9
Agustus 2011 KOMPAS.com - Firma keamanan McAfee mengaku telah menyingkap serangkaian serangan cyber yang dinilai sebagai yang terbesar yang pernah ada. Sedikitnya 72 organisasi menjadi target serangan selama lima tahun belakangan. "Tingkat serangan kali ini sama sekali berbeda dengan serangan Night Dragon yang terjadi (beberapa) tahun lalu. Waktu itu serangannya menyasar sektor tertentu, tapi kali ini sasarannya sangat luas," kata Raj Samani yang mengepalai bidang teknis McAfee di wilayah Eropa. Ia juga mengatakan bahwa serangan ini masih berlanjut. Serangan tersebut menarget perusahaan-perusahaan besar, Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), International Olympic Commitee (IOC), pemerintah sejumlah negara seperti Vietnam, Korea Selatan, Kanada, dan bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan firma-firma keamanan. Penelitian yang dilakukan selama lima tahun belakangan melibatkan informasi dari sejumlah organisasi yang diduga menjadi korban. "Dari catatan kami, tampak arah datangnya serangan," kata Samani. "Dalam beberapa kasus, kami diizinkan untuk menyelidiki lebih dalam dan melihat apa saja yang diambil, dan dalam banyak kasus kami punya bukti bahwa ada kekayaan intelektual yang dicuri," jelasnya. McAfee menolak menyebutkan siapa yang menurutnya harus bertanggung jawab, tapi ada spekulasi yang menyebut bahwa China adalah dalang di balik

cyber war

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cyber war adalah tantantang kedamaian di masa depan

Citation preview

Page 1: cyber war

Agustus 2011

KOMPAS.com - Firma keamanan McAfee mengaku telah menyingkap serangkaian serangan cyber yang dinilai sebagai yang terbesar yang pernah ada. Sedikitnya 72 organisasi menjadi target serangan selama lima tahun belakangan.

"Tingkat serangan kali ini sama sekali berbeda dengan serangan Night Dragon yang terjadi (beberapa) tahun lalu. Waktu itu serangannya menyasar sektor tertentu, tapi kali ini sasarannya sangat luas," kata Raj Samani yang mengepalai bidang teknis McAfee di wilayah Eropa. Ia juga mengatakan bahwa serangan ini masih berlanjut.

Serangan tersebut menarget perusahaan-perusahaan besar, Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), International Olympic Commitee (IOC), pemerintah sejumlah negara seperti Vietnam, Korea Selatan, Kanada, dan bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan firma-firma keamanan.

Penelitian yang dilakukan selama lima tahun belakangan melibatkan informasi dari sejumlah organisasi yang diduga menjadi korban. "Dari catatan kami, tampak arah datangnya serangan," kata Samani. "Dalam beberapa kasus, kami diizinkan untuk menyelidiki lebih dalam dan melihat apa saja yang diambil, dan dalam banyak kasus kami punya bukti bahwa ada kekayaan intelektual yang dicuri," jelasnya.

McAfee menolak menyebutkan siapa yang menurutnya harus bertanggung jawab, tapi ada spekulasi yang menyebut bahwa China adalah dalang di balik serangan-serangan tersebut. Akan tetapi, China menampik dan menyebut tuduhan tersebut sebagai tak berdasar dan tak bertanggung jawab. Sanggahan yang dimuat di People's Daily, sebuah surat kabar China, menyebut bahwa laporan McAfee hanya rekayasa agar orang-orang mau membeli produk keamanannya.

Jim Lewis, pakar internet dari Centre for Strategic and International Studies, mengatakan bahwa China sangat mungkin mendalangi semua ini karena sejumlah sasaran punya informasi yang sekiranya sangat dibutuhkan Beijing. "Semua mengarah ke China. Bisa juga Rusia, tapi lebih banyak bukti yang mengarah ke China dibanding Rusia," kata Lewis.

Page 2: cyber war

Namun, Graham Cluley, pakar keamanan komputer dari Sophos berkata lain. "Kita tidak bisa membuktikan bahwa dalangnya adalah China. Tapi jangan naif. Semua negara di dunia bisa saja menggunakan internet untuk memata-matai. Mudah dan murah."

Cluley mengatakan, firma-firma keamanan sering kali dikecohkan dengan aksi-aksi yang sangat blak-blakan dari aktivis online seperti LulzSec dan Anonymous, yang telah membobol sejumlah situs penting akhir-akhir ini. "Kadang tidak selalu tentang secara terang-terangan mencuri uang atau membobol data. Tapi secara diam-diam mencuri informasi, yang bisa punya nilai politik, militer atau finansial yang tinggi," kata Cluley. "Singkatnya, jangan sampai pertahanan Anda runtuh."

Sebelumnya, Google menuduh peretas China berusaha mencuri password dari ratusan akun e-mail Google, termasuk pegawai pemerintah Amerika Serikat, dan aktivis HAM dan wartawan China. Saat itu edisi luar negeri People's Daily menyerang balik dengan mengatakan bahwa Google telah menjadi "alat politik" yang dimanfaatkan untuk memfitnah pemerintah China, dan memperingatkan bahwa pernyataan tersebut bisa merusak bisnis Google.

Page 3: cyber war

11 desember 2011

Aksi-aksi Perang Dunia Maya/Perang Cyber (Cyber Warfare) yang melibatkan negara-negara berkekuatan raksasa dunia disinyalir sebagai Perang Modern di masa yang akan datang. Amerika Serikat, Cina, Rusia, dan Israel adalah negara-negara yang melirik kekuatan cyber sebagai salah satu faktor penting ketahanan nasional dalam konteks politik dan kekuasaan global.

Bagaimanakah para pemerhati politik dunia melihat tendensi ini sebagai kajian yang menarik dalam hal keterlibatan teknologi hacking computer dan konstalasi politik global.

Cyber Politics

Setelah dikejutkan dengan aksi Stuxnet diawal 2010, tahun yang menandai awal baru Perang Dunia Maya itu dilengkapi oleh satu fenomena luar biasa yang menarik perhatian masyarakat global, yaitu mencuatnya kontroversi organisasi whistleblower Wikileaks yang kembali memanfaakan teknologi hacking computer untuk tujuan-tujuan politik.

Istilah cyber-politics dalam khasanah keilmuan Indonesia awalnya memang bukan satu subjek studi yang cukup akrab ditelinga masyarakat umum, karena itu dalam pembahasannya topik ini cukup asing terutama dikaitkan dengan perkembangan teknologi komputer yang semakin bergerak maju melahirkan berbagai macam inovasi yang membentuk dunia modern. Istilah cyber-politics sendiri secara singkat dapat direfleksikan melalui satu kalimat “internet based conflict involving politically motivated attacts on information & information system.”

Page 4: cyber war

Seiring dengan mencuatnya istiah cyber-politics, beberapa istilah-istilah yang sekiranya kurang dikenal masyarakat umum dalam kaitan teknologi hacking komputer dengan dunia politik antara lain Hacktivism, Political Cracking, Political Defacement, Electronic Civil Disobedience, Cyber-Warfare, sampai dengan Firesale, dan lain sebagainya hari ini mulai memiliki ruang sendiri dalam komunikasi global.

Cyber Warfare (Perang Dunia Maya)

Sementara Cyber Warfare (Perang Cyber) dalam sekup politik global dapat dipahami sebagai aksi politik yang melibatkan kemampuan hacking computer dalam mencapai tujuan-tujuan si pemilik kepentingan yang diantaranya bisa dilakukan melalui aktivitas-aktivitas semacam sabotase dan spionase.

“Cyber Warvare is an action of a nation-state to penetrate another nation’s computers or networks for the purposes of causing damage or disruption.”

Kalau kita pernah mendengar istilah Aurora, Stuxnet, Ghosnet sampai Wikileaks Takedown dan semua konsepsi global terkait digunakannya technology hacking komputer untuk tujuan-tujuan politik dalam format Perang Dunia Maya, disinilah pembahasan Cyber-Warfare sesunggungguhnya dapat difokuskan.

Stuxnet adalah worm komputer yang diciptakan tahun 2010, yang telah menginfeksi sistem komputer di Iran. Worm ini bahkan berhasil meremote ledakan berbahaya di pusat pengayaan uraninum pengembang nuklir negara penentang keras Amerika tersebut. Peristiwa ini pun

Page 5: cyber war

disinyalir dilakukan oleh Israel dan Amerika Serikat sebagai penentang utama Program Nuklir Iran. Sementara operasi Aurora ditujukan untuk mencuri data-data sensitif para aktivis HAM Cina mencuat satu tahun sebelumnya.

Selain dua tools perang dunia maya yang cukup menarik perhatian masyarakat pemerhati politik global tersebut, Ghostnet tool spionase yang mematai-matai adalah salahsatu yang juga dianggap sebagai produk hacking computer yang telah menciptakan pengaruh besar terhadap perkembangan cyber-politics global.

Dunia Masa Depan

Setelah negara-negara super power mulai melirik technology hacking computer sebagai salah satu elemen penting dari ketahanan nasional mereka, disinyalir bahwa dimasa yang akan datang perang konvensional yang melibatkan fisik dan kekuatan militer tidak lagi menjadi pilihan startegi negara-negara besar dalam mencapai tujuan politiknya.

Karenanya pada masa kini teknologi hacking computer yang sebelumnya tidak terlalu menempati posisi penting dalam konstalasi global bahkan kurang dipahami oleh masyarakat biasa telah berhasil menarik perhatian para pelaku politik dunia, peneliti dan akademisi sebagai salah satu tantang dunia masa depan.

Page 6: cyber war

TOKYO, KOMPAS.com - Kontraktor industri pertahanan terbesar Jepang, Mitsubishi Heavy Industries (MHI), hari Senin (19/9/2011), melaporkan telah menjadi korban serangan cyber oleh para peretas. Serangan pertama yang terjadi terhadap sektor industri pertahanan Jepang ini diduga telah berhasil mencuri berbagai informasi penting.

"Kami menemukan bahwa beberapa informasi sistem, seperti alamat-alamat IP (internet protocol) telah bocor, dan itu saja sudah cukup menakutkan. Kami tak bisa menepis adanya kemungkinan kecil kebocoran informasi yang lebih jauh, tetapi sejauh ini, data krusial tentang produk-produk atau teknologi kami masih aman," tutur seorang juru bicara MHI, yang menambahkan, serangan ini pertama kali terdeteksi pada 11 Agustus.

MHI adalah kontraktor industri pertahanan terbesar di Jepang. Sejak triwulan kedua tahun lalu hingga Maret tahun ini, perusahaan tersebut telah memenangkan 215 kontrak senilai 260 miliar yen (sekitar Rp 30 triliun) dari Kementerian Pertahanan Jepang. Beberapa produk yang dikerjakan MHI, antara lain, rudal antirudal Patriot, rudal udara-ke-udara AIM-7 Sparrow, berbagai tipe kapal selam dan kapal perang, serta bagian sayap dari pesawat penumpang terbaru Boeing 787 Dreamliner.

Harian Yomiuri Shimbun menambahkan, virus yang disebarkan peretas telah menginfeksi sekitar 80 komputer, yang tersebar di kantor pusat MHI di Tokyo dan beberapa fasilitas produksi vital, seperti galangan kapal Kobe dan Nagasaki serta fasilitas produksi sistem propulsi di Nagoya. Galangan kapal Kobe memproduksi kapal selam dan berbagai komponen pembangkit listrik tenaga nuklir, galangan kapal Nagasaki memproduksi kapal pengawal, dan pabrik di Nagoya memproduksi peluru kendali dan mesin roket.

Tak kurang dari delapan jenis virus, termasuk Kuda Troya (Trojan horse), yang bisa mencuri informasi penting dari komputer yang terinfeksi, menyerang komputer-komputer milik MHI tersebut.

Andrew Davies, peneliti dari lembaga pemikir Australian Strategic Policy Institute, mengatakan, serangan terhadap sektor industri Jepang ini serupa dengan serangan terhadap beberapa kontraktor

Page 7: cyber war

industri pertahanan utama AS tahun ini, termasuk produsen pesawat tempur Lockheed Martin.

"Jepang adalah pembuat kapal selam konvensional besar yang termasuk dalam kategori tercanggih di dunia. Mereka memiliki teknik integrasi sistem mekanik, elektronik, dan sistem kontrol buatan mereka sendiri, sehingga menjadi sasaran menarik untuk diretas," kata Davies. (Reuters/DHF)