14
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Kehamilan 2.1.1. Perubahan Fisiologi pada Saat kehamilan Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada: 1. Rahim atau uterus Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2008). 2. Vagina (liang senggama) Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos. Universitas Sumatera Utara

Chapter II.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aha

Citation preview

Page 1: Chapter II.pdf

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi Kehamilan

2.1.1. Perubahan Fisiologi pada Saat kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami

perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan

pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya

mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang

menyebabkan perubahan pada:

1. Rahim atau uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk

bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali

seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.

Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan

kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah

menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan

cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya

mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan

berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2008).

2. Vagina (liang senggama)

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat

jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada

vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda

Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya

sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II.pdf

5

3. Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan

folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat

ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama

6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai

penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal

(Prawirohardjo, 2008).

4. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan

payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru hormone saat

kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin

(Prawirohardjo, 2008).

5. Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin

dalam rahim.

b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi

retro-plasenter.

c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.

Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran

darah, yaitu:

1) Volume darah

Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah

lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi

semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II.pdf

6

pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah

sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.

Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya

hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu,

sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk

hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja

jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh

dalam dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi

hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima.

2) Sel darah

Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat

mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi

pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan

volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia

fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah

sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia maka laju

endap darah semakin tinggi dan dapat mencapi 4 kali dari angka

normal.

3) Sistem respirasi

Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk

dapat memnuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan

diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur

hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim

dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih

dalam sekitar 20-25% dari biasanya.

4) Sistem pencernaan

Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II.pdf

7

5) Traktus urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga

menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan

makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.

Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke

pintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

6) Perubahan pada kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai

daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama

striae gravidarum.

7) Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami

perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin

tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI.

Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan

bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar penambahan berat badan

selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian

payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Pada

kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang

disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia

postprandial dan hiperinsulinemia.

Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin. Beberapa peneliatian menunjukkan

kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin

terhambat.

(Prawirohardjo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II.pdf

8

2.1.2. Pertumbuhan Janin Normal

Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial

pertumbuhan, diferensiasi, dan maturasi jaringan sera organ yang

ditentukan oleh kemampuan substrat oleh ibu, transfer substrat melalui

plasenta, dan potensi pertumbuhan janin yang dikendalinkan oleh genom

(Cuningham dkk, 2005).

Pertumbuhan janin dibagi menjadi tiga fase pertumbuhan sel yang

berurutan (Lin dan Forgas, 1998). Fase awal hiperplasia terjadi selama

16 minggu pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara

cepat. Fase kedua, yang berlangsung sampai minggu ke-32, meliputi

hiperplasia dan hipertropi sel. Setelah usia gestasi 32 minggu,

pertumbuhan janin berlangsung melalui hipertrofi sel dan pada fase

inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi. Laju

pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini

adalah dari 5 g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-

24, dan 30-35 g/hari pada usia gestasi 34 minggu (Cuningham dkk,

2005).

Meskipun telah banyak faktor yang diduga terlibat pada proses

pertumbuhan janin, mekanisme selular dan molekular sebenarnya untuk

pertumbuhan janin yang abnormal tidak diketahui dengan jelas. Pada

kehidupan awal janin penentu utama pertumbuhan adalah genom janin

tersebut, tetapi pada kehamilan lanjut, pengaruh lingkungan, gizi, dan

hormonal menjadi semakin penting.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Janin

Faktor keturunan atau bawaan menentukan cepat pertumbuhan, bentuk

janin, diferensiasi dan fungsi organ-organ yang dibentuk. Akan tetapi

makanan yang disalurkan oleh ibunya melalui plasenta (ari-ari)

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II.pdf

9

mempuyai peranan yang sangat penting untuk menunjang potensi

keturunan ini (Pudjiadi, 1990).

Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang

hamil muda dapat menyebabkan kematian atau cacat janin. Diferensiasi

terjadi pada trimester pertama hidupnya janin, hingga kekurangan zat

tertentu yang sangat dibutuhkan dalam proses diferensiasi dapat

menyebabkan tidak terbentuknya suatu organ dengan sempurna, atau

tidak dapat berlangsungnya kehidupan janin tersebut. Pertumbuhan

cepat terjadi terutama pada trimester terakhir kehamilan ibu. Maka

kekurangan makanan dalam periode tersebut dapat menghambat

pertumbuhannya, hingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang yang

kurang daripada seharusnya.

2.2. Berat Bayi Lahir

2.2.1. Definisi Berat Bayi Lahir

Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung 37 – 41 minggu masa

gestasi. Berat bayi lahir yang normal rata-rata adalah antara 3000 - 4000

gram, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gram dikatakan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR). Menurut Prawirohardjo (2008), BBLR

adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang

dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini diakatakan

prematur kemudian disepakati disebut low birth weight infant atau Berat

Bayi Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak selamanya

prematur atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih

bulan. Penelitian oleh gruendwald, menunjukkan bahwa sepertiga bayi

berat lahir rendah adalah bayi aterm.

Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3

kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II.pdf

10

kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi dengan

masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293

hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42

minggu (294 hari) atau lebih (Prawirohardjo, 2008). Dari pengertian di

atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

Prematur murni dan Dismaturitas.

1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari

37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan

untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan

sesuai masa kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai faktor

ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan.

2. Dismaturitas atau Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir

dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk

masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami gangguan

pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil

untuk masa kehamilan (KMK).

Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam

pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan

terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah

untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir

Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus,

hipoglikomia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat

lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi,

karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan

kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup.

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari

seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II.pdf

11

terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah (WHO,

2004). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah

dengan daerah lain. Riskedas 2007, mendata berat badan bayi baru lahir

12 bulan terakhir. Tidak semua bayi diketahui berat badan hasil

penimbangan waktu baru lahir. Dari bayi yang diketahui berat badan

hasil penimbangan waktu baru lahir, 11,5 % lahir dengan berat badan

kurang dari 2500 gram atau BBLR.

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui

suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut

(Manuaba, 1998):

1. Faktor Lingkungan Internal, yaitu meliputi umur ibu, jarak

kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil,

pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.

2. Faktor Lingkungan Eksternal, yaitu meliputi kondisi lingkungan,

asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.

3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi

pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).

Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir

antara lain sebagai berikut :

a. Usia Ibu hamil

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah

umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih

tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup

umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ

reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II.pdf

12

dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat

kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya

secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.

Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang

dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur

sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak

dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering

muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau

penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul.

Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu

ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir

dengan membawa kelainan. Dalam proses persalinan sendiri,

kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat

lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang

panggul tengah.

Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting

terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi,

maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30

tahun.

b. Jarak Kehamilan/Kelahiran

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga

berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau

lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan

seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya

setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor

penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan.

Risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara

kelahiran 2 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II.pdf

13

c. Paritas

Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan,

prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang

dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan.

Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke

empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak

dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai

menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi

perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun

melintang.

d. Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi

yang dilahirkan. Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila

kadar hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Hal ini jelas menimbulkan

gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas,

prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang

rendah (Depkes RI, 2008). Keadaan ini disebabkan karena

kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada placenta yang

akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin.

e. Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain

itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka

pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran

antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu

hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan

adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan

atas (LLA) selama kehamilan.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II.pdf

14

Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu

hamil bisa di lihat dari kenaikan berat badannya. Ibu yang kurus dan

selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau

turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk

melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus

mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari

berat badan sebelum hamil.

Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang

dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk

mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi

kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) di

bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR (Depkes RI, 2008).

Pengukuran LLA lebih praktis untuk mengetahui status gizi ibu

hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa kemana

saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan yang

ekstrim.

f. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan

mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga

kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu

dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat

persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera

mengetahui apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan

bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga

kesehatan (Depkes RI, 2008).

g. Penyakit Saat Kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi

lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II.pdf

15

penyakit infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu penyakit

dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana

mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup produksi

insulin/tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini

banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa

mengalami keguguran, persalinan prematur, kematian dalam rahim,

bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang

dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat

tubuh bayi (Manuaba, 1998).

Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit

infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.

Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu

dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung

tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia

(gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan

limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal,

keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris

mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Manuaba, 1998).

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung/

eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan

lingkungan serta ketinggian tempat tinggal.

2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat

pendidikan dan pengetahuan ibu hamil.

2.3. Hemoglobin Ibu Hamil

Kehamilan memicu perubahan-perubahan fisiologis yang sering mengaburkan

diagnosis sejumlah kelainan hematologis serta pengkajiannya. Hal ini terutama

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II.pdf

16

berlaku pada anemia. Salah satu perubahan yang paling bermakna adalah

ekspansi volume darah dengan peningkatan volume plasma yang tidak sepadan

sehingga hematokrit biasanya menuru (Cunningham dkk, 2005).

Berdasarkan data penelitian Scott (1967) dan Pritchard (1967), tentang

konsentrasi hemoglobin pada 85 wanita sehat yang terbukti memiliki cadangan

besi, maka anemia pada wanita tidak hamil didefenisikan sebagai konsentrasi

hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan

atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan

kehamilan. Pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar

hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi

adalah 11 g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for Disease Control

(1990) mendefenisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl

pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester

kedua (Cunningham dkk, 2005).

Menurut Manuaba (1998), anemia pada kehamilan adalah anemia karena

kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan

murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena

mencerminkan nilai kesejahteraan social ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya

sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia ibu hamil disebut

“potensial danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan

anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini kedepan.

Kadar Hemoglobin (Hb) ibu sangat mempengaruhi berat bayi yang akan

dilahirkan. Ibu hamil yang anemia karena Hbnya rendah bukan hanya

membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan serta membahayakan jiwa janin. Hal ini disebabkan karena

kurangnya suplai nutrisi dan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh

pada fungsi placenta terhadap janin.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II.pdf

17

Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan,

bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut

menderita anemia berat (Depkes RI, 2008). Untuk mengetahui apakah seseorang

mengalami anemia atau tidak maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar

hemoglobin. Salah satu cara cara yang dapat digunakan adalah pemeriksaan

hemoglobin metode Sahli, metode ini masih banyak digunakan di laboratorium

dan paling sederhana.

Menurut Depkes RI (2008), batasan anemia adalah:

1. Laki-laki Dewasa > 13 gram %

2. Wanita Dewasa > 12 gram %

3. Anak-anak > 11 gram %

4. Ibu Hamil > 11 gram %

2.4. Ibu Hamil Trimester III

Menurut Cunningham (2005), kehamilan dibagi menjadi tiga trimester setara

yang masing-masing berlangsung selama 3 bulan kalender. Trimester ketiga

mencakup minggu ke-29 sampai ke-42 kehamilan.

Pada tahap trimester III terjadi petumbuhan janin yang sangat cepat

dibanding trimester sebelumnya. Maka kekurangan makanan dalam periode ini

dapat menghambat pertumbuhannya hingga bayi dilahirkan dengan berat dan

panjang yang kurang daripada seharusnya (Pudjiadi, 1990).

Pada ibu hamil terjadi penurunan kadar Hb karena penambahan cairan

tubuh yang tidak sebanding dengan massa sel darah merah. Penurunan ini

terjadi mulai sejak usia kehamilan 8 minggu sampai 32 minggu. Selain itu

anemia kehamilan juga dapat disebabkan karena berkurangnya cadangan besi

untuk kebutuhan janin (Pudjiadi, 1990).

Universitas Sumatera Utara