13
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CORPUS ALIENUM DI POLI MATA RSD dr. SOEBANDI JEMBER oleh Irma Zuhrotu La!" Ma#a$ S.K%&. NIM '()*'''('(** PROGRAM PENDIDIKAN PRO+ESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNI,ERSITAS JEMBER )('-

Corpus Alineum Polimata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

corpus

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CORPUS ALIENUM

DI POLI MATA RSD dr. SOEBANDI JEMBERoleh

Irma Zuhrotul Laily Masa, S.Kep.

NIM 102311101033PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015A. KONSEP PENYAKIT

1. PENGERTIAN

Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Trauma mata adalah cidera mata yang dapat mengakibatkan kelainan mata (mangunkusumo, 1988). Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.

Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri. Bila ini berada pada segmen depan dari bola mata, hal ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam segmen belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari ketiga perubahan sebagai berikut:

a. Mecanical effect

Benda yang masuk ke dalam bola mata hingga melalui kornea ataupun sklera. Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi anterior dan mengendap ke dasar. Bila kecil sekali dapat mengendap di dalam sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan kalau mengenai lensa mata akan terjadi catarack, traumatic. Benda ini bisa juga tinggal di dalam corpus vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya kelihatan sebagai bagian yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan sel-sel darah merah, akhirnya terjadi degenerasi retina.b. Permulaan terjadinya proses infeksi

Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul infeksi. Corpus vitreus dan lensa dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman sehingga sering timbul infeksi supuratif ataupun infeksi kuman tetanus.

c. Terjadi perubahan-perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi (reaction of ocular tissue).2. ETIOLOGI

Trauma mata dapat terjadi secara mekanik dan non mekanik

a. Mekanik, meliputi :

1) Trauma oleh benda tumpul, misalnya :

a) Terkena tonjokan tangan

b) Terkena lemparan batu

c) Terkena lemparan bola

d) Terkena jepretan ketapel, dan lain-lain

2) Trauma oleh benda tajam, misalnya:

a) Terkena pecahan kaca

b) Terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu

c) Terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin tenun.

3) Trauma oleh benda asing, misalnya:

Kelilipan pasir, tanah, abu gosok dan lain-lain

b. Non Mekanik, meliputi :

1) Trauma oleh bahan kimia:

a) Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras

b) Coustic soda, kaporit, jodium tincture, baygon

c) Bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, minyak putih

2) Trauma termik (hipermetik)

a) Terkena percikan api

b) Terkena air panas3) Trauma Radiasi

a) Sinar ultra violet

b) Sinar infra merah

c) Sinar ionisasi dan sinar X

3. PATOFISIOLOGI

Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non mekanik, semua ini menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya trauma mata. Trauma mata yang diakibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan bola mata akan menimbulkan suatu atau berbagai akibat klasik seperti: rasa sakit akibat trauma, gangguan penglihatan berupa penglihatan kabur, perabengkalan, perdarahan atau luka terbuka dan bentuk mata berubah.

Trauma yang diakibatkan oleh cidera non mekanik pada bola mata akan menimbulkan berbagai akibat seperti: erosi epitel kornea, kekeruhan kornea. Bila pada cidera radiasi juga terjadi efek kumulasi. Bila radiasi berkurang maka lesi terimis yang ditimbulkan sinar red (irivisible rays) dapat berupa kekeruhan kornea, atratosi iris, katarak.

4. TANDA DAN GEJALAa. Penurunan ketajaman penglihatanb. Adanya kelainan disekitar mata, seperti :

1) Adanya perdarahan sekitar mata

2) Pembengkakan di dahi, pipi dan hidung

c. Adanya eksuftalmos dan gangguan gerak bola mata akibat perdarahan di dalam rongga orbitad. Adanya hematom dan edema pada kelopak matae. Konjungtiva akan tampak merah dengan batas tegas

f. Terjadi erosi kornea

g. Pupil akan menyempit, dapat juga juga melebar dan reaksi terhadap cahaya akan menjadi lembat atau hilang

h. Timbul raptur yang tidak langsung pada kapsul lensai. Edema retinaj. Perubahan tekanan bola matak. Terjadi gangguan gerak bola mata, kelopak mata tidak dapat menutup atau tidak dapat membuka dengan jelas. l. Lesi termis ditimbulkan oleh sinar infra red berupa : kekeruhan kornea, atrati, iris, kerusakan macula karena berfokusnya sinar pada mocula, jaringan berpigmen seperti ovea dan retina lebih mudah mengalami kerusakanm. Lesi obiotik ditimbulkan oleh UV (ultra violet): setelah periode laten terlihat eriterna yang terbatas jelas hanya pada daerah yang teriritasin. Lesi ionisasi ditimbulkan oleh sinar X; terjadi perubahan vaskulariasi, korpus siliarsis menjadi edema dan dilatasi yang mengakibatkan terjadinya glaukoma.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan pada kasus trauma mata dilakukan baik secara subyektif maupun obyektif.

1) Pemeriksaan subyektif

Pemeriksaan ketajaman penglihatan. Hal ini berkaitan dengan pembuatan visum et repertum. Pada pasien yang ketajamannya menurun, dilakukan pemeriksaan retraksi untuk mengetahui bahwa penurunan penglihatan mungkin bukan disebabkan oleh trauma tetapi oleh kelainan retraksi yang sudah ada sebelum trauma (Widodo, 2000).2) Pemeriksaan Obyektif

Saat melakukan inspeksi sudah dapat diketahui adanya kelainan di sekitar mata seperti adanya perdarahan sekitar mata. Pembengkakan di dahi, pipi, hidung dan lain-lain yang diperiksa pada kasus trauma mata ialah: keadaan kelopak mata, kornea, bilik mata depan, pupil, lensa dan tundus, gerakan bola mata dan tekanan bola mata. Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan sentolop, loupe slit lamp dan atlalmoskop (Widodo, 2000).

b. Pemeriksaan Khusus

1) Pembiakan kuman dari benda yang merupakan penyebab trauma untuk menjadi petunjuk pemberian obat antobiotik pencegah infeksi.

2) Pemeriksaan radiologi foto orbita

Untuk melihat adanya benda asing yang radioopak, bila ada dilakukan pemeriksaan dengan lensa kontak combrang dan dapat ditentukan apakah benda asing intra okuler atau ektra okuler.

3) Pemeriksaan ERG: untuk mengetahui fungsi retina yang rusak atau yang masih ada.4) Pemeriksaan VER: untuk melihat fungsi jalur penglihatan pusat penglihatan.6. PENANGANAN

a. Trauma Mata Benda Tumpul

Penanganan ditekankan pada utama yang menyertainya dan penilaian terhadap ketajaman penglihatan. Setiap penurunan ketajaman penglihatan tanda mutlak untuk melakukan rujukan kepada dokter ahli mata (Mangunkusumo, 2000). Pemberian pertolongan pertama berupa:

1) Obat-obatan analgetik: untuk mengurangi rasa sakit. Untuk pemeriksaan mata dapat diberikan lokal anastesi: Pantokain 0,5% atau tetracain 0,5% - 1,0 %.

2) Pemberian obat-obat anti perdarahan dan pembengkakan3) Memberikan moral support agar pasien tenang4) Evaluasi ketajaman penglihatan mata yang sehat dan mata yang terkena trauma5) Dalam hal hifema ringan (adanya darah segar dalam bilik mata depan) tanpa penyulit segera ditangani dengan tindakan perawatan:

a) Tutup kedua bola mata

b) Tidur dengan posisi kepala agar lebih tinggi

c) Evaluasi ketajaman penglihatan

d) Evaluasi tekanan bola mata

6) Setiap penurunan ketajaman penglihatan atau keragu-raguan mengenai mata pasien sebaiknya segera di rujuk ke dokter ahli mata.

b. Trauma mata benda tajam

Keadaan trauma mata ini harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya; infeksi, siderosis, kalkosis dan atlalmia dan simpatika. Pertimbangan tindakan bertujuan :

1) Mempertahankan bola mata

2) Mempertahankan penglihatan

Bila terdapat benda asing dalam bola mata, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada pasien diberikan:

1) Antibiotik spectrum luas

2) Analgetik dan sedotiva

3) Dilakukan tindakan pembedahan pada luka yang terbuka

c. Trauma mata benda asing

1) Ekstra Okular

a) Tetes mata

b) Bila benda asing dalam forniks bawah, angkat dengan swab.

c) Bila dalam farniks atas, lipat kelopak mata dan angkat

d) Bila tertanam dalam konjungtiva, gunakan anestesi local dan angkat dengan jarum

e) Bila dalam kornea, geraka anestesi local, kemudian dengan hat-hati dan dengan keadaan yang sangat baik termasuk cahaya yang baik, angkat dengan jarum.

f) Pada kasus ulerasi gunakan midriatikum bersama dengan antibiotic local selama beberapa hari.

g) Untuk benda asing logam yang terlalu dalam, diangkat dengan jarum, bisa juga dengan menggunakan magnet.2) Intra okuler

a) Pemberian antitetanus

b) Antibiotikc) Benda yang intert dapat dibiarkan bila tidak menybabkan iritasi

d. Trauma mata bahan kimia

1) Trauma alkali

a) Segera lakukan irigasi selama 30 menit sebanyak 2000 ml; bila dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik.

b) Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi bisa dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas lokmus; pH normal air mata 7,3

c) Diberi antibiotik dan lakukan debridement untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunie.

d) Diberi sikoplegik karena terdapatnya iritis dan sineksis posterior

e) Beta bloker dan diamox untuk mengatasi glukoma yang terjadi

f) Steroid diberikan untuk menekan radang akibat denoturasi kimia dan kerusakan jaringan kornea dan konjungtiva namun diberikan secara hati-hati karena steroid menghambat penyembuhan.

g) Kolagenase intibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek kolagenase.

h) Vitamin C diberikan karena perlu untuk pembentukan jaringan kolagen.

i) Diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek.

j) Karataplasti dilakukan bila kekerutan kornea sangat menganggu penglihatan.

2) Trauma Asam

a) Irigasi segera dengan gara fisiologis atau air.

b) Control pH air mata untuk melihat apakah sudah normal

c) Selanjutnya pertimbangan pengobatan sama dengan pengobatan yang diberikan pada trauma alkaliTindakan pada trauma kimia dapat juga tergantung dari 4 fase peristiwa, yaitu:

1) Fase kejadian (immediate)

Tujuan dari tindakan adalah untuk menghilangkan materi penyebab sebersih mungkin, yaitu meliputi:

Pembilasan dengan segera, denan anestesi tapical terlebih dahulu.

Pembilasan dengan larutan non toxic (NaCl 0,9% ringer lastat dan sebagainya) sampai pH air mata kembali normal.

2) Fase Akut (sampai hari ke-7)

Tujuan tindakan adalah mencegah terjadinya penyulit dengan prinsip sebagai berikut:

Mempercepat proses re-epitelisasi kornea

Mengontrol tingkat peradangan

Mencegah infeksi sekunder

Mencegah peningkatan tekanan bola mata

Suplemen/ antioksidan

Tindakan pembedahan

3) Fase Pemulihan Dini (early repair : hari ke 7 21)

Tujuannya membatasi penyakit setelah fase 2

4) Fase pemulihan akhir (late repair : setelah hari ke 21)

Tujuannya adalah rehabilitasi fungsi penglihatane. Trauma Mata Termik (hipertemik)

Daerah yang terkena dicuci dengan larutan steril dan diolesi dengan salep atau kasa yang menggunakan jel. Petroleum setelah itu ditutup dengan verban steril.

f. Trauma Mata Radiasi

Bila panas merusak kornea dan konjungtiva maka diberi pada mata

Lokal anastesik

Kompres dingin

Antibiotika lokalB. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Data biografi (meliputi identitas pasien seperti: nama, jenis kelamin, pekerjaan, agama)

b. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer pasien seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata, mata basah, pandangan ganda, bercak dibelakang mata dan lain-lain.

c. Riwayat penyakit apa yang terakhir di derita oleh pasien

1) Masa anak

: Strabismus, ambliopia, cedera

2) Dewasa

: Glaukoma, katarak, cidera/ trauma mata.

3) Penyakit keluarga: Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga

d. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan bagian luar mata

a) Posisi mata : dikaji simetris/ tidak. Apakah ada exaptalamus

b) Alis mata bulu mata dan kelopak mata. Respon tutup mata dan berkedip.

2) Inspeksi area antara kelopak mata bawah dan atas apakah bebas ederma.3) Inspeksi sklera dan konjugtiva: melihat warna, perubahan tekstur dan lain-lain.

4) Iris dan pupil diinspeksi normalnya saat diberikan cahaya. Iris kontraksi dan nervus optikus terstimulasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan penurunan visus

b) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (biologis, zat kimia, fisik) c) Resiko cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatand) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No.Diagnosa keperawatanTujuan dan Kriteria HasilIntervensi Rasional

1.Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori

NOC : improve visual acuity

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka sensori penglihatan pasien normal

Kriteria Hasil :

Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

NIC : optimal visuala. Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat. Observasi tanda-tanda disorientasi.b. Orientasikan klien tehadap lingkungan.

c. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.

d. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.

e. Berikan lingkungan yang aman bagi pasien

f. Kolaborasikan tata lakasana pada klien: kacamata, kontak lensa dllg. Ajarkan penggunaan alat koreksi yang benar

a. Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.b. Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.c. Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilatord. Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah diterima dengan jelas.e. Mencegah cedera pada pasienf. Membantu refraksi cahaya agar normal

g. Mencegah gangguan refraksi cahaya lebih lanjut

2Nyeri akut

berhubungan dengan agen cedera (biologis, kimia, fisik)

NOC: pain level dan pain control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka pasien dapat mengontrol nyerinya

Kriteria Hasil:

Pasien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri dan mampu menggunakan tehknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi)

menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC: Pain Managament

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas)

b. Kontrol lingkungan pasien yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan

c. Ajarkan tentang tekhnik non farmakologi seperti teknik relaksasi nafas dalamd. Tingkatkan istirahat

e. Evaluasi keefektifan control nyeri

f. Kolaborasi pemberian analgetik

a. 2.1 Mengetahui skala nyeri yang dirasakan pasienb. 2.2 Memberikan kenyamanan bagi pasienc. 2.3 Mengalihkan rasa nyeri yang dirasakan pasiend. 2.4 Manajemen energi pasiene. 2.5 Mengevaluasi hasil tindakan dan menentukan intervensi lanjutanf. 2.6 Meringankan nyeri

3.Resiko cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan

NOC : risk control

selama 2x24 jam diberikan tindakan keperawatan maka pasien dapat mencegah terjadinya risiko cedera

Kriteria Hasil :

Klien terbebas dari cedera Klien mampu mencegah cedera

NIC : environment managementa. Sediakan lingkungan yang aman bagi pasien

b. Berikan penjelasan pada pasien tentang status kesehatannya

c. Hindarkan lingkungan yang berbahaya (memindah perabotan)

d. Anjurkan keluarga untuk menemani pasien

e. Mengontrol lingkungan dari kebisingan

f. Kolaborasi untuk menejemen lingkungan yang amana. Mencegah terjadinya cederab. Agar pasien mengerti dan bisa berhati-hatic. Memberikan ruang gerak yang luas bagi pasiend. Meningkatkan koping pasien.

e. Memberikan kenyamanan bagi pasienf. Memberikan lingkungan yang aman bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA

Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGCJoanne McCloskey Dochterman & Gloria M. Bulechek. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC) Fourth Edition. Mosby: United States AmericaIlyas S. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.Smeltzer, S. C., Bare, B. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.