Upload
erwin-david
View
45
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Contoh Karya Tulis Tentang Bukit Batu, Kasongan, Kalteng
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peradaban manusia dalam kehidupan sedikit demi sedikit mengalami perubahan.
Perubahan tersebut disebabkan oleh pola hidup manusia yang semakin maju sesuai
dengan perkembangan zaman.
Agar tidak terisolasi dan tidak ketinggalan zaman semua orang pastinya harus
mengikuti perkembangan zaman yang ada bukan ? Begitu pula kehidupan masyarakat di
Kalimantan Tengah yang selalu mengikuti perkembangan zaman dan tren-tren yang ada.
Dengan begitu, masyarakat Kalimantan Tengah tidak akan terisolasi dari perkembangan
zaman yang ada.
Namun, hal tersebut memiliki dampak negatif bagi kebudayaan daerah,
khususnya terhadap aset-aset budaya daerah yang ada di Kalimantan Tengah. Dengan
adanya tren-tren baru, masyarakat banyak yang melupakan aset-aset budayanya dan lebih
beralih ke tren baru tersebut. Bahkan, ada di antara anak muda yang ada di Kalimantan
Tengah tidak terlalu mengenal aset budaya yang ada di daerahnya.
Terkait dengan pembahasan yang diatas maka, dalam penulisan karya tulis ini
penulis ingin mengangkat judul karya tulis tentang “Taman Wisata Bukit Batu
Kasongan Kabupaten Katingan”.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, maka dapat
dikemukakan fokus penelitian dalam penulisan karya tulis ini yaitu “Bagaiamana sejarah
asal usul taman wisata bukit batu di Kasongan Kabupaten Katingan dan objek apa saja
yang ada di dalamnya”.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dapat diambil dari uraian latar belakang dan fokus
penelitian di atas, maka dapat dikemukakan tujuan dalam penulisan karya tulis ini yaitu
“Untuk mengetahui bagaiaman sejarah asal usul taman wisata bukit batu di Kasongan
Kabupaten Katingan dan objek apa saja yang ada di dalamnya”.
1
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka manfaat yang
penulis harapkan adalah sebagai berikut;
1. Bermanfaat bagi kepala sekolah, sebagai bahan masukan pada lembaga pendidikan
sekolah yang dipimpinnya.
2. Bermanfaat bagi siswa/siswi, sebagai salah satu bahan untuk menambah wawasan
tentang aset budaya yang ada di daerahnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal Usul Taman Wisata Bukit Batu
Cerita panjang yang melatar belakangi munculnya pertapaan Bukit Batu tersebut
diawali dengan kisah seorang penduduk desa Tumbang Liting yang bernama Burut Ules.
Ia seorang yang bakaji. Pada suatu hari, seorang diri ia pergi menuju ke suatu tempat
untuk membuka lahan perladangan. Tanpa kawan, ia kerja keras, membabat hutan,
membangun pondok untuk tempat beristirahat, tanpa melupakan tradisi leluhurnya yaitu
memohon izin terlebih dahulu kepada segala mahluk yang tidak terlihat oleh mata
jasmani, penunggu daerah tersebut.
Suatu siang ketika Burut Ules merasa lelah, beristirahatlah ia sejenak di bawah
sebuah pohon rindang yang tinggi dan telah berusia ratusan tahun. Dengan posisi tiduran
sambil berbantalkan tangan, matanya menerawang jauh ke depan. Matahari bersinar
terik, namun karena berada di rimba raya, sepoi-sepoi angin menyentuh lembut
kulitnya, sejuk terasa, dan kantuk mulai datang menyerang. Akan tetapi ketika Burut
Ules nyaris terlelap, ia terperanjat dan langsung melompat bangkit. Dilihatnya tujuh
perempuan cantik yang sangat menawan turun dari langit langsung menuju telaga yang
ada didekatnya. Saat itu hujan rintik-rintik namun matahari masih bersinar dengan
teriknya. Menyaksikan hal tersebut dengan mengendap-ngendap Burut Ules mendekati
telaga. Sambil bersembunyi ia mengintip rombongan kecil tersebut. Gadis-gadis itu
langsung membuka pakaian, besaluka tanpa penutup dada, dan terjun berenang, ceria,
penuh tawa canda nan meriah. Burut Ules terpana, mata tak berkedip menyaksikan
pemandangan itu. Salah seorang yang nampak paling muda dalam kelompok itu, gerak
geriknya membuat Burut Ules sangat terpesona. Tanpa sepengetahuan si gadis, matanya
menatap tajam ke arah sang dara. Saat itu juga Burut Ules langsung jatuh cinta. Setelah
puas mandi dan berenang, kelompok kecil itu naik ke darat, kembali berpakaian dan
melompat ke angkasa menuju langit. Sejak saat itu Burut Ules menjadi susah, resah,
gelisah. Ia sangat menyesali dirinya mengapa pada saat itu tidak langsung memeluk si
perempuan bungsu yang sedang mengenakan pakaiannya seusai mandi, padahal jarak
antara mereka tidak jauh. Rasa sesal tersebut sangat menderanya hingga tidur tak
nyenyak makan pun ia tak kenyang.
Suatu hari ketika matahari sedang bersinar terik dan turun hujan rintik-rintik,
bergegas Burut Ules ke semak-semak menunggu dan mengamati telaga tempat idaman
hatinya mandi. Usaha dan penantiannya tidak sia-sia, tidak lama kemudian di angkasa
terlihat buah hatinya dengan saudara-saudaranya menukik menuju telaga. Menyaksikan
3
hal tersebut, jantung Burut Ules nyaris copot. Pelan-pelan Burut Ules menarik nafas
panjang untuk menenangkan diri. Kemudian Burut Ules melihat adegan ulangan yang
pernah ia saksikan. Ketujuh dara yang baru tiba langsung membuka pakaian, dengan
ceria terjun ke telaga, mandi sambil berenang, penuh tawa ria. Namun ketika mereka
menginjak tanah kembali untuk berpakaian, ketika itu pula Burut Ules mendadak muncul
diantara mereka dan serta merta memeluk buah hatinya. Kepanikan pun terjadi,
kelompok kecil tersebut tergesa-gesa memakai pakaiannya masing-masing langsung
lompat menuju langit dengan meninggalkan si adik bungsu yang ketakutan dalam
pelukan erat Burut Ules. Ketika semua kakaknya telah pergi meninggalkannya, si bungsu
berkata kepada Burut Ules “Mengapa aku kau sekap? Apa salahku? Dan apa maumu?
Bila kau ingin membunuhku, silahkan bunuh aku, aku tak akan melawan”. Burut Ules
tak mampu menjawab pertanyaan beruntun itu, ia hanya menjawab singkat, bahwa ia
mencintai dan ingin menikahinya. Si bungsu langsung membalas pelukan Burut Ules dan
resmilah mereka menjadi suami isteri. Selanjutnya Burut Ules sibuk menyembunyikan
pakaian yang pernah dipakai oleh isterinya saat pertama mereka bertemu. Ia khawatir
isterinya akan meninggalkannya apabila pakaian tersebut dipakai lagi oleh isterinya.
Untuk selanjutnya pakaian baru yang terbuat dari kulit kayu, yang ia berikan kepada
isterinya. Singkat cerita, isteri Burut Ules hamil dan lahirlah seorang anak laki-laki.
Burut Ules hidup bahagia bersama anak dan isterinya.
Suatu hari muncul seorang pemuda, mamut menteng, hitam, tinggi besar
mengunjungi keluarga itu. Isteri Burut Ules mengenalkan kepada suaminya bahwa
pemuda tersebut adalah salah seorang saudaranya yang datang untuk mengunjungi
mereka. Burut Ules menerima kehadiran pemuda tersebut dengan baik, bahkan pemuda
itu diizinkan turut menginap di rumahnya.Namun, lama kelamaan Burut Ules merasa
curiga karena setiap mandi di telaga, mereka selalu pergi berdua, berenang ceria, dan
hanya berdua. Anak mereka yang masih bayi ditinggal begitu saja di gubuk. Rasa
cemburu mulai muncul, namun apabila Burut Ules menanyakan hal tersebut, isterinya
selalu memberikan jawaban yang sama, bahwa pemuda tersebut benar saudaranya.
Teguran untuk mandi renang berdua di telaga telah diberikan, namun acara renang
bersama tetap juga berlanjut. Timbul kemarahan Burut Ules.
Suatu hari, pada saat yang tepat, Burut Ules menikam pemuda hitam tinggi besar
tersebut dengan tombak hingga tewas dan seketika jasadnya gaib. Sekalipun tombak
yang dipakai untuk membunuh telah disembunyikan, namun hal itu diketahui juga oleh
isterinya. Ketika Burut Ules pulang ke rumah, dijumpainya isterinya berdiri di hejan
sambil menggendong anak lelaki mereka satu-satunya.
4
Ketika melihat Burut Ules datang, dengan nada penuh duka isterinya mengatakan bahwa
ia sangat sedih dan kecewa karena suaminya tidak lagi mempercayainya bahkan tega
membunuh saudaranya. Oleh karena itu ia bertekad untuk pulang ketempat asalnya
dengan membawa serta putra mereka. Sebelum pergi, masih sempat isterinya berpesan
bahwa kelak dikemudian hari apabila anak turunan Burut Ules membutuhkan
bantuannya, maka anak semata wayang mereka akan selalu siap membantu. Dikatakan
pula bahwa kelak apabila anak mereka telah dewasa, ia tidak dapat hidup dan berdiam di
alam dimana ibunya berada karena ayah dan ibunya berasal dari alam yang berbeda.
Oleh karena itu apabila anak mereka telah dewasa, ia akan kembali ke alam ayahnya.
Setelah berkata demikian anak dan ibu lenyap dari pandangan mata Burut Ules dan Burut
Ules menjadi sedih tak terhingga. Sesal kemudian tak berguna. Burut Ules mencoba
bangkit dari kesedihannya. Hari-harinya ia habiskan untuk kerja keras, letih tidur dan
kerja lagi, kerja, kerja, dan terus bekerja. Begitu seluruh waktunya ia lalui untuk bekerja
mengurus ladang, menangkap ikan, dan banyak kegiatan lain yang ia lakukan. Waktu
berlalu, sedikit demi sedikit Burut Ules mampu bangkit kembali dari kesedihan akibat
ditinggal pergi oleh isteri dan anaknya. Kemudian kawinlah ia dengan anak Kutat. Dari
perkawinan ini lahirlah dua orang anak, seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Diyakini bahwa hingga kini Burut Ules tidak pernah meninggal dunia tetapi gaib ke alam
lain.
Suatu hari di Teluk Derep, Tumbang Kasongan, terdengar suara gemuruh
halilintar memekakkan telinga. Petir kilat sambar menyambar. Saat itu sebuah batu besar
diturunkan dari langit. Diyakini bahwa anak Burut Ules yang telah gaib bersama isteri
pertamanya, saat itu telah dewasa. Sesuai janji, apabila telah dewasa ia akan kembali ke
alam tempat bapaknya bertempat tinggal, maka janji itu telah ditepati. Batu yang
diturunkan dari langit yang kemudian terkenal dengan nama Bukit Batu diyakini sebagai
tempat kediamannya, walau tak terlihat dengan mata jasmani, namun ia ada di sana
sebagai Raja dan penguasa daerah tersebut.
2.2 Pertapaan Cjilik Riwut
Riwut Dahiang yang bertempat tinggal di daerah Sungai Sala, sangat
mendambakan anak laki-laki. Keinginan tersebut demikian kuat dan mendalam. Walau
berkali-kali Piai Riwut isterinya telah melahirkan anak, namun apabila anak laki-laki
yang lahir, selalu saja meninggal dunia dalam usia balita. Keinginan yang sedemikian
kuat membawa Riwut Dahiang bermohon dengan khusuk kepada Hatalla . Maka pergilah
ia menuju ke suatu tempat keramat yaitu Bukit Batu. Di tempat itu Riwut Dahiang
balampah dan bermohon untuk diberikan seorang putera laki-laki. Wangsit yang
5
diperoleh menyatakan bahwa kelak di kemudian hari putra lelaki yang sangat
didambakan itu akan mengemban tugas khusus bagi masyarakat sukunya. Tanggal 2
Pebruari 1918, anak laki-laki yang sangat diharapkan lahir dengan selamat di sebuah
kebun durian Kampung Katunen Kasongan Kalimantan Tengah.
Sejak kecil oleh ayahnya, Tjilik Riwut sering diajak ke Bukit Batu sehingga bagi
Tjilik Riwut kecil tempat itu sudah tidak asing lagi baginya. Setelah melampaui usia
balita, ketika sedang bermain-main dengan teman seusia, terkadang Tjilik Riwut begitu
saja pergi meninggalkan teman-temannya menuju Bukit Batu. Entah apa yang ia lakukan
disana, tak seorang pun tahu. Ketika menginjak usia remaja, Tjilik Riwut mulai
mengikuti tradisi orang tuanya, pergilah Tjilik Riwut seorang diri menuju Bukit Batu. Di
Bukit Batu ia balampah. Wangsit pertama yang ia peroleh mengarahkannya untuk
menyeberang laut menuju pulau Jawa. Ketika itu komunikasi dan transportasi dari
pedalaman Kalimantan ke Jawa amatlah sulitnya. Dapat dikatakan hanya impian.
Jangankan ke pulau Jawa, menuju Banjarmasin yang juga berada di pulau yang sama
yaitu Kalimantan membutuhkan perjuangan. Tjilik Riwut tak kenal putus asa, halangan
dan kesulitan yang menghadang ia anggap sebagai tantangan. Segala macam cara telah ia
lakukan baik berjalan kaki menerobos rimba, naik perahu dan rakit, asalkan bisa
mencapai pulau Jawa. Akhirnya sampai juga ia ke Banjarmasin. Singkat cerita, ketika
sampai di Banjarmasin, Tjilik Riwut berusaha mendapatkan pekerjaan yang ada peluang
untuk menghantarkannya ke Pulau Jawa.
Pada tahun 1942 di Banjarmasin, tengah malam ketika semua orang sedang tidur,
Tjilik Riwut bangun dari tidurnya dan langsung membangunkan kawan-kawannya yang
sedang terlelap tidur. Dengan begitu yakin Tjilik Riwut mengatakan kepada kawan-
kawannya bahwa ayahndanya Riwut Dahiang malam ini telah dipanggil Yang Kuasa.
Tentu saja semua kawan-kawannya terheran-heran, tak satupun yang percaya bahkan
mengira bahwa Tjilik Riwut sedang mimpi. Namun dengan mantap dan penuh keyakinan
sekali lagi ia mengatakan bahwa semua ini benar karena penguasa Bukit Batu baru saja
datang menemuinya menyampaikan pesan tersebut dan mengatakan bahwa sejak saat itu
Tjilik Riwut adalah teman terdekatnya. Tjilik Riwut meminta teman-temannya untuk
mencatat kejadian tersebut lengkap dengan tanggal dan jam terjadinya peristiwa.
Djainudin, Essel Djelau dan seorang teman lagi langsung mencatat walau tidak begitu
yakin bahwa apa yang dialami Tjilik Riwut tersebut benar terjadi. Untuk mengecek
kebenaran firasat tersebut hanya mungkin apabila ada seorang warga yang berasal dari
Kasongan datang ke Banjarmasin. Saat itu komunikasi tidak semudah saat ini.
6
Belum ada telepon, belum ada layanan pos, pengiriman berita mungkin terjadi apabila
ada kenalan yang datang dari kampung halaman. Suatu hari ketika seorang kawan datang
dari Kasongan ke Banjarmasin, Tjilik Riwut bergegas menanyakan keadaan orang
tuanya. Memang benar pada saat firasat dirasakan, pada saat itulah ayah tercintanya pergi
menghadap ke hadirat Illahi.
Di masa Revolusi ketika Tjilik Riwut telah berhasil mencapai pulau Jawa bahkan
telah terlibat aktif dalam perjuangan menantang Belanda, dalam suatu kesempatan ia
pulang kampung dan balampah di Bukit Batu. Ia mohon petunjuk dalam perjuangannya
melawan penjajah. Dalam kesempatan itupun Tjilik Riwut bernazar untuk tidak menikah
sebelum Indonesia merdeka . Sesuatu ia peroleh begitu usai balampah yaitu sebuah batu
berbentuk daun telinga. Wangsit yang ia peroleh mengatakan bahwa batu tersebut dapat
digunakan untuk mendengarkan dan memonitor musuh apabila diletakkan pada daun
telinganya. Namun setelah kemerdekaan diperoleh oleh bangsa Indonesia, batu telinga
itu pun gaib.
7
2.3 Objek-Objek Yang Dapat Ditemui Di Taman Wisata Bukit Batu Kasongan
Kabupaten Katingan
2.3.1 Batu Banama
Memasuki areal bukit batu ini kita akan disambut oleh sebuah batu yang
bernama BATU BANAMA – Banama dalam bahasa Sangiang artinya perahu besar.
Batu ini adalah pintu gerbang untuk masuk ke lingkungan Bukit Batu. Kalau dilihat dari
depan bentuknya mirip dengan peta Propinsi Kalimantan Tengah, dan batu ini juga
menunjukan jumlah anak sungai yang ada di Kalimantan yang berjumlah 9
2.3.2 Batu Keramat
BATU KERAMAT – Batu ini mempunyai hubungan erat dengan riwayat hidup
Pahlawan Nasional Tjilik Riwut dari Suku Dayak Kalimantan Tengah.
2.3.3 Batu Sial
8
BATU SIAL – konon batu ini adalah tempat orang membuang sial, barang siapa yang
mempunyai kesialan hidup maka dia dapat membuangnya dengan cara berniat menaiki
batu ini. Sesampainya diatus batu dia “MELAHAP” – atau teriakan khas Dayak
sebanyak tiga kali.
2.3.4 Pasah Patahu
PASAH PATAHU - Rumah kecil tempat menaruh sesaji untuk para roh yang ada
disana.
2.3.5 Batu Dewa
9
BATU DEWA - konon apabila berniat baik memohon sesuatu dan bisa menaiki batu ini
niscaya akan terwujud.
2.3.6 Batu Penyang
BATU PENYANG – Batu ini berfungsi sebagai tempat meminta pegangan kekuatan
mental spiritual dan keberanian dalam menghadapi musuh atau masalah disepanjang kita
meyakini dengan niat baik.
2.3.7 Batu Darung Bawan
10
BATU DARUNG BAWAN – Darung Bawan adalah orang yang paling gagah berani
dalam kebenaran setingkat dengan Bandar Rambang, termasuk orang gaib sebagai
penghuni dari Bukit Batu Manuah.
2.3.8 Batu Gaib/Bertapa
BATU GAIB/BERTAPA – Batu ini didiami oleh Roh gaib yang dapat menolong
manusia dalam bentuk wahyu dan memberikan barang pusaka. Apabila pantangan dalam
pemberian pusaka itu dilanggar maka barang pusaka akan hilang/gaib.
2.3. 9 Tempat Cjilik Riwut Bertapa
11
Konon disinilah tempat Cjilik Riwut bertapa(Balampah)
2.3.10 Batu Nyapau
BATU NYAPAU(ATAP) – Menurut cerita rakyat sekitar, disinilah tempat Cjilik riwut
beristirahat setelah melakukan pertapaan.
2.3.11 Batu Raja
12
BATU RAJA - Apabila seseorang berjodoh dari batu ini akan muncul berupa batu
kerikil. Jika seseorang pemimpin mendapatkan batu ini maka ia akan bersifat adil dan
bijaksana.
2.3.12 Batu Kamiak
BATU KAMIAK – Konon di atas batu ini tempat Burung Kamiak/Tambulanak
bertengger untuk menjaga alam sekitarnya. Orang-orang yang berkunjung ke Taman
Wisata ini tidak boleh berbicara hal-hal yang kurang baik, karena dia selaku penjaga
disitu tidak menyukainya. Burung Kamiak ini akan marah apabila pantangannya
dilanggar.
2.3.13 Batu Tingkes/Nenung Pambelum
13
BATU TINGKES/NENUNG PAMBELUM – Apabila dapat masuk dan keluar dari
batu ini maka kehidupan akan senang dan bahagia serta terkabul keinginannya.
2.3.14 Balai Keramat
BALAI KERAMAT – Apabila orang bernazar dan ingin mendapatkan pangkat yang
tinggi dalam pekerjaannya, dan apabila terkabul cita-citanya maka ia akan mendirikan
Balai Keramat ini.
2.3.15 Telaga Bawin Kameloh
14
TELAGA BAWIN KAMELOH – Telaga/sumur ini adalah tempat mandi Bawin
Kameloh yang airnya tidak pernah kering walaupun musim kemarau. Menurut
kepercayaan masyarakat setempat apabila kita mencuci/membasuh wajah dengan air dari
telaga ini dengan niat yang tulus maka bagi perempuan akan berwajah cantik serta
mudah mendapat jodoh, bagi yang laki-laki akan terpandang, dihormati dan disukai oleh
kaum hawa.
2.3.16 Telapak Kaki Raja
TELAPAK KAKI RAJA – Menurut cerita rakyat sekitar ini adalah bekas dari
telapak kaki Raja penguasa Bukit Batu.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan temuan dan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Wisata Taman Bukit Batu adalah tempat yang sangat tidak asing bagi
warga Kalimantan Tengah, bukit ini sangat dikenal karena merupakan
tempat BALAMPAH atau bertapanya Tjilik Riwut – salah satu pahlawan
nasional dan pendiri propinsi ini. Disamping terkenal sebagai suatu
tempat mistis, tempat ini juga menawarkan keindahan alam dan pesona
hamparan batu alam yang tersusun apik.
Objek-Objek Yang Dapat Ditemui Di Taman Wisata Bukit Batu
Kasongan Kabupaten Katingan diantaranya :
o Batu Banama
o Batu Keramat
o Batu Sial
o Pasah Patahu
o Batu Dewa
o Batu Penyang
o Batu Darung Bawan
o Batu Gaib/Bertapa
o Tempat Cjilik Riwut Bertapa
o Batu Nyapau
o Batu Raja
o Batu Kamiak
o Batu Tingkes/Nenung Pambelum
o Balai Keramat
o Telaga Bawin Kameloh
o Bekas Telapak Kaki Raja Penguasa Bukit Batu
3.2 SARAN – SARAN
Sebagai implikasi hasil temuan peneliti tersebut di atas, dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut:
Untuk pengelolaan taman wisata bukit batu, bisa lebih di tingkatkan baik
itu menyangkut fasilitas umum untuk pengunjung misalnya tempat parkir
kendaraan, tempat istirahat, tempat kamar buang air besar/kecil (wc).
16
Untuk kepala sekolah beserta staf penganjar, kegiatan – kegiatan yang
diadakan seperti mengunjungi tempat wisata khususnya di bidang
kebudayaan agar di tingkatkan, supaya ikut melertarikan dan memelihara
kebudayaan milik daerah masing-masing.
Untuk siswa/siswi, agar menambah wawasan tentang budaya sendiri dan
ikut melestarikan kebudayaan di daerah kita.
17