12

Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Critical Review Mata Kuliah Pengembagnan Ekonomi Lokal

Citation preview

Page 1: Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara
Page 2: Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara

Critical Review Mata Kuliah Pembangunan Ekonomi Lokal

1 | P a g e

Judul : Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun

Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di

Kabupaten Jepara.

Penulis : Evi Yulia Purwanti

Nomor Jurnal dan Tahun : Media Ekonomi dan Manajemen Volume 23, Nomor 1,

Januari 2011, 146-157

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi saat ini membuat produk-produk industri dari negara lain dengan

mudah keluar masuk ke dalam negeri. Hal ini merupakan ancaman bagi produk dalam

negeri, terutama produk industri kecil, industri kecil yang tidak mampu mengisi peluang

dengan menciptakan produk unggulan. Industri kecil di Indonesia merupakan bagian

penting dari sistem perekonomian nasional karena berperan dalam mempercepat

pemerataan pertumbuhan ekonomi, dengan penyediaan lapangan kerja, peningkatan

pendapatan masyarakat, serta peningkatan perolehan devisa. Dalam konteks

Pembangunan Ekonomi Lokal (PEL), keberadaan industri kecil memiliki peranan penting.

Industri berkembang karena adanya semangat kewirausahaan lokal. Selain itu, aktivitas

ekonomi industri kecil lebih mengutamakan pemanfaatan sumber daya lokal, terutama

bahan baku dan tenaga kerjanya. Dengan demikian, keberadaan industri kecil berpotensi

sebagai penggerak tumbuhnya kegiatan ekonomi lokal di suatu wilayah.

Jurnal ini membahas tentang industri tenun Troso di Kabupaten Jepara dimana

tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik aktivitas

klaster, menganalisis bentuk keterkaitan aktivitas industri baik secara vertikal maupun

horizontal industri tenun Troso, serta menganalisis kendala dalam pengembangan klaster

industri tenun Troso dan pengembangan ekonomi lokal.

Industri tenun Troso merupakan salah satu industri di Kabupaten Jepara. Industri

tenun Troso merupakan usaha yang memiliki pertalian usaha yang bernilai (value chain)

dalam rangka menghasilkan suatu jenis produk, serta merupakan klaster unggulan yang

perlu didorong pertumbuhannya dalam upaya pengembangan ekonomi lokal Kabupaten

Jepara dan Provinsi Jawa Tengah.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari critical review ini adalah untuk meringkas dan mengevaluasi

tulisan pada jurnal yang berjudul “Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun

Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara”. Agar nantinya

dapat memberikan tinjauan dan evaluasi mengenai keunggulan dan kelemahan pada

jurnal tersebut.

Page 3: Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara

Critical Review Mata Kuliah Pembangunan Ekonomi Lokal

2 | P a g e

II. TINJAUAN LITERATUR

Dalam penyusunan jurnal “Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun

Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara” perlu adanya

tinjauan literatur yang dapat mendukung isi dari jurnal ini.

Porter (1998) menyebutkan bahwa klaster adalah konsentrasi dari kegiatan ekonomi

yang saling terkait dan lembaga penunjangnya, untuk jenis kegiatan ekonomi yang saling

berkaitan sebagai strategi untuk meningkatkan daya-saing. Pernyataan ini mempunyai

makna bahwa dalam sistem klaster dibutuhkan faktor pengikat yang diaktualisasikan

dalam bentuk integrasi antar sektor dan antar daerah.

Manfaat klaster menurut pendapat Scorsone (dalam Bhinukti, 2011), klaster industri

yang berbasis pada komunitas publik memiliki manfaat baik bagi industri itu sendiri

maupun bagi perekonomian di wilayahnya. Bagi industri, klaster membawa keuntungan

sebagai berikut :

1) Lokalisasi ekonomi. Melalui klaster, dengan memanfaatkan kedekatan lokasi, industri

yang menggunakan input (informasi, teknologi, atau layanan jasa) yang sama dapat

menekan biaya perolehan dalam penggunaan jasa tersebut.

2) Pemusatan tenaga kerja. Klaster akan menarik tenaga kerja dengan berbagai

keahlian yang dibutuhkan klaster tersebut, sehingga memudahkan dalam memenuhi

kebutuhan tenaga kerja dan mengurangi biaya pencarian tenaga kerja.

3) Akses pada pertukaran informasi dan patokan kinerja. Industri yang tergabung dalam

klaster dapat dengan mudah memonitor dan bertukar informasi mengenai kinerja

supplier dan nasabah potensial. Dorongan untuk inovasi dan teknologi akan

berdampak pada peningkatan dan perbaikan produk.

4) Produk komplemen. Karena kedekatan lokasi, produk dari satu pelaku klaster dapat

memiliki dampak penting bagi aktivitas usaha industri yang lain. Di samping itu,

kegiatan usaha yang saling melengkapi dapat bergabung dalam pemasaran

bersama.

Permasalahan yang sering dihadapi industri kecil dapat diperinci sebagai berikut :

a. Permasalahan di bidang Manajemen/ SDM, berkaitan dengan tingkat pendidikan yang

rendah, motivasi rendah, penguasaan teknologi,

b. Permasalahan di bidang Produksi, meliputi sejak bahan baku, proses produksi,

maupun ketika output (hasil produksi).

c. Permasalahan Pasar atau pemasarannya, meliputi keterbatasan pasar, distribusi

maupun luas pasar yang dituju.

d. Permasalahan Keuangan, berkaitan dengan keterbatasan modal, sulit mencari

tambahan modal dan juga keterbatasan dalam administrasi pembukuan/keuangan.

Page 4: Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara

Critical Review Mata Kuliah Pembangunan Ekonomi Lokal

3 | P a g e

e. Permasalahan iklim usaha yang kurang kondusif, berkaitan dengan peran pemerintah,

regulasi dan sebagainya.

Model Diamond Porter terdiri dari lima determinan (faktor-faktor yang menentukan),

antara lain :

1. Factor Conditions, yang mengacu pada input yang digunakan sebagai faktor industri

seperti tenaga kerja, sumber daya alam, modal, dan infrastruktur.

2. Demand Conditions, yang mengacu pada tersedianya pasar domestik yang berperan

menjadi elemen penting dalam menghasilkan daya saing.

3. Related and Supporting Industries, yang mengacu pada tersedianya serangkaian dan

adanya keterkaitan kuat antara industri pendukung dan perusahan, hubungan dan

dukungan ini bersifat positif yang berujung pada peningkatan daya saing perusahaan.

4. Firm Strategy, Structure, and Rivalry, yang mengacu pada stratefi dan struktur yang

ada pada sebagian besar perusahaan dan intensitas persaingan pada industri

tertentu.

5. Peran Pemerintah dan Chance, yang memiliki peran penting melalui kewenangan

dalam memberikan fasilitas, katalis, dan tatanan bagi industri.

III. REVIEW JURNAL

Penelitian yang dilakukan dalam jurnal ini berada di kawasan kluster unggulan Jawa

Tengah yaitu klaster tenun Troso yang terletak di Desa Troso Kabupaten Jepara.

Populasi pada penelitian ini adalah semua pihak yang terlibat dalam usaha tenun Troso

baik pengusaha, supplier bahan baku, subkontraktor, dan stakeholder lain. Karena

populasi penelitian responden bersifat heterogen, maka sampel yang dipilih harus

mewakili masing-masing aktivitas. Penelitian ini menggunakan teknik quota sampling.

Penelitian ini membahas seluk-beluk dari industri tenun Troso yang ada di

Kabupaten Jepara. Karakteristik dari industri tenun Troso dapat dilihat berdasarkan aspek

pemasaran, permodalan, promosi, dan sumber daya manusia, sebagai berikut.

Aspek Permodalan. Sebagian besar UKM tenun Troso menghadapi kesulitan modal

dalam pembiayaan produk tenun ikat. Kekuatan modal secara mandiri tidak dapat

menutupi besarnya kebutuhan biaya produksi. Besarnya biaya produksi yang

dibutuhkan tidak sebatas satu bulan saja, melainkan untuk tiga bulan. Ini terjadi

karena sistem pembayaran produksi yang bersifat jatuh tempo tiga bulan. Banyak

pengusaha tenun ikat Troso yang ingin meminjam dari bank, namun tidak tercapai.

Sebab, distribusi atau penyaluran modal dari lembaga perbankan belum memadai

dan belum merata. Modal yang dibutuhkan oleh seorang pengusaha tenun Troso

sangat besar hingga mencapai ratusan juta, padahal dana yang dimiliki lembaga

perbankan terbatas, tidak sebanding dengan banyaknya jumlah UKM Troso yang

Page 5: Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara

Critical Review Mata Kuliah Pembangunan Ekonomi Lokal

4 | P a g e

sampai tahun 2008 kurang lebih mencapai 250 unit. Selain dari lembaga perbankan,

peminjaman modal juga datang dari BUMN dan koperasi. Namun peluang ini belum

sepenuhnya ditangkap oleh pengusaha tenun ikat Troso karena belum meratanya

distribusi bantuan modal kerja dari BUMN serta peran semua koperasi belum cukup

memadai untuk memenuhi kebutuhan UKM tenun ikat.

Aspek Pemasaran. Jangkauan wilayah pemasaran tenun ikat Troso cukup luas,

mencapai hampir ke seluruh pulau besar di Indonesia, bahkan sampai ke manca

negara. Meskipun produk tenun ikat Troso banyak dikonsumsi oleh masyarakat

Indonesia, namun ternyata tenun ikat Troso sangat sulit dijumpai di pasar tradisional

Kabupaten Jepara sendiri. Masyarakat Jepara yang berdomisili di luar Desa Troso

tidak akan mendapatkan kain Troso jika tidak langsung datang ke Desa Troso,

dimana banyak dijumpai outlet maupun showroom. Kegiatan pemasaran secara aktif

dilakukan dengan berbagai cara, baik dalam bentuk penjualan secara eceran

maupun partai besar ke luar daerah. Tenun ikat Troso ini biasanya dipasarkan oleh

pedangan perantara yang berada di luar pulau, seperti di Bali. Memasarkan produk

secara pasif sebagai alternatif metode pemasaran tidak bisa dilakukan oleh

pengusaha skala kecil. memasarkan produk secara pasif biasa dilakukan oleh

pengusaha besar yang mampu membangun outlet atau showroom untuk menjaring

konsumen akhir, seperti pendatang, wisatawan, atau pembeli lokal.

Aspek Promosi. Tenun ikat Troso merupakan produk unggulan Kabupaten Jepara,

namun sebagian masyarakat Indonesia lebih mengenal dan menganggap tenun ikat

Troso sebagai produk khas masyarakat Bali atau NTT (Lombok). Oleh karena itu,

Pemda dan perusahaan tenun ikat Troso perlu giat untuk melakukan kegiatan

promosi, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Selain secara

intens mengikuti pameran secara bersama-sama, perusahaan tenun ikat Troso juga

perlu menjalankan kegiatan promosi secara mandiri, seperti dengan membuat situs

atau website resmi tentang produk unggulannya.

Aspek Tenaga Kerja. Industri tenun ikat Troso menyerap banyak tenaga kerja

karena sistem operasi setiap ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) membutuhkan

keterampilan tangan manusia secara langsung. Kecepatan, keterampilan, dan

kerapian seorang tenaga kerja untuk membuat selembar kain tenun akan terasah

seiring berjalannya waktu. Keterampilan tenaga kerja tenun tidak punya keterkaitan

langsung dengan tingkat pendidikan formal.

Rantai aktivitas produksi tenun ikat Troso diawali dengan pengadaan bahan baku,

yakni benang. Bahan baku benang tersebut didatangkan dari dalam dan luar negeri.

Pengadaan bahan baku benang biasanya ditangani oleh importer yang berdomisili di

Kabupaten Pekalongan dan Kota Bandung. Importir inilah yang menjadi perantara bagi

Page 6: Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara

Critical Review Mata Kuliah Pembangunan Ekonomi Lokal

5 | P a g e

produsen tenun ikat Troso dengan produsen benang luar negeri. Sementara bahan baku

yang berupa serat tumbuhan seperti serat nanas, serat kulit pisang, serat enceng gondok,

serat pandan atau lidi kelapa yang dibutuhkan oleh industri tenun ikat serat dan katun

didatangkan dari Kota Tegal atau Kota Salatiga, Kabupaten Magelang, Kota Surakarta,

dan Kabupaten Kudus. Sedangkan bahan penolong pembuat tenun ikat yang berupa

pewarna kain, malam/lilin, atau alat bantu kerja lain didapatkan dari banyak daerah

diantaranya Kota Semarang, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Kudus. Bahan-bahan

baku tersebut dibeli dalam frekuensi satu atau dua kali setiap bulannya untuk menghemat

biaya transportasi. Selama ini ketersediaan bahan baku (baik impor maupun produk lokal)

di pasaran cukup banyak untuk memenuhi permintaan para pengrajin, sehingga kapan

pun dan berapa pun jumlah yang dibutuhkan, pengrajin dapat memperolehnya dengan

segera. Pengrajin tidak pernah kesulitan untuk mendapatkannya dan tidak pernah

kehabisan.

Gambar 1 Tahapan Proses Produksi Tenun Ikat Troso

Sumber : Jurnal Media Ekonomi dan Manajemen “Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas

Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten

Jepara”

Selama ini kelemahan yang rata-rata dimiliki oleh UKM tenun Troso adalah

peralatan yang digunakan dalam proses produksi masih bersifat tradisional (ATBM).

Untuk proses produksi atau pembuatan kain, tidak bisa selamanya pengrajin

mengandalkan ATBM. Karena jika order naik tentu saja dibutuhkan mesin yang bisa

memproduksi kain dengan jumlah banyak dalam waktu singkat. Pembeli asing yang

tertarik akan keunikan tenun Troso umumnya memesan kain dalam jumlah besar, lebih

dari seribu meter, namun diberi tenggang waktu yang sangat singkat. Di satu sisi

mendapatkan order besar yang berarti mendapatkan keuntungan besar juga, namun di

sisi lain terkendala dengan keterbatasan faktor produksi, yakni modal kerja, jumlah ATBM,

dan jumlah tenaga kerja yang terbatas.

Pengetengan Frame Desain Tinta Ikat tali

rafia

Lepas tali Pewarnaan 1

Lepas tali rafia 1

Pewarnaan 2

Pengeringan Pengeringan

Pengeboman Pengerolan Tenun Kain ikat

Page 7: Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara

Critical Review Mata Kuliah Pembangunan Ekonomi Lokal

6 | P a g e

Berdasarkan karakteristik internal klaster industri yang dikemukakan oleh Van Djik

dan Sverrison (dalam Fujiyani, 2006), tipologi klaster inudstri tenun Troso di Kabupaten

Jepara berada dalam tahap kedua yaitu pengembangan orientasi pasar lokal. Pola

keterkaitan dalam klaster industri tenun Troso di Kabupaten Jepara didapat dari

keterkaitan aktivitas industri dan tingkat aktivitas dalam klaster industri tenun Troso.

a. Bentuk Keterkaitan Horizontal

Keterkaitan horizontal dalam klaster industri tenun Troso terbentuk antar kompetitor

(perusahaan dengan aktivitas yang sama), dimana stakeholder yang saling

berkompetisi adalah antar pengusaha besar/menengah dan antar pengusaha kecil/

subkontrak. Namun temuan di lapangan menunjukkan bahwa pengusaha kecil yang

berlaku sebagai subkontrak relatif sangat sedikit. Rata-rata pengusaha dalam klaster

tersebut bertindak sendiri-sendiri, tidak ada kerjasama dalam pengadaan bahan baku

dan produk. Bentuk kerjasama antar pengusaha besar/menengah dan antar pengrajin

kecil hanya sebatas sharing informasi.

b. Bentuk Keterkaitan Vertikal ke Belakang (Backward Linkage)

Hubungan aktivitas vertikal didominasi oleh keterkaitan dalam order barang/produksi

sesuai dengan rantai produksi. Keterkaitan aktivitas vertikal baik antara supplier bahan

baku – pengusaha besar maupun pengusaha dengan pembeli menunjukkan adanya

ketergantungan yang besar dari pengusaha – pengrajin dengan dua pelaku usaha

tersebut. Hal ini ditunjukkan jumlah aliran produksi yang besar, keterkaitan usaha,

kepastian persediaan bahan baku, dan keuntungan produksi.

c. Bentuk Keterkaitan Vertikal ke Depan (Forward Lingkage)

Keterkaitan aktivitas vertikal ke depan hanya didominasi oleh keterkaitan pengusaha/

pengrajin besar dengan pembeli. Ada keuntungan usaha dan promosi dalam

keterkaitan antara pengrajin besar dengan pembeli, namun kelemahan desain/motif

Troso tergantung dari permintaan pembeli dan posisi tawar relatif lemah, serta resiko

pembayaran yang ditanggung oleh pengrajin cukup berat. Sedangkan keterkaitan

antara subkontrak/pengrajin kecil dengan pengrajin besar hanya sebatas pemasaran,

dimana pengrajin kecil menitipkan produknya pada pengrajin besar yang rata-rata

sudah mempunyai outlet/showroom sendiri.

Kendala dalam pengembangan klaster tenun Troso ini adalah perkembangannya

stagnan dan seakan tidak berfungsi. Linkage yang dibangun industri di klaster tenun

Troso masih relatif lemah, karena keterbatasan pelaku usaha terutama pengrajin

kecil/subkontrak dalam membangun jejaring pemasaran dan masih tergantung pada

pengrajin besar. Kelemahan ini sangat dipengaruhi oleh keterbatasan social capital yang

dimiliki industri kecil, harga produk sangat fluktuatif karena tidak ada standar jaminan

mutu. Keterkaitan horizontal maupun vertikal yang baik akan melindungi pelaku usaha

Page 8: Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara

Critical Review Mata Kuliah Pembangunan Ekonomi Lokal

7 | P a g e

dari ketidakpastian pasar. Pola keterkaitan vertikal lebih mengarah pada ketergantungan

usaha, artinya keterkaitan usaha yang dilakukan lebih bersifat kerjasama satu arah dan

tidak mutualisme.

Partisipan dari para pengrajin terhadap pengembangan klaster masih sangat lemah,

dari 250 pengusaha hanya 15 yang menjadi anggota klaster. Hal ini dikarenakan para

pengrajin tidak merasakan adanya manfaat klaster karena fungsi klaster memang tidak

berjalan hanya sekedar sharing informasi, sedangkan keterkaitan yang lain tidak berjalan

sama sekali. Masing-masing pengusaha harus mencari bahan baku dan pemasaran

sendiri, sehingga keunggulan kompetitif dan komparatif apabila dalam bentuk klaster tidak

dirasakan sehingga membuat keengganan bergabung dalam kelompok klaster. Selain itu,

belum adanya pemahaman tentang apa dan bagaimana manfaat klaster. Para pengrajin

masih rancu dengan sentra industri, karena di Troso selain klaster juga ada sentra industri

Troso.

Munculnya konsentrasi kegiatan ekonomi tenun ikat di Desa Troso, mendorong pula

peningkatan kegiatan ekonomi yang berdampak positif bagi pembangunan eknomi lokal.

Sesuai teori pusat pertumbuhan bahwa di dalam sektor pembangunan akan muncul

leading industry yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu

daerah. Perkembangan industri tenun Troso memberikan dampak yang cukup besar bagi

pengembangan ekonomi lokal. Pada tahun 2008 terdapat 250 unit usaha dan mampu

menyerap 2.550 tenaga kerja. Perkembangan volume produksi yang cukup besar di tahun

2008 mencapai Rp. 12.754.818 meter persegi dengan nilai produksi mencapai Rp.

221.316.976.000 merupakan potensi yang cukup besar untuk pengembangan ekonomi

lokal di Kabupaten Jepara. Pengembangan Ekonomi Lokal (LED) sendiri adalah proses

partisipatif dimana masyarakat lokal dari berbagai sektor bekerja bersama-sama untuk

mendorong kegiatan perdagangan/komersial lokal sehingga terbentuk suatu ekonomi

yang tahan banting dan berkesinambungan.

IV. TINJAUAN KRITIS

Adapun kelebihan dan kelemahan yang ada pada jurnal ini. kelebihannya yaitu

pembahasan yang dijelaskan pada jurnal telah sesuai dengan tujuan awal yaitu

mengidentifikasi karakteristik, menganalisis bentuk keterkaitan aktivitas, serta

menganalisis kendala dalam pengembangan klaster industri dan pengembangan ekonomi

lokal. Pembahasan di dalam jurnal ini dijelaskan dengan sangat jelas dan dalam terkait

apa dan bagaimana industri klaster tenun Troso di Kabupaten Jepara. Terdapat juga

ilustrasi tahapan proses produksi tenun ikat Troso dalam jurnal, sehingga memudahkan

pembaca dalam memahaminya.

Page 9: Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara

Critical Review Mata Kuliah Pembangunan Ekonomi Lokal

8 | P a g e

Kelebihan dan kelemahan (kendala dan tantangan) dalam industri klaster tenun

Troso telah dibahas dengan sangat jelas. Sehingga nantinya hasil penelitian ini dapat

memudahkan pihak yang berkepentingan dalam mencari upaya-upaya yang tepat bagi

mengatasi kendala dan tantangan yang dihadapi oleh industri klaster tenun Troso

tersebut, sesuai dengan manfaat dari penelitian ini.

Sedangkan kelemahannya yaitu dalam mengidentifikasi karakteristik dari industri

tenun Troso hanya dilihat dari aspek pemasaran, permodalan, promosi, dan sumber daya

manusia. Tidak menggunakan model klaster seperti dalam tesis “Kajian Klaster Industri

Tahu di Kawasan Cibunti dengan Model Diamond Porter” yang disusun oleh Theresia

Essy Yulianti Amut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Theresia, dia menggunakan

salah satu dari model klaster yang ada, yaitu Model Diamond Porter. Model Diamond

Porter digunakannya dalam mengidentifikasi karakteristik klaster industri tahu di kawasan

Cibuntu. Model Diamond Porter adalah model yang paling cocok diterapkan, karena

dalam pelaksanaannya segala proses kegiatan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan

geografis. Akan lebih baik jika penelitian yang dilakukan pada industri klaster tenun Troso

menggunakan Model Diamond Porter agar dapat menghasilkan keluaran penelitian yang

sesuai dengan harapan dan lebih luas lagi.

V. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang didapat adalah :

Industri tenun Troso merupakan salah satu industri yang ada di Kabupaten Jepara,

serta merupakan klaster unggulan yang perlu didorong pertumbuhannya dalam

upaya pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa

Tengah.

Pengusaha tenun troso masih banyak yang tidak mendapatkan pinjaman modal

akibat dari belum memadai dan belum meratanya distribusi atau penyaluran modal

yang dilakukan oleh lembaga perbankan, BUMN, maupun koperasi.

Tenun Troso masih sulit dijumpai di pasar tradisional Kabupaten Jepara karena

kurangnya kegiatan pemasaran dan promosi yang dilakukan oleh para pengusaha

atau pengrajin tenun Troso itu sendiri.

Industri tenun Troso ini masih menggunakan sistem ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin)

yang mengakibatkan menyerap banyak tenaga kerja.

Bahan baku yang digunakan oleh industri tenun troso kebanyakan dari dalam negeri.

Sehingga dapat meminimalisir biaya produksi dan melestarikan sumber daya alam di

Indonesia yang ada.

Page 10: Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara

Critical Review Mata Kuliah Pembangunan Ekonomi Lokal

9 | P a g e

VI. LESSON LEARNED

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka pelajaran yang dapat

diambil antara lain :

Penjelasan dari hasil penelitian harus sesuai dengan tujuan awal dari penelitian agar

tidak menyimpang dari apa yang akan diteliti dan dikaji.

Menyajikan gambar, tabel, atau ilustrasi perlu dalam suatu jurnal agar dapat

memberikan kemudahan pada pembaca dalam memahami.

Penjelasan terkait kelebihan dan kelemahan (kendala dan tantangan) yang dihadapi

pada objek penelitian diharapkan untuk dijabarkan secara jelas agar nantinya dapat

memudahkan pihak yang berkepentingan dalam mencari upaya yang tepat dalam

mengatasinya.

Dalam melakukan penelitian diharapkan dapat mengaplikasikan model ataupun teori

yang terkait agar dapat menghasilkan keluaran penelitian yang sesuai dengan

harapan dan lebih luas.

Page 11: Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara

Critical Review Mata Kuliah Pembangunan Ekonomi Lokal

10 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Amut, Theresia Essy Yulianti. (2008). Kajian Klaster Industri Tahu di Kawasan Cibuntu

dengan Model Diamond Porter. Bandung: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota,

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia.

Indaryani, Mamik, dkk. (2011). Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku Kain Seragam dengan

Menggunakan Pendekatan Kemampuan Pengusaha Berdasarkan Nota Berjalan

pada Kelompok Pengusaha Konveksi dan Bordir, Desa Padurenan, Kecamatan

Gebog, Kabupaten Kudus. Laporan penelitian [Unpublished].

Islami, Fitrah Sari. (2014). Analisis Pola Klaster, Formasi Keterkaitan dan Orientasi Pasar

(Sentra Industri Krupuk Mie Desa Harjosari Lor Kecamatan Adiwerna Kabupaten

Tegal). Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro.

Nurseto, Tejo. (2004). Srategi Menumbuhkan Wirausaha Kecil Menengah yang Tangguh.

Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Volume 1, Nomor 1.

Purwanti, Evi Yulia. (2011). Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso

Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara. Jurnal Media

Ekonomi dan Manajemen, Volume 23, Nomor 1.

Zaman, Balukia Badru. (2014). Dampak Ekonomi Kegiatan Industri Konveksi Terhadap

Perekonomian Lokal di Kecamatan Soreang. Bandung: Teknik Planologi,

Universitas Pasundan.

Page 12: Critical Review Jurnal Kajian Pola Keterkaitan Aktivitas Klaster Industri Tenun Troso Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Jepara

LAMPIRAN