4
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang tidak disukai siswa, banyak siswa beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sukar. Kesukaran matematika disebabkan karena matematika merupakan bidang studi yang didominasi oleh lambang-lambang sehingga tingkat abstraksinya lebih tinggi dibandingkan dengan bidang studi lainnya (Rahmi, 2008). Pembelajaran matematika harus didasarkan atas karakteristik matematika dan siswa itu sendiri. Proses pembelajaran dapat diikuti dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan materi pelajaran (Markaban, 2006 : 3). Anitah, dkk (2008 : 1.3) berpendapat bahwa semakin baik model pembelajaran yang dipakai, semakin efektif pula pencapaian tujuan dari proses pembelajaran. Berdasarkan keterangan dari guru matematika kelas VII diperoleh informasi bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII belum sesuai KKM. Kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan sekolah yaitu 70, data yang diberikan oleh guru menunjukkan rata-rata hasil tes tengah semester genap tahun ajaran 2011/2012 dari kelas VII sebesar 50.54 dengan banyaknya siswa yang tuntas 19 siswa dari keseluruhan 187 siswa. Kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran matematika kelas VII di SMP N 10, sebagian besar materi disampaikan dengan menggunakan model ceramah. Hal ini membuat siswa kurang aktif dan cenderung guru sebagai pusat pembelajaran dan hasil belajar siswa yang diperoleh belum maksimal. Pembelajaran matematika harus mampu mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi proses pembelajaran, sehingga ada perubahan dalam hal pembelajaran matematika yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru sudah sewajarnya diubah menjadi berpusat pada siswa (Markaban, 2006 : 3-4). Situasi belajar yang diharapkan adalah siswa yang lebih banyak berperan aktif dalam

Contoh Bab 1 Perbedaan Nht Dan Gi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

xcx

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pelajaran matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang

    tidak disukai siswa, banyak siswa beranggapan bahwa matematika

    adalah mata pelajaran yang sukar. Kesukaran matematika disebabkan

    karena matematika merupakan bidang studi yang didominasi oleh

    lambang-lambang sehingga tingkat abstraksinya lebih tinggi

    dibandingkan dengan bidang studi lainnya (Rahmi, 2008).

    Pembelajaran matematika harus didasarkan atas karakteristik

    matematika dan siswa itu sendiri. Proses pembelajaran dapat diikuti

    dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila menggunakan model

    pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan

    sesuai dengan materi pelajaran (Markaban, 2006 : 3). Anitah, dkk

    (2008 : 1.3) berpendapat bahwa semakin baik model pembelajaran

    yang dipakai, semakin efektif pula pencapaian tujuan dari proses

    pembelajaran.

    Berdasarkan keterangan dari guru matematika kelas VII

    diperoleh informasi bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII

    belum sesuai KKM. Kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan

    sekolah yaitu 70, data yang diberikan oleh guru menunjukkan rata-rata

    hasil tes tengah semester genap tahun ajaran 2011/2012 dari kelas VII

    sebesar 50.54 dengan banyaknya siswa yang tuntas 19 siswa dari

    keseluruhan 187 siswa. Kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran

    matematika kelas VII di SMP N 10, sebagian besar materi disampaikan

    dengan menggunakan model ceramah. Hal ini membuat siswa kurang

    aktif dan cenderung guru sebagai pusat pembelajaran dan hasil belajar

    siswa yang diperoleh belum maksimal.

    Pembelajaran matematika harus mampu mengaktifkan siswa

    selama proses pembelajaran berlangsung dan mengurangi

    kecenderungan guru untuk mendominasi proses pembelajaran,

    sehingga ada perubahan dalam hal pembelajaran matematika yaitu

    pembelajaran yang berpusat pada guru sudah sewajarnya diubah

    menjadi berpusat pada siswa (Markaban, 2006 : 3-4). Situasi belajar

    yang diharapkan adalah siswa yang lebih banyak berperan aktif dalam

  • 2

    proses belajar di dalam kelas. Keterlibatan siswa secara aktif amat

    dipentingkan dalam kegiatan pembelajaran (Budiningsih, 2005 : 48).

    Merta (2008: 1045) mengungkapkan bahwa dalam proses

    pembelajaran guru harus menggunakan model pembelajaran yang

    memungkinkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam belajarnya.

    Model Pembelajaran Kooperatif menunjuk pada bermacam-macam

    model pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja dalam

    kelompok kecil untuk saling membantu, berdiskusi, saling memberi

    argumentasi, saling menilai pengetahuan yang dimiliki sekarang dan

    mengisi kesenjangan pemahaman diantara siswa (Slavin dalam Koyan:

    2003). Upaya untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, salah

    satunya dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI

    dan tipe NHT. Tipe GI (Group Investigation) mempunyai tiga konsep

    utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge,

    dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin

    S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa

    memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah

    tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh

    siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Dinamika

    kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok

    saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta

    saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.

    Menurut Ibrahim (Rahmi, 2008:87) Model Pembelajaran

    Kooperatif tipe NHT merupakan variasi sebuah diskusi kelompok yang

    lebih banyak meminta keaktifan siswa. Proses pembelajaran NHT

    masing-masing anggota kelompok harus paham dengan hasil kerja

    kelompoknya. Ciri khas dari NHT adalah guru hanya menunjuk seorang

    siswa dengan menyebutkan salah satu nomor yang mewakili

    kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya itu,

    sehingga masing-masing anggota kelompok harus paham dengan hasil

    kerja kelompoknya. Muhammad Nur (Rahmi, 2008:87) model

    pembelajaran ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan

    merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung

    jawab individu dalam diskusi kelompok.

    Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI dan NHT ini

    mempunyai persamaan yaitu membagi siswa dalam kelompok-

    kelompok kecil secara heterogen. Selain itu dalam pembelajaran

  • 3

    kooperatif tipe GI dan tipe NHT mengutamakan kerja sama dan

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berargumen dan

    mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

    Salindri (2011) melakukan penelitian tentang penggunaan

    Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT dan tipe GI pada

    pembelajaran matematika siswa SMA se-Kabupaten Wonogiri. Hasil

    analisis yang dilakukan oleh Salindri menyimpulkan bahwa

    penggunaan model pembelajaran NHT menghasilkan prestasi belajar

    matematika yang sama dengan penggunaan model kooperatif tipe GI

    pada materi pokok turunan fungsi. Hasil penelitian tersebut

    menyatakan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar

    dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI dan

    NHT.

    Hasil penelitian tersebut berlawanan dengan hasil penelitian

    Sardjoko (2010) yang menyebutkan bahwa siswa pada Model

    Pembelajaran Kooperatif tipe NHT prestasi belajar matematika lebih

    baik daripada siswa pada model kooperatif tipe GI. Penelitian yang

    dilakukan Sardjoko menunjukkan bahwa adanya perbedaan hasil

    belajar siswa yang diajar menggunakan Model Pembelajaran

    Kooperatif tipe NHT dan tipe GI.

    Berdasarkan paparan diatas, maka dilakukan suatu penelitian

    yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar

    siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI dan

    tipe NHT.

    B. Pembatasan Masalah

    Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah penerapan

    Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dan tipe

    Number Head Together, dalam proses belajar mengajar mata pelajaran

    matematika.

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah dapat dirumuskan

    permasalahan yaitu apa ada perbedaan hasil belajar matematika

    antara siswa yang diajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe

    Group Investigation dengan tipe Number Head Together pada materi

    sudut.

  • 4

    D. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan uraian rumusan masalah maka penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika pada

    siswa kelas VII SMP Negeri 10 Salatiga yang diajar melalui Model

    Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dan tipe Number

    Head Together pada materi sudut.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih

    pemikiran dan memberikan pengalaman langsung kepada guru

    untuk mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

    Group Investigation dan Number Head Together dalam upaya

    meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Siswa

    Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif

    tipe Group Investigation dan Number Head Together

    diharapkan dapat menumbuhkan suasana belajar yang

    menyenangkan, mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang

    berpusat pada siswa dan mengembangkan keterampilan siswa

    didalam kelompok sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan

    hasil belajar dan dapat membangun interaksi positif antar siswa

    dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

    b. Bagi Guru

    Sebagai bahan masukan untuk memperluas

    pengetahuan dan wawasan bagi guru mengenai model

    pembelajaran sehingga Model Pembelajaran Kooperatif tipe

    Group Investigation dan Number Head Together dapat menjadi

    salah satu cara dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa.

    c. Bagi Peneliti

    Sebagai suatu rujukan bagi peneliti lain dalam

    menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group

    Investigation dan Number Head Together pada konsep

    matematika lainnya.