Daftar Untuk Zonasi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    1/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    KATA PENGANTAR i

    KATA PENGANTAR

    Buku Data dan Analisis Pekerjaan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

    Pulau-Pulau Kecil di Provinsi Sulawesi Utara ini disusun berdasarkan Kerangka Acuan

    Kerja (Term Of Reference).

    Laporan Antara ini secara garis besar memuat Latar Belakang, Tinjauan Kebijakan,

    Gambaran Existing Wilayah Perencanaan dan Isu isu Permasalah.

    Semoga laporan ini bermanfaat dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan dari berbagai

    pihak serta kami sangat mengharapkan adanya masukan dan saran dari pihak terkait yang

    akan dijadikan landasan bagi penyusunan laporan selanjutnya.

    Kepada semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya Buku Data dan Analisis ini,

    kami ucapkan terima kasih.

    Manado, 2012

    Tim Penyusun

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    2/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    DAFTAR ISI ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

    DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

    BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................I-1

    1.1. Latar Belakang ....................................................................................................................................... I-1

    1.2. Tujuan dan Sasaran ............................................................................................................................. I-3

    1.3. Ruang Lingkup ....................................................................................................................................... I-3

    1.3.1. Lingkup Wilayah Perencanaan ....................................................................................... I-3

    1.3.2. Lingkup Materi ...................................................................................................................... I-4

    1.3.3. Lingkup Waktu Perencanaan ........................................................................................... I-4

    1.4. Keluaran ................................................................................................................................................... I-4

    1.5. Sistematika Pembahasan .................................................................................................................... I-4

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN ................................................................................ II-1

    2.1. Landasan Hukum Penyusunan RZWP3K ..................... ...................... ..................... ................... II-1

    2.2. Kebijakan Daerah ................................................................................................................................ II-1

    2.3. Kebijakan Spasial .............................................................................................................................. II-10

    BAB III GAMBARAN EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN .............................. III-1

    3.1. Kondisi Geografis dan Administratif ......................................................................................... III-1

    3.2. Kondisi Fisik Dasar Pesisir Daratan dan Perairan ..................... ...................... .................... III-1

    3.2.1. Iklim ........................................................................................................................................ III-1

    3.2.2. Topografi/Batimetri ......................................................................................................... III-1

    3.2.3. Geologi dan morfologi .................... ...................... ...................... ...................... .............. III-13

    3.3. Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Daratan dan Perairan ..................................... ...... III-1

    3.3.1. Penggunaan Lahan ............................................................................................................ III-1

    3.3.3. Kegiatan Penangkapan Ikan .......................................................................................... III-1

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    3/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    DAFTAR ISI iii

    3.3.4. Kegiatan Perikanan Budidaya ... ...................... ...................... ...................... ................ III-1

    3.4. Kondisi Infrastruktur Kelautan dan Pesisir............................................................................ III-1

    3.4.1. Sentra Kegiatan Perikanan ............................................................................................ III-1

    3.4.2. Sentra Kegiatan Pariwisata ........................................................................................... III-1

    3.4.3. Sentra Kegiatan Perhubungan...................................................................................... III-1

    3.5. Perekonomian Kelautan dan Perikanan .................................................................................. III-1

    3.5.1. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................................................... III-1

    BAB IV ISU ISU POKOK PERMASALAHAN ....................................................... IV-1

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    4/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    DAFTAR TABEL iv

    DAFTAR TABEL

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    5/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    DAFTAR GAMBAR v

    DAFTAR GAMBAR

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    6/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB IPENDAHULUAN I-1

    BAB IPENDAHULUAN

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah selain dilatarbelakangi oleh berbagai

    aspek kehidupan dan perikehidupan penduduknya, seperti perkembangan penduduk,

    kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan ekonomi yang semakin meningkat,

    perkembangan/perluasan jaringan komunikasi, perhubungan/transportasi dapat

    dipengaruhi oleh adanya kebijakan politik dalam bentuk terbitnya berbagai peraturan

    perundang-undangan. Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan terhadap bentuk

    keruangan di wilayah yang bersangkutan melalui kegiatan manusia dan kebijakan

    penataan ruang di dalamnya. Kebijakan penataan ruang (skala nasional, regional, dan

    lokal) pada umumnya dimaksudkan untuk lebih dapat memberikan pelayanan yang baik

    kepada masyarakat, terutama dilihat dari sisi keamanan, kenyamanan, produktivitas,

    pembangunan.Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyusun suatu pedoman kebijakan yang

    lebih operasional untuk pelaksanaan pembangunan yang lebih rinci. Sebagai pokok-pokok

    pedoman kebijakan ini kemudian dituangkan dalam bentuk Penyusunan Rencana Zonasi

    Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Dalam konteks ini, penyusunan zonasi wilayah

    pesisir didasarkan pada keunggulan yang dimilikinya berupa faktor-faktor lokasi, sumber

    daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) serta efisiensi dalam manajemen

    pengelolaan.

    Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memerlukan perencanaan secara

    terpadu. Agar perencanaan tersebut dapat berjalan secara terarah dan sehingga

    menghasilkan peta potensi dan arahan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan

    yang terintegrasi, akuntabel, terkini dan terkendali pemanfaatannya perlu disusun

    rencana pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, yang tertuang dalam

    Rencana Zonasi WP3K.

    Zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah pengalokasian kawasan pesisir dan

    pulau-pulau kecil ke dalam zona-zona yang sesuai dengan maksud dan keinginan

    pemanfaatan setiap zona. Rencana ini menerangkan nama zona yang terseleksi dan

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    7/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB IPENDAHULUAN I-2

    kondisi zona yang dapat ditetapkan peruntukkannya bagi setiap kegiatan pembangunan,

    yang didasarkan pada persyaratan-persyaratan pembangunan berkelanjutan. Suatu zona

    adalah suatu kawasan yang memiliki kesamaan karakteristik fisik, biologi, ekologi, dan

    ekonomi dan ditentukan oleh kriteria terpilih. Penyusunan zonasi ini dimaksudkan untuk

    menciptakan keharmonisan spasial, yaitu bahwa dalam suatu kawasan pesisir dan pulau-

    pulau kecil hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan bagi kawasan pembangunan,

    namun juga menyediakan daerah bagi zona preservasi dan konservasi.Di dalam zona

    pemanfaatan secara intensif juga dilakukan pengaturan ruang secara bijaksana tanpa

    adanya tumpang tindih pembangunan dan konflik antara satu kegiatan dengan kegiatan

    lainnya.

    Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau

    Kecil mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk menyusun Dokumen Rencana Strategis

    dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (WP3K). Rencana ini dapat

    digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai panduan pelaksanaan pembangunan kelautan

    dan perikanan, serta pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir.

    Sejalan dengan pengembangan kawasan pesisir yang merupakan program Kementerian

    Kelautan dan Perikanan tahun 2009-2014, Pemerintah Daerah juga berkewajibanmenyusun Rencana Zonasi WP3K, Rencana Pengelolaan WP3K, dan Rencana Aksi

    Pengelolaan WP3K. Sementara itu, penyusunan RZR merupakan upaya teknis yang

    dilakukan untuk mendetilkan struktur dan pola pemanfaatan ruang pada kawasan

    pemanfaatan umum yang ditetapkan sebagai kawasan yang diprioritaskan untuk

    dikembangkan oleh RZ-WP3K.

    Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi dengan potensi sumberdaya

    perikanan yang sangat besar dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat

    pertumbuhan ekonomi wilayah di Kawasan Indonesia Bagian Timur. Pengembangan

    WP3K Provinsi Sulawesi Utara ini bertujuan meningkatkan produksi, produktivitas, dan

    kualitas produk kelautan dan perikanan, meningkatkan pendapatan nelayan,

    pembudidaya ikan, dan pengolah ikan yang adil dan merata dan mengembangkan

    kawasan pesisir sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah. Pengembangan ini harus

    didukung oleh perencanaan yang baik agar dapat mencapai tujuan.

    Selain sektor perikanan, sektor pariwisata di Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah

    satu sektor tumpuan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam upaya

    pemulihan ekonomi yang sedang dilaksanakan. Oleh sebab itu pembangunan

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    8/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB IPENDAHULUAN I-3

    kepariwisataan perlu terus dilanjutkan dan ditingkatkan dengan menggunakan

    sumberdaya dan potensi kepariwisataan untuk menjadi kekuatan ekonomi dan non-

    ekonomi yang dapat diandalkan dalam menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Selain

    itu, pariwisata menjadi sangat penting karena merupakan salah satu andalan

    pembangunan bagi Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara kedepan, khususnya dalam

    memacu penerimaan devisa negara dan pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor

    non-migas, dengan tidak mengabaikan prinsip pembangunan wilayah pesisir yang

    berkelanjutan.

    Untuk itu penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil perlu

    dilakukan agar perencanaan dapat berjalan secara terarah dan sehingga menghasilkan

    peta potensi dan arahan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang

    terintegrasi.

    1.2.Tujuan dan Sasaran

    Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun Rencana Zonasi WP3K Provinsi Sulawesi Utara

    untuk menghasilkan Dokumen Awal Rencana Zonasi WP3K yang terdiri dari Buku Data

    dan Analisa, Buku Rencana Zonasi, dan Album Peta. Sedangkan sasaran yang ingin dicapaiadalah :

    1. Tersedianya data dan informasi tentang sumberdaya wilayah pesisir, tingkat

    pemanfaatan dan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan, kondisi fisik wilayah,

    hidro-oseanografi, sosial ekonomi dan budaya dan kebijakan wilayah.

    2. Terindentifikasikannya isu dan permasalahan pemanfaatan sumberdaya pesisir,

    kebijakan pengembangan, dan infrastruktur wilayah.

    3. Terumuskannya strategi, kebijakan, tahapan dan skenario pengembangan Zona WP3K

    Provinsi Sulawesi Utara.

    Terumuskannya Rencana Zonasi WP3K Provinsi Sulawesi Utara yang meliputi konsep dan

    strategi pengembangan, pola dan struktur pemanfaatan ruang zona, rencana sub-zona dan

    arahan pemanfaatan sub-zona (kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi,

    kawasan strategis nasional tertentu, alur laut), rencana prioritas, mekanisme dan sistem

    pengelolaan kawasan.

    1.3.Ruang Lingkup

    1.3.1. Lingkup Wilayah Perencanaan

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    9/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB IPENDAHULUAN I-4

    Wilayah perencanaan dalam kegiatan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

    Pulau-Pulau Kecil ini terletak di Provinsi Sulawesi Utara.

    1.3.2. Lingkup Materi

    Ruang Lingkup materi meliputi, strategi, kebijakan, tahapan dan skenario pengembangan

    kawasan, konsep dan strategi pengembangan, pola dan struktur pemanfaatan ruang

    kawasan, rencana sub-zona dan arahan pemanfaatan sub-zona, rencana prioritas,

    mekanisme dan sistem pengelolaan kawasan yang diusulkan untuk dijadikan Dokumen

    Awal Rencana Zonasi.

    1.3.3. Lingkup Waktu Perencanaan

    Ruang Lingkup Waktu Perencanaan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    adalah 6 (enam) bulan.

    1.4.Keluaran

    Hasil akhir dari pelaksanaan pekerjaan kajian ini pada akhirnya adalah rencana zonasi

    wilayah pesisir yang akan mengatur tentang pemanfaatan sumber daya alam, rencana

    pengelolaan wilayah pesisir dan rencana strategis wilayah pesisir.

    1.5.Sistematika Pembahasan

    Laporan Antara ini disusun secara sistematis dan runtun bab per bab sesuai dengan

    materi pokoknya yang perlu diuraikan sebagaimana ditentukan dalam KAK. Uraian

    diawali dari :

    BAB I PENDAHULUANyang di dalamnya menguraikan Latar Belakang, Tujuandan

    Sasaran, Lingkup Pekerjaan, Keluaran, Pendekatan dan Metodologi dan Sistematika

    Pembahasan.

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKANberisi tentang Kebijakan pembangunan di wilayah

    perencanaan yang terdiri kebijakan sektoral dan spasial.

    BAB III GAMBARAN EKSISTING WILAYAH PERENCANAANdalam bab ini menjelaskan

    mengenai gambaran wilayah yang terdiri dari kondisi geografis dan administratif, kondisi

    fisik dasar pesisir daratan dan perairan, pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan daratan,

    kondisi infrastruktur kelautan dan pesisir, serta perekonomian kelautan dan pesisir.

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    10/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB IPENDAHULUAN I-5

    BAB IV ISU-ISU POKOK PERMASALAHAN Pada bab ini berisi tentang isu-isu pokok

    spasial, isu-isu pokok pengembangan kegiatan pesisir, isu-isu pokok pengembangan

    infrastruktur wilayah dan isu-isu pokok pemasaran hasil produksi perikanan.

    BAB V ANALISIS Pada bab ini berisi tentang analisis kesesuaian peruntukan persisir,

    analisis daya dukung kawasan, zona dan subzona, analisis rencana pengembangan pesisir,

    analisis ekonomi dan bisnis, analisis kebutuhan infrastruktur pendukung pengembangan

    kegiatan pada zona dan subzona, analisis pentahapan pengembangan zona dan sub zona,

    analisis kebutuhan investasi pengembangan kegiatan zona dan subzona, analisis

    pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dan rencana penataan zona dan subzona.

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    11/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-1

    BAB IITINJAUAN KEBIJAKAN

    TINJAUAN KEBIJAKAN

    2.1.Kebijakan Sektoral

    2.1.1. Kebijakan Kelautan dan Perikanan (dari RPJMD, RKPD)

    2.1.2. Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

    2.2.Kebijakan Spasial

    2.2.1. RTRW ProvinsiSulawesi Utara 2011-2031

    2.2.1.1.Struktur Wilayah Pengembangan

    A. Kawasan Lindung

    Rencana Kawasan Lindung di wilayah Provinsi Sulawesi Utara tahun 2011-2031,

    meliputi:

    1. Kawasan Hutan Lindung

    Hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu

    memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya maupun sekitarnya

    sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara

    kesuburan tanah.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Berdasarkan PP No. 26 tahun 2008 dan Keppres No. 32 Tahun 1990, kriteria

    Hutan Lindung adalah:

    a. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah

    hujan yang melebihi nilai skor 175, dan/ataub. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih, dan/atau

    c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000

    meter atau lebih.

    Di Provinsi Sulawesi Utara, Kawasan Hutan Lindung didasarkan pada Peta

    Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000 (SK

    Menhutbun No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999.

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    12/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-2

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Tujuan Pemantapan Kawasan Hutan Lindung adalah untuk mencegah terjadinya

    erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk

    menjamin ketersediaan unsur hara tanah dan air permukaan.

    Arahan Lokasi:

    Kawasan hutan lindung di wilayah Provinsi Sulawesi Utara meliputi :

    a. Bolaang Mongondow, seluas 95.088,56 ha (sudah termasuk Bolaang

    Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Utara

    dan Kota Kotamobagu);

    b. Minahasa, seluas 9.173 ha;

    c. Minahasa Selatan, seluas 22.551 ha; (sudah termasuk Minahasa Tenggara)

    d. Minahasa Utara, seluas 17.428 ha;

    e. Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) seluas 13.820 ha;

    f. Kepulauan Talaud, seluas 10.199 ha

    g. Bitung, seluas 6.027 ha;

    h.

    Manado seluas 885,10 hai. Tomohon, seluas 585 ha

    2. Kawasan Resapan Air

    Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk

    meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer)

    yang berguna sebagai sumber air.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Kawasan resapan air ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai

    kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air

    permukaan.Perlindungan terhadap kawasan resapan air bertujuan untuk

    memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu

    untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik

    untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.

    Arahan Lokasi:

    Rencana Kawasan Resapan Air Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 meliputi

    wilayah-wilayah resapan air, terutama yang terdapat di wilayah perbukitan

    sampai pegunungan yang memiliki struktur tanah yang mudah meresapkan air

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    13/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-3

    dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-

    besaran, seperti:

    - Bulude Sahengbalira dan Kalumelahana, Bentihu Langinang, Bialangsoa,

    Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen, Bongkonsio

    dan Batungbakara di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Sitaro.

    - Puncak tertinggi P. Karakelang di Kabupaten Talaud, sekitar G. Soputan di

    Kabupaten Minahasa Selatan dan Minahasa, G. Lokon, G. Tatawiran di Kota

    Tomohon, G. Tumpa di Kota Manado dan G. Klabat, G. Dua Saudara di

    Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung.

    - Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya adalah G. Poniki, G.

    Matabulewa, G. Bumbungon di Bolaang Mongondow.

    - Daerah yang memiliki kemiringan lahan > 40% ditetapkan sebagai kawasan

    resapan air.

    3. Kawasan perlindungan setempat

    Kawasan perlindungan setempat terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai,

    kawasan sekitar danau, kawasan sekitar mata air.

    a.

    Sempadan PantaiSempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang

    mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi pantai dari

    kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini meliputi

    daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan

    kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah

    darat.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Tujuan Pemantapan Kawasan Sempadan Pantai adalah melindungi wilayah

    pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.

    Arahan Lokasi:

    Kawasan Sempadan pantai di Provinsi Sulawesi Utara mencakup seluruh garis

    pantai terutama yang berpotensi abrasi di daerah perencanaan.

    b. Sempadan Sungai

    Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,

    termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai

    manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    14/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-4

    perlindungan kawasan sempadan sungai adalah untuk melindungi sungai dari

    kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai,

    kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Menurut PP No. 26 tahun 2008, sempadan sungai ditetapkan dengan

    kriteria:

    - Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit

    5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

    - Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan

    permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi

    sungai; dan

    - Daratan sepanjang tepian anak sungai tidka bertanggul di luar kawasan

    permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi

    sungai.

    Dalam implementasinya, kriteria penetapan sempadan sungai diatur

    berdasarkan Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,

    Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas sungai. Garissempadan sungai ditetapkan berdasarkan kondisi, lokasi dan hal-hal yang

    berpengaruh terhadap sungai pada saat ditetapkan :

    - sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-

    kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

    - Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-

    kurangnya 3 (tiga) meter.

    - Sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan

    sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai

    seluas 500 km2 . Pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan

    mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang

    bersangkutan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter

    dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan

    sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai

    seluas kurang dari 500 km2, ditetapkan sekurang-kurangnya 50

    (lima puluh) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    15/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-5

    - Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sebagai

    berikut:

    Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter,

    garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter

    dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

    Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai

    dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-

    kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada

    waktu ditetapkan.

    Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua

    puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga

    puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

    - Sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan

    ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai

    dan berfungsi sebagai jalur hijau.

    - Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan,

    adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan konstruksidan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan

    sungai serta bangunan sungai.

    Arahan Lokasi:

    Rencana Kawasan Sempadan Sungai Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031

    mencakup wilayah sungai-sungai besar yang terdapat di Provinsi

    Sulawesi Utara, yaitu Sungai Ranoyapo, Sungai Poigar, Ongkak

    Mongondow, Sungai Sangkup, Sungai Tondano, Sungai Malalayang,

    Sungai Ranowangko dan Sungai Talawaan.

    c. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk

    Kawasan sekitar danau adalah kawasan di sekeliling danau yang mempunyai

    manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Wilayah tersebut adalah daratan sekeliling tepian yang lebarnya proposional

    dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari titik

    pasang tertinggi ke arah darat. Tujuan perlindungan terhadap kawasan sekitar

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    16/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-6

    danau adalah untuk melindungi danau dari kegiatan budidaya yang dapat

    mengganggu pelestarian fungsi danau.

    Arahan Lokasi:

    Rencana Kawasan Sekitar Danau Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 meliputi

    danau-danau sebagai berikut:

    - Dua danau besar yaitu : Danau Tondano (Kabupaten Minahasa) dan

    Danau Moat (yang terdapat di Kabupaten Minahasa Selatan dan

    Kabupaten Bolaang Mongondow).

    - Danau Iloloi (Kabupaten Bolaang Mongondow), Danau Tampusu

    (Kabupaten Minahasa), Danau Mokobang, Danau Bulilin (Kabupaten

    Minahasa Selatan) ;

    - Danau Pangolombian dan Danau Linow (danau yang dikelilingi

    solfatara/fumarol) di Kota Tomohon.

    - Danau Makalehi dan Danau Kapeta (Kabupaten Kepulauan Siau

    Taguladang Biaro)

    d. Kawasan Sekitar Mata Air

    Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yangmempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata

    air.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Kriteria yang digunakan sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32

    Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan PP No. 26 tahun 2008

    tentang RTRWN, untuk mata air ditetapkan sekurang-kurangnya 200 (dua

    ratus) meter di sekitar mata air sebagai kawasan lindung. Perlindungan

    kawasan sekitar mata air adalah untuk melindungi mata air dari kegiatan

    budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan di

    sekitarnya.

    Arahan Lokasi:

    Rencana Kawasan Sekitar Mata Air Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031

    mencakup beberapa mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih bagi

    masyarakat, di mana mata-mata air ini akan diindikasikan dalam masing-

    masing RTRW Kabupaten/Kota.

    4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    17/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-7

    Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya yang termasuk dalam

    Kawasan Lindung Nasional (Lampiran VIII, PP No. 28 Tahun 2008) yang berada di

    Provinsi Sulawesi Utara adalah kawasan Suaka Alam Laut Selat Lembeh-Bitung

    dan Suaka Alam Laut Sidat, Suaka Margasatwa Gunung Manembo-nembo dan

    Suaka Margasatwa Karakelang Utara-Selatan, Cagar Alam Gunung Ambang, Cagar

    Alam Gunung Dua Saudara, dan Cagar Alam Tangkoko Batu Angus, Taman

    Nasional Bogani Nani Wartabone, dan Taman Nasional Laut Bunaken. Di samping

    itu, terdapat juga kawasan-kawasan yang belum termasuk dalam kawasan lindung

    nasional sehingga dengan demikian ditetapkan sebagai kawasan lindung provinsi,

    seperti Cagar Alam Gunung Lokon, Taman Wisata Alam Batu Angus dan Taman

    Wisata Alam Batu Putih, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

    a. Cagar Alam Gunung Lokon

    Cagar Alam Gunung Lokon ditunjuk sebagai kawasan hutan oleh

    Pemerintahan Belanda berdasarkan GB.No. 6 stbl.122 tgl 12 Februari 1919

    dengan luas 100 Ha. Kawasan ini telah mengalami perluasan dan telah

    ditetapkan berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No.109 /Kpts-II/2003 tanggal

    27 Maret 2003 tentang Penetapan Kelompok Hutan Gunung Lokon sebagaicagar alam seluas 720 ha yang terletak di wilayah Kota Tomohon dan

    Kabupaten Minahasa.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan Cagar Alam karena memiliki

    ekosistem khas berupa hutan pegunungan dengan gunung berapi yang masih

    aktif dan mempunyai dua kepundan yang sangat menarik, memiliki potensi

    flora khas seperti Pandan (Pandanus sp), Aren (Arenga pinnata), Cemara

    gunung, Pakis-pakisan, anggrek-anggrek pohon, dan tanaman-tanaman hias

    lainnya. Di sisi lain kawasan ini terdapat padang alang-alang, keadaan ini

    disebabkan oleh kegiatan Gunung lokon yang sewaktu-waktu aktif dan

    mengeluarkan debu panas. Jenis fauna yang terdapat di dalam Cagar Alam ini

    antara lain: Kera Hitam sulawesi (Macaca nigra), Tangkasi (Tarsius spectrum),

    Kus-kus (Phalanger celebencis) dan jenis-jenis burung seperti raja udang,

    tekukur, pipit.

    Arahan Lokasi:

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    18/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-8

    Selain CA Gunung Ambang, CA Dua Saudara dan CA Tangkoko Batuangus yang

    sudah ditetapkan oleh PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, CA

    Gunung Lokon yang ditetapkan sebagai kawasan lindung provinsi terletak di

    Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara. Kawasan

    ini berbatasan langsung dengan 7 (tujuh) kelurahan/desa di Kecamatan

    Tomohon Utara, yakni : kelurahan Kinilow, Kinilow I, Kakaskasen I,

    Kakaskasen II, Kakaskasen III, wailan, dan desa Kayawu. Dan 5 (lima)

    kelurahan/desa di Kecamatan Tomohon Barat , yakni : kelurahan Woloan I, II,

    III dan desa Tara-tara I, II.

    b. Kawasan Pantai Berhutan Bakau

    Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan

    habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada

    perkehidupan pantai dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau,

    tempat berkembang biaknya berbagai biota laut, pelindung pantai dan

    pengikisan air laut.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah koridor dengan lebar palingsedikit 130 (seratus tiga puluh) kalinilai rata-rata perbedaan air pasang

    tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah

    darat. Di Provinsi Sulawesi Utara, Kawasan Pantai Berhutan Bakau didasarkan

    pada Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 :

    250.000 (SK Menhutbun No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999.

    Arahan Lokasi:

    Rencana Kawasan Pantai Berhutan Bakau Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031

    mencakup luas 11.250 Ha yang lokasinya tersebar sebagai berikut:

    - di wilayah Bintauna, Kaidipang, sekitar Teluk Boroko (termasuk wilayah

    Pulau Lampu) dan sebagian Pulau Damar (Kabupaten Bolaang

    Mongondow Utara) yang termasuk dalam Kelompok Hutan Bakau

    Kaidipang yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan

    dan Perkebunan No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999 dengan

    lampiran berupa Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I

    Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000.

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    19/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-9

    - di sekitar wilayah Desa Tanamon, Puisan, Boyongpante dan Blongko

    (Kabupaten Minahasa Selatan).

    - di sekitar Desa Ratatotok Basaan wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara

    dan di Pantai Utara Kabupaten Minahasa Utara.

    - di sekitar Tamako, Kuma dan Manalu wilayah Kabupaten Sangihe.

    c. Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut

    Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam di darat

    maupun di laut yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi

    alam. Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Taman Wisata Alam adalah

    untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta peningkatan

    kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Kriteria kawasan lindung untuk taman wisata alam menurut PP No. 26 tahun

    2008 adalah:

    Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya

    yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik dan nyaman;

    Memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata; Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya

    alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata

    alam; dan

    Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan

    kegiatan wisata alam.

    Vegetasi yang menyusun TWA Batu Putih di dominasi oleh vegetasi hutan

    pantai dan vegetasi hutan sekunder seperti: Bitung (Barringtonia sp.),

    Ketapang (Terminalia catappa), Waru (Hibiscus tiliaceus), Kangkung laut

    (Ipomoea pescapree), Pandan (Pandanus tectorius), Gora hutan (Eugenia

    spp.), Kayu telor (Alstonia scholaris), Beringin merah (Ficus benyamina) dan

    lain-lain. Jenis-jenis fauna yang dapat ditemui antara lain: Anoa (Bubalus

    depresicornis), Musang sulawesi (Macrogalidia mushenbrochii), Babi hutan

    (Sus vitatus, S. celebensis), Kus-kus (Palanger ursinus, P. celebensis),

    Kelelawar (Cynopterus blackyotis), Kera hitam sulawesi (Macaca nigra),

    Hantu (Tarsius spectrum), Biawak sungai (Varanus salvator) dan lain

    sebagainya. Di pantai TWA Batu Putih dijumpai jenis penyu: Penyu

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    20/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-10

    Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata),

    dan Penyu Hijau (Chelonia mydas).

    Vegetasi yang menyusun TWA Batu Angus antara lain: Cemara laut

    (Casuarina equisetifolia), Bitung (Baringtonia sp.), Kayu telor (Alstonia

    scholaris), Beringin (Ficus sp.), Kayu sirih (Piper aduneum), Alang-alang

    (Imperata cylindrica) dan Mengkudu (Morinda citrifolia), Bakau (Rhizopora

    stylosa). Jenis-jenis fauna yang terdapat di TWA Batu Angus antara lain:

    Burung Elang (Accipiter nanus), Burung Tahun (Scerosleucocephacus) dan

    Singapuar/Binatang hantu (Tarsius spectrum).

    Pada kawasan perairan di sekitar teluk terdapat juga berbagai jenis

    mamalia laut, antara lain Ikan Lumba-lumba (Dolphin sp.), dan Ikan Paus

    kecil (Balaenoptera acutoratrata). Jenis-jenis ikan yang dapat dijumpai di

    kawasan ini antara lainAndamina sp.danAlticus sp. Jenis-jenis moluska

    laut yang dapat dijumpai antara lain adalah Kima Raksasa (Tridacna gigas),

    Kima Sisik (Tridocna Squamosa), Kepala kambing (Cassis cornuta), Lola

    (Trochus niloticus).

    Unsur-unsur hidupan liar menjadi obyek dan daya tarik wisata alam diTWA Batu Putih dan TWA Batu Angus di samping panorama/gejala alam

    seperti keadaan pemandangan pesisir pantai yang tenang, berpasir dan

    berkarang indah dengan ikan-ikan karang yang berwarna-warni, tebing-

    tebing karang yang curam, sumber mata air panas di bawah laut serta

    pemandangan alam hutan. TWA Batu Putih dan Batu Angus ditetapkan

    berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.

    1049/Kpts/Um/12/81 tanggal 24 Desember 1981 dengan luas 615 ha

    untuk RWA Batu Putih dan 625 ha untuk TWA Batu Angus.

    Arahan Lokasi:

    Secara administrasi TWA termasuk ke dalam wilayah Desa Batu Putih,

    Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung, sedangkan TWA Batu Angus termasuk

    ke dalam wilayah Desa Kasuari, Kecamatan Ranowulu Kota Bitung Provinsi

    Sulawesi Utara.

    d. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

    Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan merupakan kawasan yang di

    dalamnya terdapat lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi,

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    21/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-11

    situs purbakala maupun bentukan geologi alami yang khas, yang mempunyai

    manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam

    PP No. 26 tahun 2008 ditetapkan dengan Kriteria sebagai hasil budaya

    manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu

    pengetahuan.

    Tujuan Pemantapan Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan adalah

    untuk memelihara nilai sejarah, pengembangan pendidikan, rekreasi dan

    pariwisata serta perlindungan dari kepunahan.

    Arahan Lokasi:

    Pengembangan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (CBP) di

    Bukit Kasih Kanonang dan Batu Pinabetengan di Minahasa.

    5. Kawasan rawan bencana alam

    a. Kawasan Rawan Tanah Longsor

    Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,

    ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dariterganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.Secara

    umum, faktor pendorong yang dapat menyebabkan terjadinya longsor adalah

    curah hujan yang tinggi, lereng yang terjal, lapisan tanah yang kurang padat

    dan tebal, jenis batuan (litologi) yang kurang kuat, jenis tanaman dan pola

    tanam yang tidak mendukung penguatan lereng, getaran yang kuat (peralatan

    berat, mesin pabrik, kendaraan bermotor), beban tambahan seperti konstruksi

    bangunan dan kendaraan angkutan, terjadinya pengikisan tanah atau erosi,

    adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama yang tidak

    segera ditangani, adanya bidang diskontinuitas, penggundulan hutan, dan/atau

    daerah pembuangan sampah.

    Kegiatan pemotongan lereng bukit karena pembuatan jalan di daerah-daerah

    berlereng curam dan/atau kegiatan lain sering menjadi penyebab terjadinya

    longsor.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Kriteria kawasan rawan tanah longsor menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah

    kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    22/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-12

    pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material

    campuran. Tujuan perlindungan Kawasan Rawan Tanah Longsor adalah untuk

    melindungi manusia dan kegiatan dari bencana akibat gerakan masa tanah

    atau batuan yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh

    perbuatan manusia.

    Lokasi Potensi:

    Kawasan Rawan Tanah Longsor Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 tersebar

    di wilayah kabupaten dan kota, seperti di:

    - Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Sitaro: daerah Manganitu, Tamako dan

    Siau Timur

    - Kota Manado : Kec. Wanea, Kec. Singkil, Kec. Tuminting, Kec. Tikala, Kec.

    Mapanget, Kec. Bunaken, Kec. Malalayang, dan Kec. Wenang.

    - Jalur jalan Manado-Amurang,

    - Jalur jalan Manado-Tomohon,

    - Jalur jalan Noongan-Ratahan-Belang, dan

    - Daerah Torosik

    b.

    Kawasan Rawan Gelombang PasangBeberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan akan

    membentuk variasi muka air laut dengan periode gelombang yang panjang.

    Yang termasuk dalam kategori gelombang periode panjang, antara lain :

    gelombang pasang surut (astronomical tide/tidal wave), gelombang tsunami

    dan gelombang badai (storm wave). Gelombang pasang surut (pasut) adalah

    gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara

    bumi dengan planetplanetlain terutama dengan bulan dan matahari.

    Gelombang ini mempunyai periode sekitar 12,4 jam dan 24 jam.

    Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat dibagi dalam dua kate

    gori, yaitu: pasang purnama (pasang besar, spring tide) & pasang perbani

    (pasang kecil, neap tide). Pada setiap sekitar tanggal 1 dan 15

    (saat bulan mati dan bulan purnama) posisi bulanbumimatahari berada pada

    satu garis lurus, sehingga gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling

    memperkuat. Dalam keadaan ini terjadi pasang purnama di

    mana tinggi pasang sangat besar dibanding pada harihariyang lain.

    Sedangkan pada sekitar tanggal 7 dan 21, di mana bulan dan

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    23/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-13

    matahari membentuk sudut sikusiku terhadap bumi maka gaya

    tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling mengurangi. Dalam keadaan ini

    terjadi pasang perbani, dimana tinggi pasang yang terjadi lebih Kecil

    dibanding dengan harihariyang lain.

    Gelombang badai (storm wave) adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan

    karena efek terjadinya siklon tropis disekitar wilayah Indonesia, dan berpoten

    si kuat menimbulkan bencana alam.Indonesia bukan daerah lintasan siklon tro

    pis, tetapi keberadaan siklon tropiaakan memberikan pengaruh

    kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras. Secara

    fisis siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah yang mempunyai angin

    berputar (siklonik) yang berasal dari daerah tropis dengan kecepatan ratarata

    ( 34 64 ) knots di sekitar pusatnya.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Kawasan rawan gelombang pasang menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah

    kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan

    kecepatan antara 10 sampe dengan 100 kilometer per jam yang timbul akibat

    angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari.Lokasi Potensi:

    Kawasan rawan gelombang pasang di Provinsi Sulawesi Utara meliputi pesisir

    pantai utara dan selatan Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki elevasi rendah.

    c. Kawasan Rawan Banjir

    Banjir pada umumnya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas

    normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiridari sungai dan anak sungai

    alamiah serta sistem saluran drainase dan

    kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi

    air hujan tersebut sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistem

    pengaliran air

    dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi,

    penyempitan sungai akibat phenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sam

    pah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan

    air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir

    karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi

    sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    24/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-14

    pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem

    pengaliran air dan wadah air lainnya. Di samping itu berkurangnya daerah

    resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. Pada daerah

    permukiman di mana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan

    air ke dalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang

    tinggi maka sebagian besar air akan

    menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk ke dalam sistem

    pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Berdasarkan sumber airnya, banjir dapat dikategorikan dalam empat kategori:

    Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas

    penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah

    dan sistem drainase buatan manusia.

    Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat

    pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.

    Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia

    seperti bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai

    akibat runtuhnya/longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan /

    bendungan tidak

    dapat menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai yang

    terbendung mengalir deras sebagai banjir bandang.

    Lokasi Potensi:

    Kawasan Rawan Banjir di Provinsi Sulawesi Utara meliputi daerah

    muarasungai, dataran banjir dan dataran aluvial terutama di sepanjang Sungai.

    6. Kawasan Lindung Geologi

    Kawasan lindung geologi terdiri atas kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan

    bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

    airtanah.

    1. Kawasan Cagar Alam Geologi

    Kawasan cagar alam geologi di Provinsi Sulawesi Utara berupa kawasan

    keunikan proses geologi, yakni dengan kemunculan solfatara dan fumarola.

    Air atau uap panas (fluida) yang berada di perut bumi tidak diam di

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    25/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-15

    tempatnya, tapi justru karena menerima panas dari magma terjadilah

    fenomena arus konveksi. Seiring dengan meningkatnya temperatur,

    volumenya bertambah dan efeknya tekanan fluida menjadi semakin naik.

    Akhirnya fluida mendesak dan mendorong batuan sekitarnya atau berusaha

    menerobos celah-celah antar batuan (fracture) untuk melepaskan

    tekanannya. Secara umum, tekanan di sekitar permukaan bumi lebih rendah

    dari pada tekanan di bawah permukaan bumi.

    Fluida yang terperangkap di bawah permukaan bumi akan berupaya mencari

    jalan terobosan supaya bisa keluar ke permukaan bumi. Ketika mencapai

    permukaan, fluida akan tampak sebagai asap putih yang sesungguhnya adalah

    uap panas (fumarole), atau bisa juga fluida ini keluar dalam wujud cairan

    membentuk kolam air panas (hot spring), atau bisa juga berupa lumpur

    panas.

    Semua fenomena ini adalah jenis-jenis manifestasi dari keberadaan sistem

    panas bumi (geothermal system). Itu merupakan tanda-tanda alam yang

    menunjukkan bahwa di bawah lokasi manifestasi tersebut pasti ada intrusi

    magma yang memanaskan batuan sekelilingnya, dan daerah tersebutmenyimpan potensi panas bumi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber

    energi.

    Arahan Lokasi:

    Kawasan cagar alam geologi di Provinsi Sulawesi Utara terletak di Lahendong

    dan sekitarnya (kota Tomohon), Leilem dan sekitarnya (kabupaten Minahasa)

    dan Bukit Kasih Kanonang (Kawangkoan)

    2. Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi

    Kawasan rawan bencana alam geologi di Provinsi Sulawesi Utara terdiri atas:

    kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan

    rawan gerakan tanah, kawasan yang terletak di zona patahan aktif, kawasan

    rawan tsunami, dan kawasan rawan abrasi.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Kawasan rawan letusan gunung berapi ditetapkan dengan kriteria:

    a. wilayah di sekitar kawah atau kaldera; dan/atau

    b. wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran

    atau guguran batu pijar dan/atau aliran gas beracun.

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    26/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-16

    Kawasan rawan gempa bumi ditetapkan dengan kriteria kawasan yang

    berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai

    dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI).

    Kawasan rawan gerakan tanah ditetapkan dengan kriteria memiliki tingkat

    kerentanan gerakan tanah tinggi.

    Kawasan yang terletak di zona patahan aktif ditetapkan dengan kriteria

    sempadan dengan lebar paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari

    tepi jalur patahan aktif.

    Kawasan rawan tsunami ditetapkan dengan kriteria pantai dengan elevasi

    rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami.

    Kawasan rawan abrasi ditetapkan dengan kriteria pantai yang berpotensi

    dan/atau pernah mengalami abrasi.

    Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Rawan Bencana Geologi adalah untuk

    melindungi manusia dan kegiatan dari bencana yang disebabkan oleh letusan

    gunung berapi.

    Lokasi Potensi:

    Rencana Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Provinsi Sulawesi Utara2011-2031 meliputi 9 (sembilan) gunung berapi aktif, yaitu:

    - G. Awu ( 1.320 m dpl) yang berada di bagian utara Kabupaten Sangihe,

    - G. Karangetang ( 1.827 m dpl) yang terdapat di bagian utara pulau Siau,

    - G. Ruang ( 714 m dpl) dan Gunung Submarin Banua Wuhu yang terletak

    di Kabupaten Sitaro,

    - G. Soputan terletak di Kabupaten Minahasa Selatan,

    - G. Lokon ( 1.580 m dpl) & G. Mahawu ( 1.311 m dpl) yang terletak di

    Kota Tomohon, G. Ambang ( 1.689 m dpl) yang ada di Bolaang

    Mongondow ; dan

    - G. Tangkoko yang ada di Kota Bitung.

    Kawasan rawan gempa bumi ada di seluruh wilayah Provinsi Utara di mana

    wilayah ini tergolong daerah berpotensi tinggi/rawan gempa bumi.

    Kawasan yang terletak di zona patahan aktif meliputi sempadan dengan lebar

    paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari tepi jalur patahan aktif.

    Menurut Peta Geologi (apandi, 1977), di Provinsi Sulawesi Utara terdapat

    beberapa sesar/patahan, yaitu Sesar Amurang Belang, Sesar Ratatotok, Sesar

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    27/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-17

    Likupang, Selat Lembeh, Sesar yang termasuk dalam sistem sesar Bolaang

    Mongondow, dan sesar Manado Kema.

    Kawasan rawan tsunami di Provinsi Sulawesi Utara meliputi daerah pesisir

    pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami

    tsunami.

    B. Kawasan Budidaya,

    Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik

    dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi

    kepentingan produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman.

    Oleh karena itu, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara 2011-

    2031, penetapan kawasan ini dititik beratkan pada usaha untuk memberikan arahan

    pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan potensi sumber daya yang

    ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya.

    1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

    Kawasan Hutan produksi adalah kawasan hutan yang terdiri atas Hutan Produksi

    Terbatas (HPT), Hutan Produksi Tetap (HP) dan Hutan Produksi Konversi (HPK).

    2.

    Kawasan Hutan Produksi TerbatasKawasan Hutan Produksi Terbatas adalah kawasan yang diperuntukkan bagi

    hutan produksi terbatas di mana eksploitasinya hanya dapat dilakukan dengan

    tebang pilih.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Kawasan Budidaya yang dikategorikan sebagai kawasan Hutan Produksi Terbatas

    menurut PP No 26 tahun 2008 kriterianya adalah memiliki factor kemiringan

    lereng, jenis tanah dan intensitas hujan dengan nilai skor 125 (seratus dua puluh

    lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat). Di Provinsi Sulawesi Utara,

    Kawasan Hutan Produksi Terbatas didasarkan pada Peta Kawasan Hutan dan

    Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000 (SK Menhutbun No.

    452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999.

    Arahan Lokasi:

    Rencana Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Provinsi Sulawesi Utara 2011-

    2031 mencakup luas 210.124 Ha atau 13,76 % dari luas Provinsi. Sesuai dengan

    data dari BPKH Wil VI, 2007, HPT ini meliputi:

    HPT Salibabu I & II, HPT Kabaruan di P. Salibabu (Kabupaten Talaud);

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    28/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-18

    HPT P. Bangka, HPT P. Talise, HPT G. Wiau, HPT Sauan (Kabupaten Minahasa

    Utara);

    HPT G. Tatawiran dan HPT G. Insarang (Kab. Minahasa & Kota Tomohon);

    HPT Kayuwatu (Kab. Minahasa);

    HPT S. Togop, HPT Gn. Surat , HPT Gn. Sinonsayang, HPT Gn. Simbalang, dan

    HPT Gn. Mintu (Kabupaten Minahasa Selatan);

    HPT S. Ayong-Lobong, HPT S. Andagile-S.Gambuta-S.Biau, HPT Molibagu-

    Pinolosian-Kombot, HPT S. Tanganga-S.Salongo-S.Molibagu, HPT S.Dumoga,

    HPT Mintu, HPT G. Bumbungon (Kabupaten Bolaang Mongondow).

    3. Kawasan Hutan Produksi Tetap

    Kawasan Hutan Produksi Tetap adalah kawasan yang diperuntukan bagi hutan

    produksi tetap di mana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau tebang habis

    dan tanam.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Kawasan budidaya yang dapat digolongkan sebagai Kawasan Hutan Produksi

    Tetap memiliki kriteria sebagai berikut (PP No 26 tahun 2008) : Kawasan hutan

    dengan faktor-faktor kemiringan lereng, jenis tanah dan intensitas hujan yang

    setelah masing-masing dikalikan dengna angka penimbang mempunyai jumlah

    nilai skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat). Di Provinsi Sulawesi Utara,

    Kawasan Hutan Produksi Tetap didasarkan pada Peta Kawasan Hutan dan

    Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000 (SK Menhutbun No.

    452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999.

    Arahan Lokasi:

    Rencana Kawasan Hutan Produksi Tetap Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031

    mencakup luas 67.424 Ha atau 5, 37 % dari luas Provinsi (BPKH Wil. VI, 2007),

    yang meliputi :

    HP S. Ranoyapo I (Kabupaten Minahasa Selatan);

    HP S. Ilangan I & II, HP S.Pililahunga-S.Milangodaa, HP Mataindo, HP Matabulu,

    HP Inobonto-Poigar, HP Ongkak Mongondow (Kabupaten Bolaang

    Mongondow).

    4. Kawasan Hutan Yang Dapat Dikonversi

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    29/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-19

    Kawasan Hutan Yang Dapat Dikenversi atau HPK ialah kawasan hutan produksi

    yang dicadangkan untuk pembangunan lain, seperti pertanian dan perkebunan.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi ditetapkan dengan kriteria:

    memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah

    skor paling besar 124

    dan/atau merupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan

    daya dukung dan daya tampung lingkungan

    Arahan Lokasi:

    Rencana pengembangan Kawan Hutan Peruntukan Hutan Produksi dapat

    dikonversi (HPK) Bintauna (Kabupaten Bolaang Mongondow Utara) dengan luas

    14.643 ha.

    5. Kawasan Hutan Rakyat

    Hutan Rakyat adalah tanaman kayu-kayuan secara murni atau campuran dengan

    jenis tanaman pohon lainnya namun dengan tanaman kayu-kayuan sebagai

    tanaman utama pada lahan milik atau lahan marga.

    Dasar Penentuan/Tujuan:Kriteria kawasan budi daya untuk kawasan hutan rakyat menurut PP No. 26 tahun

    2008 adalah: kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada

    tanah yang dibebani hak milik. Kawasan peruntukan hutan rakyat dimaksudkan

    untuk memenuhi kebutuhan akan hasil hutan. Kawasan hutan rakyat berada pada

    lahan-lahan masyarakat dan dikelola oleh masyarakat.

    Arahan Lokasi:

    Rencana Kawasan Hutan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 ialah lahan-

    lahan yang tidak dimanfaatkan dan menanaminya dengan tanaman-tanaman yang

    dapat berfungsi ganda, misalkan: sebagai penghasil buah, penghasil kayu dan lain-

    lain yang sekaligus juga berfungsi ekologis. Saat ini, kawasan Hutan Rakyat telah

    dikembangkan dan dilaksanakan oleh masyarakat dengan bantuan dari instansi

    kehutanan seperti Dinas Kehutanan dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

    (BPDAS).

    6. Kawasan Pertanian

    Kawasan pertanian adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pertanian

    yang meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering,

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    30/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-20

    kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan, perikanan air tawar, perikanan

    laut, dan peternakan.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Menurut PP No. 26 tahun 2008, kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan

    kriteria:

    - memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;

    - ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;

    - mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau

    - dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.

    Karakteristik kawasan peruntukan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah,

    pertanian lahan kering dan pertanian tanaman tahunan /perkebunan, perikanan

    air tawar, perikanan laut, dan peternakan.

    Arahan Lokasi:

    Rencana Pengembangan pertanian dapat dilakukan di seluruh kabupaten dan kota

    di Provinsi Sulawesi Utara.

    7. Kawasan Pertanian Lahan Basah

    Pertanian lahan basah adalah usaha budidaya tanaman pangan lahan basah

    khususnya Padi Sawah.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Untuk mengembangkan areal persawahan dengan memanfaatkan potensi

    berdasarkan kesesuaian lahan dengan kemungkinan dukungan prasarana

    pengairan/irigasi teknis dan setengah teknis;

    Untuk meningkatkan produktivitas pertanian lahan basah yang berkelanjutan

    tanpa mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan

    hidup

    Untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani

    Untuk memenuhi kebutuhan lokal akan pangan khususnya beras

    Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

    Untuk menciptakan kesempatan kerja dan berusaha

    Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Arahan Lokasi:

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    31/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-21

    Rencana Kawasan Pertanian Lahan Basah Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031

    terutama diarahkan ke:

    Daerah Dumoga, Lolayan dan Lolak di Kabupaten Bolaang Mongondow

    Daerah Bintauna/Bolangitang di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

    Beberapa lokasi di Kabupaten dan Kota yang juga memiliki lahan yang

    berpotensi untuk pengembangan budidaya tanaman pangan lahan basah (padi

    sawah).

    8. Kawasan Pertanian Lahan Kering

    Pertanian lahan kering yang dimaksud adalah meliputi Komoditas tanaman

    pangan dan palawija serta hortikultura yang dibudidayakan masyarakat.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Mengembangkan areal pertanian lahan kering dengan memanfaatkan potensi

    berdasarkan kesesuaian lahan;

    Meningkatkan produktivitas pertanian lahan kering yang berkelanjutan tanpa

    mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup

    Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani

    Memenuhi kebutuhan lokal akan pangan khususnya beras

    Meningkatkan pendapatan masyarakat

    Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha

    Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Arahan Lokasi:

    Rencana Kawasan Pertanian Lahan Kering Provinsi Sulawesi Utara 2011 - 2031

    mencakup luas 47.074 Ha atau 19,44 % dari luas wilayah Provinsi. Dari luas

    tersebut, sekitar 32 % terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow, 26 % di

    Kabupaten Minahasa dan 24 % di kabupaten Minahasa Selatan.

    Pertanian lahan kering yang sudah/akan dikembangkan meliputi:

    Tanaman pangan/palawija.

    Saat ini budidaya tanaman pangan/palawija seringkali juga diusahakan di

    bawah pertanaman tanaman perkebunan terutama kelapa sehingga luas panen

    di tahun 2005 mencapai sekitar 132.000 Ha. Lihat Tabel berikut. Jika upaya

    penanaman tanaman pangan/palawija dapat lebih diintensifkan lagi,

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    32/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-22

    diharapkan luas panen tanaman ini di tahun-tahun mendatang dapat lebih

    meningkat.

    Tanaman semusim (jagung, kacang hijau, dan kacang-kacangan).

    pada umumnya sudah dan akan dikembangkan di semua Kabupaten dan Kota

    di wilayah Provinsi Sulawesi Utara.

    Budidaya tanaman kedelai terutama akan dikembangkan di Kabupaten

    Bolaang Mongondow.

    Tanaman ubi kayu dan ubi jalar

    pada umumnya sudah dan akan dikembangkan di semua Kabupaten dan Kota

    di wilayah Provinsi Sulawesi Utara

    Tanaman Sukun dan Sagu

    pada umumnya sudah dan akan dikembangkan di wilayah kepulauan:

    Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten

    Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

    9. Kawasan Hortikultura

    Hortikultura adalah komoditas berupa tanaman sayur-sayuran, buah-buahan dan

    tanaman hias (Florikultura).Dasar Penentuan/Tujuan:

    Meningkatkan produktifitas tanaman hortikultura yang berkelanjutan tanpa

    mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup

    Menyediakan infrastruktur pendukung komoditas hortikultura

    Menyediakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha bagi

    masyarakat dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

    Meningkatkan peluang ekspor

    Menetapkan dan mengembangkan komoditas unggulan komersial

    hortikultura sesuai kondisi tanah dan agroklimat

    Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia petani dan pelaku usaha

    Membangun industri pariwisata sebagai sektor pendukung berkembangnya

    industri tanaman hias

    Arahan Lokasi:

    Tanaman sayur-sayuran .

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    33/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-23

    Tanaman sayur-sayuran yang akan dan sudah dikembangkan adalah jenis

    sayur-sayuran dataran tinggi dan jenis sayur-sayuran dataran rendah. Untuk

    jenis sayur-sayuran dataran tinggi (kubis, wortel, kentang, buncis, bawang

    daun) terutama akan dan sudah dikembangkan di wilayah Kabupaten

    Minahasa Selatan, kota Tomohon dan dataran tinggi Kabupaten Bolaang

    Mongondow. Sedangkan jenis sayur-sayuran dataran rendah pada umumnya

    sudah dan akan dikembangkan di semua Kabupaten dan Kota di wilayah

    Provinsi Sulawesi Utara.

    Tanaman buah-buahan.

    Tanaman yang sudah dan akan dikembangkan adalah tanaman rambutan,

    salak, mangga, semangka, nenas, duku/langsat, durian dan pisang.

    Pengembangan budidaya tanaman rambutan terutama akan dilakukan di

    Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Utara; budidaya

    tanaman salak di Kabupaten Sitaro dan Kabupaten Minahasa Tenggara;

    budidaya tanaman mangga, duku/langsat, durian dan pisang di Kabupaten

    Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara,

    dan Kabupaten Bolaang Mongondow; budidaya tanaman semangka diKabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara; budidaya

    tanaman nenas di Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Minahasa

    Selatan. Budidaya matoa terutama akan dan sudah dikembangkan di wilayah

    Kabupaten Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang

    Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow Utara.

    Tanaman hias.

    Sedangkan pengembangan tanaman hias terutama diarahkan ke wilayah Kota

    Tomohon.

    10.Kawasan Perkebunan

    Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada

    tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah

    dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut dengan bantuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan

    kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    34/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-24

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Meningkatkan produktifitas tanaman tahunan/perkebunan yang

    berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alam dan

    lingkungan hidup

    Meningkatkan produktivtas perkebunan

    Meningkatkan sumber devisa negara

    Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam

    Meningkatkan pendapatan masyarakat

    Meningkatkan peluang ekspor

    Menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan kesempatan berusaha bagi

    masyarakat pedesaan.

    Arahan Lokasi:

    Rencana Kawasan Tanaman Tahunan/Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara 2011-

    2031mencakup luas 656.572 Ha atau 19,44 % dari luas wilayah provinsi, di mana

    komoditas perkebunan yang akan dikembangkan ini adalah kelapa, cengkeh, pala,

    cacao/coklat, vanili dan kopi. Saat ini teknik budidaya yang ada masih sederhana

    dan merupakan kebun rakyat yang dikelola secara turun temurun. Sedangkan

    perkebunan besar dikelola secara intensif oleh pihak swasta.

    Saat ini perkebunan kelapa hampir tersebar merata di seluruh wilayah kabupaten

    dan kota di Provinsi Sulawesi Utara. Kawasan pengembangan perkebunan kelapa

    terutama diarahkan di:

    Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten

    Minahasa, Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kota Bitung,

    Kawasan sepanjang jalur Jalan Trans Sulawesi.

    Kecamatan Bolangitan dan Bolaang Uki di sepanjang Pantai Utara dan Selatan

    di Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Bolaang Mongondow

    Selatan.

    Pulau Tagulandang, Biaro, Sangihe, Siau, Karakelang, Salibabu dan Mangarang

    di Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Sitaro

    Di samping itu terdapat perkebunan kakao yang dikelola swasta yang terletak di

    Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan.

    11.

    Kawasan Perikanan

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    35/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-25

    Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan

    pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

    produksi,pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu

    sistem bisnisperikanan.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Menurut PP No. 26 tahun 2008, kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan

    kriteria:

    wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya,

    dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau

    tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup

    Arahan Lokasi:

    Rencana pengembangan Kawasan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031

    ini perlu dilakukan melalui beberapa rencana pola pemanfaatan ruang sebagai

    berikut :

    a. Penetapan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

    b. Penetapan sentra-sentra pendaratan ikan/pelabuhan perikanan

    c.

    Peningkatan fasilitas armada tangkap, dan fasilitas penunjang lainnyad. Penetapan sentra-sentra budidaya perikanan

    e. Peningkatan fasilitas dan infrastruktur budidaya perikanan

    f. Penetapan kawasan industri perikanan

    g. Penetapan daerah perlindungan laut (DPL) dan daerah perlindungan

    mangrove (DPM)

    Menurut UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan, wilayah pengelolaan perikanan

    Republik Indonesia untuk penangkapan ikan meliputi :

    a.

    Perairan Indonesia

    b. ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia)

    c. Sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya yang dapat diusahakan

    serta lahan pembudidayaan ikan yang potensial di wilayah Republik Indonesia

    12.Kawasan Perikanan Tangkap

    Kegiatan perikanan tangkap ialah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan

    yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk

    kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,

    mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    36/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-26

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    Menurut UU No. 31 tahun 2004, pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan

    tujuan:

    a. meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil;

    b. meningkatkan penerimaan dan devisa negara;

    c. mendorong perluasan dan kesempatan kerja;

    d. meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan;

    e. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan;

    f. meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing;

    g. meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan;

    h. mencapai pemanfatan sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan

    lingkungan

    i. sumber daya ikan secara optimal; dan

    j. menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata

    ruang

    Arahan Lokasi:

    Kawasan perikanan tangkap diarahkan ke Kota Bitung, Kota Manado, KabupatenMinahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang

    Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang

    Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Kepulauan

    Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan

    Talaud.

    13.Kawasan Budi Daya Perikanan

    Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau

    membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol,

    termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,

    menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/ atau mengawetkannya.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    a. Mengembangkan areal perikanan budidaya dengan memanfaatkan potensi

    berdasarkan kesesuaian lahan

    b. Meningkatkan produktivitas perikanan budidaya yang berkelanjutan tanpa

    mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alamdan lingkungan hidup

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    37/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-27

    c. Memenuhi kebutuhan lokal akan pangan khususnya ikan sebagai sumber

    protein

    d. Meningkatkan ekspor

    e. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup pembudidaya ikan

    f. Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha

    g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    Arahan Lokasi:

    Kawasan budi daya perikanan diarahkan ke Kota Bitung, Kota Tomohon, Kota

    Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten

    Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten

    Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten

    Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten

    Kepulauan Talaud.

    14.Kawasan Pengolahan Ikan

    Pengolahan ikan adalah penanganan hasil perikanan yang perlakuannya dimulai

    sejak ikan ditangkap, penanganan di atas kapal, penanganan saat didaratkan,

    penanganan di pasar- pasar, pengecer sampai ke pabrik pengolahan. Penangananhasil perikanan meliputi penanganan terhadap bahan mentah (ikan), bahan

    tambahan, bahan pembantu, peralatan yang digunakan, teknologi serta

    persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh pengolah dan pabrik (UPI).

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    a. meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan;

    b. meningkatkan ekspor ;

    c. meningkatkan penerimaan dan devisa negara;

    d.

    mendorong perluasan dan kesempatan kerja;

    e. meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan;

    f. mengoptimalkan pengolahan sumber daya ikan;

    g. meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing;

    Arahan Lokasi:

    Kawasan pengolahan ikan diarahkan ke Kota Bitung, Kabupaten Minahasa Selatan,

    Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten

    Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    38/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-28

    Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten

    Kepulauan Talaud.

    15.Kawasan Pertambangan

    Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

    penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi

    penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,

    pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca

    tambang.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    a. Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha

    pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing;

    b. Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih

    mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional;

    c. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta

    menciptakan lapangan kerja untuk sebesarbesar kesejahteraan rakyat; dan

    d. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha

    pertambanganLokasi Potensi:

    Untuk mendapatkan pengelolaan bahan tambang dengan prinsip pembangunan

    berkelanjutan dan berwawasan lingkungan maka perlu dilakukan pemetaan

    zonasi pertambangan guna membantu di dalam pemanfaatan bahan tambang, di

    samping usaha konservasi bahan galian itu sendiri.

    Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009, usaha pertambangan dikelompokkan atas:

    a. Pertambangan mineral yang dibagi lagi ke dalam:

    -Pertambangan mineral radioaktif

    - Pertambangan mineral logam

    - Pertambangan mineral bukan logam

    - Pertambangan batuan

    b. Pertambangan batubara

    Provinsi Sulawesi Utara tidak memiliki pertambangan mineral radioaktif dan

    batubara.

    a. Pertambangan Mineral

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    39/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-29

    Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat

    fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang

    membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu. Pertambangan

    Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau

    batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.

    Dasar Penentuan/Tujuan:

    a. Menjamin manfaat pertambangan mineral secara berkelanjutan dan

    berwawasan lingkungan hidup;

    b. tersedianya mineral sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber

    energi untuk kebutuhan dalam negeri;

    c. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta

    menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat;

    dan

    d. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha

    pertambangan mineral.

    Lokasi Potensi pertambangan mineral Provinsi Sulawesi Utara berada di:

    a.

    Andesit di Tomohon.b. Batu apung di Woloan dan Tara-tara, perkiraan luas sebaran 373,88 Ha

    dengan cadangan diperkirakan sebanyak 44.478.125 M3.

    c. Perlit di Kasuang, perkiraan luas sebaran 100 Ha dengan cadangan

    diperkirakan sebanyak 1.000.000 M3.

    d. Tras di Tomohon.

    e. Batu Belah, terdapat di lereng G. Tumpaan.

    f. Lempung, terdapat di daerah Radey, Tokin, Karimbow, Mangkit, Basaan,

    dan Ratatotok.

    g. Pasir, terdapat di sebagian endapan sungai, pantai dan hasil endapan

    gunung api. Terutama di sekitar kaki G. Soputan dengan ketebalan sekitar

    30 meter.

    h. Batu Gamping dan kapur, terdapat di Basaan, Mangkit, Ratatotok, dan

    Blongko

    i. Andesit terdapat di Siau dan Manganitu, dengan cadangan diperkirakan

    sebanyak 24.811.925 m3.

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    40/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-30

    j. Basalt terdapat di Bebali (Siau), Pangulu Manganitu, dengan cadangan

    diperkirakan sebanyak 10.250.600 m3.

    k. Pasir Besi terdapat di bagian Utara P. Sangihe Besar dan p. Tagulandang,

    dengan cadangan diperkirakan sebanyak 1.598.783 m3.

    l. Bijih Besi terdapat di Siau Barat Selatan, Manganitu Selatan, dengan

    cadangan diperkirakan sebanyak 927.280 ton

    m. Pasir Volkanis terdapat di Tabukan Utara dan Tagulandang (P. Ruang)

    n. Zeolit terdapat di Lamango (P. Biaro).

    o. Tras terdapat di Enemawira.

    p. Batu apung terdapat di P. Mahangetang, dengan cadangan diperkirakan

    sebanyak 240.000 m3.

    q. Batu setengah permata terdapat di Tagulandang.

    r. Lempung terdapat di Mengawa (Tamako), dengan cadangan diperkirakan

    sebanyak 2.200.000 m3.

    s. Sirtu terdapat di sekitar G. Awu, G. Karangetang.

    t. Barit, terdapat di Tabukan Selatan, dengan cadangan diperkirakan

    sebanyak 6.240 ton.b. Pertambangan Mineral Logam

    Mineral logam terdiri dari:

    - Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;

    - Bauksit, tembaga, timbal, seng;

    - Emas, platina, perak, air raksa, intan;

    - Yttrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya;

    - Berillium, korundum, zirkon, kristal kuarsa;

    -Kriolit, fluospar, barit;

    - Nikel, kobalt;

    - Timah.

    Lokasi Potensi untuk pertambangan mineral logam berada di:

    - Emas di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat di Lanut, Mintu,

    Tobongan, Goropai, dan Munsi di Kecamatan Modayag; Tapabeken di

    Kecamatan Kotabunan; Tanoyan, Anggrek di Kecamatan Lolayan; Pusian

    dan S. Mauk di Kecamatan Dumoga; S. Duminanga di Kecamatan Bolaang

    Uki; di Kabupaten Minahasa Selatan terdapat di Mesel Kecamatan Belang,

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    41/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-31

    Toyopon Kecamatan Motoling, Kalait Kecamatan Tombatu, Liandok

    Kecamatan Tompaso Baru dan Sulu Kecamatan Tumpaan; di Kabupaten

    Minahasa terdapat di Agotey Kecamatan Pineleng; di Kabupaten Minahasa

    Utara terdapat di Winuri Kecamatan Likupang; di Kabupaten Kepulauan

    Sangihe terdapat di Gumahe Kecamatan Tabukan Selatan dan Pintareng

    Kecamatan Manganaitu Selatan.

    - Bijih besi di 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow yang

    terdapat di Tg. Buaya Kecamatan Bolang Itang, Kabupaten Minahasa Utara

    yang terdapat di Pulau Bangka Kecamatan Likupang dan di Kabupaten

    Sitaro yang terdapat di Bukti Sowaeng Kecamatan Siau Barat dan Bahu

    Kecamatan Siau Selatan.

    - Pasir besi titan di Kabuipaten Bolaang Mongondow terdapat di Pantai

    Bintauna Kecamatan Bintauna, Pantai Lolak Kecamatan Lolak, Pantai Lolan

    Kecamatan Inobonto, Busisingo Pantai, Busisingo Darat dan B. Laut Dalam

    di Kecamatan Sangkup; Kabupaten Kepulauan Sangihe terdapat di Naha

    Kecamatan Tabukan Utara; Di Kabupaten Sitaro di Pantai Barat di

    Kecamatan Tagulandang; Kabupaten Kepulauan Talaud di Pantai BaratKecamatan Karakelang, Pantai Timur P. Salibabu, Pantai Barat Kecamatan

    Melonguane dan Pantai Barat Kecamatan Beo; di Kabupaten Minahasa

    terdapat di Pantai Poopoh Kecamatan Tombariri.

    - Mangan di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat di Tg. Buaya

    Kecamatan Bolang Itang dan di Kecamatan Minahasa Utara di Tg. Tarabitan

    Kecamatan Likupang.

    - Nikel di Rainis Kabupaten Kepulauan Talaud.

    -Timah hitam di P. Lipang Kabupaten Kepulauan Sangihe.

    c. Mineral Bukan Logam

    Mineral bukan logam terdiri dari:

    - Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam;

    - Bitumen padat, aspal;

    - Antrasit, batu bara, batu bara muda;

    - Uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya.

    - Arsin, antimon, bismut;

    - Yodium, brom, khlor, belerang.

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    42/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-32

    Lokasi Potensi untuk pertambangan mineral bukan logam terdiri dari:

    -Minyak bumi di Cekungan Minahasa

    - Barit di Binebas Kecamatan Tabukan Selatan Kabupaten Kepulauan

    Sangihe

    - Belerang di G. Ambang Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang

    Mongondow, G. Soputan Kecamatan Kota Menara Kabupaten Minahasa

    Selatan dan G. Mahawu Kecamatan Rurukan Kota Tomohon.

    d. Pertambangan Batuan

    Bahan galian pertambangan batuan terdiri dari:

    - Nitrat nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite);

    - Asbes, talk, mika, grafit, magnesit;

    - Yarosit, leusit, tawas (alum), orker;

    - Batu permata, batu setengah permata;

    - Pasir kuarsa, kaolin, felspar, gips, bentonit;

    - Batuapung, tras, obsidian, perlit, tanah diatomea, tanah serap (fullers

    earth);

    -

    Marmer, batutulis;- Batukapur, dolomit, kalsit;

    - Ganit, andesit, basal, trakhit, tanah liat dan pasir, sepanjang tidak

    mengandung unsur-unsur mineral golongan A maupun golongan B dalam

    jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Semua

    bahan galian di luar mineral logam dan radioaktif yang mempunyai

    kegunaan langsung untuk berbagai industri disebut bahan galian industri.

    Sebagian besar bahan galian industri termasuk ke dalam bahan galian

    pertambangan batuan.

    Lokasi Potensi bahan tambang batuan di Sulawesi Utara yang sudah diketahui :

    a. Andesit di Tomohon.

    b. Batu apung di Woloan dan Tara-tara, perkiraan luas sebaran 373,88 Ha

    dengan cadangan diperkirakan sebanyak 44.478.125 M3.

    c. Perlit di Kasuang, perkiraan luas sebaran 100 Ha dengan cadangan

    diperkirakan sebanyak 1.000.000 M3.

    d. Tras di Tomohon.

    e. Batu Belah, terdapat di lereng G. Tumpaan.

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    43/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-33

    f. Lempung, terdapat di daerah Radey, Tokin, Karimbow, Mangkit, Basaan,

    dan Ratatotok.

    g. Pasir, terdapat di sebagian endapan sungai, pantai dan hasil endapan

    gunung api. Terutama di sekitar kaki G. Soputan dengan ketebalan sekitar

    30 meter.

    h. Batu Gamping dan kapur, terdapat di Basaan, Mangkit, Ratatotok, dan

    Blongko

    i. Andesit terdapat di Siau dan Manganitu, dengan cadangan diperkirakan

    sebanyak 24.811.925 m3.

    j. Basalt terdapat di Bebali (Siau), Pangulu Manganitu, dengan cadangan

    diperkirakan sebanyak 10.250.600 m3.

    k. Pasir Besi terdapat di bagian Utara P. sangihe Besar dan p. Tagulandang,

    dengan cadangan diperkirakan sebanyak 1.598.783 m3.

    l. Bijih Besi terdapat di Siau Barat Selatan, Manganitu Selatan, dengan

    cadangan diperkirakan sebanyak 927.280 ton

    m. Pasir Volkanis terdapat di Tabukan Utara dan Tagulandang (P. Ruang)

    n.

    Zeolit terdapat di Lamango (P. Biaro).o. Tras terdapat di Enemawira.

    p. Batu apung terdapat di P. Mahangetang, dengan cadangan diperkirakan

    sebanyak 240.000 m3.

    q. Batu setengah permata terdapat di Tagulandang.

    r. Lempung terdapat di Mengawa (Tamako), dengan cadangan diperkirakan

    sebanyak 2.200.000 m3.

    s. Sirtu terdapat di sekitar G. Awu, G. Karangetang.

    t.

    Barit, terdapat di Tabukan Selatan, dengan cadangan diperkirakan

    sebanyak 6.240 ton.

    Pengembangan dan pengelolaan kawasan pertambangan adalah sebagai

    berikut :

    a. Penetapan suatu kawasan pertambangan mengacu pada peraturan dan

    undang-undang yang berlaku secara struktural,

    b. Kawasan yang telah dideteksi mempunyai deposit mineral tambang yang

    mempunyai nilai dalam skala ekonomis diberi peluang untuk diekploitasi

    sebagai kawasan pertambangan.

  • 7/21/2019 Daftar Untuk Zonasi

    44/64

    Fakta dan Analisa

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    Dan Pulau-Pulau Kecil

    Di Provinsi Sulawesi Utara

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-34

    c. Untuk kawasan-kawasan ini sebelum memasuki tahapan eksplorasi dan

    eksploitasi, perlu diadakan studi kelayakan akhir yang melibatkan

    instansi/dinas terkait di bawah koordinasi Pemerintah Provinsi Sulawesi