Upload
nurisyaban-aziezah
View
110
Download
17
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan
Citation preview
I. TujuanSetelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu:1. Membuat dan mengenal sifat kristal tembaga II sulfat
2. Memahami proses pembuatan kristal
II. Landasan Teori
Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga (Cu) termasuk ke dalam golongan 11.
Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai sejak lama sebagai uang dalam
bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah
dalam waktu yang lama. Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai
sebagai kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga
teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3. Bentuk pentahidrat yang lazim
terhidratnya, yaitu kehilangan empat molekul airnya pada 110 °C dan kelima-lima molekul air
pada 150 °C. Pada 650 °C, tembaga (II) sulfat mengurai menjadi tembaga (II) oksida (CuO),
sulfur dioksida (SO2) dan oksigen (O2).
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu + mengalami
disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti larutan
senyawa Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan bagaimana mereka
ditemukan, yaitu jika kita mencoba membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan
berada pada jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua
dari Cu+. Disproporsionasi akan menajdi sempurna. Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah
(seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap), Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I)
menjadi mantap.
Tembaga (II) sulfat mempunyai banyak kegunaan di bidang industri diantaranya untuk mebuat
campuran Bordeaux (sejenis fungisida) dan senyawa tembaga lainnya. Senyawa ini juga
digunakan dalam penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta sebagai bahan pengawet kayu. Bentuk
anhidratnya digunakan untuk mendeteksi air dalam jumlah kelumit. Tembaga sulfat juga dikenal
sebagai vitriol biru.
Tembaga (II) sulfat merupakan padatan kristal biru, CuSO4.5H2O triklini. Pentahidratnya
kehilangan 4 molekul air pada 1100 C dan yang ke lima pada 1500C membentuk senyawa
anhidrat berwarna putih. Pentahidrat ini dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) oksida atau
tembaga (II) karbonat dengan H2SO4 encer, larutannya dipanaskan hingga jenuh dan pentahidrat
yang biru mengkristal jika didinginkan. Pada skala industri, senyawa ini dibuat dengan memompa
udara melaluicampuran tembaga panas dengan H2SO4 encer. Dalam bentuk pentahidrat, setiap ion
tembaga (II) dikelilingi oleh empat molekul air pada setiap sudut segi empat, kedudukan kelima
dan keenam dari oktahedral ditempati oleh atom oksigen dari anion sulfat, sedangkan molekul air
kelima terikat oleh ikatan hidrogen.
Salah satu sifat dari logam tembaga yaitu tembaga tidak larut dalam asam yang bukan
pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3.
3Cu(s) + 8H+(aq) + 2 NO3-(aq) 3Cu2+ (aq) + 2NO(g) + 4 H2O
Logam tembaga dibuat dari tembaga sulfida (Cu2S) yang dioksidasi dengan oksigen.
Cu2S + 2O2 2CuO + SO2
2CuO + Cu2S SO2 + 4Cu
Garam tembaga dalam larutan berwarna biru pucat, karena membentuk ion Cu(H2O)42+. Jika
larutan ini ditambah amonia akan menghasilkan ion Cu(NH3)42+ yang berwarna biru pekat.
Senyawa CuCl2, Cu2Br2, Cu2I2 sukar larut dalam air dengan Ksp masing-masing 1,9.10-7, 5.10-9,
dan 1.10-12. Senyawa Cu2O dan Cu2S dapat dibuat langsung dari unsurnya pada suhu tinggi.
Kedua senyawa ini cenderung nonstoikiometrik karena dapat pula sebagian membentuk CuO dan
CuS.
Garam tembaga dalam larutan berwarna biru pucat, karena membentuk ion Cu(H2O)42+. Jika
larutan ini ditambah amonia akan menghasilkan ion Cu(NH3)42+ yang berwarna biru pekat.
Senyawa CuCl2, Cu2Br2, Cu2I2 sukar larut dalam air dengan Ksp masing-masing 1,9.10-7, 5.10-9,
dan 1.10-12. Senyawa Cu2O dan Cu2S dapat dibuat langsung dari unsurnya pada suhu tinggi.
Kedua senyawa ini cenderung nonstoikiometrik karena dapat pula sebagian membentuk CuO dan
CuS.
Senyawa-senyawa Cu (I) berwarna putih kecuali oksidasinya merah. Sedangkan senyawa Cu (II)
hidratnaya biru dan anhidratnya abu-abu. Senyawa-senyawa Cu (II) lebih stabil dalam larutan.
Mereka beracun dan mengion yang berwarna gelap (biru gelap) yang terbentuk dengan larutan
amonia berlebihan. Cu digunakan buat kabel/kawat/peralatan listrik; dalam logam-logam paduan;
monel, perunggu kuningan, perak jerman, perak nikel untuk ketel dan lain-lain .
Secara umum garam tembaga (I) tidak larut dalam air dan tidak berwarna, perilakunya mirip
perilaku senyawa perak (I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat
diturunkan dari tembaga(II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna
biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air; warna ini benar-benar khas
hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Batas terlihatnya warna ion kompleks
tetraakuokuprat(II) (yaitu, warna ion tembaga (II) dalam larutan air), adalah 500 μg dalam batas
konsentrasi 1 dalam 104. Garam-garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat
CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning) .
Gambar 1. Serbuk putih merupakan tembaga (II) anhidrat dan serbuk biru merupakan tembaga (II) hidrat
Larutan amonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit terbentuk endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa). Bila dalam keadaan basah dibiarkan terkena udara, tembaga (II) sulfida cenderung teroksidasi menjadi tembaga (II) sulfat, dan karenanya menjadi dapat larut dalam air. Banyak sekali panas yang dilepaskan pada proses ini. .
Penyaringan
III. Alat dan BahanTabel. 1 Alat yang digunakan
Tabel 2. Bahan yang digunakan
Nama Bahan Spesifikasi JumlahLimbah Tembaga dari
Kabel Bekas- 5 gr
Larutan H2SO4 98% 10 mLLarutan HNO3 65% 15 mL
Aquades - 50 mL
IV. Skema Kerja
Pelarutan Aquades 50 mL + 10 mL H2SO4 + 15 mL HNO3
Pemanasan T = 100°C
Pendinginan (kristalisasi) t= 24
jam
Analisis Kristal (rendemen + gravimetri)
Hingga gas berwarna coklat tua
tidak keluar
Padatan tembaga (Cu) dari limbah kabel = 5 gram
Nama Alat Spesifikasi JumlahGelas Kimia 250 mL 1Gelas Ukur 50 mL 1
Corong - 1Kaca Arloji - 1
Batang Pengaduk - 1Pemanas - 1
Pipet Tetes - 2Cawan Penguap - 1
Timbangan - 1Kertas Saring - 1
Bola Pipet - 1Pipet Volume 5 mL 2
V. Data PengamatanTabel 1. Data Pengamatan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1.Air dimasukkan ke dalam gelas kimia
Volume 50 mL
2.Ditambahkan 10 mL H2SO4 pekat
Larutan bening
3. Ditambah 5 gram CuLarutan bening dan tembaga belum larut
4. Ditambah 15 mL HNO3 pekatWarna larutan biru keruh, Cu melarut sebagian, terdapat uap berwarna coklat
5.Diaduk terus hingga uap tidak ada
Larutan biru tua / biru pekat
6. Dipanaskan Tembaga melarut semua, terdapat uap berwarna putih
7. Larutan disaring Filtrat berwarna biru
8. Berat Kristal CuSO4 4,31 gram
VI. Perhitungan Berat kaca arloji + CuSO4 = 61,95 gram
Berat kaca arloji = 57,64 gram
Berat CuSO4 = 61,95 gram – 57,64 gram = 4,31 gram
Berat cawan penguap = 51,51 gram
Berat cawan penguap + CuSO4 = 51,96 gram
Berat cawan penguap + CuSO4 anhidrat = 51,82 gram
Berat CuSO4 anhidrat = 0,14 gram
Berat air = 51,82 – 51,51 = 0,31 gram
Diketahui :
massa Cu : 5 gram
Ar Cu : 63,5 g/mol
Mr CuSO4.5H2O : 249,5 gr/mol
massa CuSO4.5H2O : 4,31 gr
Ditanya : Rendemen CuSO4.5H2O dan jumlah air kristal massa CuSO4.xH2O?
Jawab :
Rendemen CuSO4.5H2O
a) Cara I
Cu (s) + H2SO4 (aq) + 3H2O (l) + 2HNO3 (aq) → CuSO4.5H2O (s)
mol Cu=massa CuAr Cu
¿ 5 gr
63,5gr
mol
¿0,0787 mol
mol CuS O4 .5 H 2O=11
xmol Cu
¿0,0787 mol
massa CuS O4 .5 H 2O=mol x MRCuS O 4 .5 H 2 O
¿0,0787 mol x 249,5gr
mol
¿19,6457 gr
b) Cara II
massa CuS O4 .5 H 2O teoritis=Mr CuSO 4.5 H 2 O
Ar Cuxma ssa Cu
¿ 249,563,5
x5 gr
¿19,6457 gr
RendemenCuS O4 .5 H2O=m. CuSO 4.5 H 2 O yang terbentuk
m .CuS O4 .5 H 2O teoritisx 100 %
¿ 4,31gr19,6457 gr
x100 %=21,94 %
Jumlah Air Kristal
Massa CuSO4.5H2O sebelum pemanasan: 0,45 gr
Massa CuSO4.5H2O setelah pemanasan : 0,31 gr
Massa H2O : 0,45 gr – 0,31 gr
: 0,14 gr
CuSO4.xH2O (s) → CuSO4.H2O (s) + (x-1) H2O (g)
∑air kristal=mol CuS O4 . H 2O :mol H 2O=1: (x−1 )
massa residuMr CuSO 4 . H 2 O
:massa H 2O
Mr H 2 O=1 : ( x−1 )
0,31 gr177,5 gr
:0,14 gr
18=1 : ( x−1 )
0,0017465 :0,0077778=1: (x−1 )
0,0017465 ( x−1 )=0,0077778 x 1
( x−1 )=0,00777780,0017465
( x−1 )=4,453
x=4,453+1
x=5,453
x=5,4 gram
VII. PembahasanNudia Rahmania (131411019)
Pada praktikum ini dilakukan percobaan pembuatan tembaga (II) sulfat dari
limbah tembaga kabel bekas dan hasilnya membentuk tembaga (II) sulfat (CuSO4 . 5
H2O). Hal pertama yang dilakukan adalah mereaksikan 10 mL H2SO4 pekat dengan 50
mL aquades, dimana aquades di masukkan terlebih dahulu kemudian H2SO4 . Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi ledakan karena pengenceran H2SO4 dengan air akan
menghasilkan panas (eksotermis), maka dari itu pencampuran ini dilakukan di dalam
lemari asam. Reaksi yang terjadi :
H₂SO₄(aq)+ H₂O(l) → H₃O+ (aq) + HSO₄ˉ(aq)
Selanjutnya ditambahkan 5 gram serbuk Cu dalam larutan tidak akan membuat serbuk
tembaga (Cu) larut, maka untuk melarutkan sebuk Cu ditambahkan 15 mL HNO3 karena
Cu dapat teroksidasi oleh HNO3 pekat (karena HNO3 memiliki sifat yang sama dengan
H2SO4 yaitu bersifat oksidator ). Tujuan dari penambahan H2SO4 adalah untuk membuat
suasana asam dan membentuk gugus sulfat pada tembaga hingga terbentuk tembaga
sulfat (CuSO4). Reaksi yang terjadi :
3Cu(s) + 8H+(aq) + 2NO₃ ˉ(aq) → 3Cu(s)+ 2NO(g) + 4H₂O(l)
Dalam proses penambahan asam nitrat pekat tersebut menyebabkan logam
tembaga melarut dan larutannya menjadi berwarna biru keruh serta terdapat uap berwarna
coklat tua, proses ini dilakukan di dalam lemari asam karena sifat gas NO ini sangat
beracun . Uap ini terbentuk sebagai akibat dari tembaga yang direaksikan dengan asam
nitrat pekat. Reaksi ini menghasilkan gas NO (reaktif) yang menghasilkan gas berwarna
coklat tua yang bereaksi dengan udara menjadi gas NO2 (coklat muda). Reaksi yang
terjadi :
2NO(g) + O2(g) 2NO2(g)
Dalam proses ini di lakukan pengadukan sedikit lebih lama, agar tembaga benar-
benar larut. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
Cu + 4 HNO3 3 Cu (NO3)2 + 2NO2 + 4 H2O
Lalu di panaskan pada suhu 100oC hingga gas NO yang berwarna coklat muda
hilang, tujuan dari pemanasan yaitu untuk mempercepat terjadinya reaksi memperbesar
hasil kali dari ion-ionnya dan memperkecil harga hasil kali kelarutannya (Ksp), sehingga
hal ini dapat membentuk endapan kristal. Kristal yang terbentuk inilah yang dinamakan
tembaga (II) sulfat. Proses pemanasan ini sendiri kita hentikan ketika gas sudah berwarna
coklat muda. Persamaan reaksi yang secara lengkapnya adalah sebagai berikut:
Cu+ 3 H2O + H₂SO₄+2 HNO3 → CuSO4 + 5 H2O+2 NO2
Kemudian larutan disaring dalam keadaan panas, bertujuan untuk menghindari
terbentuknya endapan pengotor pada filtrat. Filtrat didiamkan selama 24 jam agar
terbentuk kristal CuSO4.5H2O. Pada pengamatannya, terbentuk serbuk CuSO4.5H2O
yang berwarna biru toska dan banyak pengotor yang terbentuk juga. CuSO4 disaring dan
dilarutkan dalam air, didapat massa serbuk CuSO4 sebanyak 4,31 gram. Sedangkan pada
teori massa kristal CuSO4 yang diperoleh yaitu 19,6457 gram. Diperoleh rendemannya
sebesar 21,94%.
Untuk menentukan besarnya kadar air dalam serbuk, dilakukan pengeringan
serbuk CuSO4 sampai warnanya menjadi putih, dikarenakan kandungan air didalamnya
telah menguap. Berdasarkan perhitungan diperoleh kadar air dalam kristal sebanyak 0,14
gram. Titik leleh CuSO4 92,830C.
Kristal kelompok kami yang terbentuk bubuk, hal ini dapat disebabkan oleh kabel
tembaga yang di gunakan Cu nya sedikit dan lebih banyak alumuniumnya, maka kristal
yang terbentuknya sedikit dan bubuk
Nur asmalah (131411020)
Pada percobaan kali ini dilakukan pembuatan tembaga (II) sulfat pentahidrat dari limbah
tembaga. Limbah tembaga yang dipakai yaitu limbah tembaga yang memilki paduan.
Reaksi antara air dengan asam sulfat membentuk reaksi eksotermis (mengeluarkan
panas). Adapun reaksinya sebagai berikut:
H₂SO₄(aq)+ H₂O(l) → H₃O+ (aq) + HSO₄ˉ(aq).
H2SO4 (10 mL) yang ditambahkan ke dalam air pekat memiliki daya tarik yang sangat
kuat, maka dapat dipakai sebagai desikan.
Limbah tembaga pada larutan tersebut tidak dapat terlarut. Maka dari itu ditambahkan
asam nitrat pekat (15 mL) untuk melarutkannya. Karena tembaga dapat teroksidasi oleh
HNO3 menjadi;
3Cu(s) + 8H+(aq) + 2NO₃ ˉ(aq) → 3Cu(s)+ 2NO(g) + 4H₂O(l)
Tembaga dipanaskan pada suhu 1000C. Pengerjaan ini dilakukan di lemari asam. Reaksi
antara tembaga dengan HNO3 menghasilkan gas NO (reaktif) yang menghasilkan gas
berwarna coklat tua yang bereaksi dengan udara menjadi gas NO2 (coklat muda).
2NO + O2 2NO2
Gas NO2 merupakan gas beracun, maka dari itu lemari asam ditutup rapat. Diamati pada
pemanasan, warna yang ditimbulkan dari pencampuran yaitu biru toska. Seharusnya yang
ditimbulkan yaitu warna vitriol biru. Ini disebabkan tembaga yang digunakan merupakan
tembaga paduan. Hidrat dipanaskan agar air dapat dikeluarkan dan meninggalkan
senyawa anhidratnya, reaksi:
Cu(NO3)2 + H2SO4 → CuSO4 + 2HNO3
CuSO4 + 5H2O → CuSO4.5H2O
Larutan disaring dalam keadaan panas, bertujuan untuk menghindari terbentuknya
endapan pengotor pada filtrat. Filtrat didiamkan selama satu hari (24 jam) agar terbentuk
kristal CuSO4.5H2O. Pada pengamatannya, terbentuk serbuk CuSO4.5H2O yang berwarna
biru toska dan banyak pengotor yang terbentuk juga. CuSO4 disaring dan dilarutkan
dalam air, didapat massa serbuk CuSO4 sebanyak 4,31 gram. Sedangkan pada teori massa
kristal CuSO4 yang diperoleh yaitu 19,6457 gram. Diperoleh rendemannya sebesar
21,94%.
Untuk menentukan besarnya kadar air dalam serbuk, dilakukan pengeringan serbuk
CuSO4 sampai warnanya menjadi putih, dikarenakan kandungan air didalamnya telah
menguap. Berdasarkan perhitungan diperoleh kadar air dalam kristal sebanyak 0,14 gram.
Titik leleh CuSO4 92,830C.
Nurisya’ban Aziezah (131411021)Pada percobaan kali ini dilakukan percobaan pembuatan kristal CuSO4 dengan
menggunakan limbah kabel tembaga sebagai bahan baku pembuatannya. Kabel yang
digunakan adalah kabel paduan. Kabel tembaga yang akan digunakan dipotong menjadi
kecil agar kabel tembaga lebih cepat bereaksi dan cepat larut pada saat pemanasan.
Aquades dan H2SO4 dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu dimasuukan limbah kabel
tembaga sebanyak 5 gram. Hal ini dilakukan agar aquades, H2SO4 dan kabel tembaga
dapat bereaksi membentuk CuSO4.5H2O. Setelah itu ditambahkan larutan HNO3 pekat
sebanyak 15 mL kedalam gelas kimia. Penambahan HNO3 dilakukan untuk melarutkan
logam tembaga karena tembaga dapat teroksidasi oleh HNO3. Pada saat penambahan
larutan HNO3, larutan akan berubah menjadi berwarna biru keruh karena Cu larut dan
menyebabkan larutan berwarna biru. Pada percobaan, larutan mula-mula berwarna hijau
toska karena Cu yang ada belum semua larut, tetapi lama kelamaan larutan berubah
menjadi warna biru pekat yang berarti semua tembaga yang ada di gelas kimia sudah
larut.
Persamaan reaksi yang terjadi selama proses pemanasan adalah sebagai berikut:
Cu + 3H2O + H2SO4 CuSO4.5H2O + 2NO2
Pada saat penambahan larutan HNO3 terbentuk uap gas NO2 yang sangat beracun
berwarna kuning cokelat. Oleh karena itu, proses pemanasan harus dilakukan di dalam
lemari asam agar gas NO2 dapat dikeluarkan melalui lemari asam. Setelah gas NO2 tidak
ada/menghilang, pemanasan dilanjutkan sampai larutan menjadi jenuh (warna larutan
menjadi biru pekat) agar kristal dapat terbentuk. Lalu larutan disaring agar kabel yang
tidak larut tidak terbawa. Dalam percobaan ini terdapat kabel berwarna putih yang tidak
larut, kabel tersebut merupakan alumunium yang merupakan paduan kabel tersebut
sehingga kabel alumunium tidak bisa larut dalam proses pemanasan ini. Larutan yang
sudah disaring lalu didinginkan (kristalisasi) agar terbentuk kristal. Pada literatur, kristal
yang terbentuk seharusnya padat dan menjadi satu, tetapi pada percobaan kali ini kristal
yang terbentuk berupa serbuk. Hal ini terjadi karena kandungan tembaga yang ada dalam
kabel terlalu sedikit sehingga tidak cukup untuk membuat kristal menjadi padat. Kristal
yang terbentuk lalu disaring dan dicuci dengan aquades. Lalu dilakukan proses
rekristalisasi dengan melakukan pemanasan kembali hingga jenuh agar Cu yang larut
dalam aquades selama peroses pencucian dapat membentuk kristal kembali. Kristal lalu
didingikan kembali agar membentuk kristal, lalu disaring. Setelah itu, kristal yang ada
lalu dipanaskan agar kering. Massa kristal yang diperoleh 4,31 gram. Sedangkan pada
teori massa kristal CuSO4 yang diperoleh yaitu 19,6457 gram. Diperoleh rendemennya
sebesar 21,94%. Hal ini terjadi karena terlalu banyak pengotor sehingga ketika dicuci,
pengotor nya larut dalam aquades dan yang tidak larut adalah kristalnya.
Untuk menentukan besarnya kadar air dalam serbuk, dilakukan pengeringan
serbuk CuSO4 sampai warnanya menjadi putih, dikarenakan kandungan air didalamnya
telah menguap. Berdasarkan perhitungan diperoleh kadar air dalam kristal sebanyak 0,14
gram. Sedangkan Titik leleh CuSO4 yang diperoleh dari pengujian titik leleh adalah
92,830C.
R.A. Feby Lailani Belladina (131411023)
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan tembaga (II) sulfat, yang kemudian pada
akhirnya akan terbentuk kristal tembaga (II) sulfat. 50 mL akuades dimasukkan ke dalam
asam sulfat pekat, kemudian ditambah dengan tembaga dan asam nitrat pekat. Tujuan
dari diperlukannya bahan-bahan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penambahan asam sulfat pekat (H2SO4 )
Tujuan dari penambahan asam sulfat adalah ditujukan untuk membentuk SO42-.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
Cu + H2SO4 → CuSO4 + SO2 + 2H2O
Apabila terbentuk SO42- akan berikatan dengan Cu2+ sehingga dapat terbentuk
CuSO4. Penambahan asam sulfat dengan konsentrasi pekat bertujuan agar reaksi
berlangsung cepat karena semakin besar konsentrasi semakin cepat pula laju reaksi.
2. Penambahan asam nitrat pekat (HNO3)
Tujuan dari penambahan asam nitrat pekat adalah untuk melarutkan Cu karena
sifat asam nitrat merupakan asam kuat yang dapat melarutkan hampur semua logam,
kecuali emas dan platina (logam mulia). Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
Cu + 4 HNO3 → 3 Cu(NO3)2 + 2NO2 + 4 H2O
Pada penambahan asam nitrat pekat ini akan menimbulkan adanya uap coklat
yang merupakan gas NO yang bereaksi dengan udara (O2) menjadi NO2. Penambahan
asam nitrat dengan konsentrasi pekat bertujuan agar reaksi berlangsung lebih cepat
walaupun begitu waktu yang diperlukan dari penambahan asam nitrat pekat ini
tidaklah sedikit sehingga memerlukan bantuan berupa pengadukan sampai seluruh
tembaga larut.
Setelah itu larutan yang telah ditambahkan beberapa senyawa tadi dipanaskan,
dari pemanasan yang dilakukan terbentuk larutan berwarna biru tua. Tujuan dari
pemanasan itu sendiri adalah untuk memperbesar hasil kali dari ion-ionnya juga untuk
memperkecil harga hasil kali kelarutannya (Ksp), sehingga dapat terbentuk endapan
kristal. Endapan kristal tersebut adalah kristal tembaga (II) sulfat dengan persamaan
reaksi yang secara lengkapnya adalah sebagai berikut.
Cu+ 3H2O + H2SO4+2 HNO3 → CuSO4+5H2O +2NO2
Untuk memisahkan filtrat dengan endapan serta zat pengotor maka dilakukan
penyaringan. Penyaringan dilakukan saat larutan tersebut masih panas. Hal tersebut
ditujukan agar pembentukan kristal yang tidak diharapkan (kristal yang masih
mengandung zat pengotor) dapat terhindar atau terminimalisir. Dari hasil penyaringan
diperoleh larutan berwarna biru tua dengan endapan, endapan tersebut merupakan
tembaga (II) sulfat yang mengandung zat pengotor. Selanjutnya, filtrat yang telah
disaring didiamkan selama satu hari untuk mendapatkan kristal dari tembaga (II) sulfat.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Cu(NO3)2 + H2SO4 → CuSO4 + 2HNO3
CuSO4 + 5H2O → CuSO4.5H2O
Setelah terbentuk kristal, kristal tersebut kemudian dicuci dengan sedikit
aquadest, kemudian dilarutkan dalam air dan melakukan proses rekristalisasi. Hal
tersebut bertujuan agar kristal bebas dari nitrat. Cara untuk merekristalisasi adalah filtrat
dari hasil kristalisasi selama 1 hari tidak dibuang begitu saja namun dipanaskan kembali
agar larutan jenuh, setelah itu, kristal didinginkan kembali selama 1 hari dan akan
terbentuk kembali kristal CuSO4.5H2O. Kemudian dilakukan filtrasi agar didapat kristal
CuSO4.5H2O kemudian kristal yang dihasilkan diambil dan dibilas dengan aquadest agar
pengotor hilang. Kristal yang diperoleh berwarna biru dengan bentuk serbuk. Bentuk
kristal yang dihasilkan (berbentuk batangan kristal maupun serbuk kristal) berbergantung
dari kualitas limbah Cu yang digunakan yaitu kemurnian Cu dari limbah tersebut,
maksudnya apabila terdapat paduan lain dalam limbah kabel Cu maka bentuk kristal pun
akan berbeda karena kemurnian Cu yang sedikit. Untuk mendapatkan kristal yang murni,
maka dilakukan proses pengeringan. Dari proses ini diperoleh zat yang diinginkan yaitu
zat yang bebas dari zat pengotor. Proses terjadi dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Cu2+ + 3H2O + H2SO4 + 2HNO3 → CuSO4.5H2O + 2NO2
Kristal yang diperoleh, kemudian ditimbang. Dari hasil penimbangan didapatkan
massa kristal CuSO4.5H2O sebesar 4,31 gram, banyaknya massa kristal CuSO4.5H2O
yang terbentuk bergantung pada kualitas limbah kabel Cu yang digunakan yaitu
kemurnian Cu dari limbah tersebut, maksudnya apabila terdapat paduan lain dalam
limbah kabel Cu maka massa kristal CuSO4.5H2O pun akan berkurang atau lebih sedikit
dari hasil perhitungan secara teoritis, berdasarkan perhitungan secara teoritis massa
kristal CuSO4.5H2O sebesar 19,6457 gram. Dari hasil perhitungan diperoleh rendemen
kristal tersebut sebesar 21,94%. Setelah diperolah massa kristal tembaga (II) sulfat hidrat,
dicari massa kristal tembaga (II) sulfat anhidrat dengan cara dilakukan pengeringan
kristal tembaga (II) sulfat hidrat sampai menjadi serbuk tembaga (II) sulfat berwarna
putih yang menandakan anhidrat. Titik leleh yang didapat adalah sebesar 92,830C.
VIII. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa Massa kristal CuSO4.5H2O yang terbentuk dari hasil praktikum adalah 4,31 gram
Massa kristal CuSO4.5H2O yang terbentuk secara teori adalah 19,6457 gram
Hasil rendemennya sebesar 21,94%
Kadar air dalam kristal yang diperoleh dari hasil perhitungan sebanyak 0,14 gram.
Titik leleh yang diperoleh dari hasil pengujian titik leleh sebesar 92,830C
IX. Daftar Pustaka2012, Buku 1 Bahan Ajar Praktikum Satuan Proses 1, Bandung, Politeknik Negeri Bandung.
X. Lampiran
No Gambar Keterangan
1 Proses pemanasan larutan CuSO4
2 Kristal CuSO4 yang telah dikeringkan
3Bubuk CuSO4 yang sudah ditumbuk dan
dipanaskan dalam cawan petri
4 Proses pengujian titik leleh