Upload
wiedy23
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6
1/11
JURNAL KEGAWAT-DARURATAN
MEDIS INDONESIAVol.1 No.1 Tahun 2016
ISSN: 2502-2717
Evidence Based Practice Indonesia Web: http://ebpi.asia
Email: [email protected]
J K
M I
Dukungan Sosial setelah Kejadian Bencana Alam
Nurul Purborini1
1 Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Magelang
ABSTRAK
Bencana alam adalah kejadian yang menghancurkan yang menyebabkan akibat serius bagi
masyarakat. Efek dari becana alam dapat terjadi di lini kesehatan, lingkungan, dan perekonomi-
an. Efek tersebut juga akan mengakibatkan masyarakat yang tinggal di daeerah bencana akan
mengalami kesulitan bantuan, fasilitas, dan pada akhirnya mereka harus mengungsi. Di lain sisi,
bencana alam juga dapat merubah keadaan fisik dan mental dari korban. Setelah bencana alam,
sumber daya dari luar daerah bencana dibutuhkan, salah satunya dukungan sosial agar korban
dapat beradaptasi dengan situasi yang terjadi. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dukungan sosial setelah bencana alam. Belajar dari kejadian bencana alam dari tahun 2004-2014,
dukungan sosial setelah bencana alam sangat penting. Dukungan sosial dapat mempengaruhi sta-
tus kesehatan korban, termasuk meningkatkan fungsi fisik, menurunkan resiko gangguan mental,
dan menurunkan angka kematian. Sumber dukungan sosial antara lain berasal dari keluarga, te-
man, dan significant others. Kolaborasi antara tenaga kesehatan, relawan, dan masyarakat sekitar
sangat dibutuhkan untuk memberikan dukungan sosial yang adekuat bagi korban bencana alam.
Berdasarkan hal tersebut, keterlibatan keluarga dan teman dalam peningkatan keadaan kesehatan
korban sangat diperlukan. Selain itu, sebagai tenaga kesehatan, perawat juga perlu untuk
mengajarkan koping adaptif bagi korban bencana melalui dukungan sosial yang diberikan.
Kata kunci : Dukungan sosial, korban, bencana alam
LATAR BELAKANG
8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6
2/11
Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.2
ISSN: 2502-2717
Bencana alam dapat terjadi kapan saja dan
di mana saja di seluruh bagian dunia. Akibat
dari bencana alam tidak hanya
mempengaruhi individu, tapi juga
mempengaruhi keluarga dan masyarakat
(ICN, 2009). Bencana alam juga meyebab-
kann kerusakan, perubahan ekologi, dan ke-
hilangan nyawa (WHO, 2002). Pada tahun
2013, jumlah korban meninggal dunia akibat
bencana alam sekitar 21,6 juta orang dan
mempengaruhi sekitar 96.5 juta orang
lainnya di seluruh dunia (CRED, 2013).
Bencana alam, meliputi gempa bumi,
banjir, tsunami, tanah longsor, angina put-
ting beliung, erupsi gunung berapi, dan
kekeringan, merupakan kejadian bencana
besar yang membawa dampak serius bagi
masyrakat (Veenema, 2013). Dampak dari
bencana yang merusak ini sebagian besar
terjadi pada kesehatan, lingkungan, dan
ekonomi yang membuat kesulitan dalam
sumber daya, infrasturktur, dan fasilitas
lainnya. Kondisi setelah bencana ini dapat
meningkatkan level kecemansan, depresi,
dan post-traumatic syndrome disaster
(Breslau, et al., 1998; Smith & Freedy,
2000).
Setelah bencana alam, ketersediaan
sumber daya dari luar sangat dibutuhkan,
salah satunya dukungan sosial, agar korban
bencana alam dapat menyesuaikan dengan
kondisi yang terjadi. Dukungan sosial dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan, termasuk
fungsi fisik, menurunkan resiko gangguan
mental, dan menurunkan angka mortalitas
(Li, 2006). Galea, Nandi, & Vlahov (2005)
menemukan bahwa dukungan sosial yang
rendah merupakan salah satu faktor resiko
post-traumatic syndrome disaster (PTSD)
setelah bencana gempa bumi. Salah satu
penelitian setelah bencana angin tornado di
Florida pada tahun 2004 menemukan bahwa
kondisi kesehatan yang buruk memiliki
hubungan dengan dukungan sosial yang
rendah pada korban bencana (Ruggiero, et
al., 2009).
Penelitian lain dari Altindag, Ozen, &
Sir (2005) menemukan bahwa penegakkan
diagnosa PTSD pada 1 tahun setelah
bencana gempa bumi pada korban di Turki
secara signifikan berhubungan dengan luka
yang dialami, dan kurangnya dukungan so-
sial. Harville, et al (2010) juga menemukan
bahwa rendahnyadukungan sosial dari
pasangan memiliki hubungan dengan ren-
dahnya ketahanan dari depresi pada wanita
hamil dan postpartum pasca angin tornado
Katrina.
Berdasarkan data-data dari penelitian,
diketahui bahwa dukungan sosial memiliki
8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6
3/11
Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.3
ISSN: 2502-2717
peranan yang penting dalam proses pe-
nanganan korban pasca bencana alam. Pada
sisi lain, sumber dukungan sosial, bentuk
dukungan sosial, dan faktor yang
mempengaruhi dukungan sosial perlu untuk
diketahui lebih luas. Hal ini agar penyedia
layanan kesehatan, relawan, dan masyarakat
sekitar tempat pengungsian dapat membantu
untuk pemberian dukungan sosial yang ad-
ekuat bagi korban bencana alam. Oleh kare-
na itu, artikel ini bertujuan untuk mengiden-
tifikasi bentuk dukungan sosial pasca
bencana alam.
METODE
Artikel ini mengidentifikasi artikel-
artikel yang telah dipublikasikan dari Febru-
ari 2005 sampai Maret 2015. Identifikasi
artikel terpublikasi dilakukan melalui Sci-
ence Direct, Pubmed, Medline, dan Google
Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam
proses pencarian dan identifikasi meliputi
social support , disasters, natural disaster ,
post-traumatic syndrome disaster , dan psy-
chosocial . Dari hasil pencarian ditemukan
sekitar 450 artikel. Melalui proses identifi-
kasi dan seleksi, akhirnya ditetapkan empat
artikel yang secara spesifik membahas
dukungan sosial pasca bencana.
HASIL PENELUSURAN
Setelah dilakukan pencarian dan pene-
lusuran artikel, ditetapkan emapt artikel
yang akan direview. Keempat artikel terse-
but yaitu Sipon, et al., (2015); Drogendijk,
Van der Velden, Gersons, & Kleber (2011);
Wahlstrom, Michelsen, Schulman, & Back-
heden (2011); dan Ke, Liu,&Li (2010).
Hasil review dari keempat artikel tersebut
dapat dilihat secara singkat pada Tabel 1.
Sipon, et al., (2015) melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan spiritual dan dukungan sosial se-
bagai luaran yang terjadi akibat dari kondisi
stress karena bencana. Bencana alam pada
penelitian ini adalah banjir. Pengambilan
data dilakukan satu bulan setelah bencana
banjir terjadi. Penelitian dilakukan pada 764
responden yang tinggal di daeerah yang
terkena banjir. Daerah tersebut terdiri dari
Terengganu, Johor, dan Pahang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa spiritual dan
dukungan sosial memiliki hubungan yang
erat. Saat seseorang memiliki spiritual yang
baik, maka dia akan menerima dukungan
sosial yang adekuat. Penelitian ini
menemukan bahwa korban banjir mem-
peroleh dukungan sosial dari tiga sumber,
yaitu keluarga, teman, dan significant oth-
ers. Dari ketiga sumber tersebut, sumber
8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6
4/11
Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.4
ISSN: 2502-2717
yang paling dominan dalam memberikan
dukungan sosial adalah keluarga.
Terkait dengan dukungan sosial, Sipon,
et al., (2015) merekomendasikan beberapa
hal dalam penelitiannya. Rekomendasi per-
tama adalah untuk mendorong korban
bencana agar lebih banyak memiliki
kegiatan sosial selama di pengungsian. Rek-
omendasi kedua yaitu memasukkan inter-
vensi untuk dukungan sosial ke dalam ke-
bijakan perawatan kesehatan mental jangka
panjang. Hal ini agar dapat terciptanya
strategi intervensi yang tepat dalam
pemenuhan dukungan sosial bagi korban
bencana.
Artikel kedua adalah penelitian dari
Drogendijk, Van der Velden, Gersons, &
Kleber (2011). Penelitian ini dilakukan di
Enschede, Belanda. Penelitian ini dilakukan
kepada korban bencana kebakaran pabrik
kembang api setelah empat tahun pasca
bencana. Bencana kebakaran ini sendiri ter-
jadi pada 13 Mei 2000. Penelitian ini me-
lalui tiga tahapan, yaitu 2-3 minggu setelah
bencana, 18 bulan, dan 4 tahun pasca
bencana. Responden penelitian ini ber-
jumlah 1567 orang. Responden penelitian
tersebut terbagi menjadi empat grup, grup
imigran yang terdampak bencana, grup
pembanding imigran, grup orang Belanda
yang terdampak bencana, dan grup pem-
banding orang Belanda. Penelitian ini
menemukan perbedaan antara dukungan so-
sial yang diperoleh oleh imigran dan orang
Belanda pasca bencana. Setelah empat tahun
pasca bencana, imigran yang terkena dam-
pak dari bencana tidak memiliki orang yang
dapat diajak untuk mengungkapkan
perasaan. Hal ini berbanding terbalik dengan
orang Belanda yang terkena dampak
bencana. Selain itu, gangguan psikologi juga
lebih banyak terjadi pada imigran
dibandingkan dengan orang Belanda.
Penelitian ini juga menemukan bahwa
kurangnya perceived social support pada
imigran dan orang Belanda berbeda. Grup
imigran menerima lebih sedikit dukungan
emosional, dukungan emosional dengan ma-
salah, menghargai, dan dukungan informasi
dibandingkan dengan grup orang Belanda.
Perbedaan ini dapat terjadi dikarenakan
secara umum grup imigran memiliki
dukungan sosial yang rendah. Dukungan
sosial yang rendah dapat dikarenakan sup-
port system pada grup imigran lebih sedikit
daripada orang asli Belanda. Dari hasil
penelitian tersebut, penelitian ini merek-
omendasikan untuk menyusun intervensi
terkait dukungan sosial dengan mempertim-
bangkan faktor etnokultural.
8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6
5/11
Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.5
ISSN: 2502-2717
Artikel ketiga yang digunakan adalah
artikel hasil penelitian dari Wahlstrom, Mi-
chelsen, Schulman, & Backheden, (2011).
Penelitian ini dilakukan pada 1.505 orang
Swedia yang menjadi korban bencana Tsu-
nami Samudera Hindia pada 26 Desember
2004. Penelitian ini bertujuan untuk menge-
tahui hubungan ketidakpuasan antara
dukungan sosial yang diterima dengan ter-
bentuknya perasaan memperoleh dukungan
sosial , psychological distress, dan post-
traumatic stress. Hasil penelitian ini menun-
jukkan beberapa sumber yang digunakan
responden sebagai sumber dukungan sosial,
yaitu keluarga, teman, tenaga kesehatan,
psikolog, dan agen asuransi. Dari keempat
sumber tersebut, keluarga merupakan sum-
ber dukungan sosial terbesar bagi reponden.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan
dua jenis dukungan sosial yang dirasakan
oleh reponden, yaitu perceived support dan
received support . Penelitian ini
menemukann bahwa perceived support dan
received support memiliki hubungan dengan
timbulnya psychological distress.
Penelitian ini merekomendasikan dua hal
terkait intervensi untuk perawatan kesehatan
mental pasca bencana. Intervensi yang per-
tama adalah membina hubungan interaksi
dengan lingkungan sekitar. Intervensi yang
kedua adalah memperkuat dukungan sosial
bagi korban bencana, baik dari keluarga, te-
man, maupun sumber lainnya.
Artikel keempat adalah penelitian dari
Ke, Liu,&Li (2010). Penelitian ini dil-
akukan delapan bulan setelah gempa bumi
Wenchuan di Cina. Gempa bumi di Wen-
chuan terjadi pada 12 Mei 2008 dengan
kekuatan 8.0 skala ritcher. Penelitian ini dil-
akukan di 11 tempat penampungan di 9 dae-
rah. Jumlah responden pada penelitian ini
adalah 1617 orang. Hasil penelitian menun-
jukkan bahwa dukungan sosial responden
terbagi menjadi dukungan subjek-
tif,dukungan objektif, dan support seeking
behavior . Dukungan subjektif adalah hub-
ungan interpersonal dimana seseorang bisa
bergantung terhadap orang lain. Dukungan
objektif adalah dukungan yang diterima oleh
orang tersebut di masa lalu. Support seeking
behavior dapat diartikan kebiasaan yang dil-
akukan oleh orang tersebut dalam mencari
dukungan sosial.
Penelitian ini juga menemukan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara
dukungan sosial dan kondisi kesehatan re-
sponden pasca bencana. Saat responden
menerima dukungan sosial yang adekuat,
kondisi kesehatannya juga lebih baik.
Penelitian ini merekomendasikan untuk
8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6
6/11
Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.6
ISSN: 2502-2717
mengutamakan kebutuhan dukungan sosial
saat menyusun konsep intervensi untuk
dukungan sosial pasca bencana. Kebutuhan
dukungan sosial dapat dilihat dari perbedaan
antara dukungan subjektif dan dukungan
objektif. Saat lebih tinggi dukungan objektif
mengindikasikan kebutuhan dukungan sosial
yang besar, dan biasanya berhubungan
dengan kondisi kesehatan mental yang bu-
ruk.
DISKUSI
Dukungan sosial diartikan pertukaran
sumber daya yang bertujuan untuk mening-
katkan kesejateraan dari penerima (Em-
melkamp, et al , 2002). Menurut Taylor
(2007), dukungan sosial adalah bentuk dari
kualitas dan fungsi hubungan sosial dengan
significant others. Smith (2011) menjelasa-
kan bahwa dukungan sosial merupakan
sumber penting bagi individu untuk
menghadapi stress dalam kehidupan sehari-
hari.
Sumber dukungan sosial dapat berasal
dari mana saja. Menurut Sipon, et al ., (2015)
dan Wahlstrom, Michelsen, Schulman, &
Backheden, (2011), sumber dukungan sosial
berasal dari keluarga, teman, dan significant
others. Significant others yang dimaksud
dalam penelitian tersebut adalah tenaga
kesehatan, psikolog, dan agen asuransi. Hal
ini sejalan dengan penelitian Tentama
(2014) yang menemukan bahwa pada remaja
korban letusan Gunung Merapi tahun 2010,
dukungan dari orang tua, saudara, teman,
dan orang dekat lainnya dapat mengurangi
resiko terjadinya Post-Traumatic Stress Dis-
order . Dari ketiga penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa sumber dukungan sosial
dapat berasal dari keluarga, teman, dan sig-
nificant others. Maka dari itu, pada saat pe-
nanganan korban pasca bencana, keterli-
batan aktif dari keluarga dan orang terdekat
lainnya sangat diperlukan untuk perawatan
kesehatan mental korban.
8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6
7/11
Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.7
ISSN: 2502-2717
TABLE 1. Ringkasan review artikel
Penulis, Tahun Tipe dan Lokasi Bencana Bentuk Dukungan Sosial
Sipon, et al ., 2015 Banjir di Terengganu, Johor, dan Pa-
hang, Malaysia Dukungan sosial berasal dari keluarga, teman, dan significant oth-
ers
Dukungan sosial mampu meningkatkan kondisi spiritual
Dukungan sosial yang didapat meningkatkan perasaan memiliki dandicintai
Drogendijk, Van
der Velden, Ger-
sons, & Kleber,2011
Kebakaran Pabrik, Belanda pada 13
Mei 2000 Imigran korban kebakaran tidak dapat berbagi perasaan karena tid-
ak ada orang yang dapat diajak berbagi
Terdapat perbedaan perceived social support antara warga asli Bel-anda dan imigran yang menjadi korban bencana kebakaran
Wahlstrom, Mi-
chelsen, Schulman,& Backheden,
2011
Tsunami Samudera Hindia, Desember
2004 Dukungan sosial berasal dari keluarga, teman, tenaga kesehatan,
psikolog, dan agen asuransi.
Received support memiliki hubungan dengan psychological distress dan post-traumatic stress setelah 14 bulan bencana
Perceived social support memiliki hubungan denngan psychologi-cal distress
Intervensi yang dapat digunakan untuk dukungan sosial pasca
bencana adalah membina hubungan dan memperkuat interaksidengan lingkunganKe, Liu,&Li, 2010 Gempa Wenchuan, China pada 12 Mei
2008 Jenis dukungan sosial yang digunakan korban adalah subjective
support, objective support, dan support seeking behavior.
Dukungan sosial yang adekuat berdampak positif terhadap kondisikesehatan korban
8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6
8/11
Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.8
ISSN: 2502-2717
Secara konstruk, dukungan sosial dibagi
menjadi dua , yaitu received support dan
perceived support . Received support adalah
dukungan yang aktual diberikan. Perceived
support adalah dukungan yang potensial un-
tuk diberikan (Cropley & Steptoe, 2005).
Dari kedua kosntruk tersebut, Perceived
support lebih rentan terkena psychological
distress pasca bencana.
Drogendijk, Van der Velden, Gersons, &
Kleber, (2011) menemukan bahwa perbe-
daan etnik dapat membuat perbedaan dalam
dukungan sosial yang didapat. Etnik minori-
tas memiliki kecenderungan untuk mem-
peroleh dukungan sosial lebih rendah da-
ripada etnik mayoritas. Hal ini sejalan
dengan (Norris & Alegria, 2008). Beberapa
hal yang mempengaruhi kondisi, salah
satunya adalah budaya. Budaya antara etnis
mayoritas dan etnis minoritas memiliki ke-
cenderungan yang berbeda. Budaya yang
berbeda ini dapat menimbulkan konflik an-
tar dua kebudayaan dan memungkinkan ter-
jadinya isolasi sosial di antara kedua grup.
Isolasi sosial ini dapat membuat dukungan
sosial menurun, terutama terhadap etnis mi-
noritas (Berry, 2005; Knipscheer & Kleber,
2008).
Terkait dengan kebudayaan, pe-
nanganan pasca bencana harus memiliki
sensitifitas terhadap budaya yang dimiliki
oleh daerah yang terkena bencana. Perbe-
daan budaya dapat berarti perbedaan cara
penanganan korban. Hal ini terkait dengan
local wisdom yang diyakini. Sehingga men-
jadi penting bagi tim penolong untuk me-
nyediakan staff yang mampu berbicara
dengan bahasa dan dialek setempat. Selain
itu, pada saat implementasi tindakan, tim
penolong harus memperhatikan local wis-
dom. Berbeda budaya bisa jadi membuat
berbeda dalam penanganan korban (Veene-
ma, 2013).
KESIMPULAN
Dukungan sosial merupakan hal yang
dapat digunakan individu untuk menghadapi
stress. Sumber dukungan sosial data berasala
dari keluarga, teman, dan significant others.
Berdasarkan hal ini, kolaborasi antara tenaga
kesehatan, relawan, dan masyarakat sekitar
sangat dibutuhkan untuk memberikan
dukungan sosial yang adekuat bagi korban
bencana alam. Oleh karena itu, keterlibatan
keluarga dan teman dalam peningkatan
keadaan kesehatan korban sangat diper-
lukan. Selain itu, sebagai tenaga kesehatan,
perawat juga perlu untuk mengajarkan
koping adaptif bagi korban bencana melalui
dukungan sosial yang diberikan. Pada saat
pelaksanaan inetervensi, tenaga kesehatan
harus memperhatikan local wisdom dan ba-
8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6
9/11
Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.9
ISSN: 2502-2717
hasa setempat. Intervensi yang berbasis lo-
cal wisdom akan lebih baik karena perbe-
daan budaya membuat perbedaan individu
dalam menggunakan dukungan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Altindag, A., Ozen, S., & Sir, A. (2005).
One-year follow-up study of
posttraumatic stress disorder among
earthquake survivors in Turkey.
Comprehensive Psychiatry, 46, 328 –
333.
Berry, J.W. (2005). Acculturation: living
successfully in two cultures. Interna-
tional Journal Intercultural Relations,
29, 697-712.
Breslau, N., Kessler, R.C., Chilcoat, H.D.,
Schultz, L.R., Davis, G.C., & Andreski,
P. (1998). Trauma and posttraumatic
stress disorder in the community: the
1996 Detroit area survey of trauma.
Archives of General Psychiatry, 55,
626 – 632.
Centre for Research on the Epidemiology of
Disasters. (2013). Annual disaster
statistical review 2013: the number and
trends. Belgium: Universite Catholique
de Louvain
Cropley, M., & Steptoe, A. (2005). Social
support, life events and physical symp-
toms: a prospective study of chronic and
recent life stress in men and women.
Psychology, Health & Medicine, 10, 4,
317-325.
Drogendijjk, A.N., Van der Velden, P.G.,
Gersons, B.P.R., & Kleber, R.J. (2011).
Lack of perceived social support among
immigrants adter a disaster: comparison
study. The British Journal of Psychiat-
ric, 198, 317-322.
Emmelkamp, J., et al. (2002). The relation
between coping, social support and psy-
chological and somatic symptoms
among torture survivors in Nepal. Psy-
chological Medicine, 32, 1465 – 1470.
Galea, S., Nandi, A., & Vlahov, D. (2005).
The epidemiology of post-traumatic
stress disoreder after disasters.
Epidemiologic Reviews, 27, 78-91.
Harville, E.W., Xiong, X., Buekens, P.,
Pridjian, G., Elkind-Hirsch, K. (2010).
Resilience after hurricane Katrina
among pregnant and postpartum
women. Women’s Health Issues, 20, 20
– 27.
International Council of Nurses. (2009). ICN
framework of disaster nursing
competencies. Geneva: International
Council of Nurses.
Ke, X., Liu, C., & Li, N. (2010). Social
support and quality of life: a cross-
sectional study on survivors eight
8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6
10/11
Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.10
ISSN: 2502-2717
months after the 2008 Wenchuan
Earthquake. BMC Public Health, 10,
573.
Knipscheer, J.W., & Kleber, R.J.
(2008).Help seeking behavior of west
African migrants. Journal Community
Psychology, 36, 915-928.
Li, Y. (2006). Geographical proximity,
social support and health status of the
elderly with chronic diseases and
disabilities. (Columbia University).
Retrieved from ProQuest Dissertations
& Theses
Norris, F.H., & Alegria, M. (2008). Promot-
ing disaster recovery in ethnic-minority
individuals and communities. Springer
Ruggiero, K.J., Amstadter, A.B., Acierno,
R., Kilpatrick, D.G., Resnick, H.S.,
Tracy, M., & Galea, S. (2009). Social
and psychological resources associated
with health status in a representative
sample for adults affected by the 2004
Florida Hurricanes. Psychiatry, 72, 2,
195 – 210.
Sipon, S., Sakdan, M.F., Mustaffa, C.S.,
Marzuki, N.A., Khalid, M.S., Ariffin,
M.T., & Nazli, N.N.N.N. (2015). Spirit-
uality and social support in flood vic-
tims. Social and Behavioral Sciences,
185, 361-364.
Smith, L.C.R. (2011). The influence of
resource loss, social support, and self
esteem on the sexual risk behaviors of
low income urban african american
women with histories of abuse.
(Dissertation, Kent State University
College and Graduate School, 2011).
Retrieved from http://etd.ohiolink.edu/
Smith, B. W. & Freedy, J. R. (2000).
Psychosocial resource loss as a
mediator of the effects of flood
exposure on psychological distress and
physical symptoms. Journal of
Traumatic Stress, 13, 349 – 358.
Taylor, S. (2007). Foundations of health
psychology. New York: Oxford Univer-
sity Press.
Tentama, F. (2014). Dukungan sosial dan
post-traumatic stress disorder pada
remaja penyitas gunung merapi. Jurnal
Psikologi Undip, 13, 2, 133-138.
Veenema, T. G. (2013). Disaster nursing and
emergency preparedness: For chemical,
biological, and radiological terrorism
and other hazards. (Ed. 3rd). New York;
Springer Publishing Company.
Wahlstrom, L., Michelsen, H., Schulman,
A., & Backheden, M. (2011). Support,
opinion of support and psychological
health among survivors of a natural dis-
8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6
11/11
Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.11
ISSN: 2502-2717
aster. International Journal of Social
Psychiatry, 59, 1, 40-47.
WHO. (2002). Gender and health in natural
disasters. Retrieved from
http://www.who.int/gender
Xu, J., & Song, X. (2011). Posttraumatic
stress disorder among survivors of the
Wenchuan earthquake 1 year after:
prevalence and risk factors.
Comprehensive Psychiatry, 52, 431-
437.
http://www.who.int/genderhttp://www.who.int/gender