37
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Proses Menua 1.1 Defenisi Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2008). Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami. Menua bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun psikologi (Nugroho, 2000). Universitas Sumatera Utara

Chapter II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Chapter II

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Proses Menua

1.1 Defenisi

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu

waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan

proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,

yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun

psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi

mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,

gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho,

2008).

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami.

Menua bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada

berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan

selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun psikologi (Nugroho,

2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

Dalam buku keperawatan gerontik dan geriatric, Wahyudi Nugroho

(2008) mengatakan bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

dari jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang di derita.

Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan

mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini jelas menunjukkan

bahwa proses menua itu merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor

yang saling berkaitan yang dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan

lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.

Proses menua merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan secara

alamiah dan umumnya di alami oleh semua makhluk hidup, misalnya, dengan

terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga

tubuh mati sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada

organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut

usia/masih muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula

orang yang sudah lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan

tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering

dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya

tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak penyakit degeneratif

(mis: hipertensi, arteriosklerosis, diabetes militus dan kanker) yang akan

menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang dramatis,

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

misalnya stroke, infark miokard, koma asidotik, kanker metastatis dan

sebagainya.

Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling

berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang

proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan

sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan

detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan

dikemukakan bermacam-macam teori proses menua yang penting.

Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan

biologi, psikologi dan sosial (Iknatius, 2000).

Lansia adalah Orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan

mencapai umur 55 tahun, tidak memiliki atau tidak berdaya mencari nafkah

sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang

lain(UU.No 4 tahun 1999).

Lansia menurut UU No.13 thn 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia

Pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.

Secara ekonomis, penduduk lansia dapat diklasifikasikan atas lima

klasifikasi yaitu :

1) Pralansia

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

2) Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3) Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun

atau lebih dengan masalah kesehatan.

4) Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang/jasa.

5) Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung

pada kehidupan orang lain (Maryam, 2000).

Memberdayakan penduduk lansia potensial dalam berbagai aktifitas

produktif merupakan salah satu upaya penunjang kemandirian lansia, tidak saja

dari aspek ekonomi tetapi sekaligus pemenuhan kebutuhan psikologi, social,

budaya, dan kesehatan (Nugroho, 2000).

1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

Menurut Pudjiastuti dalam bukunya pada tahun 2002 bahwa faktor yang

mempengaruhi penuaan terdiri dari : Faktor endogen adalah perubahan dimulai

dari sel – jaringan – organ – sistem pada tubuh dan faktor ekstrogen, yaitu

lingkungan, sosial budaya, gaya hidup.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

Menurut bandiyah, 2009 faktornya terdiri dari : hereditas atau

keturunan /genetik, nutrisi atau makanan , status kesehatan , pengalaman hidup ,

stres (Nugroho, 2000).

1.3. Teori Proses Menua

Proses menua bersifat individual:

1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.

2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.

3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.

a. Teori Biologis

1. Teori Genetik

Teori genetik clock, teori ini merupakan teori intrinsik yang

menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang

mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan

bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies

tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya memiliki suatu jam

genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia

yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu

sehingga bila jenis ini berhenti berputar, dia akan mati.

Manusia mempunyai umur harapan hidup nomor dua terpanjang

setelah bulus. Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi,

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian

obat-obatan atau tindakan tertentu.

Teori mutasi somatic, menurut teori ini, penuaan terjadi karena

adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk.

Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam

proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-

menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau

perubahan sel menjadi kanker atau sel menjadi penyakit. Setiap sel

pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas

adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan

fungsional sel (Suhana, 2000).

2. Teori nongenetik

Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory), mutasi

yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem

imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Mutasi yang

merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak

mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari

peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989).

Proses metababolisme tubuh, memproduksi suatu zat khusus. Ada

jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan

kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi

kelainan autoimun.

Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory), teori

radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh,

karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam

mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang

tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan

sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang

menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak

stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi

oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal

bebas ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994).

Radikal bebas dianggap sebagai penyabab penting terjadinya

kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat dilingkungan

seperti:

1. Asap kendaraan bermotor

2. Asap rokok

3. Zat pengawet makanan

4. Radiasi

5. Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan

pigmen dan kolagen pada proses menua.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

Teori menua akibat metabolism, telah dibuktikan dalam berbagai

percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa

menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan

perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat

memperpendek umur (Darmojo, 2000).

Teori rantai silang (cross link theory), teori ini menjelaskan

bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam

nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi,

mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada

membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku,

kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

Teori fisiologis, teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik,

terdiri atas teori oksidasi stres (wear and tear theory). Di sini terjadi

kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai

(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal).

b. Teori Sosiologis

Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara

lain:

1. Teori Interaksi Sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada

suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi

sosial merupakan kunci mempertahankan status sosial berdasarkan

kemampuan bersosialisasi.

Pokok-pokok sosial exchange theory antara lain:

1. Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai

tujuannya masing-masing.

2. Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan

biaya dan waktu.

3. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor

mengeluarkan biaya.

2. Teori aktivitas atau kegiatan

a. Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan

secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang

sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam

kegiatan sosial.

b. Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan

aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama

mungkin.

c. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup

lanjut usia.

d. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu

agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

3. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.

Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya.

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang

lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang

dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan

dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman hidup seseorang

suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat dia menjadi

lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan

harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lanjut

usia.

4. Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory)

Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan

masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.

Pokok-pokok disangagement theory

a. Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa pensiun.

Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga

berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa dan

meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.

b. Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini

karena lanjut usia dapat merasakan tekanan sosial berkurang,

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang

lebih baik.

c. Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu diperhatikan:

1. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup

2. Proses tersebut tidak dapat dihindari

3. Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat.

Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961).

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia,

apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara

berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya

atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini

mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara

kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami

kehilangan ganda (triple loss):

1. Kehilangan peran (loss of role).

2. Hambatan kontak sosial (restriction of contact and

relationship).

3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores

and values)

Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami

proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan

mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.

Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa

peluang yang memungkinkan dapat diintervensi agar proses menua

dapat diperlambat.

Kemungkinan yang terbesar adalah mencegah:

1. Meningkatnya radikal bebas.

2. Memanipulasi sistem imun tubuh.

3. Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai misteri

kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses

menua merupakan salah satu misteri yang paling sulit

dipecahkan. Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari

luar (eksogen) tidak boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan

dan budaya gaya hidup yang salah. Banyak faktor yang

memengaruhi proses menua (menjadi tua), antara lain

herediter/genetik, nutrisi/makanan, status kesehatan,

pengalaman hidup, lingkungan, dan stres. Proses

menua/menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit, karena

orang meninggal bukan karena tua, orang muda pun bisa

meniggal dan bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos

mengenai lanjut usia yang sering merugikan atau bernada

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

negatif, tetapi sangat berbeda dengan kenyataan yang

dialaminya (Nugroho, 2000).

1.4 Aspek Fisiologik Dan Patologik Akibat Proses Menua

Perubahan akibat proses menua dan usia biologis, dengan makin

lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik

dan fungsional atas organ-organnya makin besar. Peneliti Andres dan Tobin

(seperti di kutip oleh Kane) mengintroduksi Hukum 1% yang menyatakan

bahwa fungsi organ-organ akan menurun sebanyak satu persen setiap

tahunnya setelah usia 30 tahun walaupun penelitian oleh Svanborg

menyatakan bahwa penurunan tersebut tidak sedramatis seperti di atas, tetapi

memang terdapat penurunan yang fungsional dan nyata setelah usia 70 tahun.

Sebenarnya lebih tepat bila dikatakan bahwa penurunan anatomik dan fungsi

organ tersebut tidak dikaitkan dengan umur kronologik melainkan dengan

umur biologiknya. Dapat disimpulkan, mungkin seseorang dengan usia

kronologik baru 55 tahun sudah menunjukkan berbagai penurunan anatomik

dan fungsional yang nyata akibat umur biologiknya yang sudah lanjut sebagai

akibat tidak baiknya faktor nutrisi, pemeliharaan kesehatan, dan kurangnya

aktivitas.

Penurunan anatomik dan fungsional dari organ-organ tersebut akan

menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut. Batas

antara penurunan fungsional dan penyakit seringkali para ahli lebih suka

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

menyebutnya sebagai suatu perburukan gradual yang manifestasinya pada

organ tergantung pada ambang batas tertentu dari organ tersebut dan pada

dasarnya tergantung atas:

1.Derajat kecepatan terjadinya perburukan atau deteriorisasi

2.Tingkat tampilan organ yang dibutuhkan

Pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pada seorang lanjut usia,

perbedaan penting dengan perkataan lain: pertanda penuaan adalah bukan

pada tampilan organ atau organisme saat istrahat, akan tetapi bagaimana

organ atau organisme tersebut dapat beradaptasi terhadap stres dari luar

(Kane, 2001). Sebagai contoh, seorang lansia mungkin masih

menunjukkan nilai gula darah normal pada saat puasa, akan tetapi

mungkin menunjukkan nilai gula darah normal pada saat puasa, akan

tetapi mungkin menunjkkan nilai yang abnormal tinggi dengan

pembebanan glukosa. Oleh karena itu pengguna tes darah 2 jam post

pradial kurang memberikan arti ketimbang nilai gula darah puasa.

Perubahan yang terjadi pada lanjut usia kadang bekerja bersama-sama

untuk menghasilkan nilai fungsional yang terlihat normal pada lansia.

Sebagai contoh, walaupun filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal sudah

menurun, banyak lansia menunjukkan nilai kreatinin serum dalam batas

normal. Ini disebabkan karena masa otot bersih dan produksi kreatinin

yang sudah menurun pada usia lanjut. Oleh karena itu pada usia lanjut

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II

kreatinin serum tidak begitu tepat uuntuk dijadikan sebagai indikator

fungsi ginjal dibanding dengan pada usia muda. Oleh karena fungsi ginjal

sangat penting untuk menentukan berbagai hal (pemberian obat, nutrisi,

dan prognosis penyakit), maka diperlukan cara lain untuk menentukan

parameter fungsi ginjal. Pada lansia oleh karenanya dianjurkan memakai

formula Cocroft-gault.

1.5 Tinjauan masalah psikologik pada lansia

Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali

mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka

hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk

memikirkannya. Dalam hal ini dikenal apa yang disebut disengagement

theory, yaitu berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya

satu sama lain. Dulu hal ini diduga dapat mensukseskan proses menua.

Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat sekarang, yang

justru menganjurkan masih tetap ada social involvement (keterlibatan

sosial) yang dianggap lebih penting dan meyakinkan. Masyarakat sendiri

menyambut hal ini secara positif. Contoh yang dapat dikemukakan

umpama dalam bidang pendidikan, yang masih tetap ditingkatkan pada

usia lanjut ini untuk menaikkan intelegensi dan memperluas wawasannya

(Broklehurst dan allen, 1987). Di negara-negara industri maju bahkan

didirikan apa yang disebut university of the thrird age. Pemisahan diri

(disengagement) baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II

kehidupan lansia saja. Para lansia yang realistis dapat menyesuaikan diri

terhadap lingkungannya yang baru.

Karena telah lanjut usia mereka seringkali dianggap terlalu lamban,

dengan daya reaksi yang lambat dengan kesigapan dan kecepatan

bertindak dan berfikir yang menurun, meskipun kinerja mereka banyak

yang masih baik. Banyak contoh-contoh historis, seperti antara lain:

G.Verdi, Goethe, Andre Topolev, Galilei, Laplace, Eisenhower, Churchill,

R.Reagan yang masih Berjaya dan sangat produktif pada bidangnya

masing-masing pada usia yang sangat lanjut (lebih dari 70 tahun).

Daya ingat (memori) mereka memang banyak yang menurun dari lupa

samapai pikun dan demensia. Biasanya mereka masih ingat betul

peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenai hal-

hal yang baru terjadi. Pada lansia yang masih produktif justru banyak yang

menggunakan waktu menulis buku ilmiah, maupun memorinya sendiri.

Stereotype psikologik orang lanjut usia

Biasanya sifat-sifat streotype para lansia ini sesuai dengan

pembawaanya pada waktu muda. Beberapa tipe yang dikenal adalah

sebagai berikut:

1. Tipe konstruktif: orang ini mempunyai integritas baik, dapat

menikmati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristis,

fleksibel (luwes) dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat ini dibawanya

sejak muda. Mereka dapat menerima fakta-fakta proses menua,

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II

mengalami pensiun dengan tenang, juga dalam menghadapi masa

akhir.

2. Tipe ketergantungan (dependent): orang lansia ini masih dapat di

terima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih

tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis.

Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun,

malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan

senang untuk berlibur.

3. Tipe defensif: orang ini biasanya dulunya mempunyai

pekerjaan/jabatan tak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, sering

kali emosinya tak dapat di kontrol, memegang teguh pada

kebiasaanya, bersifat konfulsif aktif. Anehnya mereka takut

menghadapi menjadi tua dan tak menyenangi masa pensiun.

4. Tipe bermusuhan (hostility): mereka menganggap orang lain yang

menyebabkan kegagalanya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga.

Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua

dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada

orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan

aktif untuk menghindari masa yang sulit/buruk.

5. Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters): orang ini

bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai

ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II

mempunyai perkawinan yang tidak bahagia, mempunyai sedikit

hobby merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima

fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda,

merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap

kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari

penderitaan. Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka yang lebih

tinggi persentasenya pada golongan lansia pada golongan lansia ini,

apalagi pada mereka yang hidup sendirian (darmojo, 2009).

1.6 Program Kesehatan Lanjut Usia

Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelayanan kesehatan kepada

masyarakat secara menyeluruh, terpadu dan bermutu yang antara lain

melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, serta sebagai pusat pengembangan

dan peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Saat ini

Puskesmas diharapkan dapat melaksanakan berbagai macam program dalam

bentuk upaya kesehatan wajib dan pengembangan. Program pembinaan

kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan pengembangan puskesmas

yang lebih mengutamakan upaya promotif, preventif dengan tidak

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.

Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia

a. Upaya Promotif

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat

di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi

untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain.

Upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta

produktivitas masyarakat lanjut usia.

1. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas

dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang

atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan

aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Menurut Dachroni

tahun 1998, PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena

bidang garapanya adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara

pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam

bidang kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visi

promosi kesehatan dan dapat di praktekan pada masing-masing tatanan.

Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok,

melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan

lingkungan seperti rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.

2. Gizi untuk Lanjut Usia

Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut

usia untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan

gizi, yang seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter II

tercapai kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua.

Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat

pembangun, dan zat pengatur.

1. Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti

beras, jagung, ubi dan lainya yang mengandung karbohidrat.

2. Sumber zat pembangun atau protein penting untuk pertumbuhan dan

mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani seperti telur, ikan dan susu.

Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.

3. Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral

yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh

contohnya sayuran dan buah.

b. Upaya Preventif

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya

penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa

deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di

kelompok lanjut usia ( posyandu lansia ) atau Puskesmas dengan

menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) lanjut usia.

c. Upaya Kuratif

Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan

dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan

lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di

fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter II

Kesehatan Desa. Apabila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan

penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke

Rumah Sakit setempat.

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif

maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan

kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.

1.7 Pengelompokan Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi: usia

pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia

(elderly) kelompok usia 60 – 74 tahun, lanjut usia tua (old) kelompok usia 75 –

90 tahun, usia sangat tua (very old) kelompok usia 90 tahun.

Menurut Jos Masdani (Psikologi UI) lanjut usia merupakan kelanjutan

dari usia dewasa, dan menurut Koesoemato Setyonegoro pengelompokan lanjut

usia sebagai berikut: usia dewasa muda (elderly adulhood) : 18 atau 20 – 25

tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas : 25 – 60 atau 65 tahun (

Nugroho, 2000 ).

Batasan – batasan lanjut usia menurut WHO :

1. Usia pertengahan ( middle age ),ialah kelompok usia 45-59 thn.

2. Lanjut usia ( elderly ) = antara 60 dan 74 tahun.

3. Lanjut usia tua ( old ) = antara 75 dan 90 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter II

4. Usia sangat tua ( very old ) = di atas 90 tahun( nugroho , 2000 ).

1.8 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

a. Perubahan-perubahan fisik

1) Sistim persyarafan: cepatnya menurun hubungan persyarafan /

kemampuan berkurang, lambat dalam respon dan waktu untuk

bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca indera,

berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecil syaraf

pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu.

2) Sistim penglihatan: kornea lebih berbentuk sfevis (bola), lensa lebih

suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan

gangguan penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya

adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam

cahaya gelap.

3) Sistim kardiovaskuler: kemampuan jantung memompa darah menurun

1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas

pembuluh darah,kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)

bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg

(mengakibatkan pusing mendadak), tekanan darah meninggi

diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter II

4) Sistim kulit: kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan

lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, kulit kepala dan rambut

menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal.

5) Rambut : penurunan pigmen yang menyebabkan rambut berwarna abu

– abu atau putih, penipisan seiring penurunan jumlah melanosit,

rambut pubik rontok akibat perubahan hormonal.

6) Telinga : Atrofi organ korti dan saraf auditorius , ketidakmampuan

membedakan konsonan bernada tinggi , perubahan struktural

degeneratif dalam keseluruhan sistem pendengaran.

7) Sistem meskuluskletal: Peningkatan jaringan adiposa, penurunan masa

tubuh yang tidak berlemak dan kandungan mineral tubuh, penurunan

pembentukan kolagen dan masa otot, penurunan viskositas cairan

sinovial dan lebih banyak membran sinovial yang fibritik (Stockslager,

2003).

b. Perubahan-perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental: perubahan

fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan,

keturunan, lingkungan.

c. Perubahan-perubahan psikososial

1) Pensiun

Seseorang pension akan mengalami kehilangan-kehilangan antara

lain: kehilangan finansial (income berkurang), kehilangan status,

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter II

kehilangan teman / relasi, kehilangan pekerjaan, merasakan atau sadar

akan kematian.

2) Perubahan dalam cara hidup

3) Gangguan panca indera, timbul kebutaan dan ketulian

4) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik

(Wahyudi Nugroho, 2000)

1.9 Hal-Hal Yang Diperhatikan Agar Lansia Sehat

a) Mandi

Pada waktu lansia memasuki kamar mandi hendaknya tubuhnya dipegang kuat

oleh pengasuhnya, jika merasa oyong waktu sedang mandi segera dibaringkan

tanpa bantal.

b) Kebersihan mulut

Lansia yang tidak mandiri perlu dibantu dalam membersihkan giginya, jika ada

gigi palsu hendaklah dibersihkan setelah habis makan dengan sikat gigi.

Menghilangkan baunya gigi palsu direndam dengan air hangat yang telah

dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 – 10 menit, kemudian

bilas kembali sampai bersih.

c) Cara mencuci rambut dan kulit

Kulit dan rambut pada lansia mulai mengering. Sehabis mandi, rambut harus

segera dikeringkan agar tidak mudah menjadi demam, batuk, pilek dan lain-lain.

d) Kuku

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Chapter II

Waktu menggunting kuku lansia harus hati-hati agar tidak terjadi luka pada

lansia, khususnya penderita diabetes melitus lebih sukar sembuh.

e) Pakaian

Pakaian lansia hendaknya terbuat dari bahan lunak, harus dijaga agar tetap rapi

karena banyak lansia yang tidak peduli lagi terhadap pakaian.

f) Istirahat tidur

Biasanya pola tidur lansia hanya beberapa jam saja, kemudian terbangun lagi

dan memerlukan waktu untuk dapat tidur kembali. Tercapai kesegaran jasmani

dan rohani lansia sangat perlu, maka pola istirahat dan tidur harus dilakukan

berulang-ulang setiap hari. Kamar tidur hendaknya mempunyai ventilasi yang

baik, khususnya bagi penyakit paru.

g) Masalah buang air kecil dan besar

Lansia pria akibat pembesaran kelenjar prostat dapat menimbulkan gangguan

berkemih. Lansia wanita akibat kebersihan pada daerah kemaluan dan dubur

jika tidak dijaga dengan baik, maka sering sekali terjadi infeksi saluran

kemih(R.Boedi – Darmojo,2003).

2. Pengkajian status fungsional.

2.1 Defenisi

Pengkajian status fungsional adalah suatu kemampuan seseorang

untuk menggunakan kapasitas fisik yang dimiliki guna memenuhi kewajiban

hidupnya, yang berintegrasi/berinteraksi dengan lingkungan dimana ia berada.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Chapter II

2.2 Kewajiban hidup seorang individu terdiri atas :

a) Kewajiban melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari. Aktifitas

kehidupan sehari-hari ialah suatu aktifitas yang meliputi kegiatan

perawatan diri, memelihara lingkungan hidupnya dan prilaku yang

bermanfaat bagi dirinya sendiri.

b) Kewajiban melaksanakan aktivitas produktif. Aktifitas produktif adalah

semua bentuk aktivitas baik yang menghasilkan bentuk jasa ataupun

komoditi yang digunakan oleh orang lain sehingga dapat memberikan

peningkatan kemampuan, ide, pemenuhan kebutuhan, dll.

c) Kewajiban melaksanakan aktivitas rekreasi. Aktivitas rekreasi adalah

semua bentuk aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang dan

membuat pelakunya menjadi lebih gembira dan dapat menikmati aktivitas

tersebut(http/fungsi dan pelayanan).

2.3 Kemampuan Fungsional

2.3.1 Defenisi

Kemampuan fungsional adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan

seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri.

Penentuan kemampuan fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan

keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat.(

Siti Maryam, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Chapter II

Beberapa sistem penilaian yang dikembangkan dalam pemeriksaan

kemampuan fungsional, tersebut antara lain indeks Barthel yang dimodifikasi,

indeks katz, indeks Kenny self-care, dan indeks activity daily living(ADL)

2.3.2 Jenis – jenis pengkajian kemampuan fungsional

a. Indeks Barthel yang dimodifikasi.

Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam

meningkatkan aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan, berpindah

tempat, kebersihan diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan di jalan datar,

naik turun tangga, berpakaian, mengontrol defekasi, mengontrol

berkemih.

Cara penilaiannya antara lain : Makan, jika memerlukan bantuan

di beri nilai 5 dan jika mandiri 10. Berpindah dari kursi roda ketempat

tidur dan sebaliknya termasuk duduk di tempat tidur ,Jika memerlukan

bantuan di beri nilai 5-10 dan jika mandiri 15. kebersihan diri(mencuci

muka ,menyisir, mencukur, menggosok gigi) Jika memerlukan bantuan

di beri nilai 0 dan jika mandiri 5. Aktivitas di toilet(mengelap,

menyemprot) Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri

10. Mandi, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 0 dan jika mandiri

5.Berjalan dijalan yang datar, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 10

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Chapter II

dan jika mandiri 15. Naik turun tangga, Jika memerlukan bantuan di beri

nilai 5 dan jika mandiri 10. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu,

Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10. Mengontol

dofekasi, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10.

Mengontrol berkemih, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika

mandiri diberi nilai 10.

Dengan penilaian:

0-20 : ketergantungan penuh

21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung

62-90 : ketergantungan moderat

91-99 : ketergantungan ringan

100 : mandiri.

b. Indeks katz

Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk

aktivitas kehidupan sehari – hari yang berdasarkan pada evaluasi

fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan,kontinen

(BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan berpakaian.

Menurut Pratiwi S Pongrekuns blog, Index Katz adalah pemeriksaan

disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat

bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas fungsionalnya. Salah

satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Chapter II

perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri

evaluasi dan aktivitas rehabilisasi.

Pengukuran pada kondisi ini meliputi Indeks Katz

1  

Mandi Dapat mengerjakan    

sendiri bagian tertentu dibantu atau 

seluruhnya dibantu 

2  Berpakaian Seluruhnya tanpa 

bantuan bagian tertentu dibantu atau Seluruhnya dengan bantuan 

 

3 Pergi ke toilet 

Dapat mengerjakan sendiri 

Memerlukan bantuan atau Tidak dapat pergi ke WC 

4 Berpindah (berjalan) 

Tanpa bantuan Dengan bantuan atau Tidak 

dapat melakukan 

5  BAB dan BAK  Dapat mengontrol 

Kadang‐kadang ngompol / defekasi di tempat tidur atau Dibantu seluruhnya 

dengan alat 

6  Makan  Tanpa bantuan Perlu bantuan dalam hal‐hal tertentu atau Seluruhnya 

dibantu

Klasifikasi:

A : Mandiri, untuk 6 fungsi

B : Mandiri, untuk 5 fungsi

C : Mandiri, kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain.

D : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian dan 1 fungsi lain

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Chapter II

E : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain

F : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain

G : Tergantung untuk 6 fungsi.

Berdasarkan referensi yang peneliti dapatkan , untuk mempermudah

penilaiannya maka klasifikasinya dimodifikasi sebagai berikut :

A : Mandiri, untuk 6 fungsi

B : Mandiri, untuk 5 fungsi

C : Mandiri, untuk 4 fungsi.

D : Mandiri, untuk 3 fungsi

E : Mandiri, untuk 2 fungsi

F : Mandiri, 1untuk 1 fungsi

G : Tergantung untuk 6 fungsi.

Keterangan:

Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari

orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap

tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.

c. Indeks Kenny self – care

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Chapter II

Gugus tugas pada evaluasi ini merupkan pertimbangan untuk

menilai sarat minimal kemandirian individu di rumah atau tempat lain

dengan lingkungan terbatas. Hal yang dinilai meliputi tujuh kategori

yaitu aktivitas di tempat tidur(bergeser di tempat tidur, bangun dan

duduk), Berpindah (duduk, berdiri), ambulasi (berjalan , naik turun

tangga, penggunaan kursi roda), berpakaian (anggota atas dan trunk

bagian atas), hygiene (wajah, rambut, anggota atas, Trunk, anggota

bawah), defekasi, berkemih, makan.

Dengan skala penilaian :

O: ketergantungan penuh

1 : perlu bantuan banyak

2: perlu bantuan sedang

3 : perlu bantuan minimal/ pengawasan

4 : mandiri penuh

Hasil kemandirian merupakan jumlah rata-rata tiap bidang kemampuan

(Pudjiastuti, 2003).

d.indeks activity daily living (ADL).

Indeks ADL menilai aktivitas fungsional dalam 16 bidang

kemampuan, yaitu : berpindah dari lantai ke kursi, berpindah dari kursi

ke tempat tidur, berjalan dalam ruangan, berjalan diluar, naik tangga,

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Chapter II

turun tangga, berpakaian, mencuci, mandi, menggunakan toilet, kontrol

defekasi dan berkemih, berhias, menyikat gigi, menyiapkan minum

teh/kopi, menggunakan kran, dan makan. Skala penilaian adalah 1(dapat

melakukan tanpa bantuan), nilai 2 (dapat melakukan dengan bantuan),

nilai 3(tidak dapat melakukan).

Dalam penelitian ini peneliti memakai instrumen indeks Katz

sebagai alat ukur untuk mengambarkan kemampuan dan keterbatasan

fungsional lansia di Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.

3. Pelayanan Kesehatan Lansia Panti Werdha

Pelayanan kesehatan adalah suatu sistem dimana pelayanan dapat diperoleh

dengan mudah secara universal bagi individu dan keluarga dalam komunitas tertentu,

yang disediakan pemerintah bagi mereka melalui partisipasi penuh dari mereka

sendiri (Potter & Perry, 2005).

Dalam mengatasi berbagai persoalan untuk lanjut usia, pemerintah dalam

Departemen Sosial mengupayakan suatu sarana untuk menampung lanjut usia pada

satu institusi yang disebut Panti Werdha. Institusi ini dimaksudkan untuk menampung

lanjut usia yang miskin dan terlantar untuk diberikan fasilitas yang layak mulai dari

kebutuhan makan minum sampai kebutuhan aktualisasi dan bagi lanjut usia yang

berkecukupan juga membutuhkannya (Mariani & Kadir, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Chapter II

Panti werdha (elderly-hostels) adalah suatu institusi hunian bersama dari para

lansia yang secara fisik/kesehatan masih mandiri, akan tetapi mempunyai

keterbatasan di bidang sosial-ekonomi. Kebutuhan hunian biasanya disediakan oleh

pengurus panti, diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta. Biasanya lanjut usia

yang ditempatkan di panti werdha karena terlantar dan keluarga sudah tidak merawat

lansia akibat kesibukan keluarga atau masalah ekonomi, padahal lansia sangat rentang

dengan kesehatan mental dan fisik, terutama dengan fungsi kognitif, memori, masih

butuh perhatian maupun motorik (Darmojo dkk, 2006).

3.1 Visi dan Misi Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak

Balita Wilayah Binjai Dan Medan.

Visi Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak

Balita Wilayah Binjai Dan Medan adalah terwujudnya lansia bahagia sejahtera

di hari tua. Sedangkan misi dari Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan adalah:

a. Meningkatkan pelayanan fisik lanjut usia melalui pemenuhan kebutuhan

sandang, pangan dan papan

b. Menumbuhkan setiap kemandirian, kesetaraan, kebersamaan dan

memberikan perlindungan kepada lansia

c. Meningkatkan hubungan yang harmonis anatar sesame lansia, lansia dengan

pegawai dan lansia dengan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Chapter II

3.2 TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi) dan Tujuan dari Panti Werdha UPT.

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.

Tugas pokok dari Panti, adalah:

a. Melaksanakan observasi, identifikasi, seleksi dan penerimaan calon klien

b. Melaksanakan pengungkapan dan pemahaman masalah serta penyusunan

rencana pelayanan rehabilitasi terhadap lansia

c. Melaksanakan penampungan, pengasramaan, perawatan dan penyediaan

bahan pangan bagi lansia

d. Melaksanakan pembinaan fisik, mental dan sosial secara individu dan

kelompok bagi lansia

Fungsi dari Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita

Wilayah Binjai Dan Medan, adalah:

a. Sebagai pusat informasi, pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia yang

bermasalah

b. Sebagai unit pengembangan pelayanan kesehatan sosial lanjut usia

Tujuan dari Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita

Wilayah Binjai Dan Medan, adalah:

a. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia kurang mampu atau terlantar melalui

pemberian pelayanan dan perawatan baik jasmani maupun rohani dalam

rangka pemenuhan kebutuhan hidup secara wajar

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Chapter II

b. Tumbuhnya kemandirian lansia

c. Terciptanya rasa aman dan ketentraman lansia sehingga dapat menikmati

hidup secara wajar

3.4 Sasaran dan Jenis Pelayanan Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.

Sasaran pelayanan, yaitu:

a. Usia minimal 60 tahun

b. Berasal dari keluarga tidak mampu dengan dibuktikan surat keterangan dari

pemerintah setempat

c. Dapat mengurus diri sendiri, tidak sakit jiwa

d. Tidak mempunyai penyakit menular, dibuktikan surat keterangan dari

Puskesmas atau pihak yang berwenang

e. Surat izin dari pihak keluarga atau pihak yang bertanggung jawab

f. Bersedia memenuhi peraturan panti

3.5 Jenis pelayanan, yaitu:

1. Pemberian penampungan (asrama), pemberian makan dan pakaian

2. Bimbingan mental, fisik dan sosial, juga pemeliharaan kesehatan

3. Pengisian waktu luang (berkebun kerajinan tangan, beternak,berjualan, dan

lain-lain), pelayanan pendampingan, konsultasi dan rekreasi

4. Pemakaman

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Chapter II

3.6 Gambaran Umum Panti Werdha

3.6.1.Bagian Personalia

Jumlah pegawai negeri sipil pada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia wilayah

Binjai dan Medan sebagai berikut:

No.  Tempat Bertugas / Staf Jumlah Keterangan 1  2 3 4 5 6 7 

Ka. UPT Pelayanan Sosial LU Wilayah Binjai dan Medan Ka. Tata Usaha Staf Tata Usaha Kasie Perencanaan Program Staf Perencanaan Program  PLH. KAsie Panti ABDI Staf Ksie Panti ABDI 

1 orang

 1 orang 6 orang 1 orang 1 orang 1 orang 11 orang

 

Jumlah  22 orang  

Kegiatan dari para pengasuh kepada lansia dipanti werda adalah:

a. Memberikan bimbingan sosial dan pembinaan pada warga binaan sosial setiap

hari, membantu perawat di poliklinik

b. Mengarahkan kebersihan di wisma, perkarangan dan lingkungan panti

c. Mengawasi warga binaan dalam kegiatan keterampilan

d. Melaksanakan tugas sesuai jadwal yang telah ditetapkan

e. Memantau pendistribusian makanan di dapur umum dalam mengelola makanan

f. Mengarahkan warga binaan sosial dalam mengikuti bimbingan mental agama

dan melatih senam pagi di lapangan Panti Werda.

g. Membuat laporan sesuai tugas masing-masing

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Chapter II

3.7 Kegiatan Lansia

Kegiatan yang dilaksanakan oleh lansia dipanti werda, adalah:

a. Gotong royong atau senam pagi (di dalam panti)

b. Sarapan pagi, makan siang dan makan malam

c. Kebersihan wisma, kamar dan aktivitas lain di bombing oleh petugas atau

pengasuh

d. Beribadah, mengisi waktu luang

e. Kegiatan keterampilan dan istirahat

f. Bimbingan sosial mental atau agama

g. Makan malam, ibadah, istirahat atau tidur

Jam kegiatan, yaitu:

a. Senin – Kamis : pkl. 06.00 – 07.00 wib gotong royong

b. Selasa – Sabtu : pkl. 07.00 – 08.00 wib senam pagi

c. Rabu – Jumat : pkl. 09.00 – 10.00 wib ceramah agama dan

pengajian

d. Pemeriksaan kesehatan setiap hari : pkl. 10.00 wib

Kesehatan lansia atau jompo adalah warga binaan sosial yang menderita

sakit setiap bulannya antara 80 s/d 120 orang dari warga yang berjumlah 160

orang. Penyakit yang diderita kebanyakan adalah jenis penyakit yang selalu

diderita para lansia; sakit kepala, sesak nafas, demam, batuk, gatal-gatal,

rematik, darah tinggi, sakit tulang, mata rabun.

Universitas Sumatera Utara