Upload
phungtruc
View
258
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
111 Universitas Indonesia
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Pendahuluan.
Penelitian peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja akan terdiri dari
faktor efektifitas, efisiensi, kualitas hasil kerja, ketepatan waktu, produktifitas dan
keselamatan kerja. Analisis penelitian dari faktor efisiensi kerja ini akan terdiri
dari perencanaan alokasi tenaga kerjanya dan kinerja komponen biaya. Dalam
analisis faktor dan variabel kinerja daya saing tenaga kerja yang terkait dengan
ketepatan waktu serta produktifitas pada pekerjaan jalan akan dilakukan
perhitungan waktu (input) dan pengukuran kuantitas (output). Selanjutnya
dilakukan identifikasi faktor dan variabel yang berpengaruh, analisis penyebab
daya saing rendah dan analisis peningkatan kinerja daya saing dengan tindakan
korektif dan preventif atas waktu kerja yang non-produktif.
Analisis peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi dari faktor
efektifitas dan kualitas hasil kerja dan keselamatan kerja ini terkait kepada
kompetensi kerja dari tenaga kerja untuk tingkat manajerial dan tenaga pelaksana.
Analisisnya akan terdiri dari identifikasi faktor dan variabel kinerja daya saing
yang terkait dengan pencapaian kompetensi kerja, analisis faktor dan variabel
yang berpengaruh pada kinerja daya saing, analisis penyebab kinerja daya saing
rendah, analisis peningkatan kinerja daya saing dan analisis permodelan, simulasi
dalam kebijakan peningkatan kinerja daya saing.
4.2. Analisis peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja dari faktor efisiensi
kerja.
Analisis penelitian peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja dari faktor
efisiensi kerja ini akan terdiri dari perencanaan alokasi tenaga kerja dan kinerja
komponen biaya tenaga kerja pada pekerjaan jalan.
4.2.1. Perencanaan alokasi tenaga kerja pada proyek jalan.
Perencanaan alokasi tenaga kerja digunakan untuk memperkirakan jumlah
tenaga kerja yang diperlukan dalam suatu proyek. Dalam penelitian tentang
alokasi tenaga kerja ini digunakan struktur organisasi proyek sebagai alat dalam
perencanaan. Berdasarkan model struktur organisasi dapat direncanakan
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
112 Universitas Indonesia
banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh suatu proyek jalan pada masing-
masing jabatan.119 Perencanaan ini dimaksudkan agar memperoleh tingkat jumlah
tenaga kerja yang efisien. Penelitian mengenai Struktur Organisasi Proyek Jalan
adalah Struktur Organisasi Proyek Jalan secara Umum, Struktur Organisasi
Proyek Jalan dengan nilai Rp. 10 M – Rp. 50 M, nilai Rp. 50 – Rp.100 M dan
diatas Rp. 100 M. Model Struktur Organisasi Proyek Jalan untuk Struktur
Organisasi Proyek Jalan secara Umum tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.1
Gambar 4.1. Model Struktur Organisasi Proyek Jalan secara umum
Struktur Organisasi Proyek Jalan dengan nilai Rp. 10 M – Rp. 50 M ditunjukkan
pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Model Struktur Organisasi Proyek Jalan dengan nilai Rp. 10 M – Rp. 50 M
119 Apriyani Talaohu, Perencanaan Alokasi Tenaga Kerja Pada Proyek Jalan Di Perusahaan
Skala Besar, Tesis Manajemen Konstruksi FTUI, 2005.
Project Manager
Site Manager
Pelaksana
Heavy Equipment Manager
Mekanik
Engineering Manager
Cost Engineer
Surveying
Planning
Quality Assurance
Safety Assurance
Admin Manager
Akuntan
Admin
Purcashing
Logistik
OPERATIONAL DIVISION ENGINEERING DIVISION ADMINISTRATION
Drafter
QS
OPERATIONAL ENGINEERING DIVISION ADMINISTRATION
Project Manager
Quality Assurance
Safety Assurance
Heavy Equipment
Mekanik
Site Manager
Pelaksana
Admin Manager
Akuntan
Admin
Engineering Manager
Cost Engineer
Surveying
Planning
Quantity Surveryor
Drafter
Purcashing
Logistik
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
113 Universitas Indonesia
Struktur Organisasi Proyek Jalan dengan nilai Rp. 50 M – Rp. 100 M dapat
ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3. Model Struktur Organisasi Proyek Jalan dengan nilai Rp. 50 M – Rp. 100 M
Struktur Organisasi Proyek Jalan dengan nilai diatas Rp. 100 M dapat
ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Model Struktur Organisasi Proyek Jalan dengan nilai diatas Rp. 100 M
Hasil Struktur Organisasi Proyek Jalan tersebut selanjutnya dapat digunakan
untuk merencanakan alokasi tenaga kerja di tingkat manajerial/engineering
dengan cara menetapkan Model Struktur Organisasi Proyek Jalan. Untuk alokasi
jumlah dan kualifikasi tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Heavy Equipment Manager
Mekanik
Engineering Manager
Cost Engineer
Surveying
Planning
Quality Assurance
Safety Assurance
OPERATIONAL DIVISION ENGINEERING DIVISION ADMINISTRATION
Site Manager
Pelaksana
Project Manager
Deputy PM
Admin Manager
Akuntan
Admin
Purcashing
Logistik
Adkon
Quantity Surveyor
OPERATIONAL DIVISION ENGINEERING ADMINISTRATION
Project Manager
Heavy Equipment Manager
Mekanik
Site Manager
Pelaksana
Plant Manager
Admin Manager
Akuntan
Admin
Umum
Engineering Manager
Cost Engineer
Surveying
Planning
Quality Assurance
Safety Assurance
Purcashing
Logistik
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
114
Universitas Indonesia
Tabel 4.1. Hasil analisis jumlah dan kualifikasi tenaga kerja di tingkat manajerial/engineering P
roje
ct
Man
ager
Dep
uty
PM
Pla
nt
Man
ager
Sit
e M
anag
er
Pel
aksa
na
Su
per
viso
r
Hea
vy q
uip
men
t
Mek
anik
En
gin
eeri
ng
Man
ager
Cos
t E
ngi
nee
r
Su
rvey
ing
Pla
nn
ing
Qu
alit
y A
ssu
ran
ce
Saf
ety
Ass
ura
nce
QS
Dra
fetr
Lab
orat
ory
Gu
dan
g
Ad
min
istr
atio
n
Man
ager
Ak
un
tan
&
K
euan
gan
Pu
rcas
hin
g
Log
isti
k
Ad
min
istr
asi
Ad
min
isra
si
Kon
trak
Cos
t C
ontr
ol
Um
um
JUMLAH 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Min Max 1 1 1 1 1 1 1 4 1 12 2 3 1 1 1 6 1 2 1 2 1 12 1 4 1 3 1 12 1 2 1 4 1 1 1 2 1 2 1 2 1 3 1 5 1 4 1 1 1 1 1 1
STATUS 1. Tetap
2. Tdk Tetap
3. Kontrak
proyek
1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 1
PENDIDIKAN
S1 S1 D3 S1 D3 D3 D3 D3 S1 S1 D3 S1 D3 D3 S1 D3 S1 D3 S1 D3 D3 D3 D3 S1 S1 D3
Min Max S1
S2
S1
S1
D3
D3
D3
S1
D3
S1 D3
S1
D3
S1
D3
D3
D3
S1
D3
S1
D3
S1 D3
S1
D3
S1
D3
S1 D3
S1
D3
D3
S1
S1
D3
D3
D3
S1
D3
S1
D3
S1
D3
S1
D3
D3
D3
S1
D3
S1
D3
D3
KOMPETENSI 1. Bersertifikat
2. Tidak
bersertifikat
1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1
PENGALAMAN 1. 2 – 5 thn
2. 5 – 10 thn
3. > 10 thn
2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
115 Universitas Indonesia
Perencanaan alokasi tenaga kerja ini dapat dilakukan bila telah ditetapkan Model
Struktur Organisasi Proyek Jalan. Perencanaan alokasi tenaga kerja di tingkat
manajerial/engineering pada proyek jalan dengan berdasarkan nilai proyek untuk
nilai proyek jalan antara Rp. 10 M – Rp. 50 M, alokasi jumlah dan kualifikasi
tenaga kerja di tingkat manajerial/engineering ditunjukkan pada Gambar 4.5. dan
Tabel 4.2. yang selengkapnya dapat dilihat pada BUKU LAMPIRAN -
ANALISIS IV – 1. Daftar perusahaan yang menjadi responden tercantum pada
LAMPIRAN IV – 1.
Gambar 4.5. Struktur dan jumlah tenaga kerja pada proyek antara Rp. 10 M – Rp. 50 M
Tabel 4.2. Kualifikasi tenaga kerja pada proyek antara Rp. 10 M – Rp. 50 M
Pro
ject
M
anag
er
Sit
e M
anag
er
Pel
aksa
na
Hea
vy
Eq
uim
ent
Mek
anik
En
gin
eeri
ng
Man
ager
Cos
t E
ngi
nee
r
Su
rvey
ing
Pla
nn
ing
Qu
alit
y A
ssu
ran
ce
Saf
ety
Ass
ura
nce
Qu
anti
ty
Su
rvey
or
Dra
fter
Ad
min
istr
atio
n
Man
ager
Ak
un
tan
&
keu
anga
n
Pu
rcas
hin
g
Log
isit
k
Ad
min
istr
asi
Pendidikan S1 S1 D3 D3 D3 S1 S1 D3 S1 D3 D3 S1 D3 S1 D3 D3 D3 D3
Kompetensi 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2
Pengalaman 5-10 5-10 5-10 5-10 5-10 5-10 2-5 5-10 2-5 5-10 2-5 2-5 2-5 5-10 2-5 5-10 5-10 5-10
Project Manager
Quality Assurance
Safety Assurance
OPERATIONAL DIVISION ENGINEERING DIVISION ADMINISTRATION DIVISION
Heavy Equipment
Mekanik
Site Manager
Pelaksana
Engineering Manager
Cost Engineer
Surveying
Planning
Quantity Surveryor
Drafter
Admin Manager
Akuntan
Admin
Purcashing
Logistik
1 org Tetap
1 org Tetap Tdk tetap
1 org
Tdk tetap
2 org 2 org Kontrak proyek
1 org Tdk
tetap
Tetap 1 org
1 org Tetap 1 org Tdk tetap
Tdk tetap
1 org 1 org Tdk tetap
Tdk tetap
Tdk tetap
2 org 2 org
Tetap Tetap 1 org 1 org
1 org
1 org
1 org Tdktetap Tdk tetap
Tetap
Keterangan : Kompetensi 1 = Bersertifikat , Kompetensi 2 = Tidak bersertifikat
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
116 Universitas Indonesia
Untuk nilai proyek antara Rp. 50 M – Rp. 100 M, alokasi jumlah dan kualifikasi
tenaga kerja di tingkat manajerial/engineering ditunjukkan pada Gambar 4.6. dan
Tabel 4.3.
Gambar 6.5. Alokasi Tenaga Kerja pada proyek jalan dengan nilai proyek
Rp.50M – Rp. 100 M
Gambar 4.6. Struktur dan jumlah tenaga kerja pada proyek antara Rp. 50 M – Rp. 100 M
Tabel 4.3. Kualifikasi tenaga kerja pada proyek antara Rp. 50 M – Rp. 100 M
Pro
ject
M
anag
er
Pla
nt
Man
ager
Sit
e M
anag
er
Pel
aksa
na
Hea
vy
Eq
uim
ent
Mek
anik
En
gin
eeri
ng
Man
ager
Cos
t E
ngi
nee
r
Su
rvey
ing
Pla
nn
ing
Qu
alit
y A
ssu
ran
ce
Saf
ety
Ass
ura
nce
Ad
min
istr
atio
n
Man
ager
Ak
un
tan
&
keu
anga
n
Pu
rcas
hin
g
Log
isit
k
Ad
min
istr
asi
Um
um
Pendidikan
S1 D3 S1 D3 D3 D3 S1 S1 D3 S1 D3 D3 S1 D3 D3 D3 D3 D3
Kompetensi 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
Pengalaman 5-10 2-5 5-10 5-10 5-10 5-10 5-10 2-5 5-10 2-5 5-10 2-5 5-10 2-5 5-10 5-10 5-10 5-10
OPERATIONAL DIVISION ENGINEERING DIVISION ADMINISTRATION DIVISION
Planning
Admin Manager
Akuntan
Engineering Manager
1 org Tetap
Cost Engineer
1 org Tetap
Surveying
2 org Kontrak proyek
1 org Tdk
tetap
Tetap 1 org
1 org Tetap
Purcashing
1 org Tdk tetap
Admin
Tdk tetap
1 org
Logistik
1 org Tdk tetap
Heavy Equipment
Mekanik
Tdk tetap
2 org
Tetap 1 org
Site Manager
Pelaksana
Tdk tetap
2 org
Tetap 1 org
Safety Assurance
1 org Tdktetap
Quality Assurance
1 org Tdk tetap
Project Manager
1 org Tetap
Plant Manager
1 org Tetap
Umum
tetap 1 org
Keterangan : Kompetensi 1 = Bersertifikat , Kompetensi 2 = Tidak bersertifikat
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
117 Universitas Indonesia
Untuk nilai proyek diatas Rp. 100 M, alokasi jumlah dan kualifikasi tenaga kerja
di tingkat manajerial/engineering ditunjukkan pada Gambar 4.7. dan Tabel 4.4.
Gambar 4.7. Struktur dan jumlah tenaga kerja pada proyek diatas Rp. 100 M
Tabel 4.4. Kualifikasi tenaga kerja pada proyek diatas Rp. 100 M
Pro
ject
M
anag
er
Dep
uty
PM
Sit
e M
anag
er
Pel
aksa
na
Hea
vy
Eq
uim
ent
Mek
anik
En
gin
eeri
ng
Man
ager
Cos
t E
ngi
nee
r
Su
rvey
ing
Pla
nn
ing
Qu
alit
y A
ssu
ran
ce
Saf
ety
Ass
ura
nce
Qu
anti
ty
Su
rvey
or
Ad
min
istr
atio
n
Man
ager
Ak
un
tan
&
keu
anga
n
Pu
rcas
hin
g
Log
isit
k
Ad
min
istr
asi
Ad
kon
Pendidikan S1 S1 S1 D3 D3 D3 S1 S1 D3 S1 D3 D3 S1 S1 D3 D3 D3 D3 S1
Kompetensi 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
Pengalaman 5-10 5-10 5-10 5-10 5-10 5-10 5-10 2-5 5-10 2-5 5-10 2-5 2-5 5-10 2-5 5-10 5-10 5-10 2-5
Analisis penelitian tentang alokasi tenaga kerja ini secara lengkap dapat dilihat
pada BUKU LAMPIRAN - ANALISIS IV – 1.
OPERATIONAL DIVISION ENGINEERING DIVISION ADMINISTRATION DIVISION
Planning
Admin Manager
Akuntan
Engineering Manager
1 org Tetap
Cost Engineer
1 org Tetap
Surveying
2 org Kontrak proyek
1 org Tdk
tetap
Tetap 1 org
1 org Tetap
Purcashing
1 org Tdk tetap
Admin
Tdk tetap
1 org
Logistik
1 org Tdk tetap
Heavy Equipment
Mekanik
Tdk tetap
2 org
Tetap 1 org
Site Manager
Pelaksana
Tdk tetap
2 org
Tetap 1 org
Safety Assurance
1 org Tdktetap
Quality Assurance
1 org Tdk tetap
Project Manager
1 org Tetap
Quantity Surveyor
tidak tetap
1 org
Deputy PM
1 org Tetap
Adkon
1 org tetap
Keterangan : Kompetensi 1 = Bersertifikat , Kompetensi 2 = Tidak bersertifikat
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
118 Universitas Indonesia
4.2.2. Efisiensi biaya tenaga kerja pada proyek jalan.
4.2.2.1. Komponen biaya proyek jalan.
Pada pelaksanaan proyek konstruksi jalan terdapat komponen sumber
daya yang mempengaruhi yaitu material, tenaga kerja, peralatan, keuangan dan
manajemen. Dalam melakukan estimasi biaya biaya suatu proyek, kontraktor
harus mempunyai data yang dapat dijadikan dasar acuan penghitungan. Dari data
dan analisis biaya tersebut, maka kontraktor dapat melakukan estimasi berbagai
jenis biaya proyek. Keakuratan estimasi tersebut sangat menentukan dalam
mengurangi resiko penyimpangan biaya pelaksanaan proyek dan juga untuk
mendapatkan biaya pelaksanaan yang efisien. Dalam mengoptimalkan biaya
tenaga kerja, faktor-faktor penting yang harus diketahui adalah besarnya rencana
anggaran biaya dan besarnya realisasi biaya pelaksanaan proyek. Kedua data
tersebut kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui besarnya kinerja biaya
yang terjadi dalam setiap proyek. Kinerja biaya tersebut yang menjadi pedoman
dalam mengoptimalkan biaya tenaga kerja. Dengan mengoptimalkan komponen
biaya tenaga kerja, maka akan didapatkan biaya tenaga kerja yang efisien.
Tujuan utama kontraktor adalah menyelesaikan proyek sesuai dengan
waktu, biaya dan mutu yang telah ditentukan. Biaya proyek dibagi atas dua jenis
yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.120 Pada biaya langsung terdiri
atas biaya material, biaya alat, biaya tenaga kerja, dan biaya subkontraktor.
Sedangkan biaya tidak langsung terbagi atas biaya alokasi umum, biaya
penyusutan, biaya bunga, pajak, ketidak-pastian atau contingency, biaya overhead
kantor pusat dan laba. Pada proyek konstruksi jalan, komponen tenaga kerja
terdiri dari tenaga kerja kontrak, tenaga kerja tetap, tenaga kerja upah per jam,
dan tenaga kerja upah borongan.121
4.2.2.2. Penelitian model perhitungan biaya tenaga kerja.
Penelitian tentang model perhitungan biaya tenaga kerja yang efisien pada
proyek jalan dilakukan dengan cara mengoptimalkan komponen biaya tenaga
kerja dengan kerangka proses di atas. Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data rencana anggaran biaya langsung dan realisasi biaya langsung proyek
120 Asiyanto. Construction Project Cost Management. Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2003. 121 Soeharto, I. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta : Erlangga. 1997.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
119 Universitas Indonesia
meliputi biaya material, biaya tenaga kerja, biaya alat, biaya sub kontraktor dan
biaya overhead lapangan. Metode pemodelan biaya dianggap merupakan metode
yang layak atas dasar suatu asumsi.122 Metode penelitiannya dilakukan dengan
menggunakan data rencana anggaran biaya proyek dan realisasi dari biaya
proyek. Kedua input angka biaya tesebut digunakan untuk mendapatkan
pemodelan kinerja biaya, kemudian optimalisasi dilakukan terhadap pemodelan
kinerja biaya ini. Penelitian ini dibagi ke dalam dua tahap penelitian, masing-
masing tahap memiliki dua permodelan yang selanjutnya akan gabungkan untuk
memperoleh hasil akhir. Tahap pertama yaitu model tentang kontribusi
komponen-komponen biaya langsung proyek terhadap biaya langsung proyek,
dan tahap kedua model tentang bobot realisasi komponen biaya yang
mempengaruhi kinerja komponen biaya proyek. Pemodelan yang pertama
mengenai kontribusi komponen-komponen biaya langsung proyek terhadap biaya
langsung proyek, ditunjukkan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Grafik pemodelan komponen biaya terhadap biaya langsung Untuk input data digunakan persamaan :
(Rencana Biaya – Realisasi Biaya) Y = x 100 % .............. (1) Rencana Biaya
(Rencana biaya Xn – Realisasi Biaya Xn) Xn = x 100 % ................(2)
Rencana Biaya Xn
122 Ashworth. Cost Studies Of Buildings. Longman Group UK Limited, 1988.
Keterangan:
Y : Kinerja Biaya Langsung
X : Kinerja Komponen Biaya Langsung (Material, Alat, Tenaga Kerja,
Sub Kontraktor, Overhead Lapangan)
i : Variabel Bebas
j : Sampel Proyek
k : Jenis Variabel k yang mempunyai keterkaitan terhadap Variabel i
l : Sampel Proyek l yang mempunyai keterkaitan terhadap Sampel j
Biaya
Komponen Biaya
Y = f ( XIjkl ) Kinerja Biaya
Langsung
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
120 Universitas Indonesia
Selanjutnya pemodelan bagian kedua adalah mengenai bobot realisasi komponen
biaya yang mempengaruhi kinerja komponen biaya proyek. Berikut dapat
diidentifikasikan komponen biaya yang memberikan kontribusi penyimpangan
negatif dan positif seperti ditujukkan pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9. Grafik pemodelan bobot komponen biaya terhadap kinerja komponen biaya langsung.
Untuk input digunakan persamaan :
(Rencana Biaya Xn – Realisasi Biaya Xn) Ym = Xn= x 100 % ......... (3) Rencana Biaya Xn
(Realisasi Biaya Xn) Xm = x 100 % ............................ (4) Rencana Biaya Total Penelitian bagian pertama dilakukan dengan tujuan mengkaji kontribusi masing-
masing komponen biaya pelaksanaan proyek agar didapat pemodelan biaya
pelaksanaan proyek, selanjutnya digunakan untuk melakukan pengendalian biaya
pelaksanaan proyek. Konstelasi permasalahan tahap pertama, ditujunkkan pada
Gambar 4.10.
(Kinerja dalam %)
Gambar 4.10. Hubungan antara biaya langsung dengan komponen biaya
Keterangan :
X1 : Kinerja Biaya Peralatan
X2 : Kinerja Biaya Material
X3 : Kinerja Biaya Tenaga Kerja
X4 : Kinerja Biaya Sub Kontraktor
X5 : Kinerja Biaya Overhead Lapangan
Y : Kinerja Biaya Langsung Proyek
X1
X2
X3 Y
X4
X5
Keterangan :
Ym : Kinerja Komponen Biaya Langsung
m : 1 s/d n
Xmp : Bobot Komponen Biaya Langsung
p : 1 s/d n
Kinerja Komponen Biaya
Bobot Komponen Biaya
Ym = f ( Xmp )
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
121 Universitas Indonesia
Hubungan tersebut menggambarkan konstribusi Kinerja Biaya Peralatan (X1),
Kinerja Biaya Material (X2), Kinerja Biaya Tenaga Kerja (X3), Kinerja Biaya Sub
Kontraktor (X4), dan Kinerja Biaya Overhead Lapangan (X5) dengan Kinerja
Biaya Langsung Proyek (Y). Penelitian bagian kedua dilakukan bertujuan untuk
mengkaji kontribusi masing-masing bobot komponen biaya langsung sehingga
diperoleh pemodelan komposisi komponen biaya langsung, selanjutnya
digunakan untuk melakukan estimasi biaya pelaksanaan proyek. Permasalahan
bagian kedua dapat digambarkan pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11. Hubungan antara bobot komponen biaya dengan kinerja komponen biaya langsung
Hubungan tersebut menggambarkan konstribusi bobot komponen Biaya
Langsung (Zn) dengan kinerja komponen Biaya Langsung (Xn).
4.2.2.3. Biaya tenaga kerja.
Data penelitian diperoleh dari 75 proyek jalan baru yang telah selesai
pelaksanaannya antara tahun 2000 sampai 2005 dengan biaya di atas 2 milyar
rupiah di seluruh wilayah Indonesia. Data biaya tenaga kerja digunakan untuk
menghitung kinerja biaya tenaga kerja dan bobot realisasi biaya tenaga kerja
terhadap biaya langsung. Dari 75 proyek yang disurvey, diperoleh hasil
perhitungan kinerja biaya tenaga kerja dan bobot realisasi biaya tenaga kerja
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.5. Bobot realisasi dan kinerja biaya tenaga
kerja diperoleh dengan persamaan (2) dan (4).
Tabel 4.5. Data biaya dan kinerja biaya tenaga kerja
Biaya Langsung (dalam juta rupiah)
Biaya Tenaga Kerja (dalam juta rupiah) No Proyek
Rencana Realisasi Rencana Realisasi
Bobot Realisasi
Kinerja Biaya TK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Proyek 1 492 490 123 101 20.61% 17.89%
2 Proyek 2 606 596 144 117 19.63% 18.75%
3 Proyek 3 8.313 8.262 1.112 471 5.70% 57.64%
4 Proyek 4 591 581 139 112 19.28% 19.42%
5 Proyek 6 2.877 2.736 435 417 15.24% 4.14%
6 Proyek 7 8.013 7.962 912 471 5.92% 48.36%
7 Proyek 10 1.869 1.824 61 54 2.96% 11.48%
8 Proyek 12 5.061 5.023 364 325 6.47% 10.71%
9 Proyek 13 2.877 2.787 268 247 8.86% 7.84%
Zn Xn
Keterangan :
Zn : Bobot komponen Biaya Langsung
Xn : Kinerja komponen Biaya Langsung
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
122 Universitas Indonesia
Biaya Langsung (dalam juta rupiah)
Biaya Tenaga Kerja (dalam juta rupiah) No Proyek
Rencana Realisasi Rencana Realisasi
Bobot Realisasi
Kinerja Biaya TK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
10 Proyek 16 5.516 5.424 1.297 1.045 19.27% 19.43%
11 Proyek 17 8.921 8.866 1.015 525 5.92% 48.28%
12 Proyek 18 5.055 4.928 366 356 7.22% 2.73%
13 Proyek 19 4.178 4.209 1.115 1.145 27.20% -2.69%
14 Proyek 20 9.730 9.715 65 61 0.63% 5.93%
15 Proyek 22 5.883 5.749 495 517 8.99% -4.44%
16 Proyek 23 8.865 8.851 59 56 0.63% 5.08%
17 Proyek 26 1.754 1.734 96 39 2.25% 59.38%
18 Proyek 27 14.436 14.917 1.038 1.135 7.61% -9.34%
19 Proyek 28 3.193 3.201 362 335 10.47% 7.46%
20 Proyek 29 4.089 3.997 344 359 8.98% -4.36%
21 Proyek 30 6.303 6.148 222 191 3.11% 13.96%
22 Proyek 32 6.813 7.100 682 955 13.45% -40.03%
23 Proyek 33 7.174 6.894 628 619 8.98% 1.43%
24 Proyek 36 1.666 1.615 376 220 13.62% 41.49%
25 Proyek 37 5.201 5.149 389 350 6.80% 10.03%
26 Proyek 39 5.170 5.274 381 371 7.03% 2.62%
27 Proyek 41 3.258 3.254 180 182 5.59% -1.11%
28 Proyek 42 11.770 11.507 584 574 4.99% 1.71%
29 Proyek 43 6.098 5.994 219 196 3.27% 10.50%
30 Proyek 45 4.578 4.531 1515 145 3.20% 90.43%
31 Proyek 46 2.623 2.565 130 128 4.99% 1.54%
32 Proyek 47 27.412 26.947 453 489 1.81% -7.95%
33 Proyek 50 9.226 9.172 386 267 2.91% 30.74%
34 Proyek 53 2.987 2.913 105 90 3.09% 14.29%
35 Proyek 54 4.096 4.287 409 588 13.72% -43.77%
36 Proyek 57 5.771 5.699 288 497 8.72% -72.57%
37 Proyek 60 12.535 12.320 450 402 3.26% 10.67%
38 Proyek 61 4.214 4.049 369 364 8.99% 1.36%
39 Proyek 64 11.430 11.071 1.065 981 8.86% 7.89%
40 Proyek 65 7.708 7.723 874 809 10.48% 7.44%
41 Proyek 67 4.548 4.438 280 276 6.21% 1.54%
42 Proyek 68 3.193 3.201 362 335 10.47% 7.46%
43 Proyek 69 14.361 13.870 1.040 987 7.12% 5.10%
44 Proyek 70 15.638 15.754 4.173 4.286 27.21% -2.71%
45 Proyek 71 5.886 5.754 292 287 4.99% 1.71%
Data dan hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada BUKU LAMPIRAN
- ANALISIS IV – 1.
Dari tabulasi data di atas dapat dilihat gambaran biaya tenaga kerja pada proyek.
Gambaran data biaya tenaga kerja tersebut menjelaskan kondisi biaya tenaga
kerja pada proyek yang terjadi, yaitu cost underrun dan cost overrun. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
123 Universitas Indonesia
Tabel 4.6. Kondisi Biaya Tenaga Kerja
No Komponen Biaya Variance Rentang Kinerja Bobot Sampel
1 Biaya Langsung 0 - 4,9 % 100% 36
2 Biaya Tenaga Kerja
Cost Underrun 0 - 90,43 % 0,63 - 20,61 % 35
1 Biaya Langsung -4,66 - -0,19 % 100% 9
2 Biaya Tenaga Kerja
Cost Overrun -72,57 - -1,11 % 1,81 - 27,21 % 10
Berdasarkan hasil analisis kinerja biaya tenaga kerja di atas diperoleh angka rata-
rata 9,28%, dengan standar deviasi 0,262, median sebesar 0,0743, angka
minimum sebesar -0,7257, dan maksimum sebesar 0,9043. Koefisien
kecondongan gambar atau skewness besarnya 0,1279 dan kelancipan gambar
berada pada kurtosis 3,3864. Hasil perhitungan kinerja biaya tenaga kerja ini
ditujukkan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.12. Hasil analisis data bobot
realisasi biaya tenaga kerja diperoleh angka rata-rata 8,82%, standar deviasi
0,0645, angka minimum pada 0,0063 dan maksimum pada 0,2721. Koefisien
kecondongan gambar atau skewness besarnya 1,31 dan kelancipan gambar
berada pada kurtosis 1,46. Hasil perhitungan bobot realisasi biaya tenaga kerja
ditunjukkan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.13. Kedua Gambar ini
menunjukkan sebaran kinerja biaya dan bobot realisasi berbentuk normal.
Kinerja Upah
.88.75.63.50.38.25.130.00-.13-.25-.38-.50-.63-.75
Fre
qu
en
cy
20
10
0
Bobot Realisasi Biaya Upah
.275.250.225.200.175.150.125.100.075.050.0250.000
Fre
kue
nsi
10
8
6
4
2
0
4.2.2.4. Kontribusi kinerja biaya tenaga kerja.
Untuk mengetahui model hubungan kinerja biaya tenaga kerja terhadap
kinerja biaya langsung dilakukan analisa regresi sederhana. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya langsung (YBL) atas
kinerja biaya tenaga kerja (XTK) yaitu :
YBL = 0,009414 + 0,01744 XTK
Gambar 4.12 Histogram Sebaran Data Kinerja Biaya Tenaga Kerja
Gambar 4.13. Histogram Sebaran Data Bobot Realisasi Biaya Tenaga
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
124 Universitas Indonesia
Sesuai dengan metode penelitian yang telah diuraikan, dilakukan teknik simulasi
Monte Carlo menggunakan program Crystall Ball dengan iterasi sebanyak 3000
kali, kinerja biaya tenaga kerja (XTK) sebagai random variable dengan
menggunakan distribusi normal dengan parameter mean = 9,28 %, standar
deviasi = 26,24 %. Hasil teknik simulasi ini ditunjukkan pada Gambar 4.14.
Gambar 4.14. Grafik Kontribusi Biaya Tenaga Kerja Terhadap Kinerja Biaya Langsung
Berdasarkan Gambar 4.14. dapat dilihat bahwa kinerja biaya langsung
dipengaruhi oleh kinerja biaya tenaga kerja, pada nilai probabilitas 50% sebesar
1,11%. Hal ini berarti bahwa kinerja biaya tenaga kerja dengan probabilitas 50%
menyebabkan kinerja biaya langsung sebesar 1,11%. Dari nilai percentiles dalam
batas 2,5 % sampai dengan 97,5 % diperoleh kinerja biaya tenaga kerja
menyebabkan terjadinya kinerja positif minimum 0,23% dan kinerja positif
maksimum 2,01%, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.7. Pada Tabel ini
terlihat bahwa kinerja biaya tenaga kerja memiliki probabilitas yang besar untuk
memberikan kontribusi kinerja biaya proyek positif.
Tabel 4.7. Batas Probabilitas Kontribusi Kinerja Biaya Tenaga Kerja
Percentile Y XTK Batas Probabilitas Kontribusi
0.0% -0.28% -69.91% 2.5% 0.23% -40.75% 0.23% 5.0% 0.36% -33.11% 50.0% 1.11% 9.82% 95.0% 1.87% 53.15% 97.5% 2.01% 61.33% 2.01% 100.0% 2.47% 87.82%
Cumulative Chart
Mean = 0.01.000
.250
.500
.750
1.000
0
750
3000
-0.00 0.01 0.01 0.02 0.02
3,000 Trials 2,976 Displayed
Forecast: Kinerja BL-TK
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
125 Universitas Indonesia
4.2.2.5. Identifikasi kinerja komponen biaya tenaga kerja sebagai biaya
langsung.
Proses identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui batasan kinerja biaya
material, biaya tenaga kerja, biaya alat, biaya sub kontraktor dan biaya overhead
lapangan berupa batas atas dan batas bawah kinerja yang diperoleh dari simulasi
permodelan.Untuk mengetahui range kinerja biaya tenaga kerja, dilakukan
regresi sederhana antara bobot realisasi biaya tenaga kerja terhadap kinerja biaya
tenaga kerja. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja
biaya tenaga kerja (XTK) atas bobot biaya tenaga kerja (ZTK) yaitu :
Sesuai dengan metode penelitian yang telah diuraikan, dilakukan teknik simulasi
Monte Carlo menggunakan program Crystall Ball dengan iterasi sebanyak 3000
kali, bobot realisasi biaya tenaga kerja (ZTK) sebagai random variable dengan
menggunakan distribusi normal dengan parameter mean = 8,82%, standar deviasi
= 6,45%. Hasil simulasi ditunjukkan pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15. Grafik Model Kinerja Biaya Tenaga Kerja
Berdasarkan Gambar 4.15. diketahui nilai pada probabilitas 50% sebesar
7,80%. Hal ini berarti bahwa terjadinya kinerja biaya tenaga kerja dengan
probabilitas 50% adalah sebesar 7,80%. Dari nilai percentiles dalam batas 2,5 %
sampai dengan 97,5 % diketahui batas bawah kinerja biaya tenaga kerja adalah
0,61% dan batas atas kinerja biaya tenaga kerja sebesar 17,71%, yang
ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Cumulative Chart
Mean = 8.08E-2.000
.250
.500
.750
1.000
0
750
3000
8.64E-4 5.01E-2 9.94E-2 1.49E-1 1.98E-1
3,000 Trials 2,968 Displayed
Forecast: Kinerja Upah vs Bobot Upah
XTK = -0,00461 + 0,860 ZTK
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
126 Universitas Indonesia
Tabel 4.8. Batas Probabilitas Peyimpangan Biaya Tenaga Kerja
Percentile XTK ZTK Batas Probabilitas Kinerja
0.0% 0.08% 0.63% 2.5% 0.61% 1.25% 0.61% 5.0% 1.20% 1.93% 50.0% 7.80% 9.60% 95.0% 16.15% 19.31% 97.5% 17.71% 21.13% 17.71% 100.0% 22.84% 27.10%
4.2.2.6. Optimalisasi biaya tenaga kerja.
Setelah memperoleh hasil kinerja biaya langsung dengan simulasi Monte Carlo,
selanjutnya dilakukan optimalisasi biaya tenaga kerja dengan bantuan program
Opquest dan menghasilkan permodelan yang akan digunakan dalam melakukan
optimalisasi, yaitu :
Y = -0,02272 + 0,02826 Z1 + 0,03173 Z2 + 0,04127 Z3 + 0,00852 Z4 + 0,03481 Z5.
dimana : Z1 = bobot biaya material
Z2 = bobot biaya tenaga kerja
Z3 = bobot biaya peralatan
Z4 = bobot biaya sub kontraktor
Z5 = bobot biaya overhead lapangan
dengan cara perhitungan yang sama untuk setiap komponen biaya seperti cara
perhitungan pada komponen biaya tenaga kerja diperoleh batasan berikut ini :
1. Kinerja Biaya Langsung (Y) = Maksimum
2. 1,49 % < Bobot Biaya Material < 74,17 %
3. 0,63 % < Bobot Biaya Tenaga kerja < 27,21 %
4. 1,03 % < Bobot Biaya Alat < 24,67 %
5. 0,25 % < Bobot Biaya Sub Kontraktor < 92,60 %
6. 1,80 % < Bobot Biaya Overhead Lapangan < 19,50 %
7. Bobot Biaya Material + Bobot Biaya Tenaga kerja + Bobot Biaya Alat +
Bobot Biaya Sub Kontraktor + Bobot Biaya Overhead Lapangan = 100 %
Dari hasil optimalisasi diperoleh bobot komponen biaya langsung yang optimal
pada Tabel 4.9.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
127 Universitas Indonesia
Tabel 4.9. Bobot Optimal Komponen Biaya Langsung
N Kinerja Biaya Langsung
Material Tenaga kerja
Alat Sub Kon
Overhead
1 1.36E-03 46.90% 8.82% 8.38% 30.14% 5.77% 5 1.46E-03 23.19% 13.71% 21.74% 38.38% 2.99% 8 6.45E-03 65.24% 2.16% 17.77% 9.30% 5.53% 45 8.44E-03 73.09% 2.37% 19.88% 0.25% 4.41%
Dari Tabel 4.9. diperoleh batasan bobot komponen biaya langsung yang optimal,
yaitu :
1. Bobot biaya material : 23,19% - 73,03% dari biaya langsung
2. Bobot biaya tenaga kerja : 2.16% - 13,71% dari biaya langsung
3. Bobot biaya peralatan : 17,69% - 22,09% dari biaya langsung
4. Bobot biaya sub kontraktor : 6,35% - 38,38% dari biaya langsung
5. Bobot biaya overhead lapangan : 2,99% - 6,51% dari biaya langsung
Berdasarkan penelitian di atas, diperoleh hasil temuan sebagai berikut :
1. Hasil analisis model persamaan regresi kinerja biaya tenaga kerja (XTK)
atas bobot biaya tenaga kerja (ZTK) adalah XTK = -0,00461 + 0,860 ZTK
dengan nilai Adjusted R2 = 0,584. Hal ini berarti bahwa tingkat
pengaruh kinerja biaya tenaga kerja terhadap bobot biaya tenaga kerja
adalah sebesar 0,584 atau 58,40%. Angka ini merupakan nilai tingkat
pengaruh kinerja biaya tenaga kerja dari estimasi biaya tenaga kerja
yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan.
2. Analisis tentang kontribusi kinerja biaya tenaga kerja menunjukkan
terjadinya kinerja biaya langsung positif minimum 0,23% dan kinerja
positif maksimum 2,01%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja biaya
tenaga kerja memberikan kontribusi yang positif terhadap kinerja biaya
langsung pada proyek jalan, tetapi karena porsinya relatif kecil maka
kontribusi ini tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan komponen
biaya lainnya.
3. Estimasi biaya tenaga kerja merupakan suatu perkiraan yang memiliki
probabilitas yang dapat lebih rendah atau lebih tinggi. Dari analisis
penelitian dihasilkan batas bawah kinerja biaya tenaga kerja adalah
0,61% dan batas atas kinerja biaya tenaga kerja sebesar 17,71%. Hal ini
berarti bahwa kinerja biaya tenaga kerja pada proyek jalan mempunyai
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
128 Universitas Indonesia
kemungkinan deviasi dari estimasi biaya tenaga kerja antara 0,16%
sampai dengan 17,71%. Batasan angka ini dapat digunakan oleh
kontraktor dalam membuat estimasi biaya tenaga kerja.
4. Dari hasil perhitungan optimalisasi diperoleh bobot biaya tenaga kerja
pada proyek jalan antara 2,16% sampai dengan 13,71 % dari total biaya
langsung. Dengan teknik simulasi Monte Carlo terhadap hasil
optimalisasi tadi diperoleh bobot biaya tenaga kerja optimal pada
probabilitas 50% sampai dengan 95% sebesar 6,52% sampai dengan
11%. Hal ini berarti bahwa bobot biaya tenaga kerja optimal berada
pada batas 6,52% - 11% dari total biaya langsung.
Berdasarkan analisis penelitian dan temuan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Kinerja biaya material, tenaga kerja, alat, sub kontraktor, dan overhead
lapangan secara bersama-sama ikut menentukan kinerja biaya
pelaksanaan proyek. Jika kinerja biaya pelaksanaan proyek akan
ditingkatkan maka kinerja biaya material, kinerja biaya tenaga kerja,
kinerja biaya alat, kinerja biaya sub kontraktor dan kinerja biaya
overhead lapangan secara bersama-sama perlu ditingkatkan.
2. Kinerja biaya tenaga kerja memberikan kontribusi positif terhadap
kinerja biaya pelaksanaan proyek. Makin tinggi kinerja biaya tenaga
kerja maka kinerja biaya pelaksanaan proyek akan makin baik. Jika
kinerja biaya pelaksanaan proyek akan ditingkatkan maka kinerja
tenaga kerja perlu ditingkatkan.
3. Pada proyek jalan bobot biaya tenaga kerja ikut menentukan kinerja
biaya tenaga kerja. Makin tepat perencanaan bobot biaya tenaga kerja
berarti makin baik kinerja biaya tenaga kerja. Jika akan meningkatkan
kinerja tenaga kerja, ketepatan dalam estimasi biaya tenaga kerja perlu
ditingkatkan.
4. Bobot biaya tenaga kerja terhadap jumlah total biaya langsung pada
pelaksanaan proyek jalan yang efisien adalah pada kisaran antara 6,52
% sampai 11% dari total biaya langsung. Bila kontraktor akan
mengefisienkan biaya pelaksanaan proyek jalan, maka untuk biaya
tenaga kerja sebaiknya dalam batas tersebut.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
129 Universitas Indonesia
Analisis penelitian tentang efisiensi biaya tenaga kerja ini secara lengkap dapat
dilihat pada BUKU LAMPIRAN - ANALISIS IV – 2.
4.3. Analisis peningkatan kinerja daya saing dari faktor ketepatan waktu
dan produktifitas kerja.
4.3.1. Faktor dan variabel kinerja daya saing tenaga kerja yang terkait
dengan ketepatan waktu dan produktifitas pada pekerjaan jalan.
Faktor dan variabel kinerja daya saing tenaga kerja yang terkait dengan
produktifitas pada pekerjaan jalan diperoleh dengan cara observasi proses
kegiatan konstruksi dari proyek jalan yang terletak di 14 lokasi di Indonesia yaitu
di Medan, Cibubur (2 lokasi), Cikampek, Banten, DKI Jakarta, Surabaya,
Samarinda, Bali, Lombok, Manado, Ternate, Kupang dan Jayapura,123 yang
ditunjukkan pada Gambar 4.16. Variabel terikat (Y) dalam kinerja daya saing dari
faktor produktifitas diperoleh melalui penelitian dan dihitung dari waktu kerja
yang tidak produktif pada pelaksanaan pekerjaan jalan serta indeks
produktifitasnya.124 Pengumpulan data penelitian tentang indeks produktifitas
tenaga kerja proyek jalan dilakukan dengan mengukur elemen waktu non
produktif yang terjadi dalam beberapa paket pekerjaan jalan berupa data primer.
Jumlah data penelitian adalah :
15 lokasi proyek yang dipilih di 13 propinsi
433 proses kerja yang diobservasi di 15 lokasi proyek
1115 kegiatan yang diobservasi di 433 proses kerja / lokasi.
123 CITS, Construction Industry Training Study, Puslatjakon dan LPJK, 2003. 124 Listinia Rozana, Peningkatan Produktifitas Tenaga Kerja Konstruksi Pekerjaan Jalan Berdasarkan Elemen Waktu Kerja, Tesis Manajeman Konstruksi FTUI, 2005.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
130 Universitas Indonesia
Gambar 4.16. Peta lokasi proyek jalan yang diteliti.
Observasi ini menghasilkan data primer berupa informasi atas kinerja dan
produktifitas dari individu tenaga kerja dan kru untuk proses kerja yang dipilih
dalam bidang konstruksi jalan. Setiap proses dalam observasi ini dikerjakan
untuk menghasilkan :
1. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu proses kerja dan
produktifitas individu yang terkait dan kegiatan yang tidak produktif
dihitung dalam jam.
2. Keluaran kuantitas yang dihasilkan selama periode observasi dihitung
dalam unit output.
3. Kondisi spesifik yang berlaku selama periode observasi, termasuk
diantaranya input tenaga kerja dalam jumlah dan kualifikasi, motivasi,
tingkat upah, bahan, keadaan cuaca dan sebagainya.
Hasil survey digunakan sebagai dasar standar perhitungan kinerja tenaga kerja
dan rate produktifitas, untuk memperbaiki estimasi biaya konstruksi dan untuk
membantu definisi dari standar kinerja dari tenaga kerja. Aktifitas produktif yang
dipertimbangkan adalah yang mempunyai hubungan langsung dengan kinerja
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
131 Universitas Indonesia
individu, sedangkan aktifitas non-produktif adalah yang berhubungan dengan
interupsi, kelambatan karena berbagai sebab, seperti antara lain:125
perlengkapan atau alat yang rusak
mencari peralatan, bahan dan informasi
kesalahan yang dilakukan oleh pekerja
kekurangan bahan
alasan pribadi pekerja
datang terlambat dan pulang lebih awal
terlambat melakukan persiapan kerja
waktu idle
4.3.1.1. Perhitungan waktu (input)
Perhitungan waktu akan menghasilkan informasi berikut :126
Total waktu observasi (jam) yang digunakan untuk menyelesaikan
seluruh proses.
Total waktu kegiatan produktif (jam) yang digunakan untuk
menyelesaikan seluruh proses.
Total waktu kegiatan non-produktif, yang digunakan untuk
menyelesaikan seluruh proses, dan dirinci menjadi elemen-elemen
waktu non-produktif.
4.3.1.2. Pengukuran kuantitas (output)
Sebagai dasar penghitungan angka produktifitas pekerja individual dan kru,
kuantitas output yang dihasilkan untuk seluruh proses kerja dan untuk sub-proses
/ kegiatan individual, telah ditentukan dengan suatu cara agar output tersebut
dapat langsung dihubungkan dengan catatan waktu.
4.3.1.3. Pencatatan kondisi kerja
Untuk pengukuran waktu dengan kondisi khusus yang berlaku selama
periode observasi diperlukan informasi mengenai:127
Lokasi, ruang lingkup dan karakteristik proyek konstruksi lainnya
Nama, pengalaman dan karakteristik kontraktor/sub-kontraktor lainnya
Deskripsi detail mengelai proses kerja beserta sub-prosesnya
125 CITS, Construction Industry Training Study, Puslatjakon dan LPJK, 2003. 126 Ibid. 127 Ibid.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
132 Universitas Indonesia
Jumlah dan kualifikasi pekerja yang dilibatkan dalam proses
Spesifikasi dan deskripsi alat, perlengkapan dan bahan yang digunakan
Kondisi cuaca selama periode observasi
Tingkat upah pekerja yang dilibatkan dalam proses kerja
Proses dan aktifitas kerja berupa faktor dan variabel kinerja daya saing tenaga
kerja yang terkait dengan produktifitas pada pekerjaan jalan yang diobservasi
diuraikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Proses kerja dan aktifitas yang diobservasi.
PROSES DAN AKTIFITAS YANG DIOBSERVASI 1.
T
ange
ran
g
2.
Cib
ub
ur
I
3.
Cib
ub
ur
II
4.
Med
an
5.
Bal
i
6.
Mat
aram
7.
Man
ado
8.
Ter
nat
e
9.
Pap
ua
10. T
engg
aron
g
11. K
up
ang
12. C
ikam
pek
13. J
akar
ta
1. RIGID PAVEMENT (CONCRETE) CONSTRUCTION
1.001 Mulai persiapan. √ √
1.002 Akhir persiapan.
1.003 Pembersihan
1.004 Watering √
1.005 Pouring √
1.006 Vibrating √
1.007 Leveling √
1.008 Routing √
1.009 Pemasangan Formwork √ √
1.010 Pembongkaran Formwork √
1.011 Pemasangan pembesian √
1.012 Pengecoran beton √
2. KONSTRUKSI KANSTIN (CURB )
2001 Mulai persiapan. √ √ √ √
2.002 Akhir persiapan. √ √
2.003 Pemasangan tanda (marking) √ √ √ √
2.004 Transportasi curb √ √ √
2.005 Transportasi adukan √ √ √
2.006 Pemasangan √ √ √ √
2.007 Pengawasan √ √ √
2.008 Pencampuran adukan √ √ √ √
2.009 Finishing √ √ √
2.010 Pengecoran
3. KONSTRUKSI DRAINASI BETON
3.001 Mulai persiapan. √ √ √ √
3.002 Akhir persiapan. √ √ √
3.003 Pembersihan
3.004 Watering √
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
133 Universitas Indonesia
PROSES DAN AKTIFITAS YANG DIOBSERVASI 1.
T
ange
ran
g
2.
Cib
ub
ur
I
3.
Cib
ub
ur
II
4.
Med
an
5.
Bal
i
6.
Mat
aram
7.
Man
ado
8.
Ter
nat
e
9.
Pap
ua
10. T
engg
aron
g
11. K
up
ang
12. C
ikam
pek
13. J
akar
ta
3.005 Pengecoran √
3.006 Vibrating
3.007 Leveling
3.008 Pemasangan pembesian √ √
3.009 Penimbunan kembali √ √
3.010 Marking pembesian √ √ √
3.011 Penggalian saluran √ √ √
3.012 Pemindahan tanah √ √
3.013 Pemasangan Formwork √ √ √
3.014 Pembongkaran Formwork √ √
4. KONSTRUKSI ASPAL HOTMIXED
4.001 Mulai persiapan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4.002 Akhir persiapan. √ √
4.003 Pembersihan √ √ √ √ √ √
4.004 Spraying √ √ √ √ √ √ √ √
4.005 Spreading √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4.006 Compacting √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4.007 Kontrol lalulintas √ √
4.008 Levelling √ √ √ √ √ √ √ √
5. KONSTRUKSI PONDASI BETON BERTULANG UNTUK DINDING PENAHAN TANAH
5.001 Mulai persiapan √
5.002 Akhir persiapan √
5.003 Transportasi besi beton √
5.005 Pemasangan pembesian √
5.006 Pemasangan Formwork √
5.007 Transportasi Formwork
5.008 Pengawasan √
6. KONSTRUKSI DINDING PENAHAN TANAH BETON BERTULANG
6.001 Mulai persiapan √ √
6.002 Akhir persiapan
6.003 Pembuatan tanda (Marking) √
6.004 Pemasangan pembesian √ √
6.005 Pengawasan √ √
6.006 Pemasangan Formwork √
6.007 Pemadatan tanah √
6.008 Pengecoran √
6.009 Pemasangan Dolken √
6.010 Pembongkaran Formwork √
6.011 Vibrating √
6.012 Levelling √
6.013 Penimbunan kembali √
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
134 Universitas Indonesia
PROSES DAN AKTIFITAS YANG DIOBSERVASI 1.
T
ange
ran
g
2.
Cib
ub
ur
I
3.
Cib
ub
ur
II
4.
Med
an
5.
Bal
i
6.
Mat
aram
7.
Man
ado
8.
Ter
nat
e
9.
Pap
ua
10. T
engg
aron
g
11. K
up
ang
12. C
ikam
pek
13. J
akar
ta
6.014 Perkuatan dinding saluran √
6.015 Transportasi Dolken √
6.016 Transportasi Formwork √
7. KONSTRUKSI PEKERJAAN TANAH
7.001 Mulai persiapan √ √ √ √ √ √ √ √
7.002 Akhir persiapan √ √
7.003 Levelling √ √ √ √ √ √
7.004 Watering
7.005 Compacting √ √ √ √ √
7.006 Penggalian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7.007 Penimbunan kembali √ √ √
7.008 Pemindahan tanah √ √ √ √ √ √ √
7.009 Vibrating √
7.10 Loading √ √ √
8. KONSTRUKSI SUB-BASE BETON
8.001 Mulai persiapan √
8.002 Akhir persiapan √
8.003 Levelling √ √
8.004 Pemberian tanda (Marking) √
8.005 Compacting √ √
8.006 Pemasangan Formwork √
8.007 Pemasangan dolken √
8.008 Pengawasan
8.009 Pengecoran √
8.010 Finishing √
9. KONSTRUKSI PERKERASAN DENGAN PENETRASI ASPAL
9.001 Mulai persiapan √
9.002 Akhir persiapan
9.003 Spreading lapisan dasar √
9.004 Asphalt Spraying √
9.005 Compacting √
9.006 Sand Spreading √
9.007 Transportasi aspal panas √
9.008 Transportasi lapisan dasar √
9.009 Transportasi pasir √
9.010 Pembuatan tanda (marking)
10. KONSTRUKSI SUB-BASE
10.001 Mulai persiapan √ √ √ √ √ √
10.002 Akhir persiapan √
10.003 Levelling √ √ √ √ √ √ √ √
10.004 Pembuatan tanda (Marking) √
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
135 Universitas Indonesia
PROSES DAN AKTIFITAS YANG DIOBSERVASI 1.
T
ange
ran
g
2.
Cib
ub
ur
I
3.
Cib
ub
ur
II
4.
Med
an
5.
Bal
i
6.
Mat
aram
7.
Man
ado
8.
Ter
nat
e
9.
Pap
ua
10. T
engg
aron
g
11. K
up
ang
12. C
ikam
pek
13. J
akar
ta
10.005 Pemadatan √ √ √ √ √ √ √
10.006 Penggalian √ √ √
10.007 Watering √ √ √ √
11. KONSTRUKSI SALURAN BATU KALI
11.001 Mulai persiapan √ √ √ √ √ √ √ √
11.002 Akhir persiapan √ √ √ √ √
11.003 Penggalian √ √ √ √ √ √ √
11.004 Pemindahan tanah √ √ √ √ √ √ √ √ √
11.005 Pembuatan tanda (Marking) √ √ √ √ √ √ √ √
11.006 Finishing √ √ √ √ √ √ √ √ √
12. KONSTRUKSI DINDING PENAHAN TANAH BATU KALI
12.001 Mulai persiapan √ √ √ √ √ √
12.002 Akhir persiapan √
12.003 Penggalian √ √
12.004 Pemindahan tanah √ √ √ √ √ √
12.005 Pembuatan tanda (Marking) √ √ √ √ √ √
12.006 Finishing √ √ √ √
13. KONSRUKSI ASPHALT MIXING PLANT
13.001 Mulai persiapan √ √ √ √
13.002 Akhir persiapan √
13.004 Pemasukan agregat √ √ √ √ √ √ √
13.005 Spraying aspal √ √ √ √ √ √ √
13.006 Pengangkatan ke truk √ √ √ √ √ √ √
14. KONSTRUKSI GORONG-GORONG BETON
14.001 Mulai persiapan √
14.002 Akhir persiapan
14.003 Pembuatan tanda (Marking) √
14.004 Penggalian √ √
14.005 Pengecoran beton dasar
14.006 Pemasangan Formwork √
14.007 Pemasangan pembesian √
14.008 Levelling √
14.009 Pengecoran √
15. KONSTRUKSI SUB GRADE
15.001 Mulai persiapan √ √
15.002 Akhir persiapan
15.003 Levelling √ √
15.004 Compacting √
15.005 Watering √ √
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
136 Universitas Indonesia
Berdasarkan panduan analisis harga satuan sebagai dasar perhitungan Engineer’s
Estimate (EE) dan Owner’s Estimate (OE) untuk pekerjaaan jalan128, diperoleh
angka struktur biaya untuk semua pekerjaaan yang diobservasi dan ditunjukkan
pada Tabel 4.11. Struktur biaya ini digunakan untuk melihat berapa besar
kontribusi pekerja dalam setiap proses kerja.129 Komponen biaya tenaga kerja
relatif kecil dibanding dengan komponen biaya bahan dan peralatan. Perhitungan
analisis struktur biaya tersebut diuraikan dalam BUKU LAMPIRAN -
ANALISIS IV - 3.
Tabel 4.11. Struktur biaya dari proses kerja.
No Jenis pekerjaan No. analisis
Pekerja %
Bahan %
Alat %
Over Head %
Total %
A Pekerjaan tanah El - 311 9 0 82 9
B Sub-grade El - 33 5 0 86 9
C Sub-base El - 51 1 76 14 9
D Sub-base semen El - 231 5 83 3 9
E Perkerasan aspal hot mixed El - 634 0,3 80,7 10 9
F Perkerasan beton (rigid pavement)
El - 231 5 83 3 9
G Perkerasan aspal penetrasi El - 817 0,5 86,5 4 9
H Pondasi dinding penahan tanah beton bertulang
El - 231 El - 232
9 81 1 9
I Dinding penahan tanah beton bertulang
El - 231 5 83 3 9
J Dinding penahan tanah batu kali
El - 33 13 76 2 9
K Saluran beton bertulang El - 231 5 83 3 9
L Saluran batu kali El - 33 13 76 2 9
M Kanstin (curb) El -845 5 75 11 9
N Gorong-gorong beton El - 231 El - 232
9 81 1 9
100
Struktur biaya di atas menunjukkan biaya satu satuan kerja atau unit price. Dalam
perhitungan biaya konstruksi, unit price ini dikalikan dengan kuantitas jenis
pekerjaan masing-masing. Observasi yang dilakukan menghasilkan indeks
produktifitas dari pekerjaan jalan di 14 lokasi yang disebutkan. Dari hasil ini
dipilih yang terbukti paling mewakili terlihat dari tingkat indeksnya, yang
ditunjukkan dalam Tabel 4.12. Rumus indikator produktifitas IP, adalah :
128 Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, No. 028/T/BM/1995 129 Construction Industry Training Study (CITS), Puslatjakon – LPJKN, 2003.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
137 Universitas Indonesia
dimana : i = jenis pekerjaan ke 1
j = uraian kegiatan kerja ke j
Tabel 4.12. Indeks Produktifitas hasil survey.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Medan Cibubur 1 Cibubur 2 Cikampek BantenDKI Jakarta
Surabaya Samarinda Bali Mataram Manado Ternate Kupang Jayapura No Kegiatan
5.995 2.299 3.054 4.113 1.834 3.151 2.435 2.396 5.870 2.458 9.140 5.130 4.944 5.791
Jumlah Lokasi yang ada datanya
1 Kerb 5.481 2.008 2.786 2
2 Perkerasan (aspal hotmix)
1.070 1.461 1.083 2.018 0.489 2.537 1.058 1.527 2.034 1.528 10
3 Pondasi bawah 4.549 4.834 1.663 1.995 9.471 2.380 3.577 5.443 8
4 Drainase (pasangan batu)
8.166 4.631 4.688 1.698 8.634 5.523 3.850 4.995 4.230 9
5 Dinding penahan (pasangan batu)
2.618 3.521 2.885 2.729 4.015 3.143 6
6 Pencampuran aspal
4.837 5.566 33.722 12.316 10.099 14.552 6
7 Lapisan bawah 2.446 2.648 1.782 3
8 Drainase (beton) 1.695 7.026 0.896 4.058 3.087 5
9 Pekerjaan tanah 13.245 4.033 5.309 3.102 2.100 1.842 4.385 2.668 2.827 5.849 10
10 Perkerasan kaku (beton)
3.230 0.439 2
11 Penulangan pondasi
3.230 1
12 Pondasi bawah (semen)
1.626 2.771 2
13 Dinding penahan (beton)
1.190 2.547 2
14 Perkerasan (penetrasi aspal)
2.971 1
15 Gorong-gorong (beton)
7.065 3.975 2
Lokasi dimana indeks produktifitas yang terendah dari satu jenis
kegiatan kerja Jenis pekerjaan yang datanya diperoleh dari 7 lokasi atau lebih Jenis pekerjaan yang datanya diperoleh dari 2 lokasi atau kurang
Sumber : diolah dari hasil survey CITS, 2003.
Perhitungan analisis indeks produktifitas tersebut di atas diuraikan dalam BUKU
LAMPIRAN - ANALISIS IV – 3 dan daftar pakar yang menjadi responden
dicantumkan pada LAMPIRAN IV – 2.
Langkah awal dalam menganalisis adalah dengan memasukkan data yang
ada dalam kuisioner dengan memberi kode pada variabel dependent. Variabel
dependent (Y) ditentukan dari ranking perhitungan di atas dan data yang
diperoleh lebih dari 7 atau 50 % dari total lokasi yang disurvey, adalah:
IP ij = ∑∑ Elemen Waktu Produktif ij
∑∑ Elemen Waktu Non-Produktif ij
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
138 Universitas Indonesia
YA: produktifitas tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan pada paket
pekerjaan tanah
YB: produktifitas tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan pada paket
pekerjaan pondasi bawah
YC: produktifitas tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan pada paket
pekerjaan perkerasan
YD: produktifitas tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan pada paket
pekerjaan drainase.
Variabel independent (X) diperoleh dari kajian pustaka dan teori pada Bab II
butir 2.6.5. Dari daftar variabel tersebut, variabel dari faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi produktifitas tenaga kerja tidak dianalisis lebih lanjut karena
diluar kemampuan tenaga kerja untuk memperbaikinya. Faktor yang dianalisis
selanjutnya adalah faktor internal. Penggabungan dari variabel-variabel sejenis
menghasilkan daftar variabel yang diberi kode untuk 12 variabel independent
diuraikan dalam Tabel 4.13. dan Tabel 4.14.
Tabel 4.13. Kode variable independent Pekerjaan Tanah
Pekerjaan Pondasi Bawah
Pekerjaan Perkerasan
Pekerjaan Drainase
Keterangan
AX BX CX DX 1 s/d 12 No.Urut EWKNP
EWKNP = Elemen Waktu Kerja Non Produktif
Tabel 4.14. Rincian Elemen Waktu Non Produktif
No. Elemen Waktu Non Produktif Kode Tanggung Jawab
X1 Penundaan administrasi/ Manajemen Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan/penundaan memulai) karena adanya ketidakefisienan & / ketidakefektifan dalam hal : - instruksi dan atau rencana kerja termasuk membaca gambar
Ts
X2 Mencari alat, perlengkapan atau informasi Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan/ penundaan memulai) karena adanya ketidakefisienan & / ketidakefektifan: - mencari alat & perlengkapan (penempatan alat & perlengkapan tidak tertata baik, lokasi penyimpanan jauh dari lokasi kerja, ketersediaan alat & perlengkapan terbatas sehingga penggunaan alat & perlengkapan bergantian, dll)
- informasi (penempatan informasi/gambar kerja/prosedur kerja tidak tertata baik, lokasi papan informasi jauh dari lokasi kerja, penyampaian
Ts
Manajemen Lokasi
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
139 Universitas Indonesia
No. Elemen Waktu Non Produktif Kode Tanggung Jawab
informasi yang tidak/kurang jelas sehingga perlu mencari informasi berulang-ulang
X3 Istirahat karena bahan tidak tersedia
Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kesalahan dalam perhitungan kebutuhan bahan, terjadi kehilangan bahan (dicuri), terjadi kerusakan bahan akibat pengiriman/transportasi, kualitas bahan yang rendah, atau akibat buruknya penanganan bahan,dll
Ts
X4 Istirahat karena perlengkapan rusak Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kesalahan dalam hal perhitungan jumlah dan kualitas kebutuhan perlengkapan, sering terjadi kerusakan perlengkapan akibat pengiriman/ transportasi, kualitas perlengkapan yang rendah, atau akibat buruknya penanganan perlengkapan, dll
Tw
X5 Menunggu kolega Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kesalahan dalam penjadwalan pengiriman bahan, dll
Tw
X6 Menunggu bahan Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kesalahan dalam penjadwalan pengiriman alat, dll
Tw
X7 Menunggu alat atau perlengkapan Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kesalahan dalam penjadwalan penempatan kolega/ rekan kerja, dll
Tw
X8 Persiapan awal dan akhir Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan/ penundaan memulai) karena adanya persiapan bahan, alat & perlengkapannya pada awal pekerjaan, dan penyimpanan serta pembersihannya pada akhir pekerjaan
Tn
Pengawasan
X9 Alasan pribadi Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kebutuhan pribadi. Misalnya ke KM/WC, merokok, kesehatan yang kurang baik (pusing, dll), dihubungi oleh keluarganya, dll
Tp+Ter
X10 Koreksi kesalahan individual Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena adanya kesalahan dalam mengerjakan pekerjaan, menerjemahkan instruksi, membaca gambar, dll
Tp
X11 Keterlambatan Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) karena lamanya perjalanan akibat jauhnya lokasi base camp dengan site
Tp
X12 Menunggu (idle) Menggunakan waktu untuk kegiatan non produktif (keterlambatan /penundaan memulai) untuk menunggu penyelesaian proses/tahapan kerja oleh pihak /kolega lainnya
Tp
Tenaga Kerja
Bahan : CITS - 2003
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
140 Universitas Indonesia
Keterangan : Ts = Elemen waktu diluar kegiatan Tw = Elemen waktu menunggu Tn = Elemen waktu keterlambatan persiapan kerja Tp+Ter = Elemen waktu non produktif dari pekerja dan pengaruh luar kerja Tr = Elemen waktu non produktif karena alasan pribadi
Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat beberapa elemen waktu kerja non
produktif yang terjadi menjadi lingkup tanggung jawab manajemen lokasi,
pengawasan dan tenaga kerja. Aspek-aspek tersebut menjadi penting untuk
diperhatikan guna mencapai peningkatan produktifitas yang berarti pula
peningkatan daya saing. Selain itu, skill, knowledge dan attitude termasuk pula
dalam faktor – faktor yang mempengaruhi produktifitas. Produktifitas
dipengaruhi pula oleh faktor eksternal lain, seperti kondisi cuaca dan lainnya
yang tidak dapat diperhitungkan dengan pasti, hanya dapat diperkirakan dan
dikurangi dampaknya.
4.3.2. Analisis faktor dan variabel produktifitas yang berpengaruh pada
kinerja daya saing tenaga kerja.
Untuk mencari tingkat pengaruh dari variabel independent Xij dan Dij
elemen waktu kerja non produktif yang terjadi dengan produktifitas tenaga kerja
konstruksi pekerjaan jalan dalam empat paket pekerjaan yang sudah ditentukan
sebelumnya, maka dilakukan analisis korelasi dengan bantuan software SPSS.
Variabel independent merupakan hasil kali antara frekuensi terjadinya elemen
waktu kerja non produktif dengan dampaknya terhadap produktifitas tenaga
kerja. Data yang dikumpulkan dari kuisioner berupa data non parametrik
sehingga digunakan analisis korelasi Spearman. Dengan bantuan software SPSS,
didapatkan hasil analisis korelasi yang diuraikan pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Hasil analisis korelasi X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12
YA Correlation Coefficient -0.184 -0.14 -0.02 0.19 -0.015 0.02 0.185 -0.226 -0.056 -0.159 -0.43* 0.035
YB Correlation Coefficient -0.002 -0.122 0.422* -0.147 0.047 -0.131 -0.216 0.051 -0.221 -0.089 -0.148 -0.195
YC Correlation Coefficient 0.386 0.365 0.065 0.129 0.069 -0.087 -0.014 -0.061 -0.028 0.265 0.494* -0.099
YD Correlation Coefficient -0.256 -0.23 -0.297 -0.228 -0.072 -0.045 0.002 -0.143 -0.304 -0.364 -0.43* -0.074
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
141 Universitas Indonesia
Hasil tersebut menjelaskan bahwa tingkat korelasi terhadap produktifitas tenaga
kerja konstruksi pada pekerjaan jalan.:
1. Dalam pekerjaan tanah, elemen waktu kerja non produktif yaitu
melakukan keterlambatan (X11) memiliki tingkat korelasi sedang.
2. Dalam pekerjaan pondasi bawah, elemen waktu kerja non produktif
yaitu melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia (X3) memiliki
tingkat korelasi sedang.
3. Dalam pekerjaan perkerasan, elemen waktu kerja non produktif yaitu
melakukan keterlambatan (X11) memiliki tingkat korelasi sedang.
4. Dalam pekerjaan drainase, elemen waktu kerja non produktif yaitu
melakukan keterlambatan (X11) memiliki tingkat korelasi sedang.
4.3.3. Analisis penyebab kinerja daya saing rendah dari faktor produktifitas.
Analisis tentang penyebab dari rendahnya kinerja daya saing dari faktor
produktifitas dilakukan dengan analisis risk ranking. Analisis penyebab ini
dimaksudkan dari 12 variabel atau elemen waktu kerja non produktif yang telah
teridentifikasi di atas, dicari risk ranking atau prioritas dari elemen waktu kerja
non produktif. Berdasarkan data frekuensi terjadinya elemen waktu kerja non
produktif dan dampaknya terhadap produktifitas, dilakukan analisis risk ranking
dengan membuat bobot dari frekuensi dan dampak dari tiap elemen waktu kerja
non produktif. Hasil analisis risk ranking diuraikan dalam Tabel 4.16.
Tabel 4.16. Analisis risk ranking dari YA - pekerjaan tanah.
NILAI NILAI
SETEMPAT KESELURUHAN NILAI PRIORITAS
X SUMBER-SUMBER RESIKO Frek Dmpk AKHIR ALL
F/P A/R F/P A/R (%)
(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5
1 Melakukan penundaan administrasi/ manajemen
28.9659 51.67427 14.48295 25.83713 40.320086 6
2 Mencari alat, perlengkapan atau informasi
28.70808 54.45694 14.35404 27.22847 41.582512 4
3 Melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia
25.5906 61.02799 12.7953 30.51399 43.309294 3
4 Melakukan istirahat karena perlengkapan rusak
29.95302 57.41707 14.97651 28.70853 43.685042 2
5 Menunggu bahan 24.58848 54.96794 12.29424 28.48397 40.778209 5
6 Menunggu alat atau perlengkapan
27.06872 61.96794 13.53436 30.98397 44.518330 1
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
142 Universitas Indonesia
NILAI NILAI
SETEMPAT KESELURUHAN NILAI PRIORITAS
X SUMBER-SUMBER RESIKO Frek Dmpk AKHIR ALL
F/P A/R F/P A/R (%)
(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5
7 Menunggu kolega 23.81192 35.2581 11.90596 17.62905 29.535014 11
8 Melakukan persiapan awal dan akhir
27.78052 42.07458 13.89026 21.03729 34.927550 9
9 Melakukan kegiatan dengan alasan pribadi
24.78838 31.57157 13.39419 15.78578 29.179973 12
10 Melakukan koreksi kesalahan individual
24.19959 52.08618 12.0998 24.04309 38.142887 8
11 Melakukan keterlambatan 24.10136 42.4292 13.05068 21.2146 34.265283 10
12 Menunggu / idle 29.34179 47.67473 14.67089 23.83737 38.508260 7
FREKUENSI DAMPAK
KRITERIA SKALA KRITERIA SKALA Jarang 1 Sangat Kecil 1 Kadang-kadang 2 Kecil 2 Sedang 3 Sedang 3 Sering 4 Besar 4 Sangat Sering 5 Sangat Besar 5
Analisis risk ranking untuk pekerjaan pondasi bawah, perkerasan dan drainase
dilakukan dengan cara yang sama Berdasarkan data frekuensi terjadinya elemen
waktu kerja non produktif dan dampaknya terhadap produktifitas, dilakukan
analisis risk level dengan membuat bobot dari frekuensi dan dampak dari tiap
elemen waktu kerja non produktif. Hasil analisis risk level dari pekerjaan tanah
yang diuraikan dalam Tabel 4.17.
Tabel 4.17. Analisis Risk Level dari YA - pekerjaan tanah
NILAI NILAI
SETEMPAT KESELURUHAN NILAI RISK
X SUMBER-SUMBER RESIKO Frek Dmpk AKHIR LEVEL
F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY
(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5
1 Melakukan penundaan administrasi/ manajemen 28.9659 51.67427 14.48295 25.83713 40.320086 H
2 Mencari alat, perlengkapan atau informasi 28.70808 54.45694 14.35404 27.22847 41.582512 E
3 Melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia 25.5906 61.02799 12.7953 30.51399 43.309294 E
4 Melakukan istirahat karena perlengkapan rusak 29.95302 57.41707 14.97651 28.70853 43.685042 E
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
143 Universitas Indonesia
NILAI NILAI
SETEMPAT KESELURUHAN NILAI RISK
X SUMBER-SUMBER RESIKO Frek Dmpk AKHIR LEVEL
F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY
(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5
5 Menunggu bahan 24.58848 54.96794 12.29424 28.48397 40.778209 E
6 Menunggu alat atau perlengkapan 27.06872 61.96794 13.53436 30.98397 44.518330 E
7 Menunggu kolega 23.81192 35.2581 11.90596 17.62905 29.535014 L
8 Melakukan persiapan awal dan akhir 27.78052 42.07458 13.89026 21.03729 34.927550 M
9 Melakukan kegiatan dengan alasan pribadi 24.78838 31.57157 13.39419 15.78578 29.179973 L
10 Melakukan koreksi kesalahan individual 24.19959 52.08618 12.0998 24.04309 38.142887 H
11 Melakukan keterlambatan 24.10136 42.4292 13.05068 21.2146 34.265283 M
12 Menunggu / idle 29.34179 47.67473 14.67089 23.83737 38.508260 H
Keterangan Risk Level Priority dan Dampak E = Extreme Risk M = Moderate Risk
H = Hign Risk L = Low Risk
Dari nilai akhir tersebut, dibuat 4 kelompok kriteria dengan cara mencari selisih
nilai minimum dan maksimum dari nilai akhir kemudian dibagi 4 sehingga
didapatkan kelompok kriteria risk level yang diuraikan dalam Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Kriteria Kelompok Risk Level
Keterangan Risk Level Priority dan Dampak 3.83458931
E = Extreme Risk 44.5183303 40.683741 H = High Risk 40.683741 34.8491517 M = Moderate Risk 34.8491517 33.0145624 L = Low Risk 33.0145624 29.179973
Analisis risk level untuk pekerjaan pondasi bawah, perkerasan dan drainase
dilakukan dengan cara yang sama. Berdasarkan analisis risk ranking elemen
waktu kerja non produktif didapatkan hasil yang diuraikan dalam Tabel 4.29.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
144 Universitas Indonesia
Tabel 4.19. Risk Ranking dari 4 paket pekerjaan jalan
RISK RANKING YA YB YC YD
X ELEMEN WAKTU KERJA NON PRODUKTIF
Pek. TANAH Pek. PONDASI BAWAH
Pek. PERKERASAN
Pek. DRAINASE
1 Melakukan penundaan administrasi/ manajemen
6 5 7 5
2 Mencari alat, perlengkapan atau informasi
4 6 5 4
3 Melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia
3 2 2 2
4 Melakukan istirahat karena perlengkapan rusak
2 4 4 9
5 Menunggu bahan 5 1 1 1
6 Menunggu alat atau perlengkapan 1 3 3 3
7 Menunggu kolega 11 11 11 11
8 Melakukan persiapan awal dan akhir 9 8 10 8
9 Melakukan kegiatan dengan alasan pribadi
12 12 12 12
10 Melakukan koreksi kesalahan individual
8 7 8 7
11 Melakukan keterlambatan 10 10 9 10
12 Menunggu 7 9 6 6
Risk ranking ke 1, 2, 3
Dari keseluruhan paket pekerjaan, urutan no.1 terdapat pada elemen waktu non
produktif sebagai berikut:
1. X7. Menunggu alat atau perlengkapan untuk pekerjaan tanah
2. X4. Menunggu bahan untuk pekerjaan pondasi bawah, perkerasan
dan drainase
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa dalam pekerjaan tanah menunggu alat
atau perlengkapan (X6) merupakan faktor penyebab dengan resiko tertinggi.
Sedangkan dalam pekerjaan pondasi bawah, perkerasan dan drainase menunggu
bahan (X5) menjadi faktor penyebab dengan resiko tertingginya. Dari hasil
tersebut, sangat dimungkinkan kegiatan yang berkaitan alat dan bahan menjadi
faktor yang dominan dalam keempat paket perkerjaan jalan.
4.3.4. Analisis peningkatan kinerja daya saing produktifitas dengan
tindakan korektif dan preventif.
Analisis peningkatan kinerja daya saing produktifitas dilakukan dengan
cara memperoleh masukan dari para pakar yang secara deskriptif tentang
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
145 Universitas Indonesia
tindakan korektif dan preventif dari penyebab rendahnya produktifitas akibat
waktu kerja yang non produktif. Berdasarkan kuisioner tentang tindakan korektif
dan preventif ini, pilihan dari para pakar dibuat tabulasi dari masing-masing
tindakan dan dibuat ranking dari tabulasi terendah hingga terbanyak. Hasil
analisis deskriptif dari data tindakan korektif tersebut diuraikan pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20. Tabulasi tindakan korektif dari YA - pekerjaan tanah
X Kode Tindakan Korektif J r R
1 AKX011 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 4 5 48 AKX012 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 12 3 29 AKX013 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 27 1 5 AKX014 menyelesaikan request of work dengan segera 12 3 29 AKX015 melaksanakan pekerjaan administrasi dengan segera 18 2 23 2 AKX021 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 6 4 43 AKX022 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 7 3 38 AKX023 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 25 1 11 AKX024 melakukan perbaikan/ penataan site kembali sehingga mendukung pekerjaan 21 2 18 AKX025 planning untuk time dan location equipment 2 5 54 3 AKX031 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 7 4 38 AKX032 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 7 4 38 AKX033 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 26 1 8 AKX034 mengganti bahan yang hilang dan ditolak karena tidak sesuai spesifikasi 24 2 13 AKX035 menutup material tanah dengan terpal (kepadatan tanah tetap terjaga jika hujan) 15 3 27 AKX036 meningkatkan kontrol kualitas sehingga bahan terkirim terjamin kualitasnya 1 6 56 4 AKX041 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 5 5 47 AKX042 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 16 4 26 AKX043 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 20 2 19 AKX044 membuat revisi perhitungan kebutuhan & jadwal pengadaan perlengkapan 18 3 23 AKX045 mengganti atau memperbaiki perlengkapan yang rusak 22 1 14 AKX046 mencari pekerjaan substitusi sabagai alat tidak idle total 1 6 56 5 AKX051 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 9 3 35 AKX052 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 6 5 43 AKX053 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 19 2 22 AKX054 mencari penyebab kesalahan dalam jadwal pengiriman & segera diatasi 29 1 4 AKX055 memilih biaya terendah dari menunggu bahan atau mendatangkan bahan segera 9 3 35 6 AKX061 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 6 5 43 AKX062 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 9 4 35 AKX063 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 25 2 11 AKX064 membuat revisi perhitungan kebutuhan & jadwal pengadaan alat 26 1 8 AKX065 memilih biaya terendah dari menunggu alat atau mendatangkan alat segera 11 3 33 7 AKX071 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 1 4 56 AKX072 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 4 3 48 AKX073 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 20 2 19 AKX074 melakukan koordinasi dan atau konfirmasi dengan kolega 35 1 1 8 AKX081 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 7 3 38 AKX082 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 10 2 34 AKX083 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 34 1 2 AKX084 membuat jadwal atau revisi jadwal yang sesuai kondisi lapangan 1 4 56 9 AKX091 memberi peringatan secara langsung jika sudah di luar kewajaran 22 1 14 AKX092 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 3 5 51 AKX093 mendelegasikan ke pekerja lain jika pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan 22 1 14 AKX094 mengobati yang pekerja yang sakit 17 3 25 AKX095 membuat jadwal shift 15 4 27 10 AKX101 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 3 4 51 AKX102 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 6 3 43
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
146 Universitas Indonesia
X Kode Tindakan Korektif J r R
AKX103 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 27 1 5 AKX104 mengganti pekerja jika perlu 26 2 8 11 AKX111 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 3 4 51 AKX112 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 7 3 38 AKX113 menyediakan alat komunikasi yang baik 27 2 5 AKX114 menyediakan kendaraan untuk angkutan dan berangkat lebih awal 34 1 2 12 AKX121 membuat jadwal baru atau revisi jadwal (memundurkan jadwal) 4 5 48 AKX122 melakukan pekerjaan overtime/ lembur 12 3 29 AKX123 mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi) 22 1 14 AKX124 melaporkan kejadian secara tertulis & lengkap kepada pemberi tugas/konsultan 20 2 19 AKX125 memilih biaya terendah dari menunggu atau mendatangkan sumber daya lain segera 12 3 29 AKX126 mengkoordinasikan pekerjaan dengan kolega 1 7 56 AKX127 bila mungkin mengalihkan aktifitas kegiatan lain / substitusi 2 6 54
Keterangan:
A=Pekerjaan Tanah K=Tindakan Korektif X=Variabel Independent J=Jumlah r=rangking setempat R=Rangking keseluruhan Ranking 1 dalam 1 EWKNP X 10 ranking terbesar dalam 12 EWKNP
Analisis deskriptif tindakan koreksi untuk pekerjaan pondasi bawah, perkerasan
dan drainase dikerjakan dengan cara yang sama. Analisis deskriptif dari data
tindakan preventif untuk menghindarkan rendahnya produktifitas akibat waktu
kerja yang non produktif tersebut diuraikan dalam Tabel 4.21.
Tabel 4.21. Tabulasi tindakan preventif dari YA - pekerjaan tanah
X Kode Tindakan Preventif J r R
1 APX011 membuat manual operation yang mengatur semua prosedur kerja 15 3 31 APX012 membuat perencanaan yang rinci & feasible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 25 2 9
APX013 mendapatkan hal-hal administratif (seperti administrasi alat, khususnya pada remote area) sebelumnya
4 5 53
APX014 mempelajari kesesuaian spesifikasi oleh yang memiliki kompetensi, jika belum disetujui ditunda
10 4 47
APX015 melakukan rapat evaluasi secara rutin 27 1 5 APX016 pemilihan person yang sesuai dengan bidangnya 1 6 55 2 APX021 jadwal pekerjaan harus didukung jadwal pengadaan sumber daya 21 1 17 APX022 perencanaan kerja harus dibuat oleh orang yang berpengalaman 9 5 48 APX023 membuat site plan yang lengkap & optimal, mendistribusikan dan bisa di-review kembali 21 1 17 APX024 menjaga kerapihan penempatan alat dan me-record statusnya (misalnya K3 5R) 14 3 36 APX025 membuat perencanaan termasuk metode kerja (misalnya sequence of work) 13 4 39 3 APX031 jadwal kebutuhan&pengadaan perlengkapan hrs dibuat orang yg berpengalaman 9 4 48 APX032 membuat perencanaan yang rinci & feasible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 23 2 12 APX033 menyeleksi sumber bahan melalui prosedur kerja (mutu, ketersediaan, delivery&penanganan) 27 1 5 APX034 menyimpan bahan pada area stockpile tertutup/ berpagar/ dijaga 18 3 24 4 APX041 jadwal kebutuhan&pengadaan perlengkapan hrs dibuat orang yg berpengalaman 4 5 53 APX042 membuat perencanaan yang rinci & feasible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 19 2 23 APX043 melakukan maintenance perlengkapan secara rutin 31 1 2 APX044 menyediakan spare part di lokasi sehingga memudahkan jika terjadi kerusakan 15 4 31 APX045 menyeleksi perlengkapan berdasarkan riwayat pemakaian 18 3 24 5 APX051 jadwal kebutuhan&pengadaan perlengkapan hrs dibuat orang yg berpengalaman 7 4 52 APX052 membuat perencanaan yang rinci & visible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 23 2 12
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
147 Universitas Indonesia
X Kode Tindakan Preventif J r R
APX053 bagian logistik melaksanakan adminstrasi dan jadwal pengadaan bahan dengan tertib 29 1 3 APX054 melaksanakan evaluasi pekerjaan setiap hari 18 3 24 6 APX061 jadwal kebutuhan&pengadaan perlengkapan hrs dibuat orang yg berpengalaman 8 4 51 APX062 membuat perencanaan yang rinci & visible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 24 1 11 APX063 membuat jadwal pengadaan alat (meliputi alat angkutnya) 23 2 12 APX064 melaksanakan evaluasi pekerjaan setiap hari 21 3 17 7 APX071 jadwal pekerjaan harus dikonfirmasikan dengan kolega yang terlambat 15 3 31 APX072 membuat perencanaan yang rinci & visible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 14 4 36 APX073 cermat dalam kontrak karena jika terjadi pelanggaran jadwal bisa di-claim 16 2 29 APX074 membuat kriteria kolega yang layak untuk diajak bekerja sama 26 1 7 APX075 melakukan penilaian subkon/ suplier terseleksi 1 5 55 8 APX081 pekerjaan persiapan & pembersihan harus dimasukkan dalam jadwal proyek 18 2 24 APX082 membuat perencanaan rinci&feasible sebelumnya &update sesuai actual requirement 15 3 31 APX083 melaksanakan prosedur, instruksi kerja, K3 dan 5R secara tertib 11 4 43 APX084 melakukan supervisi di awal pekerjaan dan menyiapkan alat tes sesudah pekerjaan 9 5 48 APX085 membuat check list hal yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan 26 1 7 9 APX091 membuat prosedur pendelegasian tugas 11 6 43 APX092 mengalokasikan kegiatan pribadi di waktu jam istirahat 13 5 39 APX093 memberi kesadaran pada kinerja individu (misalnya K3: rokok tidak baik untuk kesehatan) 14 4 36 APX094 melakukan penilaian kinerja individu oleh teman sejawat dan atasan 11 6 43 APX095 membuat jadwal shift lembur untuk menjaga kesehatan 11 6 43 APX096 memberi tugas dengan sistem target 16 2 29 APX097 menyediakan sarana tempat istirahat, K3, P3K dan KM/WC yang layak 20 1 21 APX098 membuat jadwal personil (yang melingkupi waktu pulang jika proyek jauh) 15 3 31 10 APX101 membuat kriteria kemampuan yang dituntut untuk setiap tugas 12 4 42 APX102 memaparkan detail pekerjaan dgn membuat instruksi&gambar kerja jelas&detail (sesuai ISO) 28 1 4 APX103 memakai tenaga kerja yang sudah berpengalaman dan telah dibina 20 2 21 APX104 pelaksana pekerjaan rutin mengawasi pekerjaan 17 3 28 APX105 melakukan kontrol kualitas dengan ketat sehingga penyimpangan segera terdeteksi 1 5 55 11 APX111 membuat perencaan basecamp yang tepat & bisa di-review kembali 23 2 12 APX112 menata site plan sejak awal yang melingkupi jarak dg SDM &metode konstruksinya 32 1 1 APX113 cuaca sangat berpengaruh 1 3 55 12 APX121 jadwal kegiatan kolega harus dibuat sinkron dengan jadwal proyek 22 2 16 APX122 memilih subkontraktor yang sudah memliki ISO shg ketepatan waktu & mutu terkendali 13 4 39 APX123 memilih jadwal harus menunjukkan milestone dengan pihak lain 25 1 9 APX124 membuat perencanaan yang rinci & visible sebelumnya dan update sesuai actual requirement 21 3 17 APX125 rapat koordinasi rutin (mingguan/bulanan) 1 5 55
Keterangan:
A=Pekerjaan Tanah P=Tindakan Preventif X=Variabel Independent J=Jumlah r=Rangking setempat R=Rangking keseluruhan Ranking 1 dalam 1 EWKNP X 10 ranking terbesar dalam 12 EWKNP
Analisis deskriptif tindakan koreksi dan preventif untuk pekerjaan pondasi
bawah, perkerasan dan drainase dikerjakan dengan cara yang sama. Berdasarkan
hasil analisis deskriptif untuk mencari tindakan korektif yang paling banyak
dilakukan oleh para pakar, didapatkan hasil sebagai diuraikan pada Tabel 4.23.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
148 Universitas Indonesia
Tabel 4.22. Tindakan Korektif dengan Tabulasi Tertinggi dari 4 paket pekerjaan Tabulasi tertinggi YA YB YC YD X
P. TANAH P. PONDASI BAWAH P. PERKERASAN P. DRAINASE
1 Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
2 Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
3 Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengganti bahan yang hilang dan ditolak karena tidak sesuai spesifikasi
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
4 Mengganti atau memperbaiki perlengkapan yang rusak
Mengganti atau memperbaiki perlengkapan yang rusak
Mengganti atau memperbaiki perlengkapan yang rusak
Mengganti atau memperbaiki perlengkapan yang rusak
5 Mencari penyebab kesalahan dalam jadwal pengiriman & segera diatasi
Mencari penyebab kesalahan dalam jadwal pengiriman & segera diatasi
Mencari penyebab kesalahan dalam jadwal pengiriman & segera diatasi
Mencari penyebab kesalahan dalam jadwal pengiriman & segera diatasi
6 Membuat revisi perhitungan kebutuhan & jadwal pengadaan alat
Membuat revisi perhitungan kebutuhan & jadwal pengadaan alat
Membuat revisi perhitungan kebutuhan & jadwal pengadaan alat
Membuat revisi perhitungan kebutuhan & jadwal pengadaan alat
7 Melakukan koordinasi dan atau konfirmasi dengan kolega
Melakukan koordinasi dan atau konfirmasi dengan kolega
Melakukan koordinasi dan atau konfirmasi dengan kolega
Melakukan koordinasi dan atau konfirmasi dengan kolega
8 Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
9 Mendelegasikan ke pekerja lain jika pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan
Mendelegasikan ke pekerja lain jika pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan
Mendelegasikan ke pekerja lain jika pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan
Mendelegasikan ke pekerja lain jika pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan
10 Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
11 Menyediakan kendaraan untuk angkutan dan berangkat lebih awal
Menyediakan kendaraan untuk angkutan dan berangkat lebih awal
Menyediakan kendaraan untuk angkutan dan berangkat lebih awal
Menyediakan kendaraan untuk angkutan dan berangkat lebih awal
12 Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Melaporkan kejadian secara tertulis & lengkap kepada pemberi tugas/konsultan
Mengkoordinasikan pekerjaan kembali dengan tim (evaluasi)
Tabel 4.22. tersebut menggambarkan tindakan korektif yang dipilih oleh
para pakar dengan peringkat tertinggi dibandingkan dengan tindakan korektif
lainnya yang terdapat dalam kuisioner.
Beberapa tindakan korektif seperti mengkoordinasikan pekerjaan kembali
dengan tim, mendelegasikan ke pekerja lain jika pekerjaan tersebut tidak bisa
ditinggalkan merupakan implementasi secara lebih detail terhadap faktor-faktor
yang perlu diperhatikan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Berdasarkan
hasil analisis deskriptif untuk mencari tindakan preventif yang paling banyak
dilakukan oleh para pakar, diperoleh hasil yang diuraikan pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23. Tindakan preventif dengan tabulasi tertinggi dari 4 paket pekerjaan Tabulasi tertinggi A B C D NO
P. TANAH P. PONDASI BAWAH P. PERKERASAN P. DRAINASE
1 Melakukan rapat evaluasi secara rutin
Membuat perencanaan yang rinci & feasible sebelumnya dan update sesuai actual requirement
Melakukan rapat evaluasi secara rutin
Melakukan rapat evaluasi secara rutin
2
Membuat site plan yang lengkap & optimal, mendistribusikan dan bisa di-review kembali
Membuat site plan yang lengkap & optimal, mendistribusikan dan bisa di-review kembali
Membuat site plan yang lengkap & optimal, mendistribusikan dan bisa di-review kembali
Membuat site plan yang lengkap & optimal, mendistribusikan dan bisa di-review kembali
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
149 Universitas Indonesia
Tabulasi tertinggi A B C D NO
P. TANAH P. PONDASI BAWAH P. PERKERASAN P. DRAINASE
3
Menyeleksi sumber bahan melalui prosedur kerja (mutu, ketersediaan, delivery&penanganan)
Menyeleksi sumber bahan melalui prosedur kerja (mutu, ketersediaan, delivery&penanganan)
Menyeleksi sumber bahan melalui prosedur kerja (mutu, ketersediaan, delivery&penanganan)
Menyeleksi sumber bahan melalui prosedur kerja (mutu, ketersediaan, delivery&penanganan)
4 Melakukan maintenance perlengkapan secara rutin
Melakukan maintenance perlengkapan secara rutin
Melakukan maintenance perlengkapan secara rutin
Melakukan maintenance perlengkapan secara rutin
5
Bagian logistik melaksanakan adminstrasi dan jadwal pengadaan bahan dengan tertib
Bagian logistik melaksanakan adminstrasi dan jadwal pengadaan bahan dengan tertib
Bagian logistik melaksanakan adminstrasi dan jadwal pengadaan bahan dengan tertib
Bagian logistik melaksanakan adminstrasi dan jadwal pengadaan bahan dengan tertib
6
Membuat perencanaan yang rinci & visible sebelumnya dan update sesuai actual requirement
Membuat jadwal pengadaan alat (meliputi alat angkutnya)
Membuat perencanaan yang rinci & feasible sebelumnya dan update sesuai actual requirement
Membuat jadwal pengadaan alat (meliputi alat angkutnya)
7 Membuat kriteria kolega yang layak untuk diajak bekerja sama
Membuat kriteria kolega yang layak untuk diajak bekerja sama
Membuat kriteria kolega yang layak untuk diajak bekerja sama
Membuat kriteria kolega yang layak untuk diajak bekerja sama
8 Membuat check list hal yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan
Membuat check list hal yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan
Membuat check list hal yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan
Membuat check list hal yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan
9 Menyediakan sarana tempat istirahat, K3, P3K dan KM/WC yang layak
Menyediakan sarana tempat istirahat, K3, P3K dan KM/WC yang layak
Menyediakan sarana tempat istirahat, K3, P3K dan KM/WC yang layak
Menyediakan sarana tempat istirahat, K3, P3K dan KM/WC yang layak
10
Memaparkan detail pekerjaan dgn membuat instruksi&gambar kerja jelas&detail (sesuai ISO)
Memaparkan detail pekerjaan dgn membuat instruksi&gambar kerja jelas&detail (sesuai ISO)
Memaparkan detail pekerjaan dgn membuat instruksi&gambar kerja jelas&detail (sesuai ISO)
Memaparkan detail pekerjaan dgn membuat instruksi&gambar kerja jelas&detail (sesuai ISO)
11 Menata site plan sejak awal yang melingkupi jarak dg SDM &metode konstruksinya
Menata site plan sejak awal yang melingkupi jarak dg SDM &metode konstruksinya
Menata site plan sejak awal yang melingkupi jarak dg SDM &metode konstruksinya
Menata site plan sejak awal yang melingkupi jarak dg SDM &metode konstruksinya
12 Memilih jadwal harus menunjukkan milestone dengan pihak lain
Memilih jadwal harus menunjukkan milestone dengan pihak lain
Jadwal kegiatan kolega harus dibuat sinkron dengan jadwal proyek
Jadwal kegiatan kolega harus dibuat sinkron dengan jadwal proyek
Tabel 4.24. tersebut menggambarkan tindakan preventif yang dipilih oleh
para pakar dengan peringkat tertinggi dibandingkan dengan tindakan preventif
lainnya yang terdapat dalam kuisioner.
4.3.5. Analisis permodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja
daya saing.
Persamaan regresi didapat setelah dilakukan analisis korelasi yang
dilanjutkan dengan mencari persamaan regresinya. Persamaan regresi tersebut
menggambarkan model antara variabel dependent YA, YB, YC, YD –
produktifitas tenaga kerja selama proyek berlangsung dengan variabel
independent ADX1 s/d ADX12, BDX1 s/d BDX12, CDX1 s/d CX12, dan DDX1 s/d
DDX12– hasil kali antara frekuensi dan dampak dari elemen waktu kerja non
produktif. Persamaan yang dihasilkan diuraikan dalam Tabel 4.24.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
150 Universitas Indonesia
Tabel 4.24. Model dari keempat paket pekerjaan dalam proyek jalan
Y Model Keterangan
YA Pekerjaan tanah YA = 2.369 – 0.008ADX11
ADX11 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap produktifitas di elemen waktu kerja non produktif: melakukan keterlambatan (X11)
YB Pekerjaan pondasi bawah YB = 2.61 – 0.047BDX3
BDX3 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap produktifitas di elemen waktu kerja non produktif: melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia (X3)
YC Pekerjaan perkerasan YC = 1.749 – 0.127CDX11
CDX11 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap produktifitas di elemen waktu kerja non produktif: melakukan keterlambatan (X11)
YD Pekerjaan drainase YD =2.512 – 0.073DDX11
DX11 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap produktifitas di elemen waktu kerja non produktif: melakukan keterlambatan (X11)
Setelah dilakukan teknik simulasi dengan Simulasi Monte Carlo menggunakan
program Crystal Ball, dengan trials 5000 kali, maka didapatkan hasil yang berupa
Sensitivity Chart, dari masing-masing model diuraikan dalam Tabel 4.25.
Tabel 4.25. Sensitivity Chart dari keempat model
Y Model Keterangan
YA Pekerjaan tanah YA = 2.369 – 0.008ADX11
Dari Sensitivity Chart yang terjadi , bahwa Variabel ADX11, mempunyai sensitivitas yang tinggi (100 %), terhadap model tersebut
YB Pekerjaan pondasi bawah YB = 2.61 – 0.047BDX3
Dari Sensitivity Chart yang terjadi , bahwa Variabel BDX3, mempunyai sensitivitas yang tinggi (100 %), terhadap model tersebut
YC Pekerjaan perkerasan YC = 1.749 – 0.127CDX11
Dari Sensitivity Chart yang terjadi , bahwa Variabel CDX11, mempunyai sensitivitas yang tinggi (100 %), terhadap model tersebut
YD Pekerjaan drainase YD =2.512 – 0.073DDX11
Dari Sensitivity Chart yang terjadi , bahwa Variabel DDX11, mempunyai sensitivitas yang tinggi (100 %), terhadap model tersebut
Dari temuan penelitian tentang variabel-variabel independent yaitu hasil kali
frekuensi dan dampak, terhadap variabel dependent yaitu produktifitas tenaga
kerja, didapatkan 4 (empat) model, yaitu:
A. YA= 2.369 – 0.008ADX11 . . . . . . . . (4.1)
ADX11 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap
produktifitas yaitu melakukan keterlambatan (X11) dan dari Sensitivity
Chart yang terjadi , variabel ADX11 mempunyai sensitivitas tinggi (100 %),
terhadap model tersebut. Ini berarti semakin tinggi tingkat melakukan
keterlambatan (X11), akan mengurangi produktifitas pada paket pekerjaan
tanah. Tingkat terjadinya melakukan keterlambatan (X11) sangat
berpengaruh dalam menurunkan produktifitas pada paket pekerjaan tanah.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
151 Universitas Indonesia
B. YB = 2.61 – 0.047BDX3 . . . . . . . . (4.2)
BDX3 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap
produktifitas melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia (X3) dan dari
Sensitivity Chart yang terjadi , bahwa variabel BDX3 mempunyai
sensitivitas tinggi (100 %), terhadap model tersebut. Ini berarti semakin
tinggi tingkat terjadinya melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia
(X3), akan mengurangi produktifitas tenaga kerja pada paket pekerjaan
pondasi bawah. Melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia (X3) sangat
berpengaruh dalam menurunkan produktifitas tenaga kerja pada paket
pekerjaan pondasi bawah.
C. YC = 1.749 – 0.127CDX11 . . . . . . . . (4.3)
CDX11 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap
melakukan keterlam-batan (X11) dan dari Sensitivity Chart yang terjadi,
bahwa variabel CDX11, mempunyai sensitivitas tinggi (100 %), terhadap
model tersebut. Ini berarti semakin tinggi tingkat terjadinya melakukan
keterlambatan (X11), akan mengurangi produktifitas tenaga kerja pada paket
pekerjaan perkerasan. Melakukan keterlambatan (X11) sangat berpengaruh
dalam menurunkan produktifitas pada paket pekerjaan perkerasan.
D. YD=2.512 – 0.073DDX11 . . . . . . . . (4.4)
DX11 = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap
produktifitas melakukan keterlambatan (X11) dan dari Sensitivity Chart
yang terjadi , bahwa variabel DDX11, mempunyai sensitivitas tinggi (100
%), terhadap model tersebut. Ini berarti semakin tinggi tingkat terjadinya
melakukan keterlambatan (X11), akan mengurangi produktifitas pada paket
pekerjaan drainase. Melakukan keterlambatan (X11) sangat berpengaruh
dalam menurunkan produktifitas pada paket pekerjaan drainase.
4.3.6. Validasi hasil pemodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja
daya saing tenaga kerja bidang jalan.
Tujuan dilakukan validasi adalah untuk mengevaluasi dan justifikasi dari
hasil temuan penelitian kepada para pakar dimana yang divalidasi adalah hasil
pemodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
152 Universitas Indonesia
Hasil wawancara dengan kelompok pakar 1 (P1) dan kelompok pakar 2 (P2)
sesuai dengan metodologi penelitian diuraikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.26. Hasil validasi melalui wawancara pakar RISK RANKING PENYEBAB YA YB YC YD X ELEMEN WAKTU KERJA NON PRODUKTIF
P. TANAH P. PONDASI BAWAH
P. PERKERASAN
P. DRAINASE
Hasil P1 P2 Hasil P1 P2 Hasil P1 P2 Hasil P1 P2
1 Melakukan penundaan administrasi/ manajemen 6 6 7 5 5 7 7 7 7 5 5 7
2 Mencari alat, perlengkapan atau informasi 4 4 5 6 6 5 5 5 5 4 4 5
3 Melakukan istirahat karena bahan tidak tersedia 3 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4
4 Melakukan istirahat karena perlengkapan rusak 2 2 2 4 4 4 4 4 4 9 9 2
5 Menunggu bahan 5 5 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3
6 Menunggu alat atau perlengkapan 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1
7 Menunggu kolega 11 11 10 11 11 10 11 11 9 11 11 10
8 Melakukan persiapan awal dan akhir 9 9 9 8 8 9 10 10 10 8 8 9
9 Melakukan kegiatan dengan alasan pribadi 12 12 11 12 12 11 12 12 11 12 12 11
10 Melakukan koreksi kesalahan individual 8 8 8 7 7 6 8 8 8 7 7 8
11 Melakukan keterlambatan 10 10 12 10 10 12 9 9 12 10 10 12
12 Menunggu, idle time 7 7 6 9 9 8 6 6 6 6 6 6
Risk ranking ke 1, 2, 3
Secara lengkap data penelitian dan perhitungan analisis tentang peningkatan
kinerja daya saing dari produktifitas tenaga kerja pekerjaan jalan dengan
mengurangi dampak elemen waktu kerja non-produktif dengan tindakan korektif
dan preventif dapat dilihat pada BUKU LAMPIRAN - ANALISIS IV - 3.
4.4. Analisis peningkatan kinerja daya saing dari faktor efektifitas dan
kualitas hasil kerja dan keselamatan kerja.
Kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi dari faktor efektifitas dan
kualitas hasil kerja dan keselamatan kerja ini dapat terukur apabila tenaga kerja
tersebut mempunyai kompetensi kerja berdasarkan suatu standar yang ditetapkan.
Untuk dapat dilakukan peningkatan kinerja daya saing ini harus dicapai dulu
kompetensi kerja yang dimaksud. Dalam analisis ini akan diuraikan bagaimana
upaya pencapaian dilakukan dan apa faktor dan variabel yang menjadi hambatan
dalam pencapaian kompetensi kerja ini, serta langkah apa saja yang harus
dilakukan untuk mengatasi hambatan yang terjadi. Sesuai dengan struktur
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
153 Universitas Indonesia
ketenagakerjaan konstruksi pekerjaan jalan, jenis tenaga kerjanya terdiri dari
tenaga kerja manajerial dan tenaga kerja pelaksana.
4.4.1. Analisis peningkatan kinerja daya saing berdasarkan pencapaian
kompetensi tenaga kerja manajerial.
4.4.1.1. Faktor dan variabel kinerja daya saing kompetensi kerja tenaga
manajerial pekerjaan jalan.
Faktor dan variable kinerja daya saing tenaga kerja manajerial pekerjaan
jalan adalah kapabilitas yang terukur dalam untuk tingkat dalam bentuk
kompetensi kerja. Peningkatan kinerja daya saing pada bagian ini variabel
dependent (Y) adalah tenaga kerja manajerial pekerjaan jalan. Variabel Y disini
merupakan pilihan para pakar dimana faktor dan variabel independent X yang
berpengaruh disusun dari kumpulan pendapat pakar. Daftar pakar yang menjadi
responden dicantumkan pada LAMPIRAN IV-3. Penelitian yang terkait dengan
kinerja daya saing dibuktikan dengan pencapaian kompetensi tenaga kerja
manajerial dan meneliti hambatan-hambatan untuk pencapaiannya.130 Hasil
proses pemilihan faktor dan variabel ini diuraikan pada Tabel 4.27. dan Tabel
4.28.
Tabel 4.27. Faktor dan variabel kinerja daya saing internal tenaga manajer pelaksana jalan
FAKTOR - FAKTOR PENINGKATAN KINERJA DAYA SAING MANAJERIAL
No Management Skill tentang:
X1 Mengkonsolidasikan kegiatan internal proyek. X2 Pembuatan laporan keuangan dan mentabulasikan seluruh item laporan keuangan kedalam lapor akhir
proyek selesai. X3 Melakukan konsultasi dan konsolidasi pelaksanaan pekerjaan. X4 Memobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja. X5 Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya. X6 Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu. X7 Meneliti dan mengevaluasi hasil pengukuran dan perhitungan prestasi pekerjaan. X8 Mengetahui isi surat perjanjian kerja. X9 Mengendalikan file data/dokumentasi untuk kegiatan pengendalian mutu, dimensi, waktu dan biaya. X10 Mengetahui isi dokumen kontrak dan lampirannya secara menyeluruh. X11 Membuat laporan akhir kepada owner dan perusahaan setelah proyek selesai dikerjakan. Pengetahuan tentang:
X12 Proses pemeriksaan pekerjaan. X13 Membuat dan membaca jadwal kerja. X14 Lokasi/tempat suplier material dan peralatan serta penyedia tenaga kerja.
130 Akbar Alfa, Bakuan Kompetensi Jabatan Kerja Manajer Konstruksi Jalan dalam Pekerjaan Jalan, Tesis Manajemen Konstruksi FTUI, 2005.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
154 Universitas Indonesia
FAKTOR - FAKTOR PENINGKATAN KINERJA DAYA SAING MANAJERIAL
X15 Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow. X16 Jenis, jumlah volume dan kualitas bahan yang dibutuhkan. X17 Peraturan ketenagakerjaan. X18 Ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sikap Kerja:
X19 Memberikan rasa aman bagi bawahannya untuk bekerja dengan tenang. X20 Luwes dalam pendekatan dan personality. X21 Memotivasi bawahannya untuk berprestasi baik dan mengatasi kebiasaan buruk mereka. X22 Membimbing para bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai standar yang telah ditentukan. X23 Disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah ditentukan. X24 Menjalin hubungan baik dengan pemilik proyek, supplier, sub kontraktor dan pihak terkait lainnya untuk
kelancaran proyek.
Sumber: Hasil olahan.
Tabel 4.28. Faktor dan variabel kinerja daya saing eksternal manajer pelaksana jalan.
FAKTOR - FAKTOR KINERJA DAYA SAING MANAJERIAL
No Dalam Proyek: X1 Koordinasi dengan owner dan pengguna jasa X2 Dokumentasi rapat-rapat dan kegiatan lainnya X3 Koordinasi dengan kantor pusat X4 Rapat internal dengan para bawahan X5 Memilih metode kerja X6 Memobilisasi dan demobilisasi material, peralatan dan tenaga kerja X7 Kondisi organisasi proyek yang mendukung untuk bekerja dengan baik. Dalam Perusahaan: X8 Job description pada saat pendelegasian untuk proyek baru pada fungsi tugas dan tanggung jawab. X9 Aturan-aturan yang di keluarkan oleh perusahaan sesuai dengan bakuan kompetensi. X10 Insentif yang diberikan sepadan dengan prestasi. X11 Kondisi organisasi perusahaan mendukung untuk bekerja secara baik X12 Penghargaan kepada karyawan yang berprestasi. Di Lingkungan Usaha:
X13 Lembaga sertifikasi yang dikelola oleh assosiasi profesi dan instansi Diklat lainnya. X14 Ketentuan Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) tentang sertifikasi. X15 Standar nasional tentang bakuan kompetensi. X16 Pendidikan manajemen dengan kurikulum berbasis kompetensi X17 Research & Development yang memadai untuk mendukung pemberlakuan bakuan kompetensi secara
menyeluruh.
Sumber: Hasil olahan.
4.4.1.2. Analisis faktor dan variabel yang berpengaruh kepada kinerja daya
saing tenaga kerja manajerial.
Untuk mencari tingkat pengaruh dari variabel independent Xij dan Dij dari
pencapaian kompetensi tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan dilakukan analisis
korelasi dengan bantuan software SPSS. Untuk tenaga kerja manajer pelaksana
lapangan, variabel independent (X) ditetapkan dari sejumlah besar variabel yang
diperoleh dari literatur dan rujukan lainnya dan dipilih yang paling menentukan
melalui proses AHP. Analisis faktor dan variabel yang berpengaruh pada
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
155 Universitas Indonesia
penelitian ini dilakukan dengan cara analisis korelasi untuk mengukur kekuatan
hubungan antara variabel-variabel terikat atau dependent dengan variabel bebas
atau independent. Analisis korelasi dilakukan dengan metode korelasi Pearson
(product moment correlation), dengan persamaan:
Y = f (X i,j,k,l)
Dimana : i = variabel-variabel independent ke i j = sampel ke j k = keterkaitan antar variabel ke k l = keterkaitan antar sampel ke l Dari persamaan di atas disusun model matematik yang menggambarkan
hubungan antara berbagai variabel hambatan internal dan eksternal dengan
variabel yang menggambarkan hambatan untuk memperoleh kompetensi. Dengan
menggunakan SPSS perhitungan korelasi Pearson menghasilkan koefisien
korelasi bivariate. Dari hasil korelasi tersebut, dipilih variabel-variabel bebas
yang berhubungan dengan variabel terikat dengan nilai korelasi kuat (r>0,4).
a. Pengaruh faktor internal terhadap kendala peningkatan kinerja
daya saing.
Hasil perhitungan nilai korelasi antara berbagai variabel independen (Xi)
terhadap Kendala untuk mendapatkan kompetensi (Y) menunjukkan 20
variabel yang memiliki nilai r>0.4, yaitu X2, X3, X5, X6 X7, X8, X9, X10,
X11 X12, X13, X15, X16, X21, X22, dan X23. Rincian nilai korelasi tersebut
diuraikan pada Tabel 4.29.
Tabel 4.29. Nilai korelasi Pearson R antara berbagai variabel dengan
kendala untuk mendapatkan kompetensi
No. Kode Variabel
Variabel R
1 X1 Mengkonsolidasikan kegiatan internal proyek. 0,358
2 X2 Pembuatan laporan keuangan dan mentabulasikan seluruh item laporan keuangan kedalam lapor akhir proyek selesai. 0,423
3 X3 Melakukan Konsultasi dan konsolidasi pelaksanaan pekerjaan. 0,450
4 X5 Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya. 0,694
5 X6 Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu. 0,461
6 X7 Meneliti dan mengevaluasi hasil pengukuran dan perhitungan prestasi pekerjaan. 0,587
7 X8 Mengetahui isi surat perjanjian kerja. 0,545
8 X9 Mengendalikan file data/dokumentasi untuk kegiatan pengendalian mutu, dimensi, waktu dan biaya. 0,637
9 X10 Mengetahui isi dokumen kontrak dan lampirannya secara menyeluruh. 0,519
10 X11 Membuat laporan akhir kepada owner dan perusahaan setelah proyek selesai dikerjakan. 0,460
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
156 Universitas Indonesia
No. Kode Variabel
Variabel R
11 X12 Proses pemeriksaan pekerjaan. 0,410 12 X13 Membuat dan membaca jadwal kerja. 0,435 13 X15 Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow. 0,498 14 X16 Jenis, jumlah volume dan kualitas bahan yang dibutuhkan. 0,466 15 X19 Memberikan rasa aman bagi bawahannya untuk bekerja dengan tenang. 0,365 16 X20 Luwes dalam pendekatan dan personality. 0,381
17 X21 Memotivasi bawahannya untuk berprestasi baik dan mengatasi kebiasaan buruk mereka. 0,528
18 X22 Membimbing para bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai standar yang telah ditentukan. 0,487
19 X23 Disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah ditentukan. 0,483
20 X24 Menjalin hubungan baik dengan pemilik proyek, supplier, sub kontraktor dan pihak terkait lainnya untuk kelancaran proyek. 0,339
Sumber : hasil olahan
a. Pengaruh faktor eksternal untuk peningkatan kinerja daya saing.
Hasil perhitungan nilai korelasi antara berbagai variabel independen (Xi)
terhadap kendala untuk mencapai kompetensi (Y) menunjukkan hanya 6
variabel yang memiliki nilai r>0.4, yaitu X1, X3, X7, X9, X10 dan X15.
Rincian nilai korelasi tersebut diuraikan pada Tabel 4.30.
Tabel 4.30. Nilai korelasi Pearson R antara berbagai variabel dengan
kendala untuk mencapai kompetensi.
No. Kode Variabel
Variabel R
1 X1 Koordinasi dengan owner dan pengguna jasa yang tidak intensip. 0,586
2 X3 Koordinasi dengan kantor pusat yang tidak terjadwal dan jarang dilakukan.
0,454
3 X7 Kondisi organisasi proyek yang tidak mendukung untuk bekerja dengan baik.
0,492
4 X9 Aturan-aturan yang di keluarkan oleh perusahaan tidak selaras dengan bakuan kompetensi.
0,424
5 X10 Insentif yang diberikan tidak sepadan dengan prestasi dan bahkan tidak diberkan.
0,519
6 X15 Belum ada standar nasional tentang bakuan kompetensi. 0,498
Sumber: Hasil olahan.
Analisis interkorelasi dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan
interkorelasi r antara variabel bebas yang satu terhadap variabel bebas
lainnya. Apabila antar variabel-variabel tersebut terjadi hubungan
interkorelasi, yaitu saling mempengaruhi, dan langsung digunakan sebagai
variabel persamaan, maka mempunyai risiko terjadinya gangguan terhadap
stabilitas model, sehingga dapat mengurangi asumsi linier independence
dan juga mengurangi real significant final interpretation dari model yang
terbuat dari variabel tersebut. Dari matriks interkorelasi terlihat bahwa nilai
koefisien korelasi ’r’ antar variabel-variabel bebas hampir sebagian besar
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
157 Universitas Indonesia
mempunyai nilai yang sangat berarti dan berpotensi menimbulkan
gangguan bagi model yang terbentuk tersebut, sehingga perlu dilakukan
analisis lebih lanjut terhadap variabel-variabel tersebut. Untuk
menyederhanakan jumlah variabel bebas yang mempunyai nilai R > 0.4
terhadap variabel terikat, maka dilakukan analisis faktor dengan
menggunakan metode Principal Component Analysis dan metode Varimax
Rotated Component Matrix dengan kriteria dari Kaiser, yaitu mengambil
eigenvallue > 1 dengan program SPSS.
a. Pengaruh faktor internal untuk meningkatkan kinerja daya saing.
Analisis faktor dari variabel bebas yang mempunyai nilai r > 0.4 terhadap
variabel terikat, untuk eigenvallue > 1 telah menghasilkan 1 komponen
atau faktor seperti terlihat pada Total Variance Explained maupun
Varimax Rotated Component Matrix. Setiap faktor mempunyai
sekelompok variabel bebas yang menggambarkan karakteristik umum
dari faktor tersebut, seperti terlihat pada Tabel 4.31. dan Tabel 4.32.
Tabel 4.31. Karekteristik umum faktor variabel X internal terhadap Y
Komponen Variabel Keterangan Koef.
X8 Mengetahui isi surat perjanjian kerja. .872
X9 Mengendalikan file data/dokumentasi untuk kegiatan pengendalian mutu, dimensi, waktu dan biaya.
.814
X2 Pembuatan laporan keuangan dan mentabulasikan seluruh item laporan keuangan kedalam lapor akhir proyek selesai.
.799
X22 Membimbing para bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai standar yang telah ditentukan.
.784
X10 Mengetahui isi dokumen kontrak dan lampirannya secara menyeluruh. .729 X20 Luwes dalam pendekatan dan personality. .705
X5 Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya.
.690
X7 Meneliti dan mengevaluasi hasil pengukuran dan perhitungan prestasi pekerjaan.
.690
X19 Memberikan rasa aman bagi bawahannya untuk bekerja dengan tenang. .673
X21 Memotivasi bawahannya untuk berprestasi baik dan mengatasi kebiasaan buruk mereka.
.645
X11 Membuat laporan akhir kepada owner dan perusahaan setelah proyek selesai dikerjakan.
.622
1
X23 Disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah ditentukan. .577 X15 Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow. .855 X16 Jenis, jumlah volume dan kualitas bahan yang dibutuhkan. .768
X24 Menjalin hubungan baik dengan pemilik proyek, supplier, sub kontraktor dan pihak terkait lainnya untuk kelancaran proyek. .765
2
X3 Melakukan Konsultasi dan konsolidasi pelaksanaan pekerjaan. .557
X1 Mengkonsolidasikan kegiatan internal proyek. .842
X12 Proses pemeriksaan pekerjaan. .779 X13 Membuat dan membaca jadwal kerja. .723
3
X6 Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu. .624
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
158 Universitas Indonesia
Sumber: Hasil olahan.
b. Pengaruh faktor internal untuk peningkatan kinerja daya saing.
Tabel 4.32. Karekteristik umum faktor variabel X eksternal terhadap Y
Komponen Variabel Keterangan Koef.
X9 Aturan-aturan yang di keluarkan oleh perusahaan tidak selaras dengan bakuan kompetensi.
.838
X10 Insentif yang diberikan tidak sepadan dengan prestasi dan bahkan tidak diberkan.
.814
X1 Koordinasi dengan owner dan pengguna jasa yang tidak intensip. .804
X3 Koordinasi dengan kantor pusat yang tidak terjadwal dan jarang dilakukan.
.764
X7 Kondisi organisasi proyek yang tidak mendukung untuk bekerja dengan baik.
.762
1
X15 Belum ada standar nasional tentang bakuan kompetensi. .695
Sumber : Hasil olahan
Untuk menentukan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kinerja
daya saing rendah, dilakukan analisis variabel yang berpengaruh terhadap
dengan cara menganalisis berbagai kombinasi antara setiap variabel bebas
yang potensial dari setiap faktor. Kriteria yang digunakan untuk memilih
ada dua. Pertama, variabel bebas setiap faktor memiliki interkorelasi r <
0.4. Kedua, kombinasi yang dipilih adalah yang mempunyai interkorelasi r
Komponen Variabel Keterangan Koef.
X8 Mengetahui isi surat perjanjian kerja. .872
X9 Mengendalikan file data/dokumentasi untuk kegiatan pengendalian mutu, dimensi, waktu dan biaya.
.814
X2 Pembuatan laporan keuangan dan mentabulasikan seluruh item laporan keuangan kedalam lapor akhir proyek selesai.
.799
X22 Membimbing para bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai standar yang telah ditentukan.
.784
X10 Mengetahui isi dokumen kontrak dan lampirannya secara menyeluruh. .729 X20 Luwes dalam pendekatan dan personality. .705
X5 Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya.
.690
X7 Meneliti dan mengevaluasi hasil pengukuran dan perhitungan prestasi pekerjaan. .690
X19 Memberikan rasa aman bagi bawahannya untuk bekerja dengan tenang. .673
X21 Memotivasi bawahannya untuk berprestasi baik dan mengatasi kebiasaan buruk mereka.
.645
X11 Membuat laporan akhir kepada owner dan perusahaan setelah proyek selesai dikerjakan.
.622
1
X23 Disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah ditentukan. .577 X15 Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow. .855 X16 Jenis, jumlah volume dan kualitas bahan yang dibutuhkan. .768
X24 Menjalin hubungan baik dengan pemilik proyek, supplier, sub kontraktor dan pihak terkait lainnya untuk kelancaran proyek. .765
2
X3 Melakukan Konsultasi dan konsolidasi pelaksanaan pekerjaan. .557 X1 Mengkonsolidasikan kegiatan internal proyek. .842 X12 Proses pemeriksaan pekerjaan. .779 X13 Membuat dan membaca jadwal kerja. .723
3
X6 Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu. .624
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
159 Universitas Indonesia
paling rendah sehingga kombinasi tersebut menghasilkan variabel-variabel
yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Optimalitasnya diukur dari R2
dan stabilitas model yang optimal, serta memenuhi semua kriteria proses
pengujian (F, t, d, dan validasi).
a. Pengaruh faktor internal untuk meningkatkan kinerja daya saing.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, diperoleh variabel yang
berpengaruh dan mewakili model hubungan variabel terikat terhadap
berbagai variabel, yaitu variabel-variabel dari component 1, 2 dan 3,
dengan nilai koefisien interkorelasi seperti terlihat pada Tabel 4.33.
Tabel 4.33. Koefisien interkorelasi r antara variabel yang berpengaruh
Variabel X5 X6 X15 X5 1 .709 .606 X6 .709 1 .522 X15 .606 .522 1
Sumber: Hasil olahan. Kombinasi dari variabel yang berpengaruh yang mewakili masing-
masing faktor, dengan demikian variabel yang berpengaruh terhadap
tersebut yang diuraikan pada Tabel 4.34.
Tabel 4.34. Variabel yang berpengaruh terhadap faktor internal
Kode Variabel
Uraian Variabel
X5 Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya
X15 Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow. X6 Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu
Sumber : Hasil olahan
b. Pengaruh faktor eksternal untuk peningkatan kinerja daya saing.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, diperoleh variabel yang
berpengaruh yang mewakili model hubungan variabel terikat terhadap
berbagai variabel, yaitu variabel-variabel dari faktor 1, dengan nilai
koefisien interkorelasi seperti terlihat pada Tabel 4.35.
Tabel 4.35. Koefisien interkorelasi r antara variabel yang berpengaruh
Sumber : Hasil olahan
Variabel X9
X9 0,180
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
160 Universitas Indonesia
Kombinasi dari variabel yang berpengaruh mewakili masing-masing faktor.
Dengan demikian variabel yang berpengaruh tersebut ditunjukkan dalam
Tabel 4.36.
Tabel 4.36. Variabel yang berpengaruh terhadap faktor eksternal
Kode Variabel Uraian Variabel
X9 Aturan-aturan yang di keluarkan oleh perusahaan tidak selaras dengan bakuan kompetensi.
Sumber : Hasil olahan
4.4.1.3. Analisis penyebab rendahnya kinerja daya saing tenaga kerja
manajerial.
Analisis tentang penyebab dari rendahnya kinerja daya saing dari faktor
kompetensi tenaga kerja manajerial dapat dilakukan dengan analisis risk ranking.
Variabel rendahnya kinerja daya saing tenaga kerja manajerial yang diperoleh
dari hasil literatur dan divalidasi kepada para pakar tersusun sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 4.37. dan Tabel 4.38.
Tabel 4.37. Variabel internal rendahnya kinerja daya saing tenaga kerja manajerial
PENYEBAB RENDAHNYA KINERJA DAYA SAING TENAGA KERJA MANAJERIAL
No Kurangnya Management Skill Tentang:
X1 Mengkonsolidasikan kegiatan internal proyek. X2 Pembuatan laporan keuangan dan mentabulasikan seluruh item laporan keuangan kedalam lapor akhir
proyek selesai. X3 Melakukan konsultasi dan konsolidasi pelaksanaan pekerjaan. X4 Memobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja. X5 Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya. X6 Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu. X7 Meneliti dan mengevaluasi hasil pengukuran dan perhitungan prestasi pekerjaan. X8 Mengetahui isi surat perjanjian kerja. X9 Mengendalikan file data/dokumentasi untuk kegiatan pengendalian mutu, dimensi, waktu dan biaya. X10 Mengetahui isi dokumen kontrak dan lampirannya secara menyeluruh. X11 Membuat laporan akhir kepada owner dan perusahaan setelah proyek selesai dikerjakan. Kurangnya Pengetahuan tentang:
X12 Proses pemeriksaan pekerjaan. X13 Membuat dan membaca jadwal kerja. X14 Lokasi/tempat suplier material dan peralatan serta penyedia tenaga kerja. X15 Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow. X16 Jenis, jumlah volume dan kualitas bahan yang dibutuhkan. X17 Peraturan ketenagakerjaan. X18 Ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Lemahnya Sikap Kerja Dalam Hal:
X19 Memberikan rasa aman bagi bawahannya untuk bekerja dengan tenang. X20 Luwes dalam pendekatan dan personality. X21 Memotivasi bawahannya untuk berprestasi baik dan mengatasi kebiasaan buruk mereka. X22 Membimbing para bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai standar yang telah ditentukan. X23 Disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah ditentukan.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
161 Universitas Indonesia
PENYEBAB RENDAHNYA KINERJA DAYA SAING TENAGA KERJA MANAJERIAL
X24 Menjalin hubungan baik dengan pemilik proyek, supplier, sub kontraktor dan pihak terkait lainnya untuk kelancaran proyek.
Sumber: Hasil olahan.
Tabel 4.38. Variabel eksternal rendahnya kinerja daya saing tenaga kerja manajerial
PENYEBAB RENDAHNYA KINERJA DAYA SAING TENAGA KERJA MANAJERIAL
No Dalam Proyek: X1 Koordinasi dengan owner dan pengguna jasa yang tidak intensip. X2 Dokumentasi rapat-rapat dan kegiatan lainnya tidak dikelola dengan baik. X3 Koordinasi dengan kantor pusat yang tidak terjadwal dan jarang dilakukan. X4 Rapat internal dengan para bawahan yang tidak terjadwal dan tidak teratur. X5 Memilih metode kerja yang tidak tepat. X6 Memobilisasi dan demobilisasi material, peralatan dan tenaga kerja yang tidak teratur dan tidak tepat
waktu. X7 Kondisi organisasi proyek yang tidak mendukung untuk bekerja dengan baik. Dalam Perusahaan: X8 Job description yang tidak jelas pada saat pendelegasian untuk proyek baru pada fungsi tugas dan
tanggung jawab. X9 Aturan-aturan yang di keluarkan oleh perusahaan tidak selaras dengan bakuan kompetensi. X10 Insentif yang diberikan tidak sepadan dengan prestasi dan bahkan tidak diberkan. X11 Kondisi organisasi perusahaan yang tidak mendukung untuk bekerja secara baik X12 Penghargaan kepada karyawan yang berprestasi sangat kurang. Di Lingkungan Usaha:
X13 Belum berjalannya lembaga sertifikasi yang dikelola oleh assosiasi profesi dan instansi Diklat lainnya. X14 Ketentuan Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) tentang sertifikasi belum diimplementasikan. X15 Belum ada standar nasional tentang bakuan kompetensi. X16 Belum memadainya pendidikan manajemen dengan kurikulum berbasis kompetensi X17 Belum adanya Research & Development yang memadai untuk mendukung pemberlakuan bakuan
kompetensi secara menyeluruh.
Sumber: Hasil olahan.
Berdasarkan data frekuensi terjadinya dan dampaknya terhadap pencapaian
kompetensi, dilakukan analisis risk ranking dengan membuat bobot dari
frekuensi dan dampak dari tiap variabel. Hasil analisis risk ranking diuraikan
dalam Tabel 4.39. tentang hambatan internal management skill yang mungkin
terjadi, Tabel 4.40. tentang hambatan internal pengetahuan yang mungkin terjadi,
Tabel 4.41. tentang hambatan internal sikap kerja yang mungkin terjadi, Tabel
4.42. tentang hambatan eksternal dalam proyek, Tabel 4.43. tentang hambatan
eksternal dalam perusahaan, dan Tabel 4.44. tentang hambatan eksternal dalam
lingkungan usaha. Kriteria yang digunakan dalam analisis risk ranking ini adalah:
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
162 Universitas Indonesia
FREKUENSI PENGARUH
Kriteria Skala Kriteria Skala
Sangat Sering 1 Sangat Besar 1
Sering 2 Besar 2
Kadang-kadang 3 Sedang 3
Jarang 4 Kecil 4
Sangat Jarang 5 Sangat Kecil 5
Sedang
Sangat Besar
Besar
Kecil
Sangat l
21 - 40 %
Frekwensi Terjadi:
81 - 100 %
61 - 80 %
41 - 60 %
Tingkat Pengaruh:
0 - 20 %
123
4
5
12
3
4
5
Tabel 4.39. Hambatan internal management skill
NILAI
FREK PENG FREK PENG AKHIR LEVEL
F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY
(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5
1 54.1 17.9 27.063 8.943 36.006 M2 54.1 20.8 27.063 10.392 37.455 H3 46.8 17.9 23.381 8.943 32.324 M4 46.8 20.8 23.381 10.392 33.773 M5 54.1 25.8 27.063 12.894 39.957 H6 46.8 20.8 23.381 10.392 33.773 M7 59.1 33.7 29.565 16.845 46.410 E8 59.1 28.7 29.565 14.343 43.908 E9 41.8 23.7 20.879 11.842 32.721 M10 46.2 17.9 23.116 8.947 32.063 M12 46.2 15.8 23.116 7.894 31.010 M13
46.2 12.9
23.116 6.445 29.561
L14 46.2 5.0 23.116 2.498 25.613 L15
41.8 22.9
20.879 11.445 32.324
M16 41.8 17.9 20.879 8.943 29.822 L17 46.2 20.8 23.116 10.396 33.512 M18 51.2 23.7 25.613 11.842 37.455 H19 41.2 17.9 20.614 8.947 29.561 L20 36.8 20.8 18.377 10.392 28.770 L21
41.8 30.8
20.879 15.396 36.275
H22 33.9 20.8 16.932 10.396 27.328 L23 46.2 17.9 23.116 8.947 32.063 M24 51.2 25.8 25.613 12.894 38.508 H25 46.2 25.8 23.112 12.894 36.006 M26
41.2 17.9
20.614 8.947 29.561
L27 41.8 17.9 20.879 8.943 29.822 L28 51.2 25.8 25.613 12.894 38.508 H29
49.1 38.924.561 19.430 43.991
E
Menyalurkan dan mengendalikan biaya proyek agar tepat waktu.
Mendokumentasikan hasil rapat dan surat menyurat.
Mendokumentasikan semua kegiatan yang terjadi di proyek.
Melakukan negosiasi dengan pemilik proyek dan partner konstruksi atau subkontraktor.
Melakukan rapat mingguan, bulanan dan non jadwal (khusus)
Mengendalikan file data/dokumentasi untuk kegiatan pengendalian mutu, dimensi, waktu
dan biaya.
Penentuan jadwal kebutuhan peralatan, bahan, tenaga kerja dan biaya tiap item pekerjaan
Melakukan pekerjaan sesuai standar spesifikasi yang tertuang dalam kontrak dan
spesifikasi gambar teknis.
NILAI LOKAL
Mengendalikan pemanfaatan waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai kontrak kerja.
Mengetahui isi surat perjanjian kerja.
Membimbing dan mengarahkan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis.
No
Mengetahui isi dokumen kontrak dan lampirannya secara menyeluruh.
Melaksanakan pemeriksaan ulang setiap selesainya tiap item pekerjaan.
Hambatan Internal - Management Skill yaitu tidak dapat:
Memimpin dan melaksanakan organisasi proyek.
Memobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja.
Terampil dalam memutuskan pemecahan masalah proyek.
Mengkonsolidasikan kegiatan internal proyek.
Melakukan Konsultasi dan konsolidasi pelaksanaan pekerjaan.
Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan sesuai metoda, prosedur dan manual yang telah
ditentukan.
Mengendalikan kualitas bahan sesuai spesifikasi teknis yang telah ditentukan.
Meneliti dan mengevaluasi hasil pengukuran dan perhitungan prestasi pekerjaan.
Menempatkan dan menggerakkan tenaga kerja, peralatan dan bahan.
Membuat laporan keuangan setiap item prekerjaan selesai dikerjakan dan mentabulasikan seluruh item laporan keuangan kedalam lapor akhir proyek selesai.
Membuat berita acara setiap pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait
Membuat laporan akhir kepada owner dan perusahaan setelah proyek selesai dikerjakan.
Menerapkan ketentuan K3 di lingkungan proyek.
Menetapkan dan menjadwalkan kebutuhan peralatan, material, tenaga kerja dan biaya
pada setiap item pekerjaan.
NILAI GLOBAL
Melakukan rapat eksternal untuk fkelancaran pelaksanaan pekerjaan.
Hambatan Yang Mungkin Terjadi
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
163 Universitas Indonesia
Tabel 4.40. Hambatan internal knowledge
NILAI
FREK PENG FREK PENG AKHIR LEVEL
F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY
(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5
1 74.6 20.8 37.281 10.392 47.673 H2 79.6 25.8 39.782 12.894 52.676 E3 46.2 25.8 23.116 12.894 36.010 L4 67.2 20.8 33.599 10.392 43.991 M5 67.2 33.7 33.599 16.845 50.444 H6 79.6 33.7 39.782 16.845 56.628 E7 59.1 17.9 29.565 8.943 38.508 L8 59.1 20.8 29.565 10.392 39.957 M9 46.8 28.7 23.381 14.343 37.725 L10 46.8 33.7 23.381 16.845 40.226 M11 41.8 25.8 20.879 12.894 33.773 L
NILAI LOKAL NILAI GLOBAL
Menguasai manajemen peralatan, material, tenaga kerja dan waktu.
Menguasai peraturan ketenagakerjaan.
Menguasai teknik negosiasi dan human relation .
Hambatan Yang Mungkin Terjadi
Hambatan Internal - Knowledge yaitu tidak dapat:
Mengetahui jenis, jumlah volume dan kualitas bahan yang dibutuhkan.
Mengetahui lokasi/tempat suplier material dan peralatan serta penyedia tenaga kerja.
Mengetahui proses pemeriksaan.
Menguasai isi dokumen kontrak dan perjanjian kerja.
Menguasai ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
No
Membuat anggaran biaya pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow.
Membuat dan membaca jadwal kerja.
Mampu menjelaskan item, jenis pekerjaan jalan secara benar dan lengkap.
Tabel 4.41. Hambatan internal attitude
NILAI
FREK PENG FREK PENG AKHIR LEVEL
F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY
(%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5
1
51.2 20.8
25.613 10.392 36.006
H2
54.8 20.8
27.415 10.392 37.807
H3 54.8 23.7 27.415 11.842 39.257 E4 46.8 33.7 23.381 16.845 40.226 E5 41.8 20.8 20.879 10.392 31.271 L6 54.1 20.8 27.063 10.392 37.455 H7 46.8 33.7 23.381 16.845 40.226 E
NILAI LOKAL NILAI GLOBAL
Membimbing para bawahannya untuk melakukan pekerjaan sesuai standar yang telah
ditentukan.
Sigap dengan semua kejadian baik yang terencana maupun tidak.
Disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah ditentukan.
Memberikan rasa aman bagi bawahannya untuk bekerja dengan tenang.
Memotivasi bawahannya untuk berprestasi baik dan mengatasi kebiasaan buruk mereka.
Luwes dalam pendekatan dan personality.
Menjalin hubungan baik dengan pemilik proyek, supplier, sub kontraktor dan pihak
terkait lainnya untuk kelancaran proyek.
No Hambatan Yang Mungkin Terjadi
Hambatan Internal - Attitude yaitu tidak dapat:
Tabel 4.42. Hambatan eksternal dalam proyek
NILAI
FREK PENG FREK PENG AKHIR LEVEL
F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY
Hambatan Eksternal - Dalam Proyek (%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5
1 33.7 23.7 16.845 11.842 28.687 L2
54.8 28.7
27.415 14.343 41.758
H3 46.8 28.7 23.381 14.343 37.725 H4 67.2 17.9 33.599 8.943 42.541 E5 59.1 30.8 29.565 15.396 44.961 E6 67.2 25.8 33.599 12.894 46.493 E7 46.8 41.8 23.381 20.879 44.260 E8 59.1 30.8 29.565 15.396 44.961 E
NILAI LOKAL NILAI GLOBAL
Koordinasi dengan kantor pusat yang tidak terjadwal dan jarang dilakukan.
Memobilisasi dan demobilisasi material, peralatan dan tenaga kerja yang tidak teratur dan
tidak tepat waktu.
Kondisi organisasi proyek yang tidak mendukung untuk bekerja dengan baik.
Dokumentasi rapat-rapat dan kegiatan lainnya tidak dikelola dengan baik.
Memilih metode kerja yang tidak tepat.
No Hambatan Yang Mungkin Terjadi
Distribusi keuangan yang tidak lancar dan merata.
Koordinasi dengan owner dan pengguna jasa yang tidak intensip.
Rapat internal dengan para bawahan yang tidak terjadwal dan tidak teratur.
Tabel 4.43. Hambatan eksternal dalam perusahaan
NILAI
FREK PENG FREK PENG AKHIR LEVEL
F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY
Hambatan Eksternal - Dalam Perusahaan (%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5
1
79.6 25.8
39.782 12.894 52.676
E2 46.8 46.8 23.381 23.381 46.762 H3
41.8 28.7
20.879 14.343 35.223
L4 74.6 28.7 37.281 14.343 51.624 E5 54.1 28.7 27.063 14.343 41.406 M6 67.2 25.8 33.599 12.894 46.493 H
NILAI LOKAL NILAI GLOBAL
No
Penghargaan kepada karyawan yang berprestasi sangat kurang.
Hambatan Yang Mungkin Terjadi
Aturan-aturan yang di keluarkan oleh perusahaan tidak selaras dengan bakuan
Tidak ada pelatihan untuk meningkatkan kualitas karyawan agar memenuhi standar
kompetensi.
Insentif yang diberikan tidak sepadan dengan prestasi dan bahkan tidak diberkan.
Job description yang tidak jelas pada saat pendelegasian untuk proyek baru baik pada
fungsi tugas dan tanggung jawab.
Kondisi organisasi perusahaan yang tidak mendukung untuk bekerja secara baik
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
164 Universitas Indonesia
Tabel 4.44. Hambatan eksternal dalam lingkungan usaha
NILAI
FREK PENG FREK PENG AKHIR LEVEL
F/P A/R F/P A/R (%) PRIORITY
Hambatan Eksternal - Di Lingkungan Usaha (%) (%) (%) : 0.5 (%) : 0.5
1
28.7 41.8
14.343 20.879 35.223
M2 25.8 41.8 12.894 20.879 33.773 L3
54.1 41.8
27.063 20.879 47.942
E4 25.8 41.8 12.894 20.879 33.773 L5
17.9 41.8
8.943 20.879 29.822
L
No Hambatan Yang Mungkin Terjadi
NILAI LOKAL NILAI GLOBAL
Belum adanya Research & Development yang memadai untuk mendukung pemberlakuan
bakuan kompetensi secara menyeluruh.
Belum memadainya pendidikan manajemen dengan kurikulum berbasis kompetensi
Ketentuan Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) tentang sertifikasi belum
diimplementasikan.
Belum berjalannya lembaga sertifikasi yang dikelola oleh assosiasi profesi dan instansi
Diklat lainnya.
Belum ada standar nasional tentang bakuan kompetensi.
Keterangan Risk Level Priority dan Dampak E = Extreme Risk M = Moderate Risk
H = Hign Risk L = Low Risk
4.4.1.4. Analisis peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja manajerial.
Peningkatan kinerja daya saing berupa kapabilitas tenaga manajerial pada
pekerjaaan jalan dilakukan dengan mengatasi hambatan yang terjadi untuk
pencapaian kompetensi dari berbagai langkah yang dapat diambil. Pemilihan
solusi untuk mengatasi hambatan dari setiap kelompok dilakukan dengan cara
melihat percentase kemunculan, dan didapatkan urutan atau ranking berdasarkan
tabulasi data, urutan/ranking solusi penyelesaian permasalahan yang timbul dari
hambatan internal dan eksternal adalah seperti berikut ini:
Solusi penyelesaian masalah hambatan internal Management Skill 1 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan manajerial. 2 Menetapkan standar minimal pada saat recruitment manajer. 3 Evaluasi kinerja manajer secara berkala. Knowledge 1 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan manajerial. 2 Menetapkan standar minimal pada saat recruitment manajer. 3 Evaluasi kinerja manajer secara berkala. Attitude 1 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan manajerial. 2 Menetapkan standar minimal pada saat recruitment manajer. 3 Meningkatkan komunikasi dan koordinasi. Solusi penyelesaian masalah hambatan eksternal. Dalam Proyek 1 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan manajerial. 2 Sosialisasi bakuan kompetensi. 3 Meningkatkan komunikasi dan koordinasi. Dalam Perusahaan 1 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan manajerial.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
165 Universitas Indonesia
2 Sosialisasi bakuan kompetensi. 3 Meningkatkan komunikasi dan koordinasi. Lingkungan Usaha 1 Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja. 2 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan manajerial. 3 Pengawasan yang intensif
4.4.1.5. Analisis permodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja
daya saing.
Analisis permodelan dilakukan dengan analisis regresi terhadap kombinasi
variabel penentu yang telah ditetapkan dan dihasilkan model regresi berganda
secara linier. Dengan menggunakan SPSS, diperoleh persamaan sebagai berikut.
YInternal = -0,006 + 0,524 X5 + 0,236 X6 + 0,437 X15 . . . . (4.5)
YEksternal = - 0,256 + 0,477 X7 + 0,328 X15 . . . . . . . . . . . . . (4.6)
Dimana :
YInternal = Hambatan internal yang mempengaruhi pencapaian kompetensi.
YEksternal = Hambatan eksternal yang mempengaruhi pancapaian kompetensi.
Variabel bebas internal :
X5 = Kurangnya manajemen skill tentang pembuatan berita acara setiap
pemerikasaan proyek bersama owner dan pihak terkait lainnya
X6 = Kurangnya manajemen skill tentang penyaluran dan pengendalian
biaya proyek agar tepat waktu
X15 = Kurangnya pengetahuan tentang pembuatan anggaran biaya
pelaksanaan proyek dan jadwal cash flow.
Variabel bebas eksternal :
X7 = Koordinasi dengan kantor pusat yang tidak terjadwal dan jarang
dilakukan.
X15 = Belum ada standar nasional tentang bakuan kompetensi
4.4.1.6. Validasi hasil pemodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja
daya saing tenaga kerja.
Validasi hasil permodelan dilakukan dengan pengujian Coeficient of
Determination Test (Adjusted R2 – Test). Dengan menggunakan metode Enter
pada program SPSS dihasilkan urutan kombinasi variabel bebas penentu, dalam
memberikan kontribusi terhadap nilai adjusted R2 untuk model regresi linier
untuk kedua variabel terikat (Yinternal dan YEksternal). Urutan kombinasi variabel
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
166 Universitas Indonesia
bebas penentu untuk model regresi pertama (memuat Yinternal) menghasilkan nilai
R2 adjusted seperti terlihat pada Tabel 4.45.
Tabel 4.45. Adjusted R2 model regresi YInternal
Model Adjusted R2 X5, X15, X6 0,761
Sumber : data olahan
Model regresi pada Tabel 4.46. menunjukkan bahwa nilai R2 adjusted cukup
berarti. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi interkorelasi yang tinggi
diantara variabel-variabel tersebut. Dari sample yang diambil secara acak,
kemudian dilakukan uji validasi, maka Y sample berada diantara batas atas dan
batas bawah Confidence Interval dan diantara batas atas dan batas bawah
Prediction Interval seperti pada Tabel 4.46.
Tabel 4.46. Confidence interval dan prediction interval Yinternal.
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
X5 4 3 5
X6 5 2 2
X15 5 2 3 Variabel X
Y sampel 3 2 3 Variabel Y
Y model (Ym) 3.095 1.968 2.78
t0.025(21) SE ((X0’(X’X)-1X0))^1/2 0.466 0.236 0.353
t0.025(21) SE (1 + (X0’(X’X)-1X0))^1/2 0.973 0.886 0.924 Batas Bawah 2.629 1.732 2.427
Confidence Interval Batas Atas 3.561 2.204 3.133 Batas Bawah 2.122 1.082 1.856
Prediction Interval Batas Atas 4.068 2.854 3.704
Sumber: Hasil olahan
Dengan demikian, model dapat digunakan untk meramal nilai tengah Y dan dapat
digunakan untuk memprediksi nilai tunggal Y. Dengan cara yang sama dilakukan
pengujian model regresi kedua, dengan hasil seperti terlihat pada Tabel 4.47.
Tabel 4.47. Adjusted R2 model regresi YEksternal
Sumber : data olahan
Model regresi pada Tabel 4.47. menunjukkan bahwa nilai R2 adjusted cukup
berarti. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi interkorelasi yang tinggi
diantara variabel-variabel tersebut. Dari sample yang diambil secara acak,
Model Adjusted R2 X7, X15 0,524
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
167 Universitas Indonesia
kemudian dilakukan uji validasi, maka Y sample berada diantara batas atas dan
batas bawah Confidence Interval dan diantara batas atas dan batas bawah
Prediction Interval seperti diuraikan pada Tabel 4.48.
Tabel 4.48. Confidence interval dan prediction interval YEksternal.
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
X7 4 3 2
X15 4 3 3
Variabel X
Y sampel 3 2 2 Variabel Y
Y model (Ym) 2.7 2.116 1.86
t0.025(21) SE ((X0’(X’X)-1X0))^1/2 0.260 0.195 0.165
t0.025(21) SE (1 + (X0’(X’X)-1X0))^1/2 0.715 0.694 0.687 Batas Bawah 2.440 1.921 1.695
Confidence Interval Batas Atas 2.960 2.311 2.025 Batas Bawah 1.985 1.422 1.173
Prediction Interval Batas Atas 3.415 2.810 2.547
Sumber: Hasil olahan
Dengan demikian, model dapat digunakan untk meramal nilai tengah Y dan dapat
digunakan untuk memprediksi nilai tunggal Y. Dari kedua uji validasi yang
dilakukan, maka didapatkan bahwa kedua persamaan regresi menjadi model yang
sesuai untuk penelitian ini.
4.4.2. Analisis peningkatan kinerja daya saing berdasarkan kapabilitas
tenaga kerja pelaksana pada pekerjaan jalan.
4.4.2.1. Faktor dan variabel kinerja daya saing kompetensi kerja tenaga
pelaksana pekerjaan jalan.
Peningkatan kinerja daya saing yang akan diteliti adalah tentang kapabilitas
tenaga kerja pelaksana untuk pekerjaan jalan yang ditunjukkan dengan
pencapaian kompetensi kerja. Variabel dependent (Y) dipilih untuk tenaga kerja
pada pekerjaan jalan dengan fleksible pavement yang merupakan sebagian besar
jenis jalan yang ada di Indonesia, yang diuraikan pada Tabel 4.49.131
131 Noor Dhulam, , Analisis Masalah Hambatan Dalam Pencapaian Kompetensi Kerja Tenaga Terampil Pada Proyek Konstruksi Jalan, Tesis Manajemen Konstruksi FTUI, 2005.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
168 Universitas Indonesia
Tabel 4.49. Variabel dependent tenaga kerja tingkat pelaksana
Y Uraian
YA Pencapaian kompetensi kerja tenaga terampil YB Pencapaian kompetensi kerja Asphalt Finisher Operator YC Pencapaian kompetensi kerja Asphalt Mixing Plant Operator YD Pencapaian kompetensi kerja Asphalt Sprayer Operator YE Pencapaian kompetensi kerja Road Asphalt Worker
4.4.2.2. Analisis faktor dan variabel yang berpengaruh pada kinerja daya
saing tenaga kerja pelaksana.
Variabel independent (X) berdasarkan studi literatur dan referensi lingkup
kompetensi tenaga kerja yang bersangkutan sebagai ukuran dari kapabilitasnya
yaitu pencapaian kompetensi, dibagi dalam dua kategori, yaitu variabel hambatan
peningkatan kinerja daya saing eksternal dan internal. Khusus untuk variabel
hambatan internal, elemen hambatan dipisahkan berdasarkan empat jabatan
kerjanya, yang diuraikan pada Tabel 4.50.
Tabel 4.50. Variabel independent tenaga kerja tingkat pelaksana
X Uraian AX Hambatan eksternal BX Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Asphalt Finisher Operator CX Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Asphalt Mixing Plant Operator DX Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Asphalt Sprayer Operator EX Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Road Asphalt Worker Variabel hambatan eksternal dan internal peningkatan kinerja daya saing tenaga
kerja untuk tingkat tenaga pelaksana yang diperoleh dari hasil kuestioner
penelitian bagian pertama adalah seperti yang diuraikan pada Tabel 4.51.
Tabel 4.51. Variabel hambatan peningkatan daya saing tenaga pelaksana.
Hambatan eksternal dan internal
Hambatan eksternal
AX1 Kurangnya dukungan manajer proyek pada saat penerapan bakuan kompetensi. AX2 Alokasi dana yang tidak mencukupi untuk penerapan bakuan kompetensi. AX3 Tidak dilakukan pelatihan penerapan bakuan kompetensi terhadap tenaga kerja proyek.
AX4 Sarana pendukung penerapan bakuan kompetensi yang tidak memadai. Seperti alat kerja dan material.
AX5 Kesiapan sumber daya proyek dalam menerapkan bakuan kompetensi.
AX6 Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak mendukung upaya penerapan bakuan kompetensi
AX7 Deskripsi tugas (job description) tenaga kerja yang tidak jelas.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
169 Universitas Indonesia
Hambatan eksternal dan internal
AX8 Belum ada R&D yang memadai pada penerapan bakuan kompetensi secara menyeluruh. AX9 Fasilitas insentif dari perusahaan yang kurang jelas AX10 Sistem perusahaan belum siap menerapkan bakuan kompetensi yang baru AX11 KKN dalam pelaksanaan tender mengakibatkan nilai perolehan perusahaan tidak sepadan AX12 Belum jalannya mekanisme bakuan kompetensi nasional. AX13 Kurangnya kesadaran perusahaan mengenai pentingnya bakuan kompetensi. AX14 Belum adanya standar nasional bakuan kompetensi AX15 Lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang belum berfungsi YA Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja
Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Asphalt Finisher Operator
BX1 Teknik apliksi pengoperasian ashpalt finisher BX2 Struktur dan fungsi asphalt finisher BX3 Teknik dasar pengoperasian asphalt finisher BX4 Pengusutan gangguan sederhana pada asphalt finisher BX5 Pemeliharaan harian asphalt finisher BX6 Melaksanakan teknik pengoperasian asphalt finisher BX7 Melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt finisher BX8 Membuat laporan operasi BX9 Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt finisher BX10 Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja BX11 Kepatuhan terhadap prosedur kerja BX12 Kedisiplinan dalam bekerja BX13 Penggunaan alat kerja secara sembarangan / tidak hati-hati BX14 Kepatuhan terhadap instruksi kerja BX15 Ketelitian dalam melakukan pekerjaan YB Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja
Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Asphalt Mixing Plant Operator
CX1 Teknik dasar pengoperasian asphalt mixing plant CX2 Struktur dan fungsi asphalt mixing plant CX3 Pemeliharaan harian asphalt mixing plant CX4 Jenis dan sifat material/bahan pencampur aspal CX5 Pengusutan gangguan sederhana pada asphalt mixing plant CX6 Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja CX7 Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt mixing plant CX8 Melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt mixing plant CX9 Kepatuhan terhadap prosedur kerja CX10 Membuat laporan operasi CX11 Kedisiplinan dalam bekerja CX12 Ketelitian dalam melakukan pekerjaan CX13 Penggunaan alat kerja secara sembarangan / tidak hati-hati CX14 Kepatuhan terhadap instruksi kerja
YC Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja
Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Asphalt Sprayer Operator
DX1 Jenis dan sifat material/bahan pencampur aspal DX2 Pemeliharaan harian asphalt sprayer
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
170 Universitas Indonesia
Hambatan eksternal dan internal
DX3 Teknik aplikasi pengoperasian asphalt sprayer DX4 Struktur dan fungsi asphalt sprayer DX5 Pengusutan gangguan sederhana pada asphalt sprayer DX6 Melaksanakan teknik aplikasi pengoperasian asphalt sprayer DX7 Melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt sprayer DX8 Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt sprayer DX9 Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja DX10 Membuat laporan operasi DX11 Kepatuhan terhadap prosedur kerja DX12 Penggunaan alat kerja secara sembarangan / tidak hati-hati DX13 Ketelitian dalam melakukan pekerjaan DX14 Kedisiplinan dalam bekerja DX15 Kepatuhan terhadap instruksi kerja YD Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja
Hambatan internal yang terjadi pada jabatan kerja Road Asphalt Worker
EX1 Mengatur lalu lintas EX2 Pengukuran EX3 Peralatan kerja EX4 Pengenalan bahan dan material EX5 Metode kerja EX6 Pengenalan bahan EX7 Menggunakan peralatan EX8 Kepatuhan terhadap instruksi kerja EX9 Kedisiplinan dalam bekerja EX10 Kepatuhan terhadap prosedur kerja EX11 Penggunaan alat kerja secara sembarangan / tidak hati-hati EX12 Ketelitian dalam melakukan pekerjaan YE Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja
Sumber : Hasil olahan
Analisis faktor dan variabel yang berpengaruh dilakukan dengan cara melakukan
analisis korelasi. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara variabel dependen dan independen yang diteliti, dan apabila ada
hubungan, maka bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan
tersebut. Setelah dilakukan analisis korelasi, maka diperoleh hasil yang
ditunjukkan dalam Tabel 4.52.
Tabel 4.52. Analisis korelasi untuk Road Asphalt Worker(YE)
Var Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
EX1 0.569(**) 0.00
EX2 0.320(*) 0.044
EX3 0.330(*) 0.037
EX4 0.252 0.116
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
171 Universitas Indonesia
Var Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
EX5 0.395(*) 0.012
EX6 0.420(**) 0.007
EX7 0.501(**) 0.001
EX8 0.326(*) 0.04
EX9 0.678(**) 0.00
EX10 0.573(**) 0.00
EX11 0.186 0.252
EX12 0.06 0.712
(*) > 0.3 (**) > 0.4
Sumber: Hasil olahan
Tanda negatif (-) dan positif (+) hanya menandakan penafsiran dari hasil korelasi,
apabila bertanda negatif maka korelasi menunjukan hubungan yang berlawanan,
dan positif menandakan hubungan yang searah. Koefisien korelasi yang diambil
dibatasi dengan ketentuan r > 0.4. Dari hasil analisis korelasi diatas, dapat
dijelaskan bahwa : terdapat variabel-variabel yang mempunyai hubungan yang
signifikan, dan tingkat hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel tingkat
korelasi. Variabel tersebut adalah :
EX1 Mengatur lalu lintas
EX2 Pengukuran
EX3 Peralatan kerja
EX5 Metode kerja
EX6 Pengenalan bahan
EX7 Menggunakan peralatan
EX8 Kepatuhan terhadap instruksi kerja
EX9 Kedisiplinan dalam bekerja
EX10 Kepatuhan terhadap prosedur kerja
Cara yang sama dilakukan juga untuk faktor eksternal, Asphalt Mixing Plant,
Asphalt Finisher Operator, dan Road Asphalt Worker.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
172 Universitas Indonesia
4.4.2.3. Analisis penyebab kinerja daya saing rendah pada tenaga kerja
pelaksana.
Analisis untuk mencari penyebab kinerja daya saing rendah dilakukan
secara deskriptif terhadap data yang diperoleh dari para pakar. Analisis deskriptif
meliputi analisis tentang prioritas dan level hambatan. Alat bantu yang digunakan
adalah AHP (Analytical Hierarchy Process). Analisis AHP dimaksudkan untuk
mendapatkan prioritas dari setiap elemen hambatan berdasarkan gambaran yang
diberikan oleh para pakar, baik posisinya sebagai pakar maupun sebagai para
pakar secara luas. Tahap-tahap analisis ini adalah menentukan skala penilaian dan
melakukan analisis untuk memperoleh tingkat resiko. Menentukan skala
penilaian adalah sebagai salah satu cara untuk meng-konversi penilaian kualitatif
menjadi kuantitatif. Pendapat para pakar dalam pengisian kuesioner diberikan
dalam bentuk skala penilaian, skala ini berupa angka dengan rentang nilai 1
sampai dengan 5. Skala tersebut diterapkan untuk skala dampak dan skala
frekuensi. Skala ini dinamakan skala interval, yaitu skala yang menunjukkan
jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.132
Pengertian dari skala yang digunakan tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.53.
Tabel 4.53. Pengertian Skala Penelitian
Skala Keterangan Frekwensi
Keterangan Dampak
1 Sangat Jarang Sangat Kecil 2 Jarang Kecil 3 Kadang-kadang Sedang 4 Cukup Sering Besar 5 Sangat Sering Sangat Besar
Sumber: Hasil olahan
Analisis resiko ini adalah dengan melakukan analisis untuk memperoleh tingkat
resiko dari setiap elemen hambatan, kriteria level tersebut dibagi menjadi
Extreme, High Risk, Middle, dan Low Risk, untuk memperoleh urutan hambatan
yang paling signifikan, disertai dengan level dari hambatan tersebut. Penyebab
yang paling signifikan dan level hambatan diuraikan pada Tabel 4.54.
132 Riduwan, op.cit., hal. 9.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
173 Universitas Indonesia
Tabel 4.54. Hambatan pencapaian kompetensi pada Road Asphalt Worker
NILAI NILAI F D AKHIR F/P A/R V
AR
PENYEBAB YANG DAPAT MENGHAMBAT PENCAPAIAN KOMPETENSI KERJA :
(%) (%) (%)
LE
VE
L
PR
IOR
ITA
S
EX1 Mengatur lalu lintas 64.0 52.6 58.3 E 2
EX2 Pengukuran 52.8 44.4 49.6 E 6
EX3 Peralatan kerja 49.2 43.5 44.3 E 10
EX4 Pengenalan bahan dan material 47.7 44.7 44.2 E 11
EX5 Metode kerja 48.2 45.5 44.8 E 9
EX6 Pengenalan bahan 53.5 50.2 51.8 E 4
EX7 Menggunakan peralatan 47.0 42.9 44.9 H 12
EX8 Kepatuhan terhadap instruksi kerja 60.4 59.6 60.0 E 1
EX9 Kedisiplinan dalam bekerja 61.8 48.3 55.0 E 3
EX10 Kepatuhan terhadap prosedur kerja 58.3 45.3 51.8 E 5
EX11 Penggunaan alat kerja secara tidak hati-hati 52.6 44.7 48.7 E 7
EX12 Ketelitian dalam melakukan pekerjaan 52.4 44.3 48.3 E 8
Sumber: Hasil olahan
Dari analisis di atas diperoleh keterangan bahwa tiga penyebab yang paling tinggi
adalah variabel EX8-Kepatuhan terhadap instruksi kerja, kemudian EX1-
Mengatur lalu lintas dan EX9-Kedisiplinan dalam bekerja. Dari model yang
diperoleh untuk Road Asphalt Worker, maka ketiga variabel tersebut juga masuk
ke dalam variabel yang berpengaruh yang membentuk model, hal ini menandakan
bahwa faktor-faktor tersebut benar-benar signifikan berpengaruh terhadap upaya
pencapaian kompetensi oleh tenaga terampil (Variabel YE).
4.4.2.4. Analisis peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja pelaksana.
Analisis tentang peningkatan kinerja daya saing dilakukan dengan analisis
deskriptif. Analisis deskriptif meliputi analisis untuk menentukan tingkat
signifikansi dari variabel yang menyebabkan hambatan atas peningkatan kinerja
daya saing, kemudian menentukan tindakan apa yang harus dilakukan untuk
mengurangi hambatan dan langkah kerja lainnya yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kinerja daya saing tersebut. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan hasil yang diperoleh dari analisis faktor dan variabel penyebab
rendahnya kinerja daya saing. Solusi tindakan peningkatan kinerja daya saing
tersebut diuraikan dalam Tabel 4.55.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
174 Universitas Indonesia
Tabel 4.55. Tindakan peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja pelaksana
ALTERNATIF SOLUSI
INTERNAL EKSTERNAL
PENGETAHUAN DALAM PROYEK
1 Melaksanakan program Diklat 1 Meningkatkan Kualitas Komunikasi
2 Diberikan contoh pengoperasian alat 2 Meningkatkan Koordinasi
3 Seleksi tenaga kerja pada tahap rekrutmen
3 Melakukan sosialiasi bakuan kompetensi
4 Pemberlakuan kepemilikan Sertifikasi
4 Pengawasan penerapan bakuan kompetensi
5 Pelatihan pengoperasian alat
KETERAMPILAN DALAM PERUSAHAAN
1 Melaksanakan program Diklat 1 Meningkatkan Kualitas Komunikasi
2 Diberikan contoh pengoperasian alat 2 Meningkatkan Koordinasi
3 Seleksi tenaga kerja pada tahap rekrutmen
3 Melakukan sosialiasi bakuan kompetensi
4 Pemberlakuan kepemilikan Sertifikasi
4 Pengawasan penerapan bakuan kompetensi
5 Pelatihan pengoperasian alat
SIKAP KERJA SOLUSI LINGKUNGAN USAHA
1 Law Reinforcement 1 Good Corporate Governance
2 Pengawasan ditingkatkan
2 Melakukan sosialiasi bakuan kompetensi
3 Pemberian Insentif / Kesejahteraan tenaga kerja 3
Pengawasan penerapan bakuan kompetensi
4 Menerapkan kode etik operator 5 Seleksi tenaga kerja pada tahap rekrutmen
Sumber: Hasil olahan
Berdasarkan model yang terbentuk, faktor yang paling signifikan, dan
menentukan model regresi pada faktor eksternal diuraikan pada Tabel 4.56.
Tabel 4.56. Masalah paling signifikan pada faktor eksternal tenaga kerja pelaksana.
VAR RISK LEVEL KETERANGAN
AX1 E Kurangnya dukungan manajer proyek pada saat penerapan bakuan kompetensi.
AX6 E Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak mendukung upaya penerapan bakuan kompetensi
AX9 E Fasilitas insentif dari perusahaan yang kurang jelas Sumber: Hasil olahan
Berdasarkan kriteria hambatannya, variabel AX1 termasuk kedalam kriteria
hambatan dalam proyek, sedangkan variabel AX6 dan AX9 merupakan variabel
yang masuk dalam kriteria hambatan dalam perusahaan. Ketiga faktor tersebut
mempunyai level Extreme Risk, dan menurut model regresi yang diperoleh, maka
hal ini menandakan bahwa faktor tersebut mempunyai resiko yang cukup tinggi
apabila dilakukan pada saat yang sama. Dengan nilai Adj.R2 > 90%, maka
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
175 Universitas Indonesia
terbukti bahwa ketiga variabel tersebut cukup signifikan mempengaruhi
pencapaian kompetensi tenaga terampil. Langkah untuk meminimalisasi
hambatan tersebut adalah dengan ”meningkatkan kualitas komunikasi”. Kualitas
komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam sebuah kelompok dalam suatu
proyek dan dengan cara ”meningkatkan koordinasi” antar pihak yang terkait
dalam perusahaan. Pada jabatan Asphalt Finisher Operator, hambatan yang
paling signifikan berdasarkan model regresi yang diperoleh adalah variabel BX1
dengan tingkat resiko Extreme, BX9, dan variabel BX10 dengan tingkat resiko
High Risk. Dilihat dari model regresi yang diperoleh, ketiga variabel ini sangat
mempengaruhi (Adj.R2 > 90%) pencapaian kompetensi tenaga terampil apabila
ketiga faktor ini dilakukan pada saat yang bersamaan. Masalah paling signifikan
ini diuraikan dalam Tabel 4.57.
Tabel 4.57. Masalah paling signifikan pada Asphalt Finisher Operator
VAR RISK LEVEL KETERANGAN
BX1 E Teknik apliksi pengoperasian asphalt finisher
BX9 H Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt finisher
BX10 H Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja
Sumber: Hasil olahan
Variabel hambatan BX1 merupakan di atas adalah variabel yang masuk ke
dalam kriteria pengetahuan, sedangkan varibel BX9 dan BX10 merupakan kriteria
keterampilan. Upaya penyelesaian masalah peningkatan kinerja daya saing
dengan ”mengadakan program pendidikan dan pelatihan”. Sedangkan untuk
permasalahan keterampilan, para pakar juga memilih ” mengadakan program
pendidikan dan pelatihan”. Tenaga kerja yang diteliti merupakan tenaga terampil
yang dalam pekerjaannya mengoperasikan alat berat. Pengetahuan dalam
mengoperasikan alat seperti teknik apliksi pengoperasian asphalt finisher (BX1)
dan terampil dalam melaksanakan pemeliharaan harian asphalt finisher (BX9)
sangat dibutuhkan agar alat dapat digunakan dengan baik. Selain itu, mengingat
lingkup kerja yang menggunakan alat berat tersebut, maka tenaga terampil juga
harus mampu dan terampil dalam menerapkan keselamatan kerja (BX10).
Permasalahan yang paling signifikan terjadi pada Asphalt Mixing Plant
Operator berdasarkan model regresi yang diperoleh adalah keterampilan dalam
melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt mixing plant (CX8), dan
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
176 Universitas Indonesia
keterampilan dalam melaksanakan pemeliharaan harian asphalt mixing plant
(CX9), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.58. Keduanya memiliki level resiko
Extreme dan High Risk. Menurut model regresi yang diperoleh, dapat dijelaskan
bahwa apabila kedua masalah tersebut dilakukan pada saat yang sama, maka akan
dapat mempengaruhi pencapaian kompetensi kerja (Adj.R2 > 90%).
Tabel 4.58. Masalah paling signifikan pada Asphalt Mixing Plant Operator
VAR RISK LEVEL KETERANGAN
CX8 E Melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt mixing plant
CX9 H Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt mixing plant
Sumber: Hasil olahan
Masalah yang paling signifikan berpengaruh terhadap pencapaian
kompetensi pada Asphalt Sprayer Operator adalah pengetahuan mengenai jenis
dan sifat material/bahan pencampur aspal (DX1), pemeliharaan harian asphalt
sprayer (DX2), dan pengetahuan tentang teknik aplikasi pengoperasian asphalt
sprayer (DX3), yang ditunjukkan pada Tabel 4.59. Ketiga variabel tersebut
mempunyai tingkat resiko cukup tinggi yaitu Extreme. Menurut model regresi
yang diperoleh pada analisis regresi, apabila ketiga variabel tersebut dilakukan
pada saat yang bersamaan, maka pengaruhnya akan sangat signifikan terhadap
pencapaian kompetensi tenaga terampil, khususnya pada jabatan kerja Asphalt
Sprayer Operator. Tingkat signifikannya dapat dilihat dari nilai Adj.R2 yang
melebihi 90%.
Tabel 4.59. Masalah paling signifikan pada Asphalt Sprayer Operator
VAR RISK LEVEL KETERANGAN
DX1 E Jenis dan sifat material/bahan pencampur aspal
DX2 E Pemeliharaan harian asphalt sprayer
DX3 E Teknik aplikasi pengoperasian asphalt sprayer
Sumber: Hasil olahan
Permasalahan paling signifikan dalam upaya pencapaian kompetensi pada
jabatan kerja Road Asphalt Worker adalah mengatur lalu lintas (EX1), peralatan
kerja (EX3), pengenalan bahan (EX6), kedisiplinan dalam bekerja (EX9), dan
kepatuhan terhadap prosedur kerja (EX10) yang ditunjukkan pada Tabel 4.60.
Keseluruhan permasalahan tersebut mempunyai level resiko Extreme, dan
memberikan kontribusi pengaruh yang cukup besar terhadap pencapaian
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
177 Universitas Indonesia
kompetensi tenaga terampil. Hal ini dibuktikan dengan nilai Adj.R2 yang lebih
dari 90%.
Tabel 4.60. Masalah paling signifikan pada Road Asphalt Worker
VAR RISK LEVEL KETERANGAN
EX1 E Mengatur lalu lintas
EX3 E Peralatan kerja
EX6 E Pengenalan bahan
EX9 E Kedisiplinan dalam bekerja
EX10 E Kepatuhan terhadap prosedur kerja
Secara lengkap data penelitian dan perhitungan analisisnya tentang peningkatan
kinerja daya saing berdasarkan kapabilitas yang ditunjukkan dengan pencapaian
kompetensi kerja tenaga kerja pelaksana dapat dilihat pada BUKU II -
ANALISIS VI – 4.
4.4.2.5. Analisis permodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja
daya saing.
Analisis permodelan dilakukan dengan cara melakukan analisis regresi.
Cara analisis ini bertujuan untuk mencari persamaan regresi, yang digunakan
sebagai dasar untuk membuat suatu model. Model tersebut terbentuk dari variabel
dependen dan variabel independen. Data yang dipakai dalam analisis regresi ini
adalah variabel yang memiliki tingkat signifikan yang cukup tinggi yang
diperoleh dari analisis korelasi. Pengujian multikolenieritas berfungsi untuk
melihat apakah masih terdapat interkorelasi antar variabel atau tidak. Pengujian
yang dilakukan adalah dengan melihat nilai Condition Index, dengan syarat
bahwa sebuah model tidak memiliki interkorelasi apabila nilai Condition Index
masih dibawah angka 16 (Condition Index < 16). Apabila sebuah model telah
memenuhi persyaratan pada setiap uji model, maka model yang dihasilkan dapat
digunakan memprediksikan varian dari variabel Y.
Berdasarkan pada model regresi yang dihasilkan, akhirnya diperoleh
keterangan bahwa faktor eksternal dan elemen bakuan kompetensi berkorelasi
secara signifikan terhadap pencapaian kompetensi tenaga terampil, sehingga
akhirnya diperoleh variabel hambatan yang paling signifikan. Langkah pertama
dalam validasi adalah menampilkan bentuk model yang diperoleh dari analisis
regresi, kemudian melakukan analisis secara kualitatif terhadap model tersebut,
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
178 Universitas Indonesia
dan dengan pertimbangan nilai Adj.R2 akan di buktikan bahwa model sudah
cukup signifikan untuk dapat memprediksi pencapaian kompetensi. Persamaan
regresi dihasilkan setelah melakukan analisis korelasi. Analisis regresi ini
menggambarkan model antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen
(X), yang secara keseluruhan diuraikan pada Tabel 4.61.
Tabel 4.61. Variabel pembentuk persamaan regresi.
Var. Terikat Koefisien Adj. R2
Const 0.689
AX1 0.246
AX6 0.119 YA
AX9 0.544
0.912
Const 0.384
BX1 0.23
BX9 0.353 YB
BX10 0.381
0.917
Const 1.057
CX8 0.399 YC
CX9 0.372
0.922
Const 0.418
DX1 0.395
DX2 0.404 YD
DX3 0.165
0.942
Const 0.159
EX1 0.238
EX3 0.097
EX6 0.139
EX9 0.427
YE
EX10 0.242
0.932
Dari tabel di atas, diperoleh model untuk setiap variabel dependen (Y), model
tersebut adalah :
YA = 0.689 + 0.246AX1 + 0.119AX6 + 0.544AX9
YB = 0.384 + 0.23BX1 + 0.353BX9 + 0.381BX10
YC = 1.057 + 0.399CX8 + 0.372CX9
YD = 0.418 + 0.395DX1 + 0.404DX2 + 0.165DX3
YE = 0.159 + 0.238EX1 + 0.097EX3 + 0.139EX6 + 0.427EX9 + 0.242EX10
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
179 Universitas Indonesia
Dari model di atas dapat dibuat gambar grafik model yang ditunjukkan pada
Gambar 4.17.
YA = 0.689 + 0.246*AX1 + 0.119*AX6 + 0.544*AX9 Keterangan
0
0,689
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1 2
YA = Pengaruh hambatan-hambatan eksternal terhadap pencapaian komptensi kerja AX1=Dukungan manajer proyek pada saat penerapan bakuan kompetensi. AX6=Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak mendukung upaya penerapan bakuan kompetensi AX9=Fasilitas insentif dari perusahaan yang kurang jelas
YB = 0.384 + 0.23*BX1 + 0.353*BX9 + 0.381*BX10
YB = Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian komptensi kerja operator asphalt finisher BX1=Teknik aplikasi pengoperasian asphalt finisher BX9=Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt finisher BX10=Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja
YC = 1.057 + 0.399*CX8 + 0.372*CX9
YC = Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian komptensi kerja asphalt mixing plant operator CX8=Melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt mixing plant CX9=Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt mixing plant
YD = 0.418 + 0.395*DX1 + 0.404*DX2 + 0.165*DX3
YD = Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian komptensi kerja operator asphalt sprayer DX1=Jenis dan sifat material/bahan pencampur aspal DX2=Pemeliharaan harian asphalt sprayer DX3=Teknik aplikasi pengoperasian asphalt sprayer
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
0.418
20
1
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
0.384
20
1
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0 1.057
20
1
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
180 Universitas Indonesia
YE = 0.159 + 0.238*EX1 + 0.097*EX3 + 0.139*EX6 + 0.427*EX9 + 0.242*EX10
0
0,159
0
0,05
0,1
0,15
0,2
1 2
YE = Pengaruh hambatan-hambatan terhadap pencapaian komptensi kerja asphalt worker EX1=Mengatur lalu lintas EX3=Peralatan kerja EX6=Pengenalan bahan EX9=Kedisiplinan dalam bekerja
EX10=Kepatuhan terhadap prosedur kerja
Gambar 4.17. Model Regresi Untuk Masing-masing Variabel Terikat
4.4.2.6. Validasi hasil permodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan
kinerja daya saing tenaga kerja pelaksana.
Model yang akan dilakukan validasi adalah model regresi linier terhadap
variabel Road Asphalt Worker. Uji validasi diperlukan untuk mengetahui bahwa
nilai masing- masing variabel terikat telah masuk ke dalam persyaratan batas
interval yang diharuskan. Interval tersebut adalah Confidence Interval dan
Prediction Interval, apabila telah memenuhi syarat tersebut, maka model telah
valid untuk dapat digunakan sebagai predictor nilai variabel terikatnya.
Parameter regresi linier yang diperlukan ditunjukkan dalam Tabel 4.62.
Tabel 4.62. Parameter model regresi linier untuk Road Asphalt Worker
Model Koefisien SE of Estimate T(0.025)(27)
Konstanta -0.159
EX1 0.238
EX3 0.097
EX6 0.139
EX9 0.427
EX10 0.242
0,221 2,052
Diketahui jumlah sampel n = 30, tingkat signifikan = 0,05. maka nilai
Confidence Interval dan Prediction Interval dapat dihitung dengan hasil yang
ditunjukkan pada Tabel 4.63.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
181 Universitas Indonesia
Tabel 4.63. Validasi model untuk Road Asphalt Worker
Sampel 1 Sampel 18 Sampel 10
EX1 4 3 4
EX3 4 5 5
EX6 4 3 4
EX9 5 4 5
Variabel X
EX10 5 3 4
Y sampel 5 4 5 Variabel Y
Y model (Ym) 5.082 3.891 4.937
t0.025(47) SE ((X0’(X’X)-1X0))^1/2 0.203 0.169 0.203
t0.025(47) SE (1 + (X0’(X’X)-1X0))^1/2 0.497 0.484 0.497
Batas Bawah 4.879 3.722 4.734 Confidence Interval
Batas Atas 5.285 4.060 5.140
Batas Bawah 4.585 3.407 4.440 Prediction Interval
Batas Atas 5.579 4.375 5.434
Dari Tabel 4.63. di atas terlihat bahwa nilai variabel Y dari ketiga sampel tersebut
berada atau masuk dalam confidence interval maupun prediction interval.
Sehingga, model regresi linier ini telah memenuhi kriteria validasi yang
ditentukan. Dengan demikian, kondisi menunjukan bahwa model yang telah
ditentukan (model regresi linier) dapat digunakan untuk meramalkan nilai tengah
Y dan dapat digunakan untuk memprediksi nilai tunggal Y.
Validasi dari setiap kriteria hambatan berikut :
A. FAKTOR EKSTERNAL
1. Bentuk model
Pada faktor eksternal, model yang dihasilkan adalah :
YA = 0.689 + 0.246AX1 + 0.119AX6 + 0.544AX9
Dimana :
YA Pencapaian kompetensi kerja.
AX1 Dukungan manajer proyek pada saat penerapan bakuan
kompetensi.
AX6 Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak
mendukung upaya penerapan bakuan kompetensi
AX9 Fasilitas insentif dari perusahaan
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
182 Universitas Indonesia
Uji koefisien model dimaksudkan untuk menguji tingkat validitas dari
koefisien yang diperoleh dari analisis regresi. Pengujian koefisien juga
menentukan apakah koefisien yang diperoleh telah cukup memenuhi syarat
sebagai koefisien penentu model, dan pengaruhnya terhadap variabel
dependen (Y).
2. Model faktor eksternal
Pada tabel di bawah, dapat diperhatikan bahwa persyaratan untuk setiap uji
model dapat dipenuhi. Berdasarkan nilai Adj.R2, model pada faktor
eksternal ini menyatakan bahwa faktor eksternal mempunyai pengaruh
yang cukup signifikan terhadap pencapaian kompetensi tenaga kerja. Hal
ini dikuatkan dengan pemenuhan syarat uji yang lain seperti Uji F, Uji
Durbin-Watson, dan Uji-t.
Uji Multikolenieritas menghasilkan Condition Index lebih kecil dari 16
yang menunjukkan tidak adanya interkorelasi, sehingga model yang
dihasilkan dapat digunakan memprediksikan varian dari variabel Y. Hasil
perhitungan semua uji di atas ditunjukkan pada Tabel 4.64.
Tabel 4.64. Uji koefisien model untuk faktor eksternal
UJI NILAI SYARAT KESIMPULAN
Adj. R2 0.912 >0,6 Signifikan
Uji F 101.096 4.64 Tolak Ho
Durbin 1.678 1,65<DW<2,35 Tidak ada otokorelasi
Con Index 12.105 <16 Tidak ada interkorelasi
AX1 4.581 2.052 Tolak Ho
AX6 2.201 2.052 Tolak Ho Uji t
AX9 11.957 2.052 Tolak Ho
3. Alternatif penyelesaian masalah
Dengan melihat nilai Adj.R2 > 90%, terbukti bahwa model sudah cukup
signifikan dan mampu memprediksi kemungkinan upaya pencapaian
kompetensi oleh tenaga kerja. Sehingga untuk meminimalisasi masalah
tersebut, maka upaya penyelesaian masalah yang dapat dilakukan adalah
dengan meningkatkan kualitas komunikasi dan meningkatkan koordinasi.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
183 Universitas Indonesia
4. Interpretasi model
Interpretasi terhadap model yang dihasilkan adalah diketahuinya upaya
penyelesaian masalah tersebut. Upaya penyelesaian masalah melalui
peningkatan kualitas komunikasi serta meningkatkan koordinasi antar pihak
yang terkait, terhadap permasalahan eksternal yang terdiri dari dukungan
manajer proyek pada saat penerapan bakuan kompetensi, kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan mendukung upaya penerapan
bakuan kompetensi, dan fasilitas insentif yang diberikan oleh perusahaan,
maka akan meningkatkan kinerja daya saing tenaga kerja pelaksana pada
proyek jalan yang diperoleh dengan pencapaian kompetensi.
B. ASPHALT FINISHER OPERATOR
1. Bentuk model
Model yang dihasilkan untuk jabatan Asphalt Finisher Operator adalah :
YB = 0.384 + 0.23BX1 + 0.353BX9 + 0.381BX10
Dimana :
YB Pengaruh hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja
BX1 Teknik aplikasi pengoperasian Asphalt Finisher
BX9 Melaksanakan pemeliharaan harian Asphalt Finisher
BX10 Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja
Persyaratan Uji model juga telah dipenuhi oleh model Asphalt Finisher
Operator. Ditinjau dari nilai Condition Index, model tersebut sudah cukup
menginformasikan bahwa variabel pembentuk model tersebut tidak
memiliki interkorelasi dengan variabel lain. Melalui Uji-F, nilai dari model
(104,119) sudah berada jauh di atas batas kritisnya, dengan demikian model
yang diperoleh sudah cukup signifikan. Uji Multikolenieritas menghasilkan
Condition Index lebih kecil dari 16 yang menunjukkan tidak adanya
interkorelasi, sehingga model yang dihasilkan dapat digunakan
memprediksikan varian dari variabel Y. Hasil perhitungan semua uji di atas
ditunjukkan pada Tabel 4.65.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
184 Universitas Indonesia
Tabel 4.65. Uji koefisien model untuk Asphalt Finisher Operator
UJI NILAI SYARAT KESIMPULAN
Adj. R2 0.917 >0,6 Signifikan
Uji F 104.119 4.68 Tolak Ho
Durbin 1.765 1,65<DW<2,35 Tidak ada otokorelasi
Con Index 12.334 <16 Tidak ada interkorelasi
BX1 4.859 2.056 Tolak Ho
BX9 7.367 2.056 Tolak Ho Uji t
BX10 7.425 2.056 Tolak Ho
2. Alternatif penyelesaian masalah
Variabel di atas merupakan faktor yang dapat menghambat pencapaian
kompetensi, dengan nilai Adj.R2 > 90% telah terbukti bahwa faktor-faktor
tersebut berpengaruh cukup signifikan. Dengan demikian, upaya
penyelesaian masalah untuk meminimalisasi hambatan tersebut adalah
dengan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan.
3. Interpretasi model
Dengan memperhatikan bentuk model yang dihasilkan, upaya penyelesaian
masalah melalui program pendidikan dan pelatihan terhadap Asphalt
Finisher Operator, untuk meningkatkan pengetahuan teknik apliksi
pengoperasian asphalt finisher, keterampilan melaksanakan pemeliharaan
harian asphalt finisher, dan keterampilan dalam menerapkan keselamatan
dan kesehatan kerja, maka akan meningkatkan kinerja daya saing tenaga
kerja pada proyek jalan, khususnya pada jabatan Asphalt Finisher Operator.
C. ASPHALT MIXING PLANT OPERATOR
1. Bentuk model
Pada faktor Asphalt Mixing Plant Operator, model yang dihasilkan adalah :
YC = 1.057 + 0.399*CX8 + 0.372*CX9
Dimana :
YC Pengaruh hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja
CX8 Melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt mixing plant
CX9 Melaksanakan pemeliharaan harian asphalt mixing plant
Apabila dilihat dari Uji-t, variabel X8 dan X9 mempunyai nilai di atas batas
kritis Uji-t (2,052), hal ini menandakan bahwa kedua variabel tersebut
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
185 Universitas Indonesia
sudah cukup signifikan pengaruhnya dalam memprediksi varian dari nilai
Y. Uji Multikolenieritas menghasilkan Condition Index lebih kecil dari 16
yang menunjukkan tidak adanya interkorelasi, sehingga model yang
dihasilkan dapat digunakan memprediksikan varian dari variabel Y. Hasil
perhitungan semua uji di atas ditunjukkan pada Tabel 4.66.
Tabel 4.66. Uji koefisien model untuk Asphalt Mixing Plant Operator
UJI NILAI SYARAT KESIMPULAN
Adj. R2 0.922 >0,6 Signifikan
Uji F 172.802 5.49 Tolak Ho
Durbin 1.807 1,65<DW<2,35 Tidak ada otokorelasi
Con Index 9.91 <16 Tidak ada interkorelasi
CX8 11.579 2.052 Tolak Ho Uji t
CX9 11.628 2.052 Tolak Ho
2. Alternatif penyelesaian masalah
Variabel di atas merupakan faktor yang dapat menghambat pencapaian
kompetensi, dengan nilai Adj.R2 > 90% telah terbukti bahwa faktor-faktor
tersebut berpengaruh cukup signifikan. Dengan demikian, upaya
penyelesaian masalah untuk meminimalisasi hambatan tersebut adalah
dengan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan.
3. Interpretasi model
Interpretasi terhadap model yang dihasilkan adalah upaya penyelesaian
masalah melalui program pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, terhadap
permasalahan pada jabatan Asphalt Mixing Plant Operator yang terdiri dari
pengetahuan dalam melaksanakan teknik dasar pengoperasian asphalt
mixing plant, dan keterampilan dalam melaksanakan pemeliharaan harian
asphalt mixing plant, maka akan meningkatkan kinerja daya saing tenaga
kerja pelaksana pada proyek jalan dengan cara pencapaian kompetensi,
khususnya pada jabatan Asphalt Mixing Plant Operator.
D. ASPHALT SPRAYER OPERATOR
1. Bentuk model
Bentuk model pada jabatan kerja Asphalt Sprayer Operator adalah :
YD = 0.418 + 0.395*DX1 + 0.404*DX2 + 0.165*DX3
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
186 Universitas Indonesia
Dimana :
YD Pengaruh hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja
DX1 Jenis dan sifat material/bahan pencampur aspal
DX2 Pemeliharaan harian asphalt sprayer
DX3 Teknik aplikasi pengoperasian asphalt sprayer
Begitu pula untuk model Asphalt Sprayer Operator, berdasarkan nilai
Adj.R2, model pada faktor eksternal ini menyatakan bahwa faktor eksternal
mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap pencapaian
kompetensi tenaga kerja. Hal ini dikuatkan dengan pemenuhan syarat uji
yang lain seperti Uji F, Uji Durbin-Watson, dan Uji-t. Uji Multikolenieritas
menghasilkan Condition Index lebih kecil dari 16 yang menunjukkan tidak
adanya interkorelasi, sehingga model yang dihasilkan dapat digunakan
memprediksikan varian dari variabel Y. Hasil perhitungan semua uji di atas
ditunjukkan pada Tabel 4.67.
Tabel 4.67. Uji koefisien model untuk Asphalt Sprayer Operator
UJI NILAI SYARAT KESIMPULAN
Adj. R2 0.942 >0,6 Signifikan
Uji F 144.29 4.6 Tolak Ho
Durbin 1.848 1,65<DW<2,35 Tidak ada otokorelasi
Con Index 12.596 <16 Tidak ada interkorelasi
DX1 10.36 2,048 Tolak Ho
DX2 9.139 2,048 Tolak Ho Uji t
DX3 3.23 2,048 Tolak Ho
2. Alternatif penyelesaian masalah
Faktor-faktor tersebut telah cukup signifikan berpengaruh terhadap upaya
pencapaian kompetensi kerja pada jabatan Asphalt Sprayer Operator, hal
ini terbukti dengan nilai adj.R2 > 90%. Dengan demikian upaya
penyelesaian masalah yang dapat dilakukan adalah dengan cara
melaksanakan program pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pada jabatan
Asphalt Sprayer Operator.
3. Interpretasi model
Dengan memperhatikan bentuk model yang dihasilkan, upaya penyelesaian
melalui program pendidikan dan pelatihan terhadap Asphalt Sprayer
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
187 Universitas Indonesia
Operator, pengetahuan tentang jenis dan sifat material/bahan pencampur
aspal, pengetahuan tentang pemeliharaan harian asphalt sprayer, dan teknik
aplikasi pengoperasian asphalt sprayer, maka akan meningkatkan kinerja
daya saing tenaga kerja pelaksana pada proyek jalan dengan pencapaian
kompetensi, khususnya pada jabatan Asphalt Sprayer Operator.
D. ROAD ASPHALT WORKER
1. Bentuk model
Pada jabatan kerja Road Asphalt Worker, model yang dihasilkan adalah :
YE = 0.159 + 0.238EX1 + 0.097EX3 + 0.139EX6 + 0.427EX9 + 0.242EX10
Dimana :
YE Pengaruh hambatan terhadap pencapaian kompetensi kerja
EX1 Mengatur lalu lintas
EX3 Peralatan kerja
EX6 Pengenalan bahan
EX9 Kedisiplinan dalam bekerja
EX10 Kepatuhan terhadap prosedur kerja
Persyaratan Uji model juga telah dipenuhi oleh model Road Asphalt
Worker. Ditinjau dari nilai Condition Index, model tersebut sudah cukup
menginformasikan bahwa variabel pembentuk model tersebut tidak
memiliki interkorelasi dengan variabel lain. Melalui Uji-F, nilai dari model
sudah berada jauh di atas batas kritisnya, dengan demikian model yang
diperoleh sudah cukup signifikan. Uji Multikolenieritas menghasilkan
Condition Index lebih kecil dari 16 yang menunjukkan tidak adanya
interkorelasi, sehingga model yang dihasilkan dapat digunakan
memprediksikan varian dari variabel Y. Hasil perhitungan semua uji di atas
ditunjukkan pada Tabel 4.68.
Tabel 4.68. Uji Koefisien Model Untuk Road Asphalt Worker
UJI NILAI SYARAT KESIMPULAN
Adj. R2 0.932 >0,6 Signifikan
Uji F 80.599 3.9 Tolak Ho
Durbin 1.379 1,65<DW<2,35 Tidak ada otokorelasi
Con Index 13.575 <16 Tidak ada interkorelasi
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
188 Universitas Indonesia
UJI NILAI SYARAT KESIMPULAN
EX1 4.583 2,052 Tolak Ho
EX3 2.41 2,052 Tolak Ho
EX6 2.906 2,052 Tolak Ho
EX9 7.169 2,052 Tolak Ho
Uji t
EX10 3.877 2,052 Tolak Ho
2. Alternatif penyelesaian masalah
Variabel di atas merupakan faktor yang dapat menghambat pencapaian
kompetensi, dengan nilai Adj.R2 > 90% telah terbukti bahwa faktor-faktor
tersebut berpengaruh cukup signifikan. Dengan demikian, upaya
penyelesaian masalah untuk meminimalisasi hambatan tersebut adalah
dengan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan.
3. Interpretasi model
Dengan diketahuinya upaya penyelesaian masalah tersebut dengan
pencapaian kompetensi melalui program pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan terhadap permasalahan pada jabatan Road Asphalt Worker yang
terdiri dari pengetahuan tentang mengatur lalu lintas, pengetahuan tentang
peralatan kerja, keterampilan dalam pengenalan bahan, sikap kedisiplinan
dalam bekerja, dan sikap kepatuhan terhadap prosedur kerja, maka akan
meningkatkan kinerja daya saing tenaga kerja pelaksana pada proyek jalan,
khususnya pada jabatan Road Asphalt Worker.
Dari uraian mengenai upaya penyelesaian masalah, dan berdasarkan
interpretasi model pada setiap faktor di atas, dapat diketahui bahwa faktor-
faktor hambatan tersebut cukup signifikan berpengaruh terhadap pencapaian
kompetensi tenaga terampil. Upaya penyelesaian masalah hambatan untuk
setiap jabatan pada proyek konstruksi jalan, yang terdiri dari Road Asphalt
Worker, Asphalt Mixing Plant Operator, Asphalt Sprayer Operator, dan
Aspalt Finisher Operator, akan meningkatkan kinerja daya saing tenaga
kerja pelaksana tersebut.
4.5. Optimalisasi kinerja tenaga kerja pekerjaan jalan.
Optimalisasi kinerja tenaga kerja pekerjaan jalan ini dihitung kembali
untuk mencari kinerja biaya tenaga kerja yang paling optimum. Untuk
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
189 Universitas Indonesia
menghitung respons kinerja ini harus dilakukan dengan cara menghitung seluruh
komponen biaya yang terdiri dari kinerja biaya langsung, kinerja biaya material,
kinerja biaya tenaga kerja, kinerja biaya alat, kinerja biaya sub kontraktor, dan
kinerja biaya overhead lapangan. Perhitungan ini ditunjukkan pada Tabel 4.69.
Tabel 4.69. Kinerja biaya langsung
Angka dalam jutaan rupiah. HB BIAYA LANGSUNG TOTAL
No Proyek PDTP
BAHAN UPAH ALAT SUB KONT BOL BL
Rencana 552 222 123 71 55 21 492
Realisasi 552 262 101 17 81 29 490 1 Proyek 1
Kinerja -18,02% 17,89% 76,06% -47,27% -38,10% 0,41%
Rencana 674 325 144 45 66 26 606
Realisasi 674 313 117 29 102 35 596 2 Proyek 2
Kinerja 3,69% 18,75% 35,56% -54,55% -34,62% 1,65%
Rencana 9.237 4.563 1.112 638 1.791 209 8.313
Realisasi 9.237 4.469 471 571 2.455 296 8.262 3 Proyek 3
Kinerja 2,06% 57,64% 10,50% -37,07% -41,63% 0,61%
Rencana 659 315 139 45 66 26 591
Realisasi 659 303 112 29 102 35 581 4 Proyek 4
Kinerja 3,81% 19,42% 35,56% -54,55% -34,62% 1,69%
Rencana 3.061 1.810 435 235 290 107 2.877
Realisasi 3.061 1.764 417 225 232 98 2.736 5 Proyek 6
Kinerja 2,54% 4,14% 4,26% 20,00% 8,41% 4,90%
Rencana 8.937 4.463 912 638 1.791 209 8.013
Realisasi 8.937 4.369 471 571 2.255 296 7.962 6 Proyek 7
Kinerja 2,11% 48,36% 10,50% -25,91% -41,63% 0,64%
Rencana 2.024 980 61 124 511 193 1.869
Realisasi 2.024 945 54 142 501 182 1.824 7 Proyek 10
Kinerja 3,57% 11,48% -14,52% 1,96% 5,70% 2,41%
Rencana 5.421 3.575 364 520 160 442 5.061
Realisasi .421 3.519 325 623 158 398 5.023 8 Proyek 12
Kinerja 1,57% 10,71% -19,81% 1,25% 9,95% 0,75%
Rencana 3.457 1.811 268 436 114 248 2.877
Realisasi 3.457 1.780 247 426 105 229 2.787 9 Proyek 13
Kinerja 1,71% 7,84% 2,29% 7,89% 7,66% 3,13%
Rencana 6.148 2.939 1.297 421 616 243 5.516
Realisasi 6.148 2.827 1.045 272 952 328 5.424 10 Proyek 16
Kinerja 3,81% 19,43% 35,39% -54,55% -34,98% 1,67%
Rencana 9.948 4.968 1.015 711 1.994 233 8.921
Realisasi 9.948 4.863 525 636 2.511 331 8.866 11 Proyek 17
Kinerja 2,11% 48,28% 10,55% -25,93% -42,06% 0,62%
Rencana 5.433 3.717 366 445 68 459 5.055
Realisasi 5.433 3.643 356 452 65 412 4.928 12 Proyek 18
Kinerja 1,99% 2,73% -1,57% 4,41% 10,24% 2,51%
Rencana .477 1.687 1.115 313 921 142 4.178 13 Proyek 19
Realisasi .477 1.638 1.145 335 918 173 4.209
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
190 Universitas Indonesia
HB BIAYA LANGSUNG TOTAL No Proyek
PDTP BAHAN UPAH ALAT
SUB KONT BOL BL
Kinerja 2,90% -2,69% -7,03% 0,33% -21,83% -0,74%
Rencana 10.511 147 65 241 9.013 264 9.730
Realisasi 10.511 145 61 234 8.996 279 9.715 14 Proyek 20
Kinerja 1,43% 5,93% 3,06% 0,19% -5,71% 0,16%
Rencana 6.458 3.897 495 1.073 51 367 5.883
Realisasi 6.458 3.789 517 1.056 48 339 5.749 15 Proyek 22
Kinerja 2,77% -4,44% 1,58% 5,88% 7,63% 2,28%
Rencana 9.576 134 59 220 8.211 241 8.865
Realisasi 9.576 132 56 213 8.195 255 8.851 16 Proyek 23
Kinerja 1,49% 5,08% 3,18% 0,19% -5,81% 0,16%
Rencana 1.994 1.080 96 124 251 203 1.754
Realisasi 1.994 945 39 67 501 182 1.734 17 Proyek 26
Kinerja 12,50% 59,38% 45,97% -99,60% 10,34% 1,14%
Rencana 5.773 6.350 1.038 642 5.144 1.262 14.436
Realisasi 5.773 7.044 1.135 1.569 3.953 1.216 14.917 18 Proyek 27
Kinerja -10,93% -9,34% -144,39% 23,15% 3,65% -3,33%
Rencana 3.551 70 362 45 2.479 237 3.193
Realisasi 3.551 83 335 47 2.511 225 3.201 19 Proyek 28
Kinerja -18,57% 7,46% -4,44% -1,29% 5,06% -0,25%
Rencana 4.489 2.709 344 746 35 255 4.089
Realisasi 4.489 2.635 359 735 33 235 3.997 20 Proyek 29
Kinerja 2,73% -4,36% 1,47% 5,71% 7,84% 2,25%
Rencana 7.683 1.023 222 152 4.431 475 6.303
Realisasi .683 1.019 191 141 4.383 414 6.148 21 Proyek 30
Kinerja 0,39% 13,96% 7,24% 1,08% 12,84% 2,46%
Rencana 7.553 427 682 51 5.511 142 6.813
Realisasi 7.553 435 955 74 5.508 128 7.100 22 Proyek 32
Kinerja -1,94% -40,03% -45,10% 0,05% 9,86% -4,22%
Rencana 8.156 4.782 628 1.313 17 434 7.174
Realisasi 8.156 4.641 619 1.344 17 273 6.894 23 Proyek 33
Kinerja 2,95% 1,43% -2,36% 0,00% 37,10% 3,90%
Rencana 1.806 964 376 50 40 236 1.666
Realisasi 1.806 984 220 70 26 315 1.615 24 Proyek 36
Kinerja -2,07% 41,49% -40,00% 35,00% -33,47% 3,06%
Rencana 5.871 3.675 389 535 160 442 5.201
Realisasi 5.871 3.669 350 638 98 394 5.149 25 Proyek 37
Kinerja 0,16% 10,03% -19,25% 38,75% 10,86% 1,00%
Rencana 5.933 3.817 381 445 68 459 5.170
Realisasi 5.933 3.543 371 816 27 517 5.274 26 Proyek 39
Kinerja 7,18% 2,62% -83,37% 60,29% -12,64% -2,01%
Rencana 3.608 2.106 180 591 126 255 3.258
Realisasi 3.608 2.253 182 530 50 239 3.254 27 Proyek 41
Kinerja -6,98% -1,11% 10,32% 60,32% 6,27% 0,12%
Rencana 12.868 7.022 584 628 3.199 337 11.770
Realisasi 12.868 6.801 574 592 3.230 310 11.507 28 Proyek 42
Kinerja 3,15% 1,71% 5,73% -0,97% 8,01% 2,23%
29 Proyek 43 Rencana 6.591 3.333 219 514 1.874 158 6.098
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
191 Universitas Indonesia
HB BIAYA LANGSUNG TOTAL No Proyek
PDTP BAHAN UPAH ALAT
SUB KONT BOL BL
Realisasi 6.591 3.259 196 538 1.870 131 5.994
Kinerja 2,22% 10,50% -4,67% 0,21% 17,09% 1,71%
Rencana 5.145 1.687 1.515 313 921 142 4.578
Realisasi 5.145 1.525 145 102 2.529 230 4.531 30 Proyek 45
Kinerja 9,60% 90,43% 67,41% -174,59% -61,97% 1,03%
31 Proyek 46 Rencana 2.868 1.565 130 140 713 75 2.623
Sumber : Hasil olahan
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya
langsung (Y) atas kinerja biaya material (X1), kinerja biaya tenaga kerja (X2),
kinerja biaya alat (X3), kinerja biaya sub kontraktor (X4), dan kinerja biaya
overhead lapangan (X5) yaitu :
..... (1)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya material
(X1) atas bobot biaya material (Z1) yaitu :
............... (2)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya tenaga
kerja (X2) atas bobot biaya tenaga kerja (Z2) yaitu :
............... (3)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya alat (X3)
atas bobot biaya alat (Z3) yaitu :
................. (4)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya sub
kontraktor (X4) atas bobot biaya sub kontraktor (Z4) yaitu
................... (5)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi kinerja biaya
overhead lapangan (X5) atas bobot biaya overhead lapangan (Z5) yaitu
................. (6) X5 = -0,0737 + 0,878 Z5
X4 = -0,262 + 0,339 Z4
X3 = -0,221 + 1,173 Z3
X2 = -0,00461 + 0,860 Z2
X1 = -0,192 + 0,330 Z1
Ŷ = 0,01117 + 0,08563 X1 + 0,03689 X2 + 0,03518 X3 +
0,02514 X4 + 0,03965 X5
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
192 Universitas Indonesia
Dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan, diperoleh enam persamaan
regresi (persamaan 1,2,3,4,5 dan 6). Selanjutnya persamaan regresi (2), (3), (4),
(5), dan (6) disubsitusikan terhadap persamaan (1) menjadi :
....... (7)
Kemudian model (7) disimulasi dengan berbagai skenario untuk mendapatkan
model probabilistik yang menggambarkan probabilitas keadaan di lapangan yang
sesungguhnya. Simulasi yang digunakan pada model (7) adalah simulasi Monte
Carlo dengan bantuan perangkat lunak Crystal Ball. Adapun skenario yang
dijalankan pada simulasi ini, sebagai berikut :
a. Skenario 1
Pada skenario pertama, komponen biaya langsung (biaya material, biaya
tenaga kerja, biaya alat, biaya sub kontraktor, dan biaya overhead
lapangan) dikondisikan dinamis.
b. Skenario 2
Pada skenario kedua, untuk biaya material dikondisikan dinamis, dan
untuk biaya tenaga kerja, biaya alat, biaya sub kontraktor, dan biaya
overhead lapangan masing-masing dikondisikan statis dan dinamis.
c. Skenario 3
Pada skenario ketiga, untuk biaya tenaga kerja dikondisikan dinamis, dan
untuk biaya material, biaya alat, biaya sub kontraktor, dan biaya overhead
lapangan masing-masing dikondisikan statis dan dinamis.
d. Skenario 4
Pada skenario keempat, untuk biaya alat dikondisikan dinamis dan untuk
biaya material, biaya tenaga kerja, biaya sub kontraktor, dan biaya
overhead lapangan masing-masing dikondisikan statis dan dinamis.
Ŷ = -0,02272 + 0,02826 Z1 + 0,03173 Z2 + 0,04127 Z3 +
0,00852 Z4 + 0,03481 Z5
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
193 Universitas Indonesia
e. Skenario 5
Pada skenario kelima, untuk biaya sub kontraktor dikondisikan dinamis,
dan untuk biaya material, biaya tenaga kerja, biaya alat, dan biaya
overhead lapangan masing-masing dikondisikan statis dan dinamis.
f. Skenario 6
Pada skenario keenam, untuk biaya overhead lapangan dikondisikan
dinamis, dan untuk biaya material, biaya tenaga kerja, biaya alat, dan
biaya sub kontraktor masing-masing dikondisikan statis dan dinamis.
Pada pelaksanaan di lapangan, terjadi banyak probabilitas skenario keacakan
variabel komponen biaya proyek, tetapi untuk memperoleh batasan-batasan
ekstrim diwakili oleh keenam skenario tersebut di atas. Dari simulasi yang
dilakukan pada keenam skenario diatas, maka dapat dilihat response kinerja biaya
yang ditunjukkan pada Gambar 4.18.
Kinerja BL
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1
Pro
bab
ility
Kinerja BL 1
Kinerja BL 5
Kinerja BL 4
Kinerja BL 3
Kinerja BL 2
Kinerja BL
Kinerja BL 1
Kinerja BL 5
Kinerja BL 4
Kinerja BL 3
Kinerja BL 2
Kinerja BL
Kinerja BL 1
Kinerja BL 5
Gambar 4.18. Cost performance response window
Keterangan :
a. Grafik Kinerja BL mewakili skenario 1.
b. Grafik Kinerja BL 1 mewakili skenario 2.
c. Grafik Kinerja BL 2 mewakili skenario 3.
d. Grafik Kinerja BL 3 mewakili skenario 4.
e. Grafik Kinerja BL 4 mewakili skenario 5.
f. Grafik Kinerja BL 5 mewakili skenario 6.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
194 Universitas Indonesia
Dari pemodelan simulasi dihasilkan probabilitas kinerja biaya langsung yang
terjadi antara nilai -1,66% sampai dengan 2,03%. Artinya, pengaruh keacakan
komponen biaya langsung proyek dapat menyebabkan terjadinya penurunan
kinerja biaya langsung sampai dengan -1,66% dan meningkatkan kinerja biaya
langsung hingga 2,03%. Batas antara penurunan kinerja dan peningkatan kinerja
biaya langsung terletak pada nilai rata-rata mean 0,25%. Hal ini berarti bahwa
bila kinerja biaya langsung berada pada area sebelah kiri batas ini berarti
penurunan kinerja biaya langsung bagi kontraktor, demikian sebaliknya bila
kinerja biaya langsung berada pada area sebelah kanan batas ini dan di sebelah
kiri batas kurva yang paling kanan berarti peningkatan kinerja biaya langsung
bagi kontraktor.
Optimalisasi biaya tenaga kerja
Setelah melihat respons kinerja biaya langsung dengan simulasi Monte Carlo,
selanjutnya dilakukan optimasi biaya tenaga kerja dengan bantuan program
Opquest. Pemodelan yang digunakan dalam melakukan optimasi adalah model
(7) yaitu : Ŷ = -0,02272 + 0,02826 Z1 + 0,03173 Z2 + 0,04127 Z3 + 0,00852 Z4
+ 0,03481 Z5.
Sebelum melakukan optimasi, terlebih dahulu ditentukan batasan-batasan dalam
melakukan optimasi. Adapun batasan tersebut adalah :
1. Kinerja Biaya Langsung (Y) = Maksimum
2. 1,49 % < Bobot Biaya Material < 74,17 %
3. 0,63 % < Bobot Biaya Tenaga kerja < 27,21 %
4. 1,03 % < Bobot Biaya Alat < 24,67 %
5. 0,25 % < Bobot Biaya Sub Kontraktor < 92,60 %
6. 1,80 % < Bobot Biaya Overhead Lapangan < 19,50 %
7. Bobot Biaya Material + Bobot Biaya Tenaga kerja + Bobot Biaya Alat
+ Bobot Biaya Sub Kontraktor + Bobot Biaya Overhead Lapangan =
100 %
Dari hasil optimasi, didapat bobot komponen biaya langsung yang optimal seperti
terlihat pada Tabel 4.69.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
195 Universitas Indonesia
Tabel 4.69. Bobot Optimal Komponen Biaya Langsung
Simula- tion
Maximize Objective Kinerja Optimum Deterministic
Komponen Biaya Bahan
Komponen Biaya Tenaga Kerja
Komponen Biaya Alat
Komponen Biaya Sub Kon
Komponen Biaya Overhead
1 1,36E-03 46,90% 8,82% 8,38% 30,14% 5,77%
5 1,46E-03 23,19% 13,71% 21,74% 38,38% 2,99%
8 6,45E-03 65,24% 2,16% 17,77% 9,30% 5,53%
12 6,83E-03 71,37% 1,60% 17,69% 6,35% 2,99%
15 8,18E-03 67,83% 0,63% 21,81% 3,22% 6,51%
33 8,37E-03 69,63% 0,63% 22,09% 2,12% 5,53%
45 8,44E-03 73,09% 2,37% 19,88% 0,25% 4,41% Sumber : hasil olahan.
Dari Tabel 4.69, diperoleh batasan bobot komponen biaya langsung yang
optimal, yaitu :
1. Bobot biaya material : 23.19 % - 73,03 % dari biaya langsung,
2. Bobot biaya tenaga kerja : 0,63 % - 13,71% dari biaya langsung,
3. Bobot biaya peralatan : 17,69 % - 22,09 % dari biaya langsung,
4. Bobot biaya sub kontraktor : 0,25 % - 38,38 % dari biaya langsung,
5. Bobot biaya overhead lapangan : 2,99 % - 6,51% dari biaya langsung.
Dari batasan bobot komponen biaya langsung hasil optimalisasi diatas dilakukan
perhitungan dengan teknik simulasi Monte Carlo diperoleh bobot biaya tenaga
kerja optimal pada probabilitas 50% sampai dengan 95% sebesar 6,52% sampai
dengan 11%. Hal ini berarti bahwa bobot biaya tenaga kerja optimal berada pada
batas 6,52% - 11% dari total biaya langsung. Dengan cara yang sama diperoleh
bobot biaya material optimal pada batas 44,60 % sampai dengan 62,70 %, bobot
biaya peralatan optimal pada batas 19,58 % sampai dengan 21,18 %, bobot biaya
sub kontraktor optimal pada batas 16,63 % sampai dengan 30,48 %, bobot biaya
overhead lapangan optimal pada batas 4,50 % sampai dengan 5,78 %.
Untuk bobot tenaga kerja yang optimal minimum dan maksimum dapat dilihat
pada Gambar 4.19. dan Gambar 4.20.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.
196 Universitas Indonesia
Optimasi Kinerja
44,60
6,25
19,58
16,634,50
Material Tenaga kerja Peralatan Sub Kontraktor Overhead Lapangan
Gambar 4.19. Bobot Komponen Biaya Langsung dengan Bobot Tenaga Kerja Optimal Minimum
Optimasi Kinerja
62,70
11,0021,18
30,48
5,78
Material Tenaga kerja Peralatan Sub Kontraktor Overhead Lapangan
Gambar 4.20. Bobot Komponen Biaya Langsung dengan Bobot Tenaga Kerja Optimal Maksimum 4.6. Rangkuman.
Analisis penelitian faktor dan variabel rendahnya kinerja daya saing tenaga
kerja konstruksi nasional meliputi terdiri dari faktor efektifitas, efisiensi, kualitas
hasil kerja, ketepatan waktu, produktifitas dan keselamatan kerja. Penelitian
dilakukan dengan melakukan observasi langsung pada proyek-proyek jalan di
seluruh Indonesia. Analisisnya adalah mencari cara perencanaaan alokasi tenaga
kerja, efisiensi biaya tenaga kerja, tindakan korektif dan preventif dari elemen
waktu kerja yang tidak produktif dengan permodelan, simulasi sebagai upaya
peningkatan kinerja daya saing. Peningkatan kinerja daya saing berdasarkan
pencapaian kompetensi kerja dilakukan terhadap faktor internal knowledge, skill
dan attitude dan eksternal dari dalam proyek, perusahaan dan lingkungan usaha.
Analisisnya adalah mencari tindakan untuk mengatasi penyebab rendahnya
kinerja daya saing, dengan analisis permodelan, simulasi dalam kebijakan
peningkatan kinerja daya saing. Hasil penelitian ini yang akan dilakukan validasi
ulang kepada para pakar terkait. Penelitian yang terakhir adalah melakukan uji
respons kinerja untuk memperoleh batas angka yang paling optimal bagi kinerja
tenaga kerja konstruksi. Penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung
optimalisasi biaya langsung dari suatu proyek konstruksi jalan.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., 2008.