31
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan Berbagai bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan. Kayu, tulang, ivory, keramik, logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk basis gigitiruan. Perkembangan yang pesat dalam bahan basis gigitiruan menyebabkan terjadinya peralihan dari penggunaan bahan alami menjadi penggunaan resin sintetis dalam pembuatan basis gigitiru an. 1,4  2.1.1 Pengertian Berdasarkan The Glossary of Prosthodontic Terms (GPT) edisi 8 (2005), basis gigitiruan adalah bagian dari suatu gigitiruan yang bersandar pada jaringan  pendukung dan t empat a nasir gigitiruan dilekatkan d an bahan basis gigitiruan adalah suatu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan.  Daya tahan,  penampilan dan sifat-sifat dari suatu basis gigitiruan sangat dipengaruhi oleh bahan  basis tersebut. Berbagai bahan telah digunakan untuk membuat gigiti ruan, namun  belum ada bahan yang dapat memenuhi semua persyaratan bahan basis gigi tiruan. 1,2,9 2.1.2 Persyaratan Berdasarkan   International Organization for Standardization (ISO), syarat- syarat bahan basis gigitiruan yang ideal ad alah: 4 a. Biokompatibel : tidak toksik dan non-iritan  b. Karakteristik permukaan : permukaan halus, keras dan kilat Universitas Sumatera Utara

Chapter II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

  • 5/28/2018 Chapter II

    1/31

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Basis Gigitiruan

    Berbagai bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan. Kayu,

    tulang, ivory, keramik, logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan

    untuk basis gigitiruan. Perkembangan yang pesat dalam bahan basis gigitiruan

    menyebabkan terjadinya peralihan dari penggunaan bahan alami menjadi penggunaan

    resin sintetis dalam pembuatan basis gigitiruan.1,4

    2.1.1 Pengertian

    Berdasarkan The Glossary of Prosthodontic Terms(GPT) edisi 8 (2005), basis

    gigitiruan adalah bagian dari suatu gigitiruan yang bersandar pada jaringan

    pendukung dan tempat anasir gigitiruan dilekatkan dan bahan basis gigitiruan adalah

    suatu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan. Daya tahan,

    penampilan dan sifat-sifat dari suatu basis gigitiruan sangat dipengaruhi oleh bahan

    basis tersebut. Berbagai bahan telah digunakan untuk membuat gigitiruan, namun

    belum ada bahan yang dapat memenuhi semua persyaratan bahan basis gigitiruan.1,2,9

    2.1.2 Persyaratan

    BerdasarkanInternational Organization for Standardization (ISO), syarat-

    syarat bahan basis gigitiruan yang ideal adalah:4

    a. Biokompatibel : tidak toksik dan non-iritanb. Karakteristik permukaan : permukaan halus, keras dan kilat

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    2/31

    c. Warna : translusen dan warna merata, bila perlu, mengandung serat secaramerata

    d. Stabilitas warna : tidak boleh menunjukkan lebih dari sedikit perubahandalam warna, yang hanya dapat dilihat bila diperhatikan

    e. Translusensi: dapat dilihat dari sisi lawan lempeng uji spesimenf. Bebas dari porositas : tidak boleh menunjukkan rongga kosongg. Kekuatan lentur : tidak kurang dari 60-65 MPah. Modulus elastisitas : paling sedikit 2000 MPa untuk polimer yang

    dipolimerisasi dengan panas dan paling sedikit 1500 MPa untuk polimer

    swapolimerisasi

    i. Tidak ada monomer sisaj. Tidak menyerap cairank. Tidak dapat larutSampai saat ini belum ada satu pun bahan yang mampu memenuhi semua

    kriteria tersebut di atas.10

    2.1.3 Klasifikasi

    Klasifikasi basis gigitiruan berdasarkan bahan yang digunakan secara umum

    terdiri atas bahan logam, resin, dan kombinasi logam-resin.

    10

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    3/31

    2.1.3.1 Logam

    Logam sebagai bahan basis gigitiruan memiliki beberapa keuntungan:

    a. Penghantar suhu

    10

    Logam merupakan penghantar suhu yang baik, sehingga setiap perubahan

    suhu yang terjadi akan langsung disalurkan ke jaringan di bawahnya. Rangsang

    seperti ini akan menstimulasi dan mempertahankan kesehatan jaringan.

    b. Ketepatan dimensiBasis yang terbuat dari aloi emas maupun krom kobalt tidak hanya lebih tepat,

    tetapi juga mampu mempertahankan bentuk tanpa terjadi perubahan selama

    pemakaian dalam mulut.

    c. KebersihanLogam adalah bahan yang tahan abrasi, sehingga permukaannya tetap licin

    dan mengkilat serta tidak menyerap saliva. Sifat ini membuat deposit makanan dan

    kalkulus sulit melekat.

    d. Kekuatan maksimal dengan ketebalan minimalBasis logam dapat dibuat lebih tipis daripada resin, tetapi cukup kuat dan

    kaku, sehingga ruang gerak bagi lidah relatif lebih luas.

    Di samping beberapa keuntungan di atas, logam juga memiliki beberapa

    kerugian:

    a. Basis logam tidak mungkin dilapis atau dicekatkan kembali10

    b. Warna basis logam tidak harmonis dengan warna jaringansekitarnya, sehingga bila dipakai di bagian anterior akan mengganggu estetik

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    4/31

    c. Relatif lebih berat, terutama aloi emas untuk rahang atasd. Perluasan basis logam hingga lipatan bukal serta pengembalian

    kontur pipi dan bibir sulit dilakukan dengan basis logam

    e. Teknik pembuatannya lebih rumit dan mahal2.1.3.2 Resin

    Sebagai basis gigitiruan, resin akrilik dan nilon menunjukkan beberapa

    keuntungan:10

    a. Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehinggamemenuhi faktor estetik

    (Gambar 1)

    b. Dapat dilapis dan dicekatkan kembalic. Relatif lebih ringand. Teknik pembuatan dan pemolesannya mudahe. Biaya murah

    Di samping keuntungan tersebut, resin juga memiliki beberapa kerugian:

    a. Penghantar suhu yang buruk10

    b. Dimensinya tidak stabil baik pada waktu pembuatan,pemakaian dan reparasi

    c. Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan ataupemakaian

    d. Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairanmulut sehingga mempengaruhi stabilitas warna

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    5/31

    e. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat padabasis resin

    Gambar 1 : Gigitiruan Resin Akrilik11

    Berdasarkan ISO 1567, polimer basis gigitiruan dikategorikan dalam tipe dan

    kelas berikut:

    a. Tipe 1. Polimer yang diproses dengan panas3,4

    (i) Kelas 1. Bubuk dan cairan(ii)Kelas 2. Plastic cake

    b. Tipe 2. Polimer swapolimerisasi(i) Kelas 1. Bubuk dan cairan.(ii)Kelas 2. Bubuk dan cairan resin tuang

    c. Tipe 3. Potongan atau bubuk termoplastikd. Tipe 4. Bahan yang diaktifkan dengan sinare. Tipe 5. Bahan yang dikuring dengan microwave

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    6/31

    2.1.3.3 Kombinasi Logam-Resin

    Basis kombinasi logam-resin ini berupa rangka dari logam, dilapisi resin

    untuk tempat perlekatan elemen tiruan dan bagian yang berkontak dengan mukosa

    mulut. (Gambar 2)

    Tujuan pemakaian basis kombinasi logam-resin adalah

    memanfaatkan keuntungan masing-masing bahan.10

    Gambar 2 : Gigitiruan Kombinasi

    Logam-Resin 12

    2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

    Resin akrilik telah digunakan sebagai basis gigitiruan selama lebih dari 60

    tahun dan saat ini merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan

    basis gigitiruan.2-5,13-5Resin akrilik merupakan bahan pilihan karena memiliki estetis

    yang baik,sifat fisis dan mekanis yang cukup baik, murah, dan mudah dibuat dengan

    peralatan yang tidak mahal. Walaupun demikian, seperti bahan basis gigitiruan

    lainnya, resin akrilik tidak terlepas dari keterbatasan dan tidak memenuhi seluruh

    persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal.

    Pada tahun 1935, Imperial Chemical Industriesmemperkenalkan bahan resin

    akrilik injection-moulded. Pada tahun 1936, Roth menemukan proses dough

    mouldingyang kemudian dibuat dan dipasarkan dengan polimer dalam bentuk bubuk

    2,5

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    7/31

    dan monomer dalam bentuk cairan. (Gambar 3) Ketika dicampurkan bahan ini

    membentuk suatu adonan plastis yang dapat dimasukkan dalam mouldgigitiruan dan

    polimerisasi terjadi dengan pemanasan terhadap mould yang telah terisi yang

    akhirnya membentuk suatu zat padat yang kaku.2,16

    Gambar 3 :Acron MC-GC America,Salah Satu Nama Dagang

    Resin Akrilik Polimerisasi

    Panas17

    2.2.1 Komposisi

    Unsur pokok dari resin akrilik polimerisasi panas adalah:

    a. Bubuk2,3,4

    Polimer : butiran atau granul poli metil metakrilat

    Inisiator : benzoyl peroxide

    Pigmen/pewarna : garam cadmiumatau besi, atau pewarna organik

    b. CairanMonomer : metil metakrilat

    Cross-linking agent: ethyleneglycol dimethylacrylate

    Inhibitor : hydroquinone

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    8/31

    Komponen utama dari bubuk adalah butiran-butiran poli metal metakrilat

    dengan diameter hingga 100 m dan massa jenis 1,19 g/cm3, sedangkan komponen

    utama dari cairan adalah monomer metil metakrilat yang bening, tidak berwarna,

    tidak kental dan berbau menyengat yang disebabkan tekanan penguapan yang relatif

    tinggi pada suhu ruangan.4

    2.2.2 Manipulasi

    Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet

    dengan menggunakan teknik compression-moulding. Bubuk dan cairan dicampur

    dengan perbandingan volume 3:1 atau perbandingan berat 2,5:1.2,5

    Bahan yang telah dicampur melewati empat tahap:

    a. Tahap pertama: tahap basah, seperti pasir (wet sand stage)2,5,18

    b. Tahap kedua: tahap lengket berserat (tacky fibrous) selamapolimer larut dalam monomer (sticky stage)

    c. Tahap ketiga: tahap lembut, seperti adonan, sesuai untuk diisike dalam mould (dough stage / gel stage)

    d. Tahap keempat: tahap kaku, seperti karet (rubbery stage)Setelah pembuangan malam, adonan diisikan dalam mould gips. Kuvet

    ditempatkan, di bawah tekanan, dalam water bathdengan waktu dan suhu terkontrol

    untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Umumnya resin akrilik

    polimerisasi panas dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam water bath

    dengan suhu konstan pada 70oC selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    9/31

    akhir pada suhu 100oC selama 30 menit sesuai rekomendasi Japan Industrial

    Standard(JIS).19

    Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga

    mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang cukup

    sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan pemisahan

    kuvet dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah fraktur atau distorsi

    gigitiruan.5

    Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan akrilik siap untuk diproses

    akhir dan dipoles.8

    2.2.3 Sifat-Sifat

    Sifat bahan basis gigitiruan terbagi atas sifat mekanis, sifat kemis dan

    biologis, serta sifat fisis.3

    2.2.3.1 Sifat Mekanis

    Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari

    bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan.15 Sifat mekanis bahan basis gigitiruan

    terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak,fatique, crazingdan kekerasan.

    a. Kekuatan Tensil3

    Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa.4,20

    Kekuatan

    tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin

    akrilik.

    16

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    10/31

    b. Kekuatan ImpakKekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm.

    4,20Resin

    akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan akrilik

    jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur.3

    c. FatiqueResin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat

    fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigitiruan yang tidak didesain

    dengan baik sehingga basis gigitiruan melengkung setiap menerima tekanan

    pengunyahan.3Kekuatanfatiquebasis resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,5 juta

    lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lb/in2 pada stress maksimum 17

    MPa.

    d. Crazing20

    Crazing kadang-kadang muncul berupa kumpulan retakan pada permukaan

    gigitiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis gigitiruan. Retakan-retakan ini

    dapat timbul akibat salah satu dari tiga mekanisme berikut. Pertama, apabila pasien

    memiliki kebiasaan sering mengeluarkan gigitiruannya dan membiarkannya kering,

    siklus penyerapan air yang konstan diikuti pengeringan sehingga dapat menimbulkan

    stress tensil pada permukaan dan mengakibatkan terjadinya crazing. Kedua,

    penggunaan anasir gigitiruan porselen juga dapat menyebabkan crazingpada basis di

    daerah sekitar leher anasir gigitiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi

    termal antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, crazing dapat terjadi selama

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    11/31

    perbaikan gigitiruan ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin akrilik

    yang telah mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat crazingini dapat

    dikurangi oleh cross-linking agentyang berfungsi mengikat rantai-rantai polimer.

    e. Kekerasan3

    Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15

    kg/mm2.3,20Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak

    dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung

    menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi

    pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah

    besar.3

    Kekurangan utama dari resin akrilik adalah mudah frakturnya gigitiruan, hal

    ini berhubungan erat dengan sifat-sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas, yaitu

    kekuatan tensil, lentur, fatique dan impak yang rendah serta sifat notch sensitivity

    yang tinggi.

    5,16

    2.2.3.2 Sifat Kemis dan Biologis

    Sifat kemis adalah sifat suatu bahan yang dapat mengubah sifat dasar bahan

    tersebut, seperti penyerapan air dan stabilitas warna. Sifat biologis adalah sifat suatu

    bahan dalam interaksinya dengan makhluk hidup, seperti pembentukan koloni bakteri

    dan biokompatibilitas.

    a. Penyerapan Air3

    Resin akrilik menyerap air secara perlahan, biasanya melalui difusi, dan

    mencapai titik keseimbangan sekitar 2 % setelah periode beberapa hari atau minggu

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    12/31

    tergantung pada ketebalan gigitiruan. Penyerapan air selalu terjadi pada resin akrilik

    dengan tingkat yang lebih besar pada bahan yang lebih kasar.13

    Penyerapan air

    menyebabkan perubahan dimensi, meskipun tidak signifikan.3,5

    Penelitian Cheng Yi-

    Yung (1994) menemukan bahwa penambahan berbagai serat pada resin akrilik

    menunjukkan perubahan dimensi yang lebih kecil selama perendaman dalam air.

    b. Pembentukan Koloni Bakteri21

    Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan

    gigitiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan,

    kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan.3,22

    Berbagai penelitian

    menunjukkan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang

    rendah, permukaan yang halus, kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan

    nilon dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga apabila

    diproses dengan baik dan sering dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan

    mudah terjadi.

    10,16,23

    Pembersihan dan perendaman gigitiruan dalam pembersih kemis

    secara teratur umumnya sudah cukup untuk mengurangi masalah perlekatan bakteri.

    c. Stabilitas Warna5

    Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap

    stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin

    akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam

    larutan kopi.4 Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi

    panas memiliki stabilitas warna yang baik.4,16,20

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    13/31

    d. BiokompatibilitasSecara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel.

    Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi yang

    disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoic acid pada basis gigitiruan.

    Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami iritasi apabila terdapat jumlah

    monomer yang tinggi pada basis gigitiruan yang tidak dikuring dengan baik. Batas

    maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut

    standar ISO adalah 2,2 %.2,3

    2.2.3.3 Sifat Fisis

    Sifat fisis adalah sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau

    gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri atas massa

    jenis, ekspansi termal, porositas dan kekasaran permukaan.

    a. Massa Jenis3

    Resin akrilik memiliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 g/cm

    3

    .

    Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti

    karbon, oksigen dan hidrogen.

    b. Ekspansi Termal3

    Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar 80

    ppm/oC. Nilai ini merupakan angka yang cukup tinggi dari kelompok resin.

    Umumnya hal ini tidak menimbulkan masalah, namun terdapat kemungkinan bahwa

    anasir gigitiruan porselen yang tersusun pada basis gigitiruan dapat menjadi longgar

    dan lepas akibat perbedaan ekspansi dan kontraksi.2

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    14/31

    c. PorositasAdanya gelembung atau porositas di permukaan dan di bawah permukaan

    dapat mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigitiruan. (Gambar 4)

    Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas

    dapat diakibatkan penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul

    polimer yang rendah, disertai temperatur resin akrilik selama kuring mencapai atau

    melebihi titik didih bahan tersebut.15

    a b c d

    Gambar 4 : Porositas di permukaan dan di dalam basis gigitiruan24

    a : porositas di permukaan basis gigitiruanb : porositas di permukaan basis gigitiruan dilihat dengan

    mikroskop elektron

    c : porositas di dalam basis gigitiruan

    d : porositas di dalam basis gigitiruan dilihat dengan mikroskopelektron

    Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan

    yang tidak tepat.Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan resin

    akrilik yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat,

    prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke

    dalam mouldyang tepat.

    d. Kekasaran Permukaan15

    Beberapa peneliti menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas

    memiliki permukaan yang halus dan mampu mempertahankan pemolesan yang baik

    selama jangka waktu pemakaian yang panjang.16

    Kekasaran permukaan dari bahan

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    15/31

    kedokteran gigi yang dipertimbangkan ideal oleh Quirynen dkk. dan Bollen dkk.

    adalah mendekati 0,2 m atau kurang. Untuk resin akrilik, sedikit perbedaan dari 0,2

    m dapat diabaikan. Hal ini disebabkan resin akrilik mengandung monomer sisa yang

    memiliki efek sitotoksik terhadap sejumlah bakteri sehingga dapat mengurangi

    perlekatan bakteri pada permukaan resin akrilik.22

    Pemolesan gigitiruan akrilik dapat dilakukan dengan pemolesan mekanis, atau

    dengan pemolesan kemis merendam akrilik dalam larutan pemolesan kemis yang

    telah dipanaskan. Pemolesan kemis memiliki keuntungan yaitu waktu yang

    dibutuhkan lebih singkat. Selain pemolesan mekanis dan kemis, juga dapat digunakan

    sealantyang diaktivasi dengan sinar ultraviolet untuk pemolesan. Sofou dkk. (2001)

    menyatakan bahwa kekasaran permukaan yang dihasilkan dengan bahan ini sama

    dengan yang dihasilkan oleh pemolesan mekanis. Cara ini juga cukup hemat waktu

    seperti pemolesan kemis dan Valittu (1996) menemukan bahwa sealant ini

    menurunkan tingkat monomer sisa.

    25

    Pfeiffer dan Rosenbauer (2004) serta Valittu

    (1996) menyatakan bahwa resin akrilik yang dipoles dengan baik menunjukkan

    penurunan pelepasan monomer yang signifikan dibandingkan dengan yang tidak

    dipoles.14

    2.2.4 Keuntungan

    Keuntungan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

    adalah:

    1. Penyerapan air lebih rendah dibandingkan nilon2,4,16,20,22,23,26

    2. Permukaan halus

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    16/31

    3. Kekerasan permukaan lebih tinggi dibandingkan nilon4. Sudut kontak permukaan dengan air cukup besar sehingga

    perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi

    5. Stabilitas warna lebih baik dibandingkan nilon6. Mudah dalam pembuatan, penyesuaian, proses akhir dan

    pemolesan, serta perbaikan

    2.2.5 Kerugian

    Kerugian penggunaan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah:

    1. Mudah fraktur (Gambar 5), karena resin akrilikpolimerisasi panas memiliki kekuatan tensil, lentur,fatiquedan impak

    yang rendah serta sifat notch sensitivityyang tinggi

    2,3,5,8,15,16,27

    2. Memiliki porositas3. Mengandung monomer sisa dan melepasnya dalam air,

    sehingga berkontak dengan mukosa mulut dan menimbulkan gejala

    hipersensitivitas pada pasien yang alergi terhadap metil metakrilat

    4. Dapat terjadi crazingyang melemahkan basis gigitiruan

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    17/31

    Gambar 5: Fraktur basis gigitiruan padagigitiruan resin akrilik 28

    2.3 Nilon

    Nilon merupakan nama generik dari suatu polimer termoplastik yang

    tergolong dalam kelas polyamide. Nilon pertama kali diperkenalkan sebagai bahan

    basis gigitiruan di London sekitar tahun 1950.1,4

    Terdapat perbedaan utama dalam hal

    sifat antara resin akrilik dan nilon, yaitu nilon merupakan polimer crystalline

    sedangkan akrilik merupakan polimer amorphous. Sifat crystallineini mengakibatkan

    nilon memiliki sifat tidak dapat larut dalam pelarut, ketahanan panas yang tinggi, dan

    kekuatan yang tinggi serta kekuatan tensil yang baik.4

    Pada beberapa tahun terakhir, nilon telah menarik perhatian sebagai bahan

    basis gigitiruan karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain: hasil estetis yang

    baik, keamanan toksologik untuk pasien yang alergi terhadap logam dan monomer

    resin, elastisitas lebih tinggi daripada resin polimerisasi panas, kekuatan yang cukup

    untuk digunakan sebagai bahan basis gigitiruan dan tidak terjadi perubahan bentuk

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    18/31

    selama proses polimerisasi dan tidak terdapat monomer sisa karena penggunaan

    injection-moulding.7

    (Gambar 6 dan 7)

    Gambar 6: Gigitiruan nilon 12

    Gambar 7: Gigitiruan nilon dalam mulut pasien

    Nilon merupakan suatu resin yang dihasilkan dari reaksi kondensasi antara

    monomer diamine dan dibasic acid. Frekuensi kelompok amida sepanjang rantai

    mempengaruhi penyerapan air dan sifat kemis dari setiap jenis nilon. Semakin besar

    jarak kelompok amida, maka penyerapan airnya semakin rendah dan memiliki

    ketahanan kemis yang lebih baik.

    12

    2.3.1 Komposisi

    1,4,7

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    19/31

    2.3.2 Manipulasi

    Nilon tidak dapat larut sehingga tidak dapat dibuat dalam bentuk adonan dan

    mengisi moulddengan teknik biasa, tapi harus dilelehkan dan diinjeksikan ke dalam

    kuvet di bawah tekanan (injection-moulding). Nilon dimasukkan dalam satu cartridge

    dan dilelehkan pada suhu 248,8-265,5oC dengan furnaceelektrik. Selanjutnya nilon

    yang telah meleleh ditekan ke dalam kuvet oleh plugger di bawah tekanan yang

    diberikan oleh pres hidrolik atau manual. (Gambar 8) Tekanan injection-moulding

    dijaga pada tekanan 5 bar selama 3 menit kemudian kuvet beserta cartridge segera

    dilepaskan. Kuvet kemudian dibiarkan dingin pada suhu kamar selama 30 menit

    sebelum dibuka.4

    Gambar 8 : Kuvet untuk injection-mouldingdanplugger

    29

    2.3.3 Sifat-Sifat

    Sifat dari suatu bahan basis gigitiruan terbagi atas sifat mekanis, sifat kemis

    dan biologis, serta sifat fisis.

    2.3.3.1 Sifat Mekanis

    3

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    20/31

    a. Kekuatan TensilKekuatan tensil nilon adalah 98 N/mm

    2.Nilai kekuatan tensil nilon ini jauh

    lebih besar daripada resin akrilik.

    b. Kekuatan Impak4

    Kekuatan impak adalah suatu ukuran kekuatan bahan yang diukur dari energi

    yang diperlukan untuk memulai dan melanjutkan retakan melewati sebuah spesimen

    dengan dimensi tertentu.3 Salah satu kelebihan utama dari nilon adalah daya tahan

    terhadap impak yang tinggi.16,30

    Nilai kekuatan impak nilon adalah 120-150

    kg/mm3.

    c. Fatique31

    Fatique adalah rusaknya atau patahnya suatu bahan yang disebabkan beban

    berulang di bawah batas tahanan bahan.9 Fraktur gigitiruan dapat terjadi sebagai

    akibat darifatique.3Mathews dan Smith (1955) menyatakan bahwa daya tahan nilon

    terhadap fatiqueatau stressing yang berulang juga merupakan salah satu kelebihan

    utama nilon.

    d. Crazing16

    Crazing merupakan kumpulan retakan pada permukaan yang dapat

    melemahkan basis gigitiruan. Crazingini kadang muncul pada permukaan gigitiruan

    akrilik, namun tidak dapat terjadi pada basis gigitiruan nilon.

    e. Kekerasan3

    Kekerasan nilon adalah 14,5 VHN.31 Nilai kekerasan tersebut lebih kecil

    dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas yang memiliki kekerasan 20 VHN.3

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    21/31

    2.3.3.2 Sifat Kemis dan Biologis

    a. Penyerapan AirPenyerapan air yang tinggi merupakan kekurangan utama dari nilon.

    1,16

    Jenis

    nilon yang pertama memiliki nilai penyerapan air yang tinggi yaitu 8,5 %, kemudian

    dikembangkan jenis nilon yang ditambah serat kaca yang memiliki penyerapan air

    yang relatif rendah hingga 1,2 %.4Air yang diserap ke dalam bahan bertindak sebagai

    plasticizer dan menurunkan sifat-sifat mekanis bahan seperti kekerasan, kekuatan

    transversa, dan batasfatique. Penyerapan air juga mempengaruhi stabilitas dimensi.

    b. Pembentukan Koloni Bakteri13

    Pembentukan koloni bakteri pada permukaan gigitiruan dipengaruhi oleh

    penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan permukaan dan kekasaran

    permukaan.3,22

    De Clerck JP (1987) menyatakan bahwa ketidakrataan permukaan

    yang disebabkan pemolesan yang tidak baik bertindak sebagai ceruk untuk perlekatan

    bakteri dan debris makanan.

    32

    Penemuan ini juga telah dikonfirmasikan oleh Radford

    dkk. (1998) dan Taylor dkk. (1998) yang menemukan lebih banyak perlekatan bakteri

    pada permukaan yang lebih kasar.22 Beberapa penulis juga menyatakan bahwa

    permukaan yang halus dapat mengurangi kemungkinan perlekatan bakteri.

    c. Stabilitas Warna25

    Stabilitas warna adalah kemampuan dari suatu lapisan permukaan atau

    pigmen untuk bertahan dari degradasi yang disebabkan pemaparan dari lingkungan.

    Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dari empat bahan polimer dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    22/31

    menemukan bahwa diskolorasi nilon setelah perendaman dalam larutan kopi dan teh

    lebih besar daripada resin akrilik.

    d. Biokompatibilitas

    4

    Nilon tahan terhadap pelarut dan bahan kimia.4,7

    Selain itu, karena diproses

    dengan teknik injection-molding, nilon tidak memiliki monomer sisa dan hampir

    tidak memiliki porositas.6,7Nilon juga aman untuk pasien yang alergi terhadap logam

    dan monomer resin.

    a. Massa jenis

    4,6,33

    2.3.3.3 Sifat Fisis

    Massa jenis yang rendah merupakan sifat yang menguntungkan karena gaya

    gravitasi yang menyebabkan lepasnya gigitiruan atas berkurang.3 Massa jenis nilon

    adalah 1,04 1,22 g/cm3.

    b. Ekspansi Termal4,7,31

    Hargreaves (1971) membandingkan sifat nilon dengan nilon yang diperkuat

    serat kaca, dan menemukan koefisien ekspansi linear dari nilon yang diperkuat serat

    kaca lebih rendah daripada nilon.

    c. Porositas4

    Nilon hampir tidak memiliki porositas.7

    Porositas pada nilon disebabkan

    masuknya udara selama prosedur pemanasan. Bila udara ini tidak dikeluarkan,

    gelembung-gelembung besar dapat terbentuk pada basis gigitiruan.

    d. Kekasaran Permukaan15

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    23/31

    Berbagai penelitian menunjukkan bahwa meskipun memiliki banyak

    kelebihan seperti tahan terhadap pelarut dan panas serta kuat dan ringan, tidak ada

    yang dapat menutupi kekurangannya berupa staining, yellowing, fleksibilitas yang

    tinggi, penyerapan air yang tinggi, perubahan dimensi, kesulitan dalam pemrosesan,

    dan permukaan yang kasar.21

    Mathews dan Smith menggunakan nilon untuk basis

    gigitiruan dan hasil klinis menunjukkan kecenderungan bahan tersebut untuk

    mengalami perubahan warna, timbul stain, penyerapan air yang tinggi, serta terjadi

    peningkatan kekasaran permukaan setelah beberapa minggu pemakaian.4

    Permukaan basis gigitiruan nilon tidak dapat dipoles sebaik resin akrilik,

    sehingga terjadi peningkatan kekasaran serta perlekatan sisa makanan setelah

    beberapa bulan pemakaian (Smith, 1957; Greener dkk., 1972), sehingga Munns

    (1962) menyarankan penggunaan gigitiruan nilon hanya untuk pasien yang dapat

    merawat gigitiruan dengan baik.16

    Beberapa penulis juga menyarankan pemakaian

    nilon hanya untuk kasus tertentu seperti fraktur gigitiruan yang berulang dan pasien

    yang hipersensitif terhadap resin akrilik.2,4,28,33

    2.3.4 Keuntungan

    Keuntungan penggunaan basis gigitiruan nilon adalah:

    1. Lebih estetis dibandingkan resin akrilik4,6,7,16,30,34

    2. Tidak mengandung monomer sisa, sehingga aman digunakanuntuk pasien yang alergi terhadap metil metakrilat

    3. Elastisitas lebih tinggi dibandingkan resin akrilik polimerisasipanas

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    24/31

    4. Ketepatan mengisi cetakan lebih baik dibandingkan resinakrilik polimerisasi panas

    5. Tidak menggunakan cangkolan logam6. Hampir tidak memiliki porositas7. Kekuatan tensil jauh lebih besar daripada resin akrilik8. Daya tahan terhadap impak danfatiquetinggi9. Tidak dapat mengalami crazing10. Tahan bahan kimia11. Lebih tipis dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas

    2.3.5 Kerugian

    Kerugian penggunaan basis gigitiruan nilon adalah:

    1. Kekuatan perlekatan terhadap resin swapolimerisasi kurang3,4,6,16,21

    2. Kekerasan nilon lebih kecil dibandingkan resin akrilikpolimerisasi panas

    3. Penyerapan air tinggi4. Stabilitas warna lebih buruk dibandingkan resin akrilik

    polimerisasi panas

    5. Kesulitan dalam pemrosesan6. Permukaan kasar dan terjadi peningkatan kekasaran serta

    perlekatan sisa makanan setelah beberapa bulan pemakaian

    2.4 Kekasaran Permukaan

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    25/31

    Kekasaran permukaan sangat mempengaruhi bagaimana suatu objek akan

    berinteraksi dengan lingkungannya. Permukaan yang kasar umumnya lebih cepat aus

    dan memiliki koefisien gesek yang lebih tinggi daripada permukaan yang halus.

    Kekasaran permukaan merupakan faktor penting terhadap pelaksanaan komponen-

    komponen mekanis, karena ketidakteraturan pada permukaan dapat menjadi daerah

    inti retakan dan korosi.35

    2.4.1 Pengertian

    Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan yang

    telah diproses akhir dan dipoles, dan diukur dengan satuan mikrometer (m).8Nilai

    ini merupakan ukuran deviasi vertikal suatu permukaan dari bentuk idealnya. Apabila

    deviasi ini besar, maka permukaan tersebut kasar; apabila deviasi ini kecil, maka

    permukaan tersebut halus. Kekasaran dianggap sebagai komponen dari permukaan

    yang telah diukur dengan frekuensi yang tinggi dan panjang gelombang yang

    pendek.25

    Attar dan Chung menyatakan bahwa suatu restorasi dinyatakan halus apabila

    nilai kekasaran permukaannya kurang dari 1 m dan mendekati nilai kekasaran

    enamel 0,64 m.36

    Quirynen dkk. dan Bollen dkk. menyatakan bahwa kekasaran

    permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah mendekati 0,2 m atau

    kurang.

    Kontak antara permukaan restorasi yang kasar dengan gingiva dapat

    menimbulkan rasa tidak nyaman, iritasi dan resesi jaringan lunak yang perlahan.

    22

    8

    Selain itu, bahan kedokteran gigi dengan permukaan yang kasar dapat memudahkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    26/31

    perlekatan bakteri dan menyulitkan pengangkatannya dengan cara alami atau bahkan

    dengan metode-metode pembersihan rongga mulut.22

    Perlekatan bakteri pada basis

    gigitiruan dapat mengakibatkan bau mulut, denturestomatitis, dan berbagai penyakit

    yang berhubungan dengan pemakaian gigitiruan lainnya.37

    Kekasaran permukaan

    juga mempengaruhi penampilan estetik, stabilitas warna, dan pembentukan

    biofilm.8,22

    Untuk meningkatkan kualitas permukaan, Mantzikos dkk. (1998)

    menyarankan aplikasi selapis glazedan menyatakan bahwa untuk restorasi sementara

    prosedur ini diindikasikan untuk mengurangi perlekatan bakteri, namun Sesma dkk.

    (2005) menyatakan bahwa glazeyang diaplikasikan pada permukaan restorasi tetap

    tidak mencegah perlekatan bakteri, meskipun membantu pengangkatannya.

    a. Teknik manipulasi

    22

    2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi

    Penelitian Berger dkk. (2005) menemukan bahwa terdapat perbedaan

    kekasaran permukaan yang signifikan antara beberapa jenis resin akrilik dengan

    teknik manipulasi yang berbeda, dimana resin akrilik polimerisasi panas, injection-

    molded, dan polimerisasi dengan microwave lebih halus dibandingkan resin akrilik

    swapolimerisasi.26 Penelitian Goncalves dkk. (2007) menemukan bahwa tidak

    terdapat perbedaan kekasaran permukaan yang signifikan antara resin akrilik

    swapolimerisasi yang dimanipulasi dengan teknik addisi dan teknik massa. Penelitian

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    27/31

    tersebut juga menemukan bahwa kekasaran permukaan bahan restorasi lebih banyak

    dipengaruhi oleh teknik pemolesan daripada teknik manipulasi.

    b. Teknik pemolesan

    25

    Ketidakteraturan permukaan akibat pemolesan yang tidak baik bertindak

    sebagai lembah tempat perlekatan bakteri dan debris makanan.32

    Teknik proses akhir

    dan pemolesan bertujuan untuk mengangkat bahan yang berlebih dan menghaluskan

    permukaan yang kasar.8Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk pemolesan,

    antara lain pemolesan mekanis, pemolesan kemis dan aplikasi pelapis pada

    permukaan restorasi.25

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemolesan mekanis

    menghasilkan nilai kekasaran permukaan yang lebih kecil daripada pemolesan

    kemis.22,25,32

    Pada pemolesan mekanis, teknik proses akhir dan pemolesan untuk sebagian

    besar bahan kedokteran gigi restoratif mengikuti prinsip yang sama. Tahap

    contouringdan penghalusan permukaan dilakukan dengan coarseabrasiveatau bur,

    dilanjutkan dengan bahan abrasif yang lebih baik untuk menghilangkan goresan-

    goresan besar yang terbentuk.8 Untuk resin akrilik, biasanya dihaluskan dengan kertas

    pasir waterproof ukuran 150 hingga 600 secara bertahap di bawah air mengalir dan

    dipoles denganpumicedan whiting slurrydengan menggunakanpolishing clothyang

    dipasangkan pada polishing motor.16

    Beberapa penelitian menemukan bahwa

    pemolesan denganpolishing motorlebih baik dibandingkan dengan mikromotor.

    Abrasi terjadi ketika permukaan yang keras dan kasar atau partikel yang keras

    dan berbentuk tidak teratur menggores bahan yang lebih lunak dan menyebabkan

    25

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    28/31

    bahan pada goresan tersebut terangkat dari permukaan. Setiap sisi atau titik dari

    bahan abrasif bertindak sebagai pisau pemotong dan mengangkat sebagian bahan dari

    permukaan yang sedang diabrasi. Proses abrasi dipengaruhi oleh sifat-sifat fisis dan

    mekanis bahan, seperti kekerasan, kekuatan dan konduktivitas termal, sehingga bahan

    abrasif yang dipilih untuk menyelesaikan dan memoles berbagai bahan restorasi

    tergantung pada sifat-sifat dari bahan restorasi tersebut.8

    Peralatan atau pasta abrasif tidak boleh digunakan dalam keadaan kering.

    Pemolesan kering dapat menurunkan efisiensi dari bahan abrasif dan meningkatkan

    bahaya overheating permukaan. Overheating mempengaruhi penampilan gigitiruan

    dan dapat menyebabkan timbulnya distorsi. Overheating selama pemolesan basis

    gigitiruan resin akrilik dapat terjadi karena konduktivitas termal akrilik yang rendah

    dan hal ini harus dihindari.

    c. pH

    8

    Constantinescu dkk. (2007) membandingkan kekasaran permukaan resin

    akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam saliva buatan dengan pH 5,5 dan 6,8,

    dan menemukan bahwa resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam saliva

    yang lebih asam menunjukkan kekasaran yang lebih tinggi. Dari penelitian tersebut

    juga disimpulkan bahwa keasaman saliva meningkatkan kekasaran permukaan basis

    gigitiruan resin akrilik.38

    d. Porositas

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    29/31

    Porositas pada resin akrilik terjadi akibat penguapan monomer yang tidak

    bereaksi dengan polimer selama proses pencampuran. Porositas pada basis gigitiruan

    dapat mempengaruhi kekasaran permukaan, estetik dan kebersihan basis gigitiruan.15

    2.4.3 Metode Pengukuran

    Kekasaran permukaan dapat diukur dengan dua metode, antara lain metode

    sentuhan (contact method) dan metode tanpa sentuhan (non-contact method). Metode

    sentuhan dilakukan dengan menarik suatu stylus pengukuran sepanjang permukaan.

    Alat untuk metode sentuhan ini disebutprofilometeratauprofilemeter.35

    (Gambar 9)

    Metode tanpa sentuhan antara lain:

    a. interferometry35

    b. confocal microscopyc. variasi fokus (focusvariation)d. cahaya terstruktur (structuredlight)e. electricalcapacitancef. mikroskop elektron danphotogrametry

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    30/31

    Gambar 9 : Profile meter39

    Untuk pengukuran dua dimensi, alat peraba biasanya mengikuti suatu garis

    lurus di atas suatu permukaan yang rata atau suatu garis lengkung mengelilingi suatu

    permukaan silindris. Panjang perjalanan yang diikuti disebut panjang pengukuran

    (measurement length). Untuk pengukuran tiga dimensi, alat pengukur diperintahkan

    untuk meneliti (scan) suatu daerah dua dimensi di atas suatu permukaan.35

    Dalam beberapa kasus, sifat fisis dari alat pengukur memiliki pengaruh yang

    besar terhadap data. Hal ini nyata ketika mengukur permukaan yang sangat halus.

    Masalah utama pengukuran dengan metode sentuhan adalah stylusdapat menggores

    permukaan yang diukur, stylus mungkin terlalu tumpul untuk mencapai dasar dari

    lekukan yang dalam dan dapat membulatkan permukaan yang tajam.

    35

    (Gambar 10)

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/28/2018 Chapter II

    31/31

    Gambar 10 : Prinsip sentuhan stylus dengan alat

    profile meter35

    (1) cantilever; (2) ujung kecil stylus;(3) arah horizontal; (4) arah vertikal;

    (5) permukaan objek; (6) profil yang diukur.

    Alat pengukuran tanpa sentuhan juga memiliki keterbatasan, yaitu alat

    pengukuran yang mengandalkan penggunaan optik tidak dapat mengukur kekasaran

    yang lebih kecil daripada pecahan dari frekuensi panjang gelombang yang digunakan

    alat tersebut. Keterbatasan ini dapat menyulitkan alat untuk mengukur kekasaran

    dengan akurat bahkan pada benda yang umum, karena kekasaran benda yang diukur

    mungkin lebih kecil daripada panjang gelombang cahaya.35

    Universitas Sumatera Utara