43
CITICHOLINE OGB HJ CITICOLINE Injeksi IV/IM :: KOMPOSISI :: Tiap ml mengandung: Citicoline 125 mg :: INDIKASI :: Keadaan akut Kehilangan kesadaran akibat trauma serebral atau kecelakaan lalu lintas dan operasi otak. Keadaan kronik Gangguan psikiatrik atau saraf akibat apopleksia, trauma kepala dan operasi otak. Memperbaiki sirkulasi darah

CITICHOLINE OGB HJ.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CITICHOLINE OGB HJ.docx

CITICHOLINE OGB HJ

CITICOLINEInjeksi IV/IM:: KOMPOSISI ::

Tiap ml mengandung:Citicoline 125 mg:: INDIKASI ::

Keadaan akutKehilangan kesadaran akibat trauma serebral atau kecelakaan lalu lintas dan operasi otak.

Keadaan kronikGangguan psikiatrik atau saraf akibat apopleksia, trauma kepala dan operasi otak.

Memperbaiki sirkulasi darah otak sehingga termasukstroke iskemik.

:: DOSIS DAN CARA PEMBERIAN ::

Keadaan akutBiasanya 250-500 mg, 1-2 kali sehari secara drip IV atau bolus IV.

Page 2: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Keadaan kronikBiasanya 100-300 mg, 1-2 kali sehari secara IV atau IM.

Gangguan serebrovaskular dapat diberikan IV atau IM sampai 1000 mg.

Pemberian IV harus selambat mungkin.:: KONTRAINDIKASI ::

Hipersensitivitas terhadap citicoline.:: PERINGATAN DAN PERHATIAN ::

Pada pasien dengan gangguan kesadaran akut serius dan progresif yang menyertai trauma kepala dan operasi otak.

Pasien dengan gangguan kesadaran pada infark serebral akut.

:: EFEK SAMPING ::

Syok:: KEMASAN DAN NOMOR REGISTER ::

Kotak, 10 ampul @ 2 ml.

 

     

     

PIRACETAM

.: KEMASAN & NO REG :.

Piracetam 200 mg/mL injeksi ( 1 box berisi 4 ampul @ 15 mL ), No. Reg : GKL0308509643A1.

Piracetam 200 mg/mL injeksi ( 1 box berisi 10 ampul @ 5 mL ), No. Reg : GKL0308509643A1.

Piracetam 400 mg tablet ( 1 box berisi 5 strip @ 10 tablet ), No. Reg : GKL0308508817A1

Piracetam 800 mg kaplet ( 1 box berisi 5 strip @ 10 kaplet ), No. Reg : GKL0308508909A1

Piracetam 1200 mg kaplet ( 1 box berisi 3 strip @ 10 kaplet, No. Reg : GKL0408508909B1

.: INDIKASI :.

Sediaan injeksi : Pengobatan infark serebral.

Sediaan oral : Gejala involusi yang berhubungan dengan usia lanjut, alkoholisme kronik dan adiksi; dan

gejala pasca trauma.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita dengan insufisiensi ginjal yang berat (bersihan kreatinin < 20 mL / min).

Page 3: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Penderita yang hipersensitif terhadap piracetam atau derivat pirolidon lainnya, termasuk

komponen obat.

Penderita dengan cerebral haemorrhage.

.: DOSIS :.

Piracetam injeksi

Dosis yang dianjurkan : 1 gram 3 x sehari, intravena.

Piracetam oral

Simptom Psikis – Organik yang berhubungan dengan usia lanjut : Dosis awal perhari : 2,4 gram ( 6

tablet 400 mg atau 3 kaplet 800 mg atau 2 kaplet 1200 mg) terbagi dalam 2 – 3 waktu selama 6

minggu, diikuti dengan 1,2 gram / hari sebagai dosis perawatan.

Simptom Post – Trauma : Dosis rata-rata : dosis awal : 2 tablet 400 mg atau 1 kaplet 800 mg, 3

kali sehari. Jika efek yang diharapkan telah tercapai, kurangi dosis secara bertahap menjadi 1

tablet 400 mg atau ½ kaplet 800 mg.

Lama pengobatan : Pada beberapa kasus akut, efek dari piracetam segera terlihat, sementara

pada kasus lainnya, simptom mereda biasanya setelah minggu ketiga pemberian. Agar piracetam

lebih efektif, pengobatan yang berkesinambungan sangat dianjurkan.

.: EFEK SAMPING :.

Efek samping yang pernah dilaporkan selama pengobatan :

Nervousness, irritabilitas, insomnia, anxietas, tremor dan agitasi. Pada beberapa pasien telah

dilaporkan : fatigue dan somnolence.

Gangguan gastro-intestinal (nausea, vomiting, diare, gastralgia, sakit kepala, dan vertigo) pernah

dilaporkan. Efek samping lain yang kadang kala terjadi : mulut kering, meningkatnya libido,

meningkatnya berat badan dan reaksi hipersensitif pada kulit.

.: PERINGATAN DAN PERHATIAN :.

Oleh karena piracetam seluruhnya dieliminasi melalui ginjal, peringatan harus diberikan pada

penderita gangguan fungsi ginjal, oleh karena itu dianjurkan melakukan pengecekan fungsi ginjal.

Oleh karena efek piracetam pada agregasi platelet, peringatan diberikan pada penderita dengan

ganggguan hemostasis, operasi besar atau pendarahan berat.

Hindari penghentian obat secara tiba-tiba, karena dapat menginduksi mioklonus atau kejang

umum pada penderita mioklonus.

.: INTERAKSI OBAT :.

Pernah dilaporkan adanya satu kasus gangguan konfusi, irritabilitas, dan gangguan tidur, pada pemberian

bersama dengan ekstrak tiroid ( T3+T4).

.: LAIN-LAIN :.

Penyimpanan:

Page 4: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Penyimpanan Piracetam injeksi pada suhu 15–25°C Penyimpanan Piracetam oral pada suhu 25–30°C

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

DIMENHIDRINATIndikasi: 

mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan, kelai?an labirin.

Peringatan: 

hamil, glaukoma sudut sempit, retensi urin, hipertrofi prostat, epilepsi.

Interaksi: 

lihat lampiran 1 (dimenhidrinat)

Kontraindikasi: 

porfiria akut, serangan asma akut, bayi prematur, gagal jantung berat.

Efek Samping: 

mengantuk, gangguan psikomotor, sakit kepala efek antimuskarinik (retensi urin, mulut

kering, penglihatan kabur dan gangguan saluran cerna), ruam, reaksi fotosensitivitas,

palpitasi, aritmia, reaksi hipersensitifitas, bronkospasme, angiodema, anafilaksis

Dosis: 

50-100 mg, 2-3 kali sehari. ANAK: 16 tahun, 12,5-25 mg, 7-12 tahun: 25-50 mg. Motion

sickness: dosis pertama: 30 menit sebelum perjalanan.

     

     

NEXATM

Page 5: CITICHOLINE OGB HJ.docx

.: ZAT AKTIF :.

Asam Traneksamat 500 mg, 250 mg, 100 mg/ml atau 50 mg/ml

.: KEMASAN & NO REG :.

NEXA™ 500 mg tablet salut selaput (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet salut selaput) No. Reg.

DKL0104418017A1

NEXA™ 250 mg kapsul (1 box berisi 10 strip @ 10 kapsul) No. Reg. DKL0104418301A1

NEXA™ 5% w/v inj (1 box berisi 10 ampul @ 5 ml) No. Reg. DKL0104418243A1

NEXA™ 10% w/v inj (1 box berisi 10 ampul @ 5 ml) No. Reg. DKL0104418243B1

.: FARMAKOLOGI :.

Aktivitas antiplasminik :

Asam Traneksamat menghambat aktivitas dari aktivator plasminogen dan plasmin. Aktivitas

plasminik dari Asam Traneksamat telah dibuktikan dengan berbagai percobaan 'In vitro'

penentuan aktivitas plasmin dalam darah dan aktivitas plasma setempat, setelah diberikan pada

tubuh manusia.

Aktivitas hemostatis :

Asam Traneksamat mencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan kerapuhan

vaskular dan pemecahan faktor koagulasi. Efek ini terlihat secara klinis dengan berkurangnya

jumlah perdarahan, berkurangnya waktu perdarahan dan lama perdarahan.

Aktivitas anti alergi dan anti peradangan : 

Asam Traneksamat bekerja dengan cara menghambat produksi Kinin dan senyawa peptida aktif

lainnya yang berperan dalam proses inflamasi dan reaksi-reaksi alergi.

.: INDIKASI :.

Untuk fibrinolisis lokal seperti : epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks.

Edema angioneurotik herediter.

Perdarahan abnormal sesudah operasi.

Perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemofilia.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita subarachnoid hemorrhage dan penderita dengan riwayat tromboembolik.

Penderita dengan kelainan pada penglihatan warna.

Penderita yang hipersensitif terhadap Asam Traneksamat.

.: DOSIS :.

Fibrinolisis lokal : 

Oral : 1-1,5 gram 2-3 x sehari.

Parenteral : Dosis yang dianjurkan adalah 500-1000 mg (iv) dengan injeksi lambat (1ml/menit) 3 x

sehari. Untuk pengobatan lebih dari 3 hari dapat dipertimbangkan pemberian secara oral.

Edema angioneuritik herediter : 

Oral : 1-1,5 gram 2-3 x sehari.

Page 6: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Perdarahan abdominal setelah operasi : 

1 gram 3 x sehari (injeksi iv pelan-pelan) pada 3 hari pertama, kemudian dilanjutkan oral 1 gram

3-4 x sehari (dimulai pada hari ke 4 setelah operasi sampai tidak tampak hematuris secara

makrokopis). Untuk mencegah perdarahan ulang dapat diberikan per oral 1 gram 3-4 kali sehari

selama 7 hari.

Khusus untuk perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia : 

Segera sebelum operasi : 10 mg/kg BB (iv) 

Setelah operasi : 25 mg/kg BB (oral) 3-4 x sehari selama 6-8 hari. (pada penderita yang tidak

dapat diberikan secara oral dapat dilakukan terapi pareteral 10 mg/kg BB/hari dalam dosis bagi 3-

4 kali).

Khusus untuk penderita gangguan fungsi ginjal :

Serum kreatinin Dosis oral Dosis i.v.

120-250 (1,36-2,83 mg/dL) 15 mg/kg BB 2 x sehari 10 mg/kg BB 2 x sehari

250-500 (2,83-5,66 mg/dL) 15 mg/kg BB 1 x sehari 10 mg/kg BB 1 x sehari

> 500 (>5,66 mg/dL) 7,5 mg/kg BB 1 x sehari 5 mg/kg BB 1 x sehari

.: EFEK SAMPING :.

Gangguan-gangguan gastrointestinal : mual, muntah-muntah, anorexia, eksantema dan sakit

kepala dapat timbul pada pemberian secara oral. Gejala-gejala ini menghilang dengan

pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya.

Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan hipotensi. Untuk

menghindari hal tersebut maka pemberian dapat dilakukan dengan kecepatan tidak lebih dari 1

ml/menit.

.: INTERAKSI OBAT :.

Larutan injeksi Asam Traneksamat jangan ditambahkan pada transfusi atau injeksi yang mengandung

Penisilin.

.: PERINGATAN DAN PERHATIAN :.

Bila diberikan secara intravena, dianjurkan untuk menyuntikkannya perlahan-lahan seperti halnya

pemberian/penyuntikan dengan sediaan Kalsium (10 ml/1-2 menit).

Hati-hati digunakan pada penderita insufisiensi ginjal karena resiko akumulasi.

Asam traneksamat tidak diindikasikan pada hematuria yang disebabkan oleh parenkim renal,

pada kondisi ini sering terjadi presipitasi fibrin dan mungkin memperburuk penyakit.

Asam traneksamat digunakan pada wanita hamil hanya jika secara jelas diperlukan.

Hati-hati diberikan pada ibu menyusui untuk menghindari resiko pada bayi.

.: LAIN-LAIN :.

Penyimpanan:

Simpan pada suhu kamar (maks. 30°C), terlindung dari cahaya

HARUS DENGAN RESEP DOKTER.

Page 7: CITICHOLINE OGB HJ.docx

     

     

RANITIDINE

.: KEMASAN & NO REG :.

Ranitidine 25 mg/mL injeksi (1 box berisi 10 ampul @ 2 mL), No. Reg. : GKL0608513443A1

Ranitidine 150 mg tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0308509017A1

.: FARMAKOLOGI :.

Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara

kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. 

Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan

sekresi asam lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 6–8 jam. 

Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma dicapai 2–3 jam setelah

pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu

paruh 2 ½–3 jam pada pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.

.: INDIKASI :.

Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala

refluks esofagitis.

Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung.

Pengobatan keadaan hipersekresi patologis (misal : sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis

sistemik).

Ranitidine injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan keadaan

hipersekresi patologis atau ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif

jangka pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi Ranitidine oral.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita yang hipersensitif terhadap Ranitidine.

.: DOSIS :.

Page 8: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Ranitidine injeksi

Injeksi i.m. : 50 mg (tanpa pengenceran) tiap 6 – 8 jam.

Injeksi i.v. : intermittent.

Intermittent bolus : 50 mg (2 mL) tiap 6 – 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan NaCl 0,9%

atau larutan injeksi i.v. lain yang cocok sampai diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL

(total volume 20 mL). Kecepatan injeksi tidak lebih dari 4 mL/menit (dengan waktu 5 menit).

Intermittent infusion : 50 mg (2 mL) tiap 6 – 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan

dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sampai didapat konsentrasi tidak lebih besar dari

0,5 mg/mL (total volume 100 mL).

Kecepatan infus tidak lebih dari 5 – 7 mL/menit (dengan waktu 15 – 20 menit).

Infus kontinyu : 150 mg Ranitidine diencerkan dalam 250 mL dekstrosa atau larutan i.v. lain yang

cocok dan diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam. Untuk penderita sindrom

Zollinger-Ellison atau hipersekretori lain, Ranitidine injeksi harus diencerkan dengan larutan

dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sehingga diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5

mg/mL. Kecepatan infus dimulai 1 mg/kg BB/jam dan harus disesuaikan dengan keadaan

penderita.

Ranitidine oral

150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sekali sehari sesudah makan malam atau

sebelum tidur, selama 4 – 8 minggu.

Tukak lambung aktif 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) selama 2 minggu.

Terapi pemeliharaan pada penyembuhan tukak 12 jari dan tukak lambung Dewasa : 150 mg,

malam hari sebelum tidur.

Keadaan hipersekresi patologis (Zollinger - Ellison, mastositosis sistemik) Dewasa : 150 mg, 2 kali

sehari dengan lama pengobatan ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala klinik yang ada. Dosis

dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing penderita. Dosis hingga 6 g sehari

dapat diberikan pada penyakit yang berat.

Refluks gastroesofagitis Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari.

Esofagitis erosif Dewasa : 150 mg, 4 kali sehari.

Pemeliharaan dan penyembuhan esofagitis erosif Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari.

Dosis pada penderita gangguan fungsi ginjal Bila bersihan kreatinin < 50 mL / menit : 150 mg / 24

jam. Bila perlu dosis dapat ditingkatkan secara hati-hati setiap 12 jam atau kurang tergantung

kondisi penderita.

Hemodialisis menurunkan kadar Ranitidine yang terdistribusi.

.: EFEK SAMPING :.

Sakit kepala

Susunan saraf pusat, jarang terjadi : malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi,

depresi, halusinasi.

Kardiovaskular, jarang dilaporkan : aritmia seperti takikardia, bradikardia, atrioventricular block,

premature ventricular beats.

Gastrointestinal : konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut. Jarang dilaporkan : pankreatitis.

Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : artralgia dan mialgia.

Hematologik : leukopenia, granulositopenia, pansitopenia, trombositopenia (pada beberapa

penderita). Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, trombositopenia, anemia aplastik

Page 9: CITICHOLINE OGB HJ.docx

pernah dilaporkan.

Lain-lain, kasus hipersensitivitas yang jarang (contoh : bronkospasme, demam, eosinofilia),

anafilaksis, edema angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam kreatinin serum.

.: OVER DOSIS :.

Gejala-gejala overdosis antara lain, pernah dilaporkan : hipotensi, cara berjalan yang tidak normal.

Penanganan overdosis :

Induksi dengan cara dimuntahkan atau bilas lambung.

Untuk serangan : dengan cara pemberian diazepam injeksi i.v.

Untuk bradikardia : dengan cara pemberian atropin.

Untuk aritmia : dengan cara pemberian lidokain.

.: PERINGATAN DAN PERHATIAN :.

Umum : pada penderita yang memberikan respon simptomatik terhadap Ranitidine, tidak

menghalangi timbulnya keganasan lambung.

Karena Ranitidine dieksresi terutama melalui ginjal, dosis Ranitidine harus disesuaikan pada

penderita dengan gangguan fungsi ginjal.

Hati-hati pemberian pada gangguan fungsi hati karena Ranitidine di metabolisme di hati.

Hindarkan pemberian pada penderita dengan riwayat porfiria akut.

Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui.

Khasiat dan keamanan penggunaan pada anak-anak belum terbukti.

Waktu penyembuhan dan efek samping pada usia lanjut tidak sama dengan penderita usia

dewasa.

Pemberian pada wanita hamil hanya jika benar-benar sangat dibutuhkan.

.: INTERAKSI OBAT :.

Ranitidine tidak menghambat kerja dari sitokrom P450 dalam hati.

Pemberian bersama warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.

.: LAIN-LAIN :.

Penyimpanan:

Ranitidine injeksi disimpan di tempat sejuk dan kering suhu 4–25oC, terlindung dari cahaya, harus dengan

resep dokter. Ranitidine tablet disimpan di tempat kering, suhu 15–30oC, terlindung dari cahaya.

Page 10: CITICHOLINE OGB HJ.docx

 

     

     

AMLODIPINE

.: KEMASAN & NO REG :.

• Amlodipine 5 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0708513910A1.

• Amlodipine 10 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0708513910B1.

.: FARMAKOLOGI :.

Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium) yang

menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke dalam otot polos vaskular dan otot

jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung. Amlodipine menghambat

influks ion kalsium secara selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada sel otot polos vaskular

dibandingkan sel otot jantung. 

Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsung sebagai vasodilator arteri perifer yang

dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular serta penurunan tekanan darah. Dosis satu kali sehari

akan menghasilkan penurunan tekanan darah yang berlangsung selama 24 jam. Onset kerja amlodipine

adalah perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan terjadinya hipotensi akut.

Efek antiangina amlodipine adalah melalui dilatasi arteriol perifer sehingga dapat menurunkan resistensi

perifer total (afterload). Karena amlodipine tidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung, pengurangan

beban jantung akan menyebabkan penurunan kebutuhan oksigen miokardial serta kebutuhan energi.

Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik pada keadaan oksigenisasi normal

maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipine satu kali sehari dapat meningkatkan

waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu timbulnya depresi segmen ST dan menurunkan frekuensi

serangan angina serta penggunaan tablet nitrogliserin.

Amlodipine tidak menimbulkan perubahan kadar lemak plasma dan dapat digunakan pada pasien asma,

diabetes serta gout.

.: INDIKASI :.

Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospastik (angina

prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun

dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.

.: KONTRA INDIKASI :.

Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap amlodipine dan golongan

Page 11: CITICHOLINE OGB HJ.docx

dihidropiridin lainnya.

.: DOSIS :.

Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon pasien.

Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis maksimum 10 mg satu kali sehari.

Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan waktu 7-14 hari.

Pada pasien usia lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada

awal terapi 2,5 mg satu kali sehari. Bila amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain,

dosis awal yang digunakan adalah 2,5 mg.

Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun angina vasospastik adalah 5-10 mg,

dengan penyesuaian dosis pada pasien usia lanjut dan kelainan fungsi hati.

Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obat-obat golongan tiazida, ACE inhibitor,  β-bloker,

nitrat dan nitrogliserin sublingual.

.: EFEK SAMPING :.

Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan derajat efek samping yang timbul

bervariasi dari ringan sampai sedang. Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik antara lain :

edema, sakit kepala. 

Secara umum    : fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.

Pada keadaan hamil dan menyusui : belum ada penelitian pemakaian amlodipine pada wanita hamil,

sehingga penggunaannya selama kehamilan hanya bila keuntungannya lebih besar dibandingkan risikonya

pada ibu dan janin. Belum diketahui apakah amlodipine diekskresikan ke dalam air susu ibu. Karena

keamanan amlodipine pada bayi baru lahir belum jelas benar, maka sebaiknya amlodipine tidak diberikan

pada ibu menyusui.

Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.

.: PERINGATAN DAN PERHATIAN :.

Pasien dengan gangguan fungsi hati  :

Waktu paruh amlodipine menjadi lebih panjang, sehingga perlu pengawasan.

.: INTERAKSI OBAT :.

Amlodipine dapat diberikan bersama dengan penggunaan diuretik golongan tiazida, α-bloker, β-bloker,

ACE inhibitor, nitrat, nitrogliserin sublingual, antiinflamasi non-steroid, antibiotika, serta obat hipoglikemik

oral.

Pemberian bersama digoxin tidak mengubah kadar digoxin serum ataupun bersihan ginjal digoxin pada

pasien normal.

Amlodipine tidak  mempunyai efek terhadap ikatan protein dari obat-obat : digoxin, phenytoin, warfarin

dan indomethacin. 

Pemberian bersama simetidin atau antasida tidak mengubah farmakokinetik amlodipine.

.: LAIN-LAIN :.

Penyimpanan:

Simpan pada suhu kamar (di bawah 30°C).

Page 12: CITICHOLINE OGB HJ.docx

  

     

     

KETOROLAC

.: KEMASAN & NO REG :.

Ketorolac 10 mg injeksi (1 box berisi 6 ampul @ 1 mL), No. Reg. : GKL0808514843A1

Ketorolac 30 mg injeksi (1 box berisi 6 ampul @ 1 mL), No. Reg. : GKL0808514843B1

.: FARMAKOLOGI :.

Farmakodinamik

Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan obat anti-inflamasi

nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi. Ketorolac tromethamine

menghambat sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena

tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat.

Uji Klinis

Beberapa penelitian telah meneliti efektivitas analgesik Ketorolac tromethamine intramuskular pada dua

model nyeri pasca bedah akut; bedah umum (ortopedik, ginekologik dan abdominal) dan bedah mulut

(pencabutan M3 yang mengalami impaksi). Penelitian ini merupakan uji yang dirancang paralel, dosis

tunggal primer, yang membandingkan Ketorolac tromethamine dengan Meperidine (Phetidine) atau Morfin

yang diberikan secara intramuskular. Pada tiap model, pasien mengalami nyeri sedang hingga berat pada

awal penelitian. Jika dibandingkan dengan Meperidine 50 dan 100 mg, atau Morfin 6 dan 12 mg pada

pasien yang mengalami nyeri pasca bedah, Ketorolac tromethamine 10, 30 dan 90 mg menunjukkan

pengurangan nyeri yang sama dengan Meperidine 100 mg dan Morfin 12 mg. Onset aksi analgesiknya

sebanding dengan Morfin. Durasi analgesia Ketorolac tromethamine 30 mg dan 90 mg lebih lama daripada

narkotik. Berdasarkan pertimbangan efektivitas dan keamanan setelah dosis berulang, dosis 30 mg

menunjukkan indeks terapetik yang terbaik. Suatu penelitian multisenter, multi-dosis (20 dosis selama 5

hari), pasca bedah (bedah umum) membandingkan Ketorolac tromethamine 30 mg dengan Morfin 6 dan

12 mg dimana tiap obat hanya diberikan bila perlu. Efek analgesik keseluruhan dari Ketorolac

tromethamine 30 mg berada di antara Morfin 6 mg dan 12 mg, walaupun perbedaan antara Ketorolac

tromethamine 30 mg dan Morfin 12 mg tidak bermakna secara statistik. Tidak tampak adanya depresi

napas setelah pemberian Ketorolac tromethamine pada uji klinis kontrol. Ketorolac tromethamine tidak

menyebabkan konstriksi. Pada pasien pasca bedah, dibandingkan dengan plasebo : Ketorolac

tromethamine tidak menyebabkan kantuk dan dibandingkan dengan Morfin, Ketorolac lebih sedikit

Page 13: CITICHOLINE OGB HJ.docx

menyebabkan kantuk.

Farmakokinetik

Ketorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap setelah pemberian intramuskular dengan

konsentrasi puncak rata-rata dalam plasma sebesar 2,2 mcg/ml setelah 50 menit pemberian dosis tunggal

30 mg. Waktu paruh terminal plasma 5,3 jam pada dewasa muda dan 7 jam pada orang lanjut usia (usia

rata-rata 72 tahun). Lebih dari 99% Ketorolac terikat pada konsentrasi yang beragam. Farmakokinetik

Ketorolac pada manusia setelah pemberian secara intramuskular dosis tunggal atau multipel adalah linear.

Kadar steady state plasma dicapai setelah diberikan dosis tiap 6 jam dalam sehari. Pada dosis jangka

panjang tidak dijumpai perubahan bersihan. Setelah pemberian dosis tunggal intravena, volume

distribusinya rata-rata 0,25 L/kg. Ketorolac dan metabolitnya (konjugat dan metabolit para-hidroksi)

ditemukan dalam urin (rata-rata 91,4%) dan sisanya (rata-rata 6,1%) diekskresi dalam feses. Pemberian

Ketorolac secara parenteral tidak mengubah hemodinamik pasien.

.: INDIKASI :.

Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat

setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral

dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin,

asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat

prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan penelitian yang adekuat mengenai

hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim

dan sirkulasi fetus.

.: KONTRA INDIKASI :.

Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada kemungkinan

sensitivitas silang.

Pasien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal atau obat anti-

inflamasi nonsteroid lain.

Pasien yang menderita ulkus peptikum aktif.

Penyakit serebrovaskular yang dicurigai maupun yang sudah pasti.

Diatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi.

Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angioedema atau bronkospasme.

Terapi bersamaan dengan ASA dan NSAID lain.

Hipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain.

Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L).

Riwayat asma.

Pasien pasca operasi dengan risiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis inkomplit, pasien

dengan antikoagulan termasuk Heparin dosis rendah (2.500–5.000 unit setiap 12 jam).

Terapi bersamaan dengan Ospentyfilline, Probenecid atau garam lithium.

Selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi.

Anak < 16 tahun.

Pasien yang mempunyai riwayat sindrom Steven-Johnson atau ruam vesikulobulosa.

Pemberian neuraksial (epidural atau intratekal).

Pemberian profilaksis sebelum bedah mayor atau intra-operatif jika hemostasis benar-benar

dibutuhkan karena tingginya risiko perdarahan.

.: DOSIS :.

Page 14: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Ketorolac ampul ditujukan untuk pemberian injeksi intramuskular atau bolus intravena. Dosis untuk bolus

intravena harus diberikan selama minimal 15 detik. Ketorolac ampul tidak boleh diberikan secara epidural

atau spinal. Mulai timbulnya efek analgesia setelah pemberian IV maupun IM serupa, kira-kira 30 menit,

dengan maksimum analgesia tercapai dalam 1 hingga 2 jam. Durasi median analgesia umumnya 4 sampai

6 jam. Dosis sebaiknya disesuaikan dengan keparahan nyeri dan respon pasien. Lamanya terapi :

Pemberian dosis harian multipel yang terus-menerus secara intramuskular dan intravena tidak boleh lebih

dari 2 hari karena efek samping dapat meningkat pada penggunaan jangka panjang.

Dewasa

Ampul : Dosis awal Ketorolac yang dianjurkan adalah 10 mg diikuti dengan 10–30 mg tiap 4 sampai 6 jam

bila diperlukan. Harus diberikan dosis efektif terendah. Dosis harian total tidak boleh lebih dari 90 mg

untuk orang dewasa dan 60 mg untuk orang lanjut usia, pasien gangguan ginjal dan pasien yang berat

badannya kurang dari 50 kg. Lamanya terapi tidak boleh lebih dari 2 hari. Pada seluruh populasi, gunakan

dosis efektif terendah dan sesingkat mungkin. Untuk pasien yang diberi Ketorolac ampul, dosis harian total

kombinasi tidak boleh lebih dari 90 mg (60 mg untuk pasien lanjut usia, gangguan ginjal dan pasien yang

berat badannya kurang dari 50 kg).

Instruksi dosis khusus

Pasien lanjut usia 

Ampul : Untuk pasien yang usianya lebih dari 65 tahun, dianjurkan memakai kisaran dosis terendah: total

dosis harian 60 mg tidak boleh dilampaui (lihat Perhatian).

Anak-anak : Keamanan dan efektivitasnya pada anak-anak belum ditetapkan. Oleh karena itu, Ketorolac

tidak boleh diberikan pada anak di bawah 16 tahun. Gangguan ginjal : Karena Ketorolac tromethamine dan

metabolitnya terutama diekskresi di ginjal, Ketorolac dikontraindikasikan pada gangguan ginjal sedang

sampai berat (kreatinin serum > 160 mmol/l); pasien dengan gangguan ginjal ringan dapat menerima

dosis yang lebih rendah (tidak lebih dari 60 mg/hari IV atau IM), dan harus dipantau ketat. Analgesik opioid

(mis. Morfin, Phetidine) dapat digunakan bersamaan, dan mungkin diperlukan untuk mendapatkan efek

analgesik optimal pada periode pasca bedah awal bilamana nyeri bertambah berat. Ketorolac

tromethamine tidak mengganggu ikatan opioid dan tidak mencetuskan depresi napas atau sedasi yang

berkaitan dengan opioid. Jika digunakan bersama dengan Ketorolac ampul, dosis harian opioid biasanya

kurang dari yang dibutuhkan secara normal. Namun efek samping opioid masih harus dipertimbangkan,

terutama pada kasus bedah dalam sehari.

.: EFEK SAMPING :.

Efek samping di bawah ini terjadi pada uji klinis dengan Ketorolac IM 20 dosis dalam 5 hari.

Insiden antara 1 hingga 9% :

Saluran cerna : diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal, nausea.

Susunan Saraf Pusat : sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat.

.: PERINGATAN DAN PERHATIAN :.

Seperti obat analgesik anti-inflamasi nonsteroid lainnya, Ketorolac dapat menyebabkan iritasi, ulkus,

perforasi atau perdarahan gastrointestinal dengan atau tanpa gejala sebelumnya dan harus diberikan

dengan pengawasan ketat pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit saluran gastrointestinal.

Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan selama kehamilan, persalinan, kelahiran, dan pada ibu

menyusui.

Peringatan khusus mengenai inkompatibilitas:

Page 15: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Ketorolac ampul tidak boleh dicampur dalam volume kecil (mis. dalam spuit) dengan Morfin sulfat,

Phetidine hydrochloride, Promethazine hydrochloride atau Hydroxyzine hydrochloride karena akan terjadi

pengendapan Ketorolac tromethamine. Ketorolac ampul kompatibel dengan larutan normal saline, 5%

dekstrosa, Ringer, Ringer-laktat, atau larutan Plasmalyte. Kompatibilitas dengan obat lain tidak diketahui.

Perhatian

Efek Renal : Sama seperti obat lainnya yang menghambat biosintesis prostaglandin, telah dilaporkan

adanya peningkatan urea nitrogen serum dan kreatinin serum pada uji klinis dengan Ketorolac

tromethamine. 

Efek Hematologis : Ketorolac menghambat agregasi trombosit dan dapat memperpanjang waktu

perdarahan. Ketorolac tidak mempengaruhi hitung trombosit , waktu protrombin (PT) atau waktu

tromboplastin parsial (PTT). Pasien dengan gangguan koagulasi atau yang sedang diberi terapi obat yang

mengganggu hemostasis harus diawasi benar-benar saat diberikan Ketorolac. 

Efek Hepar : Bisa terjadi peningkatan borderline satu atau lebih tes fungsi hati. Pasien dengan gangguan

fungsi hati akibat sirosis tidak mengalami perubahan bersihan Ketorolac yang bermakna secara klinis.

Ketorolac tromethamine tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai medikasi prabedah, untuk mendukung

anestesi atau analgesia obstetri. Belum ada data klinis mengenai keamanan dan efektivitas pemberian

bersama Ketorolac tromethamine dengan obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya. Ketorolac tidak

dianjurkan digunakan secara rutin bersama dengan obat anti-inflamasi nonsteroid lain, karena adanya

kemungkinan efek samping tambahan. 

Untuk pasien gangguan ginjal ringan : Fungsi ginjal harus dipantau pada pasien yang diberi lebih dari dosis

tunggal IM, terutama pada pasien tua. 

Retensi cairan dan edema: Pernah dilaporkan terjadinya retensi cairan dan edema pada penggunaan

Ketorolac. Oleh karena itu, Ketorolac harus hati-hati diberikan pada pasien gagal jantung, hipertensi atau

kondisi serupa.

.: INTERAKSI OBAT :.

Pemberian Ketorolac bersama dengan Methotrexate harus hati-hati karena beberapa obat yang

menghambat sintesis prostaglandin dilaporkan mengurangi bersihan Methotrexate, sehingga

memungkinkan peningkatan toksisitas Methotrexate.

Penggunaan bersama NSAID dengan Warfarin dihubungkan dengan perdarahan berat yang

kadang-kadang fatal. Mekanisme interaksi pastinya belum diketahui, namun mungkin meliputi

peningkatan perdarahan dari ulserasi gastrointestinal yang diinduksi NSAID, atau efek tambahan

antikoagulan oleh Warfarin dan penghambatan fungsi trombosit oleh NSAID. Ketorolac harus

digunakan secara kombinasi hanya jika benar-benar perlu dan pasien tersebut harus dimonitor

secara ketat.

ACE inhibitor karena Ketorolac dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal yang dihubungkan

dengan penggunaan ACE inhibitor, terutama pada pasien yang telah mengalami deplesi volume.

Ketorolac mengurangi respon diuretik terhadap Furosemide kira-kira 20% pada orang sehat

normovolemik.

Penggunaan obat dengan aktivitas nefrotoksik harus dihindari bila sedang memakai Ketorolac

misalnya antibiotik aminoglikosida.

Pernah dilaporkan adanya kasus kejang sporadik selama penggunaan Ketorolac bersama dengan

obat-obat anti-epilepsi.

Pernah dilaporkan adanya halusinasi bila Ketorolac diberikan pada pasien yang sedang

menggunakan obat psikoaktif.

Anak-anak

Page 16: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Keamanan dan efektivitas pada anak belum ditetapkan.

Lanjut usia

Pasien di atas 65 tahun dapat mengalami efek samping yang lebih besar daripada pasien muda. Risiko

yang berkaitan dengan usia ini umum terdapat pada obat yang menghambat sintesis prostaglandin.

Seperti halnya dengan semua obat, pada pasien lanjut usia harus dipakai dosis efektif yang terendah.

Penyalahgunaan dan ketergantungan fisik

Ketorolac tromethamine bukan merupakan agonis atau antagonis narkotik. Subjek tidak memperlihatkan

adanya gejala subjektif atau tanda objektif putus obat bila dosis intravena atau intramuskular dihentikan

tiba-tiba.

.: LAIN-LAIN :.

Penyimpanan:

Simpan pada suhu di bawah 30°C, lindungi dari cahaya.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

    

     

     

METHYLPREDNISOLONE

.: KEMASAN & NO REG :.

Methylprednisolone 4 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0508512310A1.

Methylprednisolone 16 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0508512310B1.

.: FARMAKOLOGI :.

Page 17: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Methylprednisolone adalah suatu glukokortikoid alamiah (memiliki sifat menahan garam (salt retaining

properties)), digunakan sebagai terapi pengganti pada defisiensi adrenokortikal. Analog sintetisnya

terutama digunakan sebagai anti-inflamasi pada sistem organ yang mengalami gangguan. Glukokortikoid

menimbulkan efek metabolisme yang besar dan bervariasi. Glukokortikoid merubah respon kekebalan

tubuh terhadap berbagai rangsangan.

.: INDIKASI :.

Kelainan endokrin : insufisiensi adrenokortikal (hydrocortisone atau cortisone merupakan pilihan

pertama, kombinasi methylprednilosolone dengan mineralokortikoid dapat digunakan); adrenal

hiperplasia kongenital; tiroid non-supuratif; hiperkalemia yang berhubungan dengan penyakit

kanker.

Penyakit rheumatik : sebagai terapi tambahan dengan pemberian jangka pendek pada arthritis

sporiatik, arthritis rheumatoid, ankylosing spondilitis, bursitis akut dan subakut, non spesifik

tenosynovitis akut, gouty arthritis akut, osteoarthritis post-trauma, dan epikondilitis.

Penyakit kolagen : systemik lupus eritematosus, karditis rheumatik akut, dan sistemik

dermatomitosis (polymitosis).

Penyakit kulit : pemphigus, bullous dermatitis herpetiformis, eritema multiforme yang berat

(Stevens Johnson sindrom), eksfoliatif dermatitis, mikosis fungoides, psoriaris, dan dermatitis

seboroik .

Alergi : seasonal atau perenial rhinitis alergi, penyakit serum, asma bronkhial, reaksi hipersensitif

terhadap obat, dermatitis kontak dan dermatitis atopik.

Penyakit mata : corneal marginal alergi, herpes zooster opthalmikus, konjungtivitis alergi,

keratitis, chorioretinitis, neuritis optik, iritis, dan iridosiklitis.

Penyakit pernafasan : sarkoidosis simptomatik, pulmonary tuberkulosis pulminan atau diseminasi.

Kelainan darah : idiopatik purpura trombositopenia, trombositopenia sekunder pada orang

dewasa, anemia hemolitik, eritoblastopenia, hipolastik anemia kongenital.

Penyakit kanker (Neoplastic disease) : untuk terapi paliatif pada leukemia dan lympoma pada

orang dewasa, dan leukemia akut pada anak.

Edema : menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada syndrom nefrotik.

Gangguan saluran pencernaan : kolitis ulseratif dan regional enteritis.

Sistem syaraf : eksaserbasi akut pada mulitipel sklerosis.

Lain-lain : meningitis tuberkulosa.

.: KONTRA INDIKASI :.

Methylprednisolone dikontraindikasikan pada infeksi jamur sistemik dan pasien yang hipersentitif terhadap

komponen obat.

.: DOSIS :.

Dosis awal bervariasi antara 4–48 mg/hari tergantung pada jenis dan beratnya penyakit, serta respon

penderita. Bila telah diperoleh efek terapi yang memuaskan, dosis harus diturunkan sampai dosis efektif

minimal untuk pemeliharaan.

Pada situasi klinik yang memerlukan methylprednisolone dosis tinggi termasuk multiple sklerosis : 160

mg/hari selama 1 minggu, dilanjutkan menjadi 64 mg/hari selama 1 bulan menunjukkan hasil yang efektif.

Jika selama periode terapi yang dianggap wajar respon terapi yang diharapkan tidak tercapai, hentikan

pengobatan dan ganti dengan terapi yang sesuai. Setelah pemberian obat dalam jangka lama,

penghentian obat sebaiknya dilakukan secara bertahap. 

Pemberian obat secara ADT (Alternate-Day Therapy) : adalah rejimen dosis untuk 2 hari diberikan

langsung dalam 1 dosis tunggal pada pagi hari (obat diberikan tiap 2 hari sekali). Tujuan dari terapi ini

Page 18: CITICHOLINE OGB HJ.docx

meningkatkan farmakologi pasien terhadap pemberian dosis pengobatan jangka lama untuk mengurangi

efek-efek yang tidak diharapkan termasuk supresi adrenal pituitari, keadaan :”Cushingoid”, simptom

penurunan kortikoid dan supresi pertumbuhan pada anak.

Pada penderita usia lanjut : Pengobatan pada penderita usia lanjut, khususnya dengan jangka lama

harus direncanakan terlebih dahulu, mengingat resiko yang besar dari efek samping kortikosteroid pada

usia lanjut, khususnya osteoporosis, diabetes, hipertensi, rentan terhadap infeksi dan penipisan kulit.

Pada anak-anak : Dosis umum pada anak-anak harus didasarkan pada respon klinis dan kebijaksanaan

dari dokter klinis. Pengobatan harus dibatasi pada dosis minimum dengan periode yang pendek, jika

memungkinkan, pengobatan harus diberikan dalam dosis tunggal secara ADT.

.: EFEK SAMPING :.

Efek samping berikut adalah tipikal untuk semua kortikosteroid sistemik. Hal-hal yang tercantum di bawah

ini tidaklah menunjukkan bahwa kejadian yang spesifik telah diteliti dengan menggunakan formula khusus.

Gangguan pada cairan dan elektrolit : Retensi sodium, retensi cairan, gagal jantung kongestif,

kehilangan kalium pada pasien yang rentan, hipokalemia alkalosis, hipertensi.

Jaringan otot : steroid miopati, lemah otot, osteoporosis, nekrosis aseptik, keretakan tulang

belakang, keretakan pathologi.

Saluran pencernaan : ulserasi peptik dengan kemungkinan perforasi dan perdarahan, pankretitis,

ulserasi esofagitis, perforasi pada perut, perdarahan gastrik, kembung perut. Peningkatan Alanin

Transaminase (ALT, SGPT), Aspartat Transaminase (AST, SGOT), dan Alkaline Phosphatase telah

diteliti pada pengobatan dengan kortikosteroid. Perubahan ini biasanya kecil, tidak berhubungan

dengan gejala klinis lain, bersifat reversibel apabila pemberian obat dihentikan.

Dermatologi : mengganggu penyembuhan luka, menipiskan kulit yang rentan, petechiae,

ecchymosis, eritema pada wajah, banyak keringat.

Metabolisme : Keseimbangan nitrogen yang negatif sehubungan dengan katabolisme protein.

Urtikaria dan reaksi alergi lainnya, reaksi anafilaktik dan reaksi hipersensitif. dilaporkan pernah

terjadi pada pemberian oral maupun parenteral.

Neurologi : Peningkatan tekanan intrakranial, perubahan fisik, pseudotumor cerebri, dan epilepsi.

Endokrin : Menstruasi yang tidak teratur, terjadinya keadaan „cushingoid“, supresi pada pitutary-

adrenal axis, penurunan toleransi karbohidrat, timbulnya gejala diabetes mellitus laten,

peningkatan kebutuhan insulin atau hypoglikemia oral, menyebabkan diabetes, menghambat

pertumbuhan anak, tidak adanya respon adrenokortikoid sekunder dan pituitary, khususnya pada

saat stress atau trauma, dan sakit karena operasi.

Mata : Katarak posterior subkapsular, peningkatan tekanan intrakranial, glaukoma dan

eksophtalmus.

Sistem imun : Penutupan infeksi, infeksi laten menjadi aktif, infeksi oportunistik, reaksi

hipersensitif termasuk anafilaksis, dapat menekan reaksi pada test kulit.

.: PERINGATAN DAN PERHATIAN :.

Pemberian obat dalam jangka lama dapat menyebabkan katarak subkapsular, glaukoma, dan

sekunder infeksi okular yang berhubungan dengan jamur dan virus.

Pemberian methylprednisolone dosis tinggi dapat menyebabkan penurunan tekanan darah,

retensi garam dan air, peningkatan ekskresi kalium dan kalsium, serta menurunkan daya tahan

tubuh terhadap infeksi jamur, bakteri dan virus

Penderita yang mendapat terapi methylprednisolone jangan diberi vaksinasi cacar. Vaksinasi lain

Page 19: CITICHOLINE OGB HJ.docx

hendaknya tidak diberikan terutama pada pasien yang mendapat terapi methylprednisolone dosis

tinggi karena adanya kemungkinan bahaya dari komplikasi neurologik dan berkurangnya respon

antibodi.

Pemberian obat pada pasien tuberkulosa laten atau reaktivitas tuberkulin, harus disertai observasi

lanjutan karena kemungkinan terjadi reaktivasi dari penyakit tersebut. Selama terapi jangka

panjang, pasien harus diberi khemoprofilaksis.

Pemberian pada wanita hamil dan menyusui harus mempertimbangkan besarnya manfaat

dibandingkan resikonya.

Penggunaan pada penderita sirosis dan hipotiroid dapat meningkatkan efek kortikosteroid.

.: INTERAKSI OBAT :.

Pemberian methylprednisolone bersama siklosporin meningkatkan efek penghambatan

metabolisme dan terjadinya konvulsi pernah dilaporkan.

Obat-obat yang menginduksi enzim hepatik seperti phenobarbital, phenytoin, rifampicin, rifabutin,

Karbamazepin, Pirimidon, dan aminogluthetimid dapat meningkatkan klirens methylprednisolone

sehingga untuk mendapatkan respon obat yang diharapkan diperlukan peningkatan dosis.

Trolendomycin dan ketokonazole menghambat metabolisme methylprednisolone, sekaligus

menghambat klirensnya, akan tetapi pengukuran terhadap dosis harus dilakukan untuk

menghindari toksisitas steroid.

Methylprednisolone dapat meningkatkan klirens kronik aspirin dosis tinggi, sehingga menurunkan

kadar serum salisat.

Pemberian aspirin bersama kortikosteroid harus diawasi pada pasien hipoprothrombin.

Efek methylprednisolone terhadap antikoagulan bervariasi, umumya dapat menurunkan efek dari

antikoagulan.

Pernah dilaporkan steroid berinteraksi dengan bloking agen neuromuskular seperti pankuronium

dengan reversi parsial dari blok neuromuskular.

Steroid dapat mengurangi efek antikolinesterase pada myasthenia gravis. Efek yang diharapkan

dari senyawa hipoglikemik (termasuk insulin), anti hipertensi dan diuretik antagonis dengan

kortikosteroid dan efek hipokalemia dari acetazolamide, loop diuretic, thiazide diuretic dan

carbenoxolone menjadi meningkat.

.: LAIN-LAIN :.

Penyimpanan:

Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pada suhu 15 - 30oC

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Page 20: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Rp. 2.500,-   Diskon 0%

Rp. 2.500,- per- Tablet

ASPAR-KKOMPOSISI

K I-asparate 

INDIKASI

Suplemen vit K pada penyakit jantung : penyakit hati; tetraplegi periodik karena hipokalemia;

hipokalemia karena pemberian antihipertensi diuretik, steroid adrenokortikal, digitalis dan insulin;

gangguan metabolisme K lainnya (pra - dan pasca-operasi, diare, muntah) 

DOSIS

1 - 3 tablet 3 kali sehari atau lebih bila perlu

PEMBERIAN OBAT

Berikan sesudah makan

KONTRA INDIKASI

Gangguan ginjal berat, penyakit addison yang tidak diterapi, dehisrasi akut, hiperkalemia pada pasien

pemakai diuretik hemat K, pasiena yang hipersensitif terhadap komponen obat ini 

PERHATIAN

Asidosis sistemik, dehidrasi akut, disfungsi ginjal kronik. Jangan diberikan jika ada gangguan pasase Gl

karena mungkin terjadi tukak lambung dan usus 

EFEK SAMPING

Gangguan Gl, hiperkalemia 

INTERAKSI OBAT

Sediaan antialdosteron, triamteren 

KEMASAN

Tablet 300 mg x 100

PABRIK

Tanabe Inonesia

• HARGA BLM DISC: Rp. 2.500,-• DISC: 0%• HARGA: Rp. 2.500,-• STOK: 200 Tablet

Page 21: CITICHOLINE OGB HJ.docx

LASIX INJEKSI 20 MG/2 ML

Brand:: Sanofi Aventis

Product Code:: G

Komposisi: Furosemide

Indikasi: Tablet : edema jantung, ginjal, hati. Edema perifer karena obstruksi mekanis atau insufisiensi vena dan hipertensi. Ampul : terapi tambahan pada edema pulmonari akut. Digunakan jika ingin terjadi diuresis lebih cepat dan tidak mungkin diberi oral.

Dosis: Tablet : Untuk edema : Dewasa : 20-80 mg, dosis tunggal, dinaikkan secara perlahan sampai600 mg/hari (kecuali pada gagal ginjal berat). Anak : 1-2 mg/kg berat badan, dosis tunggal. Maksimal : 6 mg/kg berat badan. Untuk hipertensi : awal 80 mg/hari. Ampul : Untuk edema Dewasa : awal 20-40 mg IV/IM dosis tunggal. Anak : 1 mg/kg berat badan IM/IV. Maksimal : 6 mg/kg berat badan.

Pemberian Obat: Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.

Kontra Indikasi: Gangguan fungsi ginjal atau hati, anuria, koma hepatik, hipokalemia, hiponatremia, hipovolamia dengan atau tanpa hipotensi.

Perhatian: Hamil, laktasi, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan miksi, diabetes, gout.

Efek Samping: Kehilangan Ca, K, Na, gangguan GI, nefrokalsinosis pada bayi prematur, metabolik alkalosis, diabetes. Jarang : syok anafilaktik, depresi sumsum tulang, reaksi alergi, pankreatitis akut, gangguan pendengaran.

Interaksi Obat: Aminoglikosida, peningkatan ototoksisitas, sisplatin, sefaloridin, peningkatan nefrotoksisitas, penghambat ACE, penurunan TD secara tajam, efek antagonisme dengan imdometasin. Potensiasi efek dengan salisilat, teofilin, litium, relaksan otot. Hipokalemia dapat menimbulkan toksisitas

Page 22: CITICHOLINE OGB HJ.docx

digitalis.

FurosemidKomposisi :

Tablet 20 mg, 40 mg, 80 mg Solusi oral: 10 mg / ml, 40 mg / 5 ml. Injeksi: 10 mg / mlIndikasi: Pengobatan edema yang menyertai payah jantung kongestif, sirosis hati dan gangguan ginjal termasuk sindrom nefrotik. Pengobatan hipertensi, baik diberikan tunggal atau kombinasi dengan obat antihipertensi. Asites Hiperkaliemia Keracunan

Kontraindikasi: Defisiensi elektrolit Anuria Koma hepatik kehamilan muda Hipokalemia Terapi bersama litium Ibu menyusui: furosemide disekresi dalam ASI. Ibu menyusui harus menghindari menyusui saat mengambil furosemide.

Cara Kerja ObatFurosemid adalah diuretik kuat (air pil) yang digunakan untuk menghilangkan air dan garam dari tubuh. Di ginjal, garam (terdiri dari natrium dan klorida), air, dan molekul kecil lainnya yang biasanya akan disaring keluar dari darah dan masuk ke dalam tubulus ginjal. Akhirnya cairan yang disaring menjadi air seni. Sebagian besar natrium, klorida dan air yang disaring dari darah diserap ke dalam darah sebelum cairan disaring menjadi air kencing dan dihilangkan dari tubuh. Furosemide bekerja dengan menghalangi penyerapan natrium, klorida, dan air dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan yang mendalam output urin (diuresis).

Dosis:Awal tindakan setelah oral adalah dalam waktu satu jam, dan diuresis berlangsung sekitar 6-8 jam. Tindakan awal setelah injeksi adalah lima menit dan durasi diuresis adalah dua jam. Efek yang diuretik furosemide dapat menyebabkan penurunan natrium, klorida, tubuh air dan mineral lainnya. Oleh karena

Page 23: CITICHOLINE OGB HJ.docx

itu, berhati-hati pengawasan medis yang diperlukan selama perawatan. Furosemide disetujui FDA pada bulan Juli 1982. Cara terbaik adalah untuk mengambil obat ini di awal hari, sebelum 4-6, untuk mencegah harus bangun sepanjang malam untuk buang air kecil.

Dewasa: Dosis awal 20-80 mg oral sebagai dosis tunggal. Dosis yang sama atau peningkatan dosis dapat diberikan 6-8 jam kemudian. Dosis dapat ditingkatkan 20-40 mg setiap 6-8 jam sampai efek yang diinginkan terjadi. Dosis yang efektif dapat diberikan sekali atau dua kali sehari. Beberapa pasien mungkin memerlukan 600 mg setiap hari.

Anak-anak: Dosis oral awal adalah 2 mg / kg. Dosis awal dapat ditingkatkan dengan 1-2 mg / kg setiap 6 jam sampai efek yang diinginkan tercapai. Dosis lebih besar dari 6 mg / kg tidak dianjurkan. Dosis yang dianjurkan untuk mengobati hipertensi adalah 40 mg dua kali sehari.

Efek Samping: Efek samping yang umum dari furosemide termasuk tekanan darah rendah, dehidrasi dan elektrolit penipisan (misalnya, natrium, kalium). Efek samping yang kurang umum termasuk penyakit kuning, dering di telinga (tinnitus), kepekaan terhadap cahaya (ketakutan dipotret), ruam, pankreatitis, mual, diare, sakit perut, dan pusing. Peningkatan gula darah dan kadar asam urat juga dapat terjadi. Pusing, sakit kepala ringan, sakit kepala, penglihatan kabur, kehilangan nafsu makan, sakit perut, diare, atau konstipasi dapat terjadi karena tubuh menyesuaikan obat.

Kejang otot atau kelemahan, kebingungan, pusing berat, mengantuk, mulut kering yang tidak biasa atau haus, mual atau muntah, cepat / tidak beraturan detak jantung, penurunan yang tidak biasa jumlah urin, pingsan, kejang-kejang. Efek samping yang serius dapat terjadi seperti mati rasa / kesemutan dari lengan / kaki, dering di telinga, gangguan pendengaran, tanda-tanda infeksi (misalnya, demam, sakit tenggorokan persisten), mudah perdarahan atau memar, menguning mata / kulit . Serius reaksi alergi terhadap obat ini tidak mungkin, tetapi segera mencari bantuan medis jika terjadi. Gejala reaksi alergi yang serius termasuk: ruam, gatal, bengkak, pusing berat, sesak napas.

Interaksi obat: Cisapride Ethacrynic asam. Antibiotik aminoglikosida seperti (gentamisin, tobramisin) Amfoterisin B Cholestyramine Sisplatin

Page 24: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Colestipol Kortikosteroid (misalnya prednison) Digoxin Lithium Non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs seperti ibuprofen) Sucralfate.

Cara Penyimpanan: Furosemid harus disimpan pada suhu kamar dalam wadah tahan cahaya

JENIS CAIRAN INFUS DAN KEGUNAANNYAASERING

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam

berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

Na 130 mEq

K 4 mEq

Cl 109 mEq

Ca 3 mEq

Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami

gangguan hati

Page 25: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding

RL pada neonatus

Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan

isofluran

Mempunyai efek vasodilator

Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat

meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema

serebral

KA-EN 1B

Indikasi:

Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus

emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

< 24 jam pasca operasi

Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500

ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi:

Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan

kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral

terbatas

Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

Page 26: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3

Indikasi :

Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan

kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral

terbatas

Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

Mensuplai kalium 20 mEq/L

Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A

Indikasi :

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar

konsentrasi kalium serum normal

Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

Na 30 mEq/L

K 0 mEq/L

Cl 20 mEq/L

Laktat 10 mEq/L

Page 27: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B

Indikasi:

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia

Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

Na 30 mEq/L

K 8 mEq/L

Cl 28 mEq/L

Laktat 10 mEq/L

Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS

Indikasi:

Untuk resusitasi 

Kehilangan Na > Cl, misal diare

Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi

adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL

Page 28: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Indikasi:

Resusitasi

Suplai ion bikarbonat

Asidosis metabolik

MARTOS-10

Indikasi:

Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik

Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres

berat dan defisiensi protein

Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN

Indikasi:

Stres metabolik berat

Luka bakar

Infeksi berat

Kwasiokor

Pasca operasi

Total Parenteral Nutrition

Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

Page 29: CITICHOLINE OGB HJ.docx

AMINOVEL-600

Indikasi:

Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

Penderita GI yang dipuasakan

Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)

Stres metabolik sedang

Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G

Indikasi:

Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

Nitrisi dini pasca operasi

Tifoid

nifedipine 10 MgPenulis :  Raphael Kosasih Tanggal : 2014-05-15

Daftar isi

Indikasi dan kontraindikasi Efek samping Dosis

Page 30: CITICHOLINE OGB HJ.docx

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASIAdalat 10mg adalah obat yang mengandung zat aktifnifedipine. Nifedipine tergolong obat

penghambat kanal kalsium yang bekerja menurunkan tekanan darah arteri dengan cara melebarkan

pembuluh darah perifer.

Indikasi

Adalat dapat digunakan sendiri atau bersama dengan obat lain dalam mengontrol tekanan darah tinggi.

Adalat cocok untuk pasien tekanan darah tinggi yang memiliki gangguan pembuluh darah otak, pasien

dengan berat badan rendah, atau pasien yang menggunakan obat penurun tekanan darah lebih dari satu

jenis oleh karena pada keadaan tersebut direkomendasikan untuk titrasi dosis nifedipine. Pada pasien

yang mengalami efek samping terhadap obat yang mengandung nifedipine pengaturan dosis yang lebih

seksama perlu diperhatikan, untuk stabilisasi dosis dapat digunakan Adalat 10mg.

Kontraindikasi

Pasien dengan riwayat alergi terhadap Adalat atau obat yang mengandung nifedipin;

Pasien ibu hamil sebelum usia kehamilan 20 minggu dan ibu menyusui;

Pasien dalam keadaan syok kardiovaskuler;

Adalat tidak boleh digunakan bersamaan dengan rifampicin, misalnya pada pasien dalam pengobatan

tuberkulosis paru, karena dapat menurunkan efisiensi Adalat secara signifikan dalam menurunkan

tekanan darah;

Perlu diperhatikan penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat.

 

EFEK SAMPINGEfek samping utama penggunaan Adalat adalah hipotensi (keadaan tekanan darah rendah). hipotensi

dapat terjadi terutama pada titrasi awal atau pada saat dosis dinaikkan. Hipotensi lebih sering terjadi

pada pasien yang menggunakan obat golongan beta blocker, seperti propanolol, bisoprolol. Hipotensi

berat diketahui juga dapat terjadi pada pasien pengguna nifedipine yang menjalani operasi dengan obat

anti nyeri fentanyl, oleh karena itu penting bagi pasien untuk memberitahu pada dokter anestesi  bahwa

anda menggunakan nifedipine bila akan menjalani operasi.

Efek samping lainnya dapat berupa nyeri kepala, pusing berputar, sembelit, mual muntah, mulut kering.

Seperti obat pada umumnya Adalat dapat memberikan reaksi alergi yang ditandai kemerahan pada

kulit,bengkak, gatal-gatal. Segera hentikan penggunaan obat ini bila terjadi hal tersebut, bila reaksi alergi

semakin parah (pasien sesak napas, penurunan kesadaran), segera cari pertolongan dokter atau dibawa

ke rumah sakit.

Page 31: CITICHOLINE OGB HJ.docx

DOSISAdalat 10 mg tersedia dalam bentuk tablet, dapat digunakan tanpa tergantung waktu makan, penggunaan

dengan makanan akan memperpanjang waktu penyerapan obat tetapi tidak menurunkan penyerapan

obat. Konsumsi jus anggur tidak disarankan karena dapat menurunkan kinerja Adalat. Adalat tidak boleh

dikunyah.

Untuk mengontrol tekanan darah tinggi dapat digunakan Adalat 10mg satu sampai dua tablet sehari.

Dosis dapat dinaikkan sampai 60mg sehari bila diperlukan. Interval penggunaan Adalat adalah setiap 12

jam dan tidak boleh dibawah 4 jam. Pemberhentian penggunaan obat harus diatur perlahan atau dengan

konsultasi dokter, terutama dalam penggunaan dosis tinggi.

     

CEFTAZIDIME

.: KEMASAN & NO REG :.

Ceftazidime 1 gram injeksi ( 1 box berisi 2 vial serbuk injeksi @ 10 mL), No. Reg. : GKL0208505244A1.

.: INDIKASI :.

Untuk infeksi-infeksi berat sebagai berikut : Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh organisme yang peka

terhadap Ceftazidime : Septikaemia, bakteriemia, meningitis, pneumonia, bronkopneumonia, pleuritis,

empiema, abses paru, pielonefritis akut dan kronik, pielitis, prostatitis, kolesistitis, kolangitis, peritonitis,

abses intra abdominal, penyakit inflamasi panggul, osteomielitis, osteitis, artritis septik, abses ginjal,

selulitis, infeksi luka bakar.

.: DOSIS :.

Dewasa : 1- 6 gram/hari, dalam 2 – 3 dosis terbagi.

Bayi > 2 bulan dan anak-anak : 30 – 100 mg/kg BB/hari, dalam 2 – 3 dosis terbagi. Neonatus dan bayi < 2

bulan : 25 – 60 mg/kg BB/hari, dalam 2 dosis terbagi. Besarnya dosis dapat disesuaikan dengan jenis

infeksi, derajat infeksi, usia, berat badan, dan fungsi ginjal dari penderita. Pada penderita dengan

gangguan fungsi ginjal, dosis dapat disesuaikan dengan cara menurunkan dosis dan atau dengan

memperpanjang interval pemberian obat.

.: PERINGATAN DAN PERHATIAN :.

Jika reaksi alergi terhadap Ceftazidime, obat harus dihentikan. Pemberian pada wanita hamil dan menyusui

harus mempertimbangkan rasio manfaat dan resiko.

Penggunaan dosis tinggi harus diberikan dengan hati-hati pada penderita yang mendapat pengobatan

Page 32: CITICHOLINE OGB HJ.docx

bersama-sama dengan obat nefrotoksik (aminoglikosida), diuretik kuat karena dapat mempengaruhi fungsi

renal.

.: LAIN-LAIN :.

Penyimpanan:

Simpan pada suhu < 25oC, lindungi dari cahaya. Obat yang sudah dilarutkan sebaiknya digunakan segera.

Larutan ini boleh disimpan maksimum 8 jam pada suhu < 25oC atau 7 hari di dalam lemari es.

Kelebihan Ceftazidime :

Ceftazidime aktif terhadap bakteri gram negatif (termasuk Pseudomonas aeruginosa), gram positif

(termasuk Staphylococcus aureus), dan anaerob (Peptococcus sp., Peptostreptococcus sp.,

Propionibacterium sp., Clostridium sp.).

PAMOL 500 MG TAB

- TABLET ANALGESIK- ANTIPIRETIKInterbat

KOMPOSISI :PAMOL" SiropTiapsendoktakar(5ml)mengandung:Paracetamol     120 mgPAMOL* TabletTiap tablet mengandung:Paracetamol     500 mg

CARA KERJA OBAT:Paracetamol merupakan derivat para-aminofenol, bekerja sebagai analgesik dan antipiretik.

INDIKASI:Untuk meringankan:-     Rasa sakit atau nyeri, misalnya : sakit kepala, sakit gigi, sesudah pencabutan gigi, nyeri pada otot.-     Demam misalnya karena imunisasi.

KONTRA INDIKASI:-     Penderita yang hipersensitif terhadap Paracetamol.-     Gangguan fungsi hati berat.

EFEK SAMPING:-     Jarang terjadi, efek samping yang tidak spesifik pada pemakaian Paracetamol pernati dilaporkan.-     Mual, muntah, diare, diaforesis, pallor dan sakit perut.-     Pada dosis besar dan pemakaian lama dapat menyebabkan kerusakan hati.

PERINGATAN/PERHATIAN:-     Hati-hati bila digunakan pada pasien dengan penyakit ginjal menghilang, segera hubungi dokter atau Unit Pelayanan   Kesehatan.-     Penggunaan pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati.

INTERAKSI OBAT:-     Paracetamol memperkuat kerja vasopresin.-     Polysorbate mempercepat absorpsi Paracetamol.-     Paracetamol memperkuat efek beberapa obat antihipertensi dengan jalan menambah efek depresi susunan

Page 33: CITICHOLINE OGB HJ.docx

saraf pusat.-     Propantheline menghambat absorpsi Paracetamol.-     Metoclopramide mempercepat pengosongan lambung sehingga mgmpercepat absorpsi Paracetamol dengan demikian mempercepat efek analgesik.

ATURAN PAKAI:

PAMOL* SiropDibawah 1 tahun       :     1/2-1 sendok takar, 3 kaii sehari.1-5tahun                   :     1-2   sendok takar, 3 kali sehari.6-12tahun                 :     2-4   sendok takar, 3 kali sehari.1 sendoktakar = 5 ml.

Atau menurut petunjuk dokter.PAMOL'TabletDewasa     :     1-2   tablet, 3-4 kali sehari.6-12 tahun :     1/2-1 tablet, 3-4 kali sehari.Atau menurut petunjuk dokter.

AntasidaPenulis :  Felix Chikita Fredy Tanggal : 2013-12-27

Daftar isi

Indikasi dan kontraindikasi Efek samping Dosis

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASIAntasida adalah sebutan untuk golongan obat yang diindikasikan mengobati sakit maag. Pada penderita

sakit maag, terjadi peningkatan asam lambung dan luka pada lambung. Hal tersebut yang sering kali

menyebabkan rasa nyeri ulu hati, rasa terbakan di dada, perut terasa penuh, mual, banyak bersendawa

ataupun buang gas.

Di dalam lambung, antasida akan bereaksi dengna asam lambung dan menetralisasi asam tersebut.

Antasida sebaiknya diminum sebelum makan sehingga saat makan, keluhan mual penderita telah

berkurang. Dua obat antasida yang sering digunakan ialah aluminium hidroksidan dan magnesium

hidroksida. Kedua obat ini dapat berdiri sendiri atau sering ditemukan dalam bentuk campuran keduanya.

Page 34: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Antasida termasuk ke dalam obat maag yang paling dasar dan cocok untuk maag yang tidak berat. Obat

maag bebas yang dapat dibeli di apotek ataupun warung sebagian besar merupakan antasida. Pada

beberapa kondisi berikut antasida sebaiknya tidak diberikan, yakni:

1. Gagal ginjal;

2. Ketidakseimbangan elektrolit/ion tubuh;

3. Adanya gejala radang usus buntu;

4. Pada pasien pascaoperasi perut;

5. Gangguan listrik jantung yang berat;

6. Nyeri perut tanpa sebab yang jelas.

 

EFEK SAMPINGAntasida termasuk obat yang aman. Efek samping yang ditimbulkan sangat jarang ditemukan. Adapun

efek samping tersebut ialah:

1. Tekanan darah rendah;

2. Penekanan proses bernapas;

3. Diare ;

4. Kram perut;

5. Gangguan keseimbangan elektrolit/ion tubuh;

6. Rasa lemas otot.

 

DOSISAntasida adalah obat maag yang paling sering dikonsumsi di Indonesia. Antasida tersedia dalam sediaan

sirup maupun tablet. Antasida juga tersedia sebagai obat generik maupun obat paten.

Magnesium hidroksida dalam bentuk tablet tersedia dalam ukuran dosis 311 mg, sedangkan dalam

bentuk sirup tersedia dalam ukuran dosis 400 mg/5 ml, 800 mg/5 ml, dan 2400 ml/10 ml. Antasida

lainnya, yakni aluminium hidroksida, dalam bentuk tablet tersedia dalam ukuran dosis 80 mg, sedangkan

dalam bentuk sirup tersedia dalam ukuran 320 mg/5 ml. Magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida

tersebut sering ditemukan dalam bentuk tablet maupun sirup campuran keduanya.

Dosis untuk sakit maag ialah 2-4 tablet magnesium hidroksida sehari, atau 5-15 ml sirup magnesium

hidroksida sehari terbagi dalam 3-4 kali minum, atau 5-30 ml aluminium hidroksida sehari terbagi dalam 3

kali minum.

IbuprofenPenulis :  Natharina Yolanda Tanggal : 2013-12-27

Daftar isi

Page 35: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Indikasi dan kontraindikasi

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASIIbuprofen adalah salah satu jenis anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang diindikasikan untuk meredakan

nyeri ringan sampai sedang, nyeri setelah operasi, nyeri pada penyakit sendi (seperti pengapuran sendi

atau rematik), nyeri otot, nyeri haid, serta menurunkan demam. Ibuprofen juga memiliki efek anti-radang

dan anti-pembekuan darah yang lemah.

Kontraindikasi absolut atau orang yang tidak dapat menggunakan ibuprofen adalah orang yang alergi

terhadap obat anti-inflamasi non–steroid (AINS) seperti aspirin. Kontraindikasi relatif antara lain

gangguan perdarahan, luka pada lambung/usus 12 jari, sariawan, penyakit lupus, kolitis ulseratif, dan

wanita hamil trimester 3 (karena dapat menyebabkan penutupan prematur pembuluh darah jantung).

Orang yang mengalami asma, radang mukosa hidung, atau biduran jika menggunakan aspirin atau obat

AINS lain sebaiknya tidak menggunakan ibuprofen. Hindari penggunaan pada penderita gangguan hati

berat dan gangguan ginjal. 

EFEK SAMPING 

Efek samping yang paling sering timbul (1 – 10%) adalah mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri perut

atau rasa terbakar pada perut bagian atas, ruam kulit, penurunan kadar trombosit, penurunan kadar

limfosit darah, dan gangguan penglihatan. Efek samping yang lebih jarang adalah luka pada

kerongkongan, gagal jantung, penyempitan saluran napas, gangguan ginjal, reaksi alergi kulit berat, dan

peningkatan kadar kalium darah. Ibuprofen dapat mencetuskan serangan asma yang pada sebagian kecil

orang dapat berakibat fatal.

Penggunaan ibuprofren jangka panjang dan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kematian jaringan

ginjal, tekanan darah tinggi, dan serangan jantung. Penderita yang berisiko besar mengalami hal tersebut

adalah penderita lanjut usia, kekurangan cairan, mengalami gagal jantung atau gangguan hati.

Gejala overdosis ibuprofen antara lain nyeri perut, muntah, mengantuk, sakit kepala, terlinga berdenging,

perdarahan saluran cerna, gangguan fungsi hati, gagal ginjal, dan koma.

DOSIS

Dosis dewasa: 3 – 4 x 200 – 400 mg per hari.

Dosis anak: 20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi.

Page 36: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Efek ibuprofen timbul 30 – 60 menit setelah dikonsumsi dan bertahan selama 4 – 8 jam. Dosis maksimal

ibuprofen adalah 1200 mg/hari. Dosis maksimal pada anak dengan berat badan < 30 kg adalah 500

mg/hari. Ibuprofen lebih baik diminum segera setelah makan.

PHENYTOIN IKAPHARMINDO 200 MG AMP 2 ML

Brand:: Ikapharmindo

Product Code:: G

Komposisi: Phenytoin Na

Indikasi: Status epileptik; kejang pada prosedur bedah saraf

Dosis: Status epileptik : 150-250 mg secara IV lambat (dengan kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit), bila dilanjutkan dengan 100-150 mg 30 menit kemudian. Pencegahan kejang selama prosedur bedah saraf : 100-200 mg IV dengan interval 4 jam selama pembedahan, dan dilanjutkan pasca operasi

Pemberian Obat: Berikan sesudah makan. Pada pasien yang mendapat makanan via pipa nasogastrik atau makanan enteral lainnya, pemberian obat harus konsisten - dalam hubungannya dengan waktu makan - selama terapi. Telan utuh, jangan dibuka/dikunyah/dihancurkan. Jangan mengganti/menukar dosis atau jenis obat tanpa pertimbangan terlebih dahulu

Kontra Indikasi: Pemberian IV pada bradikardi sinus

Perhatian: Gangguan fungsi hati, diskrasia darah, pasien DM. Hindari penghentian terapi secara mendadak. Tidak diindikasikan untuk kejang karena hipoglikemia atau yang tidak jelas penyebabnya. Hamil, laktasi

Page 37: CITICHOLINE OGB HJ.docx

Efek Samping: Nistagmus, ataksia, bicara kasar, bingung, pusing, hiperplasia gingival, hirsutism, ruam seperti morbili, ricketsia, ostemalasia, SLE, leukopenia, trombositopenia, pansitopenia, granulositopenia

Interaksi Obat: Kadar dalam serum meningkat oleh amiodaron, kloramfenikol, klordiazepoksid, diazepam, dikumarol, disulfiram, halotan, INH, metilfenidat, fenilbutazon, fenotiazin, salisilat, etosuksimid, sulfonamid, tolbutamid, trazodon, estrogen, antagonis H2, asupan alkohol akut. Kadar dalam serum berkurang oleh karbamazepin, penyalahgunaan alkohol kronik, reserpin, dan sukralfat. Phenobarb, Na valproat, asam valproat dapat meningkatkan atau menurunkan kadar fenitoin serum. Dapat mengganggu efikasi kortikosteroid, antikoagulan kumarin, digitoksin, doksisiklin, furosemid, simetidin, rifamfisin, teofilin, estrogen, kontrasepsi oral, vitamin D

Kemasan: Ampul 200 mg/2 mL x 10

Anda di siniDepan » IRBESARTAN

IRBESARTANIndikasi: 

Hipertensi, untuk menurunkan albuminurea mikro dan makro pada pasien hipertensi dengan

diabetes mellitus tipe II yang mengalami netropatiKombinasi dengan HCT: untuk pasien

hipertensi dimana tekanan darahnya tidak dapat terkontrol dengan irbesartan atau HCT

tunggal.

Peringatan: 

lihat keterangan di atas; deplesi volume intravaskular, hipertensi renovaskular, gangguan

fungsi ginjal dan transplantasi ginjal, hipertensi pada pasien diabetes mellitus tipe II dengan

gangguan ginjal, hiperkalemia. Kombinasi dengan HCT (keterangan lihat HCT)

Interaksi: 

obat diuretika dan antihipertensi lain, suplemen kalium dan diuretika hemat kalium,

AINS.Pemberian bersamaan litium dengan angiotensin converting enzyme inhibitor dapat

meningkatkan serum litium yang reversible dan toksisitasnya.Obat-obatan yang dapat

mempengaruhi kalium: kaliuretik diuretika lain, laksatif, amfotericin, karbenoksolon,

penisilin G natrium, derivat asam salisilat.Obat-obatan yang dipengaruhi oleh gangguan

serum kalium: glikosida digitalis dan antiaritmia. Kombinasi dengan HCT (keterangan lihat

HCT).

Kontraindikasi: 

Page 38: CITICHOLINE OGB HJ.docx

lihat keterangan di atas; hamil (lihat lampiran 2) dan menyusui (lihat lampiran 4). Kombinasi

dengan HCT (lihat keterangan HCT)

Efek Samping: 

lihat keterangan di atas; mual, muntah, lelah, nyeri pada otot; tidak terlalu sering: diare,

dispepsia, kemerahan, takikardia, batuk, disfungsi seksual; jarang: ruam, urtikaria; sangat

jarang: sakit kepala, mialgia, arthalgia, telinga berdenging, gangguan pencecap, hepatitis,

disfungsi ginjal.Kombinasi dengan HCT (keterangan lihat HCT).

Dosis: 

Hipertensi, dosis awal 150 mg sehari sekali, jika perlu dapat ditingkatkan hingga 300 mg

sehari sekali. Pada pasien hemodialisis atau usia lanjut lebih dari 75 tahun, dosis awal 75

mg/hari dapat digunakan. Hipertensi pada pasien diabetes mellitus tipe II, dosis awal 150

mg sehari sekali dan dapat ditingkatkan hingga 300 mg sehari sekali sebagai dosis

penunjang untuk pengobatan penyakit ginjal, pada pasien hemodialisis atau lansia di atas

75 tahun, dosis awal 75 mg sehari sekali.

Kombinasi Irbesartan/HCT 150mg/12.5 mg digunakan pada pasien hipertensi dimana

tekanan darahnya tidak dapat terkontrol dengan Irbesartan 150 mg atau

hidroklorotiazid tunggal.

Kombinasi Irbesartan/HCT 300mg/12.5 mg digunakan pada pasien hipertensi dimana

tekanan darahnya tidak dapat terkontrol dengan Irbesartan 300 mg atau

Irbesartan/HCT 150mg/12.5 mg.

Dosis yang lebih tinggi dari irbesartan 300m /25 mg HCT sehari sekali tidak dianjurkan.