9
80 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468 DAMPAK PERTAMBANGAN BATUBARA TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN SEI PINANG KABUPATEN BANJAR (CoalMining Impact to Social and Economical aspect to The Public in District of Sungai Pinang in Banjar Regency) M. Ilmi Hidayat Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin ABSTRACT This study aims to understand the impacts of coal mining industry to social and economical aspects of the people at Sungai Pinang district in Banjar Regency which consist of income and employment changes, social behaviour, community security and order group (Kamtibmas), and health. This study used survey method. The sample taking used purposive sampling to gain the respondents which are from five villages consist of 15 respondents each village plus village authorities and community leaders. The study shows that the existence of coal mining in this area contributes to business opportunities to the society. However, only few people can be hired in the coal mining industry because most people are unskilled workers and have low education level. Even though 75 % respondents still want to work in the industry, 94% respondents get benefits from coal mining, and 65% obtain family economic improvement. Although coal mining has been suspected as the cause of aquatic pollution (58%), 87% respondents state that they improve their prosperity. On the other hand 90% respondents state no-security disturbance except gradual disturbance from vibration and sound blasting explossion (68%), as well as 26% health problems. It was expected that the coal mining company intensively pay attention more on community economy and environmental control. Key words: coal mining, income, social interaction, environment impact PENDAHULUAN Pertambangan batubara merupakan salah satu usaha yang paling banyak menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat Kalimantan Selatan dewasa ini, hal ini dipicu karena aturan pertambangan yang dilakukan tidak semestinya. Ciri khas operasional pertambangan batubara di wilayah Kalimantan Selatan adalah dengan jalan kupasan sehingga akan mengakibatkan rusaknya vegetasi yang tidak jarang berasal dari alih fungsi hutan produktif dan perkebunan milik masyarakat menjadi lahan tambang, serta masih memanfaatkan jalan umum dalam operasional pengangkutan hasil tambangnya, juga dihawatirkan berdampak secara sistemik terhadap kehidupan bermasyarakat. Alih fungsi lahan masayarakat, dalam jangka pendek dan menengah berdampak pada peningkatan pendapatan yang drastic yang dapat berakibat pada perubahan perilaku konsumtif. Terjadinya perubahan pola konsumsi yang lebih cepat dibandingkan kemampuan antisifasi terhadap perubahan lingkungan dan pekerjaan, maka kehilangan lahan garapan dapat berakibat buruk dalam jangka panjang. Kabupaten Banjar merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang terdapat kegiatan aktivitas pertambangan batubara, salah satu diantaranya di Kecamatan Sungai Pinang . Sebagian besar dari perusahaan batubara di wilayah ini bernaung di bawah bendera PT. Baramarta, Perusahaan Daerah, milik Kabupaten Banjar melalui system konsesi pertambangan.

Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Sei Pinang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ggg

Citation preview

Page 1: Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Sei Pinang

80 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468

DAMPAK PERTAMBANGAN BATUBARA TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI

MASYARAKAT DI KECAMATAN SEI PINANG KABUPATEN BANJAR

(CoalMining Impact to Social and Economical aspect to The Public in District of Sungai Pinang in

Banjar Regency)

M. Ilmi Hidayat Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin

ABSTRACT

This study aims to understand the impacts of coal mining industry to social and economical

aspects of the people at Sungai Pinang district in Banjar Regency which consist of income and

employment changes, social behaviour, community security and order group (Kamtibmas), and

health. This study used survey method. The sample taking used purposive sampling to gain the

respondents which are from five villages consist of 15 respondents each village plus village

authorities and community leaders. The study shows that the existence of coal mining in this area

contributes to business opportunities to the society. However, only few people can be hired in the

coal mining industry because most people are unskilled workers and have low education level.

Even though 75 % respondents still want to work in the industry, 94% respondents get benefits

from coal mining, and 65% obtain family economic improvement. Although coal mining has been

suspected as the cause of aquatic pollution (58%), 87% respondents state that they improve their

prosperity. On the other hand 90% respondents state no-security disturbance except gradual

disturbance from vibration and sound blasting explossion (68%), as well as 26% health problems. It

was expected that the coal mining company intensively pay attention more on community economy

and environmental control.

Key words: coal mining, income, social interaction, environment impact

PENDAHULUAN

Pertambangan batubara merupakan

salah satu usaha yang paling banyak

menimbulkan polemik di tengah-tengah

masyarakat Kalimantan Selatan dewasa ini,

hal ini dipicu karena aturan pertambangan

yang dilakukan tidak semestinya. Ciri khas

operasional pertambangan batubara di

wilayah Kalimantan Selatan adalah dengan

jalan kupasan sehingga akan mengakibatkan

rusaknya vegetasi yang tidak jarang berasal

dari alih fungsi hutan produktif dan

perkebunan milik masyarakat menjadi lahan

tambang, serta masih memanfaatkan jalan

umum dalam operasional pengangkutan hasil

tambangnya, juga dihawatirkan berdampak

secara sistemik terhadap kehidupan

bermasyarakat. Alih fungsi lahan

masayarakat, dalam jangka pendek dan

menengah berdampak pada peningkatan

pendapatan yang drastic yang dapat berakibat

pada perubahan perilaku konsumtif.

Terjadinya perubahan pola konsumsi yang

lebih cepat dibandingkan kemampuan

antisifasi terhadap perubahan lingkungan dan

pekerjaan, maka kehilangan lahan garapan

dapat berakibat buruk dalam jangka panjang.

Kabupaten Banjar merupakan salah

satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang

terdapat kegiatan aktivitas pertambangan

batubara, salah satu diantaranya di

Kecamatan Sungai Pinang . Sebagian besar

dari perusahaan batubara di wilayah ini

bernaung di bawah bendera PT. Baramarta,

Perusahaan Daerah, milik Kabupaten Banjar

melalui system konsesi pertambangan.

Page 2: Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Sei Pinang

81 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468

Pada kenyataannya, pertambangan

batubara terbukti mampu mensejahterakan

para pengusaha dan orang-orang yang terlibat

secara langsung maupun tidak langsung

dalam kegiatan operasionalnya. Namun tidak

sedikit dampak buruk yang potensial terjadi

seiring aktivitas pertambangan tersebut,

seperti maraknya kerusakan lingkungan,

berkurangnya kawasan hutan produktif,

penyusutan areal perkebunan dan perladangan

rakyat, perubahan aktivitas sosial ekonomi

masyatakat, bahkan juga bisa berdampak

pada gangguan kamtibmas dan kesehatan

masyarakat . Lebih-lebih jika areal

pertambangan sangat dekat dengan areal

perkampungan dan pemukiman penduduk.

Mengacu pada permasalahan tersebut,

maka dilakukan penelitian untuk mengetahui

dampak aktivitas pertambangan yang berada

di dekat pemukiman dan perkampungan

terhadap aktifitas sosial ekonomi masyarakat

yang meliputi peluang dan perubahan

lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan,

pola tingkah laku, gangguan kamtibmas dan

kesehatan masyarakat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di lima

desa yang termasuk dalam ring 1 dan ring 2

areal pertambangan, yakni Desa Rantau

Nangka, Rantau Bakula, Pakutik, Sungai

Pinang, dan Belimbing Baru yang berada

dalam wilayah Kecamatan Sungai Pinang,

Kabupaten Banjar, yang dilaksanakan pada

bulan Maret - Mei 2008, dengan

menggunakan metode survey. Pengambilan

contoh responden secara teknis dilakukan

secara bertahap (multistage). Dari

Kecamatan Sungai Pinang diambil 5 (lima)

buah desa secara sengaja (purposive) yang

berada pada ring 1 dan 2 dari areal

pertambangan. Sampel responden juga

dilakukan secara sengaja (purposive),

meliputi kepala desa dan aparat desa, Tokoh

masyarakat, dan masyarakat biasa. Data

primer dikumpulkan melalui teknik

wawancara (interview) dengan panduan daftar

pertanyaan (questionaire) yang bersifat

terbuka dan tertutup (Krisnamurthi, Y Bayu,

1994; Arikunto, S., 2002). Sampel masing-

masing desa terdiri dati 15 responden di luar

kepala desa dan aparatnya. Sedangkan data

pendukung kualitas air dilakukan dengan

metode grab sampling. Untuk sampel yang

mudah berubah kadarnya diukur langsung di

lapangan (in situ). Data dianalisis

menggunakan tabulasi data dan kemudian

dideskripsikan, yang bertujuan untuk

membuat deskripsi, gambaran secara

sistemik, faktual dan akutrat mengenai

fenomena atau hubungan antar fenomena

yang diselidiki, kemudian ditarik kesimpulan

(Wagiono, Yayah, K, 1994).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kependudukan dan Tenaga Kerja Hasil pemantauan operasional

perusahaan penambangan batubara di

Kecamatan Sungai Pinang tahun 2008,

menunjukkan bahwa serapan tenaga kerja

dari ke lima desa tidak merata. Desa yang

berada di ring 1 seperti Desa Rantau Nangka

dan Rantau Bakula relatif lebih banyak tenaga

yang terserap pada proyek, sedangkan tiga

desa yang berada pada ring 2 sangat sedikit

bahkan ada yang sama sekali tidak terserap

meskipun aspirasi masyarakat untuk bekerja

di perusahaan batu bara cukup tinggi, yakni

sekitar 75%, sedangkan yang menyatakan

tidak ingin bekerja di perusahaan ada 23%

dengan alasan mereka sudah punya pekerjaan

tetap, dan sebanyak 3% responden

menyatakan tidak mungkin bisa diterima

karena alasan usia.

Hasil pengamatan diketahui, bahwa

asal tenaga kerja masih didominasi oleh para

pendatang. Tenaga kerja pendatang adalah

tenaga kerja yang bukan berasal dari

kecamatan setempat, tetapi berasal dari

kabupaten sekitar seperti dari Kota

Banjarmasin, Banjarbaru, Tapin–Rantau, dan

Martapura, maupuin tenaga kerja yang

berasal dari luar daerah. Adapun tenaga kerja

lokal merupakan tenaga kerja dari warga

Page 3: Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Sei Pinang

82 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468

sekitar desa tersebut. Tenaga kerja pendatang

umumnya merupakan tenaga kerja yang

mempunyai keterampilan/keahlian tertentu

(spesifik). Sedangkan Tenaga kerja lokal

umumnya berpendidikan rendah dan tidak

memiliki keterampilan/keahlian secara

khusus.

Aparat desa sangat sulit menunjukkan

bahwa seseorang dikategorikan sebagai

tenaga kerja lokal atau tenaga kerja

pendatang. Hal ini karena sebagian tenaga

kerja pendatang tidak melaporkan diri ke

aparat desa setempat, sehingga data arus

migrasi tidak terekam dengan baik.

Meskipun demikian, hasil wawancara dan

kuesioner yang diarahkan untuk mengetahui

jumlah penduduk asli dari 5 desa yang

bekerja di PT Pamapersada Nusantara,

diperoleh data jumlah tenaga kerja asli lokal

yang berasal dari desa yang ada di ring 1

yakni Desa Rantau Nangka sebanyak 35

orang, Rantau Bakula 54 orang, Sementara

dari ring 2 yakni Desa Pakutik 0 (tidak ada),

Sei Pinang 46 orang, dan Belimbing Baru

sebanyak 3 orang. Minimnya jumlah tenaga

kerja yang berasal dari 5 desa ini dikarenakan

tidak terpenuhinya ketentuan yang

disyaratkan perusahaan pada saat tes masuk

seperti kualifikasi pendidikan dan skill yang

sangat rendah. Sebagian besar tenaga kerja

lokal dipekerjakan sebagai buruh kasar,

sebagian mekanik, sopir, dan beberapa

sebagai tenaga administrasi

Kemampuan daya serap Perusahaan

barubara Kecamatan Sei Pinang terhadap

tenaga kerja lokal terkendala oleh tingkat

pendidikan dan ketrampilan masyarakat yang

relatif rendah (unskilled labor). Sementara

perusahaan mensyaratkan tingkat pendidikan

yang relatif tinggi serta mempunyai keahlian

khusus. Kondisi tingkat pendidikan

masyarakat lokal yang menghuni sekitar

lokasi proyek menunjukkan bahwa 34,27 %

penduduk masih belum/tidak pernah sekolah,

32,00 % tidak tamat SD, 23,31 %

berpendidikan SD/sederajat.sampai tamat,

dan hanya 8,25 % tamat SLTP, serta 0,84 %

tamat SLTA, sisanya masing-masing 0,02 %

berpendidikan Diploma dan S-1.

Jika dicermati lebih dalam, gambaran

dan sebaran tingkat pendidikan masyarakat di

lima desa ini sangatlah bisa dimaklumi,

bahwa meskipun di sekitar wilayah desa

banyak terdapat perusahaan tambang batubara

yang beroperasi seperti PT. Pamapersada

Nusantara, PT. Madhani, PT. Rakhmat

Mulya, maupun PT. Gunung Sambung, tetapi

kondisi ini tidak serta merta mampu

memberikan peluang kerja secara langsung

mengingat masing-masing perusahaan selalu

mengutamakan pendidikan sebagai salah satu

syarat.selain adanya keterampilan dan

keahlian.

Perubahan Struktur Pendapatan

Masyarakat Berdasarkan data yang diperoleh,

bahwa mata pencaharian pokok masyarakat di

lima desa rata-rata sekitar 85 % bermata

pencaharian pokok sebagai petani (sawah,

ladang, dan kebun karet), selebihnya

menggeluti usaha berdagang, jasa, tukang,

pendulang intan, karyawan perusahaan dan

PNS. Mata pencaharian yang digeluti sangat

berpengaaruh terhadap perdapatan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

keluarga.

Pendapatan diperoleh dari hasil kerja

yang dilakukan, baik dari sektor jasa maupun

kegiatan produksi suatu jenis barang

(Salvatore, D., dan Diulio, E.A., 2004).

Perubahan pendapatan biasanya terjadi

seiring dengan perubahan sikap dan perilaku

dalam bekerja atau karena terjadi perubahan

struktur pekerjaan. Peningkatan pendapatan

umumnya dirasakan langsung oleh mereka

yang karena keterampilan atau pendidikannya

diperlukan dalam suatu struktur pekerjaan

(Raharjo, 2004), seperti halnya yang dialami

oleh responden yang bekerja di perusahaan

tambang batubara. Sangat disayangkan,

warga Kecamatan Sei Pinang pada umumnya

berpendidikan sangat rendah dan tidak

memiliki ketrampilan khusus, keberadaan

perusahaan tidak secara langsung

Page 4: Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Sei Pinang

83 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468

meningkatkan pendapatan. Kecuali bagi

segelintir orang yang mampu memanfaatkan

peluang seperti membuka warung makan dan

kebutuhan rumah tangga karena banyaknya

perusahaan tambang yang beroperasi di

wilayah ini secara tidak langsung

memberikan dampak positif bagi

perkembangan desa dan masyarakat.

Berdasarkan hasil kuesioner dengan

pertanyaan tentang kompensasi lingkungan

yang diberikan perusahaan berupa dana

Community Development (CD), walaupun 71

% responden mengetahui adanya bantuan

berupa CD kepada desa, namun hanya 23 %

dari responden yang pernah menerima

bantuan secara langsung. Meskipun

demikian, 94 % dari responden menyatakan

bahwa perusahaan memberikan manfaat bagi

keluarga dan pembangunan desa berupa

bantuan rutin kepada tempat-tempat ibadah,

beasiswa dan fasilitas penunjang pendidikan,

anak yatim piatu dan kaum duafa, serta

bantuan berupa hewan qurban setiap hari raya

Idul Adha. Bantuan ini, meskipun tidak

banyak membantu perekonomian keluarga,

tapi cukup besar pengaruhnya sebagai jalinan

kasih dan mempererat ikatan emosional

masyarakat terhadap operasional tambang.

Terlebih bagi desa yang memperoleh bagian

berupa fee hasil tambang lahan desa yang

dikelola oleh PT Pamapersada Nusantara,

seperti di Desa Rantau Nangka dan Rantau

Bakula.

Perubahan struktur pendapatan yang

terjadi menunjukkan bahwa keberadaan

perusahaan batubara tidak terindikasi

memberikan dampak negatif terhadap

pendapatan masyarakat, bahkan sebagian

besar justru memberikan pengaruh positif

terhadap perekonomian masyarakat, Hasil

wawancara terhadap responden petani yang

berusahatani di sekitar tambang menyatakan

bahwa tanaman hortikultura berupa pisang

dan sayuran mengalami kerusakan yang

dicurigai akibat debu halus yang menutupi

permukaan daun dan ladang menjadi kurang

subur, namun para petani telah menerima

kompensasi kerugian berupa uang debu. Jika

kondisi ini berlangsung lama, dapat berakibat

pada menurunnya semangat berusaha, yang

dapat berakibat pada kelangkaan sumber

pangan maupun pendapatan (Firdaus, M.,

2008).

Kecemburuan dan Ketegangan Sosial

Hasil pemantauan yang melibatkan 47

orang responden dari lima desa, tidak satupun

dari responden menyatakan adanya

kecemburuan terhadap pendatang khususnya

yang bekerja pada perusahaan tambang bara

di Kecamatan Sei Pinang . Kondisi ini

dipengaruhi sikap dan tingkah laku para

karyawan perusahaan dalam pergaulan sehari-

hari, terutama terhadap warga Desa Rantau

Nangka dan Desa Rantau Bakula yang berada

pada ring satu (paling dekat dengan

tambang). Seluruh responden yang ditanya,

hanya 9 % menyatakan karyawan perusahaan

sombong, 55 % menyatakan bisa bergaul

dengan ramah, sementara 42 % menyatakan

jarang bergaul. Jarang bergaulnya karyawan

dengan masyarakat sekitar cukup dimengerti

oleh warga karena sebagai karyawan sangat

sibuk dan waktunya sebagian besar tersita

untuk pekerjaan di tambang batubara.

Sementara kesenjangan pendapatan antara

karyawan dengan masyarakat setempat cukup

bisa dimaklumi. Oleh karena itu sebesar 74

% responden sangat ingin keluarganya bisa

diterima bekerja di perusahaan.

Potensi kerawanan dan ketegangan

sosial adalah kondisi jalan desa yang sering

digunakan mobil perusahaan melintas sehari-

hari. Kerusakan jalan dan debu merupakan

isu yang mulai berkembang dan menuntut

perhatian lebih, disamping itu yang paling

banyak dikeluhkan masyarakat adalah getaran

(68 %) pada saat blasting (ledakan) yang

tidak hanya mengagetkan, tapi kadang-

kadang mengakibatkan keretakan pada

bangunan beton mesjid dan rumah warga

serta tercemarnya air sungai (58 %) akibat

aktivitas pertambangan.

Adanya fasilitas milik perusahaan

terutama alat-alat berat yang bisa digunakan

untuk kegiatan social merupakan salah satu

Page 5: Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Sei Pinang

84 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468

yang mendapat rasa simpati (52 %) dan

mampu mengangkat harga diri masyarakat

karena merasa dipercaya dan dihargai.

Gangguan Kamtibmas Selama operasional penambangan

batubara di wilayah ini, 90 % responden

menyatakan tidak pernah terjadi tindak

kriminalitas yang terkait dengan operasional

penambangan, khususnya yang barkaitan

dengan kasus konflik etnis dan agama,

maupun yang berkaitan dengan keberadaan

tenaga kerja pendatang di lingkungan

pertambangan. Sedangkan 10 % menyatakan

pernah terjadi satu kali kasus pencurian.

Kondisi kamtibmas di wilayah desa

studi selama tahun 2007-2008 relatif aman

dan terkendali sehingga tidak menimbulkan

dampak pada keresahan masyarakat. Kondisi

yang kondusif ini tertunya sebagai akibat

masih harmonisnya hubungan antar

masyarakat dan antara masyarakat desa

dengan perusahaan. Semakin sering

masyarakat diperkenalkan dengan situasi

dalam lingkungan tambang, akan semakin

memberikan pengertian serta toleransi dari

masyarakat terhadap kemungkinan dampak

negatif yang akan terjadi. Lebih-lebih jika

pihak perusahaan lebih proaktif dalam

mengantisifasi dan menanggulangi keluhan

masyarakat atas ketidak nyamanan yang

mereka rasakan.

Terkait dengan kegiatan penambangan

yang dilakukan, 6 % responden merasa

terganggu, 68 % menyatakan kadang-kadang

terganggu terutama pada saat blasting, dan

sisanya sebesar 26 % merasa tidak terganggu

Gangguan Kesehatan

Kasus gangguan kesehatan serius yang

dialami masyarakat sebagai akibat

operasional penambangan sejauh ini belum

terjadi. Hasil kuesioner menyebutkan

bahwa 26 % masyarakat mengemukakan

belum pernah terjadi gangguan terhadap

kesehatan, meskipun ada diantaranya yang

menyatakan bahwa sewaktu-waktu terutama

pada malam hari sering terganggu dengan

suara bising dari operasional alat-alat berat,

namun lama-kelamaan semua dianggap biasa

dan tidak lagi menimbulkan gangguan yang

berarti. Sedangkan 48 % responden

mengemukakan pernah sakit, terutama

gangguan pada pernafasan (sesak

nafas/ashma) dan batuk. Hal ini mungkin

akibat debu-debu halus batubara yang

mencapai ke wilayah pemukiman.

Selanjutnya 26 % responden menyatakan

penyakit yang diderita masyarakat tidak

terkait langsung dengan adanya kegiatan

penambangan batubara, karena umumnya

merupakan penyakit biasa yang muncul

seiring dengan perubahan iklim seperti plu,

pilek, demam, dan masuk angina.

Hasil pemantauan terhadap aktivitas

penambangan yang potensi menimbulkan

dampak negatif dalam jangka panjang adalah

banyaknya keluhan masyarakat terhadap

pencemaran pada lingkungan perairan (58 %)

akibat air pembuangan atau limbah dari

tambang yang masuk ke badan aliran sungai.

Kondisi ini menurut sebagian besar

responden (86 %) menyebabkan air sungai

sangat keruh dan tidak bisa dikonsumsi

terutama pada awal musim penghujan.

Persepsi Masyarakat Persepsi masyarakat merupakan

pendapat dan respon dari masyarakat yang

secara umum merupakan gambaran dari

keseluruhan masyarakat. Komponen ini

dianggap penting untuk mendeteksi gejala-

gejala yang mungkin berdampak negatif

akibat keberadaan suatu proyek. Disamping

itu, komponen ini juga dapat dijadikan tolok

ukur keberhasilan suatu proyek dalam

mengakomodir kepentingan masyarakat

(khususnya masyarakat setempat), sehingga

pihak manajemen dapat dengan bijak dalam

pengambilan keputusan untuk tahap-tahap

selanjutnya.

Hasil pemantauan yang berkaitan

dengan dana CD, semua kepala desa

menyatakan hanya pernah satu kali menerima

dana CD secara tunai yakni pada tahun 2003,

dan semenjak CD ditangani oleh BLHI,

Page 6: Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Sei Pinang

85 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468

aparat desa dan tokoh masyarakat

menyatakan adanya ketidak jelasan

menyangkut community development (CD)

tersebut, baik program maupun kegiatannya

sudah bukan aspirasi dan keinginan

masyarakat desa. Sehingga aspirasi yang

berkembang, mengusulkan agar CD bisa

dikembalikan seperti tahun 2003.

Dana rutin yang diterima masing-

masing desa untuk operasional desa dari

perusahaan terdekat sebesar Rp 500.000,- per

bulan dan operasional Kepala Desa sebesar

Rp 250.000,- per bulan. Kemudian bantuan

untuk tempat ibadah Rp 500.000,- per bulan

dan Madrasah sebesar Rp 1,5 Juta. Bantuan

lain untuk sarana dan prasarana pendidikan

seperti sumbangan meja-kursi, perpustakaan,

dan computer, bantuan berupa peminjaman

alat-alat berat untuk pembuatan dan

perbaikan jalan desa, genset untuk RT I Desa

Belimbing Baru, perbaikan mesjid dan

jembatan.

Hampir semua responden (94 %)

menyatakan memperoleh manfaat atas

keberadaan perusahaan tambang batubara

baik secara langsung maupun tidak langsung

dengan alasan bervariasi, mulai dari

kemudahan akses jalan, perbaikan ekonomi,

adanya bantuan pendidikan, penerangan

listrik, dan sebagainya

Jajak pendapat yang dilakukan terhadap

aparat desa dan tokoh masyarakat desa dan

masyarakat yang dijadikan responden dari ke

lima desa studi diperoleh gambaran umum

persepsi masyarakat sebagai berikut:

1. Peran perusahaan bara dalam menunjang

pembangunan desa, 71 % menyatakan

menunjang, sementara 26 % menyatakan

kurang menunjang , dan 3 % menyatakan

tidak.

2. Dampak aktivitas perusahaan dalam

mendorong dan meningkatkan

perekonomian keluarga; 65 %

menyatakan perekonomian keluarga

meningkat; 32 % menyatakan tetap, dan 3

% menyatakan terjadi kemunduran.

3. Dampak aktivitas perusahaan terhadap

kemajuan kehidupan masyarakat; 87 %

menyatakan kehidupan rerata masyarakat

tambah baik/maju, sedangkan 13 %

menyatakan tetap.

4. Peran perusahaan bara terhadap keruskan

lingkungan yang berimbas pada

pencemaran air sungai: 58 % menyatakan

merusak, 13 % menyatakan tidak, dan 29

% menyatakan masih terkendali.

5. Kepedulian perusahaan pertambangan

terhadap lingkungan dan sosial ekonomi

masyarakat desa sekitar dibandingkan

perusahaan tambang lainnya di wilayah

ini; 87 % menyatakan PT Pama lebih

baik, 10 % menyatakan sama saja, dan 3

% menyatakan pama lebih buruk.

6. Dampak negatif yang muncul sejak

adanya aktivitas perusahaan tambang

bara:

Air sungai menjadi keruh terutama

pada musim penghujan,

mengakibatkan aktivitas masyarakat

yang memanfaatkan air sungai sehari-

hari terganggu.

Sewaktu-waktu suara dan getaran

akibat blasting menimbulkan

kekagetan dan beberapa fasilitas

umum seperti mesjid ada yang retak,

demikian pula rumah penduduk yang

terbuat dari beton.

Debu tambah banyak, terutama jika

mobil-mobil perusahaan melalui jalan

desa.

Jalan desa jadi cepat rusak dan banyak

berlobang.

Beberapa kebun warga yang dekat

areal tambang rusak karena tertutup

debu batubara.

7. Keuntungan yang diperoleh desa :

Bantuan operasional desa

Peluang kerja dan berusaha bagi

warga masyarakat

Peningkatan ekonomi keluarga

Bantuan perbaikan sarana dan

prasarana peribadatan dan pendidikan

Akses jalan lebih terbuka dan lancar

8. Harapan masyarakat bagi perusahaan

tambang:

Page 7: Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Sei Pinang

86 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468

Ikut memperbaiki jalan desa yang

sering dilewati mobil-mobil karyawan

perusahaan.

Melakukan reklamasi terhadap areal

tambang dan melakukan revegetasi

dengan tanaman yang produktif

seperti karet dan buah-buahan

Membantu pembangunan desa

Perbaikan fasilitas sanitasi lingkungan

dan penyediaan air bersih terutama

menjelang musin hujan

Penanganan dan pengendalian

Lumpur/limbah tambang dan aktivitas

pencucian alat berat agar tidak

langsung masuk ke badan sungai yang

menyebabkan air keruh.

Memasang /membuat tanggul penahan

Lumpur dan menanam pohon pada

lereng tebing sungai untuk mencegah

erosi.

9. Harapan kedepan masyarakat pasca

operasional perusahaan bara

Mengembalikan lingkungan tambang

seperti semula, minimal tidak

membiarkan ruang terbuka lebar

Menjaga lingkungan dan lebih

memperhatikan serta mengutamakan

kepentingan masyarakat sekitar

tambang.

Bisa meninggalkan kenangan yang

baik dan berguna yang bisa

dimanfaatkan masyarakat desa sekitar

untuk terus mendukung perekonomian

desa.

Agar bangunan-bangunan serta

fasilitas permanent yang dibangun

tidak dibongkar dan bisa dihibahkan

kepada desa terdekat untuk

dipergunakan sebagai fasilitas umum

Membantu pemberdayaan masyarakat

lapisan bawah (petani) berupa bantuan

program bimbingan teknis serta bibit

melalui kelompok tani

Pengendalian lingkungan dengan

tanaman yang bermanfaat dan

produktif sehingga bermanfaat bagi

masa depan desa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 1. Operasional Tambang batubara di wilayah

Kecamatan Sungai Pinang berdasarkan

hasil penelitian ini tidak secara langsung

memberikan peluang kerja di perusahaan

bagi warga lokal karena terkendala pada

skill dan pendidikan.

2. Ditinjau dari aspek pendapatan

masyarakat, 94% responden menyatakan

memperoleh manfaat dati adanya

pertambangan batubara, 65% responden

mengaku ekonomi keluarga meningkat,

dan 87% menyatakan meningkatkan

kemajuan desa dan kesejahteraan.

3. Aktivitas terhadap lingkungan, 58%

menyatakan aktivitas tambang batubara

mencemari lingkungan perairan, juga

menimbulkan polusi berupa debu.

4. 90% responden menyatakan tidak terjadi

gangguan kamtibmas, meskipun sebanyak

68% secara berkala terganggu oleg

getaran dan suara ledakan (blasting)

5. Terhadap Kesehatan masyarakat; 26%

menyatakan pernah sakit.

Saran 1. Ikut memperbaiki jalan desa yang sering

dilewati mobil-mobil karyawan

perusahaan.

2. Melakukan reklamasi terhadap areal

tambang dan melakukan revegetasi

dengan tanaman yang produktif seperti

karet dan buah-buahan

3. Membantu pembangunan desa

4. Perbaikan fasilitas sanitasi lingkungan

dan penyediaan air bersih terutama

menjelang musin hujan

5. Penanganan dan pengendalian

Lumpur/limbah tambang dan aktivitas

pencucian alat berat agar tidak langsung

masuk ke badan sungai yang

menyebabkan air keruh.

Page 8: Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Sei Pinang

87 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Monografi Kecamatan

Sungai Pinang, Kabupaten Banjar.

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur

Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.

(Edisi Revisi V). Rineka Cipta, Jakarta.

Firdaus, M., 2008. Manajemen Agribisnis.

Bumi Aksara, Jakarta.

Krisnamurthi, Y. Bayu, 1994. Metode

Pengumpulan Data Dalam Penelitian

Sosial Ekonomi. (Himpunan Makalah

Metode Penelitian Sosial Ekonomi).

Dirgutiswa, Dirjen-Dikti, Jakarta.

Raharjo, 2004. Pengantar Sosiologi Pedesaan

dan Pertanian. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta .

Salvatore, Dominick dan Eugene A. Diulio,

2004. Prinsip-Prinsip Ekonomi (Belajar

Super Cepat). Erelangga, Jakarta.

Wagiono, Yayah K., 1994. Berbagai Metode

Penelitian Sosial Ekonomi

(Himpunan Makalah Metode

Penelitian Sosial Ekonomi).

Dirgutiswa, Dirjen-Dikti, Jakarta .

Lampiran :

Lampiran 1. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di wilayah studi Maret

Tahun 2008

No Tingkat Pendidikan

Jumlah (jiwa)

Rantau

Nangka Rantau

Bakula Pakutik

Sei

Pinang

Belimbing

Baru

Persentase

( % )

1. Belum sekolah/tdk sekolah 742 427 185 126 202 34.27

2. SD tidak tamat 365 340 190 221 503 32,00

3. Tamat SD/sederajat 59 201 200 487 197 23,31

4. Tamat SLTP/sederajat 25 41 123 115 101 8,25

5. Tamat SLTA/sederajat 15 8 10 1 7 0,84

6. Tamat Diploma 1 0 0 4 3 0,02

7. Tamat S-1 4 0 0 4 0 0,02

Jumlah penduduk 1.211 1.017 708 958 1.013 4.907

Sumber: Monografi Kecamatan Sungai Pinang , 2008

Page 9: Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Sei Pinang

88 ZIRAA’AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468

Lampiran 2. Hasil pengukuran kualitas air limbah pada outlet settling pond dan Instalasi

pengolahan air limbah workshop

Parameter Satuan Lokasi Pemantauan BMLC

SP-1 SP-2 SP-3 SP-4 SP-5 SP-6 BMLC1 BMLC2

Suhu ºC 37,0 34,2 33,2 34,4 32,7 29,9 - -

TDS mg/l 372 121 98 109 152 108 - -

TSS mg/l 58,82 67,50 85,22 82,49 75,34 62,80 ≤ 200 ≤ 400

DHL µS/cm 772,0 216,4 146,3 151,4 178,6 151,2 - -

pH - 6,62 6,22 6,73 6,58 5,51 7,31 6 - 9 6 - 9

Nitrite mg/l <0,002 0,0110 0,0053 0,0028 0,0035 0,0037

Nitrat mg/l 0,0361 0,0675 0,0339 0,0383 0,0236 0,0197

Amoniak mg/l 0,2905 0,1867 0,1291 0,117 0,4566 0,1723

DO mg/l 4,8 5,2 6,0 5,1 5,6 5,0 - -

BOD5 mg/l 2,70 3,12 4,05 3,28 5,17 4,82 - -

COD mg/l 19,68 16,24 15,89 16,07 17,60 16,02 - -

Fe mg/l 1,8829 3,5479 2,5539 1,5333 1,9422 1,6661 ≤ 7,0 ≤ 7

Zn mg/l <

0,002 <

0,002 0,0180

<

0,002 <

0,002 <

0,002

Mn mg/l 0,2095 0,0276 3,1093 0,5072 0,1208 <0,002 ≤ 4,0 ≤ 4

Pb mg/l 0,0220 0,0061 0,0079 0,0124 0,0170 0,0473 - -

Hg mg/l <

0,001 <

0,001 <

0,001 <

0,001 <

0,001 <

0,001 - -

Cu mg/l <

0,002 <

0,002 <

0,002 <

0,002 <

0,002 <

0,002 - -

Cd mg/l <

0,002 <

0,002 <

0,002 <

0,002 <

0,002 <

0,002

Cr6+

mg/l <

0,002 <

0,002 <

0,002 <

0,002 <

0,002 <

0,002

Minyak mg/l < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 - -

Keterangan:

SP-1 = Outlet n1 SP-2 = oil trap Menteng SP-3 = Workshop

SP-4 = Workshop SP-5 = crusher plant SP-6 = outlet n2

BMA1 = Baku Mutu Air Gol 1 menurut Per. Gub. Prop Kal Sel No. 04 Tahun 2007

BMA2 = Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pertambangan Batubara menurut Kep. Men LH.

Nomor : 113 tahun 2003