5
Dalam pengelolaan kasus, penulis menggunakan metode proses keperawatan secara sistematis dan efisien dalam memecahkan masalah keperawatan, meliputi : 1. pengkajian Pada pengkajian klien dengan nefrotik sindrom, penulis menggunakan format pengkajian konseptual Gordon yang terdiri dari 11 pola. Hal ini dikarenakan format ini menunjang dan mempermudah dalm memperoleh data focus. Pada klien dengan nefrotik sindrom, hal yang perlu di kaji menurut 11 pola konseptual Gordon yang dikemukakan oleh Doengoes (2000, hal 20) dan Carpenito(2001). a. Persepsi kesehatan Tanyakan tentang alasan klien masuk rumah sakit, riwayat kejadian , keluhan utama, riwayat penyakit masa lalu yang berkaitan dengan nefrotik sindrom, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat gaya hidup klien. b. Pola nutrisi metabolik Tanyakan tentang pola makan klien sebelum dan selama sakit, kaji status nutrisi klien dengan, kaji input cairan klien selama 24 jam, dan kaji turgor kulit serta observasi adanya oedema anasarka. c. Pola eliminasi Kaji pola bab dan bak klien sebelum sakit dan selama sakit.apakah terjadi perubahan pola berkemih seperti peningkatan frekuensi, proteinuria. d. Pola aktivitas Kaji tanda – tanda vital terutama tekanan darah, kaji adanya tanda - tanda kelelahan, e. Kebutuhan istirahat tidur Kaji pola tidur klien sebelum dan selama sakit f. Pola persepsi kognitif Kaji kemampuan pancaindra klien, kaji pengetahuan klien tentang penyakit yang di deritanya. g. Pola persepsi diri Kaji persepsi diri klien meliputi body image, harga diri, peran diri, ideal diri, konsep diri. h. Pola hubungan sosial Kaji pola komunikasi klien terhadap keluarga, klien satu ruang, dan perawat. i. Pola seksualitas Kaji kebutuhan seksual klien j. Pola mekanisme koping Kaji bagaimana respon diri klien terhadap penyakit yang dideritanya k. Pola spiritual Kaji persepsi klien dilihat dari segi agama, apakah klien memahami bahwa penyakitnya adalah ujian dari Allah SWT. Selain itu, lakukan pemeriksaan fisik pada klien meliputi penkajian edema yang tampak, bengkak di mata, kaki, tangan, wajah dan genital, serta catat derajat pitting. 2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang sering muncul dan intervensinya : a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulator ginjal dengan retensi air dan natrium(Tucker,1998, hal 578).

Dalam pengelolaan kasus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dalam pengelolaan kasus

Dalam pengelolaan kasus, penulis menggunakan metode proses keperawatan secara sistematis dan efisien dalam

memecahkan masalah keperawatan, meliputi :

1. pengkajian 

Pada pengkajian klien dengan nefrotik sindrom, penulis menggunakan format pengkajian konseptual Gordon yang

terdiri dari 11 pola. Hal ini dikarenakan format ini menunjang dan mempermudah dalm memperoleh data focus.

Pada klien dengan nefrotik sindrom, hal yang perlu di kaji menurut 11 pola konseptual Gordon yang dikemukakan

oleh Doengoes (2000,    hal 20) dan Carpenito(2001).

a. Persepsi kesehatan

 Tanyakan tentang alasan klien masuk rumah sakit, riwayat   kejadian , keluhan utama, riwayat penyakit masa lalu

yang berkaitan dengan nefrotik sindrom, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat gaya hidup klien.

b. Pola nutrisi metabolik

 Tanyakan tentang pola makan klien sebelum dan selama sakit, kaji status nutrisi klien dengan, kaji input cairan klien

selama 24 jam, dan kaji turgor kulit serta observasi adanya oedema anasarka.

c. Pola eliminasi

 Kaji pola bab dan bak klien sebelum sakit dan selama sakit.apakah terjadi perubahan pola berkemih seperti

peningkatan frekuensi, proteinuria.

d. Pola aktivitas

 Kaji tanda – tanda vital terutama tekanan darah, kaji adanya tanda - tanda kelelahan, 

e. Kebutuhan istirahat tidur

 Kaji pola tidur klien sebelum dan selama sakit

f. Pola persepsi kognitif

 Kaji kemampuan pancaindra klien, kaji pengetahuan klien tentang penyakit yang di deritanya.

g. Pola persepsi diri

 Kaji persepsi diri klien meliputi body image, harga diri, peran diri, ideal diri, konsep diri.

h. Pola hubungan sosial

 Kaji pola komunikasi klien terhadap keluarga, klien satu ruang, dan perawat.

i. Pola seksualitas

 Kaji kebutuhan seksual klien

j. Pola mekanisme koping 

 Kaji bagaimana respon diri klien terhadap penyakit yang dideritanya

k. Pola spiritual

 Kaji persepsi klien dilihat dari segi agama, apakah klien memahami bahwa penyakitnya adalah ujian dari Allah SWT.

Selain itu, lakukan pemeriksaan fisik pada klien meliputi penkajian edema yang tampak, bengkak di mata, kaki,

tangan, wajah dan genital, serta catat derajat pitting.

2. Diagnosa keperawatan 

Diagnosa keperawatan yang  sering muncul dan intervensinya :

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulator ginjal dengan retensi air dan

natrium(Tucker,1998,        hal 578).

Kriteria hasil :

• Menunjukkan keluaran urine tepat dengan hasil laboratorium mendekati normal.

• BB stabil, TTV dalam batas normal, tak ada edema.

• Keseimbangan masukan dan pengeluaran. 

Intervensi :

1. Pantau keluaran urine, catat jumlah dan warna

Rasional : keluaran urin mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi. 

Page 2: Dalam pengelolaan kasus

2. Pantau / hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan selama 24 jam.

Rasional : terapi diuretik dapat diakibatkan oleh kehilangan cairan tiba - tiba berlebihan meskipun edema masih ada.

3. Pertahankan tirah baring selama fase akut.

Rasional : posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan

diuresis.

4. Ubah posisi dengan sering, tinggikan kaki bila duduk.

Rasional : pembentukan edema, nutrisi melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi lama merupakan

stressor yang mempengaruhi intregitas kulit.

5. Kaji TTV terutama tekanan darah.

Rasional : hipertensi menunjukkan kelebihan natrium, serta dapat menunjukkan terjadinya kongesti paru, gagal

jantung.

6. Pertahankan asupan cairan, pembatasan asupan natrium sesuai indikasi.

Rasional : asupan narium yang terlalu tinggi memperberat kondisi edema.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, prosedur invasif dan kateterisasi(Doengoes, 2000,

hal 622)

Kriteria hasil: 

Tak mengalami tanda / gejala infeksi.

Intervensi :

1. Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan perawat.

Rasional : menurunkan resiko kontaminasi silang.

2. Pertahankan prinsip aseptik dalam setiap tindakan keperawatan yang berhubungan dengan area invasive dan

kateterisasi.

Rasional : membatasi introduksi bakteri kedalam tubuh.

3. Lakukan perawatan kateter rutin dan perawatan infuse.

Rasional : Meningkatkan rasa nyaman klien serta mencegah kontaminasi bakteri ke tubuh.

4. Kaji intregitas kulit.

Rasional : ekskorisi akibat gesekan dapat menjadi infeksi sekunder.

5. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

Rasional : membantu pemilihan pengobatan infeksi paling efektif.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia(Engram, 1999, hal 131)

Kriteria hasil : 

Mempertahankan / meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh klien, bebas edema.

Intervensi : 

1. Kaji / catat pemasukan diet.

Rasional : membantu dan mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.

2. Berikan makanan sedikit tapi sering.

Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik.

3. Tawarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan .

Rasional : meningkatkan nafsu makan .

4. Timbang BB tiap hari.

Rasional : perubahan kelebihan 0,5 kg dapat menunjukkan perpindahan keseimbangan cairan.

5. Berikan diet tinggi protein dan rendh garam.

Rasional : memenuhi kebutuhan protein, yang hilang bersama urine.

Page 3: Dalam pengelolaan kasus

Mengurangi asupan garam untuk mencegah edema bertambah.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan(Doengoes, 2000, hal 58).

Kriteria hasil : 

• Terjadi peningkatan mobilitas.

• Melaporkan perbaikan rasa berenergi.

Intervensi :

1. Kaji kemampuan klien melakukan aktivitas. 

Rasional : sebagai pengkajian awal aktivitas klien.

2. Tingkatkan tirah baring / duduk.

 Rasional : meningkatkan istirahat dan keteenangan klien, posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan

menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.

3. Ubah posisi dengan sering.

Rasional : pembentukan edema, nutrisi melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi lama merupakan

stressor yang mempengaruhi intregitas kulit.

4. Berikan dorongan untuk beraktivitas secara bertahap. 

Rasional : melatih kekuatan otot sedikit demi sedikit.

5. Ajarkan teknik penghematan energi contoh duduk, tidak berdiri.

Rasional : menurunkan kelelahan.

6. Berikan perawatan diri sesuai kebutuhan klien.

Rasional : memenuhi kebutuhan perawatan diri klien selama intoleransi aktivitas.

-

f. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema anasarka(Carpenito, 2001, hal 304)

Kriteria hasil : 

• Mempertahankan kulit utuh.

• Menunjukkan perilaku untuk mencegah kerusakan kulit.

Intervensi : 

1. Inspeksi kulit terhadap penebalan, warna, turgor, vaskularisasi.

Rasional : menandakan area sirkulasi buruk yang dapat menimbulkan pembentukan dekubits

2. Inspeksi area tergantung terhadap edema.

Rasional : jaringan edema cenderung rusak

3. Berikan perawatan kulit.

Rasional : memberikan rasa nyaman dan mencegah terjadi komplikasi kulit.

4. Ubah posisi dengan sering.

Menurunkan tekanan pada edema

5. Pertahankan linen kering.

Menurunklan iritasi dermal.

g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas(Doengoes, 2000, hal 642)

Kriteria hasil : 

Berpartisipasi pada aktivitas sehari - hari dalam tingkat kemampuan diri.

Intervensi :

1. Tentukan kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri.

Rasional : kondisi dasar akan menentukan tingkat kekurangan / kebutuhan.

2. Berikan bantuan dengan aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional : memenuhi kebutuhan dengan mendukung partisipasi kemandirian klien

Page 4: Dalam pengelolaan kasus

3. Ajarkan teknik penghematan energi, contoh duduk, melakukan tugas secara bertahap.

Rasional : Menghemat energi, menurunkan kelelahan, meningkatkan kemampuan klien untuk melaksanakan tugas.

4. Libatkan keluarga dalam perawatan klien.

Rasional : memandirikan keluarga agar lebih peduli pada pemenuhan kebutuhan klien, menciptakan rasa nyaman

klien.

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit(Doengoes, 2000, hal 624)

Kriteria hasil : 

Menunjukkan respon pemahaman terhadap penyakitnya dan mengetahui  bagaimana perawatannya.

Intervensi :

1. Kaji status pendidikan klien.

Rasional : menentukan status awal pengetahuan klien.

2. Kaji pengetahuan klien akan penyakitnya, prognosanya, dietnya dan hal - hal yang perlu dilakukan klien agar

memperingan gejala yang muncul.

Rasional : Menentukan sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya.

3. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit klien.

Rasional : menentukan pengetahuan keluarga akan penyakit klien.

4. Berikan penyuluhan kesehatan tentang penyakitnya termasuk diet dan perawatannya.

Rasional : memberikan informasi yang actual yang mampu merubah persepsi klien tentang penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2001). Handbook of Nursing Diagnosis, 8/E (Buku Saku Diagnosa Keperawatan, E/8, editor: Monica

Ester). Jakarta: EGC.

Doengoes, M. E, Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2000). Nursing Care Plan: Guidelines for Planning and

Documenting Patient Care, 3/E (Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien E/3, editor: Monica Ester). Jakarta: EGC.

Engram,B. (1999). Medical-Surgical Nursing Care Plans, 1/V (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, V/1,

alih bahasa oleh Suharyati samba). Jakarta: EGC.

Gunawan, A. C. (2000). Nefrotik Sindrom: Patogenesis dan Penatalaksanaan. (on-line):

http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/ (15 Juni 2006).

Mansjoer, A, Triyanti, K, Savitri, R, Wardani, W. I, Setiowulan, W. (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III.

Jakarta: Media Ausculapius FKUI.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Ramali, A. & Pamoentjak, K. (2003). Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Swearingen. (2001). Pocket Guide to Medical-Surgical Nursing, 2/E (Seri Pedoman Praktis Keperawatan Medikal

Bedah, E/2, alih bahasa oleh Monica Ester). Jakarta: EGC.

Page 5: Dalam pengelolaan kasus

Tisher, C. C, Wilcox, C. S. (1997). House Officer Series Nephrology, 3/E (Buku Saku Nefrologi, E/3). Jakarta: EGC.

Tucker, S. M, Canobbio, M. M, Paquette, E. V, Wells, M. F. (1998). Patient Care Standards; Nursing Process,

Diagnosis, and Outcome, 3/V, 5/E               (Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis, dan

Evaluasi, V/3, E/5). Jakarta: EGC