Upload
raniaadrieza
View
199
Download
34
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan prakikum mikrobiologi 2015
Citation preview
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
CIRI-CIRI FISIOLOGIS
NAMA : HIDAYATUN NISA 260110140118
GIOVANI WIJONARKO 260110140119
RINDITA AULIA L. 260110140120
RANIA ADRIEZA 260110140121
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS/01 OKTOBER 2015
ASISTEN :1. SAIFUL ISLAM ROBBANI
2. MYRA VANIA
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
I. Tujuan
Mengamati secara langsung atau tidak langsung produk kegiatan
enzimatik.
II. Prinsip
1. Uji Biokimia
Uji biokimia merupakan salah uji yang digunakan untuk
menentukan spesies kuman yang tidak diketahui sebelumnya. Setiap
kuman memiliki sifat biokimia yang berbeda sehingga tahapan uji
biokimia ini sangat membantu proses identifikasi. Setelah sampel
diinokulasikan pada media differensial atau selektif, kemudian koloni
kuman diinokulasikan pada media uji biokimia. Ada 12 jenis uji yang
sering digunakan dalam uji biokimia walaupun sebenarnya masih banyak
lagi media yang dapat digunakan (Adam, 2001).
2. Sifat Fisiologis Bakteri
Bakteri merupakan organisme bersel tunggal dan mampu
bereproduksi sendiri. Bakteri tidak memiliki inti sel. Bakteri terdiri dari
sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku terbuat dari
peptidoglikan, didalam sitoplasma terdapat materi genetik (Waluyo, 2007).
3. Inkubasi
Inkubasi yaitu perlakuan terhadap bakteri yang dilakukan pada
suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri (350C – 37
0C)dan kelembapan
udara yang mengandung CO2 sekitar 3 – 5% (Pelczar, 1986).
4. Teknik Aseptis
Teknik aseptis adalah suatu metode dalam memindahkan atau
mentransfer kultur bakteri dari satu tempat ke tempat lain agar tidak terjadi
kontaminasi oleh mikroba lain dalam medium kultur (Curtis, 1999).
5. Uji Gula-gula
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kuman memfermentasi
masing-masing gula diatas membentuk asam. Media gula-gula ini terpisah
dalam 5 tabung yang berbeda dan media yang digunakan adalah masing-
masing gula dengan konsentrasi 1% dalam pepton. Masing-masing gula
gula ditambahkan indikator phenol red (Adam,2001).
6. Uji TSIA
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan kuman
untuk memfermentasikan karbohidrat. Pada media TSIA berisi 3 macam
karbohidrat yaitu glukosa, laktosa dan sukrosa. Indikatornya adalah phenol
red yang menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi
kuning dalam suasana asam. Glukosa berada di dasar media sedangkan
laktosa dan sukrosa berada di bagian lereng (Buchanan, 2003).
III. Teori Dasar
Karakterisasi dan klasifikasi sebagian besar mikrobia seperti
bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia. Reaksi-reaksi
dalam sel akan teridentifikasi dengan melakukan pengujian-pengujian
tertentu. Sel akan memberikan respon sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, misalnya menghasilkan enzim katalase, enzim gelatinase atau
kemampuan untuk menghidrolisis lemak (Pelczar dan Chan, 1986).
Uji fisiologis biasanya identik dengan uji biokimia. Uji-uji
biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau
mikroorganisme yaitu antara lan uji koagulase, uji katalase, uji nitrit,
hidrolisis gelatin, uji hidrogen sulfida (H2S) dan lain-lain. Pengujian
biokimia merupakan salah satu hal yang sangat penting di dalam dunia
mikrobiologi (Lim, 1998).
Kebanyakan bakteri aerobik dan anaerobik fakultatif akan
memproduksi hidrogen peroksida yang bersifat toksik terhadap bakteri yang
masih hidup. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sejumlah bakteri
mampu menghasilkan enzim katalase yang memecah H2O2 menjadi air dan
oksigen sehingga sifat toksiknya hilang (Pelczar dan Chan, 1986).
Uji Voges Proskouer (VP) menunjukkan positif setelah ditetesi
beberapa reagen apabila saat diamati adanya perubahan warna larutan dari
kuning menjadi merah tua yang menunjukkan adanya kandungan asetoin
yang diproduksi oleh bakteri dalam larutan (Dewi, 2013).
Mannitol salt agar (MSA) merupakan media selektif dan media
diferensial (Sharp, 2006). Penanaman dilakukan dengan cara satu usa biakan
diambil dari media pepton, dan diusapkan pada 0 media MSA, kemudian
diinkubasi pada 37 C selama 24 jam (Lay, 1994).
Tujuan dari uji katalase adalah untuk mengetahui sifat bakteri
dalam menghasilkan enzim katalase. Sedangkan uji gula bertujuan untuk
mendeterminasi kemampuan bakteri dalam mendegradasi gula dan
menghasilkan asam organik yang berasal dari tiaptiap jenis gula, yaitu
glukosa, sukrosa, maltosa, arabinosa, manitol dan inositol (Kismiyati dkk.,
2009).
Medium selektif yang dapat digunakan untuk
mengisolasi E.coli misalnya DHSL (Desoxycholate Hydrogen Sulfide
Lactose) agar atau Macconkey Agar. Koloni E.coli pada DHSL
danMac conkey Agar berwarna merah dan dikelilingi oleh areal yang
menunjukkan pengendapan. E.coliakan menfermentasi laktosa di dalam
medium menjadi asam, sehingga mengakibatkan terjadinya pengendapan
dan penyerapan indikator merah netral (Fardiaz, 1992).
IV. Alat, Bahan, dan Gambar Alat
1. Alat :
a. Kapas
b. Korek api
c. Ose Bulat
d. Ose Lurus
e. Pembakar Spirtus
f. Rak Tabung Reaksi
g. Tabung Reaksi
2. Bahan :
a. Media Bakteri
b. Reagen Alfa Naftol
c. Reagen Kalium Hidroksida
d. Reagen Kovac
e. Suspensi Bakteri
3. Gambar Alat
a. kapas
b. korek api
c. ose bulat
d. ose lurus
e. pembakar spritus
f. rak tabung reaksi
g. Tabung reaksi
V. Prosedur
1. Uji Motil
Ose lurus difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada
tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu
kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu ose lurus
ditusukkan pada media dalam tabung reaksi yang sebeumnya jiga sudah
difiksasi. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diamati apakah bakteri tersebut
melakukan pertumbuhan atau tidak yang ditandai dengan adanya tanda
zigzag pada media yang sudah ditusukkan.
2. Uji Karbohidrat (Glukosa, Laktosa, Mannosa, Maltosa, Sakarosa)
Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada
tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu
kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung
reaksi dan kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media bakteri
diaduk dengan menggunakan ose. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diamati
apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak yang ditandai
adanya gelembung gas pada tabung kecil.
3. Uji Indol
Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada
tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu
kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung
reaksi dan kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media bakteri
diaduk dengan menggunakan ose. Didiamkan sekitar 24 jam lalu
ditambahkan dengan reagen Kovac sekitar 3 tetes kemudian diamati
apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak. Yang ditandai
dengan adanya gelembung gas di atas permukaan media.
4. Uji H2S
Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada
tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu
kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung
reaksi dan kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media agar
miring untuk bakteri diberi olesan dengan pola zigzag dengan ose yang
sudah terdapat suspensi bakteri. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diamati
apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak. Yang ditandai
dengan adanya plumbum sulfide yang berwarna hitam.
5. Uji M. Red
Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada
tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu
kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung
reaksi dan kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media bakteri
diaduk secara perlahan dengan menggunakan ose yang sudah terdapat
suspensi bakteri. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diteteskan dengan reagen
metil merah sekitar 3 tetes kemudian diamati apakah bakteri tersebut
melakukan pertumbuhan atau tidak ditandai dengan perubahan warna
menjadi merah.
6. Uji V.pros
Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada
tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu
kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung
reaksi dan kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media bakteri
diaduk secara perlahan dengan menggunakan ose yang sudah terdapat
suspensi bakteri. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diteteskan dengan reagen
KOH dan Alfa Naftol sekitar 10 tetes kemudian diamati apakah bakteri
tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak ditandai dengan perubahan
warna menjadi kehitaman di permukaan media.
7. Uji Sitrat
Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada
tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu
kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung
reaksi dan kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media agar
miring untuk bakteri diberi olesan dengan pola zigzag dengan ose yang
sudah terdapat suspensi bakteri. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diamati
apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak ditandai
dengan perubahan warna menjadi biru
VI. Data Pengamatan
Perlakuan Sebelum Sesudah Ket
Suspensi pada ose
lurus ditusukkan
pada media dalam
tabung reaksi lalu
didiamkan sekitar
24 jam
Motil (+)
Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkan dalam
tabung reaksi
kemudian media
diaduk
menggunakan ose
secara perlahan lalu
didiamkan
Glukosa (-)
Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkan dalam
tabung reaksi
kemudian media
diaduk
menggunakan ose
Laktosa
(+g)
secara perlahan lalu
didiamkan
Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkan dalam
tabung reaksi
kemudian media
diaduk
menggunakan ose
secara perlahan lalu
didiamkan
Mannosa
(+g)
Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkan dalam
tabung reaksi
kemudian media
diaduk
menggunakan ose
secara perlahan lalu
didiamkan
Maltosa
(+g)
Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkan dalam
Sakarosa
(+g)
tabung reaksi
kemudian media
diaduk
menggunakan ose
secara perlahan lalu
didiamkan
Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkan dalam
tabung reaksi
kemudian media
diaduk
menggunakan ose
secara perlahan lalu
didiamkan sekitar
18-24 jam lalu
diteteskan pereaksi
kovac
Indol (-)
Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkandalam
tabung reaksi lalu
dibuat pola zigzag
pada agar miring
tersebut lalu
didiamkan
H2S (+)
Suspensi bakteri
pada ose bulat
Urea (-)
dimasukkan dalam
tabung reaksi
kemudian media
diaduk
menggunakan ose
secara perlahan lalu
didiamkan
Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkan dalam
tabung reaksi lalu
ose diputar secara
perlahan lalu
didiamkan sekitar
18-24 jam
kemudian
ditambahkan
pereaksi
M. Red
M. Red (+)
Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkan dalam
tabung reaksi lalu
ose diputar secara
perlahan lalu
didiamkan sekitar
24 jam kemudian
ditambahkan
pereaksi KOH dan
V. Pros (-)
alfa naftol
Suspensi bakteri
pada ose bulat
dimasukkandalam
tabung reaksi lalu
dibuat pola zigzag
pada agar miring
tersebut lalu
didiamkan
Sitrat (+)
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk mengetahui
ciri-ciri fisiologis bakteri dengan tujuan mengamati secara langsung atau
tidak langsung produk kegiatan enzimatik bakteri. Praktikum ini dilakukan
berdasarkan prinsip pertumbuhan bakteri, sifat fisiologis bakteri, inkubasi,
dan teknik aseptis. Karakterisasi dan klasifikasi sebagian besar mikroba
seperti bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia.
Mikroba dapat tumbuh pada beberapa tipe media, memproduksi tipe
metabolit tertentu yang dideteksi dengan interaksi mikroba dengan reagen
test yang menghasilkan warna reagen. Reaksi-reaksi dalam sel akan
teridentifikasi dengan melakukan pengujian-pengujian tertentu. Sel akan
memberikan respon sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya,
misalnya menghasilkan enzim katalase, enzim gelatinase, atau kemampuan
untuk menghidrolisis lemak (Pelczar, 1986).
Ciri fisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yang amat
penting dalam identifikasi spesimen bakteri yang tidak dikenal karena
secara morfologis biakan atau pun sel bakteri yang berbeda dapat tampak
serupa. Tanpa hasil pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organik
yang diperiksa, maka penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan.
Karakteristik dan klasifikasi sebagian mikroba seperti bakteri berdasarkan
pada reaksi enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada
beberapa tipe media, memproduksi tipe metabolit tentunya, yang dideteksi
dengan interaksi mikroba dengan reagen test yang mana menghasilkan
perubahan warna reagen (Murray, 2005). Uji-uji biokimia yang biasanya
dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorganisme antara lain
adalah uji katalase, hidrolisis gelatin, uji Oxidatif/Fermentatif, uji Motilitas,
dan uji Oksidase (Dwidjoseputro, 1994).
Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa uji fisiologi, di
antaranya uji motilitas, uji fermentasi glukosa, uji indol, uji H2S, Uji MR-
VP, uji urea, dan uji simons sitrat. Pada setiap kali penanaman bakteri pada
media, ose yang digunakan selalu difiksasi sebelum dan sesudahnya. Hal ini
dilakukan agar terhindar dari kontaminan mikroorganisme lain sehingga
bakteri yang ditanam dalam media benar-benar bakteri yang ada dalam
suspensi. Saat pengambilan sampel, ose yang digunakan harus dalam
keadaan sudah dingin sehingga bakteri yang akan diidentifikasi tidak dalam
keadaan mati, dan pengambilan juga harus didekatkan dengan api agar
sampel tidak terkontaminasi dengan bakteri lain selain yang ada dalam
sampel uji tersebut. Pada semua uji digunakan ose yang berbentuk bulat
kecuali pada saat uji motilitas, karena pada saat uji motilitas digunakan ose
yang berbentuk lurus. Setelah penanaman bakteri dilakukan, maka
selanjutnya dilakukan inkubasi selama satu hari, kemudian dilakukan
pengamatan.
Uji motilitas dilakukan untuk mengetahui pergerakan bakteri.
Menurut Volk (1988), kemampuan suatu organisme untuk bergerak
sendiri disebut motilitas. Hampir semua sel bakteri spiral dan sebagian dari
sel bakteri basil bersifat motil, sedangkan bakteri yang berbentuk kokus
bersifat immotil. Sifat ini diakibatkan oleh adanya alat motor cambuk yang
disebut flagela sehingga sel bakteri dapat berenang di dalam lingkungan air.
Oleh karena itu, pengujian ini dapat dijadikan acuan untuk dibandingkan
dengan suatu sifat bakteri berdasarkan literatur. Motilitas sebagian besar
jenis bakteri motil pada suhu relatif rendah 15-25˚C dan mungkin tidak
motil pada suhu 37˚C. Beberapa bakteri dapat melakukan gerakan meluncur
yang sangat mulus yang hanya terjadi jika bersentuhan dengan benda padat.
Kebanyakan bakteri yang motil dapat mendekati atau menjauhi berbagai
senyawa kimia yang disebut kemotaksis. Pada uji motilitas ini berdasarkan
sifatnya terbagi menjadi dua: sifat motil dan non motil. Uji motilitas ini
dilakukan pada media setengah padat berupa agar tegak yang terbuat dari
lacto agar. Untuk uji motil ini, jika hasil yang didapat positif, maka akan
terlihat putih-putih pada media yang berdasarkan sifatnya untuk motil akan
menyebar tidak hanya pada daerah yang ditusuk, sedangkan non motil
hanya pada daerah tusukan saja. Setelah dilakukan pengamatan, diperoleh
hasil dimana agar lacto terdapat gelembung-gelembung pada daerah
tusukan. Hal ini menunjukkan bahwa pada uji motilitas diperoleh hasil yang
positif, yaitu bakteri yang teridentifikasi bersifat non motil sesuai dengan
sifat S.aureus sebagai bakteri yang diuji.
Selanjutnya, dilakukan uji fermentasi karbohidrat dengan
menggunakan tabung durham yang diletakkan terbalik dalam tabung reaksi
yang berisi kaldu glukosa dengan indikator fenol merah. Uji ini dapat
dilakukan dalam pencirian suatu bakteri karena tiap bakteri ada yang bisa
memfermentasikan semua bentuk karbohidrat atau hanya dua diantaranya
atau juga bisa satu bahkan ada juga yang tidak bisa memfermentasikan
glukosa, laktosa, manosa, maltosa, dan sakarosa. Fungsi tabung durham
yang dipasang terbalik ini untuk melihat apakah ada gas yang terbentuk atau
tidak. Untuk uji fermentasi glukosa ini digunakan 5 tabung reaksi yang
berisi jenis karbohidrat yang berbeda, yaitu glukosa, laktosa, mannosa,
maltosa, dan sakarosa. Menurut Lay (1994), dalam proses fermentasi,
bakteri yang ditumbuhkan dalam media cair yang mengandung karbohidrat,
maka hasil fermentasi berupa asam. Asam yang dihasilkan akan
menurunkan pH media biakan. Pembentukkan asam laktat akan ditandai
oleh perubahan warna media menjadi kuning, perubahan warna dengan
diikuti terbentuknya gas pada tabung durham merupakan fermentasi asam
campuran dan fermentasi tanpa adanya perubahan warna tetapi terbentuk
gas pada tabung durham menandakan terjadinya fermentasi alkohol. Pada
uji karbohidrat ini terdapat bakteri yang menghasilkan gas dan bakteri yang
tidak menghasilkan gas. Jika bakteri tersebut dapat menghasilkan gas, maka
dalam tabung durham yang diletakkan terbalik di dalam tabung media akan
terlihat gelembung yang berarti dari fermentasi tersebut terbentuk pula gas.
Setelah dilakukan pengamatan, diperoleh hasil negatif untuk glukosa dan
hasil yang positif untuk laktosa, mannosa, maltosa, dan sakarosa. Hasil
negatif dari glukosa ditunjukkan dengan tidak terjadinya perubahan pada
media setelah dilakukan inkubasi selama 1 hari. Media uji glukosa tetap
berwarna merah dan tidak terbentuk gas. Hal ini menunjukkan bahwa
bakteri yang teridentifikasi tidak dapat memfermentasi glukosa. Hal ini
tidak sesuai dengan S. aureus yang dapat memfermentasikan glukosa. Hasil
positif dari laktosa, mannosa, maltosa, dan sakarosa ditunjukkan dengan
berubahnya warna dari merah ke kuning pada media dan terbentuknya
gelembung gas. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang teridentifikasi
dapat memfermentasi laktosa, mannosa, maltosa, dan sakarosa. Tetapi hasil
ini tidak sesuai dengan S. aureus yang seharusnya negatif perubahan warna
maupun gelembung gas pada laktosa dan negatif gelembung pada mannosa,
maltosa, dan sakarosa.
Selanjutnya uji yang dilakukan adalah indol. Uji indol digunakan
untuk mengetahui apakah kuman mempunyai enzim triptophanase sehingga
kuman tersebut mampu mengoksidasi asam amino triptophan membentuk
indol. Adanya indol dapat diketahui dengan penambahan reagen
Ehrlich/Kovac’s yang berisi paradimetil amino bensaldehid (Cowan, 2007).
Didapatkan hasil yang negatif yang berarti tidak terbentuk lapisan cincin
berwarna merah pada permukaan biakan, artinya S. aureus tidak mempunyai
enzim triptophanase karena tidak membentuk indol dari triptophan sebagai
sumber karbon. Enzim yang berperan dalam proses ini adalah triptonase.
Produk metabolit 31 triptofan adalah indol, asam piruvat, dan ammonia.
Keberadaan indol dideteksi dengan reagen kovac dan terbentuknya warna
merah (Waluyo, 2007).
Setelah itu dilakukan uji H2S. Uji produksi H2S dilakukan untuk
mengetahui apakah bakteri mampu memecah asam amino yang
mengandung sulfur. Hasil positif ditandai dengan adanya endapan berwarna
hitam disekitar tusukan. Reaksinya yaitu:
Sisitein H2S + Asam α-amino Aklirat Asam Amino H2O Asam Piruvat
(Cappuccino & Sherman, 2005).
Didapatkan hasil yang positif saat mereaksikan bakteri S. aureus
dengan larutan H2S. Seharusnya reaksi ini negatif karena S. aureus tidak
dapat memecah asam amino yang mengandung sulfur, kesalahan ini dapat
terjadi akibat proses fiksasi yang kurang benar sehingga terdapat
kontaminan.
Selanjutnya dilakukan uji urea/ urenase. Tujuan dari uji ini adalah
untuk mengetahui apakah kuman mempunyai enzim urease yang dapat
menguraikan urea membentuk amoniak. Media urea berisi indikator phenol
red. Hasil yang didapatkan dari uji ini adalah negatif yaitu tidak terjadi
perubahan warna media menjadi pink/merah jambu yang berarti S. aureus
tidak dapat memecah urea dan membentuk amoniak (Lim, 2006).
Kemudian dilakukan uji metil red. Prinsip Uji MR (Methyl Red),
yaitu pH indikator akan mendeteksi adanya konsentrasi produk akhir asam
dalam jumlah tinggi, pH asam rendah stabil dan dipelihara oleh S. aureus
pada akhir inkubasi. Seharusnya hasil menunjukkan negatif dikarenakan
tidak terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan
methyl red 1%. Artinya bakteri S. aureus tidak menghasilkan asam
campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung
dalam media MR (Cowan, 2007). Namun, penyimpangan tersebut dapat
diakibatkan oleh proses fiksasi yang kurang benar sehingga terdapat
kontaminan.
Selanjutnya dilakukan uji VP (Voges Proskauer). Uji ini digunakan
untuk mengetahui pembentukan asetil metil karbinol (asetoin) dari hasil
fermentasi glukosa. Uji ini memerlukan pereaksi Barrit, pereaksi ini
merupakan campuran dari α – naftol dan KOH, karena untuk mendeteksi
senyawa 2,3- butanadiol tidak dapat secara langsung melainkan mendeteksi
melalui prekursornya yaitu asetoin (asetil-metil dan karbinol) dimana
apabila terdapat asetoin maka akan mengakibatkan adanya perubahan warna
menjadi merah muda. Didapatkan hasil negatif karena bakteri S. aureus
tidak dapat memfermentasikan glukosa (Colome, 2011).
Uji terakhir yang dilakukan adalah uji sitrat. Tujuan dari uji ini
adalah untuk mengetahui apakah kuman menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon. Pada media Simons citrat berisi indikator BTB (Brom Tymol Blue).
Apabila bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber karbon maka media
berubah menjadi basa dan berubah warna menjadi biru. Hasil yang didapat
dari reaksi tersebut adalah positif dimana terjadinya perubahan warna media
dari hijau menjadi biru, artinya kuman menggunakan citrat sebagai salah
satu/satu-satunya sumber karbon, namun S. aureus tidak mempunyai enzim
sitrat permease atau enzim spesifik yang membawa sitrat ke dalam sel
sehingga seharusnya btb tidak berubah menjadi warna biru. Kesalahan ini
dapat disebabkan proses fiksasi yang kurang benar sehingga terdapat
kontaminan pada S. aureus (Ratna, 2012).
Dari hasil pengamatan, bakteri yang teridentifikasi karena
banyaknya persamaan dengan hasil literatur adalah E. freundii, namun tidak
tepat karena bakteri yang diberikan pada praktikum ini adalah
Staphylococcus aureus. Hal ini terjadi karena beberapa faktor kesalahan
diantaranya proses pengerjaan yang kurang aseptis sehingga memungkinkan
organisme lain untuk tumbuh ataupun diakibatkan tidak meratanya saat
menaruh bakteri pada media uji.
VIII. Simpulan
Dapat mengamati secara langsung atau tidak langsung produk
kegiatan enzimatik bakteri dari hasil pengamatan dapat diidentifikasi dengan
menggunakan uji biokimia bahwa bakteri yang terdapat dalam sampel
adalah Escheria freundii, namun bakteri yang sebenarnya adalah
Staphylococcus aureus.
Daftar Pustaka
Adam, MR. (2001). Microbiology of Fermented Food . New York:
Elsivier Applied Science Publisher,Ltd.
Buchanan,R.E. & Gibbons, N.E. (2003). Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology. USA: The William & Wilkins
Company Baltimore.
Cappuccino, JG. & Sherman, N. (2000). Microbiology : A Laboratory
Manual. California: The Benjamin / Cummings Publishing
Company,Inc.
Colome, JS. Et al. (2011). Laboratory Exercises in Microbiology. New
York : West Publishing Company.
Cowan, ST. (2007). Manual for the Identification of Medical Fungi.
London : Cambridge University Press.
Curtis, H. (1999). Biology 5 th edition. New York : Worth Publisher Inc.
Dewi, A.K. (2013). Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas
Staphylococcus aureus terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu
Kambing Peranakan Ettawa (PE) Penderita Mastitis Di Wilayah
Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner, 31 (2):
138-150.
Dwidjoseputro. (1994). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambaran.
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Kismiyati dkk. (2009). ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI
GRAM NEGATIF PADA LUKA IKAN MASKOKI (Carassius
auratus) AKIBAT INFESTASI EKTOPARASIT Argulus sp.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI GRAM NEGATIF
PADA LUKA IKAN MASKOKI (Carassius auratus) AKIBAT
INFESTASI EKTOPARASIT Argulus sp. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, 1 (2): 129-134.
Lay, B. W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Lim, D. (1998). Microbiology. Missouri: WCB Mcgraw-Hill.
Lim, D. (2006). Microbiology. New York : McGraw – Hill.
Murray. (2005). Biokimia Harper. Jakarta: EGC.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. (1986). Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: UI Press.
Ratna, S. (2012). Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan
Prosedur dasar Laboratorium. Jakarta : Gramedia.
Sharp, S. E. and Cidy, S. (2006). Comparison of mannitol salt Agar and
blood agar plates for identification and susceptibility testing of S
taphylococcus aureus in specimens from cystic fibrosis patients. J.
Clin. Microbiol. 44 (12): 4545-4546.
Volk, S. (1988). Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, L. (2007). Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas
Muhamadiyah Malang.