Upload
muflikhasofiana
View
3
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
critical appraisal adalah
Citation preview
Critical AppraisalANALISIS VIA
Validity:
a. Design: Randomized Control Trial
b. Populasi dan sampel: Pasien marasmus dengan BB/TB ≤−3 SD
(berdasarkan kriteria WHO) yang berusia 6-59 bulan di DMCH dari bulan
Juli 2009 sampai Juni 2010.
c. Pengumpulan sampel: purposive sampling
d. Blind: double blind (+) diambil secara acak dari delapan kotak protokol
dengan metode lotre.
Importance:
a. Karakteristik subjek: Kedua kelompok memiliki proporsi yang hampir
sama pada keluhan dehidrasi, hipoglikemia, oral thrush, infeksi mata,
perubahan pada rambut, diare, demam, dan batuk.
b. Drop out: (-)
c. Analisis: Data yang terkumpul dianalisis secara menyeluruh oleh program
SPSS Versi 16.0 software. Sebagai tambahan statistik deskriptif seperti
tabulasi frekuensi, nilai mean, standar deviasi; Uji chi-square untuk
variabel kualitatif dan uji t ntuk variabel kontinyu yang diterapkan untuk
menentukan signifikansi statistik.
d. Nilai P: Bermakna secara statistik (P<0,02) pada rata-rata kenaikan berat
badan dalam gm/kg/hari, jumlah makanan yang dibutuhkan perpasien (F-
75), dan biaya pengobatan pasien.
Applicability:
a. Apakah regimen DMCH dapat diterapkan di Indonesia?
Ya, Indonesia kaya akan sumber daya alamnya, yang memungkinkan
untuk dapat diterapkannya regimen DMCH.
b. Apakah regimen DMCH dapat diaplikasikan ke pasien?
Menurut kami, regimen DMCH dapat diaplikasikan di RSAM. Hanya saja,
kemungkinan dalam pengelolaan dan penatalksanaannya akan sangat sulit
apabila tidak adanya kerja sama pemerintah, pihak rumah sakit, maupun
masyarakat.
c. Apakah pasien kita mempunyai potensi yang menguntungkan atau
merugikan jika terapi tersebut diterapkan?
Menurut kami, apabila terapi tersebut diterapkan akan sangat
menguntungkan karena hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya
pengobatan regimen DMCH lebih rendah dibandingkan regimen WHO,
mengingat masih banyaknya kasus gizi buruk di Indonesia yang
diakibatkan status ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia yang masih
rendah.
ANALISIS PICO
Problem : Pada negara dengan sumber daya terbatas seperti Bangladesh, sulit
untuk menerapkan protokol WHO dengan benar. Dhaka Medis College Hospital
memiliki protokol sendiri untuk manajemen gizi buruk, sehingga mereka ingin
membandingkan efektivitas regimen terapi DMCH yang berbasis kacang-
kacangan lokal yang dimiliki Bangladesh dengan regimen terapi WHO.
Patient :
Populasi:
Semua pasien DMCH dari bulan Juli 2009 sampai Juni 2010. Terdapat 60 pasien
marasmus (berdasarkan kriteria WHO) di rumah sakit dengan usia 6-59 bulan.
Sampel:
Kriteria inklusi: 60 pasien marasmus dengan BB/TB ≤ −3 SD berdasarkan kriteria
WHO.
Kriteria eksklusi: Anak-anak dengan kelainan kongenital, kesulitan makan dan bi-
pedal edema, anemia berat, dehidrasi berat, TB, gagal jantung kongestif dengan
syok, anak sakit kritis yang membutuhkan ventilator, sianosis dengan saturasi
oksigen 40%, RR> 80 kali/menit, retraksi berat, dan dengan stress pernafasan
berat saat masuk rumah sakit.
Intervention :
Anak yang terdaftar secara acak dibagi menjadi dua kelompok, dan diberikan
dengan salah satu formula makanan (pengaturan DMCH atau pengaturan WHO)
secara acak oleh delapan kotak dengan metode lotre. Kedua kelompok dikelola
dalam dua fase yaitu tahap awal dan tahap rehabilitasi. Pada tahap awal digunakan
starter formula dan selama fase rehabilitasi diberikan catch-up formula. Selama
fase rehabilitasi kedua kelompok pasien diberi makanan tambahan seperti buah-
buahan dan telur serta susu ASI. Selain itu, diberikan stimulasi riang, terapi
bermain terstruktur untuk setidaknya 30 menit per hari di taman bermain Ashic,
aktivitas fisik dan perawatan dengan penuh kasih sayang. Pendidikan gizi bagi ibu
dan pengasuh diberikan, anak-anak yang belum diimunisasi dilakukan imunisasi
dan pemberhentian dilakukan setelah memenuhi kriteria. Follow up yang
diberikan setiap dua belas jam dilakukan oleh penulis.
Pengaturan diet
Mineral dicampur dengan Pengaturan diet WHO. Elektrolit dan mineral telah
disediakan secara terpisah dari sumber daya yang tersedia secara lokal di
kelompok DMCH. Kalium 3-4 mmol/kg/hari, Magnesium 0,4-0,6 mmol/kg/hari,
Suplemen multivitamin, folat 1 mg asam/hari (5mg pada hari pertama), Zinc
2mg/kg/hari, Besi elemental 3mg/kg/hari diberi hanya sekali saat anak mulai
bertambah berat badan biasanya untuk hari 7. 20ml larutan mineral elektrolit
ditambahkan untuk 1000ml dari makanan susu.
Comparison:
Pengaturan diet
Outcomes:
Karakteristik pasien:
Tabel 1: Karakteristik Dasar
Parameter DMCH WHOT
AnalisisRata-rata SD Rata-rata SD Nilai P
Umur (Bulan) 17,39 8,58 21,50 12,78 1,46 0,150Berat (Kg) 5,06 1,28 5,83 1,51 2,13 0,057Panjang (Cm) 67,53 6,19 71,05 8,34 1,85 0,069Lingkar lengan atas
9,82 1,12 10,18 0,89 1,35 0,182
Tabel 2: Distribusi Jenis Kelamin dan Tempat Tinggal
DMCH WHO Total AnalisisJenis KelaminLaki-laki 14 (46.7% ) 13 (43.3% ) 27 (45.0% ) Ç2=.07 p=.79
Perempuan 16 (53.3% 17(56.7% ) 33 (55.0% )Tempat TinggalPerkotaan 5 (16.7% ) 3 (10.0% ) 8 (13.3% ) Ç2=.59 p=.75Daerah Kumuh 22 (73.3% ) 24 (80.0% ) 46 (76.7% )Pedesaan 03 (10.0% ) 3 (10.0% ) 6 (10.0% )
Tabel 3. Karakteristik Anak
Nilai DMCH WHO Total AnalysisJumlah Anak2 26(86.6%) 28(93.4%) 27(90.0%) Ç2=2.07;>2 04(13.4%) 02(06.7%) 06(10.0%) P=.56ASI EkslusifYa 11(39.7%) 13(43.3%) 24(40.0%) Ç2=5.08;Tidak 19(60.3%) 17(56.7%) 36(60.0%) P=.21Makanan Pendamping3 bulan 06(20.0%) 11(36.7%) 17(28.3%) Ç2=2.39;4-6 bulan 11(36.7%) 07(23.3%) 18(30.0%) P=.30>6 bula 13(43.3%) 12(40.0%) 25(41.7%)Susu FormulaDari umur 6 bulan 09(30.0% ) 19(66.7% ) 25(41.7% ) Ç2=4.86;Sejak lahir 21 (70.0%) 10(33.3%) 31(51.7%) P=.073ImunisasiLengkap 17(58.6%) 16(53.3%) 33(55.9%) Ç2=.783Tidak Lengkap 12(41.3% ) 14(46.7% ) 13(44.0% ) P=.676Suplemen Vit AYa 25(83.3%) 26(86.7%) 51(85.0%) Ç2=.313Tidak 05(16.7%) 04(13.3%) 09(15.0%) P=.717
Hasil Pengobatan dan Kebutuhan Logistik
Pada rejimen DMCH kenaikan berat badan lebih tinggi sekitar 2,6 gm/kg dan
membutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk mengembalikan keceriaan dan
selera makan. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai target berat badan memang
tidak berbeda secara statistik namun rata-rata waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan target berat badan pada DMCH lebih cepat satu hari. Jumlah total F-
75 yang diperlukan pada kelompok DMCH lebih sedikit dan signifikan secara
statisitik (p<0,05). Jumlah F-100 yang diperlukan juga lebih sedikit pada
kelompok DMCH walaupun tidak signifikan secara statistik. Biaya per-kapita
(p<0,001) dan biaya perhari (p<0,001) pada pengobatan dengan rejimen DMCH
secara statistik lebih rendah secara signifikan (Tabel 4)
Tabel 4: Komparasi hasil dan kebutuhan logistik
Variabel DMCH WHO AnalisisRata-rata SD Rata-rata SD t P Value
Indikator Hasil PengobatanWaktu untuk mencapai target berat badan (hari)
13,4 4,4 3,5 -1,2 -1,2 0,245
Rata-rata kenaikan berat badan dalam gm/kg/hari
16,9 3,9 4,3 2,4 2,4 *0,022
Selera makan kembali (hari)
3,9 1,3 1,1 -1,9 -1,9 0,062
Senyuman kembali (hari) 3,5 1,2 1,3 -3,3 -3,3 *0,002Jumlah makanan yang dibutuhkan perpasienF-75 dalam ml 2390,3 907,1 3075,5 1312,8 2,514 *0,015F-100 dalam ml 9564,0 4020,6 10700,0 4743,1 1,625 0,110Biaya Pengobatan (Taka/Pasien)Biaya total 498,7 214,5 763,7 309,2 4,278 *0,001Biaya perhari 35,2 9,3 52,3 13,2 6,022 *0,001*Signifikan secara statistik
Keterbatasan penelitian:
Salah satu keterbatasan utama dari penelitian ini adalah jumlah sampel yang kecil
ukuran, jumlah anak yang diobati dengan regimen ini cukup kecil untuk dapat
memungkinkan mengambil kesimpulan yang pasti tentang khasiat. Blind Methode
tidak bisa dilakukan karena informasi mengenai bahan makanan tidak bisa
disembunyikan sehingga meninggalkan potensial bias pengamatan. Dengan tetap
mempertimbangkan keterbatasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kacang
berbasis protokol DMCH bisa digunakan dalam pengobatan marasmus gizi di usia
6 bulan kelompok untuk 59 bulan di fasilitas tersebut.