Upload
cero-oscuras
View
280
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
I. PENDAHULUAN
Setiap insane manusia menginginkan hidup yang sesuai yaitu hidup yang
sehat secara lahir dan batin. Hal tersebut merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Dengan kondisi yang prima, manusia dapat tumbuh berkembang serta
menjalankan aktivitas hidupnya untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya.
Untuk mencapai hidup sehat maka ada beberapa upaya yaitu pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan, serta peningkatan kesehatan secara
optimal yang dapat dilakukan dengan cara memenfaatnkan tanaman obat yang
dikemas dalam bentuk jamu atau dalam bentuk obat tradisional.
Dalam hal ini, obat tradisional merupakan obat jadi atau ramuan bahan-
bahan yang berasal dari alam biasanya dari tumbuhan, hewan, mineral atau
campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan
unukpengobatan berdasarkan pengalaman. Sebutan obat tradisional selalu identik
dengan tumbuhan karena pada dasarnya bahan obat alam yang berasal dari
tumbuhan ini keberadaannya lebih banyak daripada bahan obat alam yang lainnya.
Saat ini telah banyak modifikasi pembudidayaan tanaman obat bagi yang
tidak memiliki lahan yang terlalu luas yaitu dengan menanam tanaman pada pot
yang biasa disebut dengan toga. Toga adalah singkatan dari tanaman obat
keluarga. Taman obat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah atau penempatan
tanaman pada pot baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan
untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka
memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman ohat atau bahan
ohat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat , khususnya obat yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Berbicara tentang pemanfaatan tanaman obat atau bahan obat alam pada
umumnya sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru. Sejak terciptanya
manusia di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam sekitarnya mulai dari
Baru itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk
memenuhi keperluan alam kehidupannya, termasuk keperluan akan obat-obatan
dalam angka mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Kenyataan
menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam tersebut,
masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Hal
ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya
tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya
kesehatan masyarakat.
II. ISI
Daun Dewa merupakan salah satu tanaman herbal yang diusahakan Petani
untuk memenuhi bahan baku industri obat sekaligus melestarikan lingkungan
hidup. Dalam rangka melaksanakan budidaya daun dewa yang baik (Good
Agricultura Practice) berikut ini kami sajikan budidaya dan pasca panen daun
dewa.
Deskripsi Daun Dewa
Tanaman daun dewa jarang sekali ditemukan buahnya. Buahnya berwarna
coklat berbentuk lonjong dan berdiameter 4-5 mm. akar tanaman membentuk
umbi dengan tipe perakaran melebar, tidak dalam dan keluar dari sekeliling
batang dan umbinya. Kulit umbu berwarna keabu-abuan hamper seperti kentang,
sedangkan dagingnya berwarna bening hingga keruh. Umbi berukuran panjang 5-
8 cm dengan luas penampang 3-5 cm. seperti halnya tanaman lain yang memliki
rimpang, dari rimpang tanaman dau dewa juga akan tumbuh tunas/anakan yang
dapat digunakan sebagai bibit. Perbanyakan tanaman daun dewa dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu dengan stek batang, stek anakan yang tumbuh disekitar
tanaman induk dan dengan menumbuhkan umbi yang sudah bertunas atau
memiliki calon tunas.
Gambar 1. Tanaman Daun Dewa
Budidaya Daun Dewa
Budidaya tanaman obat, termasuk daun dewa, dilakukan untuk tujuan
melestarikan lingkungan hidup dan memenuhi bahan baku obat tradisional. Dalam
budi daya tanaman obat, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Setiap tahap
mempunyai ciri tersendiri dan memerlukan perhatian khusus. Masalah
penanganan pasca panen juga ikut berperan dalam menentukan mutu atau kualitas
bahan yang dihasilkan.
1. Lokasi tumbuh
Tanaman daun dewa memiliki rentang adaptasi yang cukup luas
tehadap tempat tumbuh. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di datarana
rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl. Di dataran tinggi, tanaman ini dapat
mengeluarkan bunga yang berwarna oranye, sedangkan di dataran rendah
jarang berbunga. Di Pulau Jawa tanaman daun dewa banya ditanam pada
ketinggian antara 500-00 m dpl.
Tanaman ini tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki iklim
sedang sampai basah denan curah hujan antara 1.500-3.500 mm/tahun dan
kondisi tanah yang agak lembab sampai lembab serta subur. Tanaman ini
menyukai daerah yang tidak terlalu terbuka atau dengan naungan 25%
sehingga dapat ditanamn secara tumpangsari dengan tanaman lainnya yang
tidak mengganggu .
2. Keadaan Tanah
Hampir semua jenis tanah cocok untuk tempat tumbuh daun dewa.
Namun untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang baik dan optimal,
daun dewa idealnya ditanam pada lahan yang gembur dan subur dengan
banyak mengandung BO dan pH 6-7. Tanah yang cenderung liatn sebaiknya
dihindari karena akan menhambat pertumbuhan tanaman dan umbi. Tanaman
daun dewa memerlukan intensitas sinar matahari yang cukup, demikian juga
sirkulasi udara dan drainasenya harus baik.
3. Persiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami bisa disiapkan dengan membuat bedengan–
bedengan selebar 2 m dan panjangnya disesuaikan dengan lahan. Di bedengan
tersebut dibuat lubang tanam dengan ukuran sekitar 20 x 20 x 20 cm.
4. Pembibitan
Memperbanyak tanaman daun dewa bisa dilakukan dengan stek
batang dan tunas akar. Stek batang dibuat dengan panjang antara 15-20 cm
dan bagian bawah batang dipotong miring agar daerah tumbuh perakaran
menjadi lebih luas. Stek ditanam di persemaian dengan cara dibenamkan
sepertiga bagian ke dalam media tanam. Media tanam untuk persemaian
terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 70:30
atau 50:50. Cara memperbanyak dengan tunas yang diambil dapat dengan
atau tanpa akar. Penanaman tunas dilakukan seperti stek batang.
Memperbanyak daun dewa sangat mudah dilakukan, yakni dengan cara stek
cabang sekunder, umbi, atau tunas anakan. Penyiraman harus dilakukan setiap
hari. Lama persemaian sekitar 3 bulan.
5. Penanaman
Sambung nyawa yang diperoleh dari setek yang sudah berakar bisa
ditanam di lubang-lubang tanam yang sudah disiapkan setelah berumur
sekitar 3 bulan . Jarak tanam ideal adalah 50x75 cm. Sementara itu,
penanaman daun dewa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Umbi tanaman bisa langsung ditanam, dalam beberapa hari, di atas umbi
akan tumbuh anakan.
b. Jika tingginya sudah mencapai 15-20 cm, anakan bisa dipisahkan dari
umbinya, selanjutnya anakan tanpa akar tersebut dapat ditanam kembali.
c. Jika tanaman sudah tua, dari atas tanaman timbul tangkai-tangkai
anakan. Jika tingginya sudah mencapai 15 cm, dipotong dan ditanam
kembali.
6. Pemupukan
Penyiraman sangat memegang peranan penting terhadap penampilan
daun. Karena itu, harus dilakukan secara rutin setiap hari. Penyiangan atau
pemberantasan rumput-rumput dan tumbuh pengganggu (gulma) harus
dilakukan secara rutin.
7. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Hama utama yang menyerang daun dewa adalah ulat jengkel
(Nyctemera coleta) dan kumbung Psylliodes sp. Ulat jengkel memakan daun
sampai habis dan yang tersisa hanya tulang daun. Sementara itu, serangan
kumbang mengakibatkan daun menjadi berlubang-lubang. Untuk mengurangi
sarangan hama tersebut harus dilakukan pemangkasan daun-daun yang rusak,
berlubang-lubang, dan daun yang menyentuh tanah. Jika terjadi ledakan
hama, perlu digunakan insektisida sintetis, seperti Dikhlorvos atau Fentrotion
dengan dosis 1 ml atau 1 gram per liter sebanyak 4-5 helai kearah pucuk.
8. Panen
Panen pertama dapat dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan.
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak
4-5 helai daun kearah puncak . Di batang bekas pangkasan akan tumbuh
tunas-tunas baru yang dapat dipanen kembali secara bertahap.
Kandungan Kimia dan Manfaat Daun Dewa
Tanaman daun dewa banyak tumbuh liar di kebun-kebun, tepi parit, atau
tempat-tempat yang terbengkalai. Ada juga yang ditanam di pot sebagai tanaman
obat keluarga atau tanaman hias yang dapat di ambil daunnya sebabai lalapan
yang cukup sedap karena mengandung minyak asiri.
Tanaman daun dewa terasa manis atau tawar. Tanaman ini memiliki sifat
khas yaitu mendinginkan, membersihkan darah dan sedikit mengandung racun.
Dalam tanaman daun dewa terdapat bermacam-macam zat kimia yang berkhasiat
obat, antara lain alkaloid, saponin (sejenis glikosid), minyak asiri, tannin, dan
flavonoid. Tanaman ini bersifat antikoagulan (mencairkan bekuan darah),
menstimulasi sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilngkan panas dan
membersihkan racun.
Bagian tanaman daun dewa yang biasa digunakan sebagai obat adalah
daun dan umbi. Daun berkhasiat untuk penyembuhan luka terpukul, melancarkan
sirkulasi, menghentikan perdarahan ()batuk darah, muntah darah, mimisan),
menyembuhkan pembengkakan payudara, infeksi kerongkongan, hadi tidak
teratur, dan digigit hewan berbisa. Bagian umbi dapat digunakan untuk mencegah
pembekuan darah, mengatasi pembengkakan pada kasus patah tulang dan
menghentikan perdarahan nifas.
III. PENUTUP
Daun dewa menurut Hyne merupakan tanaman obat yang berasal dari
Burmadan Cina. Perkembangan lebih lanjut mencapai negara-negara di Asia
seperti juga di lndonesia. Tanaman merupakan herba semusim yang dapat
berumur lebih dari satu tahun.
Secara empiris herba ini dikenal sebagai obat bisul. Namun penelitian
lebih lanjut membuktikan bahwa daun dewa banyak memiliki khasiat diantaranya
sebagai antikoagulan (anti pembeku darah), memperlancar peredaran darah dan
mengurangi pembengkakan, Bagian tanaman yang digunakan untuk pengobatan
adalah daun dan umbi.
Penggunaan secara tradisional tanaman ini yaitu dengan cara dilalap dan
dibalurkan (daun) di bagian yang sakit, dan rebusan (daun dan umbi). Namun
seiring kemajuan jaman, orang lebih suka menggunakan sediaan tanaman ini
dalam bentuk yang lebih praktis yaitu kapsul maupun tablet.
Berikut ini beberapa khasiat yang terkandung pada daun umbi daun dewa,
diantaranya:
Seluruh bagian dari tanaman daun dewa ini dapat digunakan sebagai obat.
Kegunaan tiap-tiap bagian tanaman daun dewa yaitu:
1. Daun : Luka terpukul, melancarkan sirkulasi, menghentikan perdarahan
(Batuk darah, muntah darah, mimisan), pembengkakan payudara, infeksi
kerongkongan, tidak datang haid, digigit binatang berbisa.
2. Umbi :Menghilangkan bekuan darah (haematom) pembengkakan, tulang
patah (Fraktur), perdarahan sehabis melahirkan.
Cara pemakaian dari bagian-bagian tanaman tersebut adalah sebagai berikut:
a. Digigit ular/digigit binatang lain: Umbi dilumatkan kemudian ditempelkan
di tempat kelainan.
b. Kutil : 5 lembar daun dewa dihaluskan, dan dilumurkan pada tempat
berkutil, kemudian dibalut. Dilepas keesokan harinya.
c. Luka terpukul, tidak datang haid: 15-30 gram herba direbus atau ditumbuk,
diambil airnya, campur dengan arak yang sudah dipanaskan, minum.
d. Perdarahan pada wanita, pembengkakan payudara, batuk dan muntah
darah : 1 (satu) batang lengkap (15 gram) direbus, minum.
e. Kejang pada anak: 1 batang ditumbuk ambil airnya, dicampur arak,
minumkan.
f. Luka terpukul, masuk angin: 6-9 gram umbi segar ditambah arak kuning
(wong ciu) secukupnya, kemudian dipanaskan, minum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Budidaya Daun Dewa/Sambung Nyawa. http://distan.riau.go.id/index.php/upt/upt-benih/163-daun-dewa. Diakses tanggal 07 Oktober 2011.
Anonim. 2011. Tanaman Obat Daun Dewa/Sambung Nyawa. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=34. Diakses tanggal 07 Oktober 2011
Priadi. A. 2004. Budidaya Daun Dewa Tanaman Berkhasiat Obat. Kanisius. Yogyakarta.
KLO MAU DIEDIT LAGI..... EDIT AJA....