19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Kehamilan Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan merupakan mata rantai yang berkesinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010). Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat pada peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah begitu juga dengan penurunan gizi mikro (Andonotopo & Arifin, 2005). Ibu hamil juga mengalami suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar (Ruben, 1967a: Lederman, 1984: Stainton,1985) dalam (Yeyeh A, 2009). 2.1.1 Adaptasi Fisiologi Selama Kehamilan Pada trimester I sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta. Suplai darah ke dalam rahim meningkat seiring dengan perkembangan rahim dan memenuhi kebutuhan plasenta yang mulai berfungsi. Pada trimester II, ukuran jantung membesar karena ada peningkatan beban kerja yang disebabkan meningkatnya cardiac output. Jantung juga dapat bergeser ke kanan dan ke kiri serta berputar karena tekanan uterus meningkat yang disebabkan oleh perkembangan uterus. Universitas Sumatera Utara

Chapter II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

chapter II

Citation preview

Page 1: Chapter II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi Kehamilan

Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan merupakan mata rantai yang

berkesinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi

dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,

dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).

Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang

berakibat pada peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan

konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah begitu juga dengan

penurunan gizi mikro (Andonotopo & Arifin, 2005).

Ibu hamil juga mengalami suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan

stress, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi

perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar (Ruben, 1967a:

Lederman, 1984: Stainton,1985) dalam (Yeyeh A, 2009).

2.1.1 Adaptasi Fisiologi Selama Kehamilan

Pada trimester I sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh

adanya sirkulasi ke plasenta. Suplai darah ke dalam rahim meningkat seiring

dengan perkembangan rahim dan memenuhi kebutuhan plasenta yang mulai

berfungsi. Pada trimester II, ukuran jantung membesar karena ada peningkatan

beban kerja yang disebabkan meningkatnya cardiac output. Jantung juga dapat

bergeser ke kanan dan ke kiri serta berputar karena tekanan uterus meningkat

yang disebabkan oleh perkembangan uterus.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

Volume darah meningkat, tetapi tekanan darah cenderung menurun.

Sedangkan pada trimester III volume darah semakin meningkat dimana jumlah

serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah sehinggat terjadi pengenceran

darah. Hemodilusi mencapai puncaknya pada umur kehamilan 32 minggu, serum

darah bertambah sebesar 25-30%. Selama kehamilan, dengan adanya peningkatan

volume darah pada hampir semua organ dalam tubuh, terlihat adanya perubahan

yang signifikan pada sistem kardiovaskuler (Jannah N, 2012).

Pada ibu hamil juga terjadi peningkatan aliran darah ke otak, uterus, ginjal,

payudara dan kulit. Peningkatan ini artinya sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan fetus. Volume darah merah dan plasma juga meningkat selama

kehamilan seiring dengan peningkatan curah jantung. Pembentukan darah merah

juga meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dasar sebesar 30%-33%.

Keadaan ini membutuhkan banyak bahan-bahan pembentukan sel darah merah

seperti zat besi, asam folat, dan lainnya pada ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini

cenderung mengakibatkan anemia pada ibu hamil, dimana Hb menurun dan juga

Hematokrit (Tarwoto & Wasnidar, 2007).

Peningkatan volume darah terjadi selama kehamilan mulai pada 10-12

minggu usia kehamilan dan secara progresif sampai dengan usia kehamilan 30-34

minggu. Volume darah meningkat kira-kira 1500ml (primigravida 1250ml,

mulitigravida 1500ml, dan kehamilan kembar 2000ml). normalnya terjadi

peningkatan 8,5%-9% dari berat badan atau terjadi peningkatan 25%-45% diatas

manita tidak hamil (Irene M. Bobak, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

Walsh L.V (2007) mengatakan, sistem hematologic pada ibu hamil juga

mengalami perubahan yang signifikan sebagai upaya untuk memenuhi kecukupan

perfusi dengan adanya peningkatan ruang pembuluh darah, untuk melindungi

organ-organ ibu dan janin dari efek fostural terhadap tekanan dan aliran darah,

serta melindungi ibu terhadap kehilangan darah pada saat persalinan. Jumlah

darah yang bersirkulasi meningkat antara 30% - 50% selama kehamilan, dengan

rata-rata peningkatan 1,5 liter. Jumlah darah mengalami perubahan pada kira-kira

6 minggu umur kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke-30 sampai

34. Volume plasma meningkat rata-rata 50%, yang dimulai pada minggu ke-6

kehamilan. Peningkatan selanjutnya terjadi pada trimester kedua. Volume plasma

menetap pada minggu ke-32 sampai 34 kehamilan. Hipervolemia pada kehamilan

menyebabkan pengenceran protein plasma dan komponen sel-sel darah. Keadaan

ini menyebabkan penurunan kekentalan (viskositas) darah sampai 20%, dan

mengakibatkn penurunan tahanan aliran darah.

2.1.2 Kebutuhan Nutrisi Selama Kehamilan

Nutrisi pada ibu hamil sangat menentukan status kesehatan ibu dan

janinnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil adalah

keadaan social ekonomi keluarga ibu hamil, keadaan kesehatan dan gizi ibu, jarak

kelahiran, usia kehamilan pertama, dan kebiasaan ibu mengkonsumsi obat-obatan,

perokok, pengguna kopi (Arisman, 2004).

Huliana (2001) mengatakan, hal penting yang harus diperhatikan ibu hamil

adalah makanan yang dikonsumsi terdiri dari susunan menu yang seimbang,

mengandung unsur-unsur sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

Sumber tenaga (energi) diperoleh dari karbohidrat dan asam lemak, sumber

pembangun diperoleh dari protein hewani dan nabati yang dibutuhkan untuk

membentuk placenta dan untuk menambah unsur-unsur cairan darah terutama Hb

dan plasma. Sedangkan sumber pengatur dan pelindung diperoleh dari air,

vitamin, dan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari

serangan penyakit dan mengatur kelamcaran proses metabolisme.

Gizi seimbang selama kehamilan adalah tercukupinya kebutuhan akan zat-

zat gizi selama kehamilan dan sesuai dengan kebutuhan pada tiap semesternya

(Mitayani dan Sartika W, 2010)

Tabel 1. Contoh Menu Ibu Hamil Sesuai Ukuran Rumah Tangga (URT) Waktu Jenis Hidangan URT SM I URT SM II URT SM III

Pagi Nasi/bubur Tempe/tahu Susu

1sd nasi/1 mgkk 1pt sedang 1gls

1 ½ sd nasi 1pt sedang 1gls

1 ½ sd nasi 2pt sedang 1gls

Selingan 1 Krekes Jus

1bh 1gls

2bh 1gls

2bh 1gls

Siang Nasi putih Ikan/daging Sayur Buah

1 ½ sd nasi 1ptg sedang 1 piring kecil 1pt sedang

2 sd nasi 1ptg sedang 1 mangkok 1pt sedang

2sd nasi 1ptg sedang 1 mangkok

Selingan 2 Es pudding Snack segar

1gls 1bh

1gls 1 piring kecil

1gls 1 piring kecil

Malam Nasi putih Ikan/daging Sayur/tumisan Buah

1sd nasi 1ptg sedang 1prg kecil 1bh

1 ½ sendok nasi 2ptg sedang 1prg kecil 1pt sedang

1 ½ sd nasi 1ptg sedang 1 mangkok 1pt sedang

Selingan 3 Biskuit Susu

2pt 1gls

4pt 1gls

4ptg 1gls

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

2.2 Haemoglobin

2.2.1 Defenisi

Pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin

yang menahan satu atom besi. Atom besi ini merupakan situs ikatan oksigen.

Porifin yang mengandung besi disebut haem dan globin, globin sebagai istilah

generic untuk protein globular. Hb (haemoglobin) adalah suatu bahan dalam

sitoplasma sel darah merah yang merupakan senyawa protein yang terdiri dari

hema dan globin. Hema terdiri dari empat struktur pyrole dengan atom fFe

ditengahnya. Sedangkan globin terdiri dari dua pasang polypeptida (Muraya, dkk,.

2003).

Menurut Manuaba (2001), Hb adalah molekul protein pada sel darah

merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh

tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan

zat besi yang terdapat dalam Hb membuat darah berwarna merah. Fungsi dari Hb

adalah pengangkutan oksigen dari organ respirasi ke jaringan perifer dan

pengangkutan karbondioksida, berbagai proton dari jaringan perifer ke organ

respirasi untuk selanjutnya diekresikan keluar. Hb dibentuk dalam SDM ketika

SDM berada pada sus-sum tulang belakang.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

2.2.2 Hb selama Kehamilan

Normalnya terjadi penurunan kadar Hb dalam kehamilan jika dikaitkan

dengan meningkatnya berat badan dan kesejahteraan janin karena volume plasma

bertambah lebih cepat daripada volume sel darah merah (SDM) sehingga terjadi

pengenceran terutama pada kehamilan multipel. Defisiensi zat besi lebih lazim

terjadi pada kehamilan akibat peningkatan kebutuhan zat besi karena

meningkatnya massa SDM, pembentukan jaringan baru, kebutuhan janin (Datta,

dkk. 2010).

Jumlah total SDM meningkat kira-kira 33% (450ml) pada wanita hamil

yang mengkonsumsi zat besi dan 18% (250%) pada ibu yang tidak mengkonsumsi

suplemen zat besi. Peningkatan eritroprotein sirkulasi dan peningkatan produksi

SDM menjadi penyebab keadaan ini. Rata-rata volume sel, diameter, dan

ketebalan SDM berubah, menyebabkan penampilannya lebih bulat. Hb dan Ht

menurun sepanjang trimester II, sebagai akibat dari peningkatan volume plasma.

Hb total meningkat dari 85-150gr selama kehamilan, tetapi kadar Hb menurun

akibat hemodilusi. Perubahan faktor pembekuan meningkatkan resiko koagulatif

konsumtif. Data yang ada menunjukkan bahwa ada proses aktifasi yang terus

menerus dari sistem pembekuan darah di dalam sistem uteroplasenta pada minggu

ke-11 kehamilan. Fibrin intravascular ekstravaskular ditemukan dalam sirkulasi

uteroplasenta, rongga antar vili, dan dinding plasenta (Black burn dan Loper,

1992) dalam (Walsh 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

2.2.3 Metode Pemeriksaan Kadar Hb

Pengukuran yang disarankan WHO ialah dengan cara Cyanment, namun

cara oxyhaemoglobin dapat juga dipakai jika distandarisasi terhadap cara

Cyanment (Soenarto, 1991).

Pemeriksaan Hb juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat canggih dan

praktis yaitu Haemochoma Plus, yaitu dengan cara membersihkan ujung jari yang

akan diambil darahnya dengan larutan desinfektan (alkohol 70%, betadhine, dan

sebagainya), kemudian tusuk dengan lancet ata alat lain, dengan tidak menekan

area penusukan strip Hb disentuhkan ujungnya dengan tepat. Kemudian strip Hb

dimasukkan pada Haemochoma Plus, hanya menunggu 6 detik meteran akan

mengidentifikasi strip secara otomatis yang dilakukan 2 kali selama kehamilan

yaitu trimester I dan trimester III (Ganong, 2012).

2.3 Anemia Pada Kehamilan

Menurut WHO anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb

dalam darahnya kurang dari 11,0 gr%, kondisi dimana berkurangnya sel darah

merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak

mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan

(Depkes, 2003).

Wiknjosastro (2002), anemia adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dalam

darahnya kurang dari 12gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi

ibu dengan kadar Hb dibawah 11gr% pada trimester I dan III atau kadar Hb

kurang dari 10,5gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

Tabel 2. Nilai Batas Anemia pada Perempuan menurut Sarwono (2012)

Derajat anemia berdasarkan kadar Hb menurut WHO dikatakan ringan (Hb

8gr/dl-10gr/dl), sedang (Hb 6gr/dl-7gr/dl), dan berat (Hb <6gr/dl). Sedangkan

Depkes menetapkan derajat anemia dikatakan ringan jika (Hb 8gr/dl-<11gr/dl),

sedang (Hb 5gr/dl-<8gr/dl), dan anemia berat (Hb <5gr/dl) (Tarwoto & Wasnidar,

2007).

2.3.1 Penyebab Anemia Kehamilan

Sekitar 95% anemia terkait kehamilan tergolong anemia defisiensi zat

besi. Banyak faktor yang mempengaruhi asupan zat besi menjadi tidak adekuat,

yang dapat menyebabkan anemia. Misalnya asupan gizi karena kemiskinan, pola

asuh dari kultur keluarga yang mengutamakan pemenuhan gizi pada kepala

keluarga, kurangnya pengetahuan tentang makanan yang mengandung zat besi,

adanya penyakit tertentu seperti gastritis, tidak pernah mengkonsumsi tablet Fe

penambah darah (Morgan, 2009).

Penyebab utama tampaknya adalah karena konsumsi zat besi yang rendah,

pola makanan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang

beranekaragam. Konsumsi zat besi dari makanan tersebut sering lebih rendah dari

dua pertiga kecukupan konsumsi yang dianjurkan, dan susunan menu makanan

yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang rendah absorpsi zat besi

(Rasmaliah, 2004).

Status kehamilan Hemoglobin (g/dl) Hematokrit (%) Tidak hamil 12,0 36 Hamil

a) Trimester I b) Trimester II c) Trimester III

11,0 10,5 11,0

33 32 33

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

Leveno (2009), anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan

angka nasional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi yang berbeda.

penyebab utama, yang berarti dapat terjadi:

a. Anemia defisiensi besi, disebabkan oleh fertin serum darah turun, hemosiderin

sumsum tulang turun, parameter sttus besi normal, dan reabsorbsi meningkat.

b. Anemia karena infeksi, disebabkan oleh infeksi cacing tambang, infeksi

malaria, infeksi HIV.

c. Anemia karena kekurangan asam folat, disebabkan adanya gangguan

pembentuksn eritrosit, megaloblastik anemia, asam folat makanan kurang

karena terlalu lama direbus, dan memanaskan makanan berulang.

d. Anemia karena kelainan Hb (hemoglobinopathies), dapat terjadi karena

talasemia anemia, dan siklus sel anemia.

Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007), adapun penyebab lain anemia

pada ibu hamil adalah kebutuhan zat besi dan asam folat yang meningkat untuk

memenuhi kebutuhan darah ibu dan janinnya, penyakit tertentu: penyakit ginjal,

jantung, pencernaan, diabetes mellitus, asupan gizi yang kurang, cara mengolah

makanan yang tidak tepat, kebiasaan makan atau pantangan terhadap makanan

tertentu seperti ikan, sayur-sayuran dan buah-buahan, kebiasaan minum kopi, teh

yang bersamaan pada saat makan, kebiasaan minum obat penenang dan alcohol.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

2.3.2 Gejala Klinis Anemia Kehamilan

Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu sering mengeluh cepat lelah,

sering pusing, mata berkunang-kunang, lidah luka, nafsu makan berkurang,

konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia berat), dan keluhan mual muntah

lebih hebat pada hamil mudah (Sohimah, 2006).

Rasa cepat lelah disebabkan karena pada penderita anemia zat besi,

pengelolaan (metabolisme) energi oleh otot tidak berjalan secara sempurna karena

kurang oksigen. Anemia besi dengan keluhan yang paling jelas yaitu cepat lelah,

rasa mengantuk, malaise dan mempunyai wajah yang pucat (Sukirman, 1999).

Adapun tanda dan gejala menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007), yaitu

pucat pada mata, kekuningan pada mata, cepat lelah, sering pusing dan sakit

kepala, sering terjadi keram dan kaki, terjadi sariawan, peradangan gusi,

peradangan pada lidah dan peradangan pada sudut mulut, pemeriksaan Hb kurang

dari 9,5 gr/dl, tekanan darah cenderung turun.

Rochjati (2003), gejala anemia yang dapat dilihat pada ibu hamil adalah

lemas, badan lesu, cepat lelah, mata berkunang_kunang, jantung berdebar, dengan

pemeriksaan pandang, ditemukan pucat pada muka, kelopak mata, lidah dan

telapak tangan, jika diperiksa melalui tes laboratorium didapatkan kadar Hb dalam

darah kurang dari 11gr%.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

Tanda dan gejala yang berkaitan dengan anemia meliputi adanya

keletihan, mengantuk,pusing, sakit kepala, malaise, pica, nafsu makan berkurang,

perubahan dalam kesukaan, perubahan mood, perubahan kebiasaan tidur, pucat,

icterus, edema perifer, membrane mukosa dan bantalan kuku pucat, takipnea,

dispnea saat beraktivitas (Varney, 2007).

2.3.3 Komplikasi Anemia Kehamilan

Menurut WHO, adapun akibat anemia pada ibu hamil dapat terjadi

abortus, kelainan congenital, persalinan premature, perdarahan anterpartum,

gangguan pertumbuhan janin dan rahim, BBLR, IQ rendah, kematian ibu, retensio

plasenta, infeksi dan lain-lain (Sarwono, 2010).

Informasi yang dikumpulkan oleh Sub Committee on Nutrition WHO

menunjukkan bahwa paling sedikit satu diantara dua kematian ibu di Negara

sedang berkembang adalah anemia akibat kurang zat besi. Apabila kadar Hb <8

gr/dl, resiko kematian maternal meningkat sekitar 8 kali lebih tinggi dibandingkan

wanita dengan wanita tidak anemia. Penelitian Saraswati dan Sumarno (2008)

menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kadar Hb <10 g/dl mempunyai resiko 2

kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu hamil

dengan kadar Hb di atas 10gr/dl, dimana ibu hamil yang menderita anemia berat

mempunyai resiko untuk melahirkan bayi 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

ibu yang tidak anemia berat (Mitayani dan Sartika W 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

Tarwoto dan Wasnidar (2007) mengatakan, akibat anemia pada ibu hamil

menyebabkan padi ibu menjadi penyulit persalinan, resiko syok saat persalinan,

mudah terjadi penyakit saat persalinan, keguguran, lahir prematur, BBLR,

kelainan/cacat pada janin, dan lematangan fungsi organ tubuh janin tidak

sempurna.

Sedangkan menurut Rochjati (2003), komplikasi yang dapat terjadi pada

kehamilan dengan anemia berat, yaitu Hb kurang dari 6% adalah kematian janin

dalam kandungan, persalinan premature, pada kehamilan kurang dari 37 minggu,

persalinan lama, perdarahan pasca persalinan.

2.3.4 Pengobatan Anemia pada Kehamilan

Leveno dkk. (2009), tujuan pengobatan perbaikan deficit massa Hb dan

ahirnya pemulihan zat besi. Kadua tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian

senyawa zat besi sederhana per oral, fero sulfat, fumarat, atau glukonat yang

memberikan dosis harian sekitar 200mg zat besi elemental. Transfusi sel darah

merah atau darah lengkap jarang diindikasikan sebagai terapi anemia defisiensi

zat besi juga terdapat hipovolemia akibat kehilangan darah atau harus dilakukan

pembedahan darurat pada wanita dengan anemia berat (hematokrit <20%

volume).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

Manuaba (2002), di puskesmas pernah dirancangkan pemberian preparat

Fe, dengan bantuan WHO, tetapi preparat tersebut berbau besi dan tampak

karatan, sehingga ditolak masyarakat. Angka anemia pada kehamilan cukup tinggi

sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masin-

masing. Sekitar 10-15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan

mempengaruhi tumbuh kembang janin. Sebagian besar anemia ibu hamil

tergolong kekurangan gizi. Pada kasus anemia berat dapat diberikan Fe secara

langsung melalui intravena atau intramuscular. Sebagian gambaran upaya

penanggulangan anemia adalah peningkatan sel darah merah ibu dengan total

jumlah keburutuhan 900 mgr Fe yaitu 500 mgr Fe untuk peningkatan sel darah

merah pada ibu, 300 mgr Fe untuk kebutuhan plasenta, dan untuk penambangan

darah janin sebanyak 100 mgr Fe.

2.3.5 Pencegahan Anemia pada Kehamilan

Melalui program perbaikan gizi rutinnya, telah melakukan pencegahan dan

penaggulangan anemia zat besi melalui pemberian suplementasi langsung zat besi

berupa tablet besi pada ibu hamil(60 mg elementasi besi, 0,25 mg asam folat).

Diberikan setiap hari sejak kehamilan trimester I dan diharapkan ibu hamil

mengkonsumsi minimal 90 tablet selama kehamilannya. Pemberian sirup Fe juga

diberikan kepada balita yang mengalami kurang gizi. Dilakukan bersama kegiatan

usaha perbaikan gizi keluarga (UPKG) di posyandu, puskesmas, klinik bersalin

dan rumah sakit (Depkes, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

Manuaba (2002), melalui pendidikan, anemia dapat diturunkan dengan

jalan menjarangkan kehamilan, meningkatkan kesejahteraan diri dan lingkungan,

melakukan antenatal intensif dan memberikan tambahan vitamin dan

meningkatkan gizi ibu saat hamil.

Pencegahan dan penanggulangan anemia pada ibu hamil antara lain

(Wirahadikusuma, 1999):

1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, seperti mengkonsumsi

pangan hewani (daging, ikan, hati dan telur), makanan nabati (sayuran hijau,

buah-buahan, kacang-kacangan, dan padi-padian). Buah dan sayur yang segar

merupakan sumber vitamin C yang diperlukan untuk penyerapan zat besi di

dalam tubuh. Hindari mengkonsumsi makanan bersamaan dengan nasi,

seperti teh karena dapat mengurangi penyerapan zat besi.

2. Suplemen zat besi yang berfungsi dapat memperbaiki Hb dalam waktu

singkat.

3. Fortifikasi zat besi yaitu penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan

pangan untuk meningkatkan kualitan pangan.

Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007), cara mencegah anemia pada ibu

hamildengan makan makanan yang banyak mengandung zat besi, asam folat,

konsumsi vitamin C yang lebih banyak, hindari atau kurangi minum teh dan kopi,

minum suplemen zat besi 90 tablet selama kehamilan, hindari aktifitas yang

berat, istirahat yang cukup, ukur tekanan darah, periksa Hb pada tempat

pelayanan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II

2.4 Pengetahuan

2.4.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melaui panca indera manusia, yakni indera pendengaran, penciuman, perasa dan

peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh malalui mata dan telinga

(Notoadmodjo, 2010).

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri dan dari pengalaman

orang lain. Pengetahuan dan kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku seseorang (Notoadmodjo, 2010).

2.4.2 Domain Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup didalm kognitif mempunyai 6 tingkatan, yang

terdiri dari tingkatan tahu (Know), memahami (Comprehention), aplikasi

(Aplication), analisa (Analysis), sintesis (Shintesis), dan evaluasi (Evaluation).

Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat satu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Memahami (Comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Aplikasi (Aplication) diartikan

sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dapat digunakan sebagai penggunaan

atau hukum-hukum rumus metode transit dalam konteks atau situasi lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II

Analisa (Analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

subjek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Sedangkan sintesis

(Shintesis) menunjukkan suatu kepada suatu komponen untuk melakukan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bneuk keseluruhan yang baru.

Tingkatan yang terahir yaitu evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemampuan

yang melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu objek (Notoadmodjo,

2010).

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

2.5.1 Umur

Umur adalah lamanya tahun yang dihitung sejak dilahirkan hingga

penelitian ini dilakukan. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-

pola dan harapan baru. Semakin banyak umur seseorang maka makin banyak pula

ilmu pengetahuan yang dimiliki (Notoadmodjo, 2010).

2.5.2 Paritas

Paritas adalah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita usia

subur yang pernah kawin pada tahun tertentu. Semakin tua umur seorang wanita

maka tingkat kesuburan wanita pun berkurang sehingga hanya sedikit dari mereka

yang melahirkan. Orang tua yang belum pernah memiliki anak dianggap belum

berpengalaman dalam hal merawat anak (Notoadmodjo, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II

Paritas dibagi menjadi empat kategori yaitu:

1. Primipara yaitu seorang wanita yang melahirkan untuk pertama kalinya

2. Skundipara yaitu seorang wanita yang melahirkan untuk kedua kalinya

3. Multipara yaitu seorang manita yang melahirkan lebih dari dua kali

4. Grande multipara yaitu seorang wanita yang melahirkan lebih dari lima

kali

2.5.3 Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu

terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan ke arah yang lebih

dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau

masyarakat (Notoadmodjo, 2010).

Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan seluruh

kemampuan dan perilaku melalui pekerjaan sehingga dalam pendidikan itu perlu

dipertimbangkan umur dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat

pengetahuan pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ide-

ide dan teknologi baru (Arikunto, 2006).

Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan kalitas hidup

manusia, dengan pendidikan manusia dianggap akan mempengaruhi pengetahun.

Semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas (Hurlock,

2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II

2.5.4 Sumber Informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi maka ia

cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas, sumber informasi adalah

sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang

fikiran dan kemampuan. Semakin sering seseorang mendapatkan atau

mendengarkan informasi suatu keadaan maka seseorang semakin mengerti

sengan keadaan tersebut (Notoadmodjo, 2006). Sumber informasi adalah suatu

informasi dengan mendengar dan melihat sesuatu baik secara langsung maupun

tidak langsung (Notoadmodjo, 2010).

2.5.5 Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalam

kehidupannya. Dalam sebuah bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan

adanya hubungan sosial dan hubungan dengan orang lain. Setiap orang harus

dapat bergaul dengan orang lain. Setiap orang harus dapat bergaul dengan teman

sejawat ataupun dengan atasannya, sehingga orang yang hubungan sosialnya luas

maka akan lebih tinggi pengetahuannya dibanding dengan orang yang kurang

hubungan sosialnya dengan orang lain (Notoadmodjo, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II

2.5.6 Pengukuran pengetahuan

Menurut Arikunto (2002) bahwa pengukuran pengetahuan dapat

dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu:

1. Tingkat pengetahuan baik : 76%-100%

2. Tingkat pengetahuan cukup baik : 56%-75%

3. Tingkat pengetahuan kurang baik : 40%-55%

4. Tingkat pengetahuan tidak baik : <40%

Universitas Sumatera Utara