Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAMPAK SOSIAL EKONOMI TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR
SITU AKIBAT MUSIBAH SITU GINTUNG
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam
(S.Sos.I)
Oleh:
AZHAR FIRDAUS
NIM. 107054002177
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H./2011 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 25 Mei 2011
Azhar Firdaus
i
ABSTRAK
Azhar Firdaus
Dampak Sosial Ekonomi terhadap Masyarakat Sekitar Situ Akibat Musibah Situ Gintung
Situ Gintung dulunya adalah sebuah danau alami berupa rawa-rawa. Setelah itu, danau itu diperluas dengan tambahan fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Pada tahun 2009, danau ini ambrol karena tidak kuat lagi menahan limpahan air di dalamnya. Ketika tragedi Situ Gintung terjadi, banyak aspek sosiologis dan ekonomi masyarakat yang berubah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak bagi masyarakat sekitar Situ Gintung akibat dari tragedi ini. Dampak ini menghasilkan perubahan-perubahan sosial ekonomi bagi masyarakat. Melalui proses wawancara dan observasi, dapat diketahui bahwa terdapat berbagai dampak yang terjadi di masyarakat, yaitu dampak pada pekerjaan, kelembagaan sosial, dan sistem nilai.
Dengan mewawancarai berbagai informan, dapat diketahui bahwa terjadi banyak perubahan. Dampak pada pekerjaan mengalami berbagai perubahan yaitu masyarakat tidak bisa mengambil keuntungan ketika membuka usaha. Karena yang didapat hanya untuk membayar uang sewa, dan masyarakat harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang sekarang dengan tidak mempunyai pekerjaan. Kemudian dampak pada kelembagaan sosial yaitu terbentuknya Forum Situ Gintung. Solidaritas antar warga sebagian besar terjadi ketika ada kegiatan sosial di lingkungannya, dan yang dibicarakan hanya keluhan-keluhan mengenai tragedi Situ Gintung. Dampak pada sistem nilai yaitu masyarakat saling mengerti satu sama lain ketika ada warga yang terkena musibah, dan hanya masyarakat yang tinggal menetap saja yang bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat Sarjana, selebihnya masyarakat berpendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SD (Sekolah Dasar).
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke
Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Pelaksanaan skripsi ini yang berlangsung
selama kurang lebih 3 bulan tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak sebagai berikut:
1. Orang tua, Muhammad Puteh dan Mariani ZA, dan kakak, Amalia
Zahra, atas segala perhatian, kasih sayang, semangat, motivasi,
dukungan, dan do’a yang peneliti dapatkan selama pelaksanaan skripsi.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komuniasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku Pembantu
Dekan 1, dan Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA. Selaku Pembantu
Dekan II yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak Tantan Hermansah, M. Si, selaku pembimbing skripsi, atas segala
bimbingan, nasihat, kritik, dan motivasi yang diberikan selama
melakukan penelitian dan penulisan skripsi.
4. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam dan Bapak Drs. M. Hudri, M. Ag. selaku Wakil Ketua
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam atas segala ilmu yang
diberikan selama masa studi peneliti di Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam.
iii
5. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan seluruh
Civitas Akademika yang telah memberikan wawasan keilmuan dan
membimbing peneliti selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Tommy, selaku informan dan warga RT 001/08 Kp. Gintung Cirendeu,
yang membantu peneliti untuk mendapatkan data mengenai Situ
Gintung dan memperlancar skripsi ini.
7. Seluruh informan yang bersedia meluangkan waktu untuk diwawancarai
demi mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang sudah
peneliti anggap sebagai keluarga kedua, Imron, Yovi, Rijal, Pita, Usni,
Tika, Deden, Febiansyah (Tata), Ega, Nawi, Bayu, Anton (Kolay), dan
yang lainnya, yang maaf tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Peneliti
menyadari masih ada kekurangan dalam pelaksanaan skripsi ini. Untuk itu,
peneliti menerima segala saran dan kritikan demi perbaikan dan kemajuan
penelitian di masa mendatang. Terima kasih.
Ciputat, 25 Mei 2011
Azhar Firdaus Peneliti
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7
F. Metodologi Penelitian ................................................................... 9
1. Pendekatan Penelitian ................................................................ 9
2. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 10
3. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 10
4. Analisa Data ............................................................................. 12
5. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 14
6. Penetapan Obyek Penelitian ..................................................... 14
7. Teknik Penulisan ...................................................................... 15
8. Sistematika Penulisan ............................................................... 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Dampak ...................................................................................... 17
v
1. Perubahan Sosial ..................................................................... 18
2. Teori Struktural Fungsional ..................................................... 21
3. Teori Solidaritas ...................................................................... 27
B. Sosial Ekonomi ........................................................................... 28
BAB III GAMBARAN UMUM SITU GINTUNG
A. Data Topografi Situ Gintung ........................................................ 30
B. Gambaran Umum Warga Sekitar Situ Gintung Sebelum Tragedi
Situ Gintung ..................................................................................... 35
1. RT 001/08 .............................................................................. 35
2. RT 002/08 ............................................................................... 36
3. RT 003/08 .............................................................................. 36
4. RT 004/08 ............................................................................... 37
C. Gambaran Umum Warga Sekitar Situ Gintung Setelah Tragedi
Situ Gintung .................................................................................. 38
1. RT 001/08 ............................................................................... 38
2. RT 002/08 ................................................................................ 41
3. RT 003/08 ............................................................................... 42
4. RT 004/08 ............................................................................... 42
D. Gambaran Kelembagaan Sosial .................................................... 44
E. Gambaran dan Peran Pemerintah Tangerang Selatan .................... 44
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A . Dampak kepada Pekerjaan ........................................................ 47
vi
1. Dampak kepada Pola Pencarian Nafkah ................................. 47
2. Keadaan Ekonomi ................................................................. 49
3. Kehilangan Pekerjaan Lama dan berganti dengan Pekerjaan
Baru ............................................................................................. 51
4. Jaringan Sosial Pekerjaan ....................................................... 51
5. Warga yang mempunyai Pekerjaan Baru dan Tidak Bekerja ... 54
B. Dampak kepada Kelembagaan Sosial ........................................... 54
1. Tumbuh Organisasi Baru .......................................................... 54
2. Perubahan Struktur .................................................................. 55
C. Dampak kepada Sistem Nilai ....................................................... 56
1. Memaknai Masyarakat ............................................................. 56
2. Pendidikan ............................................................................. 57
3. Memaknai Alam (Situ Gintung) ................................................ 58
4. Memaknai Agama .................................................................... 59
5. Rasa Solidartitas ....................................................................... 60
6. Perubahan Hubungan Antarwarga ............................................ 62
7. Nilai-nilai Kepedulian dan Kebersamaan ................................. 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 65
B. Saran ............................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 ........................................................................................................ 31
Gambar 3.2 ........................................................................................................ 31
Gambar 3.3 ........................................................................................................ 31
Gambar 3.4 ........................................................................................................ 31
Gambar 3.5 ........................................................................................................ 32
Gambar 3.6 ........................................................................................................ 33
Gambar 3.7 ........................................................................................................ 34
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 ............................................................................................................ 2
Tabel 1.2 ............................................................................................................ 3
Tabel 1.3 ............................................................................................................ 3
Tabel 1.4 ............................................................................................................ 4
Tabel 1.5 ............................................................................................................ 4
Tabel 3.1 ............................................................................................................ 35
Tabel 3.2 ............................................................................................................ 36
Tabel 3.3 ............................................................................................................ 37
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Buku Pemerintahan Kota Tangerang Selatan yang berjudul Data
Korban Bencana Situ Gintung Buku 1, (Waduk) Situ Gintung terletak di
Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Kotamadya Tangerang Selatan, Propinsi
Banten. Menurut catatan, Situ Gintung dibangun oleh pemerintah Belanda pada
tahun 1933 dengan fungsi utama sebagai penampung air untuk mengairi
persawahan yang terletak di bagian hilir (Timur Laut) di bawah tanggul
bendungan. Menurut perhitungan yang dilakukan oleh pakar BPPT, luas daerah
tangkapan air (catchment) Situ Gintung diperkirakan sekitar 112,5 hektar.
Luas tubuh air Situ Gintung pada saat dibangun tahun 1933 diperkirakan
sekitar 31 hektar, sedangkan perkiraan luas hasil pengukuran oada citra Google
Earth oleh Tim BNPB menunjukkan angka luasan sekitar 24 hektar. Daerah hilir
yang dahulunya merupakan persawahan terletak di sepanjang bantaran (flood
plain) saluran air Situ Gintung yang terletak di cekungan sebelah Timur Laut
tanggul dan dibatasi oleh tebing di sebelah Timur dan Baratnya, dan membentang
hingga Kali Pesanggrahan. Luas wilayah yang dahulunya persawahan ini menurut
pengukuran perkiraan dari citra Google Earth diperkirakan sekirar 18 hektar.
Bencana banjir bandang Situ Gintung terjadi akibat tanggul utama
pembendung air di sekitar bangunan gelontor (spillway) tidak kuat menahan
jumlah air yang meluap. Penyebab jebolnya tanggul masih terus dalam
penyelidikan, namun diketahui bahwa limpasan air yang tertampung di dalam situ
2
yang diperkirakan memiliki volume 2 juta m3 segera setelah pecahnya tanggul
menimbulkan banjir bandang yang menghanyutkan tanah dari tanggul dan lumpur
dari Situ, serta beberapa bangunan yang terletak tepat di bawah tanggul.
Turbulensi aliran ke arah hilir diduga makin membesar volume maupun berat
jenisnya akibat makin banyaknya material dari bangunan dan benda-benda lain
yang tersapu banjir. Dampak terbesar dari aliran air dan lumpur ini diduga
mencapai puncaknya pada kawasan pemukiman dan bangunan di sekitar gedung
perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang terletak sekitar 650 meter
dari titik pecahnya tanggul.
Menurut buku yang dterbitkan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan
mengenai Data Korban Bencana Situ Gintung, terdapat rekapitulasi data akhir
korban Bencana Situ Gintung.1
Tabel 1.1
Lokasi Jumlah KK
Jumlah Jiwa Tetap Musiman No Rw Rt
1 02 03 29 100 23 6 2 02 04 36 91 16 20 3 02 05 1 6 1 - 4 08 01 41 123 27 14 5 08 03 62 172 20 42 6 08 04 135 381 78 57 7 11 04 5 19 - 5 8 11 05 7 23 3 4
Total 316 915 168 148 Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2
Dapat dilihat dari tabel di atas, bahwa jumlah jiwa yang paling banyak
mendapat korban adai RT 04 RW 08 yang berjumlah 135 KK (Kartu Keluarga)
1 Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
3
atau berjumlah 381 jiwa. Serta yang paling sedikit adalah di RT 05 RW 02 yang
berjumlah 1 KK (Kartu Keluarga) atau berjumlah 6 jiwa.
Terdapat 87 jiwa yang teridentifikasi dari tragedi Situ Gintung ini, 3 jiwa
tidak teridentifikasi, 8 jiwa memiliki identitas sama, dan 1 orang selamat.
Jumlahnya adalah 99 jiwa.2
Tabel 1.2
No Jumlah Jiwa
Total Teridentifikasi Tidak Teridentifikasi
Identitas Sama Selamat
1 87 3 8 1 99 Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 1
Jumlah korban meninggal berdasarkan jenis kelamin adalah 28 jiwa laki-
laki, 52 jiwa perempuan, 1 jiwa belum diketahui jenis kelamin. Jumlah korban
meninggal berdasarkan RT/RW adalah 3 jiwa di RT 04/02, 1 jiwa di RT 03/08, 59
Jiwa di RT 04/08, 1 Jiwa di Pratama Hill, 17 Jiwa tidak diketahui RT/RW.3
Tabel 1.3
No
Korban Meninggal Jenis Kelamin Rt/Rw
L P Tidak diketahui 04/02 03/08 04/08 Pratama
Hill Tidak
Diketahui 1 28 52 1 3 1 59 1 17
Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 1
Data pekerjaan korban bencana Situ Gintung di RW 02, RW 08, dan RW
11 adalah 90 KK (Kartu Keluarga) bekerja sebagai Wiraswasta, 55 KK (Kartu
Keluarga) bekerja sebagai Swasta, 148 KK (Kartu Keluarga) bekerja sebagai
2 Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 1(Media Center, 2009) 3 Ibid
4
Karyawan, 8 KK (Kartu Keluarga) sebagai mahasiswa, dan 15 KK (Kartu
Keluarga) adalah lain-lain.4 Berikut tabelnya.
Tabel 1.4
Lokasi Jumlah KK
Wiraswasta
Swasta
Karyawan
Mahasiswa
Lain-
Lain
Jumlah No RW RT
1 02 03 29 5 4 17 - 3 29 2 02 04 36 9 5 16 3 3 36 3 02 05 1 - 1 - - - 1 4 08 01 41 16 10 13 - 2 41 5 08 03 62 31 22 9 - - 62 6 08 04 135 27 9 87 5 7 135 7 11 04 5 1 1 3 - - 5 8 11 05 7 1 3 3 - - 7
Total 316 90 55 148 8 15 316 Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2
Data pemilik bangunan rumah dan kontrakan yang terkena akibat tragedi
Situ Gintung yaitu Kp. Gunung, Gintung dan Poncol; Charitas; Pratama Hills;
Cirendeu Permai adalah 83 pemilik mengalami rusak berat, 61 pemilik mengalami
rusak sedang, 117 pemilik mengalami rusak ringan, 6 pemilik tidak mengalami
kerusakan, 24 pemilik tidak ada keterangan.5 Berikut tabelnya.
Tabel 1.5
Lokasi Pemilik
Rumah Total No Rw Rt Rusak
Berat Rusak Sedang
Rusak Ringan
Tidak Rusak
Tidak Ada Keterangan
Kp. Gunung, Gintung dan Poncol 157 1 02 03 15 1 5 11 17 2 02 04 9 5 7 2 14 3 02 05 1 1 4 08 01 26 17 4 2 23 5 08 03 19 8 14 22
4 Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009) 5 Ibid
5
6 08 04 63 49 12 14 75 7 11 04 1 1 1 8 11 05 4 1 1 2 4
Charitas 1 9 02 02 1 1 1
Pratama Hills 38 10 02 03 38 4 11 12 6 5 38 Cirendeu Permai 95 11 12 01 57 4 6 41 6 57 12 12 02 38 0 7 18 13 38
Total 272 83 61 117 6 24 291 Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2
Dari hasil pengamatan untuk kegiatan penelitian ini, diketahui bahwa
tanggul Situ Gintung sudah selesai dibangun kembali. Dari dua responden yang
diwawancarai, diketahui bahwa tanggul Situ Gintung telah selesai pada bulan
Februari 2011. Perbaikan yang sangat signifikan dari tanggul Situ Gintung, adalah
adanya saluran air untuk mengalirkan air apabila volume air tidak dapat
ditampung. Saluran air ini mengalir sampai ke petukangan. 6
Kita juga bisa melihat bahwa pada sisi kiri saluran air telah dibangun
monumen untuk mengenang korban tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung pada
tahun 2009. Ini menjadi tanda, bahwa kita harus lebih waspada untuk menghadapi
musibah, dan berharap kejadian yang lalu tidak akan terulang kembali.
Ada beberapa warga yang berjalan-jalan di sekitar tanggul Situ Gintung.
Karena sekarang di sekitar Situ Gintung, terdapat jalan untuk pejalan kaki bagi
yang ingin berolahraga atau sekedar melihat tanggul Situ Gintung yang sudah
dibangun kembali. Ada beberapa warung yang menjual makanan bagi para warga
6 Wawancara pribadi dengan Narasumber 1 dan Narasumber 2 (Warga sekitar Situ Gintung), Gintung, 16 Maret 2011 Siang Hari
6
sekitar, tetapi memang relatif sepi. Kemudian jika malam tiba, ada berbagai
macam dagangan untuk dijual sehingga di sekitar tanggul Situ Gintung terlihat
ramai oleh pelanggan.7
Kejadian tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung menarik untuk diteliti
karena banyak warga yang menjadi korban dan melahirkan trauma. Banyak warga
kehilangan anggota keluarga, aset, termasuk yang kehilangan pekerjaan.
Akibatnya terjadi perubahan sosial di warga pasca tragedi ini.
Dengan melihat konteks perubahan yang terjadi pada warga sebelum dan
sesudah tragedi, maka penelitian ini dilakukan, dan kemudian peneliti
menuangkannya dalam hasil laporan penelitian yang berjudul “Dampak Sosial
Ekonomi terhadap Masyarakat Sekitar Situ Akibat Musibah Situ Gintung”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penulisan tidak meluas, maka peneliti membatasi masalah hanya
pada dampak sosial ekonomi akibat jebolnya tanggul Situ Gintung terhadap warga
sekitar situ dalam kurun waktu pasca jebolnya tanggul Situ Gintung dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2010. Rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat Situ
Gintung dan sekitarnya setelah musibah Situ Gintung?
2. Perubahan sosial ekonomi seperti apa yang terjadi pada masyarakat Situ
setelah musibah Situ Gintung?
7 Wawancara pribadi dengan Informan (Warga sekitar Situ Gintung), Gintung, 16 Maret
2011 Siang Hari
7
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dampak sosial ekonomi yang terjadi pada
masyarakat Situ Gintung dan sekitarnya setelah musibah Situ Gintung.
2. Untuk mengetahui perubahan sosial ekonomi seperti apa yang terjadi
pada masyarakat Situ setelah musibah Situ Gintung.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai ekologi manusia, dan
diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dan peningkatan akademis
dalam bidang pengembangan masyarakat yang terkait dengan
keseimbangan antara alam dan manusia.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi
masyarakat, agar senantiasa menjaga keseimbangan alam namun juga
memberikan manfaat kepada masyarakat sekitarnya.
E. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan perbandingan dan bahan kajian dalam penulisan skripsi ini,
maka peneliti membahas beberapa skripsi sebagai berikut:
1. Skripsi yang berjudul: Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung
oleh PKPU.
Penulis : Ersyad Tonnedy
8
Prog. Studi : Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Konsentrasi Kesejahteraan Sosial
Lulus : 1431 H/2010 M
Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah, Pertama: apa saja tahapan
penanggulangan bencana yang dilakukan PKPU untuk Situ Gintung?
Kedua: apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam tahapan
penanggulangan bencana Situ Gintung oleh PKPU?
2. Skripsi yang berjudul: Resiliensi Korban Bencana Situ Gintung dan
Hubungannya dengan Kecenderungan PTSD (Post Traumatic Stress
Disorder)
Penulis : Dewi Anisa Nasrah
Prog. Studi : Fakultas Psikologi
Lulus : 1430 H/2009 M
Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah: apakah ada hubungan
antara resiliensi korban Situ Gintung dengan kecenderungan PTSD? PTSD
atau Gangguan Stres Pascatrauma merupakan suatu kejadian atau beberapa
kejadian yang dialami atau disaksikan secara langsung oleh seseorang
berupa kematian atau ancaman kematian, atau cedera serius, atau ancaman
terhadap integritas fisik atau diri seseorang. Kejadian tersebut harus
menciptakan ketakutan ekstrem, horror, atau rasa tidak berdaya.
9
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh masyarakat misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.8
Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai
prosedur yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh)
dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara
lain dari kuantifikasi (pengukuhan).10
Penelitian kualitatif dapat menunjukkan pada penelitian tentang
kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, atau hubungan kekerabatan.11
8 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2007), h. 6 9 Ibid, h. 4 10 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES,
1989), h. 30 11 Ibid, h. 30
10
2. Jenis dan Sumber Data
Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan narasumber
sebanyak 14 narasumber dengan frekwensi kunjungan sekitar 1 sampai 5
kali kunjungan per narasumber.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara dan
observasi. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.12
Ada salah satu metode ketika melakukan wawancara. Yaitu metode
wawancara mendalam. Metode wawancara mendalam secara umum adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
(guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan
wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan
informan.13
Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara
sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam proses wawancara
tersebut. Dia pula berhak menentukan materi yang akan diwawancarai
12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, Januari 2007), h. 186 13 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Maret
2009), h. 108
11
serta kapan dimulai dan diakhiri. Namun, kadang kala informan pun dapat
menentukan perannya dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu
wawancara mulai dilaksanakan dan diakhir.14
Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh
pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan
memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.15
Sedangkan obeservasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu
utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan
kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pacaindra mata serta
dibantnu dengan pancaindra lainnya. Di dalam pembahasan ini, kata
observasi dan pengamatan digunakan secara bergantian. Seseorang yang
sedang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan pancaindra
mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang
dihasilkan oleh pancaindra lainnya; seperti apa yang ia dengar, apa yang ia
cicipi, apa yang ia cium dari penciumannya, bahkan dari apa yang ia
rasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya.16
Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas, sesungguhnya
yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data
14 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Maret
2009), h. 108 15 Ibid, h. 108 16 Ibid, h. 115
12
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan pengindraan.17
Peneliti mewawancarai warga yang menjadi korban Situ Gintung,
beberapa warga yang mengetahui Situ Gintung baik sebelum dan setelah
tragedi Situ Gintung, Pemerintah Daerah Tangerang Selatan, dan warga
yang tidak mengalami dampak dari tragedi Situ Gintung dan tinggal di
sekitar Situ Gintung. Wawancara ini dilakukan tiga sampai lima kali
wawancara.
Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap Situ Gintung dan
sekitar Situ Gintung baik itu dari kegiatan sosial warganya, maupun dari
kegiatan usaha yang dilakukan warga sekitar Situ Gintung.
4. Analisa Data
Dalam melakukan proses analisis data, ada beberapa langkah-
langkah analisis sebagai berikut18:
a. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Peneliti
menyiapkan transkripsi wawancara dari warga sekitar Situ Gintung,
men-scanning materi, mengetik data lapangan, atau memilah-milah
dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang tergantun pada
sumber informasi yang peneliti dapatkan pada warga sekitar Situ
Gintung.
17 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Maret
2009), h. 115 18 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed
(Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010), h. 108
13
b. Membaca keseluruhan data. Membangun general sense atas informasi
yang diperoleh dari warga sekitar Situ Gintung dan merefleksikan
maknanya secara keseluruhan.
c. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding dat. Coding merupakan
proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan
sebelum memaknainya (Rossman & Rallis, 1998: 171). Langkah ini
melibatkan beberapa tahap: mengambil data tulisan atau gambar yang
telah dikumpulkan selama proses pengumpulan di sekitar Situ
Gintung, mensegmentasi kalimat-kalimat (atau paragraf-paragraf) atau
gambar-gambar tersebut ke dalam kategori-kategori, kemudian
melabeli kategori-kategori ini dengan istilah-istilah khusus, yang
seringkali didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-benar berasal
dari partisipan.
d. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,
kategori-kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis. Deskripsi ini
melibatkan usaha penyampaian informasi secara detail mengenai
orang-orang, lokasi-lokasi, atau peristiwa-peristiwa di sekitar Situ
Gintung.
e. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan
kembali dalam narasi/laporan kualitatif.
f. Langkah terakhir dalam analisis data adalah menginterpretasi atau
memaknai data.
14
5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di sekitar Situ Gintung, karena tempat
relatif terjangkau dan hemat biaya. Penelitian dilakukan selama 4 bulan,
yaitu dari bulan Maret sampai bulan Juni 2011 dengan perincian sebagai
berikut:
a. Mematangkan proposal penelitian, membuat desain riset dan
menentukan informan,
b. Melakukan diskusi dengan informan yang telah tercatat, untuk
menetapkan calon narasumber antara lain,
i. Korban tragedi Situ Gintung.
ii. Aparat Pemerintah (Ketua RT 001/08 sampai RT 004/08 dan
Pemerintah Daerah Tangerang Selatan)
iii. Aktivis (Penasehat Ketua RT 001/08)
iv. Warga di sekitar Situ Gintung yang tidak kena bencana.
c. Merapikan hasil wawancara, melakukan analisis dan penyusunan
hasil penelitian.
6. Penetapan Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah aparat, korban tragedi Situ Gintung, dan
warga sekitar Situ Gintung. Penetapan obyek penelitian ini didasarkan dari
berbagai informasi yang didapat dari warga sekitar Situ Gintung, yang
menurut mereka mengetahui mengenai Situ Gintung baik sebelum dan
sesudah tragedi.
15
7. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dan transliterasi yang digunakan berpedoman pada
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
disusun oleh TIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan oleh UIN Jakarta
2007, cet. Ke.1.
8. Sistematika Penulisan
Laporan tugas akhir ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,
teknik penulisan, dan sistem penulisan.
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
Bab ini akan memabahas mengenai teori-teori yang terkait dengan penelitian ini,
yang terdiri dari teori mengenai dampak, sosial ekonomi, perubahan sosial,
struktural fungsional, dan solidaritas.
BAB 3 GAMBARAN UMUM SITU GINTUNG
Bab ini membahas mengenai gambaran umum Situ Gintung dari segi Topografi,
Gambaran Umum Masyarakat Sekitar Situ Gintung Sebelum dan Sesudah Tragedi
Situ Gintung, Gambaran Kelembagaan Sosial, dan Gambaran dan Peran
Pemerintah Daerah Tangerang Selatan.
BAB 4 ANALISIS DARI PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI
AKIBAT JEBOLNYA TANGGUL SITU GINTUNG
16
Bab ini membahas mengenai hasil dan temuan data yang telah ditemukan, yaitu
Dampak kepada Pekerjaan, Dampak kepada Kelembagaan Sosial, dan Dampak
kepada Sistem Nilai. Kemudian peneliti akan menganalisisnya.
BAB 5 PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran yang didapatkan hasil dan
temuan data yang telah dianalisis.
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Dampak
Dampak dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti benturan,
pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif), benturan
yang cukup hebat antara dua benda sehingga menyebabkan perubahan yang
berarti dalam momentum (pusa) sistem yang mengalami benturan itu. Dampak
ekonomis juga berarti pengaruh suatu penyelenggaraan kegiatan terhadap
perekonomian.1
Dari definisi dampak tersebut, terdapat akibat yang terjadi dari suatu
dampak. Akibat sendiri dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
sesuatu yang merupakan akhir atau hasil suatu peristiwa (perbuatan, keputusan);
persyaratan atau keadaan yang mendahuluinya.2 Sedangkan perubahan sendiri
berasal dari kata ubah, yang berarti menjadi lain (berbeda) dari semula. Jadi,
perubahan adalah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran.3
Jadi, dari definisi di atas mengenai dampak sosial ekonomi akibat tragedi
Situ Gintung terhadap masyarakat sekitar situ, terdapat dampak akibat tragedi Situ
Gintung. Dampak di sini yaitu sosial ekonomi yang mengalami perubahan. Sosial
yaitu adanya perubahan rasa solidaritas di masyarakat, kebersamaan di
masyarakat, tingkat agama dan lingkungannya, dan lain sebagainya. Sedangkan
untuk yang ekonomi, terdapat perubahan di masyarakat dari segi hilangnya
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 234 2 Ibid, h. 20 3 Ibid, h. 1234
18
pekerjaan, warga yang mendapatkan pekerjaan baru, keadaan ekonomi
masyarakat, dan lain sebagainya.
Untuk memperjelas, penulis menggunakan teori perubahan sosial, teori
struktural fungsional Talcott Parsons dan teori solidaritas Emile Durkheim.
1. Perubahan Sosial
Ada yang memandang masyarakat merupakan sesuatu yang life
dan karena itu pastilah berkembang dan kemudian berubah. Karena itu,
kajian utama perubahan sosial mestinya juga menyangkut keseluruhan
aspek kehidupan masyarakat atau harus meliputi semua fenomena sosial
yang menjadi kajian sosiologi. Cara pandang demikian mengindikasikan
bahwa perubahan sosial mengandung perubahan dalam tiga dimensi:
struktural, kultural, dan interaksional. Jadi, orang baru bisa menyebut telah
terjadi perubahan sosial manakala telah dan sedang terjadi perubahan pada
ketiga dimensi dimaksud. Atau singkatnya, perubahan sosial tak lain
merupakan perubahan yang terjadi dalam organisasi sosial.4
Herbert Blumer melihat perubahan sosial sebagai usaha kolektif
untuk menegakkan terciptanya tata kehidupan baru. Ralp Tunner dan
Lewis M. Killin (1962), perubahan sosial sebagai kolektivitas yang
bertindak terus menerus, guna meningkatkan perubahan dalam masyarakat
atau kelompok.5
4 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan Edisi
Kedua(Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, September 2007), h. 362 5 Ibid, h. 363
19
Jadi dapat disimpulkan, bahwa perubahan sosial itu merujuk
kepada perubahan suatu fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan
manusia mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia.6
Ahli lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena
adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan
keseimbangan masyarakat, seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur
geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian, ada pula yang
berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non
periodik. Pendapat-pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa
perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian.7
Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial
primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi
ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis menyebabkan terjaidnya
perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya (William
F. Ogburn menekankan pada kondisi teknologis). Sebaliknya ada pula
yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu
atau semua akan menelorkan perubahan-perubahan sosial.8
Dalam teori evolusioner mengungkapkan, bahwa semua teori
evolusioner menilai bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang
dilalui oleh semua masyarakat. Semua masyarakat itu melalui urutan
pentahapan yang sama dan bermula dari tahao perkembangan awal menuju
ke tahap perkembangan terakhir. Di samping, itu, teori-teori evolusioner
6 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan Edisi Kedua(Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, September 2007), h. 363
7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2006), h. 263
8 Ibid, h. 264
20
menyatakan bahwa manaka tahap terakhir telah tercapai, maka pada saat
itu perubahan evolusioner pun berakhir.9
Para penganut teori siklus juga melihat adanya sejumlah tahap
yang harus dilalui oleh masyarakat, tetapi mereka berpandangan bahwa
proses peralihan masyarakat bukannya berakhir pada tahap ‘terakhir’ yang
sempurna, melainkan berputar kembali ke tahap awal untuk peralihan
selanjutnya.10
Proses perubahan terdiri dari tiga macam, yaitu penemuan, invensi,
dan difusi.
Penemuan merupakan persepsi manusia, yang dianut secara
bersama, mengenai suatu aspek kenyataan yang semula sudah ada.
Penemuan merupakan tambahan pengetahuan terhadap perbendaharaan
pengetahuan dunia yang telah diverifikasi. Penemuan menambahkan
sesuatu yang baru pada kebudayaan karena meskipun kenyataan tersebut
sudah lama ada, namun kenyataan itu baru menjadi bagian dari
kebudayaan pada saat kenyataan tersebut ditemukan.11
Invensi seringkali disebut sebagai suatu kombinasi baru atau cara
penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada. Serta proses difusi
adalah perubahan sosial masyarakat yang dikenal, yakni penyebaran
unsur-unsur budaya daru suatu kelompok ke kelompok lainnya. Difusi
berlangsung baik di dalam masyarakat maupun antarmasyarakat.12
9 Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid 2 Edisi Keenam (Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama, 1984), h. 208-209 10 Ibid, h. 210 11 Ibid, h. 212 12 Ibid, h. 212-213
21
Difusi terjadi manakala beberapa masyarakat saling berhubungan.
Masyarakat juga dapat mengelakkan diri dari difusi dengan dengan cara
mengeluarkan larangan dilakukannya dengan kontak masyarakat lain.13
2. Teori Struktural Fungsional
Teori Struktural Fungsional yang dipakai adalah teori struktural
fungsional Talcott Parsons. Bahasan tentang fungsionalisme struktural
Parsons ini akan dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua sistem
“tindakan”, terkenal dengan skema AGIL.14
A G I L. Suatu fungsi (function) adalah “kumpulan kegiatan yang
ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem”
(Rocher, 1975:40). Dengan menggunakan definisi ini, Parsons yakin
bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem, yaitu sebagai
berikut15:
a. Adaptation (Adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi situasi
eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
b. Goal attainment (Pencapaian tujuan): sebuah sistem harus
mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
c. Integration (Integrasi): sebuah sistem harus mengatur antarhubungan
bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus
mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya (A, G, L).
13 Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid 2 Edisi Keenam (Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama, 1984), h. 213 14 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam(Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, Februari 2010), h. 121 15 Ibid, h. 121
22
d. Latency (latensi atau pemeliharaan pola): sebuah sistem harus
memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi
individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan
menopang motivasi.
Parsons mendesain skema AGIL ini untuk digunakan di semua
tingkat dalam sistem teoritisnya. Dalam bahasan tentang empat sistem
tindakan di bawah, akan dicontohkan bagaimana cara Parsons
menggunakan skema AGIL.16
Organisme perilaku adalah sistem tindakan yang melaksanakan
fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan mengubah
lingkungan eksternal. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian
tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya
yang ada untuk mencapainya. Sistem sosial menanggulangi fungsi
integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi
komponennya. Terakhir, sistem kultural melaksanakan fungsi
pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai
yang memotivasi mereka untuk bertindak.17
Karya Parsons dengan peralatan konseptual seperti empat sistem
tindakan dan fungsi imperatif menimbulkan tuduhan bahwa ia
mengetengahkan teori struktural yang tak mampu menjelaskan perubahan
sosial. Parsons yang telah lama merasakan tuduhan ini menyatakan bahwa
meski studi tentang perubahan itu perlu, namun harus didahului oleh studi
tentang struktur. Tetapi, sekitar tahun 1960-an ia tak lagi mampu melawan
16George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam(Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, Februari 2010), h. 121
17 Ibid, h. 121-122
23
serangan dan mengalihkan perhatiannya ke arah tentang perubahan sosial,
terutama studi evolusi sosial.18
Teori Evolusi. Orientasi umum Parsons untuk studi tentang
perubahan sosial dibentuk oleh biologi. Untuk menerangkan proses ini
Parsons mengembangkan apa yang disebutnya “Paradigma Perubahan
Evolusioner”.19
Komponen pertama paradigma itu adalah proses diferensiasi.
Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan
subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan
makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat
berubah, subsistem baru terdiferensiasi. Tetapi ini belum cukup, subsistem
baru ini juga harus lebih berkemampuan menyesuaikan diri ketimbang
subsistem terdahulu. Jadi, aspek esensial paradigma evolusioner Parsons
adalah kemampuan menyesuaikan diri yang meningkat. Proses ini
dilukiskan Parsons seperti berikut ini20:
Karena proses diferensiasi menghasilkan sistem yang makin
berkembang dan seimbang, setiap instruktur yang baru saja
terdiferensiasi...tentu mempunyai kapasitas menyesuaikan diri yang
meningkat untuk melaksanakan fungsi utamanya jika dibandingkan
dengan pelaksanaan fungsi oleh struktur yang lebih menyebar
18 Ibid, h. 133 19 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam(Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, Februari 2010), h. 133 20 Ibid, h. 133
24
sebelumnya... Proses ini dapat kita sebut sebagai aspek peningkatan
kemampuan menyesuaikan diri dari lingkungan evolusioner.
Selanjutnya Parsons menyatakan bahwa proses diferensiasi
menimbulkan sekumpulan masalah integrasi baru bagi masyarakat. Ketika
subsistem-subsistem berkembang biak, masyarakat berhadapan dengan
masalah baru dalam mengoordinasi operasi unit-unit yang baru muncul
itu.21
Masyarakat yang mengalami evolusi, tentu akan berubah dari
sistem yang berdasarkan kriteria askripsi (ascription) ke sistem yang
berdasarkan kriteria prestasi. Keterampilan dan kemampuan yang lebih
besar diperlukan untuk menangani masalah subsistem yang makin
menyebar. Kemampuan umum para aktor harus dibebaskan dari ikatan-
ikatan askriptifnya sehingga dengan demikian kemampuan aktor itu dapat
dimanfaatkan oleh masyrakat. Ini berarti bahwa kelompok-kelompok yang
semula tidak mendapat peluang untuk memberikan kontribusi kepada
masyarakat, harus mendapat kebebasan sebagai anggota penuh dari
masyarakat.22
Terakhir, sistem nilai dari masyarakat sebagai satu kesatuan pasti
mengalami perubahan serentak dengan perubahan struktur dan fungsi
sosial yang tumbuh semakin terdiferensiasi. Tetapi karena sistem baru itu
semakin bervariasi, maka semakin sulit pula bagi sistem nilai untuk
mencakupnya. Karena itu, masyarakat yang semakin terdiferensiasi
21 Ibid, h. 134 22 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam(Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, Februari 2010), h. 134
25
memerlukan sistem nilai yang “menggariskan ketentuan-ketentuan umum
pada tingkat yang lebih tinggi untuk melegitimasi keanekaragaman tujuan
dan fungsi yang semakin meluas dari subunit masyarakat”. Tetapi, proses
generalisasi nilai ini sering tak dapat berjalan mulus karena berhadapan
dengan perlawanan dari kelompok-kelompok yang melaksanakan sistem
nilai sempit mereka sendiri.23
Selanjutnya Parsons menganalisis sederetan masyarakat khusus
yang berada dalam evolusi dari tahap primitif menuju masyarakat modern.
Ada satu hal penting yang ditekankan di sini: Parsons beralih ke teori
evolusi, setidaknya sebagian, karena ia dituduh tak mampu menjelaskan
perubahan sosial. Tetapi analisisnya tentang evolusi bukan dilihat dari
sudut proses; analisisnya itu lebih merupakan upaya untuk menyusun tipe-
tipe struktural dan menghubungkannya secara berurutan. Ini adalah sebuah
analisis perbandingan struktural, bukan studi tentang proses perubahan
sosial. Jadi, ketika ia seharusnya mengamati perubahan pun, ia tetap
melakukan studi tentang struktur dan fungsi.24
Media Pertukaran Umum. Salah satu cara Parsons memasukkan
aspek dinamis, yang berubah-ubah, ke dalam sistem teorinya adalah
melalui gagasannya tentang media pertukaran umum di dalam dan di
antara empat sistem tindakan (terutama dalam sistem sosial) yang dibahas
di atas. Model untuk media pertukaran umum ini adalah uang, yang
berperan sebagai medium di dalam perekonomian. Tetapi, selain
memusatkan perhatian pada fenomena material seperti uang, Parsons juga
23 Ibid, h. 134 24 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam(Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, Februari 2010), h. 135
26
memusatkan perhatian pada media simbolik dari pertukaran. Bahkan
ketika Parsons membicarakan uang sebagai medium pertukaran di dalam
sistem sosial, ia lebih memusatkan perhatian pada kualitas simboliknya
ketimbang kepada kualitas materialnya. Di samping uang dan simbol-
simbol yang lebih jelas lainnya, terdapat media pertukaran umum
lainnya—seperti kekuasaan politik, pengaruh, dan komitmen terhadap
nilai. Parsons menjelaskan mengapa ia memusatkan perhatian pada media
simbolik pertukaran: “Pengenalan suatu teori media ke dalam perspektif
struktural bagi saya adalah untuk menolak tuduhan bahwa tipe analisis
struktural ini secara inheren ternoda oleh bias statis, yang membuatnya
mustahil untuk diterapkan pada problem-problem yang dinamis”.25
Media simbolik pertukaran, seperti uang, mempunyai kapasitas
dapat diciptakan dan beredar dalam masyarakat yang lebih luas. Jadi, di
dalam sistem sosial, orang yang berada dalam sistem politik mampu
menciptakan kekuasaan politik. Lebih penting lagi, mereka dapat
mengeluarkan kekuasaan politik itu, dengan demikian memungkinkannya
beredar secara bebas di dalam dan berpengaruh terhadap sistem sosial.
Melalui pengeluaran kekuasaan seperti itu, para pemimpin memperkuat
sistem politik maupun masyarakat secara keseluruhan. Lebih umum lagi,
inilah media umum yang beredar antara empat sistem tindakan dan di
dalam struktur masing-masing sistem itu. Keberadaan dan gerakan media
25 Ibid, h. 135-136
27
umum pertukaran inilah yang memberikan dinamisme terhadap sebagian
besar analisis struktural Parsons.26
3. Teori Solidaritas
Menurut Durkheim, masyarakat kuno ditandai dengan adanya
solidaritas mekanis: bahwa individu bisa dipertukarkan secara internal
(interchangeable), sedangkan kesadaran sepenuhnya berupa moral dan
kepercayaan kolektif. Masyarakat baru juga memiliki ciri berupa
solidaritas organik: yang terdiri dari individu-individu yang jelas-jelas
dibedakan karena pembagian kerja, sehingga kesadaran individual
beremansipasi (bebas) secara luas dalam hal moral dan nilai-nilai
kelompok.27
Sekalipun begitu ada satu risiko utama: bahwa “Perubahan-
perubahan mendalam terjadi pada struktur masyarakat kita, dan dalam
waktu yang agak sedikit singkat. Selanjutnya moral yang terkait dengan
tipe sosial lama mengalami kemunduran, sedangkan moral lain tidak
cukup cepat berkembang dalam kesadaran kita. Keyakinan kita semakin
kabur, tradisi sudah kehilangan kekuasaannya dan penilaian individual
terbebas dari penilaian kolektif. Namun kehidupan yang baru muncul ini
tidak terorganisasi sedemikian rupa sehingga bisa memenuuhi kebutuhan
akan keadilan yang bangkit dari hati kita.” Masyarakat baru yang selalu
mendorong lebih jauh pembagian kerja ini tampaknya mereduksi individu
dari pekerjaan yang dilakukannya: karena “Perintah yang menjadi
26 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam(Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, Februari 2010), h. 136 27 Anthony Giddens, Daniel Bell, Michael Forse, etc, Sosiologi Sejarah dan Berbagai
Pemikirannya(Yogyakarta :KREASI WACANA, Mei 2008), h. 48-49
28
kategori kesadaran moral tengah mengambil bentuk berikut: mulailah
dengan situasi yang bisa mengisi fungsi yang telah ditentukan.” Oleh
karena itu tidak ada satu masyarakat pun yang bisa bertahan hidup tanpa
moral, tanpa keyakinan bersama dan tanpa jiwa.28
B. Sosial Ekonomi
Sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti berkenaan
dengan masyarakat dan perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang
pembangunan ini; suka memperhatikan kepentingan umum (suka
menolong, menderma, dsb).29
Istilah ekonomi lahir di Yunani (Greek), dan dengan sendirinya
istilah ekonomi itu pun berasal dan kata-kata bahasa Yunani pula. Asal
katanya adalah Oikos Nomos. Orang-orang Barat menerjemahkannya
dengan management of household or estate (tata laksana rumah tangga
atau pemilikan)
Ekonomi sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-
barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan
perdagangan); pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang
berharga; tata cara kehidupan perekonomian (suatu negara); urusan
keuangan rumah tangga (organisasi negara).30
28 Anthony Giddens, Daniel Bell, Michael Forse, etc, Sosiologi Sejarah dan Berbagai
Pemikirannya(Yogyakarta :KREASI WACANA, Mei 2008), h. 49 29 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1085 30 Ibid, h. 287
29
Dari definisi di atas mengenai sosial dan ekonomi, dapat
disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah suatu interaksi masyarakat yang
terjadi, dan di dalamnya ada proses kegiatan ekonomi yaitu perindustrian,
perdagangan, dan lain sebagainya, serta selalu memperhatikan kepentingan
masyarakat.
30
BAB III
GAMBARAN UMUM SITU GINTUNG
A. Data Topografi Situ Gintung
Menurut Buku Pemerintahan Kota Tangerang Selatan yang berjudul Data
Korban Bencana Situ Gintung Buku 1, (Waduk) Situ Gintung terletak di
Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Kotamadya Tangerang Selatan, Propinsi
Banten. Menurut catatan, Situ Gintung dibangun oleh pemerintah Belanda pada
tahun 1933 dengan fungsi utama sebagai penampung air untuk mengairi
persawahan yang terletak di bagian hilir (Timur Laut) di bawah tanggul
bendungan. Menurut perhitungan yang dilakukan oleh pakar BPPT, luas daerah
tangkapan air (catchment) Situ Gintung diperkirakan sekitar 112,5 hektar.
Luas tubuh air Situ Gintung sendiri pada saat dibangun tahun 1933
diperkirakan sekitar 31 hektar, sedangkan perkiraan luas hasil pengukuran oada
citra Google Earth oleh Tim BNPB menunjukkan angka luasan sekitar 24 hektar.
Daerah hilir yang dahulunya merupakan persawahan terletak di sepanjang
bantaran (flood plain) saluran air Situ Gintung yang terletak di cekungan sebelah
Timur Laut tanggul dan dibatasi oleh tebing di sebelah Timur dan Baratnya, dan
membentang hingga Kali Pesanggrahan. Luas wilayah yang dahulunya
persawahan ini menurut pengukuran perkiraan dari citra Google Earth
diperkirakan sekirar 18 hektar.
Berikut ini beberapa foto yang saya ambil dari aplikasi Google Earth, foto
ini saya ambil sebelum dan sesudah terjadinya tragedi Situ Gintung. Gambar
31
berikut ini adalah sebelum terjadinya tragedi Situ Gintung, tepatnya di bagian
belakang Kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Gambar 3.1 Gambar 3.2
Gambar berikut ini, adalah gambar setelah terjadinya tragedi Situ Gintung.
Tepatnya berada di dekat TK Tunas Mentari yang menjadi sumber jebolnya
tanggul situ gintung.
Gambar 3.3 Gambar 3.4
32
Gambar di bawah ini, adalah gambar dari lokasi tragedi situ gintung secara
keseluruhan.
Gambar 3.5
33
Peneliti mengambil gambar yang diambil dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan Citra Satelit. Berikut gambar
sebelum terjadinya tragedi Situ Gintung.1
Gambar 3.6
1 Geospasial, artikel diakses pada 22 Mei 2011 dari
http://geospasial.bnpb.go.id/2009/05/12/situ-gintung-sebelum-jebol-2-april-2009/
34
Gambar di bawah ini, adalah gambar yang diambil setelah terjadinya
tragedi Situ Gintung.2
Gambar 3.7
2 Geospasial, artikel ini diakses pada 22 Mei 2011 http://geospasial.bnpb.go.id/2009/05/12/situ-gintung-sesudah-2-april-2009/
35
B. Gambaran Umum Warga Sekitar Situ Gintung Sebelum Tragedi Situ
Gintung
1. RT 001/08
Peneliti mendapatkan data warga RT 001/08 hanya sebatas korban
dari tragedi Situ Gintung. Jumlah warga tetap korban Situ Gintung
berjumlah 27 KK (Kartu Keluarga) dan untuk warga musiman berjumlah
14 KK (Kartu Keluarga).
Untuk pekerjaan di RT 001/08, 16 KK (Kartu Keluarga) bekerja
sebagai Wiraswasta, 10 KK (Kartu Keluarga) bekerja sebagai Swasta, 13
KK (Kartu Keluarga) bekerja sebagai Karyawan, tidak ada mahasiswa, dan
2 KK (Kartu Keluarga) bekerja selain dari berbagai pekerjaan tersebut.3
Berikut tabel data pekerjaan korban bencana Situ Gintung.
Tabel 3.1
Jenis Pekerjaan RT 001/08
(Berdasarkan KK)
Wiraswasta 16
Swasta 10
Karyawan 13
Mahasiswa -
Lain-lain 2
Jumlah 41
Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2
3 Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
36
2. RT 002/08
Tidak ada data yang peneliti dapat dari buku data korban bencana
Situ Gintung Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
3. RT 003/08
Peneliti mendapatkan data korban warga RT 003/08 dari tragedi Situ
Gintung. Jumlah warga tetap adalah 20 KK (Kartu Keluarga) dan untuk
warga musiman berjumlah 42 KK (Kartu Keluarga).4
Pekerjaan yang ada di warga korban RT 003/08 adalah 31 KK (Kartu
Keluarga) sebagai Wiraswasta, 22 KK (Kartu Keluarga) sebagai Swasta, 9
KK (Kartu Keluarga) sebagai Karyawan, dan tidak ada mahasiswa.5
Tabel 3.2
Jenis Pekerjaan RT 003/08
(Berdasarkan KK)
Wiraswasta 31
Swasta 22
Karyawan 9
Mahasiswa -
Lain-lain -
Jumlah 62
Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2
4 Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
5 Ibid
37
4. RT 004/08
Peneliti mendapatkan data korban warga RT 004/08 dari tragedi Situ
Gintung. Jumlah warga tetap adalah 78 KK (Kartu Keluarga) dan untuk
warga musiman berjumlah 57 KK (Kartu Keluarga).6
Pekerjaan yang dilakukan bagi warga korban Situ Gintung RT
004/08 adalah 27 KK (Kartu Keluarga) sebagai Wiraswasta, 9 KK (Kartu
Keluarga) sebagai Swasta, 87 KK (Kartu Keluarga) sebagai Karyawan, 5
KK (Kartu Keluarga) sebagai Mahasiswa, dan 7 KK (Kartu Keluarga)
memiliki pekerjaan selain dari berbagai pekerjaan tersebut.7
Tabel 3.3
Jenis Pekerjaan RT 003/08
(Berdasarkan KK)
Wiraswasta 31
Swasta 22
Karyawan 9
Mahasiswa -
Lain-lain -
Jumlah 62
Sumber: Buku Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2
6 Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
7 Ibid
38
C. Gambaran Umum Warga Sekitar Situ Gintung Setelah Tragedi Situ
Gintung
1. RT 001/08
Suku warga di sekitar Situ Gintung campuran. Ada yang dari
suku Jawa, Sunda, Betawi dan Aceh. Narasumber sendiri berasal dari
Garut, dan istrinya berasal dari Bogor. Lebih banyak warga sebagai
perantau daripada penduduk asli.8
Peneliti mendapatkan data penduduk ini dari Wakil Ketua RT
001/08, bernama Bapak Bongas. Setelah peneliti mengunjungi Bapak
Bongas, peneliti menanyakan kepada Bapak Yudi, selaku Ketua RT
001/08, yang mengatakan bahwa data penduduk sebelum tahun 2009
belum ada, dan baru dilakukan pendataan penduduk setelah tahun
2009.9
Jumlah penduduk yang peneliti dapatkan dari Bapak Bongas
dari tahun 2010 sampai sekarang, adalah 98 penduduk laki-laki dan
102 penduduk perempuan. Serta data penduduk baru yang berjumlah 5
penduduk laki-laki dan 4 penduduk perempuan.
Menurut penuturan dari Bapak Iqin, selaku keamanan di RT ini.
Ia bertemu tetangga sekitar setiap hari, yaitu bertemu dengan Pak
Ujang, Pak Hamid, Egi, dan Pak Joko. Menurutnya, ia sebagai
keamanan harus menyatu dengan warga. Bapak iqin biasanya
membicarakan dengan warga sekitar mengenai keluhan-keluhan akibat
8 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 26 April 2011
Malam Hari
9 Wawancara Pribadi dengan Yudi (Ketua RT 001/08), Gintung, 28 April 2011 Malam Hari
39
tragedi Situ Gintung tahun 2009. Menurutnya ketika seseorang
seringkali merenung, akan berakibat penyakit TBC, karena penyakit
TBC berasal dari pikiran kita yang selalu memikirkan mengenai
musibah-musibah yang dialaminya.10
Kebersamaan menurut Bapak Iqin tetap terus dilakukan baik itu
sebelum dan sesudah tragedi Situ Gintung. Kegiatan gotong royong
masih tetap dilakukan dan tidak ada perubahan. Mas Tommy selaku
penasehat Ketua RT 001/08 sering melakukan pendekatan ke anak-
anak remaja, dan mereka dekat dan patuh dengan Mas Tommy.11
Manfaatnya sendiri bagi Bapak Shodiqin ketika sering bertemu
warga sekitar adalah dapat meningkatkan silaturahmi. Karena dalam
agama Islam, diharuskan untuk silaturahmi. Silaturahmi menurutnya
dapat membuat kita awet muda.12
Perasaan trauma yang dialami oleh Bapak Shodiqin masih
tersisa. Tetapi, ia mencoba untuk tidak terlalu menghayati apa yang
sudah terjadi. Ketika Bapak Shodiqin selalu menghayati apa yang
terjadi, ia bisa menjadi gila. Bapak Shodiqin tidak ada keinginan untuk
pindah rumah dari lingkungan sekitar situ, karena menurutnya situ
10 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 14 April 2011
Malam Hari
11 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 26 April 2011 Malam Hari
12 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 14 April 2011 Malam Hari
40
dengan kehidupannya sudah menyatu, sudah menjadi sejarah
baginya.13
Untuk suasana tempat tinggal sendiri, baik sebelum dan sesudah
tragedi Situ Gintung, Bapak Shodiqin merasa nyaman, karena warga
sudah kenal dengannya. Menurutnya, sikap warga di sini, lebih banyak
mengeluarkan keluhan-keluhan yang mereka miliki. Untuk kegiatan
sosial seperti kerja bakti, warga sudah pasti ikut serta, ia yang
mengarahkan warganya.14
Menurut Bapak Bongas, ketika ia bertemu dengan tetangga,
justru tetangga yang mampir ke rumahnya yang sekaligus menjadi
tempat usahanya, ia tidak mengunjungi tetangga sekitar rumah. Yang
dibicarakan biasanya hanya mengenai pendapatan dagang, jika bukan
pendapatan dagang, membicarakan masalah-masalah lain.
Menurutnya, warga berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti. Tetapi
jarang melakukan kegiatan gotong royong.15
Pencarian nafkah di warga RT 001/08 sebelum tragedi Situ
Gintung sebagian besar anak-anak masih bersekolah. Ada yang
menjadi tukang parkir. Ketika sudah lulus sekolah, ada yang bekerja,
ada yang melanjutkan kuliah. Setelah tragedi Situ Gintung, ada yang
kembali melanjutkan untuk berdagang. Tetapi, dulu dengan sekarang
berbeda. Dulu ketika berdagang, ketika ada keuntungan yang didapat,
13 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 14 April 2011 Malam Hari
14 Ibid
15 Wawancara Pribadi dengan Bongas (Wakil Ketua RT 001/08), Gintung, 15 April 2011 Siang Hari
41
bisa ditabung. Tetapi sekarang ketika berdagang, keuntungan yang
didapat tidak bisa untuk ditabung, melainkan digunakan untuk
membayar kontrakan atau tempat sewa berdagang.16
2. RT 002/08
Dari data yang peneliti dapat, Ibu Iyok ternyata baru menjabat
sebagai ketua RT 002/08. Ibu Iyok belum mendata kembali penduduk,
yang ada hanya data dari KK (Kartu Keluarga). KK (Kartu Keluarga)
di RT 002/08 kira-kira 67 KK (Kartu Keluarga).17
Memang di RT 002/08 tidak ada akibat dari tragedi Situ
Gintung. Yang kena hanya warga RT 001/08, 003/08, dan 004/08.
Lokasi yang paling parah terkena akibat tragedi Situ Gintung adalah
warga RT 004/08.18
Warga kompak untuk warga yang lagi dirawat di rumah sakit.
Besuk bersama. Kalau ada orang lahiran, dikasih uang tambahan dari
uang kas yang dikumpulkan. Kebersamaan sesama RT kompak, ada
pengajian, kondangan. Selalu bareng. Sedangkan untuk RT 001/08
tidak aktif. Arisan RW tidak pernah ikut, sekalipun undangan sudah
dikirim ke RT 001/08.19
Dari penuturan Ibu Iyok sendiri, ia bertemu dengan tetangga
karena memang ada keperluan. Ibu Iyok bertemu dengan tetangga
16 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 011/08), Gintung, 26 April 2011
Malam Hari
17 Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
18 Ibid
19 Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 2 Mei 2011 Siang Hari
42
sekitar lebih banyak di pengajian, yang dibicarakan biasanya masalah
keluarga. Dan Ibu Iyok lebih banyak melakukan kegiatan di pengajian
sekalipun Ibu Iyok juga bekerja di POSYANDU.20
Pola-pola pencarian nafkah di RT 002/08 sebagian besar
berdagang. Sebagian ada yang bekerja dan menganggur juga. Ada
yang bekerja sebagai guru.21
3. RT 003/08
Warga di RT 003/08 menurut Bapak Sumarno termasuk aktif
dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti pengajian, kerja bakti, dan lain
sebagainya.22
Serta peneliti mendapatkan data dari KK (Kartu Keluarga). Pada
KK (Kartu Keluarga) terdapat perbedaan, yaitu dari segi tahun
dikeluarkan KK (Kartu Keluarga) tersebut.
Untuk di RT 003/08, mayoritas pekerjaan yang dilakukan oleh
warga adalah wiraswasta, guru, dan pegawai. Tidak ada perubahan
dari pekerjaan yang dilakukan oleh warga baik itu sebelum dan setelah
jebol. Karena rumah warga di RT 003/08 tidak ada yang hanyut.23
4. RT 004/08
Untuk RT 004/08, sebelum terjadinya tragedi situ gintung,
terdapat 97 KK (Kartu Keluarga). Bapak Nana selaku Ketua RT
20 Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 2 Mei 2011 Siang Hari
21 Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
22 Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 2 Mei 2011 Siang Hari
23 Ibid
43
004/08, tidak pernah mendata setiap orang penduduk di RT 004/08, ia
hanya menyalin dari KK (Kartu Keluarga) yang dibentuk menjadi
arsip. Setelah terjadinya tragedi Situ Gintung, ada penambahan
menjadi 119 KK (Kartu Keluarga). Di RT 004/08 lebih banyak
pendatang daripada penduduk asli. Kontrakan di RT 004/08 sangat
banyak. Lebih banyak anak mahasiswa dari UMJ (Universitas
Muhammadiyah Jakarta) dan UIN (Universitas Islam Negeri).24
Yang menjadi korban waktu tragedi Situ Gintung ada 57 pintu
kontrakan. Belum terhitung yang menjadi korban dari warga tetap.25
Kegiatan sosial di warga ini sebelum jebol agak lumayan, tetapi
setelah jebol memang warga sudah pindah dan meninggal, jadi warga
yang mengikuti kegiatan sosial menjadi sedikit. Kegiatan kerja bakti
masih dilakukan di warga RT 004/08.26
Pencarian nafkah di warga RT 004/08 bekerja sebagai kuli
bangunan. Ada juga beberapa yang menjadi karyawan. Sebelum kena
musibah, sebagian ada yang kerja harian lepas, seperti kuli bangunan.
Pegawai hanya beberapa orang, serta Pegawai Negeri Sipil hanya ada
satu. Ada yang bekerja sebagai Guru SD dan sampai sekarang masih
mengajar sebagai Guru SD, sebagian besar bekerja di swalayan.
Untuk yang mengontrak tidak hanya mahasiswa di RT 004/08.27
24 Wawancara Pribadi dengan Nana (Ketua RT 004/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
25 Ibid
26 Ibid
27 Ibid
44
Bapak Nana selaku Ketua RT 004/08, baru tinggal di rumah
yang baru ini selama 1,5 tahun. Sebelumnya Bapak Nana sekeluarga
tinggal di bawah.28
D. Gambaran Kelembagaan Sosial
Ketika peneliti menanyakan mengenai suatu organisasi di sekitar situ
gintung dari Bapak Shodiqin, terdapat organisasi yang bernama Ikatan Pemuda
Situ Gintung. Tetapi ketika peneliti menanyakan mengenai seberapa besar
pengaruh organisasi tersebut dengan warga sekitar dari Mas Tommy, selaku orang
yang mengetahui seluk-beluk Situ Gintung. Menurutnya, organisasi tersebut tidak
berjalan dengan lancar. Maka dari itu, Mas Tommy mendirikan Forum Situ
Gintung.29
E. Gambaran dan Peran Pemerintah Daerah Tangerang Selatan
Pemerintah Daerah Tangerang Selatan menurut Bapak Lamro dari bagian
Kessos Pemerintah Daerah Tangerang Selatan dibentuk pada bulan Januari 2008
berdasarkan UU Nomor 51 Tahun 2008.30 Setelah peneliti menelusuri situs
28 Wawancara Pribadi dengan Nana (Ketua RT 004/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
29 Wawancara Pribadi dengan Tommy (Penasehat RT 001/08), Gintung, 30 April 2011 Malam Hari
30 Wawancara Pribadi dengan Lamro S. (Bagian Kessos Pemerintah Daerah Tangerang Selatan), Pamulang, 28 Juni 2011 Siang Hari
45
Tangerang Selatan ternyata persetujuan dari terbentuknya Pemerintah Daerah
Tangerang Selatan pada tanggal 27 Desember 2006.31
Pada bulan Maret 2009 terjadilah tragedi Situ Gintung. Jadi, perbaikan
tanggul dilakukan oleh Pemerintah Tangerang, Pemerintah Daerah Tangerang
Selatan hanya melanjutkan apa yang telah dilakukan.32
Menurutnya, sebelum tragedi Situ Gintung, tidak diperbolehkan warga
untuk membangun rumah di bagian bawah tanggul Situ Gintung. Karena itu
bahaya bagi warga sekitar, baik bertempat tinggal ataupun sekedar bermain di
sekitar tanggul Situ Gintung. Tetapi itu kembali dari kesadaran warga sendiri
untuk mentaatinya.33
Bantuan bencana sendiri sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Tangerang Selatan baik yang terkena korban bencana maupun yang tidak terkena
korban bencana.34
31 Sejarah Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 28 Juni 2011 dari
http://www.tangerangselatankota.go.id/
32 Wawancara Pribadi dengan Lamro S. (Bagian Kessos Pemerintah Daerah Tangerang Selatan), Pamulang, 28 Juni 2011 Siang Hari
33 Ibid
34 Ibid
46
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Terdapat dampak yang terjadi dari jebolnya tanggul Situ Gintung. Bagi
warga, dampak dari tragedi ini, membuat sertifikat tanah rumahnya hilang. Untuk
mendapatkan kembali sertifikat tanah yang sudah hilang warga harus membayar
seharga 1 juta rupiah, yang menurut mereka sangat berat.1
Ketika tragedi Situ Gintung pada tahun 2009, akibatnya tidak lain karena
ulah manusia sendiri. Sekarang bendungan Sintung tidak curam seperti dahulu.
Dan sekarang bendungan Gintung telah dibangun dengan benar-benar aman, agar
kejadian yang dahulu tidak terulang kembali.
Dampak bagi sosial ekonomi warga korban tragedi Situ Gintung, yaitu
kehilangan pekerjaan, kehilangan tempat tinggal, dan lain sebagainya. Mereka,
sebelum tragedi Situ Gintung, dapat membuka usaha di rumahnya dan bisa
menabung, tetapi sekarang mereka hanya bisa menyewa tempat usaha dari orang
lain, yang diharuskan untuk membayarkan sewa tiap bulannya. Salah satu
informan yang dahulu mempunyai rumah sendiri sekalipun ukuran rumahnya
kecil, sekarang menyewa kontrakan, yang sudah dua bulan belum dibayar.2
Berikut peneliti akan menjelaskan lebih lanjut berbagai dampak sosial
ekonomi yang terjadi setelah tragedi Situ Gintung yang mengakibatkan perubahan
1 Wawancara Pribadi dengan Tommy (Penasehat RT 001/08), Gintung, Maret 2011 Siang Hari
2 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 26 April 2011 Malam Hari
47
sosial ekonomi di warga sekitar Situ Gintung, yaitu Dampak pada Pekerjaan,
Dampak pada Kelembagaan Sosial, dan Dampak pada Sistem Nilai.
A. Dampak kepada Pekerjaan
Peneliti akan membahas mengenai dampak kepada pekerjaan. Dampak
kepada pekerjaan terbagi menjadi dampak kepada pola pencarian nafkah,
keadaan ekonomi, kehilangan pekerjaan lama dan berganti kepada pekerjaan
baru, jaringan sosial pekerjaan, dan warga yang mempunyai pekerjaan baru dan
tidak bekerja.
1. Dampak kepada Pola Pencarian Nafkah
Warga RT 001/08 sebelum tragedi Situ Gintung sebagian besar
bekerja sebagai wiraswasta, swasta, dan karyawan.3
Di RT ini memang tidak ada korban, tetapi rumah warga hanyut
dari tragedi ini. Dari segi perubahan ekonomi, ada beberapa perubahan
yang dialami warga. Ketika mereka sebelum tragedi Situ Gintung bisa
berdagang di rumahnya sendiri, dan ketika keuntungan yang didapat dapat
ditabung untuk keperluan keluarganya. Tetapi sekarang, mereka
mengontrak dan menyewa tempat untuk berdagang. Ketika mendapatkan
3 Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
48
keuntungan, mereka tidak bisa menabung, karena uang tersebut
dikumpulkan untuk membayar tempat sewa.4
Untuk di RT 002/08 tidak ada perubahan ekonomi yang terjadi
setelah tragedi Situ Gintung. Karena RT tersebut, tidak mengalami
dampak dari tragedi Situ Gintung seperti jatuhnya korban jiwa, rumah
yang hanyut, dan sebagainya. Tetapi, sebagian besar warga bekerja sebagai
wiraswasta. Ada yang bekerja sebagai guru. Sebagian ada yang bekerja
dan tidak bekerja.5
Warga RT 003/08 sebelum tragedi Situ Gintung masih didominasi
oleh pekerjaan sebagai Wiraswasta, Swasta, dan Karyawan.6
Menurut penuturan Bapak Sumarno, selaku Ketua RT 003/08, warga
di sini sebagian besar bekerja sebagai Wiraswasta, Guru, dan Pegawai.
Tidak jauh berbeda dibandingkan sebelum tragedi Situ Gintung.7 Warga
RT 004/08 sebelum tragedi Situ Gintung didominasi oleh pekerjaan
sebagai Karyawan, kemudian Wiraswasta dan Swasta.8
Warga sebelum tragedi Situ Gintung sebagian besar bekerja sebagai
kerja harian lepas, seperti kuli bangunan. Dan ada yang bekerja sebagai
guru. Sekarang setelah tragedi Situ Gintung, ia tetap bekerja menjadi
4 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 26 April 2011 Malam Hari
5 Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
6 Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
7 Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 2 Mei 2011 Siang Hari
8 Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
49
Guru. Perubahan sendiri tidak terlalu banyak, tetapi di RT ini memang
lebih banyak pendatang daripada warga tetap.9
Berbagai perubahan yang peneliti dapatkan di atas, dapat dikatakan,
bahwa perubahan tidak selalu mencakup dari tiga aspek, yaitu struktural,
kultural, dan interaksional, tetapi perubahan sosial bisa terjadi ketika
dalam suatu warga terdapat peristiwa yang tidak bisa ditolak, yaitu
peristiwa tragedi Situ Gintung, yang tidak lain karena ulah manusia
sendiri.
2. Keadaan Ekonomi
Warga di RT 001/08, lebih banyak mereka tidak bekerja daripada
yang bekerja. Warga yang tidak bekerja karena menjadi korban dari
tragedi Situ Gintung, sedangkan warga yang masih bekerja, mereka tidak
menjadi korban dari tragedi Situ Gintung. 10
Warga yang bekerja di lingkungan RT 002/08 termasuk banyak.
Dapat dihitung untuk warga yang tidak bekerja.11
Pekerjaan yang dilakukan beberapa warga di RT 003/08 yaitu kuli
bangunan, dalam arti warga bekerja tidak setiap hari. Sebenarnya mereka
tidak menganggur, hanya pekerjaannya dituntut berdasarkan panggilan
bekerja dari warga sekitar.
9 Wawancara Pribadi dengan Nana (Ketua RT 004/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
10 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 11 Mei 2011 Malam Hari
11 Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 11 Mei 2011 Sore Hari
50
Warga di RT 004/08, yang bekerja dan tidak bekerja jumlahnya
sama. Pak Nana selaku ketua RT 004/08 bekerja sebagai wiraswasta.
Rumahnya yang sekarang mendapatkan santunan, karena sebelumnya
rumahnya sudah hancur akibat tragedi Situ Gintung.12
Warga mengalami perubahan setelah tragedi Situ Gintung. Yang
menjadi korban tidak mempunyai pekerjaan lagi, sedangkan yang tidak
menjadi korban, mereka masih mempunyai pekerjaan. Ketika warga ini
berubah, mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang
mereka alami sekarang. Sebelum tragedi Situ Gintung, mereka masih
mempunyai pekerjaan, sekarang setelah tragedi Situ Gintung, mereka tidak
mempunyai pekerjaan.
Penyesuaian yang dilakukan oleh Bapak Shodiqin yang dahulu
punya rumah, sekarang menyewa tempat tinggal sangat sulit. Ia sampai
dua bulan belum membayar tempat sewa. Menurut penuturan Bapak
Shodiqin, yang dahulu mempunyai tempat usaha di rumahnya dan bisa
menabung, sekarang menyewa tempat usaha dan tidak bisa menabung,
karena penghasilan yang didapat untuk membayar sewa tempat usaha. Di
sinilah menurut Parsons tingkat penyesuaian diri suatu warga menjadi
meningkat.
Penyelesaian masalah menurut peneliti yang harus dilakukan di sini
adalah memberikan modal bagi korban yang telah kehilangan pekerjaan.
Ketika korban telah diberikan bantuan usaha untuk bekerja, mereka
12 Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Aminah (Warga RT 004/08), Gintung, 11 Mei
2011 Siang Hari
51
menjadi semakin termotivasi untuk bergerak ke depan dan mengurangi
perasaan trauma yang mereka miliki.
3. Kehilangan Pekerjaan Lama dan berganti dengan Pekerjaan Baru
Warga yang kehilangan pekerjaan di RT 001/08 setelah tragedi Situ
Gintung sangat banyak. Sebagian besar mendapatkan pekerjaan yang baru,
sebagian lagi masih belum mendapatkan pekerjaan. Jumlah warga yang
mendapatkan pekerjaan baru dan belum mendapatkan pekerjaan relatif
sama.13
Ini mengakibatkan bahwa tragedi Situ Gintung membuat semakin
banyak warga yang kehilangan pekerjaan. Memang ada sebagian yang
sudah mendapatkan pekerjaan baru, tetapi tidak sedikit warga yang tidak
mendapatkan pekerjaan.
Ketika ada seseorang yang tidak mendapatkan pekerjaan setelah
tragedi Situ Gintung, ini disebabkan oleh beberapa hal. Tidak adanya
modal yang didapatkan bagi korban sebagai pengganti, perasaan trauma
yang masih dialami dari para korban, dan lain sebagainya. Hal yang harus
dilakukan adalah pelatihan motivasi dan juga penyediaan modal usaha
bagi korban tragedi Situ Gintung.
4. Jaringan Sosial Pekerjaan
Arti jaringan sosial pekerjaan adalah bagaimana setiap warga di
setiap daerah yang belum mempunyai pekerjaan dapat berhubungan
13 Wawancara Pribadi dengan Istri Shodiqin (Warga RT 001/08), Gintung, 19 Mei 2011
Malam Hari
52
dengan orang lain untuk mencari pekerjaan atau membutuhkan pekerjaan.
Dan dapat juga diartikan sebagai seseorang yang membutuhkan modal
untuk usaha supaya tidak menganggur.
Warga sekitar Situ Gintung di RT 002/08, RT 003/08, dan RT
001/08 beranggapan bahwa warga bekerja sendiri untuk mencari
pekerjaan. Tidak melakukan pinjaman uang ke tetangga untuk melakukan
usaha.14 Warga sendiri sudah mempunyai modal untuk membuka usaha
sendiri.15 Mereka melakukan lamaran kerja ke berbagai perusahaan.
Ketika mereka melamar pekerjaan, mereka hanya membuat surat kelakuan
baik dari Ketua RT.16
Warga RT 01/08 hanya meminta pinjaman usaha dari Dompet
Dhuafa. Tetapi ketika warga sudah mendapatkan pinjaman untuk usaha,
warga tidak bisa mengembalikan uang yang dipinjam. Karena untuk
makan sehari-hari tidak mencukupi dan mengembalikan uang yang
dipinjam pun tidak bisa. Serta ada sumbangan-sumbangan yang didapat
oleh warga untuk melakukan usaha. Kalau meminta bantuan dari warga
tidak bisa diharapkan, baik itu sebelum tragedi Situ Gintung maupun
sesudah tragedi Situ Gintung. Memang ada yang meminta dicarikan
pekerjaan, tetapi lebih banyak warga tidak mendapatkan pekerja daripada
14 Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Iyok (Ketua RT 002/08), dan
Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 8 Mei 2011 Siang Hari dan Malam Hari
15 Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 8 Mei 2011 Siang Hari
16 Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 8 Mei 2011 Siang Hari
53
yang mendapatkan pekerjaan. Tergantung dari hati seseorang untuk
membantu mencari pekerjaan.17
Solidaritas warga sekitar Situ Gintung memang sangat tinggi
seperti kegiatan kerja bakti, gotong royong, pengajian, dan lain
sebagainya. Tetapi ketika menyangkut untuk menolong mencari pekerjaan
bagi yang membutuhkan, warga cenderung tidak bisa diharapkan.18
Jadi, dalam jaringan sosial pekerjaan pada warga sekitar Situ
Gintung sebagian besar melakukan secara individu, tidak bergantung
kepada tetangga sekitar. Warga hanya membutuhkan surat kelakuan baik
dari Ketua RT untuk melamar pekerjaan. Serta warga meminta bantuan
pinjaman dana dari sumbangan-sumbangan seperti Dompet Dhuafa.
Solidaritas pada warga sekitar Situ Gintung bukan dari pemberian
informasi mengenai lapangan pekerjaan, tetapi solidaritas atas kegiatan-
kegiatan sosial seperti kerja bakti, gotong royong, dan lain sebagainya.
Hal yang harus dilakukan adalah dengan membangun kembali rasa
kebersamaan antar warga baik itu dari kegiatan sosial maupun dari
kegiatan ekonomi. Yaitu dengan cara mendirikan suatu kelompok yang
membahas mengenani informasi pekerjaan dan kegiatan sosial yang akan
membuat warga menjadi terbuka akan informasi ini. Dan diharapkan
semua warga bisa ikut serta dalam kelompok ini.
17 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 8 Mei 2011
Malam Hari
18 Ibid
54
5. Warga yang mempunyai Pekerjaan Baru dan Tidak Bekerja
Warga di RT 004/08 setelah tragedi Situ Gintung mendapatkan
pekerjaan baru lagi. Dan jumlahnya lumayan banyak. Tetapi lebih banyak
yang menganggur daripada yang bekerja.19
Perlunya penyediaan lapangan kerja yang memadai bagi masyarakat
yang belum punya pekerjaan, atau ada bantuan dari beberapa lembaga
sosial untuk memberikan modal dalam melakukan kegiatan usaha.
B. Dampak kepada Kelembagaan Sosial
Peneliti di dalam dampak kelembagaan sosial akan menjelaskan mengenai
tumbuhnya organisasi baru, perubahan struktur.
1. Tumbuh Organisasi Baru
Warga di RT 001/08 terdapat dua organisasi yaitu organisasi Ikatan
Remaja Pemuda Situ Gintung, dan sampai sekarang organisasi ini belum
berjalan dengan baik. Akhirnya dibentuk Forum Situ Gintung oleh
Tommy.20
19 Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei
2011 Siang Hari
20 Wawancara Pribadi dengan Tommy (Penasehat RT 001/08), Gintung, 30 April 2011 Malam Hari
55
Tetapi untuk warga di RT 004/08, tidak dibentuk organisasi apapun
mengenai Situ Gintung setelah tragedi Situ Gintung.21
Ikatan Remaja Pemuda Situ Gintung yang tidak berjalan dengan baik
akhirnya dibentuk Forum Situ Gintung. Dengan tumbuhnya organisasi
yang baru ini diharapkan bisa menyalurkan aspirasi masyarakat sekitar
Situ Gintung untuk membuat Situ Gintung lebih baik setelah tragedi Situ
Gintung yang terjadi pada bulan Maret 2009.
2. Perubahan Struktur
Perubahah struktur RT 004/08 telah dilakukan. Tetapi Bapak Nana
terpilih lagi menjadi ketua RT 004/08. Karena pekerjaan menjadi ketua RT
sangat pusing, sehingga tidak ada warga yang berkeinginan untuk menjadi
ketua RT selain Bapak Nana.22
Ini membuat warga tidak ada rasa percaya perdiri untuk memimpin
warganya menjadi lebih baik. Mereka hanya menganggap tugas ketika
menjadi ketua RT sangat berat, dan mereka pesimis dahulu sebelum
mencobanya.
Berbeda dengan warga di RT 001/08. Mereka sudah melakukan
pergantian jabatan ketua RT. Sebelum Bapak Yudi, yang menjabat ketua
21 Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei
2011 Siang Hari
22 Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei 2011 Siang Hari
56
RT 001/08 adalah Bapak Robi. Dan Bapak Yudi belum lama menjabat
sebagai ketua RT 001/08.23
Warga harus mempunyai rasa optimis dan menumbuhkan
kepercayaan diri untuk memimpin warganya menjadi lebih baik. Tidak
dengan dipimpin oleh salah seorang warga sebelumnya.
C. Dampak kepada Sistem Nilai
Peneliti di dalam dampak pada sistem nilai akan menjelaskan mengenai
beberapa hal yaitu memaknai warga sendiri, pendidikan, memaknai alam (Situ
Gintung), memaknai agama, rasa solidaritas, perubahan hubungan antarwarga
dan nilai-nilai kepedulian dan kebersamaan.
1. Memaknai Masyarakat
Warga di RT 004/08 saling mengerti satu sama lain ketika
warganya mengalami musibah seperti kematian, warga yang sedang sakit,
dan lain sebagainya. Warga sebagian besar menjenguk bersama dengan
tetangga-tetangga yang lain.24
23 Wawancara Pribadi dengan Istri Shodiqin (Warga RT 001/08), Gintung, 19 Mei 2011
Malam Hari
24 Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei 2011 Siang Hari
57
2. Pendidikan
Warga di RT 001/08 sebagian besar memiliki pendidikan terakhir
yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas). Hanya warga yang sudah lama
menetap yang memiliki pendidikan terakhir sampai Sarjana.25
Pendidikan di warga RT 002/08 sebagian besar sampai SMA
(Sekolah Menengah Atas). Mayoritas warga di sini sekolah, tidak ada yang
tidak sekolah. 26
Pendidikan di warga RT 003/08, pendidikan minimal SMA
(Sekolah Menengah Atas) dan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Serta
banyak warga yang pendidikan minimal SD (Sekolah Dasar) dan S1
(Strata 1).27
Pendidikan di warga RT 004/08 sebagian besar berpendidikan
SMA (Sekolah Menengah Atas), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan
SD (Sekolah Dasar).28
Peneliti dapat mengatakan, bahwa hanya warga yang tinggal sudah
lama menetap saja yang memiliki pendidikan sampai Sarjana. Sebagian
besar warga di RW 08 berpendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas),
SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SD (Sekolah Dasar).
25 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 11 Mei 2011 Malam Hari
26 Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 11 Mei 2011 Sore Hari
27 Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 11 Mei 2011 Siang Hari
28 Wawancara Pribadi dengan Suhaini, Sumarni, dan Aminah (Warga RT 004/08), Gintung, 11 Mei 2011 Siang Hari
58
Seharusnya pendidikan ini merata bagi semuanya, baik penduduk
tetap maupun pendatang. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan
fenomena seperti ini. Pertama, penduduk tetap diibaratkan sebagai warga
yang mempunyai pikiran ke depan, bahwa pendidikan itu penting, dan
harus dilakukan setinggi-tingginya. Sedangkan bagi penduduk musiman,
cenderung hanya memiliki pendidikan sebatas SMA, yang menurut
mereka sudah bagus.
Kedua, penduduk tetap beranggapan bahwa mereka telah sukses
dan bisa menyekolahkan dirinya dan anak-anaknya sampai ke tingkat
Sarjana. Sedangkan, bagi pendatang, menganggap bahwa mereka tidak
mempunyai biaya untuk melanjutkan pendidikannya sampai tingkat
Sarjana, sehingga hanya bisa mempunyai pendidikan pada tingkat SD
(Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah
Menengah Atas).
Dan yang harus dilakukan adalah adanya penyediaan bantuan bagi
masyarakat yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi
agar bisa mensejahterakan dirinya dan keluarga.
3. Memaknai Alam (Situ Gintung)
Masyararakat di RT 004/08 tidak peduli mengenai alamnya
sekalipun tragedi Situ Gintung telah terjadi. Warga masih banyak yang
59
membuang sampah sembarangan. Serta tidak ada kegiatan-kegiatan seperti
kerja bakti untuk membersihkan lingkungannya.29
Yang terjadi di warga RT 004/08 sama dengan yang terjadi di
warga RT 001/08. Sampah masih menumpuk dan itu dari hasil sampah
komplek. Kadang sampah itu hanya dibakar, yang dapat menimbulkan bau
tidak sedap bagi warga sekitar.30
Perlu disediakan tempat untuk daur ulang dari sampah yang
dihasilkan tersebut. Jadi, sampah tidak menjadi perusak lingkungan, tetapi
bisa berguna bagi masyarakat terutama dalam bidang ekonomi.
4. Memaknai Agama
Setelah tragedi Situ Gintung, minat agama warga di RT 004/08
semakin berkurang. Karena warga banyak yang meninggal. Sebelum
tragedi Situ Gintung, warga melakukan kegiatan pengajian dan itu
dilakukan dengan rutin. Kegiatan Majelis Ta’lim untuk sekarang ini belum
dilakukan lagi.31
Warga di RT 001/08 juga mengalami hal yang serupa. Minat
agama warga di pengajian sudah tidak aktif lagi. Sebelum tragedi Situ
Gintung, pengajian ini aktif dihadiri oleh warga. Pengajian yang dulu
29 Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei
2011 Siang Hari
30 Wawancara Pribadi dengan Istri Shodiqin (Warga RT 001/08), Gintung, 19 Mei 2011 Malam Hari
31 Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei 2011 Siang Hari
60
dilakukan setiap hari Senin, sekarang berganti menjadi hari Sabtu.
Pengajian yang diikuti pada hari Sabtu sangat sepi, jarang warga
mengikuti pengajian ini. Sehingga Ibu Shodiqin mengaji sampai ke RT
002/08 pada siang hari jam setengah 2.32
Perlu diadakannya kembali kegiatan-kegiatan agama di
maskayarakat sekitar Situ. Karena dengan diadakannya kembali kegiatan-
kegiatan agama, masyarakat menjadi lebih memaknai hidup setelah tragedi
Situ Gintung, dan pribadi masyarakat sendiri menjadi lebih baik, tidak
selalu mengingat apa yang terjadi pada tahun 2009.
5. Rasa Solidaritas
Ketika ada pengajian, dan ketika salah satu peserta pengajian yang
sakit, mereka mengajak semua warga untuk mengumpulkan uang dan
menjenguknya. Antara RT 002/08 sampai RT 004/08 saling bekerja sama
satu sama lain baik itu ada kegiatan ataupun ada rapat RW. Tetapi menurut
ketua RT 002/08, hanya ketua RT 001/08 saja yang hampir tidak pernah
bekerja sama untuk mengikuti kegiatan-kegiatan antar RT.33
Menurut Bapak Bongas, selaku Wakil Ketua RT 001/08, ia tidak
pernah mengunjungi warga untuk silaturahmi, karena warga sendiri yang
32 Wawancara Pribadi dengan Istri Shodiqin (Warga RT 001/08), Gintung, 19 Mei 2011
Malam Hari
33 Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 2 Mei 2011 Siang Hari
61
datang ke tempat usahanya. Yang dibicarakan biasanya seputar hasil
dagangan, atau yang lainnya.34
Bapak Shodiqin, selaku keamanan di RT 001/08, mengatakan ia
hampir setiap hari bertegur sapa dengan tetangga sekitar. Di antaranya Pak
Ujang, Pak Joko, Egi, dan Pak Hamid. Yang dibicarakan biasanya
keluhan-keluhan yang dialami dari tragedi Situ Gintung. Bapak Shodiqin
menasehati warga agar selalu tabah dan sabar.35
Ibu Yok selaku ketua RT 002/08, bertemu dengan tetangga karena
memang ada keperluan. Ibu Iyok lebih banyak silaturahmi dengan tetangga
sekitar di pengajian. Yang dibicarakan biasanya masalah keluarga. Serta
Ibu Iyok lebih banyak melakukan kegiatan di pengajian sekalipun Ibu Iyok
bekerja di POSYANDU.36
Solidaritas yang peneliti dapatkan di sini ada dua. Solidaritas
mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik cenderung warga
bertemu dan berbicara dengan warga sekitar mengenai keluhan-keluhan
mengenai tragedi Situ Gintung. Untuk solidaritas organik sendiri, warga
ketika di warung membicarakan mengenai pendapatan usaha, atau yang
lain sebagainya. Serta ketika warga melakukan pengajian, yang
dibicarakan tidak mengenai isi dari pengajian tersebut melainkan
mengenai keluarganya. Dan dari penuturan Ibu Yok, ia bertemu dengan
tetangga memang ada keperluan, tidak untuk silaturahmi.
34 Wawancara Pribadi dengan Bongas (Wakil Ketua RT 001/08), Gintung, 15 April 2011 Siang Hari
35 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 14 April 2011 Malam Hari
36 Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
62
Solidaritas sebaiknya dibangun atas rasa silaturahmi yang tinggi,
tidak dengan sikap hanya keperluan semata. Memang, ada warga yang
menjunjung tinggi silaturahmi antar warga, tetapi juga ada yang hanya
sebatas keperluan pribadi. Dan ini harus ditumbuhkan dari individu
masing-masing untuk meningkatkan silaturahmi antar warga.
6. Perubahan Hubungan Antarwarga
Hubungan antar warga di RT 004/08 masih kompak. Ketika ada
kondangan, gotong royong, dan Majelis Ta’lim, warga ikut serta untuk
melaksanakannya.37
Beda dengan di RT 001/08, hubungan antar warga semakin baik
ketika ada uang yang berbicara. Ketika tidak ada uang, warga seringkali
tidak kompak dengan sesama tetangganya.38
Hubungan antar warga seringkali dilakukan karena itu
menghasilkan, tetapi hubungan antar warga juga terjadi karena ada ikatan
yang kuat antar sesama, sehingga warga menjadi kompak dan akrab satu
sama lain. Yang harus dikedepankan di sini adalah hubungan antar warga
didasarkan karena ada rasa tolong menolong di dalam setiap individu.
37 Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei
2011 Siang Hari
38 Wawancara Pribadi dengan Istri Shodiqin (Warga RT 001/08), Gintung, 19 Mei 2011 Malam Hari
63
7. Nilai-nilai Kepedulian dan Kebersamaan
Ketika warga bersosialisasi dengan warga sekitar, yang dibicarakan
sebagian besar hanya rasa prihatin dan rasa duka mengenai tragedi Situ
Gintung. Warga sekitar Situ Gintung rasa kebersamaannya sangat kuat,
karena ketika ada kegiatan-kegiatan sosial seperti kerja bakti, gotong
royong, mereka selalu mengikutinya.39
Kegiatan gotong royong yang dilakukan di RT 002/08 menjelang
puasa Ramadhan dan Hari Kemerdekaan. Kegiatan ini seharusnya
dilakukan sebulan sekali, tetapi warga masing-masing melakukannya, dan
ikut serta dalam kegiatan ini.40
Sedangkan kegiatan gotong royong dilakukan di RT 003/08 tidak
pasti. Dan biasanya hari jumat dilakukan hari bersih bagi semua warga.41
Untuk di RT 004/08, warga masih mengurus keperluannya masing-
masing. Ketika warga ikut serta dan kompak hanya pada saat kegiatan
gotong royong dan mengunjungi pernikahan tetangga sekitar. 42
Kepedulian dan kebersamaan yang dilakukan warga ini sangat baik
ketika ada kegiatan gotong royong, kerja bakti, mengunjungi pernikahan
tetangga sekitar, dan lain-lain. Tetapi ketika menyangkut urusan keluarga
39 Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 14 April dan 26 April 2011 Malam Hari
40 Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/008), Gintung, 11 Mei 2011 Sore Hari
41 Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 11 Mei 2011 Siang Hari
42 Wawancara Pribadi dengan Suhaini, Sumarni, dan Aminah (Warga RT 004/08), Gintung, 11 Mei 2011 Siang Hari
64
atau pribadi, warga cenderung melakukan keperluan sendiri-sendiri, tidak
ada campur tangan dari orang lain. Warga ini dapat disebut dengan warga
yang memiliki solidaritas organik, yang bersilaturahmi atau bertegur sapa
dengan tetangga memang ada keperluan.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada temuan penelitian yang dijelaskan dalam uraian pada bab
temuan dan analisis, dapat peneliti simpulkan bahwa terdapat berbagai dampak
yang mengakibatkan berbagai perubahan sosial ekonomi pada warga sekitar Situ
Gintung, akibat dari musibah Situ Gintung.
Adapun dampak yang dapat diketahui yaitu sebagai berikut:
1. Dampak pada Pekerjaan
Ada beberapa perubahan dari dampak pekerjaan yaitu sebagai berikut:
- Warga yang dahulu bisa membuka usaha sendiri di depan rumahnya
dan dapat mengambil keuntungan, sekarang warga hanya bisa
menyewa tempat untuk membuka usaha, dan hasil keuntungan hanya
bisa untuk membayar uang sewa.
- Warga harus menyesuaikan diri dengan keadaannya sekarang
dengan tidak mempunyai pekerjaan, yang sebelum tragedi Situ
Gintung mereka mempunyai pekerjaan.
- Banyak warga yang kehilangan pekerjaan dari tragedi Situ Gintung.
- Warga meminta bantuan pinjaman dana pada tetangga untuk
melakukan usaha.
- Warga juga meminta santunan pada lembaga-lembaga sosial seperti
Dompet Dhuafa.
66
- Warga cenderung melakukan semua urusannya secara individu.
2. Dampak pada Kelembagaan Sosial
Ada beberapa perubahan dari dampak pada kelembagan sosial yaitu
sebagai berikut:
- Forum Situ Gintung telah dibentuk sebagai pengganti organisasi
sebelumnya yaitu Ikatan Remaja Situ Gintung. Forum ini dibentuk
karena organisasi Ikatan Remaja Situ Gintung tidak berjalan dengan
baik.
- Solidaritas terjadi antar warga ketika ada kegiatan sosial di
lingkungannya.
- Perubahan struktur yang terjadi di RT 001/08 terjadi dengan teratur,
lain dengan yang terjadi di RT 004/08, tidak ada perubahan struktur
RT, karena warga tidak mempunyai keinginan dan rasa percaya diri
untuk menjabat sebagai ketua RT.
3. Dampak pada Sistem Nilai
Ada beberapa perubahan dari dampak pada sistem nilai yaitu sebagai
berikut:
- Warga saling mengerti satu sama lain ketika ada warga yang terkena
musibah.
- Hanya warga yang tinggal menetap saja yang bisa melanjutkan
pendidikan ke tingkat Sarjana, selebihnya warga hanya mampu
menempuh pendidikan sampai tingkat SMA (Sekolah Menengah
Atas), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SD (Sekolah Dasar).
67
- Warga cenderung tidak menghargai alam setelah tragedi Situ
Gintung. Warga masih membuang sampah sembarangan dan
menumpuk sampah, kemudian sampah tersebut hanya dibakar. Tidak
ada proses daur ulang.
- Warga lebih banyak tidak melakukan pengajian kembali setelah
tragedi Situ Gintung. Alasannya karena banyak warga yang menjadi
korban meninggal dari tragedi Situ Gintung.
- Solidaritas terjadi antar warga ketika ada kegiatan sosial di
lingkungannya.
- Hubungan antar warga berjalan dengan baik bila menghasilkan bagi
dirinya sendiri. Bila tidak menghasilkan, warga cenderung bergerak
secara individu. Tetapi ada juga sebagian warga yang cenderung
akrab dan kompak satu sama lain.
- Kepedulian dan kebersamaan antar warga sangat baik. Tetapi ketika
menyangkut urusan keluarga atau pribadi, tidak ada campur tangan
dari orang lain.
B. Saran
Demi memberikan perubahan sosial ekonomi yang lebih baik setelah tragedi
Situ Gintung, dan setelah peneliti melakukan penelitian selama 3 bulan yang
terhitung dari bulan Maret sampai dengan Mei 2011, maka peneliti mempunyai
saran-saran di antaranya:
68
1. Agar warga tidak terbebani dengan pinjaman usaha dari lemabaga sosial
seperti Dompet Dhuafa, seharusnya diadakan kerjasama untuk saling
membantu agar warganya mempunyai penghasilan.
2. Solidaritas yang dibangun seharusnya didasarkan rasa tolong menolong
yang sangat besar, bukan karena menghasilkan bagi diri masing-masing.
3. Kepedulian kepada alam harus lebih ditingkatkan, karena tragedi Situ
Gintung dikarenakan oleh ulah manusia sendiri. Warga harus sadar akan
alam dan peduli akan alam.
4. Keimanan setiap warga juga harus ditingkatkan sesuai dengan agamanya.
Karena dari peningkatan ibadah yang dilakukan setiap warga, membuat
warga menjadi nyaman menjalani hidup dan melakukan semua kegiatan
berdasarkan tuntunan agamanya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Daftar Buku
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Creswell, John W. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010.
Giddens, Anthony. dkk. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Yogyakarta: KREASI WACANA. 2008.
Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L. Sosiologi Jilid 2 Edisi Keenam.
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1984. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007. Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan Edisi Kedua. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2007.
Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban
Bencana Situ Gintung Buku 2. Media Center, 2009. Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. Teori Sosiologi Modern Edisi
Keenam. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2010. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survai.
Jakarta: LP3ES, 1989. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA, 2006. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
2. Daftar Sumber Internet
Geospasial. “Situ Gintung Sebelum Jebol (2 April 2009).” Artikel diakses pada 22 Mei 2011 dari http://geospasial.bnpb.go.id/2009/05/12/situ-gintung-sebelum-jebol-2-april-2009/
Geospasial. “Situ Gintung Sesudah (2 April 2009).” Artikel diakses pada
22 Mei 2011 dari http://geospasial.bnpb.go.id/2009/05/12/situ-gintung-sesudah-2-april-2009/
Tangerang Selatan. “Sejarah Kota Tangerang Selatan”. Artikel diakses
pada 28 Juni 2011 dari http://www.tangerangselatankota.go.id/
3. Daftar Wawancara
Wawancara Pribadi dengan Bongas (Wakil Ketua RT 001/08), Gintung, 15 April 2011 Siang Hari
Wawancara pribadi dengan Informan (Warga sekitar Situ Gintung),
Gintung, 16 Maret 2011 Siang Hari Wawancara Pribadi dengan Istri Shodiqin (Warga RT 001/08), Gintung,
19 Mei 2011 Malam Hari
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 2 Mei 2011
Siang Hari Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 8 Mei 2011
Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 11 Mei 2011 Sore Hari
Wawancara Pribadi dengan Lamro S. (Bagian Kessos Pemerintah Daerah
Tangerang Selatan), Pamulang, 28 Juni 2011 Siang Hari Wawancara Pribadi dengan Nana (Ketua RT 004/08), Gintung, 28 April
2011 Siang Hari Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 14
April 2011 Malam Hari
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 26 April 2011 Malam Hari
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 8
Mei 2011 Malam Hari Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 11
Mei 2011 Malam Hari Wawancara Pribadi dengan Suhaini, Sumarni dan Aminah (Warga RT
004/08), Gintung, 11 Mei 2011 Siang Hari Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08),
Gintung, 19 Mei 2011 Siang Hari Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 2 Mei
2011 Siang Hari Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 8 Mei
2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 11 Mei 2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Tommy (Penasehat RT 001/08), Gintung, Maret 2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Tommy (Penasehat RT 001/08), Gintung, 30
April 2011 Malam Hari Wawancara Pribadi dengan Yudi (Ketua RT 001/08), Gintung, 28 April
2011 Malam Hari
65
LAMPIRAN
1. Data Penduduk
DATA WARGA TETAP RT 01/08 TAHUN 2010-2013
No Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1 96 102 198
DATA KEPALA KELUARGA YANG BARU RT 01/08
No Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1 5 4 9
DATA PENDUDUK RT 03/08
No Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahun Dikeluarkan KK (Kartu Keluarga) Jum
lah 1997 1998 2000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 12 10 3 - 9 13 30 14 57 115 132 26 4 425
2. Data Korban Bencana Situ Gintung
Tabel Rekapitulasi Data Akhir Korban Bencana Situ Gintung
NO. LOKASI JUMLAH
KK
JUMLAH
JIWA TETAP MUSIMAN
RW RT
1 08 01 41 123 27 14
2 08 03 62 172 20 42
3 08 04 135 381 78 57
TOTAL 238 676 125 113
Tabel Rekapitulasi Data Korban Bencana Situ Gintung berdasarkan
Pekerjaan
NO. LOKASI JML
KK W SW KY MHS L2 JML
RW RT
1 08 01 41 16 10 13 - 2 41
2 08 03 62 31 22 9 - - 62
3 08 04 135 27 9 87 5 7 135
TOTAL 238 74 41 109 5 9 238
Keterangan:
W: Wiraswasta
SW: Swasta
KY: Karyawan
MHS: Mahasiswai
L2: Lain-lain
3. Data Kelembagaan Sosial
Susunan Kepengurusan RT 002/08 tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
a. Pelindung : Kadus 08
Ketua Rw 08
b. Penasehat : H M Jamal Dahlan BA
Ruslan Effendi
Darman K
Asnan Marta
c. Ketua RT : Yok Nasiawati Nazar
d. Sekretaris : Suhendra
e. Bendahara : Sri Darman K
f. Kerohanian : Sa’adah Jamal
Nani R
Een
Amin
g. PKK : Sa’odah
Tuti
Yana
Zakiyah Ulfa
Sri W
Empoi
Lilis
h. Humas : Ading
Iyus
i. Kepemudaan : Forgint 28
Struktur Organisasi RT 002/08 Desa Cirendeu
PENASEHAT
KETUA RT 002/08
BENDAHARA RT SEKRETARIS RT
KEROHANIAN PKK KEAMANAN HUMAS
PELINDUNG
KEPEMUDAAN
Wawancara dengan Informan Identitas Informan: Nama : H. Su’aib Usia : 78 tahun Alamat : Kp. Gintung RT 01 RW 08 Cirendeu Pekerjaan : Usaha Kontrakan Lokasi Wawancara : Kediaman Rumah H. Su’aib Waktu Wawancara : 7 April 2011, Pukul 16.00 WIB
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): saya mau ada penelitian tentang Situ Gintung. Nama Bapak? H. Su’aib (S): Apa itu? Azhar (A): Bapak namanya? H. Su’aib (S): H. Su’aib Azhar (A): Bapak kan udah lama tinggal di sini? H. Su’aib (S): Iya, udah lama. Azhar (A): Saya ada sedikit bertanya, tentang Situ Gintung, Situ Gintung seperti apa sebelum jebol? H. Su’aib (S): Apa itu? Apanya? Azhar (A): Situ Gintungnya H. Su’aib (S): Yah... Sebelum jebol? Lebih bagus sekarang buatannya ama dulu. Azhar (A): Waktu itu emang kondisinya seperti apa si pak? H. Su’aib (S): Dulu kan begini ya, di atas tu jalan besi, gede, bawahnya kolong, nih kayak meja begini, kayak meja begitu, gitu aja udah, ama pinggirannya dipelur terus kan ada turunan ke bawah, pelur, gitu aja, habis semuanya dibongkar. Azhar (A): berarti bahaya juga kalo lewat situ? H. Su’aib (S): ya dulu
Menjelaskan mengenai Situ Gintung sebelum jebol dan setelah jebol dengan antusias.
Azhar (A): bolong kayak gini H. Su’aib (S): iya, kayak meja gitu, jadi jembatan atasnya, bawahnya kolong Azhar (A): saya juga udah pernah ngelewatin waktu pertama kali, ngeri juga, sebelah air sebelah warga. H. Su’aib (S): kalo sekarang kan udah bagus, sekarang waduh udah pake pintu airnya lain, ininya lain. Dulu si emang kalo banjir tu, kan ada kolong, naik kan air, duh nimpa, kalo air biasa aja kan, nih kan meja begini, kan air segini, terus nimpa. Kalo kebetulan airnya besar, penuh tuh kolong, itu yang bikin bobol gitu. Azhar (A): udah gag kuat nahan ya? H. Su’aib (S): iya, udah dari jaman belanda Azhar (A): jaman belanda? H. Su’aib (S): iya, hahahaha Azhar (A): waktu jebol ini bapak kena efeknya atau? H. Su’aib (S): gag kena apa2 Azhar (A): gag kena apa2, alhamdulillah. H. Su’aib (S): yang kontrakan atas banyak, hanyut rumah-rumahnya. Azhar (A): berarti yang orang kontrakan atas pada meninggal ya pak? H. Su’aib (S): hmm? Azhar (A): udah meninggal semua ya pak? H. Su’aib (S): gag, sini mah gag ada yang meninggal. Azhar (A): yang kontrakan atas sebelah mana ya pak? H. Su’aib (S): ini di bawah setu, kan ada kontrakan, sebelumnya itu udah pada manjat. Azhar (A): tapi sekarang udah pada pindah semua ya pak? H. Su’aib (S): rumahnya hanyut, tapi orangnya selamat. Azhar (A): iya, udah gag tinggal di sini lagi. H. Su’aib (S): kalo rt 01 semuanya selamet. Azhar (A): alhamdulillah H. Su’aib (S): kalo sonoen, tuh depan pabrik tahu, ada jual rokok, ama tempat ukiran,
dibangun2in ama pabrik tahu, air itu, bedah-bedah, pada diem aja, takut yang bangunin hanyut, akhirnya begitu anu, udah rubuh, dia hanyut, istrinya hanyut, suaminya selamet. Suaminya selamet, kesangkut kabel, bininya dari sini ke situ gimana mau nolongin, airnya begitu besar, datengnya baru, hanyut bininya. Azhar (A): saya ngebayanginnya aja udah ngeri. H. Su’aib (S): baru hamil 6 bulan, paling banyak di sono di muhammadiyah, ya di situ banyakan mahasiswa-mahasiswa Azhar (A): kalo di bawah ini rt berapa si pak, yang deket masjid? H. Su’aib (S): kita rt 1 Azhar (A): sampai masjid itu rt 1 masih ya? H. Su’aib (S): iya Azhar (A): berarti yang selamat alhamdulillah semua warga rt 1? H. Su’aib (S): warga rt 3, pas jalan sana kan rt 3, ya itu, kan di sana kan mahasiswa, mangkal2 di pinggir2 selokan kan rumah mulu, jadi orang kalo setengah 5 orang-orang tidur. Azhar (A): yang bangun buat salat subuh aja yang bisa nyelamatin, jadi memang semua warga rt 01 ini jadi korban tapi semua selamat. H. Su’aib (S): selamat, rumah banyak yang hanyut. Azhar (A): rumah hanyut, Cuma warganya aja ya.. H. Su’aib (S): Alhamdulillah, berarti udah tahu duluan, takut nanti ini, pindah, rumah hanyut. Rumah itu gag banyakan, ada rumah kontrakan, hanyut. Ya rumah pribadi berapa biji. Azhar (A): Sempat ngeri juga lihat di berita kan, air, pada hanyut semua. H. Su’aib (S): Tau ni, yang kerja udah gag ada. Azhar (A): Iya,waktu itu peresmian ya yang hari minggu kemarin. H. Su’aib (S): Belom Azhar (A): Yang peresmian itu waktu hari minggu ini.
H. Su’aib (S): Umm maulid? Azhar (A): Oiya maulid, sekalian peresmian juga. H. Su’aib (S): Emang ada peresmian? Azhar (A): Waktu saya dateng, ajm 9 ada dari camat ciputat timur, segala macem. H. Su’aib (S): Ya, ya. Udah diresmikan? Belon ya? Azhar (A): Umm, diresmikan mungkin bendungan gintung, bukan Situ Gintung lagi. Suaranya gede bgt ya pak waktu jebol gtu? H. Su’aib (S): Hehe, menggrubuk-grubuk. Aer aja larinya kayak apa tau. Azhar (A): Waktu itu emang lagi sering-sering hujan dari malem ya? H. Su’aib (S): Orang sedang anak-anak pada tidur Azhar (A): Tiba-tiba ya H. Su’aib (S): Setengah 5 Azhar (A): Sempet ada kabar juga, katanya sampai adzan gag selesai-selesai ya? H. Su’aib (S): emang adzan? Azhar (A): gag sampe selesai H. Su’aib (S): kagak bawa hair nanaon. Haduh jak ke sono ke bawa air. Untung lari ke kanan. Naik ke atas. Air udah sampe, kan ini pintu, ini pintu, ini pintu, dari sini air masuk, pas jalan kemari, kedorong dia, untung lari ke depan. Kan dari sono naik ke atas, manjat kan. Selamat dia. Kalo lari ke belakang kebawa ama air. Lagi adzan emang itu, saya bilang, kok udah tutup, gag bawa hair nanaon, rebahan kakinya, udah kebentur. Kan kalo diterusin lama juga. Kalo air kan dateng, masya Allah, kayak apa tau. Azhar (A): Lari juga gag cukup ya pak? Kenceng bgt airnya ya pak? H. Su’aib (S): Hmmm Azhar (A): Berarti yang kena ini rt 03 sebelah mana ya? H. Su’aib (S): Rt 03 situ Azhar (A):deket muhammadiyah ya ? H. Su’aib (S): iya Azhar (A): saya sempet nanya ama ketua rt, yang udah pindah.
H. Su’aib (S): ya? Azhar (A): yang warga jadi korban, tp udah pindah, cuman tidak mencantumkan alamat yang lengkap gitu pak. Jadi cuman bilang, ke reni, ke kedaung, sedangkan reni kedaung gag sepetak kecil gtu, gede. Jadi saya mau ke sananya, waduh ada berapa rt ini saya harus.. mungkin segitu aja pak saya mau nanya-nanya. Mungkin bapak bisa gag, dalam beberapa hari ke depan saya ke rumah bapak lagi untuk nanya-nanya. Ga apa-apa pak? H. Su’aib (S): Ya kadang-kadang saya, pergi-pergian. Azhar (A): Kalo bapak emg setiap hari apa perginya? H. Su’aib (S): Ya saya si gag tentu, ya orang.... hehe kuli. Azhar (A): Ya gpp, nanti kalo misalnya sempet, kalo gag ada bapak, ya gpp, saya bisa ke yang lain H. Su’aib (S): Kalo saya mah apa adanya. Buat nambahin ya enggak, apa adanya aja. Bagi saya, emang waktu itu, waktu subuh, mau adzan si, tau air udah gede, udah, akhirnya sembahyang subuh udah siang, ketakutan. Azhar (A): yang saya ngeri, sebelumnya ada rumah di bawah, udah hilang H. Su’aib (S): itu rumah di bawah ya, ada 3, pabrik tahu, pabrik tahu kan hanyut Azhar (A): makanya dulu kan saya pernah ke rumah warga juga, nanya-nanya kan? H. Su’aib (S): udah pernah ya? Azhar (A): dulu sebelum jebol, waktu ke rumah temen, nanya-nanya rumah temen. Saya juga agak ngeri-ngeri ni ke bawah, bendungan, ngeri juga dalam hati. H. Su’aib (S): kalo dulu. Kalo sekarang permanen banget dah Azhar (A): udah permanen, udah bagus. H. Su’aib (S): kalo dulu, maap aja, kayak meja gini. Pas jalan di atas, di bawahnya, kolongnya air. Azhar (A): nah di situ saya ngeri. H. Su’aib (S): ya begitu, kalo air gede, ya kita lewat, lewat aja dulu. Azhar (A): Cuman kena airnya doang sedikit. Ada tersapu sedikit. H. Su’aib (S): Ada besinya kan gede. Besi gedenya, asal apa aja rontok, bobol, semua
ngumpul, ya jublek. Azhar (A): Yaudah pak itu aja mau nanya H. Su’aib (S): Ini dari mana? Azhar (A): Mahasiswa uin, pak. Saya mau ada penelitian Situ Gintung. Saya tadi mau ketemu pak iqin, cuman saya ketok berapa kali.. H. Su’aib (S): Mas iqin ini? Kenal ama mas iqin? Azhar (A): Gag, saya disaranin ama pak rt. Coba ketemu pak iqin. Dia udah lama tinggal di Situ Gintung. H. Su’aib (S): Ya, saya boleh juga si. Azhar (A): saya udah ketok 10 kali. Tapi kayaknya orangnya lagi pergi H. Su’aib (S): Lagi pergi. Azhar (A): malam mungkin ada ya pak ya? H. Su’aib (S): ada. Azhar (A): yaudah itu aja, makasih banyak nie bapak. H. Su’aib (S): sama-sama. Azhar (A): udah ganggu begini.
Interviewer Interview Azhar Firdaus H. Su’aib
Identitas Informan: Nama : Bongas Usia : 39 tahun Alamat : Kp. Gintung RT 01 RW 08 Pekerjaan : Buka Usaha Lokasi Wawancara : Kediaman Rumah Bapak Bongas Waktu Wawancara :
1. 8 April 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): Begini, pak. Saya dari mahasiswa UIN. Mau penelitian mengenai Situ Gintung untuk skripsi saya. Bapak Bongas (B): Iya. Azhar (A): saya mau menanyakan beberapa hal mengenai Situ Gintung. Bapak Bongas (B): oh iya, silahkan. Azhar (A): bapak udah lama tinggal di sini ya pak? Bapak Bongas (B): iya, udah lama. Azhar (A): saya sempet denger dari pak iqin, katanya waktu jebol ada penampakan. Bapak Bongas (B): saya sendiri yang tinggal di sini, saya begadang semaleman, sehari semalem, pas mau jebol aja, gag pernah saya lihat apa-apa. Biasa2 aja. Kecuali kalo ad aorang “oh.. putih.” Azhar (A): halusinasi aja ya pak. Bapak Bongas (B): saya begadang ampe jebol, saya. Gag ada apa2. Cuma kata2 orang aja yang bisa bisa, cuman pengen ngerame-ramein ada penampakan lah, ini lah, itu lah. Azhar (A): haha, makanya saya juga mau klarifikasi lagi. Bapak Bongas (B): ini semua karena bencana. Bencana siapa yang mau tahu? Gag ada yang tahu kan
Bapak Bongas menceritakan secara singkat apa yang saya tanya, langsung ke sasaran, tidak keluar ke mana-mana.
Azhar (A): iya, Allah aja yang tahu. Bapak Bongas (B): iya, ada penampakan begini, begini, begini. Wah.. Azhar (A): Iya, bapak kira-kira bisa gag kalo misalnya beberapa waktu kemudian saya wawancara lagi? Bapak Bongas (B): Ya, boleh. Boleh-boleh aja. Azhar (A): Bapak di sini terus ya? Bapak Bongas (B): Iya, saya jualan di sini. Azhar (A): td saya juga udah ketemu istrinya, katanya lg tidur, waktu tadi, jam berapa. Yaudah pak itu aja. Bapak Bongas (B): ya banyak anak-anak mahasiswa uin yang bikin skripsi datengnya kemari. Dari bandung, dari mana, datengnya ke saya, akan saya jelasin apa adanya. Azhar (A): Yaudah deh pak. Makasih banyak ni, pak. Bapak Bongas (B): sama2... Azhar (A): Assalamualaikum, pak. Bapak Boas (B): Waalaikum salam.
2. 15 April 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): pak Bapak Bongas (B): apa lagi? Azhar (A): saya mau nanya-nanya sedikit lagi, pak Bapak Bongas (B): nanya apa lagi? Azhar (A): boleh kan pak? Bapak Bongas (B): gag Azhar (A): hehehe. Kan emang skripsi saya tentang sosial. Kalo bapak itu setiap harinya ketemu siapa aja si pak kalo di tetangga.
Bapak Bongas menceritakan secara singkat apa yang saya tanya, langsung ke sasaran, tidak keluar ke mana-mana.
Bapak Bongas (B): kalo di mana? Azhar (A): kalo bapak ketemu tetangga itu setiap harinya ketemu siapa aja? Bapak Bongas (B): ya ketemunya orang ya ketemu. Dateng kemari. Azhar (A): Oh yang dateng kemari aja. Bapak Bongas (B): oh iya, saya gag ke tetangga. Malah tetangga kemari. Azhar (A): oh, biasanya apa si pak yang dibicarakan? Bapak Bongas (B): ya apa yang dibicarakan, banyak macem2. Azhar (A): kegiatan biasa aja, sehari-hari. Bapak Bongas (B): ya iya. Kegiatan sehari-hari, pendapatan dagang, kalo ada dagang yang diomongin, gag ada masalah2 lain. Azhar (A): terus kalo misalnya ada kegiatan gotong royong atau apa, semua warga ikut semua? Bapak Bongas (B): ikut. Azhar (A): terakhir gotong royong kapan ya pak? Kerja bakti apa gitu? Bapak Bongas (B): kerja bakti, kemarin kita ngadain kerja bakti. Gotong royongnya jarang. Azhar (A): yaudah segitu aja, pak. Bapak Bongas (B): oh iya.
Interviewer Interview
Azhar Firdaus Bapak Bongas
Identitas Informan: Nama : Bapak Lamro S. Usia : 40 tahun Alamat : Perumahan PU Kelapa Dua Kabupaten Tangerang Selatan Pekerjaan : Bagian Kessos Pemda Tangerang Selatan Lokasi Wawancara : Kantor Pemerintah Daerah Tangerang Selatan Waktu Wawancara : 28 Juni 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): kira-kira kan ada kiat langsung dari pemerintah tangerang selatan untuk memperbaiki tanggul itu, kata masyarakat kan ada yang rusak. Bapak Lamro (L): ini kamu tahunya dari mana, kepada yang terhormat bagian kessos pemerintah daerah.. kok tahu? Azhar (A): iya saya tahu dari ams tommy di warga sekitar situ. Kalo misalnya bantuan dana itu kira2 disalurkannya seperti apa? Dalam bentuk apa? Bapak Lamro (L): yg mau anda tanyakan dalam skripsimu itu apa? Azhar (A): peran pemerintah daerah tangerang selatan ketika itu. Bapak Lamro (L): mengayomi, melindungi, membantu, banyak perannya. Azhar (A): ketika bantuan itu sudah disalurkan semua? Bapak Lamro (L): sudah. Sudah disalurin. Azhar (A): kepada korban semuanya? Bapak Lamro (L): jangankan korban, yg gag korban aja kebagian. Azhar (A): tapi kalo untuk masalah perbaikan itu, bagaimana tadi? Bapak Lamro (L): sudah. Sebelum jebol sudah. Sudah ada perbaikan. Sudah ada peringatan. Azhar (A): tapi di bawah tangga itu sebelum jebol, memang boleh dibangun pemukiman apa enggak? Bapak Lamro (L): gag boleh. Kesadaran warga. Contoh, kan sudah ada aturan, bangun
rumah, 10 meter kiri kanan di jalan, lintasan rel kereta api. Banyak gak yang bangun? Azhar (A): banyak Bapak Lamro (L): kalo nabrak, salah gag? Azhar (A): ya gag juga salah, salahnya dari warga, kan ada peraturan. Bapak Lamro (L): sebaliknya gitu, situ gintung adalah situ yang di atas permukaan tanah. Sekarang jangankan bertempat tinggal di situ, main sekitar situ aja, khawatir gag? Azhar (A): khawatir. Bapak Lamro (L): apalagi bertempat tinggal. Sekarang yang anda mau tanyakan itu untuk bahan skripsi itu apa? Azhar (A): saya udah nanya kan, bantuan pemerintah, sama perbaikan tanggul itu. Segitu doing. Bapak Lamro (L): jadi pemerintah, pemerintah daerah. Jadi gini, dek. Biar adek tahu sejarahnya. Sejarahnya situ gintung itu, kita pemerintah kota tangerang selatan baru dibentuk, tahun 2008. Pemerintah kota tangsel baru dibentuk bulan januari 2008. Tadinya apa? Azhar (A): tangerang pusat. Bapak Lamro (L): kabupaten tangerang. Terus dimekarin, tapi dalam skripsi kamu, harus dijelaskan kronologisnya dulu. Kronologis ceritanya, kabupaten tangerang dimekarkan menjadi dua. Satu kota tangerang selatan, yang terbentuk berdasarkan undang undang nomor 51 tahun 2008. Itu di bulan januari 2008. Terbentuknya kota tangerang selatan. Azhar (A): tapi bukannya tragedy itu terjadi tahun 2009, pak? Bapak Lamron (L): ah salah kali kamu. Kamu yang salah apa bapak yang salah. Azhar (A): ya nanti saya cek lagi, pak. Jadi 3 bulan baru. Azhar (A): 3 bulan baru. Bapak Lamro (L): baru 3 bulan, kebol situ gintung. Gimana nanganinnya itu? Azhar (A): kalo jadi saya, juga bingung. Memang kabupaten tangerang yang sudah memperbaiki. Bapak Lamro (L): terus diterusin.
Azhar (A): diterusin sama tangerang selatan. Bapak Lamro (L): kronologisnya dulu, ceritakan dulu asal muasalnya, pemerintahannya, peralihan, pemerintahan, dari kabupaten ke kota, pemekaran istilahnya. Pemerintahnya itu baru terbentuk, sudah terjadi musibah nasional. Akibat situ gintung itu berakibat ekonomi masyarakat.
Interviewer Interview
Azhar Firdaus Bapak Lamro S.
Identitas Informan: Nama : Nana Usia : 51 tahun Alamat : Kp. Gintung RT 04 RW 08 Cirendeu Ciputat Timur Pekerjaan : Ketua RT 04/08 dan Keamanan Lokasi Wawancara : Kediaman Rumah Bapak Nana Waktu Wawancara : 28 April 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Bapak Nana (N): kuli2 bangunan, gitu ya. Ada si beberapa orang jadi karyawan. Azhar (A): bapak kira2 punya data penduduk yang rt 04 gag pak? Bapak Nana (N): gag ada datanya mah. Buat apaan? Azhar (A): buat di sini kan, di bab 3 ada gambaran penduduknya, penduduk situ gintungnya, kan saya udah ke rt 1, 2, ama 3. Rt 1 saya udah dapet penduduknya, rt 2, 3 saya belum. Kalo 3 kan emang ketua rt-nya baru, si ibu yok. Jadinya dia masih mencari data2 juga, belum diperbarui lagi. Mungkin rt 3 saya bisa dapet lagi. Bapak Nana (N): nama2 orangnya? Azhar (A): iya nama2 orangnya, pak. Bapak Nana (N): susah mas kalo di sini. Di sini kebanyakan pengontrak. Pribuminya yang punya kk, gag banyak. Di sini kebanyakan pengontrak daripada warga. Azhar (A): tapi kalo misalnya sedikit juga data yang gag lengkap juga ga apa2. Bapak Nana (N): gag perlu data warga kali, data warga gag perlu lah. Azhar (A): ga, maksud saya cuman gambaran penduduknya, oh ini penduduk rt 04, penduduk rt 03, 02, 01 gitu doang. Bapak Nana (N): kalo data2 untuk warga si, ya sebetulnya si di sini, kebanyakan pengontrak daripada warga. Azhar (A): kalo boleh si, bapak bisa kasih tahu aja, berapa KK si yang tinggal di sini. Bapak Nana (N): sekarang ni?
Menjawab dengan singkat dan jelas
Azhar (A): ya sekarang, atau gag pas sebelum masih ingat bapak, sebelum berapa sesudah berapa? Bapak Nana (N): mak, dulu KK sebelum jebol berapa mak? 97 ya? Sini sebentar mak. Kasian ni, mau bikin skripsi dia. 97 ya? Di sini pengontrak banyak. Di depan kontrakan. Banyak kontrakan. Ini aja berapa pintu ni. 1,2,3,4,5,6,7. 16 pintu ni satu. Azhar (A): wah banyak banget. Bapak Nana (N): iya. 16 pintu itu belum tentu satu orang satu pintu kan. Ada 3 ada 2. Banyakan ya mahasiswa. Anak UMJ, sama anak UIN juga ada. Di sini mah banyak kontrakan. Mana mamak, dek? Azhar (A): kalo bisa si saya juga pengen fotocopy juga, pak. Nama orangnya. Kan saya udah dapet dari pak bongas, yang wakil rt 01, datanya udah dapet, 60an. Bapak Nana (N): kalo saya, terus terang aja, gag pernah saya data. Kalo saya data, KK-nya aja. Gag pernah saya catet. Kalo dari pihak kelurahan, data, tinggal kasih fotokopi KK aja. Kalo didata takutnya ada yang kelewat. Ada yang kurang. Kalo fotokopi KK kan kita bisa lihat, siapa yang belum. Azhar (A): Jadi, dari fotocopy KK, bapak catet di buku? Bapak Nana (N): enggak, fotocopy KK saya kumpulin, arsip. Azhar (A): oh bentuknya arsip? Bapak Nana (N): hu uh. Azhar (A): itu kalo saya fotokopi gmn pak? Bapak Nana (N): apanya? Azhar (A): itu, arsip bapak. Bapak Nana (N): jangan lah fotokopi mah. Fotokopi mah jangan. Takutnya nanti, orangnya gag terima, gmana. Saya yang kena. Sembarangan aja. Ya maaf aja ya. Kamu misalnya jatuh di jalan, atau tercecer, atau selesai, skripsinya udah selesai, kalo di pake, kalo gag, ntar dibuang ama kamu, masalah kan. Azhar (A): saya mikirnya, bapak tuh fotokopi KK, maksudnya sudah digabung semua, bukan bentuk KK asli, tapi udah ditulis sama bapak.
Bapak Nana (N): enggak, per lembar, per KK. Azhar (A): saya juga minta maaf. Paling hanya jumlahnya aja. Bapak Nana (N): yang kena musibah 57 pintu, kontrakan doang, belum ama warga. Ada berapa mak? KK. Yang kena musibah 97 ya? 97 dah. Azhar (A): Setelah musibah? Istri Bapak Nana (IN): Setelah musibah mah banyak, ada 100. Nambah2 dikit. 119-an. Bapak Nana (N): hapal kan? Azhar (A): hapal. 97 sama 119 KK. Bapak Nana (N): catat aja. Azhar (A): gag, saya rekam, jadi saya tinggal didengerin ditulis lagi. Bapak Nana (N): hahahahaha. Azhar (A): saya takutnya lupa gitu. Yaudah deh pak segitu aja. Bapak capek banget. Bapak Nana (N): masalah sosial sudah saya sampaikan. Tinggal kamu, jangan ngaco kesimpulannya. Azhar (A): jadi kalo menurut bapak sosialnya sebelum jebol itu agak lumayan, setelah jebol saya bisa... Bapak Nana (N): yah setelah jebol ibarat kata, agak berkurang karena warga banyak, satu ada yang pindah, dalam arti berkurang bukan dari sifat negatif. Azhar (A): tapi masih ada lah kerja bakti. Bapak Nana (N): masih. Azhar (A):walaupun sebelum atau sesudah itu masih. Bapak Nana (N): kecuali dampak ekonominya. Memang sebelum kena musibah, di sini banyakannya harian lepas, kayak kuli2 bangunan gitu lah. Kalaupun ada pegawai, juga beberapa orang. PNS ada satu. Yang kena musibah itu yang PNS. Guru dia. Guru SD. Guru Agama SD. Yang lainnya, yang swasta, berapa orang. Yang swasta, di swalayan2 gitu, banyak, banyaknya pengontrak. Pengontrak juga gag semua mahasiswa, ada yang kerja, ada yang kuliah. Cuman pada umumnya, yang kuliah di muhammadiyah. Mahasiswa UIN gag ada ya?
Gag, UMJ. Azhar (A): tapi yang guru SD, sekarang masih ngajar juga? Bapak Nana (N): masih. Saya kan di sini baru mas. Azhar (A): berapa tahun? Bapak Nana (N): gag, maksudnya tinggal di sini. Rumah saya di bawah, kena musibah juga. Azhar (A): tapi udah sempet ngungsi juga ya pak? Istri Bapak Nana (IN): Atas genteng, lantai 3. Bapak Nana (N): saya, pak kadus, kena musibah. Wakil rt. Ni sebelah juga wakil rt. Ni baru di sini, habis satu setengah saya tinggal di sini. Tadinya di bawah, tempat saya. Azhar (A): kena air semua itu? Bapak Nana (N): iya. Rumah orangtua saya hancur, rubuh. Rumah saya juga. Makanya kamu saya bilangin, saya kasih masukan, saya kasih saran, bikin kesimpulannya yang jelas, gitu lho. Jangan ngira-ngira. Azhar (A): iya, sesuai dengan data yang saya dapet. Bapak Nana (N): karena apa? Karena kalo kamu jelasin nanti, ada salah satu permasalahan nanti, karena ada dosen pembimbing yang terjun kemari. Yang ibu itu sama pak siapa? Lupa lagi. Dua orang lah pokoknya. UIN. Makanya dia di situ sebagai apa gitu. Siapa dulu namanya, deon-deon gitu. Nama aslinya siapa gitu. Ada dulu anak UIN ada 7 orang. Azhar (A): yang pas 2009 itu? Bapak Nana (N): hu uh, yang bikin acara agustusan itu, 7 orang. Takutnya nanti kesimpulan dalam skripsi masalah situ gintung. Begitu lagi.Lupa namanya Azhar (A): pembimbing saya pak tantan Istri Bapak Nana (IN): Oh laki ya. Azhar (A): pak tantan hermansah. Yaudah deh pak segitu aja. Bapak Nana (N): terus korbannya di sini kalo mau tahu, semuanya 91, yang meninggal. Yang ketemu cuman 87, yang 4 gag ketemu.
Interviewer Interview Azhar Firdaus Bapak Nana
Identitas Informan: Nama : Shodiqin dan Istri Usia : 59 tahun (Shodiqin) dan 54 tahun (Istri) Alamat : Kp. Gintung RT 01 RW 08 Cirendeu Tangsel Pekerjaan : Keamanaan RT 001/08 Lokasi Wawancara : Kediaman Rumah Shodiqin Waktu Wawancara :
1. 7 April 2011, Pukul 20.00 WIB
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): Tadi saya siang ke sini, pak Sodiqin (S): Bapak lagi jaga di sini lingkungan rt rw, bapak kan keamanan di sini. 22 tahun di sini. Kalo dijadiin angkatan udah jendral ini. Azhar (A): Hahaha, jadi jendral. Sodiqin (S): Iya, kalo di ABRI. Azhar (A): bapak emang hansipnya sebelah mana aja, pak? Sodiqin (S): ya di sini aja, dek. Azhar (A): di rt ini aja? Sodiqin (S): iya, 22 tahun. Azhar (A): lama banget itu pak. Sodiqin (S): bener2 bapak kepake terus, alhamdulillah. Sampe 3 kali ganti lurah Azhar (A): cuman bapak doang yang hansip di sini atau? Sodiqin (S): saya, saya sendiri. Yang baru ada noh ada dua bulan kali. Jadi teman bapak kan dua-duanya barengan udah meninggal Azhar (A): karena jebol ini ya pak? Sodiqin (S): enggak, penyakit. Yg satu ganti, meninggal. Orangtua meninggal, Cuma bapak doang sendiri. Alhamdulillah udah panjang umur. Temen2 bapak yang satu di sini udah meninggal dua orang. Cuman bapak yang alhamdulillah dipanjangin umur.
Bapak Iqin dan istrinya bercerita mengenai Situ Gintung dengan teratur dan apa adanya.
Azhar (A): waktu itu memang ada rumah di bawah situ? Sodiqin (S): ya rumah di bawah Azhar (A): baru pindah ke sini waktu jebol itu? Sodiqin (S): iya, ngontrak. Dikasih uang sama ibu gubernur, pertama, 1 tahun, 5 juta, dikasih ama gubernur waktu itu juga, namanya juga uang sumbangan, di sini kan gag ada, dek. namanya uang salawatan, kan lain hawanya, dek. Lain, udah kayak daun talas begitu. Kadang2 bapak juga suka melamun, ngontrak begini. Ibu sekarang kerja, jadi pembantu di situ dek, bank mandiri, kasian saya sm ibu, udah tua. Tapi kan, sudah sekian, gajinya Cuma 300 sebulan. Cuma 300, dek. Ahh..buat makan gag ada. Begitu, dipikir2 saya juga sedih, makin susah aja. Prinsip bapak lain, kalo kita begini, cobaan dari tuhan, tuhan memberikan teguran, tuhan masih sayang sama kita. Prinsip bapak begitu aja udah, gitu aja udah. Kita ditegur sama yang maha kuasa. Ya tahan2 begini, lama2, ni dua bulan belum bayar kontrakan, 2 bulan, begini aja. Bapak bingung kemana ni. Makan. Jadi, ngomong-ngomong ada apa, dek? Azhar (A): Hah? Sodiqin (S): Ada apa? Azhar (A): Maksudnya? Sodiqin (S): Ya adek kemari? Azhar (A): Ya, saya lagi laporan akhir skripsi, disuruh dosen saya, coba cari keluarga yang korban tapi masih selamat. Tapi yang kos2an di sebelah sini dulu tinggalnya pernah di bawah? Sodiqin (S): Kos2an di sini? Gag ada. Azhar (A): Baru bapak doang, saya juga tanya ke ketua rt. Sodiqin (S): pak yudi? Azhar (A): iya, katanya udah pindah ke reni, seroa, kedaung. (IS): gag jauh2 pasti Sodiqin (S): yang masih tampil, bapak doang, gag ada lagi. Ada juga situ, yang ono noh yang tukang ketupat sayur.
Azhar (A): ketupat sayur? Sodiqin (S): ketupat sayur, yang di atas, wak hasan, namanya. Azhar (A): itu juga dulu di bawah? Sodiqin (S): iya juga, di bawah juga, rumah sendiri juga. Azhar (A): akhirnya pindah ke sini? Sodiqin (S): ya ngontrak juga sama. Wa’ hasan, Azhar (A): mawa’ hasan? Sodiqin (S): wa’hasan, wa’ enah wa’ hasan, Azhar (A): sebelah mananya rumah rt? Sodiqin (S): sono depan, pas di tanggul aja, kan di situ ada ketupat tahu, ketupat sayur Istri Sodiqin (IS): iya dagang Sodiqin (S): dagang, bedua ama dia saya. Azhar (A): wa’ hasan... Sodiqin (S): iya... Azhar (A): itu kalo pagi besok ada ya? Sodiqin (S): kalo pagi, ya justru pagi udah rame. Azhar (A): oh dia lagi jualan ya, saya sekalian makan aja. Sodiqin (S): waduh lumayan, mendingan, pedagang, pedagang kan begitu, dek. Kalo orang dagang kan pasti ada harapan, kalo kuli mah kan gag ada harapan jadi jutawan. Azhar (A): berarti ketupat sayur itu yang sebelum belokan ke kiri . Sodiqin (S): ya pokoknya bapak tu, adek tu, langsung dari rumah pak rt, lurus aja, pas di setu kan kelihatan orang-orang dagang ketupat sayur. Sama penderitaan dengan saya dia, sama. Warungnya habis. Azhar (A): Tapi keluarganya selamat? Sodiqin (S): Alhamdulillah, kalo warga di rt 1 gag ada korban. Harta mah habis. Darimana emang, dek? Azhar (A): UIN, pak. Sodiqin (S): oh UIN. Oh iya, iya. Dulu mah bukan UIN, IAIN dulu.
Azhar (A): Iya, dulu mah IAIN. Sodiqin (S): Kenal ama pak arifin toy dong? Azhar (A): Iya, temen ibu saya di tarbiyah. Sodiqin (S): Arifin toy? Azhar (A): He eh, anaknya juga waktu itu mas tommy kan. Sodiqin (S): Mas tommy, terus, bertiga si. Kalo gag salah, putranya yang laki ada tiga. Azhar (A): Yaudah deh pak, berarti mungkin saya bakal ke sini lagi ni, pak. mau wawancara lebih dalem lagi. Ga apa2 pak ya? Sodiqin (S): Iya ga apa2. Azhar (A): Takutnya lagi ngerepotin. assalamualaikum. Istri Shodiqin (IS): Waalaikum salam. Shodiqin (S): Waalaikum salam.
2. Tanggal 14 April 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): Masih ada yang mau saya tanyain lagi ni, pak. Ga apa-apa? Bapak Sodiqin (S): ya ga apa-apa, orang nanya. Azhar (A): Gini pak, kalo misalnya kan penelitian saya judulnya sosial ya. Jadi, bapak kalo misalkan ketemu-ketemu tetangga itu berapa kali si pak kalo dalam sehari? Bapak Sodiqin (S): Kenapa? Azhar (A): Tetanga, tetangga sekitar. Bapak Sodiqin (S): sebenarnya si ya, tiap hari. Azhar (A): Siapa aja pak? Bapak Sodiqin (S): Sebelah, pak ujang, pak hamid. Terus. Istri Sodiqin (IS): Egi Bapak Sodiqin (S): Pak Joko. Ya sekitar sini aja. Kadang-kadang keluar. Ya namanya
Bapak Iqin menceritakan dengan santai dan mengalir. Tidak ada raut kecemasan di wajah pak Iqin.
keamanan mah dek, ma masyarakat mah harus menyatu. Azhar (A): itu sering banget ya ketemu? Bapak Sodiqin (S): ya tiap hari lah. Tiap bapak mau jaga ketemu masyarakat sini. Azhar (A): biasanya kalo ketemu itu, yang dibicarakan apa si pak? Bapak Sodiqin (S): ya terutama ya, keluhan-keluhan. Itu namanya udah teguran. Teguran Tuhan. Ni kita punya orangtua perempuan di rumah, kalo dibangunin gimana, ya kagag enak, kalo ditegur, gag enak. Ya itu, tuhan juga begitu, itu namanya teguran. Kita harus tabah. Kalau namanya manusia, kena musibah maupun penyakit, itu namanya teguran. Tergantung kitanya, tawakkal atau enggak. Dikasih ujian, kuat gag ujian ini. Dari sabar jadi bubur, Gag sabar jadi bubar. Ini kan bahasa orangtua begitu. Kalo sabar, jadi bubur, kalo sabar gag kuat ya bubar. Azhar (A): hahahaha. Bapak Sodiqin (S): banyak renungan jadi penyakit TBC. Azhar (A): hah? Bapak Sodiqin (S): ya kan penyakit TBC kalo banyakan renungan mah dek Azhar (A): kok bisa TBC? Bapak Sodiqin (S): ya bisa juga, kalo pikiran, kan TBC, diragotin tuh pikiran. Penyakit kan bukan dari batu, dari pikiran juga lahirnya TBC, paru-paru, jantung, pikiran. Azhar (A): saya pernah TBC juga waktu itu Bapak Sodiqin (S): ya pikiran, perlu banyak hiburan. Apalahi anak muda, hiburan. Jangan banyak pikiran didalemin. Pikiran elmu mah lain. Pikiran elmu mah gimana ini orang kok bisa, kita gag bisa. Gitu, didalemin, dihayatin, timbul terbuka nantinya Azhar (A): Kalo manfaatnya sendiri gimana si pak Bapak Sodiqin (S): ya? Azhar (A): manfaatnya, bagi bapak. Apakah bapak tu, gag ada manfaatnya, cuman ada kerugian bagi bapak. Bapak Sodiqin (S): Kerugian si sangat besar. Sangat besar ruginya. Harta benda. Azhar (A): Gak, maksudnya. Apakah ada untungnya pas kita silaturahimi. Ada
untungnya itu seperti apa? Bapak Sodiqin (S): Kalo masalah silaturahmi, emang harus, dalam agama islam memang harus silaturahmi. Gitu. Harus banyak salam sama tetangga. Assalamualaikum. Timbulnya awet muda. Awet muda itu bukan masalah duit, kita banyakan salam, banyakan silaturahmi, timbulnya awet muda. Kalo istilah jaman sekarang, mah sutek Azhar (A): Sutek? Bapak Sodiqin (S): Cepet tua Azhar (A): hehehe Bapak Sodiqin (S): Kalo kita kebanyakan jabat tangan sama orang, banyak assalamualaikum. Ya timbulnya ya itu. Azhar (A): jadi kalo bapak, masih ada gag si perasaan trauma. Bapak Sodiqin (S): trauma udah pasti, cuman bapak gag terlalu dihayati. Ini teguran lah. Kalo dihayati mah bisa gila. Coba kalo dibayangin waktu air dateng, harta benda hanyut, jiwa hampir2 melayang. Ini gigi pada rontok, kena balok-balok. Azhar (A): Kalo misalnya untuk tinggal di sini lagi, itu bapak, kan pasti walaupun tinggal di atas, Situ Gintung udah bagus, segala macem, tapi kan kok bapak masih pengen tinggal di sini, itu kenapa pak? Bapak Sodiqin (S): soalnya udah menyatu, dek. Bapak dengan setu udah menyatu. Apa menyatunya? Dari susah, biarpun ibu kerja di rumah tangga, bapak sakit juga. Tapi alahamdulillah kita masih bisa biaya anak sekolah. Sejarah itu namanya. Istri Sodiqin (Is): Ya punya rumah, biar gubuk2 juga Bapak Sodiqin (S): Biar gubuk2 juga, alhamdulillah. Usaha sendiri. Tanpa dari mana-mana. Ada uang sedikit, tapok, semen maksudnya. Uang sedikit, pelur. Dari keringat ibu, keringat bapak, sambil nyekolahin anak. Bapak juga dibayangin ke situ. Azhar (A): Udah dibangun. Bayangin aja kan udah dibangun sendiri, tiba-tiba jebol. Istri Sodiqin (IS): niatnya mah mau ningkat. Bapak Sodiqin (S): ada duit, beli semen, tapok. Azhar (A): tapi kan bapak waktu itu kan, tetangganya kan udah dibawa. Bapak kan
pindah ke sini, nah suasanya gimana si pak, bapak kan baru, tetangga, semuanya di sini. Bapak Sodiqin (S): ya kalo masalah suasana mah, udah kenal ama bapak. Azhar (A): udah kenal ya. Udah biasa. Bapak Sodiqin (S): udah biasa. Tetangga sini, juga orang sini juga. Udah saudara sendiri. Timbul betah juga. Cuman sayangnya bukan rumah sendiri, juga masih ngontrak, ngontrak. Ya ngontrak satu bulan cepet, baru pecah bisul, udah nongol lagi bisulnya, bayar lagi. Bapak si ya apa adanya dek. Terbuka. Selesai bayar kontrakan, besok makan ikan asin lagi, kapan mau makan dagingnya kalo begini. Azhar (A): kalo menurut bapak, bapak kan keamanan di sini, pasti udah tau udah kenal ama masyarakat Bapak Sodiqin (S): kenal semua Azhar (A): menurut bapak sikap masyarakat di sini gimana pak? Apa solidaritasnya bagus atau gimana. Bapak Sodiqin (S): ghibah ya, banyak ama bapak. Ghibah ya, cuman ghibahnya doank. Yah apa daya lah. Sama-sama susah. Cuman ngomong doank. Kasihan pak ya. Ya alhamdulillah, bilang kasihan juga, namanya ikut berduka. Azhar (A): Bisa ngeluarin unek-unek lah. Bapak Sodiqin (S): Iya, alhamdulillah. Azhar (A): Tapi kalo misalnya ada kegiatan, apa gitu, sosial, gotong royong. Bapak Sodiqin (S): Udah pasti. Azhar (A): Udah pasti masyarakat semua. Bapak Sodiqin (S): Masyarakat mah, bapak ngarahin, ada kerja bakti, siap. Azhar (A): Siap semua ya. Bapak Sodiqin (S): Bapak kan di humas juga. Jadi, udah terpadu bapak di sini. Bapak si gag mau ninggalin gintung, habis bagaimana, tanah tinggal sedikit. Habis, ada kali 2x5 meter. Lebar 2 meter panjang 5 meter ada kali. Azhar (A): Tapi sekarang ini gag boleh dibangun lagi? Bapak Sodiqin (S): Ya kalau luar daripada itu si gag boleh, kalo luar daripada proyek si
boleh. Cuman perencanaannya, nanti tahap ke-2, nanti gag tau deh. Tadi mau 8 juta. Belum keluar. Kalau ama pemerintah, masih dipegang aja duit. Harapan duit, bukan bapak aja, keluhan dek, dari masyarakat. Tahu begini, ngapain digembor-gemborkan ke tv. Ke koran. Kalo gag, enggak. Azhar (A): Masyarakat jadi berharap. Bapak Sodiqin (S): Harepin. Kapan ni pak SBY. Yang 30 juta, yang 15 juta, yang 5 juta. Uang penggantiannya. Bukan penggantian namanya, yah upah lah. Yang punya kontrakan sekian. Azhar (A): saya juga denger dari mas tommy, katanya banyak sertifikat tanahnya gag ada yang keluar. Yang rumah di bawah. Bapak Sodiqin (S): gag ada emang. Azhar (A): waktu itu bapak sempet nyelamatin? Bapak Sodiqin (S): kalo yang di bawah itu, terkecuali dek ya, ini yang china ini, kan sampai bawah tanahnya, emang ada sertifikatnya, yang tingkat noh, cuma dua orang yang punya sertifikat, dek. China ini ama bu ratna ini. Itu yang tingkat. Itu ada sertifikatnya. Azhar (A): tapi kalo ini gag ada yang di bawah itu. Bapak Sodiqin (S): kalo di bawah ini, udah ada. Ini kan tanah kosong ini, langsung ke bawah tuh. Itu sertifikat. Udah sertifikat. Empang-empang itu kan, udah sertifikat. Cuman di bawahnya dibeli sama PU. PU yang beli. Tinggal di atas doang.
3. Tanggal 26 April 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): lagi nyantai aja pak? Bapak Shodiqin (S): iya Azhar (A): saya pengen nanya, kalo warga di sini kebanyakan sukunya apa si pak? Daerah asalnya? Bapak Shodiqin (S): ya campur, dek. Suku sunda, jawa, betawi
Bapak Iqin menjawab pertanyaan dengan jelas.
Azhar (A): aceh juga ada di sini? Bapak Shodiqin (S): iya, banyakan si, banyakan perantau Azhar (A): . kebanyakan yg perantau Bapak Shodiqin (S): iya, betawi juga mah. Azhar (A): orang betawi itu asli di sini? Bapak Shodiqin (S): iya. Azhar (A): bapak dari mana? Bapak Shodiqin (S): bapak si dari garut. Ibu dari bogor Azhar (A): kalo misalnya organisasi2 di sini seperti apa si pak? Organisasi apa aja? Bapak Shodiqin (S): ya organisasi... Azhar (A): selain RT apalagi tuh pak? Bapak Shodiqin (S): ya tahu bapak, anak muda itu. Ada anak bapak ikut organisasi. IKGR, Ikatan Keluarga Remaja Gintung. IKGR. Azhar (A): Siapa si ketuanya pak? Bapak Shodiqin (S): Ketuanya kalo gag salah bopak. Di situ rumahnya. IKGR. Ikatan Remaja Keluarga Gintung Azhar (A): Setiap hari ngumpulnya? Bapak Shodiqin (S): Kan begini, dek. Setiap malam minggu doang ngumpulnya, itu pun juga, anak2 ini kan pada kerja ini semuanya, pada nganggur. Seperti pak rt di restoran. Ada yang kerja di kuningan, cibubur. Ada ikatan organisasinya, IKGR. Azhar (A): cuma itu doang atau ada lagi? Bapak Shodiqin (S): ya itu ya, karang taruna emang dari dulu. Azhar (A): bophak sebelah mana tadi? Bapak Shodiqin (S): di sini, andi namanya. Andi namanya. Kalo panggilnya bophak. Azhar (A): kalo gang ini keluar sana? Bapak Shodiqin (S): ini samping musholla. Istri Shodiqin (IS): Pas depan mushalla, yg ada pohon mangga Bapak Shodiqin (S): yg ada halaman, di situ rumahnya. Dia si ada di rumah rutin, gag
kemana2. Azhar (A): saya juga mau nanya, pak. Kalo misalkan, setelah kejadian jebol, kalo misal warga sebelum kejadian jebol dan setelah jebol apakah sama kekerabatannya, kebersamaannya? Bapak Shodiqin (S): gotong royong, alhamdulillah Azhar (A): walaupun sebelum jebol Bapak Shodiqin (S): sebelum jebol emang udah ada ikatan ini. Sebelum jebol, semua tuh pada begitu semua, pada teriak, pada anu dah, ngasih informasi, hati2, maupun jebol pada terjun. Azhar (A): misalnya jebol tahun 2009, misalnya sebelum tahun 2009, pada tahun 2000 sampai tahun 2008, kebersamaan memang Bapak Shodiqin (S): terus. Gag ada berubahnya. Alhamdulillah, ikatan remaja mah belum pernah mentah. Karena mas tommy terjun, bola serangan pentingnya. Wartawan juga, wartawan koran. Pendekatan ke anak2 remaja, mas tommy, dekat sekali. Apapun yang terjadi, mas tommy suka ngasih wejangan2. Nurut sama mas tommy. Azhar (A): untuk pencarian nafkah sendiri. Misalnya warga di sini. Untuk setelah jebol itu pencarian nafkahnya seperti apa si pak? Misalnya dia ngelakuin kerja apa? Bapak Shodiqin (S): ya terutama si dia, kalo ada kerja bakti di lingkungan, Kompak semua Azhar (A): tapi kalo untuk kerja nafkah ini, untuk memenuhi kebutuhannya, setelah jebol ama sebelum jebol apa pekerjaannya tetep sama atau berbeda? Bapak Shodiqin (S): ya pada waktu itu kan anak2 masih sekolah, dek. Sekolah. Kan biasa, anak2 paling parkir2 depan. Azhar (A): Itu setelah jebol? Bapak Shodiqin (S): Sebelum. Sebelum jeblos. Di samping itu juga, anak2 sini ya itu aja. Udah pada lulus, karena dari biaya. Sebagian mah masih lanjut. Kuliah. Azhar (A): Ada yang kerja. Bapak Shodiqin (S): Banyak yang kuliah juga. Kalo melihat bapak gini anaknya, kerja.
Azhar (A): Berarti kalo misalnya ini, sebelum jebol sama setelah jebol. Bapak Shodiqin (S): kebersamaannya sama. Azhar (A): ada yang kerja ada yang lanjut kuliah. Bapak Shodiqin (S): ya iya, begitu selesai jebolnya, di situ, ada kesempatan, mau diteruskan sekolahnya, lanjut, dibiayain pemerintah. Istri Shodiqin (IS): Dhuafa ya pak?Untuk dhuafa Bapak Shodiqin (S): untuk dhuafa. Dari smp maupun sd, begitu juga. Terutama anak yatim. Ya gag anak yatim kek, yang penting mau diteruskan gag. Azhar (A): tergantung dari dirinya masing2. Bapak Shodiqin (S): ya tergantung daripada anaknya, mau gag kuliah. Azhar (A): tapi kalo misalnya orangtua, kayak bapak, itu pencarian nafkahnya apa berbeda seperti pas sebelum jebol sama setelah jebol? Bapak Shodiqin (S): ya berbeda juga dek. Azhar (A): misalnya kayak bapak sebelum jebol, kerja seperti apa. Bapak Shodiqin (S): bapak si sebelum jebol sesudah jebol gag ada tingkatan. Azhar (A): tapi kalo masyarakat di sini ada tingkatan gag si pak? Kalo bapak lihat sendiri. Bapak Shodiqin (S): kalo masyarakat sini, dagang. Azhar (A): jadi setelah jebol malah lebih meningkat ya? Bapak Shodiqin (S): lebih meningkat Azhar (A): ohh, yang wa’ enah ya. Bapak Shodiqin (S): nah, yang wa’ enah sebetulnya si dari dulu juga emang juga bukan main majunya, dibandingkan dengan sekarang, sekarang kan tanah orang, dek. Kalo dulu kan tanah sendiri. Itu doang bedanya. Azhar (A): dia harus bayar lagi. Bapak Shodiqin (S): bayar, tiap bulan sekian sekian, ngontrak. Sekarang mah lain, dulu kan punya lahan sendiri, sekarang mah, itu kan tempat orang, belum rumah, belum ngontraknya. Bukannya peningkatan, malah menurun. Uang buat kantong sendiri,
malah diberikan ke kontrakan. Bapak kan jalan 3 bulan bayar kontrakan. Jalan 3 bulan. Sudah disuruh keluar. Sebulan 500 dek ni.
4. 8 Mei 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): ternyata kan masih kurang juga datanya. Kalo misalnya kan bapak keamanan, ngeliat warganya sendiri, kalo ketika mencari pekerjaan ini, apa warga itu mencari modal dari tetangga, apakah sendiri-sendiri? Bapak Shodiqin (S): masalah modal si gag ada, sama2 penderita. Azhar (A): berarti kalo misalnya mau dagang itu kebanyakan modalnya dari? Bapak Shodiqin (S): ya kan dari dhuafa tadinya, dhuafa kecewa, istilahnya banyakan gag bisa mulangin. Boro2 untuk mulangin, buat makan aja susah, ya kecewa, dhuafa juga kecewa. Tadi si, ada dikit2, sumbangan2. Sumbangan juga, kreatif bagus, kalo enggak ya, ya itu kebanyakan yang gag biasa dagang, yg danga sebagian dagang, ada. Azhar (A): tapi modalnya dari sumbangan semua. Bapak Shodiqin (S): sumbangan tadinya. Dhuafa juga sebagian. Sumbangan sebagian. Azhar (A): dhuafa, dompet dhuafa maksudnya? Bapak Shodiqin (S): iya. Ilang. Akhirnya kebanyakan pada habis. Dompet dhuafa tergantung-gantung. Jadi gag dipercaya lagi. Azhar (A): tapi kalo misal minjem ke tetangga itu memang? Bapak Shodiqin (S): yah jauh. Istri (IS): jauh deh, gag bisa diharepin. Bapak Shodiqin (S): dari dulu, enggak ada. Sebelum gintung, sebelum jebol juga, kalo ke tetangga gag ada. Istri Shodiqin (IS) : susah ya pak? Bapak Shodiqin (S): susah. Azhar (A): tapi kalo misalnya ada yang minta pekerjaan gitu ke tetangga misalnya,
Bapak Iqin menjawab pertanyaan dengan jelas
tolong dong cariin pekerjaan. Bapak Shodiqin (S): gag ada. Azhar (A): gag ada juga itu pak? Bapak Shodiqin (S): sebagian ada, sebagian. Ya kebanyakan ya gag ada. Tergantung orangnya. Azhar (A): mungkin tetangga solidaritasnya bukan karena pekerjaan tetapi karena kebersamaannya aja Bapak Shodiqin (S): kebersamaannya, ada kerja bakti. Cuman itu aja. Pengajian.
5. 11 Mei 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): kalo misalnya untuk sekarang ini lebih banyak yang penganggur apa yang bekerja, pak? Bapak Shodiqin (S): kalo yang sekarang, yang bekerja itu yang gag kena musibah, kalo yg kena musibah gag ada yang kerja. Azhar (A): yg kena musibah gag bekerja? Bapak Shodiqin (S): gag bekerja Azhar (A): tapi yang.. Bapak Shodiqin (S): yang gag kena musibah udah ada 3. Yang kena, gag ada yang kerja. Azhar (A): tapi kira2.. Bapak Shodiqin (S): termasuk anak saya lah Azhar (A): tapi kira2 banyakan yang kerja atau yang nganggur? Bapak Shodiqin (S): banyakan yang nganggur. Di bawah kan banyak dek, rumah itu. Bawah.
Bapak Iqin menjawab pertanyaan dengan jelas.
Azhar (A): tapi kalo misalnya pendidikan sendiri, sebagian besar warga pendidikannya apa si pak? Bapak Shodiqin (S): sebagian si SMA. Azhar (A): kalo bapak? Bapak Shodiqin (S): kalo bapak si dulu SMEP Azhar (A): SMEP apa? Bapak Shodiqin (S): Sekolah Menengah Ekonomi Pertama, dulu. Azhar (A): kalo ibu sendiri? Bapak Shodiqin (S): SMP dia. SMP 48, sono kebayoran Azhar (A): oh 48 yang ini. Bapak Shodiqin (S): iya, yang bayoran. Azhar (A): tapi kalo S1 itu jarang ya pak, S1, S2. Bapak Shodiqin (S): kalo S1 ada, tapi orang-orang. Azhar (A): dikit ya? Bapak Shodiqin (S): ini, orang asli. Saudaranya ini, pak arifin toy. Pak keron ya S1. Suci adeknya pak epeng S1 juga kerjaannya dia.
6. 19 Mei 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): situ gintung pas sebelum, setelah jebol ini, minat agamanya di masyarakat itu gmn bu? Misalnya keagamaannya masyarakatnya, sebelum jebol, apa sama aja atau berkurang? Istri Shodiqin (IS): ininya apa kurang ini, gag aktif di sini, mesjid ini. Azhar (A): kok bisa bu? Tapi sebelum jebol juga sepi? Istri Shodiqin (IS): sebelum jebol ya ibu suka ngaji. Azhar (A): sering banyak di sini? Istri Shodiqin (IS): iya
Istri bapak Shodiqin menjawab pertanyaan dengan singkat dan jelas
Azhar (A): jadi begitu ya. Istri Shodiqin (IS): tadi kan senin, sekarang jadi sabtu. Azhar (A): sabtu juga gag ada yang ikut? Istri Shodiqin (IS): sabtu juga sepi amat, jarang yang ngaji, paling berapa orang. Azhar (A): umm gitu. Istri Shodiqin (IS): Paling ibu ngaji ke rt 2. Azhar (A): ke rt 2 ibu sampe? Istri Shodiqin (IS): iya sana, masjid sana tuh, rt 2 ibu jalan ke sana dari rumah. Azhar (A): itu malam atau? Istri Shodiqin (IS): siang, setengah 2 Azhar (A): kalo masyarakat di sini, situ gintung jebol karena ulah manusia, apakah sekarang masih masyarakat peduli ama alamnya? Buang sampah pada tempatnya atau? Istri Shodiqin (IS): sekarang buang sampah ni, sini, ni numpuk, sebelah ini, yang ada pohon rambutan, itu di bawah Azhar (A): kagak diambil2 itu sampahnya, di situ aja dibuang? Istri Shodiqin (IS): banyakan mah dari komplek. Azhar (A): jadi bertumpuk Istri Shodiqin (IS): tumpuk situ, kadang dibakar. Azhar (A): kalo ibu sendiri masyarakat sendiri apakah ketika ada kesulitan atau apa, masyarakat itu membantu langsung atau gimana tuh bu? Istri Shodiqin (IS): gag ada kayaknya. Azhar (A): masing-masing Istri Shodiqin (IS): kalo orang kuliah juga, kalo ada duit, barulah. Azhar (A): oh jadi kalo ada duitnya aja, baru di-itu-in Istri Shodiqin (IS): iya, makanya ibu juga jarang keluar, paling ngaji aja. Azhar (A): tapi kalo pak yudi ini, rt-nya sejak kapan, bu? Istri Shodiqin (IS): apa?
Azhar (A): pak yudi, rt-nya dari kapan? Istri Shodiqin (IS): kayaknya belum lama si, baru ganti. Paling pak robi Azhar (A): sbelumnya? Istri Shodiqin (IS): sebelumnya pak robi Azhar (A): sampai tahun berapa itu, bu? Istri Shodiqin (IS): lupa saya, tahunnya, belum lama si pak yudi jadi rt. Azhar (A): umm gitu, terus kalau di sini berapa banyak bu yang kehilangan pekerjaan? Kira2 aja bu, kehilangan pekerjaan itu banyak atau sedikit, bu? Setelah jebol ini? Istri Shodiqin (IS): banyak juga si. Azhar (A): tapi itu sebagian besar dapet pekerjaan lagi atau masih nganggur? Istri Shodiqin (IS): ada yang nganggur, ada yang kerja. Azhar (A): sama lah jumlahnya? Istri Shodiqin (IS): iya. Azhar (A): kalo organisasi, paling, yang kata pak iqin, bophak, ikatan remaja pemuda situ gintung. Istri Shodiqin (IS): iya, bophak. Azhar (A): sampai sekarang masih? Istri Shodiqin (IS): masih. Azhar (A): yaudah deh bu, itu aja.
Interviewer Interview Azhar Firdaus Shodiqin
Identitas Informan: 1. Nama : Suhaini
Usia : 43 tahun Alamat : Jl. H. Dali RT 04 RW 08 No. 31 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Lokasi Wawancara : Di kediaman rumah Ibu Suhaini, Sumarni dan Aminah
2. Nama : Sumarni Usia : 50 tahun Alamat : Jl. H. Dali RT 04 RW 08 No. 31 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Lokasi Wawancara : Di kediaman rumah Ibu Suhaini, Sumarni, dan Aminah
3. Nama : Aminah Usia : 62 tahun Alamat : Jl. H. Dali RT 04 RW 08 No. 31 Pekerjaan : Tidak bekerja Lokasi Wawancara : Di kediaman rumah Ibu Suhaini, Sumarni, dan Aminah Waktu Wawancara : a. 11 Mei 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Ibu Suhaini (S): tinggal di sini? Azhar (A): dari tahun? Ibu Suhaini (S): dari tahun Ibu Aminah (A): dari saya kecil Azhar (A): oh gitu. Ibu Aminah (A): oroknya di sini, gedenya Ibu Suhaini (S): gedenya ya, masih kecilnya di kebon kacang, gitu ya, deket belakang sarina, jalan thamrin, terakhirnya di sini
Ibu Suhaini, Ibu Sumarni dan Ibu Aminah semangat menjawab pertanyaan peneliti.
Azhar (A): Ibu namanya siapa? Ibu Suhaini (S): saya Suhaini Azhar (A): Kalo ibu? Ibu Suhaini (S): Aminah. Ini mak saya Azhar (A): Umurnya udah berapa bu sekarang? Ibu Suhaini (S): Bangsa 75-an deh. Azhar (A): Oh.... saya juga pengen nanya. Kalo kebersamaan di sini kayak gimana si bu? Masyarakatnya, rt 04. Ibu Suhaini (S): biasa aja Azhar (A): biasa2 aja dalam arti? Ibu Suhaini (S): maksudnya ya. Masing-masing gitu. Tapi kalo ada gotong royong, atau kondangan atau apa, ya bersatu Azhar (A): tapi kalo di sini pengangguran, atau masih ada yang kerja, atau gmana masyarakatnya. Ibu Suhaini (S): banyak dek yang pengangguran Ibu Aminah (A): banyak yang kerja Ibu Suhaini (S): banyak yang kerja juga, sebagian, ada yang pensiun Azhar (A): tapi kalo pendidikan, sebagian besar di sini apa si bu? Ibu Suhaini (S): mungkin ke bawah itu aje. Udah tahu. Azhar (A): gag, maksudnya tiap warga ini pendidikannya. Ibu Suhaini (S): SMA, SMP, gitu. Bahkan yang rendah, sampe SD aja gitu. Kebanyakan kan, lagi susah gini kan, dapet bantuan. Anak saya kan yatim semua, bapaknya kan udah lama meninggal. Azhar (A): sakit? Ibu Suhaini (S): iya, sakit liver Azhar (A): tahun berapa, ibu? Ibu Suhaini (S): tahun 2005 Azhar (A): ibu waktu situ gintung ini jebol.
Ibu Suhaini (S): ini, deket sini. Azhar (A): tapi gag kena kan, ibu? Ibu Suhaini (S): gag, alhamdulillah. Cuma sakitnya aja, shock gitu. Azhar (A): tiba2 air. Ibu Suhaini (S): iya. Air tau2 ini. Dikit lagi. Yah duduk di bangku dunk Azhar (A): iya ga apa2 ibu. Ibu Suhaini (S): dianggurin aja Azhar (A): iya ga apa2. makanya saya juga gag enak juga nanya2 pak nana lagi, katanya dia udah capek ditanya2in. Ibu Suhaini (S): memang dek. Sekarang dia dagang. Azhar (A): waktu itu pak nana rumahnya yang kena. Pindah baru. Ibu Suhaini (S): ini rumah sendiri, dek. Dapet santunan gitu. Azhar (A): dari pemerintah semua? Ibu Suhaini (S): dapet setahun sekali. Dapet dari RCTI, SCTV, atau siapa gitu. Gag tau. Saya kan dulu tinggal di parung panjang. Ya 30 juta.
b. 19 Mei 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): kejadian ini minat agama masyarakat itu bertambah atau sama aja? Ibu Suhaini (S): berkurang Azhar (A): kok berkurang, maksudnya? Ibu Suhaini (S): banyak yang pada meninggal, gitu. Dulu kan ada apa namanya si, ngaji2 apa gitu, rutin, sekarang mah gag ada. Jadi berkurang. Ibu Sumarni (SM): Di sini kebanyakan bayi. Bayi yang tidak ada. Ibu Suhaini (S): di sini berkurang, ngaji di masjelis ta’lim, sekarang kagak, apa namanya si, belum di-ini-in deh gitu, belum di-ini-in lagi pengajian, di majelis ta’lim.
Ibu Suhaini, Ibu Sumarni dan Ibu Aminah semangat menjawab pertanyaan peneliti.
Azhar (A): tapi kalo misalnya, kan dari situ gintung, karena kesalahan manusia sendiri ya, taoi masyarakat sini jadi peduli gag si bu sama alam? Ibu Suhaini (S): ya begitu deh, masih banyak buang2 sampah sembarangan gitu. Masih begitu, jorok. Kurang ini, rt-nya, gag tepat, gag kerja bakti gitu. Biasa2 aja gitu. Gag ada kegiatan apa2 gitu. Azhar (A): kalo misalnya hubungan antar warga sendiri, setelah ini, apa biasa2 aja sebelum jebol atau setelah? Ibu Suhaini (S): masjelis ta’lim apa gtu, dari rt mana2, bergabung. Azhar (A): masih erat ya? Ibu Aminah (A): iya, kompak gitu. Ibu Suhaini (S): kalo kondangan apa, gotonng royong gitu. Azhar (A): kalo masyarakat sendiri saling mengerti gag si bu? Misalnya ada kesusahan tetangga. Ibu Sumarni (SM): iya, iya. Kalo ada kematian apa. Ada musibah, misalnya ada pesakitan, kita besuk gitu. Ibu Suhaini (S): Jadi tengok rame2, gitu. Azhar (A): Kalo perubahan struktur sendiri ada gag si bu, perubahan rt rw, setelah kejadian. Rt ini pak nana? Ibu Suhaini (S): iya, pak nana. Azhar (A):emang kalo rt itu berapa tahun si bu? Ibu Suhaini (S): 5 tahun sekali apa 3 tahun sekali. Ibu Sumarni (SM): tapi kan kemarin pilihan, menang dia lagi. Ibu Suhaini (S): gag ada yang mau jadi rt, puyeng jadi rt, jadi dia lagi, dia lagi. Ibu Sumarni (SM): itu gag mau dia bapak itu, kan dua tuh rt-nya, jadi pak nana lagi yang dipanggil. Ibu Suhaini (S): yang terpilih dan dipilih Ibu Aminah (A): capek jadi rt. Ibu Sumarni (SM): pak nana lagi jadi dia.
Azhar (A): Berapa banyak si bu yang kehilangan pekerjaan lama masyarakatnya? Ibu Suhaini (S): yah kurang tahu juga sini. Azhar (A): jadi yang ibu tahu. Ibu Suhaini (S): yang ibu tahu ya dari rt 1 sampe rt berapa ya? Rt 5. Azhar (A): itu sebagian besar dapet pekerjaan baru lagi? Ibu Suhaini (S): iya. Baru lagi pekerjaannya Azhar (A): dapet lagi, hmm... tapi ada juga bu ya gag dapet pekerjaan lagi? Ibu Suhaini (S): iya, pengangguran apa gitu. Banyakan yang nganggur. Azhar (A): tapi ketika setelah jebol ini, ada tumbuh organisasi baru gag si bu? Kayak kelompok baru buat situ gintung, yah organisasi masyarakat. Ibu Suhaini (S): gag ada. Azhar (A): gag ada untuk di sini? Ibu Suhaini (S): gag ada.
Interviewer Interview 1 Azhar Firdaus Suhaini Interview 2 Interview 3 Sumarni Aminah
Identitas Informan: Nama : Sumarno Usia : 51 tahun Alamat : Kp. Gintung RT 03 RW 08 No. 51 Cirendeu Tangsel Pekerjaan : Ketua RT 03/08 Lokasi Wawancara : Kediaman Rumah Sumarno Waktu Wawancara :
1. 2 Mei 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): Tadi kata Bu Iyok, rt 03 memang paling banyak ya warganya? Bapak Sumarno (SR): Iya Azhar (A): saya pengen tahu, pak. Kebersamaan di rt 03 seperti apa, kalau misal ada kegiatan sosial apakah kerja bakti, pengajian, segala macem, itu masyarakatnya aktif atau enggak? Bapak Sumarno (SR): aktif Azhar (A): dari semuanya itu ya? Bapak Sumarno (SR): Azhar (A): dari segi pekerjaan, mayoritas yang bekerja di rt 03 itu sebagai apa? Bapak Sumarno (SR): ada yang wiraswasta, guru, pegawai Azhar (A): tapi tidak ada perubahan ya sebelum jebol dan setelah jebol Bapak Sumarno (SR): maksudnya perubahan apa? Azhar (A): misalkan setalah jebol, misalnya ada rumah warga yang kena di rt 03, jadinya dia misalnya dia dulunya usaha di rumahnya, tiba2 rumahnya hanyut, jadinya.. Bapak Sumarno (SR): tidak ada hanyut Azhar (A): oh gag ada ya, rt 04 Bapak Sumarno (SR): rt 04
Menjawab dengan singkat pertanyaan yang diajukan.
2. 8 Mei 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): misalnya warga ketika mencari pekerjaan atau apapun, misalnya lagi nganggur cari pekerjaan, masyarakat apakah minta modal ama tetangga, atau cuman kasih, minta surat aja dari bapak, surat kelakuan baik dari rt, itu gimana pak? Kalo misalnya warga. Bapak Sumarno (S): mau kerja di mana, maksudnya? Azhar (A):gag misalnya warga sekitar bapak, mencari pekerjaan, menambah modal, dapet dari uang sendiri atau? Bapak Sumarno (S): dapet uang sendiri. Azhar (A): oh dia gag pernah minjem ke tetangga atau apa? Bapak Sumarno (S): minjem sendiri Azhar (A): minjem sendiri, tetapi kalo misalnya ini, bapak punya gag, kan bapak ketua rt, bagan organisasinya, ketua rt, sekretaris. Bapak Sumarno (S): oh... punya. Azhar (A): saya pengen fotokopi, boleh? Bapak Sumarno (S): itu udah saya bagi2kan itu. Gag megang si. Azhar (A): susunannya ketua rt, wakil Bapak Sumarno (S): ketua rt, wakil gag ada. Jadi kan ketua rt, sekretaris, bendahara. Gitu. Terus penasehat Azhar (A): dibawah sekretaris ama bendahara ya penasehat? Bapak Sumarno (S): ya.
Menjawab dengan singkat pertanyaan yang diajukan.
3. 11 Mei 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): saya pengen nanya beberapa hal, kalo di rt 3 ini, untuk yang masyarakat kurang mampu itu, ada berapa ya pak masih nganggur?
Menjawab dengan singkat pertanyaan yang diajukan.
Bapak Sumarno (S): banyak Azhar (A): kira2 kalo menurut, kayak presentase warganya lah, yang nganggur ama yang kerja itu. Bapak Sumarno (S): kerjanya memang serabutan. Kuli bangunan, gag setiap hari gtu ya. Asli si gag nganggur. Saya juga nganggur. Sekitar 10 orangan ada. Azhar (A): yang nganggur itu? Bapak Sumarno (S): iya. Tp ya kadang2, serabutan gitu lah. Azhar (A): kalo misalnya ini pak, warga ni masyarakat, sebagian besar pendidikannya sampe mana si pak, untuk masyarakat di rt 03 ini? Bapak Sumarno (S): ya ada yang, minimal SMA. Saya masih data2. SMP. Azhar (A): tetapi untuk yang SMA/S1/SD jarang ya? Bapak Sumarno (S): ada. Azhar (A): ada juga ya. Bapak Sumarno (S): banyak. Azhar (A): banyak juga. Kalo di sini ada kegiatan gotong royong kerja bakti gitu gag si pak? Bapak Sumarno (S): ada. Azhar (A): itu setiap kapan aja? Bapak Sumarno (S): ya gag pasti ya. Azhar (A): bulan kemarin juga ada ya? Bapak Sumarno (S): ada, kita kan tiap jumat, kalo hari jumat kan, ada hari bersih-bersih. Azhar (A): tapi itu ikut semua kan? Kebersamaannya kuat banget? Bapak Sumarno (S): beres2 di rumah saya aja. Bagian saya juga punya kebersihan.
Interviewer Interview Azhar Firdaus Sumarno
Identitas Informan: Nama : Tommy Usia : 35 tahun Alamat : Kp. Gintung RT 001 RW 08 Pekerjaan : Wiraswasta Lokasi Wawancara : Kediaman Rumah Mas Tommy Waktu Wawancara :
1. 24 Maret 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): Assalamualaikum mas tommy. Saya azhar dari mahasiswa UIN, yang mau neliti di situ gintung. Katanya mas tommy punya foto-foto situ gintung sebelum dan sesudah kejadian itu. Tommy (T): Waalaikum salam. Oh iya. Saya memang punya data-datanya. Tetapi kamu memang maunya foto yang benar-benar baru atau yang sudah lama dari situ gintung. Azhar (A): Kalau memang ada yang tahun-tahun dulu, itu ga apa-apa. Tapi kalo yang baru juga ga apa-apa. Tommy (T). Saya di sini ada, foto-foto saya sama keluarga saya waktu tahun 1970-an. Tapi memang saya gag berniat untuk dipublikasikan. Paling yang bisa saya kasih Cuma foto-foto baru ini aja sebelum dan sesudah jebolnya tanggul ini. Dan saya memfoto ini ketika tanggul dibuat sebanyak 3000 frame foto dalam waktu hampir satu tahun. Kalau boleh tau, ngebahas apa di situ gintung? Azhar (A): Saya mau membahas mengenai sosial ekonomi. Tommy (T): Oh, sosial. Saya kasih saran aja ya. Coba kamu bahas mengenai BNPB, Rusunata, dan Sertifikat Tanah. Itu bagus kalau kamu membahas semuanya. Seperti yang Rusunata, itu sudah dibangun dan memakan biaya 9 miliar. Tetapi warga di sini belum ada yang tahu mengenai Rusunata ini, karena belum adanya sosialisasi. Kalau sertifikat
Mas Tommy menceritakannya dengan antusias mengenai situ gintung.
tanah, warga korban di sini susah mendapat dana sebesar 1 juta rupiah untuk mengurus surat tanah. Jadi, saya juga sekarang lagi mengurus untuk mendapatkan dana dari pemerintah daerah untuk sertifikat tanah ini. Azhar (A): Boleh juga mas. Kira-kira saya bisa ambil foto-foto situ gintung ini kapan ya? Tommy (T): Habis acara tanggal 27 Maret aja ya tentang pengenalan bendungan gintung. Kamu datang aja, siapa tahu nanti ada gambaran mengenai apa yang akan dibahas di skripsi kamu. Saya punya temen dari Perancis, nanti saya kenalin juga ama kamu, dia juga meneliti tentang situ gintung. Azhar (A): Oke deh mas, nanti saya dateng ke acaranya, setelah itu saya hubungi mas lagi buat foto-foto situ gintungnya. Terimakasih banyak mas. Tommy (T): Ya sama2.. Azhar (A): Assalamualaikum Tommy (T): Waalaikum salam.
2. 30 April 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Tommy (T): pa kabar? Azhar (A): baik2. Tommy (T): udah sampe di mana perkembangannya? Azhar (A): perkembangan si sudah, saya lagi bab 3 udah kumpul semua, tinggal saya analisis. Cuman ada yang eprlu saya tambahin datanya. Kan saya udah ke rt 1,2,3,4. Situ gintung itu sebagian besar warganya sukunya apa si? Tommy (T): bekasi, ya kan. Terus pendatang, yang punya kontrakan. Lebih banyak si emang pendatang. Jadi pendatang, ngontrak di situ. Sudah pegang buku biru itu belum? Azhar (A): buku yang mana? Belum kayanya. Tommy (T): ntar dulu ya. Ini buku yang dibuat oleh media center kerjasama sama PJL. Punya UMJ ini.
Mas Tommy menceritakannya dengan antusias mengenai situ gintung.
Azhar (A): data korban apa lagi di situ? Tommy (T): banyak itu. Korban diklasifikasi. Berdasarkan, ini pake rt ni. Berdasarkan pekerjaan ada, korban. Azhar (A): kalo saya fotokopi juga gpp mas? Tommy (T): gpp, fotokopi. Azhar (A): untuk ikatan remaja pemuda situ gintung masih berjalan atau enggak? Tommy (T): udah enggak berjalan, makanya saya buat forum situ gintung ini, saya ketok dari pintu ke pintu warga.
Interviewer Interview Azhar Firdaus Mas Tommy
Identitas Informan: Nama : Wa’ Enah Usia : 52 tahun Alamat : Kp. Gintung RT 001 RW 08 Pekerjaan : Pedagang Lokasi Wawancara : Di tempat usaha Wa’ Enah Waktu Wawancara : 8 April 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): Janji apa itu, bu? Wa’ Enah (E): Ya katanya mau dibayar apa itu, NTB atau apa itu, ampe detik ini belum dikasih. Azhar (A): Menurut ibu Situ Gintung seperti apa sebelum jebol? Wa’ Enah (E): Pak Haji tuh, Pak Haji asli sininya. H. Rusli (R): apaan? Wa’ Enah (E): Situ Gintung itu dulu gimana? Azhar (A): Situ Gintung gimana si pak dulu sebelum jebol? H. Rusli (R): Sebelum jebol atau asal mula? Wa’ Enah (E): asal mula, kalau saya kan pendatangm bu, dek, kalau pak haji kan asli sini. Azhar (A): boleh asal mula boleh sebelum jebol. H. Rusli (R): rawa-rawa. Azhar (A): rawa-rawa? Gag sebagus ini? H. Rusli (R): oh enggak, ini kan udah ada pemugaran ini. Wa’ Enah (E): ini kan udah direnovasi, sayang. Azhar (A): udah bener-bener kayak gag di kota? H. Rusli (R): ini kan alam, kayak di taman ria atau ancol, buatan kan. Kalau ini kan alami. Sekarang ini baru dibuatin, tanggul di situ bikinan baru.
Wa’ Enah dan Pak Haji Rusli menceritakan dengan semangat mengenai Situ Gintung, yaitu asal mula Situ Gintung sampai jebol tanggul Situ Gintung
Wa’ Enah (E): karena jebol H. Rusli (R): ini juga karena ulah tangan manusia. Wa’ Enah (E): betul, pak. Azhar (A): Pak Haji memang tinggal di mana sekarang? H. Rusli (R): Depan sandratek. Azhar (A): Sebelumnya di sini atau? H. Rusli (R): enggak. Azhar (A): tapi saudara bapak gak ada yang kena ini kan? H. Rusli (R): Gak, kan karena saya jauh. Di sini alhamdulillah gak ada yang kena, karena rt di sini tanggap pas ada detik-detik rembesan. Azhar (A): rt 1 juga gag ada. Wa’ Enah (E): alhamdulillah rt di sini, alhamdulillah. H. Rusli (R): karena aparat di sini tanggep ya, pas ada tanda-tanda rembesan, jadi warga pindah semua. Wa’ Enah (E): pas malem jam 3, ujan, mau subuh. H. Rusli (R): karena kebiasaan warga lihat banjirnya sungai, santai, taunya bukan sungai. Azhar (A): jebol itu. Wa’ Enah (E): air langsung blek, setinggi berapa lantai itu, pak haji? Azhar (A): kata pak iqin sampai 7 meter. Wa’ Enah (E): air udah kayak didorong pake.. H. Rusli (R): Karena ulah tangan manusia, ini curam dulu, gag curam seperti yang baru ini, dulu ada dataran baru turun, jadi kan tipis, ini kan rumah-rumah di bawah. Azhar (A): Bapak pak haji siapa? H. Rusli (R): Haji Rusli, ente tinggal di mana? Azhar (A): UIN. Komplek UIN. H. Rusli (R): Lama tinggal di komplek UIN?
Azhar (A): Lama pak, dari lahir. H. Rusli (R): berarti asli situ dong ya? Azhar (A): Iya. H. Rusli (R): UINnya deket masjid? Azhar (A): Iya. H. Rusli (R): Masjid sebelah kiri? Azhar (A): Iya. H. Rusli (R): Yang deket rumah sakit itu ya? Azhar (A): Iya *
Interviewer Interview Azhar Firdaus Wa’ Enah
Identitas Informan: Nama : Ibu Iyok Usia : 52 tahun Alamat : Kp. Gintung RT 02 RW 08 No. 42 Pekerjaan : Ketua RT 02/08 dan POSYANDU Lokasi Wawancara : Kediaman Rumah Ibu Yok Waktu Wawancara :
1. 28 April 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): mungkin kan saya perlu datanya, data penduduknya ya, mislanya sebelum 2009 kalo misalnya ada, setelah 2009 juga gag apa2. Ibu kan memang sudah 10 tahun di sini. Kalo ibu sendiri. Bu Iyok (Y): ibu netepnya si belum 10 tahun, cuman ibu kan maksudnya masih, di kota gitu ya, di rt si baru kemaren ya 2010. Baru 1 tahun ini gitu, jadi kalo masalah yang situ gintung kan. Ibu juga KK sini baru loh. Baru. Jadi ibu emang pas ibu bikin KK sini, deh gitu ya. Kan suami ibu emang orangtuanya di sini, jadi ibu ini ya rumah tinggal cuma begitu2 aja, belum netep banget. Nah bikin ktp ibu, kk baru pindah, ya ibu pas diangkat jadi ketua rt kemarin, gitu. Jadi belum lama ya. Azhar (A): kalo misalnya ibu kan udah tinggal 9 tahun. Bu Iyok (Y): kurang lebih deh. Azhar (A): kalo menurut ibu gimana si bu kalo kebersamaan rt ini. Kalo misalnya sebelum jebol sama setelah, apakah sama apakah tetep, apakah masih jauh berkurang atau nambah erat? Bu Iyok (Y): angkatan rt 2 ini gitu? Azhar (A): rt 2 aja. Bu Iyok (Y): rt 2 kan ibu sekitar sini ya, kalo rt 3 kan sana. Sebetulnya kan kalo ibu gag ada sangkut pautnya ama situ gintung. Satu emang gag ada korbannya. Rumah maupun
Ibu Iyok dengan ramah menjawab segala pertanyaan yang saya ajukan.
orangnya, kalo rt 3 masih kena, jadi yang kena jebol situ gintung si sebetulnya, 1,2,3 eh 1,3,4. Jadi yang lebih banyak memang daripada satu tuh, imbasnya keempat yang lebih banyak. Bawah kan tahu kan? Azhar (A): sebelah mananya? Bu Iyok (Y): dari sini, mesjid kan turun ke bawah, ikutin jalan situ, nah itu udah wilayah rt 4. Di situ justru yang memang yang, di rt 4. Kalo ibu si di rt 2 memang gag ada yang ini kan jauh, gag ada yang, kalo di rt 3 masih banyak kan yang ngontrak2, itu yang pada rumah pinggir-pinggiran situ. Jadi 1,3,4, gitu. Jadi kalo ibu, emang gag gitu, sama sekali. Kalo adek mau ini, yang ibu bilangin gitu, ibu juga kenal ama rt-nya kan, lebih enaknya, yang lebih banyak tahunya, rt 4. Itu bener2 yang imbasnya kan ke sana semua, yang kuburan itu tuh. Nah itu kan daerah situ dek, bawah sini, UMJ. Azhar (A): itu udah rt 4 semua. Bu Iyok (Y): itu rt 4 tuh, belakang situ, ke sananya si udah poncol, rwnya 2. Kita kan rw 8, 4 rt. Jadi, ya pokoknya di situ deh yang lebih ininya. Pas turun dari sini aja deh, mesjid, tau kan mesjid ini ya, terus ikutin jalanan aja, turun ke bawah. Lebih enak. Ibu si paling. Kalo rt 2 ya, gmn ya, gag terlalu ini begitu aja, maksudnya. Emang kita juga gag deketan, jadi emang gag ada sama sekali, yang membantu si membantu. Maksudnya kita buka kos2an lagi yang jebolnya. Tapi emang kagak ada, kita korban juga kagak ada, rumah pun yang ikut hanyut gag ada. Di bawah dulu kan banyak, rumah yang kumuh2 gitu lah, itu banyak kontrakan2. Kalo ini si emang sama sekali gag ada, gitu. Jadi makanya, ibu gag terlalu, memang gag ada korban gitu di rt 2. Jadi yang banyak 1, kalo korban si emang banyak di rt 4 lah. 1,3,4. Cuman yang parah ya 4, yang ampe sekarang juga kan masih banyak rumah-rumah itu. Masih rt 4. Azhar (A): ibu kalo boleh saya minta data penduduknya, saya fotokopi. Bu Iyok (Y): oh KK? Azhar (A): gag, data penduduk rt 02. Saya fotokopi Bu Iyok (Y): umm, jadi gini ibu masih ini KK aja. Kira2 67 kk. Soalnya ibu juga masih pindah dari rt yang lama gitu, kan jadi ada yang udah pindah, keluar, jadi ibu belum data-in
semua. Ya kalo kurang lebihnya 67 KK kan ad ayang juga tinggal di sini, rumah di sini, gag punya KK. Terus ada yang KK di sini, rumahnya di rt 3. Jadi masih. Jadi ya ibu paling belum ada lengkapnya, penduduknya berapa gitu, jadi belum, baru ya dari garis besarnya, baru KK ni 67 KK-an kurang lebih, yang ngontrak juga didata si didata, cuman masih gimana ya, belum rapih. Azhar (A): pak rt 03 ini pak siapa ya? Bu Iyok (Y): pak sumarno Azhar (A): kemarin saya lupa nanya si Bu Iyok (Y): kalo dia ya, emang orang lama, enak juga rt-nya. Kalo ibu kan di sini, ibu kan dari belakang giant. Kalo di ibu, susah deh, jadi KK juga ada yang. Satu rumah ada yang berkeluarga, lagi begitu. Kalo satu rumah, tinggal ada berapa keluarga, tapi ibu mau jangan satu KK, tapi dalam satu rumah ada 3 KK, ya 3 Kepala Keluarga. Ibu tuh maunya begitu. Jadi baru kurang lebih 67 KK-an deh. Penduduknya si, ada yang pindah, ada yang pindah, tapi masih KK sini. Terus kalo KTP, udah enggak ada. Ada apa2 masih ke sini. Jadi kan, makanya ibu lagi mau data ulang. Jadi belum ketahuan penduduknya di sini berapa. Emang ibu belum. Itu kan musti ibu door to door deh. Jadi gag bisa KK, mendingan gitu. Susah emang, susah banget. Kalo KK kan, tau2 keponakan, pindah. Yang ini udah tinggal di sini. Kalo langsung ibu kasih kertas tulis. Minimal kan ibu, rumah ini, kayaknya keluarga ini, ini, ini, jadi hapal. Kalo ini kan masih burem kayak kemarin. Jadi ada aduan, gag ada laporan, tapi tinggal di situ, katanya 2 keluarga. Sama sekali gag ada apa, juga gag ada laporan. Lainnya apa lagi? Azhar (A): ibu juga kalo kebersamaan karena memang rt 2 gag jatuh korban, kebersamaan tetep saja kuat. Bu Iyok (Y): iya, he eh Azhar (A): tapi kalo misal ibu liat sendiri, pola2 pencarian nafkah di sini, warganya rt 02 sebagian besar apa si bu? Bu Iyok (Y): di rt 02 ini? Azhar (A): he eh di ibu
Bu Iyok (Y): sebagian ya ada yang nganggur, terus ya kerja juga ada, yang kantor, wiraswasta, macem2 deh. Kalo di rt 2ni, apalagi di dalem2, kan memang gimana ya, warung, kebanyakan gitu. Gitu aja deh, emang sedikit dibanding sama rt 3 300 KK-an. Di rt 3 mah banyak. Azhar (A): 300 KK? Bu Iyok (Y): pokoknya dia banyak si, dek. Emang belum ke sana? Azhar (A): saya udah ke sana, cuman kan belum saya ambil data penduduknya. Bu Iyok (Y): banyak bgt deh, kalo ibu si KK sekitar 67-an gitu. Orangnya juga belum ini banget deh, emang lagi, ibu lagi nyusun rapi, belum, masih begitu, masih burem. Soalnya ibu mau tuh yang pasti gitu, kan biar enak, kalau ditanya ntar, laki2 berapa, perempuan berapa, emang belum, ibu emang lagi, lagi ngumpulin juga, ngumpulin data. Kalo di ibu emang masih begitu deh, dek. Masih gimana ya, rw-nya juga kan warga ibu, pak darman kan, rw 8, di depan. Azhar (A): yaudah deh bu, itu aja. Mungkin kalo ada perlu lagi saya dateng ke sini Bu Iyok (Y): iya, nanti kalo ada bisa ibu bantu, ibu bantu lagi.
2. 2 Mei 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Bu Iyok (Y): umpamanya dia ikut, sakit, ikut di rt 3 ni, ikut arisan, apa itu, kita ada uang kas, nanti kita turunan gitu, serelanya kita kumpulin, kalo yg di rumah sakit, ada uang berapa, kita bareng2 ke rumah sakit. Di sini, kayaknya kalo buat ini kita kompak, gitu, terutama buat yang sakit, lagi diopnam gitu. Orang yang mau. Hampir seluruh si, biasa gitu. Kalo yang sakit, kita cepet, besuk rame-rame. Jadi kita kayak umpama, ada di sini, orang lahiran, kita gag ke rumah sakit, emang di rumah, oh yang ibu ini, ikut arisan rt, kita sedikit, memang ada kas dari rt, terus ditambah uang kumpulan, bareng2. Kerja sama, 3, 2. Gitu, karena deket. Kalo 4 kan kita agak jauh.
Ibu Iyok dengan ramah menjawab segala pertanyaan yang saya ajukan.
Azhar (A): Ya agak jauh. Tapi kalo ibu liat sendiri, rt 4 kebersamaannya ya hampir sama lah. Bu Iyok (Y): hu um, hampir sama, kita gabung. Maksudnya juga rt 4 juga, kayak ibu juga di posyandu. Rt 3 kan sendiri, krn ini kan banyak warganya, kalo ibu kan sedikit. Ibu tuh gabung, posyandu sama rt 4. Pokoknya kalo masalah itu si memang kita kompak, kayak ada pengajian, di keluarahan kek, kondangan, gitu. Kita memang bareng gitu lah. Kalo rt 1 emang kita, bukan jaga jarak ya, orangnya juga pun emang kita gag ini, gag aktif si, gag kayak kita ni, 2,3,4 gitu. Terutama kita juga ama 3, emang berdampingan, jadi kita selalu ada apa ya, bareng2, ada hajatan, kita bareng-bareng bantu. Azhar (A): tapi lumayan jauh juga ya rt 1. Bu Iyok (Y): gintung. Dari sini ni belakang ruko2 sini. Kita juga memang jarang si. Dia juga arisan rt ama kita kayaknya gag ikut, arisan rw. Rw kita 2,3,4, rt 1 gag ada. Azhar (A): tapi udah diundang itu? Bu Iyok (Y): udah, kita memang undang, ya emang gag ada gitu. Jadi, yaudah lah kita kan yang 2,3,4. Rt 1 juga memang orangnya gag ada, kita juga jadi memang jarang. Paling juga, 3,4 lah kalo ada apa2, kita selalu bareng. Azhar (A): tapi memang kegiatan usaha dagang kebanyakan ya? Bu Iyok (Y): hu um. Azhar (A): kalo kecil2 itu, kalo misalkan, sebagian besar dagang kan, kalo sebagian kecil itu kerjanya apa si bu kalo di sini? Bu Iyok (Y): kalo rt 2, lain dengan rt 3 ya. Azhar (A): kalo rt 3? Bu Iyok (Y): kayak ukir-ukiran Azhar (A): ukir-ukiran. Bu Iyok (Y): mungkin. Ibu juga kurang tahu si, kebanyakan memang kalo di bawah kan pendatang, tukang sayur gitu. Kalo di ibu si, ya paling memang apa, dagang-dagang juga di rumah. Sebagian ada yang kerja, ada yang nganggur juga. Ibu banyakan kalo di depan mah kita kan dek, usaha ya. Kebanyakan ya paling jadi guru, gitu
Azhar (A): kalo di sini ya? Bu Iyok (Y): hu um.
3. 8 Mei 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): kalo warga di rt 2 ini, ketika mencari pekerjaan apakah minta bantuan tetangga atau enggak? Ibu Iyok (Y): gag si, sendiri, paling cuman minta surat kelakuan baik dari ibu ketika melamar pekerjaan. Azhar (A): kalo yang dagang ini, modalnya meminta dari tetangga atau modal sendiri? Ibu Iyok (Y): modal sendiri si, entah dari saudara atau yang lainnya.
Ibu Iyok dengan santai dan teratur menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan
4. 11 Mei 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): kalo warga di sini ni, lebih banyak yang nganggur atau kerja di rt 02 Ibu Iyok (Y): di rt 02? Azhar (A): he eh Ibu Iyok (Y): banyakan si kerja deh, mungkin, yg ibu lihat si gitu, kerja paling, yang nganggur, beberapa si. Banyak juga. Kerja deh kayaknya sebagian mah, masih banyak yang kerja. Azhar (A): presentasinya berapa tuh bu kira2? Ibu Iyok (Y): dari keseluruhan, ibu si gag tau. Tapi lebih banyak yang kerja deh dari yang nganggur kayaknya, bisa dihitung kayaknya. Azhar (A): tapi kalo di sini ada kegiatan gotong royong bu, di rt ibu? Kayak kerja bakti
Ibu Iyok dengan santai dan teratur menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan
gitu Ibu Iyok (Y): iya Azhar (A): itu berapa bulan sekali bu? Ibu Iyok (Y): ininya si kalo umpama itu ya, paling, yang diutamakan, mau puasa, agustus, harusnya si memang sebulan sekali. Cuman si kita kayaknya, emg bukannya gag ada gitu, ya ada cuman, terutama ya kita masing-masing lah, kiri kanan ya kayak rumah gitu kita, biasa kan kalo nyapu, apa, jadi mah sendiri-sendiri udah bersih juga kan, kiri kanan, bersih gitu, paling kalo ada apa gitu, baru. Kerja bakti kita juga wilayahnya kecil si ya. Kan sebelah giant pak rw, gang situ, gang sini ke sana, udah 3 kan. Jadi gag terlalu. Terus yang depan giant kan jalan raya, itu yang bu rw masuk sebelah kanan, jadi kayaknya kerja bakti paling kalo mau puasa. Azhar (A): masyarakat ikut serta semua? Ibu Iyok (Y): hu um, alhamdulillah, gotong royongnya masih. Ibu bilang si enaknya begitu, akrab, ibu-ibu juga di pengajian cepet, ada apa2, bapak-bapak juga. Azhar (A): tapi kalo pendidikan warga sendiri, minimal warganya pendidikannya sampe apa bu? Sampe sma? Ibu Iyok (Y): SMA ya. Paling. Ibu kan memang belum. Makanya ibu bilang kan, ibu ya baru gitu, jadi belum terlalu ngedetail warga yang, kasarnya gitu, belum tahu sepenuhnya remaja lakinya berapa, berapa, ibu si belom gitu. Tapi si, Kebanyakan si sekolah. SMA, gitu. Kayaknya gag ada yang gag sekolah si gitu.
Interviewer Interview
Azhar Firdaus Ibu Iyok
Identitas Informan: Nama : Yudi Usia : 36 tahun Alamat : Kp. Gintung RT 001 RW 08 Pekerjaan : Ketua RT 01/08 Lokasi Wawancara : Kediaman Rumah Bapak Yudi Waktu Wawancara :
1. 23 Maret 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): Assalamualaikum pak. Saya azhar mahasiswa UIN, mau minta izin untuk melakukan penelitian mengenai dampak sosial ekonomi di sekitar situ gintung. Pak RT (R): Nanti kamu mau wawancarai siapa aja? Azhar (A): Warga sekitar situ gintung yang kena dampak dari jebolnya tanggul situ gintung. Pak RT (R): Sebentar ya, saya tanda tangan dan cap dulu suratnya. Pak RT (R): Ini, udah saya tanda tangan dan cap suratnya. Nanti kalau wawancara, bawa aja surat yang ini. Azhar (A): Terima kasih banyak, pak. Kira-kira bapak punya foto mengenai situ gintung sebelum jebol? Pak RT (R): Saya gag punya, coba ke mas tommy, rumahnya di seberang ni!, dia yang punya data-data foto mengenai situ gintung sebelum dan sesudah jebol. Bapaknya juga ngajar di UIN namanya Bapak Zainal Arifin Toy. Azhar (A): Umm gtu, kira-kira mas Tommy ada di rumah jam berapa ya? Pak RT (R): Ya siangan lah mas Tommy udah di rumah.. Azhar (A): Oke deh pak. Makasih banyak. Saya pamit dulu. Assalamualaikum. Pal RT (R): Waalaikum salam.
Pak Yudi sangat baik untuk membantu saya dalam penelitian dan pak yudi menceritakan mengenai info tentang foto situ gintung yang dimiliki oleh tetangganya dengan nyaman.
2. 28 April 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Bapak Yudi (Y): nanya apa lagi? Azhar (A): gak, pak. Kemarin saya udah ketemu pak bongas. Dia adanya data penduduk, cuman dari 2009 sampai sekarang. Saya mau nanya sebelum 2009. Bapak Yudi (Y): gag ada. Azhar (A): oh emang gag ada ya pak. Bapak Yudi (Y): karena pengadaan data itu dari rt sebelumnya Cuma yang ada itu doang. Dari rt sebelumnya gag data2 penduduk yang sebelum 2009. Data ulang ya itu yang adanya. Jadi kita itungnya pusat, kalo untuk data2 penduduk kayak korban, korban yang udah pindah, korban yang masih di sini. Gitu. Azhar (A): kemarin kan nanya ke pak iqin. Ada ikatan remaja pemuda situ gintung. Itu emang ketuanya bophak ya? Bapak Yudi (Y): hu um Azhar (A): tinggal di mana si pak? Bapak Yudi (Y): ya tinggalnya di deket mushalla. Azhar (A): mushalla yang bawah itu? Bapak Yudi (Y): situ mau nyari apa lagi? Azhar (A): saya mau nyari ada organisasinya. Saya pengen tahu organisasinya, pemuda2 gitu. Saya mau nanya tentang visi misinya. Bapak Yudi (Y): kalo mau lebih enak, kan saya udah bilang. Ke tommy langsung. Kalo ke tommy langsung, itu mungkin data2 korban, masalah kepemudaan, dia lebih tahu. Jadi mau nanya apa juga, dia lebih tahu. Kalo masalah situ gintung, karena memang waktu tanggul jebol, dia yang berperan. Terus masalah kepemudaan, dia yang berperan. Jadi nanya apapun, ama dia pasti dia tahu. Jadi itu dia memang salah satu dari penasehat saya. Azhar (A): yaudah deh pak itu aja.
Bapak Yudi membantu dengan baik data yang dibutuhkan dan menjawab dengan jelas.
Interviewer Interview Azhar Firdaus Bapak Yudi
Identitas Informan: Nama : Narasumber 1 Usia : - Alamat : Sekitar Situ Gintung Pekerjaan : Tukang Bangunan Lokasi Wawancara : Sekitar tanggul Situ Gintung Waktu Wawancara : 16 Maret 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): Assalamualaikum pak.. Bapak tinggal di sini?
Narasumber 1 (N1): Iya, ada apa ya mas?
Azhar (A): Begini, pak. Saya mahasiswa UIN yang mau mengadakan penelitian di situ gintung.
Narasumber 1 (N1): Oh gitu. Saya juga tinggal ama anak saya, kuliah juga. Itu buat apa?
Azhar (A): buat penelitian skripsi saya, pak..
Narasumber 1 (N1): Oh....
Azhar (A): Kira-kira saluran air di situ gintung menuju ke mana ya pak?
Narasumber 1 (N1): saluran air ini sampai petukangan, dan bendungan ini juga dibangun jadi lebih bagus, karena udah dibangun saluran airnya.
Azhar (A): Kalau kegiatan sosial ekonominya di sini, vaik itu sebelum jebol tanggul situ
Merasa kaget, pertama kali ditanya mengenai situ gintung, kemudian mulai enak bercerita ketika saya memperkenalkan diri sebagai mahasiswa UIN
Untuk studi perubahan sosial, waktu tak hanya merupakan dimensi universal tetapi menjadi faktor inti dan menentukan. Dalam dunia sosial, perubahan ada di mana-mana.
Sumber: Buku Sosiologi Perubahan
gintung dan setelah jebol tanggul situ gintung seperti apa ya pak?
Narasumber 1 (N1): Tetep, tetep rame. Ramenya pas lagi malem-malem.
Azhar (A): Yaudah, terima kasih banyak ya pak.
Narasumber 1 (N1): Ya, sama-sama.
Sosial karangan Piotr Sztompka
Interviewer Interview
Azhar Firdaus Narasumber 1
Identitas Informan: Nama : Narasumber 2 Usia : - Alamat : Kp. Gintung RT 01 RW 08 Pekerjaan : Buka Usaha Lokasi Wawancara : Tempat Usaha Narasumber 2 Waktu Wawancara : 16 Maret 2011
VERBATIM INFERENCE PERSONAL JOURNAL
Azhar (A): Permisi ibu, saya dari mahasiswa UIN yang mau mengadakan penelitian di sekitar situ gintung. Kira-kira ibu punya foto-foto situ gintung waktu sebelum jebol?
Narasumber 2 (N2): Duh, foto-fotonya udah kena lumpur, jadinya udah gag ada lagi.
Azhar (A): Umm gitu, tapi ibu tahu tetangga ibu yang masih punya foto-foto situ gintung yang dulu?
Narasumber 2 (N2): Wah, saya gak tahu.
Azhar (A): Yaudah, terima kasih bu.
Reaksi ibu ini pertama kali merasa kaget, tetapi ketika saya memperkenalkan diri sebagai mahasiswa UIN yang melakukan penelitian di situ gintung, ibu itu langsung merasa nyaman untuk menjawab pertanyaan saya.
Interviewer Interview
Azhar Firdaus Narasumber 2