12
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak) Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial Performance dan Firm Value pada Perusahaan Farmasi di BEI Luluk Musfiroh Alumni Maksi UPN Jawa Timur [email protected] Dhani Ichsanuddin N. Dwi Suhartini Dosen UPN Jawa Timur Jl. Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar, Surabaya, Jawa Timur 60294 [email protected] Abstract This study aims to examine the effect of corporate governance, intellectual capital on firm value with financial performance as an intervening variable in Pharmaceutical companies in Indonesia Stock Exchange in period 2011-2015. The sample was chosen using purposive sampling method and obtained 35 financial statements and company annual report to be sampled. Data analysis used is path analysis with SPSS 23. The results of this study indicate that managerial ownership, institutional ownership and intellectual capital have a negative effect to firm value. Independent commissioners and audit committees have no effect to the firm value. Financial performance is not an intervening variable between managerial ownership, institutional ownership, independent commissioner and audit committee to firm value, but financial performance is an intervening variable between intellectual capital to firm value. Financial performance has an effect to firm value. Keywords: Corporate Governance, Financial Performance, Firm Value, Intellectual Capital Pendahuluan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Indonesia resmi diberlakukan sejak awal 2016, konsekuensinya persaingan usaha semakin ketat baik dalam domestik maupun luar negeri. Persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan berlomba-lomba dalam menarik minat investor untuk berinvestasi agar perusahaan dapat mempertahankan usahanya (going concern), menjadi kuat dan besar. Salah satu cara perusahaan dalam menarik investor dengan meningkatkan nilai perusahaan. Rasio Tobin’s q adalah salah satu model analisis keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan melalui potensi perkembangan harga saham, potensi kemampuan manajer dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi (Sudiyatno & Puspitasari, 2010). Berikut ini adalah nilai perusahaan dari perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011- 2015 yang dihitung dengan rasio tobin’s q yang dikembangkan oleh White at. al (2002): Tabel 1 Nilai Perusahaan Farmasi Kode 2012 2013 2014 2015 DVLA 1,63 1,87 1,43 1,04 INAF 0,90 0,59 0,92 0,59 KAEF 1,75 1,24 2,19 1,35 MERK 4,93 5,01 4,26 3,96 PYFA 0,78 0,62 0,60 0,54 SCPI 0,62 0,57 0,55 0,52 SQBB 0,36 0,35 0,34 0,36 TSPC 3,05 2,33 2,03 1,19 Rata- rata 1,75 1,57 1,54 1,19 Sumber: data BEI yang sudah diolah

Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial Performance

dan Firm Value pada Perusahaan Farmasi di BEI

Luluk Musfiroh

Alumni Maksi UPN Jawa Timur

[email protected]

Dhani Ichsanuddin N.

Dwi Suhartini Dosen UPN Jawa Timur

Jl. Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar, Surabaya, Jawa Timur 60294

[email protected]

Abstract

This study aims to examine the effect of corporate governance, intellectual capital on firm value

with financial performance as an intervening variable in Pharmaceutical companies in Indonesia Stock

Exchange in period 2011-2015. The sample was chosen using purposive sampling method and obtained

35 financial statements and company annual report to be sampled. Data analysis used is path analysis

with SPSS 23. The results of this study indicate that managerial ownership, institutional ownership and

intellectual capital have a negative effect to firm value. Independent commissioners and audit committees

have no effect to the firm value. Financial performance is not an intervening variable between managerial

ownership, institutional ownership, independent commissioner and audit committee to firm value, but

financial performance is an intervening variable between intellectual capital to firm value. Financial

performance has an effect to firm value.

Keywords: Corporate Governance, Financial Performance, Firm Value, Intellectual Capital

Pendahuluan

Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) di Indonesia resmi diberlakukan

sejak awal 2016, konsekuensinya

persaingan usaha semakin ketat baik

dalam domestik maupun luar negeri.

Persaingan yang semakin ketat menuntut

perusahaan berlomba-lomba dalam

menarik minat investor untuk

berinvestasi agar perusahaan dapat

mempertahankan usahanya (going

concern), menjadi kuat dan besar. Salah

satu cara perusahaan dalam menarik

investor dengan meningkatkan nilai

perusahaan.

Rasio Tobin’s q adalah salah satu

model analisis keuangan yang digunakan

untuk menilai kinerja perusahaan

melalui potensi perkembangan harga

saham, potensi kemampuan manajer

dalam mengelola aktiva perusahaan dan

potensi pertumbuhan investasi

(Sudiyatno & Puspitasari, 2010).

Berikut ini adalah nilai perusahaan

dari perusahaan farmasi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-

2015 yang dihitung dengan rasio tobin’s

q yang dikembangkan oleh White at. al

(2002): Tabel 1

Nilai Perusahaan Farmasi

Kode 2012 2013 2014 2015

DVLA 1,63 1,87 1,43 1,04

INAF 0,90 0,59 0,92 0,59

KAEF 1,75 1,24 2,19 1,35

MERK 4,93 5,01 4,26 3,96

PYFA 0,78 0,62 0,60 0,54

SCPI 0,62 0,57 0,55 0,52

SQBB 0,36 0,35 0,34 0,36

TSPC 3,05 2,33 2,03 1,19

Rata-

rata 1,75 1,57 1,54 1,19

Sumber: data BEI yang sudah diolah

Page 2: Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

15

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata

nilai perusahaan farmasi tahun dari tahun

2012-2015 mengalami penurunan yang

terus menerus, rata-rata nilai

perusahaantahun 2012 sebesar 1.75

menjadi 1.19 ditahun 2015. Rata-rata nilai

industri berkisar di angka 1, Hal ini

mengindikasikan bahwa perusahaan saat

ini dalam keadaan rata-rata dimana

potensi pertumbuhan investasi tidak

berkembang dan manajemen stagnan

dalam mengelola aktiva.

Jensen & Meckling (1976)

menjelaskan bahwa dalam proses

memaksimalkan nilai perusahaan akan

muncul konflik kepentingan antara

manajer dan pemegang saham yang sering

disebut agency problem. Good Corporate

Governance menurut peraturan Otoritas

Jasa Keuangan nomor 30 tahun 2014

pasal 1 ayat 7 merupakan struktur dan

proses yang digunakan dan diterapkan

organ perusahaan untuk meningkatkan

pencapaian sasaran hasil usaha dan

mengoptimalkan nilai perusahaan bagi

seluruh pemangku kepentingan secara

akuntabel dan berlandaskan peraturan

perundang-undangan serta nilai-nilai

etika.

Peraturan saja tidak akan cukup bagi

perusahaan dalam mencapai keberlanjutan

dan kelestarian perusahaan

(sustainability), untuk itu diperlukan

sebuah ilmu pengetahuan dan teknologi

informasi. Sistem ekonomi tidak lagi

didukung sumber daya alam yang

melimpah, sumber daya manusia yang

banyak, kekuatan modal suatu negara,

tetapi suatu gelombang ekonomi berbasis

pengetahuan (knowledge) (Massepe,

2016).

Modal intelektual terdiri dari human

capital, structure capital dan customer

capital akan memberikan keuntungan di

masa depan dengan pengaturan,

pemeliharaan dan pentransformasian

secara baik. Modal intelektual akan

mampu meningkatkan kepercayaan

investor dan meningkatkan kinerja

keuangan (Walidayni, 2017).

Penelitian tentang pengaruh modal

intelektual dan pengungkapan modal

intelektual terhadap kinerja dan nilai

perusahaan telah banyak dilakukan di

Indonesia, seperti penelitian yang

dilakukan oleh Alfinur (2016), Arifin dkk.

(2016), Nikmah dan Apriyanti (2016),

Asward dan Lina (2015), Nuryaman

(2015), Subagyo dan Lahagu (2013),

Subagyo (2014) dan Kawatu (2009).

Diantara hasil penelitian masih terdapat

hasil yang tidak konsisten.

Penelitian ini merupakan replikasi

dari penelitian yang dilakukan oleh

Kawatu (2009), perbedaan penelitian ini

terletak pada periode penelitian, untuk

variabel Corporate Governance

menambah variabel kepemilikan

institusional dan penambahan variabel

Intellectual Capital. Variabel Intellectual

Capital sangat penting terutama untuk

perusahaan farmasi yang membutuhkan

kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam memproduksi obat-

obatan. Perkembangan saat ini salah satu

perusahaan farmasi di Indonesia bekerja

sama dengan perusahaan asing dalam

membangun pabrik bahan baku obat yang

pertama di Indonesia dan akan beroperasi

tahun 2018 (Aliya, 2016).

Berdasarkan latar belakang, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1) Apakah kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan?

2) Apakah kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan?

3) Apakah kepemilikan institusional

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan?

4) Apakah kepemilikan institusional

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan?

Page 3: Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

16

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

5) Apakah komisaris independen

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan?

6) Apakah komisaris independen

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan?

7) Apakah komite audit berpengaruh

terhadap nilai perusahaan?

8) Apakah komite audit berpengaruh

terhadap nilai perusahaan melalui

kinerja keuangan?

9) Apakah intellectual capital

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan?

10) Apakah intellectual capital

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan?

11) Apakah kinerja keuangan

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan?

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan

penelitian eksplanatori pendekatan

kuantitatif. Populasi target yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

laporan keuangan dan annual report

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI.

Jumlah populasi target sampai saat ini

sebanyak 50 laporan keuangan dan annual

report dari 10 perusahaan farmasi yang

terdaftar di BEI. Penentuan sampel

dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling. Kriteria pemilihan

sampel yang akan diteliti adalah:

a. Laporan keuangan dan annual report

perusahaan yang tidak melakukan IPO

setelah tahun 2011.

b. Menunjukkan kinerja keuangan berupa

profit atau keuntungan secara berturut-

turut dari periode 2011-2015.

Berdasarkan kriteria diatas, maka

sampel akhir yang memenuhi kriteria

penelitian ini sebanyak 35 laporan

keuangan dan annual report perusahaan.

Operasional Variabel

Variabel dependen pada penelitian ini

adalah nilai perusahaan yang diukur

dengan menggunakan tobin’s q yang

dikembangkan oleh White at al. (2002).

Rujukan penelitian sebelumnya yang

menggunakan rasio ini adalah Wardoyo

dan Veronica (2013), dan Arifin dkk.

(2016).

Dimana:

EMV = nilai pasar ekuitas (Closing

Price x Q shares)

D (Debt) = nilai buku dari total hutang

EBV = nilai buku dari total aktiva

Variabel independen dalam penelitian

ini antara lain:

1) Good Corporate Governance

a) Kepemilikan manajerial

Kepemilikan manajerial diukur

sesuai dengan proporsi

kepemilikan saham yang dimiliki

oleh manajerial yang pada akhir

tahun yang dinyatakan dalam %.

Perhitungan variabel ini

berdasarkan rujukan dari

penelitian: Haruman (2008),

Sujoko dan Soebiantoro (2007),

Subagyo (2014).

b) Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional

ditentukan berdasar jumlah

persentase kepemilikan investor

institusional yang terdapat dalam

ICMD. Rujukan penelitian:

Haruman (2008), Subagyo (2014).

∑ Saham yang dimiliki manajer

KM = x 100%

∑ Saham yang beredar

(EMV + D)

Tobin’s q =

(EBV + D)

∑ Saham yang dimiliki institusi

K.Ins = x 100%

∑ Saham yang beredar

Page 4: Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

17

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

c) Komisaris Independen

Proporsi dewan komisaris

independen ditentukan dengan

persentase anggota dewan

komisaris dari luar perusahaan atas

seluruh ukuran anggota dewan

komisaris. Rujukan penelitian

antara lain: Wardoyo dan Veronica

(2013), Subagyo (2014).

d) Komite Audit

Indikator yang digunakan untuk

mengukur komite audit adalah

jumlah anggota komite audit pada

perusahaan sampel. Rujukan

penelitian sebelumnya antara lain:

Suyanti dkk. (2010), Wardoyo dan

Veronica (2013), Subagyo (2014).

2) Intellectual Capital

Intellectual Capital diukur

dengan Modified Value Added

Intellectual Coefficient (M-VAIC)

dikembangkan oleh Ulum dkk.

(2014).

Dimana:

HCE : Human Capital Efficiency

SCE : Structural Capital Efficiency

RCE : Relational Capital Efficiency

CEE : Capital Employed Efficiency

Analisis Data dan Pembahasan

Metode analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan path

analysis dengan SPSS 23.

Statistik Deskriptif Tabel 2

Statistik Deskriptif

Keterangan N Min Max Mean Std.

Dev.

Kepemilikan

Manajemen 35 0,000 0,231 0,033 0,082

Kepemilikan

Intitusional 35 0,539 0,985 0,799 0,168

Komisaris

Independen 35 0,330 0,800 0,411 0,132

Komite

Audit 35 2,000 4,000 3,057 0,338

IC 35 1,970 9,550 3,515 2,174

Kinerja

Keuangan 35 0,030 0,470 0,211 0,126

Nilai

Perusahaan 35 0,540 5,850 2,250 1,600

Sumber: data BEI yang sudah diolah

Kepemilikan intitusional, komisaris

independen, komite audit, Intellectual

Capital, kinerja keuangan dan nilai

perusahaan mempunyai standar deviasi

lebih kecil dari rata-rata, berarti bahwa

sebaran data dari variabel tersebut baik,

kecuali kepemilikan manajerial.

Berdasarkan hasil uji statistik terlihat

bahwa nilai minimum variabel

kepemilikan manajerial dari 35 sampel

sebesar 0,000 yang berarti perusahaan

tidak memiliki saham yang dimiliki oleh

manajer terdapat pada PT. Darya Varia

Laboratoria Tbk. tahun 2011-2015, PT.

Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

2011-2015 dan PT. Merck Tbk. tahun

2014-2015. Nilai maksimum kepemilikan

manajerial sebesar 0,231 yang berarti

perusahaan dengan kepemilikan saham

manajer terbanyak, diperoleh pada PT.

Pyridam Farma Tbk. tahun 2011-2014.

Nilai minimum saham yang dimiliki

institusi sebesar 0,539 terdapat pada PT.

Pyridam Farma Tbk. tahun 2011-2015.

Nilai maksimum kepemilikan institusional

sebesar 0,985 terdapat pada PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk. tahun

2011-2012.

Komite Audit = Σ Anggota Komite

Audit

M-VAIC= HCE + SCE + RCE + CEE

∑Anggota Dewan Komisaris Ind.

KI = x100%

∑ Seluruh Anggota Dewan Komisaris

Page 5: Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

18

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Nilai minimum jumlah komisaris

independen dari 35 sampel sebesar 0,330

terdapat pada PT. Darya Varia Laboratoria

Tbk. tahun 2015, PT. Kalbe Farma Tbk.

tahun 2011-2014, PT. Merck Tbk. tahun

2011-2015, PT. Pyridam Farma Tbk.

tahun 2011-2014 dan PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk. tahun

2011-2015. Nilai maksimum komisaris

independen sebesar 0,800 terdapat pada

PT. Tempo Scan Pacific Tbk. tahun 2013.

Minimum komite audit dari 35

sampel sebanyak 2,000 terdapat pada PT.

Pyridam Farma Tbk. tahun 2015. Nilai

maksimum sebanyak 4,000 terdapat pada

Darya Varia Laboratoria Tbk. tahun 2013-

2014 dan Kimia Farma Tbk. tahun 2014.

Nilai minimum Intellectual Capital

sebesar 1,970 terdapat pada PT. Darya

Varia Laboratoria Tbk. tahun 2014. Nilai

maksimum sebesar 9,550 terdapat pada

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

tahun 2013.Nilai maksimum kinerja

keuangan sebesar 0,470 terdapat pada PT.

Merck Tbk. tahun 2011 dan nilai

minimum 0,030 terdapat pada PT.

Pyridam Farma Tbk tahun 2014. Nilai

perusahaan terendah terdapat pada PT.

Pyridam Farma Tbk tahun 2015. Nilai

maksimum terdapat pada PT. Kalbe

Farma Tbk. tahun 2014.

Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas data menggunakan

analisis statistik non-parametrik uji

Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji

normalitas dapat dilihat dari tabel

berikut: Tabel 3

Uji Kolmogorov-Smirnov

Variabel Kolmogorov-

Smirnov Z

Asymp.

Sig.

Unstandarized

Residul 0,112 0,200

Sumber: data BEI yang sudah diolah

Berdasarkan tabel 3 dapat

diketahui bahwa tingkat signifikansi

sebesar 0,200>0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa data yang

digunakan dalam penelitian

berdistribusi normal.

2) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dilakukan

dengan menghitung nilai Variance

Inflation Factor (VIF). Hasil uji asumsi

klasik menunjukkan nilai VIF diantara

1-10 maka tidak terjadi

multikolinearitas (Sujarweni, 2016).

Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat

dari tabel 4. Tabel 4

Uji Variance Inflation Factor

S

Sumber: data BEI yang sudah diolah

Berdasarkan tabel 4 dapat

diketahui bahwa VIF dari hasil uji

asumsi klasik masih diantara 1-10 jadi

tidak terjadi multikolinieritas.

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dalam penelitian

ini menggunakan uji Run Test. Hasil uji

Run Test dapat dilihat dari tabel 5. Tabel 5

Uji Run Test

Sumber: data BEI yang sudah diolah

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa

nilai signifikansi sebesar 0,087>0,05

yang berarti tidak ada korelasi antar

residual sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat gejala

autokorelasi.

Model VIF

Kepemilikan Manajerial 3,149

Kepemilikan Intitusional 2,227

Komisaris Independen 1,435

Komite Audit 1,376

IC 3,912

Kinerja Keuangan 5,699

Unstandardized

Residual

Asymp. Sig.

(2-tailed)

0,087

Page 6: Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

19

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

4) Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas

dilakukan dengan menggunakan uji

Glejser (Gujarati, 1995) yang dikutip

oleh Sujarweni (2016). Hasil uji

Glejser dapat dilihat dari tabel 6. Tabel 6

Uji Glejser

Model Sig.

Kepemilikan Manajerial 0,724

Kepemilikan Intitusional 0,526

Komisaris Independen 0,854

Komite Audit 0,246

IC 0,136

Kinerja Keuangan 0,091

Sumber: data BEI yang sudah diolah

Hasil uji Glejser pada tabel 6 dapat

dilihat bahwa variabel independen yaitu

kepemilikan manajemen (0,724),

kepemilikan institutional (0,526),

komisaris independen (0,854), komite

audit (0,246), IC (0,136), kinerja

keuangan (0,091) masing-masing variabel

lebih besar dari 0,05 sehingga tidak

signifikan semuanya, maka dapat

disimpulkan model regresi tidak

mengandung adanya heterokesdastisitas.

Uji Hipotesis

Pengaruh langsung

Menguji pengaruh kepemilikan

manajerial, kepemilikan intitusional,

komisaris independen, komite audit,

Intellectual Capital, kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan. Hasil statistik

uji t dapat dilihat sebagai berikut: Uji t

Tabel 7

Model Unst.

Coef. Sig.

Kep. manajerial NP

-8,006 0,002

Kep. institusional NP

-5,898 0,000

Kom. independen NP

0,631 0,536

Komite audit NP

0,033 0,933

IC NP

-0,718 0,000

Kinerja keuangan NP

15,006 0,000

Sumber: data BEI yang sudah diolah

Berdasarkan tabel 7 diatas dapat

dilihat bahwa:

1. Kepemilikan manajerial berpengaruh

negatif terhadap nilai perusahaan. Hal

ini ditunjukkan dari nilai koefisien

regresi sebesar -8,006 dan nilai

signifikansi sebesar 0,002. Nilai

signifikansi 0,002<0,05.

2. Kepemilikan institusional

berpengaruh negatif terhadap nilai

perusahaan ditunjukkan dengan nilai

koefisien regresi sebesar -5,898

dengan nilai signifikansi 0,000<0,05.

3. Komisaris independen tidak

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan dapat dilihat bahwa

koefisien regresi 0,631 dan nilai

signifikansi 0,536>0,05.

4. Hasil uji regresi pengaruh komite

audit terhadap nilai perusahaan

menunjukkan koefisien regresi

sebesar 0,033 dan nilai signifikansi

0,933>0,05 sehingga komite audit

tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

5. Hasi uji regresi mengenai pengaruh

intellectual capital terhadap nilai

perusahaan menunjukkan koefisien

regresi sebesar -0,718 dan nilai

signifikansi 0,000<0,05 maka

intellectual capital berpengaruh

negatif terhadap nilai perusahaan. 6. Kinerja keuangan berpengaruh

terhadap nilai perusahaan, hal ini

ditunjukkan dengan koefisien regresi

sebesar 15,006 dan nilai signifikansi

0,000<0,05.

Pengaruh tidak langsung

Untuk mengetahui pengaruh tidak

langsung maka masing-masing variabel

kepemilikan manajerial, kepemilikan

intitusional, komisaris independen, komite

audit, dan Intellectual Capital dihitung

dengan metode sobel test dapat disajikan

pada tabel berikut:

Page 7: Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

20

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Tabel 8

Sobel Test

Model

Sobel Test

T

Hitung

T

tabel

Kep. Manajerial ROENP -3,890 1,691

Kep. Institusional ROENP -0,567 1,691

Kom. independen ROENP -2,655 1,691

Komite audit ROENP -1,496 1,691

IC ROENP 4,720 1,691

Sumber: data BEI yang sudah diolah

Berdasarkan tabel 8 diatas dapat

dilihat untuk hasil sobel test hanya

variabel IC yang t hitungnya lebih besar

dari t tabel yaitu 4,720>1,691 maka IC

pengaruh terhadap nilai perusahaan di

mediasi oleh ROE, untuk variabel

kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional, komisaris independen dan

komite audit tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan melalui kinerja keuangan

(ROE) karena nilai t hitung lebih kecil

dari t tabel.

Pembahasan

1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial

terhadap Nilai Perusahaan

Semakin tinggi kepemilikan

manajerial maka akan menurunkan nilai

perusahaan. Pada kondisi ini kepemilikan

manajer tidak mampu menaikkan nilai

perusahaan sebagaimana teori keagenan

oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

menempatkan bahwa perusahaan dengan

kepemilikan manajerial lebih besar akan

menyelaraskan hubungan antara

kepentingan manajer dan pemegang

saham, sehingga akan menurunkan biaya

agensi dan meningkatkan nilai

perusahaan.

Saham manajer hanya dimiliki oleh

direktur dan komisaris perusahaan,

sehingga memberi peluang kepada pihak

manajer dibawahnya untuk berperilaku

oportunistik sangat besar karena mereka

merasa tidak memiliki saham perusahaan,

dengan demikian kepemilikan manajerial

tidak mampu mengurangi biaya keagenan.

Penelitian ini juga tidak mendukung

penelitian Sofyaningsih dan Hardiningsih

(2011), namun penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Apriada dan Suardikha (2016), dan

Haruman (2008).

2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial

terhadap Nilai Perusahaan melalui

Kinerja Keuangan

Fungsi kepemilikan manajerial yang

bertugas menyelaraskan tidak akan

terwujud karena saham manajerial hanya

dimiliki manajemen atas sehinga tidak

dapat mengurangi biaya keagenan yang

timbul dari manajemen dibawahnya,

akhirnya tidak dapat mengurangi biaya

keagenan. Kepemilikan manajerial belum

mampu meningkatkan kinerja keuangan.

Kinerja keuangan dapat

meningkatkan nilai perusahaan akan tetapi

kepemilikan manajerial tidak dapat

mempengaruhi nilai perusahaan melalui

kinerja keuangan. Kinerja keuangan

bukan merupakan variabel intervening

dalam kaitannya kepemilikan manajerial

terhadap nilai perusahaan.

Hasil ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kawatu (2009)

bahwa kualitas laba bukan merupakan

variabel pemediasi (intervening variable)

pada hubungan antara mekanisme

Corporate Governance dan nilai

perusahaan.

3. Pengaruh Kepemilikan

Institusional terhadap Nilai

Perusahaan

Kepemilikan institusional yang besar

akan menurunkan nilai perusahaan, hasil

penelitian ini tidak mendukung Jensen dan

Meckling (1976) yang menjelaskan bahwa

kepemilikan institusional memiliki

peranan yang sangat penting dalam

mengatasi konflik keagenan yang terjadi

antara manajer dan pemegang saham.

Keberadaan investor institusional

dianggap mampu menjadi mekanisme

monitoring yang efektif dalam setiap

keputusan yang diambil oleh manajer,

Page 8: Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

21

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

akan tetapi kepemilikan institusional

memiliki saham mayoritas dan dimiliki

oleh satu/dua lembaga institusi yang

saling berafiliasi akan memberikan

kekuatan institusi dalam membuat

keputusan-keputusan yang diambil

manajemen perusahaan memihak pada

keuntungan investor institusi dan

mengesampingkan kepentingan investor

minoritas, sehingga akan memberikan

sinyal negatif bagi investor.

Investor institusi akan berfungsi

sebagai kontrol manajer jika kepemilikan

institusi yang besar dan kepemilikannya

heterogen bukan dimiliki oleh satu atau

dua lembaga institusi tetapi dimiliki oleh

beberapa lembaga institusi misalnya

Bank, Yayasan, Asuransi, Dana Pensiun,

Koperasi. Pengawasan investor

institusional yang heterogen akan

memberikan proteksi yang kuat terhadap

pemegang saham sehingga dapat

memberikan sinyal positif bagi investor.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

Sujoko dan Soebiantoro (2007), namun

bertentangan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Alfinur (2016), Subagyo

(2014) dan Sofyaningsih dan Hardiningsih

(2011).

4. Pengaruh Kepemilikan

Institusional terhadap Nilai

Perusahaan melalui Kinerja

Keuangan

Investor institusi tunggal dengan

kepemilikan mayoritas dapat

mengendalikan manajemen kuat, sehingga

manajemen tidak akan bekerja secara

efektif dan bersama-sama dengan

manajemen akan berprilaku menyimpang

yang akan memberikan keuntungan bagi

keduanya. Konflik keagenan akan

menimbulkan biaya yang besar dan

akhirnya akan menurunkan kinerja

keuangan.

Kinerja keuangan dapat

meningkatkan nilai perusahaan, namun

kinerja keuangan bukan merupakan

variabel mediasi antara hubungan

kepemilikan institusional dengan nilai

perusahaan.

Penelitian ini tidak mendukung

temuan yang dilakukan oleh Jensen dan

Meckling (1976) yang menjelaskan

tentang kepemilikan institusional akan

membantu perusahaan dalam

mengendalikan usahanya sehingga akan

mengurangi agency cost. Hasil ini

konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Maryanti dan Tjahjadi

(2013).

5. Pengaruh Komisaris Independen

terhadap Nilai Perusahaan

Tugas pokok komisaris Independen

menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan

nomor 30 tahun 2014 pasal 25 mempunyai

fungsi pengawasan untuk menyuarakan

kepentingan debitur, kreditur, dan

pemangku kepentingan lainnya.

Keberadaaan komisaris independen

diharapkan dapat mendorong

terlaksananya prinsip–prinsip GCG,

sehingga komisaris independen dapat

mengatasi konflik keagenan, akan tetapi

komisaris independen tidak mampu

menaikkan nilai perusahaan, hal ini

menunjukkan bahwa keberadaan

komisaris hanya sebatas memenuhi aturan

yang ditetapkan OJK.

Pada penelitian ini terdapat komisaris

independen yang seharusnya tidak

memiliki kepemilikan saham ataupun

terafiliasi dengan pemegang saham, akan

tetapi masih ada komisaris independen

yang memiliki saham, hal ini

membuktikan bahwa keberadaan

komisaris independen ini tidak untuk

menjalankan fungsi monitoring yang baik

dan tidak menggunakan independensinya

untuk menyeralaskan kepentingan

pemegang saham.

Penelitian ini konsisten dengan

penelitian Wardoyo dan Veronica (2013),

namun bertentangan dengan Alfinur

(2016).

Page 9: Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

22

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

6. Pengaruh Komisaris Independen

terhadap Nilai Perusahaan melalui

Kinerja Keuangan

Besar kecilnya proporsi dewan

komisaris tidak berdampak pada kinerja

perusahaan maupun nilai perusahaan.

Adanya komisaris independen dalam

perusahaan hanyalah bersifat formalitas

untuk memenuhi peratuan OJK sehingga

keberadaan komisaris independen ini tidak

untuk menjalankan fungsi monitoring

yang baik dan tidak menggunakan

independensinya untuk mengawasi

kebijakan manajemen.

Komisaris independen tidak berhasil

dalam mengurangi biaya keagenan

sehingga komisaris independen tidak

dapat meningkatkan kinerja keuangan

maupun meningkatkan nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

Kawatu (2009), namun bertentangan

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Maryanti dan Tjahjadi (2013).

7. Pengaruh komite audit terhadap

nilai perusahaan

Fungsi komite audit yang belum

maksimal menyebabkan kontrol terhadap

perusahaan belum efektif. Biaya keagenan

tidak dapat ditekan karena keberadaan

komite audit belum berfungsi secara

maksimal. Komite audit belum bisa

menaikkan nilai perusahaan karena belum

bisa memberikan sinyal positif bagi

investor.

Subagyo (2014) menyatakan bahwa

semakin besar jumlah komite audit dalam

perusahaan maka semakin tinggi nilai

MBV ratio, dengan demikian keberadaan

komite audit dapat meningkatkan nilai

perusahaan. Hasil penelitian konsisten

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wardoyo dan Veronica (2013), dan

Suyanti dkk. (2010). Hasil ini

bertentangan dengan penelitian Subagyo

(2014) dan Kawatu (2009).

8. Pengaruh komite audit terhadap

nilai perusahaan melalui Kinerja

Keuangan

Tugas komite audit yaitu

menyelaraskan kepentingan investor

dianggap kurang efektif karena komite

audit tidak memberikan kontribusi dalam

meningkatkan nilai perusahaan. Komite

audit yang lebih aktif dalam memonitor

kerja para dewan direksi diharapkan

mengurangi biaya keagenan yang akan

berdampak meningkatkannya keuntungan

dan pada akhirnya akan meningkatkan

nilai perusahaan. Kinerja keuangan dapat

meningkatkan nilai perusahaan, namun

komite audit tidak dapat meningkatkan

nilai perusahaan melalui kinerja

keuangan.

Hasil penelitian ini kinerja keuangan

tidak mampu memediasi hubungan antara

komite audit terhadap nilai perusahaan.

Hasil ini konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kawatu (2009).

9. Pengaruh Intellectual Capital

terhadap Nilai Perusahaan

Semakin tinggi intellectual capital

maka akan menurunkan nilai perusahaan.

Pada kondisi ini intellectual capital tidak

mampu menaikkan nilai perusahaan

sebagaimana dengan pernyataan Belkaoui

(2003) yang menjelaskan tentang

Resource-Based View dimana perusahaan

mencapai keunggulan komparatif yang

berkelanjutan dan mendapatkan

keuntungan dengan memiliki atau

mengontrol aset berwujud serta aset tidak

berwujud.

Hasil yang tidak sesuai dengan teori

ini merupakan dampak dari sumber daya

perusahaan belum mampu mengontrol

biaya untuk pengolaan sumber daya

manusia, disamping itu perhitungan untuk

menilai modal intelektual sampai saat ini

belum ada standar yang bagus jadi tidak

memberikan sinyal positif terhadap

investor. Semakin tinggi nilai intellectual

capital akan menurunkan nilai

perusahaan. Investor jauh akan

memperhatikan keuntungan dari pada

modal intelektual. Hasil ini bertentangan

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Page 10: Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

23

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Subagyo dan Lahagu (2013), Nuryaman

(2015) dan Nikmah dan Apriyanti (2016).

10. Pengaruh Intellectual Capital

terhadap Nilai Perusahaan melalui

Kinerja Keuangan

Intellectual capital tidak mampu

meningkatkan nilai perusahaan, namun

intellectual capital mampu meningkatkan

nilai perusahaan melalui kinerja

keuangan. Hasil ini konsisten dengan

Nuryaman (2015) menjelaskan bahwa

modal intelektual yang lebih besar akan

menghasilkan kinerja keuangan yang lebih

tinggi. Kinerja keuangan (ROE) terbukti

bertindak sebagai variabel intervening

pada hubungan modal intelektual dengan

nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin besar modal intelektual

dapat meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan semakin tinggi, maka

implikasi dari itu adalah meningkatnya

nilai perusahaan.

11. Pengaruh Kinerja Keuangan

terhadap Nilai Perusahaan

Kinerja keuangan berkontribusi dalam

meningkatkan nilai perusahaan, hal ini

sesuai dengan teori dari Brigham dan

Houston (2009) menjelaskan bahwa ketika

ROE tinggi harga saham juga cenderung

tinggi. Profitabilitas yang tinggi akan

mencerminkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan yang

tinggi bagi pemegang saham. Semakin

besar keuntungan yang diperoleh akan

berdampak pada kenaikan nilai

perusahaan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian Wardoyo dan Veronica (2013),

Arifin dkk. (2016), Sofyaningsih dan

Hardiningsih (2011), Suyanti dkk. (2010)

dan Kawatu (2009).

Kesimpulan

Kepemilikan manajer, kepemilikan

institusional, komisaris independen,

komite audit dan intellectual capital tidak

mampu memberikan kontribusi dalam

meningkatkan nilai perusahaan.

Kepemilikan manajer, kepemilikan

institusional, komisaris independen,

komite audit tidak mampu memberikan

kontribusi dalam meningkatkan nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan.

Intellectual capital dapat memberikan

kontribusi dalam meningkatkan nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan.

Kinerja keuangan berkontribusi dalam

meningkatkan nilai perusahaan

Implikasi Penelitian

Kepemilikan manajerial dan

kepemilikan institusional tidak dapat

meningkatkan nilai perusahaan karena

saham manajer hanya dimiliki oleh

direktur dan komisaris, sehingga memberi

peluang kepada pihak manajer di

bawahnya untuk berperilaku oportunistik,

selain itu kepemilikan institusional sangat

besar dan mayoritas dimiliki oleh satu/dua

lembaga institusi yang saling berafiliasi

sehingga memberikan kekuatan institusi

dalam membuat keputusan-keputusan

yang memihak pada keuntungan investor

institusi.

Komisaris independen dan komite

audit tidak bisa membantu meningkatkan

nilai perusahaan karena keberadaaan

komisaris independen dan jumlah komite

audit sebatas mematuhi aturan yang di

tetapkan oleh OJK.

Sumber daya perusahaan belum

mampu mengontrol biaya untuk

pengolaan sumber daya manusia, sehingga

hasil yang diperoleh tidak dapat

menambah nilai perusahaan. Investor jauh

lebih memperhatikan keuntungan dari

pada modal intelektual. Intellectual

capital mampu ningkatkan nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan.

Keterbatasan

Sampel penelitian hanya pada

perusahaan farmasi sehingga diperoleh

jumlah sampel yang kecil, selain itu jenis

kepemilikan institusional asing tidak

dipisah, sehingga tidak dapat memberikan

gambaran yang utuh mengenai

kepemilikan di Indonesia.

Page 11: Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

24

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Daftar Pustaka

Alfinur. (2016). Pengaruh Mekanisme

Good Corporate Governance

(GCG) terhadap nilai perusahaan

pada perusahaan yang listing di

BEI. Jurnal Ekonomi Akuntansi

dan Manajemen, 12(1), 44-55.

Aliya, A. (2016, Oktober). Kimia Farma

Bangun Pabrik Bahan Baku Obat

di Cikarang. detikFinance.

Retrieved May, 2017 from

http://finance.detik.com/industri/33

16845/kimia-farma-bangun-pabrik-

bahan-baku-obat-di-cikarang

Apriada, K., & Suardikha, M. S. (2016).

Pengaruh struktur kepemilikan

saham, struktur modal dan

profitabilitas pada nilai

perusahaan. E-Jurnal Ekonomi dan

Bisnis Universitas Udayana, 5(2),

201-218.

Arifin, Jauhar., Suhadak, & Astuti,

Endang S. (2016). The influence of

Corporate Governance on financial

performance and firm value of

Bank sector companies listed at

Indonesia Stock Exchange in

period 2008-2012. International

Journal of Management and

Administrative Sciences, 3(6), 01-

17.

Asward, I., & Lina. (2015). Pengaruh

Mekanisme Corporate Governance

terhadap Manajemen Laba dengan

Pendekatan Conditional Revenue

Model. Jurnal Manajemen

Teknologi, 14(1), 15-34.

Belkaoui, A. R. (2003). Intellectual

Capital and Firm Performance of

US Multinational Firms: a Study of

The Resource-Based and

Stakeholder Views. Journal of

Intellectual Capital, .4(2), 215-

226.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2009).

Fundamentals of financial

management. (12th ed.). Mason:

South-Western Cengage Learning.

Bursa Efek Indonesia.

http//www.idx.co.id. (Diakses

Februari 2017)

Haruman, Tendi. (2008). Struktur

kepemilikan, keputusan keuangan

dan nilai perusahaan. Finance and

Banking Journal, 10(2), 150-166.

Jensen, Michael C., & Meckling,

William H. (1976). Theory of the

firm: managerial behavior, agency

costs and ownership structure.

Journal of Financial Economics, 3,

305-360.

Kawatu, Freddy S. (2009). Mekanisme

Corporate Governance terhadap

nilai perusahaan dengan kualitas

laba sebagai variabel intervening.

Jurnal Keuangan dan Perbankan,

13(3), 405 – 417.

Maryanti, E., & Tjahjadi, B. (2013).

Analisis CSR dan GCG terhadap

kinerja keuangan yang

mempengaruhi nilai perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 1, 47-

62.

Massepe, A. N. B. (2016, Februari).

Ekonomi Berbasis Inovasi.

Kompasiana. Retrieved April 4,

2017, from

http://www.kompasiana.com/masp

epeng/gelombang-ekonomi-

berbasis-

inovasi_56c71d43d57e61c915b91a

0c

Nikmah dan Apriyanti, H. (2016).

Pengaruh intellectual capital

terhadap kinerja keuangan

perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi,

4(1), 51-73.

Nuryaman. (2015). The influence of

intellectual capital on the firm’s

value with the financial

performance as intervening

variable. Procedia - Social and

Behavioral Sciences, 211, 292 –

298.

Page 12: Corporate Governance, Intellectual Capital, Financial

25

JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)

Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan/No.30/POJK.05. (2014).

Tata Kelola Perusahaan yang Baik

bagi Perusahaan Pembiayaan.

Retrieved March 13, 2017 from

http://www.ojk.go.id/Files/201411/

2DraftPOJKTataKelolabersihDHK

218NovF2salinan_1416504959.pdf

Sofyaningsih, S., & Hardiningsih, P.

(2011). Struktur kepemilikan,

kebijakan dividen, kebijakan utang

dan nilai perusahaan ownership

structure, dividend policy and debt

policy and firm value. Dinamika

Keuangan dan Perbankan, 3(1),

68-87. Retrieved February 21,

2017 from

https://www.unisbank.ac.id/ojs/ind

ex.php/fe1/article/view/195

Subagyo & Lahagu, S. H. (2013).

Pengaruh intellectual capital

terhadap kinerja keuangan sektor

perbankan. Jurnal Akuntansi,

13(1), 833-862.

Subagyo. (2014). Dampak praktik

Corporate Governance terhadap

firm value. Journal Of Auditing,

Finance and Forensic Accounting,

2(1), 1-12.

Sudiyatno, Bambang & Puspitasari,

Elen. (2010). Tobin’s Q dan

Altman Z-Score sebagai Indikator

Pengukuran Kinerja Perusahaan.

Kajian Akuntansi, 2(1), 9-21.

Sujarweni, V. W. (2016). Kupas Tuntas

Penelitian Akuntansi dengan SPSS.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sujoko & Soebiantoro, U. (2007).

Pengaruh struktur kepemilikan

saham, leverage, faktor intern dan

faktor ekstern terhadap nilai

perusahaan. Jurnal Manajemen

Dan Kewirausahaan, 9(1), (41-48).

Suyanti, A. N., Rahmawati, & Aryani,

Y. A. (2010). Pengaruh mekanisme

Corporate Governance terhadap

nilai perusahaan dengan kualitas

laba sebagai variabel intervening

pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di bursa efek indonesia

periode 2004-2007. Jurnal

Ekonomi & Bisnis, 4(3), 173-183.

Ulum, I., Ghozali, I., & Purwanto, A.

(2014). Intellectual capital

performance of indonesian banking

sector: a modified VAIC (M-

VAIC) perspective. Asian Journal

of Finance & Accounting, 6(2),

103-123.

Walidayni, N. A. (2017, Februari).

Modal Intelektual Sebagai Tolak

Ukur Perusahaan. Kompasiana.

Retrieved April 4, 2017 from

http://www.kompasiana.com/nura

maliawalidayni/modal-intelektual-

sebagai-tolak-ukur-

perusahaan_58a481ded69373943e

dafd97

Wardoyo & Veronica, T. Martina.

(2013). Pengaruh Good Corporate

Governance, Corporate Social

Responsibility & kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan. Jurnal

Dinamika Manajemen, 4(2), 132-

149.

White, G. I., Sondhi, A.C, Fried, H.D.

(2002). The Analysis and Use of

Financial Statement, (Third

Edition). USA: John Wiley &

Sons, Inc.