10
CORPORATE ENTREPRENEURSHIP AND INNOVATION Kewirausahaan dan inovasi perusahaan berkaitan sebagai pembangkit atau energi pelaksanaan strategi. Keberhasilan pelaksanaan strategi terutama bergantung pada kepemimpinan perusahaan. Kewirausahaan dan inovasi perusahaan memerikan tentang makna kewirausahaan, invensi, dan inovasi. Hal ini meliputi keberhasilan kewirausahaan, hubungan inovasi dan keunggulan bersaing, tiga pendekatan inovasi, mencocokan nilai dari inovasi, dan pengalaman lebih berhasilnya perusahaan-perusahaan kecil di Amerika Serikat dalam inovasi dan kewirausahaan perusahaan dibandingperusahaan-perusahaan besar dalam mendapatkan paten- paten mereka. Defining Entrepreneurship Ch13-3. Mendefinisikan kewirausahaan (entrepreneurship) sudah pasti berkaitan dengan mendefinisikan invensi (invention), inovasi (innovation), dan imitasi/peniruan (imitation). Kewirausahaan perusahaan merupakan kemampuan (capability) perusahaan untuk mengembangkan barang-barang dan jasa-jasa baru dan mengelola proses inovasi. Inovasi dimulai dari suatu kegiatan temuan atau invensi (invention). Invensi adalah penciptaan / pengembangangan suatu ide proses atau produk baru melalui penelitian dan pengembangan (R & D). Inovasi adalah penciptaan suatu produk yang dapat dikomersialkan dari suatu invensi. Keberhasilan komersialisasi atas inovasi perusahaan-perusahaan mendorong

Corporate Entrepreneurship and Innovation

  • Upload
    bayu

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

artikel tentang inovasi

Citation preview

Page 1: Corporate Entrepreneurship and Innovation

CORPORATE ENTREPRENEURSHIP AND INNOVATION

Kewirausahaan dan inovasi perusahaan berkaitan sebagai pembangkit atau energi pelaksanaan

strategi. Keberhasilan pelaksanaan strategi terutama bergantung pada kepemimpinan perusahaan.

Kewirausahaan dan inovasi perusahaan memerikan tentang makna kewirausahaan, invensi, dan

inovasi. Hal ini meliputi keberhasilan kewirausahaan, hubungan inovasi dan keunggulan

bersaing, tiga pendekatan inovasi, mencocokan nilai dari inovasi, dan pengalaman lebih

berhasilnya perusahaan-perusahaan kecil di Amerika Serikat dalam inovasi dan kewirausahaan

perusahaan dibandingperusahaan-perusahaan besar dalam mendapatkan paten-paten mereka.

Defining Entrepreneurship

Ch13-3. Mendefinisikan kewirausahaan (entrepreneurship) sudah pasti berkaitan dengan

mendefinisikan invensi (invention), inovasi (innovation), dan imitasi/peniruan (imitation).

Kewirausahaan perusahaan merupakan kemampuan (capability) perusahaan untuk

mengembangkan barang-barang dan jasa-jasa baru dan mengelola proses inovasi. Inovasi

dimulai dari suatu kegiatan temuan atau invensi (invention). Invensi adalah penciptaan /

pengembangangan suatu ide proses atau produk baru melalui penelitian dan pengembangan (R &

D). Inovasi adalah penciptaan suatu produk yang dapat dikomersialkan dari suatu invensi.

Keberhasilan komersialisasi atas inovasi perusahaan-perusahaan mendorong imitasi / peniruan.

Imitasi adalah adopsi inovasi oleh suatu penduduk atas perusahaan-perusahaan yang serupa.

Successful Entrepreneurship

Ch13-4. Keberhasilan kewirausahaan berkaitan dengan keberhasilan inovasi. Kunci untuk

keberhasilan dengan kewirausahaan dan inovasi adalah bergerak dari ide-ide inovasi ke

komersialisasi efektif dan penerimaan di pasar sasaran. Setelah berhasil berinovasi merupakan

awal dari keberhasilan kewirausahaan, yaitu dengan kemampuan mengkomersialisasikan ide-ide

inovasi maka perusahaan akan memperoleh laba berlebih (excess profit). Karena perusahaan

yang sukses melakukan inovasi dapat menikmati harga premium.

Innovation and Competitive Advantage

Ch13-5. Inovasi berkaitan dengan penciptaan keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing dapat

terjadi jika atau bergantung pada:

Page 2: Corporate Entrepreneurship and Innovation

Faktor kesukaran bagi para pesaing untuk mampu meniru.

Secara komersial dapat dapat dieskploitasi dengan kemampuan-kemampuan atau kapabilitas-

kapabilitas sekarang.

Faktor (kemampuan) menyediakan nilai nyata (siknifikan) kepada para pelanggan.

Faktor ketepatan waktu (timely), yaitu waktu inovasi yang tepat dapat berwirausaha dengan

sukses.

Fostering Entrepreneurial Innovation

Ch13-6. Memajukan inovasi keusahaan (entrepreneurial innovation) dapat dilakukan melalui

tiga pendekatan berikut:

1. Mengusahakan bekerjasama internak perusahaan, yaitu menciptakannya.

2. Melakukan kerjasama untuk membuat inovasi, yaitu ko-operasi untuk menciptakannya.

3. Memperoleh / mendapatkan kemampuan (capability), yaitu dengan membelinya.

Internal Corporate Venturing

Ch13-7. Memajukan inovasi keusahaan dapat dilakukan dengan pendekatan mengusahakan

bekerjasama internal, yaitu

Internal kewirausahaan perusahaan dapat terjadi sebagai suatu proses dari bawah ke atas

(bottom- up) atau melalui suatu proses dari atas ke bawah (top - down).

Perilaku strategis swatantra (autonomous strategic behavior) yaitu suatu proses bahwa

dengan usaha produk yang menjuarai atau memenangkan ide-ide produk baru untuk

dikomersialisasikan.

Model of Internal Cooperative Venturing

Ch13-8. Melalui perilaku strategi swatantra (autonomous strategic behavior) perusahaan

bersuaha meningkatkan menjadi suatu konteks strategik (strategic context). Berdasarkan

kemantapan konteks strategis dirunut atau diteruskan ke dalamkonsep strategik

Page 3: Corporate Entrepreneurship and Innovation

perusahaan (Concept of corporate strategic). Ini merupakan suatu proses bottom – up. Dapat

pula berdasarkan konsep strategik perusahaan di bawa ke dalam konteks struktural (structural

context) keorganisasian Atau langsung digunakan untuk membujuk untuk perilaku strategik

(induced strategic behavior). Setelah itu (jika dirasa perlu) dapat diarahkan ke konteks struktural

(Structural context) untuk mencocokkan dengan konteks strategis dan konsep strategi

perusahaan. Ini sebagai umpan balik, atas proses dari atas ke bawah (top – down process).

Model of Internal Cooperative Venturing

Concept of Corporate Strategy

Strategic Context Structural Context

Autonomous

Strategic

Behavior

Induced

Strategic

Behavior

Internal Corporate Venturing

Ch13-9. Bekerjasama internal perusahaan dapat membentuk:

Induced strategic behavior, yaitu suatu proses proses top – down di dalam strategi sekarang dan

struktur lebih maju /ke depan (foster) inovasi-inovasi produk yang diasosiasikan / dihubungkan

sedekat / seteleiti mungkin dengan strategi sekarang.

Ketidakpastian lingkungan membuat pengembangan strategi kewirausahaan menjadi sangat

kompleks (highly complex).

Kebutuhan-kebutuhan suatu keputusan pada sumber-sumber untuk digunakan bagi

pengembangan teknologi baru dengan ide-ide yang baru untuk di bawa ke pasar sasaran.

Page 4: Corporate Entrepreneurship and Innovation

Appropriating Value from Innovation

Mencocokkan nilai dari inovasi perlu dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan pasar. Kecocokan

nilai dari inovasi bergantung kepada tiga hal, yaitu:

1. Kecocokan maktu untuk masuk pasar (time to market).

2. Mutu produk (product quality)

3. Kreasi atas nilai pelanggan (creation of customer value).

Ketiga faktor tersebut dapat dicapai melalui pemanfaatan integrasi lintas-fungsional (cross-

functional integration), atau menggunakan tim-tim desain (design teams).

Sementara itu efektifitas penggunaan integrasi lintas-fungsional atau tim-tim desain bergantung

pada dua faktor, yaitu :

1. Hambatan-hambatan untuk integrasi. Hambatan-hambatan untuk integrasi meliputi (a)

perbedaan orientasi waktu, (b) orientasi interpersonal, (c) orientasi perbedaan tujuan, dan

(d) formalisasi atas struktur organisasi.

2. Faktor para fasilitator. Faktor para fasilitator atas integrasi meliputi (a) nilai-nilai yang

disumbangkan (shared values), (b) visi para pemimpin, (c) alokasi anggaran, dan (d)

efektifitas komunikasi.

Cooperating to Produce Innovation

Ch13-11. Perihal penting untuk melakukan kerjasama untuk membuat inovasi yaitu

(Melalui) aliansi strategik dapat membantu untuk lebih memajukan (to foster) inovasi

dengan mengkombinasikan pengetahuan dan sumber-sumber atas dua atau lebih mitra.

Perusahan-perusahaan mesti berfokus pada bangunan pengetahuan, mengidentifikasi

kompetensi-kompetensi / kecakapan-kecakapan inti dan mengembangkan sumber daya

manusia yang kuat untuk mengelola proyek-proyek inovasi.

Page 5: Corporate Entrepreneurship and Innovation

Perusahaaan-perusahaan dapat juga mengabaikan (given away) kompetensi-kompetensi

inti mereka dengan penyumberan-luar (outsourcing) untuk beraliansi dengan para mitra

dari pada mengembangkan kemampuan / kapabilitas mereka sendiri sepanjang waktu.

Acquiring Innovation Capability

Ch13-12. Biasanya untuk memperoleh kapabilitas inovasi merupakan usaha yang berat dan

memerlukan biaya yang besar. Banyak kiat untuk melakukan hal ini, misalnya.

Banyak perusahaan sekarang menggunakan akuisisi atas perusahaan-perusahaan lain

sebagai pengganti bagi pengembangan inovasi internal.

Cara ini dapat mengurangi risiko dan lebih murah biaya inovasi untuk penelitian dan

pengembangan (R & D).

(Bisa pula) menjauhkan diri dari usaha mencapai inovasi. Menjauhkan diri berarti

perusahaan-perusahaan akhirnya dapat kehilangan abilitas / kemampuan (ability) mereka

untuk membangkitkan inovasi-inovasi internal.

Small Fims and Innovation

Ch13-13. Teori yang menyatakan bahwa inovasi hanya dapat dikembangkan melalui perusahaan-

perusahaan besar yang memperoleh laba berlebih (Schumpeterian theory) ternyata tidak

seluruhnya benar. Karena fakta di lapangan banyak perusahaan-perusahaan kecil yang berhasil

mengembangkan inovasi melalui smart kompetencies. Pengalaman di Amerika Serikat (AS)

berlangsung demikian.

Perusahaan-perusahaan kecil paling banyak menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru

(new jobs) di AS dalam tahun 1990-an dan hal ini akan berlanjut dalam abad kedua puluh

satu.

Sementara perusahaan besar yang terhitung membelanjakan lebih dari 80% atas R & D

dunia, individu-individu atau perusahaan-perusahaan kecil telah menerima lebih dari

separo atas paten-paten AS.

Page 6: Corporate Entrepreneurship and Innovation

Banyak perusahaan kecil diciptakan ketika para pekerja meninggalkan perusahaan-

perusahaan besar untuk memulai bisnis-bisnis mereka sendiri; seringkali berlanjut untuk

berinteraksi / berhubungan dengan perusahaan-perusahaan pembentuk kemampuan

mereka untuk mengembangkan inovasi-inovasi dan pengembangan produk-produk baru.

http://masimamgun.blogspot.co.id/2009/05/corporate-entrepreneurship-and.html

TEORI BUDAYA ORGANISASI HOFSTEDE

Saturday, February 22, 20140 comments

Geert Hofstede (1980; 1991) dalam penelitiannya berhasil mengidentifikasi 5 model karakteristik

untuk mengukur sebuah kultur di masyarakat lintas negara. Dengan mengambil sampel di 40

negara, Geert Hofstede menemukan bahwa manager dan karyawan memiliki lima dimensi nilai

kultur nasional yang berbeda-beda. Kelima kultur tersebut adalah :

1. Jarak kekuasaan merupakan sifat kultur nasional yang mendeskripsikan tingkatan dimana

masyarakat menerima kekuatan dalam institusi dan organisasi didistribusikan tidak sama.

2. Individualisme/Kolektivisme. Individualisme merupakan sifat kultur nasional yang

mendeskripsikan tingkatan dimana orang lebih suka bertindak sebagai individu daripada

sebagai kelompok. Kolektivisme menunjukkan sifat kultur nasional yang

mendeskripsikan kerangka social yang kuat dimana individu mengharap orang lain dalam

kelompok mereka untuk menjaga dan melindungi mereka.

3. Maskulinitas-Feminimitas. merupakan tingkatan dimana kultur lebih menyukai peran-

peran maskulin tradisional seperti pencapaian, kekuatan, dan pengendalian versus kultur

yang memandang pria dan wanita memiliki posisi sejajar. Penilaian maskulinitas yang

tinggi menunjukkan bahwa terdapat peran yang terpisah untuk pria dan waniya, dengan

pria yang mendominasi masyarakat.

4. Penghindaran ketidakpastian merupakan tingkatan dimaan individu dalam suatu negara

lebih memilih situasi terstruktur dibandingkan tidak tersetruktur.

5. Orientasi jangka panjang merupakan tipologi terbaru dari Hofstede. Poin ini berfokus

pada tingkatan ketaatan jangka panjang masyarakat terhadap nilai-nilai tradisional.

Individu dalam kultur orientasi jangka panjang melihat bahwa ke masa depan dan

menghargai penghematan, ketekunan dan tradisi.

Page 7: Corporate Entrepreneurship and Innovation

Sumber :

Kreitner dan Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat

http://kumpulan-teori-skripsi.blogspot.co.id/2014/02/teori-budaya-organisasi_22.html