139
IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: MERLINA FITRIA MUTHOHAROH NIM. 11114255 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4203/1/skripsi.pdf · menyenangkan bagi peserta didik. ... Langkah-langkah yang digunakan

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG

KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MERLINA FITRIA MUTHOHAROH

NIM. 11114255

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

ii

iii

IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG

KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MERLINA FITRIA MUTHOHAROH

NIM. 11114255

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

iv

v

vi

vii

MOTTO

ادع

“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang

baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

(Q.S. An-Nahl ayat 125)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, karya

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibuku tersayang, Bp. Mujiyono dan Ibu Muryani yang telah

membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran serta selalu menjadi

motivasi dalam setiap langkah hidupku.

2. Kakak kandungku Erliana Fitri Rohaniah, yang telah berpartisipasi membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dosen pembimbing skripsiku, Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd., yang selalu

memberikan pengarahan serta bimbingan selama proses skripsi ini.

4. Yoga Heriyanto yang selalu sabar menemani dan memberi motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini. Semoga sukses untuk kita.

5. Seluruh keluarga besar dan sahabat-sahabatku Rahma, Lilis, SNJ dan teman-

temanku kost Alfa-Afa, terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya.

6. Kepada semua teman-teman PAI angkatan 2014, semoga sehat selalu dan

tetap dalam lindungan-Nya.

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil „alamin

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada uswah khasanah kita

Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir.

Amin.

Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Impementasi Quantum Learning dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019” ini dengan baik

dan lancat tanpa ada halangan suatu apapun. Skripsi ini disusun guna memenuhi

syarat untuk memperoleh gelar sarjana program studi Pendidikan Agama Islam

(PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Kami haturkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Adapun pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini

adalah:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., Ketua Progdi PAI IAIN Salatiga.

x

xi

ABSTRAK

Muthoharoh, Merlina Fitria. 2018. Implementasi Quantum Learning dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP

Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun

Pelajaran 2018/2019. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd

Kata Kunci : Quantum Learning, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Quantum Learning yaitu model pembelajaran yang bersifat nyama dan

menyenangkan bagi peserta didik. Model Quantum Learning ini dilakukan

sebagai tindak lanjut terhadap kendala-kendala pembelajaran yang sering

terjadi di dalam kelas ketika digunakan metode ceramah. Selama

pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung masih berpusat kepada

gurunya sedangkan siswanya masih menjadi pendengar yang pasif.

Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini dilaksanakan untuk

menjawab rumusan masalah berikut: Bagaimana implementasi Quantum

Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di

SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ?, Apa faktor pendukung

dan faktor penghambat implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang

Kabupaten Sragen ?

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Juli 2018 sampai tanggal 16 Agustus

2018 di SMP Walisongo Karangmlang. Prosedur pengumpulan datanya

menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah

analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penarikan

kesimpulan dan verivikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran pendidikan agama

Islam di SMP Walisongo Karangmalang menggunakan model Quantum

Learning. Model Quantum Learning ini digunakan karena sangat efektif.

Langkah-langkah yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam

menerapkan Quantum Learning yaitu dengan menggunakan rancangan

pembelajaran TANDUR. Faktor pendukung implementasi Quantum Learning

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo

Karangmalang yaitu fasilitas yang sudah memadai, adanya semangat guru

dalam mengajar dan siswa memiliki antusias yang tinggi untuk mengikuti

proses pembelajaran tersebut. Sedangkan faktor penghambat implementasi

pembelajaran Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam yaitu kurangnya alokasi waktu.

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR....................................................................... i

HALAMAN BERLOGO................................................................................. ii

HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iv

PENGESAHAN KELULUSAN..................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................... vi

MOTTO............................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR..................................................................................... x

ABSTRAK........................................................................................................ xi

DAFTAR ISI.................................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1

B. Fokus Penelitian.................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian................................................................................. 8

E. Penegasan Istilah................................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan............................................................................ 10

xiii

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI.......................................................................... 12

1. Quantum Learning....................................................................... 12

a. Pengertian Quantum Learning................................................ 12

b. Prinsip pembelajaran Quantum Learning............................... 15

c. Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum Learning..... 19

d. Model Quantum Learning....................................................... 23

e. Manfaat Quantum Learning.................................................... 25

f. Kelebihan dan kelemahan Quantum Learning........................ 26

2. Pendidikan Agama Islam............................................................. 27

a. Pengertian pendidikan agama Islam........................................ 27

b. Tujuan pendidikan agama Islam............................................. 28

c. Fungsi pendidikan agama Islam.............................................. 33

d. Pembelajaran pendidikan agama Islam................................... 35

B. KAJIAN PUSTAKA........................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.................................................................................... 42

B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 42

C. Sumber Data........................................................................................ 43

D. Prosedur Pengumpulan Data.............................................................. 44

E. Analisis Data....................................................................................... 46

F. Pengecekan Keabsahan Data.............................................................. 49

xiv

BAB VI PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum SMP Walisongo Karangmalang Sragen.............. 50

1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya SMP............................. 50

2. Identitas Sekolah........................................................................... 53

3. VISI, MISI dan Tujuan................................................................. 54

4. Struktur Organisasi....................................................................... 57

5. Sarana dan Prasarana.................................................................... 58

6. Data Guru dan Siswa.................................................................... 58

7. Daftar Ekstra Kurikuler................................................................ 61

B. Analisis Data....................................................................................... 62

1. Implementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Walisongo

Karangmalang Sragen..................................................................

62

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Implementasi

Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang

Sragen...........................................................................................

67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 71

B. Saran.............................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv

Daftar Bagan dan Tabel

Bagan 3.1 Model Analisis Data............................................................. 50

Tabel 4.1 Struktur Organisasi................................................................ 59

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana............................................................. 60

Tabel 4.3 Data Guru Formal.................................................................. 60

Tabel 4.4 Data Guru Madin................................................................... 62

Tabel 4.5 Data Siswa............................................................................. 62

Tabel 4.6 Daftar Ekstra Kurikuler.......................................................... 63

xvi

Daftar Lampiran

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Surat Pengajuan Dosen Pembimbing

3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Keterangan Penelitian

5. Lembar Konsultasi

6. Laporan SKK

7. Catatan Observasi

8. Pedoman Wawancara

9. Transkip Wawancara

10. RPP

11. Dokumentasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan

mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama

sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan

dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut

konsep pandangan hidup mereka.

Kegiatan pendidikan harus memiliki tujuan yang jelas agar bisa

mencapai target. Bagi umat muslim, kita harus mempelajari Pendidikan

agama Islam. Pendidikan Islam yaitu usaha mengembangkan fitrah

manusia dengan ajaran Islam, agar terwujud (tercapai) kehidupan manusia

yang makmur dan bahagia. Dari definisi yang cukup singkat ini nampak

memberikan penekanan mengenai adanya usaha mengembangkan fitrah

manusia, dengan ajaran agama Islam dan terwujudnya kehidupan yang

makmur dan bahagia (Abd. Rahman, 2001: 35).

Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan

menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten

berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu

sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah

makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang

sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun batiniah,

2

duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tak mungkin dicapai jika

manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya

seoptimal mungkin melalui proses kependidikan, karena proses

kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan

perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.

Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam

pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi

semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia

Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi

sumber motivasi kehidupan segala bidang (Fuad, 2013: 2).

Proses pembelajaran di dalam dunia pendidikan memiliki andil

dalam proses “tercerabutnya” anak-anak dari akar budaya yang

melingkupinya. Kondisi ini seharusnya menjadi inspirasi bagi dunia

pendidikan untuk melakukan berbagai perubahan dalam proses

pembelajaran.

Kinerja pendidikan selalu dilihat dari prestasi siswa, artinya

semakin bagus prestasinya, semakin memadai kinerja pendidikan. Namun

demikian, prestasi siswa sangat bergantung pada profesionalisme guru,

artinya semakin profesional guru, semakin bagus pula prestasi siswa

(Fanany, 2013: 11).

Dalam inovasi pembelajaran guru memiliki peran yang amat vital

dalam proses pembelajaran di kelas. Gurulah yang memiliki tugas dan

tanggung jawab untuk menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan

3

kegiatan pembelajaran, mengevaluasi, menganalisis hasil evaluasi, dan

melakukan tindak lanjut.

Walau belajar merupakan bagian yang tidak bisa ditawar lagi

dalam kehidupan manusia, di sekolah jika seorang siswa tidak memiliki

minat terhadap sesuatu pelajaran, maka proses belajarnya tidak dapat

berjalan lancar karena mata pelajaran tersebut tidak dapat menarik

perhatiannya. Oleh karenanya diperlukan adanya respon untuk

menghadapi permasalahan tersebut.

Sesuai dengan pernyataan tersebut, pembelajaran seharusnya

dilakukan dengan menggunakan metode-metode dan strategi yang dapat

menumbuhkan semangat belajar siswa sehingga proses belajar dapat

berjalan dengan lancar serta menghasilkan hasil yang maksimal.

Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam

pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi

semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia

Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi

sumber motivasi kehidupan segala bidang (Fuad, 2013: 2).

Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif.

Agar interaksi ini dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam

mencapai tujuan, maka di samping dibutuhkan pemilihan bahan/materi

pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula.

Apabila guru mampu merancang strategi yang tepat, maka ruang

kelas dapat menjadi “rumah” tempat siswa tidak hanya terbuka terhadap

4

umpan balik, tetapi juga mencari tempat mereka belajar, mengakui dan

mendukung orang lain, tempat mereka mengalami kegembiraan dan

kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh. Menerapkan suatu

strategi yang tepat dalam pembelajaran memungkinkan tercapainya

efektivitas pembelajaran yang lebih baik. Sebaliknya, pembelajaran akan

menjadi masalah bagi siswa, jika siswa merasakan pembelajaran menjadi

suatu kegiatan yang membosankan.

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas, maka

seorang guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang menarik.

Dengan metode yang nyaman dan menyenangkan, maka siswa akan

mudah menerima materi yang diberikan oleh guru. Selain itu siswa akan

lebih aktif saat proses pembelajaran, tidak hanya mendengarkan

penjelasan dari guru saja.

Banyak model-model pembelajaran yang menawarkan strategi

pembelajaran yang efektif digunakan seperti Cooperative Learning,

Contextual Learning, Quantum Learning, dan Problem Solving. Dari

banyaknya model-model pembelajaran tersebut, peneliti tertarik pada salah

satu model pembelajaran untuk diteliti yaitu model Quantum Learning.

Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang membiasakan

belajar menyenangkan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk

merancang suatu strategi yang dapat membuat pembelajaran itu

menyenangkan. Pembelajaran menyenangkan merupakan upaya guru

5

untuk menciptakan suasana menyenangkan dalam pembelajaan, sehingga

pembelajaan menjadi lebih efektif ( Darmansyah, 2010:21).

Penerapan model Quantum Learning tersebut diharapkan dapat

meningkatkan minat belajar siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat

meningkatkan hasil belajar ( Huda, 2013: 192).

Salah satu sekolah yang telah menerapkan Quantum Learning

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen. Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut

terhadap kendala-kendala pembelajaran yang sering terjadi di dalam kelas

ketika digunakan metode ceramah (konvensional). Selama pembelajaran

Pendidikan Agama Islam berlangsung masih berpusat kepada gurunya

sedangkan siswanya masih menjadi pendengar yang pasif, ditambah lagi

dengan suasana di dalam kelas cenderung formal sehingga minat belajar

siswa menjadi rendah. Apabila kebiasaan ini terus dilakukan, maka akan

merugikan siswa itu sendiri. Banyak faktor yang menyebabkan siswa

melakukan hal tersebut, diantaranya yaitu siswa tidak suka dengan

gurunya, siswa tidak suka dengan mata pelajaran tertentu khususnya

pendidikan agama islam atau bisa juga siswa tidak suka dengan cara

mengajar guru tersebut, karena saat poses pelajaran guru masih dominan

menggunakan metode ceramah. Dari faktor tersebut membuat siswa

kurang termotivasi dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa.

6

Hal inilah yang menjadikan ketertarikan penulis untuk meneliti dan

mendeskripsikan sejauh mana keberhasilan Quantum Learning yang

diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.

Dengan digunakannya Quantum Learning ini menjadikan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang sebelumnya cenderung

menggunakan metode ceramah diubah menjadi pembelajaran yang

menarik siswa untuk selalu mengkaji pelajaran tersebut. Walaupun tidak

dipungkiri metode ceramah masih digunakan tetapi dalam penerapannya

model ini dikombinasikan dengan metode dan strategi yang bervariasi

sehingga dapat menaikkan semangat belajar siswa. Selain itu, dengan

belajar menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai

manfaat contohnya yaitu siswa tidak akan merasa bosan, siswa akan lebih

aktif di kelas dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Banyak dari uraian latar belakang diatas, maka perlu kiranya

diadakan suatu penelitian pendidikan. Dalam hal ini peneliti ingin

mengangkat suatu topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini,

oleh karena itu peneliti dapat merumuskan judul “Implementasi

Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen

Tahun Pelajaran 2018/2019”.

7

B. Fokus Penelitian

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini

yaitu:

1. Bagaimana implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen ?

2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi Quantum

Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas

VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui proses implementasi Quantum Learning dalam

pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP

Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat

implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang

Kabupaten Sragen.

2. Tujuan Subjektif

Untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan

bagi penulis dibidang pendidikan agama Islam dan guna memenuhi

persyaratan akademis untuk memperoleh gelar S1 dalam bidang

8

Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna baik yang bersifat teoritis

maupun praktis, antara lain adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

guru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan

agama Islam, khususnya dalam memilih metode tentang sistem

pembelajaran.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan

untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

b. Manfaat bagi guru

Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang

dihadapi oleh guru, memperkaya metode pembelajaran, dan

keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Manfaat bagi siswa

Pembelajaran dengan quantum learning dapat dijadikan

pedoman untuk menumbuhkan motivasi belajar dan memberi

9

suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa khususnya

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

d. Manfaat bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam

mengembangkan kemampuan menulis.

e. Manfaat bagi peneliti yang akan datang

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bagi

peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan Quantum Learning.

E. Penegasan Istilah

Penegasan judul ini dimaksud untuk menghindari adanya

interprestasi lain yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam

memahaminya. Adapun pengertian istilah judul tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Implementasi

Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,

atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan

dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan mauun

nilai, dan sikap (Kunandar, 2011: 233).

2. Quantum Learning

Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar

yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja untuk semua tipe

orang, dan segala usia (Bobbi, 2016: 14).

10

3. Pembelajaran

Pembelajaran adalah segala upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh

pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Tujuan dari

pembelajaran adalah membelajarkan siswa (Sobry, 2007: 50).

4. Pendidikan agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani

berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya

kepribadian utama menurut ukuran Islam (Abd. Rahman, 2001: 34).

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran umum dalam skripsi ini, penulis akan paparkan

sekilas tentang sistematika penulisan dalam skripsi ini dengan

menggunakan system sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang: Latar Belakang Masalah,

Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang: Landasan Teori ( Telaah

teoretik terhadap pokok permasalahan/ variabel penelitian)

dan Kajian Pustaka (Kajian penelitian terdahulu).

11

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang: Jenis Penelitian, Lokasi dan

Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan

Data, Analisis Data, dan Pengecekan Keabsahan Data.

BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS

Pada bab ini berisi tentang Paparan Data dan Analisis Data.

BAB V : PENUTUP, terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Quantum Learning

a. Pengertian Quantum Learning

Quantum didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang

mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah

energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa

kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Mungkin anda

sudah pernah melihat persamaan ini ditulis sebagai E=mc². Tubuh

kita secara fisik adalah meraih sebanyak mungkin cahaya;

interaksi, hubungan,inspirasi agar menghasilkan energi cahaya

(Bobbi DePorter, 2016: 16).

Quantum Learning merupakan salah satu cara

membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter. Melalui Quantum

Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih

nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas

dalam belajarnya (Jaidun dan Keysar, 2014: 2).

Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah

belajar yang telah terbukti efektif di sekolah untuk semua tipe

orang, dan segala usia. Quantum learning berakar dari upaya Dr.

Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang

13

bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai

“suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa

sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan

setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif.

Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti

positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang

musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,

menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil

menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih

baik dalam seni pengajaran sugestif.

Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan

suggestology adalah “pemercepatan belajar (accelerated learning).

Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa

untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya

yang normal,dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan

unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai

persamaan: huburan, permainan, warna, cara berfikir positif,

kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini

bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman bekerja yang

efektif.

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam

program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang

bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti

14

hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk

menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para

pendidik den gan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana

menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-

tindakan positif faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang

paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan

gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan “pegangan”

dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan ( Bobbi DePorter,

2016: 14).

Dalam quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik

pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan

metode kami sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci

dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:

1) Teori otak kanan atau kiri

2) Teori otak triune (3 in 1)

3) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)

4) Teori kecerdasan ganda

5) Pendidikan holistik (menyeluruh)

6) Belajar berdasarkan pengalaman

7) Belajar dengan simbol (Metaphoric learning)

8) Simulasi atau permainan

Maksud dari ke delapan kunci strategi quantum learning

adalah menggabungkan kegiatan secara seimbang antara bekerja

15

dan bermain, dengan kecepatan yang mengesankan dan dibarengi

dengan kegiatan yang menggembirakan. Serta efektif digunakan

oleh semua umur ( Bobbi DePorter, 2016: 16).

Penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning

diharapkan mengubah situasi pembelajaran yang menegangkan

menjadi lebih menyenangkan sehingga peserta didik lebih mudah

mencapai kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran Quantum

Learning menciptakan ruang kelas yang didalamnya peserta didik

akan menjadi lebih aktif dan bukan hanya menjadi pengamat yang

pasif (Sri Wahyu dan Irfan, 2015: 3).

Dengan menerapkan Quantum Learning, maka dalam

mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan

meningkatkan kualitas pembelajaran dapat tercapai. Selain itu juga

dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan

meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang

kondusif (Jaidun dan Keysar, 2014: 2).

b. Prinsip Pembelajaran Quantum Learning

Prinsip pembelajaran kuantum yaitu:

1) Prinsip Utama

Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru),

dan antarkan dunia kita (guru) ke dalam dunia mereka (siswa).

Prinsip ini menuntut agar guru dapat memasuki dunia

siswa sebagai langkah pertama. Memasuki terlebih dahulu

16

dunia mereka berarti akan memberi izin untuk memimpin,

menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju

kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.

Dengan mengaitkan apa yang diajarkan oleh guru dengan

sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang didapatkan dari

kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau

akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, dengan mudah

dunia siswa dibawa ke dunia guru atau pengajar (Muhammad

Fthurrohman, 2017: 180).

Guru juga dapat dapat memanfaatkan pengalaman-

pengalaman siswa sebagai titik tolaknya. Dengan cara inilah

guru akan mudah membelajarkan siswa baik dalam bentuk

memimpin, mendampingi, dan memudahkan siswa menuju

ilmu yang lebih luas (Sugiyanto, 2010: 79).

2) Prinsip Dasar

Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa

proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.

Muhammad Fathurrohman (2017: 180) menyebutkan dalam

bukunya bahwa prinsip-prinsip quantum learning ada lima,

yaitu sebagai berikut:

17

a) Segalanya berbicara.

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa

tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan

pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.

b) Segalanya bertujuan.

Semua yang terjadi dalam pengubahan kita,

mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone

membuat istilah yang memotivasi: “Tetapkanlah sasaran

tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya”.

c) Pengalaman sebelum pemberian nama.

Otak kita berkembang pesat dengan adanya

rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin

tahu. Oleh karena itu, proses yang paling baik terjadi

ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum

memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.

d) Akui setiap usaha.

Belajar mengandung risiko. Belajar berarti keluar

dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini,

mereka patut mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan

kepercayaan diri mereka. Seperti kata Noelle C. Nelson

bahwa pujin atau penghargaan kepada seseorang atas

karyanya memunculkan suatu energi yang membangkitkan

emosi positif.

18

e) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.

Perayaan adalah sarapan para pelajar juara.

Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan

dan meningkatkan minat dalam belajar. Sehubungan

dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu untuk

merayakan setiap keberhasilan.

3) Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.

Ada tujuh kunci keunggulan dalam pembelajaran kuantum

(Sugiyanto, 2010: 81).

Tujuh kunci tersebut yaitu:

a) Menerapkan hidup dalam integritas

Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus,

dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku

menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar.

b) Mengakui bahwa kegagalan dapat membawa kesuksesan

Dalam pembelajaran, harus dimengerti dan diakui

bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan

informasi tentang belajar lebih lanjut sehingga dapat

mencapai keberhasilan.

c) Berbicara dengan niat baik

Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan

keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung

jawab atas komunikasi yang jujur dan berlangsung. Niat

19

baik dalam berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri

dan motivasi belajar siswa.

d) Menegaskan komitmen

Dalam pembelajaran, baik guru maupun siswa harus

mengikuti visi misi tanpa ragu-ragu dan tetap pada jalur

yang telah ditetapkan.

e) Menjadi pemilik

Dalam pembelajaran, harus ada tanggung jawab.

Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran

yang bermakna dan bermutu.

f) Fleksibel dalam pembelajaran

Siswa, lebih-lebih guru, harus pandai-pandai

membaca dan bila diperlukan mengubah lingkungan dan

suasana.

g) Pentingnya keseimbangan

Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh,

emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran

agar proses dan hasil belajar efektif dan optimal.

c. Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum Learning

Kerangka perencanaan pembelajaran kuantum dikenal dengan

singkatan “TANDUR”. Menurut Muhammad Fathurrohman (2017:

181) TANDUR merupakan singkatan dari enam fase pengajaran

20

yang meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,

Ulangi, dan Rayakan.

1) T (Tumbuhkan).

Tumbuhkan dalam hal ini mengacu pada fase

menumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya

Bagiku” (AMBAK), dan manfaatnya dalam kehidupan mereka

dengan proses yang semenarik mungkin. Tumbuhkan disini

berperan sangat penting karena fase inilah siswa diajak pergi

dari dunianya menuju dunia kita sebagai pengajar, dan kita

antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka, tanpa ada rasa

keterpaksaan. Kita sebagai pengajar pada fase ini dituntut

untuk bisa menyiapkan sebuah kejadian menarik yang dapat

mengundang minat siswa untuk membukamata mereka dan

menyerahkan segenap perhatian mereka kepada kita.

2) A (Alami).

Dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar

langsung kepada siswa. Pengalaman belajar ini haruslah dapat

mencakup segenap gaya belajarr siswa. Ketika siswa diberi

pengalaman belajar secara langsung, mereka akan terus dapat

mengingatnya karena sistem belajar seperti inilah yang dapat

masuk ke dalam sistem Long Term Memori (memori jangka

panjang) mereka.

21

Model pengajaran langung juga memberikan kesempatan siswa

belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat, dan

menirukan apa yang dimodelkan gurunya.

3) N (Namai).

Di sini dimaksudkan untuk menyediakan kata kunci,

konsep, model, rumus, dan strategi sebagai penanda. Kadang,

ketika siswa hanya diberikan penjelasan materi secara

intengible tanpa dijelaskan dan diterangkan materi apa yang

mereka dapat, mereka menjadi bungung dan merasa tidak

belajar. Bagian inilah yang digunakan untuk menghindari

kejadian tersebut. Catatan-catatan tentang cara pemilu ditulis di

papan tulis dapat digunakan untuk melaksanakan fase Namai.

Beri mereka pengertian tentang fase-fase pemilu tadi. Beri

mereka pengertian tentang penggunaannya, beri mereka contoh

yang banyak tentang aplikasinya.

4) D (Demonstrasikan).

Adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk

menunjukkan bahwa mereka tahu. Hal ini dapat dilakukan

dengan memberikan mereka kesempatan untuk mempraktikkan

apa yang telah mereka terima. Fase ini memiliki peranan yang

dominan dan penting dalam pembelajaran. Semakin banyak

kita memberikan kesempatan melakukan (demonstrasi) kepada

22

siswa, semakin paham pula mereka terhadap materi yang kita

berikan.

5) U (Ulangi).

Dilakukan dengan cara me-review secara umum terhadap

proses belajar di kelas. Tidak ada salahnya mengulang lagi

secara umum terhadap apa yang telah kita terangkan. Sebab,

bisa jadi ada bbeberapa hal yang dari materi kita yang tidak

atau masih belum dipahami oleh siswa. Setelah semua siswa

mendapatkan giliran untuk mempraktikkan materi, tiba

gilirannya bagi kita untuk menutup pelajaran. Sebelum

menutup pelajaran, yakinkanlah diri kita bahwa semua siswa

bisa dan paham terhadap materi tersebut, yaitu dengan

melakukan review materi.

6) R (Rayakan).

Adalah pengakuan terhadap hasil kerja siswa di kelas dalam

hal perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Rayakan

dapat dilakukan dalam bentuk pujian, memberikan hadiah atau

tepuk tangan. Pujian sangat penting keberadaannya dalam

proses belajar mengajar. Dr. Sylvia Rimm menyebutkan bahwa

pujian merupakan komunikator nilai-nilai orang dewasa efektif

dan menjadi alat yang amat penting bagi orangtua (guru) untuk

membimbing anak-anak (siswa). Kesenangan orangtua yang

dinyatakan merupakan motivasi awal yang paling kuat.

23

Meskipun demikian, terlalu banyak pujian juga tidak baik

bagi mereka. Sebab ketika hal ini terjadi, mereka akan belajar

untuk selalu tergantung dan mengharapkan perundingan untuk

segala kegiatan mereka. Pujian dapat pula dilakukan kepada

siswa meskipun mereka melakukan kegagalan. Pujian ini dapat

diartikan sebagai sebuah penguatan kepada siswa untuk

mempertahankan mental mereka agar tidak jatuh (down). Hal

ini harus kita ingat sebagai seorang pengajar dan pendidik

adalah bahwa kegagalan itu bukanlah suatu aib atau hal yang

memalukan (Muhammad Fathurrohman, 2017: 183).

d. Model Quantum Learning

Adapun model Quantum Learning menurut Muhammad

Fathurrohman (2017: 184) yaitu terdiri atas dua tahap. Tahap

pertama disebut konteks dan tahap kedua adalah isi.

1) Tahap Pertama (Konteks)

Tahap pertama atau konteks, yaitu tahap persiapan sebelum

terjadinya interaksi di dalam kelas. Berhubungan dengan

konteks, ada empat aspek yang harus dipersiapkan sebagai

berikut:

a) Suasana, termasuk di dalamnya keadaan kelas, bahasa yang

dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap

terhadap sekolah dan belajar.

24

b) Landasan, yaitu kerangka kerja: tujuan, keyakinan,

kesepakatan, prosedur, dan aturan bersama yang menjadi

pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.

c) Lingkungan, yaitu cara menata ruang kelas, pencahayaan,

warna, pengaturan meja kursi, tanaman, dan semua hal yang

mendukung proses belajar.

d) Rancangan, yaitu penciptaan terarah unsur-unsur penting

yang menimbulkan minat siswa, mendalami makna, dan

memperbaiki proses tukar-menukar informasi.

2) Tahap Kedua (Isi)

Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar

yang meliputi hal-hal berikut:

a) Presentasi, yaitu penyajian pelajaran dengan berdasarkan

prinsip-prinsip Quantum Learning sehingga siswa mereka

dapat mengetahui banyak hal dari apa yang dipelajari. Tahap

ini juga diistilahkan pemberian petunjuk, yang bermodalkan

dengan penampilan, bunyi, dan rasa berbeda.

b) Fasilitas, yaitu proses untuk memadukan setiap bakat-bakat

siswa dengan kurikulum yang dipelajari. Dengan kata lain,

bagian ini menekankan bagaimana keahlian seorang pengajar

sebagai pemberi petunjuk, langkah-langkah apa yang akan

ditempuh untuk mengakomodasi karakter siswa.

25

c) Keterampilan Belajar, yaitu bagian yang mengajarkan

bagaimana trik-trik dalam belajar yang tentu berdasarkan

pada prinsip-prinsip Quantum Learning sehingga para siswa

memahami banyak hal, meskipun dalam waktu yang singkat.

d) Keterampilan Hidup, bagian ini mengajarkan bagaimana

berkomunikasi dengan efektif dengan orang lain sehingga

terbina kebersamaan dalam hidup. Keterampilan hidup

diistilahkan juga keterampilan sosial.

Berdasarkan tujuan dari proses belajar mengajar, dapat

diambil sebuah kesimpulan bahwa untuk dapat mendapatkan

wawasan yang luas, pembentukan sikap, dan memberikan

keterampilan konsep Quantum Learning inilah langkah atau

strategi yang komprehensif untuk meraih.

e. Manfaat Quantum Learning

Manfaat quantum learning adalah meningkatkan peran

sebagai pelajar yang memikul tanggung jawab pada diri sendiri

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dengan belajar

sedapat mungkin dari setiap situasi dan memanfaatkannya untuk

diri sendiri dan orang-orang yang didekatnya. Menurut De Porter

dn Hernacki (2016:13) dengan belajar menggunakan quantum

learning akan didapatkan berbagai manfaat, diantaranya yaitu:

1) Bersikap positif

2) Meningkatkan motivasi

26

3) Keterampilan belajar seumur hidup

4) Kepercayaan diri

5) Sukses atau hasil belajar yang meningkat

f. Kelebihan dan Kelemahan Quantum Learning

Menurut Akbar dan J. A. Pramukantoro yang dikutip dari

Muhammad Isnaini dkk (2016: 19), bahwa kelebihan Quantum

Learning yaaitu:

1) Membuat siswa merasa nyaman dan gembira dalam belajar,

karena model ini menuntut setiap siswa untuk selalu aktif dalam

proses belajar.

2) Memberikan motivasi pada siswa untuk ambil bagian dalam

kegiatan belajar mengajar (KBM) yang berlangsung.

3) Dengan adanya kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan

kemampuannya, akan memudahkan guru dalam mengontrol

sejauh mana pemahaman siswa dalam belajar.

Sedangkan kelemahan dari model Quantum Learning adalah :

1) Model Quantum Learning menuntut profesionalisme yang

tinggi dari seorang guru.

2) Banyaknya media dan fasilitas yang digunakan sehingga dinilai

kurang ekonomis.

3) Kesulitan yang dihadapi dalam menggunakan model Quantum

Learning akan terjadi dalam situasi dan kondisi belajar yang

27

kurang kondusif sehingga menuntut penguasaan kelas yang

baik.

Untuk mengantisipasi hal ini maka seorang guru harus

mempunyai persiapan sebelum mengajar, menggunakan media

yang ekonomis tetapi siswa mampu memahami apa yang

disampaikan misalnya menggunakan video, ppt dll. Guru harus

kreatif untuk mengendalikan kelas.

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia

dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya

kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman (Abdul,

2012:11).

Pendidikan Agama Islam menurut Ditbinpaisun yaitu suatu

usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya

setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang

terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna

dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat

mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam

yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga

28

dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak

(zakiah, 2011:88).

Sedangkan menurut Tayar Yusuf Pendidikan Agama Islam

adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,

pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda

agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT (Abdul

dan Dian, 2005:130).

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan

untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui

pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan

serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk

dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi

(Abdul, 2012:16).

Muhammad Athiyah Al-Abrasyi yang dikutip Oemar

Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani dalam bukunya Abd. Rahman

(2001:43) telah merumuskan tujuan pendidikan agama Islam

secara umum ke dalam lima tujuan yaitu:

1) Untuk membentuk akhlak mulia. Kaum muslimin dari dahulu

sepakat bahwa pendidikan akhlak yang sempurna adalah tujuan

pendidikan yang sebenarnya.

29

2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan

agama Islam bukan hanya menitikberatkan pada keagamaan

atau keduniaan saja, melainkan pada keduanya dan memandang

kesiapan keduanya sebagai tujuan yang asasi.

3) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeligaraan segi

kemanfaatan. Pendidikan agama Islam tidak hanya segi agama,

akhlak dan spiritual semata tetapi juga menyeluruh bagi

kesempurnaan kehidupan, atau yang lebih dikenal sekarang

dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan profesional.

4) Menunjukkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada para

pelajar, dan memuaskan rasa ingin tahu (curiosity), serta

memungkinkan mereka mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.

5) Menyiapkan pelajar dari segi profesi, teknik, dan perusahaan

supaya dapat menguasai profesi tertentu dan keterampilan

pekerjaan tertentu, agar dapat mencari rizki dalam hidup,

disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.

Dengan demikian, jelas tujuan pendidikan Islam merupakan

usaha dalam membangun manusia yang utuh dalam rangka

pembentukan kepribadian, moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan,

kemampuan berkarya, profesionalisasi sehingga mampu

menunjukkan iman dan amal saleh dengan nilai-nilai keagamaan

dan kehidupan.

30

Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani mengemukakan

dalam bukunya Abd. Rahman (2001:41) bahwa tujuan pendidikan

agama Islam memiliki empat ciri pokok yang paling menonjol

yaitu:

1) Sifat yang bercorak agama dan akhlak.

2) Sifat komprehensif yang mencakup segala aspek pribadi pelajar

(subjek didik), dan semua aspek perkembangan dalam

masyarakat .

3) Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan

antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.

4) Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan dan

perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada

kehidupan, memperhitungkan peerbedaan-perbedaan

perorangan di antara individu, masyarakat dan kebudayaan di

mana-mana dan kesanggupan untuk berubah dan berkembang

bila diperlukan.

Zakiyah Daradjat (2011: 89) menyebutkan dalam bukunya

bahwa Pendidikan Agama mempunyai tujuan-tujuan yang

berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang pada

dasarnya berisi:

1) Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk

sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam

pembagian kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi

31

manusia yang bertakwa kepada Allah SWT taat kepada

perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.

Memang untuk mencapai tujuan ini agak sulit dan memerlukan

banyak kesabaran, karena hasilnya tidak segera tampak

mengingat hal tersebut menyangkut masalah pendidikan

mental dan kepribadian. Dari sikap yangdemikian itulah justru

kadar keimanan dapat “diukur” dan dengan keimanan itu

pulalah nantinya anak akan menjadi manusia dewasa yang

dalam hidupnya mengindahkan dan memuliakan agama

sehingga memungkinkan dirinya terjauh dari berbagai godaan

dunia yang bertentangan dengan ajaran agamanya serta

bertanggung jawab terhadap baikburuknya suatu masyarakat

dan negara di mana ia berada.

2) Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan

motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan

yang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang

pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum)

maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah

yang beriman dan berilmu pengetahuan. Karenanya, ia tidak

pernah mengenal henti untuk mengejar ilmu dan teknologi

baru dalam rangka mencari keridaan Allah SWT. dengan iman

dan ilmu itu semakin hari semakin menjadi lebih bertakwa

kepada Allah SWT sesuai dengan tuntunan Islam.

32

Dengan kata lain, tujuan pada aspek ilmu ini adalah

pengembangan pengetahuan agama, yang dengan pegetahuan

itu dimungkinkan pembentukan pribadi yang berakhlak mulia,

yang bertakwa kepada Allah SWT, sesuai dengan ajaran

agama Islam dan mempunyai keyakinan yang mantap kepada

Allah SWT.

3) Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam

semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami

dan menghayati ajaran agamaIslam secara mendalam dan

bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai

pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah

SWT melalui ibadat sholat dan dalam hubungannya dengan

sesama manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta

dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara

pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil

usahanya.

Oleh karena itu, berbicara tentang pendidikan agama Islam,

baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman

nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau

moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka

menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang

kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.

33

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Fungsi pendidikan agama Iaslam yaitu menciptakan manusia

beriman yang meyakini suatu kebenaran dan berusaha

membuktikan kebenaran tersebut melalui akal, rasa, feeling dan

kemampuan untuk melaksanakan melalui amal yang tepat dan

benar (Rahman, 2001:53).

Sedangkan pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah

menurut Abdul (2012:15) berfungsi untuk:

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan

peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam

lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama

kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan

oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk

menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui

bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan

ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

2) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran

agama Islam.

34

4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta

didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran

dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari

lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat

membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya

menuju manusia Indonesia seutuhnya.

6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara

umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang

memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat

tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat

dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

Feisal (1999) berpendapat dalam bukunya Abdul dan Dian

(2005:135) bahwa terdapat beberapa pendekatan yang digunakan

dalam memainkan fungsi agama Islam di sekolah:

1) Pendekatan nilai universal (makro) yaitu suatu program yang

dijabarkan dalam kurikulum.

2) Pendekatan Meso, artinya pendekatan program pendidikan

yang memiliki kurikulum, sehingga dapat memberikan

informasi dan kompetisi pada anak.

35

3) Pendekatan Ekso, artinya pendekatan program pendidikan yang

memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk

membudidayakan nilai agama Islam.

4) Pendekatan Makro, artinya pendekatan program pendidikan

yang memberikan kemampuan kecukupan keterampilan

seseorang sebagai profesional yang mampu mengemukakan

ilmu teori, informasi, yang diperoleh dalam kehidupan sehari-

hari.

d. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Seorang bayi yang baru lahir adalah makhluk Allah SWT

yang tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk

dapat melangsungkan hidupnya di dunia ini. Manusia lahir tidak

mengetahui sesuatu apapun, tetapi ia dianugerahi oleh Allah SWT

pancaindera, pikiran, dan rasa sebagai modal untuk menerima ilmu

pengetahuan, memiliki keterampilan dan mendapatkan sikap

tertentu melalui proses kematangan dan belajar terlebih dahulu.

Setiap manusia berkeinginan mempunyai anak yang

berkepribadian baik, atau setiap orang tua bercita-cita mempunyai

anak yang saleh yang senantiasa membawa harum nama orang

tuanya, karena anak yang baik merupakan kebanggaan orang tua,

baik buruknya kelakuan anak akan mempengaruhi nama baik orang

tuanya. Juga anak yang saleh yang senantiasa mendoakan orang

tuanya merupakan amal baik bagi orang tua yang akan mengalir

36

terus menerus pahalanya walaupun orang itu sudah meninggal

dunia ( Abdul dan Dian, 2005: 137).

Untuk mencapai hal yang diinginkan itu dapat diusahakan

melalui pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, pendidikan di

sekolah maupun pendidikan di masyarakat.

Dalam ajaran Islam, akhlak merupakan ukuran/barometer

yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai kadar iman seseorang.

Seseorang baru bisa dikatakan memiliki kesempurnaan iman

apabila dia memiliki budi pekerti/akhlak yang mulia. Oleh karena

itu, masalah akhlak /budi pekerti merupakan salah satu pokok

ajaran Islam yang harus diutamakan dalam pendidikan agama Islam

untuk ditanamkan/diajarkan kepada anak didik. Dengan melihat arti

pendidikan Islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa dengan

pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang

berkepribadian kuat dan baik berdasarkan pada ajaran agama Islam.

Pendidikan agama Islam sangat penting sebab dengan

pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar

memimpin dan mendidik anak diarahkan pada perkembangan

jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang

utama sesuai dengan ajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam

hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada masa

kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan

selanjutnya (Abdul, 2012:22).

37

Oleh sebab itu, seyogianyalah pendidikan agama Islam

ditanamkan dalam pribadi anak sejak lahir bahkan sejak dalam

kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan

pendidikan ini di sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai

dengan Perguruan Tinggi.

Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama Islam dalam

mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, dan membantu

mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama

Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-

baiknya (Abdul, 2012:23).

B. Kajian Pustaka

Kajian pustaka berfungsi untuk menunjukkan bahwa fokus dalam

penelitian ini belum pernah dikaji oleh peneliti sebelumnya dan

menunjukkan perbedaan. Ada beberapa skripsi yang relevan dengan judul

implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang kabupaten Sragen

tahun pelajaran 2018/2019. Diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Daryono (2009, UIN Sunan Kalijaga)

yang berjudul “Penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran

Nahwu di pondok pesantren Hidayatullah Yogyakarta”. Penelitian ini

menelaah tentang penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran

Nahwu, hasilnya menunjukkan bahwa:

38

a. Penerapan Quantum Learning sebagai pendekatan dan metode

pembelajaran Nahwu sudah diterapkan dengan baik walaupun

tidak semua teori dan konsep Quantum Learning diterapkan

sepenuhnya dalam artian hanya menerapkan beberapa konsep

diantaranya: Lima keyakinan yang meningkatkan emosi positif,

selain lima keyakinan tersebut juga diterapkan seperangkat metode

dan falsafah belajar yang mengintegrasikan lingkungan, fisik,

suasana, interaksi, metode, dan teknik belajar untuk mempelajari

keterampilan, yang semua aspek tersebut akan melahirkan

keyakinan dan nilai-nilai.

b. Hasil yang dicapai santri dalam belajar Nahwu dengan pendekatan

dan metode Quantum Learning sangat baik (nilai rata-rata kelas =

85).

c. Faktor pendukung dalam pembelajaran Nahwu diantaranya adalah

penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran Nahwu yang

terbukti berhasil, adanya semangat ustadz Nahwu yang sangat

tinggi, adanya motivasi dan antusiasme santri untuk belajar nahwu,

adanya kedekatan/persahabatan antara ustadz dengan santri, serta

tersedianya sarana dan media pembelajaran. Adapun faktor

penghambatnya adalah belum adanya kesepakatan sistem untuk

menerapkan Quantum Learning sebagai metode dan pendekatan

pembelajaran.

39

2. Penelitian yang dilakukan oleh Novariana (2015, UIN Raden Fatah

Palembang) yang berjudul “ Pengaruh penerapan model pembelajaran

Quantum Learning terhadap motivasi dan hasil belajar Matematika

siswa SMP Negeri 37 Palembang”. Hasil dari penelitian tersebut

adalah:

a. Model Quantum Learning mempengaruhi motivasi belajar di kelas

eksperimen pada setiap indikator. Siswa terlihat lebih aktif

berpartisipasi dalam menyampaikan pendapat dan semua siswa

aktif mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan

dengan skor rata-rata motivasi belajar siswa di kelas kontrol

sebesar 58,79 dan eksperimen 70,18. Hasil uji hipotesis

menggunakan uji t‟ pada data angket dihasilkan thitung sebesar 6,89

dan thitung > ttebal, maka Ho ditolah atau Ha diterima sehingga

menunjukkan keberhasilan model Quantum Learning terhadap

motivasi belajar matematika siswa yang memenuhi indikator

motivasi belajar.

b. Penerapan model Quantum Learning ini berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata hasil

belajar siswa di kelas kontrol 65,23 dan eksperimen 79,91. Hasil

uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh thitung sebesar 5,62 dan

ttebal sebesar 1,994, dengan taraf signifikan 5% dan dk=76,

diketahui thitung > ttebal, maka Ho ditolak atau Ha diterima. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan model Quantum

40

Learning terhadap hasil belajar mtematika siswa SMP Negeri 37

Palembang.

3. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ulfatul Hamidah (2015,

IAIN Tulungagung) yang berjudul “Pengaruh model Quantum

Learning terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas

X materi statistika di SMK Islam 1 Durenan tahun ajaran 2014/2015”

hasilnya yaitu:

a. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Quantum

Learning terhadap motivasi belajar matematika kelas X materi

statistika di SMK Islam 1 Durenan tahun ajaran 2014/2015.

b. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Quantum

Learning terhadap hasil belajar matematika kelas X materi

statistika di SMK Islam 1 Durenan tahun ajaran 2014/2015.

Dari ketiga penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang dilakukan penulis memiliki perbedaan dengan

penelitian di atas. Pada skripsi yang pertama fokus pada pembelajaran

Nahwu di pondok pesantren Hidayatullah Yogyakarta. Skripsi kedua

fokus pada pembelajaran Matematika di SMP Negeri 37 Palembang.

Skripsi ketiga fokus pada pembelajaran Matematika di SMK Islam 1

Durenan. Sedangkan dalam penelitian ini lebih fokus terhadap

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo Sragen.

Adapun spesifikasi skripsi ini pada dasarnya adalah tentang

bagaimana implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran

41

Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang Sragen,

sehingga yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kepala

sekolah, guru PAI, dan siswa.

Metode yang digunakan juga berbeda, peneliti sebelumnya

menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan metode penelitian yang

sekarang adalah metode kualitatif. Dengan demikian, penelitian yang

dilakukan saat ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah ada

sebelumnya sehingga penelitian ini dapat diposisikan sebagai

pelengkap dari penelitian terdahulu dan memperoleh teori yang sudah

ada.

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang dikenal di Indonesia adalah

penelitian naturalistic. Istilah “naturalistic” menunjukkan bahwa

pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya,

dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya,

menekankan pada deskripsi secara alami. Dengan sifatnya ini maka

dituntut keterlibatan peneliti secara langsug di lapangan dan tidak dapat

diwakilkan orang lain (Suharsimi, 2013: 27). Sehingga peneliti secara

langsung mengamati fenomena yang diamati, kemudian mendeskripsikan

data yang diperoleh dengan bentuk naratif deskriptif.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen untuk mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam kelas VIII.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2018 sampai

tanggal 16 Agustus 2018.

43

C. Sumber Data

Agar penelitiannya dapat betul-betul berkualitas, data yang

dikumpulkan harus lengkap, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

subyek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subyek penelitian

(informan) yang berkenan dengan variabel yang diteliti (Suharsimi,

2013: 22). Hal ini tercermin dengan adanya kata-kata dan tindakan

yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati dan mewawancarai.

Data primer peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan

informasi tentang Implementasi Quantum Learning dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen. Adapun data primer dalam

penelitian ini adalah kepala sekolah, dewan guru dan guru Pendidikan

Agama Islam.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-

dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS), foto-foto, film,

rekaman video, benda-benda dan lain-lain yang dapat memperkaya

data sekunder (Suharsimi, 2013: 22). Data sekunder ini diperoleh dari

bahan-bahan kepustakaan. Data ini berupa dokumen, buku, majalah,

jurnal, dan yang lainnya.

44

Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat

penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui

studi pustaka dan wawancara langsung dengan siswa, yang

bersinggungan dengann implementasi quantum learning dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Observasi

Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva

yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan

mata. Di dalam penelitian psikologik, observasi atau yang disebut pula

dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap

sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Jadi, mengobservasi

dapat dilakukan melalui penglihatn, penciuman, pendengaran, peraba,

dan pengecap (Suharsimi, 2013: 199).

Metode observasi yang digunakan adalah metode observasi

partisipasi. Observasi Partisipasi adalah observasi yang dilakukan

dengan observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang

diteliti ( Husaini, 2008: 57).

Jadi, cara kerja dalam metode observasi partisipasi ini adalah

penulis terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti.

45

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah dengan mengamati

kegiatan guru dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam

dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan quantum learning di

SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Metode

ini digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya

untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,

pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu (Suharsimi, 2013: 198).

Tujuan penggunaan wawancara dalam penelitian ini yaitu untuk

memperoleh tentang:

1) Profil SMP Walisongo Karangmalang yang menjadi lokasi

penelitian.

2) Implementasi quantum learning dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang.

3) Pemahaman siswa terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam

dengan metode quantum learning.

4) Pelaksanaan metode quantum learning dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang.

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode quantum

learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Walisongo Karangmalang.

46

Wawancara tersebut dilakukan dengan Kepala Sekolah, guru

Pendidikan Agama Islam, dan siswa kelas VIII di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-

barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda terulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian (Suharsimi, 2013:

201).

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi

dan keadaan obyek peneliti serta memberikan gambaran secara umum

tentang obyek penelitian pengimplementasian Quantum Learning

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen. Selain itu dengan metode

dokumentasi ini diharapkan penulis bisa mendapatkan bukti tambahan

seperti: foto, dan data-data lainnya yang penulis perlukan.

E. Analisis Data

Analisis data adalah upaya menata secara sistematis, catatan hasil

wawancara, dokumentasi, dan observasi untuk meningkatkan pemahaman

peneliti mengenai kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi

orang lain (Muhadjir, 2002: 142).

Teknik analisis data mempunyai prinsip yaitu untuk mengolah data

dan menganalisis data yang terkumpul menjadi data yang sistematis,

47

teratur, terstruktur, dan mempunyai makna. Miles dan Huberman dalam

bukunya Sugiyono (2014: 246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan di lapangan dalah

sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah sustu bentuk analisis mempertajam,

memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu

cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverivikasikan

(Emzir, 2010: 130).

Reduksi data diartikan sebagai kegiatan merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari berdasarkan tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu penyajian sekumpulan informasi sistematis

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut

pokok permasalahan dan penyajian tersebut dapat berbentuk matriks,

grafik, jaringan dan bagan untuk memudahkan peneliti dalam melihat

pola-pola hubungan antara satu data dengan data lainnya.

48

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu suatu upaya untuk

berusaha mencari kesimpulan dari permasalahan yang diteliti, dari data

penelitian yang sudah dianalisis dapat diambil kesimpulan serta

memverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali data yang

gtelah diperoleh (Suprayoga, 2001: 192).

Kegiatan penyimpulan data merupakan langkah lebih lanjut dari

kegiatan reduksi data penyajian data. Data yang sudah direduksi dan

disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Selain itu,

verifikasi merupakan tinjauan kembali terhadap catatan-catatan di

lapangan serta tukar pikiran selama dalam penulisan. Sehingga

kesimpulan yang pada mulanya mengambang atau kabur menjadi

relevan.

49

Model analisis dalam penelitian ini digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 1. Model Analisis Data

F. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam memperoleh keabsahan data,maka peneliti menggunakan

teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008: 331). Ada dua

triangulasi yang digunakan yaitu menggunakan triangulasi metode.

Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajad

kepercayaan penemu hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan dan

pengecekan derajad kepercayaan beberapa sumber data dengan metode

yang sama (Moleong, 2008: 331).

Teknik Triangulasi metode ini, dilakukan dengan menggali data yang

sama tetapi dengan metode yang berbeda.

Pengumpulan

Data

Reduksi

Data

Penarikan

Kesimpulan

Penyajian

Data

50

BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum SMP Walisongo Karangmalang Sragen

1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya SMP Walisongo

karangmalang

a. Kondisi Letak Geografis

SMP Walisongo karangmalang adalah sekolah yang

terletak di pinggiran kota sragen,berjarak 5 km dari Kota

Kabupaten Sragen. SMP Walisongo karangmalang merupakan

satu-satunya SMP Islam swasta yang di bawah Yayasan Pondok

Pesantren yang ada di karangmalang.

Di lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Walisongo

terdapat 4 (empat) sub Pendidkan yaitu, Play Group (PG) taman

kanak-kanak (TK), SDIT Walisongo, SMP Walisongo, dan SMA

Walisongo.

b. Kondisi Demografis

Masyarakat di lingkungan SMP Walisongo karangmalang

mayoritas bekerja sebagai PNS (pegawai negri sipil), wiraswasta,

petani, pedagang, dan lain-lain. Masyarakat di lingkungan SMP

Walisongo terdiri dari berbagai penganut agama ada islam, kristen,

katolik, hindu, dan budha.

51

c. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Kemampuan ekonomi masyarakat di lingkungan SMP

Walisongo karangmalang mayoritas baik. Hal ini didukung oleh

keberadaan Yayasan Pendidikan Walisongo. Sedangkan sebagian

masyarakat yang tinggal di luar konsesi PonPes Walisongo masih

terdapat masyarakat miskin yang umumnya bekerja sebagai petani

atau buruh tani yang menyekolahkan anak-anaknya ke SMP

Walisongo karangmalang.

d. Kondisi Politik dan Keamanan

Dalam bidang politik, pada umumnya masyarakat di

lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Walisongo Karangmalang

tidak terlibat kegiatan politik praktis. Hal ini disebabkan

masyarakat di lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Walisongo

Karangmalang adalah masyarakat pekerja, yang kegiatannya

berkonsentrasi pada bidang tugas.

Lingkungan di dalam Yayasan Pondok Pesantren

Walisongo Karangmalang cukup aman karena didukung oleh

kesadaran seluruh masyarakat untuk hidup bersama, yang rukun,

saling menghargai, saling menghormati, menjaga keharmonisan,

dan keamanan lingkungan. Seperti ditunjukkan oleh kesediaan

melaksanakan kegiatan gotong royong, siskamling, dan

sebagainya. Selain itu keamanan juga didukung satuan

pengamanan (SATPAM), serta polisi dan TNI.

52

e. Kondisi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK)

Perkembangan IPTEK di lingkungan SMP Walisongo

karangmalang sangat pesat, hal ini dibuktikan dengan mayoritas

masyarakat memiliki alat akses teknologi terkini seperti HP, TV,

komputer, internet dan lain-lain.

Selain itu kesadaran masyarakat dalam bidang pendidikan

juga tinggi, hal ini ditunjukkan oleh tingginya persentase anak-

anak dari lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Walisongo

Karangmalang yang melanjutkan sampai jenjang pendidikan

tinggi.

f. Kondisi Kebijakan Pemerintah

Kondisi kebijakan pemerintah saat ini sangat mendukung

perkembangan kemajuan pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh

banyaknya bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah baik

pemerintah pusat maupun daerah seperti Bantuan Operasional

Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Beasiswa Siswa

Berprestasi Akademik dan Non-Akademik, dan lain-lain.

Kebijakan pemerintah lainnya yang juga mendukung

kemajuan pendidikan yaitu bantuan pengadaan atau perbaikan

sarana dan prasarana, tunjangan guru, pelaksanaan diklat tenaga

pendidik dan tenaga kependidikan, dan lain-lain. Hal ini sangat

memungkinkan karena mulai tahun anggaran 2009 pemerintah

53

telah menganggarkan APBN sebesar 20% untuk sektor pendidikan.

2. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMP Walisongo Karangmalang

NSS : 202031409133

NPSN : 20330919

Status Sekolah : Swasta

Bentuk Pendidikan : SMP

Alamat : Sungkul Rt 12/ RW 04, Plumbungan,

Karangmalang,

Sragen.

RT : 12

RW : 04

Nama Dususn : Sungkul

Desa/ Kelurahan : Plumbungan

Kode Pos : 57222

Kecamatan : Karangmalang

Kabupaten : Sragen

Proovinsi : Jawa Tengah

Nomor Telepon : 0271-8820745

Nomor Fax : 0271-892654

Email : [email protected]

54

Website :

http://pondokwalisongosragen.blogspot.com/

SK Pendirian Sekolah : 1

Tanggal SK Pendirian : 2006-06-09

SK Izin Operasional : 420/207/18/2006

Tanggal SK Izin

Operasional : 2006-10-09

SK Akreditasi : 6259

Tanggal SK Akreditasi : 2010-11-09

Nama Bank : Bank Jateng

Cabang/KCP/Unit :

Nomor Rekening : 3-010-00060-1

Rekening Atas Nama : SMP Walisongo

Nama Kepala Sekolah : Daroni, S.Pd

3. VISI, MISI DAN TUJUAN

a. VISI

Membentuk Generasi yang Beriman, Bertaqwa, Berbudi, dan

Terampil

b. MISI

1) Melaksanakan KBM yang aktif, inovatif,kreatif, dan

menyenangkan

55

2) Meningkatkan tanggung jawab, percaya diri, dan semangat

untuk berkompetisi pada peserta didik.

3) Meningkatkan ketrampilan, tanggung jawab, kejujuran,

percaya diri, dan semangat untuk berkompetisi.

4) Perolehan Nilai Ujian Nasional rata-rata naik memenuhi

standar kelulusan

5) Memiliki kegiatan ekstra kurikuler yang maju dan berprestasi

disegala bidang

6) Terwujudnya disiplin yang tinggi dari seluruh warga sekolah.

7) Terwujudanya suasana pergaulan sehari-hari yang

berlandaskan keimanan dan ketaqwaan.

8) Terwujudnya manajemen sekolah yang transparan dan

partisipatif, melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok

kepentingan yang terkait.

9) Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, indah, resik dan

asri.

c. TUJUAN

1) Siswa yang cerdas, kreatif, inovatif, aktif, sehat jasmani-rohani

dan bertanggung jawab.

2) Siswa menguasai baca tulis Al-Qur’an, hafal juz Amma dan

Hadits pilihan, dan do’a-doa harian

3) Berilmu pengetahuan dan berteknologi.

4) Siswa bisa berkomunikasi dan mengapresiasikan gagasannya.

56

5) Mampu bersaing di bidang keagamaan, MIPA, seni dan

olahraga.

6) Sekolah menjadi pilihan dan mendapat kepercayaan

masyarakat.

7) Siswa mempunyai kemandirian hidup.

8) Tersedia Guru yang memiliki kompetensi professional dan

memiliki kompetensi pedagogic

9) Tersedia Guru yang memiliki kompetensi pemahaman

kurikulum dan Penilaian

10) Siswa memiliki akhlakul karimah di sekolah dan dilingkungan

tempat tinggalnya dalam kehidupan sehari-hari

11) Siswa mampu menghafal juz amma, 100% terlaksana kegiatan

bakti social, kerja bakti, pembagian zakat, kesetiakawanan.

12) Tersedia lingkungan bersih, indah, teduh, aman, sehat dan

rindang

13) Siswa memiliki wawasan kebangsaan

14) Siswa terbiasa melakukan program 7S ( Senyum, Salam, Sapa,

Sopan, Santun, Sabar, Syukur )

15) Siswa terbiasa melakukan program 7K ( Kemanan,

Kebersihan, Kekeluargaan, Kaerindangan, Kerapian,

Keindahan, Kertertiban )

57

4. STRUKTUR ORGANISASI

No Nama Jabatan

1 M. Syukron Jazilan Ketua Komite

2 Daroni, S.Pd Kepala Sekolah

3 Eko Prasetyo, A.Md Ka Tata Usaha

4 Ambarwati, S.Pd Bendahara

5 Abdul Khobib S Staff Tata Usaha

6 Triyani, S.Pd Waka Kurikulum

7 Christiawan Danang W, S.Pd Waka Sarpras

8 Zainul Arifin, S.Pd Waka Humas

9 Supri Hartanto, S.Pd Wali Kelas VII A

10 Priyanto Wali Kelas VII B

11 Purwanti, S.Pd Wali Kelas VII C

12 Christiawan Danang W, S.Pd Wali Kelas VII D

13 Yayuk Palupiningsih, S.Pd Wali Kelas VII E

14 Tri Wahyuningsih, S.Pd Wali Kelas VIII A

15 Muhammad Afandi, S.Pd Wali Kelas VIII B

16 Zainul Arifin, S.Pd Wali Kelas VIII C

17 Munirotul Hidayah, S.Pd. I Wali Kelas XI A

18 Siti Nurhayati, S.Kom Wali Kelas XI B

19 Annisaa Purningtyas, S.Pd Wali Kelas XI C

Tabel 4.1

58

5. SARANA DAN PRSARANA

No Fasilitas Sekolah Jumlah

A Ruang Akademik

1 Ruang Kelas 11

2 Ruang Laboratorium 1

3 Ruang Perpustakaan 1

4 Ruang Komputer 1

B Ruang Non Akademik

1 Ruang Kepala Sekolah 1

2 Ruang Guru 1

3 Ruang TU 1

4 Ruang Tamu 1

5 UKS 1

6 Toilet Guru 2

7 Toilet Siswa 4

8 Gudang 1

Tabel 4.2

6. DATA GURU DAN SISWA

a. Data guru formal

NO Nama Jabatan

1 Daroni, S.Pd Kepala Sekolah

2 Tri Wahyuningsih, S.Pd Guru IPS

59

3 Munirotul Hidayah, S.Pd. I Guru PAI & Seni

Budaya

4 Triyani, S.Pd Guru IPA

5 Muhammad Afandi, S.Pd Guru Matematika

6 Dwi Purnomosari, S.Pd Guru IPA

7 Supri Hartanto, S.Pd Guru Penjaskes

8 Priyanto Guru PKn

9 Purwanti, S.Pd Guru B.Indonesia

10 Ambarwati, S.Pd Guru BK

11 Annisaa Purningtyas, S.Pd Guru B.Inggris

12 Zainul Arifin, S.Pd Guru B.Indonesia

13 Christiawan Danang W, S.Pd Guru B.Jawa

14 Siti Nurhayati, S.Kom Guru TIK

15 Yayuk Palupiningsih, S.Pd Guru Matematika

16 Lilis Ambarwati Guru Prakarya

17 Darmadi, S.Pd Guru IPA

18 Muhammad Dimyati, S.S Guru B.Arab

19 Lailatul Badriyah Guru B.Arab

20 M Farhan Guru B.Arab

21 Ahmad Nur A’la Guru B.Arab

Tabel 4.3

60

b. Data guru MADIN

NO Nama Jabatan

1 Chumaidi Mustofa Guru Fiqh

2 Abdul Mu’ti Guru Aqidah Akhlaq

3 Sholeh Saifuddin Guru Aswaja

4 Syukron Jz Guru Nahwu Shorof

5 M Nur Cholis Guru Fiqh

6 Mujahid Guru Siroh Nabawi

7 Badruddin Guru Al-Qur’an Hadis

8 Fuad Farhan Guru Kitabah

9 Bahron Nur W Guru Aswaja

Tabel 4.4

c. Data siswa

Kelas Jumlah Kelas Jumlah Siswa

VII 5 158

VIII 3 92

IX 3 84

Jumlah 11 334

Tabel 4.5

61

7. Daftar Ekstra Kurikuler

No Jenis Ekstra Kurikuler

1 Administrasi

2 Bulutangkis

3 Fotografi

4 Jurnalistik

5 Nahwu Shorof

6 Multimedia

8 Musik Modern

9 Pramuka

10 PMR

11 Pidato

12 Melukis

13 Menjahit

14 Tatarias

15 Sepak Bola

16 Jaringan

17 Teater

18 Qiro’ah

19 Menari

20 Kaligrafi

21 Musik Rebana

Tabel 4.6

62

B. Analisis Data

Pada bab ini penulis akan memberikan analisis tentang data yang

sudah disampaikan. Untuk memudahkan analisis, maka akan disusun

sesuai dengan pokok masalah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara

di SMP Walisongo Karangmalang Sragen ditemukan implementasi model

Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, diantara

adalah sebagai berikut:

1. Implementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Walisongo

Karangmalang Sragen

Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo

Karangmalang menggunakan model Quantum Learning. Sebelum

membahas lebih jauh tentang Quantum Learning, terlebih dahulu kita

harus mengetahui pengertian Quantum Learning. Quantum Learning

yaitu model pembelajaran yang membiasakan belajar menyenangkan.

Pengertian Quantum Learning menurut ibu Hidayah selaku guru

PAI di SMP Walisongo Karangmalang yaitu:

“ Menurut saya ya model Quantum Lerning ini adalah proses

pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.” ( Jum’at,

3 Agustus 2018)

Sama halnya dengan ibu Hidayah, bapak Daroni selaku kepala

sekolah berpendapat bahwa Quantum Learning yaitu :

“ Model Quantum Learning menurut pemahaman saya yaitu

proses belajar mengajar dengan cara membiasakan belajar yang

menyenangkan bagi anak didik. Jadi bukan hanya memberikan

63

pelajaran yang monoton tapi Quantum Learning ini punya

kelebihan sendiri yaitu anak-anak ketika mengikuti belajar ini

mereka merasa aman, nyaman, senang dengan pelajaran mapel

PAI.” ( Jum’at, 3 Agustus 2018)

Pemahaman tentang Quantum Learning menurut guru

pendidikan agama Islam dan kepala sekolah tersebut sudah benar,

bahwa Quantum Learning yaitu pembelajaran yang bersifat

menyenangkan bagi peserta didik.

Senada dengan pernyataan diatas, Jaidun dan Keysar (2014:

2) menjelaskan bahwa Quantum Learning merupakan salah satu

cara membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter. Melalui

Quantum Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang

lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas

dalam belajarnya.

Di SMP Walisongo Karangmalang dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam benar menggunakan Quantum Learning dan

sudah berjalan sekitar 2 tahun. Seperti yang dikatakan oleh ibu

Hidayah, yaitu:

“ Selama diadakannya K13 dari pemerintah itu kalau di SMP

sini baru sekitar 2 tahunan pembelajaran menggunakan

kurikulum K13 ini.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)

Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat bapak Daroni selaku

kepala sekolah, yaitu:

“Kalau model kegiatan belajar mengajar PAI yang ada di SMP

Walisongo Karangmalang ini kemaren saya sempet tanya pada

guru yang mengajar mapel tersebut yaitu menggunakan model

Quantum Learning. Mungkin nanti saya bisa klarifikasi lagi

64

apabila nanti ketemu dengan beliau. Tapi setau saya untuk

mapel PAI kemaren pernah menjalankan Quantum Learning

ketika mengadakan kegiatan belajar mengajar di kelas.” (Jum’at,

3 Agustus 2018)

Langkah-langkah yang digunakan guru pendidikan agama Islam

dalam menerapkan Quantum Learning yaitu dengan menggunakan

rancangan pembelajaran TANDUR, seperti yang dikatakan oleh ibu

Hidayah selaku guru pendidikan agama Islam yaitu:

“ Dalam menerapkan model Quantum Learning ini saya

menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR yaitu

(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan

Rayakan). Dalam menerapankan model Quantum Learning ini

saya menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR yaitu

(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan

Rayakan). Yang pertama yaitu pemberian motivasi (salam, sapa/

kehadiran peserta didik, dan menarik perhatian peserta didik),

Tumbuhkan minat belajar dengan memuaskan rasa penasaran

dan ingin tahu peserta didik dengan memberikan sebuah

gambaran tentang materi yang diajarkan. Alamai, pendidik

menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman umum yang

sering dialami peserta didik pada saat menyampaikan sebuah

materi. Namai, setelah peserta didik melalui pengalaman

belajar pada topik tertentu, guru ajak mereka untuk membuat

peta konsep dikertas, menamai apa saja yang telah mereka

peroleh. Untuk membantu penamaan dapat digunakan gambar,

video atau poster. Demonstrasikan, pendidik meminta peserta

didik untuk berdiskusi secara berkelompok, setiap kelompok

terdiri dari 4-6 siswa. Setelah selesai berdiskusi tiap kelompok

diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di

depan kelas sedangkan kelompok lainnya diberi kesempatan

untuk bertanya dan menanggapi. Ulangi, pendidik memberikan

klarifikasi, pengulangan dan post tes dapat memperkuat daya

ingatnya (post tes dengan mengutarakan pertanyaan secara

bergantian. Rayakan, peserta didik yang memiliki jawaban

yang benar diberi reward. ” (Jum’at, 3 Agustus 2018)

65

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas guru melakukan

proses pembelajaran pendidikan agama Islam materi tentang

menghindari minuman keras, judi, dan pertengkaran dengan

menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR. Fase tumbuhkan

ini merupakan tahap menumbuhkan minat siswa terhadap

pembelajaran yang akan dilakukan. Pada tahap ini pertama-tama guru

mengatur pencahayaan di dalam ruangan, mengabsen siswa dan

menyajikan media yang berkaitan dengan minuman keras, judi dan

pertengkaran. Setelah semua terpasang sempurna guru menampilkan

cerita pendek atau video tentang minuman keras, judi dan

pertengkaran. Alami, pada fase ini guru menjelaskan materi tentang

jenis-jenis minuman keras yang dilarang Allah dan menunjukkan

contoh gambaran tentang minuman keras , judi, dan pertengkaran

yang telah terjadi di sekitar kita. Namai, setelah guru selesai

menjelaskan materi tersebut guru meminta siswa untuk membuat peta

konsep tentang dampak negatif mengonsumsi minuman keras, judi

dan pertengkaran, cara menghindari minuman keras, judi, dan

pertengkaran, dan menyajikan dalil naqli tentang menghindari

minuman keras, judi, dan pertengkaran. Demonstrasikan, pada fase

ini guru meminta siswa untuk berdiskusi secara berkelompok, setiap

kelompok terdiri dari 4 siswa. Pada saat berdiskusi guru memutar

musik slow dengan volume lirih. Jenis musik yang digunakan berupa

musik instrumen supaya tidak mengganggu konsentrasi siswa. Setelah

66

selesai berdiskusi tiap kelompok diberi kesempatan untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan

kelompok lainnya diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi.

Ulangi, guru memberikan klarifikasi, pengulangan dan post tes agar

siswa dapat memperkuat daya ingatnya (post tes dengan

mengutarakan pertanyaan secara bergantian antara siswa satu dengan

siswa lainnya). Rayakan, peserta didik yang dapat menjawab

pertanyaan dari guru dengan benar diberi reward yaitu berupa tepuk

tangan.

Sama halnya dengan Muhammad Fathurrohman (2017: 181)

berpendapat bahwa Kerangka perencanaan pembelajaran kuantum

dikenal dengan singkatan “TANDUR”. TANDUR merupakan

singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi Tumbuhkan,

Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

Meskipun model Quantum Learning ini sangat efektif, namun

penerapan model Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang ini belum terlaksana

secara optimal.

Seperti yang dikatakan ibu hidayah, yaitu sebagai berikut:

“Menurut saya belum optimal mbak.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)

Pendapat tersebut selaras dengan pendapat bapak Daroni, yaitu :

“ Kalau disini untuk model pembelajaran yang menggunakan

Quantum Learning ini ya belum begitu maksimal. Karena disini

itu kita boarding. (Jum’at, 3 Agustus 2018)

67

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model Quantum

Learning merupakan model pembelajaran yang bersifat

menyenangkan, sehingga model ini cocok untuk dijadikan metode

pembelajaran dalam pendidikan agama Islam di SMP Walisongo

Karangmalang Sragen. Langkah-langkah yang digunakan guru

pendidikan agama Islam dalam menerapkan model Quantum

Learning ini yaitu menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR.

TANDUR yaitu singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi:

Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.

Model Quantum Learning ini digunakan dengan alasan karena

model ini dianggap sangat efektif untuk pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang Sragen. Meskipun

model Quantum Learning ini sangat efektif, namun penerapan model

Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di

SMP Walisongo Karangmalang ini belum terlaksana secara optimal

karena di sekolah tersebut menggunakan sistem Boarding School.

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Implementasi

Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Sragen

Model Quantum Learning yang diterapkan oleh guru dapat

berhasil tidak lepas dari adanya faktor pendukung. Faktor-faktor

pendukung pelaksanaan Quantum Learning dalam pembelajaran

68

pendidikan agama Islam diantaranya dapat dilihat dari sarana atau

fasilitas.

Seperti yang dikatakan oleh ibu Hidayah, yaitu:

“Faktor pendukungnya yaitu adanya antusiasme siswa

untuk mengikuti proses belajar PAI, sarana dan prasarana

yang cukup memadai.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)

Sama halnya dengan pendapat kepala sekolah, yaitu sebagai

berikut:

“ Kalau di SMP Walisongo ini untuk fasilitas yang

digunakan sudah banyak sebenarnya. Ada LCD kemudian

ada sound sistem ada kalau di perpus itu juga ada TV juga

kalau ingin ke lap komputer itu disana juga sudah ada lap

komputer ada wifi juga sudah lengkap kalau ingin

menggunakan.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)

Hal tersebut selaras dengan pendapat Ahsanul selaku siswa

di SMP Walisongo Karangmalang yaitu sebagai berikut :

“ Sarana dan prasarana di sekolah sudah memadai dan

fasilitasnya sudah bagus.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)

Dan juga pendapat Zahwa selaku siswa di SMP Walisongo

Karangmalang yaitu:

“Menurut saya fasilitas di sekolah sudah lengkap dan bagus

bu.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor

pendukung implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang Sragen

yaitu fasilitas yang sudah memadai.

69

Selain fasilitas yang memadai, adanya semangat guru dan

antusiasme siswa juga dapat mendukung pelaksanaan Quantum

Learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

Seperti yang disampikan oleh bapak Daroni yaitu:

“Kalau faktor pendukungnya itu ya adanya motivasi dan

adanya semangat guru PAI yang tinggi untuk peserta

didik.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)

Hal tersebut selaras dengan pendapat ibu Hidayah selaku

guru PAI yaitu sebagai berikut :

“ Ya, saya akan terus berusaha untuk mengembangkan

model-model pembelajaran yang cocok untuk peserta didik

kadangkan di setiap kelas-kelas itu beda metode dari kelas

A, B itu pasti ada penyikapan metode. Biar tidak bosan

dikelas itu saya juga berusaha lebih meningkatkan lagi lagi

kualitas mengajar saya.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru harus

dapat menempatkan diri sebagai teladan, penasihat, pembimbing

dan motivator bagi anak didiknya. Guru yang profesional menjadi

harapan kita semua, peserta didik perlu dididik dan dibina oleh

guru-guru yang profesional sehingga kualitas atau mutu yang

dihasilkan akan lebih maksimal.

Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam

dengan menerapkan model Quantum Learning di SMP Walisongo

Karangmalang Sragen tentu tidak terlepas dari kendala atau

hambatan. Kendala yang dihadapi dalam implementasi Quantum

70

Learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Walisongo Karangmalang Sragen yaitu dari segi waktu.

Seperti yang dikatakan oleh ibu Hidayah, yaitu:

“Sedangkan kelemahannya yaitu kurangnya alokasi waktu

dan juga guru dituntut untuk lebih kreatif lagi dalam

mengembangkan model-model pembelajarannya.” (Jum’at,

3 Agustus2018)

Bapak Daroni selakukepala sekolah juga berpendapat :

“setiap metode yang kita terapkan itu ya pasti punya

kelebihan pasti punya kekurangannya. Kalau model ini ya

membutuhkan waktu untuk proses pembelajaran yang

cukup banyak.” (Jum’at, 3 Agustus2018)

Hal tersebut selaras dengan pendapat Ahsanul selaku siswa

di SMP Walisongo Karangmalang yaitu sebagai berikut :

“ Kelemahannya yaitu saat pelajaran jamnya kurang lama.”

(Jum’at, 3 Agustus2018)

Dan juga pendapat Zahwa selaku siswa di SMP Walisongo

Karangmalang yaitu:

“Kelemahannya yaitu jam pelajarannya kurang lama.”

(Jum’at, 3 Agustus2018)

Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang menjadi

penghambat implementasi pembelajaran Quantum Learning

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo

Karangmalang Sragen yaitu kurangnya alokasi waktu saat proses

pembelajaran.

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo

Karangmalang menggunakan model Quantum Learning. Quantum

Learning merupakan model pembelajaran yang membiasakan belajar

menyenangkan. Langkah-langkah yang digunakan guru pendidikan

agama Islam dalam menerapkan Quantum Learning yaitu dengan

menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR. TANDUR

merupakan singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi

Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

Tumbuhkan, Pada tahap ini pertama-tama guru mengatur

pencahayaan di dalam ruangan, mengabsen siswa dan menyajikan

media yang berkaitan dengan minuman keras, judi dan pertengkaran.

Setelah semua terpasang sempurna guru menampilkan cerita pendek

atau video tentang minuman keras, judi dan pertengkaran. Alamai,

pada fase ini guru menjelaskan materi tentang jenis-jenis minuman

keras yang dilarang Allah dan menunjukkan contoh gambaran tentang

minuman keras , judi, dan pertengkaran yang telah terjadi di sekitar

kita. Namai, setelah guru selesai menjelaskan materi tersebut guru

meminta siswa untuk membuat peta konsep tentang dampak negatif

72

mengonsumsi minuman keras, judi dan pertengkaran, cara

menghindari minuman keras, judi, dan pertengkaran, dan menyajikan

dalil naqli tentang menghindari minuman keras, judi, dan

pertengkaran. Demonstrasikan, pada fase ini guru meminta siswa

untuk berdiskusi secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4

siswa. Pada saat berdiskusi guru memutar musik slow dengan volume

lirih. Jenis musik yang digunakan berupa musik instrumen supaya

tidak mengganggu konsentrasi siswa. Setelah selesai berdiskusi tiap

kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya

di depan kelas sedangkan kelompok lainnya diberi kesempatan untuk

bertanya dan menanggapi. Ulangi, guru memberikan klarifikasi,

pengulangan dan post tes agar siswa dapat memperkuat daya ingatnya

(post tes dengan mengutarakan pertanyaan secara bergantian antara

siswa satu dengan siswa lainnya). Rayakan, peserta didik yang

memiliki jawaban yang benar diberi reward.

Alasan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo

Karangmalang menggunakan metode Quantum Learning yaitu karena

dianggap metode Quantum Learning ini sangat efektif bagi siswa.

2. Faktor pendukung implementasi Quantum Learning dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo

Karangmalang yaitu fasilitas yang sudah memadai, adanya semangat

guru dalam mengajar dan siswa memiliki antusias yang tinggi untuk

mengikuti proses pembelajaran tersebut. Sedangkan faktor

73

penghambat implementasi pembelajaran Quantum Learning dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu kurangnya alokasi waktu.

B. Saran

1. Bagi siswa

Untuk para siswa diharapkan terus bersemangat dalam mencari ilmu.

Dan dengan adanya model pembelajaran menggunakan Quantum

Learning ini diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam

siswa.

2. Bagi guru

Bagi guru mata pelajaran pendidikan agama Islam, model Quantum

Learning ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar

siswa. Oleh karena itu, guru harus menguasai model pembelajaran

lainnya yang lebih bervariasi sehingga siswa tidak bosan.

3. Bagi peneliti yang akan datang

Hasil penelitian ini adalah sebagai evaluasi model Quantum Learning

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo

Karangmalang. Jadi peneliti memberikan kesempatan kepada peneliti

lain untuk lebih mengembangkan penelitian tersebut atau melakukan

penelitian di tempat lain dan hasilnya dapat menjadi pembanding

dalam mengukur keefektifan pelaksanaan Quantum Learning di

sekolah.

74

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abd. Rahman. 2001. Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam.

Yogyakarta: UII Press.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor.

Jakarta: Bumi Aksara.

DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. 2016. Quantum Learning: Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Fathurrohman, Muhammad. 2017. Model-Model Pembelajaran Inovatif.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Fanany, El. 2013. Guru Sejati Guru Idola. Yogyakarta: Aska.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ihsan, Fuad. 2013. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Isnaini, Muhammad dkk. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Quantum

Teaching dengan Langkah-Langkah TANDUR terhadap Keterampilan

Proses Belajar Siswa Materi SEL Kelas XI di SMA Muhammadiyah 1

Palembang. Jurnal Bioilmi, Volume 2, Nomor 1.

Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

75

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Reka

Sasarin.

Putra, Nusa. 2013. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprayoga, Imam. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sutikno, Sobry. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna.

Mataram: NTP Press.

Turnip, Jaidun dan Keysar Panjaitan. 2014. Penerapan Model Quantum

Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Autocad Teknik Gambar

Bangunan. Jurnal Teknologoi Pendidikan, Volume 7, Nomor 2.

Usman, Husaini. 2008. Metodhologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Widyaningsih, Sri Wahyu dan Irfan Yusuf. 2015. Penerapan Quantum Learning

Berbasis Alat Peraga Sederhana untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta

Didik. Jurnal Panrita, Volume 10, Nomor 3.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Merlina Fitria Muthoharoh

Tempat Tanggal Lahir : Karanganyar, 09 Oktober 1995

Jenis Kelmin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kopa’an RT 03/RW 09, Kemiri ,Kebakkramat,

Karanganyar.

Nama Orang Tua

Ayah : Mujiyono

Ibu : Muryani

Riwayat Pendidikan

TK Aisyiah Kebak : Lulus Tahun 2002

SD Negeri 03 Kemiri : Lulus Tahun 2008

SMP Walisongo : Lulus Tahun 2011

SMA Negeri Kebakkramat : Lulus Tahun 2014

IAIN Salatiga : -

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Merlina Fitria Muthoharoh

NIM : 111-14-255

Jurusan : Tarbiyah

Prodi : Pendidikan Agama Islam

NO Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan Jabatan Nilai

1 OPAK STAIN Salatiga 2014 18-19 Agustus 2014 Peserta 3

2 OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN

Salatiga 2014 20-21 Agustus 2014 Peserta 3

3 Orientasi Dasar Keislaman (ODK) 21 Agustus 2014 Peserta 2

4 Workshop Entrepreneurship 22 Agustus 2014 Peserta 2

5 Achievement Motivation Training

(AMT) 23 Agustus 2014 Peserta 2

6 Library User Education (Pendidikan

Perpustakaan) 28 Agustus 2014 Peserta 2

7 Masa Ta’aruf (MASTA) 2014 26 September 2014 Peserta 2

8 Seminar Nasional Bahasa Arab

ITTAQO 4 November 2014 Peserta 8

9 Dalam Kegiatan Diklat

Microteaching 8 November 2014 Peserta 2

10 Seminar Nasional dengan tema

“Perbaikan Mutu Pendidikan

Melalui Profesionalitas Pendidikan”

13 November 2014 Peserta 8

11 Seminar Nasional dengan tema

“Budaya Sebagai Attitude

Pendidikan”

31 Mei 2016 Peserta 8

12 Seminar Internasional dengan tema

“Petani Untuk Negeri” 24 September 2016 Peserta 10

13 Seminar Nasional dengan tema

“Dimanakah Kiblat Pendidikan Kita

?”

9 November 2016 Peserta 8

14 Seminar Nasional dengan tema

“Strategi Marketing Kunci

Wirausaha”

13 November 2016 Peserta 8

15 Praktikum Mata Kuliah

Kewirausahaan 14 Desember 2016 Peserta 3

16 Penyerapan Aspirasi Masyarakat 29 Juli 2017 Peserta 4

17 Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Peserta 4

18 Seminar Nasional dengan tema

“Mewujudkan Indonesia Kita,

Bukan Indonesia Kami:

Meningkatkan Stabilitas Ekonomi

di Tengah Gejolak Politik

Indonesia.

2 Mei 2018 Peserta 8

19 Seminar Nasional dengan tema

“Prospek dan Tantangan Mahasiswa

Sejarah di Era Milenial”

2 Mei 2018 Peserta 8

20 Seminar Nasional dengan tema

“Meningkatkan Skill dan Jiwa

Entrepreneurship dalam

Menghadapi Ekonomi Global”

5 Mei 2018 Peserta 8

21 Seminar Nasional dengan tema

“Encouraging The Millennial

Generation having Character

Education”

5 Mei 2018 Peserta 2

22 Seminar Nasional dengan tema

“Tantangan Lembaga Dakwah

Kampus dalam Mencetak Generasi

7 Mei 2018 Peserta 8

Mahasiswa Muslim yang Moderat

dan Cinta NKRI di Perguruan

Tinggi”

23 Talkshow Nasional dengan tema 9 Mei 2018 Peserta 8

LEMBAR OBSERVASI

IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN PAI

Nama Sekolah : SMP Walisongo Karangmalang

Nama Guru : Munirotul Hidayah, S.Pd.I

Hari/Tanggal : Jum,at, 03 Agustus 2018

Tujuan :

1. Merekam data pelaksanaan impementasi Quantum Learning dalam

pembelajaran PAI

Petunjuk:

1. Observer harus berada pada posisi yang tidak mengganggu pembelajaran

tetapi tetap dapat memantau setiap pelaksanaan implementasi Quantum

Learning dalam pembelajaran PAI.

2. Observer memberikan penilaian dengan memberikan tanda centang pada

kolom yang dianggap mewakili penilaian (Ya/Tidak).

NO Implementasi Quantum Learning Ya Tidak

A. Persiapan

1. Guru membuat RPP √

2. Guru menggunakan media √

3. Guru memilih media dengan tepat √

B. Lingkungan

1. Positif √

2. Aman/mendukung √

3. Santai √

4. Menggembirakan √

5.

Memacu siswa untuk melakukan pembelajaran melalui

penjelajahan

C. Fisik

1. Siswa mampu bergerak dan berpikir aktif √

2. Siswa mampu menciptakan terobosan baru saat pembelajaran √

3.

Siswa menunjukkan ketertarikan dan peningkatan

pemahaman saat itu

4. Adanya partisipasi dari peserta didik √

5. Adanya penyampaian materi secara bertahap √

D. Suasana

1.

Rung kelas nyaman bagi siswa (penataan tempat duduk,

sirkulasi udara, warna cat tembok, dll)

2. Ruang kelas memiliki pencahayaan yang cukup √

3.

Penataan sarana dan prasarana di dalam kelas terlihat enak

dipandang (penempatan poster, almari, papan tulis, dll)

E. Sumber-Sumber

1. Adanya interaksi dengan baik antara guru dengan siswa √

2. Guru mampu menjadi inspirasi bagi siswa √

3. Guru kreatif dalam menyampaikan materi √

4.

Guru mampu memacu siswa untuk aktif dan kreatif dalam

pembelajaran

5.

Guru menguasai cara penyampaian materi pada siswa

menggunakan Quantum Learning

6. Guru menggunakan metode yang tepat √

F. Penilaian

1. Ranah Penilaian

a. Kognitif √

b. Afektif (sikap peserta didik dalam pembelajaran) √

c. Psikomotorik (keterampilan yang didapat oleh peserta

didik)

2. Bentuk penilaian

a. Tes √

b. Non tes √

3. Waktu penilaian

a. Saat proses pembelajaran √

b. Setelah proses pembelajaran √

c. Akhir semester √

PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi Kepala Sekolah di SMP Walisongo

Sragen ?

2. Apakah Bapak/Ibu tahu metode apa yang digunakan dalam proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

3. Bagaimana pemahaman Bapak/Ibu mengenai model Quantum Learning

khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

4. Apakah fasilitas yang ada di sekolah Bapak/Ibu sudah cukup memadai

untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar ?

5. Media apa yang sering digunakan oleh guru pada saat berlangsungnya

proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

6. Apakah menurut Bapak/Ibu, dengan menggunakan model pembelajaran

Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama

Islam siswa ?

7. Apakah menurut Bapak/Ibu penerapan model Quantum Learning dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini sudah terlaksana secara optimal

?

8. Bagaimana penerapan RPP untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam

di SMP Walisongo Sragen ?

9. Bagaimana Bapak/Ibu membimbing guru dalam menentukan bahan

pelajaran yang dapat meningkatkan potensi siswa di SMP Walisongo

Sragen ?

10. Menurut Bapak/Ibu, apa saja kelebihan dan kekurangan model Quantum

Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

11. Adakah faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model

Quantum Learning ?

12. Bagaimana upaya dari pihak sekolah untuk selalu meningkatkan

ketercapaian penerapan model Quantum Learning pada pembelajaran

Pendidikan Agama Islam ?

PEDOMAN WAWANCARA GURU PAI

1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi guru Pendidikan Agama Islam di

SMP Walisongo Sragen ?

2. Sejak kapan Bapak/Ibu menerapkan model Quantum Learning ?

3. Bagaimana pemahaman Bapak/Ibu mengenai model Quantum Learning

khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

4. Mengapa menggunakan model Quantum Learning dalam proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

5. Apakah model pembelajaran Quantum Learning efektif bagi siswa ?

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu menilai keefektifan penerapan model Quantum

Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

7. Fasilitas apa saja yang Bapak/Ibu butuhkan untuk menerapkan model

Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

8. Media apa yang sering digunakan oleh Bapak/Ibu pada saat

berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

9. Bagaimana langkah-langkah atau adakah langkah-langkah khusus yang

Bapak/Ibu lakukan ketika menerapkan model Quantum Learning dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

10. Bagaimana penerapan RPP untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam

melalui model Quantum Learning di SMP Walisongo Sragen ?

11. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberikan motivasi pada siswa agar lebih

meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam ?

12. Bagaimana keadaan peserta didik ketika mengikuti proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam ?

13. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengkondisikan kelas ?

14. Bagaimana hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan model

Quantum Learning ?

15. Apa saja kelebihan dan kekurangan model Quantum Learning dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

16. Apakah penerapan model Quantum Learning dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam ini sudah terlaksana secara optimal ?

17. Adakah faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model

Quantum Learning ?

18. Bagaimana upaya dari Bapak/Ibu untuk selalu meningkatkan ketercapaian

penerapan model Quantum Learning pada pembelajaran Pendidikan

Agama Islam ?

PEDOMAN WAWANCARA PESERTA DIDIK

1. Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah memadai ?

2. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam guru

sering menggunakan media ?

3. Media apa yang sering digunakan oleh guru pada saat berlangsungnya

proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

4. Bagaimana tanggapan anda tentang proses pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan model Quantum Learning ?

5. Menurut anda, apakah ada kelebihan dan kekurangan model Quantum

Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

6. Bagaimana hasil pembelajaran anda setelah dilaksanakan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan model Quantum Learning ?

DATA HASIL WAWANCARA

1. Wawancra dengan Kepala sekolah

Nama : Daroni, S.Pd

Jabatan : Kepala Sekolah

Hari/Tanggal : Jum’at, 3 Agustus 2018

Pukul : 08.00 WIB

Tempat : Kantor Kepala SMP Walisongo Karangmalang

Peneliti Sudah berapa lama Bapak menjadi Kepala Sekolah di SMP

Walisongo Karangmalang Sragen ?

Kepala sekolah Mulai tahun 2014 saya diamanahi oleh ketua yayasan pondok

pesantren Walisongo Sragen untuk menjadi Kepa Sekolah di

SMP Walisongo Karangmalang ini.

Peneliti Apakah Bapak tahu metode apa yang digunakan dalam proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

Kepala sekolah Kalau metode kegiatan belajar mengajar PAI yang ada di

SMP Walisongo Karangmalang ini kemaren saya sempet

tanya pada guru yang mengajar mapel tersebut yaitu

menggunakan model Quantum Learning. Mungkin nanti saya

bisa klarifikasi lagi apabila nanti ketemu dengan beliau. Tapi

setau saya untuk mapel PAI kemaren pernah menjalankan

Quantum Learning ketika mengadakan kegiatan belajar

mengajar di kelas.

Peneliti Bagaimana pemahaman Bapak mengenai model Quantum

Learning khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ?

Kepala sekolah Model Quantum Learning menurut pemahaman saya yaitu

proses belajar mengajar dengan cara membiasakan belajar

yang menyenangkan bagi anak didik. Jadi bukan hanya

memberikan pelajaran yang monoton tapi Quantum Learning

ini punya kelebihan sendiri yaitu anak-anak ketika mengikuti

belajar ini mereka merasa aman, nyaman, senang dengan

pelajaran mapel PAI.

Peneliti Apakah fasilitas yang ada di sekolah Bapak sudah cukup

memadai untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar

mengajar ?

Kepala sekolah Kalau fasilitas di sekolah ini, ini kan berkaitan dengan sarpras

sarana prasarana yang ada di sekolah ini untuk menunjang

kegiatan belajar ini sebenarnya juga sudah mencukupi karena

disini juga ada banyak fasilitas yang bisa digunakan dan bisa

dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar PAI

khususnya.

Peneliti Media apa yang sering digunakan oleh guru pada saat

berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ?

Kepala sekolah Kalau di SMP Walisongo ini untuk fasilitas yang digunakan

sudah banyak sebenarnya. Ada LCD kemudian ada sound

sistem ada kalau di perpus itu juga ada TV juga kalau ingin ke

lap komputer itu disana juga sudah ada lap komputer ada wifi

juga sudah lengkap kalau ingin menggunakan. Saya kira itu

juga tergantung pada guru pengampu mapel masing-masing

dan kebetulan untuk PAI ini juga cukup aktif untuk

menggunakan sarana dan prasarana yang ada di SMP ini.

Misalnya, masuk ke kelas membawa LCD jadi kegiatan

belajar mengajarnya bukan hanya menulis di papan tulis tapi

mungkin bisa ditontonkan film atau video yang lain yang

berkaitan dengan mata pelajaran PAI

Peneliti Apakah menurut Bapak, dengan menggunakan model

pembelajaran Quantum Learning dapat meningkatkan hasil

belajar Pendidikan Agama Islam siswa ?

Kepala sekolah Ya menurut saya ya pasti karena metode ini dapat

meningkatkan hasil belajar siswa bukan hanya membuat siswa

senang ketika di kelas tapi juga bisa meningkatkan hasil

belajar. Tahun kemarin saja untuk mapel PAI khususnya

KKM kita kan 75 di SMP Walisongo. Ya alhamdulillah

semuanya tuntas. Berdasarkan rata-rata siswa SMP baik kelas

VII, VIII, IX sudah mencapai 80 untuk nilainya. Apakah itu

kebetulan karena anak-anak itu di pesantren atau bagaimana

yang pasti adalah untuk mapel PAI ini alhamdulillah sangat

baik untuk penilaiannya.

Peneliti Apakah menurut Bapak penerapan model Quantum Learning

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini sudah

terlaksana secara optimal ?

Kepala sekolah Kalau disini untuk model pembelajaran yang menggunakan

Quantum Learning ini ya belum begitu maksimal. Karena

disini itu kita boarding, boarding itu maksudnya ya di asrama

kemudian anak disekolah apalagi sarana dan prasarana yang

disini meskipun sudah memadai tapi banyak sekali yang

membutuhkan.

Peneliti Bagaimana penerapan RPP untuk pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang ?

Kepala sekolah Kalau RPP disini sudah berjalan baik, Alhamdulillah. Jadi

semua guru sebelum masuk kelas atau sebelum masuk sekolah

itu memang wajib untuk menyiapkan perangkat khususnya

RPP. Karena menurut saya, menurut kami yang ada disini

khususnya kemaren saya berdiskusi dengan pihak kurikulum,

ketika seorang guru masuk ke kelas tanpa ada rencana apa

yang akan disampaikan itu tentunya pasti ya di kelasnya akan

bingung. Maka disini setiap awal tahun sebelum kegiatan

belajar mengajar dimulai pasti bapak ibu guru disuruh

membuat seperangkat alat untuk pembelajaran di kelas.

Peneliti Bagaimana Bapak membimbing guru dalam menentukan

bahan pelajaran yang dapat meningkatkan potensi siswa di

SMP Walisongo Karangmalang ?

Kepala sekolah Kalau untuk meningkatkan potensi ya dengan cara memberi

dorongan kepada guru agar guru tidak sekedar ceramah di

kelas tapi juga harus menjadi inspirator bagi peserta didik

ketika dikelas tersebut. Jadi biar kelas tersebut serasa hidup

bukan hanya guru saja yang memberikan ceramah, tapi anak

juga harus dibuat seaktif mungkin biar di kelas itu kegiatan

belajar mengajarnya serasa menyenangkan seperti model

pembelajaran yang digunakan yaitu Quantum Learning.

Peneliti Menurut Bapak, apa saja kelebihan dan kekurangan model

Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ?

Kepala sekolah Kalau kelebihannya sebenarnya banyak untuk model ini tapi

mungkin salah satu dari kelebihan ini ya mungkin siswa

belajar lebih nyaman, menyenangkan, termotivasi dan dengan

metode ini juga dapat mendorong siswa untuk aktif dalam

proses pembelajaran. Kalau kekurangannya setiap metode

yang kita terapkan itu ya pasti punya kelebihan pasti punya

kekurangannya. Kalau model ini ya membutuhkan waktu

untuk proses pembelajaran yang cukup banyak.

Peneliti Adakah faktor yang menjadi pendukung dan penghambat

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

menggunakan model Quantum Learning ?

Kepala sekolah Kalau faktor pendukungnya itu ya adanya motivasi dan

adanya semangat guru PAI yang tinggi untuk peserta didik.

Kalau faktor penghambatnya yaitu ya terkadang masih ada

siswa yang belum paham dengan materi yang disampaikan.

Karena disini memang tidak bisa dipisahkan mapel PAI yang

ada disini itu kebetulan kan sudah didukung oleh mapel

agama yang ada di pesantren sehingga guru yang mengampu

mapel PAI di sekolah ini ya cukup terbantu dengan adanya

anak-anak yang notabennya semua wajib di asrama ini.

Sehingga untuk menentukan siswa paham atau tidak paham

ini sebenarnya kalau disini itu mudah tidak sulit. Anak-anak

disini cepat paham karena memang awalnya sudah diawali

dari pondok dan dipondok tersebut juga mengutamakan

pendidikan keagamaan. Sehingga apabila ada anak yang tidak

paham terkait dengan materi pendidikan agama khususnya

yang ada disekolah ini ya mungkin bagi anak yang mungkin

kemampuannya dibawah rata-rata.

Peneliti Bagaimana upaya dari pihak sekolah untuk selalu

meningkatkan ketercapaian penerapan metode Quantum

Learning pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

Kepala sekolah Kalau untuk meningkatkan ketercapaian ini ya tentunya

sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini harus dilengkapi

ya harus tercukupi semuanya dari apa yang sudah saya

jelaskan di depan tadi juga harus dicukupi. Ya kita selalu

berusaha meskipun kita sekolah ini masih taraf berkembang

tapi kita juga terus berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan

sarana dan prasarana untuk kegiatan belajar mengajar ini.

Selain itu ya terkait dengan guru ya mungkin kita ikutkan di

kegiatan MGMP, kemudian Workshop kemudian sekolah juga

mengadakan In House Training (IHT) ya kita ini sudah

rutinan ketika awal tahun itu juga ada IHT untuk pelatihan

guru untuk meningkatkan kemampuan mengajar. Kemudian

ketika ada workshop dari dinas. Misalnya ada workshop k13

dan sebagainya ya kita tetap ikutkan agar cara mengajar guru

terus berkembang tidak monoton.

2. Wawancra dengan Guru PAI

Nama : Munirotul Hidayah, S.Pd. I

Jabatan : Guru PAI

Hari/Tanggal : Jum’at, 3 Agustus 2018

Pukul : 11.00 WIB

Tempat : Kantor Kepala SMP Walisongo Karangmalang

Peneliti Sudah berapa lama Ibu menjadi guru Pendidikan Agama

Islam di SMP Walisongo Sragen ?

Guru PAI Sejak tahun berapa ya ? kira-kira itu sekitar 5 tahunan saya

disini mengajar PAI.

Peneliti Sejak kapan Ibu menerapkan model Quantum Learning ?

Guru PAI Selama diadakannya K13 dari pemerintah itu kalau di SMP

sini baru sekitar 2 tahunan pembelajaran menggunakan

kurikulum K13 ini

Peneliti Bagaimana pemahaman Ibu mengenai model Quantum

Learning khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ?

Guru PAI Menurut saya ya model Quantum Lerning ini adalah proses

pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.

Peneliti Mengapa menggunakan model Quantum Learning dalam

proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

Guru PAI Karena ya menurut saya model Quantum Learning ini sangat

efektif bagi siswa

Peneliti Apakah model pembelajaran Quantum Learning efektif bagi

siswa ?

Guru PAI Ya, sangat efektif

Peneliti Bagaimana cara Ibu menilai keefektifan penerapan model

Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ?

Guru PAI Ya disaat mengajar saya menilai dengan cara mengamati

proses pembelajarannya dan juga mengamati hasil belajar

siswa tersebut.

Peneliti Fasilitas apa saja yang Ibu butuhkan untuk menerapkan model

Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ?

Guru PAI Tentunya saya membutuhkan ruang kelas yang nyaman dan

juga media pembelajaaran untuk menerapkan metode tersebut.

Peneliti Media apa yang sering digunakan oleh Ibu pada saat

berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ?

Guru PAI Yang sering saya bawa itu ya LCD pastinya terus laptop,

paparan power point, papan tulis, ya paket, dan juga alat

peraga yang dibutuhkan pada bab-bab yang tertera.

Peneliti Bagaimana langkah-langkah atau adakah langkah-langkah

khusus yang Ibu lakukan ketika menerapkan model Quantum

Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

Guru PAI Dalam menerapankan model Quantum Learning ini saya

menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR yaitu

(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan

Rayakan).

Yang pertama yaitu pemberian motivasi (salam, sapa/

kehadiran peserta didik, dan menarik perhatian peserta didik),

Tumbuhkan minat belajar dengan memuaskan rasa

penasaran dan ingin tahu peserta didik dengan memberikan

sebuah gambaran tentang materi yang diajarkan.

Alamai, pendidik menjelaskan materi dan menciptakan

pengalaman umum yang sering dialami peserta didik pada

saat menyampaikan sebuah materi.

Namai, setelah peserta didik melalui pengalaman belajar pada

topik tertentu, guru ajak mereka untuk membuat peta konsep

dikertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh. Untuk

membantu penamaan dapat digunakan gambar, video atau

poster.

Demonstrasikan, pendidik meminta peserta didik untuk

berdiskusi secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-

6 siswa. Setelah selesai berdiskusi tiap kelompok diberi

kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di

depan kelas sedangkan kelompok lainnya diberi kesempatan

untuk bertanya dan menanggapi.

Ulangi, pendidik memberikan klarifikasi, pengulangan dan

post tes dapat memperkuat daya ingatnya (post tes dengan

mengutarakan pertanyaan secara bergantian.

Rayakan, peserta didik yang memiliki jawaban yang benar

diberi reward.

Peneliti Bagaimana penerapan RPP untuk pembelajaran Pendidikan

Agama Islam melalui model Quantum Learning di SMP

Walisongo Sragen ?

Guru PAI Dalam pemnbelajaran PAI saya selalu menggunakan RPP.

Jadi sebelum pembelajaran saya membuat RPP terlebih

dahulu agar saat proses pembelajaran bisa berjalan dengan

lancar.

Peneliti Bagaimana cara Ibu memberikan motivasi pada siswa agar

lebih meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam ?

Guru PAI Ya, saya akan terus berusaha untuk mengembangkan model-

model pembelajaran yang cocok untuk peserta didik

kadangkan di setiap kelas-kelas itu beda metode dari kelas A,

B itu pasti ada penyikapan metode. Biar tidak bosan dikelas

itu saya juga berusaha lebih meningkatkan lagi lagi kualitas

mengajar saya.

Peneliti Bagaimana keadaan peserta didik ketika mengikuti proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

Guru PAI Suasana di kelas tergolong kondusif ketika proses belajar

mengajar berlangsung karena tiap kelas berjumlah 30 orang

sesuai dengan sistem kurikulum baru yang telah ditetapkan

oleh pemerintah.

Peneliti Bagaimana cara Ibu mengkondisikan kelas ?

Guru PAI Dengan cara memberikan hukuman yang bersifat positif bagi

siswa yang tidak memperhatikan pelajaran.

Peneliti Bagaimana hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan model Quantum Learning ?

Guru PAI Dengan menggunakan metode ini peserta didik lebih paham

terhadap materi karena terlibat langsung secara aktif dalam

proses belajar mengajar dan nilai peserta didik pun semakin

membaik.

Penilaian Apa saja kelebihan dan kekurangan model Quantum Learning

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

Guru PAI Kelebihannya yaitu siswa akan lebih memahami materi

tentunya, proses pembelajarannya juga nyaman dan

menyenangkan, selain itu semua siswa berperan aktif pada

saat pembelajaran. Sedangkan kelemahannya yaitu kurangnya

alokasi waktu dan juga guru dituntut untuk lebih kreatif lagi

dalam mengembangkan model-model pembelajarannya.

Penilaian Apakah penerapan model Quantum Learning dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini sudah terlaksana

secara optimal ?

Guru PAI Menurut saya belum optimal mbak.

Peneliti Adakah faktor yang menjadi pendukung dan penghambat

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

menggunakan model Quantum Learning ?

Guru PAI Faktor pendukungnya yaitu adanya antusiasme siswa untuk

mengikuti proses belajar PAI, sarana dan prasarana yang

cukup memadai. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu guru

dituntut untuk kreatif tadi agar kegiatan belajar mengajar lebih

menyenangkan.

Peneliti Bagaimana upaya dari Ibu untuk selalu meningkatkan

ketercapaian penerapan model Quantum Learning pada

pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

Guru PAI Ya pastinya kan dalam suatu pembelajaran ada efaluasi, jadi

saya akan melakukan tindak lanjut melalui evaluasi tersebut.

3. Wawancra dengan Siswa I

Nama : Ahsanul Kholiqin

Jabatan : Siswa

Hari/Tanggal : Jum’at, 3 Agustus 2018

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Kelas

Peneliti Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah

memadai ?

Siswa I Sudah memadai dan fasilitasnya sudah bagus

Peneliti Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam guru sering menggunakan media ?

Siswa I ya, pembelajaran

Peneliti Media apa yang sering digunakan oleh guru pada saat

berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ?

Siswa I Biasanya menggunakan poster, LCD, laptop, video

Peneliti Bagaimana tanggapan anda tentang proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan model Quantum Learning

?

Siswa I Menurut saya pembelajarannya sangat menarik dan mudah

untuk dipahami karena menggunakan media yang jelas.

Peneliti Menurut anda, apakah ada kelebihan dan kekurangan model

Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ?

Siswa I Kelebihannya saya lebih paham dan senang, selain itu kita

juga dapat motifasi dari guru. Kelemahannya yaitu saat

pelajaran jamnya kurang lama.

Peneliti Bagaimana hasil pembelajaran anda setelah dilaksanakan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan model

Quantum Learning ?

Siswa I Nilai harian dan ulangan saya semakin bagus

4. Wawancra dengan Siswa II

Nama : Zahwa Nurul Alfiah

Jabatan : Siswa

Hari/Tanggal : Jum’at, 3 Agustus 2018

Pukul : 10.15 WIB

Tempat : Ruang Kelas

Peneliti Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah

memadai ?

Siswa II Menurut saya sudah lengkap dan bagus bu

Peneliti Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam guru sering menggunakan media ?

Siswa II Iya, guru sering menggunakan media saat pelajaran PAI

Peneliti Media apa yang sering digunakan oleh guru pada saat

berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ?

Siswa II Biasanya menggunakan laptop, LCD, video dan sound

sistem

Peneliti Bagaimana tanggapan anda tentang proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan model Quantum Learning

?

Siswa II Sangat menarik dan menyenangkan bu

Peneliti Menurut anda, apakah ada kelebihan dan kekurangan model

Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ?

Siswa II Kelebihannya yaitu saya lebih mudah untuk memahami

materi dan nilai saya juga bagus. Kelemahannya yaitu jam

pelajarannya kurang lama.

Peneliti Bagaimana hasil pembelajaran anda setelah dilaksanakan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan model

Quantum Learning ?

Siswa II Alhamdulillah ada peningkatan dan nilainya bagus bu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMP Walisongo Karangmalang Sragen

Kelas/Semester : VIII/ 1

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Materi Pokok : Menghindari Minuman Keras, Judi, dan Pertengkaran

Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. Kompetensi Inti

KI-1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KI-2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya

diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

KI-3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan proseduran)

Berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya tetkait fenomena dan kejadian tampak

mata

KI-4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,

menggambar, dan mengarang) sesuai yang dipelajari di sekolah

dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar

1.5 Meyakini bahwa minuman keras, judi, dan pertengkaran adalah

dilarang oleh Allah SWT

2.5 Menghayati perilaku menghindari minuman keras, judi, dan

pertengkarandalam kehidupan sehari-hari

3.5 Memahami bahaya mengonsumsi minuman keras, judi, dan

pertengkaran

4.5 Menyajikan dampak bahaya mengomsumsi minuman keras, judi,

dan pertengkaran

C. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu:

1. Mengidentifikasi jenis-jenis minuman keras yang dilarang Allah SWT

dengan benar.

2. Mengidentifikasi contoh judi dengan benar.

3. Mengidentifikasi contoh-contoh pertengkaran, menyajikan dalil naqli

tentang menghindari minuman keras, judi, dan pertengkaran.

4. Menunjukkan contoh cara menghindari minuman keras, judi,

pertengkaran, serta berperilaku menghindari minuman keras, judi, dan

pertengkaran.

D. Metode Pembelajaran

Quantum Learning

E. Sumber Belajar

1. Al-Qur’an dan terjemahnya Depag RI

2. Buku teks PAI kelas VIII

3. Buku-buku Penunjang PAI kelas VIII

4. CD/ Video pembelajaran Interaktif

F. Media Pembelajaran

LCD, Laptop, Power Point, Papan Tulis, Sound Sistem

G. Kegiatan Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran ini pendidik menggunakan metode Quantum

Learning yang berdasar pada asas utama “bawalah dunia mereka ke dalam

dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Langkah-langkah

pembelajaran mengacu pada teknik TANDUR yang terinci di bawah ini:

1. Pendahuluan

a. Pemberian motivasi (salam, sapa/ kehadiran peserta didik, dan

menarik perhatian peserta didik), Tumbuhkan minat belajar dengan

memuaskan rasa penasaran dan ingin tahu peserta didik dengan

memberikan sebuah gambaran tentang jenis minuman keras, contoh

judi, dan pertengkaran.

b. Persepsi (menanyakan hubungan dengan mata pelajaran)

c. Acuan (menjelaskan indikator yang hendak dicapai)

2. Kegiatan Inti

a. Alamai, pendidik menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman

umum yang sering dialami peserta didik pada saat menyampaikan

sebuah materi.

b. Namai, setelah peserta didik melalui pengalaman belajar pada topik

tertentu, ajak mereka untuk membuat peta konsep dikertas, menamai

apa saja yang telah mereka peroleh. Untuk membantu penamaan dapat

digunakan gambar, video atau poster.

c. Demonstrasikan, pendidik meminta peserta didik untuk berdiskusi

secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa. Setelah

selesai berdiskusi tiap kelompok diberi kesempatan untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan

kelompok lainnya diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi.

3. Penutup

a. Ulangi, pendidik memberikan klarifikasi, pengulangan dan post tes

dapat memperkuat daya ingatnya (post tes dengan mengutarakan

pertanyaan secara bergantian.

Lampiran 1 : Instrumen Penilaian Sikap Spiritual

NO Nama Peserta Didik

Indikator :

Berdo’a sebelum dan sesudah

kegiatan pembelajaran (1-4)

Petunjuk penyekoran:

Skor 4 = Baik sekali; selalu berdo’a dengan sungguh-sungguh

Skor 3 = Baik; sering berdo’a dengan sungguh-sungguh

Skor 2 = Cukup; kadang-kadang berdo’a dengan sungguh-sungguh

Skor 1 = Kurang; berdo’a dengan tidak sungguh-sungguh

Lampiran 2 : Instrumen Penilaian Sikap Sosial

No Peserta

Didik

Indikator

Jml.

Skor

Menghargai setiap

orang yang ada di kelas

Menjaga

kebersihan

lingkungan

kelas

(1-4)

Memelihara hubungan

baik dengan teman

sekelas

Senyum

(1-4)

Sapa

(1-4)

Salam

(1-4)

Tingkat

keramahan

(1-4)

Tingkat

toleransi

(1-4)

Petunjuk penyekoran :

Skor 1 : Tidak pernah

Skor 2 : Kadang-kadang

Skor 3 : Sering

Skor 4 : Selalu

Lampiran 3

Model Diskusi

Siswa dikelompokkan dengan anggota 4-6 orang dengan kemampuan

Heterogen

1. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat tugas yang

lain

2. Setiap anggota saling membantu memahami bahan pelajaran

Rubrik penilaian diskusi

No Nama

Siswa

Aspek Penilaian Jml.

Skor Nilai Ket.

Gagasan Kerja

Sama Inisiatif Keaktifan Bahasa

Keteranga Skor:

Keterangan Nilai

Baik sekali = 4

A = 80-100 : Baik Ssekali

Baik = 3

B = 70-79 : Baik

Cukup = 2

C = 60-69 : Cukup

Kurang = 1

D = ≤ 60 : Kurang

Nilai =

x 100

Rubrik Penilaian Prestasi

No Nama

Siswa

Aspek Jml.

skor Nilai Ket.

Gagasan Inisiatif Kerja

sama Kreatif Kedisiplinan

Keterangan skor :

Kriteria Nilai

Baik sekali = 4

A = 80-100 : Baik Ssekali

Baik = 3

B = 70-79 : Baik

Cukup = 2

C = 60-69 : Cukup

Kurang = 1

D = ≤ 60 : Kurang

Nilai =

x 100

Instrumen Tes Lisan

No No

soal

Butir instrumen

penilaian

Kunci

jawaban

Bobot

nilai

Pedoman penilaian

1. Setiap pertanyaan yang dijawab dengan benar diberi skor 5

2. Skor maksimal = 20

Nilai =

x 100

Penilaian akhir = Nilai Hasil lembar observasi diskusi + Nilai

Hasil tes tertulis