Chapter III-V stroke usu.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    1/25

     

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    III.1. Tempat dan Waktu

    Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK USU/RSUP H.Adam

    Malik Medan dari tanggal 16 Desember 2009 s.d 10 Juni 2010.

    III.2. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit. Penentuan

    subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling konsekutif.

    III.2.1. Populasi Sasaran

    Semua penderita stroke yang yang ditegakkan dengan pemeriksaan

    klinis dan CT-Sken kepala yang menderita infeksi pneumonia

    nosokomial ditegakkan sesuai dengan kriteria pneumonia nosokomial

    dari CDC.

    III.2.2. Populasi Terjangkau

    Semua penderita stroke yang dirawat di ruang rawat inap terpadu

    (Rindu) A4 dan Stroke Corner   Departemen Neurologi FK USU /

    RSUP.H.Adam Malik Medan.

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    2/25

     

    III.2.3. Besar Sampel

    n1=n2= (Zα√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)2

     

    (P1-P2)2 

    Dimana :

    Zα = nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung

    pada nilai α yang ditentukan. Untuk α : 0,05 → Zα= 1,96

    Zβ = nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung

    pada nilai β yang ditentukan. Untuk β : 0,15 → Zβ= 1,036

    P1 = Proporsi Pneumonia Nosokomial di bangsal = 10% = 0,10

    (diambil dari data pasien stroke di Bangsal Neurologi rindu A4

    RSUP H. Adam Malik Medan)

    Q1 = 1-P1 = 0,90

    P2 = Proporsi Pneumonia Nosokomial di Stroke Corner  = 20%=

    0,20

    Q2 = 1-P2 = 0,80

    P = ( P1+P2)/2= 0,15

    Q1 = 1-P = 0,85

    n = 27,8 = 28

    III.2.4. Kri teria Inklusi

    1. Semua pasien stroke yang dirawat di bangsal dan Neurologi

    Rindu A4 dan Stroke Corner  RSUP H.Adam Malik Medan

    2. Mengalami infeksi pneumonia nosokomial yang ditegakkan

    dengan kriteria diagnosis pneumonia nosokomial dari CDC 

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    3/25

     

    3. Tidak memiliki riwayat infeksi sebelumnya

    4. Memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini

    III.2.5. Kriteria Eksklus i

    1.  Pasien stroke yang tidak dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT-

    Sken kepala.

    2.  Pasien yang tidak dilakukan foto toraks pada awal masuk

    III. 3. Batasan Operasional

    III.3.1. Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat

    gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala

    yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan

    kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler

    (Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri

    Perdossi,1999).

    III.3.2. Pneumonia Nosokomial adalah infeksi pada parenkim paru

    dimana pada saat masuk rumah sakit belum ada (Fishman,2008).

    Kriteria Pneumonia nosokomial berdasarkan kriteria dari Center

    for Disease Control and Prevention/ CDC.

    III.3.3 Foto toraks adalah proyeksi radiografi dari rongga dada yang

    menggunakan sinar x. Foto toraks dilakukan pada pasien yang

    diduga menderita pneumonia nosokomial dari gejala klinis. Foto

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    4/25

     

    toraks dapat menggambarkan adanya pneumonia, lokasi dari

    infiltrat dan adanya efusi pleura (Fishman,2008).

    III.3.4 Kultur darah adalah pemeriksaan yang digunakan untuk

    mendeteksi adanya mikroorganisme di darah. Dengan teknik

    yang streril, sampel darah ditempatkan di media kultur dan

    diinkubasikan sekitar satu sampai tujuh hari. Kultur darah

    dilakukan pada pasien yang diduga menderita pneumonia

    nosokomial dari gejala klinis.

    III.3.5 Stroke Unit adalah fasilitas rumah sakit yang menyediakan bentuk

    model perawatan spesialistik stroke dengan pendekatan terapi

    komprehensif, meliputi terapi hiperakut (onset kurang dari 6 jam,

    biasanya dengan terapi rt-PA), akut, rehabilitasi dan prevensi

    sekunder ( Rasyid A, Soertidewi L, 2007).

    III.3.6. Stroke corner   adalah suatu bentuk modifikasi perawatan unit

    stroke. Letak sudut stroke ada dalam ruang perawatan neurologi

    umum.( Rasyid A, Soertidewi L, 2007).

    III.3.7 Bangsal adalah rumah besar (untuk pertemuan, bersenam,

    bermain-main, pertunjukan, dsb); bedeng; barak ( Kamus Besar

    Bahasa Indonesia, 2008 )

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    5/25

     

    III.4. Instrumen 

    III.4.1. Foto Toraks

    Foto toraks menggunakan X-Ray merk Hitachi tipe P-O-105H-B

    dan tipe PM 155VCII(U51).

    III.4.2. Kultur darah . 

    Kultur darah menggunakan reagen Bactec kemudian akan

    diinkubasikan menggunakan Bactec 9050. Setelah bakteri tumbuh

    dikultur di Mc Conkey atau Blood agar. Jenis bakteri dilihat

    menggunakan mikroskop olympus optical model CH20BIMF200

    dan model 8MOI88

    III.4.3 Computed Tomography Scan (CT Scan) 

    CT Scan  yang akan digunakan adalah X Ray Ct System, merk

    Hitachi seri W 450.

    III.5. Rancangan

    Penelitian ini bersifat observasional dengan metode pengambilan data

    secara potong lintang.

    III.6. Pelaksanaan Peneli tian

    III.6.1. Pengambilan Sampel

    Semua penderita stroke yang telah ditegakkan dengan

    pemeriksaan CT-Sken kepala yang dirawat di ruang rawat inap

    neurologi (RA4) dan Stroke Corner  RSUP. H. Adam Malik Medan

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    6/25

     

    yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi. Pada

    pasien yang dirawat di bangsal dapat  merupakan pasien pasca

    rawatan dari stroke corner  yang telah melewati fase akut.

    III.6.2. Kerangka Operasional

     Anamnese

    Pemeriksaan Neurologis

    CT Sken Kepala

    Pasien Stroke

    Foto Toraks

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan Klinis

    Foto Toraks ulang

    Kultur Darah

    Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

    Surat Persetujuan Ikut Penelitian

     Analisa Data

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    7/25

     

    III.7. Variabel yang Diamati

    Variabel Bebas : Ruangan pasien, yaitu Stroke Corner  dan Bangsal

    Variabel Terikat : Pneumonia nosokomial

    III.8. Analisa Statistik

    Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan

    program komputer Windows SPSS (Statistical Product and Science

    Service)15. Analisa dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :

    III.8.1. Untuk menjelaskan karakteristik pasien Pneumonia nosokomial

    disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan

    III.8.2. Untuk melihat Pneumonia nosokomial baik di Bangsal maupun

    di Stroke Corner  dilakukan uji chi-square.

    III.8.3. Untuk membandingkan kejadian Pneumonia nosomial antara

    Bangsal dan Stroke Corner   dilakukan uji chi-square.

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    8/25

     

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    IV.1. Hasil Penelitian

    IV.1.1. Karakteristik penelitian

    Dari keseluruhan penderita stroke yang dirawat di Stroke Corner  

    dan Bangsal Neurologi Rindu A4 RSUP. H. Adam Malik Medan pada

    periode Desember 2009 hingga Juni 2010, terdapat masing-masing

    terdapat 28 pasien stroke yang menderita pneumonia nosokomial dari 123

    pasien stroke yang dirawat di Stroke Corner   dan 77 pasien stroke yang

    dirawat di bangsal.

    IV. 1.2. Karakterist ik pasien stroke yang dirawat di stroke corner  

    Terdapat 123 pasien stroke yang dirawat di stroke corner , dimana

    80 orang (65,04%) laki-laki, dan 43 orang (34,96%) perempuan. Rentang

    usia pasien adalah 35 tahun sampai 84 tahun, dimana rata-rata usia

    pasien yang menderita pneumonia nosokomial adalah 62,7 tahun

    (SD=11,608). 

    Sedangkan rata-rata usia pasien yang tidak terkena

    pneumonia nosokomial 56,2 tahun (SD=7,835).  Sebanyak 95 pasien

    menderita stroke iskemik (77,2%) dan 28 pasien (22,8%) menderita stroke

    hemoragik.

    Terdapat 55 (43,9%) pasien yang memiliki faktor resiko merokok,

    105 orang (85,4%) menderita hipertensi, 52 orang (45,5%) menderita

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    9/25

     

    diabetes melitus, 37 orang (30,1%) menderita hyperlipidemia  dan 20

    orang (16,3%) menderita penyakit jantung.

    Dari 123 pasien stroke yang dirawat di stroke corner   tersebut

    terdapat 28 pasien yang menderita pneumonia nosokomial. Dari 28 pasien

    yang menderita pneumonia nosokomial tersebut dimana 18 orang

    (14,6%) laki-laki, dan 10 orang (8,1%) perempuan. Sebanyak 15 pasien

    menderita stroke iskemik (12,2%) dan 13 pasien (10,6%) menderita

    stroke hemoragik.

    Terdapat 7 pasien (5,7%) yang memiliki faktor resiko merokok, 23

    orang (18,7%) menderita hipertensi, 14 orang (14,6%) menderita diabetes

    melitus, 17 (13,8%) orang menderita hyperlipidemia  dan 9 orang (7,3%)

    menderita penyakit jantung. Karakteristik dari pasien stroke yang dirawat

    di stroke corner  dapat dilihat pada tabel 4.

    Tabel 4. Karakteristik Pasien Yang Dirawat di Stroke Corner  

    Karakteristik  Menderita PNO  Tidak menderita PNO  Jumlah  p* 

    n  %  n  %  N  % 

    Jenis kelamin 

    Laki‐laki 

    Perempuan 

    18  14,6 

    10 

    8,1 

    62  50,4 

    33 

    26,8 

    80  65,1 

    43 

    34,9 

    0,924 

    Umur  62,7 ± 11,6  56,2 ± 7,8 

    Jenis Stroke 

    Stroke Hemoragik 

    Stroke Iskemik 

    13  10,6 

    15  12,2 

    15  12,2 

    80  65,0 

    28  22,8 

    95  77,2 

    0,001 

    Merokok  7  5,7  47  38,2  55  43,9  0,022 

    Hipertensi  23  18,7  82  66,7  105  85,4  0,583 

    Diabetes Melitus  14  14,6  38  30,9  52  45,5  0,023 

    Hyperlipidemia 

    17  13,8  20  16,3  37  30,1  0,001 

    Penyakit  jantung  9  7,3  11  8,9  20  16,3  0,01 

    *menggunakan uji chi-square 

    p ≤ 0,05 = signifikan

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    10/25

     

    IV. 1.3. Karakterist ik pasien stroke yang dirawat di bangsal

    Terdapat 77 pasien stroke yang dirawat di bangsal, dimana 46

    orang (59,7%) laki-laki, dan 31 orang (40,3%) perempuan. Rentang usia

    pasien adalah 45 tahun sampai 89 tahun, dimana rata-rata usia pasien

    yang menderita pneumonia nosokomial adalah 64,18 (SD=12,5). 

    Sedangkan rata-rata usia pasien yang tidak terkena pneumonia

    nosokomial 54,57 (SD=5,9). Sebanyak 58 pasien menderita stroke

    iskemik (75,3%) dan 19 pasien (24,7%) menderita stroke hemoragik.

    Terdapat 31 (40,3%) pasien yang memiliki faktor resiko merokok,

    61 orang (79,2%) menderita hipertensi, 23 orang (29,94%) menderita

    diabetes melitus, 25 orang (32,5 %) menderita hyperlipidemia  dan 13

    orang (16,9%) menderita penyakit jantung.

    Dari 77 pasien stroke yang dirawat di bangsal tersebut terdapat 28

    pasien yang menderita pneumonia nosokomial. Dari 28 pasien yang

    menderita pneumonia nosokomial tersebut dimana 15 orang (19,5%) laki-

    laki, dan 13 orang (16,9%) perempuan. Sebanyak 20 pasien menderita

    stroke iskemik (26%) dan 8 pasien (10,4%) menderita stroke hemoragik.

    Terdapat 7 pasien (9,1%) yang memiliki faktor resiko merokok, 24

    orang (31,2%) menderita hipertensi, 4 orang (5,24%) menderita diabetes

    melitus, 10 (13%) orang menderita hyperlipidemia  dan 2 orang (2,6%)

    menderita penyakit jantung. Karakteristik dari pasien stroke yang dirawat

    di bangsal dapat dilihat pada tabel 5.

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    11/25

     

    Tabel 5. Karakteristik Pasien Yang Dirawat di Bangsal 

    Karakteristik  Menderita 

    PNO 

    Tidak menderita 

    PNO 

    Jumlah  p* 

    n  %  N  %  n  % 

    Jenis kelamin 

    Laki‐laki 

    Perempuan 

    15  19,5 

    13  16,9 

    31  40,3 

    18  23,4 

    46  59,7 

    31  40,3 

    0,402 

    Umur  64,18± 12,5  54,57 ± 5,9 

    Jenis Stroke 

    Stroke Hemoragik 

    Stroke Iskemik 

    8  10,4 

    20  26,0 

    11  14,3 

    38  49,4 

    19  24,7 

    58  75,3 

    0,549 

    Merokok  7  9,1  24  31,2  31  40,3  0,039 

    Hipertensi 

    24 

    31,2 

    37 

    48,1 

    61 

    79,2 

    0,288 

    Diabetes Melitus  4  5,2  19  24,7  23  29,9  0,024 

    Hyperlipidemia 

    10  13,0  15  19,5  25  32,5  0,646 

    Penyakit  jantung  2  2,6  11  14,3  13  16,9  0,085 

    *menggunakan uji chi-square p ≤ 0,05 = signifikan

    IV.1.4 Waktu Rata-Rata Timbulnya Pneumonia Nosokomial

    Waktu rata-rata timbulnya pneumonia nosokomial pada pasien

    yang dirawat di stroke corner  4,93 hari, sedangkan yang di bangsal 2,93

    hari. Hasil uji chi-square menunjukkan perbedaan yang signifikan antara

    waktu mulai terjadinya pneumonia nosokomial di stroke corner   dan di

    bangsal (p=0,0001). Hal ini dapat dilihat dari tabel 6.

    Tabel 6. Waktu Rata‐rata Pasien Stroke Terkena Pneumonia Nosokomial Setelah Dirawat 

    di Ruangan RSUP. H. Adam Malik 

    Waktu mulai 

    terjadi 

    pneumonia 

    (hari) 

    Kelompok 

    pengamatan 

    N  Mean  Std Error 

    Mean 

    p* 

    Bangsal 

    Stroke 

    Corner  

    28

    28 

    2,93 

    4,93 

    0,367 

    0,267 

    0,0001 

    *menggunakan uji chi-square

    p ≤ 0,05 = signifikan

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    12/25

     

    IV.1.5 Patogen Penyebab Pneumonia Nosokomial

    Patogen terbanyak sebagai penyebab utama dari pneumonia

    nosokomial pada pasien yang dirawat di stroke corner   adalah

    K.pneumonia (21,4%) diikuti berturut-turut oleh Enterobacter sp. (17,85%),

    P.aeruginosa  (14,28%), S. aureus  (10,7%), S.pneumonia  (7,1%), H.

    influenzae  (7,1%), E.coli  (7,1%), Bacillus cereus  (3,6%), S.saprophyticus 

    (3,6%), Legionella sp. (3,6%), Aspergillus sp(3,6%).

    Dari tabel 7 dapat dilihat kuman penyebab pneumonia nosokomial

    pada pasien yang dirawat di stroke corner .

    tabel 7. Patogen Penyebab Pneumonia Nosokomial Pada Pasien Yang Dirawat Di Stroke 

    Corner  

    Patogen penyebab pneumonia 

    nosokomial 

    Jumlah pasien yang terkena 

    n  % 

    S.pneumonia  2  7,1 

    H. influenza  2  7,1 

    Enterobacter  

    sp.  5  17,8 

    K. 

     pneumonia 

    6  21,4 

    Bacillus 

    cereus 

    1  3,6 

    S.saprophyticus 

    1  3,6 

    Legionella 

    sp. 

    1  3,6 

    S.aureus 

    3  10,7 

     Aspergillus 

    sp. 

    1  3,6 

    P.aeruginosa 

    14,3 E.coli   2  7,1 

    Patogen terbanyak sebagai penyebab utama dari pneumonianosokomial pada pasien yang dirawat di bangsal adalah S.pneumonia (17,85%), diikuti oleh H. influenzae  (10,7%), K.pneumonia  (10,7%),P.aeruginosa (10,7%), E.coli  (10,7%), S. aureus  (10,7%), Bacillus cereus (7,1%), Enterobacter sp. (7,1%), S.saprophyticus (7,1%), dan Legionella

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    13/25

     

    sp.  (7,1%). Dari tabel 5 dapat dilihat kuman penyebab pneumonianosokomial pada pasien yang dirawat di bangsal.

    Tabel 8.

     Patogen

     Penyebab

     Pneumonia

     Nosokomial

     Pada

     Pasien

     Yang

     Dirawat

     Di

     

    Bangsal.

    Patogen penyebab pneumonia 

    nosokomial 

    Jumlah pasien yang terkena 

    n  % 

    S.pneumonia  5  17,85 

    H. 

    influenzae 

    3  10,7 

    Enterobacter  

    sp. 

    2  7,1 

    K.  pneumonia  3  10,7 

    Bacillus cereus  2  7,1 

    S.saprophyticus 

    7,1 

    Legionella 

    sp. 

    2  7,1 

    S.aureus  3  10,7 

    P.aeruginosa  3  10,7 

    E.coli   3  10,7 

    IV.1.6 Perbedaan Karakteristik Pasien Stroke Yang Dirawat di

    Bangsal dan Stroke Corner  

    Terdapat 123 orang pasien yang dirawat di stroke corner , dan 77

    orang pasien yang dirawat di bangsal, dimana yang berjenis kelamin laki-

    laki berjumlah 46 orang (23%) pada pasien yang dirawat dibangsal dan 80

    orang (40%) pada pasien yang dirawat di stroke corner . Sedangkan yang

    perempuan berjumlah 31 orang (15,5%) pada pasien yang dirawat di

    bangsal dan 43 orang (21,5%) pada pasien yang dirawat di stroke corner .

    Umur rata-rata 58,06 (SD=10,0) pada pasien yang dirawat di

    bangsal dan 57,66 (SD=9,2) pada pasien yang dirawat di stroke corner .

    Pasien stroke iskemik sebanyak 58 orang (28%) pada pasien yang

    dirawat di bangsal dan 95 (47,5%) orang yang dirawat di stroke corner ,

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    14/25

     

    sedangkan stroke hemoragik sebanyak 19 orang (9,5%) yang dirawat di

    bangsal dan 28 orang (14%) yang dirawat di stroke corner .

    Pasien dengan faktor resiko merokok dijumpai sebanyak 36 orang

    (18%) yang dirawat di bangsal dan 61 orang (30,5%) di stroke corner .

    Hipertensi sebanyak sebanyak 61 orang (30,5%) yang dirawat di bangsal

    dan 105 orang (52,5%) di stroke corner . Diabetes mellitus sebanyak 24

    orang (12%) yang dirawat di bangsal dan 51 orang (25,5%) di stroke

    corner . Hiperlipidemia sebanyak 25 orang (12,5%) yang dirawat di

    bangsal dan 37 orang (18,5%) di stroke corner . Penyakit jantung

    sebanyak 13 orang (6,5%) yang dirawat di bangsal dan 20 orang (10%) di

    stroke corner . Perbedaan karakteristik pasien di bangsal dan stroke corner  

    dapat dilihat pada tabel 9.

    Tabel 9. Perbedaan karakteristik pasien di bangsal dan stroke corner  

    Karakteristik  Bangsal  Stroke Corner  Jumlah  p* 

    n  %  n  %  n  % 

    Jenis kelamin 

    Laki‐laki 

    Perempuan 

    46  23,0 

    31  15,5 

    80  40,0 

    43  21,5 

    126  63,0 

    31  37,0 

    0,45 

    Umur  58,06 ± 10  57,66 ± 9,2 

    Jenis Stroke 

    Stroke Iskemik 

    Stroke Hemoragik

     

    58  29,0 

    19 

    9,5 

    95  47,5 

    28 

    14,0 

    153  76,5 

    47 

    23,5 

    0,75 

    Merokok  36  18,0  61  30,5  97  48,5  0,69 

    Hipertensi  61  30,5  105  52,5  166  83,0  0,26 

    Diabetes Melitus  24  12,0  51  25,5  75  37,5  0,14 

    Hiperlipidemia  25  12,5  37  18,5  62  31,0  0,72 

    Penyakit  jantung  13  6,5  20  10,0  33  16,5  0,91 

    *menggunakan uji chi-square p ≤ 0,05 = signifikan

    Tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara karakteristik pasien

    stroke yang dirawat di bangsal dengan stroke corner .

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    15/25

     

    IV.1.7 Perbedaan Kejadian Pneumonia Nosokomial Pada Pasien

    Stroke Yang Dirawat di Stroke Corner  dan Bangsal

    Tingkat kejadian pneumonia nosokomial di stroke corner  sebanyak22,76% sedangkan tingkat kejadian pneumonia nosokomial di bangsalsebanyak 36,36%. Untuk melihat hubungan adanya perbedaan tingkatkejadian pneumonia nosokomial pada pasien stroke yang dirawat di strokecorner   dan di bangsal dilakukan uji chi-square, dimana uji chi-square menunjukkan hasil yang signifikan ( p= 0,037). Hal ini dapat dilihat daritabel 10.

    Tabel 10.

     Perbedaan

     Kejadian

     Pneumonia

     Nosokomial

     Pada

     pasien

     Stroke

     Yang

     Dirawat

     di Bangsal Dan Yang Dirawat di Stroke Corner . 

    Tempat  Terinfeksi PNO  Tidak terinfeksi PNO  Jumlah  p* 

    n  %  n  %  n  % 

    Bangsal  28  36,36  49  63,63  77  100  0,037 

    Stroke 

    Corner  

    28  22,76  95  77,23  123  100 

    *menggunakan uji chi-square p ≤ 0,05 = signifikan 

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    16/25

     

    IV.2. PEMBAHASAN 

    Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional  dengan tujuan

    untuk mengetahui perbandingan kejadian pneumonia nosokomial pada

    pasien stroke yang dirawat di stroke corner   dengan yang dirawat di

    bangsal, untuk mengetahui kejadian pneumonia nosokomial pada pasien

    stroke yang di rawat masing-masing di stroke corner   dan bangsal RSUP

    H.Adam Malik Medan, untuk mengetahui deskripsi dan karakterisktik

    demografi dari pasien stroke yang dirawat di stroke corner  dan di bangsal,

    untuk mengetahui waktu rata-rata terjadinya pneumonia nosokomial dan

    untuk mengetahui patogen penyebab pneumonia nosokomial.

    Pada penelitian ini penderita stroke yang datang ke RSUP H. Adam

    Malik ditegakkan diagnosa dengan anamnese, pemeriksaan umum dan

    pemeriksaan neurologis, kemudian dilakukan pemeriksaan CT-Sken

    kepala untuk menentukan jenis stroke. Pemeriksaan fisik pada saluran

    nafas dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada

    rongga toraks, lalu dilakukan foto x-ray pada toraks. Bagi penderita yang

    memenuhi kriteria inklusi maka selama perawatannya baik di stroke

    corner   maupun di bangsal akan diamati apakah muncul tanda-tanda

    terjadinya pneumonia nosokomial, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik

    pada rongga toraks. Apabila pasien diduga menderita pneumonia

    nosokomial maka akan dilakukan pemeriksaan darah berupa cek darah

    rutin dan kultur darah serta pemeriksaan foto toraks ulang. Pasien

    dinyatakan menderita pneumonia nosokomial apabila memenuhi kriteria

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    17/25

     

    dari CDC. Pada pasien stroke yang dirawat di bangsal RSUP. H. Adam

    Malik Medan, kurang lebih setengahnya merupakan pasien stroke dari

    rawatan stroke corner   yang telah melewati fase akut, dimana hal ini

    merupakan salah satu kelemahan dari penelitian ini.

    IV.2.1. Karakterist ik Subjek Penelit ian (Penderita stroke dengan

    pneumonia nosokomial )

    Pada penelitian ini umur rata-rata pasien stroke yang dirawat di

    stroke corner  dan di bangsal masing-masing 62,7 tahun (SD=11,608) dan

    64,18 tahun (SD=12,5). Menurut Hassan, dkk (2006), pasien stroke yang

    menderita pneumonia berumur berkisar 28 sampai 100 tahun (rata-rata 64

    ±14 tahun).

    Dari faktor resiko yang dimiliki pasien stroke yang dirawat di stroke

    corner  dan yang dirawat di bangsal terlihat merokok dan diabetes melitus

    memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian pneumonia

    nosokomial. Pada pasien di stroke corner , p (merokok) = 0,022,

    p(diabetes melitus) = 0,023. Pada pasien di bangsal, p(merokok) = 0,039 ,

    p(diabetes melitus) = 0,024.

    Menurut Martelli dkk (2010), dijumpai adanya prevalensi pneumonia

    nosokomial yang tinggi pada pasien-pasien perokok. Merokok dapat

    merusak mekanisme pertahanan dari paru-paru sehingga dapat

    meningkatkan kolonisasi dari Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram

    negatif lainnya. Pada studi yang dilakukan Martelli tahun 2010, merokok

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    18/25

     

    tidak dijumpai secara langsung berhubungan dengan outcome yang buruk

    dari pasien.

    Menurut Abdel-Fattah (2008), umur, jenis kelamin, riwayat

    merokok, riwayat penggunaan obat-obat imunosupresif, diabetes melitus

    dan riwayat adanya operasi sebelumnya tidak berhungan secara langsung

    dengan pneumonia nosokomial.

    Menurut Perkeni (2007), keadaan hiperglikemia pada pasien yang

    dirawat di Rumah Sakit berdampak buruk terhadap keluaran klinis karena

    dapat menyebabkan gangguan fungsi imun serta lebih rentan terkena

    infeksi akibat adanya disfungsi fagosit.

    Menurut Luksamijarulkul, dkk (2008), umur diatas 60 tahun memiliki

    kemungkinan sembilan kali lebih besar untuk menderita pneumonia.

    Sedangkan pasien dengan riwayat merokok memiliki kemungkinan tujuh

    kali lebih besar daripada yang tidak merokok.

    Menurut Vardakas (2007), dikatakan bahwa diabetes melitus

    merupakan faktor resiko yang potensial untuk terjadinya pneumonia

    nosokomial. Namun dalam hasil penelitiannya dijumpai bahwa diabetes

    melitus bukan merupakan faktor untuk terjadinya pneumonia nosokomial

    dan kematian akibat pneumonia nosokomial.

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    19/25

     

    IV.2.2. Karakterist ik Patogen Penyebab Pneumonia Nosokomial dan

    Waktu Mulai Terjadinya Infeksi Pneumonia Nosokomial

    Patogen terbanyak sebagai penyebab utama dari pneumonia

    nosokomial pada pasien yang dirawat di stroke corner   adalah

    K.pneumonia (21,4%) diikuti berturut-turut oleh Enterobacter sp. (17,85%),

    P.aeruginosa  (14,28%), S. aureus  (10,7%), S.pneumonia  (7,1%), H.

    influenzae  (7,1%), E.coli  (7,1%), Bacillus cereus  (3,6%), S.saprophyticus 

    (3,6%), Legionella sp. (3,6%), Aspergillus sp(3,6%).

    Waktu rata-rata timbulnya pneumonia nosokomial pada pasien

    yang dirawat di stroke corner  4,93 hari. Hal ini sesuai dengan kriteria dari

    CDC yang menyatakan bahwa Pneumonia Nosokomial onset lanjut yaitu

    yang lebih dari 4 hari sering disebabkan oleh kuman Gram (-) aerob

    berupa K. Pneumonia, Entcrobacter sp, Serratia sp., P. Aeruginosa atau

    S. aureus.

    Patogen terbanyak sebagai penyebab utama dari pneumonia

    nosokomial pada pasien yang dirawat di bangsal adalah S.pneumonia 

    (17,85%), diikuti oleh H. influenzae  (10,7%), K.pneumonia  (10,7%),

    P.aeruginosa (10,7%), E.coli  (10,7%), S. aureus  (10,7%), Bacillus cereus 

    (7,1%), Enterobacter sp. (7,1%), S.saprophyticus  (7,1%), dan Legionella

    sp. (7,1%).

    Waktu rata-rata timbulnya pneumonia nosokomial pada pasien

    yang dirawat di bangsal 2,93 hari. Hal ini sesuai dengan kriteria dari CDC 

    yang menyatakan bahwa pneumonia nosokomial onset awal dalam waktu

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    20/25

     

    kurang dari 4 hari biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia  ,

    M. catarrhalis dan H. influenza. 

    Dari penelitian ini terlihat bahwa patogen penyebab pneumonia

    nosokomial yang terbanyak didapat di stroke corner  dan di bangsal RSUP.

    H. Adam Malik Medan antara lain K. Pneumonia, P. aeruginosa, S.

    pneumonia, Enterobacter sp, dan S. aureus. Hal ini hampir sama dengan

    penelitian yang dilakukan Hassan, dkk (2006), bahwa patogen penyebab

    pneumonia nosokomial pada pasien stroke terbanyak adalah

    Pseudomonas aeruginosa (12%) dan Staphylococcus aureus(12%) diikuti

    Streptococcus pneumoniae(4%) and Klebsiella pneumoniae (4%).

    IV.2.3. Perbandingan Kejadian Pneumonia Nosokomial pada Pasien

    Stroke Yang Di Rawat Di Stroke Corner  Dan Di Bangsal

    Stroke Corner   di RSUP. H. Adam Malik Medan memiliki lima

    tempat tidur dengan ruangan ber AC dan fasilitas monitoring seperti EKG,

    monitor jantung, saturasi oksigen, dan syringe pump. Pemeriksaan

    standar dilakukan termasuk pemeriksaan neurologis, pemeriksaan darah,

    EKG dan CT-sken kepala segera setelah pasien masuk. Bila hasil CT-

    sken kepala menunjukkan suatu stroke iskemik, asam asetil salisilat

    segera diberikan per oral. Sesegera mungkin pasien diimobilisasi sesuai

    kondisi, dengan kepala dibuat lebih tinggi 30˚  untuk memperbaiki aliran

    balik vena sehingga menurunkan tekanan intrakranial dan edema otak

    serta mobilisasi badan miring kanan dan kiri. Pada stroke hemoragik,

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    21/25

     

    cairan parenteral hiperosmolar seperti manitol diberikan jika tidak ada

    kontraindikasi. Kontrol tekanan darah secara ketat dilakukan. Jika diduga

    stroke kardio emboli, dilakukan konsultasi ahli kardiologi dan diberikan

    antikoagulan.

    Staf mencakup ahli saraf dan perawat yang terlatih untuk pasien

    stroke, dimana dua orang perawat menangani 5 orang pasien. Para

    perawat memiliki kemampuan dalam mendeteksi dan menghindari

    komplikasi seperti dengan memberikan chest therapy dengan menepuk-

    nepuk punggung dan dada pasien agar pasien dapat lebih mudah

    mengeluarkan dahak atau dengan oral hygiene  setiap pagi sehingga

    kejadian pneumonia nosokomial dapat diturunkan.

    Departemen Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan memiliki 5

    bangsal, dimana pasien stroke dapat dimasukkan kedalam 5 bangsal

    tersebut, tergantung dari jenis kelamin. Dalam satu bangsal, pasien stroke

    digabung dengan pasien-pasien lainnya. Sama seperti di stroke corner ,

    apabila pasien sudah tegak didiagnosa dengan stroke iskemik, maka

    asam asetil salisilat diberikan. Pasien dibaringkan dengan kepala

    ditinggikan 30˚, namun hal ini tidak dapat dilakukan pada semua pasien

    berhubung dengan tempat tidur yang demikian cukup terbatas. Pada

    stroke hemoragik, cairan parenteral hiperosmolar seperti manitol diberikan

     jika tidak ada kontraindikasi. Kontrol tekanan darah dilakukan secara

    manual sehingga tidak seketat pada perawatan di stroke corner .

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    22/25

     

    Pada perawatan di bangsal satu perawat bertanggung jawab

    terhadap satu bangsal yaitu terdiri dari 4-8 pasien, dimana deteksi atas

    komplikasi yang mungkin terjadi menjadi lebih sulit. Pada perawatan di

    bangsal keluarga pasien dapat lebih leluasa untuk menjenguk pasien,

    berbeda halnya pada perawatan di stroke corner  dimana keluarga hanya

    dapat menjenguk pada saat jam besuk dan tidak diperbolehkan masuk

    lebih dari satu orang untuk tiap pasien.

    Dari keadaan di atas maka dapat dilihat bebapa keunggulan dari

    stroke corner yaitu :

    1. Lebih efisien dan murah karena tidak membutuhkan gedung terpisah.

    Cukup dikelompokkan (misalnya 5 tempat tidur) di satu sudut dalam

    ruang perawatan biasa, sehingga semua sarana dan prasarana yang

    tersedia dapat di manfaatkan bersama-sama.

    2. Pada perawatan ruangan biasa, terkadang jumlah perawat tidak

    mencukupi, sehingga keluarga harus lebih dilibatkan sejak awal masuk

    rawat, sedangkan di stroke corner 2 orang perawat bertugas

    memantau 5 orang pasien

    3. Perawatan di stroke corner  dilakukan secara komprehensif.

    4. Pada rawatan di stroke corner , pengawasan terhadap tekanan darah,

    pols, saturasi oksigen, suhu tubuh, pemberian cairan dilakukan dengan

    pemantauan yang ketat karena adanya monitor.

    5. Deteksi atas komplikasi yang mungkin terjadi lebih mudah dilakukan di

    stroke corner .

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    23/25

     

    6. Pasien di stroke corner  semuanya merupakan pasien stroke sehingga

    penularan terhadap infeksi dapat dicegah.

    Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa ada perbedaan yang

    signifikan antara tingkat kejadian pneumonia nosokomial pada pasien

    stroke yang dirawat di stroke corner  dan di bangsal (p= 0,037).

    Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Al Rasyid, dkk, ,

    2007 didapat bahwa dibandingkan dengan bangsal neurologi, unit stroke

    memiliki peranan yang cukup bermakna dalam hal peningkatan status

    fungsional dari pasien stroke.

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    24/25

     

    BAB V 

    KESIMPULAN DAN SARAN

    V.1. KESIMPULAN

    Berdasarkan analisa data yang diperoleh pada penelitian ini,

    disimpulkan sebagai berikut :

    1. Tidak dijumpai perbedaan yang signifikan pada karakteristik pasien

    stroke yang dirawat di bangsal dan stroke corner .

    2. Umur, merokok dan diabetes melitus merupakan faktor resiko yang

    secara signifikan menunjukkan pengaruh terhadap kejadian

    pneumonia nosokomial pada pasien stroke.

    3. Waktu terjadinya infeksi pneumonia nosokomial lebih cepat terjadi

    di bangsal daripada di stroke corner .

    4. Patogen penyebab pneumonia nosokomial terbanyak yang terjadi

    di stroke corner  adalah K.pneumonia, sedangkan di bangsal adalah

    S.pneumonia.

    5. Kejadian pneumonia nosokomial pada pasien stroke secara

    signifikan lebih tinggi di bangsal dibandingkan dengan di stroke

    corner .

    V.2. SARAN

    1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang

    lebih banyak agar diperoleh hasil yang lebih akurat.

  • 8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf

    25/25

     

    2. Pasien dengan stroke, terutama pasien yang berbaring lama dan

    mengalami gangguan menelan sebaiknya lebih diperhatikan

    mobilisasi dan alat-alat bantu seperti selang makan yang

    digunakan sehingga pneumonia nosokomial dapat dihindarkan.

    3. Pengetahuan tenaga medis mengenai pneumonia nosokomial

    harap lebih ditingkatkan, sehingga kejadian pneumonia nosokomial

    yang berasal dari tenaga medis dapat jauh berkurang.

    4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak

    rumah sakit, dan para tenaga medis, baik dokter maupun perawat

    dalam rangka usaha untuk meurunkan kejadian pneumonia

    nosokomial khususnya pada pasien stroke sehingga angka

    morbiditas dan mortalitas pasien dapat diturunkan. Dari pihak

    rumah sakit tindakan pencegahan ini dapat berupa

    mengoptimalkan sterilisasi ruangan dan alat-alat bantu yang

    digunakan, penyediaan tempat tidur dengan minimal 2 posisi,

    penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai bahaya

    pneumonia nosokomial yang bahkan dapat ditularkan oleh anggota

    keluarga pasien sendiri, pengadaan bangsal terpisah untuk pasien-

    pasien neurologi yang juga menderita infeksi paru-paru, dan

    penambahan jumlah perawat yang terlatih di bangsal.