroj.
8 Sekretaris
Umum
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Sekretaris Umum
Persekutuan Gereja-Gereja di
Indonesia (PGI) Pendeta
Gomar Gultom
menyampaikan,
sesungguhnya tidak ada
agama yang mengajarkan
kekerasan dan pembunuhan.
Dari berita utama berjudul “Suroboyo Wani” ditemukan 8 deiksis sosial, 3
deiksis sosial berbentuk frasa dan 5 deiksis sosial berbentuk kata. 1) Kata
masyrakyat bermakna seluruh orang yang berada dalam negara. Fungsi deiksis
sosial masyrakyat sebagai pembeda tingkat sosial. 2) Kata Terorisme bermakna
suatu gangguan terhadap pertahanan dan keamanan. Termasuk dalam deiksis
sosial pembeda tingkat sosial. 3) ) Kata presiden bermakna sebagai jabat suatu
kepala negara. Fungsi deiksis soial presiden sebagai pembeda tingkat sosial 4)
Kata Paus bermakna gelar atau sebutan yang diberikan dalam suatu lembaga
kerohanian. Fungi deiksis sosial paus sebagai pembeda tingkat sosial. 5) Kata
70
Gubernur bermakna sebagai pangkat seseorang dalam suatu lembaga. Fungsi
deiksis sosial gubernur sebagai pembeda tingkat sosial. 6) Frasa Sekretaris umum
bermakna sebagai pangkat seseorang dalam suatu lembaga. Fungsi deiksis sosial
Sekretaris umum sebagai pembeda tingkat sosial. 7) Frasa ketua umum bermakna
sebagai pangkat seseorang dalam suatu lembaga. Fungsi deiksis sosial ketua
umum sebagai pembeda tingkat sosial. 8) Frasa Sekretaris umum bermakna
sebagai pangkat seseorang dalam suatu lembaga. Fungsi deiksis sosial Sekretaris
umum sebagai pembeda tingkat sosial.
Deiksis Sosial pada berita utama yang berjudul “Pemerintah Tancap Gas RUU
Antiterorisme” Republika edisi 16 Mei 2018.
Tabel 4.11 Fungsi Deiksis sosial 4
No.
Wujud
Deiksis
Sosial
Bentuk
Deiksis
Sosial
Fungsi
Deiksis
Pembeda
Teks
1 Menteri
Hukum dan
HAM
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Menteri Hukum dan HAM
Yasonna Laoly mengatakan
bahwa kementeriannya sudah
mela kukan rapat dengan
sejumlah kementerian dan
lembaga lain terkait ran
cangan revisi Undang-
Undang Nomor 15 Tahun
2013 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme
(UU Antiterorisme).
2 pimpinan
DPR
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Yasonna menyebut telah
melakukan komunikasi
dengan salah satu pimpinan
71
3 fraksi koalisi
pemerintah
Frasa DPR serta fraksi koalisi
pemerintah terkait hal itu.
4 pemerintah Kata Ia menuturkan, pemerintah
tidak pernah menghalang-
halangi agar RUU ini atau
memintanya diendapkan
terlebih da hulu.
5 Polri Kata Efektifitas
kalimat
Ia mengungkapkan, Polri
keberatan dengan definisi
terorisme yang diinginkan
beberapa fraksi di Pansus
DPR.
6 kuasa hukum
tersangka
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Arsul mengungkap,
keberatan Polri
dimasukkannya frasa motif
politik dan ideologi sebagai
bagian dari definisi terorisme
karena khawatir digunakan
kuasa hukum tersangka
terduga teroris maupun
terdakwa untuk menghin dar
dari tuduhan.
7 penegak
hukum
Frasa Pembeda
identitas
sosial
Sebaliknya, beberapa fraksi
di Pansus Revisi UU juga
memiliki alasan memasukkan
unsur motif politik dan
ideologi, yakni untuk
mencegah kesewenang-
sewenangan penegak hukum.
8 Menteri
Koordinator
Frasa Pembeda
tingkat
Terakhir, Arsul mengatakan,
dalam pertemuan partai
72
Bidang
Politik
Hukum dan
Keamanan
sosial koalisi pendukung
pemerintah dengan Menteri
Koordinator Bidang Politik
Hukum dan Keamanan
Wiranto, disepakati pilihan
alternatif soal definisi
terorisme.
Dari berita utama berjudul “Pemerintah Tancap Gas RUU Antiterorisme”
ditemukan 8 deiksis sosial, 6 deiksis sosial berbentuk frasa dan 2 deiksis sosial
berbentuk kata. 1) Frasa Menteri Hukum dan HAM bermakna jabatan pembantu
presiden dalam lingkup tanggung jawab mengenai hukum dan hak asasi manusia.
Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial. 2) Frasa pimpinan DPR
bermakna pemimpin salah satu fungsi kerja yang terdapat pada lembaga DPR.
Fungsi deiksis sosial pimpinan DPR termasuk sebagai pembeda tingkat sosial. 3)
Frasa fraksi koalisi pemerintah bermakna sekumpulan golongan yang bergabung
dan mendukung pemerintah. Fungsi deiksisnya termasuk sebagai pembeda tingkat
sosial. 4) Kata pemerintah bermakna sebagai sekelompok orang yang bersama-
sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. Fungsi
deiksis sosial pemerintah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 5)
Kata Polri bermakna Polisi republik Indonesia. Termasuk deiksis sosial sebagai
efetifitas kalimat. 6) Frasa kuasa hukum tersangka bermakna tim/perorangan yang
mengatasi masalah hukum tersangka. Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda
tingkat sosial. 7) Frasa penegak hukum bermakna sebagai orang yang menegakkan
peraturan. Fungsi deiksis sosial penegak hukum sebagai pembeda tingkat sosial
berdasarkan pekerjaan. 8) Frasa Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan
Keamanan bermakna jabatan pembantu presiden dalam lingkup tanggung jawab
mengenai hukum dan hak asasi manusia. Fungsi deiksis sosialnya sebagai
pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan.
73
Deiksis Sosial pada berita utama yang berjudul “Cermat Bahas Revisi UU
Antiterorisme” Republika edisi 21 Mei 2018.
Tabel 4.12 Fungsi Deiksis sosial 5
No.
Wujud
Deiksis
Sosial
Bentuk
Deiksis
Sosial
Fungsi
Deiksis
Pembeda
Teks
1 anggota DPR Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Para anggota DPR
mengagendakan rapat
penuntasan revisi Undang-
Undang Nomor 15 Tahun
2003 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme
pekan ini.
2 Direktur
Eksekutif
Lembaga
Hak Asasi
Manusia
(HAM)
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Direktur Eksekutif Lembaga
Hak Asasi Manusia (HAM)
dari Institute for Criminal
Justice Reform (ICJR),
Anggara, meminta
pemerintah tidak tergesa-gesa
mengesahkan revisi UU
Antiterorisme tersebut.
3 Pemerintah Kata Pembeda
tingkat
sosial
Hal tersebut guna
memastikan partisipasi
masyarakat terhadap hasil-
hasil pembahasan antara
pemerintah dan DPR.
4 TNI Kata Efektifitas
kalimat
Di antara revisi yang
rencananya disertakan dalam
UU Anti terorisme adalah
soal perpanjangan masa
penahanan terduga teroris,
penangkapan berdasarkan
74
indikasi-indikasi tertentu
sebelum kejahatan
dilaksanakan, dan pelibatan
TNI dalam pemberantasan
terorisme.
5 Peneliti
senior LIPI
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Peneliti senior LIPI
Syamsuddin Haris menilai
bentuk keterlibatan TNI di
dalam pemberantasan
terorisme harus cermat.
6 Direktur the
Community
Ideological
Islamic
Analyst
(CIIA)
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Direktur the Community
Ideological Islamic Analyst
(CIIA) Harits Abu Ulya
menilai adanya pem
bentukan sebuah lembaga
independen yang berfungsi
melakukan pengawasan dan
kontrol juga perlu dikritisi
7 Terorisme Kata Pembeda
tingkat
sosial
"Terorisme itu radikal pada
aspek tindakan.
8 fraksi partai
pendukung
pemerintah
Frasa Pembeda
identitas
sosial
Terkait perdebatan definisi
terorisme fraksi partai
pendukung pemerintah
setelah rapat dengan Menteri
75
9 Menteri
Koordinator
Bidang
Politik
Hukum dan
Keamanan
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Koordinator Bidang Politik
Hukum dan Keamanan
Wiranto pada pekan lalu
telah menyepakati agar frasa
motif politik, ideologi, dan
ancaman keamanan negara
tidak dimasukkan di dalam
pasal tetapi ditempatkan di
dalam bab penjelasan umum.
10 Wakil Ketua
Panitia
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Bagaimanapun, Wakil Ketua
Panitia Khusus Revisi UU
Antiterorisme Supiadin Aries
Saputra sepakat, definisi
terorisme harus ada dalam
regulasi itu.
Dari berita utama berjudul “Cermat Bahas Revisi UU Antiterorisme” ditemukan
10 deiksis sosial, 7 deiksis sosial berbentuk frasa dan 3 deiksis sosial berbentuk
kata. 1) Frasa anggota DPR bermakna sebagai orang/badan yang menjadi bagian
atau masuk dalam suatu badan pemerintah negara yang bertugas sebagai
perwakilan rakyat. Fungsi deiksis sosial anggota DPR sebagai pembeda tingkat
sosial berdasarkan pekerjaan. 2) Frasa Direktur Eksekutif Lembaga Hak Asasi
Manusia (HAM) bermakna jabatan seseorang dalam lembaga hak asasi manusia.
Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 3)
Kata pemerintah bermakna sebagai sekelompok orang yang bersama-sama
memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. Fungsi deiksis
sosial pemerintah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 4) Kata
TNI bermakna sebagai Tentara Negara Indonesia yang merupakan sebuah
singkatan. Fungsi deiksis sosial TNI sebagai efektifitas kalimat. 5) Frasa Peneliti
senior LIPI bermakna peneliti yang telah berpengalaman dan telah mengabdi lama
dalam lembaga LIPI. Fungsi deiksis sosial peneliti senior LIPI sebagai pembeda
76
tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 6) Frasa Direktur the Community
Ideological Islamic Analyst (CIIA) bermakna pimpinan tertinggi dalam suatu
lembaga yang disebut CIIA. Fungsi deiksis sosialnya termasuk sebagai pembeda
tingkat sosial berdasarkan jabatan. 7) Kata Terorisme bermakna suatu gangguan
terhadap pertahanan dan keamanan. Termasuk dalam deiksis sosial pembeda
tingkat sosial. 8) Frasa fraksi koalisi pemerintah bermakna sekumpulan golongan
yang bergabung dan mendukung pemerintah. Fungsi deiksisnya termasuk sebagai
pembeda tingkat sosial. 9) Frasa Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan
Keamanan bermakna jabatan pembantu presiden dalam lingkup tanggung jawab
mengenai hukum dan hak asasi manusia. Fungsi deiksis sosialnya sebagai
pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 10) Frasa wakil ketua panitia
bermakna sebagai pangkat seseorang dalam suatu lembaga. Fungsi deiksis sosial
wakil ketua panitia sebagai pembeda tingkat sosial.
Deiksis Sosial pada berita utama yang berjudul “Revisi UU Antiterorisme Bisa
Langsung Tuntas” Republika edisi 22 Mei 2018.
Tabel 4.13 Fungsi Deiksis sosial 6
No
Wujud
Deiksis
Sosial
Bentuk
Deiksis
Sosial
Fungsi
Deiksis
Pembeda
Teks
1. Dirjen
PP
Kemenk
umham
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
"Paling satu kali pertemuan
sudah selesai karena memang tidak
ada hal yang prinsip, terutama
menyangkut soal masalah definisi
terorisme,"kata Direktur Jenderal
Peraturan Perundang-undangan
(Dirjen PP)Kemenkumham Widodo
Ekatjahyana di Jakarta, Senin
(21/5).
77
2. Pemerint
ah
Kata Pembeda
tingkat
sosial
Pada prinsipnya, kata dia, baik
pemerintah maupun DPR sudah
satu suara.Kedua belah pihak pun
sudah ber konsolidasi agar revisi
UU Ant iterorisme dapat segera
rampung dalam pembahasan yang
akan dilakukan ke depan.
3 DPR Kata Pembeda
tingkat
sosial
4. Menteri
Hukum
dan
HAM
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Menteri Hukum dan HAM Yasonna
H Laoly sebelumnya menerangkan,
ada sedikit perubahan pada draf
yang akan dibahas nanti.Perubah an
tersebut ada pada definisi tero
risme."Ya, itu yang kita
harapkan.Rabu kanmasih
pembukaan masa sidang, tapi
langsung kita akan komuni
kasikan," katanya.
5. Ketua
Panitia
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Ketua Panitia Khusus Revisi UU
Antite rorisme M Syafii mengamini
bahwa regulasi tersebut sudah
hampir selesai.
6. Panglima
TNI
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Syafii menjelaskan, pada umumnya
pemerintah sudah satu suara dengan
pengertian yang diusulkan
Panglima TNI, Kapolri, Menteri
Pertahanan, Menko Polhukam, dan
usulan Prof Muladi bahwa definisi
terorisme selain ada tindakan
kejahatan yang bisa menim bulkan
ketakutan masif, menimbulkan
korban, merusak objek vital yang
7 Kapolri Kata Pembeda
tingkat
sosial
8
Menteri
Pertahan
an
Frasa
Pembeda
tingkat
sosial
78
9 Menko
Polhuka
m
Frasa
Pembeda
tingkat
sosial
strategis, tapi juga mengancam
kemanan negara dan punya tujuan
politik serta ideologi.
10 Profesor Kata Pembeda
tingkat
sosial
11
Densus
88
Frasa
Efektifitas
Kalimat
"Semua satu suara tentang itu,
makanya kita heran kalau kemudian
dalam rapat pansus itu pihak
Densus (Antiterorisme 88)
menolak, ada apa?" ujar dia.
12 Politikus
Partai
Frasa Pembeda
identitas
sosial
Politikus Partai Partai Gerindra
tersebut menyebut alasan Densus
88 menolak definisi tersebut karena
dinilai bisa memper sempit ruang
gerak.
13 Aparat
Penegak
Hukum
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
"Kalau kemudian tidak bisa bebas
menangkap, ya memang harus tidak
bebas.Karena, di negara hukum
aparat penegak hukum pada
dasarnya tidak ada kewenangan apa
pun kecuali yang diberikan oleh
hukum itu sendiri," kata dia.
14 Kadiv
Humas
Polri
Irjen
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Sementara itu, Kadiv Humas Polri
Irjen Setyo Wasisto menyatakan
optimistis bahwa revisi UU
Antiterorisme akan segera selesai
karena ia sudah bertemu dengan
anggota DPR yang membahas UU
tersebut."Bahkan, sebelum tanggal
79
30 Mei sudah selesai," ujar Setyo.
Mantan
Menteri
Hukum
dan
HAM
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
"Kalau kemudian tidak bisa bebas
menangkap, ya memang harus tidak
bebas.Karena, di negara hukum
aparat penegak hukum pada
dasarnya tidak ada kewenangan apa
pun kecuali yang diberikan oleh
hukum itu sendiri," kata dia.
15 TNI Kata
Pembeda
tingkat
sosial
Sementara itu, Kadiv Humas Polri
Irjen Setyo Wasisto menyatakan
optimistis bahwa revisi UU
Antiterorisme akan segera selesai
karena ia sudah bertemu dengan
anggota DPR yang membahas UU
tersebut.
16 Terorism
e Kata
Pembeda
tingkat
sosial
Mantan menteri hukum dan HAM
Yusril Ihza Mahendra
menyebutkan, ia hanya butuh
waktu satu minggu ketika
menyusun Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
(Perppu) Terorisme pada 2002 yang
menjadi dasar UU Nomor
15/2003.Kendati demikian, ia
mengklaim sangat berhati-hati
dalam membentuk peraturan
tersebut dan sengaja tidak
memasukkan definisi terorisme.
17 TNI Kata Efektifitas
Kalimat
Ia mengingatkan, ada sejumlah hal
yang perlu diperhatikan para
penyusun revisi. "Bahwa hanya
80
perlu melibatkan TNI, itu saya
setuju saja dilibatkan sekarang.
Dari berita utama berjudul “Revisi UU Antiterorisme Bisa Langsung Tuntas”
ditemukan 17 deiksis sosial, 11 deiksis sosial berbentuk frasa dan 6 deiksis sosial
berbentuk kata. 1) Frasa Dirjen PP Kemenkumham bermakna jabatan dalam suatu
lembaga kemenkumham. Fungsi deiksis sosial Dirjen PP Kemenkumham sebagai
pembeda tingkat sosial. 2) Kata pemerintah bermakna sebagai sekelompok orang
yang bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan
kekuasaan. Fungsi deiksis sosial pemerintah sebagai pembeda tingkat sosial
berdasarkan jabatan. 3) kata DPR bermakna sebagai singkatan dari Dewan
Perwakilan Rakyat, lembaga yang memegang kekuasaan legislatif. Fungsi deiksis
sosial DPR untuk mengefektifkan kalimat. Ungkapan tersebut memudahkan
tercapainya tujuan pembicaraan dengan menyingkat Dewan Perwakilan Rakyat
menjadi DPR. 4) Frasa Menteri Hukum dan HAM bermakna jabatan pembantu
presiden dalam lingkup tanggung jawab mengenai hukum dan hak asasi manusia.
Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial. 5) Frasa ketua panitia
bermakna sebagai pangkat seseorang dalam suatu lembaga. Fungsi deiksis sosial
ketua panitia sebagai pembeda tingkat sosial. 6) Frasa panglima TNI bermakna
pimpinan tertinggi dari tentara negara indonesia. Fungsi deiksis sosial panglima
TNI sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 7) Kata kapolri
bermakna sebagai kepala kepolisian Republik Indonesia. Fungsi deiksis sosialnya
sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 8) Frasa Menteri pertahanan
bermakna jabatan pembantu presiden dalam lingkup tanggung jawab mengenai
pertahanan nasional. Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial
berdasarkan jabatan. 9) Frasa menko polhukam bermakna jabatan pembantu
presiden dalam lingkup tanggung jawab mengenai politik, hukum dan keamanan.
Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 10)
Kata Profesor bermakna profesi seseorang yang didapat menjadi gelar dalam
dunia pendidikan/penelitian. Fungsi deiksis sosialnya termasuk dalam pembeda
tingkat sosial berdasarkan gelar. 11) Frasa Densus 88 bermakna sebagai
detasemen khusus 88 yang mempunyai tugas dalam pemberantasan terorisme di
81
Indonesia. Fungsi deiksis sosialnya sebagai efektifitas kalimat. 12) Frasa politikus
partai bermakna peranan seseorang/kelompok yang terlibat dalam dunia politik
dalam naungan suatu partai. Fungsi deiksis sosial politikus partai sebagai
pembeda tingkat sosial berdasarkan golongan. 13) frasa aparat penegak hukum
bermakna sebagai badan yang berkewenangan dalam menegakkan peraturan.
Fungsi deiksis sosial aparat penegak hukum sebagai pembeda tingkat sosial
berdasarkan pekerjaan. 14) Frasa Kadiv Humas Polri Irjen bermakna jabatan serta
gelar dalam kepolisian. Fungsi deiksis sosialnya termasuk sebagai pembeda
tingkat sosial berdasarkan jabatan. 15) Frasa Mantan Mentri Hukum dan HAM
bermakna jabatan yang sudah tidak lagi diemban dalam lingkup hukum dan
HAM. Fungsi deiksisnya sebagai pembeda tingkat sosial. 16) Kata Terorisme
bermakna suatu gangguan terhadap pertahanan dan keamanan. Termasuk dalam
deiksis sosial pembeda tingkat sosial. 17) Kata TNI bermakna sebagai Tentara
Negara Indonesia yang merupakan sebuah singkatan. Fungsi deiksis sosial TNI
sebagai efektifitas kalimat.
Deiksis Sosial pada berita utama yang berjudul “Sepekan, 74 Terduga Terori
Ditangkap” Republika edisi 23 Mei 2018.
Tabel 4.14 Fungsi Deiksis sosial 7
No
Wujud
Deiksis
Sosial
Bentuk
Deiksis
Sosial
Fungsi
Deiksis
Pembeda
Teks
1 Teroris Kata
Pembeda
tingkat
sosial
Mabes Polri melansir, telah
menangkap sebanyak 74 terduga
teroris sepanjang operasi kontra
terorisme pascaterjadinya sejumlah
teror bom Jawa Timur.
2 Kepolisi
an
Kata Pembeda
tingkat
sosial
Operasi kontraterorisme kepolisian
yang diujungtombaki Detasemen
Khusus Antiteror (Densus 88)
82
3 Densus
88
Frasa Efektifitas
Kalimat
tersebut digelar selama 13 Mei
hingga 20 Mei 2018.
4 Aparat Kata Pembeda
identitas
sosial
Total yang meninggal dalam
insiden itu sejauh ini adalah 25
orang, terdiri atas 13 pelaku dan
keluarga mereka serta 12 lainnya
aparat dan warga sipil.
5 Warga
Sipil
Frasa Pembeda
identitas
sosial
6 JAD Kata Efektifitas
Kalimat
Para pelaku disebut ter gabung
dalam kelompok Jamaah Ansharut
Daulah (JAD) yang berafiliasi
dengan kelompok ekstremis Negara
Islam Irak dan Suriah (ISIS).
7 ISIS Kata Efektifitas
Kalimat
8 JAT Kata Efektifitas
Kalimat
Kepolisian melansir, kelompok itu
merupakan sempalan Jamaah
Ansharut Tauhid (JAT) dan Jamaah
Islamiyah (JI).
9 JI Kata Efektifitas
Kalimat
10 Kapolri
Jenderal
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Hanya Kapolri Jenderal Tito
Karnavian yang mengisyaratkan
adanya penangkapan di Tanjung
Balai tersebut.
11 pegawai
negeri
sipil
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Diantaranya, FSA yang merupakan
seorang pegawai negeri sipil di
Kayong Utara, Kalimantan Barat;
HDL, seorang dosen di Univer sitas
Sumatra Utara, Medan;dan AAD
yang sehari-hari bekerja sebagai
seorang satpam di Sumatra
Utara.Ketiganya dijerat dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2016 tentang Informasi Transaksi
12 Dosen Kata Pembeda
tingkat
sosial
13 Satpam Kata Pembeda
tingkat
sosial
83
Elektronik.
14 Pemerint
ah
Kata Pembeda
tingkat
sosial
Pihak kepolisian dan pemerintah
menginginkan regulasi itu
selekasnya disahkan guna
memudahkan aparat melakukan
penangkapan.
15 Mantan
narapida
na
Frasa Pembeda
tingkat
sosial
Menurut dia, langkah ini
merupakan bagian dari pendekatan
soft power, selain program
deradikalisasi kepada mantan
narapidana terorisme.
Dari berita utama berjudul “Sepekan, 74 Terduga Terori Ditangkap” ditemukan
15 deiksis sosial, 10 deiksis sosial berbentuk frasa dan 5 deiksis sosial berbentuk
kata. 1) Kata teroris bermakna pelaku tindak kejahatan teror. Fungsi deiksis
teroris sebagai pembeda tingkat sosial. 2) Kata kepolisian bermakna satuan kerja
dalam bidang keamanan. Fungsi deiksis kepolisian sebagai pembeda tingkat
sosial. 3) Frasa Densus 88 bermakna sebagai detasemen khusus 88 yang
mempunyai tugas dalam pemberantasan terorisme di Indonesia. Fungsi deiksis
sosial sebangai efektifitas kalimat. 4) Kata aparat bermakna seseorang/kelompok
yang mempunyai kewenangan khusus. Fungsi deiksis sosial aparat termasuk
sebagai pembeda identitas sosial. 5) kata warga sipil bermakna sebagai
anggota/perkumpulan/penduduk yang mendiami suatu wilayah .Fungsi deiksis
sosial warga sipil sebagai pembeda identitas sosial. 6) Kata JAD bermakna
Jamaah Ansharut Daulah. Fungsi deiksis sosialnya sebagai efektifitas kalimat. 7)
Kata ISIS merupakan singkatan dari Islamic State in Iraq and Syria, termasuk
sebagai suatu organisasi. Fungsi deiksis sosial ISIS sebagai mengefeksifitas
kalimat. 8) Kata JAT bermakna Jamaah Ansharut Tauhid, termasuk sebagai suatu
organisasi. Fungsi deiksis sosial JAT sebagai mengefeksifitas kalimat. 9) Kata JI
bermakna Jamaah Islamiah, termasuk sebagai suatu organisasi. Fungsi deiksis
sosial JI sebagai mengefeksifitas kalimat. 10) frasa Kapolri Jendral bermakna
84
sebagai kepala kepolisian Republik Indonesia dengan pangkat sebagai jendral.
Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 11)
Frasa pegawai negeri sipil bermakna sebagai orang yang bekerja pada
pemerintah/negara yang gajinya dibayarkan dengan APBN dan APBD. Fungsi
deiksis sosial pegawai negeri sipil sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan
pekerjaan. 12) Kata dosen bermakna sebagai tenaga pengajar pada perguruan
tinggi. Fungsi deiksis sosial dosen sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan
pekerjaan. 13) Kata satpam bermakna petugas keamanan. Fungsi deiksis sosial
satpam sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 14) Kata
pemerintah bermakna sebagai sekelompok orang yang bersama-sama memikul
tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. Fungsi deiksis sosial
pemerintah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 15) Frasa Mantan
narapidana bermakna seseorang yang telah lepas dari masa hukuman sebagai
narapidana. Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda identitas sosial.
3. Deiksis Wacana
Tabel 4.15 Deiksis wacanaKapolri Bagi Resep Penanganan Terorisme
No. Anafora Katafora Teks
1 √
Tito pun menyampaikan langkah-langkah
pencegahan radikalisme dan terorisme dengan
presentasi berjudul "Law Enforcement Led Stra tegy
In Countering Terrorisme in Indonesia". Ia
menjelaskan, organisasi teroris di Indonesia saat ini
terbagi dua, yaitu Jamaah Islamiyah afiliasi terhadap
Alqaidah dan Jamaah Ansharoh Tauhid yang
berafiliasi dengan ISIS.
2 √
"Indonesia terdapat 2.000 militan teroris eks
pemberontak bersenjata yang merupakan alumni
Afghanistan dan Filipina Selatan. Dengan beragamnya
arena pertempuran melawan teroris yang sangat
85
beragam, maka perlu adanya ke mam puan di semua
matra tersebut," ujar Tito dalam keterangan tertulis
yang diterima Re publika di Jakarta, Selasa (8/5).
3 √
Indonesia, lanjut dia, merupakan satu-satunya negara
di dunia yang memberantas teroris melalui proses
persidangan dengan hasil selama 2002-2018, pelaku
yang ditangkap 1.441 orang dan 1.035 yang dihukum
serta empat orang di vonis hukuman mati.
4 √
Di sela-sela konferensi, Tito bertemu dengan
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Yordania, Samir
Mubaidin, di kantor Kemendagri, Amman, Senin
(7/5). Dalam pertemuan ini, Tito mengharapkan kerja
sama dengan Yordania dalam hal penegakan hukum
lintas negara.
5 √
Menurut Iqbal, Tito menyampaikan keperluan
bagi ke dua negara untuk lebih memperkuat kerja
sama antar lembaga ke polisian dalam
penanggulangan kejahatan lintas negara. Kejahatan itu
termasuk perdaganganan obat terlarang, kejahatan
siber dan terorisme,serta pengembangan kapasitas
kelembagaan.
6 √
Di bidang kontraterorisme, Tito juga menyatakan
kesiapan lembaganya untuk melakukan kerja sama
yang diperlukan, khususnya melalui keberadaan
detasemen Khusus 88 di Polri. "Dalam rangka
peningkatan kerja sama pertukaran informasi, Kapolri
menyatakan keinginan untuk menempatkan pejabat
Polri (LO) di perwakilan RI di Amman sekiranya
disetujui Pemerintah Yordania," ujar Iqbal
7 √ Dalam kegiatan bertajuk "The Second
86
Regional Workshop on Initiative on Addressing the
Challenge of Returning Families of Foreign Terrorist
Fighters" (FTF) itu, BNPT menyampaikan
pengalamannya dalam menangani FTF dengan
pendekatan lunak selama ini.
8
√
Suhardi mengungkapkan, saat ini sudah lebih
600 returness FTF dan keluarganya yang kembali dari
Suriah."Ini men jadi ancaman tersendiri karena
mereka sudah radikal sehingga kalau tidak dimonitor
dan di perhatikan bisa menjadi ancaman.Apa lagi,
tidak hanya fighter-nya saja, tapi ada keluarganya,
yaitu istri dan anak, sehingga harus ada penanganan
khusus," katanya.
9
√
Menurut Suhardi, BNPT sudah beberapa kali
memulangkan keluarga FTF dari Turki ke Indonesia.
Mereka tetap ditangani secara intensif bersama
pemangku kepentingan lain, seperti Kementerian
Sosial dan kepolisian, agar tidak merasa di
marginalkan. "Artinya, mereka harus disentuh dan
terus dilakukan upaya untuk mereduksi tingkat radikal
mereka sehingga nantinya bisa kembali di tengah ma
syarakat," katanya.
Data nomor satu termasuk dalam deiksis wacana anafora karena kata ia
yang di gunakan mengacu pada penjelasan sebelumnya yaitu tito. Data nomor dua
termasuk dalam deiksis wacana anafora karena –nya yang disebutkan mengacu
pada dialog sebelumnya yaitu mengacu pada 2000 militan teroris eks
pemberontakan bersenjata. Data nomor tiga termasuk deiksis wacana katafora
sebagai penjelas dari kata sebelumnya yaitu Indonesia, d kalimat selanjutnya di
jelaskan bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara didunia yang
memberantas teroris melalui proses persidangan. Data nomor empat merupakan
penjelasan dari katafora pertemuan ini, Tito mengharapkan kerja sama dengan
87
Yordania dalam hal penegakan hukum lintas negara. Pertemuan ini merupakan
penjelas pertemuan dengan mendagri Yordania, samir mubaidin. Data nomor lima
merupakan katafora karena kalimat kedua penjelasan dari kejahatan yang
dimaksud dalam kalimat pertama. Data nomor enam merupakan anafora –nya
mengacu pada densus 88. Data ketuju merupakan katafora penjelasan bahwa
dalam workshop tersebut BNPT menyampaikan pengalamannya dalam
menangani FTF yang selama ini menggunakan pendekatan lunak. Data ke delapan
merupakan anafora. Data ke sembilan merupakan anafora, mereka yang di
maksud mengacu pada keluarga FTF.
Tabel 4.16 Deiksis wacana “Presiden: Jangan Beri Celah Terorisme”.
NO. Anafora Katafora Teks
1 √
Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan HAM, Sri Puguh Budi
Utami, mengata kan, mereka akan ditempatkan di
hunian kamar dengan sistem satu sel untuk seorang.
Di Nusakambangan, 145 napiter akan ditempatkan di
Lapas Batu dan Lapas Pasir Putih.
2 √
Kabar insiden di Rutan Mako Brimob mulai
santer terdengar sekitar pukul 21.30 WIB pada Selasa
(8/5) lalu. Kendati demikian, pernyataan resmi dari
kepolisian tak keluar hingga lewat tengah malam.
Saat itu pun kepolisian belum menyatakan ada korban
meninggal.
3 √
Iqbal mengatakan, setelah mereka berhasil
dilumpuhkan kemarin pagi, para napi teroris ini
langsung dipindahkan dengan ditransfer
menggunakan bus yang sudah disiapkan. Sementara,
sepuluh napi yang disebut bertahan hingga saat-saat
terakhir masih menjalani pemeriksaan.
4 √ Operasi ini, menurutnya, merupakan penanggulangan
88
dengan pendekatan lunak. Ia menegas kan, hal ini
bukan merupakan upaya negosiasi."Semua
menyerahkan diri di evaluasi, baik karena
ketangguhan dan kecermatan seluruh tim. Sehingga,
apa yang kita hasilkan menjadi pelajaran kita semua,"
ucap Syafruddin.
5 √
Dalam versi resmi yang kemudian dilansir,
kericuhan bermula di blok C Rutan Mako Brimob
menjelang Isya hari itu. Kala itu, seorang narapidana
terorisme bernama Wawan Kurniawan alias Abu Afif
(43 tahun) memprotes pemeriksaan atas makanan
yang dihantarkan keluarganya.
6 √
Para napi terorisme disebut mulai membobol
pintu dan sel serta memecahkan kaca-kaca, juga
berupaya merebut senjata petugas. Para napi
kemudian merangsek ke ruang penyidikan, melukai
empat petugas, dan menyandera lima lainnya. Satu
napi, Beny Syamsu Trisno alias Abu Ibrahim, yang
berupaya merebut senjata petugas tewas dalam
kericuhan itu.
7 √
Tito juga mengakui ada titik kelemahan dalam
pengamanan senjata sehingga terjadi perampasan
oleh napi terorisme.Ia menjelaskan, lima anggota
yang tersandera adalah tim pemberkasan yang
bertugas di sebuah ruangan di Mako Brimob di mana
senjata sitaan dari para napiter juga disimpan.
"Selama ini mungkin dianggap nggakada masalah
sehingga dilaksanakan itu sebetulnya ada kelemahan,
itu yang dirampas senjata itu," kata Tito.
89
Data pertama termasuk dalam katafora karena merupakan
penjelasan tentang para napi yang akan ditempatkan di hunian kamar dengan
sistem satu sel untuk seorang. Di Nusakambangan, 145 napiter akan ditempatkan
di Lapas Batu dan Lapas Pasir Putih. Data kedua merupakan anafora –itu
mengacu pada pukul 21.30 WIB pada Selasa (8/5). Saat kepolisian belum
menyatakan ada korban meninggal. Data ketiga termasuk anafora karena kata
mereka merujuk pada teroris yang sudah disebutkan pada paragraf sebelumnya.
Data keempat merupakan anafora kata ini merujuk pada operasi penanggulangan
pembebasan sandera yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Data
kelima merupakan katafora karena kata itu penjelasan dari pemicu kerusuhan.
Data keenam –nya merujuk pada petugas kepolisian yang disandera. Data ketujuh
merupakan anafora dari kata itu merujuk pada senjata sitaan dari para napi.
Tabel 4.17 Deiksis wacana “SUROBOYO WANI!”
No Anafora Katafora Teks
1 √ Di Vatikan, sebelum memimpin doa di Lapangan
Basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus ikut
menyampaikan doa bagi komunitas Kristiani di
Indonesia, terutama para korban dan keluarga mereka.
2 √
Sementara, warga Surabaya membuat perlawanan di
dunia maya dengan tanda pagar #SuraboyoWani.Sikap
itu ditegaskan Gubernur Jawa Timur
Soekarwo."Jangan takut semuanya, ini bagian kita
untuk melawan terorisme yang menghancurkan negara
kita ini.
3 √
Hal serupa disampaikan Ketua Umum Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj.Ia
mengajak seluruh warga Indonesia bersatu, tak
terprovokasi, serta menggalang solidaritas dan
menolak kekerasan.
90
Data pertama merupakan bentuk anafora karena kata mereka yang di
tuju ada di penjelasan sebelumnya yang berarti keluarga para korban. Data kedua
merupakan bentuk anafora karena sikap itu yang dimaksud yaitu Sikap berani
warga surabaya yang sudah dijelaskan pada kalimat sebelumnya. Data ketiga
merupakan katafora karena kalimat kedua merupakan penunjuk dari pernyataan
Ketua Umum Pengururs besar Nahdlatul Ulama yang disebutkan pada kalimat
selanjutnya.
Tabel 4.18. “Cermat bahas revisi UU Antiterorisme”
No. Anafora Katafora Teks
1 √ Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly
mengatakan bahwa kementeriannya sudah mela
kukan rapat dengan sejumlah kementerian dan
lembaga lain terkait ran cangan revisi Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2013 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme (UU
Antiterorisme).
2 √ Sejak penyusunannya, beberapa pasal dalam
rencana revisi dipersoalkan. Di antaranya soal
definisi terorisme, pelibatan TNI dalam
pemberantasan terorisme, serta sejumlah proses
penahanan tanpa bukti-bukti pendahuluan atas tindak
pidana terorisme.
3 √ Anggota Pansus Revisi UU Antiterorisme dari Fraksi
PPP Arsul Sani menuturkan, sejauh ini definisi
terorisme menjadi satu-satunya poin yang belum
disepakati DPR dan pemerintah.
4 √ Terakhir, Arsul mengatakan, dalam pertemuan partai
koalisi pendukung pemerintah dengan Menteri
Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan
Wiranto, disepakati pilihan alternatif soal definisi
terorisme. Menurutnya, jika pembahasan Revisi UU
91
kembali terganjal definisi, pilihannya motif politik
tetap di masukkan dalam Revisi UU, tetapi
dicantumkan di bagian penjelasan.
Pada tabel pertama anafora kementeriannya merujuk pada kementerian
Hukum dan HAM yang sudah disebutkan pada kalimat seblumnya. Pada tabel
kedua –nya yang dimaksud dalam kata penyusunannya merujuk pada pasal dalam
rencana revisi yang disebutkan setelahnya. Pada tabel ketiga –nya yang dimaksud
dalam satu-satunya point merujuk pada definisi terorisme yang sudah disebutkan
sebelumnya. Pada tabel keempat nya yang di maksud yaitu asrul.
Tabel 4.19 “Revisi UU Antiterorisme Bisa Langsung Tuntas.
No Anafora Katafora Teks
1 √ Pada prinsipnya, kata dia, baik
pemerintah maupun DPR sudah satu
suara.Kedua belah pihak pun sudah
ber konsolidasi agar revisi UU Ant
iterorisme dapat segera rampung
dalam pembahasan yang akan
dilakukan ke depan.
2 √ Mantan menteri hukum dan
HAM Yusril Ihza Mahendra
menyebutkan, ia hanya butuh waktu
satu minggu ketika menyusun
Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perppu) Terorisme
pada 2002 yang menjadi dasar UU
Nomor 15/2003.Kendati demikian,
ia mengklaim sangat berhati-hati
dalam membentuk peraturan tersebut
dan sengaja tidak memasukkan
definisi terorisme.
92
3 √ Menyikapi UU Terorisme
yang akan direvisi, apabila revisi itu
dilakukan dengan penam bahan atau
beberapa perubahan terhadap
beberapa hal, Yusril setuju
saja.Menurutnya, yang akan
membuat repot nantinya adalah jika
apa yang dibentuknya semasa
menjadi menteri kehakiman dan
HAM itu dibuang sama sekali.
"Karena ini kan perdebatan
mengenai membuat definisi
terorisme.Saya sendiri sengaja tidak
membuat definisi (terorisme),"
katanya menambahkan.
Pada tabel pertama kalimat kedua merupakan penjelasan dari kalimat
pertama. Jenis pemakaian deiksis wacana pada tabel nomer satu merupakan
bentuk katafora. Pada tabel nomer dua merupakan deiksis wacana bentuk anafora
karena kata ia pada kalimat kedua mengacu pada Yusril Ihza Mahendra yang
sudah di sebutkan dalam kalimat pertama. Pada tabel ketiga merupakan deiksis
wacana bentuk anafora karena –nya yang dimaksud dalam kalimat kedua sudah di
sebutkan dalam kalimat pertama yang mengacu pada Yusril Ihza Mahendra.
Tabel 4.20 “Sepekan, Sepekan, 74 Terduga Teroris Ditangkap”.
No Anafora Katafora Teks
1 √ "Dalam tujuh hari, sebanyak 74
teroris ditangkap," kata Kabiro
Penmas Divisi Humas Polri Brigjen
Mohammad Iqbal dalam
93
keterangannya, Selasa (22/5).Ia juga
mengungkapkan, sebanyak 14 di
antara para terduga teroris tewas
dalam sejumlah penangkapan dan
penyerangan pasca teror di Jawa
Timur.Iqbal mengklaim, mereka
tewas ditembak karena melawan
petugas ataupun karena tindakan
yang mereka lakukan sendiri.
2 √ Para pelaku disebut ter
gabung dalam kelompok Jamaah
Ansharut Daulah (JAD) yang
berafiliasi dengan kelompok
ekstremis Negara Islam Irak dan
Suriah (ISIS).Kepolisian melansir,
kelompok itu merupakan sempalan
Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan
Jamaah Islamiyah (JI).Pimpinan
JAD disebut kepolisian bernama
Aman Abdurrahman dan saat ini
tengah ditahan terkait dakwaan
keterlibatan dalam penyerangan di
Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat,
pada 2016 lalu.
3 √ Sementara di Sumatra Utara,
seorang warga bernama Budi Sinaga
(34) mengklaim dibebaskan pasukan
Densus 88 karena tidak terbukti
terlibat aksi terorisme.Dia
dipulangkan kerumahnya di Beting
Kuala Kapias, Teluk Nibung,
Tanjung Balai, Sumatra Utara, Senin
94
(21/5) malam.
4 √ Kepulangan Budi disambut
hangat keluarga dan tetangga yang
memenuhi rumah mereka.Mereka
ingin mendengar langsung cerita
penangkapan Budi hingga
penahanannya di Mako Brimob
Polda Sumut, Medan, selama tujuh
hari."Mereka mengaku dari
kepolisian.Menangkap saya karena
saya diduga melakukan tindak
kriminal, yakni membuat bom untuk
aksi terorisme," kata Budi, Selasa
(22/5).
5 √ Dugaan itu ternyata tidak
terbukti.Dia pun akhirnya dibebas
kan setelah sempat ditahan selama
24 jam karena tidak terlibat sama
sekali dengan kelompok teroris
manapun.Budi mengaku mendapat
tindak kekerasan selama
penangkapan dan penahanan.Dia
berharap aparat keamanan dapat
merehabilitasi namanya."Saya ingin
nama saya dibersihkan," kata Budi.
6 √ Sementara itu, dua saudara
Budi dikabarkan mengalami luka
tembak saat penangkapan, Senin
(15/5).Mereka pun mendapat
perawatan di RS Bhayangkara
Medan.Syaiful dikabarkan dalam
kondisi kritis.
95
7 √ Kepolisian juga menangkap
sedikitnya tiga warga yang disebut
menuliskan pendapat bahwa aksi-
aksi teror belakangan merupakan
rekayasa dan pengalihan isu aksi
terorisme melalui media sosial
mereka.Diantaranya, FSA yang
merupakan seorang pegawai negeri
sipil di Kayong Utara, Kalimantan
Barat; HDL, seorang dosen di
Univer sitas Sumatra Utara,
Medan;dan AAD yang sehari-hari
bekerja sebagai seorang satpam di
Sumatra Utara.Ketiganya dijerat
dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2016 tentang Informasi
Transaksi Elektronik.
Data pertama dalam data di atas merupakan deiksis wacana bentuk anafora
karena ia merujuk pada Kabiro Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Mohammad
Iqbal. Data kedua termasuk dalam deiksis wacana anafora. Data ketiga termasuk
dalam deiksis wacana anafora karena dia yang dimaksud dalam kalimat kedua
yaitu Budi Sinaga korban salah tangkap aparat kepolisian. Data keempat
merupakan bentuk anafora, data kelima merupakan bentuk katafora. Data keenam
merupakan bentuk anafora. Dan data ketujuh merupakan bentuk katafora karena
kalimat selanjutnya merupakan penjelasan dari kalimat sebelumnya yang
menyatakan bahwa kepolisian menangkap tiga warga yang menuliskan pendapat
bahwa aksi-aksi teror tersebut merupakan rekayasa.
96
4. Deiksis Ruang Bentuk Demonstratif.
Sistem pronomina demonstratif dalam bahasa Indonesia tidak paralel
dengan kata penunjuk tempat; hanya dikenal adanya dua perbedaan pronominal
demonstratif ini untuk menunjuk pada benda (tempat) yang dekat dengan persona
pertama, dan itu untuk menunjuk pada benda (tempat) yang jauh dari persona
pertama, atau yang dekat dengan persona kedua. Peneliti menemukan dua bentuk
deiksis ruang demonstratif yaitu bentuk ini dan bentuk itu. Berdasarkan data yang
diperoleh, jumlah frekuensi kemunculan deiksis ruang demonstratif akan
dipaparkan pada tabel berikut:
Tabel 4.21
“Kapolri Bagi Resep Penanganan Terorisme”
No Ini Itu Teks
1 √ Dalam pertemuan ini, Tito
mengharapkan kerja sama dengan
Yordania dalam hal penegakan
hukum lintas negara.
2 √ Kejahatan itu termasuk
perdaganganan obat terlarang,
kejahatan siber dan terorisme,serta
pengembangan kapasitas
kelembagaan.
3 √ √ Dalam kegiatan bertajuk
"The Second Regional Workshop on
Initiative on Addressing the
Challenge of Returning Families of
Foreign Terrorist Fighters" (FTF)
itu, BNPT menyampaikan
pengalamannya dalam menangani
97
FTF dengan pendekatan lunak
selama ini.
4 √ √ "WorkshopGTCF ini
membahas berbagai isu terorisme,
dan fokusnya tentang returness dan
keluarga FTF.Indonesia kebetulan
punya pengalaman masalah itu
sehingga kami akan sharing dengan
mereka," ujar Kepala BNPT Komjen
Pol Suhardi Alius, Senin (7/5).
5 √ "Ini menjadi ancaman tersendiri
karena mereka sudah radikal
sehingga kalau tidak dimonitor dan
di perhatikan bisa menjadi ancaman.
Dari data di atas bentuk deiksis ruang yang di temukan pada tabel nomor
yaitu bentuk ini merujuk pada pertemuan anatara jenderal Tito dengan pemerintah
Yordania. Data kedua bentuk itu merujuk pada jenis-jenis kejahatan sperti
perdaganagn obat terlarang, kejahatan siber dan terorisme,serta pengembangan
kapasitas kelembagaan. Data ketiga itu merujuk pada kegiatan "The Second
Regional Workshop on Initiative on Addressing the Challenge of Returning
Families of Foreign Terrorist Fighters" (FTF). Data keempat ini merujuk pada
acara workshop GTCF. Data kelima ini merujuk pada keluarga teroris yang sudah
radikal.
98
Tabel 4.22
“Presiden: Jangan Beri Celah Terorisme”
No. Ini Itu Teks
1 √ Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan,
kejadian itu meneguhkan tekad pemerintah
memberantas terorisme.
2 √ "Atas nama rakyat, bangsa, dan negara saya
sampaikan rasa duka mendalam atas gugurnya lima
anggota Polri dalam melaksanakan tugas dari negara
dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan
ketabahan menghadapi cobaan ini
3 √ Operasi ini, menurutnya, merupakan
penanggulangan dengan pendekatan lunak.Ia
menegas kan, hal ini bukan merupakan upaya
negosiasi.
4 √ Saat itu pun kepolisian belum menyatakan ada
korban meninggal.
5 √ Dalam versi resmi yang kemudian dilansir,
kericuhan bermula di blok C Rutan Mako Brimob
menjelang Isya hari itu.
6 √ Protes itu berubah menjadi kericuhan tak lama
kemudian.
7 √ Satu napi, Beny Syamsu Trisno alias Abu Ibrahim,
yang berupaya merebut senjata petugas tewas dalam
kericuhan itu.
8 √ Mengapa?Ini bukan maximum security," ujar Tito di
99
Mako Brimob, Kamis (10/5) petang.
9 √ "Selama ini mungkin dianggap nggakada masalah
sehingga dilaksanakan itu sebetulnya ada
kelemahan, itu yang dirampas senjata itu," kata
Tito.
Data pertama itu merujuk pada kejadian pengeboman. Data kedua ini merujuk
pada harapan untuk keluarga korba pengeboman agar tabah menghadapi
cobaannya. Data ketiga kata ini merujuk pada operasi penangan terorisme. Data
keempat itu merujuk pada kejadian kericuhan yang dilakukan teroris di penjara.
Data kelima itu merujuk waktu terjadinya kericuhan yaitu menjelang isya. Data
keenam itu merujuk pada protes yang dilakukan para narapidana terorisme. Data
ketujuh itu merujuk pada napi yang tewas dalam kericuhan di mako brimob. Data
kedelapan ini merujuk pada sel mako brimob yang tidak layak untuk sel
narapidana terorisme. Data kesembilan itu merujuk pada sel tahanan mako
Brimob yang tidak layak untuk teroris.
Tabel 4.23
SUROBOYO WANI!
No. Ini Itu Teks
√ Sebanyak 13 orang meninggal dunia akibat aksi itu,
enam di antaranya adalah para pelaku.
√ Mudah-mudahan Tuhan menghentikan aksi
kekerasan ini dan menempatkan di hati kita semua
rekonsiliasi dan persaudaraan, bukan kebencian dan
kekerasan, kata Paus, seperti dilansir Vatican News.
√ Sikap itu ditegaskan Gubernur Jawa Timur
Soekarwo."Jangan takut semuanya, ini bagian kita
100
untuk melawan terorisme yang menghancurkan
negara kita ini.
Dari data di atas diketahui data pertama kata itu merujuk pada korban yang
meninggal dalam aksi pengeboman. Data kedua kata ini merujuk pada aksi
kekerasan terorisme. Data ketiga kata itu merujuk pada sikap berani warga dalam
melawan terorisme.
Tabel 4.24
Pemerintah Tancap Gas RUU Antiterorisme
No. Ini Itu Teks
√ Yasonna menyebut telah melakukan komunikasi
dengan salah satu pimpinan DPR serta fraksi koalisi
pemerintah terkait hal itu.
√ Ia menuturkan, pemerintah tidak pernah
menghalang-halangi agar RUU ini atau memintanya
diendapkan terlebih dahulu.
√ √ Poin ini juga yang membuat Revisi UU
Antiterorisme itu tak kunjung disahkan, sejak
digagas sejak 2016 lalu.
√ Ter kait polemik itu, kata Arsul, Polri beralasan
tanpa di masuk kannya motif politik dalam UU pun,
aparat kepolisian melakukan pendalaman motif dan
tujuan pelaku.
√ "Mereka (Polri) katakan bahwa setiap penanganan
terorisme itu kami pasti kita gali, motif jaringannya
itu meski nggakada di UU, kita gali sebagai
101
pengembangan kasus.
√ "Ada alternatif yang ada itu tidak dimasukkan dalam
batang tubuh, tapi itu diberi penjelasan dalam uraian,
yang jelas soal motif dan ancaman keamanan negara
itu di penjelasan umum di UU," kata Arsul.
√ "Karena yang dihadapi ini bukan segerombolan
hewan, tapi manusia".
Dari data diatas diketehui bahwa tabel nomer satu kata itu merujuk pada
revisi UU Anti terorisme. Data kedua merujuk pada UU Antiterorisme yang
diendapkan terlebih dahulu. Data ketiga merujuk pada pembuatan UU
Antiterorisme yang belum selesai-selesai. Data keempat kata itu merujuk pada
polemik antara DPR dan Kepolisian. Data kelima kata itu merujuk pada
penanganan terorisme. Pada keenam kata itu merujuk pada alternatif soal motif
dan ancaman keamanan negara. Data ketujuh kata ini merujuk pada para
terorisme.
Tabel 4.25
Cermat Bahas Revisi UU Antiterorisme
No. Ini Itu Teks
√ Sejumlah pihak meminta regulasi itu dibahas
secara matang agar tidak mencederai hak-hak warga
negara Indonesia.
√ Desakan pengesahan regulasi itu menyusul berbagai
serangan teror yang terjadi secara beruntun
belakangan.
√ Jika tidak, langkah itu di khawatirkan berpotensi
102
melanggar hak asasi manusia.
√ "Bentuk keterlibatan TNI dalam pemberantasan
terorisme itu macam apa? Itu mesti jelas," kata
Syamsuddin di Jakarta, Ahad.
√ Menurut dia, itu perlu agar tidak ada gesekan dan
konflik kelembagaan yang dapat menimbulkan
kebijakan tidak produktif.
√ "Itu kanbahaya kalau masih ada. Kita berharap itu
tidak ada,"ujarnya.
√ Kalau kemudian orang itu dianggap memiliki
pemikiran radikal kemudian ini cikal bakal dengan
terorisme, (anggapan) itu sangat berbahaya sekali,"
ujarnya.
√ √ "Definisi ini memang harus karena dengan definisi
kita tahu sasarannya apa. Karena, kalau tanpa
definisi, itu akan menyasar ke orang-orang yang
tertentu saja.
Dari data di atas diketahui data pertama merujuk pada sejumlah pihak
yang meminta regulasi. Data kedua kata itu merujuk pada desakan pengesahan
regulasi. Data keempat itu merujuk pada bentuk keterlibatan TNI dalam
pemberantasan terorisme. Data kelima kata itu merujuk pada agar tidak ada
gesekan dan konflik kelembagaan. Data keenam kata itu merujuk pada pemikiran
radikal. Data ketujuh kata ini merujuk pada definisi terorisme.
103
Tabel 4.26
Revisi UU Antiterorisme Bisa Langsung Tuntas
No. Ini Itu Teks
√ Selepas rapat pembahasan perdana pada Rabu (23/5)
ini, regulasi tersebut diharapkan rampung.
√ Karena itu, hal-hal seperti demikian tak hanya ada
pada pembahasan revisi UU Antiterorisme, tetapi
juga ada pada yang lainnya.
√ "Ya, itu yang kita harapkan.Rabu kanmasih
pembukaan masa sidang, tapi langsung kita akan
komuni kasikan," katanya.
√ "RUU terorisme ini kan sudah hampir sele sai 99,9
persen, tinggal definisi.Jadi, Rabu nanti pem bahasan
kita tunggal, untuk menyikapi apa itu tero risme,
tidak ada yang lain," kata Syafii di Kompleks
Parlemen Sena yan, Senin.
√ Karena itu, kata Yusril, dia dulu mengatakan,
barang siapa meledakkan bom di tempat terbuka,
maka tindakan itu adalah terorisme, pada saat
menyerang kepentingan umum itu terorisme,
menyerang menara di bandara juga sebagai tindakan
terorisme.
Dari data tersebut diketahui bahwa pada tabel pertama kata ini merujuk
pada rapat pembahasan revisi UU Terorisme. Data ketiga kata itu merujuk pada
hal-hal yang menjadi perdebatan pengesahan revisi UU terorisme. Data kelima
kata ini merujuk pada RUU terorisme. Data keenam kata itu erujuk pada tindakan
pengeboman di tempat terbuka.
104
Tabel 4.27
Sepekan, 74 Terduga Teroris Ditangkap
No. Ini Itu Teks
√ Total yang meninggal dalam insiden itu sejauh ini
adalah 25 orang, terdiri atas 13 pelaku dan keluarga
mereka serta 12 lainnya aparat dan warga sipil.
√ Pimpinan JAD disebut kepolisian bernama Aman
Abdurrahman dan saat ini tengah ditahan terkait
dakwaan keterlibatan dalam penyerangan di Jalan
MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada 2016 lalu.
√ Dugaan itu ternyata tidak terbukti.Dia pun akhirnya
dibebas kan setelah sempat ditahan selama 24 jam
karena tidak terlibat sama sekali dengan kelompok
teroris manapun.
√ Menurut dia, langkah ini merupakan bagian dari
pendekatan soft power, selain program deradikalisasi
kepada mantan narapidana terorisme.
Dari data di atas diketahui bahwa data pertama kata itu merujuk pada korban
meninggal dalam insiden pengeboman. Data kedua kata ini merujuk pada Aman
Abdurrahman. Data ketiga kata itu merujuk pada dugaan keterlibatan aksi
terorisme. Data keempat kata ini merujuk pada langkah penanganan tindakan
terorisme.
5. Deiksis Waktu
Bentuk deiksis waktu (mendatang) ialah merujuk pada waktu setelah tuturan
terjadi. Peneliti menemukan satu bentuk deiksis waktu (mendatang) pada berita
105
Kapolri bagi resep menangani terorisme. Dan bentuk deiksis waktu yang
ditemukan yaitu bentuk Pada hari berikut.
“Pada hari berikut atau Selasa (8/5), Tito bertemu dengan Kepala
Kepolisian Palestina Jenderal Hazem Atallah. Terdapat tiga hal yang dibahas.
Pertama, Kepala Kepolisian Palestina berterima kasih atas dukungan penuh
Polri untuk menjadikan Palestina sebagai anggota Interpol”.
Dalam dialog diatas merupakan deiksis waktu yang akan datang karena
merujuk pada waktu setelah tuturan diucapkan dan maksud waktunya sudah jelas
yaitu hari berikutnya yang dimaksud adalah hari selasa.
Dalam berita kedua yang berjudul Presiden: Jangan Beri Celah Terorisme,
deiksis waktu yang ditemukan yaitu bentuk lampau (kemarin pagi) dan bentuk akan
datang (pagi harinya). Bentuk lampau (kemarin pagi) dapat di lihat dalam dialog
berikut:
“Iqbal mengatakan, setelah mereka berhasil dilumpuhkan kemarin pagi,
para napi teroris ini langsung dipindahkan dengan ditransfer
menggunakan bus yang sudah disiapkan”.
Dari data tersebut terdapat kata kemarin pagi merujuk pada waktu sebelum
tuturan dituturkan oleh penutur kepada lawan tutur.Berdasarkan konteks yang ada,
tuturan tersebut dituturkan oleh Iqbal yang menceritakan kronologi peristiwa
penangkapan aksi terorisme.
Dalam berita ketiga yang berjudul Suroboyo Wani deiksis waktu yang
ditemukan yaitu bentuk lampau (kemarin), terlihat pada dialog berikut:
Aksi pengeboman kemarin terjadi di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya
(GPPS); Gereja Kristen Indonesia (GKI), Jalan Diponegoro; dan Gereja Santa
Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel. Sebanyak 13 orang meninggal dunia akibat aksi
itu, enam di antaranya adalah para pelaku.
Dari dialog tersebut diketahui bahwa kata kemarin merujuk pada peristiwa aksi
pengeboman yang terjadi di Surabaya.
"Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menyampaikan, aksi
kemarin tidak dibenarkan ajaran agama apa pun."Membunuh manusia yang tidak
106
berdosa adalah perbuatan keji dan kafir karena melawan ajaran agama dan
bertentangan dengan kemanusiaan," ucapnya.
Dari data kedua diketahui bahwa kata kemarin merujuk pada aksi pengeboman
dan digunakan untuk menjelaskan bahwa aksi pengeboman tidak dibenarkan
dalam ajaran agama apapun.
Dalam berita kelima yang berjudul cermat bahas revisi UU antiterorisme
deiksis waktu yang ditemukan yaitu deiksi waktu bentuk kini (Pekan ini) dan
deiksis waktu bentuk lampau (pekan lalu).
Sejauh ini, pemerintah dan DPR menyatakan, pembahasan revisi UU
Antiterorisme telah memasuki tahap final. Pekan ini, Pansus RUU Terorisme
dijadwalkan akan kembali membahas regulasi tersebut.
Dalam dialog tersebut deiksis waktu pekan ini, merupakan deiksis waktu yang
kini yang merujuk pada waktu tuturan diucapkan namun waktunya tidak
pasti/luas.
Terkait perdebatan definisi terorisme fraksi partai pendukung pemerintah
setelah rapat dengan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan
Wiranto pada pekan lalu telah menyepakati agar frasa motif politik, ideologi, dan
ancaman keamanan negara tidak dimasukkan di dalam pasal tetapi ditempatkan
di dalam bab penjelasan umum. Sementara, fraksi di luar pemerintah sejauh ini
menyepakati frasa definisi tersebut dimasukkan dalam pasal UU.
Dalam dialog tersebut deiksis waktu pekan lalu, merupakan deiksis waktu lampau
yang merujuk pada waktu setelah tuturan diucapkan namun waktunya tidak
pasti/luas.
Dalam berita keenam yang berjudul revisi UU antiterorisme bisa langsung
Tuntas, deiksis waktu yang ditemukan yaitu deiksis waktu kini :
Widodo juga berharap pekan ini DPR dan pemerintah benar-benar
mencapai kesepakatan agar UU dapat segera diketok palu."Karena ini
menyangkut persoalan bangsa dan negara kita," lanjut dia.
107
Pekan ini yang dimaksud dalam dialog di atas merujuk pada waktu tuturan
diucapkan namun waktunya tidak pasti/luas.
Dalam berita ketujuh yang berjudul sepekan, 74 terduga teroris ditangkap
ditemukan deiksis waktu bentuk lampau yaitu pekan lalu
Menurut dia, langkah ini merupakan bagian dari pendekatan soft power,
selain program deradikalisasi kepada mantan narapidana terorisme.Jokowi
menyampaikan, langkah preventif ini sangat diperlukan mengingat serangan bom
bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo beberapa pekan lalu turut melibatkan anak-
anak di bawah umur serta perempuan.
Pekan lalu dalam dialog tersebut merujuk pada waktu setelah tuturan diucapkan
yaitu pada saat terjadinya ledakan bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo.
108
109
C. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pragmatik, sebagaimana yang diperbincangkan di Indonesia paling tidak
dapat dibedakan atas dua hal: (1) pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan atau
(2) pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai tindakan mengajar. Pragmatik
sebagai sesuatu yang diajarkan masih dapat dibedakan lagi atas; pragmatik
sebagai bidang kajian linguistik danpragmatik sebagai salah satu segi dalam
bahasa, yang lazim disebut“fungsi komunikatif bahasa”.
Keterampilan berbahasa siswa harus terus ditingkatkan dengancara
menerapkan pendekatan pragmatik dalam setiap proses pembelajaranbahasa
dengan mengajak siswa terampil menggunakan bahasa melaluikonteks nyata dan
situasi yang kompleks. Melalui penerapan tersebutsiswa diharapkan mampu
memahami situasi dan konteks berbahasa yangsesungguhnya sehingga
keterampilan berbahasa melekat pada siswasebagai sesuatu yang rasional,
kognitif, emosional, dan afektif.
Pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan mencakup tataranmorfologi,
sintaksis, dan semantik. Hal yang demikian menuntutpemahaman seseorang
terhadap struktur internal dari bahasa yangdipelajari, sedangkan pragmatik
sebagai “fungsi komunikatif” yaknimenjelaskan bahwa di dalam ujaran-ujaran
bahasa tertentu terdapat tujuan-tujuanseperti menyatakan rasa puas/tidak puas,
menyatakan setuju/tidaksetuju, menyampaikan ucapan salam atau selamat, dan
sebagainya.
praktik pembelajaran bahasa Indonesia, siswa juga perlu diajarkan
bahwaberkomunikasi dengan bahasa tentu ada bagian-bagian yang selaludikaitkan
dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi, seperti:
(1) Siapa yang berbahasa degan siapa;
(2) Untuk tujuan apa;
(3) Dalam situasi apa (tempat dan waktu);
(4) Dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan suasana);
(5) Dengan jalur mana (lisan atau tulisan);
(6) Media apa (tatap muka, telepon, surat, dll);
(7) Dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, dll).
110
Untuk mengetahui rincian unsur pragmatik dalam bahasa tulis,khususnya
yang berwujud media cetak seperti surat kabar, diperlukananalisis pragmatik
dalam karya tulis yang bersangkutan, guna memahamimakna di luar bahasa yang
terkandung di dalamnya.
Kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah diharapkan mampudijadikan
pedoman bagi guru untuk mengembangkan rancanganpembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, agar tujuanpendidikan yang sesungguhnya dapat
tercapai.
Pragmatik dapat melatih siswa menginterpretasi makna teks beritabaik
secara lisan maupun tulisan, memahami isi teks berita dan makna kata, istilah,
ungkapan dalam teks. Hal yangdemikian bisa dikaitkan dengan deiksis
sebagaimana dalampenelitian ini. Guru dapat menyelipkan penerapan pendekatan
pragmatikdalam menjelaskan materi tentang berita.
103
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan pada
data dari kalimat-kalimat dalam surat kabar Republika tentang aksi ancaman
terorisme di Indonesia yang mengandung deiksis ditemukan bentuk-bentuk
deiksis persona, wacana, sosial berjumlah 188. Adapun penjelasannya sebagai
berikut.
1. Bentuk deiksis persona yang ditemukan dari kalimat-kalimat dalam surat
kabar Republika tentang aksi ancaman terorisme di Indonesia berjumlah
76. Meliputi bentuk saya, kita, kami, ia, dia, dan mereka.
2. Bentuk deiksis wacana yang ditemukan dari kalimat-kalimat dalam surat
kabar Republika tentang aksi ancaman terorisme di Indonesia berjumlah
19.
3. Bentuk deiksis sosial berupa kata dan frasa berjumlah 93. Sementara itu,
fungsi pemakaian deiksis sosial pada surat kabar Republika tentang aksi
ancaman terorisme di Indonesia yakni: 1) sebagai pembeda tingkat sosial,
2) untuk mengefektifkan kalimat, dan 3) sebagai pembeda identitas sosial.
4. Bentuk deiksis waktu berjumlah 9 dan bentuk deiksis ruang tempat 49
yaitu bentuk ini dan itu.
5. Implikasi terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP kelas semester
1, Implikasi terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP kelas VIII
semester 1, aspek menulis, standar kompetensi mengidentifikasi unsur-
unsur berita yang di dengar dan dibaca. Menelaah struktur dan kebahasaan
teks berita, menyajikan inf ormasi dalam bentuk teks berita secara tulis
dan lsan dengan memperhatikan struktur, kebahasaan, atau aspek lisan.
104
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian, analisis beserta kesimpulan yang
telah dijelaskan dalam skripsi ini. Penulis menyampaikan saran agar dapat
diterima untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan di dalam bidang
Bahasa Indonesia. Saran yang diberikan penulis sebagai berikut:
1. Para guru bidang studi Bahasa Indonesia, pada saat mengajarkan materi
memperkenalkan diri dan orang lain di dalam forum resmi dengan
intonasi yang tepat. Guru hendaknya menjelaskan materi ajar secara
jelas dan detail.
2. Untuk peserta didik diharapkan dapat memahami isi berita,
Mengidentifikasi unsur–unsure teks berita, Menyimpulkan pokok-
pokok isi berita (membanggakan dan memotivasi) yang dibaca dan
didengar.
DAFTAR PUSTAKA
Cummings, Louise. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Cahyono, BambangYudi. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya:
AirlanggaUniversity Press, 1995.
Dindin, Ridwanudin. Bahasa Indonesia.Ciputat: UIN Press. Cet I, 2015.
Djajasudarma, Fatimah. Wacana dan Pragmatik. Bandung: Refika Aditama,
2012.
.Wacana (Pemahaman dan Hubungan antar Unsur).
Bandung: Refika Aditama. Cet III, 2010.
Fathurrohman, Pupuh & Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar (Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep
Umum & Konsep Islami). Bandung: Refika Aditama. Cet I, 2007.
Leech, Geoffery. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Cet.
2011
Gunarwan, Asim. Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara. Jakarta: Universitas
Atma Jaya. 2007
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara.Cet I, 2013.
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Cet II. 2009.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran (Pengembangan Standar
Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet I, 2005.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Cet. XXVIII, Edisi Revisi, 2010.
Nababan, P.W.J. Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya. Jakarta: Departemen
Pendidikan & Kebudayaan,1987.
Nadar, F X. Pragmatik & penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cet II,
2013.
Parera, D.J. Teori Semantik: Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga. Cet VII,
2009.
Purwo, Bambang Kaswanti. Deiksis Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.Cet I, 1984.
Rahyono, F X. Studi Makna. Jakarta: Penaku. Cet I, 2012.
Sugiyono. Metode Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Cv. Alfabeta. Cet
IV 2008.
Sujarweni, V Wiratna. Metodelogi Penelitian (Lengkap, Praktis, dan Mudah
Dipahami).Yogyakarta: Pustaka baru press. Cet I, 2014.
Syamsudin & Damayanti Vismaia S. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet I, 2006.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Edisi Revisi,
2009.
Yaumi, Muhamad. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana,.Cet.
II, 2013.
Yule, George. Pragmatik, terj.Mustajab Rombe. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet
I, 2006.
LAMPIRAN
Republika, 09 Mei 2018
Kapolri Bagi Resep Penanganan Terorisme
JAKARTA -- Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian memaparkan strategi
Indonesia dalam menangani terorisme yang berada di dalam negeri.Hal tersebut disampaikan
Tito saat menjadi salah satu pembicara dalam Middle East Special Operations Commanders
Conference yang digelar di Four Seasons Hotel, Amman, Yordania, Senin (7/5) waktu setempat.
Tito pun menyampaikan langkah-langkah pencegahan radikalisme dan terorisme dengan
presentasi berjudul "Law Enforcement Led Stra tegy In Countering Terrorisme in Indonesia".Ia
menjelaskan, organisasi teroris di Indonesia saat ini terbagi dua, yaitu Jamaah Islamiyah afiliasi
terhadap Alqaidah dan Jamaah Ansharoh Tauhid yang berafiliasi dengan ISIS.
"Indonesia terdapat 2.000 militan teroris eks pemberontak bersenjata yang merupakan
alumni Afghanistan dan Filipina Selatan.Dengan beragamnya arena pertempuran melawan
teroris yang sangat beragam, maka perlu adanya ke mam puan di semua matra tersebut," ujar
Tito dalam keterangan tertulis yang diterima Re publika di Jakarta, Selasa (8/5).
Menurut dia, strategi penanganan teroris di Indonesia dengan metode hard approach yang
mengedepankan penegak hukum yang didukung oleh militer. Sedangkan, metode soft
approachadalah dengan strategi perbaikan ekonomi, negosiasi politik, counter ideology, program
deradika lisasi, dan kultur sosial. "Kapabilitas yang diperlukan untuk memberantas teror adalah
deteksi yang sangat kuat, investigasi secara ilmiah, pasukan penindak dan hukum yang kuat,"
kata Tito.
Indonesia, lanjut dia, merupakan satu-satunya negara di dunia yang memberantas teroris
melalui proses persidangan dengan hasil selama 2002-2018, pelaku yang ditangkap 1.441 orang
dan 1.035 yang dihukum serta empat orang di vonis hukuman mati. "Dengan melakukan proses
melalui jalur hukum inilah, maka dapat di kata kan bahwa teroris merupakan sua tu kejahatan
kriminal," ujar Tito.
Kepala Biro Penerangan Masya rakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal
mengata kan, dalam acara tersebut, Tito juga merupakan satu-satunya pembicara yang berasal
dari kepolisian di mana pembicara lainnya merupakan pejabat yang berlatar belakang militer.
Kompetensi dan pemahaman terkait operasi khusus yang membuat Tito mendapat slot menjadi
pembicara.
"Sudah menjadi rahasia umum jika jenderal Tito Karnavian punya peran besar dalam
melakukan pemberantasan radikalisme dan terorisme di Indonesia.Sebelum ditunjuk Presiden
Jokowi menjadi kapolri, Kapolri Tito pernah menjadi Kepala Densus 88 Antiteror dan Kepala
BNPT," kata Iqbal.
Di sela-sela konferensi, Tito bertemu dengan Menteri Dalam Negeri (Mendagri)
Yordania, Samir Mubaidin, di kantor Kemendagri, Amman, Senin (7/5). Dalam pertemuan ini,
Tito mengharapkan kerja sama dengan Yordania dalam hal penegakan hukum lintas negara.
Menurut Iqbal, Tito menyampaikan keperluan bagi ke dua negara untuk lebih
memperkuat kerja sama antar lembaga ke polisian dalam penanggulangan kejahatan lintas
negara. Kejahatan itu termasuk perdaganganan obat terlarang, kejahatan siber dan terorisme,serta
pengembangan kapasitas kelembagaan.
Selain itu, dalam konteks mendukung peningkatan hubungan ekonomi dan per dagangan
kedua negara, Tito mengusulkan pengamanan sektor dan pelaku usaha sebagai bagian dari
bidang kerja sama ke polisian kedua negara. Untuk melembagakan kerja sama tersebut dalam
sebuah instrumen hukum, Polri telah mengusulkan rancangan MoU kepada Kemendagri
Yordania untuk dibahas dan ditandatangani kedua pihak pada waktunya.
Di bidang kontraterorisme, Tito juga menyatakan kesiapan lembaganya untuk melakukan
kerja sama yang diperlukan, khususnya melalui keberadaan detasemen Khusus 88 di Polri.
"Dalam rangka peningkatan kerja sama pertukaran informasi, Kapolri menyatakan keinginan
untuk menempatkan pejabat Polri (LO) di perwakilan RI di Amman sekiranya disetujui
Pemerintah Yordania," ujar Iqbal.
Menurut Iqbal, Mendagri Yor dania Samir Mubaidin juga menyambut keinginan serta
usulan kerja sama dari Polri dan menyatakan kesiapan pihaknya untuk melakukan tindak lanjut
yang diperlukan, terutama finalisasi penyusunan MOU. Samir juga sepakat mengenai ke perluan
bagi kedua negara untuk mempererat kerja sama dalam bidang keamanan dan penanggulangan
kejahatan lintas negara, termasuk terorisme.
Pada hari berikut atau Selasa (8/5), Tito bertemu dengan Kepala Kepolisian Palestina
Jenderal Hazem Atallah.Terdapat tiga hal yang dibahas.Pertama, Kepala Kepolisian Palestina
berterima kasih atas dukungan penuh Polri untuk menjadikan Palestina sebagai anggota Interpol.
Kedua, Kapolri mengundang Kepolisian Palestina untuk di latih dalam berbagai bidang
pengembangan di kepolisian Indonesia. Ketiga, Kapolri berjanji membantu Kepala Kepolisian
Palestina untuk mengembang kan kemampuan polisi Palestina.
Pendekatan lunak BNPT menularkan cara pendekatan lunak (soft power) dalam
menangani terorisme ke pada negara-negara anggota Global Counter Terrorism Forum (GCTF)
dalam forum internasional yang digelar di Nusa Dua, Bali, 7-8 Mei 2018.
Dalam kegiatan bertajuk "The Second Regional Workshop on Initiative on Addressing
the Challenge of Returning Families of Foreign Terrorist Fighters" (FTF) itu, BNPT
menyampaikan pengalamannya dalam menangani FTF dengan pendekatan lunak selama ini.
"WorkshopGTCF ini membahas berbagai isu terorisme, dan fokusnya tentang returness
dan keluarga FTF.Indonesia kebetulan punya pengalaman masalah itu sehingga kami akan
sharing dengan mereka," ujar Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius, Senin (7/5).
Suhardi mengungkapkan, saat ini sudah lebih 600 returness FTF dan keluarganya yang
kembali dari Suriah."Ini men jadi ancaman tersendiri karena mereka sudah radikal sehingga
kalau tidak dimonitor dan di perhatikan bisa menjadi ancaman.Apa lagi, tidak hanya fighter-nya
saja, tapi ada keluarganya, yaitu istri dan anak, sehingga harus ada penanganan khusus," katanya.
Menurut Suhardi, BNPT sudah beberapa kali memulangkan keluarga FTF dari Turki ke
Indonesia. Mereka tetap ditangani secara intensif bersama pemangku kepentingan lain, seperti
Kementerian Sosial dan kepolisian, agar tidak merasa di marginalkan. "Artinya, mereka harus
disentuh dan terus dilakukan upaya untuk mereduksi tingkat radikal mereka sehingga nantinya
bisa kembali di tengah ma syarakat," katanya.
Presiden: Jangan Beri Celah Terorisme
Republika, Jumat, 11 Mei 2018
Kapolri akui kelemahan Rutan Mako Brimob.
DEPOK -- Insiden kericuhan dan penyanderaan di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba
cabang Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, akhirnya berhasil disudahi setelah berlangsung
sekitar 38 jam hingga Kamis (10/5).Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, kejadian itu
meneguhkan tekad pemerintah memberantas terorisme.
Presiden juga mengatakan, rakyat dan negara tak akan takut terhadap tindakan para
terorisme."Perlu saya tegaskan bahwa negara dan seluruh rakyat tidak pernah takut dan tidak
akan pernah memberikan peluang sedikit pun pada terorisme," ujar Jokowi di Istana
Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/5).
Jokowi kemudian memerintahkan kepada Wakapolri Komjen Syafruddin untuk
menaikkan pangkat luar biasa kepada lima prajurit Polri yang gugur. "Atas nama rakyat, bangsa,
dan negara saya sampaikan rasa duka mendalam atas gugurnya lima anggota Polri dalam
melaksanakan tugas dari negara dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan
menghadapi cobaan ini,"kata Presiden.
Sementara itu, para narapidana langsung dipindahkan ke Lapas Nusa kambangan,
Cilacap, Jawa Tengah, selepas operasi pembebasan kemarin."Saat ini napi teroris semua sedang
dalam perjalanan ke Nusakambangan," kata Kabiro Penmas Divisi Humas Polri Brigjen M Iqbal
di Mako Brimob, Kamis (10/5).Napi teroris yang dipindahkan berjumlah 155 orang dan
kebanyakan dianggap terlibat menyandera anggota Polri di rutan Mako Brimob sejak Rabu (9/5).
Iqbal mengatakan, setelah mereka berhasil dilumpuhkan kemarin pagi, para napi teroris
ini langsung dipindahkan dengan ditransfer menggunakan bus yang sudah disiapkan.Sementara,
sepuluh napi yang disebut bertahan hingga saat-saat terakhir masih menjalani pemeriksaan.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, Sri Puguh Budi
Utami, mengata kan, mereka akan ditempatkan di hunian kamar dengan sistem satu sel untuk
seorang. Di Nusakambangan, 145 napiter akan ditempatkan di Lapas Batu dan Lapas Pasir Putih.
Dari pemantauan, sepanjang Kamis (10/5), pengamanan di sekitar dermaga Wijayapura
yang merupakan dermaga utama penyeberangan ke Nusakambangan mendapat penjagaan ketat
dari petugas keamanan. Satu unit kendaraan taktis (rantis)juga ditempatkan di area parkir
dermaga.
Sedangkan, Wakapolri Komjen Syafruddin memastikan, petugas keamanan telah
menyelesaikan operasi pembebasan sandera pada Kamis (10/5) pagi."Operasi penanggulangan
pembebasan sandera sudah selesai, aman, dan terkendali dan seluruh napi teroris menyerahkan
diri,"ujar Syafruddin di Mako Brimob.
Operasi ini, menurutnya, merupakan penanggulangan dengan pendekatan lunak.Ia
menegas kan, hal ini bukan merupakan upaya negosiasi."Semua menyerahkan diri di evaluasi,
baik karena ketangguhan dan kecermatan seluruh tim. Sehingga, apa yang kita hasilkan menjadi
pelajaran kita semua," ucap Syafruddin.
Kabar insiden di Rutan Mako Brimob mulai santer terdengar sekitar pukul 21.30 WIB
pada Selasa (8/5) lalu. Kendati demikian, pernyataan resmi dari kepolisian tak keluar hingga
lewat tengah malam. Saat itu pun kepolisian belum menyatakan ada korban meninggal.
Dalam versi resmi yang kemudian dilansir, kericuhan bermula di blok C Rutan Mako
Brimob menjelang Isya hari itu. Kala itu, seorang narapidana terorisme bernama Wawan
Kurniawan alias Abu Afif (43 tahun) memprotes pemeriksaan atas makanan yang dihantarkan
keluarganya.
Protes itu berubah menjadi kericuhan tak lama kemudian. Para napi terorisme disebut
mulai membobol pintu dan sel serta memecahkan kaca-kaca, juga berupaya merebut senjata
petugas. Para napi kemudian merangsek ke ruang penyidikan, melukai empat petugas, dan
menyandera lima lainnya. Satu napi, Beny Syamsu Trisno alias Abu Ibrahim, yang berupaya
merebut senjata petugas tewas dalam kericuhan itu.
Menjelang pukul 22.00 WIB, penjaga kewalahan dan para napi berhasil menguasai
seluruh blok penjara. Sebanyak 30 hingga 40 napi yang aktif dalam upaya tersebut juga berhasil
merebut senjata dari petugas.
Sejauh ini, kepolisian belum memerinci tuntutan para napi dalam penyanderaan tersebut.
Bagaimanapun, lima di antara para petugas, yakni empat anggota Detasemen Khusus Antiteror
(Densus 88), yakni Briptu Wahyu Catur Pamungkas, Briptu Syukron Fadhil, Iptu Yudi Rospuji
Siswanto, dan Brigpol Fandi Setyo Nugroho; dan satu anggota bertugas di Polda Metro Jaya,
yakni Aipda Denny Setiadi, gugur dalam penyanderaan.
Setelah bertahan lebih dari 24 jam, para napi penyandera kemudian melepaskan Bripka
Iwan Sarjana dengan barter makanan dan minuman sekitar pukul 00.00 WIB, Kamis (10/5). Pagi
harinya, pasukan melakukan penuntasan operasi menghadapi sepuluh napi yang masih
bertahan.Seluruh napi kemudian menyerahkan senjata dan operasi dinyatakan berhasil pukul
07.30 WIB.
Kelemahan
Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang sedang berada di Yordania saat kejadian bermula
menuturkan evaluasi sementara dari kejadian itu."Yang menjadi bagian evaluasi kita memang
Rutan Brimob ini sebetulnya tidak layak jadi rutan teroris.Mengapa?Ini bukan maximum
security," ujar Tito di Mako Brimob, Kamis (10/5) petang.Selain itu, Rutan Mako Brimob
menurutnya juga kelebihan kapasitas.
Tito juga mengakui ada titik kelemahan dalam pengamanan senjata sehingga terjadi
perampasan oleh napi terorisme.Ia menjelaskan, lima anggota yang tersandera adalah tim
pemberkasan yang bertugas di sebuah ruangan di Mako Brimob di mana senjata sitaan dari para
napiter juga disimpan. "Selama ini mungkin dianggap nggakada masalah sehingga dilaksanakan
itu sebetulnya ada kelemahan, itu yang dirampas senjata itu," kata Tito. (amri
amrullah/mabruroh/eko widiyatno/arif satrio nugroho/dessy suciati saputri, ed: fitriyan zamzami)
INSIDEN DALAM ANGKA
1 PELAKU TEWAS
3 BLOK DIKUASAI NAPITER
5 POLISI GUGUR
4 POLISI TERLUKA
30 PERICUH AKTIF
30 SENJATA DIRAMPAS
38 JAM PENYANDERAAN
156 JUMLAH NAPITER
300 AMUNISI DIRAMPAS
6.035 PERSONEL PUSAT KORPS BRIMOB POLRI
Sumber: Mabes Polri/Pusat Data Republika
Republika, Senin, 14 Mei 2018
SUROBOYO WANI!
Masyarakat diminta bersatu menghadapi terorisme.
Serangan bom bunuh diri di sejumlah gereja di Surabaya pada Ahad (13/5) pagi disikapi
berbagai pihak dengan dorongan persatuan.Masyarakat juga diminta tak tenggelam dalam
ketakutan menghadapi aksi ta k berperikemanusiaan tersebut.
"Hanya dengan upaya bersama seluruh bangsa terorisme dapat kita berantas.Kita harus
bersatu melawan terorisme," kata Presiden Joko Widodo selepas meninjau lokasi pengeboman di
Surabaya, kemarin.Jokowi memerintahkan seluruh aparat negara mencegah terorisme tidak
terjadi kembali.Ia juga mengajak masyarakat memerangi ekstremisme yang bertentangan dengan
dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur rakyat Indonesia.
Aksi pengeboman kemarin terjadi di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS); Gereja
Kristen Indonesia (GKI), Jalan Diponegoro; dan Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel.
Sebanyak 13 orang meninggal dunia akibat aksi itu, enam di antaranya adalah para pelaku.Pada
malam harinya, ledakan juga terjadi di sebuah kamar di rusunawa di Jalan Sepanjang, Sidoarjo.
Di Vatikan, sebelum memimpin doa di Lapangan Basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus
ikut menyampaikan doa bagi komunitas Kristiani di Indonesia, terutama para korban dan
keluarga mereka. Mudah-mudahan Tuhan menghentikan aksi kekerasan ini dan menempatkan di
hati kita semua rekonsiliasi dan persaudaraan, bukan kebencian dan kekerasan, kata Paus, seperti
dilansir Vatican News.
Sementara, warga Surabaya membuat perlawanan di dunia maya dengan tanda pagar
#SuraboyoWani.Sikap itu ditegaskan Gubernur Jawa Timur Soekarwo."Jangan takut semuanya,
ini bagian kita untuk melawan terorisme yang menghancurkan negara kita ini."Sekretaris Umum
PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menyampaikan, aksi kemarin tidak dibenarkan ajaran agama
apa pun."Membunuh manusia yang tidak berdosa adalah perbuatan keji dan kafir karena
melawan ajaran agama dan bertentangan dengan kemanusiaan," ucapnya.
Hal serupa disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH
Said Aqil Siroj.Ia mengajak seluruh warga Indonesia bersatu, tak terprovokasi, serta menggalang
solidaritas dan menolak kekerasan.
Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom
menyampaikan, sesungguhnya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan pembunuhan.
Agama apa pun mengajarkan kemanusiaan, damai, dan cinta kasih.
(debbie sutrisno /muhyiddin/dea alvi soraya/umar mukhtar/dadang kurnia, ed:fitriyan zamzami)
Republika, 16 May 2018
Pemerintah Tancap Gas RUU Antiterorisme
Debbie Sutrisno, Fauziah Mursid
JAKARTA -- Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengatakan bahwa
kementeriannya sudah mela kukan rapat dengan sejumlah kementerian dan lembaga lain terkait
ran cangan revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme (UU Antiterorisme). Penuntasan pembahasan revisi regulasi tersebut dijanjikan akan
di kebut begitu DPR memulai masa persidangan baru.
Yasonna menyebut telah melakukan komunikasi dengan salah satu pimpinan DPR serta
fraksi koalisi pemerintah terkait hal itu.Harapannya, pada masa sidang berikutnya rancangan
regulasi tersebut rampung. "Nanti pembukaan masa sidang langsung kita tancap gas," ujar
Yasonna di Istana Negara, kemarin
Ia menuturkan, pemerintah tidak pernah menghalang-halangi agar RUU ini atau
memintanya diendapkan terlebih da hulu. Meski begitu, dia tidak menampik bahwa belakangan
ini ada dinamika yang terjadi di tubuh pemerintah dan DPR."Kalau pemerintah dalam rapat yang
lalu sudah oke.Akhirnya, kemudian di provokasi lagi oleh pandangan itu, diprovokasi oleh
beberapa teman di panja DPR, jadi tertunda.Maka, sekarang harus diselesaikan," katanya.
Revisi UU Antiterorisme mulai diajukan pemerintah ke DPR selepas serangan teror di
Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada awal 2016 silam.Menyusul sejumlah serangan di
Surabaya dan Sidoarjo, desakan agar rancangan regulasi itu disegerakan kembali mencuat.
Sejak penyusunannya, beberapa pasal dalam rencana revisi dipersoalkan. Di antaranya
soal definisi terorisme, pelibatan TNI dalam pemberantasan terorisme, serta sejumlah proses
penahanan tanpa bukti-bukti pendahuluan atas tindak pidana terorisme.
Anggota Pansus Revisi UU Antiterorisme dari Fraksi PPP Arsul Sani menuturkan, sejauh
ini definisi terorisme menjadi satu-satunya poin yang belum disepakati DPR dan
pemerintah.Poin ini juga yang membuat Revisi UU Antiterorisme itu tak kunjung disahkan, sejak
digagas sejak 2016 lalu.
Ia mengungkapkan, Polri keberatan dengan definisi terorisme yang diinginkan beberapa
fraksi di Pansus DPR. Sebagian Pansus DPR menginginkan definisi terorisme tak hanya seperti
selama ini, tetapi juga memasukkan frasa motif politik, motif ideologi, dan frasa ancaman
keamanan negara."Kemudian teman dari Polri ini keberatan, keberatan kalau ada frasa soal motif
politik dan frasa keamanan negara," ujar Arsul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa
(15/5).
Arsul mengungkap, keberatan Polri dimasukkannya frasa motif politik dan ideologi
sebagai bagian dari definisi terorisme karena khawatir digunakan kuasa hukum tersangka terduga
teroris maupun terdakwa untuk menghin dar dari tuduhan.Polri pun menilai, dicantumkannya
motif politik dalam batang tubuh UU juga mempersempit ruang penegak hukum untuk menindak
pada pelaku terduga teror.
Ter kait polemik itu, kata Arsul, Polri beralasan tanpa di masuk kannya motif politik
dalam UU pun, aparat kepolisian melakukan pendalaman motif dan tujuan pelaku."Mereka
(Polri) katakan bahwa setiap penanganan terorisme itu kami pasti kita gali, motif jaringannya itu
meski nggakada di UU, kita gali sebagai pengembangan kasus.Jadi, tanpa ada itu pun kami
sudah kami lakukan," ujar Arsul.
Sebaliknya, beberapa fraksi di Pansus Revisi UU juga memiliki alasan memasukkan
unsur motif politik dan ideologi, yakni untuk mencegah kesewenang-sewenangan penegak
hukum. Menurutnya, sebagian fraksi menilai frasa untuk menghindari aparat hukum langsung
menetapkan pasal UU Terorisme yang belum didalami sama sekali oleh polisi.
Selain itu, frase ancaman keamanan negara juga menjadi poin yang belum disetujui pihak
Polri dari tim panita kerja pemerintah. Sebab, frase tersebut mem buka ruang keterlibatan TNI
dalam pemberantasan tindak pidana terorisme. "Karena, kalau frase ancaman keamanan negara
ini sudah bukan urusan Polri saja," ujar Arsul
Terakhir, Arsul mengatakan, dalam pertemuan partai koalisi pendukung pemerintah
dengan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, disepakati pilihan
alternatif soal definisi terorisme.Menurutnya, jika pembahasan Revisi UU kembali terganjal
definisi, pilihannya motif politik tetap di masukkan dalam Revisi UU, tetapi dicantumkan di
bagian penjelasan."Ada alternatif yang ada itu tidak dimasukkan dalam batang tubuh, tapi itu
diberi penjelasan dalam uraian, yang jelas soal motif dan ancaman keamanan negara itu di
penjelasan umum di UU," kata Arsul.
Wakil Ketua DPR dariFraksi Demokrat Agus Hermanto menambahkan, hari pertama
yang akan dilakukan DPR setelah reses yaitu menggelar rapat dengar pendapat antara Pansus
Revisi UU Antiterorisme dan pemerintah untuk menyamakan masalah definisi terorisme
tersebut.
Pengamat aksi terorisme, Haris Abu Ulya, meminta revisi tersebut dilakukan penuh
kehati- hatian."Kita boleh panas hati dan sedih, tapi pikiran harus jernih.Harus objektif, supaya
produk dari pikiran yang jernih itu adalah hasil yang baik, tertuang dalam subtansi revisi UU
Antiterorisme," ujar Haris kepada Re publika, Selasa (15/5).
Ia mengatakan, untuk kepentingan pemberantasan terorisme, tidak masalah UU Anti terorisme
direvisi. Asalkan, hasil revisi itu meng akomodasi semua variabel yang dibutuhkan mulai dari
kejelasan definisi terorisme, kemudian mengatur bagaimana kalau TNI terlibat dan
harmonisasinya.Supaya tidak tumpang- tindih kepentingan," kata dia.
Menurut dia, salah satu yang perlu dicermati dari rancangan revisi ada pada pasal 43A
yang kerap disebut Pasal Guantanamo merujuk pada penjara ekstrayudisial milik AS terkait
terorisme di wilayah Kuba. Pasal ini menyebutkan, dalam konteks pencegahan, penyidik atau
penun tut berhak menahan terduga teroris untuk proses pembuktian."Karena yang dihadapi ini
bukan segerombolan hewan, tapi manusia". (febrianto adi saputro /idealisa masyrafina,
ed:fitriyan zamzami)
Cermat Bahas Revisi UU Antiterorisme
Republika, Senin, 21 Mei 2018
AMRI AMRULLAH, FEBRIANTIO ADI SAPUTRO
JAKARTA -- Para anggota DPR mengagendakan rapat penuntasan revisi Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme pekan
ini.Sejumlah pihak meminta regulasi itu dibahas secara matang agar tidak mencederai hak-hak
warga negara Indonesia.
Direktur Eksekutif Lembaga Hak Asasi Manusia (HAM) dari Institute for Criminal
Justice Reform (ICJR), Anggara, meminta pemerintah tidak tergesa-gesa mengesahkan revisi UU
Antiterorisme tersebut.Ia mengungkapkan, dalam catatan ICJR, masih banyak persoalan-
persoalan yang masih harus diselesaikan.
Di antaranya mengenai definisi terorisme, korporasi, penyadapan, pidana mati, hingga
korban terorisme. ICJR meminta agar proses pembahasan ini dilakukan dengan cermat dan hati-
hati."Agar upaya pembentukan hukum untuk penanganan terorisme tidak mencederai kebebasan-
kebebasan sipil," ujar Anggara dalam keterangannya, Ahad (20/5).
Terkait hal itu, Anggara mengatakan, ICJR akan memberikan catatan dan rekomendasi
ICJR terhadap RUU tersebut ke DPR dan pemerintah. ICJR juga meminta proses pembahasan
RUU Perubahan UU Terorisme juga memperhatikan prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Hal tersebut guna memastikan partisipasi masyarakat terhadap hasil-hasil pembahasan
antara pemerintah dan DPR.Anggara memandang banyak pihak yang tidak sepakat dengan ICJR
di tengah desakan agar pemerintah bersikap tegas terhadap terorisme.Namun, dia menegaskan,
tujuan ICJR adalah demi keadilan serta penegakan hukum yang akuntabel dan transparan.
"Ini untuk semua warga di Indonesia tanpa membeda-bedakan status sosial, pandangan
politik, agama, warna kulit, jenis kelamin, asal-usul, dan kebangsaan," kata dia.
Sejauh ini, pemerintah dan DPR menyatakan, pembahasan revisi UU Antiterorisme telah
memasuki tahap final. Pekan ini, Pansus RUU Terorisme dijadwalkan akan kembali membahas
regulasi tersebut.
Desakan pengesahan regulasi itu menyusul berbagai serangan teror yang terjadi secara
beruntun belakangan.Di antaranya serangan terhadap tiga gereja di Surabaya pada Ahad (13/5),
serangan ke Mapolresta Surabaya pada Selasa (15/5), dan serangan ke Mapolda Riau pada Rabu
(16/5).
Di antara revisi yang rencananya disertakan dalam UU Anti terorisme adalah soal perpanjangan
masa penahanan terduga teroris, penangkapan berdasarkan indikasi-indikasi tertentu sebelum
kejahatan dilaksanakan, dan pelibatan TNI dalam pemberantasan terorisme.
Peneliti senior LIPI Syamsuddin Haris menilai bentuk keterlibatan TNI di dalam
pemberantasan terorisme harus cermat.Jika tidak, langkah itu di khawatirkan berpotensi
melanggar hak asasi manusia. "Bentuk keterlibatan TNI dalam pemberantasan terorisme itu
macam apa? Itu mesti jelas," kata Syamsuddin di Jakarta, Ahad.
Selain itu, ia juga menilai keterlibatan TNI dalam pemberantasan terorisme harus berada
di bawah kepolisian. Menurut dia, itu perlu agar tidak ada gesekan dan konflik kelembagaan
yang dapat menimbulkan kebijakan tidak produktif.
Direktur the Community Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya menilai
adanya pem bentukan sebuah lembaga independen yang berfungsi melakukan pengawasan dan
kontrol juga perlu dikritisi.Ia berharap nantinya perincian tugas dan wewenang lembaga
independen tersebut harus konkret dan diisi oleh orang-orang kredibel yang memiliki
kemampuan agar proyek kontraterorisme bisa komprehensif, objektif, dan mengedepankan
humanisme.
Selain itu, Harits juga menyoroti adanya pasal-pasal dalam draf revisi UU Antiterorisme
yang dianggap sebagai Pasal Guantanamo.Harits menjelaskan, pasal Guantanamo artinya orang
terduga teroris ditahan di tempat rahasia dengan masa penahanan yang tidak terbatas."Itu
kanbahaya kalau masih ada.Kita berharap itu tidak ada,"ujarnya.
Terakhir, Harits juga menyoroti masalah delik yang bisa dikenakan di dalam UU
Teroris.Menurut dia, jangan sampai orang yang hanya menggagas atau menyebarkan pemikiran
radikal dianggap benih-benih terorisme."Terorisme itu radikal pada aspek tindakan.Kalau
kemudian orang itu dianggap memiliki pemikiran radikal kemudian ini cikal bakal dengan
terorisme, (anggapan) itu sangat berbahaya sekali," ujarnya.
Terkait perdebatan definisi terorisme fraksi partai pendukung pemerintah setelah rapat
dengan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto pada pekan lalu
telah menyepakati agar frasa motif politik, ideologi, dan ancaman keamanan negara tidak
dimasukkan di dalam pasal tetapi ditempatkan di dalam bab penjelasan umum. Sementara, fraksi
di luar pemerintah sejauh ini menyepakati frasa definisi tersebut dimasukkan dalam pasal UU.
Bagaimanapun, Wakil Ketua Panitia Khusus Revisi UU Antiterorisme Supiadin Aries
Saputra sepakat, definisi terorisme harus ada dalam regulasi itu."Definisi ini memang harus
karena dengan definisi kita tahu sasarannya apa. Karena, kalau tanpa definisi, itu akan menyasar
ke orang-orang yang tertentu saja. Kita enggakmau itu menyasar ke kelompok-kelompok
tertentu," ujar Supiadin dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (19/5).
Supiadin menjanjikan pembahasan revisi UU Antiterorisme bisa segera selesai karena
sudah tidak ada perbedaan mengenai substansi di antara fraksi-fraksi dan
pemerintah.Rencananya, rapat pembahasan lanjutan revisi UU Antiterorisme dilakukan pada
Rabu (23/5).
(farah noersati va fauziah mursid, ed:fitriyan zamzami)
Revisi UU Antiterorisme Bisa Langsung Tuntas
Republika, Selasa, 22 Mei 2018
RONGGO ASTUNGKORO, FEBRIANTO ADI SAPUTRO
JAKARTA -- Pembahasan mengenai revisi Undang-Undang (UU)Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme ditargetkan hanya membutuhkan satu kali
pertemuan.Selepas rapat pembahasan perdana pada Rabu (23/5) ini, regulasi tersebut diharapkan
rampung.
"Paling satu kali pertemuan sudah selesai karena memang tidak ada hal yang prinsip,
terutama menyangkut soal masalah definisi terorisme,"kata Direktur Jenderal Peraturan
Perundang-undangan (Dirjen PP)Kemenkumham Widodo Ekatjahyana di Jakarta, Senin (21/5).
Pada prinsipnya, kata dia, baik pemerintah maupun DPR sudah satu suara.Kedua belah
pihak pun sudah ber konsolidasi agar revisi UU Ant iterorisme dapat segera rampung dalam
pembahasan yang akan dilakukan ke depan.
Widodo menerangkan, adanya usulan-usulan gagasan dan pandangan merupakan hal
yang lumrah di dalam pembahasan revisi UU.Karena itu, hal-hal seperti demikian tak hanya ada
pada pembahasan revisi UU Antiterorisme, tetapi juga ada pada yang lainnya.
Widodo juga berharap pekan ini DPR dan pemerintah benar-benar mencapai kesepakatan
agar UU dapat segera diketok palu."Karena ini menyangkut persoalan bangsa dan negara kita,"
lanjut dia.
Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly sebelumnya menerangkan, ada sedikit
perubahan pada draf yang akan dibahas nanti.Perubah an tersebut ada pada definisi tero
risme."Ya, itu yang kita harapkan.Rabu kanmasih pembukaan masa sidang, tapi langsung kita
akan komuni kasikan," katanya.
Ketua Panitia Khusus Revisi UU Antite rorisme M Syafii mengamini bahwa regulasi
tersebut sudah hampir selesai."RUU terorisme ini kan sudah hampir sele sai 99,9 persen, tinggal
definisi.Jadi, Rabu nanti pem bahasan kita tunggal, untuk menyikapi apa itu tero risme, tidak ada
yang lain," kata Syafii di Kompleks Parlemen Sena yan, Senin.
Syafii menjelaskan, pada umumnya pemerintah sudah satu suara dengan pengertian yang
diusulkan Panglima TNI, Kapolri, Menteri Pertahanan, Menko Polhukam, dan usulan Prof
Muladi bahwa definisi terorisme selain ada tindakan kejahatan yang bisa menim bulkan
ketakutan masif, menimbulkan korban, merusak objek vital yang strategis, tapi juga mengancam
kemanan negara dan punya tujuan politik serta ideologi.
"Semua satu suara tentang itu, makanya kita heran kalau kemudian dalam rapat pansus
itu pihak Densus (Antiterorisme 88) menolak, ada apa?" ujar dia.Politikus Partai Partai Gerindra
tersebut menyebut alasan Densus 88 menolak definisi tersebut karena dinilai bisa memper sempit
ruang gerak. "Kalau kemudian tidak bisa bebas menangkap, ya memang harus tidak
bebas.Karena, di negara hukum aparat penegak hukum pada dasarnya tidak ada kewenangan apa
pun kecuali yang diberikan oleh hukum itu sendiri," kata dia.
Sementara itu, Syafii juga menjelaskan definisi dalam ketentuan umum tidak
memerlukan penjelasan.Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Angka 107 berbunyi: "Karena batasan
pengertian, definisi, singkatan, atau akronim berfungsi untuk menjelaskan makna suatu kata atau
istilah maka batasan pengertian, defi nisi, singkatan, atau akronim, tidak perlu diberi penjelasan,
dan karena itu harus dirumuskan dengan lengkap dan jelas sehingga tidak menimbulkan
pengertian ganda".
Sementara itu, Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto menyatakan optimistis bahwa
revisi UU Antiterorisme akan segera selesai karena ia sudah bertemu dengan anggota DPR yang
membahas UU tersebut."Bahkan, sebelum tanggal 30 Mei sudah selesai," ujar Setyo.
Terkait kewenangan Polri dalam revisi UU tersebut, Setyo menyatakan, sudah disepakati.
Kepolisian pun sama sekali tak mempermasalahkan pelibatan TNI dalam aksi kontraterorisme.
Polri menekan revisi pada UU Terorisme agar tidak bersifat responsif seperti UU yang
digunakan saat ini.Dalam revisi UU yang baru, Polri bisa bersifat proaktif, yang artinya Polri
bisa menindak pihak pihak yang memiliki bukti kuat terlibat organisasi terorisme meski belum
melakukan aksi.
Hal ini, menurutnya, merupakan langkah represif dengan tujuan preventif.
Mantan menteri hukum dan HAM Yusril Ihza Mahendra menyebutkan, ia hanya butuh
waktu satu minggu ketika menyusun Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)
Terorisme pada 2002 yang menjadi dasar UU Nomor 15/2003.Kendati demikian, ia mengklaim
sangat berhati-hati dalam membentuk peraturan tersebut dan sengaja tidak memasukkan definisi
terorisme.
"Tahun 2002 sampai hari ini belum pernah ada proyeksi dan saya pikir itu sebenarnya
sudah cukup baik ya," ujar Yusril menerangkan saat ditemui di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Jakarta, Senin (21/5).
Menyikapi UU Terorisme yang akan direvisi, apabila revisi itu dilakukan dengan penam
bahan atau beberapa perubahan terhadap beberapa hal, Yusril setuju saja.Menurutnya, yang akan
membuat repot nantinya adalah jika apa yang dibentuknya semasa menjadi menteri kehakiman
dan HAM itu dibuang sama sekali. "Karena ini kan perdebatan mengenai membuat definisi
terorisme.Saya sendiri sengaja tidak membuat definisi (terorisme)," katanya menambahkan.
Ia menilai, mendefinisikan sesuatu hanya untuk kepentingan akademik saja tidak bisa
kemudian dijadikan suatu definisi dalam merumuskan suatu perbuatan pidana.Karena itu, kata
Yusril, dia dulu mengatakan, barang siapa meledakkan bom di tempat terbuka, maka tindakan itu
adalah terorisme, pada saat menyerang kepentingan umum itu terorisme, menyerang menara di
bandara juga sebagai tindakan terorisme.
"Kalau begitu lebih simpel.Kalau sekarang ini mau didefinisikan, definisi itu tidak akan
menerangkan apa-apa.Lebih baik menyebutkan perbuatan- perbuatan apa saja yang dapat
digolongkan sebagai perbuatan terorisme," ungkapnya.
Ia mengingatkan, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan para penyusun revisi. "Bahwa
hanya perlu melibatkan TNI, itu saya setuju saja dilibatkan sekarang.Tahun 2002 kami tak mau
melibatkan TNI karena pada waktu itu kanmemang situasinya itu awal reformasi ya," katanya.
Menurutnya, kala itu ada keinginan agar TNI jangan dilibatkan dalam hal apa pun,
kecuali dalam masalah-masalah pertahanan bangsa dan negara.Ditambah lagi, saat itu juga TNI
dan Polri baru saja dipisahkan
Sepekan, 74 Terduga Teroris Ditangkap
Republika, Rabu, 23 Mei 2018
ARIF SATRIO NUGROHO, ISSHA HARRUMA
JAKARTA -- Mabes Polri melansir, telah menangkap sebanyak 74 terduga teroris
sepanjang operasi kontra terorisme pascaterjadinya sejumlah teror bom Jawa Timur.Operasi
kontraterorisme kepolisian yang diujungtombaki Detasemen Khusus Antiteror (Densus 88)
tersebut digelar selama 13 Mei hingga 20 Mei 2018.
"Dalam tujuh hari, sebanyak 74 teroris ditangkap," kata Kabiro Penmas Divisi Humas
Polri Brigjen Mohammad Iqbal dalam keterangannya, Selasa (22/5).Ia juga mengungkapkan,
sebanyak 14 di antara para terduga teroris tewas dalam sejumlah penangkapan dan penyerangan
pasca teror di Jawa Timur.Iqbal mengklaim, mereka tewas ditembak karena melawan petugas
ataupun karena tindakan yang mereka lakukan sendiri.
Di Jawa Timur, kata Iqbal, aparat kepolisian menangkap 31 orang dengan empat di
antaranya tewas.Di Banten dan DKI Jakarta, 16 orang ditangkap dengan dua di antaranya tewas.
Lalu di Jawa Barat, delapan orang ditangkap, empat di antaranya tewas.
Selanjutnya, di Riau, sembilan orang dibekuk dengan empat di antaranya tewas. Di
Lampung, empat orang juga ditangkap. Di Sumatra Utara, enam orang ditangkap. Iqbal
menuturkan, penangkapan ini merupakan langkah preventif Polri dalam mencegah aksi
terorisme.
Sebelumnya, tiga gereja di Surabaya mengalami pengeboman pada Ahad (13/5).Malam
harinya sebuah Rusun di Wonocolo, Sidoarjo, juga meledak. Mapolrestabes Surabaya juga
dibom pada Senin (14/5).Total yang meninggal dalam insiden itu sejauh ini adalah 25 orang,
terdiri atas 13 pelaku dan keluarga mereka serta 12 lainnya aparat dan warga sipil.
Lalu, pada Rabu (16/5), Mapolda Riau juga diserang. Empat dari lima penyerang tewas
dan seorang anggota polisi gugur dalam insiden penyerangan tersebut.
Para pelaku disebut ter gabung dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang
berafiliasi dengan kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).Kepolisian melansir,
kelompok itu merupakan sempalan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan Jamaah Islamiyah
(JI).Pimpinan JAD disebut kepolisian bernama Aman Abdurrahman dan saat ini tengah ditahan
terkait dakwaan keterlibatan dalam penyerangan di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada 2016
lalu.
Sementara di Sumatra Utara, seorang warga bernama Budi Sinaga (34) mengklaim
dibebaskan pasukan Densus 88 karena tidak terbukti terlibat aksi terorisme.Dia dipulangkan
kerumahnya di Beting Kuala Kapias, Teluk Nibung, Tanjung Balai, Sumatra Utara, Senin (21/5)
malam.
Budi diantar oleh beberapa petugas kepolisian ke kediamannya.Dua saudara Budi yang
menurutnya ikut ditangkap bernama Syaiful Sinaga dan Beni Sinaga belum dipulangkan.Begitu
pula dengan tetangga mereka, Julian.
Kepulangan Budi disambut hangat keluarga dan tetangga yang memenuhi rumah
mereka.Mereka ingin mendengar langsung cerita penangkapan Budi hingga penahanannya di
Mako Brimob Polda Sumut, Medan, selama tujuh hari."Mereka mengaku dari
kepolisian.Menangkap saya karena saya diduga melakukan tindak kriminal, yakni membuat bom
untuk aksi terorisme," kata Budi, Selasa (22/5).
Dugaan itu ternyata tidak terbukti.Dia pun akhirnya dibebas kan setelah sempat ditahan
selama 24 jam karena tidak terlibat sama sekali dengan kelompok teroris manapun.Budi
mengaku mendapat tindak kekerasan selama penangkapan dan penahanan.Dia berharap aparat
keamanan dapat merehabilitasi namanya."Saya ingin nama saya dibersihkan," kata Budi.
Sementara itu, dua saudara Budi dikabarkan mengalami luka tembak saat penangkapan,
Senin (15/5).Mereka pun mendapat perawatan di RS Bhayangkara Medan.Syaiful dikabarkan
dalam kondisi kritis.
Meski begitu, belum ada informasi resmi terkait kondisi keduanya.Begitu juga dengan
terduga lain yang ditangkap di sejumlah tempat di Sumut.Pihak kepolisian di Sumatra Utara
belum memberikan keterangan resmi terkait penangkapan tersebut.
Hanya Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang mengisyaratkan adanya penangkapan di
Tanjung Balai tersebut."Yang terbaru, Densus 88 menangkap lima orang terduga teroris di
Tanjung Balai.Salah satu terduga teroris menyerang ketua RT di situ,"kata Tito dalam program
di salah satu televisi swasta, Senin (15/5)malam.
Kepolisian juga menangkap sedikitnya tiga warga yang disebut menuliskan pendapat
bahwa aksi-aksi teror belakangan meru pakan rekayasa dan pengalihan isu aksi terorisme melalui
media sosial mereka.Diantaranya, FSA yang merupakan seorang pegawai negeri sipil di Kayong
Utara, Kalimantan Barat; HDL, seorang dosen di Univer sitas Sumatra Utara, Medan;dan AAD
yang sehari-hari bekerja sebagai seorang satpam di Sumatra Utara.Ketiganya dijerat dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Informasi Transaksi Elektronik.
Penangkapan-penangkapan dilakukan kepolisian seiring kian dekatnya penuntasan
pembahasan revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme (UU Antiterorisme).Pihak kepolisian dan pemerintah menginginkan regulasi
itu selekasnya disahkan guna memudahkan aparat melakukan penangkapan.
Nantinya, masa penahanan pihak-pihak yang terindikasi terlibat tindak pidana terorisme
bisa lebih lama.Selain itu, kepolisian juga bisa melakukan penang kapan terhadap terduga teroris
sebelum berlangsungnya tindak pidana terorisme.Pihak TNI juga bakal dilibatkan dalam
pemberantasan terorisme melalui beleid tersebut.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta upaya pencegahan penyebaran
paham radikalisme juga dilakukan di dunia pendidikan dari taman kanak-kanak hingga jenjang
perguruan tinggi.
"Bersihkan lembaga mulai dari TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, ruang-ruang
publik, mimbar-mimbar umum dari ajaran ideologi terorisme," ujar Jokowi saat membuka ratas
pencegahan dan penanggulangan terorisme di Kantor Presiden, Selasa (22/5).
Menurut dia, langkah ini merupakan bagian dari pendekatan soft power, selain program
deradikalisasi kepada mantan narapidana terorisme.Jokowi menyampaikan, langkah preventif ini
sangat diperlukan mengingat serangan bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo beberapa pekan
lalu turut melibatkan anak-anak di bawah umur serta perempuan.
Ia menilai, peristiwa tersebut menandakan ideologi radikalisme telah masuk hingga
keluarga dan dunia pendidikan.Karena itu, Presiden menilai pendekatan hard power yang
dilakukan dengan upaya penindakan hukum yang tegas dan tanpa kompromi untuk membongkar
jaringan teroris hingga ke akarnya tidaklah cukup.
"Pendekatan hard power jelas sangat di perlukan, tapi belum cukup.Saatnya kita
seimbangkan dengan soft power,"kata Presiden.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SatuanPendidikan : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas, Semester : VIII, I
Materi Pokok : TeksBerita
Alokasi Waktu : 6 x 40 menit ( 3 × Pertemuan)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1 Mengidentifikasi unsur-unsur teks berita (membanggakan dan memotivasi) yang
didengar dan dibaca.
3.2 Menelaah struktur dan kebahasaan teks berita (membanggakan dan memotivasi) yang
didengar dan dibaca.
4.1 Menyimpulkan pokok-pokok isi berita (membanggakan dan memotivasi) yang dibaca
dan didengar.
4.2 Menyajikan informasi dalam bentuk teks berita secara tulis dan lisan dengan
memperhatikan struktur, kebahasaan, atau aspek lisan (lafal, intonasi, mimik, kinesik).
C. Materi Pembelajaran
Reguler
1. Pengenalan struktur teks dan ciri bahasa teks berita.
Definisi Teks Berita
Struktur Teks Berita
Ciri Bahasa Teks Berita
2. Perbedaan teks berita dengan teks lainnya.
3. Pemahaman makna atau isi teks berita.
Pengayaan
1) Siswa dilatih menguasai lebih dalam meteri teks berita dengan menjawab soal-soal
latihan.
2) Siswa diberi soal dengan tingkat kesulitan yang lebih dibandingkan sebelumnya.
3) Siswa dibekali pengetahuan tambahan berkaitan dengan materi.
Ket: Kegiatan pengayaan disesuaikan dengan alokasi waktu yang ada.
Remedial
Kegiatan remedial atau perbaikan dilakukan apabila ada siswa yang mendapat nilai
di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Materi dan soalremedial pun dirancang
sebagai persiapan, bila hal tersebut terjadi.
Materi teks berita yang diperkirakan sulit dikuasai oleh siswa sebagai berikut.
1) Menemukan ciri bahasa teks secara spesifik
2) Kekeliruan saat membedakan jenis teks
Bila diperlukan remedial seusai evaluasi pembelajaran, maka siswa yang harus
memperbaiki nilainya ditugasi untuk melakukan hal yang sama dengan kegiatan
sebelumnya. Materi yang sama diulang kembali hingga siswa benar-benar memahami.
Kemudian siswa mengerjakan soal yang serupa untuk memperbaikinya.
D. Pendekatan/Model Pembelajaran
Pendekatan Scientific , Model pembelajaran berbasis teks
E. Media Pembelajaran
1. LCD Proyektor dan laptop
2. Video liputan berita peritiwa gejala alam, seperti longsor atau tsunami.
3. Koran
4. Teks berita
F. Sumber Belajar
Kementrian Pendidikan. 2013. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Politektin
Negeri Media Kreatif.
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
G. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1) Siswa meresponssalam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan
pembelajaran yang akan dilakasanakan.
2) Siswa menerima informasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3) Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti (55 menit)
Mengamati
1) Untuk membangun konteks pembelajaran dengan sikap jujur, tanggung jawab,
dan percaya diri maka siswa menyimak video berita.
Menanya
2) Dengan santun serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa
bertanya hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran.
Mengeksplorasi
3) Siswa membentuk kelompok beranggota dua atau tiga orang per kelompok.
4) Dengan sikap tanggung jawab, siswa membaca teks Tugu Serpong.
5) Siswa mencari tahu tentang struktur dan ciri bahasa teks berita.
6) Dengan penuh tanggung jawab dan kejujuran, siswa menjawab pertanyaan di
lembar kerja siswa berhubungan dengan struktur dan ciri bahasa teks berita.
Mengasosiasikan
7) Setiap siswa membandingkan hasil pengerjaannya tentang struktur dan ciri
bahasa teks beritaantarteman dalam satu kelompok dengan jujur, percaya diri,
dan tanggung jawab.
Mengomunikasikan
8) Siswa melaporkan hasil diskusi bersama kelompoknya di depan kelas, sementara
kelompok yang lain memerhatikan dengan seksama.
9) Kelompok lain menanggapi presentasi dari kelompok yang melaporkan secara
percaya diri, tanggung jawab, dan jujur.
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
1) Dengan sikap tanggung jawab, jujur, dan percaya diri siswa bersama guru
menyimpulkan pembelajaran.
2) Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat
memahami struktur teks dan ciri bahasa teks berita.
3) Dengan sikap tanggung jawab, siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan
dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami struktur
dan ciri bahasa teks berita.
4) Siswa menyimak informasi mengenai rencana pembelajaran selanjutnya.
2. Pertemuan Kedua
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1) Siswa merespons salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi
dan pembelajaran sebelumnya.
2) Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3) Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti (55 menit)
Mengamati
1) Untuk membangun konteks pembelajaran dengan sikap jujur, tanggung jawab,
dan percaya diri maka siswa mengamati teks hari kemerdekaan dan teks lainnya.
Menanya
2) Dengan santun serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa
bertanya hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran.
Mengeksplorasikan
3) Dengan sikap tanggung jawab, siswa membaca teks berita dan teks berita lainnya
pada siswadengan cermat.
4) Setelah membaca teks, siswa menganalisis perbedaan kedua teks tersebut.
5) Dengan penuh tanggung jawab dan kejujuran serta percaya diri, siswa menjawab
pertanyaan berhubungan dengan perbedaan teks berita dan teks eksposisi.
Mengasosiasikan
6) Setiap siswa membandingkan hasil pengerjaannya tentang struktur dan ciri bahasa
teks berita antarteman dalam satu kelompok dengan jujur, percaya diri, dan
tanggung jawab.
Mengomunikasikan
7) Siswa melaporkan hasil analisisnya di depan kelas dengan penuh percaya diri,
sementara siswa yang lain memerhatikan dengan seksama.
8) Siswa lain menanggapi hasil analisis perbedaan tersebut secara jujur.
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
1) Dengan sikap tanggung jawab, jujur, dan percaya diri siswa bersama guru
menyimpulkan pembelajaran.
2) Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat
memahami perbedaan teks berita dan teks eksposisi.
3) Dengan sikap tanggung jawab, jujur, dan santun siswa mendengarkan umpan
balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam
memahami perbedaan teks berita dan teks eksposisi.
4) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.
3. Pertemuan Ketiga
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1) Siswa merespons salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi
dan pembelajaran sebelumnya.
2) Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4) Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti (55 menit)
Mengamati
1) Untuk membangun konteks pembelajaran dengan sikap jujur, tanggung jawab,
dan percaya diri, siswa membaca berbagai teks berita.
Menanya
2) Dengan santun serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa
bertanya hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran
Mengeksplorasikan
3) Dengan sikap tanggung jawab, siswa membaca berbagai teks berita.
4) Setelah membaca, siswa menjawab pertanyaan berkaitan dengan isi teks berita.
5) Siswa mencatat hal-hal penting yang diperolehnya berkaitan dengan isi teks
berita.
Mengasosiasikan
6) Setiap siswa membandingkan hasil pengerjaannya tentang struktur dan ciri
bahasa teks berita antarteman dalam satu kelompok dengan jujur, percaya diri,
dan tanggung jawab.
Mengomunikasikan
7) Siswa mempresentasikan isi teks berita dengan penuh percaya diri, jujur, dan
tanggung jawab. Sementara siswa yang lain memerhatikan dengan seksama. Hal
ini dilakukan secara bergantian.
8) Siswa lain menanggapi penyampaian tersebut, baik dari segi bahasa, isi, gestur,
dan lain-lain.
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
1) Dengan sikap tanggung jawab, jujur, dan percaya diri siswa bersama guru
menyimpulkan pembelajaran.
2) Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat
mempresentasikan isi teks berita sebagai bentuk pemahaman dalam menangkap
makna.
3) Dengan sikap tanggung jawab, jujur, dan santun siswa mendengarkan umpan
balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam
menangkap makna teks berita.
4) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.
H. Penilaian
1. Teknik dan Bentuk Instrumen
KI Teknik Bentuk
KI-1 dan 2 Pengamatan Sikap Lembar Pengamatan Sikap
KI-3 Tes Tertulis Tes Uraian
KI 3 Observasi Lembar Observasi Kegiatan Diskusi
KI-4 Praktik Daftar Cek Tes Praktik Siswa
2. Contoh Instrumen Penilaian
a. Lembar Pengamatan Sikap
No Nama
Siswa
Tanggung jawab Jujur Percaya diri
SB B C K SB B C K SB B C K
1. …..
2. ….
3. ….dst
b. Tes Uraian
Bagian A
LEMBAR KERJA SISWA
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Nama Kelompok :
Kelas, Semester :VIII, ….
Materi : Teks Berita
Memahami Teks Berita
Judul Teks :
1. Memahami Struktur Teks Berita
No Struktur Teks Kalimat dalam Teks
1. Orientasi Berita
2. Peristiwa
3. Sumber Berita
2. Memahami Ciri Kebahasaan Teks Berita
No Ciri Bahasa Bukti Tekstual
1. ………………………..
………………………
……………………………………………………………...
…………………………………………………………….
2. ………………………..
………………………..
………………………………………………………………
………………………………………………………………
3. ………………………..
………………………..
……………………….
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
4. ………………………..
………………………..
………………………………………………………………
………………………………………………………………
5. ………………………..
………………………..
………………………………………………………………
………………………………………………………………
3.Simpulan
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………..
Bagian B
1) Bacalah teks Tugu Serpong dan teks Infeksi Mata pada Anak dengan cermat!
2) Bandingkanlah kedua teks tersebut!
3) Carilah perbedaan kedua teks tersebut dari segi isi dan penggunaan bahasa!
c. Lembar Observasi Kegiatan Diskusi
No
Nama
Siswa
Penggunaan
Bahasa Indonesia
Pemahaman
Struktur
Pemahaman
Ciri Bahasa
Ketepatan
Menjawab
Pertanyaan
1. …
2. …
ASPEK YANG
DINILAI KATEGORI SKOR
Ketepatan diksi
Memahami diksi dalam kalimat dengan baik dan benar
Memahami diksi dalam kalimat dengan cukup baik dan benar
Menggunakan diksi dalam kalimat dengan kurang baik dan benar
8-10
6-7
4-5
Pemahaman
Struktur
Teks
Memahami struktur teks dengan baik
Memahamai struktur teks dengan cukup baik
Memahami struktur teks dengan kurang baik
8-10
6-7
4-5
Pemahaman
Ciri Bahasa
Memahami ciri bahasa teks dengan baik
Memahamai ciri bahasa teks dengan cukup baik
Memahami ciri teks dengan kurang baik
8-10
6-7
4-5
Ketepatan Menjawab pertanyaan dengan tepat 8-10
Menjawab
Pertanyaan
Menjawab pertanyaan dengan cukup tepat
Menjawab pertanyaan dengan kurang tepat
6-7
4-5
Skor maksimal = 40
Skor minimal = 16
Nilai Pengetahuan = Skor Maksimal (40) × 10 = 100
4
3. Tes Praktik
Daftar Cek Tes Praktik Siswa “Mempresentasikan Isi Teks Berita”
No Nama
Siswa
Penggunaan
Bahasa Indonesia Artikulasi
Kejelasan
Informasi
Gerak tubuh
(Gestur)
1. …
2. …
ASPEK YANG
DINILAI KATEGORI SKOR
Penggunaan
Bahasa Indonesia
Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
Menggunakan bahasa Indonesia dengan cukup baik dan benar
Menggunakan bahasa Indonesia dengan kurang baik dan benar
8-10
6-7
4-5
Artikulasi
Artikulasi baik
Artikulasi cukup baik
Artikulasi kurang baik
8-10
6-7
4-5
Kejelasan
Informasi
Informasi yang disampaikan jelas
Informasi yang disampaikan cukup jelas
Informasi yang disampaikan kurang jelas
8-10
6-7
4-5
Gerak Tubuh
(Gestur)
Gerak tubuh tepat
Gerak tubuh cukup tepat
Gerak tubuh kurang tepat
8-10
6-7
4-5
Skor maksimal = 40
Skor minimal = 16
Nilai Pengetahuan = Skor Maksimal (40) × 10 = 100
4
Tangerang, 20 Juni 2018
Diketahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
BIOGRAFI PENULIS
Malissa Rizqi, lahir di Tangerang, 29 April 1993. Biasa di panggil
Malissa. anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Abdul Rozaq dan
Musriyatun. Penulis pertama kali menempuh pendidikan di MI Krajan
Kulon, Kendal pada tahun 2000 dan selesai tahun 2005, kemudian
melanjutkan pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTS) Al- Marwah di
Kabupaten Tangerang dan lulus pada tahun 2008. Jenjang Pendidikan
selanjutnya yang ditempuh adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) 1
Kosambi kabupaten Tangerang pada tahun 2008 dan diselesaikan pada tahun 2011. Pada
tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta. Selama kuliah,
penulis pernah mengikuti UKM Teater Syahid. Selanjutnya, untuk meraih gelar S1 pada
program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menyelesaikan skripsi berjudul
“Deiksis dalam surat kabar Republika tetang Aksi Ancaman Terorisme di Indonesia serta
Pemanfataannya sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP”.