Upload
raden-cahyo-putro-nugroho
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dimasukkan pertama kali ke Indonesia oleh bangsa
Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius
sebanyak dua batang dan dari Amsterdam juga dua batang. Bibit tersebut ditanam
di Kebun Raya Bogor untuk dijadikan tanaman koleksi pada tahun 1848.
Tanaman kelapa sawit di Kebun Raya Bogor ini dianggap sebagai nenek moyang
tanaman kelapa sawit di Asia Tenggara (Setyamidjaja, 2006).
Minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang mempunyai nilai
strategis karena merupakan bahan baku untuk pembuatan minyak goreng.
Sementara, minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok
bangsa Indonesia. Permintaan akan minyak goreng di dalam dan luar negeri yang
kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam
perekonomian bangsa (Pahan, 2006).
Secara umum terdapat dua macam minyak kelapa sawit, yaitu minyak
kelapa sawit yang berasal dari ekstraksi daging buah (sabut) dan minyak kelapa
sawit yang berasal dari ekstraksi inti buah (kernel). Hasil ekstraksi daging buah
disebut minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO), sedangkan hasil ektraksi inti
buah disebut minyak kernel atau Kernel Palm Oil (KPO) (Hadi, 2004).
Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena
permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak
hanya di dalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Karena itu, sebagai negara tropis
yang masih memiliki lahan cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal asing
maupun skala perkebunan rakyat (Sastrosayono, 2003).
Sejalan dengan permintaan yang terus meningkat, harga minyak sawit
dalam negeri pun menunjukkan kecenderungan peningkatan. Namun, perlu
diketahui bahwa harga minyak sawit dalam negeri sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor terutama harga minyak goreng dari bahan lain di dunia
(Fauzi dkk, 2006).
Pengolahan Kelapa Sawit
Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk dijadikan minyak
sawit dan inti sawit merupakan masalah yang cukup rumit, sehingga perlu
mendapat penanganan khusus oleh tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan
keterampilan tinggi. Selain itu, perlu instalasi yang baik dan memadai untuk
memperolah minyak sawit dan inti sawit yang bermutu baik (Sunarko, 2007).
Pengolahan TBS (tandan buah segar) di pabrik bertujuan untuk
memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung
cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan
TBS atau brondolan dari TPH (tempat pemungutan hasil) ke pabrik sampai
dihasilkannya minyak sawit dan hasil sampingnya. Pada dasarnya ada dua macam
olahan utama pengolahan TBS di Pabrik, yaituminyak sawit yang merupakan hasil
pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti
sawit (Fauzi dkk, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Bagan alir proses pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit
Tandan Buah Segar
Jembatan Timbang
Screw Press
Loading Ramp
Sterilizer
Thresser
Digester
Condensat
Abu Janjang
Incinerator
Hopper
Janjang Kosong ke lapangan
Depericarper
Polishing Drum
Nut Silo
Nut Cracker
Pneumatic Separating Column
Clay Bath
Kernel Silo
Kernel (IKS)
Boiler
Power House
Vibrating Screen
Sluge Tank
Crude Oil Tank
Sludge Separator/ Decanter
Effluent
Clarifier Tank
Pure Oil Tank
Oil Tank
Vacuum Drier
Crude Palm Oil
BPV Steam (3-4 kg/cm2)
Uap
Uap
Uap ke proses pengolahan
Air panas
Minyak Ampas
Biji Serabut
Oil
Steam 20 kg/cm2
Cangkang
Loose fruits
Cangkang Kernel
Sludge + Oil
Janjang kosong
Universitas Sumatera Utara
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas
(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam
keadaan lewat matang maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam
presentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam
keadaan buah belum matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen
minyak yang diperolehnya juga rendah. Disinilah, pengetahuan mengenai kriteria
matang panen berdasarkan jumlah brondolan jatuh berperan cukup penting dalam
menentukan derajat kematangan buah (Tim Penulis PS, 2000).
Agar proses di PKS dapat berjalan dengan efektif dan efesien maka perlu
diterapkan standar kematangan buah yang dipanen. Derajat kematangan buah
yang telah distandarkan disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Derajat kematangan buah No Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fisik Jumlah Brondolan 1 Fraksi 00 (F-00) 0,00 % Sangat Mentah Tidak ada 2 Fraksi 0 (F-0) < 5,00 % Mentah 1 – 12,5 % buah luar 3 Fraksi 1 (F-1) 0,00 % Kurang mentah 12,5 – 25 % buah luar 4 Fraksi 2 (F-2) > 90,00 % Matang 25 – 50 % buah luar 5 Fraksi 3 (F-3) 0,00 % Matang 50 -75 % buah luar 6 Fraksi 4 (F-4) < 3,00 % Lewat matang 75 – 100 % buah luar 7 Fraksi 5 (F-5) < 2,00 % Terlalu matang Buah dalam ikut
membrondol 8 Brondolan 9,50 % 9 Tandan kosong 0,00 %
10 Panjang tangkai TBS
< 2,5 cm
(Pahan, 2006).
TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam
setelah panen harus segera diolah. Setelah TBS sampai di pabrik, segera dilakukan
penimbangan. Penimbangan sangat penting dilakukan terutama untuk
mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah
pekerja dan perhitungan rendeman minyak sawit (Fauzi dkk, 2006).
Universitas Sumatera Utara
TBS yang telah ditimbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan
menuang (dump) langsung dari truk.Loading ramp merupakan suatu bangunan
dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 450.
Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir,kerikil, dan
sampah yang terikut dalam TBS. Kotoran yang jatuh melalui kisi-kisi ditampung
oleh dirt conveyor sehingga memudahkan dalam pembuangannya (Pahan, 2006).
Perebusan dilakukan untuk melunakkan buah sehingga daging buah
mudah lepas dari biji sewaktu diaduk dalam bejana peremas. Rebusan berupa
bejana silindris mendatar dengan pintu pada kedua atau salah satu ujungnya.TBS
dimasukkan dalam rebusan dalam keranjang, yang dindingnya berperforasi untuk
penyaluran uap (steam) diantara buah, dan ditempatkan di atas lori yang rendah.
Tiap rebusan memuat 9-10 lori dan tiap keranjang umumnya memuat 2,5 ton TBS
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Proses perebusan memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mematikan enzim-enzim yang merupakan katalisator dalam reaksi
penguraian minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserin.
2. Mengkoagulasikan zat putih telur yang terdapat dalam daging buah agar
tidak ikut serta dengan minyak kasar dari hasil pengempaan karena dapat
menyebabkan emulsi.
3. Menguraikan zat lendir dengan cara hidrolisis. Lendir akan menyulitkan
pemisahan air dengan minyak dalam klarifikasi.
4. Melunakkan daging buah untuk mempermudah pengadukan di ketel
pengadukan.
5. Memudahkan buah lepas dari tandan pada penebahan.
Universitas Sumatera Utara
6. Merenggangkan buah inti dengan cangkang untuk memudahkan
pemecahan biji pada mesin pemecah (cracker).
7. Menurunkan kadar air daging buah.
8. Memperbaiki proses penjernihan minyak
(Sunarko, 2007).
Penebahan adalah untuk melepaskan buah dan kelopak (calyx) dari tandan
yang sudah direbus. Penebah adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang
sedikit miring dengan kisi-kisi yang bercelah sedikit lebih besar daripada ukuran
berondolan. Teromol berputar dengan putaran sedemikian sehingga tandan akan
mengalami gaya sentrifugal yang cukup untuk mengangkat sampai titik tertinggi
pada dinding teromol, biasanya kecepatan putaran 22 rpm. Tandan setelah terjatuh
kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi berkali-kali
sampai tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung teromol (Mangoensoekarjo
dan Semangun, 2003).
Pada proses ini kehilangan minyak masih mungkin terjadi karena buah
terbanting dan mengeluarkan minyak yang akan diserap oleh janjang kosong.
Pemasukan buah yang terlalu banyak akan menyebabkan kontak yang lebih
banyak dengan janjang kosong yang belum sempat keluar sehingga akan
memperbanyak minyak yang diserap oleh janjang kosong. Banyaknya buah balen
(tandan yang direbus ulang) mencerminkan kurang sempurnanya perebusan atau
buah mentah cukup banyak. Hal ini mungkin disebabkan tekanan dan suhu pada
perebusan kurang (Lubis, 1992).
Buah yang sudah terpisah dari tandannya dimasukkan ke dalam mesin
digester. Bentuk mesin ini berupa ketel yang berdinding dua lapis. Setiap dinding
Universitas Sumatera Utara
dipisahkan oleh suatu ruang. Ruang antara dua dinding diberi uap panas yang
bertekanan 3 atm. Uap panas berfungsi untuk memanaskan buah yang ada di
ruang dalam teromol sehingga minyak yang dikandungnya mudah keluar
(Sastrosayono, 2003).
Digester adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengaduk brondolan
buah sawit berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi lengan-lengan pencacah
yang berputar dengan kecepatan tertentu dan digerakkan oleh motor listrik (Risza,
1994).
Tangki pengadukan sebaiknya diisi penuh, sedikitnya ¾ bagian. Bila tidak
penuh, pengadukan menjadi lebih cepat sehingga dapat mengurangi efisiensi
mesin kempa(press), karena banyak minyak terserap dalam serat-serat.
Pengendalian suhu tangki pengaduk juga penting, karena suhu yang terlalu rendah
akan meningkatkan viskositas minyak sehingga mengurangi efisiensi mesin
kempa. Suhu terlalu tinggi dapat manyebabkan bubur mendidih sehingga terjadi
emulsi minyak dengan air yang juga menyulitkan dalam proses penjernihan
(Sianturi, 2001).
Massa minyak yang berbentuk bubur yang diperoleh dari tangki
pengadukan kemudian dikempa agar minyak terpisah dari ampasnya. Alat yang
dipakai adalah screw press yang menghasilkan tekanan oleh kerja dua ulir yang
berputar berlawanan arah. Pada setiap pabrik terdapat beberapa unit, tiap unit
memiliki kapasitas tertentu misalnya 10 ton TBS/jam. Tekanan sangat
menentukan keberhasilan proses ini. Tekanan yang sesuai harus dapat
menghasilkan atau memisahkan minyak yang tinggi dari ampas (serabut) dan
sedikit biji pecah (Lubis, 1992).
Universitas Sumatera Utara
Cairan minyak yang masuk ke ketel penampungan terdiri dari 30%
minyak, 60% air, dan 10% kotoran. Ampas yang keluar dari ujung ketel terdiri
dari gumpalan serat, serabut, daging buah, butiran biji serta kotoran lainnya. Biji-
biji ini dipisahkan dari ampasnya dengan mesin separator (Sastrosayono, 2003).
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan
masihberupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa
partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Agar diperoleh
minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut
yaitu dialirkan dalam tangki minyak kasar (crude oil tank). Setelah melalui
pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, akan menghasilkan minyak sawit
mentah (CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air
dalam minyak (Fauzi dkk, 2006).
Ampas (sludge) yang berasal dari tangki pemisah dikumpulkan dalam
sludge tank dan masih mengandung minyak. Di sludge tank, ampas ini dipanaskan
sampai 95oC kemudian dialirkan ke self cleaning strainer, yaitu tabung penyaring
minyak dari serabut halus yang terdapat pada ampas. Dari sini, ampas diteruskan
ke desanding cyclone untuk memisahkan pasir berdasarkan prinsip sentrifugal di
dalam bejana atau tabung yang bagian bawahnya berbentuk konis. Karena adanya
arus putar (cyclone) ini, maka gaya sentrifugal terjadi dan pasir dapat dipisahkan
dari ampas. Ampas yang bebas pasir dialirkan ke constant flow sludge tank
sebelum ke sludge separator. Sekali lagi, disini terjadi pemisahan minyak dengan
kotoran dan air yang juga menggunakan gaya sentrifugal. Karena perbedaan berat
jenis terjadi pemisahan. Minyak dialirkan ke reclaimed oil tank, sedangkan air dan
kotoran dialirkan ke fat pit. Selanjutnya, minyak dikirim ke continous setling
Universitas Sumatera Utara
tankuntk diproses ulang sampai dihasilkan minyak kasar (crude oil), sedangkan
air dan kotoran dari fat pit dialirkan ke kolam limbah (Setyamidjaja, 2006).
StandarMutu
Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan
pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain itu, ada
beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan standar mutu minyak
sawit seperti dalam tabel berikut.
Tabel 2. Standar mutu minyak sawit, minyak inti sawit dan inti sawit Karakteristik Minyak
Sawit Inti Sawit Minyak Inti
Sawit Keterangan
Asam lemak bebas 5,00% 3,50 3,50 Maksimal Kadar kotoran 0,50% 0,02 0,02 Maksimal Kadar zat menguap 0,50% 7,50 0,20 Maksimal Bilangan peroksida 6 meq - 2,20 meq Maksimal Bilangan iodine 44-58 mg/gr - 10,5-18,5 - Kadar logam (Fe, Cu) 10 ppm - - - Lovibond 3-4 R - - - Kadar minyak - 47,00 - Minimal Kontaminasi - 6,00 - Maksimal Kadar pecah - 15,00 - Maksimal (Fauzi dkk, 2006).
Karakteristik Kehilangan Crude Palm Oil
Ekstraksi atau pengutipan minyak dari buah kelapa sawit tidak akan
pernah mencapai 100%. Kehilangan minyak pasti terjadi, tetapi harus diusahakan
sekecil mungkin atau pada batas-batas yang telah ditolerir. Salah satu parameter
untuk menentukan apakah suatu PKS dapat dikatakan bekerja efektif dan efisien
yaitu angka-angka kehilangan minyak dan inti yang sudah distandarkan. Jika pada
suatu proses pengolahan pabrik ternyata angka-angka kehilangan minyak yang
terjadi melebihi dari angka-angka yang telah distandarkan maka dapat dikatakan
pabrik tersebut kurang efisien dan efektif.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Standar kehilangan minyak dan inti (%) terhadap TBS No Karakteristik Batasan
Minyak Sawit (MKS) 1 Drab akhir fat pit (% NOS) <14,00 2 Drab akhir fat pit (% sampel) 0,40-0,90 3 Serabut (%NOS) 6,42-9,00 4 Serabut (% sampel) 4,00-6,00 5 Tandan kosong (JJK) (% NOS) 3,00-3,75 6 Tandan kosong (JJK) (% sampel) < 2,00 7 Buah ikut tandan kosong (JJK) (% NOS) 2,30-2,50 8 Buah ikut tandan kosong (JJK) (% sampel) 0,50-3,75 9 Nut (% sampel) < 0,50
10 Decanter solid(% NOS) < 10,00 11 Decanter solid (% sampel) <2,50 Total PKS Baru (< 10 tahun) (%) < 1,65 Total PKS Lama (> 10 tahun) (%) < 1,90 Inti Sawit (IKS) 1 Serabut (% sampel) < 15,00 2 LTDS I (% sampel) < 2,00 3 LTDS II (% sampel) < 1,00 4 Hydrocyclone(%) < 5,00 5 Clay bath (%) < 1,50 Total PKS (%) 0,60
(Pahan, 2006).
Kehilangan minyak sawit diperiksa pada contoh tandan kosong, ampas
kempa, biji dan air drab.
- Tandan kosong, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan %
NOS. Tujuan pengujian adalah menetapkan kehilangan minyak dalam
TBK, sekaligus memberi petunjuk mengenai siklus rebusan dan
kematangan panen, karena keduanya mempengaruhi fluktuasi kehilangan
minyak dalam TBS.
- Ampas kempa, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS
dalam serabut. Jika ada peningkatan menyolok harus dicari penyebabnya
dan segera diperbaiki, atau segera berpindah ke kempa yang baik, atau
mengurangi putarannya.
Universitas Sumatera Utara
- Biji dalam ampas kempa, dikumpulkan data mengenai komposisi atau
perbandingan serabut, biji, biji utuh, biji pecah, inti utuh, biji pecah dan
cangkang dalam ampas kempa. Informasi ini diperlukan untuk mengetahui
perbandingan serabut terhadap ampas kempa untuk perhitungan jumlah
minyak dalam ampas kempa terhadap TBS.
- Air drab, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS.
tujuan pengujian untuk menentukan kadar minyak terhadap NOS dalam air
buangan untuk memeriksa efisiensi sentrifus drab dan perhitungan
pengutipan minyak.
Kehilangan minyak dalam ampas kempa adalah minyak yang melekat
pada ampas yang keluar dari mesin kempa. Banyaknya tergantung oleh suhu
peremas, suhu kempa dan tekanan kempa. Yang terakhir ini juga mempengaruhi
jumlah biji dan inti yang pecah dalam ampas kempa, yang sebagian besarnya
hilang dalam cangkang atau debu pemecah biji. Dengan demikian harus ada
kompromi antara kehilangan minyak yang rendah dalam ampas dengan persentase
biji pecah yang tinggi dalam ampas kempa atau sebaliknya. Kehilangan minyak
yang wajar dalam ampas untuk kempa ulir adalah 7-7,5 % terhadap zat kering.
Kehilangan minyak pada biji adalah minyak yang melekat pada biji yang
keluar dari mesin kempa. Banyaknya tergantung kondisi pengempaan, seperti
untuk kehilangan minyak ampas kempa.
Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin
tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi
makin banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh karena itu pilihan tekanan
kempa adalah kompromi antara kedua hal tersebut. Korelasi antara kehilangan
Universitas Sumatera Utara
minyak dalam ampas kempa dan persentasi biji pecah terhadap jumlah biji
tergantung pada banyak faktor. Sehubungan dengan ini terdapat hubungan yang
jelas antara komposisi ampas kempa, gaya atau torque (posisi konus), kehilangan
minyak dalam serabut, tebal cangkang, dan persentasi biji pecah.
Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut:
a. Pada torque konstan, jumlah biji pecah bertambah menurut persentase biji
dalam ampas kempa.
b. Pada komposisi buah konstan kehilangan minyak dalam serabut berkurang
menurut kenaikantorque, dan pada waktu yang sama jumlah biji pecah
akan meningkat.
c. Pada torque konstan jumlah biji pecah bertambah menurut persentase ini
terhadap terhadap biji (cangkang lebih tipis).
d. Pada pengumpanan yang kurang, sehingga kapasitas terlalu rendah
dibandingkan dengan putaran ulir (memperbesar slip dari ampas), biji
pecah meningkat.
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Penyebab Kehilangan Crude Palm Oil
Kehilangan produksi minyak sawit dan inti sawit dapat terjadi pada tiga
tahap dalam proses produksi, yaitu :
a. Penyerbukan tak sempurna, terlihat dari banyaknya buah partenokarpi atau
tandan yang jarang buahnya. Hasilnya adalah tandan berkurang dari
seharusnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Panen tak sempurna, tandan terlalu mentah atau lewat matang dan
berondolan hilang diantara tanaman kacangan. Hasilnya adalah rendemen
hasil yang rendah dan atau kadar ALB minyak yang tinggi.
c. Pengolahan tak sempurna, kondisi proses tak terpenuhi, keausan dan
kerusakan mesin olah. Hasilnya adalah koefisien pengutipan minyak yang
rendah dan kenaikan kadar ALB yang besar dalam pengolahan
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Screw press adalah mesin kempa yang digunakan untuk memeras lumatan
brondolan matang dengan sistem tekan dan digunakan untuk memisahkan minyak
kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp) dengan cara diperas.Pengambilan
cairan minyak menjadi kurang efektif apabila di screw press terjadi :
1. Silinder press tersumbat akibat jarang dikosongkan
2. Air panas (air pengencer) diberikan pada adonan tidak cukup
3. Tekanan screw press dibawah ketentuan
4. Buah yang tidak matang direbus
5. Fraksi buah yang berbeda-beda dan juga jenis buah yang berbeda
6. Screw press yang telah aus
(Aryadi, 2011).
Putaran screw di sebagian besar PKS ternyata lebih tinggi dari yang biasa
9 rpm untuk kapasitas 10 ton TBS/jam. Dengan putaran yang lebih tinggi
kapasitas kempa lebih tinggi, tetapi di lain pihak kehilangan minyak dalam ampas
kempa menjadi tinggi pula. Pada putaran yang sama ternyata capaian kapasitas
tidak sama, dan dari data harian masing-masing PKS terlihat kapasitas bervariasi
cukup besar. Selain faktor putaran screw, kehilangan minyak dalam ampas kempa
Universitas Sumatera Utara
juga ditentukan oleh faktor suhu digester, tekanan konus, perbandingan
serabut/biji, kepenuhan digester, kondisi pisau digester dan wormscrew. Dalam
hal ini tekanan konus disesuaikan untuk mendapatkan kandungan minyak dalam
ampas yang berimbang dengan jumlah biji yang pecah dalam ampas kempa
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Ekstraksi Minyak Sawit
Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu
dilakukan pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji
sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi. Tujuan ekstraksi
untuk mengambil minyak dari masa adukan. Ada beberapa cara dan alat yang
digunakan dalam proses ekstraksi minyak.
Ekstraksi dengan sentrifugasi
Alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang-lubang pada
bagian dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukkan ke dalam tabung, lalu
diputar. Dengan adanya gaya sentrifugasi, maka minyak akan keluar melalui
lubang-lubang pada dinding tabung.
Ekstraksi dengan cara screw press
Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan lumatan
dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak
akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat diatur
secara elektris, dan tergantung dari volume bahan yang akan dipress. Cara ini
mempunyai kelemahan yaitu pada tekanan yang terlampau kuat akan
menyebabkan banyak biji yang pecah.
Universitas Sumatera Utara
Ekstraksi dengan bahan pelarut
Pada dasarnya, ekstraksi dengan cara ini adalah dengan menambah pelarut
tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak akan terpisah dari partikel
yang lain.
Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis
Dalam sebuah peti pemeras, bahan ditekan secara otomatis dengan tekanan
hidrolis (Fauzi dkk, 2006).
Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi
Tipe screw press
Kontinuitas adonan yang masuk ke dalam screw press mempengaruhi
volume worm yang paralel dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan
akan kurang dan kehilangan minyak dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini
beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disamping
pengisian yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan
rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw
press, karena kandungan minyak telah berkurang yang sering mengganggu dalam
pengepresan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam cairan.
Tekanan kerja screw press
Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikan
dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan
persentase biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press,
bahkan dapat menyebabkan kebakaran electromotor screw press. Tekanan kerja
cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi
dengan sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian
Universitas Sumatera Utara
screw press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang
diakibatkannya.
Tekanan yang terlalu bervariasi akan mengakibatkan pengaruh negatif
terhadap proses pengempaan dan terhadap alat kempa. Untuk menstabilkan
tekanan kerja dan tekanan lawan pada screw press dilakukan dengan cara
mengganti “geardrive” dengan “hydraulic transmissi” sehingga ganjalan–
ganjalan yang terdapat dalam screw press yang disebabkan ketidaksamaan bahan
baku dapat diatur secara automatic. Alat ini sudah banyak dikembangkan pada
screw press. Keuntungan dari alatini ialah dapat mengatur sendiri tekanan
tertinggi dan tekanan terendah dalam screw press, serta dapat diatur arah putaran
screw sehingga cake yang berbeda dalam cylinder press dapat dikeluarkan.
Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan adalah :
a. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan
masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka
ekstrasi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak
akan lebih rendah.
b. Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam
screw press maka jumlah biji pecah semakin tinggi.
c. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti screw,cylinder
press dan elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan
elektrik dan mekanis.
Air pengencer
Air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis
alat. Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake dalam
Universitas Sumatera Utara
pressan dari atas bagian tengah dan atau di chute screw press. Jumlah air pengecer
yang diberikan tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air
pengencer maka jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Pemberian air
pengencer yang terlalu banyak dapat berakibat terhadap :
a. Kandungan air cake
Kandungan air cake yang tinggi dapat menyebabkan proses :
1. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam cake breaker converyor
(CBC). Hal ini sering menyebabkan beban CBC yang terlalu berat.
2. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan
semakin menurun yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi
boiler.
3. Pemeraman biji berkadar air tinggi dalam silo biji akan lebih dan dapat
menyebabkan penurunan efisiensi ekstraksi biji yang lebih rendah.
b. Penurunan kapasitas screw press akibat bertambahnya kandungan air dan
kecepatan gerak cake dalam worm.
Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada
beberapa alat screw press yaitu 50-75% terhadap kandungan minyak dalam
adonan tersebut, misalnya jika rendeman minyak 22% dengan kapasitas screw
press 10 ton TBS/jam maka air yang disemprotkan sebagai air pengencer
sebanyak 1,1 – 1,65 m3 (Naibaho, 1996).
Rendemen
Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan,
untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen
minyak yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan
Universitas Sumatera Utara
buah, dimana buah berubah warna dari hitam menjadimerah oranye hingga terjadi
kematangan penuh (Sianturi, 2001).
Rendemen minyak dan inti sawit ditentukan oleh jenis bahan tanaman dan
umurnya, kesempurnaan penyerbukan, kematangan tandan, dan kehilangan di
lapangan (berondolan yang tidak terkutip) dan kehilangan dalam pengolahan di
pabrik. Angka rendemen yang diperoleh dapat dikoreksi atau disesuaikan dengan
pengaruh faktor-faktor lainnya jika diperkirakan akan ada penyimpangan yang
berarti dari keadaan sebelumnya (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Perawatan pabrik minyak sawit bukan saja menjadi faktor penentu dalam
pencapaian kapasitas dan efisiensi olah, tetapi juga turut menentukan pencapaian
rendemen dan mutu hasil minyak dan inti sawit.Secara umum pengendalian
pengolahan adalah pengendalian efisiensi. Efisiensi adalah perbandingan antara
masukan (input) yang diberikan dan keluaran yang diperoleh (output). Efisiensi
yang dimaksud adalah efisiensi mesin olah atau pabrik. Biasanya yang menjadi
acuan adalah efisiensi jalan mesin kempa dan efisiensi jalan pabrik. Pada pabrik
yang dikendalikan dengan semestinya efisiensi jalan kempa minimum adalah 90%
dan efisiensi jalan pabrik minimum adalah 95%. Efisiensi tersebut dapat diukur
dengan mencatat jam berhenti kempa, baik karena kerusakan atau kemacetan
mesin kempa maupun karena kerusakan atau kerusakan di stasiun lain
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah.
Pendekatan sistem (system approach) merupakan cara untuk menangani suatu
masalah berdasarkan berpikir kesisteman. Pendekatan sistem terhadap suatu
Universitas Sumatera Utara
masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan
semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan
perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan
tersebut. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pemecahan masalah yang
dilakukan secara menyeluruh (sistematik) (Tunas, 2007).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada tujuh langkah yang perlu
diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan alat utama
yang ilmiah, langkah-langkah itu adalah :
1. Mengetahui inti dari persoalan yang dihadapi, dengan perkataan lain
mendefinisikan perihal yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya
2. Mengumpulkan fakta dan data yang relevan
3. Mengolah fakta dan data tersebut
4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan
matang
6. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan
7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat dari keputusan yang
telah diambil
(Eriyatno, 2003).
Pengendalian Proses Statistik
Suatu proses dikatakan beroperasi dalam pengendalian statistikal apabila
variasi-variasi yang timbul hanya bersumber dari penyebab umum. Fungsi utama
dari sistem pengendalian proses statistikal adalah memberikan signal statistikal;
apabila terdapat variasi penyebab khusus dalam proses itu, dan tentu saja untuk
Universitas Sumatera Utara
menghindarkan memberikan sinyal yang salah apabila variasi penyebab khusus itu
tidak ada dalam proses (Gasperz, 2001).
Pengendalian proses statistik merupakan penerapan metode-metode
statistik untuk pengukuran analisis variasi proses. Teknik ini menerapkan
parameter-parameter pada proses dan analisis proses. Sasaran pengendalian proses
statistik terutama adalah mengadakan pengurangan terhadap variasi atau
kesalahan-kesalahan proses. Selain itu, tujuan utama dalam pengendalian proses
statistik adalah mendeteksi adanya penyebab khusus (assignable cause atau
special cause) dalam variasi atau kesalahan proses melalui analisis data dari masa
lalu maupun masa mendatang (Ariani, 2004).
Proses dikatakan dalam pengendalian statistik apabila penyebab khusus
dari penyimpangan atau variasi tersebut seperti penggunaan alat, kesalahan
operator, kesalahan dalam persiapan mesin, kesalahan penghitungan, kesalahan
bahan baku, dan lain sebagainya tidak tampak dalam proses. Apabila stabilitas
proses tercapai, kemampuan proses dapat diperbaiki dengan mengurangi
penyimpangan karena sebab umum seperti penyimpangan dalam bahan baku,
kondisi emosional operator, penurunan kinerja mesin, penurunan suhu udara, naik
turunnya kelembapan udara dan sebagainya (Indranata, 2008).
Mean (µ) adalah nilai tengah. Nilai ini dihitung dengan membagi jumlah
nilai terpisah dengan jumlah pengamatan.
……………………………(1)
dimana Xn = jumlah nilai-nilai hasil pengamatan
µ = nilai tengah
n = jumlah pengamatan.
Universitas Sumatera Utara
Standar deviasi adalah sebuah ukuran penyebaran nilai di sekeliling mean.
Standar deviasi ini dihitung dengan menjumlahkan kuadrat selisih antara setiap
nilai yang diukur dan mean tersebut, membagi jumlah ini dengan jumlah
pangamatan dan kemudian menghitung akar pangkat dua hasil kali itu.
…………………......(2)
dimana σ = standar deviasi dari populasi pengamatan
Standar deviasi merupakan sebuah parameter kunci dalam menentukan
batas-batas pengawasan untuk tujuan Statistical Process Control (SPC) karena
sebuah perbandingan populasi yang diketahui terletak diantara suatu deretan yang
ditentukan oleh deviasi mean tersebut :
a. Sekitar 68,3 % nilai-nilai dalam populasi terletak diantara satu deretan
yang ditentukan oleh “mean ± satu standar deviasi”
b. Sekitar 95,4 % nilai terdapat di dalam sebuah deretan yang ditentukan oleh
“mean ± dua standar deviasi”
c. Sekitar 99,7 % dari nilai (misalnya semua nilai yang sesungguhnya)
terdapat dalam deretan yang ditentukan “mean ± tiga standar deviasi”.
Deretan ini menentukan apa yang dinamakan “kemampuan proses biasa”
dari proses tersebut. Dimana proses itu menghasilkan keluaran antara
± tiga standar deviasi dari nilai tengah yang sesungguhnya sepanjang
waktu.
Nilai-nilai ini digunakan untuk memperkirakan titik dimana proses akan
memproduksi keluaran yang tidak sesuai sehingga operator dapat melakukan
tindakan pencegahan dan menjaga proses tetap di dalam batas-batasnya
(Munro-Farue dan Munro-Farue, 1996).
Universitas Sumatera Utara
Diagram Pencar
Diagram pencar atau scatter diagramadalah gambaran yang menunjukkan
kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel.
Walaupun terdapat hubungan, namun tidak berarti bahwa satu variabel
menyebabkan timbulnya variabel yang lain. Diagram pencar biasanya
menjelaskan adanya hubungan antara dua variabel dan menunjukkan keeratan
hubungan tersebut yang diwujudkan sebagai koefisien korelasi (Nasution, 2005).
Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram pencar, dapat berupa:
1. Karakteristik kualitas dan faktor yang mempengaruhinya.
2. Dua karakteristik kualitas yang saling berhubungan.
3. Dua faktor yang saling berhubungan yang mempengaruhi karakteristik
kualitas
(Indranata, 2008).
Langkah-langkah sederhanayang mungkin bisa dicoba dalam membuat
diagram pencar:
1. Pilih faktor terikat dan faktor bebas. Faktor terikat mungkin menjadi
penyebab suatuakibat dan efek diagram, suatu spesifikasi, atau sebuah
perhitungan dari kualitas. Faktor bebasdipilih karena memiliki hubungan
yang potensial terhadap faktor terikat.
2. Atur lembar pemasukan untuk data.
3. Pilih fungsi dari faktor bebas untuk diamati selama analisis.
4. Untuk fungsi yang dipilih dari faktor bebas,
buatlahpengamatanuntukfaktor terikat dan tulis pada lembar data.
Universitas Sumatera Utara
5. Tandai titik-titik pada diagram pencar, gunakan garis horizontal untuk
faktor bebas dan garis vertikal untuk faktor terikat.
6. Analisa diagram tersebut.
(Oakland, 2003).
Gambar berikut menunjukkan lima tipe dari pola yang dapat disusun
dengan mengolah data dan penjelasannya.
a. Korelasi positif d. Korelasi negatif mungkin terjadi
b. Korelasi positif mungkin terjadi e. Korelasi negatif
c. Tidak ada korelasi
Gambar 2. Interpretasi dari diagram pencar
Diagram pencar pertama menunjukkan suatu arti hubungan linier yang
positif, yang mana ketikafungsi dari x yang meningkat begitu juga dengan fungsi
dari y. Diagram pencar kedua menunjukkan kemungkinan terjadi hubungan
Universitas Sumatera Utara
linieryang positif. Dengan kata lain, fungsi x yang meningkat, fungsi y juga
cenderung hampir meningkat. Bagaimana pun, fungsi dari x terlihat dipengaruhi
oleh faktor dari variabel lain. Diagram ketiga menunjukkan suatu pola acak yang
mana tidak ada pengaruh hubungan antara kedua variabel. Diagram keempat
menunjukkan bukti dari kemungkinan hubungan linier yang negatif. Fungsi y
terlihat menurun ketika fungsi dari x meningkat. Walaupun hubungan antara
kedua variebel tidak kuat, tetapi masih terdapat suatu pola yang mempengaruhi
hubungan ini. Diagram kelima menunjukkan suatu arti hubungan linier yang
negatif. Diagram ini menunjukkan ketika x meningkat, y menurun (Messina,
1987).
Dengan metode diagram pencar, kita hanya dapat mengambil secara
sederhana dan relatif kasar, apakah antara dua variabel mempunyai hubungan
(korelasi) atau tidak. Jika ada, tidak memperdulikan seberapa erat hubungan
tersebut. Dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi, kita dapat
menggambarkan hubungan dua variabel tersebut dalam bentuk persamaan linier
(garis lurus) dan dapat mengetahui keeratan hubungan tersebut dari besarnya
koefisien korelasi dan determinasinya. Kemudian, berdasarkan angka besaran
koefisien korelasi dan determinasinya, kita dapat mempertimbangkan apakah
persamaan regresinya (dalam hal ini persamaan garis lurus) akan dipakai atau
tidak dalam penarikan kesimpulan, peramalan dan lain-lain (Kuswadi dan
Mutiara, 2004).
Analisis korelasi sederhana dilakukan menggunakan formula berikut:
…….(3)
Universitas Sumatera Utara
Dimana:
n = banyaknya pasangan data x dan y
∑ x = jumlah nilai-nilai dari variabel x
∑ y = jumlah nilai-nilai dari variabel y
∑ x2 = jumlah kuadrat nilai-nilai dari variabel x
∑ y2 = jumlah kuadrat nilai-nilai dari variabel y
∑ xy = jumlah hasil kali nilai-nilai dari variabel x dan y
(Indranata, 2008).
Koefisien korelasi r mempunyai nilai -1<r<1. Ini berarti bahwa korelasi
positif yang kuat mempunyai nilai r mendekati +1. Demikian juga korelasi negatif
yang kaut mempunyai nilai r mendekati -1. Apabila nilai r mendekati nol, berarti
korelasi antara dua variabel adalah lemah. Sebaliknya, apabila nilai r = 1, data
akan terletak pada garis lurus. Diagram pencar dapat digunakan untuk mengecek
kebenaranfishbone diagram or cause and effect diagram (Nasution, 2005).
Diagram Sebab-Akibat
Diagram sebab-akibat adalah sejumlah garis dan simbol yang
menggambarkan hubungan antara akibat (atau persoalan yang telah dipilih) dan
penyebabnya. Diagram arus mencapai tujuan yang sama dengan membuat
serangkaian langkah atau kotak. Diagram sebab akibat juga dikenal dengan nama
analisis tulang ikan atau diagram Ishikawa (menurut nama profesor Kaoru
Ishikawa dari Universitas Tokyo, yang pertama kali menggunakan metode ini
pada pabrik baja Fukiai pada tahun 1953) (Croker dkk, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menemukan penyebab
timbulnya persoalan serta apa akibatnya. Diagram ini penting untuk
mengidentifikasi secara tepat hal-hal yang menyebabkan persoalan kemudian
mencoba menanggulanginya (Gasperz, 1992).
Menurut Indranata (2008) pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat
digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut:
- Untuk menyimpulkan sebab-sebab variasi dalam proses
- Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
- Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
- Untuk memberikan petunjuk mengenai macam-macam data yang perlu
dikumpulkan
- Membantu dalam penyelidikan/pencarian fakta lebih lanjut.
Dalam pembuatan diagram tulang ikan, akibat atau permasalahan
digambarkan dalam bagian kepala ikan, sedangkan faktor-faktor penyebab
diletakkan sebagai tulang ikan. Pertama, permasalahan biasanya digolongkan
menjadi beberapa golongan besar, kemudianpenjabaran selanjutnya yang lebih
terperinci dapat dibuat dengan mengajukan pertanyaan ”mengapa” secara terus-
menerus. Penggolongan garis besar faktor-faktor penyebab dimaksud biasanya
dibagi atas :
- Bahan
- Alat (machine)
- Manusia (man)
- Cara (method), dan
- Lingkungan (enviroment).
Universitas Sumatera Utara
(Kuswadi dan Mutiara, 2004).
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, kemudian dilakukan kegiatan
seperti berikut:
1. Gambarkan diagram sebab akibat.
2. Tetapkan penyebab-penyebab pada cabang yang sesuai.
3. Bertanya”mengapa” pada setiap penyebab yang mungkin. Demikian pula
pertanyaan mengapa secara berulang-ulang dapat diajukan untuk penyebab
lain guna menemukan akar penyebab masalah tersebut.
4. Interpretasikan diagram sebab-akibat tersebut.
5. Tetapkan hasil-hasil dengan mengembangkan dan mengimplementasikan
tindakan korektif yang efektif serta memonitor hasil-hasil setelah
dilakukan tindakan korektif guna menjamin bahwa masalah yang dihadapi
telah dapat diselesaikan.
(Nasution, 2005).
Universitas Sumatera Utara