64
Bangunan pelengkap adalah bangunan-bangunan yang akan ditambahkan pada bangunan utama untuk keperluan pengukuran debit dan muka air sungai, pengoperasian pintu, peralatan komunikasi, jembatan di atas bendung, atau instalasi air tenaga mikro/mini. Bangunan pengatur adalah bangunan yang mengatur muka air di saluran tempat bangunan sadap dan bagi Bangunan peredam energi adalah struktur dari bangunan di hilir tubuh bendung yang terdiri dari berbagai tipe, bentu dan di kanan kirinya dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu. Bangunan pembilas (penguras) adalah bangunan pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi (bisa juga berupa pembilas bawah/undersluice, shunt undersluice, atau pembilas bawah tipe boks) Bangunan Utama adalah semua bangunan yang dibangun di sungai dan di sepanjang sungai atau aliran air termasuk bendungan, untuk membelokkan air ke dalam jaringan irigasi agar dapat digunakan untuk keperluan irigasi. Biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sediment berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur debit air yang masuk. Bendung adalah bangunan pelimpah melintang sungai, yang berfungsi untuk meninggikan muka air minimum pada bangunan pengambilan untuk keperluan irigasi. Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka selama aliran besar dengan masalah yang terjadi selama banjir tidak besar. Bendung gerak dapat digunakan untuk mengatur muka air di depan pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi. Bendung tipe gergaji adalah bendung tetap dengan tata letak mercu pelimpah menyerupai gigi gergaji guna diperoleh lebar efektif pelimpah yang lebih panjang Bendung saringan bawah (tyroll) adalah bendung dengan pengambilan pada dasar sungai, dilengkapi dengan beberapa tipe saringan, contoh : bendung tyroller Bendungan Pengelak adalah bangunan panahan bautan, jenis urugan atau jenis lainnya untuk mengalihkan aliran selama pelaksanaan konstruksi bangunan. Hidrometer adalah suatu alat pengujian berdasarkan proses sedimentasi tanah

Daftar Istilah Irigasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

daftar istilah dalam jaingan irigasi

Citation preview

Bangunan pelengkap adalah bangunan-bangunan yang akan ditambahkan pada bangunan utama untuk keperluan pengukuran debit dan muka air sungai, pengoperasian pintu, peralatan komunikasi, jembatan di atas bendung, atau instalasi air tenaga mikro/mini.

Bangunan pengatur adalah bangunan yang mengatur muka air di saluran tempat bangunan sadap dan bagi

Bangunan peredam energi adalah struktur dari bangunan di hilir tubuh bendung yang terdiri dari berbagai tipe, bentu dan di kanan kirinya dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu.

Bangunan pembilas (penguras) adalah bangunan pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi (bisa juga berupa pembilas bawah/undersluice, shunt undersluice, atau pembilas bawah tipe boks)

Bangunan Utama adalah semua bangunan yang dibangun di sungai dan di sepanjang sungai atau aliran air termasuk bendungan, untuk membelokkan air ke dalam jaringan irigasi agar dapat digunakan untuk keperluan irigasi. Biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sediment berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur debit air yang masuk.

Bendung adalah bangunan pelimpah melintang sungai, yang berfungsi untuk meninggikan muka air minimum pada bangunan pengambilan untuk keperluan irigasi.

Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka selama aliran besar dengan masalah yang terjadi selama banjir tidak besar. Bendung gerak dapat digunakan untuk mengatur muka air di depan pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi.

Bendung tipe gergaji adalah bendung tetap dengan tata letak mercu pelimpah menyerupai gigi gergaji guna diperoleh lebar efektif pelimpah yang lebih panjang

Bendung saringan bawah (tyroll) adalah bendung dengan pengambilan pada dasar sungai, dilengkapi dengan beberapa tipe saringan, contoh : bendung tyroller

Bendungan Pengelak adalah bangunan panahan bautan, jenis urugan atau jenis lainnya untuk mengalihkan aliran selama pelaksanaan konstruksi bangunan.

Hidrometer adalah suatu alat pengujian berdasarkan proses sedimentasi tanah

Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) adalah istilah umum untuk wadah kelembagaan dari sejumlah GP3A dan lembaga lain yang memanfaatkan fasilitas irigasi termasuk irigasi pompa, yang sepakat bekerjasama dalam pengelolaan suatu daerah pelayanan irigasi.

Intake adalah bangunan berupa pintu yang digunakan untuk membelokkan air irigasi dari sungai agar sesuai dengan debit rencana dan pengelakan sedimen

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.

Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.

Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.

Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter, dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.

Jaringan irigasi teknis adalah jaringan yang sudah memisahkan antara system irigasi, pembuang dan jaringan tersier.

Jaringan pembuang adalah seluruh bangunan dan saluran pembuang.

Mercu adalah bagian atas dari pelimpah atau tanggul.

Ogee adalah salah satu tipe mercu bendung yang permukaannya mengikuti persamaan tertentu, hasil percobaan USCE.

Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka dan menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu dan bangunan ukur, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.

Patok tetap (BM) adalah patok yang dibuat dari beton bertulang dengan ukuran tertentu, dan digunakan sebagai tempat menyimpan koordinat planimetris serta ketinggian di lokasi pengukuran dan pemetaan untuk jangka waktu yang lama.

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), yaitu suatu lembaga pengelola irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi, yang dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk lembaga local pengelola irigasi.

Rencana Tata Tanam Detail (RTTD) adalah rencana tata tanam yang menggambarkan rencana luas tanam pada suatu Daerah Irigasi dan terperinci per petak tersier.

Rencana Tata Tanam Global (RTTG) adalah rencana tata tanam yang menggambarkan rencana luas tanam pada suatu daerah irigasi, belum terperinci per petak tersier, sehingga yang terlihat hanya rencana luas tanam per DI.

Rip-rap adalah susunan bongkahan batu alam atau blok-blok beton buatan dengan ukuran dan volume tertentu yang digunakan antara lain sebagai tambahan peredam energi di hilir bendung dan berfungsi sebagai lapisan perisai untuk mengurangi kedalaman penggerusan setempat dan untuk melindungi tanah dasar di hilir peredam energi

Saluran irigasi adalah saluran pembawa air untuk menambah air ke saluran lain/daerah lain.

Saluran primer adalah saluran irigasi yang membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan petak-petak tersier yang dialiri.

Saluran sekunder adalah saluran irigasi yang membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.

Saluran pembuang alamiah adalah saluran alami yang digunakan untuk mengalirkan air, salah satu contohnya adalah anak atau cabang sungai.

Siaran adalah penghubung atau perekat antara batu belah yang satu dengan yang lain yang juga merupakan tampilan dekoratif permukaan pasangan batu kali.

Sistem Golongan adalah suatu cara untuk menekan beban puncak kebutuhan air pada waktu pengolahan tanah, sehingga dapat mendekati debit maksimum ketersediaan air di bendung, dengan mengatur jadwal waktu mulai pengolahan tanah tiap golongan berbeda (misalnya 15 hari) dengan menyesuaikan ketersediaan debit sungai

Tinggi jagaan minimum adalah tinggi jagaan yang ditetapkan minimum berdasarkan besaran debit saluran

Turap adalah konstruksi yang dapat menahan tekanan tanah di sekelilingnya, mencegah terjadinya kelongsoran, dan biasanya terdiri dari dinding turap dan penyangganya.

METODE PELAKSANAAN KONTRUKSI BENDUNG

Sebuah bendung memiliki fungsi, yaitu untuk meninggikan muka air sungai dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan tepi kiri sungai

untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah bangunan pengambilan jaringan irigasi. Bendung juga dapat didefinisikan sebagai bangunan air yang dibangun secara

melintang sungai, sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian tertentu, sehingga air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke

saluran saluran pembagi kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian.

Suatu konstruksi sebuah bendung dapat dibuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Sebuah bendung konstruksinya dibuat melintang sungai

dan fungsi utamanya adalah untuk membendung aliran sungai dan menaikkan level atau tingkat muka air di bagian hulu. 

Syarat-syarat konstruksi bendung harus memenuhi beberapa faktor, yaitu

         Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir;

         Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di bawahnya;

         Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran air sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah;

         Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi;

         Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.

Pemilihan lokasi pembangunan bendung harus didasarkan atas beberapa faktor, yaitu

         Keadaan Topografi

o   Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari;

o   Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan;

o   Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi.

         Keadaan Hidrologi

Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor – faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung serta tinggi bendung

tergantung pada debit rencana. Faktor – faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana, perhitungan debit rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit

hidrograf, dan banjir di site atau bendung. 

         Kondisi Topografi

Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu 

o   Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi.

o   Trase saluran induk terletak di tempat yang baik.

         Kondisi Hidraulik dan Morfologi

o   Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir;

o   Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir;

o   Tinggi muka air pada debit banjir rencana;

o   Potensi dan distribusi angkutan sedimen.

         Kondisi Tanah Pondasi

Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi

kegempaan dan potensi gerusan karena arus dan sebagainya.

         Biaya Pelaksanaan

Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula

dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

Berikut ini adalah metode pembuatan bendung :

1

Gambar pengalihan aliran sungai

3.   Selanjutnya pekerjaan bendung dilanjutkan dengan pekerjaan galian tanah dengan excavator dan hasil galian diangkut dengan dump truck untuk dibuang ke disposal area atau

disimpan sebagai stock untuk material timbunan sesuai dengan jenis dan spesifikasi tanah.

 Gambar pekerjaan galian tanah

4.    Bila galian menemui lapisan tanah keras, dilakukan pekerjaan galian batu

5.    Dipilih metode drilling and blasting, yaitu pada permukaan batuan dibuat pola blasting. Kemudian dibuat lubang dengan rock drill (cradler rock driller) atau canal drilling

untuk diisi sejumlah bahan peledak (dynamit) dan detonator sebagai pemicunya

Gambar pekerjaan pada tanah keras

6.   Setelah peledakan, hasil galian dikumpulkan dengan excavator dan diangkut dump truck ke disposal area

7.   Galian batuan dengan blasting (peledakan)biasanya sulit untuk membentuk dasar galian yang rapi sesuai rock line excavation yang ada dalam shop drawing

8.   Selanjutnya digunakan giant breaker yang dipasangkan pada excavator untuk membentuk dan merapikan galian batuan

9.   Sebelum pekerjaan beton fondasi bendung dimulai, pekerjaan yang harus dilakukan adalah finising permukaan batuan dengan membersihkan semua loose material dan menutup

permukaan dengan splash grouting.

10.  Splash grouting adalah campuran semen pasir dan air yang disiramkan ke permukaan batuan

 

Gambar pekerjaan splash grouting

11.  Tahap selanjutnya adalah pekerjaan beton (concrete) untuk fondasi, tubuh bendung, kolam olakan (stilling basin) dan piers serta column

12.  Di permukaan bendung yang terjadi pergesekan dengan air sungai dimana diasumsikan terdapat batuan lepas, ranting dan pohon, oleh karena itu perlu dilapisi dengan steel

fibre concrete

13.  Pada bendung gerak dibuat bangunan hoist room yaitu tempat mesin penggerak pintu, dipasang berupa katrol (hoist) elektrik untuk menaikkan dan menurunkan pintu

Gambar hoist room bendung gerak

14.  Setelah bagian utama terlaksana, diikuti bangunan lantai apron dan lantai stilling basin yang diikuti pekerjaan backfill dengan material terseleksi (selected embankment)

15.  Jembatan pelayanan dibuat terpisah di fabrikasi karena menggunakan precast prestressed concrete, yang dilaunching dengan metode launching trus

16.  Pekerjaan sipil utama yang paling berat adalah pembuatan pier dan hoist deck, karena perlu ketelitian dan akurasi yang tinggi agar interfacing dengan pekerjaan pintu (hydro

mechanical) tidak banyak menemui kesulitan

17.  Dalam penentuan penggunaan perancah bekisting di lantai hoist room perlu penanganan khusus karena pada ketinggian 28 m, harus melakukan pekerjaan beton dengan beban

ratusan ton dan lendutan yang cukup besar

 

Gambar urutan pekerjaan tubuh bendung

 Gambar pemasangan pilar movable weir dan masangan king shore hoist deck

18.  Pelaksanaan bendung gerak dan bendung tetap merupakan lintasan kritis . Sedangkan pekerjaan apron, stilling basin dan fishway  merupakan pekerjaan tidak kritis tetapi dapat

dilaksanakan paralel dengan pekerjaan bendung sesuai kapasitas penyediaan beton per hari

19.  Untuk pembuatan pier dan kolom beton digunakan climbing formwork dengan dua tipe, yaitu untuk lengkung dipakai bekisting baja dan untuk yang lurus digunakan bekisting

kayu dan plywood

 

Gambar pembuatan pier dan kolom beton

20.  Pada tahap pelaksanaan pengecoranbeton untuk pier terdapat dua jenis beton yang harus dilaksanaan bersama untuk menghindari sambungan dingin (cold joint) yaitu antara

beton biasa dan beton campuran berton campuran steel fibre

21.  Agar kedua jenis beton tidak tercampur, digunakan kawat ayam yang ditahan dengan besi beton atau wire mesh

22.  Pengecorannya dilakukan secara bergantian dalam waktu yang relatif bersamaan antara steel fibre concrete dan beton biasa

23.  Dilanjutkan dengan pengecoran bagian-bagian pada dan elevasi di atasnya sesuai dengan ketinggian climbing formwork

 

 

Gambar pengecoran pier dan kolom beton bendung

24.  Untuk dinding bangunan hoist room yang awalnya adalah beton biasa, dilakukan inovasi menjadi kolom dan balok rangka baja dengan dinding precast prestressed panel

(hollow core wall) untuk dinding maupun plat atap.

Rabu, 12 Desember 2012

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Saluran Irigasi

Saluran irigasi merupakan bagian dari bendung yang berfungsi menyalurkan air dari bendung ke petak-petak sawah yang akan di aliri air. Berikut ini adalah pekerjaan irigasi secara umum :

Pekerjaan pokok adalah pembuatan saluran irigasi yang terdiri dari saluran induk, saluran sekunder saluran sub sekunder dan bangunan pengatur air

Lokasi pekerjaan sangat luas, karena panjang total saluran irigasi yang dibuat bisa mencapai puluhan kilometer

Pekerjaan dominan adalah pekerjaan tanah, berupa pekerjaan galian tanah, pekerjaan timbunan tanah atau kombinasi keduanya yaitu pekerjaan cut and fill

Pekerjaan akan padat peralatan berat dan sangat tergantung pada cuaca (musim hujan/musim kemarau)

Karena lokasi yang sangat luas, kemungkinan terjadi masalah sosial sangat besar

Urutan pelaksanaan pekerjaan irigasiPekerjaan persiapan- Pembuatan temporary contractor’s fascilities, site office, ware house, work shop, open storage, staff quarter, labor house- Bagian pengukuran

Pengukuran longitudinal section, untuk mencari trase saluran dan batas-batas pembebasan tanah Pengukuran cross section, untuk mendesain elevasi saluran dan sebagai dasar perhitungan perhitungan volume pekerjaan tanah

- Pekerjaan mobilisasi alat berat- Pekerjaan tanah- Pekerjaan concrete lining- Pekerjaan struktur bangunan pengatur air- Pekerjaan jalan inspeksi- Pekerjaan pintu airHal-hal yang perlu diperhatikan

Semaksimal mungkin menggunakan material galian untuk timbunan Sebelum timbunan dilaksanakan, stripping dahulu permukaan humus/top soil agar tidak terjadi settlement

Dikerjakan dahulu semua struktur di lokasi timbunan, sebelum timbunan dilaksanakan, biasanya di lokasi timbunan terdapat drainage/box culvert

Dibuat mass hauling diagram agar jarak rata hauling bisa ditentukan dan agar kebutuhan jumlah dump truck bisa direncanakan

Jika jarak hauling terlalu jauh (lebih dari 5 km), agar dipertimbangkan material timbunan diambil dari borrow area terdekat

Pekerjaan tanah Pekerjaan stripping, membuang top soil yang jelek, agar timbunan tidak mengalami penurunan Pekerjaan timbunan, menimbun lokasi-lokasi sepanjag saluran yang rendah dengan tanah hasil galian atau dari borrow area

Pekerjaan galian, menggali lokasi-lokasi sepanjang saluran yang terlalu tinggi dan tanah hasil galian dibuang ke lokasi timbunan atau disposal area

Pekerjaan galian saluran, menggali dan membentuk saluran irigasi, setelah pekerjaan gali dan timbunmencapai rata datar meja

Pekerjaan trimming slope, menggali atau menambah tepian tanggul timbunan agar mencapai desain elevasi

Gambar metode galian timbunan

Metode penggalian saluran sekunder Dipasang profil pada jarak setiap 25 meter, sehingga operator alat berat mempunyai pedoman untuk penggalian saluran Dilakukan stock spare parts terutama yang bersifat fast moving, antara lain selang hydraulics

Diadakan pengecekan elevasi dan hasil kerja alat setiap jarak 5 meter, sehinga jika terjadi kesalahan dapat langsung diperbaiki

Gambar pekerjaan galian pada saluran sekunder

Gambar pekerjaan galian saluran sekunder

Metode pelaksanaan pekerjaan lining concrete Dibuat mal dari kayu balok dengan tebal sama dengan ketebaan concrete lining (8 cm) Perataan permukaan dengan menggunakan pipa galvanis persegi, baru kemudian dengan sendok semen

Dibuat grup pekerja tersendiri, khusus untuk persiapan lahan cor, terutama untuk trimming tanah

Pengecoran dengan sistem papan catur

Gambar pekerjaan lining concrete

Metode penggalian saluran sub sekunder Dipasang profil pada jarak setiap 25 meter, sehingga operator alat berat mempunyai pedoman untuk menggali saluran Bentuk bucket excavator diubah/disesuaikan dengan bentuk dan ukuran saluran (bentuk trapesium). Agar galian bisa presisi dan tidak banyak pekerjaan trimming slope.

Peralatan Pencampur Beton

Berikut ini adalah peralatan yang digunakan untuk mencampur beton (concrete batching and mixing).

Concrete Mixer

Concrete Mixer (Pencampur Beton) Alat ini prinsipnya terdiri atas beberapa buah silinder tegak yang dapat berputar terhadap poros memanjangnya, atau ada yang berporos miring. Poros ini dapat diatur sedemikian rupa untuk memudahkan pemasukkan agregat dan pengeluaran beton yang sudah dicampur.

Di dalam silinder ini terdapat sejumlah dayung (paddle) yang akan mengaduk campuran agregat bila silinder tersebut berputar, akibat proses ini campuran beton menjadi merata dan dapat menghasilkan beton yang baik.

Kemudian air dimasukkan ke dalam silinder setelah agregat tercampur sempurna.

Volume campuran beton ditentukan oleh banyaknya silinder, yang biasanya memiliki kapasitas nominal 1/3 atau 1/4 volume silinder, dimana ruang sisanya diperlukan untuk proses pencampuran.

Perhitungan kapasitas produksi dari alat mixer ini dapat dihitung dengan rumus:

Qm = 60 (V) K

27 (c + m)

Dimana :Qm = produksi beton (cuyd/jam)V = volume silinder (cuft)K = Jumlah standar volume yang diijinkan 1,1 - 1,2c = waktu min pengisian dan pengeluaran (mt)m = waktu mencampur (menit)

1 m = 35,31 cuft = 1,3079 cuyd.

Batching Plant

Batcher Equipment (peralatan penakar) Konstruksi batcher berupa sebuah container yang berfungsi untuk menampung dan mengukur material beton sebelum dituangkan ke dalam mixer. Kapasitas batcher minimal tiga kali lebih besar dari mixer (setiap 3 kali beroperasinya mixer, batcher cukup diisi satu kali).

Material dari batcher yang akan masuk ke dalam mixer melewati pintu yang dapat diukur secara manual, listrik atau kompressor.

Alat Berat pada Pekerjaan Beton

Peralatan pembetonan, secara garis besar dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Peralatan pengangkat dan pengangkut material beton (Concrete Material Handling equipment).2. Peralatan pencampur beton ( Concrete Batching and Mixing Plant ) .

3. Peralatan untuk membawa campuran beton dalam penecoran (Concrete hauling).

4. Concrete bucket dan pouring equipment.

5. Pompa beton (Concrete Pump).

PERALATAN PENGANGKAT DAN PENGANGKUT MATERIAL BETON

Tank Truck Untuk Mengangkut Semen

Yang dimaksud material beton disini adalah :

1. Material dari beton yang dibuat secara Precast, misalnya:  caison, pipa-pipa, tiang pancang, girder jembatan, dll.

Sehingga untuk sampai pada job site (lokasi pekerjaan) diperlukan alat berat untuk mengangkutnya.

Alat berat untuk mengangkat material beton : crane, loader boom, mobil lift. Sedangkan untuk mengangkutnya digunakan : trailer untuk jalan darat dan kapal untuk jalan laut.

2. Material agregat, seperti pasir, kricak, dan semen.

Jika lokasi pengambilannya (query area) tidak terlalu jauh, biasanya cukup menggunakan truck / dump truck, tapi jika lokasinya terlalu jauh atau bahkan sampai menyeberang laut, maka bisa menggunakan kapal.

Agregat tersebut disimpan dalam suatu "bin" yang berfungsi sebagai penampung sementara, untuk kemudian diangkut menuju batching plant, peralatan pembawanya bisa berupa belt conveyor, bucket conveyor atau loader.

Untuk material PC, terutama dalam keadaan curah pengangkutannya dilakukan oleh :

Special hooper bottom car, berkapasitas 400 barrel. Tank Truck berkapasitas 250 barrel.

Water tight barge dengan kapasitas lebih dari 400 barrel.

Untuk membongkar semen dari hooper digunakan screw conveyor, bucket conveyor yang tertutup, atau pneumatic air pump conveyor.

Pneumatic Air Pump Conveyor

Untuk management alat berat bisa dibaca disini.

Management Alat Berat

Berikut ini ringkasan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam management alat berat dalam pekerjaan teknik sipil .

1. PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. Peninjauan Lokasi Proyek

1. Ploting data dan gambar rencana pada lokasi pekerjaan2. Survey dan pengukuran

3. Pengujian jenis material

4. Survey dan pengujian kondisi infra struktur (Acces Road)

5. Survey kondisi sosial masyarakat

B. Alokasi Pekerjaan

1. Inventarisasi jenis pekerjaan yang menggunakan alat berat.

2. Perhitungan volume bebagai jenis pekerjaan.

3. Kondisi dan jumlah tenaga kerja

4. Perijinan penggunaan infra struktur.

5. Persiapan fasilitas penunjang operasional

6. Perincian schedule

7. Preventif penanggulangan masalah non teknis/ sosial

8. Penyusunan RAP

2. PEMILIHAN DAN PENGADAAN ALAT BERAT

A. Pemilihan Alat Berat

1. Didasarkan pada pertimbangan teknis dan ekonomis, yaitu bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan tidak menyimpang dari RAB.2. Didasarkan pada kejelasan tentang :

o Jenis kegiatan (akan menentukan jenis alat berat dan perlengkapannya)

o Jenis material (akan menentukan model/ type alat berat)

o Jumlah dan ukuran alat berat, dengan mempertimbangkan :

1. Produksi alat berat yang menguntungkan sesuai dengan keadaan medan, jenis material, dan jarak pemindahan

2. Harga satuan pekerjaan yang terkecil dari kombinasi alat berat.

3. Jumlah alat berat yang paling minimum dan tepat dari kombinasi beberapa alat berat.

4. Kombinasi dari alat berat yang sederhana.

o Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan :

1. Pemilihan dari alat berat yang telah dimiliki.

2. Pemilihan dari alat berat yang ada di pasaran atau perlu pemesanan khusus.

3. Tersedianya suku cadang dari alat berat yang telah dipilih.

B. Pengadaan ALat Berat

1. Asal Alat Berat

o Pemindahan dari lokasi/ proyek lain.

o Peminjaman sementara dari lokasi/ proyek lain.

o Sewa.

o Beli baru/ bekas, modifikasi.

2. Sumber Biaya (khusus pengadaan alat berat)

o Biaya sendiri

o Biaya dari pinjaman luar(Bank/ luar negeri)

o Biaya-biaya lain/ pendukung.

3. CARA PELAKSANAAN PEKERJAAN  ALAT BERAT1. Owner :

o Dikerjakan sendiri (swakelola).

o Dikerjakan Kontraktor (pihak ke II)

2. Kontraktor :

o Dikerjakan sendiri (swakelola).

o Dikerjakan Sub Kontraktor (pihak ke III)

3. Personil pelaksanaan pekerjaan div. alat berat

o Dipimpin oleh seorang manager bagian alat berat

o Membawahi supervisor pengendalian pekerjaan konstruksi sipil

1. Pengawasan pekerjaan sipil

2. Pengawasan pengoperasian alat berat, dengan target: terpenuhi secara kwalitas, kwantitas (volume), dan sesuai schedule.

o Membawahi supervisor pengendalian unit mekanik

1. Pengendalian operasional alat berat

2. Pengendalian pemeliharaan alat berat

3. Pengendalian administrasi alat berat

4. ANALISA RAB 1. Volume Pekerjaan (dihitung).2. Kapasitas Produksi Alat Berat (dihitung).

3. Harga Satuan Pekerjaan (HSP).

o Biaya produksi satu unit alat berat. (Biaya Langsung, Biaya tak Langsung dan Keuntungan dan Pajak ).

o Kapasitas Produksi Alat Berat (sudah dihitung)

HSP = Biaya Produksi : Kapasitas Produksi

RAB = HSP x Volume

Dewatering pada Bangunan di Tengah Sungai

Dewatering pada bangunan di tengah sungai termasuk dalam dewatering air permukaan karena pekerjaan yang akan dilakukan berada di bawah muka air permukaan. Salah satu bangunan yang bisa dijadikan study kasus adalah pilar pada jembatan.

Struktur Pilar JembatanSetelah tiang pancang selesai dipancang dengan floating pile driver, sampai ke dasar sungai dengan menggunakan follower (penyambung pemancangan), maka daerah sekeliling struktur pilar dikurung dengan steel sheet pile, yang dipancang sebagai cofferdam.

Kemudian daerah yang terkurung tersebut dikeringkan dengan pompa.(sambil dipasang bracing).

Cofferdam dengan menggunakan bracing

Sumber: METODE KONSTRUKSI DEWATERING oleh ASIYANTO

Efek Samping Pekerjaan Dewatering

Pekerjaan dewatering tidak sepenuhnya berjalan mulus tanpa akibat-akibat samping terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Dewatering kadang-kadang mengakibatkan settlement pada tanah sekitar, bahkan terkadang disertai dengan kerusakan struktur bangunan yang ada. Dalam praktek, hal ini jarang terjadi, tetapi hal ini berpotensi menimbulkan klaim dari pihak lain yang merasa dirugikan.

Dewatering dapat menyebabkan settlement karena:

1. Tersedotnya partikel halus dari tanah oleh pompa yang digunakan (wellpoint atau well).2. Metode Open pumping yang kurang sesuai, sehingga terjadi proses boiling dan piping.

3. Terjadi konsolidasi silt, clay atau loose sand akibat naiknya effective stress.

Untuk kasus nomor.1 dan nomor 2 masih bisa untuk di kontrol dengan suatu metode yang layak, tetapi yang terakhir dapat saja terjadi pada metode yang layak sekalipun.

Dampak lain dari pekerjaan dewatering, selain dari yang disebutkan di atas (diluar proyek konstruksi). Adalah sebagai berikut:1. Dapat menyebabkan intrusi air laut (air asin) atau air yang tercemar.2. Struktur sipil yang menggunakan bahan kayu yang berada di bawah muka air dapat rusak.

3. Merusak ekologi dari wetlands

4. Pohon-pohon dan tumbuh-tumbuahan di daerah sekitar pekerjaan dewatering dapat terganggu.

Jadi sebelum kita melaksanakan pekerjaan dewatering maka terlebih dahulu dibuat perencanaan yang matang disertai dengan studi terhadap AMDAL (Analisa mengenai dampak lingkungan hidup) dan hal-hal lain yang dapat mengakibatkan dampak negatif yang tidak diinginkan.

Dewatering untuk bangunan penutup sungai

Yang dimaksud dengan dewatering pada bangunan penutup sungai ini misalnya pada bangunan/ pekerjaan bendungan. Dalam melaksanakan pekerjaan bendungan biasanya membutuhkan waktu pengerjaan yang cukup panjang (lama), terkadang bisa melalui beberapa musim.Pekerjaan dewatering pada dasarnya, dilakukan pada musim kemarau, yaitu pada saat debit sungai terkecil, sehingga aka memperingan proses pekerjaan dewatering (pengeringan). Tetapi karena tuntutan pekerjaan dan schedule pelaksanaan, sering pekerjaan dewatering masih perlu dilakukan pada musim hujan, ketika debit sungai sudah mulai membesar. Dalam hal ini cofferdam dibuat dalam dua tahap yang cukup untuk menanggulangi musim kemarau dengan debit kecil pada tahap awal, dan pada tahap berikutnya dibuat cofferdam yang lebih tinggi.

Bila selama tahap pertama pekerjaan dapat diselesaikan di atas muka air, maka cofferdam tahap kedua tidak perlu dibuat.

Cofferdam tahap I dipersiapkan pada debit sungai terkecil :

Cofferdam tahap I

Cofferdam tahap II dipersiapkan sebelum debit sungai membesar :

Cofferdam tahap II

Dalam proyek bendungan, cofferdam dibuat pada dua tempat, yaitu pada bagian/ sisi hulu (upstream) dan pada bagian hilir (down stream). Daerah di antara keduanya itulah yang akan dilakukan pekerjaan dewatering untuk pelaksanaan badan bendungan. Ini berarti bahwa sungai ditutup sepenuhnya selama proses pelaksanaan proyek bendungan.

Oleh karena itu sebelum cofferdam-cofferdam ini dibangun, harus dipersiapkan terlebih dahulu pengalihan sungai atau river diversion.

River diversion dapat berbentuk dua janis, tergantung hal-hal yang mempengaruhinya, yaitu terutama kondisi lapangan yang ada.Jenis-jenis tersebut adalah :

1. Diversion Channel, berbentuk saluran terbuka (saluran pengelak).2. Diversion tunnel, berbentuk saluran tertutup (terowongan pengelak).

Kedua jenis river diversion itu harus direncanakan dapat menampung debit sungai selama pelaksanaan pekerjaan dewatering.

Tunnel diversion banyak digunakan pada pekerjaan dewatering untuk bendungan, karena kondisi kanan kiri bendungan berbentuk bukit, sehingga untuk membuat saluran pengelak harus menggunakan terowongan yang menembus bukit.

Terowongan pengelak sering juga dimanfaatkan sebagai saluran pelimpah (spill way tunnel) pada akhir pekerjaan bendung. Pada awalnya terowongan difungsikan sebagai saluran pengelak saat pelaksanaan pembuatan badan bendungan, dan di akhir pekerjaan difungsikan sebagai bangunan pelimpah (tunnel spill way) Bila difungsikan sebagai spillway, maka kemampuan debit terowongan harus disesuaikan dengan debit spillway yang diperlukan.

Masalah Sipil yang Berkaitan dengan Rembesan

Berikut ini beberapa kendala atau masalah yang sering timbul pada bangunan-bangunan sipil yang disebabkan oleh rembesan air.

1. Rembesan melalui bendungan / dam atau tanggul.

Rembesan melalui tanggul

2. Gaya angkat pada bendung mempengaruhi stabilitas.

Uplift Force

3. Rembesan pada Cover dam

Cover DAM

4. Pengendalian rembesan bahan limbah cair

5. Pengaruh rembesan pada proses Konsolidasi tanah.

Dewatering Bangunan pada Saluran

Yang termasuk bangunan pada saluran misalnya disini adalah Pasangan talud saluran. Untuk pekerjaan dewatering pada pasangan talud saluran yang harus kita lakukan adalah :

Pasangan Talud

1. Langkah pertama adalah memasang cofferdam sederhana dengan menggunakan trucuk yang ditancapkan pada dua sisi mengelilingi daerah yang akan dikeringkan untuk pembangunan pasangan talud. Kemudian dilapisi dengan lembaran anyaman bambu dan bagian tengahnya diisi dengan tanah lempung (clay).

2. Air di daerah yang dikurung dipompa keluar untuk mengeringkan daerah yang akan dipasangi talud. Untuk menghemat waktu pengeringan, pasangan talud hanya dilkerjakan cukup di bawah elevasi muka air, sedangkan sisanya keatas dapat dikerjakan tanpa menggunakan cofferdam.

3. Setelah pasangan talud selesai (sampai elevasi di atas muka air), cofferdam dipindah ke daerah sebelahnya yang akan dikeringkan, dengan cara yang sama. Begitu seterusnya sampai seluruh panjang rencana talud selesai.

Bila saluran tidak cukup lebar, maka proses pelaksanaan pasangan talud dilaksanakan secara bertahap, pada masing-masing sisi (misalnya sisi kanan dahulu tahap berikutnya baru sisi kiri).

Saluran bangunan talud biasanya dilaksanakan pada saat saluran tidak memerlukan air, sehingga aliran air yang masuk ke dalam saluran dapat dikeringkan seluruhnya., dan pasangan talud dapat dilaksanakan secara serentak tanpa memerlukan bangunan pengeringan. Oleh karena itu maka pengeringan tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Dewatering Air Permukaan

Pekerjaan Sipil yang terletak di atas muka air tanah , terkadang juga memerlukan pekerjaan dewatering, bila bangunan tersebut terletak di bawah muka air tanah, seperti muka air sungai, danau atau laut. (Bangunan tersebut dapat berupa bangunan di sepanjang saluran yang sudah berfungsi, bangunan bawah dari jembatan, bangunan intake, baik di sungai maupun di laut dll)

Pada umumnya pekerjaan dewatering untuk bangunan di bawah muka air permukaan menggunakan sistem open pumping, dengan dibantu oleh cofferdam atau kistdam sebagai penahan air. Tetapi untuk bangunan di sepanjang saluran yang sudah berfungsi, biasanya dilakukan pada saat masa pengeringan. Yaitu masa tanaman tidak memerlukan air, sehingga air saluran dapat dikeringkan dengan menutup pintu air yang ada. Dengan demikian pengerjaan bangunan dapat dilaksanakan seperti pada bangunan biasa yang tidak terganggu oleh air.

Pada dasarnya pekerjaan dewatering air permukaan dilakukan dengan mengurung daerah yang akan dibangun dengan cofferdam, supaya terbebas dari air yang ada, sedangkan air yang ada pada daerah yang dikurung tersebut dikeringkan dengan menggunakan pompa (open pumping).

Struktur yang diperlukan untuk mengurung daerah yang akan dibangun dapat bermacam-macam jenisnya. dari yang sederhana sampai yang memerlukan perhitungan kekuatan struktur.

Bahkan cara pelaksanaannya terkadang memerlukan peralatan yang besar. (Alat pancang untuk memancang steel sheet pile).

Beberapa bangunan yang memerlukan pekerjaan dewatering air permukaan adalah :

Bangunan pada saluran Bangunan pada sungai

Bangunan di tengah sungai

Bangunan menutup sungai

Tunnel Diversion

Sumber: METODE KONSTRUKSI DEWATERING oleh ASIYANTO

Perencanaan Pondasi

Untuk dapat menentukan jenis pondasi dan ukuran pondasi yang akan dipakai kita harus mengetahui beban yang akan didukung oleh pondasi. Untuk itu kita akan menghitung beban bangunan di atas pondasi secara kasar.

Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983, beban hidup untuk bangunan :

Rumah tinggal = 200 kg/m2 Perkantoran, pertokoan dan ruang kelas = 250 kg/m2

Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m3

Berat jenis pasangan bata = 1700 kg/m3

Berat jenis kayu = 1000 kg/m3

Perhitungan berat bangunan adalah :

[Luas Bangunan X Beban hidup (sesuai peruntukan bangunan)]

+ [(volume beton dan volume bata) X berat jenis masing-masing material]

Misalnya, dari perhitungan tersebut diperoleh angka 1000 ton dan jumlah kolom atau tiangnya 20 buah, maka secara kasar masing-masing kolom menahan beban 50 ton. Dengan demikian kita bisa menentukan model dan ukuran pondasi yang akan dipakai :

Jika digunakan pondasi tiang pancang tipe minipile 28/28 maka dibutuhkan sebanyak satu buah tiang pancang. Jika beban yang dipikul 50 ton maka digunakan tiang pancang sebanyak dua buah, begitu seterusnya.

Jika digunakan pondasi tapak beton, maka perlu diketahui kekuatan daya dukung tanah nya. Misalkan, tanah keras yang daya dukungnya 0,5 kg/cm2 dan beban yang dipikul satu kolom di atas pondasi adalah 2500 kg, maka diperlukan pondasi tapak beton berukuran 5000 cm2 atau 0,5 m2. Untuk ukuran 0,5 m2 dapat memanjang dengan lebar 1 m x 0,5 m atau berbentuk persegi dengan ukuran 75 cm x 75 cm.

Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang pancang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang yang terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi.

Pelaksanaan pekerjaan pemancangan menggunakan diesel hammer. Sistem kerja diesel Hammer adalah dengan pemukulan sehingga dapat menimbulkan suara keras dan getaran pada daerah sekitar. Itulah sebabnya cara pemancangan pondasi ini menjadi permasalahan tersendiri pada lingkungan sekitar.

Permasalahan lain adalah cara membawa diesel hammer kelokasi pemancangan harus menggunakan truk tronton yang memiliki crane. Crane berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan. Namun saat ini sudah ada alat pancang yang menggunakan system hidraulik hammer dengan berat 3 – 7 ton.

Pekerjaan pemukulan tiang pancang dihentikan dan dianggap telah mencapai tanah keras jika pada 10 kali pukulan terakhir, tiang pancang masuk ke tanah tidak lebih dari 2 cm.

Berikut ini cara sederhana untuk menghitung kebutuhan pondasi tiang pancang dan penampang tiang pancang yang akan digunakan :Misalnya didapat brosure produk tiang pancang segitiga ukuran 25/25. Jika daya dukung setiap tiangnya mencapai 2 ton maka berapakah jumlah tiang dalam setiap kolomnya?

Adapun tahap perhitungannya adalah sebagai berikut: Denah bangunan dibagi-bagi di antara kolom-kolom untuk mengetahui berat yang harus dipikul setiap pondasi. Dapat juga semua luas denah bangunan dijumlahkan kemudian

dibagi ke dalam beberapa titik pondasi dalam setiap kolomnya. Cara kedua ini memiliki kelemahan karena beban di pinggir kolom tentu saja berbeda dengan beban di tengah. Selanjutnya total volume beton dikalikan dengan berat jenis beton, volume lantai dikalikan berat jenis lantai, demikian seterusnya untuk tembok, kayu, genteng, dan sebagainya.

Hasilnya dijumlahkan sehingga diperoleh berat = X ton.

Selain itu juga dihitung jumlah beban hidup untuk jenis bangunan tersebut. Misalnya beban rumah tinggal 200 Kg/m2. Sehingga diperoleh 200 kg dikalikan dengan seluruh luas lantai, misalnya Y ton.

Jumlah semua beban tersebut yaitu : X ton + Y ton. Misalnya, hasil penjumlahannya 48 ton. Dengan demikian kebutuhan tiang pancang adalah 48 ton : 25 ton atau sekitar dua buah tiang pancang pada satu titik kolom. Jadi jumlah tiang pancang untuk bangunan tersebut adalah hasil perkalian antara jumlah kolom dengan dua titik pancang.

Hasil tersebut hanya untuk sebuah tiang pancang yang ukurannya 6 meter setiap batangnya. Bila kedalaman tanah keras adalah 9 meter, maka diperlukan dua buah tiang pancang per titiknya.

Hitungan sederhana tersebut mengabaikan daya dukung tanah hasil laboratorium dan daya lekat tanah si sepanjang tiang pancang. Bila hal tersebut dihitung, jumlah tiang pancang tentu akan berkurang. Bahkan cara perhitungannya tidak sesederhana hitungan di atas.

1. Ukuran Tiang Pancang

Berbagai ukuran tiang pancang yang ada pada intinya dapat dibagi dua, yaitu : MINIPILE dan MAXIPILE.

a. Minipile (Ukuran Kecil)Tiang pancang berukuran kecil ini digunakan untuk bangunan-bangunan bertingkat rendah dan tanah relative baik. Ukuran dan kekuatan yang ditawarkan adalah:

Berbentuk penampang segitiga dengan ukuran 28 dan 32. Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 20x20 dan 25x25.

- Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 28 mampu menopang beban 25 – 30 ton- Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 32 mampu menopang beban 35 – 40 ton.- Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 20x20 mampu menopang tekanan 30 – 35 ton- Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 25 x 25 mampu menopang tekanan 40 – 50 ton.

b. Maxipile (Ukuran Besar)Tiang pancang ini berbentuk bulat (spun pile) atau kotak (square pile). Tiang pancang ini digunkan untuk menopang beban yang besar pada bangunan bertingkat tinggi. Bahkan untuk ukuran 50x50 dapat menopang beban sampai 500 ton.

2. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan :- Karena dibuat dengan system pabrikasi, maka mutu beton terjamin.- Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras.- Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada sekeliling tiang.- Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan oleh dua atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat.

- Harga relative murah bila dibanding pondasi sumuran.Kekurangan :- Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena factor angkutan.- Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya.- Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh lebih mahal.- Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan.

3. Keuntungan dan Kerugian menurut teknik pemasangan

a. Pondasi tiang pancang pabrikan.Keuntungan:

Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kwalitas sangat ketat, hasilnya lebih dapat diandalkan. Pelaksanaan pemancangan relative cepat, terutama untuk tiang baja. Walaupun lapisan antara cukup keras, lapisan tersebut masih dapat ditembus sehingga pemancangan ke

lapisan tanah keras masih dapat dilakukan.

Persediaannya culup banyak di pabrik sehingga mudah diperoleh, kecuali jika diperlukan tiang dengan ukuran khusus.

Untuk pekerjaan pemancangan yang kecil, biayanya tetap rendah.

Daya dukungnya dapat diperkirakan berdasar rumus tiang pancang sehingga pekerjaankonstruksinya mudah diawasi.

Cara pemukulan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung beban vertical.

Kerugian : Karena pekerjaan pemasangannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada daerah yang berpenduduk padat akan menimbulkan masalah di sekitarnya. Untuk tiang yang panjang, diperlukan persiapan penyambungan dengan menggunakan pengelasan (untuk tiang pancang beton yang bagian atas atau bawahnya berkepala baja). Bila

pekerjaan penyambungan tidak baik, akibatnya sangat merugikan.

Bila pekerjaan pemancangan tidak dilaksanakan dengan baik, kepala tiang cepat hancur. Sebaiknya pada saat dipukul dengan palu besi, kepala tiang dilapisi denga kayu.

Bila pemancangan tidak dapat dihentikan pada kedalaman yang telah ditentukan, diperlukan perbaikan khusus.

Karena tempat penampungan di lapangan dalam banyak hal mutlak diperlukan maka harus disediakan tempat yang cukup luas.

Tiang-tiang beton berdiameter besar sangat berat, sehingga sulit diangkut atau dipasang. Karena itu diperlukan mesinpemancang yang besar.

Untuk tiang-tiang pipa baja, diperlukan tiang yang tahan korosi.

b. Pondasi Tiang yang Dicor di TempatKeuntungan:

Karena pada saat melaksanakan pekerjaan hanya terjadi getaran dan keriuhan yang sangat kecil maka pondasi ini cocok untuk pekerjaan pada daerah yang padat penduduknya. Karena tanpa sambungan, dapat dibuat tiang yang lurus dengan diameter besar dan lebih panjang.

Diameter tiang ini biasanya lebih besar daripada tiang pracetak atau pabrikan.

Daya dukung sstiap tiang lebih besar sehingga beton tumpuan (Pile cap) dapat dibuat lebih kecil.

Selain cara pemboran di dalam arah berlawanan dengan putaran jam, tanah galian dapat diamati secara langsung dan sifat-sifat tanah pada lapisan antara atau pada tanah pendukung pondasi dapat langsung diketahui.

Pengaruh jelek terhadap bangunan di dekatnya cukup kecil.

Kerugian : Dalam banyak hal, beton dari tubuh tiang diletakkan di bawah air dn kualitas tiang yang sudah selesai lebih rendah dari tiang-tiang pracetak atau pabrikan. Disamping itu,

pemeriksaan kualitas hanya dapat dilakukan secara tidak langsung. Ketika beton dituangkan, dikawatirkan adukan beton akan bercampur dengan reruntuhan tanah. Oleh karena itu, beton harus segera dituangkan dengan seksama setelah penggalian

tanah dilakukan.

Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah terpenuhi, terkadang tiang pendukung kurang sempurna karena ada lumpur yang tertimbun di dasar.

Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton, maka untuk pekerjaan yang kecil dapat mengakibatkan biaya tinggi.

Karena pada cara pemasangan tiang yang diputar berlawanan arah jarum jam menggunakan air maka lapangan akan menjadi kotor. Untuk setiap cara perlu dipikirkan cara menangani tanah yang telah dibor atau digali.

Pondasi Strauss Pile atau Bored Pile

Pondasi strauss pile ini termasuk kategori pondasi dangkal. Pondasi jenis ini biasanya digunakan pada bangunan yang bebannya tidak terlalu berat, misalnya untuk rumah tinggal atau bangunan lain yang memiliki bentang antar kolom tidak panjang.

Strauss Pile

Cara kerja pemasangan pondasi ini adalah dengan mengebor tanah berdiameter sesuai perhitungan struktur diameter pondasi. Setelah itu digunakan cassing dari pipa PVC yang di cor sambil diangkat cassing-nya. Cassing digunakan pada tanah lembek dan berair. Jika tanah keras dan tidak berair, pondasi dapat langsung di cor tanpa cassing.

Kedalaman pondasi ini dapat mencapai 5 meter dengan mengunakan besi tulangan sepanjang dalamnya pondasi. Biasanya ukuran pondasi yang sering dipakai adalah diameter 20 cm, 30 cm, dan 40 cm, sesuai dengan tersedianya mata bor. Seperti layaknya pondasi tiang, maka pondasi strauss ini ditumpu pada dudukan beton (pile cap). Fungsi dudukan beton adalah mengikatkan tulangan pondasi pada kolom dan sloof. Selain itu fungsinya adalah untuk transfer tekanan beban di atasnya.

Untuk pondasi bored pile, system kerjanya hampir sama dengan pondasi strauss pile. Perbedaannya hanya terletak pada peralatan bor, peralatan cor, dan system cassing yang menggunakan teknologi lebih modern. Pondasi ini digunakan untuk jenis pondasi dalam dan di atas 2 lantai.

Kelebihan : Volume betonnya sedikit Biayanya relative murah

Ujung pondasi bisa bertumpu pada tanah keras

Kekurangan : Diperlukan peralatan bor Pelaksanaan pemasangannya relative agak susah.

Pelaksanaan yang kurang bagus dapat menyebabkan pondasi keropos, karena unsur semen larut oleh air tanah.

Jenis-Jenis Pondasi

1. Pondasi Batu Kali

Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya.Kebutuhan bahan baku untuk pondasi ini adalah :- Batu belah (batu kali/guning)- Pasir pasang- Semen PC (abu-abu).

Kelebihan : Pelaksanaan pondasi mudah Waktu pengerjaan pondasi cepat

Batu belah mudah didapat, (khususnya pulau jawa)

Kekurangan : Batu belah di daerah tertentu sulit dicari Membuat pondasi ini memerlukan cost besar (bila sesuai kondisi pertama)

Pondasi ini memerlukan biaya lebih mahal jika untuk rumah bertingkat.

2. Pondasi Tapak (Foot Plate) 

Pondasi yang biasa digunakan untuk bangunan bertingkat atau bangunan di atas tanah lembek. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang dan letaknya tepat di bawah kolom/tiang dan kedalamannya sampai pada tanah keras.Pondasi tapak ini dapat dikombinasikan dengan pondasi batu belah/kali. Pengaplikasiannya juga dapat langsung menggunakan sloof beton dengan dimensi tertentu untuk kepentingan pemasangan dinding. Pondasi ini juga dapat dipersiapkan untuk bangunan di tanah sempit yang akan dikembangkan ke atas.Kebutuhan Bahannya adalah:- Batu pecah / split (2/3)- Pasir beton- Semen PC- Besi beton- Papan kayu sebagai bekisting (papan cetakan)

Kelebihan : Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja)

Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi foot plate lebih handal daripada pondasi batu belah.

Kekurangan : Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan lebih lama). Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton kering/ sesuai umur beton).

Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.

Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.

Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah dilakukan galian tanah.

3. Pondasi Pelat Beton LajurPondasi pelat beton lajur atau jalur digunakan bila luas penampang yang menggunakan pondasi pelat setempat terlalu besar. Karena itu luas penampang tersebut dibagi dengan cara memanjangkan lajur agar tidak terlalu melebarPondasi ini lebih kuat jika dibanding dua jenis pondasi dangkal lainnya. Ini disebabkan seluruhnya terbuat dari beton bertulang. Harganya lebih murah dibandingkan dengan pondasi batu kali untuk bangunan rumah bertingkat.Ukuran lebar pondasi pelat lajur sama dengan lebar bawah pondasi batu kali, yaitu 70 - 120 cm. Ini disebabkan fungsi pondasi pelat lajur adalah menggantikan pondasi batu belah bila batu belah sulit didapat, atau memang sudah ada rencana pengembangan rumah ke atas.

Kelebihan : Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya. Galian tanah lebih sedikit karena hanya berada di titik yang terdapat kolom strukturnya.

Penggunaannya pada bangunan bertingkat lebih handal dibanding pondasi batu belah, baik sebagai penopang beban vertikal maupun gaya horizontal seperti gempa, angin, ledakan dan lain-lain

Kekurangan : Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan lebih lama). Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton kering/ sesuai umur beton).

Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.

Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.

Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah dilakukan galian tanah.

4. Pondasi Sumuran

Pondasi sumuran adalah jenis pondasi dalam yang dicor di tempat dengan menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya. Disebut pondasi sumuran karena pondasi ini dimulai dengan menggali tanah berdiameter 60 - 80 cm seperti menggali sumur. Kedalaman pondasi ini dapat mencapai 8 meter.Pada bagian atas pondasi yang mendekati sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof. Pondasi jenis ini digunakan bila lokasi pembangunannya jauh sehingga tidak memungkinkan dilakukan transportasi untuk mengangkut tiang pancang.Walaupun lokasi pembangunan memungkinkan, pondasi jenis ini jarang digunakan. Selain boros adukan beton, penyebab lainnya adalah sulit dilakukan pengontrolan hasil cor beton di tempat yang dalam.

Kelebihan : Alternatif penggunaan pondasi dalam, jika material batu banyak dan bila tidak dimungkinkan pengangkutan tiang pancang. Tidak diperlukan alat berat.

Biayanya lebih murah untuk tempat tertentu.

Kekurangan : Bagian dalam dari hasil pasangan pondasi tidak dapat di kontrol (Karena batu dan adukan dilempar/ dituang dari atas) Pemakaian bahan boros.

Tidak tahan terhadap gaya horizontal (karena tidak ada tulangan).

Untuk tanah lumpur, pondasi ini sangat sulit digunakan karena susah dalam menggalinya.

Cara Menentukan Jenis Pondasi

Dalam pemilihan bentuk pondasi dan jenis pondasi yang memadahi, perlu diperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan pondasi tersebut. Hal ini disebabkan tidak semua jenis pondasi dapat dilaksanakan di semua tempat.(Misal penggunaan pondasi tiang pancang pada daerah padat penduduk tentu tidak tepat meskipun secara teknis telah memenuhi syarat).

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pondasi : Kondisi tanah yang akan dipasangi pondasi. Batasan-batasan akibat konstruksi di atas pondasi (superstructure).

Faktor lingkungan.

waktu pekerjaan pondasi

Biaya pengerjaan pondasi

Ketersediaan material pembuatan pondasi di daerah tersebut.

Pemilihan Pondasi Berdasar Daya Dukung Tanah : Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal. (misal: pondasi jalur, pondasi telapak

atau pondasi strauss). Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang minipile, pondasi sumuran atau

pondasi bored pile.

Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau pondasi bored pile.

Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung tahun 1983 adalah : Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2). Tanah sedang (2-5 kg/cm2)

Tanah lunak (0,5-2 g/cm2)

Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)

Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara sederhana.Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang diberi beban 5 kg tidak akan mengalami penurunan atau amblas maka tanah tersebut digolongkan tanah keras.

Pondasi

Pondasi adalah struktur bangunan bagian bawah yang berfungsi meneruskan gaya dari segala arah bangunan di atasnya ke tanah. Dengan demikian pembangunan pondasi harus dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat pondasi itu sendiri, beban-beban berguna, dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi, dan lain-lain.Adanya penurunan pondasi setempat atau secara merata melebihi batas tertentu akan menyebabkan rusaknya bangunan atau menimbulkan patahan pada beton. Oleh karena itu penggalian tanah untuk pondasi sebaiknya harus mencapai tanah keras.

Secara umum terdapat dua macam pondasi, Yaitu:

1. Pondasi Dangkal : dipakai untuk bangunan bertanah keras atau bangunan-bangunan sederhana. 2. Pondasi Dalam : dipakai untuk bangunan bertanah lembek, bangunan berbentang lebar (memiliki jarak kolom lebih dari 6 meter), dan bangunan bertingkat.

Pondasi Dangkal Yang termasuk Pondasi dangkal antara lain:

Pondasi batu kali setempat Pondasi lajur batu kali

Pondasi tapak atau plat beton setempat

Pondasi beton lajur

Pondasi Strauss

Pondasi tiang pancang kayu

Pondasi Dalam Yang termasuk pondasi dalam antara lain :

Pondasi tiang pancang (beton, besi, pipa baja) Pondasi sumuran

Pondasi Bored Pile

dll

Untuk menghindari penurunan setempat pada pondasi (pada salah satu kolom), maka pondasi bagian atas dihubungkan, atau di ikat dengan beton sloof. Beton sloof ini berfungsi untuk menahan resapan atau rembesan air tanah ke dinding bangunan dan menahan bangunan.Dengan adanya beton sloof ini, juga berfungsi sebagai beton pengikat pondasi yang bila terjadi penurunan pada bangunan maka akan terjadi penurunan secara bersama-sama (turun seragam sehingga tidak menimbulkan kerusakan).

Tunnel Dewatering

Pembuatan terowongan (Tunnel) merupakan pekerjaan yang memiliki karakteristik unik, yang harus mempertimbangkan pengendalian air tanah. Problem dewatering baru timbul, bila letak terowongan berada di bawah muka air tanah (ground water level).Bila tanah di sekitar tunnel cukup kohesif atau well graded maka air tanah mudah dikendalikan, tapi bila tanah di sekitar tunnel terdiri dari uniform fine sand atau silty sand maka rembesan air yang kecil pun dapat menyebabkan keruntuhan tanah.Untuk itu perlu extra pada pekerjaan dewatering. Beberapa metode dewatering yang dapat digunakan pada tunnel adalah:

1. Dewatering dengan Predrainage2. Dewatering dengan Tekanan Udara (Compressed Air)

3. Dewatering dengan Pembekuan (Freezing)

4. Dewatering dengan Grouting

5. Dewatering dengan Saluran (Subdrainage)

Mari kita bahas satu-persatu metode dewatering di atas.

PredrainageMetode ini paling mudah dan sederhana, tetapi bila tunnel cukup dalam atau melalui banyak bangunan di atasnya, maka akan sangat mahal.

Bila pelaksanaan tunnel mengalami problem maka akan langsung berpengaruh kepada biaya predrainage per harinya. Keputusan penggunaan sistem ini harus dipikirkan masak-masak sebelum pelaksanaan tunnel dimulai.

Bila pengendalian air tanah sulit dilaksanakan dengan metode predrainage, maka dapat digunakan metode lain.

Tekanan Udara (Compressed Air)Konsep dewatering dengan metode ini sederhana, yaitu tekanan udara di dalam tunnel dijaga agar lebih besar daripada tekanan rembesan air tanah.

Secara sederhana berdasarkan pertimbangan hidrostatik dapat dijelaskan bahwa setiap tekanan 1 psi dapat mengatasi tekanan tinggi air sebesar 2,31 ft atau setiap tekanan 1 kg/cm2 dapat mengatasi tekanan tinggi air sebesar 10 meter. Analisis hidrostatis ini hanya digunakan sebagai pedoman kasar saja, karena pada kenyataannya tekanan udara pada tunnel dipengaruhi oleh hubungan yang kompleks antara beberapa faktor.

Contoh, Dengan piezometer dapat diketahui bahwa muka air tanah (water table) berada pada 33 ft dari puncak tunnel.

Tekanan air pada puncak tunnel kurang lebih sebesar 14,7 psi, sedang pada dasar tunnel, lebih kurang sebesar 25 psi.

Bila tekanan udara yang diberikan dalam tunnel sebesar 14,7 psi, maka air masih akan masuk pada bagian dasar tunnel. Tetapi bila tekanan udara yang diberikan sebesar 25 psi, maka udara akan masuk pada daerah puncak tunnel. Kedua hal tersebut dapat menimbulkan masalah. Untuk mengendalikan biaya yang disebabkan oleh akibat dari kedua-duanya, maka dalam prakteknya tekanan udara yang diberikan harus dikendalikan oleh seorang superintendant yang berpengalaman.

Pembekuan (Freezing)Pada daerah dingin, ada kemungkinan alternatif menggunakan dewatering dengan teknik pembekuan air tanah. Tempat atau daerah yang akan dibangun terowongan, air tanahnya harus dibekukan dengan proses elektrik, sehingga pada waktu dilakukan penggalian terowongan tidak terjadi kesulitan karena air tanah. Setelah proses pemasangan steel support galian, proses pembekuan dapat dihentikan.

Dewatering metode pembekuan (freezing)

GroutingBila proses pembekuan air tanah tidak dapat diambil sebagai alternatif, maka dapat digunakan dewatering dengan metode grouting. Prosesnya adalah daerah sekitar terowongan dilakukan grouting, sehingga pada saat penggalian air tanah tidak akan mengganggu.

Dewatering metode Grouting

Saluran (Subdrainage)Untuk tanah yang kecepatan rembesnya kecil, air tanah tidak akan banyak mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Namun demikian kumpulan air tanah tersebut harus dapat disalurkan keluar melalui saluran di dasar terowongan.

Dewatering metode Saluran

Tips Mengatasi Masalah Dinding Rumah

Berikut ini beberapa tips yang mungkin bisa membantu anda dalam memelihara / merawat rumah.

Tips Mengatasi Bekas Bobokan di DindingBila anda akan melakukan pekerjaan yang bisa membuat dinding tembok anda menjadi rusak, misalnya pekerjaan instalasi listrik atau anda ingin memasang AC pada ruang kerja anda yang mengharuskan anda untuk membobok dinding / tembok anda. Tentu sayang bila perbaikan tembok bekas bobokan menimbulkan cacat/bekas yang masih nampak yang mengganggu pemandangan di ruang anda. Untuk mengatasi hal tersebut terjadi, anda bisa melakukan tips berikut:

1. Pertama-tama tutuplah dinding yang dibobok dengan acian2. Setelah mengering, acian diamplas hingga halus dan rata

3. Kemudian dicat menggunakan cat besi atau cat kayu warna putih

4. Setelah kering, cat dengan cat tembok dengan warna cat yang sama sebanyak 2-3 kali.

Maka bekas bobokan di dinding/ tembok anda akan hilang.

Mengatasi Dinding Kamar Mandi LembapBila anda menemukan dinding luar kamar mandi anda selalu lembab, maka dapat dipastikan air tersebut berasal dari dalam kamar mandi anda. Hal ini bisa terjadi jika kualitas adukan atau spesi penyusun dinding kamar mandi anda jelek. Untuk mengatasinya anda bisa melapisi dinding kamar mandi anda dengan bahan kedap air. Lapisan spesi yang kedap air merupakan campuran semen dan pasir dengan perbandingan 1 : 2 (1 bagian semen dicampur dengan 2 bagian pasir). Lapisi dinding kamar mandi anda dengan bahan kedap air, misalnya keramik sampai ketinggian minimal 1,6 m.

Tips Membersihkan Dinding DapurBagi anda yang hobi masak-memasak pasti sering berada di dapur, dan berlama-lama di dapur. Jika dinding dapur anda kotor pasti sangat mengganggu anda dalam menikmati aktifitas masak-memasak. berikut sedikit cara yang bisa membantu anda dalam menjaga dinding dapur anda tetap bersih dan nyaman dilihat. Bila dinding dapur anda memakai dinding keramik dan berada di belakang peralatan masak sering terkena noda masakan dan minyak goreng sehingga kadang sulit dibersihkan. Untuk membuat menjadi bersih kembali, oles dinding keramik tersebut dengan sabun cuci piring. Kemudian dilap dengan kain lap biasa.Selamat mencoba!

Tips Membersihkan Dinding Selain digunakan sebagai bahan makanan, ternyata tepung maizena (tepung jagung) masih menyimpan manfaat lain, salah satunya sebagai bahan campuran pembersih dinding, yaitu :

1. Pertama-tama, campurkan 60 g tepung maizena, 125ml cuka, dan 4 liter air.2. Dengan bantuan spons, bersihkan dinding atau wallpaper menggunakan campuran bahan-bahan di atas.

3. Setelah dinding terbebas dari noda, bilas sisa larutan dengan kain basah yang lembut.

Kini, dinding pun tampak bersih kembali.

Tips Membersihkan Dinding Jika anak-anak anda gemar menggambar memang tidak merugikan. Namun, lain ceritanya jika dinding atau tembok rumah menjadi kanvas mereka.Untuk menghilangkan noda krayon pada tembok atau dinding, caranya :

1. semprotkan cairan penetran yang banyak dijual di pasaran (WD 40, Philip, atau lainnya) ke selembar kain bersih. 2. Setelah itu, bersihkan noda krayon dengan menggunakan kain yang sudah dibasahi cairan penetran tersebut.

3. Untuk membersihkan sisa cairan penetran, bilas tembok dengan menggunakan kain basah hingga bersih.

Selamat mencoba!

Tips Memaku DindingMemaku dinding untuk meletakkan lukisan, pigura, atau jam dinding biasanya akan membuat dinding menjadi retak. Apalagi jika dinding terbuat dari batako. Ada cara yang lebih efektif untuk melakukannya agar dinding tetap mulus. Caranya, ambil selotip dan tempelkan ke dinding, kemudian paku dipakukan ke dinding di atas selotip tadi. Dijamin dinding tidak akan retak karena selotip berfungsi sebagai penahan gelombang getaran.

Dewatering Cost

Biaya dewatering sangat bervariasi, tergantung dari berbagai faktor:

Kondisi tanah dan air tanah Metode dewatering yang digunakan

Ukuran dan dalamnya galian tunnel (untuk tunnel dewatering)

Lamanya metode pengeringan(dewatering) yang diperlukan (Untuk dewatering dengan pompa)

Upah tenaga dan aturan tenaga kerja setempat

Tersedianya peralatan dewatering

Tersedianya tenaga listrik

Di dalam estimasi biaya dewatering, biasanya dikaitkan dengan lamanya periode pengeringan yang diperlukan. Oleh karena itu keterlambatan pekerjaan yang berkaitan dengan dewatering akan mempengaruhi naiknya biaya dewatering.

Dalam perhitungan biaya dewatering, biasanya biaya langsung dari dewatering terdiri dari 3 unsur biaya, yaitu: Biaya mobilisasi dan demobilisasi yang diperlukan Biaya pemasangan dan pembongkaran peralatan dewatering

Biaya operasi dan pemeliharaan.

Sedang biaya tidak langsung dewatering, terdiri dari: Cadangan keuntungan spesialis subkontraktor Overhead Subkontraktor

Asuransi pekerjaan.

Biaya Mobilisasi dan demobilisasi DewateringBiaya ini meliputi biaya mendatangkan dan memulangkan kembali seluruh peralatan yang dipakai sesuai metode dewatering yang dipilih.

Dalam biaya dewatering ini biasanya termasuk juga di dalamnya:

Biaya asuransi angkutan Biaya engineering, seperti design system, persiapan dan testing lapangan.

Biaya Pemasangan dan Pembongkaran sistem DewateringBiaya ini biasanya dihitung meliputi biaya per hari untuk seluruh tenaga kerja dan alat-alat yang digunakan selama proses pemasangan dan pembongkaran sistem dewatering yang dipilih. Biaya ini juga cenderung dipengaruhi oleh waktu pemasangan atau pembongkaran yang diperlukan.

Biaya Operasi dan pemeliharaan selama proses DewateringBiaya ini mencakup seluruh biaya yang diperlukan selama proses dewatering, yang terdiri dari:

Tenaga kerja yang melaksanakan proses dewatering Tenaga kerja yang melayani dan melakukan pemeliharaan alat-alat selama proses dewatering.

Tenaga supervisi selama pekerjaan dewatering

Bahan bakar dan tenaga listrik

Material yang diperlukan untuk pemeliharaan.

Bahan-bahan kimia yang diperlukan selama proses dewatering

Perbaikan alat-alat untuk dewatering

Biaya lain-lain, seperti pembuatan saluran pembuangan air.

Biaya tidak langsung pada dewateringBiaya tidak langsung yang meliputi : overhead, liability insurance dan contingencies, biasanya dihitung berdasar atas persentase dari biaya langsung (misal diambil 20%).

Secara keseluruhan biaya dewatering harusdilihat dari beberapa hal:

Apakah metode dewatering yang dipilih sesuai dengan kondisi alamnya. Kesalahan memilih metode dewatering dapat menyebabkan kenaikan biaya dan juga memperlambat pekerjaan dewatering.

Apakah asumsi dan perhitungan mengenai seepage wajar. Diperlukan data tanah dan air tanah yang akurat.

Apakah resiko lain yang di-cover juga cukup wajar, termasuk asuransi.

Harga Satuan (Unit Price)Pada pekerjaan dewatering, harga satuan pekerjaan tidak dapat dibuat dengan mudah, tetapi harus dirinci sesuai dengan uraian di atas.Namun untuk penawaran harga bisa ditampilkan harga satuan pekerjaan seperti berikut:

Per m3 air yang dipompa Per m1 tinggi muka air yang diturunkan

Per m1 dewatering untuk tunnel

Per m3 tanah yang digali.

Cara perhitungan tersebut di atas, diperoleh berdasarkan perhitungan secara detail tiap kegiatan dewatering dibagi dengan unit volume yang dipakai. Misalnya setelah dihitung secara keseluruhan secara detail biaya dewatering sebesar 100.000.000, kemudian unit volume air yang di pompa sebesar 1000 m3, maka harga per unit dewatering sebesar Rp.100.000 per m3 air.Sering juga dalam aplikasi di lapangan, satuan pekerjaan dewatering menggunakan waktu. Untuk contoh di atas, bila waktu pekerjaan dewatering selama 4 bulan, maka harga satuannya adalah Rp.25.000.000 per bulan.

Dengan harga satuan (unit price) pekerjaan dewatering, maka pihak-pihak yang terlibat dapat dengan mudah menetapkan prestasi untuk pekerjaan dewatering.

Peralatan Untuk Pekerjaan Dewatering

Untuk pekerjaan dewatering, alat utama yang digunakan adalah pompa, sedangkan alat yang lain bersifat melengkapi saja.Berikut ini adalah alat-alat yang dibutuhkan saat melakukan pekerjaan dewatering :

Open Pumping DewateringPeralatan yang diperlukan hanya pompa saja. Bila pompa yang digunakan adalah pompa listrik, maka perlu juga disediakan generator (bila tidak tersedia sumber listrik PLN)

Predrainage DewateringUntuk sistem well (jarak titik lebih dari 5 meter), peralatan yang diperlukan adalah :

Alat bor tanah, macamnya adalah :

1. Jetting, yaitu untuk well diameter 600 mm, dengan kedalaman 30 m, dan tanah berupa pasir.

2. Self Jetting, yaitu untuk well diameter 200 mm, dengan kedalaman yang dangkal, dan tanah berupa pasir.

3. Hole Puncher, untuk lapisan tanah yang sulit ditembus dan memiliki kemampuan bor yang lebih dalam.

4. Pipa Casing dengan Screen, alat ini biasanya dipasang bersama pada saat pengeboran. (misal dengan hole puncher).

5. Pompa Submarsible, diletakkan dalam casing yang ada.

6. Generator Listrik untuk melayani pompa submarsible.

Untuk sistem wellpoint (jarak titik 1-4 m), peralatan yang diperlukan adalah :

1. Sama seperti pada well sistem, tetapi yang dimasukkan ke dalam casing adalah pipa yang dilengkapi dengan footklep.2. Pipa Header, yang menghubungkan semua wellpoint.

3. Pompa yang dihubungkan pada pipa header.

Pada sistem ini yang perlu diperhatikan adalah sambungan pipa tidak boleh bocor (kalau sampai bocor pipa akan mengisap udara dan kehilangan daya isapnya).

Cut Off DewateringPeralatan yang diperlukan dalam metode ini agak lain karena sama sekali tidak menggunakan pompa. Hal ini karena pada metode cut off ini bertujuan menurunkan muka air tanah hanya pada daerah galian (tanpa menggunakan pompa). Yaitu dengan cara mengurung daerah galian dengan dinding yang juga berfungsi sebagai penahan tanah (Ground Support). Dengan demikian yang diperlukan adalah alat-alat untuk membangun dinding tersebut.Untuk dinding Cut Off yang menggunakan steel sheet pile, diperlukan peralatan sebagai berikut:

1. Steel sheet pile, untuk memotong aliran air tanah dan menahan tanah galian.2. Vibro Hammer, untuk memancang steel sheet pile.

3. Crane, untuk melayani pemancangan.

4. Alat bor tanah beserta peralatan angker (bila dinding harus di angker).

Untuk dinding Cut Off yang menggunakan concrete diaphragm wall, diperlukan peralatan untuk membuat diaphragm wall, yaitu:1. Crawler Crane, yang dilengkapi dengan alat gali graph, baik untuk melayani pekerjaan galian maupun memasukkan besi penulangan ke dalam lubang.2. Dump Truck untuk membuang tanah bekas galian.

3. Concrete Batching plant, untuk memproduksi beton.

4. Concrete Truck Mixer, untuk menuangkan beton ke dalam lubang dinding, yang dilengkapi dengan pipa tremie.

5. Mesin las untuk pekerjaan pengelasan.

Untuk dinding Cut Off yang menggunakan sistem secant pile diperlukan peralatan sebagai berikut:1. Alat bor tanah untuk membuat tiang-tiang bentonite dan tiang beton.2. Dump Truck, untuk membuang tanah bekas galian bor.

3. Crawler Crane, untuk memasukkan besi penulangan tiang beton ke dalam lubang tiang beton.

4. Mesin las bila diperlukan pekerjaan pengelasan.

5. Mixer untuk membuat campuran semen bentonite.

6. Concrete Batching Plant untuk memproduksi beton.

7. Concrete Truck Mixer, untuk menuang beton ke dalam lubang tiang beton, yang dilengkapi dengan pipa tremie.

Metode Cut Off dengan Slurry Trenches

Dewatering dengan metode Cut Off bisa juga menggunakan Slurry Trenches, Slurry Trenches ini sering digunakan untuk :

Untuk Construction Dewatering

Untuk Penjagaan polusi terhadap air tanah

Untuk Pengendalian seepage pada dam/tanggul

Metode pelaksanaan Slurry Trenches adalah sebagai berikut: 1. Parit digali sesuai lebar dan kedalaman desain dengan menggunakan backhoes, clamp shell atau dragline. Kedalaman galian harus dapat diyakinkan bahwa sudah memotong atau

mencapai lapisan kedap air. Bila perlu pada proses penggalian menggunakan bentonite untuk menjaga keruntuhan tanah galian dan sambil membentuk lapisan dinding yang dapat membantu menahan air.

2. Tanah bekas galian yang sudah dibersihkan dari akar-akar dan lain-lain, dicampur dengan slurry pada permukaan sepanjang parit menggunakan bulldozer atau loader. Material yang ideal dalam hal ini adalah silty sand.

3. Penimbunan kembali lubang parit dengan material yang sudah dicampur slurry tersebut, dilakukan dalam dua tahap.

4. Penimbunan tahap pertama menggunakan clamp shell dengan cara meletakkan material campuran ke dasar parit, agar tidak terjadi segregasi sampai membentuk lereng timbunan setinggi permukaan.

5. Penimbunan tahap ke dua, menggunakan bulldozzer dengan cara mendorong material campuran ke dalam lubang parit melalui lereng yang telah terbentuk pada penimbunan tahap pertama.

6. Setelah penimbunan kembali selesai, bagian atasnya ditutup dengan tanggul tanah yang dipadatkan.

Tips Memilih Bahan Material Bangunan

Berikut ini beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan anda dalam memilih material bahan bangunan bagi rumah anda :

1. Pasir

Pasir harus bersih dari kandungan lumpur karena berpengaruh pada konstruksi bangunan dan mengakibatkan pemborosan pemakaian semen pada saat pengecoran beton.

2. Besi Beton

Untuk mendapatkan kekuatan struktur yang baik, kita harus menggunakan besi beton dengan kualitas yang baik pula. Namun bila dana yang dimiliki tidak mencukupi, maka dapat pula menggunakan besi beton dengan kualitas menengah

3. Semen (Portland Cement)

Semua semen yang beredar di pasaran memiliki kesamaan, baik harga maupun kualitasnya. Namun sebaiknya menggunakan semen yang bermerk untuk mendapatkan plesteran yang kuat.

4. Bata Merah atau Batako

Sebaiknya menggunakan bata merah yang berukuran sedang, memiliki ciri keras, tidak mudah pecah, dan memiliki ukuran yang seragam. Fungsi bata merah dapat digantikan oleh batako apabila dana yang tersedia tidak mencukupi, namun dari segi kekuatan bata merah lebih kuat daripada batako.

*** Perbandingan bata merah dengan batako:1. Bata merah lebih kuat dibandingkan batako karena dimensi dan rongga batako lebih besar daripada bata merah.2. Bata merah tidak menyerap panas sehingga bangunan dengan dinding bata merah lebih dingin suasananya.

3. Batako lebih hemat biaya daripada bata merah dan dari segi waktu pemasangan batako lebih cepat, jumlah adukan yang dipakai serat harga per m2.

4. Bila di ekspos/ tidak diplester, batako memberikan tekstur dinding yang lebih rapi dibanding bata merah.

5. Image masyarakat bahwa batako adalah bahan bangunan kelas dua, terkadang membuat nilai jual kembali rumah yang dibangun dengan bahan batako akan jatuh.

5. Kayu

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih kayu yang baik adalah:

1. Pilihlah kayu dengan kadar air dibawah 20% agar konstruksi bangunan kuat.2. Sebaiknya menggunakan kayu konstruksi dari kalimantan, seperti kayu kamper samarinda dan kamper rasamala, agar rumah yang dibangun kokoh.

3. Menggunakan kayu yang sudah di Oven/dikeringkan agar kayu tidak cepat lapuk.

 6. Genteng

Genteng tanah liat dan beton menjadi primadona pasar karena lebih indah dan suasana rumah yang dirasakan lebih dingin. Kerangka atap atau kuda-kuda harus lebih kuat apabila kita menggunkan genteng-genteng tersebut.

Metode Cut Off dengan Secant Piles

Dewatering dengan Metode Cut Off dapat dilakukan dengan menggunakan Secant Piles, yaitu tiang yang saling bepotongan sehingga membentuk dinding yang rapat.Prosesnya sama dengan diaphragm wall, tetapi materialnya menggunakan tiang beton bertulang dan tiang dari semen bentonite, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Di titik yang telah ditetapkan, tanah di bor sedalam desain, kemudian di cor semen bentonite. Di sebelahnya, sesuai dengan arah (line) diaphragm wall yang direncanakan, di bor lagi sedalam desain, dengan jarak as lebih kecil dari 2x diameter lubang, kemudian di cor semen

bentonite. Begitu seterusnya hingga seluruh line diaphragm wall dicapai.

Tiang Bentonite

Tepat di tengah-tengah antara tiang-tiang semen bentonite yang telah selesai di cor (setelah 3 hari), dilakukan pengeboran tanah dengan diameter dan kedalaman yang sama. Karena jarak tepi tiang lebih kecil dari diameter, maka selama proses pengeboran tiang-tiang lama akan tergerus. Kemudian dilakukan pengecoran dengan semen bentonite. Begitu seterusnya diantara tiang-tiang yang telah di cor, dengan demikian terbentuklah dinding yang rapat, terdiri dari tiang-tiang yang saling berpotongan (berjejeran).

Pengeboran diantara tiang bentonite

Bila struktur secant pile ini diperlukan juga sebagai struktur penahan tanah selama proses penggalian, maka untuk tiang yang tahap kedua di cor beton bertulang (sebagai struktur penahan)

Semen bentonite yang ada di pasaran ada beberapa macam antara lain Indobent (produksi dalam negeri), dan produksi luar negeri (impor). Sedangkan campuran semen bentonite dari beberapa trial mix yang pernah dilakukan, telah didapatkan hasil test laboratorium untuk Unconfined Compressive Strength pada umur 7 hari.

NO Material Campuran Komposisi Berat Campuran Kg/cm2 Keterangan

1 Air Cement Bentonite 1000kg, 300kg, 70kg 0.7265 Umur 7 hari

2 Air Cement Bentonite 1000kg, 300kg, 50kg 1,6718 Umur 7 hari

Sumber: METODE KONSTRUKSI DEWATERING oleh ASIYANTO