Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH KURS NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INDEKS
NIKKEI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
TAHUN 2007-2010
Skripsi
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
Eko Yuono (F0107007)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
Karya ini penulis persembahkan untuk:
Allah SWT
Ibu, Bapak, Indra, Nita dan Ery
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya yang telah memberikan
kesempatan berproses sehingga dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul
”Pengaruh Kurs Nilai Tukar, Suku Bunga Deposito dan Indeks Nikkei terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun 2007-2010 ”. Skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1
pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi UNS yang telah memberikan wawasan
mengenai dan pengaruh ilmu fiskal saya selama di FE UNS .
3. Ibu Siti Aisyah Tri R., SE, Msi., selaku Pembimbing yang telah memberikan
izin penelitian dan bimbingan yang luar biasa. Mohon maaf apabila saya
merepotkan, tetapi anda adalah dosen dan pembimbing yang luar biasa.
4. Ibu Dr. Yunastiti Purwaningsih dan Drs. Sutomo, MS, selaku Pembimbing
Akademik. Ilmu yang anda ajarkan dikelas Ekonomi SDM tidak akan
terlupakan Pak.
5. Ibu Dwi Prasetyani, SE, Msi yang memberikan pendidikan luar biasa bersama
Ibu Izza Mafruhah, SE, Msi yang selalu mendukung saya dalam akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
6. Ibu Dra Endang Widowati MESP, yang memberikan pengaruh ilmu Ekonomi
Makro, terima kasih bu. Bapak Dr. A. Suryantoro, MS yang memberikan saya
pengaruh ilmu evaluasi proyek, kelas yang menyenangkan untuk berdiskusi
pak. Bapak Dr. AM. Susilo, MS, untuk kelas perencanaan pembangunan yang
luar biasa. Bapak Joko Nugroho, Drs, ME, untuk ilmu matematika ekonomi
yang selalu terpakai hingga saat ini.
7. Ibu Tri Mulyaningsih SE, M.Si dan Ibu Nurul Istiqomah, SE, M.Si yang
benar-benar memberikan kelas statistika ekonomi yang menyenangkan. Bapak
Hari Murti, Drs, M.Si yang memberikan mata kuliah Metodologi Penelitian.
Bapak Mugi Rahardjo, Drs, M.Si berkat anda saya menyukai konsentrasi
ekonomi SDA pak terima kasih. Ibu Nunung Sri Mulyani, Dra yang
memberikan saya dasar ekonomi mikro yang kuat. Pak Sri Mulyono, Drs,
M.Si, yang memberikan ilmu moneter pertama saya di FE UNS.
8. Bapak Wahyu Agung Setyo, Drs, M.Si., yang mengajarkan mengenai ilmu
koperasi dan ekonomi internasional yang luar biasa, anda benar-benar
qualified pak. Pak Vinc Hadiwiyono, Drs, MA yang sering berdiskusi saya
bersama Bapak Bhimo Rizky SE, M.Si., terima kasih atas segala
masukannya.Bapak Sutanto, Drs, M.Si.,yang memberikan mata kuliah
ekonomi internasional terima kasih atas ilmunya pak.
9. Bapak Sumardi, SE, ilmu keuangan daerah yang anda ajarkan sangat senang
untuk saya aplikasikan di daerah saya, terima kasih pak. Bapak Riwi
Sumantyo, SE, Msi, terima kasih atas ilmu LQ, Shift Share dan kelas di
Kebanksentralan yang sangat menyenangkan. Bapak Dr. Johny Sarungu, MS,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
yang memberikan saya ilmu ekonomi makro lanjutan dan mengajarkan
pentingnya berlaku jujur dalam dunia pendidikan, terima kasih pak.
10. Bapak Dr. Guntur Riyanto, M.Si., kelas pertanian sangat menyenangkan pak,
dan saya tahu anda pribadi yang qualified dalam ilmu ekonomi pertanian pak.
Bapak Bambang Irawan, SE, M.Si., yang benar-benar memberikan saya
pengetahuan bahwa dunia luas, saya ingin memiliki wawasan seperti anda
nantinya pak, terima kasih atas kelas kelas Perekonomian Indonesia yang luar
biasa.
11. Bapak Akhmad Daerobi, Drs, MS, Bapak Bambang Supriyanto, SE, Bapak
Mulyanto, Drs, ME, Bapak Heri Sulistyo Jati N., SE, Bapak Lukman Hakim,
SE, Msi, Bapak Supriyono, Drs serta Bapak Tetuko Rawidyo, SE, Msi
walaupun tidak pernah menerima ilmu langsung dari anda, namun terima
kasih atas waktu yang diberikan untuk berdiskusi sekedarnya dengan saya.
12. Seluruh staff kemanan RS Islam Klaten karena telah mengizinkan saya
mengerjakan skripsi ini di ruang gawat darurat selama hampir 2 bulan.
13. Tim Basket FE UNS dan UBB UNS, Futsal E-United dan Jatas FC walau
hanya sebentar bersama tapi sangat berkesan.
14. Ibu, yang berkali-kali mendengar anaknya kesakitan lahir dan batin. Bapak
yang tak pernah lelah bekerja, serta Nita, adik kecil yang akan kujadikan
dokter nantinya.
15. Untuk Ery Prabasari, alumni Manajemen FE UNS 2006 sebagai kekasih yang
mendukungku selama 3 tahun di UNS, semoga kamu segera sadar dari
keadaan koma, karena saya berusaha disamping kamu selama 2 bulan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Saya janji akan menduduki posisi puncak di Bank Indonesia pada masa yang
akan datang demi cita-cita kita berdua.
16. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, kami
mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat-
Nya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi wacana pengembangan penelitian Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan, khususnya konsentrasi ekonomi moneter dan
implikasinya pada tataran empiris dan praktis. Segala kritik dan saran yang
bersifat membangun kepada penulis diterima dengan senang hati.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Surakarta, 09 Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B Perumusan Masalah .......................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12
A. Landasan Teori .................................................................................. 12
1. Pasar Modal .................................................................................. 12
a. Macam-Macam Pasar Modal .................................................... 13
b. Indeks Harga Saham Gabungan ................................................ 17
c. Metode Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan ............... 20
e. Perhitungan Harga Teoritis dan Penyesuaian Nilai Dasar ........ 23
f. Teori Permintaan Aset ............................................................... 33
g. Efficient Market Theory .............................................................. 39
h. Hipotesis Random Walk ........................................................... 42
2. Nilai Tukar Mata Uang ................................................................. 44
a. Pengertian Nilai Tukar Mata Uang ............................................. 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
b .Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang ................. 45
c. Sistem Nilai Tukar Mata Uang ................................................ 46
d .Nilai Tukar Riil ........................................................................ 47
e. Interest Parity Condition ........................................................... 48
f. Peran Suku Bunga Terhadap Pembentukan Nilai Tukar ............ 51
g. Interest Arbitrage ........................................................................ 54
3. Suku Bunga
a. Perbedaan Tingkat Bunga ......................................................... 56
b. Permintaan Tabungan ................................................................. 60
c. Permintaan Investasi ................................................................... 63
d. Keseimbangan Tingkat Bunga (Teori Klasik) ............................ 64
e. Teori Preferensi Likuiditas Tingkat Bunga ................................ 65
f. Keseimbangan Tingkat Bunga pada Teori Dana Pinjaman ........ 68
B. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 69
C. Kerangka Penelitian ........................................................................... 74
D. Hipotesis ............................................................................................ 75
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 78
A. Desain Penelitian ............................................................................... 77
B. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 78
C. Defenisi Operasional Variabel .......................................................... 79
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ........................................ 79
2. Kurs Nilai Tukar ........................................................................... 80
3. Indeks Nikkei ............................................................................... 80
4. Suku Bunga Deposito 3 Bulan ..................................................... 80
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 81
E. Metode Analisis Data ......................................................................... 81
1. Uji Pemilihan Model ...................................................................... 83
2. Pembentukan Model Autoregressive Distributed Lag ................... 86
3. Pemilihan Lag Optimum pada Model ARDL ................................ 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
4. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 88
5. Uji Statistik .................................................................................... 93
5. Membentuk Variabel Jangka Panjang pada Model ARDL ............ 95
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................... 99
A. Gambaran Umum Variabel IHSG ................................................... 101
B. Gambaran Umum Variabel Kurs Nilai Tukar .................................. 112
C. Gambaran Umum Variabel Suku Bunga Deposito 3 Bulan ............. 121
D. Gambaran Umum Indeks Nikkei ..................................................... 129
E. Pemilihan Model ............................................................................... 138
F. Pembentukan Model Autoregressive Distributed Lag ...................... 140
G. Pemilihan Tingkat Lag Optimum ..................................................... 142
H. Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 144
1. Uji Normalitas ............................................................................... 144
2. Uji Multikolinieritas ..................................................................... 145
3. Uji Autokorelasi ........................................................................... 146
4. Uji Heterokedastisitas .................................................................. 147
I. Uji t-Statistik ...................................................................................... 148
J. Uji F (F-test) ....................................................................................... 149
K. Goodness of Fit atau Koefisien Determinasi .................................... 149
I. Interpretasi Hasil ................................................................................ 150
BAB V Kesimpulan dan Saran ......................................................................... 155
A. Kesimpulan ..................................................................................... 155
B. Saran ................................................................................................ 157
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xvi
LAMPIRAN ........................................................................................................ xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Hasil Uji MWD ......................................................................................... 139
4.2 Hasil Regresi Model Log-linier ................................................................. 141
4.3 Pemilihan Lag Optimum ........................................................................... 142
4.4 Hasil Regresi Model ARDL ...................................................................... 143
4.5 Koefisien Jangka Panjang dan Jangka Pendek Model ARDL ................... 143
4.6 Hasil Uji Normalitas .................................................................................. 144
4.7 Hasil Uji Multikolinieritas ......................................................................... 146
4.8 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................... 147
4.9 Hasil Uji Heterokedastisitas ...................................................................... 147
4.10 Tabel t-statistic .......................................................................................... 148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
2.1 Efek Kenaikan Tingkat Suku Bunga terhadap Mata Uang Domestik ........... 52
2.2 Efek Kenaikan Tingkat Pengembalian Mata Uang Asing.... .......................... 53
2.3 Kenaikan dalam Premi Resiko. ....................................................................... 59
2.4 Hubungan Tingkat Bunga dan Tabungan ..................................... ................. 62
2.5 Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi ........................................................ 63
2.6 Hubungan Tingkat Bunga, Jumlah Tabungan dan Investasi.......................... 65
4.1 Pergerakan IHSG tahun 2007 ........................................................................ 101
4.2 Pergerakan IHSG tahun 2008 ......................................................................... 102
4.3 Pergerakan IHSG tahun 2009 ......................................................................... 107
4.4 Pergerakan IHSG tahun 2010 ......................................................................... 110
4.5 Pergerakan Nilai Tukar tahun 2007 ................................................................ 113
4.6 Pergerakan Nilai Tukar tahun 2008 ................................................................ 113
4.7 Pergerakan Nilai Tukar tahun 2009 ................................................................ 116
4.8 Pergerakan Nilai Tukar tahun 2010 ................................................................ 118
4.9 Pergerakan Suku Bunga Deposito tahun 2007 ................................................ 121
4.10 Pergerakan Suku Bunga Deposito tahun 2008 ................................................ 122
4.11 Pergerakan Suku Bunga Deposito dan BI Rate .............................................. 124
4.12 Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2009 .............................................. 125
4.13 Pergerakan Suku Bunga Deposito tahun 2010 ................................................ 127
4.14 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2007 ............................................................ 129
4.15 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2008 ............................................................ 131
4.16 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2009 ............................................................ 133
4.17 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2010 ............................................................ 135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 74
3.1 One-Tail Test Level of Significance.............................................................. 95
3.2 One-Tail Test Level of Significance.............................................................. 97
3.3 F –test Level of Significance ......................................................................... 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH KURS NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INDEKS
NIKKEI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
TAHUN 2007-2010
ABSTRAK
Eko Yuono
F0107007
Penelitian ini meneliti dampak kurs nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika, Indeks Nikkei dan Suku Bunga Deposito 3 bulan terhadap IHSG. Tujuan penelitian ini adalah melihat hubungan yang terjadi antara variabel independen dengan dependen yaitu kurs nilai tukar terhadap IHSG, indeks Nikkei terhadap IHSG dan suku bunga deposito terhadap IHSG.
Penelitian ini menggunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL) dengan alasan terdapat masalah spurious regression apabila melakukan estimasi dengan model loglinier. Model ARDL merupakan model yang memasukkan variabel lag di sisi kanan persamaan baik variabel independen dan dependen. Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2007-2010. Pemilihan model menggunakan uji MWD dan memberikan hasil bahwa model yang tepat adalah model loglinier. Lag yang dipilih dalam penelitian ini adalah lag t-1 dan dipilih menggunakan parameter SIC.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa kurs nilai tukar, dan indeks Nikkei berpengaruh signifikan terhadap IHSG dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0.0009 dan 0.0313 pada tingkat kesalahan 5%. Sedangkan untuk suku bunga deposito 3 bulan tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap IHSG pada tingkat kesalahan 5%. Hubungan antara IHSG dan indeks Nikkei adalah positif dimana apabila indek Nikkei mengalami penguatan sebesar 1% maka IHSG akan ikut menguat sebesar 2.93% pada jangka panjang . Hubungan antara kurs nilai tukar dan IHSG adalah negatif, apabila kurs mengalami depresiasi maka IHSG akan tertekan sebesar 4.98%. Variabel suku bunga deposito 3 bulan t-1 tidak signifikan sehingga koefisien suku bunga tersebut dianggap sebesar -1.00 yang artinya kenaikan tingkat suku bunga 1% akan memberikan efek pada turunnya IHSG sebesar 1%.
Untuk memacu kinerja pasar modal domestik, Pemerintah dapat mempergunakan peluang depresiasi nilai tukar. Variabel suku bunga deposito tidak memberikan efek kepada perubahan IHSG sehingga Pemerintah tidak perlu menggunakan instrumen kebijakan suku bunga deposito untuk mengendalikan pasar modal. Kinerja Nikkei yang searah dengan IHSG menunjukkan bahwa terdapat peluang untuk pengembangan pasar modal domestik melalui pihak asing.
Kata Kunci: ARDL, IHSG, Nilai Tukar, Nikkei, Suku Bunga Deposito.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Liberalisasi perekonomian dunia menyebabkan hubungan ekonomi antar
negara menjadi lebih erat ketimbang satu dasawarsa yang lalu. Integrasi
perekonomian yang terjadi di dunia terjadi secara perlahan namun pasti. Kawasan
Asia Tenggara yang ditempati oleh Indonesia dan beberapa negara tetangga
menunjukkan geliatnya dalam melakukan aktivitas ekonomi bersama. Dampaknya
adalah globalisasi di bidang perekonomian sehingga siapa saja dapat menanamkan
modalnya di berbagai negara tanpa ada batasan wilayah.
Salah satu indikator makro yang paling diperhatikan adalah Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Gerakan indeks harga saham suatu negara dapat
dijadikan sebagai salah satu tolak ukur untuk melihat kondisi perekonomian
negara tersebut secara makro (Nachrowi dan Usman, 2007). Sepanjang tahun
2007, kinerja IHSG menunjukkan hasil yang positif berupa penguatan dari level
1757 pada Januari 2007 ke level 2754 pada Desember 2007 atau sebesar lebih dari
60% dari awal tahun.
Krisis surat utang yang terjadi di Amerika pada tahun 2008 menggerus
perekonomian global terutama dari sisi permintaan negara maju seperti Amerika
dan Uni Eropa. Pertumbuhan ekspor Indonesia yoy (Year on Year) semenjak
kuartal pertama hingga kuartal keempat tahun 2008 terus mengalami penurunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dari semula 13,6% pada kuartal pertama sampai kepada level 1,6% pada kuartal
keempat (Bank Indonesia, 2009:7). Tergerusnya pertumbuhan ekspor Indonesia
dibarengi dengan lesunya perdagangan saham di bursa efek yang hanya mencapai
angka perdagangan saham rata-rata 50 milyar lembar dari bulan November 2008
hingga maret 2009 (Bank Indonesia, 2008:104-105). Bandingkan dengan bulan-
bulan berikutnya yaitu Agustus 2009 dimana jumlah saham yang diperdagangkan
mencapai angka 188 milyar lembar yang menandakan ekonomi mulai bergeliat
dari sisi pasar modal. Apabila perekonomian suatu negara dalam keadaan baik,
maka IHSG juga memiliki pola yang baik dalam arti memiliki trend meningkat.
Sedangkan apabila trend perekonomian Indonesia menurun, IHSG cenderung
terkena imbasnya dengan mengalami koreksi atau penurunan (Novita dan
Nachrowi, 2006).
Sementara itu, dalam era globalisasi yang semakin menyatukan aktivitas
perekonomian global, membuat indeks bursa saham di dunia saling terkait melalui
pergerakan modal dan kordinasi kebijakan antar negara (Valdkhani dan
Chancarat, 2008). Keterkaitan ini mengakibatkan aliran dana antar negara
mengalir sangat deras baik itu dalam bentuk capital inflow atau capital outflow.
Masuknya dana asing ke dalam perekonomian suatu negara disebut dengan
capital inflow (Aydemir dan Demirhan, 2009). Aliran dana ini ibarat darah segar
bagi pertumbuhan positif IHSG dalam negeri, terlebih bagi negara berkembang
seperti Indonesia. Oleh karena itu, keadaan makro perekonomian akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menentukan apakah investor akan bertahan atau keluar dari aktivitas investasinya
(Ayemir dan Demirhan, 2009).
Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa perekonomian negara saat
sekarang ini saling mempengaruhi karena terintegrasi satu sama lainnya. Ekonomi
negara yang lebih kuat mempunyai kencenderungan mendominasi negara yang
perekonomiannya lebih lemah (Wondabio, 2006). Hatten Marry Louise (1986)
dalam Wondabio (2006) mengatakan bahwa suatu negara yang memiliki modal
yang kuat pasti unggul dalam setiap transaksi perekonomian. Dengan asumsi
kapitalisasi pasar modal negara maju yang lebih besar dibanding negara
berkembang, maka dapat diambil suatu fenomena bahwa IHSG negara dengan
perekonomian yang kuat dapat mempengaruhi IHSG negara dengan
perekonomian yang lebih lemah (Nachrowi dan Usman dalam Nachrowi , 2007).
Masih dan Masih (1999) dalam Valadkhani dan Chancarat (2008) mengemukakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara indeks harga saham negara maju
dengan indeks harga saham negara berkembang.
Indeks Nikkei adalah indeks perdagangan saham di negara Jepang.
Keterkaitan antara Jepang dan Indonesia dapat dikatakan sangat kuat karena
aktivitas perekonomian, terutama dari sisi ekpor. Jepang adalah negara tujuan
ekspor terbesar Indonesia. Negara Jepang merupakan konsumen nomor satu
ekspor material energi seperti minyak bumi dan batu bara yang berasal dari
Indonesia. Seiring dengan dominasi sektor energi di neraca ekspor kita, saham
sektor energi juga merupakan saham unggulan yang kinerjanya terus meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Sesuai dengan pendapat (Nachrowi dan Usman dalam Nachrowi , 2007)
mengatakan bahwa pasar modal negara kuat akan mempengaruhi pasar modal
negara berkembang maka dalam konteks ini indeks Nikkei akan mempengaruhi
IHSG. Nikkei memiliki kapitalisasi pasar modal yang lebih besar daripada
Indonesia. Sampai dengan Desember 2010 kapitalisasi rupiah berada pada level
3.243 triliun Rupiah sedangkan indeks Nikkei berada pada level 30.492 triliun
Rupiah atau hampir sepuluhs kali lipat IHSG.
Kurs rupiah terhadap USD memainkan peranan penting dalam
perekonomian utamanya di pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan
Indonesia cenderung memiliki hubungan yang negatif dengan kurs. Nachowi dan
Usman (2007) mengemukakan bahwa IHSG berhubungan negatif dengan kurs
nilai tukar Rupiah terhadap USD dimana apabila terjadi penguatan nilai tukar
Dollar dalam hal ini depresiasi Rupiah maka IHSG akan cenderung melemah.
Argumentasi ini pun dikuatkan oleh pendapat Wahyudi (2005) dalam Nachrowi
dan Usman (2007) dimana pasar modal dan pasar uang memiliki hubungan yang
negatif dalam jangka pendek. Pelemahan nilai tukar atau depresiasi juga
mempengaruhi kinerja IHSG di berbagai negara. Ajayi dan Mogue (1996) dalam
Murwaningsari (2008) berpendapat bahwa peningkatan jumlah harga saham
domestik mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai mata uang domestik dalam
jangka pendek dan berpengaruh postif dalam jangka panjang. Sedangkan
depresiasi mata uang berpengaruh negatif terhadap pasar modal baik dalam jangka
panjang maupun jangka pendek (Murwaningsari, 2008) dan (Wahyudi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2005,dalam Nachrowi dan Usman, 2007). Di sisi lain, Kurihara (2006) dan Batori
et al (2010) berpendapat bahwa depresiasi nilai mata uang justru akan
meningkatkan ekspor sehingga saham-saham di negara yang berorientasi pada
ekspor akan ikut meningkat. Novita dan Nachrowi (2006) mengatakan bahwa
indeks harga saham gabungan dipengaruhi oleh harga input dan output melalui
mekanisme depresiasi mata uang yang disebut dengan traditional approach.
Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap USD akan mempengaruhi kinerja
perusahaan-perusahaan di dalam negeri yang berorientasi impor karena harga
input produksi akan meningkat sehingga menurunkan daya saing perusahaan. Ini
sesuai dengan pendapat Novita dan Nachrowi (2006) bahwa perubahan nilai tukar
akan mempengaruhi daya saing internasional suatu perusahaan. Akibat dari
depresiai nilai tukar adalah menurunnya proyeksi keuntungan perusahaan yang
bergantung pada produk impor, sehingga apabila perusahaan ini terdaftar di bursa
efek maka sahamnya akan cenderung melemah (Liu dan Shrestha, 2008). Profit
yang berkurang ini dikarenakan harga input yang diimpor akan lebih mahal akibat
dari depresiasi (Aydemir dan Demirhan 2009). Hal ini senada dengan yang
dikatakan oleh Case dan Fair (2007:267) tentang hubungan yang negatif antara
kurs dan harga saham. Nilai tukar mempunyai pengaruh terhadap daya saing
perusahaan berkaitan dengan harga input dan outputnya (Joseph 2002 dalam
Aydemir dan Demirhan 2009). Namun, dalam kasus negara yang emitennya
berorientasi ekspor, depresiasi cenderung akan memperkuat indeks harga saham
(Batori e tal, 2010). Penguatan indeks harga saham melalui depresiasi nilai tukar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
disebabkan oleh meningkatnya permintaan produksi barang dalam negeri yang
dieskpor . Peningkatan permintaan ini disebabkan oleh harga barang yang
cenderung murah akibat dari depresiasi. Pendapatan akan meningkat dari sisi
valuta asing sehingga investor akan cenderung menginvestasikan dananya ke
saham perusahaan-perusahaan tersebut. Mao Kao (1990) dalam Batori et al
(2010) mengatakan bahwa indeks harga saham gabungan memiliki hubungan
yang positif dengan depresiasi mata uang dan sebaliknya di negara yang
berorientasi impor.
IHSG Indonesia mencetak rekor tertingginya pada bulan Desember tahun
2010 di level 3703. Penguatan IHSG ini juga dikarenakan tingkat suku bunga (BI
rate) yang cenderung stabil di level 6,5% dalam kurun waktu 17 bulan semenjak
Agustus 2009 hingga Desember 2010. Suku bunga deposito perbankan juga
menunjukkan kestabilan di level 7%. Tingkat suku bunga yang tinggi akan
mempengaruhi IHSG secara negatif, artinya adalah apabila tingkat suku bunga
naik (dalam kasus ini adalah suku bunga deposito) maka IHSG akan cenderung
terkoreksi. Ini dikarenakan apabila semakin tinggi tingkat bunga maka belanja
investasi akan semakin kecil (Case dan Fair, 2007:171). Salah satu instrumen
belanja investasi adalah saham. Saham adalah salah satu sumber modal
perusahaan untuk berkespansi. Akibat lain dari kenaikan tingkat suku bunga
adalah kenaikan biaya produksi dan menurunkan daya saing produknya yang
berujung pada menurunnya proyeksi keuntungan perusahaan dimasa yang akan
datang (Aydemir dan Demirhan, 2009). Laba atau keuntungan yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dibayarkan kepada para pemegang saham disebut sebagai dividen. Semakin besar
dividen yang dibagikan akan semakin besar harga sahamnya sehingga apabila
akibat kenaikan suku bunga akan menyebabkan laba perusahaan tertekan maka
harga saham pun akan ikut menurun (Case dan Fair, 2007:266). Jika tingkat suku
bunga yang dibayarkan bank kepada penabung naik, maka investor akan beramai-
ramai meletakkan dana mereka di perbankan daripada meletakkan dananya di
pasar modal (Olugunde et al 2006:156).
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada November 2008 memaksa
sektor perbankan menaikkan suku bunga deposito ke level lebih dari 10 % . Krisis
ini memicu jatuhnya IHSG ke level 1241 dari sebelumnya di level 1832 pada
bulan sebelumnya yaitu Oktober 2008. Pelemahan sebesar 30% dalam jangka
waktu yang hanya sebulan yaitu pada Oktober-November 2008 merupakan
sinyalemen buruk bagi perekonomian Indonesia. Pelemahan IHSG terjadi seiring
dengan melemahnya nilai tukar rupiah ke level lebih dari Rp 12.000 atau
mengalami pelemahan sebesar 20% dari sebelum sebelumnya yang berada di level
Rp 10.000
Disamping itu variabel suku bunga deposito juga ikut mempengaruhi
fluktuasi harga saham dan nilai tukar. Suku bunga deposito menjadi salah satu
tolak ukur masyarakat dalam menanamkan modalnya. Pemilik modal akan
mengalokasikan kekayaannya pada aset berdasarkan tingkat return dan resiko
yang ada pada suatu aset. Suku bunga deposito menjadi hal yang penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan perekonomian khususnya sektor riil serta aliran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
modal di suatu negara. Apabila suku bunga cenderung naik, maka pemilik modal
akan mengalokasikan dananya ke dalam instrument investasi yang lain seperti
deposito (Novita dan Nachrowi, 2006). Liu dan Shrestha (2008) menemukan
hubungan yang negatif antara suku bunga dan indeks harga saham.
Namun seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, maka suku
bunga deposito cenderung turun hingga sekarang berada pada level 7,2% untuk
rata-rata seluruh bank di Indonesia. Kestabilan nilai tukar yang dijaga oleh Bank
Indonesia dan suku bunga yang cenderung stabil ikut menyumbang penguatan
IHSG selain karena membaiknya perekonomian dunia. IHSG pun sempat
mencapai rekor tertinggi yaitu berada di level 3789 pada bulan Desember 2010.
Di banyak negara, suku bunga merupakan faktor paling penting dalam
mempengaruhi indeks harga saham (Kurihara, 2006). Integrasi yang terjadi di
pasar modal Indonesia semenjak tahun 1980 menyebabkan aliran modal masuk
(capital inflow) dari luar negeri semakin deras sehingga IHSG cenderung
menguat. Keadaan makro ekonomi yang stabil yaitu kestabilan nilai tukar dan
suku bunga, menarik para investor asing untuk berinvestasi di Indonesia (Bank
Indonesia, 2009:93). Artinya adalah IHSG Indonesia cenderung memberikan
imbal hasil yang baik sehingga investor tertarik untuk berinvestasi.
Peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Nilai tukar sebagai salah
satu variabel independen berpengaruh negatif terhadap IHSG seperti yang
ditunjukkan oleh Nachrowi dan Usman (2007). Pengaruh nilai tukar terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
IHSG dapat ditunjukkan melalui 2 pendekatan yaitu pendekatan tradisional
(traditional approach) dan pendekatan keseimbangan portofolio (portofolio
balance approach) (Novita dan Nachrowi, 2006). Doong et al dalam Aydemir dan
Demirhan (2009) menyatakan bahwa hubungan antara nilai tukar dan harga saham
di Indonesia adalah negatif. Hubungan pasar modal antar negara juga telah
dijelaskan oleh Nachrowi dan Usman (2007) bahwa pasar modal yang lemah
dipegaruhi oleh pasar modal yang kuat. Dalam konteks kapitalisasi pasar, maka
indeks Nikkei merepresentasikan pasar modal yang lebih kuat dibandingkan
dengan IHSG. Kapitalisasi indeks Nikkei adalah lebih besar daripada kapitalisasi
IHSG. Sedangkan untuk variabel tingkat suku bunga, Olugunde et al (2006)
mendapatkan pengaruh negatif suku bunga terhadap indeks harga saham dimana
apabila suku bunga dinaikkan maka investor akan cenderung beralih dari
investasinya di pasar modal. Ini sejalan dengan pendapat (Sunariyah 2006:110)
yang menyatakan bahwa apabila tingkat bunga naik maka harga sekuritas (saham)
akan cenderung turun.
Berdasarkan uraian diatas dan penelitian sebelumnya maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan cakupan masalah Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) sebagai variabel dependen sedangkan kurs nilai tukar Rupiah
terhadap USD, Indeks Nikkei dan suku bunga deposito sebagai variabel
independen. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kurs Nilai Tukar, Suku
Bunga Deposito dan Indeks Nikkei terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Tahun 2007-2010“.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, untuk memberikan
batasan permasalahan dan pedoman arah penelitian, maka permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang negatif dari kurs nilai tukar terhadap
IHSG?
2. Apakah terdapat pengaruh yang negatif dari suku bunga deposito
terhadap IHSG ?
3. Apakah terdapat pengaruh yang positif dari indeks Nikkei terhadap
IHSG?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh kurs nilai tukar Rupiah terhadap IHSG.
2. Menganalisis pengaruh suku bunga deposito terhadap IHSG.
3. Menganalisis pengaruh indeks Nikkei terhadap IHSG.
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek
yaitu aspek praktis dan aspek akademis.
1. Kegunaan praktis, penelitian ini dapat menghasilkan implikasi yang
lebih bernilai untuk para pembuat kebijakan dalam memecahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
permasalahan perekonomian Indonesia terutama dalam bidang pasar
modal.
2. Kegunaan akademis, sebagai referensi bagi penelitian yang lebih lanjut
dan mendalam serta dapat memacu motivasi kepada peneliti lainnya
untuk melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan metode yang
lain.
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pasar Modal
Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan
semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-
surat berharga yang beredar (Sunariyah 2006:4). Pasar modal merupakan
sekumpulan institusi keuangan yang memberikan pinjaman jangka pendek
dan jangka panjang (Olugunde et al, 2006:154). Secara sempit pasar modal
adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan surat berharga. Di
dalam pasar ini, pihak yang kelebihan dana akan melakukan investasi
dalam surat-surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Selain itu pihak
yang ingin memperoleh dana akan melakukan listing terlebih dahulu
kepada badan otoritas pasar modal seperti yang baru-baru ini dilakukan
oleh PT Krakatau Steel dan perusahaan penerbangan Garuda Indonesia.
Pasar modal dirancang untuk investasi jangka panjang. Pengguna
pasar modal adalah individu-individu, pemerintah, organisasi dan
perusahaan. Pasar ini adalah tempat transkasi instrumen finansial seperti
sekuritas, saham dan obligasi dimana individu, pemerintah dan institusi
yang memiliki kelebihan dana berinvestasi di dalamnya (Olugunde et al,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2006). Perbedaan mendasar antara pasar uang dan pasar modal adalah
jangka waktunya, dimana pasar uang biasanya mempertemukan
permintaan dan penawaran jangka pendek, biasanya kurang dari 1 tahun
(Sunariyah 2006:11) (Olugunde et al, 2006).
a. Macam-Macam Pasar Modal
Aktivitas pasar modal secara umum dapat dibagi menjadi 2
yaitu pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder
(secondary market) (Olugunde et al, 2006). Penjualan saham
termasuk sekuritas lainnya kepada masyarakat umumnya dilakukan
melalui 2 mekanisme pasar yaitu pasar perdana dan pasar
sekunder (Sunariyah 2006:12).
1) Pasar Perdana.
Menurut Paker (1987) dalam Sunariyah (2006:13)
pasar perdana adalah tempat penawaran saham dari
perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada
pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum
saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Saham
adalah surat berharga sebagai bukti pemilikan individu
maupun institusi dalam suatu perusahaan (Bursa Efek
Indonesia 2010:46). Ketika suatu sekuritas pertama kali
ditawarkan ke publik maka instrumen tersebut aman dijual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
di pasar perdana (Haugen 2001:20). Pasar perdana adalah
pasar finansial dimana sekuritas yang baru dilepas di pasar
seperti saham dan obligasi ditawarkan kepada publik oleh
institusi pemerintah (Mishkin 2004:26). Pasar perdana
berperan penting dalam pelepasan perdana sekuritas
(Olugunde et al, 2006). Pengertian tersebut menunjukkan,
bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang
memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya
untuk dijual pertama kalinya (penawaran umum) sebelum
saham tersebut dicatatkan di bursa.
Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh
penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public
(emiten) sesuai dengan analisis fundamental mengenai
perusahaan tersebut. Peran penjamin emisi selain
menentukan harga saham juga melakukan penjualan
langsung kepada investor di pasar perdana. Perusahaan
investasi perbankan biasanya berperan penting di pasar
perdana (Haugen 2001:20). Aktivitas initial public offering
(penawaran saham perdana) dilakukan di pasar perdana.
Initial public offering (IPO) adalah penawaran perdana
saham suatu perusahaan kepada public (Jones, 2004:83).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Institusi pemerintah yang mewadahi IPO (Initial
Public Offering) Garuda Indonesia Airlines dan PT
Krakatau Steel yaitu Mandiri Sekuritas dan Danareksa
Sekuritas dapat dikatakan sebagai penjamin emisi.
Penjamin emisi biasanya mempersiapkan prospectus yaitu
brosur yang berisi informasi mengenai keadaan
fundamental suatu perusahaan untuk kemudian dianalisis
oleh investor potensial (Haugen 2001:20) dan (Jones,
2004:85).
2) Pasar Sekunder.
Pasar sekunder adalah tempat perdagangan
sekuritas (contohnya saham) setelah melewati masa
penawaran perdana. Pasar sekunder berguna bagi investor
untuk mengubah instrumen financial mereka (saham)
menjadi bentuk yang lebih likuid yaitu uang (Olugunde et
al, 2006). Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh
kekuatan permintaan dan penawaran antara pembeli dan
penjual (Sunariyah 2006:13).
Besarnya permintaan dan penawaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor : (a) faktor internal
perusahaan yang berhubungan dengan kebijakan internal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pada suatu perusahaan beserta kinerja yang dicapai. Hal
ini berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dapat
dikendalikan oleh manajemen. (b) faktor eksternal
perusahaan, yaitu hal-hal diluar kemampuan perusahaan
atau diluar kemampuan manajemen untuk mengendalikan.
Dari sudut pandang investor, keberadaan pasar
sekunder akan menjamin likuiditas sekuritas yang
memang sifatnya negotiable, artinya sekuritas itu dapat
diperjualbelikan oleh investor sesuai dengan
keinginannya. Dari sudut pandang badan usaha yang
membutuhkan dana jangka panjang, keberadaan pasar
sekunder merupakan wadah berkumpulnya dana dari
investor perorangan ataupun lembaga, sehingga pasar
sekunder ini dapat menjadi alternatif pembiayaan. Harga
saham yang terjadi di pasar sekunder adalah harga pasar
saham atau kurs saham.
Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual
dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka disebut sebagai
bursa efek (Bursa Efek Indonesia 2010:16). Efek adalah
surat berharga, yaitu surat pengakuan utang,surat berharga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka
atas efek, dan setiap derivative dari efek (UU Pasar Modal
Pasal 1 angka 5). Perdagangan saham di Indonesia
dilakukan oleh suatu organisasi yang dinaungi oleh
BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) yaitu Bursa
Efek Indonesia (BEI). BEI merupakan gabungan atau
peleburan dari 2 pasar bursa sebelumnya pada tahun 2007
yaitu Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta
(BEJ).
b. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Pasar modal berfungsi untuk membantu mengalokasikan
modal diantara sektor rumah tangga, perusahaan dan pemerintah
serta menyediakan berbagai macam pilihan bagi investor yang ingin
bertukar atau memperjualbelikan sekuritas secara mudah, cepat dan
efisien (Jones, 2004:83). Pasar ini menyediakan likuiditas dalam
dua cara. Pertama, mereka dapat membuat perusahaan menaikkan
pendanaan mereka dengan menjual sekuritas dan kedua membantu
investor untuk membeli dan menjual sekuritas dengan relatif mudah
dan cepat. Kegiatan membeli dan menjual sekuritas pada umumnya
dilakukan di pasar sekunder. Jika tidak ada pasar sekunder, investor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
tidak bisa menukar sekuritasnya ke dalam bentuk yang lebih likuid
yaitu uang (Olugunde et al, 2006).
Indikator berupa indeks harga saham seperti JCI, DJIA,
FTSE, NIKKEI, mencerminkan kinerja dari pasar saham. Indeks
harga saham gabungan ( IHSG) adalah suatu nilai yang digunakan
untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di
bursa efek (Sunariyah 2006:142). Indeks tersebut bisa digunakan
untuk mengevaluasi seberapa baik kinerja bursa saham sehubungan
dengan saham-saham yang masuk dalam perhitungan indeks (Jones,
2004:100). Selain IHSG ada yang disebut dengan indeks LQ 45.
Indeks LQ 45 adalah indeks yang terdiri atas 45 saham dengan
likuiditas tinggi (Sunariyah 2006:142).
Harga dari suatu saham menentukan indeks dari saham
secara keseluruhan. Namun indeks harga saham lebih dipengaruhi
oleh saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar dan liquid.
Maka penghitungan indeks tidak ditentukan oleh sedikit atau
banyaknya transaksi, tapi oleh harga. Indeks gabungan memasukkan
semua saham dalam proses perhitungannya seperti yang dilakukan
oleh IHSG. Sedangkan indeks yang lain memasukkan sebagian
saham dengan kriteria yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
Sebagai contoh adalah indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
yang hanya terdiri atas 30 indeks saham perusahaan industri di
Amerika (Jones, 2004:98).
IHSG dapat mencerminkan kondisi bursa efek, apakah pasar
sedang dalam keadaan bullish (harga saham cenderung bergerak
naik) atau dalam keadaan bearish (harga saham cenderung
bergerak turun). Jika IHSG meningkat, berarti harga saham secara
keseluruhan cenderung meningkat, demikian pula sebaliknya.
Apabila IHSG menurun, harga saham keseluruhan cenderung
menurun.
Sedangkan harga saham sendiri dipengaruhi oleh resiko atas
kepemilikan saham. Komponen-komponen dari resiko telah
dikategorikan secara tradisional kedalam beberapa kelompok ;
resiko bisnis, resiko suku bunga, resiko pasar, resiko likuiditas, dan
resiko keuangan. Semua komponen dari resiko merupakan resiko
yang secara sistematik (systematic risk) ditentukan secara eksogen
atau oleh kekuatan pasar serta resiko yang tidak sistematik
(unsystematic risk) yang tidak dapat diprediksi (unique) atau oleh
kekuatan non-pasar.
Resiko sistematik merupakan resiko pasar yang bersifat
umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal
(Sunariyah, 2006:194). Variasi dalam pengembalian (return) dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sekuritas yang secara langsung berhubungan dengan pergerakan
secara keseluruhan dalam suatu perekonomian disebut sebagai
resiko pasar atau resiko sistematis. Resiko ini tidak dapat
didiversifikasikan dan semua sekuritas memiliki resiko ini
(Sunariyah, 2006:194).
Resiko yang tidak sistematis atau resiko non-pasar
merupakan resiko yang unik, tidak terkait pada variasi perubahan
pasar atau perekonomian namun tergantung pada macam sekuritas
dan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal perusahaan seperti
resiko bisnis dan keuangan (Sunariyah, 2006:194). Resiko yang
tidak sistematis ini dapat diperkecil dengan cara berinvestasi tidak
hanya pada satu instrumen.
c. Metode Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan
Ada dua metode dalam penghitungan indeks harga saham
gabungan yaitu metode rata-rata (Average Method) dan metode
rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) (Sunariyah,
2006:144). Pada metode average method, harga pasar saham-saham
yang dimasukan dalam perhitungan indeks tersebut dijumlah
kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi tertentu. Rumus
indeks harga saham gabungan dengan metode rata-rata tertimbang
(average method) adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
base
s
P
PIHSG
åå
=……………………………………………………(2.1)
Dimana,
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
sP = Harga pasar saham
baseP = Suatu nilai pembagi
basePå merupakan suatu faktor nilai pembagi dimana faktor
pembagi ini harus dapat beradaptasi terhadap perubahan harga
saham teoritis, karena ada aksi emiten seperti right issue, dividen
saham, saham bonus dan sebagainya. Seperti pada perhitungan
indeks yang lain, IHSG ditentukan hari dasar perhitungan indeks.
Pada hari dasar, harga dasar sama dengan harga pasar sehingga
indeksnya adalah 100%.
Pada metode rata-rata tertimbang (Weighted Average
Method) dalam perhitungan indeks menambahkan pembobotan di
samping harga pasar saham dan harga dasar saham. Ada dua ahli
yang mengemukakan metode ini yaitu metode Paasche dan metode
Laspayres.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Rumus Paasche :
)(
)(
sbase
ss
xSP
xSPIHSG
åå
=……………………………………(2.2)
Dimana :
IHSG = Indeks harga saham gabungan
sS = Jumlah saham yang dikeluarkan (outstanding shares)
sP = Harga pasar saham
baseP = Harga dasar saham
Dalam rumus diatas, )( ss xSP adalah jumlah nilai
kapitalisasi pasar (market capitalization) seluruh saham yang
tergabung dalam indeks yang bersangkutan. Sedangkan
)( sbase xSP merupakan jumlah seluruh nilai dasar dari saham-saham
yang bergabung dalam indeks yang bersangkutan. Jadi, rumus
Paasche ini membandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham
dengan nilai dasar suatu saham yang bergantung dalam suatu
indeks. Jadi makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan
memberikan pengaruh yang sangat kuat jika terjadi perubahan pada
harga saham yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Rumus Laspeyres
)()(
obase
os
xSPxSP
IHSGåå
=…………………>…………………(2.3)
Dimana :
IHSG = Indeks harga saham gabungan
oS = Jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar
sP = Harga pasar saham
baseP = Harga dasar saham
Pada metode Laspeyres diatas jumlah saham yang
dikeluarkan pada hari dasar dan tidak bisa berubah selamanya
walaupun ada pengeluaran saham baru. Sedangkan Paasche
menggunakan jumlah saham yang berubah jika ada pengeluaran
saham baru.
d. Perhitungan Harga Teoritis dan Penyesuaian Nilai Dasar
Untuk mengeleminir pengaruh faktor-faktor yang bukan
harga saham, nilai dasar selalu disesuaikan bila terjadi corporate
action seperti split saham, dividen saham, saham bonus, penawaran
terbatas dan sebagainya. Dengan demikian indeks akan benar-
benar mecerminkan pergerakan harga saham biasa saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Salah satu faktor yang haris dihitung dalam melakukan
indeks adalah harga teoritis saham. Misalnya saham ABC
melakukan split saham dengan rasio 1:1 (satu saham lama
mendapatkan 1 saham baru). Bila harga saham pada hari terakhir
sebelum split adalah Rp 2.000, maka harga terotitis saham pada
hari bursa berikutnya adalah Rp 1.000. Uraian tersebut
menjelaskan perhitungan teoritis terhadap perubahan-perubahan
harga dasar saham tersebut akibat adanya pergerakan saham.
1) Split Saham (Stock Split)
Pemecahan saham (Stock Split) merupakan suatu
aksi emiten dimana dilakukan pemecahan nilai nominal
saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil (Jones,
2004:101). Proses pemecahan saham (Stock Split) ini
dilakukan dengan cara menukarkan saham dengan nilai
nominal lama yang dimiliki dengan saham baru dengan
nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru
(dengan nilai nominal baru). Pemecahan tidak
mempengaruhi modal yang disetor penuh, karena tidak
terjadi penambahan modal disetor, tetapi yang terjadi
hanyalah pemecahan nilai nominal yang lebih kecil
sehingga banyaknya saham meningkat. Harga teoritis
saham sesudah pemecahan saham harus dihitung, sebab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
harga ini harus mengadakan penyesuaian sehubungan
dengan nilai nominal baru dan harganya secara otomatis
akan mengalami penyesuaian.
Dengan meningkatnya jumlah saham yang beredar,
maka harga dasar saham akan mengalami penyesuaian agar
angka indeks tidak berubah. Untuk itulah dilakukan
perhitungan harga teoritis saham yang diakibatkan karena
split saham. Perhitungan split saham saham dari nominal a
menjadi nominal b sebagai berikut :
nHAS
HT =………………………………………….(2.4)
HT : Harga teoritis
HAS : Harga akhir saham dengan nilai nominal lama
n : Nilai nominal lama
Nilai nominal baru
: a Faktor Split
b
Penyesuaian jumlah saham akibat split saham
sehingga nilai nominal saham berubah dari Rp a menjadi
Rp b.
c= t x n ………………………………………………..(2.5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c : Jumlah saham setelah split
t : Jumlah saham sebelum split
n : Faktor split (a/b)
Penyesuaian Nilai Dasar karena adanya split :
xNDS
NPS
xCHNPSNDB x )(+
=…….…….…….(2.6)
NDB : Nilai dasar Baru
NPS : Nilai pasar sebelumnya
Hx :Selisih antara harga teoritis dengan harga
pembulatannya
NDS : Nilai Dasar Sebelumnya
2) Saham Bonus
Saham bonus atau bonus shares merupakan saham-
saham baru yang dikeluarkan oleh perseroan untuk para
pemegang saham lama. Saham bonus ini berasal dari agio
saham, yaitu selisih antara harga penawaran umum saham
dengan nilai nominal. Agio saham ini dapat dikembalikan
kepada pemegang saham dalam bentuk saham bonus.
Banyaknya agio saham yang dikapitalisasi akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
menentukan banyaknya saham yang akan diterbitkan
sebagai saham bonus. Saham bonus yang dikeluarkan oleh
emiten ini akan menyebabkan penurunan persentase
kepemilikan saham (delusi) sebanding dengan rasio saham
bonus. Saham bonus ini akan memberikan pengaruh
terhadap jumlah lembar saham dipasar. Seperti yang sudah
diketahui bahwa indeks harga saham akan berubah apabila
terjadi perubahan harga. Oleh karena itu agar indeks ini
tidak berubah, maka dilakukan penyesuaian dan dihitung
berdasarkan harga teoritisnya . Harga teoritis saham
sesudah saham bonus harus dihitung sebab harga ini harus
mengadakan penyesuaian sehubungan dengan penambahan
saham baru. Penambahan saham baru inilah yang
menyebabkan dilusi kepemilikan saham, sehingga harganya
secara otomatis akan mengalami penyesuaian.
Perhitungan harga teoritis saham yang diakibatkan
pembagian saham dividen/bonus dengan rasio p:q
(sejumlah p saham lama mendapatkan q saham baru).
xHAC
pxqp
HT =………………………………….(2.7)
HT : Harga saham pada saat cum
P : Jumlah saham lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
q : Jumlah saham baru
Penyesuaian jumlah saham baru akibat saham
bonus/dividen dengan rasio p:q adalah sebagai berikut :
u
pqp
NDB)( +
=…………………………………....(2.8)
D : jumlah saham setelah pembagian saham
bonus/dividen
U : jumlah saham sebelum split
xNDS
NPS
xdHNPSNDB x )(+
=……………………….(2.9)
NDB : Nilai Dasar Baru
NPS : Nilai Pasar Sebelumnya
Hx : Selisih antara Harga Teoritis dengan harga
pembulatannya
D :jumlah saham setelah pembagian saham
bonus/dividen
NDS : Nilai Dasar Sebelumnya
3) Penawaran Terbatas (Right Issue)
Right issue adalah kegiatan penawaran umum
terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka
penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu. Penawaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
umum berarti memberikan tawaran kepada publik untuk
membeli saham, sedangkan makna terbatas adalah bahwa
penawaran umum ditujukan kepada pemegang saham lama.
Jadi, kegiatan yang dilakukan perusahaan adalah penerbitan
hak memegang saham terlebih dahulu. Setiap satu bukti
right yang diterima satu pemegang saham berhak untuk
membeli satu saham baru dengan harga yang telah
ditentukan (exercise price). Exercise price ini biasanya
sama dengan atau diatas nilai nominal saham.
Harga teoritis saham sesudah right issue harus
dihitung, sebab harga ini harus mengadakan penyesuaian
sehubungan dengan penambahan saham baru. Penambahan
saham baru inilah yang menyebabkan dilusi kepemilikan
saham, sehingga harganya secara otomatis akan mengalami
penyesuaian.
Perhitungan harga teoritis saham yang diakibatkan
oleh penawaran terbatas dengan rasio r:s (sejumlah saham
lama mendapat hak membeli sejumlah saham s baru) dan
harga pelaksanaan HP :
)()()(
rxssxHPrxHAC
HT+
=……………………………(2.10)
HAC : Harga pada saat cum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
HP : Harga pelaksanaan hak (exercise price) yaitu
harga yang telah ditetapkan emiten untuk membeli
satu saham baru.
Penyesuaian jumlah saham baru akibat penawaran
saham terbatas dengan rasio r : s, sama dengan penyesuaian
akibat penerbitan saham bonus/dividen, atau berdasarkan
jumlah saham yang ditawarkan dan dilaporkan oleh emiten.
xv
rxvsr
e)( +
=……………………………………..(2.11)
e : jumlah saham setelah penawaran terbatas
v : jumlah saham sebelum penawaran terbatas
xNDS
NPSHPxFNPS
NDB)(+
=………………...........(2.12)
NDB : Nilai Dasar Baru
NPS : Nilai Pasar Sebelumnya
Hx : Selisih antara Harga Teoritis dengan harga
pembulatannya
NDS : Nilai Dasar Sebelumnya
HP : Harga pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
F : Jumlah saham yang ditawarkan
4). Company Listing, Partial Listing, Penukaran Obligasi
dan Penukaran Waran
Company listing, partial listing, penukaran obligasi
dan penukaran waran beberapa kegiatan yang secara otomatis
meningkatkan jumlah saham diterbitkan. Penambahan saham
baru ini akan menyebabkan dilusi persentase kepemilikan
saham.
Pencatatan saham di bursa yang ditawarkan ke
publik atau IPO (Initial Public Offering) disebut first issue.
Saham first issue yang sudah dicatatkan di bursa dapat
diperdagangkan di pasar sekunder. Sedangkan sisa saham yang
merupakan milik pendiri/pemegang saham lama, tidak dapat
diperdagangkan di bursa karena berlum dicatatkan (listed).
Agar saham-saham tersebut dapat diperdagangkan di pasar
sekunder, maka dapat ditempuh 2 cara :
a) Partial Listing yaitu pencatatan sebagian
saham milik pemegang saham lama di bursa
sehingga dapat diperdagangkan di pasar
sekunder. Partial listing dapat dilakukan
beberapa kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b) Company Listing yaitu pencatatan seluruh
saham milik pemegang saham lama di bursa
sehingga dapat diperdagangkan di pasar
sekunder.
Penukaran obligasi (convertible bond) adalah
obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham baik saham
penerbit atau saham lain yang dimiliki oleh penerbit
obligasi. Nilai tukar obligasi konversi ke saham ditentukan
dengan nilai tetap terhadap saham yang menjadi target
konversi. Dalam hal terjadinya dilusi saham yang menjadi
nilai tukar, maka nilai tukar obligasi konversi juga akan
mengalami penyesuaian.
Waran adalah suatu jenis opsi yang sifatnya jangka
panjang yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk
membeli saham biasa atas nama dengan harga yang
ditentukan di dalam Waran (exercise price). Waran
diterbitkan sebagai bumbu suatu penerbitan right issue
maupun obligasi menjadi lebih menarik. Waran yang
biasanya diterbitkan sebagai pemanis dari suatu emisi efek
tertentu seperti obligasi atau right issue. Waran
memberikan hak kepada pemegang untuk melakukan
penebusan (redemption) saham biasa pada perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
tersebut dengan harga exercise price. Proses penebusan
saham dari waran ini secara otomatis meningkatkan jumlah
saham diterbitkan. Penambahan saham baru ini akan
memberikan dilusi persentase pemilikan saham.
Penyesuaian jumlah saham akibat company listing,
partial listing, penukaran obligasi dan penukaran waran
adalah sama.
xNDS
NPSHASxGNPS
NDB)(+
=…>……………….(2.13)
NDB : Nilai Dasar Baru
NPS : Nilai Pasar Sebelumnya
HAS : Harga akhir saham hari sebelumnya
G : Jumlah saham yang dicatatkan
e. Teori Permintaan Aset
Aset merupakan suatu item atau milik yang dimiliki oleh
perorangan atau perusahaan yang memiliki nilai uang. Ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan seorang investor dalam
memutuskan untuk memegang atau melepas suatu aset ( Mishkin,
2004:86):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
1) Kekayaan (wealth)
Ketika tingkat kekayaan seseorang meningkat, maka
dia memiliki tambahan kekayaan yang dapat digunakan
untuk membeli aset, sehingga akan meningkatkan
permintaannya terhadap aset. Respon permintaan terhadap
suatu jenis aset sebagai akibat terjadinya perubahan tingkat
kekayaan seseorang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada
tingkat respon dari permintaan suatu jenis aset terhadap
perubahan tingkat kekayaan dapat diukur melalui
elastisitas kekayaan terhadap permintaan (wealth elasticity
of demand). Elastisitas kekayaan terhadap permintaan
mengukur berapa besar persentase perubahan kuantitas
permintaan atas suatu jenis aset sebagai respon dari adanya
persentase perubahan kekayaan, ceteris paribus.
W
Dwwd D
D=
%
%e
………………………………..(2.14)
Dimana :
wde : elastisitas kekayaan terhadap permintaan
DwD% : persen perubahan kuantitas permintaan permintaan
aset
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
WD% : persen perubahan kekayaan
Semakin tinggi persentase perubahan permintaan
atas suatu aset dibandingkan persentase perubahan
kekayaan, maka semakin tinggi elastisitas kekayaan atas
permintaan suatu aset.
Berdasarkan atas elastisitasnya aset dapat dibedakan
dalam dua kategori, yaitu necessity dan luxury. Suatu aset
disebut necessity, jika elastisitas kekayaan terhadap
permintaannya lebih kecil dari satu, yaitu jika kenaikan
persentase dari kuantitas permintaan terhadap aset tersebut
lebih kecil dari kenaikan persentase kekayaan. Sedangkan
suatu aset disebut bersifat luxury jika elastisitas
kekayaannya lebih besar dari satu. Jika kekayaan
bertambah, maka kuantitas permintaan akan aset ini akan
bertambah dengan persentase yang lebih besar. Semakin
besar kekayaan seorang individu maka keinginannya untuk
menambah aset luxury semakin besar. Saham dan obligasi
termasuk dalam kategori aset yang luxury, sedangkan mata
uang dan checking account deposits termasuk dalam
kategori aset necessities.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Efek perubahan dari harga terhadap kuantitas
permintaan suatu aset dapat disimpulkan sebagai berikut :
kenaikan kekayaan seseorang akan meningkatkan kuantitas
permintaan terhadap suatu aset, dan peningkatan kuantitas
permintaan pada aset luxury lebih besar dari pada aset
necessities, ceteris paribus.
2) Ekpektasi Pengembalian (Expected Return)
Pengembalian (return) dari suatu aset mengukur
berapa besar keuntungan yang diperoleh apabila kita
menyimpan aset tersebut. Pada saat kita memutuskan untuk
membeli suatu aset, kita akan dipengaruhi oleh besarnya
ekpektasi pengembalian (expected return) yang akan kita
peroleh dari menyimpan aset tersebut.
Pada beberapa jenis aset, khususnya yang bersifat
luxuries, tingkat suku bunga menggambarkan ekspektasi
pengembalian atas suatu aset. Tingkat suku bunga berbanding
terbalik dengan tingkat harapan pengembalian aset. Tingkat
suku bunga yang tinggi menunjukan tingkat pengembalian
yang rendah oleh aset. Artinya aset tersebut cenderung
memiliki resiko atau kerugian yang juga tinggi. Ketika investor
berfikir bahwa suku bunga akan meningkat di masa datang,
maka mereka akan mengantisipasinya. Tingkat pengambalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yang diharapkan sekarang akan turun, dan permintaan aset
tersebut juga akan turun untuk tiap tingkat suku bunga.
Ekpektasi atas tingkat pengembalian relatif antar
aset juga menjadi hal yang mempengaruhi permintaan atas aset.
Jika investor berekspektasi tingkat pengambalian saham akan
lebih tinggi dari obligasi maka permintaan atas obligasi akan
menurun sedangkan permintaan atas saham akan naik.
Perubahan ekspektasi atas inflasi juga
mempengaruhi nilai aset riil secara langsung dan lainnya secara
tidak langsung. Kenaikan ekspektasi atas inflasi akan membuat
nilai nominal dari aset riil naik dan meningkatkan permintaan
atas aset tersebut. Sedangkan karena tingkat pengembalian
yang diharapkan oleh aset lain relatif menjadi lebih rendah
maka permintaan aset lain pun menjadi menurun.
Kesimpulannya adalah peningkatan pada expected
return suatu aset relatif terhadap alternatif aset lainnya akan
meningkatkan kuantitas permintaan dari aset tersebut, ceteris
paribus.
3) Resiko (Risk)
Tingkat risiko atau ketidakpastian dari return suatu
aset juga mempengaruhi permintaan aset tersebut. Semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
besar ketidakpastian akan pergerakan return dari suatu aset
maka semakin besar resikonya. Resiko yang ada dalam suatu
aset dapat diminimalkan dengan menggali informasi sebanyak-
banyaknya atas suatu aset. Dari informasi tersebut seorang
investor akan dapat memperkirakan kemungkinan yang terjadi
dimasa datang sehingga bisa mengantisipasinya.
Namun resiko yang tinggi atas kepemilikan suatu
aset berusaha dikompensasikan dengan tingkat suku bunga
(return) yang juga relatif tinggi. Sehingga investor masih dapat
tertarik untuk memegang aset tersebut. Seseorang yang bersifat
risk averse (menolak resiko) akan memilih saham aset yang
memiliki return lebih pasti dari pada aset yang memiliki resiko
lebih besar, walaupun aset tersebut memiliki expected return
yang yang sama. Sebaliknya seorang investor yang bersifat risk
lover, dia mungkin akan membeli saham yang memiliki resiko
lebih rendah karena dia mengharapkan return yang lebih besar
walaupun dia memiliki resiko juga untuk memperoleh return
yang sangat kecil bahkan dapat merugi.
Kesimpulannya adalah jika resiko suatu aset
meningkat relatif terhadap alternatif aset lainnya, kuantitas
permintaan terhadap aset tersebut akan menurun, ceteris
paribus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4) Likuiditas (liquidity )
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan
terhadap suatu aset adalah seberapa mudah aset tersebut ditukar
menjadi uang (cash) tanpa menimbulkan banyak biaya.
Kebutuhan akan likuiditas suatu aset semakin tinggi ketika
kebutuhan atas transaksi harian meningkat. Aset berupa
saham, lebih likuid dari pada aset berupa sebidang tanah.
Saham dapat dijual dengan biaya transaksi yang lebih rendah
dalam pasar yang terorganisasi dengan baik, dimana terdapat
banyak pembeli, sehingga saham dapat dijual dengan biaya
transaksi yang rendah.
Kesimpulannya adalah semakin likuid suatu jenis
aset relatif terhadap aset lainnya, maka aset tersebut akan
semakin diinginkan sehingga kuantitas permintaannya akan
meningkat.
f. Efficient Market Theory
Teori ini merupakan teori paralel dari ekspektasi rasional (rational
expectation) yang dipakai pada pasar uang karena memiliki kesimpulan
yang sama : ekspektasi pada pasar akan sama dengan peramalan optimal
dengan menggunakan semua informasi yang tersedia (Sunariyah
2006:183). Teori ini diaplikasikan dalam penentuan harga sekuritas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Pasar efisien adalah pasar dimana harga sekuritasnya
merefleksikan seluruh informasi yang berhubungan dengan sekuritas
tersebut (Mishkin, 2004:150). Investor di dalam pasar efisien akan
menggunakan seluruh informasi yang ada untuk melakukan aktivitas jual-
beli aset mereka. Pasar dikatakan efisien apabila di dalamnya terdapat
banyak investor di dalamnya sehingga harga sebuah sekuritas tidak dapat
dipengaruhi secara perorangan (Jones, 2004:314). Informasi merupakan
elemen penting dalam pasar efisien, oleh karena itu seberapa cepat
informasi menyebar dan digunakan oleh investor akan ikut menentukan
tingkat efisiensi pasar. Sensitivitas informasi sangat terlihat di pasar
efisien, sebagai contoh adalah harga saham akan langsung berubah apabila
suatu informasi diumumkan (Sunariyah, 2006:184).
Efisiensi pasar dapat diukur melalui 3 bentuk efisiensi yaitu the
weak form efficient market hypothesis (hipotesa pasar efisien bentuk
lemah), the semistrong form efficient market hypothesis (hipotesa pasar
bentuk efisien bentuk setengah kuat) dan strong form efficienst market
hypothesis (hipotesa pasar efisien bentuk kuat) (Jones, 2004:338).
Hipotesa pasar efisien bentuk lemah mengemukakan bahwa harga
saham merefleksikan semua informasi harga historis (Sunariyah,
2006:185). Harga saham yang ada di pasar modal saat sekarang
dipengaruhi oleh harga saham masa lalu. Informasi mengenai pasar di
masa lalu berperan penting dalam menentukan harga saham di masa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
akan datang baik itu yang berbentuk harga maupun volume yang
diperdagangkan (Jones, 2004:317). Hipotesa ini menyatakan bahwa harga
saham mengikuti suatu kecenderungan sehingga investor dapat
memproyeksikan pergerakan saham secara tepat.
Hipotesa pasar efisien bentuk setengah kuat (semistrong) adalah
bentuk hipotesa yang lebih komprehensif dibandingkan dengan hipotesa
pasar efisien bentuk lemah. Pasar efisien bentuk setengah kuat mencakup
seluruh informasi yang dipublikasikan dan tidak terbatas hanya pada
informasi seputar pasar (Jones, 2004:318). Bentuk informasi non pasar
contohnya adalah dividen, pendapatan, pengumuman stock split yang
seluruhnya berhubungan dengan saham tersebut.
Pasar efisien bentuk kuat (the strong form) adalah bentuk pasar
dimana harga sekuritas mencerminkan seluruh informasi baik itu informasi
yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (Sunariyah,
2006:186). Informasi yang tidak dipublikasikan berhubungan dengan
internal perusahaan dan biasanya berhubungan dengan strategi perusahaan.
Private information adalah informasi yang hanya diketahui oleh orang
dalam dan bersifat rahasia karena alasan srategi (Sunariyah, 2004:186).
Efficient market theory didasarkan pada asumsi bahwa harga dari
sekuritas dalam pasar keuangan sepenuhnya merefleksikan seluruh
informasi yang tersedia (Jones, 2004:338). Namun hal penting dibalik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
teori ini adalah bahwa tidak semua terinformasi dengan baik atau memiliki
ekspektasi rasional atas harga sampai mencapai titik pasar yang efisien
dalam konteks ini bisa diartikan juga sebagai kondisi dimana tidak ada
kesempatan keuntungan yang tidak tereksploitasi (unexploitated profit
opportunies).
g. Hipotesis Ramdom Walk
Secara teori diartikan bahwa harga dari suatu aset di masa lalu
tidak menjadi indikasi dari pembentukan harga dimasa yang akan datang
(Mishkin, 2004:154). Random walk dideskripsikan sebagai proses statistik
yang perubahannya merupakan faktor yang independen. Informasi yang
akan mempengaruhi harga baik baru maupun lama, baik maupun buruk,
juga tidak dapat diprediksi. Hipotesis random walk menyatakan bahwa
harga bereaksi secara cepat terhadap informasi dan bergerak secara
random (Sunariyah, 2006:190). Maka informasi yang dimiliki oleh
investor akan digunakan seketika dan harga akan berubah dengan seketika
itu juga.
Kinerja dari sekelompok saham yang sama menyiratkan tendensi
untuk saham dengan industri yang sama untuk bergerak dengan arah yang
sama. Kinerja dari perekonomian suatu negara juga menjadi komponen
utama yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Persepsi investor atas
situasi ekonomi dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
menjadi kunci dalam pergerakan harga saham. Faktor-faktor pengaruh
pergerakan harga saham dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar:
1) Faktor makro / pasar
a) Tingkat inflasi dan suku bunga. Ini akan mempengaruhi
pemilihan antara aset riil dan finansial serta antara saham
dengan sekuritas dengan pendapatan tetap.
b) Kebijakan fiskal dan moneter. Hal ini mendeterminasikan
penampilan dari pasar modal.
c) Tingkat dan trend dari aktifitas ekonomi. Hal ini
mempengaruhi aktifitas saham untuk meningkatkan
devidennya.
d) Ekonomi internasional. Hal ini diwakili oleh kompetisi
tinggi dari perusahaan asing dan dampak dari perubahan
nilai tukar mata uang asing.
2) Faktor mikro
a) Profit. Harga saham suatu perusahaan yang secara
konsisten meningkat seiring dengan pertumbuhan
keuntungan perusahaan.
b) Deviden. Profit dari perusahaaan akan dialirkan pada
peningkatan deviden dari waktu ke waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c) Kelebihan aliran dana. Perusahaan dengan pertumbuhan
pemasukan yang tinggi dan beban hutang yang rendah
bisanya memiliki nilai saham yang tinggi.
d) Perubahan fundamental pada perusahan / industri.
e) Perubahan prilaku investasi. Hal ini menggambarkan realita
bahwa investor sering berganti pilihan aset dari waktu ke
waktu.
2. Nilai Tukar Mata Uang
a. Pengertian Nilai Tukar Mata Uang
Harga satu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai
tukar mata uang atau exchange rate (Salvatore, 1997:10) (Krugman dan
Obsfeld, 2003:324). Penilaian atau pernyataan nilai tukar mata uang ini
bisa menggunakan dua cara yaitu: European term, biasa juga disebut
indirect quote dan American term, biasa disebut direct quote. Metode
European term menyatakan nilai tukar mata uang asing (foreign currency)
per satu satuan mata uang asal (home currency). Sebaliknya, American
term menyatakan nilai tukar mata uang asal (home currency) per satu
satuan mata uang asing (foreign currency). Indonesia, seperti kebanyakan
negara lain, menggunakan European term. Jadi, untuk mendapatkan satu
dolar Amerika dibutuhkan berapa rupiah. Nilai mata uang dapat diukur atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dasar harga barang di dalam negara tersebut maupun dengan mata uang
dari negara lain (Salvatore,1997:10).
Penguatan nilai suatu mata uang terhadap mata uang lain disebut dengan
apresiasi dan pelemahan suatu mata uang terhadap mata uang lain disebut
dengan depresiasi (Mishkin, 2004:535). Oleh karena itu, nilai mata uang
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) real value; (2) nominal value.
Real value of money yaitu jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli
dengan sejumlah uang tertentu. Hal ini menunjukkan daya beli
(purchasing power) terhadap sejumlah barang tertentu. Semakin rendah
harga barang, maka semakin tinggi purchasing power yang kita miliki.
Sedangkan nominal value of money yaitu nilai suatu mata uang diukur
dengan mata uang negara lain atau sering juga disebut kurs devisa (nilai
tukar).
b. Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang
Perubahan nilai tukar mata uang terutama diakibatkan karena adanya
mekanisme pasar, yaitu mengikuti permintaan dan penawaran. Selain itu,
perubahan nilai tukar mata uang juga dapat disebabkan karena campur
tangan pemerintah, melalui kebijakan moneter. Seperti yang telah
diungkap Case dan Fair (1996:553) bahwa kebijakan moneter adalah alat
yang digunakan untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Campur
tangan pemerintah ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
tukar dengan melakukan revaluasi atau devaluasi. Pada umumnya nilai
tukar ini juga berfluktuasi mengikuti permintaan dan penawaran mata uang,
sehingga pergerakan nilai tukar mata uang ini mengiluti mekanisme
pasar. Penurunan nilai mata uang yang mengikuti mekanisme pasar dalam
suatu negara disebut depresiasi. Sebaliknya kenaikan nilai mata uang
suatu negara karena mekanisme pasar disebut apresiasi.
c. Sistem Nilai Tukar Mata Uang
Sebuah negara dalam menerapkan sebuah sistem kurs akan
mempunyai 3 macam jenis sistem nilai tukar mata uang, yaitu sistem
nilai tukar tetap, sistem nilai tukar mengambang terkendali dan sistem nilai
tukar mengambang bebas (Warjiyo, 2004:110). Sistem nilai tukar tetap yaitu
nilai tukar yang ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah akan
mengintervensi pasar terbuka sebagai upaya untuk terus mempertahankan
nilai tukar mata uang yang telah ditetapkan. Sistem ini jarang sekali
dipakai dibandingkan dengan kedua sistem lainnya. Sistem nilai tukar
mengambang yaitu penentuan kurs dipengaruhi juga oleh pemerintah,
dengan membeli dan menjual mata uang dalam pasar terbuka sehingga
stabil. Sedangkan sistem nilai tukar mengambang bebas yaitu kurs yang
berlaku bebas mengikuti mekanisme pasar. Indonesia selama ini
menerapkan sistem nilai tukar tetap, tetapi sejak Agustus l997, Indonesia
menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas dengan melepas nilai
tukar terhadap mekanisme pasar (Warjiyo, 2004:111).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
d. Nilai Tukar Riil
Nilai tukar riil antara dua negara merupakan hasil perkalian antara nilai
tukar nominal dengan rasio harga barang dan jasa agregat diantara dua
negara. Teori paritas daya beli atau purchasing power parity memprediksikan
bahwa nilai tukar riil tidak berubah, kalaupun berubah paling tidak perubahan
nilainya tidak permanen (Salvatore, 1997:44). Maka nilai tukar riil bukan
hanya sangat berguna untuk mengkuantifikasikan deviasi dari PPP namun
juga menganalisa secara sistematis dorongan yang menyebabkan perubahan
dramatis dan permanen pada nilai tukar riil.
Nilai tukar riil diformulasikan sebagai berikut :
)/(// dffdfd PPxEq = …………………………………………(2.14)
Dimana,
fdq / : nilai tukar riil mata uang domestik terhadap mata uang asing
fdE / : nilai tukar nominal mata uang domestik terhadap uang asing
df PP / : rasio perbandingan harga agregat barang di negara asing
terhadap domestik.
Kenaikan tingkat nilai tukar riil mata uang domestik terhadap asing
( fdq / ) disebut juga depresiasi riil mata uang domestik terhadap asing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Sedangkan penurunan fdq / disebut apresiasi riil mata uang domestik
terhadap mata uang asing. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal. Mengacu
pada formulasi nilai tukar riil diatas, biasanya nilai tukar riil mata uang
domestik akan mengalami depresiasi jika harga barang dalam negeri relatif
menurun dibanding harga barang negara luar.
Persamaan diatas juga menunjukan bahwa apresiasi (depresiasi) nilai
tukar nominal pada tingkat harga yang tetap akan mengapresiasi
(mendepresiasi) nilai tukar riil. Oleh karena itulah, dalam kondisi PPP nilai
fdq / tidak akan berubah.
e. Interest Parity Condition
1) Pengertian Interest Parity Condition
Pada jangka panjang tingkat harga agregat memegang peranan
penting dalam mendeterminasikan suku bunga dan tingkat harga relatif
dari barang dan jasa yang diperdagangkan antar negara. Hukum satu
harga (the law of one price) menyatakan bahwa suatu barang yang identik
akan memiliki harga yang sama dengan asumsi tidak ada biaya transaksi
dan penghalang untuk bertukar (trade barriers). Sedangkan teori paritas
daya beli (purchasing power parity – PPP) menyatakan bahwa nilai tukar
antara dua negara akan sama dengan rasio tingkat harga sekelompok
barang di kedua negara. Jika harga menjadi lebih mahal (inflasi) di suatu
negara maka permintaan atas mata uang dan barang dari negara tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
akan menurun (depresiasi mata uang dan deflasi atas harga-harga).
Sebaliknya ketika tingkat harga dalam suatu negara turun (deflasi) maka
akan mengarah pada apresiasi mata uang.
Purcasing power parity dibagi menjadi dua, absolute PPP dan
relative PPP. Absolute PPP menyatakan bahwa nilai tukar antar dua
negara akan sama dengan nilai relatif dari harga pada dua negara.
Sedangkan relative PPP mengacu pada persentase perubahan nilai tukar
antar dua negara yang akan sama dengan persentase perubahan harga
agregat pada dua negara. Secara matematis kedua pengertian diatas ditulis
:
Absolute PPPà fdfd PPER =/ ………………………………….(2.15)
Relative PPP à tftdtfdtfdtfd ERERER ,,1,/1,/,/ /)( pp -=- -- ............(2.16)
Dimana,
tftd ,, pp - : berbedaan tingkat inflasi antara negara domestik dengan
negara luar dimana inflasi suatu negara yang sama dengan
persentase perubahan harga agregat.
tfdER ,/ : nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing
yang berlaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
1,/ -tfdER : nilai tukar domestik terhadap mata uang asing periode
sebelumnya.
Menurut relative PPP, persentase perubahan nilai tukar di masa
yang akan datang akan sama dengan perbedaan tingkat inflasi antar dua
negara. Maka dalam kondisi PPP perbedaan antara tingkat inflasi yang
diekpektasikan akan sama dengan perbedaan tingkat suku bunga (return)
yang ditawarkan oleh dua mata uang.
Suatu situasi dimana selisih suku bunga positif di pusat moneter di
negara asing sama dengan diskonto berjangka terhadap valuta asing dari
negara di mana pusat moneter itu berada disebut kondisi paritas suku
bunga (interest parity condition). Dengan kata lain pada pasar valuta asing
keadaan ini merupakan keadaaan keseimbangan di mana deposito dari
semua mata uang memberikan tingkat pengambalian yang sama.
Hanya ketika semua mata uang memberikan ekpektasi return yang
sama maka akan tercipta keseimbangan dimana tidak ada kelebihan
permintaan atau penawaran mata uang tertentu. Secara matematis interest
parity condition antara return mata uang asing dan mata uang dalam
negeri dan ditulis sebagai berikut :
fdfde
fdfd ERERERRR /// /)( -+= …………………………….(2.17)
Dimana :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
R d : tingkat suku bunga (return) mata uang domestik
R f : tingkat suku bunga (return) mata uang asing
efdE / : ekspektasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang
asing
fdE / : nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing yang
berlaku
f. Peran Suku Bunga Terhadap Pembentukan Nilai Tukar
Misalnya tingkat return Rupiah sebesar 10 % sedangkan Dollar 5 %,
ketika Rupiah diekspektasikan mengalami depresiasi terhadap Dollar sebanyak 7
% , maka return Dollar menjadi 2 % lebih tinggi dari Rupiah. Hal ini disebabkan
seorang investor akan memilih aset yang memberikan tingkat pengembalian yang
lebih tinggi maka permintaan atas Dollar akan meningkat sedangkan permintaan
atas Rupiah akan menurun. Hal ini berlaku pula sebaliknya. Secara grafis hal
tersebut ditunjukan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Grafik 2.1 Efek Kenaikan Tingkat Suku Bunga Terhadap
Mata Uang Domestik
Sumber : Krugman, Paul. 2000. International Economics Theory and Practice.
Hal:353
Kenaikan dalam tingkat suku bunga / return mata uang domestik dari 1dR
menjadi 2dR menyebabkan mata uang domestik terapresiasi dari 1
/ fdER (poin 1)
ke 2/ fdER (poin 2).
1dR
2dR Tingkat return (dalam mata uang domestik)
Tingkat return mata uang asing yang diekspektasikan
fdE/
1/ fdER
2/ fdER
1 1’
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Grafik 2.2 Efek Kenaikan Tingkat Pengembalian Mata Uang Asing
Sumber: Krugman,Paul.2000.International Economics Theory and Practice.
Hal 353
Kenaikan dalam return deposito mata uang asing menyebabkan
mata uang domestik terdepresiasi dari 1/ fdER (poin 1) ke 2
/ fdER (poin
2). Hal ini juga juga menggambarkan efek dari kenaikan ekpektasi nilai
tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing.
Maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan dalam ekspektasi nilai
tukar menyebabkan kenaikan atas nilai tukar saat ini. Begitu juga,
penurunan ekpektasi nilai tukar akan menyebabkan penurunan nilai tukar
saat ini.
Tingkat return mata uang asing yang diekspektasikan
fdE/
2/ fdER
1/ fdER
2
dR Tingkat return (dalam mata uang domestik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
g. Interest Arbitrage
Istilah interest abitrage atau abitrase suku bunga pada dasarnya mengacu
pada arus modal likuid jangka pendek antar negara yang bertolak dari motif
untuk memperoleh suku bunga atau tingkat keuntungan yang lebih besar di
luar negeri. Abitrase suku bunga bisa bersifat terbuka atau terselubung.
Jika resiko kurs dalam proses konversi mata uang terselubung maka
disini didapatkan kasus abitrase terselubung (covered interest abitrage).
Sebaliknya, jika resiko bersifat terbuka maka disebut abitrase suku bunga
terbuka (uncovered interest abitrage)
Formulasi uncovered paritas suku bunga berdasar pada tingkat suku
bunga yang diekspektasikan :
i = i* + (Eed/f – Ed/f) / Ed/f………………………………………..(2.19)
Dimana :
i : Suku bunga domestik
i* : Suku bunga asing
Eed/f : Kurs akhir periode investasi
Ed/f : Kurs awal periode investasi
Namun para investor biasanya lebih suka penanaman modal jangka
pendek dengan menghindari resiko kurs. Maka dipilihlah abitrase suku bunga
terselubung. Investor akan menukarkan mata uang domestik menjadi valuta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
asing berdasarkan kurs spot yang tengah berlaku guna membeli surat berharga
atau membayar sejumlah investasi di negara asing yang suku bunganya lebih
tinggi, dan dalam waktu yang bersamaan menjual secara berkala investasi
tersebut secara berjangka (swap) guna menutupi resiko kurs. Formulasi pada
uncovered menekankan pada kurs forward yaitu kurs yang nilainya telah
disepakati bersama dimasa yang akan datang. Persamaan untuk menghitung
margin abitrase suku bunga terselubung (covered interest abitrage-CIA)
adalah :
CIA = {(1–i*)/(1+i*)} – {(FR – SR)/SR}………………(2.20)
Dimana :
CIA : Covered Interest Arbitrage
i : Suku bunga domestik
i* : Suku bunga asing
FR : Diskonto berjangka
SR : Kurs spot
Bagian yang pertama di sebelah kanan adalah selisih suku bunga antara
perekonomian domesik dan asing yang rata-rata 1 ditambah suku bunga yang
berlaku dalam perekonomian asing. Sedangkan bagian kedua disebelah paling
kanan adalah hitungan untuk diskonto berjangka atas valuta asing yang dibagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
atas kurs spotnya. Dalam kondisi paritas suku bunga (interest parity
condition) CIA = 0. Implikasi dari formulasi tersebut adalah bahwa investor
akan berinvestasi dalam valuta asing jika CIA > 0 dan lebih memilih untuk
berinvestasi pada mata uang domestik jika CIA < 0.
Yang perlu digaris bawahi, bahwa dibalik kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi kurva permintaan dan penawaran valuta asing bukan hanya
para pedagang dan investor namun juga para spekulan dan pelaku arbitrase
suku bunga. Pemerintah juga aktif beroperasi di pasar-pasar valuta asing,
meskipun tujuannya pokoknya adalah semata-mata untuk mengadakan
pembayaran dan penerimaan valuta asing dan menciptakan stabilitas tertentu
bagi perekonomian domestik.
3. Suku Bunga
Suku bunga tidak bisa dilepaskan dari keputusan manajemen apabila
berhubungan dengan keputusan yang menyangkut aliran arus kas. Aliran arus
kas ini yang digunakan untuk pengambilan keputusan, harus dianalisa
menggunakan konsep nilai waktu dari uang. Oleh karena itu suku bunga
merupakan salah satu alat yang penting dari pengambilan keputusan bisnis.
Suku bunga yang dilihat dari pihak yang membutuhkan dana dapat diartikan
sebagai besarnya suku bunga yang harus dibayar kepada bank oleh pihak
peminjam. Sedangkan sukubunga apabila dilihat dari pihak kelebihan dana
merupakan suatu hasil atau pendapatan yang didapat apabila memasukkannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dalam bank. Untuk selanjutnya, agar senada dengan permasalahan yang telah
dirumuskan, maka suku bunga dilihat dari pihak kelebihan dana
(investor/borrower). Suku bunga ini memegang peranan penting dalam
penentuan investasi oleh para nasabah dalam pasar finansial. Besarnya suku
bunga yang tercantum di bank-bank disebut nominal interest rate. Nominal
interest rate ini sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu real interest
rate dan inflation premium (Haugen, 2001:338).
a. Perbedaan Tingkat Bunga
Jika pada awalnya kita mengasumsikan tingkat suku bunga
domestik sama dengan suku bunga dunia : r = r* maka sebenarnya
karena adanya perbedaan resiko negara (q ) dan ekpektasi kurs di tiap
negara maka untuk mengkompensasinya tiap negara harus
menawarkan tingkat suku bunga yang berbeda. Dimana semakin tinggi
tingkat resiko suatu negara semakin tinggi pula tingkat suku bunga
untuk mengkompensasi resiko tersebut.
Formulasi dari suku bunga domestik yang disesuaikan dengan
tingkat resiko di tiap negara menjadi :
r = r* + q………………………………….(2.21)
Dimana :
r : Suku bunga domestik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
r* : Suku bunga asing
q : Resiko domestik
Hal ini pun akan mempengaruhi persamaan dalam pasar
barang dan jasa yang dipresentasikan oleh persamaan kurva IS-LM :
IS* à Y = C (Y-T) + I(r* + q ) + G + NX (e) >...................(2.22)
Dimana :
IS : Investment dan Saving
Y : Pendapatan/agregat demand
C : Konsumsi
T : Pajak
r* : Suku bunga asing
q : resiko
NX : Netto Eskpor (Ekspor-Impor)
LM* à Y = L (r* + q , Y…………………………(2.23)
Dimana :
LM : Liquidity of Money
Y : Pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
r* : Suku bunga asing
q : resiko
Peningkatan resiko dalam suatu negara (misalkan karena adanya
kemelut politik atau gangguan keamanan di satu negara) akan
meningkatkan premi resiko (q ) sehingga suku bunga domestik juga
naik. Hal ini memiliki dua dampak; di pasar barang (IS*) kenaikan
suku bunga akan menurunkan investasi, sedangkan di pasar barang
(LM*) hal ini akan menurunkan permintaan uang sehingga menaikkan
tingkat pendapatan untuk penawaran uang tertentu. Hasilnya adalah
penurunan nilai tukar atau depresiasi bagi negara yang bersangkutan.
Secara grafis hal ini diperlihatkan sebagai berikut:
Grafik 2.3 Kenaikan dalam Premi Resiko
Sumber : Mankiw ,Gregory. 1999. Teori Makroekonomi .Erlangga.
Hal:306.
LM*1 LM*2
IS*1
IS*2
e
Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Sedangkan dampak pada ekpektasi kurs mendorong terjadinya
ekspektasi kurs tesebut dimasa kini. Misalnya jika masyarakat
mengekspektasikan suatu mata uang akan mengalami apresiasi maka
nilai tukar dari mata uang tersebut akan mengalami apresiasi pada
masa kini.
b. Permintaan Tabungan
Suku bunga atau tingkat bunga adalah suatu ukuran harga sumber
daya yang digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur
(Sunariyah, 2006:80). Menurut ekonomi klasikal, permintaan dan
penawaran investasi pada pasar modal menentukan tingkat bunga.
Tingkat bunga akan menentukan tingkat keseimbangan antara jumlah
tabungan dan permintaan investasi. Adapun tingkat bunga itu sendiri
ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu penawaran tabungan dan
permintaan investasi.
Menurut teori abstinence, tabungan adalah selisih antara
pendapatan dan konsumsi. Dengan asumsi tingkat pendapatan adalah
sama, maka konsumen yang mengkonsumsi dengan jumlah kecil akan
mempunyai tabungan yang lebih besar. Dalam rumah tangga
dipertimbangkan sejumlah faktor untuk menentukan berapa banyak
uang yang akan dikonsumsi sekarang. Faktor-faktor tersebut termasuk
bunga, sebab bunga dianggap sebagai suatu imbalan dari debitur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
kepada kreditur untuk waktu tertentu sampai kreditur mendapatkan
uangnya kembali pada masa yang akan datang. Konsumen yang
rasional akan memilih konsumsi sekarang dari pada masa yang akan
datang, kecuali kalau ada alas an yang kuat untuk memilih konsumsi di
masa yang akan datang.
Lebih lanjut, bunga diasumsikan memiliki perana penting untuk
menentukan jumlah tabungan. Tingkat bunga yang tinggi akan
mendorong masyarakat konsumen menabung dan menginvestasikan
kelebihan dananya daripada digunakan untuk konsumsi sekarang.
Apabila konsumen mengharap barang dan jasa yang lebih baik dari
sejumlah uang pada masa yang akan datang, maka keputusannya
adalah menabung. Menurut ekonom klasikal, bunga merupakan suatu
alternatif dari berbagai pilihan untuk mengoptimalkan uang, antara lain
dapat berinvestasi ke pasar modal, atau menabung dengan tingkat
bunga tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Grafik 2.4 Hubungan Tingkat Bunga dan Tabungan
Sumber : Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.
YKPN Hal: 83.
Jika tingkat bunga adalah sebesar 1R maka tingkat tabungan
akan berada pada posisi 2S . Ketika tingkat suku bunga dinaikkan ke
level 2R maka masyarakat yang tadinya menggunakan uangnya untuk
konsumsi akan mengalihkan dana mereka ke tabungan. Posisi 1S akan
bergeser ke 2S yang artinya jumlah tabungan bertambah seiring
dengan meningkatnya suku bunga. Namun dalam hal ini apabila
tingkat bunga meningkat maka perusahaan akan enggan meminjam
dana dan lebih memilih untuk menggunakan dana internal apabila
memadai.
Tingkat Suku Bunga R
2R
1R
S
1S 2S Jumlah Tabungan 1S 2S Jumlah Tabungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
c. Permintaan investasi
Jumlah dana yang dapat digunakan untuk investasi merupakan
faktor penentu tingkat bunga. Tinggi rendahnya penawaran dana
investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya tabugan masyarakat. Suatu
unit usaha bisnis akan memerlukan dana untuk ekspansi proyek
perusahaan. Jika tingkat bunga di pasar menarik bagi investor, maka
unit bisnis akan melakukan permintaan dana untuk investasi. Jadi,
tinggi rendahnya tingkat bunga akan menentukan pengeluaran
investasi.
Grafik 2.5
Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi
Sumber : Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.YKPN Hal: 85.
Ekonomi klasikal mengemukakan bahwa hubungan permintaan
dana untuk modal investasi dengan tingkat bunga di pasar adalah
Tingkat Suku Bunga R
2R
1R
I
1S 2S Jumlah Tabungan 1I 2I Jumlah Pengeluaran Investasi
I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
negatif. Ini berarti bahwa kurva permintaan untuk investasi ber-slope
negatif. Jadi apabila tingkat bunga naik dari level 1R ke level 2R
maka jumlah pengeluaran investasi akan berkurang dari level 2I ke
1I . Artinya adalah apabila tingkat bunga pasar tingg, volume modal
investasi yang diminta turun.
d. Keseimbangan Tingkat Bunga (Teori Klasik)
Ekonomi klasik berpendapa bahwa tingkat bunga pasar
ditentukan oleh keseimbangan antara penawaran tabungan dan
permintaan investasi. Lebih lanjut, tingkat suku bunga adalah titik
pertemuan atau titik potong antara penawaran tabungan dengan
permintaan investasi. Misalnya jumlah permintaan tabungan di pasar
pada tingkat bunga i adalah 0 unit. Jumlah pengeluaran investasi yang
diminta pada tingkat i adalah 0 unit. i adalah kesimbangan tingkat
bunga dan Q adalah keseimbangan unit kuantitas yang diminta dan
yang ditawar oleh pasar. Titik ini selalu berpindah dan tidak pernah
berada pada titik tertentu untuk jangka panjang. Meskipun titik ini
akan selalu mencoba untuk tetap berada pada titik E dalam waktu yang
lama. Titik ini diilustrasikan pada grafik 2.6 dibawah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Grafik 2.6 Hubungan Tingkat Bunga, Jumlah Tabungan dan Investasi
Sumber : Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar
Modal.YKPN Hal: 86.
e. Teori Preferensi Likuiditas Tingkat Bunga
Teori ini ini berhubungan dengan ekonom inggris John Maynard
Keynes yang telah mengkritik teori ekonomi klasik tentang
pengembangan teori tingkat bunga. Menurut Keyness, teori klasik
berlaku hanya untuk bunga jangka panjang. Keyness mengembangkan
teori preferensi likuiditas (liquidity preference) ini untuk menjelaskan
bunga jangka pendek.
Keyness mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan
pembayaran untuk penggunaan s ebuah sumber daya yang langka
(uang). Tingkat bunga adalah harga yang dikeluarkan debitur untuk
Tingkat Suku Bunga R
i
I
1S 2S Jumlah Tabungan Q Volume of Savings and Investments
I
S
S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya langka
tersebut., Akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur tersebut
menerima kemungkinan adanya kerugian berupa resiko tidak
diterimanya tingkat bunga tertentu.
Di dalam teori ini ada 2 maca investasi yang dikembangkan,
yaitu uang dan obligasi. Uang merupakan kekayaan yang paling likuid
karena yang mempunyai kemampuan untuk membeli setiap saat.
Sedangkan surat obligasi tidak dapat untuk membeli sesuatu kecuali
kalau diubah terlebih dahulu dalam bentuk tunai.
Menurut Keyness, permintaan terhadap uang merupakan
tindakan rasional. Meningkatnya permintaan uang akan menaikkan
tingkat suku bunga. Investasi pada surat obligasi pada saat bunga naik
mengakibatkan kerugian capital gain. Misalnya, apabila bunga naik
setiap periode, investor akan menunggu hingga tingkat bunga obligasi
maksimal sehingga investor akan melakukan investasi pada obligasi
tersebut. Sedangkan apabila investor melakukan investasi pada saat
bunga belum maksimal investor akan mengalami kerugian sebesar
tingkat kenaikan bunga obligasi tersebut. Dari segi lain, apabila tingkat
bunga turun, permintaan surat berharga akan naik. Berarti bahwa harga
surat obligasi akan meningkat. Sehingga investor akan memperoleh
sebuah capital gain jika menjual obligasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Seorang investor akan melakukan investasi pada saat harga
obligasi di pasar rendah dan akan menjual pada saat harga obligasi
naik. Jadi, jumlah uang tunai untuk motif spekulasi tergantung pada
harga atau tingkat bunga yang dibayarkan. Pada tingkat bunga rendah,
investor memperkirakan bahwa tingkat bunga akan segera naik,
sehingga investor melakukan permintaan uang untuk menyiapkan diri
terhadap penurunan harga obligasi. Pada tingkat bunga tinggi, investor
akan memperkirakan bahwa tingkat bunga akan segera turun dan harga
obligasi akan segera naik, akibatnya permintaan akan uang akan
menurun dan permintaan untuk obligasi meningkat. Jadi tingkat bunga
yang tinggi akan mendorong investor untuk mengurangi permintaan
uang dan membeli obligasi.
Keseimbangan dari penawaran dan permintaan uang yang akan
diminta menentukan tingkat bunga jangka pendek pada suatu pasar.
Kekuatan keseimbangan penawaran dan permintaan uang terletak pada
tingkat bunga pada suatu pasar. Unit-unit suatu ekonomi membeli
obligasi sehingga mengurangi uang pokok yang ada pada sirkulasi
masyarakat. Dari sisi lain, dibawah titik keseimbangan, jumlah uang
yang diminta akan melebihi jumlah uang yang ditawarkan. Investor
akan menjual obligasinya untuk menaikkan tingkat bunga sampai ke
titik keseimbangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
f. Keseimbangan Tingkat Bunga pada Teori Dana
Pinjaman
Teori ini menggunakan asumsi bahwa tingkat bunga ditentukan
antara kekuatan permintaan dan penawaran dana pinjaman. Kekuatan
dana pinaman dalam suatu perekonomian berasal dari 3 segmen yaitu
pemerintah, masyarakat dan unit bisnis. Masyarakat memiliki kekuatan
dana pinjaman untuk keperluan konsumsi sedangkan unit bisnis
memerlukan dana pinjaman untuk ekspansi perusahaannya.
Pemerintah dalam konteks permintaan dana pinjaman memainkan
perannya untuk memenuhi kebutuhan sosial warga negaranya.
Penawaran dana pinjaman berasal dari berbagai macam
aktivitas. Tabungan domestik yang berasal dari berbagai segmen
seperti pemerintah, masyarakat dan kalangan bisnis akan menyuplai
kebutuhan dana pinjaman di dalam perekonomian. Selain itu aktivitas
seperti peminjaman dana kepada institusi perbankan luar negeri seperti
Bank Dunia akan ikut mensuplai kebutuhan dana pinjaman domestik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
\Grafik 2.7
Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi
Sumber : Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar
Modal.YKPN Hal: 94.
Perpotongan antara permintaan dana pinjaman dan penawara
dana pinjaman akan menentukan tingkat bunga di pasar dan kuantitas
dana pinjaman. Titik perpotongan tersebut kita sebut titik E, dengan
tingkat bunga setinggi i dan volume dana yang dipinjam di pasar
modal sebesar q. Kurva DD adalah permintaan dana pinjaman dan
kurva SS adalah penawaran dana pinjaman. Q adalah kuantitas dana
pinjaman yang diminta dan i adalah tingkat suku bunga sekarang
dalam suatu pasar.
Tingkat Suku Bunga R
i
D
1S 2S Jumlah Tabungan q Jumlah Dana Pinjaman
D
S
S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
B. Penelitian Terdahulu
1. Prediksi IHSG dengan Model GARCH dan Model ARIMA (Nachrowi dan
Usman, 2007:73-91)
Penelitian yang dilakukan oleh Nachrowi dan Usman (2007)
mempergunakan IHSG Indonesia (Jakarta Composite Index) sebagai variable
dependen dan variabel independennya adalah IHSG NIKKEI (Jepang), Dow
Jones (Amerika), IHSG SET (pasar modal Thailand) dan kurs dollar terhadap
rupiah. Nachorowi dan Usman mempergunakan model GARCH karena model
ini dapat mengatasi masalah varians residual yang hetereokedastis. Hasil
penelitiannya mengemukakan bahwa hubungan antara IHSG dan NIKKEI
adalah searah dimana ketika NIKKEI mengalami apresiasi maka IHSG akan
ikut terkena imbasnya melalui penguatan di pasar modal pula. Hal serupa juga
terjadi dimana hubungan antara Dow Jones dan IHSG adalah searah.
Hasil penelitian sebelumnya oleh Nachrowi dan Novita (2005)
mengatakan bahwa pasar modal negara yang kuat mempengaruhi pasar modal
negara berkembang. Sedangkan hubungan antara IHSG dan SET adalah
negatif. Dalam awal penelitiannya Nachrowi dan Usman (2007)
mengemukakan bahwa hubungan negatif yang terjadi antara IHSG dan SET
(Thailand) adalah karena pemindahan aset dikarenakan kondisi geopolitik
Thailand saat itu tidak memungkinkan untuk melakukan investasi.Dan
hubungan negatif yang terjadi antara IHSG dengan kurs dikarenakan ketika
dollar menguat maka investor akan cenderung beralih memegang dollar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
menjual saham di pasar modal sehingga terjadi panic selling. Keadaan ini
pada akhirnya akan menyebabkan pasar modal tertekan dan mengalami
pelemahan.
2. The Relationship between Stock Prices and Exchange Rates Evidence from
Turkey (Aydemir dan Dermirhan, 2009:27-215).
Penelitian yang dilakukan oleh Aydemir dan Demirhan (2009)
menekankan pada pola hubungan antara nilai tukar dan harga saham. Dalam
penelitian ini, keduanya mengemukakan bahwa penguatan harga saham
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain performa perusahaan atau
emiten, nilai tukar, suku bunga, indeks harga sama negara lain dan
sebagainya. Nilai tukar mempengaruhi performa perusahaan melalui arus kas,
investasi dan jumlah keuntungan. Aydemir dan Demirhan mengatakan bahwa
terdapat hubungan yang negatif antara nilai tukar dan harga saham. Ketika
nilai tukar melemah maka akan menurunkan kekayaan domestik yang
kemudian akan memicu pelemahan nilai tukar dan menurunkan tingkat suku
bunga. Pelemahan indeks harga saham yang dicerminkan melalui pelemahan
harga saham akan memicu investor untuk melepas aset dan mata uang
domestik.. Pergeseran permintaan dan penawaran valuta asing menyebabkan
pelarian modal ke luar negeri (capital outflow) serta depresiasi nilai tukar.
Kesimpulan yang dikemukakan oleh Aydemir dan Demirhan (2009) bahwa
hubungan antara nilai tukar dan harga saham adalah negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
3. The Relationship between Exchange Rate and Stock Prices during the
Quantitative Easing Policy Japan (Kurihara, 2006: 375-386).
Bank of Japan (Bank Sentral Pemerintah Jepang) mengeluarkan kebijakan
moneter yang bersifat longgar untuk merangsang harga saham dengan tujuan
memperbaiki perekonomian. Kurihara melakukan penelitian mengenai
hubungan antara variabel makro ekonomi terhadap harga saham. Penelitian ini
memperhatikan nilai tukar (exchange rate) dan suku bunga yang dikeluarkan
oleh BoJ (Bank of Japan) sebagai variabel independen yang mempengaruhi
variabel harga saham khususnya di indeks NIKKEI. Kurihara (2006) memilih
tingkat suku bunga sebagai variabel karena tingkat suku bunga merupakan
determinan dari harga saham. Selain variabel makro ekonomi suku bunga dan
harga saham , variabel makro lainnya yaitu nilai tukar dan harga saham di
Amerika memainkan peranan pentingnya dalam menentukan harga saham
domestik (NIKKEI) (Kurihara, 2006). Campbell dan Ammer (1993) dalam
Kurihara (2006) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif
antara suku bunga dan harga saham .
Harga saham ini merupakan cerminan dari indeks harga saham gabungan.
Sebagai negara yang berbasis ekspor maka Kurihara (2006) menyimpulkan
bahwa depresiasi terhadap mata uang domestik (yen) menyebabkan harga
saham meningkat ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas ekspor perusahaan
dalam negeri. Sedangkan untuk variabel harga saham Amerika yaitu DJIA
(Dow Jones Industrial Average) Kurihara (2006) mendapatkan hubungan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
signifikan karena ekonomi Jepang dan Amerika berhubungan sangat erat
terutama dari segi ekspor dan impor. Di lain sisi, Kurihara (2006)
mendapatkan hubungan yang tidak signifikan antara suku bunga dan harga
saham karena pemerintah jepang dalam masa penelitian ini melakukan
kebijakan suku bunga yang hampir mendekati nol untuk mengatasi deflasi.
4. Analysis of the Long-term Relationship between Macroeconomics
Variables and the Chinese Stock Market Using Heterocedastic
Cointegration (Liu dan Shrestha 2008:744-755).
Penelitian yang dilakukan oleh Liu dan Shrestha (2008) bertujuan untuk
menginvestigasi hubungan antara pasar modal dan beberapa variabel makro
ekonomi seperti nilai tukar, suku bunga, inflasi, penawaran uang dan
produkvitas industri. Fama (1981) dan Schwert (1990) dalam Liu (2008)
melakukan penelitian mengenai dampak suku bunga, nilai tukar dan aktivitas
riil terhadap harga saham di pasar modal. Liu dan Shrestha(2008) menyatakan
bahwa tingkat suku bunga yang rendah menyebabkan depresiasi nilai tukar
ini bertujuan untuk memacu roda perekonomian melalui ekspansi kredit.
Variabel suku bunga dan nilai tukar dalam pengamatan Liu dan Shrestha
(2008) menunjukkan hubungan yang negatif. Nilai tukar menurut Liu dan
Shrestha (2008) mempengaruhi perusahaan terutama dari sisi arus kas dan
keuantungan. Untuk variabel suku bunga Liu dan Shrestha (2008) menyatakan
bahwa suku bunga dan harga saham memiliki hubungan yang negatif dan
signifikan. Hubungan yang negatif ini dikarenakan apabila terjadi perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
suku bunga maka akan ikut merubah proyeksi keuntungan perusahaan
sehingga investor ragu untuk berinvestasi.
C. Kerangka Penelitian
Berdasarkan beberapa dasar teori yang ada serta pemahaman terhadap
penelitian sebelumnya, maka berikut ini dapat digambarkan kerangka
pemikiran yang menggambarkan pengaruh kurs nilai tukar, suku bunga
deposito dan indeks Nikkei terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Kerangka pemikiran tersebut mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Nachrowi dan Usman (2007) dan Liu (2008). H1 merupakan hubungan
antara kurs nila tukar dan IHSG, H2 merupakan hubungan antara variabel
Kurs Nilai Tukar
Indeks Harga Saham Nikkei
Suku Bunga Deposito
Indeks Harga Saam Gabungan (IHSG)
H1
H2
H3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
indeks Nikkei terhadap IHSG serta H3 adalah hubungan antara suku bunga
deposito dengan IHSG.
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, maka dapat
diformulasikan rumusan hipotesis sebagai berikut :
1. Pengaruh Kurs Nilai Tukar terhadap IHSG
Harga satu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau
nilai tukar mata uang atau exchange rate (Salvatore, 1997:10). Nachrowi dan
Usman (2007) mendapatkan hubungan yang negatif antara nilai tukar mata
uang atau kurs terhadap IHSG. Liu dan Shrestha (2008) juga menemukan
hubungan negatif antara nilai tukar dengan indeks harga saham di China.
Variabel nilai tukar juga menunjukkan hubungan yang siginifkan dengan
indeks harga saham gabunga di China (Liu dan Shrestha, 2008). Aydemir
dan Demirhan (2009) juga menungkapkan bahwa hubungan yang negatif
antara nilai tukar dan indeks harga saham melalui pendekatan input dan
ouput. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diformulasikan hipotesis 1
sebagai berikut :
H1 : Terdapat pengaruh yang negatif dari kurs nilai tukar terhadap
IHSG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2. Pengaruh Indeks Nikkei dan IHSG
Nachrowi dan Usman (2007) menyatakan bahwa pasar modal yang kuat
mempengaruhi pasar modal yang lemah. Kapitalisasi pasar modal Indonesia
yaitu IHSG lebih kecil bila dibandingkan dengan kapitalisasi pasar modal
Jepang yaitu indeks Nikkei. Valdkhani dan Chancarat (2007) menyatakan
bahwa pasar modal di dunia saling berhubungan karena pola kerja sama
ekonomi antara negara saling terkait.
Masih dan Masih (2004) dalam Valdkhani dan Chancarat (2007)
mengemukakan bahwa terdapat pola hubungan antara pasar modal negara
berkembang dan pasar modal negara maju. Nachrowi dan Usman (2007)
menemukan bahwa terjadi hubungan yang positif antara pasar modal negara
maju dan pasar modal negara berkembang. Maka dapat diformulasikan
hipotesis 3 sebagai berikut :
H2: Terdapat pengaruh yang positif dari indeks Nikkei terhadap
IHSG
3. Pengaruh Suku Bunga Deposito terhadap IHSG
Liu dan Shrestha (2008) mengungkapkan hubungan yang negatif
antara suku bunga dan indeks harga saham di China. Ketika suku bunga naik
maka indeks harga saham akan tertekan. Naiknya tingkat suku bunga akan
menurankan proyeksi keuntungan perusahaan sehingga investor akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
cenderung melepas investasinya (Olugunde et al, 2006). Berdasarkan uraian
diatas maka dapat diformulasikan hipotesis 1 sebagai berikut :
H3 : Terdapat pengaruh yang negatif dari suku bunga deposito
terhadap IHSG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Sebelum melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus
menentukan metode apa yang digunakan dalam penelitiannya karena hal tersebut
merupakan dasar yang dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman untuk
menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian yang
dilaksanakannya. Oleh karena itu, pemilihan dan penentuan metode penelitian
yang tepat merupakan hal yang sangat penting untuk pencapaian tujuan penelitian
secara efektif dan efisien.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif, maksudnya penelitian ini lebih
menekankan analisis terhadap data-data bersifat kuantitatif/numeric yang
kemudian diolah sehingga menghasilkan kesimpulan. Dari kesimpulan tersebut
maka akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti dan
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. Selain itu, metode
deskriptif tersebut menggambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung dalam
penelitian dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Metode analisis
digunakan untuk menguji hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam
tentang hubungan antar variabel melalui pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan statistik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Dalam prakteknya, untuk menerapkan metode penelitian diperlukan suatu
desain penelitian yang sesuai dengan kondisi serta seimbang dengan kedalaman
dan keluasan penelitian yang akan dilaksanakan. Desain penelitian merupakan
semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan desain kausal yaitu desain yang berguna untuk
menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya
atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif mengenai dampak kurs nilai tukar, suku
bunga deposito 3 bulan dan indeks Nikkei terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang
dikumpulkan oleh Pusat Informasi Bank Indonesia, situs Indonesia Stock
Exchange (IDX) dan situs Bank Sentral Jepang. Untuk penggunaan data ,
penelitian kali ini mempergunakan data bulanan kurs nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika, suku bunga deposito 3 bulan, indeks Nikkei dan IHSG.
Penggunaan data sekunder adalah dengan tujuan efisiensi karena data yang
digunakan berasal lebih dari 1 negara. Data yang digunakan adalah data bulanan
dari tahun 2007-2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
C. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan 4 variabel yang terdiri atas kurs nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika, suku bunga deposito 3 bulan, indeks Nikkei dan
IHSG. Variabel-variabel tersebut kemudian dikelompokkan menjadi dua, yaitu
variabel dependen dan independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah
IHSG sedangkan variabel independen adalah kurs nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika, indeks Nikkei dan suku bunga deposito 3 bulan.
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Harga dari suatu saham menentukan indeks dari saham secara
keseluruhan. Namun indeks harga saham lebih dipengaruhi oleh saham-
saham yang memiliki kapitalisasi besar dan liquid. Maka penghitungan
indeks tidak ditentukan oleh sedikit atau banyaknya transaksi, tapi oleh
harga. Indeks gabungan memasukkan semua saham dalam proses
perhitungannya seperti yang dilakukan oleh IHSG. Sedangkan indeks yang
lain memasukkan sebagian saham dengan kriteria yang sudah ditetapkan
terlebih dahulu. Sebagai contoh adalah indeks Dow Jones Industrial
Average (DJIA) yang hanya terdiri atas 30 indeks saham perusahaan
industri di Amerika (Jones, 2004:98).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
2. Kurs Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara terhadap mata
uang negara lain. Data nilai tukar yang digunakan adalah nilai tengah mata
uang rupiah terhadap dollar Amerika yang dihitung atas kurs jual dan kurs
beli yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Nilai tukar ini dinyatakan dalam
rupiah/dolar Amerika (Rp/US$)
3. Indeks Nikkei
Indeks Nikkei adalah indeks dengan rata-rata tertimbang dalam
mata uang yen yang komponennya ditinjau ulang 1 tahun sekali. Indeks
Nikkei terdiri atas 225 emiten yang terdaftar di bursa saham Tokyo.
4. Suku Bunga Deposito 3 Bulan
Suku bunga adalah persentase imbal hasil yang diberikan pihak
perbankan kepada para nasabahnya. Prinsip deposito adalah para
penabung menyimpan sejumlah dana dalam kurun waktu tertentu di suatu
bank. Berbeda dengan tabungan, dana yang diinvestasikan di instrument
deposito tidak bisa diambil secara bebas tergantung kurun waktu
investasiya. Penelitian ini menggunakan suku bunga deposito 3 bulan rata-
rata perbankan di Indonesia. Deposito 3 bulan perbankan di Indonesia
merupakan instumen deposito dengan kapitalisasi paling besar yaitu lebih
dari 200 triliun Rupiah sehingga instrumen deposito ini memiliki kapasitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
paling besar untuk menerima aliran dana apabila terjadi perpindahan dana
investasi dari pasar modal.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat time series dari tahun 2007 bulan Januari hingga tahun 2010 bulan
Desember. Adapun data tersebut diperoleh dari :
1. Data suku bunga deposito 3 bulan , Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) dan kurs diperoleh dari Statistik Ekonomi Indonesia berupa
file Microsoft Excel yang dipublikasikan di situs Bank Indonesia. Data
kurs nilai tukar yang diambil dari situs Bank Indonesia adalah data
tahun 2007-2010. Untuk data IHSG yang didapatkan melalui situs
Bank Indonesia adalah data IHSG tahun 1993-2010 dengan file yang
bernama proporsi kepemilikan asing di situs Bank Indonesia.
2. Data indeks Nikkei diperoleh dari situs Bank of Japan (BOJ) yang
merupakan bank sentral di negara Jepang.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Apabila dalam suatu analisis regresi
data time series terdapat variabel bebas masa yang lalu maka metode analisis
tersebut dinamakan distributed-lag model. Sedangkan apabila model tersebut
memasukkan satu atau lebih variabel masa lalu (baik terikat maupun bebas) di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
sisi kanan model regresi maka model tersebut dinamakan autoregressive
distributed lag model (Gujarati, 2004:656).
Sebagian besar analisis ekonomi berkaitan dengan analisis runtut waktu
(time series) yang sering diwujudkan oleh hubungan antara perubahan suatu
besaran ekonomi pengaruhnya terhadap gejala dan perilaku ekonomi saat lain.
Hubungan ini dirumuskan dengan model linier dinamik (MLD), pada dasarnya
MLD lebih ditekankan pada struktur dinamis jangka pendek (short run) namun
model yang baik adalah model yang dapat mengestimasi untuk jangka panjang.
Selain itu, teori ekonomi tidak hanya berserita tentang model dinamik , tapi lebih
memusatkan pada perilaku variabel jangka panjang. Di lain pihak, banyak peneliti
terkecoh dengan sindrom R2, dimana tingginya R2 hasil estimasi tersebut terkena
regresi lancung (spurious regression) (Yule dalam Gujarati, 2004:806)
(Insukindro, et al, 2004:127). Berhubungan dengan hal tersebut, ada 2 metode
untuk menghindari regresi lancung, yaitu sebagai berikut :
1. Tanpa uji stasionneritas data, yaitu dengan membentuk Model Linier
Dinamik (MLD) seperti : Model Autoregresif Dsitributed Lag
(Autoregressive Distributed Lag Model), Model Penyesuaian Parsial
(Partial Adjustment Model), Model Cadangan Penyangga (Buffer Stock
Model) dan lain-lain.
2. Dengan menggunakan uji stasioneritas atau menggunakan pendekatan
kointegrasi (cointegration approach). Pendekatan ini pada dasarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
merupakan uji terhadap teori dan merupakan bagian penting dalam
perumusan dan estimasi MLD.
Dengan dasar teori dan data-data, maka penelitian ini
menggunakan beberapa tahapan analisis, antara lain :
1. Uji Pemilihan Model
Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan pertanyaan atau
masalah empirik (empirical question) yang sangat penting. Hal ini karena teori
ekonomi tidak secara spesifik menunjukan apakah sebaiknya bentuk fungsi
suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linier atau log linier atau
bentuk lainnya .
Dalam kenyataannya seorang peneliti biasanya menggunakan feeling
langsung menetapkan model regresi yang digunakan dinyatakan dalam bentuk
log-linier, karena bentuk log-linier diyakini dapat mengurangi tingkat variasi
data yang akan digunakan. Namun sebenarnya keyakinan tersebut tidak
sepenuhnya benar, karena tidak menutup kemungkinan dalam kasus tertentu,
suatu model regresi akan lebih tepat diregresi dengan dinyatakan dalam
bentuk linier (tanpa log). Oleh karena itu, dalam melakukan suatu studi
empiris, sebaiknya model yang digunakan diuji dulu, apakah sebaiknya
menggunakan bentuk linier ataukah log-linier (Insukindro et al, 2004:227).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan pemilihan
bentuk fungsi model seperti model transformasi Box-Cox, Bera dan Mc Aleer
Zarambeka, namun dalam penelitian ini menggunakan metode yang
dikembangkan Mac Kinnon, White dan Davidson pada tahun 1983 dan lebih
dikenal dengan MWD test.
H0 : Model Linier :
ttttt usukubunganikkeiKursIHSG ++++= 3210 bbbb ………………..(3.1)
H1 : Model Log Linier :
ttttt uLsukubungaLnikkeiLKursLIHSG ++++= 3210 bbbb …………..(3.2)
Langkah-langkah melakukan MWD Test (Green dalam Gujarari, 2004:281) :
a. Kita asumsikan terdapat 2 buah model yaitu :
1) ttttt usukubunganikkeiKursIHSG ++++= 3210 bbbb (model
linier)…………………………………………..………………(3.3)
2) ttttt uLsukubungaLnikkeiLKursLIHSG ++++= 3210 bbbb
(model log-linier)……………………………..………………(3.4)
b. Lakukan estimasi/regresi terhadap model a (3.3), kemudian dapatkan nilai
fitted dari IHSG. Nilai fitted IHSG adalah nilai aktual IHSG dikurangi
dengan residualnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
c. Lakukan estimasi/regresi terhadap model b (3.4), kemudian dapatkan nilai
fitted dari LIHSG. Nilai fitted LIHSGadalah nilai aktual
LIHSGdikurangi dengan residualnya.
d. Buatlah variabel baru dengan nama Z1 yang merupakan hasil dari nilai log
fitted IHSGdikurangi dengan nilai fitted dari LIHSG.
(Z1=Log( IHSGfitted) - LIHSGfitted).
e. Buatlah variabel baru dengan nama Z2 yang merupakan hasil dari antilog
fitted LIHSGdikurangi dengan nilai fitted dari IHSG.
(Z2=AntiLog( LIHSGfitted)- IHSGfitted).
f. Lakukan regresi dengan menggunakan model a (3.3) ditambah Z1 sebagai
variabel penjelas yaitu :
ttttt uZSukubungaNikkeiKursIHSG +++++= 143210 bbbbb . ………….(3.5)
Jika nilai Z1 signifikan secara statistik maka kita menolak model yang
benar adalah linier dengan kata lain, bila Z1 signifikan maka model yang
benar adalah model log-linear.
g. Lakukan regresi dengan menggunakan model ditambah Z2 sebagai
variabel penjelas yaitu :
ttttt uZLSukubungaLNikkeiLKursLIHSG +++++= 243210 bbbbb ….(3.6)
Jika nilai Z2 signifikan secara statistik maka kita menolak model yang
benar adalah log-linear dengan kata lain, bila Z2 signifikan maka model
yang benar adalah model linear.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
2. Pembentukan Model Autoregressive Distributed Lag (ARDL)
Model ARDL adalah model yang memasukkan variabel bebas masa lalu
baik itu variabel bebas masa lalu maupun variabel terikat masa lalu dalam
analisis regresinya. Dalam ekonomi, ketergantungan variabel terikat
(dependen) terhadap variabel bebas (independen) sangat jarang terjadi secara
spontan (Gujarati, 2003:658). Sering kali variabel bebas merespon variabel
terikat dengan jeda waktu tertentu (lag). Kita asumsikan bahwa model yang
dipilih berdasarkan uji MWD adalah model log-linier seperti berikut :
ttttt uLSukubungaLNikkeiLKursLIHSG ++++= 3210 bbbb ………….(3.7)
Apabila kita menggunakan metode distributed lag maka persamaan (3.7)
yang akan muncul adalah sebagai berikut :
tktktktt uLSukubungaLNikkeiLKursLIHSG ++++= --- 3210 bbbb …….(3.8)
Dari persamaan (3.8) kita memasukkan variabel independen lag (masa
lalu) yaitu LKurs, LNikkei, dan LSukubunga. Lag yang akan dipergunakan
dan paling optimal dalam analisis regresi akan ditentukan oleh beberapa
parameter dan yang biasa dipergunakan adalah adalah AIC atau Schawarz
Information Criteria (SIC) (Falianty, 2003). Persamaan (3.8) adalah
persamaan distributed lag dengan lag yang tidak terbatas , ini dikarenakan kita
tidak tahu sampai sejauh mana pengaruh variabel masa lalu ( lag independen
variabel) terhadap variabel dependennya. Persamaan yang memasukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
variabel lag independen ke dalam analisis regresinya disebut sebagai model
distributed lag.
Apabila dalam persamaan model awal regresi kita memasukkan lag
variabel dependen sebagai variabel independen dan disertai dengan lag
variabel independen lainnya maka model ini dikatakan sebagai model ARDL
(Autoregressive Distributed Lag). Persamaan ARDL untuk penelitian ini akan
berubah menjadi :
(3.9)
Persamaan model (3.9) disebut sebagai model ARDL karena memasukkan
variabel lag LIHSG, LKURS dan LNIKKEI sebagai variabel independen.
3. Pemilihan Lag Optimum pada Model ARDL
Permasalahan yang sering muncul dari model ARDL adalah menentukan
pada lag keberapa variabel tersebut akan menghasilkan hasil estimasi yang
baik. Penentuan panjang lag penting karena lag yang terlalu panjang akan
mengurangi banyaknya degree of freedom, sedangkan lag yang terlalu pendek
akan mengarah pada kesalahan spesifikasi (Gujarati, 2004:849). Untuk
memilih lag optimum pada model ARDL beberapa peneliti menggunakan
Schwarz Criterion (SC) (Falianty, 2003). Jika besarnya suatu lag memberikan
nilai SC yang paling kecil terhadap model maka jumlah lag tersebut dipilih.
tktktktkt
tttt
uLIHSGLSukubungaLNikkeiLKurs
LSukubungaLNikkeiLKursLIHSG
++++++++=
---- 7654
3210
bbbbbbbb
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
nT
KSSRTSIC k 2
)(ln)( += ………………………………………………(3.10)
Dimana :
T : Jumlah observasi yang digunakan
k : panjang lag
SSR : sum square residual
n : Jumlah parameter yang diestimasi
Persamaan (3.10) digunakan untuk memilih lag keberapakah variabel-
variabel dari model regresi tersebut menghasilkan estimasi yang baik.
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Tujuan dari dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui
apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti
mempunyai distribusi data yang normal.. Jadi uji normalitas pada dasarnya
melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data
berdistribusi normal yang memilki mean dan standar deviasi yang sama
dengan data kita.
Data yang berdistribusi normal merupakan salah satu syarat
dilakukannya parametric-test. Untuk data yang tidak berdistribusi normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
tentu saja analisisnya harus menggunakan non parametric test. Data yang
mempunyai distribusi normal berarti mempunyai sebaran yang normal
pula. Dengan profil data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa
mewakili populasi.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji Jarque-Bera (JB) (Gujarati, 2004:148*. Nilai JB
diharapkan mendekati 0.
Hipotesis yang diasumsikan adalah :
Ho : residual berdistribusi normal
Ha : residual berdistribusi tidak normal
Jika probabilitas JB lebih kecil dari 0,05 berarti JB statistik
berbeda dengan 0, maka H0 ditolak. Jika nilai probabilitas JB lebih besar
dari 0,05 berarti JB statistik tidak berbeda dengan 0 yang artinya tidak
menolak Ho (Gujarati, 2004:150).
Persamaan untuk mencari JB adalah :
22
22
24)3(
6 =-úû
ùêë
é -+= dfx
kSnJB
……………………………………….(3.11)
Dimana :
n : jumlah sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
S : koefisien skewness
K : koefisien kurtosis
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas atau independen
(Frisch dalam Gujarati, 2004:342). Multikolinearitas sering terjadi jika
diantara variabel bebas (x) saling berkorelasi sehingga hasil estimasi
menjadi bias.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Asumsi
multikolinieritas menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas
dari gejala multikolinieritas. Gejala multikolinieritas adalah gejala
korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Uji multikolinearitas
diperoleh dengan beberapa langkah yaitu 1). melakukan regresi
model lengkap Y = f (X1…Xn) sehingga kita mendapatkan R21(R2
regresi asal) ; 2). Melakukan regresi X1 (variabel bebas) terhadap seluruh
X1,2…n ,maka diperoleh nilai R22,3,4….n (metode ini dinamakan korelasi
parsial); dan 3). Membandingkan nilai R21 dengan R22,3….n . Pedoman
yang digunakan, jika nilai R21 lebih tinggi dari R22,3…n pada regresi antar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
variabel bebas, maka dalam model empirik tidak terdapat masalah
multikolnieritas dan sebaliknya..
c. Uji Autokorelasi
Tes yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi
pada penelitian ini adalah Breusch-Godfrey (BG) test atau sering juga
disebut Lagrange Multiplier (LM) test. Tes ini merupakan salah satu tes
autokorelasi yang bisa dilakukan pada regresi dimana terdapat lag dari
dependen variabel sebagai variabel independen dan lebih
direkomendasikan untuk jumlah observasi yang cukup besar (Gujarati,
2004:472). Disamping itu LM test dapat dilakukan pada derajat
aurokorelasi lebih dari nol. Misalnya AR (1), AR(2) dan seterusnya.
Misalnya dari persamaan (3.9) diasumsikan bahwa residualnya
mengikuti autokorelasi derajat 2 atau AR(2) :
tttt uuu err ++= -- 2211 .......................................................... (3.12)
Maka residual dari persamaan (3.9) diregres terhadap semua
variabel independen lainnya serta nilai lag dari residual pada persamaan
(3.12) sebagai regresor tambahan dalam model :
ttttttt uuSukubungaNikkeiKursu erraaaa ++++++= -- 22114321 ... (3.13)
Null hypothesis pada LM test diatas adalah Ho = 021 == rr atau
tidak terdapat autokorelasi pada derajat 2. Penentuan ditolak atau tidaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Null hypothesis mengikuti tabel chi square dengan r sebagai derajat
kebebasannya. Jika nilai 2)( Rn r- yang didapat dari persamaan (3.13)
lebih besar dari nilai chi square maka null hypothesis ditolak, dengan kata
lain terdapat masalah autokorelasi (Gujarati, 2004:474).
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang terdapat homokedastisitas atau tidak tejadi heterokedastisitas. Untuk
menguji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan uji white sebagai
berikut (Gujarati, 2004:413):
Lakukan regresi model yang kita miliki dan kita dapatkan
nilai residual untuk (estimasi error).
1) Lakukan regresi auxiliary dengan memasukkan Ui2 sebagai variabel
dependen dan variabel X2t…n sebagai variabel dependen sehingga kita
dapatkan nilai obs*R² (Rsquared dikalikan dengan jumlah data
observasi) dari regresi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
2) Bandingkan obs*R² dari regresi awal dengan nilai chi square dengan
derajat kebebasan (degree 0f freedom) sejumlah dengan variabel
bebasnya.
3) Jika nilai chi square dengan level signifikansi yang dipilih lebih besar
dari obs*R² maka model tidak mengalami masalah heterokedastisitas.
Jika R² x n lebih besar dari nilai tabel chi square (alpha, df)
berarti terjadi heteroskedastisitas jika sebaliknya berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas.
5. Uji Statistik
a. Uji t
Uji t adalah bentuk pengujian koefisien regresi secara parsial yang
digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel
bebas dalam mempengaruhi perubahan variabel terikat, dalam melakukan
pengujian diasumsikan variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan.
Pengujian ini menggunakan uji satu sisi. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1) Merumuskan formula hipotesis untuk uji sisi negatif:
Hipotesis Pertama : H1 : β1 < 0
Hipotesis Kedua : H1 : β3 < 0
2) Menentukan level of significance (α) sebesar 5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
3) Menentukan ttabel dan menghitung thitung
ttabel® t α : n-k
Keterangan:
a=Derajat signifikansi = 5%; a = 0,05
n=Jumlah sampel (observasi)
k=Banyaknya parameter dalam model termasuk intersep
thitung ®
Keterangan:
βi = Parameter
Se(βi)= standart error parameter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Gambar 3.1
One-tail Test Level of Significance
Daerah penolakan H0 =
luas daerah terarsir
ini = a = 5% Daerah penerimaan H0
-ttabel 0
Sumber : Gujarati, 2004, Basic Econometrics 4th Edition, hal. :132
4) Kriteria pengujian:
a) Jika t hitung ≥ -ttabel H0 diterima dan H1 ditolak.
Kesimpulannya b1 dan b2 lebih besar dari 0 (b1 dan b3
tidak signifikan pada a=5%). Dapat dikatakan bahwa
X1 dan X3 secara statistik tidak berpengaruh terhadap
Y.
b) Jika thitung £ -ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Kesimpulannya b1 dan b3 lebih kecil dari nol (b1
signifikan pada a=5%). Dapat dikatakan bahwa X1 dan
X3 secara statistik berpengaruh terhadap Y.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
5) Merumuskan formula hipotesis untuk uji sisi positif:
Hipotesis Ketiga : H1 : β2 > 0
6) Menentukan level of significance (α) sebesar 5%
7) Menentukan ttabel dan menghitung thitung
ttabel® t α : n-k
Keterangan:
a=Derajat signifikansi = 5%; a = 0,05
n=Jumlah sampel (observasi)
k=Banyaknya parameter dalam model termasuk intersep
thitung ®
Keterangan:
βi = Parameter
Se(βi) = standart error parameter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Gambar 3.2
One-tail Test Level of Significance
Daerah H0 Diterima luas daerah terarsir H0 Ditolak
= a 5%
0 ttabel
Sumber : Gujarati, 2004, Basic Econometrics 4th Edition, hal. :132
4) Kriteria pengujian:
a) Jika t hitung < ttabel , H0 diterima dan H1 ditolak.
Kesimpulannya b2 lebih kecil besar dari 0 (b2 tidak
signifikan pada a=5%). Dapat dikatakan bahwa X2 dan
secara statistik tidak berpengaruh terhadap Y.
b. Uji F
Uji F adalah uji koefisien regresi secara bersama-sama
untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikatnya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut
(Insukindro, et al., 2004:59):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
1) Merumuskan formula hipotesis
H0 : b1=b2=b3=b4=b5=0
Ha : b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠0
2) Menentukan level of significance (α) sebesar 5%
3) Menentukan Ftabel dan menghitung Fhitung
Ftabel ® Fa, n-k, k-1
Fhitung ®
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
k = Banyaknya parameter termasuk intersep
Gambar 3.3
F- Test Level of Significance
H0 diterima H0 ditolak
Ftabel
Sumber : Gujarati, 2004, Basic Econometrics 4th Edition, hal. :962
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
4) Kriteria pengujian
a) Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Kesimpulannya bahwa b1, b2, b3, b4 dan b5 tidak berbeda
dengan nol. Dapat dikatakan bahwa semua koefisien
regresi/parameter secara bersama-sama tidak signifikan
pada α=5%.
b) Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulannya bahwa b1, b2, b3, b4, b5 tidak sama dengan
nol. Dapat dikatakan bahwa semua koefisien
regresi/parameter secara bersama-sama signifikan pada
a=5%.
c. Goodness of Fit atau Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar
persentase variasi yang terjadi pada variabel terikat dapat
dijelaskan oleh variabel bebas dalam model. Nilai R2 terletak
antara 0 dan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Jika R2=1, artinya garis regresi tersebut
menjelaskan 100% variasi dalam variabel terikat dan sebaliknya.
Namun, jika R2=0, artinya garis regresi tersebut tidak menjelaskan
sedikitpun variasi dalam variabel terikat. Oleh karena itu, suatu
model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya
mendekati satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
6. Membentuk Variabel Jangka Panjang dalam Model ARDL
Estimasi yang didapatkan melalui analisis model ARDL hanya
menggambarkan hubungan jangka pendek variabel-variabel di dalamnya.
Untuk mendapatkan hubungan atau estimasi jangka panjang dalam model
ARDL maka digunakan pendekatan seperti dibawah ini :
)1)(( 111 -- -+= ttt YXXXb ……………...……….……………………….(3.14)
Dimana :
Xb : Variabel jangka panjang
tX1 : Koefisien variabel X1
1-tX : Koefisien variabel jangka pendek (t-1)
1-tY : Koefisien variabel Y (t-1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Variabel IHSG
Kondisi pasar modal pada tahun 2007 sangat kondusif. IHSG mengalami
kenaikan lebih dari 60% jika dibandingkan dengan awal tahun 2007 seperti yang
terlihat pada grafik 4.1. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia
atau IHSG merupakan tempat investasi yang menarik.
Grafik 4.1
Pergerakan IHSG Tahun 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
Kondisi pasar modal yang kondusif pada awal tahun 2008 mulai
mengalami tekanan seiring dengan merembetnya gelombang krisis keuangan
global pada semester II tahun 2008. Nilai penerbitan saham mengalami
peningkatan yang signifkan pada awal tahun sebelumnya, menurun drastis pada
akhir tahun, namun secara total tetap mengalami peningkatan dari tahun 2007.
IHSG yang sempat mencapai level tertinggi pada awal tahun 2008, akhirnya
terkoreksi secara signifkan pada semester II-2008 dengan penurunan lebih dari
50%.
Grafik 4.2
Pergerakan IHSG Tahun 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
Kinerja pasar saham pada awal tahun 2008 masih cukup baik, namun
terkoreksi cukup dalam pada semester II 2008. IHSG pada akhir tahun 2008
ditutup pada level 1.355 poin atau melemah 50,64% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Kondisi tersebut menempatkan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
peringkat ke-5 se-Asia Pasifk sebagai bursa dengan kinerja terendah setelah
Vietnam -66%, Shanghai -64,81%, Shenzen - 60,65%, dan Mumbai -53,83%
(Bank Indonesia, 2009:126)
Kinerja IHSG pada tahun 2008 sebenarnya relatif terjaga dan bahkan
sempat mencapai level 2.830 pada awal tahun dan merupakan level tertinggi yang
pernah dicapai sampai 2008. Namun perkembangan pada semester II 2008 justru
menunjukan dinamika yang berlawanan mengikut penurunan yang terjadi pada
indeks saham global. Penurunan kinerja IHSG lebih disebabkan oleh gejolak
eksternal, baik di pasar keuangan maupun pasar komoditas, sementara itu kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
domestik masih relatif terjaga. Gejolak eksternal bermula dari pecahnya bubble
pasar keuangan global yang memicu terjadinya proses deleveraging dan
berdampak pada perlambatan ekonomi global. Dampak lanjutan dari situasi
tersebut adalah penurunan laba dan bahkan kebangkrutan institusi keuangan
secara global sehingga terjadi kekeringan likuditas di pasar internasional.
Terimbas kondisi tersebut, investor asing mulai mengurangi portofolio
dananya di emerging market yang menyebabkan indeks di emerging market
terkoreksi, termasuk IHSG di Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa pemain asing
masih mendominasi pasar modal Indonesia tepatnya di IHSG. Selain itu,
penurunan secara signifkan harga komoditas tambang dan pertanian di pasar
dunia juga menjadi faktor penyebab penurunan IHSG padahal dua komoditas ini
merupakan saham sektor unggulan di IHSG.
Relatif terjaganya stabilitas makro yang tercermin dari respons BI Rate
yang memadai dalam pengendalian inflasi, pencapaian pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi, serta cadangan devisa yang masih dalam batas aman,
dikombinasi dengan laporan keuangan emiten yang cukup baik dengan
pertumbuhan laba yang tinggi ternyata mampu menahan pelemahan IHSG (Bank
Indonesia, 2009:126). Namun demikian, beberapa risiko domestik juga turut
mewarnai dinamika pergerakan IHSG pada tahun 2008. Risiko tersebut
diantaranya adalah terkait dengan sentimen kondisi likuiditas bank dan
kekhawatiran mulai menurunnya laba emiten sektor pertambangan dan pertanian
seiring dengan kejatuhan harga komoditas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Kebijakan Bapepam-LK dan BEI juga berperan penting dalam menahan
pelemahan IHSG lebih dalam. BEI melakukan suspensi perdagangan saham pada
tanggal 9 dan 10 Oktober 2008. Langkah tersebut merupakan upaya untuk
memberikan jeda kepada investor agar dapat berpikir rasional ditengah gejolak
pasar keuangan yang terjadi pada saat itu (Bank Indonesia, 2009:126). Pada hari
yang sama Bapepam-LK juga mengeluarkan peraturan mengenai kemudahan
untuk melakukan buyback. Pemerintah bahkan ikut mendorong BUMN untuk
melakukan buyback melalui penyisihan laba. Kebijakan lain yang dikeluarkan
oleh BEI adalah larangan transaksi shortselling dan membatasi perdagangan
marjin (Bank Indonesia, 2009:127). Kebijakan tersebut diarahkan untuk
mengurangi aksi jual di tengah momentum penurunan harga.
BEI juga memperpanjang suspensi beberapa emiten yang berpotensi
menekan kinerja IHSG secara keseluruhan. Untuk mengembalikan kepercayaan
investor, BEI juga meminta kepada beberapa emiten untuk melakukan public
expose guna memberikan informasi yang berimbang atas kondisi perusahaan
dimaksud.
Berbagai kebijakan tersebut mampu meningkatkan kepercayaan investor
di pasar saham yang ditunjukkan oleh peningkatan nilai rata-rata harian
perdagangan saham, yaitu sebesar Rp4,29 triliun per hari pada 2007 menjadi
sebesar Rp4,41 triliun per hari pada 2008 (Bank Indonesia, 2009:126). Indikasi
membaiknya kepercayaan investor tersebut juga ditunjukkan oleh aktivitas
investor asing yang masih membukukan net beli sebesar Rp18,65 triliun pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
2008, meskipun masih jauh di bawah net beli tahun 2007 yang tercatat sebesar
Rp32,92 triliun. Namun, porsi kepemilikan asing pada tahun 2008 ternyata justru
meningkat menjadi sebesar 67,8%. Masih tingginya aktvitas asing pada tahun
2008, searah dengan pembelian selektif terhadap saham-saham yang tergolong
undervalued terhadap nilai fundamentalnya akibat gejolak pasar keuangan pada
triwulan IV-2008.
Penerbitan saham tahun 2008 masih mencapai target dan lebih tinggi dari
tahun 2007. Gejolak di pasar modal dan penurunan harga saham terutama
berdampak terhadap penurunan jumlah penawaran perdana saham (initial public
offering) dan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) pada akhir tahun
2008. Secara tahunan, nilai penerbitan saham mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya. Nilai emisi saham melalui IPO meningkat 38,04% dari Rp17,18
triliun menjadi Rp23,71 triliun, sementara itu, nilai right issue naik 86,21% dari
Rp29,8 triliun menjadi sebesar Rp55,49 triliun sehingga total penerbitan saham
pada tahun 2008 sebesar Rp79,1 triliun (Bank Indonesia, 2009:127).
Namun penerbitan saham tersebut sebagian besar dilakukan pada triwulan
I-2008 sebelum terjadi penurunan harga saham, yakni sebesar Rp46,1 triliun atau
58,3% dari total penerbitan. Aktvitas penerbitan saham menurun drastis pada
triwulan IV-2008 dengan nilai penerbitan sebesar Rp3,3 triliun (4,1%) karena
beberapa emiten yang telah memperoleh ijin prinsip memilih untuk menunda
penerbitan sahamnya (Bank Indonesia, 2009:128). Secara umum, peningkatan
IPO dan right issue pada tahun 2008 tersebut merupakan cermin dari daya tahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
pasar saham akibat krisis pasar keuangan global. Hal itu sekaligus bukti bahwa
peran pasar saham dalam pembiayaan pembangunan masih berjalan baik dan
bahkan cenderung meningkat.
Krisis ekonomi global yang mencapai puncaknya pada triwulan terakhir
tahun 2008 masih berlanjut pada awal tahun 2009. Ketidakstabilan di pasar
keuangan global tetap terjadi akibat masih kuatnya persepsi negatif terhadap
prospek pemulihan ekonomi global serta masih memburuknya kinerja lembaga-
lembaga keuangan terkemuka AS, seperti Citigroup, AIG, dan BoA. Kondisi itu
mengakibatkan investor mengurangi penempatan dana di pasar kredit dan pasar
modal, baik di negara maju maupun negara berkembang sehingga terjadi
keketatan likuiditas. Penurunan penempatan dana di negara berkembang juga
dipengaruhi oleh persepsi risiko yang masih tinggi atas penempatan dana di
negara berkembang.
Grafik 4.3
Pergerakan IHSG Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
Kinerja pasar keuangan Indonesia banyak dipengaruhi oleh dinamika
sistem keuangan global. Tekanan berat di pasar keuangan domestik pada triwulan
IV 2008 masih berlanjut pada triwulan I 2009. Tekanan tersebut terjadi merata di
seluruh pasar yaitu di pasar saham, pasar SUN, pasar uang rupiah maupun pasar
valas. Secara umum, tekanan di pasar keuangan domestik pada dua triwulan itu
banyak dipengaruhi oleh peningkatan persepsi risiko penanaman modal di
emerging market (Bank Indonesia, 2010:23). Kondisi tersebut kemudian
menurunkan aliran modal jangka pendek ke negara berkembang termasuk
Indonesia yang kemudian menurunkan berbagai kinerja di pasar saham, pasar
SUN, pasar rupiah dan pasar valas
Pada pasar saham, persepsi risiko pelaku pasar terhadap prospek
penanaman modal di emerging market, termasuk di Indonesia, yang masih tinggi
pada triwulan I 2009 mengakibatkan pasar saham domestik masih tertekan. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
periode triwulan I 2009, IHSG dalam tren menurun hingga berada pada level
terendah yaitu 1.256 poin diawal Maret 2009 .Volume perdagangan juga turun
signifkan ke level Rp1,57 triliun per hari, dibandingkan dengan rata-rata tahun
2008 sebesar Rp3,99 triliun per hari (Bank Indonesia, 2010:24).
Kinerja pasar saham mulai membaik sejak triwulan II 2009 hingga akhir
tahun 2009 saat kepercayaan investor kembali meningkat dengan semakin
membaiknya prospek pemulihan ekonomi global. Dalam kondisi tersebut, aliran
masuk modal asing mulai terjadi sehingga mendorong kenaikan IHSG dan nilai
perdagangan menjadi relatif sama dengan level sebelum triwulan III 2008 yang
berada pada kisaran 2.349 poin.
Meningkatnya aktivitas pelaku asing di pasar keuangan, yang diikuti oleh
pelaku domestik, mendorong IHSG terus meningkat sejak triwulan II 2009
sehingga tercatat di level 2.534 pada akhir tahun 2009. Nilai itu meningkat tajam
dibandingkan dengan akhir tahun 2008 yang sebesar 1.355 dan merupakan yang
tertinggi di antara pasar saham di Asia. Perbaikan kinerja pasar saham juga
didukung oleh peningkatan aktvitas perdagangan dengan rata-rata volume
perdagangan pasar saham yang meningkat kembali sehingga tercatat Rp3,99
triliun per hari untuk keseluruhan tahun 2009 (Bank Indonesia, 2010:24).
Beberapa sektor yang cukup dominan memengaruhi kenaikan pasar saham
tersebut ialah sektor berbasis komoditas primer sepert sektor pertambangan dan
sektor perkebunan. Perkembangan di sektor primer tersebut tidak terlepas dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
pengaruh tren kenaikan harga komoditas di pasar internasional sejak triwulan II
2009.
Setelah sempat mengalami tekanan pada triwulan I-2009, kinerja pasar
saham secara keseluruhan tahun 2009 telah pulih. Penurunan tajam IHSG yang
terjadi pada triwulan IV-2008 terus berlanjut hingga triwulan I-2009 bahkan
sempat menyentuh ke level 1.256 pada Maret 2009 yang merupakan level
terendah sejak tahun 2006. Volume perdagangan juga turun signifkan menjadi
sebesar Rp1,57 triliun per hari, dibandingkan dengan rata-rata tahunan sebesar
Rp3,99 triliun per hari .
Selanjutnya, kinerja pasar saham berangsur-angsur pulih seiring dengan
membaiknya kondisi pasar keuangan global pada triwulan II 2009 yang
mendorong aliran masuk modal asing. Meningkatnya aktvitas transaksi pelaku
asing yang diikut oleh pelaku domestik, mendorong IHSG sepanjang tahun 2009
meningkat sebesar 86,98%, ditutup pada level 2.534. Peningkatan IHSG tersebut
merupakan peningkatan indeks tertinggi di antara pasar saham di kawasan Asia.
Selain dipicu oleh aliran modal masuk, peningkatan kinerja IHSG juga ditopang
oleh membaiknya kondisi fundamental emiten sehingga meningkatkan
kepercayaan pelaku pasar. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas perdagangan,
rata-rata volume perdagangan pada tahun 2009 tercatat sebesar Rp3,99 triliun per
hari, sementara nilai beli asing neto tercatat sebesar Rp13,92 triliun.
Grafik 4.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Pergerakan IHSG Tahun 2010
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
Kinerja pasar saham pada tahun 2010 didukung oleh menurunnya risiko
investasi dan relatif menariknya imbal hasil sehingga menarik masuknya arus
modal asing ke instrumen tersebut. Di pasar saham, meningkatnya Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) juga ditopang oleh membaiknya kinerja laporan
keuangan emiten dan struktur pasar yang semakin kondusif (Bank Indonesia,
2011:3). Perkembangan tersebut mendorong IHSG mencatat kenaikan tertinggi
di kawasan.
Di pasar saham, perkembangan beberapa indikator penting dari sisi
makroekonomi sepert nilai tukar yang relatif stabil, prospek pertumbuhan
ekonomi, inflasi yang moderat, suku bunga yang relatif murah serta ekspektasi
pencapaian peringkat layak investasi dalam waktu dekat, semakin menambah
kepercayaan investor asing untuk menempatkan dananya di pasar saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Kondisi ini semakin diperkuat lagi dengan derasnya arus modal masuk sehingga
meningkatkan aktvitas dan likuiditas pasar saham pada tahun 2010. Beli asing
neto tercatat meningkat menjadi Rp 18,4 triliun dari Rp 13,9 triliun di tahun
sebelumnya dan mendorong peningkatan aktivitas perdagangan saham tahun
2010 menjadi sebesar Rp 4,8 triliun per hari dari Rp 3,9 triliun per hari di tahun
sebelumnya (Bank Indonesia, 2011:13). Akibatnya, IHSG meningkat tinggi
sepanjang tahun 2010 dan menjadikan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai bursa
terbaik di antara negara- negara kawasan, dengan peningkatan sebesar 46,1%
(yoy).
Berangkat dari level 2.534,4 pada Desember 2009, IHSG terus
menunjukan tren penguatan hingga menembus level 3.703,5 pada akhir
Desember 2010. Dalam perjalanannya, perkembangan IHSG sempat beberapa kali
mengalami tekanan. Beberapa penurunan indeks yang cukup signifkan di
antaranya berkaitan dengan sentimen krisis Yunani pada triwulan II 2010 serta
isu eksternal lainnya, seperti pengetatan moneter di China, krisis Irlandia serta
konflik Korea yang meningkat di akhir tahun (Bank Indonesia, 2011:13).
Meskipun demikian, tren penguatan IHSG ini tetap perlu diwaspadai karena
peningkatan harga yang terindikasi cenderung lebih tinggi dari perkembangan
fundamentalnya ini berpotensi menimbulkan penggelembungan harga aset (asset
price bubble).
Pencapaian IHSG selama tahun 2010 didukung pula oleh kondisi mikro
emiten yang memiliki prospek keuangan yang relatif baik di antara negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
kawasan. Berbagai rilis laporan keuangan emiten pada triwulan III 2010
menunjukkan tingkat keuntungan emiten yang masih cukup terjaga. Bahkan, jika
dibandingkan dengan beberapa negara kawasan, return on equity emiten
Indonesia tercatat masih yang terbesar. Cukup kondusifnya kondisi mikro emiten
juga digambarkan oleh aksi pembagian dividen oleh beberapa emiten. Pembagian
dividen tersebut merupakan sinyal bahwa kondisi solvabilitas emiten masih
cukup kokoh. Pelaku pasar juga cukup optmis terhadap pertumbuhan laba emiten
ke depan mengingat ekspektasi yang cukup tinggi terhadap pihak korporasi
dalam pengalokasian anggaran untuk pengeluaran modal.
B. Gambaran Umum Kurs Nilai Tukar
Kinerja nilai tukar rupiah pada tahun 2007 cukup fluktuatif Grafik 4.5 .
Nilai tukar rupiah yang fluktuatif disebabkan oleh melemahnya daya beli di
beberapa negara tujuan ekspor utama. Selain Jepang, Amerika sudah mulai
mengalami perlambatan daya beli sehingga menekan jumlah dana investasi di
negara kita. Berkurangnya dana investasi kita secara tidak langsung memberikan
gambaran bahwa terjadi aliran modal asing keluar.
Grafik 4.5
Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
Secara umum nilai tukar rupiah cenderung stabil mulai dari awal tahun
2008 hingga bulan September 2008. Dukungan dari neraca perdagangan yang
surplus dan kebijakan makroekonomi yang hati-hati turut mendukung stabilnya
nilai tukar rupiah. Namun, rupiah mulai tertekan atau terdepresiasi akibat dari
banyaknya jumlah uang yang beredar pada triwulan III 2008 Grafik 4.7.
Grafik 4.6
Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2008
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
Melemahnya harga komoditas menyebabkan kinerja ekspor menurun dan
penawaran mata uang asing ikut tertekan yang dibarengi dengan penurunan IHSG.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Di lain sisi, kenaikan impor yang disebabkan oleh permintaan domestik ikut andil
dari terjadinya depresiasi rupiah. Pelemahan nilai tukar rupiah yang dimulai
karena sentimen negatif akibat krisis keuangan global tahun 2008 memberikan
efek larinya modal domestik ke luar negeri sehingga rupiah terdepresiasi.
Pelemahan nilai tukar rupiah sejalan dengan pelemahan IHSG yang tertekan pada
triwulan IV 2008 sebesar lebih dari 50% jika dibandingkan dengan level awal
tahun 2008.
Fluktuatifnya nilai tukar rupiah pada tahun 2008 dipicu oleh krisis
keuangan di Amerika, jatuhnya harga komoditas dan melambatnya ekonomi
global. Nilai tukar rupiah sebenarnya sudah mulai terdepresiasi pada kuartal
pertama tahun 2008 walaupun tidak terlalu terasa pada perekonomian nasional
saat itu. Tekanan terhadap rupiah juga dipicu oleh harga minyak yang semakin
melambung sehingga investor memilih menempatkan asetnya di instrumen yang
lebih aman. Tekanan terhadap IHSG juga mulai terasa karena terjadi perlambatan
pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Permintaan asing yang menurun
menyebabkan emiten yang bergerak di bidang ekspor mengalami tekanan pada
proyeksi keuntungan mereka sehingga menyebabkan harga saham menurun
seperti yang terjadi pada emiten sektor pertambangan dan perkebunan.
Tekanan yang paling dirasakan terhadap rupiah dimulai pada triwulan III
tahun 2008. Efek kepanikan dari krisis global yang memiliki episentrum di
Amerika mulai terasa. Para investor mulai khawatir sehingga memindahkan dana
investasinya dari emerging market. Pergerakan nilai tukar pada tahun 2008 juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
dipengaruhi oleh resiko investasi di Indonesia. Persepsi mengenai resiko investasi
di negara-negara berkembang mulai meningkat sejalan dengan terjadinya krisis
keuangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi negara maju. Persepsi
negatif yang menyebabkan depresiasi rupiah ini akhirnya mengubah alur investasi
para investor untuk meletakkan instrumen investasinya ke tempat yang lebih aman
selain dikarenakan terjadinya keketatan likuditas di pasar internasional.
Ketidakpastian yang masih tinggi mendorong pelaku pasar valas menahan
dolar AS yang dimiliki sehingga mengakibatkan keketatan likuiditas di pasar
valas domestik (Bank Indonesia, 2010:25). Keketatan pasar valas semakin
meningkat karena pada saat bersamaan counterparty risk antar pelaku pasar,
terutama dengan bank-bank asing, juga meningkat. Kondisi tersebut
mengakibatkan volume perdagangan pasar valas pada triwulan I 2009 menjadi
semakin tipis dari rata-rata sekitar 2.799 miliar dolar AS setap bulan menjadi
1.323 miliar dolar AS (Bank Indonesia, 2010:25).
Secara keseluruhan, ketidakpastian dan persepsi risiko di pasar valas
tersebut mengakibatkan rupiah pada triwulan I 2009 masih mendapat tekanan
cukup besar. Nilai tukar rupiah sempat mencapai titik terendah pada level
Rp12.020 per dolar AS pada awal Maret 2009 disertai peningkatan volatilitas.
Grafik 4.7
Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
Perkembangan buruk rupiah pada triwulan I 2009 direspon oleh Bank
Indonesia dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar secara terukur melalui upaya
menjaga kecukupan likuiditas di pasar valas domestik yang dibarengi dengan
penurunan suku bunga deposito oleh perbankan nasional . Respons kebijakan
tersebut dapat menahan peningkatan ekspektasi depresiasi yang berlebihan, di
tengah meningkatnya ketidakpastian.
Faktor fundamental berupa neraca transaksi berjalan yang mencatat
surplus juga menahan pelemahan rupiah lebih dalam. Saat bersamaan, sentimen
positif di pasar keuangan global yang mulai terjadi pada pertengahan akhir Maret
2009 juga dapat mengurangi tekanan pelemahan rupiah untuk keseluruhan
triwulan I 2009. Pemulihan ekonomi global yang mulai terasa pada tahun 2009
ikut andil dalam meredam depresiasi nilai tukar. Dengan berbagai perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
tersebut, pelemahan nilai tukar rupiah pada triwulan I 2009 sebesar 5,7%, atau
relatif lebih rendah dibandingkan dengan periode triwulan akhir tahun 2008 yang
mencatat pelemahan sebesar 15,5%. Perkembangan itu juga diikut oleh
penurunan volatilitas nilai tukar rupiah.
Nilai tukar rupiah mulai kembali pada tren menguat sejak triwulan II 2009
ditopang perbaikan persepsi risiko terhadap emerging market dan kondisi
fundamental domestik yang tetap terjaga. Optimisme akan pemulihan ekonomi
global yang disertai dengan terjaganya kondisi fundamental domestik mendorong
terus naiknya pasokan valas dari investor asing di pasar keuangan domestik.
Penguatan nilai rupiah sejalan dengan menguatnya IHSG sepanjang tahun
2009. Penguatan nilai rupiah mengakibatkan impor semakin murah. Dengan
penguatan nilai tukar rupiah, industri Indonesia yang memiliki kecenderungan
mengimpor barang modal merasakan manfaat apreasiasi. Akibatnya adalah
penguatan IHSG karena dengan impor barang modal tersebut maka output
produksi mereka meningkat sehingga proyeksi keuntungan meningkat yang pada
akhirnya mengangkat harga saham . Selain itu, neraca transaksi berjalan yang
tetap surplus semakin mendukung tren penguatan rupiah. Berbagai
perkembangan tersebut mengakibatkan rupiah ditutup pada level Rp9.425 pada
akhir tahun 2009 atau terapresiasi 18,4% dibandingkan dengan akhir Maret
2009. Secara keseluruhan tahun 2009, level rupiah akhir tahun 2009 menguat
15,7% dibandingkan dengan level akhir tahun 2008 (Bank Indonesia, 2010:43).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Meskipun dalam tren menguat, perkembangan rupiah masih mendukung daya
saing produk ekspor Indonesia.
Grafik 4.8
Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2010
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
Selama tahun 2010, nilai tukar rupiah menguat cukup signifikan terutama
disebabkan oleh derasnya aliran masuk modal asing. Pergerakan nilai tukar
rupiah juga ditopang oleh keseimbangan interaksi permintaan dan penawaran
valuta asing di pasar domestik serta fundamental perekonomian domestik yang
kuat. Nilai tukar rupiah mulai mengalami apresiasi sejak awal tahun dan
mencapai level Rp 9.081 per dolar AS atau menguat secara rata-rata sebesar 3,8%
dibandingkan dengan akhir tahun 2009 (Bank Indonesia, 2011:3). Penguatan
yang signifikan juga terjadi di IHSG dimana pada tahun 2010 tepatnya pada
bulan Desember berhasil mencetak rekor tertingginya. Penguatan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
mengindikasikan bahwa dengan adanya pelemahan kurs nilai tukar IHSG tidak
tertekan. Apabila negara yang mata uangnya terdepresiasi namun tidak mengalami
pelemaham IHSG maka negara tersebut dapat dikatakan negara berbasis ekspor.
Di awal tahun 2010 pergerakan rupiah sempat mengalami gejolak,
sebagai dampak dari krisis fiskal di Yunani yang sempat menimbulkan sentimen
risk aversion (penghindaran resiko) aset negara-negara emerging markets.
Namun, optimisme pemulihan global, komitmen penyelamatan (bailout) ECB
(European Central Bank) dan IMF terhadap Yunani, serta peningkatan peringkat
utang Indonesia mampu menutupi sentimen negatif terkait Yunani tersebut,
sehingga rupiah kemudian mengalami penguatan yang cukup tajam dari level
Rp 9.400 per dolar AS di awal Februari 2010 ke level di bawah Rp 9.000 per
dolar AS memasuki Mei 2010 (Bank Indonesia, 2011:16).
Di awal Juni 2010, krisis fiskal di Yunani akhirnya meluas ke krisis
PIIGS dan sempat menimbulkan guncangan luar biasa di pasar keuangan global.
Perilaku risk aversion yang memuncak di triwulan ini mendorong nilai tukar
kembali ke level Rp 9.400 per dolar AS. Namun, seiring dengan meredanya
kekhawatiran pelaku pasar, yang ditopang oleh berlanjutnya pemulihan ekonomi
dunia, semakin lebarnya selisih suku bunga antara negara-negara maju dan
negara-negara emerging markets, serta perbaikan kondisi prospek Indonesia,
rupiah kembali bergerak stabil dengan kecenderungan menguat di akhir triwulan
II 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Selanjutnya nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan
penguatan di paruh kedua 2010. Apresiasi nilai tukar rupiah tersebut terjadi
sejalan dengan berlanjutnya aliran dana ke kawasan Asia di tengah melimpahnya
likuiditas global akibat kebijkan moneter longgar serta perbedaan respons
kebijakan antara negara-negara maju dan negara-negara emerging markets.
Aliran dana asing yang deras ikut masuk ke pasar modal dalam negeri sehingga
IHSG ikut terangkat. Untuk ikut berinvestasi pada pasar modal maka para pemain
asing harus menukarkan mata uang asingnya ke dalam bentuk rupiah. Alasan ini
juga menyebabkan cadangan devisa kita meningkat yang dibarengi dengan
penguatan IHSG selama tahun 2010.
Apresiasi nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang positif terhadap IHSG
pada tahun 2010. Meski diwarnai dengan berbagai koreksi, penguatan nilai tukar
rupiah juga tidak terlepas dari prospek dolar AS yang sedang mengalami tekanan
depresiasi. Dari sisi domestik, solidnya fundamental ekonomi dan prospek
pencapaian Investment Grade Indonesia yang membaik menjadi faktor penarik
bagi aliran modal masuk. Aliran modal kembali gencar membanjiri pasar negara-
negara emerging markets yang kali ini dipicu oleh kuatnya ekspektasi terhadap
rendahnya suku bunga kebijakan negara maju dan peluncuran quantitative easing
tahap dua oleh Federal Reserve (Bank Sentral Amerika). Perkembangan yang
diutarakan terakhir tersebut mendorong sentimen depresiasi dolar AS sehingga
para investor asing beralih mengalokasikan dana investasinya ke negara-negara
emerging market.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
C. Gambaran Umum Variabel Suku Bunga Deposito 3 Bulan
Pada tahun 2007 suku bunga cenderung mengalami penurunan. Suku
bunga deposito 3 bulan mengalami penurunan seiring dengan kebijakan
perbankan nasional untuk mengelola dana yang lebih murah yaitu tabungan.
Deposito disebut sebagai dana mahal karena memberikan bunga yang lebih besar
daripada tabungan. Pada tahun 2007, suku bunga deposito mengalami total
penurunan sebesar 30% lebih. Ini mengindikasikan 2 hal, yang pertama adalah
berlebihnya minat masyarakat pada instrument deposito sehingga suku bunga
tertekan dan yang kedua adalah kebijakan perbankan untuk mengelola dana murah
dalam rencana strategis pertumbuhan perbankan nasional.
Grafik 4.9
Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2007
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Pada awal tahun 2008, suku bunga deposito cenderung turun. Penurunan
suku bunga deposito ini disebabkan oleh likuiditas perbankan semakin menipis.
Tekanan terhadap likuiditas perbankan ini terjadi karena pertumbuhan kredit
sebesar 29,5% atau setara 308 triliun rupiah melebihi pertumbuhan dana deposito
yang hanya tumbuh sebesar 242,6 triliun rupiah (Bank Indonesia, 2009:117).
Akibatnya adalah banyak bank yang menjual SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Untuk mengurangi tekanan pada
likuiditas perbankan, Bank Indonesia (BI) menurunkan giro wajib minimum.
Keadaan ini memicu penurunan tingkat suku bunga tabungan dan deposito karena
dana yang mulai berlimpah.
Grafik 4.10
Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2008
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Namun , efek dari krisis tahun 2008 tidak begitu terasa terhadap perbankan
nasional karena sifatnya yang konservatif. Perbankan di Indonesia pada umumnya
memperoleh dana melalui deposito yang kemudian dialokasikan pada surat utang
pemerintah. Perbankan di Indonesia dilarang menginvestasikan dananya pada
sekuritas atau instrument investasi yang beresiko tinggi seperti saham (Bank
Indonesia, 2009:110).
Kenaikan tingkat suku bunga deposito perbankan mulai terjadi secara
perlahan pada triwulan IV 2008. Ini menyebabkan tekanan pada IHSG karena
para investor mengalihkan dananya apabila ada imbal hasil yang lebih menarik.
Kenaikan suku bunga deposito akan menyebabkan investor di pasar modal
mengalihkan instrumen investasi mereka pada portofolio jenis saham dan lainnya.
Rendahnya pertumbuhan DPK dipengaruhi oleh strategi penggalangan
dana murah perbankan. Pertumbuhan DPK yang melambat pada semester I-2008
antara lain dipengaruhi oleh penurunan suku bunga dan kebijakan beberapa bank
besar pada awal tahun 2008 untuk mengurangi dana mahal berupa deposito.
Namun, seiring dengan peningkatan suku bunga untuk mengatasi tekanan inflasi
pada pertengahan tahun 2008, minat masyarakat untuk menyimpan uangnya di
bank kembali meningkat. Peningkatan ini menekan investasi masyarakat di jenis
saham yang pada tahun 2008 cukup rentan akan krisis global sehingga menekan
IHSG. Krisis keuangan global yang semakin mencuat pada September 2008
direspons dengan peningkatan jumlah simpanan yang dijamin Pemerintah pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Oktober 2008 sehingga menambah kepercayaan masyarakat terhadap perbankan,
sehingga DPK kembali meningkat pada akhir 2008 (Bank Indonesia, 2009:118).
Kondisi pasar uang yang relatif ketat mendorong perbankan untuk lebih
agresif dalam memobilisasi dana masyarakat. Sejak akhir Juli 2008, perbankan
cenderung bersaing menarik nasabah utama yang memiliki dana besar dengan
menawarkan suku bunga deposito yang tinggi. Suku bunga deposito 3 bulan yang
ditawarkan mengalami kenaikan lebih dari 3% yaitu dari level 7,8% pada Juli
2008 ke level 11,6% pada Desember 2008. Kondisi tersebut terus berlanjut hingga
akhir tahun sejalan dengan masih tingginya premi likuiditas di pasar uang, yang
mencapai puncaknya pada November 2008 akibat permasalahan yang menimpa
salah satu bank lokal. Sejalan dengan kenaikan BI Rate pada periode Mei-Oktober
2008, rata-rata tertimbang suku bunga deposito tenor 1-12 bulan mengalami
peningkatan. Kenaikan tersebut terus berlanjut pada periode turunnya BI Rate
pada penghujung tahun 2008 (Grafik 4.11).
Grafik 4.11
Pergerkana Suku Bunga Deposito dan BI Rate
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Masih berlanjutnya kenaikan suku bunga deposito tersebut di tengah
penurunan BI Rate merupakan imbas lanjutan dari kondisi likuiditas perbankan
yang sempat mengetat sejak pertengahan tahun 2008. Keketatan likuiditas
tersebut mengakibatkan perbankan berupaya untuk mendapatkan dana yang lebih
besar dari masyarakat. Upaya tersebut tercermin pada lonjakan yang cukup
signifkan pada suku bunga deposito tertinggi (prime rate) yang ditawarkan oleh
perbankan, khususnya untuk tenor jangka pendek yaitu 1 dan 3 bulan. Kenaikan
suku bunga deposito tertinggi terjadi pada kelompok Bank Asing dan Campuran
serta Bank Persero. Sementara itu, kelompok BPD merespons lebih moderat,
sesuai dengan karakteristk BPD yang lebih konservatf karena memiliki sumber
pendanaan yang lebih permanen dari Pemerintah Daerah. Akibat dari peningkatan
suku bunga deposito ini adalah menurunnya IHSG karena masyarakat lebih
memilih deposito untuk berinvestasi.
Grafik 4.12
Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2009
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Perkembangan suku bunga deposito pada tahun 2009 menunjukkan trend
yang menurun. Kondisi ini disebabkan oleh masih tingginya spread antara suku
bunga deposito dan suku bunga kredit. Diharapkan dengan penurunan suku bunga
deposito dapat menekan suku bunga kredit. Potensi penurunan suku bunga
deposito sebenarnya telah muncul pada tahun 2008. Penurunan suku bunga
deposito perbankan merupakan lanjutan kebijakan perbankan nasional untuk
mengumpulkan dana murah (tabungan) daripada deposito.
Seiring dengan perlambatan ekonomi dunia, pertumbuhan kredit yang
mulai melambat ikut memberikan tekanan pada suku bunga deposito. Sikap
kehati-hatian perbankan nasional memaksa penurunan suku bunga deposito 3
bulan lebih dari 200 bps (basis poin) sejak akhir tahun 2008.
Suku bunga deposito yang terus menurun pada tahun 2009 juga
dipengaruhi oleh krisis global. Namun, penurunan suku bunga deposito ini
berbanding terbalik dengan kinerja IHSG yang semakin mengkilap di tahun 2008.
Penurunan suku bunga deposito 3 bulan ini tampaknya menyebabkan para
investor mengalihkan instrumen investasinya ke pasar modal karena dianggap
memberika return yang lebih besar. Kenaikan suku bunga deposito secara umum
akan menekan IHSG karena kecenderungan investor memilih portofolio yang
lebih menguntungkan. Sedangkan penurunan suku bunga akan menyebabkan
investor memilih saham di pasar modal sebagai sarana investasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Kinerja suku bunga deposito yang terus turun selama tahun 2009
mengindikasikan bahwa sektor riil sedang bekerja dengan kucuran dana
perbankan di tahun-tahun sebelumnya. Suku bunga yang terus menurun juga
mengindikasikan bahwa suku bunga kredit ikut menurun karena hubungan
keduanya adalah positif. Tahun 2009 merupakan tahun yang cukup berat bagi
perekonomian Indonesia karena krisis keuangan global masih terasa. Namun,
dengan turunnya suku bunga deposito yang berbarengan dengan suku bunga
kredit, maka kinerja perusahaan akan semakin mengkilat. Pertumbuhan kinerja
perusahaan disebabkan karena biaya untuk mendapatkan modal semakin menurun
sehingga profit perusahaan (emiten) dapat dimaksimalkan. Efek dari kenaikan
profit pada emiten akan berimbas pada penguatan IHSG.
Unsur pembiayaan perbankan yang didominasi oleh kredit korporasi akan
memacu IHSG apabila terjadi penurunan suku bunga deposito. Namun spread
suku bunga deposito dan kredit semakin membesar selama tahun 2009 karena
krisis keuangan global yang menekan biaya resiko kredit.
Grafik 4.13 Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
Penurunan suku bunga deposito pada tahun 2010 menyebabkan investor
mengalihkan instrumen investasinya. Dengan pemulihan ekonomi global yang
terus berlanjut, penurunan suku bunga deposito diharapkan dapat menurunkan
suku bunga kredit untuk memacu sektor riil. Diharapkan nantinya, apabila sektor
riil berjalan, akan dapat mengangkat pendapatan masyarakat dan perusahaan
sehingga bisa berinvestasi pada pasar modal.
DPK (Dana Pihak Ketiga) pada tahun 2010 tetap tumbuh dan ditopang
oleh pertumbuhan dana dari deposito. Deposito pada tahun 2010 tumbuh sebesar
18,6% dari akhir tahun 2009 yang hanya sebesar 9,34% (Bank Indonesia,
2011:19). Pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa terjadi kelebihan dana di
masyarakat sehingga sebagian masyarakat menyimpan dananya pada instrumen
investasi semacam deposito. Walau suku bunga deposito turun, namun minat
masyarakat untuk menyimpan dana investasinya di deposito terus meningkat
sepanjan tahun dikarenakan oleh prospek pemulihan ekonomi global.
Suku bunga deposito yang terus turun selama tahun 2010 disebabkan oleh
prospek ekonomi global yang semakin membaik. Berbeda dengan suku bunga
deposito, IHSG malah menunjukkan performa yang menunjukkan selama tahun
2010. Banyak arus modal asing yang masuk terutama ke dalam pasar modal
berhasil mengangkat IHSG mencapai poin tertinggi sepanjang sejarah yaitu pada
Desember 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
D. Gambaran Umum Variabel Indeks Nikkei
Indeks Nikkei pada tahun 2007 mengalami tekanan yang tidak terlalu
berarti. Terbukti bahwa indeks Nikkei mengalami pergerakan hanya pada level
15.000-17.000. Tekanan ini tidak begitu terasa pada pasar modal domestik
Jepang. Pada awal tahun hingga pertengan tahun yaitu Juni 2007, indeks Nikkei
terus mengalami peningkatan kinerja seiring dengan stabilnya harga komoditas
sebagai bahan baku industri Jepang. Namun mulai dari bulan Juni 2007, indeks
Nikkei mengalami tekanan sampai akhir tahun 2007 karena terjadi fase awal krisis
keuangan di Amerika yang melemahkan daya beli masyarakatnya.
Grafik 4.14
Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2007
Sumber : Bank of Japan, data diolah, 2011
Perekonomian Jepang sebagai kekuatan ekonomi nomor 2 di dunia sangat
berhubungan dengan perekembangan pasar keuangan internasional. Pada triwulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
I 2008 indeks Nikkei mengalami tekanan yang tidak begitu besar terkait dengan
melemahnya indeks di Amerika dan Eropa (Bank of Japan, 2008:5). Tekanan ini
dikarenakan ECB (European Central Bank) dan Bank Sentral negara-negara di
Eropa menaikkan tingkat suku bunga. Kenaikan tingkat suku bunga ini
menyebabkan para pemain pasar modal di indeks Nikkei melarikan dananya ke
luar negeri.
Tekanan yang terjadi pada triwulan I 2008 juga dikarenakan adanya
kenaikan harga komoditas di pasar dunia. Harga komoditas yang naik antara lain
adalah gas alam dan minyak bumi dimana 2komoditas ini sangat vital bagi
perekonomian Jepang. Kenaikan harga komoditas menekan pemerintah Jepang
untuk menaikkan harga jual energi kepada pihak industri sehingga menimbulkan
sedikit shock pada indeks Nikkei (Bank of Japan, 2008:9).
Pergerakan indeks Nikkei dibarengi dengan penurunan nilai mata uang
Jepang yaitu yen terhadap dollar Amerika. Yen mengalami depresiasi dari awal
tahun secara perlahan dan fluktuatif hingga berada pada level 107-108 yen per
dollar Amerika pada triwulan I tahun 2008 (Bank of Japan, 2008:5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Grafik 4.15
Pergerakan Indeks Nikkei Tahun 2008
Sumber : Bank of Japan, data diolah, 2011
Keterkaitan antara perekonomian Jepang dan Amerika adalah sangat
signifikan karena Amerika merupakan negara tujuan ekspor nomor 1 bagi Jepang.
Oleh karena itu, ketika perekonomian Amerika mengalami perlambatan akibat
dari krisis keuangan yang berada pada fase awal maka indeks Nikkei pun ikut
tertekan. Konsumsi pribadi dan investasi di Amerika yang mengalami penurunan
ikut menekan Indeks Nikkei. Selain itu, pemain asing yang selama ini
mendominasi investasi pasar modal di Jepang turut melarikan danaya dengan
alasan kekeringan likuditas dan krisis keuangan global.
Namun, dibalik tekanan tersebut, indeks Nikkei sempat mengalami
penguatan pada Maret hingga Mei 2008 karena kinerja ekspor negara Jepang
masih surplus. Emiten yang terdaftar di indeks Nikkei sebagian besar adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
perusahaan berorientasi sebagai pengekspor. Artinya adalah bahwa apabila ekspor
meningkat maka profit perusahaan masih terjaga dan dapat memberikan sentiment
positif terhadap indeks domestiknya. Walaupun pertumbuhan ekspor terkesan
pelan, namun pasar masih bisa menyerap hasil industri negara jepang. Salah satu
indikatornya adalah bahwa emiten di sektor teknologi masih mampu mengekspor
mesin-mesin ke negara eropa dan Amerika sebagai pangsa pasar terbesar (Bank of
Japan, 2008:13).
Namun krisis keuangan yang mulai terjadi di Amerika akibat kasus
subprime mortage mengakibatkan perlambatan ekonomi dunia. Indeks Nikkei ikut
mengalami tekanan. IHSG pun tidak luput dari kejadian ini. Tercatat bahwa
indeks Nikkei mengalami penurunan lebih dari 45% dari awal tahun 2008 hingga
akhir tahun 2008. Kinerja emiten Nikkei selama tahun 2008 mengalami tekanan
dari segi profit sehingga saham mereka tertekan dan akhirnya indeks Nikkei
menunjukkan kinerja negatif.
Tekanan dari permintaan asing terhadap barang-barang Jepang yang
melemahkan ekspor memberikan efek negatof terhadap Nikkei. Daya beli
masyarakat Amerika sebagai negara tujuan ekspor nomor 1 jepang memberikan
efek yang signifikan terhadap penurunan indeks Nikkei. Keadaan krisis ini
dibarengi dengan kenaikan harga barang-barang material dan energi karena
peningkatan permintaan dari negara-negara berkembang atau emerging market
sehingga indeks Nikkei tertekan lebih dalam lagi. Indeks Nikkei mencatat level
paling tinggi yaitu pada level 14370 pada bulan Mei 2008 dan level paling rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
pada bulan November 2008 yang hanya sebesar 8515 atau menurun hampir
sebesar 45% dari awal tahun.
Grafik 4.16
Pergerakan Indeks Nikkei Tahun 2009
Sumber : Bank of Japan, data diolah, 2011
Tahun 2009, ekonomi Jepang mulai pulih seiring dengan pemulihan
perekonomian dunia. Kebijakan domestik negara Jepang juga turut mendukung
terciptanya perbaikan di sektor perekonomian. Namun masalah masih muncul dari
tingkat permintaan domestik yang belum pulih.
Ekspor dan impor pada tahun 2009 mulai tumbuh setelah sebelumnya
sempat terkoreksi oleh krisis keuangan global. Dengan membaiknya ekspor, maka
sebagai negara yang berorientasi ekspor, indeks Nikkei yang didominasi oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
emiten pengekspor ikut mengalami kenaikan harga saham yang merupakan imbas
dari perbaikan ekonomi dunia.
Namun dalam perjalannnya, indeks Nikkei pada triwulan I 2009 sempat
terkoreksi akibat dari kenaikan harga komoditas. Efek deflasi yang diakibatkan
oleh kelebihan penawaran barang memicu deflasi yang turut menekan indeks
Nikkei (Bank of Japan, 2009:8). Kenaikan harga energi yaitu minyak bumi pada
tahun 2008 masih terasa terutama di sektor industri domestik Jepang. Kenaikan
harga energi menyebabkan kenaikan ongkos produksi sehingga saham melemah
selain dikarenakan sentimen krisis keuangan global yang melemahkan permintaan
asing terhadap produk Jepang.
Kenaikan indeks Nikkei sebesar 20% di triwulan II 2009 jika
dibandingkan dengan triwulan I 2009 merupakan efek dari kebijakan bunga
rendah oleh pemerintah Jepang yang berada pada kisaran 1.3-1.4%. Suku bunga
yang rendah diimplementasikan agar sektor industri dapat memperoleh dana
murah sehingga biaya ekspansi dapat ditekan. Efeknya adalah kenaikan indeks
Nikkei dari level 7895 pada bulan Januari 2009 menjadi lebih dari 10.000 pada
bulan Juli-Agustus 2009. Selain itu, penguatan indeks di Eropa dan Amerika ikut
memberikan efek positif bagi indeks Nikkei (Bank of Japan, 2009:6).
Indeks Nikkei sempat melemah secara drastis pada akhir bulan November
2009 yang disebabkan oleh penguatan nilai tukar yen. Penguatan nilai tukar yen
akan menyebabkan barang hasil produksi Jepang lebih mahal dari pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
kompetitornya. Menurunnya daya saing akibat dari kenaikan harga barang ini
sangat berbahaya bagi negara Jepang yang berorientasi pada ekspor. Dampaknya
adalah tekanan pada indeks Nikkei yang turun dari level 9500 ke level 9000.
Indeks Nikkei kembali bergerak ke kisaran 11.000 pada akhir tahun atau
tepatnya pada bulan desember 2009. Penguatan indeks Nikkei secara garis besar
disebabkan oleh melemahnya nilai tukar yen terhadap dollar Amerika. Penguatan
nilai tukar yen pada tahun 2009 sempat menyentuh angka 84-85 yen per dollar
Amerika. Penguatan ini diindikasikan menyebabkan indeks Nikkei tertekan
karena nilai ekspor ikut tertekan. Namun, depresiasi nilai tukar yen mulai terjadi
pada bulan Desember 2009 dan menyebabkan indeks Nikkei kembali menguat di
akhir tahun 2009. Nilai tukar yen pada bulan Desember tahun 2009 berada di
kisaran 93-94 yen per dollar Amerika.
Grafik 4.17
Pergerakan Indeks Nikkei Tahun 2010
Sumber : Bank of Japan, data diolah, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Indeks Nikkei pada tahun 2010 bergerak cukup fluktuatif seperti terlihat
pada grafik (4.17). Dengan suku bunga yang berada pada level 0.9-1.0% indeks
Nikkei bergerak di sekitar level 9500 (Bank of Japan, 2010:5). Perekonomian
dunia yang melambat pada tahun 2009 tetap terjadi pada tahun 2010. Amerika
sebagai negara tujuan utama ekspor Jepang masih mulai memasuki tahap
pemulihan setelah ekonomi negaranya mengalami krisis keuangan yang merembet
pada perekonomian negara lain. Hal terpenting dari krisis keuangan global dan
pengaruhnya terhadap perekonomian Jepang adalah masalah permintaan barang-
barang ekspor jepang. Untuk memacu permintaan dalam negerinya, maka
Amerika meluncurkan program stimulus fiskal yang pada akhirnya dapat
memberikan dampak positif terhadap ekspor negara Jepang (Bank of Japan,
2010:5).
Selain Amerika, Eropa merupakan tujuan utama ekspor negara Jepang.
Ekspor merupakan komponen penting untuk mengukur kekuatan ekonomi Jepang
karena sebagian besar emiten di indeks Nikkei merupakan eksportir. Oleh karena
itu, pemulihan ekonomi dan permintaan di berbagai negara akan memberikan efek
positif pada indeks Nikkei.
Walaupun sempat mengalami kenaikan pada triwulan I 2010, indeks
Nikkei mengalami tekanan mulai dari awal triwulan III hingga triwulan IV tahun
2010 yang disebabkan oleh apresiasi yen dan pelemahan ekonomi global (Bank of
Japan, 2010:11). Ekspor negara Jepang berada pada posisi stagnan selama tahun
2010 namun diharapkan pada tahun 2011 dapat terus tumbuh. Seiring dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
menurunnya investasi publik maka pada tahun 2010 indeks Nikkei ikut tertekan
(Bank of Japan, 2010:7).
Dengan efek stimulus yang diberikan Bank of Japan berupa suku bunga
yang rendah maka aktivitas perekonomian negara Jepang selama tahun 2010 terus
mengalami peningkatan. Efek positif dari kebijakan uang longgar (quantitative
easing monetary policy) ini adalah berupa pertumbuhan keuntungan perusahaan-
perusahaan di Jepang.
Tekanan yang fluktuatif pada indeks Nikkei cukup terasa pada tahun 2010.
Namun secara keseluruhan perekonomian negara Jepang cukup solid untuk
menopang penguatan indeks Nikkei. Kenaikan produktivitas barang-barang
manufaktur yang menjadi ciri khas negara Jepang selama tahun 2010 merupakan
indikasi positif bagi penguatan indeks Nikkei. Secara khusus, penjualan
kendaraan bermotor yang merupakan ciri khas Jepang mengalami peningkatan
selama tahun 2010, bahkan melebihi ekspektasi. Walaupu indeks Nikkei sempat
tertekan selama 3 kuartal berturut-turut namun penguatan indeks pada akhir tahun
mengindikasikan bahwa keuangan dan profit para emiten di indeks Nikkei tetap
terjaga.
Peluang indeks Nikkei pada tahun 2011 tetap pada tren penguatan.
Pulihnya ekonomi global menjadi peluang para emiten di indeks Nikkei untuk
memperbaiki kinerjanya yang sempat buruk pada tahun 2008-2009. Apresiasi
mata uang menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi negara Jepang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Menurut pengalaman indeks Nikkei pada beberapa triwulan sebelum tahun 2010
menunjukkan bahwa apresiasi memberikan efek negatif pada perekonomian
berupa penurunan ekspor dan profit emiten di negara Jepang.
E. Pemilihan Model
Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan masalah yang sangat
penting, karena teori ekonomi tidak secara spesifik menunjukkan apakah
sebaiknya bentuk fungsi suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linier, log-
linier atau bentuk lainnya (Gujarati, 2004:280).
Ada beberapa metode empirik yang digunakan dalam pemilihan bentuk
fungsi model empirik, seperti: kriteria statistik Schwarz, metode model
transformasi Box-cox, metode yang dikembangkan Mac Kinnon, White dan
Davidson atau lebih dikenal dengan MWD test, metode Bara dan Mc Aleer atau
dikenal dengan B-M test dan metode yang dikembangkan Zarembaka. Dalam
penelitian ini, pemilihan bentuk fungsi model empirik akan dilakukan dengan
MWD test.
Dalam memilih model empirik yang baik, MWD test membandingkan
tingkat signifikansi antara nilai Z1 dan Z2. Nilai Z1 diperoleh melalui
pengurangan antara log(IHSGF) dan LIHSGF. Sedangkan untuk Z2 diperolah
dengan rumus Z2=exp(LIHSGF)-IHSGF.
Nilai Z1 yang telah didapatkan kemudian diregresikan kedalam persamaan
dengan model linier. Apabila Z1 signifikan secara statistik, maka tolak Ho (model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
linier) dan jika tidak signifikan, maka tidak menolah Ho (model linier). Untuk
nilai Z2 diregresikan dengan model log-linier sehingga apabila nilai Z2 signifikan
secara statistik, maka tolak Ha (model log-linier) dan jika tidak signifikan secara
statistik maka tidak menolak Ha (model log-linier).
Tabel 4.1
Hasil Uji MWD
Variabel Probability Z1 0.0142** Z2 0.7328
***Signifikan pada α 1% **Signifikan pada α 5% *Signifikan pada α 10%
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011
Dari tabel (4.1) yang merupakan fungsi model linier diketahui bahwa nilai
Z1 signifikan pada tingkat kesalahan 5% yang artinya menolak model linier dan
menerima model log-linier.
Model kedua yang merupakan fungsi model log-linier diketahui bahwa
nilai Z2 tidak signifikan pada tingkat kesalahan 5% yang artinya tidak menolah
Ha (model log-linier). Variabel tingkat suku bunga tidak diubah menjadi log
karena logaritma tidak bisa bekerja pada angka negatif. Angka negatif tingkat
suku bunga riil disebabkan oleh beberapa bulan dalam data time series yang
menunjukkan angka inflasi lebih besar daripada suku bunga. Berdasarkan hasil uji
MWD, maka bentuk fungsi model empirik yang paling baik untuk digunakan pada
penelitian ini adalah bentuk log-linier, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
LIHSG = 33.6181459703 -2.75317026295*LKURS+ 0.122108547691*LNIKKEI - 4.62909538438*SUKUBUNGA …………(.4.1) F. Pembentukan Model Autoregressive Distributed Lag (ADL)
Efek dinamis dapat diinvestigasi dengan cara memasukkan nilai lag dari
independen variabel di sisi kanan model regresi. Dalam model dinamis, dapat
dilakukan dengan cara distributed lag atau autoregressive model. Kombinasi
diantara kedua model ini disebut dengan Autoregressive Distributed Lag (ARDL).
Model ARDL telah digunakan secara luas dalam model-model yang
menggunakan data time series. Dalam distributed lag model, nilai lag dari
variabel independen berada di sisi kanan persamaan. Untuk autoregressive model
nilai masa lalu variabel dependen dimasukkan ke sisi kanan persamaan. Apabila
di sisi kanan persamaan dimasukkan nilai masa lalu baik variabel dependen dan
independen, maka model ini disebut dengan model ARDL.
Model ARDL dalam penelitian ini digunakan karena model regresi 4.1
yang diestimasi menggunakan metode OLS menunjukkan gejala spurious
regression (regresi lancung). Regresi lancung ini ditandai dengan nilai koefisien
determinasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan DW Statistic (Insukindro et al,
2004:127).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Tabel 4.2 Hasil Regresi Model Log-linier
Durbin-Watson stat
Adjusted R-squared
0.498801 0.820314
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson statistic lebih rendah
daripada nilai koefisien determinasi. Ini menunjukkan bahwa pada model log-
linier atau model (4.1) mengalami masalah regresi lancung (Yule dalam Gujarati,
2004:806).
Berdasarkan uji MWD, maka model yang dipilih adalah model log-linier.
Untuk membentuk fungsi ARDL maka nilai masa lalu variabel dependen dan
independen dimasukkan ke sisi kanan persamaan dengan nilai lag optimal yang
belum ditentukan. Dengan mengakomodasi model log-linier maka bentuk fungsi
ARDL penelitian ini adalah sebagai berikut:
……(4.2)
Model 4.2 merepresentasikan metode ARDL karena di sisi kanan
persamaan terdapat nilai masa lalu variabel independen dan dependen yaitu
LKurst-k , LNikkeit-k , Sukubungat-k dan LIHSGt-k . Lag yang akan digunakan belum
dipilih karena untuk menentukan tingkat optimum lag akan digunakan Schawrz
Information Criteria (SIC).
tktktktkt
tttt
uLIHSGSukubungaLNikkeiLKurs
SukubungaLNikkeiLKursLIHSG
++++++++=
---- 7654
3210
bbbbbbbb
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
G. Pemilihan Tingkat Lag Optimum
Pemilihan lag optimum pada penelitan ini menggunakan metode Schwarz
Information Criteria (SIC). Berdasarkan hasil olah data eviews, maka parameter
SIC menunjukkan bahwa seluruh variabel pada model 4.1 optimum pada lag 1
seperti yang direpresentasikan oleh tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Pemilihan Lag Optimum
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 256.24 NA 1.59E-10 -11.21067 -11.05007 -11.1508
1 408.4285 270.5574* 3.75e-13* -17.26349* -16.46053* -16.96415*
2 419.1322 17.12582 4.83E-13 -17.0281 -15.58277 -16.48929
3 437.4295 26.02292 4.57E-13 -17.1302 -15.0425 -16.35193
* Mengindikasikan tingkat lag yang dipilih oleh kriteria Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011
Berdasarkan pemilihan lag oleh parameter SIC, maka model ARDL
penelitian ini akan menggunakan lag pada tingkat 1 atau t-1. Maka penyesuaian
model yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut yang
didasarkan atas hasil analisis regresi model ARDL pada tabel 4.4 :
LIHSG = 0.396635481707 - 1.26211210911 LKURS +
(-3.855460)
0.393937358461*LNIKKEI + 1.59422172406*SUKUBUNGA +
(2.527745) (0.758874)
1.19614617722*LKURS(-1) - 0.355126635228*LNIKKEI(-1) +
(3.605179) (-2.233513)
2.80378070105*SUKUBUNGA(-1) + 0.986758514906*LIHSG(-1)
(1.500730) (10.69580)…….(4.3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Tabel 4.4
Hasil Regresi Model ARDL
Variabel Koefisien t-statistik Prob. C 0.396635 0.122083 0.9035 LKURS -1.262112 -3.85546 0.0004 LNIKKEI 0.393937 2.527745 0.0156 SUKUBUNGA 1.594222 0.758874 0.4525 LKURS(-1) 1.196146 3.605179 0.0009 LNIKKEI(-1) -0.355127 -2.233513 0.0313 SUKUBUNGA(-1) 2.803781 1.50073 0.1415 LIHSG(-1) 0.986759 10.6958 0.0000 R-squared 0.963289 Akaike info criterion -2.698363 Adjusted R-squared 0.9567 Schwarz criterion -2.383444 Sum squared resid 0.131794 Hannan-Quinn criter. -2.579857 Prob(F-statistic) 0.0000 Durbin-Watson stat 2.030954
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011
Tabel 4.5
Koefisien Jangka Panjang dan Jangka Pendek Model ARDL
Variabel Koefisien Jangka
Pendek Koefisien Jangka
Panjang
LKURS -1.262112 -4.981950004 LNIKKEI 0.393937 2.931047504 SUKUBUNGA 1.594222 332.1503663
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011
Untuk mendapatkan koefisien peramalan jangka panjang pada model
ARDL, maka kita harus melakukan penghitungan dengan cara menambahkan
antara Xt ditambahkan dengan Xt-1 kemudian dibagi dengan 1-Yt-1 seperti pada
persamaan 3.14. Sebagai contoh, untuk mendapatkan koefisien jangka panjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
untuk variabel LKurs maka dilakukan penghitungan yaitu (-1.26+1.21)/(1-0.99)
sehingga didapatkan koefisien jangka panjang sebesar -4.9
H. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Tujuan dari dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah
suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai
distribusi data yang normal. Jadi uji normalitas pada dasarnya melakukan
perbandingan antara data yang kita miliki dengan data berdistribusi normal
yang memilki mean dan standar deviasi yang sama dengan data kita.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji Jarque-Bera (JB). Nilai JB diharapkan mendekati 0.
Hipotesis yang diasumsikan adalah :
Ho : residual berdistribusi normal
Ha : residual berdistribusi tidak normal
Jika probabilitas JB lebih kecil dari 0,05 berarti nilai JB statistik berbeda
dengan 0, maka Ho ditolak. Jika nilai probabilitas JB lebih besar dari 0,05
berarti nilai JB statistik tidak berbeda dengan 0 yang artinya tidak menolak
Ho. Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Tabel 4.6
Hasill Uji Normalitas
Jarque-Berra Probability 2.149821 0.341328
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011
Tabel 4.6 menunjukkan nilai probability lebih besar dari tingkat
signifikansi sebesar 5% oleh karena itu data dalam penelitian ini berdistribusi
normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas atau independen.
Multikolinearitas sering terjadi jika diantara variabel bebas (x) saling
berkorelasi sehingga hasil estimasi menjadi bias. Uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas.
Asumsi multikolinieritas menyatakan bahwa variabel independen harus
terbebas dari gejala multikolinieritas. Gejala multikolinieritas adalah gejala
korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi antara variabel independen. Uji multikolinearitas diperoleh
dengan beberapa langkah yaitu 1). melakukan regresi model lengkap Y
= f (X1…Xn) sehingga kita mendapatkan R21(R2 regresi asal) ; 2).
Melakukan regresi X1 (variabel bebas) terhadap seluruh X1,2…n ,maka
diperoleh nilai R22,3,4….n (metode ini dinamakan korelasi parsial); dan 3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Membandingkan nilai R21 dengan R22,3….n . Pedoman yang digunakan, jika
nilai R21 lebih tinggi dari R22,3…n pada regresi antar variabel bebas, maka
dalam model empirik tidak terdapat masalah multikolnieritas dan sebaliknya.
Hasil uji multikolinieritas dengan metode korelasi parsial adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Independen R Squared LIHSG 0.963289 LKURS 0.9129 LNIKKEI 0.955213 SUKUBUNGA 0.542349 LKURS t-1 0.909312 LNIKKEI t-1 0.958883 SUKUBUNGA t-1 0.420379 LIHSG t-1 0.883594
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011
Hasil uji multikolinieritas korelasi parsial pada tabel 4.7 menunjukkan
bahwa nilai koefisien determinasi untuk variabel LKURS, LNIKKEI,
SUKUBUNGA, LKURS t-1, LNIKKEI t-1, SUKUBUNGA t-1 dan LIHSG t-1
adalah lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi
dengan variabel LIHSG. Artinya adalah bahwa model persamaan (4.3) tidak
mengalami masalah multikolinieritas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
3. Uji Autokorelasi
Tes yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi pada
penelitian ini adalah Breusch-Godfrey (BG) test atau sering juga disebut
Lagrange Multiplier (LM) test. Tes ini merupakan salah satu tes autokorelasi
yang bisa dilakukan pada regresi dimana terdapat lag dari dependen variabel
sebagai variabel independen dan lebih direkomendasikan untuk jumlah
observasi yang cukup besar (Gujarati, 2004:681). Disamping itu LM test
dapat dilakukan pada derajat aurokorelasi lebih dari nol. Misalnya AR (1),
AR(2) dan seterusnya. Hasil uji autokorelasi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.019843 Prob. F(1,38) 0.8887
Obs*R-squared 0.024529 Prob. Chi-Square(1) 0.8755 Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011
Hasil uji autokorelasi pada tabel 4.8 diketahui bahwa nilai probabilitas
lebih besar dari probabilitas 5% maka hipotesa yang menyatakan pada model
tidak terdapat autokorelasi tidak ditolak. Berarti model empirik lolos dari
masalah autokorelasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
4. Uji Heterokedastisitas
Tabel 4.9
Hasil Uji Heterokedastisitas
Obs*R-squared Nilai Tabel Chi Square 6.367318 14.0671 Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011
Nilai Obs*R-Squared adalah 6.367318 dan nilai ini lebih kecil dari nilai
tabel chi square dengan tingkat kesalahan 5% dengan df 7 (jumlah regressor)
yaitu 14.0671 yang artinya model ini tidak mengalami masalah
heterokedastisitas.
I. Uji t Statistik
Uji t pada penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi atau α=5% yang
berarti bahwa tingkat keyakinan adalah 95%. Adapun kriteria pengujian uji t
adalah membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Selain itu, terdapat kriteria
pengujian lainnya yaitu dengan melihat nilai t-probabilitas. Jika nilai t-
probabilitas yang didapatkan lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% maka
nilai parameter yang didapatkan mempunyai pengaruh yang signifikan,
demikian juga sebaliknya. Hasil pengujian parameter individual dengan
tingkat signifikansi 5% tersebut disajikan pada Tabel 4.10 yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Tabel 4.10
Uji t-statistik
Variable t-Statistic Prob. Kesimpulan LKURS -3.85546 0.0004 Signifikan
LNIKKEI 2.527745 0.0156 Signifikan SUKUBUNGA 0.758874 0.4525 Tidak Signifikan
LKURS(-1) 3.605179 0.0009 Signifikan LNIKKEI(-1) -2.23351 0.0313 Signifikan
SUKUBUNGA(-1) 1.50073 0.1415 Tidak Signifikan
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011
Dari hasil uji t –statistik pada tabel 4.10, selain suku bunga depsoito semua
variabel menunjukkan angka yang signifikan yaitu lebih kecil dari
0.05.Tingkat suku bunga yang tidak signifikan diakibatkan oleh dirilisnya
instrumen investasi yang memberikan return lebih besar (SBI dan SUN)
daripada instrumen investasi seperti deposito 3 bulan sehingga kenaikan suku
bunga deposito tidak akan menarik bagi investor pasar modal untuk
mengalihkan dana mereka.
J. Uji F (F-test)
Uji F pada penelitian ini juga menggunakan tingkat signifikansi atau
α=5%. Kriteria dari uji F adalah jika nilai t-probabilitas yang didapatkan lebih
kecil dari tingkat signifikansi 5% maka secara bersama-sama variabel bebas
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya, demikian juga
sebaliknya. Nilai probabilitas (F-statistik) dalam model persamaan tersebut
adalah 0,000000 yang berarti signifikan pada tingkat signifikansi 5% dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
bahkan pada tingkat signifikansi 1%. Hal ini berarti bahwa variabel suku
bunga deposito, indeks Nikkei dan kurs nilai tukar secara bersama-sama
mempengaruhi tingkat variabel indeks harga saham gabungan.
K. Goodness of Fit atau Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi penyesuaian (adjusted R2) menunjukkan seberapa
besar persentase variasi variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas
dalam model. Nilai adjusted R2 berkisar antara 0–1. Semakin mendekati 1
berarti semakin besar variabel bebas mampu menjelaskan variasi variabel
terikat. Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan nilai adjusted R2
sebesar 0.956700, artinya bahwa variasi variabel LIHSG dapat dijelaskan oleh
variabel kurs nilai tukar, indeks Nikkei dan tingkat suku bunga sebesar
95,67%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
model
L. Interpretasi Hasil
Pengaruh dari masing-masing variabel yaitu indeks Nikkei, kurs nilai tukar
dan suku bunga deposito terhadap IHSG adalah sebagai berikut :
1) Kurs Nilai Tukar
Nilai parameter kurs nilai tukart-1 (β4) dari hasil regresi pada tabel 4.4
adalah 1.196146. Hal ini mengidentifikasikan bahwa jika kurs nilai tukar
pada saat t-1 atau satu bulan sebelumnya (dalam jangka pendek) naik 1%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
(terdepresiasi) , maka akan menyebabkan kenaikan IHSG sebesar 1.2%.
Sedangkan untuk peramalan jangka panjang, variabel kurs nilai tukar
menunjukkan angka -4.98195 pada tabel 4.5 yang artinya adalah apabila kurs
nilai tukar mengalami pelemahan (depresiasi) sebesar 1% maka IHSG akan
ikut menurun sebesar 4.98%. Hal ini sependapat dengan penelitian Liu dan
Shrestha (2008) yang mengatakan bahwa apabila kurs terdepresiasi maka
indeks harga saham gabungan akan ikut tertekan atau mengalami penurunan.
Pelemahan indeks gabungan dikarenakan naiknya biaya impor barang modal
bagi negara yang emitennya dan negaranya berorientasi pada impor.
Contohnya adalah Indonesia yang banyak mengimpor barang modal sehingga
pelemahan nilai tukar rupiah akan menyebabkan harga input (barang impor)
semakin mahal dan akhirnya adalah menurunkan proyeksi keuntungan
perusahaan yang berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal.
2) Indeks Nikkei
Nilai parameter indeks Nikkeit-1 (β5) dari hasil regresi pada tabel 4.4
adalah 0.355127. Hal ini mengidentifikasikan bahwa jika indeks Nikkei naik
1%, maka akan menyebabkan penurunan IHSG sebesar 0.36%. Sedangkan
untuk peramalan jangka panjang, variabel indeks Nikkei menunjukkan angka
2.931048 pada tabel 4.5 yang artinya adalah apabila indeks Nikkei
mengalami penguatan sebesar 1% maka IHSG akan ikut menguat sebesar
2.93%. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nachrowi dan
Usman (2007) dimana pasar modal negara berkembang dipengaruhi oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
pasar modal negara maju dan mempunyai arah hubungan yang positif.
Negara Jepang yang diwakili oleh indeks Nikkei merupakan negara tujuan
ekspor migas Indonesia yang paling besar. Emiten di sektor migas
memainkan peranan penting pada pasar modal Indonesia. Dan apabila ditarik
kesimpulan, bahwa pelemahan indeks Nikkei yang disebabkan oleh
penurunan kapasitas produksi industri domestik Jepang akan mengakibatkan
IHSG ikut tertekan karena volume ekspor kita juga akan menurun.
3) Suku Bunga
Nilai parameter suku bungat-1 (β6) dari hasil regresi pada tabel 4.4
adalah 2.803781. Hal ini mengidentifikasikan bahwa jika suku bunga pada
saat t-1 atau satu bulan sebelumnya naik (dalam jangka pendek) sebesar 1%,
maka akan berpengaruh terhadap kenaikan IHSG sebesar 2.8%. Sedangkan
untuk peramalan jangka panjang, variabel suku bunga menunjukkan angka
332.150 pada tabel 4.5, tetapi karena ciri jangka panjang Sukubungat yaitu
Sukubungat-1 tidak signifikan seperti yang terlihat pada tabel 4.4 yaitu
probability yang menunjukkan angka 0.1415 maka koefisien jangka panjang
sebesar Sukubungat dianggap sama dengan -1.000, bukan sama dengan
332.150 (Insukindro, et al, 2000:88).
4) LIHSG
Nilai parameter LIHSGt-1 (β7) dari hasil regresi pada tabel 4.4 adalah
0.986759. Hal ini mengidentifikasikan bahwa jika IHSG pada saat t-1 atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
satu bulan sebelumnya (dalam jangka pendek) naik 1%, maka akan
berpengaruh terhadap kenaikan IHSG sebesar 0.99%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis kuantitatif dan deskriptif yang dilakukan pada bab-
bab sebelumnya dapat dilihat bahwa penelitian ini bermaksud untuk melihat
pengaruh dari kurs nilai tukar, suku bunga deposito 3 bulan dan indeks Nikkei
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode 2007-2010.. Dari
hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Penelitian ini menghasilkan pola hubungan yang negatif antara kurs
nilai tukar terhadap IHSG. Penelitian ini mengidentifikasikan bahwa
jika kurs nilai tukar satu bulan sebelumnya atau dalam jangka pendek
naik 1% (terdepresiasi), maka akan menyebabkan kenaikan IHSG
sebesar 1.2%. Sedangkan untuk peramalan jangka panjang, apabila
kurs nilai tukar mengalami penguatan sebesar (apresiasi) 1% maka
IHSG akan ikut menurun sebesar 4.98%.
2. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa jika indeks Nikkei naik 1%,
maka akan menyebabkan penurunan IHSG sebesar 0.36% dalam
jangka pendek. Sedangkan untuk peramalan jangka panjang, variabel
indeks Nikkei menunjukkan angka 2.931048 yang artinya adalah
apabila indeks Nikkei mengalami penguatan sebesar 1% maka IHSG
akan ikut menguat sebesar 2.93%. Tingkat siginifikansi indeks Nikkei
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
juga menunjukkan angka dibawah 0.05 yang artinya bahwa indeks
Nikkei berpengaruh terhadap IHSG.
3. Hubungan yang negatif antara suku bunga deposito dengan IHSG
dalam penelitian ini tidak ditemukan. Namun karena nilai probabilitas
variabel masa lalu suku bunga atau Sukubungat-1 tidak signifikan
sehingga koefisien untuk peramalan jangka panjang pada model ini
dianggap -1.000. Hubungan yang tidak signifikan antara suku bunga
deposito dan IHSG memiliki tendensi disebabkan oleh 2 hal yang
pertama adalah bahwa IHSG yang dikuasai oleh investor asing sebesar
70% tidak memiliki ketertarikan terhadap return suku bunga deposito
karena lebih kecil dibandingkan instrumen keuangan seperti SUN atau
SBI ini terlihat bahwa capital inflow ke dalam perekonomian domestik
didominasi oleh penempatan dana di SUN sebesar 40%, SBI 30%,
pasar modal 20% dan sisanya di instrumen keuangan lainnya. Yang
kedua adalah bahwa kapitalisasi instrumen deposito untuk
menampung pengalihan modal dari IHSG sangat terbatas sehingga
tidak cukup signifikan dalam menampung aliran dana dari pasar modal
apabila memang investor berminat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka penulis menyarankan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Kurs nila tukar berhubungan negatif terhadap IHSG yang artinya
pelemahan nilai tukar Rupiah akan menyebabkan IHSG tertekan. Dari
sudut ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa Indonesia adalah negara yang
berorientasi impor. Sebaliknya, apabila nilai tukar rupiah menguat maka
IHSG akan cenderung menguat. Penguatan nilai tukar rupiah akan
menyebabkan impor barang modal menjadi semakin murah. Impor barang
modal yang murah akan meningkatkan kinerja emiten yang sebagian besar
bahan bakunya berupa barang-barang impor. Peran pemerintah sangat
sentral mengenai permasalahan ini karena kinerja emiten dipengaruhi
secara signifikan melalui kurs nilai tukar yang dicerminakan oleh kinerja
IHSG. Pemerintah dan Bank Indonesia dapat memacu kinerja pasar modal
melalui penguatan nilai tukar rupiah.
2. Indeks Nikkei yang merupakan indeks harga saham gabungan di negara
Jepang memiliki hubungan yang positif dengan IHSG. Ini artinya bahwa
apabila indeks Nikkei menguat, maka IHSG akan cenderung menguat
pula. Pola keterkaitan perekonomian antara Jepang dan Indonesia dapat
terlihat pada aktivitas emitennya. Emiten di negara Jepang sebagian besar
berasal dari kalangan industri yang membutuhkan pasokan energi secara
berkesinambungan, sudut ini adalah peluang bagi emiten di pasar modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Indonesia dimana sektor migas merupakan salah satu kekuatan inti pasar
modal Indonesia. Kenaikan produksi industri di negara Jepang akan
berimbas baik pada IHSG kita karena ekspor kita akan meningkat, selain
itu dengan semakin membaiknya perekonomian pasca krisis, maka harga
barang-barang modal impor yang berasal dari Jepang akan ikut turun.
3. Suku bunga deposito 3 bulan tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan IHSG. Mayoritas investor di pasar modal Indonesia (BEI) adalah
pihak asing yang sering menggunakan sarana obligasi seperti SUN dan
SBI sebagai subtitusi investasi di pasar modal apabila terjadi guncangan
pada sektor keuangan. Suku bunga deposito yang tinggi cenderung tidak
mempengaruhi para investor di pasar modal untuk mengalihkan dananya.
Namun apabila mengacu pada hasil penelitian ini, pemerintah sebaiknya
tidak menggunakan sarana investasi suku bunga deposito sebagai
penunjang kinerja pasar modal dalam jangka panjang karena hubungan
yang tidak signfikan diantara kedua variabel ini.