98
DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN STRATEGIS Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) Oleh: Nurdin Nim: 104053002060 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN STRATEGIS

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh: Nurdin

Nim: 104053002060

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H/2011 M

Page 2: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …
Page 3: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …
Page 4: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …
Page 5: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

i

ABSTRAK Nurdin Nim : 104053002060 Pembimbing : M. Hudri, M. Ag Nip : 197206061998031003 Dakwah Yayasan Al-Huda Bogor Jawa Barat Perspektif Manajemen Strategis

Menebar dakwah Islam ahlussunnah waljama’ah yang sesuai dengan pemahaman para ulama terdahulu (salafus shalih) adalah alasan dan juga visi yayasan Al-Huda berdiri. Di tengah terpaan arus modernisasi globalisasi teknologi yang membawa konsekwensi-konsekwensi baik yang positif ataupun negatif terhadap kondisi masyarakat, masih banyaknya masyarakat yang terpuruk dan kesesatan aqidah, dakwah Islam yayasan Al-Huda tampil sebagai tawaran jawaban terhadap kondisi yang tengah terjadi di tengah-tengah masyarakat tersebut. Dengan keyakinan bahwa metode dakwah rasullah (dakwah ala minhajinnubuwah) yang merupakan contoh sempurna yang harus ditiru dan dicontohkan untuk menghadapi permasalahan yang dialami masyarakat seiring dengan derasnya arus globalisasi yang banyak mendatangkan dampak negatif bagi spiritualitas mereka.

Demikianlah, permasalahan-permasalahan di atas menjadi faktor pendorong bagi penulis untuk melakukan penelitian di yayasan tersebut dengan terpusat pada metode dakwah yayasan Al-Huda tersebut. Penulis dalam kesempatan ini mengambil judul “Dakwah Yayasan Al-Huda Perspektif Manajemen Strategis”.

Penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu usaha niat mulya dalam pembenahan intern gerakan dakwah dan dengan harapan dapat memberikan informasi-informasi penting bagi khazanah keilmuan dakwah.

Adapun penelitian skripsi yang dilaksanakan menggunakan metode kualitatif dengan cara mendeskripsikan objek secara ril dengan berpijak pada hasil pengumpulan data baik observasi maupun wawancara. Begitupun di dalamnya penulis menggunakan pendekatan SWOT sebagai unsur penting dalam kaiatannya dengan proses penetapan rencana strategis yayasan.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan penulis memberi kesimpulan akhir bahwa yayasan Al-Huda merupakan lembaga sosial integratif yang cenderung menganut model lini – operasional. Dalam aktivitas dakwahnya yayasan berpegang teguh pada dua prinsip yang diyakininya yaitu ; Dakwah yang benar dan cara berdakwah yang benar. Dari sini pulalah bermacam strategi turunan terlahir. Yayasan selalu mengedepankan jalan musyawarah dalam penyelesaian permasalahan-permasalahan yang dihadapi ataupun dalam evaluasi kinerjanya.

Page 6: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

ii

KATA PENGANTAR

Hanya milik Allah SWT. Segala puja dan puji yang kita panjatkan.

Dialah Rabb semesta alam yang telah menciptakan kita dan menyempurnakan

ciptaannya.

Shalawat dan salam, pun semoga tercurah kepada penghulu kita, Nabu

Muhammad Saw. Teruntuk juga kepada keluarga beliau, sahabat-sahabatnya, dan

kepada ummatnya yang tercinta.

Dengan penuh rasa syukur akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi

ini sebagai titik akhir akumulasi perjalanan mencari ilmu strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ini. Dalam proses perjalanannya, tentunya bukan tiada

halangan dan rintangan sebagai cobaan yang kerap kali menghadang. Tetapi,

karena izin dan ridha Allah melalui perantara hamba-hambanya yang mulia yang

terus memberikan dukungan baik moril maupun materil telah menjelma menjadi

kekuatan bagi saya untuk menghadapinya dengan penuh rasa sabar dan tawakal.

Terkhusus saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arif Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi.

Page 7: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

iii

3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku Kepala Jurusan Manajemen

Dakwah dan sekaligus Ketua serta Penguji II dalam sidang

munaqasyah. Beliau telah memberikan motivasi, arahan, masukan,

dan pembelajaran kepada penulis dengan penuh kesabaran dan

keikhlasan.

4. H. Mulkanasir, BA. S.Pd. MM. Selaku Sekretaris Jurusan yang

juga ikhlas dan sabar untuk memberikan motivasi, arahan,

masukan, dan bantuannya kepada penulis.

5. Drs. Sugiharto, MA. Sebagai sekretaris merangkap anggota

Penguji dalam sidang munaqasyah. Juga telah berkenan

meluangkan waktu untuk menguji sidang penulis, memberikan

arahan, dorongan motivasi dan pembelajaran bagi penulis.

6. Drs. Study Rizal, LK. MA. Sebagai Penguji utama. Yang telah

menguji sidang penulis, juga memberikan arahan, dorongan

motivasi dan pembelajaran yang sangat penting bagi penulis.

7. M. Hudri, M.Ag. selaku pembimbing penulis dalam

merampungkan skripsi ini. Segala macam arahan, motivasi,

pembelajaran, pemikiran, waktu dan tenaga yang diberikan kepada

penulis.

8. Seluruh staf akademik, staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi terlebih bagi para Dosen yang telah

membantu dan memberikan ilmu-ilmunya bagi penulis.

Page 8: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

iv

9. Ust. Eka Sakti Habibullah, Lc. (Ketua Yayasan Al-Huda), Ust.

Imam Jafar, Lc. (Ketua Departemen Dakwah yayasan Al-Huda)

dan seluruh pengurus yayasan, Syukran wajazakumullah khairan

fidduniya walakhirah yang telah menerima penulis dan segala

macam bantuan serta motivasinya.

10. Orang tuaku tercinta, entah kalimat apa yang patut ananda ucapkan

untuk mewakili semua cinta kasih ananda kepada kalian. Kiranya

hanya panjatan do’a semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita

semua dan semoga Allah mengasihi dan menyayangi kalian seperti

kalian mengasihi dan menyayangi ananda di waktu kecil hingga

sekarang. Amin.

11. Adik-adikku tercinta terima kasih atas semuanya. Semoga kalian

menjadi anak yang shalih dan shalihah yang selalu berbakti kepada

nusa, bangsa khususnya orang tua dan agama.

12. Seluruh sahabat-sahabatku kalian adalah kekuatan bagi saya.

Akhir kata dari semua ini, hanya kepada Allah juwalah penulis

panjatkan puji serta syukur dan semoga Allah membalas budi dan perbuatan baik

semuanya.

Tangerang, 22 Desember 20011

Penulis

Page 9: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyeru kebaikan (amar

ma’ruf) dan berusaha semampuh mungkin mencegah dari perbuatan buruk

(nahi munkar) adalah muatan isi daripada Islam yang prosesnya disebut

aktifitas dakwah. Bagi umat Islam sendiri, dakwah merupakan kewajiban

individu (fardlu ain). Perintah (amar) Allah mengenai kewajiban dakwah bagi

umat Islam tersurat khusus dalam firmanNya yaitu :

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl :125) Keharusan adanya aktifitas dakwah di tengah-tengah umat, di samping

sebagai kewajiban, ia juga disebabkan oleh faktor kebutuhan manusia itu

sendiri terhadap Islam yang merupakan satu-satunya jalan yang dapat

menghantarkannya menuju kepada kebahagiaan hidup baik di dunia maupun

di akhirat. Tanpa adanya ajaran Islam, hidup manusia tak ubahnya seperti buih

Page 10: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

2

dalam lautan. Terombang-ambing kesana-kemari mengikuti kemana ombak

menerpa. Gerak hidupnya tidak terarah dan hampa.

Mengenai kebutuhan manusia akan petunjuk Allah Prof. Dr. M.

Quraish Shihab, MA. Memberikan suatu penjelasan sederhana dengan

analoginya sebagai berikut :

“Hidup manusia bagaikan lalu lintas, masing-masing ingin berjalan dengan selamat sekaligus cepat sampai ke tujuan. Namun, karena kepentingan mereka berlain-lainan, maka apabila tidak ada peraturan lalu lintas kehidupan, pasti akan benturan dan tabrakan. Dengan demikian, ia membutuhkan peraturaan demi lancarnya lalu lintas kehidupannya. Manusia membutuhkan rambu-rambu lalu lintas yang akan memberinya petunjuk seperti kapan harus berhenti (lampu merah) harus hati-hati (lampu kuning) dan lampu hijau (silahkan jalan), dan sebagainya. Siapa yang mengatur lalu lintas kehidupan itu ? manusiakah ? paling tidaak dalam persoalan pengaturan di atas, manusia mempunyai dua kelemahan : Pertaama, keterbatasan pengetahuannya dan Kedua sifat egoisme (ingin mendahulukan kepentingan diri sendiri). Kalau demikian, yang seharusnya mengatur lalu-lintas kehidupan adalah Dia yang paling mengetahui sekaligus yang tidak mempunyai kepentingan sedikitpun. Yang dimaksud adalah Allah SWT”1 Aktifitas dakwah Islam sampai saat ini, di samping dilakukan oleh

individu, tentunya tidak sedikit dilakukan oleh suatu kelompok atau

organisasi. Sudah menjadi pengetahuan umum bagi masyaraakat di Indonesia

bahwa banyak sekali lembaga atau yayasan yang memfokuskan tujuannya

untuk tujuan dakwah. Hal ini tentunya tidak bisa terlepas karena Indonesia

sendiri dihuni oleh sebagian besar masyaraakatnya yanag beragama Islam.

Kondisi tersebut di satu sisi, secara kuantitas merupakan prestasi umat

Islam sendiri. Hanya saja di sisi lain, secara kualitatif, kerap kali menyisakan

1 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung. Mizan, 2004), hal. 211

Page 11: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

3

realitas yang tak jarang berlawanan. Baiknya kualitas kondisi umat sering

nampak tidak harmonis dan kontras dengan kuantitas umatnya. Banyaknya

bermunculan organisasi-organisasi dakwah tidak mencerminkan semangat

yang muncul dari pribadi dalam pengertian mengamalkan ajaran Islam secara

benar tetapi lebih cenderung pada kesan pemetaan kebenaran hanya pada

kelompoknya. Dengan bahasa lain, kerap kali satu kelompok merasa lebih

benar daripada kelompok lainnya. Hasilnya, kultus terhadap kelompok dan

pemimpin kelompoknya lebih terlihat dibandingkan membesarkan Islam itu

sendiri. Fakta ini tergambar dalam seringnya fenomena kontra fisik antar

kelompok ketika menyikapi satu permasalahan di tengah-tengah masyarakat.

Kondisi ini bukan hanya tidak menguntungkan bagi kesadaran pribadi umat

Islam saja melainkan juga menjadi hambatan bagi kualitas perkembangan

Islam.

Secara internal umat Islam, fenomena kontraksi antar kelompok atau

organisasi dakwah akan menimbulkan kebingungan umatnya yang pada saat

bersamaan menimbulkan kelemahan dalam menghadapi permasalahan

eksternal yang datang terhadap tubuh umat Islam. Contoh ril yang dapat kita

rasakan saat ini adalah fenomena efek negatif dari derasnya arus globalisasi.

Segala macam tindak-tanduk kehidupan manusia di jagat raya ini dengan

cepat secara massal mampuh menjadi budaya yang mendunia. Seperti

pendapatnya A. Qodry Azizy bahwa :

Di era globalisasi ini pergesekan dan saling mempengaruhi antar nilai-nilai budaya tidak bisa dihindarkan. Untuk itu, Islam dan umatnya bukan saja harus mampuh bertahan, namun juga mampuh berperan aktif. Kalau peran “bertahan” ada kemungkinan akan menimbulkan

Page 12: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

4

isolasi, ketertutupan dan inferiority : peran aktif (usaha mempengaruhi) akan menghasilkan keterbukaan dan superiority. Setidaknya, kemungkinan ketiga, akomodatif; yakni penyesuaian dan penerimaan akan hal-hal sejauh bisa ditolelir. Oleh karena itu, persiapan intern – baik tentang pemahaman maupun sikap dan mentalitas umatnya – harus dibenahi terlebih dahulu2. Dalam penjelasan selanjutnya ia mengatakan bahwa :

Era globalisasi ini berarti terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai budaya dan agama di seluruh dunia yang memanfaatkan jasa komunikasi, transportasi dan informasi hasil modernisasi teknologi tersebut. Pertemuan dan gesekan ini akan menghasilkan kompetisi liar yang berarti saling dipengaruhi (dicaplok) dan mempengaruhi (mencaplok); saling bertentangan dan tabrakan nilai-nilai yang berbeda yang akan menghasilkan kalah atau menang; atau saling kerjasama (eclectic) yang akan menghasilkan sintesa dan antitesa baru3. Dari penjelasan A. Qadry Azizy tersebut di atas menegaskan betapa

efek globalisasi tersebut menimbulkan kompleksitas yang terjadi di segala

sendi kehidupan manusia. Bagaimana tidak, globalisasi yang merupakan

himpunan proses pengaliran global berbagai jenis objek yang melibatkan

berbagai bidang aktifitas manusia, boleh jadi berbentuk fizikal maupun non

fizikal. Boleh jadi dalam bentuk maklumat, ide, nilai, institusi atau sistem

yang mengalami ‘perkawinan’ dengan kecanggihan teknologi dan di dalamnya

tidak pernah absen dari motivasi kotor tangan-tangan manusia itu sendiri.

Himpunan proses pengaliran global dan bidang aktifitas manusia yang terlibat

kian kait-mengait, saling bergantung dan kompleks sifatnya. Globalisasi ini

menimbulkan konsekwensi-konsekwensi logis ke dalam berbagai perilaku

kehidupan manusia baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.

2 A. Qadri Azizy, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam (Persiapan SDM

Terciptanya Masyarakat Madani), (Yogyakarta. Pustaka Pelajar, 2004), Cet. V. hal. 4 3 Ibid., hal. 20

Page 13: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

5

Pengaliran global berbagai jenis objek manusia tentunya diyakini

sebagai peningkatan kemaslahatan kehidupan manusia dalam tujuan awalnya.

Tetapi, pada realitasnya justru kontradiksi yang banyak terjadi pada

perikehidupan manusia. Pergeseran perikehidupan manusia adalah wujud

nyata yang bisa disaksikan yang menyurut keprihatinan. Dekadensi moral,

biasnya relasi sosial, terorisme global dan fundamentalisme agama adalah

beberapa dari sekian banyak contoh kongkrit dampak negatif globalisasi.

Di samping itu, perbedaan kondisi suatu Negara dengan Negara yang

lainnya – antara Negara maju dengan Negara berkembang/terbelakang di

tengah era globalisasi ini menampakkan semakin melebarnya jurang antara

yang miskin dan yang kaya, antara yang kuat dan yang lemah ataupun antara

yang besar dan yang kecil. Ini membuat tantangan bagi umat Islam. Senada

dengan yang disebutkan oleh Suyuthi Pulungan bahwa globalisasi dapat

menimbulkan efek berikut :

a. Membentuk pandangan manusia yang lebih mementingkan nilai ekonomi dan kebendaan (materialisme)

b. Mendorong manusia mengubah pandangan hidupnya ke arah tatanan masyarakat yang sekuler dan individualis dan sebagainya.

c. Membuat manusia lupa akan jati dirinya yang sebenarnya. d. Mendorong terjadinya degradasi kehidupan beragama, terutama

aspek moral dan akhlak. e. Persaingan yang semakin kompetitif dengan menitik beratkan pada

kualitas Sumber Daya Manusia)4.

Bagi umat Islam tantangan-tantangan globalisasi di atas seharusnya mampuh untuk dilalui. Karena seperti disebutkan J. Suyuthi Pulungan bahwa umat Islam mempunyai potensi dan kekuatan dibandingkan dengan yang lainnya. Potensi dan kekuatan yang melekat pada Islam dapat dilihat dari segi ajaran, segi penganut, segi kekayaan sumberdaya

4 J. Suyuthi Pulungan, Universalisme Islam, (Jakarta. Moyo Segoro Agung, 2002), hal. 31-32

Page 14: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

6

alam, segi khazanah pemikiran dan budaya dalam sejarah dan fungsi-fungsi manusia di bumi sebagai khalifah.

Dari segi ajaran Islam kaya dengan informasi yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan yang dapat difungsikan sebagai pedoman dan pembimbing manusia dalam menjalani kehidupannya. Informasi ajaran Islam dapat berfungsi sebagai kritik dan pengawasan sosial untuk menangkal nilai-nilai negatif yang masuk melalui arus informasi global.

Dari segi kuantitas, Islam memiliki penganut sekitar satu miliyar dari penduduk bumi, dan di Indonesia mayoritas. Ini merupakan potensi dan kekuatan besar bila kualitas pemahaman agamanya, tingkat pendidikan dan ekonominya baik. Dari segi kekayaan sumberdaya alam, umat Islam tinggal di wilayah-wilayah yang kaya akan sumberdaya alam yang masih tersimpan di perut bumi dan masih memerlukan pengolahan sebagai salah satu sumber kemakmuran hidup di dunia. Dari segi khazanah pemikiran dan budaya, umat Islam memilikinya sehingga perlu dikaji ulang sebagai iktibar dalam merekayasa masa depan5.

Demikian, kondisi umat yang secara internal baik di antara individu

dan kelompok masih relatif rapuh – baik dari sisi pemahaman ajaran maupun

pengalaman, jika dibenturkan dengan situasi eksternal yang berkembang di

tengah-tengah masyarakat adalah bukan hal yang aneh jika kehidupan yang

Islami hanya menjadi cita-cita belaka. Ini merupakan penegasan korektif bagi

semua aktivitas dakwah terutama lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi

yang memposisikan kifrahnya bagi kepentingan dakwah Islam untuk

melakukan pembenahan internal demi efektifitas dan efisiensi dakwah itu

sendiri.

Atas dasar itu, dalam rangka usaha pembekalan intern – baik tentang

pemahaman maupun sikap dan mentalitas umat Islam sebagai suatu

pembenahan diri guna menerima segala apa yang timbul dari arus globalisasi

sejauh bisa ditolelir dan menyisihkan segala dampak negatif globalisasi, pun

5 Ibid., hl. 34-35

Page 15: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

7

demikian yang paling penting utamanya adalah terus berusaha menunaikan

kewajiban sebagai individu muslim untuk berdakwah sebagai satu bagian dari

implementasi firman Allah yang menyatakan :

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Al-Imran : 104).

Dan juga dilandaskan pada motivasi keinginan untuk menjadi bagian

dari umat terbaik sebagaimana firman Allah :

Artinya: kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. Al-Imran : 110).

Dalam bentuk dan forsi yang berbeda, saya menulis skripsi ini di mana

saya memfokuskan diri pada permasalahan-permasalahan hulu. Yaitu, menitik

beratkan mengenai pandangan-pandangan pada lembaga dakwah yang

Page 16: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

8

menjadi awal di mana isi pesan dakwah itu diramu hingga proses disampaikan

dakwah tersebut kepada masyarakat.

Adapun penulis membahas mengenai organisasi atau lembaga dakwah

didasari atas pandangan penulis karena dakwah yang terlembagalah yang

mempunyai sistem manajemen yang terarah dan juga mempunyai program

yang lebih jelas di tengah-tengah masyarakat. Di samping itu, lembaga

dakwah lebih mempunyai kekuatan dalam berperan dan bertindak dalam

rangka menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam. Maka, sebagai salah satu usaha

sumbangsih pemikiran menuju arah perbaikan terhadap maksimalisasi peran

institusi atau lembaga dakwah membuat saya merasa tertarik untuk melakukan

penelitian di sebuah lembaga Islam. Adapun dalam hal ini saya memilih salah

satu yayasan yang berada di daerah Bogor Jawa Barat yaitu yayasan Al-Huda.

Yayasan Al-Huda ini terletak di Jalan raya Cimanglid Gang Purnama

Sukamantri – Taman Sari Kota Bogor Provinsi Jawa Barat yang berada di 60

KM dari ibu kota Jakarta. Pemilihan yayasan tersebut didorong karena ia

mempunyai tujuan utama yaitu untuk menebar dakwah ahlussunnah

waljama’ah di tengah masyarakat. Di mana manhaj ahlussunnah waljama’ah

itu sendiri sudah melekat pada keyakinan umat ini sebagai cara yang benar

yang harus diikuti.

Adapun dalam penelitian ini saya mengambil judul “Dakwah Yayasan

Al-Huda Perspektif Manajemen Strategis”.

Page 17: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

9

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam kesempatan ini penulis membatasi penelitiannya pada

permasalahan bagaimana dakwah yayasan Al-Huda Bogor dalam perspekktif

manajemen strategis. Dan untuk mengetahui gambaran ril tentang hal tersebut

penulis merumuskan tiga permasalahan pokok yang diramu dalam pertanyaan-

pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana yayasan Al-huda merumuskan strategi dakwahnya ?

2. Bagaimana yayasan Al-Huda mengimplementasikan strategi

dakwah yang telah dirumuskan ?

3. Seperti apa evaluasi atau pengendalian strategi dakwah yayasan

Al-Huda ?

C. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam upaya mengungkapkan permasalahan yang ada, maka

peneliti menggunakan metode kualitatif. Bogdan dan Taylor

mendefinisikan “penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati”6. Oleh karena itu cara yang

penulis gunakan adalah dengan cara menganalisis data dalam bentuk

deskriptif. Yang mana cara ini merupakan prosedur pemecahan masalah

yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek

6 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung. Remaja Rosdakarya, 2008),

Cet. 25. hal. 4

Page 18: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

10

penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya. Instrumen yang peneliti gunakan dalam

melaksanakan teknik ini adalah kepustakaan (library research), artinya

permasalahan dan pengumpulan data berasal dari kajian kepustakaan.

Dengan kegiatan telaah naskah, dokumen, buku, jurnal, internet, majalah,

dan bahan-bahan bacaan yang dapat diambil sesuai dengan pokok bahasan.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengungkap dan

mendeskripsikan secara faktual, akurat dan sistematis mengenai

bagaimana konsep dakwah yayasan tersebut ditinjau dari sisi manajemen

strategis.

2. Sumber Data

a. Subjek penelitian

Yang menjadi subjek penelitian skripsi ini adalah Yayasan Al-Huda

Bogor.

b. Objek penelitian

Sedangkan yang menjadi objek penelitian di sini yaitu dakwah

Yayasan Al-Huda Bogor Perspektif Manajemen Strategis.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis

data. Data tersebut yaitu:

a. Data Primer

Dalam hal ini penulis mendapatkan data-data dari pengurus

yayasan yang direkomendasikan oleh ketua yayasan.

Page 19: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

11

b. Data Sekunder

Data sekunder yang dalam hal ini bersifat pelengkap yang

diperoleh dari buku, majalah, Koran dan sumber lainnya yang

berkaitan dengan pembahasan ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah sebagai berikut :

a. Observasi, yaitu penulis mendatangi yayasan Al-Huda Bogor,

tinggal di sekitar yayasan dalam waktu yang diperlukan dalam

pengumpulan data dan melibatkan diri dalam beberapa kegiatan

yang dilaksanakan oleh yayasan.

b. Interview, dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan secara langsung kepada pengurus yayasan.

4. Teknik Analisa Data

Teknik yang penulis gunakan di sini adalah menggunakan analisis

deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data, disusun, disajikan, yang

kemudian dianalisis untuk mengungkapkan arti data tersebut,

menggambarkan keadaan sasaran apa adanya. Adapun caranya, data yang

terkumpul, kemudian disusun sesuai dengan kerangka laporan.

Mengenai teknik penulisan, penulis mengacu pada buku pedoman

penulisan skripsi, tesis, dan disertasi terbitan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai langkah awal melakukan

penulisan berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Page 20: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

12

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dakwah Yayasan Al-Huda

Bogor Perspektif Manajemen Strategis.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Memberikan wawasan dan pengetahuan dalam upaya

mengembangkan study dakwah, sehingga lembaga dakwah dalam

menyampaikan dakwah Islamiyah dapat diterima oleh masyarakat

sesuai dengan tujuan dan fungsinya.

b. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi yang tepat sesuai dengan peranan yayasan dalam

menyebarkan dakwah, diharapkan bisa dijadikan bahan acuan atau

perbandingan oleh yayasan.

E. Tinjauan Pustaka

Berkaitan dengan penelitian mengenai dakwah Yayasan Al-Huda

Bogor Jawa Barat yang ditinjau dari perspektif manajemen strategis yang

menjadi objek penelitian penulis, sejauh ini informasi yang penulis dapatkan

belumlah ada. Tetapi, kalaupun dalam kenyataannya ada, itupun tentunya

tidak akan terlepas dari perbedaan dari sisi pembahasannya walaupun

objeknya sama.

Page 21: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

13

Adapun dalam menyusun skripsi ini ada beberapa skripsi yang menjadi

patokan sebagai acuan bagi penulis. Namun yang perlu penulis tegaskan di

sini bahwa acuan tersebut semata karena ada kemiripan dalam pembahasannya

namun pada substansinya bahkan subjek yang penulis teliti adalah sama sekali

berbeda. Skripsi tersebut berjudul “Manajemen Strategi Dakwah Yayasan Al-

Sofwa Lenteng Agung Jakarta”. Karya Agung Rahadian Mahasiswa Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dalam skripsi tersebut saudara Agung

membahas tentang strategi dakwah yang dilakukan yayasan Al-Sofwa Lenteng

Agung Jakarta yang diterapkan dengan manajemen.

Yang kedua skripsi karya saudara Syaiful Alawi yang berjudul

“Manajemen Strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Putera Bekasi Dalam

Meningkatkan Kualitas Santri”. Saudara syaiful dalam skripsinya hanya

membahas mengenai manajemen strategi dari sisi teoritis dan implementasi

strategi dari pondok pesantren tersebut serta sedikit evaluasi internal saja.

Perbedaan skripsi karya Agung Rahadian dan karya saudara Syaiful

Alawi di atas dengan penelitian penulis adalah penerapan manajemen strategi

baik dari perumusan, implementasi dan evaluasi manajemen strategi terlebih

pada persoalan SWOT yang menjadi pijakan putusan strategi. Jadi, jika

saudara Agung Rahadian hanya membahas mengenai strategi dakwah saja dan

saudara Syaiful Alawi mencoba membahas mulai dari perumusan,

implementasi serta sedikit evaluasi internal pada objek penelitiannya maka

dalam skripsi ini penulis mencoba membahas kesemuanya dengan memberi

Page 22: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

14

forsi lebih dalam analisis baik internal maupun eksternal pada objek yang

penulis teliti sebagai bagian integral dari manajemen strategis itu sendiri.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam menyusun skripsi ini, penulis membaginya menjadi lima bab,

yaitu :

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan, terdiri dari: latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metodologi penelitian, tujuan

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua, tinjauan tentang Dakwah yang meliputi ; definisi dakwah

dan unsur-unsur dakwah. Manajemen strategis meliputi ; pengertian

manajemen strategis dan tahap-tahap manajemen strategis.

Bab Ketiga, Tinjauan Umum Yayasan Al-Huda Bogor Jawa Barat,

terdiri dari : sejarah berdiri dan lokasi yayasan Al-huda, visi dan misi, struktur

kepengurusan, program kerja, penghimpunan dana serta sarana dan prasarana.

Bab Keempat, analisa Dakwah Yayasan Al-Huda Perspektif

Manajemen Strategis, yang terdiri dari : perumusan strategi dakwah yayasan

Al-Huda, implementasi strategi dakwah yayasan Al-Huda dan evaluasi atau

pengendalian strategi dakwah yayasan Al-Huda.

Page 23: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

15

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

TENTANG DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR

PERSPEKTIF MANAJEMEN STRATEGIS

A. Dakwah

1. Definisi Dakwah

Menurut Ali Aziz, “dakwah secara etimologi merupakan kata yang

berasal dari bahasa arab Da’a, Yad’u, Da’watan, yang artinya : mengajak

atau mendorong kepada suatu tujuan7.

“Istilah dakwah sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah

tabligh, amar ma’ruf dan nahi mungkar, mauidzah hasanah, tabsyir indzar,

washiyah, tarbiyah, ta’lim, dan khutbah”8.

Adapun dakwah menurut terminology (istilah) di bawah ini adalah

definisi-definisi para ahli :

Menurut Ki M. A. Machfoeld, “dakwah artinya : panggilan,

tujuannya, ialah : membangkitkan keinsyafan orang untuk kembali ke

jalan Allah SWT”9.

Prof. H. M. Toha Yahya Omar, MA mendefinisikan, “dakwah

menurut Islam ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan

7 Luis Ma’ruf, Kamus Munjid, (Beirut. Darul Masyrid. 1986), Cet. 26. Hal. 216 8 Suyuthi Pulungan. Op. cit., hal. 67 9 M. A. Mach foeld, Falsafat Da’wah Ilmu Da’wah dan Penerapannya (Jakarta. Bulan

Bintang, 1975), hal. 33

Page 24: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

16

yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan

kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat”10.

Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA., “dakwah adalah

seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi kepada

situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun

masyarakat”11.

Menurut Dr. M. Bahri Ghazali, M.A., “dakwah pada hakekatnya

merupakan upaya untuk mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan

berperilaku, dengan dakwah diharapkan akan mampuh mengubah

kepribadian baik secara individu maupun kolektif”12.

Dari perspektif muatan isi A.A. Baramuni memandang bahwa :

Dakwah secara garis besar dapat dilihat dari dua segi, yaitu : isi dan bentuk, substansi dan forma, pesan dan cara penyampaian, esensi dan metode. Hanya perlu disadari bahwa isi, substansi, pesan dan esensi senantiasa mempunya dimensi universal, yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Dalam hal ini substansi dakwah adalah pesan keagamaan itu sendiri yang merupakan sisi pertama tentang dakwah. Sisi kedua adalah bentuk, forma, cara penyampaian dan metode, yang disebutkan dalam al-Qur’an Syi’ar dan Minhaj, yang bisa berbeda-beda mengenai tuntutan ruang dan waktu13. Dari berbagai definisi di atas dapat kita pahami setidaknya ada

empat hal yang terkandung di dalamnya, yaitu ; Pertama, arti dakwah itu

10 M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah (Jakarta. Al-Mawardi Prima, 2004), hal. 67 11 M. Quraish Shihab, op.cit., hal. 194 12 Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi

Dakwah (Jakarta. Pedoman Ilmu, 1997), hal. 45 13 A.A. Baramuni dalam sekapur sirih buku Manajemen Dakwah Dalam Kehidupan Pluralis

Indonesia. A. Suriani, MA. Upaya Membumikan Nilai-Nilai Kisah Nabi Hud AS. Dalam Al-Qur’an. The Media Of Social And Cultural Comunication (CMM), (Ciputat, 2005), hal. Xviii-XIX

Page 25: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

17

sendiri. Kedua, tujuan dan fungsi dakwah Islam. Ketiga, hukum dakwah.

Keempat, cara menyampaikan dakwah.

Pertama, bahwa dakwah merupakan proses penyampaian ajaran

Islam yang terkandung di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. “…..Mengenai

isi, substansi, pesan dan esensi senantiasa mempunyai dimensi universal,

yang tidak terikat oleh ruang dan waktu”14.

Kedua, bahwa tujuan daripada dakwah Islam tiada lain adalah

untuk menginsyafkan dan merubah kondisi umat menjadi lebih baik

sehingga tercapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Menginsyafkan di sini bisa dipahami sebagai upaya mempertemukan

kembali fitrah manusia dengan ajaran-ajaran Allah (Islam) dan meluruskan

keyakinan manusia kepada ajaran yang benar menurut al-Qur’an dan as-

Sunnah serta mengajak agar manusia kembali mengamalkan ajaran-ajaran

Islam di dalam kehidupannya.

Sementara merubah kondisi umat menjadi lebih baik, adalah

merubah pribadi umat mejadi pribadi yang shalih. Demikian pula proses

tersebut, adalah bentuk artikulasi dari tujuan kerisalahan. Yaitu, menjadi

rahmat bagi seluruh alam. Di sisi lain juga merupakan jawaban Islam

terhadap kondisi umatnya.

Adapun mengenai tujuan dakwah di sini Andy Dermawan

menegaskan, “tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah

manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui

14 Ibid., hal. Xviii-XIX

Page 26: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

18

kebenaran Islam dan Iman, mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi

orang baik. Menjadikan orang baik berarti menyelamatkan orang itu dari

kesesatan, dari kebodohan, dari kemiskinan dan dari keterbelakangan”15.

Bahkan seterusnya ia menambahkan bahwa, “tujuan dakwah bukan

memperbanyak pengikut, tetapi memperbanyak orang yang sadar akan

kebenaran Islam”16.

Dengan istilah yang berbeda Abdul Rasyid membedakan tujuan

dakwah pada dua hal yaitu :

1. Tujuan utama 2. Tujuan departemental

Tujuan utama dakwah ialah “terwujudnya kebahagiaan dan

kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat, yang diridhai Allah SWT.

Sementara tujuan departemental atau maksudnya nilai-nilai atau hasil apa yang harus di capai oleh aktivitas dakwah pada masing-masing segi atau bidang kehidupan. Demikian pula Suyuthi Pulungan menegaskan : Secara kualitatif dakwah Islam bertujuan untuk mempengaruhi dan mentransformasikan sikap batin dan perilaku warga masyarakat menuju terbentuknya tatanan keshalihan individu dan keshalihan kolektif. Dakwah dengan pesan-pesan keagamaan dan pesan-pesan sosialnya juga merupakan ajakan kepada keinsyafan untuk senantiasa komit (istiqomah) di jalan yang lurus. Ajakan dilakukan guna membebaskan individu atau masyarakat dari pengaruh nilai-nilai kejahiliahan dan merefleksikan nilai-nilai ketuhanan, dan ajakan untuk meningkatkan pemahaman keagamaan dalam berbagai asfek ajarannya agar diaktualisasikan dalam bersikap, berpikir dan bertindak17.

15 Andy Dermawan, dkk.(ed), Metodologi Ilmu Dakwah (Yogyakarta, LESFI, 2002), hal. 8 16 Ibid., hal. 8 17 Suyuthi Pulungan, op.cit., hal. 65-66

Page 27: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

19

Mengenai fungsi dakwah itu sendiri, Dr. M. Ali Aziz, M.Ag.

menyebutkan dakwah berfungsi 18:

1. Dakwah berfungsi untuk menyebarkan Islam kepada manusia sebagai individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat Islam sebagai rahmatan lil’alamin bagi seluruh makhluk Allah.

2. Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi ke generasi kaum muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran Islam beserta pemeluknya dari generasi ke generasi berikutnya tidak terputus.

3. Dakwah berfungsi korektif artinya meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah kemungkaran dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.

Ketiga, dakwah merupakan amanat dari Allah SWT. Bagi setiap

umat Islam di dunia. Amanat adalah wajib hukumnya. Maka mengemban

dakwah adalah kewajiban. Mengenai hukum dakwah bagi umat Islam

Allah menegaskan di dalam al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125 Allah

berfirman :

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Sebaliknya, setiap umat Islam yang meninggalkan dakwah yang di

bebankan di atas pundak dan kepalanya maka ia berdosa. Dan tentunya

18 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta. Prenada Media, 2004), hal. 59

Page 28: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

20

ada konsekwensi yang senantiasa harus ditanggung oleh mereka yang

enggan atau tidak mengamalkan dan mengajarkan nilai-nilai ajaran Islam

kepada setiap individu atau kelompok lain.

Jelaslah, segala usaha untuk membentuk masyarakat Islam itu

hukumnya wajib, fardlu ain, yang ditugaskan setiap individu yang

beragama Islam. Dan jalan yang paling tepat untuk menegakkan

masyarakat Islam itu adalah dakwah. Maka jelaslah bahwa “…dakwah itu

hukumnya wajib, fardlu ain. Dan orang-orang yang meninggalkan dakwah

itu berdosa, karena meninggalkan menurut Islam”19. Dengan bahasa lain,

dakwah merupakan kewajiban bagi umat Islam secara keseluruhan, baik

secara individu sesuai dengan kafasitas dan kemampuannya masing-

masing maupun secara berkelompok atau kelembagaan yang diorganisir

secara rapih dan modern, dikemas secara apik dan professional serta

dikembangkan secara terus-menerus mengikuti irama dan dinamika

perubahan zaman dan masyarakat.

Keempat, proses penyampaian dakwah Islam dilakukan dengan

cara-cara bijaksana. Ia dilaksanakan tidak dengan jalan kekerasan. Karena

pada esensinya ketika dakwah itu dilancarkan dengan penuh kebrutalan,

penuh nuansa terror, menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran di tengah

objeknya, adalah menghilangkan sifat Islam itu sendiri sebagai pesan

dakwah sebagai rahmat bagi seluruh alam.

19 Fathi Yakan, Bagaimana Kita Memanggil Kepada Islam. Alih bahasa: Chadidjah Nasution,

(Jakarta. Bulan Bintang, 1978), hal. 21

Page 29: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

21

Mengenai proses penyampaian dakwah jika kita perhatikan di

dalam prakteknya, proses dakwah yang telah dan tengah berjalan selama

ini yang dijalankan oleh setiap individu atau satu lembaga kerap kali kita

temui terdapat banyak kekurangan dari sisi proses penyajian dan kualitas

subjek dakwah bahkan isi, materi atau pesan dakwah yang disuguhkan

kepada masyarakat sebagai objek dakwah. Dari sisi proses penyajiannya,

pertimbangan efektifitas dan efisiensi kurang mendapat perhatian.

Terkadang, pencapaian nilai, hasil atau tujuan dakwah tidak berimbang

dengan waktu dan besarnya biaya yang telah dikeluarkan. Ini biasa terjadi

di suatu lembaga dakwah. Begitu juga dari asfek subjek dakwah yang

kurang berkualitas sehingga profesionalismenya tidak teruji dan pesan

dakwah yang kurang memadai dan tidak sesuai dengan kondisi objek yang

memungkinkan dakwah itu mudah diterima atau tidak.

Berkenaan dengan masalah penyuguhan, kualitas dan isi pesan

dakwah seharusnya lebih bisa ditekankan bersifat dialektis dengan

problematika yang dihadapi oleh objek dakwah (apresiatif). Karena jika

diperhatikan secara seksama proses dakwah mulai sejak kemunculan Islam

itu sendiri selalu konstan dengan kondisi umatnya. Sejalan dengan

pendapatnya M. Bahri Ghazali yang mengatakan :

Dakwah islam dan perubahan sosial saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan dakwah terjadilah perubahan sosial dari suatu masyarakat, begitu pula sebaliknya perubahan sosial ikut juga menentukan arah dakwah dilaksanakan. Kebanyakan dakwah Islam

Page 30: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

22

dituntut oleh adanya pergeseran nilai yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian kebutuhan model-model dakwah yang sesuai20. Lebih jelas lagi ia mengatakan :

Dakwah merupakan agen perubahan baik dalam pengertian material maupun immaterial. Dalam pengertian immaterial berarti dakwah sebagai aktivitas yang mampuh melakukan perubahan perilaku dan pola pikir sehingga orientasi pemikiran manusia menuju ke arah yang lebih positif. Sedangkan dalam pengertian material dakwah dapat menimbulkan corak kegiatan yang lebih menjanjikan masa depan bagi suatu masyarakat. Dakwah dalam dimensi immaterial dikenal sebagai dakwah bil-lisan, yang lebih banyak memfokuskan kepada penekanan informatif-persuasif. Sedangkan dakwah yang berdimensi material disebut dakwah bil-hal karena lebih menekankan kepada hal-hal yang bersifat praktis yang mampuh merangsang agar mad’unya lebih cepat melakukan perubahan dalam kegiatannya sehari-hari21. Di sisi lain, alasan keharusan sesuainya materi atau pesan dakwah

dengan kebutuhan kondisi objek didasarkan karena, kegiatan dakwah

sering dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi Islam terhadap

berbagai masalah dalam kehidupan. Masalah kehidupan tersebut

mencakup seluruh aspek, seperti aspek ekonomi, sosial, budaya, hukum,

politik, sains, teknologi, dsb. Untuk itu menurut yunan yusuf, bahwa :

Dakwah harus dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Memilih cara dan metode yang tepat, agar dakwah menjadi aktual, faktual dan kontekstual, menjadi bahagian strategis dari kegiatan dakwah itu sendiri. Tanpa ketepatan metode dan keakuratan cara, kegiatan dakwah akan terjerumus ke dalam “Arang habis besi binasa”. Aktivitas dakwah akan berputar dalam pemecahan

20 Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi

Dakwah (Jakarta. Pedoman Ilmu, 1997), hal. 46 21 Ibid. hal. 45

Page 31: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

23

problema tanpa solusi dan tidak jelas ujung pangkal penyelesaiannya22. Apabila kondisi seperti ini terus terjadi di setiap proses aktivitas

dakwah, pencapaian tujuan untuk merubah kondisi masyarakat tidak akan

tercapai. Ia akan menjadi rutinitas belaka tanpa cita-cita yang pada

akhirnya ajaran-ajaran Islam sebagai pesan dakwah, seolah tidak mampuh

menjawab problematika yang dihadapi oleh masyarakat dan tidak

dijadikan filosofi hidupnya. Karena sebagaimana dimaksudkan di atas,

“perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman

keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja. Tetapi juga

menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus

lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih

menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan”23.

2. Unsur-Unsur Dakwah

Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah Ali Aziz berpendapat:

.komponen-komponen yang selalu ada dalam kegiatan dakwah. Unsur-

unsur tersebut adalah da’I (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah),

maddah (materi dakwah), washilah (media dakwah), thariqah (metode

dakwah), dan atsar (efek dakwah)24.

22 Pengantar oleh M. Yunan yusuf dalam buku Metode Dakwah, Tim Penulis Rahmat Semesta, Center For Dakwah, Education, Low, Social, and Economic Studies. Forum

Komunikasi Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana UIN Syahida (Jakarta. Prenada Media, 2006), hal. IX

23 Ibid. hal. 194 24 M. Ali Aziz, op.cit. hal. 75-143

Page 32: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

24

a. Da’I (Pelaku Dakwah)

Yang dimaksud dengan da’I di sini adalah orang yang melaksanakan

dakwah baik secara lisan, tulisan, ataupun perbuatan, baik sebagai

individu, kelompok, atau berbentuk organisasi atau kelompok.

Da’I merupakan unsur dakwah yang paling utama. Tanpa seorang da’I

Islam sebagai suatu ajaran mulia hanya menjadi sebuah cita-cita, hanya

ada dalam dunia ide semata. Da’I terlepas dari semua unsur perdebatan

hukum kewajiban berdakwah yang ada selama ini, adalah individu

umat Muhammad secara keseluruhan. Maka, bagi mereka yang

termasuk umat Muhammad adalah da’I. Ia memikul tanggung jawab

untuk memahami, mengamalkan dan menyampaikan ayat-ayat Allah

dalam al-Qur’an dan juga sunnah. Berkaitan dengan itu semua maka,

mereka harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Mendalami al-Qur’an dan Sunnah dan sejarah kehidupan rasul serta, khulafaurrasyidin.

b. Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi. c. Berani dalam mengungkapkan kebenaran kapanpun dan di

manapun. d. Ikhlas dalam melaksanakan tugas dakwah tanpa tergiur oleh

nikmat materi yang hanya sementara. e. Satu kata dengan perbuatan. f. Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri25.

Demikian sifat-sifat di atas merupakan faktor-faktor terpenting yang

menjadikan kesuksesan dakwah yang disampaikan oleh padara da’i.

25 Ibid., hal 76

Page 33: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

25

g. Mad’u (Mitra Dakwah)

Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u, yaitu manusia yang menjadi

sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu

maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam

maupun tidak; atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.

Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Saba ayat 28 :

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat

manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Q.S. Saba : 28)

Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk

mengajak mereka mengikuti agama Islam sedangkan kepada orang-

orang yang sudah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan

kualitas Iman, Islam dan Ihsan.

Al-Qur’an mengenalkan kepada kita beberapa tipe mad’u. Secara

umum mad’u terbagi tiga, yaitu : mukmin, kafir dan munafik. Dan dari

tiga klasifikasi besar ini mad’u masih bisa dibagi lagi dalam berbagai

macam pengelompokan. Orang mukmin umpamanya bisa dibagi

menjadi tiga, yaitu : dzalim linafsih, muqtashid, dan sabiqun

bilkhairat. Kafir bisa dibagi menjadi kafir zimmi dan kafir harbi.

Page 34: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

26

Sementara jika digolongkan dari derajat pemikirannya, mad’u (mitra

dakwah) terdiri dari berbagai macam golongan manusia, yaitu :

a. Umat yang berpikir kritis, yaitu orang-orang yang berpendidikan, yang selalu berpikir mendalam sebelum menerima sesuatu yang dikemukakan kepadanya.

b. Umat yang mudah dipengaruhi, yaitu masyarakat yang mudah dipengaruhi oleh paham baru (suggestible) tanpa menimbang-nimbang secara mantap apa yang dikemukakan kepadanya.

c. Umat bertaklid, yaitu golongan yang fanatik, buta berpegang kepada tradisi, dan kebiasaan turun temurun tempat menyelidiki salah atau benarnya26.

c. Maddah (Materi Dakwah)

Unsur dakwah yang ketiga adalah maddah (materi dakwah). Materi

dakwah tentunya meliputi semua ajaran Islam yang terkandung di

dalam al-Qur’an dan Sunnah yang kesemuanya meliputi; akidah,

syari’ah, dan akhlaq.

d. Washilah (Media Dakwah)

Unsur dakwah yang keempat adalah washilah (media) dakwah, yaitu

alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran

Islam) kepada mad’u.

Dalam hal media yang menjadi alat bantu penyampaian dakwah

Hamzah Ya’qub menyebutkan beberapa piranti yang bisa

dimanfaatkan. Piranti tersebut dibagi menjadi lima macam, yaitu lisan,

tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak27.

e. Thariqah (Metode Dakwah)

26 Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah Islam dan Leadership, (Bandung.

Dipenogoro, 1981), hal. 33 27 Ibid.,47-48

Page 35: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

27

Thariqah (metode) merupakan unsur dakwah yang tidak kalah

pentingnya dengan unsur-unsur lain yang dapat menentukan

kesuksesan aktivitas dakwah.

Mengenai masalah metode di sini sangat tergantung kepada situasi dan

kondisi di mana aktivitas dakwah dilakukan. Metode dakwah di sini

kerap kali disebut juga sebagai strategi dakwah.

Prinsip penggunaan metode dakwah Islam sudah termaktub dalam Al-

Qur’an dan Al-Hadis Rasulullah SAW28. Prinsip-prinsip dakwah ini

disebutkan dalam surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut :

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl : 125)

Dari Al-Qur’an di atas bahwasanya metode dakwah ada tiga cara yaitu:

1. Dakwah dengan hikmah (bilhikmah)

2. Dakwah dengan pelajaran yang baik (mauidzah hasanah)

3. Dakwah dengan cara mendebat (wa jadilhum billati hia ahsan)

Dalam al-Qur’an dan hadis di atas merupakan konsep dasar mengenai

strategi atau metode dakwah. Segala macam bentuk strategi yang

28 Rafi’uddin dan Manan Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung. Pustaka

Setia, 1997), hal. 77

Page 36: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

28

ditetapkan di setiap bidang kehidupan manusia semuanya berpedoman

pada 3 (tiga) metode dakwah yang telah disebutkan di atas.

f. Atsar (Efek dakwah)

Atsar (efek) adalah unsur dakwah terakhir yang juga di sisi lain ia

merupakan unsur daripada evaluasi. Efek di sini sering disebut feed

back (umpan balik). Ia merupakan pijakan dalam membuat keputusan

untuk pelaksanaan aktivitas dakwah selanjutnya. Di samping itu efek

adalah syarat mutlak dalam menimbang sejauh mana keberhasilan

dakwah yang telah dicapai, apa saja yang menjadi kekurangan, dan

lain-lain. Karena pada dasarnya, demikian Aly Aziz menegaskan,

bahwa pengaruh daripada dakwah itu meliputi tiga aspek, yaitu; aspek

pengetahuan (knowledge), aspek sikap (attitude), dan aspek perilaku

(behavioral)29.

Dalam menyikapi unsur-unsur dakwah di atas agar keberhasilan

dakwah dapat tercapai, pertimbangan efektifitas dan efisiensi haruslah

diramu dan diproses melalui manajemen strategi dakwah yang mapan.

B. Manajemen Strategis

1. Pengertian Manajemen Strategis

Manajemen strategis adalah “serangkaian keputusan dan tindakan

mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan

29 M. Ali Aziz, op.cit. hal. 143

Page 37: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

29

oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi tersebut30.

Dalam pengertian lain disebutkan bahwa manajemen strategis

adalah “usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organisasi

untuk mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuannya

yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan”31.

Adapun Prof. Dr. Hadari Nawawi dalam bukunya “Manajemen

Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan” memberikan

penjelasan mengenai pengertian manajemen strategik ini cukup terperinci.

Adapun itu bahwa :

“Manajemen strategik adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil) agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk menghasilkan barang atau jasa pelayanan) yang berkualitas dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategik) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi32. Dari beberapa pengertian di atas cukup memberikan gambaran

jelas setidaknya dapat dipetik beberapa poin bahwa manajemen strategis :

1. Merupakan keputusan inti sebuah organisasi.

2. Keputusan manajemen strategis bersifat jangka panjang

30 Sondang P. Siagian, Manajemen Strategis, (Jakarta. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-5, hal. 15 31 Suwarsono, Manajemen Strategik Konsep dan Kasus, (Yogyakarta. UPP AMP YKPN,

1996), Cet-1, hal. 6 32 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan,

(Jogjakarta. Gadjah Mada University Press, 2003), Cet. Kedua, hal. 149

Page 38: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

30

3. Manajemen strategis erat hubungannya dengan pihak

manajerial dalam hal ini adalah pimpinan puncak.

4. Manajemen strategis bersifat menyeluruh yang harus

dijalankan oleh setiap anggota organisasi mulai dari level yang

paling tinggi hingga yang paling bawah guna tercapainya

tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Miller (1998) menekankan lima ciri utama manajemen strategis,

yaitu :

1. Manajemen strategis mengintegrasikan berbagai macam fungsi dalam organisasi.

2. Manjemen strategis berakibat terhadap tujuan organisasi secara menyeluruh.

3. Manajemen strategis mempertimbangkan kepentingan berbagai petaruh (stakeholders).

4. Manajemen strategis berkaitan dengan horizon waktu yang beragam.

5. Manajemen strategis berurusan dengan efisiensi dan efektifitas33.

Manajemen strategis dalam sebuah organiasi merupakan tindakan

keharusan mengingat kebutuhan tumbuh kembangnya organisasi ke depan.

Di samping itu juga tidak terlepas harus adanya keinginan kuat dari

seluruh jajaran anggota organisasi akan keberhasilan organisasinya dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan di awal yang merupakan hasil yang

hendak dicapai (rencana strategis). Tanpa adanya proses manajemen

strategis, sebuah organisasi rasanya sulit berkembang bahkan

kemungkinan besar organisasi tersebut bisa mengalami kebangkrutan. Hal

33 Hendrawan Supratikno, Anton Wachidin Widjaja, Sugiarto, dan Darmadi Darmanto,

Advanced Strategic Management, (Jakarta. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 11

Page 39: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

31

ini dikarenakan manajemen strategis bukan hanya berfungsi dalam menata

langkah kinerja organisasi tetapi juga sebagai sebuah pedoman kerja

apabila dalam proses aplikasinya menghadapi kendala baik yang dating

dari internal organiasi maupun yang datang dari lingkungan eksternal

organisasi. Jadi manajemen strategis tentunya juga bersifat mengikat. Lain

daripada itu juga bahwa manajemen strategis sebagaimana pendapatnya

David yang dikutif oleh Hendrawan Supratikno dan kawan-kawan dalam

bukunya “Advanced Strategic Management” menyebutkan bahwa

sekurang-kurangnya ada lima manfaat manajemen strategis yaitu :

Pertama, manajemen strategis melatih setiap orang dan organisasi untuk berpikir secara antisipatif dan proaktif. Kedua, proses penyusunan manajemen strategis mendorong terjadinya komunikasi yang sangat dibutuhkan dalam organisasi. Ketiga, mendorong lahirnya komitmen manajerial. Keempat, proses tersebut melahirkan pemberdayaan staf. Kelima, organisasi yang menerapkan manajemen stratejis, menunjukan kinerja finansial yang baik34.

2. Tahapan-Tahapan Manajemen Strategis

Tahap-tahap manajemen strategis menurut Amrullah dan Sri Budi

Cantika secara garis besar terdiri dari beberapa tahapan berikut ini :

a. Perumusan strategi

b. Implementasi strategi dan

c. Evaluasi atau pengendalian strategi35.

a. Perumusan Strategi

34 Hendrawan Supratikno, Anton Wachidin Widjaja, Sugiarto, dan Darmadi Darmanto, Advanced Strategic Management, (Jakarta. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 12

35 Amrullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategik, (Yogyakarta. Graha Ilmu, 2002), Cet. Ke-1, hal. 10

Page 40: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

32

Perumusan strategi dalam hal ini adalah proses merancang dan

menyeleksi berbagai strategi yang pada akhirnya menuntut pada

pencapaian misi dan tujuan organisasi. Strategi yang ditetapkan tidak

lahir begitu saja. Diperlukan suatu proses dalam memilih berbagai

strategi yang ada.

Menurut David Aaker, sebagaimana dikutpp oleh H. Kusnadi HMA,

M.Si., terdapat kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan

atau memilih suatu strategi, yaitu :

1) Strategi harus tanggap terhadap lingkungan eksternal 2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif 3) Strategi harus sejalan dengan strategi lainnya yang terdapat di

dalam organisasi 4) Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan

organisasi 5) Strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka

panjang 6) Strategi secara organisasional dipandang layak (wajar)36.

Di samping beberapa kriteria tersebut, terdapat beberapa faktor

berpengaruh yang perlu dicermati dalam menetapkan pilihan strategi.

Faktor-faktor tersebut antara lain :

1) Kesadaran manajemen tentang strategi perusahaan di masa lalu 2) Persepsi manajerial tentang ketergantungan eksternal 3) Sikap manajemen terhadap resiko 4) Pengaruh kekuatan internal 5) Waktu pemilihan (Timing) 6) Reaksi pesaing37.

“Dalam perumusan strategi termasuk di dalamnya ialah pengembangan

tujuan, mengenai ancaman eksternal, menetapkan suatu objektifitas,

36 Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategik, (Malang. Universitas Brawijaya, 2001), edisi

ketiga, hal. 215 37 Amrullah dan Sri Budi Cantika, op.cit. hal. 127

Page 41: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

33

menghasilkan strategi alternatif, memilih strategi untuk

dilaksanakan”38. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap

untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu

keputusan dalam suatu proses kegiatan dakwah. Teknik perumusan

strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja di

antaranya :

1) Tahap input (masukan), dalam tahap ini proses yang dilakukan

ialah meringkas informasi sebagai masukan awal, dasar yang

diperlukan untuk merumuskan strategi dakwah Islam.

2) Tahap pencocokan. “proses yang dilakukan ialah memfokuskan

strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor

eksternal dan internal”39. Juga pencocokan antara da’I, mad’u

serta metode yang akan diterapkan dalam tahap pelaksanaan.

3) Tahap keputusan. “menggunakan satu macam teknik setelah

diperoleh dari input secara sasaran dalam mengevaluasi strategi

alternatif yang telah diidentifikasikan dalam tahap kedua”40.

Perumusan strategi haruslah selalu melihat ke arah depan

dengan tujuan, peran tujuan sangatlah penting dan mempunyai

andil yang sangat besar.

Sementara itu dalam kaitannya dengan yayasan yang

operasionalisasinya menekankan pada aktivitas dakwah Islam maka

perumusan strategi tentunya haruslah mempertimbangkan asas-asas

38 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta. Prenhalindo, 2002), hal. 3 39 Ibid. hal. 183 40 Ibid. hal. 198

Page 42: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

34

dakwah itu sendiri. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan nilai akhir

yang hendak dicapai oleh lembaga dakwah (yayasan) dan organisasi

profit (perusahaan). Tetapi, walaupun demikian, memang terdapat

persamaan universal mengenai perumusan strategi ini. Adapun

beberapa asas dakwah yang harus diperhatikan dalam perumusan

strategi ini di antaranya sebagai berikut ;

1. Asas filosofis : asas ini terutama membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dalam aktivitas dakwah.

2. Asas kemampuan dan keahlian da’I (achievement and profesionalis) : asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan profesionalisme da’I sebagai subjek dakwah.

3. Asas sosiologis : asas-asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintah setempat, mayoritas agama di suatu daerah, filosofis sasaran dakwah, dan sebagainya.

4. Asas psikologis : asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’I adalah manusia. Begitupun sasaran dakwahnya yang memiliki karakter yang unik. Yakni berbeda satu sama lainnya. Pertimbangan-pertimbangan masalah psikologis harus diperhatikan dalam proses pelaksanaan dakwah.

5. Asas efektifitas dan efisiensi : asas ini maksudnya adalah di dalam aktivitas dakwah harus diusahakan keseimbangan antara biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya, sehingga hasilnya bisa maksimal41.

Dalam mengambil suatu kebijakan strategis mana yang paling tepat

dan benar, perlulah mempertimbangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi pemilihan dan penggunaannya. Ini dimaksudkan agar

strategi yang dipilih dan digunakan benar-benar fungsional. Adapun

faktor-faktor itu di antaranya :

41 Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta. AMZAH, 2008),

hal. 176-177. dan lihat Asmuni Syukir, Dasar-Dasat Strategi Dakwah Islam, (Surabaya. Al-Ikhlas, 1983), hal. 32-33

Page 43: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

35

1. Tujuan, dengan berbagai jenis dan fungsinya 2. Sasaran dakwah (masyarakat/individual), dengan segala

kebijakan/politik pemerintah, tingkat usia, pendidikan, peradaban (kebudayaan) dan lain sebagainya.

3. Situasi dan kondisi yang beraneka ragam keadaannya 4. Media dan fasilitas (logistic) yang tersedia, dengan berbagai

macam kuantitas dan kualitasnya. 5. Kepribadian dan kemampuan seseorang da’I/muballigh42.

Selain poin-poin di atas, untuk mencapai strategi yang strategis

pendapat Hisyam Alie yang dikutip oleh Rafi’uddin perlu juga

dikedepankan. Yaitu harus memperhatikan hal-hal berikut ini :

1. Kekuatan, yaitu memperhitungkan kekuatan yang dimiliki dan biasanya menyangkut manusia, dana dan beberapa piranti yang dimiliki.

2. Kelemahan, yaitu memperhitungkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki dan menyangkut aspek-aspek sebagaimana kekuatan.

3. Peluang, melihat seberapa besar peluang yang mungkin tersedia di luar, sehingga peluang yang sangat kecil sekalipun dapat diterobos.

4. Ancaman, yaitu memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman dari luar43.

b. Implementasi Strategi

Implementasi strategi menurut Asmuni Syukir adalah termasuk

pengembangan budaya dalam mendukung strategi, menciptakan

struktur organisasi yang efektif, mengubah arah, menyiapkan

anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang

masuk44.

42 Asmuni Syukir, Dasar-Dasat Strategi Dakwah Islam, (Surabaya. Al-Ikhlas, 1983), hal. 103 43 Rafi’uddin dan Manan Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung. Pustaka

Setia, 1997), hal. 77 44 Asmuni Syukir, op.cit. hal. 5

Page 44: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

36

Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam

strategi karena implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah

strategi yang dirumuskan menjadi tindakan konkrit. Menetapkan

tujuan, dan melengkapi kebijakan, mengalokasikan sumber daya dan

mengembangkan budaya yang mendukung, strategi merupakan usaha

dalam mengimplementasikan strategi itu sendiri. Implementasi yang

sukses merupakan dukungan disiplin, motivasi dan kerja keras.

Sebagaimana dikemukakan oleh para pakar Reiman “strategi terbagus

sekalipun akan hancur bila diimplementasikan dengan buruk”45.

Berarti implementasi yang sukses adalah tergantung dari kerja sama di

antara fungsionaris dan divisi sebuah organisasi atau lembaga dakwah

itu sendiri. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat

membutuhkan komitmen dan kerjasama dari seluruh unit, tingkat dan

anggota organisasi. Tanpa adanya komitmen dan kerjasama dalam

pelaksanaan strategi, maka formulasi dan analisis strategi hanya akan

menjadi impian dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada

alokasi dan pengorganisasian SDM yang ditampakkan melalui

penetapan struktur organisasi, mekanisme kepemimpinan yang

dijalankan berikut budaya perusahaan46.

1) Penetapan Struktur Organisasi

Fungsi utama dari sebuah struktur organisasi adalah membantu

dalam mengidentifikasi kegiatan-kegiatan kunci perusahaan

45 Ibid., hal. 5 46 Muhamad Ismail Yusanto dan Muhamad Karebet Widjaja kusuma, Manajemen Strategi

Perspektif Syariah, (Jakarta. Khairul Bayan, 2003), Cet. Ke-1, hal. 92

Page 45: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

37

dan cara kegiatan-kegiatan itu dikoordinasikan untuk mencapai

tujuan strategi perusahaan47. Dengan kata lain struktur

organisasi berfungsi untuk mendikte bagaimana cara untuk

mencapai tujuan dan melaksanakan strategi perusahaan.

Untuk mendapatkan struktur organisasi yang paling efektif

sangatlah bergantung dan disesuaikan dangan tuntunan strategi

organisasi atau perusahaan, karena desain organisasi erat

kaitannya dengan kegiatan dan sumberdaya penting

perusahaan. Jika struktur organisasi sesuai dengan perubahan

yang diusulkan di dalam strategi maka akan memudahkan

pengimplementasian strategi dan menunjukkan organisasi

dalam kondisi sangat kuat, namun bila struktur organisasi tidak

sejalan dengan formulasi strategi yang telah ditetapkan akan

sulit untuk diimplementasikan sehingga akan menunjukkan

organisasi dalam kondisi yang lemah.

2) Mekanisme Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam konteks manajemen strategis,

kepemimpinan strategi adalah “kemampuan dalam

mengantisipasi setiap permasalahan yang terjadi, memiliki visi,

mampuh mempertahankan fleksibilitas organisasi, dan dapat

47 Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategik, (Yogyakarta. Graha Ilmu, 2002),

Cet. Ke-1, hal. 158

Page 46: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

38

memberikan atau mendelegasikan kuasa kepada orang lalin

untuk menciptakan perubahan strategis yang perlu”48.

Adapun tugas pertama yang harus dilakukan oleh pemimpin strategis

dalam implementasi strategi organisasi antara lain meliputi :

a) Menentukan arah strategi organisasi yang mengacu pada pengembangan jangka panjang tujuan strategi organisasi.

b) Memanfaatkan dan mempertahankan sumber daya dan kemampuan yang berguna sebagai sumber keunggulan organisasi.

c) Mengembangkan dan memotivasi sumber daya manusia melalui program pelatihan dan pengembangan SDM guna membangun visi bersama tentang organisasi.

d) Mempertahankan budaya organisasi yang efektif e) Menanamkan etika bisnis dalam budaya organisasi f) Mengembangkan pengendalian organisasi49.

Dan yang terpenting bagi seorang pemimpin, apapun gaya

kepemimpinan yang dianut manajemen perusahaan, harus siap dan

mampuh melakukan transformasi.

3) Budaya Organisasi

Budaya organisasi menurut John L. Pierce dan John W. Newstrom

dalam bukunya “Buku Pintar Manajer Aneka Pandangan

Kontemporer” adalah :

“pola asumsi-asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan suatu kelompok tertentu dalam usaha belajar mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal, dan terbukti cukup sahih dan karenanya diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk memikirkan dan merasakan dalam kaitannya dengan masalah-masalah tersebut”50.

48 Amirullah dan Sri Budi Cantika, op.cit. hal. 165 49 Ibid. hal. 167-168 50 John L. Pierce dan John W. Newstrom, (ed), Buku Pintar Manajer Aneka Pandangan

Kontemporer, (Jakarta. Bina Rupa Aksara, 1996), Cet. Ke-1, hal. 115

Page 47: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

39

Setiap organisasi memiliki budaya yang terbentuk. Keberadaan

sebuauh budaya dalam organisasi sangat memberikan peran

yang penting bagi kelangsungan hidup organisasi dan dalam

pelaksanaan strategi organisasi. Budaya dapat menjadi suatu

pengikat sekaligus motivator rasa kebersamaan para anggota

organisasi melalui pemahaman yang sama tentang tata cara dan

batasan perilaku dalam berorganisasi51.

c. Evaluasai atau Pengendalian Strategi

Evaluasi merupakan proses yang cukup krusial dalam meninjau tingkat

keberhasilan dengan cara menilai dan membandingkan capaian kinerja

dengan standar rencana yang telah ditetapkan dalam suatu institusi atau

oraganisasi.

Mengenai arti evaluasi itu sendiri agustinus memberikan pengertian

bahwa “Evaluasi strategi adalah proses mendapatkan informasi

mengenai pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditetapkan berikut

kinerjanya serta membandingkan rencana tersebut dengan standar yang

telah ditentukan”52.

Demikian dari definisi di atas memberikan penjelasan bahwa evaluasi

dalam prosesnya terjadi pada dua tahapan yaitu tahap pertama

pengumpulan informasi dan tahap kedua yaitu tahap pembandingan

51 Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategik, (Yogyakarta. Graha Ilmu, 2002),

Cet. Ke-1, hal. 172 52 Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik; Pengantar Proses Berpikir Strategik,

(Jakarta. Binarupa Aksara, 1996), hal. 11

Page 48: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

40

yang akhirnya berakhir pada titik penilaian dan kembali lagi pada

proses perencanaan strategi apa berikutnya.

Evaluasi merupakan proses akhir dalam implementasi strategi tetapi

sekaligus menjadi proses awal dalam melahirkan strategi baru.

Menurut Amirullah dan Sri Budi Cantika bahwa ada tiga macam

aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu :

1) Meninjau faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi, adanya faktor eksternal, perubahan yang ada akan menjadi suatu hambatan dalam pencapaian tujuan begitu juga dengan faktor internal yang di antaranya. Strategi yang tidak efektif atau aktivitas implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan), menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat ke arah penyampaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus diukur dan dibuktikan. Kriteria yang meramalkan hasil lebih penting daripada kriteria yang diungkapkan apa yang telah terjadi.

3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. “tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang direncanakan, maka di situlah tindakan korektif diperlukan”53.

53 Ibid. hal. 104

Page 49: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

41

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG

YAYASAN AL-HUDA KOTA BOGOR JAWA BARAT

A. Sejarah Dan Lokasi Yayasan Al-Huda

Yayasan Al-Huda berdiri pada tanggal 1 Jumadats Tsaniyah 1413 H/25

November 1992 M melalui Akte Notaris Anis Husin Abdat, SH. No. 46/1992.

Yayasan tercatat di pengadilan negeri Bogor No. 21/14 Januari 1993. Yayasan

Al-Huda ini adalah sebuah lembaga yang komitmen terhadap ilmu dakwah

Islam berdasarkan aqidah Ahlussunnah Waljama’ah dan Manhaj (jalan) para

salafu shalih (pendahulu umat yang baik)1.

Berdirinya yayasan Al-Huda dipelopori tiga tokoh utama yaitu oleh

Ust. Abdul karim, Ust. Takdir Syamsudin Ali, Ust. Fauzi dan tentunya

bersama-bersama dengan orang-orang yang memiliki kehendak mulia ini2.

Ketiga tokoh ini mendirikan yayasan Al-Huda dilandaskan pada dua hal yang

melatar belakanginya yaitu :

“Pertama, dorongan keprihatinan keadaan kaum muslimin di Indonesia yang masih banyak terpuruk ke dalam kesyirikan, bid’ah, khurafat dan amalan lain yang menyelisihi ajaran Islam. Kedua, keadaan masyarakat muslim Indonesia yang masih banyak terpuruk ke dalam kemiskinan yang menjadi pemandangan paradoksal di tengah negeri yang kaya akan sumber daya alamnya3.

1 Yayasan Al-Huda, “Profil Yayasan”, diakses pada tanggal 25 Maret 2011 dari

http://www.alhuda.or.id 2 Wawancara pribadi dengan ketua yayasan Ust. Eka Sakti Habibulloh Lc. Bogor, 27 Maret

2011 3 Wawancara pribadi dengan ketua yayasan Ust. Eka Sakti Habibulloh Lc. Bogor, 27 Maret

2011

Page 50: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

42

Berdasarkan dua faktor di atas, jelaslah bahwa kifrah yayasan Al-Huda

sebagai lembaga dakwah telah sesuai dengan artikulasi tujuan dakwah itu

sendiri. Yaitu mewujudkan terciptanya masyarakat yang relijius di satu sisi

tetapi juga sejahtera di sisi lain. Bukan hanya kehidupan ukhrawi tetapi juga

kehidupan duniawi demikian juga sebaliknya. Pada forsi yang lain, sebagai

bagian dari bangsa Indonesia, yayasan Al-Huda juga turut bertanggung jawab

untuk membantu mencerdaskan bangsa, memperbaiki aqidah dan akhlak

masyarakat serta terus berusaha mengentaskan mereka dari keterpurukan yang

dialami. Tentunya dengan tenaga dan kemampuan yang ada.

Yayasan Al-Huda didirikan berdasarkan asas dan prinsip yang jelas.

yayasan ini berasaskan Islam, beraqidah ahlussunnah waljama’ah dengan

mengikuti pemahaman para salaful ummah, dan berpendapat bahwa mereka

adalah golongan yang paling mengerti dan memahami tentang Islam, sehingga

wajib diikuti. Ini didasarkan pada hadis Imran bin Husain radhiallahu’anhu,

bahwasanya Rasulullah S.A.W. bersabda :

“Sebaik-baik generasi adalah generasiku, disusul generasi setelahnya, disusul oleh generasi setelahnya”. Imran radhiallahu ‘anhu berkata,”saya tidak tahu pasti, beliau menyebutkan dua generasi berikutnya –setelah generasinya- atau tiga generasi berikutnya”. (lanjutan hadis) “kemudian setelah itu muncul segolongan kaum yang bersaksi tanpa diminta kesaksiannya, berkhianat dan tidak bisa dipercaya, bernadzar dan tidak menunaikannya, dan tubuh-tubuh mereka terlihat banyak dagingnya (gemuk, makan melebihi batas)”. (HR. Al-Bukhari, kitab keutamaan para shahabat). Telah diriwayatkan oleh Irbadh bin Sariyah radhiallahu ‘anhu, ia

berkata :

“Suatu hari Rasulullah SAW. Shalat bersama kami, kemudian beliau menghadapi kami dan memberikan kepada kami wejangan yang sangat

Page 51: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

43

jelas, yang membuat air mata berlinang dan menggetarkan hati”. kemudian salah seorang berkata, “wahai Rasulullah, seakan-akan wejangan ini adaalah wejangan perpisahan. Apakah yang engkau wasiatkan kepada kami ?” beliau Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, “saya wasiatkan kepada kalian semua, agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT., mendengar dan mentaati, meski kepada budak hitam Habasyi. Sesungguhnya siapa yang hidup pada zaman setelah aku, ia akan melihat banyak perpecahan, maka hendaklah kalian senantiasa memegang teguh sunnahku dan sunnah para khulafa’urrasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah dengan teguh daan gigitlah dengan gerahammu. Hendaklah kalian menghindari hal-hal baru (dalam agama), karena setiap hal yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu adalah sesat”. (HR. Abu Dawud dalam Kitab As-Sunnah dan dishahihkan oleh Al-Albani). Di samping itu prinsip yang dipegang teguh sebagai pedoman

pelaksanaan dakwah, tentunya dakwah dalam arti yang seluas-luasnya, ketika

di dalam prosesnya mengalami kesukaran ataupun permasalahan hukum yang

tidak ada nashnya, yayasan merujuk kepada ulama besar ahlussunnah

waljama’ah yang telah disaksikan kepiawaian dalam keilmuan dan tingkat

ketakwaan, berdasarkan kitab-kitab mereka, seperti Imam Abu Hanifah, Imam

Malik bin Anas, Imam Syafi’I, Imam ahli hadis Ahmad bin Hambal, Syaikh

Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu Qayyim –semoga Allah merahmati

mereka semua- dan yang lainnya dari ulama salaf. Juga kepada para ulama

umat ini yang masih hidup, yang terkenal ketakwaannya dan kebijaksanaannya

di dalam menyikapi berbagai permasalahan. Allah SWT. berfirman :

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami

beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (Q.S. An-Nahl : 43)

Page 52: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

44

Yayasan Al-Huda benar-benar tidak fanatik kepada salah satu ulama

atau meninggalkan yang lain, pun tidak berpendapat ada seseorang yang

ma’shum (terbebas dari kesalahan) kecuali Rasulullah SAW. Yayasan

meyakini bahwa sikap fanatik dan membatasi diri pada seseorang akan

menjerumuskan ke dalam kesesatan sebagaimana keadaan ahlul bid’ah dan

hizbiyah. Bila mana orang tersebut secara sengaja atau tidak sengaja

terjerumus ke dalam kelalaian dan kesesatan, maka pengikutnya juga akan

sesat.

Yayasan Al-Huda memanfaatkan ilmu dari semua ulama ahlussunnah

waljama’ah yang telah disaksikan tingkat keilmuannya, derajat ketakwaannya,

kebijaksanaannya dan tingkat ittiba (mencontoh) mereka kepada para salaful

ummah4.

B. Visi Dan Misi

Dalam upaya perwujudan maksud dan tujuan yayasan, yayasan Al-

Huda mempunyai visi dan misi sebagai berikut5 :

1. Visi

Terbentuknya masyarakat yang taat beribadah kepada Allah SWT.

berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah menurut pemahaman salafus

shalih hingga yaumul kiamah.

4 Yayasan Al-Huda, “Profil Yayasan”, diakses pada tanggal 25 Maret 2011 dari http://www.alhuda.or.id

5 Yayasan Al-Huda, “Profil Yayasan”, diakses pada tanggal 25 Maret 2011 dari http://www.alhuda.or.id

Page 53: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

45

2. Misi

a. Menyebarkan dakwah Islamiyah serta merumputkan manhaj

ahlussunnah waljama’ah.

b. Mendidik generasi muslim yang bertauhid dan beribadah

dengan benar dan berakhlak mulia.

C. Struktur Kepengurusan

Yayasan Al-Huda membentuk kepengurusannya dalam struktural yang

terdiri dari : penasehat utama, Pembina, ketua yayasan, sekretaris dan

bendahara. Sementara struktur di bawahnya, terdiri dari 5 (lima) departemen

yayasan dan 5 (lima) divisi kerja yayasan.

Di antara 5 (lima) departemen tersebut yaitu :

1. Departemen dakwah dan kaderisasi

2. Departemen pendidikan dan pelatihan

3. Departemen sarana dan prasarana

4. Departemen pembangunan dan

5. Departemen sosial

Sementara 5 (lima) divisi di atas adalah :

1. Divisi ma’had dan markaz dakwah

2. Divisi sosial kemasyarakatan

3. Divisi kesehatan

4. Divisi pembangunan sarana ibadah

Untuk posisi penasehat utama dijabat oleh Ustadz Abu Muhammad dan

Ustadz Sarbini M.H.I. sebagai Pembina yayasan.

Page 54: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

46

Posisi ketua departemen yayasan dipegang oleh Ustadz Habibullah Lc.

Dengan Usamah bin Harun sebagai sekretaris serta bendahara oleh Edri. Di

departemen dakwah, sebagai ketua dijabat oleh Ustadz Imam Ja’far Lc., wakil

ketua Ustadz Qomarudin, staf khusus Muhammad Zainal Abidin dan ketua

anggota Ahmad Jaiz.

Departemen ini membawahi 2 (dua) divisi yaitu :

1. Divisi dakwah yang menangani kegiatan dakwah dalam bentuk,

khutbah jum’at dan dakwah untuk umum yang diselenggarakan di

masjid-masjid yang dibangun oleh yayasan Al-Huda atau masjid

umum. Kegiatan rutin mingguan atau secara insidentil (kajian

akbar, bedah buku, seminar, talk show, diskusi panel dan lainnya.)

2. Divisi tarbiyah menangani program pembinaan (tarbiyah) secara

berkesinambungan dalam nuansa ilmiah, ruhiah, dan jasadiah. Di

mana hal ini rutin dilakukan setiap minggu sesuai kesepakatan

antara peserta dan Pembina (murabbi). Kegiatan ini lebih dititik

beratkan di wilayah jabodetabek.

Di departemen pendidikan dan pelatihan, Nana Priatna S.Pd. dipercaya

untuk menduduki posisi sebagai ketua. Dan sama halnya dengan departemen

dakwah, departemen pendidikan dan pelatihan inipun membawahi beberapa

divisi. Divisi yang dimaksud yaitu :

1. Pusat pengembangan dan pembinaan sekolah di bawah badan

hukum (BHP Al-Huda) yang merupakan pendidikan formal dari

Page 55: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

47

tingkat TKIT sampai perguruan tinggi yaitu, Sekolah Tinggi

Agama Islam Al-Hidayah (STAIA) plus boarding school.

2. Pondok mahasiswa akhawain (pesantren mahasiswa putera). Yaitu

program pesantren mahasiswa, mereka kuliah sambil mondok di

pesantren. Program pendidikan keislaman ini dilakukan secara

intensif dan gratis bagi mahasiswa yang dilaksanakan di asrama.

Program pendidikannya dinamakan PBA (Program Beasiswa Al-

Hidayah) serta program beasiswa pendidikan ke luar negeri

(yaman).

3. Pusat dakwah mahasiswa, yaitu divisi yang menjalankan program

pelatihan guna mendukung program-program pendidikan dengan

mengambil basis SDS (Sumber Daya Insani) berasal dari

mahasiswa umum. Di antara pelatihan berupa : thibbun nabawi,

pelatihan menulis di majalah Gerimis dan Ummatie.

4. MDI (Madrasah Diniyah Islamiyah). Yaitu program khusus anak-

anak SD. Mereka belajar dasar-dasar keislaman dan dasar-dasar

bahasa arab. Mereka dilatih mahir membaca dan menulis al-Qur’an

(membaca dan menghafal).

Sedangkan untuk departemen sarana dan prasarana dijabat oleh Eko

Agus Syauqi S.Th.I., departemen pembangunan oleh Ir. Supriadi dan Ahmad

Fauzi di departemen sosial6.

6 Yayasan Al-Huda, “Profil Yayasan”, diakses pada tanggal 25 Maret 2011 dari

http://www.alhuda.or.id

Page 56: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

48

D. Program Kerja

Program utama yayasan Al-Huda disusun berdasarkan analisa

kebutuhan sasaran. Program-program ini dilaksanakan berdasarkan asas

partisifatif dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah yang

sesuai dengan manhaj ahlussunnah waljama’ah.

Ada beberapa program utama yang berjalan selama ini yang menjadi

sasaran utama yayasan dalam pembinaan, dakwah dan pemberdayaan umat

Islam yaitu pembinaan aqidah dan syariah umat Islam (dakwah Islam),

pendidikan di ma’had atau pesantren, pengembangan sumber daya insani

(PSDI) dan pelayanan sosial masyarakat (PSM), Pembangunan sarana ibadah

dan umum.

Adapun aktifitas programnya meliputi :

1. Pembinaan Dakwah Ahlussunnah Waljama’ah

a. Dakwah tarbiyah bagi anggota yayasan Al-Huda

b. Dakwah fardiyah (dakwah secara individu)

c. Pelatihan kemandirian dan keterampilan

d. Pelayanan majelis ta’lim dan khutbah jum’at

e. Safari dakwah dan tabligh akbar

2. Pengembangan Sumber Daya Insani

a. Pendidikan formal tingkat SD sampai dengan perguruan tinggi

(STAIA)

b. Pendirian dan pengembangan pesantren yatim piatu

c. Beasiswa khusus diasramakan di ma’had atau pesantren

Page 57: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

49

d. Pelatihan kader da’I dan da’iah

e. Pelatihan quantum teaching

3. Pelayanan Sosial Masyarakat

a. Peduli da’I lapangan atau santunan da’I dan da’iah

b. Layanan pengajian umum di masjid dan perkantoran

c. Santunan sunatan masal anak yatim dan dhuafa

d. Bantuan sosial kemanusiaan seperti bencana alam

e. Pelayanan pengobatan syariah (ruqyah, bekam dll.)

f. Pembangunan pelayanan sarana ibadah seperti masjid dll7.

E. Sarana Dan Prasarana

Dalam melaksanakan syi’ar dakwah Islamiyah yayasan Al-Huda

didukung dengan berbagai sarana dan prasarana yang meliputi :

1. Gedung kantor yayasan

Gedung ini menjadi pusat perencanaan kinerja yayasan. Gedung

kantor ini terdiri dari 2 (dua) lantai. Di bagian lantai pertama

terdapat ruangan yang dikhususkan bagi setiap mereka yang

berkunjung ke yayasan termasuk orang tua wali yang hendak

mengunjungi putera/puteri mereka yang tengah menempuh

pendidikan baik di SMPIT, SMAI dan STAIA, sementara di lantai

2 (dua) untuk ruang kerja yayasan.

7 Yayasan Al-Huda, “Profil Yayasan”, diakses pada tanggal 25 Maret 2011 dari http://www.alhuda.or.id

Page 58: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

50

2. Masjid

Program bantuan atau pembangunan masjid sebagai pusat kegiatan

umat menjadi salah satu program kerja utama. Bantuan yang

didirikan oleh yayasan dalam pembangunan sarana ibadah dan

pusat kegiatan ibadah umat meliputi seluruh biaya pembangunan

dari awal hingga akhir.

Dari masjid-masjid yang telah dibangun oleh yayasan Al-Huda di

beberapa wilayah itulah yang dijadikan sarana dakwah dari masjid

ke masjid oleh para aktivis dakwah baik yang tergabung menjadi

pengurus yayasan atau mereka para alumni pondok yang hidupnya

berkifrah sebagai da’I atau juru dakwah.

Sesmentara masjid yang ada di area yayasan yaitu ada 2 (dua).

Masjid pertama di sebelah gedung siaran radio Fajri FM dan yang

kedua terletak sekitar 200M sebelah utara kantor yayasan Al-Huda

atau tepatnya terletak di dalam areal pondok pesantren putera

(Akhawain). Masjid yang kedua ini digunakan oleh para santri atau

peserta didik pondok pesantren putera untuk belajar ilmu agama

yang menjadi program pondok pesantren.

3. Pondok pesantren mahasiswa (pondok akhawain)

Pondok ini dibangun untuk program pesantren mahasiswa. Mereka

kuliah sambil mondok di pesantren. Program pendidikan keislaman

ini dilaksanakan secara intensif dan gratis bagi mahasiswa.

Program pendidikannya kemudian dinamakan Program Beasiswa

Page 59: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

51

Al-Hidayah (PBA) serta program beasiswa pendidikan ke luar

negeri (Yaman) bagi mereka yang berprestasi dan memenuhi

syarat-syarat yang telah ditentukan.

4. Pondok pesantren puteri (pondok akhawat)

Untuk pondok pesantren puteri, gedungnya terletak 200M di

sebelah selatan gedung yayasan. Gedung pesantren puteri ini seperti

halnya pesantren putera di atas.

5. Kantor majalah Ummatie dan majalah Gerimis

Untuk kantor majalah Ummatie dan majalah Gerimis diterbitkan

satu bulan satu kali. Majalah-majalah ini dijadikan sebagai media

dakwah lewat tulisan (da’wah bi al-qalam) oleh yayasan Al-Huda.

Ini dibuat demi menyebarkan ajaran-ajaran Islam yang benar

kepada masyarakat luas dan tentunya juga sebagai counter isu-isu

yang bergulir di tengah-tengah masyarakat.

6. Gedung penyiaran radio Fajri FM

Gedung penyiaran radio Fajri FM ini letaknya masih di dalam area

yayasan. Radio Islam Fajri 99.3 FM adalah nama sebutan stasiun

radio Islam di udara dari PT. Radio Fajri Imani. Yaitu sebuah

lembaga penyiaran swasta yang bersifat komersil berbentuk badan

hukum yang bidang jasanya penyiaran radio.

PT. Radio Fajar Imani didirikan berdasarkan akte Notaris Nadilah,

SH. No. 1,- tanggal 20 Juli 2006 dan telah mendapatkan

Page 60: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

52

pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui

surat keputusan W8-00305 HT.01.01 pada tanggal 30 Januari 2007.

Radio Islam Fajri 99.3 FM didirikan berdasarkan kebutuhan umat

Islam Indonesia kepada pemahaman Islam yang benar yang sesuai

dengan apa yang Rasulullah SAW ajarkan. Dan kebutuhan

informasi di era teknologi yang cepat dan akurat (khususnya

informasi dunia Islam baik lokal maupun internasional) dengan

penyajian informasi yang mendidik, bermanfaat dan penting

diketahui oleh pendengar.

7. Toko kitab, obat-obatan herbal dan lain-lain

Toko yang dimiliki yayasan berada di dalam komplek yayasan

tepatnya di depan gedung Fajri FM.

8. Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT)

Berlokasi di kota batu Ciomas Bogor.

9. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)

SDIT Al-Hidayah didirikan oleh yayasan Al-Huda pada bulan Juli

tahun 2001. SDIT ini berlokasi di Pemda Cibinong Bogor tepatnya

di Jl. KSR. Dadi Rusmayadi Kel. Tengah, Kec. Cibinong, Kab.

Bogor.

SDIT Al-Hidayah memperoleh pengesahan operasional melalui

keputusan kepala dinas pendidikan kabupaten Bogor No.

421.1/506/Disdik/2002, pada tanggal 13 Februari 2002. Pada tahun

2005 SDIT Al-Hidayah resmi terakreditasi dengan predikat “B”

Page 61: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

53

oleh Badan Akreditasi Sekolah kabupaten Bogor melalui sertifikat

akreditasi No.006/BAS-Kab.2/2005. Pada tanggal 24 Februari

2005. Pada tahun 2008 SDIT Al-Hidayah resmi terakreditasi

dengan predikat “A’ oleh BAN-SM Provinsi Jawa Barat melalui

sertifikat akreditasi No.02.00/441/BAP-SM/XI/2008, pada tanggal

25 November 2008.

10. Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT – Islamic

Boarding School)

Sarana pendidikan SMPIT terletak di Jl. Raya Cimanglid – Ciapus

Purnama Desa Sukamantri Kec. Tamansari Kab. Bogor.

SMP Islam Boarding ini didirikan atas dasar kesadaran akan

kewajiban untuk memperkenalkan anak-anak kepada ajaran Islam

yang sebenarnya, berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-

Sunnah, bertauhid dan menjauhkan diri dari kesyirikan,

kemaksiatan dan penyimpangan-penyimpangan yang merajalela

saat ini. SMP Islam Boarding merupakan salah satu solusi dari

pemecahan masalah tersebut, dengan tidak mengenyampingkan

ilmu pengetahuan umum sebagai faktor penting yang harus

dikuasai saat ini.

Tidak sebagaimana di kebanyakan sekolah, pada umumnya

membiarkan penyimpangan dan kemaksiatan baik dalam ilmu

pengetahuan umum terlebih lagi urusan agama, maka SMP Islam

Boarding HASMI menjadi pilihan tepat untuk menghindari

Page 62: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

54

kekurangan itu (di antara sedikit sekali sekolah yang

memperhatikan hal tersebut).

11. Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) puteri

Gedung asrama SMA Islam Puteri berada di alamat yang sama

dengan SMPIT di atas. Kurikulum SMA ini mengikuti kurikulum

KTSP (Diknas) yang dimodifikasi dengan SMAIPH. Sekolah ini

mempunyai program-program unggulan sebagai berikut :

- Keputrian

- Tahfidz

- Komputer

- Bahasa Arab dan Bahasa Inggris

- Belajar mandiri

Di samping itu, SMA Islam puteri ini menerapkan sistem di mana

setiap kelas, 1 (satu) wali kelas dan 1 (satu) pengasuh.

12. Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hidayah (STAIA)

STAIA berlokasi di Dermaga Ciomas Bogor. STAIA ini

terakreditasi Badab Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-

PT) dengan No.SK: 018/BAN-PT/Ak-XI/S1/VIII/2008.

Page 63: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

55

BAB IV

ANALISA DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR

PERSPEKTIF MANAJEMEN STRATEGIS

A. Perumusan Manajemen Strategi Dakwah Yayasan Al-Huda

Sebelum beranjak pada pembahasan perumusan strategi dakwah

yayasan Al-Huda, pada termin ini penulis akan menyajikan hasil analisa

mengenai faktor-faktor penting yang menjadi pijakan dalam proses perumusan

strategi itu sendiri. Faktor-faktor tersebut membahas mengenai situasi dan

kondisi lingkungan internal dan eksternal lokasi operasional yayasan Al-Huda.

Adapun faktor-faktor yang dimaksud lebih dikenal dengan analisis SWOT.

Hal ini dimaksudkan agar bisa mendapatkan poin-poin penting dalam upaya

analisa komparasi kesesuaian strategi yang telah dirumuskan oleh yayasan

untuk mencapai tujuannya dengan kemampuan yang dimiliki oleh yayasan itu

sendiri.

Demikian penjelasan mengenai pendekatan analisis SWOT tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Analisis Internal – Strength (Kekuatan)

Yang dimaksud dengan kekuatan adalah elemen-elemen penting

yang mampuh menopang eksistensi yayasan dalam menjalankan roda

organisasinya. Kekuatan di sini bisa saja muncul dari dalam tetapi juga

bisa datang dari luar yayasan.

Page 64: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

56

Mengenai unsur-unsur yang menjadi kekuatan yayasan penulis

klasifikasikan pada 4 (empat) hal yaitu :

a. Kekuatan yang bersumber dari manusia baik pengurus, tenaga

pengajar, para ustadz (da’i) atau yang lebih dikenal dengan

kekuatan Sumber Daya Manusia/Insani (SDM/SDI).

b. Kekuatan yang muncul dari dukungan sarana dan media dakwah

c. Kekuatan jaringan (mitra dakwah) dan

d. Kekuatan materil atau sumber daya materil

Keempat unsur tersebut semuanya satu sama lain saling berkaitan

dan saling mendukung. Kesuksesan program dakwah yayasan tanpa

ditopang atau jika saja salah satu dari keempat unsur tersebut hilang, maka

program yayasan bisa dipastikan tidak akan berjalan secara maksimal

(efektif) sehingga hasilnya akan berada dalam posisi stagnan.

Adapun penjelasan mengenai kekuatan yang bersumber dari

keempat unsur di atas dari hasil penelitian penulis berdasarkan data

observasi dan interview di lapangan adalah sebagai berikut :

a) Kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam sumber daya manusia ini adalah keseluruhan pengelola

yayasan berikut di dalamnya tenaga pengajar di lembaga-

lembaga pendidikan baik formal maupun informal yang berada

di bawah naungan yayasan. Tidak hanya terpusat pada

individu-individu yang hanya menjabat pada posisi penting

dalam struktural. Dan penulis kategorikan sebagai da’I

Page 65: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

57

walaupun memang ada di antara mereka yang tidak secara

khusus berprofesi sebagai tenaga pengajar atau mubaligh

seperti tenaga administrasi dan tenaga-tenaga official lainnya.

Karena, secara tidak langsung mereka telah ikut andil dalam

keberlangsungan proses dakwah.

Dari sisi sumber daya manusia (da’i) yayasan Al-Huda

diperkuat oleh :

1. Para tenaga yang mayoritas lulusan perguruan tinggi baik

dalam negeri maupun lulusan Timur Tengah khususnya

Yaman. Begitu juga mereka keumumannya pernah

mengenyam pendidikan di pesantren.

2. Para pengurus mempunyai kedisiplinan yang cukup tinggi

dalam menjalankan tugas masing-masing.

3. Para individu tenaga pengurus memiliki semangat atau

motivasi yang tinggi dalam berdakwah terutama berkaitan

dengan manhajiyah dan penegakkan syariah Islam. Yaitu,

tegaknya masyarakat Islami yang sesuai dengan al-

Qur’an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman salaful

ummah dan tegaknya khilafah.

4. Tertanam kuat dalam setiap individu pengurus spirit

untuk menegakkan syariah Islam sebagai pedoman kerja

mereka.

Page 66: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

58

5. Ahlus sunnah waljama’ah di tengah mayoritas

masyarakat muslim Indonesia sudah menjadi pengetahuan

umum bahwa itu jalan (manhaj) Islam yang benar atau

dengan bahasa lain, cara berislam yang semestinya

diikuti.

6. Memiliki banyak peserta didik yang mampuh menjadi

kader da’I baik yang dididik di lembaga pendidikan yang

dimiliki yayasan maupun peserta didik yang dikirim ke

Timur Tengah khususnya Yaman.

7. Masih banyak donatur yang peduli ikut andil dalam

aktifitas melalui cara menyumbangkan atau menyisihkan

sebagian hartanya untuk perjuangan Islam.

b) Kekuatan sarana dan media dakwah

Dari sisi sarana dan media dakwah yayasan memiliki sarana

dan media yang bisa memberikan daya sebagai modal aktivitas

dakwah yang akan dilaksanakannya. Demikian sarana dan

media dakwah yang dimiliki oleh yayasan sebagai berikut :

1. Yayasan memiliki stasiun radio. Tepatnya radio FAJRI

FM.

2. Yayasan memiliki sarana pendidikan informal yaitu

pondok pesantren laki-laki (akhawain) dan pondok

pesantren puteri (akhawat). Di mana ini merupakan

sarana regenerasi kader da’I untuk masa depan dengan

Page 67: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

59

penempaan peserta didik dengan materi-materi

keagamaan.

3. Yayasan memiliki lembaga pendidikan formal mulai dari

tingkat TK hingga perguruan tinggi.

4. Yayasan mampuh menerbitkan buku-buku Islami,

vcd/dvd yang berisikan e_book Islami.

5. Yayasan memiliki media dakwah cetak yaitu majalah

GERIMIS dan UMMATIe.

6. Selain media dan sarana yang dimiliki oleh yayasan,

media publik/jejaring sosial seperti internet, menjadi

kekuatan tersendiri yang dimanfaatkan oleh yayasan. Hal

ini bisa terbukti dengan website yang dimiliki oleh

yayasan yang dengan website itu masyarakat bukan hanya

bisa mengakses informasi tentang yayasan tetapi juga bisa

mendapatkan keterangan-keterangan mengenai ajaran

Islam yang ditulis oleh para Ustadz yayasan.

7. Masjid-masjid yang dibangun oleh yayasan di berbagai

tempat dalam fungsinya sebagai pusat spiritual kegiatan

umat bisa dijadikan sarana jaringan dakwah dalam

menempa kehidupan mereka baik dari aspek duniawinya

terlebih aspek ukhrawinya.

Page 68: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

60

c) Kekuatan jaringan (mitra dakwah)

Pada persfektif jaringan, yayasan mempunyai banyak mitra.

Jaringan yang dibangun oleh yayasan adalah para alumni

peserta didik dan juga jamaah-jamaah masjid yang dibangun

oleh yayasan di beberapa daerah dan juga para donatur dari

dalam maupun luar negeri serta organisasi atau instansi dakwah

di luar yayasan yang mempunyai pemahaman dan tujuan yang

sama.

d) Kekuatan materil atau sumber daya materi

Biaya operasional yang diperoleh yayasan bersumber dari :

- Pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah

- Hasil dari penjualan buku-buku, majalah, dan obat-obatan

herbal dll.

- Infaq (iuran) dari peserta didik.

- Sumbangan khusus dari donatur baik dalam maupun luar

negeri.

- Bantuan pemerintah Kabupaten Bogor dll.

2. Analisis Internal – Weaknes (Kelemahan)

a. Tidak memiliki lembaga keuangan yang dibangun dalam

mengakomodasi aktivitas ekonomi anggota yayasan dan jamaah.

b. Kurang berimbangnya mengenai perhatian khusus dalam

pengembangan dan pembinaan masyarakat bawah dalam kehidupan

ekonomi dan kemandiriannya.

Page 69: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

61

c. Kesan lebih tertutup sehingga lebih cenderung sebagai kelompok

dalam kelompok sehingga dapat membangun kesan negatif di tengah

masyarakat.

d. Belum maksimalnya dalam pemanfaatan teknologi sebagai media

dakwah.

e. Tidak adanya sarana ataupun aktivitas pelatihan skill individu peserta

didik (santriwan/santriwati) untuk menopang kemandirian mereka

kelak sudah terjun di tengah-tengah masyarakat.

3. Analisis Internal – Opportunity (Peluang)

a. Semakin canggihnya teknologi informasi dan komunikasi yang saat ini

menjadi jendela dunia dapat menjadi peluang besar jika dimanfaatkan.

b. Masjid-masjid yang dibangun oleh yayasan bisa dijadikan pusat

dakwah Islam dan juga pusat kegiatan lain yang mampuh mendorong

ke arah perbaikan kehidupan jamaah dari sisi kehidupan duniawi tidak

hanya sebatas kegiatan ibadah rutin (ukhrawi) saja.

c. Dengan kelompok-kelompok jamaah yang sudah menjadi jamaah tetap

dalam berbagai daurah yang diadakan oleh para ustadz yayasan dan

jamaah tetap para alumni yang berprofesi menjadi da’I, dapat

dijadikan mitra dalam berdakwah dan juga membangun kelompok-

kelompok usaha sehingga keseimbangan bisa terpenuhi.

d. Seperti halnya di atas telah disebutkan bahwa ahlusunnah waljamaah

merupakan manhaj yang mayoritas masyarakat Indonesia yakini

sebagai manhaj yang benar dalam Islam, maka peluang yayasan yang

Page 70: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

62

menetapkan tujuan akhirnya membentuk masyarakat Islami yang

bermanhajkan ahlusunnah waljamaah, adalah peluang bagi yayasan

dalam menyampaikan ajaran Islam di mana kesesatan dan

kemusyrikan yang oleh yayasan dipandang masih mewarnai keislaman

sebagian besar masyarakat.

4. Analisis Internal – Threats (Ancaman)

a. Arus globalisasi dan liberalisasi yang berdampak pada fenomena

budaya masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh penguasa pasar dan

media informasi.

b. Kecenderungan budaya popular (pop culture) yang mengarah kepada

keharusan gaya hidup.

c. Godaan komersialisasi industry dakwah yang dapat memperburuk citra

dan menjauhkan nuansa dakwah dari substansi dan pesan Islami yang

sebenarnya.

d. Persaingan yang semakin maju seiring pada perkembangan zaman

pada saat ini.

Dalam perputaran roda organisasi sebuah hambatan bisa dikatakan

adalah bagian daripada problematika yang niscaya dialami oleh setiap

organisasi. Begitupun dengan yayasan Al-Huda, dalam mewujudkan visi

dan misi serta tujuan fungsional dakwahnya sampai saat ini masih

menemui hambatan di dalamnya. Seperti halnya diungkapkan oleh ketua

yayasan di sela-sela wawancara, bahwa yayasan masih menghadapi

beberapa hambatan di antaranya :

Page 71: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

63

“Sebenarnya kita ingin melakukan hal yang lebih besar dari yang

sudah kita jalankan selama ini tapi harus diakui bahwa dana kerap

kali menjadi kendala dan tentunya juga keadaan masyarakat

sekarang ini yang semakin kompleks terkait zaman yang sudah

berubah ini1.

Sementara yang dikatakan oleh Ust. Ja’far yaitu :

“Perbedaan pemahaman baik soal akidah maupun khilafiyah,

karena klenik (tahayul, perdukunan dan sihir) masih dipraktekan

sebagian masyarakat kita, bahkan dibungkus dengan nama Islam

seperti ilmu hikmmah, karomah dll. Serta kurang pahamnya

masyarakat terhadap perbedaan yang asas dan cabang2.

Dari ungkapan di atas bahwa kendala yang dihadapi yayasan

hingga saat ini adalah :

1. Minimnya dana operasional

2. Keyakinan masyarakat yang cukup kuat.

Demikian gambaran mengenai kondisi internal dan eksternal

menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi oleh

yayasan Al-Huda.

Beranjak pada pembahasan pokok mengenai perumusan strategi

dakwah yayasan Al-huda. Strategi menurut pendapatnya Samsul Munir Amin

1 Wawancara pribadi dengan Ust. Eka Sakti Habibullah , Lc., Bogor, 27 Maret 2011 2 Wawancara pribadi dengan Ust. Imam Ja’far, Lc., Bogor, 21 April 2011

Page 72: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

64

dalam bukunya “Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam” yang dikutip dari

pendapatnya Syamsul Munir, bahwa strategi dakwah, ialah3 :

“Konsep rencana yang menjadi pedoman pergerakan dakwah Islamiyah demi mencapai tujuan secara tepat dan benar”. Artinya, bahwa kegiatan dakwah yang hendak dilaksanakan sebelumnya telah terkonsep di dalam sebuah rencana yang ditetapkan secara bijaksana dengan penuh pertimbangan kekuatan internal dan apresiasi kebutuhan serta respon atas tantangan eksternal. Seperti yang telah disebutkan oleh Asmuni Syukir bahwa, strategi dakwah artinya metode, siasat, taktik atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas (kegiatan) dakwah. Konsep rencana strategis berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan

dakwah di mana seorang aktivis dakwah bisa melaksanakan dakwah secara

tepat dan benar. Tepat artinya, ia harus bisa menjawab masalah yang sedang

dihadapi oleh umat dan membawa kepada kondisi yang lebih baik. Mampuh

membahasa bumikan pesan-pesan ajaran Islam tetapi bisa dipertanggung

jawabkan ke langit. Benar artinya, cara penyampaian pesan dakwah sesuai

dengan yang diperintahkan di dalam al-Qur’an dan Sunnah.

Merujuk pada definisi serta pendapat di atas demikian juga didasarkan

pada sifat mutlak daripada perencanaan itu sendiri yang ditetapkan di awal

kinerja oleh individu atau organisasi, dalam hal ini kaitannya dengan strategi

dakwah yayasan Al-Huda, maka pertanyaannya adalah; seperti apakah strategi

yayasan Al-Huda sebagai organisasi institusi institusi dakwah dalam

menjalankan visi dan misi agar tujuan dakwah yang hendak dicapai oleh

yayasan Al-Huda itu tercapai.

3 Samsul Munir Amin dalam buku Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam dikutif dari buku

dan pendapatnya Asmuni Syukir, Strategi Dakwah Islam, (Surabaya. Usaha Nasional, 1983), hal. 176

Page 73: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

65

Untuk menuju pemembahasan tentang isi rumusan strategi dakwah

yayasan Al-Huda, baiknya di sini penulis ungkapkan kembali apa visi dan

misi yayasan Al-huda yang menurut penulis merupakan induk daripada

strategi yayasan itu sendiri. Adapun itu adalah sebagi berikut :

a. Visi

“Terbentuknya masyarakat yang taat beribadah kepada Allah SWT

berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah menurut pemahaman salafus

shalih hingga yaumul kiamat”.

b. Misi

1 Menyebarkan dakwah Islamiyah serta merumputkan manhaj

ahlussunnah waljamaah.

2 Mendidik generasi muslim yang bertauhid dan beribadah

dengan benar dan berakhlak mulia4.

Jika visi dan misi yayasan Al-Huda yang disebutkan di atas dipadukan

dengan lebih sederhana menunjukan bahwa intinya adalah “membentuk

masyarakat Islami yang bermanhajkan ahlussunnah waljamaah menurut

pemahaman ulama salaful ummah”. Inilah yang menjadi patokan utama

penulis menganalisa strategi dakwah yang dijalankan oleh yayasan.

Yayasan dengan analisa lingkungan operasinya bahkan lebih luas lagi,

memandang bahwa keadaan kaum muslimin sekarang ini masih banyak yang

terpuruk. Keterpurukan kaum muslimin ini dialami bukan hanya masalah

urusan duniawi saja tetapi juga masalah urusan agama. Dalam urusan dunia,

4 Yayasan Al-Huda, “Profil Yayasan”, diakses pada tanggal 25 Maret 2011 dari http://www.alhuda.or.id

Page 74: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

66

tidak sedikit kaum muslimin hidup dalam jurang kemiskinan. Sementara

dalam urusan agama (ukhrawi) masih banyak yang terpuruk ke dalam

kesyirikan, bid’ah, khurafat dan amalan lain yang menyelisihi ajaran Islam.

Problematika inilah yang menjadi pijakan pokok perumusan strategi dakwah

yang sekaligus menjadi faktor yayasan ini berdiri. Seperti ditulis dalam profil

yayasan :

“Keadaan kaum muslimin di Indonesia yang masih banyak terpuruk

ke dalam kesyirikan, bid’ah, khurafat dan amalan lain yang

menyelisihi ajaran Islam serta terpuruk ke dalam kemiskinan5”

Di samping itu, pandangan mengenai problematika ini pernah dimuat

dalam majalah UMMATIe yang menyatakan bahwa pokok atau pangkal

permasalahan yang dialami oleh kaum muslimin sekarang ini hakikatnya ada

dua yaitu :

1. Tidak adanya negara Islam, baik lokal maupun internasional

(khalifah), yaitu negara yang menegakkan syariat Islamiyah

sebagai satu-satunya sumber dari semua perundang-undangan dan

peraturan.

2. Dominasi ‘Jalesat’ (kejahilan, kelengahan dan kesesatan) umat

terhadap kehidupan ini6.

Di sisi lain, budaya luar Islam yang datang dari barat terhadap tubuh

umat Islam seiring derasnya arus globalisasi juga menjadi kekhususan

5Yayasan Al-Huda, “Profil Yayasan”, diakses pada tanggal 25 Maret 2011 dari

http://www.alhuda.or.id 6 Red. “Panduan Dakwah: Gerakam Kebangkitan,” Majalah UMMATie, edisi 03/Thn. II

Oktober-November 2008. Hal. 33

Page 75: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

67

masalah tersendiri. Maka, ketika umat lebih banyak yang tidak paham aqidah

dan manhaj yang benar maka globalisasi lebih banyak negatifnya (mudhorot-

nya)7.

Setelah mengikuti beberapa aktivitas dakwah (daurah) dan didasarkan

atas pandangan yang telah disebutkan di atas serta didukung oleh beberapa

materi penelitian yang ditemukan oleh penulis, fokus dakwah yayasan

terkonsentrasi lebih pada perbaikan aqidah umat Islam. Adapun dalam

menanggulangi itu semua tiada lain jalan keluarnya adalah berislam sesuai

dengan al-Qur’an dan sunnah sesuai pemahaman para ulama salafus shalih

atau para ulama terdahulu yang diakui keshalihannya dan menentang bid’ah

(kesesatan) serta tahayul atau khurafat yang selama ini banyak bercampur

aduk pada keyakinan masyarakat muslim. Demikian yang terungkap dari

pandangan Ust. Habibulloh, Lc., mengatakan :

“perbedaan pemahaman baik soal aqidah maupun khilafiyah, karena

klenik (tahayul, perdukunan dan sihir) masih dipraktekkan sebagian

masyarakat kita, bahkan dibungkus dengan nama Islam seperti ilmu

hikmah, karomah dll. Serta kurang pahamnya masyarakat terhadap

perbedaan yang asas dan cabang”8.

Demikian pula yang disampaikan oleh Ustadz Muhammad Sarbini

M.H.I. dalam ceramah yang beliau paparkan :

“Usung kemurnian, yakni tentang pentingnya menjaga kemurnian dalam berdakwah menegakkan Kalimat Tauhid, menggali kemurnian dengan merenungi, mempelajari, mendalami dan semangat ketika

7 Wawancara pribadi dengan Ust. Imam Ja’far, Lc., Bogor, 21 April 2011 8 Wawancara pribadi dengan Ust. Eka Sakti Habibullah, Lc., Bogor, 27 Maret 2011

Page 76: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

68

mendakwahkannya, dikarenakan tidak ada keselamatan tanpa kemurnian dan tidak ada kejayaan tanpa kemurnian. Allah SWT menjanjikan kejayaan bagi orang-orang yang berpegang kepada kemurnian”9. Sementara itu, untuk menyerukan ajaran Islam yang benar sesuai

dengan al-Qur’an dan sunnh secara efektif dengan didasarkan pada

konsekwensi keyakinan bahwa sumber problematika umat adalah dominasi

jalesat (kejahiliyahan, kelengahan, dan kesesatan), maka ajaran Islam yang

merupakan isi daripada dakwah yang disampaikan haruslah benar tetapi juga

tepat.

Adapun berkaitan dengan strategi yang dijalankan oleh yayasan dalam

menyampaikan ajaran Islam yang benar demi terwujudnya masyarakat Islami,

maka yayasan berpegang pada dua strategi utama yaitu :

1. Dakwah yang dijalankan harus dakwah yang benar

2. Dakwah yang dijalankan harus dengan cara yang benar

Kedua strategi di atas, mengandung poin-poin penting yang

merupakan sub strategi atau strategi turunan. Adapun itu sebagai berikut :

1. Dakwah yang dijalankan harus dakwah yang benar

a. Ilmu yang benar

Dari perspektif keilmuan yang menjadi bekal para “da’I” saat

ini, rupanya yayasan memandang tidak sedikit yang masih

tercampur aduk dengan hal-hal yang dapat dipandang sudah

tercampuri oleh ajaran-ajaran yang sebenarnya tidak

9 Ust. Sarbini, M.H.I. (Penasehat utama yayasan) “Kandungan Strategi Dakwah,” Tabligh

Akbar di Masjid Raya Bogor, Bogor, 5 Maret 2010

Page 77: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

69

disyariatkan (diajarkan) oleh rasul Saw. Atau jelasnya, jauh

dari kemurnian.

Bekal keilmuan yang seharusnya di miliki oleh seorang da’i

adalah ilmu sirotulmustaqim, jejak rasulullah dan para

sahabatnya, manhaj ahlusunnah waljamaah yang asli. Manhaj

rabbani yang benar-benar sunah dan tidak tercemarkan oleh

campur tangan kotor manusia. Ini dimaksudkan bahwa seorang

da’I bertujuan untuk meluruskan aqidah umat Islam sesuai

dengan kifrahnya. Karena jika saja ilmu yang dikuasai oleh

seorang da’I sudah tercampur dengan hal-hal yang

menyimpang dan mampuh membuat dirinya terjerumus pada

perbuatan musyrik, maka ketika ia menyerukan kepada

masyarakat, yang terjadi bukanlah pelurusan aqidah umat tetapi

sebaliknya yaitu penyesatan. Oleh karena itu seorang da’I

harus menimbang keilmuannya dengan kebenaran syariat

sebelum ia mendakwahkannya di tengah-tengah masyarakat.

b. Mauidzah

Yang dimaksud dengan mauidzah di sini adalah nasihat-nasihat

dan pengingatan yang terus menerus. Strategi pelaksanaan

dakwah ini tersurat dalam firman Allah :

Page 78: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

70

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl : 125)

c. Tarbiyah

Penanaman prinsip-prinsip dan pemahaman-pemahaman Islam

secara mendalam serta pembimbingan penerapannya. Tarbiyah

juga diartikan ‘Tazkiyah’ yaitu pembersihan jiwa.

d. Amar ma’ruf nahi mungkar

Allah SWT berfirman :

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

e. Keteladanan (qudwah)

Yaitu contoh-contoh hidup para da’I sehubungan dengan

penerapan ilmu-ilmu yang dipelajari.

Allah SWT berfirman :

Page 79: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

71

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab : 21)

Karena itu para da’I pun harus menjadi teladan (setelah

Rasulullah SAW) bagi para mad’u (orang yang diseru/sasaran

dakwah).

f. Penjelasan-penjelasan tentang kesesatan manhaj ahlul bid’ah

dan musuh-musuh Islam serta makar-makar mereka, agar kaum

muslimin tidak tertipu makar-makar musuh-musuhnya secara

terus menerus di dalam setiap penyampaian dakwah.

Allah SWT berfirman :

Artinya: “Dan Demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas

jalan orang-orang yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. (Q.S. Al-An-Am : 55)

Artinya: “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa

yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. Al-Maidah : 49)

Page 80: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

72

Artinya: “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. dan jika mereka berkata kamu mendengarkan Perkataan mereka. mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. mereka Itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” (Q.S. Al-Munafiqun : 4)

2. Dakwah yang dijalankan harus dengan cara yang benar

a. Mengemukakan tauhid sebagai dasar semua subtansi dakwah.

Allah swt berfirman:

Artinya: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Q.S. An-Nahl : 36) kemudian Ittiba (pengikutan) kepada Rosulullah saw.

Allah swt berfirman :

Page 81: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

73

Artinya: “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Imran : 31)

b. Pelaksanaan dakwah yang terorganisir

Misi ini adalah misi yang sangat berat dan tidak mungkin

dilaksanakan tanpa berjama'ah dan terkoordinasi. Rasulullah

saw pum telah melaksanakan dakwah beliau dengan amal

jama'i bersama para sahabatnya. Bukan dengan sendirian,

misalnya dengan berpindah-pindah dari satu tempat lainya

menyeru manusia pada agama Islam tanpa kesinambungan

akan tetapi beliau menentukan tempat pusat dakwahnya,

menugaskan para sahabatnya dengan tugas-tugas dakwah dan

mengkoordinasikan mereka menerima dakwah belliau dengan

sistem hijrah ke Madinah. Allah swt telah mengisyaratkan

pentingnya hal ini dalam firman-nya:

Artinya: “….dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah : 2)

c. Merangkul para mad'u yang sudah menerima seruan dakwah

dalam suatu keterikatan yang mulia terus dibina dan bersama-

sama meneruskan dakwah. Hal ini sangat penting untuk mereka

yang sudah menerima dakwah yang benar. Sebab hidup

Page 82: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

74

sendirian tanpa kebersamaan di tengah-tengah kondisi yang

tidak kondusif ini, akan sangat sulit baginya untuk mem-

pertahankan prestasi Islami yang didapat dari dakwah itu,

apalagi untuk menambah prestasi tersebut.

d. Berhikmah

Berhikmah di sini adalah aktivitas dakwah yang dilaksanakan

harus dengan ilmu dan cara sebaik-baiknya sesuai dengan

kondisi dan pola berpikir mad'u10.

B. Implementasi Strategi Dakwah Yayasan Al-Huda

Tahap pelaksanaan program merupakan salah satu proses paling

penting dalam menjalankan strategi yang telah dirumuskan. Tanpa adanya

pelaksanaan yang efisien dan efektif, rencana itu tidak akan menghantarkan

pada tujuan atau keberhasilan lembaga dakwah. Yayasan Al-Huda dengan

tetap pada prinsip-prinsip aqidah dan syariah yang diyakini sesuai dengan

manhaj ahlussunnah waljamaah dan juga tetap mempertimbangkan aspek

efisiensi dan efektifitas, ia menyusun programnya berdasarkan analisa

kebutuhan sasaran. Program-program ini dilaksanakan atas dasar partisipatif.

Rencana Strategis (RENSTRA) yang telah disusun oleh yayasan Al-

Huda, dalam implementasinya penulis gambarkan melalui empat mekanisme

teknis yaitu : strukturisasi kepengurusan, alokasi sumber daya materil (dana),

dan pembinaan sumber daya manusia/insani (PSDM/I), pemanfaatan media

10 Wawancara Pribadi dengan Ust. Imam Ja’far, Lc., Bogor, 21 April 2011

Page 83: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

75

dan pelayanan sosial masyarakat serta pengembangan budaya yayasan. adapun

jelasnya sebagai berikut :

1. Strukturisasi kepengurusan

Sebagai langkah awal efisiensi dan efektifitas kinerja, yayasan

mengorganisir para pengurusnya dengan menyusun kepengurusan yang

disesuaikan dengan kebutuhan yayasan. Adapun struktur yayasan terdiri

dari :

Penasehat Utama

Pembina

Ketua Departemen Yayasan

Ketua

Sekretaris

Bendahara

Departemen Dakwah

Departemen Pendidikan

Departemen Pembangunan

Departemen Sosial

Divisi Kerja Yayasan

Divisi Ma'had dan markaz dakwah

Divisi Sosial Kemasyarakatan

Divisi Kesehatan

Divisi Pembangunan Sarana Ibadah

Page 84: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

76

2. Alokasi sumber daya materil (dana)

Sumber daya materi, bagi suatu organisasi merupakan salah satu

kebutuhan mutlak layaknya kebutuhan sumber daya manusia. Sumber

daya manusia yang berkualitas dan mumpuni sekalipun tanpa ditopang

oleh sumber daya materi, maka sulit roda yayasan itu bisa berjalan

normal dan maksimal. Begitupun sebaliknya, sumber daya materi yang

berlimpah tanpa didukung oleng sumber daya manusia yang kredibel,

maka kinerja oraganisasi tidak akan efisien.

Yayasan Al-Huda dalam mengupayakan terpenuhinya sumber daya

materil sebagai modal operasional dalam mencapai tujuannya, yayasan

memaksimalkan potensi yang ada di tengah-tengah masyarakat dan

badan usaha yang dimiliki oleh yayasan itu sendiri. Adapun itu :

1. Hasil penjualan buku, majalah, obat-obatan herbal dll.

2. Pengelolahan dana zakat, infaq dan shadaqah.

3. Sumbangan dana khusus dari donatur yang sifatnya tidak

mengikat.

4. Sumbangan dari pemerintah.

5. Sumbangan dari luar negeri yang halal.

Satu hal yang disayangkan di sini, sekalipun yayasan telah mempunyai

lembaga pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah dan sejenisnya,

yayasan belum mempunyai lembaga keuangan yang sanggup

mengakomodir segala macam bentuk aktivitas ekonomi (muamalah)

seluruh anggota yayasan dan juga jamaah pada umumnya. Lembaga

Page 85: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

77

keuangan tersebut bisa saja berbentuk koperasi syariah atau lebaga lain

yang fungsinya lebih dari sekedar lembaga profit seperti Baitul mal

wattamwil (BMT) yang bukan hanya bisa mengakomodir aktivitas

ekonomi anggota dan juga masyarakat tetapi juga bisa mengelola dana

zakat, infaq, shadaqah dan lain sebagainya.

Lembaga keuangan di atas memiliki potensi yang sangat besar jika

dimanfaatkan oleh yayasan sebagai salah satu upayanya untuk

mengusahakan sumber pendanaan (biaya) operasionalisasi dakwahnya.

Hal ini mengingat bahwa yayasan mempunyai jaringan jamaah yang

cukup banyak dan luas.

6. Pembinaan sumber daya manusia (SDM) dan pemanfaatan media serta

pelayanan sosial.

Dalam aktivitas pembinaan sumber daya manusia atau insani, program-

program yang telah dan tengah berjalan hingga kini meliputi :

1. Pembinaan dakwah ahlussunnah waljamaah

a. Dakwah tarbiyah bagi anggota yayasan Al-Huda

Yaitu program pembinaan (tarbiyah) secara berkesinambungan

dalam nuansa ilmiyah, ruhiyah dan jasadiyah, di mana hal ini

dilakukan rutin setiap minggu sesuai kesepakatan antara peserta

dan pembina (murabbi). Program ini biasanya dilaksanakan

terpusat di tiga masjid utama yang terletak di lingkungan

yayasan. Adapun ketiga masjid itu adalah: Masjid At-tauhid,

Masjid Ali bin Abi Thalib, dan Masjid As-Sa'adah. Muatan

Page 86: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

78

materi yang diberikan adalah pendidikan tauhid ahlussunnah

waljamaah, fiqh dan hadis serta tahsin al-Qur'an. Ini

dilaksanakan setelah selesai shalat jama'ah maghrib.

b. Dakwah fardiyah (Dakwah Secara Individu)

Majelis ta’lim diadakan di tengah masyarakat untuk masyarakat

yang tinggal di sekitar yayasan.

c. Pelatihan kemandirian dan keterampilan

d. Pelayanan majelis talim dan khutbah jumat

Pelayanan di sini maksudnya adalah penyediaan yayasan untuk

sumber daya da’I jika masyarakat membutuhkannya baik dalam

program pengajian rutin seperti majelis ta’lim ataupun khutbah

jumat.

e. Safari dakwah dan tabligh akbar

Program safari dakwah biasanya diadakan oleh yayasan Al-Huda

satu kali dalam satu bulan. Pelaksanaannya bukan hanya di area

yayasan saja tetapi juga di daerah-daerah lain baik di daerah

bogor, jakarta, bekasi dan di masjid-masjid yang dibangun oleh

yayasan di beberapa tempat dengan bekerja sama dengan para

pengurusnya begitu juga dengan para aktivis dakwah yang telah

menjadi mitra yayasan.

2. Pengembangan sumber daya insani

a. Pendidikan formal tingkat SD s/d Perguruan tinggi (STAIA).

b. Pendidikan dan pengembangan pesantren yatim piatu.

Page 87: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

79

c. Beasiswa khusus diasramakan di ma'had atau pesantren

Yaitu program kafalah yatim atau pemberian jaminan biaya

hidup bagi anak yatim dan pendidikan selama 6 tahun atau

setingkat SDIT. Di mana anak yatim tersebut diberikan santunan

beasiswa diasramakan (pesantren yatim terpadu). Batuan ini

diberikan bagi:

1. Anak yatim miskin yang tidak punya sandaran orang tua.

2. Anak yatim dan dhuafa yang miskin dan tidak mampu

Adapun jenis bantuan tersebut berupa :

1. Santunan biaya hidup selama 6 tahun di asrama

2. Santunan biaya pendidikan terpadu formal dan informal

3. Pinjaman modal usaha untuk ibu/ wali anak yatim

4. Hadiah bingkisan dan prestasi anak

5. Bimbingan belajar dan pendidikan agama full time

d. Pelatihan kader da'i dan da'iyah

e. Pelatihan Quantum Teaching

3. Pemanfaatan media

Mengenai pemanfaatan media dakwah di sini sebagaimana telah

berulang-ulang disebutkan sebelumnya, media yang digunakan oleh

yayasan Al-Huda meliputi sarana ibadah yang dibangun melalui

pendanaan yayasan, pendidikan formal dan informal, media massa

baik melalui radio ataupun majalah dan juga buku-buku Islam serta

media digital. Adapun itu :

Page 88: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

80

1. Sarana ibadah

Sarana ibadah yang digunakan sebagai media untuk

penyampaian dakwah di sini adalah masjid-masjid yang telah

dibangun oleh yayasan. Yayasan di sini bukan hanya sekedar

memberikan bantuan dana pendirian saja tetapi juga

membangun kemitraan dalam berdakwah serta perluasan

kelompok jamaah di mana masjid itu dibangun.

2. Sarana pendidikan formal dan informal

Sarana pendidikan formal dan informal di sini digunakan

sebagai wahana kaderisasi melalui pendidikan pesantren dan

sekolah umum mulai dari tingkat taman kanak-kanak (TK)

hingga perguruan tinggi dengan modifikasi kurikulum-

kurikulum yang mengacu pada penanaman keislaman dalam

diri setiap peserta didik.

3. Media massa

Begitupun dalam media massa yang digunakan oleh yayasan

untuk menyampaikan dakwah Islamiyahnya telah disebutkan

sebelumnya. Adapun itu di antaranya; Radio Fajri FM,

majalah GERIMIS dan UMMATIe, buku-buku Islam, dan

cd/dvd yang berisikan materi-materi keislaman.

4. Pelayanan sosial masyarakat

Mengenai pelayanan sosial yang telah terprogram dan dilaksanakan

oleh yayasan di antaranya :

Page 89: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

81

1. Pelayanan pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah dan

sejenisnya.

2. Peduli da'i lapangan atau santunan da'i dan da'iyah

3. Layanan pengajian umum di masjid dan perkantoran

4. Santunan sunatan massal anak yatim dan dhuafa

5. Bantuan sosial kemanusiaan seperti bencana alam

6. Pelayanan pengobatan syariah (ruqyah, bekam dll)

7. Pelayanan pembangunan sarana ibadah seperti masjid dll.

4. Pengembangan budaya yayasan

Dalam pengembangan budaya yang diciptakan dalam lingkungan

yayasan, yayasan Al-Huda mengacu pada landasan dasar dan semangat

ruhiyah yang harus dimiliki oleh setiap individu yang tergabung dalam

peraturan tubuh kepengurusan yayasan. Di samping itu, yaitu guna

menciptakan kesadaran penuh pada diri pengurus dalam kifrahnya

sebagai seorang da’I yang mengemban kewajiban pemberian contoh

kepada mad’u atau muda’I (objek dakwah) dalam keteladanan (qudwah).

Asumsi-asumsi dasar yang coba diciptakan oleh yayasan di atas dalam

menempa kelompoknya tercermin dalam program pembekalan ilmiyah,

ruhiyah dan keharusan perilaku jasadiyah atau perilaku sehari-hari di

lingkungan yayasan.

Dalam semangat ilmiyah, mereka terus dibekali oleh keilmuan-keilmuan

Islam baik mengenai aqidah, syariah, ibadah ataupun muamalah melalui

ceramah keislaman setiap selesai pelaksanaan shalat berjamaah atau

Page 90: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

82

yang lebih dikenal dengan istilah kultum (kuliah tujuh menit) dan

melalui kajian rutin yang dilaksanakan satu kali dalam satu minggu di

tiga masjid di lingkungan yayasan sebagaimana telah disebutkan di atas.

Yayasan menempa kelompoknya ini bukan hanya semata untuk

pembekalan tetapi juga menjadi wahana untuk saling mengingatkan,

menjaga semangat penegakkan syariat Islam dalam tubuh kelompok dan

terus mencoba membangkitkan semangat untuk mencari ilmu yang bisa

tertanam pada setiap individu pengurus yang pada akhirnya diharapkan

menjelma menjadi budaya kelompok yayasan.

Dari asumsi di atas yang coba untuk terus dibudayakan oleh yayasan

sehingga diharapkan menjadi semangat ruhiyah suatu kelompok dengan

timbulnya keyakinan yang kuat, spirit kerja yang tinggi berdasar pada

ajaran Islam ahlussunnah waljamaah yang sesuai dengan pemahaman

para ulama salafus shalih (Islam yang murni).

Semangat jasadiyah yang dimaksud adalah praktek perilaku keseharian

di lingkungan yayasan. Budaya ini coba diciptakan mengarah pada

kedisiplinan dalam kaitannya dengan peraturan yayasan dan

implementasi ajaran yang diyakini oleh yayasan dalam prakteknya di

kehidupan sehari-hari.

Gambaran mengenai hal ini selain bisa dilihat dari kedisiplinan jam kerja

yayasan, juga bisa kita temui di lapangan dengan praktek budaya uluk

salam dan berjabat tangan satu sama lain ketika bertemu, keharusan

melakukan shalat berjamaah walaupun tanpa adanya sanngsi yang

Page 91: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

83

berlaku bagi yang tidak melaksanakannya, tutur bahasa yang baik, sikap

yang ramah dan sopan serta saling menghargai satu dengan yang

lainnya. Selain daripada itu, tidak kalah pentingnya adalah rasa

kebersamaan yang terlihat seperti layaknya saudara.

Demikian itu semua praktik budaya yang tercipta di yayasan Al-Huda

berdasar gambaran ril yang penulis temukan berdasarkan fakta di

lapangan.

C. Evaluasi dan Pengendalian Strategi Dakwah Yayasan Al-Huda

Evaluasi yang dilaksanakan oleh yayasan al-Huda, ditetapkan dalam

musyawarah pengurus. Seabagaimana yang dikatakan oleh Ustadz Imam

Ja'far, Lc . Bahwa:

“Evaluasi biasanya dilaksanakan oleh yayasan di dalam rapat (musyawarah) kerja yayasan dan ini tergantung pada masalah atau program apa yang harus di evaluasi dalam rapat (musyawarah). Karena tidak semua hal di evaluasi oleh semua pengurus utama yayasan. Masalah tersebut ada yang di evaluasi oleh pengurus utama yayasan seperti ketua yayasan, sekretaris, bendaraha dan ketua-ketua departemen. Ini di adakan biasanya untuk memecahkan masalah yang sifatnya tidak terduga (darurat) dan juga mengenai program-program besar yayasan. Selain itu ada evaluasi yang di selesaikan hanya di tingkat departemen dan juga divisi. Ini dilaksanakan di tingkat departemen dan divisi yang bersangkutan”11. Bertumpu pada penjelasan di atas, bisa dipahami bahwa evaluasi

dalam tahapan pencarian informasi pengurus utama berpijak pada hasil

laporan dari setiap departemen dan juga divisi.

11 Wawancara pribadi dengan Ust. Imam Ja’far, Lc., Bogor, 21 April 2011

Page 92: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

84

Demikian pula pada tahap pengukuran prestasi dan pengambilan

tindakan korektif sebagai proses pengendalian (control) terhadap masalah

yang dihadapi atau ditemui dan dievaluasi bergantung pada tingkatan program

itu sendiri.

Adapun dalam proses evaluasi kinerja yang telah dilaksanakan dan

perumusan strategi baru sebagai tindakan korektif (control), yayasan

menempuh penyelesaiannya melalui jalan musyawarah, yaitu :

a. Musyawarah tingkat pimpinan.

Musyawarah ini dilaksanakan ketua yayasan dan ketua-ketua

departemen. Musyawarah tingkat ini biasanya diadakan setiap

sebulan satu kali.

b. Musyawarah tingkat departemen dan divisi.

Sebagaimana disebut di atas, musyawarah tingkat ini hanya

diselesaikan pada tingkat pengurus departemen atau divisi.

Tentunya, obyek yang di evaluasinyapun sesuai program masing-

masing departemen atau divisi. Dan dari sisi waktu ini biasanya

dilakukan setiap kali akhir bulan menjelang musyawarah

pinpinanan.

c. Musyawarah darurat

Musyawarah di sini ditempuh jika ada masalah yang memang

dianggap penting diselesaikan. Karena jika tidak dipecahkan akan

berpengaruh pada efektifitas kinerja dan ini sifatnya tidak pasti.

Page 93: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian penulis di lapangan yang berpijak

pada data-data yang ada, penulis berkesimpulan bahwa :

1. Yayasan Al-Huda merupakan lembaga sosial integratif yang

cenderung menganut model lini – operasional. Di mana lalu lintas

kekuasaan di lembaga tersebut mengalir dari pucuk pimpinan yaitu

ketua yayasan langsung kepada para koordinator unit-unit

departemen dalam yayasan.

2. Perumusan strategi yang dijalankan, yayasan berpijak pada cara

ulama-ulama terdahulu (salafus shalih) yang terangkum dalam dua

strategi utama yaitu dakwah yang benar dan cara berdakwah yang

benar. Adapun dakwahnya terkonsentrasi melalui dunia pendidikan

formal dan non formal sebagai wahana kaderisasi, pemanfaatan

media massa dan dakwah individual serta bantuan sosial

3. Dakwah yayasan Al-Huda meliputi dakwah melalui lisan (da’wah

bil-lisan), tulisan (da’wah bil-qalam) dan tindakan (da’wah bil-

hal). Tetapi berkaitan dengan strategi yang dirumuskan oleh

yayasan lebih terpusat pada penekanan da’wah bil-lisan (batiniyah)

tidak seimbang dengan pembangunan lahiriyah-pembangunan

Page 94: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

86

ekonomi umat (da’wah bil-hal). Sehingga tidak sepenuhnya bahwa

dakwah yang dijalankan menjawab kondisi umat saat ini.

4. Evaluasi kesesuaian prestasi kerja dengan strategi yang telah

dirumuskan dan perancangan strategi baru dewan pengurus puncak

berpijak pada laporan dari setiap departemen atau divisi dan diukur

atau dievaluasi dalam rapat atau musyawarah.

B. Saran

Dalam kaitannya dengan masyarakat sekarang ini, kiranya ada

beberapa hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan yayasan dalam

menjalankan aktivitas dakwahnya sebagai saran dari penulis, yaitu :

1. Adanya keseimbangan

Keseimbangan di sini merujuk pada dua aspek yaitu duniawi dan aspek

ukhrawi. Adalah betul dakwah nabi Muhammad yang mula-mula

ditanamkan pada tubuh masyarakat mekah adalah dakwah tauhid baru

kemudian perbaikan tarap kehidupan masyarakat ketika beliau hijrah

ke madinah. Hanya saja dakwah yang berjalan adalah dakwah di

tengah-tengah masyarakat muslim. Maka, alangkah baiknya disamping

memperkuat tauhid umat juga berjalan beriringan mencoba

memperbaiki kehidupan duniawi mereka. Tentunya, dengan

kemampuan yang dimiliki.

2. Pembentukan lembaga keuangan yang bisa mengakomodir kebutuhan

aktivitas ekonomi jamaah khususnya anggota yayasan. Yang selain itu

Page 95: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

87

juga dapat berfungsi sebagai salah satu sumber penghasilan untuk

kebutuhan modal operasional yayasan.

3. Perlu adanya pembekalan khusus bagi peserta didik mengenai skill

individunya yang dapat menopang kemandirian kehidupannya kelak

jika ia terjun di tengah-tengah masyarakat. Jadi, peserta didik yang

ditujukan sabagai kader da'i bukan hanya belajar ilmu agama semata

tetapi juga belajar kemandirian.

4. Harus adanya alat ukur penilaian dalam proses evaluasi prestasi kerja

sehingga dapat merumuskan kembali strategi baru sebagai tindakan

korektif dan pengendalian (control).

Page 96: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

88

DAFTAR PUSTAKA Azizy, A. Qodri. MELAWAN GLOBALISASI Reinterpretasi Ajaraan Islam (Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004 Cet. V Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah. Jakarta: PRENADA MEDIA, 2004 Amin, Samsul Munir. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: AMZAH, 2008 B.N. Marbun. Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Cahyono, Imam buku Menjinakan Metakuasa Global ; Suara Indonesia Untuk Globalisasi Yang Lebih Adil. Pada Thema Membangun Indonesia: Revitalisasi Visi dan Strategi Menghadapi Globalisasi. Jakarta: LP3ES, 2008 Dermawan, Andy dkk. (ed), Metodologi Ilmu Dakwah. Yogyakarta: LESFI, 2002 Faqih, Mansour. Pentingnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Insist Press, 2003 Yakan, Fathi. Bagaimana Kita Memanggil Kepada Islam. Alih Bahasa: Dra. Chadidjah Nasution. Jakarta: Bulan Bintang, 1978 Gazalba, Sidi. Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi. Jakarta: Bulan Bintang, 1976 Buku I Ghazali, M.Bahri. Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu, 1997 Gitasudarmo, Indriyo. Manajemen Strategis. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2001, Edisi Pertama Hasan, Muhammad Tholhah. Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman. Jakarta: Lantabora Press, 2003, Cet. Keempat J. Spillane, James. Neoliberalisme. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2004

Page 97: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

89

J. Moloeng, Lexi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008 Cet. XXV Lubis, M. Solly. Umat Islam Dalam Globalisasi. Jakarta Gema Insani Press, 1997 Mickletwait, Jhon dan Wooldrige, Adrian. Masa Depan Sempurna dan Janji Globalisasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002 Ma’ruf, Luis. Kamus Munjid. Beirut: Darul Masyrid, 1986 Cet. XXVI Machfoeld, M.A. Filsafat Da’wah Ilmu Da’wah dan Penerapannya. Jakarta: Bulan Bintang, 1975 Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Asfeknya. Jakarta: UI Press, 2001 Jilid I Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan. Yogyakarta: Ghajah Mada University Press, 2005 Omar. M. Toha Yahya. Islam dan Dakwah. Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2002 Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkieflimansyah. Manaejemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999 Qaradhawi, Yusuf. Umat Islam Menyongsong Abad Ke-21. Solo: Intermedia, 2001 Reksohadiprodjo, Sukanto. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1992, edisi 5 R. Jauch, Lawrence & F. Glueck, William. Manajemen Stategis dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Erlangga, 1988 Rafi’uddin dan Djalil, Manan Abdul. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: Pustaka Setia, 1997 R. David, Fred. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Prenhalindo, 2002 Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada, 1987

Page 98: DAKWAH YAYASAN AL-HUDA BOGOR PERSPEKTIF MANAJEMEN …

90

Singarimbun, Masri dan effendi, Sofian. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES, 1995 Cet. Ke I Shihab, M. Quraish. “Membumikan” Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 2004 Suriani. Upaya Membumikan Nilai-Nilai Kisah Nabi Hud AS. Dalam Qur’an. The Media Of Social And Cultural Comunication (CMM). Ciputat, 2005 Steinner, George. Dan Minner, John. Manajemen Stratejik. Jakarta: Erlangga, 2002 Syukri, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983 Yusuf, M. Yunan dalam buku Metode Dakwah, Tim Penulis Rahmat Semesta. Center For Dakwah, Education, Law, Social, and Economic Studies. Forum Komunikasi Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana UIN Syahida. Jakarta: Prenada Media, 2006