93
1 DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN RAWAT INAP PENDERITA KARDIOVASKULAR DI RSUP FATMAWATI JAKARTA TICHA LYDIYAWATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

  • Upload
    hahanh

  • View
    250

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

1

DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN RAWAT INAP PENDERITA KARDIOVASKULAR

DI RSUP FATMAWATI JAKARTA

TICHA LYDIYAWATI

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

2

Judul : Daya Terima, Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien Rawat Inap Penderita Kardiovaskular Di RSUP Fatmawati Jakarta

Nama Mahasiswa : Ticha Lydiyawati

Nomor Pokok : A54103039

Menyetujui:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

dr. Yekti hartati effendi Dr. Ir. Dadang Sukandar M.Sc NIP.140 092 953 NIP. 131645543

Mengetahui:

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :......................

Page 3: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

3

DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN RAWAT INAP PENDERITA KARDIOVASKULAR

DI RSUP FATMAWATI JAKARTA

TICHA LYDIYAWATI

Skripsi Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi S1 Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 4: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

4

RINGKASAN

TICHA LYDIYAWATI. Daya terima, Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien Rawat Inap Penderita Kardiovaskular di RS Fatmawati Jakarta. Dibawah bimbingan dr.Yekti Hartati Efendi dan Dr. Ir. Dadang Sukandar M.Sc Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima dan konsumsi energi dan zat gizi pasien (Protein, Lemak, Kolesterol dan Natrium). Tujuan Khusus meliputi: Mengidentifikasi : 1) Karakteristik pasien (umur, sex, TB, BB, jenis diit, jenis penyakit, riwayat penyakit, pendidikan dan pekerjaan) 2) Riwayat pemeliharaan pasien (lama rawat, saran diit, perolehan diit sebelum dan penerapannya). Menghitung : 3) Kebutuhan energi dan zat gizi pasien, 4) Ketersediaan energi dan zat gizi dari menu makanan RS, 5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (makanan RS, makanan luar RS dan cairan infus), 6) Menganalisis hubungan daya terima pasien dengan tingkat konsumsi energi dan protein pasien makanan RS.

Desain studi dalam penelitian adalah cross sectional. Tempat penelitian di RSUP Fatmawati Jakarta. Pemilihan lokasi secara purposive sampling (Singarimbun & Effendi, 1989). Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan Juni sampai Agustus 2007. Pasien dalam penelitian adalah pasien rawat inap penderita penyakit kardiovaskular di IRNA B lantai VI selatan. Jumlah pasien rawat inap kardiovaskular (hipertensi, jantung dan stroke) selama tiga bulan berdasarkan diagnosa dokter sebanyak 136 orang. Pemilihan pasien dilakukan dengan cara purposive sampling dengan kriteria yang ditentukan. Maka diperoleh 35 pasien yang memenuhi ktriteria tersebut, hanya 30 pasien yang mempunyai data lengkap maka dijadikan contoh pasien dalam penelitian ini.

Jenis data dalam penelitian ini yaitu primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, dan wawancara dengan alat bantu kuisioner yang meliputi: (1) Karakteristik pasien (umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, riwayat penyakit, pekerjaan dan tingkat pendidikan) (2) riwayat pemeliharaan kesehatan pasien (lama rawat, saran diit, perolehan diit sebelumnya, dan penerapannya) (3) Kebutuhan energi dan zat gizi pasien (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan cairan infus) (6) Daya terima terhadap menu makanan RS. Data sekunder meliputi: (1) Gambaran umum RS Fatmawati Jakarta (lokasi, klasifikasi, sejarah, visi dan misi dan fasilitas pelayanan kesehatan), (2) Gambaran umum Instalansi Gizi RS Fatmawati Jkt (Struktur organisasi, visi, misi, tujuan, tugas pokok, fungsi, tenaga kerja, kegiatan penyelenggaraan makanan), (3) Jenis penyakit, jenis diet, cairan infus dan lama perawatan. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, cleaning dan analisis data dengan menggunakan program Microsoft excel dan SPSS versi 13,0 for Windows. Untuk menganalisis hubungan daya terima dan tingkat konsumsi pasien terhadap makanan RS digunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian ini sebesar 70% pasien dalam kategori usia dewasa menengah (40-65 thn), 63,3% jenis kelamin laki-laki. Jenis penyakit pasien 56,7% jantung, 40% penyakit stroke dan penyakit hipertensi 3,3%. Pendidikan pasien 46,7% SMU. Jenis pekerjaan 33,3% IRT, buruh 16,7%, wiraswasta 16,7%, swasta 13,3%, PNS 10%, dan sisanya pensiunan 10%. Sebanyak 46,7% berdasarkan riwayat penyakit dulu menunjukan pernah menderita penyakit pernah hipertensi, 36,7% pernah penyakit jantung, 3,3 % pernah penyakit stroke, 3,3% penyakit lambung, dan 10% tidak memiliki riwayat penyakit dulu. Pasien

Page 5: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

5

yang memiliki riwayat penyakit pada keluarga antara lain penyakit hipertensi 13,3%, jantung 6,7%, dan stroke 13,3%. Lebih dari separuh pasien 66,7% tidak memiliki riwayat penyakit keluarga. Jenis diit yang diperoleh pasien terdiri dari yaitu diit rendah garam ll lunak (RG ll lunak), diit rendah garam ll nasi biasa (RG ll NB), diit jantung ll rendah garam ll (DD ll RG ll), dan diit jantung lll rendah garam ll (DD lll RG ll) Sebanyak 33,3% pasien menjalani rawat inap kurang dari 5 hari, 20% antara 5-10 hari dan sisanya 6,7% lebih dari 10 hari. Sebanyak 56,7% belum pernah mendapatkan saran diit terhadap penyakit yang dideritanya. Sebanyak 53,3% tidak pernah mendapatkan diit yang sama dimasa lalu dan tidak melakukan penerapan diit. Kebutuhan energi total sehari berdasarkan perhitungan Harris Bennedict lebih tinggi dibandingkan perhitungan mengunakan rumus cepat berdasarkan Ketentuan Instalasi Gizi RSUP Fatmawati. Berdasarkan perhitungan Harris Bennedict untuk kebutuhan energi dan protein pasien yaitu kebutuhan energi 1772 Kkal/hari(1320-2412) Kkal, protein73,9 g/hari (55-100) g/hari. Berdasarkan rumus cepat energi 1591 Kkal/hari (1035-22214) Kkal, protein 55,9 g/hari (41,4-73,8)g/hari. Kebutuhan lemak, dan kolesterol, semua pasien dibatasi konsumsinya, anjuran AHA (American Heart Association) untuk konsumsi lemak adalah tidak lebih dari 30% kebutuhan kalori, rata-rata anjuran konsumsi kolesterol <300mg/hari. Rata-rata ketersedian energi dan zat gizi makanan RS yaitu energi 1516,26 Kkal/hari; protein 60,35 gram/hari; lemak 48,72 g/hari; natrium 414,93 mg/hari, dan kolesterol 213,56mg/hari. Rata-rata ketersediaan energi, protein dan lemak makanan yang disajikan RS dibandingkan dengan standar porsi menurut jenis Diit Jantung ll, Diit Jantung lll dan Rendah Garam NB diperoleh hasil yang lebih rendah berdasarkan ketentuan Instalasi Gizi RSUP Fatmawati.

Tingkat ketersediaan energi terhadap kebutuhan berdasarkan perhitungan Harris Benedict 36,7% pasien berada kategori defisit energi, 43,3% normal dan 20% diatas kebutuhan. Tingkat ketersediaan protein terhadap kebutuhan 6,7% pasien berada pada kategori defisit protein, 20% normal dan 73,3% diatas kebutuhan. Rata-rata tingkat ketersediaan energi terhadap kebutuhan 86,88% berarti berada pada kategori defisit (<90% angka kebutuhan). Rata-rata tingkat ketersediaan protein terhadap kebutuhan 135,32% berarti berada pada kategori diatas kebutuhan (≥120 angka kebutuhan). Tingkat ketersediaan energi terhadap kebutuhan berdasarkan rumus cepat 40% pasien berada kategori defisit energi, 30% normal dan 30% diatas kebutuhan. Tingkat ketersediaan protein terhadap kebutuhan 16,7% pasien berada pada kategori defisit protein, 56,7% normal dan 26,7% berada pada kategori diatas kebutuhan. Rata-rata tingkat ketersediaan energi terhadap kebutuhan 99,52% berarti berada pada kategori normal (90-119% angka kebutuhan). Rata-rata tingkat ketersediaan protein terhadap kebutuhan 109,57% berarti berada pada kategori normal. Konsumsi energi, protein, kolesterol, lemak dan natrium pasien meskipun diperoleh dari tiga sumber yaitu makanan RS, makanan luar RS dan cairan infus namun kontribusi energi dan zat gizi makanan RS terhadap total konsumsi energi dan zat gizi sehari makanan RS tetap besar adalah energi 89%; protein 89%; lemak 92 %; kolesterol 88%; natrium 69%. Makanan dari luar RS sedikit memberikan kontribusi energi dan zat gizi terhadap total konsumsi sehari energi 10,73%; protein 10%; lemak 8,52 %;kolesterol 6,97%; dan natrium 17,14%. Cairan infus hanya memberikan kontribusi natrium terhadap total konsumsi

Page 6: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

6

sehari yaitu natrium 16%. Total rata-rata konsumsi pasien yaitu energi 1496Kkal/hari; protein 57,1g/hari;kolesterol 195,6mg/hari; lemak 52,9mg/hari dan natrium 597,1mg/hari, meliputi makanan RS energi 1338 Kkal, protein 5,6 g/hari, lemak 49,3 g/hari, kolesterol 182,7mg/hari dan natrium 411,4 mg/hari; makanan luar RS energi 158Kkal/hari, protein 5,6gram/hari, lemak 3,6mg/hari, kolesterol 12,9mg/hari dan natrium 86,7mg/hari; cairan infus yaitu natrium 99 mg/hari.

Tingkat konsumsi energi terhadap ketersediaan berdasarkan perhitungan Harris Benedict 10% pasien defisit tingkat berat energi, 3,3% defisit tingkat sedang, dan 16,7% defisit tingkat ringan dan 70% normal. Tingkat konsumsi protein terhadap ketersediaan 13,3% pasien defisit tingkat berat protein, 10% defisit tingkat sedang, 16,7% defisit tingkat ringan dan 60% normal. Rata-rata tingkat konsumsi energi terhadap ketersediaan 88,29% berarti berada pada kategori defisit tingkat ringan (80-89% angka ketersediaan). Rata-rata tingkat konsumsi protein terhadap ketersediaan 85,46% berarti berada pada kategori defisit tingkat ringan. Tingkat konsumsi energi terhadap ketersediaan berdasarkan rumus cepat 10% pasien berada pada kategori defisit tingkat berat energi (<70% angka ketersediaan), 3,3% defisit tingkat sedang (70-79% angka ketersediaan), 16,7% defisit tingkat ringan dan 70% normal (90-100% angka ketersediaan). Tingkat konsumsi protein terhadap ketersediaan 13,3% pasien defisit tingkat berat protein, 10% defisit tingkat sedang, 13,3% defisit tingkat ringan dan normal 63,3%. Rata-rata tingkat konsumsi energi terhadap terhadap ketersediaan energi 88,29% berarti berada pada kategori defisit tingkat ringan (80-89% angka ketersediaan). Rata-rata tingkat konsumsi protein terhadap ketersediaan 85,46% berarti berada pada kategori defisit tingkat ringan.

Tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan berdasarkan perhitungan Harris Benedict 20% pasien berada pada kategori normal, 33,3% defisit tingkat berat energi, 16,7% defisit tingkat sedang, 30% defisit tingkat ringan. Tingkat kecukupan protein terhadap kebutuhan 33,3% pasien berada pada kategori normal, 46,7 % diatas kebutuhan (≥120% angka ketersediaan), 10% defisit tingkat berat (< 70% angka ketersediaan) dan 10% defisit tingkat ringan. Rata-rata tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan 76,51% berarti berada pada kategori defisit tingkat sedang (70-79% angka ketersediaan). Rata-rata tingkat kecukupan protein terhadap kebutuhan 114,83% berarti berada pada kategori normal (90-119% angka ketersediaan). Tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan berdasarkan rumus cepat 43,3% pasien berada pada kategori normal, 10% diatas kebutuhan (≥120% angka ketersediaan), 23,3,7% defisit tingkat berat energi (< 70% angka ketersediaan), 3,3% defisit tingkat sedang (70-79% angka ketersediaan), dan 16,7% defisit tingkat ringan. Tingkat kecukupan protein terhadap kebutuhan 46,7% pasien berada pada kategori normal, 16,7 defisit berat protein, 6,7% defisit tingkat sedang, 16,7% defisit tingkat ringan dan 13,3% diatas kebutuhan. Rata-rata tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan 87,79% berarti berada pada kategori defisit tingkat ringan (80-89% angka ketersediaan) Rata-rata tingkat kecukupan protein terhadap kebutuhan 93,3% berarti berada pada kategori normal (90-119% angka ketersediaan)

Rata-rata konsumsi lemak pasien 52,9 g/hari, konsumsi kolesterol pasien adalah 195,6mg/hari, dan konsumsi natrium pasien adalah 597,1 mg/hari. Seluruh pasien mengkonsumsi lemak, kolesterol dan natrium sesuai dengan anjuran Daya terima pasien berdasarkan waktu makan menunjukkan daya terima makan pagi memiliki nilai daya terima yang lebih rendah dari pada makan siang serta makan sore. Daya terima pasien terhadap makanan utama yang disajikan

Page 7: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

7

(tiga hari pengamatan) sebanyak 40 % pasien memiliki nilai daya terima tinggi. Daya terima terhadap makanan selingan sebanyak 96,8% pasien memiliki nilai daya terima tinggi. Daya terima pasien berdasarkan jenis menu menunjukkan menu yang paling banyak disukai yaitu menu ke-5 dan yang tidak disukai menu ke-31. Rasa yang kurang enak dan suhu makanan yang dingin menyebabkan atribut rasa dan suhu yang relatif kurang disukai pasien. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang significant beberapa variabel antara lain tingkat konsumsi energi dan protein pasien dengan lama rawat pasien, daya terima pasien dengan tingkat konsumsi energi dan protein pasien dan daya terima pasien dengan lama rawat pasien.

Page 8: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

8

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Januari 1985 dari pasangan

keluarga bapak (Alm) Suwardji dan dan Ibu Sulmini. Penulis merupakan anak ke

2 dari 3 bersaudara yaitu Pujianto dan Arman Maulana

Pendidikan formal pertama yang ditempuh penulis adalah taman kanak-

kanak di TK Marsudi Asih, Tangerang dari tahun 1990 sampai dengan tahun

1991. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1991 sampai 1997 di SD Negeri

Kreo 01. Penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 267 Jakarta hingga tahun

2000, dan kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 63 Jakarta

mulai tahun 2000 sampai tahun 2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa di

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI).

Selama menyelesaikan studi di IPB, penulis pernah mengikuti kegiatan

Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal,

Kabupaten Bogor. Penulis aktif menjadi staf Humas di HIMAGITA pada tahun

2004/2005. Selain itu penulis aktif dan tercatat sebagai sekertaris dalam kegiatan

Perkumpulan IAS3 (Ikatan Alumni SMU Sepesanggrahan Sekebayoran dan

Sekitarnya) periode 2004/2005. Kegiatan yang pernah diikuti antara lain PESTA

IPB dan BIBIT FAPERTA MPF tahun 2004 sebagai PAK (Pembimbing Anak

Kelompok), Hari pelepasan sarjana tahun 2005, Wonder tahun 2005, Seminar

NPGK Vlll tahun 2004 dan NPGK lX tahun 2005 sebagai seksi Pubdekdok

(Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi) dan seminar konsultasi Gizi tahun 2007

sebagi seksi Danus.

Page 9: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

9

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini

dengan baik. Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Daya Terima, Konsumsi

Energi dan Zat Gizi Pasien Rawat Inap Penderita Kardiovaskular di RSUP

Fatmawati Jakarta” dilakukan sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar

Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya

Keluaraga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Yekti Hartati Effendi dan Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc selaku dosen

pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu

dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, semangat dan

dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Ir. Lilik Noor Yuliati MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguj,i

serta Bashir, Kiki, dan Rena selaku pembahas seminar yang telah banyak

memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Dr. H. Kemas M. Akib Aman, SP r, MARS sebagai Direktur RSUP Fatmawati

dan Dr. Pauline Endang P,Sp GK (Kepala Instalasi Gizi RSUP Fatmawati)

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian

4. Listiawaty, DCN selaku pembimbing lapang yang telah banyak memberikan

arahan, masukan dan kritikan kepada penulis selama melakukan penelitian.

5. Keluarga ku Ayah, Ibunda, Papah dan mamah (tercinta), Mas Anto, Arman,

tirta, dewi, dika dan imeh. Special untuk ‘Rizki’ serta Sahabat-sahabat ku

Farah, Ade dan Eni terima kasih atas segala bantuan, doa dan dukungan

yang diberikan dan semua pihak yang telah membantu kelancaran

penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis

berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.

Page 10: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

10

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vi

PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

Latar belakang ................................................................................... 1

Perumusan Masalah .......................................................................... 2

Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

Kegunaan Penelitian .......................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

Kardiovaskular..................................................................................... 5

Jantung................................................................................................ 6

Jenis diit jantung................................................................................... 6

Hipertensi ............................................................................................ 7

Jenis diit rendah garam........................................................................ 8

Stroke .................................................................................................. 8

Jenis diit stroke...................................................................................... 9

Penyelenggaraan makanan................................................................. 9

Kebutuhan............................................................................................ 13

Konsumsi ............................................................................................ 15

Daya terima.......................................................................................... 16

Kecukupan ......................................................................................... 18

KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................................... 19

METODE PENELITIAN ........................................................................... 22

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian .............................................. 22

Jumlah dan Cara Pengambilan pasien ............................................. 22

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................... 24

Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 26

Definisi Operasional ........................................................................... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 34

Gambaran Umum RS dan Instalasi Gizi.............................................. 34

Karakteristik pasien............................................................................. 41

Riwayat pemeliharaan kesehatan.................................................. ..... 44

Kebutuhan energi dan zat gizi pasien.................................................. 47

Page 11: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

11

Ketersediaan energi dan zat gizi.......................................................... 47

Tingkat Ketersediaan Energi dan Zat Gizi.......................................... 49

Konsumsi energi dan zat gizi............................................................... 50

Tingkat konsumsi Energi dan Protein.................................................. 53

Tingkat Kecukupan energi dan ketersediaan....................................... 54

Rata-rata tingkat ketersediaan, konsumsi dan kecukupan.................. 55

Daya terima.......................................................................................... 56

Daya terima berdasarkan waktu makan......................................... 57

Daya terima berdasarkan makanan utama.................................... 57

Daya terima berdasarkan makanan selingan................................. 58

Daya terima berdasarkan jenis menu............................................ 58

Penilaian terhadap atribut daya terima.......................................... 59

Hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan lama rawat... 61

Hubungan daya terima dan tingkat konsumsi energi dan protein........ 62

Hubungan daya terima dengan lama rawat......................................... 63

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 64 Kesimpulan ........................................................................................ 64

Saran .................................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 68

LAMPIRAN .............................................................................................. 71

Page 12: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

12

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Penggolongan tekanan darah............................................................. 7

2 Jenis data, peubah dan kategori peubah menurut

karakteristik dan riwayat pemeliharaan kesehatan.............................. 26

3 Jenis data, peubah, kategori peubah menurut sumber konsumsi

pasien.................................................................................................. 28

4 Jenis data, peubah, kategori peubah menurut tingkat ketersediaan

tingkat konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan protein............... 29

5 Kapasitas tempat tidur......................................................................... 35

6 Ketenagaan diinstalasi berdasarkan jenis pekerjaan........................... 36

7 Sebaran pasien berdasarkan umur...................................................... 41

8 sebaran pasien berdasarkan jenis kelamin.......................................... 41

9 Sebaran pasien berdasarkan jenis penyakit........................................ 41

10 Sebaran pasien berdasarkan pendidikan............................................. 42

11 Sebaran pasien berdasarkan pekerjaan.............................................. 42

12 Sebaran pasien berdasarkan jenis diit dan jenis

penyakit............................................................................................... 43

13 Keragaan statistik BB dan TB...............................................................

14 Sebaran pasien berdasarkan lama rawat............................................ 44

15 Sebaran pasien berdasarkan riwayat penyakit dulu............................ 44

16 Sebaran pasien berdasarkan riwayat penyakit kelurga....................... 45

17 Sebaran pasien berdasarkan perolehan diit sebelumnya................... 45

18 Sebaran pasien berdasarkan perolehan diit sebelumnya

dan penerapannya............................................................................... 46

19 Sebaran pasien berdasarkan saran diit.............................................. 46

20 Sebaran pasien berdasarkan saran diit dimasa lalu

dan penerapannya............................................................................... 46

21 Rata-rata kebutuhan energi dan protein............................................. 47

22 Rata-rata ketersediaan energi dan zat gizi (standar porsi).................. 48

23 Rata-rata ketersediaan energi dan zat gizi

Diit Jantung Rendah Garam................................................................. 48

24 Rata-rata ketersediaan energi dan zat gizi

Diit Rendah Garam.............................................................................. 49

25 Sebaran pasien berdasarkan tingkat ketersediaan energi dan protein 50

Page 13: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

13

26 Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi pasien.................................... 51

27 Sebaran pasien berdasarkan konsumsi makanan luar......................... 51

28 Sebaran pasien berdasarkan cairan infus............................................ 52

29 Sebaran pasien berdasarkan tingkat konsumsi energi dan protein..... 54

30 Sebaran pasien berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein... 55

31 Nilai tingkat ketersediaan, tingkat konsumsi dan tingkat kecukupan... 57

32 Sebaran daya terima pasien terhadap waktu makan........................... 57

33 Sebaran daya terima pasien terhadap makanan utama....................... 57

34 Sebaran daya terima pasien terhadap selingan................................... 58

35 Sebaran daya terima pasien terhadap perjenis menu.......................... 59

36 Sebaran pasien berdasarkan penilaian terhadap atribut makanan...... 61

37 Sebaran TKE dan TKP berdasarkan penilaian terhadap

atribut makanan................................................................................... 62

38 Sebaran daya terima pasien berdasarkan TKE dan TKP.................... 63

Page 14: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

14

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka Pemikiran............................................................................... 20

2 Cara penarikan pasien........................................................................... 23

Page 15: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

15

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Struktur organisasi instalasi gizi ............................................................ 72

2 Menu makanan utama........................................................................... 73

3 Menu makanan selingan....................................................................... 75

4 Standar porsi diit jantung ...................................................................... 76

5 Standar porsi diit rendah garam............................................................. 77

PENDAHULUAN

Latar Belakang Makanan memiliki peranan yang sangat penting terhadap kehidupan

manusia antara lain untuk memelihara kesehatan tubuh, perawatan penyakit, dan

penyembuhan penyakit. Meningkatnya kehidupan dan kesejahteraan masyarakat

sejalan dengan berkembangnya penyakit, salah satu penyakit diantaranya

penyakit kardiovaskuler. Di Iindonesia penyakit kardiovaskuler dalam dua dekade

sebelumnya belum begitu dikenal namun secara berangsur-angsur tetapi pasti,

telah menggeser kedudukan penyakit infeksi di Indonesia (Moehyi 1999).

Adapun prevalensi gejala penyakit jantung berdasarkan data SKRT

berdasarkan kawasan di Indonesia antara lain kawasan Jawa-Bali dengan

prevalensi 5,5 %, Kawasan Timur Indonesia dengan prevalensi sebesar 7,7%

dan prevalensi paling tinggi berada dikawasan Sumatera dengan prevalensi

10,2% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes 2005).

Menurut survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004 prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 14% dengan kisaran (13,4 - 14,6%). Prevalensi

meningkat dengan bertambahnya umur yaitu pada kelompok umur 25-34 tahun

sebesar 7% meningkat menjadi 16% pada kelompok umur 35-44 tahun, dan

pada kelompok umur 65 tahun atau lebih meningkat menjadi 29%.

Prevalensi penyakit hipertensi berdasarkan jenis kelamin yaitu pada

perempuan 16% lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki 12%. Prevalensi

hipertensi menurut daerah tidak tampak adanya perbedaan yaitu pedesaan

13,9% dan perkotaan 14,2%. Begitu juga tidak tampak adanya perbedaan

prevalensi hipertensi berdasarkan kawasan di Indonesia yaitu Sumatera 13,9%,

Page 16: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

16

Jawa-Bali 14%, Kawasan Timur Indonesia 13,9% (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Depkes 2005).

Stroke menempati urutan ketiga sabagai penyakit mematikan setelah

kanker. Di Indonesia stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab di

rumah sakit yaitu sebanyak 35,8% orang usia lanjut dan 12,9% usia lebih muda

karena pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Setiap tahun 500 ribu penduduk

indonesia terkena serangan stroke, sebanyak 25% meninggal dunia dan sisanya

cacat ringan dan berat (Misbach J 2007).

Menurut hasil penelitian di Jawa tengah terhadap pasien rawat inap

sebanyak lebih dari 50% penderita secara kuantitas makanan kurang dari cukup,

kurang asupan protein, kurang minum, kehilangan nafsu makan dan mengalami

stres psikologik/penyakit akut akibat penyakit yang dideritanya sebelum dirawat

dirumah sakit. Penelitian juga menyebutkan adanya hubungan antara malnutrisi

pasien rawat inap dengan outcome antara lain tingkat mortalitas, lamanya

perawatan serta perawatan berulang dirumah sakit. Selain itu status gizi pasien

berhubungan dengan lama perawatan di rumah sakit (Pranarka, Sri & Rejeki,

2006).

Menurut The Journal Of The American Medial Association (2004) bahwa

sebanyak 50% pasien yang dirawat dirumah sakit mendapatkan nutrisi zat gizi

yang lebih rendah dari kebutuhan zat gizi yang diperlukan akibat penyakit yang

dideritanya. Akibat dari kekurangan zat gizi pada pasien berkorelasi kuat

terhadap resiko meningkatnya angka kematian. Perlu upaya pencegahan untuk

menurunkan masalah gizi kurang dirumah sakit. Pasien yang lama menjalani

rawat inap dirumah sakit mempunyai resiko yang latif tinggi untuk menderita

malnutrition hal tersebut disebabkan menderita kekurangan gizi sebelumnya,

selera makan yang menurun dan ketidakmampuan untuk makan akibat penyakit

yang dideritanya.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Herfani (2004) terhadap

penyelenggaraan makanan dan evaluasi menu diit jantung di RS pusat jantung

nasional Harapan Kita Jakarta menyebutkan bahwa pasien memiliki tingkat

ketersediaan energi dan protein terhadap kebutuhan tergolong defisit energi 50%

pasien dan protein 81,7% pasien. Pasien memiliki tingkat konsumsi energi dan

protein terhadap ketersediaan tergolong dalam defisit energi 70% pasien dan

protein 80% pasien. Pasien memiliki tingkat kecukupan energi dan protein

Page 17: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

17

terhadap kebutuhan tergolong defisit energi 91,6% pasien dan protein 100%

pasien.

Perumusan Masalah Penilaian terhadap berbagai kualitas hidangan makanan erat kaitannya

dengan tingkat penerimaan seseorang yang akan berpengaruh terhadap

kemampuan untuk mengkonsumsinya. Perbedaan dalam konsumsi makanan

akan mempengaruhi tingkat keadaan gizi atau status gizi seseorang, tingkat

kesehatan serta tingkat sumbangannya terhadap kecukupan gizi yang diperlukan

untuk hidup sehat (Nasoetion 1988).

Perawatan dirumah sakit menyebabkan orang sakit menjalani kehidupan

yang berbeda dengan apa yang dialaminya sehari-hari dirumah. Apa yang

dimakannya, dimana ia makan, bagaimana makanan yang disajikan, dengan

siapa ia makan, ditambah lagi dengan hadirnya orang-orang yang masih asing

mengelilinginya setiap waktu seperti dokter, perawat serta paramedis lainya.

Rasa tidak tenang, rasa takut, ketidakbebasan geraknya karena adanya penyakit

dapat menimbulkan rasa putus asa. Manifestasi rasa putus asa itu sering berupa

hilangnya nafsu makan, rasa mual dan sebagainya (Moehyi 1999).

Menurut hasil penelitian masalah penyajian makanan kepada orang sakit

lebih kompleks daripada penyajian makanan untuk orang sehat. Hal ini

disebabkan terutama oleh nafsu makan dan kondisi mental pasien yang berubah

akibat penyakit yang dideritanya, aktivitas fisik yang menurun dan reaksi obat-

obatan. Upaya khusus perlu dilakukan guna meningkatkan daya terima makanan

yang disajikan dirumah sakit (Almatsier, Jus’at, & Akmal 1992).

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima dan konsumsi

energi dan zat gizi (protein, lemak, kolesterol dan natrium) pasien rawat inap

penderita kardiovaskular (hipertensi, jantung dan stroke) di RSUP Fatmawati

Jakarta.

Tujuan Khusus:

1. Mengidentifikasi karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat

badan, riwayat penyakit, jenis diit, jenis penyakit, pendidikan, dan pekerjaan).

2. Mengidentifikasi riwayat pemeliharaan kesehatan pasien (lama rawat, saran

diit, perolehan diit sebelumnya, dan penerapan diit).

3. Menghitung kebutuhan energi dan zat gizi pasien

Page 18: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

18

4. Menghitung ketersediaan energi dan zat gizi dari menu makanan RS

5. Menghitung konsumsi energi dan zat gizi pasien (makanan RS, makanan luar

RS dan cairan infus).

6. Menganalisis hubungan daya terima pasien dengan tingkat konsumsi energi

dan protein pasien terhadap menu makanan RS.

Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam usaha penyempurnaan

kegiatan penyelenggaraan makanan bagi pasien penderita penderita

kardivaskular (hipertensi, jantung dan stroke). Bagi pasien dan masyarakat,

penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya konsumsi energi

dan zat gizi (protein, lemak, kolesterol dan natrium) makanan yang mencukupi

kebutuhan zat gizi sehingga dapat mempecepat proses penyembuhan penyakit

dan mempersingkat lamanya perawatan.

Page 19: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

19

TINJAUAN PUSTAKA

Kardiovaskular Menut Santoso (2000) bahwa secara garis besar penyakit jantung dan

pembuluh darah adalah penyakit jantung koroner atau penyakit jantung iskemik,

hipertensi, penyakit jantung bawaan, penyakit otot dan selaput jantung,

gangguan irama jantung dan pembuluh darah ferifer. Sistem kardiovaskular atau

sistem sirkulasi adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke

dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari

homeostasis). Ada tiga jenis sistem sirkulasi: tanpa sistem sirkulasi, sistem

sirkulasi terbuka, dan sistem sirkulasi tertutup (Anonymous, 2008).

Empat macam penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling sering

dijumpai dan menjadi perhatian utama antara lain aterosklerosis, hipertensi,

penyakit jantung koroner dan penyakit stroke. Aterosklerosis adalah keadaan

pengerasan didinding pembuluh darah. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut untuk suatu target organ

seperti stroke (otak), penyakit jantung koroner (pembuluh darah jantung dan

hipertrofi ventrikel kiri (untuk otot jantung). Penyakit jantung koroner adalah

penyakit jantung akibat obstruktif pada pembuluh darah koroner yang

menyebabkan fungsi jantung terganggu, yang disebabkan terutama oleh proses

aterosklerosis. Jenis penyakit jantung koroner yang umumnya dikenal antara lain

Angina pectoris, Infark miocardium akut (IMA), penyakit Jantung Iskhemia,

Kematian mendadak (sudden death). Stroke adalah gangguan fungsi otak yang

terjadi secara akut dengan tanda klinis fokal maupun global yang terjadi lebih dari

Page 20: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

20

24 jam atau menyebabkan kematian yang disebabkan oleh karena gangguan

peredaran darah otak (kriteria WHO) (Martini , S 2007).

Jantung Menurut Almatsier (2002) penyakit jantung terjadi akibat proses

berkelanjutan, dimana jantung secara berangsur-angsur kehilangan

kemampuannya untuk melakukan fungsi secara normal. Pada awal penyakit,

jantung mampu berkompensasi ketidakefisienan fungsinya dan mempertahankan

sirkulasi darah normal melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi

(Compensated Heart Disease) dalam keadaan tidak terdekompensasii

(decompensation cordis), sirkulasi darah yang tidak normal menyebabkan sesak

napas, rasa lelah dan rasa sakit di daerah jantung. Berkurangnya aliran darah

dapat menyebabkan kelainan fungsi ginjal, hati, otak, serta tekanan darah yang

dapat berakibat terjadinya reabsorpsi natrium. Hal ini akhirnya menimbulkan

edema. Penyakit jantung menjadi akut bila disertai infeksi (endocarditis atau

carditis), gagal jantung, setelah myocard infarct, dan setelah operasi jantung.

Menurut Almatsier (2002), tujuan dan syarat-syarat pemberian diet

jantung ialah sebagai berikut:

Tujuan diet penyakit jantung:

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memeberatkan kerja jantung

2. Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk

3. Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.

Syarat-syarat diet penyakit jantung :

1. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal,

2. Protein cukup, yaitu 0,8 gram/kg BB

3. Lemak sedang, yaitu 25-30 dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari

lemak jenuh, 10-15% lemak tidak jenuh

4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia

5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium,

dan magnesium jika dibutuhkan

6. Garam rendah, 2-3 gram/hari, jika tidak disertai hipertensi atau edema

7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas

8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi

9. Cairan cukup, ± 2 liter/hari, sesuai dengan kebutuhan

10. Bentuk makanan disesuaikan dengan bentuk penyakit, diberikan dalam porsi

kecil

Page 21: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

21

11. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi, melalui makanan dapat diberikan

tambahan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.

Jenis diet penyakit jantung menurut Bagian Gizi RSCM & PERSAGI

(2003) dibedakan sebagai berikut :

Diet Jantung I Diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti Myocard Infarct

(MCL) atau Dekompensasio Kordis Berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 liter

cairan/hari selama 1-2 hari pertama. Diet ini sangat rendah energi dan semua zat

gizi sehingga diberikan selama 1-3 hari.

Diet Jantung II Diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet ini diberikan

sebagai perpindahan dari Diet Jantung I atau fase akut dapat diatasi. Jika disertai

hipertensi dan atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung II garam rendah. Diet

ini rendah energi, protein, kalsium dan tiamin.

Diet Jantung III Diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet diberikan

sebagai perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada pasien jantung dengan

kondisi tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan atau edema, diberikan

sebagai Diet Jantung III garam rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi

cukup zat gizi lain.

Hipertensi Hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi primer dan sekunder.

Hipertensi primer, kira-kira sepertiganya tidak menunjukan gejala sesuatu pun

selama 10 atau 20 tahun baru diketahui ketika melakukan pemeriksaan ke dokter

sedangkan dua pertiganya gejala yang timbul agak samar-samar dan berubah

serta banyak gejalanya tidak disebabkan karena kenaikan tekanan darahnya.

Hipertensi sekunder adalah sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi dan

kebiasaan (Siaw 1994).

Tekanan darah adalah kuatnya darah menekan dinding pembuluh darah

saat dipompa dari jantung menuju keseluruh jaringan. Fungsi tekanan darah

adalah untuk mengalirkan darah keseluruh bagian tubuh. Dengan demikian

semua organ penting didalam tubuh mendapatkan oksigen dan zat-zat gizi yang

dibawa oleh darah. Tekanan dibedakan menjadi dua bagian tekanan darah

sistole dan tekanan darah diastole. Tekanan sistole menunjukkan besarnya

tekanan pada dinding pembuluh darah pada saat darah berkontraksi (jantung

Page 22: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

22

berdenyut), sedangkan tekanan darah diastole adalah besarnya tekanan pada

dinding pembuluh darah pada saat otot jantung rileks diantara dua denyutan

(Purwati, Salimar & Rahayu 2002).

Jenis penyakit hipertensi berdasarkan tekanan darah menurut WHO diacu

dalam Siauw (1994) seperti pada tabel 1.

Tabel 1 Penggolongan tekanan darah Penggolongan Tekanan darah sisitolik

(mmHg) Tekanan darah diastolik

(mmHg) Normal <140 90 Boderline 140-159 91-94 Hipertensi definitif 160 95 Hipertensi ≥ 160 ≥ 95

Sumber: WHO diacu dalam Siauw (1994)

Menurut Almatsier (2002), tujuan diet garam rendah adalah membantu

menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan

tekanan darah pada pasien hipertensi. Macam diet garam rendah sebagai

berikut:

Diet Garam Rendah I (200 - 400 mg Na) Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan

atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam

dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.

Diet Rendah Garam II (600 - 800 mg Na)

Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan

atau hipertensi tidak terlalu berat. Pada pengolahan makanannya boleh

menggunakan 1/2 sdt garam dapur (2 g). Dihindari bahan makanan yang tinggi

kadar natriumnya.

Diet Rendah Garam III (1000 - 1200 mg Na) Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan

atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam

rendah I. Pada pegolahan makanannya boleh menggunakan 1sdt (4 g) garam

dapur.

Stroke Stroke adalah cedera vaskular akut pada otak. Cedera dapat disebabkan

oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah darah, sumbatan

dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Gejala stroke dapat bersifat

fisik, psikologi, dan perilaku. Gejala paling khas adalah kesulitan menelan,

Page 23: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

23

kesulitan berbicara, hilangnya sensasi diwajah, lengan, atau tungkai disalah satu

sisi, dan hilangnya sebagian penglihatan disatu sisi (Feigin,V 2006).

Stroke adalah penyakit peredaran darah otak menyebabkan kerusakan

pada bagian otak yang terjadi bila pembuluh darah yang membawa oksigen dan

zat-zat gizi ke bagian otak tersumbat atau pecah. Akibatnya dapat terjadi

beberapa kelainan yang berhubungan dengan kemampuan makan pasien yang

pada akhirnya berakibat penurunan status gizi.

Tujuan diet penyakit stroke:

1. Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien

dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit.

2. Memperbaiki keadaan stroke, seperti disfagia, pneumonia, kelainan ginjal

dan debukitus.

3. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Syarat-syarat diit penyakit stroke:

1. Energi cukup, yaitu 25-45 kkal/kgBB

2. Protein cukup, yaitu 0,8-1 g/kgBB

3. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total

4. Karbohidrat cukup, yaitu 60-70% dari kebutuhan energi total

5. Vitamin cukup, terutama Vitamin A, Riboflavin, B6, Asam Folat, B12, C dan E

6. Mineral cukup, terutama kalsium, magnesium, dan kalium

7. Serat cukup

8. Cairan cukup, yaitu 6-8 gelas/hari, kecuali pada keadaan edema dan asites,

cairan dibatasi.

9. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien

10. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering

Jenis diet penyakit jantung menurut Almatsier (2002) dibedakan sebagai

berikut :

Diet Stroke l Diberikan kepada pasien dalam fase akut atau bila ada gangguan fungsi

menelan. Makanan diberikan dalam bentuk cairan kental atau kombinasi cair

jernih dan cairan kental yang diberikan secara oral atau NGT sesuai dengan

keadaan penyakit. Makanan diberikan dalam porsi kecil tiap 2-3 jam. Lama

pemberian disesuaikan dengan keadaan pasien.

Diet Stroke ll

Page 24: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

24

Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet stroke i atau kepaada

pasien pada fase pemulihan. Bentuk makanan merupakan kombinasi cairan

jernih dan cairan kental, saring, lunak, dan biasa. Pemberian diet pada pasien

stroke disesuaikan dengan penyakit penyertanya.

Penyelengaraan Makanan Menurut Mukrie et al (1990), penyelengaraan makanan adalah suatu

proses kegiatan manusia, alat dan dana untuk menghasilkan makanan yang

layak dan bermutu. Dengan demikian konsep dari manajemen makanan meliputi

pemecahan masalah dalam menyediakan makanan bagi konsumen. Makanan

yang dipersiapkan dengan baik, bergizi, serta harga yang layak sehingga

memuaskan konsumen merupakan hal yang pokok dalam setiap pelayanan

makanan.

Penyelengaraan makan merupakan suatu proses yang meliputi

perencanaan menu, perencanaan pembelanjaan, penerimaan bahan dan

penyimpanaan, persiapan pemasakan, pemasakan, pembagian makanan,

penyajian (Djojodibroto 1997). Kegiatan penyelengaraan makanan di rumah sakit

adlah suatu proses kegiatan instalasi gizi di rumah sakit yang mencakup

perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, penyediaan,

penerimaan, penyimpanaan dan penyaluran makanan serta pencatatan dan

pelaporan untuk pasien dan pegawai sesuai ketentuan yang berlaku

(Subandriyo 1993).

Langkah-langkah penyelenggaran makanan yaitu:1) perencanaan menu;

2) perencanaan kebutuhan bahan makanan;3) pembelian dan penerimaan bahan

makanan;4) penyimpanan dan pengeluaran bahan makanan; 5) pengolahan

makanan;6) persiapan dan penilaian mutu makanan;7) pengawasan dan

pengendalian penyelenggaraan makanaan (Depkes 1993).

Perencanaan Menu Menu adalah kumpulan beberapa macam hidangan atau makanan yang

disajikan untuk seseorang atau kelompok orang untuk setiap kali makan berupa

hidangan pagi, hidangan siang, dan hidangan sore. Perencanaan menu adalah

serangkaian kegiatan menyusun hidangan dalam variasi dan kombinasi yang

serasi bagi konsumen (Depkes 1993).

Fungsi perencanaan menu yang baik menurut Subandriyo (1993) adalah

a) untuk memudahkan pelaksanaan dalam menjalankan tugas sehari-hari;

b) secara garis besar dapat disusun hidangan yang mengandung zat-zat gizi

Page 25: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

25

essensial yang dibutuhkan oleh tubuh; c) variasi dan kombinasi hidangan dapat

diatur, sehingga dapat menghindari kebosanan yang disebabkan pemakaian

jenis bahan makanan dan jenis makanan yang sering terulang; d) menu dapat

disusun sesuai dengan biaya yang tersedia sehingga kekurangan uang belanja

dapt dihindari atau harga makanan dapat dikendalikan; e) waktu dan tenaga

yang tersedia dapat digunakan sehemat mungkin f) dengan perencanaan menu

yang matang, bahan makanan kering dapat dibeli sekaligus untuk beberapa

minggu, sehingga tenaga dan waktu dapat dihemat, tidak perlu mondar-mandir

kepasar.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan menu antara lain

kebutuhan gizi bagi setiap penderita (pasien) tidak sama. Hal ini tergantung pada

umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, kadar hemoglobin dan

hematokrit, serta jenis penyakit penderita disamping itu perlu diperhatikan variasi,

kebiasaan makan dan sosial budaya penderita, iklim, musim keadaan pasar,

tenaga, peralatan, dana yang tersedia, teknik dan cara pemasakan serat

modifikasi menu (Subandriyo 1993)

Menurut Mukrie et al. (1990), dalam mengelola makanan institusi perlu

diikuti prinsip-prinsip yang mendasar seperti tanggung jawab berkesinambungan

yang harus dipertimbangkan : a) menyediakan makanan sesuai dengan jumlah

dan macam zat gizi yang diperlukan konsumen secara menyeluruh;

b) memperhitungkan keingianan dan kepuasan konsumen secara menyeluruh;

c) dipersiapkan dengan citra rasa yang tinggi, dilaksanakan dengan cara kerja

yang memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi yang layak serta menjamin harga

makanan yang dijangkau konsumen segala tingkat.

Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan Menurut Depkes (1993), perencanaan kebutuhan bahan makanan adalah

suatu proses kegiatan dalam menetapkan jumlah, macam, dan kualitas bahan

makanan yang diperlukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan alokasi dana

yang tersedia, menu yang disusun, peraturan makanan yang berlaku dan jumlah

yang diberi makan.

Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan Menurut Depkes (1991), penerimaan bahan makanan merupakan suatu

kegiatan yang meliputi memeriksa atau meneliti, mencatat dan melaporkan

macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan

pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan. Menurut Moehyi (1992), bahan

Page 26: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

26

makanan yang telah diterima dari pemasok sebagian langsung digunakan dan

yang sebagian lagi mungkin masih harus disimpan.

Persiapan dan Pemasakan Makanan Persiapan bahan makanan merupakan suatu proses menyiapkan bahan

makanan dan bumbu yang siap untuk pemasakan yang sesuai dengan standar

resep serta perlengkapan atau peralatan sebelum pemasakan. Pemasakan

adalah proses kegiatan terhadap bahan makanan yang telah dipersiapkan

menurut prosedur yang telah ditentukan dengan penambahan bumbu menurut

resep standar dalam rangka mewujudkan masakan dan cita rasa yang tinggi

(Subandriyo 1993). Menurut Depkes (1993), tujuan pengolahan bahan makanan

adalah mempertahankan nilai gizi semaksimal mungkin, meningkatkan nilai

cerna, meningkatkan dan mempertahankan warna, bau, rasa, keempukan dan

penampilan makanan, bebas dari mikroorganisme dan zat berbahaya.

Proses Distribusi Makanan Menurut Moehyi (1992), untuk sampai terhadap konsumen atau pasien,

makanan setelah mengalami proses pemasakan, harus pula didistribusikan

menurut ketentuan yang ditetapkan pengelola makanan. Umunmnya ada dua

cara distibusi atau pembagian makanan dirumah sakit yaitu :

1) Cara sentralisasi yaitu semua makanan jadi dimasak dan diolah disatu dapur

kemudian dibagi sesuai dengan porsi masing-masing makanan dan

ditempatkan dalam plato, kemudian dibawa kebangsal-bangsal untuk

dibagikan kepada pasien menggunakan kereta makanan.

2) Cara desentralisasi yaitu makanan yang sudah dimasak didapur sentral

diangkut ketempat distribusi dan penyajian dalam jumlah besar. Makanan

yang dikirim kebangsal belum dibagi dalam porsi-porsi untuk masing-masing

pasien setelah sampai dibangsal kemudian dibagi kedalam plato-plato.

Diit di Rumah Sakit

Makin besar kapasitas rumah sakit, makin rumit penyelenggaraan dan

pengelolaan makanannya. Dewasa ini, penyelenggaraan makanan orang sakit

di rumah sakit sudah merupakan bidang profesi tersendiri yang sama pentingnya

dengan bidang profesi lain, seperti perawatan dan penyediaan obat.

Penyelenggaraan makanan orang sakit di rumah sakit sudah dikelola oleh

professional dengan memperkerjakan sejumlah tenaga professional seperti ahli

gizi dan ahli gastronomi (Moehyi 1992)

Page 27: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

27

Makanan untuk orang sakit mempunyai keistimewaan tersendiri yaitu

tujuan makanan institusi bagi orang sakit adalah sama, namun sasarannya

adalah orang sakit. Jadi dalam menyediakan makanan harus disesuaikan dalam

menunjang penyembuhan pasien (Mukrie et al. 1990).

Menurut Mukrie et al. (1990) bahwa makanan untuk orang sakit memiliki

kekhususan antara lain: a) pengelola adalah pemilik rumah sakit ataupun melalui

badan atau bagian tertentu yang diserahi tugas tersebut bertanggung jawab

tetap berada pada pemilik; b) rumah sakit memilki kelengkapan untuk sarana

fisik, peralatan serta penunjang lain termasuk sumber daya untuk pelaksanaan

3) makanan yang disajikan adalah makan penuh sehari 3-4 kali makan sehari

dengan atau tanpa makanan selingan 4) standar makanan memuat standar

makanan orang sakit sesuai dengan peraturan dan syarat kesehatan yang

disesuaikan dengan policy rumah sakit 5) konsumen lebih bervariasi dan

ketiganya tidak tetap dengan macam makanan yang juga berbeda dari hari

kehari berikutnya 6) harga makanan perporsi sesuai dengan ketetapan rumah

sakit 7) frekuensi makan, waktu makan, macam pelayanan dan distribusi

makanan disesuaikan menurut peraturan rumah sakit yang berlaku 8) melayani

kekhususan dari setiap individu terutama yang memerlukan makanan tertentu

dalam jangkauan yang terbatas 9) dilaksanakan dengan batas tanggung jawab

tenaga gizi atau tenaga terlatih dalam bidang gizi dietetik.

Kebutuhan Zat Gizi Makanan yang dikonsumsi setiap hari tersusun dari unsur-unsur gizi atau

nutrien yang diklasifikasikan sebagai makronutrien dan mikronutrien.

Makronutrien terdiri atas karbohidrat, lemak serta protein dan dinamakan

demikian karena dibutuhkan dalam jumlah yang besar (jumlah makro) mengingat

ke tiga nutrien ini umumnya terpakai habis dan tidak didaur ulang. Sebaliknya

mikronutrien yang terdiri atas vitamin dan mineral diperlukan tubuh dalam jumlah

sedikit (jumlah mikro) karena didaur ulang. Disamping nutrien yang disebutkan

diatas tubuh juga membutuhkan air, oksigen dan serat makanan (Hartono 2000).

Kebutuhan zat gizi adalah sejumlah zat gizi minimal yang harus dipenuhi

dari konsumsi makanan. Kekurangan atau kelebihan konsumsi zat gizi dari

kebutuhan, terutama bila berlangsung lama dalam jangka waktu yang

berkesinambungan dapat membahayakan kesehatan, bahkan pada tahap

selanjutnya dapat menimbulkan kematian (Hardinsyah & Martatianto 1989).

Page 28: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

28

Energi Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang

pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat,

lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya

(Almatsier 2001).

Energi dibutuhkan tubuh untuk metabolisme basal sebesar 60-70% dari

kebutuhan energi total. Kebutuhan energi untuk metabolisme basal adalah

kebutuhan energi minimum dalam keadaan istirahat total tetapi tidur dilingkungan

suhu yang nyaman dan suasana tenang. Selain itu energi juga diperlukan untuk

fungsi tubuh lain seperti mencerna, mengolah, dan menyerap makanan dalam

alat pencernaan, serta untuk bergerak, berjalan, bekerja, dan beraktivitas lainnya

(Soekirman 2000).

Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) diacu dalam

Almatsier (2002) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan

untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan

komposisi tubuh dengan tingkat aktifitas yang sesuai dengan kesehatan jangka

panjang dan memungkinkan pemeliharaan aktifitas yang dibutuhkan secara

social dan ekonomi. Kebutuhan energi total orang dewasa diperlukan untuk

metabolisme lemak, aktifitas fisik dan efek makanan atau pengaruh dinamik

khusus (Spesifik Dynamic Action/ SDA).

Protein Kebutuhan protein untuk pasien rumah sakit kurang lebih 1,5 sampai

2,0 gram perkiilogram berat badan keebutuhan protein bisa diukur berdasarkan

rasio kalori :nitrogen 150 : 1 sekalipun dalam keadaan kebutuhan protein yang

tinggi seperti (luka bakar) dapat digunakan rasio 75-100 :1 (Hartono 2000).

Kegunaan utama protein bagi tubuh adalah sebagai zat pembangun

tubuh, sebagai zat pengatur dalam tubuh, mengganti bagian tubuh yang rusak,

serta mempertahankan tubuh dari serangan mikroba penyebab penyakit. Selain

itu, protein dapat juga digunakan sebagai sumber energi (kalori) bagi tubuh, bila

energi yang berasal dari karbohidrat (pati, gula) atau lemak tidak mencukupi

(Muchtadi 1989).

Agar seorang pulih pada kesehatan normal, diperlukan peningkatan

protein dalam makanan. Selama dalam keadaan sakit selera makan seseorang

sering menurun atau bahkan menghilang, untuk beberapa hari konsumsi pangan

biasanya berkurang. Tubuh lebih kehilangan lagi zat gizi yang diperlukan jika

orang tua tersebut tidak makan cukup pangan secara teratur, gangguan yang

Page 29: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

29

parah dapat terjadi pada waktu sakit. Simpanan zat gizi yang hilang dari tubuh

harus digantikan sebelum orang tersebut dapat memperoleh kembali keadaan

kesehatan yang normal (Harper, Deaton & Driskel 1989).

Natrium Natrium dan klorida biasanya berhubungan sangat erat baik sebagai

bahan makanan maupun fungsinya dalam tubuh. Dalam tubuh seperti halnya

dalam makanan, sebagi natrium, konsumsi garam perorang perhari diperkirakan

sekitar 6-18 g Nacl (Winarno 1997).

Kebanyakan natrium dalam tubuh dapat menyebabkan hipertensi atau

tekanan darah meningkat. Natrium yang terlalu banyak ditandai dengan

pengembangan volume cairan ekstrakseluler yang menyebabkan oedema.

Kebutuhan manusia 5-15 gram natrium klorida pehari. Metabolisme natrium

diatur oleh aldosteron, suatu hormone korteks adrenal yang tinggi penyerapan

kembali (reabsorpsi) dari ginjal. Jumlah Nacl yang diserap oleh usus sekitar

44 gr/hari bagi orang dewasa. Nacl sebanyak ini berasal dari bahan pangan dan

juga dari sekresi system gastrointestinal (Nasoetion et al. 1994).

Lemak Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO (1990)

menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total

dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam

lemak essensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Diantara

lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan

energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda.

Konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah ≤ 300 mg sehari. Kolesterol didalam

tubuh terutama diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Berasal dari

karbohidrat, protein, lemak jumlah yang disintesis bergantung pada kebutuhan

tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan (Almatsier 2002).

Konsumsi Pangan Perilaku konsumsi pangan dapat dilakukan secara kualitatif dan

kuantitatif. Penilaian kualititatif dapat dilakukan dengan mengetahui riwayat pola

makan serta frekuensi makan. Penilaian secara kuantitatif dapat dilakukan

dengan berbagai cara diantaranya yang sering digunakan adalah cara invetaris,

cara pendaftaran, cara recall dan penimbangan. Dalam mengkaji asupan

makanan ada 3 tingkat kegiatan yaitu 1) perhitungan asupan makanan,

2) perhitungan asupan zat gizi dan 3) membandingkan asupan zat gizi dengan

Page 30: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

30

kebutuhan gizi. Kegiatan tersebut memerlukan informasi penunjang antara lain

status ekonomi; cara mempersiapkan makanan; pekerjaan dan aktifitas fisik

pasien; dan kondisi pasien (Depkes 2003).

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang

dimakan oleh seorang atau keluarga orang dengan tujuan tertentu dalam aspek

gizi, tujuan memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh

(Hardinsyah & Martianto 1989).

Konsumsi Makanan Luar Rumah Sakit Bila saat jam makan kebutuhan pasien telah telah terpenuhi oleh

makanan yang berasal dari luar rumah sakit maka kemungkinan besar makanan

yang disajikan tidak akan dihabiskan. Rasa lapar yang tidak segera teratasi pada

pasien yang dalam perawatan dan maknan yang kurang bervariasi akan

mengakibatkan pasien mencari makanan diluar. Hal ini berakibat makanan yang

disajikan tidak dihabiskan (Moehyi 1992).

Cairan infus

Nutrisi parenteral adalah pemberian nutrien melalui pembuluh darah balik

yang bisa berupa vena perifer atau vena sentral. Nutrisi parenteral diperlukan

bagi pasien-pasien yang menghadapi resiko malnutrisi namun tidak mampu atau

tidak boleh mendapatkan kecukupan nutrien lewat saluran cerna. Nutrisi

parenteral disebut nutrisi parenteral total jika seluruh kebutuhan nutrien bagi

pasien diberiakn lewat pembuluh darah atau nutrisi parenteral parsial bila hanya

sebagian kebutuhan saja yang diberikan lewat pembuluh darah. Nutrisi

parenteral bisa pula disebut sebagai terapi nutrisi primer atau sebagai terapi

nutrisi suplemental atau suportif (Hartono 2000).

Sisa Makanan Menurut Prakoso diacu dalam Noras (2000) habis tidaknya makanan

yang disajikan banyak dipengaruhi oleh cita rasa makanan, nafsu makanan,

makanaan dari luar rumah sakit dan cara penyajian. Terjadinya sisa makanan

disebabkan makanan yang disajikan tidak habis. Faktor utama yang

mempengaruhi terjadinya sisa makanan adalah selera makan.

Page 31: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

31

Secara umum yang dimaksud dengan sisa makanan bukan hanya

makanan yang disajikan tidak habis dikonsumsi, tetapi juga terjadi kehilangan

bahan makanan pada proses penyimpanan, persiapan dan pengolahan bahan

makanan. Jadi yang dimaksud dengan sisa makanan secara luas adalah bahan

makan atau makanan yang tidak habis dimakan (Moehyi 1992).

Daya Terima Makanan Pasien yang dirawat dapat dirumah sakit dapat mempengaruhi terhadap

penerimaan makanan. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya perbedaan dari

waktu makanan, rasa, besar porsi dan jenis makanan (Depkes 1991). Dalam

menyusun menu sehari-hari dirumah tangga ada tiga faktor yang perlu

diperhatikan yaitu kemampuan ekonomi (daya beli), kebutuhan atu kecukupan

gizi dan daya terima konsumen (Hardinsyah et al. 1988).

Daya terima terhadap suatu makanan ditentukan oleh rangsangan dan

indera penglihatan, penciuman, pencicip, pendengaran. Penilaian cita rasa

makanan atau sering dikenal dengan istilah penilaian organoleptik. Faktor utama

yang dinilai dari cita rasa diantaranya ialah rupa yang meliputi warna, bentuk,

ukuran, aroma, tekstur, dan rasa. Daya terima terhadap makanan dapat diketahui

melalui uji penerimaan, salah satu uji penerimaan yang dilakukan yaitu uji

hedoniK skala verbal. Uji hedonik tersebut mengemukakan tanggapan seseorang

tentang senang atu tidaknya terhadap kualitas makanan yang dinilai

(Hardinsyah et al. 1988).

Rasa Makanan Menurut Winarno (1997), rasa merupakan suatu komponen flavor yang

terpenting karena mempunyai pengaruh yang dominan. Pada cita rasa lebih

banyak melibatkan indera kecapan (lidah). Penginderaan cecapan dapat dibagi

menjadi empat macam cecapan utama yaitu asin, asam, manis, dan pahit.

Masakan yang mempunyai variasi empat macam rasa tersebut lebih disukai

daripada rasa yang dominan. Menurut Moehyi (1992), rasa makanan sangat

berpengaruh terhadap cita rasa makanan. Beberpa faktor yang berpengaruh

adalah aroma makanan, bumbu masakan, keempukan makanan, kerenyahan

makanan, tingkat kematangan, serta suhu makanan.

Warna Makanan Betapapun lezatnya makanan apabila penampilannya tidak menarik

waktu disajikan akan mengakibatkan selera makan seseorang menjadi hilang.

Warna makanan memegang peran utama dalam penampilan makanan. Warna

Page 32: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

32

daging yang sudah berubah menjadi pucat sewaktu disajikan, akan menjadi

sangat tidak menarik dan menghilangkan selera untuk memakannya

(Moehyi 1992).

Tekstur Makanan Menurut Nasoetion (1988) tekstur menggambarkan keadaan struktur

makanan. Beberapa hal yang mempengaruhinya yaitu jenis bahan makanan,

cara mengolah, dan kontak makanan dengan udara. Menurut Moehyi (1992),

yang dimaksud dengan kerenyahan makanan adalah makanan yang telah

dimasak menjadi kering tetapi tidak keras. Kerenyahan makanan memberi

pengaruh tersendiri terhadap cita rasa makanan. Untuk mendapatkan makanan

yang renyah juga diperlukan cara memasak yang tepat.

Suhu Suhu mempengaruhi kemampuan kuncup cecapan untuk menangkap

rangsangan rasa. Sensitivitas terhadap rasa berkurang bila suhu tubuh dibawah

20°C atau diatas 30°C. Makanan yang panas akan membakar lidah dan merusak

kepekaan kuncup cecapan akan tetapi sel cecapan yang telah rusak akan diganti

dengan sel yang baru dalam beberapa hari kemudian makanan yang dingin apat

membius kuncup cecapan sehingga tidak peka lagi (Winarno 1997).

Bau Bau dari hidangan merupakan salah satu unsur yang turut menentukan

kelezatan makanan tersebut. Bau-bauan dapat dikenali dalam bentuk uap. Pada

umumnya bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan

4 bau utama yaitu harum, asam, tengik, dan hangus (Nasoetion 1988).

Menurut Moehyi (1992), aroma makanan disebabkan oleh adanya suatu

senyawa yang mudah menguap akibat reaksi yang terjadi dengan atau tanpa

enzim. Aroma yang timbul bergantung pada jenis makanannya, cara memasak,

dan aroma sintetik yang ditambahkan. Aroma makanan yang sangat kuat

dan mampu merangsang indera pencium dapat membangkitkan selera.

Kebersihan Alat Makan Alat yang digunakan harus sesuai dengan volume makanan yang

disajikan. Makanan yang berkuah banyak tentu tidak sesuai dengan

menggunakan piring ceper. Sebaliknya, makanan yang tidak berkuah

hendaknya tidak disajikan dengan menggunakan tempat yang cekung dan

dalam, tetapi disajikan dengan menggunakan tempat yang agak datar. Salah

Page 33: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

33

satu hal yang harus dihindarkan adalah menyajikan makanan yang melimpah

ruah karena alat penyaji yang digunakan terlalu kecil atau menyajikan makanan

terlalu sedikit (Moehyi 1992).

Kecukupan Zat Gizi Kecukupan gizi merupakan suatu taraf asupan (intake) yang dianggap

dapat memenuhi kecukupan gizi semua orang yang sehat menurut berbagai

kelompoknya sehingga kebutuhan pangan hanya diperlukan secukupnya, karena

baik kurang atau lama Kecukupan pangan dapt diukur secara kuantitatif dan

kualitatif. Ukuran kuantitatif meliputi nilai social beragam jenis pangan dan nilai

cita rasa sedangkan nilai kuantitatif yang umum digunakan adalah kandungan zat

gizi (Khumaidi 1994).

Menurut Hardinsyah & Martianto (1989) kecukupan energi seseorang

pada kelompok umur tertentu sama dengan atau sedikit lebih tinggi dari rata-rata

kebutuhan energi kelompok tertentu yaitu ditambah 1-5%, sedangkan untuk

kecukupan protein ditentukan sebesar rata-rata. Kebutuhan protein seseorang

ditambah dua kali simpangan baku atau kira-kira 20-30%.angka kecukupan gizi

dan protein berguna untuk mengukur tingkat konsumsi pangan, merencanakan

konsumsi pangan dan ketersediaan pangan.

Page 34: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

34

KERANGKA PEMIKIRAN

Salah satu bentuk pelayanan gizi rumah sakit adalah penyediaan

makanan untuk pasien melalui kegiatan penyelenggaraan makanan RS.

Ketersediaan makanan RS didasarkan pada kebutuhan energi dan zat gizi

(protein, lemak, kolesterol dan natrium) pasien dengan mempertimbangkan

karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan) dan

jenis penyakit. Konsumsi energi dan zat gizi pasien dipengaruhi oleh riwayat

pemeliharaan kesehatan, ketersediaan makanan RS dan daya terima pasien

terhadap makanan RS Konsumsi pasien didapat dari makanan RS, makanan luar

RS dan cairan infus. Kualitas makanan dapat dinilai dari daya terima terhadap

makanan yang disajikan, selanjutnya akan berpengaruh terhadap konsumsi

pasien. Konsumsi energi dan zat gizi pasien pasien akan berpengaruh terhadap

tingkat konsumsi dan tingkat kecukupan pasien Hubungan variabel yang diamati

dalam penelitian disajikan pada gambar 1.

Page 35: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

35

Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Pasien

Ketersediaan Energi dan Zat Gizi Makanan

Daya terima pasien terhadap Menu Makanan RS

Tingkat Ketersediaan Energi dan Protein

Cairan Infus

Konsumsi Energi dan Zat

Gizi Pasien

Makanan luar RS

Tingkat Konsumsi dan Tingkat

Kecukupan Pasien

umur, jenis kelamin,

BB, dan TB

Jenis penyakit

Penyelenggaraan Makanan RS

Jenis Diit

Riwayat Pemeliharaan Kesehatan - Lama rawat - Diit Sebelumnya - Saran Diit - Penerapan Diit

Riwayat penyakit

pendidikan, dan pekerjaan

Page 36: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

36

Keterangan : = variabel dan hubungan yang diteliti --------- = variabel yang tidak diteliti Gambar 1. Kerangka Pemikiran Daya Terima, Konsumsi Energi dan Zat Gizi

(protein, lemak, kolesterol dan natrium) Pasien Rawat Inap Penderita Kardiovaskular di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta

METODE PENELITIAN

Disain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain penelitian survei karena penelitian

mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat

Page 37: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

37

pengumpulan data yang utama, dan merupakan studi cross sectional karena

pengumpulan dilakukan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk

menggambarkan karakteristik dan hubungan antar variabel (Singarimbun &

Effendi, 1989).

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta. Pengumpulan

data dilakukan selama tiga bulan dimulai dari bulan Juni sampai Agustus 2007.

Pemilihan lokasi secara purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa rumah

sakit pemerintah yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Contoh dalam penelitian adalah pasien rawat inap penderita penyakit

kardiovaskular (hipertensi, jantung dan stroke) di IRNA B (lantai VI selatan)

pada RSUP Fatmawati Jakarta. Pemilihan pasien dilakukan dengan cara

purposive sampling (Singarimbun & Effendi 1989) dengan kriteria sebagai

berikut:

• Laki-laki atau perempuan

• Berumur 17 tahun keatas

• Dirawat di kelas lll

• Tidak dalam keadaan demam (panas tinggi)

• Dapat menilai makanan yang disajikan secara objektif

• Dalam keadaan sadar, sehingga dapat berkomunikasi dengan baik.

• Telah dirawat minimal dua hari (telah mengalami penyesuaian terhadap

makanan yang disajikan).

• Selama pengamatan tidak mengalami perubahan jenis diet,

• Bersedia diwawancara dan dijadikan contoh

Jumlah Pasien Rawat Inap 9743 pasien

Jumlah Seluruh Pasien RSUP Fatmawati Juni, Juli, Agustus 2007

173443 orang

Page 38: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

38

Gambar 2 Cara Penarikan contoh (Juni,Juli dan Agustus 2007)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer meliputi :

Jumlah Pasien Rawat Inap di IRNA B 3965 pasien

Jumlah Pasien kelas lll (lantai VI selatan) Dibagian penyakit (Dalam, Jantung & Syaraf)

758 pasien

Purposive sampling, dengan kriteria : • Laki-laki atau perempuan, • berumur 17 tahun keatas, • tidak demam(panas tinggi), • dalam keadaan sadar, • dapat berkomunikasi dengan

baik, dapat menilai makanan yang disajikan secara objektif,

• telah dirawat minimal dua hari (telah mengalami penyesuaian terhadap makanan yang disajikan,

• bersedia diwawancara dan bersedia dijadikan contoh

35 Pasien sesuai kriteria

Data tidak lengkap

5 pasien

Data lengkap 30 pasien

Jumlah Calon Pasien Berdasarkan Diagnosa Dokter 136 orang (Hipertensi 12 orang , Jantung 43 orang, dan Stroke 81 orang)

J t (43 i )

30 Pasien sebagai contoh

Page 39: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

39

1. Data karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, riwayat penyakit, pendidikan

dan pekerjaan) dan data riwayat pemeliharan kesehatan (saran diit,

perolehan diit sebelumnya, dan penerapan diit) diperoleh melalui wawancara

mengunakan kuesioner.

2. Data berat badan dikumpulkan dengan penimbangan dengan mengunakan

bath room scale hari pertama pengamatan.

3. Data tinggi badan dikumpulkan dengan pengukuran mengunakan microtoise

bagi pasien yang dapat berdiri diambil pada saat hari pertama pengamatan.

4. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi pasien

4.1 Perhitungan menggunakan Harris Bennedict

a) Perhitungan kebutuhan energi total sehari (TDE) (School1987) diacu dalam

(Hartono 2000) sebagai berikut :

TDE (Total Daily Energy) = BEE X Faktor Aktifitas X Faktor injury

Keterangan :

BEE (Basal Energy Expenditure) dihitung dengan rumus

• BEE laki-laki = 66 +(13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U) • BEE perempuan = 655 +(9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7x U)

TB = Tinggi Badan (cm); U = umur

BB tersebut menggunakan BBI (kg) berdasarkan rumus Brocca

(RSUP Fatmawati) sebagai berikut:

BBI = [Tinggi Badan(cm)-100]-10%[Tinggi Badan(cm)-100]

Faktor Aktifitas (FA) :

- Non ambulatory = 1,2 - Ambulatory = 1,3

Faktor Injury (FI) :

- Non-stres ventilator dependen : 1,0-1,2 - Gagal jantung kongestif : 1,1-1,2 - Stroke : 1,1

b) Perhitungan kebutuhan protein (g/hari), dihitung berdasarkan rasio

kalori : nitrogen = 150:1, 1 gram nitrogen setara dengan 6,25 gram protein.

maka kebutuhan protein dihitung:

kebutuhan protein = kebutuhan kalori total x 6,25

150

c) Perhitungan kebutuhan lemak (gram/hari) menurut AHA (The American Heart

Association) dihitung dengan rumus 30% x kebutuhan energi total

(Hartono 2000).

Page 40: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

40

d) Kebutuhan kolesterol yaitu dianjurkan asupan kolesterol kurang dari

300mg/hari (Hartono 2000).

4.2 Perhitungan berdasarkan ketentuan Instalasi Gizi RSUP Fatmawati

a) Kebutuhan energi total sehari (TDE) dihitung menurut ketentuan instalasi gizi

dengan rumus cepat tanpa memperhitungkan faktor aktifitas (FA) dan faktor

injury (FI) (Almatsier 2000) sebagai berikut:

AMB Laki-laki = 30 X BB (kg) AMB Perempuan = 25 X BB (kg)

b) Kebutuhan protein /hari (g/hari), dihitung menggunakan rumus yaitu

1g per KgBB per hari (Almatsier 2000).

c) Kebutuhan natrium yang digunakan berdasarkan ketentuan RSUP Fatmawati

adalah diit rendah garam ll (600-800 mg/hari).

5. Perhitungan data ketersediaan energi dan zat gizi menu makanan RS (dalam

satuan gram) untuk makanan pagi, siang, sore serta selingan dengan

menggunakan Food Weighing Method (metode penimbangan) sebelum

makanan disajikan.

6. Pengumpulan data konsumsi makan pasien dari menu makanan RS (dalam

satuan gram) untuk makan pagi, siang dan sore serta selingan dikumpulkan

dengan menggunakan food weighing method. Data konsumsi makan pasien

dijumlahkan dari konsumsi makanan RS, cairan infus dan makanan luar RS

yang diamati selama 3 hari berturut-turut. Makanan luar RS diperoleh dengan

recall method (3hari) (dalam satuan gram) mulai ditanyakan pada hari

berikutnya). Konsumsi makan pasien terhadap menu makanan RS adalah

makanan yang disajikan RS dikurangi dengan makanan sisa yaitu termakan

habis dan tidak ada sisa atau tidak termakan habis dan ada sisa.

7. Pengumpulan data daya terima pasien terhadap makanan RS diperoleh

melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner tentang uji hedonik

skala verbal dengan penilaian organoleptik. Pengambilan data dilakukan

selama tiga hari berturut-turut setiap waktu makan pagi, makan siang, dan

makan sore.

Data sekunder meliputi :

1. Gambaran umum RS Fatmawati Jakarta (lokasi, klasifikasi, sejarah, visi dan

misi, dan fasilitas pelayanan kesehatan) dan gambaran umum Instalansi Gizi

Page 41: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

41

RSUP Fatmawati Jakarta (Struktur organisasi, visi, misi, tujuan, tugas pokok,

fungsi, tenaga kerja, kegiatan penyelenggaraan makanan) didapatkan melalui

membaca laporan dan wawancara dengan staf RSUP Fatmawati jakarta

2. Data jenis penyakit dan jenis diet dikumpulkan dari hasil diagnosa dokter

melalui rekam medis.

3. Data lama rawat dikumpulkan dari membaca laporan atau dokumen rekam

medis (selama pasien dirawat hingga saat wawancara).

4. Data konsumsi cairan infus mengenai jumlah cairan yang diberikan dalam

satuan ml diambil dari catatan rekam medis selama 3 hari berturut-turut.

Pengolahan dan Analisis Data

Data karakteristik pasien dan data riwayat pemeliharaan kesehatan untuk

pengkategoriannya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Jenis data, peubah dan kategori peubah menurut karakteristik dan riwayat pemeliharaan kesehatan

Jenis data Peubah Kategori Peubah Primer Umur (papilia, 1986) a. Dewasa awal (17-40 tahun)

b. Dewasa menengah (40-65 tahun) c. Dewasa akhir (>65 tahun)

Primer Jenis kelamin a. Wanita b. Pria Primer Pendidikan a. Tidak tamat SD/ sederajat

b. SD/sederajat c. SMP d. SMA e. Perguruan tinggi

Primer Pekerjaan a. Buruh d. Wiraswasta b. Swasta e. PNS c. IRT f. Pensiunan

Primer Memiliki riwayat penyakit keluarga

a. Tidak b. Hipertensi c. Jantung d. Stroke

Primer Memilki riwayat penyakit dulu

a. Tidak b. Hipertensi c. Jantung d. Stroke

Primer Saran diit a. Tidak ada b. Dokter c. Teman d. Keluarga

Primer Penerapan diit dirumah a. Ya b. Tidak Primer Perolehan diit

sebelumnyaa. Ya b. Tidak

Sekunder Lama rawat a. <6 hari c. >10 hari b. 6-10 hari

Sekunder Jenis penyakit a. Hipertensi b. Jantung c. Stroke

Tabel 2 Jenis data, peubah dan kategori peubah menurut karakteristik dan riwayat pemeliharaan kesehatan (lanjutan)

Jenis data Peubah Kategori Peubah

Page 42: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

42

Sekunder Jenis diit yang diperoleh (diagnosa dokter)

a. Diit Rendah Garam ll Nasi Biasa b. Diit Rendah Garam ll Bubur

Biasa/Tim(RGll Lunak) c. Diit Jantung ll rendah garam ll (DD

ll RG ll) d. Diit Jantung lll rendah garam ll

(DD lll RG ll)

Pengolahan data kebutuhan energi dan zat gizi (protein, lemak, kolesterol

dan natrium) pasien dengan perhitungan rumus mengunakan Program komputer

Microsoft Excell.

Pengolahan data ketersediaan makanan RS dikonversikan ke dalam

energi (kal) dan zat gizi (protein, lemak, kolesterol dan natrium) dalam satuan

gram selama tiga hari berturut-turut menggunakan program Nutrisoft mengacu

dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Depkes RI.

Perhitungan tingkat ketersediaan energi dan protein terhadap kebutuhan

dihitung dengan menggunakan rumus :

TKet (E ) = Jumlah Energi Makanan RS x 100%

Kebutuhan Energi

TKet (P) = Jumlah Protein Makanan RS x 100%

Kebutuhan Protein

Kategori tingkat ketersediaan energi dan protein terhadap kebutuhan

dikategorikan menjadi 3 yaitu defisit, normal, dan diatas kebutuhan

(Dir. BGM 1996).

Pengolahan data konsumsi makan pasien dijumlahkan dari konsumsi

makanan RS dalam satuan gram, cairan infus dalam satuan ml dan makanan

luar RS menggunakan URT dalam satuan gram yang diamati selama 3 hari

berturut-turut dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi (protein, lemak

kolesterol dan natrium) menggunakan program Nutrisoft mengacu pada Pusat

Penelitian dan Pengembangan Gizi, Depkes RI.

Perhitungan konsumsi natrium cairan infus menggunakan pedoman

cairan Infus yang dikeluarkan PT. Otsuka indonesia (2003) Nacl 0,9 %

mengandung natrium 3,85 mEq/ 25ml, RL mengandung natrium 130 mEq/L,

Asering mengaandung natrium 130 mEq/L (tabel 3).

Perhitungan konsumsi kolesterol, lemak dan natrium dengan cara

membandingkan jumlah kolesterol dan natrium yang dikonsumsi (dari RS dan

luar RS) dengan batas minimum yang diperbolehkan. Menurut AHA

(The American Heart Association) bahwa konsumsi maksimal kolesterol lemak

Page 43: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

43

yang dianjurkan tidak lebih dari 30% kebutuhan kalori total dan konsumsi

kolesterol < 300mg kolesterol perhari. Kebutuhan natrium yang digunakan adalah

diit rendah garam ll (600-800 mg Na perhari) berdasarkan ketentuan RSUP

Fatmawati.

Tabel 3 Jenis data, peubah, kategori peubah menurut sumber konsumsi pasien

Jenis data Peubah Kategori Peubah Primer Mengkonsumsi

Makanan Luar RS a. Ya b. Tidak

Sekunder Jenis cairan infus a. Asering b. NaCl 0,9% c. Ringer Laktat d. Tidak pakai infus

Perhitungan tingkat konsumsi energi dan protein pasien terhadap

ketersediaan dihitung dengan menggunakan rumus :

TKon (E ) = Jumlah Energi Makanan RS yang dikonsumsi x 100%

Jumlah Energi Makanan RS

TKon (P ) = Jumlah Protein Makanan RS yang dikonsumsi x 100%

Jumlah Protein Makanan RS

Kategori tingkat konsumsi energi dan protein terhadap ketersediaan

energi dan protein dikategorikan menjadi 4 yaitu defisit tingkat berat,

defisit tingkat sedang, defisit tingkat ringan dan normal (Dir. BGM 1996) (tabel 4).

Perhitungan tingkat kecukupan energi dan protein pasien terhadap

kebutuhan dihitung dengan menggunakan rumus:

TKec (E ) = Jumlah Energi Yang Dikonsumsi x 100%

Kebutuhan energi

TKec (P ) = Jumlah Protein Yang Dikonsumsi x 100%

Kebutuhan Protein

Kategori tingkat kecukupan energi dan protein terhadap kebutuhan energi

dan protein dikategorikan menjadi 5 yaitu defisit tingkat berat, defisit tingkat

sedang, defisit tingkat ringan, normal dan diatas kebutuhan (Dir. BGM 1996)

(tabel 4).

Keterangan : Kandungan energi yang dikonsumsi contoh yaitu makanan RS,

makanan luar RS, cairan infus contoh

Tabel 4 Jenis data, peubah, kategori peubah menurut tingkat ketersediaan, tingkat konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan protein

Jenis data Peubah Kategori Peubah

Page 44: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

44

Primer Tingkat Ketersediaan energi dan protein terhadap kebutuhan (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 1996)

b. Defisit (<90% angka kebutuhan) c. Normal (90-119% angka

kebutuhan) c. Lebih (≥120% angka kebutuhan)

Primer Tingkat konsumsi energi dan protein terhadap ketersediaan energi dan protein (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 1996)

a. Defisit Tingkat Berat (< 70% angka ketersediaan)

b. Defisit Tingkat Sedang (70-79% angka ketersediaan)

c. Defisit Tingkat Ringan (80-89% angka ketersediaan)

d. Normal (90-100% angka ketersediaan)

Primer Tingkat kecukupan energi dan protein terhadap kebutuhan (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 1996)

a. Defisit Tingkat Berat (< 70% angka ketersediaan)

b. Defisit Tingkat Sedang (70-79% angka ketersediaan)

c. Defisit Tingkat Ringan (80-89% angka ketersediaan)

d. Normal (90-119% angka ketersediaan)

e. Lebih (≥120% angka ketersediaan)

Penilaian daya terima pasien terhadap makanan rumah sakit berdasarkan

tiap jenis menu, waktu makan, makanan utama (9 x makan utama), makanan

selingan (3x makan selingan)) diuji dengan Uji Hedonik Skala Verbal yaitu

menanyakan penilaian indrawi contoh terhadap tujuh atribut makanan pada

waktu makan pagi, siang, dan sore selama tiga hari berturut-turut. Atribut

makanan untuk menilai tersebut meliputi bentuk, warna, aroma, tekstur, rasa,

suhu, dan kebersihan alat. Setiap jawaban pertanyaan mendapatkan skor (1) jika

menjawab sangat tidak suka (STS), (2) jika menjawab tidak suka (TS), (3) jika

menjawab biasa (B), (4) jika menjawab suka (S), (5) sangat suka (SS).

Total skor yang diperoleh per satu siklus menu (menu ke-1 sampai menu

ke-10 dan menu ke-31) berkisar antara total nilai terendah 7 sampai total nilai

tertinggi 35. Total skor yang diperoleh berdasarkan waktu makan selama tiga hari

(tiap waktu makan pagi, siang, sore) berkisar antara total nilai terendah

21(1x7x3) sampai total nilai tertinggi 105 (5x7x3). Total skor yang diperoleh

selama tiga hari untuk makanan utama (9 x makan utama) berkisar antara total

nilai terendah 63 (1x7x3x3)sampai total nilai tertinggi 315 (5x7x3x3). Total skor

yang diperoleh selama tiga hari untuk makanan utama berkisar antara total nilai

terendah 21 (1x7x1x3)sampai total nilai tertinggi105 (5x7x1x3).

Total skor yang diperoleh dikonversikan sehingga berada pada rentang

0-100 % berdasarkan rumus sebagai berikut :

Page 45: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

45

Kategori nilai daya terima terhadap makanan RS berdasarkan tiap jenis

menu makanan RS sebagai berikut: nilai daya terima rendah (jika y<36) %, nilai

daya terima sedang (jika 36% ≤ y ≤ 75%), dan nilai daya terima tinggi

(jika >75%) (tabel 4).

Kategori nilai daya terima terhadap makanan RS berdasarkan waktu

makan, makanan utama (9 x makanan utama), makanan selingan(3xmakanan

selingan) sebagai berikut: nilai daya terima rendah (jika y<37) %, nilai daya

terima sedang (jika 37% ≤ y ≤ 77%), dan nilai daya terima tinggi (jika >77 %).

Tabel 4 Jenis data, peubah, kategori peubah menurut daya terima (tabel 4).

Jenis data Peubah Kategori Peubah Primer Daya terima pasien

terhadap makanan RS berdasarkan jenis menu

a. Rendah (jika y<36%), b. Sedang (jika 36% ≤ y ≤75%), c. Tinggi (jika >75 %).

Primer Daya terima pasien terhadap makanan RS berdasarkan waktu makan, makanan utama dan makanan selingan

a. Rendah (jika y<37%), b. Sedang (jika 36% ≤ y ≤ 77%), c. Tinggi (jika >77 %).

Analisis Data Data-data yang telah dikumpulakan selanjutnya akan dianalisis secara

statistik deskriptif dan inferensial dengan menggunakan program SPSS

versi 13.0 for Windows. Pengolahan data dilakukan berupa editing, coding

cleaning , entry dan analisis. Untuk menganalisis hubungan antara beberapa

variabel digunakan uji korelasi Spearman.

1. Deskriptif (persentase dan rata-rata)

a. Karakteristik pasien

b. Riwayat pemeliharaan kesehatan

c. Kebutuhan energi dan zat gizi pasien

d. Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS

e. Konsumsi energi dan zat gizi pasien.

f. Tingkat ketersediaan energi dan protein pasien.

g. Tingkat konsumsi energi dan protein pasien.

h. Tingkat kecukupan energi dan protein pasien.

Y = (nilai contoh– nilai minimal) x 100 %

(nilai maksimal – nilai minimal)

Page 46: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

46

2. Uji Kolerasi Spearman untuk melihat hubungan antar variabel, yaitu:

a. Hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan lama rawat.

b. Hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan daya terima

pasien

c. Hubungan daya terima psien dengan tingkat konsumsi energi dan protein.

Batasan Operasional Lama rawat adalah jumlah hari rawat pasien menjalani rawat inap di RS sampai

saat wawancara.

Page 47: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

47

Rawat Inap RS adalah pelayanan terhadap pasien yang masuk RS yang

menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa,

terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya.

Penyelenggaraan makanan RS adalah serangkaian kegiatan perencanaan

menu, pembelian, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,

pemorsian, distribusi, penyajian, dan pengolahan sisa bahan makanan

maupun makanan pasien.

Perencanaan menu RS adalah serangkaian kegiatan menyusun hidangan diit

untuk pasien agar sebagian besar kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi

guna mempercepat masa penyembuhan.

Diit rendah garam ll adalah diit rendah garam yang mengandung 600-800 mg

Na atau dalam pemasakan dibolehkan menggunakan ¼ sdt garam dapur

(1 g) dan menghindari bahan makanan yang tinggi natrium.

Kebutuhan energi dan zat gizi (protein, lemak, kolesterol dan natrium) adalah jumlah minimal energi, dan zat gizi (protein, natrium, lemak dan

kolesterol) yang diperlukan oleh tiap individu perhari agar hidup sehat.

Ketersediaan energi, protein, lemak, kolesterol dan natrium adalah jumlah

energi, protein, dan natrium dari makanan RS untuk pasien ditiap kelas

perawatan dalam satu hari rawat.

Tingkat ketersediaan energi dan protein terhadap kebutuhan energi dan protein adalah perbandingan jumlah energi dan protein dari makanan RS

terhadap kebutuhan energi dan protein pasien.

Konsumsi energi, protein, lemak, kolesterol dan natrium adalah jumlah

energi, protein, lemak, kolesterol dan natrium yang dikonsumsi oleh

pasien dalam satu hari rawat.

Tingkat konsumsi energi dan protein terhadap ketersediaan energi dan protein adalah perbandingan jumlah energi dan protein yang dikonsumsi

dari RS terhadap jumlah energi dan protein dari menu makanan yang

disajikan.

Kecukupan energi dan zat gizi (protein, lemak, kolesterol dan natrium) adalah jumlah minimal energi, dan zat gizi (protein, natrium, lemak dan

kolesterol) yang diperlukan dan dianggap dapat memenuhi kecukupan

gizi semua orang yang sehat menurut berbagai kelompoknya.

Page 48: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

48

Tingkat kecukupan energi dan protein terhadap kebutuhan energi dan protein adalah perbandingan jumlah energi dan protein yang dikonsumsi

dari makanan RS dan makanan luar RS terhadap kebutuhan energi dan

protein pasien.

Tingkat konsumsi lemak, kolesterol dan natrium terhadap ketersediaan lemak, kolesterol dan natrium adalah membandingkan jumlah lemak,

kolesterol dan natrium yang dikonsumsi (dari RS dan luar RS) dengan

batas minimum yang diperbolehkan.

Daya terima pasien berdasarkan waktu makan, makanan utama, selingan

dan perjenis menu) adalah penilaian indrawi pasien terhadap tujuh atribut

makanan. Atribut makanan tersebut yaitu bentuk, warna, aroma, tekstur,

rasa, suhu, dan kebersihan alat.

Rasa makanan adalah reaksi atau tanggapan indera pengecap contoh terhadap

menu makanan yang disajikan

Warna makanan adalah reaksi atau tanggapan indera penglihatan contoh

terhadap keserasian warna menu makanan yang disajikan.

Bentuk makanan adalah reaksi atau tanggapan indera penglihatan contoh

terhadap rupa makanan yang disajikan.

Suhu makanan adalah temperatur menu makanan yang disajikan rumah sakit.

Kebersihan alat makan adalah penampakan dari makanan yang disajikan yaitu

tidak tercecer di baki, alat hidang yang bersih dan penempatan makanan

dengan rapih di baki.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum RSUP Fatmawati Lokasi, Klasifikasi, dan Sejarah

Page 49: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

49

RSUP Fatmawati menempati area tanah seluas 44 ha, yang terletak

dikelurahan Cilandak, kecamatan Cilandak yang berada diwilayah Jakarta

Selatan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, yang dikelola oleh departemen

kesehatan sejak 12 April 196. RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai rumah sakit

umum kelas B Pendidikan. Pada tanggal 20 Mei 1967 oleh menteri kesehatan RI

prof Dr. G.A Siwabesi nama RSU Ibu soekarno diganti menjadi RSU Fatmawati.

Pada tanggal 30 mei 1984, RSU Fatmawati ditetapkan sebagai pusat rujukan

wilayah jakarta selatan. Kemudian RSU fatmawati ditetapkan menjadi rumah

sakit swadana bersyarat, dua tahun mulai 1 Agustus. Pada tanggal 2 september

1992 RSUP Fatmawati ditetapkan menjadi rumah sakit unit swadana tanpa

syarat Pada bulan juli 1997 rumah sakit mengalami perubahan kebijakan dari unit

swadana menjadi PNBP(Penerimaan Negara Bukan Pajak). Pada bulan

Desember 2000, rumah sakit fatmawati ditetapkan sebagai rumah sakit perjan

(perusahaan jawatan) yang berdasarkan peraturan pemerintah republik

indonesia nomor 117 tahun 2000, tentang pendirian perusahaan jawatan rumah

sakit Fatmawati Jakarta.

Visi dan Misi RSUP Fatmawati mempunyai visi memberikan pelayanan yang

melampaui harapan pelanggan. Misi RSUP Fatmawati antara lain memberikan

pelayanan medis yang sesuai dengan standar pelayanan yang dapat dijangkau,

melakukan perbaikan berkesinambungan, proaktif serta berorientasi kepada

pelanggan; memfasilitasi dan meningkatkan pendidikan, pelatihan, dan penelitian

untuk pengembangan sumber daya manusia dan pelayanan; menyelenggarakan

administrasi rumah sakit yang efisien dan efektif; melaksanakan pengelolaan

keuangan yang fleksibel berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dan

penerapan praktek bisnis yang sehat; meningkatkan kesejahteraan sumber daya

manusia RS.

Fasilitas Pelayanan Beberapa pelayanan yang terdapat di RSUP Fatmawati diantaranya

adalah instalasi rawat darurat dilengkapi dengan radiologi, laboratorium, apotik

24 jam dan ruang operasi(cito), instalasi rawat jalan memberikan pelayanan

dengan unggulan spesialistik, instalasi rawat inap dibagi menjadi 7 bagian yaitu

paviliun anggrek, unit stroke, instalasi rawat inap A (bersalin, high care, isolasi,

perawatan kebidanan dan bayi, perawatan anak), instalasi rawat inap B(bedah,

THT, mata, gigi, paru non TB, penyakit dalam&jantung, saraf, penyakit dalam,

Page 50: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

50

jantung&saraf), instalasi rawat inap C (bedah orthopaedi), insalasi rawat

intensif(ICU (Intensif Care Unit), CEU (Cardiac Emergency Unit), NICU/PICU

(Neonatal/Pediatric Intensif Care Unit), dan instalasi bedah sentral(ruang

operasi).

Data kapasitas tempat tidur yang ada di RSUP Fatmawati sebanyak 554

tempat tidur berdaasarkan kelas perawatan, selengkapnya dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5 Kapasitas tempat tidur di RSUP Fatmawati Jakarta

No Kelas Kapasitas Tempat Tidur

1 Super VIP 4 2 VIP B 13 3 VIP C 28 4 Kelas l 46 5 Kelas ll 120 6 Kelas lll 257 7 High Care 16 8 R.Isolasi Kelas ll 11 9 R.Isolasi Kelas lll 21

10 ICU/CEU 18 11 NICU/PICU 4 Total 534

Gambaran Umum Instalasi Gizi

Struktur Organisasi Instalasi Gizi Instalasi gizi merupakan wadah yang menangani kegiatan kesehatan

khususnya didalam kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit. Instalasi gizi

merupakan unit kerja fungsional dan bersifat operasional yang sesuai dengan

kegiatannya serta mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan gizi pasien

rawat inap dan rawat jalan berdasarkan kebijakan teknis dari direktur rumah

sakit. Instalasi gizi berada dibawah naungan wakil direktur penunjang medik dan

pendidikan, dengan dikepalai oleh seorang ahli lulusan S1. kepala instalasi gizi

membawahi staf administrasi(tata usaha), wakil kepala instalasi gizi, dan tiga

penyelia diantaranya: penyelia umum diklit dan SDM, penyelia produksi dan

distribusi, penyelia gizi rawat inap dan rawat jalan. Struktur organisasi instalasi

gizi dapat dilihat pada lampiran. Tugas unit-unit kerja masing-masing profesi di

instalasi gizi RSUP Fatmawati dapat dilihat pada lampiran 1

Visi dan Misi Instalasi Gizi Visi dari instalasi gizi RSUP Fatmawati antara lain memberikan pelayanan

gizi secara efektif dan efektif dengan mutu yang prima; inovasi terus-menerus

Page 51: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

51

dalam bidang gizi rumah sakit yang terbaik di Indonesia. Sedangkan misi dari

instalasi gizi RSUP Fatmawati antara lain melakukan usaha untuk meningkatkan

kesejahteraan dan pihak-pihak terkait.

Tujuan, Tugas Pokok, Fungsi Instalasi Gizi Tujuan instalasi gizi yaitu tercapainya pengelolaan makanan, penyuluhan,

konsultasi dan terapi gizi yang bermutu serta mengutamakan kepuasan

pelanggan.

Tugas pokok instalasi gizi yaitu manajemen sistem penyelenggaraan

makanan rumah sakit;memberikan penyuluhan dan konsultasi gizi diruang rawat

inap; memberikan penyuluhan dan konsultasi gizi diruang rawat jalan; dan

penelitian gizi terapan.

Fungsi instalasi gizi yaitu m enyelenggarakan administrasi barang dan

bahan baku; merencanakan kebutuhan bahan makanan dan evaluasi diet;

penyimpanan barang dan bahan makanan; pendistribusian makanan pasien;

pengolahan bahan makanan; penyelenggaraan klinik konsultasi gizi; penelitian

dan pengembangan pelayanan gizi.

Tenaga Kerja Ketenagaan instalasi gizi berdasarkan jenis pekerjaan dengan total

jumlah pekerja sebanyak 89 orang, selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 6 Ketenagaan di instalasi gizi berdasarkan jenis pekerjaan

No Jenis ketenagaan Jumlah Keterangan 1 Dokter gizi medis 1 Kepala Instalasi Gizi 2 Ahli gizi(S1,D4,D3 Gizi) 16 Wakil Kepala, Penyelia, dan Ahli

Gizi Ruangan dan Produksi 3 Pengatur Gizi(D1 Gizi) 3 Pengawas Pengolahan 2 Orang,

Administrasi Poli Gizi 1 Orang 4 Tenaga Administrasi 4 Administrasi Umum dan Gudang

Gizi 5 Tenaga Pengolah Makanan 28 Pagi, siang, sore 6 Tenaga Pramusaji 37 Subuh dan sore Jumlah 89

Jam kerja diinstalasi gizi di RSUP Fatmawati telah memiliki kebijakan

tersendiri dalam pembagian waktu kerja. Jam dinas di instalasi gizi RSUP

Fatmawati terbagi 2 bagian yaitu shift dan non shift, sebagai berikut:

a. Karyawan shift

Bagian produksi :

- Dinas subuh dari pukul 04.30-13.00 WIB

Page 52: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

52

- Dinas siang dari pukul 08.00-15.00 WIB - Dinas sore dari pukul 12.00-19.00 WIB

Bagian pramusaji

- Dinas subuh dari pukul 05.00-14.00 WIB - Dinas sore dari pukul 13.00-19.00 WIB

b. Karyawan non shift

Dinas pagi dari pukul 08.00-16.00

Kegiatan Penyelenggaraan Makanan RS Sistem penyelenggaraan makanan yang dilakukan di instalasi gizi RSUP

Fatmawati adalah sistem swakelola, pada sistem ini unit pelayanan gizi atau

instalasi gizi bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan makanan

dari mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sistem penyelenggaraan

makanan tersebut telah disesuaikan dengan pedoman pelayanan gizi rumah

sakit Departemen Kesehatan RI. Mekanisme kerja kegiatan penyelenggaraan

makanan di RSUP Fatmawati, meliputi :

1. Perencanaan Anggaran Belanja Makanan Perencanaan anggaran belanja makanan (PAMB) adalah suatu kegiatan

penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan

bagi pasien yang dilayani dengan tujuan memenuhi kebutuhan macam dan

jumlah bahan makanan bagi pasien dan karyawan yang dilayani sesuai dengan

standar kecukupan gizi. Perencanaan anggaran belanja makanan dibuat oleh

instalasi gizi atas persetujuan dari pihak rumah sakit. Perencanaan ini dibuat

8 bulan sebelum tahun anggaran.

2. Perencanaan Menu Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan penyusunsn menu yang

akan diolah untuk memenuhi selera pasien dan kebutuhan zat gizi yang

memenuhi prinsip gizi seimbang. Tujuan dari perencanaan menu adalah

tersedianya siklus menu berdasarkan klasifikasi pelayanan yang ada di rumah

sakit. Siklus menu yang ditetapkan di instalasi gizi adalah siklus menu 10 hari

diperuntukkan bagi kelas I,ll dan lll sedangkan untuk VIP menggunakan siklus

menu pilihan.

3. Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan

menyusun kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk pengadaan bahan

Page 53: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

53

makanan. Tujuan agar tercapai taksiran kebutuhan bahan makanan sesuai

dengan menu, jumlah klien untuk kurun waktu tertentu (1bulan, 3bulan dan

6 bulan). Di instalasi gizi gizi RSUP Fatmawati, perencanaan kebutuhan bahan

makanan dilakukan 1 bulan sebelum waktu berjalan.

4. Pengadaan Bahan Makanan Pengadaan bahan makanan yang dilakukan di instalasi gizi RSUP

Fatmawati adalah dengan menggunakan sistem penunjukkan langsung oleh

pihak rumah sakit dengan kontrak kerja selama 1 bulan. Adapun prosedur

pengadaan bahan makanan adalah membuat perencanaan yang dilakukan oleh

instalasi gizi kemudian diajukan ke Direktur penunjang medis untuk meminta

persetujuannya bagian tim pengadaan barang(tim pembelian), kemudian

melakukan kontrak dengan rekan yang telah ditunjuk oleh rumah sakit, untuk

selanjutnya melakukan pembelian bahan makanan.

5. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan Pemesanan dan pembelian bahan makanan adalah suatu proses atau

kegiatan yang menyusun order atau permintaan bahan makanan berdasarkan

menu atau pedoman menu dan rata-rata jumlah pasien yang dilayani. Tujuannya

adalah agar tersedianya daftar pesanan sesuai standar atau spesifikasi yang

ditetapkan. Pemesanan dan pembelian bahan makanan meliputi bahan makanan

segar dipesan setiap hari dan bahan makanan kering yang setiap 1 bulan sekali.

Pemesanan bahan makanan dibuat oleh tenaga gizi bagian perencanaan yang

selanjutnya dibuat rekapitulasi untuk esok hari, kemudian hasil perhitungan

diserahkan kebagian gudang logistik sesuai dengan kebutuhan menu yang ada.

Selanjutnya, bagian gudang akan menyiapkan bahan makanan dengan

permintaan, kemudian bagian produksi mengambil bahan makanan yang

dipesan. Pembelian bahan makanan menggunakan metode penunjukan

langsung oleh pihak rumah sakit yaitu melalui tender yang dilakukan oleh

perusahaan makanan kepada pihak rumah sakit.

6. Penerimaan Bahan Makanan Penerimaan bahan makanan adalah kegiatan memeriksa, meneliti,

mencatat dan melaporkan macam, jumlah, dan kualitas bahan makanan yang

diterima sesuai dengan pesanan. Penerimaan dilakukan oleh tim penerimaan

bahan makanan yang salah satu anggotanya adalah ahli gizi rumah sakit yang

telah ditunjuk. Apabila ada kesalahan pengiriman bahan makanan yang dikirim

Page 54: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

54

oleh pihak rekanan maka barang tersebut dikembalikan dan diganti dengan

makanan yang sesuai dengan pemesanan.

7. Penyimpanan Bahan Makanan Penyimpanan bahan makanan adalah proses pemasukan, penyimpanan,

dan penyaluran bahan makan. Penyimpanan bahan makanan yang dilakukan di

instalasi gizi RSUP Fatmawati dilakukan dua pemisahan yaitu bahan makanan

segar dan bahan makanan kering. Penyimpanan bahan makanan terdapat di

gudang. Gudang yang ada diinstalasi gizi terdapat dua yaitu gudang gizi yang

berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan makanan kering dan segar yang

disesuaikan dengan pemesanan dan gudang harian.

8. Pengolahan Bahan Makanan Pengolahan bahan makanan dibagi menjadi pengolahan makanan untuk

VIP dan kelas 1, pasien NB ll dan lll, pasien diet ll dan pasien diet lll, makanan

saring, makanan cair, dan selingan VIP. Pengolahan makanan disesuaikan

dengan bahan makanan yang diterima digudang untuk pagi, dan siang, bahan

makanan yang akan diolah disiapkan pada hari sebelumnya. Sedangkan untuk

makan sore bahan makanan yang akan diolah disiapkan pada hari itu juga.

Kegiatan pengolahan makanan meliputi persiapan, pengolahan dan pemasakan

dan distribusi makanan dan penyajan makanan.

Kegiatan pengolahan makanan meliputi:

1. Persiapan

Persiapan meliputi persiapaan alat, bahan makanan bumbu termasuk

mengupas, memotong dan meracik.

2. Pengolahan dan Pemasakan

Pengolahan makanan dimulai dari bahan makanan diambil dari gudang

gizi untuk bahan makanan segar dan gudang harian untuk bahan makanan

kering oleh tenaga pemasakan yang sesuai dengan shift kerjanya. Untuk

bahan makanan segar seperti sayuran yang sudah dipotong dan dicuci lalu

diolah sesuai dengan menu pada hari tersebut.

3. Distribusi Makanan dan Penyajian Makanan

Sistem distribusi pembagian makanan di Instalasi Gizi RSUP Fatmawati

adalah sistem sentralisasi karena semua hidangan yang disajikan langsung

disajikan ke pasien. Hidangan yang disajikan ke pasien kelas ll dan lll

menggunakan alat hidang berupa plato yang terbuat dari melamin yang

bersekat utnuk memisahkan macam makanan dan sendok platik sedangkan

Page 55: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

55

Untuk kelas l dan VIP, piring makan, mangkok lauk, mangkuk sup yang

terbuat dari keramik serta sendok dan garpu yang terbuat dari stainless stell.

Pemorsian makan dilakukan setengah jam sebelum jadwal makan yang

dilakukan oleh tenaga pramusaji dan tenaga pengolah. Waktu pendistribusian

makan pagi jam 06.30-7.00 WIB, siang jam 11.30-12.00 dan sore

jam 16.30-17.00 WIB. Setelah hidangan diporsi kemudian didistribusikan ke

pasien dengan menggunakan troley makanan yang berkapasitas ±48 buah

sbuah tempat makan.

9. Pengawasan Mutu Pangan

Pengawasan mutu makanan di RSUP Fatmawati dilakukan oleh pihak

instalasi gizi melalui uji cita rasa. Hal ini dilakukan untuk menilai kualitas dan

kesesuaian makanan yang dihasilkan apakah sudah selesai dengan standar

menu. Uji cita rasa dilakukan setiap hari pada waktu makan sehingga semua

yang dihasilkan terkontrol.

10. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan

data dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka

waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi

rumah sakit maupun dalam pengambilan keputusan. Proses pencatatan

dilakukan pada setiap langkah kegiatan yang dilakukan . laporan dilakukan

berkala sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

Karakteristik Pasien Umur

Page 56: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

56

Umur pasien berkisar antara 28-69 tahun. Lebih dari separuh pasien

termasuk dewasa menengah sebanyak 70%. Sisanya termasuk dewasa awal

sebanyak 16,7% dan dewasa akhir sebanyak 13,3% (tabel 7). Umur diatas 40

tahun memiliki faktor resiko yang tinggi terhadap terjadinya penyakit jantung dan

stroke (Maryono, j 2007).

Tabel 7 Sebaran pasien berdasarkan kelompok umur

Tahapan umur Total n %

Dewasa awal 5 16,7 Dewasa menengah 21 70 Dewasa akhir 4 13,3 Total 30 100

Jenis Kelamin Pada tabel 8 terlihat bahwa lebih dari separuh pasien sebanyak 63,3%

memiliki jenis kelamin laki-laki dan sisanya sebanyak 36,7% perempuan. Umur

diatas 50 tahun pada wanita memiliki faktor resiko terhadap penyakit hipertensi

yang lebih tinggi dari laki-laki dan umur dibawah 50 tahun pada laki-laki memiliki

faktor resiko yang lebih tinggi dari wanita (Martini, S 2007).

Tabel 8 Sebaran pasien berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Total n %

Laki-laki 19 63,3 Perempuan 11 36,7 Total 30 100

Jenis Penyakit Lebih dari separuh pasien menderita penyakit jantung sebanyak (56,7%).

Pasien yang menderita penyakit stroke sebanyak (40%) dan sisanya menderita

penyakit hipertensi sebanyak 3,3% dapat dilihat pada tabel 9

Tabel 9 Sebaran pasien berdasarkan jenis penyakit

Jenis penyakit Total n %

Hipertensi 1 3,3 Jantung 17 56,7 Stroke 12 40 Total 30 100

Pendidikan

Page 57: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

57

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat sebaran pasien berdasarkan tingkat

pendidikan pasien. Mayoritas pasien sebanyak 46,7% berpendidikan tamatan

SLTA/sederajat.

Tabel 10 Sebaran pasien berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Total n %

Tidak tamat Sekolah Dasar/sederajat 1 3,3 Tamatan Sekolah Dasar SD/sederajat 8 26,7 Tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama /sederajat 4 13,3 Tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/sederajat 14 46,7 Tamatan Perguruan Tinggi 3 10 Total 30 100

Pekerjaan

Sebaran jenis pekerjaan antara lain swasta sebanyak 13,3%, buruh dan

wiraswasta masing-masing sebanyak 16,7%, pegawai negeri sipil dan pensiunan

masing-masing 10% sisanya ibu rumah tangga (33,3%) (tabel 11).

Tabel 11 Sebaran pasien berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Total n %

Ibu rumah tangga 10 33,3 Buruh 5 16,7 Swasta 4 13,3 Wiraswasta 5 16,7 Pegawai negri sipil 3 10 Pensiunan 3 10 Total 30 100

Jenis Diit Jenis diit yang diperoleh pasien terdiri dari yaitu diit rendah garam ll lunak

(RG ll lunak), diit rendah garam ll nasi biasa (RG ll NB) , diit jantung ll rendah

garam ll (DD ll RG ll), dan diit jantung lll rendah garam ll (DD lll RG ll) dapat

dilihat pada tabel 12.

Jenis diit yang diperoleh pasien pada saat pasien masuk RS yaitu RG ll

lunak sebanyak 43,3% pasien, DD ll RG ll 50% pasien, dan DD lll RG ll 6,7%

pasien. Jenis diit saat pasien diteliti yaitu RG ll lunak sebanyak 36,7% pasien,

RG ll NB 6,7%, DD ll RG ll 46,7%, dan DD lll RG ll 10%. Sebanyak 88,2% pasien

penyakit jantung yang mendapatkan diit DD ll RG ll pada saat pasien masuk RS

dan pada saat pasien diteliti menjadi 82,4% pasien. Sebanyak 11,8% pasien

penyakit jantung dengan jenis diit DD lll RG ll pada saat pasien masuk dan pada

saat pasien diteliti menjadi 17,6% pasien. Sebanyak 100% pasien penyakit

Page 58: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

58

stroke yang mendapat diit RG ll lunak dan pada saat pasien diteliti menjadi

83,3%. Sebanyak 16,7% pasien yang mendapat diit RG ll NB pada saat pasien

diteliti.

Pada saat orang sakit menderita penyakit yang memerlukan diit untuk

menunjang penyembuhannya atau jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa

orang sakit menderita penyakit yang memerlukan perubahan makanan maka

terapi diit sangat diperlukan (Moehyi 1997). Berikut tabel sebaran pasien

berdasarkan jenis diit yang diperoleh dan jenis penyakit:

Tabel 12 Sebaran pasien berdasarkan jenis diit dan jenis penyakit

Jenis diit Hipertensi Jantung Stroke Total n % n % n % n %

Saat pasien masuk RS

RG II lunak 1 100 0 0 12 100 13 43,3 DD II RG II 0 0 15 88,2 0 0 15 50 DD III RG II 0 0 2 11,8 0 0 2 6,7 Total 1 100 17 100 12 100 30 100 Saat pasien diteliti RG II lunak 1 100 0 0 10 83,3 11 36,7 RG II NB 0 0 0 0 2 16,7 2 6,7 DD II RG II 0 0 14 82,4 0 0 14 46,7 DD III RG II 0 0 3 17,6 0 0 3 10Total 1 100 17 100 12 100 30 100

Keterangan : RG ll lunak = diit rendah garam ll bubur/tim RG ll NB = diit rendah garam ll nasi biasa DD ll RG ll = diit jantung ll rendah garam ll DD lll RG ll = diit jantung lll rendah garam ll

Pada tabel 13 terlihat bahwa rata-rata berat badan pasien laki-laki dalam

penelitian adalah 63,9 kg, sedangkan pasien perempuan adalah 47 kg. Rata-rata

tinggi badan pasien laki-laki adalah 167,9 cm, sedangkan pasien perempuan

adalah 152 cm. Berikut tabel keragaan statistik BB dan TB pasien.

Tabel 13 Keragaan stasitik BB dan TB pasien

Jenis Kelamin Rata-rata SD Min Max Berat Badan (kg) Laki-laki 63,9 12,2 40 82

Perempuan 47 8,5 35 60 Tinggi Badan (cm) Laki-laki 167,9 5,6 160 182

Perempuan 152 4,4 146 162

Page 59: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

59

Lama Rawat Lebih dari separuh pasien di rawat kurang dari 6 hari sebanyak 66,7%.

Pasien yang mengalami lama perawatan 6-10 hari sebanyak 26,7% dan sisanya

dirawat lebih dari10 hari sebanyak 6,7%. Lamanya hari perawatan diduga

berkaitan erat dengan tingkat keparahan penyakit pasien.

Salah satu upaya untuk memperpendek hari perawatan dan

mempercepat penyembuhan penyakit yaitu dengan adanya penyelenggaran

makanan yang dikelola pihak rumah sakit sehingga pasien memperoleh

makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizinya (Moehyi 1986).

Berikut tabel sebaran pasien berdasarkan lama perawatan

Tabel 14 Sebaran pasien berdasarkan lama perawatan

Lama perawatan (hari) Total n %

<6 20 66,7 6-10 8 26,7 >10 2 6,7 Total 30 100

Riwayat Penyakit Pasien Riwayat Penyakit Dulu Berdasarkan riwayat penyakit dahulu pasien menunjukan riwayat penyakit

dahulu pasien pernah menderita penyakit hipertensi sebanyak 46,7%, jantung

36,7%, stroke dan lambung 6,6% dan sisanya 10% tidak memiliki riwayat

penyakit dulu dapat dilihat pada tabel 15.

Hipertensi yang diderita secara terus-menerus dengan tekanan darah

diatas 130/80 mmHg merupakan salah satu faktor penyebab stroke, serangan

jantung, gagal jantung, diabetes dan penyakit ginjal (Anonymous 2003).

Penelitian oleh National Institute Of Health Amerika dan rujukan ahli jantung

seluruh dunia bahwa faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung antara lain

penyakit hipertensi, diabetes, dan obesitas (Raharjo, S 2005). Tabel 15 Sebaran pasien berdasarkan riwayat penyakit dulu

Riwayat Penyakit Dulu Total n %

Tidak ada 3 10 Hipertensi 14 46,7 Jantung 11 36,7 Stroke 1 3,3 Lambung 1 3,3 Total 30 100

Page 60: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

60

Riwayat Penyakit Keluarga Berdasarkan riwayat penyakit pada keluarga menunjukkan riwayat penyakit

keluarga pasien yaitu penyakit hipertensi sebanyak 13,3%, jantung 6,7%, dan

stroke13,3%. Lebih dari separuh pasien 66,7% tidak memiliki riwayat penyakit

keluarga. Salah satu faktor resiko untuk penyakit kardiovaskular yaitu

terdapatnya riwayat keluarga yang menderita penyakit kardiovaskuler pada usia

relatif muda (Markum, M 2005). Berikut adalah sebaran pasien berdasarkan

riwayat penyakit keluarga pasien

Tabel 16 Sebaran pasien berdasarkan riwayat penyakit keluarga

Riwayat Penyakit Keluarga Total n %

Tidak ada 20 66,7 Hipertensi 4 13,3 Jantung 2 6,7 Stroke 4 13,3 Total 30 100

Riwayat Pemeliharaan Kesehatan Perolehan Diit Dimasa Lalu Berdasarkan Jenis Penyakit Pasien yang memperoleh diit yang sama dimasa lalu yaitu penyakit

hipertensi sebanyak 100% pasien, 47,1% penyakit jantung, dan 16,7% penyakit

stroke sedangkan pasien yang belum pernah mendapatkan diit yang sama

dimasa lalu yaitu penyakit jantung sebanyak 52,9% pasien dan sebanyak 83,3%

pasien penyakit stroke. Berikut adalah sebaran pasien berdasarkan perolehan

diit dimasa lalu berdasarkan jenis penyakit

Tabel 17 Sebaran pasien berdasarkan perolehan diit yang sama dimasa lalu berdasarkan jenis penyakit pasien

Perolehan Diit Sebelumnya

Hipertensi Jantung Stroke Total n % n % n % n %

Tidak 0 0 9 52,9 10 83,3 19 63,3 Ya 1 100 8 47,1 2 16,7 11 36,7 Total 1 100 17 100 12 100 30 100

Lebih dari separuh pasien 53,3% tidak memperoleh diit yang sama dimasa

lalu dan tidak melakukan penerapan diit. Sebanyak 36,7% pasien yang

mendapatkan diit yang sama dimasa lalu sebanyak 10% pasien yang

menerapkannya (tabel 18). Pasien yang pernah mendapatkan diit yang sama

dimasa lalu dapat dikatakan sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk

dapat beradaptasi dengan diit tersebut sehingga diharapkan dapat

mengkonsumsi diit tersebut sampai habis.

Page 61: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

61

Tabel 18 Sebaran pasien berdasarkan perolehan diit sebelum dan penerapannya

Perolehan Diit Sebelumnya

Penerapan diit Tidak Ya Total

n % n % n % Tidak 16 53,3 3 10 19 63,3 Ya 8 26,7 3 10 11 36,7 Total 24 80 6 20 30 100

Saran Diit Pada tabel 19 dapat dilihat sebaran pasien berdasarkan saran diit yang

diperoleh bahwa lebih dari separuh pasien sebanyak 56,7% sebelumnya belum

pernah mendapatkan saran diit terhadap penyakit yang dideritanya. Saran diit

yang diterima pasien bersumber antara lain dokter, keluarga dan teman.

Mayoritas saran diit didapatkan dari dokter 30%. Saran diit yang diterima pasien

antara lain mengurangi konsumsi garam, tidak menggunakan penyedap rasa

pada masakan yang dikonsumsi dan tidak mengkonsumsi daging kambing.

Tabel 19 Sebaran pasien berdasarkan saran diit yang diperoleh

Saran diit Total n %

Tidak ada 17 56,7 Dokter 9 30 Teman 1 3,3 Keluarga 3 10 Total 30 100

Saran Diit Dimasa Lalu dan Penerapannya

Pada tabel 20 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh pasien tidak

mendapatkan saran diit dimasa lalu dan tidak melakukan penerapan diit

sebanyak 53,3%. Dari 46,7 % pasien yang mendapatkan saran diit dimasa lalu

sebanyak 20% pasien yang menerapkannya. Saran diit yang diterima dapat

menunjang pengetahuan pasien terhadap makanan yang boleh dikonsumsi dan

makanan yang tidak boleh dikonsumsi sehingga dapat menunjang usaha

penyembuhan pada pasien.

Tabel 20 Sebaran pasien berdasarkan saran diit dimasa lalu dan penerapannya

Saran diit Penerapan diit Tidak Ya Total

n % n % n % Tidak 16 53,3 0 0 16 53,3 Ya 8 26,7 6 20 14 46,7 Total 24 80 6 20 30 100

Page 62: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

62

Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Kebutuhan energi dihitung menggunakan perhitungan Harris Benedict

yaitu rata-rata kebutuhan energinya 1772 Kkal/hari (1320-2412)Kkal yaitu

laki-laki 1903 Kkal/hari dan perempuan 1546 Kkal/hari, sedangkan protein

73,9 g/hari (55-100)g/hari yaitu laki-laki 79,3 g/hari dan perempuan 64,4 g/hari.

Kebutuhan energi berdasarkan rumus cepat 1591Kkal/hari (1035-22214)Kkal,

yaitu laki-laki 1833Kkal/hari dan perempuan 1172 Kkal/hari, sedangkan protein

55,9g/hari(41,4-73,8)g/hari yaitu laki-laki 61,1 g/hari dan perempuan 46,9 g/hari.

kebutuhan natrium, lemak, dan kolesterol, semua pasien dibatasi

konsumsinya, anjuran AHA (American Heart Association) untuk konsumsi lemak

tidak lebih dari 30% kebutuhan kalori, rata-rata anjuran konsumsi kolesterol

<300mg/hari (Hartono 2000), dan rata-rata anjuran konsumsi natrium dibatasi

600-800mg/hari (Ketentuan Instalasi Gizi RSUP Fatmawati).

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1989), Kebutuhan energi terbesar

umumnya diperlukan untuk metaboisme basal karena berat badan dan luas

permukaan tubuh serta aktivitas yang bervariasi antara laki-laki dan perempuan

menunjukkan bahwa adanya perbedaan rata-rata yang nyata dalam metabolisme

basal laki-laki dan perempuan sehingga kebutuhan energinya pun berbeda.

Tabel 21 Rata-rata kebutuhan zat gizi pasien dan jenis kelamin berdasarkan perhitungan Harris Benedict dan (Rumus Cepat) Instalasi Gizi RSUP Fatmawati

Zat Gizi Rata-Rata Kebutuhan Energi dan Protein Harris Bennedict (Rumus Cepat)

Instalasi Gizi RSUP Fatmawati

L P Total L P Total Energi (kal/hari) 1903,45 1545,89 1772,35 1833,16 1172,05 1590,75Protein(g/hari) 79,31 64,41 73,85 61,11 46,88 55,890

Ketersediaan Energi dan Zat Gizi Rata-rata ketersedian energi dan zat gizi makanan RS yaitu

1516,26 kkal/hari untuk energi; 60,35 gram/hari untuk protein; 48,72 gram/hari

untuk lemak; 414,93 mg/hari untuk natrium, dan 213,56mg/hari untuk kolesterol.

Ketersediaan energi dan zat gizi (standar porsi) Instalasi Gizi RSUP

Fatmawati yaitu Diit Jantung ll untuk energi 1800,2 Kkal/hari,

protein 67,9 g/hari dan lemak 37,3 g/hari; Diit Jantung lll untuk energi 2030,8

Kkal/hari, protein 71,1 g/hari dan lemak 44,8 g/hari; Diit Rendah Garam ll untuk

energi 1904 Kkal, protein 64,1 g/hari dan lemak 54,6 g/hari. Data selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 2

Page 63: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

63

Rata-rata ketersediaan energi, protein dan lemak makanan RS yang

disajikan yaitu jenis Diit Jantung ll dan Diit Jantung lll dibandingkan dengan

standar porsi berdasarkan Instalasi Gizi RSUP Fatmawati diperoleh hasil yang

lebih rendah. Standar porsi makanan RS selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 4

Tabel 22 Ketersediaan energi, protein dan lemak berdasarkan standar porsi RSUP Fatmawati dan makanan yang disajikan RS kepada pasien

Jenis diit Standar Porsi Instalasi Gizi RSUP Fatmawati

Makanan yang disajikan RS kepada pasien

Energi (Kkal)

Protein (g)

Lemak (g)

Energi (Kkal)

Protein (g)

Lemak (g)

Diit Jantung ll 1800,2 67,9 37,3 1538 58,7 49,7 Diit Jantung lll 2030,8 71,1 44,8 1729 69,3 50,5 Diit Rendah Garam ll NB

1904 64,1 54,6 1559 61,8 39,4

Rata-rata ketersediaan energi, protein, kolesterol, lemak dan natrium tiap

nomor menu yang disediakan tergantung dari jenis diit. Rata-rata ketersediaan

energi, protein, kolesterol, lemak dan natrium pada diit jantung ll rendah garam ll

(DD ll RG ll) lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata ketersediaan yang

terdapat pada diit jantung lll rendah garam ll (DD lll RG ll) (lampiran 5).

Tabel 23 Rata-rata ketersediaan energi, protein, kolesterol, lemak dan natrium berdasarkan jenis diit jantung rendah garam

Menu hari ke

Energi (Kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Kolesterol (mg) Natrium (mg) DD2 RG2

DD3 RG2

DD2 RG2

DD3 RG2

DD2 RG2

DD3 RG2

DD2 RG2

DD3 RG2

DD2 RG2

DD3 RG2

1 1406 1762 56,3 68,5 50,5 52,35 110,4 102,7 274,2 361 2 1256 1754 50,9 76,4 34,9 50,2 221 113,4 282,8 234,7 3 1413 1758 46,6 74.3 49,2 44,8 255,8 192 563,1 579,4 4 1341 - 50,7 - 43,4 - 105,3 - 259,4 - 5 1312 - 49,0 - 44,3 - 320,3 - 388,6 - 6 1298 1529 46,5 56,7 37,5 39,4 252,5 72,1 346,9 209,7 7 1515 1928 60,5 77,2 40,7 60,7 303,6 334,5 203,5 385,4 8 1723 1643 57,1 62.5 76,8 55,4 184,9 304,8 378,2 409,4 9 1472 - 55,2 - 38,4 - 148,7 - 227,7 -

10 1407 - 54,3 - 49,3 - 118,9 - 298,8 - 31 2780 - 118,1 - 81,3 - 336 - 604,7 -

*Rata-rata 1538 1729 58,7 69,3 49,7 50,5 214,3 186,6 347,9 363,3

* rata-rata ketersediaan selama 3 hari

Ketersediaan energi dan zat gizi (standar porsi) Instalasi Gizi RSUP

Fatmawati yaitu Diit Rendah Garam ll NB untuk energi 1904 Kkal, protein

64,1 g/hari dan lemak 54,6 g/hari.

Ketersediaan energi, protein dan lemak untuk jenis Diit Rendah Garam ll

NB dibandingkan dengan standar porsi berdasarkan ketentuan Instalasi Gizi

RSUP Fatmawati diperoleh hasil yang lebih rendah.

Page 64: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

64

Rata-rata ketersediaan energi, protein, kolesterol dan lemak pada diit

rendah garam ll lunak (RG2 BB/Tim) lebih besar dibandingkan dengan rata-rata

ketersediaan yang terdapat pada diit rendah garam ll nasi (RG2NB). Hal tersebut

dikarenakan pasien yang mendapatkan diit rendah garam ll nasi (RG2 NB) menu

untuk pagi hari diganti dengan roti tawar dan telur rebus sesuai dengan

permintaan pasien. Sedangkan rata-rata ketersediaan natrium pada diit rendah

garam ll nasi (RG2 NB) lebih besar dari diit rendah garam ll lunak (RG2 BB/Tim).

Tabel 24 Rata-rata ketersediaan energi, protein, kolesterol,lemak dan natrium berdasarkan jenis diit rendah garam

Menu hari ke

Energi(Kkal) Protein(gram) Lemak(gram) Kolesterol(mg) Natrium(mg) RG2 lunak

RG NB

RG2 lunak

RG NB

RG2 lunak

RG NB

RG2 lunak

RGNB RG2 lunak

RGNB

1 1663 - 65,6 - 52,57 - 177,3 - 331,7 - 2 1607 1580 70,4 66,6 48,52 35,5 151,25 324 426,5 268,3 3 1724 1670 74,8 65,7 59,37 40,3 324,7 283,2 614,4 682,1 4 1410 1612 64.4 67,3 48 41,9 124,5 91,7 125,2 233,2 5 1380 - 57,2 - 43,4 - 98,5 - 246,4 - 6 1523 1455 68.3 51,2 52,4 34,1 237,3 339,3 486,8 871 7 1745 1569 76,3 58,5 60,4 46,2 290,33 550,6 314,4 988,9 8 1495 1473 60,2 61,2 54,73 38,1 205 292,4 346,6 1029,5 9 1481 - 61,8 - 44,97 - 314,7 - 384,9 -

10 1499 - 61,9 - 57,4 - 112,9 - 372,4 - 31 1634 - 66,9 - 59,5 - 318,5 - 559,6 -

*Rata-rata 1560 1559 66,2 61,8 52,8 39,4 382,6 313,5 214 678,8

* rata-rata ketersediaan selama 3 hari

Tingkat Ketersediaan Energi dan Zat Gizi

Tingkat ketersediaan energi terhadap kebutuhan pasien menurut

perhitungan Harris Benedict menunjukkan berada pada kategori normal

sebanyak 43,3% pasien, 36,7% defisit dan sisanya sebanyak 10% diatas angka

kebutuhan. Tingkat ketersediaan protein terhadap kebutuhan lebih dari separuh

pasien sebanyak 73,3% berada pada kategori diatas angka kebutuhan, 20%

normal dan sisanya 6,7% defisit. Sedangkan menurut rumus cepat bahwa tingkat

ketersediaan energi terhadap kebutuhan energi pasien berada pada kategori

defisit energi 40%, 30% normal dan sisanya 30% diatas angka kebutuhan.

Tingkat ketersediaan protein terhadap kebutuhan protein lebih dari separuh

pasien 56,7% mempunyai ketersediaan protein terhadap kebutuhan berada pada

kategori diatas normal, 26,7% diatas angka kebutuhan dan sisanya sebanyak

16,7% defisit.

Page 65: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

65

Makanan yang disediakan oleh rumah sakit belum memenuhi kebutuhan

pasien secara maksimum. Hal tersebut mungkin terjadi karena penyediaan

makan pasien tidak didasarkan kebutuhan gizi perorangan. Penyediaan

makanan hanya didasarkan pada jenis dietnya saja dengan merujuk kepada

kondisi kesehatan pasien. Pemorsian makanan yang tidak sesuai dengan

standar juga memungkinkan terjadinya penyediaan makanan yang tidak sesuai

dengan kebutuhan pasien. Pemorsian makanan pokok masih belum standar

karena pemorsiannya tidak menggunakan alat porsi yang seragam. Oleh karena

itu, sulit untuk mendapatkan pemorsian yang sesuai dengan standar.

Menurut Moehyi (1997) bahwa makanan yang disajikan harus dapat

memenuhi kebutuhan gizi pasien karena makanan dapat berfungsi sebagai salah

satu bentuk terapi, penunjang pengobatan dan tindakan medis.

Menurut Harper, Deaton & Driskel (1986) kebutuhan fisiologis pertama dan

sangat penting akan zat gizi dalam tubuh adalah menyediakan energi bagi

mereka yang sedang sakit dan sedang dalam proses penyembuhan.

Seseorang yang tidak makan cukup pangan secara teratur dapat

mengakibatkan tubuh kehilangan zat gizi yang diperlukan. Simpanan zat gizi

yang hilang dari tubuh harus digantikan sebelum orang tersebut memperoleh

kembali kesehatan normal. Agar seseorang pulih kedalam kesehatan normal,

diperlukan peningkatan protein dan zat gizi lain dalam makanan

(Harper, Deaton & Driskel 1986).

Tabel 25 Sebaran pasien berdasarkan tingkat ketersediaan energi dan protein terhadap kebutuhan energi dan protein menurut Harris Benedict dan (Rumus Cepat) Instalasi Gizi RSUP Fatmawati

Tingkat ketersediaan

terhadap kebutuhan

Harris Benedict (Rumus Cepat) Instalasi Gizi RSUP

Fatmawati Energi Protein Energi Protein

n % n % n % n % Defisit 11 36,7 2 6,7 12 40 5 16,7Normal 13 43,3 6 20 9 30 17 56,7Diatas kebutuhan 6 20 22 73,3 9 30 8 26,7Total 30 100 30 100 30 100 30 100

Konsumsi Energi dan Zat Gizi Konsumsi energi, protein, kolesterol, lemak dan natrium pasien diperoleh

dari tiga sumber yaitu makanan RS, makanan luar RS dan cairan infus. Total

rata-rata konsumsi pasien yaitu energi 1496 Kkal/hari; protein 57,1g/hari;

kolesterol 195,6mg/hari; lemak 52,9mg/hari dan natrium 597,1mg/hari. Konsumsi

Page 66: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

66

dari Makanan RS. Pasien rata-rata mengkonsumsi makanan RS yaitu energi

1338 Kkal/hari, protein 51,5g/hari, lemak 49,3g/hari, kolesterol 182,7mg/hari dan

natrium 411,4mg/hari.

Konsumsi dari Makanan luar RS. Pasien rata-rata mengkonsumsi makanan

luar yaitu energi 158Kkal/hari, protein 5,6 g/hari, lemak 3,6mg/hari,

kolesterol 12,9mg/hari dan natrium 86,7mg/hari.

Konsumsi dari Cairan infus. Pasien rata-rata mengkonsumsi natrium yang

berasal dari cairan infus yaitu natrium 99 mg/hari.

Tabel 26 Rata-rata konsumsi energi, protein, kolesterol, lemak dan natrium pasien perhari

Sumber energi dan zat gizi

Energi Protein Lemak Kolesterol Natrium

Jenis diit RG II lunak 1459 59,2 48,4 199,3 410,4 RG II NB 913 29,1 18,1 142,2 443,8 DD II RG II 1235 45,2 40,9 179,1 406,7 DD III RG II 1663 67,4 48,6 165,5 415,7 *Rata-rata 1338 51,5 49,3 182,7 411,4

Makanan luar *Rata-rata 158 5,6 3,6 12,9 86,7

Cairan Infus *Rata-rata - - - - 99

Total 1496 57,1 52,9 195,6 597,1 rata-rata konsumsi selama 3 hari

Konsumsi Energi dan Zat Gizi Makanan Luar RS Pada tabel 27 lebih dari separuh pasien 56,7% mengkonsumsi (makanan

luar RS dan makanan RS) dan sisanya 43,3% hanya mengkonsumsi makanan

RS. Kontribusi energi dan zat gizi makanan luar RS terhadap total konsumsi

energi dan zat gizi sehari adalah energi 10,73%; protein 10%; lemak 8,52 %;

kolesterol 6,97%; natrium 17,14%.

Pasien yang tidak mengkonsumsi makanan dari luar RS dikarenakan

pasien tidak mempunyai keberanian untuk mengkonsumsi makanan lain selain

dari yang disediakan rumah sakit karena merasa khawatir akan memberi dampak

yang buruk pada penyakit mereka.

Tabel 27 Sebaran pasien berdasarkan konsumsi makanan luar RS

Konsumsi Makanan Luar RS Total n %

Tidak 13 43,3 Ya 17 56,7 Total 30 100

Page 67: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

67

Jenis makanan yang biasanya dikonsumsi pasien selain dari rumah sakit

adalah buah-buahan (apel, jeruk, pear, pepaya dan melon), biskuit, soto ayam,

kue-kue, roti tawar, susu, jus melon, perkedel dan teh manis. Makanan yang

disajikan pihak RS tetap dikonsumsi tetapi terkadang tidak dihabiskan karena

sudah kenyang mengkonsumsi makanan dari rumah sakit.

Pasien mengkonsumsi makanan dari luar RS dengan alasan

• Kurang menyukai rasa makanan RS yang berbeda dari kebiasaan makan

sehari-hari, padahal kebiasaan makanan pasien cenderung tidak

memperhatikan pengaruh terhadap penyakit yang sedang dideritanya,

• Merasa bosan terhadap makanan yang disajikan oleh rumah sakit dan ingin

makan makanan tertentu,

• Sudah merasa lapar tapi makanan belum datang

• Masih lapar meskipun sudah menghabiskan makanan dari RS.

Menurut Budiyanto (2002) bahwa adanya makanan dari luar fasilitas

kesehatan yang disebabkan oleh budaya membawa oleh-oleh ketika berkunjung

kepada pasien serta tidak adanya manajemen yang jelas seperti larangan

membawa makanan atau minuman tertentu pada pasien merupakan salah satu

hal yang mendasar yang menyebabkan terapi diit kurang berhasil.

Konsumsi Natrium Cairan Infus Macam cairan infus yang diberikan pada pasien selama penelitian yaitu

asering (larutan elektrolit), NaCl 0,9% (larutan elektrolit), dan ringer laktat (larutan

elektrolit). Sebanyak 66,6% pasien mendapatkan infus selama penelitian.

Sisanya sebanyak 33,4% tidak menggunakan infus selama penelitian. Lebih dari

separuh pasien 60% mendapatkan jenis infus ringer laktat (larutan elektrolit).

Cairan Isotonik contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal

saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%). Jenis infus yang digunakan pasien

dapat dilihat pada tabel 28

Tabel 28 Sebaran pasien berdasarkan jenis infus

Jenis Infus Total n %

Tidak ada 10 33,4 Asering 1 3,3 Nacl 0.9% 1 3,3 Ringer laktat 18 60 Total 30 100

Page 68: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

68

Konsumsi Lemak Rata-rata konsumsi lemak pasien 52,9 g/hari. Semua pasien telah

mengkonsumsi lemak sesuai anjuran tidak lebih dari 30% kebutuhan kalori dari

makanan yang disediakan di rumah sakit sehingga pasien tidak mengkonsumsi

lemak dalam jumlah yang berlebihan. Konsumsi makanan dari luar rumah sakit

dalam jumlah sedikit tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap

ketersediaan lemak pasien. Pembatasan konsumsi lemak pada penderita jantung

dimaksudkan untuk mengurangi resiko penyakitnya karena bila terjadi

penimbunan lemak pada pembuluh darah khususnya pembuluh darah jantung

dapat mengakibatkan kematian (Heslet 2003).

Konsumsi Kolesterol Rata-rata konsumsi kolesterol pasien adalah 195,6mg/hari. semua pasien

telah mengkonsumsi kolesterol sesuai anjuran yaitu dibatasi <300 mg/hari

(Hartono 2000). Stroke dan serangan jantung ada kaitannya dengan tingginya

kadar kolesterol selain dari faktor resiko stress, diabetes dan tekanan darah

tinggi. Tingginya kolesterol memudahkan terjadinya penyempitan pembuluh

darah (Suparto 2005).

Konsumsi Natrium Rata-rata konsumsi natrium pasien adalah 597,1 mg/hari. semua pasien

mengkonsumsi natrium sesuai anjuran berdasarkan ketentuan Instalasi Gizi

RSUP Fatmawati yaitu diit rendah garam ll (600-800 mg/hari). Hal ini

berdasarkan pertimbangan jika digunakan diit rendah garam l maka daya terima

terhadap diit yang disajikan akan menurun karena dalam pemasakan tidak

ditambahkan garam. Diit rendah garam lll juga tidak digunakan karena

penggunaan garamnya relatif banyak dan dapat mengganggu proses

penyembuhan penyakit.

Pola konsumsi makanan sehat pada penderita penyakit jantung sangat

diperlukan terutama konsumsi garam harus ditekan kurang dari 5 gram, karena

kelebihan asupan garam dapat memicu pengerasan pembuluh nadi serta

mendorong tubuh meretensi cairan yang akan membebani kerja jantung

(E, Yekti 2003).

Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Terhadap Ketersediaan Tingkat konsumsi energi terhadap ketersediaan berdasarkan perhitungan

Harris Benedict lebih dari separuh pasien berada pada kategori normal 70% dan

Page 69: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

69

sisanya 30% mengalami defisit, baik defisit tingkat ringan energi 16,7%, defisit

tingkat sedang 3,3%, dan defisit tingkat berat 10%.Tingkat konsumsi protein

terhadap ketersediaan lebih dari separuh pasien 60% berada pada kategori

normal dan sisanya 40% mengalami defisit baik defisit tingkat ringan protein

16,7%, defisit tingkat sedang 10% dan defisit tingkat berat 13,3%.

Tingkat konsumsi energi terhadap ketersediaan berdasarkan rumus cepat

lebih dari separuh pasien 70% berada pada kategori normal dan sisanya 30%

mengalami defisit, baik defisit tingkat ringan energi 16,7%, defisit tingkat sedang

3,3% dan defisit tingkat berat 10%. Tingkat konsumsi protein terhadap

ketersediaan lebih dari separuh pasien (63,3%) berada pada kategori normal dan

sisanya 36,7% mengalami defisit, baik defisit tingkat ringan protein13,3%, defisit

tingkat sedang 10% dan defisit tingkat berat (13,3%).

Pasien yang berada pada kategori defisit baik tingkat ringan, sedang

maupun berat diduga karena kondisi fisik pasien yang menurun. Menurut

Khomsan (2003), bahwa faktor konsumsi obat juga berpengaruh terhadap

konsumsi pangan, obat-obatan tertentu dapat menyebabkan menurunnya nafsu

makan. Pasien yang tidak mampu menghabiskan makanan yang disediakan

rumah sakit dengan alasan mual, tidak nafsu makan, dan tidak cocok dengan

rasa makanan rumah sakit.

Tabel 29 Sebaran tingkat konsumsi energi dan protein terhadap ketersediaan berdasarkan perhitungan Harris Benedict dan (Rumus Cepat) Instalasi Gizi RSUP Fatmawati

Tingkat Konsumsi Terhadap

Ketersediaan

Harris Benedict (Rumus Cepat) Instalasi Gizi RSUP

Fatmawati Energi Protein Energi Protein

n % n % n % n % Normal 21 70 18 60 21 70 19 63,3DTR 5 16,7 5 16,7 5 16,7 4 13,3DTS 1 3,3 3 10 1 3,3 3 10 DTB 3 10 4 13,3 3 10 4 13,3Total 30 100 30 100 30 100 30 100

DTR : defisit tingkat ringan; DTS : defisit tingkat sedang; DTB : defisit tingkat berat

Tingkat kecukupan Energi dan Protein Terhadap Kebutuhan

Tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan berdasarkan perhitungan

Harris Benedict sebanyak 80% pasien mengalami defisit, baik defisit tingkat

ringan energi 30%, defisit tingkat sedang 16,7%, dan defisit tingkat berat 33,3%

dan sisanya 20% berada pada kategori normal. Kondisi tersebut menunjukkan

Page 70: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

70

bahwa konsumsi pasien masih rendah sehingga belum dapat mencukupi

kebutuhan energinya. Tingkat kecukupan protein terhadap kebutuhan sebanyak

46,7% berada pada kategori diatas angka kebutuhan, 33,3% normal, dan sisanya

mengalami defisit 20%, baik defisit tingkat ringan energi 10% dan tingkat berat

10%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa konsumsi protein pasien dapat

mencukupi kebutuhan proteinnya.

Tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan berdasarkan rumus cepat

sebanyak 43,3% berada pada kategori normal, 10% diatas kebutuhan, dan

sisanya mengalami defisit 46,7%, baik defisit tingkat ringan 16,7%, defisit

tingkaat sedang 6,7% dan defisit tingkat berat 23,3%. Tingkat kecukupan protein

terhadap kebutuhan protein sebanyak 46,7% berada pada kategori normal,

13,2% diatas kebutuhan dan sisanya mengalami defisit, baik defisit tingkat ringan

16,7%, defisit tingkat sedang 6,7%, dan defisit tingkat berat 16,7%.

Tabel 30 Sebaran tingkat kecukupan energi dan protein terhadap kebutuhan berdasarkan Harris Bennedict dan (Rumus Cepat) Instalasi Gizi RSUP Fatmawati

Tingkat Kecukupan Terhadap

Kebutuhan

Harris Bennedict (Rumus Cepat) Instalasi Gizi RSUP

Fatmawati Energi Protein Energi Protein

n % n % n % n % Diatas kebutuhan 0 0 14 46,7 3 10 4 13,2Normal 6 20 10 33,3 13 43,3 14 46,7DTR 9 30 3 10 5 16,7 5 16,7DTS 5 16,7 0 0 2 6,7 2 6,7 DTB 10 33,3 3 10 7 23,3 5 16,7Total 30 100 30 100 30 100 30 100

DTR : defisit tingkat ringan; DTS : defisit tingkat sedang; DTB: defisit tingkat berat

Rata-Rata Tingkat Ketersediaan, Konsumsi dan Kecukupan Energi dan Protein Pasien

Rata-rata tingkat ketersediaan energi dan protein terhadap kebutuhan

berdasarkan perhitungan Harris Benedict adalah masing-masing sebesar energi

86,88% dan protein 135,32%. Kategori defisit untuk tingkat ketersediaan energi

terhadap kebutuhan adalah <90% angka kebutuhan. Kategori diatas kebutuhan

untuk tingkat ketersediaan protein terhadap kebutuhan adalah >120% angka

kebutuhan. Hal ini menunjukan bahwa ketersediaan energi pasien belum

memenuhi kebutuhan energi pasien. Sedangkan ketersediaan protein pasien

sudah memenuhi kebutuhan protein pasien. Nilai maksimum tingkat ketersediaan

energi dan protein terhadap kebutuhan pasien masing-masing sebesar 127%

Page 71: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

71

(diatas kebutuhan) dan 213% (diatas kebutuhan) sedangkan nilai minimumnya

masing-masing sebesar 60% (defisit) dan 57% (defisit).

Rata-rata tingkat ketersediaan energi dan protein terhadap kebutuhan

berdasarkan rumus cepat masing-masing sebesar energi 99,52% dan protein

109,57%. Kategori normal untuk tingkat ketersediaan energi dan protein terhadap

kebutuhan adalah 90-119% angka kebutuhan. Hal ini menunjukan bahwa

ketersediaan energi dan protein pasien masih dapat memenuhi kebutuhan energi

dan protein pasien. Nilai maksimum tingkat ketersediaan energi dan protein

terhadap kebutuhan energi dan protein pasien masing-masing sebesar 156%

(diatas kebutuhan) dan 159% (diatas kebutuhan) sedangkan nilai minimumnya

masing-masing sebesar 63% (defisit) dan 69% (defisit).

Rata-rata tingkat konsumsi energi dan protein terhadap ketersediaan

berdasarkan perhitungan Harris Benedict dan rumus cepat adalah masing-

masing sebesar 88,29% untuk energi dan protein 85,46%. Kategori defisit tingkat

ringan untuk tingkat konsumsi energi dan protein terhadap ketersediaan energi

dan protein adalah 80-89% angka kebutuhan. Nilai maksimum tingkat konsumsi

energi dan protein terhadap ketersediaan energi dan protein pasien masing-

masing sebesar 100% (normal) dan 100% (normal) sedangkan nilai minimumnya

masing-masing sebesar 39% (defisit) dan 21% (defisit).

Rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein terhadap kebutuhan

berdasarkan perhitungan Harris Benedict adalah masing-masing sebesar 76,51%

untuk energi dan protein 114,83%. Kategori defisit tingkat sedang untuk tingkat

kecukupan energi terhadap kebutuhan energi pasien 70-79%, sedangkan

kategori normal untuk tingkat kecukupan protein terhadap kebutuhan protein

adalah 90-119% angka kebutuhan. Hal ini dikarena terdapat sisa makanan

rumah sakit dan sebagian pasien hanya mengkonsumsi makanan yang disajikan

dirumah sakit untuk memenuhi kecukupan energi dan proteinnya. Nilai

maksimum tingkat konsumsi energi dan protein terhadap kebutuhan energi dan

protein contoh masing-masing sebesar 109% (normal) dan 180 (diatas

kebutuhan) sedangkan nilai minimumnya masing-masing sebesar 35% (defisit)

dan 28% (defisit).

Rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein terhadap kebutuhan

berdasarkan rumus cepat adalah masing-masing sebesar 87,79% untuk energi

dan protein 93,30%. Kategori defisit tingkat ringan untuk tingkat kecukupan

energi terhadap kebutuhan pasien 80-89%, sedangkan kategori normal untuk

Page 72: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

72

tingkat kecukupan protein terhadap kebutuhan adalah 90-119% angka

kebutuhan. Nilai maksimum tingkat kecukupan energi dan protein terhadap

kebutuhan masing-masing sebesar 137% (diatas kebutuhan) dan 136% (diatas

kebutuhan) sedangkan nilai minimumnya masing-masing sebesar 36% (defisit)

dan 22% (defisit).

Tabel 31 Nilai Tingkat Ketersediaan, Konsumsi dan Kecukupan Energi dan protein

N

o

Harris Benedict (Rumus Cepat) Instalasi Gizi RSUP

Fatmawati *Rata-

rata Nilai

Maksimum

Nilai Minim

um

**Rata-rata

Nilai Maksimum

Nilai Minim

um 1. Tingkat

ketersediaan Energi Protein

86,88 135,32

127 213

60 87

99,52 109,57

156 159

63 69

2. Tingkat konsumsi Energi Protein

88,29 85,46

100 100

39 21

88,29 85,46

100 100

39 21

3. Tingkat kecukupan Energi Protein

76,51

114,83

109 180

35 28

87,79 93,30

137 136

36 22

Daya Terima Terhadap Makanan Rumah Sakit a. Daya terima Berdasarkan Waktu Makan Pasien cenderung memiliki daya terima yang lebih rendah pada waktu

makan pagi dari makan siang serta makan sore (tabel 32)

Tabel 32 Sebaran daya terima pasien terhadap makanan utama RS dan waktu makan

Daya Terima Waktu makan Pagi Siang Sore

n % n % n % Rendah 8 26,7 8 26,7 7 23,3 Sedang 14 46,7 11 36,7 12 40 Tinggi 8 26,7 11 36,7 11 36,7 Total 30 100 30 100 30 100

b. Daya Terima Berdasarkan Makanan Utama (9xmakanan utama) Sebanyak 40% pasien memiliki daya terima tinggi, 36,7% pasien dengan

daya terima sedang dan daya terima rendah sebanyak 23,3 (tabel 33).

Page 73: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

73

Tabel 33 Sebaran daya terima pasien terhadap makanan utama RS (9 x makan utama)

Daya terima Total n %

Rendah 7 23,3 Sedang 11 36,7 Tinggi 12 40 Total 30 100

c. Daya Terima Terhadap Makanan Selingan (3 x makan selingan) Berdasarkan tabel 30 dapat dilihat bahwa daya terima terhadap makanan

selingan mayoritas pasien 96,8% memiliki daya terima tinggi. Sebagian besar

pasien menghabiskan makanan selingan yang disajikan dengan alasan bosan

dengan makanan utama. Jenis makanan selingan yang disukai oleh pasien

terutama kacang hijau dan pisang rebus. Namun terdapat beberapa pasien juga

merasa bosan terhadap menu selingan, karena menu tersebut berulang pada

hari yang berdekatan. Menu selingan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3

Tabel 34 Sebaran daya terima pasien terhadap makanan selingan

Daya terima Total n %

Rendah 0 0 Sedang 1 3,2 Tinggi 30 96,8 Total 31 100

d. Daya Terima Berdasarkan perjenis menu Dapat dilihat pada tabel 35 daya terima pasien berdasarkan per jenis

menu menunjukkan pasien menyukai menu ke-5 (siang dan malam), hal tersebut

dapat dilihat dari daya terima tinggi pada menu tersebut. Daya terima rendah

terdapat pada menu ke-31 merupakan jenis hidangan yang kurang disukai oleh

pasien. Rata-rata alasan pasien menilai kurang suka terhadap menu yang

disajikan disebabkan oleh warna yang tidak menarik, aroma dan rasa yang tidak

enak, tingkat keempukan yang tidak pas, tidak menyukai jenis bahan makanan

yang digunakan seperti ikan dan rata-rata pasien merasa bosan sehingga mudah

menghafal menu. Rasa bosan pasien terhadap makanan karena makanan

kurang bervariasi baik dari segi masakan maupun bentuk makanannya serta

terdapat pengulangan menu baik menu pada hari berikutnya maupun dalam satu

hari.

Page 74: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

74

Variasi dalam warna, tekstur, citarasa dan temperatur makanan dapat

menarik perhatian pasien pada makanan. Selain itu penyajian makanan yang

sesuai dengan jenis makanan dan pembagian porsi yang tepat pada setiap

waktu makan akan berpengaruh pada nafsu makan pasien (Budiyanto 2002).

Tabel 35 Sebaran daya terima pasien berdasarkan jenis menu

Waktu Makan

Siklus Menu *

Rendah

Sedang Tinggi Total

n % n % n % n %

Pagi Ke-1

4 44,4 3 33,3 2 22,2 9 100 Siang 3 33,3 3 33,3 3 33,3 9 100 Sore 4 44,4 2 22,2 3 33,3 9 100 Pagi

Ke-2 5 41,7 5 41,7 2 16,7 12 100

Siang 4 33,3 5 41,7 3 25 12 100 Sore 4 33,3 5 41,7 3 25 12 100 Pagi

Ke-3 4 33,3 5 41,7 3 25 12 100

Siang 3 25 5 41,7 4 33,3 12 100 Sore 3 25 4 33,3 5 41,7 12 100 Pagi

Ke-4 3 33,3 4 44,4 2 22,2 9 100

Siang 2 22,2 4 44,4 3 33,3 9 100 Sore 2 22,2 4 44,4 3 33,3 9 100 Pagi

Ke-5 1 16,7 2 33,3 3 50 6 100

Siang 1 14,3 1 14,3 5 71,4 7 100 Sore 1 14,3 1 14,3 5 71,4 7 100 Pagi

Ke-6 3 27,3 5 45,5 3 27,3 11 100

Siang 2 20 5 50 3 30 10 100 Sore 2 20 6 60 2 20 10 100 Pagi

Ke-7 2 25 4 50 2 25 8 100

Siang 1 12,5 4 50 3 37,5 8 100 Sore 1 12,5 5 62,5 2 25 8 100 Pagi

Ke-8 1 10 7 70 2 20 10 100

Siang 1 10 5 50 4 40 10 100 Sore 1 10 6 60 3 30 10 100Pagi

Ke-9

1 16,7 3 50 2 33,3 6 100 Siang 0 0 4 66,7 2 33,3 6 100 Sore 1 16,7 3 50 2 33,3 6 100 Pagi

Ke-10 1 20 3 60 1 20 5 100

Siang 1 20 3 60 1 20 5 100 Sore 1 20 3 60 1 20 5 100 Pagi

Ke-31 1 50 1 50 0 0 2 100

Siang 0 0 2 100 0 0 2 100 Sore 1 50 1 50 0 0 2 100 Total 65 24,1 123 45,6 82 30,4 270 100

* data selengkapnya untuk siklus menu dapat dilihat pada lampiran 2

Penilaian terhadap atribut makanan Penilaian terhadap atribut daya terima bentuk pada waktu pagi dan siang

yang menilai (B-SS) 76,7 %, pagi hari 20% (TS) dan STS (3,3%), sedangkan

Page 75: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

75

siang dan sore 20% (TS) dan 3,3%(STS). Alasan pasien menilai terhadap atribut

daya terima bentuk tidak disukai karena bentuk makanan yang disajikan kurang

menarik.

Penilaian terhadap atribut daya terima bau pada waktu makan siang dan

sore hari yang menilai (B-SS) 76,7 %, 23,3 % pasien (TS) sedangkan pada pagi

hari yang menilai (B-S) 75,5% sedangkan 21,1%(TS) dan 3,3%(STS). Alasan

pasien menilai terhadap atribut daya terima bau tidak disukai karena beberapa

pasien tidak menyukai bau amis dari ikan dan bau langu dari sayuran yaitu toge

Penilaian terhadap atribut daya terima tekstur pada waktu makan siang

dan sore hari yang menilai (B-SS) 76,7 %, 23,3 % (TS) (siang dan sore hari)

sedangkan pada pagi hari yang menilai (B-S) 74,4 %, sedangkan 25,6 %(TS)

tidak menyukai terhadap atribut tekstur. Alasan pasien menilai terhadap atribut

daya terima tekstur tidak disukai karena pada bahan makanan yaitu daging

kurang empuk.

Penilaian terhadap atribut daya terima warna pada pagi hari 23,3%yang

menilai (TS), 81,1 % (B-SS) sedangkan 16,7 %(TS) dan 2,2% (STS, siang hari

yang menilai (B-SS) 82,2%, 17,8 % pasien (TS), sedangkan sore hari yang

menilai (B-S) 76,7 %, 23,3%(TS). Alasan pasien menilai terhadap atribut daya

terima warna tidak disukai karena beberapa pasien tidak menyukai karena bahan

makanan yaitu tempe warnanya pucat.

Penilaian terhadap atribut daya terima kebersihan pada pagi,siang dan

sore hari yang menilai (B-S) 94,5%dan sisanya 5,6% (TS). Alasan pasien menilai

terhadap atribut daya terima kebersihan tidak disukai karena tercecernya

makanan pada plato ketika makanan dibagikan pada pasien.

Penilaian terhadap atribut daya terima rasa pada pagi hari menilai 27,8%

(STS),28,9% TS dan (B-S) 43,3%, siang hari yang menilai (B-S) 63,3%, 27,8%

(TS) sedangkan sore hari 32,2% (TS) dan (B-S) 67,8%. Alasan pasien menilai

terhadap atribut daya terima rasa tidak disukai karena rasa yang hambar pada

sayuran.

Penilaian terhadap atribut daya terima suhu pada pagi hari menilai 23,3%

(STS),28,9% TS dan (B-S) 47,8%, siang hari yang menilai (B-S) 64,4%, 35,6%

(TS) sedangkan sore hari 31,1% (TS) dan (B-S) 68,9%. Alasan pasien menilai

terhadap atribut daya terima suhu tidak disukai karena makanan yang diterima

dalam keadaan dingin. Berikut tabel sebaran pasien berdasarkan penilaian

terhadap atribut makanan dan waktu makan:

Page 76: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

76

Tabel 36 Sebaran pasien berdasarkan penilaian terhadap atribut makanan dan waktu makan

Atribut makanan

Skala Penilaian Total STS TS B S SS

n % n % n % n % n % n* % Pagi hari Bentuk 3 3,3 18 20 18 20 49 54,5 2 2,2 90 100Bau 3 3,3 19 21,1 20 22,2 46 51,1 2 2,2 90 100Kebersihan 0 0 5 5,6 0 0 6 6,7 79 87,8 90 100Tekstur 0 0 23 25,6 19 21,1 46 51,1 2 2,2 90 100Rasa 25 27,8 26 28,9 14 15,6 24 26,7 1 1,1 90 100Suhu 21 23,3 26 28,9 15 16,7 27 30 1 1,1 90 100Warna 2 2,2 15 16,7 22 24,4 49 54,4 2 2,2 90 100Siang hari Bentuk 0 0 21 23,3 18 20 49 54.5 2 2,2 90 100Bau 0 0 21 23,3 18 20 50 55,6 1 1,1 90 100Kebersihan 0 0 5 5,6 0 0 6 6,7 79 87,8 90 100Tekstur 0 0 21 23,3 20 22,2 48 53,3 1 1,1 90 100Rasa 0 0 33 36,7 27 30 29 32,2 1 1,1 90 100Suhu 0 0 32 35,6 27 30 30 33,3 1 1,1 90 100Malam hari Bentuk 0 0 21 23,3 18 20 50 55.6 1 1,1 90 100Bau 0 0 21 23,3 18 20 50 55,6 1 1,1 90 100Kebersihan 0 0 5 5,6 0 0 6 6,7 79 87,8 90 100Tekstur 0 0 21 23,3 20 22,2 48 53,3 1 1,1 90 100Rasa 0 0 29 32,2 30 33,3 30 33,3 1 1,1 90 100Suhu 0 0 28 31,1 30 33,3 31 34,4 1 1,1 90 100Warna 0 0 21 23,3 18 20 50 55.6 1 1,1 90 100n*= 1 makan sore x 3hari x 30 orang

Hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan lama rawat pasien Pada pasien yang menjalani rawat inap lebih dari 10 hari memiliki tingkat

konsumsi energi dan protein pada kategori defisit tingkat ringan dan defisit

tingkat berat masing-masing sebanyak 3,3%. Mayoritas pasien yang menjalani

rawat inap kurang dari 6 hari termasuk kedalam kategori normal yaitu tingkat

konsumsi energi 43,3% dan tingkat konsumsi protein 40%. Pasien yang

menjalani rawat inap antara 6-10 hari termasuk kedalam kategori normal yaitu

tingkat konsumsi energi 26,7% dan tingkat konsumsi protein 20%.s

Berdasarkan tabel 37 hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa

tidak terdapat hubungan yang significant antara tingkat konsumsi energi dan

protein dengan lama rawat (r =0.111 p=0.558 untuk TKE dan r=0.133 p=0.485

untuk TKP). Pasien yang menderita penyakit kronins kadang memerlukan hari

perawatan yang lama sehingga pasien mudah menghafal menu yang disajikan

Page 77: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

77

rumah sakit. Akibatnya nafsu makan hilang sebelum makanan disajikan (Moehyi

1997)

Tabel 37 Sebaran tingkat konsumsi energi dan protein berdasarkan lama rawat pasien

Tingkat konsumsi terhadap

ketersediaan

Lama rawat (hari) Total < 6 hari 6-10 hari >10 hari n % n % n % n %

Energi Normal 13 43,3 8 26,7 0 0 21 70 DTR 4 13,3 0 0 1 3,3 5 16,7 DTS 1 3,3 0 0 0 0 1 3,3 DTB 2 6,7 0 0 1 3,3 3 10 Total 20 66,7 8 26,7 2 6,6 30 100 Protein Normal 12 40 6 20 0 0 18 60 DTR 4 13,3 0 0 1 3,3 5 16,7DTS 3 10 0 0 0 0 3 10 DTB 3 10 0 0 1 3,3 4 13,3 Total 22 73,3 6 20 2 6,7 30 100

Hubungan daya terima dengan tingkat konsumsi energi dan protein

Mayoritas pasien yang memiliki daya terima rendah, daya terima sedang

dan daya terima tinggi adalah pasien yang memiliki tingkat konsumsi energi dan

protein dalam kategori normal. Tingkat konsumsi energi terhadap daya terima

dengan persentase 23,3 % memiliki daya terima tinggi, 36,7 % daya terima

sedang dan 10% daya terima rendah. Tingkat konsumsi protein terhadap daya

terima dengan persentase 23,3 % memiliki daya terima tinggi, 30% daya terima

sedang dan 6,7% daya terima rendah.

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang significant antara daya terima dengan tingkat konsumsi energi dan protein

(r =0.354 p=0.055 untuk TKE dan r=0.322 p=0.082). Faktor pribadi dan kesukaan

akan mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi (Harper,

Deaton & Driskel 1985). Manifestasi rasa putus asa berupa hilangnya nafsu

makan, rasa mual merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang dalam

menghabiskan porsi makanan yang disajikan (Moehyi 1997).

Page 78: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

78

Tabel 38 Sebaran daya terima pasien berdasarkan tingkat konsumsi energi dan protein

Tingkat konsumsi terhadap

ketersediaan

Daya Terima Total Rendah Sedang Tinggin % n % n % n %

Energi Normal 3 10 11 36,7 7 23,3 21 70 DTR 1 3,3 2 6,7 2 6,7 5 16,7 DTS 1 3,3 0 0 0 0 1 3,3 DTB 2 6,7 1 3,3 0 0 3 10 Total 7 23,3 14 46,7 9 30 30 100 Protein Normal 2 6,7 9 30 7 23,3 18 60 DTR 2 6,7 2 6,7 1 3,3 5 16,7 DTS 1 3,3 1 3,3 1 3,3 3 10 DTB 2 6,7 2 6,7 0 0 4 13,3 Total 7 23,3 14 46,7 9 30 30 100

Hubungan antara daya terima dengan lama rawat

Mayoritas pasien yang memiliki daya terima rendah, daya terima sedang

dan daya terima tinggi adalah pasien yang menjalani rawat inap kurang dari

6 hari, dengan persentase 23,3% pasien memiliki daya terima tinggi, 23,3%

pasien memiliki daya terima sedang dan 20% memiliki daya terima rendah.

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang significant antara daya terima pasien dengan lama rawat (r = -0.137

p=0.470). Daya terima seseorang dipengaruhi beberapa faktor antara lain nafsu

makan, kebiasaan makan dan psikologis (Moehyi 1997).

Tabel 35 Sebaran daya terima berdasarkan lama rawat pasien

Lama rawat (hari)

Daya Terima Total Rendah Sedang Tinggi n % n % n % n %

<6hari 6 20 7 23,3 7 23,3 20 66,76-10hari 1 3,3 5 16,7 2 6,7 8 26,7>10hari 0 0 2 6,7 0 0 2 6,7Total 7 100 14 100 9 100 30 100

Page 79: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

79

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Pada penelitian ini mayoritas pasien termasuk dalam kategori umur

dewasa menengah. Pasien dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada

perempuan. Jenis penyakit pasien yang diteliti yaitu hipertensi, jantung dan

stroke. Pendidikan pasien paling banyak tamatan SMU/sederajat. Pekerjaan

yang paling banyak dimiliki pasien yaitu ibu rumah tangga. Paling banyak pasien

pernah memiliki riwayat penyakit dulu jantung dan hipertensi. Lebih dari separuh

pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga. Jenis diit yang diperoleh pasien

terdiri dari yaitu diit rendah garam ll lunak (RG ll lunak), diit rendah garam ll nasi

biasa (RG ll NB) , diit jantung ll rendah garam ll (DD ll RG ll), dan diit jantung lll

rendah garam ll (DD lll RG ll).

Mayoritas pasien yang diteliti menjalani rawat inap kurang dari 6 hari. Lebih

dari separuh pasien belum pernah mendapatkan saran diit terhadap penyakit

yang dideritanya. Paling banyak pasien tidak pernah mendapatkan diit yang

sama dimasa lalu dan tidak melakukan penerapan diit.

Kebutuhan energi total sehari berdasarkan perhitungan Harris Bennedict

lebih tinggi dibandingkan mengunakan rumus cepat berdasarkan Ketentuan

Instalasi Gizi RSUP Fatmawati. Kebutuhan lemak, dan kolesterol, semua pasien

dibatasi konsumsinya, anjuran AHA (American Heart Association) untuk

konsumsi lemak adalah tidak lebih dari 30% kebutuhan kalori, rata-rata anjuran

konsumsi kolesterol <300mg/hari

Rata-rata ketersediaan energi, protein dan lemak makanan yang disajikan

RS dibandingkan dengan standar porsi menurut jenis Diit Jantung ll, Diit Jantung

lll dan Rendah Garam NB diperoleh hasil yang lebih rendah berdasarkan

ketentuan Instalasi Gizi RSUP Fatmawati.

Tingkat ketersediaan energi terhadap kebutuhan berdasarkan

perhitungan Harris Benedict 36,7% pasien berada kategori defisit energi, 43,3%

normal dan 20% diatas kebutuhan. Tingkat ketersediaan protein terhadap

kebutuhan 6,7% pasien berada pada kategori defisit protein, 20% normal dan

73,3% diatas kebutuhan. Rata-rata tingkat ketersediaan energi terhadap

kebutuhan 86,88% berarti berada pada kategori defisit (<90% angka kebutuhan).

Rata-rata tingkat ketersediaan protein terhadap kebutuhan 135,32% berarti

berada pada kategori diatas kebutuhan (≥120 angka kebutuhan). Tingkat

ketersediaan energi terhadap kebutuhan berdasarkan rumus cepat 40% pasien

Page 80: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

80

berada kategori defisit energi, 30% normal dan 30% diatas kebutuhan. Tingkat

ketersediaan protein terhadap kebutuhan 16,7% pasien berada pada kategori

defisit protein, 56,7% normal dan 26,7% berada pada kategori diatas kebutuhan.

Rata-rata tingkat ketersediaan energi terhadap kebutuhan 99,52% berarti berada

pada kategori normal (90-119% angka kebutuhan). Rata-rata tingkat

ketersediaan protein terhadap kebutuhan 109,57% berarti berada pada kategori

normal.

Konsumsi energi, protein, kolesterol, lemak dan natrium pasien meskipun

diperoleh dari tiga sumber yaitu makanan RS, makanan luar RS dan cairan infus,

kontribusi energi dan zat gizi makanan RS terhadap total konsumsi energi dan

zat gizi sehari paling besar, sedangkan makanan dari luar RS sedikit kontribusi

terhadap energi dan zat gizi begitu juga dengan Cairan infus hanya memberikan

kontribusi natrium saja.

Tingkat konsumsi energi terhadap ketersediaan berdasarkan perhitungan

Harris Benedict 10% pasien defisit tingkat berat energi, 3,3% defisit tingkat

sedang, dan 16,7% defisit tingkat ringan dan 70% normal. Tingkat konsumsi

protein terhadap ketersediaan 13,3% pasien defisit tingkat berat protein, 10%

defisit tingkat sedang, 16,7% defisit tingkat ringan dan 60% normal. Rata-rata

tingkat konsumsi energi terhadap ketersediaan 88,29% berarti berada pada

kategori defisit tingkat ringan (80-89% angka ketersediaan). Rata-rata tingkat

konsumsi protein terhadap ketersediaan 85,46% berarti berada pada kategori

defisit tingkat ringan.

Tingkat konsumsi energi terhadap ketersediaan berdasarkan rumus cepat 10%

berada pada kategori defisit tingkat berat energi (<70% angka ketersediaan),

3,3% defisit tingkat sedang (70-79% angka ketersediaan), 16,7% defisit tingkat

ringan dan 70% normal (90-100% angka ketersediaan). Tingkat konsumsi protein

terhadap ketersediaan 13,3% defisit tingkat berat protein, 10% defisit tingkat

sedang, 13,3% defisit tingkat ringan dan normal 63,3%. Rata-rata tingkat

konsumsi energi terhadap terhadap ketersediaan energi 88,29% berarti berada

pada kategori defisit tingkat ringan (80-89% angka ketersediaan). Rata-rata

tingkat konsumsi protein terhadap ketersediaan 85,46% berarti berada pada

kategori defisit tingkat ringan.

Tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan berdasarkan perhitungan

Harris Benedict 20% pasien berada pada kategori normal, 33,3% defisit tingkat

berat energi, 16,7% defisit tingkat sedang, 30% defisit tingkat ringan. Tingkat

Page 81: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

81

kecukupan protein terhadap kebutuhan 33,3% pasien berada pada kategori

normal, 46,7 % diatas kebutuhan (≥120% angka ketersediaan), 10% defisit

tingkat berat (< 70% angka ketersediaan) dan 10% defisit tingkat ringan. Rata-

rata tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan 76,51% berarti berada pada

kategori defisit tingkat sedang (70-79% angka ketersediaan). Rata-rata tingkat

kecukupan protein terhadap kebutuhan 114,83% berarti berada pada kategori

normal (90-119% angka ketersediaan).

Tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan berdasarkan rumus cepat 43,3%

pasien berada pada kategori normal, 10% diatas kebutuhan (≥120% angka

ketersediaan), 23,3,7% defisit tingkat berat energi (< 70% angka ketersediaan),

3,3% defisit tingkat sedang (70-79% angka ketersediaan), dan 16,7% defisit

tingkat ringan. Tingkat kecukupan protein terhadap kebutuhan 46,7% pasien

berada pada kategori normal, 16,7 defisit berat protein, 6,7% defisit tingkat

sedang, 16,7% defisit tingkat ringan dan 13,3% diatas kebutuhan. Rata-rata

tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan 87,79% berarti berada pada

kategori defisit tingkat ringan (80-89% angka ketersediaan) Rata-rata tingkat

kecukupan protein terhadap kebutuhan 93,3% berarti berada pada kategori

normal (90-119% angka ketersediaan)

Rata-rata konsumsi lemak pasien 52,9 g/hari, konsumsi kolesterol pasien adalah

195,6mg/hari, dan konsumsi natrium pasien adalah 597,1 mg/hari. Seluruh

pasien mengkonsumsi lemak, kolesterol dan natrium sesuai dengan anjuran

Daya terima pasien berdasarkan waktu makan menunjukkan daya terima

makan pagi memiliki nilai daya terima yang lebih rendah dari pada makan siang

serta makan sore. Daya terima pasien terhadap makanan utama yang disajikan

(tiga hari pengamatan) sebanyak 40 % pasien memiliki nilai daya terima tinggi.

Daya terima terhadap makanan selingan sebanyak 96,8% pasien memiliki nilai

daya terima tinggi. Daya terima pasien berdasarkan jenis menu menunjukkan

menu yang paling banyak disukai yaitu menu ke-5 dan yang tidak disukai

menu ke-31. Rasa yang kurang enak dan suhu makanan yang dingin

menyebabkan atribut rasa dan suhu yang relatif kurang disukai pasien.

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang significant beberapa variabel antara lain tingkat konsumsi energi dan

protein pasien dengan lama rawat pasien, daya terima pasien dengan tingkat

konsumsi energi dan protein pasien dan daya terima pasien dengan lama rawat

pasien.

Page 82: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

82

Saran Sebaiknya kuantitas energi dan zat gizi makanan RS pada menu

makanan yang disajikan kepada pasien hendaknya sesuai dengan standar porsi

yang telah ditetapkan Instalasi Gizi. Instalasi Gizi sebaiknya mengkaji kembali

perencanaan menu yang telah dibuat beradsarkan perhitungan kebutuhan gizi

pasien secara perorangan yang kemudian akan diterjemahkan kedalam

makanan disesuaikan dengan jenis diit pasien. Untuk itu di sarankan

penggunaan program software komputer yang mampu menghitung kebutuhan

tiap pasien sesuai dengan kebutuhan secara cepat, mudah dan praktis.

Meskipun telah ada kajian standar porsi dan perencanaan menu yang lebih tepat,

namun diperlukan pengawasan terhadap petugas pemorsian karena diduga

salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya angka ketersediaan energi dan

zat gizi makanan RS yang disajikan dibandingkan dengan standar porsi. Petugas

pengolahan makanan untuk dapat memperhatikan rasa dan menyajikan

makanan dalam keadaan hangat sehingga dapat meningkatkan nafsu makan

pasien. Peningkatan frekuensi pemberian konseling gizi sehingga memotivasi

pasien untuk makan dan menghabiskan makanan yang disajikan sehingga dapat

mempercepat masa penyembuhan.

Page 83: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

83

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Almatsier, S., Jus’at, I & Akmal. 1992. Peresepsi Pasien Terhadap Makanan Di Rumah Sakit (Survey Pada 10 Rumah Sakit Di DKI Jakarta. Dalam Gizi Indonesia 17(1/2): 87-96.

Annonymous. 2003. Pedoman Cairan Infus (Edisi Revisi Vlll). Otsuka. Jatim

Annonymous. 2008. Sistem Kardiovaskular. http//id.wikipedia.org/wiki/sistem kardiovaskular. 21 Januari 2008

Bagian Gizi R.S. Dr. Cipto Mangunkusumo & Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2002. Penuntun Diit. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Budiyanto, M.A.k. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. UMM, Malang

Pradono, et al. 2005. Survei Kesehatan Nasional. Survey Kesehatan Rumah Tangga: volume 3. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 1991. Pedoman Pelayanan Gizi dan Rumah Sakit Khusus dan Swasta. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Depkes, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1991. Pedoman Teknis Pelayanan Gizi Rawat Inap dan Rawat Jalan Di Rumah Sakit. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit Khuus dan Swasta. Depkes, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Pengaturan Makan Atlet. Direktorat Jendral Pembinaan kesehatan masyarakat. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, Jakarta.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 1990. Pedoman Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Gizi dii Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Djojodibroto, R, D. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Hipokrates, Jakarta.

Effendi, Y. H. Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi. Bahan Ajar Dietetika. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Gibson. 1993. Nutritional Assessment Laboratory Mannual. University of Guelph. NewYork.

Hardinsyah & D. Martianto. 1989. Menaksir kecukupan Energi dan Protein Serta Penilaian Menu Gizi Konsumsi Pangan. Wisari, Jakarta.

Page 84: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

84

Hardinsyah & D. Briawan. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hardinsyah, et al. 1989. Aspek Giz dan Daya Terima Menu Makanan Pokok Beragam Dalam Upaya Penyelenggaraan Konsumsi Pangan. Laboratorium Gizi Masyarakat, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Gizi, Bogor.

Harrisons’s. 2005. Principles Of Internal Medicine Volume II. Mc Graw-Hill Companies, United Stated of America.

Hartono, A. 2000. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit : Diagnosis, Konseling & Preskripsi. EGC, Jakarta.

Harper, L.J., B.J. Deaton, & J.A. Driskel. 1985. Pangan, Gizi, dan Pertanian (Suhardjo, Penerjemah). UI Press, Jakarta.

The Journal Of The American Medial Association.2004. Nutritional Content of Hospital Diets. American Medical Association. Vol. 291 No. 18, 12 Mei.

Khumaidi, M. 1989. Gizi Masyarakat Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Moehyi, S. 1989. Ilmu Gizi Jilid 2. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.

Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bhatara, Jakarta.

. 1997. Pengaturan Makan dan Diit Untuk Penyembuhan Penyakit. Gramedia, Jakarta.

Mukrie, N.A.,A.B. Ginting, I. Ngadiarti, A. Hendrorini, N. Budiarti, & Tugiman. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat Bekerjasama dengan Akademi Gizi dan Departemen Kesehatan RI Jakarta.

Nasoetion, A. 1989. Cara Pnilaian Kualitas Hidangan dan Konsumsi Pangan. Laboratorium Gizi Masyarakat, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Noras, J. U. 2000. Penilaian Pasien Terhadap Pelayanan Gizi Diruang Rawat Inap Teratai RSUP Fatmawati. Skripsi Sarjana Jurusan Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya Keluarga. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Papalia, D.E. & Olds. 1986. human development (3 rd ed). McGraw-Hill Book company, Newyork.

Purwati, Salimar & Rahayu. 2002. Perencanaan Menu Untuk Penderita tekanan Darah Tinggi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pranadji, K.D & Rina, Y. 1999. Perencanaan Menu Bagi Penderita Jantung Koroner. Trubus Agriwidya, Jakarta.

Page 85: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

85

Pranaka, Sri & Rejeki. 2006. Hubungan Status Gizi dengan Hasil Akhir Perawatan Penderita Divis Geriarti Rumah Sakit Kariadi Semarang. Dalam Media Medika Indonesiana. Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah. Volume: 4.

Riyadi, H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Buku Ajar Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.

Rilayantono, L. S, et al. 1989. Kardiologi. FKUI. Jakarta.

Santoso. 2000. Penatalaksanaan Awal Jantung Berdasarkan Paradigma Sehat. http:/www.new merapi. net/umum/jantung/index. 30 mei 2007

Siauw, S I. 1994. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi). Dabara Publisers, Jakarta.

Subandriyo, V. U. 1993. Pengelolaan Makanan di Rumah Sakit. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor

Tambunan, V. 2003. Panduan Pengalaman Laporan I dan Program Integrasi (Gizi Lansia dan Faktor Resiko Hipertensi). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.

Page 86: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

86

LAMPIRAN

Page 87: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

87

Lampiran 1

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI GIZI RSUP FATMAWATI JAKARTA

KEPALA INSTALASI GIZI

WAKIL KEPALA INSTALASI GIZI

TATA USAHA

Penyelia Umum Diklit dan SDM

Penyelia Produksi

Penyelia Gizi Rawat Inap dan

Rawat Jalan

Page 88: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

88

Lampiran 2 Menu Makanan Utama Kelas ll dan lll

Menu ke-

Pagi Siang Sore

1

• Daging bumbu tomat

• Oseng tempe daun bawang,

• Capcay sayur baso

• Ikan panggang bumbu pepes

• Tahu bumbu terik • Sayur asam • Buah : jeruk

• Ayam panggang bumbu kecap

• Tempe bacem • Kare buncis + wortel • Buah : pisang

2

• Ayam bumbu semur

• Opor tahu • Oseng kacang

panjang+labu siam

• Daging bumbu semur • Tempe bacem • Sup sayuran • Buah : semangka

• Ikan panggang bumbu gulai

• Perkedel tahu baker • Bening bayam+labu

siam • Buah : pisang ambon

3

• Daging bumbu semur

• Tempe terik • Oseng toge + tahu

• Telur dadar • Semur tahu • Sup makaroni +

ayam • Buah : melon

• Ayam panggang bumbu kecap

• Oseng tempe+daun bawang

• Gulai buncis+labu siam • Buah : pepaya

4

• Ayam bumbu semur• Opor tahu • Sgr kacang

panjang+labu siam

• Daging bumbu terik • Tim tahu • Sayur lodeh • Buah : jeruk

• Ikan panggang bumbu kuning

• Tempe bacem • Sup oyong+wortel • Buah : pepaya

5

• Opor telur • Tempe bacem • Cah caisin + tahu

• Ayam panggang bumbu kecap

• Terik tahu • Soto toge+ soun • Buah : semangka

• Semur daging • Tempe bumbu terik • Sayur asam Buah : pepaya

6

• Kare ayam • Tahu bacem • Oseng buncis

+jagung manis+baso

• Daging bumbu semur • Terik tempe • Cap sayuran+baso • Buah : melon

• Ayam panggang bumbu kecap

• Tahu bacem • Sayur lodeh • Buah : pepaya

7

• Opor ayam • Semur tahu • Oseng kacang

panjang+tempe

• Ikan panggang bumbu kuning

• Tempe bumbu terik • Bobor bayam+labu

siam • Buah : jeruk

• Daging empal basah • Rollade tahu • Soto mie • Buah : pepaya

• Semur daging • Ayam panggang • Ikan panggang bumbu

Page 89: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

89

8 • Terik tahu • Ca buncis + labu

siam

kecap • Tempe bacem • Cap cay sayur baso • Buah : semangka

kuning • Semur tahu • Sup buncis + jagung

manis • Buah : pisang ambon

Lampiran 2 Menu Makanan Utama Kelas ll dan lll (lanjutan) Menu

ke- Pagi Siang Sore

9

• Ayam bumbu semur• Tempe bacem • Oseng kacang

panjang+tempe

• Ikan panggang bumbu kuning

• Semur tahu • Gulai buncis+labu siam • Buah: melon

• Semur telur kering • Terik tempe • Laksa toge • Buah : pepaya

10

• Daging semur • Terik tahu • Ca buncis+jagung

manis+baso

• Ayam bumbu terik • Perkedel tahu

panggang • Sup oyong+wortel • Buah: pisang raja

• Ca daging + bawang bombay

• Semur tahu • Sayur lodeh • Buah : pepaya

31 • Semur telur • Opor tahu • Cah kacang

panjang+tempe

• Ayam bumbu kare • Tempe bacem • Bobor bayam + labu

siam • Buah : semangka

• Semur daging • Cah tahu daun

bawang • Sup oyong + soun • Buah : pisang ambon

Page 90: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

90

Lampiran 3 Menu Selingan

l Puding roti

ll Bubur kacang hijau

lll Agar-agar srikaya

lV Pisang rebus

V Bubur kacang hijau

Vl Kue talam coklat

Vll Pisang rebus

Vlll Roti manis

lX Kacang hijau

X Hunkwe pisang

XI Puding roti

Page 91: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

91

Lampiran 4 Standar Porsi Diit Jantung ll dan Jantung lll

Kandungan energi dan Zat Gizi Diit Jantung ll Diit Jantung lll

Energi (Kkal)

Protein (g)

Lemak (g)

Energi (Kkal)

Protein (g)

Lemak (g)

1800,2 67,9 37,3 2030,8 71,1 44,8 Bahan makanan

Diit Jantung ll Bahan makanan

Diit Jantung lll Berat (gr)

URT Berat (gr)

URT

Pagi Pagi Bubur 250 12 sdm Nasi tim 200 10sdm Daging 40 1 ptg Daging 40 1 ptg Sayuran 75 ¾ gls Sayuran 75 ¾ gls Minyak 5 ½ sdm Minyak 5 ½ sdm Jam 10.00 Jam 10.00 Selada buah

200 1 ptg Selada buah

200 1 ptg

Gula pasir 10 1 sdm Gula pasir 10 1 sdm Siang Bubur 300 15 sdm Nasi tim 300 15 sdm Daging 40 1 ptg Daging 40 1 ptg Tempe 50 1ptg Tempe 30 1ptg Sayuran 100 1 gls Sayuran 100 1 gls Minyak 5 ½ sdm Minyak 5 ½ sdm Buah 200 1 ptg

pepayaBuah 200 1 ptg

pepaya Jam 16.00 Jam 16.00 Sirup 20 2 sdm Tepung

susu skim 20 gr 4 sdm

Tepung susu skim

20 4 sdm Gula pasir 10 gr 1 sdm

Buah 75 1 buah pisang

Buah 75 gr 1 bh pisang

Malam Malam Bubur 250 12 sdm Nasi tim 300 15 sdm Ikan 50 1 ptg Daging 50 1 ptg Tempe 30 1 ptg Tempe 30 1ptg Sayuran 100 1 gls Sayuran 100 1 gls Minyak 5 ½ sdm Minyak 5 ½ sdm Buah 75 1 bh

pisang Buah 75 1 ptg

pisang

Page 92: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

92

Lampiran 5 Standar Porsi Diit rendah Garam NB

Bahan makanan

Rendah garam ll

Berat (gr) URT Energi (Kkal)

Protein (g) Lemak (g)

1904 64,1 54,6Pagi Nasi 150 10 sdm Telur 50 1 btr Tahu 50 1 ptg Sayuran 75 ¾ gls minyak 5 ½ gls Jam 10.00 Buah 200 1 ptg pepaya Siang Nasi 150 10 sdm Daging 40 1 ptg Tempe 30 1 ptg Sayuran 100 1 gls Minyak 10 1 sdm Buah 75 1 bh pisang Jam 16.00 Buah 200 1 ptg pepaya Malam Nasi 150 10 sdmDaging 40 1 ptg Tempe 30 1 ptg Sayuran 100 1 gls Minyak 10 1 sdm Buah 75 1 bh pepaya

Page 93: DAYA TERIMA, KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN … · (4) Ketersediaan energi dan zat gizi makanan RS (5) Konsumsi energi dan zat gizi pasien (menu makanan RS, makanan luar RS dan

93