Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial Performance
dan Firm Value pada Perusahaan Farmasi di BEI
Luluk Musfiroh
Alumni Maksi UPN Jawa Timur
Dhani Ichsanuddin N.
Dwi Suhartini Dosen UPN Jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar, Surabaya, Jawa Timur 60294
Abstract
This study aims to examine the effect of corporate governance, intellectual capital on firm value
with financial performance as an intervening variable in Pharmaceutical companies in Indonesia Stock
Exchange in period 2011-2015. The sample was chosen using purposive sampling method and obtained
35 financial statements and company annual report to be sampled. Data analysis used is path analysis
with SPSS 23. The results of this study indicate that managerial ownership, institutional ownership and
intellectual capital have a negative effect to firm value. Independent commissioners and audit committees
have no effect to the firm value. Financial performance is not an intervening variable between managerial
ownership, institutional ownership, independent commissioner and audit committee to firm value, but
financial performance is an intervening variable between intellectual capital to firm value. Financial
performance has an effect to firm value.
Keywords: Corporate Governance, Financial Performance, Firm Value, Intellectual Capital
Pendahuluan
Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) di Indonesia resmi diberlakukan
sejak awal 2016, konsekuensinya
persaingan usaha semakin ketat baik
dalam domestik maupun luar negeri.
Persaingan yang semakin ketat menuntut
perusahaan berlomba-lomba dalam
menarik minat investor untuk
berinvestasi agar perusahaan dapat
mempertahankan usahanya (going
concern), menjadi kuat dan besar. Salah
satu cara perusahaan dalam menarik
investor dengan meningkatkan nilai
perusahaan.
Rasio Tobin’s q adalah salah satu
model analisis keuangan yang digunakan
untuk menilai kinerja perusahaan
melalui potensi perkembangan harga
saham, potensi kemampuan manajer
dalam mengelola aktiva perusahaan dan
potensi pertumbuhan investasi
(Sudiyatno & Puspitasari, 2010).
Berikut ini adalah nilai perusahaan
dari perusahaan farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-
2015 yang dihitung dengan rasio tobin’s
q yang dikembangkan oleh White at. al
(2002): Tabel 1
Nilai Perusahaan Farmasi
Kode 2012 2013 2014 2015
DVLA 1,63 1,87 1,43 1,04
INAF 0,90 0,59 0,92 0,59
KAEF 1,75 1,24 2,19 1,35
MERK 4,93 5,01 4,26 3,96
PYFA 0,78 0,62 0,60 0,54
SCPI 0,62 0,57 0,55 0,52
SQBB 0,36 0,35 0,34 0,36
TSPC 3,05 2,33 2,03 1,19
Rata-
rata 1,75 1,57 1,54 1,19
Sumber: data BEI yang sudah diolah
15
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata
nilai perusahaan farmasi tahun dari tahun
2012-2015 mengalami penurunan yang
terus menerus, rata-rata nilai
perusahaantahun 2012 sebesar 1.75
menjadi 1.19 ditahun 2015. Rata-rata nilai
industri berkisar di angka 1, Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan saat
ini dalam keadaan rata-rata dimana
potensi pertumbuhan investasi tidak
berkembang dan manajemen stagnan
dalam mengelola aktiva.
Jensen & Meckling (1976)
menjelaskan bahwa dalam proses
memaksimalkan nilai perusahaan akan
muncul konflik kepentingan antara
manajer dan pemegang saham yang sering
disebut agency problem. Good Corporate
Governance menurut peraturan Otoritas
Jasa Keuangan nomor 30 tahun 2014
pasal 1 ayat 7 merupakan struktur dan
proses yang digunakan dan diterapkan
organ perusahaan untuk meningkatkan
pencapaian sasaran hasil usaha dan
mengoptimalkan nilai perusahaan bagi
seluruh pemangku kepentingan secara
akuntabel dan berlandaskan peraturan
perundang-undangan serta nilai-nilai
etika.
Peraturan saja tidak akan cukup bagi
perusahaan dalam mencapai keberlanjutan
dan kelestarian perusahaan
(sustainability), untuk itu diperlukan
sebuah ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi. Sistem ekonomi tidak lagi
didukung sumber daya alam yang
melimpah, sumber daya manusia yang
banyak, kekuatan modal suatu negara,
tetapi suatu gelombang ekonomi berbasis
pengetahuan (knowledge) (Massepe,
2016).
Modal intelektual terdiri dari human
capital, structure capital dan customer
capital akan memberikan keuntungan di
masa depan dengan pengaturan,
pemeliharaan dan pentransformasian
secara baik. Modal intelektual akan
mampu meningkatkan kepercayaan
investor dan meningkatkan kinerja
keuangan (Walidayni, 2017).
Penelitian tentang pengaruh modal
intelektual dan pengungkapan modal
intelektual terhadap kinerja dan nilai
perusahaan telah banyak dilakukan di
Indonesia, seperti penelitian yang
dilakukan oleh Alfinur (2016), Arifin dkk.
(2016), Nikmah dan Apriyanti (2016),
Asward dan Lina (2015), Nuryaman
(2015), Subagyo dan Lahagu (2013),
Subagyo (2014) dan Kawatu (2009).
Diantara hasil penelitian masih terdapat
hasil yang tidak konsisten.
Penelitian ini merupakan replikasi
dari penelitian yang dilakukan oleh
Kawatu (2009), perbedaan penelitian ini
terletak pada periode penelitian, untuk
variabel Corporate Governance
menambah variabel kepemilikan
institusional dan penambahan variabel
Intellectual Capital. Variabel Intellectual
Capital sangat penting terutama untuk
perusahaan farmasi yang membutuhkan
kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam memproduksi obat-
obatan. Perkembangan saat ini salah satu
perusahaan farmasi di Indonesia bekerja
sama dengan perusahaan asing dalam
membangun pabrik bahan baku obat yang
pertama di Indonesia dan akan beroperasi
tahun 2018 (Aliya, 2016).
Berdasarkan latar belakang, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1) Apakah kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
2) Apakah kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan?
3) Apakah kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
4) Apakah kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan?
16
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
5) Apakah komisaris independen
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
6) Apakah komisaris independen
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan?
7) Apakah komite audit berpengaruh
terhadap nilai perusahaan?
8) Apakah komite audit berpengaruh
terhadap nilai perusahaan melalui
kinerja keuangan?
9) Apakah intellectual capital
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
10) Apakah intellectual capital
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan?
11) Apakah kinerja keuangan
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian eksplanatori pendekatan
kuantitatif. Populasi target yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan dan annual report
perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI.
Jumlah populasi target sampai saat ini
sebanyak 50 laporan keuangan dan annual
report dari 10 perusahaan farmasi yang
terdaftar di BEI. Penentuan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Kriteria pemilihan
sampel yang akan diteliti adalah:
a. Laporan keuangan dan annual report
perusahaan yang tidak melakukan IPO
setelah tahun 2011.
b. Menunjukkan kinerja keuangan berupa
profit atau keuntungan secara berturut-
turut dari periode 2011-2015.
Berdasarkan kriteria diatas, maka
sampel akhir yang memenuhi kriteria
penelitian ini sebanyak 35 laporan
keuangan dan annual report perusahaan.
Operasional Variabel
Variabel dependen pada penelitian ini
adalah nilai perusahaan yang diukur
dengan menggunakan tobin’s q yang
dikembangkan oleh White at al. (2002).
Rujukan penelitian sebelumnya yang
menggunakan rasio ini adalah Wardoyo
dan Veronica (2013), dan Arifin dkk.
(2016).
Dimana:
EMV = nilai pasar ekuitas (Closing
Price x Q shares)
D (Debt) = nilai buku dari total hutang
EBV = nilai buku dari total aktiva
Variabel independen dalam penelitian
ini antara lain:
1) Good Corporate Governance
a) Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial diukur
sesuai dengan proporsi
kepemilikan saham yang dimiliki
oleh manajerial yang pada akhir
tahun yang dinyatakan dalam %.
Perhitungan variabel ini
berdasarkan rujukan dari
penelitian: Haruman (2008),
Sujoko dan Soebiantoro (2007),
Subagyo (2014).
b) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional
ditentukan berdasar jumlah
persentase kepemilikan investor
institusional yang terdapat dalam
ICMD. Rujukan penelitian:
Haruman (2008), Subagyo (2014).
∑ Saham yang dimiliki manajer
KM = x 100%
∑ Saham yang beredar
(EMV + D)
Tobin’s q =
(EBV + D)
∑ Saham yang dimiliki institusi
K.Ins = x 100%
∑ Saham yang beredar
17
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
c) Komisaris Independen
Proporsi dewan komisaris
independen ditentukan dengan
persentase anggota dewan
komisaris dari luar perusahaan atas
seluruh ukuran anggota dewan
komisaris. Rujukan penelitian
antara lain: Wardoyo dan Veronica
(2013), Subagyo (2014).
d) Komite Audit
Indikator yang digunakan untuk
mengukur komite audit adalah
jumlah anggota komite audit pada
perusahaan sampel. Rujukan
penelitian sebelumnya antara lain:
Suyanti dkk. (2010), Wardoyo dan
Veronica (2013), Subagyo (2014).
2) Intellectual Capital
Intellectual Capital diukur
dengan Modified Value Added
Intellectual Coefficient (M-VAIC)
dikembangkan oleh Ulum dkk.
(2014).
Dimana:
HCE : Human Capital Efficiency
SCE : Structural Capital Efficiency
RCE : Relational Capital Efficiency
CEE : Capital Employed Efficiency
Analisis Data dan Pembahasan
Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan path
analysis dengan SPSS 23.
Statistik Deskriptif Tabel 2
Statistik Deskriptif
Keterangan N Min Max Mean Std.
Dev.
Kepemilikan
Manajemen 35 0,000 0,231 0,033 0,082
Kepemilikan
Intitusional 35 0,539 0,985 0,799 0,168
Komisaris
Independen 35 0,330 0,800 0,411 0,132
Komite
Audit 35 2,000 4,000 3,057 0,338
IC 35 1,970 9,550 3,515 2,174
Kinerja
Keuangan 35 0,030 0,470 0,211 0,126
Nilai
Perusahaan 35 0,540 5,850 2,250 1,600
Sumber: data BEI yang sudah diolah
Kepemilikan intitusional, komisaris
independen, komite audit, Intellectual
Capital, kinerja keuangan dan nilai
perusahaan mempunyai standar deviasi
lebih kecil dari rata-rata, berarti bahwa
sebaran data dari variabel tersebut baik,
kecuali kepemilikan manajerial.
Berdasarkan hasil uji statistik terlihat
bahwa nilai minimum variabel
kepemilikan manajerial dari 35 sampel
sebesar 0,000 yang berarti perusahaan
tidak memiliki saham yang dimiliki oleh
manajer terdapat pada PT. Darya Varia
Laboratoria Tbk. tahun 2011-2015, PT.
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
2011-2015 dan PT. Merck Tbk. tahun
2014-2015. Nilai maksimum kepemilikan
manajerial sebesar 0,231 yang berarti
perusahaan dengan kepemilikan saham
manajer terbanyak, diperoleh pada PT.
Pyridam Farma Tbk. tahun 2011-2014.
Nilai minimum saham yang dimiliki
institusi sebesar 0,539 terdapat pada PT.
Pyridam Farma Tbk. tahun 2011-2015.
Nilai maksimum kepemilikan institusional
sebesar 0,985 terdapat pada PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk. tahun
2011-2012.
Komite Audit = Σ Anggota Komite
Audit
M-VAIC= HCE + SCE + RCE + CEE
∑Anggota Dewan Komisaris Ind.
KI = x100%
∑ Seluruh Anggota Dewan Komisaris
18
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Nilai minimum jumlah komisaris
independen dari 35 sampel sebesar 0,330
terdapat pada PT. Darya Varia Laboratoria
Tbk. tahun 2015, PT. Kalbe Farma Tbk.
tahun 2011-2014, PT. Merck Tbk. tahun
2011-2015, PT. Pyridam Farma Tbk.
tahun 2011-2014 dan PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk. tahun
2011-2015. Nilai maksimum komisaris
independen sebesar 0,800 terdapat pada
PT. Tempo Scan Pacific Tbk. tahun 2013.
Minimum komite audit dari 35
sampel sebanyak 2,000 terdapat pada PT.
Pyridam Farma Tbk. tahun 2015. Nilai
maksimum sebanyak 4,000 terdapat pada
Darya Varia Laboratoria Tbk. tahun 2013-
2014 dan Kimia Farma Tbk. tahun 2014.
Nilai minimum Intellectual Capital
sebesar 1,970 terdapat pada PT. Darya
Varia Laboratoria Tbk. tahun 2014. Nilai
maksimum sebesar 9,550 terdapat pada
PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
tahun 2013.Nilai maksimum kinerja
keuangan sebesar 0,470 terdapat pada PT.
Merck Tbk. tahun 2011 dan nilai
minimum 0,030 terdapat pada PT.
Pyridam Farma Tbk tahun 2014. Nilai
perusahaan terendah terdapat pada PT.
Pyridam Farma Tbk tahun 2015. Nilai
maksimum terdapat pada PT. Kalbe
Farma Tbk. tahun 2014.
Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas data menggunakan
analisis statistik non-parametrik uji
Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji
normalitas dapat dilihat dari tabel
berikut: Tabel 3
Uji Kolmogorov-Smirnov
Variabel Kolmogorov-
Smirnov Z
Asymp.
Sig.
Unstandarized
Residul 0,112 0,200
Sumber: data BEI yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 3 dapat
diketahui bahwa tingkat signifikansi
sebesar 0,200>0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang
digunakan dalam penelitian
berdistribusi normal.
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dilakukan
dengan menghitung nilai Variance
Inflation Factor (VIF). Hasil uji asumsi
klasik menunjukkan nilai VIF diantara
1-10 maka tidak terjadi
multikolinearitas (Sujarweni, 2016).
Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat
dari tabel 4. Tabel 4
Uji Variance Inflation Factor
S
Sumber: data BEI yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 4 dapat
diketahui bahwa VIF dari hasil uji
asumsi klasik masih diantara 1-10 jadi
tidak terjadi multikolinieritas.
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian
ini menggunakan uji Run Test. Hasil uji
Run Test dapat dilihat dari tabel 5. Tabel 5
Uji Run Test
Sumber: data BEI yang sudah diolah
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa
nilai signifikansi sebesar 0,087>0,05
yang berarti tidak ada korelasi antar
residual sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat gejala
autokorelasi.
Model VIF
Kepemilikan Manajerial 3,149
Kepemilikan Intitusional 2,227
Komisaris Independen 1,435
Komite Audit 1,376
IC 3,912
Kinerja Keuangan 5,699
Unstandardized
Residual
Asymp. Sig.
(2-tailed)
0,087
19
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
4) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas
dilakukan dengan menggunakan uji
Glejser (Gujarati, 1995) yang dikutip
oleh Sujarweni (2016). Hasil uji
Glejser dapat dilihat dari tabel 6. Tabel 6
Uji Glejser
Model Sig.
Kepemilikan Manajerial 0,724
Kepemilikan Intitusional 0,526
Komisaris Independen 0,854
Komite Audit 0,246
IC 0,136
Kinerja Keuangan 0,091
Sumber: data BEI yang sudah diolah
Hasil uji Glejser pada tabel 6 dapat
dilihat bahwa variabel independen yaitu
kepemilikan manajemen (0,724),
kepemilikan institutional (0,526),
komisaris independen (0,854), komite
audit (0,246), IC (0,136), kinerja
keuangan (0,091) masing-masing variabel
lebih besar dari 0,05 sehingga tidak
signifikan semuanya, maka dapat
disimpulkan model regresi tidak
mengandung adanya heterokesdastisitas.
Uji Hipotesis
Pengaruh langsung
Menguji pengaruh kepemilikan
manajerial, kepemilikan intitusional,
komisaris independen, komite audit,
Intellectual Capital, kinerja keuangan
terhadap nilai perusahaan. Hasil statistik
uji t dapat dilihat sebagai berikut: Uji t
Tabel 7
Model Unst.
Coef. Sig.
Kep. manajerial NP
-8,006 0,002
Kep. institusional NP
-5,898 0,000
Kom. independen NP
0,631 0,536
Komite audit NP
0,033 0,933
IC NP
-0,718 0,000
Kinerja keuangan NP
15,006 0,000
Sumber: data BEI yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat
dilihat bahwa:
1. Kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan. Hal
ini ditunjukkan dari nilai koefisien
regresi sebesar -8,006 dan nilai
signifikansi sebesar 0,002. Nilai
signifikansi 0,002<0,05.
2. Kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan ditunjukkan dengan nilai
koefisien regresi sebesar -5,898
dengan nilai signifikansi 0,000<0,05.
3. Komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan dapat dilihat bahwa
koefisien regresi 0,631 dan nilai
signifikansi 0,536>0,05.
4. Hasil uji regresi pengaruh komite
audit terhadap nilai perusahaan
menunjukkan koefisien regresi
sebesar 0,033 dan nilai signifikansi
0,933>0,05 sehingga komite audit
tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
5. Hasi uji regresi mengenai pengaruh
intellectual capital terhadap nilai
perusahaan menunjukkan koefisien
regresi sebesar -0,718 dan nilai
signifikansi 0,000<0,05 maka
intellectual capital berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan. 6. Kinerja keuangan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, hal ini
ditunjukkan dengan koefisien regresi
sebesar 15,006 dan nilai signifikansi
0,000<0,05.
Pengaruh tidak langsung
Untuk mengetahui pengaruh tidak
langsung maka masing-masing variabel
kepemilikan manajerial, kepemilikan
intitusional, komisaris independen, komite
audit, dan Intellectual Capital dihitung
dengan metode sobel test dapat disajikan
pada tabel berikut:
20
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Tabel 8
Sobel Test
Model
Sobel Test
T
Hitung
T
tabel
Kep. Manajerial ROENP -3,890 1,691
Kep. Institusional ROENP -0,567 1,691
Kom. independen ROENP -2,655 1,691
Komite audit ROENP -1,496 1,691
IC ROENP 4,720 1,691
Sumber: data BEI yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat
dilihat untuk hasil sobel test hanya
variabel IC yang t hitungnya lebih besar
dari t tabel yaitu 4,720>1,691 maka IC
pengaruh terhadap nilai perusahaan di
mediasi oleh ROE, untuk variabel
kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, komisaris independen dan
komite audit tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan melalui kinerja keuangan
(ROE) karena nilai t hitung lebih kecil
dari t tabel.
Pembahasan
1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial
terhadap Nilai Perusahaan
Semakin tinggi kepemilikan
manajerial maka akan menurunkan nilai
perusahaan. Pada kondisi ini kepemilikan
manajer tidak mampu menaikkan nilai
perusahaan sebagaimana teori keagenan
oleh Jensen dan Meckling (1976) yang
menempatkan bahwa perusahaan dengan
kepemilikan manajerial lebih besar akan
menyelaraskan hubungan antara
kepentingan manajer dan pemegang
saham, sehingga akan menurunkan biaya
agensi dan meningkatkan nilai
perusahaan.
Saham manajer hanya dimiliki oleh
direktur dan komisaris perusahaan,
sehingga memberi peluang kepada pihak
manajer dibawahnya untuk berperilaku
oportunistik sangat besar karena mereka
merasa tidak memiliki saham perusahaan,
dengan demikian kepemilikan manajerial
tidak mampu mengurangi biaya keagenan.
Penelitian ini juga tidak mendukung
penelitian Sofyaningsih dan Hardiningsih
(2011), namun penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Apriada dan Suardikha (2016), dan
Haruman (2008).
2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial
terhadap Nilai Perusahaan melalui
Kinerja Keuangan
Fungsi kepemilikan manajerial yang
bertugas menyelaraskan tidak akan
terwujud karena saham manajerial hanya
dimiliki manajemen atas sehinga tidak
dapat mengurangi biaya keagenan yang
timbul dari manajemen dibawahnya,
akhirnya tidak dapat mengurangi biaya
keagenan. Kepemilikan manajerial belum
mampu meningkatkan kinerja keuangan.
Kinerja keuangan dapat
meningkatkan nilai perusahaan akan tetapi
kepemilikan manajerial tidak dapat
mempengaruhi nilai perusahaan melalui
kinerja keuangan. Kinerja keuangan
bukan merupakan variabel intervening
dalam kaitannya kepemilikan manajerial
terhadap nilai perusahaan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kawatu (2009)
bahwa kualitas laba bukan merupakan
variabel pemediasi (intervening variable)
pada hubungan antara mekanisme
Corporate Governance dan nilai
perusahaan.
3. Pengaruh Kepemilikan
Institusional terhadap Nilai
Perusahaan
Kepemilikan institusional yang besar
akan menurunkan nilai perusahaan, hasil
penelitian ini tidak mendukung Jensen dan
Meckling (1976) yang menjelaskan bahwa
kepemilikan institusional memiliki
peranan yang sangat penting dalam
mengatasi konflik keagenan yang terjadi
antara manajer dan pemegang saham.
Keberadaan investor institusional
dianggap mampu menjadi mekanisme
monitoring yang efektif dalam setiap
keputusan yang diambil oleh manajer,
21
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
akan tetapi kepemilikan institusional
memiliki saham mayoritas dan dimiliki
oleh satu/dua lembaga institusi yang
saling berafiliasi akan memberikan
kekuatan institusi dalam membuat
keputusan-keputusan yang diambil
manajemen perusahaan memihak pada
keuntungan investor institusi dan
mengesampingkan kepentingan investor
minoritas, sehingga akan memberikan
sinyal negatif bagi investor.
Investor institusi akan berfungsi
sebagai kontrol manajer jika kepemilikan
institusi yang besar dan kepemilikannya
heterogen bukan dimiliki oleh satu atau
dua lembaga institusi tetapi dimiliki oleh
beberapa lembaga institusi misalnya
Bank, Yayasan, Asuransi, Dana Pensiun,
Koperasi. Pengawasan investor
institusional yang heterogen akan
memberikan proteksi yang kuat terhadap
pemegang saham sehingga dapat
memberikan sinyal positif bagi investor.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Sujoko dan Soebiantoro (2007), namun
bertentangan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Alfinur (2016), Subagyo
(2014) dan Sofyaningsih dan Hardiningsih
(2011).
4. Pengaruh Kepemilikan
Institusional terhadap Nilai
Perusahaan melalui Kinerja
Keuangan
Investor institusi tunggal dengan
kepemilikan mayoritas dapat
mengendalikan manajemen kuat, sehingga
manajemen tidak akan bekerja secara
efektif dan bersama-sama dengan
manajemen akan berprilaku menyimpang
yang akan memberikan keuntungan bagi
keduanya. Konflik keagenan akan
menimbulkan biaya yang besar dan
akhirnya akan menurunkan kinerja
keuangan.
Kinerja keuangan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, namun
kinerja keuangan bukan merupakan
variabel mediasi antara hubungan
kepemilikan institusional dengan nilai
perusahaan.
Penelitian ini tidak mendukung
temuan yang dilakukan oleh Jensen dan
Meckling (1976) yang menjelaskan
tentang kepemilikan institusional akan
membantu perusahaan dalam
mengendalikan usahanya sehingga akan
mengurangi agency cost. Hasil ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Maryanti dan Tjahjadi
(2013).
5. Pengaruh Komisaris Independen
terhadap Nilai Perusahaan
Tugas pokok komisaris Independen
menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan
nomor 30 tahun 2014 pasal 25 mempunyai
fungsi pengawasan untuk menyuarakan
kepentingan debitur, kreditur, dan
pemangku kepentingan lainnya.
Keberadaaan komisaris independen
diharapkan dapat mendorong
terlaksananya prinsip–prinsip GCG,
sehingga komisaris independen dapat
mengatasi konflik keagenan, akan tetapi
komisaris independen tidak mampu
menaikkan nilai perusahaan, hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan
komisaris hanya sebatas memenuhi aturan
yang ditetapkan OJK.
Pada penelitian ini terdapat komisaris
independen yang seharusnya tidak
memiliki kepemilikan saham ataupun
terafiliasi dengan pemegang saham, akan
tetapi masih ada komisaris independen
yang memiliki saham, hal ini
membuktikan bahwa keberadaan
komisaris independen ini tidak untuk
menjalankan fungsi monitoring yang baik
dan tidak menggunakan independensinya
untuk menyeralaskan kepentingan
pemegang saham.
Penelitian ini konsisten dengan
penelitian Wardoyo dan Veronica (2013),
namun bertentangan dengan Alfinur
(2016).
22
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
6. Pengaruh Komisaris Independen
terhadap Nilai Perusahaan melalui
Kinerja Keuangan
Besar kecilnya proporsi dewan
komisaris tidak berdampak pada kinerja
perusahaan maupun nilai perusahaan.
Adanya komisaris independen dalam
perusahaan hanyalah bersifat formalitas
untuk memenuhi peratuan OJK sehingga
keberadaan komisaris independen ini tidak
untuk menjalankan fungsi monitoring
yang baik dan tidak menggunakan
independensinya untuk mengawasi
kebijakan manajemen.
Komisaris independen tidak berhasil
dalam mengurangi biaya keagenan
sehingga komisaris independen tidak
dapat meningkatkan kinerja keuangan
maupun meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Kawatu (2009), namun bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Maryanti dan Tjahjadi (2013).
7. Pengaruh komite audit terhadap
nilai perusahaan
Fungsi komite audit yang belum
maksimal menyebabkan kontrol terhadap
perusahaan belum efektif. Biaya keagenan
tidak dapat ditekan karena keberadaan
komite audit belum berfungsi secara
maksimal. Komite audit belum bisa
menaikkan nilai perusahaan karena belum
bisa memberikan sinyal positif bagi
investor.
Subagyo (2014) menyatakan bahwa
semakin besar jumlah komite audit dalam
perusahaan maka semakin tinggi nilai
MBV ratio, dengan demikian keberadaan
komite audit dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Hasil penelitian konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wardoyo dan Veronica (2013), dan
Suyanti dkk. (2010). Hasil ini
bertentangan dengan penelitian Subagyo
(2014) dan Kawatu (2009).
8. Pengaruh komite audit terhadap
nilai perusahaan melalui Kinerja
Keuangan
Tugas komite audit yaitu
menyelaraskan kepentingan investor
dianggap kurang efektif karena komite
audit tidak memberikan kontribusi dalam
meningkatkan nilai perusahaan. Komite
audit yang lebih aktif dalam memonitor
kerja para dewan direksi diharapkan
mengurangi biaya keagenan yang akan
berdampak meningkatkannya keuntungan
dan pada akhirnya akan meningkatkan
nilai perusahaan. Kinerja keuangan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, namun
komite audit tidak dapat meningkatkan
nilai perusahaan melalui kinerja
keuangan.
Hasil penelitian ini kinerja keuangan
tidak mampu memediasi hubungan antara
komite audit terhadap nilai perusahaan.
Hasil ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kawatu (2009).
9. Pengaruh Intellectual Capital
terhadap Nilai Perusahaan
Semakin tinggi intellectual capital
maka akan menurunkan nilai perusahaan.
Pada kondisi ini intellectual capital tidak
mampu menaikkan nilai perusahaan
sebagaimana dengan pernyataan Belkaoui
(2003) yang menjelaskan tentang
Resource-Based View dimana perusahaan
mencapai keunggulan komparatif yang
berkelanjutan dan mendapatkan
keuntungan dengan memiliki atau
mengontrol aset berwujud serta aset tidak
berwujud.
Hasil yang tidak sesuai dengan teori
ini merupakan dampak dari sumber daya
perusahaan belum mampu mengontrol
biaya untuk pengolaan sumber daya
manusia, disamping itu perhitungan untuk
menilai modal intelektual sampai saat ini
belum ada standar yang bagus jadi tidak
memberikan sinyal positif terhadap
investor. Semakin tinggi nilai intellectual
capital akan menurunkan nilai
perusahaan. Investor jauh akan
memperhatikan keuntungan dari pada
modal intelektual. Hasil ini bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
23
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Subagyo dan Lahagu (2013), Nuryaman
(2015) dan Nikmah dan Apriyanti (2016).
10. Pengaruh Intellectual Capital
terhadap Nilai Perusahaan melalui
Kinerja Keuangan
Intellectual capital tidak mampu
meningkatkan nilai perusahaan, namun
intellectual capital mampu meningkatkan
nilai perusahaan melalui kinerja
keuangan. Hasil ini konsisten dengan
Nuryaman (2015) menjelaskan bahwa
modal intelektual yang lebih besar akan
menghasilkan kinerja keuangan yang lebih
tinggi. Kinerja keuangan (ROE) terbukti
bertindak sebagai variabel intervening
pada hubungan modal intelektual dengan
nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar modal intelektual
dapat meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan semakin tinggi, maka
implikasi dari itu adalah meningkatnya
nilai perusahaan.
11. Pengaruh Kinerja Keuangan
terhadap Nilai Perusahaan
Kinerja keuangan berkontribusi dalam
meningkatkan nilai perusahaan, hal ini
sesuai dengan teori dari Brigham dan
Houston (2009) menjelaskan bahwa ketika
ROE tinggi harga saham juga cenderung
tinggi. Profitabilitas yang tinggi akan
mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan yang
tinggi bagi pemegang saham. Semakin
besar keuntungan yang diperoleh akan
berdampak pada kenaikan nilai
perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian Wardoyo dan Veronica (2013),
Arifin dkk. (2016), Sofyaningsih dan
Hardiningsih (2011), Suyanti dkk. (2010)
dan Kawatu (2009).
Kesimpulan
Kepemilikan manajer, kepemilikan
institusional, komisaris independen,
komite audit dan intellectual capital tidak
mampu memberikan kontribusi dalam
meningkatkan nilai perusahaan.
Kepemilikan manajer, kepemilikan
institusional, komisaris independen,
komite audit tidak mampu memberikan
kontribusi dalam meningkatkan nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan.
Intellectual capital dapat memberikan
kontribusi dalam meningkatkan nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan.
Kinerja keuangan berkontribusi dalam
meningkatkan nilai perusahaan
Implikasi Penelitian
Kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional tidak dapat
meningkatkan nilai perusahaan karena
saham manajer hanya dimiliki oleh
direktur dan komisaris, sehingga memberi
peluang kepada pihak manajer di
bawahnya untuk berperilaku oportunistik,
selain itu kepemilikan institusional sangat
besar dan mayoritas dimiliki oleh satu/dua
lembaga institusi yang saling berafiliasi
sehingga memberikan kekuatan institusi
dalam membuat keputusan-keputusan
yang memihak pada keuntungan investor
institusi.
Komisaris independen dan komite
audit tidak bisa membantu meningkatkan
nilai perusahaan karena keberadaaan
komisaris independen dan jumlah komite
audit sebatas mematuhi aturan yang di
tetapkan oleh OJK.
Sumber daya perusahaan belum
mampu mengontrol biaya untuk
pengolaan sumber daya manusia, sehingga
hasil yang diperoleh tidak dapat
menambah nilai perusahaan. Investor jauh
lebih memperhatikan keuntungan dari
pada modal intelektual. Intellectual
capital mampu ningkatkan nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan.
Keterbatasan
Sampel penelitian hanya pada
perusahaan farmasi sehingga diperoleh
jumlah sampel yang kecil, selain itu jenis
kepemilikan institusional asing tidak
dipisah, sehingga tidak dapat memberikan
gambaran yang utuh mengenai
kepemilikan di Indonesia.
24
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Daftar Pustaka
Alfinur. (2016). Pengaruh Mekanisme
Good Corporate Governance
(GCG) terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan yang listing di
BEI. Jurnal Ekonomi Akuntansi
dan Manajemen, 12(1), 44-55.
Aliya, A. (2016, Oktober). Kimia Farma
Bangun Pabrik Bahan Baku Obat
di Cikarang. detikFinance.
Retrieved May, 2017 from
http://finance.detik.com/industri/33
16845/kimia-farma-bangun-pabrik-
bahan-baku-obat-di-cikarang
Apriada, K., & Suardikha, M. S. (2016).
Pengaruh struktur kepemilikan
saham, struktur modal dan
profitabilitas pada nilai
perusahaan. E-Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana, 5(2),
201-218.
Arifin, Jauhar., Suhadak, & Astuti,
Endang S. (2016). The influence of
Corporate Governance on financial
performance and firm value of
Bank sector companies listed at
Indonesia Stock Exchange in
period 2008-2012. International
Journal of Management and
Administrative Sciences, 3(6), 01-
17.
Asward, I., & Lina. (2015). Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba dengan
Pendekatan Conditional Revenue
Model. Jurnal Manajemen
Teknologi, 14(1), 15-34.
Belkaoui, A. R. (2003). Intellectual
Capital and Firm Performance of
US Multinational Firms: a Study of
The Resource-Based and
Stakeholder Views. Journal of
Intellectual Capital, .4(2), 215-
226.
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2009).
Fundamentals of financial
management. (12th ed.). Mason:
South-Western Cengage Learning.
Bursa Efek Indonesia.
http//www.idx.co.id. (Diakses
Februari 2017)
Haruman, Tendi. (2008). Struktur
kepemilikan, keputusan keuangan
dan nilai perusahaan. Finance and
Banking Journal, 10(2), 150-166.
Jensen, Michael C., & Meckling,
William H. (1976). Theory of the
firm: managerial behavior, agency
costs and ownership structure.
Journal of Financial Economics, 3,
305-360.
Kawatu, Freddy S. (2009). Mekanisme
Corporate Governance terhadap
nilai perusahaan dengan kualitas
laba sebagai variabel intervening.
Jurnal Keuangan dan Perbankan,
13(3), 405 – 417.
Maryanti, E., & Tjahjadi, B. (2013).
Analisis CSR dan GCG terhadap
kinerja keuangan yang
mempengaruhi nilai perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 1, 47-
62.
Massepe, A. N. B. (2016, Februari).
Ekonomi Berbasis Inovasi.
Kompasiana. Retrieved April 4,
2017, from
http://www.kompasiana.com/masp
epeng/gelombang-ekonomi-
berbasis-
inovasi_56c71d43d57e61c915b91a
0c
Nikmah dan Apriyanti, H. (2016).
Pengaruh intellectual capital
terhadap kinerja keuangan
perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi,
4(1), 51-73.
Nuryaman. (2015). The influence of
intellectual capital on the firm’s
value with the financial
performance as intervening
variable. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 211, 292 –
298.
25
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan/No.30/POJK.05. (2014).
Tata Kelola Perusahaan yang Baik
bagi Perusahaan Pembiayaan.
Retrieved March 13, 2017 from
http://www.ojk.go.id/Files/201411/
2DraftPOJKTataKelolabersihDHK
218NovF2salinan_1416504959.pdf
Sofyaningsih, S., & Hardiningsih, P.
(2011). Struktur kepemilikan,
kebijakan dividen, kebijakan utang
dan nilai perusahaan ownership
structure, dividend policy and debt
policy and firm value. Dinamika
Keuangan dan Perbankan, 3(1),
68-87. Retrieved February 21,
2017 from
https://www.unisbank.ac.id/ojs/ind
ex.php/fe1/article/view/195
Subagyo & Lahagu, S. H. (2013).
Pengaruh intellectual capital
terhadap kinerja keuangan sektor
perbankan. Jurnal Akuntansi,
13(1), 833-862.
Subagyo. (2014). Dampak praktik
Corporate Governance terhadap
firm value. Journal Of Auditing,
Finance and Forensic Accounting,
2(1), 1-12.
Sudiyatno, Bambang & Puspitasari,
Elen. (2010). Tobin’s Q dan
Altman Z-Score sebagai Indikator
Pengukuran Kinerja Perusahaan.
Kajian Akuntansi, 2(1), 9-21.
Sujarweni, V. W. (2016). Kupas Tuntas
Penelitian Akuntansi dengan SPSS.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sujoko & Soebiantoro, U. (2007).
Pengaruh struktur kepemilikan
saham, leverage, faktor intern dan
faktor ekstern terhadap nilai
perusahaan. Jurnal Manajemen
Dan Kewirausahaan, 9(1), (41-48).
Suyanti, A. N., Rahmawati, & Aryani,
Y. A. (2010). Pengaruh mekanisme
Corporate Governance terhadap
nilai perusahaan dengan kualitas
laba sebagai variabel intervening
pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa efek indonesia
periode 2004-2007. Jurnal
Ekonomi & Bisnis, 4(3), 173-183.
Ulum, I., Ghozali, I., & Purwanto, A.
(2014). Intellectual capital
performance of indonesian banking
sector: a modified VAIC (M-
VAIC) perspective. Asian Journal
of Finance & Accounting, 6(2),
103-123.
Walidayni, N. A. (2017, Februari).
Modal Intelektual Sebagai Tolak
Ukur Perusahaan. Kompasiana.
Retrieved April 4, 2017 from
http://www.kompasiana.com/nura
maliawalidayni/modal-intelektual-
sebagai-tolak-ukur-
perusahaan_58a481ded69373943e
dafd97
Wardoyo & Veronica, T. Martina.
(2013). Pengaruh Good Corporate
Governance, Corporate Social
Responsibility & kinerja keuangan
terhadap nilai perusahaan. Jurnal
Dinamika Manajemen, 4(2), 132-
149.
White, G. I., Sondhi, A.C, Fried, H.D.
(2002). The Analysis and Use of
Financial Statement, (Third
Edition). USA: John Wiley &
Sons, Inc.