Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG
KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
MERLINA FITRIA MUTHOHAROH
NIM. 11114255
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
iii
IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG
KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
MERLINA FITRIA MUTHOHAROH
NIM. 11114255
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
vii
MOTTO
ادع
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Q.S. An-Nahl ayat 125)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, karya
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibuku tersayang, Bp. Mujiyono dan Ibu Muryani yang telah
membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran serta selalu menjadi
motivasi dalam setiap langkah hidupku.
2. Kakak kandungku Erliana Fitri Rohaniah, yang telah berpartisipasi membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Dosen pembimbing skripsiku, Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd., yang selalu
memberikan pengarahan serta bimbingan selama proses skripsi ini.
4. Yoga Heriyanto yang selalu sabar menemani dan memberi motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga sukses untuk kita.
5. Seluruh keluarga besar dan sahabat-sahabatku Rahma, Lilis, SNJ dan teman-
temanku kost Alfa-Afa, terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya.
6. Kepada semua teman-teman PAI angkatan 2014, semoga sehat selalu dan
tetap dalam lindungan-Nya.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil „alamin
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada uswah khasanah kita
Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir.
Amin.
Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Impementasi Quantum Learning dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019” ini dengan baik
dan lancat tanpa ada halangan suatu apapun. Skripsi ini disusun guna memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar sarjana program studi Pendidikan Agama Islam
(PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Kami haturkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Adapun pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini
adalah:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., Ketua Progdi PAI IAIN Salatiga.
xi
ABSTRAK
Muthoharoh, Merlina Fitria. 2018. Implementasi Quantum Learning dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP
Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun
Pelajaran 2018/2019. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd
Kata Kunci : Quantum Learning, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Quantum Learning yaitu model pembelajaran yang bersifat nyama dan
menyenangkan bagi peserta didik. Model Quantum Learning ini dilakukan
sebagai tindak lanjut terhadap kendala-kendala pembelajaran yang sering
terjadi di dalam kelas ketika digunakan metode ceramah. Selama
pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung masih berpusat kepada
gurunya sedangkan siswanya masih menjadi pendengar yang pasif.
Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini dilaksanakan untuk
menjawab rumusan masalah berikut: Bagaimana implementasi Quantum
Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di
SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ?, Apa faktor pendukung
dan faktor penghambat implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang
Kabupaten Sragen ?
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Juli 2018 sampai tanggal 16 Agustus
2018 di SMP Walisongo Karangmlang. Prosedur pengumpulan datanya
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah
analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan dan verivikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran pendidikan agama
Islam di SMP Walisongo Karangmalang menggunakan model Quantum
Learning. Model Quantum Learning ini digunakan karena sangat efektif.
Langkah-langkah yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam
menerapkan Quantum Learning yaitu dengan menggunakan rancangan
pembelajaran TANDUR. Faktor pendukung implementasi Quantum Learning
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo
Karangmalang yaitu fasilitas yang sudah memadai, adanya semangat guru
dalam mengajar dan siswa memiliki antusias yang tinggi untuk mengikuti
proses pembelajaran tersebut. Sedangkan faktor penghambat implementasi
pembelajaran Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam yaitu kurangnya alokasi waktu.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR....................................................................... i
HALAMAN BERLOGO................................................................................. ii
HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iv
PENGESAHAN KELULUSAN..................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................... vi
MOTTO............................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR..................................................................................... x
ABSTRAK........................................................................................................ xi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN DAN TABEL................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B. Fokus Penelitian.................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 8
E. Penegasan Istilah................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan............................................................................ 10
xiii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI.......................................................................... 12
1. Quantum Learning....................................................................... 12
a. Pengertian Quantum Learning................................................ 12
b. Prinsip pembelajaran Quantum Learning............................... 15
c. Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum Learning..... 19
d. Model Quantum Learning....................................................... 23
e. Manfaat Quantum Learning.................................................... 25
f. Kelebihan dan kelemahan Quantum Learning........................ 26
2. Pendidikan Agama Islam............................................................. 27
a. Pengertian pendidikan agama Islam........................................ 27
b. Tujuan pendidikan agama Islam............................................. 28
c. Fungsi pendidikan agama Islam.............................................. 33
d. Pembelajaran pendidikan agama Islam................................... 35
B. KAJIAN PUSTAKA........................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.................................................................................... 42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 42
C. Sumber Data........................................................................................ 43
D. Prosedur Pengumpulan Data.............................................................. 44
E. Analisis Data....................................................................................... 46
F. Pengecekan Keabsahan Data.............................................................. 49
xiv
BAB VI PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum SMP Walisongo Karangmalang Sragen.............. 50
1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya SMP............................. 50
2. Identitas Sekolah........................................................................... 53
3. VISI, MISI dan Tujuan................................................................. 54
4. Struktur Organisasi....................................................................... 57
5. Sarana dan Prasarana.................................................................... 58
6. Data Guru dan Siswa.................................................................... 58
7. Daftar Ekstra Kurikuler................................................................ 61
B. Analisis Data....................................................................................... 62
1. Implementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Walisongo
Karangmalang Sragen..................................................................
62
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Implementasi
Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang
Sragen...........................................................................................
67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 71
B. Saran.............................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
Daftar Bagan dan Tabel
Bagan 3.1 Model Analisis Data............................................................. 50
Tabel 4.1 Struktur Organisasi................................................................ 59
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana............................................................. 60
Tabel 4.3 Data Guru Formal.................................................................. 60
Tabel 4.4 Data Guru Madin................................................................... 62
Tabel 4.5 Data Siswa............................................................................. 62
Tabel 4.6 Daftar Ekstra Kurikuler.......................................................... 63
xvi
Daftar Lampiran
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Surat Pengajuan Dosen Pembimbing
3. Surat Izin Penelitian
4. Surat Keterangan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Laporan SKK
7. Catatan Observasi
8. Pedoman Wawancara
9. Transkip Wawancara
10. RPP
11. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama
sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan
dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut
konsep pandangan hidup mereka.
Kegiatan pendidikan harus memiliki tujuan yang jelas agar bisa
mencapai target. Bagi umat muslim, kita harus mempelajari Pendidikan
agama Islam. Pendidikan Islam yaitu usaha mengembangkan fitrah
manusia dengan ajaran Islam, agar terwujud (tercapai) kehidupan manusia
yang makmur dan bahagia. Dari definisi yang cukup singkat ini nampak
memberikan penekanan mengenai adanya usaha mengembangkan fitrah
manusia, dengan ajaran agama Islam dan terwujudnya kehidupan yang
makmur dan bahagia (Abd. Rahman, 2001: 35).
Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan
menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten
berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu
sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah
makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang
sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun batiniah,
2
duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tak mungkin dicapai jika
manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya
seoptimal mungkin melalui proses kependidikan, karena proses
kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan
perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.
Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam
pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi
semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi
sumber motivasi kehidupan segala bidang (Fuad, 2013: 2).
Proses pembelajaran di dalam dunia pendidikan memiliki andil
dalam proses “tercerabutnya” anak-anak dari akar budaya yang
melingkupinya. Kondisi ini seharusnya menjadi inspirasi bagi dunia
pendidikan untuk melakukan berbagai perubahan dalam proses
pembelajaran.
Kinerja pendidikan selalu dilihat dari prestasi siswa, artinya
semakin bagus prestasinya, semakin memadai kinerja pendidikan. Namun
demikian, prestasi siswa sangat bergantung pada profesionalisme guru,
artinya semakin profesional guru, semakin bagus pula prestasi siswa
(Fanany, 2013: 11).
Dalam inovasi pembelajaran guru memiliki peran yang amat vital
dalam proses pembelajaran di kelas. Gurulah yang memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan
3
kegiatan pembelajaran, mengevaluasi, menganalisis hasil evaluasi, dan
melakukan tindak lanjut.
Walau belajar merupakan bagian yang tidak bisa ditawar lagi
dalam kehidupan manusia, di sekolah jika seorang siswa tidak memiliki
minat terhadap sesuatu pelajaran, maka proses belajarnya tidak dapat
berjalan lancar karena mata pelajaran tersebut tidak dapat menarik
perhatiannya. Oleh karenanya diperlukan adanya respon untuk
menghadapi permasalahan tersebut.
Sesuai dengan pernyataan tersebut, pembelajaran seharusnya
dilakukan dengan menggunakan metode-metode dan strategi yang dapat
menumbuhkan semangat belajar siswa sehingga proses belajar dapat
berjalan dengan lancar serta menghasilkan hasil yang maksimal.
Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam
pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi
semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi
sumber motivasi kehidupan segala bidang (Fuad, 2013: 2).
Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif.
Agar interaksi ini dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan, maka di samping dibutuhkan pemilihan bahan/materi
pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula.
Apabila guru mampu merancang strategi yang tepat, maka ruang
kelas dapat menjadi “rumah” tempat siswa tidak hanya terbuka terhadap
4
umpan balik, tetapi juga mencari tempat mereka belajar, mengakui dan
mendukung orang lain, tempat mereka mengalami kegembiraan dan
kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh. Menerapkan suatu
strategi yang tepat dalam pembelajaran memungkinkan tercapainya
efektivitas pembelajaran yang lebih baik. Sebaliknya, pembelajaran akan
menjadi masalah bagi siswa, jika siswa merasakan pembelajaran menjadi
suatu kegiatan yang membosankan.
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas, maka
seorang guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang menarik.
Dengan metode yang nyaman dan menyenangkan, maka siswa akan
mudah menerima materi yang diberikan oleh guru. Selain itu siswa akan
lebih aktif saat proses pembelajaran, tidak hanya mendengarkan
penjelasan dari guru saja.
Banyak model-model pembelajaran yang menawarkan strategi
pembelajaran yang efektif digunakan seperti Cooperative Learning,
Contextual Learning, Quantum Learning, dan Problem Solving. Dari
banyaknya model-model pembelajaran tersebut, peneliti tertarik pada salah
satu model pembelajaran untuk diteliti yaitu model Quantum Learning.
Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang membiasakan
belajar menyenangkan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk
merancang suatu strategi yang dapat membuat pembelajaran itu
menyenangkan. Pembelajaran menyenangkan merupakan upaya guru
5
untuk menciptakan suasana menyenangkan dalam pembelajaan, sehingga
pembelajaan menjadi lebih efektif ( Darmansyah, 2010:21).
Penerapan model Quantum Learning tersebut diharapkan dapat
meningkatkan minat belajar siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat
meningkatkan hasil belajar ( Huda, 2013: 192).
Salah satu sekolah yang telah menerapkan Quantum Learning
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen. Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut
terhadap kendala-kendala pembelajaran yang sering terjadi di dalam kelas
ketika digunakan metode ceramah (konvensional). Selama pembelajaran
Pendidikan Agama Islam berlangsung masih berpusat kepada gurunya
sedangkan siswanya masih menjadi pendengar yang pasif, ditambah lagi
dengan suasana di dalam kelas cenderung formal sehingga minat belajar
siswa menjadi rendah. Apabila kebiasaan ini terus dilakukan, maka akan
merugikan siswa itu sendiri. Banyak faktor yang menyebabkan siswa
melakukan hal tersebut, diantaranya yaitu siswa tidak suka dengan
gurunya, siswa tidak suka dengan mata pelajaran tertentu khususnya
pendidikan agama islam atau bisa juga siswa tidak suka dengan cara
mengajar guru tersebut, karena saat poses pelajaran guru masih dominan
menggunakan metode ceramah. Dari faktor tersebut membuat siswa
kurang termotivasi dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
6
Hal inilah yang menjadikan ketertarikan penulis untuk meneliti dan
mendeskripsikan sejauh mana keberhasilan Quantum Learning yang
diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.
Dengan digunakannya Quantum Learning ini menjadikan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang sebelumnya cenderung
menggunakan metode ceramah diubah menjadi pembelajaran yang
menarik siswa untuk selalu mengkaji pelajaran tersebut. Walaupun tidak
dipungkiri metode ceramah masih digunakan tetapi dalam penerapannya
model ini dikombinasikan dengan metode dan strategi yang bervariasi
sehingga dapat menaikkan semangat belajar siswa. Selain itu, dengan
belajar menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai
manfaat contohnya yaitu siswa tidak akan merasa bosan, siswa akan lebih
aktif di kelas dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Banyak dari uraian latar belakang diatas, maka perlu kiranya
diadakan suatu penelitian pendidikan. Dalam hal ini peneliti ingin
mengangkat suatu topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini,
oleh karena itu peneliti dapat merumuskan judul “Implementasi
Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen
Tahun Pelajaran 2018/2019”.
7
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini
yaitu:
1. Bagaimana implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen ?
2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi Quantum
Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas
VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui proses implementasi Quantum Learning dalam
pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP
Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat
implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang
Kabupaten Sragen.
2. Tujuan Subjektif
Untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan
bagi penulis dibidang pendidikan agama Islam dan guna memenuhi
persyaratan akademis untuk memperoleh gelar S1 dalam bidang
8
Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna baik yang bersifat teoritis
maupun praktis, antara lain adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
guru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan
agama Islam, khususnya dalam memilih metode tentang sistem
pembelajaran.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
b. Manfaat bagi guru
Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang
dihadapi oleh guru, memperkaya metode pembelajaran, dan
keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Manfaat bagi siswa
Pembelajaran dengan quantum learning dapat dijadikan
pedoman untuk menumbuhkan motivasi belajar dan memberi
9
suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa khususnya
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
d. Manfaat bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam
mengembangkan kemampuan menulis.
e. Manfaat bagi peneliti yang akan datang
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bagi
peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan Quantum Learning.
E. Penegasan Istilah
Penegasan judul ini dimaksud untuk menghindari adanya
interprestasi lain yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam
memahaminya. Adapun pengertian istilah judul tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Implementasi
Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan
dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan mauun
nilai, dan sikap (Kunandar, 2011: 233).
2. Quantum Learning
Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar
yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja untuk semua tipe
orang, dan segala usia (Bobbi, 2016: 14).
10
3. Pembelajaran
Pembelajaran adalah segala upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Tujuan dari
pembelajaran adalah membelajarkan siswa (Sobry, 2007: 50).
4. Pendidikan agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran Islam (Abd. Rahman, 2001: 34).
F. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran umum dalam skripsi ini, penulis akan paparkan
sekilas tentang sistematika penulisan dalam skripsi ini dengan
menggunakan system sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang: Latar Belakang Masalah,
Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang: Landasan Teori ( Telaah
teoretik terhadap pokok permasalahan/ variabel penelitian)
dan Kajian Pustaka (Kajian penelitian terdahulu).
11
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang: Jenis Penelitian, Lokasi dan
Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan
Data, Analisis Data, dan Pengecekan Keabsahan Data.
BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS
Pada bab ini berisi tentang Paparan Data dan Analisis Data.
BAB V : PENUTUP, terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Quantum Learning
a. Pengertian Quantum Learning
Quantum didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah
energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa
kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Mungkin anda
sudah pernah melihat persamaan ini ditulis sebagai E=mc². Tubuh
kita secara fisik adalah meraih sebanyak mungkin cahaya;
interaksi, hubungan,inspirasi agar menghasilkan energi cahaya
(Bobbi DePorter, 2016: 16).
Quantum Learning merupakan salah satu cara
membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter. Melalui Quantum
Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih
nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas
dalam belajarnya (Jaidun dan Keysar, 2014: 2).
Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah
belajar yang telah terbukti efektif di sekolah untuk semua tipe
orang, dan segala usia. Quantum learning berakar dari upaya Dr.
Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang
13
bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai
“suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa
sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan
setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif.
Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti
positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang
musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,
menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil
menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih
baik dalam seni pengajaran sugestif.
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan
suggestology adalah “pemercepatan belajar (accelerated learning).
Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa
untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya
yang normal,dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan
unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai
persamaan: huburan, permainan, warna, cara berfikir positif,
kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini
bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman bekerja yang
efektif.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam
program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang
bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti
14
hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk
menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para
pendidik den gan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana
menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-
tindakan positif faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang
paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan
gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan “pegangan”
dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan ( Bobbi DePorter,
2016: 14).
Dalam quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik
pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan
metode kami sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci
dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
1) Teori otak kanan atau kiri
2) Teori otak triune (3 in 1)
3) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)
4) Teori kecerdasan ganda
5) Pendidikan holistik (menyeluruh)
6) Belajar berdasarkan pengalaman
7) Belajar dengan simbol (Metaphoric learning)
8) Simulasi atau permainan
Maksud dari ke delapan kunci strategi quantum learning
adalah menggabungkan kegiatan secara seimbang antara bekerja
15
dan bermain, dengan kecepatan yang mengesankan dan dibarengi
dengan kegiatan yang menggembirakan. Serta efektif digunakan
oleh semua umur ( Bobbi DePorter, 2016: 16).
Penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning
diharapkan mengubah situasi pembelajaran yang menegangkan
menjadi lebih menyenangkan sehingga peserta didik lebih mudah
mencapai kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran Quantum
Learning menciptakan ruang kelas yang didalamnya peserta didik
akan menjadi lebih aktif dan bukan hanya menjadi pengamat yang
pasif (Sri Wahyu dan Irfan, 2015: 3).
Dengan menerapkan Quantum Learning, maka dalam
mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan
meningkatkan kualitas pembelajaran dapat tercapai. Selain itu juga
dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan
meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang
kondusif (Jaidun dan Keysar, 2014: 2).
b. Prinsip Pembelajaran Quantum Learning
Prinsip pembelajaran kuantum yaitu:
1) Prinsip Utama
Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru),
dan antarkan dunia kita (guru) ke dalam dunia mereka (siswa).
Prinsip ini menuntut agar guru dapat memasuki dunia
siswa sebagai langkah pertama. Memasuki terlebih dahulu
16
dunia mereka berarti akan memberi izin untuk memimpin,
menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju
kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.
Dengan mengaitkan apa yang diajarkan oleh guru dengan
sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang didapatkan dari
kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau
akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, dengan mudah
dunia siswa dibawa ke dunia guru atau pengajar (Muhammad
Fthurrohman, 2017: 180).
Guru juga dapat dapat memanfaatkan pengalaman-
pengalaman siswa sebagai titik tolaknya. Dengan cara inilah
guru akan mudah membelajarkan siswa baik dalam bentuk
memimpin, mendampingi, dan memudahkan siswa menuju
ilmu yang lebih luas (Sugiyanto, 2010: 79).
2) Prinsip Dasar
Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa
proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.
Muhammad Fathurrohman (2017: 180) menyebutkan dalam
bukunya bahwa prinsip-prinsip quantum learning ada lima,
yaitu sebagai berikut:
17
a) Segalanya berbicara.
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa
tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan
pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
b) Segalanya bertujuan.
Semua yang terjadi dalam pengubahan kita,
mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone
membuat istilah yang memotivasi: “Tetapkanlah sasaran
tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya”.
c) Pengalaman sebelum pemberian nama.
Otak kita berkembang pesat dengan adanya
rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin
tahu. Oleh karena itu, proses yang paling baik terjadi
ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum
memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.
d) Akui setiap usaha.
Belajar mengandung risiko. Belajar berarti keluar
dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini,
mereka patut mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan
kepercayaan diri mereka. Seperti kata Noelle C. Nelson
bahwa pujin atau penghargaan kepada seseorang atas
karyanya memunculkan suatu energi yang membangkitkan
emosi positif.
18
e) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.
Perayaan adalah sarapan para pelajar juara.
Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan
dan meningkatkan minat dalam belajar. Sehubungan
dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu untuk
merayakan setiap keberhasilan.
3) Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.
Ada tujuh kunci keunggulan dalam pembelajaran kuantum
(Sugiyanto, 2010: 81).
Tujuh kunci tersebut yaitu:
a) Menerapkan hidup dalam integritas
Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus,
dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku
menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar.
b) Mengakui bahwa kegagalan dapat membawa kesuksesan
Dalam pembelajaran, harus dimengerti dan diakui
bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan
informasi tentang belajar lebih lanjut sehingga dapat
mencapai keberhasilan.
c) Berbicara dengan niat baik
Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan
keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung
jawab atas komunikasi yang jujur dan berlangsung. Niat
19
baik dalam berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri
dan motivasi belajar siswa.
d) Menegaskan komitmen
Dalam pembelajaran, baik guru maupun siswa harus
mengikuti visi misi tanpa ragu-ragu dan tetap pada jalur
yang telah ditetapkan.
e) Menjadi pemilik
Dalam pembelajaran, harus ada tanggung jawab.
Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran
yang bermakna dan bermutu.
f) Fleksibel dalam pembelajaran
Siswa, lebih-lebih guru, harus pandai-pandai
membaca dan bila diperlukan mengubah lingkungan dan
suasana.
g) Pentingnya keseimbangan
Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh,
emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran
agar proses dan hasil belajar efektif dan optimal.
c. Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum Learning
Kerangka perencanaan pembelajaran kuantum dikenal dengan
singkatan “TANDUR”. Menurut Muhammad Fathurrohman (2017:
181) TANDUR merupakan singkatan dari enam fase pengajaran
20
yang meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi, dan Rayakan.
1) T (Tumbuhkan).
Tumbuhkan dalam hal ini mengacu pada fase
menumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya
Bagiku” (AMBAK), dan manfaatnya dalam kehidupan mereka
dengan proses yang semenarik mungkin. Tumbuhkan disini
berperan sangat penting karena fase inilah siswa diajak pergi
dari dunianya menuju dunia kita sebagai pengajar, dan kita
antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka, tanpa ada rasa
keterpaksaan. Kita sebagai pengajar pada fase ini dituntut
untuk bisa menyiapkan sebuah kejadian menarik yang dapat
mengundang minat siswa untuk membukamata mereka dan
menyerahkan segenap perhatian mereka kepada kita.
2) A (Alami).
Dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar
langsung kepada siswa. Pengalaman belajar ini haruslah dapat
mencakup segenap gaya belajarr siswa. Ketika siswa diberi
pengalaman belajar secara langsung, mereka akan terus dapat
mengingatnya karena sistem belajar seperti inilah yang dapat
masuk ke dalam sistem Long Term Memori (memori jangka
panjang) mereka.
21
Model pengajaran langung juga memberikan kesempatan siswa
belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat, dan
menirukan apa yang dimodelkan gurunya.
3) N (Namai).
Di sini dimaksudkan untuk menyediakan kata kunci,
konsep, model, rumus, dan strategi sebagai penanda. Kadang,
ketika siswa hanya diberikan penjelasan materi secara
intengible tanpa dijelaskan dan diterangkan materi apa yang
mereka dapat, mereka menjadi bungung dan merasa tidak
belajar. Bagian inilah yang digunakan untuk menghindari
kejadian tersebut. Catatan-catatan tentang cara pemilu ditulis di
papan tulis dapat digunakan untuk melaksanakan fase Namai.
Beri mereka pengertian tentang fase-fase pemilu tadi. Beri
mereka pengertian tentang penggunaannya, beri mereka contoh
yang banyak tentang aplikasinya.
4) D (Demonstrasikan).
Adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan bahwa mereka tahu. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan mereka kesempatan untuk mempraktikkan
apa yang telah mereka terima. Fase ini memiliki peranan yang
dominan dan penting dalam pembelajaran. Semakin banyak
kita memberikan kesempatan melakukan (demonstrasi) kepada
22
siswa, semakin paham pula mereka terhadap materi yang kita
berikan.
5) U (Ulangi).
Dilakukan dengan cara me-review secara umum terhadap
proses belajar di kelas. Tidak ada salahnya mengulang lagi
secara umum terhadap apa yang telah kita terangkan. Sebab,
bisa jadi ada bbeberapa hal yang dari materi kita yang tidak
atau masih belum dipahami oleh siswa. Setelah semua siswa
mendapatkan giliran untuk mempraktikkan materi, tiba
gilirannya bagi kita untuk menutup pelajaran. Sebelum
menutup pelajaran, yakinkanlah diri kita bahwa semua siswa
bisa dan paham terhadap materi tersebut, yaitu dengan
melakukan review materi.
6) R (Rayakan).
Adalah pengakuan terhadap hasil kerja siswa di kelas dalam
hal perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Rayakan
dapat dilakukan dalam bentuk pujian, memberikan hadiah atau
tepuk tangan. Pujian sangat penting keberadaannya dalam
proses belajar mengajar. Dr. Sylvia Rimm menyebutkan bahwa
pujian merupakan komunikator nilai-nilai orang dewasa efektif
dan menjadi alat yang amat penting bagi orangtua (guru) untuk
membimbing anak-anak (siswa). Kesenangan orangtua yang
dinyatakan merupakan motivasi awal yang paling kuat.
23
Meskipun demikian, terlalu banyak pujian juga tidak baik
bagi mereka. Sebab ketika hal ini terjadi, mereka akan belajar
untuk selalu tergantung dan mengharapkan perundingan untuk
segala kegiatan mereka. Pujian dapat pula dilakukan kepada
siswa meskipun mereka melakukan kegagalan. Pujian ini dapat
diartikan sebagai sebuah penguatan kepada siswa untuk
mempertahankan mental mereka agar tidak jatuh (down). Hal
ini harus kita ingat sebagai seorang pengajar dan pendidik
adalah bahwa kegagalan itu bukanlah suatu aib atau hal yang
memalukan (Muhammad Fathurrohman, 2017: 183).
d. Model Quantum Learning
Adapun model Quantum Learning menurut Muhammad
Fathurrohman (2017: 184) yaitu terdiri atas dua tahap. Tahap
pertama disebut konteks dan tahap kedua adalah isi.
1) Tahap Pertama (Konteks)
Tahap pertama atau konteks, yaitu tahap persiapan sebelum
terjadinya interaksi di dalam kelas. Berhubungan dengan
konteks, ada empat aspek yang harus dipersiapkan sebagai
berikut:
a) Suasana, termasuk di dalamnya keadaan kelas, bahasa yang
dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap
terhadap sekolah dan belajar.
24
b) Landasan, yaitu kerangka kerja: tujuan, keyakinan,
kesepakatan, prosedur, dan aturan bersama yang menjadi
pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.
c) Lingkungan, yaitu cara menata ruang kelas, pencahayaan,
warna, pengaturan meja kursi, tanaman, dan semua hal yang
mendukung proses belajar.
d) Rancangan, yaitu penciptaan terarah unsur-unsur penting
yang menimbulkan minat siswa, mendalami makna, dan
memperbaiki proses tukar-menukar informasi.
2) Tahap Kedua (Isi)
Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar
yang meliputi hal-hal berikut:
a) Presentasi, yaitu penyajian pelajaran dengan berdasarkan
prinsip-prinsip Quantum Learning sehingga siswa mereka
dapat mengetahui banyak hal dari apa yang dipelajari. Tahap
ini juga diistilahkan pemberian petunjuk, yang bermodalkan
dengan penampilan, bunyi, dan rasa berbeda.
b) Fasilitas, yaitu proses untuk memadukan setiap bakat-bakat
siswa dengan kurikulum yang dipelajari. Dengan kata lain,
bagian ini menekankan bagaimana keahlian seorang pengajar
sebagai pemberi petunjuk, langkah-langkah apa yang akan
ditempuh untuk mengakomodasi karakter siswa.
25
c) Keterampilan Belajar, yaitu bagian yang mengajarkan
bagaimana trik-trik dalam belajar yang tentu berdasarkan
pada prinsip-prinsip Quantum Learning sehingga para siswa
memahami banyak hal, meskipun dalam waktu yang singkat.
d) Keterampilan Hidup, bagian ini mengajarkan bagaimana
berkomunikasi dengan efektif dengan orang lain sehingga
terbina kebersamaan dalam hidup. Keterampilan hidup
diistilahkan juga keterampilan sosial.
Berdasarkan tujuan dari proses belajar mengajar, dapat
diambil sebuah kesimpulan bahwa untuk dapat mendapatkan
wawasan yang luas, pembentukan sikap, dan memberikan
keterampilan konsep Quantum Learning inilah langkah atau
strategi yang komprehensif untuk meraih.
e. Manfaat Quantum Learning
Manfaat quantum learning adalah meningkatkan peran
sebagai pelajar yang memikul tanggung jawab pada diri sendiri
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dengan belajar
sedapat mungkin dari setiap situasi dan memanfaatkannya untuk
diri sendiri dan orang-orang yang didekatnya. Menurut De Porter
dn Hernacki (2016:13) dengan belajar menggunakan quantum
learning akan didapatkan berbagai manfaat, diantaranya yaitu:
1) Bersikap positif
2) Meningkatkan motivasi
26
3) Keterampilan belajar seumur hidup
4) Kepercayaan diri
5) Sukses atau hasil belajar yang meningkat
f. Kelebihan dan Kelemahan Quantum Learning
Menurut Akbar dan J. A. Pramukantoro yang dikutip dari
Muhammad Isnaini dkk (2016: 19), bahwa kelebihan Quantum
Learning yaaitu:
1) Membuat siswa merasa nyaman dan gembira dalam belajar,
karena model ini menuntut setiap siswa untuk selalu aktif dalam
proses belajar.
2) Memberikan motivasi pada siswa untuk ambil bagian dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM) yang berlangsung.
3) Dengan adanya kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan
kemampuannya, akan memudahkan guru dalam mengontrol
sejauh mana pemahaman siswa dalam belajar.
Sedangkan kelemahan dari model Quantum Learning adalah :
1) Model Quantum Learning menuntut profesionalisme yang
tinggi dari seorang guru.
2) Banyaknya media dan fasilitas yang digunakan sehingga dinilai
kurang ekonomis.
3) Kesulitan yang dihadapi dalam menggunakan model Quantum
Learning akan terjadi dalam situasi dan kondisi belajar yang
27
kurang kondusif sehingga menuntut penguasaan kelas yang
baik.
Untuk mengantisipasi hal ini maka seorang guru harus
mempunyai persiapan sebelum mengajar, menggunakan media
yang ekonomis tetapi siswa mampu memahami apa yang
disampaikan misalnya menggunakan video, ppt dll. Guru harus
kreatif untuk mengendalikan kelas.
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia
dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya
kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman (Abdul,
2012:11).
Pendidikan Agama Islam menurut Ditbinpaisun yaitu suatu
usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya
setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang
terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna
dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat
mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam
yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga
28
dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak
(zakiah, 2011:88).
Sedangkan menurut Tayar Yusuf Pendidikan Agama Islam
adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda
agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT (Abdul
dan Dian, 2005:130).
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk
dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
(Abdul, 2012:16).
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi yang dikutip Oemar
Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani dalam bukunya Abd. Rahman
(2001:43) telah merumuskan tujuan pendidikan agama Islam
secara umum ke dalam lima tujuan yaitu:
1) Untuk membentuk akhlak mulia. Kaum muslimin dari dahulu
sepakat bahwa pendidikan akhlak yang sempurna adalah tujuan
pendidikan yang sebenarnya.
29
2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan
agama Islam bukan hanya menitikberatkan pada keagamaan
atau keduniaan saja, melainkan pada keduanya dan memandang
kesiapan keduanya sebagai tujuan yang asasi.
3) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeligaraan segi
kemanfaatan. Pendidikan agama Islam tidak hanya segi agama,
akhlak dan spiritual semata tetapi juga menyeluruh bagi
kesempurnaan kehidupan, atau yang lebih dikenal sekarang
dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan profesional.
4) Menunjukkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada para
pelajar, dan memuaskan rasa ingin tahu (curiosity), serta
memungkinkan mereka mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.
5) Menyiapkan pelajar dari segi profesi, teknik, dan perusahaan
supaya dapat menguasai profesi tertentu dan keterampilan
pekerjaan tertentu, agar dapat mencari rizki dalam hidup,
disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.
Dengan demikian, jelas tujuan pendidikan Islam merupakan
usaha dalam membangun manusia yang utuh dalam rangka
pembentukan kepribadian, moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan,
kemampuan berkarya, profesionalisasi sehingga mampu
menunjukkan iman dan amal saleh dengan nilai-nilai keagamaan
dan kehidupan.
30
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani mengemukakan
dalam bukunya Abd. Rahman (2001:41) bahwa tujuan pendidikan
agama Islam memiliki empat ciri pokok yang paling menonjol
yaitu:
1) Sifat yang bercorak agama dan akhlak.
2) Sifat komprehensif yang mencakup segala aspek pribadi pelajar
(subjek didik), dan semua aspek perkembangan dalam
masyarakat .
3) Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan
antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.
4) Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan dan
perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada
kehidupan, memperhitungkan peerbedaan-perbedaan
perorangan di antara individu, masyarakat dan kebudayaan di
mana-mana dan kesanggupan untuk berubah dan berkembang
bila diperlukan.
Zakiyah Daradjat (2011: 89) menyebutkan dalam bukunya
bahwa Pendidikan Agama mempunyai tujuan-tujuan yang
berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang pada
dasarnya berisi:
1) Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk
sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam
pembagian kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi
31
manusia yang bertakwa kepada Allah SWT taat kepada
perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
Memang untuk mencapai tujuan ini agak sulit dan memerlukan
banyak kesabaran, karena hasilnya tidak segera tampak
mengingat hal tersebut menyangkut masalah pendidikan
mental dan kepribadian. Dari sikap yangdemikian itulah justru
kadar keimanan dapat “diukur” dan dengan keimanan itu
pulalah nantinya anak akan menjadi manusia dewasa yang
dalam hidupnya mengindahkan dan memuliakan agama
sehingga memungkinkan dirinya terjauh dari berbagai godaan
dunia yang bertentangan dengan ajaran agamanya serta
bertanggung jawab terhadap baikburuknya suatu masyarakat
dan negara di mana ia berada.
2) Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan
motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
yang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang
pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum)
maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah
yang beriman dan berilmu pengetahuan. Karenanya, ia tidak
pernah mengenal henti untuk mengejar ilmu dan teknologi
baru dalam rangka mencari keridaan Allah SWT. dengan iman
dan ilmu itu semakin hari semakin menjadi lebih bertakwa
kepada Allah SWT sesuai dengan tuntunan Islam.
32
Dengan kata lain, tujuan pada aspek ilmu ini adalah
pengembangan pengetahuan agama, yang dengan pegetahuan
itu dimungkinkan pembentukan pribadi yang berakhlak mulia,
yang bertakwa kepada Allah SWT, sesuai dengan ajaran
agama Islam dan mempunyai keyakinan yang mantap kepada
Allah SWT.
3) Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam
semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami
dan menghayati ajaran agamaIslam secara mendalam dan
bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai
pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah
SWT melalui ibadat sholat dan dalam hubungannya dengan
sesama manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta
dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara
pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil
usahanya.
Oleh karena itu, berbicara tentang pendidikan agama Islam,
baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman
nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau
moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka
menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang
kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.
33
c. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi pendidikan agama Iaslam yaitu menciptakan manusia
beriman yang meyakini suatu kebenaran dan berusaha
membuktikan kebenaran tersebut melalui akal, rasa, feeling dan
kemampuan untuk melaksanakan melalui amal yang tepat dan
benar (Rahman, 2001:53).
Sedangkan pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah
menurut Abdul (2012:15) berfungsi untuk:
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama
kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan
oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
2) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran
agama Islam.
34
4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran
dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya
menuju manusia Indonesia seutuhnya.
6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara
umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.
7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang
memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat
tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Feisal (1999) berpendapat dalam bukunya Abdul dan Dian
(2005:135) bahwa terdapat beberapa pendekatan yang digunakan
dalam memainkan fungsi agama Islam di sekolah:
1) Pendekatan nilai universal (makro) yaitu suatu program yang
dijabarkan dalam kurikulum.
2) Pendekatan Meso, artinya pendekatan program pendidikan
yang memiliki kurikulum, sehingga dapat memberikan
informasi dan kompetisi pada anak.
35
3) Pendekatan Ekso, artinya pendekatan program pendidikan yang
memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk
membudidayakan nilai agama Islam.
4) Pendekatan Makro, artinya pendekatan program pendidikan
yang memberikan kemampuan kecukupan keterampilan
seseorang sebagai profesional yang mampu mengemukakan
ilmu teori, informasi, yang diperoleh dalam kehidupan sehari-
hari.
d. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Seorang bayi yang baru lahir adalah makhluk Allah SWT
yang tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk
dapat melangsungkan hidupnya di dunia ini. Manusia lahir tidak
mengetahui sesuatu apapun, tetapi ia dianugerahi oleh Allah SWT
pancaindera, pikiran, dan rasa sebagai modal untuk menerima ilmu
pengetahuan, memiliki keterampilan dan mendapatkan sikap
tertentu melalui proses kematangan dan belajar terlebih dahulu.
Setiap manusia berkeinginan mempunyai anak yang
berkepribadian baik, atau setiap orang tua bercita-cita mempunyai
anak yang saleh yang senantiasa membawa harum nama orang
tuanya, karena anak yang baik merupakan kebanggaan orang tua,
baik buruknya kelakuan anak akan mempengaruhi nama baik orang
tuanya. Juga anak yang saleh yang senantiasa mendoakan orang
tuanya merupakan amal baik bagi orang tua yang akan mengalir
36
terus menerus pahalanya walaupun orang itu sudah meninggal
dunia ( Abdul dan Dian, 2005: 137).
Untuk mencapai hal yang diinginkan itu dapat diusahakan
melalui pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, pendidikan di
sekolah maupun pendidikan di masyarakat.
Dalam ajaran Islam, akhlak merupakan ukuran/barometer
yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai kadar iman seseorang.
Seseorang baru bisa dikatakan memiliki kesempurnaan iman
apabila dia memiliki budi pekerti/akhlak yang mulia. Oleh karena
itu, masalah akhlak /budi pekerti merupakan salah satu pokok
ajaran Islam yang harus diutamakan dalam pendidikan agama Islam
untuk ditanamkan/diajarkan kepada anak didik. Dengan melihat arti
pendidikan Islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa dengan
pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang
berkepribadian kuat dan baik berdasarkan pada ajaran agama Islam.
Pendidikan agama Islam sangat penting sebab dengan
pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar
memimpin dan mendidik anak diarahkan pada perkembangan
jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang
utama sesuai dengan ajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam
hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada masa
kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan
selanjutnya (Abdul, 2012:22).
37
Oleh sebab itu, seyogianyalah pendidikan agama Islam
ditanamkan dalam pribadi anak sejak lahir bahkan sejak dalam
kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan
pendidikan ini di sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai
dengan Perguruan Tinggi.
Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama Islam dalam
mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, dan membantu
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama
Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-
baiknya (Abdul, 2012:23).
B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka berfungsi untuk menunjukkan bahwa fokus dalam
penelitian ini belum pernah dikaji oleh peneliti sebelumnya dan
menunjukkan perbedaan. Ada beberapa skripsi yang relevan dengan judul
implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang kabupaten Sragen
tahun pelajaran 2018/2019. Diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Daryono (2009, UIN Sunan Kalijaga)
yang berjudul “Penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran
Nahwu di pondok pesantren Hidayatullah Yogyakarta”. Penelitian ini
menelaah tentang penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran
Nahwu, hasilnya menunjukkan bahwa:
38
a. Penerapan Quantum Learning sebagai pendekatan dan metode
pembelajaran Nahwu sudah diterapkan dengan baik walaupun
tidak semua teori dan konsep Quantum Learning diterapkan
sepenuhnya dalam artian hanya menerapkan beberapa konsep
diantaranya: Lima keyakinan yang meningkatkan emosi positif,
selain lima keyakinan tersebut juga diterapkan seperangkat metode
dan falsafah belajar yang mengintegrasikan lingkungan, fisik,
suasana, interaksi, metode, dan teknik belajar untuk mempelajari
keterampilan, yang semua aspek tersebut akan melahirkan
keyakinan dan nilai-nilai.
b. Hasil yang dicapai santri dalam belajar Nahwu dengan pendekatan
dan metode Quantum Learning sangat baik (nilai rata-rata kelas =
85).
c. Faktor pendukung dalam pembelajaran Nahwu diantaranya adalah
penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran Nahwu yang
terbukti berhasil, adanya semangat ustadz Nahwu yang sangat
tinggi, adanya motivasi dan antusiasme santri untuk belajar nahwu,
adanya kedekatan/persahabatan antara ustadz dengan santri, serta
tersedianya sarana dan media pembelajaran. Adapun faktor
penghambatnya adalah belum adanya kesepakatan sistem untuk
menerapkan Quantum Learning sebagai metode dan pendekatan
pembelajaran.
39
2. Penelitian yang dilakukan oleh Novariana (2015, UIN Raden Fatah
Palembang) yang berjudul “ Pengaruh penerapan model pembelajaran
Quantum Learning terhadap motivasi dan hasil belajar Matematika
siswa SMP Negeri 37 Palembang”. Hasil dari penelitian tersebut
adalah:
a. Model Quantum Learning mempengaruhi motivasi belajar di kelas
eksperimen pada setiap indikator. Siswa terlihat lebih aktif
berpartisipasi dalam menyampaikan pendapat dan semua siswa
aktif mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan
dengan skor rata-rata motivasi belajar siswa di kelas kontrol
sebesar 58,79 dan eksperimen 70,18. Hasil uji hipotesis
menggunakan uji t‟ pada data angket dihasilkan thitung sebesar 6,89
dan thitung > ttebal, maka Ho ditolah atau Ha diterima sehingga
menunjukkan keberhasilan model Quantum Learning terhadap
motivasi belajar matematika siswa yang memenuhi indikator
motivasi belajar.
b. Penerapan model Quantum Learning ini berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata hasil
belajar siswa di kelas kontrol 65,23 dan eksperimen 79,91. Hasil
uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh thitung sebesar 5,62 dan
ttebal sebesar 1,994, dengan taraf signifikan 5% dan dk=76,
diketahui thitung > ttebal, maka Ho ditolak atau Ha diterima. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan model Quantum
40
Learning terhadap hasil belajar mtematika siswa SMP Negeri 37
Palembang.
3. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ulfatul Hamidah (2015,
IAIN Tulungagung) yang berjudul “Pengaruh model Quantum
Learning terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas
X materi statistika di SMK Islam 1 Durenan tahun ajaran 2014/2015”
hasilnya yaitu:
a. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Quantum
Learning terhadap motivasi belajar matematika kelas X materi
statistika di SMK Islam 1 Durenan tahun ajaran 2014/2015.
b. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Quantum
Learning terhadap hasil belajar matematika kelas X materi
statistika di SMK Islam 1 Durenan tahun ajaran 2014/2015.
Dari ketiga penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang dilakukan penulis memiliki perbedaan dengan
penelitian di atas. Pada skripsi yang pertama fokus pada pembelajaran
Nahwu di pondok pesantren Hidayatullah Yogyakarta. Skripsi kedua
fokus pada pembelajaran Matematika di SMP Negeri 37 Palembang.
Skripsi ketiga fokus pada pembelajaran Matematika di SMK Islam 1
Durenan. Sedangkan dalam penelitian ini lebih fokus terhadap
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo Sragen.
Adapun spesifikasi skripsi ini pada dasarnya adalah tentang
bagaimana implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran
41
Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang Sragen,
sehingga yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, guru PAI, dan siswa.
Metode yang digunakan juga berbeda, peneliti sebelumnya
menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan metode penelitian yang
sekarang adalah metode kualitatif. Dengan demikian, penelitian yang
dilakukan saat ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah ada
sebelumnya sehingga penelitian ini dapat diposisikan sebagai
pelengkap dari penelitian terdahulu dan memperoleh teori yang sudah
ada.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang dikenal di Indonesia adalah
penelitian naturalistic. Istilah “naturalistic” menunjukkan bahwa
pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya,
dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya,
menekankan pada deskripsi secara alami. Dengan sifatnya ini maka
dituntut keterlibatan peneliti secara langsug di lapangan dan tidak dapat
diwakilkan orang lain (Suharsimi, 2013: 27). Sehingga peneliti secara
langsung mengamati fenomena yang diamati, kemudian mendeskripsikan
data yang diperoleh dengan bentuk naratif deskriptif.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam kelas VIII.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2018 sampai
tanggal 16 Agustus 2018.
43
C. Sumber Data
Agar penelitiannya dapat betul-betul berkualitas, data yang
dikumpulkan harus lengkap, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh
subyek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subyek penelitian
(informan) yang berkenan dengan variabel yang diteliti (Suharsimi,
2013: 22). Hal ini tercermin dengan adanya kata-kata dan tindakan
yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati dan mewawancarai.
Data primer peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan
informasi tentang Implementasi Quantum Learning dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen. Adapun data primer dalam
penelitian ini adalah kepala sekolah, dewan guru dan guru Pendidikan
Agama Islam.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS), foto-foto, film,
rekaman video, benda-benda dan lain-lain yang dapat memperkaya
data sekunder (Suharsimi, 2013: 22). Data sekunder ini diperoleh dari
bahan-bahan kepustakaan. Data ini berupa dokumen, buku, majalah,
jurnal, dan yang lainnya.
44
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
studi pustaka dan wawancara langsung dengan siswa, yang
bersinggungan dengann implementasi quantum learning dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Observasi
Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva
yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan
mata. Di dalam penelitian psikologik, observasi atau yang disebut pula
dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Jadi, mengobservasi
dapat dilakukan melalui penglihatn, penciuman, pendengaran, peraba,
dan pengecap (Suharsimi, 2013: 199).
Metode observasi yang digunakan adalah metode observasi
partisipasi. Observasi Partisipasi adalah observasi yang dilakukan
dengan observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang
diteliti ( Husaini, 2008: 57).
Jadi, cara kerja dalam metode observasi partisipasi ini adalah
penulis terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti.
45
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah dengan mengamati
kegiatan guru dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam
dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan quantum learning di
SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.
2. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Metode
ini digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu (Suharsimi, 2013: 198).
Tujuan penggunaan wawancara dalam penelitian ini yaitu untuk
memperoleh tentang:
1) Profil SMP Walisongo Karangmalang yang menjadi lokasi
penelitian.
2) Implementasi quantum learning dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang.
3) Pemahaman siswa terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam
dengan metode quantum learning.
4) Pelaksanaan metode quantum learning dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang.
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode quantum
learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP
Walisongo Karangmalang.
46
Wawancara tersebut dilakukan dengan Kepala Sekolah, guru
Pendidikan Agama Islam, dan siswa kelas VIII di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen.
3. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda terulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian (Suharsimi, 2013:
201).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi
dan keadaan obyek peneliti serta memberikan gambaran secara umum
tentang obyek penelitian pengimplementasian Quantum Learning
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen. Selain itu dengan metode
dokumentasi ini diharapkan penulis bisa mendapatkan bukti tambahan
seperti: foto, dan data-data lainnya yang penulis perlukan.
E. Analisis Data
Analisis data adalah upaya menata secara sistematis, catatan hasil
wawancara, dokumentasi, dan observasi untuk meningkatkan pemahaman
peneliti mengenai kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi
orang lain (Muhadjir, 2002: 142).
Teknik analisis data mempunyai prinsip yaitu untuk mengolah data
dan menganalisis data yang terkumpul menjadi data yang sistematis,
47
teratur, terstruktur, dan mempunyai makna. Miles dan Huberman dalam
bukunya Sugiyono (2014: 246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan di lapangan dalah
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah sustu bentuk analisis mempertajam,
memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu
cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverivikasikan
(Emzir, 2010: 130).
Reduksi data diartikan sebagai kegiatan merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari berdasarkan tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu penyajian sekumpulan informasi sistematis
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut
pokok permasalahan dan penyajian tersebut dapat berbentuk matriks,
grafik, jaringan dan bagan untuk memudahkan peneliti dalam melihat
pola-pola hubungan antara satu data dengan data lainnya.
48
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu suatu upaya untuk
berusaha mencari kesimpulan dari permasalahan yang diteliti, dari data
penelitian yang sudah dianalisis dapat diambil kesimpulan serta
memverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali data yang
gtelah diperoleh (Suprayoga, 2001: 192).
Kegiatan penyimpulan data merupakan langkah lebih lanjut dari
kegiatan reduksi data penyajian data. Data yang sudah direduksi dan
disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Selain itu,
verifikasi merupakan tinjauan kembali terhadap catatan-catatan di
lapangan serta tukar pikiran selama dalam penulisan. Sehingga
kesimpulan yang pada mulanya mengambang atau kabur menjadi
relevan.
49
Model analisis dalam penelitian ini digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1. Model Analisis Data
F. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam memperoleh keabsahan data,maka peneliti menggunakan
teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008: 331). Ada dua
triangulasi yang digunakan yaitu menggunakan triangulasi metode.
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajad
kepercayaan penemu hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan dan
pengecekan derajad kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama (Moleong, 2008: 331).
Teknik Triangulasi metode ini, dilakukan dengan menggali data yang
sama tetapi dengan metode yang berbeda.
Pengumpulan
Data
Reduksi
Data
Penarikan
Kesimpulan
Penyajian
Data
50
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum SMP Walisongo Karangmalang Sragen
1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya SMP Walisongo
karangmalang
a. Kondisi Letak Geografis
SMP Walisongo karangmalang adalah sekolah yang
terletak di pinggiran kota sragen,berjarak 5 km dari Kota
Kabupaten Sragen. SMP Walisongo karangmalang merupakan
satu-satunya SMP Islam swasta yang di bawah Yayasan Pondok
Pesantren yang ada di karangmalang.
Di lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Walisongo
terdapat 4 (empat) sub Pendidkan yaitu, Play Group (PG) taman
kanak-kanak (TK), SDIT Walisongo, SMP Walisongo, dan SMA
Walisongo.
b. Kondisi Demografis
Masyarakat di lingkungan SMP Walisongo karangmalang
mayoritas bekerja sebagai PNS (pegawai negri sipil), wiraswasta,
petani, pedagang, dan lain-lain. Masyarakat di lingkungan SMP
Walisongo terdiri dari berbagai penganut agama ada islam, kristen,
katolik, hindu, dan budha.
51
c. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Kemampuan ekonomi masyarakat di lingkungan SMP
Walisongo karangmalang mayoritas baik. Hal ini didukung oleh
keberadaan Yayasan Pendidikan Walisongo. Sedangkan sebagian
masyarakat yang tinggal di luar konsesi PonPes Walisongo masih
terdapat masyarakat miskin yang umumnya bekerja sebagai petani
atau buruh tani yang menyekolahkan anak-anaknya ke SMP
Walisongo karangmalang.
d. Kondisi Politik dan Keamanan
Dalam bidang politik, pada umumnya masyarakat di
lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Walisongo Karangmalang
tidak terlibat kegiatan politik praktis. Hal ini disebabkan
masyarakat di lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Walisongo
Karangmalang adalah masyarakat pekerja, yang kegiatannya
berkonsentrasi pada bidang tugas.
Lingkungan di dalam Yayasan Pondok Pesantren
Walisongo Karangmalang cukup aman karena didukung oleh
kesadaran seluruh masyarakat untuk hidup bersama, yang rukun,
saling menghargai, saling menghormati, menjaga keharmonisan,
dan keamanan lingkungan. Seperti ditunjukkan oleh kesediaan
melaksanakan kegiatan gotong royong, siskamling, dan
sebagainya. Selain itu keamanan juga didukung satuan
pengamanan (SATPAM), serta polisi dan TNI.
52
e. Kondisi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)
Perkembangan IPTEK di lingkungan SMP Walisongo
karangmalang sangat pesat, hal ini dibuktikan dengan mayoritas
masyarakat memiliki alat akses teknologi terkini seperti HP, TV,
komputer, internet dan lain-lain.
Selain itu kesadaran masyarakat dalam bidang pendidikan
juga tinggi, hal ini ditunjukkan oleh tingginya persentase anak-
anak dari lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Walisongo
Karangmalang yang melanjutkan sampai jenjang pendidikan
tinggi.
f. Kondisi Kebijakan Pemerintah
Kondisi kebijakan pemerintah saat ini sangat mendukung
perkembangan kemajuan pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh
banyaknya bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah baik
pemerintah pusat maupun daerah seperti Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Beasiswa Siswa
Berprestasi Akademik dan Non-Akademik, dan lain-lain.
Kebijakan pemerintah lainnya yang juga mendukung
kemajuan pendidikan yaitu bantuan pengadaan atau perbaikan
sarana dan prasarana, tunjangan guru, pelaksanaan diklat tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan, dan lain-lain. Hal ini sangat
memungkinkan karena mulai tahun anggaran 2009 pemerintah
53
telah menganggarkan APBN sebesar 20% untuk sektor pendidikan.
2. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMP Walisongo Karangmalang
NSS : 202031409133
NPSN : 20330919
Status Sekolah : Swasta
Bentuk Pendidikan : SMP
Alamat : Sungkul Rt 12/ RW 04, Plumbungan,
Karangmalang,
Sragen.
RT : 12
RW : 04
Nama Dususn : Sungkul
Desa/ Kelurahan : Plumbungan
Kode Pos : 57222
Kecamatan : Karangmalang
Kabupaten : Sragen
Proovinsi : Jawa Tengah
Nomor Telepon : 0271-8820745
Nomor Fax : 0271-892654
Email : [email protected]
54
Website :
http://pondokwalisongosragen.blogspot.com/
SK Pendirian Sekolah : 1
Tanggal SK Pendirian : 2006-06-09
SK Izin Operasional : 420/207/18/2006
Tanggal SK Izin
Operasional : 2006-10-09
SK Akreditasi : 6259
Tanggal SK Akreditasi : 2010-11-09
Nama Bank : Bank Jateng
Cabang/KCP/Unit :
Nomor Rekening : 3-010-00060-1
Rekening Atas Nama : SMP Walisongo
Nama Kepala Sekolah : Daroni, S.Pd
3. VISI, MISI DAN TUJUAN
a. VISI
Membentuk Generasi yang Beriman, Bertaqwa, Berbudi, dan
Terampil
b. MISI
1) Melaksanakan KBM yang aktif, inovatif,kreatif, dan
menyenangkan
55
2) Meningkatkan tanggung jawab, percaya diri, dan semangat
untuk berkompetisi pada peserta didik.
3) Meningkatkan ketrampilan, tanggung jawab, kejujuran,
percaya diri, dan semangat untuk berkompetisi.
4) Perolehan Nilai Ujian Nasional rata-rata naik memenuhi
standar kelulusan
5) Memiliki kegiatan ekstra kurikuler yang maju dan berprestasi
disegala bidang
6) Terwujudnya disiplin yang tinggi dari seluruh warga sekolah.
7) Terwujudanya suasana pergaulan sehari-hari yang
berlandaskan keimanan dan ketaqwaan.
8) Terwujudnya manajemen sekolah yang transparan dan
partisipatif, melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok
kepentingan yang terkait.
9) Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, indah, resik dan
asri.
c. TUJUAN
1) Siswa yang cerdas, kreatif, inovatif, aktif, sehat jasmani-rohani
dan bertanggung jawab.
2) Siswa menguasai baca tulis Al-Qur’an, hafal juz Amma dan
Hadits pilihan, dan do’a-doa harian
3) Berilmu pengetahuan dan berteknologi.
4) Siswa bisa berkomunikasi dan mengapresiasikan gagasannya.
56
5) Mampu bersaing di bidang keagamaan, MIPA, seni dan
olahraga.
6) Sekolah menjadi pilihan dan mendapat kepercayaan
masyarakat.
7) Siswa mempunyai kemandirian hidup.
8) Tersedia Guru yang memiliki kompetensi professional dan
memiliki kompetensi pedagogic
9) Tersedia Guru yang memiliki kompetensi pemahaman
kurikulum dan Penilaian
10) Siswa memiliki akhlakul karimah di sekolah dan dilingkungan
tempat tinggalnya dalam kehidupan sehari-hari
11) Siswa mampu menghafal juz amma, 100% terlaksana kegiatan
bakti social, kerja bakti, pembagian zakat, kesetiakawanan.
12) Tersedia lingkungan bersih, indah, teduh, aman, sehat dan
rindang
13) Siswa memiliki wawasan kebangsaan
14) Siswa terbiasa melakukan program 7S ( Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, Santun, Sabar, Syukur )
15) Siswa terbiasa melakukan program 7K ( Kemanan,
Kebersihan, Kekeluargaan, Kaerindangan, Kerapian,
Keindahan, Kertertiban )
57
4. STRUKTUR ORGANISASI
No Nama Jabatan
1 M. Syukron Jazilan Ketua Komite
2 Daroni, S.Pd Kepala Sekolah
3 Eko Prasetyo, A.Md Ka Tata Usaha
4 Ambarwati, S.Pd Bendahara
5 Abdul Khobib S Staff Tata Usaha
6 Triyani, S.Pd Waka Kurikulum
7 Christiawan Danang W, S.Pd Waka Sarpras
8 Zainul Arifin, S.Pd Waka Humas
9 Supri Hartanto, S.Pd Wali Kelas VII A
10 Priyanto Wali Kelas VII B
11 Purwanti, S.Pd Wali Kelas VII C
12 Christiawan Danang W, S.Pd Wali Kelas VII D
13 Yayuk Palupiningsih, S.Pd Wali Kelas VII E
14 Tri Wahyuningsih, S.Pd Wali Kelas VIII A
15 Muhammad Afandi, S.Pd Wali Kelas VIII B
16 Zainul Arifin, S.Pd Wali Kelas VIII C
17 Munirotul Hidayah, S.Pd. I Wali Kelas XI A
18 Siti Nurhayati, S.Kom Wali Kelas XI B
19 Annisaa Purningtyas, S.Pd Wali Kelas XI C
Tabel 4.1
58
5. SARANA DAN PRSARANA
No Fasilitas Sekolah Jumlah
A Ruang Akademik
1 Ruang Kelas 11
2 Ruang Laboratorium 1
3 Ruang Perpustakaan 1
4 Ruang Komputer 1
B Ruang Non Akademik
1 Ruang Kepala Sekolah 1
2 Ruang Guru 1
3 Ruang TU 1
4 Ruang Tamu 1
5 UKS 1
6 Toilet Guru 2
7 Toilet Siswa 4
8 Gudang 1
Tabel 4.2
6. DATA GURU DAN SISWA
a. Data guru formal
NO Nama Jabatan
1 Daroni, S.Pd Kepala Sekolah
2 Tri Wahyuningsih, S.Pd Guru IPS
59
3 Munirotul Hidayah, S.Pd. I Guru PAI & Seni
Budaya
4 Triyani, S.Pd Guru IPA
5 Muhammad Afandi, S.Pd Guru Matematika
6 Dwi Purnomosari, S.Pd Guru IPA
7 Supri Hartanto, S.Pd Guru Penjaskes
8 Priyanto Guru PKn
9 Purwanti, S.Pd Guru B.Indonesia
10 Ambarwati, S.Pd Guru BK
11 Annisaa Purningtyas, S.Pd Guru B.Inggris
12 Zainul Arifin, S.Pd Guru B.Indonesia
13 Christiawan Danang W, S.Pd Guru B.Jawa
14 Siti Nurhayati, S.Kom Guru TIK
15 Yayuk Palupiningsih, S.Pd Guru Matematika
16 Lilis Ambarwati Guru Prakarya
17 Darmadi, S.Pd Guru IPA
18 Muhammad Dimyati, S.S Guru B.Arab
19 Lailatul Badriyah Guru B.Arab
20 M Farhan Guru B.Arab
21 Ahmad Nur A’la Guru B.Arab
Tabel 4.3
60
b. Data guru MADIN
NO Nama Jabatan
1 Chumaidi Mustofa Guru Fiqh
2 Abdul Mu’ti Guru Aqidah Akhlaq
3 Sholeh Saifuddin Guru Aswaja
4 Syukron Jz Guru Nahwu Shorof
5 M Nur Cholis Guru Fiqh
6 Mujahid Guru Siroh Nabawi
7 Badruddin Guru Al-Qur’an Hadis
8 Fuad Farhan Guru Kitabah
9 Bahron Nur W Guru Aswaja
Tabel 4.4
c. Data siswa
Kelas Jumlah Kelas Jumlah Siswa
VII 5 158
VIII 3 92
IX 3 84
Jumlah 11 334
Tabel 4.5
61
7. Daftar Ekstra Kurikuler
No Jenis Ekstra Kurikuler
1 Administrasi
2 Bulutangkis
3 Fotografi
4 Jurnalistik
5 Nahwu Shorof
6 Multimedia
8 Musik Modern
9 Pramuka
10 PMR
11 Pidato
12 Melukis
13 Menjahit
14 Tatarias
15 Sepak Bola
16 Jaringan
17 Teater
18 Qiro’ah
19 Menari
20 Kaligrafi
21 Musik Rebana
Tabel 4.6
62
B. Analisis Data
Pada bab ini penulis akan memberikan analisis tentang data yang
sudah disampaikan. Untuk memudahkan analisis, maka akan disusun
sesuai dengan pokok masalah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
di SMP Walisongo Karangmalang Sragen ditemukan implementasi model
Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, diantara
adalah sebagai berikut:
1. Implementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Walisongo
Karangmalang Sragen
Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo
Karangmalang menggunakan model Quantum Learning. Sebelum
membahas lebih jauh tentang Quantum Learning, terlebih dahulu kita
harus mengetahui pengertian Quantum Learning. Quantum Learning
yaitu model pembelajaran yang membiasakan belajar menyenangkan.
Pengertian Quantum Learning menurut ibu Hidayah selaku guru
PAI di SMP Walisongo Karangmalang yaitu:
“ Menurut saya ya model Quantum Lerning ini adalah proses
pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.” ( Jum’at,
3 Agustus 2018)
Sama halnya dengan ibu Hidayah, bapak Daroni selaku kepala
sekolah berpendapat bahwa Quantum Learning yaitu :
“ Model Quantum Learning menurut pemahaman saya yaitu
proses belajar mengajar dengan cara membiasakan belajar yang
menyenangkan bagi anak didik. Jadi bukan hanya memberikan
63
pelajaran yang monoton tapi Quantum Learning ini punya
kelebihan sendiri yaitu anak-anak ketika mengikuti belajar ini
mereka merasa aman, nyaman, senang dengan pelajaran mapel
PAI.” ( Jum’at, 3 Agustus 2018)
Pemahaman tentang Quantum Learning menurut guru
pendidikan agama Islam dan kepala sekolah tersebut sudah benar,
bahwa Quantum Learning yaitu pembelajaran yang bersifat
menyenangkan bagi peserta didik.
Senada dengan pernyataan diatas, Jaidun dan Keysar (2014:
2) menjelaskan bahwa Quantum Learning merupakan salah satu
cara membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter. Melalui
Quantum Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang
lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas
dalam belajarnya.
Di SMP Walisongo Karangmalang dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam benar menggunakan Quantum Learning dan
sudah berjalan sekitar 2 tahun. Seperti yang dikatakan oleh ibu
Hidayah, yaitu:
“ Selama diadakannya K13 dari pemerintah itu kalau di SMP
sini baru sekitar 2 tahunan pembelajaran menggunakan
kurikulum K13 ini.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)
Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat bapak Daroni selaku
kepala sekolah, yaitu:
“Kalau model kegiatan belajar mengajar PAI yang ada di SMP
Walisongo Karangmalang ini kemaren saya sempet tanya pada
guru yang mengajar mapel tersebut yaitu menggunakan model
Quantum Learning. Mungkin nanti saya bisa klarifikasi lagi
64
apabila nanti ketemu dengan beliau. Tapi setau saya untuk
mapel PAI kemaren pernah menjalankan Quantum Learning
ketika mengadakan kegiatan belajar mengajar di kelas.” (Jum’at,
3 Agustus 2018)
Langkah-langkah yang digunakan guru pendidikan agama Islam
dalam menerapkan Quantum Learning yaitu dengan menggunakan
rancangan pembelajaran TANDUR, seperti yang dikatakan oleh ibu
Hidayah selaku guru pendidikan agama Islam yaitu:
“ Dalam menerapkan model Quantum Learning ini saya
menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR yaitu
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan
Rayakan). Dalam menerapankan model Quantum Learning ini
saya menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR yaitu
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan
Rayakan). Yang pertama yaitu pemberian motivasi (salam, sapa/
kehadiran peserta didik, dan menarik perhatian peserta didik),
Tumbuhkan minat belajar dengan memuaskan rasa penasaran
dan ingin tahu peserta didik dengan memberikan sebuah
gambaran tentang materi yang diajarkan. Alamai, pendidik
menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman umum yang
sering dialami peserta didik pada saat menyampaikan sebuah
materi. Namai, setelah peserta didik melalui pengalaman
belajar pada topik tertentu, guru ajak mereka untuk membuat
peta konsep dikertas, menamai apa saja yang telah mereka
peroleh. Untuk membantu penamaan dapat digunakan gambar,
video atau poster. Demonstrasikan, pendidik meminta peserta
didik untuk berdiskusi secara berkelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-6 siswa. Setelah selesai berdiskusi tiap kelompok
diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas sedangkan kelompok lainnya diberi kesempatan
untuk bertanya dan menanggapi. Ulangi, pendidik memberikan
klarifikasi, pengulangan dan post tes dapat memperkuat daya
ingatnya (post tes dengan mengutarakan pertanyaan secara
bergantian. Rayakan, peserta didik yang memiliki jawaban
yang benar diberi reward. ” (Jum’at, 3 Agustus 2018)
65
Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas guru melakukan
proses pembelajaran pendidikan agama Islam materi tentang
menghindari minuman keras, judi, dan pertengkaran dengan
menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR. Fase tumbuhkan
ini merupakan tahap menumbuhkan minat siswa terhadap
pembelajaran yang akan dilakukan. Pada tahap ini pertama-tama guru
mengatur pencahayaan di dalam ruangan, mengabsen siswa dan
menyajikan media yang berkaitan dengan minuman keras, judi dan
pertengkaran. Setelah semua terpasang sempurna guru menampilkan
cerita pendek atau video tentang minuman keras, judi dan
pertengkaran. Alami, pada fase ini guru menjelaskan materi tentang
jenis-jenis minuman keras yang dilarang Allah dan menunjukkan
contoh gambaran tentang minuman keras , judi, dan pertengkaran
yang telah terjadi di sekitar kita. Namai, setelah guru selesai
menjelaskan materi tersebut guru meminta siswa untuk membuat peta
konsep tentang dampak negatif mengonsumsi minuman keras, judi
dan pertengkaran, cara menghindari minuman keras, judi, dan
pertengkaran, dan menyajikan dalil naqli tentang menghindari
minuman keras, judi, dan pertengkaran. Demonstrasikan, pada fase
ini guru meminta siswa untuk berdiskusi secara berkelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4 siswa. Pada saat berdiskusi guru memutar
musik slow dengan volume lirih. Jenis musik yang digunakan berupa
musik instrumen supaya tidak mengganggu konsentrasi siswa. Setelah
66
selesai berdiskusi tiap kelompok diberi kesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan
kelompok lainnya diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi.
Ulangi, guru memberikan klarifikasi, pengulangan dan post tes agar
siswa dapat memperkuat daya ingatnya (post tes dengan
mengutarakan pertanyaan secara bergantian antara siswa satu dengan
siswa lainnya). Rayakan, peserta didik yang dapat menjawab
pertanyaan dari guru dengan benar diberi reward yaitu berupa tepuk
tangan.
Sama halnya dengan Muhammad Fathurrohman (2017: 181)
berpendapat bahwa Kerangka perencanaan pembelajaran kuantum
dikenal dengan singkatan “TANDUR”. TANDUR merupakan
singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
Meskipun model Quantum Learning ini sangat efektif, namun
penerapan model Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang ini belum terlaksana
secara optimal.
Seperti yang dikatakan ibu hidayah, yaitu sebagai berikut:
“Menurut saya belum optimal mbak.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)
Pendapat tersebut selaras dengan pendapat bapak Daroni, yaitu :
“ Kalau disini untuk model pembelajaran yang menggunakan
Quantum Learning ini ya belum begitu maksimal. Karena disini
itu kita boarding. (Jum’at, 3 Agustus 2018)
67
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model Quantum
Learning merupakan model pembelajaran yang bersifat
menyenangkan, sehingga model ini cocok untuk dijadikan metode
pembelajaran dalam pendidikan agama Islam di SMP Walisongo
Karangmalang Sragen. Langkah-langkah yang digunakan guru
pendidikan agama Islam dalam menerapkan model Quantum
Learning ini yaitu menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR.
TANDUR yaitu singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi:
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.
Model Quantum Learning ini digunakan dengan alasan karena
model ini dianggap sangat efektif untuk pembelajaran pendidikan
agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang Sragen. Meskipun
model Quantum Learning ini sangat efektif, namun penerapan model
Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di
SMP Walisongo Karangmalang ini belum terlaksana secara optimal
karena di sekolah tersebut menggunakan sistem Boarding School.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Implementasi
Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Sragen
Model Quantum Learning yang diterapkan oleh guru dapat
berhasil tidak lepas dari adanya faktor pendukung. Faktor-faktor
pendukung pelaksanaan Quantum Learning dalam pembelajaran
68
pendidikan agama Islam diantaranya dapat dilihat dari sarana atau
fasilitas.
Seperti yang dikatakan oleh ibu Hidayah, yaitu:
“Faktor pendukungnya yaitu adanya antusiasme siswa
untuk mengikuti proses belajar PAI, sarana dan prasarana
yang cukup memadai.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)
Sama halnya dengan pendapat kepala sekolah, yaitu sebagai
berikut:
“ Kalau di SMP Walisongo ini untuk fasilitas yang
digunakan sudah banyak sebenarnya. Ada LCD kemudian
ada sound sistem ada kalau di perpus itu juga ada TV juga
kalau ingin ke lap komputer itu disana juga sudah ada lap
komputer ada wifi juga sudah lengkap kalau ingin
menggunakan.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)
Hal tersebut selaras dengan pendapat Ahsanul selaku siswa
di SMP Walisongo Karangmalang yaitu sebagai berikut :
“ Sarana dan prasarana di sekolah sudah memadai dan
fasilitasnya sudah bagus.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)
Dan juga pendapat Zahwa selaku siswa di SMP Walisongo
Karangmalang yaitu:
“Menurut saya fasilitas di sekolah sudah lengkap dan bagus
bu.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor
pendukung implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang Sragen
yaitu fasilitas yang sudah memadai.
69
Selain fasilitas yang memadai, adanya semangat guru dan
antusiasme siswa juga dapat mendukung pelaksanaan Quantum
Learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
Seperti yang disampikan oleh bapak Daroni yaitu:
“Kalau faktor pendukungnya itu ya adanya motivasi dan
adanya semangat guru PAI yang tinggi untuk peserta
didik.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)
Hal tersebut selaras dengan pendapat ibu Hidayah selaku
guru PAI yaitu sebagai berikut :
“ Ya, saya akan terus berusaha untuk mengembangkan
model-model pembelajaran yang cocok untuk peserta didik
kadangkan di setiap kelas-kelas itu beda metode dari kelas
A, B itu pasti ada penyikapan metode. Biar tidak bosan
dikelas itu saya juga berusaha lebih meningkatkan lagi lagi
kualitas mengajar saya.” (Jum’at, 3 Agustus 2018)
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru harus
dapat menempatkan diri sebagai teladan, penasihat, pembimbing
dan motivator bagi anak didiknya. Guru yang profesional menjadi
harapan kita semua, peserta didik perlu dididik dan dibina oleh
guru-guru yang profesional sehingga kualitas atau mutu yang
dihasilkan akan lebih maksimal.
Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam
dengan menerapkan model Quantum Learning di SMP Walisongo
Karangmalang Sragen tentu tidak terlepas dari kendala atau
hambatan. Kendala yang dihadapi dalam implementasi Quantum
70
Learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP
Walisongo Karangmalang Sragen yaitu dari segi waktu.
Seperti yang dikatakan oleh ibu Hidayah, yaitu:
“Sedangkan kelemahannya yaitu kurangnya alokasi waktu
dan juga guru dituntut untuk lebih kreatif lagi dalam
mengembangkan model-model pembelajarannya.” (Jum’at,
3 Agustus2018)
Bapak Daroni selakukepala sekolah juga berpendapat :
“setiap metode yang kita terapkan itu ya pasti punya
kelebihan pasti punya kekurangannya. Kalau model ini ya
membutuhkan waktu untuk proses pembelajaran yang
cukup banyak.” (Jum’at, 3 Agustus2018)
Hal tersebut selaras dengan pendapat Ahsanul selaku siswa
di SMP Walisongo Karangmalang yaitu sebagai berikut :
“ Kelemahannya yaitu saat pelajaran jamnya kurang lama.”
(Jum’at, 3 Agustus2018)
Dan juga pendapat Zahwa selaku siswa di SMP Walisongo
Karangmalang yaitu:
“Kelemahannya yaitu jam pelajarannya kurang lama.”
(Jum’at, 3 Agustus2018)
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang menjadi
penghambat implementasi pembelajaran Quantum Learning
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo
Karangmalang Sragen yaitu kurangnya alokasi waktu saat proses
pembelajaran.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo
Karangmalang menggunakan model Quantum Learning. Quantum
Learning merupakan model pembelajaran yang membiasakan belajar
menyenangkan. Langkah-langkah yang digunakan guru pendidikan
agama Islam dalam menerapkan Quantum Learning yaitu dengan
menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR. TANDUR
merupakan singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
Tumbuhkan, Pada tahap ini pertama-tama guru mengatur
pencahayaan di dalam ruangan, mengabsen siswa dan menyajikan
media yang berkaitan dengan minuman keras, judi dan pertengkaran.
Setelah semua terpasang sempurna guru menampilkan cerita pendek
atau video tentang minuman keras, judi dan pertengkaran. Alamai,
pada fase ini guru menjelaskan materi tentang jenis-jenis minuman
keras yang dilarang Allah dan menunjukkan contoh gambaran tentang
minuman keras , judi, dan pertengkaran yang telah terjadi di sekitar
kita. Namai, setelah guru selesai menjelaskan materi tersebut guru
meminta siswa untuk membuat peta konsep tentang dampak negatif
72
mengonsumsi minuman keras, judi dan pertengkaran, cara
menghindari minuman keras, judi, dan pertengkaran, dan menyajikan
dalil naqli tentang menghindari minuman keras, judi, dan
pertengkaran. Demonstrasikan, pada fase ini guru meminta siswa
untuk berdiskusi secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4
siswa. Pada saat berdiskusi guru memutar musik slow dengan volume
lirih. Jenis musik yang digunakan berupa musik instrumen supaya
tidak mengganggu konsentrasi siswa. Setelah selesai berdiskusi tiap
kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya
di depan kelas sedangkan kelompok lainnya diberi kesempatan untuk
bertanya dan menanggapi. Ulangi, guru memberikan klarifikasi,
pengulangan dan post tes agar siswa dapat memperkuat daya ingatnya
(post tes dengan mengutarakan pertanyaan secara bergantian antara
siswa satu dengan siswa lainnya). Rayakan, peserta didik yang
memiliki jawaban yang benar diberi reward.
Alasan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo
Karangmalang menggunakan metode Quantum Learning yaitu karena
dianggap metode Quantum Learning ini sangat efektif bagi siswa.
2. Faktor pendukung implementasi Quantum Learning dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo
Karangmalang yaitu fasilitas yang sudah memadai, adanya semangat
guru dalam mengajar dan siswa memiliki antusias yang tinggi untuk
mengikuti proses pembelajaran tersebut. Sedangkan faktor
73
penghambat implementasi pembelajaran Quantum Learning dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu kurangnya alokasi waktu.
B. Saran
1. Bagi siswa
Untuk para siswa diharapkan terus bersemangat dalam mencari ilmu.
Dan dengan adanya model pembelajaran menggunakan Quantum
Learning ini diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam
siswa.
2. Bagi guru
Bagi guru mata pelajaran pendidikan agama Islam, model Quantum
Learning ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, guru harus menguasai model pembelajaran
lainnya yang lebih bervariasi sehingga siswa tidak bosan.
3. Bagi peneliti yang akan datang
Hasil penelitian ini adalah sebagai evaluasi model Quantum Learning
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo
Karangmalang. Jadi peneliti memberikan kesempatan kepada peneliti
lain untuk lebih mengembangkan penelitian tersebut atau melakukan
penelitian di tempat lain dan hasilnya dapat menjadi pembanding
dalam mengukur keefektifan pelaksanaan Quantum Learning di
sekolah.
74
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abd. Rahman. 2001. Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam.
Yogyakarta: UII Press.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor.
Jakarta: Bumi Aksara.
DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. 2016. Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Fathurrohman, Muhammad. 2017. Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Fanany, El. 2013. Guru Sejati Guru Idola. Yogyakarta: Aska.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ihsan, Fuad. 2013. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Isnaini, Muhammad dkk. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Quantum
Teaching dengan Langkah-Langkah TANDUR terhadap Keterampilan
Proses Belajar Siswa Materi SEL Kelas XI di SMA Muhammadiyah 1
Palembang. Jurnal Bioilmi, Volume 2, Nomor 1.
Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
75
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhadjir, Noeng. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Reka
Sasarin.
Putra, Nusa. 2013. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprayoga, Imam. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sutikno, Sobry. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna.
Mataram: NTP Press.
Turnip, Jaidun dan Keysar Panjaitan. 2014. Penerapan Model Quantum
Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Autocad Teknik Gambar
Bangunan. Jurnal Teknologoi Pendidikan, Volume 7, Nomor 2.
Usman, Husaini. 2008. Metodhologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Widyaningsih, Sri Wahyu dan Irfan Yusuf. 2015. Penerapan Quantum Learning
Berbasis Alat Peraga Sederhana untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik. Jurnal Panrita, Volume 10, Nomor 3.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Merlina Fitria Muthoharoh
Tempat Tanggal Lahir : Karanganyar, 09 Oktober 1995
Jenis Kelmin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kopa’an RT 03/RW 09, Kemiri ,Kebakkramat,
Karanganyar.
Nama Orang Tua
Ayah : Mujiyono
Ibu : Muryani
Riwayat Pendidikan
TK Aisyiah Kebak : Lulus Tahun 2002
SD Negeri 03 Kemiri : Lulus Tahun 2008
SMP Walisongo : Lulus Tahun 2011
SMA Negeri Kebakkramat : Lulus Tahun 2014
IAIN Salatiga : -
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Merlina Fitria Muthoharoh
NIM : 111-14-255
Jurusan : Tarbiyah
Prodi : Pendidikan Agama Islam
NO Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan Jabatan Nilai
1 OPAK STAIN Salatiga 2014 18-19 Agustus 2014 Peserta 3
2 OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN
Salatiga 2014 20-21 Agustus 2014 Peserta 3
3 Orientasi Dasar Keislaman (ODK) 21 Agustus 2014 Peserta 2
4 Workshop Entrepreneurship 22 Agustus 2014 Peserta 2
5 Achievement Motivation Training
(AMT) 23 Agustus 2014 Peserta 2
6 Library User Education (Pendidikan
Perpustakaan) 28 Agustus 2014 Peserta 2
7 Masa Ta’aruf (MASTA) 2014 26 September 2014 Peserta 2
8 Seminar Nasional Bahasa Arab
ITTAQO 4 November 2014 Peserta 8
9 Dalam Kegiatan Diklat
Microteaching 8 November 2014 Peserta 2
10 Seminar Nasional dengan tema
“Perbaikan Mutu Pendidikan
Melalui Profesionalitas Pendidikan”
13 November 2014 Peserta 8
11 Seminar Nasional dengan tema
“Budaya Sebagai Attitude
Pendidikan”
31 Mei 2016 Peserta 8
12 Seminar Internasional dengan tema
“Petani Untuk Negeri” 24 September 2016 Peserta 10
13 Seminar Nasional dengan tema
“Dimanakah Kiblat Pendidikan Kita
?”
9 November 2016 Peserta 8
14 Seminar Nasional dengan tema
“Strategi Marketing Kunci
Wirausaha”
13 November 2016 Peserta 8
15 Praktikum Mata Kuliah
Kewirausahaan 14 Desember 2016 Peserta 3
16 Penyerapan Aspirasi Masyarakat 29 Juli 2017 Peserta 4
17 Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Peserta 4
18 Seminar Nasional dengan tema
“Mewujudkan Indonesia Kita,
Bukan Indonesia Kami:
Meningkatkan Stabilitas Ekonomi
di Tengah Gejolak Politik
Indonesia.
2 Mei 2018 Peserta 8
19 Seminar Nasional dengan tema
“Prospek dan Tantangan Mahasiswa
Sejarah di Era Milenial”
2 Mei 2018 Peserta 8
20 Seminar Nasional dengan tema
“Meningkatkan Skill dan Jiwa
Entrepreneurship dalam
Menghadapi Ekonomi Global”
5 Mei 2018 Peserta 8
21 Seminar Nasional dengan tema
“Encouraging The Millennial
Generation having Character
Education”
5 Mei 2018 Peserta 2
22 Seminar Nasional dengan tema
“Tantangan Lembaga Dakwah
Kampus dalam Mencetak Generasi
7 Mei 2018 Peserta 8
Mahasiswa Muslim yang Moderat
dan Cinta NKRI di Perguruan
Tinggi”
23 Talkshow Nasional dengan tema 9 Mei 2018 Peserta 8
LEMBAR OBSERVASI
IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN PAI
Nama Sekolah : SMP Walisongo Karangmalang
Nama Guru : Munirotul Hidayah, S.Pd.I
Hari/Tanggal : Jum,at, 03 Agustus 2018
Tujuan :
1. Merekam data pelaksanaan impementasi Quantum Learning dalam
pembelajaran PAI
Petunjuk:
1. Observer harus berada pada posisi yang tidak mengganggu pembelajaran
tetapi tetap dapat memantau setiap pelaksanaan implementasi Quantum
Learning dalam pembelajaran PAI.
2. Observer memberikan penilaian dengan memberikan tanda centang pada
kolom yang dianggap mewakili penilaian (Ya/Tidak).
NO Implementasi Quantum Learning Ya Tidak
A. Persiapan
1. Guru membuat RPP √
2. Guru menggunakan media √
3. Guru memilih media dengan tepat √
B. Lingkungan
1. Positif √
2. Aman/mendukung √
3. Santai √
4. Menggembirakan √
5.
Memacu siswa untuk melakukan pembelajaran melalui
penjelajahan
√
C. Fisik
1. Siswa mampu bergerak dan berpikir aktif √
2. Siswa mampu menciptakan terobosan baru saat pembelajaran √
3.
Siswa menunjukkan ketertarikan dan peningkatan
pemahaman saat itu
√
4. Adanya partisipasi dari peserta didik √
5. Adanya penyampaian materi secara bertahap √
D. Suasana
1.
Rung kelas nyaman bagi siswa (penataan tempat duduk,
sirkulasi udara, warna cat tembok, dll)
√
2. Ruang kelas memiliki pencahayaan yang cukup √
3.
Penataan sarana dan prasarana di dalam kelas terlihat enak
dipandang (penempatan poster, almari, papan tulis, dll)
√
E. Sumber-Sumber
1. Adanya interaksi dengan baik antara guru dengan siswa √
2. Guru mampu menjadi inspirasi bagi siswa √
3. Guru kreatif dalam menyampaikan materi √
4.
Guru mampu memacu siswa untuk aktif dan kreatif dalam
pembelajaran
√
5.
Guru menguasai cara penyampaian materi pada siswa
menggunakan Quantum Learning
√
6. Guru menggunakan metode yang tepat √
F. Penilaian
1. Ranah Penilaian
a. Kognitif √
b. Afektif (sikap peserta didik dalam pembelajaran) √
c. Psikomotorik (keterampilan yang didapat oleh peserta
didik)
√
2. Bentuk penilaian
a. Tes √
b. Non tes √
3. Waktu penilaian
a. Saat proses pembelajaran √
b. Setelah proses pembelajaran √
c. Akhir semester √
PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi Kepala Sekolah di SMP Walisongo
Sragen ?
2. Apakah Bapak/Ibu tahu metode apa yang digunakan dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
3. Bagaimana pemahaman Bapak/Ibu mengenai model Quantum Learning
khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
4. Apakah fasilitas yang ada di sekolah Bapak/Ibu sudah cukup memadai
untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar ?
5. Media apa yang sering digunakan oleh guru pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
6. Apakah menurut Bapak/Ibu, dengan menggunakan model pembelajaran
Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama
Islam siswa ?
7. Apakah menurut Bapak/Ibu penerapan model Quantum Learning dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini sudah terlaksana secara optimal
?
8. Bagaimana penerapan RPP untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMP Walisongo Sragen ?
9. Bagaimana Bapak/Ibu membimbing guru dalam menentukan bahan
pelajaran yang dapat meningkatkan potensi siswa di SMP Walisongo
Sragen ?
10. Menurut Bapak/Ibu, apa saja kelebihan dan kekurangan model Quantum
Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
11. Adakah faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model
Quantum Learning ?
12. Bagaimana upaya dari pihak sekolah untuk selalu meningkatkan
ketercapaian penerapan model Quantum Learning pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ?
PEDOMAN WAWANCARA GURU PAI
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi guru Pendidikan Agama Islam di
SMP Walisongo Sragen ?
2. Sejak kapan Bapak/Ibu menerapkan model Quantum Learning ?
3. Bagaimana pemahaman Bapak/Ibu mengenai model Quantum Learning
khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
4. Mengapa menggunakan model Quantum Learning dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
5. Apakah model pembelajaran Quantum Learning efektif bagi siswa ?
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu menilai keefektifan penerapan model Quantum
Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
7. Fasilitas apa saja yang Bapak/Ibu butuhkan untuk menerapkan model
Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
8. Media apa yang sering digunakan oleh Bapak/Ibu pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
9. Bagaimana langkah-langkah atau adakah langkah-langkah khusus yang
Bapak/Ibu lakukan ketika menerapkan model Quantum Learning dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
10. Bagaimana penerapan RPP untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam
melalui model Quantum Learning di SMP Walisongo Sragen ?
11. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberikan motivasi pada siswa agar lebih
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam ?
12. Bagaimana keadaan peserta didik ketika mengikuti proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ?
13. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengkondisikan kelas ?
14. Bagaimana hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan model
Quantum Learning ?
15. Apa saja kelebihan dan kekurangan model Quantum Learning dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
16. Apakah penerapan model Quantum Learning dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ini sudah terlaksana secara optimal ?
17. Adakah faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model
Quantum Learning ?
18. Bagaimana upaya dari Bapak/Ibu untuk selalu meningkatkan ketercapaian
penerapan model Quantum Learning pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam ?
PEDOMAN WAWANCARA PESERTA DIDIK
1. Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah memadai ?
2. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam guru
sering menggunakan media ?
3. Media apa yang sering digunakan oleh guru pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
4. Bagaimana tanggapan anda tentang proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan model Quantum Learning ?
5. Menurut anda, apakah ada kelebihan dan kekurangan model Quantum
Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
6. Bagaimana hasil pembelajaran anda setelah dilaksanakan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan model Quantum Learning ?
DATA HASIL WAWANCARA
1. Wawancra dengan Kepala sekolah
Nama : Daroni, S.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari/Tanggal : Jum’at, 3 Agustus 2018
Pukul : 08.00 WIB
Tempat : Kantor Kepala SMP Walisongo Karangmalang
Peneliti Sudah berapa lama Bapak menjadi Kepala Sekolah di SMP
Walisongo Karangmalang Sragen ?
Kepala sekolah Mulai tahun 2014 saya diamanahi oleh ketua yayasan pondok
pesantren Walisongo Sragen untuk menjadi Kepa Sekolah di
SMP Walisongo Karangmalang ini.
Peneliti Apakah Bapak tahu metode apa yang digunakan dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
Kepala sekolah Kalau metode kegiatan belajar mengajar PAI yang ada di
SMP Walisongo Karangmalang ini kemaren saya sempet
tanya pada guru yang mengajar mapel tersebut yaitu
menggunakan model Quantum Learning. Mungkin nanti saya
bisa klarifikasi lagi apabila nanti ketemu dengan beliau. Tapi
setau saya untuk mapel PAI kemaren pernah menjalankan
Quantum Learning ketika mengadakan kegiatan belajar
mengajar di kelas.
Peneliti Bagaimana pemahaman Bapak mengenai model Quantum
Learning khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ?
Kepala sekolah Model Quantum Learning menurut pemahaman saya yaitu
proses belajar mengajar dengan cara membiasakan belajar
yang menyenangkan bagi anak didik. Jadi bukan hanya
memberikan pelajaran yang monoton tapi Quantum Learning
ini punya kelebihan sendiri yaitu anak-anak ketika mengikuti
belajar ini mereka merasa aman, nyaman, senang dengan
pelajaran mapel PAI.
Peneliti Apakah fasilitas yang ada di sekolah Bapak sudah cukup
memadai untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar
mengajar ?
Kepala sekolah Kalau fasilitas di sekolah ini, ini kan berkaitan dengan sarpras
sarana prasarana yang ada di sekolah ini untuk menunjang
kegiatan belajar ini sebenarnya juga sudah mencukupi karena
disini juga ada banyak fasilitas yang bisa digunakan dan bisa
dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar PAI
khususnya.
Peneliti Media apa yang sering digunakan oleh guru pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ?
Kepala sekolah Kalau di SMP Walisongo ini untuk fasilitas yang digunakan
sudah banyak sebenarnya. Ada LCD kemudian ada sound
sistem ada kalau di perpus itu juga ada TV juga kalau ingin ke
lap komputer itu disana juga sudah ada lap komputer ada wifi
juga sudah lengkap kalau ingin menggunakan. Saya kira itu
juga tergantung pada guru pengampu mapel masing-masing
dan kebetulan untuk PAI ini juga cukup aktif untuk
menggunakan sarana dan prasarana yang ada di SMP ini.
Misalnya, masuk ke kelas membawa LCD jadi kegiatan
belajar mengajarnya bukan hanya menulis di papan tulis tapi
mungkin bisa ditontonkan film atau video yang lain yang
berkaitan dengan mata pelajaran PAI
Peneliti Apakah menurut Bapak, dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum Learning dapat meningkatkan hasil
belajar Pendidikan Agama Islam siswa ?
Kepala sekolah Ya menurut saya ya pasti karena metode ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa bukan hanya membuat siswa
senang ketika di kelas tapi juga bisa meningkatkan hasil
belajar. Tahun kemarin saja untuk mapel PAI khususnya
KKM kita kan 75 di SMP Walisongo. Ya alhamdulillah
semuanya tuntas. Berdasarkan rata-rata siswa SMP baik kelas
VII, VIII, IX sudah mencapai 80 untuk nilainya. Apakah itu
kebetulan karena anak-anak itu di pesantren atau bagaimana
yang pasti adalah untuk mapel PAI ini alhamdulillah sangat
baik untuk penilaiannya.
Peneliti Apakah menurut Bapak penerapan model Quantum Learning
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini sudah
terlaksana secara optimal ?
Kepala sekolah Kalau disini untuk model pembelajaran yang menggunakan
Quantum Learning ini ya belum begitu maksimal. Karena
disini itu kita boarding, boarding itu maksudnya ya di asrama
kemudian anak disekolah apalagi sarana dan prasarana yang
disini meskipun sudah memadai tapi banyak sekali yang
membutuhkan.
Peneliti Bagaimana penerapan RPP untuk pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang ?
Kepala sekolah Kalau RPP disini sudah berjalan baik, Alhamdulillah. Jadi
semua guru sebelum masuk kelas atau sebelum masuk sekolah
itu memang wajib untuk menyiapkan perangkat khususnya
RPP. Karena menurut saya, menurut kami yang ada disini
khususnya kemaren saya berdiskusi dengan pihak kurikulum,
ketika seorang guru masuk ke kelas tanpa ada rencana apa
yang akan disampaikan itu tentunya pasti ya di kelasnya akan
bingung. Maka disini setiap awal tahun sebelum kegiatan
belajar mengajar dimulai pasti bapak ibu guru disuruh
membuat seperangkat alat untuk pembelajaran di kelas.
Peneliti Bagaimana Bapak membimbing guru dalam menentukan
bahan pelajaran yang dapat meningkatkan potensi siswa di
SMP Walisongo Karangmalang ?
Kepala sekolah Kalau untuk meningkatkan potensi ya dengan cara memberi
dorongan kepada guru agar guru tidak sekedar ceramah di
kelas tapi juga harus menjadi inspirator bagi peserta didik
ketika dikelas tersebut. Jadi biar kelas tersebut serasa hidup
bukan hanya guru saja yang memberikan ceramah, tapi anak
juga harus dibuat seaktif mungkin biar di kelas itu kegiatan
belajar mengajarnya serasa menyenangkan seperti model
pembelajaran yang digunakan yaitu Quantum Learning.
Peneliti Menurut Bapak, apa saja kelebihan dan kekurangan model
Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ?
Kepala sekolah Kalau kelebihannya sebenarnya banyak untuk model ini tapi
mungkin salah satu dari kelebihan ini ya mungkin siswa
belajar lebih nyaman, menyenangkan, termotivasi dan dengan
metode ini juga dapat mendorong siswa untuk aktif dalam
proses pembelajaran. Kalau kekurangannya setiap metode
yang kita terapkan itu ya pasti punya kelebihan pasti punya
kekurangannya. Kalau model ini ya membutuhkan waktu
untuk proses pembelajaran yang cukup banyak.
Peneliti Adakah faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
menggunakan model Quantum Learning ?
Kepala sekolah Kalau faktor pendukungnya itu ya adanya motivasi dan
adanya semangat guru PAI yang tinggi untuk peserta didik.
Kalau faktor penghambatnya yaitu ya terkadang masih ada
siswa yang belum paham dengan materi yang disampaikan.
Karena disini memang tidak bisa dipisahkan mapel PAI yang
ada disini itu kebetulan kan sudah didukung oleh mapel
agama yang ada di pesantren sehingga guru yang mengampu
mapel PAI di sekolah ini ya cukup terbantu dengan adanya
anak-anak yang notabennya semua wajib di asrama ini.
Sehingga untuk menentukan siswa paham atau tidak paham
ini sebenarnya kalau disini itu mudah tidak sulit. Anak-anak
disini cepat paham karena memang awalnya sudah diawali
dari pondok dan dipondok tersebut juga mengutamakan
pendidikan keagamaan. Sehingga apabila ada anak yang tidak
paham terkait dengan materi pendidikan agama khususnya
yang ada disekolah ini ya mungkin bagi anak yang mungkin
kemampuannya dibawah rata-rata.
Peneliti Bagaimana upaya dari pihak sekolah untuk selalu
meningkatkan ketercapaian penerapan metode Quantum
Learning pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
Kepala sekolah Kalau untuk meningkatkan ketercapaian ini ya tentunya
sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini harus dilengkapi
ya harus tercukupi semuanya dari apa yang sudah saya
jelaskan di depan tadi juga harus dicukupi. Ya kita selalu
berusaha meskipun kita sekolah ini masih taraf berkembang
tapi kita juga terus berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan
sarana dan prasarana untuk kegiatan belajar mengajar ini.
Selain itu ya terkait dengan guru ya mungkin kita ikutkan di
kegiatan MGMP, kemudian Workshop kemudian sekolah juga
mengadakan In House Training (IHT) ya kita ini sudah
rutinan ketika awal tahun itu juga ada IHT untuk pelatihan
guru untuk meningkatkan kemampuan mengajar. Kemudian
ketika ada workshop dari dinas. Misalnya ada workshop k13
dan sebagainya ya kita tetap ikutkan agar cara mengajar guru
terus berkembang tidak monoton.
2. Wawancra dengan Guru PAI
Nama : Munirotul Hidayah, S.Pd. I
Jabatan : Guru PAI
Hari/Tanggal : Jum’at, 3 Agustus 2018
Pukul : 11.00 WIB
Tempat : Kantor Kepala SMP Walisongo Karangmalang
Peneliti Sudah berapa lama Ibu menjadi guru Pendidikan Agama
Islam di SMP Walisongo Sragen ?
Guru PAI Sejak tahun berapa ya ? kira-kira itu sekitar 5 tahunan saya
disini mengajar PAI.
Peneliti Sejak kapan Ibu menerapkan model Quantum Learning ?
Guru PAI Selama diadakannya K13 dari pemerintah itu kalau di SMP
sini baru sekitar 2 tahunan pembelajaran menggunakan
kurikulum K13 ini
Peneliti Bagaimana pemahaman Ibu mengenai model Quantum
Learning khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ?
Guru PAI Menurut saya ya model Quantum Lerning ini adalah proses
pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.
Peneliti Mengapa menggunakan model Quantum Learning dalam
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
Guru PAI Karena ya menurut saya model Quantum Learning ini sangat
efektif bagi siswa
Peneliti Apakah model pembelajaran Quantum Learning efektif bagi
siswa ?
Guru PAI Ya, sangat efektif
Peneliti Bagaimana cara Ibu menilai keefektifan penerapan model
Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ?
Guru PAI Ya disaat mengajar saya menilai dengan cara mengamati
proses pembelajarannya dan juga mengamati hasil belajar
siswa tersebut.
Peneliti Fasilitas apa saja yang Ibu butuhkan untuk menerapkan model
Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ?
Guru PAI Tentunya saya membutuhkan ruang kelas yang nyaman dan
juga media pembelajaaran untuk menerapkan metode tersebut.
Peneliti Media apa yang sering digunakan oleh Ibu pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ?
Guru PAI Yang sering saya bawa itu ya LCD pastinya terus laptop,
paparan power point, papan tulis, ya paket, dan juga alat
peraga yang dibutuhkan pada bab-bab yang tertera.
Peneliti Bagaimana langkah-langkah atau adakah langkah-langkah
khusus yang Ibu lakukan ketika menerapkan model Quantum
Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
Guru PAI Dalam menerapankan model Quantum Learning ini saya
menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR yaitu
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan
Rayakan).
Yang pertama yaitu pemberian motivasi (salam, sapa/
kehadiran peserta didik, dan menarik perhatian peserta didik),
Tumbuhkan minat belajar dengan memuaskan rasa
penasaran dan ingin tahu peserta didik dengan memberikan
sebuah gambaran tentang materi yang diajarkan.
Alamai, pendidik menjelaskan materi dan menciptakan
pengalaman umum yang sering dialami peserta didik pada
saat menyampaikan sebuah materi.
Namai, setelah peserta didik melalui pengalaman belajar pada
topik tertentu, guru ajak mereka untuk membuat peta konsep
dikertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh. Untuk
membantu penamaan dapat digunakan gambar, video atau
poster.
Demonstrasikan, pendidik meminta peserta didik untuk
berdiskusi secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-
6 siswa. Setelah selesai berdiskusi tiap kelompok diberi
kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas sedangkan kelompok lainnya diberi kesempatan
untuk bertanya dan menanggapi.
Ulangi, pendidik memberikan klarifikasi, pengulangan dan
post tes dapat memperkuat daya ingatnya (post tes dengan
mengutarakan pertanyaan secara bergantian.
Rayakan, peserta didik yang memiliki jawaban yang benar
diberi reward.
Peneliti Bagaimana penerapan RPP untuk pembelajaran Pendidikan
Agama Islam melalui model Quantum Learning di SMP
Walisongo Sragen ?
Guru PAI Dalam pemnbelajaran PAI saya selalu menggunakan RPP.
Jadi sebelum pembelajaran saya membuat RPP terlebih
dahulu agar saat proses pembelajaran bisa berjalan dengan
lancar.
Peneliti Bagaimana cara Ibu memberikan motivasi pada siswa agar
lebih meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam ?
Guru PAI Ya, saya akan terus berusaha untuk mengembangkan model-
model pembelajaran yang cocok untuk peserta didik
kadangkan di setiap kelas-kelas itu beda metode dari kelas A,
B itu pasti ada penyikapan metode. Biar tidak bosan dikelas
itu saya juga berusaha lebih meningkatkan lagi lagi kualitas
mengajar saya.
Peneliti Bagaimana keadaan peserta didik ketika mengikuti proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
Guru PAI Suasana di kelas tergolong kondusif ketika proses belajar
mengajar berlangsung karena tiap kelas berjumlah 30 orang
sesuai dengan sistem kurikulum baru yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.
Peneliti Bagaimana cara Ibu mengkondisikan kelas ?
Guru PAI Dengan cara memberikan hukuman yang bersifat positif bagi
siswa yang tidak memperhatikan pelajaran.
Peneliti Bagaimana hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan model Quantum Learning ?
Guru PAI Dengan menggunakan metode ini peserta didik lebih paham
terhadap materi karena terlibat langsung secara aktif dalam
proses belajar mengajar dan nilai peserta didik pun semakin
membaik.
Penilaian Apa saja kelebihan dan kekurangan model Quantum Learning
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
Guru PAI Kelebihannya yaitu siswa akan lebih memahami materi
tentunya, proses pembelajarannya juga nyaman dan
menyenangkan, selain itu semua siswa berperan aktif pada
saat pembelajaran. Sedangkan kelemahannya yaitu kurangnya
alokasi waktu dan juga guru dituntut untuk lebih kreatif lagi
dalam mengembangkan model-model pembelajarannya.
Penilaian Apakah penerapan model Quantum Learning dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini sudah terlaksana
secara optimal ?
Guru PAI Menurut saya belum optimal mbak.
Peneliti Adakah faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
menggunakan model Quantum Learning ?
Guru PAI Faktor pendukungnya yaitu adanya antusiasme siswa untuk
mengikuti proses belajar PAI, sarana dan prasarana yang
cukup memadai. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu guru
dituntut untuk kreatif tadi agar kegiatan belajar mengajar lebih
menyenangkan.
Peneliti Bagaimana upaya dari Ibu untuk selalu meningkatkan
ketercapaian penerapan model Quantum Learning pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
Guru PAI Ya pastinya kan dalam suatu pembelajaran ada efaluasi, jadi
saya akan melakukan tindak lanjut melalui evaluasi tersebut.
3. Wawancra dengan Siswa I
Nama : Ahsanul Kholiqin
Jabatan : Siswa
Hari/Tanggal : Jum’at, 3 Agustus 2018
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Kelas
Peneliti Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah
memadai ?
Siswa I Sudah memadai dan fasilitasnya sudah bagus
Peneliti Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam guru sering menggunakan media ?
Siswa I ya, pembelajaran
Peneliti Media apa yang sering digunakan oleh guru pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ?
Siswa I Biasanya menggunakan poster, LCD, laptop, video
Peneliti Bagaimana tanggapan anda tentang proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan model Quantum Learning
?
Siswa I Menurut saya pembelajarannya sangat menarik dan mudah
untuk dipahami karena menggunakan media yang jelas.
Peneliti Menurut anda, apakah ada kelebihan dan kekurangan model
Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ?
Siswa I Kelebihannya saya lebih paham dan senang, selain itu kita
juga dapat motifasi dari guru. Kelemahannya yaitu saat
pelajaran jamnya kurang lama.
Peneliti Bagaimana hasil pembelajaran anda setelah dilaksanakan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan model
Quantum Learning ?
Siswa I Nilai harian dan ulangan saya semakin bagus
4. Wawancra dengan Siswa II
Nama : Zahwa Nurul Alfiah
Jabatan : Siswa
Hari/Tanggal : Jum’at, 3 Agustus 2018
Pukul : 10.15 WIB
Tempat : Ruang Kelas
Peneliti Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah
memadai ?
Siswa II Menurut saya sudah lengkap dan bagus bu
Peneliti Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam guru sering menggunakan media ?
Siswa II Iya, guru sering menggunakan media saat pelajaran PAI
Peneliti Media apa yang sering digunakan oleh guru pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ?
Siswa II Biasanya menggunakan laptop, LCD, video dan sound
sistem
Peneliti Bagaimana tanggapan anda tentang proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan model Quantum Learning
?
Siswa II Sangat menarik dan menyenangkan bu
Peneliti Menurut anda, apakah ada kelebihan dan kekurangan model
Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ?
Siswa II Kelebihannya yaitu saya lebih mudah untuk memahami
materi dan nilai saya juga bagus. Kelemahannya yaitu jam
pelajarannya kurang lama.
Peneliti Bagaimana hasil pembelajaran anda setelah dilaksanakan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan model
Quantum Learning ?
Siswa II Alhamdulillah ada peningkatan dan nilainya bagus bu
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP Walisongo Karangmalang Sragen
Kelas/Semester : VIII/ 1
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Materi Pokok : Menghindari Minuman Keras, Judi, dan Pertengkaran
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. Kompetensi Inti
KI-1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI-3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan proseduran)
Berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya tetkait fenomena dan kejadian tampak
mata
KI-4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
B. Kompetensi Dasar
1.5 Meyakini bahwa minuman keras, judi, dan pertengkaran adalah
dilarang oleh Allah SWT
2.5 Menghayati perilaku menghindari minuman keras, judi, dan
pertengkarandalam kehidupan sehari-hari
3.5 Memahami bahaya mengonsumsi minuman keras, judi, dan
pertengkaran
4.5 Menyajikan dampak bahaya mengomsumsi minuman keras, judi,
dan pertengkaran
C. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
1. Mengidentifikasi jenis-jenis minuman keras yang dilarang Allah SWT
dengan benar.
2. Mengidentifikasi contoh judi dengan benar.
3. Mengidentifikasi contoh-contoh pertengkaran, menyajikan dalil naqli
tentang menghindari minuman keras, judi, dan pertengkaran.
4. Menunjukkan contoh cara menghindari minuman keras, judi,
pertengkaran, serta berperilaku menghindari minuman keras, judi, dan
pertengkaran.
D. Metode Pembelajaran
Quantum Learning
E. Sumber Belajar
1. Al-Qur’an dan terjemahnya Depag RI
2. Buku teks PAI kelas VIII
3. Buku-buku Penunjang PAI kelas VIII
4. CD/ Video pembelajaran Interaktif
F. Media Pembelajaran
LCD, Laptop, Power Point, Papan Tulis, Sound Sistem
G. Kegiatan Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran ini pendidik menggunakan metode Quantum
Learning yang berdasar pada asas utama “bawalah dunia mereka ke dalam
dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Langkah-langkah
pembelajaran mengacu pada teknik TANDUR yang terinci di bawah ini:
1. Pendahuluan
a. Pemberian motivasi (salam, sapa/ kehadiran peserta didik, dan
menarik perhatian peserta didik), Tumbuhkan minat belajar dengan
memuaskan rasa penasaran dan ingin tahu peserta didik dengan
memberikan sebuah gambaran tentang jenis minuman keras, contoh
judi, dan pertengkaran.
b. Persepsi (menanyakan hubungan dengan mata pelajaran)
c. Acuan (menjelaskan indikator yang hendak dicapai)
2. Kegiatan Inti
a. Alamai, pendidik menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman
umum yang sering dialami peserta didik pada saat menyampaikan
sebuah materi.
b. Namai, setelah peserta didik melalui pengalaman belajar pada topik
tertentu, ajak mereka untuk membuat peta konsep dikertas, menamai
apa saja yang telah mereka peroleh. Untuk membantu penamaan dapat
digunakan gambar, video atau poster.
c. Demonstrasikan, pendidik meminta peserta didik untuk berdiskusi
secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa. Setelah
selesai berdiskusi tiap kelompok diberi kesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan
kelompok lainnya diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi.
3. Penutup
a. Ulangi, pendidik memberikan klarifikasi, pengulangan dan post tes
dapat memperkuat daya ingatnya (post tes dengan mengutarakan
pertanyaan secara bergantian.
Lampiran 1 : Instrumen Penilaian Sikap Spiritual
NO Nama Peserta Didik
Indikator :
Berdo’a sebelum dan sesudah
kegiatan pembelajaran (1-4)
Petunjuk penyekoran:
Skor 4 = Baik sekali; selalu berdo’a dengan sungguh-sungguh
Skor 3 = Baik; sering berdo’a dengan sungguh-sungguh
Skor 2 = Cukup; kadang-kadang berdo’a dengan sungguh-sungguh
Skor 1 = Kurang; berdo’a dengan tidak sungguh-sungguh
Lampiran 2 : Instrumen Penilaian Sikap Sosial
No Peserta
Didik
Indikator
Jml.
Skor
Menghargai setiap
orang yang ada di kelas
Menjaga
kebersihan
lingkungan
kelas
(1-4)
Memelihara hubungan
baik dengan teman
sekelas
Senyum
(1-4)
Sapa
(1-4)
Salam
(1-4)
Tingkat
keramahan
(1-4)
Tingkat
toleransi
(1-4)
Petunjuk penyekoran :
Skor 1 : Tidak pernah
Skor 2 : Kadang-kadang
Skor 3 : Sering
Skor 4 : Selalu
Lampiran 3
Model Diskusi
Siswa dikelompokkan dengan anggota 4-6 orang dengan kemampuan
Heterogen
1. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat tugas yang
lain
2. Setiap anggota saling membantu memahami bahan pelajaran
Rubrik penilaian diskusi
No Nama
Siswa
Aspek Penilaian Jml.
Skor Nilai Ket.
Gagasan Kerja
Sama Inisiatif Keaktifan Bahasa
Keteranga Skor:
Keterangan Nilai
Baik sekali = 4
A = 80-100 : Baik Ssekali
Baik = 3
B = 70-79 : Baik
Cukup = 2
C = 60-69 : Cukup
Kurang = 1
D = ≤ 60 : Kurang
Nilai =
x 100
Rubrik Penilaian Prestasi
No Nama
Siswa
Aspek Jml.
skor Nilai Ket.
Gagasan Inisiatif Kerja
sama Kreatif Kedisiplinan
Keterangan skor :
Kriteria Nilai
Baik sekali = 4
A = 80-100 : Baik Ssekali
Baik = 3
B = 70-79 : Baik
Cukup = 2
C = 60-69 : Cukup
Kurang = 1
D = ≤ 60 : Kurang
Nilai =
x 100
Instrumen Tes Lisan
No No
soal
Butir instrumen
penilaian
Kunci
jawaban
Bobot
nilai
Pedoman penilaian
1. Setiap pertanyaan yang dijawab dengan benar diberi skor 5
2. Skor maksimal = 20
Nilai =
x 100
Penilaian akhir = Nilai Hasil lembar observasi diskusi + Nilai
Hasil tes tertulis