Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Dajare dalam Drama Televisi 99.9: Keiji Senmon Bengoshi
Annisa Sakina dan Lea Santiar
Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok,
16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Skripsi ini membahas tentang struktur pembentukan dajare dalam drama televisi Jepang yang berjudul 99.9: Keiji Senmon Bengoshi. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tipe struktur dajare yang digunakan dalam drama tersebut. Data penelitian diambil dari percakapan antar tokoh dalam drama televisi Jepang berjudul 99.9: Keiji Senmon Bengoshi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif. Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan klasifikasi tipe struktur dajare oleh Pawel Dybala et.al. dalam artikel jurnal yang berjudul NLP Oriented Japanese Pun Classification (2012). Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat lima tipe struktur dajare yang digunakan, yaitu homofoni, penambahan mora, perubahan mora, campur kode dan pencampuran frasa.
Dajare In Japanese Television Drama 99.9: Keiji Senmon Bengoshi
Abstract
This undergraduate thesis is focused on the forming of dajare (Japanese pun) in Japanese television series 99.9: Keiji Senmon Bengoshi. The purpose of this study is to find structure type of dajares that are being used in the said television drama. The data used is derived from conversations in Japanese television drama titled 99.9: Keiji Senmon Bengoshi. The method applied is descriptive-analytic. The discussion in this study uses the classification of dajare structure type by Pawel Dybala et al. in NLP Oriented Japanese Pun Classification (2012). The result shows that there are five structure types of dajare that are being used, which is homophony, mora addition, mora transformation, mix of language and blend. Keywords: Dajare, structure type, television drama, 99.9: Keiji Senmon Bengoshi Pendahuluan
Pembahasan mengenai permainan kata tampaknya tidak terlepas dari Wittgenstein.
Wittgenstein seorang filsuf bahasa mengatakan bahwa setiap penggunaan bahasa merupakan
permainan kata (Irmayanti, 1997: 68).
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
Humor merupakan salah satu bagian dari permainan kata yang sering digunakan
dalam percakapan sehari-hari. Kerapnya ditemukan humor dalam percakapan sehari-hari
tidak lain karena tujuan dari humor itu sendiri, yakni untuk mencairkan suasana.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, humor diartikan sebagai keadaan yang
menggelikan hati; kejenakaan; atau kelucuan. Sedangkan dalam Oxford English Dictionary,
humor didefinisikan sebagai kualitas dari tindakan, percakapan atau tulisan yang
membangkitkan suasana yang lucu, jenaka, menggelikan dan menyenangkan. Karena sifatnya
yang tidak kaku, humor dapat digunakan untuk membangun suasana yang menyenangkan
dalam proses berkomunikasi. Humor terdiri dari berbagai macam jenis, mulai dari pantomin,
karikatur, cerita jenaka, ataupun humor yang dibuat melalui permainan kata.
Humor dalam permainan kata bahasa Jepang dapat ditemukan dalam dajare. Dajare
secara sederhana dapat dipadankan dengan istilah pelesetan. Secara literal dajare merupakan
gabungan dari kata dame (駄目) ‘buruk’ dan share (洒落) ‘permainan kata’.
dame + share à dajare
Secara literal, dajare memiliki makna ‘permainan kata yang buruk’. Menurut
informan (penutur jati bahasa Jepang), dajare dianggap sebagai permainan kata yang buruk
karena hanya mengulang kata-kata dengan bunyi yang sama. Contohnya dapat dilihat dalam
ujaran berikut ini.
電話をかけても、誰もでんわ
Denwa o kaketemo, dare mo denwa
Telepon ACC membuat siapa pun keluar-NEG FP
“Biarpun aku menelpon, tidak ada yang mengangkatnya.”
Dalam ujaran di atas, terdapat dua kata yang mempunyai bunyi yang sama yaitu
denwa. Pengulangan kata terdapat pada awal dan akhir kalimat. Kata denwa (電話) yang
pertama memiliki arti telepon, sementara kata denwa (でんわ) yang kedua berasal dari kata
denai (出ない) dan partikel final wa (わ). Kata den (でん) pada denwa (出んわ) merupakan
kependekan dari kata denai (出ない) yang bermakna literal ‘tidak keluar’ atau dalam kalimat
di atas bermakna ‘tidak ada yang mengangkat telepon’. Partikel final wa (わ) berfungsi
untuk menegaskan hal yang ingin diungkapkan penutur.
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
Pengulangan kata pada ujaran di atas dianggap sebagai sebuah permainan kata yang
membosankan. Akan tetapi penulis merasa bahwa permainan kata dalam dajare adalah salah
satu permainan kata yang menarik. Hal ini dikatakan menarik karena pengulangan kata
dengan bunyi yang sama tetapi memiliki makna yang berbeda. Meskipun maknanya berbeda,
makna tersebut masih dalam konteks situasi yang sama.
Dalam bahasannya mengenai permainan kata, Wittgenstein lebih mengutamakan fungsi
ujaran/kalimat daripada struktur ujaran/kalimat. Namun, agar dapat memahami fungsi dari
sebuah ujaran, perlu dipahami terlebih dahulu struktur ujarannya. Setelah memahami struktur,
permainan kata dapat dilakukan lebih mudah. Berdasarkan pandangan ini, penelitian yang
akan dilakukan berkaitan dengan struktur dalam dajare.
Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah struktur dajare dalam bahasa Jepang.
Sumber data pada penelitian ini diambil dari percakapan dalam drama televisi Jepang yang
berjudul 99.9: Keiji Senmon Bengoshi. Penelitian ini memiliki tujuan menemukan tipe
struktur dajare yang digunakan dalam drama televisi 99.9: Keiji Senmon Bengoshi.
Tinjauan Teoritis 2.1 Permainan Kata
Teori Permainan Kata (Language Games) adalah sebuah teori yang diperkenalkan
oleh seorang filsuf kelahiran Austria, Ludwig Wittgenstein. Menurut Wittgenstein, bahasa
berkaitan erat dengan pikiran manusia, dengan demikian bahasa menjadi bentuk tindakan
manusia. Wittgenstein menyatakan bahwa setiap cara pemakaian bahasa dan tindakan
manusia disebut sebagai permainan bahasa. Wittgenstein menyatakan bahwa yang
membedakan permainan kata yang satu dengan yang lainnya adalah aturan-aturan yang ada
dalam masing-masing permainan kata tersebut.
Menurut Leppihalme (1997) yang dikutip oleh Meri Giorgadze, PhD dalam artikel
jurnal yang berjudul Linguistic Features of Pun, Its Typology and Classifications yang
dimuat dalam European Scientific Journal (2014), permainan kata dapat berasal dari beberapa
fitur bahasa yang berbeda. Fitur-fitur Bahasa yang dimaksud adalah pelafalan, ejaan,
morfologi, kata ataupun sintaksis.
Selanjutnya Shinohara menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk
merasa senang saat menemukan kemiripan bunyi dari serangakian kata (plesetan),
menyebutkan kata-kata dengan makna atau bunyi yang sama (rensō gēmu, asosiasi kata),
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
mencoba untuk mengucapkan kata-kata yang sulit diucapkan (tongue twister), membuat kata-
kata baru dengan cara mengubah posisi huruf ataupun bunyi (2009: 44).
2.2 Dajare
Dajare (駄洒落) merupakan salah satu tipe permainan kata dalam bahasa Jepang.
Dajare merupakan gabungan dari kata 駄目(dame) ‘buruk’ dan 洒落 (share) ‘permainan
kata’ yang dalam kamus bahasa Jepang Sanseido diartikan menjadi 下手な洒落 (heta na
share) atauつまらない洒落 (tsumaranai share) yang artinya permainan kata yang buruk
atau membosankan.
Dalam membuat dajare, penutur memasangkan dua frase yang sama atau identik
untuk menciptakan sebuah ekspresi (Shinohara, 2009:44). Selanjutnya Kobayashi Yoshitomo,
seorang peneliti dari Tokyo University of Foreign Laguage (TUFS) mendefinisikan dajare
sebagai permainan kata tingkat tinggi yang mengombinasikan kata-kata dengan bunyi yang
sama, menghasilkan berbagai macam citra dan mengundang tawa1.
Pembentukan dajare adalah permainan kata yang dilakukan dengan cara membuat
sebuah ujaran dengan bunyi yang sama untuk menimbulkan efek komikal dan melembutkan
situasi (Yokogawa, 2001:2259). Yokogawa lalu menambahkan bahwa ada dua aspek yang
membentuk dajare, yaitu kemiripan bunyi dan perbedaan arti yang mengejutkan.
Selanjutnya Shinohara menyatakan bahwa dalam penelitian yang telah ia lakukan
bersama dengan Kawahara, ia menemukan bahwa dalam membuat dajare penutur bahasa
Jepang mencoba untuk memaksimalkan kemiripan antara kata-kata yang dipilih untuk
membuat sebuah dajare, baik itu kemiripan dalam segi vokal maupun konsonan. Ia juga
menemukan bahwa psikolinguistik dan fonetik mempengaruhi perhitungan yang digunakan
dalam membentuk dajare (2009:45). Hal ini memiliki arti bahwa dalam membuat dajare
penutur tidak semata-mata memasangkan kata-kata secara acak, tetapi juga mementingkan
aspek fonetik atau fonologis dari sebuah kalimat dajare.
Dalam artikel jurnal yang berjudul NLP2 Oriented Japanese Pun Classification,
Pawel Dybala, Rafal Rzepka, Kenji Araki dan Kohichi Sayama membagi dajare kedalam 12
kategori tipe struktur dajare. Dalam mengklasifikasikan tipe struktur dajare, Dybala, Rzepka,
1 Kobayashi, Yoshitomo. “Dajare no Kihon Kouzou to Warai”. http:// www.tufs.ac.jp/st/personal/ 03/ conanweb/dajare.htm. Diakses pada 17 oktober 2016. 2 Singkatan dari Natural Language Processing, yang merupakan salah satu cabang ilmu Artficial Intelligence yang memadukan ilmu komputer dan linguistik dan berfokus pada pengolahan bahasa natural. Kegunaan dan kemampuan sistem komputer untuk memproses kalimat dalam bahasa natural (bahasa yang dipakaisehari-‐hari oleh manusia).
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
Araki dan Sayama terlebih dahulu menganalisis ujaran-ujaran yang mengandung dajare.
Dybala et al. lalu membagi kata-kata yang membentuk struktur dajare dalam sebuah
ujaran/kalimat sebagai “kata dasar” (base phrase) dan kata pembentuk dajare (punning
phrase). Selain itu mereka juga menggunakan mora3 untuk mengukur perubahan bunyi dalam
dajare. Berikut ini adalah pengklasifikasian tipe struktur dajare oleh Dybala, Rzepka, Araki
dan Sayama.
1. Dajare dengan bunyi yang sama persis (homophony)
Dajare dengan jenis ini memiliki ciri-ciri yaitu sebuah kalimat yang memiliki dua
kata dengan bunyi yang sama persis.
Contoh : カエルが帰る。 Kaeru ga kaeru Katak NOM pulang ‘Katak pulang.’
2. Penambahan mora (Mora Addition)
Untuk menghasilkan dajare dalam grup ini, , frase asli diubah menjadi frase dajare
dengan cara menambahkan satu mora atau lebih. Dibagi ke dalam tiga subkategori,
yaitu:
a) Penambahan mora di depan
Terdapat mora ditambahkan di depan frase asli
Contoh: スイカは安いか? suika wa yasui ka? Semangka TOP murah QP ‘Apakah semangka harganya murah?’
b) Penambahan mora di belakang
Mora ditambahkan di belakang frase asli.
Contoh: 河馬のかばん。 kaba no kaban kudanil GEN tas ‘tas kudanil’
c) Penambahan mora di tengah
Mora ditambahkan di tengah-tengah frase.
Contoh: きちんと片付いたキッチン。 Kichin to katazuita kitchin.
3 Mora adalah satuan terkecil untuk mengukur kuantitas atau kepanjangan dalam sistem prosodi. Unit terkecil pembentuk kata dalam bahasa Jepang.
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
Rapi dengan membersihkan dapur. ‘Dapur yang bersih dan rapi.’
3. Pengurangan mora ( Mora Omission)
Dalam grup ini, frase asli diubah menjadi frase dajare dengan cara menghapus satu
mora tau lebih. Dibagi menjadi dua subkategori:
• Pengurangan mora di belakang kata
Contoh : スキーが好き。 Sukii ga suki Ski NOM suka ‘Saya suka bermain ski.’
• Pengurangan mora di tengah kata
Contoh: ステーキが素敵。 Suteeki ga suteki Steak NOM indah ‘Steaknya terasa lezat.’
4. Perubahan mora (Mora Transformation)
Pada kategori ini, dajare dibuat dengan cara mengubah satu mora ke mora yang
berbeda. Dibagi menjadi dua subkategori:
• Perubahan konsonan
Perubahan satu huruf konsonan dalam sebuah mora.
Contoh: トマトを食べると、戸惑う Tomato wo taberu to tomadou. Tomat ACC makan setelah bingung. ‘Aku jadi bingung setelah memakan tomat.’
• Perubahan vokal
Perubahan huruf vokal pada salah satu mora.
Contoh: 珍しい、水らしい。 Mezurashii, mizurashii Langka seperti air ‘Aneh, seperti air.’
5. Metatesis mora (Mora Metathesis)
Dajare pada kategori ini dibuat dengan cara merubah letak dua mora di dalam frasa.
Contoh: ダジャレを言うのは誰じゃ? Dajare wo iu no wa dare ja? Dajare ACC ucap VN TOP siapa
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
‘Siapakah yang mengucapkan dajare?’
6. Metatesis morfem (Morpheme Metathesis)
Pada kategori ini, dajare dibuat dengan cara merubah letak dua morfem dalam frasa
asli.
Contoh: 男を売る思い出 Otoko wo uru omoide Laki-laki ACC jual ingatan ‘Ingatan menjual seorang laki-laki.’
Kalimat contoh di atas merupakan bentukplesetan dari sebuah panggung musikal yang
berjudul 思い出を売る男 (Omoide wo uru otoko) yang memiliki arti ‘Pria yang
menjual ingatannya’.
7. Perubahan cara baca kanji (Kanji Readings Change)
Contoh : 食王 Shokkingu Raja makanan ‘Mengejutkan’
8. Pencampuran frasa (Blend)
Dalam kategori ini, dajare dibuat dengan cara menggabungkan dua frasa menjadi satu.
Contoh: 老いてはことを仕損ずる Oite wa koto wo shisonzuru Menua TOP hal ACC gagal ‘Saat kamu menua, kamu menjadi sia-sia.’
Kalimat contoh di atas merupakan penggabungan dari dua peribahasa Jepang yaitu
Oite wa ko ni shitagae (おいては子に従え) yang bermakna ‘kalau sudah tua, kita
harus mendengar pendapat anak kita’ dan Seite wa koto wo shisonzuru (急いてはこ
とを仕損ずる) yang bermakna ‘kalau terlalu terburu-buru, akan jadi sia-sia’.
9. Pembagian kata (Division)
Pada kategori ini, dajare dibentuk dengan cara membagi frasa asli menjadi dua bagian.
Conoh: ゆで卵をゆでたのは孫。
Yude tamago wo yudeta no wa mago
Rebus telur ACC rebus-PAST VN TOP cucu
‘Yang merebus telur rebusnya adalah cucu.’
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
10. Tebak-tebakan (Riddles)
Dajare disampaikan dalam bentuk tebak-tebakan.
Contoh: 質問: 日中、車を壊してばかりいる人って誰
でしょう?
答え:歯医者
Shitsumon: Nicchū, kuruma wo kowashite bakari iru
Pertanyaan siang mobil ACC meruak hanya ada
hito tte dare deshou?
orang QUOT siapa COP
Kotae: Haisha
Jawaban Dokter gigi
‘Pertanyaan: Siapakah orang yang kerjaannya
menghancurkan mobil di siang bolong?’
‘Jawaban: Dokter gigi’
Kata Asli : Haisha (廃車) ‘mobil rusak’
Kata Plesetan : Haisha (歯医者) ‘dokter gigi’
11. Campur Kode (Mix of languages)
Dalam dajare bentuk ini merupakan frasa yang terdiri atas percampuran bahasa
Jepang dengan bahasa asing (biasanya bahasa Inggris).
Contoh: 総理大臣が謝った:「アイムソウリ」
Souri daijin ga ayamatta, “aimu souri”
perdana menteri NOM minta maaf saya maaf
‘Perdana Menteri Jepang menyampaikan permintaan
maafnya: “I’m Sorry”’
12. Pemindahan jeda atau koma ( Pause Transference)
Dajare yang masuk dalam kategori ini dibuat dengan cara memindahkan jeda (koma)
yang ada pada frasa asli.
Contoh: 金をくれ、頼む。金をくれた、飲む!
Kane wo kure, tanomu. Kane wo kureta, nomu!
Uang ACC beri mohon. Uang ACC dapat-PAST minum
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
‘Kumohon, berikanlah aku uang. OK, kau sudah memberiku uang,
mari kita minum.’
Pengklasifikasian tipe struktur dajare oleh Dybala, Rzepka, Araki dan Sayama inilah
yang digunakan sebagai acuan oleh penulis dalam melakukan analisis pembentukan dajare
berdasarkan tipe struktur dan ciri-ciri pembentukannya.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam menyusun penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara
menganalisis data lalu menjelaskannya secara deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
dengan studi kepustakaan. Referensi yang digunakan untuk penelitian berupa buku, artikel
ilmiah dan skripsi yang membahas tentang dajare. Pemerolehan data penelitian dilakukan
dengan cara menonton dan menyimak drama serial televisi 99.9: Keiji Senmon Bengoshi dari
episode awal hingga episode akhir. Setelah disimak, percakapan yang mengandung dajare
ditranskripsi dan dikumpulkan menjadi data yang digunakan untuk penelitian. Data yang
terkumpul kemudian akan diolah melalui proses analisis berdasarkan landasan teori yang
digunakan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari percakapan antar tokoh
dalam drama serial televisi Jepang yang berjudul 99.9: Keiji Senmon Bengoshi (99.9刑事専
門弁護士), ditayangkan di saluran televisi TBS (Tokyo Broadcasting System) setiap hari
Minggu pukul 10 malam dari tanggal 17 April hingga 19 Juni 2016. Serial Televisi dipilih
sebagai sumber data karena serial televisi dianggap sebagai media yang menggambarkan
kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Selain itu, serial televisi ini dipilih sebagai sumber
data karena tokoh utama dalam drama serial televisi ini sering menggunakan dajare pada saat
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan situasi disekitarnya.
Sejumlah besar penggunaan dajare menjadi faktor utama penulis memilih drama ini sebagai
sumber data penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada
percakapan atau ujaran yang mengandung dajare dari 10 episode secara keseluruhan.
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini telah terkumpul 34 data percakapan yang mengandung dajare.
Persebaran jenis data dajare dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel Persebaran Data Berdasarkan Tipe Struktur Dajare
Tipe Struktur Dajare Jumlah
Homofoni 5
Penambahan Mora 12
Perubahan Mora 8
Campur Kode 8
Pencampuran Frasa 1
Total 34
Data-data yang diperoleh dianalisis menggunakan klasifikasi tipe struktur dajare
dalam NLP Oriented Japanese Pun Classification oleh Pawel Dybala et al. dan selanjutnya
akan dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri dan tipe strukturnya. Penyajian data dalam bab ini
dikelompokkan ke dalam lima kelompok tipe struktur, yaitu homofoni, penambahan mora,
perubahan mora, campur kode dan pencampuran frasa.
Pembahasan Dajare yang Memiliki Bunyi yang Sama (Homophony)
Dajare dengan tipe struktur homofoni memiliki ciri-ciri yaitu suatu kalimat yang
terdiri dari dua kata yang memiliki bunyi yang benar-benar sama.
(1)
{Miyama sedang mengantar pulang Tachibana setelah Tachibana datang ke Itokonchi,
restoran milik sepupu Miyama. Di tengah perjalanan mereka melewati sebuah terowongan
yang gelap. Saat berjalan di dalam terowongan, Miyama menyadari perubahan warna casing
telepon genggam Tachibana dan ia pun mulai mengingat kembali hal-hal yang berhubungan
dengan kasus yang sedang mereka tangani. Ia mengucapkan kalimat dajare dalam data ini
saat ia mencapai satu titik temu atau solusi dari kasus tersebut.} 深山 : 電話をかけても、だれも出んわ。
Miyama: Denwa wo kaketemo, dare mo De n wa. Telepon ACC membuat siapa pun Keluar NEG FP.
‘Biarpun aku menelpon, tidak ada yang mengangkatnya.’
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
(Episode 1, menit ke 54:12 – 54:18)
Kata dasar : denwa (でんわ → 電話) ‘Telepon’
Frase dajare : denwa (でんわ →出んわ) ‘Tidak mengangkat’
Dalam adegan ini, Miyama yang sedang berjalan menelusuri terowongan bersama
rekan kerjanya Tachibana, menyadari perubahan warna dari casing telepon genggam milik
Tachibana (lihat gambar 1.b dan 1.c). Miyama lalu mulai memikirkan kembali kasus yang
sedang ia kerjakan, lalu saat ia menemukan kunci dari kasus tersebut ia mengucapkan kalimat
dajare pada data (1) di atas.
Kalimat dari data (1) termasuk kedalam kategori homophony karena terdapat dua kata
yang mengandung bunyi yang sama tetapi meiliki arti yang berbeda yaitu denwa (電話) yang
bermakna ‘telepon’ dan denwa (出んわ) yang dapat diartikan ‘tidak mengangkat’. Kata
denwa (電話) sebagai kata dasar memiliki arti telepon, sedangkan kata denwa (出んわ)
berfungsi sebagai frasa yang sudah diubah menjadi dajare. Dalam kalimat ini, kata denwa
(出んわ) mengandung arti ‘tidak mengangkat’. Kata denwa (出んわ) berasal dari kata denai
(出ない) yang merupakan bentuk negasi dari verba deru (出る). Pembentukannya dilakukan
dengan cara menambahkan nai yang merupakan bentuk negatif dalam bahasa Jepang menjadi
出る+ない yang memiliki arti ‘tidak keluar’ atau dalam konteks kalimat ini tidak
‘mengangkat’ atau ‘tidak menjawab’. Kemudian kata denai (出ない) diubah menjadi den (で
Gambar 1.a Miyama Terlihat Berpura-pura
Menelepon
Gambar 1. b Casing Telepon Genggam
Tachibana yang Berwarna Biru
Gambar 1.c Casing Telepon Genggam
Tachibana Berubah Menjadi Warna Hitam
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
ん) yang merupakan bentuk wakamono kotoba4 dari kata denai(出ない) dan ditambahkan
patikel final wa (わ) untuk menghasilkan bunyi yang sama dengan kata yang dijadikan dasar
untuk membuat dajare yaitu kata denwa (電話) ‘telepon’.
Dajare yang Dihasilkan dari Penambahan Jumlah Mora (Mora Addition)
Dajare jenis ini dibuat dengan cara menambahkan 1 mora atau lebih di awal, di
tengah-tengah maupun di akhir kata dasar yang digunakan dalam pembentukan dajare.
(5)
{Miyama dan Akashi sedang melakukan reka ulang dengan cara menaiki mobil dari
kediaman tersangka sampai ke tempat kejadian perkara. Mereka berdua sampai lebih lambat
dari waktu yang diperkirakan. Sehingga dapat dibuktikan bahwa tersangka tidak bersalah.} 深山 :21 分 31 秒。時計はほっとけい。
Miyama : Nijuuippun sanjuuichibyou. Tokei wa hottokei. 21 menit 31 detik. Jam TOP biarkan saja.
‘21 menit 30 detik. Biarkan saja jamnya.’
(Episode 1, menit ke 03:00 - 03:10)
Kata dasar : tokei (時計) ‘jam’
Frase dajare : hottokei (ほっとけい) ‘biarkan saja’
Gambar 2 Miyama sedang mengukur waktu sambil melihat jamnya
4 Berasal dari kata wakamono (若者) yang berarti orang muda dan kotoba (言葉) yang berarti bahasa. Sebutan untuk bahasa gaul yang digunakan oleh anak muda di Jepang.
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
Data (5) diambil dari adegan sesaat setelah Miyama mencoba mengukur waktu sambil
mereka ulang kejadian dari kasus yang sedang ia tangani. Kata dasar dalam data (5) adalah
kata tokei yang memiliki arti jam. Kalimat data (5) termasuk ke dalam kategori ini karena
frasa dajarenya mendapatkan penambahan 2 mora dari kata tokei yaitu ho (ほ) dan tt (っ).
Kata hottokei berasal dari kata hottoku yang memiliki arti meninggalkan sesuatu. Kata
hottoku(membiarkan) diubah ke dalam bentuk perintah menjadi hottoke (tinggalkan) lalu
ditambahkan huruf i (い) agar memiliki bunyi yang sama dengan tokei.
Dajare yang Mengalami Perubahan Mora (Mora Transformation)
Dajare tipe ini dibuat dengan cara mengubah satu fonem konsonan atau vokal pada
suatu mora dari kata dasar yang dijadikan frasa dajare. Penggatian mora ini memberikan
keuntungan bagi penutur untuk menemukan kosakata yang lebih banyak dalam membuat
kalimat dajare. (12)
{Miyama, Akashi, dan Fujino sedang melakukan reka ulang berdasarkan video tersangka
sedang menaiki motor yang terekam oleh kamera keamanan sebuah drug store. Akashi
berperan menjadi tersangka yang sedang mengendarai motornya. Sedangkan Miyama dan
Fujino merekam reka ulang kejadian dengan kamera. Saat Miyama dan Fujino sedang
mengatur letak kamera, seorang penjaga keamanan menghampiri mereka.} 警備員 : あのう、私ここに残ってよかですか?
Keibiin: Anō, watashi koko ni nokotte yoka desu ka? INJ saya disini N tetap-TE baik COP QP? ‘Maaf, apa tidak masalah saya tetap berada di sini?’
深山 : よかですよ。 Miyama: Yoka desuyo.
Baik COP FP ‘Tidak apa-apa.’
警備員 : 何か始まっと?あそこにオートバイがおるとばい。
Keibiin: Nani ka hajimatto? Asoko ni ōtobai ga oru tobai. Apa QP dimulai Disana P motor NOM ada FP. ‘Sepertinya akan ada sesuatu. Disana ada sebuah motor’
(Episode 6, menit 26:43- 26:47)
Kata dasar : ōtobai (オートバイ) ‘motor’
Frase dajare : orutobai (おるとばい) ‘ada’
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
Kalimat dajare pada data ini masuk ke dalam tipe dajare yang mengalami perubahan
mora (mora transformation). Kalimat dajare ini dibentuk dengan cara menggati kata ōtobai
(オートバイ) ’motor’ yang diikuti dengan oru to bai (おるとばい) ‘ada’. Pada kalimat ini
terdapat perubahan satu mora yaitu mora (ー) pada kata ōtobai menjadi mora ru (る) pada
frase oru to bai.
Oru to bai merupakan salah satu bagian dari dialek Kumamoto5 (熊本弁, Kumamoto
ben ). Oru to bai jika diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang standar memiliki arti arimasuyo
(ありますよ) ‘ada’. Oru merupakan bentuk Kumamoto ben dari kata iru (いる) atau aru (あ
る) dan kata bai (ばい) merupakan bentuk akhiran (suffix) dari yo (よ) atau desu (です) yang
biasa digunakan oleh penutur yang menggunakan Kumamoto ben.
Walaupun latar belakang tempat dari drama ini adalah daerah Tokyo, penjaga
keamanan yang merupakan penutur dari kalimat dajare dalam data ini tidak menggunakan
hyōjungo 6 , tetapi menggunakan Kumamoto ben saat berbicara dengan Miyama pada
percakapan di atas. Dapat diperkirakan bahwa penjaga keamanan tersebut bukan orang asli
Tokyo melainkan pendatang dari daerah Kumamoto yang terletak di pulau Kyūshū.
Penggunaan dialek Kumamoto pada dialog ini digunakan untuk memperingati Bencana
Gempa Kyūshū7 yang terjadi pada 14 April 2016, beberapa hari sebelum drama televisi ini
ditayangkan.
Campur Kode (Mix of Languages)
Dajare dalam kategori ini dibuat dengan cara memasangkan kata dari dua bahasa
yang berbeda. Dalam subbab ini, penulis menganalisis frasa atau kalimat dajare yang dibuat
dengan cara memadukan dua Bahasa yang berbeda yang dalam linguistik dikenal dengan
istilah campur kode.
(15)
{Bando sedang berbicara dengan Tachibana, di tengah-tengah pembicaraan mereka ada
seorang pengunjung restoran yang memanggil Bando dan memotong pembicaraan mereka
berdua karena ingin memesan makanan.}
5 Kumamoto ben adalah dialek yang digunakan dalam percakapan sehari-hari oleh masyarakat yang tinggal di daerah Perfektur Kumamoto, Jepang. 6 Hyōjungo adalah sebutan untuk bahasa standar yang digunakan oleh masyarakat Jepang. 7 Serangkaian bencana gempa bumi yang menimpa Pulau Kyūshū, Jepang pada pertengahan bulan April. Gempa pertama yang berkekuatan 6,4 skala Richter dan berpusat di perfektur Kumamoto terjadi pada tanggal 14 April 2016.
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
お客さん : 大将, bonjour. Okyakusan: taishō, bon jour
Kepala toko baik hari ‘Hai kepala toko’
坂東 : おい、C’est si bon, C’est si bon Bandō : oi, c’est si bon, c’est si bon
Oi, baik baik
‘Oi! Baik-baik’
お客さん : さば Okyakusan: Saba
Saba (nama ikan) ‘makarel’
坂東 : Ça va? Ça va? Bandō : sa ba? Sa ba?
Apa kabar? Apa kabar? ‘Apa kabar? Apa kabar?’
お客さん : 味噌漬け Okyakusan: misodzuke
Miso ‘Dengan miso.’
坂東 : さば味噌漬け? Bandō : Saba misodzuke?
Makarel miso ‘Makarel Miso?’
(Episode 8, menit ke 25:06 – 25:16)
Kata dasar : saba (鯖) ‘makarel’
Kata Dajare : sa ba (Ça va) ‘Apa kabar?’
Seperti yang dapat dilihat pada kalimat percakapan di atas, terdapat pencampuran
bahasa, yaitu bahasa Jepang dan bahasa Perancis. Dajare pada data ini terbentuk secara tidak
sengaja dari percakapan antara dua orang, yaitu antara tokoh Bandō dan salah satu
pengunjung restoran yang memanggil Bandō karena ingin memesan makanan. Pengunjung
restoran memanggil Bandō dan menyapa dengan kata sapaan dalam bahasa Perancis, bonjour.
Bandō yang merasa terkejut lalu membalas sapaan pengunjung tersebut dengan bahasa
Perancis.
Kalimat dajare dalam data ini terbentuk dari kata saba (さば) dalam bahasa Jepang
yang bermakna ‘ikan makarel’ dan kalimat tanya berbahasa Perancis Ça va? yang memiliki
arti ‘apa kabar?’. Percakapan diatas dapat dikatakan dajare karena memiliki bunyi yang sama.
Jika dikelompokkan berdasarkan pengelompokan data-data diatas, percakapan yang
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
mengandung dajare ini masuk ke dalam kategori dajare homofoni. Tetapi yang ingin
ditekankan di sini adalah penggunaan dua bahasa berbeda untuk membuat dajare.
Pencampuran Frasa (Blend) Pembuatan dajare dalam kategori ini dilakukan dengan cara mencampurkan 2 frasa menjadi
satu frasa dajare.
(17)
{Miyama, Sada dan Tachibana sedang mengamati bukti-bukti dan memikirkan titik temu dari
tiga kasus pembunuhan berantai yang sedang mereka tangani di Restoran Itokonchi milik
Bandō. Bandō yang juga ikut mengamati bukti-bukti yang mereka kumpulkan ingin
membantu dan mengeluarkan pendapatnya. Namun, pendapat yang ia ucapkan tidak
dihiraukan oleh Miyama dan Rekan-rekannya. } 坂東 : 三人はなんで殺されちゃったのかな? Bandō : San nin wa nande korosarechatta no kana?
Tiga orang TOP kenapa bunuh-PASS GEN QP ‘Kira-kira kenapa mereka bertiga dibunuh ya?’
深山 : 確かに。犯人じゃなくて、被害者に視点を変えてみましょう。仮に同一 犯だとして三人の被害者には共通点があるはずです。
Tashika ni. Hannin janakute, higaisha ni Benar P. Tersangka COP-NEG, korban P
shiten wo kaete mi mashou. Kari ni perspektif ACC ubah lihat mari . Sementara douitsuhan da toshite san nin no kejahatan yang sama COP sebagai tiga orang GEN higaisha ni wa kyoutsūten ga aru hazu desu. Korban P TOP persamaan NOM ada seharusnya COP. ‘Benar juga. Bagaimana kalau kita mengubah cara pandang kita? Jangan memikirkan tersangkanya tapi lebih memikirkan korban. Misalkan ketiga kasus pembunuhan ini adalah kejahatan yang sama, pasti ada kesamaan yang dimiliki oleh ketiga korban.’
佐田 : 共通点 Sada : Kyoutsūten?
Persamaan? ‘Persamaannya?’
坂東 : よし分かった。三人とも女性。ほら、ウーマンほら女性 Bandō : Yoshi wakatta. San nin tomo josei.
Baiklah mengerti-PAST. Tiga orang semua perempuan
Hora, ūman hora josei. Lihat perempuan lihat perempuan.
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
“Baiklah,aku mengerti. Ketiga korban sama-sama perempuan. Lihat permpuan, perempuan.”
立花 : 共通点... Tachibana: Kyoutsuten... Persamaan...? ‘Persamaannya?’
坂東 : オーマイアンドガーファンクル Bandō : Ōmaiandogāfankuru
Ōmaiandogafankuru
‘Oh my and garfunkel’
(Episode 10, 27:19 – 27:50) Pembentukan dajare dalam data ini dilakukan dengan cara menyatukan 2 frasa yang
berbeda. Frasa dajare omaiandogāfankuru merupakan gabungan dari frasa oh my god dan
Simon and Garfunkel8. Pembentukan dajare ini dilakukan dengan cara menghapuskan kata
god dari frasa oh my god dan Simon dari Simon and Garfunkel, lalu menyatukan frasa oh my
dan and Garfunkel sehingga membentuk frasa oh my and Garfunkel (オーマイアンドガー
ファンクル).
Oh my God + Simon and Garfunkel à Oh My and Garfunkel
Kalimat dajare ini tidak termasuk ke dalam kategori campur kode karena kedua frasa
yang digunakan merupakan frasa dalam bahasa Inggris. Oh my god merupakan sebuah
ekspresi dalam bahasa Inggris yang diujarkan saat seseorang melihat sesuatu yang tidak bisa
dipercaya, merasa senang atau terkejut. Sedangkan Simon and Garfunkel adalah nama duo
penyanyi asal Amerika Serikat.
Jika dilihat dari hasil pembentukannya, unsur-unsur dari dua frasa asli pembentuk
kalimat dajare dalam data ini masih dapat dilihat atau didengar. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa keunggulan dari tipe struktur ini adalah menciptakan sebuah kata atau frasa
baru yang tidak jauh berbeda dari frasa aslinya.
Kesimpulan
Pada penelitian ini, penulis menemukan tiga puluh empat data dajare dalam drama
televisi 99.9: Keiji Senmon Bengoshi yang diambil dari percakapan antartokoh. Ketiga puluh
8 Simon and Garfunkel, nama grup duo penyanyi pop asal Amerika. Personelnya adalah Paul Simon dan Art Garfunkel.
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
empat data tersebut lalu dikelompokkan berdasarkan klasifikasi dua belas tipe struktur dajare
yang dirumuskan oleh Pawel Dybala et, al.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, penulis menemukan lima tipe
struktur dajare yang digunakan dalam drama televisi 99.9: Keiji Senmon Bengoshi, yaitu (i)
dajare berjenis homofoni, (ii) penambahan mora, (iii) perubahan mora, (iv) campur kode dan
(v) penggabungan frasa. Penulis tidak menemukan tipe struktur dajare pengurangan mora,
metatesis mora, metatesis morfem, perubahan cara baca kanji, pembagian kata, tebak-tebakan
dan pemanfaatan jeda.
Selain itu, dari analisis yang telah dilakukan dapat dipahami bahwa pembuatan dajare
yang digunakan dalam drama 99.9: Keiji Senmon Bengoshi dilakukan dengan cara
menentukan satu objek utama yang dijadikan kata dasar lalu menyocokkannya dengan kata
yang memiliki bunyi yang sama atau membuat sebuah kata atau frasa yang sesuai dengan
cara mengubah atau menambahkan mora di awal atau di akhir kata dasar. Penambahan atau
perubahan mora membuat penutur dapat membuat frasa dajare dengan lebih bebas daripada
pembentukan dajare yang bersifat homofoni.
Pada penelitian ini penulis telah membahas tentang proses pembentukan dajare dalam
drama televisi Jepang 99.9: Keiji Senmon Bengoshi. Akan tetapi penulis belum memaparkan
tentang fungsi penggunaan dajare. Penulis berharap penelitian awal ini dapat dijadikan
sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang fungsi penggunaan
dajare dalam produk-produk budaya populer Jepang lainnya dari segi pragmatik maupun segi
sosiolinguistik.
Daftar Referensi Sumber Drama Televisi
Kimura, Hisashi, Dir. Katsuaki Setoguchi, Prod. 2016 (17 April – 19 Juni). 99.9: Keiji
Senmon Bengoshi. TBS
Sumber Buku
Davis, Jessica Milner. (2006). Understanding Humor in Japan. Detroit: Wayne State
University Press.
Irmayanti, V. (1997). Permainan Bahasa Wittgenstein Sebuah Tinjauan Filsafat Bahasa.
Bogor: Maharini Press.
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016
Sadler, Misumi. (2007). Grammar In Use Across Time and Space : Deconstructing The
Japanese ‘Dative Subject’ Construction. Philadelphia: John Benjamins Publishing
Company.
Wittgenstein, Ludwig. (1986). Philosophical Investigations (G.E.M. Anscombe,
Penerjemah). Oxford: Basil Blackwell.
Sumber Artikel Ilmiah
Dybala, P., et al. (2012). NLP Oriented Japanese Pun Classification. 2012 International
Conference on Asian Language Processing, 33-36.
Dybala, Pawel. (2008). Dajare Generating Support Tool – Toward Applicable Linguistic
Humor Processing. Gengo Shori Gakkai Dai 14 Kai Nenji Taikai Happyō Ronbunshū.
701-704.
Giorgadze, Meri. (2014). Linguistic Feature of Pun, Its Typology and Classification.
European Scientific Journal November 2014, vol. 2.
Kawahara, Shigeto dan Shinohara, Kazuko. (2009). Calculating Vocalic Similarity through
Puns. Journal of the Phonetic Society of Japan, Vol. 13 No. 3, 1-8.
Shinohara, Kazuko. (2009). Designing Language Games. Dezaingaku Kenkyū Tokushūgou –
What is “What’s the Design”? Special Issue of Japanese Society for the Science of
Design Vol. 16-2 No. 62, 44-49.
Shinohara, Kazuko dan Kawahara, Shigeto. “Syllable Intrusion in Japanese Puns, Dajare”.
(2009). http://user.keio.ac.jp/~kawahara/pdf/JCLA_Shinohara_Kawahara_v2.pdf.
Diakses 12 Oktober 2016
Yokogawa, Toshihiko. (2002). Generation of Japanese Puns Based on Similarity of
Articulation. IEEE, 2259-2264.
Sumber Internet
Kobayashi, Yoshitomo. “Dajare no Kihon kouzou to warai.”
http://www.tufs.ac.jp/st/personal/03/conanweb/dajare.htm. Diakses pada 17 Oktober
2016
Dajare dalam ..., Annisa Sakina, FIB UI, 2016