d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6

  • Upload
    wiedy23

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6

    1/11

    JURNAL KEGAWAT-DARURATAN

    MEDIS INDONESIAVol.1 No.1 Tahun 2016

     ISSN: 2502-2717

    Evidence Based Practice Indonesia Web: http://ebpi.asia

     

    Email: [email protected] 

    J K

    M I

    Dukungan Sosial setelah Kejadian Bencana Alam 

     Nurul Purborini1 

    1 Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Magelang 

     ABSTRAK

    Bencana alam adalah kejadian yang menghancurkan yang menyebabkan akibat serius bagi

    masyarakat. Efek dari becana alam dapat terjadi di lini kesehatan, lingkungan, dan perekonomi-

    an. Efek tersebut juga akan mengakibatkan masyarakat yang tinggal di daeerah bencana akan

    mengalami kesulitan bantuan, fasilitas, dan pada akhirnya mereka harus mengungsi. Di lain sisi,

     bencana alam juga dapat merubah keadaan fisik dan mental dari korban. Setelah bencana alam,

    sumber daya dari luar daerah bencana dibutuhkan, salah satunya dukungan sosial agar korban

    dapat beradaptasi dengan situasi yang terjadi. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi

    dukungan sosial setelah bencana alam. Belajar dari kejadian bencana alam dari tahun 2004-2014,

    dukungan sosial setelah bencana alam sangat penting. Dukungan sosial dapat mempengaruhi sta-

    tus kesehatan korban, termasuk meningkatkan fungsi fisik, menurunkan resiko gangguan mental,

    dan menurunkan angka kematian. Sumber dukungan sosial antara lain berasal dari keluarga, te-

    man, dan significant others. Kolaborasi antara tenaga kesehatan, relawan, dan masyarakat sekitar

    sangat dibutuhkan untuk memberikan dukungan sosial yang adekuat bagi korban bencana alam.

    Berdasarkan hal tersebut, keterlibatan keluarga dan teman dalam peningkatan keadaan kesehatan

    korban sangat diperlukan. Selain itu, sebagai tenaga kesehatan, perawat juga perlu untuk

    mengajarkan koping adaptif bagi korban bencana melalui dukungan sosial yang diberikan.

    Kata kunci : Dukungan sosial, korban, bencana alam

    LATAR BELAKANG

  • 8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6

    2/11

    Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.2 

    ISSN: 2502-2717 

    Bencana alam dapat terjadi kapan saja dan

    di mana saja di seluruh bagian dunia. Akibat

    dari bencana alam tidak hanya

    mempengaruhi individu, tapi juga

    mempengaruhi keluarga dan masyarakat

    (ICN, 2009). Bencana alam juga meyebab-

    kann kerusakan, perubahan ekologi, dan ke-

    hilangan nyawa (WHO, 2002). Pada tahun

    2013, jumlah korban meninggal dunia akibat

     bencana alam sekitar 21,6 juta orang dan

    mempengaruhi sekitar 96.5 juta orang

    lainnya di seluruh dunia (CRED, 2013).

    Bencana alam, meliputi gempa bumi,

     banjir, tsunami, tanah longsor, angina put-

    ting beliung, erupsi gunung berapi, dan

    kekeringan, merupakan kejadian bencana

     besar yang membawa dampak serius bagi

    masyrakat (Veenema, 2013). Dampak dari

     bencana yang merusak ini sebagian besar

    terjadi pada kesehatan, lingkungan, dan

    ekonomi yang membuat kesulitan dalam

    sumber daya, infrasturktur, dan fasilitas

    lainnya. Kondisi setelah bencana ini dapat

    meningkatkan level kecemansan, depresi,

    dan  post-traumatic syndrome disaster  

    (Breslau, et al.,  1998; Smith & Freedy,

    2000).

    Setelah bencana alam, ketersediaan

    sumber daya dari luar sangat dibutuhkan,

    salah satunya dukungan sosial, agar korban

     bencana alam dapat menyesuaikan dengan

    kondisi yang terjadi. Dukungan sosial dapat

    mempengaruhi kondisi kesehatan, termasuk

    fungsi fisik, menurunkan resiko gangguan

    mental, dan menurunkan angka mortalitas

    (Li, 2006). Galea, Nandi, & Vlahov (2005)

    menemukan bahwa dukungan sosial yang

    rendah merupakan salah satu faktor resiko

     post-traumatic syndrome disaster   (PTSD)

    setelah bencana gempa bumi. Salah satu

     penelitian setelah bencana angin tornado di

    Florida pada tahun 2004 menemukan bahwa

    kondisi kesehatan yang buruk memiliki

    hubungan dengan dukungan sosial yang

    rendah pada korban bencana (Ruggiero, et

    al., 2009).

    Penelitian lain dari Altindag, Ozen, &

    Sir (2005) menemukan bahwa penegakkan

    diagnosa PTSD pada 1 tahun setelah

     bencana gempa bumi pada korban di Turki

    secara signifikan berhubungan dengan luka

    yang dialami, dan kurangnya dukungan so-

    sial. Harville, et al   (2010) juga menemukan

     bahwa rendahnyadukungan sosial dari

     pasangan memiliki hubungan dengan ren-

    dahnya ketahanan dari depresi pada wanita

    hamil dan postpartum pasca angin tornado

    Katrina.

    Berdasarkan data-data dari penelitian,

    diketahui bahwa dukungan sosial memiliki

  • 8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6

    3/11

    Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.3 

    ISSN: 2502-2717 

     peranan yang penting dalam proses pe-

    nanganan korban pasca bencana alam. Pada

    sisi lain, sumber dukungan sosial, bentuk

    dukungan sosial, dan faktor yang

    mempengaruhi dukungan sosial perlu untuk

    diketahui lebih luas. Hal ini agar penyedia

    layanan kesehatan, relawan, dan masyarakat

    sekitar tempat pengungsian dapat membantu

    untuk pemberian dukungan sosial yang ad-

    ekuat bagi korban bencana alam. Oleh kare-

    na itu, artikel ini bertujuan untuk mengiden-

    tifikasi bentuk dukungan sosial pasca

     bencana alam.

    METODE

    Artikel ini mengidentifikasi artikel-

    artikel yang telah dipublikasikan dari Febru-

    ari 2005 sampai Maret 2015. Identifikasi

    artikel terpublikasi dilakukan melalui Sci-

    ence Direct, Pubmed, Medline, dan Google

    Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam

     proses pencarian dan identifikasi meliputi

     social support , disasters, natural disaster ,

     post-traumatic syndrome disaster , dan  psy-

    chosocial . Dari hasil pencarian ditemukan

    sekitar 450 artikel. Melalui proses identifi-

    kasi dan seleksi, akhirnya ditetapkan empat

    artikel yang secara spesifik membahas

    dukungan sosial pasca bencana.

    HASIL PENELUSURAN

    Setelah dilakukan pencarian dan pene-

    lusuran artikel, ditetapkan emapt artikel

    yang akan direview. Keempat artikel terse-

     but yaitu Sipon, et al.,  (2015); Drogendijk,

    Van der Velden, Gersons, & Kleber (2011);

    Wahlstrom, Michelsen, Schulman, & Back-

    heden (2011); dan Ke, Liu,&Li (2010).

    Hasil review dari keempat artikel tersebut

    dapat dilihat secara singkat pada Tabel 1.

    Sipon, et al.,  (2015) melakukan

     penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

    hubungan spiritual dan dukungan sosial se-

     bagai luaran yang terjadi akibat dari kondisi

    stress karena bencana. Bencana alam pada

     penelitian ini adalah banjir. Pengambilan

    data dilakukan satu bulan setelah bencana

     banjir terjadi. Penelitian dilakukan pada 764

    responden yang tinggal di daeerah yang

    terkena banjir. Daerah tersebut terdiri dari

    Terengganu, Johor, dan Pahang. Hasil

     penelitian menunjukkan bahwa spiritual dan

    dukungan sosial memiliki hubungan yang

    erat. Saat seseorang memiliki spiritual yang

     baik, maka dia akan menerima dukungan

    sosial yang adekuat. Penelitian ini

    menemukan bahwa korban banjir mem-

     peroleh dukungan sosial dari tiga sumber,

    yaitu keluarga, teman, dan  significant oth-

    ers. Dari ketiga sumber tersebut, sumber

  • 8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6

    4/11

    Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.4 

    ISSN: 2502-2717 

    yang paling dominan dalam memberikan

    dukungan sosial adalah keluarga.

    Terkait dengan dukungan sosial, Sipon,

    et al.,  (2015) merekomendasikan beberapa

    hal dalam penelitiannya. Rekomendasi per-

    tama adalah untuk mendorong korban

     bencana agar lebih banyak memiliki

    kegiatan sosial selama di pengungsian. Rek-

    omendasi kedua yaitu memasukkan inter-

    vensi untuk dukungan sosial ke dalam ke-

     bijakan perawatan kesehatan mental jangka

     panjang. Hal ini agar dapat terciptanya

    strategi intervensi yang tepat dalam

     pemenuhan dukungan sosial bagi korban

     bencana.

    Artikel kedua adalah penelitian dari

    Drogendijk, Van der Velden, Gersons, &

    Kleber (2011). Penelitian ini dilakukan di

    Enschede, Belanda. Penelitian ini dilakukan

    kepada korban bencana kebakaran pabrik

    kembang api setelah empat tahun pasca

     bencana. Bencana kebakaran ini sendiri ter-

     jadi pada 13 Mei 2000. Penelitian ini me-

    lalui tiga tahapan, yaitu 2-3 minggu setelah

     bencana, 18 bulan, dan 4 tahun pasca

     bencana. Responden penelitian ini ber-

     jumlah 1567 orang. Responden penelitian

    tersebut terbagi menjadi empat grup, grup

    imigran yang terdampak bencana, grup

     pembanding imigran, grup orang Belanda

    yang terdampak bencana, dan grup pem-

     banding orang Belanda. Penelitian ini

    menemukan perbedaan antara dukungan so-

    sial yang diperoleh oleh imigran dan orang

    Belanda pasca bencana. Setelah empat tahun

     pasca bencana, imigran yang terkena dam-

     pak dari bencana tidak memiliki orang yang

    dapat diajak untuk mengungkapkan

     perasaan. Hal ini berbanding terbalik dengan

    orang Belanda yang terkena dampak

     bencana. Selain itu, gangguan psikologi juga

    lebih banyak terjadi pada imigran

    dibandingkan dengan orang Belanda.

    Penelitian ini juga menemukan bahwa

    kurangnya  perceived social support   pada

    imigran dan orang Belanda berbeda. Grup

    imigran menerima lebih sedikit dukungan

    emosional, dukungan emosional dengan ma-

    salah, menghargai, dan dukungan informasi

    dibandingkan dengan grup orang Belanda.

    Perbedaan ini dapat terjadi dikarenakan

    secara umum grup imigran memiliki

    dukungan sosial yang rendah. Dukungan

    sosial yang rendah dapat dikarenakan  sup-

     port system pada grup imigran lebih sedikit

    daripada orang asli Belanda. Dari hasil

     penelitian tersebut, penelitian ini merek-

    omendasikan untuk menyusun intervensi

    terkait dukungan sosial dengan mempertim-

     bangkan faktor etnokultural.

  • 8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6

    5/11

    Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.5 

    ISSN: 2502-2717 

    Artikel ketiga yang digunakan adalah

    artikel hasil penelitian dari Wahlstrom, Mi-

    chelsen, Schulman, & Backheden, (2011).

    Penelitian ini dilakukan pada 1.505 orang

    Swedia yang menjadi korban bencana Tsu-

    nami Samudera Hindia pada 26 Desember

    2004. Penelitian ini bertujuan untuk menge-

    tahui hubungan ketidakpuasan antara

    dukungan sosial yang diterima dengan ter-

     bentuknya perasaan memperoleh dukungan

    sosial , psychological distress, dan  post-

    traumatic stress. Hasil penelitian ini menun-

     jukkan beberapa sumber yang digunakan

    responden sebagai sumber dukungan sosial,

    yaitu keluarga, teman, tenaga kesehatan,

     psikolog, dan agen asuransi. Dari keempat

    sumber tersebut, keluarga merupakan sum-

     ber dukungan sosial terbesar bagi reponden.

    Selain itu, penelitian ini juga menemukan

    dua jenis dukungan sosial yang dirasakan

    oleh reponden, yaitu  perceived support dan

    received support . Penelitian ini

    menemukann bahwa  perceived support dan

    received support  memiliki hubungan dengan

    timbulnya psychological distress.

    Penelitian ini merekomendasikan dua hal

    terkait intervensi untuk perawatan kesehatan

    mental pasca bencana. Intervensi yang per-

    tama adalah membina hubungan interaksi

    dengan lingkungan sekitar. Intervensi yang

    kedua adalah memperkuat dukungan sosial

     bagi korban bencana, baik dari keluarga, te-

    man, maupun sumber lainnya.

    Artikel keempat adalah penelitian dari

    Ke, Liu,&Li (2010). Penelitian ini dil-

    akukan delapan bulan setelah gempa bumi

    Wenchuan di Cina. Gempa bumi di Wen-

    chuan terjadi pada 12 Mei 2008 dengan

    kekuatan 8.0 skala ritcher. Penelitian ini dil-

    akukan di 11 tempat penampungan di 9 dae-

    rah. Jumlah responden pada penelitian ini

    adalah 1617 orang. Hasil penelitian menun-

     jukkan bahwa dukungan sosial responden

    terbagi menjadi dukungan subjek-

    tif,dukungan objektif, dan  support seeking

    behavior . Dukungan subjektif adalah hub-

    ungan interpersonal dimana seseorang bisa

     bergantung terhadap orang lain. Dukungan

    objektif adalah dukungan yang diterima oleh

    orang tersebut di masa lalu. Support seeking

    behavior  dapat diartikan kebiasaan yang dil-

    akukan oleh orang tersebut dalam mencari

    dukungan sosial.

    Penelitian ini juga menemukan bahwa

    ada hubungan yang signifikan antara

    dukungan sosial dan kondisi kesehatan re-

    sponden pasca bencana. Saat responden

    menerima dukungan sosial yang adekuat,

    kondisi kesehatannya juga lebih baik.

    Penelitian ini merekomendasikan untuk

  • 8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6

    6/11

    Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.6 

    ISSN: 2502-2717 

    mengutamakan kebutuhan dukungan sosial

    saat menyusun konsep intervensi untuk

    dukungan sosial pasca bencana. Kebutuhan

    dukungan sosial dapat dilihat dari perbedaan

    antara dukungan subjektif dan dukungan

    objektif. Saat lebih tinggi dukungan objektif

    mengindikasikan kebutuhan dukungan sosial

    yang besar, dan biasanya berhubungan

    dengan kondisi kesehatan mental yang bu-

    ruk.

    DISKUSI

    Dukungan sosial diartikan pertukaran

    sumber daya yang bertujuan untuk mening-

    katkan kesejateraan dari penerima (Em-

    melkamp, et al , 2002). Menurut Taylor

    (2007), dukungan sosial adalah bentuk dari

    kualitas dan fungsi hubungan sosial dengan

     significant others. Smith (2011) menjelasa-

    kan bahwa dukungan sosial merupakan

    sumber penting bagi individu untuk

    menghadapi stress dalam kehidupan sehari-

    hari.

    Sumber dukungan sosial dapat berasal

    dari mana saja. Menurut Sipon, et al ., (2015)

    dan Wahlstrom, Michelsen, Schulman, &

    Backheden, (2011), sumber dukungan sosial

     berasal dari keluarga, teman, dan significant

    others. Significant others  yang dimaksud

    dalam penelitian tersebut adalah tenaga

    kesehatan, psikolog, dan agen asuransi. Hal

    ini sejalan dengan penelitian Tentama

    (2014) yang menemukan bahwa pada remaja

    korban letusan Gunung Merapi tahun 2010,

    dukungan dari orang tua, saudara, teman,

    dan orang dekat lainnya dapat mengurangi

    resiko terjadinya Post-Traumatic Stress Dis-

    order . Dari ketiga penelitian ini, dapat

    disimpulkan bahwa sumber dukungan sosial

    dapat berasal dari keluarga, teman, dan  sig-

    nificant others. Maka dari itu, pada saat pe-

    nanganan korban pasca bencana, keterli-

     batan aktif dari keluarga dan orang terdekat

    lainnya sangat diperlukan untuk perawatan

    kesehatan mental korban.

  • 8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6

    7/11

    Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.7 

    ISSN: 2502-2717 

    TABLE 1. Ringkasan review artikel

    Penulis, Tahun Tipe dan Lokasi Bencana Bentuk Dukungan Sosial

    Sipon, et al ., 2015 Banjir di Terengganu, Johor, dan Pa-

    hang, Malaysia  Dukungan sosial berasal dari keluarga, teman, dan  significant oth-

    ers 

      Dukungan sosial mampu meningkatkan kondisi spiritual

      Dukungan sosial yang didapat meningkatkan perasaan memiliki dandicintai

    Drogendijk, Van

    der Velden, Ger-

    sons, & Kleber,2011

    Kebakaran Pabrik, Belanda pada 13

    Mei 2000  Imigran korban kebakaran tidak dapat berbagi perasaan karena tid-

    ak ada orang yang dapat diajak berbagi

      Terdapat perbedaan perceived social support  antara warga asli Bel-anda dan imigran yang menjadi korban bencana kebakaran

    Wahlstrom, Mi-

    chelsen, Schulman,& Backheden,

    2011

    Tsunami Samudera Hindia, Desember

    2004  Dukungan sosial berasal dari keluarga, teman, tenaga kesehatan,

     psikolog, dan agen asuransi.

       Received support  memiliki hubungan dengan psychological distress dan post-traumatic stress setelah 14 bulan bencana

       Perceived social   support memiliki hubungan denngan  psychologi-cal distress 

      Intervensi yang dapat digunakan untuk dukungan sosial pasca

     bencana adalah membina hubungan dan memperkuat interaksidengan lingkunganKe, Liu,&Li, 2010 Gempa Wenchuan, China pada 12 Mei

    2008  Jenis dukungan sosial yang digunakan korban adalah  subjective

     support, objective support, dan support seeking behavior. 

      Dukungan sosial yang adekuat berdampak positif terhadap kondisikesehatan korban

  • 8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6

    8/11

    Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.8 

    ISSN: 2502-2717 

    Secara konstruk, dukungan sosial dibagi

    menjadi dua , yaitu received support dan

     perceived support .  Received support adalah

    dukungan yang aktual diberikan.  Perceived

     support  adalah dukungan yang potensial un-

    tuk diberikan (Cropley & Steptoe, 2005).

    Dari kedua kosntruk tersebut,  Perceived

     support   lebih rentan terkena  psychological

    distress pasca bencana.

    Drogendijk, Van der Velden, Gersons, &

    Kleber, (2011) menemukan bahwa perbe-

    daan etnik dapat membuat perbedaan dalam

    dukungan sosial yang didapat. Etnik minori-

    tas memiliki kecenderungan untuk mem-

     peroleh dukungan sosial lebih rendah da-

    ripada etnik mayoritas. Hal ini sejalan

    dengan (Norris & Alegria, 2008). Beberapa

    hal yang mempengaruhi kondisi, salah

    satunya adalah budaya. Budaya antara etnis

    mayoritas dan etnis minoritas memiliki ke-

    cenderungan yang berbeda. Budaya yang

     berbeda ini dapat menimbulkan konflik an-

    tar dua kebudayaan dan memungkinkan ter-

     jadinya isolasi sosial di antara kedua grup.

    Isolasi sosial ini dapat membuat dukungan

    sosial menurun, terutama terhadap etnis mi-

    noritas (Berry, 2005; Knipscheer & Kleber,

    2008).

    Terkait dengan kebudayaan, pe-

    nanganan pasca bencana harus memiliki

    sensitifitas terhadap budaya yang dimiliki

    oleh daerah yang terkena bencana. Perbe-

    daan budaya dapat berarti perbedaan cara

     penanganan korban. Hal ini terkait dengan

    local wisdom yang diyakini. Sehingga men-

     jadi penting bagi tim penolong untuk me-

    nyediakan staff yang mampu berbicara

    dengan bahasa dan dialek setempat. Selain

    itu, pada saat implementasi tindakan, tim

     penolong harus memperhatikan local wis-

    dom. Berbeda budaya bisa jadi membuat

     berbeda dalam penanganan korban (Veene-

    ma, 2013).

    KESIMPULAN

    Dukungan sosial merupakan hal yang

    dapat digunakan individu untuk menghadapi

    stress. Sumber dukungan sosial data berasala

    dari keluarga, teman, dan  significant others.

    Berdasarkan hal ini, kolaborasi antara tenaga

    kesehatan, relawan, dan masyarakat sekitar

    sangat dibutuhkan untuk memberikan

    dukungan sosial yang adekuat bagi korban

     bencana alam. Oleh karena itu, keterlibatan

    keluarga dan teman dalam peningkatan

    keadaan kesehatan korban sangat diper-

    lukan. Selain itu, sebagai tenaga kesehatan,

     perawat juga perlu untuk mengajarkan

    koping adaptif bagi korban bencana melalui

    dukungan sosial yang diberikan. Pada saat

     pelaksanaan inetervensi, tenaga kesehatan

    harus memperhatikan local wisdom dan ba-

  • 8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6

    9/11

    Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.9 

    ISSN: 2502-2717 

    hasa setempat. Intervensi yang berbasis lo-

    cal wisdom akan lebih baik karena perbe-

    daan budaya membuat perbedaan individu

    dalam menggunakan dukungan sosial.

    DAFTAR PUSTAKA

    Altindag, A., Ozen, S., & Sir, A. (2005).

    One-year follow-up study of

     posttraumatic stress disorder among

    earthquake survivors in Turkey.

    Comprehensive Psychiatry, 46,  328  –  

    333.

    Berry, J.W. (2005). Acculturation: living

    successfully in two cultures.  Interna-

    tional Journal Intercultural Relations,

    29, 697-712.

    Breslau, N., Kessler, R.C., Chilcoat, H.D.,

    Schultz, L.R., Davis, G.C., & Andreski,

    P. (1998). Trauma and posttraumatic

    stress disorder in the community: the

    1996 Detroit area survey of trauma.

     Archives of General Psychiatry, 55,

    626 – 632.

    Centre for Research on the Epidemiology of

    Disasters. (2013).  Annual disaster

     statistical review 2013: the number and

    trends. Belgium: Universite Catholique

    de Louvain

    Cropley, M., & Steptoe, A. (2005). Social

    support, life events and physical symp-

    toms: a prospective study of chronic and

    recent life stress in men and women.

     Psychology, Health & Medicine, 10, 4, 

    317-325.

    Drogendijjk, A.N., Van der Velden, P.G.,

    Gersons, B.P.R., & Kleber, R.J. (2011).

    Lack of perceived social support among

    immigrants adter a disaster: comparison

    study. The British Journal of Psychiat-

    ric, 198, 317-322.

    Emmelkamp, J., et al. (2002). The relation

     between coping, social support and psy-

    chological and somatic symptoms

    among torture survivors in Nepal.  Psy-

    chological Medicine, 32, 1465 –  1470.

    Galea, S., Nandi, A., & Vlahov, D. (2005).

    The epidemiology of post-traumatic

    stress disoreder after disasters.

     Epidemiologic Reviews, 27, 78-91.

    Harville, E.W., Xiong, X., Buekens, P.,

    Pridjian, G., Elkind-Hirsch, K. (2010).

    Resilience after hurricane Katrina

    among pregnant and postpartum

    women. Women’s Health Issues, 20, 20

     –  27.

    International Council of Nurses. (2009). ICN

     framework of disaster nursing

    competencies. Geneva: International

    Council of Nurses.

    Ke, X., Liu, C., & Li, N. (2010). Social

    support and quality of life: a cross-

    sectional study on survivors eight

  • 8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6

    10/11

    Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.10 

    ISSN: 2502-2717 

    months after the 2008 Wenchuan

    Earthquake.  BMC Public Health, 10, 

    573.

    Knipscheer, J.W., & Kleber, R.J.

    (2008).Help seeking behavior of west

    African migrants.  Journal Community

     Psychology, 36, 915-928.

    Li, Y. (2006). Geographical proximity,

     social support and health status of the

    elderly with chronic diseases and

    disabilities. (Columbia University).

    Retrieved from ProQuest Dissertations

    & Theses

     Norris, F.H., & Alegria, M. (2008). Promot-

    ing disaster recovery in ethnic-minority

    individuals and communities. Springer

    Ruggiero, K.J., Amstadter, A.B., Acierno,

    R., Kilpatrick, D.G., Resnick, H.S.,

    Tracy, M., & Galea, S. (2009). Social

    and psychological resources associated

    with health status in a representative

    sample for adults affected by the 2004

    Florida Hurricanes.  Psychiatry, 72, 2, 

    195 –  210.

    Sipon, S., Sakdan, M.F., Mustaffa, C.S.,

    Marzuki, N.A., Khalid, M.S., Ariffin,

    M.T., & Nazli, N.N.N.N. (2015). Spirit-

    uality and social support in flood vic-

    tims. Social and Behavioral Sciences,

    185, 361-364.

    Smith, L.C.R. (2011). The influence of

    resource loss, social support, and self

    esteem on the sexual risk behaviors of

    low income urban african american

    women with histories of abuse.

    (Dissertation, Kent State University

    College and Graduate School, 2011).

    Retrieved from http://etd.ohiolink.edu/

    Smith, B. W. & Freedy, J. R. (2000).

    Psychosocial resource loss as a

    mediator of the effects of flood

    exposure on psychological distress and

     physical symptoms.  Journal of

    Traumatic Stress, 13, 349 – 358.

    Taylor, S. (2007).  Foundations of health

     psychology. New York: Oxford Univer-

    sity Press.

    Tentama, F. (2014). Dukungan sosial dan

     post-traumatic stress disorder   pada

    remaja penyitas gunung merapi.  Jurnal

     Psikologi Undip, 13, 2, 133-138.

    Veenema, T. G. (2013). Disaster nursing and

    emergency preparedness: For chemical,

     biological, and radiological terrorism

    and other hazards. (Ed. 3rd). New York;

    Springer Publishing Company.

    Wahlstrom, L., Michelsen, H., Schulman,

    A., & Backheden, M. (2011). Support,

    opinion of support and psychological

    health among survivors of a natural dis-

  • 8/17/2019 d9f8e120dkkkkkkeaf0b89996b2e77f0eb75a6

    11/11

    Jurnal Kegawat-daruratan Medis Indonesia Vol: 1, No:1 Tahun : 2016 Hal.11 

    ISSN: 2502-2717 

    aster.  International Journal of Social

     Psychiatry, 59, 1, 40-47.

    WHO. (2002). Gender and health in natural

    disasters. Retrieved from

    http://www.who.int/gender

    Xu, J., & Song, X. (2011). Posttraumatic

    stress disorder among survivors of the

    Wenchuan earthquake 1 year after:

     prevalence and risk factors.

    Comprehensive Psychiatry, 52,  431-

    437.

    http://www.who.int/genderhttp://www.who.int/gender