CRS ELITA

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    1/46

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Seorang penderita bernama Tn. Ab. R berusia 53 tahun. Pasien merupakanrujukan dari RSUD Daud Arif. Pasien mengeluh sulit untuk BA sejak ! " bulan

    S#RS. Pan$aran ken$ing berkurang% ken$ing keluar sedikit&sedikit dan menetes% ada

    rasa tidak lampias setelah BA. Pasien harus mengedan terlebih dahulu baru air 

    ken$ing bisa keluar. BA berdarah '&(% ken$ing berpasir '&(% demam '&(. Pasien

    kemudian berobat ke Puskesmas dan dipasang selang ken$ing. Pasien juga

    mengeluhkan adan)a benjolan di anusn)a. Benjolan tersebut pada a*aln)a berukuran

    ke$il )ang kemudian membesar% n)eri '+(% tetapi masih bisa dimasukkan lagi. Sejak !, bulan ini% benjolan tersebut keluar dan tidak dapat dimasukkan lagi% n)eri '&(% BAB

     berdarah '+( namun tidak sering% keluar darah segar. Setelah beberapa kali berobat ke

    Puskesmas% pasien dirujuk ke RSUD Daud Arif dan disana dikatakan sakit prostat dan

    ambein. Pasien kemudian dirujuk ke RSU Raden #attaher -ambi. Tidak terdapat

    ri*a)at sakit hipertensi% D#% Batuk lama ' TB (% asma% maupun alergi obat. amun

    terdapat ri*a)at merokok pasien. /asil pemeriksaan laboratorium darah dan 01

    dalam batas normal. amun dari hasil rontgen thorak terdapat kesan bron$hitis

    kronik.

    Dari hasil pemeriksaan di bagian Bedah ditegakkan diagnosa Benign Prostat

    /)pertroph) dan /emorroid 2nterna grade 2. Penderita diren$anakan operasi elektif 

     pada tanggal ,3 4ktober ,63.

    Pada unjungan Pra Anastesi 'PA( sesaat sebelum operasi tidak ditemukan

    kelainan fisik. Pasien memiliki ri*a)at pen)akit bron$hitis kronik% oleh karena itu

     pasien digolongkan ke dalam ASA 22.

    6

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    2/46

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    1. IDENTITAS

     ama 7 Tn. Ab R

    Umur 7 53 tahun

    -enis kelamin 7 laki&laki

    BB 7 5" kg

    Pekerjaan 7 Petani

    Agama 7 2slam

    Alamat 7 TungkalTanggal masuk 7 ,8 4ktober ,63

    2. ANAMNESIS

     Riwayat penyakit 

    6. eluhan utama 7

    Sulit BA sejak ! " bulan S#RS

    ,. eluhan tambahan 7

    Benjolan di anus sejak ! , bulan S#RS )ang tidak dapat dimasukkan

    lagi

    3. Ri*a)at pen)akit sekarang 7

    Pasien merupakan rujukan dari RSUD Daud Arif. Pasien mengeluh

    sulit untuk BA sejak ! " bulan S#RS. Pan$aran ken$ing berkurang%

    ken$ing keluar sedikit&sedikit dan menetes% ada rasa tidak lampias setelah

    BA. Pasien harus mengedan terlebih dahulu baru air ken$ing bisa keluar.

    BA berdarah '&(% ken$ing berpasir '&(% demam '&(. Pasien kemudian berobatke Puskesmas dan dipasang selang ken$ing. Pasien juga mengeluhkan

    adan)a benjolan di anusn)a. Benjolan tersebut pada a*aln)a berukuran ke$il

    )ang kemudian membesar% n)eri '+(% tetapi masih bisa dimasukkan lagi.

    Sejak ! , bulan ini% benjolan tersebut keluar dan tidak dapat dimasukkan

    ,

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    3/46

    lagi% n)eri '&(% BAB berdarah '+( namun tidak sering% keluar darah segar.

    Setelah beberapa kali berobat ke Puskesmas% pasien dirujuk ke RSUD Daud

    Arif dan disana dikatakan sakit prostat dan ambein. Pasien kemudian dirujuk 

    ke RSU Raden #attaher -ambi.

    9. Ri*a)at pen)akit dahulu

    & Ri*a)at /ipertensi disangkal

    & Ri*a)at D# '&(

    & Ri*a)at Batuk lama ' TB ( disangkal

    & Ri*a)at pen)akit asma disangkal

    & Ri*a)at alergi obat '& (& Ri*a)at operasi ' & (

    & Ri*a)at Pen)akit :ain ' & (

    & Ri*a)at merokok '+(% , bungkus per hari% , tahun tidak merokok lagi

    3. PEMERIKSAAN FISIK 

    a. Status 1eneralis

    eadaan umum 7 Sedang

    esadaran 7 ;ompos #entis< 1;S7 09 5 #"

    ital sign 7

    TD 7 63=> mmhg%

     adi 7 > ?=menit% reguler% isi dan tegangan $ukup

    RR 7 , ?=menit

    Suhu 7 3"%5°;

    epala 7 #eso$hepal% simetris% tumor'&(% tanda

    radang '&(.Rambut *arna putih beruban% tersebar 

    merata% dan tidak mudah di$abut.#ata 7 onjungti@a anemis +=+.

    Sklera tidak ikterik.

    3

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    4/46

    Reflek $aha)a +=+

    Pupil isokor% 3mm/idung 7 Dis$harge '&(% epistaksis '&(% de@iasi

    septum '&(.#ulut 7 :idah kotor '&(% bibir kering '&(%

    hiperemis '&(% pembesaran tonsil '&(%

    #allampati 21igi 7 1igi palsu '&(Telinga 7 Dis$harge '&(% tidak ada kelainan bentuk.:eher 7 Simetris% tidak ada de@iasi trakea%

     pembesaran tiroid dan kelenjar getah

     bening '&(

    Thora? 7 Pulmo 7 Simetris kanan&kiri  Tidak ada retraksi

    SD 7 @esikuler '+=+( normal

      ST 7 Ronkhi '&=&(

      heeCing '&=&(

    ;or 7 B- 2&22 reguler% S6S,% bising '&(.Abdomen 7 Datar% lemas% bising usus '+( normal0?tremitas 7 Superior 7 0dema '&=&(% sianosis '&=&(

    2nferior 7 0dema '&=&(% sianosis '&=&(

    Turgor kulit 7 $ukup

    Akral 7 hangat

    ertebrae 7 Tidak ada kelainan

    b. Status Lokalis

    Regio suprapubik 

    2nspeksi 7 $embung '&(

    Palpasi 7 )eri tekan '&(% massa '&(

    . P!"!#iksaa$ P!$u$%a$&

    Pemeriksaan :aboratorium

     Hematologi

    9

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    5/46

    /b 7 6%> gr=dl

    :eukosit 7 6,%5 .63 =mm3

    /ematokrit 7 33%, : E

    Trombosit 7 6"". = mmF;T 7 9 menit

    BT 7 ,%5 menit

    :0D 7 >

     Kimia darah Lengkap

    Total protein 7 "%3 g=dl

    Albumin 7 3%> g=dl1lobulin 7 ,%" g=dl

    S14T 7 ,9 U=:

    S1PT 7 6 U=:

    Ureum darah 7 ,>%G mg=dl

    Ureum 793%5 mg=dl

    reatinin 7 6%9 mg=dl

     Elektolit 

     a 7 639%"" mmol=:

    7 3%G> mmol=:

    ;l 7 6>%9 mmol=:

    Pemeriksaan Rontgen Thora?

    esan 7 Bronkitis ronik  

    Pemeriksaan 01esan 7 normal 01

    Pemeriksaan US1 Abdomen

    esan 7 BP/ + $)stitis kronik + $holelitiasis

    5

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    6/46

    '. Dia&$osa P#a B!(a) *

    & Benign prostat hipertropi + /emorroid 2nterna 1rade 2

    +. T!#a,i *

    #etronidaCol 3 ? 5 mg

    2nj% ;eftria?on 6 ? , gr 

    2nj. etorola$

    -. Status Fisik 

    & Status fisik ASA 22

    . R!$/a$a Ti$(aka$ A$!st!si

    & Diagnosis pra&bedah 7 BP/ + /emorroid 2nterna grade 2

    & Tindakan Bedah 7 Prostate$tom) dan hemorroide$tom)

    & Status ASA 7 ASA 22.

    & -enis atau Tekhnik Anestesi 7 

    & Anestesi Regional 7 Spinal

    & Anestesi :okal 7 Bupi@a$aine %5E 3$$

    & Adju@ant 7 lonidin %95 mg dan morfin %6 mg

    & Premedikasi 7 ranitidine 5 mg dan 4ndansentron 9 mg

    II. La,o#a$ A$!st!si

    1. P!$(a)ulua$

    Tanggal 7 ,8 September ,63

     ama 7 Tn. Ab. R Umur 7 53 tahun

    TB=BB 7 5" kg

    -enis kelamin 7 :aki&laki

    Diagnosis 7 Benign Prostat /ipertropi + /emorroid 2nterna

    "

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    7/46

     1rade 2

    -enis Pembedahan 7 Prostate$tom) dan hemorroide$tom)

    Ahli Bedah 7 dr. /endra /erman% Sp.U dan dr. Ris*an -onis% Sp.B

    Ahli Anestesi 7 dr. Sulist)o*ati% Sp.An

    2. K!t!#a$&a$ P#a0B!(a)

    eadaan Umum 7 Baik 

    esadaran 7 ;ompos #entis

    1;S 7 65 = 0 7 9 # 7 " 7 5

    ital Sign

    TD 7 63=> mm/g adi 7 >?=menit

    RR 7 ,?=menit

    Suhu 7 Afebris

    Status Fisik * ASA 22

    3. Ti$(aka$ A$!st!si

    1. !$is atau T!k)$ik A$!st!si * Anestesi regional

    Tekhnik anestesi 7 Spinal ' intrakekal (

    :okasi Penusukan 7 :3&:9

    Analgesi setinggi 7 segmen 'dermatom( T9&T5

    4bat anestesi lokal 7 bupi@akain %5E 3$$

    Adju@ant 7 morfin %6 mg dan klonidin %95 mg

    2. P#!"!(ikasi 7 2nj. Ranitidin 5 mg% inj. 4ndan$entron

      9 mg

    3. M!(ikasi 7 2ntra 4perasi  & 4ksigen asokanul , liter=menit

      & As. Traneksamat 5 mg

      & it  

      #edikasi Analgetik & etorola$ 3 mg

    G

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    8/46

    . Mo$ito#i$& P!#io,!#ati!

    aktu TD NADI S,O2

    66.65 6"=> mmhg 86 6 E66.3 6,>=G mmhg 8 6 E66.95 6,5=G8 mmhg 8> 6 E6,. 69=> mmhg >> 6 E6,.65 6,>=> mmhg >5 6 E6,.3 6,5=> mmhg >> 6 E6,.95 63=> mmhg >> 6 E6. 63>=G mmhg 8 6 E6.65 63=G mmhg >5 6 E6.3 69=G mmhg > 6 E6.95 69=> mmhg > 6 E

    '. K!a(aa$ S!la"a O,!#asi

    :etak Penderita 7 Terlentang.

    2ntubasi 7 Tidak dilakukan.

    Pen)ulit aktu anestesi 7 Tidak ada

    :ama Anestesi 7 , jam

    +. Rua$& P!"uli)a$

    #asuk jam 7 63.95 *ib

    eadaan Umun 7 sakit sedang

    esadaran 7 ;ompos #entis

    1;S 7 65 = 0 7 9 # 7 " 7 5

    ital Sign

    & TD 7 63G="G mm/g

    & /R 7 GG ?=menit

    & RR 7 , ?=menit

    & Suhu 7 Afebris.

    Pernapasan 7 Baik  

    Skor aldrette

    a. Aktifitas 7 6

    >

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    9/46

     b. Pernapasan 7 ,

    $. arna kulit 7 ,

    d. Sirkulasi 7 ,

    e. esadaran 7 ,-umlah 7 8

    6. Pen)ulit 7 Tidak ada

    ,. Pindah=pulang 7Pindah ke ruangan bedah pukul. 69.65 ib

    -. I$st#uksi A$!st!si

    a. A*asi Tanda&tanda @ital dan perdarahan setiap 65 menit.

     b. Bed rest menggunakan bantal selama 6 ? ,9 jam pertama post

    operasi$. Boleh minum bertahap H gelas=jam atau minum menggunakan

    sedotan.

    d. Terapi sesuai dr. /endra herman% Sp.U dan dr. Ris*an -onis% Sp.B

    . P#o&$osis* Bonam

    BAB III

    TINAUAN PUSTAKA

    3.1. BENI4N PROSTAT HIPERTROP5

    ETIOLO4I

    BP/ terjadi karena proliferasi stroma dan epithelial dari glandula prostat )ang

    sering didapatkan gejala @oiding. Dengan bertambahn)a usia% akan terjadi

     perubahan testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi

    kon@ersi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer. /ingga

    8

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    10/46

    sekarang masih belum diketahui se$ara pasti pen)ebab terjadin)a h)perplasia

     prostat< tetapi beberapa hipotesis men)ebutkan bah*a hiperplasia prostat erat

    kaitann)a dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron ' D/T ( dan proses aging

    ' menjadi tua (. Beberapa hipotesis )ang diduga sebagai pen)ebab timbuln)ahiperplasia prostat adalah 7

    6. Teori dihidrotestosteron

    ,. adan)a ketidakseimbangan antara estrogen&testosteron

    3. interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat

    9. berkurangn)a kematian sel ' apoptosis (

    5. teori stem sel

    PATOFISIOLO4I

    Biasan)a ditemukan gejala dan tanda obstruksi serta iritasi. 1ejala dan tanda

    obstruksi saluran kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan miksi%

    miksi terputus% menetes pada akhir miksi% pan$aran miksi menjadi lemah dan rasa

     belum puas sehabis miksi. 1ejala iritasi disebabkan hipersensiti@itas otot

    detrusor berarti bertambahn)a frekuensi miksi% nokturia% miksi sulit ditahan dan

    disuria. 1ejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal berkontraksi $ukup kuat

    atau gagal berkontraksi $ukup lama sehingga kontraksi terputus I putus. 1ejala

    iritasi terjadi karena pengosongan )ang tidak sempurna pada saat miksi atau

     pembesaran miksi atau pembesaran prostat men)ebabkan rangsangan pada

    kandung kemih sehingga @esika sering berkontraksi meskipun belum penuh.

    1ejala dan tanda ini diberi skor untuk menentukan berat keluhan klinis. Apabila

    @esika menjadi dekompensasi% akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi

    masih di dalam kandung kemih dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi.

    -ika keadaan ini berlanjut% pada suatu saat akan terjadi kema$etan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. arena produksi urin terus terjadi% pada suatu

    saat @esika tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intra @esika

    terus meningkat. Apabila tekanan @esika menjadi menjadi lebih tinggi daripada

    tekanan sfingter dan obstruksi% akan terjadiinkontinensia paradoks. Retensi

    6

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    11/46

    kronik men)ebabkan refluks @esiko&ureter% hidroureter% hidronefrosis dan gagal

    ginjal. Proses kerusakan ginjal diper$epat bila terjadi infeksi. pada *aktu miksi%

     penderita harus selalu mengedan sehingga lama kelamaan men)ebabkan hernia

    atau hemoroid. arena selalu terdapat sisa urin% dapat terbentuk batu endapan didalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan

    menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula men)ebabkan sistitis dan bila

    terjadi refluks% dapat terjadi pielonefritis.

    4EALA KLINIS

    Biasan)a gejala I gejala pembesaran prostat jinak% dikenal sebagai Lower Urinary

    Tract Symptoms ' :UTS (% dan dapat dibedakan menjadi 76. 1ejala iritatif 

    J Krekuensi 7 sering miksi

    Krekuensi terutama terjadi pada malam hari ' nokturia ( karena hambatan normal

    dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.

    J okturia 7 terbangun untuk miksi pada malam hari

     okturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan )ang tidak lengkap pada tiap

    miksi sehingga inter@al antar miksi lebih pendek.

    J Urgensi 7 perasaan miksi )ang sangat mendesak 

    . Disuria 7 n)eri pada saat miksi

    Urgensi dan disuria jarang terjadi% jika ada disebabkan oleh ketidaksatabilan detrusor 

    sehingga terjadi kontraksi in@olunter.

    ,. 1ejala obstuktif 

    J Pan$aran melemah

    J Rasa tidak lampias sehabis miksiJ Terminal dribbling 7 menetes setelah miksi

    Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu

    urin )ang ban)ak dalam buli I buli.

    J /esitan$) 7 bila mau miksi harus menunggu lama

    66

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    12/46

    Terjadi karena detrusor membutuhkan *aktu )ang lama untuk dapat mela*an

    resistensi uretra.

    J Straining 7 harus mengedan jika miksi

    J 2ntermitten$)7 ken$ing terputus I putusTerjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra

    sampai akhir miksi

    J aktu miksi memanjang )ang akhirn)a menjadi retensio urin dan inkontinen karena

    o@erflo*.

    eluhan ini biasan)a disusun dalam bentuk s$ore s)mptom. Terdapat beberapa jenis

    klasifikasi )ang dapat digunakan untuk membantu diagnosis dan menentukantingkat beratn)a pen)akit% diantaran)a adalah s$ore internasional gejala&gejala

     prostat /4 ' 2nternasional Prostate S)mptom S$ore% 2PSS( dan s$ore #adsen

    2@ersen.

    PEMERIKSAAN KLINIS

    1. Pemeriksaan colok duur ! digital rectal e"amination # $RE %

    #erupakan pemeriksaan )ang sangat penting% DR0 dapat memberikan gambaran

    tonus sfingter ani% mukosa rektum% adan)a kelainan lain seperti benjolan di dalam

    rektum dan tentu saja meraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan 7

    & onsistensi pada pembesaran prostat ken)al

    & Adakah asimetri

    & Adakah nodul pada prostat

    & Apakah batas atas dapat diraba dan apabila

     batas atas masih dapat diraba biasan)a besar prostat diperkirakan L " gr. Pada BP/

    akan ditemukan prostat )ang lebih besar dari normal atau normal ' ingat tidak ada

    korelasi antara besar prostat dengan obstruksi )ang ditimbulkann)a (% permukaan

    li$in dan konsistensi ken)al.

    D!#a%at b!#at )i,!#t#o6i ,#ostat b!#(asa#ka$ &a"ba#a$ kli$is

    D!#a%at 7olok Dubu# Sisa 8olu"! U#i$

    6,

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    13/46

    I Penonjolan prostat% batas atas mudah

    Diraba

    L 5 ml

    II Penonjolan prostat jelas% batas atas dapat di$apai 5 I 6 ml

    III Batas atas prostat tidak dapat diraba 6 ml

    I8 Retensi urin total

    PEMERIKSAAN PENUNAN4

    1. Pemeriksaan laoratorium

    Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting untuk melihat adan)a sel

    leukosit% bakteri% dan infeksi. Bila terdapat hematuria% harus diperhatikan etiologi lain

    seperti keganasan pada saluran kemih% batu% infeksi saluran kemih% *alaupun BP/

    sendiri dapat men)ebabkan hematuria. 0lektrolit% kadar ureum dan kreatinin darah

    merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan

    Prostat Spesifik Antigen ' PSA ( dilakukan sebagai dasar penentuan perlun)a biopsi

    atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA L 9 ng=ml tidak perlu biopsi.

    Sedangkan bila nilai PSA 9 I 6 ng=ml% hitunglah Prostate Spesifik Antigen Densit)

    ' PSAD ( )aitu PSA serum dibagi dengan @olume prostat. Bila PSAD M %65 maka

    sebaikn)a dilakukan biopsi prostat% demikian pula bila nilai PSA 6 ng=ml.

    &. Pemeriksaan radiologis

    Pemeriksaan )ang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen% pielografi intra @ena%

    US1 dan sistoskopi. Tujuan pemeriksaan pen$itraan ini adalah untuk memperkirakan

    @olume BP/% menentukan derajat disfungsi buli I buli dan @olume residu urin% dan

    men$ari kelainan patologi lain% baik )ang berhubungan maupun tidak dengan BP/.

    Dari foto polos dapat dilihat adan)a batu pada traktus urinarius% pembesaran ginjal

    atau buli I buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastasis darikeganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari pielografi intra

    @ena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal% hidronefrosis dan hidroureter%

    fish hook appearan$e ' gambaran ureter berbelok&belok di @esi$a (% indentansi pada

    63

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    14/46

    dasar buli I buli% di@ertikel% residu urin% atau filling defe$t di @esi$a. ;ara pen$itraan

    )ang lain ialah pemeriksaan US1.

    '. Sistoskopi

    (. )T * Scan atau +R, 

    PENATALAKSANAAN

    Penderita datang ke dokter bila hipertrofi prostat telah memberikan keluhan klinis.

    Derajat berat gejala klinis dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada

    $olok dubur dan sisa @olume urin. /4 menganjurkan klasifikasi untuk menentukan

     berat gangguan miksi )ang disebut -H PSS # -H Prostate Symptom Score %. Skor 

    ini dihitung berdasarkan ja*aban penderita atas delapan pertan)aan mengenai miksi.Terapi nonbedah dilakukan jika /4 PSS tetap di ba*ah 65. Untuk itu dianjurkan

    melakukan kontrol dengan menentukan /4 PSS. Terapi bedah dianjurkan bila

    /4 PSS ,5 ke atas atau bila timbul obstruksi. Di dalam praktek pembagian besar 

     prostat derajat 2 I 2 digunakan untuk menentukan $ara penanganan.

    DERAAT I

    Belum memerlukan tindak bedah% diberikan tindakan konser@atif% misaln)a dengan

     penghambat adrenoreseptor alfa seperti alfaCosin% praCosin dan teraCosin.

    euntungan obat penghambat adrenoreseptor alfa ialah efek positif segera

    terhadap keluhan% tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasia prostat sedikit

     pun. ekurangann)a ialah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.

    DERAAT II

    #erupakan indikasi untuk melakukan pembedahan. Biasan)a dianjurkan reseksiendoskopik melalui uretra ' trans urethral rese$tion N TUR (. #ortalitas TUR 

    sekitar 6E dan morbiditas sekitar >E. adang derajat dua dapat di$oba dengan

     pengobatan konser@atif.

    DERAAT III

    69

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    15/46

    Reseksi endoskopik dapat dikerjakan oleh pembedah )ang $ukup berpengalaman.

    Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans@esikal% retropubik atau

     perineal. TUR% )aitu morbiditasn)a )ang lebih lama% tetapi dapat dikerjakan tanpa

    memerlukan alat endoskopi )ang khusus% dengan alat bedah baku. Prostatektomimelalui sa)atan perineal tidak dikerjakan lagi.

    DERAAT I8

    Tindakan )ang pertama harus dikerjakan adalah membebaskan penderita dari retensi

    urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu% dilakukan

     pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnosis% kemudian terapi definitif 

    dengan TUR atau pembedahan terbuka. Penderita )ang keadaan umumn)a tidak 

    memungkinkan untuk dilakukan pembedahan% dapat diusahakan pengobatankonser@atif dengan memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa. 0fek samping

    obat ini adalah gejala hipotensi% seperti pusing% lemas% palpitasi dan rasa lemah.

    Pengobatan konser@atif ialah dengan pemberian obat antiandrogen )ang menekan

     produksi :/. esulitan pengobatan konser@atif adalah menetukan berapa lama obat

    harus diberikan dan efek samping obat. Pengobatan lain )ang in@asif minimal adalah

     pemanasan prostat dengan gelombang mikro )ang disalurkan ke kelenjar prostat

    melalui antena )ang dipasang pada ujung kateter. Dengan $ara )ang disebut

    transurethral mi$ro*a@e thermotherap) ' TU#T ( ini% diperoleh hasil perbaikan kira

     Ikira G5 E untuk gejala objektif. Pada penanggulangan in@asif minimal lain% )ang

    disebut transurethral ultrasound guided laser indu$ed prostate$tom) ' TU:2P (

    digunakan $aha)a laser. Dengan $ara ini% diperoleh juga hasil )ang $ukup

    memuaskan. Uretra di daerah prostat dapat juga didilatasi dengan balon )ang

    dikembangkan didalamn)a ' trans urethral ballon dilatation N TUBD (. TUBD ini

     biasan)a memberi perbaikan )ang bersifat sementara.

    KOMPLIKASI

    Apabila buli I buli menjadi dekompensasi% akan terjadi retensio urin. arena

     produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli I buli tidak mapu menampung

    urin sehingga tekanan intra @esika meningkat% dapat timbul hidroureter% hidronefrosis

    65

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    16/46

    dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal diper$epat jika terjadi infeksi. arena selalu

    terdapat sisa urin% dapat terbentuk batu endapan dalam buli I buli. Batu ini dapat

    menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula

    menimbulkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.Pada *aktumiksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat men)ebabkan hernia

    atau hemoroid.

    3.2. HEMMOROID

    DEFINISI

    /emoroid adalah pelebaran @ena didalam pleksus hemoroidalis )ang

    tidak merupakan keadaan patologik. /an)a apabila hemoroid inime)ebabkan keluhan atau pen)ulit% diperlukan tindakan.

    /emoroid bisa mengalami peradangan% men)ebabkan terbentukn)a

     bekuan darah 'thrombus(% perdarahan atau akan membesar dan menonjol

    keluar. Perdarahan berasal dari pleksus @enosus re$talis= hemaroidalis )ang

    merupakan salah satu dari pen)ebab perdarahan didaerah anal. Bila pen)akit

    ini dan komplikasin)a tidak dapat diatasi dengan $ara medik% maka

    sebaikn)a dianjurkan untuk tindakan )ang lebih tuntas. alaupun pen)akit

    ini termasuk dalam golongan pen)akit )ang enteng% tidak jarang akibat

     pen)akit ini penderita dira*at dengan anemia berat% hingga kadar 

    hemoglobin menurun sampai 9E.'6%3(

    @. hemoroidalis inferior memulai @enuler dan pleksus&pleksus ke$il

    didaerah anus dan distal dari garis&garis anorektal. Pleksus ini terbagi menjadi

    dua 7

    #enjadi @@. /emoroidalis media )ang men)alurkan darah surut ke @.

     pudenda interna. #enjadi @@. /emoroidalis inferior% berjalan diluar lapisan muskularis dan

    masuk ke @. hipogastrika.

    Pleksus inilah )ang menjadi @arises dan disebut hemoroid eksterna. ',(

    6"

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    17/46

    FAKTOR RESIKO

    Kaktor resiko hemoroid antara lain 7

    a. eturunan.

     b. Anatomik.ena didaerah anorektal tidak mempun)ai katup dan pleksus hemoroidalis

    kurang mendapat sokongan otot dan fasia sekitarn)a.

    $. Pekerjaan.

    d. Umur.

    Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh% juga otot

    sfingter menjadi tipis dan atonis.

    e. 0ndokrin.#isaln)a pada *anita hamil ada dilatasi @ena ekstremitas dan anus 'sekresi

    hormon relaksin(.

    f. #ekanis.

    Semua keadaan )ang mengakibatkan timbuln)a tekanan )ang meninggi dalam

    rongga perut% misaln)a penderita hipertropi prostat.

    g. Kisiologis.

    Bendungan pada peredaran darah portal% misaln)a pada penderita

    dekompensasi kordis atau sirosis hepatis.

    h. Radang.

    #erupakan faktor penting )ang men)ebabkan @italitas jaringan didaerah itu

     berkurang.'3%5%G%8(

    KLASIFIKASI

    6. /emoroid eksternum.

    :etakn)a distal daerah line pe$tinea dan diliputi oleh kulit biasa% )angmerupakan benjolan karena dilatasi @ena hemoroidalis.

    Ada 3 bentuk )ang sering dijumpai 7

    a. Bentuk hemoroid biasa tapi letakn)a distal linea pe$tinea.

     b. Bentuk trombosis atau benjolan hemoroid )ang terjepit.

    6G

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    18/46

    $. Bentuk skin tags.

    Biasan)a benjolan ini keluar dari anus kalau penderita disuruh mengedan% tapi

    dapat dimasukkan kembali dengan $ara menekan benjolan dengan jari. Rasa

    n)eri pada perabaan menandakan adan)a trombosis% )ang biasan)a disertai pen)ulit seperti infeksi% abses perianal atau koreng. 2ni harus dibedakan

    dengan hemoroid eksternus )ang prolaps dan terjepit% terutama kalau ada

    edem besar )ang menutupin)a. Sedangkan penderita dengan skin tags tidak 

    mempun)ai keluhan% ke$uali kalau ada infeksi.,. /emoroid internum.

    :etakn)a proksimal dari linea pe$tinea dan diliputi oleh lapisan epitel dari

    mukosa% )ang merupakan benjolan @ena hemoroidalis internus. Pada penderitadalam posisi litotomi terdapat paling ban)ak pada jam 3%G dan 66 )ang oleh

    #iles disebut Othree primar) haemorrhoidal areas.

    /emoroid internus dibagi menjadi 9 tingkat 7

    Tingkat 2 7 perdarahan pas$a defekasi dan pada anuskopi terlihat

     permulaan dari benjolan hemoroid.

    Tingkat 22 7 perdarahan= tanpa perdarahan% tetapi sesudah defekasi

    terjadi prolaps hemoroid )ang dapat masuk sendiri.

    Tingkat 222 7 perdarahan= tanpa perdarahan sesudah defekasi dengan

     prolaps hemoroid )ang tidak dapat masuk sendiri% harus didorong

    dengan jari.

    Tingkat 2 7 hemoroid )ang terjepit dan sesudah reposisi akan keluar 

    lagi.3. /emoroid $ampuran.'3%9%"%8(

    /emorrhoids ;onstipation

    6>

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    19/46

    4EALA KLINIK 

    Perdarahan umumn)a merupakan tanda pertama hemoroid interna akibat

    trauma oleh fe$es )ang keras. Darah )ang keluar ber*arna merah segar dan tidak 

     ber$ampur dengan fe$es% dapat han)a berupa garis pada fe$es atau kertas pembersih

    sampai pada perdarahan )ang terlihat menetes atau me*arnai air toilet menjadi

    merah. alaupun berasal dari @ena% darah )ang keluar ber*arna merah segar karena

    ka)a akan Cat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis

    men)ebabkan darah di @ena tetap merupakan darah arteri.

    adang perdarahan hemoroid )ang berulang dapat berakibat timbuln)a

    anemia berat. /emoroid )ang membesar se$ara perlahan&lahan akhirn)a dapat

    menonjol keluar men)ebabkan prolaps. Pada tahap a*aln)a penonjolan ini han)a

    terjadi pada *aktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi.

    Pada stadium )ang lebih lanjut hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah

    defekasi agar masuk kedalam anus. Akhirn)a hemoroid dapat berlanjut menjadi

     bentuk )ang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat didorong masuk lagi.

    eluarn)a mu$us dan terdapatn)a fe$es pada pakaian dalam merupakan $irri

    hemoroid )ang mengalami prolaps menetap. 2ritasi kulit perianal dapat menimbulkan

    rasa gatal )ang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban

    )ang terus menerus dan rangsangan mu$us. )eri han)a timbul apabila terdapattrombosis )ang luas dengan edem dan radang.'6%,%9%5(

    68

    http://www.emedicine.com/cgi-bin/foxweb.exe/makezoom@/em/makezoom?picture=%5Cwebsites%5Cemedicine%5Cemerg%5Cimages%5CLarge%5C984HEMR.JPG&template=izoom2http://www.emedicine.com/cgi-bin/foxweb.exe/makezoom@/em/makezoom?picture=%5Cwebsites%5Cemedicine%5Cemerg%5Cimages%5CLarge%5C246HEMM.JPG&template=izoom2

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    20/46

    PEMERIKSAAN

    Apabila hemoroid mengalami prolaps% lapisan epitel penutup bagian )ang

    menonjol keluar ini mengeluarkan mu$us )ang dapat dilihat apabila penderita diminta

    mengedan.P!"!#iksaa$ /olok (ubu#

    Pada pemriksaan $olok dubur hemoroid interna tidak dapat diraba sebab

    tekanan @ena didalamn)a tidak $ukup tinggi% dan biasan)a tidak n)eri. ;olok dubur 

    diperlukan untuk men)ingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

    P!"!#iksaa$ A$usko,i

    Penilaian dengan anuskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna )ang

    tidak menonjol keluar. Anuskopi dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempatkuadran. /emoroid interna terlihat sehingga struktur @askuler )ang menonjol

    kedalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit maka ukuran hemoroid

    akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih n)ata.

    P#oktosi&"oi(osko,i

    Perlu dikerjakan untuk memastikan bah*a keluhan bukan disebabkan oleh

     proses radang atau proses keganasan ditingkat )ang lebih tinggi% karena hemoroid

    merupakan keadaan fisiologis saja atau tanda )ang men)ertai. Keses harus diperiksa

    terhadap adan)a darah samar.

    Pada pemeriksaan kita tidak boleh mengabaikan pemeriksaan umum karena

    keadaan ini dapat disebabkan oleh pen)akit lain seperti sindrom hipertensi portal. '6%3%8(

    PENATALAKSANAAN

    eban)akan pasien dengan hemoroid 'tingkat 2 dan 22( dapat diobati dengan

    tindakan lokal dan anjuran diet. /ilangkan faktor pen)ebab% misaln)a obstipasi%

    dengan diet rendah sisa% ban)ak makanan berserat seperti buah dan sa)ur% ban)ak minum dan mengurangi daging. Pasien dilarang makan makanan )ang merangsang.

    Bila ada infeksi bahkan AB peroral. Bila terdapat n)eri )ang terus menerus dapat

    diberikan suposituria atau salep re$tal untuk anestesi dan pelembab kulit. Untuk 

    ,

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    21/46

    melan$arkan defekasi saja dapat diberikan $airan paraffin atau larutan #gS49 6E.',%G%>(

    Terapi sklerosing.

    :igasi.

    /emoroidektomi.

    Tindakan bedah diperlukan agar pasien dengan keluhan kronis dan hemoroid

    derajat 222 atau 2. Prinsip utama hemoroidektomi adalah eksisi han)a pada

     jaringan )ang menonjol dan eksisi konser@atif kulit serta anoderm normal.

    Tindakan bedah lain.

    Dilatasi anal.

    Koto koagulasi inframerah% diatermi bipolar% dan generator gal@inis

    adalah $ara penatalaksanaan )ang lebih baru.

    Teknik operasi :angenbe$k.

    KOMPLIKASI

    omplikasi pen)akit ini adalah perdarahan hebat% abses% fistula paraanal%

    Untuk hemoroid eksterna% pengobatan selalu operatif. Tergantung keadaan% dapat

    dilakukan eksisi atau insisi thrombus serta pengeluaran thrombus. omplikasi jangka

     panjang adalah striktura ani karena eksisi )ang berlebihan.',%8(

    PRO4NOSIS

    Dengan terapi )ang tepat keluhan pasien dengan hemoroid dapat dihilangkan.

    Pendekatan konser@atif harus dilakukan pada hampir setiap kasus. /asil dari

    hemoroidektomi $ukup memuaskan. Untuk terapi lanjutan% mengedan harus dikurangi

    untuk men$egah kekambuhan.',%8(

    3.3. RE4IONAL ANESTESIA

    A$ato"i M!(ula S,i$alis

    Anestesia umum merupakan tindakan meniadakan n)eri se$ara sentral disertai

    hilangn)a kesadaran dan bersifat pulih kembali 're@ersible( dengan komponen

    ,6

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    22/46

    anestesia )aitu hipnotik% analgesia% dan relaksasi otot. Anestesia regional di$apai

    dengan memberikan anestetika lokal untuk menghentikan transmisi saraf motorik%

    sensorik%dan otonom di tingkat medula spinalis )ang bersifat re@ersibel. Blokade

    serat&serat saraf ini akan men$iptakan suatu kondisi anestesia dan relaksasi ototterutama untuk organ atau anggota tubuh bagian abdomen ke ba*ah.

    4a"ba# . #edula Spinalis

    ;olumna @ertebralis terbagi atas G @ertebra ser@ikal% 6, @ertebra thorakal% 5@ertebra lumbal% 5 @ertebra sa$ral men)atu pasa de*asa dan 9&5 @ertebrae koksigeal

    men)atu pada de*asa. Prosesus spinosus ;, teraba langsung di ba*ah oksipital.

    Prosesus spinosus ;G menonjol dan disebut sebagai @ertebra prominens. 1aris lurus

    )ang menghungkan kedua rista iliaka setinggi akan memotong prosesus spinosus

    @ertebra :9 atau antara :9&:5.G%>

    Peredaran darah untuk medulla spinalis di perdarahi oleh a.spinalis anterior 

    dan a. spinalis posterior. Untuk men$apai $airan serebrospinal maka jarum suntik 

    akan menembus kulit ke subkutis kemudian ligamentum supraspinosum ke

    ligamentum interspinosum% ligamentum fla@um% ruang epidural% duramater dan

    ruang subara$hnoid.G

    #edulla spinalis berada dalam kanalis spinalis dikelilingi oleh $airan

    serebrospinal% dibungkus meningens ' duramater% lemak dan pleksus @enosus(. Pada

    ,,

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    23/46

    de*asa berakhir setinggi :6% pada anak :, dan pada ba)i :3 dan sakus duralis

     berakhir setinggi S,.G

    ;airan serebrospinalis merupakan ultrafiltrasi dari plasma )ang berasal dari

     pleksus ar)eria koroidalis )ang terletak di @entrikel 3&9 dan lateral. ;aitran ini jernih tak ber*arna mengisi ruang subara$noid dengan jumlah total 6&65 ml%

    sedangkan )ang ada di punggung sekitar ,5&95 ml.G

    Fisiolo&i A$!st!si S,i$al

    Ada 3 kelas saraf7 motorik% sensorik dan otonom. Stimulasi saraf motorik 

    men)ebabkan otot berkontraksi ketika terjadi blok saraf% otot mengalami

    kelumpuhan. Saraf sensorik mengirimkan sensasi seperti sentuhan dan n)eri dari

    sumsum tulang belakang ke otak% sedangkan saraf otonom mengontrol $aliber 

     pembuluh darah% den)ut jantung% kontraksi usus dan fungsi lainn)a )ang tidak 

     berhubungan dengan kendali kesadaran. Umumn)a saraf otonom dan sensorik 

    terblok sebelum saraf motorik. asodilatasi dan penurunan tekanan darah pun dapat

    terjadi ketika saraf otonom di blok.>%8

    D!6!$isiSpinal anestesi adalah pemberian obat anestetik lokal dengan $ara

    men)untikkan ke dalam ruang subarakhnoid. Teknik tersebut dinilai $ukup efektif 

    dan mudah dikerjakan. Spinal anestesi=  Su/arachnoid lock #S0% diperkenalkan

    oleh August Bier pada tahun 6>8>% teknik ini telah digunakan untuk anestesi%

    terutama untuk operasi pada daerah ba*ah umbili$us. elebihan utama teknik ini

    adalah kemudahan dalam tindakan% peralatan )ang minimal% memiliki efek minimal

     pada biokimia darah% menjaga le@el optimal dari analisa gas darah% pasien tetap sadar 

    selama operasi dan menjaga jalan nafas% serta membutuhkan penanganan post operatif 

    dan analgesia )ang minimal. Spinal anestesi dilakukan di ba*ah lumbal 6 pada orang

    de*asa dan lumbal 3 pada anak&anak dengan menghindari trauma pada medulla

    spinalis.G%>%8

    ,3

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    24/46

    4a"ba# -. Spinal anestesi

    P!$ilaia$ (a$ P!#sia,a$ P#a A$!st!sia-991:

    A$a"$!sis

    Ri*a)at tentang apakah pasien pernah mendapat anesthesia sebelumn)a

    sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal&hal )ang perlu

    mendapat perhatian khususs% misaln)a alergi% mual% muntah% n)eri otot%

    gatal&gatal atau sesak napas pas$a bedah sehingga kita dapat

    meren$anakan anesthesia berikutn)a dengan lebih baik.

    P!"!#iksaa$ 6isik 

    Pemeriksaan rutin lain se$ara sistemik tentang keadaan umum tentu tidak 

     boleh dile*akan seperti inspeksi% palpasi% perkusi dan auskultasi.

    Klasi6ikasi status 6isik 

    lasifikasi )ang laCim digunakan untuk menilai kebugaran fisik 

    seseorang ialah )ang berasal dari  The 0merican Society o2 

     0nesthesiologist  'ASA(elas 2 7 Pasien sehat organi$% fisiologik% psikiatrik dan biokimia

    elas 22 7 Pasien dengan pen)akit sistemik ringan sampai sedang

    elas222 7 Pasien dengan pen)akit sistemik berrat% sehingga akti@itas

    rutin terbatas

    ,9

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    25/46

    elas 2 7 Pasien dengan pen)akit sistemik berat tak dapat melakukan

    akti@itas rutin dan pen)akitn)a merupakan an$aman kehidupann)a setiap

    saat

    elas 7 Pasien sekarat )ang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupn)a tidak akan lebih dari ,9 jam

    #asukan oral

    Pada pasien de*asa umumn)a puasa "&> jam% anak ke$il 9&" jam dan

     ba)i 3&9 jam. #akanan tak berlemak diperbolehkan 5 jam sebelum induksi

    anesthesia.

    P#!"!(ikasi

    #erupakan pemberian obat 6&, jam sebelum induksi anesthesia dengan

    tujuan untuk memperlan$ar induksi% rumatan dan bangun dari anesthesia.

    4bat peredam ke$emasan biasan)a diaCepam oral 6&65 mg beberapa jam

    sebelum indksi. -ika disertai n)eri dapat diberikan petidin 5 mg

    intramus$ular.

    I$(uksi a$!st!si

    #erupakan tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tida sadar%

    sehingga memungkinkan dimulain)a anesthesia dan pembedahan. 2nduksi

    anesthesia dapat dikerjakan dengan intra@ena% inhalasi% intramus$ular atau

    re$tal. Setelah pasien tidur akibat induksi anesthesia langsung dilanjutkan

    dengan pemeliharaan anesthesia sampai tindakan pembedahan selesai.

    M!$&u%i k!b!#)asila$ bloka(!

    :ima menit setelah dilakukan anestesia spinal% sebaikn)a dilakukan

     pengujian. Pada saat ini blok sensorik dan motorik sudah ter$apai.tes blokade

    motorik dapat dengan men)uruh pasien mengangkat kakin)a dalam keadaan

    lurus. etidakmampuan mengangkat kaki dalam keadaan lurus merupakan tanda

    ,5

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    26/46

    keberhasilan blokade motorik pada dermatom lumbalis. Sensorik lapangan

    operasi sebaikn)a di uji dengan jarum tumpul.

    :e@el anelgesia lebih ke sefalad dapat dilakukan uji dengan rasa tusuk 

    'dapat juga dengan jarum tumpul(% dan pada area )ang tidak terblok seperti pada bahu 'dermatom ;9(% untuk memastikan batas lapangan operasi. #eskipun le@el

    tertinggi blokade setelah , menit sudah menetap% namun adakalan)a bisa

    memanjang sampai 3 menit setelah injeksi obat. Paling ideal bila kita

    mengatakan pada pasien untuk merespon setiap sesuatu )ang dirasakann)a

    'terutama disaat kita melakukan tes(

    -ika setelah 5 menit tidak ada tanda&tanda )ang se$ara objektif 

    menunjukkan keberhasilan blokade% maka kita harus mengulangi melakukananestesia spinal% atau tekhnik anestesia diganti menjadi anesthesia umum.

    Ma$i6!stasi Fisiolo&i ,a(a A$ast!si S,i$al

    6. Sistem ardio@askular 

    • Terjadin)a hipotensi akibat blo$kade pada serabut saraf simpatis

     preganglionik )ang berhubungan dengan ke$epatan obat lo$al anastesi

    ke dalam ruang subara$hnoid dan meluasn)a blo$kade simpatis.• Blok )ang tinggi di atas thorak 9&5 Q terjadi blo$kade simpatis )ang

    menginer@asi jantung Q penurunan /R Q penurunan kontraktilitas

    dan @enous return Q penurunan $ardia$ output dan tahan perifer Q

    hipotensi• Blo$kade simpatis anastesi spinal men)ebabkan hilangn)a fungsi

    $ontrol tekanan darah dan @enous return tergantung gra@itasiQ @ena

    dilatasiQ pooling @enaQ penurunan @enous return% $ardia$ output dan

    tahanan periferQ hipotensi• /ipo@olemia Q depresi serius s)stem kardio@askular selama spinal

    anastesiQ kontraindikasi relati@e anastesi spinal• Tekanan darah sistolik L > mm/g dan diastoli$ L 5 mm/g harus

    diperhatikan% jika tekanan darah turun 6=3 di ba*ah le@el

     preoperati@e perlu dilakukan koreksi.

    ,"

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    27/46

    ,. Sistem Resirasi

    • 0fek anastesi spinal pada fungsi respirasi berhubungan dengan le@el

     blo$kade anastesi spinal )ang meluas sampai le@el thorak tengah= lebih

    rendah% jarang men)ebabkan perubahan fungsi respirasi.• T tidak berubah dan kapasitas @ital menurun minimal dari 9%5

    menjadi 3%G3 liter • Pasien dengan pen)akit paru kronik berat% blo$kade motorik harus di

     pelihara di ba*ah TG. Respirator) arrest dapat terjadi pada anastesi

    spinal total % karena paralisis otot respirasi atau iskemik brainstem

    sekunder dari hipotensi berat

    • Respiratori arrest disebabkan aliran darah meduller tidak adekuatkarena $ardia$ output tidak adekuat% total spinal dengan seluruh otot

    respirasi% efek toksik obat lo$al anastesi% efek injeksi obat narkotik 

    analgesi.

    3. Sistem 1astrointestinal

    • Blo$kade simpatis 'T5&:6( Q anastesi spinal Q kontraksi usus halus%

    spin$hter relaksasi% peristalti$ meningkat% tekanan dalam lumen bo*elmeningkat% pengosongan lambung tidak dipengaruhi.

    • #ual dan muntah dapat terjadi karena hipotensi% peristalti$ )ang

    meningkat% tarikan ner@us dan pleksus terutama @agus% empedu di

    lambung% analgesi narkotik% psikologik% hipoksia

    9. Sistem 1enitourinaria

    • Pengaruh spinal pada fungsi ginjal adalah karena hipotensi%

    menurunkan 5&6E 1KR • Blo$kade simpatis efferent 'T5&:6( berakibat peningkatan tonus

    spin$hter dan retensi urin

    5. Sistem 0ndokrin

    ,G

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    28/46

    • Anastesi spinal tidak merubah fungsi endokrin akti@itas metaboli$• Anastesi spinal torakal tinggi berhubungan dengan blo$kade jalur 

    otonom ke medulla adrenal

    ". Temperatur Tubuh

    • Anastesi spinal sekresi katekolamin di tekan sehingga produksi panas

     berkurang• asodilatasi anggota tubuh ba*ah merupakan predisposisi terjadin)a

    hipotermi

    Obat Lokal A$ast!si

    Dibedakan menjadi , golongan7

    • Amida ' Bu,ia/ai$!% nuper$ain% etido$aine% lido$aine% mepi@a$aine%

     prilo$aine% ropi@a$aine(• 0ster ' $hloropro$aine% $o$aine% pro$aine% tetra$aine(

    M!ka$is"! K!#%a Obat A$ast!si lokal

    4bat anastesi lo$al bekerja pada pompa a dan % sehingga terjadi polarisasi7

    • #enghambat transmisi impuls saraf atau blo$kade konduksi Qmen$egah peningkatan permeabilitas membrane saraf terhadap ion a

    • #ekanisme kerja7 keadaan istirahat% depolarisasi% repolarisasi%

     polarisasi penuh• 4bat lo$al anastesi men$egah proses depolarisasi membrane saraf 

    dengan memblok aliran ion a Q hambatan transmisi impuls saraf 

    'blo$kade konduksi(

    Dosis Obat Lokal A$ast!si4bat Persiapan :e@el

    T6

    :e@el

    T"

    :e@el

    T9

    Durasi

    Pro$aine 6E G5 6,5 , 3&95:ido$aine 5E dalam G%5E

    glukosa

    ,5&5 5&G5 G5&6 95&"

    ,>

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    29/46

    Tetra$aine 6E dalam 6E glukosa "&> >&69 6,&, "&8Bupi@a$aine %G5E dalam >%,5E

    dekstrosa

    "&6 >&69 6,&, 8&6,

    Ropi@a$aine %,6&6 E >&6, 6,&6" 6"&6> 8

    A(%ua$t Obat A$ast!si Lokal

    6. 4pioid

    • Reseptor opiate ditemukan di ;S seperti $orte? $erebri% $orte? limbi$

    s)stem% thalamus bagian medial% midbrain substansia gelatinosa saraf 

    simpatis preganglionik • ;ontoh7 fentan)l akan memperlama masa kerja blok sensoris tanpa

    memperpanjang blok simpatis• 0fek samping seperti mual%muntah% pruritus% retensi urin% hipo@entilasi• Depresi respirasi terjadi akibat pen)ebaran opioid ke dalam batang

    otak sehingga terjadi depresi respirasi% biasan)a akibat morfin. Dapat

    terjadi dalam 6, jam pertama setelah pemberian morfin.• Penggunaan opioid lain seperti fentani)l tidak menunjukkan depresi

    respirasi karena sifat lipofilik obat tersebut• /ipo@entilasi dapat juga disertai dengan somnolen% sehingga harus di

    obser@asi derajat sedasi dan tingkat kesadaran

    ,. #idaColam

    • Bekerja melalui reseptor 1ABA benCodiaCepine )ang juga terdapat di

    medulla spinalis terutama di lamina 22 $ornu dorsalis• 0fek antinosiseptik ini dapat dihilangkan dengan pemberian nalokson%

    di duga bekerja melalui reseptor opioid

    3. A$et)l$holinestrase 2nhibitor 

     eostigmin merupakan reseptor a$et)l$holinestrase )ang menghambat peme$ahan neurotransmitter asetilkolin endogen di tingkat medulla

    spinalis% sehingga menghasilkan analgesia• 0fek samping utama mual% muntah% kelemahan ekstremitas ba*ah

    ,8

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    30/46

    • Penambahan neostigmin dengan bupi@a$aine akan men)ebabkan

     peningkatan mual dan muntah

    9. 0pinefrin

    • 0pinefrin memperpanjang analgesia akan tetapi efek ini kurang

    menonjol bila dengan bupi@a$aine atau ropi@a$aine• 0pinefrin '., g( ditambahkan pada bupi@a$ain atau lido$aine akan

    memperpanjang durasi anastesi sensorik pada anggota ba*ah dan

    abdominal. Selain itu apabila ditambahkan dengan bupi@a$aine

    hiperbarik G%5 mg akan meningkatkan masa anastesi pembedahan dari

    63 menit menjadi 6G, menit% juga meningkatkan masa pulih dari 6G,

    menit menjadi ,, menit.

    5. Alpha , Adrenergik Agonis

    • ;ontoh 7 klonidin% dapat menimbulkan analgesia tanpa blok motorik 

    dan propioseptif • 0fek samping 7 hipotensi% bradikardi dan sedasi

    I$(ikasi (a$ ko$t#a i$(ikasi a$!st!si #!&io$al

    2ndikasi kontra absolut paling penting dari anestesia spinal ataupun kaudal

    adalah penolakan pasien. Selain itu ada beberapa kondisi preoperatif )ang

    meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas teknik ini sehingga ahli anestesiharus menimbang dengan $ermat antara risiko dan keuntungan teknik ini

    sebelum melanjutkan% indikasi absolut lainn)a adalah

    a. /ipo@olemia dan s)ok=renjatan sepsis

     b. oagulopati atau trombositemia

    $. Peningkatan tekanan intra kranial 'T2(

    Beberapa kondisi diatas akan ditemukan berbeda&beda dalam setiap literatur 

    )ang berbeda.pertimbangan klinis pada setiap situasi akhirn)a menentukantekhnik anestesia mana )ang menjadi pilihan. /ipo@olemia atau s)okrenjatan

    sepsis akan meningkatkan risiko hipotensi. oagulopati atau trombositopenia

    akan meningkatkan risiko terjadin)a hematom epidural. Peningkatan tekanan

    intra kranial akan meningkatkan terjadin)a risiko herniasi otak apabila ;SS

    3

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    31/46

    keluar melalui jarum atau sebalikn)a terjadi peningkatan lanjutan akibat

    masukn)a @olum larutan anestetik lokal ke dalam ruangan epidural atau

    subarakhnoid.

    Beberapa kondisi lainn)a dengan risiko )ang lebih dapat dipertimbangkanuntuk dilakukan anestesia regional ialah 'kontra indikasi relatif(

    a. Sepsis meningkatkan risiko meningitis

     b. 2nfeksi di daerah pungsi dengan risiko memba*a mikroorganisme patogen ke

    dalam ;SS )ang dapat mengakibatkan meningitis

    $. Ri*a)at gangguan neurologis sebelumn)a

    d. Ri*a)at pembedahan spinal dengan instrumental

    e. elainan anatomi tulang belakang 'skoliosis(f. ondisi jantung )ang tergantung pada preload 'stenosis aorta% kardiomegali

    hipertrofi obstruktif(

    E6!k sa",i$& (a$ ko",likasi A$!st!sia s,i$al

    a. eurotoksisitas

    Studi mengenai neurotoksisitas *ajib dilakukn setiap kali ditemukan obat

     baru untuk penggunaan spinal dalam praktek sehari&hari. Studi tersebut

    meliputi histopatologis medula spinalis setelah pemberian obat serta efek obat

    tersebut terhadap aliran darah medula spinalis '  spinal cord lood lood 

     2low!S)3%.

     b. /ipotensi

    Terjadi pada >%,&3%3 E pasien akibat anestesia spinal% namun sebesar >6E

    mengalami episode hipotensi ketika hambatan sensorik melebihi T5.

    Anestesia spinal men)ebabkan hambatan simpatis )ang men)ebabkan dilatasiarterial dan bendungan @ena 'penurunan tahanan @askuler sistemik( dan

    hipotensi. Bendungan di @ena men)ebabkan penurunan aliran balik @ena ke

     jantung% penurunan $urah jantung dan men)ebabkan hipotensi. Kaktor&faktor 

    )ang mempengaruhi derajat penurunan tekanan darah adalah usia dan keadaan

    36

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    32/46

    fungsi jantung pasien% @olume intra@askuler dan ketinggian hambatan

    simpatis.

    /ipotensi dapat dikurangi dengan memberikan bolus $airan intra@ena sampai

    5 m: larutan kristaloid seiringan dengan dilakukann)a blok spinal ataudengan koloid sebelumn)a dilakukan spinal. -ika tekanan darah tetap

    menurun bisa ditambahkan obat&obatan @asopressor seperti efedrin 5&6 mg

    intra@ena. euntungann)a selain membuat @asokontriksi juga meningkatkan

    $urah jantung. -ika penderita $enderung takikardia% maka phen)lephrine

    merupaka pilihan kedua% tapi obat ini men)ebabkan @asokontriksi dengan

    sedikit peningkatan 'atau penurunan( $urah jantung. Usaha lain untuk 

    men$egah terjadin)a hipotensi )aitu dengan mengele@asi kaki% tapi hati&hatidengan pen)ebaran obat hiperbarik ke sefalad )ang men)ebabkan le@el

     blokade menjadi lebih tinggi. Alternatifn)a ialah dengan mengubah posisi

    meja operasi menjadi agak fleksi.

    $. Bradikardia

    ejadian bradikardia akibat anestesia spinal brkisar >%8&63E% namun bisa

    melebihi G5E jika ketinggian hambatan lebih dari T5. -ika serabut saraf 

    simpatis kardioakselerator )ang berasal dari T6&T5 dihambat maka tonus

    @agal parasimpatis menjadi dominan men)ebabkan bradikardia ringan sampai

    sedang. Bradikardia dapat mun$ul akibat penurunan aliran balik @ena atau

    stumulus seperti tarikan peritoneum% namun beberapa kasus tidak dapat

    dijelaska pen)ebabn)a.

    Kaktor risiko terjadin)a bradikardi 'laju nadi basal L5?=menit( adalah laju

    nadi basal 'L"?= menit(% penggunaan beta bloker dan status fisiologis ASA 2.

    /enti jantung akibat hipotensi berat dan bradikardia jarang terjadi. Pada penelitian prospektif di Peran$is terhadap 96 hambatan spinal )ang

    die@aluasi 6 bulan.% ditemukan 6 kasus henti jantung ',%G=6(.

    Sedangkan penelitian di Kinlandia% , dari 55 pasien mengalami henti

     jantung setelah anestesia spinal. arena diketahui hipotensi pada anestesia

    3,

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    33/46

    spinal ditentukan oleh ketinggian hambatan% maka perlu dilakukan

     pembatasan pen)ebaran anestesia lokal dalam $airan $erebrospinal.

    d. Total spinal atau blok spinal tinggi

    eadaan ini mendeskripsikan tindakan anestesia spinal ketika obat men)ebar terlalu jauh ke sefalad sampai ke regio ser@ikal. Blokade setinggi ini

     biasan)an tidak disengaja% akibat tidak diantisipasin)a gerakan&gerakan pasien

    sesaat setelah obat dimasukkan% salah pengaturan posisi pasien atau

    ketidaksesuaian dosis obat )ang akan diberikan. arena ke$iln)a dosis

    anestesia lokal )ang digunakan pada anestesia spinal% komplikasi ini lebih

    tinggi risikon)a pada epidural dengan pungsi dura tidak disengaja. Anestesi

    lokal pada tekhnik epidural menggunakan @olum )ang $ukup besar dan bilamasuk ke ruang sub arakhnoid melalui robekan dura maka akan men)ebabkan

    kejadian ini. Pada anestesia spinal kejadian serupa dinamakan blok spinal

    tinggi dengan klinis )ang biasan)a sedikit lebih baik.

    1ejala utama biasan)a hilang kesadaran% bradikardia%hipotensi dan

    henti nafas. #eskipun ner@us phrenikus paralisis dapat terjadi% namun henti

    nafas biasan)a dihubungkan dengan terjadin)a hipoperfusi ke pusat kontrol

     pernafasan pada medula. Untungn)a meskipun obat men)ebar sampai ke

    sefalad% namun konsentrasi obat )ang lebih jauh men)ebar ke sefalad tersebut

    sudah mengalami dilusi. Sehingga paralisis motorik han)a terbatas dan durasi

     berlangsung sebentar. Penanganan bersifat supotif misaln)a dengan bantuan

    @entilasi dan sirkulasi% baik dengan obat&obatan ataupun tanpa obat&obatan.

    Pen$egahan berhubungan dengan tekhnik pen)untikan% obat )ang digunakan

    dan pengaturan posisi pasien.

    e. Tran$ient eurologi$al S)ndrome 'TS(TS merupakan kumpulan gejala )ang terdiri dari n)eri unilateral atau

     bilateral di daerah paha anterior atau posterior dengan disertai n)eri tungkai

    atau punggung ba*ah setelah pemulihan dari anestesia spinal. Biasan)a gejala

    mun$ul ,9 jam pertama pas$a spinal% dan berlangsung kurang dari dua hari

    33

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    34/46

    dan dapat hilang dengan pemberian anelgesia oral. Anestesia spinal dengan

    lidokain '6&3GE( terban)ak terjadi dibandingkan anestesia lokal lainn)a.

    Dan pada pasien )ang menjalani athroskopi lutut '6>&,,E( atau pasien

     pembedahan dengan posisi litotomi '3&3"E(. Dilusi ataupun penggunaanlidokain isobarik tidak menurunkan insidensi TS dengan bermakna

    'konsentrasi dan barisitas tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dosis(

    sedangkan insiden TS akibat bupi@akain berkisar &6E.

    f. Postdural Pun$ture /eada$he 'PDP/(

     )eri kepala dengan intensitas )ang hebat setelah anestesia spinal

    dilaporkan pertama kali oleh Bier sendiri setelah menjalani anestesia spinal

    tahun 6>8>. Saat itu% hampir "" pasien mengalami PDP/ akibat penggunaan jarum berukuran besar dengan ujung tajam. Saat ini insiden PDP/ L3E

    dengan penggunaan jarum berukuran ke$il dan ujung tumpul 'pen$il point(.

    arakteristik PDP/ adalah n)eri kepala daerah oksilofrontal% )ang

    eksaserbasi oleh perubahan posisi 'dari tidur ke duduk( dan membaik dengan

     berbaring% mun$ul pada 3 hari pertama sampai seminggu setelah pungsi dura.

    /al ini dapat berlangsung lebih dari ,9 jam. Dapat disertai fotofobia%

    kekakuan leher% tinitus dan mual. Sebagian besar pasien dengan PDP/

    sembuh total setelah 5& 6 hari. 1ejala ringan sampai sedang dapat diterapi

    dengan tirah baring% hidrasi%anelgesia dan kafein. amun pada gejala )ang

    hebat diperlukan epidural blood pat$h dengan angka kesuksesan terapi 8E.

    Beberapa faktor risiko terjadin)a PDP/ telah diketahui )aitu *anita

    usia muda% dengan jenis% dan ukuran jarum sebagai faktor terpenting. Berbagai

    laporan men)ebutkan bah*a durasi tirah baring pas$a dura tidak berhubungan

    dengan pen$egahan PDP/. Bahkan dari dua penelitian didapatkan insidens

    PDP/ sedikit lebih tinggi pada kelompok pasien )ang tirah baringdibandingkan dengan kelompok )ang mobilisasi segera. arena itu saat ini

     pasien pas$a anestesia spinal prosedur ra*at jalan diinstruksikan untuk segera

    mobilisasi selain hambatan sensorik dan motorik regresi sempurna.

    g. Retensi urin

    39

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    35/46

    ejadian retensi urin pas$a bedah masih menjadi perdebatan. Setelah

     penggunaan bupi@a$ain dosis kon@ensional% insidensi retensi urin ditemukan

    sebesar 3E. amun faktor&faktor lain seperti jenis operasi 'herniotomi dan

     pembedahan anorektal( dan ri*a)at retensi urin sebelumn)a sangatmeningkatkan kejadian retensi urin baik pas$a anestesia umum atau hambatan

     perifer dibanding pembedahan non pel@is. Pada penggunaan anestesia lokal

    kerja panjang intratekal% meskipun dengan penurunan dosis% efekn)a terhadap

    kemampuan miksi perlu diperhatikan. /ambatan otot detrusor setelah

    anestesia spinal dengan bupi@akain hiperbarik 6 mg jauh lebih lama

    dibandingkan lidokain heperbarik. arena pemulihan kembali fungsi kandung

    kemih )ang terlambat dapat men)ebabkan o@erdistensi dan selanjutn)a retensiurin% maka pasien ra*at jalan dianjurkan untuk mikasi spontan sebelum

    dipulangkan.

    h. )eri punggung

    ejadian n)eri punggung tidak menjalar dilaporkan sebesar 33E pada

     pasien )ang menjalani anesthesia spinal dengan lidokain dan , E setelah

    menjalani operasi dengan anestesia umum. Kaktor penting )ang

    mempengaruhi n)eri punggung pas$a operasi adalah laman)a prosedur dan

    tidak bergantung dari jenis=teknik anestesia'umum%spinal%atau epidural(.

    ejadian n)eri punggung setelah anestesia spinal berkisar %>E ini

    dipengaruhi oleh jenis jarum dan jumlah pungsi=pen)untikan. )eri punggung

     pada tempat suntikan dapat dihubungkan dengan trauma pada periosteal.

    Pen)ebab lainn)a mungkin karena peregangan ligamentum atau karena alas

    meja operasi )ang keras.

    i. Pruritus

    ejadian terjadin)a pruritus setelah opioid intratekal $ukup tinggi'meskipun pada dosis rendah(% berkisar "&>5E pada epidural morfin% dengan

    fentanil intratekal% dan 9&>E dengan sufentanil intratekal. #eskiupun

    $ukup mengganggu% pruritus )ang disebabkan fentanil dan sufentanil

    intratekal biasan)a bersifat ringan&sedang. Setelah pemberian morfin

    35

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    36/46

    intratekal% pruritus dapat bertahan sampai 63 jam% namun setelah opioid

    lipofilik belum ada laporan tentang laman)a pruritus. alokson digunakan

    se$ara luas untuk mengatasi pruritus )ang disebabkan opioid% namun

     penggunaann)a selama pembedahan sangat terbatas karena kemungkinanmenghilangkan efek analgesian)a 're4ersing analgetik e22ect%

     j. #ual muntah pas$a bedah 'Post 4perati@e nausea and omitting= P4(

    Adalah salah satu efek samping )ang paling sering mun$ul pas$a

    anesthesia umum. #ual 'nausea( juga merupakan efek samping )ang sering

    mun$ul pada anestesia spinal. Kaktor risiko diantaran)a *anita% ketinggian

    hambatan sensorik )ang lebih tinggi dan premedikasi opioid. /ipotensi

    men)ebabkan risiko mual muntahpada pasien dengan anestesia spinal.Penelitian lain men)ebutkan P4 akibat pemberian morfin initratekal

     bergantung pada dosis% sedangkan opioid lipofilik 'fentanil dan sefentanil(

    tidak memiliki efek atau han)a sedikit men)ebabkan P4(.

    k. #enggigil pas$a anestesia spinal

    #enggigil pas$a anestesia spinal umumn)a terjadi dengan kejadian

    men$apai 5"%GE. #engigil merupakan efek samping )ang sangat tidak 

    n)aman untuk pasien% men)ebabkan peningkatan konsumsi 4,% produksi ;4,%

    dan asidosis laktat. #ekanisme pasti pen)ebab menggigil pas$a anestesia

    spinal masih belum jelas% namun ada beberapa hipotesis. Anestesia neuraksial

    menggangu pusat pengaturan termoregulasi otonom sesuai dengan tinggi atau

     pen)ebaran hambatan saraf )ang terjadi. /ipotermia )ang tejadi pada

    anestesia neuraksial disebabkan karena tiga mekanisme dalam tubuh )aitu

    redistribusi panas tubuh dari pusat ke perifer% kehilangan panas )ang melebihi

     pembentukann)a% dan inhibisi pusat regulasi suhu.

    Anestesia neuraksial juga mengganggu respon perilaku pasien )angmengakibatkan pasien tidak mengeluh kedinginan karena mereka tidak 

    mampu merasakan hipotermia% tetapi dapat men$etuskan terjadin)a

    menggigil.

    3"

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    37/46

    ;ara ideal untuk men$egah timbuln)a menggigil pas$a anestesia

    adalah mempertahankan mormotermi setepat mungkin mendekati 3" ;%

    namun karena @ariasi indi@idual dari suhu inti tubuh )ang begitu besar dan

    sensiti@itas sistem termoregulasi )ang berbeda maka sulit untuk melakukanhal tersebut. #enggigil pas$a anestesi dapat diobati dengan menghangatkan

     permukaan kulit% sebab termoregulasi lebih sensitif terhadap masukan

     peningkatan suhu kulit. Penatalaksaan menggigil pas$a anestesia se$ara

    farmakologis saat ini mempergunakan berbagai ma$am obat intra@ena )aitu

     pethidin ',5mg(% klonidin'G5&6ug( dan tramadol '%5&,mg=g(.

    Anestesia regional di$apai dengan memberikan anestetika lokal untuk menghentikan transmisi saraf motorik%sensorik%dan otonom di tingkat medula spinalis

    )ang bersifat re@ersibel. Blokade serat&serat saraf ini akan men$iptakan suatu kondisi

    anestesia dan relaksasi otot terutama untuk organ atau anggota tubuh bagian abdomen

    ke ba*ah.

    omponenn anestesia )ang di$apai oleh teknik ini adalah anestesia analgesia

    dan relaksasi otot% sedangkan untuk hipnotik&sedasi tidak ter$apai. Untuk kasus&kasus

    tertentu% kita bisa menambahkan obat&obatan hipnotik sedatif melalui intra@ena%

    dengan menimbulkan efek amnesia oleh obat&obatan sedatif.

    Akibat terblokaden)a serat saraf simpatis pada teknik ini% maka akan

    menimbulkan ma$am&ma$am efek samping atau komplikasi seperti bradikardia%

    hipotensi% bahkan henti nafas dapat terjadi. Sehingga pemahaman anatomi% fisiologi

    dan farmakologi obat&obatan serta ketrampilan melakukan resusitasi menjadi sangat

     penting.

    3G

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    38/46

    BAB I8

    PEMBAHASAN

    .1 P#! O,!#ati6 

    P!#sia,a$ a$al&!sia s,i$al

    Pada dasarn)a persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan anestesi

    umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan%

    misaln)a ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga

    tak teraba tonjolan prosessus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal&hal di ba*ah

    ini7

    6. 2nformed $onsent 'iCin dari pasien(

    ita tidak boleh memaksa pasien untuk men)etujui anestesi spinal.

    ,. Anamnesis dan Rekam #edik

    Ri*a)at kesehatan. Adan)a pen)ulit seperti asma% alergi% epilepsi% kelainan maksilofasial

     pada anak dan pada orang de*asa asma% kelainan paru% diabetes melitus%

    hipertensi% epilepsi% dll.

    Ri*a)at operasi terdahulu dan ri*a)at anestesi

    3>

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    39/46

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    40/46

    Anestesi spinal mulai dilakukan% posisi pasien duduk tegak dengan kepala

    menunduk hingga prossesus spinosus mudah teraba. Di$ari perpotongan garis )ang

    menghubungkan kedua $rista illia$a dengan tulang punggung )aitu antara @ertebra

    lumbal 3&9% lalu ditentukan tempat tusukan pada garis tengah. emudian disterilkantempat tusukan dengan alkohol dan betadin. -arum spinal nomor ,G ditusukkan

    dengan arah median% barbutase positif dengan keluarn)a :;S 'jernih( kemudian

    dipasang spuit )ang berisi obat anestesi dan dimasukkan se$ara perlahan&lahan.6 

    Pada kasus ini digunakan obat anastesi regional )aitu bupi@a$aine %5E 3$$.

    Bupi@a$aine merupakan golongan amide lo$al anastesi )ang dapat memberikan

     blo$kade re@ersible% pen)ebaran impuls melalui serabut saraf dihambat dengan

    masukn)a ion a dalam membrane saraf. #ula kerja lambat dibanding lidokain%tetapi lama kerja > jam.3 

    Adju@ant )ang digunakan adalah morfin %6 mg dan klonidin seban)ak %95

    mg. lonidin dipakai dalam anastesia untuk menimbulkan analgesia tanpa blok 

    motorik dan propioseptif. #ekanisme lain efek analgesia pada pemberian intratekal

    adalah dengan adan)a @asokonstriksi lo$al. lonidin memperpanjang durasi blok.

    #orfin merupakan agonis reseptor opioid dengan efek utama mengikat dan

    mengakti@asi reseptor &opioid pada sistem saraf pusat. Akti@asi ini akan

    men)ebabkan efek analgesik% sedasi% euforia% ph)si$al dependen$e dan respirator)

    depression. #orfin juga bertindak sebagai reseptor k&opioid )ang terkait analgesik 

    spinal dan miosis.

    #onitor tekanan darah setiap 65 menit sekali untuk mengetahui penurunan

    tekanan darah )ang bermakna. /ipotensi terjadi bila terjadi penurunan tekanan

    darah sebesar ,&3E atau sistole kurang dari 6 mm/g. /ipotensi merupakan

    salah satu efek dari pemberian obat anestesi spinal% karena penurunan kerja

    s)araf simpatis. Bila keadaan ini terjadi maka $airan intra@ena di$epatkan% bolusephedrin 5&65 mg se$ara intra@ena% dan pemberian oksigen.

    Peralatan lain )ang tersedia )aitu peralatan general anestesi STAT2;S% hal ini

    dipersiapkan untuk men$egah terjadin)a kega*atdaruratan jalan nafas tiba&tiba pada

    9

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    41/46

     pasien. 4bat&obatan lainn)a )ang tersedia juga obat&obatan seperti sulfas atropin%

    re$ofol% pethidine% ro$ula?% efedrine dan midaColam telah dipersiapkan.

    ebutuhan $airan pada pasien ini dibagi menjadi7

    ;airan #entenen$e# '#aintenan$e( N ,$$ ? kgBB=jamN ,$$ ? 5"N 66, $$=jam

    ;airan Pengganti PuasaP 'Puasa( N " ? BB ? ,$$

    N " ? 5" ? , $$N "G, $$=jam

    ;airan Stressoperatif4 '4perasi( N " $$=kgBB=jam

    N " ? 5" kg

    N 33" $$=jam• Perdarahan

    Total N su$tion+kassaN $$ + 5 $$N 5 $$

    ebutuhan $airan selama operasi6 jam pertama

    N H P + # + 4N H "G, + 66, + 33"N G>9 $$=jam

    6 jam kedua

    N P + # + 4N "G, + 66, + 33"N "6" $$=jam

    96

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    42/46

    Analgetika )ang diberikan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa n)eri

    tanpa mempengaruhi susunan saraf pusat atau menurunkan kesadaran juga tidak 

    menimbulkan ketagihan. 4bat )ang digunakan ketorola$% merupakan anti inflamasinon steroid 'A2S( bekerja pada jalur oksigenasi menghambat biosintesis

     prostaglandin dengan analgesi$ )ang kuat se$ara perifer atau sentral. -uga memiliki

    efek anti inflamasi dan antipiretik. etorola$ dapat mengatasi rasa n)eri ringan

    sampai berat pada kasus emergensi seperti pada pasien ini. #ula kerja efek analgesia

    ketorola$ mungkin sedikit lebih lambat namun lama kerjan)a lebih panjang dibanding

    opioid. 0fek analgesian)a akan mulai terasa dalam pemberian 2=2#% lama efek 

    analgesi$ adalah 9&" jam.

    9

    Asam traneksamat dan @it diberikan kepada pasien ini sebagai hemostati$

    untuk mengurangi perdarahan akibat operasi prostate$tom) dan hemorroide$tom).

    Asam traneksamat ini bekerja sebagai penghambat kompetitif dari a$ti@ator 

     plasminogen dan menghambat plasmin sehingga dapat mengurangi perdarahan )ang

    terjadi.6

    .3 Post o,!#ati6 

    Setelah operasi selesai% pasien ba*a ke RR. Pasien berbaring dengan posisikepala lebih tinggi untuk men$egah PDP/ ' post dural pun$tum heada$he (%

    karena efek obat anestesi masih ada. 4bser@asi tanda @ital dan pemberian

    oksigenasi tetap diberikan ,&3 liter=menit. Setelah keadaan umum stabil% maka

     pasien diba*a ke ruangan.

    BAB I8

    KESIMPULAN

    Seorang penderita bernama Tn. Ab. R berusia 53 tahun. Pasien merupakan

    rujukan dari RSUD Daud Arif. Pasien mengeluh sulit untuk BA sejak ! " bulan

    S#RS. Pan$aran ken$ing berkurang% ken$ing keluar sedikit&sedikit dan menetes% ada

    9,

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    43/46

    rasa tidak lampias setelah BA. Pasien harus mengedan terlebih dahulu baru air 

    ken$ing bisa keluar. BA berdarah '&(% ken$ing berpasir '&(% demam '&(. Pasien

    kemudian berobat ke Puskesmas dan dipasang selang ken$ing. Pasien juga

    mengeluhkan adan)a benjolan di anusn)a. Benjolan tersebut pada a*aln)a berukuranke$il )ang kemudian membesar% n)eri '+(% tetapi masih bisa dimasukkan lagi. Sejak !

    , bulan ini% benjolan tersebut keluar dan tidak dapat dimasukkan lagi% n)eri '&(% BAB

     berdarah '+( namun tidak sering% keluar darah segar. Setelah beberapa kali berobat ke

    Puskesmas% pasien dirujuk ke RSUD Daud Arif dan disana dikatakan sakit prostat dan

    ambein. Pasien kemudian dirujuk ke RSU Raden #attaher -ambi. Tidak terdapat

    ri*a)at sakit hipertensi% D#% Batuk lama ' TB (% asma% maupun alergi obat. amun

    terdapat ri*a)at merokok pasien. /asil pemeriksaan laboratorium darah dan 01dalam batas normal. amun dari hasil rontgen thorak terdapat kesan bron$hitis

    kronik. Dari hasil pemeriksaan di bagian Bedah ditegakkan diagnosa Benign Prostat

    /)pertroph) dan /emorroid 2nterna grade 2. Penderita diren$anakan operasi elektif 

     pada tanggal ,3 4ktober ,63.

    Setelah dilakukan pemeriksaan diatas% maka disimpulkan bah*a kondisi

     penderita tersebut termasuk dalam ASA 22 karena pasien dengan pen)akit sistemik 

    ringan% dengan ri*a)at pen)akit paru 'bron$hitis kronik(. Ren$ana jenis anestesi )ang

    akan dilakukan )aitu anestesi regional dengan blok spinal 'spinal anestesi(.

    Anestesi dengan menggunakan 4bat anestesi lokal bupi@akain %5E 3$$%

    Ditambah morfin %6 mg dan klonidin %95mg dan % untuk premedikasi diberikan 2nj.

    Ranitidin 5 mg% inj. 4ndan$entron 9 mg. #edikasi 2ntra 4peratif diberikan 4ksigen

     asokanul , liter=menit% As. Traneksamat 5 mg dan @it . Untuk mengatasi n)eri

    digunakan ketorola$ seban)ak 3 mg.

    #onitor tekanan darah setiap 65 menit sekali untuk mengetahui penurunan

    tekanan darah )ang bermakna. Pada pasien hipertensi penurunan TD harus ditoleransidengan baik untuk men$egah terjadin)a hipoperfusi target organ. 0fek dari pemberian

    obat anestesi spinal adalah hipotensi% karena penurunan kerja s)araf spinal. /ipotensi

    terjadi bila penurunan tekanan darah sebesar ,&3E atau sistole 6 mm/g.

    93

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    44/46

    Setelah itu pasang kateter folle) untuk melihat output $airan )aitu seban)ak 

    6 $$. 4perasi dilakukan pukul 66.65 dengan TD 6"=> mm/g% 7 GG?= menit%

     pernafasan ,, ?= menit. Pukul 69.65 operasi selesai% diberikan ketorola$ 3 mg.

    Selama operasi jumlah $airan )ang telah diberikan adalah R: , ml% dan jumlah pengeluaran dari urin seban)ak 6 ml dan perdarahan ! 5 ml.

    2nstruksi post operasi dengan pasien diharuskan berbaring dengan posisi

    kepala lebih tinggi atau dengan menggunakan bantal 6?,9 jam kurang tepat untuk 

    men$egah PDP/ ' post dural pun$tum heada$he (% insidens PDP/ sedikit lebih tinggi

     pada kelompok pasien )ang tirah baring dibandingkan dengan kelompok )ang

    mobilisasi segera. arena itu saat ini pasien pas$a anestesia spinal prosedur ra*at

     jalan diinstruksikan untuk segera mobilisasi selain hambatan sensorik dan motorik regresi sempurna. 4bser@asi tanda @ital dan pemberian oksigenasi tetap diberikan ,&3

    liter=menit. Setelah keadaan umum stabil% maka pasien diba*a ke ruangan. Di

    ruangan% di obser@asi tanda @ital dan tanda perdarahan pas$a operasi.

    Spinal anestesi adalah pemberian obat anestetik lokal dengan $ara

    men)untikkan ke dalam ruang subarakhnoid. Pada pasien ini dilakukan spinal

    anestesi=Su/arachnoid lock #S0%  karena teknik ini digunakan untuk anestesi%

    terutama untuk operasi pada daerah ba*ah umbilikus.

    DAFTAR PUSTAKA

    6. -ong D dan Sjamsuhida)at R.  uku a5ar ,lmu edah. 0disi 3. -akarta 7 01;%

    ,66.

    99

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    45/46

    ,. #ansjoer A% Suprahaita% apita selekta edokteran% 0disi etiga% -ilid ,% #eida

    Ae$ulapius% Kakultas edokteran U2% -akarta% , 7 3,6&9.

    3. -usi /.D% Dahlan /.#% umpulan uliah 2lmu Bedah% 0disi Pertama% Penerbit

    Binarupa Aksara% Kakultas edokteran U2% -akarta% 6885 7 ,""&G6.9. oCar Rosemar) A% #oore Krederi$k A. S$h*artCs Prin$iples of Surger). >th

    0dition. Singapore 7 The #$1ra*&/ill ;ompanies%2n$8="688=6=8069G8.pdf . Diakses

    tanggal , o@ember ,63.

    95

    http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/ul208-02.htmhttp://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/ul208-02.htmhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6199/1/09E01479.pdfhttp://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/ul208-02.htmhttp://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/ul208-02.htmhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6199/1/09E01479.pdf

  • 8/17/2019 CRS ELITA

    46/46

    65. Pur*anto% dkk. D42 Data 4bat di 2ndonesia 0disi 6. -akarta 7 1rafidian

    #edipress. ,,.

    6". #uhiman #% Thaib # R% Sunatrio S% Dahlan R% Anestesiologi%Disusun Staf 

    Pengajar% Bagian Anestesiologi dan terapi 2ntensif K&U2% -akarta% 68>8.